penyakit, permulaan perjalanan dan akibat. Penyakit adalah suatu kondisi abnormal yang menyebabkan
hilangnya kondisi normal yang sehat. Ditandai oleh tanda dan gejala, perubahan secara spesifik oleh
gambaran yang jelas morfologi dan fungsi dsb.
Patofisiologi merupakan gabungan dari kata fisiologi dan patologi. Definisi fisiologi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang biologi yg berkaitan dng fungsi dan kegiatan
kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel). Definisi patologi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan ilmu tentang penyakit atau
dalam keadaan sakit/abnormal.
Sekeras apapun wanita berusaha, tidak semua kehamilan berjalan dengan semestinya.
Komplikasi dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah kehamilan. Beberapa komplikasi hanya
bersifat ringan, namun ada juga yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayinya.
Karena ada banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi kesehatan wanita dan bayinya,
kesehatan saat kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa dijamin. Namun, apabila ibu mengetahui
faktor risiko serta tanda dan gejala kemungkinan komplikasi, ia dapat melakukan langkah
pencegahan atau mencari pertolongan medis dan menghindari risiko kesehatan yang serius.
Komplikasi kehamilan yang paling umum adalah tekanan darah tinggi, pre-eklamsia, kelahiran
prematur, keguguran, diabetes gestasional, anemia, dan infeksi saluran kemih.
Tekanan darah tinggi: Juga dikenal sebagai hipertensi, kondisi ini terjadi ketika terjadi
penyempitan pembuluh nadi, yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke berbagai organ
tubuh dan plasenta. Saat hal ini terjadi, organ tubuh tidak cukup mendapatkan oksigen
dan mineral yang dibawa darah. Ada kemungkinan janin tidak akan tumbuh secara
normal. Pada beberapa kasus, hipertensi akan menyebabkan kelahiran premature atau
pre-eklamsia. Wanita yang telah didiagnosis dengan hipertensi bahkan sebelum hamil
harus mengawasi kondisi mereka secara teratur dan terus mengonsumsi obat-obatan.
Apabila hipertensi terjadi saat kehamilan, maka kondisi ini dinamakan hipertensi
gestasional. Kondisi ini biasanya akan menghilang setelah kehamilan, namun juga tetap
harus diawasi. Beberapa wanita yang mengalami hipertensi gestasional harus menjalani
operasi caesar darurat agar tidak lebih membahayakan nyawa mereka dan bayi mereka.
Pola makan yang tepat, olahraga yang cukup, dan istirahat yang cukup dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi gestasional.
Kelahiran prematur: Kelahiran prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum
memasuki minggu ke-37 kehamilan. Risiko kelahiran prematur dapat dikurangi dengan
mencegah infeksi. Pada beberapa kasus, obat-obatan dapat menghentikan atau
memperlambat kondisi ini.
Keguguran: Apabila kehamilan wanita tidak berkembang dalam 20 minggu, maka
wanita telah mengalami keguguran. Apabila wanita mengalami keguguran setelah 20
minggu, kondisi ini dinamakan “lahir mati”. Sayangnya, banyak faktor risiko keguguran
yang tidak dapat dikendalikan oleh pasien, misalnya kelainan plasenta, pertumbuhan
janin yang buruk, dan kelainan kromosom.
Diabetes Gestasional: Perubahan hormon selama kehamilan dapat mengganggu
kemampuan pankreas untuk menghasilkan insulin, sehingga menyebabkan diabetes
gestasional. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan yang serius pada kesehatan ibu
dan bayinya.
Infeksi Saluran Kemih: Infeksi saluran kemih adalah kondisi yang paling umum
terjadi saat kehamilan. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat
disembuhkan dengan antibiotik. Namun, dokter harus mengetahui bahwa pasien sedang
hamil, sehingga ia dapat memberikan antibiotik yang sesuai.
Pendarahan
Muntah dan sangat mual
Berkurangnya aktivitas bayi
Beberapa komplikasi kehamilan dapat diobati dengan obat-obatan, namun ada juga komplikasi
kehamilan yang tidak dapat dicegah ataupun disembuhkan. Sebagai contoh, apabila komplikasi
disebabkan oleh pertumbuhan janin yang tidak normal, tidak ada pertolongan medis yang dapat
membantu kehamilan.
Apabila nyawa ibu dan bayinya berada dalam bahaya, dokter dapat memilih untuk melakukan
operasi caesar (C-section). Komplikasi kehamilan yang membutuhkan operasi ini adalah:
Kesehatan mental wanita juga berisiko mengalami gangguan selama dan setelah kehamilan.
Beberapa wanita dapat mengalami depresi berat saat hamil. Wanita harus menyadari tanda dan
gejala depresi serta mencari pertolongan profesional karena depresi dapat membahayakan
kesehatan fisik wanita dan bayi. Depresi yang terjadi setelah kehamilan dinamakan depresi
postpartum. Pada banyak kasus, wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami
depresi ini, sehingga suami atau anggota keluarga lainnya harus mencari pertolongan apabila
mereka menyadari adanya gejala depresi.
Karena banyaknya risiko yang berkaitan dengan kehamilan, pasangan suami istri harus selalu
siaga untuk menghadapi semua jenis kondisi darurat. Sebaiknya mereka menyiapkan rencana
darurat dengan dokter kebidanan dan kandungan mereka. Mengikuti kelas persalinan juga
merupakan langkah yang baik, karena kelas ini biasanya mengajarkan tentang tindakan darurat.
Harus diingat juga bahwa rencana darurat dapat berhasil hanya jika semua orang di rumah sudah
mengetahui rencana ini. Pastikan bahwa salinan rencana darurat ada di tempat yang mudah
terjangkau, sehingga semua orang sudah tahu apa yang harus dilakukan saat kondisi darurat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta berada pada bagian atas uterus (Prawirohardjo, 2006).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior
(belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi
os serviks (Varney, 2006).
Plasenta previa yaitu plasenta yang tumbuh di tempat yang rendah di daerah penipisan-
pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu, plasenta terletak lebih rendah dari janin
(mendahului letak janin) dan dapat menghalangi pelahiran pervaginam (Benson, 2008).
Menurut FK. UNPAD. 1996, plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak
normal, rendah sekali sehingga menutupi seluruh atatu sebagian ostium internal. Angka kejadian
plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Plasenta previa adalah keadaaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(Ostium Uteri Internal) (Rustam mochtar, 1998).
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak di bagian atas uterus (Hanifa Winkjosastro, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
2.2 Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir plasenta berada kira-
kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan
lahir .
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan fisiologik, maka
klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya plasenta previa totalis pada pembukaan 4
cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm
(Prawirohardjo, 2006).
2.3 Etiologi
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ketiga.
Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan kondisi sebagai berikut ( Varney, 2006) :
1. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim
(28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita
yang pernah melahirkan bayi aterm. Menurut Prawirohardjo (2006), paritas dapat dibedakan
menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Primipara adalah wanita yang telah
melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006). Multipara
adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya
mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada primipara.
Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi
pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir. Pada paritas tinggi
kejadian plasenta previa makin besar karena keadaan endomentrium kurang subur
(Prawirohardjo, 2006).
2. Usia ibu
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia < 20 dan > 35 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2006).
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa dapat
terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur, sklerosis pembuluh
darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak
merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk
mendapatkan aliran darah yang adekuat (Manuaba, 2008). Plasenta previa terjadi pada umur
muda karena endometrium masih belum sempurna.
3. Riwayat pembedahan rahim, termasuk seksio sesarea (risiko meningkat seiring peningkatan
jumlah seksio sesarea).
Seksio sesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2006). Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu
yang telah mengalami pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus
dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan pengawasan yang cermat berhubung
dengan bahaya rupture uteri. Riwayat persalinan sesarea akan meningkatkan risiko terjadinya
plasenta previa yaitu (3,9 %) lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka (1,9 %) untuk
keseluruhan populasi obstetric (Cunningham, 2008). Hasil penelitian M.J Langgar, P Nugrahanti
diperoleh 149 penderita plasenta previa yang dirawat di rumah sakit Dr.Saiful Anwar Malang
tahun 2005-2006, 49 % plasenta previa terjadi pada ibu dengan bekas seksio sesarea sebelumya.
Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu dengan riwayat seksio sesarea di sebabkan karena
endometrium yang cacat akibat bekas luka sayatan.
4. Kehamilan kembar (ukuran plasenta lebih besar).
Kehamilan kembar yaitu Kehamilan dengan 2 janin atau lebih (Prawirohardjo, 2006). Pada
kehamilan kembar ukuran plasenta lebih besar dari ukuran normal dan tempat implantasinya
membutuhkan ruang yang luas, untuk mendapatkan aliran darah yang lebih kuat (Varney, 2006).
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup :
a. Perdarahan (hemorrhaging).
b. Usia lebih dari 35 tahun.
c. Multiparitas.
d. Pengobatan infertilitas.
e. Multiple gestation.
f. Erythroblastosis.
g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
h. Keguguran berulang.
i. Status sosial ekonomi yang rendah.
j. Jarak antar kehamilan yang pendek.
k. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas cesar atau
operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.
Sedangkan menurut Kloosterman(1973), Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus
tidak selalu dapat dengan jelas diterangkan. Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi
akibat persalinan yang lalu dapat menyebabkan plasenta previa, tidak selalu benar. Memang
apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang
letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi
pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun
kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
2.8 Prognosis
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan
kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting
dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya,
kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi
tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun
jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan
janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga
meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
2.9 Pengaruh Plasenta Previa
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
a. Bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam PAP
b. Terjadi kesalahan letak janin
c. Partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks
Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus:
a. Letak janin yang tidak normal menyebabkan partus akan menjadi patologik
b. Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah dapat terjadi prolaps funikulli
c. Sering dijumpai inersia primer
d. Perdarahan
2.10 Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Usta (2005) :
a. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Adanya atrofi pada
desidua dan vaskularisasi yang berkurang menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin berkurang.
Dalam darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin untuk
berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai makanan berkurang
(Prawirohardjo, 2006).
b. Anemia janin. Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta akan mengurangi
sirkulasi darah antara uterus dan plasenta sehingga suplai darah ke janin berkurang
(Prawirohardjo, 2006).
c. Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen. Berkurangnya suplai darah berarti suplai
oksigen dari ibu ke janin juga berkurang (Prawirohardjo, 2006).
d. Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus yang terbengkalai, bila ibu tidak
mendapatkan pertolongan transfuse darah akibat banyak kehilangan darah akibat perdarahan
hebat dapat menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu (Prawirohardjo, 2006).
e. Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan plasenta rentan menimbulkan
infeksi intrauterine.ibu dengan anemia berat karena perdarahan dan infeksi intrauterine, baik
seksio sesarea maupun persalinan pervaginam sama-sama tidak mengamankan ibu maupun
janinnya (Prawirohardjo, 2006).
f. Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse. Kehilangan banyak darah akibat perdaahan
hebat perlu mendapatkan pertolongan transfuse segera. Perdarahan merupakan factor dominant
penyebab kematian maternal khususnya di Negara Indonesia (Prawirohardjo, 2006).
g. Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya menimbulkan risiko
terbesar pada janin (Cunningham, 2006).
h. Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang dipengaruhi oleh
plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui
(Cunningham, 2006).
Masalah dan komplikasi lain adalah:
a. prolaps tali pusat
b. prolaps plasenta
c. plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan
kerokan.
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan post partum
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi premature atau lahir mati.
h. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan,
endimetritis pasca persalinan.
i. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asviksia berat
sampai kematian.
2.11 Penatalaksanaan
1) Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian
berhenti di maksudkan dapat memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan
berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian angka kesakitan dan
kematian neonatal karena kasus preterm dapat ditekan (Prawirohardjo, 2006).
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila tidak
terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam kandungan. Hal ini
memberikan peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama sampai aterm,
dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup di luar kandungan lebih besar lagi
(Prawirohardjo, 2006).
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat dilakukan karena kemungkinan
perdarahan berkelanjutan kecil terjadi karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan
pemeriksan dalam (Prawirohardjo, 2006).
d. Janin masih hidup.
Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih dapat bertahan dalam
kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak perlu mengakhiri kehamilan dengan segera
karena hanya akan memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar kandungan
(Prawirohardjo, 2006).
2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus
segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan
persalinan dengan plasenta previa (Prawirohardjo, 2006).
a. Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga
walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan
(Prawirohardjo, 2006).
b. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
1) Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta
presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan
ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan
infus oksitosin (Prawirohardjo, 2006).
2) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong
(dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
(Prawirohardjo, 2006).
3) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali
menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang
telah meninggal dan perdarahan tidak aktif (Prawirohardjo, 2006).
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat
kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa
adalah :
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak untuk
mengurangi kesakitan dan kematian.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
pertolongan lebih lanjut.
3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan
ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
2.12 Asuhan Kebidanan
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGIS NY “J” UMUR 24 TAHUN G1 P0
A0 UMUR KEHAMILAN 30+4 MINGGU DENGAN PLACENTA PREVIA
DI RB KASIH IBU SETURAN SLEMAN YOGYAKARTA
No. Register : 340310
Tanggal Pengkajian : 04 – 04 – 2011, jam 15.00 WIB
Nama Pengkaji : Bidan Sri Rahayu
B. Diagnosa masalah
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya
plasenta previa totalis.
C. Kebutuhan
KIE tentang penatalaksanaan anemis