Oleh :
Nama : Harjana Nanang Suryadi
NIM : 2005008
Oleh :
Nama : Harjana Nanang Suryadi
NIM : 2005008
Tesis :
Nama : Harjana Nanang Suryadi
Judul : Evaluasi Program Promosi Kesehatan Pada
Penanggulangan Diare Pada Balita Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Rokan Hilir
NIM : 2005043
Peminatan : Promosi Kesehatan
Tesis ini telah diperiksa, disetujui, dan direvisi sesuai masukan Tim Penguji
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyaarakat Universitas Hang Tuah
Pekanbaru.
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Evaluasi Program Promosi Kesehatan pada penangulangan Diare di
wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2022”. Tesis ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat di
Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
Dalam menyelesaikan proposal tesis ini, penulis banyak menemukan
kesulitan namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, semua dapat
diatasi. Untuk itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syafrani., M.Si, selaku Rektor Universitas Hang Tuah
Pekanbaru.
2. Ibu Dr. Jasrida Yunita, SKM., M.Kes, selaku Direktur Program Pascasarjana
di Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
3. Bapak Dr. Tri Krianto, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan yang bermanfaat demi terwujudnya tesis ini.
4. Bapak Ns, Abdurahman M.Kep., M.Kes selaku Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan yang bermanfaat demi terwujudnya
tesis ini.
5. Ibu Yuyun Priwahyuni., M.Kes selaku Penguji I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan yang bermanfaat demi terwujudnya tesis ini.
6. Ibu Dr. Hastuti Marlina, SKM., M.Kes selaku Penguji II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan yang bermanfaat demi terwujudnya
tesis ini
7. Seluruh Dosen STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang telah memberikan
berbagai ilmu selama masa perkuliahan untuk bekal peneliti.
8. Istri Tercinta Dewi Marisa Sari,AM.d.Far serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan moril sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan Kesmas khususnya Promkes Angkatan 2020 yang
telah banyak membantu memberikan masukan dan motivasi serta semangat,
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga peneliti dapat
menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari, bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam kesempurnaan tesis
ini. Semoga segala bantuan, bimbingann, saran, arahan, petunjuk dan dorongan
yang diberikan menjadi sumbangsih yang tak terlupakan. Semoga Allah SWT
memberikan rahmat dan balasan atas kebaikan.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan semoga Allah melindungi kita
semua
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................................... vii
ABSTRACT....................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 3
B. Tujuan.......................................................................................................... 7
C. Manfaat........................................................................................................ 8
D. Ruang Lingkup............................................................................................ 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Promosi Kesehatan...................................................................................... 9
B. Strategi Kesehatan........................................................................................ 9
C. Sumber Daya Promosi Kesehatan................................................................ 14
D. Metode dan Media Promosi Kesehatan....................................................... 16
E. Media Promosi Kesehatan............................................................................ 17
F. Kegiatan Promosi Kesehatan........................................................................ 18
G. Mutu Program Kesehatan............................................................................ 21
H.Penyakit Diare............................................................................................... 21
I. Gejala Diare................................................................................................... 24
J.Pencegahan Diare........................................................................................... 26
K.Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan........................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian......................................................................... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 34
C. Informan Penelitian..................................................................................... 36
D. Defenisi Istilah............................................................................................ 38
E. Jenis da Cara Pengumpulan Data................................................................ 39
F. Pengolahan Data......................................................................................... 40
G. Analisa Data................................................................................................ 40
H. Etika Penelitian........................................................................................... 41
I. Rencana dan Jadwal Penelitian................................................................... 41
BAB 1V. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Subjek Penelitian....................................................................... 46
B. Hasil Penelitian........................................................................................... 46
BAB V. PEMBAHASAN
A. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian....................................................... 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................... 64
C. Implikasi Terhadap Program dan Kebijakan................................................ 69
BAB V1. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................. 70
B. Saran............................................................................................................. 71
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
PROMOSI KESEHATAN
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh
mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, serta bagaimana manfaatyang telah
ditetapkan bila dibandingkan dengan harpan harapan yang ingin diperoleh serta
berguna untuk merumuskan alternatif keputusan dimasa yang akan datang (Umar,
2014).
Pengertian dan pemahaman tentang evaluasi dapatberbeda-beda sesuai
dengan kajian pakar evaluasi yaitu “the process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging, decision alternatives.”Artinya evaluasi
merupakan proses mengambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan (Stufflebeam, 2012).
Pentingnya evaluasi merupakan salah satu indikator keberhasilan kegiatan
atau program dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu
program kesehatan yang saat ini menjadi prioritas Kementrian kesehatan adalah
pembangunan kesehatan yang berpusat pada pengendalian penyakit menular
(diare) dan penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan serta promosi
kesehatan (Kemenkes, 2014)
Diare saat ini masih menjadi persoalan Pemerintah bila dilihat dari
tingginya morbiditas yang disertai KlB bahkan kematian di Indonesia. Dari hasil
Riskesdas 2018 didapatakan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor
satu pada bayi yaitu 34,1% dan balita 27,5%. Secara nasional angka kematian
(CFR) pada tahun 2018 adalah 1,26% sementara target Nasional untuk kematian
akibat diare adalah <1% ini menujukan bahwa angka kematian akibat diare belum
mencapai target program.
Program penangulangan diare di Propinsi Riau sangat minim sekali, hal ini
tidak terlepas masi kurangnya petugas promosi kesehatan di dinas kesehatan
propinsi Riau dan metode yang digunakan untuk melakukan penyuluhan masi
konvensional sehinga masyarakat masi belum memiliki pengetahuan yang cukup
untuk merubah kebiasan yang berkaitan dengan penangulangan diare. Petugas
2
kesehatan yang yang sebenarnya memiliki tugas berkaitan dengan penyakit diare
juga enggan melakukan kegiatan promosi kesehatan karna mereka mengangap
bahwa promosi kesehatan itu hanya dilakukan oleh bidang promosi kesehatan saja
sedangkan mereka hanya terfokus dengan kegitan dan program yang menurut
mereka menjadi tugas pokok mereka seperti bidang kesehatan lingkungan,
petugas kesehatan ibu dan anak dan petugas survelens. Kepercayaan masyrakat
Riau tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat yang masih rendah juga berperan
dalam meningkatkan terjadinya penyakit diare dipropinsi Riau seperti prilaku
mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, Buang Air Besar (BAB) tidak
pada tempatnya, pemberian ASI Ekskluisif yang tidak maksimal serta komsumsi
air bersih yang minim. Strategi promosi kesehatan yang telah diupayakan oleh
Pemerintah Propinsi Riau seperti menjalin kerjasama dengan LSM local dan luar
negri untuk membangun tempat cuci tangan disekolah,membangun jamban dan
sanitasi air bersih melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
namun tetap kepercayaan dan kebiasaan masyarakat belum banyak berubah yang
berdampak pada kejadian kasus diare di Propinsi Riau (Profil Dinas Kesehatan
provinsi Riau, 2020).
Data dinas kesehatan provinsi Riau (2019-2021) menyatakan kejadian
diare pada anak bayi dan balita mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun
2019 terjadi 32.654 kasus dan menurun di tahun 2020 menjadi 32.125 kasus. Pada
tahun 2021 terjadi peningkatan kasus dengan total penderita 34.411 kasus.
Penemuan dan penanganan kasus diare dikabupaten Rokan Hilir pada tahun
2019 sebesar 62%, terjadi peningkatan ditahun 2020 menjadi 85% dan pada tahun
2021 terjadi penurunan penanganan kasus diare menjadi 40%. Dari 20 puskesmas
yang ada dikabupaten Rokan Hilir didapatkan 4 Puskesmas melakukan
penanganan sesuai dengan standar penyakit infeksi saluran pencernaan yaitu
dengan capaian 100%.13 Puskesmas capaianya dibawah 100%. Sedangkan 3
puskesmas lagi tidak melaporkan capaianya
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada dua puskesmas dengan capain
tertinggi dan terendah yaitu puskesmas rimba melintan dan puskesmas Batu
Hampar diketahui sebagian besar penduduk masi mengunakn air sungai sebagai
3
komsumsi sehari hari, umumnya para ibu yang memiliki anak bayi dan balita
jarang membawa anknya ke fasilitas kesehatan apabila mengalami ganguan
kesehatan.
Penelitian Lendra (2019) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara
sumber air minum yang memiliki syarat dengan kejadian diare pada anak bayi dan
balita. Penelitian azkiya (2018) menyatakan sarana air bersih yang tidak
memenuhi syarat memiliki resiko 1,8 kali menyebabkan diare pada bayi dan
balita.dan bila dikomsumsi air minum yang tidak memenuhi syarat memiliki
resiko terkena diare 2,61 kali dibandingkan dengan bayi dan balita yang
mengkomsumsi air minum yang memenuhi syarat.
Penelitian Wiku (2017) menyatakan bahwa sanitasi jamban memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada bayi dan balita.Sanitasi
jamban yang buruk merupakan salah satu peyebab kejadian diare.faktor lain yang
diteliti Hamzah (2015) menyatakan terdapat hubungan antara pengeloalaan air
limbah dengan kejadian diare pada bayi dan balita.
Pengendalian penyakit diare dapat dilakukan dengan pemeliharaan sanitasi
lingkungan dan promosi kesehatan.Salah satu upaya yang dilakukan
pemberdayaan, bina suasanadan advokasi. Kegiatan promosi kesehatan dapat
berupa pendidikan, perubahan lingkungan yang medukung peningkatan kesehatan
,legislasi maupun perubahan norma norma sosial yang harus terevaluasi melalui
pendekatan program (Notoadmojo,2012)
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian tentang evaluasi
program promosi kesehatan terhadap peangulangan diare pada balita di dua
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Rokan Hilir 2022.
B. Perumusan Masalah
Puskesmas Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir merupakan
Puskesmas dengan penderita diare yang terus mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya yaitu: pada tahun 2019 penderita penyakit diare 0-5 tahun adalah 401
anak, tahun 2020 sebanyak 496 sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 505 anak.
Sedangkan data Puskesmas Batu Hampar menunjukkan tahun 2019 sebanyank 18
kasus, tahun 2020 sebanyak 25 kasus, dan tahun 2021 sebanyak 20 kasus.
4
Sehingga bisa duikatakan kejadian diare di Rimba Melintang.terus naik,
sedangkan di Batu Hampar fluktuatif.
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah yang diambil adalah.belum
diketahuinya evaluasi program promosi kesehatan meliputi komponen masukan,
komponen proses, dan keluaran berpengaruh terhadap penanggulangan diare
pada dua puskesmas.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran evaluasi program promosi kesehatan
terhadap penangulangan diare pada balita pada wilayah kerja puskesmas
rimba melintang dan batu hampar tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran komponen masukan yang meliputi
SDM, Dana, dan metode.
b. Untuk mendapatkan gambaran komponen proses promosi
kesehatan dalam penangulangan diare.
c. Untuk mengetahui gambaran komponen keluaran evaluasi program
promkes dalam penangulangan diare.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Sosial
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dalam bahan
pertimbangan untuk meningkatkan manajemen promosi kesehatan dan
perencanaan pada sisi program didinas kesehatan.
2. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
tambahan pengetahuan dalam ilmu promosi kesehatan tentang terhadap
penanggulangan diare pada balita di akademisi.
E. Ruang lingkup
Penelitian ini dilakukan pada dua Puskesmas yaitu Puskesmas Batu
Hampar dan Puskesmas Rimba Melintang pada bulan juni hingga juli tahun
2022, dengan subjek penelitian adalah pengelola program pada wilayah
5
Puskesmas tersebut, penangung jawab program kabupaten dan para ibu yang
memiliki balita pada wilayah puskesmas tersebut.dalam penelitian ini penulis
membatasi lingkup penelitian pada evaluasi program promkes yang ada pada
dua Puskesmas dalam penanggulangan diare tahun 2022 dengan metode
penelitian kulitatif dibantu dengan instrument penelitian berupa panduan
wawancara mendalam, Panduan observasi dan telaah dokumen.
6
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Promosi Kesehatan
Menurut Piagam Ottawa (1986) promosi kesehatan merupakan suatu
proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatannya. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik,
mental, maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasi dan kebutuhannya dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut Green dan Ottoson (1998) promosi kesehatan adalah kombinasi
berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan
perundang-undangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan.Batasan ini menekankan bahwa promosi kesehatan
adalah program masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya perubahan perilaku,
melainkan juga perubahan lingkungan. Perubahan perilaku tanpa diikuti
perubahan lingkungan tidak akan efektif dan juga dapat dipastikan tidak akan
bertahan lama (Permenkes,2015).
B. Strategi Promosi Kesehatan
Menurud Permenkes RI (2019) menyatakan bahwa promosi kesehatan
sebagai kombinasi terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik,
lingkungan, peraturan, maupun mekanisme organisasi yang mendukung tindakan
dan kondisi kehidupan yangkondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan
masyarakat. Pada Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatanyang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
Melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku tidak
hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma,
melainkan juga dimensi ekonomi .Sistem nilai dan norma merupakan rambu-
7
rambu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem
nilai dan norma “dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu
anggota masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai
sistem sosial, adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu
masyarakat akan berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari
masyarakat yang bersangkutan (Permenkes, 2019).
Menurut Notoadmodjo (2012) yang mengutip pendapat Hopkins Promosi
kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna
(komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu
(1) advokasi, (2) gerakan pemberdayaan masyarakat dan, (3) bina suasana, yang
diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana komunikasi yang tepat
(Permenkes, 2019).
, defenisi advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan
sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda
dengan bina suasana, advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang
berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana,
sarana dan lain-lain sejenis.
Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang
umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang
dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti
tokoh agama, tokoh adat dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai
penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya. Tidak boleh dilupakan pula
tokoh-tokoh dunia usaha,yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang
dana non-pemerintah (Permenkes, 2014). Strategi advokasi dilakukan dengan
melalui pengembangan kebijakan yang mendukung pembangunan kesehatan
melalui konsultasi pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada para
pengambil keputusan baik kalangan pemerintah, swasta maupun pemuka
masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
8
Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan prilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang
menjadi panutan/ idolanya, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain dan
bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya
dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu
dilakukan Bina Suasana (Permenkes, 2019). Pada pelaksanaannya terdapat tiga
pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan
Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat Umum (Permenkes, 2019),dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat. Melalui
pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat
menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang
diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama yang rajin
melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah
munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan
agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi
guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
9
tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan
kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
c. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum
dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio,
televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta
pendapat umum. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa
tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang
diperkenalkan.Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan
pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan
perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan melalui:
(1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan kerja
sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda,
wanita serta kelompok media massa; dan (2) Pengembangan penyelenggaraan
penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan
12
metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain
peran dan sebagainya.
3. Metode penyuluhan tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan
secara tatap muka dengan sasaran, tetapi iamenyampaikan
pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi
melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin,
surat kabar) dan media eletronik (televisi, radio).
c. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
1. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara
perorangan, antara lain: kunjungan rumah, hubungan telepon
dan lain-lain.
2. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk
dalam ketegori ini antara lain: pertemuan, demostrasi, diskusi
kelompok, pertemuan FGD dan lain-lain.
3. Pendekatan massal
Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa
metode yang masuk dalam golongan ini adalah: pertemuan
umum, pertunjukan kesenian, penyebaran tulisan/ poster/ media
cetak lainnya, lain.
d. Berdasarkan indera penerima
1. Metode melihat/ memperhatikan
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,
seperti:penempelan poster, pemasangan gambar/ foto,
pemasangan koran dinding, pemutaran film.
2. Metode pendengaran
13
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya: penyuluhan lewat radio, pidato,
ceramah dan lain-lain.
3. Metode kombinasi.
Dalam hal ini termasuk: demonstrasi (dilihat,
didengar, dicium, diraba dan dicoba).
E. Media Promosi Kesehatan
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada
sasaran sehingga mudah dimengerti oleh sasaran/ pihak yang dituju. Media
promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu
melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran
dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya ke arah positif terhadap kesehatannya (Notoatmodjo, 2012).
Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena
berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan
atau pengajaran. Prinsip pembuatan media bahwa pengetahuan yang ada
pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera.
Semakin banyak panca indera yang digunakan, semakin banyak
dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh.Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan
indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan
pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling
banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75%
sampai 87%), sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan manusia
diperoleh atau disalurkan melalui indera lainnya.
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam
membantu permasalahan seseorang.Elgar Dale menggambarkan intensitas
setiap alat peraga dalam suatu kerucut. Berturut-turut intensitas alat peraga
mulai dari yang paling rendah sampai paling tinggi adalah kata- kata,
tulisan, rekaman/ radio, film, televisi, pameran, field trip, demonstrasi,
14
sandiwara, benda tiruan, benda asli (Budiman, 2018). Media promosi
kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan
sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku
sesuai dengan pesan yang disampaikan.
F. Kegiatan Promosi Kesehatan
1. Kegiatan Promosi Kesehatan di dalam Gedung
Promosi kesehatan di dalam gedung adalah promosi kesehatan yang
dilaksanakan di lingkungan dan gedung seperti di tempat pendaftaran,
poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar obat,
tempatpembayaran dan di halaman (Permenkes, 2014). Promosi
kesehatan yang ada di Puskesmas akan dibagi atas dua yaitu promosi
kesehatan dalam gedung dan promosi kesehatan diluar gedung.
2. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung
Kegiatan promosi kesehatan diluar gedung dilakukan dengan sasaran
masyarakat yang berada di wilayah kerja instansi yang bersangkutan
sebagai upaya untuk meningkatkan PHBS dengan pengorganisaian
masyarakat. Pelaksanaan promkes diluar gedung dilaksanakan
bekerjasama denganberbagai pihak potensial melalui metode advokasi,
bina suasana, gerakan pemberdayaan yang dijiwai semangat kemitraan
dengan kegiatan sebagai berikut (Permenkes, 2019)
1. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu.
2. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (TP PKK, karang
taruna, posyandu, SBH, majlis taklim dan lain sebagainya).
3. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi masyarakat (ormas)
seperti kelompok kesenian tradisional dan lain sebagainya.
4. Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui: 1. Kunjungan
rumah 2. Pemberdayaan berjenjang 3. Pengorganisasian masyarakat
melalui Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD).
15
G. Mutu Program Kesehatan
Program kesehatan baik Puskesmas, rumah sakit atau instansi
pelayanan kesehatan lainnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari
berbagai komponen yang saling terkait, saling tergantung dan
mempengaruhi antara satu dengan lainnya.Mutu program kesehatan di
Puskesmas adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang
rumit antara berbagai komponen atau aspek pelayanan. Bustami (2014),
mengemukakan bahwa komponen program pelayanan kesehatan dapat
terdiri dari masukan (input, disebut juga struktur) proses dan hasil
(outcome). Ada tiga Pendekatan evaluasi (penilaian) mutu program
kesehatan (Bustami, 2014), yaitu:
1) Input atau Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi
dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas
kesehatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari:
jumlah, besarnya input, mutu struktur atau mutu input, besarnya
anggaran atau biaya, kewajaran.Beberapa aspek penting dalam hal ini
adalah kejujuran, efektivitas, efesiensi dan kuantitas serta kualitas dari
masukan yang ada. Program kesehatan yang bermutu akan
membutuhkan input/ struktur yang bermutu juga yang seharusnya
dikelola dan diarahkan sesuai dengan ketentuan peraturan dan
perundang-undangan juga prosedurkerja yang berlaku dengan maksud
pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pelanggan dengan
baik (Bustami, 2014)
2) Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional
oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan
interaksinya dengan pasien atau masyarakat. Proses mencakup berbagai
standar operasional prosedur (SOP) ataupun berbagai teori yang
berkaitan dengan pelaksanaan program kesehatan. Baik tidaknya proses
dapat diukur dari: relevan tidaknya proses itu bagi pasien atau
16
masyarakat, fleksibilitas dan efektifitas, mutu proses itu sendiri sesuai
dengan standar pelayanan yang semestinya, kewajaran, tidak kurang
dan tidak berlebihan (Bustami, 2014). Baik atau tidaknya proses
promosi kesehatan dapat diukur (Bustami, 2014) dengan :
(1) Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan
(2) Efektif atau tidaknya proses yang dilakukan
(3) Mutu proses yang dilakukan
Variabel proses merupakan pendekatan langsung terhadap mutu
pelayanan kesehatan. Semakin patuh petugas (profesi) terhadap
standar pelayanan maka akan semakin bermutu pelayanan kesehatan
yang diberikan (Bustami, 2014).
3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional terhadap pasien.Dapat berarti adanya perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.Outcome jangka
pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur
tertentu (Bustami, 2014).
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan
fungsional pasien atau masyarakat. Logika yang digunakan yaitu jika
masukan telah tersedia sesuai dengan rencana dan proses akan bisa
terlaksana. Apabila proses dilaksanakan sesuai dengan direncankan
sesuai dengan rencana berdasarkan standar yang ada maka hasil yang
akan tercapai dengan baik (Bustami, 2014). Jadi program kesehatan
terkait (Bustami, 2014) dengan:
(1) Perencanaan, mulai dengan apa yang harus disediakan (masukan),
apa yang harus dilakukan (proses) dan apa yang ingin dicapai (hasil).
(2) Monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan bahwa apa yang
direncanakan telah dilaksanakan, input telah tersedia dan proses
telah dilakukan seperti yang direncakan untuk memberikan hasil
yang optimal.
17
Program kesehatan Puskesmas dan rumah sakit memiliki faktor
masukan seperti tenaga lebih fokus kepada keberadaan tenaga bidan, perawat
dan dokter yang secara kompetensi lebih tepat dalam pelaksanaan program
pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana umumnya terkait dengan
perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Untuk pengadaan perlengkapan peralatan petugas kesehatan dan kebutuhan
petugas kesehatan dalam pelayanan kesehatan tentunya dibutuhkan dana
sesuai dengan kondisi rumah sakit masing- masing (Bustami, 2014).
Faktor proses dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tentunya
mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) asuhan pelayanan
kesehatan karena pelayanan kesehatan mempunyai SOP tersendiri, demikian
juga SOP untuk pelayanan kesehatan lainnya. Sesuai dengan pelayanan
kesehatan tahun 2015,bahwa untuk memudahkan pengukuran, evaluasi
sertamempertanggungjawabkan program pelayanan kesehatan yang
dilakukan(Bustami, 2014). Menurut Kementrian kesehatan (2019) bahwa
indikator keberhasilan program promosi kesehatan dapat dilihat dari indikator
masukan, indikator proses, indikator keluaran dan indikator dampak.
Indikator masukan program promosi kesehatan dapat dilihat dari:
a. Adanya komitmen Kepala Instansi yang mencerminkan dalam
Rencana Umum Pengembangan Promosi Kesehatan.
b. Adanya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana
Operasional Promosi Kesehatan.
c. Adanya tenaga kesehatan sesuai dengan acuan dalam standar SDM
Promosi Kesehatan.
Adanya tenaga profesi dan tenaga kesehatan lain yang sudah dilatih.
d. Adanya sarana dan peralatan promosi kesehatan sesuai acuan dalam
standar sarana promosi kesehatan.
e. Adanya sarana dan peralatan promosi kesehatan sesuai acuan dalam
standar sarana promosi kesehatan.
18
Untuk indikator proses dalam promosi kesehatan dapat dilihat
(Permenkes, 2019) dari:
a. Dilaksanakannya kegiatan promkes didalam gedung (setiap tenaga
kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus,
pemasangan poster dan lain-lain) dan atau frekuensinya.
b. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, spanduk
dan lain-lain) masih bagus dan relevan.
c. Dilaksanakannya kegiatan promkes di masyarakat (kunjungan rumah
&pengorganisasian masyarakat).
Untuk melihat indikator keluaran dari promosi kesehatan dapat dilihat
(Permenkes, 2019) dari:
a. Semua tenaga kesehatan telah melaksanakan promosi kesehatan.
b. Berapa banyak pasien/ klien yang sudah terlayani oleh berbagai
kegiatan promosi kesehatan dalam gedung (konseling, bibliografi dan
lain-lain).
c. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan lainnya.
d. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap
Puskesmas/Rumahsakit dengan pengorganisasian masyarakat.
e. Puskesmas/ Rumah sakit sebagai model institusi kesehatan yang ber-
PHBS, yaitu dengan kawasan bebas rokok, lingkungan bersih, bebas
jentik dan jamban sehat.
H. Evaluasi Program Kesehatan Masyrakat
1. Pengertian Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu
perencanaan,organisasi,pelaksanaan,monitoring dan evaluasi. Tanpa
evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek
evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaanserta hasilnya. Istilah
evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan
tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa inggris yaitu
evaluation yang berate penilaian atau penaksiran.
19
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda – beda
sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatf oleh pakar
evaluasi.
Menurud Stufflebeam ( 2018 ), Evaluasi adalah ‘the process
ofdelineating,obtaining,and providing useful information for judging
decision alternatives” Artinya evaluasi merupakan proses
mengambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternative keputusan.
Evaluasi juga didefenisikan sebagai suatu proses untuk
menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu
program dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
(Azwar , 2016).
2. Prinsip Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Prinsip – prinsip evaluasi (Rei, 2015) program kesehatan masyarakat :
a. Sebagai kunci pengambilan keputusan yang lebih baik,evaluasi harus
melihat kedepan dan berorientasi pada tindakan.
b. Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian pada
kebijakan pengujiandan alternatife-alternatife rencana, mengawasi
kemajuan dalam proses penerapan dan memberi penilaian sumatif
kepada hasil ukur.
c. Evaluasi dilandasi prinsip ,dimulai dengan pernyaan yang jelas
mengenai pengaruh-pengaruh yang harus dicapai pada populasi mana
dan dalam jangka waktu yang ditetapkan
d. Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus
diperiksa ketetapan dan kesesuainnya.
e. Ketepatan waktu dan tempat laporan-laporan evaluasi harus
disesuaikan dengan kebutuhan akan keputusan yang tepat waktu.
f. Evaluasi bertsifat membandingkan, evaluasi bergantung pada
indicator-indikator yang mengambarkan tingkat dan rasio yang tepat.
20
g. Penilaian harus membedakan antara hasil yang merupaka puast
perhatian pengendalian keputusan serta keluaran yang timbul akibat
dari ketidak pastian dan kesempatan.
3. Tujuan Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat
Tujuan Evaluai Program Kesehatan Masyarakat (Husna,2017).
a. Memberikan masukan bagi perencanaan program kesehatan
masyrakat.
b. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan
dengan tindak lanjut , perluasan atau penghentian program kesehatan
masyrakat.
c. Memberikan masukan yang berkenaan dengan factor pendukung dan
penghambat program kesehatan masyarakat.
d. Memberikan masukan dan motivasi serta pembinaan bagi
peyelengara,pengelola dan pelaksana program kesehatan masyarakat.
I. Balita
1. Pengertian Balita
Anak balita adalaha anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris
2017). Menurud sutomo (2015) balita adalah istilah umum bagi bagi anak
usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita anak
masih bergantung penuh pada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik namun kemampuan lain masih terbatas.
Anak usia 1-3 tahun disebut dengan balita , sedangkan 3-5 tahun
disebut prasekolah, keduanya merupakan istilah umum dari balita. Dibah
satu tahun disebut dengan bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat
bergantung kepada kedua orang tua ( Tomo, 2015).
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat
pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhiserta menentukan perkembangan kemampuan
21
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia
(Tini ,2017).
2. Karateristik Balita.
Tini (2017) menyatakan karateristik balita dibagi menjadi dua yaitu :
a. Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima
makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia
balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relative besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan
jumlah makananyang mampu diterimanya dengan sekali makan
lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar,
oleh sebab itu pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekwensi sering.
b. Anak usia prasekolah 3-5 tahun.
Usia 3-5 tahun menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cendrung
mengalami penurunan, disebabkan karna anak beraktivitas lebih
banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan oleh orang tuanya.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif seperti pertambahan sel,
pertambahan tinggi dan berat badan. Sedangkan perkembangan
bersifat kualitatif dan kuantitatif, contohnya adalah kematangan suatu
organ tubuh (Soetjiningsig,2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
diantaranya adalah keturunan dan lingkungan. Keturunan akan
berpengaruh pada kematangan struktur dan fungsi yang optimal.
Sedangkan lingkunagan akan menentukan bagaimana potensi anak
akan terpenuhi ( Dodge, 2017)
22
J. Penyakit Diare
Secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya/ lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.Secara klinik dibedakan
tiga macam sindrom diare yaitu diare cair akut, disentri dan diare
persisten.Sedangkan menurut menurut Kemenkes (2011), diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu
sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak
lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu
maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Amir, 2018). Beberapa perilaku yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu Kemenkes (2011):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada
balita yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat
lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak
bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan di lingkungan yang
panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat
tercemar oleh kuman-kuman/ bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut berisiko terinfeksi diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman
akanberkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
23
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja
tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam
besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut: (1)
infeksi yang dapat disebabkan: a) bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, bacillus cereus, Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus,
Campylobacter dan aeromonas; b) virus misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk
like agen dan adenovirus; c) parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris,
Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia
labila, Belantudium coli dan Crypto; (2) alergi, (3) malabsorbsi, (4) keracunan
yang dapat disebabkan; a) keracunan bahan kimiawi dan b) keracunan oleh bahan
yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-buahan dan sayur-
sayuran, (5) Imunodefisiensi dan (6) sebab-sebab lain. Kemenkes (2011)
mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari),
2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus menerus,
4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi
atau penyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta
gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia, (2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang
terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah (Amir, 2018).
Diare mengakibatkan terjadinya:
24
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, dan asidosis metabolik.
b. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi
jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat,
kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal.
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan
karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap
diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada
anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal
bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak
yang dapatmengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2018).
K. Gejala Diare
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,
terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik.
Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan
serum elektrolit.Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari
merupakan hilangnya air dari tubuh.Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan
apabila defisit melampaui 15% (Amir, 2018).
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat
kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah,
panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-
muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa
secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan
nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan
kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot
atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang
menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amir, 2018).
Menurut Amir (2018) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula
pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja
25
mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan
sesudahdiare.Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering.
L. Pencegahan Penyakit Diare
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi (Kemenkes, 2019).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan dan faktor pejamu.Untuk faktor penyebab dilakukan
berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan.Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan.Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan
peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi (Kemenkes, 2019)yaitu :
a. Penyediaan Air Bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan
hampir 70% tubuh manusia mengandung air.Air dipakai untuk
keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang
lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan
per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter.Selain dari peranan air
sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam
penularan beberapa penyakit menular termasuk diare (Kemenkes,
2019).
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air
permukaan yang merupakan air sungai dan danau. Air tanah yang
26
tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air
tanah dalam.Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti
hujan dan salju. Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit.
Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air
sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar
penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang
tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik dan air sebagai
sarang hospes sementara penyakit (Kemenkes, 2018).
Memahami daur/ siklus air di alam semesta ini, maka sumber
air dapat diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan
air salju, b) air tanah seperti air sumur, mata air dan artesis, c) air
permukaan yang meliputi sungai dan telaga. Untuk pemenuhan
kebutuhan manusia akan air, maka dari sumber air yang ada dapat
dibangun bermacam-macam saran penyediaan air bersih yang dapat
berupa perpipaan, sumur gali, sumur pompa tangan, perlindungan
mata air, penampungan air hujan dan sumur artesis (Ropi, 2019).
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil
dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi.Sumber air
bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit
sepuluh meter dari sumber air.Air harus ditampung dalam wadah
yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan
menggunakan gayung yang bersih dan untuk minum air harus di
masak.Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Andri,
2015).
b. Tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari
kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat
berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang
penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Hary, 2019).
27
Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga
harus membuang air besar di jamban.Jamban harus dijaga dengan
mencucinya secara teratur.Jika tak ada jamban, maka anggota
keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan
daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber
air bersih (Andri, 2015). Untuk mencegah kontaminasi tinja
terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan
apabila memenuhi syarat kesehatan: tidakmengotori permukaan
tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh
serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara
dan murah. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
sanitasi akan meningkatkanrisiko terjadinya diare berdarah pada
anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi (Kemenkes, 2019).
c. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang
berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh.Penilaian
status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode,
yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.Menurut Kemenkes RI
(2019) metode penilaian tersebut adalah; 1) konsumsi makanan; 2)
pemeriksaan laboratorium, 3) pengukuran antropometri dan 4)
pemeriksaan klinis.Metode-metode ini dapat digunakan secara
tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih
efektif.Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak
episode diare yang dialami. Mortalitas bayi di negara yang jarang
terdapat malnutrisi protein energi (KEP) umumnya kecil (Canada,
28,4 permil). Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya
akanmengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali
28
sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik
terhadap kelompok organisme berkurang (Yono, 2018).
d. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen
zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk
menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan memberikan cairan
tambahan seperti air, air gula atau susu formula terutama pada awal
kehidupan anak.
Memberikan ASI segera setelah bayi lahir, serta berikan ASI
sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang
dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare,
pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh
mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari
pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi
yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya,
risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding
dengan bayi yang tidak diberi ASI (Kemenkes, 2019).
Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan
mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB)
mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
selain mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI dan
keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi
dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Yono, 2018).
e. Kebiasaan Mencuci Tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya
berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebagian besar
kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
29
oral.Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau
bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme
patogen dengan melalui air minum.Pada penularan seperti ini,
tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak
bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke
tubuh manusia (Kemenkes , 2019).
Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat
berhubungan dengan penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi
pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi
masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui
mulut.Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku amat
penting bagi upaya mencegah diare.Kebiasaan mencuci tangan
diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak,
sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan
makanan. Kejadian diare makanan terutama yang berhubungan
langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan
makanan serta tempat keluarga membuang tinja anak (Kemenkes,
2018).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.Diare dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.
(Kemenkes, 2019).
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang
memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia
untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
30
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.Sebaiknya
jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep
dokter.Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan
penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika
memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter
(Kemenkes, 2019).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi.Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin.Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi
untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare.Usaha
yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan
bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.Rehabilitasi juga dilakukan
terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan
ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak.Anak yang
menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan
psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau
bermain dalam pergaulan dengan temansepermainan (Kemenkes,
2019).
Faktor proses dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tentunya
mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) asuhan
pelayanan kesehatan karena pelayanan kesehatan mempunyai SOP
tersendiri, demikian juga SOP untuk pelayanan kesehatan lainnya.
Sesuai dengan pelayanan kesehatan tahun 2005, bahwa untuk
memudahkan pengukuran, evaluasi Program kesehatan baik
puskesmas, rumah sakit atau instansi pelayanan kesehatan lainnya
merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling terkait, saling tergantung dan mempengaruhi antara satu dengan
lainnya. Mutu program kesehatan di Puskesmas adalah produk akhir
dari interaksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai
31
komponen atau aspek pelayanan. Bustami (2013), mengemukakan
bahwa komponen program pelayanan kesehatan dapat terdiri dari
masukan (input, disebut juga struktur) proses dan hasil (outcome).
Program kesehatan Puskesmas dan rumah sakit memiliki faktor
masukan seperti tenaga lebih fokus kepada keberadaan tenaga bidan,
perawat dan dokter yang secara kompetensi lebih tepat dalam
pelaksanaan program pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana
umumnya terkait dengan pelengkapan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan. Untuk pengadaan pelengkapan
peralatan petugas kesehatan dan kebutuhan petugas kesehatan dalam
pelayanan kesehatan tentunya dibutuhkan dana sesuai dengan kondisi
rumah sakit masing-masing (Bustami, 2013). Faktor proses dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan tentunya mengacu kepada standart
operasional prosedur ( SOP) asuhan pelayanan kesehatan karena
pelayanan kesehatan mempunyai SOP sendiri. Demikian juga SOP
untuk pelayanan kesehatan lainnya. Sesuai dengan pelayanan
kesehatan tahun 2015, bahwa untuk memudahkan pengukuran.
Evaluasi serta mempertanggungjawabkan program pelayanan
kesehatan yang dilakukan (Bustami, 2015). Kemenkes (2019) juga
mengemukakan bahwa indikator keberhasilan program promosi
kesehatan di Puskesmas dapat dilihat dariindikator masukan, indikator
proses, indikator keluaran.
Menurut notoadmodjo (2012) yang mengemukakan bahwa promosi
kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku
baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan, yaitu
1. Advokasi
2. Gerakan pemberdayaan masyarakat
3. Bina suasana
32
Yang dapat di perkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana
komunikasi yang tepat. Kemenkes (2019) juga mengemukakan bahwa
strategi promosi kesehatan tidak terlepas dari advokasi, pemberdayaan
masyarakat dan bina suasana.
M. Kerangka Teori
Dari kerangka teori dapat dibuat suatu kerangka berpikir penelitian yang
dapat dioperasionalkan menjadi variable variable yang akan diteliti. Adapun
kerangka teory sebagai berikut :
Strategi Promosi Kesehatan:
1. Advokasi
2. Pemberdayaan Masyarakat
3.Bina Suasana
Faktor faktor yang mempengaruhi program kesehatan:
1. Metode
2. SDM
3. SOP
4. Media
5. Dana
N. Kerangka Berikir
Berdasarkan landasan teori tersebut diatas, maka kerangka pikir penelitian
ini adalah :
Masukan
Proses
-SDM
-Dana -pemberdayaan Keluaran
-bina suasana - Evaluasi Program
-Metode
-Advokasi Promkes terhadap
Penanggulangan
Diare
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih
mendalam tentang fenomena atau isu penting yang berkaitan dengan pelaksanaan
program implementasi program promosi kesehatan terhadap kejadian penyakit
diare, serta menggali secara mendalam penanggulangan penyakit diare di
Puskesmas Rimba Melintang dan Puskesmas Batu Hampar Kabupaten Rokan
Hilir.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada pada dua wilayah kerja Puskesmas yang ada
di Kabupaten Rokan Hilir yaitu Puskesmas Rimba Melintang dan Puskesmas
Batu Hampar serta penangung jawab program pada dinas kesehatan
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari awal bulan juni 2022 sampai dengan
juli 2022.
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini yaitu:
1. Informan Kunci ( key informan ) mereka yang tahu dan mempunyai
berbagai informas mendukung penelitian yaitu
a. Penangung jawab program dinkes
b. Kepala puskesmas
2. Informan Utama, meraka yang turut berinteraksi langsung dengan masalah
yang diteliti yaitu
a. Pengelola program promkes dan diare puskesmas
b. KTU Puskesmas
c. Para ibu yang memiliki Balita
34
Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam, serta
penelusuran dokumen terkait dengan pelaksanaan program promosi kesehatan
dalam penangulangan diare.
P 37 th S1 PJP Bagansiapi-
IK 4 Diare kabupaten api
IP 1 L 34 th S1 Kesmas Promkes RM
IP 2 P 30 th D3 Promkes Batu
Hampar
IP 3 P 46 th D3 PJ diare RM
IP 4 P 43 th D3 PJ diare Batu
Hampar
IP 5 L 49 th S1 KTU RM
IP 6 P 59 th D3 KTU Batu
Hampar
IP 7 P 24 th SD Ibu balita RM
IP 8 P 20 th SMU Ibu balita Batu
Hampar
35
Tabel 3.2 Pengumpulan Data Menurud Jenis Data, Cara
Memperoleh Data dan Istrumen Yang digunakan
Cara
No
Jenis data Variabel memproleh Instrumen KET
.
data
1. Aspek Masukan Wawancara Pedoman
a. SDM wawancara
b. Dana
c. Metode
2. Aspek Proses
a. Pemberdayaan
b. Bina suasana Wawancara Pedoman
1. Data Primer c. Advokasi Wawancara
3. Aspek keluaran
a. Evaluasi
Promkes
terhadap
penangulangan
Diare
Laporan
1. Aspek masukan
Data Telusur pencapaian
2. 2. Aspek proses
sekunder dokumen pemegang
3. Aspek Keluaran
program
36
D. Definisi Istilah
Tabel 3.3 Definisi Istlah
Instrumen Metode
No Variabel Definisi istilah
Penelitian Penelitian
MASUKAN
Petugas Keshatan
Yang terlibat dalam
kegiatan promosi
kesehatan dalam
Pedoman
Sumber daya pelaksanaan Wawancara
1 wawancara,
manusia penangulangan diare mendalam
alat perekam
terkait pengetahuan,
ketenagaan, serta
pelatihan terkait
program yang diterima
37
PROSES
Upaya yang dilakukan
Untuk membuat
masyarakat mau dan
mampu dalam Pedoman Wawancara
pelaksanaan promosi wawancara mendalam,
1 Pemberdayaan
kesehatan dalam mendalam, telusur
penangulangualan alat perekam dokumen
diare
Evaluasi
promkes pada Wawancara wawancara
Upaya yang dilakukan
penangulangan mendalam. mendalam,
KELUARAN dalam pelaksanaan
diare Alat telusur
program
perekam dokumen
38
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara
mendalam (indepth interview) kepada para informan dengan berpedoman
pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan dan data observasi
penelitian.
2. Data sekunder diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir, Laporan tahunan Puskesmas Rimba
Melintang dan Puskesmas batu hampar serta Instansi yang terkait dengan
penelitian ini.
F. Pengolahan Data
Dilakukan secara kualitatf dan jumlahnya sedikit, maka untuk menjaga
keabsahan data (validasi data)dilakukan triangulasi antara lain:
1. Triangulasi Sumber.
Dalam menyajikan kredibilitas data yang diteliti dilakukan melalui pengecek
data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Antara lain wawancara
mendalam terhadap penangung jawab program kabupaten dengan kapala
puskesmas rimba melintang dan batu hampar serta para kepala tata usaha
dan pengelola program beserta para ibu yang memiliki balita.
Untuk mempermudah kegiatan pengolahan data , dilakukan langkah langkah
sbb :
a. Transkrip data, yaitu memindahkan data dalam bentuk rekaman (kaset,
voice recorder dan alat perekam lainya) Kedalam bentuk tertulis secara
lengkap tanpa mengubah (menambah,mengurangi) informasi yang ada
dalam rekaman.
b. Pengkodean, yaitu cara untuk mengidentifikasi kata-kata, isi, atau
paragraf yang dapat digunakan untuk pengambilan informasi.
c. Matriks, satu cara yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
kategori, membantu memetakan hasil dan melihat kaitan. Antara satu
variable dengan variable lainnya.
2. Triangulasi data.
39
Triangulasi data adalah membandingkan pengunaan berbagai sumber data
dalam suatu kajian. Seperti data dari petugas program promosi kesehatan,
diare, kia.
G. Analisa Data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, denga lebih banyak
bersifat uraian dari hasil wawancara dan hasil observasi. Data yang diperoleh
akan di analisis secara kualitatif di uraikan dalam bentuk deskriptif. Teknis
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-
langkah seperti yang di kemukakan oleh Sugiono (2018) sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan wawancara mendalam dan observasi.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data
dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, menulis memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan
data/informasi yang tidak relevan.
3. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informan tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualittif disajikan dalam bentuk teks naratif.
4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa
kegiatan interprestasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.
H. Rencana dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2022 Hingga awal bulan juli 2022.
I. Etika Penelitian
40
Dalam menaati etika penelitian sebagai standar bakupenelitian. Maka
mesti memiliki prinsip :
1. Respect for person yakni prinsip menjunjung tinggi derajat harkat
Kemanusian
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dikabupaten rokan hilir dengan tiga tempat yang
berbeda yaitu :
A. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir.
B. Puskesmas Batu Hampar
C. Puskesmas Rimba Melintang.
Dinas kesehatan kabupaten rokan hilir berkedudukan di ibukota
kabupaten yaitu kota bagan siapiapi, Kabupaten Rokan hilir merupakan suatu
Kabupaten baru yang merupakan wilyah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis.
Dibentuk pada tanggal 4 Oktober 1999.
Kabupaten Rokan Hilir terletak dipesisir timur pulau Sumatra pada
kordinat 1014’ sampai 2 030’ LU dan 100 016’ hingga 101 021’ BT dan berhadapan
dengan Selat Malaka. Luas wilayah Kabupaten Rokan hilir adalah 9.491 km2 ,
terdiri dari 18 kecamatan, dimana Kecamatan Tanah putih merupakan kecamtan
terluas yaitu 1.915 Km2 dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan tanah putih
tanjung melawan dengan luas wilayah 198 Km2.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Rokan Hilir
42
Sumber: Profil Dinkes Kab. Rokan Hilir 2021
Kabupaten Rokan hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut
A. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan propinsi Sumatra Utara dan
Selat Melaka
B. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten
Rokan Hulu
C. Sebelah Timur berbatasan dengan kota Dumai
D. Sebelah Barat berbatasan Propinsi Sumatra Utara.
Kondisi wilayah Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari beberapa sungai dan
pulau, Kabupaten Rokan Hilir memiliki 16 sungai yang dapat dilayari oleh
pompong, sampan dan perahu. Sungai Rokan merupakan sungai terbesar sebagai
sarana perhubungan utama dalam perekonomian masyarakat yang melintas sejauh
350 km2 dari muaranya di Rokan Hilir hinga ke hulunya di Rokan Hulu.
43
Kabupaten Rokan Hilir beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan
161,51 mm/tahun, dan temperature udara berkisar antara 220C-350C. Musim
kemarau didaerah ini pada umumnya terjadi dibulan februari sampai dengan
Agustus, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan September sampai
dengan Januari dengan jumlah hari hujan rata – rata 98 hari/tahun.
Wilayah daratan Kabupaten Rokan hilir sebagian besar merupakan dataran
rendah dengan ketingian 0 s/d 6 meter dpl dan dipengaruhi oleh pasnag surut air
laut. Untuk daerah sepanjang aliran sungai, pada umumnya memiliki ketingian
antara 0 s/d 30meter dpl.Daerah aliran sungaiRokan mulai dari muara hingga
sekitar ibukota kecamatanRimba melintang merupakan daerah pasang surut air
laut. Kemiringan lahan kabupatenRokan Hilir berkisar antara 0 s/d 15%. Daerah
dengan kemiringan lereng0 s/d 3% meliputi lulasan sekitar 600.625 Ha atau 80%
dari keseluruhan luas daratan.Pada bagian selatan hinga kebarat daya dari
Kecamatan Tanah Putih hinnga ke bagian selatan dari Kecamatan Bagan
Sinembah, memiliki bentuk wilayah yang bervariasi antara datar s/d agak
berombak dengan kemiringan 0 s/d 5% sampa 8 – 15% dengan kemiringan
ketingian antara 5 s/d 100 meter dpl
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Rokan Hilir jumlah penduduk pada
tahun 2020 sebesar 731.783 jiwa. Dengan jumlah penduduk terbanyak adalah
kecamatan bangko (89.664 jiwa) sedangkan jumlah penduduk yang sangat sedikit
dikecamatan Rantau kopar.
Tempat penelitian kedua adalah Puskesmas Batu Hampar yang berada di
ibukota Kecamatan Batu Hampar. Kecamatan tersebut merupakan bagian dari
Kabupaten Rokan Hilir dan dimekarkan dari Kecamatan Bangko Kabupaten
Rokan Hilir berdasarkan Perda No. 03 Tahun 2004 , menjadi Kecamatan Defenitif
tanggal 31 Agustus 2004 dengan luas wilayah 322 Km2. Kecamatan tersebut
membawahi 5 Kepenghuluan dengan jumlah penduduk 7.340 jiwa.
Kecamatan Batu Hampar setelah dimekarkan secara Administratif
memiliki batas wilayah sebagai berikut :
A. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bangko
B. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rimba Melintang
44
C. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Bukit kapur Kota
Dumai.
D. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Rokan.
Sedangkan Kecamatan Rimba Melintang Merupakan sebuah Kecamatan
Pemekaran dari Kecamatan Bangko. Diresmikan tanggal 29 juni 2004
berdasarkan Perda No 03 Tahun 2004, terdiri dari 12 Desa dengan jumlh
penduduk 37.283 jiwa dan luas wilayah 238.48 Km2.
Kondisi Wilayah Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Batu
Hampar dilintasi oleh Sungai Rokan dan jalan lintas Bagan Siapi-api – Pekanbaru
dan Sumatra Utara, yang dapat dilalui melalui jalur tranportasi darat dengan
mengunakan kendaraan bermotor atau melalaui perairan mengunakan pompon,
sampan dan perahu. Sungai rokan merupakan akses terbesar sebagi sarana
perhubungan utama dalam ekonomi penduduk dari muara Rokan Hilir sampai
Rokan Hulu melintas sejauh 168 Km2.
B.Hasil Penelitian
1. Puskesmas Batu Hampar
Pada penelitian di Puskesmas ini, peneliti melakukan wawancara
mendalam kepada 1 (satu) orang informan kunci dan 4 (empat) orang informan
pendukung yang berada pada puskesmas Batu Hampar, serta perwakilan ibu yang
memiliki balita. Wawancara dilakukan selama 15-20 menit melalui rekaman suara
pada aplikasi android. Peneliti juga melakukan penelusuran dokumen dan
panduan observasi terkait kegiatan program yang dilakukan dipuskesmas ini.
Setelah mendapat persetujuan dari informan tanpa adanya paksaan barulah
dilakukan wawancara mendalam dengan mengunakan pedoman wawancara
mendalam.
1. Komponen Masukan
Pada Komponen masukan ini variabel yang diteliti adalah SDM, Dana, dan
metode. Adapun hasinya digambarkan sebagaimana berikut :
a. Sumber Daya Manusia
a.1.Pengertian promkes
45
Wawasan informan mengenai pengetahuan yang berhubungan dengan
program promosi kesehatan dan penangulangan diare ,Umumnya
hampir sama, Umumnya menyampaikan apa yang di pahami terkait
dengan pengetahuan tentang program promosi kesehatan terhadap
penangulangan diare di dipuskesamas tersebut.pendapat kepala
puskesmas mengatakan mendukung sepenuhnya atas pelaksanaan
promosi kesehatan demi terwujudnya perubahan prilaku pada
masyarakat. Ya jadi, promosi kesehatan itu adalah salah satu upaya
untuk menjawab persoalan – persoalan kesehatan yang ada di
puskesmas dalam persoalan ini adalah penangulangan diare, jadi harus
siap memberikan informasi yang benar, semua dimulai dari upaya
pencegahan, penyuluhan dan memberikan edukasi tentang topik
tersebut. Apa yang dilakukan oleh team akan membawa perubahan
yang baik untuk program ini.
Sementara itu informasi lain diberikan juga oleh kepala tata usaha
terkait dengan wawasan mengenai pelaksanaan program ini. Informan
ini menjelaskan bahwa hal yang terpenting dilakukan adalah memahami
dari tujuan program itu sendiri diawali dengan rencana sehingga proses
pelaksanaan dari program tersebut dapat tercapai. Intinya suatu upaya
yang terencana untuk melakukan upaya promosi, seperti
penyuluhan,edukasi dan pendampingan kepada masyarakat berjalan
sesuai rencana yang telah dibuat dan bermamfaat bagi masyarakat serta
bisa diukur indilator keberhasilanya.
selanjutnya wawancara mendalam juga peneliti lakukan kepada
penangung jawab program baik promosi kesehatan maupun penangung
jawab program diare. Informan yang mejabat sebagai penangung jawab
program promosi kesehatan memberikan penjelasan bahwa hal
terpenting yang harus dilakukan dari tujuan program adalah untuk
merubah prilaku masyarakat dari yang kurang baik menjadi lebih
baik.promosi kesehatan itu adalah upaya untuk mempengaruhi orang
lain dalam perubahan prilaku. Sehingga apa yang menjadi keinginan
46
dari masyarakat untuk hidup sehat dapat terlaksana. Sementara itu
penangung jawab program diare mengatakan bahwa promosi kesehatan
itu perlu sentuhan dan pendekatan lebih maksimal kepada masyarakat
agar terjadi perubahan prilaku.dalam kontek ini adalah perubahan
prilaku harus dilakukan untuk penangulangan diare. Sehingga
masyarakat memahami dan mampu mealaksanakan upaya-upaya dalam
penangulangan diare pada anak dalam keluarga yang bersangkutan,
seperti pembuatan garam oralit, pemberian makanan tambahan serta
pemantauan tumbuh kembang anak.
Seperti yang disampaikan dibawah ini :
47
setiap bulanya. peneliti tertarik untuk mengali pemahaman melalui
wawancara pendalam terkait apa yang diketahui tentang program
promosi kesehatan dalam penangulangan diare dimana hasil yang
diadapatakan beliau terlihat bingung dan kesulitan untuk menjelaskan,
Ibu tersebut menyatakan promosi kesehatan adalah kegiatan posyandu
yang kebetulan berada tidak jauh dari kediaman yang
bersangkutan.informan tersebut menyatakan tidak mengerti dan kurang
memahami pokoknya promosi kesehatan adalah posyandu, bila diare
Penatalaksanaan utamanya dikasih air tajin atau air beras kepada anak
bayi dan balita yang mengalami persoalan tersebut. sebagaimana yang
penulis kutip dibawah ini.
“..ga ngerti, kurang memahami lah…itulah pokoknya..apa ya, promosi
kesehatan ya gitulah..posyandulah….kalau diare utamanya kasih air
tajinlah…naah gitulah..(ibu balita)
Luaran : Promosi Kesehatan itu adalah suatu proses yang bertujuan
untuk memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatanya. Demi mencapai derjat kesehatan yang sempurna, baik dari
fisik, mental, maupun sosial. Sehinga terjadi perubahan prilaku dari
yang tidak mau menjadi mau.
Pemahaman informan mengenai pengertian promosi kesehatan telah
mereka sampaikan, umumya mereka mengerti mengenai definisi
promosi kesehatan, bisa menjabarkan, menjelaskan, namun fakta yang
ditemukan perwakilan informan yang berasal dari para ibu yang
memilki balita tidak mengerti mengenai pengertian promosi kesehatan,
informan tersebut hanya memahami keberadaan posyandu yang ada di
desanya. Penatalaksanan bila menghadapi permasalahan diare pada bayi
dan balita cukup dengan memberikan air tajin atau air beras
a.2. Ketenagaan
48
Untuk jenis ketenagaan yang terlibat dalam kegiatan program
promosi kesehatan dan program diare pada puskesmas ini rata – rata
memiliki pendidikan S1 kesehatan.sebagai mana tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Ketenagaan Yang Terlibat Dalam Tim Promkes dan
Diare
49
dengan pendapat diatas, bahwa sistem kerja yang dibangun di
puskesmas ini dari mulai berdiri nya kantor ini adalah kebersamaan,
bersama untuk hadapi persoalan-persoalan terkait permasalahan
kesehatan yang terjadi pada wilayah kerja puskesmas termasuk
persoalan program, untuk ketenagaan yang terlibat dalam kegiatan
program sudah cukuplah, kita saling membantu dalam pelaksaanan
pekerjaan dipuskesmas. berikut kutipan hasil wawancara mendalam
kepada informan dibawah ini :
“…mereka yang terlibat dalam program promosi kesehatan dan diare
bisalah…orang itu sekolahnyo..”(Kapus)
50
luaran : persoalan tentang ketenagaan promosi kesehatan di puskesmas
mengacu kepada KMK No 1114 Tahun 2015, disana dikatakan
Kualifikasi jumlah kompetensi umum SDM kesehatan menimal D3
kesehatan memiliki minat dan bakat dibidang promosi kesehaatan.pada
umumnya para informan menyatakan tidak ada persoalan pada
ketenagaan yang terlibat dalam pelaksanaan program dilapangan, sudah
sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan saling membantu dalam
pelaksanan pekerjaan, Namun tidak demikian yang diungkapkan oleh
penangung jawab promosi kesehatan pada puskesmas tersebut,
informan tersebut menyatakan ketenagaan dalam pelaksaan program
promosi kesehatan dilapangan masi kurang, tidak sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi, seharusnya memiliki minimal dua orang ketenagan
pada program promosi kesehatan.
a.3 Pelatihan
Upaya untuk meningkatkan mutu SDM para pengelola promkes dan
pengelola diare puskesmas melalui sitem pelatihan, upaya tersebut
sangat jarang dilakukan baik pelatihan yang diadakan oleh kabupaten
dalam hal ini adalah dinas kesehatan ataupun pelatihan yang dilakukan
oleh puskesmas, terbatas oleh angaran menurud kepala puskesmas
kepada peneliti. Jarang kita ikut pelatihan dan Minimal upaya yang
kami lakukan adalah konsul via telpon atau komunikasi melalui grup
pada aplikasi android.
51
Dan berharap pelatihan yang konsisten dapat dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan program yang ada dipuskesmas. sementara itu
pernyataan dari kepala tata usaha menyatakan pendapatnya yang sama
bahwa sangat menginginkan kegiatan pelatihan untuk penangung jawab
program dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
program.seingat saya ada, tapi jarang juga. Teman-teman penangung
jawab program ssangat berharap agar pelatihan diadakan.sementara itu
penangung jawab program promosi kesehatn mengatakan bahwa
pelaksanaan pelatihan itu pernah ada namun belum pernah bergabung
dengan program diare, dilakukan sudah cukup lama dan harus
dilaksankan kembali. Sebagaimana kutipan yang tertuang dibawah ini :
“jarang sich pelatihan….paling kita konsul via telpon..ya gitulah”
(Kapus)
b.Dana
Menurut informasi yang didapatkan dari wawancara mendalam
yang peneliti lakukan, Pada umumnya para informan menyampaikan
pendapatnya yang sama terkait pendanaan program yang ada
dipuskesmas.diawali dari kepala puskesmas yang menyatakan bahwa
kendala yang dihadapi adalah keterbatasan dana terkait pelaksanaan
program dilapangan, saat ini hanya bisa membantu dana transportasi
sebesar seratus ribu rupiah kepada teman-teman yang turun
melakukan pembinaan atau pendampingan kepada masyarakaat
diwilayah kerja puskesmas ,seperti saya jelaskan tadi bahwa dana itu
ada hanya dperuntukan sebagai tranportasi petugas turun kelapangan,
terbataslah intinya. hal tersebut sebenarnya tidak sebanding dengan
jarak tempuh yang jauh dan medan yang sulit dengan pembiayaan
yang di dapatkan.hal senada juga disampaikan oleh penangung jawab
program promosi kesehatan yang menyatakan semua itu berproses,
insyallah ada sumbernya dari bok tapi melalui proses, ya proses itu
harus dilalui kita ikuti prosedur sesuai mekanisme, saat ini semua
53
memang berharap, ada tambahan dana terkait kegiatan di dilapangan
namun kenyataan yang ada hingga hari ini semua dihadapi oleh
persoalan yang rumit, dimana ketersediaan dana yang ada harus
dibagi untuk kegiatan program lainya yang ada dipuskesmas, seperti
kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, gizi masyarakat serta
pemberantasan penyakit. Untuk kegiatan promosi kesehatan dalam
kontek penangulangan diare hanya sebagian kecil dari dana yang ada
di puskesmas, itupun pertangung jawabanya harus jelas dan
transparan.sedangkan pendapat dari kepala tata usaha menyatakan
bahwa umumnya seluruh program dibantu
operasionalnya,pendanaannya melalui bantuan operasioanal
kesehatan atau bok, dimana dana tersebut hanya bisa digunakan
untuk transportasi kelapangan, untuk kebutuhan program terkait
kegiatan diluar operasional saat ini belum bisa di angarkan, semoga
ada perubahan regulasi terkait pengunaan dana tersebut untuk bisa
digunakan diluar kegiatan operasianal berupa petunjuk tehnis
kegiatan yang biasa membantu kegiatan program kedepannya lebih
baik lagi.
55
dan itu harus berbagidengan program lainya, terkadang program-
program yang berjalan dipuskemas ini lupa melibatkan kami dalam
kegiatan yang berjalan di lapangan,padahal dana bok itu untuk
operasional Seperti kutipan wawancara dibawah ini :
2. Komponen Proses
Pada komponen proses variabel yang diteliti adalah pemberdayaan , bina
suasana dan advokasi. Dengan hasil sebagai berikut
A. Pemberdayaan masyarakat
Pada umumnya kegiatan pemberdayaan masyarakat pada wilayah
puskesmas melalui pendekaatan program oleh tenaga kesehatan kepada
masyarakat telah dilakukan. Pada umumnya pernyataan informan hampir
sama, sebagaimana yang dikatakan oleh kepala puskesmas bahwa
pemberdayaan yang sudah lakukan hakekatnya adalah memberdayakan
masyarakat untuk proses perubahan prilaku dari tidak tahu, mengerti ,
paham dan mau apa yang petugas sarankan terhadap topik yang di
sampaikan Ya begitulah, namanya masyarkat kadang mereka paham
58
kadang juga tidak, konsep itu sudah kita rancang namun sering
terkendala dengan pengumpulan masa, misalnya pada saat petugas
melakukan pengumpulan masa untuk mengajarkan perubahn prilaku
hidup sehat dalam penangulangan diare, yang di undang dua puluh orang
yang hadir hanya tujuh orang. Itu hal-hal sepele namun bisa
mempengaruhi tujuan dari kegiatan program. Peran dan pemahaman
masyarakat masi belum seperti yang diharapkan,seperti diungkapkan
oleh penangungjawab promosi kesehatan yang menyatakan bahwa
kegiatan pemberdayaan ini sudah berproses dan di lakukan, hanya saja
membutuhkan waktu untuk perubahan prilaku dimasyarakat. selalu
berupaya untuk memberdayakan, mengedukasi masyarakat,
menganjurkan hingga terjadi perubahan sesuai dengan komitmen yang
telah di sepakati.Hal tersebut juga dilakukan oleh penangung jawab
program diare yang mengatakan pemberdayaan itu mengumpulkan
masyarakat,salah satunya mengajarkan cara pembuatan oralit. Sehingga
terjadi peningkatan pengetahuan dimasyarakat Seperti kutipan
wawancara dari beberapa informan dibawah ini :
60
teman, orang desalah jalur kordinasi kita, mereka yang melakukan
kemitraan untuk mencapai apa yang sudah menjadi ketetapan dari tujuan
program tersebut. Sebagaimana yang disampaikan beberapa informan
dibawah ini :
“ Apa yach…ya bidan desalah mitra kita untuk pemberdayaan…”
(Kapus)
B. Bina Susana.
Secara umum kegiatan bina suasana telah dilakukan oleh
puskesmas.sebagai mana yang disampaikan oleh salah satu informan
dalam penelitian ini, penangung jawab promosi kesehatan mengatakan
bahwa pembinaan yang kita lakukan pada masyarakat dimulai dari
individu, keluaga dan kelompok apalagi dispilin ilmu kita memang
promkes, kita sudah melakukanlah, kita anak promkes, bina suasana yang
kita lakukan awalnya adalah pendekatan individu, kelompok dan
61
masyarakat umum, kita ajarkan bagaimana melakukan pencegahan diare,
kebersihan diri individu dan lingkungan.insyaallah terprogram sesuai
dengan renacana yang sudah kita buat sebelum nya.kepala puskesmas juga
menyatakan pendapatnya bahwa kita sudah upayakan, namun perubahan
prilaku membutuhkan waktu, menimal masyarakat tahu inti dari
pencegahan diare serta upaya promosi kesehaatan.persoalan-persoalan
yang terjadi dimasyarakat perlu kita menimalisirkan untuk merubah pola
dan kebiasaan dari yang kurang baik menjadi baik
seperti kutipan informan dibawah ini :
“kita sudah melakukanlah….kita kan anak promkes… bina suasan yang
kita lakukan awalnya adalah pendekatan individu, kelompok dan
masyarakat umum….kita ajarkan bagaimana melakukan pencegahan
diare..kebersihan diri individu dan lingkungan…insyaallah terprogram”
(Pj program)
“sudah kita upayakan ..namun perubahan prilaku membutuhkan
waktu..menimal masyarakat tahu ..ya gitu..cara pokoknya pencegahan
diare serta upya promosi kesehatan.”(Kapus)
Pendapat tersebut berbeda dengan informan lainya sebagai mana yang
dikutip dibawah ini :
“Tergantung situasi aja dech…ndak ada rencana yang kita buat..”(KTU)
“Anulah ee…ndak ngerti hehehe…apo ayo bina suasana”(Pj diare)
Hal tersebut diperkuat oleh penelusuran dokumen yang peneliti lakukan
pada puskesmas tersebut, tidak ditemukan dokumen perencanaan dan
evaluasi mengenai kegiatan bina suasana diwilayah kerja puskesmas
tersebut.
luaran : Yang harus dilakukan dalam kegiatan bina suasana
adalah mencptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong
individu angota masyarakat untuk mau melakukan prilaku yang
dipekenalkan, baik melaui kegiatan bina suasana individu,kelompok
atau bina suasana terhadap masyarakat. Kegiatan ini sudah
diupayakan oleh team yang ada diprogram pada promosi kesehatan
62
namun penangungjawab diare belum memahami konsep kegiatan
dari bina suasana yang dilakukan. Hal itu juga diperkuat oleh
penelusuran dokumen yang dilakukan, tidak ditemukan dokumen
pendukung dalam kegiatan bina Susana pada puskesmas tersebut.
C. Advokasi.
Berikut disampaikan hasil kegiatan terkait advokasi pada puskesmas batu
hampar. Umumnya petugas melakukan kegiatan untuk mempengaruhi atau
mengubah kebijakan terkait kegiatan program yang dilakukan, penuturan
dari kepala puskesmas mengatakan bahwa kegiatan ini sudah terencana dan
kita lakukan sesuai dengan jadwal yang kita buat, apa ya, ya begitulah
advokasi yang kita lakukan sebenarnya sering apalagi untuk menyikapi
persoalan diare yang terjadi,Kita kunjugilah seperti pak camat, kepala desa
dan tokoh masyarakat, namun itu hanya sebatas pertemuan meskipun itu
sering kita lakukan namun hasilnya belum maksimal .pendapat berbeda
disampaikan oleh kepala tata usaha yang mengatakan Advokasi itu apa
Cuma tehnis kegiatan , intinya kita sudah melaksanakan upaya promkes
aturan yang kita pake adalah aturan mentri mentri, itu sudah cukup sebagai
dasar kita dalam mempertangung jawabkan pekerjaan kita.Sebagaimana
yang dikutip dari hasil wawancara dengan beberapa informan dibawah ini:
3. Komponen Keluaran
Secara umum kegiatan evaluasi program promosi kesehatan dalam
penangulangan diare di puskesmas sudah dilakukan sebagaimana yang
diucapkan oleh kepala puskesmas bahwa kita sudah laksanakan semuanya,
mulai tahap rencana, lanjut kegiatan action seperti penyuluhan tanda tangan
komitmen serta penguatan bidan desa, kader dan tokoh masyarakat hingga
pelaporan setiap bulan kita lakukan, proses itu di lakukan terus menerus
hingga suatu saat nanti kita akan merasakan danpak yang positif dari
64
keberhasialan suatu program yang dapat dirsakan juga oleh masyarakat dan
lingkungan setempat. Demikian juga yang dikatakan oleh penangung jawab
program promosi kesehatan yang meyatakan bahwa evaluasi itu sudah kita
lakukan, no problemlah semua sudah mengikuti alurnya sesuai dengan
rencana yang kita lakukan di mulai dari proses perencanaan, kegiatan
rapat,pembahasan program, hubungan lintas sektor hingga komitmen
bersama untuk membangun komunikasi yang efektit sudah dilakukankan.
menurut kepala tata usaha, beliau menyatakan evaluasi itu di lakukan
secara bertahap ya berdasaarkan laporan mereka yang masuk, di telaah,
dikaji baru di rapatkan untuk di bahas dan di tindak lanjuti untuk
membicarakan hal-hal terkait tentang keberhasilan yang dilaksanakan.
sebagaimana hasil wawancara dari beberapa informan dibawah ini .
berikut kutipanya :
“sudah kita laksanakan semuanya…ya mulai tahapan rencana, …lanjut
kegiatan action….seperti penyuluhan ..tanda tangan komitmen…apa lagi
tu..penguatan bidan desa, kader, tokoh masyarakat hingga pelaporan
setiap bulan kita lakukan.(Kapus)
“no problem lah…semua sudah mengikuti alurnya”(Pj promkes)
“Ya.. berdasarkan laporan merekalah..baru kita evaluasi.”(KTU)
“Laporan bulanan kita buat…kita evaluasi”(Pj diare)
66
dokumen pelaksaaan evaluasi pada pada puskesmas ini dibulan
februari 2021 dan maret 2022.
Hasil Penelitian
2. Puskesmas Rimba Melintang
Pada penelitian di Puskesmas ini, peneliti melakukan wawancara
mendalam kepada 1 (satu) orang informan kunci dan 4 (empat) orang informan
pendukung yang berada pada puskesmas Rimba Melintang, serta perwakilan ibu
yang memiliki balita. Wawancara dilakukan selama 15-20 menit melalui rekaman
suara pada aplikasi android. Peneliti juga melakukan penelusuran dokumen dan
panduan observasi terkait kegiatan program yang dilakukan dipuskesmas ini.
Setelah mendapat persetujuan dari informan tanpa adanya paksaan barulah
dilakukan wawancara mendalam dengan mengunakan pedoman wawancara
mendalam.
1.Komponen Masukan
Pada Komponen masukan ini variabel yang diteliti adalah SDM, Dana, dan
metode. Adapun hasinya digambarkan sebagaimana berikut :
a. Sumber Daya Manusia
a.1. Pengartian promkes
Berikut disampaikan wawasan informan mengenai pengetahuan
yang berhubungan dengan program promosi kesehatan dan
penangulangan diare ,Umumnya hampir sama, peneliti melihat
penjabaran yang mereka berikan melalui pertanyaan yang disampaikan,
informan yang bersal dari kepala puskesmas mengatakan bahwa
promosi kesehatan itu sangat penting diterapkan dipuskesmas,
mengingat puskesmas bertangung jawab penuh terhadap wilayah dan
kesehatan masyarkat dengan mengkedepankan konsep sehat melaui
upaya preventfi dan promotif tanpa abaikan aspek kuratif dan
rehabilitatif. Promkes itu adalah salah satu upaya di mulai dari cegah,
rubah lalu evaluasi untuk persoalan kesehatan. Masyarakat harus
mandiri dalam menjawab persoalan-persoalan yang timbul
67
dimasyarakat seperti diare dan lain sebagainya.pernyatan yang serupa
juga diasampaikan oleh kepala tata usaha puskesmas rimba melintang,
beliau menyatakan perlu waktu untuk membuktikan keberhasilan dari
kegiatan program promosi kesehatan dipuskesmas, mengingat bahwa
kebiasaan tersebut turun temurun dari mereka kecil hingga saaat ini.
Oleh sebab itu harus diupayakan upaya penyuluhan, lakukan
demonstrasi kesehaatan untuk mengedukasi masyarakat dalam hal
perubahan prilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu masyarakat juga
memiliki kepercayaan yang sudah mereka yakini. Sementara itu
penangung jawab program promosi kesehatan juga mengatakan
promkes itu salah satu upaya yang terkesmas menjadi program yang
harus dilaksanakan. Puskesmas bermain diarea promotif dan preventif,
jadi perubahan prilaku harus konsisten dimulai dari pencegahan hingga
mereka menjadi faham.
Seperti yang disampaikan dibawah ini :
“Promkes salah satu upaya dimulai ee…cegah..rubah..lalu evaluasi
untuk persoalan kesehatan”.(Kapus)
a.2. Ketenagaan
Untuk jenis ketenagaan yang terlibat dalam kegiatan program
promosi kesehatan dan program diare pada puskesmas ini rata – rata
memiliki pendidikan dengan latar belakang pendidikan kesehatan.
Tabel 4.2 Ketenagaan Yang Terlibat Dalam Tim Promkes dan
Diare
69
Sumber: Puskesmas Rimba Melintang 2022
71
yang ada pada puskesmas ini yaitu belum standar dan dilatih untuk
melakukan kegiatan – kegiatan promosi kesehatan.
a.3.Pelatihan
Upaya untuk meningkatkan mutu SDM para pengelola promkes dan
pengelola diare puskesmas melalui sistem pelatihan , empat informan
mengatakan pendapatnya yang sama, pernyataan pertama disampaikan
oleh kepala puskesmas yang menyatakan bahwa pelatihan itu sangat
penting untuk meningkatakan ketrampilan dan pengetahuan para
pengelola program,pelatihan ini biasanya ada namun ini sudah lama
tidak ada, saya selaku kepala puskesmas sering bertanya tentang hal ini
kepada dinas kabupaten, semoga dalam waktu dekat kegiatan pelatihan
ini terlaksana. Demikian juga pernyataan yang diberikan oleh kepala
tata usaha yang mengatakan, pelatihan dari kabupaten itu jarang,
kegiatan yang dilakukan dipuskesmas umumnya mengundang lintas
sektor untuk duduk bersama menyelasaikan persoalan lapangan.proses
pembelajaran juga terjadi pada saat kita mengundang mereka untuk
hadir dipuskesmas menyelasaikan persoalan-persoalan yang terjadi
terkait kesehatan masyarakat. Sedangkan penangung jawab program
diare memberikan pendapatnya bahwa pelatihan itu sudah lama tidak
dilakukan sepertinya beberapa tahun yang lewat atau sekitar tujuh
bulanlah peksanaan itu terakhir dilakukan, namun sayangnya tidak ada
materi mengenai diare , semua yang dibahas adalah strategi
pemberdayaan masyarakt, bagaimana kita menghadapi persoalan
kesehatan yang dihadapi oleh masyarkat. Seharusnya digabung menjadi
satu, agar pemahaman tentang penyebaran diare juga dipahami oleh
pengelola program promosi kesehatan yang berada
dipusjesmas.sebagaimana yang tertuang dibawah ini :
“Biasanya ada ini..uda lama ga ada..”
(Kapus)
“jarang lah paling kita..undang linsek..untuk rapat..(KTU)
72
“..Sayo rindu….dengan pelatihan tu..apolagi persoalan semangkin
kompleks ..tapi ini sudah lamo tak ado pangilan”(Pj promkes)
b.Dana
Pada umumnya para informan menyampaikan pendapatnya yang
sama terkait pendanaan program yang ada dipuskesmas.Kepala
puskesmas mengatakan siap mendukung kegiatan program apapun
yang dilakukan, kebutuhan berdasarkan prioritas, kita siapkan untuk
bantu-bantu operasional mereka. Dimana sumber dana kegiatan
program yang ada dipuskesmas saat ini hanya bersumber dari bok,
belum ada mendapat suntikan dana lain untuk menunjang kegiatan
program dilapangan, ini masih proses untuk meyakinkan kepala
desa untuk bisa mengangarkan kegiatan dilapangan atau didesa
tersebut melalui dana desa atau ADD, namun masi proses dan
direncanakan akan dimasukan dalam perencanaan tahun depan.
Sedangkan menurud kepala tata usaha menyatakan selalu
mendukung kegiatan dilapangan, seluruh usulan terkait program
tidak pernah saya coret. Ya berapa yang mereka butuhkan kita
ajukan, itu yang bisa kita lakukan untuk mendukung kegiatan ini.
73
Sebagaimana yang disampaikan oleh tiga informan berikut ini:
c. Metode
Sistem perencanaan dan pengaturan kerja terkait kegiatan progam
promosi kesehatan terhadap pengulangan diare di puskesmas, sudah
dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan penelusuran dokumen pada
puskesmas, pada umumnya mereka menyatakan bahwa metode yang
dilakukan sudah terlaksana dan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, informasi pertama oleh kepal puskesamas yang
75
menyatakan bahwa rerncana kerja yang dilakukan oleh pengelola
program sudah dilkasanakan tentunya melalui tahapan- tahapan ya,
melalui RUK, mereka buat saya teken,tidak akan saya persulit
sepanjang itu untuk kegiatan program di puskesmas yang bermuara
pada standar pelayanan menimal yang sudah menjadi ketentuan untuk
dilakukan dan dicapai keberhasilanya, pasti di dukung .sementara itu
pendapat informan kedua selaku kepala tata usaha memberikan
pendapaatnya sebagai berikut, metode yang digunakan ya penyuluhan
pasti direncanakan,di buat rencana kerja setelah itu kita aplikasikan
dimasyarkat. melihat semangat teman-teman dalam pelaksanaan
program dilapangan sudah sangat baik, meskipun metode kegiatan
yang digunakan hanya penyuluhan, edukasi dan kunjungan rumah,
namun itu sudah sangat baik bila itu dilakukan konsisiten dan terus
menerus, sehingga apa yang kita harapkan untuk perubahan prilaku
pada masyarakat dapat tercapai secara optimal dan bisa dipertangung
jawabkan.sehingga bisa dijadiak pedoman untuk membuat langkah-
langkah perbaikan untuk kegiatan program yang maksimal.dua
peryataan tersebut juga didukung oleh satu pendapat dari
penangungjawab program promosi kesehatan yang menyatakan
bahwa keberhasilan dari metode yang dipakai itu membutuhkan
proses untuk mengukurnya, banyak proses yang dilalui. Intinya para
penangung jawab program membuat rencana kerja, setelah itu kita
aplikasikan dimasyarakat, sesuai dengan pedoaman yang telah kita
buat, Satu pendapat lagi di berikan oleh penangung jawab program
diare yang menyatakan bahwa metode itu suatu hal yang aharus kita
buat dalam menunjang keberhasilan program, ya sama-samalah
pokoknya kerja bareng, kita selalu membangun konsep kebersamaaan
untuk mencapai tujuan program yang dinginkan meskipun itu sulit
dan banyak persoalan-persoalan yang kita jumpai pada saaat
menerapkan metode tersebut dilapangan, seperti penyulan , harus
melihat sasaran dari kegiatan tersebut sehingga bisa menyesuaikan
76
materi dalam pelaksanaankegiatan itu. semua itu akan baik pada
waktunya setelah melaksanakan kegiatan tersebut dengan kerja team
yang baik dan komprehensif. Namun demikian peneliti juga
melakukan uji melalui penelusuran dokumen.dimana dokumen
perencanaan kegiatan,tupoksi dan jadwal kegiatan tidak peneliti
temukan.peneliti menelusuri dan melihat pengarsipan yang dilakukan
oleh puskesmas yang bersangkutan namun hal tersebut tidak peneliti
temukan. Berikut kutipan hasil wawancara terkait dengan metode
yang dilakukan teman-teman informan dibawah ini:
77
2. Komponen Proses
Pada komponen proses, variabel yang diteliti adalah pemberdayaan , bina
suasana dan advokasi. Dengan hasil sebagai berikut
A.Pemberdayaan masyarakat
Pada umumnya kegiatan pemberdayaan masyarakat pada wilayah
puskesmas Rimba melintang telah dilaksanakan namun pada umumnya
para informan masih terkendala dengan metode dan cara dalam
pelaksanaan . Seperti hasil wawancara yang disampaikan oleh informan
yang saat ini menjabat sebagai kepala puskesmas, beliau mengatakan
bahwa tantangan terbesar kita adalah pemberdayaan masyarkat yang
belum maksimal. Jujur secara pribadi tidak mengerti apa yang diamaksud
dan diinginkan dari kegiatan ini, siapa yang kita berdayakan, siapa yang
memberdayakan dan berapa lama kegiatan ini kita lakukan. Selama ini
yang diketahui hanya kunjungan rumah , posyandu dan swiping bidan
desa.sementar itu di waktu yang sama informan lain juga memberikan
pernyataaanya yaitu kepala tata usaha yang mengatkan bahwa
pemberdayaan itu ya di berdayakan diajarkan, hingga masyarakat
mendapat perlakuan terhadap masalah yang mereka alami, petugas
kesehatan mempunyai tangung jawab moral untuk memberikan edukasi
dan solusi terhadap apa yang masyarakat alami, sehingga masyarakat bisa
paham dan mendapat pembelajaran yang maksimal dari kegiatan ini,
meskipun memberdayakan masyarakat itu tidak semudah membalikan
telapak tangan namun sebagai petugas kesehatan harus mampu untuk
menjawab persoalan ini melalaui tahapan dan mekanisme yang sudah
diatur. Semoga kedepanya menjadi lebih baik dan profesinal dalam
melaksankan program-program yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat. Selanjutnya penangungjawab program promosi kesehatan
pada puskesmas tersebut juga berkomentar dan memberikan pernyataan
terkait pemberdayaan yang sudah dilakukan, beliau mengatakan
78
pemberdayaan itu adalah usaha yang konsisten, pemberdayaan ini berat.
Semua harus terlibat dalam pelaksanaanya, sudah berupaya untuk
melaksanakan yang terbaik, namun upaya-upaya itu belum maksimal,
salah satu faktornya adalah budaya, pola bekerja masyarakat serta tingkat
pendidikan yang bervariasi, itu semua mempengaruhi keberhasilan dalam
pencapaian target dari pemberdayaan itu sendiri. Pernyaaan para
informan diatas diperkuat oleh pernyataan yang berasal dari masyarakat
yang memiliki balita, yaitu seorang ibu-ibu yang peneliti anggap dan
mampu mewakili para ibu lainya untuk memberikan informasi terkait
penelitian ini , ibu tersebut menyatakan bahwa kita diundang , kita
dikumpulkan diajarkan hidup sehat. Ya untuk kebaikan kita tentunya kita
sangat senang pihak puskesmas mau meagajari kita, bagaimana cara
mengahadapi ganguan kesehatan seperti diare ini. apresiasi sekali bapak
ibu sudah mau berkunjung dan membina kami walaupun hingga saat ini
proses itu belum maksimal,masyarakat akan membantu untuk
menyampaikan informasi ini melalui perwiritan dan pertemuan-
pertemauan tingkat desa, semoga apa yang sudah diberikan kepada kami
menjadi ladang ibadah bapak-ibu dalam melaksankan tugas mulia
ditengah-tengah masyarakat yang membutuhkan seoerti kami.
“Ya..diberdayakan diajarkan..’’(KTU)
80
mengatakan bahwa kemitraan itu butuh waktu dan proses untuk
membuktikan keberhasilanya, intinya sudah kita lakukan hanya butuh
waktu , dan para bidan desa sudah maksimal melakukan ini. Begitu juga
pendapat penengungjawab program diare yang mengatakan bahwa
kemitraan itu adalah tangung jawab bidan desa. Ya bidan desa biasanya
yang mengatur semua kita hanya menunggu hasil. selanjutnya peneliti
melakukan observasi dilapangan dan melihat secara langsung atas
dokumen terkait kegitan kemitraan tidak ditemukan. Seperti dokumen
kerja sama, dokumen kegiatan serta foto kegiatan.Sebagaimana yang
disampaikan beberapa informan dibawah ini :
“Siapa saja boleh yang penting jalan proggram”(Kapus)
“Linseklah tu”(KTU)
“Sudahlah tentunya….hanya butuh waktu”(Pj promkes)
“Bidan desa biasnya”(Pj diare)
luaran: Kemitraan adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk mencapai tujuan bersama, dimana masing-masing pihak
memiliki hak tangung jawab sesuai dengan kesepakatan.kegiatan
kemitraan pada puskesmas ini telah dilaksanakan namun dokumen
kerja sama untuk membuktukan kegiatan tersebut tidak ditemukan,
dokumen perencanaan serta hasil kegiatan juga tidak ditunjukan.
Kegiatan kemitraan menurud pemahaman team yang ada
dipuskesmas adalah tangung jawab para bidan desa dan bagian dari
kegiatan pada pertemuan lintas sektor.
B.Bina Susana.
C.Advokasi.
84
Terkait kegiatan advokasi yang sudah dilakukan , peneliti juga tidak
menemukan Arsip kegiatan atau gambar terkait kegiatan tersebut.
Meskispun perencanaan sudah ada namun jadwal kegiatan tidak ada
peneliti temukan.
luaran : Advokasi itu suatu tindakan yang harus digunakan untuk
mengubah suatu kebijakan sehingga tujuan dari program untuk
membuat suatu perubahan dapat terlaksana. hasil yang diharapkan
dari kegiatan ini adalah produk berbentuk aturan, kebijakan, regulasi
dan dukungan serta komitmen untuk mendukung atas topik atau
masalah yang terjadi pada pemangku kebijakan atau orang yang
memiliki pengaruh besar di masyarkat. Kegiatan advokasi pada
puskesmas ini telah dilaksanakan, perencanaan kegiatan telah
dibuat. sudah berjumpa dengan sasaran advokasi yaitu
Camat.kepala desa, pengusaha dan para tokoh penting yang ada
dimasyarakat Namun tidak didapatkan hasil dukungan tertulis dari
kegitan tersebut seperti surat keputusan, edaran atau peraturan. Ini
juga dapat dilihat dari arsip kegiatan yang tidak ditemukan dan
dokumen terkait hasil advokasi yang sudah dilakukan.
3. Komponen Keluaran
a.evaluasi program
Secara umum kegiatan evaluasi program promosi kesehatan dalam
penangulangan diare di puskesmas dilihat dari beberapa tahapan yaitu dari
mulai proses perencanaan, kegiatan rapat,pembahasan program, hubungan
lintas sektor hingga komitmen bersama untuk membangun komunikasi
yang efektit sudah dilaksanakan.pada umumnya para informan memberikan
pendapatnya masing-masing terkait kegiatan evaluasi terhadap program
promosi kesehatn dalam penangulan diare pada balita diwilayah kerja
puskesmas rimba melintang, kepala puskesmas menyatakan kelemahan kita
85
pada saat melaksanakan kegiatan dilapangan, temnya kurang memahami
tujuan sehingga pelaksanaan program serimg mengambang karna pedoman
yang kurang meskipun penjabaran program sudah disampaikan oleh
pengelola program melalui pertemuan lintas program puskesmas , namun
pada saat turun kelapangan hal tersebut sering terjadi, dimana team kita
kurang siap dan sigap dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Hal senada
juga disampaikan oleh kepala tata usaha puskesmas bahwa evaluasi
program yang sudah kita berjalan kita lakukan sesuai waktu yang telah kita
tentukan, kita lihat kendala mereka, kita bantu upaya penyelesaianya.
Sehingga bisa melihat dan mengukur keberhasilan dari program yang akan
di evalusi meskipun hal tersebut membutuhkan waktu dan proses namun
perubahan akan terjadi bila sistem kita jalankan dengan baik. Selanjutnya
penangung jawab promkes mengatakan seluruh proses kita lakukan untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berjalan , mulai dari perncanaan
kegiatan, proses berjalan hingga pelaksanaan kegiatan. Ini di lakukan untuk
melihat sejauh mana program ini memberi danpak kepada masyarakat. Pada
akhirnya nanti akan merasakan penurunan angka kesakitan pada diare yang
tentunya diiringi dengan peningkatan pengatahuan pada invidu dan
masyarakat pad awilayah kerja puskesmas .pendapat yang sama juga
disampaikan oleh penangung jawab progam diare bahwa evaluasi tu adalah
proses yang harus diikuti. Informan tersebut menyampaikan bahwa
kegiatan tersebut terlaksanalah itu penting untuk program, yakin dan
percaya dengan membaiknya sistem kita pada puskesmas ini semangkin
mempermudah untuk melakukan evalusi yang baik sesuai standar.hasil
penelusuran dokumen yang dilakukan, tidak ditemukan arsip pertemuan
lintas program, rencana kerja serta dokumentasi kegiatan
87
persoalan ,yang harusdi prioritas untk dijadikan kegiatan rutin yang
konsiiten sebagai mana kutipan dibawah ini:
“kadang rapat…kadang lama baru rapat lagi”(Pj diare)
Hasil Penelitian
3.Dinas Kesehatan
Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada 2 (dua) orang informan
sebagai penangung jawab program promkes dan diare.. Wawancara dilakukan
selama 15-20 menit melalui rekaman suara pada aplikasi android. Peneliti juga
melakukan penelusuran dokumen dan panduan observasi terkait kegiatan program
yang dilakukan pada puskesmas di Kabupaten Rokan Hilir.
Setelah mendapat persetujuan dari informan tanpa adanya paksaan barulah
dilakukan wawancara mendalam dengan mengunakan pedoman wawancara
mendalam.
1.Komponen Masukan
88
Pada Komponen masukan ini variabel yang diteliti adalah SDM, meliputi
Pengetahuan, Ketenagaan, Pelatihan. Adapun hasinya digambarkan
sebagaimana berikut :
Sumber Daya Manusia
a. Pengetahuan promkes dan diare
Umumnya pendapat penangung jawab program kabupaten, baik promosi
kesehatan ataupun diare hampir sama, sangat mendukung kegiatan
tersebut berjalan maksimal dan dilakukan monitoring terus menerus ,
sehingga apa yang menjadi persoalan yang mendasar di masyarakat
mampu diupayakan untuk dicarikan jalan kluarnya. Sebagai mana
pendapat kasi promkes yang peneliti lakukan wawancara mendalam pada
saat penelitian berlangsung. Informan ini mengatakan promosi kesehatan
itu segala upaya untuk perubahan prilaku pada seseorang sehingga bisa
membantu untuk menghadapi persoalan kesehatan. Hal tersebut harus
didasari oleh strategi-strategi dalam penguatan promosi kesehatan
termasuk para petugas yang turun langsung ke lapangan untuk
melakukan pendampingan untuk proses perubahan prilaku
dimasyarkat.selanjutnya penangung jawab program diare di kabupaten
juga mengatakan, semua itu butuh perjuangan untuk melakukan upaya
perubahan prilaku dari yang kurang baik menjadi lebih baik, program
diare itu harus ada sentuhan promkeslah agar seiring sejalan mencapai
tujuan, pedampingan wajiblah dilakukan oleh puskesmas, sehingga pada
akhirnya akan terjawab langsung apa yang menjadi keinginan dari tujuan
yang akan dicapai yaitu perubahn prilaku.
89
“Program diaare itu harus ada sentuhan promkeslah..agaar seiring
sejalan mencapai..tujuan, pendampinganwajiblah dilakukan oleh
puskesmas” (Pj diare)
luaran: Promosi Kesehatan itu adalah suatu proses yang bertujuan untuk
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatanya.
Demi mencapai derjat kesehatan yang sempurna, baik dari fisik, mental,
maupun sosial. Sehinga terjadi perubahan prilaku dari yang tidak mau
menjadi mau. Pemahaman informan mengenai pengertian promosi
kesehatan telah mereka sampaikan, umumya mereka mengerti
mengenai definisi promosi kesehatan, dan pennjabaran, .
Penatalaksanan bila menghadapi permasalahan diare.
90
yang disampaikan oleh penangung jawab program diare dikabupaten,
beliau mengatakan tidak ada persoalan untuk ketenagaan, semua oke.
Kegiatan yang dilakukan dipuskesmas , setiap saat kita pantau, apa
yang menjadi kebutuhan puskesmas terkait program tersebut kita
upayakan untuk memenuhinya.sebagaimana kutipan wawancara
mendalam dibawah ini
:
“…Hingga hari ini..ee..tenaga pelaksana untuk kegiatan promosi
kesehatan dipuskesmas masi memadailah…umumnya mereka para
sarjana..”(Pj promkes)“
92
yang kita laksanakan saat ini melakukan komunikasi yandg efektif
melalaui grup WA yang sudah dibentuk.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian
1. Kekuatan
1) Penelitian ini didukung penuh oleh penangung jawab program pada
dinas kesehatan beserta dua kepala puskesmas tempat peneliti
melakukan penelitian, sehinga mempermudah peneliti untuk
melakukan pengambilan data pada tempat penelitian tersebut.
2) Munculnya informasi – informasi baru yang tidak dapat diduga dan
digali apabila mengunakan pendekatan kuantitaif. Disamping hal
tersebut penelitian ini dapat dimamfaatkan dan digunakan sebagai
dasar perbandingan bagi penelitian operasianal lainya.
2. Keterbatasan Penelitian
93
1) Waktu penelitian yang terbatas dan jarak tempuh ketiga tempat
penelitian yang berjauhan memakan waktu dua jam perjalanan dengan
medan yang sulit, sehinga dapaat mempengaruhi fisik peneliti dalam
pengambilan data yang berulang.
2) Kemungkinan Informan penelitian akan menutupi masalah yang
sebenarnya terjadi sehinga mengakibatkan bias informasi.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Masukan
Berikut ini akan disampaikan pembahasan yang meliputi : Sumber daya
manusia, Dana dan Metode.
b. Sumber Daya Manusia
Pada umumnya wawasan informan mengenai kegiatan program
promosi kesehatan terhadap penangulangan diare di puskesmas masih
belum maksimal.meskipun dari jenis ketenagaan umumnya mereka lulusan
strata satu dibidang kesehatan, namun mereka tidak mampu menjelaskan
apa yang menjadi kewenangan dan tangung jawab pengelola
program.peningkatan mutu kwalitas program juga menjadi prioritas untuk
perbaikan kedepanya.
Menurut Kementrian kesehatan (2019) bahwa indikator keberhasilan
program promosi kesehatan dapat dilihat dari indikator masukan, indikator
proses, indikator keluaran dan indikator dampak. Indikator masukan
program promosi kesehatan dapat dilihat dari:
a. Adanya tenaga kesehatan sesuai dengan acuan dalam standar SDM
Promosi Kesehatan.
b. Adanya komitmen Kepala Instansi yang mencerminkan dalam
rencana umum pengembangan promosi kesehatan
c. Adanya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana
Operasional Promosi Kesehatan.
d. Adanya tenaga profesi dan tenaga kesehatan lain yang sudah dilatih.
e. Adanya sarana dan peralatan promosi kesehatan sesuai acuan dalam
standar sarana promosi kesehatan.
94
f. Adanya sarana dan peralatan promosi kesehatan sesuai acuan dalam
standar sarana promosi kesehatan.
Kegiatan Promosi Kesehatan menurud Peraturan Mentri Kesehatan tahun
2014 terbagi menjadi dua, seperti yang disampaikan berikut ini :
1. Kegiatan Promosi Kesehatan di dalam Gedung
Promosi kesehatan di dalam gedung adalah promosi kesehatan yang
dilaksanakan di lingkungan dan gedung seperti di tempat pendaftaran,
poliklinik, ruang perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat
pembayaran dan di halaman (Permenkes, 2014). Promosi kesehatan
yang ada di Puskesmas akan dibagi atas dua yaitu promosi kesehatan
dalam gedung dan promosi kesehatan diluar gedung.
2. Kegiatan Promosi Kesehatan Di Luar Gedung
Kegiatan promosi kesehatan diluar gedung dilakukan dengan sasaran
masyarakat yang berada di wilayah kerja instansi yang bersangkutan
sebagai upaya untuk meningkatkan PHBS dengan pengorganisaian
masyarakat. Pelaksanaan promkes diluar gedung dilaksanakan
bekerjasama denganberbagai pihak potensial melalui metode advokasi,
bina suasana, gerakan pemberdayaan yang dijiwai semangat kemitraan
dengan kegiatan sebagai berikut (Permenkes, 2019)
A. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu.
B. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (TP PKK, karang
taruna, posyandu, SBH, majlis taklim dan lain sebagainya).
C. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi masyarakat
(ormas) seperti kelompok kesenian tradisional dan lain sebagainya.
D. Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui: 1.
Kunjungan rumah 2. Pemberdayaan berjenjang 3. Pengorganisasian
masyarakat melalui Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).
Oleh sebab itu menurud peneliti, peningkatan pengetahuan pada
sumber daya manusia yang terlibat langsung pada pelaksanaan program
promosi kesehatan dan program penangulangan diare di puskesmas rimba
95
melintang dan batu hampar harus mendapat bimbingan dan pelatihan agar
mampu menyelasaikan persoalan – persoalan program yang terjadi
dimasyarakat. Seyogyanya peningkatan sumber daya manusia dilakukan
lebih selektif agar diperoleh orang yang kompeten dan konsisten serta
betul – betul memahami persoalan yang terjadi dalam pelaksanaan
program dipuskesamas sesuai dengan keputusan mentri kesehatan no 46
tahun 2019 tentang konsep puskesmas dan ketenagaan yang ada di
puskesmas.
Hal tersebut sangat cocok dengan pendapat Roharyati (2017), bahwa
inti pengadaan sumber daya manusia adalah menyadiakan tenaga kerja
yang dibutuhkan suatu organisasi secara kuantitatif maupun kualitataif.
Secara kuantitatif ditentukan melalui Analisis Beban Kerja (Work Force
Analysis), secara kualitatif ditentukan mealalui analisis jabatan (Job
Analysis) yang menghasilkan baik deskripsi jabatan dan spesialis jabatan
(Job Spesification).
96
Keadaan fenomena diare yang begitu rentan penyebarannya
dimasyarakat terutama pada bayi dan balita sangat membutuhkan suatu
tim yang bekerja sama secara terpadu dan teroganisir, sehingga
menghasilkan SDM-SDM yang berkualitas dan terlatih yang dapat
melaksanakn kegiatan penangulangan diare Melalui upaya promosi
kesehatan yang maksimal.
2. Dana
Kebutuhan dan ketersedian dana pada kedua puskesmas dalam
pelaksanaan program promosi kesehatan dalam penangulangan diare pada
balita, saat ini masi bersumber dari Bantuan Operasional Puskesmas atau
BOK, Sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan No 2 Tahun 2022. Tentang
petunjuk tehnis pengunaan dana alokasi khusus nonfisik bidang kesehatan
anggaran 2022.pada juknis tersebut diatur pada satu menu paket program
dimana langkah awal yang harus pengelola program lakukan dengan membuat
satu usulan program yang terintergrasi dengan perencanaan puskesmas.
Menurut peneliti dengan kondisi keuangan yang realtif kecil dimana
setiap kegiatan hanya dibayarkan tranportasi untuk operasional kelapangan
dengan frekwensi yang telah ditentukan, tentunya ini menjadi persoalan serius
yang harus diperhatikan dan dicarikan jalan keluarny .sebagaimana yang
dikatakan haliman (2018) pada dasarnya rencana itu dibuat untuk
menyelesaikan suatu masalah berdasarkan keadaan yang ada serta menyusun
kegiatan yang diperlukan termasuk pembiayanya.
Hal tersebut diperkust oleh pendapat munawir(2019) yang mengatakan
bahwa biaya adalah nilai dari sejumlah input (faktor produsi) yang dipake
untuk menghasilkan output (produk) pada suatu kegiatan yang telah
direnacanakan.
Menurut peneliti saran yang sebaiknya dilakukan oleh kedua puskesmas
adalah dengan memaksimalkan rencana kerja, melakukan potret wilayah serta
pembahasan rencana kerja bersama penangung jawab program lainya secara
berkala dan konsisten.
3. Metode
97
Sistem perencanaan dan pengaturan kerja pada kegiatan program promosi
kesehatan dalam penangulangan diare pada kedua puskesmas masi belum
maksimal, Mereka sering mengadakan rencana kerja dadakan. Hal ini
diperkuat oleh penelusuran dokumen pada kedua puskesmas tersebut, dimana
dokumen perencanaan tidak peneliti temukan, begitu pula Tupoksi-Job
Description, Absensi kegiatan,serta dokumentasi foto kegiatan
Menurud Permenkes (2016) Metode penyuluhan kesehatan dapat
digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera
penerima dari sasaran promosi kesehatan
A . Berdasarkan Teknik Penyuluhan
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan
penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak
diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan
pendapatnya atau mengajukan pertanyaan–pertanyaan apapun. Dan
proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way
method). Contoh metode ini adalah metode ceramah.
2. Metode sokratik
Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang
memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan
tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan
lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah
pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran dan
sebagainya.
3. Metode penyuluhan tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan film,
98
media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media
eletronik (televisi, radio).
B. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
1. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan,
antara lain: kunjungan rumah, hubungan telepon dan lain-
lain.Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk
dalam ketegori ini antara lain: pertemuan, demostrasi, diskusi
kelompok, pertemuan FGD dan lain-lain.
2. Pendekatan massal
Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa
metode yang masuk dalam golongan ini adalah: pertemuan umum,
pertunjukan kesenian, penyebaran tulisan/ poster/ media cetak
lainnya, lain.
C. Berdasarkan indera penerima
1. Metode melihat/ memperhatikan
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan,
seperti:penempelan poster, pemasangan gambar/ foto, pemasangan
koran dinding, pemutaran video.
2. Metode pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya: penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah dan lain-lain.
3. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk: demonstrasi (dilihat,
didengar, dicium, diraba dan dirasakan.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare secara
umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
99
(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Kemenkes, 2019)
Menurut peneliti, metode yang ada pada kedua puskesmas tersebut
perlu mendapat perhatian khusus dan pemahaman yang baik dari seluruh
unsur program yang terlibat pada kegiatan promosi kesehatan dalam
penangulangan diare pada wilayah tersebut. Kejelasan jabatan serta uraaian
kerja harus menjadi prioritas untuk meningkatkan tujuan dari program
tersebut.
3. Proses.
Berikut ini akan disampaikan pembahasan tentang komponen yang
terkait pada komponen proses meliputi : Pemberdayaan Masyarakat, Bina
suasana dan Advokasi.
a. Pemberdayaan Masyakat
Pada umumnya informan yang peneliti kumpulkan
berkenaan dengan proses pemberdayaan masyarakat, sangat
bervariasi. Kegiatan-kegiaatan tersebut meliputi usaha-usaha dari
tim yang ada di program promosi kesehatan untuk melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat terhadap penanagulangan
diare pada kedua puskesmas tersebut. Namun kegiatan yang
dilakukan oleh kedua puskesmas tersebut belum maksimal
sebagaimana yang disampaikan mereka melalui tehnik wawancara
yang peneliti lakukan, mereka mengatakan sulitnya mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan pemberdayaan masyarkat salah satu
penyebabnya adalah pemahaman masyarakat yang belum
maksimal dan keterbatasan tenaga dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Menurut Notoadmojo(2012) Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,
agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau
100
sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude)
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice) .
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan
keluarga, serta kelompok masyarakat.Dalam mengupayakan agar
seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan
membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
orang yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa
sesuatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan
bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Manakala ia
telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus
diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang
bersangkutan (Permenkes, 2014).
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan
menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masalah.Tetapi selain
itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa
dicegah dan atau diatasi.Di sini dapat dikemukakan fakta yang
berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan; misalnya
tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak
pernah terserang diare karena prilaku yang dipraktikkannya
(Permenkes, 2019).
Menurut pendapat peneliti, perlu diadakan evaluasi terkait
pelaksanaan strategi pemberdayaan dimasyarakat, kedua
puskesmas harus lebih intens memahami kondisi riil yang terjadi di
masyarakat, budaya dan lingkungan yang ada dimasyarakat harus
menjadi prioritas utama dari strategi pemberdayaan yang dilakukan
dimasyarakat, tentunya harus didukung oleh jumlah ketenagaan
yang memadai sehingga tujuan dari pelaksanaan pembrdayaan
masyarakat dapat terlaksana dengan baik.
101
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan
melalui kemitraan serta menggunakan metode dan teknik yang
tepat. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga- lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli
terhadap kesehatan.LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di
antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintah, agar
upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasil
guna.
a. Bina Suasana
Secara umum upaya yang dilakukan kedua Puskesmas oleh tim
yang ada di promkes untuk melakukan kegiatan bina suasana kepada
masyarakat terkait perubahan prilaku yang diharapkan dalam melakukan
penceghan dan promosi kesehatan terkait penangulangan diare , belum
maksimal. Hal tersebut sesuai dengan apa yang tertuang dalam peraturan
Mentri Kesehatan mengenai Bina Suasana sebagaimana yang
disampaikan dibawah ini
102
a. Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat.
Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan
opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
Mereka juga diharapkan dapat menjadi individu-individu panutan
dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau
mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut
misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu
Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya
wabah demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar
mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi
guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku
individu.
b. Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok
dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus
Rukun Warga (RW), kelompok keagamaan, perkumpulan seni,
organisasi profesi, organisasi wanita, organisasi siswa/mahasiswa,
organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh
dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah
peduli. Diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut
lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang
diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau
melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
b. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat
umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi,
seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain,
sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan pendekatan ini
diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan
mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.Suasana atau
pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai
103
pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu
anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan
perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan
melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan
mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi
kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta kelompok media
massa; dan (2) Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan,
mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan
teknik serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan
penyuluhan.
Menurut peneliti, kegiatan Bina Suasana pada kedua Puskesmas
tersebut menjadi prioritas utama yang wajib diselesaikan tentunya
melalui tahapan-tahapan yang harus dikuasai oleh pengelola program
promosi kesehaatan dalam hal penguatan terhadap penangulangan
diare di daerah tersebut. Pengelola program seyogyanya membentuk
team kerja untuk menjawab persoalan ini, sehingga nantinya team
akan melakukan inovasi terkait dengan upaya dalam pencapain
penurunan kasus diare yang terjadi pada wilayah kerja puskesmas
tersebut.
c. Advokasi
Kegiatan Advokasi pada dua puskesmas yang peneliti lakukan penelitian,
pada umumnya sudah terlaksana namun usaha untuk mempengaruhi
kebijakan publik dengan upaya komunikasi untuk menghasilkan dukungan
dan komitmen belum maksimal. Dari penelitian yang peneliti lakukan pada
umumnya mereka melakukan kegiatan advokasi belum sesuai dengan apa
yang diharapkan. Dukungan kebijakan berupa aturan dan kesepakatan tertulis
tidak peneliti temukan, pada umumnya informan tidak memahami konsep
dari kegiatan advokasi ini, hal tersebut dipertegas oleh salah satu informan
yang ada pada puskesmas tersebut bahwa kegiatan advokasi itu sudah
dilakukan namun belum sesuai dengan harapan.
104
Menurud Hadi (2015) defenisi advokasi adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif. Advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses
yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan
dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana,
advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan
(misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana dan
lain-lain sejenis.
Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang
umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang
dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti
tokoh agama, tokoh adat dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai
tokoh-tokoh dunia usaha,yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang
dana non-pemerintah (Permenkes, 2014). Strategi advokasi dilakukan dengan
melalui pengembangan kebijakan yang mendukung pembangunan kesehatan
melalui konsultasi pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan lain kepada
para pengambil keputusan baik kalangan pemerintah, swasta maupun pemuka
masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
Menurud peneliti kegiatan advokasi pada kedua puskesmas dalam upaya
penguatan program promosi kesehatan terhadap penangulangan diare harus
lebih ditingkatkan lagi, sebagaimana yang dikataakn oleh hadi (2015) bahwa
kegiatan advokasi harus melewati enam langkah yaitu : analisis, strategi,
mobilisasi, aksi , evaluasi dan kesinambungan. puskesmas harus peka
terhadap persoalan kesehatan yang terjadi di masyarakat. Pengelola program
harus mampu menjawab persoalan yang terjadi dimulai dari ketersedian
informasi yang akurat, membentuk kelompok kerja advokasi dalam
mengembangkan srategi dan rencana serta mengidentifikasi sasaran utama.
Team yang terbentuk juga harus mampu berkoalisi dan membuaat jaringan
kerja untuk menghimpundemua pihak yang memiliki kepentingan terhadap
issu advokasi yang diangkat.Selanjutnya peneliti juga menyarankan agar para
pengelola program kedua puskesmas sangat penting mempertahankan
105
kekompakan team dalam pelaksanaan aksi terhadap mitra koalisi.kelompok
advokator memastikan bahwa setiap angota koalisi memperoleh informasi
tentang kegiatan aksi yang sedang dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan
dari kegiatan advokasi ini team juga wajib melakukan monitor secara rutin
atas kegiatan yang telah dilakukan.pada intinya kegiatan advokasi merupakan
berlangsung secara kontinyu dan tidak berhenti sesaat.
5. Keluaran
Berikut ini akan disampaikan pembahasan tentang komponen keluaran
yang meliputi tujuan evaluasi kegiatan promosi kesehatan terhadap
penangulangan diare pada puskesmas batu hampar dan puskesmas rimba
melintang.
Secara umum kegiatan evaluasi program promosi kesehatan dalam
penangulangan diare di puskesmas dilihat dari beberapa tahapan yaitu dari mulai
proses perencanaan ,metode evaluasi , kegiatan rapat,pembahasan program,
hubungan lintas sektor hingga komitmen bersama untuk membangun
komunikasi yang efektit sudah dilaksanakan. Untuk kegiatan rapat program
yang membahas mengenai persoalan – persoalan yang ditemui serta tindak
lanjut yang akan dilakukan sudah baik. Rata-rata informan mengatakan kegiatan
tersebut dilakukan konsisiten setiap bulannya, sebagai mana yang disampaikan
oleh informan dalam penelitian ini. Pertemuan lintas program telah kita lakukan
rutin setiap bulan untuk membahas langkah-langkah yang menjadi persoalan
yang ditemukan.
Menurud Notoadmojo (2015) Evaluasi merupakan bagian dari sistem
manajemen yaitu perencanaan,organisasi,pelaksanaan,monitoring dan evaluasi.
Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi
tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah
menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata
serapan dari bahasa inggris yaitu evaluation yang berati penilaian atau
penaksiran.Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda – beda
sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatf oleh pakar evaluasi.
106
Sedangkan Menurud Stufflebeam ( 2018 ), Evaluasi adalah ‘the process
ofdelineating,obtaining,and providing useful information for judging decision
alternatives” Artinya evaluasi merupakan proses mengambarkan, memperoleh,
dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternative
keputusann. Evaluasi juga didefenisikan sebagai suatu proses untuk menentukan
nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan (Azwar , 2016).
Menurut peneliti proses dalam pelaksanaan evaluasi program promosi
kesehaatan terhadap penangulangan diare pada kedua puskesmas sudah
dilakukan namun belum maksimal, pernyataan tersebut diperkuat oleh
pernyataan informan yang mengatakan para pelaksana program pada saat turun
kelapangan pada umumnya tidak mengetahui tujuan yang akan mereka capai.
Pendapat informan tersebut sesuai dengan fakta penelusuran dokumen yang
peneliti lakukan, dimana dokumen rapat pada puskesmas rimba melintang
terkait penguaatan program promosi kesehatan pada penangulangan diare tidak
ditemukan, seperti absensi rapat,notulen dan dokumentai fhoto kegiatan.
Sedangkan pada puskesmas batu hampar seluruh dokumen rapat tentang
kegiatan program promosi kesehatan hanya ditemukan dibulan February 2021
dan maret 2022.
Pentingnya pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dilakukan
dipuskesmas, menurud peneliti pelaksanaan dan pengawasanya iharus konsisten,
terarah sehingga menjadi monitoring yang kuat untuk melakukan dasar
penilaian terhadap keberlangsungan program tersebut. Sesuai dengan
pendapat Rei (2015) Prinsip Evaluasi Program Kesehatan Masyarakat:
a. kunci pengambilan keputusan yang lebih baik,evaluasi harus melihat
kedepan dan berorientasi pada tindakan.
b. Evaluasi bersifat menyeluruh dan dinamis, menaruh perhatian kebijakan
pengujiandan alternatife-alternatife rencana, mengawasi kemajuan dalam
proses penerapan dan memberi penilaian sumatif kepada hasil ukur.
107
c. Evaluasi dilandasi prinsip ,dimulai dengan pernyaan yang jelas mengenai
pengaruh-pengaruh yang harus dicapai pada populasi mana dan dalam
jangka waktu yang ditetapkan.
d. Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus
diperiksa ketetapan dan kesesuainnya.
e. Ketepatan waktu dan tempat laporan-laporan evaluasi harus disesuaikan
dengan kebutuhan akan keputusan yang tepat waktu.
f. Evaluasi bertsifat membandingkan, evaluasi bergantung pada
indicator-indikator yang mengambarkan tingkat dan rasio yang tepat.
g. Penilaian harus membedakan antara hasil yang merupaka puast perhatian
pengendalian keputusan serta keluaran yang timbul akibat dari ketidak
pastian dan kesempatan.
Sedangkan menurut Husna (2017). Tujuan Evaluasi Program
Kesehatan Masyarakat adalah :
Tujuan Evaluai Program Kesehatan Masyarakat (Husna,2017).
a. Memberikan masukan bagi perencanaan program kesehatan
masyrakat.
b. Memberikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan
dengan tindak lanjut , perluasan atau penghentian program kesehatan
masyrakat.
c. Memberikan masukan yang berkenaan dengan factor pendukung dan
penghambat program kesehatan masyarakat.
d. Memberikan masukan dan motivasi serta pembinaan bagi
peyelengara,pengelola dan pelaksana program kesehatan masyarakat.
Menurut peneliti upaya yang telah dilakukan kedua puskesmas terkait
tahapan evaluasi program promosi kesehatan terhadap penangulangan diare
sudah berjalan namun belum maksimal. Kepala puskesmas beserta pengelola
program harus mampu membuat karya inovasi terhadap persoalan yang
ditemukan sehingga tujuan akhir dalam kegiatan evaluasi bisa terlaksana
dengan baik.
C. Implikasi terhadap Program dan Kebijakan
108
Penelitian ini diharapkan dapat membantu menjawab persoalan-persoalan
yang terjadi ditingkat puskesmas terkait pelaksanaan program promosi kesehatan
terhadap penangulangan diare pada balita. Sebagai dasar pertimbangan untuk
membuat perencanaan terkait kegiatan dipuskesmas dan bisa juga digunakan
untuk membuat langkah kebijakan program ditingkat kabupaten untuk persoalan
program promosi kesehatan terhadap penangulangan diare.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan upaya program promosi kesehatan terhadap
penangulangn diare pada balita di dua Puskesmas yang ada di kabupaten
rokan hilir yaitu Puskesmas Batu Hampar dan puskesmas rimba melintang
sudah berjalan namun perlu ditingkatkan. Dimulai dari peningkatan
sumber daya manusia : dedikasi, pengabdian dan tangung jawab serta
kejelasan tugas pokok dan fungsi harus diperjelas sehingga tingkat
pengetahuan para pengelola program bisa terukur dalam pelaksanaan
kegiatan dilapangan.untuk pendanaan seyogyanya didukung penuh oleh
109
kepala puskesmas terkait kegiatan yang dilakukan para pengelola program
untuk memutuskan mata rantai penukaran diare diwilayah tersebut,
metode yang digunakan harus sesuai dengan mekanisme pelaksanaan
kegiatan program promosi kesehatan dilapangan.
Perencanaan yang baik yang dibuat oleh pengelola program harus
berdasarkan kebutuhan berbasis masyarakat. Kepala puskesamas dn
pengelola program juga memahami konsep dasar pelaksanaaan
pemberdayaan masyarkat, bina suasana dan advokasi.sehingga upaya
kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan publik pada saat pelaksanaan
berlangsung baik berupa kebijakan atau regulasi terkait permasalahan yang
terjadi. Evaluasi program baik promosi kesehatan dan program
penangulangan diare di puskesamas perlu mendapaat perhatian khusus.
Sehingga bisa dilakukan pengawasan yang baik menjadi monitoring yang
konsisiten.
B. Saran
1. Pihak Manajemen puskesmas melakukan perbaikan dengan membuat
komitmen bersama yang ditanda tangani bersama lintas program dan
lintas sektor terkait persoalan yang dihadapi. Melakukan evaluasi dan
pengawasan serta memberikan umpan balik tearhadap proges yang
telah dicapai.
2. Pihak Manajemen puskesmas membuat kegiatan pelatihan secara
berkesinambungan terkait upaya promosi kesehatan terhadap
penangulangan diare dengan mengundang nara sumber yang
memahami persoalan tersebut.
110
3. Pihak Manajemen puskesmas harus mampu menjembatani para
penangung jawab program untuk melakukan kegiatan Advokasi
kepada pemerintah kecamatan dan pelaku dunia usaha yang ada
dikecamatan dengan produk akhir adalah regulasi dan kebijakan serta
dukungan tehnis berupa alokasi pendadnaan untuk mendukung
keberhasilan program pada wilayah kerja puskesmas tersebut.
4. Pihak Manajemen membuat laporan tertulis serta membuat langkah-
langkah penyelesaian persoalan program dengan melibatkan
penangung jawab program dan melaporkan kepada kepaala
pusekesmas secara berkala dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Andrainto, P. (2019) Pencegahan Diare akut. EGC, Jakarta.
.Agungnisa, A. (2019). Faktor Sanitasi Fisik Rumah yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Diare Pada Balita di Desa Kalianget Timur. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 11 (1). 1-9. DOI: 10.20473/jkl.v11i1.2019.1-9
Amelia, D., Ahmad, C., Lis, D, R & Sutikno. (2013). Spatial analysis of
Pneumonia in Jawa Timur for Facing Extreme Climate. (March 2019).
Andriyani, R & O, D, Ristica. (2017). Hubungan Status Imunisasi, ASI Ekslusive
dan Status Gizi dengan Kejadian diarePada Balita di Puskesmas Rejosari.
Jurnal Dunia Kesmas, Vol 6 (2). pp, 93-96.
111
Bungin , Burhan. 2008
Beyratne, U. D. R. A., Warnkar, V. I. S., Etyati, A. M. S., & Riasih, R. I. N. A. T.
(2013). Cough Sound Analysis Can Rapidly Diagnose Childhood
Pneumonia. Annals of Biomedical Engineering, 41(11), 2448–2462.
https://doi.org/10.1007/s10439-013-0836-0
Boogaard, F. E, V, D, Jorrit J, H., Cornelis, V, V., Marcel M, L, Joris J.T.H, R.,
Tom, V, D, P., Marcus J, S., (2015). ;Feasibility and Safety of Local
Treatment with Recombinant Human Tissue Factor Pathway Inhibitor in a
Rat Model of Streptococcus pneumoniae Pneumonia'. Plos One, 1–14.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0127261
Breiman, R. F., Leonard, C., Kariuki, N., John, W., Joshua, A.M., Mark A, K.,
Dean D, E., Eileen, S., Stevan, O., John C, N., Henry, N., Daniel M, O.,
Kennedy, O., George O, O., Beatrice, O., Newton, W., Joel M, M., Barry S,
F & Daniel R, F. (2015). Severe acute respiratory infection in children in a
densely populated urban slum in Kenya , 2007 – 2011. BMC Infectious
Diseases, 15(95), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12879-015-0827-x
Caesar, D, L., Nurjazuli., Nur, E, W., (2015). Hubungan Jumlah Bakteri Patogen
dalam Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Ngesrep Banyumanik Semarang Tahun 2014. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 14(1). 21-26.
Chen, C., Wen, H., & Chen, P. (2012). 'Prenatal and postnatal risk factors for
infantile pneumonia in a representative birth cohort'. Epidemiol Infect,
1277–1285. https://doi.org/10.1017/S0950268811001890
Disantostefano, R. L., Tim, S., Hoa, V, L., David, H., Kourtney J, D & Nawar, D,
B. (2014). 'Risk of Pneumonia with Inhaled Corticosteroid versus Long-
Acting Bronchodilator Regimens in Chronic Obstructive Pulmonary
Disease : A New-User Cohort Study'. Plos One, 9(5).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0097149
DN, S., Mwololo, K., Cherop, H., Hussein, A., Juma, M., Kurui, J., Bwika, A.,
Seki, I & Osaki, Y. (2002). The Prevalence of acute respirator y infections
and the associated risk factors: A Study of children under five years of age in
Kibera Lindi Village, Nairobi, Kenya. Jurnal International Public Helath,
51(1), 67–72.
114
DOI: 10.20473/jbe.v6i32018.227-235
Mirji, G., Shashank, KJ., Shrikant, SW., Dharmanand, R & Harilal, N. (2014).
Socio-demographic profile of under five children admitted for acute lower
respiratory tract infections in a tertiary care hospital. International Journal
of Contemporary Pediatrics, 1(2), 106–109. https://doi.org/10.5455/2349-
3291.ijcp20140814
Nampira, C. I., Isbandiyah & Melany, F. (2013). Hubungan Antara Pemakaian
Obat Nyamuk Bakar dan Frekuensi Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK_. 9(2), 93–98.
Nikmah, A., I. Qadrijati., S, S, Rahardjo. (2018). Indoor Smoke Exposure and
Other Risk Factors of Pneumonia among Children Under Five in
Karanganyar, Central Java. Journal of Epidemiology and Public Health
(2018), 3(1): 25-40 https://doi.org/10.26911/jepublichealth.2018.03.01.03
Okoko, A. R., Hossie., N'djobo, M., Moyen., Ekouya, B & Moyen. (2017).
Pneumonia of Children under 5 Years of Age in Brazzaville ( Republic of
Congo). Open Journal of Pediatrics, 7, 178–191.
https://doi.org/10.4236/ojped.2017.73021
Paynter, S., Robert S, W., Marilla, G, L., Veronica, T., Hanna, N., Eric A.F, S.,
Philip, W., Peter D, S., Gail, W & Arivac, C. (2013). Poor Growth and
Pneumonia Seasonality in Infants in the Philippines : Cohort and Time
Series Studies. Plos One, 8(6), 4–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0067528
Plowright, R. K., Kezia, M., Frances, C., Paul C, C., Thomas E, B & Peter J, H.
(2013). Use of Exposure History to Identify Patterns of Immunity to
Pneumonia in Bighorn Sheep ( Ovis canadensis ). Plos One, 8(4).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0061919
115
DOI:10.15294/kemas.v6i2.1755
Praygod, G., Crispin, M., Ruth, M., Kidola, J & Estee, T. (2016). 'Indoor Air
Pollution and Delayed Measles Vaccination Increase the Risk of Severe
Pneumonia in Children : Results from a Case- Control Study in Mwanza ,
Tanzania'. Plos One, 1–14. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0160804
Rahmitri, R, W, D & Wiwiek, S, W. (2016). Pemodelan dan Pemetaan Kasus
Pneumonia di Kota Padang Tahun 2014 dengan Geograpghically Weighted
Negative Binomial Regression. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 5(2), 0–5.
Rasyid, Z. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia Anak Balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar Factors
Associated With Occurenceof Childhood Pneumonia In Bangkinang Hospital
Kampar Regency. Kesehatan Komunitas, 2(5), 136–140.
Rismawati, Budiyono & Suhartono. (2016). 'Hubungan Variasi Iklim dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kota Semarang Tahun 2011-2015
(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo)'. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(5), 160–170.
Savitha., Gopalakrishnan, S., & Umadevi, R. (2018). Acute respiratory infections
among under five children in a rural area of Kancheepuram district , Tamil
Nadu , India : a cross-sectional study. International Journal of Community
Medicine and Public Health, 5(8), 3445–3449.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.18203/2394-6040.ijcmph20183078
Strategis, R., & Kesehatan. (2015). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat r Jenderal. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
publik/Renstra-2015.pdf
117
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN KEPALA PUSKESMAS
WILAYAH KABUPATEN ROKAN HILIR
TAHUN 2022
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Jabatan :
5. Nama Puskesmas :
118
6. Pendidikan :
A. I. Petunjuk umum
a. Sampaikan ucapan trrima kasih kepada informan atas waktu luang
yong di berikan kepada peneliti
b. Jelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti
II. Petunjuk khusus
a. Wawancara mendalam dipimpin seorang pineliti dan seorang pencatat.
b. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran
dan komentar.
c. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan di jamin
kerahasianya.
d. Wawancara mendalam ini akan di rekam tape recorder, untuk
membantu ingatan pencatat.
III. Pelaksanaan wawancara mendalam
a. Perkenalan
1) Perkenalan dari peneliti wawancara mendalam dari pencatat.
2) Perkenalan, dari informan yang akan diwawancarai
B. Pokok Bahasan
1. Masukan
a. Sumber Daya Munusia
1) Pengetahuan
Mohon di ceritakan apa yang bapak/ibu ketahui mengenai program
promosi kesehatan dalam penangulangan diare?
Bagaimana pelaksanaan ini berjalan, siapa saja yang menjadi sasaran
program? (probing)
2) Ketenagaan
119
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap tenaga yang ada dalam
pelaksanaan progam promosi kesehatan terhadap penanggulangan
diare? Apakah kualitas dan kuantitasnya telah cukup memadai?
(probing)
3) Pelatihan
Menurut bapak/ibu bagaimana sistem pelatihan yang diberikan kepada
pengelola program promosi kesehatan dalam upaya penangulangan
diare? (probing)
2. Dana
a. Kebutuhan
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap Pendanaan yang ada Pada
program promosi kesehatan terhadap penangulangan diare?
Mohon dijelaskan. (probing)
b. Alokasi
Menurut Bapak /Ibu , bagaimanakah alokasi dana terkait kegiatan
Promosi kesehaatan pada penangulangan diare, mohon dijeaskan
(probing)
3. Metode
Mohon bapak/ibu ceritakan bagamana sistem perencanaan Pengaturan
kerja pada program promosi kesehatan? (probing)
2. Proses
a. Pemberdayaan masyarakat
1. Pelaksanaan kegiaatan
Mohon Bapak/Ibu ceritakan apa saja upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan dalam upaya pelaksanaan program promosi kesehatan terhadap
penanggulangan diare di Puskesmas.? (probing)
2. Kemitraaan
Mohon bapak/ ibu ceritakan siapa dan bagaimana kemitraan ini di
Laksanakan ? (probing)
120
3. Bina suasana
Mohon Bapak/Ibu ceritakan seperti apa bina suasana yang sudah di lakukan
terkait pelaksanaan program ini? (Probing)
4. Advokasi
Mohon Bapak/Ibu ceritakan bagaimana pelaksanaan Advokasi terhadap
kegiatan dan persoalan yang dihadapi okh pengelola program (Probing)
3. Keluaran
Evaluasi Program promosi dalam penanggulangan diare
a. Proses kegiatan
Mohon bapak /ibu ceritakan bagaimana proses pelaksanaan evaluasi
program promosi kesehatan terhadap penangulanga diare dilakukan?
( probing )
b. Rapat program
Mohon bapak / ibu ceritakan pelaksaan rapat program promosi kesehatan
pada penangulangan diare dilaksanakan?(probing)
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN KEPALA TATA USAHA PUSKESMAS
WILAYAH KABUPATEN ROKAN HILIR
TAHUN 2022
1 .Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Jabatan :
121
5. Nama Puskesmas :
6. Pendidikan :
A. 1. Petunjuk umum
a. Sampaikan ucapan trrima kasih kepada informan atas waktu luang yong
di berikan kepada peneliti
b. Jelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti
II. Petunjuk khusus
a. Wawancara mendalam dipimpin seorang pineliti dan seorang pencatat.
b. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
komentar.
c. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan di jamin
kerahasianya.
d. Wawancara mendalam ini akan di rekam tape recorder, untuk membantu
ingatan pencatat.
III. Pelaksanaan wawancara mendalam
1) Perkenalan dari peneliti wawancara mendalam dari pencatat.
2) Perkenalan, dari informan yang akan diwawancarai
B. Pokok Bahasan
1 Masukan
a. Sumber Daya Munusia
1. Pengetahuan
Mohon di ceritakan apa yang bapak/ibu ketahui mengenai program
promosi kesehatan dalam penangulangan diare?
Bagaimana pelaksanaan ini berjalan, siapa saja yang menjadi sasaran
program? (probing)
2.Ketenagaan
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap tenaga yang ada dalam
pelaksanaan progam promosi kesehatan terhadap penanggulangan
diare? Apakah kualitas dan kuantitasnya telah cukup memadai?
(probing)
3.Pelatihan
122
Menurut bapak/ibu bagaimana sistem pelatihan yang diberikan kepada
pengelola program promosi kesehatan dalam upaya penangulangan
diare? (probing)
2.Dana
a. Kebutuhan
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap Pendanaan yang ada pada
program promosi kesehatan terhadap penangulangan diare? Mohon
dijelaskan. (probing)
b. Alokasi
Menurut Bapak /Ibu , bagaimanakah alokasi dana terkait kegiatan
Promosi kesehaatan pada penangulangan diare, mohon dijeaskan?
(probing)
3. Metode
Mohon bapak/ibu ceritakan bagamana sistem perencanaan
Pengaturan kerja pada program promosi kesehatan?
(probing)
2. Proses
a. Pemberdayaan masyarakat
1. Pelaksanaan kegiaatan
Mohon Bapak/Ibu ceritakan apa saja upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukanan dalam upaya pelaksanaan program promosi kesehatan terhadap
penanggulangan diare di Puskesmas.? (probing)
2. Kemitraaan
Mohon bapak/ ibu ceritakan siapa dan bagaimana kemitraan ini
dilaksanakan ? (probing)
b.Bina suasana
123
Mohon Bapak/Ibu ceritakan seperti apa bina suasana yang sudah di lakukan
terkait pelaksanaan program ini? (Probing)
c. Advokasi
Mohon Bapak/Ibu ceritakan bagaimana pelaksanaan Advokasi terhadap
kegiatan dan persoalan yang dihadapi okh pengelola program (Probing).
3. Keluaran
Evaluasi Program promosi dalam penanggulangan diare
a. Proses kegiatan
Mohon bapak /ibu ceritakan bagaimana proses pelaksanaan evaluasi
program promosi kesehatan terhadap penangulanga diare dilakukan?
( probing )
b. Rapat program
Mohon bapak / ibu ceritakan pelaksaan rapat program promosi kesehatan
pada penangulangan diare dilaksanakan?(probing)
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN PJ PROGAM PROMKES DAN DIARE PUSKESMAS
WILAYAH KABUPATEN ROKAN HILIR
TAHUN 2022
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Jabatan :
5. Nama Puskesmas :
124
6. Pendidikan :
A.1. Petunjuk umum
a. Sampaikan ucapan trrima kasih kepada informan atas waktu luang yong di
berikan kepada peneliti
b. Jelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti
II. Petunjuk khusus
a. Wawancara mendalam dipimpin seorang pineliti dan seorang pencatat.
b. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
komentar.
c. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan di jamin kerahasianya.
d. Wawancara mendalam ini akan di rekam tape recorder, untuk membantu
ingatan pencatat.
III. Pelaksanaan wawancara mendalam
1.Perkenalan dari peneliti wawancara mendalam dari pencatat.
2.Perkenalan, dari informan yang akan diwawancarai
B.Pokok Bahasan
1. Masukan
a.Sumber Daya Munusia
1. Pengetahuan
Mohon di ceritakan apa yang bapak/ibu ketahui mengenai program promosi
kesehatan dalam penangulangan diare?
Bagaimana pelaksanaan ini berjalan, siapa saja yang menjadi sasaran program?
(probing)
2. Ketenagaan
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap tenaga yang ada dalam pelaksanaan
progam promosi kesehatan terhadap penanggulangan diare? Apakah kualitas dan
kuantitasnya telah cukup memadai? (probing)
3.Pelatihan
Menurut bapak/ibu bagaimana sistem pelatihan yang diberikan kepada pengelola
program promosi kesehatan dalam upaya penangulangan diare? (probing)
2.Dana
125
a. Kebutuhn
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap Pendanaan yang ada Pada
program promosi kesehatan terhadap penangulangan diare?
Mohon dijelaskan. (probing )
b.Alokasi
Menurut Bapak /Ibu , bagaimanakah alokasi dana terkait kegiatan Promosi
kesehaatan pada penangulangan diare, mohon dijeaskan (probing)
3.Metode
Mohon bapak/ibu ceritakan bagamana sistem perencanaan Pengaturan kerja pada
program promosi kesehatan? (probing)
2. Proses
a.Pemberdayaan masyarakat
1. Pelaksanaan kegiaatan
Mohon Bapak/Ibu ceritakan apa saja upaya pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan dalam upaya pelaksanaan program promosi kesehatan
terhadap penanggulangan diare di Puskesmas.? (probing)
2. Kemitraaan
Mohon bapak/ ibu ceritakan siapa dan bagaimana kemitraan ini
dilaksanakan ? (probing)
b.Bina suasana
Mohon Bapak/Ibu ceritakan seperti apa bina suasana yang sudah di lakukan
terkait pelaksanaan program ini? (Probing)
c.Advokasi
Mohon Bapak/Ibu ceritakan bagaimana pelaksanaan Advokasi terhadap
kegiatan dan persoalan yang dihadapi okh pengelola program (Probing).
3. Keluaran
Evaluasi Program promosi dalam penanggulangan diare
a.Proses kegiatan
126
Mohon bapak /ibu ceritakan bagaimana proses pelaksanaan evaluasi program
promosi kesehatan terhadap penangulanga diare dilakukan? ( probing )
b.Rapat program
Mohon bapak / ibu ceritakan pelaksaan rapat program promosi kesehatan
pada penangulangan diare dilaksanakan?(probing)
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN PJ PROGAM KABUPATEN PROMKES DAN DIARE
PUSKESMAS
WILAYAH KABUPATEN ROKAN HILIR
TAHUN 2022
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
127
4. Jabatan :
5. Nama Puskesmas :
6. Pendidikan :
A.1. Petunjuk umum
a.Sampaikan ucapan trrima kasih kepada informan atas waktu luang yong di
berikan kepada peneliti
b.Jelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti
II. Petunjuk khusus
a. Wawancara mendalam dipimpin seorang pineliti dan seorang pencatat.
b. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
komentar.
e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan di jamin
kerahasianya.
f. Wawancara mendalam ini akan di rekam tape recorder, untuk membantu
ingatan pencatat.
III. Pelaksanaan wawancara mendalam
1.Perkenalan dari peneliti wawancara mendalam dari pencatat.
2.Perkenalan, dari informan yang akan diwawancarai
B.Pokok Bahasan
1. Masukan
a.Sumber Daya Manusia
1.Pengetahuan
Mohon di ceritakan apa yang bapak/ibu ketahui mengenai program promosi
kesehatan dalam penangulangan diare?
Bagaimana pelaksanaan ini berjalan, siapa saja yang menjadi sasaran program?
(probing)
2.Ketenagaan
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap tenaga yang ada dalam pelaksanaan
progam promosi kesehatan terhadap penanggulangan diare? Apakah kualitas dan
kuantitasnya telah cukup memadai? (probing)
3.Pelatihan
128
Menurut bapak/ibu bagaimana sistem pelatihan yang diberikan kepada pengelola
program promosi kesehatan dalam upaya penangulangan diare? (probing)
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN IBU BALITAWILAYAH PUSKESMAS
KABUPATEN ROKAN HILIR
TAHUN 2022
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Jabatan :
129
5. Nama Puskesmas :
6. Pendidikan :
A.1. Petunjuk umum
a. Sampaikan ucapan trrima kasih kepada informan atas waktu luang yong
di berikan kepada peneliti
b.Jelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti
II. Petunjuk khusus
a. Wawancara mendalam dipimpin seorang pineliti dan seorang pencatat.
b. Informan bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan
komentar.
g. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan di jamin
kerahasianya.
h. Wawancara mendalam ini akan di rekam tape recorder, untuk membantu
ingatan pencatat.
III. Pelaksanaan wawancara mendalam
1.Perkenalan dari peneliti wawancara mendalam dari pencatat.
2.Perkenalan, dari informan yang akan diwawancarai
B.Pokok Bahasan
1.Masukan
.Sumber Daya Munusia
.Pengetahuan.
Mohon di ceritakan apa yang bapak/ibu ketahui mengenai program promosi
kesehatan dalam penangulangan diare?
Bagaimana pelaksanaan ini berjalan, (probing)
2. Proses
.Pemberdayaan masyarakat
.Pelaksanaan kegiaatan.
Mohon Bapak/Ibu ceritakan apa saja upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan dalam upaya pelaksanaan program promosi kesehatan terhadap
penanggulangan diare di Puskesmas.? (probing)
130
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM (Indepth Interview)
131
Kapus KTU Program Promkes Program Diare
1. Masukan .
‘’Promkes ‘’ya ‘’ Perubahan “Upaya-Upaya
salah Prilaku yang Penyuluhanlah
a.SDM Pengetahuan. itu,,,,,,upaya
Satu Konsistenlah… Menyadarkan,ee
Segala sesuatu yang upayadimulai penyuluhan pak,,,Pencegahan …Iya
ee...cegah… Hingga Masyarakat
diketahui informan gitu…
Rubah..... Mereka,paham’’
mengenai program Lalu evaluasi Demonstrasi
untuk
promosi Kesehatan
persoalan
kesehatan/penagulanga kesehatan’’
ndiare, ketenagaan.
Pelatihan dan tujuan
program
‘’ Biasanya ‘’Jaranglah,,,
* Pelatihan Ada,,namun Paling Kita “Sepertinya,,,,,,
ini Udah Lama Undang Beberapa Tahun
Meningkatkan mutu ngak Ada,,,, Linsek Untuk ‘’Saya Yang
SDM para pegelola Rapat,,,, Rindu,,,,Dengan Lewatlah,,,eee
Pelatihan Ndak Dong,,,,
program iyu,,,apalagi Tujuh Bulan
Persoalan Semakin Yang Lalu Kita
Kompleks,,,tapi ini Dilatih…Tapi
Sudah Lama Tak Materi Diare
Ada Panggilan,”’ Tidak Ada,
*Kebutuhan “Kebutuhan “ya,,,berapa “Kadang Dana
Berdasarkan yang mereka Sendiri
Jumlah Yang butuhkan,,,
b..Dana Prioritas lah “Rencanalah,,,,,Kita lah,,,Maklumlah
Dibutuhkan Program Pak,,,,,, Kita ,,Namanya
Ajukan,,,, Buatlah,,Sesuai
Dalam Melaksanakan Kita Anggaran dan Program”
Siapkanlah Kebutuhan Kita
Kegiatan Untuk Bantu
Bantulah,,,,Op
132
erasional
* Alokasi
“Bok “Cuma BOK “Ngikut Aja
Ketersediaan Dana
Doang,,,,hehe, Sumber Kita Yang
i. , Pak’’ “Alokasi Kita Terbaik,,,,BOK
Mana Lagi,,” Upayakan TU”
Nambahlah,,,Dari
BOK’’
“ Metode “ Ya Sama-
Sistem Perencanaan “ Samalah Pokok
yang
Dan Pengaturan Kerja Tentunya,,,,,,,e digunakan,,,, Dibuatlah,,, Pak,,,,, Nya Kerja,,,
c. Metode
e Melalui ya Rencana Kerja,, bareng hehehe
RUK,,,, penyuluhan,,, Setelah Itu Kita
Mereka Buat , pasti Aplikasi
Saya Tekan Direncanaka dimasyarakat”
n
Upaya Yang
Apa
diLakukan Pukesmas “Tantangan,,,, “ya di
2. Proses. Yah,,,,heheh
Dalam Kita Terbesar berdayakanla Usaha Yang Kita
a.Pemberdayaan Adalah h diajarkan’’ berdayakanlah
Konsisten
Memberdayakan Pemberdayaan
masyarakat Tentunya,,ee,, Pokonya,,
Masyarakat Pada Masyarakat,,, Pemberdayaan ini
Anulah Belum Berat”
Program Promosi Maksimal,,
Kesehatan
“He,,he,,,ya
“ya,,, Upaya
Itu Sudah “Dilaksanaka Gitu lah,,,Kita
Upaya yang dilakukan n ,,,eee,,,Belu “Jarang Sich,,,,, Bina Pokonya”
Dilakukan
Untuk Mempengaruhi Tapi Hasil m Pemberdayaan saja
b.Bina suasana
Terukurlah,,’ Sudah Cukuplah,,,
Butuh
133
Kebijakan Publik Proseslah”
Untuk Mendapat
Dukungan Program
‘’Proses Kegiatan
“Kita “Bergandongan
yang Dilaksanakan Berkunjunglah “ Ya,,,Kita ,
Dalam Hal Evaluasi Ke pak Kerjakan “Akan Kita Tanggan
Camat,,,, Linsik Maksimalkan intinya,,,Jagan
Program’’ meminta
c.Advokasi Tukan,,,, Maklum Tempo Hari Ego,,”
Dukunglah” ADVAKASI” kan Covid”
“ Bisa 3 Kali
‘’
Sibulan
Dibahas,,,,la
3. Tergantung “Kadang
h
Situasilah “Ini Hal,,,,,,,,, Rapat,,
Di pertemuan
Penting…… Kadang Lama,,,
bulanan
insyaalllah Kita Baru Rapat L
Lakukan Konsisten
134
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM (Indepth Interview)
TRANSKRIP
1. Masukan .
“Perubahan
“ Ya Jadi Prilaku ya,,,,
a.SDM * Pengetahuan. “intinya ‘’ Upaya untuk
promosi harus dilakukan
Segala sesuatu yang suatu upaya Mempengaruhi untuk
kesehatan itu
yang orang lain dalam penagulangan
Berkaitan Dengan adalah salah
terencana perubahan prilaku’’ diare”
satu upaya
program untuk
untuk
melakukan
menjawab
upaya
persoalan –
promosi
persoalan
seperti
kesehatan
penyuluhan”
yang ada di
Pkm Upaya
mencegah
penyuluhan’’
‘’ Jarang
* Pelatihan Sich ,,,Pelatih ‘’Pelatihan itu
an paling ‘’ Seingat pernah ,,,,
Meningkatkan mutu “ Sudah Lama
konsul ula saya ada,,, Lamadah,,,,belum
Pak,,,ee,, anu…
SDM para pegelola telp,,,,, Tapi pernah gabung
lah Kurang
intahlah,,,jar promkes diare,”’
program UPDATE
135
*Kebutuhan ang juga’’ “ Berbayang-
“Dana Itu “Insyaallah bayang
Jumlah Yang
Ada,,,ee,, “Umumnya ada,,Sumber dari Namanya
b..Dana Dibutuhkan Program hanya SEluruh BOK,Tapi Melalui Uang”
diperuntukan Program Proses”
Dalam Melaksanakan
sebagai dibantu
Kegiatan transportasi” Operasionaln
ya,,,”
* Alokasi
Ketersediaan Dana “ya,,,,tetap di “Alokasi,,,Ehm,,, “ Dana Dari
BOK ,,,, Kita “Anu,,,Gitu Cukuplah Untuk BOK Untuk
ii. Belum Ada deh,,,Pokony Kegiatan Sumbernya Operasional,,,P
Dana a Dari BOK’’ okoknya,,”
Khusus,,,,” Dilaksanakan
Aja,,,Alokasin
ya ya
BOK,,,,”
* Upaya Yang
“ya,,,,Begitula
diLakukan Pukesmas h,,Namanya “ “ Kita Berupaya “Mengumpulka
Proses. Pengumpulan untuk n Masyarakat…
2. Dalam Masyarakat
Kadang Masa,,,,lah memperdayakan Ajarkan Pakai
a.Pemberdayaan Memberdayakan pokoknya,,,ya masyarakat,,mengaj Minum Oralit
Mereka
masyarakat Paham,,kadan ,,Anu ya arkan,,tentunya juga
Masyarakat Pada Itulah,,,berda mengedukasi”
g Juga Tidak,,,
Program Promosi Konsep ya”
Kesehatan Anu,,,,,,itu
pokonya sudah
Kita
Rancang,,,,”
* Kemitraan
“Apa yach,,,ya
Bidan Desalah “Mitra “Belum Maksimalah “Kegiatan Kita
mitra kita itu,,,ya berat,,,,,sih Kita Kita Lakukan
untuk Teman,,,oran Bermitra,,,,,” Bersama Orang
memberdayak g desalah… Desalah,,,,”
136
an” Jalur
Kondasi
Kita,,,”
Upaya Yang Dilakukan “ Sudah kita
upayakan “Tergantung “ Kita Sudah “Anulah ee,,,,,
Pukesmas Terkait namun Situasi Melakukan kita akan Ndak ngerti
Perubahan Perilaku Di perubahan Ajadeh….Nol anak hehe,,
prilaku ak ada promkes,,,pendekata Apaya Bina
b.Bina suasana Masyarakat membutuhkan Rencana n individu,kelompok Suasana”
waktu,,,menim Yang Kita masyarakat umum,,”
al masyarakat Buat”
tahu,,,pencega
han
diare,,serta
upaya promosi
kesehatan”
“Apa ya,,,,ya
Upaya yang dilakukan gitulah
“Advokasi,,,a “Pelaksanaan
Untuk Mempengaruhi adukasi yang “ya Gitulah
palah Cuma Advokasi yang Kita
kita lakukan Advokasi,Sama
Kebijakan Publik Tehnis Lakukan intinya
sebernarnya Bidan Desalah..
Kegitan untuk mendapatkan
Untuk Mendapat sering Anu,,,Supaya
intinya Sudah dukungan berupa
c.Advokasi apalagi,,untuk Program
Dukungan Program Melaksanaka kebijakan,,”
menyikapi Jalan,,”
n Upaya
persoalan
Promkes,,’
diare yang
terjadi”
“Sudah Kita
Laksanakan,,
‘’Proses Kegiatan Semuanya,,,, “
“Non Programlah
yang Dilaksanakan Dari Melalui Ya,,,Berdasar
kan Laporan Semua Sudah kita “laporan
Tahapan Ikuti Alurnya”
Dalam Hal Evaluasi merekalah,, bulanan kita
rencana
Baru kita buat,,
Program’’ Lanjut
evaluasi” Kita Evaluasi..”
Kegiatan dan
*KELUARGA
Pelaporan
Evaluasi setiap
3
bulanya,,,”
Program
Promkes Dalam
Penangulangan
“ Selalu kita
Diare lakukan setiap
‘’Rapat Program
bulan “ Gima
yach,, “Persoalan
pokoknya kita Program dan “Kumpul Kita
selalu Kegiatan kita Ya rapat
137
melaksanaka tuangkan kedalam Rutin,,"
n bersama” Rapat
Intinya
bersinergilah”
TRANSKRIP
Informasi yang ingin
NO Variabel
digali
PJ Promkes PJ Diare
1. Masukan .
Program promosi
kesehatan dan diare
“ Kita konsisten kok,Anulah intinya “Emang sih sudah lama kita tidak
* Pelatihan pelatihan kita lakukan teratur melakukan pelatihan,,namun kita
sesuai prencana yang kita ada grup dikasi kok,untuk
Meningkatkan mutu buat,biasanya pelatihan atau membahas persoalan program yang
SDM para pegelola bimbingan tehnis menimal dual terjadi dipukesmas
bulan sekali,,”
program
*Kebutuhan
Jumlah Yang
Dibutuhkan Program
138
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA MENDALAM (Indepth Interview)
TRANSKRIP
Informasi yang ingin
NO Variabel
digali
A.= BATU HAMPAR B.= RIMBA MELINTANG
1. Masukan .
139
MATRIK HASIL WAWANCARA MENDALAM (Indepth Interview)
TRANSKRIP
1. Masukan .
“Dilakukan
*Kebutuhan “Berdasarkan
Pengajuan” “Sudah Sesuai “Mengunakan
b..Dana Prioritas”
Jumlah Yang Dengan Kebutuhan Dana Sendiri”
Dibutuhkan Program
Dalam Melaksanakan
Kegiatan
* Alokasi
“Sumbernya
“ Alokasinya
Ketersediaan Dana BOK “Alokasinya BOK “ “Mengikut yang
BOK
terbaik
iii.
“Metodenya
“Dimulai dari
Sistem Perencanaan Penyuluhan “Membuat Rencana “ Kerja Bersama
RUK
Dan Pengaturan Kerja Kerja untuk
c. Metode diaplikasikan
141
“Pemberdayaa “Diperdayaka “Intinya ndi
Upaya Yang di
n Masyarakat n dan “Pemberdayaan berdayakan
Proses. Lakukan Pukesmas belum Diajarkan Dilakukan Konsisten
Maksimal Meskipun Berat
2. a.Pemberdayaan Dalam
masyarakat Memberdayakan
Masyarakat Pada
Program Promosi
Kesehatan
* Kemitraan
“Siapa saja “Lintas
bisa yang Sektor “ Hanya Butuh “ Bidan Desa
penting Sepertinya Waktu
terlaksana
142
‘’Proses Kegiatan “Team Kurang
Memahami “Membantu
yang Dilaksanakan
Tujuan Melesaikan “Mekanisme Alur “Kegiatan
*KELUARGA Dalam Hal Evaluasi kendala Telah dilakukan Terlaksana
Evaluasi Program’’
Program
Promkes Dalam
Penangulangan
Diare
3.
TRANSKRIP
1. Masukan .
“ Upaya untuk Perubahan
“Promosi “Upaya yang prilaku harus
a.SDM * Pengetahuan. mempengaruhi
Kesehatan Terencana dilaksanakan
Segala sesuatu yang merupakan dalam orang lain dalam untuk
suatu upaya melakukan penaggulalanga
Berkaitan Dengan perubahan priku
yang upaya n diare
program dilakukan promise
untuk klesehatan
menjawab melalui
persoalan penyuluhan
143
melalui
penyuluhan
‘keterangan masih
“ Sudah sesui “ Sudah sesui kurang
dengan usulan dengan Sudah cukup
* Ketenanagan di system pendidikan untuk
SDMK yang dimiliki ketenagaan
Tenaga yang terlibat PJ program
dalam kegiatan
Program promosi
kesehatan dan diare
Pelatihtihan
“Pelatihan “Pelatihan dilaksanakan namun Sudah lama
* Pelatihan belum optimal terkait blum ada tidak ada
Meningkatkan mutu program keterpaduan dengan pelatihan
jarang program diare
SDM para pegelola dilakukan
program
Dananya ada tapi
*Kebutuhan Dibantu
“ dana melslui proses Dananya ada
Jumlah Yang program ada oprasionalnya namun tidak ada
b..Dana hanya untuk penjelasan
Dibutuhkan Program
trasportasi
Dalam Melaksanakan
Kegiatan
144
* Upaya Yang
Konsepnya Pengumpulan Berupaya
Proses. diLakukan Pukesmas sudah masa untuk menggerakan, Mengumpulkan
dirancang pemberdayaa mengedukasi dan masyarakat dan
2. a.Pemberdayaan Dalam
namun belum n masyarakat memberdayakan mengerkana
masyarakat Memberdayakan maksimal topic kesehatan
Masyarakat Pada
Program Promosi
Kesehatan
* Kemitraan
Mitranya Mittra itu Mitra belum
bidan desa teman desa maksimal Kegiatan
dengan jalur dilakukan
koordinasi dengan orang
desa
145
‘’Proses Kegiatan Kegiatan Evaluasi
dimulai dari dilakukan Semua dilaksanakan
yang Dilaksanakan
proses bersama sesuai alur Pelaporan
Dalam Hal Evaluasi kesehatan dan bulanan dibuat
pelaporan dan evaluasi
*KELUARGA Program’’
Evaluasi
Program
Promkes Dalam
Penangulangan
Diare
‘’Rapat Program
Dilakuikan Dilaksanakan
3 setiap bulan bersama Rapat dilaksanakan
dan bersinergi Rapat
dilaksanakan
TRANSKRIP
Informasi yang ingin
NO Variabel
digali
PJ Promkes PJ Diare
1. Masukan .
TRANSKRIP
Informasi yang ingin
NO Variabel
digali
A.= BATU HAMPAR B.= RIMBO MELINTANG
147
1. Masukan .
dalam penangulangan
diare
“Dilaksanakan dengan
* Upaya yang “Sudah dilakukan oleh petugas mengumpulkan masyarakat dengan
2. Proses namun informasi yang diberikan
dilakukan mengajarkan hidup sehat
A.Pemberdayaa belum maksimal diterima”
puskesmasdalam
n Masyarakat
memberdayakan
masyarakat pada
program promosi
kesehatan
148
NAMA INSTANSI : PUKESMAS BATU HAMPAR
150
6 DOKUMEN ANGGARAN PROGRAM V V
7 DOKUMEN PERANCANAAN KEGIATAN V V
8 JADWAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT V V
9 DOKUMEN PELASANAAN KEGIATAN V V
10 DOKUMEN KEMITRAAAN V V
11 DOKUMEN BINA SUASANA V V
12 DOKUMEN ADVOKASI V V
PEDOMAN OBSERVASI
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
DAN DIARE
PADA PUKESMAS TAHUN 2022
Ada Tidak
151
1 Team promkes -Melakukan rapat rutin lintas program V
3
Ibu balita
-Memahami tujuan promosi kesehatan v v
152
PEDOMAN OBSERVASI
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
DAN DIARE
PADA PUKESMAS TAHUN 2022
Ada Tidak
153
1 Team promkes -Melakukan rapat rutin lintas program V
2 v
Team diare - Memberikan edukasi diare pada masyarakat
v
-Mempraktekkan pemberian oralit
v
-Melakukan rapat rutim lintas program
v
-Membuat rencan kerja
Ibu balita v
-Memahami tujuan promosi kesehatan
v
-Mengerti pembuatan oralit
154
155