PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang,
terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsi, sepsis dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif melalui persalinan yang
bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi.Hal ini merupakan pergeseran
paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi
pencegahan komplikasi.
Salah satu penyebab komplikasi selama persalinan adalah insiden ketuban pecah
dini atau KPD. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada
saat belum inpartu, bila diikuti 1 jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal
persalinan.Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. Ketuban pecah dini merupakan salah satu
masalah maternitas yang harus segera memdapatkan penanganan, karena dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu maupun bayi. Komplikasi yang
dapat timbul akibat ketuban pecah dini adalah infeksi intra partum (korioamnionitis)
ascendens dari vagina ke intrauterin, persalinan preterm jika terjadi pada usia kehamilan
preterm, prolaps tali pusat bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), oligohidramnion bahkan sering
partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang
bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 - 10 % dari semua kehamilan. Hal yang
menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 % , sedangkan
pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 %
semua kekahiran prematur.
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayinya. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan,
selama masih beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup
bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau
menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD
yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan
terjadi RDS (Respiratory Distress syndrome), dan kalau menempuh cara konservatif
dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan
janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,
dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang
kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek,
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas.
1 .2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami tentang asuhan persalinan patologis
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Dapat melakukan pengumpulan data untuk membuat keputusan.
1.2.2.2 Dapat menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.
1.2.2.3 Dapat membuat diagnosis atau menentukan masalah potensial yang terjadi
/dihadapi.
1.2.2.4 Dapat menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi segera untuk mengatasi
masalah.
1.2.2.5 Dapat menyusun rencana asuhan pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah .
1.2.2.6 Dapat melaksanakan asuhan / intervensi terpillih.
1.2.2.7 Dapat memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.
1.3
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini baik secara teori dan praktis antara lain :
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI KASUS
I.
DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan/tanpa
bantuan (kekuatan sendiri), (Manuaba Ida Bagus Gede, 1998). Persalinan adalah Proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit (APN, 2007).
Jadi persalinan adalah Proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta dan selaput ketuban)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain dengan/tanpa bantuan.
II.
JENIS PERSALINAN
Menurut tim obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
(tahun 1983)
Persalinan dibedakan menjadi :
2.1 Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.
2.2 Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
2.3 Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
ransangan.
Macam-macam persalinan :
a. Partus precipitates
Bila persalinan berlangsung sangat cepat (2 jam sejak tanda persalinan janin
sudah lahir).
b. Partus dengan tindakan
III.
2.
3.
4.
5.
TEORI PERSALINAN
SEBAB SEBAB TERJADINYA PERSALINAN
Gagang Laminaria
Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikale dengan tujuan merangsang
frankenhauser.
b.
c.
c. False Labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh His
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi
Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
- Nyeri yang hanya terasa diperut bagian bawah
- Tidak teratur
- Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila
dibawa jalan malah sering berkurang.
- Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks.
d. Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa
serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak namun menjadi: lebih
lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan
ini berbeda untuk masing-masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi
pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan
tertutup.
e. Energy Spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai, setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan
fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan
dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktivitas yang
dilakukannya seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah
dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang
kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem
pencernaan.
His
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan serviks
Kontraksi rahim dimulai dari kedua facemaker yang letaknya didekat kornu uteri,
bergerak ketengah secara digital kemudian kebawah kedekat servik. Kontraksi menjadi
sirkuler,penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat saraf oleh otot-otot
serviks waktu dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim waktu kontraksi. His yang
menimbulkan pembukaan servik dengan kecepatan tertentu disebut his efektif.
a. Ciri-Ciri His Efektif
- Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus uteri.
- Kontraksi berlangsung secara sinkron dan hormonis.
- Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.
- Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.
- Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.
- Lama his berkisar antara 40-60 detik.
2. Show
Adalah keluarnya darah bercampur lendir dari vagina. Pengeluaran darah disebabkan
karena robeknya pembuluh darah waktu pembukaan serviks.
3. Dilatasi Dan Effisment
Dilatasi adalah terbukanya canalis servikalis secara berangsur-angsur akibat pengaruh
his
Effisment adalah pendataran atau pemendekan canalis servikalis yang semula
panjangnya 1-2cm menjadi hilang sama sekali hingga hanya tinggal osteum yang tipis
setipis kertas.
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG PERSALINAN
5.1 Passage ( jalan lahir )
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu (bagian tulang yang padat), dasar panggul, vagina dan
inntroitus vagina (Bobak, 2005). Tulang panggul terdiri dari 2 buah os coxae, 1 buah os
sacrum dan 1 buah os cocygeus. Bidang-bidang panggul dapat dibedakan menjadi 4 yaitu
Pintu Atas Panggul, Bidang luas Panggul, Bidang Sempit panggul dan Pintu Bawah
Panggul. Ada 4 jenis bentuk panggul yaitu Ginekoid, Android, Antropoid, Platipeloid.
Keadaan panggul yang normal adalah panggul Ginekoid.
5.2 Passanger ( janin )
Ukuran kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan normal. Tulang kepala janin
terdiri dari 2 tulang parietal, 2 tulang temporal, 1 tulang frontal dan 1 tulang oksipital.
Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa yaitu sutura sagitalis, lambdoidea,
coronalis dan frontalis. Rongga yang berisi membrane ini disebut fontanella. Fontanella
anterior (UUB) berbentuk seperti intan yang terletak pada pertemuan sutura sagitalis,
coronalis dan sutura frontalis. Fontanela posterior (UUK) berbentuk segi tiga terletak
pada pertemuan sutura lambdoidea dan sutura sagitalis. Sutura dan fontanella membuat
tulang tengkorak fleksibel sehingga dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir. Tulangtulang ini dapat saling tumpang tidih yang disebut moulage. Presentasi janin adalah
bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir
saat persalinan. Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang janin terhadap sumbu
panjang ibu. Sikap janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang
lainnya. Posisi janin adalah hubungan bagian terendah janin (presentasi) dengan panggul
ibu. (Bobak, 2005). Ukuran kepala bayi terdiri ukuran muka belakang, ukuran melintang,
ukuran melintang. Ukuran muka belakang pada kepala bayi dengan persalinan yang
normal adalah diameter suboccipito-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun
besar : 9,5 cm. ukuran ini adalah ukuran muka belakang yang terkecil. Ukuran ini melalui
jalan lahir kalau kepala anak sangat hiperfleksi pada letak belakang kepala. Ukuran
melintang pada kepala bayi yaitu diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara kedua
ossa parietalia) : 9 cm pada letak belakang kepala ukuran ini melaui ukuran muka
belakang dari pintu atas panggul (conjugata vera) dan diameter bitemporalis (jarak yang
terbesar antara sutura coronaria kanan kiri) : 8 cm. Ukuran lingkaran pada kepala bayi
untuk persalinan yang normal adalah circumferentia suboccipito bregmatica yaitu
mencapai 32 cm. Persalinan yang normal menggunakan presentasi belakang kepala.
titik pemicu pada penebalan otot uterus bagian atas. Kontraksi involunter ini
menyebabkan pembukaan dan penipisan serviks sehingga bagian terendah bayi turun dan
masuk ke pintu atas panggul. Segera setelah bagian terbawah janin mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong ke luar. Wanita merasa ingin
mengedan, usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder). (Bobak, 2005)
5.4 Psikis wanita / ibu
Lingkungan yang tidak nyaman dan membuat depresi ibu hamil akan mengganggu kerja
hipofisis posterior dalam memproduksi hormone yang memacu persalinan. Terganggunya
pembentukan hormone akan mempengaruhi kemajuan proses persalinan. Keadaan ibu
yang depresi dan tertekan membuat ibu tidak kooperatif dalam menerima instruksi dari
penolong dan saat penolong melakukan tindakan. Perubahan psikologi cukup spesifik
seiring kemajuan persalinan. Kondisi psikologi seorang wanita yang melahirkan sangat
bervariasi, tergantung dari pada persiapan menghadapi persalinan dan dukungan
antisipasi yang ia terima selama persiapan persalinan, dukungan dari pasangan, keluarga,
pemberi perawatan, lingkungan dan dari factor janin apakah bayi tersebut diinginkan atau
tidak. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat memperberat persepsi
nyeri selama persalinan. Nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan
yang berakhir dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat memperberat nyeri.
Persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi wanita tentang nyeri bersalin.
Karena wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang, dan hal ini sering
disebut seperti suatu lingkaran setan (gatson-johansson, dkk, 1998).
5.5 Penolong
Penolong yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang cukup akan bisa mendeteksi
dan mengambil keputusan dalan memberikan asuhan persalinan yang sesuai. Dengan
asuhan yang tepat seorang ibu akan bersalin dengan baik dan cepat mendapat tindakan
khusus bila diperlukan.
5.6 Posisi ibu
Posisi yang paling baik adalah posisi yang dirasakan paling nyaman oleh si ibu. Namun
umumnya, ketika melahirkan penolong akan meminta ibu untuk berbaring atau setengah
duduk. Namun pada saat proses melahirkan berlangsung, tidak menutup kemungkinan
penolong akan meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan lancar. Misalnya,
pada awal persalinan ibu diminta berbaring, namun karena proses kelahiran berjalan
lamban maka penolong persalinan menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi
miring (Aya ivadi, 2010). Adapun posisi-posisi persalinan yang dapat digunakan yaitu:
Pada saat kala I:
a. Posisi berdiri membantu turunnya kepala dan mengurangi rasa nyeri.
b. Jalan-jalan dapat mempercepat pembukaan pada servik dan membantu
mempercepat turunnya kepala.
c. Duduk dapat mempercepat dan memperlancar persalinan, dengan gaya
gravitasi bumi yang ditimbulkan dapat mengurangi lamanya persalinan. Dapat
memberikan kenyaman bagi ibu.
d. Jongkok dapat membuka pelvis sehingga bayi memiliki cukup ruang untuk
bergerak turun ke jalan lahir.
e. Merangkak dapat membantu meringankan rasa sakit dan dapat memaksimalkan
aliran darah ke uteroplasenta.
Pada saat kala II:
a. Posisi duduk atau setengah duduk, posisi ini dapat memberi rasa nyaman bagi
ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat diantara kontraksi.
Keuntungan dari posisi ini adalah adanya gaya gravitasi yang dapat membantu
ibu dalam melahirkan bayinya sehingga kepala lebih mudah lahir.
b. Posisi merangkak membuat ibu lebih nyaman untuk meneran dan dapat
membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan serta
mengurangi peregangan perineum.
c. Posisi berbaring miring kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurang resiko
terjadinya laserasi perineum. Posisi ini membantu beberapa ibu dalam
perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput
anterior. Selain itu posisi ini juga baik untuk oksigenasi pada bayi.
