Anda di halaman 1dari 38

Konsep Dasar Adaptasi Fisiologis

Bayi Baru Lahir & Askep hipotermia

Alqurina Norizka
Fajar Ayu Ningrum
Lestari Rumiyani
Satrio Wiguno
Tri Agustin Chaemar
OUTLINE
1. Proses adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir
2. Mekanisme terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir
3. Pengkajian keperawatan pada bayi baru lahir
4. Diagnosis dan penjelasan intervensi pada bayi baru lahir
sesuai kasus

TUJUAN
Mahasiswa mengetahui konsep dasar adaptasi fisiologis pada
bayi baru lahir sehingga apabila dihadapkan pada kasus
serupa, mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat pada bayi baru lahir.
Adaptasi Sistem Kardiovaskular
Duktus venus menutup:
Darah mengalir ke hati
menyambungkan vena
dan sistem porta (3
umbilikus dan vena cava
hari)
inferior

Tali pusat Perubahan sistem Akibat tekanan atrium kiri


Foramen ovale: penutupan
dipotong sirkulasi yang lebih besar dari
katup antara atrium kanan
dan kiri. atrium kanan (setelah bayi
bernapas).

Duktus arteriosus:
Sirkulasi pulmonal
menyambungkan arteri
(15 jam setelah lahir)
pulmonal dan desending aorta
(Chapman & Durham, 2010).
Adaptasi Sistem Pernafasan
peningkatan aliran darah melalui
tekanan alveolar pembuluh darah paru
oksigen (PaO2) meningkat
bayi baru lahir penurunan
bernafas tahanan vaskular
pulmonal
penurunan terjadi peningkatan
tekanan artery pertukaran O2 dan
pulmonal CO2 dalam
paru paru

Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005).


Adaptasi Sistem Thermoregulasi
Adaptasi temperatur terjadi beberapa minggu setelah
kelahiran yang menempatkan
Bayi beresiko mengalami stres dingin.
Neonatus akan merespon dingin dengan meningkatkan
metabolisme, meningkatkan aktivitas otot, kontriksi
vaskular perifer dan metabolisme lemak.
Mekanisme kehilangan panas bayi melalui cara :
Konveksi,
Radiasi
Evaporasi
Konduksi.
Adaptasi Sistem Renal:
Ginjal pada BBL sdh berfungsi, tetapi belum sempurna
BBL harus BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir,
dengan jumlah urin sekitar 20 30 ml/hari &
meningkatmenjadi 100 200 ml/hari pada waktu
akhir minggu pertama
GFR pada bayi baru lahir sebesar 30%, sebaliknya
pada dewasa 50%
Adaptasi sistem integumen
Struktur kulit bayi baru lahir sudah ada namun belum
sempurna.
Lapisan kulit sangat tipis, terdapat verniks caseosa yang
menyatu dengan epidermis, terdapat lanugo di sekitar
pundak, kulit cenderung erithematous, ujung ekstremitas
terlihat sedikit sianosis.
Pada Kasus: warna kulit pink di bawah badan dan biru di
ekstremitas. Rambut rambut halus pada lengan atas dan
pundak , lemak berwarna putih ke kuningan di lipatan
paha dan lengan.
Hepatic
Organ hepar pada bayi baru lahir masih immature.
Bayi baru lahir memiliki produksi bilirubin dengan
kecepatan produksi yang lebih tinggi (Umur sel
darah merah janin lebih pendek yaitu 40-90 hari
dibandingkan 120 hari pada orang dewasa)
Terdapat cukup banyak reabsorpsi bilirubin pada
usus halus neonatus
Faktor koagulasi diantaranya II, VII, IX dan X disintesis
di hati
Sistem Imun
Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi
oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu.
Imunoglobulin G merupakan antibodi yang
didapatkan secara pasif oleh bayi melalui plasenta,
yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi virus dan
bakteri (rubella, tetanus dan dipteri)
Jumlah sel T dan sel B pada bayi baru lahir sudah
hampir sama dengan orang dewasa namun
fungsinya belum dapat bekerja secara sempurna.
Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir memiliki system pencernaan yang masih immature
namun akan berkembang secara cepat sejalan dengan proses
menelan, mencerna dan absorpsi berbagai nutrisi dan eliminasi
Kapasitas lambung pada hari pertama adalah 40-60 ml dan
meningkat menjadi 90 ml setelah 3 hari
Bayi baru lahir akan mengoordinasi reflek pernapasan, reflek
menghisap dan reflek menelan yang diperlukan pada pemberian
makan pada bayi.
Kemampuan bayi baru lahir untuk mecerna karbohidrat, lemak dan
protein diatur oleh enzim tertentu kecual enzim amylase (3 bulan) dan
enzim pankrean (6 bulan)
Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005)
Hipotermia pada Bayi Baru Lahir
Hipotermi adalah pengeluaran panas akibat paparan
terus menerus terhadap dingin dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.
(Dwienda, 2014)

