PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
OLEH :
Disetujui oleh :
Pembimbing,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Penelitian ini dengan
Judul :
Disahkan Oleh :
Dekan, Ketua Program Studi,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karuniaNya. Sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan proposal
penelitian ini yang berjudul “Perbandingan Efektivitas Myofascial Release
dan Mc Kenzie Exercise terhadap nyeri pada kasus Low Back Pain Myogenic
di Rsud Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau Tahun 2022 ” sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Fisioterapi
Program Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan
Medistra lubuk Pakam.
Dalam proses penyusunan proposal penelitian yang panjang ini tidak
terlepas dari dukungan dan motivasi dari semua pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Syukur
Hasibuan,S.Farm.,M.Farm sebagai pembimbing, yang senantiasa meluangkan
waktu dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan proposal
ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada :
1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Medistra Lubuk Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Ke. M.Kep, selaku Rektor Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
3. Ns. Tati Murni Karokaro, S.Kep.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk
Pakam.
4. Bapak Ftr. Sabirin Berampu, SST.,M.Fis, selaku Ketua Program Studi
Fisioterapi Program Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi
Institut Kesehatan Medistra lubuk Pakam
5. Seluruh Staf dosen pengampu dan dosen mata kuliah beserta staf
pegawai pada Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi, yang telah
iv
memberikan ilmu yang bermanfaat dan bimbingan selama peneliti
menempuh pendidikan.
6. Kepada Suami, Anak dan Orangtua yang sangat saya cintai dan
saudara/i tersayang yang senantiasa memberikan doa, motivasi untuk
melanjutkan pendidikan dan dukungan moril kepada penulis, agar
tetap optimis dalam mengikuti proses pendidikan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Low Back Pain (LBP) Miogenik..........................................................5
2.2 Myofascial Release Technique (MRT)..................................................9
2.3 Mc Kenzie............................................................................................14
2.4 Visual Analog Scale (VAS)..................................................................18
2.5 Kerangka Pikir....................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................23
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................25
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................28
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional.....................................................29
3.6 Definisi Operasional............................................................................30
3.7 Langkah-langkah penelitian................................................................31
3.8 Pengolahan Data..................................................................................32
3.9 Alur Penelitian....................................................................................33
3.10 Metode Analisa Data..........................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 MRT pada area Gluteal-Lower Thoracolumbal Fascia dan Gluteus
Maximus............................................................................................10
Gambar 1.4 MRT pada area Posterior dan Thoracolumbal Fascia .....................12
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
jaringan pada tubuh. Nyeri terjadi jika saraf sensori perifer, yang disebut
nociseptor terpicu oleh rangsang mekanik, kimiawi maupun thermal maka impuls
nyeri akan dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal. Dari medula
spinalis impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral.
Selanjutnya akan memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut. Respon
tersebut berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi nyeri dengan
pengeluaran substansi peptida endogen yang mempunyai sifat analgesik yaitu
endorphin. Disamping itu impuls nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan
memicu respon reflek spinal segmentak yang menyebabkan spasme otot dan
vasokonstriksi. Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan suatu
mekanisme proteksi, karena adanya spasme otot akan membatasi gerakan
sehingga dapat mencegah kerusakan lebih berat, namun dengan adanya spasme
otot, juga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia dan
sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri.
Gambar 1.2
MRT pada area gluteal-lower thoracolumbal fasciae dan gluteus maximus
(Ajimsha, et al., 2014).
11
Gambar 1.3
MRT pada area piriformis (Ajimsha, et al., 2014)
Gambar 1.4
MRT pada area posterior dari thoracolumbal fascia (Ajimsha, et al., 2014)
4) MRT pada area trunk sides (m.obliquus internus dan externus abdominis)
Posisi pasien dalam keadaan tidur miring (side lying), kepala pasien
ditopang bantal senyaman mungkin dengan posisi hip fleksi 45˚ dan lutut/ knee
fleksi 35˚, sedangkan posisi terapis ada dibelakang pasien. Teknik pelaksanaannya
adalah dengan menggunakan kepalan tangan, posisi awal dimulai pada lingkar
pinggang (the waistline at the midline of the coronal plane). Penekanan dilakukan
bertahap kearah posterior/ PSIS (posterior superior iliac spine). Tekanan
diberikan sekitar 90 detik dengan durasi 3 menit pada salah satu sisi (total durasi 6
menit). Berikut gambaran pelaksanaan teknik tersebut;
Gambar 1.5
MRT pada area superficial portion waistline / lingkar pinggang (Ajimsha, et al., 2014)
13
2.2.3 Manfaat
Manfaat dari pemberian MRT dalam kasus NPB menurut Manheim (2009)
yaitu dapat menambah fleksibilitas dan mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup
gerak sendi (ROM), menurunkan ketegangan otot serta meningkatkan sirkulasi
dan sistem transmisi saraf dan dapat melepaskan perlengketan jaringan pada fasia
serta memperbaiki jaringan lunak lainnya (soft tissue).
2.2.4 Mekanisme MRT dalam menurunkan nyeri
Penelitian yang dilakukan Werenski (2011) Menyimpulkan bahwa
penerapan myofascial release technique (MRT) sangat efektif pada kasus nyeri
myofascial. MRT yang merupakan teknik manual terapi yang mengkombinasikan
tekanan manual terhadap bagian otot yang spesifik dan pengunaan stretching
secara simultan serta dapat mengurangi nyeri dengan prinsip “Gate Control
Theory”. Gate Control Theory menyatakan bahwa stimulasi sensorik, seperti
tekanan akan bergerak lebih cepat pada sistem saraf dari pada stimulasi nyeri.
Oleh karena stimulasi tekanan bergerak lebih cepat dari pada stimulasi nyeri,
stimulasi tekanan berpengaruh pada transmisi rasa nyeri yang menuju otak,
sehingga terjadi “penutupan pintu gerbang” yang menuju pada reseptor rasa nyeri
di otak.
MRT juga memberikan penurunan nyeri yang bermakna terhadap NPB
miogenik. Pengaruh ini karena pemberian MRT dapat meregangkan atau
memanjangkan struktur fascia yang bertujuan memulihkan kualitas
cairan/pelumas dari jaringan fascia, vasodilatasi aliran darah, mobilitas jaringan
dan fungsi normal sendi. MRT dapat merangsang struktur-struktur didalam
jaringan konektif khususnya sel mast yang akan menghasilkan histamin yang
merupakan vasodilatator. Vasodilatasi akan meningkatkan aliran darah ke area
lain yang menerima histamin melalui aliran darah. Peningkatan permeabilitas
kapiler dan venule (vena kecil) dapat menghasilkan diffusi yang lebih cepat dan
lebih komplit untuk membuang produk sisa metabolisme dari jaringan ke darah.
Myofascial release technique juga dapat menghasilkan mobilisasi pada jaringan
lunak yang dapat mencegah perlengketan abnormal dari jaringan fibril tanpa
14
\
Gambar 1.7 Elbow press(Wahyuni, 2016)
3. Press –up
Teknik yang ke 3 yaitu dilakukan dengan posisi tengkurap sedangkan
badan bagian atas terangkat posisi ekstensi elbow. Dilakukan secara perlahan
17
sambil mengkontraksikan bagian otot punggung bawah dan juga otot biceps lalu
ditahan hingga 10 detik.
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan yang menetap sepanjang suatu
periode penyakit, nyeri kronik berlangsung lama dengan intensitas yang
bervariasi (Potter dan Perry, 2005).
2. Klasifikasi nyeri bedasarkan asal
a) Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan karena sensivitas
nosiseptor periver yang merupakan reseptor khusus untuk menghantarkan
stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).
b) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang diakibatkan dari cedera atau
abnormalitas pada struktur saraf perifer maupun sentral (Andarmoyo, 2013).
c) Teori nyeri (gate control teory)
Gate control teory adalah teori tentang impuls nyeri yang dapat diatur
oleh mekanisme pertahanan pada sepanjang sistem saraf pusat. Teori tersebut
menyimpulkan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat mekanisme pertahanan
terbuka dan impuls dihambat saat mekanisme pertahanan tertutup. Upaya
tersebut merupakan dasar dari teori gate control teory (Andarmoyo, 2013).
Keseimbangan aktivitas pada neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak berfungsi sebagai pengatur mekanisme proses pertahanan.
Neuron delta A dan C melepaskan substansi C dan P untuk mentransmisi
impuls nyeri melalui mekanisme pertahanan. Untuk menghabat impuls nyeri
dibutuhkan mecanoreseptor, yaitu neuron beta A yang lebih tebal dan lebih
cepat melepaskan neurotransmitter penghambat (Andarmoyo, 2013).
Apabila impuls lebih dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan
terjadi mekanisme penutupan pertahanan. Dapat digambarkan apabila seorang
perawat menggosok punggung pasien dengan lembut akan menstilmulasi
mecanoreseptor, apabila impuls dominan berasal dari serabut delta A dan C ,
maka akan membuka mekanisme pertahanan dan klien mulai merasakan nyeri
(Andarmoyo, 2013).
20
Pada bagian otak terdapat pusat korteks yang dapat memodifikasi nyeri,
yaitu alur saraf desenden yang berfungsi dengan melepaskan opiate endogen
seperti endorfin dan dinorfin. Endorfin 20 dan dinorfin merupakan pembunuh
nyeri alami yang berasal dari tubuh yang bekerja dengan cara menghambat
pelepasan substansi P sehingga membuat mekanisme pertahanan tertutup.
Terdapat beberapa cara untuk melepaskan opiate endogen seperti dengan
tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan cara yang
umumnya digunakan untuk melepaskan endorfin (Andarmoyo, 2013).
Subtansi gelatinosa (SG) yang berada di ujung dorsal serabut saraf spinal
cord berperan sebagai pintu gerbang (gating mechanism) mekanisme gate
control dapat diatur sehingga merubah sensasi impuls nyeri sebelum sampai ke
korteks serebri. Pengaturan impuls tersebut dengan cara menutup gerbang
pertahanan yang akan memblok impuls nyeri sehingga tidak dapat sampai ke
korteks serebri. Neuromodulator dapat menutup mekanisme pintu gerbang
dengan menghambat pembentukan substansi P (Andarmoyo, 2013)
21
Peningkatan Nyeri
Penurunan Nyeri
2.5.2 Hipotesa
Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Ada pengaruh penambahan Myofascial Release Technique (MRT) pada
intervensi mc. kenzie terhadap penurunan nyeri pasien LBP Miogenik di RSUD
Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau.
2) Ada perbedaan pengaruh penambahan Myofascial Release Technique (MRT)
pada intervensi Mc. kenzie dengan intervensi Mc. kenzie terhadap penurunan
nyeri pasien LBP Miogenik di RSUD Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau
BAB III
METODE PENELITIAN
23
24
1) Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel merupakan elemen populasi yang
merupakan subyek pengukuran dari unit penelitian yang memberikan kesimpulan
tentang seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Low Back
Pain Myognic yang terdaftar sebagai pasien di Rehabilitasi Medik RSUD Mth
Djaman, Kabupaten Sanggau 2022.
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
N
n=
1+Ne2
Dimana :
N = Jumlah populasi
95
n =
1,95
n = 48,71
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria Eksklusi
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik
dari individu atau perseorangan seperti wawancara atau hasil pengisian
lembar observasi yang bisa dilakukan peneliti. Penelitian ini menggunakan
data primer dimana peneliti melakukan observasi langsung pada pasien di
Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUD Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau
yang memenuhi kriteria penelitian dan melakukan pengukuran terhadap
Perbandingan pengaruh penurunan nyeri sebelum (pre test) dan sesudah
(post test) pemberian Myofascial Release Technique dan Mc.Kenzie
Exercise. Observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan memberikan
penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian dan
perlakuan apa saja yang diberikan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat langkah- langkah yang
akan dilakukan, yaitu:
a. Responden dimintai persetujuan secara tertulis dan diberikan
2) Data sekunder
Nyeri Nyeri adalah rasa yang tidak Visual Observasi 1-3 = nyeri Ordinal
menyenangkan dan rasa sakit Analog
- ringan
yang dirasakan oleh pasien, Scale 4-6 = nyeri
3.7 Langkah-langkah Penelitian (VAS)
sehingga menyebabkan pasien sedang
3.7.1 Metode
susahPengukuran/
menggerakkan anggota
Instrumen 7-9 = sangat
tubuh yang mengalami nyeri. nyeri
Untuk mengukur penurunan nyeri pada Low Back Pain Myogenic di
10 = tak
tertahankan
gunakan Visual Analog Scale (VAS). VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan
untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis,
dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi
tanda “no pain” (tidak sakit) dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri
hebat).
Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level
intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri
sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skornya yang
menunjukkan intensitas nyeri (Widiarti, 2016).
Pengukuran dilakukan setiap sebelum dan sesudah intervensi. Setelah 3 kali
evaluasi dan penelitian sudah mendapatkan data yang lengkap, peneliti melakukan uji
komparasi data untuk mengetahui penurunan nyeri pada Low Back Pain Myogenic
pada masing-masing kelompok dengan paired t-test dan uji komparasi data untuk
membandingkan hasil perhitungan beda rata-rata penurunan nyeri sebelum dan
setelah perlakuan antar kelompok dengan uji independent t-test menggunakan
software SPSS.
3.7.2 Jalannya Penelitian
Secara garis besar jalannya penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1) Tahap persiapan
a) Studi pendahuluan di lokasi penelitian.
b) Studi literatur / pustaka untuk pembuatan proposal penelitian dengan
bimbingan dosen.
c) Seminar proposal disertai revisi.
32
2) Tahap pelaksanaan
a) Melakukan wawancara dengan kuesioner kepada responden untuk
mendapatkan persetujuan penelitian (Purposive sampling)
b) Penilaian Pengukuran Nyeri dengan menggunakan VAS (Visual
Analog Scale) (Pre test), kemudian melakukan perlakuan/ intervensi
treatment, selanjutnya melakukan pengukuran kembali (post test)
3) Tahap penyelesaian
a) Pengumpulan (editing) dan pengolahan data.
b) Penyusunan hasil penelitian dan konsultasi kepada pembimbing.
c) Penyebarluasan hasil kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3.8 Pengolahan Data
3) Prosessing
Populasi target
Semua pasien Fisioterapi di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUD Mth. Djaman, Purposive Sampling
Sanggau
48 sampel
Populasi yang memenuhi kriteria
inklusi
Informed consent
Hasil
34
1) Analisa univariat
2) Analisa bivariat
Ajimsha, M.S, Binsu Daniel. and S. Chithra. 2014. Effectiveness of Myofascial release
in the management of chronic low back pain in nursing professionals. Journal
of Bodywork & Movement Therapies: 18, (273-281). Diakses: 31 Oktober
2017 melalui
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1360859213000740
Anggraeni, Nanda Citra. 2013. Penerapan Myofascial Release Technique sama baik
dengan Ischemic Compression Technique dalam menurunkan nyeri pada
sindroma Miofascial otot Upper Trapezius. Skripsi. Denpasar: Universitas
Udayana.
Anonim, 2017. Respon Cepat IFI terhadap BPJS. Artikel Berita online: Ikatan
Fisioterapi Indonesia tanggal 15 November 2017. Diakses tanggal 12
Desember 2017
melalui www.ifi.or.id/index.php/public/information/news-detail/16
Bellmunt, Albert perez., Blasi M., Blasi J., Ortiz S., Pérez Corbella C., Casasayas O.,
Kuisma R and Miguel M. 2017. Introduction To Fascial Tissue. Physiotherapy
Updates: Issue XIII on March, Article. Diakses: 31 Oktober 2017 melalui
https://www.researchgate.net/publication/315701509
Bull, E., dan G. Archard. 2007. Simple Guide: Nyeri Punggung. Dialihbahasakan oleh
Juwalita Surapsari. Editor: Rina Astikawati dan Amalia Safitri. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Khusniatun, Dwi Eka. 2011. Beda Pengaruh antara Infra Red (IR) dengan Short Wave
Diathermy (SWD) terhadap Pengurangan Nyeri pada Penderita Nyeri
Punggung Bawah Miogenik. Skripsi. Surakarta: Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan.
Longo, U.G., Mattia Loppini, Luca Denaro, Nicola Maffulli and Vincenzo Denaro.
2010. Rating scales for Low Back Pain. British Medical Bulletin: 94 (81–144).
Diakses: 02 November 2017 melalui
http://bmb.oxfordjournals.org/content/94/1/81.full.pdf+html
Manheim, Carol. 2001. The Myofascial Release Manual: Third Edition. Slack
Incorporated.
Moore K. L., Dalley and Arthur F. 2004. Clinical Oriented Anatomy. Lippincott
Williams and Wilkins: Philadelphia.
36
37
Patrianingrum, Meilani. 2015. Prevalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di
Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Jurnal Anestesi Perioperatif (JAP. 2015;3(1) 47-56). Diakses tanggal 02 November
2017 melalui
journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/download/379/pdf_41
Pramita, I. 2014. Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional
Dari Pada William’s Flexion Excercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah
Miogenik. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana Studi Fisiologi Olahraga
Universitas Udayana.
Silbernagl, Stefan dan Agamemnon Despopoulus. 2009. Color Atlas Of Physiology: Six
Edition. Thieme: New York.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke-15. Bandung: CV. Alfabeta.
Sujatno, I.g., dkk. 2002. Sumber Fisis. Surakarta: Akademi Fisioterapi Depkes RI.
INFORMED CONSENT
Kepada,
Yth, Calon Responden
Penelitian di –
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Mth. Djaman, Kabupaten Sanggau
Penulis,
xi
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Responden Penelitian
PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN
( Responden )
xii
Lampiran 3 : Standar Operasional Prosedure (SOP) Myofascial Release Technique
Myofascial Release Technique
Pengertian Myofascial release technique (MRT) menurut Anggraeni (2013)
merupakan teknik terapi yang efektif untuk mengobati nyeri
sindroma miofasial, yang mengacu pada teknik peregangan dan
penekanan untuk meregangan fascia dan melepaskan ikatan
antara fascia dan kulit, otot, serta tulang.
Tujuan Tujuan untuk menghilangkan rasa sakit yang akan berdampak
pada peningkatan jangkauan gerak dan gerak otot dapat
maksimal.
Prosedur
Step Gerakan Langkah-langkah
1. MRT pada area Sumber : (Ajimsha, et al., Persiapan :
lowerthoracolumbar Posisi pasien dalam keadaan
2014).
fasciae dan Gluteus tengkurap (prone lying), sedangkan
Maximus. posisi terapis ada disamping pasien
pada sisi kontra lateral.
Teknik pelaksanaan:
xiii
2014). Posisi pasien dalam keadaan
tengkurap (prone lying) dan area
lumbal distabilkan menggunakan
bantal, sedangkan posisi terapis ada
disamping pasien pada sisi lateral
Teknik pelaksanaan:
Melakukan penekanan secara
bertahap dengan menggunakan
siku kearah anterior, tekanan
sekitar 90 detik dengan durasi 3
menit pada salah satu sisi (total
durasi 6 menit).
Teknik pelaksanaan:
Melakukan penekanan secara
bertahap dengan menggunakan
siku dimulai dari area sekitar T12
ke arah inferior. Tekanan perlahan
diarahkan ke arah yang lebih
rendah dimaksudkan untuk fokus
pada permukaan (lapisan posterior
fascia thoracolumbar dan
Latissimus dorsi) serta otot-otot
mid-layer (Longissimus dan
Spinalis thorcus). Durasi 3 menit
pada salah satu sisi (total durasi 6
menit)
xiv
abdominis) miring (side lying), kepala pasien
ditopang bantal senyaman mungkin
dengan posisi hip fleksi 45˚ dan
lutut/ knee fleksi 35˚, sedangkan
posisi terapis ada dibelakang
pasien.
Teknik pelaksanaan:
Menggunakan kepalan tangan,
posisi awal dimulai pada lingkar
pinggang (the waistline at the
midline of the coronal plane).
Penekanan dilakukan bertahap
kearah posterior/ PSIS (posterior
superior iliac spine). Tekanan
diberikan sekitar 90 detik dengan
durasi 3 menit pada salah satu sisi
(total durasi 6 menit).
xv
Mc. Kenzie Exercise
Pengertian Menurut Thomas (2007) Mc Kenzie Exercise adalah suatu tehnik latihan
dengan menggunakan gerakan badan terutama kebelakang/ekstensi, biasanya
digunakan untuk penguatan dan peregangan otot-otot ekstensor dan fleksor
sendi lumbo sacralis dan dapat mengurangi nyeri.
Tujuan Untuk memperbaiki postur dan untuk mengurangi hiperlordosis lumbal.
Step Gerakan Langkah-langkah
1. Prone- Sumber : (Wahyuni, Persiapan:
lying 2006) Posisi pasien tengkurap tanpa bantal dan posisi
terapis berdiri di sisi pasien.
Teknik Pelaksanaan :
Posisi tengkurap dan mata dalam keadaan
terpejam dalam waktu 3-5 menit lalu atur nafas
sampai tubuh terasa rileks. (Zuhri 2016)
2. Elbow
Sumber : (Wahyuni, Persiapan:
press 2006)
Posisi pasien tengkurap tanpa bantal dan badan
Teknik Pelaksanaan :
Teknik yang kedua yaitu posisi tengkurap dengan
Dilakukakan
2016)
xvi
3. Press- Up Sumber : (Wahyuni, 2006)
Posisi Pasien :
sebelah pasien.
Teknik Pelaksanaan :
4. Double
Sumber : (Wahyuni,
Knee To 2006)
Chest
Persiapan:
xvii
bersamaan, posisi terapis berdiri di sebelah pasien.
Teknik Pelaksanaan :
(Zuhri 2016)
xviii
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURAL
Standar
Operasional VISUAL ANALOG SCALE (VAS)
Prosedur
Pengertian Alat ukur yang digunakan untuk memeriksa derajad nyeri dan secara
khusus meliputi 10 cm garis dengan setiap ujungnya ditandai dnegan
level intensitas nyeri
Tujuan Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan pasien, membantu
diagnosis, meningkatkan motivasi pasien dan sebagai dokumentasi untuk
melihat apakah nyeri berkurang atau masih tetap (Widiarti, 2016)
dan menyuruh pasien untuk menandai sendiri dengan pensil pada nilai
skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan pasien itu
sendiri
xix
FORMULIR PENGUKURAN NYERI
VISUAL ANALOG SCALE (VAS)
b.
xx
xxi