A GANGGUAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR POST OPERASI CA MAMAE
DI RUMAH SAKIT ALIYAH II KOTA KENDARI
A. IDENTITAS
3. JenisKelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
6. Alamat : Baruga
B. JENJANG PENDIDIKAN
v
MOTTO
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah Nya sehingga
CA Mamae Di Rumah Sakit Aliyah II Kota Kendari sebagai salah satu syarat
pihak, terutama kepada pembimbing bapak Muhaimin Saranani, S. Kep., Ns., M.Sc
sebagai pembimbing I dan Ibu Siti Muhsinah, Ns., M. Kep., Sp.Kep MB sebagai
arahan selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Terimakasih yang mendalam
3. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep., Ns., M.M selaku Ketua Jurusan Keperawatan
4. Ibu Rusna Tahir, S. Kep., Ns., M. Kep, ibu Reni Devianti Usman, S. Kep.,
Ns., M.Kep dan ibu Hj. Dali, SKM., M. Kes sebagai penguji Karya Tulis
Ilmiah.
5. Kepala ruangan dan staf ruang perawatan Rumah Sakit Umum Aliyah II atas
ix
Kemenkes Kendari yang telah memotivasi dan memberikan ilmu pengetahuan
6. Teristimewa untuk orang tua Ayah Didi Fuad Saputra dan Ibu Nursia S.Pd.,
M.Pd. Yang telah memberikan dukungan dan doa hingga ucapan terimakasih
8. Kepada teman D3 Keperawatan angkatan 2019 Kelas C yang telah saling berbagi
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun proposal ini baik
langsung maupun tidak langsung yang penulis tidak bias sebutkan satu per satu
untuk itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca. Untuk kesempurnaan
penulisan. Akhir kata penuli sberharap semoga membawa manfaat bagi pembaca.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Data Pengkajian Keperawatan
Permohonan Menjadi Responden
Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Surat Bebas Pustaka
Surat Izin Pengambilan Data
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Permohonan Izin Penelitian Pihak Institusi Pendidikan
Surat Izin Pengambilan Data
Surat Keterangan Bebas Administrasi
Surat Keterangan Penelitian Balitbang
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Dokumentasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar
tubuh dapat berfungsi secara normal. Salah satunya Kebutuhan fisiologis
manusia adalah istirahat dan tidur. dimana tidur adalah suatu kondisi dimana
seseorang tidak sadar karena perseptual individu terhdadap lingkungan yang
menurun, pada kondisi demikian keadaan seseorang dapat dibangunkan kembali
dengan rangsangan yang cukup. Tidur dapat memulihkan dan mengistirahatkan
fisik setelah beraktivitas seharian, mengurangi stress dan cemas, meningkatkan
kemampuan dan konsentrasi saat hendak beraktivitas. Namun, untuk bisa
merasakan manfaat dari tidur tidaklah mudah, ada ketentuan yang harus
diperhatikan agar seseorang dapat merasakan maanfaat tidur, yaitu kualitas tidur
itu sendiri. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas yang paling utama adalah
durasi waktu tidur dan yang kedua yaitu perasaan yang didapatkan saat bangun
berupa rasa segar, siang tidak mengantuk tanpa stimulan (Fitria & Aisyah, 2020).
Kualitas tidur meliputi dua aspek, yaitu kuantitatif dan kualitatif, seperti
lamanya tidur, waktu yang di perlukan untuk dapat tidur, frekuensi
terbangunnya, dan ada aspek subjektif seperti kedalaman dan kepuasan tidur
seserang. Fungsi dan tujuan tidur secara jelas belum diketahui, akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskuler, endokrin dan
lain - lain. Secara umum ada dua efek dari fisiologi tidur pertama, efek pada
sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan diantara berbagai susunan saraf, dan kedua pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama
tidur terjadi penurunan (Djamalilleil & Rosmaini, 2021)
Pada pasien post operasi CA Mamae, insomnia merupakan gangguan tidur
yang umum terjadi. Pola tidur pasien post operasi CA Mamae karena sakit fisik
akibat insisi pembedahan, nyeri, efek samping obat – obatan, lingkungan (suhu
dan kebisingan ruangan), gaya hidup (pola makan, olahraga, rutinitas tidur,
1
kondisi emosional) dan dampak psikologis dari operasi tersebut. (Rozak et al.,
2022)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang mempunyai angka
mortalitas cukup tinggi dan merupakan jenis keganasan yang paling sering
menyerang wanita. Kanker payudara (carcinoma mammae) merupakan tumor
ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker ini mulai tumbuh di
dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.
Pengobatan kanker bertujuan untuk menghilangkan sel – sel kanker, mencegah
berkembangnya dan penyebaran sel kanker yang luas, serta memastikan agar sel
kanker tersebut tidak akan kembali lagi. Pengobatan kanker saat ini juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan
hidup si penderitanya. Penatalaksanaan pada pasien CA Mamae dapat dilakukan
dengan terapi kuratif (pembedahan) dan paliatif (non pembedahan). Penanganan
kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial,
mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan
penyebaran kanker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran,
kemoterapi dan terapi hormonal. (Alifiyanti et al., 2017)
Kanker payudara menjadi masalah kesehatan utama baik di dunia maupun
di Indonesia. Berdasarkan laporan WHO (Word Health Organitation) insiden
kanker meningkat dalam 2 tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 dengan angka
kejadian 46,8% kemudian meningkat menjadi 52,4% pada tahun 2017. Pada
tahun 2018 angka kejadian kanker payudara meningkat menjadi 58.256 kasus
atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker (WHO, 2018). Data Global Cancer
Observatory tahun 2018 menunjukkan terdapat 18,1 juta kasus baru dengan
angka kematian sebesar 9,6 juta kematian dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6
perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Secara global, American
Cancer Society mencatat jumlah penderita kanker berdasarkan data insiden,
prevalensi, dan mortalitas kanker mencapai setidaknya 18 juta penderita pada
2018. Dengan Populasi dunia mencapai 7,7 miliar orang, angka prevalensi
kanker mencapai 2,3 perseribu penduduk. Prevalensi kanker payudara (11,6%).
Dan pada tahun 2020, estimasi kejadian kanker di Indonesia terdapat 65.858
2
kasus baru kanker payudara, dengan jumlah kematian akibat kanker payudara
sebanyak 22.430 kasus (Globocan, 2020).
Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara
yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per
100.000 penduduk. Kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah
kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus
kanker. (Kemenkes RI, 2020)
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kanker
di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1.000 penduduk di
tahun 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi
kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta sebanyak 4,86 per 1.000
penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 per 1.000 penduduk dan Gorontalo 2,44
per 1.000 penduduk. Kasus kanker payudara pada tahun 2017 Provinsi Sulawesi
Tenggara menjadi urutan ke-2 untuk wilayah Indonesia Timur dengan 253
Kasus. Kemudian ditahun 2019 menjadi 128 Kasus. (Riskesdas, 2018)
Berdasarkan hasil pengambilan data awal dirumah sakit aliyah II angka
kejadian kangker payudara pada tahun 2019 berjumlah 77 kasus dan menjalani
operasi berjumlah 23 kasus, pada tahun 2020 berjumlah 90 kasus dan menjalani
operasi berjumlah 21 kasus, pada tahun 2021 berjumlah 70 kasus dan menjalani
operasi berjumlah 18 kasus, dan pada tahun 2022 bulan januari sampai dengan
juni berjumlah 48 kasus dan menjalani operasi berjumlah 17 kasus. (Data RS
Aliyah II, 2022) .
Seseorang tidak menyadari bagaimana masalah tidur berdampak pada
perilaku mereka. Perilaku yang dimaksud yaitu seperti mudah marah,
disorientasi (mirip dengan keadaan mabuk), sering menguap, dan bicara
melantur. Kekurangan tidur bisa memberi efek negatif pada kesehatan fisik dan
mental. Misalnya saja bisa kurangnya energi dalam tubuh, lebih sulit
konsentrasi, kurang mood, dan risiko lebih besar akan terjadinya kecelakaan
akibat mengantuk, Selain itu seseorang akan mengantuk sepanjang siang hari
dan sering bermasalah dengan cara berpikirnya. Lebih lamban mempelajari hal-
hal baru, mengalami kesulitan dengan ingatan, dan kemampuan mereka
membuat keputusan (kemungkinan) bisa keliru.(Imroh Atut T. dkk, 2022)
3
Permasalahan kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh kualitas tidur yang
buruk maupun durasi tidur, antara lain adalah hipertensi, obesitas, diabetes
mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler, post operasi, depresi, perasaan mudah
marah, serta timbul gejala sakit kepala, sakit perut, dan punggung. Ketika merasa
sakit, baik akibat cedera ataupun penyakit, akan sulit untuk memejamkan mata
dengan tenang. setiap penyakit menyebabkan ketidaknyamanaan fisik yang
menyebabkan masalah pada tidur. Selain dari kondisi kesehatan lingkungan juga
dapat mempengaruhi tidur, tingkat cahaya dapat mempengaruhi seseorang untuk
tidur, ada yang bisa tidur dengan cahaya lampu ada juga yang bisa tidur apabila
lampu dimatikan atau dalam keadaan gelap.(Alfi & Yuliwar, 2018)
Tidur membutuhkan kenyamanan dan ketenangan tersendiri. Gangguan
pola istirahat – tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola
istirahat - tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini terlihat pada
pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, kualitas tidur tidak
terpenuhi, sulit mulai tidur, mudah terbangun dan gelisah, lesu dan apatis,
kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah – pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
mengantuk. Jenis – jenis gangguan tidur yang umum terjadi yaitu Insomnia,
Parasomnia, Hipersomnia, Narkolepsi, dan Apnea saat tidur atau sleep apnea.
(Hasibuan & Hasna, 2021).
Perawat merupakan tenaga profesional yang memberikan pelayanan
keperawatan 24 jam. Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur pada pasien dapat dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan
melalui proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan,
merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan,
melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi keperawatan. Tindakan yang
sudah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien
sesesuai dengan dokumentasi perawat secara berkelanjutan dan berdasarkan
pengamatan yang sudah dilakukan. (Mózo, 2017)
Perawat mempunyai kontak paling lama dengan pasien, sehingga peran
perawat dalam upaya penyembuhan pasien menjadi sangat penting, termasuk
4
dalam menangani pasien dengan gangguan istirahat – tidur, perawat perlu
mengetahui kebiasaan (rutinitas) yang dilakukan pasien sebelum tidur agar dapat
mengatasi penyebab gangguan tidur. Perawat juga perlu bertukar pikiran dengan
pasien tentang cara – cara mengatasi masalah tidur dan memberikan informasi
tentang cara – cara memenuhi kebutuhan tidur, meskipun profesi lain juga tidak
kalah pentingnya. Perawat harus berani mengaplikasikan secara profesional
kemampuan kognitif, ketrampilan psikomotor dan afektifnya di tatanan klinik
dengan penuh keyakinan dan percaya diri, karena kenyataan di lapangan
tindakan keperawatan mandiri dalam penanganan pasien dengan gangguan
istirahat – tidur jarang dilakukan dan sedikit ditemui dalam catatan dokumentasi
keperawatan pasien. (Suhartini, 2019)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Kebutuhan Istirahat Tidur : Post Operasi CA Mamae Di Rumah Sakit
Aliyah II Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur : Post Operasi CA Mamae Di Rumah Sakit Aliyah II
Kota Kendari?
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur : Post Operasi CA Mamae Di Rumah
Sakit Aliyah II Kota Kendari.
5
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur : Post Operasi CA Mamae Di
Rumah Sakit Aliyah II Kota Kendari.
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur : Post Operasi CA Mamae Di
Rumah Sakit Aliyah II Kota Kendari.
d. Penulis mampu menerapkan implementasi asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur : Post Operasi CA Mamae Di Rumah
Sakit Aliyah II Kota Kendari.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur : Post Operasi CA Mamae Di Rumah
Sakit Aliyah II Kota Kendari.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
mengembangkan hidup manusia supaya menjadi lebih baik. (SEJATI,
2018)
c. Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love
Needs)
Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan
cenderung mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan dipahami
oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan akan cinta tidak sama dengan kebutuhan
akan seks. Sebaliknya, Maslow menegaskan, kebutuhan akan seks justru
dikategorikan sebagai kebutuhan fisik. Kebutuhan akan cinta ini
menguatkan bahwa dalam hidup, manusia tidak bisa terlepas dari sesama.
(SEJATI, 2018)
d. Kebutuhan untuk dihargai (The esteem Needs)
Setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi
naluri manusia untuk bisa dihargai oleh sesama bahkan masyarakat.
Maslow mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian yaitu,
Pertama lebih mengarah pada harga diri. Kebutuhan ini dianggap kuat,
mampu mencapai sesuatu yang memadai, memiliki keahlian tertentu
menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan kebutuhan yang lainnya
lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk memiliki reputasi
dan pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan dari orang lain).
Kebutuhan ini akan memiliki dampak secara psikologis berupa rasa
percaya diri, bernilai, kuat dan sebagainya.(Nurpita, 2020)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)
Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian
manusia setalah kebutuhan – kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian
aktualisasi diri ini berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi pula
seperti perubahan persepsi, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan
berkembang (Muhibbin & Marfuatun, 2020).
8
B. Konsep Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
1. Tidur
Tidur merupakan keadaan sementara dari berubahnya kesadaran yang
terjadi untuk sekitar sepertiga dari kehidupan manusia. Tidur dapat
meningkatkan pertumbuhan, pemulihan, dan kesejahteraan kognitif.
Mengurangi waktu tidur total (TST) dapat mempengaruhi fungsi endokrin,
metabolik dan orang yang kurang tidur sering mengalami kebingungan,
depresi, halusinansi, dan dalam kasus-kasus ekstrim dapat menyebabkan
kematian selama tidur. Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai dapat juga dikatakan
sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hayan keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan , tetapi merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan adanya ciri aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologi, dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar (Goleman et all, 2019).
2. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak,
yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region
(BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang
dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus
visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir.
RAS melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur
terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Surgawa & Nikado, 2019).
3. Fungsi Tidur
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak di ketahui, akan tetapi diyakini
bawha tidur digunkan untuk menjaga keseimbangan mental, emosionla,
kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain-
lain. Energi disipan selama tidur sehingga dapat diarahkan kembali pada
fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari
tidur yaitu pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat
9
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan
saraf, dan yang kedua efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi
penurunan (Goleman, Daniel, Boyatzis, Richard, Mckee, 2019).
4. Siklus Tidur
Individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur. Siklus
tidur yang komplit normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang
biasanya melalui empat hingga lima siklus selama 7 – 8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap
NREM I – III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap
IV selama ± 20 menit. Individu kemudian kembali melalui tahap III dan II
selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama
10 menit (Surgawa & Nikado, 2019)
5. Tahapan Tidur
Penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektro ensefalogram
(EEG), elektro okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada
dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM). (Surgawa & Nikado, 2019)
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek dari
pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Tidur
NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Semua proses
metabolisme termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot
melambat. (Surgawa & Nikado, 2019)
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I – IV). Tahap I – II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III – IV disebut sebagai tidur
dalam (deep sleep) atau (delta sleep).
1) Tahap 1 NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
10
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda – tanda vital dan metabolisme
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti
suara
e) Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah melamun
2) Tahap 2 NREM
a) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
b) Kemajuan relaksasi
c) Terbangun masih relatif mudah d
d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap 3 NREM
a) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot – otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda – tanda vital menurun tapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4) Tahap 4 NREM
a) Tahap 4 NREM merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang
seimbang pada tahap ini
d) Tanda – tanda vital menurun secara bermakna disbanding selama
jam terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama
5 – 30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar
11
mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung aktif selama tidur REM dan
metabolismnya meningkat hingga 20%. Tahap ini individu menjadi sulit
untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot
terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasan sering kali tidak teratur. (Surgawa & Nikado, 2019)
Karakteristik tidur REM :
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata – rata 20
menit.
12
7. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pola Tidur
Sejumlah faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur,
kualitas tidur mengandungan arti kemampuan individu untuk tetap tidur dan
bangun dengan jumlah tidur REM dan NREM yang cukup. Sedangkan
kuantitas tidur berarti total waktu tidur individu. Faktor psikologis, fisiologi
dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Beberapa
faktor tersebut adalah sebagai berikut (Nur Uyuun & Biahimo, 2020) :
a. Usia
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang – orang dari semua
kelompok usia .
b. Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan (seperti
kesulitan bernafas), atau masalah hati seperti kecemasan atau depresi dapat
menyebabkan masalah tidur .
c. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur seseorang.Individu
dengan waktu kerja tidak sama setiap harinya seringkali mempunyai
kesulitan menyesuaikan perubahan pola tidur. Perubahan lain yang
menggunakan pola tidur merupakan kerja berat yang tidak biasanya,
terlihat dalam aktivitas sosial pada larut malam, perubahan waktu makan
malam.
d. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tertidur.Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur
yang tenang. Ukuran dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur.
13
menghindari berbagai dampak yang timbul akibat dari kurangnya waktu
tidur dimalam hari oleh aktivitas tambahan.
14
C. Post Operasi CA Mamae
1. Definisi
Kanker payudara (ca mammae) adalah keganasan pada payudara
(mammae) yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara. Keganasan pada payudara berasal dari epitel ductus dan
lobulusnya. Ductus (saluran) merupakan tabung yang membawa air susu ke
puting, sedangkan lobulus merupakan kelenjar penghasil air susu. Kanker
payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas akibat dari
pertumbuhan abnormal sel pada jaringan payudara. Sel kanker tersebut
membelah secara pesat dan tak terkontrol, kemudian berinfiltrasi di jaringan
sekitarnya dan bermetastasis. Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan
akan membentuk benjolan di payudara. Apabila benjolan tersebut tidak
segera dikontrol, maka akan sel abnormal pada payudara akan bermetastase
ke jaringan-jaringan tubuh lain. Metastase sering terjadi pada bagian tubuh
terdekat, seperti kelenjar getah bening ketiak atau diatas tulang belikat.
Kanker payudara secara signifikan mempengaruhi morbiditas dan dapat
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. (Putri, 2020)
2. Patofisiologis CA Mamae
Kanker payudara biasanya terjadi karena adanya interaksi antara faktor
lingkungan dan genetik. Jalur PI3K/AKT dan jalur RAS/MEK/ERK
merupakan jalur yang memproteksi sel normal dari bunuh diri sel. Ketika gen
yang mengkode jalur perlindungan ini bermutasi, selsel menjadi tidak mampu
melakukan bunuh diri ketika mereka tidak lagi diperlukan, yang kemudian
dapat mengarah pada perkembangan kanker.Mutasi ini terbukti secara
eksperimental terkait dengan adanya paparan estrogen. Hal itu menunjukkan
bahwa kelainan dalam sinyal faktor pertumbuhan dapat memfasilitasi
pertumbuhan sel ganas. Ekspresi berlebihan jaringan adiposa payudara
leptinin menyebabkan peningkatan proliferasi sel dan kanker.
Kecenderungan keluarga untuk mengembangkan kanker payudara disebut
sindrom kanker payudara-ovarium herediter. Beberapa mutasi yang terkait
dengan kanker, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2, terjadi dalam mekanisme
15
untuk memperbaiki kesalahan dalam DNA (errors in DNA) yang
menyebabkan pembelahan yang tidak terkontrol, kurangnya perlekatan, dan
metastasis ke organ yang jauh. Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 atau
BRCA2 dapat mengganggu perbaikan ikatan silang DNA dan pemutusan
untai ganda DNA. GATA-3 secara langsung mengontrol ekspresi reseptor
estrogen (ER) dan gen lain yang terkait dengan diferensiasi epitel. Hilangnya
GATA-3 menyebabkan penghambatan diferensiasi dan prognosis yang buruk
karena peningkatan invasi sel kanker dan metastasis jauh. (Gautama & Ariani,
2021)
16
c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah.
Bisa lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga
terlihat turun. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge) Jika puting
susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan cairan.
Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting susu, terjadi hanya
pada salah satu payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning
sampai kehijauan, mungkin itu merupakan tanda kanker payudara.
d. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang
sulit/lama sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam
(retraksi), berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak,
bisul atau sisik pada puting susu mungkin merupakan tanda dari beberapa
jenis kanker payudara yang jarang terjadi.
e. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara.
Selain itu kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
f. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang
menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke
bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri
tulang, pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan
disekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan
ganda. (Panigroro et al., 2019)
17
tumor, tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannta, stadium tumor,
apakah telah mencapai simpul limfe atau belum.(Marina, 2020) Setelah
mengetahui faktor penentu di lakukannya jenis mastektomi tertentu, maka
berikut ini adalah beberapa jenis mastektomi yaitu :
a. Mastektomi Preventif
Mastektomi preventif di sebut juga prophylactic mastectomy.
Pembedahan di lakukan pada wanita yang mempunyai resiko tinggi
terkena kanker payudara akibat faktor genetika atau resiko keturunan
kanker payudara. Operasi ini dapat berupa total mastektomi, pengangkatan
seluruh payudara dan puting arau subcutaneous mastectomy,
pengangkatan payudara tetapi puting tetap di pertahankan.
b. Mastektomi Sederhana atau total ( simpe or total mastectomy )
Mastektomi sederhana atau total di lakukan dengan mengangkat
payudara berikut kulit dan putingnya, namun simpul limfe tetap di
pertahankan.
c. Mastektomi Radikal bermodifikasi (modified radical mastectomy )
Mastektomi radikal bermodifikasi adalah pengangkatan seluruh
payudara beserta simpul limfe di bawah ketiak, sedangkan otot pectoral
(mayor dan minor), akan di pertahankan kulit dada dapat di angkat dan
bisa pula di pertahankan, kemudian di ikuti dengan rekontruksi payudara
jika di inginkan.
d. Mastektomi Radikal
Mastektomi radikal adalah pengangkatan seluruh kulit payudara,
otot di bawah payudara serta simpul limfe (getah bening).
e. Mastektomi Parsial atau Segmental (Lumpektomi)
Mastektomi parsial atau segmental dapat di lakukan pada wanita
dengan kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial adalah terapi
penyelamatan payudara atau breast conserving therapy yang akan
mengangkat bagian payudara dimana tumor berada, prosedur ini biasanya
akan di ikuti oleh terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan
payudara yang tersisa.
f. Kuadrantomi (Quadrantomy)
18
Kuadrantomi adalah varian lain dari mastektomi parsial.
Mastektomi jenis ini akan mengangkat seperempat bagian payudara,
termasuk kulit dan jaringn konektif. Pengangkatan beberapa atau seluruh
simpul limfe akan di lakukan dengan prosedur terpisah, dengan
penyayatan simpul bawah ketiak dan biopsi simpul sentinel. (Alifiyanti et
al., 2017)
19
a. Identitas
1) Biodata
a) Nama :
b) Usia / Tanggal Lahir :
c) Jenis Kelamin :
d) Alamat :
e) Suku / Bangsa :
f) Status Perkawinan :
g) Agama / Kepercayaan :
h) Pekerjaan :
i) Diagnostik Medik :
j) No. Medikal Record :
k) Tanggal Masuk :
l) Tanggal Pengkajian :
2) Penanggung Jawab
a) Nama :
b) Usia :
c) Jenis Kelamin :
d) Pekerjaan :
e) Hubungan Dengan Klien :
b. Keluhan utama
Keluhan klien sehingga dia membutuhkan perawatan medik
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Waktu timbulnya penyakit, Kapan?
2) Bagaimana awal munculnya ? Tiba – tiba? Berangsur – angsur ?
3) Keadaan penyakit apakah sudah membaik, parah atau tetap sama
dengan sebelumnya?
4) Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan ?
20
d. Riwayat Kesehatan Lalu
1) Penyakit pada saat anak – anak dan penyakit infeksi yang pernah di
alami ?
2) Imunisasi ?
3) Prosedur operasi dan perawatan rumah sakit ?
4) Alergi (Makanan, Obat – obatan, bebas) ?
5) Pengobatan dini (Konsumsi obat – obatan bebas) ?
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis, klien tampak lemah
21
c) Hidung (Bentuk, Septum nasal, Secret/linder, Nyeri/masa,
Pernapasan cuping hidung, Fungsi penciuman)
d) Telinga (Bentuk, Arikula, Serumen, Fungsi pendengaran)
e) Leher (Vena jugolaris, Reflek menelan, Kelenjar getah bening)
f) Dada/paru (Bentuk, Pergerakan, Perkusi, Auskultasi paru,
Auskultasi jantung)
g) Abdomen (Bentuk, Massa, Nyeri tekan, Bising usus)
h) Ekstremitas atas dan bawah (Pergerakan, Tonus, Oedema, Varises,
Kekuatan otot)
g. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
Foto Rontgen :
EKG :
Pemeriksaan Lain – Lain :
h. Pengkajian istirahat tidur
1) Dalam aktivitas sehari – hari apakah menggunakan alat bantu ?
Sebelum MRS : Selama MRS :
2) Dalam melakukan aktivitas sehari – hari secara?
Sebelum MRS : Pasif/Aktif Selama MRS : Pasif/Aktif
3) Apakah ada kelainan sendi ?
Sebelum MRS : Selama MRS :
4) Berapa lama melakukan kegiatan sehari – hari ?
Sebelum MRS : Selama MRS :
5) Apakah klien memiliki keterampilan khusus? Jenisnya ?
6) Pola tidur :
Siang :
Sebelum MRS : Pukul s/d ( Jam)
Selama MRS : Pukul s/d ( Jam)
Malam :
Sebelum MRS : Pukul s/d ( Jam)
Selama MRS : Pukul s/d ( Jam)
7) Kegiatan yang bias dilakukan untuk pengantar tidur ?
22
Sebelum MRS : Selama MRS :
8) Kebiasaan minum obat stimulant/penenang/dan lain – lain?
Sebelum MRS : Selama MRS :
9) Kondisi yang dapat mengganggu tidur?
Sebelum MRS : Selama MRS :
10) Aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur ?
Sebelum MRS : Selama MRS :
2. Diagnosa Keperawatan
Standar diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(SDKI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur menurut standar diagnosis keperawatan Indonesia :
a. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal (SDKI, 2017).
Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : 1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
23
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif : (tidak tersedia)
Gejala dan tanda minor
Subjektif : 1) Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun
Objektif : (tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
1) Nyeri/kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
4) Penyakit paru obstruktif kronis
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi
b. Kesiapan peningkatan tidur adalah pola penurunan kesadaran alamiah dan
periodic yang memungkinkan istirahat adekuat, mempertahankan gaya
hidup yang di inginkan dan dapat ditingkatkan (SDKI, 2017).
Penyebab
(tidak tersedia)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : 1) Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
2) Mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur
Objektif : 1) Jumlah waktu tidur sesuai pertumbuhan dan perkembangan
Gejala dan tanda minor
Subjektif : 1) Tidak menggunakan obat tidur
Objektif : 1) Menerapkan rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan
tidur
Kondisi Klinis Terkait
1) Pemulihan pasca operasi
2) Nyeri kronis
3) Kehamilan (periode prenatal/postnatal)
4) Sleep apnea
24
3. Perencanaan
25
13) Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
14) Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
15) Ajarkan faktor – faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (Mis, psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift bekerja
16) Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
2. Kesiapan Status Pengaturan Posisi
peningkatan Kenyamanan Observasi
tidur Dengan kriteria 1) Monitor status oksigenasi
hasil : sebelum dan sesudah
1) Kesejahtraa mengubah posisi
n fisik 2) Monitor alat traksi agar
2) Kesejahtraa selalu tepat
n psikologis Terapeutik
3) Dukungan 3) Tempatkan pada
sosial dari matras/tempat tidur
keluarga terapeutik yang tepat
4) Dukungan 4) Tempatkan pada posisi
sosial dari terapeutik
teman 5) Tempatkan objek yang
5) Perawatan sering digunakan dalam
sesuai jangkauan
keyakinan 6) Tempatkan bel atau lampu
budaya panggilan dalam jangkauan
6) Perawatan 7) Sediakan matras yang
sesuai kokoh/padat
kebutuhan 8) Atur posisi tidur yang
7) Kebebasan disukai, jika tidak
melakukan kontraindikasi
ibadah 9) Atur posisi untuk
8) Rileks mengurangi sesak (mis.
9) Keluhan Semi – fowler)
tidak 10) Atur posisi yang
nyaman meningkatkan drainage
10) Gelisah 11) Posisikan pada kesejajaran
11) Kebisinga tubuh yang tepat
n 12) Imobilisasi dan topang
12) Keluhan bagian tubuh yang cedera
26
sulit tidur dengan tepat
13) Keluhan 13) Tinggikan bagian tubuh
kedingina yang sakit dengan tepat
n 14) Tinggikan anggota gerak
14) Keluhan 20o atau lebih diatas level
kepanasan jantung
15) Gatal 15) Tinggikan bagian tempat
16) Mual tidur bagian kepala
17) Lelah 16) Berikan bantal yang tepat
18) Merintih pada leher
19) Menangis 17) Berikan topangan pada area
20) Iritabilitas ederma (mis, bantal
21) Menyalah dibawah lengan dan
kan diri skrotum)
sendiri 18) Posisikan untuk
22) Konfusi mempermudah
23) Konsumsi ventilasi/perfusi (mis,
alkohol tengkurap/good lung down)
24) Pengguna 19) Motivasi untuk melakukan
an zat ROM aktif atau pasif
25) Percobaan 20) Motivasi terlibat dalam
bunuh diri perubahan posisi, sesuai
26) Memori kebutuhan
masalalu 21) Hindari menempatkan pada
27) Suhu posisi yang dapat
ruangan meningkatkan nyeri
28) Pola 22) Hindari menempatkan
elimimasi stump amputasi pada posisi
29) Postur fleksi
tubuh 23) Hindari posisi yang
30) Kewaspad menimbulkan ketegangan
aan pada luka
31) Pola 24) Minimalkan gesekan dan
hidup tarikan saat mengubah
32) Pola tidur posisi
25) Ubah posisi tiap 2 jam
26) Ubah posisi dengan teknik
log roll
27) Pertahankan posisi dan
integritas traksi
28) Jadwalkan secara tertulis
untuk perubahan posisi
Edukasi
29) Informasikan saat akan
dilakukan perubahan posisi
30) Ajarkan cara menggunakan
postur yang baik dan
mekanika tubuh yang baik
27
selama melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
31) Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan oleh perawat selama 3 x 24 jam
dengan kriteria hasil sebagai indikator pencapaian atas rencana keperawatan
yang telah di berikan untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. (SIKI, 2018)
5. Evaluasi
Evaluasi yang dicapai berdasarkan kriteria hasil dari tindakan
keperawatan yang di harapkan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
istirahat tidur adalah keluhan sulit tidur teratasi, kebutuhan akan istirahat tidur
yang adekuat, kualitas tidur yang terjaga, serta tidak ada hambatan dalam
beraktivitas guna meningkatkan status kesehatan selama proses
penyakit.(Leniwita & Anggraini, 2019)
28
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
29
D. Definisi Operasional
1. Kebutuhan istirahat tidur adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak sadar
karena perseptual individu terhdadap lingkungan yang menurun, pada kondisi
demikian keadaan seseorang dapat dibangunkan kembali dengan rangsangan
yang cukup.
2. Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan yang terdiri atas 5 tahap yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
a. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan menunjukkan bahwa Ny. A berumur
50 tahun dirawat di ruang perawatan rawat inap Mina 9 diagnosa post
operasi CA Mamae. Pada saat dilakukan pengkajian Ny. A mengatakan
nyeri post operasi CA Mamae pada payudara sebelah kanan dengan skala
nyeri, mengeluh sulit tidur dan mengatakan tidak puas tidur, klien
mengatakan tidur hanya 4 jam dalam sehari dan sering terbangun di
malam hari.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada kasus Ny. A dengan masalah Post operasi
CA Mamae merujuk pada buku Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) adalah Gangguan pola tidur berhubungan dengan
proses penyakit.
c. Perencanaan keperawatan dalam penelitian ini menurut standar luaran
keperawatan Indonesia (SLKI) adalah pola tidur dan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI) yang digunakan adalah dukungan tidur.
d. Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 x 24 jam sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah dibuat yang dilakukan pada tanggal
24 s/d 26 juni 2022.
e. Evaluasi yang dicapai berdasarkan kriteria hasil dari tindakan
keperawatan pada pasien Ny. A di harapkan masalah keperawatan
gangguan kebutuhan istirahat tidur dapat teratasi.
30
E. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini di lakukan pada bulan Juni 2020 di RS Aliah II.
F. Pengumpulan Data
1. Data primer dan data skunder
a. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer ini
diperoleh melalui :
1) Wawancara
Wawancara adalah Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
secara lisan dari seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap
– cakap dan berhadapan muka dengan orang tersebut.
2) Persiapan
a) Mengajukan ijin pengambilan data awal di Rumah Sakit Aliyah II.
b) Menentukan responden yaitu klien sebagai subjek penelitian sesuai
kriteria inklusi.
c) Memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud, tujuan,
dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian studi kasus
ini.
d) Memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada
responden.
b. Data sekunder
Data diperoleh dari rekam medik/dokumen pasien di Rumah Sakit
Aliah II.
Adapun prosedur pengumpulan data yaitu :
1) Pelaksanaan
a) Peneliti dan subjek studi kasus menyiapkan tempat untuk melakukan
studi kasus.
b) Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada responden.
c) Menciptakan suasana yang akrab dengan subjek penelitian.
d) Peneliti melakukan wawancara sesuai dengan waktu yang telah
disepakati bersama subjek studi kasus.
31
2) Evaluasi
Peneliti melakukan pengolahan dengan data yang sudah didapat.
G. Penyajian Data
Data yang akan digunakan pada studi kasus ini yakni secara tekstural atau
narasi, disertai dengan penelitian studi kasus dan respon dari subyek studi kasus
yang merupakan data pendukung dari penelitian
H. Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan kepada tim program proposal penelitian
Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan Keperawatan, adapun etika yang harus di
taati oleh peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni :
1. Melakukan pengkajian hingga evaluasi dengan sebenar – benarnya yang
berlandaskan teori yang telah dijabarkan pada tinjauan teori.
2. Peneliti harus menggunakan komunikasi terapeutik dalam melaksanakan
setiap tindakan keperawatan.
3. Confidentially merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien.
5. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk/membahayakan keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai
“primum non nocere” atau “above all do no harm”,
6. Prinsip justice, yaitu memperlakukan orang lain secara adil, layak dan tepat
sesuai dengan haknya. Situasi yang adil adalah seseorang mendapatkan
mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan hak atau kondisinya.
32
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
33
4) Alergi (Makanan, Obat – obatan, bebas) : Tidak ada
5) Pengobatan dini (Konsumsi obat – obatan bebas) : Tidak ada
Ny
.A
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Sedang
2) Kesadaran : composmentis
3) Observasi tanda – tanda vital
a) Suhu tubuh : 36,5oC
34
b) Tekanan darah : 110/80 mmHg
c) Nadi : 76x/menit
d) Pernapasan : 20x/menit
e) Spo2 : 99%
f) Tinggi badan : 160 cm
g) Berat badan : 57 kg
4) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala (Rambut, Kulit kepala, Massa/nyeri)
Rambut : Hitam lurus
Bentuk Kepala : Bulat, tidak ada massa
Keadaan kulit Kepala : Nampak bersih tidak ada lesi dan ketombe
Nyeri kepala/Pusing : Tidak ada
Distribusi Rambut : Lebat, distribusi merata
Rambut rontonk : Tidak ada rambut rontok
b) Mata
Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan
Edema Kelopak mata : Tidak ada
Ptosis : Tidak ada ptosis
Sklera : Anikterik (normal)
Konjungtiva : Merah muda (normal)
Ukuran pupil : Isokor
Ketajaman penglihatan : Visus mata 6/6
Pergerakan bola mata : Baik,dapat digerakkan ke 8 arah
Lapang pandang : Baik,dapat menjangkau lateral (sudut mata)
Diplopia : Tidak ada diplopia
Photohobia : Tidak ada
Nistagmus : Tidak ada
Refleks kornea : Berkedip normal ketika diberi rangsangan
Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
c) Hidung
Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan
Perdarahan : Tidak ada perdarahan luar
35
Sekresi : Tidak ada secret
Fungsi penciuman : Baik (tes pembauan)
Nyeri : Tidak ada nyeri
d) Telinga (Bentuk, Arikula, Serumen, Fungsi pendengaran)
Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan
Sekret : Tidak ada secret
Serumen : Tidak ada serumen
Ketajaman Pendengaran : Baik (tes arloji)
Tinnitus : Tidak ada tinnitus
Nyeri : Tidak Ada nyeri
e) Mulut
Fungsi bicara : Suara serak dan lebih pelan
Kelembaban bibir : Lembab
Posisi ovula : Normal, berada diantara tonsil
Mukosa : Tidak ada lesi dan peradangan
Keadaan tonsil : Tidak ada pembesaran dan peradangan
Stomatitis : Tidak Ada
Warna lidah : Merah muda
Tremor pada lidah : Tidak ada tremor
Kebersihan lidah : Bersih
Bau Mulut : Tidak ada
Kelengkapan Gigi : Geraham atas sudah tidak ada
Kebersihan gigi : Baik
Karies : Tidak ada
Kesulitan menelan : Tidak ada
Kemampuan mengunyah : Kurang
Fungsi mengecap : Baik dapat membedakan Rasa
f) Leher
Mobilitas leher : Tidak ada kaku kuduk
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak Ada pembesaran
Pelebaran vena jugularis : Normal (3 cm)
36
Trakhaea : Normal tidak ada nyeri dan peradangan
g) Dada/paru
Bentuk dada : Normal Chest, tampak terpasang perban
dikarenakan pasien post operasi
Pengembangan dada : Simetris Kiri dan Kanan
Retraksi dinding dada : Tidak ada
Dispneu : Tidak ada
Ortopneu : Tidak ada
Perkusi thoraks : Sonor
Suara nafas : Normal
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada bunyi nafas tambahan
h) Jantung
Iktus kordis : Tidak tampak
Ukuran jantung : Normal tidak ada pembesaran
Nyeri dada : Tidak ada
Palpitasi : Tidak ada palpitasi
Bunyi Jantung : Lup – dup
i) Payudara
Bentuk payudara :Bulat, nampak terdapat perban pada
payudara sebelah kanan yang masih bersih
dan kering
Keadaan Putting susu : Menonjol keluar
Pengeluaran Kolostrum Dari Puting susu : Tidak ada
j) Abdomen
Distensi Abdomen : Tidak ada distensi abdomen
Ostomi : Tidak ada
Tanda Jejas : Tidak Ada
Peristaltik : 7 kali/Menit
Perkusi Abdomen : Timpani
Massa : Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada
k) Genitalia
37
(Tidak di lakukan pengkajian)
l) Ekstremitas atas dan bawah
Purpura/ekimosis : Tidak ada
Atropi : Tidak ada pengecilan otot
Hipertropi : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Luka : Tidak ada
Deformitas Sendi : Tidak ada
Deformitas Tulang : Tidak ada
Tremor : Tidak mengalami tremor
Varises : Tidak ada varises
Edema : Tidak terdapat edema
Pergerakan : Normal tidak ada kekakuan
Kekakuan Sendi : Tidak ada
Kekuatan Otot : Baik 5 5
5 5
Tonus Otot : Normal
Kekuatan Sendi : Normal
Nyeri : Tidak Ada nyeri
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium :
38
RBC 4.48 103/uL 4.20 – 5.50
HCT 36.7 % 37.0 – 43.0
MCV 82.1 fL 80.0 – 100.0
MCH 28.1 Pg 27.0 – 34.0
MCHC 34.3 g/dl 32.0 – 36.0
RDW-CV 13.8 % 11.0 – 16.0
RDW-SD 41.5 fL 35.0 – 56.0
PLT 372 103/uL 150 – 400
MPV 9.0 fL 6.5 – 12
PDW 14.4 9.0 – 17.0
PCT 0.334 % 0.108 – 0.282
CT 5.00 Menit 3.00 – 6.00
BT 3.00 Menit 1.00 – 3.00
Rapid Test Negatif
Antigen
g. Therapy :
IVFD RL 28 Tpm
Alprazolam extra 0,5 mg/Oral (Pre op)
Amlodipine 10mg/Oral (Pre op)
Inj. Cefotaxime (500mg) 1 Amp/8 Jam/IV (Post Op)
Inj. Dexametasone (5mg) 1 Amp/8 Jam/IV (Post Op
Inj. Ondansetron (4mg) 1 Amp/8 Jam/IV (Post Op
Inj. Ranitidine (25mg) 1 Amp/12 Jam/IV (Post Op
39
Sebelum MRS : Tidak ada
Selama MRS : Tidak ada
4) Berapa lama melakukan kegiatan sehari – hari
Sebelum MRS :
Selama MRS :
5) Apakah klien memiliki keterampilan khusus? Tidak ada
6) Pola tidur :
Siang :
Pre Operasi : 2 Jam ( 13.00 wita s/d 15.00 wita)
Post Operasi : Tidak pernah tidur siang
Malam :
Pre Operasi : 9 Jam (Pukul 21.00 wita s/d 06.00 wita)
Post Operasi : 3 – 4 Jam (Sering terbangun dimalam hari dikarenakan
nyeri dengan skala nyeri 5)
7) Kegiatan yang biasa dilakukan untuk pengantar tidur
Sebelum MRS : Tidak ada
Selama MRS : Tidak ada
8) Kebiasaan minum obat stimulant/penenang/dan lain – lain?
Sebelum MRS : Tidak ada
Selama MRS : Klien mendapatkan Alprazolam extra 0,5 mg/Oral
berdasarkan instruksi dokter anastesi (Pre operasi
CA Mamae)
9) Kondisi yang dapat mengganggu tidur?
Sebelum MRS : Tidak ada
Selama MRS : Kondisi suhu ruang rawat inap yang dingin, dan
keadaan dalam ruang rawat inap yang ramai
pengunjung.
10) Aktivitas yang dilakukan setelah bangun tidur ?
Sebelum MRS : Kembali beraktivitas
Selama MRS : Klien melakukan aktivitas di tempat tidur
40
2. DATA FOKUS
Klien : Ny. A
Diagnosa Medis : Post Operasi CA Mamae
Table 4.2 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Pada Ny.A
dengan gangguan kebutuhan istirahat tidur
Data Subjektif Data Objektif
a. Klien mengatakan nyeri a. P: Post operasi CA Mamae
post operasi CA Mamae Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
pada payudara sebelah R: Payudara sebelah kanan
kanan dengan skala nyeri S: Skala nyeri 5
5 T: Hilang timbul
b. Klien mengeluh sulit b. Klien nampak lelah
tidur c. Klien nampak mengantuk
c. Klien mengatakan tidak d. Obs. TTV :
puas tidur TD: 110/80 mmHg
d. Klien mengatakan tidur N: 76x/menit
hanya 4 jam dalam S : 36,5oC
sehari dan sering RR : 20x/menit
terbangun di malam hari Spo2 : 99%
Tabel 4.3 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Pada Ny.A dengan gangguan
kebutuhan istirahat tidur
No. Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. Ds : Post Operasi CA Gangguan
a. Klien mengatakan Mamae pola tidur
nyeri post operasi berhubungan
CA Mamae pada Luka insisi bedah dengan proses
payudara sebelah penyakit
kanan dengan skala Terputusnya
nyeri 5 kontinuitas jaringan
b. Klien mengeluh sulit
tidur Merangsang serabut
c. Klien mengatakan saraf sensori
tidak puas tidur
d. Klien mengatakan Hipotalamus
tidur hanya 4 jam mempersepsikan
dalam sehari dan nyeri
sering terbangun di
malam hari Sering terbangun
Do : dimalam hari
41
a. P: Post operasi CA
Mamae Tidur tidak cukup
Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk Gangguan pola
R: Payudara sebelah tidur
kanan
S: Skala nyeri 5
T: Hilang timbul
b. Klien nampak lelah
c. Klien nampak
mengantuk
d. Obs. TTV :
TD : 110/80 mmHg
N: 76x/menit
S: 36,5oC
RR : 20x/menit
Spo2 : 99%
4. Diagnosa Keperawatan
42
5. Intervensi Keperawatan
43
6. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
44
tusuk Klien di 99%
R: berikan
Payudara penjelasan A : Masalah
sebelah terkait gangguan
kanan pentingnya pola tidur
S: Skala tidur yang belum
nyeri 5 cukup teratasi
T: Hilang selama P:
timbul proses Intervensi
b. Klien penyakit di lanjut
nampak 16.30 4. Menganjur dengan :
lelah kan - Modifikas
c. Klien menghindar i
nampak i lingkunga
mengantuk makan/min n
d. Obs. TTV : um yang dipertahan
TD : menggangg kan
110/80 u tidur - Menginga
mmHg Hasil : tkan klien
N: Klien di untuk
76x/menit sarankan tidak
S: 36,5oC agar tidak mengkons
RR : mengkonsu umsi
20x/menit msi makanan
Spo2 : 99% makanan yang
dan menggang
minuman gu tidur
yang dapat
menggangg
u tidur
seperti kopi
dan
sebagainya.
16.45 5. Menganjur
kan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
Hasil :
Klien di
anjurkan
tidur seperti
jam tidur
kebiasaan
pasien
17.00 6. Melakukan
prosedur
untuk
45
meningkatk
an
kenyamana
n (Mis,
pijat,
pengaturan
posisi,
terapi,
akupresur)
Hasil :
Klien di
atur posisi
tidurnya
berdasarkan
kenyamana
n klien
HARI KE DUA
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Gangguan Minggu 08.00 1. Mengidenti S:
pola tidur , 25 fikasi faktor - Klien
berhubungan Juni penggangg mengatak
dengan proses 2022 u tidur an masih
penyakit (Fisik/psiko sulit untuk
Ds : logis) tidur
a. Klien Hasil :
mengatakan Nyeri luka O:
masih sulit post operasi - Klien
untuk tidur CA Mamae nampak
b. Klien 08.10 2. Memodifik kurang
mengatakan asi berseman
kurang puas lingkungan gat
tidur (Mis. - Skala
c. Klien Pencahayaa nyeri 3
mengatakan n,
cumin tidur kebisingan, A : Masalah
6 jam suhu, ganggua
sehari matras, dan n pola
Do : tempat tidur
a. Klien tidur) belum
nampak Hasil : teratasi
lelah Pembatasan P:
b. Klien jumlah Intervensi
nampak pengunjung di lanjut
46
mengantuk dan dengan :
c. Obs. TTV : pengaturan - Modifikas
TD : suhu ruang i
120/80 perawatan lingkunga
mmHg di n
N: pertahanka dipertahan
76x/menit n kan
S: 36,6oC 08.20 3. Menjelaska - Menginga
RR : n tkan klien
18x/menit pentingnya untuk
Spo2 : tidur cukup tidak
100% selama mengkons
sakit umsi
Hasil : makanan
Klien di yang
berikan menggang
penjelasan gu tidur
terkait tetap
pentingnya dilakukan
tidur yang
cukup
selama
proses
penyakit
tetap
diberikan
08.30 4. Menganjur
kan
menghindar
i
makan/min
um yang
menggangg
u tidur
Hasil :
Klien di
sarankan
agar tidak
mengkonsu
msi
makanan
dan
minuman
yang dapat
menggangg
u tidur
seperti kopi
dan
47
sebagainya
dipertahank
an.
08.45 5. Menganjur
kan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
Hasil :
klien tetap
di ingatkan
agar tidur
sesuai
dengan jam
tidurnya
09.00 6. Melakukan
prosedur
untuk
meningkatk
an
kenyamana
n (Mis,
pijat,
pengaturan
posisi,
terapi,
akupresur)
Hasil :
pengaturan
posisi klien
tidur klien
sesuai
dengan
kenyamana
nx di
pertahanka
n
HARI KE TIGA
No. Diagnosa Hari /
Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tanggal
1. Gangguan Senin, 08.00 6. Mengidenti S :
pola tidur 26 Juni fikasi faktor - Klien
berhubungan 2022 penggangg mengatak
dengan proses u tidur an tidak
penyakit (Fisik/psiko sulit lagi
Ds : logis) untuk
48
- Klien Hasil : tidur
mengatakan Nyeri luka - Klien
tidak sulit post operasi mengatak
lagi untuk CA Mamae an merasa
tidur 08.10 7. Memodifik puas
- Klien asi dengan
mengatakan lingkungan tidurnya
merasa puas (Mis.
dengan Pencahayaa O:
tidurnya n, - Klien
Do : kebisingan, Nampak
- Klien suhu, segar dan
Nampak matras, dan berseman
segar dan tempat gat
bersemangat tidur) - Skala
- Obs. TTV : Hasil : nyeri 2
TD : Pembatasan
120/80 jumlah - suhu
mmHg pengunjung ruangan
N: dan dan
72x/menit pengaturan pembatasa
S: 36,7oC suhu ruang n jumlah
RR : perawatan pengunjun
18x/menit tetap g tetap di
Spo2 : dipertahank atur dan di
100% an guna batasi
memaksima A : Masalah
lkan gangguan
kebutuhan pola tidur
istirahat teratasi
dan tidur P:
yang Intervensi
adekuat di lanjut
08.20 8. Menjelaska dengan :
n - Modifikas
pentingnya i
tidur cukup lingkunga
selama n
sakit dipertahan
Hasil : kan
Klien - Tetap
mengerti Menginga
dan tkan klien
memahami untuk
tentang tidak
pentingnya mengkons
tidur yang umsi
cukup makanan
49
selama yang
proses menggang
penyakit. gu tidur
08.30 9. Menganjur
kan
menghindar
i
makan/min
um yang
menggangg
u tidur
Hasil :
Anjuran
untuk
menghindar
i makanan
dan
minuman
yang dapat
menggangg
u tidur tetap
di
pertahanka
n guna
memaksima
lkan
kebutuhan
istirahat
dan tidur
klien
08.45 10. Menga
njurkan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
Hasil
klien dapat
tidur sesuai
dengan jam
tidurnya
sehari –
hari
09.00 11. Melaku
kan
prosedur
untuk
meningkatk
an
50
kenyamana
n (Mis,
pijat,
pengaturan
posisi,
terapi,
akupresur)
Hasil :
Klien
mampu
secara
mandiri
mengatur
posisi tidur
berdasarkan
kenyamana
nnya
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap
ini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan
klien. Sesuai dengan teori, kanker payudara merupakan peyakit keganasan
yang paling banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena
terjadinya pembelahan sel – sel tubuh secara tidak teratur sehingga
pertumbuhan sel tidak dapat di kenadalikan dan akan tumbuh menjadi
benjolan tumor/kanker. Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudar
baik itu sebagian atau seluruh payudara. Mastektomi adalah pemotongan
melintang dan pengangkatan jaringan payudara dari tulang selangka
(superior) ke batas depan latissimus dorsi (lateral) ke rectus sheath (inferior)
dan midline (medial). Pada pasien post operasi CA Mamae, insomnia
merupakan gangguan tidur yang umum terjadi. Pola tidur pasien post operasi
CA Mamae karena sakit fisik akibat insisi pembedahan, nyeri, efeksamping
obat – obatan, lingkungan (suhu dan kebisingan ruangan), gaya hidup (pola
makan, olahraga, rutinitas tidur, kondisi emosional) dan dampak psikologis
dari operasi tersebut. (Marina, 2020)
51
Dalam studi kasus pada pasien yang mengalami post operasi CA
Mamae di dapatkan hasil pengkajian data subjektif Ny. A mengatakan Klien
mengatakan nyeri post operasi CA Mamae pada payudara sebelah kanan
dengan skala nyeri 5, saat ini Ny. A mengeluh sulit tidur, tidak puas tidur, dan
klien mengatakan tidur hanya 4 jam dalam sehari dan sering terbangun di
malam hari, saat dilakukan pemeriksaan data objektif didapatkan hasil P: Post
operasi CA Mamae, Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: Payudara sebelah
kanan, S: Skala nyeri 5, T: Hilang timbul, Ny. A nampak lelah dan nampak
mengantuk, Obs. TTV : TD: 110/80 mmHg, N: 76x/menit, S : 36,5oC, RR :
20x/menit, Spo2 : 99%.
Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan
pengkajian pada Ny. A dengan menggunakan format pengkajian kebutuhan
istirahat tidur di dapatkan hasil terdapat kesenjangan antara teori dan studi
kasus.
2. Diagnosa keperawatan
Penulisan diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem +
etiologi + simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari
SDKI. Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data
berdasarkan data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan
pada tinjauan teori dengan kasus Post operasi CA Mamae. Diagnosa
keperawatan yang ditegakkan berdasarkan (Standar diagnosis keperawatan
indonesia (SDKI). Masalah keperawatan adalah :
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal (SDKI, 2017). Penyebab gangguan tidur pada
pasien post operasi CA Mamae haruslah dievaluasi dan dilakukan
penatalaksanaan yang tepat. Pasien dengan post operasi CA Mamae
memiliki berbagai faktor yang berkontribusi pada gangguan tidur.
Gangguan tidur pada pasien post operasi CA Mamae seringkali tidak
diidentifikasi secara adekuat. Pasien post operasi CA Mamae mungkin
mengalami gangguan tidur karena efek insisi pembedahan, nyeri,
52
efeksamping obat – obatan, lingkungan (suhu dan kebisingan ruangan),
gaya hidup (pola makan, olahraga, rutinitas tidur, kondisi emosional) dan
dampak psikologis dari operasi tersebut.
Diagnosa keperawatan ini diangkat oleh penulis sebab berdasarkan
hasil pengkajian diperoleh data secarasubjektif Ny. A mengatakan nyeri
post operasi CA Mamae pada payudara sebelah kanan dengan skala nyeri
5, saat ini Ny. A mengeluh sulit tidur, tidak puas tidur, dan klien
mengatakan tidur hanya 4 jam dalam sehari dan sering terbangun di malam
hari.
Berdasarkan data tersebut maka penulis mengangkat masalah
keperawatan gangguan pola tidur sebab berdasarkan teori SDKI (2017),
menyatakan bahwa batasan karakteristik untuk mengangkat masalah
keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
yaitu apabila terdapat salah satu tanda atau data seperti mengeluh sulit
tidur atau tidak puas tidur.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam
intervensi keperawatan. Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori
asuhan keperawatan yang ada. Intervensi dari diagnosa gangguan pola tidur
berhubungan dengan proses penyakit disusun sesuai dengan SIKI yaitu
dukungan tidur, intervensi yang di berikan adalah Identifikasi faktor
pengganggu tidur (Fisik/psikologis), Modifikasi lingkungan (Mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur), Jelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, Anjurkan menghindari makan/minum
yang mengganggu tidur, Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, Lakukan
prosedur untuk meningkatkan kenyamanan. (SIKI, 2018)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
53
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Implementasi keperawatan pada Ny. A dengan kasus post operasi
CA Mamae adalah :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
Implementasi hari pertama yang didapat pada tanggal 24 Juni 2022
adalah mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (Fisik/psikologis)
dengan hasil nyeri luka post operasi CA Mamae, Memodifikasi
lingkungan (Mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur) dengan hasil Pembatasan jumlah pengunjung dan pengaturan suhu
ruang perawatan di atur agar klien dapat beristirahat dengan tenang dan
nyaman, Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit dengan hasil
klien di berikan penjelasan terkait pentingnya tidur yang cukup selama
proses penyakit, Menganjurkan menghindari makan/minum yang
mengganggu tidur dengan hasil klien di sarankan agar tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengganggu tidur
seperti kopi dan sebagainya, Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur dengan hasil Klien di anjurkan tidur seperti jam tidur kebiasaan
pasien, Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (Mis, pijat,
pengaturan posisi, terapi, akupresur) dengan hasil klien di atur posisi
tidurnya berdasarkan kenyamanan klien. (SIKI, 2018)
Implementasi hari ke dua yang didapat pada tanggal 25 Juni 2022
adalah Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (Fisik/psikologis)
dengan hasil nyeri luka post operasi CA Mamae, Memodifikasi
lingkungan (Mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur) dengan hasil Pembatasan jumlah pengunjung dan pengaturan suhu
ruang perawatan di pertahankan, Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit dengan hasil Klien di berikan penjelasan terkait pentingnya
tidur yang cukup selama proses penyakit tetap diberikan, Menganjurkan
menghindari makan/minum yang mengganggu tidur dengan hasil Klien di
sarankan agar tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat
mengganggu tidur seperti kopi dan sebagainya dipertahankan,
Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur dengan hasil klien tetap di
54
ingatkan agar tidur sesuai dengan jam tidurnya, Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (Mis, pijat, pengaturan posisi, terapi,
akupresur) dengan hasil pengaturan posisi klien tidur klien sesuai dengan
kenyamanannya di pertahankan. (SIKI, 2018)
Implementasi hari ketiga yang didapat pada tanggal 26 Juni 2022
adalah Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (Fisik/psikologis)
dengan hasil Nyeri luka post operasi CA Mamae, Memodifikasi
lingkungan (Mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur) dengan hasil Pembatasan jumlah pengunjung dan pengaturan suhu
ruang perawatan tetap dipertahankan guna memaksimalkan kebutuhan
istirahat dan tidur yang adekuat, Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit dengan hasil klien mengerti dan memahami tentang
pentingnya tidur yang cukup selama proses penyakit., Menganjurkan
menghindari makan/minum yang mengganggu tidur dengan hasil Anjuran
untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengganggu tidur
tetap di pertahankan guna memaksimalkan kebutuhan istirahat dan tidur
klien, Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur dengan hasil klien
dapat tidur sesuai dengan jam tidurnya sehari – hari, Melakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan (Mis, pijat, pengaturan posisi, terapi,
akupresur) dengan hasil Klien mampu secara mandiri mengatur posisi
tidur berdasarkan kenyamanannya. (SIKI, 2018)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan gangguan pola
tidur berhubungan dengan proses penyakit pada kasus Ny. A evaluasi pada
tanggal 25 juli 2022 di dapatkan hasil data subjektif Ny. A mengatakan sulit
untuk tidur dan mengeluh tidak puas tidur, setelah dilakukan pengkajian di
dapatkan data objektif P : Post operasi CA Mamae, Q: Nyeri seperti ditusuk
– tusuk, R: Payudara sebelah kanan, S: Skala nyeri 5, T: Hilang timbul, Klien
nampak lelah, Klien nampak mengantuk, Obs. TTV : TD : 110/80 mmHg N:
76x/menit S: 36,5oC RR : 20x/menit Spo2 : 99%, Masalah gangguan pola
tidur belum teratasi. Intervensi di lanjut dengan modifikasi lingkungan
55
dipertahankan, mengingatkan klien untuk tidak mengkonsumsi makanan
yang mengganggu tidur
Evaluasi pada tanggal 24 juli 2022 di dapatkan hasil data subjektif Klien
mengatakan masih sulit untuk tidur, setelah dilakukan pengkajian di dapatkan
data objektif klien nampak kurang bersemangat, skala nyeri 3, Masalah
gangguan pola tidur belum teratasi. Intervensi di lanjut dengan modifikasi
lingkungan dipertahankan, mengingatkan klien untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang mengganggu tidur
Evaluasi pada tanggal 24 juli 2022 di dapatkan hasil data subjektif Ny.
A mengatakan tidak sulit lagi untuk tidur dan merasa puas dengan tidurnya,
setelah dilakukan pengkajian di dapatkan data objektif Ny. A Nampak segar
dan bersemangat, skala nyeri 2 suhu ruangan dan pembatasan jumlah
pengunjung tetap di atur dan di batasi, masalah gangguan pola tidur teratasi.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Devy Surya
Mawaddah (2021) dengan judul Hubungan Nyeri terhadap Pola Tidur Pasien
Post Operasi Appendisitis di RSUD Teungku Peukan Aceh Barat Daya hasil
penelitian menunjukkan pada pasien pasca operasi lebih mempersepsikan
nyeri ke rentang nyeri sedang, yang mana nyeri dapat mempengaruhi kualitas
tidur tapi pada sebagian orang nyeri tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur
karena persepsi masing – masing pasien yang berbeda dan tingkat kebutuhan
akan tidur yang bervariasi kepada setiap individu yang dipengaruhi oleh sakit,
lingkungan, keletihan, gaya hidup, stres emosional, diet, motivasi dan obat –
obatan.
Sejalan dengan teori yang dikemukakan di atas, bahwa nyeri
merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan, dalam kondisi
bagaimanapun ketika pasien merasakan nyeri akibat pembedahan, secara
fisiologis pasien akan merasakan ketidaknyamanan baik dalam dalam
bergerak, berbicara, merasa gelisah di atas tempat tidur, terbangun pada
malam hari, dan sulit melanjutkan tidur hingga pagi hari. Oleh karena itu,
peran tenaga medis dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
pasien selama menjalani fase post operatif. Berbagai upaya seperti
penggunaan teknik distraksi, relaksasi, serta pengalihan perhatian yang fokus
56
merasakan sakit akan membantu pasien untuk meredakan nyeri. Selain itu
juga, terapi analgesik yang diberikan sebagai tindakan kolaboratif dapat
menjadi intervensi dalam menimbulkan rasa nyaman yang dapat dirasakan
pasien pasca operasi. (Samsir & Yunus, 2020)
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat
Tidur Pada Ny. A Dengan post operasi CA Mamae di ruang perawatan Mina 9
Rumah Sakit Aliyah II Kota Kendari maka penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Hasil pengkajian keperawatan kebutuhan istirahat tidur didapatkan kesamaan
data dari kasus yang diangkat dengan teori yang ada, dimana Ny. A Saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Juni 2022, Ny. A mengatakan Klien
mengatakan nyeri post operasi CA Mamae pada payudara sebelah kanan
dengan skala nyeri 5, saat ini Ny. A mengeluh sulit tidur, tidak puas tidur, dan
klien mengatakan tidur hanya 4 jam dalam sehari dan sering terbangun di
malam hari, saat dilakukan pemeriksaan data objektif didapatkan hasil P: Post
operasi CA Mamae, Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: Payudara sebelah
kanan, S: Skala nyeri 5, T: Hilang timbul, Ny.A nampak lelah dan nampak
mengantuk, Obs. TTV : TD: 110/80 mmHg, N: 76x/menit, S : 36,5oC, RR :
20x/menit, Spo2 : 99%.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus Ny.A dengan post operasi
CA Mamae adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit.
3. Intervensi keperawatan dilakukan pada Ny.A dengan post operasi CA Mamae
adalah dukungan tidur dengan intervensi, Identifikasi faktor pengganggu
tidur (Fisik/psikologis) Terapeutik, Modifikasi lingkungan (Mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur), Jelaskan
pentingnya tidur cukup selama sakit, Anjurkan menghindari makan/minum
yang mengganggu tidur, Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, Lakukan
prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (Mis, pijat, pengaturan posisi,
terapi, akupresur).
4. Implementasi yang dilakukan pada Ny.A dengan post operasi CA Mamae
dilakukan selama 5 hari pada tanggal 24 Juni 2022 sampai dengan tanggal 26
Juni 2022.
58
5. Pada tahap akhir peneliti melakukkan evaluasi pada tanggal 26 Juni 2022
mengenai tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan catatan
perkembangan. Evaluasi didapatkan pada diagnosa keperawatan gangguan
pola tidur berhubungan dengan proses penyakit masalah dapat teratasi setelah
klien di berikan tindakan asuhan keperawatan.
B. Saran
1. Bagi instalasi pelayanan kesehatan diharapkan meningkatkan kinerja perawat
dan tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi CA Mamae.
2. Bagi perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan keperawatan yang sudah
dikelola oleh penulis yang bertujuan untuk pemulihan kesehatan klien dan
dalam perawatan post operasi CA Mamae disesuaikan dengan kebutuhan
klien.
3. Bagi pendidikan diharapkan dari hasil pengumpulan data ini dapat digunakan
untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta didik yang
lebih luas tentang penatalaksanaan keperawatan kebutuhan istirahat tidur
pada klien dengan post operasi CA Mamae.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alfi, W. N., & Yuliwar, R. (2018). The Relationship Between Sleep Quality And
Blood Pressure In Patients With Hypertension. Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), 18. Https://Doi.Org/10.20473/Jbe.V6i12018.18-26
Alifiyanti, D., Hermayanti, Y., & Setyorini, D. (2017). Kualitas Tidur Pasien
Kanker Payudara Berdasarkan Terapi Yang Diberikan Di RSUP DR. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2), 115.
Https://Doi.Org/10.17509/Jpki.V3i2.9418
Fitria, A., & Aisyah, S. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur.
Jurnal Gentle Birth, 3(1), 1–11.
Gautama, C., & Ariani, N. K. P. (2021). Gambaran Kualitas Tidur Pada Pasien
Kanker Yang Menjalani Radioterapi Di Rsup Sanglah Denpasar. Jurnal
Medika Udayana, 10(7), 1–5. Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Eum
GLOBOCAN (2020). The Global Cancer Observatory : All Cancer [Internet]. 2020
[cited 2021 Jan 14]. Available from: https://
gco.iarc.fr/today/data/factsheets/cancers/39-all-cancers-fact-sheet.pdf
Hasibuan, R. K., & Hasna, J. A. (2021). Gambaran Kualitas Tidur Pada Lansia Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Kayangan , Kabupaten
Lombok. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 17(2), 187–195.
Imroh Atut T. Dkk. (2022). Pengaruh Pemberian Aromater Api Lavender Dan
Sleep Hygiene Education Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Wisma Tulip
Dan Flamboyan Upt. Pstw Bondowoso. Paper Knowledge . Toward A Media
History Of Documents, 21101088.
Kementrian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi; 2020
Lestari, S. W. P., Rufaida, Z., & Susanti, I. Y. (2020). Skrining Kanker Payudara
Dengan Sadari Pada Pus Di Dusun Tambang Desa Karangjeruk. Jurnal
Kesehatan MIDWINERSLION, 5(1), 59–68.
Marina, A. (2020). Universitas Muhammadiyah Surabaya. Journal Balance, XII(1),
131–141. Http://Repository.Um-Surabaya.Ac.Id/4276/3/BAB_2.Pdf
Muhibbin, M., & Marfuatun, M. (2020). Urgensi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Dalam Meminimalisir Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa.
Educatio, 15(2), 9–20. Https://Doi.Org/10.29408/Edc.V15i2.2714
Rozak, F., Keperawatan, D., Bedah, M., Keperawatan, A., & Rebo, P. (2022). Studi
Kasus : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura. 6(1), 87–101.
Samsir, & Yunus, M. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur
Pada Pasien Post Operasi Di Ruang Keperawatan Bedah. Healthy Papua, 3(1),
100–108.
Http://Jurnal.Akpermarthenindey.Ac.Id/Jurnal/Index.Php/Akper/Article/Vie
w/28
Surgawa, E., & Nikado, H. (2019). Tingkat Insomnia Mahasiswa Tahap Sarjana
Dan Tahap Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
WHO (2018). Breast cancer: Early diagnosis and screening. World Health
Organization.http://www.who.int/cancer/prevention/diagnosisscreening/brea
st-cancer/en/‒ Diakses 30 Juni 2022
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Ny. A
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur/Tanggal Lahir : 50 Tahun/ 3 April 1972
4. Status perkawinan : Cerai Mati
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Bugis
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : IRT
9. Pendapatan :-
10. Tanggal MRS : 23Juni 2022
B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Tn. M
2. Jenis kelamin : Laki-Laki
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Hubungan dengan klien : Anak
5. Alamat : Jl. H. Banawula Sinapoy
Ny
.A
Keterangan :
Laki – Laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Klien :
Garis Perkawinan :
Garis Keturunan :
Garis Serumah :
V. Pemeriksaan Fisik
0. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 110/80mmHg
2. Pernapasan : 20 kali / menit, Irama : Reguler
3. Nadi : 76 kali / menit, regular/ireguler : Reguler
4. Suhu badan : 36,50C
1. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : 57 Kg
2. Tinggi badan : 160 Cm
3. IMT :22,26
2. Kepala :
1. Bentuk kepala : Normal, Oval
2. Keadaan kulit kepala : Kulit kepala klien nampak bersih
3. Nyeri kepala / pusing : Klien mengatakan kadang pusing
4. Distribusi rambut : Rambut klien nampak bersih, dan
tebal
5. Rambut mudah tercabut : Rambut klien tidak mudah tercabut
6. Alopesia : Klien tidak mengalami rontok
7. Lain-lain : -
3. Mata
1. Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan
2. Edema Kelopak mata : Tidak ada
3. Ptosis : Tidak ada ptosis
4. Sklera : Anikterik (normal)
5. Konjungtiva : Merah muda (normal)
6. Ukuran pupil : Isokor
7. Ketajaman penglihatan : Visus mata 6/6
8. Pergerakan bola mata : Baik,dapat digerakkan ke 8 arah
9. Lapang pandang : Baik,dapat menjangkau lateral
(sudut mata)
10. Diplopia : Tidak ada diplopia
11. Photohobia : Tidak ada
12. Nistagmus : Tidak ada
13. Refleks kornea : Berkedip normal ketika diberi
rangsangan
14. Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
1. Lain – lain :-
4. Telinga
1. Kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri
2. Sekret : Nampak tidak ada sekret
3. Serumen : Tidak terdapat serumen
4. Ketajaman pendengaran : Normal ( berfungsi dengan baik)
5. Tinnitus : Tidak terdapat tinnitus
6. Nyeri : Tidak nyeri
7. Lain – lain :-
5. Hidung
1. Kesimetrisan : Simetris
2. Perdarahan : Tidak ada perdarahan
3. Sekresi : Tidak terdapat sekresi
4. Fungsi penciuman : Normal ( berfungsi dengan baik)
5. Nyeri : Tidak merasakan nyeri
6. Lain – lain :-
6. Mulut
7. Mulut
10. Abdomen
1. Warna kulit : Sawo Matang
2. Distensi abdomen : Klien tidak mengalami distensi abdomen
3. Ostomy : Tidak ada ostomy
4. Tanda jejas : Tidak terdapat tanda jejas
5. Peristaltik : Normal 12x/ Menit
6. Perkusi abdomen : Normal ( Timpani)
7. Massa : Tidak ada massa
8. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan .Lokasi :
……………….
9. Lain - lain :-
11. Payudara
1. Kesimetrisan : Bulat, nampak terdapat perban pada
payudara sebelah kanan yang masih bersih dan kering
2. Keadaan puting susu : payudara kiri menonjol keluar
3. Pengeluaran dari putting susu : Tidak ada
4. Massa : Tidak ada masa
5. Kulit paeu d’orange : Normal
6. Nyeri : Payudara sebelah kanan post
operasi
7. Lesi : Tidak ada
8. Lain – lain : ………………………………
12. Genitalia
Pria
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
2. Lesi pada genital : ………………………………
3. Scrotum :
………………………………
4. Pembesaran prostat :
5. Pendarahan :
6. Lain – lain :
………………………………
Wanita
1. Keadaan meatus uretra eksterna :
2. Leukorrhea :
……………………………….…..
3. Perdarahan :
…………………….……………..
4. Lesi pada genital : ………………………………..
5. Lain - lain :
15. Ekstremitas
1. Warna kulit : Sawo Matang
2. Purpura / ekimosis : Tidak ada
3. Atropi : Klien tidak mengalami atropi
4. Hipertropi : Klien tidak mengalami hipertropi
5. Lesi : tTdak ada
6. Pigmentasi : Klien tidak mengalami pigmentasi
7. Luka : Tidak Ada
8. Deformitas sendi : Tidak
9. Deformitas tulang : Tidak
10. Tremor : Klien tidak mengalami tremor
11. Varises : Klien tidak mengalami varises
12. Edema : Klien mengalami edema pada
tangan seblah kiri
13. Turgor kulit : Turgor kulit klien baik
14. Kelembaban kulit : Nampak kering
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : Normal kurang dari 3 detik
16. Pergerakan : Nampak klien bergerak dengan baik
17. Kekakuan sendi : Tidak mengalami kekakuan sendi
18. Kekuatan otot : Baik
19. Tonus otot : Normal
20. Kekuatan sendi : Baik.
21. Nyeri : Tidak
22. Diaphoresis : Tidak
23. Lain – lain :-
b. Kebutuhan Nutrisi
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekuensi makan sehari Baik 4 x sehari 3 x sehari
Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,
malam
Porsi makan yang habiskan 1 porsi/ piring 1 porsi/ piring
Penggunaan alat bantu makan Tidak ada alat bantu Tidak ada alat
makan bantu makan
Makanan pantang/yang tidak sama
disukai
Makanan yang disukai Semuanya disukai Semua disukai
Pembatasan makanan Tidak ada Tidak ada
Jenis makanan yang dibatasi Tidak ada Tidak ada
Konsumsi makanan berserat : Sayuran Tidak ada
jenis dan jumlah
Nafsu makan Baik Baik
Mual Tidak mengalami mual Tidak
mengalami
mual
Hipersalivasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi asam pada mulut Tidak ada Tidak ada
Muntah Tidak mengalami mintah Tidak muntah
Perasaan cepat kenyang setelah Tidak ada Tidak ada
makan
Perasaan kembung Tidak Tidak
Lain – lain -
Lain – lain
Total
Output cairan
Sensible water loss Baik Baik
(SWL)
BAK 2 – 3 x sehari 3 x sehari
BAB 3 x sehari 2 x sehari
Muntah Tidak pernah muntah Sekali muntah
Cairan stoma Tidak ada Tidak ada
Drainase Tidak ada Tidak ada
Insesible water loss Tidak ada Tidak ada
(IWL)
Pernafasan Baik Normal
Kulit Bersih Bersih
Peningkatak suhu Tidak Iya pada saat pertama
tubuh ke rumah sakit
Lain - lain Nampak pasien
terpasang kateter urin
Total Output
Input - output
d. Kebutuhan Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK)
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekwensi BAK 2- 3 x sehari 3 x sehari
Pancaran Tidak ada Tidak ada
Jumlah - -
Warna Kuning Kuning
Disuria Tidak Tidak
Nokturia Tidak Tidak
Perasaan penuh pada Tidak ada Tidak ada
kandung kemih
Perasaan setelah BAK Baik Baik
Kesulitan memulai Tidak ada Tidak ada
berkemih
Dorongan berkemih Baik Baik
Inkontinensia urine Tidak Tidak
Total produksi urine
Lain – lain
f. Kebutuhan Aktivitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Kegiatan rutin Membersihkan rumah Tidak ada
Waktu senggang Berjalan- jalan Beristrahat
Kemampuan berjalan Mampu berjalan Mampu berjalan
Kemampuan merubah Mampu berubah posisi Kurang mampu
posisi saat berbaring merubah posisi
Kemampuan berubah Mampu Kurang baik
posisi : berbaring ke
duduk
Kemampuan Mampu Kurang baik
mempertahankan posisi
duduk
Kemampuan berubah Mampu Kurang baik
posisi : duduk ke berdiri
Kemampuan Mampu Kurang baik
mempertahankan posisi
berdiri
Kemampuan berjalan Mampu Kurang
Penggunaaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
dalam pergerakan
Dispnea setelah Tidak ada Tidak ada
beraktivitas
Ketidaknyamanan Tidak Tidak
setelah beraktivitas
Pergerakan lambat Tidak Iya
3. Makan
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam Baik Kurang baik
perawatan diri makan
Kemampuan Mampu Mampu
memasukkan makanan
ke mulut
Kemampuan Baik Baik
mengunyah
Kemampuan Mampu Dibantu keluarga
memegang peralatan
makan
Lain - lain
4. Eliminasi
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam Baik Baik
perawatan diri
eliminasi BAK dan
BAB
Kemampuan Baik Baik
memanipulasi pakaian
untuk eliminasi
Kemampuan mencapai Mampu dengan Di bantu oleh
toilet sendiri keluarga
Kemampuan naik ke Mampu Tidak mampu
toilet
Kemampuan menyiram Mampu Kurang
toilet
Lain - lain
h. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan : Tidak ada
2. Riwayat perdarahan : Tidak ada
perdarahan
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : Tidak ada
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : Tidak ada
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : Tidak ada
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : Tidak ada
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : Iya
8. Imobilisasi : Tidak ada
9. Luka pada kulit / jaringan : Iya pada telapak
tangan
10. Benda asing pada luka : Tidak ada
11. Riwayat jatuh : Iya
12. Penyebab jatuh : Kecelakaan
13. Kelemahan umum : Tidak ada.
14. Lain – lain :
………………………
i. Kebutuhan Kenyamanan :
1. Keluhan nyeri : Iya lokasi : di daerah pos operasi
dada kanan
2. Pencetus nyeri : post operasi di dada kanan
3. Upaya yang meringankan nyeri : Membatasi pergerakan
4. Karakteristik nyeri : seperti tertusuk- tusuk
5. Intensitas nyeri : Hilang timbul
6. Durasi nyeri : 10 - 15 menit
7. Dampak nyeri terhadap aktivitas : Terhambat
8. Lain – lain : Skala nyeri 5
j. Kebutuhan Seksualitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Perubahan aktivitas seksual Tidak ada Tidak ada
Gangguan kepuasan Tidak ada Tidak ada
seksual
Penurunan hasrat seksual Tidak ada Tidak ada
Gangguan yang Tidak ada Tidak ada
memoengaruhi hubungan
seksual
Dispareunia Tidak ada Tidak ada
Lain – lain
k. Kebutuhan Psikososial
1. Persepsi terhadap penyakit : Sedikit cemas
2. Harapkan klien terhadap kesehatannya : Klien berharap cepat sehat
dan kembali beraktivitas
3. Pengaruh penyakit terhadap pekerjaan : pekerjaannya klien
terhambat
4. Pola interaksi dengan orang terdekat : Baik
5. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi
masalah: Keluarga selalu memberi dukungan dan suport
6. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah:
Berdiskusi dengan keluarga
7. Hubungan dengan orang lain : Baik
8. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama dirawat:
Baik
9. Organisasi kemasyarakatan yang diikuti: Tidak ada sebagai apa:....
10. Lain – lain : …………………………………………..
l. Kebutuhan Spiritual :
1. Kemampuan menjalankan ibadah : Baik
2. Hambatan mengikuti ritual keagamaan : Kurang sehat
3. Perasaan yang dialami terkait aktivitas keagamaan : Baik
4. Lain – lain :
……………………………….
VII Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium : Swab Antigen ( Negatif)
EKG
Rotgen
B. Studi diagnostic :
- IVFD RL 28 Tpm
- Alprazolam extra 0,5 mg/Oral (Pre op)
- Amlodipine 10mg/Oral (Pre op)
- Inj. Cefotaxime (500mg) 1 Amp/8 Jam/IV (Post Op)
- Inj. Dexametasone (5mg) 1 Amp/8 Jam/IV (Post Op
- Inj. Ondansetron (4mg) 1 Amp/8 Jam/IV (Post Op
- Inj. Ranitidine (25mg) 1 Amp/12 Jam/IV (Post Op