Anda di halaman 1dari 16

PERITONITIS ET CAUSA DEMAM

TYPHOID
Sharon Lorisa Simamora
(102011115)
SKENARIO 7
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD
RS dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh
perutnya sejak 6 jam yang lalu. Orang tua pasien
tersebut mengatakan, sejak 10 hari yang lalu,
pasien demam naik turun terutama pada malam
hari, disetrai mual, konstipasi dan anoreksia. Sejak
3 hari yang lalu, keadaan pasien semakin melemah
dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Pada
pemeriksaan fisik, keadaan umum lemah, tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 95x/menit, frekuensi
napas 24x/menit, suhu 38,5
o
C. Pada pemeriksaan
fisik abdomen, tampak distensi abdomen.

ANAMNESIS
auto-anamnesis.
Identitas pasien,
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan
Riwayat keluarga
Riwayat Pribadi
Pertanyaan lainnya
Bagaimana keluhannya
penyakit lain yang menyertai
konsumsi obat sejak timbul penyakit

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Kesadaran
Tanda vital : Tensi, nadi, respirasi, suhu.
Status generalis
Suara usus biasanya hipoaktif atau menghilang dan dapat
dijumpai kekakuan abdomen.
Pasien lebih menyukai posisi berbaring telentang dan akan
merasa sangat tidak nyaman jika bergerak atau dipalpasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
hematologi,
urinalis, (Protein)
Kimia klinik, (Enzim hati)
imunoreologi, (Widal/Rapid test = D/ Demam Tifoid /
Paratifoid : titer O = 1/160 )
mikrobiologi, (uji kultur)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya
lekositosis, hematokrit yang meningkat dan asidosis
metabolik.
Radiografi abdomen pasien peritonitis sering
memperlihatkan dilatasi intestinal, edema usus halus,
cairan peritoneum, dan hilangnya bayangan psoas.
Cairan peritoneum yang terinfeksi biasanya
mengandum kadar protein yang meningkat dan jumlah
leukositnya lebih dari 300/mm
3
, lebih dari di
antaranya adalah leukosit polimofonuklear.


WORKING DIAGNOSIS
Peritonitis e c
demam typhoid
DIFFERENT DIAGNOSIS
apendisitis,
pankreatitis,
gastroenteritis,
kolesistitis,
salpingitis,
kehamilan ektopik terganggu
ETIOLOGI
Infeksi bakteri
Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran
gastrointestinal, misalnya : Appendisitis yang meradang
dan perforasi, Tukak peptik (lambung / dudenum),
Tukak thypoid, Tukan disentri amuba / colitis, Tukak
pada tumor, Salpingitis, Divertikulitis
Secara langsung dari luar.
Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa
penyakit akut
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas :10-14 hari.
Minggu pertama setelah melewati masa inkubasi
10-14 hari,
suhu tubuh meningkat setiap hari, menurun pada pagi
hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari,
sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual,
muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat,
perut kembung dan merasa tak enak, konstipasi.
Pada akhir minggu pertama, Khas lidah pada penderita,
Epistaksis , tenggorokan terasa kering.

MANIFESTASI KLINIK
Minggu kedua
suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam), perlambatan relatif nadi penderita,
gangguan pendengaran, lidah tampak kering, merah
mengkilat, nadi semakin cepat sedangkan tekanan
darah menurun, pembesaran hati dan limpa, perut
kembung dan sering berbunyi, gangguan kesadaran,
mengantuk terus menerus, dan mulai kacau jika
berkomunikasi.
MANIFESTASI KLINIK
Minggu ketiga
suhu tubuh turun hingga normal -> Hal itu terjadi jika
tanpa komplikasi atau berhasil diobati.
keadaan makin memburuk, septikemia memberat, otot-
otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin, Meteorisme dan timpani masih terjadi, tekanan
abdomen sangat meningkat, nyeri perut, kemudian
mengalami kolaps.
Jika denyut nadi sangat meningkat + peritonitis
lokal/umum, -> perforasi usus
Pendarahan : keringat dingin, gelisah, sukar bernapas,
dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya.
Degenerasi miokardial toksik -> kematian pada minggu
ketiga.
PENATALAKSANAAN
Perlu pemantauan tetap status cairan dan elektrolit.
anti mikroba parenteral (Terapi kombinasi dengan
ampisilin, gentamisin, dan klindamisin merupakan terapi
awal dengan jangkauan yang tepat.)
Evaluasi bedah sebaiknya segera dilakukan karena
eksplorasi bedah mungkin diperlukan untuk
mengevaluasi adanya organ dalam yang mengalami
perforasi.
3

Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan,
berikan cairan vena.
Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase
bedah dan perbaikan dapat diupayakan.
Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis,
seperti apendiktomi.
Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor
adalah insisi dan drainase terhadap abses.

PROGNOSIS
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah
baik, sedangkan pada peritonitis umum
prognosisnya mematikan akibat organisme virulen.

KESIMPULAN
Hipotesa diterima
Dengan demikian pasien usia 20 tahun tersebut
menderita peritonitis et causa typhoid perforasi.
Penanganan utama pada pasien ini adalah pemberian
antibiotik yang tepat untuk eradikasi kuman, pemberian
cairan serta transfusi darah apabila telah terjadi
pendarahan intestinal. Pemilihan antibiotik sebaiknya
yang berspektrum luas agar tidak hanya mengatasi
bakteri salmonella typhi tetapi juga mengatasi
kemungkinan adanya bakteri-bakteri lain yang
memperberat infeksi, Umumnya dapat diberikan
kombinasi kloramfenikol dan ampisilin secara intravena.
Untuk kontaminasi usus dapat diberikan gentamisin dan
metronidazol. Kecukupan cairan dan darah juga harus
diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai