Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TUTORIAL 1

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH :

NAMA : ASNUR ODE

NIM : 859742858

UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN S1 PGSD

2022
1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas :
A. Pengertian PTK
Bertitik tolak dari uraian di atas, penelitian tindakan kelas merupakan satu penelitian
pula, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti.
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu satu
Action Research yang dilakukan di kelas. Agar Anda memiliki pengertian yang mantap
tentang PTK, mari kita bahas makna PTK dari segi semantik (arti kata). Action research,
sesuai dengan arti katanya, ditersjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr &
Kemmis (McNiff, 1991, p.2) didefinisikan sebagai berikut.
Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teachers,
students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to
improve the rationality and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their
understanding of these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the
practices are carried out.
Jika kita cermati pengertian tersebut secara saksama, kita akan menemukan sejumlah
ide pokok, bahwa penelitian tindakan kelas :
1) Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui
refleksi diri.
2) Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti
guru, siswa, atau kepala sekolah.
3) Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
4) Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan kepantasan dari
praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat
praktik tersebut dilaksanakan.
Dari keempat ide pokok tersebut dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan
merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode
utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan
perbaikan dalam berbagai aspek.
Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000) mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai ”systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau
konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang
dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan
”reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk
memperbaiki hasil belajar siswa. Dengan berbekalkan pengertian ini, kita dapat mengkaji
pengertian penelitian tindakan kelas (PTK). Coba Anda simak pengertian berikut ini, yang
diadaptasi dari pengertian tersebut.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Dari pengertian di atas kita dapat menemukan karakteristik PTK, yang membedakannya
dengan jenis penelitian lain.
1) Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa
praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu
diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu
diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan
tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan
oleh orang dari luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang
dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal
ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditengarai
(ditandai) oleh peneliti yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai
masalah tersebut. Sebagai contoh guru merasa risau karena hasil latihan menunjukkan
hanya 40% dari jumlah siswa yang menguasai penggunaan rumus matematika yang
sudah dijelaskan berkali-kali, sehingga guru ingin meneliti apa sebabnya dan kemudian
bagaimana cara memperbaikinya. Atau seorang guru mungkin menghadapi berbagai
masalah dalam pembelajaran seperti pertanyaan guru yang tidak pernah terjawab oleh
siswa, pekerjaan rumah yang tidak pernah diselesaikan oleh siswa, atau sekelompok
siswa yang selalu berusaha menentang perintah guru. Semua masalah ini merupakan
masalah nyata yang dihadapi oleh guru, yang mendorong guru untuk melakukan
penelitian di kelasnya. Memang ada kalanya guru perlu dibantu oleh orang luar untuk
mengungkapkan masalah yang dihadapinya, namun masalah tersebut memang benar-
benar merupakan masalah yang dihadapi guru.
2) Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling
esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau
objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru
mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba
mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan
tersebut bagi siswa, dan kemudian yang terpenting guru mencoba memikirkan mengapa
dampaknya seperti itu. Seperti dikatakan oleh Schmuck (1997), kita seperti melihat ke
dalam cermin tentang berbagai tindakan yang sudah kita lakukan, dan barangkali
harapan kita terhadap tindakan tersebut. Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba
menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan kemudian
mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan
yang dianggap sudah baik. Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktik sendiri,
bukan dari sumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang terlibat dalam
kegiatan praktik, sehingga dalam hal ini guru mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai
guru dan sebagai peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar, namun data
dikumpulkan secara sistematik, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan rencana
yang dibuat. Sebagai contoh, guru yang menghadapi masalah dengan tingkat
penguasaan siswa yang rendah dalam menerapkan rumus matematika mencoba
melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dikerjakannya. Untuk melakukan refleksi,
guru berusaha bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan
berikut.
a. Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
b. Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
c. Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
d. Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
e. Apakah hasil latihan siswa sudah saya komentari?
f. Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang
dihadapi. Berdasarkan penyebab tersebut, guru akan mencoba mencari jalan keluar
untuk memperbaiki/meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja guru dapat
meminta bantuan koleganya atau dosen LPTK untuk menemukan cara memecahkan
masalah yang dihadapi.
3) Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah
kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
4) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan
dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan.
Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola:
perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksirevisi (perencanaan ulang). Ini tentu
berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang
berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang
berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik.
Dengan menyimak ciri-ciri di atas, Anda tentu dapat membedakan antara penelitian
biasa dengan PTK, dan sekaligus dapat menetapkan untuk apa dan di mana PTK diterapkan.
Kunci utama dalam PTK adalah adanya tindakan (action) yang dilakukan berulang-ulang
dalam rangka mencapai perbaikan yang diinginkan. Tindakan atau action ini dilakukan oleh
orang yang terlibat langsung dalam bidang yang diperbaiki tersebut, dalam hal ini para guru.
Tentu saja para guru dapat meminta bantuan orang lain dalam merencanakan dan
melaksanakan perbaikan tersebut. Misalnya, seorang dosen LPTK dapat saja membantu
guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, dosen LPTK
berkolaborasi dengan guru untuk memperbaiki kualitas belajar siswa, sehingga dari PTK
tersebut dapat dihasilkan satu model pembelajaran yang dianggap efektif.
C. PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENELITIAN KELAS
Penelitian tindakan kelas (PTK) tentu berbeda dari penelitian kelas (classroom
research). Yang jelas, PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena memang
penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas. Namun penelitian kelas yang dapat didefinisikan
sebagai penelitian yang dilakukan di dalam kelas, mencakup tidak hanya PTK, tetapi juga
berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian kelas yang terkenal adalah
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara Flanders, yang mengamati proporsi
berbicara antara guru dan siswa. Hasil-hasilnya mungkin sudah pernah Anda baca, yang
masih menemukan bahwa guru selalu mendominasi pembicaraan di kelas. Jelas dalam
penelitian kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian dilakukan oleh
orang luar yang mengumpulkan data dengan cara mengamati guru mengajar. Contoh
penelitian kelas yang lain misalnya penelitian mengenai keefektifan salah satu metode
mengajar. Dalam hal ini, guru diminta menggunakan metode mengajar tertentu dengan cara
mengikuti disain atau rancangan yang telah ditetapkan. Peneliti akan mengumpulkan data
dari observasi kelas, wawancara dengan guru dan siswa, dan barangkali juga memberikan
angket. Guru berperan sebagai subjek penelitian, sedangkan penelitinya sendiri mungkin
berasal dari lembaga lain, misalnya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
atau Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Perilaku guru yang dipersyaratkan oleh
peneliti harus dipertahankan oleh guru selama penelitian ini berlangsung. Hasil penelitian ini
mungkin juga akan disampaikan kepada sekolah, tetapi tindak lanjutnya barangkali masih
menjadi tanda tanya. Demikian pula dampak yang ditimbulkan pada guru yang menjadi
subjek penelitian tidak dapat diketahui, apakah setelah penelitian selesai guru masih
menggunakan perilaku yang ditunjukkan selama penelitian atau dilupakan saja setelah
penelitian selesai. Pengalaman menunjukkan bahwa sering kali guru kembali kepada perilaku
yang biasa ditunjukkannya sebelum dijadikan subjek penelitian. Salah satu penyebab dari
kondisi ini adalah tidak akrabnya guru dengan masalah penelitian yang dirumuskan oleh para
peneliti sehingga guru merasa tugasnya telah selesai jika perilaku yang diminta oleh peneliti
telah tuntas didemonstrasikan. Rasa memiliki masalah penelitian mungkin belum kental pada
diri guru karena terasa ada jarak antara peneliti dengan guru.
D. MENGAPA PTK PERLU DILAKUKAN OLEH GURU?
Anggapan bahwa hasil-hasil penelitian pendidikan dapat dimanfaatkan oleh guru
ternyata tidak seluruhnya benar, seperti yang diungkapkan oleh Raka Joni, Kardiawarman, &
Hadisubroto (1998). Penelitian pendidikan pada umumnya dilakukan oleh para pakar atau
peneliti dari LPTK, sehingga masalah yang diteliti sering kurang dihayati oleh guru, meskipun
penelitian tersebut dilakukan di kelas. Sebagai akibatnya, guru yang menjadi objek kajian
tidak terlibat dalam pembentukan pengetahuan. Di samping itu, penyebarluasan hasil
penelitian ke kalangan praktisi di lapangan memakan waktu yang cukup lama karena
publikasi melalui jurnal ilmiah sering memerlukan waktu sekitar tiga tahun. Kalaupun hasil
tersebut sampai ke tangan guru, untuk mencobakannya masih diperlukan proses yang
panjang lagi.
Selanjutnya, pertanyaan: mengapa guru yang harus melakukan PTK, menurut Hopkins
(1993) berkaitan dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik di kelas, kontrol sosial
terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Dari segi profesionalisme, penelitian
kelas yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang
profesional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai
tanda (hallmark) dari pekerjaan guru yang profesional. Dari sisi ini ada dua argumentasi yang
dapat dikemukakan (Hopkins, 1993, hal. 34-42).
Pertama, guru yang baik perlu mempunyai otonomi dalam melakukan penilaian
profesional, sehingga sesungguhnya, ia tidak perlu diberitahu apa yang harus dia kerjakan.
Ini tidak berarti bahwa ia tidak dapat menerima masukan atau saran dari luar. Saran atau
masukan tersebut tetap penting, tetapi gurulah yang menentukan (memberikan professional
judgement) atau yang paling tahu apakah masukan/saran tersebut sesuai dengan kelas yang
dihadapinya.
Kedua, ketidaktepatan paradigma penelitian tradisional dalam membantu guru
memperbaiki kinerjanya dalam mengajar. Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dari
penelitian tradisional adalah temuan-temuannya yang sangat sulit diterapkan dalam praktik
pembelajaran di kelas. Sebagaimana dikemukakan oleh Athur Bolster yang dikutip oleh
Hopkins (1993), pengaruh penelitian tentang mengajar terhadap praktik pembelajaran sangat
kecil karena asumsi atau titik tolak tentang mengajar yang digunakan para peneliti berbeda
dengan asumsi atau titik tolak yang digunakan para guru. Sebagai akibatnya, kesimpulan
resmi yang dihasilkan oleh berbagai penelitian tersebut kurang relevan dengan kebutuhan
para guru yang mengajar di kelas. Misalnya para peneliti ingin meneliti keefektifan salah satu
metode mengajar. Ia berasumsi bahwa metode tersebut dapat digunakan guru secara
terisolasi tanpa memperhatikan aspek lainnya. Padahal, dalam praktiknya, guru tidak pernah
menggunakan metode itu secara terisolasi dan selalu menyesuaikannya dengan kondisi
kelas. Tentu saja kesimpulan yang dihasilkan oleh penelitian tersebut tidak sepenuhnya
sesuai jika diterapkan.
Dilihat dari sisi praktik pembelajaran di kelas, gurulah yang paling banyak pengalaman.
Guru yang paling tahu, kapan sesuatu harus dimunculkan dan kapan harus dicegah. Apa
yang diamati oleh para peneliti luar ketika mereka datang ke kelas mungkin hanya merupakan
kejadian sesaat yang berakar dari berbagai kondisi sebelumnya, yang tidak mungkin diamati
oleh para peneliti. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri akan
lebih bermakna karena guru dapat menghubungkan hasil pengamatan tersebut dengan
berbagai kondisi sebelumnya, serta terkait dengan kebutuhan guru itu sendiri.
Dari segi praktik di kelas, sekali lagi perlu ditekankan, orang yang paling tahu tentang
segala sesuatu yang terjadi di kelas adalah guru. Ia tahu dan paham kondisi setiap siswa
yang ada di kelas; oleh karena itu, sebagaimana yang diungkapkan di atas, pengamatan
seorang guru terhadap perilaku yang dimunculkan oleh seorang siswa barangkali punya
makna yang berbeda dibandingkan dengan pengamatan seorang peneliti. Selanjutnya,
interaksi guru-siswa yang menghasilkan pembelajaran yang efektif tidak didasarkan pada
perilaku mengajar yang standar, tetapi pada perilaku mengajar yang unik yang didasarkan
pada berbagai situasi dan kondisi, terutama karakteristik siswa. Guru tidak dapat melayani
semua siswa dengan cara yang sama karena setiap siswa mempunyai keunikan sendiri-
sendiri, dan gurulah yang paling tahu tentang keunikan ini. Dengan perkataan lain, guru dapat
memperkirakan/menafsirkan secara lebih tepat respons yang diberikan oleh siswa karena
guru paham benar akan keunikan siswa tersebut. Misalnya, Udin yang merupakan juara
kelas, tiba-tiba memberikan jawaban yang mengagetkan ketika ditanya pendapatnya tentang
bahaya polusi udara yang baru saja didemonstrasikan di depan kelas. Peneliti akan
menganggap jawaban tersebut sebagai tanda ketidakmengertian, tetapi guru yang tahu
benar kondisi Udin akan menganggap jawaban tersebut sebagai suatu ide baru yang sering
dimunculkan oleh Udin.
Faktor lain yang juga ikut memperkuat alasan perlunya guru melakukan PTK adalah
keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya dan mungkin di
tingkat yang lebih luas, sehingga ia perlu mampu melakukan reviu terhadap kinerjanya
sendiri, untuk selanjutnya dapat dipakai sebagai masukan dalam reviu kinerja sekolah.
Kegiatan menilai daya serap, reviu muatan kurikulum, atau reviu teknik pembelajaran yang
efektif memerlukan keterampilan untuk melaksanakan PTK. Dengan pengalaman
melaksanakan PTK, guru akan merasa lebih mantap berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
inovatif.
2. Manfaat PTK bagi guru yaitu sebagai berikut.
a. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran.
b. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara professional.
c. PTK membuat guru lebih percaya diri.
d. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan sendiri.
3. Adapun empat tahap pelaksanaan PTK dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa (why), dimana
(where), kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian dilakukan. Penelitian tindakan kelas
sebaiknya dilakukan secara kolaboratif, sehingga menghindarkan unsur subjektivitas. Di
dalam penelitian tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada
saat peneliti menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya
menyelesaikan masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan sejawat untuk menilai
kegiatan tersebut. Di dalam tahap perencanaan, peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-
persiapan pelaksanaan penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen
pengamatan (observasi).
2. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan
perencanaan tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus
mentaati perencanaan yang telah disusun. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah
pembelajaran harus berjalan seperti biasanya, tidak boleh kaku dan terkesan dibuat-buat.
Kolaborator disarankan untuk melakukan pengamatan secara objektif sesuai kondisi
pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan
kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan
belajar peserta didk dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta
didik dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan
pembelajaran, Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana
(peneliti) dapat meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator
untuk melakukan pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran
berdasarkan instrumen yang telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan dari kolaborator
nantinya akan bermanfaat atau akan digunakan peneliti sebagai bahan refleksi untuk
perbaikan pembelajaran berikutnya.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan
pengamatan terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa
diskusi hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti).
Tahap ini merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator
mengungkapkan hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan
dengan baik pada saat peneliti mengelola proses pembelajaran. Hasil refleksi dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang siklus berikutnya. Sehingga pada
intinya, refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan,
dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus berikutnya.
4. Identifikasi masalah :
1) Mengapa hasil belajar mata pelajaran matematika masih rendah?
2) Mengapa hasil belajar matematika khususnya tentang aspek bangun ruang sangat rendah?
3) Apakah karena materi tersebut terlalu sukar untuk tingkatan siswa sekolah dasar?
4) Apakah alokasi waktu yang tersedia untuk aspek bangun ruang terlalu sedikit?
5) Apakah dikarenakan tidak tepatnya penanaman konsep dasar tentang bangun ruang?
6) Apakah karena minimalnya alat yang digunakan untuk pembelajaran aspek bangun ruang?
7) Apakah dikarenakan belum optimalnya penggunaan alat peraga bangun ruang?
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar mata pelajaran matematika masih
rendah. Tidak mungkin semua faktor penyebab rendahnya hasil belajar dapat diteliti dalam satu
buah penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti hanya akan meneliti rendahnya
hasil belajar mata pelajaran matematika bagi siswa.
Dari sekian banyak alat peraga yang ada, peneliti hanya memanfaatkan alat peraga
yang berkaitan dengan aspek bangun ruang. Lebih khusus lagi adalah alat peraga untuk
menjelaskan materi tentang jaring-jaring kubus dan balok. Alat peraga yang digunakan adalah
alat peraga yang mudah didapatkan dan murah harganya. Alat peraga yang dimaksud adalah
barang bekas seperti kardus bekas bungkus pasta gigi, kardus bekas bungkus kapur tulis, dan
kardus bekas lainnya yang berbentuk kubus dan balok.
Dengan memanfaatkan alat peraga barang bekas dalam pembelajaran Matematika
jaring-jaring kubus dan balok, maka hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dari hasil tes akhir siklus I yang lebih tinggi dari hasil tes pada kondisi awal, dan nilai tes
akhir siklus II dari pada nilai tes akhir siklus I. Setelah mengetahui bahwa penggunaan alat peraga
barang bekas dalam proses belajar matematika ternyata dapat meningkatkan hasil belajar, maka
siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika.
MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MODUL 1-3

OLEH :

NAMA : ASNUR ODE

NIM : 859742858

UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN S1 PGSD

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah penelitian tindakan kelas modul 1-3 tepat pada waktunya. Makalah ini saya
susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas pada jurusan S1
PGSD. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini terutama kepada tutor mata kuliah PTK yang selalu
memberi bimbingan kepada kita semua. Saya sadar bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Oleh karena itu , saran dan kritik yang membangun dari pembaca pada umumnya
sangatlah saya nantikan guna menyempurnakan makalah ini, dan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Amin.

Walengkabola, 27 Oktober 2022

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui
beberapa upaya, yaitu antara lain melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan
kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar
yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru.
Keberhasilan seorang guru bukan diukur hanya rutinitas kehadirannya saja tetapi
bagaimana dia bisa mendinamisasi, memdorong, merangsang, menantang para
siswanya untuk maju secara dinamis dan progresif yang akhirnya mencapai target
pembelajaran. Namun pada perjalanan untuk menuju target pembelajaran yang
bagus terdapat masalah yang muncul, oleh karena itu guru harus menemukan
solusi penyelesaian masalah melalui langkah-langkah penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian tindakan merupakan alternatif
pengembangan dan perbaikan praktek pendidikan yang tidak hanya berbasis
akademis, yaitu guru menerapkan temuan para pakar, sehingga kerja guru seperti
dinilai berdasarkan criteria teori-teori yang diambil dari filsafat, psikologi dan
sosiologi. Pada penelitian tindakan kinerja guru diukur melalui kriteria kegitan
praktek sehari-hari dalam pendidikan. Pengembangan pendidikan dengan basis
penelitian akademik hanya menetapkan guru sebagai objek pengembangan
pendidikan, sehingga kurang memberi peran pada guru untuk memperbaiki praktek
pendidikannya sendiri. Pengembangan model ini sering mengakibatkan guru hanya
sebagai pelaksana tanpa mengetahui secara prsis apa yang mendasari kegiatan
perbaikan itu, apa yang ingin dicapai dari kegiatan itu. Salah satu usaha agar mutu
pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan adalah dengan memperbaiki proses belajar di
dalam maupun di luar kelas. Proses belajar mengajar ini dapat diperbaiki salah satunya
adalah dengan cara mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas?
2. Bagaimana karakteristik Penelitian Tindakan Kelas?
3. Apa saja manfaat dan keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas bagi guru?
4. Apa saja langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Penelitian Tindakan
Kelas?
5. Bagaimana langkah-langkah untuk menemukan dan merumuskan masalah?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembahasan pada makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian Penelitian Tindakan Kelas.
2. Untuk mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas.
3. Untuk mengetahui manfaat dan keterbatasan Penelitian Tindakan Kelas bagi
guru.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Penelitian
Tindakan Kelas.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah untuk menemukan dan merumuskan
masalah.
BAB II

PEMBAHASAN

MODUL 1 : HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Kegiatan Belajar 1 : Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sehingga hasil belajar siswa meningkat. Karakteristik PTK adalah sebagai berikut.
1) An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan
kinerjanya).
2) Self-reflective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi
tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian).
3) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4) Tujuannya: memperbaiki pembelajaran.
Dari karakteristik tersebut dapat dibandingkan ciri-ciri PTK dengan penelitian
kelas dan penelitian formal. Guru dianggap paling tepat melakukan PTK karena :
1) Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya.
2) Temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk memperbaiki
pembelajaran.
3) Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya.
4) Interaksi guru-siswa berlangsung secara unik.
5) Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan
mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian di kelasnya.

Kegiatan Belajar 2 : Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan


Kelas

PTK bermanfaat bagi guru, pembelajaran/siswa, serta bagi sekolah. Manfaat


PTK bagi guru adalah sebagai berikut.
1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
2) Membantu guru berkembang secara profesional.
3) Meningkatkan rasa percaya diri guru.
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses/hasil
belajar siswa, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para
siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu
sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan
pendidikan di sekolah tersebut.
Di samping manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu validitasnya yang
sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin melakukan generalisasi karena
sampelnya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK
memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga.
Kondisi tersebut antara lain dukungan dari semua personil di sekolah, iklim yang terbuka
yang memberikan kebebasan kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi,
dan saling mempercayai di antara personil sekolah, dan juga saling percaya antara guru
dan siswa. Birokrasi yang terlampau ketat merupakan hambatan bagi PTK.

MODUL 2 : LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Kegiatan Belajar 1 : Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari :
1) Merencanakan perbaikan
2) Melaksanakan tindakan
3) Mengamati, dan
4) Melakukan refleksi.

Untuk merencanakan perbaikan terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi


masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola.
Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi
dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan
masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian
dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari/
mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil
penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali
pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan
cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru,
kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja
di sekolah.
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran
dan skenario tindakan termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat
pendukung/sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan
menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
Dalam melaksanakan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi dilakukan
secara simultan. Aktor utama adalah guru, namun guru dapat dibantu oleh alat perekam
data atau teman sejawat sebagai pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan
kaidah PTK, perlu diterapkan enam kriteria berikut.
1) Metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
2) Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu guru terlampau banyak.
3) Metodologi harus reliabel (handal) hingga guru dapat menerapkan strategi yang
sesuai dengan situasi kelasnya.
4) Masalah yang ditangani guru harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya.
5) Guru harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya.
6) PTK harus mendapat dukungan dari masyarakat sekolah.

Kegiatan Belajar 2 : Pengumpulan dan Analisis Data, Serta Tindak Lanjut

Pengumpulan data dalam PTK dapat dilakukan dengan berbagai teknik seperti:
observasi, catatan harian, rekaman, angket, wawancara, serta analisis dokumen hasil
belajar siswa. Tahap observasi dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan perbaikan. Selain untuk menginterpretasikan peristiwa yang
muncul sebelum direkam, interpretasi juga membantu guru melakukan penyesuaian.
Observasi yang efektif berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu :
1) Harus ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat
2) Fokus observasi harus ditetapkan bersama
3) Guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama
4) Pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi
5) Observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan mengikuti berbagai
aturan.
Ada empat jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, observasi
terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi yang bertujuan
memantau proses dan dampak perbaikan dilakukan dengan mengikuti tiga langkah yang
merupakan satu siklus yang selalu berulang, yaitu: pertemuan pendahuluan
(perencanaan), pelaksanaan observasi, dan diskusi balikan. Agar ketiga tahap ini
berlangsung efektif, hubungan guru dan pengamat harus didasari saling mempercayai,
fokus kegiatan adalah perbaikan, proses tergantung dari pengumpulan dan pemanfaatan
data yang objektif, guru didorong untuk mengambil kesimpulan, setiap tahap observasi
merupakan proses yang berkesinambungan, serta guru dan pengamat terlibat dalam
perkembangan profesional yang saling menguntungkan.
Selain melalui observasi, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan
melalui catatan/laporan harian guru, catatan harian siswa, wawancara (antara guru dan
siswa, pengamat dan siswa, serta pengamat dan guru), angket, dan telaah berbagai
dokumen.
Analisis data dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data,
memaparkan atau mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel, dan/atau grafik,
serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan hasil analisis dilakukan
refleksi, yaitu renungan atau mengingat kembali apa yang sudah berhasil dikerjakan,
mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan perencanaan tindak
lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama, atau baru sama sekali.

MODUL 3 : MERANCANG PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Kegiatan Belajar 1 : Langkah-Langkah Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas

Menemukan masalah pembelajaran merupakan langkah awal dalam Penelitian


Tindakan Kelas ( PTK ). Masalah yang ada dalam pembelajaran sangat beragam seperti
masalah yang berkaitan dengan strategi pembelajaran, hasil belajar siswa, sarana dan
fasilitas pembelajaran, atau kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebagai seorang
guru kita harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap masalah-masalah yang
berkaitan dengan pembelajaran tersebut yang menjadi tanggungjawab kita sebagai guru.

A. Langkah-Langkah untuk Menemukan dan Merumuskan Masalah

1) Identifikasi Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti melakukan refleksi untuk mendiagnosis pembelajaran yang kita kelola.
Diagnosis dilakukan secara kontinyu dari proses ke proses, melihat hasil belajar
siswa atau melakukan diskusi dengan teman sejawat atau kalau perlu dengan
kepala sekolah. Jika masalah sudah ditemukan, kita dapat menggunakan kriteria
berikut untuk menguji apakah masalah yang kita temukan layak diatasi dengan
PTK ( Abimanyu, Tim Pelatih proyek PGSM, 1999 ). a. Jangan memilih masalah
yang tidak Anda kuasai. b. Ambillah topik yang skalanya kecil dan relativ terbatas.
c. Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi kita dan siswa. d. Kaitkan
masalah PTK dengan prioritas rencana pengembangan sekolah.
2) Menganalisis masalah
Masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran tentu harus segera kita
selesaikan agar tidak berlarut-larut. Namun sebelum kita menyelesaikannya
terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi penyebab masalah tersebut.
Tanpa menemukan akar penyebab yang benar, kita tidak mungkin dapat
mengatasinya secara tepat. Analisis masalah dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu:
a. Merenungkan kembali masalah tersebut dengan melakukan
introspeksi/refleksi melalui pertanyaan yang diajukan pada diri sendiri
mengapa masalah tersebut sampai terjadi.
b. Bertanya kepada siswa melalui angket maupun wawancara langsung tentang
persepsinya terhadap pembelajaran.
c. Menelaah berbagai dokumen seperti pekerjaan rumah siswa, soal-soal
ulangan, serta hasil ulangan atau latihan siswa. Analisis berakhir jika akar
penyebab masalah sudah ditemukan.. Akar penyebab masalah merupakan
titik tolak dari tindakan perbaikan yang akan dilakukan oleh guru. Jika
penyebab ini tidak ditemukan secara tepat, maka tindakan perbaikanpun tidak
akan berhasil.
3) Merumuskan Masalah
Setelah melakukan analisis masalah dan menemukan penyebab masalah,
kita harus merumuskan masalah pembelajaran yang kita hadapi dalam bentuk
masalah penelitian yang dapat dipecahkan dengan kegiatan PTK. Rumusan
masalah yang dibuat haruslah dibuat dalam bentuk kalimat tanya dan aspek yang
akan diperbaiki serta upaya memperbaikinya.
B. Mengembangkan Alternatif Tindakan
Sebelum menyusun alternatif tindakan, kita harus membuat hipotesis atau jawaban
sementara. Ada 3 hal yang harus diingat ketika mengembangkan alternatif tindakan
yakni mengkaji teori atau hasil penelitian masalah terkait, berdiskusi dengan pakar
dibidangnya dan mencoba menangani masalah dengan pengalaman kita sendiri.
Dengan begitu, hipotesis kita tidak asal jadi tetapi melalui kajian dan pertimbangan.
Disamping itu harus terukur (measurable) dan dapat dilaksanakan (applicable).

Kegiatan Belajar 2 : Rencana dan Proposal Penelitian Tindakan Kelas


Rencana Perbaikan Pembelajaran (RP) dibuat dengan menggunakan format
yang hampir sama dengan format Rencana Pembelajaran (RP). Bedanya, dalam RPP
terdapat tujuan perbaikan, deskripsi kegiatan lebih rinci, pertanyaan, soal, dan kunci
jawaban dicantumkan secara lengkap, sedangkan dalam RP unsur-unsur tersebut tidak
selalu ditulis. Format dapat disesuaikan dengan format yang berlaku di sekolah masing-
masing.
Untuk membuat RPP yang akurat dan dapat diandalkan dalam pelaksanaan,
perlu dilakukan langkah-langkah :
a. Membuat skenario pembelajaran
b. Menyiapkan sarana dan fasilitas pembelajaran
c. Menyusun RPP secara lengkap
d. Mensimulasikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP untuk melihat
kelayakannya, serta
e. Menyempurnakan RPP berdasarkan hasil simulasi.
Prosedur dan alat pengumpul data dtentukan berdasarkan masalah dan tujuan
perbaikan. Jika guru meminta teman sejawat untuk mengobservasi pelaksanaan
perbaikan, lembar observasi harus disepakati terlebih dahulu. Karena data yang
dikumpulkan lebih cenderung kepada data kualitatif, maka prosedur dan alat pengumpul
data dapat berupa observasi dengan menggunakan lembar observasi, wawancara
berdasarkan panduan wawancara, catatan guru, dan refleksi.
Proposal PTK diperlukan jika guru ingin ikut perlombaan PTK atau mendapat
dana untuk melaksanakan PTK yang diusulkan. Format proposal biasanya ditentukan
oleh sponsor/ penyelenggara. Dari segi administratif proposal dapat bervariasi, namun
dari segi substansi ke-PTK-an, pada umumnya sama. Komponen kunci sebuah proposal
PTK adalah sebagai berikut :
a. Judul
b. Bidang Kajian
c. Pendahuluan, yang memuat latar belakang munculnya masalah serta akar penyebab
masalah.
d. Perumusan dan pemecahan masalah, yang terdiri dari :
1) Perumusan masalah
2) Pemecahan masalah
3) Tujuan penelitian, dan
4) Manfaat penelitian.
e. Kajian Pustaka
f. Rencana dan Prosedur Penelitian.
Di samping komponen kunci, juga terdapat komponen pendukung/komponen
administratif, seperti:jadwal penelitian, personalia penelitian, biaya penelitian, dan
lampiran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sehingga hasil belajar siswa meningkat.Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan
dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar di
dalam kelas.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mempelajari serta
memahami materi yang disampaikan serta dapat mengambil manfaat nya. Mengingat
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun
dalam kesempurnaan penyususnan makalah ini sangat kami harapkan sehingga
materi yang disampaikan lebih mendalam dan mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Edisi 2.
Tangerang: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai