Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Critical book report merupakan salah satu usaha untuk memperdalam pengetahuan
mengenai isi buku serta mempertimbangkan suatu buku. Melalui critical book report akan
diperoleh isi ringkas dari suatu buku serta dapat dilihat apa saja kelebihan dan kekurangan
suatu buku. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan ini pembaca mempertimbangkan
penggunaan suatu buku. Dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan ini juga pembaca
bisa mempersiapkan buku lain sebagai tambahan untuk menyempurnakan isi buku.

Buku yang dikritik dalam critical book report ini adalah buku berjudul Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling. Secara keseluruhan sebenarnya buku ini telah
membahas topik PTBK sesuai dengan judulnya. Topik mengenai PTBK ini telah dijelaskan
dengan sangat bagus. Namun untuk sementara penulis menyimpulkan bahwa buku ini
memiliki beberapa kelebihan namun tak luput juga dari beberapa kelemahan, oleh sebab
itulah penulis memilih buku ini untuk dijadikan bahan dalam membuat critical book report.

Berdasarkan alasan-alasan tersebutlah yang mendasari penulis ingin mengupas


tentang buku “Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling” ini hingga tuntas. Melalui
penulisan critical book ini buku “Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling” ini akan
dicari inti sarinya serta penulis juga akan mengulas tentang apa saja kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki buku ini.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan book report ini adalah untuk mencari inti dari buku Peneltian
Tindakan Bimbingan dan Konseling ini. Selain itu penulis membuat critical book report ini
untuk mencari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki buku ini untuk memudahkan pembaca
dalam mempertimbangkan penggunaan buku ini.

Selain itu tujuan dari pembuatan critical book report ini adalah untuk memenuhi
tugas critical book report mata kuliah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling.

1
1.3 Manfaat

Manfaat dari penulisan critical book report ini adalah agar memahami buku Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling ini menjadi lebih mudah dengan adanya ringkasan buku
yang dibuat. Melalui ringkasan yang dibuat diharapkan critical book report ini bisa
membantu pendidik,calon pendidik maupun seluruh pembaca untuk lebih mengerti mengenai
Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling baik secara teori ataupun gagasan penulis
dalam buku ini.

Critical book report ini juga bermanfaat agar pembaca mengetahui kualitas dari buku
ini karena disini penulis akan memberikan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki buku ini.

2
BAB II

Ringkasan Isi buku

BAB 1

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Penelitian tindakan menurut Lewin terdiri analisis konsisten, menemukan fakta-fakta,


konseptualisasi, perencanaan pelaksanaan, pencarian fakta atau evaluasi. Penelitian tindakan
telah dilihat sebagai suatu metode untuk memperbaiki semua bidang kehidupan, yang dengan
sendirinya dianggap sebagai tren yang semakin penting dalam filsafat ilmu sosial dan studi
tentang pendidikan. Saat ini kebutuhan terhadap pelaksanaan PTK berkembang pesat di
semua jenjang pendidikan mulai pendidikan anak sampai dengan pendidikan tinggi, ada
beberapa :

a. Tuntutan Perkembangan Ilmu dan Teknologi Pendidikan

Peran guru BK semakin diperlukan karena siswa sekarang ini menghadapi berbagai
tantangan belajar, dan berbagai persoalan kehidupan siswa yang semakin kompleks mulai
dari berperilaku tidak sopan, membuat onar, pelanggaran tata tertib dijalan, berkelahi,
tawuran, menggunakan narkoba, dll. Keadaan karakter siswa di sekolah dan diluar
sekolah perlu mendapat perhatian serius, oleh karena itu praktetk pelayanan konseling di
sekolah dan luar sekolah harus ditingkatkan.

b. Kondisi Penataran

Kondisi penataran yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan, wawasan,


keterampilan guru BK tentang tugasnya sebagai guru pembimbing. Sebagian penataran
tidak menolong kesulitan dan permasalahan yang dihadapi guru BK pada pelaksanaan
tugasnya. Hal ini dilihat dari keadaan siswa, fasilitas belajar, iklim, dan lingkungan
sekolah.

c. PTBK Merupakan Cara Yang Strategis

Ada beberapa alas an antara lain : Penelitian ini menawarkan cara untuk perbaikan
pembimbingan, PTBK tidak mengganggu Proses Pelayanan Konsleing, PTBK dapat
membuktikan teori yang relevan dengan pembimbingan dan PTBK dapat membantu guru
BK untuk menghayati praktek layanan.

3
PTBK adalah upaya yang dilakukan secara terencana dan sistematis dengan melakukan
refleksi terhadap praktik pelayanan selanjutnya lakukan tindakan perbaikan untuk
peningkatan praktik pelayanan konseling. Ciri-ciri masalah yang layak diteliti melalui
PTBK (1) Berangkat dari masalah guru sehari-hari (2) adanya tindakan. Tujuan PTBK
adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki pratek pelayanan yang seharusnya
dilakukan oleh guru pembimbing. Ada 3 manfaat yang diperoleh jika guru mampu dan
mau melakukan PTBK yaitu : inovasi pebelajaran konseling, pengembangan kurikulum
bimbingan, peningkatan professional guru pembimbing. Petunjuk untuk memulai PTBK
yaitu mulai dari persoalan yang kecil dahulu, rencanakan PTBK secara cermat, susun
jadwal yang realistic, libatkan pihak lain, ciptakan situasi umpan balik, informasikan pada
pihak lain, ciptakan situasi umpan balik, buat jadwal penelitian, dan kriteria keberhasilan.

Ada 4 jenis PTBK :

1. PTBK Diagnostik : penelitian yang dirancang dengan menuntut peneliti kearah suatu
tindakan berupa diagnostic dalam hal ini peneliti memasuki situasi yang terdapat di
dalam latar penelitian Contoh : peneliti berupaya menangani perkelahian,
perselisihan, konflik antar siswa di sekolah.
2. PTBK Partisipan : guru harus trlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal
sampai akhir penelitian.
3. PTBK Empiris : peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan dan mebukukan
apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama tindakan berlangsung.
4. PTBK Eksperimental : Penelitian dilaksanakan dengan berupaya menerapkan
berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan prinsip-prinsip eksperimen.

BAB 2

PERUMUSAN MASALAH

A. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masalah dapat diidentifikasi dan ditemukan berdasarkan pengalaman bimbingan yang lalu
setelah melakukan proses pembimbingan. Untuk dapat menemukan masalah, guru
pembimbing dituntut jujur dengan diri sendiri, melakukan renungan terhadap pembimbingan
selama ini. Langkah untuk menemukan masalah yang layak di PTBK antara lain :

4
1. Amatilah hal-hal yang terjadi pada anak asuhnya , misalnya : dalam bentuk ungkapan
verbal, ungkapan perasaan, dll.
2. Baca kurikulum bimbingan, perhatikan kompetensi yang diharapkan dari siswa.
3. Fokuskan permasalahan yang diteliti pada proses pembimbinganuntuk pencapaian
kompetensi.
4. Diskusi professional dilakukan sesame teman sejawat., kepala sekolah, dosen yang
memiliki latar belakang keilmuan yang sama.

Setelah menemukan masalahnya, langkah selanjutnya menyusun rumusan masalah.


Perumusan masalah bagi peneliti pemula sebaiknya dalam bentuk kalimat Tanya. Contoh
rumusan masalah :

 Apakah dengan mengimplementasikan lingkungan edukatif dapat meningkatkan


kejujuran siswa?
 Apakah melalui kerja sama orangtua dan guru dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa?
B. Formulasi Solusi DAlam Bentuk Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada PTBK diartikan sebagai sesuatu dugaan bakat terjadi jika suatu
tindakan dilakukan, tindakan diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Untuk
merumuskan hipotesis tindakan, guru BK dapat melakukan :

 Kajian teori bimbingan konseling dan teori belajar serta teori pendidikan.
 Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
 Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, dan peneliti
 Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

 Alternatif tindakan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara teoritis dan
konseptual
 Setiap alternative pemecahan yang diusulkan perlu dikaji ulang atau di evaluasi dari
segi bentuk tindakan dan prosedurnya, segi kelayakan. Kemudahan, kepraktisan (hasil
segera dilihat) dan optimalisasi hasil, serta cara penilaian.

5
 Pilih alternatif tindakan dan prosedur yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal
dan dapat dilakukan oleh guru BK dalam kondisi dan situasi dunia pendidikan pada
anak asuhnya.
 Tentukan langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan serta cara-cara untuk
mengetahui hasilnya.
 Tentukan cara untuk menguji hipotesa tindakan guna membuktikan bahwa dengan
tindakan yang dilakukan telah terjadi perubahan, perbaikan, atau peningkatan dengan
meyakinkan.

C. Analisis Kelayakan Solusi atau Pemecahan Masalah

Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam menganalisis kelayakan tindakan adalah sebagai
berikut :

- Kemampuan guru BK yang akan bertindak sebagai pelaku tindakan pada anak
asuhnya
- Kemampuan siswa baik dari segi fisik, psikologi, sosial budaya dan etik
- Fasilitas dan sarana pendukun yang tersedia pada anak asuhnya atau sekolah
- Iklim bimbingan anak asuh atau sekolah, apakah cukup mendukung terwujudnya
tindakan sesuai dengan desain.
D. Membuat Judul Penelitian Tindakan Bimibingan Konseling

Judul dirumuskan sesuai dengan masalah yang berhasil dirumuskan peneliti. Yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan judul peneltiian tindakan kelas yaitu judul ditulis secara
singkat, dan judul harus jelas menggambarkan masalah yang akan dipecahkan, tindakan
untuk mengatasi masalah, dan tempat pengembangan inovasi.

E. Tujuan dan manfaat Peneltiian

Tujuan PTBK dirumuskan secara singkat, jelas dan spesifik berdasarkan permasalahn
yang dikemukakan. Manfaat hasil penelitian khususnya perbaikan kualitas pendidikan
dan/atau pembelajaran konseling diuraikan secara jelas. Perlu juga dikemukakan
manfaatnya bagi peserta didik. Guru/dosen, dan komponen pendidikan terkait disekolah.

6
BAB III

MERANCANG TINDAKAN PERBAIKAN

Tindakan dalam PTBK dipilih sesuai dengan masalah utama yang dirasakan guru BK
atau konselor. Menentukan tindakan melalui analisis terhadap teori yang dilakukan. Secara
teori komponen pembelajaran konseling terdiri dari tjuan, bahan bimbingan, media
bimbingan, evaluasi dan strategi bimbingan.

Bebtuk-bentuk tindakan yang dapat dijadikan sebagai rencana perbaikan yang akan
dilakukan peneliti antara lain seperti: optimalisasi fungsi pribadi dengan mengembangkan
model interaksi manusia dan merancang model memotivasi siswa, analisis kerja yang
bertujuan untuk meningkatkan fungsi professional dan efisisensi, perubahan organisasi untuk
meningkatkan fungsi organisasi, inovasi untuk layanan bimbingan dan konseling yang efisien
dan efektif, perencanaan dan pengambilan keputusan untuk tindakan perbaikan, dan
pemecahan masalah pembelajaran konseling yang sedang dihadapi.

Penyusunan proposal PTBK sudah seharusnya menguasai empat hal yaitu, bidang
ilmu yang diteliti, prosedur penelitian bimbingan dan konseling, komponen bimbingan dan
menguasai cara menulis. Kebutuhan akan teori pembelajaran dihadapkan pada masalah
perancangan kembali kurikulum untuk mengembangkan keterampilan berfikir, para peneliti
mengungkapkan perlu adanya suatu teknologi pembelajaran.

Ada 8 macam metode penyajian dalam kegiatan pembelajaran konseling layanan


klasikal seperti: teknik diskusi, kerja kelompok yakni suatu metode mengajar dimana siswa
didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, simulasi adalah metode mengajar dimana
guru mempertontonkan cara bekerja yang dimaksudkan, brain strorming adalah teknik atau
cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah oleh guru dan kemudian siswa menjawab
atau menyatakan pendapatnya, inquiry adalah cara mengajar dengan membagi tugas meneliti
sesuatu masalah ke kelas, eksperimen yakni cara mengajar dimana siswa melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal dan mengamatinya serta menuliskan hasil dan menjelaskan
hasil pengamatannya, demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau guru
memperlihatkan suatu proses kepada siswa, dan yang terakhir adalah karya wisata yakni cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu
diluar sekolah untuk mempelajari sesuatu.

7
BAB IV

PEMBUATAN DESAIN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Rencana merupan rancangan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki,


meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi. Tindakan merupakan apa yang
akan dilakukan oleh guru pembimbing atau konselor sebagai upaya perbaikan, peningkatan
atau perubahan yang diinginkan untuk mencapai tujuan pelayanan. Observasi merupakan
kegiatan pengamatan atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa, dan refleksi merupakan kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil atau dampak dari tindakan.

Peneliti dalam melaksanakan penelitiannya dengan desain PTK yang dikemukakan


Kemmis & Taggart dengan model siklus setiap siklus tediri dari 4 komponen yaitu rencana,
tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi.

Perencanaan dalam PTK terdiri dari penetapan siklus yang akan dilakukan, pelaksana
tindakan, instrument penelitian, indikator keberhasilan ditetapkan, menyususn rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan memeperiapkan kartu data.

Tindakan merukan kegiatan guru untuk menyusun langkah-langkah yang akan


diambil agar semua komponen yang diperlukan dapat dikelola. Guru berlatih dengan cara
yang diatur sesuai dengan rancangan.

Observasi merupan kegiatan yang dilakukan oleh kepla sekolah, dan guru kelas
selama tindakan dilakukan, observer duduk di dalam kelas mengamati, pengambilab data
dibantu dengan menggunakan handycam, catatan lapangan, dan daftar cek.

Selanjutnya, dilakukan refleksi dan evaluasi setelah selesai satu siklus, berdasarkan
data hasil tes, daftar cek, dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan ketika selesai
pembelajaran dan setelah evaluasi siklus I untuk menganalisis, memprediksi,
menghubungkan berbagai kejadian yang terlihat selama tindakan atau berdasarkan hasil
evaluasi.

BAB V

“VALIDITAS DAN REABILITAS PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN


KONSELING”

8
Konsep validitas pada penelitian tindakan kelas mengacu pada kredibilitas dan derajat
kepercayaan dari hasil penelitian. Validitas pada penelitian tindakan pada dasarnya
menggunakan prinsip-pronsip validitas penelitian kualitatif.
Anderson dan rekan (1994) menawarkan kriteria berikut untuk validitas penelitian
tindakan:
1. Validitas demokratik, mensyaratkan bahwa beberapa perspektif semua peserta
penelitian (guru, kepala sekolah, orang tua dan siswa) telah akurat diwakili. Salah satu
cara untuk memastikan bahwa ada validitas demokratis untuk suatu studi penelitian
tindakan akan melibatkan guru dan administrator dalam upaya kolaboratif dengan
peserta yang mewakili kelompok yang sedang diwakili.
2. Validitas hasil, mensyaratkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dari sebuah studi
tertentu mengarah pada keberhasilan mengatasi masalah yang sedang dipelajari.
Penelitian dapat dianggap valid jika hal dipelajari dapat diterapkan pada siklus
penelitian berikutnya.
3. Validitas proses, mempertanyakan apakah penelitian telah dilakukan dengan cara
“diandalkan” dan “kompeten”.
4. Validitas katalistik, mengharuskan para peserta dalam studi dipindahkan untuk
mengambil tindakan atas dasar pemahaman mereka meningkat dari subjek penelitian.
5. Validitas dialog, melibatkan percakapan kritis dengan orang lain tentang temuan
penelitian anda dan praktek.
Kriteria validitas penelitian kualitatif menurut Wolcott dalam Mills (2003) adalah
sebagai berikut:
1. Sedikit bicara, dengar sebuah lot. Strategi ini menunjukkan bahwa guru peneliti yang
melakukan wawancara, bertanya, atau melibatkan anak-anak, orangtua, dan kolega
dalam diskusi tentang masalah yang dipelajari harus hati-hati memonitor rasio
mendengarkan bicara.
2. Rekam pengamatan akurat. Ketika melakukan penelitian kelas, hampir tidak mungkin
untuk merekam pengamatan saat mengajar. Sebagai peserta pengamat, kita harus
mengandalkan catatan jurnal atau ingatan.
3. Mulai menulis awal. Luangkan waktu untuk menuliskan refleksi tentang pengamatan.
4. Biarkan pembaca “lihat” sendiri. Sertakan data primer dalam pertimbangan apapun
untuk membiarkan pembaca penelitian tindakan anda melihat data untuk diri mereka.
5. Keandalan
6. Laporan penuh

9
7. Jadilah seorang yang jujur. Menjadi jujur dapat memberikan kesempatan untuk
menjadi ekplisit tentang peristiwa yang terjadi selama penelitian dan yang mungkin
mempengaruhi hasil.
8. Mencari saran atau masukan. Pembaca lain akan membantu meningkatkan pertanyaan
tentang apa yang anda sebagai penulis akan anggap.
9. Menulis akurat.
Instrumen atau tes diharap akan memberikan hasil yang sama dari waktu ke waktu.
Jika tes itu diberikan pada kesempatan masa depan, siswa individu akan ada hasil yang
hampir sama.
Secara historis, penelitian di bidang pendidikan berhubungan dengan generalisasi,
sebuah istilah yang mengacu pada penerapan temuan penelitian dan konteks yang berbeda
dari tempat penelitian, yaitu berdasarkan perilaku sekelompok kecil individu, peneliti
mencoba untuk menjelaskan perilaku sekelompok orang yang lebih luas. Penelitian tindakan
mengacu pada aplikasi praktis dari metode ilmiah atau bentuk lain dari penyelidikan disiplin
untuk proses menangani masalah sehari-hari.
Salah satu cara bagi peneliti untuk berhubungan dengan bias tentang subjek yang
diteliti adalah untuk mengembangkan daftar proposisi tentang apa yang mereka pikir yang
akan ditemukan selama penelitian.
Peran etika dalam penelitian tindakan dapat dipertimbangkan dalam hal bagaimana
memperlakukan kita masing-masing individu dengan siapa kita berinteraksi di lingkungan
sekolah. Penelitian tindakan adalah intim karena ada sedikit jarak antara guru peneliti dan
mata pelajaran mereka, para siswa dikelas dan sekolah.
Pedoman etika penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
1. Perspektif etis. Hal ini mungkin tampak seperti pernyataan yang jelas kecuali untuk
peringatan ini: sebagai guru peneliti, kita dapat menemukan diri kita dalam situasi
yang asing bagi kita.
2. Izin penelitian. Apakah perlu mencari izin dari partisipan dalam penelitian. Hal ini
dapat ditentukan dengan membahas proyek penelitian tindakan dengan administrator
atau orang kantor yang dapat menggambarkan kejadian yang memerlukan izin tertulis.
3. Prinsip sosial. Prinsip-prinsip sosial yang lebih luas harus mendikte sikap etis anda.
4. Penipuan. Anda memiliki tanggung jawab untuk bertindak dengan integritas dan
untuk mengormati permintaan yang diwawancarai untuk kerahasiaan.
5. Ketepatan. Setiap upaya untuk memanipulasi data untuk mendukung posisi pribadi
tidak etis.

10
6. Etika kebermanfaatan. Menghindari bahaya moral mengikat peneliti untuk melakukan
penelitian mereka dengan cara yang dapat meminimalisir potensi bahaya untuk
mereka yang terlibat dalam belajar siswa-guru, orang tua, administrator, dan relawan.
7. Etika “tugas dan kewajiban”. Dari perspektif ini, tindakan dapat memberikan hasil
yang baik tetapi tidak deontologically benar kecuali tindakan yang juga sesuai dengan
standar etika seperti kejujuran dan keadilan.
8. Relational etika. Dalam hal ini, kolaborasi penelitian dalam upaya tindakan akan
mengharuskan bahwa anggota tim kerja dari perjanjian yang saling menguntungkan
bagi setiap orang yang berpartisipasi dalam penyelidikan
9. Etika ekologi. Dari perspektif ini, peneliti harus tetap memperhatika hubungan antara
peneliti dan para peserta, sebuah hubungan yang ditentukan oleh “peran, status,
bahasa dan norma-norma budaya”
BAB VI

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

1. Pengertian Pemantauan (observasi)

Pemantauan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Penelitian tindakan


dalam konteks penelitian bimbingan konseling adalah aktivitas yang sengaja
untukmenghasilkan peningkatan praktek pendidikan dan pembelajaran konseling.

Sumber kegagalan tindakan ada empat kemungkinan:

a) Pelaksanaan yang mneyimpang dari rencana tindakan


b) Rencana tindakan mengandung kesalahan
c) Faktor diluar rencana tindakan yang berada diluar jangkauan guru pembimbing
d) Keterbatasan kemampuan pelaksanaan tindakan atau guru pembimbing.

2. Sasaran Dan Kriteria Pemantauan

Sasaran pemantauan menentukan hal-hal sebagai berikut.

a) Seberapa pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan.


b) Seberapa pelaksanaan tindakan telah menunjukkan tanda-tanda akan tercapainya
tujuan tindakan.
c) Apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tak direncakan.

11
Kritria pemantauan berakar pada misis penelitian bimbingan konseling yang berusaha
meningkatkan praktek konseling. Oleh karena itu kriterianya adalah :

a. Peningkatan praktek konseling, dapat dilihat dari proses dan hasil konseling.
b. Keterlibatan sasaran yakni konselor/ guru bimbingan dan anak asuhnya.

3. Metode, Teknik, Dan Alat Pemantauan

Ketika konselor/ guru bimbingan mnelaksanakan tindakan dalam rangka PTBK, teman
sejawat, kepala sekolah melakukan pengamatan untuk mengumpulkan informasi tentang
pelaksanaan tindakan. Hopkin (2002) mengemukaakan seblum menyusun daftar observasi,
sebaiknya mengajukan beberapa pertanbyaan untuk memperjelas tujuan observasi.

Langkah berikutnya adalah untuk memutuskan metode observasi, meskipun banyak


pendekatan, ada empat kelompok utama. Pendekatanyya adalah : (1) observasi terbuka, (2)
observasi terfokus, (3) observasi terstruktur dan (4) observasi sistematis.

Adapun teknik dan alat pemantauan dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Teknik penagamatan partisipatif


b. Teknik wawancara secara bebas atau terstruktur
c. Teknik pemanfaatan dokumen daftar hadir, satuan pelayanan, hasil karya anak asuh.

Pelaku Pemantauan

Pemantauan tindakan dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang ikut terlibat dalam
pelaksanaan tindakan seperti, siswa, guru, orang tua, guru, kepala seko0lah, dan pengawas.
Yang perlu diperhatikan pemantauan adalah orang yang langsung mengamati tindakan.

Untuk mempermudah pemantuan ada 5 aspek yang harus ditetapkan lebih dahulu, yaitu
tujuan pemantauan, sasaran yang dipantau, jenis data yang dipantau , metode dan alat ,
analisis data.

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari prosses penelitian tindakan
bimbingan konseling (PTBK). Hanya pada tahap ini bahwa konselor/ guru pembimbing bisa
memastikan bahwa hasil yang diperoleh adalah valid dan dapat dipercaya.

12
Pengumpulan data dan verifikasi merupakan karakteristik dari empat tahap penelitian
bimbingan konseling. Dalam empat tahap penelitian tindakan, ada matriks yang
menggambarkan berbagai sumber data yang tersedia pada setiap tahap analisis.

4. Pemanfaatan Hasil Pemantauan

Hasil pemantauan bermanfaat ntuk berbagai kepentingan pencapaian tujuan penelitian (1)
mempertajam atau memperjelas tindakan untuk dapat mencapai tujuan penelitian, (2)
memfungsikan pribadi guru pembimbing yang belum optimal untuk mendukung terjadinya
peningkatan, (3) mengarahkan tindakan yang sudah baimk menjadi lebih baik lagi untuk
peningkatan pembelajaran konseling.

5. Evaluasi Terhadap Hasil Tindakan


a. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi tindakan adalah menentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan.
Evaluasi juga dapat berguna untuk mengetahui jika ada hasil sampingan dari pelaksanaan
tindakan, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif.

b. Sasaran dan Kriteria Evaluasi

Sasaran evaluasi adalah menemukan bukti-bukti nyata dari peningkatan yang terjadi
setelah dilaksanakannya tindakan. Peningkatan yang terjadi setelah dilaksanakannya
tindakan. Kriteria evaluasi ada dua yaitu ktriteria dapat bersifat (1) nomatif, dan (2) kriteria
absolut.

Kriteria Normatif tersebut dapat berasal dari dalam dan dari luar. Kriteria dalam adalah
keadaan sebelum tindakan dibanding dengan sesudah tindakan. Kriteria luar adalah keadaan
kelompok lain yang tidak dikenai tindakan dengan syarat bahwa kelompok lain tersebut
memliki sifat dasar setara dengan kelompok yang dikenai tindakan.

Kriteria absolut berasal dari sumber ideal, misalnya bersumber pada teori yang relavan
dengan hasil tindakan, edeologi, peraturan kebijakan.

c. Pelaku evaluasi dan perencanaan evaluasi

Pelaku evaluasi dalam PTBK dasarnya mirip dengan pelaku pemantauan.evaluasi dapat
dilakukan dengan guru pembimbing, kepala sekolah, dan pemilik sekolah.

13
d. Pemanfaatan Hasil Evaluasi

Setelah data terkumpul, dianalisis, dan dimaknai akhirnya harus dapat disimpulkan
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan. Bagian yang berhasil dan yang tidak
berhasil harus dapat diidentifikasi, dan dicari penjelasannya.

e. Pembantu alat pemantauan dan evaluasi

Alat yang diperlukan untuk menmgumpulkan data baik dalam rangka pemantapan
maupun evaluasi pada dasarnya sama, oleh karena itu penjelasan tentang cara penyusunannya
dijadikan satu berikut ini.

BAB VII

PENGUMPULAN DATA

1. Data Audiotape, Videotape, or Verbatim Transcript


Salah satu teknik observasi dibantu dengan audi, video atau rekaman suara
guru sedang membimbing. Audio atau rekaman video memberikan kesempatan untuk
memeriksa berulangkali wawancara konseling yang dilakukan guru pembimbing
selama membimbing pada satu episode. Audio atau video juga dapat digunakan untuk
membuat sebuah transkip wawancara konseling.
2. Penggunaan Survey pada Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan bimbingan konseling juga dapat menggunakan survey,
yang mendeskripsikan data statistic deskriptif seperti mean, median, modus, dan
persentase untuk meringkas data. Masing-masing perspektif yang berbeda menambah
jumlah pengamatan yang dapat dibuat dari data. Peningkatan pengamatan dapat
enyebabkan peningkatan wawasan dan potensi yang lebih besar untuk
mengembangkan strategi pengajaran konseling baru.
3. Penggunaan Wawancara pada Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling
Dengan wawancara peneliti dapat memberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan yindak-lanut, mengungkapkan wawasan berpikir peserta dan membantu
menjelaskan mengapa peserta membuat pilihan yang meereka lakukan atau
bagaimana mereka berpikir tentang suatu isu tertentu.
4. Langkah-langkah melakukan wawancara
a) Rencana wawancara
1) Menetapkan sasaran proyek

14
2) Memilih peserta
3) Menentukan jenis wawancara
4) Menentukan format pencatatan data
b) Mengumpulkan data
1) Melakukan wawancara
c) Analisis
1) Menganalisa data dengan menggunakan perbandingan, melihat melalui
lensa yang knseptual, dan menggabungkan dan mengkombinasikan
data.
d) Mencerminkan
1) Menginterpretasikan
2) Mengembangkan strategi pembimbingan baru
3) Merekomendasi strategi bimbingan
4) Menulis laporan ringkasan
5. Jenis Wawancara
Wawancara terstuktur mengandalkan penggunaan daftar pertanyaan yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai metode pengumpulan data. Teori dibalik metote
ini adalah bahwa setiap orang mengajukan pertanyaan yang sama di cara yang sama
sehingga ada perbedaan antara jawaban yang dianggap nyata, dan bukan hasil situasi
wawancara itu sendiri. Wawancara terstruktur ditandai dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan terbuka yang telah disiapkan sebelumnya.
Wawancara semi tersturktur pewawancara kebebasan lebih untuk menyelidiki
dengan pertanyaan-pertanyaan tindak lanjut. Misalnya, ketika informasi yang tidak
terduga atau menggali informasi selama wawancara, pewawancara dapat mencari
klarifikasi dan elaborasi pada jawaban yang diberikan.
6. Menentukan Penelitian Pertanyaan
Menulis Pertanyaan Wawancara
5 hal yang dapat dilakukan untuk urutan pertanyaan dalam wawancara :
1) Sebelum bertanya kepada hal yang kontroversial terlebih dahulu memberi
pertanyaan factual.
2) Memulai dengan pertanyaan terbuka atau pertanyaan tidak terstruktur yang
membantu peserta untuk berbicara tentang apa yang paling penting mereka
pikirkan.

15
3) Mengajukan pertanyaan tentang saat ini sebelum ke pertanyaan masa lalu dan
masa depan.
4) Pertanyaan terakhir memungkinkan responden untuk memberikan informasi
lain, mereka lebih memilih untuk menambahkan dan tayangan mereka.
5) Sebelum menggunakan pada peserta yang sebenarnya, sebaiknya pertanyaan
diberikan pada peserta didik yang memiliki ciri yang sama.

7. Persiapan untuk Wawancara


Atur tempat dan waktu untuk melakuka wawancara agar tidak terganggu.
Memilih lokasi wawancara terbaik dan menghindari lokasi yang berisik. Setelah
memilih lokasi, membuat pengaturan ruang yang akan digunakan selama wawancara
akan berlangsung. Menyiapkan pengantar sambutan. Tentukan bagaimana peneliti
akan merekan data wawancara. Sebagian besar data wawancara dicatat baik dengan
penggunaan audi recorder atau melalui catatan selama wawancara.
8. Melakukan Wawancara
a) Menggunakan kata pengantar
b) Menjelaskan format wawancara
c) Mengajukan pertanyaan wawancara
d) Mengajukan pertanyaan menyelidik
e) Merekam data secara akurat
9. Menganalisis Data Wawancara
Selama wawancara berlangsung peneliti melakukan pengumpulan data. Data
yang sudah terkumpul. Ditafsirkan atau diberi makna merupakan tuntutan analisis
kwalitatif. Data yang diperoleh melalui taprecrder, auditape, video, handycam
dimaknai kata dan gerakan yang terlihat pada gambar. Data hasil survey dianalisis
dengan cara silang, antar sumber, dan alat. Untuk kepentingan penelitian tindakan
data survey dalam bentuk persentase dapat dianalisis degan teknik silang dapat.

BAB VIII

PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN PROFESIONALISME GURU

Sudarsono mengatakan PTBK bukan eksperimen, tetapi evaluasi diri atas upaya
pembelajaran yng dilakukan selama ini. PTBK lebih merupakan upaya mencermati
pemeblajaran konseling yang dilakukan pada anak asuhnya, dan pencermatan dilakukan
sendiri oleh konselor/guru pembimbing. PTBK seperti juga hasil penelitian tindakan lainnya,

16
tiga hal dikerjakan dalam satu siklus dan siklus itu akan dikembangkan secra spiral
berkelanjutan sampai peneliti, pengelola, dan pembuat kebijakan memperoleh keyakinan
bahwa upaya perbaikan pembelajaran konseling telah cukup. Tiga hal dalam satu siklus yaitu;

1) Kegiatan rutin managerial (ma) tetap dikerjakan,


2) Ada upaya melakukan perbaikan apakah perbaikan (ba) pada cra konseling atau
perbaikan sistematika materi dan lain-lain,
3) Kegiatan rutin, keputusan membuat perbaikan perlu terancang dalam desain penelitian
(ti).

Maksuda dalam mengembangkan spiral yaitu bahw siklus itu bukan semata-mata mengulang
kegiatan rutin managerial yang lama, melainkan sesudah ada upaya mengadakan perbaikan
da telah diuji melalui penelitian, maka rutin managerial berikutnya sudah menggunakan cara
yang lebih baik. Dalam penelitian PTBK pelaksana rutin managerial adalah sekaligus
membuat keputusan kebijakan dan sekaligus peneliti. Guru pembimbing tetap sebagai
pengelola rutin kegiatan pembelajaran konseling di kelas dan diluar kelas pada anak asuhnya
secara berkelanjutan. Denga demikian guru pembimbing yang professional akan mengerjakan
tugas rutin selalu disertai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjanya. Empat
fungsi konselor/guru bimbinngan dalam penelitian tindakan yaitu :

1) Menjalankan rutin,
2) Memperbaiki rutin,
3) Meneliti kegiatan, dan
4) Mengevaluasi kegiatan

Dalam PTBK, indikasi-indikasi mengecewakan tidak perlu diunggu sampai penelitian selesai;
juga indikasi-indikasi mengembirakan tidak perlu menghilangkan kecermatan dna kehati-
hatian. Secra professional guru pembimbing perlu mengadakan telah balik berkelanjutan,
perlu berpikir reflektif berkelanjutan, agar supaya pembelajaran dapat terus semakin baik.
Konselor yang professional akan mengerjakan tugas rutin selalu disertai upaya untuk
menigkatkan kualitas dan kuantitas kerjanya. Dalam penelitian bimbingan konseling tiga
aktivitas piker yaitu membuat analisis, membuat refleksi, dan merancang tindakan dilakukan
berkelanjutan. Aktifitas piker berkelanjutan tersebut dapat berlansung linier konvergen dan
dapat pula horizontal divergen. Hasil penelitian tindakan tidak valid bila tindakan itu
memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi sehingga
kreteria validitas penleitian terletak pada aplikatifnya atau berfungsinya tindakan untuk

17
mengupayakan perbakan atas masalah yang dihadapi. Tugas konselor/guru pembimbing
meningktkan profesionalitas berwujud upaya berkelanjutan mengadakan analsis, refleksi dan
evaluasi agar terjadiperbaikan bimbingan. Sebagai tujuan pertama penelitian tindakan bukan
pengembangan ilmu melainakan mmecahkan permasalahan tindakan, agar diperoleh hasil
tindakan yang lebih baik. Kreteria validatasnya adalah berhasilnya tindkaan mmecahkan
permasalahan tindakan.

BAB IX

KONSELOR/ GURU PEMBIMBING PROFESSIONAL

Konseling adalah profesi dan petugasnya disebut konselor. Keberadaan konselor dalam
system pendidikan nasinal dinayatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, dan instruktur. Professional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,kemahiran atau keckapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Adapun cirri-ciri
pefesi sebagai beriku :

1) Keintelektualan
2) Kompetensi yang dipelajari
3) Objek praktis speksifik
4) Motivasi altruistic
5) Komunikasi dan organisasi profesi

Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan
nonformal adalah : sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling,
berpendidikan profesi konselor. Konseling diselenggarakan dengan menggunakan strategi
BMB3 maksudnya ketika layanan berlangsung siswa berpikir ikut merasaakan , menunjukan
sikap, diminta untuk melakukan tindakan, selanjutnya harus bertanggungjawab dengan
tindakaannya. Hasil konseling dapat dilihat pada diri klien terjadi AKURS-S yaitu adanya
acuan yang benar digunakan siswa dalam bertingkahlaku, tumbuhnya kompetensi
menyelesaikan masalah,ada usaha menyelesaikan maslah, memiliki rasa senang setelah
konsleing, dan sungguh-sungguh melakukan tindakan yang telah disepakati pada konseling.

18
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Keunggulan Buku

1. Daftar isi dan daftar pustaka disusun secara rapi di setiap akhir bab sehingga
memudahkan pembaca jika ingin mencari buku.
2. Isi buku diambil dari teori-teori para ahli dan pengetahuan dari penulis dengan fakta
yang ada. Sehingga pembaca lebih mudah mencari informasi dari daftar rujukan.
3. Buku ini sangat relevan untuk digunakan sebagai panduan bagi para konselor dan
calon-calon konselor karena buku memberikan gambaran PTBK secara rinci dan
mudah dipahami untuk pelaksanaan penelitian tindakan bimbingan dan konseling itu
nanti.
4. Buku ini menghantarkan pembaca dengan menjelaskan konsep dasar penelitian
tindakan bimbingan dan konseling itu terlebih dahulu, baik itu pengertian,
karakteristik, prinsip, tujuan, manfaat, jenis dan bentuknya, agar pembaca dapat
bergerak dari pemahaman dasar tentang Remaja dahulu dan tidak bingung di bahsan
bab-bab selanjutnya
5. Buku ini menjelaskan bagaian-bagain dari laporan penyusunan penelitian tindakan
bimbingan dan konseling serta langkah-langkah pelaksanaannya dengan rinci di
masing-masing bab untuk setiap bagian agar lebih mudah dipahami
6. Buku ini memiliki rangkuman disetiap akhir bab jadi jika pembaca kesulitan
memehami bagian isi pembaca bisa melihat penjelasan yang lebih rinci dan ringkas di
bagian rangkuman
7. Buku ini membuat tugas dan tes formatif disetiap akhir babnya agar pembaca bisa
mengukur sejauh mana ia telah memahami buku ini
8. Dibagain bab akhir buku ini memberikab contoh dari proposal PTBK yang dapat
dijadikan pembaca sebagai panduan untuk menyusun proposal PTBK

19
3.2. Kelemahan Buku

1. Pokok bahasan dalam buku ini kadang sudah terlalu jauh dari judul,artinya banyak
pokok bahasan yang sudah tidak seharusnya dibahas dalam suatu judul jadi ikut
dibahas sehingga membuat pembaca menjadi bingung.
2. Sub bab dakam buku ini cenderung sulit dimengerti, karena banyak tulisan-tulisan
tebal yang seakan –akan menjadi sub bab padahal bukan
3. Buku ini terlallu banyak menejelaskan penelitian tindakan kelas bukan penelitian
tindakan dalam bimbingan dan konseling
4. Contoh yang diberikan dalam buku ini sering tidak sejalan, sehingga bisa membuat
pembaca menjadi kebingungan.

20
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Buku Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini secara keseluruhan sudah
lengkap dan cocok dijadikan panduan bagi para konselor dan calon konselor karena memuat
materi mengenai Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling dengan cukup lengkap.
Dibandingkan buku lain buku ini sedikit lebih lengkap membahas tentang Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling

Dari segi isi buku ini sebenarnya sudah merangkum beberapa materi dengan lebih
sederhana agar mudah dimengerti oleh pembaca. Untuk menghantarkan pembaca ke apa
sebenarnya Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling itu, buku ini terlebih dahulu
menjelaskan konsep dasar dari Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling itu sendiri
sehingga pembaca tidak akan bingung.

Buku utama dan buku pembanding bisa dibilang saling melengkapi jika dalam buku
utama ada topik yang kurang jelas buku pembanding menjelaskan topik tersebut dengan lebih
lengkap begitu pula sebaliknya. Jadi walau memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan
menurut saya secara keseluruhan buku ini sudah sangat bagus dan lengkap.

Saran

Secara keseluruhan buku ini sangat relevan digunakan oleh calon konselor dan
konselor karena bahasan mengenai Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang
sangat mendalam dan mudah di mengerti namun, buku ini juga memiliki kelemahan seperti
bahasan yang tidak terfokus pada penelitian tindakan bimbingan dan konseling melainkan
banyak yang mengarah ke penelitian tindakan kelas

Selain itu penulis juga menyarankan untuk memakai buku utama dan buku
pembanding apabila pembaca ingin memiliki materi yang lengkap mengenai Penelitian
Tindakan Bimbingan dan Konseling. Karena isi dari kedua buku ini saling melengkapi satu
sama lain.

21
Daftar Pustaka

Dewi. Rosmala. 2016. Penelitian Tindakan dalam Bimbingan dan Konseling. Medan

Prayitno. Erman Amti. (2013). Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka
Cipta

22

Anda mungkin juga menyukai