Mekanisme Kehilangan Panas


Pada kasus,
Bayi kehilangan panas melalui mekanisme konduksi
yaitu kontak langsung dengan popok yang basah.
Jika bayi ditempatkan pada suhu kamar 25 C maka
akan kehilangan panas sebanyak 200 kalori/kg
BB/menit. Sedangkan pembentukan panas dalam
tubuh bayi 20 kalori/kg BB/menit sehingga terjadi
hipotermi. (Wagiyo, 2016)
Patofisiologi :
Kulit terpapar
dingin

Saraf afferen menstimulasi


saraf simpatis di
hipotalamus
Serabut simpatis
mengeluarka
epinaprin
Oksidasi lemak
coklat dan
vasokonstriksi
perifer

Distribusi panas
keseluruh tubuh
Klasifikasi hipotermi :
Aktivitas berkurang, letargi
Tangisan lemah
Terdapat cutis marmorata

Sedang Kemampuan menghisap lemah


Kaki teraba dingin

Tanda hipotermi sedang


Sianosis pada bibir dan kuku
Pernafasan melambat dan tidak

Berat
teratur.
Detak jantung melemah
Fisiologi pengaturan suhu tubuh pada bayi
menurut Bobak (2005)
1. Insulasi suhu pada bayi baru lahir kurang, perubahan temperatur lingkungan akan
mengubah temperatur darah, sehingga mempengaruhi pengaturan suhu di
hipotalamus.
2. Rasio permukaan tubuh bayi lebih besar dari berat tubuhnya, posisi fleksi bayi bari
lahir berfungsi sebagai system pengamanan untuk mencegah pelepasan panas
karena mengurangi pajanan permukaan tubuh dengan lingkungan.
3. Control vasomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik.
4. Bayi baru lahir memproduksi panas terutama melalui upaya thermogenesis tanpa
menggigil.
5. Kelenjar keringat bayi hamper tidak berfungsi sampai minggu ke empat setelah
lahir.
Kasus
Seorang bayi baru lahir 3 jam yang lalu. Jenis kelamin laki-
laki, berat badan 3000 gram dan panjang badan 49 cm, nilai APGAR
8/10. Bayi terlihat warna kulitnya pink di bagian badan dan biru di
ekstrimitas, sesekali bayi terlihat menggigil. Pada tubuh bayi
tampak rambut- rambut halus di sekitar pundak dan lengan atas,
juga lemak- lemak berwarna putih kekuningan di lipatan lengan dan
paha. Ibu bayi mengaku masih takut memandikan bayi karena tali
pusat bayi belum lepas. Beberapa saat kemudian bayi terdengar
menangis, ketika tangisan bayi terdengar belum juga berhenti
perawat mendatangi tempat tidur pasien dan ternyata ibu bayi
sedang berada di kamar mandi. Perawat mengecek keadaan bayi
dan didapati popok bayi basah oleh urinnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada bayi hipotermi

Data dasar
untuk
perencanaan Mengenal &
tindakan
menemukan
Mengidentifikasi kelainan yang
masalah perlu
mendapatkan
tindakan segera

Menentukan
Menentukan data obyektif
status Tujuan dari riwayat
kesehatan keperawatan
pasien
Prinsip pemeriksaan fisik
Jelaskan tujuan & prosedur pada orang
tua dan minta persetujuan tindakan

Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung


tangan

Pastikan pencahayaan baik

Pastikan bayi dalam keadaan hangat

Periksa bayi secara sistematis dan


menyeluruh
Persiapan peralatan & perlengkapan
1. Kapas alkohol dan tempatnya 9 Selimut bayi

2. Bak instrumen 10 Bengkok

3. Handscoon 11. Timbangan bayi

4. Tisu dalam tempatnya 12. Selimut bayi

5. Senter 13. Pita ukur

6. Termometer 14. Timer

7. Stetoskop 15. Pengukur panjang badan

8. Tongspatel 16. Buku catatan


Penilaian apgar score (farrer ,2001; Bobak ,2012; Henderson ,2006)

Skoring Apgar 2 1 0
Frekuensi jantung Lebih Dari 200 Kurang dari 100 Tidak teraba atau tidak terlihat

Respirasi Sudah terjadi dan hamper Intermiten, sekali-kali menarik Sama sekali tidak tampak
teratur napas bernapas
Warna kulit Seluruh tubuh berwarna merah Bagian tengah tubuh merah Sianosis atau pucat
muda muda, tapi bagian ekstremitas
berwarna biru

Tonus otot Baik- biasanya menendang- Cukup baik- tampak beberapa Tidak ada-tampak lunglai
nendang gerakan
Respons terhadap stimulasi Penarikan kaki yang kuat Penarikan kaki minimal Tidak ada
(menggelitik telapak kaki)
Keterangan:
APGAR score 7 10 : adaptasi baik
APGAR score 4 6: asfiksia ringan sedang
APGAR score 0 3: asfiksia berat
Pengukuran antropometri
Normal: 2500 3500 gram
Berat badan Prematur: < 2500 gram
Macrosomia: > 3500 gram

Diukur dari kepala sampai tumit,


Panjang badan Normal: 45 50 cm
Dimulai dari dahi melingkari kepala kembali ke dahi.
Normal: 33 35 cm.
Lingkar kepala Hidrocepalus: lebih besar 3 cm dari lingkar dada
Microcepalus: lebih kecil 3 cm dari lingkar dada
Dimulai dari daerah dada ke punggung kembali
ke dada.
Lingkar dada Normal: 30 33 cm

Normal: 11 15 cm
Lingkar lengan
Tidak mencerminkan keadaan tumbuh
atas kembang bayi
Tahap pemeriksaan fisik
Postur :
Inspeksi posisi masih seperti di dalam rahim
Ada/ tidaknya hipotonis, hipertonia, opistotonus.

Tanda-tanda vital:
Suhu aksila: 36,5 37oC, stabil setelah 8 - 10 jam
kelahiran
Usaha & frekuensi napas: sekitar 30 60 x/menit
Tekanan darah: sistolik antara 60 80 mmHg, diastolic
antara 40 45 mmHg.

Pengukuran umum:
BB: 2500 3500 g; lingkar kepala: 33 35 cm
PB: 45 55 cm; lingkar dada: 30 33 cm
Integumen:
Warna kulit biasanya merah muda, ikterik fisiologis, hiperpigmentasi pada areola, genitalia
dan linea nigra.
Verniks kasiosa
Lanugo di daerah bahu, telinga dan dahi
Turgor kulit: cubit bagian perut dan lihat apakah kulit kembali dengan cepat

Kepala:
Inspeksi daerah kepala, raba sepanjang sutura, apakah ukuran dan tampilannya normal.
Fontanel anterior: besar hidrosepalus, kecil mikrosepalus; adakah caput
suksedanum, perdarahan, fraktur tulang tengkorak
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ansepali, mikrosepal, kraniotabes, dll
Wajah
Wajah harus tampak simetris,
Observasi adanya tanda syndrome down/ syndrome piere robin.
Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir.

Mata
Periksa jumlah, posisi, letak
Periksa adanya strbismus, glaukoma kongenital, katarak kongenital
Pupil harus bulat, bila terdapat seperti lubang kunci defek retina, adakah perdarahan
palpebra & konjungtiva, ephicantus melebar sindrom down.
Hidung
Kaji bentuk dan lebarnya: > 2,5 cm.
Periksa adanya sekret mukopurulen (sinus kongenital),
Ada/tidaknya pernafasan cuping hidung ada gangguan pernafasan.

Mulut
Inspeksi mukosa, adakah kista, kesimetrisan bentuk
Periksa adanya labio palato and gnato schizis
Lidah membesar/ tidak
Tanda foote ( lidah keluar masuk karena peningkatan tekanan intra kranial)
Telinga:
Periksa jumlah, bentuk dan posisi.
Letaknya.

Leher: ukurannya pendek dan banyak lipatan.


Leher berselaput adanya abnormalitas kromosom.
Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Adanya lipatan kulit yang berlebih trisomi 21.
Dada, paru dan jantung
Periksa pergerakan,
Frekuensi normal 40 60 x/mnt
Putting susu terbentuk dengan baik, tampak membesar.
Palpasi dada: ada/tidaknya fraktur klavikula
Frekuensi denyut jantung 120 160x/mnt
Abdomen
Periksa bentuk, pergerakan bersamaan dengan pergerakan dada,
Kaji adanya pembesaran pada tali pusat, ada tidaknya vena & arteri
Perut cekung hernia diafragmatika
Perut membuncit hepato-splenomegali
Auskultasi bising usus
Lakukan perabaan hati, ginjal

Ekstremitas atas:
Periksa jumlah, panjang lengan, ada tidaknya fraktur, pergerakan,
Periksa jumlah jari (sindaktili/polidaktili),
Telapak tangan dapat membuka

Ekstremitas bawah:
Periksa kesimetrisan, panjang kaki, pergerakan,
Ada/tidak adanya fraktur
Genetalia
Laki-laki: panjang penis 3 4 cm dan lebar 1 1,3 cm
Periksa lubang uretra; prupusium
Periksa adanya hipospadia, epispadia
Skrotum ada 2 dan sudah turun
Perempuan: labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra dan vagina terpisah

Anus dan rektum


Periksa adanya atresia ani, kaji posisi, mekonium keluar dalam 24 jam, bila lebih dari
48 jam kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon, obstruksi saluran
pencernaan
Spinal
Periksa spina dengan membungkukkan bayi, cari tanda abnormalitas seperti spina
bifida,

Kulit
Periksa adanya ruam, bercak atau tanda lahir,
Periksa adanya pembengkakan
Adanya verniks kasiosa, lanugo
Refleks pada bayi
Pemeriksaan Cara Kondisi normal Kondisi patologis
Refleks pengukuran

Berkedip Sorotkan cahaya Dijumpai pada tahun Jika tidak dijumpai menunjukkan
ke mata bayi pertama kebutaan

Refleks Babinski Gores telapak Jari kaki mengembang Bila pengembangan jari kaki
kaki sepanjang dan ibu jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun
tepi luar, dimulai dorsofleksi, dijumpai adanya lesi ekstrapiramidal
dari tumit sampai umur 2 tahun
Refleks Moro Ubah posisi Lengan ekstensi, jari-jari Refleks yang menetap lebih 4 bulan
dengan tiba-tiba mengembang, kepala adanya kerusakan otak, respon tidak
atau pukul meja / terlempar ke belakang, simetris adanya hemiparesis, fraktur
tempat tidur tungkai sedikit ekstensi, klavikula, atau cidera fleksus
lengan kembali ke tengah brachialis. Tidak adanya respon
dengan tangan ekstremitas bawah adanya dislokasi
menggenggam, tulang pinggul atau cedera medula spinalis
belakang dan ekstremitas
bawah ekstensi. Lebih
kuat selama 2 bulan,
menghilang pada umur 3
4 bulan
Pemeriksaan Cara pengukuran Kondisi normal Kondisi patologis
refleks

Menggenggam Letakkan jari di telapak Jari-jari bayi melengkung Fleksi yang tidak
(palmar graps) tangan bayi dari sisi di sekitar jari yang simetris menunjukkan
ulnar; jika refleks lemah diletakkan di telapak adanya paralysis, refleks
atau tidak ada berikan tangan bayi dari sisi ulnar, menggenggam yang
bayi botol atau dot, refleks ini akan menghilang menetap menunjukkan
karena menghisap akan dari umur 3 4 bulan gangguan serebral
mengeluarkan refleks

Refleks Rooting Gores sudut mulut bayi, Bayimemutar ke arah pipi Tidak adanya refleks
garis tengah bibir yang digores, refleks ini menunjukkan adanya
menghilang pada umur 3 gangguan neurologi
4 bulan. Tapi bisa menetap berat
sampai umur 12 bulan
khususnya selama tidur
Pemeriksaan Refleks Cara Kondisi normal Kondisi patologis
pengukuran
Kaget (Startle) Bertepuk Bayi mengekstensikan dan Tidak adanya refleks
tangan memfleksikan lengan dalam menunjukkan adanya
dengan keras berespon terhadap suara gangguan
yang keras tangan tetap pendengaran
rapat, refleks ini akan
menghilang setelah umur 4
bulan

Mengisap Berikan bayi Bayi menghisap dengan Refleks yang lemah


botol dan dot kuat dalam berespons atau tidak ada
terhadap stimulasi, refleks menunjukkan
ini menetap selama masa kelambatan
bayi dan mungkin terjadi perkembangan atau
selama tidur tanpa stimulasi keadaan neurologi
yang abnormal
Analisis Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Risiko hipotermi Transisi bayi pada
DO: lingkungan di luar uterus,
APGAR : 8/10 sistem termoregulasi bayi
BB : 3000 gram yang belum sempurna
Panjang badan : 49 cm
Bayi menangis kuat, gerak aktif,
warna kulit pink dibagian badan
dan biru pada ekstrimitas
Bayi menggigil
Popok bayi basah oleh urin

Data yang harus ditambahkan :


Antropometri : lingkar dada, lingkar
kepala
masa gestasi
TTV (suhu)
Analisis Data (Lanjutan)
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Risiko infeksi Sistem imun bayi yang
DO : rendah
Tali pusar bayi belum lepas
Data yang harus ditambahkan :
Tanda inflamasi pada tali pusat
(bau, pus, kemerahan, panas)
Kondisi tali pusat (basah/kering,
warna, perdarahan)
TTV
Diagnosis Keperawatan
Dx 1: Risiko hipertermia berhubungan dengan transisi bayi pada lingkungan di luar uterus, sistem
termoregulator bayi yang belum sempurna
Definisi: Rentan terhadap kegagalan termoregulasi yang dapat mengakibatkan suhu tubuh di bawah
rentang diurnal yang dapat mengganggu kesehatan.
Tujuan : pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang stabil
Kriteria hasil : Suhu tubuh bayi dalam batas normal (36,5- 37,5 C)

Intervensi Rasional
1. Ukur suhu tubuh bayi baru lahir 1. Mendeteksi penyimpangan suhu tubuh dari rentang normal dan
suhu tubuh bayi baru lahir biasanya berfluktuasi dengan cepat
sesuai perubahan suhu lingkungan
2. Observasi tanda hipotermia 2. Hipotermia mengakibatkan peningkatan laju penggunaan oksigen
dan distress pernapasan. Pendinginan juga mengakibatkan
vasokonstriksi perifer sehingga kulit terlihat pucat
3. Keringkan bayi dan lepaskan linen basah oleh 3. Mencegah kehilangan panas secara konduksi dimana panas tubuh
urin dan mekonium sesegera mungkin berpindah dari kulit bayi baru lahir ke benda/ permukaan yang
lebih dingin dari kulit bayi
4. Mandikan bayi setelah 6 jam pertama dengan 4. Membantu mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi dan
air hangat dan tidak terlalu lama konveksi serta membatasi stress akibat perpindahan lingkungan
dari intrauterus ke ekstrauterus
5. Letakkan bayi dalam lingkungan yang telah 5. Mencegah kehilangan panas
dipanaskan sebelumnya (dibawah pemanas
radiasi atau dekat dengan ibu)
6. Buka baju bayi hanya pada daerah tubuh 6. Mencegah kehilangan panas
yang akan diperiksa atau dilakukan prosedur
Dx 2 : Risiko infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi
organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
Tujuan : Bayi tidak memperlihatkan tanda infeksi
Kriteria hasil : Area tali pusat kering dan tidak terdapat
tanda- tanda infeksi pada tali pusat
Intervensi Rasional

Area tali pusat kering dan1. tidak terdapat


Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan
1.
asuhan pada bayi
Memutuskan rantai infeksi tanda- tanda

infeksi pada tali pusat


2. Awasi dan rawat tali pusat dengan alat dan
bahan steril
2. Memelihara dan mempertahankan kebersihan area luka dan
mencegah terjadinya infeksi
3. Observasi tanda infeksi pada tali pusat 3. Deteksi dini infeksi tali pusat
4. Jaga bayi dari potensial sumber infeksi (orang 4. Mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui ontak
yang menderita infeksi saluran pernapasan atau langsung atau infeksi
infeksi kulit, penyediaan makanan yang tidak
bersih, barang yang tidak bersih)
5. Jaga kebersihan lingkungan sekitar bayi 5. Membuat lingkungan tidak cocok dengan daur hidup bakteri
6. Pertahankan pemberian ASI on demand 6. Kolostrum dan ASI mengandung IgA tinggi yang memberikan
imunitas pasif serta makrofag dan limfosit yang
mengembangkan respon imun lokal
Kesimpulan
Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui
kondisi fisiologis pada bayi baru lahir sehingga dapat
dengan cepat mengidentifikasi apabila terjadi kondisi
patologis pada bayi. Hal ini tentunya bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang tepat guna bagi
bayi baru lahir.
Referensi
Adam, J., & Justak, M. (2005). Absolute beginners guide to pregnancy. Indianapolis: Que Publishing
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen M.D. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Bobak. I. M., Lowdermilk. D. L., Jensen. M. D., & Perry. S. E., (2005) Maternity Nursing 4/e , Mosby : Year book, Inc
Chapman, L., & Durham, R. (2010). Maternal- newborn nursing: The critical components of nursing care.
Philadelphia: F.A. Davis Company
Farrer, H. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta:EGC
Henderson, C., & Jones, K., (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (eds.). (2014). NANDA International nursing diagnoses : Definitions & Clasifications,
2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Klosner, N.J. & Hatfield, N.T (2010). Introductory maternity & pediatric nursing. Second edition. Philadelphia:
Lippincot williams & Wilkins
Pillitteri, A. (2010). Maternal and child health nursing : care of the childbearing and childrearing family. 6th edition.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Stright. B. R (2005) Lippincotts review series : maternal-newborn nursing, 3/E USA , Lippincott Williams & wilkinns Inc.
Swain, Dharitri (2013) An exploratory study on factors of hypothermia in neonates with special reference to nursing
practice at Capital Govt. Hospital, Bhubaneswar Odisha International journal of nursing educatioan 5.2 (Jul-
des2013) : 56-61
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan keperawatan antenatal, intranatal dan bayi baru lahir: Fisiologis dan patologis. Ed. I.
Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Wienda (2014) Buku ajar asuhan kebidanan neonates, bayi/balita dan anak prasekolah untuk para bidan Yogyakarta :
deepublish.
Wong, D et all. (2008). Wongs Essentials of Pediatric. Sixth edition. (terj. Andri, H dkk). Eds. Egi, K.Y dkk. Jakarta.:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai