Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) DAN LANGKAH –

LANGKAH MELAKSANAKAN PTK

PENGERTIAN PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) DAN


LANGKAH – LANGKAH MELAKSANAKAN PTK

a. Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)


Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research (CAR), yaitu
satu action research yang dilakukan di kelas. Classroom action researchdiawali dari istilah action
research.
Untuk mempermudah memahami pengertian PTK maka berikut akan diuraikan pengertian tiga
unsur atau konsep yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas yakni :
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan
mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus
kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitass proses belajar
mengajar.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang
guru.[1]
Beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli yakni Menurut David
Hopkins, PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang
dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas
dan keadilan tentang :

1) Praktik-praktik kependidikan mereka;


2) Pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut dan
3) SITUASI dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Rapoport dan Hopkins, pengertian penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk
membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan
membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati
bersama.[2]
Menurut Hopkins, “PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh
pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan – tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.[3]
Menurut Kemmis dan MC. Taggart yaitu : “PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki
diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap
mawas diri.”[4]
Menurut Rochman Natawijaya, “PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang
bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.”[5]
Menurut pendapat Suyanto “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan – tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-
praktik pembelajaran di kelas secara professional.”[6]
Menurut PGSM pengertian “PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan – tindakan yang dilakukan, serta
memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.[7]
Menurut Kasihani PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan -
kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan
untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam
melaksanakan tugasnya sehari – hari.[8]
Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution merumuskan pengertian
penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”[9]

b. Langkah – Langkah PTK


Melaksanakan PTK, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, agar hasil yang
diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Menurut Zainal Aqib dkk,
merumuskan langkah – langkah PTK sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yakni :
- Identifikasi masalah
- Merumuskan masalah
- Pemecahan masalah
2. Tahap 2 : Acting (pelaksanaan)
3. Tahap 3 : Observation (pengamatan)
4. Tahap 4 : Refleksi
5. Tambahan : Siklus – siklus dalam PTK[10]
---------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Tahap perencanaan
Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Dalam
perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan
masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk
menunjang sempurnanya tahap perencanaan.

1). Identifikasi Masalah


Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan identifikasi permasalahan.
Identifikasi ini mirip seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter kepada pasiennya. Jika diagnosisnya
tepat, maka obat yang diberikan pasti mujarab. Sebaliknya, jika diagnosisnya salah, maka resep obatnya
pasti juga tidak tepat sasaran. Demikian pula dalam PTK, identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada
hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi
masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia, disamping memboroskan waktu
dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik tolok bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak
semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana tidak semua penyakit dapat
disembuhkan dengan resep dokter spesialis tertentu. Hanya masalah-masalah tertentu yang dapat diatasi
dengan PTK, sebagaimana penyakit tertentu yang hanya bisa sembuh dengan resep tertentu pula. Empat
langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah mengenai sasaran.
a. Masalah Harus Rill, masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar
secara langsung oleh guru.
b. Masalah Harus Problematik
Banyak masalah di sekolah, tetapi, tidak semua masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan
yang problematiklah yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan yang bersifat problematik adalah
permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada
kewenangan untuk mengatasinya secara penuh.
c. Manfaatnya Jelas
Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan dalam
mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Hasil PTK harus dapat dirasakan, bagaikan obat yang
menyembuhkan. Untuk mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang akan terjadi jika
masalah tersebut berhasil diatasi? Dan, tujuan pendidikan mana yang akan gagal jika masalah tersebut
tidak teratasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menuntun para pelaku PTK untuk dapat
menemukan hasil atau “obat” yang mujarab.
d. Masalah Harus Fleksibel
Masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu,
biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Jadi, tidak setiap masalah yang riil, problematik,
dan bermanfaat secara jelas dapat diatasi dengan PTK.

2). Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya


Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai kemungkinan penyebab
munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang rill, problematik,
bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang
bisa dilakukan untuk menemukan penyebab masalah. Beberapa di antaranya adalah dengan menyebar
angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di samping itu, peneliti
juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala
sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya
masalah dapat ditemukan.
Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar masalah yang benar-
benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar masalah inilah yang nantinya akan menjadi
tolok ukur tindakan. Dengan menemukan akar masalah, maka sama halnya dengan si peneliti telah
menemukan separuh dari solusi masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan kebalikan dari
akar masalah.
3). Ide untuk Memecahkan Masalah
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi rencana tindakan untuk
mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah inilah yang disebut dengan ide
orisinal peneliti. Tetapi, sebelum memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti
harus mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan atas tindakan yang akan
dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang
memadai, sebaik apa pun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah.
Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan menemukan
alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul penelitian.
2. Tahap Acting (Pelaksanaan)
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan
pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus
sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh
dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud
semula.
3. Tahap Observation (Pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan bahwa observasi
yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus
menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan
data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain).
Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru
yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian, antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan
pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu
tempat atau kelas. Inilah sebabnya, mengapa Suharsimi mengatakan kurang tepat jika pengamatan
disebut sebagai tahap ketiga. Sebab, antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara
bersamaan. Walaupun demikian, tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap ketiga
dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini hanya untuk membedakan antara tindakan dan pengamatan, bukan
menunjukkan suatu urutan.
Ketika guru sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis seluruh perhatiannya terpusat pada
reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang akan diterapkan. Atas dasar ini, tidak mungkin guru
mengamati tindakannya sendiri. Di sinilah diperlukan seorang pengamat yang siap merekam setiap
peristiwa berkaitan dengan tindakan guru. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya
juga membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.
4. Tahap Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting). Refleksi adalah kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah
"memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak
jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya.
Jika penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri.
Evaluasi diri adalah kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ia harus jujur terhadap
dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan kelebihannya. Dalam hal ini, guru dan peneliti juga harus
mengakui sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana harus diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru
bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara
guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolabolator.
Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan
diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang
harus diperbaiki.
5. Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK
Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
hingga pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam PTK adalah satu putaran penuh
tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran
ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya selalu
mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan yang lain tidak akan
pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Setiap akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus berikutnya. Artinya, guru dan pengamat harus
selalu diskusi setiap akhir refleksi untuk merencanakan tindakan baru atau memasuki siklus kedua.
Dengan proses atau tahapan yang sama, guru dapat melanjutkan ke siklus-siklus berikutnya, jika
memang sampai pada siklus tertentu ia belum merasa puas atau belum berhasil mendongkrak prestasi
belajar siswa. Demikian seterusnya, sehingga semakin banyak siklus yang dilalui, semakin baik hasil yang
diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan guru dan kepuasan siswa atas prestasi belajarnya.
========
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Metodologi penelitian tindakan kelas”

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua orang pasti setuju bahwa kita harus selalu meningkatkan mutu pembelajaran. Tapi
bagaimanakah caranya? Ada pendapat yang cukup ekstrem, sebagaimana pendapat Angelo (1991).
menurutnya, seharusnya dunia pendidikan dapat ditingkatkan kualitasnya dengan memanfaatkan
hasil penelitian dalam bidang pendidikan dan psikologi. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah hasil-
hasil penelitian kurang dapat menjawab peningkatan kualitas pendidikan.
Kenyataannya, bahwa para peneliti (dalam penelitian non kelas) telah gagal menjawab persoalan-
persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Para peneliti (penelitian non kelas) ini lebih tertarik
kepada aspek publikasi ilmiah hasil penelitiannya, dibandingkan dengan kegiatan mengaplikasikan
temuannya untuk peningkatan kualitas pendidikan. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Menurut
para pakar pendidikan, para peneliti tersebut di kegiatan penelitiannya hanya menjawab persoalan-
persoalan umum dalam dunia pendidikan, bukan untuk melakukan aplikasi-aplikasi tertentu dalam
kelas-kelas khusus. Itulah yang menyebabkan persoalan-persoalan teknis (praktis) yang mendasar
dalam dunia pendidikan masih tetap belum terjawab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penelitian tindakan kelas (PTK) ?
2. Apa tujuan dari peneliian tindakan kelas (PTK) ?
3. Apa manfaat dari penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut ?
4. Seperti apakah karakteristik penelitian tindakan kelas tersebut ?
5. Apa saja prinsip dari penelitian tindakan kelas itu ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang
berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang
diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen
Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang
pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan
maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang
pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah.
Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di
sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi
ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan
tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang
diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dengan semakin mantapnya psikologi kognitif yang mengedepankan aspek konstruktivisme, para
guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima pembaharuan yang diturunkan dari atas, tetapi
guru bertanggung jawab dan berperan aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri melalui penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran yang
dikelolanya. Latar belakang itulah yang melahirkan konsep PTK.[1]
Dalam konteks pekerjaan guru, maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian
Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian
dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh
guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas
tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama juga.
Lain lagi dengan Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah
penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di
kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan
sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari. Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar
haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.
Sedangkan menurut Suyanto (1997) secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena
itu PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru.
Dari beberapa definisi sepertiyang telah dikemukakan dimuka maka ciri utama dari penelitian
tindakan adalah adanya intervensiatau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia
nyata. Elliot (1982) mengatakan, “The fundamental aim of action research is to improve practice
rather than toproduce knowledge.[2]
Nama PTK sudah menunjuk pada isinya yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan
penelitian yang dilaksanakan di kelas. Ada tiga pengertian yang dapat diterangkan:
1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati sebuah objek dengan menggunakan
cara tertentu dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi dalam
peningkatan mutu suatu hal yang diminati.
2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat dalam ruang kelas tetapipembelajaran yang lebih spesifik
yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.[3]
PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan,dan PTK dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, dsn memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah
dilakukan.[4]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan kelas merupakan suatu bentuk dari penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan bersama dikelas secara profesional.

B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan
mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah
berdampak kurang baik terhadap proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi
sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan tersebut, yang
besar kemungkian masih tergambarkan secara kabur, guru kemudian menetapkan fokus
permasalahan secara lebih tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan
secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan.
Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru” , menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dipahami langsung
dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesinalisme guru,
dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus mengingat
masyarakat berkembang secara cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan proses
pembelajaran.
4. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode
baru,mempertajamkekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
5. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
6. Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan
mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
8. Menubuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan
prosespembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.[5]
Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta yang juga dapat
dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah
terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh guru selama proses penelitian tindakan kelas
dilakukan. Ini dapat terjadi karena tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan
peningkatan layanan pembelajaran.
Artinya, dengan penelitian tindakan kelas itu guru sekaligus banyak berlatih mengaplikasikan
berbagai tindakan alternatif yang telah dipilihnya sebagai upaya untuk meningkatkan layanan
pembelajaran. Di sini guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan
praktik pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang
dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996) menegaskan bahwa tujuan
utama penelifian tindakan adalah untuk pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada
persoalan-persoalan pembelajaranyang dihadapi guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan
untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.[6]
McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan.
Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan
utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam
menangani proses belajara mengajar, bagaimana tujuan ituudapat di capai ? Tujuan itu dapat
dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan berbagai persoalan
pembelajaran. Oleh karena itu, fokus penelitian penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-
tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya
dievaluasi.
Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah:
1. terjadinya proses latihan dalan jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
2. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan
pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.[7]

C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang harus
menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru dan skolah. Tiga komponen itulah
yang akan menerima manfaat dari PTK.
1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik
strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga
kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi dapat
segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan hasil belajar siswa
diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan haisl belajar
siswa. Kuduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk
melakukan PTK.
2. Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan
menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara
professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin
melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif
c. Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari
orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut,
sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan
evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan
kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan
mengembangkan alternative masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran.
Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.[8]
3. Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan
kinerjanya secara professional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Sekolah tidak akan
berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan
PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja
sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena meningkatkan kualitas
pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan
yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas
program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian
Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas
secara berkesinambungan.
Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanaan penelitian tindakan kelas itu
terkait komponen pembelajaran antara lain:
1. Inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas.
3. Peningkatan profesionalisme guru.[9]
Dari beberapa penjelasan diatas, maka adapun manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Secara
umum, yaitu :
1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan
artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan
dimuat di jurnal ilmiah.
2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah
di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karir guru.
3. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah
atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan
meningkatkan mutu pembelajaran.
4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat
dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan
kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil
belajar siswa pun dapat meningkatkan.
6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman,
menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang
digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK berbeda dengan penelitian formal, pada umumnya PTK memilki karateristik sebagi berikut:
1. Fokus peneliti Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk menangani suatu problematika actual pada
setting pendidikan. Dengan demikian,para peneliti penelitian tindakan mengkaji isu-isu praktis yang
akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan.
Isu-isu ini dapat merupakan masalah dari seorang guru di dalam kelas atau sebuah problematika
yang melibatkan banyak pendidik dalam gedung lembaga pendidikan.Ini biasa merupakan suatu
kebutuhan bagi suatu isu antara sekolah dan masyarakat, sebuah isu dengan suatu kebijakan
sekolah atau stuktur yang menghambat kebebasan individu dan tindakan, atau suatu urusan
individu di kota-kota kecil dan kota-kota besar. Para peneltian tindakan tidak melakasanakan benuk
penelitian ini untuk memajukan pengetahuan untuk kepentingan ilmu pengetahuan akan tetapi untuk
memecahkan suatu problem tersebut sifatnya terapan.
2. Pendidik- Peneliti memiliki kegiatan Praktis
Dalam hal ini para peneliti tindakan terjun ke dalam penelitian partisipatori atau penelitian self
reflektif di mana mereka mengalihkan pendangan pengamatan mereka pada ruang kelas, sekolah ,
atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri. Karena mereka mengkaji situasi mereka sendiri,
mereka merefleksikan tentang apa yang telah mereka pelajari suatu bentuk pengembangan diri
serta apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki praktik-praktik pendidikan mereka. Dalam
refleksi ini para peneliti tindakan menimbang solusi yang berbeda-beda pada problema mereka dan
belajar dari menguji ide. Penelitian tindakan yang demikian telah disebut “suatu self refleksi spiral”.
3. Kolaborasi
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra deng pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi
dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan
untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolabborasi dalam pelaksanaanny, seperti antara guru
dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah,guru dengan dosen ataupun guru dengn
pengawas.[10]
4. Suatu proses yang dinamis
Para peneliti PTK yang terjun ke dalam suatu proses yang dinamis meliputi pengulangan kegiatan,
seperti suatu ”spiral” dari beberapa kegiatan. Ide penting ialah bahwa peneliti “spiral” kembali maju
mundur diantara refleksi atau merenungkan suatu problema, pengumpulan data, dan tindakan suatu
team school-based, misalnya biasa mencoba beberapa tindakan setelah merefleksikan atau
merenungkan waktu yang paling baik bagi sekolah menengah atas untuk memulai.
5. Suatu rencana Tindakan
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi suatu rencana tindakan. Pada bebrapa poin di dalam
proses kegiatan penelitian tersebut,peneliti PTK merumuskan suatu rencana tindakan untuk
merespon terhadap problema. Perencanaan ini mungkin penting karena penyajian data terhadap
penyandang dana,membangun suatu program sebagai pilot proyek atau sebagai perintis,
menyediakan beberapa program yang sifatnya berkompetensi, atau mengimplementasikan suatu
agenda penelitian yang sedang berjalan untuk menyelidiki praktik kegiatan yang baru. Ini bias
merupakan suatu perencanaan tertulis, formal atau diskusi-diskusi informal tentang bagaimana
menjalankan, dan ini mungkin melibatkan beberapa orang individu atau melibatkan seluruh
komunitas.
6. Penelitian Bersama
Tidak seperti penelitian tradisional bahwa para investigator melaporkan dan diplubikasikan dalam
juranl dan buku-buku para peneliti PTK melaporakn hasil kegiatan penelitian mereka kepada para
pendidi, yang selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009), sedikitnya ada dua hal yang menjadi karakteristik umum PTS.
Pertama, masalah yang diangkat untuk dipecahkan, harus berangkat dari praktik pendidikan nyata
di sekolah tersebut. Kedua, Kepala Sekolah atau pengawas dapat meminta bantuan orang lain
untuk mengenal serta mengelaborasi masalah yang akan dijadikan topik penelitian.[11]
E. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum ada 4 prinsip kunci penelitian tindakan kelas,yaitu:
1. Kritik Reflektif, yaitu suatu perhitungan situasi,seperti catatan atau dokumen
pejabat,digunakan untukmembuat tuntutan tersembunyi menjadi lebih baik.
2. Kritik Dialektika, digunakan untuk memahami antara fenomena dan konteksnya.
3. Sumber Daya Kolaboratif, prinsip ini mempersyaratkan bahwa setiap gagasan seseorang
sama penting dengan sumber daya potensial.
4. Ambil Resiko, proses perubahan mengancam semua cara yang telah ditetapkan
sebelumnya,maka diperlukan kejelian untuk mengambil resiko.[12]
Sedangkan Menurut Hopkins ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
1. PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas. Pekerjaan utama seorang guru
adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogyanya tidak
berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada tiga kunci utama yang harus diperhatikan,
pertama guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya
dalam menemukan jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil yang kurang maksimal.
Kedua interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara
keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus berdasarkan pada tahap perancangan
bukan pada kejenuhan informasi.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru
sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus
menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia
tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
3. Metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel), sehingga guru dapat
mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada dasarnya,
penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun penerapan asas-asas dasar
telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan.
4. Peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan. Jadi masalah penelitian
diusahakan berupa masalah yang merisaukan dan bertitik tolak dari tanggung jawab profesionalnya,
hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki komitmen terhadap pengembangan profesinya.
5. Konsisten dengan prosedur dan etika. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan kelas, guru
harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada
rekan-rekan serta dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
6. Menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Meskipun kelas merupakan
cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian sejauh mungkin harus
menggunakan wawasan yang lebih luas dari tindakan perspektif, tidak dilihat terbatas dalam konteks
kelas atau pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.[13]
Dalam melakukan penelitian ada beberapa hal yang tidak boleh dilupaka,yang mena menurut Nana
Syaodih itu sangat pokok, yaitu:
1. Objektivitas
2. Ketepatan
3. Verifikasi
4. Penjelasan ringkas
5. Empiris
6. Penalaran logis
7. Kesimpulan kondisional
8. Langkah- langkah penelitian
9. Identifikasimasalah
10. Merumuskan dan membatasi masalah
11. Melakukan studi kepustakaan
12. Merumuskan hipotesis
13. Menentukan desain dan metode penelitian
14. Menyusun instrumen dan mengumpulkan data
15. Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan rekomendasi.[14]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan kelas merupakan suatu bentuk dari penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran yang dilakukan bersama dikelas secara profesional.
McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan.
Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan
utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam
menangani proses belajara mengajar, bagaimana tujuan ituudapat di capai ? Tujuan itu dapat
dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan berbagai persoalan
pembelajaran. Oleh karena itu, fokus penelitian penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-
tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya
dievaluasi.

Tiga komponen yang akan menerima manfaat dari PTK.


1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
2. Manfaat bagi guru
3. Manfaat bagi sekolah

Menurut Hopkins ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
1. PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru.
3. Metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel).
4. Peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan.
5. Konsisten dengan prosedur dan etika.
6. Menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. YRAMA WIDYA, 2006
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2011
As’adie, Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press, 2009
Daryanto. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-Contohnya.
Yogyakarta: Gava Media, 2011
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo,2011
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Mulyasa. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2011
Sukidin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia, 2010
Syaodih,Nana. Metodepenelitian Pndidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009
[1] Basuki As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas, (Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press, 2009), hal. 2
[2] Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana,2011), hal.25
[3] Basuki As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas, (Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press, 2009), hal. 3
[4] Sukidin dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Insan Cendekia, 2010), hal. 16
[5] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal.63
[6] Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal 106
[7] E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal 90
[8] Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta contoh-
contohnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6
[9] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. YRAMA WIDYA, 2006) hlm. 18
[10] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal.61-62
[11] E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal 12
[12] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif,(Jakarta: Raja Grafindo,2011),
hal.237
[13] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. YRAMA WIDYA, 2006) hlm. 17
[14] Nana Syaodih, Metodepenelitian Pndidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), hal.7-
11

Anda mungkin juga menyukai