TESIS
OLEH :
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar Magister di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau
diterbitkan oleh orang lain, terkecuali yang secara tertulis di dalam naskah ini dan
disebutkan di dalam daftar pustaka
Perkembangan zaman saat ini membuat masyarakat menjadi semakin lebih aktif
mencari informasi mengenai kesehatan. Kualitas pelayanan rumah sakit mempunyai dua
komponen, yaitu pemenuhan terhadap standar mutu yang telah ditetapkan dan
pemenuhan akan kepuasan pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan indikator nasional Mutu Rumah Sakit dihubungkan dengan dimensi mutu
pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua. Jenis penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan Cross
Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 72 orang. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%, α=5%. Hasil
temuan penelitian menunjukkan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
berdasarkan efektif baik sebesar 51,4%, berdasarkan keselamatan kategori baik sebesar
55,6%, berdasarkan orientasi kategori baik sebesar 58,3%, berdasarkan tepat waktu
kategori tidak baik sebesar 58,3%, berdasarkan efisien kategori baik sebesar 54,2%,
berdasarkan terintegrasi kategori baik sebesar 56,9%, mutu rumah sakit kategori baik
sebesar 47,2%. Penelitian ini menunjukkan ada Ada hubungan penerapan indikator
nasional mutu rumah sakit dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit berdasarkan
efektif (p=0,010), berdasarkan keselamatan (p=0,023), berdasarkan orientasi pada
pasien (p=0,039), berdasarkan tepat waktu (p=0,046), berdasarkan adil (p=0,020). Hasil
penelitian, disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit agar menciptakan iklim
kompetisi yang sehat, melalui pemberian penghargaan dalam bentuk bonus gaji setiap 6
bulan atau memberdayakan perawat yang telah lama bekerja sebagai pelatih/instruktur
maupun dengan kinerja baik dalam bentuk promosi jabatan, insentif, dan lainnya.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan TESIS penelitian ini dengan judul
“Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit terhadap dimensi mutu pelayanan di
Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022” yang merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli
Tua Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Magister. Penulis
menyadari bahwa penyusunan TESIS ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan berbagai kritik dan saran tentunya yang bersifat membangun bagi
penelitian ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan dan bantuan dalam menyelesaikan
TESIS ini. Dengan segala kerendahan hati, penuh rasa hormat peneliti mengucapkan
1. Terulin S. Meliala, Am.Keb, SKM, M.Kes selaku ketua yayasan Rumah Sakit
2. Drs. Johanes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan DELI
3. Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
4. Dr. Herlina J. El-Matury selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
i
5. Dr.dr.Felix Kasim.,M.Kes, selaku Pembimbing I dan Peny Ariani,SST,M.Keb,
6. Seluruh Dosen Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan ilmu
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
8. Semua rekan kerja dan rekan mahasiswa satu angkatan atas segala kerja sama dan
dukungan moril yang diberikan selama menjalani pendidikan, yang tidak bisa
Akhir kata, penulis berharap semoga TESIS ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca dan sebagai wacana menambah pengetahuan dan pemikiran. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu memberikan berkah dan rahmatNya kepada kita semua, amin.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang......................................................................... 1
1.2.Ruusan Masalah ...................................................................... 6
1.3.Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4.Manfaat Penelitian ................................................................... 7
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULU AN
1.1.Latar Belakang
Kebutuhan itulah yang menjadikan masyarakat merasa perlu menjaga kesehatan dan
kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang mampu memberikan kepuasan pada
2017).
Perkembangan zaman saat ini membuat masyarakat menjadi semakin lebih aktif
yang terbaik untuk dirinya. Salah satunya dengan memeriksakan dirinya ke rumah
Persaingan bisnis rumah sakit saat ini semakin kompetitif sehingga mengubah
pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi tuntutan bagi rumah sakit agar lebih
mencapai hal tersebut, rumah sakit harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada
pelayanan akan ketinggalan dan terlindas dalam persaingan bisnis (Gultom, 2018).
2
terhadap standar mutu yang telah ditetapkan dan pemenuhan akan kepuasan
pelanggan. Rumah sakit harus memberikan pelayanan yang berfokus pada kepuasan
tahun 2016 jumlah rumah sakit sebanyak 2.601 meningkat menjadi 2.985 pada
tahun 2020. Jumlah rumah sakit di Indonesia sampai dengan tahun 2019 terdiri dari
2.344 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 533 Rumah Sakit Khusus (RSK) (Kemenkes
RI, 2020). Setiap rumah sakit membutuhkan survei kepuasan untuk memperoleh
informasi mengenai kepuasan yang dirasakan para pasiennya. Survei pun digunakan
oleh pihak rumah sakit agar dapat lebih memahami kebutuhan dan keinginan para
pasiennya serta mampu memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada apa
nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan
pelayanan pada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang
untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien
pasien; waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi; waktu tunggu rawat jalan;
penundaan operasi elektif; kepatuhan waktu visite dokter; pelaporan hasil kritis
Tuntutan masyarakat terhadap layanan rumah sakit saat ini semakin meningkat.
