Anda di halaman 1dari 23

PENELITIAN TINDAKAN

DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

oleh

Dr Triyono, M.Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PANITIA SERTIFIKASI GURU
April 2012
KATA PENGANTAR

Penelitian tindakan adalah salah satu istilah yang cukup sering kita
dengar di kalangan pendidikan saat ini. Tapi apa artinya? Jika kita meminta
tiga orang untuk mendefinisikan penelitian tindakan, kita mungkin
menemukan tiga jawaban yang berbeda. Biasanya, penelitian tindakan
dilakukan dalam lingkungan sekolah, oleh guru, konselor, kepala sekolah.
Kegiatan ini adalah proses reflektif yang memungkinkan dilakukannya
penelitian dan diskusi sebagai komponen penelitian tindakan. Penelitian
tindakan merupakan kegiatan kolaboratif antara sejawat guru, termasuk guru
bimbingan dan konseling atau konselor, dalam mencari solusi kegiatan
pembelajaran/bimbingan dan konseling sehari-hari, masalah nyata yang
dialami di sekolah, atau mencari cara untuk meningkatkan bimbingan dan
konseling dan meningkatkan prestasi/kemandiria siswa.

Penelitian tindakan tidak berurusan dengan hal-hal teoritis, tetapi


merupakan kegiatan yang memungkinkan praktisi bimbingan dan konseling
untuk mengatasi masalah terkait dengan kegiatan mereka setiap saat, di mana
mereka dapat membuat perubahan, walau sekecil apapun. Refleksi atas
tindakan bimbingan dan konseling yang belum mencapai hasil optimal
merencanakan tindakan baru yang dihipotesiskan akan lebih mampu mencapai
tujuan.

Guru bimbingan dan konseling atau konselor bertanggung jawab untuk


membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dalam operasional sekolah,
dan mereka diminta masyarakat untuk bertanggung jawab atas pencapaian
tujuan pendidikan, khususnya prestasi belajar/kemandirian anak-anakanya.
Proses penelitian tindakan membantu para pendidik dalam menganalisis
kebutuhan, mendokumentasikan langkah-langkah penelitiannya, menganalisis
data, dan membuat keputusan yang dapat menyebabkan tercapainya hasil yang
diinginkan, yakni semua siswa tuntas belajar atau mencapai kemandirian.
Dalam pembahasan ini, penelitian tindakan dikandung maksud untuk
membantu guru bimbingan dan konseling memahami secara mendalam
hakekat penelitian tindakan dalam bimbingan dan konseling dan
mengembangkan proposal penelitian tindakan secara benar. Jadi produk dari
pendidikan dan pelatihan ini adalah tersusunnya proposal penelitian tindakan
dalam bidang bimbingan dan konseling.

Malang, 23 April 2012

Dr. Triyono, M.Pd


PENELITIAN TINDAKAN
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pengantar

Tindakan bimbingan dan konseling seringkali tidak mampu


menghantarkan siswa mencapai kemandirian sebagaimana yang
diharapkan. Dalam refleksi disadari bahwa ketidakoptimalan kemandirian
siswa patut diduga berawal dari tindakan bimbingan dan konseling yang
tidak atau belum tepat.

Pendidikan dan pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu guru


bimbingan dan konseling menguasai hakekat penelitian tindakan dalam
bimbingan dan konseling. Bahwa, ada tradisi penelitian yang harus
dikuasai dimana untuk pelayanan bimbingan kelompok dan kelas tepat
digunakan penelitian tindakan kelas, sedangkan untuk penelitian konseling
tepat menggunakan penelitian N-1 (single subject disaign). Akhir dari
kegiatan pellatihan, peserta diharapkan mampu menyusun penelitian
tindakan kelas.

2. Kompetensi

Merujuk pada Permendiknas 27 tahun 2008 butir 15, maka kompetensi


yang akan dicapai melalui mempelajari materi ini sebagai berikut. Setelah
mempelajari materi penelitian tindakan bimbingan dan konseling,
diharapkan guru bimbingan dan konseling mampu menguasai konsep dan
praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. Sub kompetensi:

 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian

 Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling

 Melaksaanakan penelitian bimbingan dan konseling


 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan
mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling.

3. Tujuan Pembelajaran

Setelah belajar materi penelitian tindakan bimbingan dan konseling,


peserta diharapkan …

1.1 mengenali penelitian tindakan dalam konteks penelitian pada


umumnya
1.2 menjelaskan hakikat penelitian tindakan dalam bimbingan dan
konseling
1.3 menjelaskan karakteristik penelitian tindakan dalam bimbingan dan
konseling
2.1 mengikuti langkah-langkah penelitian tindakan dalam bimbingan dan
konseling
2.2 pengembangan Proposal Penelitian Tindakan dalam bimbingan dan
konseling
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………….


Daftar isi ……………………………………………………………………...

Kegiatan Belajar 1
1.1 Hakekat Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling …………...
1.2 Rangkuman ………………………………………………………………
1.3 Tugas ……………………………………………………………………..

Kegiatan Belajar 2
2.1 Proses Penelitian Tindakan ……………………………………….………
2.2 Rangkuman ……………………………………………………………….
2.3 Tugas ………………………………………………………………………
Kegiatan Belajar 1

1.1 Hakekat Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling


Sebagai pekerja profesional yang mengedepankan kemaslahatan
konseli dalam pelaksanaan layanannya, konselor perlu membiasakan diri
menggunakan setiap peluang untuk belajar dalam rangka peningkatan
profesionalitas termasuk dengan memetik pelajaran dengan kerangka pikir
belajar eksperiensial yang berlangsung secara siklikal (Cyclical
Experiental Learning Model, Kolb, 1984) sebagai bagian dari keseharian
pelaksanaan tugasnya, dengan merekam serta merefleksikan hasil serta
dampak kinerjanya dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling (reflective practitioner, lihat kembali Schone, 1983). Oleh
karena itu diperlukan kemampuan bagi konselor untuk selalu memeriksa
pelayanannya apakah sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Salah
satu upaya memeriksa diri ini dilakukan penelitian tindakan.

Mengapa konselor meneliti? Ada beberapa alasan mengenai


pentingnya konselor melakukan penelitian terhadap layanan yang
diberikan. Alasan tersebut antara lain untuk memperoleh perspektif yang
lebih luas (evidence-based practice), akuntabilitas, mengembangkan ide
dan pendekatan baru dalam bimbingan dan konseling, menerapkan
bimbingan dan konseling dalam bidang lain, dan pengembangan profesi
dan pribadi.

Ada beberapa pengertian penelitian tindakan, antara lain penelitian


tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang secara kolektif
melibatkan partisipasi guru, siswa, dan kepala sekolah dengan tujuan
mengembangkan praktek pendidikan (Kemmis & Mc Taggart, 1988). Atas
dasar pengertian tersebut, dapat ditarik beberapa sisi penting dalam PTK,
antara lain suatu penelitian yang dilakukan untuk memahami,
mengevaluasi, dan melakukan perubahan untuk memperbaiki praktik-
praktik bimbingan dan konseling. Pada dasarnya penelitian tindakan
merupakan prosedur on-the-spot, yang dirancang untuk menyelesaikan
masalah nyata yang ada sesegera mungkin.

Idealnya, prosedur yang dilakukan secara bertahap dimonitor terus


menerus, dengan menggunakan berbagai cara (kuesioner, wawancara,
catatan harian, studi kasus) untuk memperoleh balikan. Balikan itu
digunakan untuk melakukan modifikasi, penyesuaian, mengubah arah,
mendefinisi ulang prosedur yang dilakukan. Dengan kata lain, penelitian
tindakan merupakan suatu cara untuk menggabungkan teori dengan praktik
menjadi satu kesatuan: ide-dalam-praktik. Dalam hal ini, konselor meneliti
kegiatan pelayanan bimbingannya secara langsung pada saat pelayanan
dijalankan.

Kelebihan dan Kelemahan PTK

Dalam banyak tulisan disebutkan bahwa penelitian tindakan kelas


merupakan jenis penelitian terlemah. Kelemahan ini tentu bisa diatasi
dengan melakukan penelitian dengan prosedur baku. Namun, akhir-akhir
ini penelitian tindakan juga dipandang sebagai kegiatan professional.
Bakhan dilakukan juga dikalangan mahasiswa calon doctor dalam
penelitian disertasinya. Setidaknya ada dua kelebihan PTK, yaitu
menumbuhkan rasa memiliki, bahwa apa yang dilakukan sebagai tindakan
bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pribadi konselor, bukan
sekedar melaksanakan tugas belaka. Dan yang kedua, mendorong
kreativitas dan inovasi menuju perubahan, bahwa hasil refleksi atas
tindakan BK dipergunakan untuk mengadakan perbaikan tindakan BK
berikutnya menuju ke arah pelayanan prima. Kelebihan tersebut harus
mendapatkan dukungan dimana guru bimbingan dan konseling mengakui
kekurangan diri, ada kesempataan untuk berinovasi, saling percaya, cukup
waktu dan pengetahuan.
Sebaliknya, PTK juga mengandung kelemahan yang harus diatasi,
antara lain umumnya praktisi kurang berpengalaman, ini alasan klasik
karena biasanya praktisi mau melakukan kegiatan kalau ada manfaat
langsung bagi dirinya, bukannya manfaatbagi peserta didik; banyak
menyita waktu dan perhatian; mengubah perilaku, bukan pekerjaan mudah,
tetapi berlaku: It’s difficult, but not impossible, to construct a meaningful
services.

Karakteristik Penelitian Tindakan Dalam BK


Beberapa karakteristik penelitian tindakan dapat dikemukakan
sebagai berikut (1) PTK berkenaan dengan kegiatan (praktik) bimbingan
dan konseling yang dilakukan konselor, (2) Emergent (darurat); (3)
Participatory; (4) Mengkonstruksikan teori dari praktik; (5) Berguna dalam
pemecahan masalah yg sebenarnya; (6) Berkenaan dengan satu atau
sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama dalam memperbaiki
kinerja; (7) Berkaitan dengan perbaikan; (8) Menggunakan analisis,
refleksi, dan evaluasi; (9) Memfasilitasi perubahan melalui penemuan;
(10) Bersifat situasional kontekstual yang terkait dengan mendiagnosis dan
memecahkan masalah dalam konteks tertentu; (11) Menggunakan
pendekatan yang kolaboratif; (12) Bersifat partisipatori (manakala
penelitian tindakan dilakukan secara Tim) yakni masing-masing anggota
tim ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitiannya; (13) Bersifat
self-evaluative, yakni peneliti melakukan evaluasi sendiri secara kontinyu
untuk meningkatkan praktek kerja; (14) Prosedur penelitian tindakan
bersifat on-the-spot yang didesain untuk menangani masalah kongkrit yang
ada ditempat itu juga; (15) Temuannya diterapkan segera dan memiliki
perspektif jangka panjang; dan (16) Memiliki sifat luwes dan adaptif.
1.2 RANGKUMAN

Membiasakan diri untuk melakukan refleksi atas tindakan


bimbingannya merupakan tugas penting dari guru bimbingan dan
konseling. Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling harus mampu
melakukan penelitian. Salah satu jenis penelitian yang harus dikuasai
adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Itu semua untuk
meningkatkan profesionalitasnya.

Idealnya setiap tindakan bimbingan harus dilakukan refleksi


sehingga tidak terjadi kesalahan berulang. Berbagai metode dan teknik
dapat diterapkan guru bimbingan dan konseling untuk membaca
pengalaman tindakannya.

Penelitian tindakan walaupun ada sejumlah kelemahan, namun


tetap memiliki nilai strategis dalam rangka peningkatan professionalitas
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Dibandingkan dengan jenis
penelitian lain, PTK memiliki karakteristik tersendiri.

1.3 TUGAS

Secara berkelompok Saudara diharapkan untuk mendiskusikan tugas-tugas


berikut.

1.3.1 Mengapa guru bimbingan dan konseling perlu melakukan


penelitian tindakan?

1.3.2 Mengapa PTK memiliki karakteristik emergency?


Kegiatan Belajar 2

2.1 PROSES PENELITIAN TINDAKAN DALAM BIMBINGAN DAN


KONSELING

Prosedur penelitian tindakan yang lazim digunakan adalah Model


Spiral dari Stephen Kemmis (1988)

Setiap siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, tindakan bersamaan dengan


observasi, dan refleksi. Secara rinci tahap PTK dikemukakan sebagai
berikut.

1. Melakukan refleksi awal


2. Menetapkan masalah dan menentukan fokus penelitian
3. Mengkaji literatur
4. Menyusun rencana dan hipotesis tindakan
5. Melaksanakan tindakan
6. Mengumpulkan dan menganalisis data
7. Melakukan refleksi
8. Merevisi rancangan tindakan
9. Melaksanakan tindakan
Refleksi Awal

PTK dalam BK dimulai dengan refleksi awal, yaitu konselor


merefleksikan masalah-masalah penyelengaraan bimbingan dan
konseling. Refleksi awal = Menemukan masalah yang mengganggu
pelaksanaan bimbingan dan konseling dan menghalangi tercapainya
tujuan. Kegiatan ini meliputi identifikasi masalah, analisis masalah,
merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesis tindakan.
Caranya:

 Renungkan, pikirkan, dan refleksikan kekurangan-kekurangan


dalam proses bimbingan dan konseling yang telah dilakukan yang
berdampak pada kurang optimalnya proses dan hasil bimbingan
dan konseling.
 Identifikasi kelebihan dan keberhasilan proses bimbingan dan
konseling yang dilakukan sebagai acuan tindakan yang akan
dilakukan.
Jika konselor mengalami kesulitan mengidentifikasi masalah, gunakanlah
pertanyaan berikut sebagai panduan!
 Apakah yang terjadi dalam proses pelaksanaan bimbingan dan
konseling yang sedang berlangsung?
 Apakah proses pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut
mengalami permasalahan?
 Jika “ya”apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?

Analisis Masalah
Masalah yang perlu dipilih adalah masalah yang sangat strategis,
mendesak untuk segera diatasi, bisa dilaksanakan oleh konselor, dan
sesuai dengan prioritas. Jika konselor mengalami kesulitan menganalisis
masalah, gunakanlah pertanyaan berikut sebagai panduan!
 Apa yang Anda prihatinkan?
 Mengapa Anda memprihatinkannya?
 Menurut Anda apa yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi hal
itu?
 Bukti-bukti apa yang Anda perlukan untuk menilai apa yang
terjadi?
 Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
 Bagaimana Anda mengecek kebenaran dan keakuratan apa yang
terjadi?

Menetapkan masalah dan menentukan fokus penelitian

Merumuskan Masalah
Rumusan masalah hendaknya jelas, spesifik, dan operasional. Dalam
merumuskan masalah perlu diperhatikan:
 Masalah dirumuskan secara jelas, tidak mempunyai makna ganda
 Masalah dapat dituangkan dalam kalimat tanya
 Rumusan masalah pada umumnya menunjukan hubungan antar
dua atau lebih variabel
 Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik yaitu
memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan
 Menunjukan secara jelas subjek penelitian

Contoh
 Apakah penerapan latihan asertif dapat meningkatkan ketegasan
siswa perempuan kelas X dalam berkata TIDAK kepada pacarnya?
 Apakah cognitive-behavioral modification dapat mengurangi
tingkat kecemasan siswa kelas XII dalam menghadapi ujian?
Merumuskan Hipotesis Tindakan
Hipotesis ini berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan
dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya
dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Contoh hipotesis tindakan
 Penerapan teknik-teknik behavioral dapat meningkatkan self-
regulated learning siswa kelas X
 Pendekatan Structured Learning Approach dapat meningkatkan
keterampilan enyelesaikan konflik
 Pendekatan cognitive behavioral dapat mengurangi kecemasan
siswa kelas IX dalam menghadapi ujian

Setiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut

Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris


hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Rencana tindakan berupa
langkah-langkah tindakan secara sistematis dan rinci. Rencana tindakan
meliputi: materi bimbingan, metode atau teknik bimbingan, teknik dan
instrumen observasi dan evaluasi, kendala yang mungkin timbul pada saat
implementasi, dan alternatif pemecahannya.

Mengadakan studi pendahuluan untuk mengumpulkan informasi


tentang situasi pelayanan bimbingan dan konseling:

 Apa yang akan dilakukan beserta rasionalnya?


 Mengapa?
 Kapan?
 Dimana?
 Oleh siapa?
 Bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan?
Sebaiknya kolaboratif = dilakukan secara berpasangan antara pihak yg
melaksanakan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan (misalnya teman sejawat/ahli/akademisi dari Perguruan Tinggi).

Pelaksanaan Tindakan

Setelah menyusun rencana tindakan, kegiatan berikutnya adalah


mengimplementasikan tindakan dan mengamati hasilnya (aktivitas
pengajar/guru, siswa, dan suasana kelas). Pada tahap inilah konselor
berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksana pembelajaran) dan
sekaligus sebagai peneliti (pengamat). Perlu adanya kejelasan peran
peneliti: merancang intervensi, mengkomunikasikan, mendiskusikan, dan
menyepakati tindakan yang akan dilakukan. Merupakan implementasi
dari rancangan penelitian sesuai dgn perencanaan. Pelaksanaan berlaku
wajar, apa adanya, tidak dibuat-buat. Perlu disadari bahwa pelaksanaan
seringkali lebih kompleks daripada rencana.

Pengamatan (Observasi)

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan


tindakan. Pada tahap ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dan
rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil
bimbingan dan konseling dikumpulkan dengan bantuan instrumen
pengamatan yang dikembangkan.

Konselor boleh dibantu oleh pengamat dari luar (teman sejawat


atau pakar pendidikan). Kehadiran pengamat pembantu ini menjadikan
PTK bersifat kolaboratif. Dilakukan untuk mengenali dan merekam
gejala-gejala yang muncul baik yang mendukung maupun yang menjadi
kendala sebagai akibat dari tindakan. Terekam secara rinci melalui
pengumpulan data :

a. catatan lapangan/lembar observasi

b. analisis dokumen

c. portofolio

d. format wawancara

e. Alat perekam (tape recorder, handycam) dsb.

Pengamatan dilakukan pada setiap siklus. Pengamatan yang dilakukan


pada satu siklus dapat mempengaruhi tindakan pada siklus selanjutnya.
Kualitas Bimbingan dan Konseling dapat diketahui dari:
 Aktifitas siswa: perubahan perilaku, sikap, motivasi
seperti: keaktifan berdiskusi, bertanya, mencoba, mengerjakan
tugas, … (pengumpulan data……memerlukan lembar
pengamatan)
 Hasil layanan bimbingan dan konseling: perubahan
perilaku.

Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai,
menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan
(bukti empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan
(kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun
perencanaan tindakan siklus berikutnya. Refleksi yang tajam dan
terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi
penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh
tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan.
Dengan kata lain, tahap refleksi merupakan kegiatan mengemukakan
kembali apa yang sudah dicapai sebagai hasil dari tindakan yang
dilakukan. Kegiatannya berupa:
 Memahami, menganalisis, menerangkan dan menyimpulkan informasi
yang telah diperoleh terhadap proses dan hasil yang dicapai dalam
penelitian tindakan
 Mendiskusikan rancangan penelitian yang telah dilaksanakan dengan
teman sejawat/ahli
 Untuk perbaikan siklus selanjutnya / menghentikan siklus
Panduan refleksi :
 perbedaan rencana, pelaksanaan, serta persepsi ttg tindakan
 efek tindakan dan sebabnya
 issue yang muncul setelah dilakukan tindakan
 kendala dan penyebabnya
 ada-tidaknya peningkatan dan penyebabnya
 perubahan yang diperlukan
 pemikiran ulang tentang masalah
 kemungkinan perencanaan ulang
 alternatif tindakan yang dipandang tepat
 penelitian tindakan lanjutan
Guna mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa pertanyaan
berikut dapat dimanfaatkan
sebagai pemandu.
 Bagaimana persepsi Anda (konselor, siswa, pengamat lain)
terhadap tindakan yang dilakukan ?
 Apakah efek tindakan tersebut?
 Isu kependidikan apa saja yang muncul sehubungan dengan
tindakan yang dilakukan?
 Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan?
Mengapa kendala tersebut muncul?
 Apakah terjadi peningkatan kualitas proses bimbingan dan
konseling?
 Perlukah perencanaan ulang?
 Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang paling tepat?
 Jika “ya” apakah diperlukan siklus berikutnya?

Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK : Perencanaan,


Tindakan, observasi, dan refleksi membentuk suatu siklus (Tiap siklus
minimal 3 kali pertemuan). Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus lain
secara berkesinambungan seperti sebuah spiral. Kapan siklus-siklus
tersebut berakhir? Jawabannya adalah, kalau hasil pelaksanaan tindakan
sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
PENGEMBANGAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN DALAM
BK

Contoh Rancangan Penelitian Tindakan

A. Judul:

Meningkatkan kesadaran multikultural siswa melalui konseling kelompok

B. Latar Belakang (Rasional)

 Indonesia adalah negara yang berkembang dengan kebudayaan


yang majemuk (pluralis), terdiri banyak kelompok etnis dengan budaya
dan bahasa yang berbeda.

 Keberagaman siswa di sekolah dari berbagai etnis budaya


belum mendapat perhatian penuh dari sekolah
 Siswa/i sering mengejek, mengolok-olok, bertengkar karena
perbedaan etnis budaya mereka di sekolah
 Metode layanan konseling kelompok menggunakan kontinuum
kesadaran multikultural membantu siswa memiliki kesadaran
multikultural
 Perlu pemecahan untuk menumbuhkan kesadaran multikultural
siswa-siswa di sekolah.
C. Permasalahan
Keberagaman siswa di sekolah dengan latar belakang budaya berbeda
sehingga sering menimbulkan konflik yang mengarah pada pertengkaran
dalam interaksinya, hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran
multkultural. Dalam penelitian ini akan diterapkan konseling kelompok
sebagai tindakan konselor dalam mengembangkan kesadaran budaya.
Oleh karena itu masalah yang akan dikaji adalah Apakah konseling
kelompok mampu mengembangkan kesadaran multibudaya siswa?
D. Tujuan Penelitian
Menerapkan konseling kelompok menggunakan kontinuum konseling
kesadaran multicultural untuk meningkatkan kesadaran multikultural
siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Konseling kelompok mampu meningkatkan kesadaran multikultural
siswa-siswa SMA.
F. Kerangka Konseptual
Kegiatan konseling kelompok menggunakan kontinuum kesadaran
multikultural dengan tahap : kesadaran diri, kesadaran budaya sendiri,
kesadaran ras, jenis kelamin, kesadaran perbedaan individu, kesadaran
budaya lain.
G. Metodologi
Rancangan
Rancangan PT: refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan,
serta refleksi (yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang pada
siklus selanjutnya)
 Refleksi awal:
(1) mengidentifikasi permasalahan
(2) memilah dan memilih masalah
 Perencanaan
(1) merumuskan permasalahan
(2) Menetapkan rancangan tindakan:
(a) Menyusun rancangan kegiatan konseling kelompok
(b) Menyiapkan alat perekam data: format observasi
(c) Menyusun rencana pengolahan data
(3) Menyusun jadwal kegiatan
 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
(1) Melaksanakan kegiatan konseling kelompok
(2) Mengumpulkan data perkembangan kesadaran siswa dalam
konseling kelompok melalui pengamatan dan tes
(a) Melakukan pretes dan postes
 Refleksi
Kegiatan = analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan
data dan informasi yang dikumpulkan.
Hasil = temuan tingkat efektivitas konseling kelompok, rekomendasi
perbaikan
Subjek Penelitian: Siswa kelas I SMA
Instrumen: pedoman observasi dan tes
Analisis Data
(1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan.
(2) Mengolah data
(3) Menyimpulkan hasil analisis data

2.2. RINGKASAN

Untuk melakukan pelayanan prima kepada konseli, setiap


konselor perlu melakukan penelitian tindakan. On the spot akan mampu
memperbaiki kinerja konselor dari waktu ke waktu sehingga pada
gilirannya akan tercatat best practices konselor.

Mutu kinerja konselor dapat terjaga melalui unjuk kerja konselor


dan selalu berusaha merefleksikan pengalaman tersebut melalui penelitian
tindakan.

Pada hakekatnya penelitian tindakan kelas lebih tepat untuk


pelayanan bimbingan dan konseling yang sifatnya kelompok. Sementara
untuk pelayanan individual bisa ditempuh dengan penelitian-penelitian
kasus tunggal (N = 1).

2.3 TUGAS

Topik 1: Setiap tindakan konselor tentunya dimaksudkan untuk mencapai


tujuan tertentu. Namun dalam praktik, seringkali apa yang hendak dicapai
dari pelayanan bimbingan tersebut tidak teridentifikasi dengan baik.
Dalam hal ini, kita perlu merefleksi diri terhadap tindakan-tindakan kita
yang tidak dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan tersebut.
Identifikasi tindakan-tindakan Saudara dalam kelompok dan buatlah
ringkasan atas tindakan-tindakan tersebut. Kelompok kerja terdiri atas 5-7
orang, dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Hasil kerja dipresentasikan
di sidang pleno, karena itu susunlah hasil kerja kelompok dalam format
presentasi.

Topik 2: Lakukan analisis masalah sebagaimana yang telah diidentifikasi


pada topik 1 sebelumnya dan pilihlah satu masalah yang paling penting
dan tentukan tindakan pemecahan masalah apa yang menurut Saudara
paling manjur untuk mencapai tujuan yang telah Saudara tetapkan dalam
kelompok. Kelompok kerja terdiri atas 5-7 orang, dipimpin oleh seorang
ketua kelompok. Hasil kerja dipresentasikan di sidang pleno, karena itu
susunlah hasil kerja kelompok dalam format presentasi.

Topik 3: Tindakan baru yang Saudara tentukan dalam pembahasan topik 2


uraikan secara rinci. Susunlah rencana tindakan untuk menyelesaikan
masalah dalam sebuah skenario bimbingan dan konseling. Kelompok
kerja terdiri atas 5-7 orang, dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Hasil
kerja dipresentasikan di sidang pleno, karena itu susunlah hasil kerja
kelompok dalam format presentasi.

Topik 4: Terhadap aplikasi skenario tindakan bimbingan dan konseling


sebagaimana Saudara rencanakan pada topik 3, rencanakan bagaimana
Saudara akan melakukan observasi atas tindakan yang Saudara lakukan.
Buatlah panduan observasinya. Kelompok kerja terdiri atas 5-7 orang,
dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Hasil kerja dipresentasikan di
sidang pleno, karena itu susunlah hasil kerja kelompok dalam format
presentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ferrance, Eileen. 2000. Action Research. Providence, RI: LAB at Brown


University
Goldman, Leo (Ed). 1978. Research method for counselors: Practical
approaches in field settings. New York: John Wiley and Son
Kemmis, S. & McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Third
Edition. Victoria: Deakin University Press.
Kolb, D.A. 1984. Experiential Learning: Experiences as the Source of
Learning and Development. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc.
Koshy, Valsa. 2005. Action research for improving practice: A practical guide.
Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Ltd
McIntosh, Paul. 2010. Action Research and Reflective Practice: Creative and
visual methods to facilitate reflection and learning. London: Routledge
McLeod, John. 2001. Qualitative research in counselling and psychotherapy.
Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Ltd
McLeod, John. 2003. Doing counselling research. Thousand Oaks, California:
SAGE Publications, Ltd
Schone, D.A. 1983. The Reflective Practitioner: how professionals think in
action. New York: Basic Book, Inc., Publishers.

Anda mungkin juga menyukai