Anda di halaman 1dari 96

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

M EFUSI PLEURA
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
DI RUANG TERATAI RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

FEBRY AGRINI BAHAR


P003200190115

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
ii
iv
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
1. Nama : Febry Agrini Bahar
2. Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 14 Februari 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki, Indonesia
6. Alamat : Desa lameuru, kec. Ranomeeto barat, kab konawe
selatan

B. JENJANG PENDIDIKAN
1. TK Handayani Opaasi, Tamat Tahun 2007
2. SD Negeri 2 Lameuru, Tamat Tahun 2013
3. SMP Negeri 29 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2016
4. SMA Negeri 14 Konawe Selatan, Tamat Tahun 2019
5. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D3 Keperawatan Periode 2019 Sampai
Sekarang

v
MOTTO

“Bukan hanya kecerdasan yang membawa kesuksesan, tetapi hasrat untuk sukses,

komitmen untuk bekerja keras, serta keberanian untuk percaya dengan

kemampuan dirimu sendiri”

Kupersembahkan untuk almamaterku

Ayahanda dan ibunda tercinta

Keluarga tersayang

Doa dan nasehat untuk menunjang keberhasilanku

vi
ABSTRAK
FEBRY AGRINI BAHAR, NIM : P003200190115 “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Ny. M Efusi Pleura Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di
Ruang Teratai RSUD Kota Kendari” Rusna Tahir, S. Kep., Ns., M. Kep dan
Nurfantri, S. Kep., Ns., M. Sc. Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang
merasa sejahtera atau nyaman baik secara mental, fisik maupun social. Gangguan rasa
nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang lega,
dan kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual, lingkungan serta sosial
pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor. Tujuan : Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada klien dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan di Rumah Sakit Daerah Kota Kendari. Metode : Penelitian dilakukan
menggunakan metode studi kasus yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif
dengan pendekatan asuhan keperawatan, Penelitian ini di lakukan pada bulan juni
2022 Subjek studi kasus ini adalah klien dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan
di Rumah Sakit Daerah Kota Kendari. Hasil : Ny. M mengatakan nyeri tertusuk-
tusuk pada dada sebelah kiri sejak 2 hari lalu, Klien mengatakan nyeri dan yang
dirasakan hilang timbul, nyeri, P: Efusi pleura, Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R:
Dada sebelah kiri, S: Skala nyeri 6, T: Hilang timbul, saat melakukan pemeriksaan di
dapatkan data objektif Klien nampak meringis sambil memegangi daerah nyeri, Klien
tampak gelisah, Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg , N: 80x/m, P : 26x/m, SB :
36.5oC. Diagnosa keperawatan yang di tegakkan adalah Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis dengan intervensi manajeman nyeri. Implementasi
di lakukan selama 3 x 24 jam. Masalah keperawatan nyeri akut dapat teratasi setelah
Ny. M diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 Jam. Saran : dalam melakukan
asuhan keperawatan sebaiknya pengkajian dan pengisian data dilakukan secara
komperhensif dan menyeluruh.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Kebutuhan Kenyamanan, Efusi Pleura

vii
ABSTRACT

FEBRY AGRINI BAHAR, NIM : P003200190115 “Nursing Care for Clients Ny.
M with pleural effusions with impaired compfort needs in the lotus room RSUD
Kendari city” Rusna Tahir, S. Kep., Ns., M. Kep and Nurfantri, S. Kep ., Ns., M.
Sc. Comfort is a state of a person feeling prosperous or comfortable both mentally,
physically and socially. Disturbance of comfort is a disorder in which feelings of
displeasure, relief, and imperfection in the physical, psychospiritual, environmental
and social dimensions of self usually have minor symptoms and signs. Objective : To
find out nursing care for clients in fulfilling comfort needs at the Kendari City
Regional Hospital. Methods: The research was conducted using a case study method
used in this research is descriptive with a nursing care approach. This research was
conducted in juni 2022. The subject of this case study is a client in meeting comfort
needs at the Kendari City Regional Hospital. Result : Mrs. M said stabbing pain in
the left chest since 2 days ago, the client said the pain seemed to come and go, the
pain was mild when relaxed and in a semi-sitting position and if lying on the right
side, P: Pleural effusion, Q: Pain like being stabbed, R: Left chest, S: Pain scale 6, T:
Disappearing, when performing an examination, objective data is obtained. /90
mmHg, N: 80x/m, P: 26x/m, SB: 36.5 oC. Nursing diagnoses that are enforced are
acute pain related to biological injury agents with pain management interventions,
implementation is carried out for 3 x 24 hours. Nursing problems of acute pain can be
resolved after Mrs. M was given nursing care for 3 x 24 hours. Suggestion : in
carryng out nursing care,assessment and data entry should be carried out
comprehensively and thoroughly.

Keywords: Nursing Care, Comfort Needs, Pleural Effusion


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan
Pada Klien Ny. M Efusi Pleura Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan
Ruang Teratai RSUD Kota Kendari sebagai salah satu syarat yang untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan.
Pada penyusunan Karya tulis ilmiah penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, terutama kepada pembimbing ibu Rusna Tahir, S. Kep., Ns.,M. Kep
sebagai pembimbing I dan Ibu Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc sebagai pembimbing II
atas waktu dan kesempatannya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama
proses penyusunan karya tulis ilmiah. Terima kasih yang mendalam juga tidak lupa
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Teguh Fathurahman, SKM, MPPM, selaku direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
2. Bapak dr. Sukirman, M. Kes., MARS., Sp.PA selaku direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Abd.Syukur Bau, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
4. Ibu Dewi Sartiya Rini S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. KMB, ibu Siti Muhsinah S. Kep.,
Ns., M. Kep., Sp. KMB dan ibu Hj. Dali, SKM., M. Kes sebagai penguji karya
tulis ilmiah.
5. Kepala ruangan dan staf ruang perawatan teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari atas kerja sama yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari yang
telah memotivasi dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti
pendidikan.

viii
7. Teristimewa untuk orang tua ayahanda Bahar SE dan Ibunda Weuli S.Pd yang
telah memberikan dukungan dan doa hingga ucapan terima kasih saja tidak akan
pernah cukup untuk menggambarkan penghargaan saya.
8. Kepada Teman D3 Keperawatan angkatan 2019 khususnya temanku Novi Arista
Pratama,Elisa,Farhan Yuda,Geri Tri Linecer Aediman,Ardin Ucok,Mega Putri
Sinumo,Winaraja,Ultri,Ulya OktaviaNanda,Yuni Adriani,Muh Ishaq Andeleu,Muh
Zulfikar,Nurlian yang telah saling berbagi dan memberi masukkan dalam proses
penyelesaian karya tulis ilmiah.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
baik langsung maupun tidak langsung yang penulis tidak bisa sebutkan satu
persatu
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah masih banyak
kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk
kesempurnaan penulisan. Akhir kata penulis berharap semoga membawa manfaat
bagi pembaca.

Kendari, Juli 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
KEASLIAN PENULISAN ....................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v
MOTTO .................................................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
BAB I. PEDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 7
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................................... 7
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................................. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebutuhan Kenyamanan .............................................................. 9
B. Efusi Pleura............................................................................................... 13
C. Format Pengkajian Kebutuhan Kenyamanan ........................................... 17
BAB III. METODOLOGI PENULISAN
A. Rancangan Studi Kasus ........................................................................... 34
B. Subjek Studi Kasus ................................................................................... 34
C. Fokus Studi ............................................................................................... 35
D. Definisi Operasional ................................................................................ 35
E. Lokasi Dan Waktu .................................................................................... 37
F. Pengumpulan Data .................................................................................... 37
G. Instrument Studi Kasus ............................................................................ 38

ix
H. Metode Studi Kasus .................................................................................. 38
I. Analisa Dan Penyajian Data ..................................................................... 40
J. Etika Studi Kasus...................................................................................... 40
BAB IV. HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus...................................................................................... 42
B. Pembahasan .............................................................................................. 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 71
B. Saran ......................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Balitbang

Lampiran 4Surat Pengantar Penelitian Ruangan

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah MelakukanPenelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 7 Surat Bebas Administrasi

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Intervensi Keperawatan............................................................................. 26

Tabel 4.1. Pemeriksaan Laboratorium ..................................................................... 52

Table 4.2 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan ............................................. 53

Tabel 4.3 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Kenyamanan ............... 53

Tabel 4.4 Intervensi Keperawatan Kebutuhan Kenyamanan .................................... 55

Tabel 4.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ................................................ 56

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Kenyamanan merupakan suatu keadaan

seseorang merasa sejahtera atau nyaman baik secara mental, kenyamanan dapat

dibagi menjadi tiga yaitu kenyamanan fisik merupakan rasa sejahtera atau

nyaman secara fisik, kenyamanan lingkungan merupakan rasa sejahtera atau

rasa nyaman yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya, kenyamanan

social merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman dengan situasi

sosialnya (Herdiana, 2017).

Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar

manusia, bahwa kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau

berjenjang.Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang

sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Abraham Maslow membagi kebutuhan

dasar manusia ke dalam lima tingkat yaitu Kebutuhan fisiologis, merupakan

kebutuhan paling dasar dan memiliki prioritas tertinggi dalam kebutuhan

Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak harus terpenuhioleh

manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri dari pemenuhan

oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi (makanan),

eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan

kebutuhan seksual, kebutuhan kedua adalah Kebutuhan rasa aman dan

perlindungan yang dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan

psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap

tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan

1
sebagainya, sedangkan perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas

ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang

dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali, karena merasa terancam

oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.

Kebutuhan rasa cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk memiliki dan

dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan,

persahabatan, mendapat tempat dalam keluarga, kelompok sosial, dan

sebagainya, kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang

lain kebutuhan ini terkait, dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,

meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga

memerlukan pengakuan dari orang lain, dan yang terakhir ke lima kebutuhan

aktualiasasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow,

berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta

mencapai potensi diri sepenuhnya (Muhibbin & Marfuatun, 2020).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura, yang

merupakan ruang antara paru-paru dengan dinding dada bagian dalam.

Setengah dari penderita kanker mengalami kasus yang paling sering dijumpai,

pada pria paling sering berasal dari paru sedangkan pada wanita terutama

berasal dari ovarium. Efusi pleura dapat berupa cairan jernih yang merupakan

transudat dan berupa pus atau darah. Efusi pleura bukan merupakan suatu

penyakit akan tetapi merupakan tanda adanya penyakit. Penyakit yang dapat

menimbulkan efusi pleura adalah tuberculosis, infeksi nontuberculosis, sirosis

hepatis, gagal kongestif. (Safira, 2020)

2
Menurut World Health Organization (WHO) 2017, mengemukakan di

dunia sebanyak 320 kasus per 100.000 penduduk di negara industri mengalami

efusi pleuradiperkirakan 3.000 orang perjuta penduduk dunia mengalami efusi

pleura. Angka kejadian efusi pleura di Amerika Serikat sekitar 1,5 juta kasus

per tahun dengan penyebab terbanyak gagal jantung kongesif, pneumonia

bakteri, dan emboli paru. Menurut World Health Organization (WHO) efusi

pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa. Secara

geografis penyakit ini terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problem di

negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di Amerika

Serikat, setiap tahunnya terjadi 1,5 juta kasus efusi pleura. Sementara pada

populasi umum secara internasional diperkirakan setiap 1 juta orang, 3000

orang terdiagnosis efusi pleura. Di negara – negara barat, efusi pleura terutama

disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan

pneumonia bakteri. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, lazim

diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Di Indonesia kasus efusi pleura mencapai

2,7 % dari penyakit. (WHO, 2017)

Di indonesia mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas, dengan

jenis kelamin laki-laki sekitar 57,42% dan untuk jenis kelamin wanita sekitar

42,75%. Pemicu terjadinya efusi pleura 0,4% dari tubercolosis (TBC), 2,7%

dari pneumonia, 0,13% dari penyakit tidak menular seperti gagal jantung dan

0,2% dari gagal ginjal kronik (Depkes RI, 2017).

Berdasarkan pengambilan data awal di RSUD Kota Kendari khususnya

ruang teratai diketahui bahwa penyakit yang paling banyak menjalani

perawatan di ruangan tersebut adalah TB Paru dan Efusi Pleura, dimana

3
berdasarkan data pada tahun 2019 prevalensi rawat inap dengan diagnosa TB

Paru sebanyak 96 pasien, Pada tahun 2020 sebanyak 109 pasien, pada tahun

2021 meningkat menjadi 174 pasien., Dan pada tahun 2022 dari bulan januari

sampai bulan maret sebanyak 33 pasien. Prevalensi rawat inap dengan

diagnosa Efusi Pleura pada tahun 2021 sebanyak 66 pasien dan pada tahun

2022 dari bulan Januari sampai Maret sebanyak 8 pasien. Berdasarkan hasil

pengkajian yang dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang teratai RSUD Kota

Kendari diketahui bahwa rata – rata kebutuhan dasar yang terganggu pada

pasien TB Paru adalah kebutuhan oksigenasi, nutrisi dan aktivitas. Untuk

penyakit Efusi Pleura diketahui rata – rata kebutuhan yang terganggu yaitu

kebutuhan oksigenasi, aman nyaman, dan aktivitas.

Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan

tanda adanya penyakit. Penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah

tuberculosis, infeksi nontuberculosis, sirosis hepatis, gagal kongestif. Secara

geografis penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dan menjadi masalah utama di

negara yang sedang berkembang. Tingginya angka kejadian efusi pleura

disebabkan oleh keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak

dini serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan ini.

Penyebab efusi pleura di Indonesia dikarenakan pola kehidupan sehari-hari

yang tidak kondusif. Kebiasaan merokok menjadi faktor pencetus utama

timbulnya penyakit tersebut. Asap rokok yang mengendap dapat menimbulkan

pneumonia. Apabila tidak ditangani lebih awal, akan menyebabkan komplikasi

efusi pleura atau bahkan kematian. Dalam kehidupan ini, manusia tidak dapat

terlepas dari aktifitas – aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Salah

4
satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kenyamanan. Gangguan rasa

nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang

lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan

serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor

(Herdiana, 2017).

Setiap penyakit memiliki gangguan rasa nyaman yang berbeda–beda,

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan

kenyamanan seperti gangguan rasa nyaman nyeri akut, dan nyeri kronis.

Gangguan rasa nyaman merupakan perasaan kurang senang, lega dan

sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan

sosial.penyebab gangguan rasa nyaman yaitu nyeri. Nyeri adalah ketidak

nyamanan yang dapat disebabkan oleh efek dari penyakit – penyakit tertentu

atau akibat cedera. Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya

dengan cara berbeda – beda misalnya berteriak, meringis, menangis dan

sebagainya, nyeri terbagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan,

yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Perawat harus mempunyai pengetahuan

dan keterampilan yang memadai dalam semua aspek keperawatan mencangkup

5
pemeliharaan suhu tubuh normal, pernafasan yang optimal, bebas dari cidera,

terutama meminimalkan nyeri dan ketidak nyaman (Fahmi, 2019).

Ketika pasien merasakan nyeri, pasien tidak dapat menikmati kehidupan

dengan nyaman, pada kondisi ini perawat sebagai tenaga professional yang

paling banyak berinteraksi dengan pasien bertanggung jawab melakukan

manajemen nyeri yang tepat. Manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat

menimbulkan konsekuensi terhadap pasien dan anggota keluarga. Pasien dan

keluarga akan merasakan ketidak nyamanan yang meningkatkan respon stress

sehingga mempengaruhi kondisi psikologi, emosi, dan kualitas hidup

(Fahmi, 2019).

Dalam konteks keperawatan kebutuhan rasa nyaman setiap individu

berbeda–beda, ada dua faktor yang menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan yakni faktor internal seperti nyeri dan mual, serta faktor eksternal

yang meliputi aspek lingkungan seperti bising, suhu udara terlalu panas,

pencahayaan kurang, kebersihan dan kerapihan tidak terjaga yang dapat

meningkatkan stres pada pasien.Pentingnya pemenuhan kebutuhan

kenyamanan pada pasien dapat membangkitkan optimisme sehingga dapat

membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Berdasarkan latar

belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. M Efusi Pleura Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan Di Ruang Teratai Rumah Sakit

Daerah Kota Kendari Tahun.

6
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada Ny. M dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan diruang teratai Rumah Sakit Daerah Kota

Kendari ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny. M Efusi Pleura dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang teratai Rumah Sakit Daerah

Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pengkajian keperawatan Pada Ny. M Efusi Pleura

dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang teratai Rumah Sakit

Daerah Kota Kendari.

b. Menggambarkan diagnosis keperawatan Pada Ny. M Efusi Pleura dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang teratai Rumah Sakit Daerah

Kota Kendari.

c. Menggambarkan rencana keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan diruang teratai Rumah Sakit Daerah Kota Kendari.

d. Menggambarkan implementasi keperawatan dalam pemenuhan

kebutuhan kenyamanan diruang teratai Rumah Sakit Daerah Kota

Kendari.

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan diruang teratai Rumah Sakit Daerah Kota Kendari.

7
D. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan.

2. Bagi perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan di bidang keperawatan

dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

kenyamanan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Kenyamanan

1. Pengertian

Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera

atau nyaman baik secara mental, fisik maupun social (Herdiana, 2017).

Kenyamanan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.

b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman

yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya.

c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman

dengan situasi sosialnya.

2. Pemenuhan Kebutuhan kenyamanan

Kenyamanan merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan

penampilan sehari – hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan

transenden (Herdiana, 2017). Kenyamanan seharusnya dipandang secara

holistic yang mencakup empat aspek yaitu :

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan social.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan.

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah

9
lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat

telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan

bantuan.

3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

a. Etnik dan nilai budaya

Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah

suatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku

yang tertutup ( introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku

psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat memengaruhi

pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi

nyeri.Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang

memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai contoh,

individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam mengungkapkan

nyeri, sedangkan individu dari budaya lain cenderung lebh m emilih

menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain

( Aisyah S,2017).

b. Tahap Perkembangan

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable

penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri

.Dalam hal ini anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan

nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini

dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Disisi lain,

prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyaki akut

atau kronis dan degenerative yang diderita. Walaupun ambang batas

10
nyeri tidak berubah karena penuaan, efek analgesic yang diberikan

menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi ( Aisyah S,2017).

c. Lingkungan dan individu pendukung

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi,

pencahayaan dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat

memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat

menjadi salah faktor penting yang memengaruhi persepsi nyeri

individu.Sebagai contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga atau

teman-teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang

lebih berat dibandingkan mereka yang dapat dukungan keluarga dan

orang-orang terdekat ( Aisyah S,2017).

d .Pengalaman nyeri sebelumnya

Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri

individu dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pernah

mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat

mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri

yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum pernah

mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan metode

penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap harapan

individu yang terhadap penangan nyeri saat ini ( Aisyah S,2017).

e. Ansietas dan stress

Ansietas seringkali enyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaan

yang tidak jelas asalnya dan ketidak mampuan mengontrol nyeri atau

peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya,

11
individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang

mereka rasakan akan mengalami peurunan rasa takut dan kecemasan

yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka ( Aisyah S,2017).

f. Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang memengaruhi jenis kelamin misalnya

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh

menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi

yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam berespon terhadap nyeri ( Aisyah S,2017).

g. Makna Nyeri

Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri

tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan

tantangan. Makna nyeri memengaruhi pengalaman nyeri dan secara

seseorang beradaptasi terhadap nyeri ( Aisyah S,2017).

h. Perhatian

Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mmengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan

( distraksi ) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun ( Aisyah

S,2017).

i. Keletihan

Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan

menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri.

12
j. Gaya koping

Individu yang memiliki lokasi kendali internal mempersiapkan diri

mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan linkungan mereka

dan hasil akhir suatu peristiwa nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki

lokus kendali eksternal mempersepsikan faktor lain didalam lingkungan

mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggung jawab

terhadap hasil akhir dari suatu peristiwa ( Aisyah S,2017).

k. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap

mereka terhadap pasien mempengaruhi respon nyeri memerlukan

dukungan, bantuan, dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan,

kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan

ketakutan ( Aisyah S,2017).

B. Efusi Pleura

1. Definisi

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer

jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain. Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan

peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah

selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding

dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara

lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam

13
ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar

dalam rongga dada selama pernapasan. (Alfian et al., 2020)

2. Etiologi

Efusi pleura di sebabkan oleh :

a. Hambatan rearbsorpsi cairan dari rongga pleura, karena adanya

bendungan seperti pada dekompresi kordis, penyakit ginjal, tumor

medastinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindrima kava

superior.

b. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberkolosis,

pneumonia, virus). Bronkiektasisi, abses amuba yang menembus ke

rongga pleura, karena tumor yang menyebabkan masuknya cairan

berdarah dan trauma. Di Indonesia 80 % diakibatkan oleh tuberkolosis.

(Weripang, 2019)

3. Patofisiologi

Patofisiologi Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML

cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan

parietalis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya

tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.Sebagian cairan ini

diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil

lainnya (10- 20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga posisi cairan

disini mencapai 1 L sehari. Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut

efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi

terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan

osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Berdasarkan

14
kejadiannya efusi di bedakan menjadi transudat dan eksudat

pleura.Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan

vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena

tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh

keganasan atau infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya

akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak

sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau

nihil sehingga berat jenisnya rendah.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari efusi pleura berdasarkan

penyebabnya adalah :

a. Batuk

b. Sesak napas

c. Nyeri pleuritis

d. Rasa berat pada dada

e. Berat badan menurun

f. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, mengigil, dam

nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberkolosis) banyak keringat, batuk.

g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

h. Pada pemeriksaan fisik :

1) Inflamasi dapat terjadi friction rub

15
2) Atelektaksis kompresif (kolaps paru parsial ) dapat menyebabkan

bunyi napas bronkus.

3) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang

bergerak dalam pernapasan.

4) Focal fremitus melemah pada perkusi didapati pekak, dalam keadaan

duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis

damoiseu).

5. Manifestasi Klinik

a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena

pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan

banyak, penderita akan nyeri nafas.

b. Adanya gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri

dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.

c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi, jika terjadi

penumpukkan cairan pleural yang signifikan.

d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang

bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocval), pada

perkusi didapat daerah pekak, dalam keadaan dudki permukaan cairan

membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).

e. Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timphani

dibagian atas garis Ellis Damoiseu. Segitiga GroccoRochfuzs, yaitu

16
daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada

auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronchi.

f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Manifestasi klinik yang sering muncul :

a. Dipsnea

b. Nyeri pleuritik 10

c. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami effusi

d. Perkusi meredup di atas effusi pleyra

e. Egofoni

f. Penurunan vocal fremitus

g. Suara nafas menurun di daerah effuse. (Hayuningrum, 2020)

C. Format Pengkajian Kebutuhan Kenyamanan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau

mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis,

maupun emosional.

a. Identitas

1) Biodata

a) Nama :

b) Usia / Tanggal Lahir :

c) Jenis Kelamin :

d) Alamat :

e) Suku / Bangsa :

17
f) Status Perkawinan :

g) Agama / Kepercayaan :

h) Pekerjaan :

i) Diagnostik Medik :

j) No. Medikal Record :

k) Tanggal Masuk :

l) Tanggal Pengkajian :

2) Penanggung Jawab

a) Nama :

b) Usia :

c) Jenis Kelamin :

d) Pekerjaan :

e) Hubungan Dengan Klien :

b. Keluhan utama

Keluhan klien sehingga dia membutuhkan perawatan medic

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Waktu timbulnya penyakit, Kapan?

2) Bagaimana awal munculnya ? Tiba – tiba? Berangsur – angsur ?

3) Keadaan penyakit apakah sudah membaik, parah atau tetap sama

dengan sebelumnya?

4) Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan ?

5) Kondisi saat dikaji (PQRST) ?

d. Riwayat Kesehatan Lalu

18
1) Penyakit pada saat anak – anak dan penyakit infeksi yang pernah di

alami?

2) Imunisasi ?

3) Kecelakaan yang pernah di alami?

4) Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit ?

5) Alergi (Makanan, Obat – obatan, bebas) ?

6) Pengobatan dini (Konsumsi obat – obatan bebas) ?

e. Riwayat kesehatan keluarga

1) Idenstifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang?

2) Anggota keluarga yang terkena Alergi, Asma, TBC, Hipertensi,

Penyakit Jantung, Stoke, Anemia, Hemopilia, Artritis, Migrain, DM,

Kanker, dan Gangguan emosional ?

3) Buat bagan genogram :

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran

2) Observasi tanda – tanda vital

a) Suhu tubuh

b) Tekanan darah

c) Nadi

d) Pernapasan

e) Skala nyeri

f) Tinggi badan

g) Berat badan

19
3) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala (Rambut, Kulit kepala, Massa/nyeri)

b) Mata (Bentuk, Konjungtiva, Sclera, Lensa, Reflek pupil, Fungsi

penglihatan)

c) Hidung (Bentuk, Septum nasal, Secret/linder, Nyeri/masa,

Pernapasan cuping hidung, Fungsi penciuman)

d) Telinga (Bentuk, Arikula, Serumen, Fungsi pendengaran)

e) Leher (Vena jugolaris, Reflek menelan, Kelenjar getah bening)

f) Dada/paru (Bentuk, Pergerakan, Perkusi, Auskultasi paru,

Auskultasi jantung)

g) Abdomen (Bentuk, Massa, Nyeri tekan, Bising usus)

h) Ekstremitas atas dan bawah (Pergerakan, Tonus, Oedema, Varises,

Kekuatan otot)

g. Penyebab nyeri

1) Benda tajam :

2) Benda tumpul :

3) Trauma :

4) Dll :

h. Regional (daerah)

1) Bagian dalam :

2) Seluruh bagian dalam :

3) Bagian permukaan :

4) Apakah menjalar ke bagian lain :

i. Intensitas nyeri

20
1) Ringan :

2) Parah :

3) Sangat parah :

j. Kualitas nyeri

1) Sakit :

2) Terbakar :

3) Tertusuk :

k. Waktu

1) Apakah pernah menderita penyakit/trauma yang menyebabkan rasa

nyeri : Ya / Tidak

2) Jika Ya, kapan terjadi :

3) Lamanya berlangsung :

4) Interval nyeri :

l. Faktor yang meringankan

1) Apakah pernah membeli obat untuk menghilangkan rasa nyeri : Ya /

Tidak

2) Kalua pernah, obat apa yang digunakan :

3) Dosis obat yang di gunakan :

4) Efek obat yang digunakan :

5) Selain obat tindakan apa yang dilakukan :

a) Nonton :

b) Nyanyi :

c) Cerita :

d) Dll :

21
m. Pengaruh nyeri terhadap aktivitas

1) Tidur :

2) Makan :

3) Bekerja/kegiatan :

4) Interaksi social :

n. Gejala klinik lain yang menyertai nyeri

1) Mual :

2) Muntah :

3) Pusing :

4) Konstipasi :

5) Suhu tubuh : Panas/Tidak

6) Menggigil : Ya/Tidak

7) Dll :

o. Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium :

Foto Rontgen :

EKG :

Pemeriksaan Lain – Lain :

22
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah merupakan penilaian klinis tentang

respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan

kesehatan atau proses kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar

pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat

bertanggung jawab (Zulaikha, 2019).

Diagnosa keperawatan yang di tegakkan pada kasus gangguan

kebutuhan kenyamanan menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia

(SDKI, 2017) :

a. Nyeri akut

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : 1. Mengeluh nyeri

Objektif : 1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari

nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : 1. Tekanan darah meningkat

2. Pola napas berubah

3. Napsu makan berubah

4. Proses berfikir terganggu

23
5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaforesis

b. Nyeri Kronis

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : 1. Mengeluh nyeri

2. Merasa depresi (tertekan)

Objektif : 1. Tampak meringis

2. Gelisah

3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas

Gejala dan tanda minor

Subjektif : 1. Merasa takut mengalami cedera berulang

Objektif : 1. Bersikap protektif (Mis. Posisi menghindari nyeri)

2. Waspada

3. Pola tidur berubah

4. Anoreksia

5. Fokus menyempit

6. Berfokus pada diri sendiri

c. Gangguan rasa nyaman

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : 1. Mengeluh tidak nyaman

Objektif : 1. Gelisah

Gejala dan tanda minor

Subjektif : 1. Mengeluh sulit tidur

24
2. Tidak mampu rileks

3. Mengeluh kedinginan/kepanasan

4. Merasa gatal

5. Mengeluh mual

6. Mengeluh lelah

Objektif : 1. Menunjukkan gejala distres

2. Tampak merintih/menangis

3. Pola eliminasi berubah

4. Postur tubuh berubah

5. Iritabilitas

25
2. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.1 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Standar luaran Standar Intervensi


Keperawatan keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SIKI)
(SLKI)
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajeman Nyeri
Dengan kriteria Observasi
hasil : 1.Indentifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
2. Meringis frekuensi, kualitas,
3. Sikap protektif intensitas nyeri
4. Gelisah 2.Identifikasi skala nyeri
5. Kesulitan tidur 3.Identifikasi respon nyeri
6. Menarik diri non verbal
7. Berfokus pada 4.Identifikasi faktor yang
diri sendiri memperberat atau
8. Diaforesis memperingan nyeri
9. Perasaan 5.Identifikasi pengetahuan
depresi dan keyakinan tentang nyeri
(tertekan) 6.Identifikasi pengaruh
10. Perasaan budaya terhadap respon
takut nyeri
mengalami 7.Identifikasi pengaruh nyeri
cedera pada kualitas hidup
berulang 8.Monitor keberhasilan terapi
11. Anoreksia komplementer yang sudah
12. Perineum di berikan
terasa 9.Monitor efek samping
tertekan penggunaan analgetik
13. Uterus teraba Terapeutik

26
membulat 10. Berikan teknik
14. Ketegangan nonfarmakologis umtuk
otot mengurangi rasa nyeri
15. Pupil dilatasi (mis. TENS, hipnosis,
16. Muntah akupresur, terapy music,
17. Mual biofeedback, terapi pijat,
18. Frekuensi aromaterapi, teknik
nadi imajinasi terbimbing,
19. Pola napas kompres air
20. Tekanan hangat/dingin, terapy
darah bermain)
21. Proses 11. Kontrol lingkungan yang
berfikir memperberat rasa nyeri
22. Fokus (mis. Suhu ruangan,
23. Fungsi pencahayaan,
berkemih kebisingan)
24. Perilaku 12. Fasilitasi istirahat dan
25. Napsu tidur
makan 13. Pertimbangkan jenis dan
26. Pola tidur sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

27
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2 Nyeri Kronis Kontrol Nyeri Manajeman Nyeri
Dengan kriteria Observasi
hasil : 1.Indentifikasi lokasi,
1. Melaporkan karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas,
terkontrol intensitas nyeri
2. Kemampuan 2.Identifikasi skala nyeri
mengenali 3.Identifikasi respon nyeri
onset nyeri non verbal
3. Kemampuan 4.Identifikasi faktor yang
mengenali memperberat atau
penyebab memperingan nyeri
nyeri 5.Identifikasi pengetahuan
4. Kemampuan dan keyakinan tentang nyeri
menggunakan 6.Identifikasi pengaruh
teknik non – budaya terhadap respon
farmakologis nyeri
5. Dukungan 7.Identifikasi pengaruh nyeri
orang terdekat pada kualitas hidup
6. Keluhan nyeri 8.Monitor keberhasilan terapi
7. Penggunaan komplementer yang sudah
analgesik di berikan
9.Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik

28
nonfarmakologis umtuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapy music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres air hangat/dingin,
terapy bermain)
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat dan
tidur
13. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

29
19. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
3. Gangguan Status Pengaturan Posisi
rasa nyaman Kenyamanan Observasi
Dengan kriteria 1. Monitor status oksigenasi
hasil : sebelum dan sesudah
1. Kesejahtraan mengubah posisi
fisik 2. Monitor alat traksi agar
2. Kesejahtraan selalu tepat
psikologi Terapeutik
3. Dukungan 3. Tempatkan pada
sosial dari matras/tempat tidur
keluarga terapeutik yang tepat
4. Dukungan 4. Tempatkan pada posisi
social dari terapeutik
teman 5. Tempatkan objek yang
5. Perawatan sering digunakan dalam
sesuai jangkauan
keyakinan 6. Tempatkan bel atau lampu
budaya panggilan dalam jangkauan
6. Perawatan 7. Sediakan matras yang
sesuai kokoh/padat
kebutuhan 8. Atur posisi tidur yang
7. Kebebasan disukai, jika tidak
melakukan kontraindikasi
ibadah 9. Atur posisi untuk
8. Rileks mengurangi nyeri (mis.
9. Keluhan tidak Semi – fowler)
nyaman 10. Atur posisi yang
10. Gelisah meningkatkan drainage
11. Kebisingan 11. Posisikan pada
12. Keluhan sulit kesejajaran tubuh yang

30
tidur tepat
13. Keluhan 12. Imobilisasi dan topang
kedinginan bagian tubuh yang cedera
14. Keluhan dengan tepat
kepanasan 13. Tinggikan bagian tubuh
15. Gatal yang sakit dengan tepat
16. Mual 14. Tinggikan anggota gerak
17. Lelah 20o atau lebih diatas level
18. Merintih jantung
19. Menangis 15. Tinggikan bagian tempat
20. Iritabilitas tidur bagian kepala
21. Menyalahkan 16. Berikan bantal yang tepat
diri sendiri pada leher
22. Konfusi 17. Berikan topangan pada
23. Konsumsu area ederma (mis, bantal
alcohol dibawah lengan dan
24. Penggunaan skrotum)
zat 18. Posisikan untuk
25. Percobaan mempermudah
bunuh diri ventilasi/perfusi (mis,
26. Memori tengkurap/good lung
masalalu down)
27. Suhu 19. Motivasi untuk melakukan
ruangan ROM aktif atau pasif
28. Pola 20. Motivasi terlibat dalam
eliminasi perubahan posisi, sesuai
29. Postur tubuh kebutuhan
30. Kewaspadaa 21. Hindari menempatkan
n pada posisi yang dapat
31. Pola hidup meningkatkan nyeri
32. Pola tidur 22. Hindari menempatkan
stump amputasi pada

31
posisi fleksi
23. Hindari posisi yang
menimbulkan ketegangan
pada luka
24. Minimalkan gesekan dan
tarikan saat mengubah
posisi
25. Ubah posisi tiap 2 jam
26. Ubah posisi dengan teknik
log roll
27. Pertahankan posisi dan
integritas traksi
28. Jadwalkan secara tertulis
untuk perubahan posisi
Edukasi
29. Informasikan saat akan
dilakukan perubahan
posisi
30. Ajarkan cara
menggunakan postur yang
baik dan mekanika tubuh
yang baik selama
melakukan perubahan
posisi
Kolaborasi
31. Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika
perlu

32
3. Implementasi

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat

memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap

klien. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan. Pada saat implementasi perawat harus

melaksanakan hasil dari rencana keperawatan yang di lihat dari diagnosa

keperawatan. Di mana perawat membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dinarti & Mulyanti, 2017).

4. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan perawat .

Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien

(Dinarti & Mulyanti, 2017).

33
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Jenis studi kasus yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan untuk membuat

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada klien dalam

pemenuhan kebutuhan kenyamanan di Rumah Sakit Daerah Kota Kendari

(Notoatmodjo, 2018).

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah klien dalam pemenuhan kebutuhan

kenyamanan di Rumah Sakit Daerah Kota Kendari.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Klien dengan masalah Efusi pleura dan mengalami gangguan

kenyamanan yang sedang di rawat inap dengan di Rumah Sakit Daerah

Kota Kendari

b. Klien dengan masalah efusi pleura dan mengalami gangguan kebutuhan

kenyamanan yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Klien yang efusi pleura mengalami penurunan kesadaran.

2) Klien yang menolak dan tidak bersedia di wawancarai.

34
C. Fokus Studi

Fokus studi pada ini adalah asuhan keperawatan pada klien dengan Efusi

pleura dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

D. Definisi Operasional

1. Efusi pleura yang di diagnosis dokter adalah pengumpulan cairan dalam

ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses

penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder

terhadap penyakit lain.

2. Gangguan kenyamanan merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang

senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik ,

psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai

gejala dan tanda minor. Berupa nyeri akut, nyeri kronis dan gangguan rasa

nyaman.

3. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktivitas

terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi,

dengan uraian sebagai berikut :

a. Pengkajian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengkajian yang

dilakukan pada subjek penelitian yang terdiri dari pengkajian fisik dan

pengkajian kebutuhan kenyamanan

b. Diagnosa keperawatan pada penelitian adalah menentukan masalah

keperawatan yang tepat pada subjek penelitian yang mengalami

gangguan kebutuhan kenyamanan dan merujuk pada buku Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) serta berfokus pada tanda

gejala yang ditemukan saat pengkajian. Diagnosa keperawatan yang di

35
tegakkan pada kasus gangguan kebutuhan kenyamanan menurut standar

diagnosis keperawatan Indonesia ialah nyeri akut, nyeri kronis dan

gangguan rasa nyaman.

c. Perencanaan keperawatan dalam penelitian ini adalah untuk mengatasi

masalah keperawatan gangguan kebutuhan kenyamanan dengan

mengunakan standar luaran keperawatan indonesi (SLKI) sebagai

indikator atau kriteria hasil dari setiap intervensi keperawatan yang di

berikan. Standar Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) yang di

gunakan dari masing – masing diagnosa keperawatan adalah sebagai

berikut :

1) Nyeri akut dan Nyeri kronis menggunakan intervensi keperawatan

Manajemen Nyeri

2) Gangguan rasa nyaman menggunakan intervensi keperawatan

pengaturan posisi

d. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah dibuat. Setelah melakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam peneliti melakukan observasi ulang terhadap tindakan

yang telah diberikan apakah mengalami perubahan sebelum dilakukan

tindakan atau tidak.

e. Evaluasi Keperawatan dilaksanakan setelah implementasi intervensi

keperawatan dilakukan. Pendokumentasian evaluasi ini menggunakan

SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning) bertujuan untuk

mengukur keberhasilan dari rencana keperawatan dalam memenuhi

kriteria hasil yang telah di tetapkan.

36
D. Lokasi Dan Waktu

Penelitian telah di lakukan 23 juni 2022 di Rumah Sakit Daerah Kota

Kendari Ruang Teratai.

E. Alur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian.Berikut langkah – langkah pengumpulan data yang akan dilakukan

dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengajukan ijin penelitian kepada Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Kendari melalui bidang pendidikan Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Mengajukan surat permohonan ijin dari Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Kendari yang ditujukan ke Direktorat Poltekkes Kendari Bagian

Penelitian.

3. Mengajukan surat permohonan ijin untuk melakukan penelitian ke Dinas

Kesehatan Kota Kendari.

4. Peneliti membawa surat ijin penelitian kepada bagian Diklat Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Kendari.

5. Setelah surat ijin dikeluarkan oleh bagian Diklat Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Kendari, selanjutnya peneliti melakukan pendekatan kepada

Kepala Ruangan Teratai dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

6. Proses pengumpulan data dengan mecari no RM klien dengan masalah

gangguan kebutuhan kenyamanan, dan selanjutnya mencari data di ruang

Rekam Medik.

37
7. Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

untuk pengisian lembar dokumentasi.

8. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ganggunan

pemenuhan kebutuhan kenyamanan.

9. Mengelola data yang telah diperoleh dari pengisian lembar dokumentasi

F. Instrument Studi Kasus

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2018). Instrumen pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah Lembar pengkajian keperawatan

kebutuhan kenyamanan dan lembar informed concent, lembar pengkajian

keperawatan kebutuhan kenyamanan adalah format pengkajian yang digunakan

oleh perawat untuk memperoleh data fokusterkait kondisi klinis klien yang

berhubungan dengan kenyamanan klien sebelum dan sesudah sakit.kemudian

data tersebut di analisis untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang

nantinnya menjadi dasar atau acuan penyusunan rencana keperawatan.

Sedangkan lembar informed concent adalah lembar pendokumentasian tanda

tangan atau cap jempol yang di berikan kepada klien sebagai bentuk

persetujuan menjadi subject penelitian.

G. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah – langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrument yang d igunakan. Selama proses

pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih

38
tenaga pengumpulan data (jika perlu), memperhatikan prinsip – prinsip

validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah – masalah yang terjadi

agar dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nursalam,2018).

1. Anamnesa atau wawancara (interview)

Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang direncanakan

dan meliputi Tanya jawab antar perawat dengan klien yang berhubungan

dengan masalah kesehatan lain. Untuk itu kemampuan komunikasi sangat

dibutuhkan oleh perawat agar dapat memperoleh data yang diperlukan.

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan

data,dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan

dari responden, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut. Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu

pertemuan atau percakapan.

2. Observasi

Metode observasi adalah metode penelitian yang menggunakan cara

pengamatan terhadap objek yang menjadi pusat perhatian penelitian.

Metode observasi umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang berusaha

memberikan gambaran mengenai peristiwa yang terjadi dilapangan.

Observasi yang akan dilakukan pada studi kasus ini yaitu dengan

mengamati tanda – tanda nyeri kepala karena hipertensi dan observasi

keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan.

39
H. Analisa Dan Penyajian Data

Data yang akan digunakan pada studi kasus ini yakni secara tekstural

atau narasi, disertai dengan penelitian studi kasus dan respon dari subyek studi

kasus yang merupakan data pendukung dari penelitian.

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskritif yang

dipilih untuk studi kasus, data disajikan secara tekstular/narasi dan disertai

dengan cuplikan ungkapan verbal dan subyek studi kasus yang merupakan data

pendukungnya. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan tabel (grafik, flip,

chart dan lainnya) dengan jalan menggambarkan identitas diri pasien,

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan serta evaluasi.

I. Etika Studi Kasus

Etika berasal dari bahasan Yunani ethos, yang memiliki arti kebiasaan

dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Etika membantu

peneliti untuk melihat secara kritis moralitas dari sisi subjek penelitian. Peneliti

dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus menerapkan sikap

ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip – prinsip yang

terkandung dalam etika penelitian (Masturoh dan Anggita T, 2018). Pada

bagian ini dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yang

terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi klien).

Informed consent adalah proses dimana seorang subjek penelitian

secara sukarela memberikan atau menyatakan keinginannya untuk

berpartisipasi dalam penelitian, setelah diinformasikan atau dijelaskan

keseluruhan ruang lingkup, manfaat, serta risiko dari penelitian tersebut.

40
Setelah diberikan penjelasan dan subjek penelitian memahami penjelasan

tersebut, kemudian dilakukan persetujuan dengan mendokumentasikan

tanda tangan atau cap jempol dari subjek sebagai bukti persetujuan.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencatumkan nama

responden pada lembar pengumupulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Confidentially merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

41
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses

keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau

mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis,

maupun emosional.

a. Identitas

1) Biodata

a) Nama : Ny. M

b) Usia / Tanggal Lahir : 46 Tahun

c) Jenis Kelamin : Perempuan

d) Alamat : Desa Dangia, Kab. Kolaka Timur

e) Suku / Bangsa :Bugis/Indonesia

f) Status Perkawinan : Menikah

g) Agama / Kepercayaan : Islam

h) Pekerjaan : IRT

i) Diagnosa Medis : Efusi pleura

j) No. Medikal Record : 23 96 04

k) Tanggal Masuk : 23 Juni 2022

l) Tanggal Pengkajian : 23 Juni 2022

2) Penanggung Jawab

a) Nama : Nn. P

42
b) Usia : 23 Tahun

c) Jenis Kelamin : Perempuan

d) Pekerjaan : Mahasiswa

e) Hubungan Dengan Klien : Anak

b. Keluhan utama

1) Klien mengatakan nyeri tertusuk-tusuk pada dada sebelah kiri sejak 2

hari lalu

2) Klien mengatakan yang nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri terasa

ringan saat memposisikan setengah duduk dan jika berbaring miring

sebelah kanan.

3) Skala nyeri 6

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Waktu timbulnya penyakit : 2 Hari SMRS

2) Bagaimana awal munculnya : Hilang timbul

3) Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan :Saat dalam keadaan

rileks dan memposisikan setengah duduk dan jika berbaring miring

sebelah kanan.

4) Kondisi saat dikaji (PQRST) :P: Efusi pleura akibat tumor paru, Q:

Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Dada sebelah kiri, S: Skala nyeri 6, T:

Hilang timbul.

d. Riwayat Kesehatan Lalu

1) Apakah pernah menderita penyakit yang sama : Tidak ada

2) Jika pernah dirawat di RS, Sakit apa : Pernah, struma

3) Alergi (Makanan, Obat – obatan, bebas) : Tidak ada

43
4) Pengobatan dini (Konsumsi obat – obatan bebas) : Tidak

e. Riwayat kesehatan keluarga

1) Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang :

Tidak ada

2) Anggota keluarga yang terkena Alergi, Asma, TBC, Hipertensi,

Penyakit Jantung, Stoke, Anemia, Hemopilia, Artritis, Migrain, DM,

Kanker, dan Gangguan emosional : Tidak ada

3) Buat bagan genogram :

Ny.M

Gambar 4.1. Bagan Genogram

Keterangan :

Laki – Laki :

Perempuan :

Meninggal dunia :

Klien :

Garis Perkawinan :

Garis Keturunan :

Garis Serumah :

f. Pemeriksaan fisik

44
1) Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

2) Observasi tanda – tanda vital

a) Suhu tubuh : 36.5 oC

b) Tekanan darah: 130/90 mmHg

c) Nadi : 80x/menit

d) Pernapasan : 26x/m

e) Skala nyeri :6

f) Tinggi badan : 157 cm

g) Berat badan : 55 kg

3) Pemeriksaan head to toe

4) Kepala (Rambut, Kulit kepala, Massa/nyeri)

Rambut : Hitam lurus

Bentuk Kepala : Normal, bulat

Keadaan kulit Kepala : Nampak besih

Nyeri kepala/Pusing : klien mengatakan Nampak pusimg

Distribusi Rambut : Lebat, distribusi merata

Rambut rontonk : Tidak ada rambut rontok

5) Mata

Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan

Edema Kelopak mata : Tidak ada

Ptosis : Tidak ada ptosis

Sklera : Anikterik (normal)

Konjungtiva : Merah muda (normal)

45
Ukuran pupil : Isokor

Ketajaman penglihatan : Baik

Pergerakan bola mata : Baik

Lapang pandang : Baik,dapat menjangkau lateral (sudut mata)

Diplopia : Tidak ada diplopia

Photohobia : Tidak ada

Nistagmus : Tidak ada

Refleks kornea : Berkedip normal ketika diberi rangsangan

Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

6) Hidung

Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan

Perdarahan : Tidak ada perdarahan luar

Sekresi : Tidak ada secret

Fungsi penciuman : Baik (tes pembauan)

Nyeri : Tidak ada nyeri

7) Telinga (Bentuk, Arikula, Serumen, Fungsi pendengaran)

Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan

Sekret : Tidak ada secret

Serumen : Tidak ada serumen

KetajamanPendengaran : Normal

Tinnitus : Tidak ada tinnitus

Nyeri : Tidak Ada nyeri

8) Mulut

46
Fungsi bicara : Suara serak dan lebih pelan

Kelembaban bibir : Lembab

Posisi ovula : Normal, berada diantara tonsil

Mukosa : Tidak ada lesi dan peradangan

Keadaan tonsil : Tidak ada pembesaran dan peradangan

Stomatitis : Tidak Ada

Warna lidah : Merah muda

Tremor pada lidah : Tidak ada tremor

Kebersihan lidah : Bersih

Bau Mulut : Tidak ada

Kelengkapan Gigi : Normal

Kebersihan gigi : Baik

Karies : Tidak ada

Kesulitan menelan : Tidak ada

Kemampuan mengunyah : Kurang

Fungsi mengecap : Baik dapat membedakan Rasa

9) Leher

Mobilitas leher : Tidak ada mobilitas

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran

Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak Ada pembesaran

Pelebaran vena jugularis : Normal (3 cm)

Trakhaea : Normal tidak ada nyeri dan peradangan

10) Dada/paru

47
Bentuk dada : simetris

Pengembangan dada : Normal

Retraksi dinding dada : Normal

Dispnea : Ya

Ortopneu : Tidak ada

Suara nafas : Ya, Ronki

Bunyi nafas tambahan : Terdapat bunyi nafas tambahan

11) Jantung

Iktus kordis : Tidak tampak

Ukuran jantung : Normal tidak ada pembesaran

Nyeri dada : Klien mengatakan nyeri dada

Palpitasi : Tidak ada palpitasi

Bunyi Jantung : Lup – dup

12) Payudara

Bentuk payudara :Bulat, simetris kiri dan kanan

Keadaan Putting susu : Menonjol keluar

Pengeluaran Kolostrum Dari Puting susu : Tidak ada

13) Abdomen

Distensi Abdomen : Tidak ada distensi abdomen

Ostomi : Tidak ada

Tanda Jejas : Tidak Ada

Peristaltik : 7 kali/Menit

Perkusi Abdomen : Timpani

Massa : Tidak ada

48
Nyeri Tekan : Tidak Ada

14) Genitalia

(Tidak di lakukan pengkajian)

15) Ekstremitas atas dan bawah

Purpura/ekimosis : Tidak ada

Atropi : Tidak ada pengecilan otot

Hipertropi : Tidak ada

Lesi : Tidak ada

Pigmentasi : Tidak ada

Luka : Tidak ada

Deformitas Sendi : Tidak ada

Deformitas Tulang : Tidak ada

Tremor : Tidak mengalami tremor

Varises : Tidak ada varises

Edema : Tidak terdapat edema

Pergerakan : Normal tidak ada kekakuan

Kekakuan Sendi : Tidak ada

Kekuatan Otot : Baik 5 5

5 5

Tonus Otot : Normal

Kekuatan Sendi : Normal

Nyeri : Tidak Ada nyeri

g. Penyebab nyeri

49
1) Benda tajam : Tidak ada

2) Benda tumpul : Tidak ada

3) Trauma : Tidak ada

4) Dll : Efusi pleura

h. Regional (daerah)

1) Bagian dalam :Thorax

2) Seluruh bagian dalam : Tidak seluruhnya

3) Bagian permukaan : Tidak ada

4) Apakah menjalar ke bagian lain : Tidak

i. Intensitas nyeri

1) Ringan : Iya

2) Parah : Tidak

3) Sangat parah : Tidak

j. Kualitas nyeri

1) Sakit : Tidak

2) Terbakar : Tidak

3) Tertusuk : Iya

k. Waktu

1) Apakah pernah menderita penyakit/trauma yang menyebabkan rasa

nyeri : Tidak

2) Jika Ya, kapan terjadi :-

3) Lamanya berlangsung :-

4) Interval nyeri :-

l. Faktor yang meringankan

50
1) Apakah pernah membeli obat untuk menghilangkan rasa nyeri : Tidak

2) Kalua pernah, obat apa yang digunakan : -

3) Dosis obat yang di gunakan :-

4) Efek obat yang digunakan :-

5) Selain obat tindakan apa yang dilakukan

a) Nonton : Tidak

b) Nyanyi : Tidak

c) Cerita : Tidak

d) Dll : Berbaring

m. Pengaruh nyeri terhadap aktivitas

1) Tidur : Terganggu

2) Makan : Nafsu makan sedikit menurun

3) Bekerja/kegiatan : Terganggu

4) Interaksi social : Kurang interaksi

n. Gejala klinik lain yang menyertai nyeri

1) Mual : Tidak

2) Muntah : Tidak

3) Pusing :Tidak

4) Konstipasi :Tidak

5) Suhu tubuh : Tidak

6) Menggigil : Tidak

7) Dll :-

o. Pemeriksaan diagnostik

51
Laboratorium :

Tabel 4.1. Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

WBC 5,1 4.0 – 10 103/uL


HGB 11.2 11.0 – 17,9 g/dl
PLT 195 150 – 450 103/Ul
RBC 4.11 4.50 – 5.50 g/dl
Foto Rontgen :efusi pleura dada kiri

EKG :Normal

Pemeriksaan Lain – Lain :Tidak ada

p. Therapy :

IVFD RL 16 Tpm

Inj. Omeprazole 1 Vial/12 Jam/IV

Inj. Ondansetron 1 Amp/12 Jam/IV

Inj. Methylprednisolone 125mg/12 Jam/IV

N-Acetylcysteine 200mg/8 Jam/Oral

Asam Mefenamat 500mg/8 Jam/Oral

52
2. DATA FOKUS

Klien : Ny. M

Diagnosa Medis : Efusi pleura

Table 4.2 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan

Data Subjektif Data Objektif


a. Klien mengatakan nyeri a. Klien nampak meringis sambil
tertusuk-tusuk pada dada memegangi daerah nyeri
sebelah kiri sejak 2 hari b. Klien tampak gelisah
lalu c. Tanda-tanda vital :
b. P: Efusi pleura TD: 130/90 mmHg
Q: Nyeri seperti ditusuk- N: 80x/m
tusuk P : 26x/m
R: Dada sebelah kiri SB : 36.5 oC
S: Skala nyeri 6
T: Hilang timbul

3. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.3 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Kenyamanan

No. Data Etiologi Diagnosa


Keperawatan
1. Ds : Efusi Pleura Nyeri akut
a. Klien berhubungan
mengatakan Penumpukan cairan dengan agen
nyeri pada dada dalam rongga pleura Pencedera
sebelah kiri fisiologis
sejak 2 hari lalu Ekspansi paru menurun
b. P: Efusi pleura
Q: Nyeri seperti Nyeri Napas
terusuk-tusuk
R: Dada sebelah Penggunaan otot bantu

53
kiri pernafasan
S: Skala nyeri 6
T: Hilang Nyeri dada

timbul
Do : Nyeri Akut

a. Klien nampak
meringis sambil
memegangi
daerah nyeri
b. Klien tampak
gelisah
c. Tanda-tanda
vital :
TD: 130/90
mmHg
N: 80x/m
P : 26x/m
SB : 36.5 oC

4. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data – data yang diperoleh, maka peneliti menegakkan
diagnosa keperawatan : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis

54
5. Intervensi Keperawatan
4.4 Intervensi Keperawatan Kebutuhan Kenyamanan
RENCANA KEPERAWATAN
SLKI SIKI
Diagnosa
No. (Standar Luaran (Standar Intervensi
Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
Indonesia) Indonesia)
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen tindakan asuhan 1. Identifikasi nyeri
cedera fisiologis keperawatan selama 3 x yang
Ditandai dengan: 24 jam, maka tingkat komprehensif
Ds : nyeri menurun dengan (P,Q,R,S,T)
1. Klien kriteria hasil: Terapeutik
mengatakan - Keluhan nyeri dari 2. Ajarkan teknik
nyeri pada meningkat menjadi non farmakologis
dada sebelah menurun untuk mengurangi
kiri sejak 2 - Meringis dari rasa nyeri
hari lalu meningkat menjadi 3. Kontrol
2. P: Efusi menurun lingkungan yang
pleura - Gelisah dari memperberat rasa
Q: Nyeri meningkat menjadi nyeri( Mis. Suhu
seperti menurun ruangan,
ditusuk-tusuk pencahayaan,
R: Dada kebisingan)
sebelah kiri Edukasi
S: Skala 4. Anjurkan
nyeri 6 memonitor nyeri
T: Hilang secara mandiri
timbul Kolaborasi
Do : 5. Kolaborasi
1. Klien pemberian

55
nampak analgetik
meringis
sambil
memegangi
memegangi
daerah nyeri
2. Klien tampak
gelisah
3. Tanda-tanda
vital :
TD: 130/90
mmHg
N: 80x/m
P : 26x/m
SB : 36.5 oC

6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Hari 1
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Nyeri akut Kamis, 15.00 1. mengidentifi S:
berhubungan 23 Juni kasi nyeri - Klien
dengan agen 2022 yang mengata
cedera komprehensI kan
fisiologis f nyeri
Ditandai (P,Q,R,S,T) pada
dengan: Hasil : dada
Ds : P : Efusi sebelah
1. Klien Pleura kiri
mengatakan Q : Nyeri - Skala
nyeri pada ditusuk- nyeri 6

56
dada tusuk O:
sebelah kiri R : Di - Klien
sejak 2 hari bagian dada nampak
lalu sebelah kiri meringis
2. P: Efusi S : Skala - Klien
pleura nyeri 6 nampak
Q: Nyeri T : Hilang- melakuk
seperti timbul an
ditusuk- interval 30 teknik
tusuk menit relaksasi
R: Dada 15.15 2. mengajarkan nafas
sebelah kiri teknik non dalam
S: Skala farmakologi - Obs.TT
nyeri 6 s untuk V:
T: Hilang mengurangi N:68x/m
timbul rasa nyeri enit
Do : Hasil : S:
1. Klien Klien di 36,7oC
nampak ajarkan P:
meringis teknik 20X/me
sambil relaksasi nit
memegangi nafas dalam
memegangi 15.30 3. mengontrolli A:Masala
daerah ngkungan belum
nyeri yang teratasi
2. Klien memperbera
tampak t rasa nyeri( P:Interven
gelisah Mis. Suhu si di
3. Tanda- ruangan, lanjutkan
tanda vital : pencahayaan
TD: 130/90 , kebisingan)
mmHg Hasil :

57
N: 80x/m Pencahayaan
P : 26x/m ruangan di
SB : 36.5oC atur, suhu
ruangan
diatur
berdasarkan
kenyamanan
klien,
jumlah
pembesuk di
batasi
15.45 4. menganjurka
n memonitor
nyeri secara
mandiri
Hasil :
klien di
ajarkan dan
di arahkan
untuk
memonitor
nyeri nya
seperti
waktu
timbul,
frekuensi,
dan quality
nyeri nya
16.00 5. mengkolabo
rasi
pemberian
analgetik

58
Hasil :
Asam
Mefenamat
500mg/8
Jam/Oral

Hari ke dua
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Nyeri akut Jum’at, 08.00 1. mengidentifikas S:
berhubungan 24 Juni i nyeri yang - Klien
dengan agen 2022 komprehensif mengat
cedera (P,Q,R,S,T) akan
fisiologis Hasil : nyeriny
Ditandai P : Efusi Pleura a
dengan: Q : Nyeri berkura
Ds : tusuk-tusuk ng
1. Klien R : Di bagian - Skala
mengatakan dada sebelah nyeri 4
nyeri kiri O:
berkurang S : Skala nyeri - klien
2. P : Efusi 4 tidak
Pleura T : Sewaktu – lagi
Q : Nyeri waktu mering
tertusuk- 08.15 2. mengajarkan is
tusuk teknik non - Obs.TT
R : Di farmakologis V:
bagian dada untuk TD :
sebelah kiri mengurangi 120/90
S : Skala rasa nyeri mmHg
nyeri 4 Hasil : N:72x/
T : Sewaktu Klien mengerti menit

59
– waktu dan memahami P:20x/
Do : teknik relaksasi menit
1. Klien tidak nafas dalam S:36,5o
lagi pada saat nyeri C
meringis timbul A:Masal
kesakitan 08.30 3. mengontrolling ah
2. Tanda- kungan yang belum
tanda vital : memperberat teratasi
TD : rasa nyeri (
120/80mm Mis. Suhu P:Interve
Hg ruangan, nsi di
N:72x/meni pencahayaan, lanjutkan
t kebisingan)
P:20x/meni Hasil :
t Pengaturan
S:36,5oC cahaya, suhu
ruangan tetap
dipertahankan,
dan jumlah
pengunjung
tetap dibatasi
08.45 4. menganjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Hasil :
Klien mengerti
dan memahami
tentang monitor
nyeri nya
09.00 5. mengkolaborasi
pemberian

60
analgetik
Hasil :
Asam
Mefenamat
500mg/8
Jam/Oral
dipertahankan

Hari ke tiga
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Nyeri akut Sabtu, 08.00 1. Mengidentifik S:
berhubungan 25 Juni asi nyeri yang - Klien
dengan agen 2022 komprehensif( tidak
cedera P,Q,R,S,T) lagi
fisiologis Hasil : mengel
Ditandai P : Efusi uh
dengan: Pleura nyeri
Ds : Q:- - Skala
1. Klien R : Di bagian nyeri 0
mengatakan dada sebelah O:
sudah tidak kiri - Klien
merasakan S : Skala nyeri nampa
nyeri pada 0 k
dada T:- bersem
2. P : Efusi 08.15 2. Mengajarkan angat
Pleura teknik non - Obs.TT
Q:- farmakologis V:
R : Di untuk TD :
bagian dada mengurangi 120/80
sebelah kiri rasa nyeri mmHg
S : Skala Hasil : N

61
nyeri 0 Klien mampu :68x/m
T:- melakukan enit
Do : teknik S:36,5o
1. Klien relaksasi nafas C
nampak dalam secara P:20x/
bersemanga mandiri ketika menit
t nyeri timbul
2. Tanda- 08.30 3. Mengontrol A:Masal
tanda vital : lingkungan ah
TD : yang teratasi
120/80mm memperberat
Hg rasa nyeri ( P:Interve
N:68x/meni Mis. Suhu nsi di
t ruangan, hentikan
P:20x/meni pencahayaan,
t kebisingan)
S:36,5oC Hasil :
Pengaturan
cahaya dan
suhu ruangan
di atur
berdasarkan
mood klien
sedangkan
pembatasan
jumlah
pengunjung
tetap
dilakukan
guna
memaksimalk
an istirahat

62
klien
08.45 4. Menganjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Hasil :
klien mampu
melaporkan
kepada
perawat
tentang hasil
monitoring
nyeri nya
secara mandiri
09.00 5. Melakukan
kolaborasi
pemberian
analgetik
Hasil :
Asam
Mefenamat
500mg/8
Jam/Oraldihen
tikan

63
B. Pembahasan

1. Pengkajian

Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data

yang ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan

professional yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan.

Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan cairan

yang luar biasa di antara ruang pleura. (Safira, 2020)

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian

pada Ny. M dengan menggunakan format pengkajian kebutuhan kenyamanan,

metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data

yang diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Juni 2022,

didapatkan data subjektif Ny. M mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri sejak

2 hari lalu, P: Efusi pleura, Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: Dada sebelah

kiri, S: Skala nyeri 6, T: Hilang timbul, saat melakukan pemeriksaan di

dapatkan data objektif Klien nampak meringis sambil memegangi daerah nyeri,

Klien tampak gelisah, Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg , N: 80x/m, P :

26x/m, SB : 36.5 oC.

Keluhan yang disampaikan tersebut sesuai dengan tanda dan gejala Efusi

pleura namun tidak semua gejalah muncul dalam kasus Ny. M adalah tanda dan

gejalah efusi pleura. Dimana tanda gejala efusi pleura yaitu nyeri dada karena

adaya inflamasi pleura di dalam area; tidak selalu ada, Kesulitan bernafas

(dyspnea) karena berkurangnya pembesaran dada diarea, Turunnya suara

pernafasan pada auskultasi diarea karena adanya cairan yang berlebih, Tumpul

saat diketuk diarea terkena karena adanya cairan, Demam karena infeksi,

64
Denyut jantung dan respirasi berubah; tekanan darah turun karena kehilangan

darah pada hemothorax, Saturasi oksigen rendah pada oksimetri.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya, baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan yang dapat mungkin muncul pada kasus efusi pleura menurut

Black and Hawks, adalah : 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera

fisiologis. 2. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan

hipoventilasi, nyeri dan penurunan energi. 3. Bersihan jalan nafas yang tidak

efektif berhubungan dengapeningkatan sekresi dan penurunan efektivitas

batuk karena nyeri. 4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,

diseksi otot, posisi yang terbatas, dan selang dada atau selang WSD. 5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kesulitan menjaga oksigenisasi

karena nyeri dan penurunan volume paru (Rozak et al., 2022). Sesuai

dengan teori. Diagnosa keperawatan yang di angkat pada kasus Ny. M

dengan efusi pleura adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan (SDKI, 2017). Diagnosa keperawatan ini diangkat oleh penulis

sebab berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data secara subjektif Ny. M

mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri sejak 2 hari lalu, P: Efusi pleura,

65
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: Dada sebelah kiri, S: Skala nyeri 6, T:

Hilang timbuldan secara objektif Klien nampak meringis sambil memegangi

daerah nyeri, Klien tampak gelisah, Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg,

N: 80x/m, P : 26x/m, SB : 36.5 oC.Berdasarkan data tersebut maka penulis

mengangkat masalah keperawatan nyeri akut sebab berdasarkan teori SDKI

(2017), menyatakan bahwa gejala dan tanda mayor dan minor untuk

mengangkat masalah keperawatan nyeri akut yaitu terdapat salah satu tanda

atau data seperti mengeluh nyeri.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk therapy yang

dikerjakan oleh perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan

klien individu, keluarga, dan komunitas (SIKI, 2018).

Pada jurnal penelitian sebelumnya yang dilakukan Arma Lutfiya Yogi

Alfian, Kurniawati Kurniawati , Zuliani Zuliani dengan judul “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Efusi Pleura” Berdasarkan hasil studi

literatur pada pada klien efusi pleura peneliti mengangkat diagnosa pola

nafas tidak efektif dengan Intervensi : Rencana asuhan keperawatan Pola

nafas tidak efektif, dilakukan Manajemen jalan nafas dan Monitor

pernafasan, Bersihan jalan nafas tidak efektif, dilakukan Manajemen jalan

nafas dan Manajemen batuk, Ansietas, dilakukan tindakan Reduksi ansietas,

Nyeri akut, dilakukan Manajemen nyeri dan Pemberian analgesik,

Gangguan pertukaran gas, dilakukan Manajemen jalan nafas dan Monitor

pernafasan, Defisit perawatan diri, dilakukan rencana tindakan Dukungan

66
perawatan diri.

Pada diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis pada kasus Ny. M, intervensi yang dilakukan adalah

manajeman nyeri yaitu Identifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T),

Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Kontrol

lingkungan yang memperberat rasa nyeri( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan,

kebisingan), Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Kolaborasi

pemberian analgetik.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Implementasi keperawatan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

Implementasi keperawatan pada kasus Ny. M dilakukan selama 3 x 24.

Implementasi intervensi pada hari pertama diagnosa Nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada tanggal 23 Juni 2022

yaitu Identifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan dengan hasil

P : Efusi Pleura, Q : Nyeri tusuk-tusuk, R : Di bagian dada sebelah kiri, S :

Skala nyeri 6, T : Hilang-timbul interval 30 menit, Ajarkan teknik non

67
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan hasil Klien di ajarkan

teknik relaksasi nafas dalam, Kontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) dengan hasil

Pencahayaan ruangan di atur, suhu ruangan diatur berdasarkan kenyamanan

klien, jumlah pembesuk di batasi, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

dengan hasil klien di ajarkan dan di arahkan untuk memonitor nyeri nya

seperti waktu timbul, frekuensi, dan quality nyeri nya, Kolaborasi

pemberian analgetik dengan hasil Asam Mefenamat 500mg/8 Jam/Oral.

Implementasi intervensi pada hari kedua diagnosa Nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada tanggal 24 Juni 2022

yaitu Identifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan dengan hasil

P : Efusi Pleura, Q : Nyeri tusuk-tusuk, R : Di bagian dada sebelah kiri, S :

Skala nyeri 4, T : Sewaktu – waktu, Ajarkan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeridengan hasil Klien mengerti dan memahami teknik

relaksasi nafas dalam pada saat nyeri timbul, Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( Mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

dengan hasil Pengaturan cahaya, suhu ruangan tetap dipertahankan, dan

jumlah pengunjung tetap dibatasi, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

dengan hasil Klien mengerti dan memahami tentang monitor nyeri nya,

Kolaborasi pemberian analgetik dengan hasil Asam Mefenamat 500mg/8

Jam/Oral dipertahankan.

Implementasi intervensi pada hari ketiga diagnosa Nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada tanggal 25 Juni 2022

yaituIdentifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan hasil P :

68
Efusi Pleura, Q : - , R : Di bagian dada sebelah kiri, S : Skala nyeri 0, T : -,

Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan hasil

Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri ketika

nyeri timbul, Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri( Mis. Suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan) dengan hasil Pengaturan cahaya dan

suhu ruangan di atur berdasarkan mood klien sedangkan pembatasan jumlah

pengunjung tetap dilakukan guna memaksimalkan istirahat klien, Anjurkan

memonitor nyeri secara mandiri dengan hasil klien mampu melaporkan

kepada perawat tentang dengan hasil monitoring nyeri nya secara mandiri,

Kolaborasi pemberian analgetik dengan hasil Asam Mefenamat 500mg/8

Jam/Oral dihentikan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah

ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan

evaluasi. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan

yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi

keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dan memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. (Dinarti & Mulyanti,

2017). Evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah

ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan

evaluasi.

Tujuan dan kriteria hasil asuhan keperawatan pada Ny. M dengan

69
efusi pleura diagnosa keperawatan semuanya dapat teratasi.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Dalam diagnosa nyeri akut terhadap penyakit efusi pleura pada Ny. M

didapatkan evaluasi :

a. Hari pertama tanggal 23 Juni 2022 di dapatkan data Ny. M

mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri, pada hasil pemeriksaan Ny.

M nampak gelisah, Klien nampak meringis, Skala nyeri 6, Obs.TTV:

N:68x/menit, S : 36,7oC P:20x/menit, Masalah keperawatan nyeri akut

belum teratasi intervensi di lanjutkan dengan pengaturan kontrol

lingkungan di pertahankan, Kolaborasi pemberian terapi non

farmakologis di pertahankan, pemberian analgetik dipertahankan.

b. Hari kedua tanggal 24 Juni 2022 di dapatkan data Ny. M mengatakan

nyerinya berkurang, Klien mengatakan masih merasa kurang nyaman,

pada hasil pemeriksaan Ny. M tidak lagi meringis, Skala nyeri 4,

Obs.TTV : TD : 120/90mmHg, N:72x/menit, P:20x/menit, S:36,5oC,

masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi, intervensi di lanjut

dengan kontrol lingkungan di pertahankan, Pemberian analgetik di

pertahankan.

c. Hari ke tiga tanggal 25Juni 2022 di dapatkan data Ny. M mengatakan

tidak lagi mengeluh nyeri, pada hasil pemeriksaan klien di dapatkan

data klien nampak bersemangat, Skala nyeri 0, Obs.TTV : TD :

120/80mmHg, N :68x/menit, S:36,5oC, P:20x/menit masalah

keperawatan nyeri akut dapat teratasi setelah Ny. M diberikan asuhan

keperawatan selama 3 x 24 jam.

70
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan kebutuhan kenyamanan pada

kasus Ny. M dengan kasus Efusi Pleura di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Kendari, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian kesamaan data dari kasus yang diangkat dengan teori yang

ada, dimana didapatkan data subjektif Ny. M mengatakan nyeri pada dada

sebelah kiri sejak 2 hari lalu, P: Efusi pleura, Q: Nyeri seperti tertusuk-

tusuk, R: Dada sebelah kiri, S: Skala nyeri 6, T: Hilang timbul,saat

melakukan pemeriksaan di dapatkan data objektif Klien nampak meringis

sambil memegangi daerah nyeri, Klien tampak gelisah, Tanda-tanda vital :

TD: 130/90 mmHg , N: 80x/m, P : 26x/m, SB : 36.5oC.

2. Diagnosa keperawatan yang di angkat pada kasus Ny. M dengan efusi

pleura adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

3. Intervensi yang dilakukan adalah manajemen nyeri

4. Implementasi keperawatan pada kasus Ny. M dilakukan selama 3 x 24 yaitu

dengan mengidentifikasi nyeri yang komprehensif, mengajarkan teknik non

farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, mengontrol lingkungan,

menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri, mengkolaborasi pemberian

analgetik.

5. Evaluasi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam teratasi

dengan luaran tingkat nyeri menjadi menurun

71
B. Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan kebutuhan kenyamanan yang telah di

lakukan pada Ny. M di ruangan teratai RSUD Kota Kendari dan kesimpulan

yang telah di tulis oleh penulis diatas, maka dengan itu penulis memberikan

saran sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit

Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura

hendaknya perawat ruangan memberikan tindakan keperawatan yang sesuai

dengan masalah yang dialami pasien dan tindakan kolaborasi yang tepat

terutama dengan dokter.

2. Bagi penulis

Hasil penelitian membuat pengalaman belajar meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan berkaitan dengan pasien efusi pleura. Dan menambah

wawasan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan

penelitian lanjutan pada pasien dengan efusi pleura berdasarkan kesimpulan

yang sudah penulis rangkum.

3. Bagi pasien

Bagi pasien diharapkan agar dapat diajdikan sebagai pedoman untuk

mengetahui lebih lanjut penyakit yang di alami dan secara rutin memeriksa

kesehatannya.

4. Bagi institusi

Dapat menghasilkan lulusan yang berawawasan global di bidang

keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan dapat menjadi

masukan bagi yang berminat ingin membaca.

72
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, A. L. Y., Kurniawati, & Zuliani. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Efusi Pleura. Jurnal EDUNursing, 4(2), 103–109.
file:///C:/Users/ADMIN/Downloads/2333-6869-1-SM.pdf

Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Famakologi. Jurnal


Keperawatan Muhammadiyah,2(1)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Penderita Efusi Pleura.

Dinarti, Yuli Mulyati. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Kementerian Kesehatan


Republik Indonsia.

Fahmi, R. (2019). Tinjauan Pustaka Nyeri. Universitas Muhammadiyah Malang,


skripsi, 11–37.

Hayuningrum, D. fitri. (2020). Diagnosis Efusi Pleura. Jurnal Penelitian Perawat


Profesional, 2(4), 529–536.

Herdiana. (2017). Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman. Repository.poltekkes-


denpasar.ac.id, 53(9), 1689–1699.

Masturoh, I., dan N. Anggita. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta

Muhibbin, M.,& Marfuatun, M. (2020). Urgensi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow


Dalam Meminimalisir Prokrastinasi Akademik di Kalangan Mahasiswa.
Educatio, 15(2), 9–20. https://doi.org/10.29408/edc.v15i2.2714

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S .2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rozak, F., Keperawatan, D., Bedah, M., Keperawatan, A., & Rebo, P. (2022). Studi
Kasus : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura. 6(1), 87–101

Safira, F. N. (2020). Angka Kejadian Dan Karakteristik Efusi Pleura Pada Foto
Toraks Kasus Kanker Paru Di Rsup Dr. Mohammad Hoesin.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Weripang, I. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Efusi Pleura Dengan


Ketidakefektifan Pola Nafas Di Ruang Zamrud Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Slamet Garut.

(WHO) 2017. Global Efusi Pleura Report 2017

Zulaikha, F. (2019). Modul Keperawatan Dasar 2018/2019 1. Afnuhazi, R. (2019).


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat Pada Lansia
(45 – 70 Tahun). Human Care Journal., 213.
DOKUMENTASI

Gambar 1.Melakukan pengkajian Gambar 2.Melakukan Tindakan


Keperawatan

Gambar 3.Melakukan edukasi Gambar 4. Melatih pasien melalukan


(terapi relaksasi napas dalam) tindakan secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai