Defenisi Postmatur
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu merupakan
kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan.
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama
haid terakhir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kehamilan postmatur adalah kehamilan lebih dari 40 minggu.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini
masih belum diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori
yang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu
prose biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba
kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta
sehingga prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi
esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan posterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa bilamana
seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor
yang dikemukakan adalah :
a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
b. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu
c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
d. Kurangnya air ketuban
e. Insufiensi plasenta.
C. Manifestasi Klinik
1. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20
menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012)
2. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
a. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi
berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
c. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :
1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks kaseosa di bidan kurang
5. Kuku-kuku panjang
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
D. Patofisiologi
1. Sindrom posmatur
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan pengurasan
energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit
keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak kaki. Kuku
biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil
ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi postmatur Clifford mati dan
banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa
bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom
postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing
belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10 %
kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44
minggu. Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata meningkatkan
kemungkinan postmaturitas.
2. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm mungkin
terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa beras pada
sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi plasenta tidak
terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut, meskipun
kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi antara 38 dan 42
minggu.
3. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa
dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi ketika
kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran mekonium
oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah berkurang
merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada
sindrom aspirasi mekonium.
4. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna
yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan
janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu atau
lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas
meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada
kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan
yang jumlahnya relatif kecil ini.
5. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan
memanjang karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah indicator
prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam persalinan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan
postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:
1. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan
USG pada trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang
kepala-tunggingn (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang
lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat setelah
trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin, keadaan air
ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering berhubungan dengan
kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia kehamilan.
2. Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini
sekarang jarang digunakan karena pengenalan pusat penulangan seringkali
sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/
spingomielin, aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi cairan
amnion, dan sitologi vagina.
F. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan
postmatur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan
atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi
dari postmatur ini.
2. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur.
Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat
segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana
serviks telah matang.
2. Resiko cidera
a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi
d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap
infan.
G. Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
1. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
2. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan
kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan,
bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan
jangka pangjang pada bayi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon,
agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
2. Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan
ibu pada kasus postmatur adalah :
a. Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
b. Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
c. Berat badan ibu mendatar atau menurun.
d. Air ketuban terasa berkurang.
e. Gerak janin menurun.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak
ada dilatasi serviks
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
7.Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga klien
Kriteria hasil :
- Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau nafas dalam
dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan
hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
-Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan
Rasional : Mengurangi ansietas
-Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik dan
untuk mempermudah proses adaptasi
-Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan perasaan
mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat melakukan
penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien
-Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan
serviks
Intervensi :
Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan, meningkatkan
resiko komplikasi maternal atau janin.
Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan menghambat
penurunan janin.
Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk
memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
Kaji DJJ secara manual atau electronic
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi yang
mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat
mengidentifikasi faktor –faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada
presentase kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter lebih
besar dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan
pola persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan
yang berhubungan dengan anomaly janin.
8. Asuhan Keperawatan Kasus
Ny Y berusia 25 tahun dan hamil anak pertama bermaksud
memeriksakan keadaan kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 15
Maret 2014. Ny Y juga ingin menanyakan kepada dokter apakah
kandungannya baik- baik saja sebab ini sudah memasuki minggu ke 43 dan
janin belum lahir. Saat dilakukan anamnesa Ny. Y mengatakan bahwa gerak
janinnya makin hari makin berkurang dan ia takut terajdi apa- apa terhadap
janinnya. Hasil dari pemeriksaan fisik untuk TTV ibu sendiri adalah TD
120/80 mmHg, RR 18x/menit, nadi 80x/ menit dan suhu 36oC.
9. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien :
Identitas klien :
Nama istri : Ny. Y Nama Suami : Tn. K
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-1 (primigravida)
Tanggal anamnesis: 15 Maret 2014 pukul 15.00 WIB
2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. Y adalah usia
kehamilannya yang sudah lebih dari 43 minggu tetapi belum terasa
ingin melahirkan.
3) Alasan datang : Ny. Y ingin mengetahui kondisi kehamilannya
dan menanyakan kepada dokter apakah janinnya tidak apa- apa
karena sampai sekarang belum terasa ingin melahirkan.
4) Riwayat kehamilan sekarang.
Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. Y adalah ia merasa bahwa
gerakan janinnya semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas
terhadapa kondisi janinnya. Selama kehamilan ini, Ny. Y rutin untuk
melakukan pemeriksaan antenatal ke bidan puskesmas. Dari riwayat
hasil pemeriksaan antenatal yang dilakukan juga tidak ada masalah
apa- apa.
5) Riwayat kesehatan masa lalu.
Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek
saja. Ny. Y juga tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit
parah sebelumnya yang mengharuskan ia MRS. Riwayat imunisasi
Ny. Y saat kecil lengkap. Ia juga imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. Y merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai
aktifitas berlebih. Ia tinggal berdua bersama suaminya. Ia juga tidak
mempunyai riwayat merokok ataupun konsumsi alkohol. Selama
hamil, bidan tidak menyarankan untuk melarang makanan tertentu.
Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi banyak asam folat seperti
ikan untuk kesehatan bayinya.
6) Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. Y saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. Y adalah
anak ke 3 dari 5 bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada
yang pernah mengalami gangguan persalinan yang sama seperti ini.
7) Riwayat mestruasi
a) Umur menarche : 13 tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Lamanya : 5-6 hari
d) Frekuensi : teratur
e) Sifat darah : encer
f) Disminorhoe : kadang- kadang
g) Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h) HPHT : 17 Mei 2013.
8)Riwayat Obstetri.
a) Gravida/para : Ny. Y merupakan primigravida. Adapun skor
GPAPAH nya adalah G1P0
b) Tipe golongan : Ny. Y mempunyai golongan darah B dengan
Rhesus +
c) Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)
9) Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. Y baik itu infeksi
vagina maupun penyakit menular seksual
10) Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi
berhubungan dalam seminggu adalah 2x. Tidak ada masalah dalam
hubungan suami istri.
11) Riwayat pernikahan.
a) Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang
b) Usia kawin pertama : 21 th
c) Lamanya perkawinan: 4 th
12) Riwayat keluarga berencana
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB
suntik setiap 1 bulan sekali karena klien sepakat untuk menunda
kehamilan dulu bersama suaminya. Klien menggunakan KB selama
2 tahun dan kemudian berhenti karena menginginkan anak dan baru
hamil saat ini.
13) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan
sebagai berikut: HPHT klien adalah pada tanggal 17 Mei 2013,
maka saat ini usia kehamilan klien adalah 43 minggu.
Berdasarkan kartu kehamilan, letak janin normal (membujur).
Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah 37,6 cm.
b) Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus
sebelumnya.
c) Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum
pernah melahirkan.
14) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan
buah, minum kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air
putih.
b. Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan
melakukan kegiatan sebagai istri saja seperti memasak, mencuci
baju, dll. Risiko dari aktifitas ini berupa kelelahan.
c. Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar.
Akan tetapi memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami
sepakat untuk mengurangi kegiatan seksual mereka.
d. Pola eliminasi
Pola BAB = ±1-2x sehari, pola BAK : ±5-8x sehari dengan
intake cairan ± 2L
e. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun
alkohol.
10. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan
sehat dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
4) Suhu.
Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 36 0 C.
5) Denyut nadi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 80x/ menit.
6) Respirasi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 18x/ menit.
7) Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar
11 Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
8) Tinggi badan.
Tinggi badan ibu adalah 163cm dan bukan termasuk golongan
beresiko.
9) Lila.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm.
11. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi yang
merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya kehamilan
postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas.
Namun ada berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh
progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada
partus postmatur tanda-tandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG
(karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Echa, 2012).
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien
dengan partus postmature.
DAFTAR PUSTAKA