Anda di halaman 1dari 109

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN DIAGNOSA POST OP


ABSES MANUS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
KENYAMANAN DI RUANG MELATI
RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


Diploma III Keperawatan politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari

ULTRI
NIM. P003200190142

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
2022

i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

A. INDENTITAS
1. Nama Lengkap : Ultri
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Latoma, 17 September 2001
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/ Kebangsaan : Tolaki, Indonesia
6. Alamat : Jalan. Lakidende No.23 kel.Latoma
7. No. Telp/ Hp : 085211017641

B. PENDIDIKAN
1. SDN Latoma Utama Tahun Tamat 2013
2. SMPN 1 Unaaha Tahun Tamat 2016
3. SMAN 1 Unaaha Tahun Tamat 2019
4. Poltekkes Kemenkes Kendari 2019 - 2022

v
MOTTO

“Tidak ada kata terlambat untuk mulai menciptakan kehidupan yang kamu
inginkan ”

Karya tulis ini ku persembahkan untuk


Almamater
Ayah dan ibu tercinta
Keluargaku tersayang
Teman-teman yang tersayang
Bangsa dan agama
Doa dan nasehat yang menunjang keberhasilan ku

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada TN. A dengan Diagnosa Post Op
Abses Manus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan di Ruang Melati
RSUD Kota Kendari”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka melengkapi
salah satu syarat untuk melesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan.

Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada


Ayahanda dan Ibunda tercinta atas semua bantuan moril maupun material, motivasi,
dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doa yang tidak henti dipanjatkan demi
kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya
tulis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada
pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran
dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih penulis juga ditujukan
kepada :

1. Bapak Teguh Faturrahman, SKM.,MPPM, selaku Direktur Poltekkes


Kemenkes Kendari.
2. Bapak Abdul Syukur Bau, S.Kep.,Ns.,MM, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Ibu Sitti Muhsinah, S.Kep,.Ns.,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing I
dan ibu Hj. Dali, SKM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Kepada Prishilla Sulupadang, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An, Dewi
Sartiya Rini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.Sp.KMB, dan Dian Yuniar Syanti
Rahayu, SKM.M.Kep sebagai penguji I, II, DAN III yang dengan ikhlas

vii
memberikan kritik dan saran sehingga Karya Tulis Ilmiah saya dapat
diselesaikan.
5. Kepada Direktur RSUD Kota Kendari Dr. H. Sukirman, M.Kes., MARS.,
Sp.PA yang telah memberikan izin pengambilan data awal.
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan
dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis
selama kuliah.
7. Teristimewa dan tak terhingga saya ucapkan terima kasih kepada, bapak
saya Burhanuddin dan ibu saya Misnawati yang telah berkorban baik
materi dan non materi demi kesuksesan saya serta terima kasih kepada
kakak saya Elfina Amd. Keb, Muh. Adam Yordan Burhanuddin S.
HUT. Dan Fitriani S.Or. Yang selalu memberikan semangat dan
dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Terimakasih kepada, sahabat saya Mega Putri Sinumo, Winaraja, Elisa,
Ulya, Novi, Febi, Yuni, Nurlian, Geri, Farhan Yuda, Ardin Ucok,
Zulfikar, Fajrin Andika dan teman teman DIII Keperawatan angkatan
2019 Yang telah saling berbagi ilmu, saling memberikan masukan dan telah
membantu menghilangkan titik jenuh saat kuliah sampai proses pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran, kiritik dan pendapat yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan.

Kendari, 23 Juni 2022

Ultri

viii
ABSTRAK

Ultri, Nim : P003200190142 “Asuhan keperawatan pada TN. A dengan


Diagnosa POST OP ABSES MANUS dalam pemenuhan Kebutuhan
Kenyamanan di Ruang Melati RSUD Kota Kendari”. Pembimbing I Ibu Sitti
Muhsinah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.Sp.KMB Pembimbing II Ibu Hj. Dali. SKM.,
M.Kes.
Kebutuhan dasar manusia sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat
kesehatan adalah kebutuhan rasa nyaman. Pasien dengan gangguan rasa nyaman
pada penelitian ini yaitu pasien Post Op Abses Manus. Abses Manus didefinisikan
penimbunan nanah yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan akibat infeksi,
gejala yang dirasakan gatal, benjolan kecil pada telapak tangan dengan warna
kemerahan, keluar nanah, nyeri tekan, bengkak, dan demam.Tujuan :
Melaksanakan asuhan keperawatan pada TN. A dengan Diagnosa POST OP
ABSES MANUS dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan. Metode
Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil
penelitian: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan memberikan intervensi
keperawatan, masalah keperawatan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik pada klien TN. A dapat teratasi pada hari pertama sampai hari ketiga
25 Juni 2022 penelitian, dimana pada hari pertama skala nyeri 7 dan hari ketiga
klien mengatakan nyeri menurun di skala 3, nampak klien sudah tidak meringis,
keadaan umum klien membaik. Teknik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi
pemberian obat anti nyeri membantu klien untuk mengurangi rasa nyeri dan
memberikan kenyamanan pada klien. Kesimpulan : Masalah nyeri akut b.d agen
pencera fisik teratasi dengan penerapan teknik relaksasi nafas dalam mampu
mengatasi nyeri pada Tn. A dengan hasil evaluasi klien melakukan teknik relaksasi
nafas dalam mampu mengatasi masalah nyeri yang dirasakan serta kolaborasi
pemberian obat anti nyeri dimana skala nyeri dari 7 menurun di skala 3.
Kata kunci :Asuhan Keperawatan, kenyamanan Nyeri, Post Op Abses
Daftar pustaka :16 ( 2016-2021)

ix
ABSTRACT
Ultri, Nim : P003200190142 “2000 care in TN. A with the diagnosis of POST
OP ABSES MANUS in meeting the Comfort Needs in the Jasmine Room of
the Kendari City Hospital”. Supervisor I Mrs. Sitti Muhsinah,
S.Kep.,Ns.,M.Kep.Sp.KMB Supervisor II Mrs. Hj. Dali. SKM., M.Kes.
The basic human need, something that must be met to improve health is the need
for taste. Patients with impaired sense of comfort in this study were Post Op Manus
Abscess patients. Manus abscess is defined as an accumulation of pus that
accumulates in a tissue cavity due to infection, symptoms that are felt itchy, small
bumps on the palms with a reddish color, discharge of pus, tenderness, swelling,
and fever. Objective: To carry out nursing care in Tn. A with POST OP MANUS
ABSES Diagnosis with the fulfillment of comfort needs. Research Methods: The
research design used is descriptive method. The results of the study: After nursing
care was carried out by providing interventions, problems, including acute pain,
were associated with physical injury agents in Tn clients. A can be resolved on the
first day until the third day of June 25, 2022 research, where on the first day the
pain scale is 7 and the third day the client says the pain has decreased on a scale of
3, the client seems not to show, the client's general condition is improving. And
deep pain relaxation techniques and collaborative anti-drug administration help
clients to reduce pain and provide comfort to clients. Conclusion: The problem of
acute pain related to physical digestive agents is resolved by applying breath
relaxation techniques to overcome pain in Mr. A with the results of the client's
evaluation of doing deep breathing relaxation techniques to be able to overcome the
problem of perceived pain and collaborating to provide anti-pain medication where
the pain scale of 7 decreased on a scale of 3.
Keywords : Nursing Care, Pain Comfort, Postoperative Abscess
Bibliography :16 ( 2016-2021)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........... Error! Bookmark not
defined.
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Umum .......................................................................................... 4
D. Tujuan Khusus ......................................................................................... 5
E. Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
A. Konsep Dasar Medis Abses ..................................................................... 6
B. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan Dan Nyeri............................... 12
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Dengan Gangguan pemenuhan
kebutuhan kenyamanan .......................................................................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 31
A. Desain Penelitian..................................................................................... 31
B. Subjek Penelitian ..................................................................................... 31
C. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 31
D. Fokus Studi Kasus ................................................................................... 32
E. Definisi Operasional ................................................................................ 32
F. Instrumen Studi Kasus ............................................................................. 33
G. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 33

xi
H. Penyajian Data ........................................................................................ 34
I. Etika Studi Kasus...................................................................................... 34

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .............................. 36


A. Hasil Studi Kasus .................................................................................... 36
B. Pembahasan ............................................................................................. 58
C. Keterbatasan Studi Kasus ........................................................................ 63
BAB V PENUTUP............................................................................................ 64
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35
Lampiran

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 analisa data pada pada Tn. A dengan diagnosa keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen pencedera fisik: Post Op Abses Manus ..................43

Tabel 1.2. Rencana keperawatan pada Tn. A ....................................................45


Tabel 1.3. Implementasi keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik : Post Op Abses Manus .................48

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiarn 2 Format Pengkajian Keperawatan

Lampiran 3 Format SOP

Lampiran 4 Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 Surat permohonan izin Penelitian

Lampiran 6 Surat keterangan penelitian Balitbang

Lampiran 7 Surat pengantar penelitian

Lampiran 8 Surat keterangan sudah melakukan penelitian

Lampiran 9 Surat keterangan bebas administrasi

Lampiran 10 Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 11 Dokumentasi kegiatan penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi


untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia
mempunyai lima kebutuhan dasar yang paling penting meliputi: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan rasa
memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi (Defita, 2016).

Menurut Potter and Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal
Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) gangguan rasa nyaman merupakan
keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan
seharusnya dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu,
fisik, sosial, psikospritual, dan lingkungan. Masalah kesehatan yang
terganggu kebutuhan kenyamanannya adalah Abses (Latin: Abscessus)
merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi
di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan,
luka peluru, atau jarum suntik). Proses infeksi merupakan perlindungan
oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke
baguan tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan
gejala berupa kantong berisi nanah. Abses adalah pengumpulan nanah
yang terlokalisir sebagai akibat infeksi yang melibatkan organisme
piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik,
bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik. Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata” yang
kemudian pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis,
meninggal jaringan parut yang kecil. Pasien dengan diagnosis abses

1
biasanya mengalami gangguan kebutuhan kenyamanan, gangguan pola
tidur, resiko infeksi (Fauzi, 2017).

Abses manus merupakan abses yang terjadi dibagian tangan, abses


dapat terjadi di ruang telapak tangan atau salah satu komponennya sebagai
kelanjutan infeksi dari daerah tangan yang dapat menimbulkan nyeri,
bengkak pada tangan, kemerahan dan demam (Rinnoni, 2019). Menurut
Maslow seorang yang mengalami gangguan kenyamanan nyeri akan
berdampak pada aktivitas sehari-hari, seorang tersebut akan terganggu
dalam pemenuhan kebutuhan istrahat tidur, rasa nyaman, dan dapat
mengganggu aktivitas (Amalia, 2018).

Berdasarkan data (WHO, 2014) terdapat beberapa penyakit infeksi,


diantaranya adalah bakteri dan virus yang mampu mempengaruhi system
kekebalan tubuh, bakteri dapat menyerang semua bagian tubuh
termasuk pada tangan, rongga mulut yang dapat mengakibatkan infeksi.
Penyakit infeksi mempunyai konstribusi besar terhadap angka kematian
menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun
2011, sedangkan pada tahun 2010, di Amerika Serikat 3,2 juta orang
datang ke departemen darurat abses, dan di Australia sekitar 13.000 orang
dirawat di rumah sakit pada tahun 2015 dimana disebabkan karena
penyakit infeksi abses dan lainnya (Longso, 2018).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018


menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah infeksi di Indonesia adalah
(45,3%), sedangkan masalah kesehatan infeksi yang mayoritas dialami
penduduk Indonesia adalah abses sebesar 14%, dimana membutuhkan
pelayanan medis.

Berdasarkan data rekam medik di RSUD Kota Kendari diketahui


prevelensi pasien dengan dignosis abses yang menjalani perawatan pada
tahun 2021 sebanyak 62 pasien. Sedangkan prevelensi pasien yang
menjalani perawatan dengan diagnosis abses di Ruang Melati sebanyak 25
pasien pada bulan Januari sampai Juni 2022 sehingga memerlukan

2
penanganan oleh perawat yang dimana sebagai pemberi Asuhan
Keperawatan kepada pasien (SIRS RSUD Kota Kendari).

penelitian yang dilakukan agung dkk (2016) Dimana pasien yang


mengalami post op apendiktomi, abses klien yang mengalami gangguan
kenyamanan yaitu nyeri dapat dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas
dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi menujukkan
sebagian besar tingkat nyeri yang dirasakan sebelum diberikan teknik
relaksasi nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan setelah
diberikan teknik relaksasi nafas dalam menjadi skala 3 atau nyeri ringan
(Aini & Reskita, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh setelah penerapan teknik


relaksasi nafas dalam selama 4 hari berturut-turut, pada hasil penurunan
skala nyeri pasien post operative didapatkan adanya perubahan penurunan
nyeri pada pasien antara sebelum dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas
dalam dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dimana pada
hari pertama skala nyeri 7 (nyeri berat), dan di hari keempat skala nyeri 3
(ringan). Sehingga peneliti mendapatkan hasil bahwa tindakan teknik
relaksasi nafas dalam merupakan tindakan efektif dalam penanganan
manajemen nyeri (amalia, 2018).

Menurut Candra dkk (2021) hasil penelitiannya di RSUD dr. R.


Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, bahwa implementasi teknik relaksasi
nafas dalam dan kolaborasi analgetik, dalam waktu tiga hari dapat
menurunkan nyeri dari kategori sedang 7 kenyeri kategori ringan. Hal ini
terjadi karena relative kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri
setelah operasi atau kebutuhan tubuh untuk melakukan teknik relaksasi
tersebut agar efektif, saat relaksasi teratur dapat membantu dalam
melawan keletihan serta ketegangan otot yang terjadi sehingga nyeri
berkurang atau bahkan hilang.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan ialah berperan dalam


melakukan asuhan keperawatan yang benar meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative yang dilakukan secara komprehensif mulai dari

3
pengkajian sampai tahap eveluasi keperawatan, dimana pada tahap
pengkajian, perawat mengkaji, penyebab nyeri, keluhan nyeri, lokasi
nyeri, intensitas nyeri, waktu terjadinya nyeri (PPNI, 2016). Dari
pengkajian yang dilakukan perawat akan menentukan masalah
keperawatan. Masalah keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan
kenyamanan menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah
nyeri akut, nyeri kronis, gangguan rasa nyaman, gangguan pola tidur
(pokja, 2016). Dalam upaya menangani masalah keperawatan yaitu dengan
memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri misalnya,
terapi relaksasi nafas dalam, terapi pijat, dan kompres hangat (Pokja,
2018). Peran dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan
perawat lebih memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan,
dukungan dan bantuan dalam membantu pasien untuk mengatasi masalah
nyeri yang dialaminya. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri
merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien
dimana ditunjukkan dengan timbulnya gejala mengeluh tidak nyaman
pada pasien (Zulfiqar, 2021).

Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian


terkait Asuhan Keperawatan pada TN. A dengan Diagnosa Post Op Abses
Manus dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan di Ruang Melati
RSUD Kota Kendari.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana melakukan “ Asuhan keperawatan pada TN. A dengan


Diagnosa Post Op Abses Manus dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan di ruang Melati RSUD Kota Kendari”.
C. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada TN. A dengan Diagnosa


Post Op Abses Manus dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
kenyamanan di ruang melati RSUD Kota Kendari.

4
D. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Post


Op Abses Manus dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Post
Op Abses Manus dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
pada pasien di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Post
Op Abses Manus dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
pada pasien di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Post
Op Abses Manus dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Post Op
Abses Manus dengan gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan
pada pasien di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat
menerapkan intervensi keperawatan mandiri dalam menangani
pasien dengan pemenuhan kebutuhan kenyamanan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa menguasai penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
kenyamanan.
3. Bagi RSUD Kota Kendari
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat yang ada untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang benar dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien
yang terganggu kebutuhan kenyamanannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Abses


1. Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu


infeksi bakteri, jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat maka
akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur meninggalkan rongga
yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh melewan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati sel darah
putih itulah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat
penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh disekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran
infeksi lebih lanjut (Anggi. Noviyanti, 2019).

Abses Manus merupakan penimbunan nanah yang terakumulasi di


sebuah kavasitas jaringan akibat infeksi bakteri. Gejala yang dirasakan gatal
pada bagian kulit tertentu timbul benjolan kecil pada telapak tangan dengan
warna kemerahan, keluar nanah, nyeri tekan, nyeri kepala, kulit meradang,
bengkak dan demam (Ekasari & Hastuti, 2022).

2. Etiologi

Menurut (Putri, 2020) Abses dapat disebabkan karena adanya :


a. Infeksi Microbial

Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses


radang infeksi microbial. Virus menyebabkan kematian sel dengan
cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotokin yang
spesifik yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali
proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada
hubungannya dengan dinding sel

6
b. Reaksi Hipersentivitas

Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons


imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi
imun yang akan merusak jaringan.

c. Agen Fisik

Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat


melalui trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin
yang berlebih (frosbite).

d. Bahan kimia iritan dan korosif

Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan,


asam basa) akan merusak jaringan yang kemudian akan
memprovokasi terjadinya proses radang. Disamping itu, agen
penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang
mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.

e. Nekrosis jaringan

Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan


berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada daerah
bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian
jaringan. Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang kuat
untuk terjadinya infeksi. Pada tepi infark sering memperlihatkan
suatu respons radang akut.

Menurut siregar (2019) suatu infeksi bakteri menyebabkan abses


melalui beberapa cara:

1) Bakteri masuk ke dalam kulit akibat luka yang berasal


dari tusukan jarum yang tidak steril
2) Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang
lain.

7
3) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam
tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan,
kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya abses akan meningkat jika:

1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi


2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan system kekebalan.
3. Manifestasi klinis

Abses biasanya terbentuk diseluruh bagian tubuh. Menurut (Longso,


2018). Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya biasanya berupa:

a. Nyeri (Dolor)
Nyeri merupakan respon yang bersifat subyektif terhadap adanya stressor
fisik dan psikologik. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya
kerusakan jaringan. Nyeri disebabkan oleh regangan dan distorsi jaringan
akibat edema dan terutama tekanan pus di dalam rongga abses. Beberapa
mediator kimiawi pada radang akut termasuk bradikinin, prostaglandin,
dan serotonin, diketahui juga dapat mengakibatkan nyeri.
b. Nyeri tekan
Nyeri tekan timbul di daerah yang terjadi kerusakan jaringan.
c. Pembengkakan (Tumor)
Pembengkakan sebagai hasil adanya edema merupakan suatu akumulasi
cairan di dalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari
cairan eksudat dan dalam jumlah sedikit, kelompok sel radang yang
masuk dalam daerah tersebut.
d. Kemerahan (Rubor)
Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah, sebagai contoh
kulit yang terkena sengatan matahari, warna kemerahan ini terjadi akibat
adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami
kerusakan.
e. Panas (calor)

8
Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian perifer atau tepi tubuh,
seperti pada kulit. Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh peningkatan
aliran darah (hiperemia) yang hangat pada daerah tersebut,
mengakibatkan system vaskuler dilatasi dan mengalirkan darah hangat
pada daerah tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa
mediator kimiawi proses radang juga ikut meningkatkan temperatur
lokal.
f. Hilangnya fungsi
Kehilangan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi dari satu
proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang
dilakukan secara sadar ataupun secara reflek akan mengalami hambatan
oleh rasa sakit. Pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan
berkurangnya gerak jaringan.
4. Patofisiologi
Menurut (Longso, 2018). Patofisiologi abses sebagai berikut:
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Cedera jaringan
yang disebabkan oleh infeksi Microbial, reaksi Hipersensitivitas, Agen
fisik, Bahan kimia iritan dan Korosit dan Nekrosis menyebabkan
peradangan atau inflamasi. Sehingga jaringan dilepaskan histamine,
bradikinin, serotonin ke cairan sekitarnya. Zat-zat ini khususnya histamine
meningkatkan aliran darah lokal dan juga meningkatkan permeabilitas
kapiler, vena dan vanula, memungkinkan sejumlah besar cairan dan protein,
termasuk fibrinogen, bocor masuk kedalam jaringan. Terjadi edema
eksternal lokal serta cairan ekstrasel dan cairan limfe keduanya membeku
karena efek koagulasi eksudat jaringan atas fibrinogen yang bocor. Jadi
terjadi edema hebat dalam ruang sekitar sel yang cedera. Hal ini
mengakibatkan regangan dan distorsi jaringan yang menyebabkan nyeri
(dolor) dan memperlihatkan tanda rubor dan kalor. Masalah keperawatan
yang muncul adalah gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan (Nyeri).

9
5. Pathway Abses

Infeksi

Sebagian sel mati dan hancur


Meninggalkan rongga berisi sel-sel terinfeksi

Leukosit bergerak kedalam rongga tersebut .


Menelan bakteri kemudian mati

Membentuk pus dalam rongga

Akumulasi neutrophil yang telah mati dan terlokalisir

ABSES

Proses inflamasi
Kurangnya informasi
Mengenai penyakit Pelepasan mediator bradikinin Pelepasan zatpirogen
Dan endogen
Rasa cemas dengan Merangsang ujung saraf bekas Merangsang sel
penyakit endotel
hipotalamus
Nyeri
Ansietas Mengeluarkan asam
arakhidona
Memicu pengeluaran
Prostaglandin

Mempengaruhi kerja
Tremostat hipotalamus

Hipertermia

10
6. Komplikasi

jika infeksi bisa terlokalisir oleh dinding abses, biasanya infeksi tidak
menyebar. Dalam beberapa kasus, infeksi yang dimulai di dalam abses kulit
dapat menyebar ke jaringan disekitarnya dan diseluruh tubuh, yang
menyebabkan komplikasi serius. Beberapa abses baru dapat terbentuk pada
sendi, tangan atau lokasi lain di kulit. Jaringan kulit dapat mati akibat
infeksi, yang menyebabkan gangrene, ketika infeksi menyebar secara
internal di dalam tubuh dapat menyebabkan endocarditis yang berakibat
fatal jika tidak di tangani sejak dini. Infeksi juga bisa menyebar ke tulang
menyebabkan osteomyelitis. Dalam beberapa kasus, bakteri penyebab abses
dapat menyebabkan sepsi (Rahmadevi, Andriani yuni, 2017).

7. Penatalaksaan

Menurut (Riadi, Medica, 2019). Penatalaksaan pada klien dengan abses


diantaranya adalah:
a. Drainase Abses dengan menggunakan pembedahan biasanya
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa
yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan
resiko tinggi, misalnya pada area yang kritis, tindakan pembedahan dapat
ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang dilakukan.
b. Seringkali abses disebabkan oleh bakteri straphylococcus aureus,
antibiotic antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering
digunakan. Dengan adanya kemunculan staphylococcuss aerus resisten
methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotic biasa
tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotic lainseperti clindamycin,
trimetroprim, sulfamethoxazole, dan doxycycline.
8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Hidayati, 2019) pemeriksaan pada abses dapat dilakukan


sebagai berikut:
1. Pemeriksaan leukositosis bisa terjadi terutama saat kondisi akut

11
2. Radilogi, hal ini dilakukan rutin untuk evaluasi fistula. Dapat membantu
saat luka pertama sulit untuk diidentifikasi atau dalam kasus kambuhan
atau untuk mengidentifikasi jalur sekunder pada fistula multiple dan
sebagainya.
3. CT Scan, membantu dalam pengaturan terhadap penyakit infeksi
perirectal disbanding dalam pengaturan terhadap fistula yang kecil
karena lebih baik dengan mengeringkan cairan kantong daripada sebuah
fistula kecil dalam mencari salurannya. Untuk menentukan ukuran dan
lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, atau
MRI.

B. Konsep Dasar Kebutuhan Kenyamanan Dan Nyeri

1. Definisi Kebutuhan Kenyamanan

Kebutuhan kenyamanan adalah pengalaman sensori nyeri dan


emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi
pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif
dimana jaringan rasanya seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit,
seperti emosi, perasaan takut dan mual, kenyamanan memiliki subjektivitas
yang sama dengan nyeri, dimana setiap individu memiliki karakteristik
fisiologi, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi
cara mereka menginterprestasikan dan merasakan nyeri (Pebrianti, 2019).

2. Gangguan rasa nyaman


a. Definisi gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan
emosional (Anggi Noviyanti, 2019).

Gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik yaitu:


ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distres,
gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relaks, kurang puas
dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang senang

12
dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman,
merintih, dan takut (Murni, 2019).
b. Penyebab gangguan rasa nyaman:
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya
4. Kurang privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi ( missal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Mengeluh tidak nyaman
Objektif : Gelisah
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Mengeluh sulit tidur dang mengeluh lelah
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
Objektif :
1) Menunjukkan gejala distress
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eleminasi berubah
4) Postur tubuh berubah
5) Iritabilitas
e. Kondisi klinis terkait :
1. Penyakit kronis dan keganasan
2. Distres psikologis, kehamilan (Anggi Noviyanti, 2019).

3. Jenis Gangguan Rasa Nyaman

Menurut (Murni,2019) gangguan rasa nyaman dapat dibagi menjadi 3


yaitu:

13
a) Nyeri akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh
ketidaknyamanan dan merasa sensasi yang tidak nyaman, tidak
menyenangkan selama 1 detik sampai dengan kurang dari 6 bulan.
b) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu tidak nyaman dengan
adanya sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih
dari enam bulan.
c) Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensasi
yang tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan area
epigastrium atau pada seluruh bagian perut yang bisa saja
menimbulkan muntah atau tidak.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan dan keamanan

a. Emosi
Kecemasan, defresi, dan marah akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
b. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injuri.
c. Gangguan persepsi sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang telah berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
d. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit.
e. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f. Informasi atau Komunikasi

14
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan kemanan dapat
diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan Anafilaktik syok.
i. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko
terhadap penyakit tertentu.
j. Usia
Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
k. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyamanan yang mereka punyai
(Nenometa, 2019).

5. Definisi nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan


dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (Anggi Noviyanti, 2019). Menurut
Association For Study Of Pain (2010) menjelaskan bahwa nyeri yaitu
suatu pengalaman emosional dan subjektif yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat aktual ataupun potensial
dan dirasakan pada tempat terjadinya kerusakan.

15
6. Fisiologi nyeri

Trauma Trauma Traum Trauma Agen Cedera Trauma


Mekanik Termal Kimiawi Elektrik Biologis psikologis

Kontak dengan jaringan


Sekitar
Terpajan ujung
Saraf

Tranduksi stimulus: stimulus diubah menjadi impuls


Transmisi: melalui serabut saraf A dan serabut saraf C
Impuls ke batang otak
Dari thalamus disebarkan ke daerah somasensorius
(koteks serebral)

Sensasi nyeri

Respon apektif Sinyal nyeri berulang


(>3bulan)
Nyeri Akut

Perubahan kimia
Pada jalir saraf

Hipersensitifitas
Terhadap sinyal nyeri

Nyeri kronis

16
7. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri akut

Nyeri Akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hinggga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab nyeri akut antara lain :


1. Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
2. Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, neoplasma)
3. Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan).
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan
onset mendadal atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
atau konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Penyebab nyeri kronis antara lain:

1. Kondisi musculoskeletal kronis


2. Kerusakan system saraf
3. Penekanan saraf
4. Infiltrasi tumor
5. Ketidakseimbangan neuromedulator, dan reseptor
6. Gangguan imunitas (mis: neuropati terkait HIV, virus
varicella-zoster)
7. Gangguan fungsi metabolic
8. Riwayat posisi kerja statis
9. Peningkatan indeks massa tubuh
10. Kondisi pasca trauma
11. Tekanan emosional
12. Riwayat penganiyaan ( mis: fisik, psikologis, seksual)

17
13. Riwayat penyalahgunaan obat/zat.
Sumber: ( anggi Noviyanti, 2019).

8. Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran untuk mempermudah


dalam pengukuran intensitas nyeri atau seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh seseorang, pengukuran intensitas nyeri ini bersifat
subyektif dan individual yang artinya hasil tes tergantung dari
persepsi yang dirasakan penderita dan intensitas nyeri yang dirasakan
setiap individu berbeda satu sama lain. Alat ukur nyeri yang
digunakan untuk menilai skala nyeri pasien antara lain : face pain
scale, Numeric Rating scale (NRS), Verbal Dimension Scale (NDS),
dan Visual Analogue Scale (VAS) (Putri, zarizal, 2019)
Visual analogue merupakan suatu garis lurus atau horizontal
sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus
dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk
membuat tandapa pada garis tersebut dan nilai dapat yang didapat
ialah jarak dalam mm atau cm. VAS dinilai dengan kata yang
diwakili dengan angka 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri sangat
berat). Sesuai ktiteria aicher derajat rasa nyeri berdasarkan skala
VAS dibagi dalam beberapa kategori yaitu 0-0,4 cm tidak nyeri, 0,5-
3,9 cm ringan, 4,0-6,9 cm, sedang, 7,0-9,9 cm berat, 10 sangat berat.
Pengukuran skala nyeri yang mirip dengan VAS yaitu numeric
Rating Scale, menurut NRS dianggap sederhana dan mudah
dimengerti, sensitive terhadap dosis, jenis kelamin dan perbedaan
etnis NRS adalah skala nyeri yang lebih banyak digunakan
khususnya pada kondisi pasien akut, mengukur intesitas nyeri
sebelum dan sesudah, intervensi terapeutik, mudah untuk digunakan
dan didokumentasikan. Nyeri berdasarkan Numeric Rating Scale
dibagi atas (Putri, zarizal, 2019).

18
0 : tidak ada kelihatan nyeri
1-3 : nyeri ringan (ada rasa nyeri dan masih dapat ditahan)
4-6 : nyeri sedang (ada rasa nyeri, terasa menganggu, memerlukan
usaha yang kuat untuk menahan nyeri)
7-10 : nyeri berat (adanya nyeri bertambah, sampai menganggu, tidak
tertahankan).
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Dengan Gangguan
pemenuhan kebutuhan kenyamanan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi dari : Nama, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan
klien
b. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk MRS (Masuk Rumah Sakit)
Ditulis keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan klien
yang menyebabkan klien masuk rumah sakit.
b. Keluhan utama saat pengkajian
Diisi dengan keluhan yang dirasakan klien saat melakukan
pengkajian. Tanyakan kepada klien keluhan apa yang dirasakan
pada saat itu, jika keluhan klien dirasakan lebih dari 1, tanyakan
satu saja keluhan yang sangat mengganggu klien yang membuat
merasa tidak nyaman
c. Riwayat penyakit sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang perawat mengkaji apakah gejala


terjadi pada waktu yang tertentu saja atau tidak, seperti sebelum atau
sesudah makan, ataupun setelah, ataupun setelah mencerna obat
tertentu atau setelah mengkonsumsi alcohol.

19
d. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan


pemenuhan kebutuhan kenyamanan seperti adanya penyakit
Apendisitis, DM (Diabetes Melitus), atau penyakit lain yang
berhubungan dengan kebutuhan kenyamanan.

e. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian riwayat penyakit yang dialami keluarga yang sama


dengan pasien.

f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terdiri dari:

1. Kesadaran dan keadaan umum


Memeriksa kesadaran umum klien pada saat perawat melakukan
pengkajian, seperti klien tampak lemah, klien nampak meringis, atau
klien nampak berfokus pada nyeri.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Memeriksa tanda-tanda vital pada pasien meliputi
a. Tekanan darah (TD): Biasa terjadi klien mengalami hipertensi atau
hipotensi
b. Suhu: Kemungkinan klien mengalami hipertermia atau hipotermia
c. Respiratory Rate (RR): Biasanya pasien merasa sesak akibat nyeri
yang berlebihan
d. Nadi: Biasanya terjadi perubahan karena nyeri yang berlebihan
3. Pemeriksaan wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata/palpebral
oedem, ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka,
apakah ada peradangan, apakah terdapat luka, benjolan, bulu mata
rontok atau tidak, konjungtiva dan sclera, perubahan warna
(anemis/ananemis), warna iris (hitam, hujau,biru), reaksi pupil
terhadap cahaya (miosis/midriasis) pupil (isokor/anisokor).

20
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi: Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum
nasi (adakah pembengkokan atau tidak).
Amati meatus: Adakah perdarahan dan kotoran, apakah ada
pembengkakan, apakah ada pembesaran / polip.
c. Mulut
Amati bibir: Kelainan Konginetal (labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis), warna bibir, apakah ada lesi, bibir pecah, amati gigi,
gusi, dan lidah: apakah caries, apakah terdapat kotoran, apakah
memakai gigi palsu, warna lidah, apakah terdapat perdarahan dan abses.
Amati orofaring atau rongga mulut: Bau mulut, Benda asing: (ada /
tidak).
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk, ukuran, Warna, lesi, nyeri tekan,
peradangan, penumpukan serumen. Dengan otoskop periksa membran
tympany amati, warna, transparansi, perdarahan.
1) Pemeriksaan Kepala, Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/
bulat), kesimetrisan, Hidrochepalus, apakah terdapat Luka, darah.
Palpasi: adakah nyeri tekan, fontanella/pada bayi (cekung / tidak)
b. Leher
Inspeksi: Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan,
jaringan parut, perubahan warna, massa.
Palpasi: pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid,
posisi trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis.
2) Pemeriksaan Thoraks/dada
a. Pemeriksaan Paru
Inspeksi
a) Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel
chest),
b) Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),

21
c) Bentuk dada (simetris / asimetris),
d) keadaan kulit
e) Retrasksi otot bantu pernafasan: apakah terdapat Retraksi
intercosta, retraksi suprasternal, Sternomastoid, pernafasan
cuping hidung.
f) Pola nafas: (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene
Stokes / Biot’s /Kusmaul)
g) Amati: apakah terdapat sianosis, batuk (produktif / kering / darah
).
Palpasi:
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus: getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama / tidak sama). Lebih bergetar sisi mana
Perkusi:
Area paru: (sonor / Hipersonor / dullnes)
Auskultasi:
a) Suara nafas Area Vesikuler: (bersih / halus / kasar),
Area Bronchial: (bersih / halus / kasar)
Area Bronkovesikuler (bersih / halus / kasar) PR.
b) Suara Ucapan Terdengar: Bronkophoni, Egophoni,
Pectoriloqui
c) Suara tambahan Terdengar: Rales, Ronchi, Wheezing, Pleural
fricion rub, bunyi tambahan lain.
b. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi: Ictus cordis, pelebaran
Palpasi: Pulsasi pada dinding torak teraba: (Lemah / Kuat / Tidak
teraba)
Perkusi:
Batas-batas jantung normal adalah:
Batas atas: (Normal = ICS II)
Batas bawah: (Normal = ICS V)
Batas Kiri: (Normal = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan: (Normal = ICS IV Mid Sternalis Dextra)

22
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal / ganda, (keras / lemah), (reguler / irreguler)
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), (reguler / irregular)
Apakah ada bunyi jantung tambahan: BJ III, Gallop Rhythm, Murmur.
3) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Bentuk abdomen: (cembung/cekung/datar), adakah Massa/Benjolan,
Kesimetrisan.
Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus (normal = 5 – 35 x/menit)
Palpasi
Palpasi Hepar: diskripsikan: Nyeri tekan, pembesaran, perabaan
(keras/lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul
/ tajam) . (Normal = hepar tidak teraba).
Perkusi
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
4) Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
a. Genetalia Pria
Inspeksi: Rambut pubis (bersih / tidak bersih), apakah terdapat lesi,
apakah terdapat benjolan.
Palpasi:
Penis: apakah terdapat nyeri tekan, apakah ada benjolan.
Scrotum dan testis: apakah terdapat beniolan, apakah ada nyeri tekan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum:
Hidrochele, Scrotal Hernia, Spermatochele, Epididimal
Mass/Nodularyti, Epididimitis, Torsi pada saluran sperma, Tumor
testiscular.
Inspeksi dan palpasi Hernia : Inguinal hernia (+ / -), femoral hernia (+
/ -), apakah ada pembengkakan.
b. Pada Wanita
Inspeksi

23
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), apakah terdapat lesi,
eritema, keputihan, peradangan, Lubang uretra: stenosis /sumbatan.
5) Pemeriksan sistem saraf
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale):
(Compos Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo coma /
Coma)
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak2914/2015
Apakah ada penigkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mual
muntah, kejang, penurunan tingkat kesadaran.
c. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis: R.Bisep, R. Trisep, R. Brachioradialis, R. Patella,
R. Achiles
6) Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
Apakah ada nyeri sendi, lesi, atau edema
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), apakah terdapat
deformitas, fraktur, lokasi fraktur, jenis fraktur, kebersihan luka,
apakah terpasang gib, traksi.
b. Palpasi
Apakah terdapat edema.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap


adanya pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun
komunitas terhadap masalah kesehatan, pada risiko masalah
kesehatan ataupun proses kehidupan. Diagnosis keperawatan adalah
bagian vital dalam menentukan proses asuhan keperawatan yang
sesuai dalam membantu pasien mencapai kesehatan optimal.
Mengingat diagnosis keperawatan yang bisa diterapkan secara
nasional di Indonesia dengan mengacu pada standar diagnosis yang
dibakukan sebelumnya (Anggi Noviyanti, 2019).

Diagnosis yang mungkin muncul pada gangguan kebutuhan

24
kenyamanan berdasarkan standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan system saraf
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang di rancang


oleh perawat, atau suatu perawatan yang di lakukan berdasarkan
penilaian secara klinis dan pengetahuan perawat yang bertujuan
untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan
keperawatan mencakup perawatan langsung atau tidak langsung.
Kedua perawat ditunjukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat dan orang - orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk
oleh Dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI,
2016).

Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi


Keperawatan Keperawatan

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan agen selama 3 x 24 jam maka
pencedera 1. Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun
fisik karakteristik,
dengan durasi, frekuensi,
kriteria hasil : kualitas, intensitas
1. Kemampuan nyeri
menuntaskan 2. Identifikasi skala
aktivitas dari nyeri
menurun 3. Identifikasi respon
menjadi cukup nyeri non verbal
meningkat 4. Identifikasi factor
2. Keluhan nyeri yang memperberat
dari meningkat dan memperingan
menjadi nyeri
menurun 5. Identtifikasi

25
pengetahuan dan
3. Meringis dari
keyakinan tentang
meningkat
nyeri
menjadi
menurun 6. Identifikasi
pengaruh nyeri
4. Gelisah dari
padaku alitas
meningkat
hidup
menjadi
menurun 7. Monitor efek
samping
5. Mual dari
penggunaan
cukup
analgetik
meningkat
menjadi Terapeutik :
menurun
8. kontrol
6. Pola nafas dari lingkungan yang
cukup memperrberat rasa
memburuk nyeri
menjadi
9. fasilitasi istrahat
membaik
tidur
7. Pola tidur dari
10. Jelaskan
cukup
penyebab,
memburuk
priode,dan pemicu
menjadi
nyeri
membaik
11. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
12. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri .
Kolaborasi :
13. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
b/d tindakan keperawatan
Observasi :
kerusakan Selama 3x24 Jam Maka
system saraf Kontrol Nyeri 1. Identifikasi lokasi
Meningkat Dengan , karakteristik,
Kriteria Hasil durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
1. Melaporkan nyeri
nyeri
terkontrol dari
menurun menjadi 2. Identifikasi skala
cukup meningkat nyeri

26
2. Kemampuan 3. Identifikasi respon
mengenali onset nyeri non verbal
nyeri
4. Identifikasi factor
3. Kemampuan yang memperberat
mengenali nyeri dan memperingan
nyeri
4. Kemampuan
mengguanakn 5. Identtifikasi
teknik non- pengetahuan dan
farmakologis dari keyakinan tentang
cukup menurun nyeri
menjadi meningkat
6. Identifikasi
5. Dukungan orang pengaruh nyeri
terdekat dari pada kualitas
menurun menjadi hidup
meningkat
7. Monitor efek
6. Keluhan nyeri dari samping
meningkat menjadi penggunaan
cukup menurun analgetik
7. Pengguanaan Terapeutik :
analgesic dari
8. kontrol
meningkat menjadi
lingkungan yang
cukup menurun
memperrberat rasa
nyeri
9. fasilitasi istrahat
tidur
10. Jelaskan
penyebab,
priode,dan pemicu
nyeri
11. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
12. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri .
Kolaborasi :
13. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

27
rasa nyaman tindakan keperawatan
Observasi :
b/d gejala selama 3x24 jam maka
1. Identifikasi lokasi
penyakit status kenyamanan
, karakteristik,
menjadi meningkat
durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil
kualitas, intensitas
1. Keluhan tidak
nyeri
nyaman dari
2. Identifikasi skala
meningkat
nyeri
menjadimenurun
3. Identifikasi respon
2. Gelisah dari
nyeri non verbal
meningkat menjadi
menurun 4. Identifikasi factor
yang memperberat
3. Merintih dari cukup
dan memperingan
meningkat menjadi
nyeri
menurun
5. Identtifikasi
4. Pola tidur dari
pengetahuan dan
cukup memburuk
keyakinan tentang
menjadi membaik
nyeri

6. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup

7. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik :

8. kontrol
lingkungan yang

28
memperrberat rasa
nyeri

9. fasilitasi istrahat
tidur

10. Jelaskan
penyebab,
priode,dan pemicu
nyeri

11. Jelaskan strategi


meredahkan nyeri

12. Ajarkan teknik


nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri .

Kolaborasi :

13. Kolaborasi
pemberian
analgetik.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan dan dapat dicapai
(Mahendra, 2021).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses


keperawatan terakhir yang berupaya untuk membandingkan tindakan
yang sudah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan.
Evaluasi keperawatan bertujuan menentukan apakah seluruh proses

29
keperawatan sudah berjalan dengan baik dan tindakan berhasil
dengan baik (Murni, 2019). Evaluasi keperawatan terhadap pasien
dengan masalah ketidanyamanan yaitu nyeri dilakukan dengan
menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri di antaranya:

1. Klien mengatakan adanya penurunan rasa nyeri.


2. Mampu menggunakan tindakan-tindakan peredaan nyeri
nonfarmakologis
3. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi
rasa nyeri.
4. Diharapkan masalah pada klien teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan pada klien.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode


deskriptip, yaitu penelitian yang digunakan terhadap sekumpulan objek dengan
tujuan utama untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan
diagnosis Post Op Abses Manus dalam pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan di
Ruang Melati RSUD Kota Kendari.

B. Subjek Penelitian

Pada studi kasus ini, peneliti mengambil satu pasien untuk dijadikan subjek
studi kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi yaitu batasan
karakteristik umum subyek studi kasus dari suatu populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Pasien yang telah ditetapkan oleh dokter dan juga rekam medis, yaitu pasien
dengan masalah Post Op Abses Manus dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kenyamanan di Ruang Melati RSUD Kota Kendari.
2. Pasien yang mampu berkomunikasi dan kooperatif untuk memperkuat
pengkajian data subjektif.
3. Mampu membaca/menulis
4. Pasien yang bersedia menjadi subyek studi kasus
Kriteria eksklusi:
1. Pasien yang mengalami penurunan kondisi (tidak stabil)
2. Pasien yang menolak menjadi responden karena adanya hambatan etis.
C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Melati RSUD Kota Kendari

31
2. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 sampai 27 Juni 2022.

D. Fokus Studi Kasus

Fokus dalam studi kasus ini dalah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.
A dengan Diagnosa Post Op Abses Manus dengan masalah utama gangguan
pemenuhan kebutuhan kenyamanan di Ruang Melati RSUD Kota Kendari

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan semua variable dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian.

1. Abses adalah luka yang muncul akibat infeksi bakteri, dapat berupa nanah
dan kotoran yang menumpuk di bawah kulit.
2. Gangguan rasa nyaman adalah keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, bebas dari rasa sakit terutama nyeri.
3. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan mendadak atau
lambat yang berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
4. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan kenyamanan : identitas klien, riwayat kesehatan,
pemeriksaan.
5. Diagnosis keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kenyamanan yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
post op apendiktomi, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik,nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf.
6. Intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kenyamanan selama 3 hari dengan memberikan teknik relaksasi
nafas dalam.

32
7. Implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan kenyamanan akan dilaksanakan sesuai intervensi yang dilakukan
untuk menurunkan nyeri .
8. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
kenyamanan dilakukan dengan membandingkan rasa nyeri pada pasien
sebelum dan sesudah dilakukan tehnik relaksasi nafas dalam. Dilakukan
tindakan dan sesudah dengan tujuan kriteria hasil yang telah direncanakan.

F. Instrumen Studi Kasus

Instrument penelitian yang digunakan adalah:

1. Format pengkajian asuhan keperawatan


2. SOP
3. Format informed consent

G. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pasien atau keluarga dengan
permohonan dan persetujuan menjadi responden yang melalui proses:
a. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan
dari seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang tersebut.

b. Observasi
Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data,
syarat-syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan
diteliti
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
a. Inspeksi
Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman untuk mengumpulkan data.

33
b. Palpasi
Pemeriksaan fisik dengan menyentuh tubuh dilakukan bersamaan
dengan inspeksi, palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari,
dan ujung jari..
c. Perkusi
Dengan cara mengetuk permukaan tubuh dengan jari
d. Auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mendengarkan menggunakan
stetoskop.

1. Data Sekunder
Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Data
sekunder dapat diperoleh dari:
a. Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang tidak merujuk langsung kepasien
melainkan melalui dokumen.
b. Studi kepustakaan
Pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian sebelumnya.

H. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk deskriptif disertai
dengan ungkapan verbal dan observasi dari subjek studi kasus yang di mana
merupakan data pendukungnya.

I. Etika Studi Kasus

Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan memenuhi


prinsip-prinsip (Nursalam, 2013).
1. Lembar persetujuan (Informed Concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka
peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak
subjek.

34
2. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada kuesioner, tetapi pada kuesioner tersebut diberikan kode
responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

35
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


1. Pengkajian
Dalam pelaksanaan pengkajian pada tanggal 23 Juni 2022
didapatkan data bahwa klien datang ke RSUD Kota Kendari dengan
keluhan ada luka pada telapak tangan sebelah kiri Nampak luka ada
pus dan bengkak, pemeriksaan fisik di dapatkan TD : 120/ 80 mmhg,
Nadi : 86 X / menit , RR : 22 X / menit, Suhu : 36,4°C.
I. Biodata
A. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap : Tn. A
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Umur / Tanggal Lahir : 52 Tahun / 3 Oktober 1970
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa : Bugis / Indonesia
7. Pekerjaan : Wiraswasta
8. Pendapatan : Tidak Menentu
9. Pendidikan : SI
10. Tanggal MRS : 22 Juni 2022
B. Identitas Penanggung
1. Nama lengkap : Neti Samsul S
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : IRT
4. Hubungan Dengan Klien : Istri
5. Alamat : Desa Tambosupa, Kec. Moramo

36
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama: Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri
post op pada telapak tangan sebelah kiri
B. Riwayat Keluhan
1. Penyebab / faktor pencetus: Klien mengatakan awalnya karena
bisul di telapak tangan sebelah kiri yang mengakibatkan
semakin parah dan lien memutuskan untuk ke Rumah Sakit.
2. Sifat Keluhan: Klien mengatakan seperti tertusuk tusuk, hilang
timbul
3. Lokasi dan Penyebarannya: Telapak tangan sebelah kiri dan
punggung tangan
4. Skala Keluhan: klien mengatakan nyeri berada diangka 7
5. Mulai dan Lamanya Keluhan: Klien mengatakan sakit sejak 15
hari yang lalu sebelumnya dirawat di Puskesmas lalu dirujuk di
RSUD Kota Kendari.
6. Hal – hal yang meringakan/ memperberat: Klien mengatakan
jika tidak menggerakan tangannya/ jika klien menggerakan
tanggannya
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Apakah menderita penyakit yang sama: Klien mengatakan
sebelumnya pernah bisul ditelapak tangan kiri tetapi sembuh
sendiri dan tidak terlalu parah.
b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa: Tn. A mengatakan pernah
dirawat di Rumah Sakit Siloam Jakarta karena kecelakan dan
mengalami Koma 13 hari.
c. Pernah mengalami pembedahan: Tn. A mengatakan tidak pernah
mengalami pembedahan sebelumnya.
d. Riwayat Alergi: Tn. A mengatakan tidak ada riwayat alergi
makanan dan obat.
e. Kebiasaan ketergantungan terhadap zat:
1) Merokok (berapa batang): Tn. A mengatkan tidak
merokok

37
2) Minum Alkohol: Tn. A mengatakan tidak minum
alcohol
3) Minum kopi: iya, lamanya: Tn. A mengatakan minum
kopi sudah 2 tahun lalu tapi 1 kali sehari.
4) Minum obat – obatan: iya Tn. A mengatakan
mengkonsumsi obat asam urat.
IV. Riwayat Keluarga / Genogram (diagram 3 generasi)
a. Buat genogram 3 generasi

Keterangan :
: Laki – laki meninggal
: : Perempuan Meninggal
: Pasien
: Perempuan

b. Riwayat kesehatan anggota keluarga


1. Apakah ada anggota keluarga menderita penyakit yang
serupa: Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama dengan dia.

38
2. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular atau menurun: Klien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit yang menular
atau menurun.
V. Kebutuhan Kenyamanan:
1) Keluhan nyeri: Tn. A mengatakan nyeri luka post op
ditelapak tangan sebelah kiri dan kadang pusing.
2) Pencetus nyeri: Tn. A mengatakan karena luka post op
ditelapak tangan sebelah kiri.
3) Upaya yang merigankan nyeri: Tn. A mengatakan jika tidak
terlalu menggerakan tangan sebelah kiri dan jika diberikan
obat anti nyeri.
4) Karakteristik nyeri: Tn. A mengatakan nyeri yang dia
rasakan seperti tertusuk – tusuk.
5) Intensitas nyeri: Tn. A mengatakan nyeri yang dia rasakan
berat
6) Durasi Nyeri: Tn. A mengatakan nyeri biasanya timbul 10 –
15 menit, sehingga yang membuat klien merasakan tidak
nyaman.
7) Dampak nyeri terhadap aktivitas: Tn. A mengatakan
aktivitasnya terhambat selama sakit dia tidak bisa bekerja,
dan kadang dibantu istri untuk ke kamar mandi dan makan.
8) Skala nyeri: Tn. A mengatakan nyeri yang dirasakan berada
diangka 7 (nyeri akut).
VI. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada saat
penelitian hari kamis 23 juni 2022 didapatkan keadaan umum Tn.A
lemah, tingkat kesadaran Tn. A compos mentis 15, bentuk kepala
simetris nampak bersih tidak terdapat nyeri tekan rambut tidak
rontok tidak terjadi alopepsia (kebotakan rambut) dan Tn. A
mengatakan kadang mengalami pusing disertai sakit kepala.
Pemeriksaan Mata: penglihatan Tn. A normal, konjungtiva tidak

39
anemis sklera tidak ikterik (warna putih) tidak edema pada kelopak
mata, bola mata bergerak kesegala arah, tidak terdapat nyeri tekan
pada mata, dan tidak ada benjolan. Pemeriksaan Hidung simetris
tidak ada pembengkokan, tidak ada secret, tidak terdapat perdarahan
pada hidung,tidak ada nyeri tekan, fungsi penciuman normal.
Telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran normal tidak ada nyeri yang dirasakan Tn. A.
Selanjutnya Pemeriksaan Mulut, bibir sedikit kering, tidak
nyeri pada saat menelan, kemampuan mengunyah baik, Tn. A
berbicara dengan baik tidak kaku. Pemeriksaan Leher, tidak ada
pembengkakan pada kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, mobilitas leher klien baik. Pemeriksaan Thoraks dan paru-
paru, bentuk dada Tn. A simetris kanan dan kiri pengembangan dada
baik, tidak ada tanda jejas, tidak terdapat massa, nafas normal tidak
nafas tambahan. Pemeriksaan Abdomen tidak ada distensi abdomen
tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada lesi.
Pemeriksaan ekstremitas klien berjalan dengan baik dan
sedikit lemah, warna kulit sawo matang, tidak ada purpura, tidak
terdapat hipertropi, tidak terdapat lesi pada kaki tetapi terdapat lesi
pada telapak tangan sebelah kiri, tidak terdapat pigmentasi, terdapat
luka pada telapak tangan sebelah kiri, tidak terdapat deformitas
sendi pada saat pemeriksaan, dan tidak terdapat deformitas tulang
pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pembengkakan pada tangan
sebelah kiri, kelembaban kulit Tn. A sedikit kering, tidak terdapat
kekakuan sendi pada saat pemeriksaan kekuatan otot baik, nyeri
pada telapak tangan sebelah kiri, turgor kulit baik, pergerakan klien
baik seperti makan, minum, ke kamar mandi eliminasi dilakukan
sendiri, biasa dibantu sama istri Tn. A. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan sistem saraf pada Tn. A, tingkat kesadaran compos
mentis GCS 15 memori klien normal dapat mengingat, komunikasi
klien baik dapat berbicara dengan baik pada saat perawat melakukan
pengkajian pada klien dan klien tidak mengalami kejang- kejang

40
pergerakan baik. Selanjutnya pemeriksaan Tanda- tanda vital pada
klien didapatkan hasil : TD : 120/80 Mmhg. Nadi : 86 X/ menit,
pernapasan: 22 X/ menit, Suhu : 36,4°C , IMT : 20, 77 Kg,m².

Dari hasil pengkajian didapatkan Tn. A mengalami


gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan dimana klien
mengatakan nyeri pada luka post op ditelapak tangan sebelah kiri
dank lien mengatakan kadang pusing disertai sakit kepala, pencetus
yang dirasakan karena luka post op di tangan sebelah kiri, upaya
yang untuk meringankan nyeri yang dirasakn klien dengan tidak
terlalu menggerakan tangan sebelah kiri diberikan obat anti nyeri
serta perawat mengajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
dan memberikan perasaan nyaman pada klien karakteristik nyeri
yang dirasakan Tn. A mengatakan seperti tertusuk- tusuk sedang
intensitas nyeri yang dirasakan hilang timbul, durasinya 10-15 menit
dank lien mengatakan tidak nyaman, skala nyeri klien berada
diangka 7.

VII. Pemeriksaan penunjang

Nama Hasil Nilai rujukan


Wbc 23, 2 4,0 – 10, 00
NEU # 20,0 1,1 – 7,0
NEU% 88,5 50,0 – 70,0
LYM # 1,3 0,7 – 5,1
LYM% 5,6 20,0 - 40,0
MON# 1,1 0,0 – 0,9
MON% 4,8 3,0 – 8,0
EOS# 0,2 0,0 – 0,9
EOS% 0,7 0,5 – 5, 0
BAS# 0,1 0,0 – 0,2
BAS% 0,4 0,0 – 1,0
RBC 4,30 4, 50 – 5, 50

41
HGB 12,7 11,0 – 17, 9
HCT 37,9 37,0 – 48, 0
MCV 88,1 80,0 – 98, 0
MCH 29,5 28,0 – 33, 0
MCHC 35,5 31,9 – 37, 0
RDW- CV 15,2 11, 5 – 14, 5
RDW- SD 53,6 35, 0 – 56 ,0
PLT 48,8 150 – 450
PCT 0,33 0, 10 – 0, 40
MPV 6,7 4,0 – 15, 2
PDW 18,3 15 , 0 – 18, 0
LED L < P 10,< 20
CT 3–7
BT 1–3

Pemeriksaan glukosa sewaktu hasil : 137 mg/dl


Swab antigen – (negatif).
VIII. Tindakan medik / pengobatan
Selama dirawat di Ruag melati terapi pengobatan yang diberikan
pada Tn. A yaitu Rl 20 tpm, injeksi ketorolax 1 ampul /8 jam,
Injeksi Cefoperazone 1 Vial/IV/12 jam, ranitidine 1 ampul/8
jam,injeksi ceftriaxone 1 gram/12 jam.

2. Data Fokus
1) Data subjektif
a) Tn. A mengatakan nyeri luka post op ditelapak tangan
sebelah kiri
b) Tn. A Mengatakan sakit yang dirasakan awalnya
karena bisul ditelapak tangan sebelah kiri sejak 15 hari
yang lalu
c) Tn. A mengatakan kadang merasa pusing dan sakit
kepala

42
d) Tn. A mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul
e) Tn. A mengatakan skala nyeri yang dirasakan berada
diangka 7
f) Tn. A mengatakan penyebab nyeri karena luka post op
2) Data Objektif
a) Nampak klien meringis kesakitan
b) Keadaan umum lemah
c) Nampak klien terpasang pembalut elastic ditelapak
tangan kiri
d) Skala nyeri 7
e) TTV
TD : 120/ 80 Mmhg
RR : 22 X / Menit
Nadi : 86 X / Menit
Suhu : 36, 4°c
1. Diagnosa Keperawatan
a) Analisa Data

Tabel 1.1 analisa data pada pada Tn. A dengan diagnosa


keperawatan nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik:
Post Op Abses Manus

DATA ETIOLOGI
MASALAH
Ds : Jaringan Nyeri akut b.d
− Tn. A terinfeksi agen pencedera
mengatakan fisik: post op
nyeri luka post abses
op ditelapak Sel darah putih
tangan sebelah mati
kiri
− Tn. A
mengatakan

43
kadang merasa Jaringan menjadi
pusing dan abses dan
sakit kepala menjadi pus
− Tn. A
mengatakan
nyeri yang Pembedahan
dirasakan
hilang timbul
− Tn. A Luka insisi
mengatakan
skala nyeri
yang dirasakan Nyeri akut
berada ( post op )
diangka 7
− Tn. A
mengatakan
penyebab
nyeri yang
dirasakan
karena luka
post op .

Do :
− Nampak klien
meringis
kesakitan
− Keadaan
umum lemah
− Nampak klien
terpasang
pambalut
elastic

44
ditelapak
tangan kiri
− TTV
TD : 120/ 80
Mmhg
RR : 22 X /
Menit
Nadi : 86 X /
Menit
Suhu : 36, 4 °C

b) Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil studi kasus diatas maka diagnosis yang
ditetapkan yaitu: nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik: post op abses di tandai dengan Ds: klien
mengatakan nyeri luka post op ditelapak tangan sebelah kiri
,nyeri yang dirasakan hilang timbul, skala nyeri yang
dirasakan klien berada diangka 7.
2. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan dari hasil studi kasus ini yaitu
dilakukan intervensi sebagai rencana tindak lanjut pada Tn. A
dengan diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik : Post op abses sebagai berikut

Tabel 1.2. Rencana keperawatan pada Tn. A

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah Manajemen Nyeri
pencera fisik : post dilakukan Observasi:
tindakan

45
op abses ditandai keperawatan 1. Identifikasi
dengan selama 3 x 24 lokasi,
Ds : jam maka karakteristik,
− Tn. A tingkat nyeri durasi, frekuensi,
mengatakan menurun kualitas, intensitas
nyeri luka dengan kriteria nyeri.
post op hasil : 2. Identifikasi skala
ditelapak 1. keluhan nyeri
tangan nyeri dari 3. Identifikasi
sebelah kiri meningkat faktor yang
− Tn. A menjadi memperberat
mengatakan menurun dan memperingan
kadang 2. Meringis nyeri.
merasa dari Terapeutik:
pusing dan meningkan 1. Berikan teknik
sakit kepala menjadi nonfarmakologis
− Tn. A menurun untuk mengurangi
mengatakan rasa nyeri
nyeri yang 2. fasilitasi istrahat
dirasakan dan tidur yang
hilang cukup.
timbul Edukasi:

− Tn. A 1. Jelaskan strategi

mengatakan meredakan nyeri

skala nyeri 2. ajarkan teknik

yang nonfarmakologis

dirasakan untuk mengurangi

berada rasa nyeri.

diangka 7 Kolaborasi:

− Tn. A 1. Kolaborasi

mengatakan pemberian

penyebab analgetik, jika perlu

46
nyeri yang
dirasakan
karena luka
post op .
Do :
− Nampak
klien
meringis
kesakitan
− Keadaan
umum
lemah
Do :
− TTV
TD : 120/
80 Mmhg
RR : 22 X /
Menit
Nadi : 86 X
/ Menit
Suhu : 36, 4
°C

3. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari jumat
tanggal, 24 juni 2022 sebagai berikut:

47
Tabel 1.3. Implementasi keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik : Post Op
Abses Manus

DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


TGL
Nyeri akut b.d Kamis/ 09:05 1. Mengidentifikasi S:
agen pencedera 23 juni lokasi, - Tn. A
fisik : Post Op 2022 karakteristik, mengatakan
Abses ditandai frekuensi, masih nyeri
dengan kualitas, intensitas luka post op di
Ds : nyeri. telapak tangan
- Tn. A Hasil : sebelah kiri.
mengatakan Lokasi : luka di - klien
nyeri luka post daerah telapak mengatakan
op di telapak tangan sebelah pusing dan
tangan sebelah kiri, sakit kepala
kiri Karakteristik : sudah
- Tn. A klien mengatakan berkurang
mengatakan seperti tertusuk- - klien
kadang merasa tusuk, mengatakan
pusing dan Durasi : klien nyeri sudah
sakit kepala mengatakan nyeri berkurang dari
- Tn. A timbul 10- 15 angka 7
mengatakan menit dan menurun
nyeri yang membuat pasien menjadi 6
dirasakan tidak nyaman, setelah
hilang timbul 09:20 Kualitas nyeri : dilakukan
- Tn. A klien mengatakan intervensi
mengatakan buruk dan terasa relaksasinafas
skala nyeri sakit sekali, dalam, dan

48
yang dirasakan 09:30 Intensitas : nyeri pemebrian obat
berada diangka berat anti nyeri
7 2. Mengidentifikasi O : - Keadaan
DO : skala nyeri umum klien
- TTV Hasil: klien masih lemah
TD : 120/80 mengatakan nyeri - Nampak klien
Mmhg yang dirasakan meringis
RR : 20 X/ berada diangka 7 - Klien nampak
Menit yaitu nyeri berat. dapat
Nadi : 86 X / 3. Mengidentifikasi mencotohkan
menit faktor yang teknik relaksasi
Suhu : 36,4°C. memperingan dan nafas dalam
- Tn. A memperberat - TTV
nyeri. TD : 120/80
09:50 Hasil: klien Mmhg
mengatakan yang RR : 20 X /
memperingan Menit
nyeri jika tidak Nadi : 90 X/
terlalu Menit
menggerakan Suhu : 36,2°
tangan sebelah C.
kiri/ dan A : Masalah
memperberat jika teratasi
klien menyentuh sebagian
dan menggerakan P : Intervensi
tangan sebelah 1,2,3,4,8
10:15 kiri. dilanjutkan.
4.Memberikan Hari kedua.
teknik −
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri

49
Hasil :Perawat
10:25 mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
yaitu teknik
relaksasi nafas
dalam untuk
memberikan
kenyamanan dan
mengurangi nyeri
yang dirasakan
pasien 5-10 menit.

5.Memfasilitasi
istrahat dan tidur
yang cukup
Hasil : Perawat
10:50 menjelaskan
pentingnya tidur
dan istrahat yang
cukup pada pasien
selama sakit.
6.Menjelaskan
strategi
meredakan nyeri
Hasil : Perawat
menjelaskan
kepada klien cara
meredakan nyer
dengan mandiri
yaitu dengan cara
teknik relaksasi

50
nafas dalam
dimana tujuannya
untuk
memberikan
kenyamanan dan
memberikan
ketenangan
kepada pasien
13:05 serta mengurangi
nyeri yang
dirasakan pasien.
7.Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Hasil : Perawat
telah mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
dengan cara
duduk dengan
tenang pandangan
mata kedepan
tangan sebelah
kanan diatas dada
sambil
mengosongkan
fikiran dan rileks
lalu menarik nafas
pelan-pelan dan

51
menghembuskan
udara secara
perlahan melalui
mulut dengan 3
kali hitungan, dan
anjurkan klien
mengulangi
hingga nyeri yang
dirasakan
berkurang.
8.Mengkolaborasi
obat analgetik
Hasil : Perawat
berkolaborasi
memberikan
terapi farmakologi
yaitu memberikan
obat kepada Tn. A
Injeksi ketorolax 1
ampul/ 8 jam.
Obat ketorolax
juga mengurangi
nyeri yang
dirasakan klien.

Nyeri akut b.d Jumat, 10:30 1. Mengidentifikasi S:


agen pencedera 24 juni karakteristik, - Tn. A
fisik : Post Op 2022 durasi, frekuensi, mengatakan
Abses Manus kualitas, intensitas masih nyeri
nyeri. luka post op di
Hasil : telapak tangan
sebelah kiri.

52
Lokasi : nyeri luka - klien
di daerah mengatakan
telapak tangan sudah tidak
sebelah kiri, pusing lagi
Karakteristik : - klien
Klien mengatakan mengatakan
nyeri yang nyeri
dirasakan terasa berkurang
nyut-nyut dan menjadi 5,
sakit pada area perawat telah
luka. memberikan
Frekuensi : klien teknik
mengatakan nonfarmakolog
hilang timbul, is dan klien
Durasi : Klien mengatakan
mengatakan nyeri merasa nyaman
timbul 5-10 menit O :
dan membuat - Nampak
klien tidak keadaan umum
nyaman. klien membaik
Kualitas : Klien - klien nampak
10:50 mengatakan tenang dan
cukup baik dari Kooperatif
sebelumnya. pada saat
Intensistas nyeri : perawat
Klien mengatakan melakukan
nyeri yang intervensi
11:15 dirasakan hilang - TTV
timbul dan TD : 110/80
sedang. Mmhg
2. Mengidentifikasi RR :22 X /
skala nyeri Menit

53
Hasil : Klien Nadi : 88 X/
mengatakan skala Menit
nyeri berada pada Suhu : 36°C.
angka 5 setelah A : Masalah
diberikan teknik teratasi
rekaksasi nafas sebagian
dalam dan teknik P : Intervensi
11:25 farmakologi 1,2,4,7,8
3.Memberikan dilanjutkan
teknik pada hari
nonfarmakologis ketiga.
untuk mengurangi
nyeri − -
Hasil : Perawat −
memberikan dan
mengingatkan
untuk melakukan
teknik relaksasi
13:10 nafas dalam pada
hari kedua untuk
mengurangi nyeri
dan memberikan
kenyamanan
kepada klien.
4.Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Hasil : Klien telah
melakukan teknik

54
relaksasi nafas
dalam jika
nyerinya timbul,
sebelumnya telah
diajarkan perawat
pada hari pertama
intervensi.
5.Mengkolaborasi
pemberian obat
analgetik
Hasil : Perawat
berkolaborasi
memberikan
terapi obat nyeri
pada Tn. A yaitu
memberikan obat
injeksi ketorolax 1
ampul / 8 jam.
Nyeri akut b.d Sabtu, 09:00 1.Mengidentifikasi S:
agen pencedera 25 juni karakteristik, - Tn. A
fisik : Post op 2022 durasi, frekuensi, mengatakan
abses manus kualitas, intensitas sudah tidak
nyeri. terlalu nyeri
Hasil : Lokasi : di post op di
daerah telapak telapak tangan
tangan sebelah sebelah kiri
kiri tetapi sudah − Klien
berkurang, mengatakan
Karakteristik : nyeri
Klien mengatakan berkurang di
nyeri masih nyut- angka 3 dan
nyut tetapi sudah klien

55
membaik da mengatakan
jarang timbul teknik
nyeri tersebut. relaksasi
Durasi : klien nafas dalam
mengatakan nyeri membantu
timbul sudah memberikan
berkurang sisa 3 kenyamanan
menit, frekuensi : dan
klien mengatakan menurunkan
hilang timbul dan nyeri pada
mulai membaik. klien
Kualitas : klien − Klien
mengatakan sudah mengatakan
membaik dari sudah
sebelumnya. menerapkan
Intensitas nyeri : teknik
klien mengatakan relaksasi
nyeri yang nafas dalam.
dirasakan ringan. O:
09:20 2.Mengidentifikasi - Keadaan
skala nyeri umum klien
Hasil : klien membaik
mengatakan nyeri - Klien
berada di angka 3. nampak
3.Memberikan sudah tidak
09:30 teknik meringis
Nonfarmakologis - Klien
untuk mengurangi nampak
nyeri senang
Hasil : Perawat karena akan
memberikan keluar dari
terapi teknik rumah sakit

56
relaksasi nafas - TTV
dalam untuk TD : 120/80
mengurangi nyeri Mmhg
dan memberikan Nadi : 88 X/
rasa nyaman dank Menit
lien sudah RR : 22 X/
menerapkan Menit
teknik relaksasi Suhu : 36°c
nafas dalam yang A : Masalah
menurunkan rasa teratasi
nyeri dari skala 7
menurun di skala P: Intervensi
3 yaitu nyeri dihentikan.
ringan.
10:20 7.Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Hasil : Perawat
telah mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
yaitu teknik
relaksasi nafas
dalam pada hari
pertama dan hari
terakhir penelitian
dan klien
mengerti dan
menerapkan, klien
mengatakan

57
teknik relaksasi
membuat klien
merasa nyaman
dan nyeri yang
dirasakan
berkurang.
13:10 8.Mengkolaborasi
pemberian obat
analgetik
Hasil : Perawat
berkolaborasi
memberikan
terapi
farmakologis pada
Tn. A yaitu obat
injeksi ketorolax 1
ampul / 8 jam.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus dan tujuan dari hasil studi kasus yang
penulis lakukan maka hasil studi kasus ini penulis akan membahas asuhan
keperawatan Pada Tn. A umur 52 tahun kamar B7 dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan kenyamanan di ruang Melati RSUD Kota Kendari
yang telah dilakukan penelitian pada tanggal 23 Juni sampai 25 Juni 2022
yang akan dibahas berdasarkan tahapan prores keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan,
dimana pengkajian ini dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk
mendapatkan data subjektif maupun objektif untuk dijadikan sebagai

58
masalah keperawatan dimana untuk menegakkan diagnosis keperawatan
actual data pendukung harus 80 %. Pengumpulan data telah dilakukan
pada tanggal 23 sampai 25 juni 2022 di ruang Melati RSUD Kota
Kendari dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dokumentasi.
Hasil yang didapatkan yaitu pasien Tn. A umur 52 tahun , jenis kelamin
laki-laki, agama islam, suku bugis, pendidikan terkahir SI, pekerjaan
klien Wiraswasta, alamat klien Desa Tambosupa Kec. Moramo, masuk
ke rumah sakit sejak 22 juni 2022.
penelitian pada tanggal 23 juni 2022 didapatkan hasil pemeriksaan
fisik tanda-tanda vital TD : 120/80 mmhg, nadi : 86 x/ menit, suhu :
36,4°C, RR : 22 x / menit. Dan didapatkan data subjektif klien
mengatakan nyeri post op di daerah telapak tangan sebelah kiri, klien
mengatakan awalnya hanya bisul pada telapak tangan sebelah kiri, klien
mengatakan kadang pusing dan sakit kepala, klien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan berada diangka 7 nyeri berat, nyeri yang dirasakan
klien hilang timbul, durasi nyeri yang dirasakan klien 10-15 menit,
karakteristik nyeri seperti tertusuk-tusuk, intensitas nyeri yang
dirasakan nyeri berat (7). sedangkan data objektif Nampak keadaan
umum klien lemah, Nampak klien meringis kesakitan, skala nyeri 7
nyeri berat. Pemeriksaan diagnostik dilakukan pemeriksaan darah rutin,
glukosa sewaktu, swab antigen (negativ).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan agung
dkk (2016) Dimana pasien yang mengalami post op apendiktomi, abses
klien mengalami gangguan kenyamanan yaitu nyeri, pemberian teknik
relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi
menujukkan sebagian besar tingkat nyeri yang dirasakan sebelum
diberikan teknik relaksasi nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang
dan setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam menjadi skala 3 atau
nyeri ringan. Dari hasil penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti dapat
menunjukkan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelummnya dengan yang dilakukan peneliti
saat ini.

59
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis terhadap
adanya pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun komunitas
terhadap masalah kesehatan, diagnosis keperawatan bagian vital dalam
menentukan proses asuhan keperawatan yang sesuai dalam membantu
pasien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat diagnosis
keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di Indonesia dengan
mengacu pada standar diagnosis yang di bukukan sebelumnya (PPNI).
Dari data pengkajian yang didapatkan peneliti, terdapat data klien
mengeluh nyeri yang merupakan gejala dan data mayor dari diagnosa
keperawatan nyeri akut b.d agen pencedera fisik, dimana nyeri akut
merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional. Dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Maka peneliti mengangkat diagnosis keperawatan Nyeri akut b. d
agen pencedera fisik : post op abses ditandai dengan data subjektif: klien
mengatakan ada luka pada telapak tangan sebelah kiri, klien mengatakan
kadang pusing dan sakit kepala, klien mengatakan nyeri yang dirasakan
berada diangka 7, klien mengatakan penyebab nyeri karena post op, data
objektif: Nampak keadaan umum klien lemah, Nampak klien meringis
kesakitan, skala nyeri 7.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh agung dkk
(2016) yang juga meneliti pada pasien abses dimana pada penelitian
tersebut ditegakkan masalah keperawatan yang sama nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan adalah suatu tindakan
yang dirancang oleh perawat, atau suatu perawatan yang dilakukan
berdasarkan penilaian secara klinis dan pengetahuan perawat yang
bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan
keperawatan disusun berdasarkan konsep teori yang diharapkan secara

60
aktual terhadap pasien dengan gangguan pemenuhan kenyamanan Nyeri
PPNI 2016.
Pada intervensi atau perencanaan keperawatan terdapat standar
penyusunan intervensi yang merujuk pada Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan rumusan tujuan yang luarannya
merujuk pada Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Maka penulis merumuskan tujuan pada Luaran keperawatan dengan
diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik : post op abses yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
keluhan nyeri dari meningkat menjadi menurun yaitu skala 7 menurun
menjadi 2, keluhan meringis dari meningkat menjadi menurun pasien
nampak membaik, dimana nyeri yang dialami pasien menurun sehingga
respon non verbal klien berkurang, nyeri dari meningkat menjadi
menurun disebabkan kerena faktor pencetus luka operasi.
Berdasarkan tujuan kriteria hasil yang ditetapkan penulis menyusun
intervensi keperawatan pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SLKI) yaitu manajemen nyeri, adapun intervensi yang ditetapkan
peneliti adalah: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri ,fasilitasi istrahat dan tidur
yang cukup, kolaborasi pemberian analgetik. Peneliti akan menjelaskan
dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurang nyeri
yang dirasakan klien. Hal ini sejalan dengan penelitian Agung dkk
(2016) bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi obat yang
diberikan pada klien dapat menurun nyeri pada klien dari skala 6
menurun menjadi 3.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serakaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan

61
yang dirasakan kestatus kesehatan yang lebih baik lagi serta
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan dan dapat tercapai.
Dari penelitian ini peneliti melakukan Implementasi keperawatan
pada Tn. A selama 3 hari berturut-turut sesuai dengan intervensi yang
telah ditentukan, intervensi keperawatan yang ditentukan berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia adalah : Manajemen Nyeri.
Dimana rencana intervensi yang akan dilakukan pada klien yaitu dengan
teknik relaksasi nafas dalam yang ditentukan. Di mana pada hari
pertama klien mengeluh nyeri post op pada telapak tangan sebelah kiri,
klien mengatakan nyeri yang dirasakan berada pada skala 7 (berat), klien
nampak meringis kesakitan, keadaan umum lemah, peneliti
mengajarkan dan mengedukasi teknik relaksasi nafas dalam. Pada hari
kedua klien masih mengeluh nyeri, klien mengatakan nyeri yang
dirasakan menurun menjadi skala 5 nyeri sedang, klien nampak
meringis, keadaan umum mulai membaik. Klien mengatakan sudah
mengerti tentang teknik relaksasi nafas dalam dan sudah menerapkan
teknik relaksasi nafas dalam jika merasakan nyeri dan klien merasa
tenang. Sedangkan pada hari terkahir implementasi klien mengatakan
nyeri sudah berkurang di skala 2, nampak klien sudah tidak meringis,
klien membaik.
Dimana Menurut Asmadi (2016) dalam (Fahrani, 2016) upaya untuk
menurunkan nyeri adalah relaksasi nafas dalam yang dapat menurunkan
ketegangan fisiologis dan teknik ini dapat dilakukan dengan berbaring,
duduk, teknik dapat dilakukan dengan baik apabila fikiran tenang, posisi
kenyamanan klien dan keadaan lingkungan yang mendukung, dengan
cara menarik nafas pelan seiring dengan respirasi udara pada paru.
Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap nyeri akan membuat
nyeri berkurang dan memberikan ketenangan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan proses keperawatan terakhir yang
berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan
kriteria hasil yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan

62
menentukan apakah seluruh proses keperawatan sudah berjalan dengan
baik dan tindakan berhasil dengan baik. Hasil evaluasi yang dilakukan
oleh peneliti dari hari pertama sampai hari terakhir penelitian diketahui
Tn. A sudah tidak mengeluh nyeri, dimana nyeri yang dirasakan sudah
berkurang, klien Nampak membaik karena sudah merasa nyaman dan
nyeri yang dirasakan sudah berkurang. Tindakan keperawatan dilakukan
hanya selama 3 hari karena pasien sudah membaik pada hari ketiga
dilakukannya intervensi keperawatan dan pasien akan pulang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agung ddk (2016),
didapatkan hasil yang sama dengan peneliti bahwa pasien dengan post
op abses yang mengalami gangguan rasa nyaman yaitu nyeri dapat
dilakukan pemberian teknik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi
pemberian obat akan mengalami penurunan nyeri setelah dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi pemberian obat anti nyeri,
selama 3x 24 jam.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Namun


dalam melakukan penelitian, penulis memiliki keterbatasan antara lain
penelitian ini hanya berfokus pada kebutuhan kenyamanan sehingga
keluhan pada kebutuhan dasar yang lain tidak menjadi prioritas dalam
penanganan keperawatan oleh peneliti, pembuatan surat penelitian
memakan waktu yang cukup lama, penulis tidak mengontrol pasien
sepenuhnya selama 24 jam.

63
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada
tanggal 23 sampai 25 juni 2022 maka dapat disimpulkan :

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 23 juni 2022. Tn. A
mengatakan nyeri post op pada daerah telapak tangan sebelah kiri, klien
mengatakan kadang pusing dan sakit kepela, klien mengatakan nyeri
hilang timbul, klien mengatakan karakteristik nyeri seperti tertusuk-
tusuk, durasi nyeri 10-15 menit, skala nyeri yang dirasakan 7 pada saat
dilakukan pengkajian. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data
sebagai berikut: keadaan umum klien saat lemah dan masih terbaring
ditempat tidur, kesadaran composmetis, nampak klien mengeluh
merasakan nyeri, nampak klien meringis, tanda-tanda vital TD : 120/80
mmhg, Nadi : 86 x/ menit, RR : 22 X/ menit, Suhu : 36,4°c.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosis keperawatan peneliti mengumpulkan
data baik data subjektif maupun objektif untuk menegakkan diagnosis
keperawatan berdasarkan masalah yang ada pada teori. Dimana peneliti
menemukan masalah pada kebutuhan kenyamanan pasien sehingga
peneliti mengangkat diagnosis keperawatan : nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik: post op abses ditandai dengan data
subjektif : klien mengatakan nyeri post op pada telapak tangan sebelah
kiri, klien mengatakan nyeri yang dirasakan berada di skala 7, klien
mengatakan nyeri hilang timbul, nampak klien meringis, skala nyeri 7,
keadaan umum lemah.

64
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan disusun yaitu bertujuan agar tingkat nyeri
klien menurun dan intervensi dilakukan yaitu manajemen nyeri.
Intervensi atau perencanaan yang digunakan dalam kasus ini,
dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada,
dimana dalam penelitian ini memfokuskan pada satu intervensi
keperawatan. Adapun intervensi keperawatan yang disusun menurut
panduan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan luaran
pada tujuan disesuaikan menurut Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SIKI). Intervensi yang dilakukan pada saat penelitian adalah
manajemen nyeri dan luaran pada tujuan adalah tingkat nyeri menurun.
4. Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien peneliti
mengajarkan kepada klien teknik relaksasi nafas dalam untuk
memberikan kenyamanan kepada klien dan untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan klien. Pelaksaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan
sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dengan kriteria yang telah
ditetapkan, adapun implementasi pada diagnosis keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisik: post op abses. Peneliti
melakukan tindakan keperawatan selama 1 kali dalam sehari, selama 3
x 24 jam perawatan, untuk 1 kali tindakan peneliti melakukan teknik
relaksasi nafas dalam kurang lebih 10- 15 menit dengan kriteria hasil
keluhan nyeri klien berkurang yaitu skala 3.
5. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti pada Tn. A setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 hari menunjukkan pada hari ketiga
tanggal 25 Juni 2022 didapatkan data subjektif: klien mengatakan nyeri
berkurang dari 7 menjadi 3, klien mengatakan sudah membaik, klien
mengatakan sudah tidak pusing, nampak klien membaik, Objektif:
Nampak klien sudah tidak meringis, skala nyeri 2, respon klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan baik, pasien kooperatif dalam
pelaksaan tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang dilakukan

65
peneliti menunjukkan bahwa analisa : masalah yang dialami pada
pasien teratasi, Planning: intervensi di hentikan.

B. Saran

1. Bagi tempat penelitian


Diharapkan khususnya fasilitas kesehatan dapat meningkatkan
kualitas dari sumber daya agar dapat meningkatlan kualitas dari sebuah
sarana sebagai tempat penelitian. Serta dalam memberikan pelayanan
pada pasien disiapkan fasilitas yang memadai untuk menunjang
pemeriksaan dan tindakan keperawatan terutama pasien dengan
gangguan kebutuhan kenyamanan.
2. Bagi peneliti
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post op abses
yaitu dilakukan dengan benar dan bisa mencapai tujuan. Peneliti
selanjutnya harus benar-benar paham, mengerti serta menguasai konsep
yang berkaitan dengan abses, serta konsep asuhan keperawatan itu
sendiri, selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat
dan komperhensif agar tersusun asuhan keperawatan yang sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada pasien dan mencapai tujuan, serta
tidak ada masalah yang lepas dari perhatian dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien.
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Peneliti sangat berharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi sumber
ilmu pengetahuan yang bisa menambah wawasan dalam ilmu
keperawatan serta membantu perkembangan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post op abses dengan sumber dan referensi
terbaru

66
DAFTAR PUSTAKA

Agung dkk. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Nyeri pada pasien Post Operasi.
Aini, L., & Reskita, R. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Derajat Nyeri. Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Nyeri Pasien Fraktur.
Amalia, R. (2018). Penerapan Tehnik Distraksi Nafas Ritmik Dalam Penangganan
Manajemen Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendisitis.
Candra dkk. (2021). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap perubahan
skala nyeri pada pasien Post Operasi Apendiktomi dengan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam.
Defita, R. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Pada
Pasien Rawat Inap Di Ruang Rawat Inap Kelas Iii Interne Rs Sytoke
Nasional Bukittinggi.
Ekasari, D. P., & Hastuti, D. (2022). Rasionalitas peresepan antibiotika pada pasien
di klinik telkomedika health center yogyakarta.
Fauzi, U. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bapak S Yang Mengalami
Abses Colli Diruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
Hidayati, A. (2019). Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri Kulit :
Infeksi Bakteri Di Kulit. In Infeksi Bakteri Di Kulit .
Longso, S. (2018). Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan Abses Pedis di
Ruangan Tulip RSUD. Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang.
Mahendra, mirza david. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operatif
Appendisitis Di Rsud Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2021.
Murni, sari eka luh ni. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Gastritis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Wilayah Upt
Kesmas Sukawati I.
Nenometa, jesua patrianus. (2019). Asuhan Keperrawatan Pada Tn . M.F Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Dan Nyaman Di Ruangan Komodo
Rsud. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Noviyanti, anggi. (2019). Asuhan Keperawatan post operasi insisi drainase abses
dengan nyeri akut di ruang perawatan melati IV RSUD SOEKARNO
KOTA TASIKMALAYA.
Noviyanti, A. (2019). Asuhan Keperawatan POST OPERASI ABSES dengan nyeri
akut di ruang perawatan melati RSUD KOTA TASIKMALAYA.
Pebrianti, D. (2019). Gambaran Penatalaksanaan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Nyaman Nyeri Pada Pasien Gastritis DiPuskesmas Batua Raya Makassar.
pokja, tim. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Pokja, tim. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
PPNI, D. (2016). standar diagnosa keperawatan indonesia.
putri, zarizal, S. (2019). Karya ilmiah akhir asuhan keperawatan pasien
Appendiksitis.
Putri, S. I. (2020). Penerapan Kompres Hangat Pada Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Diruang Tht Rawat Inap
Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2020.
Rahmadevi, Andriani yuni, N. S. (2017). Penggunaan Antibiotik Restriksi Pada
Pasien Ulkus, Abses Dan Batu Kandung Kemih Di Bangsal Bedah Rsud H.
Abdul Manap Kota Jambi .
Riadi, Medica, P. (2019). Asuhan keperawatan pada klien POST OPERASI
INSISI DRAINASE ABSES dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di
RSUD dr. SLAMET GARUT.
Rinnoni, Chindy F. (2019). Program studi DIII Keperawatan semarang jurusan
keperawatan semarang.
Zulfiqar, I. N. (2021). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 23 Juni 2022 No. Register : 271629


Diagnosa medis: Abses Manus
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Lengkap : Tn. A
2. Jenis Kelamin :Laki-Laki
3. Umur/Tanggal Lahir :52 Tahun/ 3 Oktober 1970
4. Status perkawinan :Menikah
5. Agama :Islam
6. Suku Bangsa :Bugis
7. Pendidikan :SI
8. Pekerjaan :Wiraswasta
9. Pendapatan :Tidak Menentu
10. Tanggal MRS : 21 Juni 2022

B. Identitas Penanggung
1. Nama Lengkap :Neti Samsul S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : IRT
4. Hubungan dengan klien :Istri
5. Alamat :Desa Tambosupa, Kec. Moramo
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama :klien mengatakan nyeri luka
pada telapak tangan kiri
B. Riwayat keluhan
1. Penyebab/faktor pencetus :klien mengatakan karena bisul
telapak tangan kiri
2. Sifat keluhan :klien mengatakan seperti
tertusuk tusuk
3. Lokasi dan penyebarannya : Telapak tangan seblah kiri dan
punggung tangan
4. Skala keluhan :Klien mengatakan nyeri berada
di angka 8
5. Mulai dan lamanya keluhan :Klien mengatakan sejak 15 hari
yang lalu
6. Hal-hal yang meringankan/memperberat :klien mengatakan jika
tidak menggerakan tangannya/ jika klien banyak menggerakan
tangannya
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Apakah menderita penyakit yang sama :klien mengatakan pernah


bisul pada telapak tangan seblah kiri
b. Bila pernah dirawat di RS, sakit apa :pernah, karena
kecelakaan
c. Pernah mengalami pembedahan : ya/ tidak, penyakit: Klien
mengatakan tidak pernah
d. Riwayat alergi : ya/tidak, terhadap zat/
obat/ minuman/ makanan : Klien
mengatakan tidak alergi makanan
e. Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat:
1. Merokok (berapa batang sehari) : Klien mengatakan tidak
merokok
2. Minum alkohol : Tidak Lamanya: -
3. Minum kopi : iya Lamanya: 2 tahun
4. Minum obat-obatan : Klien mengatakan
mengonsumsi obat asam urat Lamanya: 2
Tahun
IV. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)
a. Buat genogram 3 generasi ( lembaran sendiri )

Keterangan :
: Laki – laki meninggal

: Perempuan Meninggal

: Pasien

: Istri klien

: Anak klien

b. Riwayat kesehatan anggota keluarga


1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa:
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama
2. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun : Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit menular atau menurun
V. Pemeriksaan Fisik
0. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 120/80mmHg
2. Pernapasan : 24 kali / menit, Irama : Reguler
3. Nadi : 86 kali / menit, regular/ireguler : Reguler
4. Suhu badan : 36,40C
1. Berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan : 75 Kg
2. Tinggi badan : 190 Cm
3. IMT :20,77
2. Kepala :
1. Bentuk kepala : Normal, Oval
2. Keadaan kulit kepala: Kulit kepala klien nampak bersih
3. Nyeri kepala / pusing: Klien mengatakan kadang pusing
4. Distribusi rambut: Rambut klien nampak bersih, dan tebal
5. Rambut mudah tercabut : Rambut klien tidak mudah tercabut
6. Alopesia : Klien tidak mengalami rontok
7. Lain-lain : -
3. Mata
1. Kesimetrisan : Simetri kanan dan kiri
2. Edema kelopak mata : Nampak klien tidak mengalami edema
3. Ptosis : Nampak klien tidak mengalami ptosis
4. Sklera : Nampak sklera normal, tidak ikterus
5. Konjungtiva : Nampak konjungtiva normal, tidak
anemis
6. Ukuran pupil : Isokor
7. Ketajaman penglihatan : Baik
8. Pergerakan bola mata : Pergerakan bola mata normal
9. Lapang pandang : Baik
10. Diplopia : Tidak diplopia ( Penglihatan ganda)
11. Photohobia : Klien tidak mengalami photobia
12. Nistagmus : Klien tidak mengalami nistagmus
13. Reflex kornea : Refleks kornea normal
14. Nyeri : Tidak ada nyeri
15. Lain – lain :-
4. Telinga
1. Kesimetrisan : Simetris kanan dan kiri
2. Sekret : Nampak tidak ada sekret
3. Serumen : Tidak terdapat serumen
4. Ketajaman pendengaran : Normal ( berfungsi dengan baik)
5. Tinnitus : Tidak terdapat tinnitus
6. Nyeri : Tidak nyeri
7. Lain – lain :-
5. Hidung
1. Kesimetrisan : Simetris
2. Perdarahan : Tidak ada perdarahan
3. Sekresi : Tidak terdapat sekresi
4. Fungsi penciuman : Normal ( berfungsi dengan baik)
5. Nyeri : Tidak merasakan nyeri
6. Lain – lain :-
6. Mulut
1. Fungsi berbicara : klien dapat berbicara dengan baik
2. Kelembaban bibir : Nampak bibir klien sedikit kering
3. Posisi uvula : Normal
4. Mukosa : Baik, tidak ada lesi
5. Keadaan tonsil : Normal
6. Stomatitis : Klien tidak mengalami stomatitis
7. Warna lidah : Merah mudah , Nampak pucat
8. Tremor pada lidah : Klien tidak mengalami tremor pada
lidah
9. Kebersihan lidah : Nampak bersih
10. Bau mulut : Tidak berbau
11. Kelengkapan gigi : Nampak gigi klien tidak lengkap
12. Kebersihan gigi : bersih
13. Karies : Nampak terdapat sedikit karies
14. Suara parau : Klien tidak mengalami suara parau
15. Kesulitan menelan : Klien tidak mengalami kesulitan
menelan
16. Nyeri menelan : Klien tidan nyeri pada saat menelan
17. Kemampuan mengunyah : Klien mampu mengunyah dengam
baik
18. Fungsi mengecap : Normal ( berfungsi dengan baik)
19. Lain – lain :-
7. Leher
1. Mobilitas leher : Klien tidak mengalami mobilitas
leher
2. Pembesaran kel. Tiroid : Nampak tidak terdapat
pembesaran kel. tiroid
3. Pembesaran kel. limfe : Tidak terdapat kelenjar limfe
4. Pelebaran vena jugularis : Nampak tidak ada pelebaran
vena jugularis
5. Trakhaea : Normal
6. Lain-lain :-
8. Thoraks
Paru – paru
1. Bentuk dada : Simetris ( Normal)
2. Pengembangan dada : Normal ( dada kiri dan kanan sama)
3. Retraksi dinding dada : Normal
4. Tanda jejas : Normal tidak ada tanda jejas
5. Taktil fremitus : Normal
6. Massa : Tidak ada massa
7. Dispnea : Klien tidak mengalami dispnea
8. Ortopnea : klien nampak tidak mengalami ortopnea
9. Perkusi thoraks : Normal / sonor
10. Suara nafas : Normal vesikuler
11. Bunyi nafas tambahan : Tidak ada bunyi nafas tambahan
12. Nyeri dada : Klien tidak merasakan nyeri
13. Lain-lain :-
Jantung
1. Iktus kordis : Normal
2. Ukuran jantung : Normal
3. Nyeri dada : Tidak merasakan nyeri
4. Palpitasi : Tidak ada palpitasi
5. Bunyi jantung : Normal
6. Lain-lain :-

9. Abdomen
1. Warna kulit : Sawo Matang
2. Distensi abdomen : Klien tidak mengalami distensi
abdomen
3. Ostomy : Tidak ada ostomy
4. Tanda jejas : Tidak terdapat tanda jejas
5. Peristaltik : Normal 12x/ Menit
6. Perkusi abdomen : Normal ( Timpani)
7. Massa : Tidak ada massa
8. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan .Lokasi :
……………….
9. Lain - lain :-
10. Pengkajian sistem saraf
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Koordinasi : Normal
3. Memori : Baik
4. Orientasi : Baik
5. Konfusi : Klien tidak mengalami konfusi
6. Keseimbangan : Baik
7. Kelumpuhan : Tidak ada kelumpuhan
8. Gangguan sensasi : Tidak mengalami gangguan
sensasi
9. Kejang-kejang : Tidak mengalami kejang
10. Lain – lain :-
11. Reflex :
a. Refleks tendon
1. Biseps : Positif
2. Trisep : Positif
3. Lutut : Positif
4. Achiles : Positif
b. Refleks patologis
Babinski : Negatif
Lain - lain :-
c. Tanda meningeal :
1. Kaku kuduk/kernig sign: Positif
2. Brudzinski I : Positif
3. Brubzinski II : Positif
4. Lain - lain :-

11. Anus dan perianal


1. Hemorrhoid : Klien tidak mengalami hemorrhoid
2. Lesi perianal : Tidak ada lesi
3. Nyeri : Tidak mengalami nyeri
4. Lain – lain :-
12. Ekstremitas
1. Warna kulit : Sawo Matang
2. Purpura / ekimosis : Tidak ada
3. Atropi : Klien tidak mengalami atropi
4. Hipertropi : Klien tidak mengalami hipertropi
5. Lesi : Ada luka pada telapak tangan
6. Pigmentasi : Klien tidak mengalami pigmentasi
7. Luka : ada luka Lokasi: punggu tangan dan
telapak tangan sebalah kiri Ukuran : 3 cm…………
8. Deformitas sendi : Tidak
9. Deformitas tulang : Tidak
10. Tremor : Klien tidak mengalami tremor
11. Varises : Klien tidak mengalami varises
12. Edema : Klien mengalami edema pada tangan
seblah kiri
13. Turgor kulit : Turgor kulit klien baik
14. Kelembaban kulit : Nampak kering
15. Capillary Tefilling Time (CRT) : Normal kurang dari 3 detik
16. Pergerakan : Nampak klien bergerak dengan baik
17. Kekakuan sendi : Tidak mengalami kekakuan sendi
18. Kekuatan otot : Baik
19. Tonus otot : Normal
20. Kekuatan sendi : Baik.
21. Nyeri : nyeri pada tangan seblah kiri
22. Diaphoresis : Tidak
23. Lain – lain :-

VI. Pengkajian Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan oksigenasi
1. Batuk : klien tidak mengalami batuk
2. Kemampuan mengeluarkan sputum : Tidak ada sputum
3. Karakteristik sputum : Tidak ada jumlah :…………….
4. Dispnea : Tidak ada dispnea
5. Ortopnea : Tidak ada ortopnea
6. Otot bantu pernafasan : Tidak ada otot bantu pernapasan
7. Sianosis : Tidak terdapat sianosis

b. Kebutuhan Nutrisi
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekuensi makan sehari Baik 4 x sehari 3 x sehari
Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Porsi makan yang habiskan 1 porsi/ piring 1 porsi/ piring
Penggunaan alat bantu Tidak ada alat bantu Tidak ada alat bantu
makan makan makan
Makanan pantang/yang Daun ubi, bayam, sama
tidak disukai udang
Makanan yang disukai Ayam , Ayam, ikan, sayuran
sayuran,daging, ikan
Pembatasan makanan Tidak ada
Jenis makanan yang Kepiting, udang, daun sama
dibatasi ubi, bayam,
Konsumsi makanan berserat Sayuran Tidak ada
: jenis dan jumlah
Nafsu makan Baik Baik
Mual Tidak mengalami mual Tidak mengalami
mual
Hipersalivasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi asam pada mulut Tidak ada Tidak ada
Muntah Tidak mengalami Tidak muntah
mintah
Perasaan cepat kenyang Tidak ada Tidak ada
setelah makan
Perasaan kembung Tidak Tidak
Lain – lain -

c. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekuensi minum sehari 8 – 9 gelas 5 – 6 gelas
Jumlah minum yang dikonsumsi 1 liter/ perhari 1 liter/perhari
setiap hari
Jenis minuman yang tidak Tidak ada Tidak ada
disukai
Jenis minuman yang disukai Susu, kopi, teh Susu, teh
Perasaan haus Ada Ada
Kelemahan Tidak ada Ada
Program pembatasan cairan Tidak ada Tidak ada
Lain – lain

Perhitungan balans cairan


Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Intake cairan
Minum 9 – 8 gelas 8 gelas / hari
Makan 1 porsi / piring 1 porsi / piring
Cairan intravena Tidak ada Rl 20 tpm
Obat cair Tidak ada Ketorolac 1
ampul/IV/8 Jam,
Cefoperazone 1
vial/IV/12 Jam,
ranitidine 1 ampul /
8 jam
Lain – lain
Total
Output cairan
Sensible water Baik Baik
loss (SWL)
BAK 2 – 3 x sehari 3 x sehari
BAB 3 x sehari 2 x sehari
Muntah Tidak pernah Sekali muntah
muntah
Cairan stoma Tidak ada Tidak ada
Drainase Tidak ada Tidak ada
Insesible water Tidak ada Tidak ada
loss (IWL)
Pernafasan Baik Baik 24 x/ menit
Kulit Bersih Bersih
Peningkatak suhu Tidak Iya pada saat
tubuh pertama ke rumah
sakit
Lain - lain
Total Output
Input - output

d. Kebutuhan Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK)
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekwensi BAK 2- 3 x sehari 3 x sehari
Pancaran Tidak ada Tidak ada
Jumlah - -
Warna Kuning Kuning
Disuria Tidak Tidak
Nokturia Tidak Tidak
Perasaan penuh Tidak ada Tidak ada
pada kandung kemih
Perasaan setelah Baik Baik
BAK
Kesulitan memulai Tidak ada Tidak ada
berkemih
Dorongan berkemih Baik Baik
Inkontinensia urine Tidak Tidak
Total produksi urine
Lain – lain

Buang Air Besar (BAB)


Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Frekwensi 3 x sehari 2 x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
Bau - -
Warna Kuning Kuning
Flatulans Tidak ada Tidak ada
Nyeri saat defekasi Tidak ada Tidak ada
Sensasi penuh pada Tidak ada Tidak ada
rektal
Dorongan kuat untuk Baik Baik
defekasi
Kemampuan Mampu menahan Mamapu menahan
menahan defekasi
Mengejan yang kuat Tidak Tidak
saat defekasi
Lain - lain

e. Kebutuhan Istrahat dan tidur


Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Jumlah jam tidur 1- 3 jam sehari 1- 2 jam sehari
siang
Jumlah jam tidur 8 jam /hari 7- 8 jam/hari
malam
Kebiasaan konsumsi Tidak Tidak
obat tidur/stimulant/
penenang
Kegiatan pengantar Tidak ada Tidak ada
tidur
Perasaan waktu Baik Kurang Baik
bagun tidur
Kesulitan memulai Tidak ada Iya
tidur
Mudah terbagun Tidak Tidak
Penyebab gangguan Tidak ada Ada nyeri tangan
tidur seblah kiri
Perasaan mengantuk Ada Ada
Lain – lain

f. Kebutuhan Aktivitas
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Kegiatan rutin Berkebun Tidak ada
Waktu senggang Berjalan- jalan Beristrahat
Kemampuan berjalan Mampu berjalan Mamapu berjalan
Kemampuan merubah Mampu berubah Mampu berubah
posisi saat berbaring posisi posisi
Kemampuan berubah Mampu Kurang baik
posisi : berbaring ke
duduk
Kemampuan Mampu Kurang baik
mempertahankan
posisi duduk
Kemampuan berubah Mampu Kurang baik
posisi : duduk ke
berdiri
Kemampuan Mampu Kurang baik
mempertahankan
posisi berdiri
Kemampuan berjalan Mampu Kurang
Penggunaaan alat Tidak ada Tidak ada
bantu dalam
pergerakan
Dispnea setelah Tidak ada Tidak ada
beraktivitas
Ketidaknyamanan Tidak Tidak
setelah beraktivitas
Pergerakan lambat Tidak Iya

g. Kebutuhan Perawatan Diri


1. Mandi
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam baik Baik
perawatan diri mandi,
mencuci rambut dan
kebersihan kuku
Frekwensi mandi 3 x sehari 2 x sehari
Kebersihan kulit Baik Baik
Frekwensi mencuci 3 x sehari 2 x sehari
rambut
Kebersihan rambut Bersih Bersih
Frekwensi memotong 2 x seminggu Tidak
kuku
Kebersihan kuku Bersih Bersih
Kemampuan Mampu Mampu
mengakses kamar
mandi
Kemampuan mengambil Mampu Mampu
perlengkapan mandi
Kemampuan Baik Baik
membasuh tubuh saat
mandi
Kemampuan Mampu Kadang di bantu
mengeringkan tubuh istri
saat mandi
2. Berpakaian
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam Baik Baik
perawatan diri
mengganti pakaian
Kebersihan pakaian Bersih Bersih
Frekwensi mengganti 3 x sehari 2 x sehari
pakaian
Kemampuan memilih Mampu Mampu
dan mengambil
pakaian
Kemampuan Mampu Kadang di bantu
mengenakan pakaian istri
pada bagian tubuh
atas
Kemampuan Mampu Mampu
mengenakan pakaian
pada bagian tubuh
bawah
Kemampuan Mampu Kadang di bantu
melepaskan pakaian istri
pada bagian tubuh
atas
Kemampuan Mampu Mampu
melepaskan pakaian
pada bagian tubuh
bawah
Kemampuan Mampu Mampu
mengancing atau
menggunakan
resleting
Lain - lain

3. Makan
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam Baik Kurang baik
perawatan diri
makan
Kemampuan Mampu Mampu
memasukkan
makanan ke mulut
Kemampuan Baik Baik
mengunyah
Kemampuan Mampu baik
memegang peralatan
makan
Lain – lain

4. Eliminasi
Keterangan Sebelum sakit Setelah sakit
Motivasi dalam Baik Baik
perawatan diri
eliminasi BAK dan
BAB
Kemampuan Baik Baik
memanipulasi
pakaian untuk
eliminasi
Kemampuan Mampu dengan Mampu dengan
mencapai toilet sendiri sendiri
Kemampuan naik ke Mampu Mampu
toilet
Kemampuan Mampu Kurang
menyiram toilet
Lain – lain

h. Kebutuhan Keamanan
1. Riwayat paparan terhadap kontaminan : Tidak ada
2. Riwayat perdarahan : Tidak ada
perdarahan
3. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : Tidak ada
4. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : Tidak ada
5. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : Tidak ada
6. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : Tidak ada
7. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : Iya
8. Imobilisasi : Tidak ada
9. Luka pada kulit / jaringan : Iya pada telapak
tangan
10. Benda asing pada luka : Tidak ada
11. Riwayat jatuh : Iya
12. Penyebab jatuh : Kecelakaan
13. Kelemahan umum : Tidak ada.
14. Lain – lain :
………………………
i. Kebutuhan Kenyamanan :
1. Keluhan nyeri : Iya lokasi : di daerah telapak
tangan seblah kiri
2. Pencetus nyeri : abses pada telapak tangan
seblah kiri
DOKUMENTASI PENELITIAN

MELAKUKAN PENGKAJIAN PADA KLIEN

MELAKUKAN INTERVENSI KEPERAWATAN TEKNIK RELAKSASI

PENDATANGANAN INFOCONSENT

Anda mungkin juga menyukai