Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

KERUSAKAN MEMORI
Lukman Nulhakim (1506800666)

I. Latar Belakang

1. Definisi Kasus
Proses kognitif mencakup proses berpikir, belajar, dan mengingat. Perubahan yang
terjadi pada fungsi kognitif seseorang terjadi seiring dengan bertambahnya usia dimana
terjadi penurunan jumlah neuron, penurunan aliran darah ke otak, menebalnya lapisan
meningen dan proses metabolisme yang menurun di otak juga merupakan perubahan secara
fisik pada lansia yang berimbas pada penurunan kemampuan kognitif pada lansia (Kozier,
et. al, 2010).
2. Etiologi
Gangguan kognitif atau cognitive impairment disorders disebabkan oleh kerusakan
neuron temporer atau permanen, mengakibatkan tidak berfungsinya proses kognitif. Dalam
jurnal The hormonal pathway to cognitive impairment in older men (Magio, 2012)
disebutkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia,
meliputi status kesehatan, faktor sosial ekonomi, sikap personal, jenis kelamin dan gaya
hidup, dimana keseluruhan faktor-faktor tersebut mengakibatkan perubahan pada
kemampuan untuk proses dan kecepatan berfikir, bicara, penglihatan, mengolah pesan dari
stimulus yang masuk hingga tingkat konsentrasi. Di lain sumber, Miller (2012)
menjelaskan bahwa terdapat kaitan yang erat antara fungsi kognitif dengan emosi,
lingkungan, life experience, dan sosial ekonomi.
3. Patofisiologi
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia meliputi proses pikir, belajar dan
mengingat. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan fungsi intelektual,
berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak, berkurangnya kemampuan untuk menerima
dan memproses informasi baru serta lebih baiknya kemampuan mengingat kejadian masa
lalu dibandingkan kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan yang terjadi secara
menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat akibat proses penuaan dipercaya mempunyai
peran utama dalam perubahan fungsi kognitif dan tingkat efisiensi pemrosesan informasi
yang diterima (Willis, Schaie, & Martin, 2009 dalam (Miller, 2012).
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada lansia dapat dilakukan dengan pemeriksaan head to toe dan
pengkajian lainnya seperti usia, riwayat keluarga, riwayat penyakit penyerta (hipertensi
atau diabetes). Pengkajian dengan MMSE (Mini Mental State Examination) dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat gangguan kognitif lansia (Miller, 2012).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan CT Scan dan MRI. Kedua
pemeriksaan ini akan melihat kondisi fisik bagian otak. Jika lansia mengalami kerusakan
kognitif dikarenakan penyakit, seperti Alzheimer, akan terlihat adanya sel saraf yang
hilang serta sel saraf terlihat tidak beraturan (Boedhi & Darmojo, 2009)
6. Pelaksanaan Medis-Non Medis
Penanganan medis untuk gangguan kognitif pada lansia biasa mendapatkan terapi
farmakologi. Farmakologi yang biasa diberikan ialah cholinesterase inhibitor.
Cholinesterase inhibitor diberikan untuk memperlambat prognosis dari gangguan kognitif
pada lansia. Sebagai perawat, perlu memperhatikan efek samping dari cholinesterase
inhibitor, seperti mual, muntah, diare, kehilangan berat badan, dan kehilangan selera
makan. Namun, secara umum farmakologi ini mampu ditoleransi oleh tubuh dalam dosis
rendah sehingga efek samping dari cholinesterase inhibitor jarang terjadi. Jika lansia
mengalami waham dan halusinasi, lansia juga dapat diberikan antipsikotik seperti
klorpromazine, haloperidol, atau clozapine (Miller, 2012). Penanganan non-medis yang
dapat dilakukan ialah dengan melakukan kegiatan sehari-hari yang rutin dilakukan secara
terjadwal, melakukan kegiatan stimulasi kognitif seperti bermain puzzle, melatih stimulasi
panca indra secara bersamaan, story telling, dan lain sebagainya. Pelatihan stimulasi pada
lansia ini dapat mempertahankan kemampuan kognitif yang masih ada pada lansia
sehingga tidak semakin memburuk (Boedhi & Darmojo, 2009).
II. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA)


Diagnosis keperawatan individu: Kerusakan memori (00131)
- Domain 5 : Persepsi/Kognisi
- Class 4 : Kognisi
- Definisi : Ketidakmampuan untuk mengingat atau mengulang sebagian informasi
atau keterampilan perilaku.
2. Intervensi Keperawatan
NOC NIC
Orientasi Kognitif (0901) Pelatihan Memori (4760)
Domain 2 : Kesehatan Psikologis Domain 3 : Kebiasaan
Class J : Neurokognitif Class P : Terapi Kognitif
Indikator : Aktifitas :
 Mengenal diri sendiri  Mengulangi pembicaraan diakhir pertemuan
 Mengenal tempatnya saat ini dengan elas
 Orientasi hari, bulan, dan tahun dengan  Mengorientasikan pasien tentang saat ini
benar (tempat dan waktu)
 Dengan gambar, membantu lansia untuk
mengingat
 Memonitor perilaku lansia selama tindakan

Referensi:

Boedhi, R & Darmojo.(2009).Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut edisi 4. Jakarta : FIK UI
Bulechek, Butcher., & Dotcherman. (2013). Nursing interventions classification (NIC) (6th Ed.).
USA: Mosby.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing diagnoses: definition & classification 2015-
2017, 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Kozier,. Erb,. Berman,. Snyder. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,
praktik vol. 2. Edisi 7. Jakarta : EGC
Magio, M. (2012). Journal of nutrition, health, & aging: the hormonal pathway to cognitive
impairment in older men. Department of internal medicine and biomedical sciences
university of parma Italy, 16(1). 40-51.

Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults, 6th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. Philadelphia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai