Anda di halaman 1dari 22

REFLEKTIF PRAKTICE

Nama Meta briliani Kls

1A

Nim PO7124321028

• Pengertian

Praktek reflektif adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga untuk
terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang menurut pencetus istilah, adalah salah
satu karakteristik mendefinisikan praktek profesional. Refleksi juga dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum
terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau
tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Istilah refleksi di sini dipahami dalam pengertian
khas, yaitu suatu upaya menyimak dengan penuh perhatian terhadap bahan studi tertentu,
pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan untuk mengerti pentingnya pemahaman
mendalam sampai pada makna dan konsekuensinya.

Kegiatan refleksi atau reflective practice merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru, guru dapat melihat apa yang masih perlu
diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan. Merupakan kegiatan yang perlu dilakukan ketika guru
sebagai praktisi lapangan telah selesai melakukan tindakan, ini merupakan suatu bentuk dari
evaluasi terhadap diri sendiri. Guru menyampaikan segala kegiatan atau pengalaman yang telah
dilakukan untuk didiskusikan dengan peneliti, guru menyampaikan segala apa yang telah dirasakan
dan meyampaikan sejauh mana progress atau kemajuan dari tindakan yang dilakukannya.

Selain itu, mengemukakan kembali atau melaksanakan lagi apa yang telah dilakukan
merupakan kegiatan refleksi. Guru sebagai pelaksana dan peneliti sebagai pengamat diharapkan
dapat bekerjasama dengan baik agar dapat terjadi penilaian secara objektif, peneliti merupakan
pihak yang sangat berkepentingan karena akan meningkatkan kinerjanya, ini dimaksudkan agar
pelaksanaan tindakan dapat dilaksanakan secara alami dan dapat dikelola dengan baik. Dalam hal
ini guru sebaiknya menyampaikan segala yang telah dilaksanakan dengan sebenar-benarnya
kepada peneliti sehingga tindakan yang akan diambil selanjutnya dapat sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan yang ada (Arikunto,dkk, 2009: 19-20). Refleksi juga dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum
terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau
tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Apabila guru yang menjadi pelaksana PTK sudah
mengetahui apa yang terjadi pada fase sebelumnya dan ingin melakukan tindakan berikutnya,
maka guru harus memikirkan apa penyebabnya.

Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara pembelajaran secara
berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa yang dikategorikan tingkat
kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada saat dilakukan diskusi sementara siswa
yang lain tidak memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil observasi
terhadap proses pembahasan hasil asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi
terhadap materi pelajaran, dengan temannya dan terhadap guru. Hasil analisis kompetensinya
masih rendah belum mencapai tujuan minimal. Respon siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran
secara optimal dalam waktu singkat, tidak tertarik untuk belajar secara berkelompok karena
mereka mengantuk dan tidak mendapat kesempatan untuk berpikir. Dari semua data tersebut,
maka guru melakukan Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara
pembelajaran secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa yang dikategorikan
tingkat kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada saat dilakukan diskusi sementara
siswa yang lain tidak memperhatikan dan tidak ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil
observasi terhadap proses pembahasan hasil asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif
berinteraksi terhadap materi pelajaran, dengan temannya dan terhadap guru. Hasil analisis
kompetensinya masih rendah belum mencapai tujuan minimal. Respon siswa tidak bisa mengikuti
pembelajaran secara optimal dalam waktu singkat, tidak tertarik untuk belajar secara
berkelompok karena mereka mengantuk dan tidak mendapat kesempatan untuk berpikir. Dari
semua data tersebut, maka guru melakukan

refleksi. Seperti diskusi kelompok diubah menjadi diskusi perorangan, dengan lebih banyak
memberikan atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi dan memberikan tugas
sebelumnya kepada siswa yang mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, kemudian
siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara
kualitatif dan kuantitatif, hasil asesmen didiskusikan kepada siswa sebelum melakukan
pembelajaran berikutnya, kegiatan pembelajaran dirumuskan secara realistis yang mudah diukur.
(Tahir, 2011: 93-95).
Jadi, refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu tindakan yang
telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang telah terjadi atau
mempertimbangkan proses, permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau yang belum tuntas
dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar untuk mengetahui kembali
rencana tindakan dengan memperhatikan variasi perspektif yang mempunyai aspek evaluatif bagi
peneliti untuk mempertimbangkan atau menilai apakah dampak tindakan yang timbul sudah sesuai
dengan yang diinginkan dan membuat perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan dan observasi merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui refleksi maka
dapat diketahui atau dipahami kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan.
(Uno, dkk, 2012: 69)

Kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali suatu tindakan


yang telah dilakukan dalam observasi merupakan refleksi yang dalam penalitian tindakan kelas
akan memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan yang telah
dilakukan selama proses pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan refleksi guru selain berperan
sebagai peneliti itu sendiri juga harus bekerjasama dengan guru yang sama mata pelajaran namun
berbeda kelas atau peneliti dari perguruan tinggi agar refleksi dapat dilakukan sampai pada tahap
pemaknaan tindakan dan situasi dalam pembelajaran yang ada sehingga dapat memberikan dasar
untuk memperbaiki rencana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. ( Asrori, 2009: 54)

Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan


yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi
oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat
dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan). Dalam
praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas
kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun
dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga
ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling
yang baik kepada klien.

Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai tenaga
kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga sebagai unit
terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang mencakup
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya paradigma
sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan handal
memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa
manusia.

2.2 Ruang Lingkup Praktik Kebidanan


• Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn
memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.

• Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Selain
itu diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.

• Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi
reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan
komunitasnya.

• Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

• Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
rujukan.

2.3 Praktik dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah
sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang
optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan
selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya
pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.

Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang
professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat
misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh
petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :

a. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal,
frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader
tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian
kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat.
Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara,
adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya
dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat
mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan
seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.

b. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di


Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia
kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.

c. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat.

d. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien
yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

2.4 Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.


Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya yaitu:
a. Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love). Profesi bidan
harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan orangtua, dengan harapan
cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan dapat membuka praktek mandiri. Oleh
karena itu terlepas dari apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintai
pekerjaannya.

b. Jangan membuat kesalahan (don’t make mistake).

Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai dengan
standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan keterampilan.
Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti mengasah
keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus meningkatkan diri, dan mau belajar kaena ilmu
selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan kemauan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan.

c. Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).

Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri pelayanan,
bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat mereka terima
dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang sesuai engan
harapan dan keinginan pelanggan.

d. Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).

Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya. Dalam
member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus menerus
meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan,
mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke arah yang lebih
baik, tentu saja juga mau menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan yang telah
dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah. Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan
terus bertambah dalam memberi asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun
dalam hal member pelayanan kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal
bidan meningkat sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.

e. Lakukan yang terbaik (do the best).


Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang ‘tidak penting’ atau
mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status
ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan tanpa
diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan juga fasilitas yang
terbaik bagi kliennya.

f. Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord).

Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan harus menghormati setiap
kliennya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan
dipertanggungjawabkan kepada Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan
kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi moral dan etika, taat dan sadar
hukum, menghargai pelanggan dan teman sejawat, bekerja sesuai dengan standar profesi.

g. Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).

Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer maupun dalam
kelompok (rumah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak masalah
pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan menjadi
pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari pengalaman bidan
lainnya dan masalah yang mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah,
baik masalah manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar lebih baik
lagi di waktu yang akan datang. Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan
dan kematangan. Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru
kita bisa belajar dari setiap situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah
mengevaluasi segala yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang
kita alami serta berusaha menghindari kesalahan yang sama.

h. Perubahan perilaku (behavior change).

Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan perilaku. Hal
yang paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku.

A. Tinjauan tentang Praktik Kebidanan


1. Ruang Lingkup dalam Praktik Kebidanan

a. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan
memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.

b. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. Selain
itu diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya.

c. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi
reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan
komunitasnya.

d. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan
data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

e. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan.
f. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.

2. Praktik dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal
dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24
jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional, ataupun global.
Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial
budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.

Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang
professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya. berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial dan
budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau diterapkan
oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya
paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh
petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :


1. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal, frekuensi,
pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama di
setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya
agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa
upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak.
Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan media yang ada dan sedapat

mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya
selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.

2. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di


Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang dari
35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.

3. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat.
4. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang
memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

B. Tinjauan tentang Refleksi Praktik dalam pelayanan kebidanan 1. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk pedoman/acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh
filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam
paradigma
kesenatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan kesenatan). Dalam praktek kebidanan,
pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas

sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif
dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai tenaga
kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga sebagai unit
terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang mencakup
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya paradigma
sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan handal
memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa
manusia.

2. Praktik dalam Asuhan Kebidanan

a. Monitoring keadaan fisik, psikologis spiritual dan sosial perempuan

keluarganya sepanjang siklus reproduksinya dan

b. Menyediakan kebutuhan perempuan seperti pendidikan, konseling dan asuhan keahmilan;


pendamping asuhan berkesinambungan selama kehamilan, persalinan dan periode post partum.
c. Meminimalkan intervensi d. Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda
bahaya

Model Praktek Kebidanan di Indonesia

1) Primary Care

Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab sendiri dalam memberikan asuhan yang
berkesinambungan sejak hamil, melahirkan dan post partum,sesuai kewenangan bidan. 2)
Continuity of Care

✓ Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik yang

sama filosofi dan proses pelayanannya adalah partneship dengan

perempuan v Setiap bidan mempunyai komitmen

sebagai berikut: Ⓒ Mengembangkan hubungan yang

baik dengan pasien sejak hamil

Ⓒ Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu

Ⓒ Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan


Ⓒ Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi

3) Collaborative Care Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin

kliennya menerima pelayanan yang baik bila terjadi sesuatu dalam asuhan. Kolaborasi
dilaksanakan dengan informed choice demi keuntungan ibu dan bayi.

Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan
kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan
antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.

Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak masa
sebelum konsepsi, masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja
pelayanan kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan
pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas
tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan
yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus berorientasi pada mutu.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut tanggung jawab.
Bidan juga nantinya akan menjadi pemberi asuhan di tengah masyarakat. Bidan adalah orang yang
berperan penting dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga bahagia serta generasi
bangsa yang sehat.

3. Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.

Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan

tugasnya yaitu:

1) Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love). Profesi bidan
harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan orangtua, dengan harapan cepat
bekerja dengan masa pendidikan yang

singkat dan dapat membuka praktek mandiri. Oleh karena itu terlepas dari apapun motivasi
seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintai pekerjaannya. 2) Jangan membuat
kesalahan (don't make mistake).

Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai dengan
standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan meningkatkan keterampilan.
Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti mengasah
keterampilan yang telah dimiliki saat ini, meningkatkan diri, dan ma belajar kaena ilmu selalu
berubah. Keinginan untuk terus belajar dan kemauan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan akan sangat membantu kita menghindari kesalahan.

3) Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).


Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri pelayanan,
bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda berikan dapat mereka terima
dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang sesuai engan
harapan dan keinginan pelanggan.

4) Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).

Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada kliennya. Dalam
member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus menerus
meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan,
mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau berubah ke arah yang lebih
baik, tentu saja juga mau menerima perubahan pelayanan di bidang kebidanan yang telah
dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah.

Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah dalam memberi asuhan dan
melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun dalam hal member pelayanan kebidanan lainnya.

Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga akan meningkatkan
mutu pelayanan yag diberikannya. 5) Lakukan yang terbaik (do the best).

Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang tidak penting atau
mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan kepada pelanggan dengan memandang status
ekonomi, kondisi fisik, dan lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan tanpa
diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga, dan juga fasilitas yang
terbaik bagi kliennya.
6) Bekerja dengan takut akan tuhan (work with reverence for the Lord).

Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, harus menghormatisetiap kliennya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bidan juga

7) Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).

Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri) sebagai manajer maupun dalam
kelompok (rumah sakit, puskesmas, di desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak masalah
pada proses pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan menjadi
pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga belajar dari pengalaman bidan
lainnya dan masalah yang mereka hadapi serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah,
baik masalah manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar lebih baik
lagi di waktu yang akan datang.

Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan dan kematangan. Oleh karena
itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa belajar dari setiap
situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah mengevaluasi segala yang kita
lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang kita alami serta berusaha
menghindari kesalahan yang sama.

(8) Perubahan perilaku (behavior change). Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum
mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu tenaga
kesehatan, lingkungan, keturunan, dan perilaku. Hal yang paling sulit dilakukan adalah perubahan
perilaku.

Akan tetapi, jika bidan sebagai tenaga kesehatan yang mengemban tanggung jawab moral selalu
meningkatkan diri, menerima perubahan yang positif dan baik untuk pelayanan kebidanan,
meninggalkan praktik yang tidak lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri selalu pada
pencapaian kualitas pelayanan, berorientasi pada tugas dan pelanggan, turut serta ambil bagian
dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan, mau memberi dan menerima saran/kritik dari
teman sejawat dan organisasi profesi untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang
dan tanggung jawabnya sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan.
Bidan juga harus terus melibatkan dirinya dalam perbaikan mutu pelayanan sehingga bidan selalu
berada dalam lingkaran mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan kualitas pelayanan kebidanan
masa depan

Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan. Bidan
adalah ujung tombak pembangunan keluarga sejahtera

dari sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis karena
biasanya di tingkat desa merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya.
Masyarakat dan keluarga Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi
ledakan generasi muda yang sangat dahsyat. Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting
dalam membantu keluarga Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang untuk
berjuang membangun diri dan nusa bangsanya.

Kesempatan hamil dan melahirkan bertambah jarang, pengalaman keluarga merawat ibu hamil,
ibu melahirkan, dan anak balita, atau anak usia tiga tahun, dalam suatu keluarga, juga bertambah
jarang. Kalau terjadi peristiwa kehamilan atau kelahiran dalam suatu keluarga, hampir pasti
kemampuan dan mutu anggota keluarga merawat anggotanya yang sedang hamil atau melahirkan
juga menjadi kurang cekatan dan mutunya rendah. Padahal keluarga masa kini, yang bertambah
modern dan urban, menuntut kualitas pelayanan yang bermutu. tinggi.

Keluarga masa kini juga menuntut hidup tetap sehat dalam waktu yang sangat lama karena usia
harapan hidup yang bertambah tinggi. Karena itu, sebagai ujung tombak dalam bidang kesehatan,
bidan dituntut untuk berperan. sebagai ahli detektor awal untuk apabila menemukan suatu kondisi
kesehatan yang mencurigakan dari anggota suatu keluarga, segera memberi pertolongan dini, atau
memberi petunjuk untuk rujukan.
Kalau seorang bidan tidak mampu memberikan petunjuk kepada suatul keluarga, karena penyakit
yang diderita seorang anggotanya berada diluar wewenangnya, seorang bidan segera bisa
mengirim anggota keluarga yang bersangkutan ke tingkat referal yang lebih tinggi. Dengan
demikian, para bidan, dalam jaman yang modern sekarang ini, memiliki peran luar biasa untuk
memelihara kesehatan keluarga di tingkat pedesaan dan rumah tangga. Para bidan bisa menjadi
detector dan sekaligus advokator yang ampuh.

Alasannya sederhana. Perubahan sosial budaya dan cirri kependudukan tersebut di atas
mengundang perubahan peran tenaga-tenaga pembangunan, seperti bidan, yang lebih tinggi dalam
mengantar anak-anak muda dan remaja membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Kalau di masa lalu para bidan mempunyai peran yang relatif terbatas dalam melayani proses
reproduksi seseorang yang kondisinya kurang baik, dan berbahaya, di masa depan proses
reproduksi generasi muda dan pasangan muda lebih jarang terjadi.

Tetapi tidak kalah berbahayanya dan bahkan mungkin saja terjadi jauh sebelum seseorang

sesungguhnya siap dengan proses reproduksinya. Remaja tersebut perlu mendapat dukungan

dengan tuntutan kualitas yang sangat tinggi, sehingga peran bidan juga menjadi lebih sukar dan

perlu dukungan semua pihak dengan baik. Karena tuntutan yang demikian tinggi. bidan tidak bisa

santai menanggapinya. Anak muda dan remaja masa depan menuntut kualitas prima karena

penentuan pilihan pelayanan yang dikehendakinya tidak lagi pada unsur pelayanan, yaitu para

bidan, tetapi pada anak muda, remaja dan pasangan muda masing-masing.

Tuntutan atas peningkatan kualitas pelayanan itu mencuat pada akhir abad

yang lalu karena keluarga dan penduduk merasa bahwa kompetisi masa depan

hanya bisa dimenangkan bukan melalui "krubutan" dengan pasukan orang


banyak, tetapi melalui pelayanan yang bermutu. Keluarga dan penduduk masa

depan menghendaki pelayanan dengan standard internasional yang bermutu,

tahan banting dan karena usia harapan hidup yang panjang, tuntutan atas

pelayanan bermutu itu akan berlangsung untuk masa yang sangat lama.

Ada delapan target dan sasaran yang harus dicapai secara terpadu.

Indonesia yang ikut menanda tangani deklarasi PBB pada akhir tahun 2000 itu ikut

bertanggung jawab terhadap pencapaian target-target tersebut. Untuk mencapai

sasaran dan target-target tersebut Indonesia harus menempatkan pembangunan dan

pemberdayaan seperti bidan, tenaga kesehatan, tenaga pendidikan dan tenaga

pemberdayaan masyarakat pada posisi sangat penting di lapangan, di pedesaan.

Peranan tenaga-tenaga pembangunan tersebut sangat tinggi dan mutlak. Peranan

bidan misalnya, sekaligus merupakan sumbangan yang sangat tinggi untuk

meningkatkan mutu sumber daya manusia, yaitu dalam rangka hidup sehat dan

sejahtera. Lebih-lebih lagi nampak sekali bahwa peranan bidan sangat penting

dalam memberi dorongan agar keluarga yang isterinya sedang hamil mendapat

perhatian dalam bidang kesehatan pada umumnya dan kemampuan

mengembangkan ekonomi keluarga. Tujuannya adalah agar setiap keluarga

mempunyai kemampuan memelihara kesehatannya, terutama kesehatan

isterinya.
Apabila kemampuan keluarga memadai, dan isteri atau ibu dalam rumah tangga

sedang hamil, akan mendapat masukan makanan dengan gizi yang cukup. Dengan

gizi yang baik janin yang dikandungnya akan tumbuh menjadi bayi yang sehat. Di

kemudian hari, apabila janin sudah dilahirkan berupa bayi, maka bayi tersebut

akan tumbuh menjadi anak yang sehat. Kalau mendapat dukungan keluarga yang

sejahtera, maka anak itu akan tumbuh kembang dengan baik. Selanjutnya keluarga

yang lebih mampu secara ekonomis dapat mengirim anaknya ke sekolah dan

akhirnya menjadi putra bangsa yang dapat dibanggakan.

Karena itu dalam kehidupan keluarga yang sederhana, bersama dengan

kekuatan pembangunan lainnya di pedesaan, para bidan dapat mempengaruhi

masyarakat dan pemimpin sekelilingnya untuk memberi perhatian kepada

keluarga kurang mampu dengan dukungan pemberdayaan ekonomi.

Tujuannya adalah agar apabila isterinya mengandung dan melahirkan, keadaan

rumah tangganya lebih baik. Peranan sebagai ujung tombak dalam bidang

kesehatan, sosial dan ekonomi rumah tangga tersebut menjadi sangat penting

dalam peningkatan mutu sumber daya manusia yang sejak awal tahun 1990

menjadi acuan PBB, khususnya United Nations Development Programme

(UNDP).

Daftar pustaka
https://www.scribd.com/presentation/367354280/1-Refleksi-Praktik-2-pptx

https://pdfcoffee.com/makalah-reflektif-practice-konsep-kebidanandocx-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai