Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI

KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT ( INTRAKUTAN,


SUBKUTAN, INTRAMUSKULAR, INTRAVENA, RECTAL,
VAGINAL)

ADELLYA MAHARANI
2019002/2019

AKADEMI KEPERAWATAN YAYASAN PENDIDIKAN TENAGA


KESEHATAN TP 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral, parenteral,
rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara parenteral
adalah pemberian obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian obat parenteral
ada empat cara yaitu, intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ), intramuscular (IM),
dan intravena (IV), rectal, vaginal.
Pemberian obat secara parenteral lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat
oral tetapi tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan.Oleh karena itu perawat
harus menyiapkan dan memberikan obat tersebut secara hati – hati dan akurat.
Pemberian obat parenteral memerlukan pengetahuan keperawatan yang sama dengan
obat – obat dan topikal (lokal pada kulit). Namun karena injeksi merupakan prosedur
invasif, teknik aseptik harus digunakan untuk meminimalkan resiko injeksi.
Tujuan dari pemberian obat secara parenteral adalah mencegah penyakit dengan jalan
memberikan kekebalan atau imunisasi (misalnya memberikan suntikan vaksin DPT,
ATS, BCG, dan lain – lain), mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk
mempercepat proses penyembuhan, melaksanakan uji coba obat, dan melaksanakan
tindakan diagnostik.
Indikasi pemberian obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat
dengan reaksi cepat, klien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut, dan klien
dengan penyakit tertentu yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik,
misalnya Streptomicin atau Insulin.

B. RUMUSAN MASALAH
a. konsep dan prinsip pemberian obat intrakutan dan subkutan
b. konsep dan prinsip pemberian obat intramuskular dan intravena
c. konsep dan prinsip pemberian obat rectal dan vaginal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT INTRAKUTAN DAN SUBKUTAN

2.1.2. Pengertian Intra Kutan


Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan
biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan.

2.1.3. Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi
alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini
dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan
tangan bagian ventral.

2.1.4. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


• Tempat injeksi
• Jenis spuit dan jarum yang digunakan
• Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
• Kondisi atau penyakit klien
• Pasien yang benar
• Obat yang benar
• Dosis yang benar
• Cara atau rute pemberian obat yang benar
• Waktu yang benar

2.1.5. Indikasi dan Kontra Indikasi


• Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal
adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
• Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
2.1.6. Alat dan Bahan
• Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
• Obat dalam tempatnya
• Spuit 1 cc/spuit insulin
• Cairan pelarut
• Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
• Bengkok
• Perlak dan alasnya.

2.1.7. Prosedur Kerja


• Cuci tangan
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
• Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan
keatasan
• Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
• Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil
0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
• Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
• Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
• Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20
• derajat di permukaan kulit.
• Suntikkkan sampai terjadi gelembung. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
• Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.

2.1.8. Daerah Penyuntikan :


a) Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
b) Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
2.1.9. Pengertian subkutan

Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dapat dilakukan pada
daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dari bahu, paha sebelah luar,
daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen) .

2.2.0. Tujuan
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian
insulin terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein
sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat

2.2.1. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


• Tempat injeksi
• Jenis spuit dan jarum yang digunakan
• Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
• Kondisi atau penyakit klien
• Pasien yang benar
• Obat yang benar
• Dosis yang benar
• Cara atau rute pemberian obat yang benar
• Waktu yang benar

2.2.5. Indikasi dan kontra indikasi.


• Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena
tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
• Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air
atau minyak.

2.2.6. Alat dan Bahan


• Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
• Obat dalam tempatnya.
• Spuit insulin.
• Kapas alcohol dalam tempatnya.
• Cairan pelarut.
• Bak injeksi.
• Bengkok perlak dan alasnya.

2.2.7. Prosedur kerja.


• Cuci tangan.
• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
• Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila
menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.
• Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu tempatkan pada
bak injeksi.
• Desinfeksi dengan kapas alcohol.
• Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
• Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dari
permukaan kulit.
• Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga habis.
• Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke dalam
bengkok.
• Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat.
• Cuci tangan.

