Anda di halaman 1dari 231

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS PASIEN


DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. EFRAM
HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

Oleh :
ADELIA PUSPITA SARI
NIM 201807002

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

TAHUN 2021
KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS PASIEN


DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. EFRAM
HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai


gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
(A.Md.RMIK)

Oleh :
ADELIA PUSPITA SARI
NIM 201807002

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

TAHUN 2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Karya Tulis Ilmiyah ini telah disetujui oleh pembimbing


dan telah dinyatakan layak mengikuti ujian sidang

KARYA TULIS ILMIYAH

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS PASIEN DI


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. EFRAM HARSA
LANUD ISWAHJU DI MAGETAN
TAHUN 2021

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

iii
LEMBAR PENGESAHAN

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Denga segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atas dukungan

dan doa dari orang-orang tercinta, akhirnya Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat di

selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Alhamdulillah, dengan rasa bangga dan

bahagia saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini kepada:

1. Keluarga penulis terutama kepada Bapak Misno, Ibu Yulia Wijayaningsih,

Adik Ahmad Zaini Ikhsanudin, dan keluarga lain yang selalu menjadi

penyemangat dan selalu ada untuk penulis setiap saat.

2. Kepada bapak Kuswanto., S.Kep., Ners., M.Kes selaku dewan penguji yang

telah menguji karya tulis ilmiah (KTI) ini.

3. Kepada ibu Dosen Pembimbing 1 dan 2, Ibu Retno Widiarini, S.KM., M.Kes

selaku Dosen Pembimbing 1, dan Ibu Dian Anisia W, S.Kep. Ns., M.Kep

selaku Dosen Pembimbing 2 yang selalu menuntun Karya Tulis Ilmiah ini dari

awal hingga selesai.

4. Teman-teman penulis yaitu Mb Laila, Fatkhul, Dela, Om Giri, Gus Dewa,

Bang Fa’i dan masih banyak lagi tidak dapat sebutkan satu persatu.

5. Kepada Muhammad Hanif Prasojo terimakasih atas alur cerita dari awal

hingga selalu mendukung apa yang penulis lakukan untuk mengerjakan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini dari awal hingga selesai.

6. Kepada Riki Agung Pradana yang selalu membantu dan memberi motivasi

berjalannyaa pengerjaan Karya Tulis Ilmian (KTI) ini dari awal hingga selesai.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

(KTI) ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

v
8. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I

wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no

days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at all time.

Atas segala kekuarangan dan ketidak sempurrnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

ini, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat

membangun kea rah perbaikan dan penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini,

agar dalam penyusunan karya tulis selanjutnya dapat lebih baik.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat bermanfaat bagi

seluruh pihak dan semoga segala amal baik yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Allah SWT.

“BERDOA, USAHA, DAN SABAR ADALAH KUNCI

SEGALA MACAM MASALAH”

“HIDUP BERAKAL, MATI BERIMAN”

vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Adelia Puspita Sari


NIM : 201807002

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul

“Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis Pasien Di Rumah Sakit Angkatan

Udara Dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan” ini adalah hasil pekerjaan

saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam

memperoleh gelar (ahli madya/sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga

pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang

sudah maupun belum/tidak dipublikasikan, sumber dijelaskan dalam tulisan dan

daftar pustaka.

Madiun, 17 Juli 2020

Adelia puspita Sari


NIM. 201807002

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Adelia Puspita Sari


Jenis Kelamin Perempun
Tempat & Tanggal Ponorogo, 31 Desember 1998
Lahir
Agama Islam
Alamat Dukuh Ngrukem 1, Desa
Ngrukem, Kec. Mlarak, Kab.
Ponorogo
Email Dhell4624@gmail.com
ppsadelia@gmail.com
adeliapsari154@gmail.com
Riwayat Pendidikan 1. MI Ma’arif Kemuning
Sambit
Tahun 2005-2011
2. Mts Al-Islam Jorsan
Mlarak
Tahun 2011-2014
3. Ma Nurul Mujtahidin
Mlarak (SMK 1 Mlarak)
Tahun 2014-2017
4. STIKES BHM Madiun
2018-2021

viii
Program Studi Perekam dan Informasi Kesehatan, STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun

ABSTRAK
Adelia Puspita Sari

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS PASIEN DI


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. EFRAM HARSANA LANUD
ISWAHJUDI MAGETAN

Sistem pengelolaan rekam medis adalah proses pengendalian catatan dan


dokumen rekam medis. Masalah penelitian ini adalah masih terdapatnya jumlah
berkas yang tidak tepat waktu pengembalian dan belum lengkapnya
pengisian, kekurangan petugas, kekurangan ruangan, dan terdapat petugas yang
belum sesuai kriteria pendidikan.
Penelitian ini menggunakan analisis Fish Bone dengan jenis penelitian
deskriptif berupa kualitatif. Responden dalam penelitian ini yang berjumlah 9
orang petugas rekam medis. Pengambilan data menggunakan observasi dan
wawancara mendalam (indepth interview).
Hasil penelitian menunjukan faktor man terdapat petugas rekam medis
yang tidak berlatar belakang pendidikan perekam medis, faktor matherials
diperoleh adanya Standar Oprasional Prosedur dimasing-masing bagian dan sudah
diterapkan petugas dalam bekerja, faktor machines terdapat ruangan yang masih
dijadikan 1, kurang luas ruang penyimpanan maka tidak bisa ditambah rak, faktor
method masih masih ada berkas yang belum legkap dan mengakibatkan
keterlambatan berkas, dan untuk faktor money dipegang oleh pihak manajemen
rumah sakit untuk penggadaan alat.
Penelitian ini memberi kesimpulan untuk sarana dan prasarana sudah
memadai tapi masih kekurangan rak penyimpanan dan perlunya peluasan ruangan
untuk dibuatnya ruangan khusus untuk pembagian tugas pengelolaan berkas
rekam medisnya. Terlihat dari berkas rekam medis aktif dan inactive masih
dijadikan satu rak dan satu ruangan, mengakibatkan banyak berkas rekam medis
yang diletakkan di dalam kardus akibat rak penyimpanan penuh, sedangkan untuk
ruang penyimpanan masih dijadikan satu dengan ruang antara
coding, assembling, distribusi dan filling yang mengakibatkan ruang penyimpanan
penuh/sempit. Saran yang diberikan yaitu melakukan penambahan SDM yang
sesuai dengan kualifikasi, perbaikan alur pengelolaan rekam madis yang sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh Depkes.

Kata Kunci: Sistem Pengelolaan, Fish Bone, Alur Pengelolaan Rekam Medis

ix
Recorder and Health Information Study Program, STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun

ABSTRACT
Adelia Puspita Sari

ANALYSIS OF THE PATIENT’S MEDICAL RECORD MANAGEMENT


SYSTEM IN AIR FORCE HOSPITAL DR. EFRAM HARSANA LANUD
ISWAHJUDI MAGETAN

Medical record management system is the process of controlling records


and medical record documents. The problem of this research is that there are still
the number of files that are not timely return and incomplete filling, lack of
officers, lack of space, and there are officers who do not meet the educational
criteria.
This research uses Fish Bone analysis with descriptive research type in
qualitative. Respondents in this study were that amounted to 9 medical record
officers. Data retrieval using observation and in-depth interview (indepth
interview).
The results showed man factors there are medical record officers who do
not have a background in medical recorder education, matherials factors obtained
the existence of Standard Operating Procedures in each section and has been
applied officers in work, machines factor there is a room that is still made 1, less
storage space then can’t be added shelves, method factors still have files that have
not been exposed and resulted in file delays, and for the money factor held by the
hospital management for the decking of tools.
This study concludes that the facilities and infrastructure are adequate but
still lack storage racks and the need for the expansion of space for the creation of
a special room for the division of medical record file management tasks. Seen
from the active and inactive medical record files are still used as one shelf and one
room, resulting in many medical record files placed in cardboard due to full
storage shelves, while for storage space is still made one with space between
coding, assembling, distribution and filling resulting in full / narrow storage
space. The advice given is to add human resources in accordance with the
qualifications, improvement of the flow of madis record management in
accordance with the regulations set by the Ministry of Health.

Keywords: Management System, Fish Bone, Medical Record Management Flow

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i

SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..................................... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACT .............................................................................................................x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ..............................................................7

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................9

xi
2.1 Rekam Medis ......................................................................................9

2.2 Rumah Sakit ......................................................................................31

2.3 Fishbone Analysis .............................................................................35

BAB 3 KERANGKA KONSEP ............................................................................41

3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................41

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN.................................................................43

4.1 Desain Penelitian ...............................................................................43

4.2 Responden .........................................................................................43

4.3 Kerangka Kerja Penelitin ..................................................................43

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional .....................................45

4.5 Instrumen Penelitian..........................................................................47

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................48

4.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................48

4.8 Teknik Analisis Data .........................................................................48

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................50

5.1 Hasil Penelitian .................................................................................50

5.2 Pembahasan Penelitian ....................................................................699

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................107

6.1 Kesimpulan .....................................................................................107

6.2 Saran ................................................................................................109

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................111

LAMPIRAN .........................................................................................................112

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Table 4.1 Definisi Oprasional ………………………...…….45

Table 5.1 Karakteristik Informan Penelitian di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan …………..…………….…….54

Table 5.2 Kualifikasi Pendidikan Petugas Rekam Medis…...55

Table 5.3 Karakteristik Responden………………………….56

Table 5.4 Jumlah Kunjungan Pasien …………….………….58

Table 5.5 Lembar Check List Observasi ……..……………..61

Table 5.6 Tingkat Ketepatan Waktu dan Kelengkapan Berkas

Rekam Medis ...………..……………………………..…….…….63

Table 5.7 Presentase Ketepatan Waktu dan Kelengkapan Berkas

Rekam Medis …………………….…………..…………….…….64

Table 5.8 Sistem Retensi Rekam Medis ………..…….…….66

Table 5.9 Lembar Check List Observasi ……..……………..69

Table 5.10 Daftar Tenaga Pengelolaan Rekam Medis…...…..74

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap .…………31

Gambar 2.2 FishBone Diagram……………………..…………40

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ………………………………...41

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Peneliti ………………………….44

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis...…….53

Gambar 5.2 Sistem Retensi Rekam Medis…………………….66

Gambar 5.3 Alur Sensus Rumah Sakit...…………………...….68

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian..................................................................... 113


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Penelitian dari RS .......................................... 114
Lampiran 3 Tabel Observasi ........................................................................... 115
Lampiran 4 Pedoman Wawancara 1 ............................................................... 116
Lampiran 5 Pedoman Wawancara 2 ............................................................... 118
Lampiran 6 Pedoman Wawancara 3 ............................................................... 120
Lampiran 7 Pedoman Wawancara 4 ............................................................... 122
Lampiran 8 Pedoman Wawancara 5 ............................................................... 124
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Bimbingan .................................................... 125
Lampiran 10 Dokumentasi .............................................................................. 126
Lampiran 11 Dokumentasi Ujian Akhir KTI .................................................. 129
Lampiran 12 SOP Rekam Medis .................................................................... 130

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organization

IGD Instalasi Gawat Darurat

SIMRS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

SOP Standar Oprasional Prosedur

SDM Sumber Daya Hidup

RSAU Rumah Sakit Angkatan Udara

RS Rumah Sakit

RM Rekam Medis

ICD International Statistical Clasification Diseases

EYD Ejaan Yang Disempurnakan

KTP Kartu Tanda Penduduk

SIM Surat Izin Mengemudi

xvi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga dapat terlaksanakannya proposal penelitian yang berjudul “Analisis

Sistem Pengelolaan Rekam Medis Pasien Di Rumah Sakit Angkatan Udara Dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan”, sehingga salah satu syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan D3 Perekam dan Informasi Kesehatan di Stikes Bhakti

Husada Mulia Madiun.

Dalam hal ini, Penulis banyak mendapatkan bantuaan berbagai pihak

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Tjatur Budi W., Sp.B selaku Kepala Rumah Sakit Angkatan Udara Dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan.

2. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes(epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun yang telah memberikan kesempatan menyususn Proposal Karya

Tulis Ilmian ini.

3. Sam’un Al Ghozi, A.Md.RMIK selaku Kepala Rekam Medis Rumah Sakit

Angkatan Udara Dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan.

4. Irmawati Mathar, S.KM., M.Kes, selaku Keetua Program Studi D3 Perekam

dan Informasi Kesehatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah

memberikan kesempatan menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kuswanto, S.Kep., Ners., M.Kes selaku dewan penguji yang telah menguji

karya tulis ilmiah ini.

xviii
6. Retno Widiarini, S.KM., M.Kes, selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan.

7. Dian Anisia W, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing 2 yang telah

memberikan bimbingan sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan.

8. Seluruh Staf Rekam Medis Rumah Sakit Angkatan udara dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi Magetan.

9. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu

terselesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang maha Esa memberikan belasan pahala atas segala amal

baik yang telah diberikan dan semoga proposal penelitian ini berguna bagi semua

pihak yang memanfaatkan.

Madiun, 17 Juli 2021

Penulis

xix
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit mempunyai peran yang vital sebagai upaya peningkatan

tingkat kesehatan masyarakat. Rumah sakit memiliki berbagai tujuan dalam

pelayanan kesehatan diantaranya adalah perawatan pasien, pemeriksaan,

pengobatan dan tindakan diagnostik penunjang lainnya yang diperlukan oleh

setiap pasien dalam lingkup kemampuan teknis dan fasilitas yang disediakan

oleh rumah sakit. Berdasarkan PERMENKES No. 269/Menkes/Per/III/2008

Tentang rekam medis yang berbunyi, “bahwa setiap pelayanan kesehatan

diwajibkan untuk memiliki rekam medis” (Permenkes No.269, 2008).

Rumah sakit wajib menyelanggarakan rekam medis. Untuk

mendukung pelaksanaan rekam medis yang baik, setiap rumah sakit dituntut

untuk:

1. Memiliki dan mampu mengolah data statistik sebagai intepretasi data

informasi yang up to date

2. Mempunyai SOP rekam medis yang berdasarkan pada ketentuan dan

kaidah yang telah ditetapkan (Depkes, 2006).

Rekam Medis memiliki peranan penting dalam menunjang mutu

pelayanan rumah sakit. Rekam medis berupa pencatatan riwayat kesehatan

pasien, pengolahan data dan informasi yang diperlukan sebagai penunjang

rumah sakit. Riwayat kesehatan adalah riwayat kesehatan pasien, yang dapat
digunakan untuk memberikan informasi berupa data kegiatan yang dilakukan

pada pasien selama perawatan di rumah sakit. Riwayat kesehatan tersebut juga

dapat dijadikan acuan untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

tetap optimal dan maksimal, sehingga informasi dan data yang yang diberikan

harus akurat, lengkap, dan tepat waktu, serta disajikan dalam format yang

telah ditentukan (Depkes, 2006).

Dalam melaksanakan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi

harus mengacu pada SOP yang berlaku. Masalah utama yang dihadapi dalam

pelaksanaan rekam medis adalah baik dokter maupun dokter gigi belum

sepenuhnya menyadari pentingnya manfaat dan kegunaan rekam medis di

institusi medis dan praktik pribadi, sehingga rekam medis yang ada masih jauh

dari kata lengkap serta masih belum jelas dalam penulisannya. Proses

pengisian berkas rekam medis rawat inap jika mengacu pada SOP yang ada

membutuhkan waktu 2x24 jam, sedangkan SOP untuk berkas rekam medis

rawat jalan harus diselesaikan setelah pasien mendapatkan layanan kesehatan

atau kurang dari 1x24 jam (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

Proses pengolahan data dalam rekam medis sangat bergantung pada

kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu dan kualitas data dalam

pengumpulan beserta penataan berkas rekam medis. Pencatatan rekam medis

sering kali dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan beban

kerja oleh pemberi layanan kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga

kesehatan lainnya. Tingkat kesibukan dokter dan perawat seringkali

menyebabkan berkas rekam medis tidak diisi secara lengkap dan tidak

2
dikembalikan tepat waktu. Hal ini mengakibatkan hambatan bagi petugas

rekam medis dalam menyelesaikan pengolahan data. Pengolahan data yang

kurang baik mencerminkan buruknya kualitas rekam medis. Karena alasana

tersebut catatan berkas rekam medis menjadi hal yang perlu untuk dilakukan

analisis secara mendalam agar dapat diolah dan menghasilakn informasi

kesehatan yang sesuai dan akurat (sugiharto & Edy Susanto, 2017).

Penyelenggaraan rekam medis dapat dimulai ketika pasien masuk

rumah sakit, kemudian petugas kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan terhadap pasien mencatat data medis pasien tersebut. Pengelolaan

akan tetap berlangsung selama pasien menerima pelayanan di rumah sakit,

termasuk penyimpanan dan pelepasan rekam medis dari tempat penyimpanan

untuk melayani pengobatan pasien, pengobatan, atau permintaan pinjam

meminjam. tujuan lain. Rekam medis berkaitan dengan pendaftaran,

pengolahan data dan pelaporan informasi yang diperlukan untuk kegiatan

rumah sakit. Proses pengolahan rekam medis dimulai dari penataan

(Assembling), Pemberian Kode (Coding), Tabulasi (Indeksing), Analisa, dan

yang terakhir Penyimpanan (Filing) (Rizqiyah and Ernawaty, 2016).

Rekam medis dikelola untuk pasien, meliputi pasien pada instalasi

rawat jalan, rawat inap, dan pasien gawat darurat. Rekam medis bagi pasien

rawat inap yang telah dirawat minimal satu hari meliputi: identitas data diri

pasien, tanggal dan waktu, hasil pengumpulan riwayat medis, dan hasil

pemeriksaan keadaan fisik. Pemeriksaan diagnostik dan penunjang medis,

rencana penatalaksanaan medis, terapi dan tindakan. Selain itu rekam medis

3
juga menyertakan persyaratan administrative peniunjang yang lain seperti

persetujuan tindakan bila diperlukan, catatan observasi klinis, hasil

pengobatan, ringkasan pemulangan, nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi

atau petugas kesehatan yang memberikan pelayanan (Permenkes No.269,

2008).

Utami (2018), mengemukakan mengenai Sistem Pengelolaan Rekam

Medis Rawat Inap Di salah satu Rumah Sakit Umum di Medan, menunjukkan

bahwa terjadi kendala dalam pengolahan rekam medis dibagian kelengkapan

(Assembling) yaitu tingkat ketelitian yang masih kurang dalam pemeriksaan

kelengkapan berkas, kesulitan dalam pemberian kode (Coding) diagnosa

pasien. Pada bagian penyimpanan (Filling), sistem penyimpanan rekam medis

sudah menggunakan sentralisasi, hal ini dapat diartikan bahwa rumah sakit

sudah mengikuti SOP Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit. Dari sisi

petugas dan sarana prasarana instalasi rekam medis masih kurang memadai.

Ketelitian diperlukan dalam proses pengolahan berkas rekam medis, selain itu

kejelasan dan kelengkapan isi akan sangat menunjang proses selanjutnya

sehingga menghambat dan membuat berkas rekam medis dapat segera

dikembalikan dan disimpan di ruang penyimpanan rekam medis (ZAHARA,

NURUL UTAMI, 2018).

Hasil survei Farida (2015) tentang analisis manajemen rekam medis

RS Lanud Iswah Judi menunjukkan bahwa sistem manajemen rekam medis

RS Lanud Iswah Judi masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Bagian dari

rekam medis. Pengolahan data secara manual masih digunakan, tidak

4
dilakukan penahanan, proses Assembling tidak dialokasikan waktu secara

khusus, dan pengkodean tidak dijalankan maksimal, karena hanya satu orang

yang dapat mengkode, sehingga proses pengkodean sering tertunda (Farida,

Maya Istia, 2015).

Rumah Sakit Angkatan Udara Dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan terletak di wilayah Kabupaten Magetan yang terletak di Provinsi

Jawa Timur merupakan rumah sakit tipe C. Rumah sakit ini memeliki 111

tempat tidur dan 199 tenaga kesehatan dengan rincian: 8 dokter umum, 20

dokter spesialis, 1 dokter gigi, 172 perawat, 16 apoteker, 34 bidan, 1 kesehatan

lingkungan, 4 ahli gizi, 6 terapi fisik, 11 keteknisian medis, 12 keteknisian

biomedical, dan yang terakhir 69 dukungan manajemen.

Studi pendahuluan pada November 2020 didapatkan data bahwa

jumlah rata-rata berkas harian rekam medis rawat inap yang masuk ke bagian

rekam medis sebanyak 20-30 berkas perhari. Dari 20-30 berkas tidak kurang

dari 15 berkas yang masih belum lengkap pengisiannya. Bagian rekam medis

sendiri memiliki 9 petugas rekam medis dengan 4 orang berlatar pendidikan

lulusan D3 RM, 4 orang lulusan SMA sederajat, dan 1 orang masih dalam

tahap kuliah. Pembagian tugas kerja dari 9 orang dibagi menjadi 1 orang

selaku Kepala Instalasi Rekam Medis, pelaksana dibagian kelengkapan

(Assembling) sebanyak 2 orang, bagian pengkodean (Coding) 2 orang, bagian

penyimpanan (Filling) 2 orang, bagian (Analising/laporan) 1 orang, serta

bagian pendistribusian 1 orang. dari informasi yang didapatkan, bagian

assembling dan Filling masih memerlukan penambahan jumlah tenaga kerja

5
mengingat bertambahnya tahun akan bertambahnya juga berkas rekam medis

yang baru. Selain itu, terbatasnya tempat penyimpanan mengakibatkan berkas

rekam medis yang tidak aktif lagi dan masih disimpan dalam satu ruangan

dengan berkas rekam medis yang masih aktif.

Untuk menjaga ketertiban administrasi yang baik, rekam medis harus

terdaftar dan diproses dengan baik sesuai dengan peraturan Departemen

Kesehatan (Depkes, 2006). Sesuai dengan SOP rekam medis, waktu

pengembalian berkas rekam medis yang lengkap harus diselesaikan dalam

kurun waktu kurang dari 1x24 jam setelah pasien menerima pelayanan, dan

harus dikembalikan 2x24 jam sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.

Namun menurut pengamatan awal peneliti, pengembalian berkas rekam medis

tidak memenuhi SOP serta mengalami keterlambatan sekitar 3-4 hari. Hal ini

mengakibatkan tertundanya proses selanjutnya dan tidak mengedepankan

tertib administrasi yang baik.

Pemberian kode (coding) dan tabulasi (Indeksing) merupakan tahapan

pertama sebelum file dikirim ke ruang penyimpanan untuk diperiksa

kelengkapan dan penataan (Assembling). Saat melakukan penataan berkas

(Assembling) rekam medis yang diterima, petugas terlebih dahulu akan

mengecek kelengkapan berkas tersebut. Petugas rekam medis akan

mengembalikan berkas jika ditemukan isi yang belum sesuai dan kurang

lengkap ke masing-masing ruang perawatan dalam waktu yang telah

ditentukan. Kemudian lanjut ke bagian penyimpanan (filling) serta tahapan

6
terakhir adalah pelaporan (analisising) data yang diperoleh dari setiap unit

atau ruangan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, peneliti memiliki

ketertarikan untuk menganalisis sistem pengelolaan rekam medis pasien di

Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Menganalisis Sistem Pengelolaan data rekam medis pasien di

Rumah Sakit Angkatan Udara dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

1. Mendeskripsikan faktor MAN pada sistem pengelolaan rekam

medis pasien.

2. Mendeskripsikan faktor MATHERIAL pada sistem pengelolaan

rekam medis pasien.

3. Mendeskripsikan faktor MACHINES pada system pengelolaan

rekam medis pasien.

4. Mendeskripsikan faktor METODE pada system pengelolaan rekam

medis pasien.

5. Mendeskripsikan faktor MONEY pada system pengelolaan rekam

medis pasien.

7
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi pihak

rumah sakit terkait berkaitan dengan sistem pengelolaan rekam medis di

instalasi rekam medis RSAU Lanud Iswahjudi Magetan.

2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Sebagai tambahan refrensi dan rujukan dalam melakukan penelitian

terkait dengan system pengelolaan rekam medis terutama dalam

melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Diri Sendiri

Menambah pegalaman, keilmuan, serta pengetahuan dalam system

pengelolaan rekam medis di rumah sakit.

8
9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rekam Medis

2.1.1 Pengerian Rekam Medis

Menurut PERMENKES RI No. 269/MENKES/PER/III/2008

rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat secara

tertulis, atau secara elektronik dan harus secara jelas dan lengkaap

(Permenkes No.269, 2008).

Rekam medis memiliki arti yang lebih luas karna didalam catatan

tersebut sudah terdapat segala informasi yang menyangkut seorang

pasieen yang akan dijadikan dasar dalam menentukan tindakan lebih

lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang

diberikan kepada seorang pasien yang dating di sarana pelayanan

kesehatan. Rekam medis juga mempunyai arti yang luas tidak hanya

untuk kegiatan pencatatan akan tetapi mempunyai pengertian sebagai

sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatan

hanya salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis

(Depkes, 2006).
2.1.2 Tujuan Rekam Medis

Rekam medis mempunyai tujuan untuk menunjang tercapainya

tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Tanpa adanya dukungan suatu sistem

pengelolaan rekam medis yang baik dan benar tertib administrasi di

rumah sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan tertip administrasi merupakan salah satu faktor penentu

upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes, 2006).

Pembuatan rekam medis di rumah sakit bertujuan untuk

mendapatkan catatan dan dokumen yang akurat dari pasien, mengenai

kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit di masa lalu dan

sekarang, juga pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya

meningkatkan pelayanan kesehatan (ZAHARA, NURUL UTAMI,

2018).

2.1.3 Kegunaan Rekam Medis Secara Umum

Berikut merupakan kegunaan rekm medis secara umum.

1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang

ikut ambil bagian di dalam memberikan pelyanan, pengobatan,

dan perawatan kepada pasien.

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengoobatan atau perawatan

yang diberikan kepada pasien.

10
3. Sebagai nukti tertulis atas segala tindakan pelayanan,

perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien

berkunjung atau di rawat di rumah sakit.

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

5. Melindungi kepentingan hokum bagi pasien, rumah sakit maupun

dokter dan tenaga kesehatan lainya.

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk

keperluan penelitian dan pendidikan.

7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya peembayaran pelayanan

medis pasien.

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan juga

sebagai bahan pertanggung jawaban laporang (Pratiwi, dyah

Tifhanny, 2019).

2.1.4 Isi Rekam Medis

Data yang akan dimasukkan dalam rekam medis dibedakan sesuai

dengan pelayanannya, baik pasien yang diperiksa di unit rawat jalan,

rawat inap, dan gawat darurat. Setiap pelayanan membuat rekam medis

dengan data yang berbeda-beda.

Isi rekam medis di atur dalam pasal 3 Permenkes RI No.

269/MENKES/PER/III/2008 dan isi rekam medis untuk pasien rawat

inap dengan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat informasi

yang lebih lengkap antara lain:

11
1. Identitas Pasien

2. Tanggal dan Waktu

3. Hasil Anamnesis, mencakup sekurang-kurannya keluhan dan

riwayat penyakit

4. Hasil Pemeriksaan

5. Diagnosis

6. Rencana Penatalaksanaan

7. Pengobatan atau Tindakan

8. Persetujuan tindakan bila diperlukan

9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan

10. Ringkasan Pulang (discharge summary)

11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan

tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

12. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu

13. Untuk pasien khusus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

(Permenkes No.269, 2008).

2.1.5 Kepemilikan Rekam Medis

Dalam Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 disebutkan, berkas

rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, sedangkan

isi rekam medis merupakan milik pasien. Berkas rekam medis dapat

diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau yang telah diberikan

kuasa dalam bentuk ringkasan rekam medis (Permenkes No.269, 2008).

12
2.1.6 Proses Penyelenggaraan Rekam Medis

Dalam proses penyelenggaraan rekam medis memiliki 2 sistem

rekam medis antara lain:

1. Sistem Penamaan Paien

Sistem penamaan dalam rekam medis merupakan

memberikan identitas kepada seorang pasien serta untuk

membedakan dengan pasien yang lain, sehingga mempermudah

dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang dating untuk

berobat ke rumah sakit. Adapun tata cara penulisan nama pasien di

Rumah Sakit meliputi:

a. Nama pasien sendiri yang terdiri dari satu kata atau lebih

b. Penulisan nama sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk),

SIM (Surat Izin Mengemudi), atau PASPOR yang masih berlaku

c. Untuk keseragaman penulisan nama pasien digunakan ejaan baru

atau EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan menggunakan

huruf cetak tebal

d. Tidak diperkenankan adanya pencantuman title, jabatan, atau

gelar

e. Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam nama

pasien

f. Apanila pasien berkewarganegaraan asing maka penulisan

namanya harus disesuaikan dengan Paspor yang berlaku di

Indonesia

13
g. Bila seorang bayi yang baru lahir dan belum mempunyai nama,

maka penulisan namanya adalah Bayi Ny.xxx (Pratiwi, dyah

Tifhanny, 2019).

2. Sistem Penomoran Pasien

Penyimpanan berkas rekam medis di setiap pelayanan

kesehatan disimpan berdasarkan nomor pasien, yaitu nomor rekam

medis pasien pada saat masuk rumah sakit (Admission Patient

Number). Penyimpanan secara alpabets menurut nama-nama pasien

lebih menyulitkan dan memunginkan terjadinya kesalahan

dibandingkan dengan penyimpanan menggunakan nomor pasien.

Jika kartu pasien hilang, nomor pasien masuk dapat diperoleh dari

data dasar pasien yang tersimpan didalam sistem.

Dengan mengetahui nama lengkap dan tanggal masuk pasien.

Tetapi jika menggunakan nomor kartu indeks pasien kelar tidak akan

dapat secara maksimal menemukan nomor keluar, sehingga lokasi

rekam medis sulit ditemukan. Ada tiga sistem pemberian nomor

pasien pada saat pasien dating ke unit pelayanan kesehatan

(Admission Numbering Sistem) yang umumnya dipakai yaitu:

Pemberian Nomor Cara Seri (Serial Numbering Sistem), Pemberian

Nomor Cara Unit (Unit Numbering sistem), dan Pemberian Nomor

Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering Sistem). Setiap pemberian

monor manapun yang dipakai, setiap rekam mdis baru harus

mendapat nomro yang diurut secara kronologi dan nomor tersebut

14
harus dapat digunakan diseluruh instalasi yang terkait didalam

prosedur pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah

sakit (Pratiwi, dyah Tifhanny, 2019).

2.1.7 Proses Pengolahan Rekam Medis

Proses pengolahan berkas rekam medis ada 5 tahap yang sling

berkaitan dan berhubungan yaitu dimulai dari kelengkapan penataan

berkas (Assembling), pemberian kode (Coding), Tabulasi (Indeksing),

Analisa (Analising), dan terakhir penyimpanan (Filling) (ZAHARA,

NURUL UTAMI, 2018).

2.1.8 Penataan Berkas Rekam Medis (Assembling)

Penataan berkas rekam medis dibagi menjadi 2, antara lain:

1. Penataan berkas rekam medis rawat jalan

a. Pembatas poli klinik

b. Lembar dokumen pengantar

c. Lembar poliklinik

d. Hasil pemeriksaan penunjang

e. Salinan resep

2. Penataan berkas rekam medis rawat inap

Penataan berkas rekam medis untuk kasus anak, kasus bedah,

kasus kebidanan, kasus bayi lahir antar lain:

a. Ringkasan

b. Pembatas masuk

c. Ringkasan masuk dan keluar

15
d. Surat dokumen pengantar

e. Intruksi dokter

f. Intruksi pra atau pasca bedah (untuk kasus bedah)

g. Catatan anastesi (untuk kasus bedah)

h. Laporan pembedahan (untuk kasus bedah)

i. Lembar obstetric (untuk kasus kebidanan)

j. Catatan persalinan (untuk kasus kebidanan)

k. Riwayat kelahiran (untuk kasus bayi lahir)

l. Grafik bayi (untuk kasus bayi lahir)

m. Lembar konsultasi

n. Catatan perawat

o. Grafik suhu, nadi, dan pernafasan

p. Pengawasan khusus

q. Hasil pemeriksaan laboratorium

r. Hasil pemeriksaan radio diagnostic

s. Salinan resep

t. Resume atau laporan kematian (Depkes, 2006).

2.1.9 Pemberian kode (Coding)

Pemberian kode adalah pemberian penetapan kode dengam

menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang

mewakili kompnen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang

ada didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya diindeks

agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk

16
menunjang fungsi perencanaan, manjemen, dan riset bidang kesehatan.

Kode Klasifikasi oleh WHO (World Health Organization) bertujuan

untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cedera, gejala dan

faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sejak tahun 1993 WHO

mengharuskan Negara anggotanya termasuk Indonesia menggunakan

klasifikasi penyakit revisi-10 (ICD-10, International Statistical

Clasification Diseases and Health Problem).

Penetapan diagnosis pasien merupakan kewajiban, hak dan

tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait, tidak boleh diubah

oleh karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi

dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku

ICD-10. Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode bertanggung

jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan

oleh tenaga medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau

tidak lengkap, sebelum kode ditetapkan, komunikasikan terdahulu pada

dokter yang membuat diagnosis. Setiap pasien yang telah selesai

mendapatkan pelayanan baik rawat jalan maupun rawat inap, maka

dokter yang bertanggung jawab harus segera membuat diagnosis akhir

(Depkes, 2006).

2.1.10 Tabulasi (Indeksing)

Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang

sudah dibuat ke dalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu

17
indeks atau komputerisasi). Didalam kartu indeks tidak boleh

mencantumkan nama pasien. Jenis indeks yang biasa dibuat:

1. Indeks Pasien adalah satu tabulasi kartu katalog yang berisi nama

semua pasien yang pernah berobat di rumah sakit. Berguna sebagai

kunci untuk menemukan berkas rekam medis seorang penderita.

Cara penyimpanannya disusun berdasarkan alphabet, untuk

mempercepat dan mempermudah mengembalikan kartu indeks

nama, penyusunan kartu indeks harus diberi petunjuk. Lama

penyimpanan kartu indeks penderita sama dengan lama

penyimpanan berkas rekam medis.

2. Indeks Penyakit (Diagnosis) dan Operasi adalah tabulasi yang

berisi kode penyakit dank ode operasi pasien yang berobat di

rumah sakit. Kegunaan untuk mengambil berkas rekam medis

tertentu untuk keperluan khusus, menyuguhkan data pelayanan

yang diperlukan dalam survey kemampuan rumah sakit,

menemukan rekam medis jika sewaktu-waktu dokter memerlukan,

sebagai materi pendidikan untuk mahasiswa kesehatan. Kartu-kartu

indeks disimpan dalam laci menurut nomor urut.

3. Indeks Dokter adalah satu tabulasi data yang berisi nama dokter

yang memberikan pelayanan medis kepada pasien. Kegunaannya

untuk menilai kinerja dokter dan sebagai bukti pengadilan.

4. Indeks kematian berisi data informasi pasien yang berguna sebagai

statistic menilai mutu pelayanan dasar, menambah dan

18
meningkatkan peralatan/tenaga. Cara penyimpanan disusun

menurut nomor indeks kematian.

5. Proses tabulasi secara komputerisasi, proses tabulasi yang

dilakukan secara manual dapat dengan mudah di aplikasikan

melalui media computer, data dan informasi hasil pengelompukan

data sesuai dengan kode-kode yang dimaksud disesuaikan dnegan

kebutuhan, sehingga data dapat diproses dan dapat segera didapat

hasil yang kita inginkan, proses pengelompokan data yang

dilakukan dengan proses komputerisasi lebih mudah dan cepat serta

lebih efektif dan efisien (Depkes, 2006).

2.1.11 Analisa Rekam Medis (Analising)

Analisis rekam medis terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Analisa Mutu Rekam Medis

Mutu dalam pengisian memang menjadi tanggung jawab

tenaga kesehatan, sebab yang menjalankan perekam medis. Hal ini

tercantum dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran pasa 46 ayat 1 yang berbunyi “Setiap dokter dan

dokter gigi wajib untuk dalam menjalankan praktik kedokteran

wajib membuat rekam medis”. Pada pasal 2 juga dikatakan

“Rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai

menerima pelayanan kesehatan”. Dan yang terakhir pada pasal 3

disebutkan “Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,

19
waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan dan

tindakan” (UU Nomor 29, 2004).

Sewaktu nerkas rekam medis tiba di instalasi rekam medis

maka petugas yang menerima harus memeriksa apakah berkas

rekam medis yang diterima tersebut telah lengkap secara kualitas

maupun kuantitas. Kegiatan ini disebut penganalisaan mutu

(qualitative analiysis). Yang dilakukan petugas rekam medis dalam

penganalisaan mutu rekam medis antara lain:

a. Rekam medis yang mengandung unsur ketidak tepatan ataupun

bila ada penghapusan yang dapat menyebabkan rekam medis

menjadi tidak akurat atau tidak lengkap.

b. Untuk melakukan tugas penganalisaan biasanya tugas ini

dilakukan oleh petugas rekam medis yang sudah mahir dan

mendapat pendidikan khusus.

c. Berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004 pasal 46 ayat 2 tentang

Praktik Kedokteran bahwa “Dalam hal terjadi kesalahan dalam

melakukan pencatatan pada rekam medis, berkas dan catatan

tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun.

Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam medis hanya

dapat dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi oleh paraf

petugas yang bersangkutan”.

d. Pada penjelasan UU No. 29 Tahun 2004 pasal 46 ayat 3 tentang

Praktik Kedokteran menyatakan “Yang dimaksud dengan

20
‘petugas’ adalah dokter dan dokter gigi atau tenaga kesehtan lain

yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien”.

Jika ada berkas rekam medis yang juga tidak memenuhi

kebutuhan ketetapan diatas maka petugas rekam medis wajib

meminta dokter dan dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang

memberikan pelayanan terhadap pasien untuk melengkapinya.

Petugas rekam medis hanya boleh memasukkan berkas rekam

medis yang telah lengkap ke dalam rak penjajaran (Filling Shelves).

Alasan mengapa rekam medis harus di analisa mutunya “agar

rekam medis lengkap dan dapat digunakan bagi referensi pelayanan

kesehatan, melindungi minat hokum, sesuai dengan peraturan yang

ada, menunjang informasi untuk aktifitas penjamin mutu (quality

assurance), membantu penetapan diagnosis dan prosedur

pengkodean kepenyaitan, untuk riset medis, studi administrasi dan

penggantian biaya perawatan (Depkes, 2006).

2. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif

Analisis kualitatif adalah analisa yang ditujikan kepada

mutu dan setiap berkas rekam medis. Petugas akan mengambil dan

menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai dengan standar

mutu pelayanan yang ditetapkan. Analisa kualitatif meliputi

penelitian terhadap pengisian lembar rekam medis baik oleh staf

medis, para staf medis dan unit penunjang medis lainya. Ketidak

lengkapan dalam pengisian rekam medis akan mempengaruhi mutu

21
pelayanan di suatu rumah sakit. Dokter, perawat dan tenaga

kesehatan lain yang menangani pasien wajib melengkapi rekam

medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Analisa kuantitatif adalah analisis yang ditunjukan kepada

jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya

perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedic dan

penunjang medis sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Peetugas

akan menganalisis setiap berkas yang diterima apakah lembaran

rekam medis sudah lengkap atau belum. Jika terdapat ketidak

lengkapan berkas pasien dari lembaran tertentu maka harus segera

menghubungi ke ruang perawatan dimana pasien dirawat (Depkes,

2006).

2.1.12 Sistem Penyimpanan Rekam Medis (Filling)

Jenis penyimpanan yang diselenggarakan didalam pengelolaan

instalasi rekam medis ada 2 cara yaitu:

1. Sentralisasi

Sentralisasi meruapakan penyimpanan rekam medis

seorang pasien dalam suatu kesatuan baik catatan-catatan

kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan selama seorang

pasien dirawat. Penggunaan sistem sentralisasi memiliki kelebihan

dan kekurangan.

a. Kelebihan

22
1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan

penyimpanan berkas rekam medis.

2) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk

peralatan dan ruangan

3) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan

medis mudah di standarisasikan

4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas

penyimpanan

5) Mudah untuk menerapkan sistem unit record

b. Kekurangan

1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit

rawat jalan dan unit rawat inap

2) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam

2. Desentralisasi

Desentralisasi terjadi dengan cara pemisahan antara rekam

medis poli klinik dengan rekam medis penderitaa dirawat. Berkas

rekam medis rawat jalan dan rawat inap disimpan pada tempat

penyimapanan yang terpisah.

a. Kelebihan

1) Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapatkan pelayanan

lebih cepat

2) Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan

23
b. Kekurangan

1) Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis

2) Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih

banyak

Secara teori cara sentralisasi lebih baik dari pada

disentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada situasi

dan kondisi masing-masing rumah sakit. Hal-hal yang

mempengaruhi yang berkaitan dengan situasi dan kondisi tersebut,

karena terbatasnya tenaga yang terampil, khususnya yang

menangani pengelolaan rekam medis, kemampuan dana rumah

sakit terutma rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah daerah.

Penggunaan sistem Sentralisasi lebih baik dari pada

Desentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada situasi

dan kondisi masing-masing rumah sakit. Hal-hal yang

mempengaruhi yang berkaitan dengan situasi dan konsidi tersebut

karena terbatasnya tenaga yang terampil, khususnya yang

menangani pengelolaan rekam medis dan kemampuan rumah sakit

terutama rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah daerah

(Depkes, 2006).

2.1.13 Prosedur Rekam Medis

Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat kepoli klinik

ataupun yang akan dirawat adalah bagian dari sistem prosedur

pelayanan rumah sakit. Dapat dikatakan bahwa dari sinilah pelayanan

24
pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba dirumah

sakit, maka tindakan berlebihan bila dikatakan bahwa didalam tata

cara peneriman inilah seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun

tidak baik bila mana petugas melakukan dengan sikap yang ramah,

sopan, tertib dan penuh tanggung jawab (Depkes, 2006).

2.1.14 Tugas Pokok Pelayanan Rekam Medis

Tugas pokok pelayanan rekam medis yang meliputi bagian

Assembling, Koding, Indeksing, Analising, dan Filing di unit rekam

medis.

1. Tugas Pokok Bagian Assembling

Bagian Assembling merupakan salah satu bagian diunit

rekam medis, peran dan fungsi Assembling dalam pelayanan

rekam medis yaitu:

a. Perakit formulir rekam medis.

b. Peneliti isi data rekam medis.

c. Pengendalian dokumen rekam medis yang tidak lengkap.

d. Pengendalian penggunaan nomor rekam medis dan formulir

rekam medis.

e. Penerimaan sensus harian dari unit pelayanan.

f. Penyerahan sensus harian ke penganalisis.

25
2. Tugas Pokok Bagian Coding dan Indeeksing

Bagian koding dan indeksing merupakan salah satu

bagian unit rekam medis yang mempunyai tugas pokok

meliputi:

a. Menerima dokumen rekam medis yang sudah lengkap dan

kartu keluarga dari fungsi Assembing.

b. Meneliti dan mencatat kode penyakit, operasi atau tindakan

medis, sebab kematian pada kartu keluarga dan lembar

formulir rekam medis yang tertulis diagnosis penyakit,

operasi atau tindakan medis dan sebab kematian.

c. Menyususn atau membuat daftar kode penyakit sebagai alat

bantu kode penyakit.

d. Mencatat data dan informasi rekam medis kedalam formulir

indeks penyakit, operasi atau tindakan, sebab kematian dan

indeks dokter.

e. Menyimpan indeks penyakit, operasi atau tindakan medis,

sebab kematian dan dokter sesuai urutan abjad.

f. Menyerahkan dokumen rekam medis yang sudah lengkap dan

kartu keluarga ke ruang filling.

g. Menyediakan indeks penyakit, operasi, sebab kematian dan

indeks dokter untuk keperluan tertentu seperti laporan

morbiditas penyakit tertentu, laporan sebab kematian tertentu,

laporan jenis operasi tertentu.

26
3. Tugas Pokok Bagian Analising

Bagian Analising merupakan salah satu bagian dalam

unit rekam medis yang meliputi:

a. Setiap tribulan menyusun laporan RL1 tentang data kegiatan

rumah sakit berdasarkan rekapitulasi dan data tambahan lain

yang diperlukan.

b. Setiap tribulan menyusun laporan RL2A tentang data

morbiditas pasien rawat inap dan RL2B tentang data keadaan

morbiditas pasien rawat jalan berdasarkan indeks penyakit

rawat inap dan rawat jalan.

c. Setiap bulan menyusun laporan RL 2A1 tentang data keadaan

penyakit khusus pasien rawat inap rumah sakit dan RL 2B1

tentang data keadaan penyakit khusus pasien rawat jalan

rumah sakit berdasarkan indeks penyakit rawat inap dan

rawat jalan.

d. Setiap tahun menyusus laporan RL2.1 tentang data individual

morbiditas pasien umum rawat inap, Rl2.2 tentang data

morbiditas individual pasien obstetric rawat inap, RL2.3

tentang data mrobiditas pasien bayi baru lahir atau lahir mati

rawat inap berdasarkan data dari dokumen rekam medis

pasien umum, pasien obstetik dan pasien perinatal.

27
e. Setiap tahun menyusun laporan RL3 tentang data inventaris

rumah sakit berdasarkan data dari bagian tata usaha,

perlengkapan dan IPSRS.

f. Setiap semester menyusun laporan RL4 tentang data

ketenagaan rumah sakit atau individual berdasarkan data dari

bagian kepegawaian.

g. Setiap tahun menyusun laporan RL5 tentang data peralatan

medis rumah sakit berdasarkan data dari bagian inventaris

dan peralatan rumah sakit.

h. Setiap tahun menyusun laporan RL6 tentang data

infeksinosokomail rumah sakit berdasarkan indeks penyakit

inveksi nosocomial.

i. Mengirimkan laporan rumah sakit ke direktur rumah sakit,

dinas kesehatan kabupaten, dinas kesehatan kota madya,

dinas kesehatan provinsi.

4. Tugas Pokok Bagian Filling

Bagian Filling merupakan salah satu bagian dalam unit

rekam medis meliputi:

a. Penyimpanan dokumen rekam medis.

b. Penyedia dokumen rekam medis untuk keperluan.

c. Pelindung arsip-arsip dokumen rekam medis terhadap

kerahasiaan isi data rekam medis.

28
d. Pelindung arsip-arsip dokumen rekam medis terhadap bahaya

kerusakan fisik, kimiawi dan biologi (Pratiwi, dyah Tifhanny,

2019).

2.1.15 Alur Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Setiap pasien yang membawa surat permintaan rawat inap dari

dokter poli klinik. Instalasi gawat darurat, menghubungi tempat

penerimaan pasien rawat inap sedang pasien rujukan dari pelayanan

kesehatan lainnya terlebih dahulu diperiksa oleh dokter rumah sakit

bersangkutan.

1. Petugas menerima pasien mencatat dalam buku register penerimaan

pasien rawat inap: Nama, Nomor RM, Identitas dan Data sosial

lainya.

2. Untuk rumah sakit yang telah menggunakan system komputerisasi

pada saat pasien mendaftar untuk dirawat petugas langsung meng

entri data pasien meliputi nomor rekam medis, nomor registrasi,

nomor kamar dan data penunjang lainnya.

3. Tugas penerimaan pasien rawat inap mengirimkan berkas rekam

medis bersama dengan pasiennya ke ruang rawat inap yang

dimaksud.

4. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan dicatat pada

buku register.

5. Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit, hasil

pemeriksaan fisik, terapi serta semua tindakan yang diberikan

29
kepada pasien pada lembaran-lembaran rekam medis dan menanda

tanganinya. Perawat mencatat pengamatan mereka terhadap pasien

dan pertolongan perawatan yang mereka berikan kepada pasien ke

dalam catatan perawat dan membubuhkan tanda tangannya, serta

mengisi lembaran grafik tentang suhu, nadi, dan pernafasan pasien.

6. Selama di ruang rawat inap, perawat menambahkan lembaran-

lembaran rekam medis sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang

diberikan kepada pasien.

7. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis

pasien, sebelum diserahkan ke Instalasi Rekam Medis.

8. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas rekam medis pasien

segera dikembalikan ke Instalasi Rekam Medis paling lambat 24

jam setelah pasien keluar, secara lengkap dan benar.

9. Petugas Instalasi Rekam Medis mengolah berkas rekam medis yang

sudah lengkap, melalui proses pengkodean, analisa hingga

penyimpanan kembali berkas rekam medis yang kemudian

diperoleh data hasil pengolahan yang dalam bentuk laporan statistic

rumah sakit.

10. Petugas Instalasi Rekam Medis membuat rekapitulasi sensus harian

setiap akhir bulan untuk bahan laporan rumah sakit.

11. Instalasi rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis

pasien menurut nomor RM-nya.

30
12. Petugas instalasi rekam medis mengeluarkan berkas rekam medis

apabila ada permintaan baik untuk keperluan pasien berobat atau

keperluan lain.

13. Setiap permintaan rekam medis harus menggunakan formulir

peminjaman rekam medis.

14. Rekam medis pasien yang tidak pernah berobat lagi ke rumah sakit

selama 5 tahun terakhir dinyatakan sebagai in-active record.

15. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan in-active record

dikeluarkan dari rk penyimpanan dan disimpan di gudang rumah

sakit atau dimusnahkan (Depkes, 2006).

Gambar 2.1 Alur berkas rekam medis rawat inap

Sumber: (Depkes, 2006)

31
2.2 Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan

kehidupan social ekonomi masyarakat yang jarus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat (UU Nomor 44, 2009).

2.2.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Dalam rangka penyelanggaraan pelayanan kesehatan secara

berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit

khusus diklasifikasi berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, dan administrasi manajemen.

Berdasarkan tempat penelitian Rumah Sakit Angkatan Udara dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan kelas C, maka klasifikasi

rumah sakit umum yang digunakan yaitu:

1. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 (empat) Pelayanan

medic Spesialis dasar dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang

Medik.

32
2. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik

Umum, Peayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medic Spesialis Gigi

dan Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan

Penunjang Non Klinik.

3. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,

Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu

Anak/Keluarga berencana.

4. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan

gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari

seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-

kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilitasi sesuai

dengan standar.

5. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari pelayanan penyakit

dalam, kesehatan anak, bedah, obstetric dan ginekologi.

6. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan

Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

7. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan

asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

8. Pelayanan Penunjang Klinik Terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,

jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengolahan

limbah, gudang, Ambulance, komunikasi, kamar jenazah, pemadam

kebakaran, pengelolaan gas medic dan penampungan air bersih.

33
9. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan

tingkat pelayanan.

10. Pada pelayanan medic dasar minimal harus ada 9 (Sembilan) orang

dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

11. Pada pelayanan medic spesialis dasar harus ada masing-masing

minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2

(dua) orang dokter sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang

berbeda.

12. Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan rumah sakit.

13. Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

14. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan

tata laksana.

15. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud, paling sedikit terdiri

atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur

pelayanan medis, untuk keperawatan, nsur penunjang medis,

komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi

umum dan keuangan.

16. Tata laksana sebagaimanadimaksud, meliputi tatalaksana

organisasi, standar pelayanan, standar oprasional prosedur (SOP),

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dan hospital

by laws dan Medical Staff by law (PERMENKES No. 340, 2010).

34
2.3 Fishbone Analysis

2.3.1 Pengertian Fishbone Analysis


Analisis tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu

metode atau tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram

ini disebut dengan Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Analisa

tulang ikan dipakai untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial

dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah

dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis

apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara

memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan

proses, mencakuo manusia, material, mesin, metode atau prosedur, dan

dana atau keuangan, dan sebagainya (Fauziah, 2009).

Dikataan diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang

berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya

menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak

atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya.

Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang

ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan

permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan

Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab

dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram

sebab-sebab dipergunakan untuk menunjukkan factor-faktor penyebab

35
(sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh factor-

faktor penyebab itu (Murnawan, 2014).

2.3.2 Manfaat Diagram Fishbone

1. Memperjalas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan.

2. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan

perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan

sumber daya, dan dapat mengurangi niaya.

3. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan

ketidak sesuaian produk atau jasa, dan keluhan pelanggan.

4. Dapat membuat suatu standarisasi oprasi yang ada maupun yang

direncanakan.

5. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam

kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan

(Fauziah, 2009).

2.3.3 Langkah-langkah dalam analisis Fishbone

1. Menyiapakan sesi sebab-akibat.

2. Mengidentifikasi akibat.

3. Mengidentifikasi berbagai kategori.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.

5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama.

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

(Fauziah, 2009).

36
2.3.4 Faktor analisis Fishbone dalam system pengelolaan rekam medis

a. Faktor Man

Tenaga kerja (man power) adalah besarnya bagian dari

sekelompok manusia yang diikutsertakan dalam proses ekonomi.

Manusia merupakan sumber daya terpeting bagi sebuah perusahan

atau instalasi kesehatan. Oleh karena itu, manajer perlu upaya agar

terwujudnya perilaku positif di kalangan karyawan. Berbagai factor

yang perlu diperhatikan antara lain adalah: langkah-langkah yang

jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja,

produktivitas, dan system imbalan (Fauziah, 2009).

Kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh factor-faktor

eksternal, antara lain berupa perkembangan pendidikan, jumlah

penawaran tenaga kerja, perkembangan social, adat agama, budaya,

dan sistem nilai system masyarakat lainya. Sedangkan factor-faktor

internal SDM akan dipengaruhi oleh manajemen SDM itu sendiri,

yang terdiri atas tiga fungsi utama. Pertama, yaitu fungsi manajerial

yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian SDM. Fungsi kedua, yaitu fungsi operasional yang

terdiri atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan, dan pemutus hubungan kerja. Terakhir, fungsi ketiga

yaitu kedudukan SDM dalam rangka pencpaian tujuan organisasi

perusahaan secara terpadu(Fauziah, 2009).

37
Suatu sistem pengelolaan dalam mencapai pelayanan

kesehatan yang optimal adalah sumber daya (SDM) sumber daya

manusi disini merupakan petugas yang berperan penting dalam

pengisian formulir, petugas harus memiliki pendidikan,

keterampilan, pengetahuan, dan kedisiplinan. Petugas yang sangat

berpengaruh demi kelancaran tim kerja para petugas rekam medis.

Rekam medis dalam rumah sakit sangat berperan penting, oleh karna

itu sumber daya yang dibutuhkan dalam mengerjakan pengisian

rekam medis adalah lulusan program rekam medis dengan didasari

minimal pengalaman 2 tahun dibidangnya. Manusia merupakan

faktor paling penting dari pelaksanaan suatu system untuk mencapai

pelayanan kesehatan yang optimal.

b. Faktor Materials

Suatu instalasi kesehatan memerlukan bahan baku atau

material agara dapat menunjang pelaksanaan system pelayanan

kesehatan, untuk itu rumah sakit harus membuat protap atau

peraturan yang berisi tentang ketetapan atau kebijakan yang memuat

suatu alur prosedur sebagai acuan pedoman untuk para petugas

(Indawati, Laela, 2017).

c. Faktor Machines

Sarana dan prasarana dalam suatu pekerjaan harus dipenuhi

karena untuk memperlancar dalam kenyamanan petugass agar

pekerjaan tersebut tidak terhambat. Sarana yang ada di rumah sakit

38
antara lain ketersediaannya komputer. Computer merupakan alat

yang digunakan untuk mengerjakan suatu pekerjaan agar lebih

efisien dan sebagai penunjang pelaksanaan kesehatan di rumah sakit.

d. Faktor Methode

Methode yang diharapkan dan dipakai petugas seharusnya

dapat meringankan dan mempercepat dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Cara yang digunakan untuk

pengembalian rekam medis dari bangsal ke assembling yang

dilakukan setiap hari untuk proses pelaporan kegitan unit rawat inap

dapat diketahui dalam batas waktu 1x24 jam sesuai dengan protap

atau peraturan yang ada.

e. Faktor Money

Dalam suatu pelayanan system rumah sakit berperan penting,

salah satunya adalah dana. Anggaran untuk peralatan harus ada dan

terperisi, sehingga kebutuhan yang kurang dapat diatasi, karena

isinya dapat digunakan sebagai ahan menetapkan biaya pembayaran

rumah sakit. Dana atau anggaran yang paling penting untuk

mencapai pelaksanaan suatu system di rumah sakit agar pelayanan

dapat berjalan dengan cepat sesuai dengan kebutuhan pasien.

39
Gambar 2.2 FishBone Diagram

40
41

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual

Dalam suatu penelitian terdapat kerangka konseptual, yang disebut

kerangka konseptual yaitu beberapa konsep terkait dengan variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang bersangkutan (Notoadmojo,

2018).

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Prof. DR. Sugiyono (Metode Penelitian Pendidikan)

Teori : Jean Piaget dan Vygotsky


Penjelasan Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis masalah sistem

pengelolaan rekam medis di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan

berdasarkan Man/Petugas, Material/Alat, Machines/Kebijakan, Methode/Prosedur

dan Money/Dana. Adapun dengan proses analisis sistem pengelolaan rekam medis

yang di dalamnya meliputi Coding, Assembling, Filling, dan

Analisisng/Pelaporan. Dan menghasilkan sebuah sistem penggelolaan rekam

medis yang sesuai standar yang telah ditetapkan.

42
43

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif dengan analisis

fishbone yang menggunakan 5 unsur manajemen (man, material, method,

machine, money) untuk mencari akar permasalahan untuk menampilkan hasil

yang diperoleh sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

4.2 Responden

Responden penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari

keseluruhan petugas rekam medis yang ada di unit rekam medis RSAU dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan. Beberapa responden tersebut

adalah:

1. Kepala Instalasi Rekam Medis

2. Dua petugas rekam medis bagian Assembling

3. Dua petugas rekam medis bagian Coding

4. Satu petugas rekam medis bagian Analising/pelaporan

5. Dua petugas rekam medis bagian Filling

6. Satu petugas rekam medis bagian distribusi

4.3 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan tahapan atau langkah kegiatan sebuah

penelitian untuk mengumpulkan data yang diinginkan untuk mencapai tujuan

43
penelitian (Notoadmojo, 2018). Kerangka penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Peneliti

44
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

4.4.1 Variabel

Variable adalah suatu tolak ukur yang harus dimiliki suatu anggota

dengan memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya (Notoadmojo,

2018).

Berikut variabel dalam penelitian ini:

1. MAN

2. MATHERIAL

3. MACHINES

4. METHODE

5. MONEY

4.4.2 Definisi Oprasional

Definisi operasional variabel adalah penjelasan tentang

penggunaan variabel, atau mengenai yang diukur oleh variabel yang

dimaksud (Notoadmojo, 2018).

Definisi operasional dalam penelitian tentang system

pengelolaan rekam medis adalah sebagai berikut:

Table 4.1 Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur

1 MAN Sistem pengelolaan rekam medis Wawancara

dalam mencapai pelayanan mendalam

kesehatan yang optimal adalah

45
sumber daya manusia dalam hal

ini petugas rekam medis.

Petugas rekam medis yang

berperan penting dalam

berjalannya system yang

optimal.

2 MATHERIAL Bahan setengah jadi dan bahan Lembar

jadi yang berupa prosedur kerja checklist

(SOP) yang harus ada di dalam observasi

rumah sakit untuk menunjang

pelaksanaan sistem pelayanan

kesehatan.

3 MACHINES Dalam suatu pekerjaan, sarana Lembar

dan prasarana harus dipenuhi checklist

sebagai penunjang untuk observasi

memperlancar dalam urusan

pekerjaan serta kenyamanan

petugas agar pekerjaan tersebut

tidak terhambat.

4 METHODE Methode atau cara yang yang Wawancara

tepat guna diharapkan senantiasa mendalam

diterapkan petugas sehingga

dapat meringankan dan

46
mempercepat dalam pelaksanaan

pengelolaan rekam medis di

rumah akit.

5 MONEY Dalam suatu pelayanan sistem Wawancara

rumah sakit sumberdaya berupa mendalam

pendanaan yang memadai

memiliki peranan penting.

Alokasi anggaran untuk

peralatan harus dipertimbangkan

secara terperinci, sehingga

kebutuhan yang kurang dapat

diatasi dan pada akhirnya dapat

menunjang pelayanan rumah

sakit.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian menggunakan alat tulis, voice recorder, buku

catatan dan lainya dan dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth

interview) serta Observasi kepada responden utama dan penunjang di RSAU

dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi magetan serta dibantu dengan.

47
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Udara dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan. Dengan sasaran khususnya

yakni Unit Rekam Medis untuk pengambilan data primer berupa

observasi dan wawancara yang ditetapkan di Unit Rekam Medis.

4.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2021 di Rumah Sakit

dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 tekni pengumpulan sumber data yaitu:

1. Data Primer

Pengumpulan data ini dilakukan secara langsung terhadap responden

dengan menggunakan wawancara mendalam terbimbing. Instrumen yang

disiapkan terlebih dahulu untuk memahami sistem manajemen rekam

medis rawat inap.

2. Data Sekunder

Untuk melengkapi data wawancara mendalam, peneliti juga

mengumpulkan data dan dokumen yang ada. Data sekunder berasal dari

rumah sakit dan rekam medis terkait.

4.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan

data dan setelah pengumpulan data selesai dalam waktu yang ditentukan.

48
Menegaskan bahwa kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlanjutan sampai selesai, sehingga menjenuhkan data (Pratiwi,

dyah Tifhanny, 2019).

49
50

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan

Sejarah RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi pada awal

berdirinya dimulai dengan sebutan Seksi Kesehatan Derasemen AURI

Maospati sekitar tahun 1954. Sejalan dengan berkembangnya

Derasemen AURI Maospati menjadi Pangkalan Udara Iswahjudi pada

tahun 1959. Pada periode tahun 1960-an TNI AU yang pada waktu itu

disebut AURI mengalami perubahan yang sangat cepat dengan

memasuki era pesawat jet dengan ditempatkan pesawat-pesawat

tempur seperti MIG-15, MIG-16, MIG-17, dan MIG-19 di Pangkalan

Udara Iswahjudi. Di awal tahun 1960 pula seksi kesehatan

berkembang dengan mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan Poli

Umum.

Pada tahun 1962 Pangkalan Udara Iswahjudi berkembang lagi

dengan ditempatkan pesawat MIG-21 dan TU-16 KS. Seiring dengan

perkembangan tersebut, berkembang pula fasilitas kesehatan dengan

ditandai dengan didirikannya Poli BKIA serta Poli Gigi yang ditujukan

untuk membantu dukungan kesehatan awak udara dan sekaligus

menangani kesiapan kesehatan para awak pesawat.


Perkembangan yang pesat dimulai pada tahun 1965 Seksi

Kesehatan berubah nama menjadi Gugus Kesehatan 044 dan pada

tahun 1971 berubah menjadi Dinas kesehatan. Dinas kesehatan

kemudian berubah nama menjadi Rumkit Integrasi ABRI yang

melayani rujukan dari Rumkit/Instansi ABRI wilayah Madiun dan

sekitarnya. sampai akhirnya tahun 1985 dengan adanya reorganisasi

TNI AU, Rumkit Lanud Iswahjudi dikukuhkan sebagai Rumkit Tk. III

mandiri yang secara struktural berada dibawah Komandan Lanud

Iswahjudi.

Perubahan-perubahan yang dialami RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi mulai tahun 1954 adalah sebagai berikut:

1) Tahun 1954 : Seksi Kesehatan

2) Tahun 1965 : Gugus Kesehatan 044

3) Tahun 1971 : Dinas Kesehatan

4) Tahun 1973 :

a) Dinas Kesehatan (dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan)

b) Rumah Sakit (dijabat oleh Kepala Rumah Sakit)

5) Tahun 1979 : Rumah Sakit Integrasi Lanud Iswahjudi

6) Tahun 1985 : Rumah Sakit Tk. III Lanud Iswahjudi

7) Tahun 2015 RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

5.1.2 Lokasi RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan

Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi Magetan yang beralamatkan di Komplek Lanud Iswahjudi,

51
Jl. Raya Solo, Bakung, Maospati, Kecamatan Maospati, Kabupaten

Magetan, Jawa Timur (63392).

5.1.3 Visi, Misi dan Moto RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan

a. Visi

Visi dari Rumah Sakit dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan adalah “Menjadi Rumah Sakit andalan TNI dan

masyarakat umum”.

b. Misi

Misi Rumah Sakit dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan adalah:

1. Memberikan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam

setiap operasi dan latihan TNI di Lanud Iswahjudi.

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima,

professional dan bermutu bagi Prajurit/PNS TNI dan keluarga

dalam rangka meningkatkan kesiapan da kesejahteraan.

3. Turut serta membantu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di wilayah Madiun, Magetan dan sekitarnya dalam

rangka Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

4. Turut membentu masyarakat di sekitar Rumah Sakit dalam hal

keadaan darurat atau bencana.

5. Meningkatkan kemampuan profesionalisme personel kesehatan

secara berkesinambungan.

52
c. Motto

“Kesembuhan, Keselamatan dan Kepuasan Pasien adalah

Tujuan Kami”.

5.1.4 Struktur Organisasi Rekam Medis

Bagian Instalasi Rekam Medis dipimpin oleh seorang Kepala

Rekam Medis dengan latar belakang pendidikan DIII Rekam Medis.

Kepala Rekam Medis bertanggung jawab mengontrol segala kegiatan

rekam medis. Petugas pengelola Rekam Medis RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi berjumlah 9 orang dengan latar belakang 5

orang tamatan DIII Rekam Medis, 4 orang lainya tamatan SMA

sederajat, dan satu diantaranya lagi masih tahap kuliah.

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis

53
5.1.5 Karakteristik Responden

Pemilihan nara sumber didasarkan pada prinsip relevansi dan

kecukupan, yaitu nara sumber yang memiliki pengetahuan terkait

topik penelitian dan nara sumber yang dapat menunjukkan semua

fenomena yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan topik

penelitian. Secara umum, penelitian ini dapat dilakukan melalui

ketersediaan informasi yang diberikan oleh narasumber melalui

wawancara mendalam. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 9

orang.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan

Status di Rumah Sakit Umur Pendidikan

(Responden) Terakhir

Kepala Rekam Medis 39 thn DIII Rekam Medis

Pelaksana Rekam Medis Bagian 54 thn dan SMK Sederajat dan

Assembling (2 Orang) 32 thn DIII Rekam Medis

Pelaksana Rekam Medis Bagian 30 thn dan DIII Rekam Medis

Coding (2 Orang) 26 thn

Pelaksana Rekam Medis Bagian 27 thn dan SMA Sederajat

Filling (2 Orang) 30 thn

54
Pelaksana Rekam Medis Bagian 24 thn DIII Rekam Medis

Analising/Pelaporan

Pelaksana Rekam Medis Bagian 23 thn STM Sederajat

Distribusi

5.1.6 Hasil Penelitian

1. Faktor Man

Berdasarkan hasil data penelitian dan wawancara dengan responden

tentang kualifikasi pendidikan petugas rekam medis di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan ditemukan data sebagai berikut :

Tabel 5.2 Kualifikasi Pendidikan Petugas Rekam Medis

No Petugas Rekam Medis Pendidikan


1 Kepala Rekam Medis D3 RMIK
2 Staff Rekam Medis D3 RMIK
3 Staff Rekam Medis D3 RMIK
4 Staff Rekam Medis D3 RMIK
5 Staff Rekam Medis D3 RMIK
6 Staff Rekam Medis SLTA
7 Staff Rekam Medis SLTA
8 Staff Rekam Medis SLTA
9 Staff Rekam Medis SLTA

Berdasarkan kategori table di atas jumlah SDM pelaksana di unit

rekam medis ada 9 orang, dengan rincian lima orang dengan kualifikasi

pendidikan D3 rekam medis, empat orang berpendidikan SLTA.

55
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada 9

petugas yang telah menyetujui kesediaan untuk menjadi responden,

berikut ini hasil wwawancara dari responden.

Tabel 5.3 Karakteristik Responden

No Kategori jawaban frekuansi Presentase


1 Jumlah SDM 9 100%
2 Jenis kelamin petugas rekam
medis
a. Laki-laki 5 55,55%
b. Perempuan 4 44,44%
3 Umur
a. diatas 50 tahun 0 0%
b. dibawah 50 tahun 9 100%
4 Lama kerja
a. diatas 5 tahun 3 33,33%
b. dibawah 5 tahun 6 66,66%
5 Jumlah yang SDM untuk
menyelesaikan pekerjaan
a. sudah cukup 0 0%
b. belum cukup 9 100%
c. tidak tau 0 0%
6 Waktu kerja
a. senin-kamis
07:00-14:30 9 100%
b. jumat
07:00-11:30 9 100%
c. sabtu
07:30-13:00 9 100%
7 Standar kelonggaran
a. rapat
1) tahu 3 33,3%
2) tidak 6 66,6%
b. istirahat
1) kurang dari 1 jam 9 100%
2) lebih dari 1 jam 0 0%
8 SOP petugas
a. ya 9 100%

56
b. tidak 0 0%
9 Uraian tugas
a. ya 9 100%
b. tidak 0 0%
10 Kualifikasi pendidikan
a. SMP 0 0%
b. SMA 4 44,4%
c. D3 5 55,5%
d. S1 0 0%
e. S2 0 0%
f. S3 0 0%

Tabel diatas menunjukkan jumlah petugas yang ada di bagian rekam

medis RSAU. Ada 9 orang di Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan, terdiri dari 5 laki-laki dan 4 perempuan. Ada 6 orang yang

sudah bekerja lebih dari 7 tahun, dan 3 orang yang sudah bekerja

kurang dari 7 tahun. Di antara 9 orang tersebut, tidak cukup untuk

menyelesaikan pekerjaan dokter RSAU saat ini dan waktu kerja riwayat

kesehatan. resmi. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan Senin s/d

Kamis pukul 07: 00-14: 30, Jumat pukul 07: 00-11: 30, Sabtu pukul 07:

30-13: 00 dan waktu luang yaitu rapat setiap 2 jam setiap hari Istirahat

selama 1 jam. dr di RSAU. Efram Harsana Iswahjudi Lanud Magetan

telah menyusun SOP petugas dan job description pegawai serta

kualifikasi pendidikan RS Lanud Magetan 5 petugas lulusan D3 rekam

medis, 4 petugas lulusan SLTA.

Dari tabel diatas, jumlah SDM di masing-masing departemen terasa

tidak mencukupi, karena jumlah pasien bertambah, karena akumulasi

pekerjaan, seperti penggandaan pekerjaan di bagian lain. Jumlah tenaga

57
pengelola rekam medis di setiap bahian kurang lebih 23 orang. Menurut

Surat Keputusan Bersama Nomor 048/Menkes/SKB/2003 dan Nomor 2

Tahun 2003 (tanggal 20 Januari 2003) Menteri Kesehatan dan Direktur

Departemen Kepegawaian Negara, setiap rumah sakit kategori A paling

sedikit memiliki 6 spesialisasi rekam medis Sedikitnya ada 4 tenaga

rekam medis kategori B dan paling sedikit dua tenaga rekam medis

kategori C. Tjandra Yoga Aditama menyatakan bahwa kurangnya

tenaga kerja akan menambah beban kerja dan pada akhirnya

menurunkan kualitas kerja.

Tabel 5.4 Jumlah Kunjungan Pasien

No Kategori Pasien 2019 2020


1 Rawat Jalan 23.651 29.079
2 Rawat Inap 3.727 5.088

Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan system

pengelolaan rekam medis diperlukan pelatihan penunjang, karena

pelatihan pengelolaan rekam medis dinilai sangat penting bagi tenaga

rekam medis untuk meningkatkan kinerjanya. Assembler menyatakan

tidak pernah mengikuti, filler menyatakan tidak pernah mengikuti

pelatihan khusus filling, bagian coding menyatakan tidak pernah

mengikuti pelatihan khusus coding, dan bagian distribusi menyatakan

tidak pernah mengikuti pelatihan khusus distribusi dan di bagian

analisisng/pelaporan mengatakan bahwa pernah dikirim untuk

mengikuti sebuah pelatihan mengenai pelaporan RL. Hambatan

kekurangan SDM perlu diatasi dengan cara bekerja sesuai dengan

58
deskripsi tugasnya, selain itu ada satu responden mengemukakan pada

bagian filling untuk meminta bantuan petugas RM lain.

2. Matherial

Hasil penelitian menunjukkan adanya Standar Oprasional Prosedur

(SOP) untuk masing-masing bagian yang harus dilakukan dalam

pengelolaan rekam medis. Dibagian coding dan indeksing terdapat

prosedur kerja dalam pelaksanaannya menggunakan panduan buku ICD

10 untuk kode diagnose dan ICD 9 untuk kode tindakan, juga terdapat

penggunakan ICD 10 dan ICD 9 elektronik. Dibagian analisising juga

sudah terdapat prosedur kerja yang bertujuan sebagai informasi serta

pelaporan untuk mempermudah dalam membaca dan memahami.

Dibagian assembling terdapat prosedur kerja yang bertujuan untuk

mempermudah proses pencarian atau pengambilan dokumen rekam

medis. Dan dibagian filling prosedur kerja mempunyai tujuan untuk

memberikan pedoman dalam proses pengambilan dan penyimpanan

rekam medis.

Keseluruhan responden mengatakan adanya SOP/Prosedur kerja

yang harus dilakukan serta petugas telah memahami seluruh prosedur

kerjanya. Berikut adalah kesimpulan hasil wawancara dengan

responden.

“Ada SOP dan paham tentang prosdur kerja (SOP) dalam

pengelolaan rekam medis”

“Adanya SOP dan petugas bekerja sesuai dengan SOP yang ada”

59
3. Mechines

Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana yang diperlukan

untuk menjalankan fungsi masing-masing bagian di unit rekam medis

RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan. Sarana dan

prasarana yang ada RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan

tidak cukup. Berdasarkan hasil observasi, sarana dan prasarana yang

ada telah mendukung pekerjaan para petugas rekam medis namun

belum memuaskan. Sebagai contoh, hasil observasi dan hasil

wawancara pada bagian pengisian ditemukan bahwa tempat

penyimpanan yang ada masih jauh dari kata cukup, karena banyak

ditemukan dokumen yang tidak diletakkan pada rak penyimpanan

dokumen.

sarana yang ada dalam pelaporan data rekam medis masih sangat

kurang. Sarana yang ada hanya terdapat satu komputer saja sehingga

ada harus merangkap pekerjaan dalam satu computer yang ada antara

indikator dan statistika. Dan dari hasil wawancara tempat rekam medis

masih kekurangan ruangan dikarenakan masih dijadikan satu ruangan

lain dengan ruaang filling/penyimpanan, sedangkan di ruang filling

sendiri berkas rekam medis yang tidak aktif dan yang masih aktif

dijadikan dalam satu ruangan. Sehingga mengakibatkan tempat

penyimpanan rekam medis menjadi sempit akibat masih dijadikan satu

ruangan antara coding, assembling, dan distribusi di ruang

filling/penyimpanan.

60
Hasil checklist menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di

manajemen RM dalam kondisi baik. Dan hasil observasi dan

wawancara di rak penyimpanan, penyediaan ruang dan kebutuhan

komputasi per bagian. Untuk mengatasi kendala yang ada, pengelola

memesan berkas rekam medis untuk berkas rekam medis yang sudah

tidak aktif untuk mengurangi tempat penyimpanan berkas. Respondem

mengaku pihak rumah sakit telah menyediakan roll pack untuk

menyimpan berkas rekam medis.

Tabel 5.5 Lembar Check List Observasi

Alat Penyimpanan Dan


ADA TIDAK JUMLAH
No Penjajaran
1 Rak terbuka (open self file unit) √ 4
Lemari lima laci (five-drawer file
2 √ 1
cabinet)
Rak statis dan dinamis (Roll
3 √ 3
O'Pack)
4 Lemari arsip (Filling cabinet) √ 1
5 penyekat (Treacer) √ 100
7 Penunjuk √ 2
8 tangga √ 1
9 trolly √ 1
10 Meja Kerja √ 2
11 Meja sortir berkas √ 1
12 Kursi √ 3
13 Komputer √ 2
14 Printer √ 2
Penyejuk ruangan (AC/Kipas
15 √ 2
angin/Exhaus fan)
16 Alat tulis kantor √ 3

61
4. Methode

Alur pengelolaan rekam medis di RSAU dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi Magetan yang pertama adalah Pengkodean (coding) dan

Tabulasi (indeksing) yang dilakukan secara bersamaan, kemudian

dilantutkan pada kelengkapan Berkas (assembling), Penyimpanan

(filling), dan yang paling akhir adalah analisa (analising/pelaporan).

a. Kegiatan Koding dan Indeksing

Coding adalah pemberian kode diagnose penyaakit sesuai

dengan klasifikasi penyakit yang ada, sedangkan indeksing adalah

pemberian indeks penyaakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rumah sakit belum membuat standar waktu untuk pelaksanaan

dibagian koding dan indeksing. Hasil wawancara menunjukkan

bahwa kendala yang dihadapi di bagian koding dan indeksing

adalah tulisan dalam rekam medis yang tidak jelas.

“Tulisan dokter yang susah dibaca dan kurang jelas”

“Berkas yang tidak lengkap dan juga tulisan dokter yang

kadang tidak jelas”

Hasil wawancara dengan respondem tentang solusi kendala

yang ada, jika diagnosa belum jelas hubungi dokter yang

bersangkutan. Kerjasama antara para pihak sesuai dengan aturan

dan tanggung jawab para pihak.

62
b. Kegiatan Assembling

Kegiatan assembling merupakan suatu tindakan untuk

rekam medis dengan mengaanalisis beberapa kelengkapan pada

berkas rekam medis. Hasil wawancara terhadap responden,

didapatkan bahwa perlu waktu lama untuk menganalisis

beberapa kelengkapan berkas rekam medis. Butuh waktu lama

untuk menganalisa berapa banyak file, tetapi karena masih ada

file yang tidak lengkap, maka butuh waktu lama dalam

melakukan analisis rekam medis, karena tidak ada standar baku

yang ditetapkan dari RS.

Hambatan yang dihadapi bagian asembling yang lain

adalah banyaknya rekam medis yang tidak lengkap. Dari hasil

observasi analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap berkas

yang dikirim dari ruang perawatan ke bagian asembling rekam

medis, hampir semua berkas tidak lengkap dan

pengembaliannya tidak tepat waktu.

Tabel 5.6 Tingkat Ketepatan Waktu dan Kelengkapan Berkas

Rekam Medis

Ketepatan Waktu Kelengkapan


No No RM
Ya Tidak L TL
1 057041 √ √
2 104760 √ √
3 025861 √ √
4 073214 √ √
5 104751 √ √
6 104769 √ √
7 103721 √ √

63
8 104947 √ √
9 101804 √ √
10 104940 √ √
11 103921 √ √
12 069139 √ √
13 104805 √ √
14 069594 √ √
15 104961 √ √
16 105069 √ √
17 102002 √ √
18 105032 √ √
19 104947 √ √
20 105081 √ √

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari analisis

terhadap kelengkapan 20 berkas rekam medis, ada 9 berkas

tidak lengkap, 11 berkas lengkap. kelengkapan yang kurang

terdiri dari TTD dan Resume. dari segi ketepatan waktu,

terdapat 8 berkas tidak tepat waktu dan 12 berkas tepat waktu.

Adapun presentase yang didapatkan sebaai berikut :

Tabel 5.7 Presentase Ketepatan Waktu dan

kelengkapan Berkas Rekam Medis

Presentase (%)
Jumlah Berkas
Rekam Medis Tidak Tepat Tidak
Tepat Waktu Lengkap
Waktu Lengkap
20 12 8 11 9
60% 40% 55% 45%

c. Kegiatan Filling

Aktivitas filling bertanggung jawab untuk menyimpan

dan mengembalikan semua data berkaitan dengan informasi

64
yang diperoleh untuk digunakan di masa mendatang. Selama

proses kerja, kendala dan hambatan yang ditemui selama proses

penyebaran, dan miss file masih sering muncul, yaitu file rekam

medis yang hilang dan file yang tidak ditempatkan di rak

penyimpanan. Berikut wawancara dengan hambatan yang ada.

“Kesulitan kalau terjadi penyimpanan salah, misalnya

nomor ini dimasukkan dengan nomor yang lain”

“Untuk penyimpanan, kalau miss file salah letak kadang-

kadang ada karena kebanyakan gak semua sesuai”

Dalam sistem penyimpanan rekam medis di RSAU dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan menggunakan

Sentralisasi yang merupakan system penyimpanan dengan cara

membuat folder yang berisi formulir dari pasien yang

dikumpulkan. Adapun kendala dalam dibagian filling yang

berupa masih terjadinya miss file akibat berkas rekam medis

yang tidak aktif dan yang masih aktif dijadikan satu rak yang

sama dalam satu ruangan yang sama. Untuk mengatasi

terjadinya miss file maka dilakukan pemusnahan (retensi)

terhadap berkas yang sudah tidak aktif, adapun jadwal retensi

untuk pemusnahan rekam medis sebagai berikut:

65
Tabel 5.8 Sistem Retensi Rekam Medis

No KELOMPOK AKTIF INAKTIF


RJ RI RJ RI
2 2
1 Umum 5 tahun 5 tahun
tahun tahun
2 2
2 Mata 5 tahun 10 tahun
tahun tahun
5 5
3 Jiwa 10 tahun 5 tahun
tahun tahun
2 2
4 Orthopaedi 10 tahun 10 tahun
tahun tahun
2 2
5 Kusta 15 tahun 15 tahun
tahun tahun
Ketergantungan 2 2
6 15 tahun 15 tahun
Obat tahun tahun
2 2
7 Jantung 10 tahun 10 tahun
tahun tahun
2 2
8 Paru 5 tahun 10 tahun
tahun tahun

Untuk sistem retensi yang berada pada RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan sebagai berikut:

Gambar 5.2 Sistem Retensi di RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi Magetan

66
d. Kegiatan Analising

Kegiaatan analising adalah sebuah kegiatan yang

dilakukan terhadap data yang ada untuk dapat diolah sehingga

akan didapatkan sebuah informasi yang lengkap, akurat dan

tepat waktu. Hasil wawancara terhadap responden yang

dilakukan, responden menyatakan bahwa data diperoleh dari

setiap ruangan, untuk laporan bulanan seperti BOR, LOS, TOI

dan untuk jumlah pasien dari IGD, RANAP, dan RAJAL dari

pendaftaran, kalau untuk RL didaptkan dari assembling

ataupun pengelolaan lainya. Dari hasil wawancara juga

didapatkan di bagian analising masih ada beberapa kendala

yaitu keterlambatan data, dan SIMRS masih dalam tahap

upgrade untuk penambahan fitur yang mengakibatkan harus

manual dan juga pengiriman laporan tidak tepat waktu. untuk

mensiasati hambatan yang ada, responden mengatakan sebisa

mungkin mengupayakan pelaporan yang tepat waktu dan

sistem yang ada dioptimalkan.

Adapun alur pelaporan (sensus) yang ada di RSAU dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan sebagai berikut:

67
Gambar 5.3 Alur Sensus di RSAU dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi Magetan

5. Money

Pendanaan merupakan hal yang sangat krusial bagi beroperasinya

sebuah rumah sakit. Tanpa adanya pendanaan yang jelas, sebuah

rumah sakit tidak mungkin dapat mengadakan sebuah pelayanan, dan

melaksanakan operasional secara menyeluruh. Hasil wawancara

didapatkan bahwa responden mengatakan jika pendanaan dalam rekam

medis di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan di

pegang atau terpusat di manajemen rumah sakit, apabila petugas rekam

medis membutuhkan kebutuhan akan mengajukan untuk di tindak

lanjuti, dan pihak manajemen akan mempertimbangkan mana yang

lebih penting yang akan didahulukan.

Adapun beberapa kebutuhan di unit rekam medis yang diperlukan

antara lain sebagai berikut :

68
Tabel 5.9 Lembar Check List Observasi

Alat Penyimpanan Dan


No ADA TIDAK JUMLAH
Penjajaran
1 Rak terbuka (open self file unit) √ 4
Lemari lima laci (five-drawer file
2 √ 1
cabinet)
Rak statis dan dinamis (Roll
3 √ 3
O'Pack)
4 Lemari arsip (Filling cabinet) √ 1
5 penyekat (Treacer) √ 100
7 Penunjuk √ 2
8 tangga √ 1
9 trolly √ 1
10 Meja Kerja √ 2
11 Meja sortir berkas √ 1
12 Kursi √ 3
13 Komputer √ 2
14 Printer √ 2
Penyejuk ruangan (AC/Kipas
15 √ 2
angin/Exhaus fan)
16 Alat tulis kantor √ 3

5.2 Pembahasan Penelitian

5.2.1 Mendiskripsikan Faktor Man Pada Sistem Pengelolaan Rekam

Medis Pasien

Man dalam hal ini diartikan sebagai sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang dimaksud adalah seluruh petugas yang

terlibat dan berperan secara aktif dalam sistem pengelolaan rekam

medis. Sumber daya manusia yang memiliki pengaruh terhadap sistem

pengelolaan rekam medis adalah petugas rekam medis (Kholifah et al.,

2020).

69
Sumber daya manusia di Instalasi Rekam Medis memiliki

peranan yang vital dalam proses pengelolaan berkas rekam medis.

Keberhasilan tingkat kelengkapan berkas, akurasi dan ketepat waktu

dalam proses pengelolaan rekam medis bergantung pada kompetensi

dan kecakapan petugas rekam medisnya.

hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

responden terkait dengan jumlah petugas rekam medis seperti yang

diungkapkan berikut :

“Untuk jumlah tenaga rekam medisnya total ada 9 orang

termasuk kepala unit, untuk yang lulusan DIII Rekam Medisnya itu ada

4 orang, yang bertanggung jawab di setiap pengolahan sudah dibagi

dibagian distribusi, filling, coding, assembling, dan analising sudah

ada yang melaksanakan” responden 1

Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan informan selanjutnya

sebagai berikut :

”Petugas rekam medis saat ini ada 8 orang, kalau ditambah

saya jadinya 9, 2 dibagian Assembing, 2 dibagian Coding, 2 dibagian

Filling, 1 dibagian Analising, dan 1 dibagian distribusi. Itupun tidak

semua petugas rekam medis tamatan rekam medis, hanya 4 orang yang

tamatan DIII rekam medis sisanya hanya tamatan SMA sederajat”

responden 2

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa

pada unit rekam medis dari 9 orang yang ada terdapat 5 orang petugas

70
yang berlatar belaakang tamatan SMA. hal ini menunjukkan bahwa

standar kualifikasi perekam medis belum terpenuhi (Meianti et al.,

2013).

Selanjutnya pernyataan responden mengenai yang bertangung

jawab di setiap pengolahan rekam medis.

”Untuk yang bertangung jawab di setiaap pengolahan sudah

dibagi distribusi, filling, analising, coding, dan assembling sudah ada

yang melaksanakan, mengingat yang dari tamatan rekam medis hanya

4 orang itu di bagian kepala rekam medis 1, coding 2, dan analising 1.

Jadi untuk petugas yang tamatan SMA hanya membantu di bagian

filling, distribusi dan assembling saja” responden 1

Hasil wawancara yang didapatkan dari responden bahwa yang

bertangung jawab disetiap pengolahan rekam medis sudah dibagi tetapi

hanya di bagian terpenting saja di tempatkannya petugas yang tamatan

rekam medis, mengingat bahwasannya petugas rekam medis hanya ada

4 orang yang memiliki latar belakang rekam medis.

Selanjutnya pernyataan responden mengenai meningkatkan

kuaitas SDM Rekam Medis.

“Untuk meningkatkan kualitas kita kadang diikutkan pelatihan-

pelatihan diluar memang tidak terlalu sering ketika hanya ada

undangan pelatihan saja” responden 1

Hasil wawancara yang telah dilakukan, responden 1

mengemukakan bahwa dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas

71
SDM rekam medis, para petugas ditugaskan untuk mengikuti berbagai

pelatihan yang ada terkait pengelolaan rekam medis.

Wawancara dengan responden 4 dan responden 5 petugas rekam

medis dibagian Coding :

“Ada dek, pelatihan-pelatihan dan sering ada pelatihan maupun

sminar tetapi cuman secara umum tetang rekam medis saja, yang

menyangkut koding belum ada” responden 4

“Ada, pelatihan gitu hanya secara umum tidak spesifik dan

itupun jarang” responden 5

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa responden 4

pernah mengikuti pelatihan maupun seminar tetapi bukan pelatihan

khusus coding melainkan hanya pelatihan rekam medis secara umum

saja, dan pernyataan responden 5 menyatakan bahwa hanya ada

pelatihan secara umum tidak spesifik dibidang coding dan itu juga

jarang.

Pernyataan ini diperkuat oleh penyataan responden selanjutnya

berikut :

Wawancara dengan responden 2 dan responden 3 petugas rekam

medis di bagian Assembling :

“Seminar ya, ada tapi jarang klaupun ada itu seminar luar dan

harus bayar sendiri, tidak pernah dari sini” responden 2

“ada dek, seminar tapi belum pernah ikut” responden 3

72
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa responden 2

pernah mengikuti berbagai kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh

pihak eksternal dengan membayar pendaftaran tanpa ada bantuan dari

rumah sakit. Sedangkan responden 3 menyatakan bahwa belum pernah

mengikuti sebuah pelatihan yang menyangkut Assembling maupun

mengenai rekam medis.

Wawancara dengan responden 6 dan responden 7 petugas rekam

medis di bagian Filling :

“Kelihatannya ada ya, untuk saya belum pernah ikut”

responden 6

“Seminar ada tapi saya belum” responden 7

Wawancara yang dilakukan terhadap responden 7, didapatkan

data bahwa petugas rekam medis bagian filling sama sekali belum

pernah terpilih ataupun mengikuti secara mandiri dalam mengikuti

pelatihan mmaupun seminar yang menyangkut Filling.

Wawancara dengan responden 8 sebagai petugas rekam medis

bagian pelaporan/Analising dan responden 9 sebagai petugas rekam

medis bagian distribusi :

“Selama ini saya pernah ikut pelatihan tentang RL tetapi

nampaknya itupun tidak cukup hanya sekedar pelatihan” responden 8

“Ada, tapi untuk yang khusus distribusi tidak ada. Adanya yang

pelatihan tentan rekam medisnya saja” responden 9

73
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa responden 8

pernah mengikuti pelatihan tentang RL. Dan pernyataan responden 9

menunjukkan bahwa pelatihan hanya ada tentang rekam medis secara

umum tidak ada yang khusus atau spesifik mengenai distribusi.

Table 5.10 Daftar Tenaga Pengelolaan Rekam Medis

Status di Rumah Sakit Umur Pendidikan Terakhir

(Responden)

Kepala Rekam Medis 39 thn DIII Rekam Medis

Pelaksana Rekam Medis 54 thn dan SMK Sederajat dan

Bagian Assembling (2 Orang) 32 thn DIII Rekam Medis

Pelaksana Rekam Medis 30 thn dan DIII Rekam Medis

Bagian Coding (2 Orang) 26 thn

Pelaksana Rekam Medis 27 thn dan SMA Sederajat

Bagian Filling (2 Orang) 30 thn

Pelaksana Rekam Medis 24 thn DIII Rekam Medis

Bagian Analising/Pelaporan

Pelaksana Rekam Medis 23 thn STM Sederajat

Bagian Distribusi

74
Tabel diatas menunjukan bahwa 4 petugas rekam medis rata-rata

berlatar pendidikan terakhir SMA sederajat, dan sisanya sebanyak 5 orang

adalah memiliki kualifikasi dengan latar belakang DIII perekam medis.

Petugas pengelolaan yang berada pada bagian Assembling dan Filling

belum pernah mengikuti Pelatihan dan seminar sama sekali. Berdasarkan

pedoman peyeleggaraan rekam medis di ruma sakit Indonesia, Derektur

RS diwajibkan untuk melakukan berbagai pembinaan terhadap petugas

khususnya pelatihan maupun seminar yang berkaitan dengan rekam medis

untuk meningkatkan pengetahuan, keilmuan, dan keterampilan petugas.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap petugas

pengelolaan rekam medis dengan jumlah 9 orang, petugas pengelolaan

rekam medis yang memiliki kualifikasi dan latar belakang perekam medis

hanya 5 orang. Pihak rumah sakit masih senantiasa meningkatkan kualitas

SDM rekam medis sebagai upaya agar pengelolaan rekam medis rumah

sakit dapat dijalankan secara maksimal dan memenuhi kualifikasi dari

yang ditetapkan oleh Permenkes No. 55 tahun 2013 tentang

penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit (Permenkes No. 55, 2013).

Dari pernyataan terebut juga dapat diketahui bahwa rumah sakit

sebenarnya sudah berusaha secara maksimal untuk melakukan peningkatan

kualitas SDM namun kenyataannya belum semua SDM petugas rekam

medis yang ada berlatar belakang pendidikan perekam medis.

Pengelolaan rekam medis memerlukan upaya dan dukungan

berbentuk pelatihan tentang rekam medis dengan tujuan meningkatkan

75
kapasitas dan keilmuan untuk menambah kinerja petugas lebih optimal.

Petugas Coding mengatakan bahwa belum pernah mengikuti pelatihan

secara spesifik terhadap coding namun sudah pernah mengikuti pelatihan

maupun seminar hanya secara umum di bagian sistem pengelolaan rekam

medis di rumah sakit. Petugas Assembling mengatakan bahwa pernah

mengikuti pelatihan dan seminar melainkan bukan dari rumah sakit tetapi

mengikuti pelatihan dan seminar di luar yang mengharuskan menggunakan

dana pribadi. Sedangkan dibagian Filling mengatakan sama sekali belum

pernah mengikuti pelatihan maupun seminar yang spesifik dalam

pengelolaan Filling. Petugas Analising/pelaporan mengemukakan bahwa

sudah pernah menjalani pelatihan mengenai pelaporan RL dari internal

rumah sakit, sedangkan petugas Distribusi mengatakan bahwa pernah

mengikuti pelatihan dan seminar melainkan tidak spesifik ke bagian

distribusi hanya secara umum dibagian sistem pengelolaan rekam medis di

rumah sakit.

Hasil wawancara mendalam dengan responden mengenai

Sumber Daya Manusi di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi dapat

disimpulkan bahwa Instalasi Rekam Medis RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi mengalami kekurangan petugas rekam medis, jumlah

petugas rekam medis yang ada hanya 9 orang sedangkan jumlah

kedatangan pasien setiap harinya semakin meningkat. Hal itu dirasakan

oleh petugas bahwa rasio petugas rekam medis dengan jumlah pasien di

rumah sakit kurang memadai sehingga menyebabkan peningkatan bebaan

76
kerja yang ada. hal yang demikian ini mengakibatkan tenaga rekam medis

yang ada diluar bagian filling harus saling bahu-membahu dan merangkap

pekerjaan lain dibagian Filling.

Pelayanan kesehatan diharuskan untuk senantiasa memberikan

pelayanan efektif, efisien, canggih dan memuaskan bagi pasien. Maka dari

itu kiranya perlu dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan jumlah

sumberdaya manusia berupa tenaga kesehatan dan kualitas tenaga

kesehatan serta peningkatan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. Mka

dari itu, sudah saatnya bagi tenaga perekam medis dapat mengembangkan

diri sesuai dengan tuntutan pada zaman modern seperti saat ini yang erat

kaitannya dengan digitalisasi dan kemajuan teknologi dalam penanganan

system informasi kesehatan mulai dari perencanaan, pengolahan hingga

analisis statistik (Pratiwi, dyah Tifhanny, 2019).

Keterampilan dan kompetensi tenaga rekam medis diperlukan

dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu

serta menciptakan tertib dalam administrasinya. Sebab itu bagian rekam

medis di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan perlu

mencanangkan berbagai macam pelatihan khusus bagi semua petugasnya.

Terutama pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan

kompetensi petugas rekam medis baik yang sudah memiliki latar belakang

pendidikan rekam medis maupun bagi yang berlatar pendidikan SMA

yang belum memiliki kompetensi dasar perekam medis.

77
5.2.2 Mendiskripsikan Faktor Matherials Pada Sistem Pengelolaan

Rekam Medis Pasien

Matherials diperlukan guna tercapainya hasil yang lebih baik

dapat berupa bahan setengah jadi maupun bahan yang sudah jadi.

Dalam mencapai hasil yang lebih baik, selain kompetensi sumber daya

manusia yang kompeten dan ahli dalam bidangnya juga harus dapat

memaksimalkan potensi bahan atau materi sebagai salah satu sarana.

Hal ini disebabkan materi dan manusia memiliki kaitan erat yang tidak

dapat dipisahkan. Tanpa materi yang memadai hasil yang diharapkan

tidak akan dapat dicapai secara maksimal (Kholifah et al., 2020).

Manusia tanpa adanya perlengkapan serta bahan yang dibutuhkan tidak

akan dapat menuju tujuan yang diinginkan (Meianti et al., 2013).

Dalam melakukan tugas dibutuhkan sebuah standaroperasional

prosedur (SOP). SOP dibuat oleh pelaksana pemberi layanan dengan

mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,

kemudian ditetapkan dan disahkan oleh keputusan direktur rumah sakit,

karena prosedur kerja merupakan persyaratan administratif dan

dokumen teknis operasional sebagai jabaraan dari dokumen-dokumen

kebijakan yang dibuat oleh direktur rumah sakit.

Hasil wawancara terhadap responden penelitian diungkapkan

sebagai berikut ini :

78
“SOP sudah ada, sudah melaksanakan sesuai SOP cuman hanya

saja masih ada beberapa yang tidak sesuai dengan SOP mungkin karna

didalam pelaksanaannya di lapangan juga berbeda” responden 1

Pernyataan responden di atas didukung oleh responden Assembling

sebagai berikut :

“SOP ada dan ingsyaAllah sesuai dengan yang saya kerjakan”

responden 2

“Ada, tapi ya kadang ibu merangkap juga dibagian Filling jadi ya

ibu bekerja tidak sesuai dengan SOP” responden 3

Wawancara dengan responden pada bagian Assembling

menunjukkan bahwa dalam sebuah kegiatan pengolahan di Assembling

sudah memiliki SOP yang berlaku serta ditaati oleh setiap petugas

ketika melakukan pekerjaannya.

Pernyataan responden diatas didukung oleh responden Coding

sebagai berikut :

“Ada Prosedurnya, sesuai dengan yang dikerjakan” responden 4

“Ada, sudah sesuai” responden 5

Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa dalam

melakukan kegiatan pengolahan dibagian Coding sudah memiliki SOP

yang berlaku serta ditaati oleh setiap petugas ketika melakukan

pekerjaannya.

Pernyataan responden diatas didukung oleh responden bagian

Filling sebagai berikut :

79
“Ada, sesuai dengan SOP yang ada” responden 6

“Ada, kita bekerja sesuai dengan SOP juga” responden 7

Dari hasil wawancara denga responden menunjukkan bahwa dalam

melakukan kegiatan pengolahan di Filling sudah sesuai dengan SOP

dan bekerja dengan SOP yang sudah ada.

Dari pernyataan responden menunjukkan bahwa Standar

Oprasional Prosedur (SOP) sudah memiliki SOP yang berlaku serta

ditaati oleh setiap petugas ketika melakukan pekerjaannya hanya saja

masih ada beberapa petugas yang merangkap kerjanya dikarenakan

kurangnya sumber daya manusia.

Hasil wawancara mendalam diatas diperoleh data bahwa adanya

Standar Oprasional Prosedur (SOP) pada masing-masing bagian dan

sudah diterapkan petugas dalam bekerja. Standar Oprasional Prosedur

(SOP) di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi Magetan diatur

menurut Surat Keputusan Direktur RSAU dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi Magetan Nomor: Kep/291/VI/2019 tentang Buku Pedoman

Penyelenggaraan Rekam Medis di RSAU dr. Efram Hasrana Lanud

Iswahjudi Magetan. Pedoman dan prosedur harus senantiasa

dikedepankan dalam pencatatan serta analisis data medis untuk

memberikan informasi yang akurat bagi pelayanan kesehatan.

80
5.2.3 Mendiskripsikan Faktor Machines Pada Sistem Pengelolaan

Rekam Medis Pasien

Machines yang merupakan suatu alat yang diperlukan untuk

memberikan kemudahan dan meringankan beban kerja serta

menghasilkan keuntungan yang lebih besar dan menciptakan efisien

kerja. Pekerjaan membutuhkan dukungan Machines untuk membuat

pekerjaaan menjadi lebih praktid, efisien, dan mudah dalam proses

pelayanan kesehatan yaitu peralatan untuk pelayanan (Kholifah et al.,

2020).

Sistem informasi merupakan unsur yang berhubungan antara satu

dengan yang lainnya yang terintegerasi dengan sedemikian rupa untuk

berproses mencapai tujuan tertentu, atau suatu tatanan dimana terjadi

suatu kesatuam dari berbagai unsur yang saling berkaitan secara teratur

menuju pencapaian unsur dalam batas lingkungan tertentu (Meianti et

al., 2013).

Dalam menunjang penyelenggaraan rekam medis, rumah sakit

memerlukan berbagai kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai.

Dalam Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, telah

diatur mengenai tata cara penyelenggaraan rekam medis. Pasal 7

Permenkes tersebut menyatakan bahwa pelayanan kesehatan wajib

menyediakan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan pengelolaan rekam medis.

81
Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden mengenai

sarana dan prasarana seperti yang diungkapkan berikut ini :

“Untuk sarana dan prasarana Alhamdulillah sudah bagus cuman

kendalanya kemungkinan 1 atau 2 tahun kedepan memerlukan ruangan

yang baru karena berkas makin bertambah seiring penambahan jumlah

pasien” responden 1

Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa untuk ketersediaan

sarana prasarana rekam medis belum cukup, masih diperlukan

penambahan ruangan untuk penyimpanan rekam medis.

Pernyataan responden diatas juga didukung oleh pelaksana rekam

medis bagian Assembling sebagai berikut :

“Masih kekurangan rak, sama tempatnya masih kurang, untuk rak

khusus berkas non aktifnya tidak ada masih dijadikan satu sama yang

masih aktif” responden 2

“Ruangannya ditambah, soalnya setiap hari berkas rekam medis

baru semakin bertambah” responden 3

Hasil wawancara dengan responden Assembling menunjukkan

bahwa untuk sarana dan prasarana yang tersedia dalam pengolahan

Assembling dirasa masih banyak kekurangan dalam hal rak berkas

rekam medis serta perlu adanya penambahan ruangan khusus untuk

penyimpanan antara berkas rekam medis yang aktif dengan rekam

medis yang sudah tidak aktif sehingga dapat dipisahkan dan

mempermudah proses assembling.

82
Pernyataan responden diatas juga didukung oleh pelaksana rekam

medis bagian Coding sebagai berikut :

“Untuk bagian koding sudah ada 1 komputer. Hanya saja

ruangannya jadi satu dengan ruang Filling, hanya saja ada 1 meja dan

computer untuk bagian koding” responden 4

“Ruangan disendirikan karena masih dijadikan satu dengan ruang

Filling, dan terlalu sempit” responden 5

Hasil wawancara dengan responden Coding menunjukkan bahwa

ketersediaan sarana dan prasarana penunjang dalam Coding dirasa

sudah memadai, namun masih diperlukan adanya ruang khusus untuk

bagian Coding untuk meningkatkan produktifitas pekerja, karena

selama ini masih dijadikan satu dengan ruang Filling.

Pernyataan responden diatas juga didukung oleh pelaksana rekam

medis bagian Filling sebagai berikut :

“Masih kurang, ruangannya kuraang luas tempatnya juga masih

kurang, rak-rak juga kurang, ya tempatnya aja sih dek kurang luas”

responden 6

“Untuk raknya ditambah ruangan diperbesar. Sekarang

ruangannya kurang besar kalau ditambah raknya sama saja”

responden 7

Hasil wawancara dengan responden Filling menunjukkan bahwa

ketersediaan sarana dan prasarana penunjang dalam pengolahan rekam

medis bagian Filling dirasa masih kurang. Disampaikan dari pernyataan

83
informan yang menyatakan bahwa ruang yang ada masih kurang luas

serta perlu adanya perluasan ruangan untuk menambah kapasitas rak

penyimpanan.

Pernyataan responden diatas juga didukung oleh pelaksana rekam

medis bagian Analising/Pelaporan dan Distribusi sebagai berikut :

“Sudah, computer juga sudah ada ruangan juga sudah tersedia”

responden 8

“Belum ada ruangan khusus distribusi, masih jadi satu di ruang

Filling” responden 9

Hasil wawancara dengan responden Analising menunjukkan

ketersediaan sarana dan prasarana penunjang dalam pengolahan

dibagian pelaporan sudah memadai. Sedangkan dari hasil wawancara

informan Distribusi menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dibagian

distribusi hanya perlu adanya ruang khusus untuk bagian Distribusi

dikarenakan masih dijadikan satu dengan ruang Filling.

Dari hasil wawancara mendalam dengan responden mengenai

sarana dan prasarana di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

dapat disimpulakan bahwa rekam medis RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi Magetan memerlukan perluasan ruangan penyimpanan

untuk menambah rak penyimpanan berkas rekam medis pasien serta

menyediakan ruangan khusus dibagian-bagian rekam medis yang belum

tersedia.

84
Berdasarkan hasil wawancara mendalam diatas, sebagian besar

informan mengatakan bahwa ruangan sebagai sarana dan prasarana

penunjang dirasa masih kurang dari standar serta kuarang luas jika

digunakan sebagai tempat rak penyimpanan berkas rekam medis.

dengan penambahan jumlah pasien yang saat ini jumlahnya sudah

meningkat cukup banyak sehingga berkas rekam medisnya pun

bertambah banyak, hal ini mengakibatkan rak penyimpanan berkas

rekam medis sudah tidak cukup lagi untuk menampung berkas yang

ada.

Ruangan penyimpanan untuk menata rak guna menyimpan rekam

medisnya sendiri terlalu sempit dan semua sistem pengelolaan berkas

rekam medis menjadi satu diruang penyimpanan, belum adanya

pembuatan ruangan khusus untuk pembagian tugas pengolahan berkas

rekam medisnya, hanya ada ruang kerja untuk kepala rekam medis itu

sendiri. Hal ini mengakibatkan urgensi untuk melakukan perluasan

ruangan penyimpanan rekam medis itu sendiri agar bias dilakukan

penambahan rak dan dibutuhkan pembuatan ruang khusus untuk

pembagian tugas pengolahan rekam medis.

Dari hasil observasi yang dilakukan bahwa sarana dan prasarana

penunjang untuk mendukung kerja setiap petugas sudah tersedia namun

belum mampu memberikan fungsi yang seoptimal mungkin karena

masih ditemukannya berkas rekam medis yang aktif dan inactive masih

dijadikan satu disatu ruangan, untuk tempat penyimpanan rekam medis

85
sendiri memang ruangannya sangat kecil yang diakibatkan masih jadi

satunya ruangan antara Coding, Assembling dan Distribusi diruang

Filling/Penyimpanan, serta masih ditemukan berkas yang disimpan

dalam kardus dan disimpan dibawah karena diakibatkan oleh rak

penyimpanan yang penuh dan harus disusun berdesakan agar rak

penyimpanan muat. Lalu sarana dan prasarana lain seperti computer

berada dibagian Coding satu komputer, di ruang kepala rekam medis

terdapat satu komputer lagi, dan di ruang Filling terdapat satu rak Roll

O Pack.

Permasalahan ini sebenarnya mampu disiasati dengan

menyingkirkan sebagian atau keseluruhan dari berkas rekam medis

yang diperkirakan tidak dipakai lagi dengan melakukan pemusnahan

berkas rekam medis tidak aktif. Sehingga berguna untuk mengurangi

jumlah berkas rekam medis yang semakin bertambah dan menyediakan

tempat penyimpanan berkas rekam medis yang baru serta adanya ruang

kosong untuk pembutan ruangan khusus pembagian tugas pengolahan

berkas rekam medis agar dapat memperlancar kerja petugas rekam

medis sendiri.

5.2.4 Mendiskripsikan Faktor Methode Pada Sistem Pengelolaan Rekam

Medis Pasien

Methode merupakan suatu tatacara dalam mengerjakan suatu

pekerjaan yang nantinya akan memperlancar jalannya pekerjaan.

Subuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan pelaksanaan kerja

86
suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan pada sasaran,

fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan

usaha. Metode yang tepat jika orang yang melaksanakannya tidak

mengerti dan menguasai serta tidak mempunyai pengalaman hasilnya

tidak akan memuaskan dan memuasakan, dengan demikian peranan

utama dalam manejemen adalah sumber daya manusia (Kholifah et al.,

2020).

Berbagai proses pengelolaan rekam medis dimulai dari proses

Kelengkapan Penataan Berkas (Assembling), Pengkodean (Coding),

Tabulasi (Indeksing), Analisa (Analising), dan Penyimpanan (Filling)

(Pratiwi, dyah Tifhanny, 2019). Proses pengelolaan rekam medis harus

sesuai dengan alur yang ada karena hal ini merupakan satu hal

terpenting untuk menentukan tingkat keberhasilan pengelolaan berkas

rekam medis. Alur pengelolaan rekam medis harus dilakukan secara

sistematis dan tidak ada satupun proses yang terlewat sehingga dapat

menghasilkan rekam medis yang lengkap, akurat, dan tepat waktu

(ZAHARA, NURUL UTAMI, 2018).

Akan tetapi, dalam proses pengolahan rekam medis di RSAU dr.

Efram Harsana Lanud Iswahjudi proses yang pertama Pengkodean

(Coding) dan Tabulasi (Indeksing) secara bersamaan, Kelengkapan

Penataan Berkas (Asssembling), Penyimpanan (Filling), dan Analisa

(Analising/Pelaporan).

87
Proses Pengolahan Rekam Medis di RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi Magetan sebagai berikut :

a. Pemberian kode (coding) dan Tabulasi (indeksing)

Pemberian kode (Coding) merupakan bagian dari proses

pengolahan berkas rekam medis. Pengolahan rekam medis di

RSAU dr. Efram Lanud Iswahjudi berkas rekam medis dilakukan

oleh perawat untuk diberikan pengokodean dari dignosa yang

dibuat oleh dokter.

Fungsi seorang koder seharusnya memberi kode atas

diagnosa yang dibuat oleh dokter untuk digunakan sebagai klaim

biaya dari perawatan dan pengobatan yang telah dilakukan dan

diterima oleh pasien dan untuk mempermudah pelayanan pada

penyajian informasi guna menunjang fungsi perencanaan,

manajemen, dan riset bidang kesehatan. Akan tetapi kode yang

dibuat oleh petugas koder di RSAU dr. Efram Harsana Lanud

Iswahjudi ini hanya untuk kode RM saja hanya untuk di simpan

bagian rekam medis saja bukan untuk pengklaiman biaya

perawatan dan obat, dikarenakan yang memberi kode untuk bagian

pengklaiman biaya perawatan dan pengobatan dilakukan oleh pihak

BPJS langsung.

Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan dan diperoleh dari

responden seperti yang diungkapkan berikut ini :

88
“Sebenarnya direkam medis ini mempunyai tangung jawab

untuk megerjakan visum dan melayani urusan asuransi-asuransi,

kita juga yang melengkapi punya pasien kemudian mengkoding dan

mengentri data pengklaiman bpjs. Akan tetapi disini kita hanya

memberi kode dari diagnose yang diberikan oleh dokter untuk

bagian RM saja, jadi hanya untuk kepentinggan RM dan disimpan

di ruang RM saja tidak untuk diklamkan bpjs. Karena untuk kode

yang diklaimkan itu sudah bukan tugas kita melainkan sudah

dilakukan oleh pihak bpjs langsung yang besiknya bukan seorang

rekam medis” responden 4

“Saya hanya mengkoding rawat jalan, setelah itu di entry data”

responden 5

Dari pernyataan kedua responden tersebut menunjukkan

bahwa, petugas koder sudah mengetahui tugasnya akan tetapi disini

tugas sesungguhnya seorang koder untuk membuat kode guna

untuk pengklaiman biaya perawatan dan pengobatan dilakukan

oleh petugas bpjs langsung yang besiknyaa bukan seorang perekam

medis, dan untuk tugas seorang koder di RSAU dr. Eftam Harsana

Lanud Iswahjudi ini hanya melakukan pemberian kode untuk

kepentingan bagian RM saja.

Selanjutnya pernyataan responden 4 dan responden 5 tentang

alur berkas rekam medis hingga sampai pada proses pengkodean

sebagai berikut :

89
“Dari psien masuk ke IGD, ada pencatatan data pribadi pasien

kemudian dikirim ke ruang rawat inap masing-masing disitulah

terjadi proses perawatan dan tindakan dokter, operasi maupun

periksa lab dan segala macam perawatan hingga dinyatakan boleh

pulang. Perawat ruangan melengkapi dan menhubungi dokter

untuk membuat resume medis. Setelah resume medis lengkap

semua yang ada di status itu barulah dikirim ke rekam medis untuk

dikode setelah dikode kita entry data” responden 4

“Dari poli klinik diantar ke farmasi, baru dari farmasi di antar

ke saya, setelah saya koding kita entry data” responden 5

Pernyataan responden tersebut menunjukkan bahwa petugas

Coding sudah menerima berkas rekam medis sesuai dengan SOP

berkas rekam medis yang dibuat dan ditetapkan oleh Rumah Sakit.

hal ini berarti bahwa proses pengolahan sudah dilakukan secara

sistematis. Namun jika diperhatikan lebih lanjut berdasarkan alur

yang ditetapkan oleh Permenkes bahwasanya alur RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi tidaak bisa dikatakan Sistematis,

dikarenakan dalam proses pengkodingan di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan berkas rekam medis yang

seharusnya langsung diterima oleh petugas rekam medis diterima

melalui perawat ruangan barulah dilakukan pengkodingan. Tidak

seperti proses pengolahan rekam medis yang ditetapkan oleh

90
Permenkes melalui Assembling terdahulu baru setelah itu dikirim

ke proses pengkodingan.

Selanjutnya pernyataan responden 4 dan responden 5 mengenai

adakah berkas rekam medis yang diterima namun belum lengkap,

sebagai berikut :

“Ada, namanya juga manusia. Ya mungkin dari dokternya yang

jamnya terbatas harus dibagi dengan jam kerja Lanudnya,

mungkin besoknya baru dilengkapi jika ada kekurangan, namanya

manusia tidak ada yang sempurna” responden 4

“Ada, status yang dari rawat inap terutama dibagian resume

medisnya banyak yang tidak lengkap dari ruangan. Kadang kalau

masih ada yang belum lengkap saya lengkapi disini kalau gak

lengkap resumenya saya lengkapi sendiri cuman tidak

diagnosanya, cuman tanggal masuk dan tanggal keluarnya saja

saya isi sendiri” responden 5

Pernyataan responden diatas diperoleh bahwa masih banyak

berkas rekam medis yang masuk kebagian Coding yang diserahkan

belum lengkap. Dari informasi yang peneliti dapatkan bahwa

seluruh berkas yang ada sebelum berkas dikirim ke ruang rekam

medis untuk dilakukan pengkodingan sudah diteliti terlebih dahulu

kelengkapannya oleh tim Kes Manajer tapi kenyataannya masih

saja ditemukan berkas rekam medis yang masih belum lengkap.

91
Observasi yang telah dilakukan peneliti mengenai kelengkapan

berkas rekam medis rawat inap didapatkan bahwa dari 30 berkas

rekam medis terdapat 8 berkas rekam medis yang tidak lengkap

mengenai catatan resume kepulangan. Dari pernyataan tersebut

juga didapatkan bahwa dokter yang bertugas di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi memiliki jam terbatas dikarenakan

dokter juga anggota TNI maka jam kerja dokter dibagi dengan jam

tugas TNI.

Selanjutnya pernyataan responden 4 dan responden 5 terkait

dengan kendala pada proses pengolahan berkas rekam medis

dibagian Coding sebagai berikut :

“Berkas yang tidak lengkap dan juga tulisan dokter kadang

tidak jelas, kalau sudah dokter sendiri yang menulisnya tidak jelas

ya kita tidak bisa menginput dan membaca diagnosa, kalau

memang diagnosanya lengkap dan jelas kita gampang mencarinya

di ICD-10 ataupun ICD-9 untuk tindakan. Kadang kalau tidak jelas

saya tanyakan langsung sama dokternya ditelfon, kadang kalau

belum lengkap dan harus ditangung jawabi oleh ruangan kita

kembalikan keruangan dimana pasien itu dirawat biar tahu bahwa

mereka melakukan kesalahan dan harus segera diperbaiki”

responden 4

“Tulisan dokter, yang susah dibaca dan kurang jelas. Mungkin

itu saja sih hambatannyaa” responden 5

92
Dari pernyataan kedua responden bahwa kendala yang paling

sering dialami dibagian Coding adalah berkas rekam medis yang

tidak lengkap. Hal ini memunculkan halangan pada proses

selanjutnya sehingga menjadi terhambat. kendala lain yang dialami

adalah tulisan dokter yang kurang jelas dan tidak terbaca dalam

penulisan diagnose pada rekam medis yang pada akhirnya

menghambat proses pengkodean.

Hasil wawancara mendalam diatas menunjukkan bahwasanya

kegiatan pengkodingan sendiri tidak banyak ditemukan kesulitan,

hanya saja hambatan pada saat pengkodingan muncul jika

ditemukan penulisan diagnose yang kurang jelas dan tidak terbaca

pada rekam medis sehingga harus mengembalikan kembali berkas

rekam medisnya kepada perawat atau dokter.

Hambatan ini yang sebenarnya membuat proses pengolahan

berkas rekam medis menjadi tidak sistematis karena petugas koding

harus mengkonfirmasi ulang dengan mengembalikan berkas rekam

medis kepada perawat ruangan atau dokternya bukan dikembalikan

ke bagian Assembling. Akhirnya muncul kesenjangan proses antara

SOP dan kejadian actual di lapangan. Akan tetapi kalau dilihat dari

alur rekam medis yang diterapkan oleh RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi sendiri sudah benar dan sistematis. Menurut

Pedoman Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit hal ini bisa

dibenarkan untuk hal yang kurang jelas sebelum kode ditetapkan,

93
komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat

diagnosis.

b. Penataan berkas (assembling)

Setelah berkas rekam medis dilakukan pengkodingan

kemudian proses selanjutnya adalah diserahkan pada bagian

penataan kelengkapan berkas rekam medis (Assembling). Berkas

rekam medis yang sudah diisi lengkap dan selanjutnya memberikan

berkas rekam medis ke bagian Coding untuk proses rekam medis

selanjutnya. Tetapi didalam proses pengolahan di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi proses pengolahan rekam medis untuk

bagian Assembling dilakukan setelah Pengkodingan terlebih

dahulu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diperoleh

responden seperti berikut ini :

“Mengassembling dan menyusun berkas, Nomor urut

diurutkan dan sekalian mengecek kelengkapan, diurutkan sesuai

nomornya” responden 2

“Mengassembling, menyususn, menerima berkas rekam medis

dari bagian Coding lau setelah itu mengasembling dan kemudian

disusun kedalam rak” responden 3

Pernyataan kedua responden tersebut sudah terlihat jelas tugas

apa saja yang harus dilakukan sebagai pelaksana rekam medis

dalam kegiatan Assembling. Pernyataan informan ketiga juga

94
terlihat bagaimana alur rekam medis RSAU dr. Efram Harsana

Lanud Iswahjudi tidak sesuai dengan ketentuan pengolahan rekam

medis dari Depkes. Bagian Assembling menerima berkas rekam

mdis dari bagian Coding lalu setelah itu memeriksa kelengkapan

kemudian setelah lengkap proses dilanjutkan menyususn kedalam

rak penyimpanan atau Filling.

Selanjutnya pernyataan responden 2 dan responden 3 tentang

alur berkas rekam medis hingga sampai pada proses Assembling

sebagai berikut :

“Berkas datang dari bagian coding, barulah di assembling”

responden 2

“Dari bagian pengkodean lalu ke sini” responden 3

Dari pernyataan kedua responden tersebut menunjukkan

bahwa, petugas menerima berkas rekam medis yang telah dikoding

dari bagian Coding. Dapat dilihat bahwasanya alur rekam medis

RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi tidak sistematis.

Seharusnya berkas rekam medis pertama kali diterima oleh petugas

bagian Assembling tetapi di alur yang sudah di tetapkan oleh

Rumah Sakit berkas rekam medis pertama kali dikirim ke

pengkodingan baru di assembling.

Selanjutnya pernyataan responden 2 dan responden 3

mengenai adakah berkas rekam medis yang diterima namun belum

lengkap :

95
“Masih, resume catatan dokter yang kurang lengkap. Berkas

rekam medis dikembalikan lagi keruangan, diberikan ke dokter

suruh melengkapi” responden 2

“Ada, resumenya kurang, jadi dikembalikan keruangan”

responden 3

Wawancara mendalam dengan kedua responden tersebut juga

menunjukkan bahwa belum semua berkas yang dikirim kebagian

Assembling diserahkan dengan lengkap. Dari pernyataan tersebut

juga dapat disimpulkan bahwa berkas rekam medis yang tidak

lengkap tersebut harus dikembalikan lagi pada dokter atau perawat

ruangan untuk dilengkapi.

Selanjutnya pernyataan responden 2 dan responden 3

mengenai hambatan yang ditemui pada proses pengolahan berkas

rekam medis dibagian Assembling sebagai berikut :

“Resume yang tidak lengkap, kekurangan orang juga, jadi

terhambat untuk mengerjakannya itu” responden 2

“Hambatannya. Ya kadang-kadang sudah diserahkan ke kita

tiba-tiba diambil lagi sementara udah kita letakkan dirak tahu-tahu

diminta lagi, itulah yang kadang membuat terhambat. Resumenya

juga kurang lengkap” responden 3

Hasil wawancara mendalam diatas didapatkan bahwa berkas

rekam medis yang masuk ke Instalasi rekam medis masih banyak

dijumpai berkas rekam medis yang belum lengkap. Pada akhirnya

96
Petugas bagian Assembling akan mengalami hambatan yang

disebabkan berkas rekam medis yang belum lengkap masuk

kebagian Assembling sehingga membutuhkan waktu yang lebih

untuk melengkapi rekam medis dan pada akhirnya menunda proses

pengolahan berkas rekam medis selanjutnya. Untuk dibagian

penataan berkas (Assembling) petugas rekam medis sendiri sudah

maksimal dalam mengerjakan bagian dari tugas mereka.

c. Penyimpanan (filing)

Penyimpanan (Filling) merupakan rangkaian dari proses

pengolahan berkas rekam medis yang bertujuan untuk menerima

berkas rekam medis pasien ketika datang dan menerima berkas

rekam medis kembali yang sudah lengkap dari bagian Coding dan

Assembling yang kemudian siap untuk disimpan kembali. Tugas

bagian penyimpanan adalah mengelola ruang penyimpanan rekam

medis tersusun sesuai nomor urut dan tertata dengan rapi sehingga

mempermudah jika akan digunakan kembali.

Hasil wawancara yang dilakukan langsung terhadap responden

diperoleh respon seperti yang diungkapkan berikut ini:

“Menyusun status dan menyimpan status sesuai dengan

urutannya dan dengan rak masing-masing” responden 3

“Banyak, menyusun status yang semalam berobat.

Menyesuaikan dengan nomor rekam medisnya baru itu disusun

dalam rak masing-masing, mengambil status yang berobat jalan,

97
mengantar status ke poli-poli yang di tuju. Mencari status pasien

rawat inap yang baru pulang opname ketika dokter meminta

berkasnya. Menulis ekspedisi kemana dia berobat, menyesuaikan

dengan nomor rekam medis baru disusun ke dalam rak masing-

masing” responden 6

“Mengambil status dan menyusun status maupun menomori

status-status” responden 7

Pernyataan ketiga responden tersebut menunjukkan bahwa

petugas dibagian penyimpanan berkas rekam medis sudah mengerti

dan menguasai tentang apa saja tugas yang harus dikerjakan

sebagai pelaksana rekam medis dibagian Filling.

Selanjutnya pernyataan dari responden ke-3, ke-6, dan ke-7

tentang pembagian tugas dibagian penyimpanan, mengingat

pelaksana rekam medis dibagian penyimpanan yaitu 3 orang.

“Saya mengassembling juga sama penyimpanan juga”

responden 3

“kalau untuk mengelola bagian penyimpanan kita disini ada 3,

satu untuk rawat inap dan dua untu bagian rawat jalan. Kalau

saya dibagian rawat jalan tapi kadang-kadang saling bantu juga”

responden 6

“Saya untuk rawat jalan dek” responden 7

Pernyataan responden tersebut menunjukkan bahwa orang

yang mengelola ruang penyimpanan rekam medis adalah 3 orang

98
serta pembagian tugas untuk masing-masing meliputi rawat jalan

dan rawat inap, namun ketika disalah satu mengalami overload

maka akan dibantu oleh petugas lain.

Pernyataan responden megenai sistem penyimpanan berkas

rekam medis serta hambatan yang dialami.

“Sentralisasi, jadi berkas rawat inap dengan rawat jalan

masih satu ruangan, kalau untuk kesulitan gada dek” responden 3

“Sentralisasi, kesulitannya kalau terjadi penyimpanan salah

misalnya nomor ini dimasukkan dengan nomor yang lain ya itulah

kesulitannya” responden 6

“Sentralisasi, sampai sekrang belum ada kendala. Untuk

penyimpanannya, kalau miss file salah letak kadang-kadang ada

karna kebanyakan gak semuanya sesuai” responden 7

Dari pernyataan responden tersebut menunjukkan bahwa,

system penyimpanan berkas rekam medis di RSAU dr. Efram

Harsana Lanud Iswahjudi Magetan menggunakan system

Sentralisasi. System sentralisasi memiliki keunggulan yang sangat

menguntungkan dimana penyimpanan rekam medis ini dapat

mengurangi terjadinya duplikasi serta mengurangi jumlah biaya

peralatan dan ruangan. Disisi lain terdapat kekurangan yaitu

kesulitan seperti miis file atau salah letak.

Selanjutnya pernyataan reponden mengenai hambatan yang

terjadi saat melakukan proses penyimpanan berkas rekam medis.

99
“Ya kadang-kadang kita kan manusia inikan hamper sama

nomornya 32 bisa saja nanti jadi 33 masuknya kesana gitu,

namanya juga manusia ada khilaf mata. Ruangannya kurang juga,

kalau udah banyakkan bisa kita pilah yang aktif sama non aktif,

inikan masih bergabung jadi satu semua” responden 3

“Kadang-kadang terjadi salah penyimpanan, salah masuk,

jadi yang tiba kalau mau dicari udah tidak menemukan

dikarenakan banyaknya berkas yang ada, kadang-kadang kalau

dokternya mintak cepat mau pulang dibuatkan berkas yang baru

dulu sesuai dengan nomor yang sudah ada dikomputer kana da

datanya cuman statusnya saja yang baru, yang lama gak dapat.

Kadang double tapi kalau sudah ketemu berkas yang lama akan

dijadikan satu berkasnya” responden 6

“Ada, kalau raknya kurang dan status yang dari poli rawat

jalan tidak kembali itulah hambatannya, sama salah taruh juga”

responden 7

Pernyataan ke-3 responden diatas diketahui bahwa beberapa

kendala masih terjadi ketika melakukan proses penyimpanan

berkas rekam medis. Kendala yang terjadi diantaranya adalah salah

letak yang mengakibatkan terjadinya duplikasi berkas karena

pembuatan berkas yang baru ketika tidak ditemukan berkas yang

lama. Selain itu ruangan yang digunakan untuk menyimpan berkas

rekam medis yang aktif dan non aktif masih jadi satu.

100
Selanjutnya pernyataan responden mengenai pemusnahan

berkas rekam medis.

“Pernah, berkas yang sudah 5 tahun, dan 10 tahun untuk yang

meninggal” responden 6

“Ada, yang berkasnya sudah 5 tahun” responden 3

“Pernah” responden 7

Pernyataan responden tersebut menunjukkan bahwa,

pemusnahan berkas rekam medis yang inactive sudah permah

dilakukan. Pemusnahan sebagian berkas rekam medis dilakukan

terhadap berkas yang sudah tidak aktif dan yang diperkirakan tidak

akan dipakai lagi. Pemusnahan ini bertujuan sebagai jalan keluar

dalam mengatasi ruang penyimpanan yang terbatas.

Hasil wawancara mendalam diperoleh fakta bahwa bagian

Penyimpanan (Filling) mengalami kendala pada sarana dan

prasarana tempat penyimpanan berkas rekam medis masih sangat

kurang. Kekurangan terjadi hampir menyeluruh mulai dari rak yang

terbatas serta ruangan yang ada hanya satu sehingga penyimpanan

berkas yang active dan inactive masih digabungkan diruang yang

sama.

Sistem sentralisasi digunakan dalam penyimpanan berkas

rekam medis. Sentralisasi dapat meminimalisir terjadinya berkas

rekam medis ganda untuk satu pasien. Namun pernyataan dari

informan diatas menunjukkan bahwasannya masih terjadi duplikasi

101
berkas yang tidak sengaja untuk satu pasien dikarenakan berkas

pasien yang lama tidak ditemukan dengan cepat. Untuk mengatasi

hal itu jika sudah ditemukan berkas yang lama maka berkas

tersebut akan dijadikan satu berkas.

d. Analisa (anaising/laporan)

Kegiatan Analising adalah mengolah data sehingga didapatkan

hasil berupa informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diperoleh dari

responden seperti berikut :

“Membuat laporan, seperti laporan RL, Laporan statistic yang

sesuai dengan rekam medis” responden 8

Pernyataan responden diatas menunjukkan bahwa petugas

dibagian pelaporan sudah memiliki tugas apa saja yang harus

dikerjakan secara jelas.

Selanjutnya pernyataan responden mengenai data yang akan

diolah berasal dari mana.

“Dari tiap-tiap ruangan, untuk laporan bulanan seperti BOR,

LOS, TOI. Untuk jumlah pasien dari IGD, RANAP, dan RAJAL

dari pendaftaran. Kalau untuk RL didapatkan dari assembling

ataupun pengelolaan lainnya” responden 1

“Dapat dari laporan unit-unit terkait” responden 8

Hasil wawancara mendalam dengan responden diatas

menunjukkan bahwa laporan diolah dari beberapa berkas yang

102
didapatkan dari masing-masing ruangan dan unit kerja. Laporan

yang dibuat terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah

laporan bulanan untuk tujuan internal yang nantinya diserahkan

kepada manajemen rumah sakit. Laporan yang kedua dibuat untuk

pihak eksternal dalam hal ini yang berkepentingan adalah Dinas

Kesehatan atau Kementerian Kesehatan.

Pernyataan responden selanjutnya mengenai hambatan dan

kendala pada pengelolaan laporan.

“Kendalanya dari ruangan datanya, pernah terlambat karena

dari ruangan belum sampek ke rekam medis kadang sudah diminta

tapi mereka belum membuat” responden 1

“Seharusnya untuk rekapitulasi laporan harus ada SIMRS

supaya bisa valid datanya, sedangkan disini SIMRS nya masih

dalam tahap upgrade penambahan fitur, jadi ini haurs manual.

Kalau manual masih ada kekurangan gak sempurna dan juga

pengiriman laporan tidak tepat waktu, jadi kita pernah mengirim

terlambat untuk laporan” responden 8

Pernyataan responden tersebut menunjukkan bahwa hambatan

yang dialami petugas bagian Analising/pelaporan adalah laporan

yang ada masih dikerjakan secara maual. Hal ini disebabkan karena

adanya pemberharuan serta penambahan fitur yang ada pada

SIMRS serta adanya keterlambatan penyerahan data dari ruangan

terlambat dan tidak jarang terjadi sebuah kejadian dimana petugas

103
pelaporan sudah meminta berkas rekam medis dari masing-masing

unit namun berkas tidak dikirimkan tepat waktu.

Berdasar dari hasil wawancara mendalam bagian Analising

menunjukkan fakta bahwa pelaporan masih dikerjakan secara

manual karena adanya pembaharuan serta penambahan fitur pada

SIMRS. Data yang akan dianalisis menjadi laporan didapatkan dari

masing-masing unit seperti ruang rawat inap, rawat jalan, ataupun

IGD. Adanya keterlambatan penyerahan data dari ruangan

terlambat dan tidak jarang terjadi sebuah kejadian dimana petugas

pelaporan sudah meminta berkas rekam medis dari masing-masing

unit namun berkas tidak dikirimkan tepat waktu. . Hal tersebut

tidak sesuai dengan tujuan dari pelaporan rumah sakit yang

menyatakan pelaporan bertujuan untuk menghasilkan laporan

secara tepat, cepat dan akurat.

5.2.5 Mendiskripsikan Faktor Money Pada Sistem Pengelolaan Rekam

Medis Pasien

Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat

diabaikan. Besar kecilnya hasil kegiatan pelayanan kesehatan rumah

sakit dapat diukur dengan seberapa banyak jumlah keuangan yang

masuk serta beredar dalam rumah sakit selama satu bulan.. Oleh karena

itu uang merupakan sumber daya krusial yang sangat dibutuhkan untuk

mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan

berdasarkan nominalnya secara rasional. Kebutuhan pendanaan harus

104
diperhitungkan secara tepat karena berhubungan langsung dengan

jumlah uang yang harus disediakan untuk biaya operasional rumah

sakit, membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus

dibeli, serta hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Kholifah et

al., 2020).

Keberhasilan mengadakan pelayanan pada rumah sakit ditentukan

dengan anggaran pendanaan yang ada. Tanpa anggaran tentunya rumah

sakit tidak dapat menjalankan pelayanan, dan melaksanakan operasional

kegiatan secara menyeluruh. Anggaran dapat dicapai sesuai sasaran

yang ada melalui pelaksanaan serangkaian aktifitas yang telah

ditetapkan sebelumnya (Kholifah et al., 2020).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai informasi

anggaran dana seperti yang diungkapkan berikut ini :

“Terkait anggaran dana, apabila rekam medis membutuhkan maka

akan membuat pengajuan kebutuhan dan membuat perincian kebutuhan

yang akan diminta oleh pihak manajemen, untuk anggaran dananya

sendiri kita terpusat dimanajemen, jadi kebutuhan yang kita ajukan

akan dipilah lagi sama manajemen mana yang prioritas. Ketika ada hal

yang prioritas lebih kita akan lapor ke manajemen untuk di tindak

lanjuti lebih cepat” responden 1

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa untuk anggaran

dananya sendiri terpusat di manajemen, jadi apabila petugas rekam

medis membutuhkan kebutuhan akan membuat perincian kebutuhan

105
yang diperlukan setelah itu akan di ajukan ke pihak manajemen untuk

di tindak lanjuti atas pengajuannya.

Berdasarkan dari hasil wawancara mendalam diatas dapat

disimpulkan bahwa faktor Money dalam rekam medis di pegang atau

terpusat di manajemen rumah sakit, apabila petugas rekam medis

mengajukan permintaan kebutuhan tidak dapat terealisasi dengan cepat

apabila persediaan sudah tidak ada. Proses penganggaran oleh

manajemen keuangan di rumah sakit merupakan salah satu proses yang

tidak dapat dianggap sepele. Tingkat urgensi dari proses ini dapat

dilihat dari fungsi suatu anggran bagi rumah sakit, yaitu sebagai alat

perencanaan dan pengendalian kegiatan utama operasional rumah sakit.

Fungsi dari anggaran yang terpenuhi pada akhirnya dapat membantu

pengelolaan rumah sakit dalam mencapai efisiensi dan efektifitas

pengelolaan secara keseluruhan.

106
107

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis

Pasien Di Rumah Sakit Angkaatan Udara dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi

Magetan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor man

Untuk SDM rekam medis RSAU dr. Efram harsana Lanud Iswahjudi

Magetan masih terdapat hambatan berupa kurangnya tenaga rekam medis.

Selain itu latar belakang pendidikan yang belum sesuai kompetensi

menjadi hambatan utama yang ada. Pelatihan yang sudah berjalan belum

dilakukan secara menyeluruh serta spesifik.

2. Faktor material

Untuk SOP/Prosedur Kerja terhadap pengelolaan rekam medis sudah

ada serta pekerjaan sudah dilakukan petugas sesuai dengan prosedur yang

sudah ditetapkan.

3. Faktor machines

Sarana dan prasarana pengelolaan rekam medis secara keseluruhan

sudah memadai, namun masih ada beberapa hal yang perlu dilakukan

perbaikan terhadap ruangan yang masih terlalu sempit dan terbatas.

Ruangan khusus untuk pembagian tugas pengelolaan berkas rekam

medisnya perlu ditambahkan untuk menambah kinerja menjadi lebih

maksimal. Terlihat dari berkas rekam medis aktif dan inactive masih
dijadikan satu rak dan satu ruangan, mengakibatkan banyak berkas rekam

medis yang diletakkan di dalam kardus akibat rak penyimpanan penuh,

sedangkan untuk ruang penyimpanan masih dijadikan satu dengan ruang

antara coding, assembling, distribusi dan filling yang mengakibatkan

ruang penyimpanan penuh/sempit.

4. Faktor methode

a. Petugas pengelolaan rekam medis dibagian (Coding) dan tabulasi

(Indeksing), masih dihadapkan dengan hambatan dalam memberikan

kode dan menginput data diagnose pasien akibat penulisan diagnosis

yang ditulis oleh dokter kurang jelas dan tidak dapat terbaca serta ada

beberapa berkas rekam medis rawat inap yang belum lengkap sehingga

harus mengembalikan berkas rekam medis kembali ke unit pengirim

untuk dilengkapi.

b. Petugas pengelolaan rekam medis yang berada dibagian Kelengkapan

Penataan Berkas (Assembling) belum menjalankan fungsinya dengan

baik karena masih terdapat berkas yang diterima masih belum lengkap

seperti resume kepulangan pasien sehingga harus dikembalikan ke

perawat ruangan atau dokter untuk segera dilengkapi.

c. Pengelolaan rekam medis dibagian Penyimpanan (Filling) sudah

menerapkan sistem sentralisasi yang mana artinya rumah sakit sudah

mengikuti pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit yang

dkeluarkan dan ditetapkan Depkes. Namun beberapa kendala masih

108
ditemukan seperti adanya kesalahan penempatan dokumen rekam

medis ataupun miss file dan dokumen rekam medis.

d. Pengelolaan rekam medis dibagian Analising/Laporan dalam

pengelolaannya masih dihadapkan dengan kendala seperti laporan

yang dikerjakan masih secara manual yang disebabkan oleh adanya

pemberharuan atau penambahan fitur pada SIMRS dan pengiriman

laporan masih terlambat belum tepat waktu.

5. Faktor money

Untuk anggaran dana terpusat di manajemen rumah sakit, bagian

rekam medis tidak memegang atas keuangan hanya saja apabila petugas

rekam medis membutuhkan pengadaan alat maka harus mengajukan

permintaan terlebih dahulu kepihak manajemen rumah sakit.

6.2 Saran

1. Faktor man

Dihaarapkan SDM pada bagian rekam medis untuk senantiasa

menambah keilmuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan

keterampilan tenaga rekam medis secara menyeluruh. Disisi lain

penambahan jumlah petugas rekam medis berdasarkan Kualifikasi dan

standar tenaga perekam medis perlu dipertimbangkan.

2. Faktor Material

Diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan Rumah Sakit

maupun untuk senantiasa memperhatikan Standar Oprasional Prosedur

109
(SOP) ketika melaksanakan tugas sehingga seluruh pekerjaan dapat

diselesaikan dengan aman dan tenang.

3. Faktor Machines

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit untuk senantiasa

memperhatikan Sarana dan Prasarana seperti perluasan ruangan

penyimpanan rekam medis agar dapat dilakukan pula penambahan rak

penyimpanan mengingat jumlah pasien yang kian hari semakin bertambah

banyak.

4. Faktor Method

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit untuk membuat regulasi

terhadap pengelolaan rekam medis serta memperhatikan alur rekam medis

RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi sesuai dengan ketentuan

peraturan yang telah ditetapkan.

5. Faktor money

Bagian manajemen rumah sakit lebih mengatur dalam pengadaan alat

yang dibutuhkan petugas rekam medis.

110
111

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2006 (2006) ‘Departemen Kesehatan RI, 2006, hal. 13..pdf’, Jurnal

Kesehatan,

Farida, Maya Istia, 2015 (2015) ‘Analisis Pengelolaan Data Rekam Medis Di

Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) Lanud Iswayudi’, Jurnal Fakultas

Ilmu Kesehatan, (0271).

Fauziah, N. (2009) ‘APLIKASI FISHBONE ANALYSIS DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI TEH PADA PT RUMPUN

SARI’.

Indawati, Laela, 2017 (2017) ‘identifikasi unsur 5m dalam ketidak tepatan

pemberian kode penyakit dan tindakan (systematic review)’.

Kholifah, A. N. et al. (2020) ‘Analisis Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam

Medis di Rumah Sakit Universitas Airlangga’, 1(3),

Konsil Kedokteran Indonesia, 2006 (2006) ‘M a n u a l r e k a m m e d i s’.

Meianti, A. et al. (2013) ‘PERENCANAAN IMPLEMENTASI UNIT KERJA

REKAM MEDIS’,

Murnawan, H. (2014) ‘EVALUASI PRODUKTIVITAS DENGAN METODE

FISHBONE DI PERUSAHAAN PERCETAKAN KEMASAN PT.X Latar

belakang Masalah’, 11(1),

Notoadmojo, 2018 (2018) ‘Metodologi Penelitian Kesehatan’.

PERMENKES No. 340, 2010 (2010) ‘Klasifikasi Rumah Sakit’,

Permenkes No. 55, 2013 (2013) ‘Permenkes No. 55 Tahun 2013’.

Permenkes No.269, 2008 (2008) ‘Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008:Rekam


Medis’,

Pratiwi, dyah Tifhanny, 2019 (2019) Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2019, Jurnal Kajian

Kesehatan Masyarakat.

Rizqiyah, R. and Ernawaty, E. (2016) ‘Analisis Sistem Pengelolaan Rekam Medis

Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya’, Jurnal Ilmiah

Kesehatan Media Husada, 5(2),

sugiharto & Edy Susanto, 2017 (2017) ‘MANAJEMEN INFORMASI

KESEHATAN IV: ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN’.

UU Nomor 29, 2004 (2004) ‘UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran’, Aturan praktik kedokteran,

UU Nomor 44, 2009 (2009) ‘UU Nomor 44’, 27(7).

ZAHARA, NURUL UTAMI, 2018 (2018) ‘Sistem Pengelolaan Rekam Medis

Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Madani Medan Tahun 2018’,

Kesehatan masyarakat, 1(2),

112
LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Izin Penelitian

113
Lampiran 2

Surat Balasan Izin Penelitian dari Rumah Sakit

114
Lampiran 3

Tabel Observasi

Alat Penyimpanan Dan


No ADA TIDAK JUMLAH
Penjajaran
Rak terbuka (open self file
1
unit)
Lemari lima laci (five-drawer
2
file cabinet)
Rak statis dan dinamis (Roll
3
O'Pack)

4 Lemari arsip (Filling cabinet)

5 penyekat (Treacer)

7 Penunjuk

8 tangga

9 Trolly

10 Meja Kerja

11 Meja sortir berkas

12 Kursi

13 Komputer

14 Printer

Penyejuk ruangan (AC/Kipas


15
angin/Exhaus fan)

16 Alat tulis kantor

115
Lampiran 4

Pedoman Wawancara 1

PEDOMAN
WAWANCARA
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS
PASIEN DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.
EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

IDENTITAS INFORMAN I (KEPALA INSTALASI


REKAM MEDIS) Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan :

PERTANYAAN
1. Menurut saudara/i bagaimana alur pelaksanaan rekam medis
di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ?

2. Berapa jumlah tenaga rekam rekam medis RSAU dr. Efram


Harsana Lanud Iswahjudi?

3. Adakah yang bertanggung jawab disetiap pengolahan rekam


medis?

4. Adakah upaya yang dilakukan dari pihak rumah sakit untuk


meningkatkat kualitas SDM di rekam medis ?

5. Bagaimana sarana dan prasarana di instalasi rekam medis ?

6. Apakah di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ini


memiliki SOP? Jika ya, apakah petuas sudah bekerja dengan
SOP yang ada ?

116
7. Menurut saudara apa kendala/hambatan yang ditemukan
selama pengisian isi RM ?

117
Lampiran 5

Pedoman Wawancara 2

PEDOMAN
WAWANCARA
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS
PASIEN DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.
EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

IDENTITAS INFORMAN II (PETUGAS REKAM MEDIS) ASSEMBLING


Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan :

PERTANYAAN
1. Menurut saudara/i bagaimana alur pelaksanaan rekam medis
di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ?

2. Adakah upaya yang dilakukan dari pihak rumah sakit untuk


meningkatkat kualitas SDM di rekam medis ?

3. Apakah di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ini


memiliki SOP? Jika ya, apakah petugas sudah bekerja
dengan SOP yang ada ?

4. Apa saja tugas saudara/i di bagian Assembling ?

5. Bagaimana alur berkas RM yang diterima hingga sampai ke


proses pengassemblingan? berasal dari mana ?

6. Adakah berkas rekam medis yang diterima namun belum


lengkap?

7. Lalu berkas yang belum lengkap dibawa kemana ?

118
8. Apa hambatan yang terjadi terkait proses pengolahan berkas
rekam medis?

119
Lampiran 6

Pedoman Wawancara 3

PEDOMAN
WAWANCARA
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS
PASIEN DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.
EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

IDENTITAS INFORMAN II (PETUGAS REKAM MEDIS) CODING


Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan :

PERTANYAAN
1. Menurut saudara/i bagaimana alur pelaksanaan rekam medis
di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ?

2. Adakah upaya yang dilakukan dari pihak rumah sakit untuk


meningkatkat kualitas SDM di rekam medis ?

3. Apakah di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ini


memiliki SOP? Jika ya, apakah petugas sudah bekerja
dengan SOP yang ada ?

4. Apa saja tugas saudara/i di bagian Coding?

5. Bagaimana alur berkas rekam medis hingga sampai di proses


pengkodingan ?

6. Adakah berkas rekam medis yang diterima namun belum


lengkap ?

7. Lalu berkas yang belum lengkap dibawa kemana ?

120
8. Apa hambatan yang terjadi terkait proses pengolahan berkas
rekam medis ?

121
Lampiran 7

Pedoman Wawancara 4

PEDOMAN
WAWANCARA
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS
PASIEN DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.
EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

IDENTITAS INFORMAN II (PETUGAS REKAM MEDIS) FILLING


Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan :

PERTANYAAN
1. Menurut saudara/i bagaimana alur pelaksanaan rekam medis
di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ?
2. Berapa jumlah tenaga rekam rekam medis RSAU dr. Efram
Harsana Lanud Iswahjudi ?
3. Adakah upaya yang dilakukan dari pihak rumah sakit untuk
meningkatkat kualitas SDM di rekam medis ?
4. Bagaimana sarana dan prasarana di instalasi rekam medis ?
5. Apakah di RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ini
memiliki SOP? Jika ya, apakah petuas sudah bekerja dengan
SOP yang ada ?
6. Apa saja tugas saudara/i di bagian Filling ?
7. Bagaimana alur berkas rekam medis hingga sampai di proses
Filling ?
8. Bagaimana pembagian tugas dibagian Filling ?

122
9. Bagaimana sistem penyimpanan berkas rekam medis di
RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi ?
Sentralisasi/desentralisasi ? Apakah dengan penyimpanan
yang seperti itu menemukan kesulitan ?
10. Apa hambatan yang terjadi terkait proses pengolahan berkas
rekam medis ?
11. Pernahkah dilakukan pemusnahan berkas rekam medis yang
sudah
inactive (tidak aktif) ?

123
Lampiran 8

Pedoman Wawancara 5

PEDOMAN
WAWANCARA
ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN REKAM MEDIS
PASIEN DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.
EFRAM HARSANA LANUD ISWAHJUDI MAGETAN

IDENTITAS INFORMAN II (PETUGAS REKAM MEDIS) ANALISING


Nama :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pendidikan :

PERTANYAAN
1. Apa saja tugas saudara dibagian Analising/laporan ?
2. Data yang akan diolah menjadi laporan berasal darimana?
3. Adakah upaya yang dilakukan dari pihak rumah sakit untuk
meningkatkat kualitas SDM di rekam medis ?
4. Adakah hambatan dan kendala yang dihadapi ?

124
Lampiran 9

Lembar Konsultasi Bimbingan

125
Lampiran 10

Dokumentasi

Meja Bagian Assembling, Coding, dan Analising

Lemari Penyimpanan Berkas Rekam Medis

126
Rak Penyimpanan Berkas Rekam Medis

127
Rak Penyimpanan Berkas Rekam Medis

128
Lampiran 11

Dokumentasi Ujian Akhir KTI

129
Lampiran 12

SOP Rekam Medis

130
KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. EFRAM HARSANA
Nomor Kep / 291 / VI/ 2019

tentang

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS


DI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. EFRAM HARSANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. EFRAM HARSANA

Menimbang : 1. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSAU


dr. Efram Harsana, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan Rekam Medis yang bermutu tinggi.

2. bahwa untuk menunjang tercapainya tertib administrasi


dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit perlu adanya Pedoman Pelayanan Rekam Medis
RSAU dr. Efram Harsana.

3. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut di atas


perlu ditetapkan Pedoman Pelayanan Rekam Medis RSAU
dr. Efram Harsana dengan Keputusan Kepala RSAU
dr. Efram Harsana.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009


tentang Pelayanan Publik.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit.
2

5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2012 tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib


Simpan Rahasia Kedokteran.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012


Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1410/Menkes/SK/X/2003 tanggal 1 Oktober 2003 tentang
Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V.

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


377/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007 tentang
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.

11. Surat Perintah Kepala Dinas Kesehatan AU Nomor


Sprin/08/III/2015 tanggal 16 Maret 2015 tentang
pendelegasian penandatanganan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Keputusan Kepala RSAU dr. Efram Harsana tentang


Pedoman Pelayanan Rekam Medis di RSAU dr. Efram
Harsana dengan susunan terlampir.

2. Keputusan Kepala RSAU dr. Efram Harsana tentang


Pedoman Pelayanan Rekam Medis ini dijadikan acuan dalam
penyelenggaraan kegiatan rekam medis di RSAU dr. Efram
Harsana.

3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan


catatan apabila dikemudian haRepublik Indonesia terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Madiun
pada tanggal 24 Juni 2019

KEPALA RSAU dr.EFRAM HARSANA,

dr. BUDHI PRANOWO, M.Sc. Sp.A


LETKOL KES NRP 527111
PANGKALAN TNI AU ISWAHJUDI Lampiran Kep.Ka.RSAU dr. Efram Harsana
RSAU dr. EFRAM HARSANA Nomor Kep / 291 / VI / 2019
Tanggal 24 Juni 2019

: Kep / / III / 201

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIK


RSAU dr. EFRAM HARSANA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang. Latar belakang dibuatnya Pedoman Pelayanan Rekam


Medis ini adalah sebagai berikut :

a. Lahirnya paradigma baru rekam medis yang dinamakan sebagai


manajemen informasi kesehatan (MIK) merupakan dampak positif dari
revolusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Revolusi teknologi
informasi dalam dasawarsa ini sangat berdampak pada perkembangan dan
perubahan konsep dan tata cara berkomunikasi. Hal ini membawa
pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan pengetahuan,
termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen rekam
medis/rekam kesehatan. Meskipun perkembangan teknologi infomasi ini
membawa pengaruh pada perluasan tujuan, pengguna dan fungsi rekam
kesehatan, namun rekam kesehatan tetap sebagai pusat penyimpanan data
dan informasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Untuk
itu kualitas data tetap menjadi andalan yang harus ditegakkan sesuai
kriteria yang mempersyaratinya. Demikian pula dalam merencanakan masa
depan rekaman, baik yang masih menggunakan konsep kertas maupun
elektronik tetap harus menjaga privasi, kerahasiaan, keamanan, dan
keselamatan pasien.

b. Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang


dimulai sejak saat pasien diterima rumah sakit, dilakukan pencatatan data
medis, selama pasien mendapat asuhan medis, keperawatan, dan
profesional pemberi asuhan lainnya. Rumah sakit menyelenggarakan
pengelolaan rekam medis terkait asuhan pasien sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Setiap pasien memiliki berkas rekam medis, baik
dalam bentuk kertas maupun elektronik yang merupakan sumber informasi
utama mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien sehingga menjadi
media komunikasi yang penting. Oleh karena itu, berkas rekam medis
dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan secara periodik.

c. RSAU dr. Efram Harsana sebagai rumah sakit tingkat III milik TNI
Angkatan Udara memiliki visi menjadi rumah sakit rujukan terbaik di
wilayah Magetan. dengan salah satu misinya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya
serta masyarakat umum. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, rumah
sakit melaksanakan asuhan kepada pasien. Asuhan pasien diberikan secara
berkelanjutan yang dituangkan dalam form rekam medis. Agar asuhan pasien
dapat berjalan secara berkelanjutan maka rekam medis harus tersedia
selama asuhan pasien rawat inap, rawat jalan, dan setiap saat dibutuhkan,
serta dijaga untuk selalu mencatat perkembangan pasien terkini.
-2-

2. Tujuan Pedoman. Pedoman Pelayanan Unit Rekam Medis disusun dengan


tujuan umum dan khusus, antara lain :

a. Tujuan Umum. Sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan bagi


Unit Rekam Medis dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi RSAU dr. Efram Harsana.

b. Tujuan Khusus. Tujuan khusus penyusunan pedoman pelayanan


rekam medis ini antara lain :

1) Tercapainya kegiatan rekam medis yang tertib administrasi dan


tertib hukum.

2) Terpenuhinya perencanaan dasar pengobatan dan perawatan yang


harus diberikan kepada pasien secara peripurna dan terselenggara
dengan baik.

3) Tersedianya informasi data kesehatan secara lengkap, cermat dan


akurat.

3. Ruang Lingkup Pelayanan. Ruang lingkup Pedoman Pelayanan Rekam


Medis RSAU dr. Efram Harsana ini adalah :

a. Standar ketenagaan

b. Standar fasilitas

c. Tata laksana pelayanan

d. Keselamatan personil

e. Keselamatan kerja

f. Pengendalian mutu rekam medis.

4. Batasan Operasional. Batasan operasional pelayanan yang diselenggarakan


Unit Rekam Medik, antara lain adalah :

a. Pencatatan data adalah pendokumentasian segala informasi medis


seorang pasien ke dalam rekam medis yang berbentuk data dan tulisan

b. Assembling adalah merakit/merangkai kembali dokumen rekam medis

c. Coding adalah memberikan suatu kode penyakit, kode tindakan yang


berkaitan dengan proses pelayanan kesehatan
d. Filing dan Distribusi adalah kegiatan menyimpan, penataan atau
penyimpanan rekam medis untuk mempermudah pengambilan kembali
-3-

e. Pelaporan adalah suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat


menghasilkan laporan sesuai secara cepat, tepat waktu dan akurat

5. Landasan Hukum. Penyusunan Pedoman Pelayanan Unit Rekam Medik


menggunakan landasan hukum, antara lain adalah :

a. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

b. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

c. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

d. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan


Traksaksi elektronik

e. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan


Rahasia Kedokteran

f. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang


Akreditasi Rumah Sakit

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008


tentang Rekam Medis

h. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/30/I/2015 tentang


Pelaksanaan Persiapan Akreditasi Rumah Sakit versi Tahun 2012 di RSAU
dr. Efram Harsana

i. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/16-PKS/IX/2017


tanggal 15 September 2017 tentang Pemberhentian Dari Dan Pengangkatan
Dalam Jabatan di Lingkungan TNI Angkatan Udara.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

6. Kualifikasi Sumber Daya Manusia. Pelayanan di Unit Rekam Medis


diawaki dan dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang mempunyai
kualifikasi dengan pola ketenagaan sebagai berikut :

Kualifikasi
No Nama Jabatan Keterangan
Formal
D III Perekam Berijazah DIII Perekam
1 Ka Unit RM
Medis Medis
Berijazah DIII Rekam Medis
DIII Perekam
2 Pelaporan / mempunyai Sertifikat
Medis / SMU
Pelatihan Rekam Medis
-4-

D III Perekam
3 Koding Berijazah DIII Rekam Medis
Medis
DIII Perekam Berijazah DIII Rekam Medis
4 Assembling Medis / SMU / / Mempunyai Sertifikat
SMK Pelatihan Rekam Medis
Bersertifikat Pelatihan
5 Filing SMU / SMK
Rekam Medis

7. Distribusi Ketenagaan. Pengaturan distribusi ketenagaan dalam


mendukung pelaksanaan pelayanan di Unit Rekam Medis antara lain adalah:

a. Dinas Pagi. Personel Unit Rekam Medis yang bertugas pada saat dinas
pagi sejumlah 6 (enam) orang, dengan perincian sebagai berikut :

1) 1 orang Ka Ru

2) 1 orang Pelaporan

3) 1 orang pelaksana Koding

4) 3 Orang pelaksana Filing dan Asembling

b. Dinas Malam. Personel Unit Rekam Medis yang bertugas sejumlah 1


(satu) orang.

8. Jadwal Kegiatan. Unit Rekam Medis dalam menyelenggarakan pelayanan


di RSAU dr. Efram Harsana diatur dan dituangkan dalam jadwal kegiatan
dengan pengaturan jaga sebagai berikut :

a) Jadwal Kegiatan. Unit Rekam Medis menyelenggarakan pelayanan


dengan jadwal kegiatan sebagai berikut :

No Jam Nama Kegiatan Keterangan

1. 07.00 – 07.15 Apel Pagi

2. 07.30 – 11.30 a. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan


b. Petugas Filing mempersiapkan
alat yang diperlukan dalam
pendistribusian Rekam Medis ke
Poli
c. Petugas Koding melaksanakan
pengkodean penyakit
d. Petugas Distribusi melaksanakan
pendistribusian ke masing-
masing Poli Rawat Jalan
-5-

No Jam Nama Kegiatan Keterangan

3. 12.00 – 15.15 a. Petugas Filing mencatat


pengembalian berkas rekam
medis dari poli rawat jalan
b. Petugas koding melaksanakan
koding berkas dari poli rawat
jalan
c. Petugas filing menerima berkas
yang telah dikoding untuk
dimasukkan kembali ke dalam
rak

4. 15.15 – 15.30 Persiapan Apel Sore

b) Pengaturan Jaga. Pelaksanaan pelayanan di Unit Rekam Medis diatur


dalam bentuk pengaturan jaga sebagai berikut :

1) Sistem atau pola penjadwalan Dinas. Pengaturan jaga di Unit


Rekam Medis dengan sistem penjadwalan yang dibuat sebulan sekali
oleh Kaunit Rekam Medis. Shift kerja terbagi dalam 2 shift yaitu pagi
dan sore. Waktu pelayanan rekam medis adalah penerimaan pasien
selama 24 jam per hari dan 7 hari dalam satu minggu. Pengelolaan
rekam medis dengan pembagian shift sebagai berikut :

a) Shift Pagi : Pukul 07.00 – 15.30 WIB

b) Shift Malam : Pukul 15.30 – 07.00 WIB

2) Penugasan apabila ada yang tidak masuk dinas. Jika ada petugas
rekam medis yang berhalangan hadir karena sakit atau alasan lain,
maka diusahakaan jumlah staf yang jaga menjadi tidak berkurang
dengan cara memajukan jadwal jaga yang sudah ada.

3) Penjadwalan pada situasi khusus. Jika terjadi situasi yang diluar


kendali misalnya pada bencana yang kemudian berdampak rumah
sakit membutuhkan tenaga lebih banyak, maka semua staf rekam
medis masuk jaga agar kebutuhan ketenagaan saat situasi bencana
dapat terpenuhi.

BAB III
STANDAR FASILITAS

9. Denah Ruang. Area kerja pelayanan Unit Rekam Medis adalah di Ruang
Rekam Medis dengan denah ruangan sebagai berikut :
6

3
6 2 2 7

1 2
6

5 5
8
6

2 2 9

KETERANGAN :
1. MEJA PENDAFTARAN 6. ROLL O’PACK
2. MEJA KERJA 7. KAMAR MANDI
3. FILLING KABINET 8. RUANG PERALATAN
4. LEMARI KAYU 9. LEMARI BESI
5. RAK FORMULIR
-7-

10. STANDAR FASILITAS. Fasilitas dan peralatan disediakan agar menunjang


tercapainya pelayanan kesehatan yang efisien yaitu :

a. Unit Rekam Medis mempunyai lokasi untuk menyelenggaraan rekam


medis agar efektif dan efisien

b. Ruang kerja memadai untuk staf agar dapat mengelola rekam medis,
pengambilan dan distribusi rekam medis lancar.

c. Ada ruang penyimpanan rekam medis aktif dan inaktif yang


menjamin bahwa rekam medis tidak hilang, rusak atau diambil oleh yang
berhak.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

11. Alur Tata Laksana Pelayanan Di Unit Rekam Medis

a) Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan

Datang Sendiri Tempat penerimaan


Doktr Praktek
Pasien rawat jalan
Rujukan Puskesmas
Rujukan RS lain

Follow Up Pernah Register


Tidak (No. RM)
Berobat

Ya

Dirujuk Ke
Dirawat RS
POLIKLINIK Lain

Pulang Berobat
Tidak Perlu Berobat Ulang Ya Ulang/Kontrol
-8-

b) Alur Pasien Rawat Inap

Datang Sendiri Tempat penerimaan


Doktr Praktek
Pasien rawat inap
Rujukan Puskesmas
Rujukan RS lain

Follow Up Pernah Register


Tidak (No. RM)
Berobat

Ya

Dirujuk Ke
Berobat
RS
Lain
Ulang/Kontrol RAWAT INAP

Pulang
Poliklinik Ya Perlu Berobat Ulang Tidak

12. Tata Laksana Pelayanan. Tata laksana pelayanan di Unit Rekam Medis
antara lain :

a. Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan. Kegiatan utama di Tempat


Pendaftaran Rawat Jalan adalah melayani pasien berobat rawat jalan
untuk selanjutnya ditentukan perlu dirawat inap maupun dirujuk
ketempat pelayanan kesehatan lainnya. Adapaun tugas pokok petugas
pendaftaran Pasien Rawat Jalan adalah menerima pendaftaran pasien
yang akan berobat di poliklinik rawat jalan, melakukan pencatatan
pendaftaran (regristasi), menyediakan formulir-formulir rekam medis
dalam berkas rekam medis bagi pasien yang baru pertama kali berobat
(pasien baru) dan pasien yang datang pada kunjungan berikutnya (pasien
lama), mencetakkan dan menyiapkan SEP dan berkas lainnya untuk
pasien BPJS, mengarahkan pasien ke unit rawat jalan atau poliklinik yang
sesuai dengan keluhannya dan memberi informasi tentang pelayanan-
-9-

pelayanan di RSAU dr. Efram Harsana. Pasien yang datang dapat


dibedakan menjadi :

1) Pasien baru. Setiap pasien baru diterima diregistrasi dan akan


diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan data identitas yang
akan ditulis diberkas rekam medis dan di entry pada komputer.
Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang juga akan
dicetak pada kartu pasien sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa
pada setiap kunjungan berikutnya di RSAU dr. Efram Harsana baik
sebagai pasien berobat jalan maupun sebagai pasien rawat inap.
Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke
poliklinik sesuai dengan yang dikehendaki pasien. Setelah mendapat
pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada beberapa kemungkinan
dari setiap pasien :

a) Pasien boleh langsung pulang.

b) Pasien kontrol oleh petugas poliklinik diminta untuk datang


kembali pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan.

c) Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.

d) Pasien harus dirawat.

e) Untuk pasien yang harus dirawat, DPJP membuat surat


pengantar rawat inap yang berisi alasan pasien harus dirawat
inap, bisa berupa diagnosa, rencana tindakan medis, ataupun
tindakan penunjang lainnya. Dan diarahkan untuk mendaftar ke
pendaftaran rawat inap (admission)

2) Pasien lama. Pasien lama datang dan mengambil nomor antrian


di mesin antrian yang ada, kemuadian menunggu panggilan dari loket
Pendaftaran dan akan diwawancarai oleh petugas, guna mendapatkan
informasi nomor rekam medis, dan tujuan berobat. Setelah pasien
menunjukan nomor rekam medis dan tujuan berobat,atau Surat
Rujukan, pasien didaftar oleh petugas sesuai dengan informasi yang
didapat dari pasien. Setelah selesai didaftar kemudian pasien
dipersilahkan menunggu poliklinik yang dimaksud, sementara rekam
medisnya diambil dan dikirim oleh petugas filing di ruang
penyimpanan berkas rekam medis. Setelah rekam medisnya dikirim
ke poliklinik, pasien akan mendapat pelayanan di poliklinik
dimaksud. Untuk pasien BPJS akan dibuatkan Surat Eligibiltas
Peserta (SEP) pada saat mendaftar.

b. Pelayanan Pendaftaran Rawat Inap. Penerimaan pasien rawat inap


dilakukan di Tampat Pendaftaran Rawat Inap (Admission). Pembinaan dan
pelaksanaan penerimaan pasien dengan baik menciptakan tanggapan yang
baik dari pasien-pasien yang baru masuk, menjamin kelancaran dan
kelengkapan catatan-catatan serta menghemat waktu dan tenaga. Untuk
- 10 -

memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan


proses penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien perlu ditetapkan.

1) Aturan penerimaan pasien harus memenuhi hal-hal berikut :

a) Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya


mengenai pencatatan seluruh informasi yang berkenaan dengan
diterimanya seorang pasien di RSAU dr. Efram Harsana.

b) Menginfokan kepada pasien tentang fasilitas rawat inap


termasuk kelas dan tarif kamar (untuk pasien non BPJS) yang
ada di rumah sakit.

c) Menjelaskan Hak dan Kewajiban pasien dan keluarga pada


saat dirawat di RSAU dr. Efram Harsana.

d) Mengkomunikasikan perihal pendaftaran pasien yang akan


dirawat inap ke Ruang rawat inap yang dituju.

2) Prosedur pasien untuk masuk untuk dirawat ialah :

a) Pasien yang mendapatkan perintah untuk dirawat,


diarahkan untuk mendaftar rawat inap ke bagian Admisi.
Sebelum pasien mendaftar perawat IGD/Poliklinik akan
mengecek ketersediaan kamar di Bagian Admisi.

b) Pasien / keluarga yang telah mendapatkan info kamar,


segera menuju ke bagian Pendaftaran.

c) Pada saat mendaftar pasien/keluarga akan mengisi formulir


persetujuan dan mendapat informasi dari petugas tentang :

(1) Ketersediaan kamar

(2) Pasien/keluarga akan mengisi General Consent, Hak


kewajiban, dan Persetujuan Rawat Inap, Formulir Edukasi
terintegrasi di bagian Admisi.

(3) Keluarga / pasien akan mendapatkan informasi


mengenai peraturan yang wajib ditaati oleh selama keluarga
dan pasien selama dirawat.

(4) Petugas akan memberikan informasi mengenai kelas


dan kamar dimana pasien akan dirawat.

(5) Petugas Pendaftaran Rawat Inap menghubungi perawat


ruangan untuk memperoleh ruangan.

(6) Setelah selesai melaksanakan pendaftaran dan


persyaratan, keluarga / pasien kembali ke IGD / Poliklinik.
- 11 -

3) Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan


dengan rekam medis antara lain :

a) Petugas ruang perawatan mengecek seluruh catatan penting


yang ada pada formulir rekam medis yang diterima dari perawat
IGD / Poliklinik.

b) Perawat menambah formulir-formulir tambahan yang


diperlukan oleh dokter maupun perawat selama pasien dirawat
inap.

c) Selama perawatan, semua PPA diwajibkan mencatat semua


data perawatan yang diberikan dari mulai saat pasien tiba di
ruang sampai pasien tersebut pulang, dipindahkan, dirujuk atau
meninggal.

c. Sistem Penomoran dan Identifikasi. Rekam medis pada hampir


semua pasien pelayanan kesehatan disimpan menurut nomor, yaitu nomor
pasien masuk (admission number). Di RSAU dr. Efram Harsana sistem
penomorannya menggunakan Sistem Angka akhir (Terminal Digit System).
Sistem ini memberikan satu unit rekam medis baik kepada pasien berobat
jalan maupun pasien untuk dirawat inap. Setiap pasien yang berobat ke
RSAU dr. Efram Harsana harus memiliki satu nomor rekam medis
(kebijakan penomoran), prosedur pemberian nomor yang telah ditetapkan
adalah sebagai berikut:

1) Sistem penomoran rekam medis RSAU dr. Efram Harsana


menggunakan Sistem Angka Akhir (Terminal Digit System).

2) Setiap pasien mempunyai satu nomor rekam medis untuk


seumur hidup dan digunakan untuk semua unit pelayanan.

3) Nomor rekam medis diberikan pada saat pertama kali pasien


memanfaatkan pelayanan di RSAU dr. Efram Harsana.

4) Cara penomoran dengan menggunakan angka 6 digit.

5) Jika satu pasien mempunyai nomor rangkap, maka nomor rekam


medis yang dipakai adalah yang paling lama. Kemudian berkas rekam
medis pasien disatukan dalam satu map rekam medis dengan nomor
yang lama.

Cara Penggunaan Unit Numbering System adalah pada saat seorang pasien
berkunjung pertama kali ke rumah sakit apakah sebagai pasien berobat
jalan ataupun pasien rawat inap, kepadanya diberikan satu nomor
(Admisson number) yang digunakan selamanya untuk kunjungan
seterusnya. Sehingga rekam medis pasien tersebut tersimpan dalam
berkas di bawah satu nomor.
Dengan sistem ini, semua rekam medis pasien memiliki satu nomor dan
terkumpul dalam satu map (folder). Sistem ini secara cepat memberikan
kepada rumah sakit/staf medis satu gambaran lengkap mengenai riwayat
- 12 -

penyakit dan pengobatan seorang pasien. Sistem unit menghilangkan


kerepotan mencari/mengumpulkan rekam medis seorang pasien yang
terpisah-pisah dalam sistem seri. Sistem ini juga menghilangkan kerepotan
mengambil rekam medis lama, untuk disimpan kedalam nomor baru
dalam sistem seri unit.
Dalam hal penggunaan sistem unit, kepada petugas yang memberikan
nomor masuk (admision number), diperintahkan agar selalu mengecek
apakah seorang pasien sudah pernah berkunjung ke rumah sakit ini
sebelumnya. Pasien lama tidak akan diberikan nomor baru karena rekam
medisnya yang sekarang akan diberi nomor yang sama dengan nomor yang
telah dimiliki pada kunjungan yang pertama.Kadang-kadang terjadi
kekeliruan dimana seorang pasien diberikan lagi nomor yang baru.
Padahal ia telah mempunyai nomor, kekeliruan ini dapat diperbaiki dengan
membatalkan nomor baru dan tetap memakai nomor yang lama.
Sistem nomor yang digunakan juga mempengaruhi rencana perkembangan
ruangan tempat penyimpanan. Diperlukan ruang kosong pada rak
penyimpanan sebanyak 25% karena tempat tersebut berguna untuk
penyimpanan rekam medis yang makin tebal.
Dalam hal sistem angka akhir, nomor-nomor rekam medis tidak
menunjukkan tua atau mudanya suatu rekam medis sehingga untuk
memilih rekam medis yang tidak aktif harus dilhat satu persatu. Tahun
berapa seorang pasien terakhir dirawat atau berkunjung ke poliklinik.
Sehingga satu pasien hanya mempunyai satu unit nomor seumur hidup
kemanapun ia berobat di suatu rumah sakit yang sama. Untuk itu, setiap
pasien dapat dimasukkan dalam kartu indeks pasien

d. Pemberian Identitas Pasien Umum. Indentitas merupakan data


awal atau data yang pertama kali di catat oleh petugas pelayanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, informasi demografi merupakan
informasi yang diperlukan dalam pengisian data dasar indentitas diri
seorang pasien.Isi data demografi bersifat permanen (kekal) dan setidaknya
mencakup informasi tentang:

1) Nama Lengkap (nama sendiri dan nama keluarga yaitu nama


ayah/suami/marga/she). Tuliskan nama keluarga, ben tanda koma,
bare nama sendiri. Artinya, semua nama dimuka tanda koma adalah
nama keluarga. Tulisan demikian menyamarkan identitas pasien dan
pihak yang tidak berwenang namun saat memanggil nama pasien
disesuaikan dengan kebiasaan yang diinginkan.

2) Nomor Rekam kesehatan pasien dan nomor identitas lain


(asuransi).

3) Alamat lengkap pasien nama jalan/gang, nomor rumah, wilayah,


kota yang dihuni.

4) Tanggal lahir pasien (tanggal, bulan, tahun) dan kota tempat


kelahiran.

5) Jenis kelamin (perempuan atau laki-laki).


- 13 -

6) Status pernikahan (sendiri, janda, duda, cerai).

7) Nama dan alamat keluarga terdekat yang sewaktu-waktu dapat


dihubungi.

8) Tanggal dan waktu terdaftar ditempat penerimaan pasien rawat


inap/rawat jalan/rawat darurat.

9) Nama Rumah sakit (tertera pada kop formulir: nama, alamat,


telepon, kota)

Tujuan dan pengumpulan informasi demografi ini adalah untuk


menginformasikan identitas pasien secara lengkap. Rumah sakit dan
organisasi pelayanan kesehatan yang terkait juga menggunakan informasi
demografi pasien sebagai basis data statistik, riset dan sumber
perencanaan.Untuk memberikan kemudahan dalam pengumpulan data
demografi di atas digunakan formulir identitas pasien yang isinya
mencakup diantaranya:

1) NIK
2) Nama Lengkap.
3) Alamat.
4) Pangkat
5) NRP/NIP
6) Kesatuan (Khusus pasien Anggota TNI/PNS TNI)
7) Telepon/HP.
8) Tempat/Tgl Lahir dan umur pasien.
9) Jenis Kelamin
10) Agama dan Suku bangsa.
11) Golongan Darah.
12) Status pemikahan.
13) Pendidikan.
14) Pekerjaan.
15) Nama suami/istri pasien.
16) Pekerjaan suami/istri Pasien.
17) Nama orang tua kandung pasien.
18) Nama, Alamat dan No Tlp/HP penanggung jawab pasien.
19) Cara pembayaran pasien.
20) Tanda tangan dan nama terang pembuat pernyataan dan petugas
pendaftaran.

Cara pemberian identitas pasien dewasa/umum adalah setiap pasien


yang datang pertama kali berobat atau disebut dengan pasien baru selain
bayi baru lahir di dalam rumah sakit atau pelayanan kesehatan harus
mengisi formulir indentitas pasien yang telah disediakan di loket-loket
pendaftaran baik di tempat pendaftaran poliklinik maupun di tempat
pendaftaran IGD.
- 14 -

Pemasangan gelang pasien dilakukan saat pasien datang di IGD atau saat
pasien ditentukan untuk rawat inap. Pemasangan gelang pasien dilakukan
dengan prosedur yang telah ditetapkan sebagai alat identifikasi pasien saat
berada di ruang perawatan. Gelang pasien dipakai selama pasien dirawat
di Rumah Sakit dampai dengan pasien pulang.

e. Pemberian Identitas Bayi Baru Lahir dengan Persalinan.

1) Mengisi Identitas bayi baru lahir meliputi : identitas pribadi dan


sosial, tanggal masuk, kelas perawatan dan paviliun tempat pasien
dirawat.
2) Identitas untuk penamaan bayi mengikuti nama ibunya dengan
penambahan "By Ny" di belakang nama ibunya.
3) Segera setelah lahir, bayi ditunjukkan langsung ke ibunya atau
keluarganya
4) Setelah ditunjukkan kepada ibu/keluarganya, bayi diberi
identitas dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Pemasangan gelang tangan dan cap kaki bayi dilakukan di


depan ibu yang barn melahirkan bayi tersebut atau saksi lain
bila ibu dalam keadaan tidak radar.

b) Gelang Tangan Bayi.


(1) Warna biru untuk bayi laki-laki.

(2) Warna merah muda untuk bayi perempuan.

(3) Warna putih untuk bayi dengan jenis kelamin yang


belum dapat diidentifikasi.

c) Gelang tangan bayi ditulis : Nama ibu ditambah dengan "By


Ny" (sesuai dengan sistem penamaan), Nomor rekam medis ibu,
Tanggal lahir bayi, yang ditulis dengan menggunakan pulpen
tahan air.

d) Gelang tangan bayi dipakai selama di rawat di rumah sakit


sampai bayi dipulangkan dan rumah sakit.

5) Mengisi formulir identitas bayi secara lengkap dengan:

a) Mencantumkan nama dan tanda tangan dokter / bidan yang


menolong/perawat pelaksana.

b) Mencantumkan cap ibu jari tangan, dan ibunya bayi.

c) Mencantumkan cap telapak kaki bayi kiri dan kanan.

6) Pada saat memulangkan bayi, tali gelang digunting dan identitas


bayi ditunjukkan ke orang tuanya.
- 15 -

7) Apabila dinyatakan benar, orang tua bayi menandatangani


pernyataan yang tercantum pada formulir identitas bayi yang
disiapkan perawat/bidan.

f. Pemberian Identitas dan Penomoran Pasien di Instalasi Gawat


Darurat. Pemberian identitas dan penomoran pasien di IGD pada
prinsipnya sama dengan pemberian identitas dan penomoran untuk pasien
umum, hanya perbedaannya adalah pada pemberian identitas pasien yang
belum jelas karena pasien datang tanpa pengantar/keluarga atau tanpa
membawa kartu identitas sedangkan pasien dalam kondisi parah dan tidak
sadar. sehingga masuk kategori pasien yang belum teridentifikasi maka
pemberian identitasnya adalah sebagai berikut:

1) Memberikan nomor rekam medis.

2) Memberikan nama pasien dengan nama Tn X jika pasien berjenis


kelamin laki-laki dan Ny X jika pasien berjenis kelamin perempuan.

3) Jika jumlah pasien tanpa identitas lebih dari satu maka


identifikasinya menggunakan format Tn/Ny X, inisial petugas
pendaftaran, dan urutan pasien yang diidentifikasi. Label ini dapat
dipakai sampai pasien dapat diidentifikasi dengan benar. Contoh:
Tn Xfl untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh
petugas pendaftaran yang berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa
identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien tanpa identitas pertama yang
didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial N, dan seterusnya

4) Pada kolom alamat diisi dengan Lokasi tempat kejadian.

5) Tanggal lahir diisi tanggal dan bulan pasien datang sedangkan


untuk tahun kelahiran diperkiraan berdasarkan perkiraan usia dan
tampilan fisik pasien.

6) Jenis kelamin diisi sesuai dengan jenis kelamin pasien.

7) Setelah identitas pasien dapat teridentifikasi maka data yang


semula Tn X/Ny X diperbaharui sesuai dengan identitas yang
sebenarnya.

8) Melakukan identifikasi diantaranya:

a) Rambut : warna (hitam, coklat, putih, lain-lain), bentuk


(lurus, berombak, kriting, lain-lain), ukuran (panjang,
sedang, pendek)
b) Kulit: warna kulit (putih, kuning, coklat, hitam, lain-lain).
c) Postur tubuh: ukuran (tinggi, sedang, pendek) dan bentuk
(gemuk, sedang, kurus).
d) Identitas lain: Pakaian (warna, corak/model, jenis, dll) dan
barang-barang lain yang di bawa.
- 16 -

g. Pemberian Identitas dan Penomoran Pasien Saat Kondisi Bencana.


Pembeda utama antara pasien biasa dan gawat darurat dengan bencana
terletak pada kejadian "bencana" itu. Selebihnya, penanganan pasien
kasus bencana adalah murni kegawatdaruratan yang bersifat life saving
atau segera wajib dilakukan pertolongan dan atau tindakan medis demi
menyelamatkan nyawa pasien.Dengan demikian pasien korban bencana
senantiasa dikategorikan sebagai bagian dan pelayanan gawat darurat dan
termasuk dalam pelayanan rawat jalan (out patient services).
Yang dikategorikan sebagai kasus bencana adalah kejadian yang
diakibatkan oleh kondisi yang tidak lazim. Misalnya bencana alam (seperti
banjir, tsunami, kebakaran hutan, badai, angin, halilintar, gempa bumi,
tanah longsor atau es longsor), gejolak politik (huru hara demonstrasi,
serangan teroris, perang, lemparan born), akibat kelalaian manusia (arus
pendek listrik, kebakaran lingkungan), penyebaran penyakit (epidemi,
pandemi); akibat unsur teknis (kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara)
dan lainnya. Ciri khas bencana adalah peristiwa yang datang secara tidak
terduga dikala orang tidak siap. Hal yang pasti, dalam sekejap jumlah
korban yang membutuhkan pertolongan pada sarana pelayanan kesehatan
meningkat dengan amat tajam. Untuk menampung korban yang amat
banyak, sering didirikan tempat pos kesehatan darurat dengan
relawannya.
Dalam kejadian bencana, ada pasien korban bencana yang hanya
memerlukan pelayanan rawat jalan atau rawat inap bila kondisinya serius.
Selain itu ada banyak korban yang meninggal di tempat kejadian atau
dalam perjalanan ke rumah sakit. Bahkan, ada pasien yang memutuskan
pulang paksa dengan berbagai alasan.Data kasus bencana memiliki
informasi tambahan yang setidaknya menerangkan:

1) Nama (bila ada identitas penunjuk seperti KTP, melalui


keluarga/kawan, pasien dapat berbicara sendiri).

2) Lokasi wilayah pengambilan korban dan waktu kejadian bencana.

3) Kondisi saat korban tiba dan waktu tiba disarana pelayanan


kesehatan.

4) Mencatat nomor pasien korban bencana yang diberikan dan


tempat bencana (triage tag number) dan menghubungkannya dengan
nomor rekam medis (rekam kesehatan) atau identitas lainnya, baik
yang lama atau yang barn diperoleh dari tempat penerimaan pasien
(TPP) gawat darurat sarana pelayanan kesehatan.

5) Sebagai tambahan, disarankan agar dilengkapi dengan rekam


medis gigi (dental chart) yang sesuai dengan standar internasional.

Informasi darurat biasanya sangat singkat dan belum akurat karena


data diperoleh dalam kondisi yang seadanya, misalnya melalui pasien yang
masih belum siap atau wali bahkan pengantar. Ketidakmampuan petugas
TPP untuk memperoleh informasi darurat secara lengkap juga dapat
dikarenakan kondisi pasien belum stabil, keluarga masih panik atau bisa
- 17 -

jadi pengantar, penolong tidak mengenal pasien. Bila keadaan sudah lebih
tenang dan dapat diatasi, Petugas Pendaftaran wajib melengkapi
kekurangan data melalui kartu identitas pasien atau melalui keterangan
pasien, keluarga pasien/wali yang ada.
Secara umum untuk identifikasi pasien korban bencana adalah sama
dengan pasien umum dan pasien IGD (identitas pasien yang belum
diketahui) dengan penambahan sebagai berikut:

1) Jenis Bencana.

2) Waktu kejadian bencana (Tanggal dan Jam)

3) Lokasi wilayah terjadinya bencana.

4) Sarana transportasi yang digunakan untuk membawa korban


bencana.

h. Sistem Penamaan. Sistem penamaan pada dasarnya untuk


memberikan identitas kepada seorang pasien serta untuk membedakan
antara pasien yang satu dangan pasien yang lainnya, sehingga
mempermudah/memperlancar didalam memberikan pelayanan rekam
medis kepada pasien yang datang berobat ke rumah sakit. Di RSAU
dr. Efram Harsana menggunakan sistem penamaan langsung yaitu yang
ditulis dalam data base adalah nama pasien sendiri berdasarkan kartu
tanda pengenal dan dapat ditambahkan sesuai dengan wawancara
terakhir.
Di negara barat, penulisan nama pasien sangat mudah dilakukan,
karena mereka sudah memiliki patokan-patokan yang baku, misalnya
mencatat nama untuk keperluan resmi patokannya adalah nama keluarga
(Surname) selalu dicantumkan terlebih dahulu, lalu diikuti Nama diri (First
Name). Di Indonesia, kurang dikenal penggunaan/pencatatan nama
berdasar nama keluarga, sebagaimana yang berlaku di Negara Barat.
Penamaan harus dilakukan secara luwes karena sebetulnya nama
hanyalah salah satu identitas yang membedakan pasien yang satu dengan
yang lainnya, disamping umur, alamat dan nomor rekam medis pasien.
Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah nama
pasien harus lengkap, minimal terdiri dua suku kata. Dengan demikian,
nama pasien yang akantercantum dalam rekam medis akan menjadi satu
diantara kemungkinan berikut:

1) Nama pasien sendiri, apabila nama sudah terdiri dan satu kata
atau lebih;

2) Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila


pasien sudah bersuami;

3) Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua


(biasanya nama ayah);
- 18 -

4) Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga, maka nama


keluarga/marga atau surname didahulukan dan kemudian diikuti
nama sendiri.

Namun untuk pemberian nama khususnya di daerah jawa dan di era


sekarang ini penggunaan nama marga/keluarga, nama suami sangat
jarang digunakan, oleh karena itu dalam sistem penamaan rekam medis di
RSAU dr. Efram Harsana diberlakukan ketentuan sebagai berikut:

1) Nama ditulis dengan huruf cetak/kapital (untuk penulisan


identitas di cover berkas pasien rawat inap) dan mengikuti ejaan yang
disempurnakan.

2) Sebagai pelengkap, di akhir nama lengkap pasien ditambah Ny,


Nn, An, Sdr atau Tn (sesuai dengan statusnya).

3) Titel atau gelar tidak dicantumkan dalam sistem penamaan


pasien di RSAU dr. Efram Harsana, Hal ini harus dijelaskan dalam
general consent yang disetujui dan ditandatangi oleh pasien saat
pasien pertama kali mendaftar.

4) Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, Tidak dicantumkan dalam


penulisan nama pasien namun dengan penggunaan singkatan
Tn/Sdr.

Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena


sering dijumpai pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang
pasien berobat di rumah sakit. Dengan menggunakan cara penulisan,
akan memudahkan seorang petugas rekam medis bagian filling
(penyimpanan) untuk mengambil berkas rekam medis di tempat
penyimpanan apabila sewaktu-waktu berkas rekam medis diperlukan.
Untuk keseragaman penulisan nama seorang pasien, dipakai ejaan baru
yang disempurnakan.Adapun prosedur penulisannya adalah sebagai
berikut:

1) Ketentuan Umum

a) Nama yang dipakai menggunakan ejaan baru.

b) Penulisan nama dengan menggunakan huruf balok atau


huruf yang mudah dibaca.

2) Menggunakan nama sendiri

a) Nama yang dipakai pasien adalah nama pasien sendiri


sesuai dengan kartu identitas pasien (KTP, SIM, KTA).

3) Nama bayi. Bagi bayi baru lahir biasanya belum diberi nama oleh
orang tuanya, sehingga penulisan nama bayi baru lahir menggunakan
nama ibunya. Contoh :
- 19 -

Nama Ibu : Dian Setyaningsih Ny


Nama Ibu : Nindha Lailatusy-syifa Ny

Nama Bayi : Dian Setyaningsih By Ny


Nama Bayi : Nindha Lailatusy-syifa By Ny

Setelah bayi tersebut kontrol atau berobat ulang bar kemudian


nama tersebut diganti dengan nama bayi yang sebenarnya.

4) Gelar kesarjanaan atau gelar kebangsawanan. Gelar dan titel


dicantumkan dalam penulisan nama pasien.

Contoh : Shalachudin Cahya Kusuma, A.Md.PK., SKM


Shalachudin Cahya Kusuma, A.Md.PK., SKM. Tn

5) Untuk menghindari kekeliruan, maka di belakang nama


ditambah pelengkap Tn/Ny/Nn/Sdr/An.

Contoh : Umi Aliyah Ny

6) Pemberian Nama inisial untuk pasien tanpa identitas.

a) Memberikan nama pasien dengan nama Tn X jika pasien


berjenis kelamin laki-laki dan Ny X jika pasien berjenis kelamin
perempuan.

b) Jika jumlah pasien tanpa identitas lebih dari satu maka


identifikasinya menggunakan format Tn/Ny X, inisial petugas
pendaftaran, dan urutan pasien yang diidentifikasi. Label ini
dapat dipakai sampai pasien dapat diidentifikasi dengan benar.
Prosedur pemberian nama inisial untuk pasien tanpa identitas
ini juga dapat digunakan saat kondisi bencana.Contoh:Tn Xfl
untuk pasien tanpa identitas pertama yang didaftar oleh petugas
pendaftaran yang berinisial F, Ny Xf2 untuk pasien tanpa
identitas kedua, Tn Xnl untuk pasien tanpa identitas pertama
yang didaftar oleh petugas pendaftaran yang berinisial N, dan
seterusnya

7) Suku kata nama yang disingkat pada saat penulisan nama


pasien.

8) Nama pasien dengan minimal dua suku kata dan memiliki


awalan kata "Muhammad" dan ejaan sejenisnya dalam sistem
penamaan disingkat menjadi huruf "M". Hal ini untuk mempermudah
pencarian data pasien berdasarkan nama, karena kata "Muhammad"
dapat ditulis dalam ejaan yang berbeda beda.
- 20 -

i. Indeksing. Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode


yang sudah dibuat kedalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu
indeks atau komputerisasi). Pengindeksan di RSAU dr. Efram Harsana
menggunakan komputer adapun secara standar jenis indeks yang biasa
dipakai adalah:

a) Indeks Pasien. Pengertian Indeks Utama Pasien adalah satu


kartu katalog yang berisi nama semua pasien yang pernah berobat
di RSAU dr. Efram Harsana. Kegunaan indeks pasien adalah kunci
untuk menemukan berkas rekam medis seorang pasien.Penggunaan
Indeks Pasien di RSAU dr. Efram Harsana adalah dengan Program
Personal Detail sebagaimana pada pembahasan IUPE. Informasi yang
ada dalam kartu indeks ini adalah:

a) Di Indeks Pasien terdiri dari Nama lengkap, Nomor Rekam


medis, jenis kelamin, umur atau tanggal lahir, nama ayah/Ibu,
Pekerjaan Tanggal masuk, hasil, dokter.

b) Cara Penyimpanan adalah sebagai berikut Indeks pasien


elektronik tersimpan dalam server domain yang ter-backup 2 kali
setiap hari.

c) Lama Penyimpanan : disimpan selamanya

b) Indeks Penyakit. Pengertian Indeks penyakit dan indeks operasi


adalah satu kartu katalog yang berisi kode penyakit dan kode
tindakan operasi yang ada di rumah sakit.Informasi yang ada di
dalam kartu adalah: Kode ICD; Judul; Bulan; Tahun; No. RM pasien;
Jenis Kelamin; Umur.Untuk Indeks Operasi ditambah: dokter bedah,
dokter anesthesia, hari preOP, Post OP, cara pasien keluar (sembuh,
cacat, meninggal). Untuk Indeks penyakit ditambah: diagnose lain,
dokter, hari perawatan, cara keluar (sembuh, cacat, meninggal).
Kegunaan indeks penyakit adalah Untuk mengambil berkas RM
tertentu, guna keperluan-keperluan sebagai berikut:

a) Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit


untuk memperoleh pengertian tentang penanggulangan terhadap
penyakit- penyakit atau masalah-masalah kesehatan pada saat
ini.

b) Untuk menguji teori-teori membandingkan data-data


tentang penyakit/pengobatan dalam rangka penyuguhan tulisan-
tulisan ilmiah.

c) Menyuguhkan data menggunakan fasilitas rumah sakit


untuk menyusun keperluan alat-alat baru, tempat tidur dan lain-
lain.

d) Menilai kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit.


- 21 -

e) Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survey


kemampuan rumah sakit.

f) Menemukan RM dimana dokternya hanya ingat diagnosa


atau operasinya sedangkan nama pasien yang bersangkutan
lupa.

c) Indeks Dokter. Pengertian Indeks Dokter adalah


daftar/tabulasi yang berisi nama dokter yang memberikan
pelayanan medik pada pasien. Kegunaan adalah untuk menilai
pekerjaan dokter dan bisa sebagai bukti pengadilan.

d) Indeks Kematian. Informasi yang ada dalam indeks kematian


adalah: Nama pasien, No. RM, Jenis Kelamin, Umur, dokter yang
merawat, Hari perawatan, wilayah, Kematian kurang dari sejam post
OP. Kegunaan indeks kematian adalah untuk statistik menilai mutu
pelayanan dasar menambah dan meningkatkan peralatan / tenaga.

j. Pengolahan, Analisa Data Dan Pelaporan. Pengolahan rekam


medis termasuk dalam sistem penyelenggaraan rekam medis namun
dalam hal ini proses pengolahan rekam medis terpisah dengan proses
penyelenggaraan rekam medis, disebabkan pada pembahasan pengolahan
rekam medis lebih cenderung pada pengolahan data yang bersifat tersirat
artinya pelayanannya tidak langsung terlihat dan tidak berinteraksi
langsung dengan customer atau unit lainnya. Proses pengolahan rekam
medis diselenggarakan oleh Bagian Rekam Medis, kegiatan dan ketentuan
mengenai proses pengolahan rekam medis adalah sebagai berikut:

1) Pengolahan Berkas Rekam Medis. Pengelolaan Rekam Medis


adalah pengelolaan record yang dihasilkan rumah sakit, merupakan
bagian dan manajemen record. Susan Z Diamond (1995) dalam
bukunya Record Management menyebutkan manajemen record adalah
berkenaan dengan control record itu sendiri mulai dan penciptaan,
yang diteruskan pada masa aktif dan inaktif, sampai kepada masa
pemusnahannya. Menurunya record mempunyai empat tahapan
dalam siklusnya, yaitu:

a) Tahap penciptaan record.

b) Tahap record aktif, pada tahap ini frekuensi penggunaan


record masih tinggi. Dibutuhkan lebih cepat dalam mengakses.

c) Tahap record Inaktif, pada tahap ini tetap disimpan karena


alasan aspek hukum dan digunakan untuk referensi.

d) Tahap pemusnahan, terjadi karena organisasi tidak lagi


membutuhkan dan tidak digunakan untuk masalah legalitas.

Alur rekam medis rawat jalan adalah sebagai berikut :


- 22 -

(a) Pasien mendaftar di Tempat Pendaftaran Rawat Jalan.

(b) Petugas Admission melakukan pendaftaran dan:

(1) Pencatatatan pada program Pendaftaran: Nama pasien,


No RM, Identitas dan Data Sosial pasien.

(2) Membuat kartu berobat, mencetak karcis dan


menyerahkannya kepada pasien atau keluarganya.

(c) Petugas rekam medis mengidentifikasi pasien rawat jalan


menggunakan nama pasien yang tercetak pada karcis
pendaftaran.

(d) Dokter memeriksa dan mencatat hasil pemeriksaan dan


terapi pada Rekam Medis Pasien.

(e) Atas advis dokter, Unit penunjang medis melakukan


pemeriksaan penunjang diagnostik dan memasukkan hasil
pemeriksaannya pada Program Laboratorium dan Program
Radiologi.

(f) Petugas Rekam Medis melakukan:

(1) Pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian rekam


medis elektronik.

(2) Pembuatan rekapitulasi setiap akhir bulan untuk


mengevaluasi kelengkapan, membuat laporan dan statistik
rumah sakit.

Sedangkan alur rekam medis rawat inap adalah sebagai berikut:

(a) Pasien yang sudah diperiksa oleh dokter pemeriksa,


membawa surat permohonan rawat inap dari Dokter ke Tempat
Pendaftaran Rawat Inap.

(b) Petugas Admision (Pendaftaran):

(1) Memeriksa ketersediaan kamar, kemudian berkoordinasi


dengan perawat ruang perawatan terkait dengan permintaan
dan ketersediaan kamar.

(2) Memintakan persetujuan rawat inap kepada


pasien/keluarga.

(3) Petugas rekam medis membuat berkas rekam medis


rawat inap baru, melengkapi pengisian form-form terkait
penerimaan pasien rawat inap, mencetak label pasien rawat
- 23 -

inap serta melengkapi identitas pasien pada berkas rawat


inap.

(4) Apabila pasien sudah pernah MRS, mencari rekam medis


lama dan menyatukannya dengan berkas rekam medis baru.

(5) Meyiapkan gelang pasien sebagai sarana identifikasi


pasien rawat.

(6) Menyerahkan berkas kepada Dokter Pemeriksa dan


perawat.

(c) Dokter pemeriksa mengisi dan melengkapi berkas rekam


medis menjadi kewajibannya.

(d) Petugas IGD/IRJ mengisi rekam medis dan lembar Asesmen


IGD atau poliklinik yang ada pada berkas rekam medis rawat inap,
mengirim pasien beserta berkas rekam medisnya ke ruang
perawatan.

(e) Pasien diterima oleh petugas ruangan, kemudian petugas


ruangan dan petugas IGD/IRJ melakukan timbang terima
mengenai kondisi pasien dan mencatatnya pada buku registrasi
pasien rawat inap.

(f) Dokter yang merawat pasien mencatat riwayat penyakit, hasil


pemeriksaan fisik, terapi serta semua tindakan yang diberikan
kepada pasien pada berkas rekam medis yang menjadi tanggung
jawabnya dan menandatanganinya.

(g) Perawat atau bidan:

(1) Mencatat pengamatannya terhadap pasien dan


pertolongan perawatan yang diberikannya ke dalam lembar
berkas rekam medis yang menjadi tanggung jawabnya dan
menandatanganinya.

(2) Menambah lembaran-lembaran rekam medis sesuai


dengan kebutuhan pelayanan yang diberikan kepada pasien.

(3) Memeriksa kelengkapan pengisian berkas rekam medis


sebelum diserahkan ke bagian Assembling (Rekam Medis)

(4) Mengembalikannya ke bagian Rekam Medis (Assembling)


dalam waktu maskimal 2x24 jam, dalam kondisi lengkap dan
benar.

(h) Petugas Rekam Medis (Assembling).

(1) Mengevaluasi kelengkapan berkas rekam medis.


- 24 -

(2) Jika reka medis belum lengkap, mengembalikan berkas


rekam medis untuk dilengkapi oleh unit terkait.
(3) Sudah lengkap, menata ulang (assembling) berkas sesuai
dengan susunan yang ditetapkan.

(4) Melakukan koding dan indeksing.

(5) Penyimpan berkas rekam medis yang sudah lengkap


kedalam rak penyimpanan.

2) Assembling (Perakitan). Assembling atau perakitan adalah


kegiatan yang harus ada di dalam sistem penyelenggaraan rekam
medis. Kegiatan assembling dapat dikategorikan sebagai kegiatan
dalam proses penyelenggaraan rekam medis dan dapat juga
dikategorikan sebagai kegiatan dalam proses pengolahan rekam
medis. Kegiatan yang termasuk dalam proses penyelenggaraan rekam
medis adalah kegiatan perakitan berkas rekam medis yaitu
menyiapkan berkas rawat jalan dan menyiapkan berkas rawat inap.
Tujuan penyusunan berkas rekam medis adalah agar rekam medis
tertata dengan rapi sehingga diharapkan fungsi dan kegunaan rekam
medis dapat berguna lebih optimal. Penyusunan berkas rekam medis
kemudian mengevaluasi kelengkapan berkas rekam medis adalah
kegiatan assembling yang terkait dengan proses pengolahan rekam
medis. Penyusunan berkas rekam medis dilakukan setelah berkas
kembali dari Ruang Perawatan. Berkas rekam medis disusun
berdasarkan ketentuan mengenai urutan berkas tersebut. Urutan
berkas tersebut adalah:

a) Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap (umum).

b) Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus


kebidanan.

c) Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus


bedah.

d) Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk kasus


neonatus.

Selain penyusunan berkas rekam medis juga dilakukan evaluasi


mengenai kelengkapan berkas rekam medis, evaluasi tersebut antara
lain:

a) Evaluasi ketepatan penyerahan berkas rekam medis.

b) Evaluasi Kelengkapan Berkas Rekam Medis tentang:

c)
- 25 -

(1) Identitas pasien.

(2) Keterisian setiap lembaran rekam medis.

d) Autentikasi setiap lembaran rekam medis (Nama terang dan


tanda tangan).

Evaluasi yang dilakukan hanya sebatas kuantitatif artinya hanya


melihat terisi atau tidak tanpa memperhatikan kebenaran isian
tersebut. Evaluasi sampai dengan kebenaran isian rekam medis
adalah kewenangan Tim Review Rekam Medis, evaluasi tersebut
bersifat kualitatif yang memuat kriteria 4 C yaitu:

a) Clear / Jelas artinya pengisian setiap lembaran rekam medis


adalah jelas dan mudah dibaca.

b) Clean / Bersih artinya setiap lembaran tidak ada coretan


yang tidak pada tempatnya.

c) Complete / Lengkap artinya berkas rekam medis terisi dengan


lengkap

d) Correct / Benar artinya isian di dalam berkas rekam medis


adalah benar dan sesuai dengan standar dan ketentuan yang
berlaku (Juknis dan SOP).

Petunjuk teknis tentang proses evaluasi diatas sesuai dengan


pembahasan serta petunjuk teknis dalam proses penyelenggaraan
pengembalian berkas rekam medis.

3) Pelaporan Rekam Medis. Pelaporan rumah sakit adalah hasil


rekap kegiatan pelayanan baik rawat inap, rawat jalan, instalasi
penunjang dll selama kurun waktu tertentu sesuai ketetapan direktur
dan peraturan yang berlaku di Indonesia.Pelaporan itu sendiri
merupakan informasi atau data yang dibutuhkan oleh pihak
manajemen rumah sakit itu sendiri dan pemerintah guna mengambil
keputusan. Oleh karena itu pelaporan yang tepat dan akurat sangat
dibutuhkan oleh semua pihak terutama pihak pengambil keputusan
atau kebijakan di rumah sakit dan pemerintah dalam menyikapi
seluruh hal yang dilaporkan tersebut. Adapun format laporan yang
disampaikan pada pihak-pihak terkait adalah sesuai dengan data atau
informasi apa saja yang dibutuhkan oleh pihak tersebut, sehingga
data yang didapat dan unit-unit pelaksana pelayanan dan unit yang
melaporkan akan didapatkan hasil yang sama, sehingga bisa
dikatakan data tersebut akurat.
Jenis pelaporan di RSAU dr. Eram Harsana ini secara garis besar
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

a) Pelaporan Eksternal yaitu pelaporan yang berdasarkan


pengirimannya ditujukan untuk instansi di luar RSAU dr. Efram
- 26 -

Harsana. Sistem pelaporan Eksternal ini mengacu pada buku


Pedoman Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia (Sistem
Pelaporan RS Revisi IV) Depkes RI. Laporan Eksternal meliputi:

(1) Laporan Bulanan, terdiri dari:

(a) Data keadaan mordibitas pasien rawat inap


survailans terpadu rumah sakit (RL 2a.1).

(b) Data keadaan mordibitas pasien rawat inap


survailans terpadu rumah sakit (RL 2b.1).

(c) Data immunisasi (RL 2c).

(d) Jumlah Kunjungan pasien rawat jalan dan rawat


inap.

(2) Laporan Triwulan, terdiri dari:

(a) Data kegiatan rumah sakit (RL).

(b) Data keadaan mordibitas pasien rawat inap rumah


sakit (RL 2a).

(c) Data keadaan mordibitas pasien rawat inap rumah


sakit (RL 2b).

(3) Laporan Tahunan. Sebagai Data Dasar Rumah Sakit,


terdiri dari:

(a) KLPCM (Ketidaklengkapan Pengisian Catatan


Medis).

(b) Jumlah Kunjungan pasien rawat jalan dan rawat


inap.

(c) Data indikator Rumah Sakit.

(4) Saluran Pengiriman Laporan, terdiri dari:

(a) Dinas Kesehatan Angkatan Udara.

(b) Koopsau II

(c) Dinas Kesehatan Kabupaten dan Propinsi.

b) Pelaporan Internal yaitu pelaporan dimana ditujukan untuk


lingkungan di RSAU dr. Eram Harsana sendiri, yaitu laporan
sosialisasi dan laporan untuk Karumkit. Laporan Internal
meliputi:
- 27 -

(1) Laporan Bulanan, terdiri dari:

(a) Laporan jumlah kunjungan rawat jalan.

(b) Laporan jumlah kunjungan rawat inap.

(c) Laporan 10 besar penyakit.

(d) Laporan BOR, TOI, LOS, BTO.

(2) Laporan Triwulan, terdiri dari:

(a) Laporan jumlah kunjungan rawat jalan.

(b) Laporan jumlah kunjungan rawat inap.

(c) Laporan 10 besar penyakit.

(d) Laporan BOR, TOI, LOS, BTO.

(3) Laporan Tahunan, terdiri dari:

(a) Laporan jumlah kunjungan rawat jalan.

(b) Laporan jumlah kunjungan rawat inap.

(c) Laporan 10 besar penyakit.

(d) Laporan BOR, TOI, LOS, BTO.

k. Simbol, Tanda Khusus, Dan Singkatan. Simbol dan tanda khusus


merupakan tanda peringatan yang ditempatkan pada sampul berkas
rekam medis penderita penyakit menular rawat inap dan rawat jalan
sedangkan singkatan adalah rangkaian huruf yang digunakan untuk
mempersingkat dan mempermudah pencatatan di dalam berkas rekam
medis yang dapat disesuaikan dengan keadaan dirumah sakit dan dapat
diperbaharui sesuai kebutuhan. Oleh karena itu setiap pasien yang
menderita penyakit menular, penderita alergi dan pasien yang meninggal
dunia harus memiliki tanda khusus di dalam berkas rekam medis.
Ketentuan diatas memiliki tujuan antara lain:

1) Sebagai tanda bagi para petugas pelayanan kesehatan agar


berhati-hati dalam memberikan pelayanan yang mempunyai resiko
tertular.

2) Agar dokter atau perawat cepat tanggap terhadap bahaya alergi


obat pada pasien.
- 28 -

3) Sebagai tanda bagi petugas rekam medis untuk membedakan


berkas pasien meninggal dengan berkas pasien yang lain.

4) Mempermudah, memperjelas dan mempersingkat maksud dari


tulisan atau diagnosa.

Prosedur penulisan simbol, kode, tanda khusus dan singkatannya adalah


sebagai berikut :

1) Simbol yang digunakan di RSAU dr. Efram Harsana antara lain:

a) ♂ adalah simbol untuk pasien dengan jenis kelamin Laki-


laki.

b) ♀ adalah simbol untuk pasien dengan jenis kelamin


Perempuan.

c) + (PLUS) adalah simbol untuk pasien yang meninggal


dunia.

d) Nomor Rekam Medis. Pada map sudah dicetak kotak untuk


menuliskan nomor rekam medis yang akan diisi oleh petugas
rekam medis. Penulisan nomor harus dengan tulisan yang jelas
dan mudah dibaca, ditulis tangan menggunakan spidol warna
hitam tidak boleh menggunakan bolpoin.

e) Tulisan “RAHASIA”. Tulisan Rahasia pada map rekam medis


dengan cap khusus berisi tulisan “RAHASIA”.

f) Tulisan Tahun Kunjungan. Pada map telah dicetak sejumlah


tahun yang oleh petugas rekam medis akan dicoret tahun
kunjungan terakhir pasien berobat.

g) Tempat Menuliskan Nama pasien. Terdapat tempat untuk


menuliskan nama pasien pada map rekam medis.

h) Identitas. Terdapat pada lembar bagian dalam Map Rekam


medis, yang berisi :

(1) Nama lengkap : diisi nama lengkap pasien sesuai


dengan identitas (KTP/SIM/KTA)

(2) Tempat tanggal lahir : diisi tanggal lahir pasien

(3) Nomor rekam medis : diisi nomor rekam medis

(4) Pangkat/NRP : diisi untuk pasien militer (TNI AU, TNI


AD, TNI AL), PNS (AU, AD, AL), anggota POLRI dan PNS
POLRI dan keluarga.
- 29 -

(5) Kesatuan : diisi oleh kesatuan masing masing pasien

(6) Bangsa : diisi asal negara

(7) Agama : diisi agama yang dianut oleh pasien

(8) Alamat Kantor/No. Telp atau Alamat Rumah/No. Telp :


diisi alamat dan nomor telepon pasien.

i) Tulisan Catatan. Diisi oleh dokter/perawat yang merawat


diisi dengan alergi dan catatan penting lainnya yang diderita oleh
pasien.

l. Pencatatan Dan Pengisian Rekam Medis

1) Pencatatan Rekam Medis. Pencatatan dan pengisian rekam


medis adalah suatu prosedur yang wajib dilaksanakan karena tanpa
ada isi dari setiap lembaran-lembaran rekam medis, maka lembaran
tersebut tidak memiliki nilai guna sama sekali. Oleh karena itu perlu
adanya prosedur yang mengatur secara jelas dan spesifik mengenai
pencatatan dan pengisian berkas rekam medis.Dalam pembuatan
prosedur, terlebih dahulu ditetapkan kebijakan terkait dengan
pencatatan berkas rekam medis, yaitu:

a) Setiap pasien harus mempunyai Rekam Medis yang lengkap


dan akurat.

b) Setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien harus


dicatat dalam lembaran rekam medis sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya.

c) Setiap tindakan yang diberikan kepada pasien harus atas


persetujuan pasien, baik lisan maupun tertulis. Tindakan yang
beresiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang
ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.

d) Rekam Medis yang disimpan harus mudah di cari dan dijaga


kerahasiaannya.

Prosedur Umum pencatatan dan pengisian berkas rekam medis harus


memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Pencatatan berkas dilakukan segera setelah pemberian


pelayanan kepada pasien (mutakhir).

b) Pecatatan berkas dilakukan sesuai dengan juknis dan


prosedur pengisian berkas rekam medis yang telah ditetapkan.
- 30 -

c) Penulisan dalam pencatatan berkas rekam medis


menggunakan tinta hitam tahan air serta penulisannya harus
jelas dan terbaca,.

d) Penulisan simbol dan singkatan dalam pencatatan berkas


rekam medis harus mengacu pada prosedur simbol dan
singkatan yang telah ditetapkan.

e) Penghapusan tulisan tidak dibenarkan dengan cara apapun.


Kesalahan tulisan cukup dicoret dan dibetulkan kemudian
diparaf.

f) Yang bertanggung jawab terhadap pengisian rekam medis


adalah para Profesional Pemberi Asuhan (PPA), antara lain:

(1) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter


gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit.

(2) Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit.

(3) Tenaga para medis perawatan dan tenaga para medis


non perawatan yang langsung terlibat di dalam pelayanan
kepada pasien, antara lain: Perawat, Perawat Gigi, Bidan,
Tenaga Laboratorium (analis medis), Gizi, Farmasi Klinis,
Anestesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medik dan lain
sebagainya (Depkes RI, Pedoman penyelenggaraan Rekam
Medis Revisi-II, 2006).

(4) Untuk dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi


kedokteran yang berupa tindakan/ konsultasi kepada
pasien, maka yang mebuat rekam medis pasien adalah
dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit.

2) Prosedur Pencatatan, sebagai berikut:

a) Pencatatan Rekam Medis Pasien Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

(1) Pencatatan di Tempat Pendaftaran Rawat Jalan

(a) Untuk pasien baru petugas menjelaskan dan


meminta pasien mengisi form General Consent.

(b) Petugas melakukan registrasi dengan input


mengenai identitas pasien sesuai dengan pengisian
formulir pengisian identitas pasien.

(c) Identitas tersebut diatas diinputkan ke dalam


SIMRS menu “Pendaftaran”
- 31 -

(d) Petugas juga melakukan pencetakan kartu Berobat


dan menyerahkannya kepada pasien untuk dibawa
kembali setiap berobat di RSAU dr. Efram Harsana.

(2) Pencatatan di Poliklinik yang dituju, kegiatan yang


dilakukan:

(a) Dokter:

i. Mencatat anamnesa, hasil pemeriksaan,


diagnosa, terapi dan tindakan yang dilakukan pada
berkas rekam medis rawat jalan.

ii. Memberi surat pengantar untuk pemeriksaan


penunjang diagnostik / MRS / dirujuk ke RS lain /
dikonsulkan ke dokter spesialis.

(b) Perawat:

i. Mencatat pada buku register tentang


pelayanan yang telah diberikan sesuai dengan
pedoman yang telah ditentukan.

ii. Melakukan Sensus Harian, Pencatatan


tindakan yang diberikan kepada pasien serta
pencatatan lainnya.

(c) Pencatatan di Rekam Medis:

i. Mencatat berkas keluar untuk kepentingan


Poliklinik bila dibutuhkan pada Buku Ekspedisi.
Rekam medis pasien rawat jalan menggunakan
status rekam medis rawat inap yang lama untuk
kepentingan pemeriksaan rawat jalan maupun
rawat.

ii. Mencatat berkas yang mempunyai nomor


rangkap dan berkas tidak ketemu.

b) Pencatatan Rekam Medis Pasien Instalasi Gawat Darurat


(IGD)

(1) Pencatatan di Tempat Pendaftaran Gawat Darurat

(a) Petugas memberikan penjelasandan melakukan


pengisian form General Consent.

(b) Petugas melakukan registrasi dengan


input mengenai identitas pasien.
- 32 -

(c) Identitas tersebut diatas diinputkan ke dalam


SIMRS menu “Pendaftaran”.

(d) Petugas mencetak kartu berobat dan


menyerahkannya kepada pasien untuk dibawa kembali
setiap berobat di RSAU dr. Efram Harsana.

(e) Petugas menyiapkan gelang identifikasi pasien jika


pasien di rawat inap.

(2) Pencatatan Rekam Medis di Instalasi Gawat Darurat

(a) Dokter:

i. Mencatat anamnesa, hasil pemeriksaan,


diagnosa, terapi dan tindakan yang dilakukan pada
berkas rekam medis IGD.

ii. Memberi surat pengantar untuk pemeriksaan


penunjang diagnostik/MRS/dirujuk ke rumah
sakit lain/dikonsulkan ke dokter spesialis

(b) Perawat:

i. Melakukan pencatatan assesmen pasien pada


rekam medis.

ii. Melakukan pencatatan pada rekam medis


rawat inap, jika pasien rawat inap.

(c) Pencatatan di Rekam Medis:

i. Mencatat berkas keluar untuk kepentingan


pelayanan.

ii. Mencatat berkas yang mempunyai nomor


rangkap dan berkas tidak ketermu.

iii. Menerima surat rujukan pasien rawat jalan,


visum dan surat keterangan medis.

(3) Pencatatan Rekam Medis Pasien Rawat Inap

(a) Pencatatan di Tempat Pendaftaran:

i. Petugas mencetak label pasien dan


menempelkannya pada kolom identitas.
- 33 -

ii. Petugas mencatat identitas pasien pada form


ringkasan masuk dan keluar.

iii. Memeriksa kelengkapan Form General


Consent.

iv. Mengiapkan pengisian form-form terkait


penerimaan pasien rawat inap yaitu Form
peraturan rumah sakit, form orientasi farmasi dan
form edukasi terintegrasi.

v. Berdasarkan Surat Persetujuan Rawat Inap,


mencatat paviliun dan klas perawatan yang
diinginkan pasien/keluarga.

(b) Pencatatan di IGD :

i. Dokter:

i) Mencatat anamnesa, hasil pemeriksaan,


diagnosa, terapi dan tindakan yang dilakukan
pada Formulis Asesmen Pasien IGD.

ii) Memberi surat pengantar untuk


pemeriksaan penunjang
diagnostik/MRS/dirujuk ke RS lain /
dikonsulkan ke dokter spesialis.

ii. Perawat:

i) Mencatat asuhan keperawatan yang telah


dilakukan untuk pasien.

ii) Pencatatan tindakan yang diberikan


kepada pasien serta pencatatan lainnya.

iii) Mengisi rekam medis / asuhan


keperawatan dengan lengkap mulai dari
identitas pasien, implementasi instruksi
dokter sampai dengan tindakan / asuhan
keperawatan mandiri perawat kemudian
melakukan pencetakan form tersebut untuk
disatukan dalam berkas rekam medis pasien.

(c) Pencatatan di Rawat Inap:

i. Perawat:

i) Mengisi rekam medis/asuhan


keperawatan dengan lengkap.
- 34 -

ii) Mengusulkan perawatan pasien kepada


dokter dan mencatat pengamatan mereka
kedalam lembar Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT) serta
membubuhkan tanda tangan dan nama
terang pada form tersebut.

iii) Mengisi lembar eduksi terintegrasi serta


menandatangani berbagai persetujuan
maupun penolakan tindakan medis yang telah
dilakukan.

iv) Membuat Sensus Harian Pasien Rawat


Inap

v) Membuat Surat keterangan, antara lain:

(i) Surat Keterangan Sakit.

(ii) Surat Keterangan Kelahiran.

(iii) Surat Keterangan Kematian.

(iv) Surat Keterangan Keluar dan ruang


perawatan.

(v) Surat Pernyataan Pulang Paksa.

ii. Dokter:

i) Merawat pasien dan mencatat riwayat


penyakit, hasil pemeriksaan fisik, terapi, hasil
pemeriksaan penunjang, tindakan yang telah
diberikan kepada pasien dalam assessment
medis awal serta membubuhkan tanda tangan
dan nama terang pada berkas rekam medis.

ii) Merencanakan pelayanan medis dan


menjalin komunikasi secara tertulis antar
Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP) dan
tenaga kesehatan lain yang turut memberikan
pelayanna terhadap pasien tentang proses
pelayanan pasien yang dilakukan dalam
lembar CPPT.

iii) Membuat persetujuan tindakan medis


dengan pasien/keluarga untuk mendapatkan
persetujuan terhadap tindakan yang beresiko
tinggi sesuai protap yang berlaku.
- 35 -

iv) Membuat Resume Medis, lembar pasien


pulang, serta melengkapi ringkasan masuk
dan keluar pasien dalam Discharge Summary
jika pasien pulang.

(4) Pencatatan Identifikasi Bayi Baru Lahir

(a) Perawat:

i. Mengisi Identitas bayi baru lahir meliputi


identitas pribadi dan sosial, tanggal masuk, kelas
perawatan dan ruang tempat pasien dirawat.

ii. Segera setelah lahir, bayi ditunjukkan


langsung ke ibunya atau keluarganya.

iii. Setelah ditunjukkan kepada ibu/


keluarganya, bayi diberi identitas dengan
ketentuan sebagai berikut:

i) Pemasangan gelang tangan dan cap kaki


bayi dilakukan di depan ibu yang baru
melahirkan bayi tersebut atau saksi lain bila
ibu dalam keadaan tidak sadar.

ii) Gelang Tangan Bayi

(i) Warna biru untuk bayi laki- laki

(ii) Warna merah muda untuk bayi


perempuan.

iii) Gelang tangan bayi ditempelkan stiker


label pasien yang berisi : Nomor RM dan nama
ibu yang melahirkannya disertai "By Ny", serta
tanggal lahir.

iv) Gelang tangan bayi dipakai selama di


rawat di rumah sakit sampai bayi dipulangkan
dari rumah sakit.

iv. Mengisi formulir identitas bayi secara lengkap


dengan:

i) Mencantumkan nama dan tanda tangan


dokter / bidan yang menolong / perawat
pelaksana.

ii) Mencantumkan cap ibu jari tangan, dan


ibunya bayi.
- 36 -

iii) Mencantumkan cap telapak kaki bayi kiri


dan kanan.

v. Pada saat memulangkan bayi, tali gelang


digunting dan identitas bayi ditunjukkan ke orang
tuanya.

vi. Apabila dinyatakan benar, orang tua bayi


menandatangani pernyataan yang tercantum pada
formulir identitas bayi yang disiapkan perawat /
bidan.

(b) Dokter:

i. Merawat pasien dan mencatat riwayat


penyakit, hasil pemeriksaan fisik, terapi, hasil
pemeriksaan penunjang, tindakan yang telah
diberikan kepada pasien serta membubuhkan
tanda tangan dan nama terang setiap kali menulis
catatan di berkas rekam medis pasien.

ii. Membuat persetujuan tindakan medis dengan


keluarga pasien untuk mendapatkan persetujuan
terhadap tindakan yang berisiko tinggi sesuai
protap yang berlaku jika dibutuhkan.

iii. Membuat Resume Medis, lembar pesanan


pasien pulang, serta melengkapi ringkasan masuk
dan keluar pasien dalam jka pasien pulang.

3) Pengisian Rekam Medis. Selain prosedur pencatatan juga harus


ada penanggung jawab terhadap pengisian rekam medis, ketentuan
umum mengenai penanggungjawab pengisian rekam medis adalah
sebagai berikut:

a) Penanggung jawab pengisian rekam medis secara umum.


Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan
yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib
membuat rekam medis. Petugas yang wajib membuat/ mengisi
rekam medis adalah :

(1) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter


gigi spesialis yang melayani pasien dirumah sakit.

(2) Dokter tamu yang merawat pasien dirumah sakit.

(3) Tenaga paramedis keperawatan dan tenaga para medis


non keperawatan yang langsung terlibat didalamnya antara
lain: Perawat, perawat gigi, Bidan, tenaga Laboratorium
- 37 -

Klinik, Gizi, Anestesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi medis,


rekam medis, dan lain sebagainya.

(4) Dokter luar yang melakukan alih teknologi kedokteran


berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat
rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur
rumah sakit.

b) Ketentuan pengisian rekam medis. Rekam medis harus


dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien
menerima pelayanan dengan ketentuan sbb:

(1) Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap


pasien, selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam harus
ditulis dalam lembaran rekam medis.

(2) Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/


tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kewenangan dan
ditulis nama terang serta diberi tanggal.

(3) Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan


penulisan dan melakukannya pada saat itu juga serta
dibubuhi tanda tangan.

(4) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak


diperbolehkan menggunakan TIPE-X. Pembetulan rekam
medis dilakukan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf
dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
bersangkutan.

c) Penanggung jawab pengisian rekam medis secara khusus

(a) Dokter:

i. Mencatat : pemeriksaan fisik pasien, diagnosa dan


terapi di dalam dokumen rekam medis langsung setelah
memeriksa pasien atau selambat-lambatnya dalam
waktu 1 x 24 jam.

ii. Tindakan pembedahan segera dilaporkan atau


ditulis pada hari yang sama pada berkas rekam medis.

iii. Menuliskan nama pasien dan nomor rekam medis


pada setiap dokumen yang menjadi tugas dan
kewenangannya.

iv. Mengoreksi kembali data medis, jika ditemukan


kekeliruan maka harus segera diperbaiki dengan cara
mencoret data yang salah (lurus horisontal) kemudian
- 38 -

mencantumkan tanda tangan dan nama terang serta


tanggal waktu dilakukannya perbaikan.

v. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, dalam


waktu maksimal 2 x 24 jam harus segera mencatat dan
mengisi dengan lengkap:

i) Ringkasan Pasien

ii) Ringkasan Penyakit

vi. Apabila pasien meninggal dunia, mengisi sebab


kematian baik pada formulir kematian maupun pada
berkas rekam medis pasien.

vii. Penulisan dalam dokumen rekam medis harus


dengan lengkap, benar, akurat dan tulisan yang jelas
dan mudah dibaca serta tanpa coretan.

viii. Bertanggung jawab terhadap pengisian dan


kelengkapan data medis pada:

i) Ringkasan masuk dan keluar, Catatan


Perkembangan Pasien Terintegrasi dan ringkasan
penyakit:

(i) Diisi oleh dokter yang merawat.

(ii) Apabila pasien meninggal dunia tanpa


sepengetahuan dokter yang merawat maka
pengisian lembar ini oleh dokter yang
merawat.

(iii) Apabila pasien meninggal dunia tetapi


belum sempat divisite oleh dokter yang
merawat maka pengisian lembar ini oleh
dokter jaga ruangan yang bertugas saat itu.

(iv) Apabila pasien dirawat oleh Tim Dokter,


maka pengisian lembar ini oleh dokter yang
visite paling banyak.

ii) Pengkajian awal medis, diisi oleh dokter yang


memvisite pasien pertama kali.

iii) Lembar konsultasi sekurang - kurangnya


memuat permohonan konsultasi dan jawaban
konsultasi.

iv) Surat kematian diisi oleh dokter yang


- 39 -

mendampingi pasien tersebut saat meninggal


dunia.

(b) Perawat:

i. Mengisi atau mencatat perkembangan keadaan


pasien pada lembar yang menjadi tanggung jawabnya.

ii. Mengisi atau membuat asuhan keperawatan


dengan tulisan yang jelas, benar dan mudah dibaca.

iii. Menuliskan tanggal, jam, tanda tangan dan nama


terang perawat yang memberikan tindakan atau
pelayanan kepada pasien dalam lembar CPPT.

iv. Menuliskan nama pasien dan nomor rekam medis


pada tiap dokumen yang menjadi tugas dan
kewenangannya.

v. Melihat apakah Ringkasan Pasien dan Ringkasan


Penyakit sudah terisi atau belum, apabila belum segera
memintakan ke dokter yang bersangkutan/yang
merawat pasien.

vi. Bertanggung jawab terhadap pengisian dan


kelengkapan dokumen rekam medis pada :

(i) Lembar asuhan keperawatan dan observasi


perawat UGD/Poliklinik Diisi oleh Perawat
Poliklinik atau IGD (yang menerima pasien).

(ii) Catatan perkembangan pasien terintegrasi


(CPPT), pengkajian keperawatan baik maternitas,
neonatus, bedah, maupun kajian keperawatan
umum diisi oleh Perawat Ruang rawat Inap (yang
merawat pasien).

(iii) Pesanan Pulang diisi oleh Kepala Ruang Rawat


Inap dimana pasien dirawat atau Perawat
Penanggung Jawab Shift.

vii. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, dalam


waktu 2 x 24 jam harus segera mengembalikan berkas
rekam medis ke Bagian Rekam Medis dalam kondisi
telah terisi dengan lengkap dan benar.

(c) Petugas Penunjang Pelayanan Medis:

i. Menyertakan data penunjang ke dalam dokumen


rekam medis.
- 40 -

ii. Menuliskan data pada formulir rekam medis


dengan jelas, benar dan mudah dibaca.

iii. Mencantumkan tanggal, jam, nama dan tanda


tangan petugas yang memberi pelayanan atau tindakan.

iv. Bertanggung jawab terhadap kebenaran data


penunjang.

(d) Petugas Pelayanan kesehatan lain:

i. Mengisi lembar CPPT pada setiap observasi tang


telah dilakukan.

ii. Petugas Fisioterapy mengisi lembar konsultasi


fisioterapy pada pasien dengan tindakan fisioterapi.

iii. Petugas Binroh (Bimbingan Rohani) melakukan


pencetakan status binroh untuk pasien rawat inap yang
memerlukan layanan binroh.

(e) Petugas Rekam Medis:

i. Melengkapi identitas pasien baik data pribadi, nama


ibu kandung serta data sosial pada dokumen yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

ii. Mencantunikan nomor rekam medis pada folder /


map rekam medis dan dokumen yang menjadi tanggung
jawabnya.

iii. Melakukan pencetakan label pasien rawat bap dan


label map untuk berkas rekam medis pasien rawat inap.

iv. Penulisan data identitas pasien dan data sosial pada


dokumen rekam medis harus menggunakan tinta hitam
tahan air, huruf cetak serta dengan penulisan yang
jelas dan mudah dibaca.

v. Bertanggung jawab untuk mengevaluasi dokumen


rekam medis guna menjamin kelengkapan isinya.

vi. Bertanggung jawab terhadap dokumen rekam medis


dan menjaga kerahasiaannya.

m. Formulir Rekam Medis. Formulir rekam medis adalah suatu


lembaran kertas yang berisikan keterangan baik yang tertulis maupun
yang terekam tentang indentitas pasien, anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnosa , segala pelayanan dan tindakan medis yang
- 41 -

dipergunakan pada pasien baik pasien rawat inap, rawat jalan, maupun
pasien gawat darurat, formulir rekam medis disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan diperbaharui secara berkarang sesuai dengan
keadaan sekarang. Formulir rekam medis rawat jalan, rawat inap dan
IGD terdiri dari :

1) Asesmen awal medis rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi:

a) Riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi


keluhan utama dan riwayat penyakit:
b) Riwayat alergi;
c) Pemeriksaan fisik;
d) Diagnosis;
e) Rencana asuhan

2) Asesmen awal keperawatan rawat jalan sekurang-kurangnya


meliputi:

a) Bio-psiko-spiritual;
b) Ekonomi;
c) Skrining dan asesmen nyeri;
d) Status fungsional;
e) Risiko jatuh;
f) Risiko nutrisional;
g) Masalah keperawatan;
h) Rencana asuhan;

3) Asesmen awal medis rawat inap sekurang-kurangnya meliputi:

a) Riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi


keluhan utama dan riwayat penyakit;
b) Riwayat alergi;
c) Pemeriksaan fisik;
d) Pemeriksaan penunjang;
e) Diagnosis;
f) Masalah medis;
g) Rencana asuhan

4) Asesmen awal keperawatan rawat inap sekurang-kurangnya


meliputi:

a) Bio-psiko-spiritual
b) Ekonomi
c) Skrining dan asesmen nyeri
d) Status fungsional
e) Risiko jatuh
f) Risiko nutrisional
g) Masalah keperawatan
h) Rencana asuhan
i) Identifikasi pemulangan pasien yang komplek
- 42 -

5) Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya


meliputi:

a) Riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi


keluhan utama dan riwayat penyakit;
b) Riwayat alergi
c) Pemeriksaan fisik
d) Diagnosis
e) Rencana asuhan
f) Kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat
dan rencana tindak lanjut

6) Asesmen awal keperawatan gawat darurat sekurang-kurangnya


meliputi:

a) Bio-psiko-spiritual
b) Skrining dan asesmen nyeri
c) Status fungsional
d) Risiko jatuh
e) Risiko nutrisional
f) Masalah keperawatan
g) Rencana asuhan

7) Catatan Assesmen Ulang yang harus dilakukan untuk sedasi dan


anestesi meliputi tapi tidak terbatas pada:

a) Asesmen pra sedasi/anestesi


b) Asesmen pra induksi
c) Monitoring status fisiologis
d) Monitoring pemulihan sedasi/anestesi
e) Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari
lokal/regional ke general

8) Form Pelayanan Bedah meliputi :

a) Asesmen pra operasi untuk melengkapi asesmen awal bedah


b) Monitoring status fisiologis bila tindakan bedah
menggunakan anestesi lokal
c) Penandaan lokasi operasi, serta melibatkan pasien

9) Form transfer pasien sekurang-kurangnya meliputi hal-hal


sebagai berikut:

a) Indikasi pasien dirawat;


b) Riwayat kesehatan;
c) Pemeriksaan fisik;
d) Pemeriksaan diagnostik;
e) Diagnosis;
f) Prosedur yang telah dilakukan;
- 43 -

g) Obat yang telah diberikan;


h) Keadaan pasien saat dipindahkan.

10) Ringkasan pulang (Discharge Summary) harus dibuat oleh dokter


penanggung jawab pelayanan sebelum pasien pulang, ringkasan
pulang diberikan kepada pasien, disimpan dalam rekam medis
pasien, dan dapat diberikan kepada tenaga kesehatan yang akan
melanjutkan asuhan pasien, Isi ringkasan pulang sekurang-
kurangnya memuat:

a) Identitas pasien;
b) Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostik;
c) Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
d) Prosedur terapi dan tindakan yang telah dikerjakan;
e) Obat yang diberikan termasuk obat setelah keluar rumah
sakit;
f) Kondisi kesehatan pasien saat akan dipulangkan
g) Instruksi tindak lanjut.

11) Daftar Susunan Formulir Rawat Jalan

Tabel Daftar Susunan Formulir Rawat Jalan

NO KODE URAIAN
1 RM.01 Identitas Pasien
2 RM.02 Persetujuan Umum
3 RM.KL.5a Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan
4 RM.KL.04 Masing-Masing Poliklinik
5 RM.KM.01 Ringkasan Riwayat Sambungan

12) Daftar Susunan Formulir Rawat Inap

Tabel Daftar Susunan Formulir Rawat Inap

NO KODE URAIAN
1 RM.01 Identitas Pasien
2 RM.02 General Consent (Persetujuan Umum)
3 RM.03 Persetujuan Rawat Inap
4 RM.04a Permintaan Dirawat
5 RM.05 Discharge Summary (Resume)
6 RM.06 Ringkasan Masuk Keluar
7 RM.07 Grafik, Suhu, Nadi dan Pernafasan
- 44 -

NO KODE URAIAN
8 RM.08 Asesman Pasien Rawat Inap
9 RM.09 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
10 RM.10 Early Warning System
11 RM.11 Rencana Asuhan Keperawatan/Kebidanan
12 RM.12 Lembar Konsultasi
Surat Persetujuan & Penolakan Tindakan
13 RM.12.1
Kedokteran
14 RM.13 Asesmen Pra Bedah
15 RM.13.1a Persetujuan & Penolakan Anestesi Umum
16 RM.13.1b Persetujuan & Penolakan Anestesi Spinal
17 RM.13.1c Persetujuan & Penolakan Anestesi Blok Perifer
18 RM.13.1d Persetujuan & Penolakan Anestesi Lokal
19 RM.13.2 Lokasi Penandaan Operasi
20 RM.13.3 Persiapan Pra Operasi
21 RM.13.4 Laporan Pra Anestesi & Sedasi
22 RM.13.5 Laporan Pembedahan
Checklist Keselamatan Pasien di Kamar Operasi
23 RM.13.6
(Sign In, Time & Sign Out)
24 RM.13.7 Checklist Asuhan Keperawatan Kamar Operasi
25 RM.13.8 Laporan Pemantau Anestesi Lokal
26 RM.14.1a Catatan Riwayat Kebidanan
27 RM.14.1b Catatan Obsetrik
28 RM.14.2 Partograf
29 RM.14.3 Catatan Persalinan, Peurperum
30 RM.14.4 Catatan Bayi Baru Lahir
31 RM.14.5 Identifikasi Bayi
32 RM.14.6 Catatan Perkembangan Bayi
33 RM.15 Rekonsiliasi Obat
34 RM.16.a Daftar Pemberian Obat Injeksi
35 RM.16.b Daftar Pemberian Obat Non Injeksi
36 RM.17 Resiko Jatuh
37 RM.19a-b Skrining Gizi Lanjut
38 RM.19c Proses Asuhan Gizi
39 RM.21 Hasil EKG
40 RM.22 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
- 45 -

NO KODE URAIAN
41 RM.23 Hasil Pemeriksaan Radiologi
42 RM.24 Discharge Planning
43 RM.25 Keterangann Keluar dari Perawatan
44 RM.26 Lembar Harian Kontrol Istimewa
45 RM.28 Monitoring Nyeri
46 RM.32a Transfer Intra RS
47 RM.48 SBAR
48 RM.49 Hand Over

o. Informed Consent

1) Prosedur Pelaksanaan Informed Consent di RSAU dr. Efram


Harsana.

a) Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat.

(1) Menerima pasien dan melakukan diagnosa terapeutik


untuk pertama kali.

(2) Dokter atau perawat IGD/Poli wajib memberikan


informasi kepada pasien/keluarga untuk setiap tindakan
medis/tindakan keperawatan yang akan dilakukan terhadap
pasien, dengan bahasa yang bisa difahami oleh
pasien/keluarganya, yang kemudian pasien/keluarga dapat
menyatakan setuju atau menolak tindakan yang akan
dilakukan.

(3) Bentuk persetujuan pasien dapat dalam bentuk lisan


dan tertulis.

(4) Persetujuan lisan untuk tindakan beresiko kecil atau


tidak invasif dapat diberikan oleh pasien/keluarga dalam
bentuk anggukan, menyodorkan anggota tubuh yang akan
dilakukan tindakan, maupun bentuk lain yang
menunjukkan persetujuannya. Persetujuan untuk dilakukan
tindakan- tindakan yang berhubungan dengan keperawatan
dan penunjang juga telah dijelaskan pada form persetujuan
umum (general consent) yang di tandatangani oleh
pasien/penanggung jawab saat pasien akan medapatkan
pelayanan di RSAU dr. Efram Harsana.

(5) Persetujuan tertulis untuk tindakan beresiko tinggi


atau tindakan invasif dilakukan oleh pasien/keluarganya
dengan mengisi dan menandatangani form persetujuan (form
informed consent) yang disediakan oleh RSAU dr. Efram
Harsana.
- 46 -

(6) Petugas IGD/poli membantu pengisian dan


mengarahkan agar pasien/keluarga dapat mengisinya
dengan baik dan lengkap.

(7) Apabila pasien ada indikasi operasi/tindakan


invasif/tindakan beresiko tinggi di ruangan selain IGD/Poli,
maka pengisian informed consent (identitas pasien, identitas
keluarga, hubungan keluarga dengan pasien, cek list
tindakan) dapat dilakukan di IGD/Poli, petugas IGD/Poli
memberitahu bahwa penjelasan dan penandatanganan akan
dilakukan di ruangan/tempat dilakukannya tindakan.

b) Petugas Ruangan/Perawat Instalasi Bedah Sentral.

(1) Melihat informed consent di status pasien dari Poli atau


IGD.

(2) Menanyakan kembali kepada pasien / keluarga tentang


informasi informed consent yang telah ditandatangani di
Poliklinik / IGD.

(3) Setelah diberikan penjelasan apabila pasien/keluarga


menolak, maka petugas ruangan/perawat IBS memberikan
form penolakan untuk diisi dan ditandatangani oleh
pasien/keluarga.

(4) Mengarsip dengan baik form informed consent yang


telah ditandatangani oleh pasien dan dokter pada berkas
rekam medis.

c) Tenaga Medis (dokter)

(1) Dokter yang akan melakukan tindakan


operasi/tindakan invasif memberikan penjelasan mengenai
diagnosa dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan
medis yang dilakkukan; resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi dari tindakan medis; alternatif tindakan lain
termasuk keuntungan dan kerugiannya; prognosis terhadap
tindakan medis yang dilakkukan, dengan bahasa sesuai
tingkat pendidikan pasien/keluarga.

(2) Setelah pasien merasa paham dan setuju, pasien


diminta untuk menandatangani form yang telah diisi di IGD,
dan dokter juga ikut menandatangani sebagai bukti telah
memberikan informasi.

(3) Dokter dapat melakukan tindakan medis yang


dimaksud setelah form ditandatangani.
- 47 -

2) Surat Keterangan Medis / Resume Medis. Kebijakan yang


berlaku mengenai pengurusan surat keterangan medis adalah:

a) Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh


keluar dari rumah sakit.

b) Permintaan Resume Medis harus oleh pasien sendiri.


Apabila diwakilkan harus dengan Surat Kuasa bermaterai 6000.

c) Untuk pasien anak (usia < 14 tahun), permintaan Resume


Medis bisa oleh orang tuanya tanpa Surat Kuasa dengan
melampirkan fotocopy kartu keluarga.

d) Pelayanan permintaan Resume Medis selesai maksimal


dalam waktu 3 hari. Jika dokter yang merawat berhalangan
hadir dalam waktu tersebut, maka blangko dapat diisi oleh
dokter lain yang berwenang yaitu:

(1) Dokter lain yang pernah merawat/memeriksa

(2) Dokter jaga ruangan.

Prosedur mengenai permintaan surat keterangan medis terbagi


menjadi dua yaitu:

a) Permintaan informasi medis pasien.

(1) Permohonan diajukan secara tertulis baik oleh


perorangan atau instansi dengan disertai tanggal
permintaan nama terang pangkat NRP/NIP untuk instansi
dibubuhi stempel.

(2) Permohonan ditujukan ke pimpinan rumah sakit


melalui Bagian kesekretariatan.

(3) Selanjutnya persetujuan ditentukan oleh Direktur


rumah sakit, melalui jawaban tertulis yang ditujukan
kepada instansi yang bersangkutan.

(4) Data / informasi kesehatan dapat diminta di bagian


rekam medis berdasankan kesepakatan dan persetujuan
pimpinan rumah sakit.

(5) Pemohon diharap menandatangani buku ekspedisi,


sebagai bukti bahwa bagian rekam medis telah memberikan
data/informasi kesehatan yang sesuai dengan permintaan
dan persetujuan pimpinan.
- 48 -

b) Prosedur Permintaan resume medis untuk klaim asuransi:

(1) Pasien:

(a) Menerima bukti/form Permintaan Resume Medis


dan Petugas Rekam Medis, kemudian mengisinya
dengan lengkap serta membubuhkan tanda tangan dan
nama terang.

(b) Jika permintaan Surat Keterangan Medis bukan


oleh pasien sendiri, menerima format Surat Kuasa dan
Petugas Rekam Medis.

(c) Mengisi Surat Kuasa dengan lengkap dan akurat


dan membubuhinya dengan materai 6000.

(d) Mengambil Resume Medis sesuai dengan waktu


yang telah ditentukan dengan membawa tanda bukti
permintaan dan Surat Kuasa bermaterai yang telah
diisi dengan lengkap.

(e) Menerima resume medis pasien.

(2) Petugas Rekam Medis:

(a) Menjelaskan prosedur Permintaan Resume Medis.

(b) Menyerahkan bukti / form Permintaan Resume


Medis

(c) Jika permintaan Resume Medis bukan oleh pasien


sendiri, menyerahkan format Surat Kuasa kepada
penerima kuasa dan menjelaskan cara pengisiannya.

(d) Menginformasikan cara pengambilan Resume


Medis dan waktu pengambilannya.

(e) Mencarikan berkas rekam medis pasien.

(f) Menyiapkan blangko Resume Medis.

(g) Menyerahkan blangko Resume Medis beserta


berkas rekam medis pasien kepada dokter yang
berwenang.

(h) Jika tidak bertemu langsung dengan dokter yang


berwenang mengisi blangko Resume Medis, petugas
rekam medis menitipkannya kepada unit pelayanan
dimana dokter tersebut biasa standby.
- 49 -

(i) Menerima blangko Resume Medis yang sudah


terisi lengkap dan dokter yang merawat atau petugas
unit pelayanan.

(j) Melakukan cek kelengkapan blangko. Jika


terdapat kekurangan, segera menyampaikannya
kembali kepada dokter yang berwenang.

(k) Mengcopy Resume Medis dan membubuhkan


stempel RSAU dr. Efram Harsana pada blangko
tersebut sebagai bukti autentikasinya.

(l) Menyerahkan Resume Medis kepada pasien atau


penerima kuasa pada waktu yang telah ditentukan
setelah pasien/penerima kuasa menyerahkan bukti
Permintaan Resume Medis dan menyerahkan Surat
Kuasa bermaterai yang telah diisi dengan lengkap.

(m) Meminta tanda tangan dan nama terang


pasien/penerima kuasa yang mengambil Resume Medis
di Buku Permintaan Resume Medis.

(n) Menyimpan copy Resume Medis, bukti permintaan


Resume Medis dan Surat Kuasa bermaterai dalam
odner.

(3) Dokter yang berwenang:

(a) Menerima blangko Resume Medis dan petugas


Rekam Medis atau dan petugas unit pelayanan.

(b) Mengisi Resume Medis pasien dengan lengkap


sebagaimana kondisi pasien yang sebenamya
berdasarkan berkas rekam medis.

(c) Membubuhkan tanda tangan dan nama terang


sebagai bukti autentikasinya.

(d) Menyerahkan blangko Resume Medis yang telah


diisi dengan lengkap kepada petugas Rekam Medis atau
kepada petugas unit pelayanan.

(4) Petugas Unit Pelayanan (Rawat Jalan dan Rawat Inap):

(a) Menerima titipan blangko Resume Medis jika


Petugas Rekam Medis tidak bertemu langsung dengan
dokter yang berwenang.

(b) Menyampaikan blangko Resume Medis kepada


dokter yang berwenang.
- 50 -

(c) Menerima blangko Resume Medis dari dokter yang


mengisi, kemudian mengecek kelengkapannya. Jika
ada yang belum lengkap, segera menyampaikannya
kepada dokter yang berwenang.

p. Peminjaman Dan Pemeliharaan Berkas Rekam Medis

(1) Hak Akses Berkas Rekam Medis

a) Sesuai dengan UU Praktek Kedokteran nomor 29 tahun


2004 pasal 46 dan pasal 47 tentang pencataan dan kerahasaian
dokumen Rekam medis. Yang mempunyai hak akses rekam
medis adalah petugas yang memberikan pelayanan atau
tindakan kepada pasien. Dalam hal penyimapan rekam medis
tidak boleh keluar dari ruang penyimpanan rekam medis, tanpa
tanda keluar / kartu peminjaman rekam medis. Peraturan ini
tidak hanya berlaku bagi orang – orang diluar ruang rekam
medis, tetapi juga bagi petugas rekam medis sendiri yang sudah
disumpah.

b) Seorang yang menerima/ meminjam rekam medis,


berkewajiban untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan
tepat waktunya. Dan harus dibuat ketentuan berapa lama jangka
waktu peminjaman berkas rekam medis. Setiap berkas rekam
medis kembali lagi ke raknya pada setiap akhir hari kerja,
sehingga dalam keadaan darurat staf rumah sakit dapat mencari
informasi yang diperlukan.

c) Rekam medis tidak dibenarkan berada diluar rumah sakit,


kecuali atas permintaan pengadilan.

d) Dokter – dokter yang bekerja di Rumah Sakit dengan


perjanjian kontrak, serta tenaga medis lainya (Perawat, Perawat
Gigi, Bidan, Fisioterapi, Apoteker, Gizi, dan Rekam Medis) yang
berkepentingan dapat meminjam rekam medis untuk mengisi
dan membaca berkas Rekam medis, untuk dibawa keruang kerja
nya selama jam kerja, tetapi semua rekam medis harus
dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir kerja.

(2) Hak Akses Ruangan Rekam Medis. Petugas kesehatan yang bisa
mengakses ke ruangan rekam medis terdiri dari Dokter, perawat dan
pegawai rumah sakit yang berkepentingan untuk masuk ke ruang
rekam medis dan meminjam rekam medis, harus memakai tanda
pengenal atau tanda hak akses sehingga orang yang tidak mempunyai
kepentingan tidak ada hak akses masuk keruangan rekam medis. Di
unit Rekam Medis Sudah Terpasang security System Door dimana
hanya yang punya akses bisa masuk ke ruangan rekam medis.
- 51 -

(3) Peminjaman Berkas Rekam medis. Proses Penyelenggaraan


rekam medis yang erat kaitannya dengan sistem penyimpanan adalah
peminjaman berkas rekam medis. Pengertian dari peminjaman berkas
rekam medis adalah berkas rekam medis keluar dari ruang
penyimpanan berkas rekam medis untuk keperluan pelayanan baik
untuk kebutuhan permintaan data medis oleh bagian poliklinik,
bagian rawat inap atau dokter/petugas kesehatan lainnya baik untuk
keperluan intern (pelayanan kepada pasien) maupun keperluan
ekstern (penelitian, peradilan, resume medis. Dengan adanya kegiatan
peminjaman rekam medis dibuat kebijakan sebagai berikut:

a) Berkas Rekam Medis milik rumah sakit dan tidak boleh


keluar dari rumah sakit.

b) Pasien boleh mengetahui / melihat isi rekam medis


miliknya.

c) Apabila pasien bermaksud meminjam berkas rekam


medisnya, cukup diserahkan Copy Resume Medis atau dibuatkan
Ringkasan Penyakit sesuai dengan permintaan informasi yang
dibutuhkan.

d) Peminjaman berkas rekam medis untuk keperluan penelitian


internal (dari dan oleh pegawai rumah sakit) dapat dilayani
apabila telah mendapatkan persetujuan dari kepala rumah sakit.

e) Peminjaman Berkas Rekam Medis untuk kepentingan pihak


luar rumah sakit harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

(1) Harus dengan surat permohonan resmi yang ditujukan


kepada Kepala rumah sakit.

(2) Harus oleh pasien sendiri atau telah mendapatkan


persetujuan dari pasien secara tertulis dengan bukti adanya
Surat Kuasa bermaterai yang ditanda-tangani oleh Pasien,
Penerima Kuasa dan mengetahui Orang
tua/Suami/Istri/Ahli Waris.

(3) Apabila untuk kepentingan penelitian maka harus ada


surat penugasan penelitian dari instansi yang bersangkutan
dan surat permohonan untuk melakukan penelitian yang
ditujukan kepada direktur.

(4) Apabila untuk kepentingan penyidikan, harus disertai


dengan Surat Perintah Permintaan alat bukti resmi dari
Kepolisian.

(5) Apabila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke


pengadilan maka dilayani dengan memberikan copy berkas
rekam medis.
- 52 -

(6) Apabila Pengadilan dalam hal ini yang berwenang


adalah Hakim meminta berkas rekam medis yang asli untuk
pembuktian maka dibuatkan Berita Acara Penyerahan dan
tanda terima harus diminta dan disimpan di dalam berkas
rekam medis dan jangan sampai berkas rekam medis yang
asli tersebut tidak kembali. Selain itu, pihak rumah sakit
harus tetap memiliki copy berkas rekam medis tersebut.

Kebijakan peminjaman berkas dibuat mengingat pentingnya berkas


rekam medis pasien. Hal ini juga termasuk dalam pengamanan dan
pemeliharaan berkas rekam medis. Prosedur dan petunjuk teknis
peminjaman berkas rekam medis adalah sebagai berikut:

a) Peminjaman Untuk Kepentingan Rumah Sakit.

(1) Petugas rekam medis menanyakan keperluan


peminjaman berkas rekam medis.

(2) Apabila meragukan atau bukan untuk kepentingan


internal maka petugas rekam medis menolak permintaan
peminjaman berkas tersebut dan mengarahkan untuk
peminjaman berkas sesuai dengan prosedur peminjaman
berkas rekam medis untuk kepentingan pihak luar.

(3) Peminjam mengisi buku Peminjaman Berkas Rekam


Medis dengan mencantumkan: Tanggal Peminjaman, Nama
Peminjam, Keperluan Peminjaman Berkas, Batas waktu
peminjaman, Tanda Tangan Peminjam.

(4) Petugas rekam medis mengganti Berkas yang keluar


dari rak dengan Tracer yang berisi tanggal peminjaman,
nama peminjam, keperluan peminjaman berkas dan tanda
tangan petugas rekam medis. Setelah berkas ditemukan
petugas rekam medis menandatangani bukti peminjaman
(berkas keluar dan rak penyimpanan) pada buku
peminjaman berkas rekam medis.

(5) Petugas mengentry data pada program peminjaman


berkas rekam medis.

(6) Peminjam mengembalikan berkas yang telah selesai


dipinjam ke Instalasi Rekam Medis bagian Filling dengan
mencantumkan tanggal pengembalian, tanda tangan
peminjam pada buku Peminjaman Berkas Rekam Medis.

(7) Petugas rekam medis menerima berkas rekam medis


dan mengkoreksi jumlah berkas yang kembali dengan
jumlah data permintaan berkas pada buku peminjaman
berkas, apabila jumlah berkas dan data telah sesuai,
- 53 -

petugas rekam medis menandatangani penerimaan berkas


pada buku peminjaman dan mengembalikan berkas rekam
medis sesuai dengan ketentuan penyimpanan berkas.
Petugas rekam medis kemudian mengentry kembali tanggal
pengembalian berkas pada program peminjaman berkas
rekam medis.

b) Peminjaman Untuk Kepentingan Pihak Luar Rumah Sakit.


Peminjaman berkas rekam medis untuk kepentingan pihak luar
harus lebih berhati-hati dan teliti karena terdapat 3 masalah etik
terkait dengan pengungkapan informasi yaitu :

(1) Pelanggaran prinsip kebutuhan untuk mengetahui


(need to know principle).

(2) Penyalahgunaan surat persetujuan atau otorisasi yang


tidak tertentu (blanket authorization).

(3) Pelanggaran privasi yang terjadi sebagai akibat dan


prosedur pengungkapan sekunder (secondary release).

Oleh karena itu, harus terdapat ketentuan yang berbeda antara


peminjaman berkas rekam medis untuk kepentingan dalam dengan
peminjaman rekam medis untuk kepentingan pihak luar rumah sakit.
Ketentuan peminjaman rekam medis untuk kepentingan pihak luar
harus mengikuti persyaratan sebagai berikut:

a) Peminjam mengajukan surat permohonan untuk


peminjaman berkas rekam medis yang ditujukan kepada Kepala
Rumah Sakit. Surat permohonan untuk peminjaman harus dari
pasien sendiri atau telah diketahui oleh pasien dengan bukti
surat kuasa bermaterai yang berisi:

1) Keterangan telah memberikan kuasa.

2) Keterangan telah mengetahui maksud dan tujuan dari


meminjaman berkas.

3) Rekam Medis miliknya kepada penerima kuasa.

4) Tanggal pemberian kuasa.

b) Jika pasien dibawah umur < 14 tahun, pasien meninggal


atau secara mental tidak berkompeten maka surat kuasa
dimintakan dari orangtua/suami/istri/ahli warisnya.

c) Apabila untuk kepentingan penelitian maka harus ada surat


penugasan dari instansi yang bersangkutan dan surat
permohonan untuk melakukan penelitian yang ditujukan kepada
Kepala Rumah Sakit.
- 54 -

d) Petugas rekam medis melayani permintaan peminjaman


berkas rekam medis dengan syarat hanya informasi yang
dibutuhkan yang akan diberikan, tidak memberikan berkas
rekam medis secara langsung dan secara keseluruhan berkas
kepada peminjam. Atau jika butuh informasi yang mendetail
maka petugas rekam medis menghubungi dokter yang merawat
atau yang mewakili untuk bertemu langsung dengan peminjam
dan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan peminjam.

e) Peminjaman berkas rekam medis untuk kepentingan


penelitian harus dilakukan di ruang yang telah disediakan oleh
Unit Rekam Medis.

f) Apabila peminjam (peneliti) menginginkan berkas dibawa


keluar dari Bagian Rekam Medis maka permintaan peminjaman
tersebut harus melalui supervisor internal yang
bertanggungjawab terhadap penelitian tersebut (contoh: jika ada
perawat praktek yang hendak membuat laporan atau penelitian
maka permintaan peminjaman berkas harus diajukan oleh
Kawatum, tanggung jawab terhadap berkas rekam medis
sepenuhnya ditanggung oleh Kawatum setelah berkas rekam
medis keluar dan rak penyimpanan).

g) Setelah syarat dan ketentuan di point 6 terpenuhi maka


peminjam atau supervisor mengisi buku peminjaman berkas
dengan mencantumkan: Tanggal Peminjaman, Nama Peminjam,
Keperluan Peminjaman Berkas, Batas waktu peminjaman, Tanda
Tangan Peminjam.

h) Petugas rekam medis mengganti Berkas yang keluar dari rak


dengan Tracer yang berisi tanggal peminjaman, nama peminjam,
keperluan peminjaman berkas dan tanda tangan petugas rekam
medis. Setelah berkas ditemukan petugas rekam medis
menandatangani bukti peminjaman (berkas keluar dan rak
penyimpanan) pada buku peminjaman berkas rekam medis.

i) Peminjam mengembalikan berkas yang telah selesai


dipinjam ke Unit Rekam Medis bagian Filling dengan
mencantumkan tanggal pengembalian, tanda tangan peminjam
pada buku Peminjaman Berkas Rekam Medis.

j) Petugas rekam medis menerima berkas rekam medis dan


mengkoreksi jumlah berkas yang kembali dengan jumlah data
permintaan berkas pada buku peminjaman berkas, apabila
jumlah berkas dan data telah sesuai, petugas rekam medis
menandatangani penerimaan berkas pada buku peminjaman dan
mengembalikan berkas rekam medis sesuai dengan ketentuan
penyimpanan berkas.
- 55 -

Peminjaman berkas rekam medis untuk kepentingan pengadilan.


Undang-Undang Praktik Kedokteran memberikan peluang untuk
mengungkapkan informasi kesehatan untuk memenuhi permintaan
aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum. Dalam
hal ini perlu digaris bawahi kata-kata "dalam rangka penegakan
hukum", yang berarti bahwa permintaan akan informasi kesehatan
tersebut haruslah diajukan dengan mengikuti aturan yuridis formal.
Pasal 43 Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana mengisyaratkan bahwa rekam medis tidak dapat disita tanpa
persetujuan sarana kesehatan atau orang yang bertanggungjawab
atas rekam medis tersebut. Berdasarkan peraturan dan kaidah
tersebut maka syarat dan ketentuan peminjaman rekam medis untuk
kepentingan peradilan adalah sebagai berikut:

a) Peminjaman untuk kepentingan pengadilan harus diajukan


oleh penyidik dari kepolisian yang disertai dengan Surat Perintah
Permintaan alat bukti resmi dari Kepolisian atau atas permintaan
Hakim.

b) Permintaan berkas rekam medis untuk kepentingan


pengadilan dilayani dengan memberikan copy seluruh berkas
rekam medis ash dengan membawa berkas rekam medis pasien
sebagai bukti ke keaslian dari copy berkas rekam medis tersebut.

c) Apabila Pengadilan dalam hal ini yang berwenang adalah


Hakim meminta berkas rekam medis pasien untuk pembuktian
maka dibuatkan Berita Acara Penyerahan dan tanda terima
harus diminta dan disimpan di dalam berkas rekam medis dan
jangan sampai berkas rekam medis yang sah tersebut tidak
kembali. Selain itu, pihak rumah sakit harus tetap memiliki copy
berkas rekam medis tersebut.

d) Peminjaman untuk kepentingan pengadilan dilakukan oleh


Bagian Legal Rumah Sakit dengan mengisi buku peminjaman
dengan mencantumkan; Tanggal Peminjaman, Nama Peminjam,
Keperluan Peminjaman Berkas, Batas waktu peminjaman, Tanda
Tangan Peminjam dan dengan dilampirkan surat kuasa khusus
tertulis dari Kepala Rumah Sakit.

e) Petugas rekam medis mengganti Berkas yang keluar dari rak


dengan Tracer yang berisi tanggal peminjaman, nama peminjam,
keperluan peminjaman berkas dan tanda tangan petugas rekam
medis. Setelah berkas ditemukan petugas rekam medis
menandatangani bukti peminjaman (berkas keluar dan rak
penyimpanan) pada buku peminjaman berkas rekam medis.

f) Peminjam mengembalikan berkas yang telah selesai


dipinjam ke Instalasi Rekam Medis bagian Filling dengan
mencantumkan tanggal pengembalian, tanda tangan peminjam
pada buku Peminjaman Berkas Rekam Medis.
- 56 -

g) Petugas rekam medis menerima berkas rekam medis dan


mengkoreksi jumlah berkas yang kembali dengan jumlah data
permintaan berkas pada buku peminjaman berkas, apabila
jumlah berkas dan data telah sesuai, petugas rekam medis
menandatangani penerimaan berkas pada buku peminjaman dan
mengembalikan berkas rekam medis sesuai dengan ketentuan
penyimpanan berkas.

Pada ketentuan peminjaman diatas disebutkan bahwa peminjam


diharuskan mengisi identitas diri, keperluan dan tanggal peminjaman
dalam buku peminjaman. Buku peminjaman yang diselenggarakan di
Bagian Rekam Medis RSAU dr. Efram Harsana adalah sebagai
pengendali rekam medis (retrieval).

Untuk peminjaman yang bersifat rutin yaitu untuk pelayanan pasien


Poliklinik dan Rawat Inap, tetap menggunakan buku ekspedisi
sebagaimana ketentuan diatas.

(4) Pendistribusian Berkas Rekam Medis. Setelah melawati proses


pengambilan sebagaimana ketentuan diatas, berkas rekam medis
akan didistribusikan oleh petugas rekam medis, ketentuan mengenai
pendistribusian adalah sebagai berikut:

a) Berkas Rekam Medis tidak boleh keluar dari rumah sakit


dan pendistribusian berkas rekam medis hanya boleh
didistribusikan oleh petugas rekam medis dan tidak dibenarkan
untuk dibawa pasien/keluarga pasien.

b) Setiap berkas rekam medis yang telah terambil dan rak


penyimpanan harus tergantikan oleh tracer dan segera
didistribusikan.

c) Petugas Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-persatu


Rekam Medis secara rutin pada saat permintaan mendadak.
Untuk ini bagian lain yang memerlukan (untuk darurat) harus
mengirim petugasnya untuk mengambil sendiri kebagian Rekam
Medis.

d) Penanggungjawab atas kebersihan, keamanan dan


kerahasian berkas rekam medis ketika proses pendistribusian
sampai dengan tempat tujuan adalah petugas rekam medis.
Setelah berkas sampai ditempat tujuan maka kebersihan,
keamanan dan kerahasiaan berkas rekam medis menjadi
tanggungjawab peminta (petugas pelayanan kesehatan di tempat
tujuan tersebut), baik di rawat jalan maupun di rawat inap

e) Berkas Rekam Medis tidak lengkap yang tersimpan dalam


rak tidak lengkap harus segera didistribusikan ke bagian yang
bersangkutan setelah 2 x 24 jam terhitung hari pengembalian
berkas.
- 57 -

(5) Pengembalian Rekam Medis. Berkas yang telah keluar dari rak
penyimpanan harus segera dikembalikan ketempat semula setelah
urusan/kegiatan pelayanan atau penelitian selesai. Ketentuan
mengenai pengembalian dan penyimpanan berkas adalah sebagai
berikut:

a) Penyimpanan dan pengambilan berkas rekam medis harus


oleh petugas rekam medis.

b) Selain petugas rekam medis dilarang memasuki ruang


penyimpanan berkas rekam medis, kecuali mereka yang telah
mendapat ijin dari KaUnit Rekam Medis dan didampingi oleh
salah satu petugas rekam medis.

c) Berkas yang kembali dari ruangan rawat inap dan rawat


jalan disimpan di rak penyimpanan berkas.

d) Berkas yang sudah diisi dengan lengkap disimpan di rak/di


Filling dengan menggunakan Sistem penjajaran Terminal Digit
(angka akhir).

e) Berkas yang belum diisi dengan lengkap disimpan


sementara di rak penyimpanan berkas tidak lengkap berdasarkan
dokter/unit yang berkewajiban mengisi.

f) Berkas yang keluar dari rak Filling ataupun di rak


penyimpanan berkas harus diganti dengan tracer.

g) Berkas yang telah kembali, disimpan kembali ke tempatnya


setelah tracer diambil.

Terdapat ketentuan umum tentang pengembalian berkas rekam medis


yaitu seorang yang menerima/meminjam rekam medis, berkewajiban
untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya
(Depkes RI, 1997). Pengembalian berkas rekam medis dapat dibagi
menjadi 3 yaitu berkas kembali dari poliklinik, berkas kembali dari
ruang perawatan dan bekas kembali dari distribusi peminjaman/tidak
lengkap.

a) Berkas kembali dari poliklinik/rawat jalan. Dalam hal ini


terdapat ketentuan bahwa setelah kegiatan pelayanan poliklinik
telah selesai maka petugas poliklinik tersebut mengembalikan
berkas rekam medis ke bagian rekam medis dalam keadaan telah
terisi dengan lengkap. Petugas rekam medis menerima berkas
tersebut dan mengevaluasi kelengkapan berkas dan jumlah
berkas yang dikembalikan. Kemudian menempatkan berkas
tersebut dalam rak "berkas kembali dari poliklinik" di dalam
ruang penyimpanan bekas. Petugas penyimpanan akan
mengambil berkas tersebut dan mencatatnya dalam buku filling
- 58 -

(untuk evaluasi pengembalian) kemudian menyimpannya kembali


ke dalam rak atau odner dengan ketentuan:

(1) Simpan kembali bekas rekam medis dengan Sistem


Terminal Digit Filling System.

(2) Pastikan terdapat tracer sebelum peletakan atau


pengembalian berkas ketempat semula.

b) Berkas kembali dari ruang perawatan. Ketentuan dalam


pengembalian berkas rekam medis dari ruang perawatan adalah
sebagai berikut:

(1) 2 x 24 jam terhitung dan tanggal pasien pulang berkas


rekam medis harus kembali ke bagian rekam medis dalam
keadaan lengkap.

(2) Berkas yang telah kembali diserahkan ke bagian


assembling dan cek kelengkapan. Tugas bagian assembling
menata ulang urutan berkas rekam medis rawat inap sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan mengevaluasi
kelengkapan berkas tersebut.

(3) Berkas yang sudah di assembling dan dievaluasi akan


diserahkan ke bagian koding (jika RM.05 telah terisi). Dan
jika RM.05 kosong maka berkas dikembalikan ke dokter
atau unit yang terkait.

(4) Jika berkas telah selesai dilakukan proses pengkodean


maka berkas ditempatkan ke dalam rak penyimpana berkas
rekam medis rawat inap.

(5) Petugas penyimpanan akan menyimpan bekas rekam


medis sesuai dengan penempatan rak-rak tersebut diatas.

(6) Proses penyimpanan menggunakan Sistem Terminal


Digit Filling dan jika berkas rekam medis termasuk berkas
pasien lama maka pastikan terdapat tracer sebelum berkas
dikembalikan ke tempat semula.

(6) Pengamanan Kerahasiaan dan Pemeliharaan Berkas Rekam


Medis. Definisi dan ruang lingkup keamanan adalah perlindungan
fisik dan elektronik untuk informasi berbasis komputer secara utuh,
sehingga menjamin ketersediaan dan kerahasiaan. Termasuk
kedalamnya adalah sumber-sumber yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, mengolah dan menyampaikan, alat-alat
untuk mengatur akses dan melindungi informasi dan pengungkapan
yang tidak disengaja maupun yang disengaja (Harman, 2001a, hlm.
372). Sedangkan kerahasiaan merupakan ”pembatasan
pengungkapan informasi pribadi tertentu. Dalam hal ini mencakup
- 59 -

tanggung jawab untuk menggunakan, mengungkapkan, atau


mengeluarkan informasi hanya dengan sepengetahuan dan izin
individu.” (Harman, 2001a, hlm. 370). Informasi yang bersifat rahasia
dapat berupa tulisan ataupun verbal. Pengamanan dan pemeliharaan
berkas rekam medis adalah suatu hal yang sangat penting dalam
proses penyelenggaraan rekam medis. Oleh karena itu terdapat
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Karumkit yaitu berkas rekam
medis bersifat rahasia dan tidak diperkenankan membawa berkas
rekam medis keluar dari RSAU dr. Efram Harsana, kecuali salinan
fotocopy berkas, untuk kebutuhan dan kepentingan yang
diperbolehkan oleh peraturan hukum sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Petugas rekam medis harus menjaga agar berkas rekam
medis tersimpan dan tertata dengan baik serta terlindung dan
kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi berkas rekam
medis. Ketentuan mengenai keamanan dan kerahasiaan berkas
rekam medis adalah sebagai berikut:

a) Berkas rekam medis harus tersimpan dalam map yang


tertera tulisan rahasia.

b) Peminjaman berkas rekam medis harus memenuhi


persyaratan seperti yang tercantum dalam SOP Peminjaman
Berkas Rekam Medis.

c) Penyimpanan dan pengambilan berkas rekam medis harus


sesuai dengan Prosedur yang telah ditetapkan.

d) Isi rekam medis hanya boleh dilihat dan diminta oleh pasien
sendiri. Apabila pasien mengijinkan orang lain untuk melihat isi
rekam medisnya maka harus dengan Surat Kuasa bermaterai
6000 yang ditanda tangani oleh pasien.

e) Permintaan resume medis pasien harus memenuhi


ketentuan / Protap Permintaan Resume Medis.

f) Perujuk tidak diperkenankan melihat berkas rekam medis


pasien kecuali atas ijin dan pasien yang disampaikan secara
tertulis kepada Direktur Rumah Sakit.

g) Tidak semua pegawai rumah sakit dapat mengakses rekam


medis baik manual maupun yang telah diinput ke komputer,
sedangkan petugas yang diberi kewenangan mengaksesnya harus
dapat menjaga kerahasiaan file rekam medis.

h) Unit SIMRS harus dapat memfasilitasi prosedur poin (g).

Selain ketentuan keamanan dan kerahasiaan diatas juga terdapat


ketentuan dasar pemeliharaan berkas rekam medis yang dapat
membantu memperlancar pekerjaan pengelolaan rekam medis yaitu:
- 60 -

a) Pada saat rekam medis dikembalikan kebagian rekam medis,


harus disortir menurut nomor, sebelum disimpan kembali.

b) Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani


rekam medis. Dokter, staf rumah sakit, pegawai dari bagian lain
tidak diperkenankan mengambil rekam medis dan tempat
penyimpanan.

c) Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas,


harus segera diperbaiki untuk mencegah makin rusak/ hilangnya
lembaran- lembaran yang diperlukan.

d) Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara


periodik untuk menemukan salah simpan dan menemukan kartu
pinjaman (tracer) yang rekam medisnya masih belum
dikembalikan.

e) Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan


keteraturan rak penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.

f) Berkas rekam medis yang sedang diproses/dipakai untuk


keperluan lain harus diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan
maksud bahwa Berkas tersebut setiap saat dapat dipergunakan.

g) Rekam Medis sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.

h) Perawat di ruangan wajib memelihara rekam medis pasien


yang sedang dirawat inap dengan cara menyimpan rekam medis
pasien di dalam lemari yang aman dan tidak dapat dijangkau
atau terlihat oleh orang lain selain petugas yang mempunyai hak
untuk mengisi rekam medis pasien.

q. Pelepasan Informasi. Pelepasan informasi medis adalah prosedur


melepaskan, membeberkan atau mengungkapkan data atau informasi
medis pasien untuk kepentingan pasien dan kepentingan lainnya yang
tidak merugikan pasien yang telah diatur oleh undang-undang. Pelepasan
informasi medis harus memenuhi kaidah:

1) Kaidah autonomy bahwa pasienlah yang memutuskan boleh atau


tidaknya akses terhadap informasi kesehatannya, bukan pasangannya
ataupun pihak ketiga.

2) Kaidah beneficence bahwa informasi hanya diungkapkan kepada


individu yang membutuhkannya dalam rangka melakukan perbuatan
yang menguntungkan atau untuk kepentingan pasien (misalnya
kepada perusahaan asuransi dalam rangka pembayaran klaim).
- 61 -

3) Kaidah nonmaleficence bahwa informasi tidak diberikan kepada


pihak yang tidak berwenang dan yang mungkin merugikan pasien
(misalnya perusahaan asuransi meminta informasi kesehatan untuk
tujuan diskriminasi).

4) Kaidah justice bahwa informasi harus menerapkan ketentuan


secara adil dan konsisten untuk semua orang.

5) Pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas, yaitu:

a) Untuk kepentingan kesehatan pasien.

b) Untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum


dalam rangka penegakan hukum.

c) Permintaan pasien sendiri.

d) Berdasarkan ketentuan undang-undang.

Selain kaidah-kaidah diatas juga terdapat kaidah umum terkait


dengan pemberian informasi rekam medis pasien yaitu:

1) Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki oleh rumah


sakit tidak boleh disebarkan oleh pegawai rumah sakit, kecuali bila
pimpinan rumah sakit mengijinkan.

2) Rumah sakit tidak boleh dengan sekehendaknya menggunakan


rekam medis dengan cara yang dapat membahayakan kepentingan
pasien, kecuali jika rumah sakit itu sendiri yang akan menggunakan
rekam medis tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau
mewakilinya.

3) Para perawat dan dokter yang bertanggung jawab dapat


berkonsultasi dengan bagian rekam medis sehubungan dengan
pencatatan berkas rekam medis pasien yang dirawat.

4) Dokter tidak diperkenankan memberikan resume medis pasien


yang dirawat secara langsung kepada perusahaan asuransi atau
badan lain. Permintaan resume dan surat keterangan medis diatur
dalam prosedur permintaan resume medis di bagian rekam medis.

5) Informasi rekam medis hanya boleh dikeluarkan dengan surat


kuasa bermaterai yang ditanda tangani oleh pasien (walinya jika
pasien tersebut secara mental tidak kompeten).

6) Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai


pasien melalui data rekam medis pasien yang dirawat di rumah sakit,
harus memiliki surat kuasa dan pasien tersebut.

7) Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi
- 62 -

juga berlaku bagi semua orang yang menangani rekam medis dibagian
perawatan, bangsal-bangsal dan lain-lain.

8) Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakit,
kecuali bila atas permintaan pengadilan, dengan surat kuasa khusus
tertulis dan pimpinan rumah sakit.

9) Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan


untuk dibawa kebagian lain dari rumah sakit tanpa seijin petugas
Rekam Medis.

10) Dengan persetujuan dan pimpinan rumah sakit, pemakaian


rekam medis untuk keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang
bukan dari staf medis rumah sakit, apabila ingin melakukan riset
harus memperoleh persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.

11) Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan


segala upaya hendaklah dilakukan supaya pengadilan menerima
salinan foto static rekam medis yang dimaksud. Apabila hakim minta
yang asli, tanda terima harus diminta dan disimpan di folder jangan
sampai rekam medis yang asli tersebut kembali.

12) Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah


menyetujui untuk membayar biaya rumah sakit bagi seorang
pegawainya, tidak dapat dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk
memberikan informasi medis pegawai tersebut kepadanya tanpa surat
kuasa atau persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang sah.

13) Pengesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi


indikasi mengenai periode-periode perawatan tertentu. Surat kuasa
atau persetujuan itu hanya berlaku untuk informasi medis termasuk
dalam jangka waktu atau tanggal yang tertulis didalamnya.

r. Penyimpanan Rekam Medis

1) Sistem Penyimpanan. Sistem penyimpanan berkas rekam medis


seperti diketahui ada 2 jenis yaitu sistem sentralisasi dan sistem
desentralisasi. Sedangkan sistem penyimpanan berkas rekam medis di
RSAU dr. Efram Harsana yang dipilih menggunakan sistem
Sentralisasi. Yang dimaksud dengan sistem penyimpanan sentralisasi
adalah penyimpanan rekam medis seorang pasien dalam satu
kesatuan baik catatan-catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-
catatan selama seorang pasien dirawat. Berkas rekam medis rawat
jalan dan rawat inap disimpan dalam satu tempat penyimpanan.
Adapun keuntungan dari pemilihan sistem sentralisasi adalah sebagai
berikut :

a) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan


dan penyimpangan berkas rekam medis.
- 63 -

b) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk


peralatan dan ruangan.

c) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan


medis mudah distandarisasikan.

d) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas


penyimpanan.

e) Mudah untuk menerapkan sistem unit record.

2) Penjajaran. Sistem Penjajaran adalah sistem yang mengatur tata


cara penyusunan berkas rekam medis didalam rak penyimpanan
dengan tujuan agar berkas rekam medis mudah dicari dan diambil
kembali. Sistem Penjajaran yang digunakan oleh Bagian Rekam Medis
RSAU dr. Efram Harsana adalah Terminal Digit Filling System yaitu
Sistem Angka Akhir yang telah dimodifikasi, sehingga berbeda dengan
standar yang digunakan.
Sistem penjajaran berkas rekam medis di Filing aktif menurut nomor
yang dipakai adalah sistem angka akhir. Penjajaran dengan sistem
angka akhir lazim disebut “terminal digit system”. Disini digunakan
nomor-nomor dengan 6 angka, yang dikelompokkan menjadi 3
kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka. Angka pertama adalah
kelompok 2 angka yang terletak paling kanan, angka kedua adalah
kelompok 2 angka yang terletak ditengah dan angka ketiga adalah
kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.

50 93 26
angka ketiga angka kedua angka pertama
(tertiary digits) (secondary digits) (primary digits)

Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir (terminal digit


filling system) ada 100 kelompok angka pertama (primary section)
yaitu 00 sampai dengan 99. Pada waktu menyimpan, petugas harus
melihat angka-angka pertama dan membawa rekam medis tersebut ke
daerah rak penyimpanan untuk kelompok angka-angka pertama yang
bersangkutan. Pada kelompok angka pertama ini rekam medis
disesuaikan urutan letaknya menurut angka ketiga, sehingga
dalam setiap kelompok penyimpanan nomor-nomor pada kelompok
angka kedualah yang selalu berlainan.

Sebagai contoh :

20-51-02 98-99-26 09-99-89


20-51-12 98-99-36 09-99-99
20-51-22 98-99-46 10-00-09
20-51-32 98-99-56 10-00-19
20-51-42 99-99-66 10-00-29
- 64 -

Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan


angka akhir, seperti :

a) Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara


merata ke 100 kelompok (section) di dalam rak penyimpanan.
Petugas-petugas penyimpanan tidak akan terpaksa berdesak-
desak di satu tempat (atau section), dimana rekam medis harus
disimpan di rak.

b) Petugas-petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk


sejumlah section tertentu misalnya ada 4 petugas masing-masing
diserahi : section 00-24, section 25-49, section 50-74, section 75-
99.

c) Pekerjaan akan terbagi rata mengingat setiap petugas rata-


rata mengerjakan jumlah rekam medis yang hampir sama setiap
harinya untuk setiap section.

d) Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak


penyimpanan dari setiap section, pada saat ditambahnya rekam
medis baru di section tersebut.
e) Jumlah rekam medis untuk tiap-tiap section terkontrol dan
bisa dihindarkan timbulnya rak-rak kosong.

f) Dengan terkontrolnya jumlah rekam medis membantu


memudahkan perencanaan peralatan penyimpanan (jumlah rak).

g) Kekeliruan menyimpan (misfile) dapat dicegah, karena


petugas penyimpanan hanya memperhatikan 2 angka saja dalam
memasukkan rekam medis kedalam rak, sehingga jarang terjadi
kekeliruan membaca angka.

3) Kode warna. Untuk dua digit terakhir. Kode warna yang


dimaksud adalah kode pembedaan warna berdasarkan dua digit
terakhir dari nomor register pasien yang berarti menunjukan posisi
rak masing-masing terminal digit. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kekeliruan dalam memasukkan berkas rekam medis
kedalam rak penyimpanan. Kode warna ini masih digunakan pada
berkas rekam medis rawat jalan. Ketentuan kode warna pada terminal
digit yaitu mulai angka 0 sampai dengan 9 adalah sebagai berikut:
Angka 0 : Merah Tua
Angka 1 : Merah Muda
Angka 2 : Hijau Muda
Angka 3 : Biru muda
Angka 4 : Kuning
Angka 5 : Orange
Angka 6 : Ungu

Angka 7 : Coklat
- 65 -

Angka 8 : Biru Tua


Angka 9 : Hijau Tua

Misalnya :

Nomor register pasien 00-23-23 maka warna pada berkas rekam


medis rawat jalannya adalah hijau muda dan biru muda.

4) Ketentuan Penyimpanan Berkas Rekam Medis. Berdasarkan


ketentuan yang telah ditetapkan dalam Permenkes
269/MENKES/PER/I11/2008 Bab IV tentang Penyimpanan,
Pemusnahan dan Kerahasiaan pada pasal 8 (ayat 1) yang berbunyi :
Rekam Medis pasien rawat inap di Rumah Sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Dengan
adanya ketentuan tersebut maka setelah batas waktu 5 tahun
sebagaimana dimaksud ayat 1 dilampaui rekam medis dapat
dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan
medik sebagaimana ayat 2.
Berkas rekam medis di RSAU dr. Efram Harsana dikatakan In-Aktif
apabila tidak ada kunjungan dalam jangka waktu 2 tahun terakhir
setelah pasien berobat atau dipulangkan. Berkas rekam medis In-Aktif
disimpan selama 3 tahun di ruang penyimpanan inaktif untuk
kemudian dimusnahkan.

s. Pemisahan Dan Pemusnahan Rekam Medis In-Aktif.

1) Pemisahan Berkas Rekam Medis Inaktif. Pemisahan berkas


sebagaimana ketentuan di atas, berkas rekam medis yang statusnya
In-Aktif memiliki perlakuan tersendiri yaitu dengan adanya kebijakan
yang berbunyi "Lama penyimpanan berkas rekam medis adalah 2
tahun aktif dan 3 tahun inaktif atau terhitung 5 tahun dari tanggal
terkhir kunjungan pasien". Kegiatan pemisahan berkas Aktif menjadi
In-Aktif disebut dengan Pemisahan atau penyusutan berkas rekam
medis (retensi) baik untuk berkas rekam medis rawat jalan maupun
berkas rekam medis rawat inap.
Penyusutan rekam medis berdasarkan buku Pedoman
Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Revisi II
2006 Depkes RI adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari rak
penyimpanan dengan cara :

a) Memindahkan arsip rekam medis inaktif dari rak aktif ke rak


inaktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai
dengan tahun kunjungan.

b) Memikrofilmisasi berkas rekam medis inaktif sesuai


ketentuan yang berlaku.

c) Memusnahkan berkas rekam medis yang telah di


dokumentasikan dengan cara tertentu sesuai ketentuan yang
- 66 -

berlaku.

d) Dengan melakukan scaner pada berkas rekam medis.

Salah satu elemen yang diperlukan dalam penyusutan berkas


adalah Jadwal Retensi Arsip (JRA). JRA yang digunakan di RSAU
dr. Efram Harsana memiliki ketentuan yang sama yaitu dalam kurun
waktu 2 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau
dipulangkan kemudian berkas rekam medis statusnya menjadi berkas
rekam medis In-Aktif. Kemudian setelah 3 tahun in-aktif atau
terhitung 5 tahun dari tanggal terakhir kunjungan pasien maka
berkas rekam medis dapat dimusnahkan. Tujuan dari pemisahan dan
penyusutan tersebut adalah:

a) Untuk mengurangi kapasitas berkas dari rak penyimpanan


berkas rekam medis aktif.

b) Untuk mengakomodir keterbatasan kapasitas rak


penyimpanan berkas rekam medis aktif.

c) Untuk memudahkan pencarian berkas rekam medis yang


akan dimusnahkan nantinya.

d) Untuk terciptanya sistem penyimpanan arsip yang efektif


dan efisien.

e) Menyelamatkan berkas yang bernilai guna tinggi serta


mengurangi berkas rekam medis yang nilai gunanya telah
menurun.

Dalam penyelenggaran rekam medis khususnya pada proses


penyusutan dan penyimpanan berkas In-Aktif, memiliki ketentuan
sebagai berikut:

a) Berkas in aktif adalah berkas yang telah disimpan minimal


selama 2 tahun di tempat penyimpanan berkas, terhitung sejak
tanggal terakhir pasien tersebut berobat atau dipulangkan.

b) Setelah diketahui berkas In-Aktif, Petugas meretensi berkas


yang telah 2 tahun tersimpan dalam file aktif dengan melihat
tahun terakhir kunjungan.

c) Berkas yang dikeluarkan dari rak penyimpanan tidak perlu


diganti dengan tracer tetapi dicatat dalam buku retensi berkas
rekam medis.

Lama penyimpanan berkas di ruang In-Aktif adalah 3 tahun terhitung


sejak berkas masuk dalam ruang filling In-Aktif, dengan catatan tidak
terdapat transaksi/kunjungan selama berkas diruangan In-Aktif.
- 67 -

Sebagaimana Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Nomor :


YM.00.03.2.2.1996 pada Tanggal : 27 November 1996 tentang Revisi
Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit, dalam buku revisi II
trahun 2006 pada Proses Pengolahan Rekam Medis dalam
pembahasan mengenai Perencanaan terhadap rekam medis yang tidak
aktif (hal.97) menyebutkan "Apabila sudah tidak tersedia lagi tempat
penyimpanan rekam medis harus dilaksanakan kegiatan pemilahan
berkas rekam medis aktif dan inaktif. Berkas rekam medis yang tidak
aktif dapat disimpan di ruangan lain atau microfilm"
Ketentuan di atas menjadi pedoman bagi RSAU dr. Efram Harsana
untuk memutuskan perubahan file dari hardfile (berkas rekam medis
dalam bentuk lembaran-lembaran kertas) ke dalam bentuk softfile
yaitu file dengan format PDF/TIFF dengan cara menggunakan alat
Scanner. Penggunaan alat scanner jauh lebih mudah dan lebih
menghemat biaya dan mengenai kerahasiaan dan autentikasinya
dapat dijaga dengan metode password.

2) Pemusnahan Berkas Rekam Medis Inaktif. Pemusnahan


berkas rekam medis adalah suatu proses kegiatan penghancuran
secara fisik berkas Rekam Medis yang telah berakhir fungsi dan nilai
gunanya (setelah melewati masa In- Aktif). Penghancuran harus
dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau
mendaur ulang sehingga tidak dapat dikenali lagi baik isi maupun
bentuknya. Ketentuan pemusnahan Rekam Medis adalah sebagai
berikut :

a) Dibentuk tim pemusnah arsip dengan surat keputusan


direktur yang beranggotakan sekurang-kurangnya dari:
Sekretariatan, Bagian Rekam Medis, Bagian Pelayanan (Rawat
Jalan dan Rawat Inap) dan Komite Medis (termasuk Panitia
Rekam Medis).

b) Rekam Medis yang mempunyai nilai guna tertentu tidak


dimusnahkah tetapi disimpan dalam jangka waktu tertentu.

c) Membuat pertelaan arsip bagi Rekam Medis aktif yang telah


dinilai.

d) Daftar pertelaan arsip Rekam Medis yang akan


dimusnahkan oleh tim pemusnah dilaporkan kepada Kepala
Rumah sakit.

e) Berita acara pelaksanaan pemusnahan disimpan sebagai


bukti san sebagai arsip dan dilaporkan kepada Kepala Rumah
Sakit.

Tata cara penilaian berkas rekam medis yang telah berakhir fungsi
dan nilai gunanya adalah berkas yang telah 5 tahun in aktif. Indikator
yang digunakan untuk menilai berkas rekam medis in aktif adalah
frekuensi rekam medis digunakan untuk pendidikan dan penelitian,
- 68 -

bernilai guna primer administrasi, hukum, keuangan dan IPTEK, serta


bernilai guna sekunder untuk pembuktian dan sejarah.
t. Penyimpanan, Retensi Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis

1) Penyimpanan Arsip Rekam Medis. Pelaksanaan arsip rekam


medis di RSAU dr. Efram Harsana diatur sebagai berikut :

ARSIP SELAMA MASA


LAMA
PENYIMPANAN PENGALIHAN KE
NO JENIS DOKUMEN PENYIMPANAN
MEDIA ELEKTRONIK DAN
ARSIP KERTAS
PEMUSNAHAN
1 Dokumen rekam medis: 1. 5 tahun Point 1 dan 2 : setelah melampaui 5
1. Dokumen rekam medis tahun, di scan disimpan dalam
rawat jalan. 2. 5 tahun bentuk elektronik. Setelah melampaui
5 tahun, dokumen kertas dimasukkan
2. Dokumen rekam medis 3. 10 tahun filling inaktif dengan mengacu surat
rawat inap. edaran dirjen pelayanan medis no HK.
4. 10 tahun 00.06.1.5.01160 tahun 1995 tentang
3. Ringkasanpenyakit/ jadwal retensi arsip. Disimpan sampai
Resume medis pasien. mencapai 30 tahun.
Point 3 dan 4 : dokumen kertas
4. Form Informed consent. (hardcopy) disimpan selama 10 tahun,
namun pada saat melampaui 5 tahun
di scan disimpan dalam bentuk
elektronik sebagai back up. Dokumen
kertas dimasukkan filling inaktif
dengan mengacu surat edaran dirjen
pelayanan medis no HK.
00.06.1.5.01160 tahun 1995 tentang
jadwal retensi arsip. Disimpan sampai
mencapai 30 tahun.
2. 3) Kimia klinik: 1. Hematologi. 1. Surat permintaan dan laporan
a) Lap. Umum. a. srt 1 tahun. umum: klaim klinik,
b) Lap. Khusus. b. srt mikrobiologi, hermatologi 4
4) Mikrobiologi. selamanya setelah lampaui 1 tahundi
a) Srt lap. Umum / 30 tahun scan/dialihkan elektronik dan
lap khusus. 2. Selamanya hardcopi dapat diajukan
5) Hematologi. (30 tahun) pemusnahan ke direksi RSAU dr.
a) Srt lap umum / Efram Harsana.
lap khusus. 2. Laporan khusus: kimia klinik,
6) Laporan pemeriksaan mikrobiologi, hermatologi,
sumsum tulang
belakang.
3. Pemeriksaan Radiologi : a. SP a. SP pemeriksaan setelah disimpan
a. Surat Pengantar (SP) pemeriksaa 1 tahun dapat diajukan
pemeriksaan. n: 1 tahun. pemusnahan dokumen kepada
b. Bacaan hasil foto. b. Bacaan direksi. Rekap SP pemeriksaan di
hasil foto: 5 file komputer tetap disimpan
tahun. selama 5 tahun.
b. Bacaan hasil foto tergabung
dalam arsip rekam medis,
disimpan sesuai masa aktif arsip
rekam medis. Data di komputer
tetap disimpan selama 10 tahun.
- 69 -

2) Penyusutan (Retensi) dan Pemusnahan Rekam Medis.

a) Penyusutan (Retensi). Yang dimaksud dengan penyusutan


rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan berkas rekam
medis dari rak penyimpanan dengan cara :

1) Memindahkan berkas rekam medis in aktif dari rak file


aktif ke rak file in aktif dengan cara memilah pada rak file
penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan.

2) Mendokumentasikan berkas rekam medis in aktif


sesuai ketentuan yang berlaku.

3) Memusnahkan berkas rekam medis yang telah


dimikrofilm dengan cara tertentu sesuai ketentuan yang
berlaku.

b) Tujuan Penyusutan/Retensi Rekam Medis adalah sebagai


berikut:

1) Mengurangi jumlah berkas rekam medis yang semakin


bertambah.

2) Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya


tempat penyimpanan berkas rekam medis yang baru.

3) Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat


penyiapan rekam medis jika sewaktu-waktu diperlukan.

4) Menyelamatkan rekam medis yang bernilai guna tinggi


serta mengurangi yang tidak bernilai guna/ nilai guna
rendah atau menurun.

c) Jadwal Retensi Berkas Rekam Medis. Jadwal retensi


berkas rekam medis di RSAU dr. Efram Harsana ditetapkan
dengan rincian sebagai berikut:

AKTIF INAKTIF
NO KELOMPOK
RJ RI RJ RI
1 Umum 5 TH 5 TH 2 TH 2 TH
2 Mata 5 TH 10 TH 2 TH 2 TH
3 Jiwa 10 TH 5 TH 5 TH 5 TH
4 Orthopedi 10 TH 10 TH 2 TH 2 TH
5 Kusta 15 TH 15 TH 2 TH 2 TH
6 Ketergantungan Obat 15 TH 15 TH 2 TH 2 TH
- 70 -

7 Jantung 10 TH 10 TH 2 TH 2 TH
8 Paru 5 TH 10 TH 2 TH 2 TH
d) Tata Cara Penilaian Berkas Rekam Medis. Adapun tata cara
penilaian berkas rekam medis yang akan diretensi dapat dilihat pada
alur proses berikut ini :
Alur Retensi Berkas Rekam Medis
RSAU dr. Efram Harsana

Pemindahan RM Aktif RM Inaktif

RM Dinilai
ada Nilai guna Tim Penilai

RM Rusak /
Penyusutan Tidak Terbaca RM Tidak
Berkas RM ada Nilai guna

Dimusnahkan

DIMUSNAHKAN TIM
PEMUSNAH

RM DILESTARIKAN
Tertentu

e) Pemindahan Berkas Rekam Medis aktif menjadi inaktif.


Pemindahan berkas dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

(1) Dilihat dari tanggal kunjungan terakhir.

(2) Setelah 5 (lima) tahun dari kunjungan terakhir tersebut


berkas dipisahkan di ruang lain/terpisah dari berkas rekam
medis aktif.
(3) Berkas rekam medis inaktif dikelompokkan sesuai dengan
tahun terakhir kunjungan.

f) Penilaian Berkas Rekam Medis. Selanjutnya berkas rekam


medis yang akan diretensi dilakukan penilaian dengan langkah seperti
dibawah ini:

(1) Berkas rekam medis yang dinilai adalah berkas rekam medis
yang telah 2 tahun inaktif.

(2) Indikator yang digunakan untuk menilai berkas inaktif :


- 71 -

(a) Seringnya rekam medis digunakan untuk pendidikan


dan penelitian.

(b) Nilai guna :

i. Primer : Administrasi,hukum,keuangan, iptek

ii. Sekunder : Pembuktian, sejarah

(c) Berkas Rekam Medis Yang Dipilah:

i. Ringkasan masuk keluar.


ii. Resume.
iii. Lembar operasi.
iv. Identifikasi bayi.
v. Lembar Persetujuan.
vi. Lembar Kematian.

d) Berkas rekam medis tertentu disimpan diruang berkas


rekam medis inaktif.

e) Lembar rekam medis sisa dan berkas rekam medis


rusak tidak terbaca disiapkan untuk dimusnahkan.

f) Tim penilai dibentuk dengan surat perintah dari Kepala


Rumah Sakit yang beranggotakan Komite Rekam Medis,
petugas Rekam Medis Senior, Perawat Senior dan tenaga lain
yang terkait.

g) Pemusnahan Berkas Rekam Medis. Pemusnahan berkas rekam


medis Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip
rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya.
Penghancuran harus dilakukan secara total dengan cara membakar
habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal isi
maupun bentuknya. Ketentuan pemusnahan rekam medis:

1) Berkas rekam medis yang telah non aktif selama 2 tahun


disortir dengan cara memisahkan/mengeluarkan ringkasan
masuk dan keluar serta resumenya untuk tetap disimpan
sebagai arsip di unit kerja rekam medis.

2) Dari ringkasan masuk dan keluar dilakukan rekapitulasi


nomor rekam medik sebagai pertelaan arsip rekam medik.

3) Berkas rekam medis yang telah non aktif dan telah disortir
tersebut oleh Unit Rekam Medis dilaporkan kepada kepala RSAU
dr. Efram Harsana untuk diterbitkan surat perintah
pemusnahan.
- 72 -

4) Setelah surat pemusnahan diterbitkan maka dibentuk Tim


Pemusnahan Berkas Rekam Medis Pasien RSAU dr. Efram
Harsana.

5) Tim pemusnahan berkas rekam medis pasien RSAU dr.


Efram Harsana melakukan kegiatan pemusnahan secara fisik
berkas rekam medis yang telah dinyatakan non aktif tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6) Setelah dalakukan pemusnahan secara fisik berkas rekam


medis yang telah dinyatakan non aktif, maka Tim Pemusnahan
Berkas Rekam Medis membuat berita acara pelaksanaan
pemusnahan untuk dilaporkan kepada kepala RSAU dr. dr.
Efram Harsana.

h) Daftar Pertelaan Arsip Rekam Medis

Tahun
Nomor Nama Diagnosa
No. Terakhir Keterangan
RM Pasien Akhir
Berkunjung

Petunjuk pengisian daftar pertelaan arsip rekam medis:

1) Nomor : Nomor urut

2) No. RM : Nomor rekam medis yang akan


dimusnahkan

3) Nama Pasien : Nama pasien yang tertera pada dokumen


rekam medis

4) Diagnosa akhir : Diagnosa pasien pada saat terakhir


dilayani di rumah sakit

5) Tahun terakhir : Tahun terakhir pelayanan pasien di


rumah Sakit

6) Keterangan : Diisi menurut kebutuhan informasi

i) Koding (coding). Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang


ada di dalam rekam medis harus diberi kode agar memudahkan
pelayanan pada penyajian informasi. Kode klasifikasi penyakit oleh
WHO (World Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan
nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk
Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10, International
- 73 -

Statical Clasification Deseasses and Health Problem 10 Revice. ICD 10


menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka
(alpha numeric).
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut
yaitu:

1) Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis

2) Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode

3) Tenaga kesehatan lainnya.

Penetapan diagnosis sorang pasien merupakan kewajiban hak dan


tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah
oleh karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diisi
dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku
ICD 10.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh
tenaga medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang
tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan, komunikasikan terlebih
dahulu pada dokter yang membuat diagnosis tersebut.

Cara Penggunaan ICD- 10 adalah sebagai berikut :

1) Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang :

a) Intruduction ( pendahuluan )
b) Kelompok daftar tabulasi
c) Kode kondisi tertentu.
d) Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
e) Kategori karakteristik perintah

2) Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :

a) Penggunaan Index Alfabetic


b) Susunan
c) Kode angka
d) Tanda perintah yang ada dalam buku ICD - 10
Volume I

3) Petunjuk dasar koding


a) Indentifikasi tipe panyakit/luka atau kondisi lain di
dalam buku ICD-10 Vol. I.
b) Cari kata dasar ( Lead term )
c) Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).
d) Rujuk di buku ICD - 10 Volume III
e) Rujuk di buku ICD - 10 Volume I
f) Tentukan kode penyakit tersebut
- 74 -

BAB V
LOGISTIK

13. Daftar Kebutuhan Logistik. Unit Rekam Medis dalam melaksanakan


pelayanan membutuhkan dukungan logistik. Kebutuhan logistik didapatkan
dengan cara Unit Rekam Medis membuat Nota Dinas Pengajuan Kebutuhan
Bulanan yang diajukan kepada Urminbekkes dengan tembusan Karumkit dan
Bendahara.

14. Uraian Kebutuhan Logistik. Kebutuhan logistik tiap bulan yang digunakan
dalam pelaksanaan pelayanan di Unit Rekam Medis antara lain adalah :

No Nama barang Jumlah Satuan


1 Buku ekspedisi 5 Buah
2 Tipe x 2 Buah
3 Masker hijau 5 Box
4 Kertas a4 20 Rim
5 Kertas f4 20 Rim
6 Pulpen hitam 10 Buah
7 Kertas roll 2 ply 20 Lusin
8 Kertas ncr 3 ply 10 Lusin
9 Buku register besar 10 Buah
10 Buku register kecil 10 Buah
11 Paper klip jumbo 20 Box besar
12 Kartu pasien kertas 1000 Buah
13 Kartu pasien barcode 5000 Buah
14 Plastik kartu pasien 1000 Lembar
15 Map status rekam medis 5000 Buah
16 Tissue kotak besar 10 Buah
17 Pulpen duduk 20 Buah
18 Spidol permannet 1 Lusin
19 Spidol board marker 1 Lusin
20 Steples kecil 5 Buah
21 Isi steples kecil 20 Box kecil
24 Plester 2 cm bening 10 Buah
25 Plester 5 cm bening 5 Buah
26 Tinta stempel biru 5 Buah
27 Hand scrub 1 Buah
28 Bak stempel 5 Buah
29 Stiker label 20 Dus
30 Sapu lantai 2 Buah
31 Serokan 1 Buah
32 Pensil 5 Buah
33 Penghapus 2 Buah
36 Gunting 1 Buah
- 75 -

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

15. Prosedur Pelayanan di Unit Rekam Medis. Prosedur pelaksanaan


pelayanan di unit Rekam Medis tetap mempertimbangkan dan mengutamakan
keselamatan pasien. Keselamatan Pasien di Unit Rekam Medis memperhatikan
beberapa hal yaitu :

a. Penamaan pasien. Penulisan identitas pada berkas rekam medis


berdasarkan tanda pengenal yang dimiliki oleh pasien, seperti KTP, SIM,
KK dan lain-lain,semua itu di lakukan untuk mengurangi kesalahan dalam
penulisan identitas pasien yang ada pada berkas rekam medis. Banyaknya
pasien yang berobat di rumah sakit serta banyaknya penggunaan nama
yang sama sehingga semua itu perlu dilakukan guna menghindari
terjadinya tertukarnya berkas rekam medis antara pasien satu dan
lainnya.
b. Penyimpanan. Menjaga keamanan dalam penyimpanan
data/informasi unsur keakuratan data/informasi dan kemudian akses
menjadi tuntutan pihak organisasi pelayanan kesekatan, pada unsur
keamanan, privasi, kerahasiaan dan keselamatan harus benar-benar
mendapat perhatian. Dalam konsep pelayanan kesehatan dikenal istilah
privasi, kerahasiaan dan keamanan :

1) Privasi adalah hak pasien untuk mengontrol kesehatan


pribadinya.

2) Kerahasiaan.

3) Keamanan adalah perlindungan terhadap privasi seseorang dan


kerahasian rekam medis, dengan kata lain hanya memperbolekan
pengguna yang berhak untuk membuka rekam medis. Dalam
pengertian lebih luas, keamanan juga termasuk proteksi informasi
pelayanan kesehatan dari rusak, hilang atau pengubahan data akibat
ulah pihak yang tidak berhak.

4) Fleksibilitas.

c. Keterlambatan Pengiriman. Pada proses pengiriman atau


pendistribusian berkas rekam medis juga dapat mengancam keselamatan
pasien, itu terjadi karena keterlambatan pengiriman berkas rekam medis
sehingga dapat menghambat palayanan medis yang dilakukan oleh tenaga
medis.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
- 76 -

16. Umum. Potensial di rekam medis dapat mengakibatkan penyakit dan


kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor biologis (virus, bakteri dan
jamur), faktor ergonomi (lingkuan kerja, cara kerja dan posisi kerja yang salah),
faktor fisik (suhu, cahaya, listrik), faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja,
hubungan sesama pegawai atau atasan).Bahaya potensial yang dimungkinkan
ada di Rekam Medis diantaranya adalah mikrobiologik, desain ruangan,
kebakaran dan risiko hukum atau keamanan dan dikelompokan dalam tabel
berikut:

Bahaya fisik Diantaranya : suhu panas, suhu dingin, bising,


pencahayaan.
Bahaya biologi Diantaranya : Virus (Hepatitis B, Hepatitis C, influenza),
jamur dan parasit.
Bahaya ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,
membungkuk, menarik, mendorong.
Bahaya psikososial Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
kerja.
Bahaya mekanik Diantaranya terjepit, tertimpa, tertusuk benda tajam.
Bahaya listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis.
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


digolongkanpada tiga kelompok, yaitu:

a) Kondisi dan lingkungan kerja.

b) Kesadaran dan kualitas pekerja.

c) Peranan dan kualitas manajemen.

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan


penyakitakibatkerja dapat terjadi bila:

a) Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.

b) Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan


proses produksi.

c) Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan


terlalu panas atau terlalu dingin.

d) Tidak tersedia alat-alat pengaman.

e) Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya


kebakaran dll.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam medis:


- 77 -

a. Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap


bagian penyimpanan.

b. Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika


mengerjakan penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas.
Harus tersedia tangga anti tergelincir.

c. Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan


rak-rak penyimpanan.

d. Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan


penglihatan petugas.

e. Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan


mudah atau rak-rak beroda.

f Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban,


pencegahan debu, dan pencegahan bahaya kebakaran.

17. Keselamatan Kerja di Unit Rekam Medis. RSAU dr. Efram Harsana.
Unit Rekam Medis RSAU dr. Efram Harsana telah mempersiapkan
penanggulangan/pencegahan kecelakan kerja di rekam medis meliputi sebagai
berikut:

a) Ruangan. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras atau kode


khusus untuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam
kebakaran, tangga dll.

b) Kualitas Udara. Yang perlu diperhatikan antara lain:

1) Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang


termometer ruangan.

2) Kontrol terhadap polusi seperti debu.

3) Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap kelembaban


udara).

4) Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.

5) Sistem ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruangan


(lokasi udara yang masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan
pemeliharaan secara berkala filter AC).

6) Kontrol terhadap lingkuan indoor : penumpukan barang-barang


berkas yang menimbulkan debu, bau, dll.

7) Kontrol terhadap lingkuan outdoor: disain dan konstruksi


ruangan serta tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan
- 78 -

keselamtan dll.

8) Perencanaan jendela di ruang penyimpanan sehubungan dengan


pergantian udara jika AC mati.

c) Jaringan elektrik dan komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan


antara lain:

1) Hubungan pendek.
2) Arus berlebih.
3) Kebocoran instalasi.
4) Binatang pengerat yang bisa menyebabkan kerusakan sehingga
terjadi hubungan pendek.
5) Manusia yang lengah terhadap risiko dan spo.
6) Bencana alam atau buatan manusia.
7) Pengaturan tata letak jaringan isntalasi listrik termasuk kabel
yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
8) Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa
pelindung.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

18. Umum. Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah


pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria
serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.

a) Indikator. Definisi Indikator adalahukuran atau cara mengukur


sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu
variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang
baik adalah yangsensitif tapi juga spesifik.

b) Kriteria. Yang dimaksud dengan kriteria adalah spesifikasi dari


indikator.

c) Standar. Dalam pengendalian mutu harus ditetapkan standar yang


akan dicapai, dimana harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh


seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka
yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance
atau kondisi tersebut.

2) Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi


yang sangat baik.

3) Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat,


nilai atau mutu.
- 79 -

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus


memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:

1) Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan. Aspek-aspeknya meliputi:

1) Keprofesian
2) Efisiensi
3) Keamanan pasien
4) Kepuasan pasien
5) Sarana dan lingkungan fisik

2) Indikator yang dipilih. Ketentuan indikator yang dipilih harus


memperhatikan:

1) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input


dan proses.
2) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan
kelompok daripada untuk perorangan.
3) Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar
Rumah Sakit.
4) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang
dipilih untuk dimonitor.
5) Didasarkan pada data yang ada.

3) Kriteria yang digunakan. Kriteria yang digunakan harus dapat diukur


dan dihitung untuk dapat menilai indikator,sehingga dapat sebagai batas
yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.

4) Standar yang digunakan ditetapkan. Dasar yang digunakan antara


lain:

1) Acuan dan berbagai sumber.


2) Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara.
3) Berdasarkan trend yang menuju kebaikan.

19. Pengendalian Mutu. Pengendalian mutu di Unit Rekam Medis RSAU


dr. Efram Harsana dengan memperhatikan Standar Pelayanan Minimal
yang telah ditetapkan dijabarkan sebagai berikut:

a) Keterlambatan pengembalian berkas rekam medis setelah selesai


pelayanan rawat inap yang diterima Unit Rekam Medis 2x24 jam.

Judul Keterlambatan pengembalian berkas rekam


medis setelah selesai pelayanan rawat inap
yang diterima Unit Rekam Medis 2x24 jam
Dimensi mutu Ketepatan pengembalian rekam medis pasien
rawat inap ke Unit Rekam Medis
- 80 -

Tujuan Peningkatan Tergambarnya kurangnya tanggung jawab dan


Mutu kepatuhan staf ruangan dalam pengembalian
berkas rekam medis.
Definisi operasional Pengembalian rekam medik inap adalah,
rekam medis disetor ke Unit Rekam Medis
selambat-lambatnya 2x24 jam setelah selesai
pelayanan rawat inap.
Numerator Jumlah rekam medik yang dikembalikan tidak
tepat waktu
Denumerator Jumlah rekam medik rawat inap yang
dikembalikan ke Unit Rekam Medik
Sumber Data Seluruh dokumen pasien Rawat Inap
Penanggung jawab Kepala Unit rekam medik
Pengumpul data
Type Indikator  Struktur  Outcome
 Proses  Proses dan Outcome

Frekuensi Penilaian  Harian  Bulanan


data  Mingguan
 Lainnya .................
Metodologi  Retrospective
pengumpulan data  Sensus Harian
Target sampel dan Target sampel :
Sampel size Inklusi :Semua dokumen Rekam Medis pasien
Rawat Inap
Esklusi : -
Sampel size : total sampel
Nilai ambang / 5%
standar
Analisi data Analisis : Dilakukan oleh Ketua Komite PMKP
Diseminasi Data Data akan diesminaskan dalan pertemuan
rutin dan paparan indikator mutu
Formulir alat audit Form indikator mutu

BAB IX
PENUTUP
- 81 -

20. Demikian pedoman pelayanan Unit Rekam Medis disusun untuk dijadikan
pedoman pada penyelenggaraan pelayanan di Unit Rekam Medis, sehingga
semua tindakan pelayanan yang dilaksanakan menjadi standar dan semoga
dapat meningkatkan mutu pelayanan di Unit Rekam Medis.

KEPALA RSAU dr. EFRAM HARSANA,

dr. BUDHI PRANOWO, M. Sc., Sp. A


LETKOL KES NRP 527111

Anda mungkin juga menyukai