6.3 Fleksi
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagittalis melintang
dan dengan fleksi yang ringan. Bila sutura sagittalis terdapat dalam diameter
anteroposterior dari pintu atas panggul, maka masuknya kepala janin tentu lebih sukar,
karena menempati ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Bila sutura sagittalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir, ialah tepat di antara symphisis dan promontorium,
maka dikatakan kepala dalam synclitismus. Pada synclitismus os parietale depan dan
belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau
agak ke belakang mendekati promontorium, maka disebut asynclitismus. Asynclitismus
posterior ialah apabila sutura sagittalis mendekati symphisis dan os parietale belakang
lebih rendah dari os parietale depan. Asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagittalis
mendekati promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale
belakang. Majunya kepala karena kepala mendapat tekanan dari serviks, dinding panggul
atau dasar panggul, fleksi (dagu lebih mendekati dada).Internal Rotation
Bagian terendah janin memutar kedepan, kebawah sympisis merupakan usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan jalan lahir. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan
majunya kepala, rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala didasar
panggul.
6.4 Extention
Extention adalah defleksi kepala yang terjadi karena sumbu pintu bawah panggul
mengarah kedepan dan keatas. Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symtisis
sebagai hipomoclion, maka lahirlah occiput, muka dan dagu.
6.5 External Rotation
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan
torsi akibat putar paksi dalam.
6.6 Expulsi
Bahu depan berada dibawah symtisis sebagai hipomoclion sehingga lahirlah bahu
belakang, bahu depan dan badan seluruhnya.
VII. TAHAP TAHAP PERSALINAN
7.1 KALA I PERSALINAN
7.1.1 Batasan Kala I
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan servik menjadi
lengkap (10 cm). Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi:
a. Fase Laten
(1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap
Nutrisi cukup
Mobilisasi/ubah posisi
Upayakan kandung kemih/rectum kosong
Rangsang puting susu
Lakukan oksitosin drip.
- Jika semua tindakan telah dilakukan dan tetap tidak ada kemajuan
maka persiapan rujukan
c) Ring bandle
Tanda dan gejala :
- Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
- Kontraksi hipotonik
- Muncul tanda-tanda pre syok
- Fetal distress
Manajemen :
- Infus cairan RL
- Rujuk
(2) Deteksi pada kesejahteraan janin.
a) Gawat janin
Tanda dan gejala :
- DJJ <120 kali dalam 1 menit
- DJJ >160 dalam 1 menit
Manajemen :
- Beri oksigen
- Ibu berbaring miring kiri
- Pantau DJJ tip 15 menit
- Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
(3) Deteksi pada kesejahteraan ibu
a) Dehidrasi
Tanda dan gejala :
- Suhu > 38oC
- Nadi >100x/menit
Manajemen :
- Istirahat baring
- Minum banyak
- Kompres untuk menurunkan suhu
b) Infeksi
Tanda dan gejala :
- Suhu > 380C
- Menggigil.
- Nyeri abdomen.
- Cairan ketuban berbau.
Manajemen :
- Baringkan ibu miring kiri.
- Pasang infuse RL.
- Rujuk.
c) Syok
Tanda dan gejala :
- Nadi cepat dan lemah lebih dari 110x/menit.
- TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg)
- Pucat.
- Berkeringat
- Nafas cepat lebih dari 30x/menit.
- Produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
Manajemen :
- Baringkan ibu miring ke kiri.
- Jika memungkinkan naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan
aliran darah ke jantung.
- Pasang infuse RL.
- Rujuk.
7.1.4 Asuhan Kala I
a. Pengurangan rasa sakit
(1) Lakukan perubahan posisi
(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri.
(3) Sarankan ibu untuk berjalan bila masih mampu dan ketuban belum pecah.
(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau
menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.
(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas
panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara
meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
(7) Sentuhan dan masase.
(8) Kompres hangat dan kompres dingin.
(9) Mendengarkan music.
(10) Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan
dorongan dari orang yang mendukung.
(11) Visualisasi dan pemusatan perhatian
Kondisi janin: DJJ (Detak Jantung Janin) dicatat setiap jam, warna
dan adanya air ketuban, penyusupan ( moulage ) kepala janin.
Jam dan waktu: waktu mulainya fase aktif persalinan, waktu aktual
saat pemeriksaan atau penilaian.
terjadi dengan sangat cepat pada multipara. Kala II terjadi dengan kontraksi uterus
yang kuat, penggunaan otot abdomen dan diafragma untuk menekan janin kebawah,
pergeseran otot dasar panggul, dilatasi vagina, penipisan dan pemanjangan
perineum, serta penonjolan vulva yang puncaknya adalah dengan kelahiran bayi.
7.2.2 Tanda dan Gejala Kala II
Tanda dan gejala dari kala II antara lain:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang
hasilnya adalah:
a. Pembukaan serviks telah lengkap.
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
7.2.3 Komplikasi Kala II
a. Tali pusat menumbung
Tanda dan gejala:
- Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam
Manajemen :
- Bila DJJ +, rujuk dengan posisi terlentang dan kepala janin ditahan oleh 2
jari penolong dari dalam vagina
- Atau Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
- Bila DJJ -, beritahu ibu dan keluarga tentang kondisinya dan
penatalaksanaannya sesuai persalinan kala II
b. Perubahan DJJ
Tanda dan gejala :
- Takikardi (>160 dlm 10 menit)
- Bradikardi (<100 dlm 10 menit)
Manajemen:
-
Beri O2
c. Kelelahan maternal
Tanda dan gejala :
- Ibu tampak lemah
- Apatis
- Dehidrasi
- Suhu dan nadi meningkat
Manajemen :
- Pencegahan adalah cara yang terbaik
- Koreksi ketidak seimbangan cairan elektrolit
- Rujuk bila keadaan menurun
d. Dystocia
Sebab-sebab dystocia dapat dibagi dalam 3 golongan besar:
1) Dystocia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar
kurang kuat.
a. Karena kelainan his: inertia uteri atau kelemahan his merupakan
sebab terpenting dari dystocia.
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix
baru pada dinding perut, hernia, diastase musculus rectus
abdominis atau karena sesak nafas.
2) Dystocia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak
lintang, letak dahi, hydrocephalus atau monstrum.
3) Dystocia karena kelainan jalan lahir: panggul sempit, tumor-tumor
yang mempersempit jalan lahir.
e. Partus macet
Adalah tidak adanya kemajuan pada kala II dalam hal :
(1) Penurunan bagian bawah janin
(2) Putaran paksi dalam
Gejala
Perdarahan segera/primer
Gejala penyerta
Pucat
Lemah
Menggigil
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir setelah 30 Tali pusat putus
menit
Inversion uterus
Perdarahan segera
Perdarahan lanjut
Syok neurogenik
Pucat, limbung
Kemungkinan Dx
Robekan jalan lahir
Retensio plasenta
Inversion uteri
Nyeri
Perdarahan segera (intra abdomen/ Syok
vagina)
Nyeri tekan
Nadi cepat
Ruptura uteri
speculum. Jika terdapat robekan yang berdarah atau robekan yang lebih besar >1
cm, maka robekan tersebut hendaknya dijahit. Untuk memudahkan penjahitan
baiknya fundus uteri ditekan ke bawah hingga cervix dekat dengan vulva.
Kemudian kedua bibir cervix dijepit dengan klem dan ditarik ke bawah. Dalam
melakukan jahitan robekan cervix ini yang paling penting bukan jahitan lukanya
tapi pengikatan dari cabang-cabang arteria uterine.
b. Perdarahan postpartum karena sisa placenta
Jika pada pemeriksaan placenta ternyata jaringan placenta tidak lengkap, maka
harus dilakukan eksplorasi dan cavum uteri. Potongan-potongan placenta yang
ketinggalan tanpa diketahui, biasanya menimbulkan perdarahan postpartum
lambat. Kalau perdarahan banyak hendaknya sisa-sisa placenta ini segera
dikeluarkan walaupun ada demam.
7.4.4 Asuhan Kala IV
a. Setelah plasenta lahir:
(1) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.
(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau
beberapa jari di bawah pusat.
(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.
(5) Evaluasi keadaan umum Ibu.
(6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di
bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan.
b. Pemantauan pada Kala IV
Sebagian besar kejadian kesakitan ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena
alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah
persalinan. Jika tanda- tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal
selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami
perdarahan pasca persalinan. Penting untuk berada disamping ibu dan bayinya
selama dua jam pertama pasca persalinan.Selama dua jam pertama pasca
persalinan terdapat beberapa pemantauan dan asuhan yang dilakukan :
(1) Pantau TD (Tekanan Darah), nadi, TFU (Tinggi Fundus Uteri), kandung
kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua.
(2) Massage uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua
kala empat.
(3) Pantau temperatur tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
(4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.
(5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massage jika uterus
menjadi lembek.
(6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bantu ibu untuk mengenakan
baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk
bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan
baik, bagian kepala tertutup baik,kemudian berikan bayi kepada ibu dan
anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI (Air Susu ibu).
(7) Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir, yaitu:
a. Pencegahan infeksi
b. Penilaian segera setelah lahir
c. Pencegahan kehilangan panas
d. Asuhan tali pusat
e. Inisiasi Menyusu dini
f. Manajemen laktasi
g. Pencegahan infeksi mata
h. Pemberian vitamin K
i. Pemberian imunisasi
j. Pemeriksaan BBL
(8) Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca nolong
untuk persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut
menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika
kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
dan anjurkan untuk mengosongkan setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu
bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah ia melahirkan
bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan menyiramkan air
bersih dan hangat ke perineumnya. Berikan privasi atau masukkan jari- jari
ibu kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih secara
spontan. Pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya
mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar.
Ajarkan kepada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda
tanda bahaya seperti:
Demam.
Perdarahan aktif
Keluar banyak bekuan darah
Bau busuk dari vagina
Pusing
Lemas luar biasa
Penyulit dalam menyusukan bayinya
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
(APN, 2008).
(5) Memantau keadaan ibu bila ada tanda-tanda bahaya post partum seperti
perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam
menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
(6) Memantau keadaan bayi bila ada tanda.- tanda bahaya pada bayi seperti
kebiruan, tidak mau menyusu, perdarahan pada tali pusat, tidak BAK
(Buang Air Kecil) dalam 24 jam, tidak BAB (Buang Air Besar) dalam 24
jam, sesak, kejang dan demam (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).
VIII.
psikologisyang
normal
akan
terjadi
selama
secara
klinis
bertujuan
untuk
dapat
secara
tepat
dan
cepat
c. Lingkungan
d. Mekanisme koping
e. Sikap terhadap kehamilan
Kecemasan
menghadapi
persalinan
intervensinya:
kaji
penyebab
kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah
dan nadi), ajarkan teknik-teknik relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa
nyeri akibat kontraksi uterus.
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya: kaji tingkat
pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan
yang akan dilakukan, informed consent.
Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif) intervensinya:
berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi
selama proses persalinan berlangsung.
8.2 Perubahan Psikologis Kala II
a. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan
nyeri
akibat
kontraksi
uterus
yang
semakin
kuat
dan
semakin
karena terdesak oleh kepala janin. Tiga, panik ibu akan panik jika janinnya tidak
segera keluar dan takut persalinannya lama.
yang
normal
akan
terjadi
selama
secara
klinis
bertujuan
untuk
dapat
secara
tepat
dan
cepat
2.
3.
bayi.
Odor ( Bau Badan )
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan
peranan
dalam
nalurinya
untuk
mempertahankan
5.
7.
positip
Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama
alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah
adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu
proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih yang secara konsisten
dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi
dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
IX.
Perubahan Pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen, terlihat dari peningkatan
frekuensi pernapasan. Hyperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik
(pH meningkat), hipoksia dan hypocapnea (CO2 menurun).
g. Perubahan neurologi
Perubahan sensoris terjadi pada saat wanita memasuki tahap pertama persalinan.
h. Perubahan muskuloskeletal
Sistem mengalami stress selama persalinan. Nyeri punggung dan nyeri sendi
(tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya
sendi pada masa aterm.
i.
j.
Perubahan Pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual dan sendawa dapat
terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi serviks lengkap.
k. Perubahan Endokrin
dan peningkatan
kadar estrogen,
Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100 ml selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca salin
kecuali ada perdarahan postpartum.
a. Perubahan kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan curah jantung sekitar 30-50 % pada tahap kedua
persalinan.
b. Perubahan pernapasan
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka dia akan
mengkonsumsi oksigen hampir 2 kali lipat. Kecemasan juga akan meningkatkan
pemakaian oksigen.
c. Perubahan integument
Jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus vagina.
Tingkatannya berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat
meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus
vagina sekaligus tidak dilakukan episitomy.
d. Perubahan Muskuloskletal
Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat
menimbulkan kram kaki.
e. Perubahan Neurologi
Endorphin endogen meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi.
Selain itu anesthesia fisiologis jaringan perineum, yang ditimbulkan tekanan
bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
f.
Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut,
dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. Selama kala II, motilitas
dan absorpsi saluran cerna menurun dan pengosongan lambung menjadi lambat.
Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna
setelah bersalin.
9.3 Perubahan Fisik Kala III
10.1
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan Kala I persalinan dan
Oksitoxin
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
Kondisi ibu
Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Urine (volume, aseton, protein)
2)
3)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Hindari
tindakan
berlebihan
dan
merugikan
seperti
episiotomy,
16.
Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi
lahir
17.
18.
2)
Partograf, dimana dalam partograf terdapat banyak point yang sangat bermanfaat
untuk mengevaluasi proses persalinan, karena partograf berisi informasi tentang:
kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang sudah diberikan sehingga
komplikasi dan penyulit persalian terdeteksi sedini mungkin dan segera diambil
keputusan klinik.
3)
Teknik dokumentasi yang sering digunakan yaitu dokumentasi SOAP, yang terdiri
dari:
S (data subyektif)
O (data obyektif)
A (assesment)
P (planning)
Dokumentasi yang ada juga dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi petugas
kesehatan
sehingga
dalam
pemberian
asuhan
dapat
11.5 Rujukan
Persiapan rujukan sebaiknya sudah dilakukan pada waktu asuhan antenatal yang melibatkan
ibbu, keluarga dan masyarakat sekitarnya, sehingga rujukan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien sebagai salah satu asuhan sayang ibu dan bayi dalam mendukung keselamatan ibu dan
bayi. Rujukan dilakukan dengan memakai prinsip BAKSOKUDA (Bidan Alat Keluarga Surat
Obat Kendaraan Uang DArah).
B: (Bidan)
Pastikan ibu dan atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan
yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir untuk
dibawa ke fasilitas rujukan.
A: (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk auhan persalinan, masa nifas, dan
bayi baru lahir bersama ibu ke tempat rujukan.
K: (Keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan atau bayi dan
Kala I
4.1 Pengumpulan Data Dasar
UK
umur anak
Jenis
Penolo
Persalin ng
an
Bayi
BB/PB
Komplikasi
J
Ibu
Bayi
Ket
Laktasi
Tgl-
Ater
Sponta
Tenaga
(2500gr-
Tidak
Tidak
Bulan-
m/
Pervagi
kesehat
4000gr)/
ada/a
ada/
Eksklusif
Tahun/
tidak
nam/tid
an/
(48cm-
da
ada
lama menyusui
ak
yang
52cm)
Umur
Lama
asi dan
lainnya
tidak, bagaiman denganpola BABdan BAK, konsistensi lembek/ keras dan BAK
beberpa jam lalu, ibu tidak memiliki keluhan/ tridak saat BAK dan BABbagaiman
perasaan ibu pada saat persalianan sekarang, perkawinan keberapa, lama menikah
beberapa tahun, pengambilan keputusan dalam keluarga, persiapan persalinan
yang sudah siap.
9. Pengetahuan, yang perlu dikaji yaitu apakah ibu serta pendamping mengetahui
atau belum tentang Tanda dan gejala persalinan, Teknik mengatasi rasa nyeri,
Mobilisasi dan posisi persalinan, Teknik meneran, Teknik Inisiasi Menyusui Dini
( IMD ), Peran pendamping, Proses persalinan.
b. Data Objektif
1. Keadaan umum yang dikaji yaitu
Kesadaran
Keadaan emosi
: Stabil/ labil
Tanda-tanda vital
: suhu :36,5-37,5C, nadi 60-100 x/menit, respirasi 1624x/menit, TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang
dari 90/70 mmHg, Perubahan TD tidak lebih dari 10
mmHg dari sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Wajah tidak oedema, tidak pucat, conjungtiva merah muda dan sclera putih, mukosa mulut
lembab, bibir segar, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, pembendungan vena jugularis,
pembesaran kelenjar tiroid, payudara
pengeluaran kolostrum, putting susu menonjol, kebersihan payudara, tidak ada bekas luka
operasi, palpasi Leopold :
Leopold I : TFU >3 jari bawah px sampai pusat-px, pada fundus teraba satu bagian
besar, lunak, agak bilat dan tidak melenting
Leopold II : pada sisi kanan/kiri perut ibu teraba bagian datar, memanjang dan ada
tahanan, pada sisi kanan/kiri perut ibu teraba bagaian kecil janin
Leopold III : Pada bagian terendah janin teraba bagian keras, bulat dan tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV : sebagian kecil/sebagian/sebagian besar dari bagian terendah janin sudah
masuk PAP. Posisi tangan pemeriksa konvergen sejajar/divergen.
Perlimaan1/5-4/5, TFU >3 jari bawah px sampai pusat-px , Tafsiran berat janin: 25004000 gram, His 3-5 x 10 menit durasi 20-40 x/menit, serta DJJ : 120-160 x/menit.
Genetalia dan Anus : pada vulva : ada pengeluaran, berupa lender/lender bercampur
darah, tidak ada oedema, tidak ada varices dan sikatrik.
Vagina : tidak ada skibala, sistokel, rektokel, tidak ada tanda-tanda infeksi. VT
(tanggal/bulan/tahun, jam VT, oleh tenaga kesehatan):
penipisan 10-90%. Selaput ketuban utuh/tidak. Presentasi kepala, denominator UUK, posisi
denominator Kanan/kiri depan, moulage O, penurunan dengan menggunakan bidang Hodge
serta tidak ada bagian kecil janin dan tali pusat.
Pemeriksaan panggul : tidak Promontorium, jarak konjugata vera 11 cm, konjugata
diagonalis 12,5 cm, tidak teraba linea inominata. Dinding panggul (sejajar,divergen atau
konvergen). Sacrum konkaf. Spina ischiadika tumpul. Os coccygeus dapat didorong. Arkus
pubis >900. Tidak ada haemorroid pada anus. Tangan dan kaki tidak ada oedema, tidak ada
varices pada kaki, kuku jari merah muda.
3.
Pemeriksaan penunjang
Golongan darah(A/B/AB/O)
Lain-lain
Masalah
-
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki kala I persalinan
Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan kondisi bayi pada lembar observasi
(pada fase laten) atau partograf WHO (pada fase aktif)
II.
Kala II
1. Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Ibu mengeluh sakit perut seperti ingin BAB, ingin meneran, ada keluar lendir
bercampur darah yang bertambah banyak dan disertai/tidak keluhan adanya
pengeluaran air dari alat kelamin ibu yang tidak dapat ditahan.
b. Data Objektif
KU baik, Tanda-tanda vital: suhu :36,5-37,5C, nadi 60-100 x/menit, respirasi 1624x/menit, TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70 mmHg,
Perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya. His 3-5 x 10 menit
durasi 20-40 x/menit, serta DJJ : 120-160 x/menit. Perlimaan 3/5-5/5, ada tanda
gejala kala II yaitu vulva membuka, perineum menonjol serta ada tekanan pada
anus. VT : portio lunak, pembukaan 10 cm, penipisan 100%, presentasi kepala,
denominator UUK, posisi depan, moulage O, penurunan H III+, tidak teraba bagian
kecil janin dan tali pusat.
2. Interpretasi Data Dasar, Menentukan Diagnosa dan Masalah Aktual
a. Diagnosa kebidanan
GAPAH UK 37-42 minggu preskep puka/puki janin tunggal hidup intra uteri partus
kala II
b. Masalah
Lakukan episiotomy
III.
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki kala II persalinan
Anjurkan ibu untuk mengambil posisi sesuai pilihan atau kenyamanan ibu
Kala III
1. Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan senang setelah melihat bayinya dalam keadaan sehat namun ibu
masih merasakan sakit pada perutnya.
b. Data Objektif
KU baik, Tanda-tanda vital: suhu :36,5-37,5C, nadi 60-100 x/menit, respirasi 1624x/menit, TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang dari 90/70 mmHg,
Perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari sebelumnya, kontraksi +, TFU
sepusat, kandung kemih kosong, jumlah perdarahan 50- <200 cc, anogenital tali
pusat memanjang, ada semburan darah secara tiba-tiba dan singkat.
Keadaan bayi : Lahir spontan belakang kepala pukul..tanggal., segera
menangis, warna kulit kemerahan, gerak aktif
2. Interpretasi Data Dasar, Menentukan Diagnosa dan Masalah Aktual
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa actual pada kala III yaitu:
Diagnosa ibu
GAPAH UK 37-42 minggu partus kala III
Diagnosa Bayi
Bayi aterm lahir spontan belakang kepala segera setelah lahir dengan (vigerous
baby/masalah penyerta lainnya)
atonia uteri
syok hipovolemik
Lakukan KBI/KBE
Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki kala III serta keadaan
bayi
IV.
Lakukan IMD
Kala IV
b.
Data Objektif
Keadaan Ibu : KU baik, Tanda-tanda vital: suhu :36,5-37,5C, nadi 60-100 x/menit,
respirasi 16-24x/menit, TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak kurang
dari 90/70 mmHg, Perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg dari
sebelumnya, kontraksi +, plasenta lahir lengkap tidak lebih dari 30
menit, diameter plasenta 15-20 cm, berat plasenta 500 cc, insersi tali
pusat sentralis/parasentralis. Pada vulva dan vagina ada/tidak laserasi,
jika ada laserasi grade I/II , jumlah perdarahan <500 cc.
Keadaan bayi : kulit kemerahan, tangis kuat, gerak aktif, reflek hisap +, reflek
menelan+
2. Interpretasi Data Dasar, Menentukan Diagnosa dan Masalah Aktual
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa ibu
P(aterm,premature,abortus,jumlah anak hidup) partus kala IV
Diagnosa Bayi
Bayi aterm lahir spontan belakang kepala segera setelah lahir dengan
vigerous baby
b. Masalah
Potensial HPP
Reposisi, bebaskan jalan nafas, pasang oksigen, pasang infuse RL, manual
plasenta
Jelaskan paba ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki kala IV persalinan
Ajarkan ibu serta keluarga cara melakukan massase fundus serta cara menilai
kontraksi uterus
Pantau kondisi ibu selama 2 jam yaitu 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada 1 jam kedua
V.
Berikan salep mata dan vitamin K pada bayi setelah 1 jam lahir.
Data Subjektif
Nyeri pada kemaluannya
b.
Data Objektif
Keadaan Ibu : KU baik, Tanda-tanda vital: suhu :36,5-37,5C, nadi 60-100
x/menit, respirasi 16-24x/menit, TD tidak lebih dari 140/95 dan tidak
kurang dari 90/70 mmHg, Perubahan TD tidak lebih dari 10 mmHg
dari sebelumnya, kontraksi +. Pada vulva dan vagina tidak ada
oedema, jumlah perdarahan
Keadaan Bayi : wajah bayi cerah, menyusui dengan frekuensi beberapa kali , lama
menyusui beberpa menit, reflek hisap+
2.
Diagnosa ibu
P (aterm, premature, abortus, jumlah anak hidup) partus spontan belakang kepala
post partum 2 jam
Diagnosa Bayi
Bayi aterm lahir spontan belakang kepala umur 2 jam dengan vigerous
baby/masalah penyerta lainnya
3.
Masalah
potensial HPP
potensial infeksi
Identitas
Nama
Umur
Suku/Bangsa
Agama
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ibu
Ny. KF
25 tahun
Bali/Indonesia
Hindu : SMA
SMP
IRT
Bantiran Kelod
0
Suami
Tn. NB
25 tahun
Bali/Indonesia
Hindu
SMA
Swasta
Bantiran Kelod
-
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat Rumah
No Telepon
Alamat Kerja
Golongan darah
2.
Keha
Mila
n
Ke1
Tgl
Lahir/um
UK
ur
Anak
Jenis
Persalina
n
Aterm
Penolon
Bayi
Komplikas
Laktasi
si ibu dan
g/
bayi
tempat
BB/
PB
JK
280
Laki Baik
ming
gu
gra
laki
39
Normal
Bidan
Keterangan
baik
m
50c
m
5.
atasi
TW III sebanyak 3 kali di BPM dan 2 kali, ibu mengatakan sering kencing
dan sudah dapat di atasi, ibu mendapat suplemen SF,Calk,Vit C Ibu dapat
USG 2 kali dengan hasil janin normal, Ibu sudah merasakan gerakan
janinnya 5 bulan yang lalu dan ibu tidak pernah mengalami tanda bahaya
pada kehamilannya.
6.Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu : ibu mengatakan tidak
sedang atau tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, TBC,
hepatitis, PMS, HIV/AIDS, TORCH, infeksi saluran kencing, epilepsy, malaria.
Ibu makan terakhir pukul 08.00 Wita (14/09/2015) porsi sepotong roti,
Ibu minum terakhir pukul 08.30 wita, jumlah 1 gelas, jenis air putih
Nafsu makan ibu baik
c. Istirahat terakhir
Ibu masih tetap bisa bisa ber istirahat di sela-sela kontraksi (14/09/2015)
d. Eliminasi
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada saat BAB dan BAK
e. Psikologis
Ibu mengatakan saat ini sudah siap untuk melahirkan dan ibu mengatakan
f.
perasaan ibu saat ini sangat bahagia dan ibu sangat kooperatif
Sosial
sudah
mempersiapkan
perlengkapan
persalinan
seperti
g. Spiritual
Ibu mengatakan tidak ada kepercayaan tertentu terkait kehamilan dan
persalinan yang merugikan kesehatan. Ibu selalu berdoa untuk keselamatan
bayinya. Ibu memiliki keyakinan mampu melewati persalinan dengan normal
dan akan melahirkan anak yang sehat.
9. Pengetahuan
Ibu mengatakan belum mengetahui cara tehnik meneran efektif dan cara
mengurangi rasa nyeri
: baik
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan emosi
: stabil
: BB sebelumnya : 49 kg
BB sekarang : 62 kg
TB :160 cm
Tanda Vital
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
b. Mata
Konjungtiva
Sklera
Bentuk
c. Mulut
d. Leher
f. Abdomen
Inspeksi :
Perut ibu terlihat membesar sesuai umur kehamilan, arah memanjang
searah sumbu ibu, , tidak terdapat bekas luka operasi ada linea nigra,
dan striae.
Palpasi Leopold
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
dapat digoyangkan.
: Tangan pemeriksa sejajar,sebagian besar bagian
35detik
: 147x/menit, irama teratur
j. Tangan
k. Kaki
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hb : 11.6 gr %
b. USG hasil dari pemeriksaan tersebut janin dalam keadaan baik dan tidak
ada kelainan
III.
ANALISA
G2P1011 UK 39 Minggu 1 Hari preskep U Puki Janin Tunggal Hidup Intra Uteri Partus
Kala I fase aktif
Masalah
IV.
PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, dan suami, Ibu dan suami mengerti
dengan penjelasan bidan dan ibu terlihat lebih tenang setelah mendengar
hasil pemeriksaan
2. Memfasilitasi informed consent kepada ibu dan suami tentang asuhan yang
akan diberikan, Ibu dan suami setuju untuk menerima asuhan yang diberikan
oleh bidan dan informed consent telah ditandatangani.
3. Melibatkan pendamping selama proses persalinan, suami tampak selalu
menemani ibu dan kooperatif dalam membantu ibu.
4. Memberikan KIE kepada ibu mengenai teknik meneran yang efektif, iIbu
mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan.
5. Memberikan KIE mengenai teknik mengatasi rasa nyeri,ibu dapat menarik
nafas panjang dan pendamping sudah mengurut perut ibu.
6. Menjelaskan kepada ibu tentang posisi saat bersalin, ada posisi setengah
duduk, jongkok, berdiri, merangkak, ibu mengatakan kini sudah tahu tentang
posisi apa saja saat bersalin dan mengatakan akan memilih posisi setengah
duduk
7. Melibatkan pendamping dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, ibu sudah
diberikan minum segelas air putih oleh suami
8. Melibatkan pendamping dalam memenuhi kebutuhan eliminasi, ibu sudah
buang air kecil di kamar mandi dibantu oleh suami
9. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di sela-sela kontraksi, ibu tampak
bersandar dan menurunkan kakinya untuk beristirahat saat tidak ada
kontraksi
10.Memberikan dukungan emosional pada ibu, ibu tampak lebih semangat dan
mengatakan bisa melewati persalinan dengan lancar.
11.Melakukan pemantauan kesejateraan janin, ibu dan kemajuan persalinannya
dengan lembar partograf WHO. Hasil terlampir di lembar depan partograf.
12.Mempersiapkan alat dan obat sesuai APN (partus set, hecting set, spuit, O 2,
alat resusitasi, oksitosin, metherghin), alat dan obat sudah dipersiapkan.
13.Mempersiapkan alat pelindung diri (penutup kepala, masker, kacamata,
celemek, sepatu bot), alat-alat sudah dipersiapkan.
CATATAN PERKEMBANGAN
JK : perempuan
Alamat : Bantiran kelod
Nama : Ibu KF
Umur : 25 tahun
Tgl/Jam
Catatan Perkembangan
Paraf
14-9-2015
10.55 Wita
O:
Keadaan
composmentis,
umum
TD
ibu
baik,
110/70
kesadran
mmHg,
80
irama
teratur.
Po
tidak
teraba,
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu,
dan suami. Ibu dan suami mengerti
dengan penjelasan bidan dan ibu terlihat
lebih tenang setelah mendengar hasil
pemeriksaan
2. Melakukan informed consent kepada ibu
dan suami tentang asuhan yang akan
diberikan. Ibu dan suami setuju untuk
dan
informed
ditandatangani.
3. Memfasilitasi ibu
consent
dalam
telah
mengambil
sudah
mampu
meneran
secara
efektif.
5. Memantau DJJ di sela-sela kontraksi, DJJ
140x/menit irama teratur.
6. Melibatkan peran pendamping dalam
pemenuhan
nutrisi,
suami
sudah
lahir
pikul
11.10
wita.
Tangis
P:
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu telah
memasuki kala uri,ibu mengerti dengan
penjelasan
bidan
dan
siap
untuk
melahirkan plasenta.
2. Melakukan penyuntikan oksitosin pada
1/3 paha bagian luar, oksitosin sudah di
suntikkan.
3. Melakukan penjepitan,pemotongan dan
membungkus tali pusat, tali pusat sudah
di jepit, di potong dan di bungkus.
4. Melakukan IMD, bayi sudah berada di
perut ibu dan lidah sudah mencapai
puting susu.
5. Melakukan PTT pada saat ada kontraksi,
ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
6. Menolong kelahiran plasenta, pasenta
lahir lengkap pukul 11.20 wita
7. Melakukan massase fundus uteri selama
15 detik,kontraksi baik.
8. Melakukan pemeriksaan
plasenta,
ketuban
kotiedon
lengkap,
kelengkapan
lengkap,
tali
pusat
selaput
segar
:Keadaan
umum
baik
,kesadaran
laserasi
vagina,komisura
pada
posterior,kulit
mukosa
perieum,dan
lidokain
1%,
lidokain
dan
jahitan
sudah
terpaut
memenuhi
ibu
untuk
menyusui
laserasi
grade
II
post
partum 2 jam
mengerti
dengan
kepada
ibu
untuk
cara
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Berdasarkan kasus diatas, dapat diketahui bahwa ibu KF umur 25 tahun dating diantar
oleh suami ke rumah sakit karena Ibu mengeluh sakit perut hilang timbul pada
pukul 05.00 WITA (14/09/2015),Ibu mengatakan keluar lendir bercampur
darah sejak tadi malam pukul 11.00
masih aktif di rasakan ibu. Ini adalah kehamilan ibu yang kedua, ibu pertnah abortus
teraba
datar,keras,
Leopold IV
Perlimaan
besar
Hasil VT : Porsio lunak, 3 cm, eff 30 %, selaput ketuban (+), presentasi kepala,
denominator UUK kiri depan, molase 0, penurunan H III, tidak teraba bagian kecil
janin/tali pusat.
Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosa G2P1011 UK 39 minggu 1 hari preskep U
puki janin tunggal hidup intrauteri partus kala 1 fase Aktif. Dari diagnose tersebut asuhan yang
dapat diberikan yaitu melakukan persalinan normal, kemudian mengobservasi kesejahteraan ibu
dan janin, memnuhi kebutuhan nutrisi/eliminasi ibu, melibatkan peran pendamping, menyiapkan
partus set dan alat yang lainnya.setelah itu menolong persalinan dan mengasuh sampai 2 jam pp.
BAB V
PENUTUP
5.1
SIMPULAN
Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan pada
ibu bersalin KF dilakukan dengan menggunakan pola pikir varney dan di
dokumentasikan menggunakan metode SOAP. Diawali dengan pengkajian
data, interpretasi data untuk menentukan diagnosa, masalah, serta diagnosa
dan masalah potensial, dilanjutkan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi asuhan. Setelah itu didokumentasikan dengan metode SOAP. Dari
kasus tersebut tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara teori dan
kenyataan di lapangan.
5.2
SARAN
74