Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

GERONTIK
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama Preceptee : Melania Felayati


NPM : 20210940100067

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode


Pos 10510 Telp/Faks: 021-42802202

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
1. DEFINISI
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2012).
Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan.
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal
yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.

2. ETIOLOGI
1) Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada
masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic
ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan
pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak.
2) Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya
sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3) Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4) Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5) Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6) Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat
mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi
terutama pada orang tua.
7) Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran
cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-
gejala gastritis.
8) Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis
dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut
menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung.
9) Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh.
Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter
yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke
dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan
masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10) Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS,
infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

3. KLASIFIKASI
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Gastritis Akut
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesembronoan diit,
misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu banyak
bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, fefluks
empedu dan terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik
akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali, yang
dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi.
2) Gastritis Kronis
Inflamasi yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas, oleh bakteri H. Pylori. gastritis kronis mungkin diklasifikassikan sebagai Tipe A
atau Tipe B. Tipe A ini terjadi pada fundus atau korpus lambung. Tipe B (H. Pylori)
mengenai antrum dan pylorus. Mungkin berkaitan dengan bacteria H. Pylori. Faktor diit
seperti minuman panas, bumbu penyedap, penggunaan obat, alcohol, merokok atau
refluks isi usus kedalam lambung.

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri ulu hati,
Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat dari
adanya iritasi pada mukosa lambung.
b. Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Ketiga tanda ini sangat umum ditemukan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
kadar asam lambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.
c. Melena dan Hematemesis
Melena dan hematemesis disebabkan karena adanya suatun proses perdarahanyang
berawal dari adanya iritasi dan erosi pada mukosa lambung.

Manifestasi klinik yang biasa muncul pada Gastritis Akut lainnya, yaitu Anorexia, mual,
muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda
lebih lanjut yaitu anemia. Sedangkan untuk gastritis kronik kebanyakan klien tidak
mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea,
dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

5. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan
barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan
difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak. Asam
lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung dan
terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan
perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.
Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter
esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.
6. PENGKAJIAN SECARA TEORITIS
 Identitas Klien
 Keluhan utama
 Keluhan utama klien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau nyeri
didaerah Epigastrium dan perut sebelah kanan bawah. Individu memberi respon yang
berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang
lain penuh dengan toleransi dan optimis.
 Riwayat kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan gastritis biasanya mengeluh nyeri. Klien gastritis biasanya juga
mengalami mual dan muntah. Mual dan muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada
dasar ventrikel otak keempat.. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua
komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah.
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus
akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya
diafragma akan berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga berkontraksi
mengakibatkan suatu tekanan pada lambung dan sebagian isinya dimuntahkan.
Peristiwa ini didahului oleh statis lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung.
Mual dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan
perut. Sensasi mual biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan
meningkatnya kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit
psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer dan
iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari muntah yang berat dan lama akan
meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa.
 Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan kepada klien tentang masalah masa lalu pada sistem
Gastrointestinal. dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan dan yang
dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya, seperti Aspirin dan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat gastritis.
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat
mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu klien.

 Pemeriksaan Fisik Review of system (ROS)


 Keadaan umum   : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di
kwadran epigastrik.
 B1(breath)             : takhipnea
 B2 (blood)       : takikardi, hipotensi,  disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
 B3 (brain)        : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
 B4 (bladder)          : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
 B5 (bowel)        : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
 B6 (bone)              :  kelelahan, kelemahan

 Fokus Pengkajian
 Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
 Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi),
warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan
kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons
psikologik)
 Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
 Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya  luka
peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
 nyeri tekan abdomen, distensi
 bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
 karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan
diet, penggunaan antasida).
 haluaran urine : menurun, pekat.
 Makanan / Cairan
Gejala :
 anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi       pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
 masalah menelan : cegukan
 nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
 Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).
 Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
 nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-
tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah
makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut)
 nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
 nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4
jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal)
 tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
 Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
 Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal: trauma
kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal :
sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Gastritis Akut
 Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala  menghilang; ubah menjadi
diet yang tidak mengiritasi.
 Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
 Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2,
inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
 Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
 Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
 Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet
dapat menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.
 Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
2) Gastritis Kronis
 Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
 Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara
teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-
obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate
yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
 Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup
kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.
 H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan
garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila seorang klien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.
pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa klien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa
klien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah klien terinfeksi oleh
bakteri H. pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-
X. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

Anda mungkin juga menyukai