Anda di halaman 1dari 89

HASIL PENELITIAN

PERBEDAAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


TERHADAP PUSKESMAS TERAKREDITASI DAN
PUSKESMAS TIDAK TERAKREDITASI
DI KABUPATEN KOLAKA UTARA

KASMIATI SUKRI

019140049

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAMALATEA
MAKASSAR
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa mahasiswa (i) sbb :
Nama : Kasmiati Sukri
Nim : 019140049
Jurusan/Bagian : Kesehatan Masyarakat/ Administrasi Kebijakan
Kesehatan
Judul : Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap
Puskesmas Terakreditasi Puskesmas dan
Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten
Kolaka Utara Tahun 2021

Telah dikonsultasikan kepada pembimbing serta disetujui untuk


melaksanakan Ujian Hasil Penelitian semester akhir tahun ajaran 2020/2021.

Makassar, Juli 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Rifai, M.Pd Dr. Andi Yusuf, S.Kep.,S.KM.,M.Kes

Mengesahkan,

Direktur Pasca SarjanaSTIK Tamalatea


Makassar

Dr. Andi Yusuf, S.Kep.,S.KM.,M.Kes

ii
ABSTRAK

Kasmiati Sukri ”Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap


Puskesmas Terakreditasi Puskesmas dan Puskesmas Tidak Terakreditasi
Di Kabupaten Kolaka Utara (dibimbing oleh Dr. Muhammad Rifai, M.Pd dan
Dr. Andi Yusuf, S.Kep.,S.KM.,M.Kes)
Pemerintah mengharapkan sistem akreditasi Puskesmas dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Akreditasi adalah pengakuan yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan setelah memenuhi standar akreditasi. Tujuan penelitian yaitu
mengetahui perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas
terakreditasi dan Puskesmas tidak terakreditas di Kabupaten Kolaka Utara.
Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas terakreditasi dan Puskesmas
tidak terakreditas di Kabupaten Kolaka Utara. Jenis penelitian yang akan
digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan komparatif yaitu
untuk membandingkan dua kelompok dengan variabel tertentu.
Hasil penelitian menunjukan besar rata-rata mutu pelayanan
kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 85.17, dengan standar deviasi
penyimpangan sebesar 6.304, nilai minimal 70 dan nilai maksimal 94, besar
rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar
66,65, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 5,252, nilai minimal 56
dan nilai maksimal 79 dan ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan
terhadap puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi dengan
nilai ρ = 0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) di Kabupaten Kolaka Utara Tahun
2021.
Saran dalam penelitian yaitu dapat menjadi bahan informasi kepada
puskesmas untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan yang
diberikan agar lebih baik lagi, dapat menjadi tambahan bacaan di
perpustakaan dan diharapkan dapat menambah wawasan pembaca
khususnya mengenai akreditasi dan mutu pelayanan kesehatan dipuskesmas
dan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan mendorong dan membantu penelitian lebih lanjut dalam hal
pengembangan metode penelitian.

Kata Kunci : Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akreditasi Puskesmas

iii
ABSTRACT

Kasmiati Sukri ” Differences in the Quality of Health Services to Accredited


Public Health Centers and Unaccredited Health Centers in North Kolaka
Regency (Guided by Dr. Muhammad Rifai, M.Pd dan Dr. Andi Yusuf,
S.Kep.,S.KM.,M.Kes)

The government hopes that the Puskesmas accreditation system can


improve the quality of health services. Accreditation is an acknowledgment
given by an independent institution that administers the accreditation which is
determined after meeting the accreditation standards. The purpose of the
study was to determine the difference in the quality of health services to
accredited health centers and unaccredited health centers in North Kolaka
Regency.
This research was conducted in accredited and unaccredited health
centers in North Kolaka Regency. The type of research that will be used is
quantitative research with a comparative approach, namely comparing two
groups with certain variables.
The results showed that the average size of health services in
accredited health centers was 85.17, with a standard deviation of 6,304, a
minimum value of 70 and a maximum value of 94, the average size of health
services in unaccredited health centers was 66.65, with a standard deviation
of deviation of 5,252, a minimum score of 56 and a maximum value of 79 and
there is a difference in the quality of health services for accredited health
centers and unaccredited health centers with a value of = 0.000 where < (α =
0.05) in North Kolaka Regency in 2021.
Suggestions in research are that it can be used as information material
for puskesmas to be able to improve the quality of health services provided to
be even better, can be an additional library reading and is expected to
increase readers' insight, especially regarding accreditation and health
services at health centers and can provide useful information to increase
knowledge. and encourage and assist further research in the development of
research methods.

Keywords: Quality of Health Services and Health Center Accreditation

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menciptakan bumi dan langit

beserta isinya dan segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada umat

manusia, semoga Allah meridhoi segala aktivitas kita, dan karena Ridho Allah

pula sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul”

Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Puskesmas Terakreditasi

Puskesmas dan Puskesmas Tidak Terakreditasi Di Kabupaten Kolaka

Utara Tahun 2021” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan di Program Pascasarja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK)

Tamalatea Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat

kekurangan, olehnya itu kritik maupun saran yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Telah banyak usaha

yang dilakukan dan banyak bantuan hambatan maupun kesulitan yang

dihadapi dalam penyusunan tesis ini namun tidak menyurutkan semangat

untuk sukses karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis

menyampaikan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Bapak Muhammad Rifai, M.Pd selaku pembimbing I dan

Bapak Dr. Andi Yusuf, S.Kep.,S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah

v
banyak memberikan banyak bimbingan dan nasehat dalam proses

pembuatan tesis ini.

Selain itu pula penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Ibu Hj.Annisa Asseng sebagai Ketua Yayasan Institusi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar.

2. Ibu Dr. Rahmawati, S.KM., M.Si sebagai Ketua Institusi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar.

3. Bapak Dr. Andi Yusuf, S.Kep.,S.KM.,M.Kes sebagai Direktur

Pascasarjana Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea

Makassar.

4. Bapak Dr.Muhammad Rifai, M.Pd sebagai pembimbing I yang selalu

membantu dalam penyusunan Tesis ini

5. Bapak Bapak Dr. Andi Yusuf, S.Kep.,S.KM.,M.Kes sebagai pembimbing II

yang selalu membantu dalam penyusunan Tesis ini.

6. Ibu Dr. Rahmawati, S.KM., M.Si sebagai penguji I yang membantu

penyempurnaan Tesis ini

7. Bapak Dr. Ir. Asrijun Juhanto, M.Kes sebagai penguji II yang membantu

penyempurnaan Tesis ini

8. Bapak/Ibu Dosen di lingkungan Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIK) Tamalatea Makassar yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis selama berada di bangku kuliah.

vi
9. Kepada kedua orang tua Bapak Almarhum H. Sukri dan Ibu Hj. Mintaha,

serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril, material,

doa dan restu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis

ini.

10. Kepada suami Jumail dan anak tersayang Syaikah Al Fitrah dan Alby

Zaidan yang selalu terus memberikan dukungan, motivasi, dan nasehat

sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Program pascasarjana angkatan 2019 yang

senasib dan seperjuangan. Semoga kebersamaan ini dapat menjadi awal

yang baik untuk kita melangkah dan segenap pihak yang tidak dapat di

sebutkan satu persatu namanya.

Akhir kata penulis berharap semoga Tesis ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua khususnya bagi saya pribadi.

Makassar, 08 Juli 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................... ii
ABSTRAK....................................................................................... iii
ABSTRACT..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR....................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.......................................................... 7

C. Tujuan Penelitian............................................................ 7

D. Manfaat Penelitian.......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan............... 10

B. Tinjauan Tentang Puskesmas......................................... 18

C. Tinjauan Tentang Akreditasi Puskesmas........................ 21

D. Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan......................... 33

E. Kerangka Teori................................................................ 43

F. Kerangka Konsep Penelitian........................................... 44

viii
G. Defenisi Operasional Dan Kriteria Obyektif.................... 45

H. Hipotesis Penelitian........................................................ 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................... 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................... 47

C. Populasi Dan Sampel Penelitian..................................... 47

D. Instrument Penelitian...................................................... 48

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 48

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data......................... 49

G. Analisa Data.................................................................... 49

H. Etika Penelitian................................................................ 51

I. Tahapan Penelitian......................................................... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................... 54

B. Hasil Penelitian................................................................ 61

C. Pembahasan................................................................... 73

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................... 79

B. Saran............................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 43

2.2 Kerangka Konsep .................................................................. 44

x
DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman


2.1 Tabel Sintesa…………………………………………..……… 33

2.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif………………… 45

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Puskesmas


Terakreditasi dan Puskesmas Tidak Terakreditasi
Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021 ………………..….. 62

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di


Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak
Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021 …….. 63

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di


Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak
Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021 …….. 64

4.6 Distribusi Rata-Rata Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan


Di Puskesmas Tidak Terakreditasi Kabupaten Kolaka
Utara Tahun 2021 …………………………………………... 65

4.7 Distribusi Rata-Rata Mutu Pelayanan Kesehatan Di


Puskesmas Tidak Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021 …………………………………….…………... 67

4.8 Distribusi Rata-Rata Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan


Di Puskesmas Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021 …………………………..……………………... 68

4.9 Distribusi Rata-Rata Mutu Pelayanan Kesehatan Di


Puskesmas Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara Tahun
2021 …………………………………….…………………... 71

4.10 Analisis Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan


Terhadap Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas
Tidak Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara Tahun
2021………………………………………………………….... 72

DAFTAR LAMPIRAN

xi
No Judul

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Master Tabel Penelitian

Lampiran 5 Hasil Olah Data Penelitian SPSS Versi 22.0

Lampiran 6 Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Tamalatea Makassar

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian dan


Pengembangan Daerah Kabupaten Kolaka Utara

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari


Puskesmas Lapai Kecamatan Ngapa

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut pedoman Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang

Akreditasi Puskesmas, klinik Pratama, tempat mandiri dokter, dan tempat

praktik dokter gigi, pembagunan kesehatan merupakan bagian terpenting

dalam pembagunan nasional. Motivasi di selenggarakannya

pembangunan kesehatan yaitu untuk membangun kesadaran, kemauan,

dan kemampuan untuk hidup sehat bagi semua orang untuk

mendapatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Permenkes

RI, 2015).

Untuk mencapai tujuan peningkatan kesehatan nasional, berbagai

upaya dilakukanan secara menyeluruh, berjenjang dan terkoordinasi

serta terpadu. Puskesmas merupakan badan penyelenggara fasilitas

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan individu tingkat pertama, dengan menitikberatkan pada

upaya promotif dan preventif untuk mencapai tingkat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI,

2015). Puskesmas merupakan unit organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat peningkatan atau pembagunan kesehatan masyarakat

yang juga mendorong serta membina peran serta masyarakat di samping

1
memberikan pelayanan secara terpadu dan menyeluruh kepada

masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok

(Herlambang, 2016).

Puskesmas adalah unit pelayanan utama dan dapat langsung

sampai ke masyarakat, melaksanakan penyelenggaraan kesehatan

melalui upaya dasar kegiatan Puskesmas, salah satunya adalah

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan memberikan pengobatan

kepada masyarakat. Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yaitu

pengobatan rawat inap dan rawat jalan termasuk didalamnya melakukan

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan dan

penyembuhan penyakit. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan

tingkat pertama diperlukan untuk menyediakan pelayanan kesehatan

sesuai dengan undang-undang dan peraturan atau pedoman dari

Kementerian Kesehatan dengan mempertimbangkan atau

memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat. Jenis-jenis

pelayanan yang diberikan harus diketahui dan dimanfaatkan secara baik

dan optimal oleh masyarakat, sebagai bentuk atau wujud pemenuhan

akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

(Permenkes RI, 2015).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mensyaratkan

akreditasi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bertujuan untuk lebih

mengembangkan atau meningkatkan kesehatan di Indonesia.

2
Sebagaimana ditunjukkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46

Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, KlinikPratama, Tempat

Praktek Dokter, dan Praktek Dokter Gigi, peningkatan kesehatan

merupakan bagian terpenting dari pembangunan nasional. Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 pasal 39 ayat 1 yang

menyatakan bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan,

Puskesmas harus memiliki akreditasi secara berkala setiap 3 (tiga) tahun

sekali (Permenkes RI, 2014).

Akreditasi di fasilitas kesehatan primer atau tingkat pertama telah

dilakukan di banyak negara. Lebanon melaksanakan akreditasi di fasilitas

primer pada tahun 2012, teknis pelaksanaan survei diselesaikan selama

dua hari oleh Accreditation Canada International (ACI) (El-Jardali et al.,

2014). Akreditasi di fasilitas kesehatan primer di Belanda adalah kegiatan

sukarela yang terdiri dari audit secara lengkap, yang mencakup area

klinis dan organisasi diikuti oleh rencana peningkatan yang terorganisir

dan tinjauan formal oleh penilai luar (eksternal) (Nouwens et al., 2015).

Pedoman atau standar akreditasi yang diterapkan di berbagai

negara berbeda-beda. Ruang standar akreditasi Amerika Serikat adalah

berorientasi pada masyarakat, manajemen yang sangat baik dan tepat,

pelayanan yang memiliki kualitas tinggi dan memiliki keamanan

pelayanan yang baik. Akreditasi di Australia adalah pada akses juga

berorientasi pada masyarakat, pelayanan tanpa henti atau

3
berkesinambungan, dan keamanan pelayanan. Kanada memiliki pusat

akreditasi yang sama dengan Australia dengan tambahan manajemen

sumber daya manusia. Yordania, Mesir, dan Arab Saudi adalah akses

pelayanan berorientasi pada masyarakat, pelayanan berkesinambungan,

administrasi atau manajemen yang tepat, memiliki pelayanan berkualitas

tinggi, keamanan pelayanan, manajemen sumber daya manusia, dan

informasi, hak-hak klien dan pelayanan terkoordinasi (terintegrasi)

dengan baik (Tabrizi & Gharibi, 2019).

Akreditasi Puskesmas yang termuat dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, sebagai salah satu

strategi untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang

berkualitas, khususnya pengembangan dan pelaksanaan akreditasi

fasilitas kesehatan pada pelayanan kesehatan dasar milik swsata

maupun pemerintah. Pada tahun 2019 ditetapkan bahwa akan ada 5.600

jumlah kecamatan yang memiliki tidak kurang dari satu puskesmas yang

dijamin untuk akreditasi (Rustandi, 2015).

Akreditasi merupakan pengakuan yang diberikan oleh organisasi

otonom sebagai penyelenggara akreditasi yang ditetapkan setelah

memenuhi pedoman akreditasi (Permenkes RI, 2015), sedangkan

akreditasi puskesmas merupakan pengakuan yang diberikan kepada

puskesmas oleh lembaga independen yang menyelenggarakan akreditasi

serta ditetapkan oleh menteri setelah dinilai puskesmas memenuhi

4
pedoman atau standar pelayanan puskesmas untuk meningkatkan

kualitas mutu pelayanan puskesmas secara berkelanjutan sehingga

diperlukan akreditasi agar pelayanan kesehatan memiliki kualitas dan

mampu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar.

Status akreditasi Puskesmas terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

akreditasi paripurna, akreditasi utama, akreditasi madya, akreditasi dasar

dan tidak terakreditasi. Alasan dilaksanakannya akreditasi puskesmas

yaitu untuk melakukan perbaikan serta peningkatan mutu layanan

kesehatan di puskesmas, sehingga dari mutu pelayanan kesehatan yang

ditingkatkan dapat memberikan kepuasan kepada pasien atau

masyarakat sekitar yang mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut.

Dimensi mutu pelayanan kesehatan mencakup, Bukti langsung (tangible),

kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan

(assurance) dan empati (empathy) (Purwoastuti & Walyani, 2019).

Peningkatan mutu dilakukan dengan meningktakan kinerga petugas

dan menerapkan manajemen risiko yang dilakukan secara

berkesinambungan di puskesmas yang dapat dilihat dari hasil akreditasi.

Akreditasi menjadi sangat penting karena dilakukan oleh pihak luar

dengan menggunakan standar atau pedoman yang telah ditetapkan

sesuai dengan komponen akreditasi. Puskesmas perlu diakreditasi

secara berkala setiap 3 (tiga) tahun sekali, sebagaimana akreditasi

merupakan salah satu prasyarat sertifikasi sebagai fasilitas pelayanan

5
tingkat pertama yang menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS). Seperti teori Nursalam (2014) mengatakan

bahwa konsep mutu layanan yang berkaitan dengan pemenuhan

kepuasan pasien ditentukan oleh lima komponen yang biasanya dikenal

sebagai kualitas mutu layanan "SERVQUAL" (daya tanggap, jaminan,

bukti langsung, empati dan kehandalan). Mutu pelayanan kesehatan

menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam

membuat perasaan memiliki rasa kepuasan dalam setiap orang. Semakin

sempurna kepuasan, semakin baik mutu pelayanan kesehatan.

Data di Indonesia menunjukkan dari 10.134 Puskesmas yang ada di

seluruh Indonesia, 90,29% sudah terakreditasi atau sejumlah 9.153

Puskesmas (Hanum, 2020). Data dari di Dinas Kesehatan Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2021 dari 16 Puskesmas yang ada di Kabupaten

Kolaka Utara terdapat 14 Puskesmas yang sudah terakreditasi, yaitu 2

Puskesmas terakreditasi dasar yaitu Puskesmas Wawo dan Puskesmas

Katoi, 11 Puskesmas terakreditasi madya yaitu Puskesmas Rante Angin,

Puskesmas Lambai, Puskesmas Mala-Mala, Puskesmas Lapai,

Puskemas Watunohu, Puskesmas Pakue, Puskesmas Pakue Tengan,

Puskesmas Pakue Utara, Puskesmas Batu Putih, Puskesmas Latowu,

dan Puskesmas Tolala, 1 Puskesmas terakreditasi utama yaitu

Puskesmas Lasusua. Sementara masih terdapat 2 Puskesmas yang

belum terakreditasi yaitu Puskesmas Tiwu, dan Puskesmas Porehu.

6
Pemerintah berharap akreditasi puskesmas dapat memperbaiki

mutu pelayanan kesehatan, tetapi tidak ada cukup bukti untuk

mendukung hipotesis bahwa puskesmas terakreditasi telah memberikan

atau meningkatkan kualitas mutu pelayanan yang lebih baik dan

kepuasan pasien yang lebih tinggi daripada puskesmas yang tidak

terakreditasi. Untuk itu perlu adanya penelitian bagaimana pengaruh

status akreditasi terhadap mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap

puskesmas terakreditasi dan Puskesmas tidak terakreditas di Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana Pengaruh

mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan

Puskesmas tidak terakreditas di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan mutu pelayanan kesehatan

terhadap puskesmas terakreditasi dan Puskesmas tidak terakreditas di

Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

7
a. Mengetahui distribusi mutu pelayanan kesehatan Puskesmas

terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

b. Mengetahui distribusi mutu pelayanan kesehatan Puskesmas tidak

terakreditasi diKabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

c. Mengetahui perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap

puskesmas terakreditasi dan Puskesmas tidak terakreditas di

Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahaun serta menjadi dorongan bagi peneliti

selanjutnya untuk lebih menggali mutu pelayanan kesehatan dengan

variabel yang berbeda.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan untuk membaca

diperpustakaan serta dapat menambah pemahaman pembaca,

khususnya tentang mutu pelayanan kesehatan dan akreditasi

puskesmas.

8
3. Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak puskesmas

dalam meningkatkan penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan

jauh lebih baik dan unggul.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan

peneliti mengenai penerapan metode penelitian yang selama ini

dipelajari dibangku kuliah.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan

pelayaanan kesehatan sesuai dengan pedoman dan prinsip standar

pelayanan yang baik dengan memanfaatkan potensi petugas

kesehatan (SDM) yang tersedia di puskesmas atau rumah sakit

dengan baik, produktif, dan efektif serta diberikan dengan aman dan

nyaman serta memuaskan norma, moral, etika hokum dan sosial

budaya dengan mempertimbangkan kendala dan kemampuan

pemerintah dan masyarakat (Satrinegara, 2014).

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan

akan pelayanan yang diberikan yang sesuai pedoman dan prinsip

pelayanan yang baik dengan memanfaatkan aset potensial yang

tersedia di puskesmas atau dirumah sakit dengan cara yang masuk

akal, wajar, efisien dan produktif dan memberikan standar rasa aman

serta memuaskan moral, etika hukum, dan sosial budaya dan dengan

memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan

masyarakat sebagai pembeli atau sebagai konsumen (Herlambang,

2016).

10
Mutu pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kesehatan yang

dapat menimbulkan rasa puas setiap jasa pemakai pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan masyarakat dan

pelaksanaannya sesuai dengan pedoman atau standar kode etik

yang baik (Purwoastuti & Walyani, 2019)

2. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Nursalam (2014), ada 5 (lima) dimensi mutu

pelayanan kesehatan, yang disingkat RATER terdiri dari (Reliability,

Assurance, Tangibles, Empathy, Responsivenes). Mutu pelayanan

yang diukur dengan RATER adalah sikap yang dibentuk serta

perilaku pengembangan layanan sesuai dengan yang diterima.

Nursalam (2014) menjelaskan 5 (lima) dimensi tersebut antara lain:

1. Kehandalan (Reliability)

Reliability (keandalan) adalah kemampuan penyedia jasa dan

mampu memberikan kepuasan dengan memberikan pelayanan

yang sesuai. Kehandalan penting karena sifat produk jasa yang

nonstandardize output tergantung pada kegiatan manusia

sehingga kesulitan dalam menghasilkan output. Pelayanan yang

handal berarti pihak pemberi pelayanan yang diberikan sesuai

prosedur dan mekanis kerja. Hal itu berkaitan dengan andal,

mandiri, menguasai dan professional dalam pekerjaan.

Kehandalan dalam pelayanan diketahui dengan hal-hal berikut:

11
a. Keandalan berkaitan dengan keterampilan dalam kaitannya

dengan efisien dan efektif.

b. Keandalan pelayanan disesuikan dengan tingkat pengetahuan

uraian kerja.

c. Keandalan sesuai dengan penguasaanm pengalaman dan

keterampilan penyedia jasa.

d. Keandalan tentang aplikasi penguasaan teknologi untuk

mendapatkan pelayanan yang optimal

2. Daya tanggap (Responsiveness)

Ketanggapan merupakan kesiapan menolong dan melayani

sesuai prodsedur dalam pemenuhan haapan pelanggan. Hal itu

disesuikan dengan syarat dan prosedur yang mudah supaya

mudah cepat dan lancar. Daya tanggap adalah penilaian mutu

pelayanan yang dinamis karena adanya harapan pelanggan

mengenai pelayanan akan lebih baik dengan kemajuan tehnologi

yang digunakan. Unsur daya tanggap yaitu:

a. Penjelasan tentang pelayanan yang diberikan penyedia jasa.

b. Penjelaskan detail tentang pelayanan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

c. Pembinaan adalah bentuk pelayanan yang sesuai ketentuan

berlaku.

12
d. Pengarahan pelayanan dari individu dalam persiapan,

mengikuti, dan melaksanakan dengan pemenuhan pelayanan.

e. Pengarahan terhadap persoalan yang tidak sesuai, atau

berlawanan, diselesaikan dengan cara dan prosedur yang

berlaku.

3. Bukti Langsung (Tangibels)

Tangibles adalah kualitas sarana atau fasilitas serta bukti fisik.

Penyedia jasa bekerja optimal dan pelanggan akan menilai

dengan perasaannya. Indikator bukti fisik antara lain:

a. Kemampuan dalam prestasi kerja yang menggunakan fasilitas

kerja dengan efisien serta efektif.

b. Kemampuan integritas diri berdasarkan penampilan berupa

kecakapan, dedikasi kerja, dan kewibawaan.

c. Kemampuan epenguasaan teknologi dengan kemudahan

akses data dan intervensi otomatis kerja disesuaikan dengan

dinamika pekerjaan.

4. Kepedulian (Empathy)

Kepedulian merupakan rasa kepedulian, hubungan komunikasi

dan perhatian staf kepada pengguna jasa sesuai pemahaman

dan kebutuhan pelanggan. Pihak penyedia jasa mempunyai

empati untuk penanagan masalah dan sesuai dengan kegiatan

yang diinginkan. Adanya sumber daya kesehatan diperlukan

13
untuk menentukan mutu dalam mencapai kepuasan konsumen.

Bentuk kualitas pelayanan diwujudkan dalam bentuk:

a. Kemampuan memberikan keseriusan atas pelayanan yang

ada.

b. Kemampuan memperhatikan bentuk pelayanan yang ada.

c. Pengertian tinggi dari pelayanan yang terungkap dari

penyedia jasa;

d. Kemampuan rasa simpatik atas pelayanan yang ada.

5. Jaminan (Assurance)

Jaminan meliputi pengetahuan, kesopanan, sifat petugas,

kepercayaan dan kemampuan oleh pengguna jasa. Adanya

jaminan akan mengakibatkan kecilnya risiko dari penyedia jasa

sehingga pelayanan dapat memuaskan pelanggan.

3. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan

Adapun Indikator mutu pelayanan kesehatan, diartikan untuk

mengukur ketercapaian suatu standar atau pedoman pelayanan yang

sudah ditetapkan. Menurut (Bustami, 2011), indikator mutu pelayanan

kesehatan, yaitu terbagi :

a. Indikator Persyaratan Minimal

Indikator ini melihat pada tercapai atau tidaknya standar masukan,

standar lingkungan, dan standar proses.

14
b. Indikator Penampilan Minimal

Indikator ini focus pada tolak ukur yang diidentifikasi dengan

hasil atau keluaran dari suatu pelayanan kesehatan

Bustami, (2011) mengatakan bahwa pendekatan sistem

pelayanan harus menganalisis hasil pelayanan. Hasil pelayanan

merupakan pengembangan dari hasil atau keluaran yang ada,

sehingga harus ada tolak ukur (indikator) tentang akibat dari

pelayanan tersebut. Tolak ukur yang dimaksud merujuk pada hasil

minimal yang sudah dicapai sesuai dengan standar yang telah

ditentukan sebelumnya.

4. Manfaat Mutu Pelayanan Kesehatan

Adapun manfaat dari mutu pelayanan kesehatan,

(Herlambang, 2016), yaitu:

a. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan

Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan ditandai dengan

kemampuan untuk menangani kondisi medis secara baik dan

tepat, kerana layanan kesehatan yang disediakan sesuai dengan

kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau sesuai

dengan standar yang dibuat serta ditetapkan.

b. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan

Peningkatan efisiensi yang dimaksud sangat terkait dengan

pencegahan layanan kesehatan yang tidak sesuai atau dibawah

15
standar. Biaya tambahan untuk mengelola efek insidental atau

komplikasi karena layanan kesehatan yang tidak memadai dapat

dihindarkan. Demikian pula untuk pemanfaatan sumber daya

yang tidak tepat dari tempatnya yang ditemukan dalam

pelayanan yang berlebihan.

c. Dapat meningkatkan pengakuan public mengenai pelayanan

kesehatan.

Peningkatan pengakuan ini sangat terkait dengan telah

sesuainya pelayanan kesehatan dengan persyaratan dan

permintaan klien layanan. Jika peningkatan pendapatan ini dapat

diakui, maka secara positif akan mengambil bagian yang

signifikan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

secara umum.

d. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan

kemungkinan tumbuhnya gugatan hukum. Saat ini karena

meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, kesadaran hukum

masyarakat juga telah berkembang atau meningkat. Untuk

mencegah potensi gugatan hukum terhadap penyelenggara

layanan kesehatan, antara lain karena kekecewaan atau

ketidakpuasan mengenai layanan kesehatan, maka penting untuk

memberikan layanan kesehatan terbaik.

16
5. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan

Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan

kesehatan, yaitu: (Damayanti et al., 2018):

a. Unsur Masukan

Unsur ini terdiri dari asset (dana), sumber daya manusia dan

sarana. Secara umum dinyatakan bahwa jika tenaga kerja dan

sarana (jumlah dan kualitas) tidak sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan, dan jika aset (dana) yang tersedia tidak sesuai

dengan kebutuhan, sulit untuk mendapatkan mutu layanan yang

baik.

b. Unsur Lingkungan

Unsur ini terdiri dari, kebijakan, manajemen dan organisasi.

Secara umum, dinyatakan bahwa jika kebijakan, organisasi, dan

pelaksana tidak sesuai dengan norma yang telah ditetapkan atau

tidak mendukung, maka sulit untuk mendapatkan mutu layanan

kesehatan yang baik.

c. Unsur Proses

Unsur ini terdiri dari, proses pelayanan baik tindakan medis

maupun tindakan non-medis. Sebagai aturan, dinyatakan bahwa

jika kedua kegiatan ini tidak sesuai dengan norma yang telah

ditetapkan, sulit untuk mengharapka mutu pelayanan yang baik.

17
Untuk menjamin kualitas mutu penyelenggaraan layanan

kesehatan yang baik, ketiga komponen ini harus diupayakan agar

sesuai dengan pedoman atau kebutuhan. Ketiga komponen ini saling

terkait dan dampak yang diidentikkan dengan komponen hasil, yang

mengacu pada mutu pelayanan kesehatan.

B. Tinjauan Tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

Tahun 2014 yaitu suatu badan penyelenggara pelayanan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat serta upaya

kesehatan individu (perseorangan) tingkat pertama, dengan

menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes RI, 2014).

Puskesmas adalah unit organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat peningkatan kesehatan yang juga menumbuhkan

peran serta masyarakat dan memberikan layanan yang lengkap dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya sebagai bentuk

kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas

merupakan pelayanan menyeluruh yang meliputi upaya pengobatan,

upaya pencegahan, peningkatan kesehatan dan selanjutnya upaya

pemulihan kembali kesehatan.

18
2. Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas sesuai Permenkes No 75 Tahun 2014,

meliputi:

a. Melakukan perencanaan berdasarkan analisis masalah

kesehatan masyarakat serta analisis kebutuhan pelayanan yang

diperlukan.

b. Melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melakukan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor

lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan

pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan

kesehatan

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

19
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan

masyarakat, termasuk dukungan terhadap system kewaspadaan

dini dan respon penanggulangan penyakit.

3. Program kesehatan Puskesmas

Sesuai Permenkes No 75 Tahun 2014 agar dapat

berkontribusi terhadap masyarakat dalam memberikan layanan

kesehatan secara keseluruhan di wilayah kerjanya, puskesmas

memiliki atau menjalankan program pokok yang meliputi:

a. Program promosi kesehatan

b. Program kesehatan lingkungan

c. Program kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana

d. Program Pelayanan Gizi

e. Program pencegahan dan pengendalian penyakit.

C. Tinjauan Tentang Akreditasi Puskesmas

1. Pengertian Akreditasi Puskesmas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Akreditasi

adalah pengakuan suatu lembaga pendidikan yang diberikan oleh

suatu badan yang memiliki wewenang setelah diputuskan bahwa

lembaga itu memenuhi kebutuhan atau syarat dan pedoman tertentu.

Akreditasi Puskesmas merupakan tindakan evaluasi eksternal

oleh Komisi Akreditasi serta perwakilan di Provinsi terhadap

Puskesmas untuk mensurvei apakah sistem manajemen mutu dan

20
sistem penyelenggaraan pelayanan dan upaya mendasar sesuai

dengan norma atau standar yang ditetapkan. Jadi orang-orang yang

mengevaluasi atau memberi wewenang kepada Puskesmas adalah

komisi yang telah dipersiapkan khusus untuk melakukan penilaian

atau survei jika suatu puskesmas telah lulus akreditasi atau tidak.

2. Status Akreditasi

Penetapan status akreditasi Puskesmas menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015

(Permenkes RI, 2015), yaitu meliputi :

a. Tidak terakreditasi

b. Terakreditasi dasar

c. Terakreditasi madya

d. Terakreditasi utama, atau

e. Terakreditasi paripurna

Tiga (3) kelompok pelayanan yang masuk dalam penilaian

akreditasi puskesmas, meliputi:

1) Kelompok Administrasi Manajemen, terdiri dari :

a) Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)

b) Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)

c) Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)

2) Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), terdiri dari:

21
a) Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi

Sasaran (UKMBS)

b) Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan

Masyarakat (KMUKM)

c) Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

3) Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, terdiri dari:

a) Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)

b) Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)

c) Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien

(PMKP)

Cara penilaian tiap pembuktian pada elemen diberikan nilai:

1) 0 =Jika belum ada sama sekali atau baru sebahagian kecil ada

( 0% – 24%)

2) 5 = Jika sebagian besar sudah dilaksanakan (25 – 79 %)

3) 10 = Jika sudah dilaksanakan (80 – 100 %)

Penetapan status Akreditasi Puskesmas terdiri atas:

a. Tidak terakreditasi

Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III kurang dari 75 % dan Bab

IV, V, VI, VII, VIII, IX kurang dari 20 %

b. Terakreditasi dasar

Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III = 75 %, dan Bab IV, V, VI,

VII, VIII, IX = 20 %.

22
c. Terakreditasi madya

Jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V = 75 %, Bab VI, VII, VIII,

IX = 20%

d. Terakreditasi utama

Jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI, VII = 75 %, Bab VIII,

IX = 20%

e. Terakreditasi paripurna

Jika pencapaian nilai semua Bab = 75%

3. Tujuan Akreditasi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik

Pratama, Praktik Mandiri Dokter, dan Praktik Mandiri Dokter Gigi,

dinyatakan bahwa akreditasi bertujuan, yaitu:

a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien

b. Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia

kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas,

Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik

mandiri dokter gigi sebagai institusi, dan

c. Meningkatkan kinerja Puskesmas.

Tujuan mendasar dari akreditasi Puskesmas yaitu untuk

mendorong peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang

berkesinambungan mengenai sistem manajemen, sistem

23
manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan

program, serta penerapan manajemen risiko. Pendekatan yang

digunakan dalam akreditasi Puskesmas yaitu keselamatan dan

hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak

petugas. Aturan ini ditegakkan sebagai upaya peningkatan

kualitas serta keselamatan pelayanan. Selain itu, standar dan

dasar yang diatur dalam Sistem Kesehatan Nasional yang

menggarisbawahi hak asasi manusia dan responsif gender, juga

digunakan dalam standar akreditasi Puskesmas ini untuk

menjamin bahwa semua pasien mendapatkan pelayanan dan

informasi yang ternaik sesuai dengan kebutuhan serta keadaan

pasien, tanpa memandang golongan sosial, ekonomi, pendidikan,

jenis kelamin, ras maupun suku.

4. Manfaat Akreditasi Puskesmas

Adapun manfaat akreditasi puskesmas yaitu sebagai berikut

(Permenkes RI, 2015):

a. Untuk Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

Yaitu sebagai sarana pembinaan serta peningkatan mutu kinerja

melalui perbaikan yang berkesinambungan mengenai sistem

manajemen, sistem manajemen mutu, sistem penyelenggaraan

pelayanan klinis, dan penerapan manajemen resiko.

24
b. Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Yaitu sebagai recredensialing FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama). Recredensialing adalah kegiatan peninjauan dan

penyimpanan fasyankes berkaitan dengan pelayanan profesinya

mencakup lisensi, riwayat malpraktek, analisa pola praktek dan

sertifikasi.

c. Untuk FKTP

1) Memberikan keunggulan kompetitif

2) Menjamin pelayanan kesehatan primer yang berkualitas

3) Meningkatkan pendidikan pada staf

4) Meningkatkan pengelolaan resiko

5) Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf

6) Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban

pendokumentasian dan konsistensi dalam bekerja

7) Meningkatkan keamanan dalam bekerja.

d. Untuk masyarakat

1) Memperkuat kepercayaan masyarakat

2) Adanya jaminan kualitas

5. Penyelenggara Akreditasi Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 46 tahun 2015, puskesmas, klinik pratama, tempat praktik

mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib

25
terakreditasi. Akreditasi puskesmas dilakukan setiap 3 tahun.

Pemerintah daerah berkewajiban untuk membantu, mendukung,

menginspirasi, mendorong, dan memfasilitasi jalanya akreditasi

puskesmas (Permenkes RI, 2015).

Pelaksanaan akreditasi puskesmas dilakukan melalui tahapan

survei akreditasi dan penetapan akreditasi.

a. Survei Akreditasi

Untuk akreditasi FKTP, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

melakukan kajian/ evaluasi awal terhadap FKTP yang telah

menyusun sistem mutu dan sistem pelayanan dan siap untuk

dilakukan survei oleh lembaga penyelenggara akreditasi FKTP.

Hasil kajian FKTP, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

menyampaikan permintaan survei akreditasi kepada lembaga

penyelenggara akreditasi FKTP melalui Dinas Kesehatan

Provinsi (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,

2017).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 46 Tahun 2015, survei akreditasi yaitu kegiatan penilaian

untuk mengukur tingkat kesesuaian terhadap standar akreditasi

(Permenkes RI, 2015). Cara menilai kesesuaian dengan prinsip-

prinsip standar akreditasi yaitu proses penilaian pihak ekternal

yang dilakukan oleh kelompok sejawat yang disebut tim surveior.

26
Tim surveior didelegasikan oleh organisasi independen

penyelenggara akreditasi FKTP yang diberi wewenang oleh

Kementerian Kesehatan selaku penyelenggara akreditasi FKTP.

Yang dimaksud FKTP yaitu puskesmas, klinik pratama, praktik

mandiri dokter, dan praktik mandiri dokter gigi. Asesor akreditasi

terdiri dari surveior bidang administrasi dan manajemen, bidang

upaya kesehatan masyarakat, dan bidang upaya kesehatan

perseorangan (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan

Kesehatan, 2017; Permenkes RI, 2015).

Lembaga independen yang melakukan akreditasi FKTP

menggunakan standar akreditasi FKTP dalam melaksanakan

survei, yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Direktorat Mutu

dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, 2017). Lembaga

independen yang melakukan akreditasi belum ditetapkan oleh

Menteri, survei dan penetapan status akreditasi puskesmas, klinik

pratama, praktik mandiri dokter, dan praktik mandiri dokter gigi

dilaksanakan oleh Komisi Akreditasi FKTP yang dibentuk oleh

Menteri. Perlu diketahui bahwa selain melaksanakan survei dan

penetapan status akreditasi, komisi akreditasi FKTP juga

bertugas memberikan kajian dan rekomendasi kepada Menteri

dalam rangka penetapan lembaga independen yang

27
melaksanakan akreditasi (Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan, 2014; Permenkes RI, 2015).

b. Penetapan Akreditasi

Penetapan akreditasi merujuk pada Pasal 8 ayat 1

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46

Tahun 2015, penetapan akreditasi adalah hasil akhir survei

akreditasi oleh tim asesor dan keputusan rapat lembaga

independen penyelenggara akreditasi. Bagi FKTP yang lolos

akreditasi akan diberikan surat penetapan dan sertifikat akreditasi

FKTP dari lembaga penyelenggara akreditasi FKTP. Bagi yang

belum mencapai nilai minimal kelulusan akan diberi waktu untuk

melakukan perbaikan selama 90 hari sampai dengan satu tahun

sejak tanggal penetapan status akreditasi untuk diberikan pilihan

untuk kembali dipelajari bagian tidak memenuhi pedoman atau

standar (Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,

2017).

c. Pendampingan Akreditasi

Dalam persiapan FKTP melaksanakan akreditasi FKTP,

penting untuk difasilitasi melalui proses bimbingan oleh kelompok

mitra akreditasi Kabupaten/ Kota yang telah disiapkan dan

terlatih. Kelompok mitra yaitu kelompok yang dipilih oleh Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota untuk memberikan

28
pendampingan dan bantuan penilaian pra akreditasi dan pasca-

akreditasi dengan anggota dari jajaran fungsional atau struktural

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan/ atau berpotensi orang

luar atau lembaga lain/ orang luar yang ditetapkan dengan SK

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dan telah mengikuti

pembinaan atau pelatihan pendamping akreditasi FKTP dan

dinyatakan lulus sebagai pendamping akreditasi FKTP(Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2014).

Karena keterbatasan SDM di Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota setempat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat

merekrut tenaga pendamping dari fasilitas pelayanan kesehatan,

institusi pendidikan, organisasi profesi, dan/atau masyarakat.

Kelompok pendamping di terdiri dari 3 orang anggota, yang

masing-masing bertanggung jawab pada administrasi dan

manajemen, upaya kesehatan masyarakat, dan upaya kesehatan

perseorangan (Permenkes RI, 2015).

Pendampingan pra-akreditasi adalah rangkaian kegiatan

menyiapkan puskesmas yang mampu memenuhi pedoman atau

standar akreditasi (Permenkes RI, 2015). Evaluasi pra-akreditasi

dilakukan oleh tim pendamping setelah selesai melakukan

pendampingan pra-akreditasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui

29
kesiapan FKTP dalam melakukan survei akreditasi (Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2014).

Pendampingan pasca akreditasi adalah kegiatan yang

dilakukan untuk peningkatan dan pemeliharaan capaian standar

akreditasi secara terus menerus sampai penilaian akreditasi

berikutnya dilakukan. Kegiatan pendampingan pasca akreditasi

akan dilaksanakan setiap 1 tahun sekali. Pendampingan pasca

akreditasi dilakukan bagi puskesmas yang telah dinyatakan

terakreditasi (Permenkes RI, 2015).

30
D. Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1 Sintesa

No Peneliti Masalah Utama Karakteristik Temuan


Tahun Subyek Instrumen Metode
1. Damayanti et Analisis Pasien yang Kuesioner Kuantitatif Hasil penelitian diperoleh
al (2018) perbedaan berkunjung dengan bahwa terdapat perbedaan
tingkat di mengguna bermakna pada tingkat
kepuasan puskesmas kan kepuasan pasien rawat jalan
pasien terhadap pendekata puskesmas berakreditasi
mutu pelayanan n studi utama dan paripurna ditinjau
rawat jalan cross dari dimensi mutu bukti fisik
Puskesmas sectional (tangible) dengan nilai p=
Berstatus 0,001 < α= 0,05, ada
Akreditasi perbedaan bermakna pada
Utama Dan tingkat kepuasan pasien
Paripurna di rawat jalan puskesmas
Kota Semarang berakreditasi utama dan
paripurna ditinjau dari
dimensi mutu kehandalan
(responsiveness) dengan
nilai p= 0,001 < α= 0,05,
ada perbedaan bermakna
pada tingkat kepuasan
pasien rawat jalan
puskesmas berakreditasi
utama dan paripurna ditinjau
dari dimensi mutu daya

33
tanggap (responsiveness)
dengan nilai p= 0,001 < α=
0,05, ada perbedaan
bermakna pada tingkat
kepuasan pasien rawat jalan
puskesmas berakreditasi
utama dan paripurna ditinjau
dari dimensi mutu jaminan
(assurance) dengan nilai p=
0,346 < α= 0,05 dan ada
perbedaan bermakna pada
tingkat kepuasan pasien
rawat jalan puskesmas
berakreditasi utama dan
paripurna ditinjau dari
dimensi mutu empati
(emphaty) dengan nilai p=
0,001 < α= 0,05.
2. Yewen et al Hubungan Pasien yang Kuesioner Kuantitatif Hasil penelitian
(2019) antara status berkunjung dengan menunjukkan tingkat
akreditasi ke metode kepuasan pasien di
puskesmas puskesmas penelitian Puskesmas Sorong Barat
dengan Tingkat survei (belum terakreditasi) yang
kepuasan analitik merasa puas sebanyak 36%
pasien di Kota mengguna dan tingkat kepuasan
Sorong Provinsi kan pasien pada Puskesmas
Papua Barat pendekata Malawei (terakreditasi
n cross madya) pasien yang merasa
sectional puas sebanyak 66%, hasil

34
uji statistik Mann Whitney U
Test didapatkan nilai
p=0,000, diartikan bahwa
kedua variabel berhubungan
antara status akreditasi
puskesmas dengan tingkat
kepuasan pasien.
3. Dawanson & Analisis Pasien yang Kuesioner Kuantitatif, Hasil penelitian diperoleh
Arifin (2020) perbedaan pernah dengan bahwa ada perbedaan
kualitas mendapat Pendekata kualitas pelayanan sebelum
pelayanan pelayanan n dan sesudah Akreditasi
sebelum dan pengobatan komparatif UPTD Puskesmas Telang
Sesudah rawat jalan Siong dan 43% besarnya
akreditasi di di UPTD perbedaan kualitas
UPTD Puskesmas pelayanan sebelum
Puskesmas Telang Akreditasi dan sisanya 57%
Telang Siong Siong dipengaruhi oleh faktor lain.
Kecamatan Paju Sedangkan besarnya
Epat Kabupaten perbedaan sesudah
Barito Timur Akreditasi yaitu 60% serta
405 sisanya dipengaruhi
faktor lain. Hasil tersbut
disimpulkan bahwa ada
perbedaan kualitas
pelayanan sebelum
akreditasi tahun 2017 dan
sesudah akreditasi tahun
2019 di UPTD Puskesmas
Telang Siong, Kecamatan

35
Paju Epat, Kabupaten Barito
Timur
4. Sarri & Analisis kualitas Tenaga Kuesioner Kuantitatif Hasil penelitian dipeoleh
Misnaniarti pelayanan kesehatan dengan adanya hubungan antara
(2020) kesehatan di rancangan kepemimpian (nilai pvalue =
puskesmas Puskesmas cross 0,001), perencanaan
Berdasarkan wilayah sectional strategis (nilai p-value =
Implementasi Kota kuantitatif 0,001), sumber daya
Akreditasi Palembang dengan manusia (nilai p value =
rancangan 0,001), pelanggan (nilai p-
cross value = 0,001), proses
sectional manajemen (nilai p-value
=0,001), keterlibatan staf
(nilai p-value = 0,001),
manfaat akreditasi (p-value
=0,001) dengan kualitas
pelayanan. Sedangkan
status akreditasi tidak
berhubungan dengan
kualitas pelayanan p-value
= 0,145.
5. Wulandari et Pengaruh Pasien yang Kuesioner observasio Hasil penelitian diperoleh
al (2019) Pelaksanaan datang nal dengan ada perbedaan skor
Akreditasi berkunjung rancang kepuasan yang signifkan
Puskesmas di bangun antara sebelum dengan
terhadap Puskesmas cross- sesudah akreditasi untuk
Kepuasan sectional dimensi mutu
Pasien responsiveness, credibility,
competence,

36
communication, security,
access, courtesy,
understanding customer dan
tangibles. Dimensi reliability
tidak ada perbedaan.
Sedangkan untuk dimensi
understanding cutomer
terjadi penurunan skor
kepuasan sesudah
akreditasi. Dari hasil
tersebut disimpulkan bahwa
akreditasi berpengaruh
terhadap kepuasan pasien
6. Ningrum Hubungan Pasien yang Kuesioner Kuantitatif Hasil penelitian diperoleh
(2020) akreditasi datang mengguna nilai p-value = 0,023 < (α=
puskesmas berkunjung kan desain 0,05) sehingga disimpulkan
dengan di survey status akreditasi puskesmas
Kepuasan Puskesmas analitik berhubungan dengan
pasien di dengan kepuasan pasien yang
puskesmas metode berkunjung di puskesmas
Kabupaten cross Kabupaten Banyumas
Banyumas sectional
7. Tawalujan et Hubungan Pasien yang Kuesioner Desain Hasil penelitian diperoleh
al (2019) antara status datang penelitian nilai p-value 0,023 dan nilai
akreditasi berkunjung cross (α=0,05) dapat disimpulkan
puskesmas di sectional. bahwa hubungan antara
dengan Tingkat Puskesmas status akreditasi puskesmas
Kepuasan dengan tingkat kepuasan
Pasien Di Kota pasien.

37
Manado
8. Safira (2019) Hubungan Pasien Kuesioner Desain Hasil penelitian diperoleh
status akreditasi rawat jalan cross tidak ada hubungan yang
puskesmas sectional bermakna antara status
dengan study akreditasi puskesmas
kepuasan dengan kepuasan pasien di
Pasien di puskesmas Kota Padang
Puskesmas tahun 2019 dengan nilai p-
Kota Padang value= 0,704. Sedangkan
tingkat pendidikan (nilai
p=0,002) dan pendapatan
(nilai p=0,011) menunjukkan
ada hubungan yang
bermakna.
9. Batubara et a Hubungan Seluruh Kuesioner Analitik Hasil penelitian diperoleh
(2019) status akreditasi masyarakat dengan bahwa dimensi tangibles,
puskesmas pendekata reliability, responsiveness,
dengan n case dan assurance
Mutu pelayanan control berhubungan dengan status
di Kabupaten study akreditasi puskesmas
Simalungun (kasus sedangkan dimensi
dan emphaty tidak berhubungan
kontrol) dengan status akreditasi
puskesmas. Dimensi paling
dominan yaitu dimensi
responsiveness
10 Mokobimbing Analisis tingkat Pasien yang Kuesioner Survei Hasil penelitian diperoleh
et al (2019) kepuasan datang di analitik tingkat kepuasan pasien
pasien di tinjau puskesmas dengan berhubungan dengan status

38
dari perbedaan mempergu akreditasi (p-value = 0,001).
Status akreditasi nakan Tingkat kepuasan pasien di
pelayanan desain Puskesmas Sario
kesehatan penelitian (terakreditasi Dasar), 42%
Puskesmas yaitu cross responden puas dan untuk
sario dan sectional Puskesmas Ranotana Weru
Puskesmas (potong (terakreditasi Madya), 65%
Ranotana Weru lintang responden puas. Dari hasil
Kota Manado tersebut disimpulkan
terdapat perbedaan tingkat
kepuasan pasien antara
Puskesmas Ranotana Weru
(terakreditasi Madya)
dengan Puskesmas Sario
(terakreditasi Dasar).
11 Ekaputri & Persepsi pasien Pasien Kuesioner Desain Hasil penelitian diperoleh
Djafar (2019) tentang kualitas rawat inap cross bahwa kualitas pelayanan
pelayanan di di 6 (enam) sectional terdiri dari: assurance
puskesmas puskesma (ρ=0,00), courtesy (ρ=0,00)
Akreditasi dan berpengaruh terhadap
non Akreditasi presepsi pasien. Hasil uji
Kabupaten regresi berganda,
Banggai didapatkan bahwa secara
simultan variabel tangibles
memiliki pengaruh lebih
besar terhadap presepsi
pasien di puskemas
akreditasi dan non akredtasi
Kabupaten Banggai.

39
E. Kerangka Teori

Berdasarkan landasan teori di atas, maka kerangka teori yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Standar Akreditasi
Penyelenggara
Akreditasi (Permenkes No 75
Pelayanan
Th 2014 & No 46
Kesehatan
Th 2015)

Mutu Pelayanan
Penilaian/ Status Berdasarkan 5
Akreditasi: Dimensi Mutu:
1. Belum Terakreditasi
1. Kehandalan
2. Terakreditasi (Dasar,
(Reliability)
Madya, Utama dan
2. Daya tanggap
Paripurna)
(Responsiveness)
3. Bukti Langsung
(Tangibels)
4. Kepedulian
(Empathy)
5. Jaminan
(Assurance)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi (Nursalam, 2014), (Permenkes RI, 2014) dan
(Permenkes RI, 2015)

40
F. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep yaitu hubungan antara konsep yang satu dengan

konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti. Berdasarkan teori variabel

yang diteliti maka kerangka konsep dalam penelitian ini, yaitu :

Mutu Pelayanan Kesehatan:

Kehandalan (Reliability)

Daya Tanggap
(Responsiveness)

Puskesmas
Bukti Langsung (Tangibels) Terakreditasi dan
Puskesmas Tidak
Terakreditasi

Kepedulian (Empathy)

Jaminan (Assurance)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

44
G. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Tabel 2.2 Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Variabel Definisi
No Kriteria Obyektif Alat Ukur Skala Hasil ukur
Penelitian Operasional
1. Mutu adalah tingkat 1. Kehandalan Lembar Rasio Data yang
Pelayanan kesempurnaan (Reliability) observasi dan sudah
Kesehatan pelayanan 2. Daya tanggap Kuesioner dikumpul
Puskesmas kesehatan (Responsivenes) dengan dikategorikan
Terakreditasi dalam 3. Bukti Langsung pertanyaan berdasarkan
dan menimbulkan (Tangibels) nomor 1-25. pada nilai
Puskesmas rasa puas pada 4. Kepedulian Kuesioner ini rata-rata
Tidak diri setiap (Empathy) terdiri dari 4 mutu
Terakreditasi pasien terhadap 5. Jaminan (empat) pelayanan
puskesmas (Assurance) pilihan kesehatan
terakreditasi jawaban untuk per dimensi
maupun setiap sub dari masing-
puskesmas indikator yang masing
tidak sesuai instrument di
terakreditasi. penelitian tiap kategori
puskesmas

45
H. Hipotesis Penelitian

1. Ho (Hipotesis Nol)

Tidak ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap

puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi di

Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

2.Ha (Hipotesis Alternatif)

Ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap

puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi di

Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

67
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu jenis

kuantitatif dengan pendekatan komparatif yaitu untuk melihat

perbandingan dua kelompok dengan variabel tertentu (Setiadi, 2013).

Pada Penelitian ini peneliti membandingkan mutu pelayanan kesehatan

puskesmas terakreditasi dan belum terakreditasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di 2 (dua) puskesmas terakreditasi

dan 2 (dua) Puskesmas tidak terakreditasi di Kabupaten Kolaka

Utara.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan peneliti dimulai bulan April sampai

dengan bulan Mei 2021.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yaitu wilayah yang terdiri dari obyek/subjek yang

memiliki jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini menggunakan

68
rata-rata jumlah kunjungan pasein yang datang di puskesmas

terakreditasi dan puskesmas belum terakreditasi. Jumlah

kunjungan rata-rata perbulan yaitu sebanyak 30 orang. Jadi

jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 120 orang.

2. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel merupakan elemen yang mewakili populasi. Teknik

pengambilan sampel dengan tehnik random sampling yaitu sampel

yang terpilih secara acak atau tidak pada kemungkinan tetapi

berdasarkan pada kepraktisan saja.

D.Instrument Penelitian

Instrument untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

dengan menggunakan lembar kuesioner dimana peneliti bertanya

secara langsung kepada responen.

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung pada subjek sesuai

dengan informasi yang dicari. Data primer dari hasil pengisian

kuesioner yang telah di siapkan kemudian melakukan wawancara

kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari instansi

kesehatan. Data yang di peroleh dari profil Puskesmas Watunohu,

69
Puskesmas Lapai, Puskesmas Tiwu dan Puskesmas Porehu

Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2020.

F.Tehnik Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Tehnik pengolahan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Coding adalah pemberian kode pada informasi yang diperoleh

dari hasil pengisian kuesioner.

b. Editing adalah merevisi kembali data yang diperoleh agar tidak

terjadi kesalahan baik dalam posisi maupun penjumlahan.

c. Skirining adalah memberikan nilai pada setiap hasil jawaban

kuesioner responden.

d. Tabulating adalah menyusun data-data kedalam tabel sesuai

dengan klasifikasinya untuk selanjutnya dianalisis.

Metode pengolahan data pada penelitian ini dengan

memanfaatkan bantuan program SPSS (statistikal Package for

the Social Sciens) versi 20,00.

2. Penyajian Data

Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi disertai narasi sebagai penjelasan.

G.Analisis Data

1. Analisis Univariat

Setelah data melalui tahap editing, koding, dan tabulasi, lalu

kemudian dilakukan uji statistik univariat dengan menggunakan

70
program SPSS 20. Pada analisis univariat dilakukan untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi tiap variabel yang diteliti atau dilihat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menentukan perbedaan

antara variabel bebas dan variabel terikat antara puskesmas yang

terakreditasi dan tidak terakreditasi. Uji yang digunakan adalah Uji

Beda Independen Sample T-Test. Uji beda disebt juga uji-t (t-test).

Uji beda rata-rata yaitu untuk membandingkan nilai rata-rata

dengan selang kepercayaan tertentu (confidence interval) dari dua

populasi. Prinsip pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan

variasi kedua kelompok data. Selanjutnya dalam pengujian ini

diperlukan data apakah varian dari kedua kelompok yang diuji

sama atau tidak. Varian kedua kelompok data akan mempengaruhi

nilai standar error yang akan membedakan rumus pengujiannya.

Uji beda rata-rata dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan

karakterisitiknya, yaitu uji beda rata-rata independen dan uji beda

rata-rata berpasangan. Pada penelitian ini, uji beda yang digunakan

yaitu uji beda rata-rata independen (Independent sample T-Test)

karena data yang akan diteliti berasal dari populasi kelompok yang

berbeda atau tidak bergantung pada jumlah populasi kelompok

korelasi atau pembandingnya.

Menurut Sugiyono (2016), dasar pengambilan keputusan

penerimaan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% adalah:

71
a. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima,

b. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak.

H. Etika Penelitian

Adapun prinsip-prinsip dalam etika penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan terlebih dahulu diberikan pada calon

responden sebelum dilakukan penelitian. Peneliti akan

mempertimbangkan hak –hak responden untuk memperoleh

informasi terkait tujuan penelitian dan tidak akan memaksa. Peneliti

harus menghormati harkat dan martabat seseorang. Apabila

responden menolak untuk menjadi responden maka peneliti harus

menghormati keputusan responden. Namun jika responden

menyetujui menjadi responden maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Privasi responden dijaga dengan tidak mencantumkan

nama pada lembar survei maupun pada lembar kuisioner,

namun secara eksklusif dengan memberikan kode tertentu

sebagai bukti yang dapat dikenali responden.

3. Rahasia (Confidentiality)

Informasi mengenai identitas baik nama maupun tempat

tinggal yang ada di kuesioner tidak boleh ditampilkan untuk

72
menjaga kerahasian dan dipergunakan untuk keperluan

pendidikan. Peneliti cukup memberikan inisial sebagai pengganti

identitas responden untuk menjaga kerahasiaan.

4. Keadilan (Justice)

Responden diberi perlakuan secara adil dan baik pada saat

dilakukan penelitian. Adanya perlakuan yang berbeda perlu

dihindari, apabila subjek penelitian tidak ingin atau keluar dari

penelitian. Peneliti memperlakukan setiap responden dengan sama

dan tidak membeda-bedakan antar responden satu dengan lainnya.

I. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tahap perencanaan

Sebelum melakukan studi pendahuluan pada tahap ini

peneliti mengajukan judul kepada pembimbing. untuk melakukan

studi pendahuluan dan menentukan tempat penelitian. peneliti

kemudian menentukan waktu pelaksanaan penelitian dari

menuyusun proposak sampai hasil penelitian. Penelitian ini

dilakukan mulai Maret sampai April 2021 melakukan studi

pendahuluan dan penyusunan tesis.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mengurus surat pengantar dari Stik

Tamalatea Makassar mengenai permohonan pengambilan data

awal kemudian peneliti mengurus surat izin penelitian dari Stik

73
Tamalatea Makassar lalu diteruskan mengurus surat

KESBANGPOL Kabupaten Kolaka Utara. Selanjutnya peneliti

menjelaskan prosedur prosedur kepada responden dan

memberikan informed consent menjadi responden, peneliti

membacakan pertanyaan kemudia responden menjawab

pertanyaan yang di ajukan.

3. Tahap akhir

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data

menggunakan laptop. Data yang terkumpul di input kemudian

diberikan kode , melakukan skoring lalu memasukan kedalam tabel

uji statistic menggunakan person chi square dan Regresi Logistik.

Setelah itu dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian dan

konsultasi hasil penelitian dengan pembimbing. setelah

penyusunan hasil selesai peneliti melakukan seminar hasil,

perbaikan, penjilidan dan pengumpulan hasil penelitian.

74
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

a. Puskesmas Lapai

Puskesmas Lapai adalah salah satu dari 16 (enam

belas) puskesmas yang ada di kabupaten kolaka utara.

Wilayah kerja Puskesmas meliputi kecamatan Ngapa yang

meliputi 1 kelurahan dan 11 desa. Dan jarak tempuh ke ibu

kota kabupaten sekitar 45 Km.

Adapun batas wilayah kerja puskesmas lapai :

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pakue

2) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe

Utara

3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiwu

4) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Watunohu

Puskesmas Lapai beralamatkan di Desa Lawolatu

Kecamatan Ngapa kabupaten Kolaka Utara dengan luas

lokasi sebesar 598,85 M2. Gedung puskesmas Lapai sudah

digunakan sejak Mei 2009, dalam pelaksanaannya

puskesmas Lapai berusaha memberikan pelayanan yang

terbaik dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif selain itu

juga tersedia pelayanan rawat inap dan UGD 24 jam.

75
Visi Puskesmas Lapai “ Mewujudkan masyarakat ngapa

sehat, mandiri dan berkeadilan” Adapun Misi Puskesmas

Lapai adalah :

a) Mewujudkan serta meningkatkan pelayanan kesehatan

yang bermutu, merata dan terjangkau

b) Memelihara serta meningkatkan kesehatan perorangan,

keluarga, masyarakat beserta lingkungannya melalui

upaya promotif dan preventif

c) Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan

Ketenagaan di puskesmas induk, Pustu, Poskesdes dan

Polindes berjumlah 86 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Dokter Gigi 1 orang, Dokter Umum 1 orang, Tenaga perawat

23 orang, Bidan 40 orang, perawat gigi 1 orang, Laboratorium

3 orang, Gizi 1 orang, S.1 Kesmas 7 orang, D 3 Kesmas

sebanyak 3 orang, Asisten apoteker 5 orang, sopir 1 orang

dan Claning Sevice 1 orang.

b. Puskesmas Tiwu

Puskesmas tiwu terletak di kecamatan tiwu desa tiwu,

sebelah utara dari ibukota kabupaten kolaka utara, yang luas

wilayah kerjanya ± 81,92 km² atau 2,42% dari luas Kabupaten

kolaka utara. Puskesmas tiwu dapat dijangkau dengan

menggunakan kendaraan serta tidak ada kendala dalam

76
menempuh puskesmas tersebut. Puskesmas tiwu di dirikan

pada tahun 2009 dan mulai difungsikan pada tahun 2010.

Wilayah kerja puskesmas tiwu meliptui 7 desa yaitu desa

Tiwu, desa Tahibua, desa tanggeao, desa Lapolu, desa

Watumea, desa Lawadia dan desa Mattirobulu dengan jumlah

penduduk 4.553 jiwa. Berdasarkan geografisnya, batas wilayah

kerja puskesmas tiwu adalah sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Ngapa

2) Sebelah barat berbatasan dengan teluk Bone

3) Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Kodeoha

4) Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Kolaka

Puskesmas tiwu dalam menjalankan fungsinya

mempunyai visi: Terwujudnya masyarakat kecamatan tiwu

yang sehat, mandiri, kreatif dan berkeadilan. Untuk

mewujudkan visi tersebut, puskesmas tiwu memiliki misi, yaitu

sebagai berikut:

a) Mengembangkan inovasi layanan kesehatan menuju

kolaka utara yang sehat dan kreatif

b) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh

kepada masyarakat tanpa terkecuali

c) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih

dan sehat

77
Puskesmas tiwu dilengkapi dengan sarana serta

prasarana yang cukup memadai dalam menjalankan

fungsinya dan didukung oleh tenaga Bidan, Perawat, SKM,

asisten Apoteker. Namun di puskesmas tiwu belum memiliki

tenaga dokter Gigi, analis kesehatan, Sanitarian, ahli gizi, dan

Apoteker.

c. Puskesmas Porehu

Puskesmas Porehu adalah puskemas yang berada di

kecamatan Porehu Kabupaten Kolaka Utara. Lokasi

Puskesmas Porehu berada di Desa Bangsala. Kondisi

Geografis dari kecamatan Porehu merupakan wilayah

pengunungan. Jalan yang ada diwilayah puskesmas porehu

belum semua beraspal serta sulit dijangkau melalui transpotasi

darat, hal ini dikarenakan kondisi jalan yang menanjak, berliku,

kecil dan sebagian besar jalan masih berupa jalan krikil/

bebatuan.

Luas wilayah Puskesmas Porehu yaitu ±64.723 Km,

wilayah ini mencakup 8 Desa. Wilayah ini sebagian besar

adalah dataran tinggi serta sebagian kecil dataran rendah.

Adapun batas wilayah Puskesmas Porehu yaitu:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batu Putih

2) Sebelah Timur berbatasan dengan hutan luas

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tolala

78
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batu Putih

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Porehu Tahun

2019 sebesar 8.485 jiwa. Dimana jumlah penduduk wanita

sebanyak 3.942 jiwa dan penduduk laki-laki sebanyak 4.543

Jiwa

d. Puskesmas Watunohu

Puskesmas Watunohu adalah salah satu unit

pelaksana yang memiliki tanggungjawab menyelenggarakan

pelayanan kesehatan di Wilayah Kecamatan Watunohu dalam

upaya mencapai Kecamatan Sehat, digunakan 4 standar

utama yaitu lingkungan sehat, prilaku sehat, cakupan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan meningkatnya

kesehatan penduduk Kecamatan Watunohu.

Puskesmas Watunohu kini dengan sarana penunjang

yang lebih baik dalam fasilitas gedung, lokasi serta SDM di

antara puskesmas yang ada di Kabupaten Kolaka Utara yang

beralamatkan di Jln. Madising No. 1 Desa Watunohu Kec.

Watunohu, berusaha memberikan pelayanan terbaik dalam

upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada

sasaran kegiatan luar gedung dan kegiatan kuratif,

rehabilitative pada sasaran kegiatan dalam gedung. Gedung

Puskesmas Watunohu sudah 11 tahun berjalan sejak April

2009 telah dimanfaatkan untuk pelayanan dasar dan tindakan

79
Gawat Darurat (UGD) dan Kamar Bersalin 24 jam dalam

mengakses pelayanan kesehatan.

Wilayah kerja .puskesmas terdiri 1 kecamatan dan 8

desa. Dan jarak tempuh ke ibukota kabuapten sekitar 50 Km,

serta secara administrasi pemerintahan terbagi atas 8 Desa.

Jumlah penduduk di wilayah ini yaitu 7.351 jiwa yang tersebar

di 8 Desa.

Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas

Watunohu

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Pakue/Puskesmas Pakue.

2) Sebelah timur berbatasan dengan Kec.Ngapa / Puskesmas

Lapai.

3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiwu/

Puskesmas Tiwu.

4) Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone.

Gedung puskesmas Watunohu sebagai sarana utama

baik untuk pelayanan maupun kegiatan manajemen dalam

usaha memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.

Gedung puskesmas terdiri tiga Gedung, yaitu :

a) Gedung Induk terdiri dari 1 lantai, dimana gedung

tersebut berdasarkan bestline gedung sebagai pelayanan

perawatan jalan, dan digunakan untuk pelayanan Poliklinik

80
gigi, Poliklinik umum, Apotek, Ruang MTBS, Klinik

Sanitasi/konseling Gizi, Laboratorium, namun ini diubah

berdasarkan kebutuhan pelayanan.

b) Ruang UGD / Observasi dan Ruang Kepala Puskesmas

c) Gedung pelayanan kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga

Berencana ( KIA/KB ) dan Kamar Bersalin 24 jam

d) Gedung Pertemuan dimana didalamnya terdapat Ruang


Pertemuan, Ruang Administrasi dan Ruang Programmer .
e) Gudang Obat dan Alat kesehatan
B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakn di 2 Puskesmas Terakreditasi dan 2

Puskesmas Tidak Terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara. Penelitian

ini berlangsung sejak bulan April - Mei 2021. Pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner. Jumlah responden yaitu sebanyak 120

orang. Setelah data terkumpulan semua, selanjutnya data penelitian

diolah dengan bantuan komputer serta program SPSS Versi 20.00.

Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis

bivariat. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel serta narasi

sebagai penjelasan. Data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan melihat

gambaran distribusi frekuensi dari varibel yang diteliti. Hasil

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

81
a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin dan

pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

1) Kelompok umur responden

Distribusi berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di
Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak
Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021

Puskesmas Tidak Puskesmas


Umur (Tahun) Terakreditasi Terakreditasi
n % n %
20-25 13 21.7 9 15.0
26-31 17 28.3 11 18.3
32-37 9 15.0 10 16.7
38-43 6 10.0 7 11.7
44-49 4 6.7 9 15.0
50-55 4 6.7 6 10.0
56-61 6 10.0 6 10.0
62-67 1 1.7 2 3.3
Total 60 100 60 100
Sumber: Data Primer

Tabel 4.3 diatas diperoleh bahwa dari 60 responden

di puskesmas tidak terakreditasi terbanyak pada kelompok

umur 26-31 tahun yaitu 17 orang (28.3%) dan terendah

pada kelompok umur 62-67 tahun yaitu 1 orang (1.7%)

sedangkan pada puskesmas terakreditasi terbanyak pada

kelompok umur 26-31 tahun yaitu 11 orang (18.3%) dan

82
terendah pada kelompok umur 62-67 tahun yaitu 2 orang

(3,3%).

2) Jenis Kelamin Responden

Distribusi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak
Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021

Puskesmas Tidak Puskesmas


Jenis Kelamin Terakreditasi Terakreditasi
n % n %
Laki-laki 25 41.7 24 40.0
Perempuan 35 58.3 36 60.0
Total 60 100 60 100
Sumber: Data Primer

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 60

responden di puskesmas tidak terakreditasi terbanyak jenis

kelamin perempuan yaitu 35 orang (58.3%) dan terendah

pada jenis kelamin laki-laki yaitu 25 orang (41.7%)

sedangkan pada puskesmas terakreditasi terbanyak jenis

kelamin perempuan yaitu 36 orang (60%) dan terendah

pada jenis kelamin laki-laki yaitu 24 orang (40%).

83
3) Pendidikan Responden

Distribusi berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di
Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak
Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021

Puskesmas Tidak Puskesmas


Pendidikan Terakreditasi Terakreditasi
n % n %
SD 26 43.3 15 25.0
SLTP 15 25.0 8 13.3
SLTA 11 18.3 23 38.3
Diploma 3 5.0 3 5.0
S1 5 8.3 11 18.3
Total 60 100 23 38.3
Sumber: Data Primer

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 60

responden di puskesmas tidak terakreditasi terbanyak

pendidikan SD yaitu 26 orang (43.3%) dan terendah

pendidikan Diploma yaitu 3 orang (5.0%) sedangkan pada

puskesmas terakreditasi terbanyak pendidikan SLTA yaitu

23 orang (38.3%) dan terendah pendidikan Diploma yaitu 3

orang (5.0%).

84
b. Variabel Penelitian

1) Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Tidak

Terakreditasi

Distribusi berdasarkan dimensi mutu pelayanan

kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi, dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Distribusi Rata-Rata Dimensi Mutu Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas Tidak Terakreditasi
Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021

Dimensi Mutu
Pelayanan Mean SD Min-Maks 95%Cl
Kehandalan 12.93 1.821 10-16 12.46 s/d
13.40
Daya Tanggap 13.65 1.774 11-17 13.19 s/d
14.11
Bukti Langsung 13.28 1.585 10-16 12.87 s/d
13.69
Kepedulian 13.33 1.782 11-17 12.87 s/d
13.79
Jaminan 13.45 1.789 10-17 12.99 s/d
13.91
Sumber: Data Primer

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa besar rata-rata

dimensi kehandalan mutu pelayanan kesehatan di

puskesmas tidak terakreditasi sebesar 12.93, dengan

standar deviasi penyimpangan sebesar 1.821, nilai minimal

10dan nilai maksimal 16. Berdasarkan pada nilai interval

sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi kehandalan

85
mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang

dialami oleh responden berada di antara 12.46 hingga

13.40.

Dimensi daya tanggap mutu pelayanan kesehatan

besar rata-rata di puskesmas tidak terakreditasi sebesar

13.65, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar

1.774, nilai minimal 11 dan nilai maksimal 17. Berdasarkan

pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata

dimensi daya tanggap mutu pelayanan kesehatan

berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden

berada di antara 13.19 hingga 14.11.

Dimensi bukti langsung mutu pelayanan kesehatan

besar rata-rata di puskesmas tidak terakreditasi sebesar

13.28, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar

1.585, nilai minimal 10 dan nilai maksimal 16. Berdasarkan

pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata

dimensi bukti langsung mutu pelayanan kesehatan

berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden

berada di antara 12.87 hingga 13.69.

Dimensi kepedulian mutu pelayanan kesehatan

besar rata-rata di puskesmas tidak terakreditasi sebesar

13.33, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar

1.782, nilai minimal 11 dan nilai maksimal 17. Berdasarkan

86
pada nilai interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata

dimensi kepedulian mutu pelayanan kesehatan

berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden

berada di antara 12.87 hingga 13.79.

Dimensi jaminan mutu pelayanan kesehatan besar

rata-rata di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 13.45,

dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 1.789, nilai

minimal 10 dan nilai maksimal 17. Berdasarkan pada nilai

interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi

jaminan mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan

yang dialami oleh responden berada di antara 12.99 hingga

13.91.

2) Mutu Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Tidak

Terakreditasi

Distribusi berdasarkan mutu pelayanan kesehatan di

puskesmas tidak terakreditasi, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Rata-Rata Mutu Pelayanan Kesehatan Di
Puskesmas Tidak Terakreditasi Kabupaten Kolaka
Utara Tahun 2021

Variabel Mean SD Min-Maks 95%Cl


Mutu Pelayanan 66.65 5.252 56-79 65.29 s/d
Kesehatan 68.01
Puskesmas Tidak
Terakreditasi

87
Sumber: Data Primer

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa besar rata-rata

mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi

sebesar 66,65, dengan standar deviasi penyimpangan

sebesar 5,252, nilai minimal 56 dan nilai maksimal 79.

Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini

bahwa rata-rata mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara

65,29 hingga 68.01.

3) Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas

Terakreditasi

Distribusi berdasarkan dimensi mutu pelayanan

kesehatan di puskesmas terakreditasi, dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.8
Distribusi Rata-Rata Dimensi Mutu Pelayanan
Kesehatan Di Puskesmas Terakreditasi Kabupaten
Kolaka Utara Tahun 2021
Dimensi Mutu
Pelayanan Mean SD Min-Maks 95%Cl
Kehandalan 16.80 2.641 12-20 16.12 s/d
17.48
Daya Tanggap 17.30 2.708 11-20 16.60 s/d
18.00
Bukti Langsung 17.07 1.982 12-19 16.55 s/d
17.58
Kepedulian 16.90 2.356 11-19 16.29 s/d
17.51

88
Jaminan 17.00 2.401 12-20 16.38 s/d
17.62
Sumber: Data Primer

Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa besar rata-rata

dimensi kehandalan mutu pelayanan kesehatan di

puskesmas terakreditasi sebesar 16.80, dengan standar

deviasi penyimpangan sebesar 2.641, nilai minimal 12 dan

nilai maksimal 20. Berdasarkan pada nilai interval sebesar

95% diyakini bahwa rata-rata dimensi kehandalan mutu

pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang dialami

oleh responden berada di antara 16.12 hingga 17.48.

Dimensi daya tanggap mutu pelayanan kesehatan

besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 17.30,

dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 2.708, nilai

minimal 11 dan nilai maksimal 20. Berdasarkan pada nilai

interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi daya

tanggap mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara

16.60 hingga 18.00.

Dimensi bukti langsung mutu pelayanan kesehatan

besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 17.07,

dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 1.982, nilai

minimal 12 dan nilai maksimal 19. Berdasarkan pada nilai

interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi bukti

89
langsung mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara

16.55 hingga 17.58.

Dimensi kepedulian mutu pelayanan kesehatan

besar rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 16.90,

dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 2.356, nilai

minimal 11 dan nilai maksimal 19. Berdasarkan pada nilai

interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi

kepedulian mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara

16.29 hingga 17.51

Dimensi jaminan mutu pelayanan kesehatan besar

rata-rata di puskesmas terakreditasi sebesar 17.00, dengan

standar deviasi penyimpangan sebesar 2.401, nilai minimal

12 dan nilai maksimal 20. Berdasarkan pada nilai interval

sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata dimensi jaminan

mutu pelayanan kesehatan berdasarkan kenyataan yang

dialami oleh responden berada di antara 16.38 hingga

17.62.

90
4) Mutu Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Terakreditasi

Distribusi berdasarkan mutu pelayanan kesehatan di

puskesmas terakreditasi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9
Distribusi Rata-Rata Mutu Pelayanan Kesehatan Di
Puskesmas Terakreditasi Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021

Variabel Mean SD Min-Maks 95%Cl


Mutu Pelayanan
Kesehatan 85.17 6.304 70-94 83.54 s/d
Puskesmas 86.80
Terakreditasi
Sumber: Data Primer

Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa besar rata-rata

mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi

sebesar 85.17, dengan standar deviasi penyimpangan

sebesar 6.304, nilai minimal 70 dan nilai maksimal 94.

Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95% diyakini

bahwa rata-rata mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara

83.54 hingga 86.80.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menentukan perbedaan

variabel bebas dan terikat antara puskesmas yang terakreditasi dan

tidak terakreditasi. Uji yang dipakai adalah Uji Beda Independen

91
Sample T-Test. Uji beda rata-rata disebut juga uji-t (t-test), hasil ini

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10
Analisis Perbedaan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap
Puskesmas Terakreditasi dan Puskesmas Tidak
Terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2021

Mutu Pelayanan Kesehatan n Mean Nilai p-value


Puskesmas Tidak 60 1.70
Terakreditasi 0.000
Puskesmas Terakreditasi 60 2.00
Sumber: Data Primer

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa besar rata-rata mutu

pelayanan kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar

1.70 dan besar rata-rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas

terakreditasi sebesar 2.00. Dari hasil ini di peroleh nilai t test = -

5.028 dengan nilai ρ = 0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) maka Ho

ditolak, sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan mutu

pelayanan kesehatan terhadap puskesmas terakreditasi dan

puskesmas tidak terakreditasi di Kabupaten Kolaka Utara Tahun

2021.

92
C. Pembahasan

Mutu pelayanan kesehatan yaitu tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman atau standar pelayanan

yang baik dengan memanfaatkan asset sumber daya yang potensial

atau tersedia dirumah sakit atau pusat kesehatan dengan cara yang

wajar dan efisien serta diberikan secara aman dan memuaskan norma,

etika, hukum dan sosial budaya dengan tetap memperhatikan kendala

dan kapasitas pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen

(Herlambang, 2016).

Hasil penelitian yang diperoleh besar rata-rata mutu pelayanan

kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 66,65, dengan

standar deviasi penyimpangan sebesar 5,252, nilai minimal 56 dan

nilai maksimal 79. Berdasarkan pada nilai interval sebesar 95%

diyakini bahwa rata-rata mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara 65,29

hingga 68.01. Sedangkan pada puskesmas terakreditasi besar rata-

rata mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar

85.17, dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 6.304, nilai

minimal 70 dan nilai maksimal 94. Berdasarkan pada nilai interval

sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata mutu pelayanan kesehatan

berdasarkan kenyataan yang dialami oleh responden berada di antara

83.54 hingga 86.80. Adanya perbedaan antara mutu pelayanan

kesehatan puskesmas tidak terakreditasi dan puskesmas terakreditasi

93
diperoleh bahwa adanya pelayanan yang dirasakan oleh responden di

puskesmas tidak terakreditasi belum maksimal selain itu sarana

prasarana yang masih kurang seperti tenaga kesehatan yang belum

memadai. Sedangkan pada puskesmas terakreditasi pelayanan

kesehatan sudah sesuai standar walaupun masih ada responden

yang merasa masih kurang seperti ketepatan waktu pelayanan,

kepedulian petugas masih kurang. Mutu yaitu tersedia dan terjangkau,

kebutuhan yang tepat, sumber daya tepat, standar profesi tepat, wajar

dan aman. Jika ini sudah dilakukan maka pasien yang dilayani akan

puas dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan merupakan suatu

tindakan atau rangkaian aktivitas yang bersifat kasat mata (tidak dapat

diraba) yang terjadi karena adanya kerjasama antara konsumen

dengan petugas atau hal-hal lain yang diberikann oleh organisasi

pemberi pelayanan yang diharapkan dapat menyelesaikan

permasalahan pasien.

Peneliti berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh

puskesmas tidak terakreditasi sudah baik sesuai dengan keadaannya

saat ini, karena pihak puskesmas sudah memaksimalkan pelayanan

yang diberikan kepada pasien, sehingga pasien merasa puas dengan

pelayanan yang didapatkan. Untuk meningkatkan pelayanan yang

lebih baik dan sesuai standar pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada pasien atau masyarakat, sudah seharusnya mengikuti standar

yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana semua puskemas

94
harus sudah terakreditasi. Sedangkan pada puskesmas terakreditasi

secara umum pelayanan yang diberikan sudah sangat baik kepada

pasien atau masyarakat, salah satunya adalah dimensi kepedulian,

dimana petugas dapat menjelaskan penyakit pasien dengan baik,

mendengarkan keluhan pasien dan jika ada pertanyaan dari pasien

dijawab dengan jelas serta mudah dipahami.

Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di

puskesmas, sudah seharusnya puskesmas melaksanakan akreditasi

puskesmas. Akreditasi puskesmas dilakukan dengan tujuan untuk

memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan yang ada

dipuskesmas. Kementerian Kesehatan RI menyebutkan akreditasi

adalah salah satu upaya menjamin peningkatan mutu pelayanan

puskesmas. Dengan pelaksanaan standar akreditasi puskesmas,

dituntut untuk memberikan manfaat tidak hanya pemenuhan kepuasan

pasien karena pelayanan yang diberikan sesuai standar sehingga

aman, tetapi juga pemenuhan keamanan dan kepuasan petugas

kesehatan, karena pelayananan yang diberikan sesuai aspek legal

dan pedoman tindakan medis, tetapi juga tetap memperhatikan

kebutuhan dan ekspektasi masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan mutu

pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas terakreditasi

dan puskesmas tidak terakreditasi. Hasil penelitian menunjukkan hasil

uji statistik independent sampel t-test di peroleh nilai ρ = 0.000 dimana

95
ρ < α (α = 0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan

terhadap puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi

di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2021.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Yewen et al., 2019) diperoleh hasil uji statistik Mann Whitney U Test

diperoleh nilai p=0,000, maka dengan demikian dinyatakan kedua

variabel berhubungan. Terdapat hubungan antara status akreditasi

puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian

(Ningrum, 2020) diperoleh hasil uji chi square pvalue = 0,023 (= 0,05).

Kesimpulan terdapat hubungan antara status akreditasi puskesmas

dengan kepuasan pasien yang berkunjung di puskesmas Kabupaten

Banyumas. Sedangkan penelitian yang dilakukan (Hidayah, 2017),

hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan kualitas pelayanan

kesehatan antara puskesmas terakreditasi dan nonakreditasi di

Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo.

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama

diperlukan untuk menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan

undang-undang dan peraturan yang berlaku dari Kementerian

Kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan

masyarakat. Jenis pelayanan yang diberikan harus diketahui dan

dimanfaatkan secara ideal oleh masyarakat, sebagai bnetuk

96
pemenuhan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang

dibutuhkan.

Mutu pelayanan kesehatan harus dapat memenuhi kebutuhan

dan harapan pasien atau masyarakat dengan biaya yang paling

efektif. Pasien/ masyarakat melihat pelayanan kesehatan yang

berkualitas sebagai pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi

kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang

sopan, tepat waktu, tanggap dan siap mengatasi keluhannya serta

mencegah terjadinya kejadian atau meluasnya penyakit. Perspektif

terhadap pasien atau masyarakat sangat penting, dengan alasan

bahwa pasien merasa puas dengan pengobatan dan mau datang

kembali untuk berobat.

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang

dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta

penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi

(Purwoastuti & Walyani, 2019). Pelayanan kesehatan yang bermutu

adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan. Dalam hal ini

akan di tentukan oleh profesi layanan kesehatan dan sekaligus

diinginkan baik oleh pasien ataupun masyarakatnya. Pelayanan

kesehatan di tentukan oleh beberapa dimensi pokok. Adapun dimensi

pokok yang dimaksud yaitu: 1) Kehandalan yaitu kemampuan

penyedia jasa mampu memberikan kepuasan dengan memberikan

97
penyalanan yang sesuai, 2) Daya tanggap yaitu kesiapan menolong

dan melayani sesuai prosedur dalam pemenuhan harapan pelanggan,

3) Bukti langsung yaitu kualitas sarana dan fasilitas atau bukti fisik, 4)

Kepedelian, merupakan rasa kepedulian, hubungan komunikasi dan

perhatian staf kepada pasien sesuai pemahaman dan kebutuhan

pasien, 5) Jaminan, meliputi pengetahuan, kesopanan, sifat petugas,

kepercayaan dan kemampuan oleh pengguna jasa.

98
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas yang menjadi kesimpulan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata mutu pelayanan

kesehatan di puskesmas terakreditasi sebesar 85.17, dengan

standar deviasi penyimpangan sebesar 6.304, nilai minimal 70

dan nilai maksimal 94

2. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata mutu pelayanan

kesehatan di puskesmas tidak terakreditasi sebesar 66,65,

dengan standar deviasi penyimpangan sebesar 5,252, nilai

minimal 56 dan nilai maksimal 79.

3. Ada perbedaan mutu pelayanan kesehatan terhadap puskesmas

terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi dengan nilai ρ =

0.000 dimana ρ < α (α = 0.05) di Kabupaten Kolaka Utara Tahun

2021.

B. Saran

1. Diharapkan hasil ini dapat menjadi bahan informasi kepada

puskesmas untuk dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan

yang diberikan agar lebih baik lagi.

99
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bacaan di

perpustakaan dan diharapkan dapat menambah wawasan

pembaca khususnya mengenai akreditasi dan mutu pelayanan

kesehatan dipuskesmas.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat

untuk menambah pengetahuan dan mendorong dan membantu

penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan metode

penelitian.

100
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, S., Napitupulu, L. R., Kasim, F., Manalu, E. D., & Jauhari, W.
(2019). Hubungan Status Akreditasi Puskesmas Dengan Mutu
Pelayanan Di Kabupaten Simalungun. Wahana Inovasi: Jurnal Penelitian
Dan Pengabdian Masyarakat UISU, 8(1).

Bustami, M. S. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan &


Akseptabilitasnya.

Damayanti, N. A., Jati, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2018). Analisis Perbedaan


Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Rawat Jalan
Puskesmas Berstatus Akreditasi Utama Dan Paripurna Di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 124–134.

Dawanson, D., & Arifin, J. (2020). Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan


Sebelum Dan Sesudah Akreditasi Di UPTD Puskesmas Telang Siong
Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito Timur. JAPB, 3(2), 1138–1151.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. (2014). Pedoman


Pendampingan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. (2017). Petunjuk


Teknis Survei Akreditasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Ekaputri, R., & Djafar, N. (2019). Persepsi Pasien Tentang Kualitas


Pelayanan Di Puskesmas Akreditasi Dan Non Akreditasi Kabupaten
Banggai. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14(3), 241–246.

El-Jardali, F., Hemadeh, R., Jaafar, M., Sagherian, L., El-Skaff, R., Mdeihly,
R., Jamal, D., & Ataya, N. (2014). The Impact of Accreditation of Primary
Healthcare Centers: Successes, Challenges and Policy Implications as
Perceived by Healthcare Providers and Directors in Lebanon. BMC
Health Services Research, 14(1), 1–10.

Hanum, F. (2020). Konsep Penyelenggaraan Akreditasi Puskesmas.


Indonesia.

Herlambang, S. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Koesoemahardja, N. F., Suparwati, A., & Arso, S. P. (2016). Analisis


Kesiapan Akreditasi Dasar Puskesmas Mangkang di Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(4), 94–103.

1
Mokobimbing, V. M., Mandagi, C. K. F., & Korompis, G. E. C. (2019). Analisis
Tingkat Kepuasan Pasien Di Tinjau Dari Perbedaan Status Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Puskesmas Sario Dan Puskesmas Ranotana
Weru Kota Manado. KESMAS, 8(5), 11–25.

Ningrum, E. N. (2020). Hubungan Akreditasi Puskesmas Dengan Kepuasan


Pasien Di Puskesmas Kabupaten Banyumas. Human Care Journal, 5(3),
732–741.

Nouwens, E., van Lieshout, J., & Wensing, M. (2015). Determinants of Impact
of a Practice Accreditation Program in Primary care: a qualitative Study.
BMC Family Practice, 16(1), 1–8.

Nursalam, D. (2014). Manajemen Keperawatan" Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Salemba Medika.

Permenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 3–23.

Permenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 46 Tahun


2015 tentang Akreditasi Puskesmas. Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Purwoastuti, T. E., & Walyani, E. S. (2019). Mutu Pelayanan Kesehatan dan


Kebidanan. Jakarta : Pustaka Baru Press.

Safira, A. H. (2019). Hubungan Status Akreditasi Puskesmas Dengan


Kepuasan Pasien Di Puskesmas Kota Padang Tahun 2019. Universitas
Andalas.

Sarri, M. N., & Misnaniarti, M. (2020). Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan


Puskesmas Berdasarkan Implementasi Akreditasi. Jurnal’Aisyiyah
Medika, 5(2).

Satrianegara, M. F. (2014). Organisasi dan Manajemen Pelayanan


Kesehatan: Teori dan Aplikasinya dalam Pelayanan Puskesmas dan
Rumah Sakit.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.


Yogyakarta: In Graha Ilmu.

Tabrizi, J. S., & Gharibi, F. (2019). Primary Healthcare Accreditation


Standards: a systematic Review. International Journal of Health Care
Quality Assurance.

2
Tawalujan, T. W., Korompis, G. E. C., & Maramis, F. R. R. (2019). Hubungan
Antara Status Akreditasi Puskesmas Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Di Kota Manado. KESMAS, 7(5).

Wulandari, R. D., Ridlo, I. A., Supriyanto, S., Qomarrudin, M. B., Damayanti,


N. A., & Laksono, A. D. (2019). Pengaruh Pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien (The Influence of Primary Health
Care Accreditation on Patient Satisfaction). Media Kesehat Masy
Indones, 15(3), 228–236.

Yewen, M. R., Korompis, G. E. C., & Kolibu, F. K. (2019). Hubungan antara


Status Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Kota
Sorong Provinsi Papua Barat. KESMAS, 7(5).

Anda mungkin juga menyukai