Anda di halaman 1dari 85

PENERAPAN INDIKATOR NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT

DIHUBUNGKAN DENGAN DIMENSI MUTU PELAYANAN


DI RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING
TAHUN 2023

TESIS

OLEH :

EMA HARDIANTI NAIBAHO


NPM 21.15.059

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN DELI
HUSADA DELI TUA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul TESIS penelitian : Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


terhadap dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Nama Mahasiswa : Ema Hardianti Naibaho

Nomor Pokok Mahasiswa : 21.15.059

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Magister

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing:

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr.dr.Felix Kasim.,M.Kes) (Peny Ariani, SST,M.Keb)


NIP : 03.18.06.04.1968 NIP :

Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan

(Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes)


NIP : 19580113 198603 1 003
PERNYATAAN

PENERAPAN INDIKATOR NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT


DIHUBUNGKAN DENGAN DIMENSI MUTU PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING
TAHUN 2023

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar Magister di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau
diterbitkan oleh orang lain, terkecuali yang secara tertulis di dalam naskah ini dan
disebutkan di dalam daftar pustaka

Deli Tua, Mei 2023

EMA HARDIANTI NAIBAHO


NPM 21.15.059
ABSTRAK

Perkembangan zaman saat ini membuat masyarakat menjadi semakin lebih aktif
mencari informasi mengenai kesehatan. Kualitas pelayanan rumah sakit mempunyai dua
komponen, yaitu pemenuhan terhadap standar mutu yang telah ditetapkan dan
pemenuhan akan kepuasan pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
penerapan indikator nasional Mutu Rumah Sakit dihubungkan dengan dimensi mutu
pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua. Jenis penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan Cross
Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 72 orang. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%, α=5%. Hasil
temuan penelitian menunjukkan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
berdasarkan efektif baik sebesar 51,4%, berdasarkan keselamatan kategori baik sebesar
55,6%, berdasarkan orientasi kategori baik sebesar 58,3%, berdasarkan tepat waktu
kategori tidak baik sebesar 58,3%, berdasarkan efisien kategori baik sebesar 54,2%,
berdasarkan terintegrasi kategori baik sebesar 56,9%, mutu rumah sakit kategori baik
sebesar 47,2%. Penelitian ini menunjukkan ada Ada hubungan penerapan indikator
nasional mutu rumah sakit dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit berdasarkan
efektif (p=0,010), berdasarkan keselamatan (p=0,023), berdasarkan orientasi pada
pasien (p=0,039), berdasarkan tepat waktu (p=0,046), berdasarkan adil (p=0,020). Hasil
penelitian, disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit agar menciptakan iklim
kompetisi yang sehat, melalui pemberian penghargaan dalam bentuk bonus gaji setiap 6
bulan atau memberdayakan perawat yang telah lama bekerja sebagai pelatih/instruktur
maupun dengan kinerja baik dalam bentuk promosi jabatan, insentif, dan lainnya.

Kata Kunci : Indikator, Nasional, Mutu, Rumah Sakit


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan TESIS penelitian ini dengan judul

“Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit terhadap dimensi mutu pelayanan di

Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022” yang merupakan salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli

Tua Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Magister. Penulis

menyadari bahwa penyusunan TESIS ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan berbagai kritik dan saran tentunya yang bersifat membangun bagi

penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan dan bantuan dalam menyelesaikan

TESIS ini. Dengan segala kerendahan hati, penuh rasa hormat peneliti mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Terulin S. Meliala, Am.Keb, SKM, M.Kes selaku ketua yayasan Rumah Sakit

Umum Sembiring Deli Tua.

2. Drs. Johanes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan DELI

HUSADA Deli Tua.

3. Prof. Dr. Jon Piter Sinaga, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

DELI HUSADA Deli Tua.

4. Dr. Herlina J. El-Matury selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Program Magister Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.

i
5. Dr.dr.Felix Kasim.,M.Kes, selaku Pembimbing I dan Peny Ariani,SST,M.Keb,

selaku Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan

dalam menyelesaikan TESIS ini.

6. Seluruh Dosen Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Program Studi Magister

Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan dibidang kesehatan masyarakat.

7. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

sehingga dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.

8. Semua rekan kerja dan rekan mahasiswa satu angkatan atas segala kerja sama dan

dukungan moril yang diberikan selama menjalani pendidikan, yang tidak bisa

penulis ucapkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap semoga TESIS ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membaca dan sebagai wacana menambah pengetahuan dan pemikiran. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa selalu memberikan berkah dan rahmatNya kepada kita semua, amin.

Deli Tua, Maret 2023


Penulis

Ema Hardianti Naibaho

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang......................................................................... 1
1.2.Ruusan Masalah ...................................................................... 6
1.3.Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4.Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Tinjauan Tentang Rumah Sakit ................................................ 9
2.1.1. Pengertian .................................................................... 9
2.1.2. Tujuan Rumah Sakit ..................................................... 10
2.1.3. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit .................................... 10
2.2.Mutu Rumah sakit.................................................................... 11
2.2.1. Pengertian .................................................................... 11
2.2.2. Dimensi Mutu .............................................................. 12
2.2.3. Mutu Pelayanan Kesehatan ........................................... 13
2.3.Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit .................................... 15
2.3.1. Pengertian .................................................................... 15
2.3.2. Indikator Mutu Rumah Sakit .................................... 17
2.4.Kerangka Teori ........................................................................ 18
2.5.Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 19
2.6.Hipotesis Penelitian ................................................................. 19

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 21
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 21
3.3.Populasi dan Sampel ................................................................ 21
3.4.Metode Pengumpulan Data ...................................................... 23
3.5.Variabel Dan Defenisi Operasional .......................................... 24
3.6.Analisis Data ........................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 29

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 18

2.1 Kerangka Konsep .................................................................. 19

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

3.1. Variabel dan Definisi Operasional ........................................ 24

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian ............... 31

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ................ 32

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ............................................................... 33

vi
1

BAB I

PENDAHULU AN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat.

Kebutuhan itulah yang menjadikan masyarakat merasa perlu menjaga kesehatan dan

memperoleh pelayanan kesehatan. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan

kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang mampu memberikan kepuasan pada

masyarakat itu sendiri. Masyarakat mengharapkan pelayanan kesehatan yang lebih

berorientasi pada kepuasan demi memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (Hendrik,

2017).

Perkembangan zaman saat ini membuat masyarakat menjadi semakin lebih aktif

mencari informasi mengenai kesehatan. Kebutuhan akan kesehatan mempengaruhi

masyarakat memilih sarana kesehatan di mana masyarakat menginginkan pelayanan

yang terbaik untuk dirinya. Salah satunya dengan memeriksakan dirinya ke rumah

sakit (Gultom, 2018).

Persaingan bisnis rumah sakit saat ini semakin kompetitif sehingga mengubah

cara berfikir masyarakat dalam memilih dan memberikan penilaian terhadap

pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi tuntutan bagi rumah sakit agar lebih

memperhatikan dan meningkatkan pelayanan serta kepuasan terhadap pasien. Untuk

mencapai hal tersebut, rumah sakit harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada

untuk digunakan dalam pencapaian tujuan tertutama berkaitan dengan peningkatan

kualitas pelayanan. Rumah sakit yang tidak berkualitas dalam memberikan

pelayanan akan ketinggalan dan terlindas dalam persaingan bisnis (Gultom, 2018).
2

Kualitas pelayanan rumah sakit mempunyai dua komponen, yaitu pemenuhan

terhadap standar mutu yang telah ditetapkan dan pemenuhan akan kepuasan

pelanggan. Rumah sakit harus memberikan pelayanan yang berfokus pada kepuasan

pelanggan. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dapat dimulai dengan

mengevaluasi setiap unsur-unsur yang berperan dalam membentuk kepuasan pasien

(Utama dalam Febriani, 2018).

Pertumbuhan Rumah Sakit di Indonesia semakin pesat. Rumah sakit di

Indonesia dari tahun 2016-2020 mengalami peningkatan sebesar 12,86%. Pada

tahun 2016 jumlah rumah sakit sebanyak 2.601 meningkat menjadi 2.985 pada

tahun 2020. Jumlah rumah sakit di Indonesia sampai dengan tahun 2019 terdiri dari

2.344 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 533 Rumah Sakit Khusus (RSK) (Kemenkes

RI, 2020). Setiap rumah sakit membutuhkan survei kepuasan untuk memperoleh

informasi mengenai kepuasan yang dirasakan para pasiennya. Survei pun digunakan

oleh pihak rumah sakit agar dapat lebih memahami kebutuhan dan keinginan para

pasiennya serta mampu memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada apa

yang dilakukan oleh pesaing (Rahmani, 2019).

Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh

nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan

pelayanan pada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang

dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan

untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien

sekarang konsumen masih tetap menjadi tolok ukur (Benchmark) utama

keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Muninjaya, 2017).


3

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, setiap rumah sakit harus

memperhatikan kualitas pelayanan seperti yang tercantum di Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2022 Tentang Indikator Nasional

Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Indikator tersebut yaitu kepatuhan

kebersihan tangan; kepatuhan penggunaan alat pelindung diri; kepatuhan identifikasi

pasien; waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi; waktu tunggu rawat jalan;

penundaan operasi elektif; kepatuhan waktu visite dokter; pelaporan hasil kritis

laboratorium; kepatuhan penggunaan formularium nasional; kepatuhan terhadap alur

klinis (clinical pathway); kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh;

kecepatan waktu tanggap komplain; dan kepuasan pasien.

Tuntutan masyarakat terhadap layanan rumah sakit saat ini semakin meningkat.

Tidak hanya menginginkan pelayanan yang mudah, cepat dan nyaman, tetapi juga

adanya kepuasan dalam hasil perawatan yang sesuai dengan penyakit yang

dideritanya. Oleh karena itu sebagai organisasi yang bergerak dibidang layanan

kesehatan public semakin dituntut untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih

baik (Lestari, 2019).

Mutu Pelayanan keperawatan sebagai indikator kullitas pelayanan kesehatan

menjadi salah satu factor penentu citra instusi pelayanan kesehatan dimata

masyarakat. Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan

secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang

dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan

teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan

/ keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Mutu pelayanan


4

keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit

yang mempunyai peranan besar terhadap pencapaian efisiensi, mutu dan citra rumah

sakit di mata masyarakat. Perawat merupakan salah satu tenaga professional yang

jumlahnya terbanyak dirumah sakit, sehingga perawat memiliki peran dalam upaya

peningkatan mutu pelayanan rumah sakit mlalui upaya peningkatan pelayanan

keperawatan (Timun, 2019 ).

Mutu layanan sendiri dapat dilihat dari berbagai sudut pandang salah satunya

dari sudut pandang pemberi layanan kesehatan yaitu tenaga kesehatan. Perspektif

mutu layanan kesehatan menurut pemberi layanan kesehatan (provider) dikaitkan

dengan ketersediaan alat, prosedur kerja atau protocol, kebebasan profesi dalam

melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir dan

bagaimana keluaran (Outcome ) atau hasil layanan kesehatan (Pohan, 2019).

Rumah Sakit umum sembiring deli tua dalam menjalankan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, berupaya memberikan pelayanan prima. Namun demikian,perlu

proses manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian)

mutu pelayanan secara terus menerus dan konsisten. Pelayanan maksimal yang

menjadi perhatian di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan, mengingat

pelayanan keperawatan merupakan pelayanan teratas yang diberikan oleh rumah

sakit kepada pasien.oleh sebab itu, mutu pelayanan keperawatan menjadi bagian

penting yang harus diperhatikan oleh manajemen rumah sakit (Nursalam 2020).

Pencapain indikator nasional mutu di Rumah Sakit Umum Sembiring yaitu

kepatuhan kebersihan tangan pada bulan Juli terdapat 97%, Agustus terdapat 100%,

September 94%. Hasil data kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada
5

bulan Juli terdapat 100%, Agustus 98%, September 100%. Hasil data kepatuhan

identfikasi pasien pada bulan Juli terdapat 98,7%, agustut 97,5%,September 90,9.

Hasil data waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi pada bulan Juli terdapat

0%, Agustus 0%, September 0%. Hasil data waktu tunggu rawat jalan pada bulan

Juli terdapat 76,6%, Agustus 69,7%, September 72,7%. Hasil data penundaan

operasi elektif pada bulan Juli 1,6%, Agustus 1,9%, September 0%. Hasil data

kepatuhan waktu visite dokter pada buln Juli terdapat 75%, Agustus 69,5%,

September 70,4%. Hasil data pelaporan hasil kritis laboratorium pada bulan Juli

terdapat 100%, Agustus 100%, September100%. Hasil data kepatuhan penggunaan

formularium nasional pada bulan Juli terdapat 100%, Agustus 100%, September

100%. Hasil data kepatuhan terhadap alur klinis pada bulan Juli terdapat 75,9%,

Agustus 71,4%, September 72,6%. Hasil data kepatuhan upaya pencegahan risiko

pasien jatuh pada bulan Juli terdapat 100%, Agustus 100%, September 100 %. Hasil

data kecepatan waktu tanggap komplain pada bulan Juli terdapat 98,9%, Agustus

97,2%, September 99,2%. Hasil data kepuasan pasien pada bulan Juli terdapat

77,5%, Agustus 78%, September 85%. Demikianlah hasil pengumpulan data tiga

bulan yang lalu sudah berjalan setelah penilaian, hal ini akan berpengaruh terhadap

mutu pelayanan di rumah sakit umum sembiring deli tua pada tahun 2022.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

penelitian “Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit dihubungkan dengan

dimensi mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022 “.
6

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang di atas,maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

terhadap dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua

Tahun 2022?.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan indikator nasional Mutu Rumah Sakit

dihubungkan dengan dimensi mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring

Deli Tua Tahun 2022.

1.3.2. Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan efektif dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua Tahun 2022

2 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan keselamatan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua Tahun 2022

3 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan orientasi pada pasien dengan dimensi mutu pelayanan rumah

sakit umum sembiring Deli Tua Tahun 2022

4 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan tepat waktu dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua Tahun 2022


7

5 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan efisien dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua Tahun 2022

6 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan adil dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua Tahun 2022

7 Untuk mengetahui hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan terintegrasi dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua Tahun 2022

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua

1. Bagi institusi khususnya pengelola Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua,

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan dan

sumbang saran dalam upaya memperbaiki manajemen dan mutu pelayanan

kesehatan pada pasien sehingga dapat dihasilkan pelayanan yang bermutu

dan memuaskan pasien.

2. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

bahan masukan dan sumbang saran dalam upaya memperbaiki kebijakan

pemerintah yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien.


8

1.4.2. Manfaat Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang upaya untuk

manajemen mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Rumah Sakit

2.1.1. Pengertian

Rumah sakit didefinisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,dan gawat darurat, (Undang undang

rumah sakit nomor 44 Tahun 2009). Upaya kesehatan perorangan kesehatan adalah

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan. Pelayanan kesehatan

paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif,

rehabilitative.

Menurut saleh dan satrianegara dalam sekar (2018) World Heald Organization

(WHO) Tahu 1975 menejelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi yang

merupakan bagian integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial,berfungsi

meneyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap,baik kuratif maupunpreventif bagi

pasien rawat jalan dan rawat inap kegiatan pelayanan medis serta perawatan. Institusi

pelayanan ini juga merupakan latihan personil dan riset kesehatan.

Depkes RI (2019) mengatakan bahwa rumah sakit merupakan bagian dari

jejaring pelayanan kesehatan untuk mencapai indikator kinerja kesehatan yang

ditetapkan daerah. Oleh karena itu rumah sakit harus mempunyai hubungan

koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan sarana pelayanan

kesehatan lain. Rumah sakit wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana,


10

wabah penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh

tingkat nasional dan daerah serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah.

Upaya Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok

dan masyarakat. Upaya kesehatan perorangan yang selanjutnya disingkat UKP

adalah suatu kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk

peningkatan, penecgahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat

penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan (Permenkes No 43 Tahun 2019).

2.1.2. Tujuan Rumah Sakit

Tujuan Rumah Sakit Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2019 Tentang Rumah Sakit adalah:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

rumash sakit dan sumber daya manusia dirumah sakit.

3. Meningkatkan mutu dan mmpertahankan standar pelayanan rumah sakit.

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia

rumah sakit, dan Rumah sakit.

2.1.3. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan peraturan presiden republik Indonesia (Perpes) Nomor 77 Tahun

2015. Tentang pedoman organisasi rumah sakit, Rumah Sakit mempunyai misi

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit adalah
11

melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi

dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

Adapun fungsi dari rumah sakit yaitu:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehtaan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkaan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2.Mutu Rumah sakit

2.2.1. Pengertian

Menurut kamus Bahasa Indonesia, mutu adalah ukuran, derajat, atau taraf

tentang baik buruknya suatu produk barang atau jasa. Mutu adalah perpaduan

sifat-sifat dan karakteristik produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan

pemakai atau pelanggan (Bustami, 2018). Menurut Muninjaya (2017), mutu

adalah apa yang diharapkan atau ditentukan oleh konsumen.

Erwin Suryatama (2018) mendefinisikan bahwa mutu adalah gambaran

karakteristik langsung dari suatu produk. Kualitas bisa diketahui dari segi bentuk,

penampilan, performa suatu produk, dan juga bisa dilihat dari segi fungsinya serta
12

segi estetisnya. Dening dalam Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2019)

mendefinisikan mutu atau kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar

atau konsumen. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa mutu

adalah ukuran yang dibuat oleh konsumen terhadap produk atau jasa yang dilihat

dari segala dimensi atau karakteristik untuk memenuhi tuntutan kebutuhan,

keamanan, dan kenyamanan konsumen.

2.2.2. Dimensi Mutu

Sampai dengan saat ini terdapat beragam defenisi mengenai mutu pelayanan

kesehatan. Salah satu defenisi yang digunakan, mutu pelayanan yang dapat

meningkatkan luaran kesehatan yang optimal, diberikan sesuai dengan standar

pelayanan, dan perkembangan ilmu pengetahuan terkini,serta untuk memenuhi hak

dan kewajiban pasien.

Pada penelitian selanjutnya menurut sumber World Health Organization (WHO,

2018) Hanbook for national quality policy and strategy: a practical approach for

developing policy and strategy to improve quality of care, dimensi mutu pelayanan

kesehatan di Indonesia di sepakati mengacu pada tujuh dimensi yang digunakan

oleh WHO dan lembaga internasional lain yaitu, sebagai berikut :

1. Efektif : menyediakan pelayanan kesehatan yang berbasis bukti kepada

masyakarat.

2. Keselamatan : meminimalkan terjadinya kerugian (harm),termasuk cedera dan

kesalahan medis yang dapat dicegah,pada pasien masyarakat yang menerima

pelayanan.

3. Berorientasi pada pasien /pengguna layanan (people-centred) : menyediakan


13

pelayanan yang sesuai dengan preferensi,kebutuhan dan nilai nilai individu

4. Tepat waktu : mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan pemberian

pelayanan kesehatan.

5. Efisien : mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan

mencegah pemborosan termasuk alat kesehatan,obat ,energy,dan ide.

6. Adil : menyediakan pelayanan yang seragam tanpa membedakan jenis

kelamin,suku,etnik,tempat tinggal,agama,dan status sosial ekonomi.

7. Terintegrasi : menyediakan pelayanan yang terkoordinasi lintas fasilitas

pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan,serta menyediakan pelayanan

kesehatan pada seluruh siklus kehidupan.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai tingkat kepuasan rata-

rata penduduk. Penyelenggaraannya juga harus sesuai dengan standar dan kode etik

profesi yang telah ditetapkan. Pasien cenderung memilih atau menetapkan prioritas

indikator kualitas pelayanan kesehatan, sebagai dasar untuk memutuskan tingkat

kepuasannya (Cahyadi, 2018).

Baik atau buruknya suatu mutu pelayanan kesehatan maka akan berpengaruh

kepada tingkat kepuasan pasien karena pasien akan memberikan tanggapan serta

penilaian terhadap mutu pelayanan kesehatan tersebut (Sabarguna, 2018).

2.2.3. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan

yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan

potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
14

efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika,

hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan

pemerintah, serta masyarakat konsumen (Bustami, 2018).

Menurut Parasuraman, dalam prabanasiti (2017) dimensi dari mutu pelayanan

kesehtaan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan yang dikenal model

SERVQUAL (Service Quality):

1. Bukti fisik atau bukti langsung (tangible), dapat berupa ketersediaan sarana dan

prasarana termasuk alat yang siap pakai serta penampilan karyawan /staf yang

menyenangkan.

2. Kehandalan (reliability), adalah kemampuan memberikan pelayanan dengan

segera, tepat (akurat), dan memuaskan.

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para karyawan/staf membantu

semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanakan pemberian pelayanan

dengan tanggap.

4. Jaminan (assurance), artinya karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan

dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan

keraguraguan.

5. Empati (empathy), dalam hal ini karyawan/staf mampu menempatkan dirinya

pada pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan

komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat

memahami kebutuhan dari pelanggan.

Menurut Kemenkes RI (2018) dalam A.A. Gde Muninjaya (2011), mutu

pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan


15

pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien

sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tapi tetapi juga sesuai dengan standar

dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Mutu layanan kesehatan akan selalu

menyangkut dua aspek yaitu pertama aspek teknis dari penyedia layanankesehatan

itu sendiri dan kedua, aspek kemanusiaan yang timbul sebagai akibat hubungan

yang terjadi antara pemberi layanan kesehatan dan penerima layanan kesehatan

(Pohan, 2018).

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara

efektif dan efisien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang

dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan

teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan

kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2018).

2.3. Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit

2.3.1. Pengertian

Indikator adalah karakteristik yang dapat diukur dan dapat dipakai untuk

menentukan keterkaitan dengan standar (Bustami, 2018). Indikator dimaksudkan

untuk mengukur ketercapaian suatu standar pelayanan yang sudah ditetapkan.

Bustami (2011), indikator terdiri atas:

1. Indikator persyaratan minimal

Indikator ini merujuk pada tercapai atau tidaknya standar masukan, standar

lingkungan, dan standar proses.

2. Indikator penampilan minimal

Yaitu tolak ukur yang berhubungan dengan keluaran dari suatu pelayanan
16

kesehatan. Bustami (2018) berpendapat pendekatan sistem pelayanan seharusnya

juga mengkaji tentang hasil pelayanan. Hasil pelayanan adalah tindak lanjut dari

keluaran yang ada, sehingga perlu ada indikator (tolak ukur) tentang hasil

pelayanan tersebut. Indikator yang dimaksud menunjuk pada hasil minimal yang

dicapai berdasarkan standar yang sudah ditentukan.

Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat

pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi

institusi sarana kesehatan Indikator yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian

mutu pelayanan kesehatan (M. Fais Satianegara dan Sitti Saleha, 20018).

Kepuasan tiap orang dalam menilai suatu pelayanan khususnya pelayanan

kesehatan berbeda beda tiap orang karena memiliki karateristik yang berbeda, baik

secara pengetahuan, kelas sosial, pengalaman, pendapatan dan harapan. Kepuasan

pasien merupakan bentuk evaluasi dari pasien terhadap suatu produk atau pelayanan

yang mereka dapatkan sesuai dengan apa yang mereka diharapkan bahkan melebihi

harapan mereka. Kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu ukuran seberapa bagus

tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspekstasi pelanggan, artinya

kualiatas pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu

untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan

berdasarkan kebutuhan pelanggan / pengunjung. Faktor utama yang mempengaruhi

kualitas pelayanan yang diharapkan pasien dan persepsi masyarakat terhadap

pelayanan tersebut (Permenkes, 2022).


17

2.3.2. Indikator Mutu Rumah Sakit

Yang dapat dilakukan dengan menggunakan profil indikator mutu, dilakukan

melalui tahapan kegiatan yaitu ( permenkes no 30 tahun 2022):

1. Kepatuhan kebersihan tangan

2. Kepatuhan alat pelindung diri (APD)

3. Kepatuhan identifikasi pasien

4. Waktu tanggap operasiseksio sesarea emergensi

5. Waktu tunggu rawat jalan

6. Penundaan operasi elektif

7. Kepatuhan waktu visite dokter

8. Pelaporan hasil kritis laboratorium

9. Kepatuhan pengguanan formularium nasional

10. Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway)

11. Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh

12. Kecepatan waktu tanggap complain

13. Kepuasan pasien


18

2.4 Kerangka Teori

Dimensi Mutu
1.Efektif
Mutu Pelayanan Kesehatan
2.Keselamatan
1.Tangible (bukti langsunh)
3.Berorientasi
2.Reliability(kehandalan)
4.Tepat waktu
3.Responsivness(daya
5.Efisien
tanggap)
6.Adil
4.Assurance(jaminan)
7.Terintegrasi
5.Emphaty(kepedulian)
6.Adil
7.Teritegrasi

Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit:


1. Kepathuan kebersihan tangan
2. Kepatuhan alat pelindung diri (APD)
3. Kepatuhan identifikasi pasien
4. Waktu tanggap operasiseksio sesare
emergensi
5. Waktu tunggu rawat jalan
6. Penundaan operasi elektif
7. Kepatuhan waktu visite dokter
8. Pelaporan hasil kritis laboratorium
9. Kepatuhan penggunaan formalarium
nasional
10. Kepatuhan terhadap alur klinis
11. Kepatuhan upaya pencegahan risiko
pasien jatuh
12. Kecepatan waktu tanggap complain
13. Kepuasan pasien

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Permenkes No 30 Tahun 2022, Parasuraman Et al dalam prabanasiti


(2010). World Health Organization (WHO) (2018). Hanbook for national
quality policy and strategy :a practical approach for developing policy and
strategy to improve quality of care.
19

2.4.Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Indikator nasional mutu rumah


sakit:
1. Efektif
2. Keselamatan Dimensi mutu
3. Orientasi pada pasien pelayanan rumah sakit
4. Tepat waktu
5. Efisien
6. Adil
7. Terintegritas
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.5.Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif berhubungan

dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua Tahun

2022

2. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan keselamatan

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli

Tua Tahun 2022

3. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan orientasi pada pasien

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli

Tua Tahun 2022

4. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan tepat waktu

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli

Tua Tahun 2022


20

5. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efisien berhubungan

dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua Tahun

2022

6. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan adil berhubungan

dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua Tahun

2022

7. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan terintegrasi

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli

Tua Tahun 2022


21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik. Menjelaskan

hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. Desain penelitian

cross sectional, dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel independen

dan variabel dependen dilakukan pada waktu yang bersamaan.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2023 di rumah sakit umum sembiring

Deli Tua.

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dengan status

pembayaran umum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantauprapat yang

diwawancarai oleh peneliti pada saat penelitian. Berdasarkan data sekunder didapat

bahwa jumlah pasien rawat jalan periode bulan Januari 2023 di Rumah Sakit

Sembiring sebanyak 2.914 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini yaitu pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum

Sembiring Deli Tua. Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

uji hipotesis satu proporsi (Lameshow, 1997). Rumus yang digunakan sebagai berikut:
22

2 
2
NZ . p.q)
n
d 2 ( N  1)  Z 2 1   . p.q
2
Keterangan : n = sampel;
N = populasi;
p = perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen
q = 1-p
Z1-= statistik Z (Z=1,96 untuk α=0,05)
d = Data presisi absolut atau largin of error yang diinginkan
diketahui sisi proporsi 5%.

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian ini sebanyak 70

orang dengan perhitungan sebagai berikut:

2914.(1,96) 2 .0,95.0,05
n
0,05 2 (2914  1)  (1,96) 2 .0,95.0,05
531,735
n
7,2825  0,18248
531,735
n
7,4498
n  71,37
n  72

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik sampling yang digunakan non probability dengan pendekatan

accidental sampling. Untuk membatasi karakteristik dari sampel, dilakukan kriteria

pemilihan yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi:

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini.

a. Bersedia menjadi responden

b. Berusia lebih dari 17 tahun, karena dianggap sudah dewasa sehingga

mampu berkomunikasi dengan baik


23

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Keadaan atau penyakit pasien yang menyebabkan pasien tidak mampu

menjawab.

b. Pasien menderita penyakit jiwa

c. Pasien tidak mampu diajak berkomunikasi dan tidak bisa membaca serta

menulis

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden,

berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan dari data observasi serta

pengukuran terhadap variabel penelitian tentang Efektif, Keselamatan, Orientasi

pada pasien, Tepat waktu, Efisien, Adil, Terintegritas dan Dimensi mutu pelayanan

rumah sakit.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan,

dan laporan dari puskesmas mengenai data kunjungan pasien berobat jalan di

Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.

3.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelitian

terdahulu yaitu penelitian Muhamad Irham (2017) dengan judul Analisis Pengaruh

Kualitas Pelayanan dan Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Wirosaban Kota Yogyakarta. Berdasarkan penelitian


24

Muhamad Irham didapat nilai uji validitas yaitu nilai korelasi berkisar antara 0,712

– 0,962 dan Reliabel dengan nilai korelasi 0,951.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

3.5.1. Variabel

Variabel pada penelitian ini yaitu.

1. Variabel independent (variabel bebas) yaitu Efektif, Keselamatan, Orientasi

pada pasien, Tepat waktu, Efisien, Adil, Terintegritas.

2. Variabel dependent (Variabel terikat) yaitu dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

3.5.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Variabel Independen
1 Efektif Menyediakan Kuesioner Wawancara a. Baik Ordinal
pelayanan ≥50%
kesehatan yang b. Tidak
berbasis bukti Baik
kepada <50%
masyakarat

2 Keselamatan Meminimalkan Kuesioner Wawancara a. Baik ≥ Ordinal


terjadinya 50%
kerugian b. Tidak
(harm),termasuk Baik <
cedera dan 50%
kesalahan medis
yang dapat
dicegah,pada
pasien
masyarakat yang
menerima
pelayanan
25

3 Orientasi Menyediakan Kuesioner Wawancara a. Baik ≥ Ordinal


pada pasien pelayanan yang 50%
sesuai dengan b. Tidak
preferensi,kebutu Baik <
han dan nilai nilai 50%
individu
4 Tepat waktu Mengurangi Kuesioner Wawancara a. Baik ≥ Ordinal
waktu tunggu dan 50%
keterlambatan b. Tidak
pemberian Baik <
pelayanan 50%
kesehatan
5 Efisien Mengoptimalkan Kuesioner Wawancara a. Baik ≥ Ordinal
pemanfaatan 50%
sumber daya yang b. Tidak
tersedia dan Baik <
mencegah 50%
pemborosan
termasuk alat
kesehatan,obat,
energy,dan ide
6 Adil Menyediakan Kuesioner Wawancara a. Baik ≥ Ordinal
pelayanan yang 50%
seragam tanpa b. Tidak
membedakan Baik <
jenis 50%
kelamin,suku,etni
k,tempat
tinggal,agama,da
n status sosial
ekonomi
7 Terintegritas Menyediakan Kuesioner Wawancara a. Baik ≥ Ordinal
pelayanan yang 50%
terkoordinasi b. Tidak
lintas fasilitas Baik <
pelayanan 50%
kesehatan dan
pemberi
pelayanan,serta
menyediakan
pelayanan
kesehatan pada
seluruh siklus
26

kehidupan
Variabel Dependen
1 Dimensi Suatu pernyataan Kuesioner Wawancara a. Baik Ordinal
mutu tentang sikap, ≥50%
pelayanan hubungan yang b. Tidak
rumah sakit dihasilkan dari baik
perbandingan <50%
antara ekspektasi
dengan kinerja
yang ditentukan
oleh kesesuaian
keinginan yang
dihasilkan dari
perbandingan
keinginan dan
kinerja yang
dirasakan
konsumen.

3.6.Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1. Pengolahan Data

Pengolahan atau manajemen data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus

dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisi atau interpretasi

(Amran, 2016). Pengolahan data dapat dikelompokan menjadi :

1. Data Coding (mengkode data)

Data coding yaitu merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode

untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Pada

kuisioner penelitian ini, dilakukan pemberian kode data. Kode data dilakukan

dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Untuk pertanyaan tertutup

kode 1 untuk jawaban iya dan kode 2 untuk jawaban tidak. Sebaliknya untuk

kuisioner dengan pertanyaan skala likert, kode 1 untuk jawaban sangat tidak setuju,
27

kode 2 untuk jawaban tidak setuju, kode 3 untuk jawaban setuju, dan kode 4 untuk

jawaban sangat setuju.

2. Data Editing (menyunting data)

Data editing adalah penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data.

Pengolahan data selanjutnya masuk kedalam tahap dimana peneliti memeriksa

kelengkapan data yang telah terkumpul. Pemeriksaan meliputi pengisian kuisioner,

konsistensi, validitas, dan jumlah pertanyaan yang di jawab.

3. Data Structure

Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis

perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat melakukan data structure, bagi

masing-masing variabel perlu ditetapkan ; nama, skala ukur variabel, jumlah digit.

4. Data Entry (memasukkan data)

Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau fasilitas

analisis data. Dalam penelitian ini entrydata dilakukan dengan program SPSS

(Statistical Program for social Siences). Pada penelitian ini memasukkan data ke

dalam program komputer dengan menggunakan SPSS setelah semua isian

kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati pengkodian.

5. Data Cleaning (membersihkan data)

Data cleaning merupakan proses pembersihan data setelah data di entri. Cara yang

dilakukan yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel dan

menilai kelogisannya. Sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah

dan dianalisis. Setelah data di cleaning di komputer maka data siap untuk di analisis
28

dengan menggunakan komputer sebagai alat bantu dan menggunakan program

analisis data yaitu SPSS.

3.6.2. Analisis Data

Analisis data Univariat dilakukan pada setiap variabel hasil penelitian, dan

analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan variabel dependen yang

saling berhubungan (Notoadmodjo, 2011).

1. Analisa Univariat digunakan untuk mengetahui gambaran variabel independen dan

variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis univariat dapat memberikan

gambaran Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif,

keselamatan, orientasi pada pasien, tepat waktu, efisien, adil, terintegritas dan

dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

2. Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel

independen dan variabel dependen. Data penelitian ini merupakan data katagorik

sehingga uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari

analisis regresi berganda berupa nilai probabilitas (p value). Penelitian ini

menggunakan tingkat kemaknaan (α) sebesar 0,05 (derajat kepercayaan 95%),

sehingga apabila hasil analisis regresi berganda didapatkan nilai p ≤ 0,05 maka

terdapat hubungan yang signifikan diantara kedua variabel tersebut.


29

BAB IV

HASIL PENELITIAAN

4.1. Analisis Univariat

Hasil penelitian terhadap 72 orang responden berdasarkan penerapan indikator

nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif, keselamatan, orientasi pada pasien, tepat

waktu, efisien, adil, terintegritas dan dimensi mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat

pada tabel 4.1. di bawah ini, yakni:

Tabel 4.1. Kategori responden penerapan indikator nasional mutu rumah sakit
berdasarkan efektif, keselamatan, orientasi pada pasien, tepat
waktu, efisien, adil, terintegritas dan dimensi mutu pelayanan di
Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan indikator nasional mutu Jumlah (n) Persentase (%)


rumah sakit berdasarkan:
Efektif
1. Baik 37 55,6
2. Tidak Baik 35 48,6
Total 72 100,0
Keselamatan
1. Baik 40 55,6
2. Tidak Baik 32 44,4
Total 72 100,0
Orientasi pada pasien
1. Baik 42 58,3
2. Tidak baik 30 41,7
Total 72 100,0
Tepat waktu
1. Baik 30 41,7
2. Tidak Baik 42 58,3
Total 72 100,0
Efisien
1. Baik 39 54,2
2. Tidak Baik 33 45,8
Total 72 100,0
Adil
1. Baik 40 55,6
2. Tidak Baik 32 44,4
Total 72 100,0
30

Terintegrasi
1. Baik 41 56,9
2. Tidak Baik 31 43,1
Total 72 100,0
Dimensi mutu pelayanan
1. Tidak baik 38 52,8
2. Baik 34 47,2
Total 72 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat variabel penerapan indikator nasional

mutu rumah sakit berdasarkan efektif mayoritas dalam kategori pengetahuan baik

sejumlah 37 orang atau sebesar 51,4%. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan keselamatan mayoritas dalam kategori baik sejumlah 40 orang atau sebesar

55,6%. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan orientasi pada

pasien mayoritas dalam kategori baik sejumlah 42 orang atau sebesar 58,3%. Penerapan

indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan tepat waktu mayoritas dalam kategori

tidak baik sejumlah 42 orang atau sebesar 58,3%. Penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan efisien mayoritas dalam kategori baik sejumlah 39 orang atau

sebesar 54,2%. Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan terintegrasi

mayoritas dalam kategori baik sejumlah 41 orang atau sebesar 56,9%. Mutu rumah sakit

mayoritas dalam kategori baik sejumlah 38 orang atau sebesar 47,2%

4.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui penerapan indikator nasional

Mutu Rumah Sakit antara masing-masing variabel yang diteliti yaitu: efektif,

keselamatan, orientasi pada pasien, tepat waktu, efisien, adil, terintegrasi dengan

dimensi mutu pelayanan adalah menggunakan uji statistik Chi-Square dengan derajat

kepercayaan 95% (α = 5%). Untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel


31

independen dengan variabel dependen digunakan Prevalence Ratio (PR) dengan 95%

Confidence Interval (CI).

4.2.1. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Efektif Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring
Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan efektif dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat

lebih rinci pada tebel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Efektif Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Mutu Rumah Sakit


Indikator Total
Baik Tidak Baik
Nasional
Mutu Rumah pValue PR 95% CI
Sakit
n % n % n %
Berdasarkan
Efektif
Baik 25 34,7 12 16,7 37 51,4 3,526
Tidak Baik 13 8,1 22 30,6 35 48,6 0,010 (1,334-
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0 9,315)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan efektif baik dengan dimensi mutu pelayanan

rumah sakit baik sebesar 34,7%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,010

maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan efektif berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR

3,526 pada 95% CI (1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan

indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif 3,5 kali cendrung baik terhadap

mutu pelayanan rumah sakit.


32

4.2.2. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Keselamatan Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan keselamatan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit,

dapat lebih rinci pada tebel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Keselamatan Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah
Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Mutu Rumah Sakit


Indikator Total
Baik Tidak Baik
Nasional
Mutu Rumah pValue PR 95% CI
Sakit
n % n % n %
Berdasarkan
Keselamatan
Baik 33 45,8 7 9,7 40 55,6 25,457
Tidak Baik 5 6,9 27 37,5 32 44,4 0,023 (7,255-
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0 89,326)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan keselamatan baik dengan dimensi mutu

pelayanan rumah sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

p=0,023 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan keselamatan berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

Nilai PR 3,526 pada 95% CI (1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan

penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif 25,5 kali cendrung

baik terhadap mutu pelayanan rumah sakit.


33

4.2.3. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Orientasi Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan orientasi pada pasien dengan dimensi mutu pelayanan rumah

sakit, dapat lebih rinci pada tebel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Orientasi Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan
Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Mutu Rumah Sakit


Indikator Total
Baik Tidak Baik
Nasional
Mutu Rumah
pValue PR 95% CI
Sakit
Berdasarkan n % n % n %
Orientasi
Pada Pasien
Baik 33 45,8 9 12,5 42 58,3 18,333
Tidak Baik 5 6,9 25 34,7 30 41,7 0,039 (5,464-
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0 61,508)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien baik dengan dimensi

mutu pelayanan rumah sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square

diperoleh nilai p=0,023 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional

berdasarkan keselamatan berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

Nilai PR 18,333 pada 95% CI (5,464-61,508), yang berarti pasien yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien 18,3 kali cendrung baik

terhadap mutu pelayanan rumah sakit.


34

4.2.4. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Tepat Waktu Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan tepat waktu dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat

lebih rinci pada tebel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Tepat Waktu Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah
Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Mutu Rumah Sakit


Indikator Total
Baik Tidak Baik
Nasional
Mutu Rumah pValue PR 95% CI
Sakit
n % n % n %
Berdasarkan
Tepat Waktu
Baik 20 52,6 10 29,4 30 41,7 2,667
Tidak Baik 18 25,0 24 33,3 42 58,3 0,046 (1,006-
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0 7,066)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan tepat waktu baik dengan dimensi mutu

pelayanan rumah sakit baik sebesar 52,6%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

p=0,046 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan tepat

waktu berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 2,667 pada

95% CI (1,006-7,066), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator

nasional berdasarkan tepat waktu pada pasien 2,6 kali cendrung baik terhadap mutu

pelayanan rumah sakit.


35

4.2.5. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Efisien Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan efisien dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat

lebih rinci pada tebel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Efisien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Indikator Mutu Rumah Sakit


Nasional Mutu Rumah Total
Baik Tidak Baik pValue
Sakit Berdasarkan
Efisien n % n % n %
Baik 20 27,8 19 54,2 39 54,2
Tidak Baik 18 25,0 15 20,8 33 45,8 0,782
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan efisien baik dengan dimensi mutu pelayanan

rumah sakit baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,782

maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan efisien tidak

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

4.2.6. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Adil Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan adil dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat lebih

rinci pada tebel 4.5 di bawah ini:


36

Tabel 4.5 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Adil Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Mutu Rumah Sakit


Indikator Total
Baik Tidak Baik
Nasional
Mutu Rumah pValue PR 95% CI
Sakit
n % n % n %
Berdasarkan
Adil
Baik 26 36,1 14 19,4 40 55,6 3,095
Tidak Baik 12 16,7 20 27,8 32 44,4 0,020 (1,177-
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0 8,137)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan adil baik dengan dimensi mutu pelayanan

rumah sakit baik sebesar 36,1%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,026

maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan adil

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,095 pada 95% CI

(1,177-8,137), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator nasional

berdasarkan adil pada pasien 3,1 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan rumah

sakit.

4.2.7. Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Terintegrasi Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil analisis bivariat dari variabel hubungan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan terintegrasi dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit, dapat

lebih rinci pada tebel 4.3 di bawah ini:


37

Tabel 4.3 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit


Berdasarkan Terintegrasi Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah
Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Penerapan Indikator Mutu Rumah Sakit


Nasional Mutu Rumah Total
Baik Tidak Baik pValue
Sakit Berdasarkan
Terintegrasi n % n % n %
Baik 20 27,8 21 29,2 41 56,9
Tidak Baik 18 25,0 13 18,1 31 43,1 0,435
Total 38 52,8 34 47,2 72 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

penerapan indikator nasional berdasarkan terintegrasi baik dengan dimensi mutu

pelayanan rumah sakit baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

p=0,435 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit

berdasarkan terintegrasi berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit.


38

BAB V

PEMBAHASAN

5.1.Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Efektif Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring Deli
Tua Tahun 2022

Penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif yaitu

penerapan yang mencerminkan bukti langsung dari mutu pelayanan kesehatan dapat

dirasakan oleh para penggunanya secara langsung dengan menggunakan inderanya

(mata, telinga dan rasa) untuk menilai mutu layanan kesehatan. Dimensi efektif pada

penelitian ini meliputi pelayanan kesehatan terhadap pasien sesuai yang dijanjikan,

Pelayanan tepat waktu, Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dilakukan secara

cepat, pemeriksaan laboratorium, kunjungan dokter dan perawatan dijalankan dengan

tepat serta memberikan informasi mengenai pasien secara jelas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan efektif baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit

baik sebesar 34,7%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,010 maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,526 pada 95% CI

(1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator nasional mutu

rumah sakit berdasarkan efektif 3,5 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan rumah

sakit.

Sejalan juga dengan penelitian Nashrath dan Chontawan (2018) diperoleh data

bahwa total skor untuk harapan perawat terhadap kualitas keperawatan adalah = 87,32

dan standar deviasi (SD) = 8.54. Dimensi tertinggi yang diharapkan perawat dari
39

kualitas layanan keperawatan adalah efektif, dan terendah adalah dimensi

responsiveness. Sedangkan total skor untuk harapan pasien terhadap kualitas pelayanan

keperawatan adalah = 88.11 dan SD = 9.14.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian perbandingan kepuasan pasien peserta

ASKES sukarela dan wajib di Rumah Sakit dengan dokter keluarga di Sulawesi

Tenggara, bahwa dari segi penampilan fisik ruang pemeriksaan, kenyamanan ruang

tunggu pada dokter keluarga lebih baik daripada Rumah sakit (Nurkholiq, 2017).

Dimensi kenyamanan yang terkait dengan penampilan fisik layanan kesehatan, pemberi

layanan, peralatan medis dan non medis, tidak berhubungan langsung dengan efektivitas

layanan kesehatan tetapi mempengaruhi kepuasan pasien sehingga mendorong pasien

untuk berobat kembali ke tempat layanan tersebut (Pohan, 2010).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak 58,9% pasien yang

merasakan pelayanan kesehatan terhadap pasien sesuai yang dijanjikan, sebanyak 42%

pasien menyatakan pelayanan tepat waktu, sebanyak 38,4% pasien yang menyatakan

pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dilakukan secara cepat, sebanyak 42,7% pasien

yang menyatakan pemeriksaan laboratorium, kunjungan dokter dan perawatan

dijalankan dengan tepat serta sebanyak 48,9% pasien menyatakan perawat memberikan

informasi mengenai pasien secara jelas..

Asumsi peneliti bahwa rendahnya nilai persentase hasil observasi disebabkan

jumlah pasien yang banyak dan tidak disertai dengan tenaga kesehatan yang memadai.

Endahnya nilai persentasi karena kurangnya komunikasi dari petugas kesehatan

mengenai pelayanan kesehatan yang ada sehingga pasien menjadi bingung dengan
40

keadaan Rumah sakit. Untuk pasien baru merasa tidak mengetahui bagaimana alur

berobat ke Rumah sakit Umum Sembiring.

Menurut Muninjaya (2018) bahaw meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di

bidang pelayanan kesehatan, pihak manajemen perlu membangun budaya kerja bermutu

yaitu budaya tidak ada kesalahan atau corporate culture of no mistake yang diterapkan

mulai dari pimpinan puncak sampai ke front line staff (yang langsung berhubungan

dengan pasien). Budaya kerja seperti ini perlu diterapkan dengan membentuk kelompok

kerja yang kompak dan mendapat pelatihan secara terus-menerus sesuai dengan

perkembangan teknologi kedokteran dan ekspektasi pasien (Muninjaya, 2018).

5.2.Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Keselamatan Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan keselamatan baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah

sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,023 maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan

keselamatan berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,526

pada 95% CI (1,334-9,314), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator

nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif 25,5 kali cendrung baik terhadap mutu

pelayanan rumah sakit.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa sasaran keselamatan pasien di

Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua sudah dalam kategori baik sehingga akan

berpengaruh pada kepuasan pasien. Sehingga pasien akan menjadi puas dan suatu saat

akan menggunakan jasa Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.


41

Penelitian yang dilakukan oleh Nivalinda (2018) yang menyatakan perawat

memiliki budaya keselamatan pasien baik apabila sasaran keselamatan tercapai.

Amaarapathy (2017) mengatakan bahwa budaya keselamatan pasien merupakan

kewajiban dan tanggung jawab seluruh pegawai. Dalam hal ini pengawai adalah bagian

dari organisasi merupakan ujung tombak dalam budaya keselamatan pasien (Yarnita &

Efitra, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2019) menyatakan bahwa budaya

keselamatan memiliki pengaruh persepsi mengenai keselamatan pasien yang meliputi

jam kerja perawat, pendidikan perawat, serta manajemen pendidikan keselamatan

pasien. Faktor yang mempengaruhi praktek manajemen keselamatan pasien adalah beban

kerja, dan sistem konstruksi manajemen keselamatan pasien. Hasil ini menunjukkan

kebutuhan untuk mengembangkan strategi untuk meningkatkan persepsi pentingnya

keselamatan terhadap pasien dan praktek keselamatan untuk diterapkan di antara semua

karyawan (Najihah, 2018).

Budaya keselamatan pasien dikatakan berhasil apabila semua elemen yang ada di

dalam rumah sakit menerapkan budaya keselamatan pasien dalam pekerjaannya sehari-

hari Reiling (2016). Sedangkan Beginta (2019) mengatakan bahwa upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan budaya keselamatan adalah dengan mendorong setiap

orang bertanggung jawab akan sasaran keselamatan terhadap diri sendiri, rekan kerja,

pasien, dan pengunjung, mengutamakan keselamatan dan keuntungan di atas keutungan

dan tujuan organisasi.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil penelitian berdasarkan dari 72 responden,

sebagian besar responden mengatakan bahwa budaya keselamatan pasien dengan

indikator budaya pelaporan, budaya adil, budaya fleksibilitas, budaya belajar di Rumah
42

Sakit Umum Sembiring Deli Tua dengan kategori baik dapat berpengaruh dalam

produktifitas pelayanan rumah sakit, tenaga kerja dan terutama tenaga keperawatan.

Semakin baik budaya keselamatan pasien maka semakin baik pula produktifitas yang

diberikan kepada pasien.

5.3.Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Orientasi Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien baik dengan dimensi mutu

pelayanan rumah sakit baik sebesar 45,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai

p=0,023 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan

keselamatan berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR

18,333 pada 95% CI (5,464-61,508), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan orientasi pada pasien 18,3 kali cendrung baik terhadap

mutu pelayanan rumah sakit.

Orientasi pada pasien merupakan keinginan dan kemampuan dalam memberikan

pelayanan yang tanggap, cepat, tepat waktu dan tidak lama kepada pelanggannya.

Persepsi daya tanggap pada penelitian ini meliputi ketanggapan, kecepatan, kejelasan

informasi tentang penyakit, tindakan dan pemakaian obat (Naidu, 2018).

Orientasi pada pasien dapat dinilai dari dokter memberikan kesempatan bertanya

kepada pasien, dokter memberi penjelasan tentang penyakit, dokter selalu menanyakan

keluhan pasien, perawat menjawab keluhan pasien, dokter/perawat memberikan waktu

yang cukup untuk anda ketika berkomunikasi. Utu pelayanan yang berorintasi pada
43

pasien memberikan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen dalam hal ini pasien

penting karena konsumen yang puas akan menjaga hubungannya dengan provider.

Sedangkan Strasser dan Davis, menyatakan bahwa konsumen memainkan peran yang

besar sebagai evaluator mutu atau kualitas, maka keberhasilan organisasi di masa depan

akan tergantung pada derajat kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen dapat diartikan

sebagai sikap konsumen, yakni berapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap

pelayanan yang pernah dirasakan. Oleh karena itu perilaku konsumen dapat juga

sebagai model perilaku pembeli, sedangkan kepuasan dan kesetiaan (loyalitas) pasien

sebagai pengguna pelayanan adalah unsur pokok diantara kepuasan dan kesetiaan

lainnya (Muninjaya, 2019).

Layanan kesehatan bermutu dengan aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan

adalah pasien mendapatkan informasi yang jelas dan menyeluruh tentang apa, siapa,

kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan akan atau telah dilaksanakan,

informasi perawatan di rumah dan pencegahan (Pohan, 2018).

Ketanggapan dokter dan petugas dalam memberikan layanan kesehatan

mempengaruhi kepuasan pasien, petugas dituntut untuk segera merespon dan

memberikan informasi terkait penyakit, tindakan maupun pemberian obat. Pemberian

informasi terkait dengan kepatuhan pasien dalam pengobatan dan mampu untuk

melakukan pencegahan tetapi jika informasi yang diberikan tidak jelas akan

menyebabkan pasien tidak puas, terlebih informasi tersebut semakin sulit didapatkan

ketika pasien sudah keluar dari tempat layanan tersebut (Slocum, 2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh cahyadi dan

mudayana (2019), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara


44

dimensi ketanggapan (responsiveness) dengan kepuasan pasien dengan nilai (p value =

0,025).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rizal dan Riza (2018), mengatakan ada

hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan pasien, semakin baik daya

tanggap yang diberikan maka semakin tinggi pula kepuasan pelanggan. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian siti Nurhaida dan Sudirman (2015), menyatakan terdapat

hubungan positif dan signifikan antara daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan

pasien di RSUD AMPANA Kabupaten tojo una-una, dengan p value (0.020). Semakin

baik persepsi pasien terhadap daya tanggap maka kepuasan akan semakin tinggi, dan

jika persepsi pasien terdahap daya tanggap buruk maka kepuasan pasien akan semakin

rendah. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mumu dkk (2015), menyatakan

terdapat hubungan signifikan dimensi daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan

pasien rawat jalan di RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado dengan p value (0,000).

Semiaji S, (2012), pada penelitiannya orientasi pada pasien adalah kesediaan

untuk membantu pasien dan memberikan dengan segera dan tepat. Dimensi ini menekan

pada perhatian dan kecepatan dalam menghadapi permintaan, peryataan, keluhan serta

kesulitan pelanggan. Orientasi pada pasien merupakan keinginan para staf untuk

membantu para konsumen dan memberikan pelayanan dengan tanggap, daya tanggap

bearti respon atau kesigapan pegawai dalam membantu konsumen dan memberikan

pelayanan yang cepat dan ketepatan (Chandra, 2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketanggapan dokter dan petugas dalam

memberikan layanan kesehatan mempengaruhi kepuasan pasien dimana, petugas

dituntut untuk segera merespon dan memberikan informasi terkait penyakit, tindakan
45

maupun pemberian obat. Pemberian informasi terkait dengan kepatuhan pasien dalam

pengobatan dan mampu untuk melakukan pencegahan tetapi jika informasi yang

diberikan tidak jelas akan menyebabkan pasien tidak puas, terlebih informasi tersebut

semakin sulit didapatkan ketika pasien sudah keluar dari tempat layanan tersebut.

5.4.Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Tepat Waktu Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan tepat waktu baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah

sakit baik sebesar 52,6%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,046 maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan tepat waktu

berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 2,667 pada 95% CI

(1,006-7,066), yang berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator nasional

berdasarkan tepat waktu pada pasien 2,6 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan

rumah sakit. Dari 72 pasien yang menyatakan tepat waktu rumah sakit umum sembiring

cukup baik sebesar 44.4% yang menyatakan setuju, dan sebanyak 45.2% yang

menyatakan tidak setuju. Terdapat pasien yang menyatakan ketepatan waktu dipoli

masih kurang baik

Hal ini berarti semakin baik pelayanan farmasi yang diterima pasien maka

kepuasannya akan semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk

pelayanan farmasi maka akan menurunkan kepuasan pasien.Penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh cahyadi dan mudayana (2018), yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi kehandalan (reliability)

dengan kepuasan pasien. Cahyadi dan mudayana (2019), mengatakan bahwa pelayanan
46

pada dimensi kehandalan (reliability) sudah baiksehingga konsumen merasa puas

dengan pelayanan yang dilakukan secara cepat dan tidak berbelit-belit, dokter yang

datang tepat waktu.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Siti nuraida dan Sudirman

(2015), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

kehandalan (reliability) dengan kepuasan pasien dengan p value (0.020) < (0.05).

Semakin baik persepsi pasien terhadap kehandalan maka kepuasan pasien akan semaki

tinggi, dan jika persepsi pasien dengan tepat waktu buruk maka kepuasan pasien akan

rendah.

Teori yang dikemukan oleh Semiji Santoso (2018), kehandalan adalah salah satu

sikap kualitas yang memiliki hubungan erat dengan kepuasan. Mutu memberikan suatu

dorongan kepada pasien untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan.

Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami

dengan seksama harapan pasien serta kebutuhan meraka. Dengan demikian, perusahaan

dapat meningkatkan kepuasan pasien dimana perusahaan memasimumkan pengalaman

pasien yang menyenangkan.

Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini bahwa sebagian besar pelayanan

terutama dalam tepat waktu petugas kesehatan yang sudah cukup baik, perawat mampu

menjelaskan penyakit yang diderita pasien, perawat juga mampu mengatasi pasien

ketika dokter belum datang, memberikan kenyamanan kepada pasien yang berobat.

Meskipun mutu pelayanan dalam hal kehandalan sudah baik perlu ditingkatkan dan

dipertahankan untuk menjaga persepsi pasien.


47

5.5.Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Efisien Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan efisien baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit

baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,782 maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan efisien tidak berhubungan

dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

Efisien yaitu kriteria yang berkaitan dengan pengetahuan, kesopanan dan

kepercayaan pelanggan kepada petugas. Dimensi ini meliputi keramahan, kompetensi

teknis dan keamanan. Dimensi efisien dalam penelitian ini meliputi ketrampilan

petugas, kerahasiaan pasien, keramahan, kesopanan dan jaminan kesembuhan (Arwani,

2017).

Pada dasarnya pasien menginginkan kesinambungan dengan petugas kesehatan

artinya ingin dilayani dengan petugas kesehatan yang sama. Terdapat pula

ketidakpuasan responden pada aspek dimensi efisien karena pasien harus datang

berulang kali dan pindah ke tempat layanan kesehatan lainnya untuk mendapatkan

kesembuhan. Mutu layanan kesehatan dinyatakan oleh sikap terhadap kompetensi

teknik dokter dan petugas serta keluaran atau perubahan yang dirasakan oleh pasien

sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diterima. Pasien yang mendapatkan

pelayanan kesehatan oleh petugas yang kompeten dan mendapatkan keluaran berupa

kesembuhan merupakan hal utama yang diinginkan oleh pasien (Pohan, 2018).
48

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh cahyadi dan

mudayana (2018), menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara

dimensi efisein dengan kepuasan pasien dengan nilai (p value = 0,814).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mumu dkk (2018), di poliklinik

penyakit dalam RSUD Prof.Dr. R.D. Kandou Manado dengan p value (0.000), bahwa

ada hubungan yang signifikan dimensi efisien dengan kepuasan pasien rawat jalan.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Atmawati dan Wahyudin (2017),

menyebutkan bahwa variabel jaminan berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpuasan responden atas ketrampilan,

keramahan dokter dan petugas di Poliklinik gigi bisa disebabkan oleh layanan berlapis

di Poliklinik gigi yang meliputi petugas loket, dokter, perawat, bidan dan petugas

lainnya serta tingginya angka kunjungan pasien di Poliklinik gigi.

5.7.Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Adil Pada Pasien Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum
Sembiring Deli Tua Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan adil baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit

baik sebesar 36,1%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,026 maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional berdasarkan adil berhubungan dengan

dimensi mutu pelayanan rumah sakit. Nilai PR 3,095 pada 95% CI (1,177-8,137), yang

berarti pasien yang menyatakan penerapan indikator nasional berdasarkan adil pada

pasien 3,1 kali cendrung baik terhadap mutu pelayanan rumah sakit.

Setiap tindakan dan perilaku perawat erat kaitannya dengan kode etik

keperawatan, karena merupakan sebuah pedoman dalam melakukan sebuah pelayanan


49

keperawatan. Menurut Nursalam (2018) perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan diharuskan untuk menerapkan salah satu prinsip etik keperawatan yaitu

justice/keadilan. Perilaku justice perawat yang termasuk dalam dimensi mutu pelayanan

keperawatan yang tentunya dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Junita dan Raymond (2018) yang menyatakan

bahwa ada hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien

dengan (p-Value 0,000).

Peneliti berpendapat bahwa masih terdapat perawat yang kurang adil, hal tersebut

terjadi karena adanya faktor internal dan juga faktor eksternal yang dapat

mempengaruhinya. Faktor internal yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi karena

perawat yang tidak dapat menerapkan prinsip etik keperawatan dikarenakan kurang

pahamnya perawat tehadap prinsip etik keperawatan terutama prinsip etik justice.

Faktor eksternal yang dapat menyebabkan hak tersebut terjadi lantaran pasien tidak

mengetahui atau tidak memahami tentang hak-hak pasien dan terlalu tingginya tuntutan

dan harapan pasien sehingga menilai kurang adil atas perilaku justice perawat yang

diterimanya.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Adil (2018) dengan

judul Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Biaya terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien

RSUD Kota Bogor. Didapatkan hasil bahwa Variabel biaya berpengaruh signifikan

secara langsung terhadap kepuasan pasien dengan nilai t sebesar 5.594 (> 1.96).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya berpengaruh nyata terhadap kepuasan pasien

RSUD Kota Bogor.


50

Peneliti berasumsi bahwa semakin tingi perilaku justice perawat dalam pelayanan

keperawatan yang diberikan maka semakin tinggi juga kepuasan pasien yang dirasakan

oleh pasien di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua. Hal ini sejalan dengan

pendapat Muninjaya (2018) yang menyatakan kepuasan pelanggan dapat dilihat dari

tinggi rendahnya mutu pelayanan yaitu persepsi pelanggan terhadap kesesuaian tingkat

harapan pelanggan sebelum mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah

menerima pelayanan yang mereka terima.

5.7 Hubungan Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit Berdasarkan


Terintegrasi Dengan Dimensi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum Sembiring
Deli Tua Tahun 2022

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menyatakan penerapan

indikator nasional berdasarkan terintegrasi baik dengan dimensi mutu pelayanan rumah

sakit baik sebesar 27,8%. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,435 maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan

terintegrasi berhubungan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat responden yang merasakan

Dokter/Perawat memperhatikan perkembangan kesehatan anda sebesar 65,7%,

responden yang merasakan Dokter/Perawat memberi informasi pengobatan yang

lengkap dan jelas sebesar 53,5%, responden yang merasakan Dokter/Perawat

mempercayai apa yang anda sampaikan dan menanggapinya dengan baik sebesar

64,3%, responden yang merasakan petugas memberikan penjelasan dengan bahasa yang

mudah dipahami sebesar 48,9%, responden yang merasakan Dokter memberikan

perhatian terhadap semua pasien sebesar 49,3%.


51

Hasil pengujian statistik ini sesuai dengan pendapat Wiyati (2018) yang

menyatakan bahwa pelaksanaan mutu pelayanan terintegrasi yang baik dapat

meningkatkan kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh pasien. Hal senada diungkapkan

bahwa hubungan mutu pelayanan terintegrasi gambaran yang menentukan kepuasan

pelayanan yang dirasakan oleh pasien. Sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin baik

mutu pelayanan terintegrasi petugas kesehatan, maka akan semakin baik pula kepuasan

pelayanan yang dirasakan oleh pasien.

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa mutu pelayanan terintegrasi petugas

kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang tingkat kepuasan

pasien. Petugas kesehatan dengan penerapan mutu pelayanan terintegrasi yang baik dan

terlebih lagi jika didukung oleh pendidikan yang lebih tinggi, pengetahuan, sikap dan

lama bekerja, semakin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan semakin

baik cara berkomunikasinya. Dalam tindakannya, mutu pelayanan terintegrasi adalah

suatu alat yang penting untuk membina hubungan dan dapat mempengaruhi kualitas

pelayanan. Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat

kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam mutu pelayanan

terintegrasi, bahkan dapat dikatakan komunikasi merupakan kegiatan mutlak dan

menentukan bagi hubungan / interaksi petugas kesehatan – pasien untuk menunjang

kesembuhan pasien. Sehingga hubungan komunikasi interpersonal petugas kesehatan –

pasien menentukan kepuasan terhadap pelayanan kepetugas kesehatanan yang dirasakan

oleh pasien. Kepuasan pasien sangat terpengaruh terhadap komunikasi interpersonal

petugas kesehatan ketika mereka menjalani petugas kesehatanan.


52

Pada penelitian ini mutu pelayanan terintegrasi yang tinggi ini dapat diartikan

bahwa pelayanaan kesehatan yang diberikan sesuai dengan harapan yang diinginkan

pasien. Memuaskan dalam hal ini adalah apa yang dirasakan pasien, misalnya seperti

bagaimana petugas kesehatan merespon dengan cepat setiap keluhan yang dirasakan

pasien, keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan asuhan kepetugas

kesehatanan sehingga pasien merasa aman dan nyaman, membantu pasien dan

memberikan jasa dengan cepat, tepat dan tanggap, serta tanggung jawab dalam

pelayanan terhadap pasien.

Kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit yang dilaksanakan oleh petugas

kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang kinerja

petugas kesehatannya dapat memenuhi harapan pasien. Suatu pelayanan kepetugas

kesehatanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan

harapan pasien (Syafrudin, 2018). Kepuasan pasien sangat tergantung dari faktor

interaksi petugas kesehatan, selain juga faktor yang lain. Jika apa yang pasien harapkan

dapat dimengerti oleh petugas kesehatan maka pasien akan sangat merasa dihargai dan

diperhatikan. Mereka juga menganggap petugas kesehatan yang memberikan petugas

kesehatanan lebih bisa mengerti terhadap apa yang mereka harapkan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Koo (2016) yang

menyatakan bahwa mutu pelayanan terintegrasi yang dianggap paling efektif menurut

responden yaitu bila petugas kesehatan memberikan penjelasan dengan baik dengan

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien. Hasil uji
53

statistik diperoleh nilai p=0,012 yang berarti didapatkan hubungan yang sangat erat

antara mutu pelayanan terintegrasi dengan kepuasan pasien.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dermawanti (2018) yang

menyatakan bahwa kesetaraan dalam komunikasi yang efektif adalah penting dalam

meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan sehingga mendorong

pasien untuk terus memanfaatkan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas

kesehatan di puskesmas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,019 yang berarti

didapatkan hubungan yang sangat erat antara komunikasi dengan kepatuhan pasien

dalam menjalani pengobatan.

Menurut asumsi peneliti bahwa penerapan mutu pelayanan terintegrasi oleh

petugas kesehatan yang efektif ini disebabkan karena kesadaran petugas kesehatan yang

makin meningkat tentang pentingnya membina komunikasi yang efektif dan terbuka

sehingga tercapai hubungan yang saling percaya dengan pasien untuk dapat memahami

permasalahan pasien dan tepat dalam menanganinya. Selain itu status sebagai rumah

sakit swasta yang lebih mengedepankan pelayanan dan menggantungkan kelangsungan

hidup rumah sakit dari kepercayaan pasien dalam memanfaatkan pelayanan rumah sakit

ini, yang menyebabkan petugas kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

kepada pasien, merasa perlu menerapkan kemampuan komunikasi interpersonal yang

efektif untuk dapat meyakinkan pasien bahwa pelayanan yang akan diterima benar –

benar berkualitas.
54

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Penerapan Indikator Nasional Mutu

Rumah Sakit terhadap dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli

Tua Tahun 2022 didapatkan kesimpulan yaitu:

1. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan efektif

dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua dengan

nilai p=0,010

2. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan

keselamatan dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli

Tua dengan nilai p=0023

3. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan

orientasi pada pasien dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum

sembiring Deli Tua dengan nilai p=0,039

4. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan tepat

waktu dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua

dengan nilai p=0,046

5. Ada hubungan penerapan indikator nasional mutu rumah sakit berdasarkan adil

dengan dimensi mutu pelayanan rumah sakit umum sembiring Deli Tua dengan

nilai p=0,020.
55

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Pimpinan Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi pihak

manajerial rumah sakit dalam melakukan proses pengembangan sumber daya

manusia. Pihak rumah sakit diharapkan meneliti lebih lanjut penyebab

permasalahan kinerja perawat yang terjadi di rumah sakit. Hal tersebut agar

pihak rumah sakit dapat mengetahui secara jelas permasalahan mutu

pelayanan efisien dan terintegrasi yang tidak berhubungan dengan cara

mengamati kinerja perawat yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membuat

kebijakan maupun intervensi yang sesuai untuk mengatasi permasalahan

kinerja pada perawat.

b. Terciptanya iklim kompetisi yang sehat, melalui pemberian penghargaan

dalam bentuk bonus gaji setiap 6 bulan atau memberdayakan perawat yang

telah lama bekerja sebagai pelatih/instruktur maupun dengan kinerja baik

dalam bentuk promosi jabatan, insentif, dan lainnya.

c. Para perawat sebaiknya secara berkala dan bergantian diikutsertakan dalam

berbagai kegiatan pelatihan terkait dengan tugas pokoknya dan senantiasa

mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi guna

meningkatkan kinerjanya.

6.2.2. Bagi Perawat

a. Menumbuhkan dan meningkatkan kinerja perawat terutama kegiatan-

kegiatan yang terkait langsung dengan pelayanan keperawatan.


56

b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khususnya dalam

melaksanakan asuhan keperawatan, serta bersikap profesional dalam

menjalankan profesinya.

6.2.3. Bagi Penelitian

a. Penelitian lebih lanjut terkait variabel-variabel dalam penelitian ini dengan

menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam untuk lebih

mengungkap faktor-faktor yang berhubungan dengan kedisiplinan perawat.

b. Penelitian lebih lanjut terkait variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini atau belum pernah diteliti untuk pengembangan ilmu

pengetahuan ataupun menemukan teori/kajian baru.


57

DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Azrul. 2017. Program menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta : yayasan


penerbitan ikatan dokter indonesia.

Bustami M.penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta


: Erlangga ;2011.

Lestari,S. 2019. Faktor yang berhubungan dengan Mutu pelayanan kesehatan di ruang
rawat inap rumtikal dr. Komang makesbelawan. Jurnal kesehatan global. E .
ISSN : 26147-7865. Jrnal kesehatn global, vol,2, No.3,september 2019.

Mubarak , Wahid Iqbal dan chayatin, Nurul . 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.

Mukti , A.G . 2007. Strategi terkini peningkatan mutu pelayanan kesehatan ; konsep
implementasi. Yogyakarta . PT. Karya husada mukti.326 Hal.

Notoatmodjo, S . 2015. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : rineka cipta.

Nursalam (2020). Manajemen keperawatan : aplikasi dalam praktek keperawtan


profesioanal. Edisi 3. Jakarta. Jagakarsa.

Peraturan mentri Kesehatan Republik Indonesia No 30 Tahun 2022 indikator nasional


mutu pelayanan kesehatan tempat praktik mandiri dokter dan dokter
gigi,klinik,pusat kesehatan masyarakat,rumah sakit, laboratorium kesehatan, dan
unit transfusi darah.

Peraturan mentri kesehatan republik indonesia No 43 Tahun 2019 tentang pusat


kesehatan masyarakat.( JDHI BPK RI).

Pohan, Chairil A. 2016. Manajemen perpajakan strategi parpajakan dan Bisnis Edisi
Revisi. Jakarta : PT. Gramedia pustaka utama.

Prabanasiti,sekarwidya.2010. analisa perbedaan persepsi terhadap mutu pelayanan


antara pasien bpjs dan non bpjs diruang rawat inap rumah sakit islam (RSI) siti
aisyah madiun.

Presiden of Republik Indonesia (2020)’Regulation of the president of the Republik of


indonesia Number 18 year 2020 About Develoment Plan Medium – Tem
National 2020- 2024,’pp.1-303.

Riana,L.W 2019. Pengaruh kerjasama tim dan kepuasan kerja terhadap kualitas
pelayanan, psikoborneo, vol 7, No,1,2019.
58

Sabarguna B S. 2015. Sistem informasi manajemen Rumah saki. Yogyakarta :


Konsorium Rsi jateng dan DIY.
Satrianegara , M. Fais dan siti shaleha. 2018. Buku ajar orgnisasi dan manajemen
pelayanan kesehatan serta kebidanan, jakarta : salemba medika.

Sugiyono. 2022. Metode penelitian, Kualitatif ., Bandung

Timun,H. Jakri ,Y (2019). Hubungan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kinerja
perawat dalam melaksanakan asuhan keerawatan di ruang rawat inap puskesmas
waelangga kabupaten manggarai timut tahun 2019. Jurnal wawasan kesehatan :
vol 4,No 2.2019.

Undang – undang Ri,2009. No. 44 Tentang Rumah Sakit


59

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu.................................
Di
Tempat,-

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.
Nama : Ema Hardianti Naibaho
NIM : 21.15.059
Minat Studi : ARS

Akan mengadakan penelitian yang berjudul: Penerapan Indikator Nasional Mutu


Rumah Sakit terhadap dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli
Tua Tahun 2022.

Penelitian ini tidak merugikan Bapak/Ibu, segala kerahasiaan informasi yang


diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan peneliti saja. Jika Bapak/Ibu
tidak bersedia menjadi responden maka tidak akan ada ancaman dan paksaan bagi Ibu
dan keluarga.

Bila, memungkinkan Bapak/Ibu untuk tidak mengundurkan diri dan menyetujui,


maka saya memohon kesediaannya untuk menandatangani lembaran persetujuan dan
menjawab dengan sesungguhnya dan sejujur-jujurnya pertanyaan sebagai lampiran
permohonan ini.

Demikian surat permohnan ini saya sampaikan, atas perhatian dan kesediaan Ibu
sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Delitua,............................2023
Peneliti

Ema Hardianti Naibaho


60

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia dan
ikut berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi
Magister Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.
Nama : Ema Hardianti Naibaho
NIM : 20.15.059
Minat Studi : ARS

Dengan judul: Penerapan Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit terhadap


dimensi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua Tahun 2022.

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar
manfaatnya bagi perkembangan Imu Kesehatan Masyarakat dan bagi masyarakat
Indnesia secara umum.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden saya berikan, semoga


dapat diperlukan seperlunya.

Delitua,......................................2023
Responden,

.................................................
61

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER

PENERAPAN INDIKATOR NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT TERHADAP


DIMENSI MUTU PELAYANAN
DI RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING
DELI TUA TAHUN 2022

No.Identitas :
Usia :
Pendidikan terakhir :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan salah satu jawaban dengan memberi

tanda cek list (√).

Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada kotak


pilihan anda

Pilihan Jawaban:
SS : Sangat Setuju
Setuju : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

I. PELAYANAN KESEHATAN
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
Efektif
1 RS. Sembiring memberikan pelayanan kesehatan
terhadap pasien sesuai yang dijanjikan

2 Pelayanan di RS. Sembiring tepat waktu

3 Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di RS.


Sembiring dilakukan secara cepat

4 Pemeriksaan laboratorium, kunjungan dokter dan


perawatan di RS. Sembiring dijalankan dengan tepat.

5 RS. Sembiring memberikan informasi mengenai


pasien secara jelas
Orientasi pada pasien
62

6 Dokter memberikan kesempatan bertanya kepada


pasien.

7 Dokter memberi penjelasan tentang penyakit.

8 Dokter selalu menanyakan keluhan pasien.

9 Perawat menjawab keluhan pasien

10 Dokter/Perawat memberikan waktu yang cukup


untuk anda ketika berkomunikasi
Keselamatan
11 RS. Sembiring didukung dengan tenaga medis yang
handal sehingga dapat menimbulkan kepercayaan
pasien untuk sembuh

12 Pasien merasa aman untuk berobat di RS. Sembiring


13 Perawat di RS. Sembiring bersikap sopan kepada
pasien

14 Dokter mampu menjawab pertanyaan yang diajukan


pasien
15 Pasien yang tidak bisa membaca, dijelaskan tentang
petunjuk minum obat dari petugas
Tepat Waktu
16 Dokter berusaha menenangkan rasa cemas pasien
terhadap penyakit yang diderita.

17 Pegawai RS. Sembiring selalu tepat waktu dalam


melayani pasien
18 Perawat meluangkan waktu khusus untuk
berkomunikasi dengan pasien.

19 Waktu untuk berkonsultasi keluarga pasien terpenuhi

20 RS. Sembiring beroperasi 24 jam sehari sehingga


pasien dapat terlayani
Efisien
21 Peralatan yang digunakan di RS. Sembiring terlihat
canggih
22 RS. Sembiring memiliki alat-alat medis yang cukup
lengkap.
23 Pegawai rumah sakit senantiasa berpenampilan rapi
24 Ruang rawat inap di RS. Sembiring tertata rapi,
bersih dan nyaman.
63

Adil
25 Dokter di RSUD Rantauprapat selalu maksimal
dalam melayani pemulihan pasien
26 Dokter/Perawat bersikap seperti teman atau sahabat
dengan anda bukan seperti pimpinan dengan
bawahan
27 Dokter/Perawat tidak pernah menyepelekan anda
karena status atau keadaan anda
28 Dokter/Perawat memperlakukan anda dengan baik
sehingga anda merasa nyaman untuk berkomunikasi
Terintegritas
29 Dokter/Perawat memperhatikan perkembangan
kesehatan anda
30 Dokter/Perawat memberi informasi pengobatan yang
lengkap dan jelas
31 Dokter/Perawat mempercayai apa yang anda
sampaikan dan menanggapinya dengan baik
32 Petugas memberikan penjelasan dengan bahasa yang
mudah dipahami

33 Dokter memberikan perhatian terhadap semua pasien

II. MUTU PELAYANAN RUAH SAKIT

No Pertanyaan SS S TS STS
1. Petugas RS. Sembiring tidak dapat memahami
tugasnya

2. Petugas RS. Sembiring bekerja secara profesional

3. Semua petugas Puskesmas merespon keluhan dari


pasien

4. Petugas RS. Sembiring mempunyai pengetahuan


tidak sesuai dengan bidang tugasnya

5. Petugas RS. Sembiring selalu ramah kepada


pengunjung?

6. Petugas RS. Sembiring mampu melayani kebutuhan


kesehatan pada masyarakat?

7. Petugas RS. Sembiring tidak terampil melaksanakan


tugasnya
64

8. Petugas RS. Sembiring tidak memiliki rasa


tanggungjawab terhadap tugasnya

9. Petugas Puskesmas sudah profesional dalam


melaksanakan tugasnya

10. Petugas RS. Sembiring tidak cekatan dalam


melaksanakan pekerjaannya ?
65

Lampiran 4

HASIL ANALISIS DATA


Frequencies
Statistics
mutu.pel
Efektif keselamatan Orientasi tepat.waktu efisien adil ayanan
N Valid 72 72 72 72 72 72 72
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.49 1.44 1.42 1.58 1.46 1.44 1.47
Std. Error of Mean .059 .059 .059 .059 .059 .059 .059
Median 1.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00
Std. Deviation .503 .500 .496 .496 .502 .500 .503
Variance .253 .250 .246 .246 .252 .250 .253
Range 1 1 1 1 1 1 1
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 2 2 2
Percentiles 25 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
50 1.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00
75 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00

Frequency Table
Efektif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 37 51.4 51.4 51.4
tidak baik 35 48.6 48.6 100.0
Total 72 100.0 100.0

Keselamatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 40 55.6 55.6 55.6
tidak baik 32 44.4 44.4 100.0
Total 72 100.0 100.0

Orientasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 42 58.3 58.3 58.3
tidak baik 30 41.7 41.7 100.0
Total 72 100.0 100.0
66

tepat.waktu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 30 41.7 41.7 41.7
tidak baik 42 58.3 58.3 100.0
Total 72 100.0 100.0

Efisien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 39 54.2 54.2 54.2
tidak baik 33 45.8 45.8 100.0
Total 72 100.0 100.0

Adil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 40 55.6 55.6 55.6
tidak baik 32 44.4 44.4 100.0
Total 72 100.0 100.0

Terintegrasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 41 56.9 56.9 56.9
tidak baik 31 43.1 43.1 100.0
Total 72 100.0 100.0

mutu.pelayanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid baik 38 52.8 52.8 52.8
tidak baik 34 47.2 47.2 100.0
Total 72 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
efektif * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

efektif * mutu.pelayanan Crosstabulation


67

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


efektif Baik Count 25 12 37
Expected Count 19.5 17.5 37.0
% within efektif 67.6% 32.4% 100.0%
% within mutu.pelayanan 65.8% 35.3% 51.4%
% of Total 34.7% 16.7% 51.4%
tidak baik Count 13 22 35
Expected Count 18.5 16.5 35.0
% within efektif 37.1% 62.9% 100.0%
% within mutu.pelayanan 34.2% 64.7% 48.6%
% of Total 18.1% 30.6% 48.6%
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within efektif 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.680 1 .010
Continuity Correctionb 5.515 1 .019
Likelihood Ratio 6.785 1 .009
Fisher's Exact Test .018 .009
Linear-by-Linear 6.587 1 .010
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,53.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for efektif (baik / tidak baik) 3.526 1.334 9.315
For cohort mutu.pelayanan = baik 1.819 1.120 2.956
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik .516 .304 .877
N of Valid Cases 72
68

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
keselamatan * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

keselamatan * mutu.pelayanan Crosstabulation

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


Keselamatan Baik Count 33 7 40
Expected Count 21.1 18.9 40.0
% within keselamatan 82.5% 17.5% 100.0%
% within mutu.pelayanan 86.8% 20.6% 55.6%
% of Total 45.8% 9.7% 55.6%
tidak baik Count 5 27 32
Expected Count 16.9 15.1 32.0
% within keselamatan 15.6% 84.4% 100.0%
% within mutu.pelayanan 13.2% 79.4% 44.4%
% of Total 6.9% 37.5% 44.4%
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within keselamatan 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 31.901a 1 .023
Continuity Correctionb 29.274 1 .001
Likelihood Ratio 34.755 1 .051
Fisher's Exact Test .002 .047
Linear-by-Linear 31.458 1 .018
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,11.
b. Computed only for a 2x2 table
69

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for keselamatan (baik / tidak baik) 25.457 7.255 89.326
For cohort mutu.pelayanan = baik 5.280 2.331 11.961
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik .207 .104 .413
N of Valid Cases 72

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
orientasi * 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan

orientasi * mutu.pelayanan Crosstabulation

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


orientasi Baik Count 33 9 42
Expected Count 22.2 19.8 42.0
% within orientasi 78.6% 21.4% 100.0%
% within mutu.pelayanan 86.8% 26.5% 58.3%
% of Total 45.8% 12.5% 58.3%
tidak baik Count 5 25 30
Expected Count 15.8 14.2 30.0
% within orientasi 16.7% 83.3% 100.0%
% within mutu.pelayanan 13.2% 73.5% 41.7%
% of Total 6.9% 34.7% 41.7%
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within orientasi 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%
70

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 26.908 1 .039
b
Continuity Correction 24.482 1 .032
Likelihood Ratio 28.912 1 .008
Fisher's Exact Test .025 .031
Linear-by-Linear 26.535 1 .007
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,17.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for orientasi (baik / tidak baik) 18.333 5.464 61.508
For cohort mutu.pelayanan = baik 4.714 2.085 10.657
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik .257 .141 .469
N of Valid Cases 72

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tepat.waktu * 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
mutu.pelayanan

tepat.waktu * mutu.pelayanan Crosstabulation

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


tepat.waktu baik Count 20 10 30
Expected Count 15.8 14.2 30.0
% within tepat.waktu 66.7% 33.3% 100.0%
% within mutu.pelayanan 52.6% 29.4% 41.7%
% of Total 27.8% 13.9% 41.7%
tidak baik Count 18 24 42
Expected Count 22.2 19.8 42.0
% within tepat.waktu 42.9% 57.1% 100.0%
71

% within mutu.pelayanan 47.4% 70.6% 58.3%


% of Total 25.0% 33.3% 58.3%
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within tepat.waktu 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.981a 1 .046
Continuity Correctionb 3.083 1 .079
Likelihood Ratio 4.036 1 .045
Fisher's Exact Test .058 .039
Linear-by-Linear 3.925 1 .048
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,17.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for tepat.waktu (baik / tidak baik) 2.667 1.006 7.066
For cohort mutu.pelayanan = baik 1.556 1.011 2.394
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik .583 .330 1.031
N of Valid Cases 72

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
efisien * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%
72

efisien * mutu.pelayanan Crosstabulation

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


Efisien baik Count 20 19 39
Expected Count 20.6 18.4 39.0
% within efisien 51.3% 48.7% 100.0%
% within mutu.pelayanan 52.6% 55.9% 54.2%
% of Total 27.8% 26.4% 54.2%
tidak baik Count 18 15 33
Expected Count 17.4 15.6 33.0
% within efisien 54.5% 45.5% 100.0%
% within mutu.pelayanan 47.4% 44.1% 45.8%
% of Total 25.0% 20.8% 45.8%
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within efisien 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .076 1 .782
b
Continuity Correction .002 1 .969
Likelihood Ratio .076 1 .782
Fisher's Exact Test .817 .484
Linear-by-Linear .075 1 .784
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,58.
b. Computed only for a 2x2 table
73

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for efisien (baik / tidak baik) .877 .346 2.222
For cohort mutu.pelayanan = baik .940 .608 1.455
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik 1.072 .654 1.755
N of Valid Cases 72

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
adil * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

adil * mutu.pelayanan Crosstabulation

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


adil Baik Count 26 14 40
Expected Count 21.1 18.9 40.0
% within adil 65.0% 35.0% 100.0%
% within mutu.pelayanan 68.4% 41.2% 55.6%
% of Total 36.1% 19.4% 55.6%
tidak baik Count 12 20 32
Expected Count 16.9 15.1 32.0
% within adil 37.5% 62.5% 100.0%
% within mutu.pelayanan 31.6% 58.8% 44.4%
% of Total 16.7% 27.8% 44.4%
Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within adil 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%
74

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 5.394 1 .020
b
Continuity Correction 4.347 1 .037
Likelihood Ratio 5.455 1 .020
Fisher's Exact Test .032 .018
Linear-by-Linear 5.320 1 .021
Association
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,11.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for adil (baik / tidak baik) 3.095 1.177 8.137
For cohort mutu.pelayanan = baik 1.733 1.049 2.863
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik .560 .340 .924
N of Valid Cases 72

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
terintegrasi * mutu.pelayanan 72 100.0% 0 .0% 72 100.0%

terintegrasi * mutu.pelayanan Crosstabulation

mutu.pelayanan

baik tidak baik Total


terintegrasi Baik Count 20 21 41
Expected Count 21.6 19.4 41.0
% within terintegrasi 48.8% 51.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 52.6% 61.8% 56.9%
% of Total 27.8% 29.2% 56.9%
tidak baik Count 18 13 31
Expected Count 16.4 14.6 31.0
% within terintegrasi 58.1% 41.9% 100.0%
% within mutu.pelayanan 47.4% 38.2% 43.1%
% of Total 25.0% 18.1% 43.1%
75

Total Count 38 34 72
Expected Count 38.0 34.0 72.0
% within terintegrasi 52.8% 47.2% 100.0%
% within mutu.pelayanan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 52.8% 47.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .611a 1 .435
Continuity Correctionb .295 1 .587
Likelihood Ratio .612 1 .434
Fisher's Exact Test .481 .294
Linear-by-Linear Association .602 1 .438
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,64.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for terintegrasi (baik / tidak baik) .688 .269 1.761
For cohort mutu.pelayanan = baik .840 .545 1.296
For cohort mutu.pelayanan = tidak baik 1.221 .733 2.035
N of Valid Cases 72

Anda mungkin juga menyukai