Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan postterm, juga disebut kehamilan lewat waktu, adalah
kehamilan yang telah melampaui 42 minggu hari pertama priode menstruasi
terakhir. Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang
beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin.

Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki


karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan
abnormal atau lambat ini umum terjadi bila ada diproporsi antara ukuran
bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi kepala distosia
adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk resiko sesar. CPD
(Cephalopelvic Disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran
kepala janin yang besar atau lebih sering dari kombinasi dari kedua diatas.
Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis
dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi
pada pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya
kombinasi dari ketiganya.

Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung


sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor
"P" utama yaitu kekuatan ibu (Power), keadaan jalan lahir (Passage), dan
keadaan janin (Passanger). Faktor lainnya adalah psikologis ibu (respon ibu),
penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya
keseimbangan atau kesesuaian antara faktor - faktor "P" tersebut, persalinan
normal dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor "P"
ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Distosia

1
berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan
tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1
1. Apakah definisi kehamilan lewat waktu?
2. Bagaimana etiologi kehamilan lewat waktu?
3. Bagaimana manifestasi klinis kehamilan lewat waktu?
4. Bagaimana patofisiologi kehamilan lewat waktu?
5. Bagaimana phatwanya kehamilan lewat waktu?
6. Bagaimana Klasifikasi kehamilan lewat waktu?
7. Apa saja Komplikasi kehamialn lewat waktu?
8. Bagaimana pemerikasaan kehamilan lewat waktu?
9. Bagaimana penata laksanaan kehamilan lewat waktu?
10. Bagaimana asuhan keperawatan kehamilan lewat waktu?
2.2.1
1. Apakah definisi distosia?
2. Bagimana Etiologi distosia?
3. Bagaimana patofisiologi dari distosia?
4. Bagaimana Tanda dan gejala dari distosia?
5. Bagaimana faktor resiko pada distosia?
6. Bagaimana pengaruh distosia terhadap kehamilan?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari distosia?
8. Bagaimana penatalaksanaan terhadap distosia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan distosia?

2
1.3 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak pada kehamilan lewat waktu


terhadap kehamilan.
2. Untuk mengetahui pengaruh atau dampak distosia terhadap kehamilan.

1.4 Tujuan Khusus

1.4.1.
1. Mengetahui definisi kehamilan lewat waktu.
2. Mengetahui etiologi kehamilan lewat waktu.
3. Mengetahui manifestasi klinis kehamilan lewat waktu.
4. Mengetahui patofisiologi kehamilan lewat waktu.
5. Mengetahui phatwanya kehamilan lewat waktu.
6. Mengetahui Klasifikasi kehamilan lewat waktu.
7. Mengetahui Komplikasi kehamialn lewat waktu.
8. Mengetahui pemerikasaan kehamilan lewat waktu.
9. Mengetahui penata laksanaan kehamilan lewat waktu.
10. Mengetahui asuhan keperawatan kehamilan lewat waktu.
1.4.2.

1. Mengetahui definisi distosia.


2. Mengetahui etiologi distosia.
3. Mengetahui patofisiologi dari distosia.
4. Mengetahui tanda dan gejala dari distosia.
5. Mengetahui faktor resiko pada distosia
6. Mengetahui pengaruh distosia terhadap kehamilan.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari distosia.
8. Mengetahui penatalaksanaan terhadap distosia .
9. Mengetahui asuhan keperawatan distosia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KEHAMILAN LEWAT BULAN


2.1.1 PENGERTIAN

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih


lama yaitu 42 minggu. Dihitung berdasarkan rumus Neagle dengan siklus
haid rata-rata 28 hari (Mochtar, R. 2009).
Masa post date kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut Naegele dengan siklus rata-rata 28 hari (ilmu kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. 2008).
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebih dari 42
minggu belum terjadi persalinan, (Bagus Gde Manuaba. 2008).
Kehamilan lewat waktu (serotinus) adalah kehamilan melewati
waktu 294 hari atau 42 minggu. Kehamilan lewat dari 42 minggu ini
didasarkan pada hitungan usia kehamilan (dengan rumus Neagle),
menurut Anggarani (2007 : 83).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan serotinus adalah
kehamilan yang lewat waktu lebih dari 42 minggu belum terjadi
persalinan yang bisa berpengaruh pada janin dapat meninggal dalam
kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.

2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya serotinus belum diketahui secara pasti,
namun ada faktor yang bisa menyebabkan serotinus seperti halnya teori
bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya
kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya

4
persalinan. Beberapa teori yang menjadi pendukung terjadinya kehamilan
serotinus antara lain sebagai berikut:

1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu
proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas
uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesterone.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang
pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postterm.
3. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-
tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi
plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar
sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin
akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan (Sarwono
Prawirohardjo, 2009: 687).

5
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser
akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999)
seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan,
maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami
kehamilan postterm (Sarwono Prawirohardjo, 2009: 687).
6. Kurangnya air ketuban.
7. Insufisiensi plasenta (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III,
2008).

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS

1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif
2. kurang dari 7 kali/30 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang
dari 10 kali/30 menit.
3. TFU tidak sesuai umur kehamilan.
4. Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi)
plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.
5. Pengaruh dari seronitus adalah :

6
a. Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi
uterus tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai partus lama,
inersia uteri, dan pendarahan postpartum.
b. Terhadap Bayi
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3
kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas
akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada
janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar,
tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada
pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak,
distosai bahu, janin besar, moulage.
6. Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998) adalah :
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
d. Verniks kaseosa di bidan kurang.
e. Kuku-kuku panjang.
f. Rambut kepala agak tebal.
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.

2.1.4 PATOFISIOLOGI
Menurut Wijayarini (2005 : 283), patofisiologi kehamilan
serotinus meliputi bayi yang sangat besar dan akan mengakibatkan
trauma lahir atau apabila bayinya kecil karena pada saat kehamilannya
kekurangan nutrisi dan akibat penuaan plasenta atau disfungsi plasenta
dan penurunan cairan amnion.
Menurut Manuaba (2007 : 450), patofiologi pada kehamilan
serotinus adalah sebagai berikut :

7
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan tumbuh
kembang janin berlangsung terus, sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat, dapat mencapai lebih dari 4.000-4.500
gram yang disebut makrosomia.
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi, sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan oksigen yang cukup, akan terjadi sindrom
postmatur, dengan kriteria :
a. Bayi tampak tua
b. Kuku panjang
c. Lemak kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput, terutama
ditelapak tangan dan kaki
d. Verniks kaseosanya telah hilang atau berkurang.

8
2.1.5 PHATWAY

9
2.1.6 KLASIFIKASI
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:
1. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan
dengan demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir,
atau bertambah berat postterm serta berukuran besar menurut usia
gestasionalnya.
2. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
3. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan
jumlah cairan amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang
dapat menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan aspirasi
mekonium yang kental.
4. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu
bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan
terhenti dan janin menjadi postterm serta mengalami retardasi
pertumbuhan.
Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:
1. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas
dan kulit kuku dan tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan
lanugo tidak ada.
2. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan
amnion yang bercampur dengan mekonium, gawat napas waktu lahir
dan mekonium mengotori pita suara.

2.1.7 KOMPLIKASI
1. Hipovolemia

2. Asidosis

3. sindrom gawat napas

10
4. hipoglikemia

5. hipofungsi adrenal.

2.1.8 PEMERIKSAAN KEHAMILAN LEWAT BULAN


Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan megetahui HPHT
dengan rumus neagle yaitu dengan pertambahan tanggal hari pertama haid
terakhir yang normal dan spontan dengan 7 hari kemudian penggurangan 3
bulan penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang dilakukan
untuk menegakkan diagnosa kehamilan serotinus adalah:
1. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter biparietal,
gerakan janin dan jumlah air ketuban.
2. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban diambil dengan
amniosintesis baik transvaginal maupun transabdominal (air
ketuban akan bercampur dengan lemak dan sel-sel kulit yang
dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air
ketuban diperoleh dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel yang
mengandung lemak akan berwarna jingga bila:
a. Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu
b. Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu
3. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena insufiensi plasenta.
4.  Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin
karena insufiensi plasenta.
5. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin dilakukan ketika
usia kehamilan 42 minggu lebih dan selama saat melakukan
induksi, frekuensi denyut janin direkam secara kontinyu. Sepanjang
pelanksanaan induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya
suatu tanda yang membuktikan penurunan frekuensi denyut jantung

11
janin, dan frekuensi denyut jantung janin bertambah cepat dengan
gerakan janin; dengan kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi
yang reaktif dan negative.

2.1.9 PENATALAKSANAAN MEDIS


Penalaksanaan pada ibu
1. Pengelolaan persalinan
a. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan
tergantung dari derajat kematangan serviks.
b. Bila serviks matang (skor bishop > 5)
- Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika
janin lebih 4000 gram, dilakukan SC.
- Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan
kehadiran dokter spesialis anak apalagi bila ditemukan
mekonium mutlak diperlukan.
c. Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai
keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
- NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal
kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan
seminggu 2 kali.
- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang
vertikal atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi
variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test
dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin
perlu dilahirkan, bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.

12
- Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap
kunjungan pasien, dan kehamilan harus diakhiri bila serviks
matang.
d. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti
DM, preeklamsi, PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa
memandang keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan resiko
ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.
2. Pengelolaan intrapartum
a. Pasien tidur miring sebelah kiri
b. Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin berikan oksigen
bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.
c. Perhatikan jalannya persalinan.

Penatalaksanaan pada bayi


1. Menangani sindrom aspirasi mekonium
a. lakukan penghisapan mulutdan luban hidung bayi sementara kepala
berada di perineum dan sebelum nafas yang pertama dilakukan
untuk mencegah aspirasi mekonium yang berada dalam jalan nafas.
b. Segera setelah bayi kering dan berada dalam penghangat lakukan
intubasi dengan penghisapan trachea langsung
c. Lakukan fisioterapi dada dengan penghisapan untuk mengeluarkan
mekonium dan secret yang berlebihan.
d. Berikan tambahan oksigen dan dukungan pernafasan sesuai dengan
kebutuhan.
2. Melakukan pengukuran glukosa darah serial
3. Memberi makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia jika bukan
merupakan kontraindikasi pada status pernafasan.
4. Mempertahankan integritas kulit.
a. Pertahankan kulit bersih dan kering

13
b. Hindari penggunaan bedak,cream, lotion
c. Hidari penggunaan plester

14
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU

2.1 Pengkajian
A. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien
dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan
menurut keterangan dari pasien.
1 Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
2 Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya
faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan kehamilan
serotinus selanjutnya.
3 Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.
4 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu
dalam memberi informasi tentang kehamilan serotinus.
5 Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui pola aktifitas pasien berhubungan dengan pekerjaan.
6 Alamat

15
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari
kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama
serta untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.
7 Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu –
waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam
keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.
8 Alasan datang ke rumah sakit
Untuk mengetahui pasien tersebut datang untuk berobat, periksa,
konsultasi atau rujukan.
9 Keluhan utama
Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan lamanya usia kehamilan yang tidak sesuai dengan
perkiraan persalinan. Dilihat dari gejala klinik pasien apakah
gerakan janin berkurang dari biasanya.
10 Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta
ditanyakan apakah saat ini sedang menderita penyakit,
sejak kapan, upaya apa yang telah dilakukan, apakah sudah
periksa, hal ini untuk mendeteksi penyakit dalam
kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
2) Riwayat kesehatan lalu
Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami
kehamilan serotinus sebelumnya karena serotinus
cenderung terjadi lagi pada wanita yang mempunyai
riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluaga

16
Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita
penyakit menular, menurun, kejiwaan yang dapat
mempengaruhiproses kehamilan dan persalinan pasien,
infeksi dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin sewaktu ibu mengandung.
4) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya
infertilitas yang membantu dalam pertimbangan
pelaksanaan tindakan.
5) Riwayat menstruasi
Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini
perlu dikaji untuk menentukan umur kehamilan yang
sebenarnya apabila tidak jelas bisa ditanyakan mulai kapan
terasa gerakan janin.
6) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur
atau tidak, apakah sudah mendapat imunisasi TT, obat-obat
apa saja yang dikonsumsi ibu selama hamil dan apakah
terdapat keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan.
11 Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah
satu efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau
tidak haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam
menentukan HPHT.
12 Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan,
tersedianya nutrisi berkaitan dengan kebutuhan
metabolisme tubuh, karena masalah yang berkaitan

17
dengan pemenuhan nutrisi dan penyebabnya biasanya
saling berkaitan.
2) Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui
pola eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil
karena merupakan proses penting dalam tubuh.
3) Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan
sehari- hari ibu apakah kurang atau tidak karena pada
masa selama hamil sampai melahirkan rentan terhadap
penyakit.
4) Pola aktivitas dan istirahat
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil , pola
istirahat ibu selama hamil apakah cukup atau tidak karena
kecapaian dan kurang istirahat dapat menurunkan daya
tahan tubuh ibu selanjutnya.
5) Pola kebutuhan seksual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan
kebutuhan seksual dan frekuensinya terutama dalam akhir
kehamilan karena sperma mengandung prostaglandin
yang dapat membantu kontraksi uterus karena hal ini baik
jika dilakukan pada kehamilan serotinus.
6) Data psikososial, spiritual dan emosional
Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami
dan keluarga, hubungan kasih sayang, dukungan dari
pihak keluarga. Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan
keluarga berdoa sesuai dengan kepercayaannya demi
kelangsungan dan kelancaran persalinan dan bagaimana
emosi ibu selama hamil stabil atau tidak karena kemua

18
hal tersebut dapat membantu proses penyelarasan masalh
ibu.
7) Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan
biaya perawatan dan pengobatan yang akan diberikan di
RS.

B. Data obyektif
1 Keadaan umum
Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya bagaimana,
badannya kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya, respirasinya,
suhunya, tinggi badan, berat badannya apakah normal atau tidak, hal
ini untuk mengetahui adanya ketidaknormalan keadaan umum yang
dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan ibu.
2 Pemeriksaan fisik
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, skelera ikterik atau tidak, terdapat gerakan
otot wajah atau tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak,
sclera ikterik tidak, penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau tidak,
terdapat lendir atau tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat
cairan atau tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat
stomatitis atau tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah
berdarah atau tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.

19
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak,
pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran
atau nyeri tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi
pada genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat
kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau
tidak.
3 Pemeriksaan obstetrik
1. Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.
2. Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak,
papilla menonjol atau tidak, kolostrum sudah menonjol atau belum.
3. Perut:
a. Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau
tidak, ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.
b. Palpasi:
Leopod I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur
kehamilan tidak, pada bagian atas teraba bagian apa
dan bagaimana.
Leopod II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana,
kiri perut ibu teraba apa, ini untuk menentukan
posisi punggung janin.
Leopod III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa
digoyang atau tidak,ini untuk menentukan

20
presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu
dan sudah masuk pintu atas panggul belum.
Leopod IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin
sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) belum
dan seberapa masuknya.
c. Auskultasi:
DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin
dalamkeadaan normal atau distrees. Dengan adanya
insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia
atau kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus.
Hal ini disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada
kaitanya dengan tindakan segera yaitu pengakhiran
kehamilan.
d. TBJ (taksiran berat janin)
Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak
sesuai dengan umur kehamilan, ini dimungkinkan bayi menjadi
besar atau makin kecil.
e. TFU (tinggi fundus uteri)
TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk
mengetahui apakah bertambah tinggi atau malah
mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan
dimungkinkan terjadi pertumbuhan janin yang terlambat
karena adannya insufisiensi plasenta.
f. Gerakan janin
Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak,
pada kehamilan serotinus biasanya disertai dengan
oligohidramnion sehingga gerakan janin terbatas.
g. Pemeriksaan dalam

21
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina,
penipisan serviks, konsistensi serviks, kulit ketuban,
penurunan kepala, denominator dan apakah ada bagian
yang menumbung. Pemeriksaan dalam pada kehamilan
serotinus penting dilakukan untuk mengetahui nilai
Bishop score sebagai syarat dilakukannya induksi
persalinan dan tindakan selanjutnya.
h. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau
menguatkan data subyektif yang telah ada untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah USG, KTG, dan pemeriksaan
penunjang yang lainnya seperti amniosintesis,
pemeriksaan serologi air ketuban.
C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
serotinus antara lain
Diagnosa keperawatan pada bayi

1 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.

2 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


pasokan oksigen.

3 Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan penurunan pasokan nutrisi dan terhentinya pertumbuhan
janin.

4 Gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan suhu


tubuh tidak stabil karena hilangnya lemak subkutan.

22
5 Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress
janin.

6 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


pengelupasan kulit.

Diagnosa keperawatan pada ibu

1 Ansietas berhubungan dengan pertus macet

2 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya


intrauterin dengan ekstrauterin

D. Intervensi dan Rasional


Diagnosa I : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.

1 Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi,


seperti lamanya persalinan, Apgar scor, obat-obatan yang
digunankan ibu selama kehamilan, termasuk betametason.

Rasional :
Persalinan lama meningkatkan resiko hipoksia, dan depresi
pernapasan dapat terjadi setelah pemberian atau penggunaan
obat oleh ibu
2 Perhatikan usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.

Rasional :
Neonatus lahir lebih dari 42 minggu beresiko terjadinya
aspirasi mekonium
3 Kaji status pernapasan, perhatikan tanda-tanda distress
pernapasan (mis., takipnea, pernapasan cuping hidung, ronki,
atau krakels).
Rasional :

23
Takipnea menandakan distress pernapasan, khususnya bila
pernapasan lebih besar dari 60x/menit setelah 5 jam kehidupan
pertama
4 Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan.
Rasional :
Mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan napas.
5 Observasi terhadap tanda dan lokasi sianosis
Rasional :
Sianosis adalah tanda lanjut dari PaO2 rendah

Diagnosa II :Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress


janin.

1 Auskultasi dan laporkan irama jantung janin, perhatikan


kekuatan , regularitas, dan frekuensi. Perhatikan adanya
perubahan pada gerakan janin. Catat perkiraan tanggal
kelahiran ( PTK ) dan tinggi fundus.
Rasional :
Menandakan kesejahteraan janin. PTK membantu memberikan
perkiraan kasar tentang usia janin untuk membantu
merencanakan kesempatan viabilitas
2 Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi uterus atau tanda-tanda
lain dari ancaman kelahiran

Rasional :
Bila dilatasi servik berlanjut ( 4 cm atau lebih ) atau terjadi
kontraksi uterus teratur, kemungkinan mempertahankan
kehamilan adalah kecil.
3 Pantau tanda vital. Catat kehangatan, pengisian kapiler.
Rasional :

24
Perubahan menunjukkan penurunan sirkulasi/hipoksia yang
meningkatkan oklusi kapiler.

4 Kaji ekstremitas bawah untuk tekstur kulit, edema, luka.


Rasional :
Penurunan sirkulasi perifer sering menimbulkan perubahan
dermal dan pelambatan penyembuhan
5 Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh
Rasional :
Mencegah vasokonstriksi, membantu dalam mempertahankan
sirkulasi dan perfusi
Diagnosa III : Ansietas berhubungan dengan pertus macet

1 Jelaskan prosedur intervensi keperawatan dan tindakan.


Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan dengan klien
kemungkinan efek samping dan hasil, pertahankan sikap
optimis.
Rasional :
Pengetahuan tentang alasan untuk aktifitas ini dapat
menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan.
2 Orientasikan klien dengan pasangan pada lingkungan
persalinan.
Rasional :
Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih
nyaman pada sekitar kita.
3 Anjurkan tehnik relaksasi seperti teknik distraksi atau napas
dalam
Rasional :

25
Memungkinkan klien untuk merileksasikan otot-otot supaya
tidak tegang
4 Anjurkan penggungkapan rasa takut atau masalah
Rasional :
Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang
identifikasi perilaku koping.
5 Pantau tanda-tanda vital.
Rasional :
TTV dapat berubah karena ansietas
E. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direcanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
F. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

26
PEMBAHASAN

2.2. DISTOSIA
2.2.1. Definisi

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang abnormal sering terjadi
apabila terdapat disporporsi antara presentasi janin dan jalan lahir. Kelainan
persalinan ini adalah konsekuensi empat kelainan yang dapat berdiri sendiri
atau berkombinasi. (F.Gary Cunningham, 2005).

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janinn dan tidak dapat


dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Selain itu distosia bahu juga dapat
didefinisikan sebagai ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme
atau cara biasa. (Rusniawati, 2011).

Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior mavet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul, atau bahu tersebut bisa lewat masuk ke dalam panggul atau bahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang
sacrum atau tulang ekor.

Kelainan posisi merupakan posisi abnormal ubun-ubun kecil sebagai


penanda terhadap panggul ibu.

27
2.2.2. Etiologi
1. Distosia karena kelainan His Power,dapat disebabkan oleh :

a. Faktor herediter,emosi dan ketakutan memegang peran yang


penting.
b. Salah pimpin persalinan atau salah pemberian obat - obatan
seperti oksitosin.
c. Bagian bawah janin tidak berhubungan dengan bagian bawah
segmen bawah lahir.
d. Kehamilan postmatur.

2. Distosia karena kelainan jalan lahir (Passage).

a. Kelainan bentuk panggul / deformed pelvis, disebut juga kelainan


jalan lahir yang meliputi :
a. Kongenital
Just minor pelvis (sempit dan kecil), simle flat pelvis,
funnel pelvis (otlet sempit), panggul sempit.
b. Kelainan penyakit tulang punggung seperti rachitis
osteomalaisia, TBC tulang.
c. Kelainan tulang belakang, seperti lordosis, skoliosis,
kiposis, atau spondilitis.
b. Distosia serviks
a. Serviks kaku
b. Serviks gantung
c. Serviks kolumner
d. Edema serviks

3. Distosia karena kelainan janin (Passenger)

a. Kelainan pada letak kepala.

28
b. Letak sungsang
c. Letak lintang
d. Presentasi ganda atau rangkap
e. Kelainan bentuk dan besar janin
f. Tali pusat menumbung
4. Distosia tumor dan kelainan jalan lahir
a. Kelainan pada vulva misalnya edema vulva, stenosis vulva,tumor
vulva.
b. Kelainan pada vagina misalnya stenosis vaginal congenital, tumor
vagina.
c. Kelainan serviks uteri.
d. Kelainan uterus.
e. Kelainan ovarium.
5. Partus lama (prolonged labor) dan partus terlantar.

