Anda di halaman 1dari 109

PENERAPAN KOMPRES DINGIN PADA PASIEN POST NATAL

CARE (PNC) DENGAN LUKA PERINEUM DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN
(NYERI) DI RUANG LAIKA WARAKA
OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
RSU BAHTERAMAS
PROV. SULTRA

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

OLEH :

FIFFY ANDRIYANI
NIM. P00320015016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fiffy Andriyani


NIM : P00320015016
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul KTI : Penerapan Kompres Dingin pada Pasien Post Natal
Care (PNC) dengan Luka Perineum dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) di Ruang Laika
Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas
Prov. Sultra.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan
tersebut.

Kendari, 09 Agustus 2018


Yang membuat surat pernyataan,

Fiffy Andriyani

iii
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Fiffy Andriyani

2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 24 Agustus 1997

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku / Bangsa : Jawa, Tolaki / Indonesia

6. Alamat : Kompleks BTN Pesona Baruga

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN 12 Kendari, Tamat Tahun 2009

2. SMPN 12 Kendari, Tamat Tahun 2012

3. SMAN 5 Kendari, Tamat Tahun 2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2015-2018

iv
MOTTO

“DON’T JUDGE BY IT’S COVER”

Kenalilah dengan melihat kualitas dirinya

Bukan apa yang engkau pandang lalu mengatakannya murah

Barang mahal karena berkualitas bukan karena imitasi.

Kualitas tanpa Iman sama dengan Nol

Banyak orang yang dipilih

Tapi, hanya beberapa yang terpilih

~Fiffy Andriyani

v
ABSTRAK

Fiffy Andriyani, Nim : P00320015016 “Penerapan Kompres Dingin pada


Pasien Post Natal Care (PNC) dengan Luka Perineum dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Di Ruang Laika Waraka Obstetri Dan
Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra”. Dibimbing oleh Ibu Lena Atoy,
SST, MPH dan Ibu Dali, SKM, M.Kes. Post Natal Care (PNC) biasa juga
disebut postpartum atau masa nifas adalah dimulai saat 2 jam setelah plasenta
lahir dan berakhir saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
selama 6 minggu (42 hari). Setelah persalinan ibu akan merasakan sensasi nyeri
pada daerah perineum, hal ini karena melahirkan normal biasanya dikaitkan
dengan perineum robek atau digunting dengan pembedahan. Data menunjukkan
jumlah persalinan normal pada tahun 2015 adalah 0, tahun 2016 sebanyak 389
orang dengan kematian sebanyak 2 orang dan tahun 2017 sebanyak 351 orang
tanpa kematian. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kompres
dingin pada pasien PNC dengan luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman (nyeri). Rancangan studi kasus yang digunakan adalah studi kasus
deskriptif dengan subjek studi kasus menggunakan satu orang pasien sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Data diperoleh dengan
pengkajian dan wawancara secara langsung kepada pasien serta dokumen-
dokumen yang ada di Rumah Sakit. Hasil studi kasus ditemukan bahwa kompres
dingin pada luka perineum pada ibu Post Natal Care selama 2 hari efektif dalam
mengurangi nyeri. Sebelum dilakukan intervensi adalah skala nyeri 4, setelah
dilakukan intervensi skala menjadi 2. Peneliti menyarankan, bagi klien agar
meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri untuk
mengurangi rasa nyeri pada luka perineum, bagi Rumah Sakit diharapkan dapat
menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan khususnya untuk penerapan kompres dingin pada ibu post
partum dengan masalah nyeri luka perineum.

Kata Kunci : Post Natal Care atau Masa Nifas, Luka Perineum, Penerapan
Kompres Dingin, RSU Bahteramas Prov. Sultra.
Pustaka : 21 (2007-2018)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Penerapan Kompres Dingin pada Pasien Post Natal Care (PNC)

dengan Luka Perineum dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Di

Ruang Laika Waraka Obstetri Dan Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Terkhusus ucapan terimakasih

kepada kedua orang tuaku, Bapakku Amronudin dan Ibuku Tina Arlina yang

selalu memberikan semangat, motivasi untuk menyelesaikan pendidikan dan

dengan doa mereka atas keberhasilan penulis. Pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

3. Direktur Rumah Sakit Umum Bahteramas Prov. Sultra yang telah memberikan

izin penelitian di Ruang Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi.

4. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

5. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

vii
6. Ibu Lena Atoy, SST, MPH dan Ibu Dali, SKM, M.Kes, selaku pembimbing I

dan pembimbing II yang telah membimbing saya dengan sebaik-baiknya demi

tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Ibu Hj. St. Rachmi Misbah, SKp,M.Kes, Bapak Muslimin.L,A.Kep,Spd,M.Si,

Ibu Hj. Nurjannah, BSc, SPd,M.Kes dan Ibu Asminarsih Z.P, M.Kep,Sp.Kom

selaku dosen-dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan-

masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berjalan dengan sebaik-

baiknya.

8. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.

9. Teman-temanku khususnya Eko Febrianto, Novianti Rusli, Rivawarda Fitriah

H, Elsha Pratiwi Iskandar, Hilya Mahzura, Nurul Alfi Syahra, Riski Adelin,

Yusril Ihza Mahendra dan semua mahasiswa DIII Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik

yang telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.

Kendari, 09 Agustus 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................iv
MOTTO ...............................................................................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................4
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penerapan terapi dingin pada pasien Post Natal Care (PNC) ...................7
B. Post Natal Care atau Masa Nifas...............................................................23
C. Luka Perineum ..........................................................................................38
D. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) .............................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Studi Kasus.............................................................................54
B. Subjek Studi Kasus ...................................................................................54
C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi Kasus.............................................55
D. Fokus Studi Kasus.....................................................................................55
E. Definisi Operasional..................................................................................55
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data......................................................56
G. Analisa Data dan Penyajian Data..............................................................59
H. Etika Penelitian .........................................................................................60

Bab IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .........................................................................................63
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................70

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................75
B. Saran..........................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat dan Bahan Kompres Es

Gambar 2. Pemasangan Perlak Di bawah Bokong

Gambar 3. Pemberian Kompres Es pada Luka Perineum

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengambilan Data Awal

Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Informed Concent

Lampiran 4. Format Penelitian

Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Dingin

Lampiran 6. Format Pengukuran Skala Nyeri

Lampiran 7. Surat Pengantar Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari BALITBANG Prov. Sultra

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari RSU Bahteramas Prov. Sultra

Lampiran 11. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian

Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 13. Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 14. Surat Keterangan Bebas Administrasi

Lampiran 15. Foto Dokumentasi Penelitian

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Post Natal Care (PNC) atau biasa juga disebut postpartum, akan tetapi

Post Natal Care lebih dikenal dengan masa nifas. Masa nifas (puerperium)

adalah dimulai saat plasenta lahir dan berakhir saat alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil atau dimulai saat 2 jam setelah

plasenta lahir sampai 6 minggu (42 hari) setelah lahirnya plasenta. (Pitriani R

& Andriyani R, 2014).

Selama masa nifas, ibu akan mengalami perubahan fisiologis.

Perubahan terjadi pada sistem reproduksinya. Perubahan pada sistem

reproduksi tersebut diantaranya adalah involutio uterus, pengeluaran lokia,

perubahan pada endometrium, serviks, vulva dan vagina, perineum, dan pada

payudara (mamae).

Setiap ibu yang telah menjalani proses persalinan akan merasakan

sensasi nyeri pada daerah perineum. Rasa nyeri pada perineum yang dialami

karena melahirkan normal biasanya dikaitkan dengan perineum robek atau

digunting dengan pembedahan. Seperti luka lain yang baru diperbaiki, tempat

episiotomi atau tempat yang koyak perlu waktu untuk sembuh – biasanya

tujuh hingga sepuluh hari. (Murkoff, et al, 2007).

Luka Perineum adalah luka yang disebabkan oleh episiotomy.

Episiotomy adalah tindakan bedah dengan menggunting perineum atau otot

jalan lahir yang terletak antara liang vagina dan anus. Episiotomy dilakukan

untuk mempermudah persalinan. (Rahmatullah, 2016).

1
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri

adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.

(Smeltzer dan Bare, 2000 dalam Judha, et al, 2012).

Nyeri luka perineum menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan

pada ibu seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak sehingga banyak ibu

dengan luka perineum jarang mau bergerak sehingga mengakibatkan

timbulnya masalah seperti sub involuti uterus, pengeluaran lochea yang tidak

lancar, dan perdarahan pasca partum.

Menurut Judha,et al, (2012) terdapat beberapa teknik tindakan untuk

mengurangi rasa nyeri pada luka perineum yaitu mandi air hangat, latihan

dasar panggul, dan kompres dingin. Kompres dingin efektif digunakan untuk

menurunkan nyeri yang dialami ibu postpartum.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurlely,

(2016) dengan judul “Pemberian Kompres Dingin Terhadap Penurunan Nyeri

Luka Perineum Pada Asuhan Keperawatan Post Partum Ny. D Di Ruang

Nifas Puskesmas Sibela Mojosongo” menunjukkan dengan melakukan

kompres dingin efektif dapat mengurangi nyeri pada luka perineum. Terbukti

dengan penerapan kompres dingin selama 3x24 jam, nyeri klien berkurang

dari nyeri sedang skala 5 sampai nyeri ringan dengan skala 3.

Perawatan pada daerah perineum dilakukan sehubungan penyembuhan

jaringan selama pasca persalinan setiap ibu post partum mempunyai

pengalaman mengenai perawatan bekas episiotomi. Terkadang kurangnya

pengetahuan ibu post partum dalam perawatan luka episiotomi menyebabkan

2
terjadinya infeksi sehingga pengetahuan tentang perawatan luka episiotomi

pada ibu post partum sangat penting agar luka dapat sembuh dan tidak terjadi

infeksi.

Luka perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu

proses persalinan. Robekan jalan lahir adalah salah satu penyebab kematian

ibu karena dapat menyebabkan perdarahan. Menurut Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara penyebab kematian ibu dimasa nifas disebabkan

karena terjadinya perdarahan yang disebabkan kontraksi uterus yang tidak

normal, tertinggalnya sisa plasenta, robekan jalan lahir atau robekan pada

serviks/uterus. (Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2017).

Indonesia menjadi salah satu negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI)

tertinggi kedua di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari ASEAN Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2017, menunjukkan bahwa pada tahun

2015 angka kematian ibu tertinggi adalah negara Laos mencapai 357 per

100.000, kemudian Indonesia memiliki 305 per 100.000, disusul Singapura

sebanyak tujuh per 100.000 dan Malaysia memiliki angka kematian ibu

melahirkan 24 per 100.000. (Priyambodo, 2018).

Berdasarkan Data Kemenkes Republik Indonesia Angka Kematian Ibu

pada tahun 1991 yaitu 390 AKI per 100.000 kelahiran, tahun 1997 yaitu 334

AKI per 100.000 kelahiran, tahun 2002 sebesar 307 AKI per 100.000

kelahiran, tahun 2007 sebanyak 228 AKI per 100.000 kelahiran, tahun 2012

sebanyak 359 AKI per 100.000 kelahiran, dan tahun 2015 sebesar 305 AKI

per 100.000 kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

3
Berdasarkan Data Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara Angka Kematian

Ibu pada tahun 2012 yaitu 277 AKI per 100.000 kelahiran, tahun 2013

sebanyak 240 AKI per 100.000 kelahiran, tahun 2014 sebanyak 205 AKI per

100.000 kelahiran, tahun 2015 sebesar 131 AKI per 100.000 kelahiran, dan

tahun 2016 sebanyak 149 AKI per 100.000 kelahiran. (Profil Kesehatan

Sulawesi Tenggara, 2017).

Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara dalam tiga tahun terakhir menunjukkan jumlah data

persalinan normal pada tahun 2015 adalah 0, tahun 2016 sebanyak 389 orang

dengan kematian sebanyak 2 orang dan tahun 2017 sebanyak 351 orang tanpa

kematian. Data di atas tidak tersedia data tentang penyebab kematian ibu.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis

tertarik untuk mengambil judul penerapan kompres dingin pada pasien Post

Natal Care (PNC) dengan luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman (nyeri) di Ruang Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU

Bahteramas Prov. Sultra.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan kompres dingin pada pasien Post Natal Care

(PNC) dengan luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

(nyeri) di Ruang Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas

Prov. Sultra. ?

4
C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan kompres dingin pada pasien Post Natal

Care (PNC) dengan luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman (nyeri) di Ruang Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU

Bahteramas Prov. Sultra.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui skala nyeri sebelum dilakukan penerapan kompres

dingin pada pasien Post Natal Care (PNC) dengan luka perineum

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di Ruang Laika

Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra.

b. Mengetahui skala nyeri sesudah dilakukan penerapan kompres

dingin pada pasien Post Natal Care (PNC) dengan luka perineum

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di Ruang Laika

Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk penerapan

kompres dingin pada ibu post partum dengan masalah nyeri luka

perineum.

2. Bagi Klien

Memperoleh pengetahuan tentang gangguan rasa nyaman pada

pasien Post Natal Care (PNC) serta meningkatkan kemandirian dan

5
pengalaman dalam menolong diri sendiri untuk mengurangi rasa nyeri

pada luka perineum.

3. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

pemenuhan kebutuhan gangguan rasa nyaman (nyeri) pada pasien Post

Natal Care (PNC).

4. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada pasien Post Natal Care (PNC).

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerapan Kompres Dingin pada Pasien Post Natal Care (PNC)

Penerapan Kompres Dingin pada Pasien Post Natal Care (PNC) adalah

dengan memberikan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian,

penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan hingga

evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: (Yuli, 2017).

a. Identitas klien

1) Identitas klien

Yang perlu dikaji adalah umur (post partum biasanya terjadi

pada umur 15-44 tahun)

2) Identitas penanggung jawab

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien dengan post partum adalah

nyeri pada daerah genitalia.

Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan

melihat adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi, intensitas,

kualitas dan waktu serangan terjadinya nyeri. Pengkajian nyeri dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik PQRST :

1) P (Provocate) : Merupakan faktor yang menyebabkan berat

ringannya nyeri.

7
2) Q (Quality) : Menanyakan rasa nyeri, apakah nyerinya seperti

rasa tajam, tumpul, atau tersayat.

3) R (Region) : Daerah/lokasi terjadinya nyeri

4) S (Severity) : Tingkat keparahan nyeri

5) T (Time) : Lamanya serangan atau frekuensi nyeri.

Untuk mengisi Pengkajian PQRST pada S=Severity yaitu

tingkat keparahan nyeri di isi dengan skala pengukuran nyeri.

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan skala deskriptif

verbal, skala numerik, skala analog visual dan wong baker faces.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien akan merasakan nyeri karena trauma akibat proses

persalinan. ASI sudah keluar dan klien dapat memberikan ASI pada

bayinya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita yang ada

hubungannya dengan penyakit sekarang.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita yang

menyangkut penyakit keluarga atau keturunan.

f. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan postpartum

yang perlu diketahui adalah:

8
1) Keadaan haid

Yang perlu dikaji adalah tentang menarche, siklus haid, hari

pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar, encer,

menggumpal, lamanya haid, nyeri atau tidak dan bau.

2) Riwayat kehamilan

Yang perlu diketahui adalah berapa kali melakukan ANC (Ante

Natal Care), selama kehamilan periksa dimana, perlu diukur

tinggi badan dan berat badan.

3) Riwayat persalinan

Riwayat persalinan yang baru terjadi, jenis persalinan spontan

atau Sectio Caesaria, penyulit selama persalinan.

g. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Virginia Henderson

1) Respirasi

Frekuensi pernapasan meningkat

2) Nutrisi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Kebanyakan ibu merasa sangat lapar.

Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah

biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering

ditemukan.

3) Eliminasi

Buang air kecil secara spontan sudah dapat harus dilakukan

dalam 8 jam post partum. Kadang-kadang wanita sulit kencing,

karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan

9
spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila

kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya

dilakukan kateterisasi.

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila

belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat

diberikan obat laksana peroral atau perektal atau bila belum

berhasil diberikan obat pencahar/laktasif.

4) Istirahat/tidur

Biasanya istirahat/tidur klien tidak terganggu. Mempertahankan

temperatur tubuh dan sirkulasi pada klien dengan post partum

biasanya mengalami gangguan dalam hal temperatur tubuh,

suhu tubuh dapat mencapai lebih dari 37,5 ℃

5) Kebutuhan personal hygiene

Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri

sendiri, dimana kebutuhan personal hygiene klien dengan post

partum dibantu oleh keluarganya.

6) Aktivitas

Pada klien post partum biasanya aktivitas terganggu,

pekerjaan/kegiatan sehari-hari tidak mampu dilakukan maksimal

karena keadaannya yang semakin lemah.

7) Gerak dan keseimbangan tubuh

Aktvitas berkurang, tidak bisa berjalan karena nyeri akibat

adanya trauma persalinan.

10
8) Kebutuhan berpakaian

Klien post partum tidak mengalami gangguan dalam memenuhi

kebutuhan berpakaian.

9) Kebutuhan keamanan

Perlu dipertanyakan apakah klien merasa aman dan merasa

terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu menghindari bahaya

dari lingkungan.

10) Sosialisasi

Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain

dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan

opini.

11) Kebutuhan spiritual

Tanyakan apakah klien tetap menjalankan ajaran agamanya

ataukah terhambat karena keadaan yang sedang dialami.

12) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Biasanya klien postpartum tidak dapat memenuhi kebutuhan

bermain dan rekreasi karena dalam kondisi lemah.

13) Kebutuhan belajar

Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan

rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang

normal, kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang

tersedia.

h. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien post partum normal adalah:

11
1) Keadaan umum

Keadaan umum klien biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis.

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital:

a) Suhu : Meningkat di atas 37,5 ℃.

b) Nadi : Meningkat (>90x / menit).

c) Pernapasan : Meningkat (>20x / menit).

d) Tekanan Darah : Normal 120 / 80 mmHg.

4) Pemeriksaan fisik head to toe

a) Kepala dan rambut

Pada kepala yang perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit

kepala apakah kotor atau berketombe, rambut apakah

tampak lusuh atau kusut, apakah ada laserasi / luka.

b) Wajah

Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau

tidak, bentuk wajah apakah lonjong atau oval.

c) Mata

Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva

anemis atau tidak, bentuk mata apakah simetris atau tidak.

d) Hidung

Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihannya.

12
e) Telinga

Kebersihan atau tidaknya, kelainan fungsi pendengaran,

kelainan anatomi pada telinga.

f) Mulut, bibir, dan faring

Bentuk bibir apakah simetris atau tidak, kelembaban,

kebersihan mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, ada

tidaknya kelainan bicara.

g) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada

tidaknya peradangan pada gusi atau caries gigi, karang gigi.

h) Leher

Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

i) Integumen

Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan,

turgor, tesktur kulit.

j) Thorax

Dikaji kesimetrisannya, ada tidaknya suara ronchi, ada

tidaknya kolostrum, apakah puting susu masuk atau tidak,

apakah tampak kotor atau tidak.

k) Payudara

Payudara membesar, areola mammae warnanya lebih gelap,

papilla mammae menonjol, keluar ASI.

13
l) Abdomen

Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri masih

setinggi pusat, bagaimana dengan bising usus, apakah ada

nyeri tekan.

m) Genetalia

Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya,

banyaknya, baunya, serta adakah oedema pada vulva.

n) Ekstremitas atas

Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau ada

tidaknya oedema.

1) Ekstremitas bawah

Kesimetrisannya, ada tidak oedema, sianosis, bagaimana

pergerakannya, refleks patella.

2. Diagnosa Keperawatan Nyeri

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),

2001 dalam Prasetyo (2010), menjelaskan terdapat dua diagnosa

keperawatan utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan nyeri

pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Sedangkan diagnosa lain

yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan nyeri antara lain :

a. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik/trauma; penurunan suplai

darah ke jaringan; proses melahirkan.

b. Nyeri kronik berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat;

jaringan parut; kanker maligna.

14
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri

musculoskeletal; nyeri insisi.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan.

3. Perencanaan Keperawatan Nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat:

(Yuli, 2017).

1. Mengontrol nyeri (Paint Control), dengan kriteria:

a. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.

b. Klien mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk

untuk mengurangi nyeri.

c. Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri.

d. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

2. Menunjukkan tingkat nyeri (Pain Level) dengan kriteria:

a. Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya

episode nyeri.

b. Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

c. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

d. Ekspresi wajah tenang.

Intervensi yang dapat dilakukan pada masalah nyeri diantaranya

yaitu:

15
1. Mengontrol nyeri (Paint Control):

a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,

karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,

dan faktor presipitasi.

b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,

khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara

efektif.

c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat

mengekspresikan nyeri.

d. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi misalnya sebagai

berikut.

1) Relaksasi

a) Instruksikan penggunaan teknik relaksasi agar

mengurangi ketegangan otot

b) Menggunakan bantal dan selimut untuk mendukung

bagian nyeri

c) Tindakan relaksasi dengan tepuk punggung, pijatan

atau mandi air hangat

d) Mengajarkan teknik relaksasi

2) Stimulasi kulit counter-iritan

a) Diskusikan mengenai berbagai macam metode stimulus

kulit kepada pasien dan efeknya pada nyeri

b) Diskusikan tentang penggunaan kompres panas/dingin

16
c) Berikan analgesik untuk menurunkan nyeri yang

optimal

d) Kaji respon klien mengenai tindakan yang diberikan

e) Berikan penyuluhan mengenai kesehatan sesuai

indikasi

f) Diskusikan dengan individu dan keluarga mengenai

tindakan untuk mengurangi nyeri

g) Ajarkan pada klien atau keluarga beberapa teknik

pilihan.

e. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah

digunakan.

2. Pemberian analgetik (Analgetic Administration):

a. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan keparahan

sebelum pengobatan.

b. Berikan obat dengan prinsip 5 benar.

c. Cek riwayat alergi obat.

d. Pilih analgetik secara tepat.

e. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.

f. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping).

4. Pelaksanaan Keperawatan Nyeri

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa

nyeri. Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologis dan non

farmakologis. Biasanya untuk nyeri skala yang ringan tindakan non

farmakologis merupakan tindakan intervensi yang paling utama.

17
Sedangkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri dapat digunakan

tindakan farmakologis. Nyeri yang sedang sampai berat menggunakan

teknik non farmakologis, yang merupakan suatu pelengkap yang efektif

disamping tindakan utamanya yaitu farmakologis. (Prasetyo,2010)

a. Faktor lain yang dapat menambah nyeri seperti ketidakpercayaan,

ketakutan, kelelahan dan bosan.

b. Pada nyeri, teknik-teknik non farmakologis yang dapat digunakan

diantaranya:

1) Teknik latihan pengalihan (menonton TV; berbincang dengan

orang lain; dan mendengarkan musik).

2) Teknik relaksasi

Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam, menghembuskan

secara perlahan dan melemaskan otot-otot tangan dan

dilakukan berulang kali hingga memperoleh rasa nyaman.

Selain teknik-teknik di atas tindakan pemberian rasa nyaman

pada luka perineum yang dialami ibu juga dapat dilakukan dengan

cara: (Judha, et al, 2012 ).

1) Mandi dengan air hangat

Mandi menggunakan air hangat dapat memberi kenyamanan,

serta mengurangi nyeri perineum.

2) Latihan dasar panggul

Latihan dasar panggul dapat membantu penyembuhan, karena

dapat meningkatkan suplai darah dan mengurangi nyeri karena

mempertahankan fleksibilitas area.

18
3) Kompres dingin

Kompres dingin adalah pemberian kompres es yang

bertujuan untuk meredakan nyeri lokal.

Menurut Muttaqin (2011) dalam Sinaga (2017) kompres

dingin adalah suatu kompres es yang dapat menurunkan

prostaglandin yang memperkuat sensitivitas nyeri dan

subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses

inflamasi. Hal itu dikarenakan kompres dingin dapat

mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi

perdarahan edema yang diperkirakan menimbulkan efek

analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.

Kompres dingin memiliki tujuan diantaranya ialah

sebagai berikut.

a) Menurunkan suhu tubuh

b) Mencegah peradangan meluas

c) Mengurangi kongesti

d) Mengurangi perdarahan setempat

e) Mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat.

(Nurlely, 2016).

Rasa nyeri dan tidak nyaman di area perineum dapat

diatasi dengan menggunakan kompres dingin pada area

perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama sesudah

melahirkan (Murkoff, 2006 dalam Nurlely, 2016).

19
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurlely pada

tahun 2016 dengan judul “Pemberian Kompres Dingin

Terhadap Penurunan Nyeri Luka Perineum Pada Asuhan

Keperawatan Post Partum Ny. D Di Ruang Nifas Puskesmas

Sibela Mojosongo” menunjukkan dengan melakukan kompres

dingin efektif dalam mengurangi nyeri pada luka perineum.

Kompres dingin dilakukan sampai nyeri berkurang dari nyeri

sedang skala 4-6 sampai nyeri ringan dengan skala 1-3, penulis

melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dan

hasilnya dapat menurunkan nyeri.

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian nurlely,

2016 adalah:

a) Perlak/pengalas.

b) Sarung tangan/handscoon.

c) Waslap atau kain.

d) Handuk yang bersih.

e) Baskom yang berisi air dingin.

Tahapan kerja yang dilakukan peneliti yaitu:

a) Mencuci tangan.

b) Menjaga privacy klien.

c) Memasang perlak/pengalas.

d) Mengecek terlebih dahulu air dingin dengan menggunakan

jari atau themometer air.

e) Memakai sarung tangan.

20
f) Membantu pasien pada posisi yang nyaman atau dorsal

recumben.

g) Melakukan tindakan kompres air dingin pada area sekitar

luka perineum sebanyak 3 kali.

h) Mengeringkan dengan handuk.

i) Merapikan pasien.

j) Merapikan alat.

k) Mencuci tangan.

c. Pemberian obat analgesik (farmakologis)

Obat analgesik digunakan untuk mengganggu atau memblok

transmisi stimulus sehingga mampu mengurangi rasa nyeri. Jenis

analgesik yang biasa digunakan yaitu narkotika dan bukan narkotika.

Untuk menurunkan tekanan darah dan depresi fungsi vital seperti

respirasi biasanya efek dari jenis narkotika. Obat yang dikenal di

masyarakat seperti aspirin, asitamenofen dan bahan antiinflamasi

nonsteroid merupakan jenis dari bukan narkotika. Aspirin memblok

rangsangan dan menghambat sintesis prostaglandin dengan khasiat

15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam.

Untuk nyeri dengan skala ringan (1-3 pada skala 0-10)

direkomendasikan penggunaan obat non opiat disertai atau tanpa

obat adjuvan. WHO merekomendasikan penggunaan obat opiat

lemah diserati atau tanpa non opiat serta diserati obat adjuvan untuk

nyeri klien yang menetap atau skalanya meningkat (4-6 nyeri skala

sedang pada skala 0-10). Opiat kuat akan diberikan apabila skala

21
nyeri masih menetap atau bahkan meningkat, non opiat dapat

diteruskan sedangkan obat adjuvan perlu dipertimbangkan

penggunaannya (AHCPR,1994) dalam (Prasetyo,2010).

5. Evaluasi Keperawatan Nyeri

Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan menilai masalah

nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan

nyeri, diantaranya: mengontrol nyeri (paint control) dengan kriteria: klien

dapat mengetahui penyebab nyeri; klien mampu menggunakan teknik

non farmakologi untuk untuk mengurangi nyeri yaitu dengan kompres

dingin; klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri; klien

melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen, dan

menunjukkan tingkat nyeri (pain level) dengan kriteria: klien mampu

mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri; klien

mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang; tanda-tanda vital

dalam batas normal; ekspresi wajah tenang. Penurunan skala nyeri dapat

diukur dengan menggunakan salah satu skala nyeri dibawah ini.

a. Skala Deskriptif Verbal

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Berat
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Tidak
nyeri Terkontrol terkontrol

b. Skala Numerik

22
c. Skala Analog Visual

Tidak Nyeri sangat


Nyeri hebat

d. Skala Wong Baker Faces

B. Post Natal Care atau Masa Nifas

1. Definisi

Post Natal Care atau biasanya disebut juga masa nifas. Masa nifas

(puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang artinya bayi dan

parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.

(Saleha, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai saat plasenta lahir dan

berakhir saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

atau dimulai saat 2 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu (42 hari)

setelah lahirnya plasenta. (Pitriani R & Andriyani R, 2014).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saleha,

2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

23
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

(Ambarwati, 2010 dalam Pitriani dan Andriyani, 2014).

2. Tujuan Perawatan Masa Nifas

Tujuan Perawatan Masa Nifas/Post Partum menurut Bari Abdul,

2000 dalam Yuli, 2017 yaitu:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi fisik maupun psikologi.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada

bayi dan perawatan bayi sehat.

d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

3. Periode Masa Nifas

Masa penyesuaian fisik dan psikologis tubuh kembali ke keadaan

normal sebelum hamil kurang lebih 6 minggu. Periode postpartum

terbagi menjadi 3 periode.

a. Immediate Postpartum : 24 jam.

b. Early Postpartum : minggu pertama.

c. Late Postpartum : minggu ke-2 s/d 6. (Rahayu, 2016).

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut.

1) Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Masalah biasa terjadi pada masa ini, misalnya perdarahan karena

antonia uteri.

24
2) Periode Early Postpartum

Pada fase ini yang perlu diperhatikan yaitu involuti uteri dalam

keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk,

tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui dengan baik.

3) Periode Late Postpartum

Periode ini tetap dilakukan perawatan sama seperti pada tahap

Early Postpartum dan pemberian konseling Keluarga Berencana.

4. Tanda-tanda Masa Nifas

Tanda-tanda post partum dapat dilihat pada perubahan fisiologis

yang terjadi selama masa nifas adalah sebagai berikut. (Saleha, 2009).

a. Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan

pada seluruh alat genitalia disebut involusi. Perubahan-perubahan ini

diantaranya sebagai berikut.

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih berada pada

pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih

tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian

mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk ke

dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.

25
Uterus kemudian mengalami involuti dengan cepat selama

7-10 hari pertama. Setelah Post Natal 12 hari, uterus biasanya

sudah tidak dapat diraba melalui abdomen, dan setelah 6

minggu, ukurannya sudah kembali pada ukuran tidak-hamil,

yaitu tingginya 8 cm, dengan berat 50 gram.

Involuti uterus dapat disebabkan oleh beberapa hal

diantaranya:

a) Kotraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-

menerus sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh

darah dan anemia setempat – iskemia.

b) Otolisis – sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri

sehingga tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah

renik sebagai bukti kehamilan.

c) Atrofi – jaringan yang berpoliferasi dengan adanya

esterogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi

sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang

menyertai pelepasan plasenta.

Berikut ini tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut

masa involuti diantaranya sebagai berikut.

Berat
Involusi Tinggi Fundus Uteri
Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber: Saleha, (2009).

26
2) Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang keluar selama masa nifas

yang berasal dari cavum uteri dan vagina. Lokia terbagi menjadi

tiga jenis, yaitu lokia rubrasanguelenta dan lokia serosa atau

alba. (Saleha, 2009).

Dibawah ini beberapa jenis lokia pada wanita selama masa

nifas.

(1) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah

segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks

caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari

pascapersalinan. Lokia ini akan keluar selama 2-3 hari

postpartum.

(2) Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 postpartum.

(3) Lokia serosa berwarna lebih pucat dari lokia rubra. Lokia

ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian

menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7

sampai hari ke-14 pasca persalinan. Lokia alba mengandung

terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit dan

eritrosit.

(4) Lokia alba dimulai saat hari ke-14 kemudian makin lama

makin sedikit hingga akhirnya berhenti sampai satu atau

dua minggu berikutnya. Bentuknya seperi cairan putih

27
berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel

desidua.

Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau

menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau

ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur keringat dan

harus cermat saat membedakannya dengan bau busuk karena

adanya infeksi. Hal biasanya ditemui pada seorang wanita

adalah adanya jumlah lokia saat berbaring akan sedikit pada saat

ia berdiri jumlahnya meningkat. Jumlah rata-rata pengeluaran

lokia adalah 240-270 ml.

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,

degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada

hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai

permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput

janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada

pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.

4) Serviks

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi

sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa

melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan

terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,

1ubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah

persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga

28
leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan

sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.

5) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali

pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan

yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi

karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

Karunkulae mitiformis adalah himen yang mengalami ruptur

pada saat melahirkan bayi pervaginam dan yang tersisa hanya

sisa-sisa kulit.

6) Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya walaupun lebih

kendur dari pada sebelum melahirkan (nulipara).

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makanananya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting

untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, di mana pada masa ini

terjadi penurunan konsentrasi Ion kalsium karena meningkatnya

29
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya

untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.

Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah

terjadi ileusparalitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak

adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada

dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak

peristaltik usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut

BAB karena ada luka jahitan perineum.

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah

melahirkan. Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan

menunjukkan tidak saja edema dan hiperemia dinding kandung

kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada

submukosa.

Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang

nonpatologis sejak pascarnelahirkan sampai dua hari postpartum

agar dapat dikendalikan. Oleh karena itu, contoh spesimen diambil

melalui kateterisasi agak tidak terkontaminasi dengan lokia yang

nonpatologis. Hal ini dapat diwujudkan hanya bila tidak ada tanda

dan gejala infeksi saluran kemih atau preeklampsi.

Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai

hari kelima setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat

melebihi 3.000 ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah

30
satu cara untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler

yang merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga di

dapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama

setelah persalinan.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang

sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti

semula. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus

jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitaia yang

mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas

sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan.

1) Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat

perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon

yang berperan dalam proses tersebut.

2) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.

Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan

dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,

sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang

produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu

uterus kembali ke bentuk normal.

31
3) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,

kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan

folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak

menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-

21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah

depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola

produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan

folikel, ovulasi, dan menstruasi.

4) Estrogen dan Progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu,

progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.

e. Perubahan Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah

sebagai bcrikut.

32
1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat

Celsius. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0.5 derajat

Celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8

derajat Celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya

suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat

Celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.

2) Nadi dan Pernapasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah

partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia

dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan

atau ada vitiumkordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya

denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan

pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti keadaan semula.

3) Tekanan Darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi

postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak

terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 1/2

bulan tanpa pengobatan.

f. Perubahan Sistem Hematologi dan Kardiovaskuler

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih

sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan

tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa

33
postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih

tinggi lahi hingga 25.000 – 30.000 tanpa adanya kondisi patologis

jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Akan tetapi,

berbagai jenis kemungkinan infeksi harus dikesampingkan pada

penemuan semacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta

eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai

akibat volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang

berubah-ubah. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari

pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi dari

pada saat memasuki persalinan awal, maka klien dianggap telah

kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% tersebut kurang lebih

sama dengan kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu

penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah

keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah

yang terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hingga selama

masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama

postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas.

5. Perawatan Masa Nifas Setelah melahirkan.

Ibu membutuhkan perawatan yang dalam pemulihan kondisi

setelah proses persalinan. Berikut ini perawatan ibu masa nifas

diantaranya sebagai berikut. (Yuli, 2017)

a. Mobilisasi dini

Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur

telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke

34
kanan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo

emboli. Pada hari kedua di perbolehkan duduk, hari ketiga jalan-

jalan dan hari keempat atau kelima sudah di perbolehkan pulang

Mobilitas di atas memiki variasi tergantung komplikasi persalinan

nifas dan sembuhnya luka-luka.

Keuntungan dari mobilisasi dini adalah :

1) Melancarkan pengeluaran lochia

2) Mengurangi infeksi puerperium

3) Mempercepat involusi alat kandungan

4) Melancarkan fungsi alat gastrointesttnal dan alat perkemihan

5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisrne.

b. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan Sehingga ibu lebih

banyak memperhatikan bayinya, segera dapat Memberikan ASI

sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.

c. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah

kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

d. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus ibu masa nifas meliputi:

1) Pemeriksaan tanda vital: Tekanan darah, nadi dan suhu

2) Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.

3) Payudara, Puting susu, pembesaran dan pengeluaran ASI

35
4) Lochea, Lochea rubra, lochea sanguolenta, lochea serosa, lochea

alba

5) Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada

tanda-tanda infeksi.

6. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum

Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara

lain :

1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

3) Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi

robekan pada mukosa vagina.

36
7. Patofisiologi Post Partum
Post partum/ Kehadiran anggota baru Ansietas
masa nifas

Involuti Uterus Kontraksi uterus Laserasi jalan lahir

Kontraksi Pelepasan jaringan Serviks dan vagina


uterus lambat endometrium
uterus
Jalan masuk kuman
Antonia uteri Lokea keluar

Resiko infeksi
Robekan jalan Kurang perawatan
lahir (Luka
perineum)
Invasi bakteri

Perdarahan Nyeri Pemenuhan


Kebutuhan Rasa
Volume cairan Ketidaknyamanan Nyaman dengan
turun perfusi jaringan perifer Penerapan
Kompres Dingin

Anemia akut

Daya tahan tubuh Kuman mudah


HB, O2 turun menurun masuk

Hipoksia
Resiko Infeksia

Kelemahan Penurunan nadi tekanan Resiko syok


umum darah hipovolemik

Defisit Kekurangan volume


perawatan cairan
diri
Intoleransi
Aktivitas

Sumber: Nurarif & Kusuma, (2015).

37
8. Penatalaksanaan Post Partum

Penatalaksanaan pada klien post partum yaitu:

a) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

b) 6-8 jam pasca persalinan: Istirahat dan tidur tenang usahakan miring

kanan kiri.

c) Hari ke 1-2: Memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang

benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi

pada masa nifas pemberian informasi tentang senam nifas.

d) Hari ke- 2: Mulai latihan duduk.

e) Hari ke- 3: Diperkenankan latihan berdiri dan berjalan. (Yuli, 2017).

9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien post partum diantaranya

sebagai berikut.

a) Pembengkakan payudara.

b) Mastitis (peradangan pada payudara).

c) Endometritis (peradangan pada endometrium).

d) Post partum blues.

e) Infeksi pueperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,

kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan berbau

dari jalan lahir selama persalinan atau sesudah persalinan.

C. Luka Perineum

1. Definisi

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.

Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus atau

38
ruang terbentuk jajaran genjang yang terletak dibawah dasar panggul

dengan panjangnya rata-rata 4 cm. Laserasi perineum merupakan

robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses persalinan. (Fitri,

2013).

Pada kehamilan 28 minggu isthmus uteri berubah menjadi segmen

bawah rahim, dan saat kehamilan aterm, segmen bawah rahim berada 1-2

cm di atas simfisis. Saat persalinan kala I dan awal kala II maka batas

antara segmen bawah rahim dan segmen atas rahim dinamakan

lingkaran retraksi fisiologis. Saat persalinan kala II apabila bagian

terbawah tidak mengalami kemajuan sementara segmen atas rahim terus

berkontraksi dan makin menebal, maka segmen bawah rahim makin

tertarik ke atas dan menjadi tipis sehingga batas antara segmen bawah

rahim dan segmen atas rahim akan naik ke atas. Apabila batas tersebut

sudah melampaui pertengahan antara pusat dan simfisis maka lingkaran

retraksi fisiologis menjadi retraksi patologis (Bandl Ring). Apabila

persalinan tetap tidak ada kemajuan, segmen bawah uterus makin lama

makin teregang sehingga akhirnya pada suatu saat regangan yang terus

bertambah ini melampaui batas kekuatan jaringan miometrium sehingga

terjadilah ruptur uteri yang menyebabkan luka pada perineum.

2. Klasifikasi Luka Perineum

Luka perineum disebabkan karena robekan jalan lahir selama

proses persalinan atau disebut Ruptur Uteri. Klasifikasi ruptur uteri

diantaranya adalah sebagai berikut. (Junaedi, 2018).

39
a. Menurut keadaan robek

1) Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal)

Ruptur uteri yang hanya dinding uterus yang robek sedangkan

lapisan serosa (peritoneum) tetap utuh.

2) Ruptur uteri komplit (transperitoneal)

Rupture uteri yang selain dinding uterusnya robek, lapisan

serosa (peritoneum) juga robek sehingga dapat berada di rongga

perut.

b. Menurut kapan terjadinya

1) Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum)

Ruptur uteri yang terjadi karena dinding uterus lemah yang

dapat disebabkan oleh:

a) Bekas seksio sesaria

b) Bekas enukleasi mioma uteri

c) Bekas kuretase/ plasenta manual

d) Sepsis post partum

e) Hipoplasia uteri

2) Ruptur uteri pada waktu persalinan (ruptur uteri intrapartum)

Ruptur uteri pada dinding uterus baik, tapi bagian terbawah

janin tidak maju/turun yang dapat disebabkan oleh:

a) Versi ekstraksi

b) Ekstraksi forcep

c) Ekstraksi bahu

d) Manual plasenta

40
c. Menurut etiologinya

1) Ruptur uteri spontan (non violent)

Ruptur uteri spontan pada uterus normal dapat terjadi

karena beberapa penyebab yang menyebabkan persalinan tidak

maju. Persalinan yang tidak maju ini dapat terjadi karena adanya

rintangan misalnya panggul sempit, hidrosefalus, makrosomia,

janin dalam letak lintang, presentasi bokong, hamil ganda dan

tumor pada jalan lahir.

2) Ruptur uteri traumatika (violent)

Faktor trauma pada uterus meliputi kecelakaan dan

tindakan. Kecelakaan sebagai faktor trauma pada uterus berarti

tidak berhubungan dengan proses kehamilan dan persalinan

misalnya trauma pada abdomen. Tindakan berarti berhubungan

dengan proses kehamilan dan persalinan misalnya versi

ekstraksi, ekstraksi forcep, alat - alat embriotomi, manual

plasenta, dan ekspresi/dorongan.

3) Ruptur uteri jaringan parut

Ruptur uteri yang terjadi karena adanya locus minoris pada

dinding uterus sebagai akibat adanya jaringan parut bekas

operasi pada uterus sebelumnya, enukleasi mioma atau

miomektomi, histerektomi, histerotomi, histerorafi dan lain-

lain. Seksio sesarea klasik empat kali lebih sering menimbulkan

ruptur uteri daripada parut bekas seksio sesaria profunda. Hal ini

41
disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang

merupakan daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas

dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat.

Ruptur uteri pada bekas seksio sesaria biasanya terjadi tanpa

banyak menimbulkan gejala, hal ini terjadi karena tidak terjadi

robekan secara mendadak melainkan terjadi perlahan-lahan pada

sekitar bekas luka. Daerah disekitar bekas luka lambat laun

makin menipis sehingga akhirnya benar-benar terpisah dan

terjadilah ruptur uteri. Robekan pada bekas sayatan lebih mudah

terjadi karena tepi sayatan sebelah dalam tidak berdekatan,

terbentuknya hematom pada tepi sayatan, dan adanya faktor

lain yang menghambat proses penyembuhan.

3. Derajat Laserasi/Luka perineum

Laserasi diklasifikasikan menjadi empat derajat yaitu sebagai

berikut. (Sursilah, 2010).

1) Derajat Pertama

Pada derajat pertama laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum,

tidak perlu dijahit. Umumnya laserasi pada derajat pertama dapat

sembuh sendiri dan tidak perlu dijahit jika tidak terjadi perdarahan

dan menyatu dengan baik.

2) Derajat Dua

Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum

(perlu dijahit). Perbaikan luka pada derajat dua dilakukan setelah

diberi anestesi lokal kemudian otot-otot diafragma urogenitalis

42
dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka

pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan

jaringan-jaringan dibawahnya.

3) Derajat Tiga

Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum dan

spinkter ani.

4) Derajat Empat

Laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum dan

spinkter ani yang meluas hingga ke rektum, segera dirujuk.

4. Fase-fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka

perineum dengan terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka

perineum dalam jangka waktu 6-7 hari postpartum.

Sebagian besar luka perineum dapat digolongkan sebagai luka

dalam karena trauma jaringan melibatkan lapisan di bawah epidermis dan

dermis, orang yang mengalami luka, tubuh akan memberikan reaksi atas

terjadinya luka tersebut. Reaksi yang terjadi yaitu melalui fase-fase yang

disebut sebagai fase penyembuhan luka. Fase penyembuhan luka yaitu:

(Smeltzer, 2002 dalam Fitri, 2013)

a. Fase Inflamasi (24 jam pertama-48 jam)

Fase inflamasi adalah fase peradangan. Setelah terjadi trauma

atau luka, pembuluh darah yang terputus pada luka akan

menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha

menghentikannya, pengerutan ujung pembuluh darah yang terputus

43
(retraksi), reaksi hemostasis serta terjadi reaksi inflamasi

(peradangan). Respon peradangan adalah suatu reaksi normal yang

merupakan hal penting untuk memastikan penyembuhan luka.

Peradangan berfungsi mengisolasi jaringan yang rusak dan

mengurangi penyebaran infeksi.

b. Fase Proliferasi (48 jam-5 hari)

Proses fibroplasia yaitu penggantian parenkrim yang tidak

dapat beregenerasi dengan jaringan ikat. Proses ini dimulai sejak 24

jam setelah cidera. Pada fase proliferasi, serat-serat dibentuk dan

dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada

luka yang cenderung mengerut, sehingga menyebabkan tarikan pada

tepi luka. Fibroblast dan sel endotel vaskular mulai berproliferasi

dan dengan waktu 3-5 hari terbentuk jaringan granulasi yang

merupakan tanda dari penyembuhan.

Jaringan granulasi berwarna kemerahan dengan permukaan

yang berbenjol halus. Bentuk akhir dari jaringan granulasi adalah

suatu parut yang terdiri dari fibroblast berbentuk spindel, kolagen

yang tebal, fragmen jaringan elastik, matriks ekstraseluler serta

pembuluh darah yang relatif sedikit dan tidak kelihatan aktif.

c. Fase Maturasi (5 hari-berbulan-bulan)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai

dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan

yang baru terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir jika semua tanda

44
radang sudah hilang dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Tubuh

berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal

karena proses penyembuhan. Oedema dan sel radang diserap, sel

muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali,

kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan

regangan yang ada.

Selama proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,

lemas dan mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan yang

maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu

menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini

tercapai kira-kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

5. Perawatan Luka Perineum

Perawatan perineum pada masa nifas adalah pemenuhan

kebutuhan untuk meyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan

anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan

kembalinya organ genetik seperti waktu sebelum hamil. Bila daerah

vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan

perineum saluran vagina dan uterus.

Tujuan Perawatan Luka Perineum adalah:

a. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum,

maupun di dalam uterus.

b. Untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum).

c. Untuk menjaga kebersihan perineum dan vulva

45
Waktu perawatan luka perineum adalah:

a. Saat Mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah

terbuka maka akan kemungkinan terjadi kontaminasi bakterinpada

cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu

dilakukan penggantian pembalut.

b. Setelah Buang Air Kecil (BAK)

Pada saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air

seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada

perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

c. Setelah Buang Air Besar (BAK)

Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa

kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi

bakteri dari anus ke perineum. (Refni, 2011 dalam Fitri, 2013)

Menurut Murkoff, et.al. 2007 perawatan perineum dapat dilakukan

dengan cara:

a. Gunakan pembalut baru ukuran maxi dan ganti setidaknya setiap

empat atau enam jam sekali rekatkan dengan tepat agar tidak

bergeser maju mundur.

b. Hindari masuknya kuman melalui lubang anus ke arah vagina saat

mengganti pembalut.

c. Siram dengan air hangat (atau larutan anti septik jika di

rekomendasikan oleh dokter/perawat) pada perineum saat berkemih

untuk mengurangi rasa terbakar. Lakukan hal yang sama setelah

46
berkemih dan buang air besar agar daerah sekitar itu tetap bersih.

Tekan hingga kering dengan kasa penghisap atau dengan tisu

pembalut yang di sediakan RS, selalu dari arah depan kebelakang.

d. Jangan menyentuh daerah itu sampai tahap penyembuhan tuntas.

D. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)

1. Definisi

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman, kelegaan.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam

hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Alimul,

2008).

Menurut Judha, et al, (2012), nyeri adalah pengalaman sensori

nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual dan potensial yang terlokalisasi pada suatu

bagian tubuh, seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif,

jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

perasaan takut dan mual.

Semua ibu akan merasa nyeri setelah menjalani proses

persalinan dengan mendapatkan luka perineum, nyeri yang dirasakan

pada pada luka perineum menimbulkan rasa tidak menyenangkan

seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak sehingga dapat

mengakibatkan banyak masalah diantaranya sub involusi uterus,

47
pengeluaran lochea yang tidak lancar, dan perdarahan pascapartum. .

(Murkoff, et al, 2007).

2. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum terbagi menjadi dua, yaitu nyeri akut

dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara tiba-tiba dan

cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai adanya

peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul

secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung lebih dari enam bulan.

(Uliyah & Hidayat, 2008).

48
Perbedaan nyeri akut dan kronis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status
eksistensi

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau


penyakit dari dalam pengobatan yang
terlalu lama.
Serangan Mendadak / tiba-tiba Bisa mendadak,
berkembang, dan
terselubung
Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam
bulan, sampai
bertahun-tahun
Pernyataan Nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan pasti dibedakan
intensitasnya,
sehingga sulit
dievaluasi (perubahan
perasaan)
Gejala-gejala Klinis Pola respons yang Pola respons yang
khas dengan gejala bervariasi, sedikit
yang lebih jelas gejala-gejala
(adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus
sehingga bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan

setelah beberapa saat meningkat setelah

beberapa saat.

Sumber : Long 1982 dalam (Uliyah & Hidayat, 2008).

4. Skala Nyeri

Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa skala, salah satu

alat untuk mengukur tingkat keparahan nyeri yaitu :

49
a. Skala Deskriptif Verbal

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Berat
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Tidak
nyeri Terkontrol terkontrol

Skala ini merupakan sebuah garis yang didalamnya terdapat

beberapa kalimat pendeskripsian yang tersusun dalam jarak yang

sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini, diurutkan dari tidak ada

nyeri sampai nyeri paling hebat. Perawat meminta pada klien

menunjukkan skala tersebut.

Penilaian skala nyeri 0-10 dapat dilihat pada penjelasan

berikut. (Muhlisin, 2018).

0 : Tidak ada rasa nyeri / normal

1 : Nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk,

2 : Tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti cubitan ringan pada

kulit.

3 : Bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti pukulan ke hidung

menyebabkan hidung berdarah, atau suntikan oleh dokter.

4 : Menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri

disengat tawon

5 : Sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti

pergelangan kaki yang terkilir.

6 : Intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) nyeri ini

mempengaruhi sebagian indra penderita, menyebabkan tidak fokus,

komunikasi terganggu.

50
7 : Sangat intens (sama seperti skala enam) namun rasa nyeri benar-

benar mendominasi indra penderita yang menyebabkan tidak dapat

berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan

diri.

8 : Benar-benar mengerikan (nyeri begitu kuat) sehingga

menyebabkan penderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering

mengalami perubahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan

berlansung lama.

9 : Menyiksa tak tertahankan (nyeri begitu kuat) sehingga penderita

tidak bisa mentolerirnya dan ingin segera menghilangkan nyerinya

bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek samping atau risiko

nya.

10: Sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri

begitu kuat tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita

tidak lagi merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat

rasa nyeri yang sangat luar biasa seperi pada kasus kecelakaan parah,

multi fraktur.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat nyeri dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

1) Skala nyeri 1-3 berarti nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas

tak terganggu).

2) Skala nyeri 4-6 berarti nyeri sedang (menganggu aktifitas fisik).

3) Skala nyeri 7-10 berarti nyeri berat (tidak dapat melakukan

aktifitas secara mandiri).

51
b. Skala Numerik

Skala yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi

kata. Dalam pengukuran ini, diberikan skala 0-10 untuk

menggambarkan keparahan nyeri. Angka 0 berarti klien tidak merasa

nyeri, sedangkan angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat.

Skala ini efektif digunakan sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi terapeutik.

c. Skala Analog Visual

Tidak Nyeri sangat


Nyeri hebat

Skala ini merupakan alat pengukuran yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus yang berbentuk garis lurus serta memiliki

alat pendeskripsi verbal disetiap ujungnya. Pada skala ini,

memberikan kebebasan pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat

keparahan nyeri yang di rasakan klien.

d. Skala Wong Baker Faces

Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan

karena hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat

bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya.

52
Dalam pengukuran skala nyeri, yang harus diperhatikan

perawat yaitu tidak boleh menggunakan skala tersebut sebagai

perbandingan untuk membandingkan skala nyeri klien. Hal ini

karena diakibatkan perbedaan ambang nyeri pada tiap-tiap individu.

(Prasetyo, 2010)

53
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus

dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang digunakan

terhadap satu objek dengan tujuan utama untuk memberikan penerapan

kompres dingin pada pasien Post Natal Care (PNC) dengan luka perineum

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di Ruang Laika Waraka

Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra.

B. Subjek Studi Kasus

Pada penelitian ini, peneliti mengambil satu orang klien untuk dijadikan

subjek studi kasus, yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi yaitu

batasan karakteristik umum subjek studi kasus dari suatu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti.

Kriteria pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu yang melalui proses persalinan normal dengan luka perineum di

ruang rawat inap RSUD Bahteramas Kota Kendari

b. Ibu mengatakan nyeri (nyeri sedang skala 4-6) pada daerah perineum.

c. Mampu berkomunikasi dengan kooperatif

d. Mampu membaca/menulis

e. Bersedia menjadi subjek studi dan mengisi informed consent

54
C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di RSU Bahteramas Prov. Sultra dan studi

kasus dilakukan setelah Karya Tulis Ilmiah disetujui dan dinyatakan layak

untuk diteliti.

D. Fokus Studi Kasus

Penerapan prosedur kompres dingin pada pasien Post Natal Care

(PNC) dengan luka perineum.

E. Definisi Operasional

1. Penerapan kompres dingin pada pasien Post Natal Care (PNC) adalah

dengan memberikan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian,

penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksaan hingga

evaluasi. Perencanaan (intervensi) yang akan penulis terapkan yaitu

pemberian kompres dingin dengan kompres es pada luka perineum

selama 10 menit dengan suhu berkisar antara 10-18℃. Perencanaan

keperawatan dilakukan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat:

mengontrol nyeri (paint control) dengan kriteria hasil: klien dapat

mengetahui penyebab nyeri; klien mampu menggunakan teknik non

farmakologi untuk untuk mengurangi nyeri yaitu dengan kompres dingin;

klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri; klien melaporkan

nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen, dan menunjukkan

tingkat nyeri (pain level) dengan kriteria: klien mampu mengenal skala,

intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri; klien mengatakan rasa

nyaman setelah nyeri berkurang; ekspresi wajah tenang. Evaluasi

keperawatan terhadap pasien masalah nyeri dapat dinilai dengan melihat

55
kriteria hasil yang dapat tercapai. Penurunan skala nyeri diukur dengan

menggunakan skala deskriptif verbal.

2. Post Natal Care (PNC) biasa juga disebut postpartum atau masa nifas

pada persalinan normal adalah dimulai saat plasenta lahir dan berakhir

saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil atau

dimulai saat 2 jam setelah plasenta lahir sampai 6 minggu (42 hari)

setelah lahirnya plasenta.

3. Luka perineum adalah hilang atau rusaknya (robekan) yang terjadi pada

perineum saat proses persalinan sehingga menyebabkan nyeri.

4. Kebutuhan rasa nyaman (nyeri) adalah suatu keadaan terjadinya

penurunan / hilangnya rasa nyeri pada pasien Post Natal Care (PNC)

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman diukur menggunakan skala

nyeri skala deskriptif verbal, yaitu 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan), 4-6

(nyeri sedang), 7-9(nyeri berat terkontrol), dan 10 (nyeri berat tidak

terkontrol).

Kriteria objektif: Ya (Nyaman) = jika tidak ada nyeri / penurunan nyeri.

Tidak (Nyeri) = tidak ada penurunan nyeri.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian

terhadap responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-

dokumen yang ada di RSUD Bahteramas Kota Kendari.

56
1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer

ini diperoleh melalui dua cara, yaitu :

a. Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari

seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang tersebut.

b. Observasi

Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data, syarat-

syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan

diteliti.

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien.

a) Inspeksi

Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan

indera penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai alat

untuk mengumpulkan data

b) Palpasi

Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba untuk

mendeteksi adanya kelainan atau tidak

c) Perkusi

Mengetuk pada permukaan tubuh

57
d) Auskultasi

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan

menggunakan stetoskop.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian.

Data sekunder dapat diperoleh dari:

a. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang tidak merujuk langsung ke pasien

melainkan ke dokumen.

b. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian sebelumnya

Adapun prosedur pengumpulan data yaitu :

1) Persiapan

a) Mengajukan ijin pengambilan data awal di ruang rawat inap

RSUD Bahteramas Kota Kendari.

b) Memberikan surat ijin penelitian ke RSUD Bahteramas

Kota Kendari untuk mendapat persetujuan melakukan

penelitian.

c) Menentukan responden yaitu ibu sebagai subjek penelitian

sesuai kriteria inklusi.

d) Memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud,

tujuan, dan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan

penelitian ini.

58
e) Memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada

responden.

2) Penatalaksanaan

a) Peneliti dan subjek studi kasus menyiapkan tempat untuk

melakukan studi kasus.

b) Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada

responden.

c) Menciptakan suasana yang akrab dengan subjek penelitian.

d) Peneliti melakukan wawancara dan observasi sesuai dengan

waktu yang telah disepakati bersama subjek studi kasus.

e) Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan setiap hari.

3) Evaluasi

Peneliti melakukan pengolahan dengan data yang sudah didapat.

G. Analisa Data dan Penyajian Data

1. Analisa Data

Data yang diperoleh dari informasi kemudian diolah dengan cara

analisis isi (content analysis) yang mengkaji dokumen dari data yang

telah dikumpulkan dan hasil wawancara serta diskusi yang telah

dilakukan peneliti dengan informan. Teknik analisa data ini dibagi

menjadi tiga alur, yaitu:

a) Reduksi data

Tahap ini merupakan proses pemulihan, pemutusan, penyederhanaan

dan transformasi data kasar yang ditemukan.

b) Penyajian data

59
Menyajikan data yang telah direduksi pada alur pertama.

c) Penarikan kesimpulan dan verivikasi data

Penarikan kesimpulan dan verivikasi data yang dapat menjawab

rumusan masalah yang sudah dirumuskan dari awal.

2. Penyajian Data

Data pada studi kasus dalam bentuk narasi atau tekstural.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah pedoman yang digunakan dalam setiap

penelitian penelitian atau studi kasus yang melibatkan berbagai pihak, yaitu

pihak peneliti dan pihak yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut. Sebelum melakukan studi kasus terlebih

dahulu peneliti mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan

permohonan ijin kepada institusi/ lembaga tempat penelitian. Menurut Alimul

(2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika

yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk lembar persetujuan yang

diberikan peneliti dan responden penelitian. Informed consent ini

diberikan sebelum studi kasus dilakukan. Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus, mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka informed consent tersebut harus

ditanda tangani jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus ada

dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi responden,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

60
prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus

yang akan disajikan (Alimul, 2008). Untuk menjaga kerahasiaan subjek

studi kasus, maka pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis

tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil studo

kasus, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti dan hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Alimul, 2008).

4. Beneficienci

Penelitian melindungi subjek agar terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan fisik.

5. Full disclosure

Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat

keputusan secara sukarela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan

61
keputusan tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan

selengkap-lengkapnya.

62
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini menjelaskan tentang kasus asuhan keperawatan post

partum spontan pada Ny. I dengan penerapan kompres dingin pada luka

perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di Ruang Laika

Waraka Obstetri dan Gynekolgi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara. Penerapan kompres dingin dilakukan selama 2 hari yaitu pada

tanggal 22 Juli 2018 sampai dengan 23 Juli 2018 pada pukul 08.00 WITA.

Pasien masuk pada tanggal 21 Juni 2018 pada jam 04.24 WITA. Studi Kasus

ini dimulai dari melakukan pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi dari tindakan

keperawatan.

a. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Juli 2018 pada jam 08.00

dari pengkajian tersebut didapatkan data identitas Ibu dan Suami, Pasien

berinisial Ny. I berumur 22 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir

SMA dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dan beralamat di

Desa Mata Iwoi. Suami pasien berinisial Tn. A berumur 21 tahun,

beragama Islam, pendidikan terakhir SMP dengan pekerjaan sebagai

Wiraswasta dan beralamat di Desa Mata Iwoi.

Pasien masuk dengan keluhan utamanya nyeri perut tembus

belakang. Keluhan saat ini pasien mengatakan nyeri pada luka perineum.

Data PQRST yang didapatkan adalah P: disebabkan karena luka jahitan

63
yang didapatkan saat proses persalinan, Q: nyeri terasa perih saat

bergerak, duduk dan miring kiri/kanan, R: pada luka jahitan perineum, S:

skala 4 dan T: hilang timbul ±5 menit.

Riwayat persalinan sekarang, pasien melahirkan pada tanggal 21

Juli 2018 jam 04.24 WITA dengan jenis pesalinan normal dan spontan.

Jumlah perdarahan selama persalinan sebanyak ±150 CC dan pengobatan

yang diberikan adalah mefenamic acid 500 mg (3x1) dan tablet tambah

darah (2x1). Pasien melahirkan spontan tanpa penyulit persalinan

berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2,6 Kg dan Panjang badan

49 cm. Nilai APGAR Score setelah 1 menit bayi lahir adalah 6 dan

setelah 5 menit bayi lahir bernilai 9.

Riwayat kehamilan terakhir, pasien Seorang dengan G1 P0 A0.

Haid terakhir 20 Oktober 2018, mengalami PNC untuk pertama kali.

Riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas, pasien mengalami

persalinan pada tahun 2018 di Rumah Sakit dengan penolong bidan dan

dokter, jenis persalinannya normal spontan, anak berjenis kelamin laki-

laki dan Pasien menyusui selama 30 menit.

Pola reproduksi, pasien mengalami Menarche umur 15 tahun

dengan siklus haid teratur dan lama haid 5-6 hari.

Riwayat kesehatan, pasien tidak pernah mengalami penyakit yang

berpengaruh terhadap kehamilannya, pasien pernah melakukan operasi

kista 3 tahun lalu dan pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

Pola kesehatan sehari-hari, pasien makan 5-6x sehari dengan nafsu

makan bertambah, pasien alergi udang, pasien minum 8 gelas perhari.

64
Pasien mengatakan takut BAB karena takut jahitannya terlepas, selama

dirawat pasien belum BAB. Sedangkan BAK tidak mengalami gangguan

(normal). Pasien istirahat malam pada pukul 20:00 sampai dengan 05:00

namun sering terbangun untuk meyusui anaknya, dan istirahat siang pada

pukul 11:00 sampai dengan 12:00. Kebersihan pasien berpenampilan

rapi, mandi 1x sehari (dengan memakai sabun), sikat gigi 1x sehari

(dengan memakai pasta), keramas sebanyak 3x seminggu (dengan

memakai sampo), dan mengganti pakaian dalam dan luar 2x sehari.

Aktifitas pasien terganggu karena tidak dapat melakukan aktivitas secara

maksimal karena kondisi yang lemah, pasien tidak ketergantungan

obat/rokok/alkohol,

Kesehatan fisik, pasien memiliki tekanan darah 100/70 mmHg,

kecepatan pernapasam 22x / menit, suhu tubuh 36,4℃ dan kecepatan

nadi 72x / menit. Berat badan pasien 48 Kg dan tinggi badan pasien 150

Cm, dan kesadaran umum Composmentis. Rambut bersih, tidak ada nyeri

dan kekuatan rambut kuat. Muka tidak pucat, tidak ada kloasma

gravidarum dan tidak udema. Tidak ada kelainan pada mata, hidung

mulut dan telinga. Leher tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan

vena jugularis. Buah dada padat, puting menonjol dan ASI keluar.

Kontraksi Uterus baik dengan posisi setinggi pusat, dengan warna Lochia

merah segar dan berbau khas. Terdapat luka perineum kurang lebih 3 cm

dengan 12 jahitan (dalam 7 jahitan dan di luar 5 jahitan), tidak ada

oedema dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Klien tidak mengalami

haemorrhoid. Ekstremitas atas/bawah tidak ada oedema, tidak ada

65
varices, dan tidak sianosis pada ujung-ujung jari. Mobilitas pasien sudah

bisa melakukan miring kiri/kanan, duduk dan berjalan tetapi mobilitas

pasien sedikit terganggu karena nyeri pada luka perineum.

b. Variabel Penelitian

Penerapan kompres dingin pada Ny. I dilakukan selama 2 hari

dengan frekuensi 3 x sehari (pagi, siang, sore) dengan interval waktu 4

jam. Sebelum dilaksanakan kompres dingin terlebih dahulu peneliti

melakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan lembar format

pengukuran skala nyeri. Setelah dilakukan kompres dingin (kompres es)

peneliti melakukan evaluasi tindakan pada kompres dingin yang terakhir

dan evaluasi dilakukan setiap hari yang diukur melalui skala deskriptive

verbal yang diutarakan oleh pasien.

c. Penerapan tindakan

Tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 22 Juli 2018 pada

jam 08.40 WITA memantau karakteristik nyeri, didapatkan respon

subyektif pasien mengatakan nyeri pada luka perineum dengan

P(Provocade) disebabkan karena luka jahitan yang didapatkan saat

proses persalinan, Q(Quality) nyeri terasa perih saat bergerak dan duduk,

R(Region) nyeri pada luka jahitan perineum, S(Severity) memiliki skala

4, dan T(Time): hilang timbul ±5 menit. Respon obyektif pasien nampak

meringis.

Penerapan nursing treatment atau penggunaan teknik

nonfarmakologis berupa penerapan kompres es dalam menurunkan skala

66
nyeri dilakukan bersama dengan kolaborasi tim medis yaitu pemberian

obat mefenamic acid 500 mg (3x1) dan tablet tambah darah (2x1).

Nursing treatment kompres dingin diberikan pada jam 09.00 WITA

memberikan kompres dingin pada luka perineum hasil yang didapatkan

respon subyektif pasien mengatakan nyeri masih dirasakan, respon

obyektif: skala nyeri 4, pasien nampak meringis dan tidak nyaman.

Tindakan pada jam 13.00 WITA memberikan kompres dingin pada

luka perineum hasil yang didapatkan respon subyektif pasien mengatakan

masih merasa nyeri, respon obyektif: skala nyeri 4 pasien nampak

meringis dan tidak nyaman.

Tindakan pada jam 17.00 WITA memberikan kompres dingin pada

luka perineum hasil yang didapatkan respon subyektif pasien mengatakan

nyeri mulai berkurang, pasien mengatakan nyeri seperti di gigit semut

respon obyektif skala nyeri: 3, pasien mulai merasa nyaman dan nampak

meringis saat bergerak duduk, miring kiri/kanan ataupun berjalan.

Pada jam 17.15 dilakukan evaluasi pada hari pertama dan peneliti

kembali mengkaji PQRST pasien dan didapatkan hasil: P(Provocade)

disebabkan karena luka jahitan yang didapatkan saat proses persalinan,

Q(Quality) nyeri terasa seperti digigit semut, R(Region) nyeri pada luka

jahitan perineum, S(Severity) memiliki skala 3, dan T(Time): hilang

timbul ±5 menit

Pada tanggal 23 Juli 2018 peneliti kembali melakukan intervensi

pemberian kompres dingin pada jam 09.00. Hasil yang didapatkan respon

subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien mengatakan nyeri

67
sudah tidak terlalu dirasakan dengan respon obyektif skala nyeri 2, pasien

mulai merasa nyaman dan pasien nampak tidak meringis saat akan

bergerak duduk, miring kiri/kanan ataupun berjalan.

Tindakan pada jam 13.00 pemberian kompres dingin dilakukan

untuk ke-2 kalinya. Hasil yang didapatkan respon subyektif pasien

mengatakan nyeri berkurang, pasien mengatakan nyeri hanya muncul

sesekali dengan respon obyektif skala nyeri 2, pasien nampak nyaman

dan sudah tidak nampak meringis lagi saat bergerak duduk, miring

kiri/kanan ataupun berjalan.

Evaluasi pada hari kedua dilakukan setelah dua kali pemberian

kompres dingin pada jam 13.15 WITA. Hasil pengkajian PQRST

kembali didapatkan P(Provocade) disebabkan karena luka jahitan yang

didapatkan saat proses persalinan, Q(Quality) nyeri terasa seperti digigit

semut, R(Region) nyeri pada luka jahitan perineum, S(Severity) memiliki

skala 2, dan T(Time): hilang timbul ±3 menit.

Untuk lebih jelas peneliti membuat alat ukur berupa gambar

Pengukuran Skala Nyeri dari sebelum dan sesudah dilakukan tindakan

penerapan kompres dingin. Berikut ini gambar pengukuran skala nyeri.

1. Sebelum intervensi dilakukan

Skala nyeri: 4

68
2. Sesudah intervensi dilakukan

a) Hari 1

Skala nyeri: 3

b) Hari 2

Skala nyeri: 2

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat adanya penurunan skala

nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan kompres dingin.

Pada hari pertama sebelum dilakukan penerapan kompres dingin

dilakukan pengukuran nyeri terlebih dahulu dan hasilnya skala nyeri

berada pada skala 4 (nyeri sedang). Kemudian peneliti kembali

melakukan evaluasi pada hari pertama dan didapatkan skala nyeri berada

pada skala 3 (nyeri ringan) dan pada hari kedua terjadi penurunan skala

nyeri yaitu skala nyeri berada pada skala 2 (nyeri ringan). Penurunan

skala nyeri terjadi karena pemberian kompres es dan kolaborasi tim

medis dalam pemberian obat yaitu obat mefenamic acid 500 mg (3x1)

dan tablet tambah darah (2x1).

69
B. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Pengkajian

Berdasarkan keluhan pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. I

mengungkapkan nyeri pada luka perineum. Setiap ibu yang telah

menjalani proses persalinan akan merasakan sensasi nyeri pada daerah

perineum. Rasa nyeri pada perineum yang dialami karena melahirkan

normal biasanya dikaitkan dengan perineum robek atau digunting dengan

pembedahan (Murkoff, et al, 2007).

Berdasarkan pengumpulan data PQRST didapatkan data P:

disebabkan karena luka jahitan yang didapatkan saat proses persalinan,

Q: nyeri terasa perih saat bergerak, duduk dan miring kiri/kanan, R: pada

luka jahitan perineum, S: skala 4 dan T: hilang timbul ±5 menit. Sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Judha, et al, (2012), nyeri adalah

pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

terlokalisasi pada suatu bagian tubuh, seringkali dijelaskan dalam istilah

proses distruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit,

seperti emosi, perasaan takut, mual dan takut.

Semua ibu akan merasa nyeri setelah menjalani proses

persalinan dengan mendapatkan luka perineum, nyeri yang dirasakan

pada pada luka perineum menimbulkan rasa tidak menyenangkan

seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak (Murkoff, et al,

2007).

70
Pada pengkajian nutrisi klien didapatkan data pasien makan 5 -6 x

sehari dengan nafsu makan bertambah. Hal ini didukung oleh Yuli (2017)

mengatakan biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan

untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi

disertai konsumsi cemilan yang sering ditemukan.

Teori mengungkapkan Buang Air Besar harus terjadi pada 2-3 hari

post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka

dapat diberikan obat laksana peroral atau perektal atau bila belum

berhasil diberikan obat pencahar/laktasif (Yuli, 2017). Jika dikaitkan

dengan respon subyektif pasien yang mengatakan takut BAB karena

takut jahitannya terlepas dan selama dirawat pasien belum BAB, maka

pasien belum BAB selama 2 hari akibat ketakutan karena jahitan pada

luka perineumnya.

Pasien istirahat malam pada pukul 20:00 sampai dengan 05:00

namun sering terbangun untuk meyusui anaknya, dan istirahat siang pada

pukul 11:00 sampai dengan 12:00. Menurut Yuli (2017) pasien PNC

akan mengalami gangguan pada istirahat/tidur yang disebabkan karena

suhu/temperatur tubuh yang mencapai lebih dari 37,5 ℃. Namun peneliti

menemukan bahwa bukan hanya itu saja melainkan karena kontak sosial

antara ibu dan anak dalam hal ini ibu memberikan ASI kepada anaknya.

Aktivitas pasien terganggu karena tidak dapat melakukan aktivitas

secara maksimal karena kondisi yang lemah, dan teori benar bahwa ibu

post partum biasanya aktivitasnya terganggu, pekerjaan/kegiatan sehari-

71
hari tidak mampu dilakukan maksimal karena keadaannya yang semakin

lemah (Yuli, 2017).

b. Variabel Penelitian

Penerapan kompres dingin pada Ny. I dilakukan selama 2 hari

dengan frekuensi 3 x sehari (pagi, siang, sore) dengan interval waktu 4

jam. Sebelum dilaksanakan kompres dingin terlebih dahulu peneliti

melakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan lembar format

pengukuran skala nyeri. Setelah dilakukan kompres dingin (kompres es)

peneliti melakukan evaluasi tindakan pada kompres dingin yang terakhir

dan evaluasi dilakukan setiap hari yang diukur melalui skala deskriptive

verbal yang diutarakan oleh pasien.

Menurut Judha, et al, (2012 ) tindakan pemberian rasa nyaman

pada luka perineum yang dialami ibu dapat dilakukan dengan tiga cara

salah satunya dengan memberikan kompres dingin / kompres es.

Menurut Muttaqin (2011) dalam Sinaga (2017) kompres dingin

adalah suatu kompres es yang dapat menurunkan prostaglandin yang

memperkuat sensitivitas nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera

dengan menghambat proses inflamasi. Hal itu dikarenakan kompres

dingin dapat mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi

perdarahan edema yang diperkirakan menimbulkan efek analgetik

dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri

yang mencapai otak lebih sedikit.

Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa penerapan

kompres dingin efektif dalam mengurangi rasa nyeri. Hal ini dapat dilihat

72
pada skala pengukuran nyeri yang dilakukan sebelum dan sesudah

penerapan kompres dingin. Pada tanggal 22 Juli 2018 sebelum dilakukan

intervensi kompres dingin penulis melakukan pengukuran skala nyeri dan

didapatkan data skala nyeri : 4 (nyeri sedang), setelah dilakukan

intervensi peneliti melakukan evaluasi pada kompres dingin yang

dilakukan terakhir dan didapatkan hasil skala nyeri berkurang menjadi

skala : 3 (nyeri ringan). Kemudian peneliti melanjutkan penerapan pada

esok hari tanggal 23 Juli 2018. Peneliti kembali melakukan intervensi

kompres dingin dan pada terapan yang terakhir peneliti kembali

melakukan evaluasi terhadap nyeri yang dirasakan pasien. Hasil yang

didapatkan pasien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala : 2 (nyeri

ringan). Terjadinya penurunan skala nyeri ini juga didukung oleh

kolaborasi tim medis dalam pemberian obat yaitu obat mefenamic acid

500 mg (3x1) dan tablet tambah darah (2x1).

Penurunan nyeri setiap pasien itu berbeda-beda tergantung

kondisinya masing-masing. Menurut Alimul (2008) nyeri merupakan

kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif

karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Dalam penelitian penerapan kompres dingin pada pasien dengan

luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri), peneliti

menemukan bahwa penerapan kompres dingin efektif dalam menurunkan

nyeri pada luka perineum, terlihat pada penurunan skala nyeri dari skala

73
nyeri 4 (nyeri sedang) menjadi skala nyeri 2 (nyeri ringan) yang

dilakukan selama 2 hari dengan frekuensi 3 x sehari dalam interval waktu

4 jam yaitu pagi, siang dan sore.

74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian penerapan kompres dingin pada Ny.I Post Natal Care (PNC)

dengan luka perineum dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri) di

Ruang Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra,

peneliti mengambil kesimpulan bahwa penerapan kompres dingin efektif

dalam mengurangi rasa nyeri pada luka perineum yang dilaksanakan selama 2

hari dengan frekuensi 3 x sehari (pagi, siang, sore) dengan interval waktu 4

jam dibuktikan pada hasil penelitian didapatkan yaitu pada hari pertama

sebelum dilakukan penerapan kompres dingin dilakukan pengukuran nyeri

terlebih dahulu dan hasilnya skala nyeri berada pada skala 4 (nyeri sedang).

Kemudian peneliti kembali melakukan evaluasi pada hari pertama dan

didapatkan skala nyeri berada pada skala 3 (nyeri ringan) dan pada hari kedua

terjadi penurunan skala nyeri yaitu skala nyeri berada pada skala 2 (nyeri

ringan).

Penurunan nyeri setiap pasien itu berbeda-beda tergantung kondisinya

masing-masing. Menurut Alimul (2008) nyeri merupakan kondisi berupa

perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang

tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya.

Kompres dingin adalah kompres es yang dapat mengurangi aliran darah

ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan edema yang diperkirakan

75
menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf

sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Muttaqin, 2011

dalam Sinaga, 2017).

B. Saran

1. Bagi peneliti

Peneliti berharap agar hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang penerapan kompres dingin dalam pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada pasien Post Natal Care (PNC)

dengan luka perineum.

2. Bagi Rumah Sakit

Peneliti berharap hasil penelitian ini menjadi bahan baca tentang

penerapan kompres dingin dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

(nyeri) pada pasien Post Natal Care (PNC) dengan luka perineum.

3. Bagi institusi

Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan

pembelajaran khususnya penerapan kompres dingin dalam pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada pasien Post Natal Care (PNC)

dengan luka perineum pada diploma III keperawatan khususnya dibidang

keperawatan maternitas.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan informasi

untuk penerapan kompres dingin dalam pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman (nyeri) pada pasien Post Natal Care (PNC) dengan luka

perineum.

76
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2017). Profil Kesehatan Sulawesi
Tenggara Tahun 2016.
Fitri, Elida. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin.
Banda Aceh.
Judha, M., Sudarti., & Fauziah, A. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Junaedi, Jun. (2018). Apakah yang Dimaksud dengan Ruptur Uteri. Diperoleh
tanggal 28 Mei 2018, dari https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-
ruptur-uteri/5899/2.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2017.
Muhlisin, A. (2018). Menilai Skala Nyeri. Diperoleh tanggal 03 Agustus 2018,
dari https://mediskus.com/penyakit/menilai-skala-nyeri.

Murkoff, H, et.al. (2007). Mengatasi Trauma Pasca Persalinan. Klaten: Image


Press.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
MediAction.
Nurlely, P.S. (2016). Pemberian Kompres Dingin Terhadap Penurunan Nyeri
Luka Perineum Pada Asuhan Keperawatan Post Partum Ny. D Di Ruang
Nifas Puskesmas Sibela Mojosongo. Surakarta.
Pitriani, Risa., & Andriyani, Rika. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Normal (Askeb III) (Ed.1, Cet. ke-1) (2). Yogyakarta:
Deepublish.
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Priyambodo, Utomo. (2018). Angka Kematian Ibu dan Bayi Indonesia Tertinggi
Kedua di Asia Tenggara. Diperoleh tanggal 06 Juni 2018, dari
https://kumparan.com/@kumparansains/angka-kematian-ibu-dan-bayi-
indonesia-tertinggi-kedua-di-asia-tenggara.
Putri, A. D. (2016). Pengaruh Kompres Dingin terhadap Tingkat Nyeri Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
Yogyakarta
Rahayu, A.P. (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas (Ed.1, Cet.
Ke-1). Yogyakarta: Deepublish.
Rahmatullah, Irfan. (2016). 9 Bulan Dibuat Penuh Cinta Dibuai Penuh Harap:
Menjalani Kehamilan & Persalinan Yang Sehat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sinaga, K. (2017). Efektifitas Kompres Hangat dan Dingin teradap Nyeri
Neuropati pada Pasien Kanker Payudara Post Kemoterapi di Murni
Teguh Memorial Hospital. Medan.

Sursilah, Ilah. (2010). Asuhan Persalinan Normal dengan Inisiasi Menyusui Dini.
Yogyakarta: Deepublish.
Uliyah, M., & Hidayat, A. (2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan (Ed.1 , Cet. Ke-2). Jakarta: Salemba Medika.
Yuli, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi NANDA,
NIC dan NOC. Jakarta : TIM.
Lampiran 1
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth. Saudari Responden

di-

Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir Pendidikan Diploma III

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari, maka saya :

Nama : Fiffy Andriyani

NIM : P00320015016

Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Pendidikan Diploma III

Keperawatan, akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Kompres

Dingin pada Pasien Post Natal Care (PNC) dalam Pemenuhan Kebutuhan

Rasa Nyaman (Nyeri) Di Ruang Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi

RSU Bahteramas Prov. Sultra”.

Sehubungan dengan hal itu, saya mohon kesediaan saudari untuk berkenan

menjadi subyek penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan dengan saudari

dirahasiakan oleh peneliti. Atas partisipasi dan dukungannya disampaikan terima

kasih.

Kendari, 22 Juni 2018

Hormat Saya,

FIFFY ANDRIYANI
Lampiran 3
Lampiran 4

Format Penelitian

Penerapan Kompres Dingin pada Pasien Post Natal Care (PNC) denganLuka
Perineum dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) di Ruang
Laika Waraka Obstetri dan Gynekologi RSU Bahteramas Prov. Sultra

I. Pengkajian
Nama Mahasiswa : ............................. No. Rekam Medik : ......................
NIM : ............................. Ruangan/RS : ......................
Tanggal :.............................. Diagnosa Medis : ......................

A. Biodata
1. Identitas Istri/Ibu 2. Identitas Suami
a. Nama : a. Nama :
b. Umur : b. Umur :
c. Suku/Bangsa : c. Suku/Bangsa :
d. Agama : d. Agama :
e. Pendidikan Terakhir : e. Pendidikan Terakhir :
f. Pekerjaan : f. Pekerjaan :
g. Penghasilan / Bulan : g. Penghasilan / Bulan :
h. Status Perkawinan: h. Status Perkawinan :
i. Perkawinan Ke : i. Perkawinan Ke :
j. Lamanya : j. Lamanya :
k. Alamat : k. Alamat :

B. Data Biologis / Fisiologis


1. Keluhan Utama : ..........................................................................
2. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tanggal persalinan : .............................
b. Jenis persalinan : ...........................
c. Jumlah perdarahan selama persalinan : ......................... CC
d. Pengobatan yang telah diberikan : ............................................
e. Penyulit persalinan : ...........................................................
f. Jenis Kelamin Bayi : .................................
1) Berat badan : ........................
2) Panjang Badan : ........................
g. APGAR SCORE : Setelah 1 menit bayi lahir : ...............
: Setelah 5 menit bayi lahir : ...............

3. Riwayat Kehamilan Terakhir


a. G : .................... P : ..................... A : .......................
b. Haid Terakhir : ......................
c. Berapa Kali PNC : ......................

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan serta Nifas :


Umur Persalinan Nifas Hal
kehamilan Tahun Tempat Penolong Jenis L/P Meneteki Lamanya Ihwal

5. Pola Reproduksi
a. Menarche Umur : .........................
b. Siklus Haid : ......................... Teratur/Tidak
c. Lamanya Haid : .........................
d. Jumlah Darah : .........................
e. Dysmenorrhea : .........................

6. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah dialami / terutama yang
berpengaruh terhadap kehamilan : ................................................
b. Riwayat operasi yang pernah dialami : .........................................
c. Riwayat penyakit keluarga : ...................................................

7. Pola kesehatan sehari-hari


a. Nutrisi
1) Frekuensi Makan / Hari :
2) Nafsu Makan :
3) Makanan Pantang :
4) Banyaknya Minum / Hari :
b. Eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi / Hari : .................... Warna : ...............
Konsistensi : ....................
2) Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi / Hari : .................... Warna : ...............
Konsistensi : ....................
c. Istirahat dan Tidur
1) Tidur Malam : Jam .................. s/d .................
2) Tidur Siang : Jam .................. s/d .................
d. Kebersihan diri
1) Penampilan : ..............................
2) Mandi / Hari : ................kali (dengan memakai sabun/tidak)
3) Sikat Gigi / Hari : ...........kali (dengan memakai pasta/tidak)
4) Cuci Rambut / Minggu : ..........kali (dengan memakai
shampoo/tidak)
5) Ganti Pakaian Dalam dan Luar Sehari : ......................kali
e. Aktifitas : ...........................................
f. Ketergantungan
1) Obat : ..................... Rokok: .....................
2) Alkohol / Minuman Keras : ...................

8. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
1) Tekanan darah : .................. 3) Suhu : ...........
2) Pernapasan : ................. 4) Nadi : ...........
b. Berat Badan : ................. Tinggi Badan : ...................
c. Kesadaran Umum : ..................
d. Inspeksi
1) Kepala
- Rambut : ...................
2) Muka
- Pucat : ........... Kloasma Gravidarum : .................
- Udema : .................
3) Mata
- Kelopak mata : ............ Sklera Mata : ..............
- Konjungtiva : ................
4) Mulut dan gigi
- Berbau : .............. Stomatitis : ................
- Carries : ..............
5) Leher
- Pembesaran Kelenjar : ...................
6) Buah dada
- Konsistensi : ................. Putting : ..................
- ASI / Colostrum : ............ Kebersihan : ...................
- Kelainan : ..............
7) Uterus
- Kontraksi/Konsistensi : ............. Posisi : ...............
- Tinggi / Rendah Uteri : .............
- Lochia
 Warna / Jenis : ............
 Banyaknya : ............
 Baunya : ............
8) Vulva
- Bagaimana luka perineum : ................
- Apakah ada oedema : ......................
- Apakah ada tanda-tanda infeksi : .................
9) Anus
- Haemorrhoid : ada/tidak
10) Ekstremitas atas / bawah
- Oedema : ............. Varices : ..............
- Ambulasi : ......................

II. Diagnosa Keperawatan

Nyeri Akut b.d robekan perineum saat proses persalinan.

III. Intervensi

Pemberian kompres dingin dengan suhu 10-18℃ selama 10 menit

dilakukan 2 x 24 jam (pagi, siang, dan sore) dengan interval waktu 4 jam

selama 2 hari sesuai dengan SOP kompres dingin (lampiran 3).

IV. Implementasi

Penerapan kompres dingin dengan suhu 10-18℃ selama 10 menit

dilakukan 2 x 24 jam (pagi, siang, dan sore) dengan interval waktu 4 jam

selama 2 hari sesuai dengan SOP kompres dingin (lampiran 3).

V. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengukuran skala nyeri

menggunakan skala deskriptif verbal. Pengukuran skala nyeri dilakukan

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi kompres dingin untuk melihat

penurunan skala nyeri dari hari 1 dan 2.


Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KOMPRES DINGIN

PENGERTIAN Kompres dingin adalah pemberian kompres es


TUJUAN Tujuan untuk meredakan atau mengurangi nyeri pada
luka perineum
PETUGAS Mahasiswi Keperawatan
PERALATAN 1. Kom
2. Perlak dan alasnya
3. Washlap
4. Sarung tangan
5. Plastik ½ Kg yang telah berisi es batu setengah
dari kantung plastik.
6. Alat Tulis
7. Lembar observasi
PROSEDUR 1. Tahap pra interaksi
PELAKSANAAN a. Memperkenalkan diri
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Menjaga privasi
b. Meminta ibu untuk mengisi lembar biodata
(khusus pertemuan pertama)
c. Mengatur posisi dorsal recumben
d. Dekatkan alat pada pasien
e. Cuci tangan
f. Pakai sarung tangan
g. Ukur skala nyeri sebelum intervensi
dilakukan.
h. Bungkus plastik berisi es dengan washlap
i. Buka area yang akan di kompres
j. Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh
yang akan dikompres
k. Letakkan plastik yang sudah di bungkus
washlap pada bagian yang memerlukan
kompres selama 10 menit
l. Kaji keadaan kulit setiap 5 menit terhadap
nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh
m. Angkat pengompres jika sudah selesai
n. Atur posisi klien kembali dalam posisi yang
nyaman
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
dengan mengukur kembali skala nyeri setelah
dilakukan intervensi.
b. Membereskan alat
c. Merapikan pasien
d. Mencuci tangan
e. Dokumentasi
Lampiran 6

Format Pengukuran Skala Nyeri

I. Sebelum intervensi dilakukan

Skala Deskriptif Verbal

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Berat
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Tidak
nyeri Terkontrol terkontrol

II. Sesudah intervensi dilakukan

1. Hari 1

Skala nyeri:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Berat
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Tidak
nyeri Terkontrol terkontrol

2. Hari 2

Skala nyeri:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Berat
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat
Tidak
nyeri Terkontrol terkontrol
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15

DOKUMENTASI

Gambar 1 : Alat dan Bahan Kompres Es

Gambar 2 : Pemasangan Perlak Di bawah Bokong

Gambar 3 : Pemberian Kompres Es pada Luka Perineum

Anda mungkin juga menyukai