2.2.8. Daerah Penyuntikan :


a) Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari
Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus).
b) Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris).
c) Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus).
2.2 KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAMUSKULAR
DAN INTRAVENA

2.2.1 Pemberian Obat secara Intra Muskuler

Pemberian obat secara intra muskuler adalah Pemberian obat / cairan dengan cara
dimasukkan  langsung ke dalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan
pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf,
misalnya pada bagian bokong, dan kaki bagian atas, atau pada lengan bagian atas.

Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi
(setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari
posisi otot di tempat penyuntikkan.

Tujuan Pemberian Obat secara Intra Muskuler

Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang  yang diberikan obat
secara intra muskulus (IM).

Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih cepat. Dan
pemberian obat itu harus mendapatkan persetujuan dari dokter

Alat yang harus di persiapkan

1.Sarung tangan 1 pasang

2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan

3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5  inci untuk dewasa; 25-27 G dan
panjang 1 inci untuk anak-anak)

4. Bak spuit

5. 1Kapas

6. alkohol dalam kom (secukupnya)

7. Perlak dan pengalas

8. Obat sesuai program terapi

9. Bengkok

10. 1Buku injeksi/daftar obat

Pemberian obat melaului injeksi intra muskuler ini harus tepat dengan 6 B

1.Benar obat
2.Benar dosisbenar waktu

3.Benar pasien

4.Benar cara

5.Benar rute

6.Benar dokumentasi

Cara

1. Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan


2. Memasang perlak dan alasnya
3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
4. Memakai sarung tangan
5. Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi terhadap
adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi
atau infeksi)
6. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar
diameter ±5cm)
7. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit
8. Memasukkan  spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
9. Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
10. Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
11. Mencabut jarum dari tempat penusukan
12. Menekan daerah tusukan dengan kapas  desinfektan
13. Membuang spuit ke dalam bengkok.

B.Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

3. Berpamitan dengan klien

4. Membereskan alat-alat

5. Mencuci tangan

6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Pilihan Tempat Injeksi Intra Muskuler


·Paha (vastus lateralis) : posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi.

·Ventrogluteal : posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau
panggulmiring dengan tempat yang diinjeksi fleksi.

·Lengan atas (deltoid) : posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.

2.3.1. Pemberian obat melalui intavena ( IV )

Pengertian injeksi intravena :

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung.

Dapat dilakukan pada ( Indikasi ) :

1.     Pasien yang membutuhkan, agar obat yang di berikan dapat di berikan dengan cepat.

2.    Pasien yang terus menerus muntah – muntah

3.    Pasien yang tidak di perkenankan memasukkan apapun juga lewat mulutnya.

4.    Typoid

5.    Sesak nafas

6.    Epilepsi atau kejang – kejang

Tujuan injeksi :

a. untuk memperoleh reaksi obat  yang cepat diabsorpsi dari pada dengan

injeksi perenteral lain

b. untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan

c. untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

Lokasi injeksi :

Memberikan obat melaui vena secara langsung, di antaranya :

1.
2. vena medianan cubitus / cephalika ( daerah lengan ),
3. vena saphenous ( tungkai ),
4. vena jugularis ( leher )
5. vena frontalis / temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala.

Bahaya Pemberian Injeksi :

1.     Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll)

2.    Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma

3.    Dapat menimbulkan kelumpuhan

Pemberian Obat Melalui Intravena ( Secara Langsung )

Persiapan alat :

1.   buku catatan pemberian obat atau kartu obat

2. kapas alkohol

3. sarung tangan

4. obat yang sesuai

5. spuit 2ml – 5 ml

6. bak spuit

7. baki obat

8. plester

9. perlak pengalas

10. karet pembendung ( tourniquet )

11. kasa steril ( bila perlu )

Prosedur Kerja :

1.     Cuci tangan

2.    Siapkan obat dengan prinsip enam benar

3.    Indentifikasi klien

4. Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan

5.    Atur klien pada posisi yang nyaman


6.    Pasang perlak pengalas

7.    Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja

8.    Letakkan karet pembendung ( torniquet )

9.    Pilih area penususkan yang bebas dari tangda kekakuan, peradangan atau rasa gatal.
Menghindari  gangguan absorpsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan

10. Pakai sarung tangan

11.  Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol , dengan gerakan sirkuler
dari arah darah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metodr oni
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme

12. Pegang kapas alkohol dengan jari - jari tengah pada tangan non dominan

13. Buka tutup jarum

14. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan

non dominan. Membuat kulit lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan

penusukan

15. Pegang jarum pada posisi 300 sejajar vena yang akn ditusuk perlahan pasti

16. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena

17. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan

dominan menarik plunger

18. Observasi adanya darah dalam spuit

19. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan – lahan

20.Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkkan (300) , sambil

melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan

21. Tutup area penusukkan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin

22.Kembalikan posisi klien

23.Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan

24.Buka sarung tangan

25.Cuci tangan
26.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Pemberian Obat Melalui Infus ( Secara Tidak Langsung )

Pemberian Obat  Melalui infus ( secara tidak langsung ) ada dua cara, yaitu :

A. Pemberian obat melalui wadah intravena.

Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan menambahkan
atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena. Tujuannya : untuk meminimalkan
efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.

Persiapan Alat dan Bahan :

1.         Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran

2.        Obat dalam tempatnya

3.        Wadah cairan ( kantong atau botol )

4.        Kapas alcohol.

Prosedur Kerja :

1.         Cuci tangan

2.        Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.

3.        Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukkan ke dalam spuit.

4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.

5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.

6.        Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian


tengah dan masukkan obat berlahan – lahan ke dalam kantong atau wadah cairan.

7.        Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikan kantong cairan
secara perlahan – lahan dari satu ujung ke ujung lain.

8.        Perikasa kecepatan infus

9.        Cuci tangan

10.      catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.

B. Pemberian obat melalui selang intravena.

Persiapan Alat dan Bahan :


1.         Spuit dan jarum yang sesui dengan ukuran

2.        Obat dalam tempatnya

3.        Selang intra vena

4.        Kapas alkohol

Prosedur Kerja :

1.         Cuci tangan

2.        Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakukan.

3.        Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat dan masukan ke dalam spuit.

4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.

5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan setop aliran.

6.        Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian


tengah dan masukan obat secara perlahan – lahan ke dalam selang intravena.

7.        Setelah selesai, tarik spuit.

8.        Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat

9.        Cuci tangan

10.     Catat obat yang telah di berikan dan dosisnya.

2.3. KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT SECARA RECTAL DAN


VAGINAL

I. Pemberian Obat melalui Vagina

 Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina.


 Tujuan: mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar,
ketidaknyamanan) dan mengobati saluran vagina atau serviks (infeksi, peradangan).
 Sediaan: cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin supositoria, albotil,
tricostatis supositoria, neogiknosa supositoria).
 Cara: irigasi, mengoleskan, supositoria.
 Indikasi: klien dengan vagina yang kotor, radang, infeksi, dan persiapan tindakan
bedah jalan lahir (diberikan pada pasien dengan hymen yang sudah tidak utuh, dan
tidak kontak seksual selama pengobatan).
 Kontra indikasi: menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa, partus preterm.
 Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya


2. Bak instrumen
3. Sarung tangan
4. Kain kasa
5. Kapas sublimat
6. Vaselin / jelly
7. Kertas tisyu
8. Kapas sublimat dalam tempatnya
9. Bengkok
10. Pengalas
11. Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)

 Persiapan:

1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)


2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
apabila diperlukan
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja

Gambar 1. Posisi Dorsal Recumbent

 Prosedur:

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Siapkan obat yang akan digunakan: buka pembungkus obat
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6. Inspeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina
7. Apabila jenis obat suppositoria maka berikan pelumas pada obat
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding
kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm
9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
11. Lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat identitas, waktu, obat, dosisi/jumlah, dan cara pemberian
15. Catatan: apabila obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk penggunaan
krim yang ada di kemasan, masukkan aplikator, dan lanjutkan sesuai langkah 8 s.d.
11.

II. Pemberian Obat malalui Rectum

 Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau
rektum, yang melewati spinkter ani eksterna.
 Tujuan: memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan
faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
 Manfaat: tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas, mempunyai tingkatan
aliran pembuluh darah yang besar (pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan
melalui liver), dan pada obat tertentu diabsorpsi dengan baik melalui dinding rectum.
 Sediaan: cair (enema), padat (supositoria). Contoh: supositoria= aminophilin,
dulcolac, kaltrofen, stesolid, dumin; gliserin.
 Cara: supositoria, krim, jelly, foam.
 Indikasi: gangguan defekasi, membersihkan colon, gangguan pernafasan.
 Kontraindikasi: klien dengan pembedahan rectal.
 Alat dan bahan

1. Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau  foam dalam tempatnya
2. Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
3. Pelumas/vaselin/ jelly
4. Sarung tangan
5. Kain kasa
6. Kertas tisyu
7. Bak instrumen
8. Bengkok
9. Pengalas

 Persiapan:

1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)


2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel
apabila diperlukan
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja
Gambar 2. Posisi Sims

 Prosedur

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa (apabila obat dalam bentuk
selain supositoria, maka masukkan obat dalam aplikator sesuai dosis)
5. Oleskan ujung pada aplikator/obat suppositoria dengan pelicin
6. Minta klien untuk menarik nafas dalam untuk merelaksasikan sfingter ani
7. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan aplikator/suppositoria
dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal
kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
8. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisyu
9. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5
menit.
10. Jika supositoria mengandung laktosit (pelunak faeces), maka siapkan pispot dan atau
bantuan untuk ke kamar mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja
11. Setelah selesai lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Intra Kutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan
kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang
disuntikkan.Subkutan Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawahkulit yang
dapat dilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dari bahu,
paha sebelah luar, daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen) . Pemberian obat secara intra
muskuler adalah Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan  langsung ke dalam otot
(muskulus).

Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar
tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong, dan kaki
bagian atas, atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena
adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung.

Pemberian obat pervaginam merupakan cara pemberian obat dengan


memesukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan terapi obat
dan mengobati saluranvagina atau serviks. tujuan pemberian obat pervaginam
mengobati infeksi pada vagina danmenghilangkan nyeri, rasa terbakar dan
ketidaknyamanan pada vagina serta mengurangi  peradangan. Pemberian Obat via
anus rektum merupakan cara memberikan obat denganm e m a s u k k a n o b a t m e l a l u i
a n u s a t a u r e k t u m , d e n g a n t u j u a n m e m b e r i k a n e f e k l o k a l d a n sistemik.
tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertu+uan
untuk mendapatkan e(ek terapi obat, men+adikan lunak pada daerah feses dan merangsang
buang air  besar.

B.SARAN

Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui dan dapat
meningkatkan wawasan tentang Pemberian Obat secara intrakutan, subkutan, intramuskuler,
intravena, rectum dan vaginal. D e n g a n disusunnya makalah ini kami
mengharapkan kepada para pembaca agar dapatmengetahui dan
memahami tentang Pemberian Obat Pervagina dan -ektum serta
d a p a t memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat men+adi lebih baik
dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa
man(aat bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11712676/Pemberian_Obat_Melalui_Vagina_dan_
Rektum.
Diakses, Selasa,07/04/2020.Pukul.10.56.WIB
http://dedikun.blogspot.com/2014/09/prosedur-pemberian-obat-dalam.html.
Diakses, Selasa,07/04/2020.Pukul.10.57.WIB
https://www.kompasiana.com/hendisutiawan/54f94b70a333116c048b49ac/pe
mberian-obat-melalui-intravena-iv.
Diakses, Selasa,07/04/2020.Pukul.10.59.WIB\
https://www.kompasiana.com/dedimukhibudin/54f9502ba33311ed068b4c8a/p
rosedur-pemberian-obat-im-intra-muskuler.
Diakses, Selasa, 07/04/2020.Pukul.11.00.WIB
https://safieraputriauliyah.wordpress.com/2015/08/08/makalah-farmakologi-
tentang-prinsip-pemberian-obat/.
Diakses, Selasa, 07/04/2020.Pukul.11.01.WIB

Anda mungkin juga menyukai