Tidak hanya menginginkan pelayanan yang mudah, cepat dan nyaman, tetapi juga
adanya kepuasan dalam hasil perawatan yang sesuai dengan penyakit yang
dideritanya. Oleh karena itu sebagai organisasi yang bergerak dibidang layanan
kesehatan public semakin dituntut untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih
menjadi salah satu factor penentu citra instusi pelayanan kesehatan dimata
secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan
yang mempunyai peranan besar terhadap pencapaian efisiensi, mutu dan citra rumah
sakit di mata masyarakat. Perawat merupakan salah satu tenaga professional yang
jumlahnya terbanyak dirumah sakit, sehingga perawat memiliki peran dalam upaya
Mutu layanan sendiri dapat dilihat dari berbagai sudut pandang salah satunya
dari sudut pandang pemberi layanan kesehatan yaitu tenaga kesehatan. Perspektif
dengan ketersediaan alat, prosedur kerja atau protocol, kebebasan profesi dalam
Rumah Sakit umum sembiring deli tua dalam menjalankan pelayanan kesehatan
mutu pelayanan secara terus menerus dan konsisten. Pelayanan maksimal yang
sakit kepada pasien.oleh sebab itu, mutu pelayanan keperawatan menjadi bagian
penting yang harus diperhatikan oleh manajemen rumah sakit (Nursalam 2020).
kepatuhan kebersihan tangan pada bulan Juli terdapat 97%, Agustus terdapat 100%,
September 94%. Hasil data kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
5
bulan Juli terdapat 100%, Agustus 98%, September 100%. Hasil data kepatuhan
identfikasi pasien pada bulan Juli terdapat 98,7%, agustut 97,5%,September 90,9.
Hasil data waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi pada bulan Juli terdapat
0%, Agustus 0%, September 0%. Hasil data waktu tunggu rawat jalan pada bulan
Juli terdapat 76,6%, Agustus 69,7%, September 72,7%. Hasil data penundaan
operasi elektif pada bulan Juli 1,6%, Agustus 1,9%, September 0%. Hasil data
kepatuhan waktu visite dokter pada buln Juli terdapat 75%, Agustus 69,5%,
September 70,4%. Hasil data pelaporan hasil kritis laboratorium pada bulan Juli
formularium nasional pada bulan Juli terdapat 100%, Agustus 100%, September
100%. Hasil data kepatuhan terhadap alur klinis pada bulan Juli terdapat 75,9%,
Agustus 71,4%, September 72,6%. Hasil data kepatuhan upaya pencegahan risiko
pasien jatuh pada bulan Juli terdapat 100%, Agustus 100%, September 100 %. Hasil
data kecepatan waktu tanggap komplain pada bulan Juli terdapat 98,9%, Agustus
97,2%, September 99,2%. Hasil data kepuasan pasien pada bulan Juli terdapat
77,5%, Agustus 78%, September 85%. Demikianlah hasil pengumpulan data tiga
bulan yang lalu sudah berjalan setelah penilaian, hal ini akan berpengaruh terhadap
mutu pelayanan di rumah sakit umum sembiring deli tua pada tahun 2022.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
dimensi mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022 “.
6
1.2.Perumusan Masalah
penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
terhadap dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua
Tahun 2022?.
1.3.Tujuan Penelitian
berdasarkan tepat waktu dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum
1. Bagi institusi khususnya pengelola Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan dan
2. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat, (Undang undang
rumah sakit nomor 44 Tahun 2009). Upaya kesehatan perorangan kesehatan adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta
rehabilitative.
Menurut saleh dan satrianegara dalam sekar (2018) World Heald Organization
(WHO) Tahu 1975 menejelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi yang
pasien rawat jalan dan rawat inap kegiatan pelayanan medis serta perawatan. Institusi
ditetapkan daerah. Oleh karena itu rumah sakit harus mempunyai hubungan
koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan sarana pelayanan
wabah penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh
tingkat nasional dan daerah serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah.
adalah suatu kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
2015. Tentang pedoman organisasi rumah sakit, Rumah Sakit mempunyai misi
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit adalah
11
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
2.2.1. Pengertian
Menurut kamus Bahasa Indonesia, mutu adalah ukuran, derajat, atau taraf
tentang baik buruknya suatu produk barang atau jasa. Mutu adalah perpaduan
sifat-sifat dan karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan
karakteristik langsung dari suatu produk. Kualitas bisa diketahui dari segi bentuk,
penampilan, performa suatu produk, dan juga bisa dilihat dari segi fungsinya serta
12
segi estetisnya. Dening dalam Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2019)
atau konsumen. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa mutu
adalah ukuran yang dibuat oleh konsumen terhadap produk atau jasa yang dilihat
Sampai dengan saat ini terdapat beragam defenisi mengenai mutu pelayanan
kesehatan. Salah satu defenisi yang digunakan, mutu pelayanan yang dapat
2018) Hanbook for national quality policy and strategy: a practical approach for
developing policy and strategy to improve quality of care, dimensi mutu pelayanan
masyakarat.
pelayanan.
pelayanan kesehatan.
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai tingkat kepuasan rata-
rata penduduk. Penyelenggaraannya juga harus sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan. Pasien cenderung memilih atau menetapkan prioritas
Baik atau buruknya suatu mutu pelayanan kesehatan maka akan berpengaruh
kepada tingkat kepuasan pasien karena pasien akan memberikan tanggapan serta
yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
14
efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika,
1. Bukti fisik atau bukti langsung (tangible), dapat berupa ketersediaan sarana dan
prasarana termasuk alat yang siap pakai serta penampilan karyawan /staf yang
menyenangkan.
dengan tanggap.
dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan
keraguraguan.
pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien
sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tapi tetapi juga sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Mutu layanan kesehatan akan selalu
menyangkut dua aspek yaitu pertama aspek teknis dari penyedia layanankesehatan
itu sendiri dan kedua, aspek kemanusiaan yang timbul sebagai akibat hubungan
yang terjadi antara pemberi layanan kesehatan dan penerima layanan kesehatan
(Pohan, 2018).
efektif dan efisien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang
2.3.1. Pengertian
Indikator adalah karakteristik yang dapat diukur dan dapat dipakai untuk
Indikator ini merujuk pada tercapai atau tidaknya standar masukan, standar
Yaitu tolak ukur yang berhubungan dengan keluaran dari suatu pelayanan
16
juga mengkaji tentang hasil pelayanan. Hasil pelayanan adalah tindak lanjut dari
keluaran yang ada, sehingga perlu ada indikator (tolak ukur) tentang hasil
pelayanan tersebut. Indikator yang dimaksud menunjuk pada hasil minimal yang
institusi sarana kesehatan Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian
mutu pelayanan kesehatan (M. Fais Satianegara dan Sitti Saleha, 20018).
kesehatan berbeda beda tiap orang karena memiliki karateristik yang berbeda, baik
pasien merupakan bentuk evaluasi dari pasien terhadap suatu produk atau pelayanan
yang mereka dapatkan sesuai dengan apa yang mereka diharapkan bahkan melebihi
harapan mereka. Kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu ukuran seberapa bagus
tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspekstasi pelanggan, artinya
untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan
Dimensi Mutu
1.Efektif
Mutu Pelayanan Kesehatan
2.Keselamatan
1.Tangible (bukti langsunh)
3.Berorientasi
2.Reliability(kehandalan)
4.Tepat waktu
3.Responsivness(daya
5.Efisien
tanggap)
6.Adil
4.Assurance(jaminan)
7.Terintegrasi
5.Emphaty(kepedulian)
6.Adil
7.Teritegrasi
2.5.Hipotesis Penelitian
dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua Tahun
2022
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli
3. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan orientasi pada pasien
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli
dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua Tahun
2022
dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua Tahun
2022
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Desain penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2023 di rumah sakit umum sembiring
Deli Tua.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dengan status
diwawancarai oleh peneliti pada saat penelitian. Berdasarkan data sekunder didapat
bahwa jumlah pasien rawat jalan periode bulan Januari 2023 di Rumah Sakit
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini yaitu pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua. Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
uji hipotesis satu proporsi (Lameshow, 1997). Rumus yang digunakan sebagai berikut:
22
2
2
NZ . p.q)
n
d 2 ( N 1) Z 2 1 . p.q
2
Keterangan : n = sampel;
N = populasi;
p = perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen
q = 1-p
Z1-= statistik Z (Z=1,96 untuk α=0,05)
d = Data presisi absolut atau largin of error yang diinginkan
diketahui sisi proporsi 5%.
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian ini sebanyak 70
2914.(1,96) 2 .0,95.0,05
n
0,05 2 (2914 1) (1,96) 2 .0,95.0,05
531,735
n
7,2825 0,18248
531,735
n
7,4498
n 71,37
n 72
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
menjawab.
c. Pasien tidak mampu diajak berkomunikasi dan tidak bisa membaca serta
menulis
berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan dari data observasi serta
pada pasien, Tepat waktu, Efisien, Adil, Terintegritas dan Dimensi mutu pelayanan
rumah sakit.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan,
dan laporan dari puskesmas mengenai data kunjungan pasien berobat jalan di
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelitian
terdahulu yaitu penelitian Muhamad Irham (2017) dengan judul Analisis Pengaruh
Kualitas Pelayanan dan Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit
Muhamad Irham didapat nilai uji validitas yaitu nilai korelasi berkisar antara 0,712
3.5.1. Variabel
2. Variabel dependent (Variabel terikat) yaitu dimensi mutu pelayanan rumah sakit.
kehidupan
Variabel Dependen
1 Dimensi Suatu pernyataan Kuesioner Wawancara a. Baik Ordinal
mutu tentang sikap, ≥50%
pelayanan hubungan yang b. Tidak
rumah sakit dihasilkan dari baik
perbandingan <50%
antara ekspektasi
dengan kinerja
yang ditentukan
oleh kesesuaian
keinginan yang
dihasilkan dari
perbandingan
keinginan dan
kinerja yang
dirasakan
konsumen.
Pengolahan atau manajemen data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus
dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisi atau interpretasi
Data coding yaitu merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode
kuisioner penelitian ini, dilakukan pemberian kode data. Kode data dilakukan
dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Untuk pertanyaan tertutup
kode 1 untuk jawaban iya dan kode 2 untuk jawaban tidak. Sebaliknya untuk
kuisioner dengan pertanyaan skala likert, kode 1 untuk jawaban sangat tidak setuju,
27
kode 2 untuk jawaban tidak setuju, kode 3 untuk jawaban setuju, dan kode 4 untuk
Data editing adalah penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data.
3. Data Structure
Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis
perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat melakukan data structure, bagi
masing-masing variabel perlu ditetapkan ; nama, skala ukur variabel, jumlah digit.
Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau fasilitas
analisis data. Dalam penelitian ini entrydata dilakukan dengan program SPSS
(Statistical Program for social Siences). Pada penelitian ini memasukkan data ke
kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodian.
Data cleaning merupakan proses pembersihan data setelah data di entri. Cara yang
menilai kelogisannya. Sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah
dan dianalisis. Setelah data di cleaning di komputer maka data siap untuk di analisis
28
Analisis data Univariat dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian, dan
analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan variabel dependen yang
keselamatan, orientasi pada pasien, tepat waktu, efisien, adil, terintegritas dan
2. Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen dan variabel dependen. Data penelitian ini merupakan data katagorik
sehingga uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari
sehingga apabila hasil analisis regresi berganda didapatkan nilai p ≤ 0,05 maka
BAB IV
HASIL PENELITIAAN
nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif, keselamatan, orientasi pada pasien, tepat
waktu, efisien, adil, terintegritas dan dimensi mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat
Tabel 4.1. Kategori responden penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
berdasarkan efektif, keselamatan, orientasi pada pasien, tepat
waktu, efisien, adil, terintegritas dan dimensi mutu pelayanan di
Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022
Terintegrasi
1. Baik 41 56,9
2. Tidak Baik 31 43,1
Total 72 100,0
Dimensi mutu pelayanan
1. Tidak baik 38 52,8
2. Baik 34 47,2
Total 72 100.0
mutu rumah sakit berdasarkan efektif mayoritas dalam kategori pengetahuan baik
sejumlah 37 orang atau sebesar 51,4%. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
berdasarkan keselamatan mayoritas dalam kategori baik sejumlah 40 orang atau sebesar
55,6%. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan orientasi pada
pasien mayoritas dalam kategori baik sejumlah 42 orang atau sebesar 58,3%. Penerapan
indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan tepat waktu mayoritas dalam kategori
tidak baik sejumlah 42 orang atau sebesar 58,3%. Penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan efisien mayoritas dalam kategori baik sejumlah 39 orang atau
sebesar 54,2%. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan terintegrasi
mayoritas dalam kategori baik sejumlah 41 orang atau sebesar 56,9%. Mutu rumah sakit
Mutu Rumah Sakit antara masing-masing variabel yang diteliti yaitu: efektif,
keselamatan, orientasi pada pasien, tepat waktu, efisien, adil, terintegrasi dengan
dimensi mutu pelayanan adalah menggunakan uji statistik Chi-Square dengan derajat
independen dengan variabel dependen digunakan Prevalence Ratio (PR) dengan 95%
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan efektif dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat
penerapan indikator nasional berdasarkan efektif baik dengan dimensi mutu pelayanan
rumah sakit baik sebesar 34,7%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,010
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
berdasarkan efektif berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR
3,526 pada 95% CI (1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan
indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif 3,5 kali cendrung baik terhadap
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan keselamatan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit,
pelayanan rumah sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai
p=0,023 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
Nilai PR 3,526 pada 95% CI (1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan
penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif 25,5 kali cendrung
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan orientasi pada pasien dengan dimensi mutu pelayanan rumah
penerapan indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien baik dengan dimensi
mutu pelayanan rumah sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p=0,023 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional
Nilai PR 18,333 pada 95% CI (5,464-61,508), yang berarti pasien yang menyatakan
penerapan indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien 18,3 kali cendrung baik
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan tepat waktu dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat
penerapan indikator nasional berdasarkan tepat waktu baik dengan dimensi mutu
pelayanan rumah sakit baik sebesar 52,6%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai
p=0,046 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan tepat
waktu berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 2,667 pada
nasional berdasarkan tepat waktu pada pasien 2,6 kali cendrung baik terhadap mutu
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan efisien dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat
penerapan indikator nasional berdasarkan efisien baik dengan dimensi mutu pelayanan
rumah sakit baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,782
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan efisien tidak
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan adil dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat lebih
penerapan indikator nasional berdasarkan adil baik dengan dimensi mutu pelayanan
rumah sakit baik sebesar 36,1%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,026
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,095 pada 95% CI
berdasarkan adil pada pasien 3,1 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan rumah
sakit.
Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan terintegrasi dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat
pelayanan rumah sakit baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai
p=0,435 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
BAB V
PEMBAHASAN
penerapan yang mencerminkan bukti langsung dari mutu pelayanan kesehatan dapat
(mata, telinga dan rasa) untuk menilai mutu layanan kesehatan. Dimensi efektif pada
penelitian ini meliputi pelayanan kesehatan terhadap pasien sesuai yang dijanjikan,
indikator nasional berdasarkan efektif baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit
baik sebesar 34,7%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,010 maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,526 pada 95% CI
(1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator nasional mutu
rumah sakit berdasarkan efektif 3,5 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan rumah
sakit.
Sejalan juga dengan penelitian Nashrath dan Chontawan (2018) diperoleh data
bahwa total skor untuk harapan perawat terhadap kualitas keperawatan adalah = 87,32
dan standar deviasi (SD) = 8.54. Dimensi tertinggi yang diharapkan perawat dari
39
responsiveness. Sedangkan total skor untuk harapan pasien terhadap kualitas pelayanan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian perbandingan kepuasan pasien peserta
ASKES sukarela dan wajib di Rumah Sakit dengan dokter keluarga di Sulawesi
Tenggara, bahwa dari segi penampilan fisik ruang pemeriksaan, kenyamanan ruang
tunggu pada dokter keluarga lebih baik daripada Rumah sakit (Nurkholiq, 2017).
Dimensi kenyamanan yang terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan, pemberi
layanan, peralatan medis dan non medis, tidak berhubungan langsung dengan efektivitas
merasakan pelayanan kesehatan terhadap pasien sesuai yang dijanjikan, sebanyak 42%
pasien menyatakan pelayanan tepat waktu, sebanyak 38,4% pasien yang menyatakan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dilakukan secara cepat, sebanyak 42,7% pasien
dijalankan dengan tepat serta sebanyak 48,9% pasien menyatakan perawat memberikan
jumlah pasien yang banyak dan tidak disertai dengan tenaga kesehatan yang memadai.
mengenai pelayanan kesehatan yang ada sehingga pasien menjadi bingung dengan
40
keadaan Rumah sakit. Untuk pasien baru merasa tidak mengetahui bagaimana alur
bidang pelayanan kesehatan, pihak manajemen perlu membangun budaya kerja bermutu
yaitu budaya tidak ada kesalahan atau corporate culture of no mistake yang diterapkan
mulai dari pimpinan puncak sampai ke front line staff (yang langsung berhubungan
dengan pasien). Budaya kerja seperti ini perlu diterapkan dengan membentuk kelompok
kerja yang kompak dan mendapat pelatihan secara terus-menerus sesuai dengan
indikator nasional berdasarkan keselamatan baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah
sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,023 maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan
keselamatan berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,526
pada 95% CI (1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator
nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif 25,5 kali cendrung baik terhadap mutu
Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua sudah dalam kategori baik sehingga akan
berpengaruh pada kepuasan pasien. Sehingga pasien akan menjadi puas dan suatu saat
kewajiban dan tanggung jawab seluruh pegawai. Dalam hal ini pengawai adalah bagian
dari organisasi merupakan ujung tombak dalam budaya keselamatan pasien (Yarnita &
Efitra, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2019) menyatakan bahwa budaya
pasien. Faktor yang mempengaruhi praktek manajemen keselamatan pasien adalah beban
kerja, dan sistem konstruksi manajemen keselamatan pasien. Hasil ini menunjukkan
keselamatan terhadap pasien dan praktek keselamatan untuk diterapkan di antara semua
Budaya keselamatan pasien dikatakan berhasil apabila semua elemen yang ada di
dalam rumah sakit menerapkan budaya keselamatan pasien dalam pekerjaannya sehari-
hari Reiling (2016). Sedangkan Beginta (2019) mengatakan bahwa upaya yang dapat
orang bertanggung jawab akan sasaran keselamatan terhadap diri sendiri, rekan kerja,
indikator budaya pelaporan, budaya adil, budaya fleksibilitas, budaya belajar di Rumah
42
Sakit Umum Sembiring Deli Tua dengan kategori baik dapat berpengaruh dalam
produktifitas pelayanan rumah sakit, tenaga kerja dan terutama tenaga keperawatan.
Semakin baik budaya keselamatan pasien maka semakin baik pula produktifitas yang
indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien baik dengan dimensi mutu
pelayanan rumah sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai
18,333 pada 95% CI (5,464-61,508), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan
indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien 18,3 kali cendrung baik terhadap
pelayanan yang tanggap, cepat, tepat waktu dan tidak lama kepada pelanggannya.
Persepsi daya tanggap pada penelitian ini meliputi ketanggapan, kecepatan, kejelasan
Orientasi pada pasien dapat dinilai dari dokter memberikan kesempatan bertanya
kepada pasien, dokter memberi penjelasan tentang penyakit, dokter selalu menanyakan
yang cukup untuk anda ketika berkomunikasi. Utu pelayanan yang berorintasi pada
43
pasien memberikan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen dalam hal ini pasien
penting karena konsumen yang puas akan menjaga hubungannya dengan provider.
Sedangkan Strasser dan Davis, menyatakan bahwa konsumen memainkan peran yang
besar sebagai evaluator mutu atau kualitas, maka keberhasilan organisasi di masa depan
akan tergantung pada derajat kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen dapat diartikan
sebagai sikap konsumen, yakni berapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap
pelayanan yang pernah dirasakan. Oleh karena itu perilaku konsumen dapat juga
sebagai model perilaku pembeli, sedangkan kepuasan dan kesetiaan (loyalitas) pasien
sebagai pengguna pelayanan adalah unsur pokok diantara kepuasan dan kesetiaan
adalah pasien mendapatkan informasi yang jelas dan menyeluruh tentang apa, siapa,
kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan akan atau telah dilaksanakan,
informasi terkait dengan kepatuhan pasien dalam pengobatan dan mampu untuk
melakukan pencegahan tetapi jika informasi yang diberikan tidak jelas akan
menyebabkan pasien tidak puas, terlebih informasi tersebut semakin sulit didapatkan
ketika pasien sudah keluar dari tempat layanan tersebut (Slocum, 2012).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh cahyadi dan
0,025).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rizal dan Riza (2018), mengatakan ada
hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan pasien, semakin baik daya
tanggap yang diberikan maka semakin tinggi pula kepuasan pelanggan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian siti Nurhaida dan Sudirman (2015), menyatakan terdapat
hubungan positif dan signifikan antara daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan
pasien di RSUD AMPANA Kabupaten tojo una-una, dengan p value (0.020). Semakin
baik persepsi pasien terhadap daya tanggap maka kepuasan akan semakin tinggi, dan
jika persepsi pasien terdahap daya tanggap buruk maka kepuasan pasien akan semakin
rendah. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mumu dkk (2015), menyatakan
pasien rawat jalan di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado dengan p value (0,000).
untuk membantu pasien dan memberikan dengan segera dan tepat. Dimensi ini menekan
pada perhatian dan kecepatan dalam menghadapi permintaan, peryataan, keluhan serta
kesulitan pelanggan. Orientasi pada pasien merupakan keinginan para staf untuk
membantu para konsumen dan memberikan pelayanan dengan tanggap, daya tanggap
bearti respon atau kesigapan pegawai dalam membantu konsumen dan memberikan
dituntut untuk segera merespon dan memberikan informasi terkait penyakit, tindakan
45
maupun pemberian obat. Pemberian informasi terkait dengan kepatuhan pasien dalam
pengobatan dan mampu untuk melakukan pencegahan tetapi jika informasi yang
diberikan tidak jelas akan menyebabkan pasien tidak puas, terlebih informasi tersebut
semakin sulit didapatkan ketika pasien sudah keluar dari tempat layanan tersebut.
indikator nasional berdasarkan tepat waktu baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah
sakit baik sebesar 52,6%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,046 maka
berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 2,667 pada 95% CI
berdasarkan tepat waktu pada pasien 2,6 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan
rumah sakit. Dari 72 pasien yang menyatakan tepat waktu rumah sakit umum sembiring
cukup baik sebesar 44.4% yang menyatakan setuju, dan sebanyak 45.2% yang
menyatakan tidak setuju. Terdapat pasien yang menyatakan ketepatan waktu dipoli
Hal ini berarti semakin baik pelayanan farmasi yang diterima pasien maka
pelayanan farmasi maka akan menurunkan kepuasan pasien.Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh cahyadi dan mudayana (2018), yang menyatakan
dengan kepuasan pasien. Cahyadi dan mudayana (2019), mengatakan bahwa pelayanan
46
dengan pelayanan yang dilakukan secara cepat dan tidak berbelit-belit, dokter yang
Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Siti nuraida dan Sudirman
(2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kehandalan (reliability) dengan kepuasan pasien dengan p value (0.020) < (0.05).
Semakin baik persepsi pasien terhadap kehandalan maka kepuasan pasien akan semaki
tinggi, dan jika persepsi pasien dengan tepat waktu buruk maka kepuasan pasien akan
rendah.
Teori yang dikemukan oleh Semiji Santoso (2018), kehandalan adalah salah satu
sikap kualitas yang memiliki hubungan erat dengan kepuasan. Mutu memberikan suatu
dorongan kepada pasien untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan.
Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami
dengan seksama harapan pasien serta kebutuhan meraka. Dengan demikian, perusahaan
Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini bahwa sebagian besar pelayanan
terutama dalam tepat waktu petugas kesehatan yang sudah cukup baik, perawat mampu
menjelaskan penyakit yang diderita pasien, perawat juga mampu mengatasi pasien
ketika dokter belum datang, memberikan kenyamanan kepada pasien yang berobat.
Meskipun mutu pelayanan dalam hal kehandalan sudah baik perlu ditingkatkan dan
indikator nasional berdasarkan efisien baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit
baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,782 maka dapat
teknis dan keamanan. Dimensi efisien dalam penelitian ini meliputi ketrampilan
2017).
artinya ingin dilayani dengan petugas kesehatan yang sama. Terdapat pula
ketidakpuasan responden pada aspek dimensi efisien karena pasien harus datang
berulang kali dan pindah ke tempat layanan kesehatan lainnya untuk mendapatkan
teknik dokter dan petugas serta keluaran atau perubahan yang dirasakan oleh pasien
sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diterima. Pasien yang mendapatkan
pelayanan kesehatan oleh petugas yang kompeten dan mendapatkan keluaran berupa
kesembuhan merupakan hal utama yang diinginkan oleh pasien (Pohan, 2018).
48
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh cahyadi dan
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mumu dkk (2018), di poliklinik
penyakit dalam RSUD Prof.Dr. R.D. Kandou Manado dengan p value (0.000), bahwa
ada hubungan yang signifikan dimensi efisien dengan kepuasan pasien rawat jalan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Atmawati dan Wahyudin (2017),
keramahan dokter dan petugas di Poliklinik gigi bisa disebabkan oleh layanan berlapis
di Poliklinik gigi yang meliputi petugas loket, dokter, perawat, bidan dan petugas
indikator nasional berdasarkan adil baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit
baik sebesar 36,1%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,026 maka dapat
dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,095 pada 95% CI (1,177-8,137), yang
berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator nasional berdasarkan adil pada
pasien 3,1 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan rumah sakit.
Setiap tindakan dan perilaku perawat erat kaitannya dengan kode etik
keperawatan diharuskan untuk menerapkan salah satu prinsip etik keperawatan yaitu
justice/keadilan. Perilaku justice perawat yang termasuk dalam dimensi mutu pelayanan
keperawatan yang tentunya dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Junita dan Raymond (2018) yang menyatakan
bahwa ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien
Peneliti berpendapat bahwa masih terdapat perawat yang kurang adil, hal tersebut
terjadi karena adanya faktor internal dan juga faktor eksternal yang dapat
mempengaruhinya. Faktor internal yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi karena
perawat yang tidak dapat menerapkan prinsip etik keperawatan dikarenakan kurang
pahamnya perawat tehadap prinsip etik keperawatan terutama prinsip etik justice.
Faktor eksternal yang dapat menyebabkan hak tersebut terjadi lantaran pasien tidak
mengetahui atau tidak memahami tentang hak-hak pasien dan terlalu tingginya tuntutan
dan harapan pasien sehingga menilai kurang adil atas perilaku justice perawat yang
diterimanya.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Adil (2018) dengan
judul Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Biaya terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien
RSUD Kota Bogor. Didapatkan hasil bahwa Variabel biaya berpengaruh signifikan
secara langsung terhadap kepuasan pasien dengan nilai t sebesar 5.594 (> 1.96).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya berpengaruh nyata terhadap kepuasan pasien
Peneliti berasumsi bahwa semakin tingi perilaku justice perawat dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan maka semakin tinggi juga kepuasan pasien yang dirasakan
oleh pasien di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua. Hal ini sejalan dengan
pendapat Muninjaya (2018) yang menyatakan kepuasan pelanggan dapat dilihat dari
tinggi rendahnya mutu pelayanan yaitu persepsi pelanggan terhadap kesesuaian tingkat
indikator nasional berdasarkan terintegrasi baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah
sakit baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,435 maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan
mempercayai apa yang anda sampaikan dan menanggapinya dengan baik sebesar
64,3%, responden yang merasakan petugas memberikan penjelasan dengan bahasa yang
Hasil pengujian statistik ini sesuai dengan pendapat Wiyati (2018) yang
meningkatkan kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh pasien. Hal senada diungkapkan
pelayanan yang dirasakan oleh pasien. Sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin baik
mutu pelayanan terintegrasi petugas kesehatan, maka akan semakin baik pula kepuasan
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa mutu pelayanan terintegrasi petugas
kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang tingkat kepuasan
pasien. Petugas kesehatan dengan penerapan mutu pelayanan terintegrasi yang baik dan
terlebih lagi jika didukung oleh pendidikan yang lebih tinggi, pengetahuan, sikap dan
lama bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan semakin
suatu alat yang penting untuk membina hubungan dan dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan. Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat
Pada penelitian ini mutu pelayanan terintegrasi yang tinggi ini dapat diartikan
bahwa pelayanaan kesehatan yang diberikan sesuai dengan harapan yang diinginkan
pasien. Memuaskan dalam hal ini adalah apa yang dirasakan pasien, misalnya seperti
bagaimana petugas kesehatan merespon dengan cepat setiap keluhan yang dirasakan
kesehatanan sehingga pasien merasa aman dan nyaman, membantu pasien dan
memberikan jasa dengan cepat, tepat dan tanggap, serta tanggung jawab dalam
Kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang kinerja
kesehatanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pasien (Syafrudin, 2018). Kepuasan pasien sangat tergantung dari faktor
interaksi petugas kesehatan, selain juga faktor yang lain. Jika apa yang pasien harapkan
dapat dimengerti oleh petugas kesehatan maka pasien akan sangat merasa dihargai dan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Koo (2016) yang
menyatakan bahwa mutu pelayanan terintegrasi yang dianggap paling efektif menurut
responden yaitu bila petugas kesehatan memberikan penjelasan dengan baik dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien. Hasil uji
53
statistik diperoleh nilai p=0,012 yang berarti didapatkan hubungan yang sangat erat
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dermawanti (2018) yang
menyatakan bahwa kesetaraan dalam komunikasi yang efektif adalah penting dalam
kesehatan di puskesmas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,019 yang berarti
didapatkan hubungan yang sangat erat antara komunikasi dengan kepatuhan pasien
petugas kesehatan yang efektif ini disebabkan karena kesadaran petugas kesehatan yang
makin meningkat tentang pentingnya membina komunikasi yang efektif dan terbuka
sehingga tercapai hubungan yang saling percaya dengan pasien untuk dapat memahami
permasalahan pasien dan tepat dalam menanganinya. Selain itu status sebagai rumah
hidup rumah sakit dari kepercayaan pasien dalam memanfaatkan pelayanan rumah sakit
ini, yang menyebabkan petugas kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
efektif untuk dapat meyakinkan pasien bahwa pelayanan yang akan diterima benar –
benar berkualitas.
54
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Rumah Sakit terhadap dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli
1. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif
dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua dengan
nilai p=0,010
keselamatan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli
orientasi pada pasien dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum
4. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan tepat
waktu dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua
5. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan adil
dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua dengan
nilai p=0,020.
55
6.2. Saran
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi pihak
permasalahan kinerja perawat yang terjadi di rumah sakit. Hal tersebut agar
dalam bentuk bonus gaji setiap 6 bulan atau memberdayakan perawat yang
meningkatkan kinerjanya.
menjalankan profesinya.
b. Penelitian lebih lanjut terkait variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
DAFTAR PUSTAKA
Lestari,S. 2019. Faktor yang berhubungan dengan Mutu pelayanan kesehatan di ruang
rawat inap rumtikal dr. Komang makesbelawan. Jurnal kesehatan global. E .
ISSN : 26147-7865. Jrnal kesehatn global, vol,2, No.3,september 2019.
Mubarak , Wahid Iqbal dan chayatin, Nurul . 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Mukti , A.G . 2007. Strategi terkini peningkatan mutu pelayanan kesehatan ; konsep
implementasi. Yogyakarta . PT. Karya husada mukti.326 Hal.
Pohan, Chairil A. 2016. Manajemen perpajakan strategi parpajakan dan Bisnis Edisi
Revisi. Jakarta : PT. Gramedia pustaka utama.
Riana,L.W 2019. Pengaruh kerjasama tim dan kepuasan kerja terhadap kualitas
pelayanan, psikoborneo, vol 7, No,1,2019.
58
Timun,H. Jakri ,Y (2019). Hubungan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja
perawat dalam melaksanakan asuhan keerawatan di ruang rawat inap puskesmas
waelangga kabupaten manggarai timut tahun 2019. Jurnal wawasan kesehatan :
vol 4,No 2.2019.
Lampiran 1
Kepada Yth,
Bapak/Ibu.................................
Di
Tempat,-
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.
Nama : Ema Hardianti Naibaho
NIM : 21.15.059
Minat Studi : ARS
Demikian surat permohnan ini saya sampaikan, atas perhatian dan kesediaan Ibu
sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.
Delitua,............................2023
Peneliti
Lampiran 2
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia dan
ikut berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.
Nama : Ema Hardianti Naibaho
NIM : 20.15.059
Minat Studi : ARS
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar
manfaatnya bagi perkembangan Imu Kesehatan Masyarakat dan bagi masyarakat
Indnesia secara umum.
Delitua,......................................2023
Responden,
.................................................
61
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER
No.Identitas :
Usia :
Pendidikan terakhir :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan salah satu jawaban dengan memberi
Pilihan Jawaban:
SS : Sangat Setuju
Setuju : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
I. PELAYANAN KESEHATAN
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
Efektif
1 RS. Sembiring memberikan pelayanan kesehatan
terhadap pasien sesuai yang dijanjikan
Adil
25 Dokter di RSUD Rantauprapat selalu maksimal
dalam melayani pemulihan pasien
26 Dokter/Perawat bersikap seperti teman atau sahabat
dengan anda bukan seperti pimpinan dengan
bawahan
27 Dokter/Perawat tidak pernah menyepelekan anda
karena status atau keadaan anda
28 Dokter/Perawat memperlakukan anda dengan baik
sehingga anda merasa nyaman untuk berkomunikasi
Terintegritas
29 Dokter/Perawat memperhatikan perkembangan
kesehatan anda
30 Dokter/Perawat memberi informasi pengobatan yang
lengkap dan jelas
31 Dokter/Perawat mempercayai apa yang anda
sampaikan dan menanggapinya dengan baik
32 Petugas memberikan penjelasan dengan bahasa yang
mudah dipahami
No Pertanyaan SS S TS STS
1. Petugas RS. Sembiring tidak dapat memahami
tugasnya
Lampiran 4
Frequency Table
Efektif
Keselamatan
Orientasi
tepat.waktu
Efisien
Adil
Terintegrasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 41 56.9 56.9 56.9
tidak baik 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
mutu.pelayanan
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
efektif * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.680 1 .010
Continuity Correctionb 5.515 1 .019
Likelihood Ratio 6.785 1 .009
Fisher's Exact Test .018 .009
Linear-by-Linear 6.587 1 .010
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,53.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
keselamatan * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 31.901a 1 .023
Continuity Correctionb 29.274 1 .001
Likelihood Ratio 34.755 1 .051
Fisher's Exact Test .002 .047
Linear-by-Linear 31.458 1 .018
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,11.
b. Computed only for a 2x2 table
69
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
orientasi * 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan
mutu.pelayanan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 26.908 1 .039
b
Continuity Correction 24.482 1 .032
Likelihood Ratio 28.912 1 .008
Fisher's Exact Test .025 .031
Linear-by-Linear 26.535 1 .007
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,17.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tepat.waktu * 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan
mutu.pelayanan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.981a 1 .046
Continuity Correctionb 3.083 1 .079
Likelihood Ratio 4.036 1 .045
Fisher's Exact Test .058 .039
Linear-by-Linear 3.925 1 .048
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,17.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
efisien * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
72
mutu.pelayanan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .076 1 .782
b
Continuity Correction .002 1 .969
Likelihood Ratio .076 1 .782
Fisher's Exact Test .817 .484
Linear-by-Linear .075 1 .784
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,58.
b. Computed only for a 2x2 table
73
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
adil * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 5.394 1 .020
b
Continuity Correction 4.347 1 .037
Likelihood Ratio 5.455 1 .020
Fisher's Exact Test .032 .018
Linear-by-Linear 5.320 1 .021
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,11.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
terintegrasi * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within terintegrasi 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .611a 1 .435
Continuity Correctionb .295 1 .587
Likelihood Ratio .612 1 .434
Fisher's Exact Test .481 .294
Linear-by-Linear Association .602 1 .438
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,64.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate