Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DIDALAM GEDUNG

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
DWI ELISA
HILDERIA SINAGA
NADIA HURIYATUL JANNAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 NON REGULER


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Angka kecelakaan kerja diindonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2004 saja, lebih dari
seribu tujuh ratus pekerja meninggal ditempat kerja. Menurut Juan Somavia, Drijen ILO,
industri konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan
minuman . tidak saja di negara-negara berkembang, dinegara maju sekalipun kecelakaan
kerja konstruksi masih memerlukan perhatian serius.penelitian yang dilakukan oleh
Duff(1998)dan Alves Diaz(1995)menyatakan hasil analisa statistik dari beberapa negara-
negara menunjukkan peristiwa tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi asalah lebih
tinggi dibanding rata-rata untuk semua industri, dalam Suraji(2000).
Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan
kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara
mempuinyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini
direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Dahulu , para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang
salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada
faktor-faktor organisasi dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan
dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.
Sejalan dengan teori=teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus
bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya.tulisan ini akan membahas
peranan manajemen risiko K3 didalam gedung dan diluar gedung.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen risiko k3 didalam gedung
2. Untuk mengetahui manajemen risiko k3 diluar gedung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM GEDUNG
Manajemen risiko k3 adalah upaya mengelola resiko untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak di inginkan secara komperhensif terencana dan struktur dalam
suatu kesisteman yang baik sehingga memungkinkan hasil dengan cara mengidentifikasi
dan menganalisis risiko yang ada.
2.1.1 Konsep Manajemen Risiko K3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu perilaku
yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan
dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan
dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran
lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Manajemen K3 pada
dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mengungkapkan sebab suatu kecelakaan, dan meneliti apakah pengendalian secara
cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang kurang lengkap,
keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan, dan manajemen yang kurang tepat dapat
menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan (Rumondang, 1995). Tujuan dari manajemen
risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi
untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk
memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 1992). Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan suatu proses di dalam menangani risiko-risiko yang ada, sehingga dalam
penanganan risiko tidak akan terjadi kesalahan. Proses tersebut antara lain adalah
identifikasi, pengukuran risiko dan penanganan risiko.
2.1.2 Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3
Kecelakaan adalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak
terduga, tidak diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan (Hinze, 1977). Ada
beberapa teori yang menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab
kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah
(misalnya pada The Accident-Proneness Theory). Semenjak dikenalkannya The Chain-
of-Events Theory, The Domino Theory, dan The Distraction Theory, maka pihak
organisasi dan manajemen yang dianggap berperan sebagai penyebab suatu kecelakaan.
Anggapan tentang kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman
yang dilakukan pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja
bersumber kepada factorfaktor organisasi dan manajemen (Andi, 2005). Pihak
manajemen harus bertanggung jawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai
mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga terciptasuatu
kegiatan kerja yang aman. Pada teori yang terbaru makin terlihat bahwa penyebab
kecelakaan kerja semakin komplek. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(MK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep
rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan
tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang
aman (Suraji,2004). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut
OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana keselamatan merupakan suatu pusat dan
fokus integral dalam program pengendalian mutu terpadu yang harus ditingkatkan secara
terus - menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern)
2.1.3 Perencanaan Respon Terhadap Risiko
A. Risiko Positif
Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan peluang untuk
memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Strategi untuk risiko positif antara lain:
1. Exploit : strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko positif) dapat
terealisasi.
2. Share : alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki kemampuan
terbaik menangkap peluang manfaat proyek
3. Enchance : memodifikasi ukuran kesempatan dengan meningkatkan peluang dan
dampak positif dengan mengidentifikasi dan memaksimalkan pengendali kunci
dari risiko berdampak positif.
4. Risiko Negatif
Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi dapat
memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek. Strategi untuk
risiko negatif antara lain:
1. Avoid : upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan aktivitas atau
kondisi yang dapat memberikan risiko. Upaya ini dilakukan jika tidak ada respon
risiko yang sesuai untuk menangani risiko yang diperkirakan.
2. Transfer : respon risiko yang dilakukan dengan upaya mengurangi frekuensi
ataupun dampak risiko dengan cara mentransfer atau membagi porsi risiko
dengan pihak lain dengan cara membuat asuransi atau melakukan outsource pada
aktivitas yang diperkirakan dapat memberikan risiko.
3. Mitigate : melakukan tindakan pengurangan peluang atau dampak dari
aktivitas risiko yang dapat merugikan
2.1.4. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3
A. Menekan Probability
Pengendalian risiko yang pertama adalah dengan menekan kemungkinan terjadinya
risiko. Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan,
dengan cara teknis, administratif dan pendekatan manusia. Menekan probability dengan
cara:
(1) Melakukan Safety induction seminggu sekali
Contoh aktifitas : sebelum dimulai semua aktifitas pada proyek, para pekerja
dikumpulkan terlebih dahulu untuk diingatkan pentingnya penggunaan APD
dalam bekerja.
(2) Lakukan patroli K3 pada tiap pekerja secara rutin untuk mengawasi para pekerja
dan memberitahu para pekerja jika ada bahaya yang mengancam saat dia
bekerja.Contoh aktifitas : pada saat lifting material jika melewati pekerja di
bawahnya,maka pekerja di suruh menyingkir terlebih dahulu
(3) Pasang rambu – rambu peringatan agar pekerja selalu bekerja dengan hati hati
B. Menekan Concequences
Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan dampak
yang ditimbulkan oleh risiko, salah satu pilihan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
mengendalikan risiko sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal
mungkin. Menekan concequences dengan cara :
1. Selalu gunakan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja (contoh : pada pekerjaan di
ketinggian diwajibkan menggunakan full body harness).
2. Buat inovasi alat dan metode kerja yang membuat pekerja merasa aman dan nyaman.
3. Memberi pelatihan kepada pekerja mengenai metode-metode penggunaan alat kerja da
n metode-metode pelaksanaan pekerjaan
C. Hindari RisikoMengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau penggunaan
proses, bahan dan alat yang berbahaya. Hindari risiko dengan cara :
1. Mengganti alat yang sudah tidak layak pakai untuk keselamatan pekerja.
D. Pengalihan Risiko
Pengendalian risiko yang terakhir yaitu pengalihan risiko kepihak lain, sehingga beban
risiko yang ditanggung bisa menurun, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan kontraktual dan asuransi. Pengalihan risiko (risk transfer) dengan cara :
1. Setiap pekerja telah dilindungi dengan BPJS Ketenagakerjaan.
2.1.5 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah
a. Perencanaan Manajemen Risiko
Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan
merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
b. Identifikasi Risiko
Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenisjenis
risiko yang mungkin dan umumnya dihadapi oleh setiap pekerja.
c. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assessment)
kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran
yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian Standard/New Zealand
Standard (AS/NZS) 4360:2004. Skala pengukurannya sebagai berikut:
A :Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E : Jarang terjadi (rare)Skala pengukuran analisa konsekuensi menurut NA/NZS
4360:2004 :
1. Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia dan kerugian materi.
2. Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
3. Moderat : diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi yang
cukup tinggi.
4. Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/
produksi, kerugian materi yang tinggi.
5. Bencana kematian: bahaya radiasi dengan efek penyebaran yang luas,
kerugian yang sangat besar

2.2 MANAJEMEN RISIKO K3 DI LUAR GEDUNG


2.2.1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan dikehendaki yang mengacaukan
proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian bagi korban
manusia dan atau harta benda (Depnaker,1999:4).

2.2.2 Macam-Macam Kecelakaan Kerja


A. Berdasarkan selang waktu akibat :
1. Kecelakaan langsung. Kecelakaan yang terjadi berakibat
langsung/terdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang rusak atau
kegagalan produksi.
2. Kecelakaan tak langsung. Kecelakaan yang terdeteksi setelah selang
waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.
B.Berdasarkan korban :
1. Kecelakaan dengan korban manusia.
a) Kecelakaan ringan Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau
paling jauh dibawa ke Poliklinik.
b) Kecelakaan sedang Korban biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu
diberiwaktu untuk istirahat.
c) Kecelakaan berat Korban dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling
dekat dengan perusahaan.
2. Kecelakaan tanpa korban manusia. Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan
berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak
dampak yang diakibatkannya.
2.2.3 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor
manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:
a.Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)
c. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:
2.2.4. Dampak Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi pekerja dan kontraktor.
Dampak bagi pekerja antara lain:
A.Cedera fatal
 Meninggal
B.Cedera (major injury)
 Patah tulang
 Amputasi
 Kehilangan penglihatan
 Cedera lainnya yang orang tersebut dirawat di RS lebih dari 24 jam.
C.Penyakit
 Mata
 Kepala
 Otak dan sistem saraf
 Telinga
 Hidung dan tenggorakan
 Dada dan paru-paru
 Otot dan punggung
 Hati
 Ginjal dan kantong kemih
 Sistem reproduksi
 Kulit
Bagi pekerja yang mengalami cedera fatal maupun cedera (major injury), wajib melaporkan hal
tersebut kepada atasan mereka. Begitu pula halnya bagi pekerja yang terkena penyakit akibat
kerja dan dirawat di rumah sakit lebih dari 24 jam hal ini dapat digolongkan juga sebagai major
injury.
Sedangkan bagi kontraktor, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung tersebut terdiri dari premi asuransi
kecelakaan, tunjangan karyawan, biaya melatih karyawan baru, biaya perbaikan peralatan yang
rusak akibat kecelakaan.
2.2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan
upaya lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah:
1.Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja
umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasandan sebagainya.
2.Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai jenis
industri atau alat pelindung diri.
3.Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.
4.Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik lain
mengakibatkan kecelakaan.
5.Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
6.Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai
siapa saja dan lain-lain.
7.Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.
8.Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung,
penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.
9.Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain bagi
pekerja baru.
10.Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menumbuhkan sikap selamat.
11.Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika keselamatan
kerjanya baik.
12.Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya
penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah
terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain berupa :
a.Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
gangguan kesehatan atau penyakit.
b.Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan pengujian biomedis,
antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.
c.Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun pada
pekerjanya sendiri.
d.Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi kesehatan
pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya.
e.Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan sebagainya.
f.Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga, kaca mata dan
sebagainya.
g.Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
2.2.6 Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu
aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak
mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
•Brainstorming
•Survei
•Wawancara
•Informasi histori
•Kelompok kerja
2.2.7 Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan
cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya
risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen
risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko
karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu,
mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko (Soeharto, 2001).
Setelah risiko yang dapat mempengaruhi pengembangan teridentifikasi maka diperlukan cara
untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing resiko. Beberapa resiko secara relatif
tidak terlalu fatal , sedangkan beberapa resiko lainnya berdampak besar, beberapa resiko sering
terjadi. Sementara itu resiko lainnya jarang terjadi. Probabilitas terjadinya resiko sering disebut
dengan risk likelihood; sedangkan dampak yang akan terjadi jika resiko tersebut terjadi dikenal
dengan risk impactdan tingkat kepentingan resiko disebut dengan risk valueatau risk
exposure.Risk value dapat dihitung dengan formula :

Risk exposure = risk likelihood


(probability)x risk impact (impact

Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter dan likelihood dievaluasi sebagai sebuah
probabilitas. Dalam hal ini risk exposure akan menyatakan besarnya biaya yang diperlukan
berdasarkan perhitungan analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai resiko dapat
dibandingkan antara satu dengan lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing
risiko.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajemen k3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksakan dengan mengungkapkan sebab
sauatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan
oleh tindakan pekerja yang salah. Tetapi anggapannya tentang kecelakaan kerja telah bergeser
dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber oleh factor factor organisasi dan
manajemen. Perencanaan respon terhadap risiko terdapat respon positif meliputin exploit, share
dan enchance sedangkan respon negatife meliputi avoid transfer mitigate

3.2 SARAN
K3 harus dibudayakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh para pekerja, manajemen risiko k3
harus menjamin adanya tindakan perbaikan kinerja dan budaya keselamatan secara
berkeseimbangan. Perusahaan dapat memeperhatikan penerapan k3 yang baik bagi pekerjanya
agar tidak terjadi hal hal yang menimbulkan risiko yang sangat tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Adityanto, beryl,dkk, 2013. Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada
pekerjaan struktur bawah dan struktur atas gedung
Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis manajemen resiko kesehatan dan keselamatan kerja pada
pekerja upper structure gedung bertingkat. Jurnal kontruksi ISSN
Endroyo, bambang. 2006. Peranan manajemen K3 dalam pencegahan kecelakaan kerja
kontruksi. jurnal teknik sipil universitas negeri semarang. Volume III, No. 1. Januari 2006:8-
15

Anda mungkin juga menyukai