Anda di halaman 1dari 30

resume tentang materi komplikasi kebidaa kehamilan , persaliann dan

nifas beserta referensinya

OLEH

META BRILIANI
1.komplikasi Kehamilan
Ditinjau oleh: dr. Fadhli Rizal Makarim
Apa Itu Komplikasi Kehamilan?

Komplikasi kehamilan merupakan gangguan kesehatan yang terjadi selama masa kehamilan. Gangguan
kesehatan tersebut dapat melibatkan gangguan pada kesehatan ibu, kesehatan bayi atau bahkan
keduanya.

Beberapa wanita hamil memiliki masalah kesehatan yang muncul semaka kehamilan, sedangkan ada
juga beberapa wanita yang memiliki masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada
komplikasi selama kehamilan. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mendapatkan perawatan
kesehatan sebelum dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan.

Berbagai Komplikasi Kehamilan yang Umum

Berikut adalah komplikasi paling umum yang dialami wanita selama kehamilan:

 Anemia

Anemia merupakan kondisi ketika tubuh memiliki jumlah sel darah merah sehat yang lebih rendah dari
jumlah normal. Wanita hamil yang mengalami anemia mungkin akan merasa lelah dan lemah. Namun,
kondisi tersebut bisa diatasi dengan mengobati penyebabnya, serta dibantu dengan mengonsumsi
suplemen zat besi dan asam folat. 

 Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi terjadi ketika arteri yang membawa darah dari jantung ke organ dan plasenta
menyempit. Kondisi tersebut bisa menempatkan ibu dan bayinya pada risiko berbagai masalah
kesehatan. Kondisi tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya banyak komplikasi kehamilan lain,
seperti preeklamsia, solusio plasenta, dan diabetes gestasional.

Wanita hamil dengan tekanan darah tinggi juga berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi sebelum
waktunya atau persalinan prematur, melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, dan kematian
bayi. 
Oleh karena itu, penting untuk membicarakan masalah tekanan darah dengan dokter kandungan ibu
sebelum hamil, sehingga tindakan penanganan dan kontrol yang tepat terhadap tekanan darah ibu bisa
dilakukan sebelum kehamilan. Mengonsumsi obat untuk tekanan darah tinggi penting untuk dilakukan
sebelum, selama, dan setelah kehamilan.

 Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional terjadi ketika seorang wanita yang tidak mengidap diabetes sebelum kehamilan,
mengembangkan kondisi tersebut selama kehamilan. Perubahan hormon akibat kehamilan
menyebabkan tubuh tidak menghasilkan cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, atau
tidak menggunakannya secara normal. Akibatnya, glukosa bisa menumpuk di darah dan menyebabkan
diabetes selama kehamilan.

Menerapkan pola makan yang sehat dan mengikuti rencana perawatan yang dianjurkan oleh dokter
kandungan adalah cara terbaik untuk mengurangi atau mencegah masalah yang terkait dengan diabetes
selama kehamilan. Pasalnya, bila tidak dikontrol, diabetes gestasional bisa menyebabkan preeklamsia
dan melahirkan bayi yang besar yang meningkatkan risiko kelahiran sesar. 

 Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi serius yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur hingga mengancam
keselamatan jiwa. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa wanita yang
berisiko lebih tinggi untuk mengalaminya, seperti wanita yang berusia 35 tahun ke atas, memiliki riwayat
preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, memiliki kondisi medis tertentu (diabetes, tekanan darah
tinggi, dan penyakit ginjal), hamil dua atau lebih anak.

 Persalinan Prematur

Persalinan prematur terjadi ketika seorang wanita melahirkan sebelum minggu ke-37 kehamilan.
Persalinan tersebut terjadi sebelum organ bayi, seperti paru-paru dan otak, selesai berkembang. Obat-
obatan tertentu bisa menghentikan persalinan. Dokter biasanya juga menganjurkan ibu untuk
beristirahat total di tempat tidur agar bayi tidak lahir terlalu dini.

 Keguguran

Keguguran adalah kematian janin yang terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan. Menurut American
Pregnancy Association (APA), hampir sebanyak 20 persen kehamilan di antara wanita sehat akan
berakhir dengan keguguran. Terkadang, hal ini bisa terjadi bahkan sebelum seorang wanita menyadari
kehamilannya. Dalam kebanyakan kasus, keguguran tidak bisa dicegah.

Kehilangan kehamilan setelah minggu ke-20 kehamilan disebut lahir mati. Sering kali penyebabnya tidak
diketahui. Masalah yang bisa menyebabkan bayi lahir mati, antara lain adanya masalah dengan plasenta,
masalah kesehatan kronis pada ibu, dan infeksi.

 Infeksi
Selama kehamilan, bayi dalam perut ibu terlindungi dari banyak penyakit, seperti flu biasa atau sakit
perut. Namun, ada beberapa infeksi yang dapat membahayakan ibu, bayi, atau keduanya. Misalnya
seperti infeksi HIV, virus hepatitis, penyakit menular seksual dan tuberkulosis. Beberapa infeksi tersebut
dapat berdampak negatif pada kehamilan dan mungkin memberikan konsekuensi serius bagi ibu, hasil
kehamilannya dan bayinya.

Oleh sebab itu, penting bagi ibu hamil untuk melakukan skrining dan mengobati infeksi tersebut sedini
mungkin dan mendapatkan vaksinasi terhadap virus. Contohnya seperti hepatitis B dan human
papillomavirus, agar dapat mencegah dampak buruk yang tidak diinginkan pada kehamilan.

 Mual dan Muntah Terus Menerus 

Meskipun mual dan muntah adalah hal yang normal selama kehamilan, terutama pada trimester
pertama, beberapa wanita mengalami gejala yang lebih parah hingga trimester ketiga.

Penyebab bentuk yang lebih parah dari masalah ini, yang dikenal sebagai hiperemesis gravidarum.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum mengalami mual yang tidak kunjung hilang, penurunan berat
badan, nafsu makan berkurang, dehidrasi, dan rasa ingin pingsan.

Siapa Saja yang Berisiko Mengalami Komplikasi Kehamilan?

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami komplikasi selama kehamilan,
antara lain:

 Hamil pada usia 35 tahun atau lebih.

 Mengalami kehamilan di usia muda.

 Mengalami gangguan makan, seperti anoreksia.

 Merokok.

 Menggunakan obat-obatan terlarang.

 Minum alkohol.

 Memiliki riwayat keguguran atau kelahiran prematur.

 Hamil lebih dari satu bayi.

 Mengidap kondisi medis tertentu, seperti diabetes, kanker, tekanan darah tinggi, infeksi,
penyakit menular seksual, dan lain-lain.

Cara Mencegah Komplikasi Kehamilan

Tidak semua komplikasi kehamilan bisa dicegah, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risikonya, antara lain: 
 Bicarakan pada dokter ketika berencana hamil agar dokter bisa membantu kamu
mempersiapkan diri. Beritahu dokter bila kamu memiliki kondisi medis tertentu.

 Konsumsi makanan sehat dengan memperbanyak buah-buahan, sayuran, protein tanpa lemak,
dan serat.

 Minum vitamin prenatal setiap hari.

 Berhenti merokok, sekaligus hindari minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.

 Mengelola stres dengan baik.

16 Daftar Komplikasi Persalinan yang Berisiko Bagi Ibu dan Bayi

16 Daftar Komplikasi Persalinan yang Berisiko Bagi Ibu dan Bayi

Hamil dan melahirkan memang bukan merupakan suatu proses yang mudah untuk dilalui.
Kemungkinan adanya masalah tidak hanya bisa datang saat hamil, tapi ibu juga dapat
mengalami komplikasi atau tanda bahaya saat proses persalinan berlangsung. Apa saja
komplikasi atau yang biasa disebut juga sebagai penyulit yang mungkin terjadi saat persalinan?

Berbagai komplikasi persalinan yang umum terjadi

Ketika tanda-tanda melahirkan terasa, ibu bisa segera pergi ke rumah sakit agar proses
persalinan bisa segera dilakukan.

Pastikan semua persiapan persalinan dan perlengkapan melahirkan sudah siap sedia.

Risiko munculnya komplikasi bisa datang kapan saja selama proses persalinan atau melahirkan
berlangsung.

Terlebih ada beberapa kondisi tertentu pada ibu yang memang rentan terhadap komplikasi, baik
pada proses melahirkan normal maupun operasi caesar.

Sebagai contoh, usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu, usia ibu yang sudah cukup tua, ibu
punya kondisi medis tertentu, dan lain sebagainya.
Bahkan, kehamilan selama 9 bulan lamanya yang berjalan dengan lancar sekali pun tetap
berisiko mengalami komplikasi atau tanda bahaya saat persalinan nantinya.

Ada beragam komplikasi persalinan yang bisa terjadi pada Anda dan bayi, meliputi:

1. Komplikasi persalinan distosia

melahirkan risiko kanker payudara

Distosia atau yang dimaksud sebagai persalinan macet (prolonged labor) adalah komplikasi
melahirkan ketika total waktu melahirkan lama.

Ya, waktu yang dihabiskan mulai dari awal pembukaan lahiran leher rahim, sampai bayi keluar
terbilang cukup lama dari waktu normalnya.Menurut American Pregnancy Association,
persalinan dikatakan tidak maju jika berlangsung lebih dari 20 jam untuk pengalaman
melahirkan yang pertama.Sementara jika sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan,
komplikasi persalinan tidak maju yakni ketika memakan waktu lebih dari 14 jam.

Distosia dapat ditangani dengan pemberian induksi persalinan, tindakan forceps, episiotomi
(gunting vagina), maupun operasi caesar.

2. Cephalopelvic disproportion

antibiotik saat melahirkan

Cephalopelvic disproportion adalah penyulit persalinan saat bayi sulit lahir melewati panggul
ibu karena ukurannya yang terlalu besar.

Komplikasi persalinan cephalopelvic disproportion (CPD) bisa terjadi ketika ukuran kepala bayi
yang terlalu besar atau panggul ibu yang terlalu kecil.

Ukuran panggul ibu yang kecil tidak menjadi masalah bila ukuran kepala bayi juga tidak terlalu
besar.

Penanganan CPD biasanya dilakukan dengan operasi caesar karena persalinan normal sudah
tidak memungkinkan.

3. Prolaps tali pusat


kontraksi rahim akibat komplikasi melahirkan

Selama dalam kandungan, tali pusat (tali pusar) merupakan tumpuan hidup bayi.

Tali pusat bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi agar dapat
tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu.

Terkadang selama proses melahirkan, tali pusat dapat masuk ke dalam leher rahim atau serviks
terlebih dulu sebelum setelah air ketuban pecah.

Tali pusat bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina dibandingkan bayi sehingga
menyebabkan komplikasi saat persalinan.

Kondisi ini disebut dengan prolaps tali pusat. Komplikasi persalinan prolaps tali pusat ini tentu
sangat berbahaya bagi bayi.

Ini karena aliran darah pada tali pusar bisa terhambat atau bahkan terhenti. Pastikan Anda
segera mendapatkan penanganan medis sedini mungkin saat komplikasi persalinan ini terjadi.

4. Komplikasi persalinan janin terlilit tali pusar

proses melahirkan normal

Posisi janin di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang.

Kadang kala, bayi bisa bergerak dan berganti posisi sehingga membuat tubuhnya terlilit tali
pusatnya sendiri.

Janin terlilit tali pusar sebenarnya bisa terlepas dengan sendirinya berkali-kali selama
kehamilan.

Namun, tali pusat yang melilit bayi selama proses persalinan dapat menimbulkan komplikasi.

ini karena aliran darah untuk bayi bisa terganggu sehingga membuat denyut jantung bayi
menurun secara tiba-tiba (variable decelerations).

Penyebab janin terlilit tali pusar juga bisa karena ukuran tali pusar yang terlalu panjang,
strukturnya lemah, dan tidak dilindungi lapisan jeli yang cukup.Hamil dan melahirkan anak
kembar juga kerap menjadi penyebab tali pusar melilit tubuh bayi.

Jika detak jantung bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi menunjukkan tanda bahaya
lainnya.

Melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar terbaik untuk mengatasi komplikasi
persalinan ini.
5. Emboli air ketuban

proses induksi

Emboli air ketuban adalah kondisi ketika sel-sel janin, air ketuban, dan lainnya masuk ke dalam
aliran darah ibu melalui plasenta.

Komplikasi atau penyulit persalinan ini kemungkinan terjadi karena penghalang plasenta
mengalami kerusakan akibat luka.

Sebenarnya, air ketuban yang masuk ke aliran darah ibu jarang mengakibatkan masalah.

Itulah mengapa emboli air ketuban termasuk tanda bahaya persalinan yang jarang sekali terjadi.

6. Komplikasi persalinan asfiksia perinatal

metode persalinan

Asfiksia perinatal adalah kompliksi persalinan ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen di
dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung maupun setelahnya.

Asfiksia merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang dapat berakibat fatal.

Selain karena kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami komplikasi persalinan
berupa asfiksia perinatal karena peningkatan kadar karbon dioksia.

Dokter biasanya melakukan penanganan segera untuk kasus asfiksia perinatal dengan
memberikan oksigen kepada ibu dan operasi caesar.

Setelah melahirkan, pengobatan juga akan tetap dilakukan misalnya dengan memberikan
pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.

7. Gawat janin (fetal distress)

induksi persalinan melahirkan

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi saat pasokan oksigen bayi selama persalinan dan
setelahnya tidak tercukupi.

Sekilas, gawat janin terlihat serupa dengan asfiksia perinatal. Hanya saja, gawat janin
menandakan bahwa janin sedang berada dalam kondisi yang tidak baik di kandungan ibu.
Itu sebabnya, gawat janin dikatakan sebagai status atau kondisi janin yang mengkhawatirkan.

Selain kadar oksigen bayi yang tidak tercukupi, gawat janin juga bisa disebabkan oleh bayi
berukuran kecil dan usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.

Pertumbuhan janin yang terhambat atau intrauterine growth retardation (IUGR) juga turut andil
sebagai penyebab gawat janin.

8. Rahim robek (ruptur uteri)

Melahirkan Secara Sesar, Bisa Menyebabkan Anak Mengalami Obesitas

Tanda bahaya persalinan ruptur uteri atau rahim robek kemungkinan bisa terjadi bila ibu
sebelumnya pernah melakukan operasi caesar.

Kondisi ini terjadi ketika bekas luka tersebut terbuka di persalinan normal berikutnya.

Di samping mengakibatkan komplikasi persalinan berupa perdarahan hebat pada ibu, bayi di
dalam kandungan juga berisiko mengalami kekurangan oksigen.

Dalam kondisi ini, dokter biasanya akan menganjurkan untuk segera melakukan operasi
melahirkan caesar.

Itu sebabnya, ibu yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar sebaiknya selalu
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan dan kemudian menentukan keputusan


terbaik setelah melihat kondisi ibu dan bayi.

9. Sindrom aspirasi mekonium

masalah paru-paru bayi prematur

Sindrom aspirasi mekonium adalah masalah yang terjadi saat bayi minum air ketuban yang
bercampur mekonium sebelum, saat, atau setelah kelahiran.

Mekonium atau feses pertama bayi yang bercampur bersama air ketuban ini dapat membuat
bayi keracunan bila terminum terlalu banyak.
Normalnya, bayi memang minum air ketuban selama berada di dalam kandungan. Namun, air
ketuban tersebut bebas dari mekonium sehingga tidak dapat dikatakan keracunan.

Bayi yang mengalami stres sebelum, saat, dan setelah proses kelahiran bisa menjadi penyebab
terjadinya aspirasi mekonium.

10. Perdarahan postpartum

persalinan macet

Setelah bayi berhasil dilahirkan, ibu bisa mengalami perdarahan postpartum.

Perdarahan postpartum merupakan salah satu komplikasi persalinan yang terjadi setelah
plasenta dikeluarkan, entah dalam melahirkan normal atau caesar.

Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu memberikan tekanan yang
cukup pada pembuluh darah, khususnya tempat di mana plasenta menempel pada rahim.

Perdarahan postpartum juga bisa disebabkan oleh adanya bagian plasenta yang masih tersisa
dalam rahim dan infeksi pada dinding rahim.

Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka sehingga dinding rahim terus
mengeluarkan darah.

Perdarahan saat melahirkan yang terlalu banyak berisiko mengancam nyawa ibu, melansir dari
National Institute of Health.

Penanganan segera dari dokter dan tim medis dapat membantu memperbaiki kondisi
kesehatan ibu sekaligus mencegahnya bertambahnya parah.

Namun, perdarahan postpartum tidak sama dengan lokia atau perdarahan masa nifas.
2. Berbeda dengan perdarahan postpartum yang merupakan tanda
bahaya persalinan dalam tubuh ibu, perdarahan lokia justru normal
terjadi setelah melahirkan. Daftar Komplikasi Persalinan yang Berisiko
Bagi Ibu dan Bayi

Hamil dan melahirkan memang bukan merupakan suatu proses yang mudah untuk dilalui.
Kemungkinan adanya masalah tidak hanya bisa datang saat hamil, tapi ibu juga dapat mengalami
komplikasi atau tanda bahaya saat proses persalinan berlangsung. Apa saja komplikasi atau yang
biasa disebut juga sebagai penyulit yang mungkin terjadi saat persalinan?

Berbagai komplikasi persalinan yang umum terjadi

Ketika tanda-tanda melahirkan terasa, ibu bisa segera pergi ke rumah sakit agar proses persalinan
bisa segera dilakukan.

Pastikan semua persiapan persalinan dan perlengkapan melahirkan sudah siap sedia.

Risiko munculnya komplikasi bisa datang kapan saja selama proses persalinan atau melahirkan
berlangsung.

Terlebih ada beberapa kondisi tertentu pada ibu yang memang rentan terhadap komplikasi, baik
pada proses melahirkan normal maupun operasi caesar.

Sebagai contoh, usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu, usia ibu yang sudah cukup tua, ibu
punya kondisi medis tertentu, dan lain sebagainya.

Bahkan, kehamilan selama 9 bulan lamanya yang berjalan dengan lancar sekali pun tetap
berisiko mengalami komplikasi atau tanda bahaya saat persalinan nantinya.
Ada beragam komplikasi persalinan yang bisa terjadi pada Anda dan bayi, meliputi:

1. Komplikasi persalinan distosia

Distosia atau yang dimaksud sebagai persalinan macet (prolonged labor) adalah komplikasi
melahirkan ketika total waktu melahirkan lama.

Ya, waktu yang dihabiskan mulai dari awal pembukaan lahiran leher rahim, sampai bayi keluar
terbilang cukup lama dari waktu normalnya.

Menurut American Pregnancy Association, persalinan dikatakan tidak maju jika berlangsung
lebih dari 20 jam untuk pengalaman melahirkan yang pertama.

Sementara jika sebelumnya Anda sudah pernah melahirkan, komplikasi persalinan tidak maju
yakni ketika memakan waktu lebih dari 14 jam.

Distosia dapat ditangani dengan pemberian induksi persalinan, tindakan forceps, episiotomi
(gunting vagina), maupun operasi caesar.
2. Cephalopelvic disproportion

Cephalopelvic disproportion adalah penyulit persalinan saat bayi sulit lahir melewati panggul ibu
karena ukurannya yang terlalu besar.

Komplikasi persalinan cephalopelvic disproportion (CPD) bisa terjadi ketika ukuran kepala bayi
yang terlalu besar atau panggul ibu yang terlalu kecil.

Ukuran panggul ibu yang kecil tidak menjadi masalah bila ukuran kepala bayi juga tidak terlalu
besar.

Penanganan CPD biasanya dilakukan dengan operasi caesar karena persalinan normal sudah
tidak memungkinkan.
3. Prolaps tali pusat

Selama dalam kandungan, tali pusat (tali pusar) merupakan tumpuan hidup bayi.

Tali pusat bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi agar dapat
tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu.

Terkadang selama proses melahirkan, tali pusat dapat masuk ke dalam leher rahim atau serviks
terlebih dulu sebelum setelah air ketuban pecah.

Tali pusat bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina dibandingkan bayi sehingga
menyebabkan komplikasi saat persalinan.

Kondisi ini disebut dengan prolaps tali pusat. Komplikasi persalinan prolaps tali pusat ini tentu
sangat berbahaya bagi bayi.

Ini karena aliran darah pada tali pusar bisa terhambat atau bahkan terhenti. Pastikan Anda segera
mendapatkan penanganan medis sedini mungkin saat komplikasi persalinan ini terjadi.
4. Komplikasi persalinan janin terlilit tali pusar

Posisi janin di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang.

Kadang kala, bayi bisa bergerak dan berganti posisi sehingga membuat tubuhnya terlilit tali
pusatnya sendiri.

Janin terlilit tali pusar sebenarnya bisa terlepas dengan sendirinya berkali-kali selama kehamilan.

Namun, tali pusat yang melilit bayi selama proses persalinan dapat menimbulkan komplikasi.

Ini karena aliran darah untuk bayi bisa terganggu sehingga membuat denyut jantung bayi
menurun secara tiba-tiba (variable decelerations).

Penyebab janin terlilit tali pusar juga bisa karena ukuran tali pusar yang terlalu panjang,
strukturnya lemah, dan tidak dilindungi lapisan jeli yang cukup.

Hamil dan melahirkan anak kembar juga kerap menjadi penyebab tali pusar melilit tubuh bayi.

Jika detak jantung bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi menunjukkan tanda bahaya
lainnya.

Melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar terbaik untuk mengatasi komplikasi
persalinan ini.
5. Emboli air ketuban

Emboli air ketuban adalah kondisi ketika sel-sel janin, air ketuban, dan lainnya masuk ke dalam
aliran darah ibu melalui plasenta.

Komplikasi atau penyulit persalinan ini kemungkinan terjadi karena penghalang plasenta
mengalami kerusakan akibat luka.

Sebenarnya, air ketuban yang masuk ke aliran darah ibu jarang mengakibatkan masalah.

Itulah mengapa emboli air ketuban termasuk tanda bahaya persalinan yang jarang sekali terjadi.
6. Komplikasi persalinan asfiksia perinatal

Asfiksia perinatal adalah kompliksi persalinan ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen di
dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung maupun setelahnya.

Asfiksia merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang dapat berakibat fatal.

Selain karena kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami komplikasi persalinan
berupa asfiksia perinatal karena peningkatan kadar karbon dioksia.

Dokter biasanya melakukan penanganan segera untuk kasus asfiksia perinatal dengan
memberikan oksigen kepada ibu dan operasi caesar.

Setelah melahirkan, pengobatan juga akan tetap dilakukan misalnya dengan memberikan
pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.
7. Gawat janin (fetal distress)

Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi saat pasokan oksigen bayi selama persalinan dan
setelahnya tidak tercukupi.

Sekilas, gawat janin terlihat serupa dengan asfiksia perinatal. Hanya saja, gawat janin
menandakan bahwa janin sedang berada dalam kondisi yang tidak baik di kandungan ibu.

Itu sebabnya, gawat janin dikatakan sebagai status atau kondisi janin yang mengkhawatirkan.

Selain kadar oksigen bayi yang tidak tercukupi, gawat janin juga bisa disebabkan oleh bayi
berukuran kecil dan usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.

Pertumbuhan janin yang terhambat atau intrauterine growth retardation (IUGR) juga turut andil
sebagai penyebab gawat janin.
8. Rahim robek (ruptur uteri)

Tanda bahaya persalinan ruptur uteri atau rahim robek kemungkinan bisa terjadi bila ibu
sebelumnya pernah melakukan operasi caesar.

Kondisi ini terjadi ketika bekas luka tersebut terbuka di persalinan normal berikutnya.

Di samping mengakibatkan komplikasi persalinan berupa perdarahan hebat pada ibu, bayi di
dalam kandungan juga berisiko mengalami kekurangan oksigen.

Dalam kondisi ini, dokter biasanya akan menganjurkan untuk segera melakukan operasi
melahirkan caesar.

Itu sebabnya, ibu yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar sebaiknya selalu
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan dan kemudian menentukan keputusan terbaik
setelah melihat kondisi ibu dan bayi.
9. Sindrom aspirasi mekonium

Sindrom aspirasi mekonium adalah masalah yang terjadi saat bayi minum air ketuban yang
bercampur mekonium sebelum, saat, atau setelah kelahiran.

Mekonium atau feses pertama bayi yang bercampur bersama air ketuban ini dapat membuat bayi
keracunan bila terminum terlalu banyak.

Normalnya, bayi memang minum air ketuban selama berada di dalam kandungan. Namun, air
ketuban tersebut bebas dari mekonium sehingga tidak dapat dikatakan keracunan.

Bayi yang mengalami stres sebelum, saat, dan setelah proses kelahiran bisa menjadi penyebab
terjadinya aspirasi mekonium.
10. Perdarahan postpartum

Setelah bayi berhasil dilahirkan, ibu bisa mengalami perdarahan postpartum.

Perdarahan postpartum merupakan salah satu komplikasi persalinan yang terjadi setelah plasenta
dikeluarkan, entah dalam melahirkan normal atau caesar.

Kontraksi uterus atau rahim yang lemah tersebut tidak mampu memberikan tekanan yang cukup
pada pembuluh darah, khususnya tempat di mana plasenta menempel pada rahim.

Perdarahan postpartum juga bisa disebabkan oleh adanya bagian plasenta yang masih tersisa
dalam rahim dan infeksi pada dinding rahim.

Kesemua hal ini dapat mengakibatkan pembuluh darah terbuka sehingga dinding rahim terus
mengeluarkan darah.

Perdarahan saat melahirkan yang terlalu banyak berisiko mengancam nyawa ibu, melansir dari
National Institute of Health.

Penanganan segera dari dokter dan tim medis dapat membantu memperbaiki kondisi kesehatan
ibu sekaligus mencegahnya bertambahnya parah.
Namun, perdarahan postpartum tidak sama dengan lokia atau perdarahan masa nifas.

Berbeda dengan perdarahan postpartum yang merupakan tanda bahaya persalinan dalam tubuh
ibu, perdarahan lokia justru normal terjadi setelah melahirkan.

Deteksi dini masa komplikasi masa


nifas

A.Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai

perdarahan pasca

persalinan.

Beberapa masalah

Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya

Volume darah yang hilang juga bervariasi

Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam

Penyebab:

•Uterus atonik

•Trauma genetalia
•Koagulasi intravascular disetaminata.

•Inversi uterus.

9 Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas

Memuat…

B.Infeksi Masa Nifas

Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas.

Beberapa bakteri dapat menyebabkan

infeksi setelah persalinan.

Gejala umum dan lokal infeksi

•Suhu badan panas

•Malaise

•Denyut nadi cepat

Uterus lembek

Kemerahan

Rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.

Infeksi Alat Genital

Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta,
laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks,
infeksi post SC yang mungkin terjadi.
 Faktor predisposisi :

nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur

membran, episiotomi, SC

 Gejala klinis :

endometritis tampak pada hari ke 3 post partum disertai dengan suhu yang mencapai 39 derajat
celcius dan takikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat uterus yang

lembek.

 Manajemen :

ibu harus diisolasi

C. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur

Gejala-gejala ini merupakan tanda- tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai
dengan tekanan darah yang

tinggi.

Penanganan

Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan

Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon.

Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukur suhu,
periksa apakah ada kaku tengkuk.
 Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis

 Overdistensi yang disertai kateterisasi sering menyebabkan infeksi saluran kemih.

D. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas.

Periksa adanya varises Periksa kemerahan pada betis

Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki, kaki oedema (perhatikan adanya oedema
pitting).

E. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih

 Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perineum.

 Sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun.

F. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.

o Payudara bengkak yang tidak disusu secara

adekuat dapat menyebabkan payudara

menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya

terjadi mastitis.

o Puting lecet akan memudahkan masuknya

kuman dan terjadinya payudara bengkak.

o B.H yang terlalu ketat, mengakibatkan

segmental engorgement.
oPayudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi
merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis.

oPuting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.

oB.H yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement.

Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.

Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal

Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol)

Panas badan dan rasa sakit umum.

Gejala

Lanjutan .....

Penatalaksanaan

Menyusui diteruskan

Berilah kompres panas

Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu

Pakailah baju B. H yang longgar

Makanan yang bergizi


Banyak minum sekitar 2 liter per hari

Menyusui diteruskan

Berilah kompres panas

Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu

Pakailah baju B. H yang longgar

Makanan yang bergizi

Banyak minum sekitar 2 liter per hari

Memuat…

G. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama

•Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan.

•Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula

•Berikanlah makanan yang sifatnya ringan

H. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kaki

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis
yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering mengalaminya.
Faktor predisposisi :

•Obesitas

•Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas

•Riwayat sebelumnya mendukung

•Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh
vena.

•Anemia maternal

•Hypotermi dan penyakit jantung

•Endometritis

•Varicostitis

I. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri

Faktor Penyebab

Dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan

Rasa nyeri pada awal masa nifas

Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan

Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit

Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Pada minggu-minggu awal

setelah persalinan kurang lebih 1


tahun ibu post partum cenderung

akan mengalami perasaan-

perasaan yang tidak pada

umumnya seperti merasa sedih,

tidak mampu mengasuh dirinya

sendiri dan bayinya.

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung
akan mengalami perasaan- perasaan yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak
mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.

Referensinya
Hallo sehat

Hallo doc

Anda mungkin juga menyukai