PROPOSAL
Oleh:
Pembimbing,
Oleh :
Penelitian ini telah diseminarkan dan diterima sebagai salah satu syarat untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan
Program Sarjana Pada Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam
Komisi Penguji :
1.
2.
Disahkan Oleh:
Puji dan syukur Peneliti Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
DAYA TAHUN 2021” Proposal ini merupakan sebagai salah satu persyaratan
Pakam.
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti tidak
lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat:
1. Drs. Johannes Sembiring M.Pd, M.Kes selaku Ketua Yayasan Medistra Lubuk
Pakam.
5. Seluruh staf dosen beserta staf pegawai pada Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan bimbingan
Peneliti
NIM 201205
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1.........................................................................................Latar Belakang
...............................................................................................................1
1.2....................................................................................Rumusan Masalah
...............................................................................................................4
1.3.....................................................................................Tujuan Penelitian
...............................................................................................................4
1.4...................................................................................Manfaat Penelitian
...............................................................................................................5
2.1.1 Defenisi...................................................................................7
2.2.1.Defenisi....................................................................................10
2.2.2.Etiologi ....................................................................................10
3.1. Pengertian................................................................................11
.............................................................................................................23
.............................................................................................................24
.............................................................................................................25
.............................................................................................................25
.............................................................................................................26
.............................................................................................................26
.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
4. Lembar Observasi…………………………………………...33
1. Latar Belakang
usia permulaan tua (Darmojo, 2016). Jumlah proporsi lansia bertambah setiap
tahunnya. Data WHO pada tahun 2018 menunjukkan lansia berjumlah 7,49%
dari total populasi, tahun 2018 menjadi 7,69% dan pada tahun 2019 didapatkan
sistem tubuh. Berdasarkan informasi data yang dikutip dari buku ajar geriatri,
(Reeves, 2017). Prevalensi osteoartritis lebih banyak terjadi pada usia di atas
35 tahun, terutama wanita di atas 55 tahun (Reeves, 2017). Dalam suatu survey
osteoartritis, pada usia 45-60 tahun mencapai 30% sementara pada usia di atas
61 tahun lebih dari 65% (Noer, 2016). Osteoartritis (OA) juga dikenal penyakit
sendi degeneratif merupakan yang paling umum terjadi pada semua bentuk
artritis dan menyebabkan nyeri dan disabilitas pada lansia. Penyakit ini
sinovium yang melapisi sendi), nyeri sendi, kekakuan, dan kehilangan gerakan
proses penuaan dan nyeri yang diakibatkan oleh inflamasi yang timbul karena
gesekan ujung tulang sendi. Osteoartritis dibagi menjadi dua antara lain
suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu
dari keadaan normal menjadi tidak normal, dan biasanya penyakit ini
gangguan pada tulang yaitu tulang tepi dan tulang rawan, ditandai dengan
gejala nyeri pada sendi lutut maupun sendi pinggul. Menurut World Health
prevalensi osteoartritis mencapai 22,3 juta jiwa dan 40,2 juta jiwa, sedangkan
di Asia Tenggara prevalensi mencapai 27,4 juta jiwa. Pada tahun 2030,
menjadi 67 juta kasus. Angka kejadian rematik pada tahun 2016 yang
dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% adalah
mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun
prevalensi nyeri rematik di indonesia mencapai 25,6% hingga 35,8%, angka ini
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien osteoartritis
biasanya hanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau adanya
pembebanan pada sendi yang terkena. Bila derajat yang lebih berat nyeri akan
pasien, karena prevalensi yang cukup tinggi dari sifat yang progresif.
Osteoartritis mempunyai dampak sosial ekonomi yang besar, baik dari negara
maju maupun negara berkembang, diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut
lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua (Setiati,
artritis dan gangguan pada tulang menjadi masalah yang sering terjadi pada
lansia. Distribusi usia yang berada pada rentang 60-74 atau lanjut usia bahwa
merupakan hal yang vital bagi kesehatan total lansia. Nyeri sendi merupakan
terjadi pada usia diatas 60 tahun dan tidak pernah terjadi pada anak-anak
tinggi menghasilkan efek yang kurang baik bagi kesehatan lansia dengan
rematik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga kesehatan jasmani.
Keuntungan lain dari senam rematik yaitu tulang menjadi lebih lentur, otot
tetap normal, tidak mudah mengalami cidera, dan kecepatan sel tubuh menjadi
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam rematik pada lansia (Sitinjak
(Tamsuri, 2016). Pedoman AHCPR (Agency for Health Care Policy and
nonfarmakologis merupakan intervensi yang cocok untuk pasien yang tidak ingin
menggunakan terapi obat dalam mengatasi nyerinya dan pasien yang merasa
(Potter & Perry, 2005). Terapi non farmakologis yang juga merupakan suatu
Stimulasi kutaneus merupakan salah satu contoh dari manipulative and body
based therapy yaitu terapi yang didasari oleh manipulasi dan pergerakan
tubuh(Widyatuti, 2016).
Menurut Potter & Perry (2005) terapi alternatif untuk mengurangi nyeri
pada reumatik dapat dilakukan stimulasi kutaneus. Stimulasi kutaneus yang dapat
slow-stroke back massage yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan
peyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan
dari zat-zat yang tidak terpakai akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses
pertukaran zat yang lebih baik. Aktivitas sel yang meningkat akan mengurangi
nyeri dan meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis (Kusyanti, 2016). Teknik
pendekatan, salah satu metode yang dilakukan adalah dengan mengusap kulit
klien secara perlahan dan berirama dengan tangan, dengan kecepatan 60 kali
usapan per menit (Potter & Perry, 2005). Usapan yang panjang dan lembut dapat
pendek dan sirkuler cenderung lebih bersifat menstimulasi (Caldwell & Hegner,
2016).
Teknik ini sederhana dan mudah dilakukan, sehingga setiap perawat dan
khususnya pada pasien radang sendi. Tindakan ini juga memungkinkan perawat
untuk memeriksa kondisi kulit pasien (Ester, 2015). Keuntungan dari stimulus
kutaneus slow-stroke back massage (SSBM) adalah tindakan ini dapat dilakukan
mengontrol nyeri (Potter & Perry, 2005). Penelitian tentang keefektifan intervensi
ini telah dilakukan pada beberapa jenis pasien dengan penyakit terminal maupun
penelitian tentang pengaruh terapi back massage terhadap intensitas nyeri pada 13
nyeri yang dirasakan lansia setelah diberikan back massage dibandingkan dengan
terhadap intensitas nyeri 7 orang penderita Low Back Pain (LBP). Adhayati
berpendapat bahwa nyeri yang diderita oleh individu perlu diatasi segera untuk
diberikan intervensi tersebut. Tindakan slow stroke back massage juga berfungsi
pada 10 orang lansia dengan diagnosis osteoarthritis yang tinggal di panti werdha.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan bermakna terhadap nyeri yang
Kabupaten Barat Daya terdapat lansia sebanyak 66 orang. Dari 66 orang lansia
ini adalah Apakah ada “Pengaruh Stimulasi Kutaneus Slow Stroke Back Massage
Kutaneus Slow Stroke Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Osteoartritis Pada
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi seluruh lansia dan tempat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
Lanjut usia merupakan kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang
diberi umur panjang, dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses
1994 dalam Darmojo, 2006). Usia lanjut adalah sebagai tahap akhir
(2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
Organisation (WHO) dalam Maryam (2008), ada empat tahap lanjutan usia
meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle Age) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) yaitu seseorang yang yang berusia antara 60-74
tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) yaitu seseorang yang berusia antara 75-90 tahun .
d. Usia sangat tua (Very Old) yatu seseorang yang berusia diatas 90 tahun
g. Sangat tua yaitu seseorang yang berusia lebih dari 100 tahun.
3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003). Lansia potensial tidak
tergantung pada umur, karena tidak ada batasan dan kisaran umumnya.
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003). Seperti halnya lansia
potensial, lansia tidak potensial juga tidak bergantung pada umur. Diantara
mereka pasti ada yang masih mampu dan tidak mampu mencari nafkah,
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
2006). Adapun proses tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kmunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur,
timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan
mulai berkurang, mudah lemah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.
suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah
lain :
1. Teori Genetika
Teori ini menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan. Teori ini mengakui
6. Teori psikologis
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan
1. Perubahan fisik
adalah:
a. Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan
b. Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi
c. Air mengalami penurun secara signifikan karena bertambahnya sel- sel yang
makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik
glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena
timbunan lemak.
i. Perubahan Mental
egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki
umum yang ditemukan pada hamper setiap lansia yaitu keinginan untuk
j. Perubahan Psikososial
2.2.1. Pengertian
usapan yang perlahan selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2005). Slow stroke
back massage adalah teknik pijat yang ditandai dengan pijatan yang memanjang,
perlahan, gerakan meluncur dan gerakan stroking yang menggunakan dua tangan
secara bersamaan dan berulang dari daerah sacral ke daerah servical pada tulang
belakang. Teknik untuk melakukan Slow Stroke Back Massage dilakukan dengan
mengusap kulit klien secara perlahan dan berirama dengan tangan, dengan
kecepatan 60 kali per menit. Kedua tangan menutup suatu area yang lebarnya 5
cm pada kedua sisi tonjolan tulang belakang. Tindakan pijat punggung dengan
usapan perlahan (slow stroke back massage) pada klien dengan penyakit terminal
terbukti menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic (Potter & Perry, 2005).
Slow stoke back massage diberikan selama 5 hari pada waktu siang hingga sore
selama lima hari secara signifikan efektif dapat menurunkan tekanan darah pada
lansia. Ketika tidur tekanan darah berada pada titik terendah di malam hari.
terjadi hingga mencapai puncaknya antara tengah hari dan sore hari (Paisal,
2012). Oleh karena itu terapi diberikan pada kisaran waktu siang sampai sore
Slow stroke back massage juga memiliki beberapa macam manfaat bagi
kesehatan, diantaranya :
mengurangi stasis pada sendi serta organ dan jaringan lain. Memiliki efek
Sementara pada lansia, massage secara berkala dapat menekan laju tekanan
3) Persiapan bahan dan instrumen meliputi olive oil dan minyak esensial
yang sudah dicampur sesuai aturan pakai, handuk, selimut dan jam.
5) Buka punggung, bahu dan lengan atas responden lalu tutup sisanya
dengan selimut.
iliaka. Jangan sampai tangan anda terangkat dari kulit klien. Lanjutkan
8) Remas kulit dengan mengambil jaringan diantara ibu jari dan jari
tagan anda.Remas ke atas sepanjang satu sisi spina dari daerah sacrum
ke bahu dan sekitar bawah leher. Remas atau usap kebawah ke arah
12) Letakan handuk yang kotor pada tempatnya dan cuci tangan.
2.3.1. Pengertian
memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
tersebut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban
serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan atau
lamina yang saling berikatan. lapisan dua dan tiga diantaranya membentuk
tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri.
Proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur
opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari talamus, yang
1. Klasifikasi
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
untuk waktu yang singkat yaitu dari beberapa detik hingga enam
bulan.
b. Nyeri kronis
c. Usia.
Usia merupakan variabel penting dalam mempengaruhi nyeri
d. Jenis kelamin.
e. Kebudayaan.
2006).
f. Makna nyeri.
g. Perhatian.
h. Keletihan
bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih
i. Pengalaman sebelumnya.
j. Gaya koping.
(VDS) Merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri tidak
terkontrol
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
memilih satu kata atau satu kata (Potter & Perry, 2006).
hebat
2.4. Osteoathritis
2.4.1. Pengertian
tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri
Faktor- faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor
kartilago.
tulang rawan. Pada fase ini terjadi fibrasi dan erosi dari permukaan
Produksi mikrofag synovial seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF- alfa
4) Fase nyeri
ketika di pagi hari atau setelah bangun tidur dan mereda kurang dari 30
nyeri maka perlu diberikan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan
juga dapat mengurangi nyeri pada osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas,
panas dan aromatic dari oleoresin seperti zingaron, gingerol dan shogaol.
sifat pedas, pahit dan aromatic dari oleoresin seperti zingaron, gingerol dan
potensi yang baik untuk penetrasi kulit. Boreh jahe yang dibalurkan pada
sendi yang nyeri akan mengakibatkan stratum korneum pada kulit menjadi
Nyeri Akut
osteoatrhitis
Nyeria Akut
Berkurang
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
Keterangan:
: Pengaruh
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh Stimulasi Kutaneus Slow
BAB III
METODE PENELITIAN
adalah Pre eksperimen (One group pre and post test design) yaitu penelitian
Keterangan:
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2021 sebanyak 30 orang pada saat
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2021 – Juni 2021.
bawah ini:
1. Populasi Penelitian
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam hal ini adalah Seluruh Lansia
yang mengalami Osteoatrhitis di Puskesmas Sosas Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2021 dalam hal ini diketahui populasi sebanyak 30 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi atau
dengan kata lain sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Sastroasmoro, 2013).
berikut:
1. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari
2. Data sekunder
karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri
tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan oleh
pihak-pihak lain. Langkah - langkah pengumpulan data yang dilakukan
a. Tahap persiapan
b. Pemilihan responden
dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara
berikut:
1. Proses Editing
2. Coding
3. Tabulating
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
1. Analisa univariat
2. Analisa bivariat
DAFTAR PUSTAKA
No Responden:
Jenis Kelamin:
Pekerjaan:
Petunjuk Pengisian
Isilah dengan menggunakan tanda ceklis (√) pada kolom yang telah
disediakan.
Lembar Observasi Penilaian Nyeri
Skala penilaian numerik atau Numerik Rating Scale (NRS) lebih digunakan
sebagai alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan 0-10.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Pernyataan
1 Identifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk atau
vertebrata, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka yang
menjadi kontra indikasi untuk usapan punggung. Pada klien yang mempunyai
riwayat hipertensi atau disritmia, kaji denyut nadi dan tekanan darah.
3 Persiapan bahan dan instrumen meliputi olive oil dan minyak esensial yang
sudah dicampur sesuai aturan pakai, handuk, selimut dan jam.
5 Buka punggung, bahu dan lengan atas responden lalu tutup sisanya dengan
selimut.
9 Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa pemberi
intervensi mengakhiri usapanya
10 Bersihkan kelebihan minyak dari punggungklien dengan handuk
mandi.Bantu lansia memakai bajunya kembali
10 Bantu klien kembali pada posisi yang nyaman.
11 Letakan handuk yang kotor pada tempatnya dan cuci tangan.
Kaji kembali denyut nadi dan tekanan darah responden.
Catat respon terhadap massage dan kondisi kulit.
PENGARUH STIMULASI KUTANEUS SLOW STROKE BACK MASSAGE
TERHADAP INTENSITAS NYERI OSTEOARTRITIS PADA LANSIA DI
PUSKESMAS SUSOH KABUPATEN ACEH
BARAT DAYA TAHUN 2021
Lembar Observasi
Lampiran 2
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan turut berpartisipasi sebagai
responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa/i Program Studi
Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan dan Fsioterapi Institut
Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam dengan judul penelitian: “Pengaruh
Stimulasi Kutaneus Slow Stroke Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri
Osteoartritis Pada Lansia Di Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2021.
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian ini atas
kesadaran saya sendiri.
Lubuk Pakam, April 2021
Responden
(.........................................)