Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN, FUNGSI & KEWENANGAN BIDAN

Nama kelompok:
1. Riska Nopita Wulandari
2. Delka Mayang Sari
3. Sindi Santika
4. Peci voridi yanti
5. Putri rahayu
6. Novelya
7. Lidya Elvita Sari
8. jihan
9. elena
10. miranti
11. tiara
12. nukce
13. Winda Anggraini
14. Anisa ulfadilla
Penanggung jawab:
Sri yanniarti,M.Keb

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI DIII KEBIDANAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena hanya dengan izin, rahmat

dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “ PERAN, FUNGSI & KEWENANGAN BIDAN“.

Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen Penanggung jawab Sri

yanniarti,M.Keb yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita khususnya mengenai peran dan organisasi bidan di Indonesia. Kami

juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan

masih jauh dari apa yang diharapkan.

Untuk itu, kami berharapa dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang

membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang

membacanya.

Bengkulu, Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................ 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 3

2.1 Peran & fungsi bidan.................................................................................... 3

2.2 Kewenangan bidan....................................................................................... 8

2.3 Hak & Kewajiban bidan............................................................................... 9

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 13

4.1 Kesimpulan................................................................................................... 13

4.2 Saran............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan
dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan
hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat
bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode
kerja, standar praktik  pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Bidan juga
memiliki hak, kewajiban, peran, fungsi dan tanggung jawab atas pelayanan yang
dilakukan secara profesional.

Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi. Sedangkan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya.

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Bila seseorang memilih hak terhadap B maka B mempunyai kewajiban
terhadap A.Pasien memiliki hak (klaim) terhadap bidan atas pelayanan yang diterima.
Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai
kewajiban (keharusan) untuk pasien. Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh
pasien, sedangkan kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga
ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh
pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan tentang peran dan fungsi bidan
2. Menjelaskan tentang Kewenangan bidan
3. Menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban bidan

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui peran dan fungsi bidan
2. untuk mengetahui kewenangan bidan
3. untuk mengetahui tentang hak dan kewajiban bidan

1.4 Manfaat Penulisan


1
1. Dapat digunakan sebagai referensi dan ilmu pengetahuan, khususnya yang
berkaitan dengan peran. Fungdi & hak dan kewajiban seorang bidan.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran & fungsi Bidan

2.1.1 Peran Bidan


Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi. Peran
merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari interaksi anatara
individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai macam peranan di dalam
hidupnya, seperti dokter, perawat bidan dan petugas kesehatan lainnya yang
mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang sesuai dengan
peranannya masing-masing (Muzaham, 2007).
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan baik
bagi wanita sebagai pusat keluarga maupun masyarakat umumnya, tugas ini
meliputi antenatal, intranatal,postnatal, asuhan bayi baru lahir, persiapan menjadi
orang tua, gangguan kehamilan dan reproduksi serta keluarga berencana. Bidan juga
dapat melakukan praktek kebidanan pada Puskesmas, Rumah sakit, klinik bersalin
dan unit-unit kesehatan lainnya di masyarakat (Nazriah, 2009).
Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tentang
Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangaunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi. tenaga kesehatan memiliki beberapa petugas

3
yang dalam kerjanya saling barkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan
tenaga kesehatan medis lainnya (Miles & Huberman, 2016).
Perilaku tenaga kesehatan mempengaruhi kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi
tablet Fe (Rahmawati, 2008). Kepatuhan ibu hamil dapat lebih ditingkatkan lagi
apabila petugas kesehatan mampu memberikan penyuluhan, khususnya mengenai
manfaat tablet besi dan kesehatan ibu selama kehamilan.
 Macam-macam peran bidan
Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator, motivator,
fasilitator, dan konselor bagi masyarakat (Potter dan Perry, 2007).
Macam-macam peran tersebut yaitu:
a. Sebagai Komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang
menerimanya. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang
menyampikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan
pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tesebut memberikan respon
terhadap pesan yang diberikan. Proses dari interaksi komunikator ke komunikan
disebut juga dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan
secara fisik dan psikologis harus hadir secara utuh, karena tidak cukup hanya
dengan mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga
penting untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam
berkomunikasi. Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan
informasi secara jelas kepada pasien, pemberian informasi sangat diperlukan
karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan
sikap masyarakt yang salah terhadap kesehatan dan penyakit. komunikasi
dikatakan efektif jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan informasi
secara jelas kepada pasien, sehingga dalam penanganan selama kehamilan
diharapkan tenaga kesehatan bersikap ramah, dan sopan pada setiap kunjungan
ibu hamil (Notoatmodjo, 2007). Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi
pemahaman ibu tentang informasi yag diberikan dan juga memberikan pesan
kepada ibu hamil apabila terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulagi
sendiri segera datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan (Mandriwati,
2008).

4
b. Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain.
Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai
suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Saifuddin (2008) motivasi
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah
kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga
kesehatan sebagai motivasi tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga
kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam
meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh kearah pencapaian
tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan
pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah
yang dihadapai, dan dapat mengembangkan potendinya untuk memecahkan masalah
tersebut (Novita, 2011). Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan
kepada ibu hamil untuk patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan
menanyakan apakah ibu sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga
harus mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan
yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama
kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan tumbuhnya motivasi (Notoatmodjo, 2007).
b. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan dalam
menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga Kesehatan
dilengkapi dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan ibu dan anak (Putri, 2016). Tenaga kesehatan juga harus
membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Peran sebagai fasilitator dalam pemanfaatan buku KIA
kepada ibu hamil juga harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap
kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal
penting yakni optimalisasi fasilitas, waktu yang disediakan, dan optimalisasi
partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas waktu yang sudah ditetapkan ibu
hamil harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan cara menjaga kesehatan
kehamilan secara mandiri dengan keluarga (Novita, 2011). Tenaga kesehatan harus

5
mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan memberikan
kesemapatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan yang kurang
dimengerti. menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan atau proses
penyuluhan saja. tetapi seorang teanga kesehatan juga harus mampu menjadi
seorang fasilitator secara khusus, seperti menyediakan waktu dan tempat ketika
pasien ingin bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Simatupang, 2008).
c. Sebagai konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam
membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman tehadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Depkes RI, 2008).
Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum dari
pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan
yang optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang dimiliki, sedangkan
secara khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan
membimbingn ibu hamil mencegah timbulnya masalah selama proses kehamilan
(Simatupang, 2008). Konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau
mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau
mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan interaksi yang
berbeda, tidak menghakimi, dan menyimpan rahasia, mendorong pengambilan
keputusan, memberikan dukungan, membentuk dukungan atas dasar kepecayaan,
mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti
keterbatasan yang dimiliki oleh klien (Simatupang, 2008). Konseling yang
dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil memiliki beberapa unsur. Proses
dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik
antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian informasi (identifikasi
masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan pemberian
informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan mengenai
perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya akan dialami,
serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah dilakukan
sebelumnya (Depkes RI, 2008).

6
2.1.2 Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya.
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan
adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Pelaksana
 Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut
 Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
 Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
 Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
 Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
 Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
 Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
 Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
 Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
 Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan
menopause sesuai dengan wewenangnya.
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
 Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit
kerjanya.
 Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
 Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait
dengan pelayanan kebidanan
 Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:

7
 Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga
berencana.
 Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan
bidang tanggung jawab bidan.
 Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
 Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan
sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
 Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
2.2     Kewenangan Bidan

Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017 bagian kedua
tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan praktik kebidanan, bidan
memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi serta keluarga berencana.

Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 menjelaskan
bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diberikan pada masa
sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa
antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi :

 Konseling pada masa sebelum hamil.


 Antenatal pada kehamilan normal.
 Persalinan normal.
 Pelayanan kesehatan ibu nifas normal.
 Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui.
 Konseling pada masa antara dua kehamilan.

Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dijelasakan pada


Pasal 19 ayat (3), bidan berwenang melakukan:

8
 Efisiotomi dan pertolongan persalinan normal.
 Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. 8
 Memberikan penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
 Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil.
 Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
 Memfasilitasi atau membimbing dalan Inisiasi Menyusu Dini dan promosi
ASI eksklusif.
 Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
 Memberikan penyuluhan dan konseling.
 Memberikan bimbingan pada kelompok inu hamil, serta berwenang
memberikan keterangan hamil dan kelahiran.

Bidan juga berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak yang dijelaskan pada
Pasal 20, meliputi :

 Memberikan pelayanan neonatal esensial.


 Penanganan kegawatdaruratan, dialnjutkan dengan perujukan.
 Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
 Memberikan konseling dan penuyuluhan.

Pasal 21 Permenkes RI No. 28 tahun 2017 menjelaskan wewenang bidan dalam


memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,
meliputi:

 Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana.
 Pelayanan kotrasepsi oral, kondom, dan suntikan. Selain wewenang yang telah
dijelaskan pada Pasal 18, bidan juga memiliki kewenangan memberikan
pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan
pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan sencara
mandat dari dokter.

2.3 Hak dan Kewajiban Bidan

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu

9
profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian
profesi. 

Norma–norma tersebut berupa petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang


bagaimana mereka menjalankan profesinya dan laranga-larangan yaitu ketentuan
kententuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota
profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut
tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat. Ukuran
pelayanan kebidanan yang bermutu adalah:

 Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)


 Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
 Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
 Penerimaa jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
 Ketercapaian pelayanan kebidanan (accesible)
 Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
 Efesiensi pelayanan kebidanan (effecent)
 Mutu palayanan kebidanan (quality)

Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan
tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani oleh Bidan.

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak
pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai
kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien.
Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak
yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.

2.1.1 Hak Bidan

 Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melakasanakan tugas sesuai


dengan profesinya.
 Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/ jenjang pelayanan kesehatan.
 Bidan berhak menolak keinginan pasien/ klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
 Bidan berhak atas privasi/ kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
 Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
 Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai.

10
 Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesahjeteraan yang sesuai.

2.1.2 Kewajiban Bidan

Kode Etik Bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan


disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan
petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun
1991 sebagai pedoman dalam prilaku. Ketujuh bab ini dapat dibedakan atas 7 bagian
yaitu :

1.  Kewajiban Bidan terhadap klien dan masyarakat

 Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan


mengamalkansumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinganklien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat.
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukankepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas
yang samasesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
 Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalamhubungan
pelaksanaan – tugasnya, dengan mendorong partisipasimasyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

2.      Kewajiban Bidan terhadap tugasnya

 Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap


klien,keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangandalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakankonsultasi dan atau rujukan.
 Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat danatau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan ataudipedukan
sehubungan kepentingan klien.

3.      Kewajiban Bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

 Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk


menciptakan suasana kerja yang serasi.

11
 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

4.      Kewajiban Bidan terhadap profesinya

 Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinyadengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
 Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
 Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenis yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

5.      Kewajiban Bidan terhadap dia sendiri

 Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan


tugas profesinya dengan baik.
 Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuandan teknologi.

6.      Kewajiban Bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air

 Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan


ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
 Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

7.      Penutup

 Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa


menghayatidan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia.

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya,


bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar
praktik  pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Bidan juga memiliki hak,
kewajiban, peran, fungsi dan tanggung jawab atas pelayanan yang dilakukan secara
profesional.

Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi. Sedangkan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya.

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Bila seseorang memilih hak terhadap B maka B mempunyai kewajiban
terhadap A.

3.2 Saran

Mungkin di dalam pembuatan makalah ini kami memiliki kesalahan dalam


bentuk kata, tulisan, dan penyampaian kami dalam memberi tau tetam-teman sekalian.
Mohon dimaklumi karna kami hanyalah manusia biasa yang jauh darikesempurnaan.
Maka kami meminta saran dan kritikan atau pun masukan dari teman-teman sekalian
untuk menyempurnakan kembali makalah kami. Terima kasih sebelumny untuk
teman-teman dan dosen pembimbing atas pemberian kepercayaannya kepada kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1995. Konsep Kebidanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Keseharan Republik Indonesia. 2007. Peraturan Mentri Kesehatan Nomer


938/Menkes/SK/VIII/2007. Tentang standar asuhan kebidanan. Jakarta: Kemenkes.

Estiwati, D; Meilani , N; Widyasi, H; Widyastuti, Y. 2009. Konsep Kebidanan. Jogjakarta:


Fitramaya.

Hidayat, A; Mufdillah. 2009. Catatan kuliah., Konsep Kebidanan plus materi bidan Delima.
Jogjakarta: Mitra Cendekia.

Sofyan, Mustika. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan; 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia.
Jakarta: PP IBI.

Slamet Rara S. 2012. Hak dan Kewajiban Bidan.(https://raraslamet.wordpress.


com/2012/06/20/hak-dan-kewajiban-bidan/). Diakses pada tanggal 08 Agustus 2021, pukul
12.15 WIB

Erniawati Septi E. 2015. Hak dan Kewajiban Bidan Maupun


Pasien. (http://ekaseptierniawati.blogspot.co.id/2015/05/hak-dan-kewajiban-bidan-maupun-
pasien.html). Diakses pada tanggal 08 Agustus 2021, pukul 12.15 WIB

Muzaham. (2007). Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia

Nazriah.2009.Konsep Dasar Kebidanan.Banda Aceh: Yayasan Pena

Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods


Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-
Press

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI.

Potter & Perry. 2007.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek.
Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.

Mandriwati, G.A. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: ECG.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.

Mubarak, WI. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika

Novita.R.V. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor:Ghalia Indonesia

Simatupang, Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai