Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGANHARGA DIRI
RENDAH KRONIKDALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
AKTUALISASI DIRI DIRUANG RAWAT MELATI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVENSI
SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun dan Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk meyelesaikan


pendidikan diploma III jurusan keperawatan politeknik kesehatan
kemenkes kendari

OLEH :

AFRIYANTI
NIM. POO320019001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
2022

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Afriyanti
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Wonua Morini/19 April 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Tolaki
6. Alamat : Desa wonua morini, Kec. Morosi
Kab.Konawe
7. No. Telp/ Hp : 085255162096

II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Besu Tamat Tahun 2013
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bondoala Tamat Tahun 2016
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sampara Tamat Tahun 2019
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2019-2022

v
MOTO

“ Tidak masalah jika kamu berjalan dengan lambat asalkan kamu tidak pernah
berhenti untuk berusaha yakin dan percaya Allah SWT telah merencanakan
yang terbaik untukmu”

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillahirabbil`alamin,


segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat serta hidayah-Nya bagi kita semua. Berkat ridho dan petunjuk dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. S Dengan Harga Diri Rendah KronisDalam
Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri Ruang Rawat Melati Di Rumah
Sakit Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara” yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kendari.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terkhusus dosen pembimbing I dan
pembimbing II yang telah ihklas meluangkan waktunya untuk membimbing
selama penyusunan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1. Bapak Teguh Fathurrahman, SKM, MPPM Selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Kendari
2. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM Selaku ketua jurusan DIII
Keperawatan
3. Kepada bapak Abd. Sykur Bau, S.Kep.,Ns.,MM dan ibu Hj. Nurjanah,
B.Sc,S.pd.,M.kes, sebagai pembimbing I dan II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat dalam proses
penyusunan karya tulis ilmiah ini
4. Kepada ibuFitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kepselaku penguji I, bapak
Akhmad, SST.,M.Kes selaku penguji II, dan ibu Dali, SKM.,M.Kes, selaku
penguji III yang akan menguji dalam sidang karya tulis ilmiah ini.
5. Kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara yang telah
memberi izin untuk melakukan pengambilan data awal
vii
6. Segenap dosen dan seluruh Civitas masih banyak kekurangan, maka dari itu
penulis berharap adanya masukan kritik maupun saran sehingga dapat
membantu dalam menyempurnakan karya tulis ilmiah saya.
7. Kepada kedua orang tua saya tercinta ibu saya Asmira dan ayah saya
Busranyang turut serta memberikan dukungan, semangat dan doa yang begitu
tulus bagi penulis.
8. Kepada kakak pertama saya Sasriyanti, kakak kedua saya Rismanto, adik saya
Lolatriani, kakak ipar saya Ayu dan kemenakan saya Aleta yang memotivasi
dan memberikan semangat selama penulis melakukan penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
9. Kepada teman-teman D3 Keperawatan angkatan 2019 kelas A yang telah
saling berbagi dan memberi masukkan, kepada sahabat-sahabat saya, kepada
tante dan om saya, dan kepada sepupu saya yang selalu memberi semangat,
selalu mensuport, memotivasi, membantu dalam segala hal serta memberikan
saya saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ilimiah ini masih banyak
kekurangan, maka dariitu penulis berharap adanya masukan kritik maupun saran
sehingga dapat membantu dalam menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

Kendari, 12, April 2022

Penulis

viii
ABSTRAK

Afriyanti (P00320019001) Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Harga


Diri Rendah KronisDalam Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri Ruang
Rawat Melati Di Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara.
Pembimbing I (Abd. Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM)Pembimbing II(Hj.
Nurjannah S. Pd., M. Kes). Latar Belakang: Harga diri rendah kronis adalah
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjagan akibat
evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemapuan diri.Berdasarkan data yang
diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjukkan bahwa penderita Harga Diri Rendah Kronis Di Rumah Sakit Jiwa
Provensi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2019 yaitu sebanyak 34 kasus harga diri
rendah diruang perawatan melati dan pada tahun 2020 yaitu sebanyak 62 dan
pada tahun 2021 yaitu sebanyak 167 Kasus harga diri rendah.Rumusan Masalah:
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalahAsuhan Keperawatan Pada Tn. S
Dengan Harga Diri Rendah KronisDalam Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ruang Rawat Melati Di Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara. Tujuan:
Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Harga Diri Rendah KronisDalam
Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri Ruang Rawat Melati Di Rumah Sakit
Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara. Metode: Pendekatan yang digunkan dalam
penulisan ini adalah pendekatan deskriptif dengan desain studi kasus. Hasil:
Masalah keperawatan keluarga dan individu yang didapatkan pada pasien Tn. S
yaitu Resiko harga diri rendah kronis dengan intervensi promosi sosialisasi
dilakukan selama 3 hari. Kesimpulan: Terjadinya peningkatan pengetahuan
tentang harga diri rendah kronis dan mampu melakukan kebutuhan aktulisasi diri
pada Tn. S.Saran: Saran ditunjukkan pada rumah sakit, Pada institusi pendidikan
dan pada peneliti
Kata kunci :Harga Diri Rendah Kronis, Kebutuhan Aktualisasi Diri

ix
ABSTRACT

Afriyanti (P00320019001) Nursing Care for Mr. S With Chronic Low Self-
Esteem in Fulfilling Self-Actualization Needs in the Jasmine Treatment
Room at the Southeast Sulawesi Provincial Mental Hospital. Supervisor I
(Abd. Syukur Bau, S.Kep., Ns., MM) Supervisor II (Hj. Nurjannah S. Pd., M.
Kes). Background: Chronic low self-esteem is a feeling of worthlessness,
meaninglessness and prolonged low self-esteem due to a negative evaluation of
oneself and self-efficacy. Based on data obtained from the medical records of the
Mental Hospital of Southeast Sulawesi Province, it shows that sufferers of
Chronic Low Self-Esteem at the Southeast Sulawesi Provincial Mental Hospital in
2019 were 34 cases of low self-esteem in the Jasmine treatment room and in 2020
there were 62 and in 2020. 2021 as many as 167 cases of low self-esteem.
Problem Formulation: The formulation of the problem in this study is the
Nursing Care of Mr. S With Chronic Low Self-Esteem in Fulfilling Self-
Actualization Needs in the Jasmine Treatment Room at the Southeast Sulawesi
Provincial Mental Hospital. Purpose: Nursing Care for Mr. S With Chronic Low
Self-Esteem in Fulfilling Self-Actualization Needs in the Jasmine Treatment
Room at the Southeast Sulawesi Provincial Mental Hospital. Method: The
approach used in this paper is a descriptive approach with a case study design.
Results: Family and individual nursing problems found in Mr. patient. S is the
risk of chronic low self-esteem with socialization promotion intervention carried
out for 3 days. Conclusion: There is an increase in knowledge about chronic low
self-esteem and being able to carry out self-actualization needs in Mr. S.
Suggestions: Suggestions are shown to hospitals, to educational institutions and
to researchers

Keywords: Chronic Low Self-Esteem, Self-Actualization Needs.

x
xi
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Surat Pengambilan Data Awal Dari Poltekkes Kemenkes kendari

2. Surat Pengambilan Data Awal Dari Rumah Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara

3. Halaman Persetujuan

4. Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari

5. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari

6. Surat Izin Penelitian Dari Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara

7. Surat Izin Penelitian Dari Litbang Provinsi Sulawesi Tenggaa

8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

9. Surat Menjadi Responden

10. Surat Keterangan Bebas Administrasi

11. Pengkajian Asuhan Keperawatan

12. Dokumentasi Penelitian

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Analisa data ........................................................................................... 41

Tabel 4.2 Intervensi keperawatan ......................................................................... 42

Tabel 4.3 Implementasi & Evaluasi keperawatan ................................................. 44

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan individu untuk dapat

mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuan yang

dimilikinya. Proses aktualisasi diri ber jalan sepanjang kehidupan untuk

dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, Mendapat perhatian dan

pengakuan dari orang lainperlunya pengakuan tidak hanya dalam urusan

pangkat ataupun jabatan, tetapi juga dalam semua aspek manusia secara

komprehensif. (Keperawatan et al., 2018).

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam

melaksanakan pernana sosial. Jumalah penderita gangguan jiwa pada saat ini

mengalami peningkatan yang sangatsignifikan disetiap tahunnya diberbagai

daerah diberbagai belahan dunia.Gangguan jiwa dapat mengenai setiap

orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.

Menurut world health organization (WHO) tahun 2017, pada

umumnya gangguan mental yang terjadi adalah gangguankecemasan dan

gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita

gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan kecemasan. Jumlah depresi

meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015.Depresi merupakan

penyebab terbesar kecacatan diseluruh dunia, lebih dari 80% penyakit ini

dialami orang-orang yang tinggal dinegara yang berpenghasilan rendah dan

1
menengah.Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan

saja.(Kartikasari et al., 2019)

Gejala penyakit ini dapat berupa halusinasi, gangguan proses dan

kemampuan berpikir, sering berilusi, serta tingkah laku yang aneh.

Gangguan jiwa sering kali ditandai dengan terjadinya halusinasi pada

pendegaran.Penderita mendegar, suara atau ilusi, mengomentari perilaku

penderita atau bahkan seperti berdiskusi dengan dirinya sendiri.Hal ini

sering kali menjadi halusinasi yang membuat penderita mengarah pada

kepribadian diri yang aneh dan khayalan.Factor lingkungan dan sosial juga

memegang peran penting dari timbulnya gangguan jiwa terutama untuk

individu yeng rentan terkena gangguan ini.Beberapa tekanan lingkungan

yang berkaitan dengan gangguan jiwa misalnya trauma masa kecil,

minoritasetnik, pendukur banisasi, dan isolasi sosial, selain itu tekanan

sosial dapat berupa deskriminasi atau kesenjangan ekonomi, dapat

menjadikan individu cenderung berkhayal dan berpikiran

paranoid.(Fahrudin et al., 2018)

Harga diri rendah kronis adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah diri yang berkepanjagan akibat evaluasi negative terhadap diri

sendiri dan kemapuan diri. Harga diri rendah kronis adalahsuatu kondisi

dimana individu menilai dirinya tau kemapuan dirinya negative atau suatu

perasan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan

tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.(Syah et al., 2019)

2
Penyebab harga diri rendah kronis adalah kehilangan rasa kasih

sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal

yang buruk. Hubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktulisasi pada pasien

harga diri rendah yaitu fokus pada kemampuan dan kesempatan yang

dimiliki klien dan mendapat perhatian dari pengakuan dari orang lain.

(Tanti, 2019).

Berdasarkan riset dasar (Rikesdas tahun 2018), kasus gangguan jiwa

di Indonesia sebesar 706.688 jiwa (9,8%) dan yang mendapatkan

pengobatan hanya sebesar 42.606 jiwa (9%). Provensi dengan jumlah

penderita gangguan jiwa tertinggi terdapat pada provensi jawa barat

sebanyak 130.528 jiwa, sedangkan provensi dengan gangguan jiwa terendah

terdapat pada provensi kalimatan sebanyak 1.816 jiwa.Sedangkan untuk

provensi Sumatra selatan jumlah penderita gangguan jiwa sebanyak 21.888

jiwa dan yang mendapatkan pengobatan hanya sebanyak 737 jiwa.(Dewi &

Kunci, 2022)

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa penderita Harga Diri

Rendah Kronis Di Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi Tenggara pada

Tahun 2019 yaitu sebanyak 34 kasus harga diri rendah diruang perawatan

melati dan pada tahun 2020 yaitu sebanyak 62 dan pada tahun 2021 yaitu

sebanyak 167 Kasus harga diri rendah.

3
Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, sehingga penulis tertarik

untuk meneliti tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Harga

Diri Rendah KronisDalam Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri

Ruang Rawat Melati Di Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi

Tenggara.”

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Masalah Utama Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri

:Harga Diri Rendah Kronis Ruang Rawat Melati Di Rumah Sakit Jiwa

Provensi Sulawesi Tenggara”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mengetahui penatalaksanaanAsuhan Keperawatan Pada Tn. S

Dengan Harga Diri Rendah KronisDalam Pemenuhan Kebutuhan

Aktualisasi Diri Ruang Rawat Melati Di Rumah Sakit Jiwa Provensi

Sulawesi Tenggara.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukanpengkajian keperawatan Pada Tn. S dengan

harga diri rendah kronisdalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi

diri ruang rawat melati di rumah sakit jiwa provensi sulawesi

tenggara.

4
b. Mampu merumuskan diagnosa keperwatan Pada Tn. S dengan harga

diri rendah kronisdalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri

ruang rawat melati di rumah sakit jiwa provensisulawesi tenggara.

c. Mampu melakukan penyusunan intervansi atau rencana

keperawatan Pada Tn. S dengan harga diri rendah kronisdalam

pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ruang rawat melati di rumah

sakit jiwa provensisulawesi tenggara.

d. Mampu melakukan tindakan atau implementasi keperawatan

padaTn. S dengan harga diri rendah kronisdalam pemenuhan

kebutuhan aktualisasi diri ruang rawat melati di rumah sakit jiwa

provensi Sulawesi tenggara.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan harga

diri rendah kronisdalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri

ruang rawat melati di rumah sakit jiwa provensi sulawesi tenggara.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagi acuan dalam melakukan asuhan

keperawatan bagi Tn. S dengan harga diri rendah kronisdalam

pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ruang rawat melati di rumah sakit

jiwa provensi sulawesi tenggara.

2. Bagi Klien/Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan klien/masyarakat mengenai pasien

Harga Diri Rendah Kronis.

5
3. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Dapat menambah wawasan dan teknologi terapan bidang

keperawtan pada pasien Harga Diri rendah Kronis.

4. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman dalam

mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang

pasien Harga Diri Rendah Kronis.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konep Dasar Kebutuhan Aktualisasi Diri

1. Definisi Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif

dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

Konsep diri positif merupakan bagimana seseorang memandang apa yang

ada pada dirinya meliputi citra dirinnya. Ideal dirinya, harga dirinya

penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan

menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.

Ahli jiwa termasuk Abraham maslow, dalam bukunya Hierarchy of needs

menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai

kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow

menemukan bahwa tanpa memandang suku, asal usul seseorang, setiap

manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian

dalam kehidupannya. Menurut konsep hirarki kebutuhan Abraham

maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan

dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari

yang rendah sampai yang tertinggi, kebutuhan paling dan rendah dan

paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan

tingkat selanjutnya.(Ambarita, 2020).

7
2. Aspek Aktualisasi Diri

Berdasarkan dari teori aspek-aspek proses perkembangan seseorang

untuk mewujudkan aktulisasi dirinya, antara lain:

a) Kreativitas (creativity), merupakan sikap yang diharapkan ada pada

orang yang beraktulisasi diri. Sifat kreatif nyaris memiliki arti yang

sama dengan kesehatan, aktualisasi firi dan sifat manusiawi yang

penuh. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah

fleksibilitas, spontanitas, keberanian, berani membuat kesalahan,

keterbukaan dan kerendahan hati.

b) Moralitas (morality), merupakan kemampuan manusia melihta hidup

lebih jernih, melihat hidup apa adanya bukan menurut keinginan.

Kemampuan melihat secara lebih efisien, menilai secara lebih tepat

“manusiawi secra penuh” yang ternyata merembes pula ke banyak

bidang kehidupan lainnya.

c) Penerimaan diri (self acceptance), banyak kualitas pribadi yang dapat

dirasakan dipermukaan yang tampak bervariasi dan tidak

berhubungan kemudian dapat di pahami sebagai manifestasi atau

turunan dari sikap yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa

bersalah, melumpuhkan rasa malu dan kecemasan dalam kategori

berat. Manusia yang sehat dirasa mungkin untuk menerima diri

sendiri dan alam diri sendiri tanpa kekecewaan atau keluhan dalam

hal ini bahkan tanpa berpikir tentang hal ini sangat banyak. Individu

bisa menerima sifat manusia dengan semua kekurangan, serta semua

8
perbedaan dari citra ideal tanpa merasa kekhawatiran dalam

kehidupan nyta. Orang yang mengaktualisasikan diri cenderung baik,

hangat dan menikmati diri sendiri tanpa penyesalan, rasa malu atau

permintaan maaf.

d) Spontanitas (spontaneity) aktualisasi diri manusia dapat digambarkan

sebagai relatif spontan pada perilaku dan jauh lebih spontan dari

pada di kehidupan batin, pikiran, implus, dan lain-lain. Perilaku

ditandai dengan kesederhanan,dengan kurangnya kesemuan ini tidak

selalu berarti perilaku konsisten yang tidak konvensional. Moreno

menjelaskan bahwa spontanitas merupakan tingkat variabel respon

yang memadai terhadap situasi tingkat variabel dan perilaku yang

baru bukanlah ukuran spontanitasyang harus memenuhi syarat dari

hal tersebut misalnya, tentang perilaku psikotik ekstrem dengan

tingkat yang sedemikian sehingga individu tersebut tidak dapat

menyelesaikan masalah atau memecahkan masalah pemikiran.

e) Pemecahan masalah (problem solving), yaitu individu akan lebih

menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya, dengan

beberapa pengecualian dapat dikatakanbahwa objek biasanya

bersangkutan dengan isu-isu dasar dan pertanyaan dari jenis yang

telah dipelajari secara filosofi atau etika. Orang yang

mengaktualisasikan diri berorientasi pada masalah-masalah yang

melampui kebutuhan-kebutuhan. Dedikasi terhadap tugas atau

pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup. Manusia hidup untuk

9
bekerja dan bukan berkerja untuk hidup. Pekerjaan manusia bersifat

alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Kurniawan, 2018)

3. Factor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memahami

aktualisasi diri. Maslow menyebutkan bahwa faktor-faktor aktualisasi diri

secara universal dari manusia ini adalah:

a) Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih, manusia yang

melihat hidup secara sederhana bukan untuk menurunkan keinginan,

lebih bersikap objektif terhadap hasil-hasil yang diamati, memiliki

sifat rendah hati. Dalam hal ini manusia bersifat alami serta mampu

mengetahui.

b) Kemampuan untuk membuktikan hidup pada pekerjaan, tugas, dan

kewajiban. Memberikan kegembiraan dan kenikmatan pada setiap

pekerjaan serta memiliki rasa bertanggung jawab yang besar atas

suatu tugas, hal ini menurut kerja keras dan displin.

c) Kemerdakan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri

memiliki kemerdekaan psikologis. Manusia mampu mengambil

keputusan-keputusan se cara mandiri sekalipun melawan pendapat

khayalak ramal.

10
Faktor kedua dalam aktualisasi diri adalah tentang kebutuhan-

kebutuhan yang timbul dari dalam diri individu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi aktulisasi diri antara lain:

a) Pemeliharaan (maintenance) kebutuhan yang timbul dalam rangka

memuas kankebutuhan dasar makan, udara dan keamanan, serta

kecenderungan untuk menolak perubahan dan mempertahankan

keadaan sekarang. Pemeliharan ber sifat konservatif dalam bentuk

keinginan untuk mempertahankan konsep diri yang dirasa nyaman.

b) Peningkatan diri (enhancement) walaupun ada keinginan yang kuat

untuk memperthankan keadaan tetap seperti adanya, orang ingin tetap

belajar dan berubah.

c) Penerimaan positif dari diri sendiri (self regard) penerimaan diri ini

merupakan akibat dari pengalaman kepuasaan, dimana seseorang akan

mampu menerima kelemahan dirinya namun tetap berusaha

melakukan yang terbaik. Penerimaan positif dari diri sendiri

merupakan bagian dari dimensi harga diri.

B. Konsep Dasar Teori Harga Diri Rendah Kronis

1. Definisi Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami

evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu seseorang yang mengalami

gangguan untuk menilai dirinya sendiri dan kemampuan yang

dimilikinya, menyebabkan hilangnya rasa kepercayaan diri yang

11
berlangsung dalam waktu yang lama.Harga diri yang tinggi dikaitkan

dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan

orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat

menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan

interpersonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresi sehingga

perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri

individu dan menggambarkan gangguan harga diri. (Sihombing et al.,

2020)

Harga diri rendah kronis adalah suatu perasaan dalam diri

seseorang yang menganggap bahwa dirinya itu negatif (Irawati, 2019

dalam silitonga at al, 2022 ). Harga diri rendah kronik adalah evaluasi

diri/perasaan negatif tentang dirinya sendiri atau kemampuan diri yang

berlangsung minimal tiga bulan (Keliat, 2020). Harga diri rendah

melibatkan evaluasi diri yang negatif dan berhubungan dengan perasaan

yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak

lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai (Stuart, 2016).

Harga diri merupakan kunci penting diaman yakin terhadap

kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku dalam memperoleh hasil

yang diinginkan.Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memiliki

keyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan.Jika

dihadapkan dengan yang sulit maka dibutuhkan kepercayaan dan

kemampuan keluarga serta tindakan yang tepat untuk merawat anggota

keluarga yang sakit.(Hutagalung, 2021)

12
2. Etiologi Harga diri Rendah Kronis

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor

predisposisi dan faktor presipitasi yaitu:

1. Faktor predisposisi

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang

tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang

lain dam ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type

peran gender, tuntunan peran kerja dan harapan peran budaya.

c. Faktor yang mempengaruhi identias pribadi meliputi ketidak

percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan

perubahan struktur sosial.

2. Faktor presipitasi adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan

penampilan/ bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang

menurun. Secara umum gangguan konsep diri, harga diri rendah ini

dapat terjadi secara situsional atau kronik secara situsional karena

trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,

kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah

sakit biasa menyebabkan harag diri rendah karena penyakit fisik atau

pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.

Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku

13
yang objektif dan dapat diamati serta perasaan yang subjektif dan

dunia dalam diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan

harga diri rendah salah satunya mengkritik diri sendiri, sedangkan

keracuan identias seperti sifat kepribadian yang bertentangan serta

depersonalisasi. (Tanti, 2019)

3. Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah

Tanda dan gejala harga diri rendah kronis:

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau

akibat tindakan terhadap penyakit.

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu merasa tidak mampu

dan tidak berguna dan memandang dirinya lemah.

3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat.

Individu merasa tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka

menyendiri dan enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan

masyarakt.

4. Merendahkan martabat, individu mearas dirinya lemah marasa

bodoh, marasa tidak mampu dalam melakukan segala hal dan

individu merasa tidak tahu apa-apa. Mengabaikan bahkan menolak

kemapuan yang dimiliki sehingga produktifitas individu menurun.

5. Percaya diri kurang, individu merasa ragu-ragu dalam mengambil

keputusan, individu tidak memili rasa kepercayaan pada dirinya.

Individu selalu memandang dirinya negative.

14
6. Mencederai diri sendiri dan orang lain akibat harga diri rendah

individu memandang hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga

terdorong untuk merusak atau mengakhiri hidupnya. Bahkan klien

dengan harga diri rendah timbul perasaan benci dan dapat

menimbulkan perilaku kekerasan terhadap lingkungan sekitar.

(Syafitri, 2021)

4. Faktor Resiko Terjadinya Harga diri rendah Kronis

Harga Diri Rendah terjadi akibat harga diri rendah situasional yang

tidak terselesaikan atau ketidakadaan feedback (umpan balik) yang positif

dari lingkungan terhadap perilaku pasien sebelumnya.Respon negatif dari

lingkungan juga memiliki peran terhadap gangguan harga diri rendah

kronis.Pada awalnya pasien dihadapkan dengan stresor (krisis) dan

berusaha untuk menyelesaikannya tetapi tidak tuntas. Ketidaktuntasan itu

menimbulkan evaluasi diri bahwa ia tidak mampu atau gagal menjalankan

peran dan fungsinya. Evaluasi diri yang negatif karena merasa gagal

merupakan gangguan harga diri rendah situasional yang berlanjut menjadi

harga diri rendah kronis akibat tidak adanya respon positif dari

lingkungan pada pasien.(Silitonga et al., 2020)

5. Patofisiologi Harga diri Rendah Kronis

Harga diri rendah kronis dapat di akibatkan oleh rendahnya cita-cita

seseorang, hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam

mencapai tujuan.Tantagan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah,

selanjutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak

15
optimal.Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Seseorang yang

mengalami harga diri rendah, maka akan berdampak pada orang tersebut.

Mengisolasi diri dari kelompoknya klien akan cenderung menyendiri dan

menarik diri. Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu

menarik diri.Isolasi soaial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang

tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi

seseorang dalam hubungan sosial.(Astuti et al., 2015)

6. Penatalaksanaan Harga Diri Rendah

Penatalaksanaan harga diri rendah (HDR) yaitu dengan melakukan

upaya Kesehatan yang meliputi upaya Kesehatan promotive, preventif,

kuratif dan rehabilitatif. Peran perawat dalam upaya promortif yaitu

meningkatkan dan memelihara Kesehatan mental dengan meningkatkan

kesadaran klien tentang mengidentifikasi kemampuan positif klien, adapun

melalui aspek preventif yaitu dengan mengajarkan klien menggunakan

koping individu secara efektif, lingkungan yang kondusif serta

memberikan reinforcement yang positif. .(Kuntari & Nyumirah, 2019)

C. Tujuan umum konsep keperawatan pada pasien harga diri rendah

1. Pengakajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pengkajian meliputi

pengumpulan data objektif dan subjektif.Data obejektif adalah data yang

16
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh

perawat, sedangkan data subjektif adalah data yang disampaikan secara

lisan oleh pasien atau keluarga sebagai hasil wawancara

perawat.(Yuniarti, 2018)

Berikut data yang diperoleh ketika melakukan pengkajian pada klien :

a. Identitas Klien

Identitas Klien meliputi, nama paien, umur pasien, jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk Rumah Sakit,

nomor register, dan diagnosa medis.

b. Factor predisposisi

1) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

2) Pengobatan sebelumnya

3) Riwayat penganiyaan

4) Pelaku, usia korban, usia saksi

5) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

6) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

c. Pemeriksaan fisik

1) Tanda vital

TD:

Nadi:

Suhu:

2) Ukur TB

3) Keluhan fisik

17
2. Diangnosa keperawatan

Diangnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tenteng respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan pasien baik

yang aktual atau potensial yang didapatkan berdasarkan hasil pengkajian

dan pemeriksaan keperawatan, hal ini merupakan komponen Langkah-

langkah pemberian asuhan keperawatan yang salah satunya adalah

penetapan diagnosa keperawatan berdasarkan Pendidikan dan

pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,

membatasi, mencegah, dan merubah status Kesehatan klien. Diagnosis

keperawatan yang mungkin muncul yaitu:(Safira, 2019)

a. Kesiapan peningkatan konsep diri

1) Definisi

Pola persepsi diri yang cukup unutk merasa sejahtera dan dapat di

tingkatkan.

2) Gejala tanda mayor

Subjektif:

a. Mengeskpresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri

b. Mengekspresikan kepuasaan dengan diri, harga diri,

penampilan peran, citra tubuh dan identitas pribadi.

18
3) Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Merasa percaya diri

2. Menerima kelebuhan dan keterbatasan

Objektif

1. Tindakan sesuai dengan perasaan dan pikiran yang di

ekspresikan

b. Resiko harga diri rendah kronis

1. Definisi

Beresiko mengalami evaluasi atau perasaan negative

terhadap diri sendiri atau kemampuan klien yang berlangsung

dalam waktu lama dan terus menerus.

2. Faktor resiko

a. Gangguan psikiatrik

b. Kegagalan berulang

c. Ketidaksesuaian budaya

d. Ketdaksesuaian spiritual

e. Ketidakefektifan koping terhadap kehilangan

f. Kurang mendapat kasih saying

g. Kurang keterlibatan dalam kelompok/masyarakat

h. Kurang penghargaan dari orang lain

i. Ketidak mampuan menunjukkan perasaan

j. Perasaan kurang didukung orang lain

19
3. Perencanaan keperawatan

Pengembangan strategi untuk mencegah, mengurangi,

mengahambat, menurunkan, mengatasi masalah-masalah yang sudah

diidentifikasi dalam diagnose keperawatandan mewujudkan hasil yang

diharapkan, intervensi keperawatan memiliki beberapa tahapan yaitu

mengidentifikasi tujuan klien, menetapkan hasil yang diperkirakan,

memilih tindakan keperawatan, mendelegasikan tindakan dan menuliskan

rencana asuhan keperawatan.(Hendarmawan, 2018).

No Diangnosa Luaran keperawatan Intervensi


keperawatan keperawatan
Kesiapan Setelah dilakukan Promosi harga
peningkatan tindakan keperawatan diri rendah
1.
konsep diri maka, konsep diri Observasi
membaik dengan 1. Monitor
kriteria hasil: verbalisasi yang
1. verbalisasi kepuasan merendahkan diri
terhadap diri sendiri
2. verbalisasi kepuasaan 2. Monitor
terhadap harga diri tingkat harga diri
3. verbalisasi kepuasaan setiap waktu,
terhadap penampilan sesuai kebutuhan
peran Terapeutik:
4. verbalisasi terhadap 1. Motivasi
citra tubuh terlibat dalam
5. verbalisasi kepuasaan verbalisasi positif
terhadap identitas diri untuk diri sendiri
6. verbalisasi rasa 2. Motivasi
kepercayaan diri menerima

20
tantangan atau
hal baru
3. diskusikan
kepercayaan
terhadap
penilaian diri
4. Diskusi alasan
mengkritik diri
atau rasa bersalah
Edukasi
1. Anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang
dimilki
2. Anjurkan
mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi
dengan orang
lain
3. Latih cara
berfikir dan
perilaku positif
4. Latih
meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan
dalam menangani
situasi
2. Harga diri rendah Setelah dilakukan Promosi

21
kronik tindakan keperawatan sosialisasi
maka, harga diri Observasi
meningkat dengan 1. Identifikasi
kriteria hasil: kemampuan
1. Penilaian diri melakukan
positifdari menurun interaksi dengan
menjadi cukup orang lain
meningkat 2. Identifikasi
2. Perasaan memiliki hambatan
kelebihan atau melakukan
kemampuan positif dari interaksi dengan
menurun menjadi cukup orang lain
meningkat Terapeutik
3. penerimaan penilaian 1. Motivasi
positif terhadap diri dari meningkatkan
menurun menjadi cukup keterlibatan
meningkat dalam suatu
4. minat mencoba hal hubungan
baru dari menurun 2. Motivasi
menjadi cukup berpastisipasi
meningkat dalam aktivitas
5. Berjalan baru dan kegiatan
Menampakkan wajah kelompok
dari menurun menjadi 3. Diskusikan
cukup meningkat kekuatan dan
6. postur tubuh keterbatasan
menampakkan wajah dalam
dari menurun menjadi berkomunikasi
cukup meningkat dengan orang
7. perasaan malu dari lain

22
meningkat menjadi 4. Berikan umpan
cukup menurun balik positif
8. perasaan bersalah dari dalam perawatan
meningkat menjadi diri
cukup menurun 5. Berikan umpan
9. perasaan tidak balik positif pada
mampu melakukan setiap
apapun dari meningkat peningkatan
menjadi cukup menuru kemampuan
Edukasi
1. Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
2. Anjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang
lain.
3. Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam

rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan

kolaborasi, pelaksanaan keperawatan/ implementasi harus sesuai

23
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan perencanaan ini

disesuaikan dengan masalah yang terjadi.Perawat melakukan atau

mendelegasikan tindakan keperawatan untuk rencana yang disusun

dalam tahap rencana dan kemudian mengakhiri tahap implementasi

dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

tindakan tesebut.(Ii, 2018).

5. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil menentukan

seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari

tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari

setiap tahap proses mulai dari pengkajian, diangnosa, perencanaan,

tindakan dan evaluasi itu sendiri. Standar luaran keperawatan

Indonesia (SLKI) dalam penyusunannya telah disesuiakan dan

dikembangkan dari standar praktik keperawatan Indonesia,

daridiagnosis keperawatan harga diri rendah dan luaran utamanya

yaitu harga diri.(Sharfina, 2019).

24
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancanganyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Deskriptifyang disampaikan dengan cara menggambarkan dan

memaparkan masalah yang diangkat. Penelitian deskriptif yang disampaikan

dengan cara menggambarkan dan memaparkan masalah yang diangkat.

Penelitian deskriptif melaporkan penelitian dengan mendeskripsikan variable

atau objek penelitian.(Pratama, 2020).Rancangan dari studi kasus bergantung

pada keadaan kasus, tetapi tetap mempertimbangkan factor penelitian waktu.

Pada penelitian ini adalah studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Dalam

Pemenuhuan Kebutuhan Aktualisasi Diri Pada pasien harga diri rendah.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami

gangguan kesehatan dengan diangnosis medis harga diri rendah dan

mengalami masalah pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.

Kriteria Inklusi :

1. Pasien dan besrsedia menjadi subyek penelitian

2. Pasien harga diri rendah dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

aktualisasi diri diruang perawatan melati di Rumah Sakit Jiwa Provensi

Sulawesi Tenggara

25
Kriteria Eksklusi :

1. Pasien yang tidak menderita harga diri rendah

2. Pasien tidak menyetujui menjadi subyek penelitian

C. Tempat dan waktu

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di ruang perawatan Melati di Rumah

Sakit Jiwa Provensi Sulawei Tenggara.

2. Waktu

Studi kasus akan dilaksankan pada tanggal 29-02 juli 2022

D. Fokus Studi

Fokus studi pada penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan aktualisasi

diri pada klien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Provensi Sulawesi

tenggara.

E. Definisi Operasional

1. Harga diri merupakan rendah kronik adalah suatu kondisi dimana

individu menilai dirinya tau kemapuan dirinya negative atau suatu

perasan menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan

tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

2. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan individu untuk dapat

mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuan yang

dimilikinya. Perawat harus fokus pada kemampuan dan kesempatan yang

dimiliki klien.

26
3. Asuhan Keperawatan

Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan standar

model pendekatan asuhan keperawatan untuk klienharga diri rendah yang

mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri yang

meliputi pengkajian ,diagnosa keperawatan,intervensi, implementasi dan

evaluasi

a. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga

yang dibinanya.

b. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah konsep kritis untuk

memandu proses pengkajian dan intervensi

c. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatuh rangkaian kegiatan

penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya,

perumusan tujuan, rencan tindakan dan penilaian asuhan keperawatan

pada pasien berdasarkan analisa data dan diagnosa keperawatan.

d. Implementasi

Implementasi adalah suatuh tindakan atau pelaksaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

27
e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pelaksanaan asuhan

keperawatan yang bertujuan untuk mengevaluasi atau melihat tingkat

keberhasilan dari tindakan keperawatan yang diberikan.

f. Cara mengontrol harga diri rendah kronis yaitu dengan strategi

pelaksanaan yakni membantu klien untuk memilih kemampuan yang

akan dilatih dan melatih kemampuan yang telah dipilih, melatih klien

menjaga kebersihan diri kemudian berhias, dan melatih klien

bercakap-cakap secara bertahap.

F. Instrumen

Instrument pengumpulan data berupa format tahapan proses

keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan sampai evaluasi

keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi

1. Format Pengkajian Keperawatan

Terdiri dari identitas pasen, Identitas penanggung jawab, riawayat

kesehatan, riwayat kesehatan masalalu, alasan masuk, faktor predisposisi,

pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, konsep diri dan program

pengobatan

2. Format Analisa Data

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, ruang perawatan,

diagnose medis, data masalah dan etiologi.

28
3. Format Diagnosa Keperawatan

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa

keperawatan, tanggal.

4. Format Rencana Asuhan Keperawatan

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, ruang perawatan,

diagnosa medis, diagnosa keperawatan, luaran keperawatan (SLKI) dan

intervensi keperawatan (SIKI)

5. Format Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa medis,

diagnosa keperawatan, hari/tanggal, jam, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

G. Metode pengumpulan data

1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan keadaan pasien

2. Wawancara

Mengadakan wawancara pasien dengan keluarga, dengan

mengadakan pengamatan langsung

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien harga diri rendah kronis

4. Studi Dokumentasi

Penulis memperoleh data dari medikal record

29
5. Metode Diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu pada perawat

yang bertugas di ruang perawatan Melati rumah sakit jiwa provensi

Sulawesi tenggara.

H. Analisa Data Dan Penyajian Data

Setelah dilakukan pengumpulan data dari responden, kemudian

dilakukan Analisa data dari hasil observasi, wawancara pemeriksaan fisik dan

studi dokumentasi.Setelah menganalisa data tersebut kemudian dilakukan

penyajian data dalam penelitian ini yaitu disajikan dalam bentuk narasi atau

tekstural.

I. Etika Studi kasus

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan

izin kepada institusi tempat penelitian. Dalam hal ini pertimbangan etika

dalam penelitian ini dilaksankan dengan memenuhi prinsip-prinsip : (Donsu,

2016)

1. Ananomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama

responden tetapi akan mengganti menjadi inisial atau kode responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Confidentiality yaitu menjamin keberhasilan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang

30
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

3. Beneficience

Penelitian melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik

4. Full Disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat

keputusan secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan

keputusan tersebut tidak dapat dibuat tanpa memberikan penjelasan

selengkap-lengkapnya.

31
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Peneliti telah melakukan Asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

diagnose medis Harga diri rendah kronis diruang rawat melati di rumah sakit

jiwa provensi Sulawesi tenggara dari tanggal 12 juli 2022 sampai 14 juli

2022. Adapun hasil pengkajian pada kasus ini diperoleh peneliti melalui

observasi langsung, pemeriksaan fisik, meanalisa catatan medis maupun

catatan perawat dan di uraikan sebagi berikut:

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Nama : Tn. S

2) Umur : 15 Tahun

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Agama : Islam

5) Alamat :Labundo-bundo kakenauwe, Buton Sulawesi

Tenggara

6) Suku/Bangsa :Buton

7) Pendidikan : SMP

8) Pekerjaan: Belum ada

9) Tanggal masuk : 17 Juni 2022

10) Tanggal pengkajian : 30 juli 2022

32
11) Diagnosa Medis: Harga diri rendah kronis

12) No. Rm : 07.57.72

b. Alasan masuk

1) Data pada saat masuk rumah sakit jiwa

klien masuk dalam rumah sakit jiwa provensi Sulawesi tenggara

pada tanggal 17 juni 2022 melalui IGD karena klien sering

gelisah, berbicara sendiri, jalan tanpa tujuan dan sering

menyendiri.

2) Data pada saat dikaji pada tanggal 12 juli 2022

Klien selalu menarik diri dari keluarga teman dan orang lain,

Klien malu berinteraksi dengan orang lain atau orang terdekat ,

Klien takut untuk melakukan interaksi , Klien sering merasa

tidak percaya diri, Sulit tidur saat sering melihat bayagan

ayahnya datang untuk memukulinya, Sering menyendiri tidak

mampu bersosialisasi, Klien susah untuk berinteraksi, Klien

mengalami selama 7 bulan terakhir, dan pasien juga mengatakan

kedua orang tuanya tidak memperhatikannya dan tidak sayang

pada dirinya.

c. FaktorPredisposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?

Klien mengatakan tidakpernah

2. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

Klien mengatakan tidak ada

33
3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenngkan :

Klien pernah di tinggalkan oleh orang yang di sayang

d. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda Vital : TD:120/80 mmHg N : 80x/m S : 36,5°c P:

20x/m

2. Ukur : TB:142 BB: 53

3. Keluhan fisik : Klien tidak mengeluh apapun selain perassan

gelisah, susah berinteraksi, dan menyendiri.

e. Genogram

55 52 57 54 48

Ket :

: Laki-laki : Klien X : Meninggal

: Perempuan : Garis perkawinan

: Garis Keturunan

• Tn. S tinggal dengan kedua orang tuanya dan adiknya

34
f. Psikososial
1) Konsep diri

Pengkajian pada konsep diri klien mnegtakan dirinya

seorang lelaki berusia 15 tahun. Klien mengtakan susah untuk

melakukan interkasi, sering menyendiri, merasa malu dan tidak

percaya diri.

2) Hubungan Sosial

klien mengatakan orang yang sepesial menurutnya

kekasihnya, ia benci terhadap kedua orang tuanya dan klien

mengatakan susah untuk bersosialisasi dilingkungan.

3) Spiritual

Klien mengatakan ia beragama islam tetapi selama dirumah

sakit jarang sholat 5 waktu.

g. Status mental

1) Penampilan

Saat pengkajian klien sudah mandi, dan cara berpakaian

seperti biasanya.

2) Pembicaraan

Pada saat wawancara klien mampu menjawab pertanyaan

yang diberikan perawat, tidak mampu memulai pembicaraan

dan lambat dalam berbicara.

35
3) Akrivitas Motorik

Klien nampak lesu dan gelisah saat berinteraksi dengan

temannya yang berada dalam ruangan yang sama dengan klien.

4) Alam Perasaan

Klien mengatakan ia ketakutan saat berada diruagan

menganggap diruagan tidak ada yang mau berteman.

5) Afek

Klien sering menunjukkan wajah datar, namun terkadang

juga tersenyum saat melihat perawat

6) Interaksi selama wawancara

Berdasarkan observasi klien nampak kooperatif bisa

menjawab pertanyaan yang diberikan perawat, walaupun

pandagannya saat menjawab jarang melihat kearah perawat.

7) Persepsi

Berdasarkan observasi klien mengatakan sering melihat

ayahnya yang sedang menghampirinya untuk memukulinya dan

memarahinya padahal ia tidak pernah melakukan kesalahan,

klien sering melihat ibunya lebih sayang pada adiknya

dibandingkan dirinya.

8) Proses pikir

Klien berbicara sering terbelit-belit tetapi mampu

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat.

36
9) Isi fikir

Klien ingin ketemu kekasihnya.

10) Waham

Klien mengatakan sering merasa tidak disayang, tidak di

perhatiakan, tidak berharga untuk kedua oarang tuanya

11) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien stupor, klien canggung, klien

bingung, sering merasa malu, dan sering takut melihat ayahnya

datang untuk memukulinya.

12) Memori

Klien mengatakan ia hanya mengigat sedikit tentang masa

laulunya tetapi klien mudah mengingat seseorang ketika

berkenalan sekali dengan orang baru.

13) Tingkat Konsertasi dan menghitung

Klien sering tidak fokus, sering teralihkan dengan suara-

suara yang ia dengar.

14) Kemampuan menilai

Klien masih mampu memilih ketika di beri pilihan oleh perawat

15) Daya titik diri

Klien mengatakan tidak menderita penyakitnya.

37
h. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Klien makan 2 kali sehari sesuai dengan jadwal makan

yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal makan yang telah

ditentukan oleh RSJ dengan nasi, lauk pauk, dan sayuran.

2. BAB/BAK

Klien BAB ± 1x sehari dan BAK ± 5-7x sehari. BAB dan

BAK selalu disiram dan dibersihkan samapai bersih.

3. Mandi

Klien mandi 1x sehari da harus disuruh petugas, klien juga

jarang mengosok gigi

4. Berpakaian/berhias

Klien mengatakandapat berpakaian sendiri tanpa bantuan

orang lain dan bisa mnyisir remburnya.

5. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan ketika malam tidur tidak nyeyak dan

pada siang hari tidur nyeyak.

6. Penggunaan obat

Klien mengatakan minum obat 2 kali sehari sehabis makan.

7. Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan akan rutin mengosumsi obat yang

diberikan oleh perawat agar cepat sembuh.

38
8. Kegiatan di dalam rumah

Klien mandi dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain,

serta klien juga selalu merapikan tempat tidurnya dan menyapu

kamarnya.

9. Kegiatan di luar rumah

Klien mengatakan ia biasa bersosialisasi dengan tetangga

disekitarnya dirumahnya.

10. Mekanisme koping

a) Koping adaptif

Klien tidak mampu berbicara atau berinteraksi dengan

orang lain.

b) Koping maladaptif

Klien tidak aktif berkegitan didalam maupun diluar

rumah.

i. Masalah psikososial dan lingkungan

1) Masalah dengan dukungan kelompok

Klien mengatakan kurang didukung oleh keluarganya

2) Masalah berhubungan dengan lingkungan

Klien mengatakan kurang nyaman ketika berada dirumah

karena semenjak ayahnya sering memukulinya dan

memarahinya.

3) Masalah pendidikan

Klien mampu menamatkan sekolah hingga SMP

39
4) Masalah dengan perumahan

Klien tinggal bersama keluarganya

5) Masalah ekonomi

Klien mengatakan ia tidak bekerja

6) Masalah dengan pelayanan kesehatan

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan.

j. Pengetahuan kurang tentang:

1) Penegtahuan

Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya

tetapi dia berharap dapat sembuh dari proses pengobatannya.

2) Aspek medic

a) Diagnosa Medik: Harga diri rendah kronis

b) Terapi medik:

• Diazepan 5mg/malam hari

• Arkine 2mg/siang hari dan malamhari

• Nisperidone 2mg/siang hari dan malam hari

k. Daftar Masalah

1) Halusinasi penglihatan

2) Harga diri rendah kronis

40
2. Diagnosa keperawatan (perioritas)

Harga diri rendah kronis

a. Analisa Data

Nama pasien: Tn. S Hari/tanggal: 12 juni 2022

Nama mahasiswa: Afriyanti Rm : 07.57.72

Ruang: Melati Ds keperawatan:Harga diri rendah kronis

Tabel 4.1Analisa data

DATA MASALAH
Data subjektif: Harga diri rendah kronis
- Klien mengatakan masih
malu dan takut untuk
berkenalan
- Klien mengatakan masih
tidak percaya diri

Data objektif:
-Klien masih nampak sering
menyendiri
-Klien nampakmasih lebih
banyak diam
-Kontak mata (-)

41
b. Diagnosa Keperawatan

Diangnosa yang diangkat dari hasil analisa data diatas yaitu Harga

diri rendah kronis Berhubungan dengan Kurang keterlibatan dalam

kelompok atau masyarakat ditandai dengan klien susah untuk

melakukan berinteraksi dan hasil data subjektif: Klien mnegatakan

malu dan takut untuk berinteraksi sama orang lain dan merasa dirinya

tidak percaya diri.

c. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.2 Intervensi keperawatan

No DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Promosi Koping
kronis
keperawatan selama 3x Observasi

interaksi maka harga diri -Identifikasi

cukup meningkat dengan kemampuan yang

kriteria hasil: dimiliki

-Penilaian diri positif dari Terapeutik

menurun menjadi cukup -Gunakan

meningkat pendekatan yang

-Minat mencoba hal baru tenang dan

dari menurun menjadi meyakinkan

cukup meningkat -Motivasi terlibat

42
-Berjalan menampakkan dalam kegiatan sosial

wajah dari menurun Edukasi

menjadi cukup meningkat -Anjurkan

-Postur tubuh mengungkapkan

menampakkan wajah dari perasaan dan

menurun menjadi cukup persepsi

meningkat -Latih keterampilan

-Kontak mata dari menurun sosial, sesuai

menjadi cukup meningkat kebutuhan

-Percaya diri berbicara dari

menurun menjadi cukup

meningkat

-Perasaan malu dari

meningkat menjadi cukup

menurun

Sumber SDKI, SLKI dan SIKI

43
d. Implementasi & Evaluasi keperawatan

Tabel 4.3 Implementasi & Evaluasi keperawatan

Diagnosa Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


keperawatan
Harga diri Selasa Promosi Koping S:-Klien
rendah kronis
12 juli 2022 Observasi mengatakan

09.00 -Mengidentifikasi memilih untuk

kemampuan yang dimiliki membersihkan

Hasil: Klien nampak mau kamar mandi

memilih kemampuan yang bersama teman-

dimiliki teman yang lain

Terapeutik -Klien

-Mengunakan pendekatan Mengatakan

yang tenang dan meyakin mau ikut dalam

kan kegiatan sosial

Hasil: Klien mampu seperti


melakukan pendekatan
membersihkan
yang tenang dan meyakin
kamar mandi
kan yang diberikan
perawat bersama-sama
-Memotivasi terlibat dalam
temannya
kegiatan sosial
O:-Klien
Hasil: klien nampak mau nampak masih
sering diam
terlibat dalam kegiatan
-Klien nampak

44
sosial berinteraksi

Edukasi sesam temannya

-Menganjurkan -Kontak mata

mengungkapkan perasaan (-)

dan persepsi -Td:150/90

Hasil: Klien nampak mmHg

mampu mengungkapkan -Nadi: 80x/m

perasaan dan persepsi pada -S: 36,5°c

perawat -P: 20x/m

-Melatih keterampilan

sosial, sesuai kebutuhan A:Masalah

Hasil: klien mampu belum teratasi

bersosialisasi bersama P:Intervensi

temannya saat mealukan dilanjutkan

kegiatan

Harga diri Rabu Promosi Koping S:-Klien


rendah
kronis 13 juli 2022 Observasi mengatakan

10.00 -Mengidentifikasi senang memilih

kemampuan yang dimiliki membersihkan

Hasil: Klien nampak mau kamar mandi

memilih kemampuan yang bersama teman-

dimiliki teman yang lain

45
Terapeutik -Klien

-Mengunakan pendekatan Mengatakan

yang tenang dan mau ikut dalam

meyakinkan kegiatan sosial

Hasil: Klien mampu seperti

melakukan pendekatan membersihkan

yang tenang dan kamar mandi

meyakinkan yang bersama-sama

diberikan perawat temannya

-Memotivasi terlibat dalam O:-Klien

kegiatan sosial nampak

Hasil: klien nampak mau berinteraksi

terlibat dalam kegiatan sesama

sosial temannya

Edukasi -Kontak mata

-Menganjurkan masih (-)

mengungkapkan perasaan -Td:170/90

dan persepsi mmHg

Hasil: Klien nampak -Nadi: 80x/m

mampu mengungkapkan -S: 36,5°c

perasaan dan persepsi pada -P: 20x/m

perawat

-Melatih keterampilan A:Masalah

46
sosial, sesuai kebutuhan belum teratasi

Hasil: Klien mampu

bersosialisasi bersama P:Intervensi

temannya saat mealukan dilanjutkan

kegiatan

Harga diri Kamis Promosi Koping S: -Klien


rendah kronis
14 juli 2022 Observasi mengatakan

13.00 -Mengidentifikasi senang ikut

kemampuan yang dimiliki dalam kegiatan

Hasil: Klien nampak mau sosial seperti

memilih kemampuan yang membersihkan

dimiliki kamar mandi

Terapeutik bersama-sama

-Mengunakan pendekatan dan mampu

yang tenang dan melatih

meyakinkan ketakuatan

Hasil: Klien mampu dalam

melakukan pendekatan berinteraksi

yang tenang dan O:-Klien

meyakinkan yang nampak masih

47
diberikan perawat ragu-ragu

-Memotivasi terlibat dalam berinteraksi

kegiatan sosial sesama

Hasil: klien nampak mau temannya

terlibat dalam kegiatan -Kontak mata

sosial masih (-)

Edukasi -Td: 160/80

-Menganjurkan mmHg

mengungkapkan perasaan -Nadi: 80x/m

dan persepsi -S: 36,5°c

Hasil: Klien nampak -P: 20x/m

mampu mengungkapkan

perasaan dan persepsi pada A: Masalah

perawat belum teratasi

-Melatih keterampilan

sosial, sesuai kebutuhan P: Intervensi

Hasil: klien mampu dilanjutkan

bersosialisasi bersama

temannya saat mealukan

kegiatan

48
B. Pembahasan studi kasus
Hasil penelitan terhadap asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan utama aktualisasi diri harga diri rendah kronis

yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 29 juni-2 juli 2022.Pada suatu klien

dengan diagnosa harga diri rendah kronis di ruang melati rumah sakit jiwa

provensi Sulawesi tenggara berhasil dilakukan.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan mulai tanggal 12 juni 2022 diruang melati

rumah sakit jiwa provensi Sulawesi tenggara, penyusun mengumpulkan

data dengan teknik wawancara dan observasi. wawancara menunjukkan

kepada pasien dengan perawat ruagan , serta observasi secara langsung

keadaan pasien.Data obejektif adalah data yang didapatkan melalui

observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat, sedangkan data

subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasien atau

keluarga sebagai hasil wawancara perawat(Yuniarti, 2018). Penyusun

mengumpulkan informasi secara sistematis mengenai Tn. S. Berdasarkan

keteragan pasien, pasien memiliki riwayat sering merasa malu untuk

berkenalan, takut, menarik diri, menyendiri, tidak percaya diri dan merasa

bersalah.Pasien tidak bersekolah dan pasien belum pernah melakukan

pengobatan sebelumnya.

Faktor presipitasi berdasarkan catatan keperawatan, diketahui

pasien telah dirawat selama 2 minggu 2 hari, diruang melati dengan alasan

masukKlien selalu menarik diri dari keluarga teman dan orang lain, Klien

49
malu berinteraksi dengan orang lain atau orang terdekat , Klien takut untuk

melakukan interaksi , Klien sering merasa tidak percaya diri, Sulit tidur

saat sering melihat bayagan ayahnya datang untuk memukulinya, Sering

menyendiri tidak mapu bersosialisasi, Klien susah untuk berinteraksi,

Klien mengalami selama 7 bulan terakhir, dan pasien juga mengatakan

kedua orang tuanya tidak memperhatikannya dan tidak sayang pada

dirinya. Bahwa factor presipitasi atau stressor pencetus pada umumnya

mencakup peristiwa kehidupan yang stress.

Berdasarkan pegkajian terhadap status mental, penyusun

mendapatkan data pengkajian harga diri seperti pasien harga diri rendah

yang dibuktikan dengan pasien mengatakan malu dan takut untuk

berkenalan, tidak percaya diri, tidak ada yang mau berteman, sering

menyendiri, kontak mata kurang, berjalan selalu menunduk, pasien juga

mengatakan ia tidak disayang oleh kedua orang tuanya, tidak peduli, tidak

berharga,sering dipukul dan dimarahi. Hal ini sesuai dengan tinjauan

teoritis tentang tanda dan gejala pasien harga diri rendah ditandai dengan

Merasa tidak berarti atau tidak berharga dan Merasa malu, biasanya pasien

malun untuk melakukan interaksi dan mulai pembicaraan dan pasien juga

marasa tidak berarti untuk kedua orang tuanya Keliat, et al (2020).

Di ruang rawat melati, selama 2 minggu 2 hari terhitung mulai

tanggal 17 juni-2 juli 2022, klien telah mendapatkan terapi obat dan terapi

untuk harga diri rendahnya seperti bercakap-cakap secara bertahap,

50
melakukan aktivitas terjadwal seperti: membersihkan tempat tidur dan

membersihkan kamar mandi.

Selama proses pengkajian pada Ny. S penyusun merasakan adanya

faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dari proses

pengkajian adalah sikap pasien yang kooperatif sehingga memudahkan

penyusun dalam menggali data-data masalah yang dihadapi pasien.

Penghambat dalam melalukan penyusunan yaitu pasien susah untuk

diajak berinteraksi dan malu untuk berinteraksi dan tidak adanya keluarga

pasien saat melakukan pengkajian sehingga penyusun tidak dapat

melakukan validasi data dan agar keluarga dapat berkunjung kerumah

sakit jiwa sesuai jadwal.

2. Diagnosa keperawatan

Data yang telah diperoleh dari pengkajian, kemudian dilakukan

proses analisa data dan pengumpulan data berdasarkan respon pasien

terhadap masalah tersebut. Akhirnya penyusun merumuskan 1 diagnosa

keperawatan pada pasien Tn. S yaitu Harga diri rendah kronis. Diagnosa

keperawatan tersebut perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,

membatasi, mencegah, dan merubah status Kesehatan klien (Safira, 2019).

Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, diagnosa keperawatan

menurut tinjauan teoritis sama dengan diagnosa keperawatan pada studi

kasus. Pada proses penegakan diagnose keperawatan penyusun tidak

menemukan factor penghambat, kerja sama yang baik antara perawat dan

51
pasien merupakan fakor pendukung bagi penyusun meningkatkan

diagnosa keperawatan tersebut.

3. Rencana keperawatan

Penyusun melakukan rencana keperawatan pada pasien Tn. S telah

sesuai Pengembangan strategi untuk mencegah, mengurangi,

mengahambat, menurunkan, mengatasi masalah-masalah yang sudah

diidentifikasi dalam diagnosa keperawatandan mewujudkan hasil yang

diharapkan menurut teoritis (Hendarmawan, 2018), namun tetap

disesuaikan kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria

hasil diharapkan dapat tercapai. Akan disusun mulai dari menemukan

perioritas, diagnose, tujuan, sampai kriteria hasil yang diharapkan.

Penyusun merencanakan bagaimana cara membina hubungan

saling percaya, membantu pasien untuk mengenal dan mengidentikasi

harga diri rendah yang dialami pasien baik respond dan tindakn yang

dilakukan pasien, mengajarkan pasien cara bersosialisasi, berinteraksi

secara bertahap, melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat secara

teratur. pnyusun menegakkan intervensi keperawatan yaitu promosi

koping Kliendiidentifikasi kemampuan yang dimilikidan Klien

mengunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Sebagaimana sebelumnya pada tahap ini penyusun tidak

merasakan adanya hambatan, kesamaan anatara konsep teroritis terhadap

kondisi dan kebutuhan pasien merupakan faktor pendukung bagi penyusun

52
serta tersedianya literature yang memudahkan penyusun dalam perumusan

keperawatan pada pasien Tn. S.

4. Implementasi

Penyusun melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari dari

12 juni- 14 juli 2022.Secara umum semua implementasi yan dilakukan

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap

sebelumnya.

Penyusunan implementasi keperawatan mengugunakan tahapan

yang telah ada pada masing-masing intervensi yaitu promosi koping.

tahapan ini dibuat agar mempermudah perawat dalam memberikan terapi

secara sistematis dan penyusun tidak hanya berfokus terhadap masalah

harga diri rendah saja tetapi juga kebutuhan pasien yang terganggu seperti

gangguan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.

5. Evaluasi

Tahap ini penyusun menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai

dalam pemberian asuhan keperawatan dan membandingkannya dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat. Penyusun menggunakan

komponen proses evaluasi mulai dari mengidentifikasi kriteria hasil,

mengumpulkan data perkembangan pasien, mengukur dan

membandingkan perkembangan pasien dengan kriteria evaluasi. Selain itu

penyusun juga menggunakan dua metode evaluasi formatif atau evaluasi

proses dan evaluasi sumatif atau evaluasi akhir. Diangnosa yang

53
ditegakkan adalah harga diri rendah kronis, halusinasi penglihatan dan

kesiapan peningkatan konsep diri.

Diagnosa keperawatan harga diri rendah kronis dapat teratasi

Karen semua tindakan keperawatan mengatasi masalah harga diri rendah

kronis dapat diimplementasikan semua pada pasien, begitupun pada

diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori dan kesiapan

peningkatan konsep diri sudah menunjukan hasil yang baik.

Untuk kebutuhan aktualisasi diri setelah 3 hari dilakukan

terapi menunjukkan klien mulai melakukan interaksi sesama temannya,

pada hari ke 1 klien malu dan tidak mau berinteraksi, kontak mata kurang,

tidak percaya diri, menarik diri dan juga sering menyendiri, sedangkan

pada hari ke 2 pasien mulai sedikit demi sedikit melakukan interaksi pada

perawat mulai melakukan kontak mata tetapi pasien masih tidak percaya

diri masih menarik diri dan menyendiri. Hari ke 3 pasien mulai melakukan

interaksi bersama temanya, pasien mulai memiliki kepercayaan diri.

Pasien memiliki kemampuan untuk melakukan bersosialisasi dan

meningkat kepercayaan diri.

Penyusun menyadari bahwa proses perawatan tidak dapar

berakhir dalam satu periode, melainkan butuh waktu yang cukup lebih

panjang dan tindakan yang berkelanjutan. Perkembangan yang

ditunjukkan oleh Tn. S masih perlu dilakukan observasi lebih lanjut,

karena evaluasi yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya yaitu

keterlibatan keluarga dalam pemberian implementasi tidak ada, sehongga

54
intervensi untuk keluarga belum bisa dilaksanakan. Maka perlu adanya

modifikasi secara khusus dalam menyusun rencana keperawatan agar

tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun dapat tercapai serta kerja sama

dengan perawat ruagan untuk kelanjutan asuhan keperawatan kepada

pasien sampai pada tingkat kesehatan yan optimal.

55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitin dan pembahasan di atas maka dapat ditari

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Tn. S didapatkan

Pada tahap pengkajian, mengawali penyusun data dengan mengali factor

predisposisi yang merupakan factor pendukung terjadinya gangguan jiwa

pada Tn. S. Berdasarkan keteragan pasien, Klien selalu menarik diri dari

keluarga teman dan orang lain, Klien malu berinteraksi dengan orang

lain atau orang terdekat , Klien takut untuk melakukan interaksi , Klien

sering merasa tidak percaya diri, Sulit tidur saat sering melihat bayagan

ayahnya datang untuk memukulinya, Sering menyendiri tidak mampu

bersosialisasi, Klien susah untuk berinteraksi, Klien mengalami selama 7

bulan terakhir.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapatkan, dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan pada Tn. S yaitu harga diri rendah kronis.

3. Intervensi Keperawatan

Untuk diagnosa keperawatan penyusun merencanakan melakukan

harga diri dengan tujuan harga diri pasien meningkat dengan kriteria

hasil: kontak mata dari menurun menjadi cukup meningkat, percaya diri

56
berbicara dari menurun mnejadi cukup meningkat, perasaan malu dari

meningkat menjadi cukup menurun.

4. Implementasi

Pada Tn. S dengan promosi harga diri rendah kronis, peneliti

melakukan beberapa tindakan keperawatan di antaranya: mengidentifikasi

kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain dan mengidentifikasi

hambatan melakukan interaksi dengan orang lain..

5. Evaluasi

Evaluasi yang peneliti lakukan pada Tn. S didapatkan promosi

Koping meningkat dengan kriteria hasil: mengidentifikasi kemampuan

melakukan interaksi dengan orang lain cukup meningkat dan

mengidentifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain cukup

meningkat.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien lebih optimal dan

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, serta dalam memberikan

pelayanan kepada klien disiapkan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk

menunjang pemeriksaan dan tindakan keperawatan terutama pada klien

dengan masalah kebutuhan aktivitas.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan

sehingga menghasilkan perawat yang profsional dan inofatif, memberikan

57
kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang meruapakan

fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan serta institusi akademik diharapkan agar terus

mengembangkan dan menambah referensi buku untuk para mahasiswa

tentang harga diri rendah kronis, untuk memudahkan bagi penulis dan

peneliti dalam melakukan praktek klinik dan pembuatan laporan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai data dan informasi dasar untuk

melaksanakan penelitian lanjut lebih banyak lagi tentang harga diri

rendah dengan kebutuhan aktulisasi diri dan mencari jurnal yang lebih

banyak dengan metode yang lebih baik sehingga didapatkan hasil

penulisan yang lebih optimal yang dapat memberi informasi yang lebih

luas kepada pembaca. Sebaiknya peneliti juga harus lebih mempersiapkan

peralatan dan mengatur waktu dalam melaksanakan tindakan asuhan

keperawatan.

58
DAFTAR PUSTAKA
agusthia, M., Noer, R. M., Sari, R., & Muchtar, U. (2020). Bernas : Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Deteksi Dini Masalah Gangguan Jiwa
Bersama Kader Sekupang Batam. 1(2), 132–137.

Ambarita, T. F. A. (2020). Korelasi Psychological Wellbeing Dengan Burnout


Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Prof.Ildrem Pemprovsu Medan. Jurnal
Psikologi Universitas HKBP Nommensen, 6(2), 78–91.
https://doi.org/10.36655/psikologi.v6i2.138

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Patofisiologi, kaplan dan sadock,
2014. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di
RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.

Dewi, b. P., & kunci, k. (2022). Studi literatur : penerapan upaya peningkatan
harga diri rendah dengan terapi aktifitas kelompok ( stimulasi presepsi ).
12(23), 124–136.

Fahrudin, H. W., Kedokteran, P., Kedokteran, F., & Maret, U. S. (2018).


Efektivitas Penyuluhan Penanganan dan Penatalaksanaan Orang dalam
Gangguan Jiwa ( ODGJ ) di Kecamatan Karangjati (Vol. 9, p. 39).

Hendarmawan, S. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Keperawatan Harga Diri Rendah Universitas Universitas Jember. 1–64.
Http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89282?Show=full

Hutagalung, S. N. S. (2021). Application of Mental Nursing Care on Mr. A With


Self-Concept Disorders: Low Self-Esteem. 1–39.
Https://osf.io/preprints/u5shc/%0Ahttps://osf.io/u5shc/download

Ii, b. A. B. (2018). 8 fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu. 8–


25.

Kartikasari, R., Idarahyuni, E., & Fatharani, W. S. (2019). Komunikasi Terapeutik


Perawat Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa ( ODGJ ) Di Ruang
Tenang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Dan Klinik Utama
Kesehatan Jiwa Hurip Waluya Sukajadi Bandung Jawa Barat. V(2), 1–12.

Keperawatan, J., Kemenkes, P., Utara, P., & Pekalongan, K. (2018). Program
Studi DIII Keperawatan Pekalongan Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Semarang Jl. Perintis Kemerdekaan Pekalongan, Pekalongan
Utara, Kota Pekalongan.

Kuntari, M., & Nyumirah, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn . N Dengan


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Berdasarkan data dari World
Health. Jurnal Buletin Kesehatan Publikasi Bidang Kesehatan, 26–39.
Https://akper-pasarrebo.e-journal.id/nurs/article/view/59

Kurniawan, I. (2018). Gambaran Aktualisasi Diri Penyandang Disabilitas Di


Yogyakarta. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.

Meiyuntariningsih, T., & Yulia Maharani, P. (2018). Pengaruh Psikoedukasi


Terhadap Pengetahuan Tentang Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Desa
Nglumbang, Kediri. Seminar Nasional Call for Paper & Pengabdian
Masyarakat, 1(01), 316–325. Https://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/semnasuntag/article/view/1680

Pratama, d. A. (2020). Program studi diii keperawatan baturaja tahun 2020


program studi diii keperawatan baturaja.

Safira, n. 2019. (2019). Konsep diagnosa keperawatan.

Sharfina, D. (2019). Kebijakan Perawat dalam Melakukan Evaluasi Keperawatan


di RS. Http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/d5ryk

Sihombing, r. I., harefa, a. R., samosir, e. F., monica, s., hutagalung, s. N. S., &
romayanti, y. (2020). Penerapan asuhan keperawatan jiwa pada ny . L
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Jurnal keperawatan jiwa,
1(2), 1–31.

Silitonga, j. S., simanjuntak, j., tanjung, k., & pardede, j. A. (2020). Penerapan
terapi generalis sp 1-4 dengan masalah harga diri rendah kronis pada
penderita skizofrenia.

Syafitri, F. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Psikososial Dengan


Masalah Harga Diri Rendah Situasional Pada Penderita Tb Paru. 4.
Https://osf.io/preprints/hrucs/%0Ahttps://osf.io/hrucs/download

Syah, A., Pujiyanti, D., & Widyantoro, T. (2019). Manajemen Peningkatan Harga
Diri pada Pasien Harga Diri rendasyah, A., Pujiyanti, D., & Widyantoro, T.
(2019). Manajemen Peningkatan Harga Diri pada Pasien Harga Diri Renda.
4–11. 4–11.

Tanti, r. A. (2019). Pengelolaan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri


rendah pada tn . N dengan skizofreniadi wisma harjuna rumah sakit jiwaprof
. Dr . Soerojo magelang.

Yuniarti, D. (2018). Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah surakarta


2010. 7–17.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

Anda mungkin juga menyukai