2.2.3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada distosia


1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi, pada
distosia bahu, kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami
putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan
besar, begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga
obesitas.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksilateral dan traksi tidak
berhasil melahirkan bahu.
4. Kemajuan lambat dari 7 - 10cm, meskipun kontraksinya baik.
5. Kemajuan lambat dan kloning serta kelahiran kepala lambat.
6. Gelisah
7. Sesak nafas.

29
2.2.4. Pathofisiologi

kelainan kelainan kelainan distosia tumor partus


hiss power jalan lahir letak janin dan kelainan lama dan
jalan lahir partus
terlantar
disfungsi uterus serviks
hipertonik belum bisa
berdilatasi
lengkap
merasa letih

presentasi :
nyeri secsio cesaria

DISTOSIA

persalinan janin tidak dapat


panjang putar paksi

koping individu putar paksi kepala bayi


tidak efektif dibantu menekan
serviks
ansietas
resiko cidera nyeri akut
janin

30
2.2.5. Faktor Resiko

Faktor resiko pada distosia yaitu :


1. Kelainan anatomi panggul
2. Diabetes
3. Kehamilan pasomatur
4. Riwayat distosia bahu
5. Tubuh ibu yang pendek.

2.2.6. Komplikasi

1. Komplikasi maternal
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Pistula rectovagina
c. Simpisiolisis aatau diathesis dengan atau tanpa transien fermonal
neuropathy
d. Robekan perineum derajat iii atau iv
e. Rupture uteri
2. Komplikasi fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis
permanen.
e. Fraktur humerus
3. Komplikasi distosia bahu
a. Bagi janin
- Terjadi peningkatan insiden kesakitan dan kematian
intrapartum pada saat persalinan melahirkan bahu beresiko

31
anoreksia sehingga dapat mengakibatkan kerusakan otak.
- Kerusakan saraf atau kelumpuhan pleksus brankialis dan
keretakan bahkann sampai fraktur tulang clavikula.
b. Bagi ibu
- Laserasi daerah perinium dan vagina yang luas.
- Gangguan psikologis sebagai dampak dari pengalaman
persalinan yang traumatic.
- Depresi jika janin cacat atau meninggal.

2.2.7. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang dapat dilakukan, sebagai berikut:


1. Pemeriksaan panggul, panggul luar dan panggul dalam.
2. Pemeriksaan besarnya janin
3. Pemeriksaan radiologik.
- Foto pintu atas panggul, dilakukan dengan posisi ibu dalam
setengah duduk, sehingga tabung Ro tegak lurus atas pintu
atas panggul.
- Foto lateral, dilakukan dengan posisi ibu berdiri , tabung Ro
diarahkan horizontal pada trochanter major dari samping.

2.2.8. Penatalaksanaan

1. Distosia karena kelainan His Power.


- Bila dijumpai pada permulaan persalinan, lakukan evaluasi secara
keseluruhan untuk mencari sebab - sebabnya.
- Pada partus yang sudah berlangsung lama dan terlantar berika
pengobatan pendahuluan yang disebut regin dehidrasi yaitu :
a) Infuse dektrose 5% atau larutan garam fisiologis 1 liter
dalam 1 jam pertama dan selanjutnya menurut kebutuhan.

32
b) Bila his menyebabkan rasa sakit yang berlebihan berikan
injeksi pethidin 50mg
c) Berikan kortison 200mg
d) Berikan antibiotic secukupnya, apalagi ketuban sudah
pecah lama.
2. Distosia karena kelainan jalan lahir (Passage).
3. Distosia karena kelainan janin (Passenger).
A. Letak sungsang
- Sikap sewaktu hamil
Prognosa anak tidak begitu baik maka itu perlu dilakukan
merubah letak janin menjadi letak kepala yang dilakukan pada
kehamilan 34 minggu pada primi dan kehamilan 36 minggu pada
multi dilakukan bila tidak ada panggul sempit, gemeli atau
plasenta previa. Syaratnya adalah :
1) Pembukaan kurang dari %cm
2) Ketuban masih ada.
3) Bokong belum turun atau masuk PAP.
- Pimpin persalinan
1) Cara berbaring
- Litotomi sewaktu inpartum
- Trendelembung
2) Melahirkan bokong
- Mengawasi sampai lahir spontan.
- Mengait dengan jari.
- Mengait dengan pengait bokong.
- Mengait dengan tali sebesar kelingking.
3) Ekstrasi kaki
Ekstrasi pada kaki lebih mudah, pada letak bokong janin
dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal /

33
seksio ceserea.

B. Letak lintang
- Sewaktu hamil
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong)
dengan melakukan versi luar dan ekstrasi. Pada partus
lama dan ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi
intrapartum.
- Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan pervaginal yaitu dengan versi dan
ekstrasi atau dengan embriotomi bila sudah meninggal
atau dengan seksio cesarean.
Menurut EASTMAN DAN GREENHILL bila ada panggul
sempit, seksio sesarea adlah cara terbaik dalam menangani segala
letak lintang dengan anak hidup. Semua primigravida letak lintang
harus ditolong dengan seksio sesarea.
C. Kelainan bentuk dan janin besar
- Pada janin yang besar
1) Pada disproporsi sefalo dan fotopelvis yang sudah
diketahui dan dianjurkan seksio sesarea.
2) Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup
dilakukan episiotomy yang cukup lebar, atau bahu
diperkecil dengan klediotomi unilateral atau bilateral
dan setelah lahir dijahit kembali.
3) Apabila janin meninggal dilakukan embriotomi.
- Pada bayi dengan hidrosefalus
1) Kepala dikecilkan dengan jalan melakukan fungsi
sissteria pada pembukaan 3-4cm

34
2) Kalau pembukaan lengkap kerjakan perforasi atau
kranioklasi.
3) Pada letak sungsang akan terjadi after coming head,
dilakukan perforasi dan foramen ovale untuk
mengeluarkan cairan.
D. Tali pusat menumbung
1) Letak kepala:
Bila pembukaan masih kecil dilakukan seksio sesarea,
bila pembukaan lengkap :
a) Kepala dengan ukuran besar sudah melewati PAP
dilakukan ekstrasi vakum atau forsep.
b) Kepala goyang versi dan ekstrasi atau seksio
sesarea.
2) Letak lintang : dilakukan seksio sesarea
3) Letak sungsang : tunggu bila pembukaan lengkap
lakukan ekstrasi kaki.
Tali pusat membumbung biasanya tidak membahayakan
ibu dan tidak menyulitkan persalinan. Bahaya yang
mengancam adalah bagi janin terutama letak kepala.
4. Partus lama (prolonged labor) dan partus terlantar.
A. Perawatan pendahuluan.
1) Suntikan cortne 100-200 mg1 intra muskuler
2) Penisilin prokain 1 juta IU intramuskuler
3) Infuse larutan garam fisiologis, larutan glukosa 5 -10%
pada jam pertama 1 liter/jam.
4) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan
mengharuskan untuk segera bertindak.
B. Pertolongan

35
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vacum,ekstraksi forsep,
manual aid pada letak sungsang emriotomi bila janin meninggal,
seksio sesarea,dll.

36
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

IBU HAMIL DENGAN DISTOSIA

2.1 DATA SUBJEKTIF


A. Pengkajian
Yang harus dikaji pada asuhan keperawatan ibu dengan distosia adalah
sebagai berikut :
Nama :
Umur :
Tanggal:
Alamat :
Alasan masuk :
Pemberian perawatan pada saat kehamilan :
Nama ayah anak :

1. Aktivitas dan istirahat


1. Subjektif
- Kaji kebiasaan tidur atau pola istirahat, lama tidur dalam 24
jam.
- Kaji pekerjaan dan aktivitas sehari - hari serta hobi.
2. Objektif
- Kaji status neuromuskuler yang meliputi : kualitas anggota
gerak, postur, adanya tremor, kekuatan dan adanya deformitas.
2. Sirkulasi
1. Subjektif
- Riwayat penyakit yang meliputi : peningkatan tekanan darah,
reumatik fever, gangguan jantung, phlebitis, edema (likasi / derajat
keparahan), penyembuhan luka yang lambat.
- Kaji sirkulasi anggota gerak yang meliputi mati rasa, rasa geli.

37
2. Objektif
- Ukur tekanan darah saat berbaring dan miring ke kanan
- Ukur denyut nadi perifer, suara jantung, frekuensi, rytme, kualitas.
- Anggota gerak yang melipurti : suhu, warna, adanya varises, tanda
human sign, lokasi varises.
- Kaji warna / sianosis; warna membran mukosa membrane,
kelembaban, warna kanjongtiva, sklera.
- Periksa kadar albumin dalam urin, platelet dan fungsi hati.
3. Eliminasi
1. Subjektif
- Kaji kebiasaan buang air besar yang meliputi : frekuensi,
pemakaian alat bantu eliminasi.
- Kaji karakteristik feses adanya peredaran hemoroid.
- Kaji karakteristik urin yang meliputi warna, bau, jumlah.
- Kaji adanya nyeri, panas, kesulitan buang air besar.
- Kaji riwayat penyakit ginjal dan kencing.
2. Objektif
- Periksa adanya hemoroid
- Periksa kandung kencing adakag keras dan tegang, apakah ada
berak yang berlebihan?
- Observasi hasil urin analisis.
4. Reaksi emosional
1. Subjektif
- Apakah kehamilan yang direncanakan ?
- Bagaimana sikap klien dan ayah pada kehamilan saat ini ?
- Tanyakan pengalaman kelahiran anak sebelumnya?
- Identifikasi adanya dukungan dari orang terdekat.
- Kaji peran yang diharapkan selama proses kelahiran dari klien ,
dukungan orang terdekat, perawat, bidan.

38
- Bagaimana hubungan dengan ayah / suami
- Apakah pekerjaan suami
- Bagaimana pembiayaannya
- Bagaimana kehidupan beragama ibu yang hamil dan suami.
- Ada faktor budaya yang dianut
- Adakah faktor resiko yang dialami
- Adakah persiapan khusus menghadapi kelahiran anak.
2. Objektif
- Respon ibu terhadap kelahiran ini : apakah tenang, cemas, depresi,
takut, mudah tersinggung, kelelahan, semangat, santai ?
- Observasi hubungan dengan orang terdekat tentang kontak fisik
- Kaji pelaksanaan pekerjaan meliputi: frekuensi latohan yang
diperlukan , pengunaan orang - orang sebagai pendukung, teknik
pernafasan dan relaksasi, koping yang efektifterhadap kontraksi.
5. Pola hubungan keluarga
1. Subjektif
- Tanyakan status perkawinan dan kapan menikah?
- Tanyakan jumlah anggota keluarga dan yang tinggal dengannya.
- Apakah termasuk keluarga inti atau keluarga luas.
- Apakah ada orang lain yang mendukung kehamilan ini
- Bagaimana perhatian keluarga terhadap ibu yang hamil.
- Bagaimana rencana kunjungan berikutnya.
2. Objektif
- Bagaimana komunikasi verbal dan non verbal dengan family,
apakah baik?
- Bagaimana pola interaksi keluarga.
6. Cairan dan makanan
1. Subjektif
- Kaji intake oral dalam 12 jam, jenisnya.

39
- Kaji adanya mual , muntah , adanya gigi palsu.
- Kaji adanya sakit kepala dan gangguan penglihatan
- Kaji adanya nyeri epigastrium, diabetes, dan gangguan tiroid.
2. Objektif
- Kaji berat badan saat ini, total kenaikan berat badan saat kehamilan,
dan tinggi badan.
- Kaji turgor kulit, edema pada kaki, tangan, wajah, seluruh tubuh.
- Kaji penampakan lidah, gigi, membran mukosa dan gusi.
- Ukur Hb , kaji adanya anemia.
- Kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid.
7. Higeine
1. Subjektif
- Kaji aktiitas sehari - hari yang dapat dilakukan secara mandiri dan
tergantung dengan orang lain serta jenisnya.
2. Objektif
- Kaji penampilan umum, bau badan, kondisi kepala, dan rambut.
8. Nyeri
1. Subjektif
- Kaji mulai terjadinya kontraksinya uterus secara umum (tanggal /
waktu)
- Kaji lokasi nyeri kontraksi, bidang mana atau daerah mana.
- Apa yang dilakukan untuk mengurangi ketidaknyaanan pada nyeri
ringan , sedang, dan berat.
- Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meringankan nyeri yang
dirasakan.
2. Objektif
- Bagaimana ekspresi wajah ? Perhatian yang terbatas?
- Adakah pergerakan badan / posisi.
9. Keamanan

40
1. Subjektif
- Apakah ada reaksi alergi atau sensitifitas yang dialami pasien?
- Bagaimana status kesehatan anak yang tinggal bersamanya.
- Apakah ada riwayat perdarahan, diabetes, pembedahan , anemia
pada kehamilan sebelumnya.
- Berapa jarak antar kehamilan dulu dengan sekarag ini?
- Apakah jenis persalinan dahulu?
- Kaji status ibu hamil
- Bagaimana keadaan tulang atau sendi?
- Bagaimana keadaan punggung ?
2. Objektif
- Kaji status fetal yang meliputi DJJ, tinggi fundus uteri, perkiraan
waktu kehamilan, aktivitas dan pergerakan bayi.
- Kaji status kehamilan yang berhubungan dengan turunnya janin,
presentasi janin, waktu persalinan.
- Kaji membran yang meliputi keutuhan, adanya rupture, jumlah
cairan yang keluar, karakternya, kebersihan, adanya noda
meconium, kekeruhan.
- Kaji golongan darah dan Rh ibu dan ayah.
- Periksa adanya rubella, hepatitis B.
- Kaji adanya kutil dan lesi pada vagina, varises pada perineum.
10. Seksualitas
1. Subjektif
- Tanyakan periode menstruasi yang terdahulu.
- Kaji riwayat obstetric yang meliputi kehamilan, para abortus, anak
yang hidup, kelahiran ganda, hamil, ante premature.
- Kaji tahun persalinan meliputi tempat persalinan, lama kehamilan,
lama persalinan, jenis persalinan, bayi mati atau hidup, komplikasi
pada ibu / fetal pada persalinan yang terdahulu.

41
2. Objektif
- Kaji ukuran pelvis inlet, outlet, apakah adekuat, sempit, bagaimana
prognosa persalinannya.
- Ukur pelvis dengan pelvimeter
11. Pengajaran dan pembelajaran
1. Subjektif
- Kaji tingkat pendidikan ibu dan ayah.
- Kaji penggunaan bahasa yang dominan.
- Kaji perencanaan klien untuk persalinan yang akan digunakan.
12. Pernafasan
1. Subjektif
- Kaji adanya dipsneu, batuk
- Kaji adanya riwayat asma, bronkitis, tuberculosis.
- Kaji kebiasaan merokok, berapa batang sehari, sudah berapa tahun
merokok.
2. Objektif
- Kaji status pernafasan yang meliputi frekuensi, kedalaman , dan
kualitas pernafasan.
- Kaji suara nafas, karakteristik sputum.

1.1
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik dilakukan beberapa pemeriksaan yang meliputi :
a. Adanya kontraksi yang jarang, ringan - sedang, intensitasnya lambat,
dilatasi serviks lambat.
b. Miometrium lemah dapat terjadi 8 mmhg atau kurang, kontraksi dapat
diukur >rendah 30 mmhg dan dapat terjadi lebih dari 5 menit.
c. Uterus dapat terjadi over distensi.
d. Isi perut dan kandung kencing distensi terlihat dengan jelas.

42
e. Pada pemeriksaan vagina didapatkan fetus dalam malposisi (posisi wajah,
dagu dan sungsang)
f. Serviks kaku.
g. Dilatasi serviks <1,2 cm/jam pada primipara dan <2 cm/jam multipara.

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan kepala fetus pada serviks.


2) Resiko tinggi cidera janin berhubungan dengan malposisi fetus / CPD
3) Resiko tinggi intoleransi aktifitas berhubungan dengan post partum/
persalinan
4) Koping individu tidak efektif behubungan dengan persalinan yang lama

2.4. TINDAKAN KEPERWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Tujuan: 1. Tentukan sifat, 1. Mendiagnosis
berhubungan Setelah lokasi,durasi nyeri dan memilih
dengan dilakukan dan kaji kontraksi tindakan,
tindakan
tekanan uterus. penekanan
selama 1x24
kepala fetus kepala pada
jam diharap
pada serviks. serviks yang
kan nyeri
berlangsung
dapat
berkurang atau
lama akan

bahkan hilang menyebabkan


KH: nyeri.
2. Kaji intensitas skala
- Klien 2. Memantau
nyeri
melaporkan tingkastan

43
nyeri skala nyeri,
berkurang berguna dalam
- Klien 3. Berikan lingkungan proses
tampak yang nyaman dan penyembuhan
tenang.
rileks. 3. Lingkungsn
- Kontraksi yang nyaman
uterus dan tenang
efektif akan
4. Ajarkan teknik
- Kemajuan mengurangi
distraksi relaksasi
persalinan nyeri yang
5. Kuatkan dukungan
baik. dirasakan.
sosial atau
4. Menurunkan
dukungan keluarga
rasa nyeri
5. Dukungan
keluarga yang
adekuat akan
mengurangi
tingkat
kkecemasan
6. Kolaborasi dengan yang dialami
tim medis dalam klien dalam
pemberian analgesik menjalani
persalinan.
6. Menghilangka
n rasa nyeri
dan
mempermudah
dalam

44
intervensi
lainya.

2. Resiko tinggi Tujuan: 1. Lakukan 1. Pemeriksaan


cidera janin Setelah pemeriksaan leopod dapat
berhubungan dilakukan leopold membantu
tindakan
dengan dalam
keperawatan
malposisi mengetahui
selama 1x24
fetus / CPD posisi janin
jam
dan presentasi
diharapkan
cidera pada
pada janin.
2. Kaji DJJ secara
janin dapat 2. Mengetahui
manual maupun
dihindari. keadaan
elektronik.
KH: umum fetus
3. Catat faktor ibu
- DJJ atau janin.
seperti dehidrasi,
dalam 3. Prosedure
asidosis, atau
batas simple,misaln
kecemasan.
normal. ya posisi
- Kemajua lateral
n recumbent
persalina meningkatkan
n baik. sirkulasi darah
dan oksigen
pada
uterussehingga
dapat
4. Pantau tanda - mencegah
tanda vital (TTV) terjadinya
pada klient. hipoksia pada

45
fetus.
4. Mengetahui
5. Kolaborasi dengan keadaan
tim medis dalam umum klien
pemberian dalam
antibiotik dan menghadapi
persiapan unuk persalinan.
seksio casarean 5. Pemberian
(caesar) pada kasus antibiotik
presentasi dapat
sungsang. mengurangi
resiko infeksi
fetus oleh
karena
peningkatan
patogen, dan
tindakan
caesar dapat
menurunkan
tingkat
kesakitan dan
kematian pada
janin dan
ibunya.

3. Resiko tinggi Tujuan: 1. Awasi tanda-tanda 1. Mengetahui


intoleransi Setelah vital (TTV). keadaan umum
aktifitas dilakukan pasien.

46
berhubungan tindakan 2. Tingkat
dengan post selama 1x24 2. Kaji tingkat kelelahan yang
partum/ jam diharap kelelahan , dan tinggi akan
kan kebutuhan peningkatan
persalinan membuat klien
mobilisai klien
istirahat. membatasi
dapat
mobilisasinya
terpenuhi.
dan istirahat
KH:
yang cukup
- TTV
akan membantu
dalam
klien dalam
batas
masa pemulihan
normal. 3. Ajarkan kepada
pasca
- Klien klien gerakan yang
persalinan.
mengatak sederhana, seperti
3. Pembelajaran
an dapat miring kanan dan
yang sederhana
bergerak kiri.
akan membuat
dengan
klien
baik.
4. Kolaborasi dengan beradaptasi

tim medis dalam dengan segala

pemberian cairan keluhan yang

glukosa, elektrolit dirasakan

yang dibutuhkan setelah

klient. persalinan.
4. Pemberian
cairan glukosa
dan elektrolit
mampu
membantu

47
memenuhi
terapi yang
dibutuhkan
klient.

4. Koping Tujuan: 1. Kaji tingkat 1. Tingkat


individu Setelah kecemasan yang kecemasan yang
tidak efektif dilakukan dialami klient. berlebihan dapat
tindakan
behubungan meningkatkan
selama 1x24
dengan cetekolamine
jam diharap
persalinan yang
kan klien
yang lama menyebabkan
secara verbal
mengerti dan
sistem

mengidentifika kekebalan tubuh


2. Dorong klien untuk
si teknik menurun.
relaksai dan merubah
koping yang 2. Relaksasi
posisi.
diberikan. mampu
KH: mengurangi
- Klien tingkat
3. Beri informasi yang
nampak kecemasan yang
actual kepada klien
tidak cemas dirasan klient.
seputar hal yang
atau takut. 3. Informasi yang
diharapkan.
- Klien aktual akan
mampu meningkatkan
4. Dampingi klient dan
mengungka pengetahuan
berikan waktu yang
pkan apa klient.
cukup kepada klient
yang 4. Memberi
untuk
dirasakan. kesempatan
mengungkapkan
klien untuk

48
- Klien segala hal yang mengungkapkan
merespon dirasakan saat ini. apa yang
dengan dirasakannya
positif saat ini akan
setiap membantu
ucapan mengurangi
yang beban / stress
diberikan yang dirasakan
kepadanya. sehingga
perawat mampu
memberikan
solusi yang baik
kepada klient.
BAB III
PENUTUP

3.1.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulakn bahwa kehamilan
serotinus adalah kehamilan yang lewat waktu lebih dari 42 minggu belum
terjadi persalinan yang bisa berpengaruh pada janin dapat meninggal
dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.

Sedangkan Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janinn


dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Selain itu
distosia bahu juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan
melahirkan bahu dengan mekanisme atau cara biasa.

49
3.2. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan
saran demi pengembangan penulisan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.

Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.

Koniak, M Reeder. 1992. Maternity Nursing Family, Newborn, and Woman’s Health


Care. Philadelpia: J. B. Lippincott Company.

Lowdermilk & Shannon, E Perry. 2000. Maternity & Woman’s Health Care.


Philadelpia: Mosby.

50
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

51

Anda mungkin juga menyukai