Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KEBIDANAN

OLEH :

NIA PRIHATINNINGSIH

FASILITATOR :

ERNAWATI, S.ST

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR

MAMBEN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu tindakan
yang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang telah terjadi atau
mempertimbangkan proses, permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau yang belum
tuntas dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar untuk
mengetahui kembali rencana tindakan dengan memperhatikan variasi perspektif yang
mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti untuk mempertimbangkan atau menilai
apakah dampak tindakan yang timbul sudah sesuai dengan yang diinginkan dan membuat
perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan observasi
merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui refleksi maka dapat diketahui atau dipahami
kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan. (Uno, dkk, 2012: 69)
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan)
meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku,
lingkungan & pelayanan kesehatan). Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan
kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara
bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi
asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh
ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik
kepada klien.
Seiring perubahan dan perkembangan zaman yang terus menuntut adanya
pelayanan kesehatan yang semakin maju dan penemuan-penemuan baru yang sangat
mempengaruhi pola pikir manusia yang ingin terus mengembangkan dan memajukan
kualitas pelayanan kesehatan. Tuntutan itulah yang menjadi suatu pemicu untuk lebih
mengembangkan karir seorang bidan dalam memberikan asuhan. Hal ini sangat berguna
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, serta dapat meningkatkan kesehatan ibu
dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi masih
menjadi salah satu masalah yang serius di Indonesia.
Bidan sebagai subsistem Sumber Daya Manusia menjadi salah satu ujung tombak
yang berperan langsung pada penurunan AKI/AKB. Untuk memenuhi hal tersebut
diperlukan bidan yang menguasai kompetensi. Sementara itu kebanyakan bidan masih
belum memenuhi syarat tersebut karena latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-
beda, kualitas lulusan yang minimal, dan sikap profesionalisme yang kurang. Untuk
memenuhi standar kompetensi itu maka diperlukan lulusan bidan yang berkualitas dan
memiliki sikap profesionalisme yang tinggi. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi
ini, bidan juga dituntut untuk selalu memperbaharui pengetahunnya melalui jalur
pengembangan karir bidan. Pengembangan karir bidan ini dapat ditempuh melalui jalur
pendidikan formal maupun dengan mengikuti seminar dan lokakarya. Pengembangan karir
ini sangat penting mengingat masih banyaknya keterbatasan yang dimiliki bidan, seperti
keterbatas komunikasi, penguasan bahasa asing, dan penguasaan IPTEK.
Pemenuhan tanggung jawab seorang bidan yaitu sesuai Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK) dan kewenangan bidan pada Kepmenkes 900/2002 yang disertai tingkat
pendidikan bidan yang lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas bidan
tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Refleksi Practice?
2. Apakah Konsep Prinsip Pengembangan Karir Bidan?
3. Apakah Yang Dimaksud Perubahan Prinsip Bidan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Reflektif Practice
1. Pengertian

Praktek reflektif adalah kemampuan untuk mencerminkan pada tindakan sehingga


untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang berkelanjutan, yang menurut pencetus
istilah, adalah salah satu karakteristik mendefinisikan praktek profesional. Refleksi juga
dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui serta memahami
apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau
apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. (Tahir, 2011:
93). Istilah refleksi di sini dipahami dalam pengertian khas, yaitu suatu upaya menyimak
dengan penuh perhatian terhadap bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau
reaksi spontan untuk mengerti pentingnya pemahaman mendalam sampai pada makna dan
konsekuensinya.
Kegiatan refleksi atau reflective practice merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru, guru dapat melihat apa yang
masih perlu diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan. Merupakan kegiatan yang perlu
dilakukan ketika guru sebagai praktisi lapangan telah selesai melakukan tindakan, ini
merupakan suatu bentuk dari evaluasi terhadap diri sendiri. Guru menyampaikan segala
kegiatan atau pengalaman yang telah dilakukan untuk didiskusikan dengan peneliti, guru
menyampaikan segala apa yang telah dirasakan dan meyampaikan sejauh mana progress
atau kemajuan dari tindakan yang dilakukannya.
Selain itu, mengemukakan kembali atau melaksanakan lagi apa yang telah
dilakukan merupakan kegiatan refleksi. Guru sebagai pelaksana dan peneliti sebagai
pengamat diharapkan dapat bekerjasama dengan baik agar dapat terjadi penilaian secara
objektif, peneliti merupakan pihak yang sangat berkepentingan karena akan meningkatkan
kinerjanya, ini dimaksudkan agar pelaksanaan tindakan dapat dilaksanakan secara alami
dan dapat dikelola dengan baik. Dalam hal ini guru sebaiknya menyampaikan segala yang
telah dilaksanakan dengan sebenar-benarnya kepada peneliti sehingga tindakan yang akan
diambil selanjutnya dapat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang ada (Arikunto,dkk,
2009: 19-20). Refleksi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk
mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa
yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang
telah dilakukan. (Tahir, 2011: 93). Apabila guru yang menjadi pelaksana PTK sudah
mengetahui apa yang terjadi pada fase sebelumnya dan ingin melakukan tindakan
berikutnya, maka guru harus memikirkan apa penyebabnya.
Contoh refleksi, dari hasil observasi yang telah dilakukan dengan cara
pembelajaran secara berkelompok yaitu diskusi antar kelompok, hanya siswa yang
dikategorikan tingkat kemampuannya tinggi yang aktif dan berpartisipasi pada saat
dilakukan diskusi sementara siswa yang lain tidak memperhatikan dan tidak ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran. Hasil observasi terhadap proses pembahasan hasil
asesmen diperoleh data bahwa siswa kurang aktif berinteraksi terhadap materi pelajaran,
dengan temannya dan terhadap guru. Hasil analisis kompetensinya masih rendah belum
mencapai tujuan minimal. Respon siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran secara
optimal dalam waktu singkat, tidak tertarik untuk belajar secara berkelompok karena
mereka mengantuk dan tidak mendapat kesempatan untuk berpikir. Dari semua data
tersebut, maka guru melakukan refleksi. Seperti diskusi kelompok diubah menjadi diskusi
perorangan, dengan lebih banyak memberikan atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
dalam diskusi dan memberikan tugas sebelumnya kepada siswa yang mengarah kepada
pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi, kemudian siswa diberi kesempatan secara
bergiliran untuk mengerjakan tugas sekaligus dinilai secara kualitatif dan kuantitatif,
hasil asesmen didiskusikan kepada siswa sebelum melakukan pembelajaran berikutnya,
kegiatan pembelajaran dirumuskan secara realistis yang mudah diukur. (Tahir, 2011: 93-
95).
Jadi, refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu
tindakan yang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang telah
terjadi atau mempertimbangkan proses, permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau
yang belum tuntas dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar
untuk mengetahui kembali rencana tindakan dengan memperhatikan variasi perspektif
yang mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti untuk mempertimbangkan atau menilai
apakah dampak tindakan yang timbul sudah sesuai dengan yang diinginkan dan membuat
perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan observasi
merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui refleksi maka dapat diketahui atau dipahami
kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan. (Uno, dkk, 2012: 69)
Kegiatan mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali suatu
tindakan yang telah dilakukan dalam observasi merupakan refleksi yang dalam penalitian
tindakan kelas akan memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam
tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan
refleksi guru selain berperan sebagai peneliti itu sendiri juga harus bekerjasama dengan
guru yang sama mata pelajaran namun berbeda kelas atau peneliti dari perguruan tinggi
agar refleksi dapat dilakukan sampai pada tahap pemaknaan tindakan dan situasi dalam
pembelajaran yang ada sehingga dapat memberikan dasar untuk memperbaiki rencana
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. ( Asrori, 2009: 54)
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan)
meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku,
lingkungan & pelayanan kesehatan). Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan
kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara
bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi
asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh
ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik
kepada klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan
sebagai tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya
keluarga sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif (berkesinambungan,
terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
dalam upaya mencapai terwujudnya paradigma sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk
menjadi individu yang professional dan handal memberikan pelayanan yang berkualitas
karena konsep kerjanya berhubungan dengan nyawa manusia.

2. Ruang Lingkup Praktik Kebidanan


a. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
Lulus dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi
untuk registrasi dnn memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
b. Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik
bidan. Selain itu diartikan juga sebagai serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya.
c. Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya.
d. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai
dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
e. Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
f. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan.

3. Praktik dalam Pelayanan Kebidanan


Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan
rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan
kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki
keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya
dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani
pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga
bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya
berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai
pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam
melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan
sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat
digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan
kepada masyarakat misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar.
Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan
atau informasi yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal
yang nyata atau benar adanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :
a. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan
informasi melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media,
waktu ideal, frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun
informal leader tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di
masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa
diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak
selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu,
penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan
mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan
perkembangan ilmu kesehatan t
b. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di
Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia
kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
c. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit
berat.
d. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien
yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

4 Prinsip Bidan dalam Praktik Kebidanan.


Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika melakukan tugasnya
yaitu:
a. Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan
orangtua, dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan
dapat membuka praktek mandiri. Oleh karena itu terlepas dari apapun motivasi
seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintai pekerjaannya.
b. Jangan membuat kesalahan (don’t make mistake).
Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus bertindak sesuai
dengan standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus menerus belajar dan
meningkatkan keterampilan. Kesalahan yang dilakukan memberi dampak sangat fatal.
Jangan pernah berhenti mengasah keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus
meningkatkan diri, dan mau belajar kaena ilmu selalu berubah. Keinginan untuk terus
belajar dan kemauan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan akan sangat
membantu kita menghindari kesalahan.
c. Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).
Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa yang anda beri
pelayanan, bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana pelayanan yang anda
berikan dapat mereka terima dan dapat member kepuasan sehinga anda tetap dapat
member pelayanan yang sesuai engan harapan dan keinginan pelanggan.
d. Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).
Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada
kliennya. Dalam member pelayanan, jangan pernah merasa puas. Oleh karena itu, bidan
harus terus menerus meningkatkan diri, mengembangkan kemampuan kognitif dengan
mengikuti pelatihan, mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini,
mau berubah ke arah yang lebih baik, tentu saja juga mau menerima perubahan
pelayanan di bidang kebidanan yang telah dibuktikanlebih bermanfaat secara ilmiah.
Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah dalam memberi
asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB, maupun dalam hal member
pelayanan kebidanan lainnya. Dengan demikian diharapkan kualitas personal bidan
meningkat sehingga akan meningkatkan mutu pelayanan yag diberikannya.

B. PRINSIP PENGEMBANGAN KARIR BIDAN


Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu
terhadap pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan
maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era
global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik
tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalisme.
IBI sebagai satu-satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat untuk
mempersiapkan perangkat lunak melalui kegiatan dalam lingkup profesi yang berkaitan
dengan tugas bidan melayani masyarakat di berbagai tingkat kehidupan. Oleh karena IBI
bertanggung jawab untuk mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme bidan melalui
kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah. Karena
keberadaan IBI ditengah-tengah anak bangsa merupakan pengabdian profesi dan juga
kehidupan bidan itu sendiri. Oleh karena itu, IBI senantiasa turut berperan aktif dalam
berbagai upaya yang diprogramkan pemerintah baik pada tingkat pusat maupun tingkat
daerah sampai ke tingkat ranting. Hal tersebut diupayakan untuk meningkatkan kualitas
hidup anak bangsa dan sekaligus kualitas bidan sebagai pelayan masyarakat khususnya ibu
dan anak. Untuk itu seyogyanya pendidikan bidan dirancang secara berkesinambungan,
berjenjang, dan berkelanjutan.
I. PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
A. Pengertian Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan atau pelayanan dan standart yang telah ditentukan oleh konsil melalui
pendidikan formal dan non formal
B. Visi dan Misi
1. Visi Pendidikan Berkelanjutan
Visi Pendidikan Berkelanjutan adalah pada tahun 2010 seluruh bidan telah
menerapkan pelayanan yang sesuai standart praktik bidan internasional dan
dasar pendidikan minimal Diploma III kebidanan.
2. Misi Pendidikan Berkelanjutan
Misi pendidikan berkelanjutan, mencakup:
a) Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk ”sistem”.
b) Membentuk unit pendidikan bidan di tingkat pusat, provinsi, daerah,
kabupaten, dan cabang.
c) Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan.
d) Mengadakan jaringan dan bekerjasama dengan pihak terkait.
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan Pendidikan Berkelanjutan
Tujuan pendidikan berkelanjutan kebidanan yaitu:
a) Pemenuhan standart
Organisasi profesi bidan telah menentukan standart kemampuan bidan yang
harus dikuasai melalui pendidikan berkelanjutan. Bidan yang telah lulus
program pendidikan kebidanan tersebut wajib melakukan registrasi pada
organisasi profesi bidan untuk mendapatkan izin memberi pelayanan
kebidanan kapada pasien.
b) Meningkatkan produktivitas kerja
Bidan akan dipacu untuk terus meningkatkan jenjang pendidikan mereka
sehingga pengetahuan dan keterampilan (technical skill) bidan akan lebih
berkualitas. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja bidan dalam
memberi pelayanan pada klien.
c) Efisiensi
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan melahirkan bidan yang kompeten
dibidangnya sehingga meningkatkan efisiensi kerja bidan dalam memeberi
pelayanan yang terbaik bagi klien.
d) Meningkatkan kualitas pelayanan
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan memicu daya saing di kalangan
profesi kebidanan agar terus meningkatkan kulitasnya dalam memberi
pelayanan kepada klien. Pelayanan kebidanan yang berkualitas akan
menarik konsumen.
e) Meningkatkan moral
Melalui pendidikan bidan yang berkelanjutan tidak hanya pengetahuan dan
keterampilan bidan dalam memberi pelayanan yang menjadi perhatian,
tetapi moralitas dan etika seorang bidan juga ditingkatkan untuk menjamin
kualitas bidan yang profesional.
f) Meningkatkan karier
Peluang peningkatan karier akan semakin besar seiring peningkatan kualitas
pelayanan, performa dan prestasi kerja. Semua ini ditunjang oleh
pendidikan bidan yang berkualitas.
g) Meningkatkan kemampuan konseptual
Kemampuan intelektual dan konseptual bidan dalam menangani kasus
pasien akan terasah sehingga bidan dapat memberi asuhan kebidanan
dengan tepat.
h) Meningkatkan keterampilan kepemimpinan (leadership skill)
Bidan akan memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik sebagai seorang
manajer, bidan dibekali keterampilan untuk dapat berhubungan dengan
orang lain (human relation) dan bekerjasama dengan sejawat serta
multidisiplin lainnya guna memberi pelayanan yang berkualitas bagi klien.
i) Imbalan (Kompensasi)
Asuhan bidan yang berkualitas akan menarik konsumen dan meningkatkan
penghargaan atas pelayanan yang diberikan
j) Meningkatkan kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas
pelayanan kebidanan
2. Sasaran dalam pendidikan Berkelanjutan
a) Bidan praktik swasta
b) Bidan berstatus pegawai negeri
c) Tenakes lainnya
d) Kader kesehatan
e) Dukun beranak
f) Masyarakat umum
D. Jenis dan Karakteristik Pendidikan Berkelanjutan
1. Jenis Pendidikan Berkelanjutan
a) Pendidikan Formal
Pendidikan Formal dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan
swasta dengan dukungan IBI adalah Program D III dan D IV Kebidanan.
Pemerintah juga menyediakan dana bagi bidan (disektor pemerintah) untuk
tugas belajar ke luar negeri. IBI juga mengupayakan adanya badan-badan
swasta dalam dan luar negeri untuk program jangka pendek dan kerjasama
dengan Universitas di dalam negeri.
b) Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan,
magang, seminar atau lokakarya dan program non formal lainnya yang
merupakan kerjasama antara IBI dan lembaga Internasional yang
dilaksanakan di berbagai propinsi. IBI juga telah mengembangkan suatu
program mentorship dimana bidan senior membimbing bidan junior dalam
konteks profesionalisme kebidanan.
Skema pola pengembangan pendidikan kebidanan

Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan atau


dirumuskan sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan
bidan mengacu pada peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan. Materi pendidikan berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non
klinik.

2. Karakteristik Pendidikan Berkelanjutan


Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai sistem memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Komprehensif
Sistem pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup seluruh anggota
profesi bidan
b) Berdasarkan analisis kebutuhan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang
berhubungan dengan tugas (job related) dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
c) Berkelanjutan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang
berkesinambungan dan berkembang
d) Terkoordinasi secara internal
Sistem pendidikan berkelanjutan bekerjasama dengan institusi pendidikan
dalam memanfaaatkan berbagai sumber daya dan mengelola berbagai
program pendidikan berkelanjutan.
e) Berkaitan dengan sistem lainnya
Sistem pendidikan berkelanjutan memiliki tiga (3) aspek subsistem yang
merupakan bagian dari sistem-sistem yang lain di luar sistem pendidikan
yang berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut adalah :
1) Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)
2) Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
3) Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)
II. JOB FUNGSIONAL
Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan structural dan jabatan fungsional.
Jabatan structural : jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi.
Jabatan fungsional : jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang
vital dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional
juga berorientasi kualitatif. Seseorang yang memiliki jabatan fungsional berhak untuk
mendapatkan tunjangan fungsional. Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa jabatan
bidan merupakan jabatan fungsional profesional sehingga berhak mendapat tunjangan
fungsional.

III. Prinsip Pengembangan Karir


A. Pengertian Pengembangan karir
Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya
peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri pada
suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karier struktural
yaitu:
1. Karier Fungsional
Pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan
fungsional sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara
formal maupun secara non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan
nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan
koordinator dan bidan penyelia.
2. Karier Struktural
Karier bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah
di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan di desa atau Bidan di institusi swasta. Karier
dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan atau pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan dan kebijakan yang
ada.

B. Prinsip pengembangan karir bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan tanggung
jawab bidan.
Dalam melaksanakan profesinya bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik,dan peneliti.
1. Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
kolaborasi dan ketergantungan.
a. Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidananyang
diberikan
2) Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita
dengan melibatkan mereka sebagai klien
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien atau keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien atau keluarga
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana
8) Memberikan asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopouse
9) Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi dan balita dengan melibatkan
keluarga
b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu :
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga
2) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertamam pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
atau keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan resiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
c. Tugas Ketergantungan
Tugas ketergantungan yaitu :
1) Menetapkan manajemen kebidanan kepada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dengan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan resiko tinggi serta kegawatdaruratan
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien atau keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan klien atau keluarga
2. Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim
a. Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat atau klien.
b. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,
kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah
bimbingan dalam wilayah kerjanya.
3. Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki dua tugas, yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh keehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader
a. Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah
kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
b. melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan
serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya
4. Peneliti atau Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok
Sebagai tenaga yang profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung
jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.
1. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan
Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan
praktik bidan diatur di dalam peraturan atau keputusan Menteri Kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
2. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya.
Oleh karena itu, bidan harus slalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan,
seminar serta pertemuan ilmiah lainnya.
3. Tanggung Jawab Terhadap Dokumentasi
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan setiap tinadakan yang diberikan
kepada klien sebagai bahan laporan kepada atasan dan dapat dipertanggung
jawabkan bila terjadi gugatan.
4. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga yang Dilayani
Tanggung jawab bidan tidak hanya pada KIA, tetapi juga menyangkut
kesehatan keluarga. Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
keluarga serta pelayanan yang tepat. Pelayanan kesehatan keluarga merupakan
kondisi yang diperlukan ibu untuk rasa aman, kepuasan dan kebahagiaan selama
masa kehamilan. Sehingga bidan harus mengerahkan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilakunya dalam memberikan pelayanan kesehatan
keluarga
5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi
Bidan harus ikut serta dalam kegiatan organisasi kebidanan. Untuk
mengembangkan kemampuan profesinya, bidan harus mencari informasi
mengenai perkembangan ilmu kebidanan.
6. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Bidan merupakan anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah kesehatan masyarakat baik secara mandiri maupun
bersama tenaga kesehatan lain.
KONSEP DASAR PERUBAHAN PRINSIP PENGEMBANGAN KARIR BIDAN

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk menuju pada perubahan perilaku
masyarakat, baik masyarakat konsumen maupun penyedia (Provider).Untuk itu perlu
dibahas teori-teori perubahan perilaku.Perubahan perilaku yang dikehendaki oleh
pendidikan kesehatan adalah yang didasari oleh kesadaran, Oleh karena itu diperlukan
suatu proses yang disebut proses belajar.Selain itu juga dikatakan bahwa perilaku manusia
khususnya perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor soaila, budaya, ekonomi dan
sebagainya.

A. Pengertian Perubahan
Perubahan adalah merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku.Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.
Proses Perubahan perilaku menurut Lewin ( 1951 ) mengemukakan teori perubahan “
Unfreezing to refreezing” yang berlangsung dalam lima tahap berikut :
a. Fase Pencairan ( the unfreezing phase)
Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap perubahan.Dalam
keadaan ini ia siap menerima perubahan sikap dasar.Motivasi dan tingkah laku.Di
dalam masyarakat pada fase ini, berada pada keadaan untuk mengubah kekuatan
yang mempengaruhi prose perumusan kebijaksanaan, partisipasi masyarakat, dll
b. Fase Diagnosa masalah (problem diagnosis phase) :
Individu mulai mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, baik yang mendukung
perlunya perubahan maupun menetang perubahan itu serta menganalisa kekuatan
itu.
c. Fase penentuan tujuan (Goal Setting Phase) :
Apabila masalahnya telah dipahami, maka individu menentukan tujuannya sesuai
dengan perubahan yang diterimanya.
d. Fase Tingkah Laku baru (new behavior phase) :
Pada fase ini individu mulai mencobanya dan membandingkan dengan praktik –
praktik yang telah dilakukan dan diharapkan.
e. Fase pembekuan ulang (the refreezing phase) :
Apabila dianggap berguna, perubahan kemudian diasimilasikan menjadi pola
tingkah laku yang permanen, misalnya : arti kesehatan bagi kehidupan manusia dan
cara-cara pemeliharaan kesehatan.
B. MACAM – MACAM TEORI PERUBAHAN
1. Teori Stimulus Organisme ( S – O – R )
Didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme.Artinya, kualitas dari sumber komunikasi, misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al ( 1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya
adalah sama dengan proses belajar. Teori ini mengatakan bahwa perilaku berubah
hanya apabila stimulus ( rangsang ) yang diberikan benar – benar melebihi dari
rangsang semula.Rangsang yang dapat melabihi stimulus semula ini berarti stimulus
yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.Dalam meyakinkan organisme ini
faktor reinforcement memegang peranan penting.
2. Teori Festinger ( Dissonance Theory ) ( 1957 )
Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang).
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidak seimbangan
psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai
keseimbangan kembali.Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka
berarti terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance (
keseimbangan ).
Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi
yang saling bertentangan.Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan,
pendapat dan keyakinan.Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan
stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan
di dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah dissonance.
Keberhasilan yang ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan menunjukkan
adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung
kepada kebutuhan.Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks
kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz ( 1960 ) perilaku dilatarbelakagi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan :
1) perilaku memeiliki fungsi instrumental
Artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
2) Perilaku berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi.
Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan
manusia perilaku itu tampak terus – menerus dan berubah secara relatif.

4. Teori Kurt Lewin


Kurt Lewin ( 1970 ) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan – kekuatan pendorong dan kekuatan –
kekuatan penahan.Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimabangan
antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang.
a. Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat.
b. Kekuatan – kekuatan penahan menurun
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
C. BENTUK – BENTUK PERUBAHAN PERILAKU.
1. Perubahan Alamiah ( Natural Change )
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah.
2. Perbahan terencana ( Planned Change )
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Kesediaan untuk berubah ( Readdiness to Change )
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut.

D. STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU.


Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO
dikelompokkan menjadi tiga
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Misal : dengan adanya peraturan – peraturan/ perundang – undangan yang harus
dipatuhi oleh anggota masyarakat.
Dapat berlangsung cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena
perubahan perilaku terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,
cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja tetapi
dua arah.

TEORI BERUBAH ( MENURUT ROGER DAN SHOAMAKER )


1. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap kesadaran (Awarness)
Menyadarkan masyarakat dengan jalan memberikan penerangan yang bersifat
informatif dan edukatif.
2. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap minat ( interest)
Masyarakat sudah mulai tertarik perhatiannya pada usaha pembaharuan.Kegiatan
ditingkatkan memberikan penerangan melalui poster, radio, TV pamflet dll.
3. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap evaluasi ( evaluation )
Pendekatam secara individu.
4. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap percobaan (trial)
Sudah mulai mencoba tingkah laku baru. Tugas penkes lebih menyakinkan dan
mengawasi agar tidak terjadi drop out.
5. Tugas pendidikan kesehatan pada tahap adopsi ( Adoption)
Masyarakat telah bertingkah laku baru, sesuai yang diharapkan.Tugas penkes adalah
memelihara dan mengontrol secara terus menerus.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kegiatan refleksi atau reflective practice merupakan kegiatan yang sangat


penting untuk dilaksanakan sebab akan mengontrol tindakan guru, guru dapat
melihat apa yang masih perlu diperbaiki, ditingkatkan atau dipertahankan.
Merupakan kegiatan yang perlu dilakukan ketika guru sebagai praktisi
lapangan telah selesai melakukan tindakan, ini merupakan suatu bentuk dari
evaluasi terhadap diri sendiri. Guru menyampaikan segala kegiatan atau
pengalaman yang telah dilakukan untuk didiskusikan dengan peneliti, guru
menyampaikan segala apa yang telah dirasakan dan meyampaikan sejauh
mana progress atau kemajuan dari tindakan yang dilakukannya
2. Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya
peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai
negeri pada suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam
suatu organisasi.
3. Perubahan adalah merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis,
artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Hal yang
penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku.Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program
kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, suryani.2008.Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC

Hidayat, Asri, Mufdillah.2008.Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan


Delima.Yogyakarta:Mitra Cendekia Press

Uha Suliha,et al, 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

http://akbidypsdmi.net/download/pdf/karierbidan.pdf

http://akbidypsdmi.net/materi.php?id=193

http://lisnamegaresky.blogspot.com/2012/12/makalah-refleksi-praktik-dalam.html

http://gracedessy1230.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-reflektif.html

http://zulsophistsaidi.blogspot.com/search/label/peranan%20refleksi

Anda mungkin juga menyukai