OLEH :
RISNAYATI MUSURIA
NIM. P00320018044
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
T. A 2021
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.U DENGAN BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
DIRUANG MELATI RSUD KOTA KENDARI
OLEH :
RISNAYATI MUSURIA
NIM. P00320018044
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
T. A 2021
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320018044
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Risnayati Musuria
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
limpahan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.U dengan Benigna Prostat Hiperplasia
dalam Pemenuhan Kebutuhan Kenyamanan di Ruang Melati RSUD Kota
Kendari.” dapat terselesaikan. Salawat serta salam tak lupa ditujukan kepada Nabi
Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat serta orang-orang yang senantiasa
mengikuti ajarannya hingga hari kiamat kelak.
Proses penyusunan Karya tulia ilmiah ini telah melewati perjalanan
panjang dalam penyusunanya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moral dan
materi dari pihak lain. Karena itu sepertinya penulis dengan segala kerendahan
dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Kepala ruangan Melati RSUD kota kendari yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep., Sp.KMB, selaku sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan kendari
5. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep., Ns, M.Sc, selaku pembimbing I dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penuh dan membantu penulis
sehinggah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Prishilla Sulupadang, M.Kep., Sp.An, selaku pembimbing II yang telah
bersedia mengorbankan waktunya dalam memberikan bimbingan dan saran
kepada penulis.
7. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Penguji I, Ibu Rusna Tahir,
S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji II dan Ibu Dewi Sartiya Rini, M.Kep, Sp.
KMB selaku Penguji III, selaku dosen-dosen penguji yang telah memberikan
arahan dan masukan-masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat berjalan
dengan sebaik-baiknya
v
8. Kepada ibu Dian Yuniar SR.SKM., M.Kep selaku penasihat Akademik yang
telah memberikan nasehat dan bimbingan yang berharga bagi penulis
9. Kepada seluruh dosen dan staf Politeknik kesehatan kendari jurusan
keperawatan yang telah mendidik dan membantu penulis selama menempuh
pendidikan di jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari.
10. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Musuria (Alm) dan Ibunda Julianti, yang
selalu menjadi pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini serta yang selalu mendoakan penulis.
11. Kepada saudara-saudaraku, Jusrim, Masjudin S.Pd, Drs.Juhari, Samsul Hijar,
Sri Misdarni, S.Pd, Nurdayati Atrina, Amd.Kom dan Terima kasih telah
banyak memberikan dukungan baik berupa moral maupun materi.
12. Kepada sahabat-sahabatku Iin Pracelia, Sri Wulandari, Dita Prima Andini,
Wida Ristanti, Siti Nurfausi, Nun Ashari, Lestari, Sumiana, Pedriansyah
Sarfin, Muh. Iksan Raqila Terima kasih untuk semua dukungan dan dorongan
yang diberikan setiap hari sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan baik
13. Serta special buat teman-teman seperjuanganku Jian Rismayanti, Dela
Wulandari, Riska, Devi, Rini, Fitrianingsih yang selalu memberikan motivasi
dan masukkan sehingga saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
baik
14. Kepada Teman-teman Mahasiswa jurusan keperawatan angkatan 2018
khususnya perawat III A terima kasih atas kebersamaan dan jalinan
persahabatan yang tercipta selama penulis menuntut ilmu terima kasih telah
banyak membantu selama perkuliahan serta penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi Pembaca dan semoga
amal baik yang telah diberikan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin Allahummah
Aamiin
Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
I. INDENTITAS
4. Agama : Islam
7. No. Telp/ Hp :
II. PENDIDIKAN
viii
MOTTO
Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa usahanya
akan kelihatan nantinya. (Q.S. An Najm ayat 39-40)
ix
ABSTRAK
Benigna prostat Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan). Tindakan pengobatan terhadap Benigna Prostat Hiperplasia dapat dilakukan
dengan cara operasi. Operasi prostat dilakukan dengan cara Benigna Prostat Hiperplasia
yang merupakan suatu tindakan pembedahan dengan masalah kencing batu. Salah satu
faktor yang terjadi pada pasien yaitu terganggunya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman,
faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi
dan mengatasi ketidaknyamanan klien yaitu dengan menggunakan tekhnik relaksasi nafas
dalam. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
Tn. U dengan Benigna Prostat Hiperplasia dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di
ruang melati RSUD Kota Kendari tahun 2021. Desain penelitian studi kasus ini,
responden yaitu pasien Benigna Prostat Hiperplasia yang mengalami masalah dalam
pemenuhan kebutahan rasa nyaman. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan menggunakan format asuhan
keperawatan. Hasil pengkajian yang di dapatkan dari pasien Benigna Prostat Hiperplasia
masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan rasa nyaman. Intervensi yang
dilakukan selama 4 hari perawatan. Hasil evaluasi pada pasien Benigna Prostat
Hiperplasia yang didapatkan masalah gangguan rasa nyaman dapat teratasi. Pada pasien
Benigna Prostat Hiperplasia dengan masalah gangguan rasa nyaman hendaknya berlatih
tekhnik relaksasi nafas dalam yang telah diajarkan dapat mengurangi rasa nyeri akut.
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1. Perbedaan nyeri akut dan kronis ...................................................... 26
Tabel 2.2. Nyeri Akut ....................................................................................... 35
Tabel 2.3. Intervensi Keperawatan pre operasi benigna prostat hyperplasia .... 52
Tabel 2.4. Intervensi keperawatan post operasi benigna prostat hyperplasia ... 57
Tabel 4.1. Analisa Data ..................................................................................... 71
Tabel 4.2. Rencana Keperawatan...................................................................... 73
Tabel 4.3. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ........................................ 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Anatomi kelenjar prostat .............................................................. 9
Gambar 2.2. Perubahan Testosteron Menjadi Dihidrotestosteron Oleh
Enzim 5α-reductase ...................................................................... 14
Gambar 2.3. Prostat normal dan prostat dengan Benign prostate
Hyperplasia .................................................................................... 15
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benign Prostat Hyperplasia (BPH) termasuk kesulitan dalam mulai dan
perasaan buang air kecil yang tidak lengkap. Saat kelenjar prostat tumbuh
mengeluarkan air seni, yang menyebabkan otot kandung kemih menjadi lebih
besar dan lebih sensitif. Ini membuat kandung kemih tidak pernah benar-benar
kosong dan menyebabkan perasaan perlu sering buang air kecil. Gejala lain
termasuk aliran urin yang lemah. Pembesaran prostat jinak yang tidak
saluran kemih. Penyakit batu kandung kemih. Tidak bisa buang air kecil
kandung kemih harus bekerja lebih keras untuk mendorong urin keluar dalam
jangka waktu yang lama, maka dinding otot kandung kemih membentang dan
terjadi ketidaknyamanan.
BPH salah satu yang paling sering dilakukan yakni Trans Urethral Resection
1
bagi pasien berisiko, hospitalisasi dan periode pemulihan lebih singkat, angka
hyperplasia dengan ukuran prostat yang terlalu besar (100 gram atau lebih)
yang terlalu besar dapat mengakibatkan tidak tuntasnya reseksi pada TURP
(Smeltzer, 2015).
nyaman, tenang, rileks, terkontrol, dan jauh dari ketegangan (Audah, 2011).
Beberapa macam teknik relaksasi dapat diterapkan pada klien yang mengalami
merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri, dengan cara menarik napas
ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stress fisik dan emosi yang
disebabkan oleh nyeri akut. Teknik ini tidak hanya digunakan untuk individu
yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada individu yang sehat. Pelaksanaan
teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien kooperatif (Perry & Potter, 2009).
Disamping teknik relaksasi napas dalam, ada beberapa terapi non farmakologi
2
lainnya yang secara umum telah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam meredakan nyeri, salah satunya adalah terapi dzikir. Terapi dzikir
relaksasi secara simultan pada hati, otak dan otot. Pada hati akan
menimbulkan rasa tenang dan tentram. Sehingga membuat otak bisa lebih
berpikir jernih, dan otot pun tidak tegang atau pun mengalami kontraksi.
kesehatan mental dan tubuh. Terapi dzikir ini juga bagus untuk orang yang
Benigna Prostat Hiperplasia pada tahun 2018 didapatkan 4 kasus, pada tahun
2019 terjadi peningkatan yaitu 18 kasus, sedangkan pada tahun 2020 terjadi
komplikasi dari BPH. Peran perawat sebagai conselor yaitu sebagai tempat
2012).
3
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Kota Kendari ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kendari.
4
d. Melakukan Implementasi pada Tn.U dengan Benigna Prostat
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
5
4. Bagi Penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lanjut.
bawah leher kandung kemih pada pria. Bila terjadi pembesaran lobus
prostat menjadi besar. Ketika prostat cukup besar akan menekan saluran
uretra menyebabkan obstruksi uretra baik secara parsial maupun total. Hal
2009).
7
2. Anatomi dan Fisiologi prostat
a. Anatomi
fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai bagian
2012).
Kelenjar prostat terbagi dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer,
terdiri dari 70% jaringan kelenjar sedangkan zona sentral terdiri dari
8
jaringan kelenjar. Sebagian besar kejadian BPH terdapat pada zona
jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus oleh uretra dan kedua
b. Fisiologi Prostat
1) Vesikel Seminalis
9
memberi nutrisi sperma, yang meningkatkan pH ejakulat dan
(Wibowo, 2012).
2012).
2) Kelenjar Prostat
10
kandung kemih. Tertutup oleh kapsul jaringan conective tebal,
massa (stroma) dari otot polos dan jaringan ikat padat (Wibowo,
2012).
ke dalam sperma dan cairan seminal pada saat sperma dan cairan
11
Prostat sering membesar pada pria setengah umur atau umur
tua, dan pembesaran ini karena tekanan lain yang disebabkan oleh
apa saja pada sphincter urethra atau urethra itu sendisi, akan
2012).
12
Bahan–bahan yang terdapat dalam cairan semen sangat penting
invasi mikroba.
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah
a. Dihydrotestosteron
13
e. Interaksi stroma - epitel
BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel
14
enzim tertentu yang terjadi didalam prostat. Pada penderita ini hormon
uretra yang mengakibatkan aliran urin melemah dan gejala obstruktif yaitu :
al, 2016).
Gambar 2.3
Prostat normal dan prostat dengan Benign prostate hyperplasia
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-
15
5. Manifestasi Klinis
(urgensi)
prostatika.
uretra
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas.
16
c. Gejala generalisata
malam hari.
3) Derajat III: timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini
hidronefrosis.
6. Penatalaksanaan
a. Observasi
17
b. Terapi Medikamentosa
1) Penghambat adrenergik
destrusor.
2) Penghambat 5-a-reduktase
3) Fitoterapi
a. Terapi Bedah
2) Hematuri
dan hidronefrosis.
18
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
(Purnomo, 2014).
19
dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan
prostat, dan usia yang makin tua. Rentang kadar PSA yang
20
dengan colok dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok
2015).
b. Pencitraan
21
atas; sedangkan yang menunjukkan kelainan, hanya sebagian
yang lain. Oleh karena itu pencitraan saluran kemih bagian atas
a) Hematuria.
d) riwayat urolitiasis.
22
c. Pemeriksaan Lain
1) Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi yang dapat
2) Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu
8. Klasifikasi
Score (PSS). Derajat ringan: skor 0−7, sedang: skor 8−19, dan berat:
skor 20−35 (Sjamsuhidajat dkk, 2012). Selain itu, ada juga yang
23
membaginya berdasarkan gambaran klinis penyakit BPH. Derajat berat
a. Stadium I
sampai habis.
b. Stadium II
c. Stadium III
d. Stadium IV
9. Komplikasi
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
24
f. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila
1. Definisi
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat
2008).
25
2. Klasifikasi Nyeri
akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara tiba-
tiba dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai
bulan. (Uliyah & Hidayat, 2008). Perbedaan nyeri akut dan kronis dapat
26
3. Skala Nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Berat
Nyeri
sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini, diurutkan dari tidak ada
gigitan nyamuk,
27
7) Skala 6: Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang sangat luar biasa
b. Skala Numerik
28
Skala yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
terapeutik.
intensitas nyeri yang terus menerus yang berbentuk garis lurus serta
karena hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap
29
perbandingan untuk membandingkan skala nyeri klien. Hal ini
(Prasetyo, 2010).
4. Pengkajian Keperawatan
ringannya nyeri.
5. Diagnosa Keperawatan
30
Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
berlebihan.
berikut:
a. Mayor
1) Subjektif
Mengeluh nyeri
2) Objektif
a) Tampak meringis
c) Gelisah
e) Sulit tidur
31
b. Minor
1) Subjektif
2) Objektif
e) Menarik diri
g) Diaforesis
6. Perencanaan keperawatan
32
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan (Tim Pokja SIKI
33
pada penilaian klinis dengan mempertimbangkan kondisi pasien, keluarga,
definisi dan tindakan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Label
keperawatan. Label terdiri atas satu atau beberapa kata yang diawali
tindakan edukasi dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
dahulu menetapkan tujuan. Dalam hal ini tujuan yang diharapkan pada
klien dengan nyeri akut yaitu: Tidak mengeluh nyeri, tidak meringis, tidak
34
terkontrol, kemampuan mengenali onset nyeri meningkat, kemampuan
Perencanaan
Diagnosa Luaran
No Keperawatan
Keperawatan SLKI
SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Intervensi Utama:
berhubungan asuhan
Dukungan Nyeri
dengan agen keperawatan selama 3 Akut: Pemberian
pencedera kali
fisik (prosedur analgesik
24 jam, maka
operasi) Observasi
diharapkan tingkat nyeri
1) Identifikasi
menurun dan kontrol
karakteristik nyeri
nyeri meningkat dengan
(mis. pencetus,
kriteria hasil:
pereda, kualitas,
1) Tidak mengeluh
nyeri lokasi, intensitas,
2) Tidak meringis frekuensi, durasi)
3) Tidak bersikap 2) Identifikasi riwayat
protektif alergi obat
4) Tidak gelisah 3) Identifikasi
5) Tidak mengalami kesesuaian jenis
kesulitan tidur
analgesik (mis.
6) Frekuensi nadi
membaik narkotika, non-
7) Tekanan darah narkotika, atau
membaik NSAID) dengan
8) Melaporkan nyeri tingkat keparahan
terkontrol nyeri
9) Kemampuan 4) Monitor tanda-
mengenali onset
tanda vital sebelum
nyeri meningkat
10) Kemampuan dan sesudah
mengenali penyebab pemberian analgesik
nyeri meningkat 5) Monitor efektifitas
11) Kemampuan analgesik
menggunakan
35
teknik non- Terapeutik
farmakologis 1) Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal
2) Pertimbangkan
pengguanaan infus
kontinu, atau
bolus oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
3) Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respons pasien
4) Dokumentasikan
respons
terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak
diinginkan
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
Dukungan Nyeri
Akut: Manajemen
Nyeri
Observasi
1) Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala
36
nyeri
3) Identifikasi
respons nyeri non
verbal
4) Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan memperingan
nyeri
5) Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6) Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7) Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
8) Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
9) Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1) Berikan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
37
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2) Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat
dan tidur
4) Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik
Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan 2018
38
7. Implementasi keperawatan
urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi pasien (Debora,
2012).
39
8. Evaluasi keperawatan
secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam
40
yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana tindakan
hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
b. Tidak meringis
d. Tidak gelisah
41
i. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
tanda atau gejala yang ditemukan 80%-100% pada klien untuk validasi
penegakkan diagnosis.
42
4. Pathway Benign Prostat Hiperplasia
Diikat reseptor
(dalam sitoplasma sel prostat)
Proses menua
Mempengaruhi inti sel Interaksi
Peningkatan Ketidakseimbangan (RNA) sel epitel
Inflamasi
Sel stem Hormone Sintesa protein dan stroma
Proliferasi sel
BPH
Benigna Prostat Hyperplasia
Penurunan LUTS
fungsi ginjal (Lower Urinary Tract Syndrome)
• Intermitten • urgensi
• Hesiteansi • Frekuensi BAK sering
• Terminal dribbling (nocturia,diurnal uria)
• Pancaran lemah • Dysuria Nyeri Akut
• BAK tidak puas (D.0077)
Gangguan pola
tidur
(D.0055)
43
Prosedur pembedahan
Perdarahan
Tidak terkontrol
Risiko Perdarahan
(D.0012)
44
D. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien benigna prostat Hyperplasia
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
45
sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan,
1) Pola Nutrisi
frekwensi makanannya.
2) Pola Eliminasi
ragu ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari
46
5) Pola aktivitas dan latihan
7) Hubungan peran
47
Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana
gejala dirasakan
skala berapa ?
dirasakan?
penekanan
akibat trauma?
48
Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar
tiroid
e. Pemeriksaan dada
f. Kardiovaskuler
benjolan/massa.
49
2) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses)
urinaria, tumor,)
kali permenit.
8) Reflek patella
i. Pemeriksaan pelvis/genitalia
50
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
d. Ansietas (D.0080)
Post operasi :
3. Intervensi keperawatan
51
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan pre operasi benigna prostat hyperplasia
52
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Retensi urin Setelah dilakukan Manajemen eliminasi
berhubungan tindakan urine (l.04152)
dengan keperawatan selama Observasi
peningkatan …x… kemampuan
Identifikasi penyebab
berkemih membaik
tekanan uretra retensi urine ( mis.
Dengan kriteria hasil
(D.0050) (L.03019) : Peningkatan tekanan
1) Sensasi berkemih uretra, kerusakan arkus
meningkat reflek, disfungsi
2) Desakan kandung neurologis, efek agen
kemih menurun farmakologis)
3) Distensi kandung Monitor intake dan output
kemih menurun cairan
4) Berkemih tidak Monitor distensi
tuntas menurun kandung kemih dengan
5) Nocturia palpasi/perkusi
menurun Pasang kateter urine, jika
6) Dysuria menurun perlu
7) Frekuensi BAK
membaik Terapeutik
8) Karakteristik urine Catat waktu-waktu dan
membaik haluaran berkemih Batasi
asupan cairan
Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur
Edukasi
Jelaskan penyebab retensi
urine
53
Anjurkan pasien atau
keluarga mencatat output
urine
Ajarkan cara melakukan
rangsangan berkemih
Anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
Demontrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
suposutoria uretra, jika
perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen eliminasi
eliminasi urin tindakan urin & katerisasi urine
berhubungan keperawatan selama (l.04148)
…x… diharapkan observasi
dengan
pola eliminasi identifikasi tanda dan
penurunan
gejala retensi atau
kapasitas kembali normal
inkontenensia urine
kandung dengan kriteria hasil identifikasi factor yang
kemih (L.03019) : menyebabkan retensi atau
(D.0040) 1) Sensasi berkemih inkokntenensia urine
meningkat monitor urine (mis.
2) Desakan kandung Frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna )
kemih menurun
Terapeutik
3) Distensi kandung
catat waktu-waktu dan
kemih menurun
haluaran berkemih
4) Berkemih tidak batasi asupan cairan,
tuntas menurun jikaperlu
5) Nocturia edukasi
menurun ajarkan tanda dan gejala
6) Dysuria menurun infeksi saluran kemih
ajarkan minum yang
cukup jika tidak ada
kontraindikasi
jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urine anjurkan
menarik nafas saat
insersi selang urine
54
kolaborasi
kolaborasi pemberian obat
suposutoria uretra, jika
perlu
4 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
berhubungan tindakan (l.09314) Obeservasi
dengan krisis keperawatan selama Identifikasi saat tingkat
situasional …x… diharapkan ansietas berubah (mis.
(D.0080) pasien tidak cemas Kondisi, waktu, stresor)
Identifikasi kemampuan
dengan kriteria hasil
mengambil mengambil
(L09093): keputusan monitor tanda-
1) Perilaku gelisah tanda ansietas ( verbal dan
menurun nonverbal
2) Perilaku tegang Terapeutik
menurun Ciptakan suasan terapeutik
3) Frekuensi untuk menumbuhkan
kepercayaan temani pasien
pernafasan
untuk mengurangi
menurun kecemasan,
4) Frekuensi nadi jika memungkinkan
membaik gunakan pendekatan yang
menurun tenang dan meyakinkan
5) Konsentrasi pola motivasi
tidur membaik mengidentifikasi
situasi yang memicu
6) Pola berkemih
kecemasan
membaik
Edukasi
Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan presepsi latih Teknik
relaksasi
4.11anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4.12latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
55
Kolaborasi
kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
5 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan tidur (l.05174)
pola tidur tindakan selama Observasi
berhubungan …x… keperawatan identifikasi pola
dengan aktivitas dan tidur
nyeri/kolik pasien diharapkan
pola tidur membaik Identifikasi factor
(D.0055)
pengganggu tidur (fisik
dengan kriteria hasil
dan/atau psikologis)
(L.05045) : Identifikasi makanan atau
1) keluhan sulit tidur miuman yang menggangu
membaik tidur
2) keluhan sering Lakukan prosedur untuk
terjaga meningkatkan
3) keluhan tidak kenyamanan
Sesuaikan jadwal
puas tidur pemberian obat dan/atau
4) keluhan pola tidur tindakan untuk menunjang
berubah menurun siklus tisur- terjaga
5) keluhan istirahat Edukasi
tidak cukup Jelaskan pentingnnya
menurun tidur cukup selama sakit
4.9Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
Terapeutik
Modifikasi lingkungan
4.5Fasilitasi penghilang
stress jika perlu
6 Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
pengetahuan tindakan (l.12383)
berhubungan keperawatan selama Observasi
dengan kurang …x… diharapkan Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
terpapar tingkat pengetahuan
informasi
informasi meningkat dengan Identifikasi bahaya
(D.0111) kriteria hasil keamanan di
(L.12111) : lingkungan (mis.
1) perilaku sesuai Fisik, biologi, dan
anjuran kimia)
meningkat Terapeutik
2) kemampuan Sediakan materi dan media
menjelaskan Pendidikan kesehatan
Jadwalkan Pendidikan
56
pengetahuan kesehatan
tentang suatu Berikan kesempatan
topik meningkat untuk bertanya
Edukasi
3) pertanyaan
Jelaskan factor risiko
tentang masalah
yang dapat
yang dihadapi
mempengaruhi kesehatan
menurun Ajarkan perilaku hidup
4) pertanyaan sehat
tentang masalah 3.8 Ajarkan strategi yang
yang dihadapi dapat digunakan untuk
meningkat meningkatkan perilaku
5) perilaku membaik hidup bersih dan sehat
57
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgetik,
sesuai indikasi
2. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
infeksi tindakan keperawatan (l.14539)
dibuktikan selama …x… Observasi
dengan diharapkan tingkat 1. Periksa kesiapan dan
tindakan infeksi menurun kemampuan menerima
invasive dengan kriteria hasil informasi
(D.0142) (L.14137) : 2. Jelaskan tanda dan
1. kebersihan gejala infeksi local dan
tangan meningkat sistemik
2. kadar sel Edukasi
putih membaik
1. Anjurkan membatasi
3. kemerahan
pengunjung
menurun
4. kebersihan 2. Ajarkan cara merawat
badan meninkat kulit pada daerah yang
5. demam menurun edema
6. nyeri menurun 3. Anjurkan nutrisi, cairan
7. bengkak menurun dan istirahat
4. Anjurkan mengelola
antibiotic sesuai resep
5. Ajarkan cara mencuci
tangan
3. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
perdarahan tindakan keperawatan (l.02067)
dibuktikan Observasi
selama …x…
dengan Monitor tanda dan gejala
tindakan diharapkan tingkat
perdarahan menurun perdarahan
pembedahan
(D.0012) dengan kriteria hasil Monitor nilai hematocrit
(L.02017): t/hemoglobin sebelum dan
1) setelah kehilangan darah
Kelembapan
membrane mukosa
meningkat
58
4. Evaluasi
objektif.
59
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi
60
BAB III
METODE PENILITIAN
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus dalam
B. Subjek Penelitian
merupakan individu dengan kasus yang akan diteliti secara rinci dan
berikut :
berlangsung.
61
2. Kriteria ekslusi, meliputi :
C. Definisi Operasional
3. Teknik relaksasi nafas dalam pada studi kasus ini adalah metode yang
pernapasan diafragma setelah itu tarik napas kurang lebih 2 detik lalu
62
b. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada pasien Benigna
pencedera fisik.
manajemen nyeri.
dilakukan.
63
D. Tempat dan Waktu Penelitan
E. Prosedur Penlitian
kasus.
kedua subjek.
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan :
a. Wawancara
64
informasi dan pihak yang lain sebagi pemberi informasi (Sugiyono,
keluarga.
c. Studi dokumentasi
dengan melihat hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
65
relevan, seperti hasil laboratorium, radiologi, ataupun pemeriksaan
Kemenkes Kaltim.
G. Keabsahan Data
sehingga menghasilkan sebuah data yang akurat. Selain itu, keabsahan data
tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan
H. Analisa Data
66
dari pasien atau keluarga dan data objektif yang berasal dari pemeriksaan fisik
I. Etika Penelitian
kembali poin-poin penting dalam penyusunan studi kasus ini salah satunya
adalah etika dalam penelitian. Dimana perlu adanya rekomendasi dari pihak
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instantsi
tempat pembuatan studi kasus ini di Rumah Sakit Aliyah 2 Kendari. Setelah
yang meliputi :
kasus ini apa bila responden menerima atau menolak, maka peneliti harus
67
2. Anonimity (Tanpa nama)
ini tidak akan menyebutkan nama asli responden dan tetap akan
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
peneliti dan hanya data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
studi kasus
4. Baneficience
Studi kasus ini melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan
ketidaknyamanan fisik.
68
BAB IV
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
dirasakan oleh pasien saat ini adalah susah Buang Air Kecil (BAK)
yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu serta kadang kencing suka putus-
putus dan rasa tidak puas jika berkemih disertai nyeri perut bawah.
Adapun keluhan lain yang menyertai yaitu klien mengeluh nyeri pada
69
makanan, dan minuman. Pasien mengatakan ada kebiasaan merokok,
kedua dari tiga bersaudara. Pasien mengatakan kedua orang tua sudah
meninggal. Saat ini pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya.
c. Pemeriksaan Fisik
d. Pemeriksaan Penunjang
70
e. Terapi
infus Ringer Laktat 24 tetes per menit, injeksi ceftriaxon 1 gr/12 jam,
2. Analis Data
No. RM : 240515
Tabel 4.1
Analisa Data
71
DO :
• Klien nampak meringis
• Nampak terdapat dysuria
pada klien
• Nampak nyeri tekan
pada kuadran kiri bawah
klien
• Nampak terpasang
kateter
• Nampak terpasang infus
RL 24 tetes/menit pada
tangan kiri klien
• Ttv
- TD : 110/70 mmhg
- N : 78 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- S : 370C
3. Diagnosa Keperawatan
mengatakan susah buang air kecil dan nyeri pada saat berkemih, klien
supra pubik, klien mengatakan merasa tidak puas setiap BAK, klien
72
darah:110/70 mmHg, nadi:78 kali/menit, pernapasan: 20 kali/ menit,
fisiologis.
4. Rencana Keperawatan
No. RM : 240515
Tabel 4.2
Rencana Keperawatan
73
membaik. 2. A
anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
No. RM : 240515
Tabel 4.3
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari
Implementasi
/tanggal dan Evaluasi keperawatan
Keperawatan
jam
Senin, 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Klien mengatakan
15/02/2021 karakteristik nyeri susah BAK dan nyeri
11.00 Hasil : pada daerah supra
Klien mengatakan nyeri pubik
pada daerah supra pubik O:
dan scotum 1.
2. Mengidentifikasi lokasi, nampak klien
karakteristik, durasi, meringis
frekuensi, kualitas, 2.
intensitas nyeri nampak klien
Hasil : gelisah
Klien mengatakan nyeri 3.
pada daerah supra pubik nampak terdapat
dengan skala 7, nyerinya dysuria pada klien
hilang timbul dan seperti 4.
tertusuk-tusuk nampak nyeri tekan
3. Mengidentifikasi skala pada kuadran kiri
nyeri bawah klien
Hasil : 5.
Klien mengatakan skala nampak terpasang
nyerinya berada di angka kateter
7 6.
74
nampak terpasang
4. Mengidentifikasi respon infuse RL 24
non verbal tetes/menit pada
Hasil : tangan kiri klien
Klien dibantu keluarga 7.
menjawab pada saat dikaji TV :
5. Memberikan teknik • TD :110/70
nonfarmakologis untuk mmhg
mengurangi rasa nyeri • N :78 kali/menit
(mis. Tens, hypnosis, • RR :20 kali/menit
akupresur, terapi musik, • S : 37 oC
terapi pijat) A: Masalah belum
Hasil : teratasi
Klien mengatakan nyeri P: Intervensi dilanjutkan
pada perut bawah
6. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Hasil :
Klien mengatakan nyeri
dirasakan terus menerus
sepanjang hari
7. Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
Hasil :
Klien mengatakan
mengikuti anjuran perawat
dengan minum obat tepat
waktu
8. Mengkolaborasi
pemberian analgetik jika
perlu
Hasil :
Klien mengatakan obat
yang diberikan sesuai
jadwal
Selasa, 16 i. 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Klien mengatakan
/02/2021 karakteristik, durasi, masih sulit BAK dan
10.00 frekuensi, kualitas, terasa nyeri
intensitas nyeri O:
Hasil : 1. N
Klien mengatakan ketika nampak klien
BAK masih terasa nyeri meringis
ii. 2. Mengidentifikasi skala 2. N
nyeri nampak klien gelisah
3. N
75
Hasil : nampak terdapat
Klien mengatakan skala dysuria pada klien
nyerinya berada di angka 4. N
7 nampak nyeri tekan
iii. 3. Memberikan teknik pada kuadran kiri
nonfarmakologis untuk bawah klien
mengurangi rasa nyeri 5. N
(mis. Tens, hypnosis, nampak terpasang
akupresur, terapi musik, kateter
terapi pijat) 6. N
Hasil : nampak terpasang
Klien mengatakan nyeri infuse RL 24
pada saat berkemih tetes/menit pada
iv. 4. Menganjurkan memonitor tangan kiri klien
nyeri secara mandiri 7. T
Hasil : TV :
Klien mengatakan masih • TD :110/70
merasa nyeri mmhg
v. 5. Menganjurkan • N :78 kali/menit
menggunakan analgetik • RR :20 kali/menit
secara tepat • S : 37 oC
Hasil : A: Masalah belum
Klien mengatakan teratasi
mengikuti anjuran perawat P: Intervensi dilanjutkan
dengan minum obat tepat
waktu
vi. 6. Kolaborasi pemberian obat
analgetik injeksi
dexametason 1 ampul/8
jam/IV, ciprofoxaxin 2x1
Rabu, 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
17/02/2021 karakteristik, durasi, 1. Klien mengatakan
12.00 frekuensi, kualitas, sudah mampu
intensitas nyeri berkemih namun
Hasil : jumlahnya masih
Klien mengatakan sedikit
nyerinya mulai berkurang 2. Klien mengatakan
2. Mengidentifikasi skala skala nyerinya berada
nyeri di angka 6
Hasil : O:
Klien mengatakan skala 1. N
nyerinya berada di angka nampak terdapat
6 dysuria pada klien
1. Memberikan teknik 2. N
nonfarmakologis untuk nampak nyeri
mengurangi rasa nyeri tekan pada
76
(mis. Tens, hypnosis, kuadran kiri
akupresur, terapi musik, bawah klien
terapi pijat) 3. N
Hasil : nampak terpasang
Klien mengatakan sudah kateter
mampu berkemih namun 4. N
jumlahnya masih sedikit nampak terpasang
1. Menganjurkan infuse RL 24
menggunakan analgetik tetes/menit pada
secara tepat tangan kiri klien
Hasil : 5. T
Klien mengatakan TV :
mengikuti anjuran perawat • TD :110/70
dengan minum obat tepat mmhg
waktu • N :78 kali/menit
2. Kolaborasi pemberian • RR :20 kali/menit
obat analgetik injeksi • S : 37oC
ciprofoxaxin 2x1 A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
77
ketegangan otot
menurun
7.
fungsi berkemih
membaik
8.
nafsu makan
membaik
9.
pola tidur
membaik.
10.
TV :
• TD :120/80
mmhg
• N :80 kali/menit
• RR :20 kali/menit
• S : 36oC
A: Masalah teratasi klien
sudah mampu BAK
dan tidak lagi
merasakan nyeri
P: Intervensi dihentikan
pasien sudah bisa
pulang
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 15 sampai dengan 18 Februari 2021,
maka pada bagian ini penulis akan membahas tentang perbandingan antara
teori dan praktek atau kasus yang ditemukan selama melaksanakan Asuhan
78
1. Pengkajian keperawatan
susah BAK dan nyeri pada daerah supra pubik. Keluhan lain adalah nyeri
pada kandung kemih dengan skala nyeri 7 (sedang), keadaan umum pasien
darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 78 kali/menit, suhu badan 370C, dan
suhu dan demam, pernapasan cepat dan dangkal. Selain itu, ada beberapa
tanda dan gejala yang kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada
beberapa klien dengan benigna prostat hiperplasia seperti hal rentan skala
nyeri yang berbeda beda setiap klien dimana pada teori klien yang
79
klien Tn. u yaitu merasa sakit dan nyeri pada bagian perut, dengan skala 7,
pusing, muntah 1 kali, tekanan darah 110/80 mmHg, dan suhu normal.
semua data yang ada pada teori tidak semua di temukan pada pasien, tetapi
kondisi atau keluhan pasien saat pengkajian semuanya masuk pada teori.
Adapun data yang di temukan pada pasien yaitu menggunakan otot bantu
untuk berkemih.
tanda dan gejala yang kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada
hanya melakukan penelitian pada satu orang klien. Hal ini disebabkan
2. Diagnosis Keperawatan
pada kasus yang dilakukan pada Tn. U diagnosa yang diangkat penulis
80
Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran kelenjar dan
a. Klien mengatakan susah BAK dan nyeri pada daerah supra pubik
- S : 37 oC
diagnosis keperawatan yang ada dalam teori terdapat pada pasien. Adapun
diagnosis keperawatan yang tidak terdapat pada studi kasus ini yaitu
81
Adapun alasan mengapa diagnosis tersebut tidak dimunculkan oleh
penulis karena kondisi yang dialami pasien tidak cukup untuk mengangkat
dengan data pengkajian atau kondisi pasien yaitu nyeri akut berhubungan
3. Intervensi kepearawatan
yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari intervensi
keperawatan yaang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,
2005).
82
keluarganya mendasari penyusunan rencana keperawatan berdasarkan
nyeri
d. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
4. Implementasi
pengalaman nyeri
tidak berhasil
83
Implementasi yang direncanakan telah di laksanakan, pasien dapat
5. Evaluasi Keperawatan
(Nursalam, 2010).
yaitu Nyeri Akut dan dievaluasi pada hari senin tanggal 15 Februari 2021
pasien mengatakan nyeri pada daerah supra pubik berkurang dan data
tahap akhir antara lain keluhan nyeri menurun, Meringis menurun, Sikap
84
Ketegangan otot menurun, Fungsi berkemih membaik, Nafsu makan
melati ini, diantaranya dari segi sumber referensi atau informasi yang
diperoleh dari buku, dimana buku yang tersedia mengenai BPH dan nyeri
ini memiliki tahun terbit yang sudah hampir tidak dapat digunakan lagi
dalam pustaka KTI, sehingga teori-teori yang dijelaskan dalam studi kasus
2. Mengenai referensi dalam pembuatan studi kasus, dimana studi kasus ini
pertama kali diterapkan, sehingga peneliti yang melakukan studi kasus ini
3. Lamanya waktu melakukan studi kasus. Pada studi kasus ini peneliti
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
di RSUD Kota Kendari tanggal 15-18 Februari 2021 dengan mengacu pada
1. Hasil yang didapatkan yaitu susah BAK dan nyeri pada daerah supra
pubik. Keluhan lain adalah nyeri pada kandung kemih dengan skala nyeri
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah Keluhan nyeri
untuk diterapkan secara aktual pada pasien Tn. U dengan Benigna Prostat
ditemukan
86
meningkatkan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tujuan asuhan
Nyeri Akut dan dievaluasi pada hari senin tanggal 15 Februari 2021
pasien mengatakan nyeri pada daerah supra pubik berkurang dan data
B. Saran
peneliti menyarankan :
1. Bagi Peneliti
87
kasus nyata tentang penerapan prosedur tehnik relaksasi nafas dalam pada
88
DAFTAR PUSTAKA
DPP Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://doi.org/10.1093/molbev/msj087
Eko Prabowo, Andi Eka Pranata. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan: Pendekatan NANDA, NIC dan NOC . SEKRESI & EKSRESI:
NuMed
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). (2015). Pembesaran Prostat Jinak ( Benign
Prostatic Hyperplasia / BPH ). 8–33.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018]. Retrieved from http://www.depkes.go.id/ resources/ download/
pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-
Indonesia-2018.pdf
89
Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu.
Sampekalo, G., Monoarfa, R. A., & Salem, B. (2015). Angka Kejadian Luts Yang
Disebabkan Oleh Bph Di Rsup Prof. Dr. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
2009-2013. E-CliniC, 3(1), 568–572. https://doi.org/10.35790 /ecl.3.1. 2015.
7609
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC
Skinder, D., Zacharia, I., Studin, J., and Covino, J., 2016. Benign Prostatic
Hyperplasia: A Clinical Review Vol. 29 No. 8.
90
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.
Susan C. Smeltzer alih Bahasa: Devi Yulianti dan Amelia Kimin. 2015.
Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth, edisi 12, Jakarta, EGC.
Sjamsuhidajat dan De jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta : EGC
91
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7