KONSEP KEBIDANAN
OLEH :
NIA PRIHATINNINGSIH
FASILITATOR :
ERNAWATI, S.ST
MAMBEN
A. Latar Belakang
Refleksi berarti kegiatan yang dilakukan untuk mengingat kembali suatu tindakan
yang telah dilakukan dalam observasi. Refleksi mengkaji ulang apa yang telah terjadi atau
mempertimbangkan proses, permasalahan, isu, dan kekurangan yang ada atau yang belum
tuntas dari strategi penelitian yang telah dilakukan. Refleksi menjadi dasar untuk
mengetahui kembali rencana tindakan dengan memperhatikan variasi perspektif yang
mempunyai aspek evaluatif bagi peneliti untuk mempertimbangkan atau menilai
apakah dampak tindakan yang timbul sudah sesuai dengan yang diinginkan dan membuat
perencanaan kembali. Langkah selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan dan observasi
merupakan refleksi hasil pengamatan, melalui refleksi maka dapat diketahui atau dipahami
kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam penelitian tindakan. (Uno, dkk, 2012: 69)
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan)
meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku,
lingkungan & pelayanan kesehatan). Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan
kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara
bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi
asuhan. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh
ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik
kepada klien.
Seiring perubahan dan perkembangan zaman yang terus menuntut adanya
pelayanan kesehatan yang semakin maju dan penemuan-penemuan baru yang sangat
mempengaruhi pola pikir manusia yang ingin terus mengembangkan dan memajukan
kualitas pelayanan kesehatan. Tuntutan itulah yang menjadi suatu pemicu untuk lebih
mengembangkan karir seorang bidan dalam memberikan asuhan. Hal ini sangat berguna
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, serta dapat meningkatkan kesehatan ibu
dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi masih
menjadi salah satu masalah yang serius di Indonesia.
Bidan sebagai subsistem Sumber Daya Manusia menjadi salah satu ujung tombak
yang berperan langsung pada penurunan AKI/AKB. Untuk memenuhi hal tersebut
diperlukan bidan yang menguasai kompetensi. Sementara itu kebanyakan bidan masih
belum memenuhi syarat tersebut karena latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-
beda, kualitas lulusan yang minimal, dan sikap profesionalisme yang kurang. Untuk
memenuhi standar kompetensi itu maka diperlukan lulusan bidan yang berkualitas dan
memiliki sikap profesionalisme yang tinggi. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi
ini, bidan juga dituntut untuk selalu memperbaharui pengetahunnya melalui jalur
pengembangan karir bidan. Pengembangan karir bidan ini dapat ditempuh melalui jalur
pendidikan formal maupun dengan mengikuti seminar dan lokakarya. Pengembangan karir
ini sangat penting mengingat masih banyaknya keterbatasan yang dimiliki bidan, seperti
keterbatas komunikasi, penguasan bahasa asing, dan penguasaan IPTEK.
Pemenuhan tanggung jawab seorang bidan yaitu sesuai Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK) dan kewenangan bidan pada Kepmenkes 900/2002 yang disertai tingkat
pendidikan bidan yang lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas bidan
tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Refleksi Practice?
2. Apakah Konsep Prinsip Pengembangan Karir Bidan?
3. Apakah Yang Dimaksud Perubahan Prinsip Bidan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reflektif Practice
1. Pengertian
B. Prinsip pengembangan karir bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan tanggung
jawab bidan.
Dalam melaksanakan profesinya bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik,dan peneliti.
1. Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
kolaborasi dan ketergantungan.
a. Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidananyang
diberikan
2) Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita
dengan melibatkan mereka sebagai klien
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien atau keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien atau keluarga
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana
8) Memberikan asuhan kebidanan kepada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopouse
9) Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi dan balita dengan melibatkan
keluarga
b. Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu :
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga
2) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertamam pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
atau keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan kepada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan resiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
c. Tugas Ketergantungan
Tugas ketergantungan yaitu :
1) Menetapkan manajemen kebidanan kepada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dengan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan resiko tinggi serta kegawatdaruratan
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien atau keluarga
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan
tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
dengan melibatkan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan klien atau keluarga
2. Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim
a. Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat atau klien.
b. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,
kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah
bimbingan dalam wilayah kerjanya.
3. Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki dua tugas, yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh keehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader
a. Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah
kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
b. melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan
serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya
4. Peneliti atau Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok
Sebagai tenaga yang profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung
jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.
1. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan
Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan
praktik bidan diatur di dalam peraturan atau keputusan Menteri Kesehatan.
Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut. Bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
2. Tanggung Jawab Terhadap Pengembangan Kompetensi
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya.
Oleh karena itu, bidan harus slalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan,
seminar serta pertemuan ilmiah lainnya.
3. Tanggung Jawab Terhadap Dokumentasi
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan setiap tinadakan yang diberikan
kepada klien sebagai bahan laporan kepada atasan dan dapat dipertanggung
jawabkan bila terjadi gugatan.
4. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga yang Dilayani
Tanggung jawab bidan tidak hanya pada KIA, tetapi juga menyangkut
kesehatan keluarga. Bidan harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
keluarga serta pelayanan yang tepat. Pelayanan kesehatan keluarga merupakan
kondisi yang diperlukan ibu untuk rasa aman, kepuasan dan kebahagiaan selama
masa kehamilan. Sehingga bidan harus mengerahkan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilakunya dalam memberikan pelayanan kesehatan
keluarga
5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi
Bidan harus ikut serta dalam kegiatan organisasi kebidanan. Untuk
mengembangkan kemampuan profesinya, bidan harus mencari informasi
mengenai perkembangan ilmu kebidanan.
6. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Bidan merupakan anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah kesehatan masyarakat baik secara mandiri maupun
bersama tenaga kesehatan lain.
KONSEP DASAR PERUBAHAN PRINSIP PENGEMBANGAN KARIR BIDAN
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk menuju pada perubahan perilaku
masyarakat, baik masyarakat konsumen maupun penyedia (Provider).Untuk itu perlu
dibahas teori-teori perubahan perilaku.Perubahan perilaku yang dikehendaki oleh
pendidikan kesehatan adalah yang didasari oleh kesadaran, Oleh karena itu diperlukan
suatu proses yang disebut proses belajar.Selain itu juga dikatakan bahwa perilaku manusia
khususnya perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor soaila, budaya, ekonomi dan
sebagainya.
A. Pengertian Perubahan
Perubahan adalah merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku.Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.
Proses Perubahan perilaku menurut Lewin ( 1951 ) mengemukakan teori perubahan “
Unfreezing to refreezing” yang berlangsung dalam lima tahap berikut :
a. Fase Pencairan ( the unfreezing phase)
Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap perubahan.Dalam
keadaan ini ia siap menerima perubahan sikap dasar.Motivasi dan tingkah laku.Di
dalam masyarakat pada fase ini, berada pada keadaan untuk mengubah kekuatan
yang mempengaruhi prose perumusan kebijaksanaan, partisipasi masyarakat, dll
b. Fase Diagnosa masalah (problem diagnosis phase) :
Individu mulai mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, baik yang mendukung
perlunya perubahan maupun menetang perubahan itu serta menganalisa kekuatan
itu.
c. Fase penentuan tujuan (Goal Setting Phase) :
Apabila masalahnya telah dipahami, maka individu menentukan tujuannya sesuai
dengan perubahan yang diterimanya.
d. Fase Tingkah Laku baru (new behavior phase) :
Pada fase ini individu mulai mencobanya dan membandingkan dengan praktik –
praktik yang telah dilakukan dan diharapkan.
e. Fase pembekuan ulang (the refreezing phase) :
Apabila dianggap berguna, perubahan kemudian diasimilasikan menjadi pola
tingkah laku yang permanen, misalnya : arti kesehatan bagi kehidupan manusia dan
cara-cara pemeliharaan kesehatan.
B. MACAM – MACAM TEORI PERUBAHAN
1. Teori Stimulus Organisme ( S – O – R )
Didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme.Artinya, kualitas dari sumber komunikasi, misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara, sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al ( 1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya
adalah sama dengan proses belajar. Teori ini mengatakan bahwa perilaku berubah
hanya apabila stimulus ( rangsang ) yang diberikan benar – benar melebihi dari
rangsang semula.Rangsang yang dapat melabihi stimulus semula ini berarti stimulus
yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.Dalam meyakinkan organisme ini
faktor reinforcement memegang peranan penting.
2. Teori Festinger ( Dissonance Theory ) ( 1957 )
Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang).
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidak seimbangan
psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai
keseimbangan kembali.Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka
berarti terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance (
keseimbangan ).
Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi
yang saling bertentangan.Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan,
pendapat dan keyakinan.Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan
stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan
di dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah dissonance.
Keberhasilan yang ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan menunjukkan
adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung
kepada kebutuhan.Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks
kebutuhan orang tersebut.
Menurut Katz ( 1960 ) perilaku dilatarbelakagi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan :
1) perilaku memeiliki fungsi instrumental
Artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
2) Perilaku berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi.
Teori fungsi ini berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu di dalam kehidupan
manusia perilaku itu tampak terus – menerus dan berubah secara relatif.
A. KESIMPULAN
Uha Suliha,et al, 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Jakarta : EGC
http://akbidypsdmi.net/download/pdf/karierbidan.pdf
http://akbidypsdmi.net/materi.php?id=193
http://lisnamegaresky.blogspot.com/2012/12/makalah-refleksi-praktik-dalam.html
http://gracedessy1230.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-reflektif.html
http://zulsophistsaidi.blogspot.com/search/label/peranan%20refleksi