Anda di halaman 1dari 84

EFEKTIVITAS TEKNIK EFFLEURAGE DAN PLEXUS SACRALIS

MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI AFTERPAINS


PADA IBU NIFAS DI PMB WINDRA SANDRA DAN
PMB ENDANG SULISTYOWATI BANGUN REJO
LAMPUNG TENGAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh:
DIAN NOVITASARI
NIM. 1615371027

PROPOSAL SKRIPSI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS TEKNIK EFFLEURAGE DAN PLEXUS SACRALIS


MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI AFTERPAINS
PADA IBU NIFAS DI PMB WINDRA SANDRA DAN
PMB ENDANG SULISTYOWATI BANGUNREJO
LAMPUNG TENGAH

DISETUJUI OLEH PEMBIMBING

Pembimbing Utama

Sumiyati,S.Pd.M.Pd
NIP. 19650305 198603 2 002

Pembimbing Pendamping

Sadiman,AK,M.Kes
NIP. 19670803 198703 1 001

Mengetahui
Ketua Program Sarjana Terapan Kebidanan Metro

Ns. MARTINI FAIURUS, S.Kep.,M.Sc


NIP. 19700802 199003 2 002
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Skripsi

EFEKTIVITAS TEKNIK EFFLEURAGE DAN PLEXUS SACRALIS


MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI AFTERPAINS
PADA IBU NIFAS DI PMB WINDRA SANDRA DAN
PMB ENDANG SULISTYOWATI BANGUNREJO
LAMPUNG TENGAH

Penulis
Dian Novitasari/ NIM. 1615371027
Diterima dan Disahkan Oleh Tim Penguji Proposal Skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Kebidanan Metro Sebagai
Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan.

Tim Penguji
Penguji Utama

Islamiyati, AK.,M.KM.
NIP. 19720403 199302 2 001

Penguji Ketua/Moderator

Sumiyati, S.Pd. M.Pd


NIP. 19650305 1986 03 2002

Penguji Anggota

Sadiman, AK. M.Kes


NIP. 19670803 198703 1 001

Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan kebidanan Metro

Ns. MARTINI FAIRUS, S.Kep.,M.Sc


NIP.19700802 199003 2 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat, rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Skripsi yang berjudul Efektivitas Teknik Effleurage Dengan Plexus Sacralis
Massage Terhadap Penurunan Nyeri Afterpains Pada Ibu Nifas Di PMB Windra
Sandra Dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah, sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana Terapan
Kebidanan Program Studi Kebidanan Metro.
Dalam menyelesikan Proposal Skripsi, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin agar Proposal Skripsi ini bukan hanya mempunyai arti sebagai syarat
untuk menyelesaikan pendidikan, tetapi mempunyai arti tersendiri yaitu menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca, penyusunan
Proposal Skripsi ini banyak mendapatkan Bimbingan, saran dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Ns. Martini Fairus, S.Kep., M.Sc. Selaku ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Metro.
3. Sumiyati,S.Pd.M.Pd. Selaku pembimbing utama yang telah membimbing

serta memberikan saran-saran untuk perbaikan Proposal Skripsi


ini.
4. Sadiman,AK,M.Kes Selaku pembimbing pendamping yang telah
membimbing dan membantu dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.
5. Islamiyati AK.,M.KM. Selaku Penguji Utama yang telah memberikan
kritik dan saran supaya lebih terarah dalam penyusunan Proposal Skripsi
ini.
6. Dosen dan staff Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Program Studi
Kebidanan Metro yang telah memberi informasi dan bantuan selama
penyusunan Proposal Skripsi ini.
7. Kedua orangtua, adik, saudara, dan teman-teman dari Prodi Kebidanan
Metro yang telah membantu dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.
Penulis sangat menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang ada, sehingga masih banyak sekali kekurangan baik isi maupun penggunaan
kalimat yang kurang tepat dalam pemaparan Proposal Skripsi ini. Untuk itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan sehingga
Proposal Skripsi ini dapat dilaksanakan penelitian.

Metro, Desember 2019

Dian Novitasari
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................5
C. TUJUAN PENELITAIN
1. Tujuan Umum ...................................................................5
2. Tujuan Khusus ..................................................................6
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis ................................................................6
2. Manfaat Praktik .................................................................6
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN ....................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP DASAR MASA NIFAS
1. Pengertian Masa Nifas ......................................................8
2. Tahapan Masa Nifas...........................................................9
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas................................................10
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas ......................................11
5. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas ............................17
B. MASALAH NYERI /GANGGUAN MASA NIFAS
1. Definisi Nyeri ....................................................................20
2. Klasifikasi Nyeri ...............................................................21
3. Pengukuran Intentitas Nyeri ..............................................22
C. GANGGUAN NYERI NIFAS AFTERPAINS
1. Pengertian Nyeri Afterpains ..............................................24
2. Manajemen Pengendalian Nyeri........................................26
D. TEKNIK EFFLEURAGE MASAGE
1. Pengertian Teknik Effleurage Massage ............................28
2. Manfaat Teknik Effleurage Massage.................................29
3. Mekanisme Teknik Effleurage Massage............................29
4. Prosedur Teknik Effleurage Massage................................30
E. MASSAGE PLEXUS SACRALIS
1. Pengertian Massage Plexus Sacralis..................................31
F. KERANGKA TEORI ...........................................................33
G. KERANGKA KONSEP........................................................34

H. VARIABEL PENELITIAN.................................................. 34
a. Variabel independen.........................................................35
b. Variabel dependen............................................................35
I. HIPOTESIS
J. DEFINISI OPRASIONAL
BAB III METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN.............................................37
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN........................39
1. Populasi ............................................................................39
2. Sampel .............................................................................39
C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN..............................42
1. Lokasi...............................................................................42
2. Waktu ...............................................................................42
D. PENGUMPULAN DATA......................................................43
1. Instrument pengumpulan data...........................................43
2. Cara pengumpulan data....................................................43
E. PENGELOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA.........45
1. Pengelolahan data.............................................................45
2. Analisis data......................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu nifas mengalami perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis,

seperti reaksi tubuh yang diakibatkan oleh kontraksi uterus yang semakin

meningkat setelah persalinan yang menimbulkan rasa nyeri dan membuat ibu

tidak nyaman. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu terutama di

daerah perut akibat kontraksi uterus yang disebut afterpains (Nugroho, T. dkk,

2014: 154).

Rasa nyeri yang dialami ibu berdampak pada dirinya saja tapi juga pada

bayinya. Rasa nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin sering membuat ibu

malas menyusui bayinya, karena saat ibu menyusui terjadi pelepasan oksitosin

dari kelanjar hipofisis posterior yang distimulasi oleh hisapan bayi. Oksitosin

juga menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya dilaporkan

wanita sebagai afterpains (Walyani.,Purwoastuti, 2015:65)

Afterpains disebabkan karena adanya kontraksi dalam relaksasi yang terus

menerus pada uterus. Kontraksi uterus terjadi secara fisiologis yang memicu

timbulnya rasa nyeri yang dapat menggangu kenyamanan ibu di masa nifas. Rasa

sakit yang di sebut afterpains (meruyan/mules-mules) disebabkan oleh kontraksi

rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Rasa nyeri yang timbul
bersifat subjektif (Asih.,Risneni, 2016: 189).

Menurut Andarmoyo (2013) Nyeri dapat diatasi dengan suatu tindakan

terapi baik farmakologis maupun non-farmakologis. Dalam pemberian terapi

farmakologis biasanya klien di berikan terapi berupa obat analgesik atau opioid

untuk meringankan nyeri yang bisa saja menimbulkan efek samping dari

penggunaan obat tersebut, namun pada terapi non-farmakologis biasanya klien di

berikan terapi seperti massage. Terapi massage ini dapat meminimalisir bahkan

menekan nyeri dengan minim efek samping bahkan tidak ada efek samping, salah

satunya dengan menggunakan teknik effleurage massage.

Effleurage massage dapat memberikan efek rasa nyaman, menimbulkan

relaksasi, serta merangsang pengeluaran hormon endorphin yang dapat

menghilangkan rasa sakit secara ilmiah yang di dukung oleh teori Melzack and

Wall (1965) tentang Gate Control Theory. Ketika dilakukan massage effleurage

terjadilah hambatan nyeri kontraksi uterus, karena pada saat itu serabut A Delta

akan menutup gerbang sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan nyeri yang

sudah diblokir oleh counter stimulasi massage ini sehingga persepsi nyeri dapat

berubah (Parulian T. S, dkk, 2014).

Rasa nyeri juga dapat dikurangi dengan menggunakan teknik massage

plexus sacralis. Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini

berada pada daerah pinggang dan difokuskan pada area sacralis untuk

merangsang saraf parasimpatis. Sistem parasimpatis berasal dari nervus sacralis

2,3 dan 4 sebagai plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan

menimbulkan vasodilatasi yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah


( menurunkan ischemia) seiring dengan peningkatan metabolisme sel sehingga

nyeri dapat mereda atau menurun. Sedangkan pertimbangan penelitian mengapa

terapi massage plexus sacralis yang diteliti untuk menurunkan tingkat nyeri post

partum, bahwasanya teknik massage ini memiliki beberapa kelebihan ,

yaitusebagai penggati terapi farmakologis yang tidak menimbulkan efek samping

yang merugikan. (Prawiroharjo 2008)

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di PMB Windra

Sandra dan PMB Endang Sulistyowati di Bangun Rejo Lampung Tengah pada

bulan november tahun 2019, didapatkan data di PMB Windra Sandra terdapat 16

ibu nifas dan 12 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan skala 4-6

yang 4 mengalami nyeri dengan skala 1-3,. Pada PMB Endang Sulistyowati

terdapat 14 ibu nifas dan 8 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan

skala nyeri 4-6 lalu 6 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalianan dengan skala

nyeri 1-3. Pengukuran skala nyeri pada penelitian ini menggunakan Numeric

Rating scale.

Berdasarkn penelitian yang dilakukan oleh Parulihan, T. S. dkk (2014) ,

yang berjudul pengaruh teknik effleurage massage terhadap penurunan rasa nyeri

pada ibu postpartum yang dilakukan di rumah sakit Sariningsih Bandung dengan

sampel 20 ibu postpartum hari ke- 1 mengalami nyeri sebanyak 60% itu terjadi

pada usia 26-35 tahun dengan skala nyeri rata- rata 7 di alamioleh kelompok

paritas multipara. Hasil post perlakuan setelah dilakukan effleurage massage

didapatkan 45 % ibu postpartum mengalami penurunan nyeri dengan rata-rata

skala nyeri 3.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan verra,. Dkk (2017) yang

berjudul pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri pada

ibu post partun normal di Puskesmas Wirosari II Purwodadi penelitian ini

menggunakan pre experiment designs dengan rancangan one group pre test – post

test dengan jumlah sampel yang dihitung dengan rumus Slovin sejumlah 24 orang

dan teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling.

Tingkat nyeri ibu postpartum sebelum diberi perlakukan mengalami tingkat nyeri

dalam kategori sedang sebanyak 20 orang (83,3%), kemudian setelah diberikan

perlakuan mengalami tingkat myeri dalam kategori riangan sebanyak 18 orang

(75,0 %).

Peneliti akan melakukan penelitian dengan desain yang sama yaitu

eksperimen namun teknik pengambilan sampel yang di gunakan pada penelitian

ini adalah sampling kuota memodifikasi kelompok eksperimen yang diberikan

terapi teknik effleurage massage dengan diberikan teknik plexus sacralis

massage. Dengan rancangan penelitian di atas peneliti ingin membuktikan

“efektivitas teknik effleurage massage dan massage plexus sacralis terhadap

penurunan Nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB

Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di PMB Windra

Sandra dan PMB Endang Sulistyowati di Bangun Rejo Lampung Tengah pada
bulan november tahun 2019, didapatkan data di PMB Windra Sandra terdapat 12

ibu nifas dan 8 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan skala 4-6 yang

2 mengalami nyeri dengan skala 1-3,. Pada PMB Endang Sulistyowati terdapat 9

ibu nifas dan 6 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan skala nyeri 4-6

lalu 3 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalianan dengan skala nyeri 1-3.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang maka

peneliti membuat rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah efektivitas teknik

effleurage dengan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains

pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun

Rejo Lampung Tengah tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh teknik effleurage dan plexus sacralis massage

terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan

PMB Endang Sulistyowati Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat nyeri afterpains pada ibu nifas sebelum dilakukan

teknik effleurage dan plexus sacralis massage di PMB Windra Sandra

dan PMB Endang Sulistyowati Bangunrejo Lampung Tengah tahun

2020.

b. Mengetahui tingkat nyeri after pains pada ibu nifas sesudah dilakukan

teknik effleurage dan plexus sacralis massage di PMB Windra Sandra


dan PMB Endang Sulistyowati Bangunrejo Lampung Tengah tahun

2020

c. Mengetahui perbandingan efektivitas teknik effleurage dan plexus

sacralis massage terhadap penurunan tingkat nyeri afterpains pada ibu

nifas multipara di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati

Bangunrejo Lampung Tengah tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan dan

menambah pengetahuan tentang salah satu teknik effleurage massage dan

massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas serta

dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Secara Aplikatif

Secara aplikatif penelitian ini bermanfaat agar masalah ibu

postpartum yang mengalami nyeri afterpains dapat dikurangin dengan

pemberian terapi salah satunya adalah teknik effleurage massage dengan

massage plexus sacralis.

E. Ruang Lingkup

Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre

and post design group yang terdiri dari dua kelompok intervensi , satu kelompok

diberi tindakan effleurage massage dan satu kelompok diberi tindakan massage
flexus sacralis. Sebelum melakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu melakukan

penilaian nyeri afterpains (pretest) dan setelah dilakukan intervensi peneliti

melakukan penilaian nyeri afterpain (posttest), populasinya adalah semua ibu post

partum di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo

Lampung Tengah tahun 2020. Variable dependennya adalah nyeri afterpains.

Variable indpendennya adalah teknik effleurage dengan plexus sacralis massage.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas berlangsung selama 6 minggu, masa ini dimulai setelah

keluarnya plasenta dan berakhir hingga alat - alat kandungan kembali seperti

keadaan semula sebelum hamil. (Sulistyawati, 2009:1)

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung ibu mengalami banyak

perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya perubahan tesebut

masih besrsifat fisiologis. Namu jika tidak dilakukan pendampingan melalui

asuhan kebidanan yang tepat maka tidak menuntpt kemungkinan akan terjadi

keadaan yang bersifat patologis. (Sulistyawati, 2009:1)

Pada masa ini tenaga kesehatan berperan penting untuk selalu melakukan

pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal akan menyebabkan

timbunya berbagai masalah, bahkan bisa berlanjut pada komplikasi masa nifas,

seperti sepsis puerperalis. Jika di tinjau dari penyebab kematian terbanyak nomor

dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan

memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas.permasalahan yang ada pada

ibu akan berimbas juga pada bayi yang dilahirkannya karena bayi tidak akan

mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka


morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat.(Sulistyawati, 2009:1-2)

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah

sebagai berikut :

a. Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh

karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode Early Postpartum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode Late Postpartum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

seharihari serta konseling KB.

Menurut (Walyan & Endang, 2015: 2-3) Masa nifas terbagi menjadi tiga

periode, yaitu:

1) Puerperium dini, yaitu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetal.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai


komplikasi. Waktu untuk bisa sehat sempurna sampai beberapa minggu,

bulan, atautahun.

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2015), Asuhan masa nifas diperlukan

dalam periode ini karena memerlukan masa kritis baik ibu maupun

bayinya.diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.masa

neonates merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi,2/3 kematian bayi terjadi

dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian BBL terjadi dalam waktu 7

hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada

masa nifas dapat mencegah beberapa kematian.

Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.

b. Tujuan khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi fisik maupun psikologisnya.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif.

3) Mendeteksi masalah , mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayinya.

4) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.

5) Memberikan pelayanan keluarga berencana.


4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan system reproduksi

Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2015), selama masa nifas, alat-alat

reproduksi internal maupun eksternala akan berangsur kembali seperti sebelum

hamil. Perubahan tersebut dinamakan involusi. Pada masa ini juga terjadi

perubahan penting lainya yaitu sebagai berikut :

1) Uterus

Setelah plasenta lahir dan selaput ketuban keluar dari uterus maka

dimulailah masa nifas pada ibu. Oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis

posterior menginduksi kontraksi miometrium yang saling berkaitan dan kuat.

Rongga yang telah kosong, maka secara keseluruhan akan berkontraksi kearah

bawah dan dinding uterus kembali menyatu satu sama lain, dan uterus bertahap

kembali seperti ukuran semula sebelum hamil. Proses involusi uterus sebagai

berikut :

a) Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus yang terus menerus setelah

pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relative anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

b) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone estrogen.

c) Autolysis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri yang terjadi di dalam otot

uterus. Penurunan hormone estrogen dan progesterone akan akan menyebabkan


Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah menegndur hingga

panjangnya sepuluh kali panjang sebelum hamil dan lebarnya lima kali lebar

sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan

d) Efek oksitosin

Penyebab terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus adalah oksitosin

sengga akan menekan pembulu darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai

darah ke uterus. Pada proses ini membantun mengurangi pendarahan.

Gambar 1 Otot-otot uterus


(Sumber: Marliandiani & Ningrum, 2015)

Gambar 2
Perubahan Uterus Pada Ibu Postpartum

Ukuran uterus akan kembali semula seperti sebelum hamil. Terlihat pada

tabel 1 perubahan uterus selama masa nifas. Perubahan tersebut berhubungan

erat dengan perubahan miometrium yang bersifat proteolisis.


Tabel 1
Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum

Berat Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri
Uterus Uterus
Plasenta Lahir Setinggi Pusat 1.000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simfisis 500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(Sumber : Marliandiani & Ningrum, 2015).

2) Lokia

Pengeluaran lokea dapat diartikan sebagai peluruhan jaringan desidua

yang menyebabkan keluarnya secret vagina dalam jumlah bervariasi. Secara

mikroskopis, lochea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan

bakteri. Pada saat involusi, lokea mengalami perubahan . Pengeluaran lochea

dapat dibagi menjadi lochea rubra, sanguiolenta, serosa, dan alba. Berikut ini

adalah perbendaan dari masing – masing lokea :

a) Lochea Rubra, pada hari ke 1-2 postpartum yang berisi cairan darah segar

bercampur sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput

ketuban, dan sisa darah.

b) Lochea Sanguiolenta.pada hari ke 3-7 postpartum berupa sisa darah

bercampur lender.

c) Lochea Serosa, cairan berwarna agak kuning berisi leukosit dan robekan

laserasi plasenta, timbul setelah satu minggu postpartum.

d) LocheaAlba, timbul setelah dua minggu postpartum dan hanya merupakan

cairan putih.

3) Genetalia eksternal, vagina, dan perineum

Selama proses persalinan, vulva dan vaginan mengalamai penekanan dan


peregangan. Dalam waktu beberapa hari setelah persalinan vulva dan vagina

tetap dalam keadaan kendur.pada minggu ketiga rugae pada vagina akan

berangsur-angsur tampak. Himen muncul kembali sebagai jaringan sikatrik (scar)

atau penonjolan kulit dan setelah mengalami sikatrisasi berubah menjadi

karunkula mirtiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan lebih

besar dibandingkan sebelum persalinan pertama.

b. Perubahan sistem perkemihan

Pada 24 jam pertama akan sulit untuk buang air kecil. Hal tersebut

dikarenakan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini

menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo

6 minggu (Walyani & Endang, 2017:66).

c. Perubahan musculoskeletal

Menurut (Sulistyawati, 2009), otot-otot uterus berkontraksi segera setelah

partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus

akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

dilahirkan.

Ligament-ligament, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada

waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali

sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh

“kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligament,fasia, jaringan

penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada

6-8 minggu setelah persalinan.

d. Perubahan tanda-tanda vital

Pada masa nifas perubahan yang sering dialami adalah sebagai berikut

1) Suhu tubuh

Pada 24 jam pertama ibu mengalami sedikit peningkatan suhu tubuh

hingga 380C sebagai respon tubuh terhadap persalinan. Peningkatan suhu tubuh

tersebut hanya bersifat sementara jika suhu tubu tetap tinggi mungkin

menandakan infeksi.

2) Nadi

Pada saat persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan, namun jika

denyut nadi melebihi 100 x/menit , harus diwaspadai kemungkinan infeksi atau

pendarahan postpartum.

3) Tekana darah

Setelah persalinan tekanan darah akan sedikit lebih rendah dibandingkan

saat hamil karena terjadi pendarahan pada proses persalinan.bila tekana darah

meningkat lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg pada

diastole perlu dicurigai timbul hipertensi pada postpartum.

e. Perubahan sistem kardiovaskuler

Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2015) , denyut jantung dan curah

jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke


plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan

haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembulu darah

kembali ke ukuran semula.

1) Volume darah

Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable.

Contohnya kehilangan darah selam persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan

ekstravaskuler. Kehilangan darah

2) Perubahan hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan , kadar fibrinogen dalam plasma

serta faktor faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,

kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental

dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

3) Perubahan sistem endokrin

a) Hormon plasenta

Hormone plasenta HCG menurun dengan cepat setelah persalinan dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ketuju postpartum.

b) Hormon pituitary

Dengan menurunnya kadar estrogen kan memicu kelencar pituitari bagian

belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormone ini sangat berperan untuk

pembesaran payudara dan merangsang produksi asi.


c) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Pada wanita menyusui hormone prolaktin meningkat sampai minggu

keenam setelah melahirkan. Semakin sering menyusui makan hormon akan

meningkat.

d) Hormon estrogen dan progesterone

Kadar estrogen menurun 100% setelah melahirkan dalam kurun waktu tiga

jam. Progesteron pada hari ketiga dan dig anti oleh peningkatan hormon prolaktin

dan prostaglandin yang berfungsi sebagai pembentukan ASI dan kontaksi uterus

untuk mencegah perdarahan.

5. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Menurut (Marliandiani & Ningrum, 2015), proses persalinan dan lahirnya

bayi memberikan arti dan makna yang sangat besar bagi seorang ibu. Bahkan

sering kali dapat mengubah sikap dan psikologis orangtua. Meskipun fisik ibu

nifas secara bertahap mengalami pemulihan, secara emosional ibu nifas belum

pulih. Minggu pertama merupakan masa rentan, masih terdapat rasa gembira

berganti depresi atau berubah-rubah diantara keduanya. Perasaan tidak mampu

menjadi ibu, merawat bayi, terutama jika ibu menyusui dan bertambah atau

menurunya minat terhadap seks. Timbulnya gejala-gejala psikologis tersebut

dipengaruhioleh:

a. Jenis persalinan yang ibu alami

b. Dukungan dari lingkungan sekitar terutamasuami

c. Bertambahnya tugas dan tanggung jawab ibu dengan adanya kehadiran bayi.

Menurut Nugroho, T. dkk, (2014: 155) hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Fungsi menjadi orang tua

2) Respon dan dukungan darikeluarga

3) Riwayat dan pengalaman kehamilan sertapersalinan

4) Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil danmelahirkan.

Teori Revarubin (1963) menjelaskan bahwa, “seorang ibu yang baru

melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga

fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu” (Marliandiani

& Ningrum, 2015 : 22).

Menurut Nugroho, T. dkk, (2014: 116-117) fase-fase yang akan dialami

oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a. Fase takingin

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,

sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang

dialami antara lain rasa mulas, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang

baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

1) Kekecewaan padabayinya

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusuibayinya

4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatanbayinya


b. Fase takinghold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan

bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu

diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas

bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar,

cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat,

kebersihan diri danlain-lain.

c. Fase lettinggo

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya.

Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan

perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih

mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan

keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih

diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Menurut (Marliandiani & Ningrum, 2015: 23). Hal-hal yang harus

dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Fisik, istirahat, asupan gizi, lingkunganbersih

2) Psikologi berupa dukungan dari keluarga danlingkungan sekitar sangat

diperlukan

3) Sosial berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasakesepian.

4) Psikososial berupa hubungan yang baik dan diterima oleh lingkungan sekitar

tempat ibutinggal.

Menurut (Marliandiani & Ningrum, 2015: 23-24). Faktor- faktor yang

mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa

nifas, antara lain sebagai berikut:

1) Respon serta dukungan keluarga danteman.

2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan danaspirasi.

3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anaksebelumnya.

4) Pengaruh budaya dan adat istiadat.

B. Masalah Nyeri / Gangguan Masa Nifas

1. Definisi Nyeri

Menurut Andarmoyo (2013) Nyeri akibat kontraksi uterus (afterpains)

memerlukan penanganan untuk dapat diminimalisir atau ditekan seminim

mungkin. Sebagai seorang bidan yang memberi asuhan sayang ibu, rasa nyeri

yang dirasakan ibu perlu di lakukan tindakan intervensi, sehingga dapat

menurunkan ketidaknyamanan yang ibu rasakan dan ibu dapat merasakan

nyaman.

Nyeri merupakan pengalaman sensoris subjektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata,

berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Walyani &

Endang, 2017: 193).


Menurut (Uliyah, Aziz, 2015:122), Nyeri merupakan kondisi berupa

perasaan yang tidak meyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan

nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya

orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya.

2. Klasifikasi Nyeri

Menurut Rohkamm, (2004) nyeri dapat di klasifikasikan menjadi:

a. Nyeri nocicepive, tipe nyeri “normal” yang mana muncul dari jaringan

yang benar-benar atau berkemungkinan rusak dan hasil dari aktivasi

nociceptor dan proses yang berikutnya di sistem saraf yangutuh.Nyeri

somatik adalah variasi dari nyeri nociceptive yang diperantarai oleh

serabut afferent somatosensoris yang mana ianya lebih mudah dilokalisir

dengan kualitas tajam, sakit dan berdenyut. Variasi dari nyeri biasaya

seperti nyeri pasca operasi, traumatis, dan inflamasi local.

b. Nyeri visceral lebih sulit untuk dilokalisasi dan diperantarai diperifer oleh

serabut C dan di sentral oleh jaras korda spinalis dan terutamanya berakhir

di system limbik. Ini menjelaskan tentang perasaan tidak enak dan

kesulitan emosional yang disebabkan oleh nyeri visceral. Ia dapat

dirasakan pada tempat asal dari rangsangan nyeri atau bisa juga mengarah

(refer) ke tempat lain contohnya dari diafragma kebahu.

c. Nyeri neuropatik disebabkan oleh kerusakan pada jaringan saraf.Ia selalu

diarahkan ke distribusi sensoris dari struktur saraf yang terkena. Nyeri


neuropatik tidak harus disebabkan oleh neuropati saja (Wiarto, Giri,

2017:11).

3. Pengukuran Intensitas Nyeri

Menurut Tamsuri (2007). Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran

tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri

sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang

sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yangberbeda. Nyeri dinilai

berdasarkan tingkah laku manusia yaitu kultur (budaya) yang mempengaruhi

sehingga latar belakang mempengaruhi ekspresi dan pemahaman teradap nyeri

(Wiarto, G., 2017:16).

Menurut Uliyah & Azi., (2015: 127), penilaian klinis dari nyeri dapat

dilakukan dengan Skala Pendeskripsi Verbal (Verbal Descriptor Scale-VDS),

penilaian Numerik (Numerical Rating Scale-NRS), dan Skala Analog Visual

(Visual Analog Scale-VAS).

a. Numerical Rating Scale (NRS)

NRS lebih digunakan sebagai pengganti VDS dalam hal ini klien

memberikan penilaian nyeri dengan menggunakan skala 0 sampai 10. Penggunaan

skala NRS biasanya dipakai patokan 10 cm untuk menilai nyeri pasien. Nyeri

yang telah dinilai pasien akan dikategorikan menjadi tidak nyeri (0), nyeri ringan

(1-3) secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri sedang (4-6)

secara objektif klien menderita menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

dapat mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Nyeri berat

(7-9) secara objektif terkadang klien tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih
merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang,

dan distraksi.Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu lagi berkominikasi

ataumemukul.

a. Visual Descriptif Scale (VDS)

Menurut (Uliyah & Aziz,2015: 127), VDS merupakan sebuah garis lurus

yang terdiri atas tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak

yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini dirangking dari tidak nyeri

sampai sangat nyeri (nyeri yang tidak tertahankan). Pengukur menunjukkan

kepada klien skala tersebut dan memintanya untuk memilih intensitas nyeri yang

dirasakannya

Gambar 4 Verbal Descriptor Scale (VDS)


(Sumber : Uliyah & Aziz.2015).

b. Visual Analogue Scale(VAS)

Menurut McGuire dalam Potter dan Perry (2005), VAS merupakan

pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi

setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka paling tepat dapat

menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada suatu waktu. VAS tidak

melabelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari sebuah garis lurus yang dibagi secara

merata menjadi 10 segmen dengan angka 0 sampai 10 dan memiliki pendeskripsi


verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu bahwa 0 menyatakan “tidak nyeri

sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat

bayangkan. Skala ini memberikan kebebasan kepada klien untuk mengidentifikasi

keluhan nyerinya (Uliyah & Aziz, 2015:128).

Gambar 5 visual analog scale (VAS)


(Sumber : Uliyah & Aziz.2015).

C. Gangguan Nyeri Nifas (Afterpains)

1. Pengertian Nyeri Afterpains

Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada

persalinan normal tanpa komplikasi.Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman

pada ibu, ibu diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan

pada ibu.Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu salah satunya Afterpains/keram

perut pasca melahirkan (Nugroho, T. dkk, 2014: 154).

Pada saat hamil, rahim seorang ibu akan membesar sesuai ukuran janin

yang dikandung. Begitu bayi lahir maka perlahan-lahan rahim akan menyusut dan

mengecil hingga sebesar buah pir kecil. Proses kembalinya ke bentuk semula dari

rahim ini disertai dengan rasa seperti keram pada perut (afterpains) (Walyani &

Purwoastuti, 2015:194).

Rasa nyeri/keram tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu, ibu
diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu. Hal

ini banyak terjadi pada multipara (Asih & Risneni, 2016:189). Alasan nyeri lebih

berat pada paritas tinggi karena penurunan tonus otot uterus secara bersamaan

menyebabkan intermitten (sebentar-sebentar).Beberapa pada wanita primipara,

yang tonus uterusnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi

intermitten (Mansyur.,Dahlan, 2014:90).

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya

tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan

biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa

nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus

terlalu teregang (misalnya pada bayi besar dan kembar).Menyusui dan oksitosin

tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang

kontraksi uterus (Bobak, dkk, 2005:493).

Kontraksi uterus ini terjadi secara fisiologis dan menyebabkan nyeri yang

dapat menggangu kenyamanan ibu masa setelah melahirkan/post partum

(Maryunani,2009;7). Rasa sakit (afterpain) seperti mulas-mulas disebabkan karena

kontaksi uterus yang berlangsung 2-4 hari post partum, sehingga ibu perlu

mendapatkan pengertian mengenai nyeri yang dirasakan. (dalam Jurnal Parulian,

T. S., dkk,. 2014)

Menurut Andarmoyo, (2013). Strategi penatalaksanaan nyeri adalah suatu

tindakan untuk mengurangi rasa nyeri, diantaranya dapat dilakukan dengan terapi

farmakologis dan non-farmakologis (dalam Jurnal Parulian, T. S., dkk,. 2014).

Terapi non-farmakologis yang dapat dilakukan antara lain dengan memberikan


terapi pemijatan pada ibu yang disebut dengan teknik effleurage massage (Jurnal

Parulian, T. S. dkk, 2014).

2. Manajemen pengendalian nyeri

a. Manajemen nyeri Farmakologi

Who Pain relief ladder

Semua obat yang mempunyai efek analgesik biaasanya efektif untuk

mengatasi nyeri. Hal tersebut dimungkinkan karena nyeri akan mereda atu hilang

seiring dengan laju penyembuhan jaringan yang rusak atau sakit.penatalaksanaan

nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiate(narkotika), nonopiat/obat

anti inflamasi non steroid (AINS),obat obatan adjuvant atau ko- analgesic. Secara

garis besar stategis farmakologi dalam pemberian terapi analgesic mengikuti

WHO pain relief ladder.

b. Manajemen nyeri nonfarmakologi

1) Pemberian kompres hangat dan dingin

Kompres dingin dan hangat dapat dijadikan salah satu stategi untuk

menurunkann nyeri yang efektif pada beberapa kondisi, terapi kompres dingin

dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dan reseptor yang

sama pada cedera. Area pemberian kompres panas dan dingin dapat menimbulkan

respon sistemik dan respon local.

2) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)

Stimulasi saraf elektrik transkutaneus digerakkan oleh batere yang

mengirim impuls listrik lemah melalui elektroda dan diletakkan pada daerah yang

nyeri (Price & Wilson, 2006).


3) Massage

Massage adalah melakukan tekanan dengan menggunakan tangan pada

jaringan lunak , biasanya otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan

gerakan atau perubahan posisi sendi yang ditujukan untuk meredakan nyeri ,

menghasilkan relaksasi dan memperbaiki sirkulasi.

a) Effeurage massage

Yaitu teknik massage di mana pasien posisi setengah duduk , lalu letakkan

kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar dari

arah pusat ke simfisi atau satu arah.

b) Plexus sacralis

Massage dalam meredakan nyeri postpartum ini pada daerah pinggang dan

di fokuskan pada area processus sacralis untuk merangsan saraf parasimpatis.

Prawirohardjo (2008) menyatakan bahwa sistem parasimpatis berasal dari nervus

sacralis 2, 3, dan 4 sebagai plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah

kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah (menurunkan ischemia) seiring dengan peningkatan metabolisme

sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun.

4) Akupresur

Akupresur merupakan metode noninvasif untuk merangsang titik-titik

pemicu adalah dengan pemberian tekanan dengan ibu jari (Price & Wilson, 2006).

5) relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan

stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2006)

6) guided imagery (imajinasi terbimbing)

Klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan

tersebut, sehingga secara bertahap kurang merasakan nyeri (Potter & Perry, 2006)

7) distraksi

Sistem aktivasi retikuler menghambat stimulus yang menyakitkan jika

seseorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun berlebihan (Potter &

Perry, 2006);

8) hipnosis

Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh

sugesti positif (Potter & Perry, 2006);

D. Effleurage Massage

1. Definisi Effleurage Massage

Effleurage merupakan usapan yang dilakukan menggunakan telapak

tangan dan jari-jari secara bersamaan. Effleurage dapat dilakukan dengan satu

atau kedua tangan dengan lengan di beberapa area tubuh. Sementara sebagian

besar strike effleurage adalah salah satu perjalanan mengalir di sepanjang bagian

tubuh (Stone, 2010 : 14)

Effleurage berasal dari kata Prancis yang berarti “meluncur di atas”

effleurage bias dalam atau dangkal. Untuk effleurage yang dalam, tekanannya

lebih halus dan lebih dalam. Untuk effleurage ringan atau dangkal tekanannya

dangkal dan riangan (Goldberg & Mc Donald, 2006: 23)


2. Manfaat Teknik Effleurage Massage

Beberapa manfaat dan efek effleurage antara lain (Goldberg & Mc Donald,

2006 : 23-24), yaitu

a. Melancarakan aliran darah ke pembulu darah, oleh karena itu membantu

meningkatkan dan memperbaiki sirkulasi umum.

b. Meningkatkan aliran getah bening ke jaringan dan oleh karena itu produk

limbah, asam amino dan karbon dioksida lebih cepat dikeluarkan ke dalam

sistem limfatik yang seharusnya diserap.

c. Effleurage memperbaiki sirkulasi kapiler di kulit, sehingga membentuk

menutrisi kulit dan membantu proses penyembuhan kulit, seperti pada kulit

yang kotor atau kering. Meningkatkan elastisitas kulit karena kelenjar

sebaceous mengeluarkan lebih banyak sebum agar kulit tetap lembut dan

lentur.

d. Memiliki efek merapihkan pada ujung saraf sensorik di kulit yang mendorong

lentur.

3. Mekanisme Kerja Teknik Effleurage Massage

Effleurage massage dapat memberikan efek rasa nyaman, menimbulkan

relaksasi, serta merangsang pengeluaran hormon endorphin yang dapat

menghilangkan rasa sakit secara ilmiah yang di dukung oleh teori Melzack and

Wall (1965) tentang Gate Control Theory. Ketika dilakukan massage effleurage

terjadilah hambatan nyeri kontraksi uterus, karena pada saat itu serabut A Delta

akan menutup gerbang sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan nyeri yang
sudah diblokir oleh counter stimulasi masase ini sehingga persepsi nyeri dapat

berubah (Parulian T. S, dkk, 2014).

4. Prosedur Teknik Effleurage Massage

Menurut jurnal Parulian T. S., dkk, 2014). Pelaksanaan teknik effleurage

massage dengan menggunakan jari tangan dan dengan frekuensi tetap/konstan

(tidak putus-putus). Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan

effleurage massage yaitu:

Gambar 5
Teknik Effleurage

a. Posisikan klien tidur dengan posisi supine dan letakkan bantal di bawah lutut

dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama dilakukan

effleuragemassage.

b. Tuangkan minyak pada telapak tangan 3-4 tetes danratakan

c. Lakukan massage pada abdomen klien, kedua telapak tangan melakukan

usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen,

dimulai dari abdomen bagian bawah diatas. simphisis pubis, arahkan ke

samping perut ibu, terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus dan
kembali ke perut bagian bawah diatas simphisis pubis. Bentuk pola

gerakannya seperti kupu-kupu.

d. Ulangi gerakan selama 3-5 menit selama kontraksi berlangsung (jurnal

Parulian T, dkk, 2014)

E. Massage Plexus Sacralis

Potter & Perry (2006) menyatakan bahwa stimulasi kutaneus adalah

stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Massage merupakan

langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus

stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah bahwa cara ini

melepaskan endorfin, sehingga memblok stimulasi nyeri. Teori gate-control

mengatakan bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf

sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi

nyeri melalui serabut nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil.

Gerbang sinap menutup transmisi impuls nyeri.

Menurut Meek (dalam Potter & Perry, 2006) sentuhan dan massage

merupakan teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktivitas sitem saraf

otonom. Melzack dan Wall (dalam Potter & Perry, 2006) menyatakan bahwa teori

gate-control ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan

dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Dalam teori

ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal

serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating

Mechanism). Mekanisme gate-control ini dapat memodifikasi dan merubah


sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan

menimbulkan nyeri. Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan

impuls akan diblok ketika pintu gerbang tertutup. Menutupnya pintu gerbang

merupakan dasar terapi mengatasi nyeri. Berdasarkan teori ini perawat bisa

menggunakannya untuk mengatur nyeri pasien postpartum.

Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat

pembentukan substansi P. Menurut teori ini, tindakan massage diyakini bisa

menutup gerbang nyeri.Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa massage

merupakan stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada

punggung dan bahu. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena

massage membuat relaksasi otot. Massage dalam meredakan nyeri postpartum ini

pada daerah pinggang dan di fokuskan pada area processus sacralis untuk

merangsan saraf parasimpatis. Prawirohardjo (2008) menyatakan bahwa sistem

parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4 sebagai plexus sacralis.

Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah (menurunkan ischemia) seiring

dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun.

Menurut Potter & Perry (2006) penggunaan stimulasi kutaneus (massage)

yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi

ketegangan otot (uterus). Sebaliknya, ketegangan uterus ini dapat meningkatkan

nyeri. Keuntungan massage adalah tindakan ini dapat dilakukan dirumah,

sehingga memungkinkan klien dan keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri

dan penanganannya.
F. Kerangka Teori

Kerangka teori atau tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan

yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau mengidentifikasi variabel –

variabel yang akan diteliti (diamati). Kerangka teori adalah sebagai dasar untuk

mengembangkan “kerangka konsep penelitian “ (Notoatmodjo, 2018:82).

Metode pengurangan nyeri


afterpain pada ibu nifas
1. Farmakologi
2. Non farmakologi
a. Kompres hangat dan
dingin
b. Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation
( TENS) Nyeri afterpains
c. Effleurage massage
d. Massage Plexus sacralis
e. Akupresure
f. Relaksasi
g. guided imagery (imajinasi
terbimbing)
h. distraksi
i. hipnotis

Gambar 6
Kerangka Teori

Sumber : (Zakiyah, 2015)( (Walyani & Purwoastut,.2015)

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu

dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti membuat kerangka konsep penelitian

perbandingan efektifitas teknik effleurage massage dan massage plexus sacralis

terhadap penurunan nyeri afterpain pada ibu nifas

Teknik effleurage massage

Intensitas nyeri afterpain pada


ibu nifas
Massage plexus sacralis

Gambar. 7
Kerangka Konsep

H. Variabel Penelitian

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagaiciri, sifat , atau ukuran

yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,

pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. (notoatmodjo,

2018)

Variable penelitian terdiri dari variable dependen dan independen.

Sedangkan variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2016: 4)

1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan timbulnya gejala atau

pengaruh variabel lain (Notoatmodjo, 2018). Variabel independen penelitian

iniadalah terdiri dari terapi teknik effleurage dan flexus sacralis massage.

2. Variabel Terikat

Variabel terkait adalah variabel yang dipengaruhi atau sebagai akibat

dilakukannya variabel bebas (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini yang

menjadi variabel terkait adalah nyeri afterpains pada ibu nifas.

I. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil

sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.setelah

melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah,

dapat diterima atau ditolak .(notoatmodjo, 2018).

Hipotesis berfungsi untuk menentukan arah pembuktian, artinya

merupakan pernyataan yang harus dibuktikan hipotesisi dalam penelitian ini yaitu

“Ada perbedaan efektivitas antara tehnik effleurage dan plexus sacralis massage

terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas”

J. Desfinisi Oprasional

Definisi oprasional adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud ,

atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan . definisi oprasional
ini sangat penting dan diperlukan agar pengukuran variable atau pengumpulan

data (variabel) itu konsisten antara sumber data yang satu dengan responden yang

lain.

Tabel 2

Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Nyeri Keadaan tidak Numeric Wawancara Derajat 0-10 Ratio
afterpains nyaman pada daerah Rating Scale & observasi
pada ibu nifas perut yang
disebabkan oleh
kontraksi dan
releksasi uterus
berurutan yang terjadi
secara terus menerus.

Teknik Teknik yang Ceklist Wawancara Nominal


effleurage dilakukan untuk & Observasi 0: dilakukan
massage mengurangi nyeri teknik
afterpains pada ibu effleurage
nifas dengan massage
menggunakan seluruh
permukaan telapak
tangan dan jari-jari
untuk menggosok
daerah tubuh tertentu.

Massage Teknik massage 1 : dilakukan


plexus sacralis plexus sacralis mssage
dilakukan untuk plexus
mengurangi nyeri sacralis
afterpains pada ibu
nifas dengan
melakukan massage
pada daerah sacralis
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang akan dilaksanakan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian quasi eksperimen.

Eksperimen semu (quasi eksperimen) adalah pendekatan dengan desain yang

tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saan

yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas (Notoatmodjo, (2018).

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimen dengan

pendekatan pretest and pos test design group, yaitu racangan suatu penelitian

eksperimen yang dilakukan dengan cara membentu 2 kelompok studi yaitu

kelompok teknik effleurage massage dan kelompok massage plexus sacralis ,

setelah itu di lakukan pretest pada masing – masing kelompok untuk menilai skala

nyeri sebelum diberi intervensi dan dilanjutkan dengan pemberian intervensi

sesuai masing-masing kelompok yaitu teknik effleurage massage pada kelompok

satu dan massage plexus sacralis pada kelompok yang kedua. Setelah itu akan

dilakukan posttest pada kedua kelompok yang telah diberikan intervensi tersebut
untuk melihat perbedaan derajat nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

dan membandingkan mana yang lebih efektif dalam menurunkan nyeri afterpains

pada ibu nifas.


Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok teknik effleurage massage O1 Xa O2


O1 XB O2
Kelompok massage plexus sacralis

Pre perlakuan post

Sumber : Notoatmodjo (2018)

Keterangan :

O1 = observasi (pretest) nyeri afterpains sebelum dilakukan perlakuan

dengan diberi terapi teknik effleurage massage.

Xa = perlakuan yang diberikan kepada responden yaitu teknik effleurage

massage

O2 = observasi (post test) nyeri afterpains sesudah diberikan perlakuan

teknik effleurage massage

O1 = observasi (pretest) nyeri afterpains sebelum diberikan perlakuan

massage plexus sacralis

Xb = perlakuan yang diberikan kepada responde yaitu melakukan massage

plexus sacralis

O2 = observasi kedua (post test) nyeri afterpains sesudah diberikan

perlakuan massage plexus sacralis.


B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian adalahkeseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu

nifas yang mengalami nyeri afterpains di PMB Windra Sandra dan PMB Endang

Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi, dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-

teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya

(Notoatmodjo, 2018).

Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel

masing-masing kelompok antara 10 s/d 20 (Sugiyono,2017:74) penetapan besar

sampel dalam peneltian ini di hitung menggunakan rumus besar sempel untuk

data numeric terhadap rerata dua pupulasi independen adalah sebagai berikut:

Keterangan :

n = jumlah sampel

s = standar deviasi kedua kelompok berdasarkan pustaka


X1-X2 = perbedaan klinis yang diinginkan (1)

Zα = nilai standar dari alpha, tingkat kesalahan tepe I, Zα = 1,99 (α = 5%)

Zβ = nilai standar beta , tingkat kelasalahan ti[e II , Zβ = 1,28 (β=20%)

(sumber : Sastroasmoro, 2014 : 363)

2
0

Sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 13 responden

pada tiapkelompok. Menurut Sastroasmoro(2017:367) penelitian direncanakan

dengan mengantisipasi kemungkinan terjadi drop out, loss to follow up, atau

sampel yang tidak taat , maka ditambahkan sebanyak 10% jadi besar sampel yang

dibutuhkan :
=

Dengan perhitungan tersebut maka yang diperlukan untuk masing-masing

kelompok adalah 15 responden, sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah

30 responden.

Teknik pengambilan sampel yang digunaka pada penelitian ini dengan

teknik nonprobability sampling dengan cara kuota sampling adalah teknik untuk

menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri- ciri tertentu sampai

jumlah (kuota) yang diinginkan.(Sugiyono,2017) Sampel dalam penlitian ini

adalah semua ibu nifas yang ada di PMB Windra Sandra dan PMB Endang

Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah. Jumlah responden yang ada di PMB

Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo dibagi menjadi dua

kelompok dimana masing masing kelompok akan mendapat perlakuan dan akan di

observasi sebelum dan sesudah mendapat perlakuan .pada penelitian ini tidak

menggunakan sampel sebagai control, melaikan semua sampel diberikan

intervensi.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi

adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2018:130).Agar karakteristik sampel tidak menyimpang maka


pengambilan sampel diperlukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriterisa inklusi dan

eksklusi penelitian ini sebgai berikut:


Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:

1) Ibu nifas normal hari pertama dan kedua yang ada di PMB Windra Sandra dan

PMB Endang Sulistyowati

2) Ibu nifas dengan skala nyeri 3-7

3) Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi pada sampel penelitian ini adalah :

1) Ibu nifas dengan komplikasi

2) Ibu dan suami menolak untuk dilakukan teknik effleurage massage dan

massage flexus sacralis

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Alasan kenapa peneliti mengabil tempat karena di di pmb windra Sandra

dan pmb Endang Sulistyowati belum pernah digunakan untuk penelitian tersebut.

Penelitian tentang efektivitas teknik effleurage massage denga massage

plexus sacralis terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra

Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah.

2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di PMB Windra Sandra dan

PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah pada bulan Januari

sampai tahun Maret 2020.


D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan semua bentuk data yang dilakukan

dengan cara merekam kejadia, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya

(Arikunto, 2002, : 197)

1. Instrument Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan cara apa saja selalu diperlukan suatu alat yang

disebut “instrument pengumpulan data”, dalam penelitian ini yang digunakan

adalah ceklist. Cheklist yang dirancang oleh peneliti digunakan untuk

mendapatkan informasi meliputi data responden (nama/kode, umur, status

obstetric).

2. Cara Pengumpulan Data

Metode observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi melihat,

mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2018 : 131)

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metrode observasi an wawancara

Langkah pengumplan data penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Langkah persiapan

1) Menyusun proposal penelitian

2) Menentukan besar sampel

3) Menyerahkan surat izin survei pendahuluan kepada PMB Windra Sandra

dan PMB Endang Sulistiyowati.

4) Menentukan populasi
5) Melakukan pengujian proposal penelitian pada 12 Desember 2019.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Menyelesaikan administrasi perizinan dan kemungkinan dilakukan

penelitian.

2. Meminta bantuan enumerator untuk membantu penelitian, enumerator

yang dipilih adalah asisten bidan

3. Menjelaskan kepada enumerator tujuan dan prosedur pelaksanaan, serta

melakukan pelatihan kepada enumerator tersebut.

4. Mengumpulkan data

5. Menentukan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sampai

kuota terpenuhi.

6. Meminta persetujuan responden dengan lembar informed consent

7. Mengukur skala nyeri dengan menggunakan numeric rating scale

8. Membangi dua kelompok ibu nifas sehingga diperoleh jumlah sampel

dengan perlakuan 1 (teknik effleurage massage) dan perlakukan 2

(massage plexus sacralis)

Kelompok perlakukan 1 dengan terapi eflleurage massage dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a) Posisikan klien tidur dengan posisi supine dan letakkan bantal di

bawah lutut dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama

dilakukan effleuragemassage.

b) Tuangkan minyak pada telapak tangan 3-4 tetes danratakan

c) Lakukan massage pada abdomen klien, kedua telapak tangan


melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan

melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian bawah diatas

simphisis pubis, arahkan ke samping perut ibu, terus ke fundus uteri

kemudian turun ke umbilicus dan kembali ke perut bagian bawah

diatas simphisis pubis. Bentuk pola gerakannya seperti kupu-kupu.

d) Ulangi gerakan selama 3-5 menit selama kontraksi berlangsung

Kelompok perlakuan ke 2 dengan massage plexus sacralis dengan

langkah – langkah sebagai berikut.

1) Letakkan tangan di area sacralis. Usapkan ke arah craniocaudal

dengan gerakan lembut dan tegas (hitungan 10X gerakan). Lanjutkan

gerakan memutar searah jarum jam dengan lembut dan tegas

(hitungan 10X putaran). Gerakan kembali ke arah craniocaudal

selama 10X gerakan. Tetap obsevasi pasien.

2) Remas kulit dengan mengambil jaringan di antara ibu jari dan jari

lain ke seluruh area sacralis.

3) Akhiri massage dengan gerakan memanjang dan beritahu klien

bahwa tindakan berakhir.

4) Bersihkan lubrikan di daerah sacral dengan handuk kecil atau tissue.

Bereskan alat.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan akan dilakukan pengolahan data dengan melalui

beberapa tahapan, yaitu : editing, cording, data entry, dan cleaning.


a. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Proses editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pada tahap ini peneliti

melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian checklist dari

responden. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada

kekurangan segera dapat dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori. Pemberian kode bertujuan untuk memudahkan dalam

melakukan analisa data, semua variabel diberikan kode dengan kata lain coding

adalah kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan

kode-kode tertentu.

c. Processing

Pada tahap ini diperlukan ketelitian dari orang yang melakukan “data

entry” ini. Apabila tidak dilakukan dengan benar makan akan terjadi bias,

meskipun hanya memasukkan data saja. Pada penelitian ini digunakan analisis

dengan bantuan programkomputer.

d. Cleaning

Cleaning (Pembersihan data) tahap ini dilakukan kegiatan pengecekkan

kembali data yang sudah entry apakah ada kesalahan atau tidak.Kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi, proses ini disebut pembersihan data (data

cleaning).
2. Analisis Data

Analisa kuantitatif disebut juga teknik statistik, yang akan digunakan

untuk mengolah data yang dikumpulkan, kemudian data yang dikumpulkan akan

dianalisis unvariat dan bivariat (Notoatmodjo, 2018 : 181-183)

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian .pada data numeric digunakan nilai mean

dan standar deviasi(Notoatmodjo, 2018).pada umumnya dalam analisis univariat

hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variable.

Analisis univariat pada peneltian ini bertujuan untuk menjelaskan

karakteristik setiap variable intervensi dengan nilai tengah yaitu rata- rata atau

mean dari setiap variabel penelitian antara lain teknik effleurage massage , plexus

sacralis massage dan nyeri afterpains ibu nifas. Pengelolahan analisis data variabel

dalam penelitian ini untuk mencari nilai rata – rata diproses dengan bantuan

computer.

b. Analisis Bivariat

Setelah dilakukan analisis univariat ,hasilnya akan diketahui distribusi

setiap variabel, dan dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (Notoatmodjo,


2018: 183).

Pada penelitian digunakan untuk melihat rata-rata nyeri sebelum dan

sesudah diberi perlakuan pada kelompok teknik effleurage dan plexus sacrali

massage. Setelah ini untuk mengetahui efektifitas rata-rata dilakukan analisa data

dengan sebelumnya data dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Analisis

dilakukan dengan uji T-test dependen menggunakan pre and post design group

dan uji T-test independent yang membandingkan kemlompok perlakuan teknik

effleurage dan kelompok perlakuan plexus sacralis massage jika berdistribusi

normal, tetapi jika data tidak normal maka dilakukan uji analisis data dengan uji

mann whitney dan dilakukan penggolongan data dengan langkah- langkah

komputerisasi.

Analisis bivariat ini dilakukan untik mengetahui hubungan antara variabel

independent (teknik effleurage dan plexus sacralis massage) dan variabel

dependent (nyeri afterpain). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan ,maka

jika didapatkan nilai p value ≤ α (0,05) maka Ha diterima yang berarti ada

pengaruh teknik efflerage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri

afterpains di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo

dan BPM Lampung Tenngah. Sedangkan jika p value ≥ α(0,05) maka Ha ditolak

yang berarti tidak ada pengaruh atara teknik effleurage dan plexus sacralis

terhadap penurunan nyeri afterpains.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

F. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sebelum menyajikan hasil penelitian berikut ini adalah uraian tentang

gambaran umum wilayah kerja praktik mandiri bidan Endang sulistiyowati dan

Windra Sandra Bangunrejo Lampung Tengah.

1. Praktik Mandiri Bidan Endang Sulistiyowati

PMB Endang Sulistiyowati berlokasi di kecamatan Bangunrejo kabupaten

Lampung Tengah.PMB ini di pimpin langsung oleh bidan Endang Sulistiyowati

dan memiliki satu asisten bidan . Rata – rata ibu nifas setiap bulannya mencapai 8

sampai 10 ibu nifas. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan Ante

Natal Care (ANC), pelayanan Internatal Care (INC) , Post Natal Care (PNC),

imunisasi , keluarga berencana (KB), dan bayi balita di PMB Endang

Sulistiyowati memiliki sarana dan prasarana meliputi ruang periksa , ruang

bersalin dan ruang perawatan.

2. Praktik Mandiri Bidan Windra Sandra

PMB Bidan Windra Sandra berlokasi di kecamatan Bangunrejo kabupaten


Lampung Tengah.PMB ini di pimpin langsung oleh bidan Endang Sulistiyowati

dan memiliki satu asisten bidan . Rata – rata ibu nifas setiap bulannya mencapai 8

sampai 10 ibu nifas. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan Ante

Natal Care (ANC), pelayanan Internatal Care (INC) , Post Natal Care (PNC),

imunisasi , keluarga berencana (KB), dan bayi balita di PMB Endang

Sulistiyowati memiliki sarana dan prasarana meliputi ruang periksa , ruang

bersalin dan ruang perawatan.

G. Karakteristik Responden

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

instrument penelitian . jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 20 orang

responden yang terbagi menjadi dua kelompok teknik effleurage massage yang

berjumlah 10 responden dan kelompok plexus sacralis massage yang berjumlah

10 responden

1. Usia
Tabel
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
Responden (%)
Remaja akhir 45
(17-25 tahun) 9
Dewasa awal 40
(26-35 tahun) 8
Dewasa Akhir 15
(36-45 tahun) 3
Total 20 100

Berdasarkan data pada tabel diatas, diketahui bahwa jumlah reponden

adalah 20 orang.karakteristik responden berdasarkan usia responden adalah


responen yang memilkiki usia 17-25 tahun berjumlah 9 orang (45%) , responden

dengan usia 26-35 btahun berjumlah 8 orang(40%) dan responden dengan usia 36-

45 tahun berjumlah 3 orang (15%) dari keseluruhan responden.

2. Klasifikasi paritas

Tabel
Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi Paritas Responden

Klasifikasi paritas frekuensi Persentasi


responden (%)
Primipara 7 35
Multipara 13 65
Total 20 100

Berdasarkan data pada tabel diatas, diketahui bahwa jumlah reponden

adalah 20 orang.karakteristik responden berdasarkan paritas adalah responen

peimipara berjumlah 7 orang (35%) dan responden multipara berjumlah 13

orang(65%) dari keseluruhan responden.

H. Hasil Penelitian

Penyajian data dan uji hipotesis bergantung pada normal tidaknya data. Uji

normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro- Wilk

untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak untuk jumlah sampl < 50

responen. Data yang di uji adalah data sebelu (pre) dan sesudah (post) diberikan

intervensi berupa effleurage massage dan plexus sacralis massage dapat dilihat
pada tabel dibawah.

Tabel

Distribusi Normalitas Data Nyeri Afterpains Sesudah Diberikan Intervensi


Effleurage Massage Dan Plexus Sacralis Massage
Jenis Shapiro Wilk tes
Kelompok N statistik P value
data
Effleurage massage 10 0,832 0,035
Pre Plexus sacralis
10 0,833 0,036
massage
Effleurage massage 10 0,820 0,025
Plexus sacralis
Post
10 0,815 0,022
massage

Berdasarkan tabel di atas hasil p value nyeri afterpains pada ibu nifas

sebelum diberikan effleurage massage yaitu sebesar 0,035 (p value ≤ α 0.05) dan

p value nyeri afterpains pada ibu nifas sebelum diberikan plexus sacralis massage

yaitu sebesar 0,036 (p value ≤ α 0,05). Hasil p value nyeri afterpains pada ibu

nifas setelah diberikan effleurage massage yaitu sebesar 0.025 (p value ≤ α 0.05)

dan p value nyeri afterpains pada ibu nifas setelah diberikan plexus sacralis

massage yaitu sebesar 0,022 (p value ≤ α 0,05). Maka data tersebut berdistribusi

tidak normal sehingga analisis bivariate dilakukan dengan menggunakan uji

statistik dengan uji mann whitney untuk membandingkan rata rata – nyeri

afterpains pada ibu nifas sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.


Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden ibu nifas di PMB

Windra Sandra dan Endang Sulistiyowati terhadap efektivitas teknik effleurage

dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di

analisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat didapatkan

hasil sebagai berikut.

a) Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data nyeri afterpains

pada ibu nifas sebelum dan sesudah diberi perlakuan effleurage

massage dan plexus sacralis massage.

1) Rata – rata sebelum diberikan teknik effleurage massage dan plexus

sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas.

Tabel

Rata – Rata Sebelum Diberikan Tekni Effleurage Massage Dan Plexus Sacralis Massage

Terhadap Penurunan Nyeri Af terpains Pada Ibu Nifas

N Minimum Maximum mean Sd


effleurage massage 10 6 8 7 0,816
plexus sacralis massage 10 6 8 6,9 0,737
Berdasarkan data dari tabel diatas , nyeri afterpain pada Ibu nifas sebelum

diberikan teknik effleurage massage dengan nyeri terendah yaitu 6 , nyeri

tertinggi yaitu 8 dan rata – rata nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 7 dengan

standar deviasi 0,816. Diketahui nyeri afterpains pada ibu nifas sebelum diberikan

terapi plexus sacralis dengan nyeri terendah 6 , neri tertinggi 8 dan rata – rata

nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 6,9 dengan standar deviasi 0,737.
2) Rata – rata setelah diberikan teknik effleurage massage dan plexus

sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas

Tabel

Rata – Rata Setelah Diberikan Tekni Effleurage Massage Dan Plexus

Sacralis Massage Terhadap Penurunan Nyeri Afterpains Pada Ibu Nifas

N Minimum Maximum mean Sd


effleurage massage 10 4 6 4,8 0,788
plexus sacralis massage 10 3 5 4 0,666

Berdasarkan data dari tabel diatas , nyeri afterpains pada Ibu nifas

sebelum diberikan teknik effleurage massage dengan nyeri terendah yaitu 4 ,

nyeri tertinggi yaitu 6 dan rata – rata nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 4,8

dengan standar deviasi 0,788. Diketahui nyeri afterpains pada ibu nifas setelah

diberikan terapi plexus sacralis dengan nyeri menjadi terendah 3, nyeri tertinggi 5

dan rata – rata nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 4 dengan standar deviasi

0,666.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariate diagunakan untuk mengetahui efektivitas pemberian

terapi teknik effleurage massage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan

nyeri afterpain pada ibu nifas yang dilakukan perhitungan menggunakan uji

mean- whitney.

Tabel
Perbedaan Efektivitas Teknik Effleurage Massage dan Plexus Sacralis

Massage Terhadap Penurunan Nyeri Afterpains Pada Ibu Nifas

Intervensi N Sum of rank P value


Teknik effleurage massage 10 131
0,033
Plexus sacralis massage 10 79
Berdasarkan tabel diatas diketahui p value = 0,033 dapat dilihat bahwa

nilai p value ≤ α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik

effleurage massage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri

afterpains pada ibu nifas , yaitu plexus sacralis massage lebih efektif disbanding

dengan effleurage massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di

PMB Windra Sandra dan PMB Endang sulistiyowati Bangunrejo Lampung

Tengah.

I. Pembahasan

Hasil penelitian tentang efektivitas teknik effleurage dan plexus sacralis

massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra

Sandra dan PMB Endang Sulistiyowati Bangunrejo Lampung Tengah.akan di

jelaskan sebagai berikut:

1. Nyeri afterpains pada ibu nifas setelah pemberian terapi teknik

effleurage massage

Berdasarkan hasil pengukuran nyeri afterpains pada ibu nifas terhadap

10 setelah diberikan perlakuan teknik effleurage massage dengan rata- rata 4,8

(SD = 0,788) yaitu termasuk nyeri sedang.


Nyeri merupakan pengalaman sensoris subjektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata,

berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Walyani &

Endang, 2017: 193).

Afterpains merupakan gangguan rasa nyeri pada ibu nifas dan banyak

dialami meskipun pada persalinan normal tanpa komplikasi yang menimbulkan

rasa tidak nyaman pada ibu.

Hasil penelitian parulihan dkk (2014) yang berjudul pengaruh teknik

effleurage massage terhadap penurunan rasa nyeri pada ibu postpartum yang

dilakukan di rumah sakit Sariningsih Bandung mendapatkan hasil setelah diberi

perlakuan effleurage massage didapatkan 45 % ibu postpartum mengalami

penurunan nyeri dengan rata-rata skala nyeri 3, nyeri postpartum setelah

dilakukan teknik effleurage massage berada pada rentang skala nyeri antara 1-5.

Effleurage merupakan usapan yang dilakukan menggunakan telapak

tangan dan jari-jari secara bersamaan. Effleurage dapat dilakukan dengan satu

atau kedua tangan dengan lengan di beberapa area tubuh. Sementara sebagian

besar strike effleurage adalah salah satu perjalanan mengalir di sepanjang bagian

tubuh (Stone, 2010 : 14)

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa nyeri afterpains pada ibu nifas

yang diberikan perlakuan teknik effeurage massage dapat mengurangin rasa nyeri

pada ibu nifas.

2. Nyeri afterpain pada ibu nifas sesudah diberi perlakuan plexux

sacralis massage
Berdasarkan hasil pengukuran nyeri afterpains pada ibu nifas terhadap 10

setelah diberikan perlakuan plexus sacralis massage dengan rata- rata 4 (SD =

0,666) yaitu termasuk nyeri sedang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan verra,. Dkk (2017) yang

berjudul pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri pada

ibu post partun normal di Puskesmas Wirosari II Purwodadi dengan hasil setelah

diberikan perlakuan mengalami tingkat myeri dalam kategori riangan sebanyak 18

orang (75,0 %).

Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini berada

pada daerah pinggang dan difokuskan pada area sacralis untuk merangsang saraf

parasimpatis. Sistem parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2,3 dan 4 sebagai

plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan

vasodilatasi yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah ( menurunkan

ischemia) seiring dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat

mereda atau menurun.

Setelah diberikan plexus sacralis massage terjadi penurunan nyeri

afterpain pada ibu nifas sehingga ibu dapat merasakan kenyamanan selama masa

nifas berlangsung.

3. Perbedaan rata - rata efektivitas diberikan teknik effleurage massage

dan plexus sacralis massage terhadap penurynan nyeri afterpains

pada ibu nifas

Dari hasil analisis yang didapatkan bahwa pengaruh teknik effleurage

massage didapatkan mean 4,8( SD = 0,788), sedangkan penurunan nyeri


afterpains dengan perlakuan plexus sacralis massage didapatkan mean 4 (SD =

0,666). Hasil penelitan tersebut penurunan nyeri afterpains menggunakan teknik

effleurage massage dan plexus sacralis massage yaitu memiliki selisih sebesar 0,8

dengan p – value sebesar 0,033 yang berarti p – value ≤ α (0,05), maka ha

diterima yang artinya bahwa plexus sacralis massage lebih efektif terhadap

penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB

Endang Sulistiyowati.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian verra,. Dkk (2017) yang

berjudul pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri pada

ibu post partun normal di Puskesmas Wirosari II Purwodadi, hasil penelitian ini

menunjukan nilai p- value 0,001 < α = 0.05. tingkat nyeri pada ibu nifas setelah

dilakukan terapi plexus sacralis massage mengalami tingkat nyeri dalam

kategoriringan sebanyak 18 orang (75,0%) dengan nilai mean 3,04.

Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa massage merupakan

stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan

bahu. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat

relaksasi otot. Massage dalam meredakan nyeri postpartum ini pada daerah

pinggang dan di fokuskan pada area processus sacralis untuk merangsan saraf

parasimpatis. Prawirohardjo (2008) menyatakan bahwa sistem parasimpatis

berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4 sebagai plexus sacralis. Serabut

parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah (menurunkan ischemia) seiring

dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun
Dari penjelasan diatas membuktikan bahwa terdapat pengaruh terapi

plexus sacralis massage lebih efektif terhadap penurunan nyeri afterpains pada

ibu nifas, maka dari itu di anjurkan kepada ibu nifas yang mengalami nyeri

afterpains untuk melakukan terapi plexus sacrali massages untuk mengurangi

nyeri .

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas teknik

effleurage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada

ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistiyowati di Bangunrejo

tahun 2020, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rata – rata setelah diberikan teknik effleurage massage terhadap penurunan

nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB Endang

Sulistiyowati Bangunrejo Lampung Tengah adalah 4,8

2. Rata – rata setelah diberikan teknik plexus sacralis massage terhadap

penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan

PMB Endang Sulistiyowati Bangunrejo Lampung Tengah adalah 4

3. Perbedaan rata - rata efektivitas diberikan teknik effleurage massage dan

plexus sacralis massage terhadap penurynan nyeri afterpains pada ibu nifas

di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistiyowati Bangunrejo

Lampung Tengah adalah dibuktikan berdasarkan uji Mann Withney dan

didapatkan hasil p- value 0,033.

B. Saran

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan , sumber

informasi dan menambah wawasan mengenai pengaruh teknik effleurage massage


terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas secara non farmakologi dan

dan dapat dikembangkan bagi penelitian selanjutnya.

2. Penelitian selanjutnya

Saran diharapkan untuk penelitian selajutnya dapat menambah jumlah

sampel, karena dengan adanya KLB Nasional pandemic Covid 19 maka peneliti

tidak dapat memenuhi sampel dikarenakan harus mengikuti program pemerintah

yaitu LFH (Learning From House ),sehingga jumlah sampel tidak dapat terpenuhi.

3. Secara aplikatif

Diharapkan bagi ibu nifas dengan nyeri afterpains dapat menerapkan

teknik effleurage dan plexus sacralis massage sebagai salah satu metode non

farmakologi untuk mengurangi nyeri afterpains.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo,S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta : Ar-


Ruzz Medika.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Poposal. Jakarta:
PT.Rineka Cipta

BIBLIOGRAPHY Asih, Y., & Risneni. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas Dan
Menyusui. Jakarta: Trans Info Medika.
Bobak, Iren. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Goldbreg, Audrey Githa & McDonald, Lucy, Body Massage For The Beauty
Therapist Third Edition, 264 halaman.

Mansyur, N., & Dahlan, K.(2014).Asuhan Kebidana Masa Nifas. Malang:Selaksa


Medika.

Marliandiani, Y., & Ningrum, N. P. (2015). Buku Ajar asuhan kebidaan pada
masa nifas dan menyususi. jakarta: salemba medika.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.


Yogyakarta: C.V ANDI.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Yogyakarta: pustakabarupress.

Stone, Victoria Jordan, 2010, The World's Massage Techniques The Complete
Ilustrated guide, 257 halaman.

Sastroasmoro. 2017. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta :Diam


Rakyat

Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung :


ALFABETA

Potter, Patricia A; Perry, Anne Griffin, 2006, Buku Ajar Fundamental


Keperawatan Konsep Proses dan Praktik Volume 2 Edisi 4, EGC,
Jakarta,817 halaman

Parulian, T. S., Sitompul, J., & Oktrifiana, A. N. (2014). Pengaruh Teknik


Effleurage Massage Terhadap Perubahan Nyeri Pada Ibu Post Partum Di
Rumah Sakit Sariningsih Bandung.Skripsi Stikes Borromeus.
HYPERLINK "http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/jurnal,2014"
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/jurnal,2014

LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Dian Novitasari


Nim : 1615371027
Judul Penelitian :Efektivitas Teknik Effleurage Dan Plexus Sacralis
Massage Terhadap Penurunan Nyeri Afterpains Pada Ibu
Nifas Di PMB Windra Sandra dan PMB Endang
Sulistyowati Bangunrejo Lampung Tengah Pada Tahun
2020
Pembimbing : Sumiyati,S.Pd.,M.Pd
Sadiman ,AK.,M.Kes

NO Hari Materi Bimbingan Saran/ Perbaikan Paraf


/Tanggal Pembimbing Pembimbing
Utama Pendamping
1. Kamis Pengajuan judul ACC judul skripsi
7- 11-2019 proposal skripsi

Sumiyati, Sadiman ,
S.Pd.,M.Pd AK.,M.Kes
2. Selasa Konsultasi Bab I Perbaiki Bab I
12-11-2019 1. Latar belakang
2. Perbaiki
penulisan Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
3. Senin Konsultasi perbaikan Perbaiki Bab I
18-11-2019 Bab I 1. Penulisan
2. Tambahkan
halam pada
sumber buku Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
4. Selasa Konsultasi perbaikan Lanjutkan ke bab II
26-11-2019 penulisan di Bab I dan III

Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
5. Kamis Konsultasi Bab I,II Tambahkan materi
28-11-2019 dan III pada Bab II
Perbaiki penulisan
pada Bab II Sadiman ,
AK.,M.Kes
6. Senin Konsultasi perbaikan Perbaiki penulisan
02-12-2019 Bab II dan III sesuai buku panduan
Tambahkan rumus
menghitung sampel Sadiman ,
AK.,M.Kes

NO Hari Materi Bimbingan Saran/ Perbaikan Paraf


/Tanggal Pembimbing Pembimbing
Utama Pendamping
7. Selasa Konsultasi Perbaiki pada Bab II
03-12-2019 perbaikan Bab II 1. definisi oprasional
dan III 2. perbaiki kerangka
konsep Sadiman ,
Tambahkan lampiran AK.,M.Kes
8. Kamis Konsultasi Acc Bab I,II dan III
05-12-2019 perbaikan Bab II
dan III Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
9. Selasa Konsultasi Acc Bab I,II dan III
10-12-2019 perbaikan Bab I, II
dan III
Sumiyati, Sadiman ,
S.Pd.,M.Pd AK.,M.Kes
10. Rabu Konsultasi Perbaiki
08-01-2020 perbaikan setelah 1. latar belakang
ujian pada bab I, II 2. perbaiki teknik
dan II pengambilan
sampling Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
11. Kamis Konsultasi Acc proposal skripsi
14-01-2020 perbaikan setelah
ujian pada bab I, II
dan II Sumiyati, Sadiman ,
S.Pd.,M.Pd AK.,M.Kes
12.

13.

Ketua Prodi Penanggung Jawab

Ns. Martini Fairus, S.Kep.,M.Sc Sadiman ,AK,M.Kes


NIP. 19700802 199003 2 002 NIP. 19670803 198703 1 001
LAMPIRAN

LEMBAR CONCENT

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah saya mendapat penjelasan mengenai penelitian sdr Dian Novitasari,

mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Metro, dengan
judul penelitian ” Efektivitas teknik effleurage dan plexus sacralis massage terhadap

penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB

Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah”, maka pada prinsipnya saya

bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden pada penelitian ini.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani tanpa ada unsur paksaan dari siapapun,

dan apabila di kemudian hari saya merasa dirugikan, maka saya berhak membatalkan

persetujuan ini.

Bangun Rejo, 2020


Responden

LEMBAR INFORMED
PERMOHONAN KESEDIAAN RESPONDEN

Kepada Yth.

Ibu...........................
Di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya Dian Novitasari , NIM. 1615371027 adalah mahasiswa Poltekkes


Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro , akan melakukan serangkaian
penelitian dengan judul ”efektivitas teknik effleurage dan plexus sacralis massage
terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nias di PMB Windra Sandra dan
PMB Endang Sulistyowati Bangunrejo Lampung Tengah”, mulai januari sampai
maret .

Adapun manfaat dari penelitian ini khususnya bagi klien adalah memberikan
metode alternatif pada ibu untuk dapat mengurangi/mengontrol rasa nyeri selama
masa nifas secara mandiri tanpa menggunakan obat penurun rasa sakit, sehingga
ibu akan nyaman tanpa beban psikologis.

Untuk keperluan tersebut diatas, maka saya mohon kesediaan Ibu untuk
menjadi responden penelitian saya dan sekaligus menandatangani lembar
persetujuan yang sudah saya sediakan. Perlu saya tambahkan bahwa persetujuan
Ibu tidak saya pergunakan untuk maksud lain selain dari tujuan penelitian ini.

Saya sangat menghargai atas kesediaan Ibu untuk berparti sipasi pada
penelitian ini

Demikian permohonan dari saya, atas bantuan dan peran Ibu/Bapak, saya
sampaikan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Bangunrejo, - ,2020
Peneliti

Dian Novitasari
NIM. 1615371027

Pengukuran Nyeri Afterpains Pada Ibu Nifas

Berikan tanda chek list () di kolom yang tersedian pada skala nyeri yang ada rasakan
sebelum dan sesudah diberi perlakuan

Skala Nyeri Yang Dirasakan Sebelum Sesudah


0 Tidak nyeri
1 Sangat ringan
2 Tidak nyaman (nyeri ringan) seperti dicubit
3 Masih bias ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditusuk
4 Menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam)seperti sakit gigi
dan nyeri disengat tawon
5 Sangat menyedihkan (kuat, dalam , nyeri yang menususk)
seperti terkilir/kesleo
6 Intens (kuat , dalam nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya memengaruhi salah satu dari
pancaindra)
7 Sangat intens (kuat , dalam nyeri yang menusuk begitu
kuat)) dan merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi
indera penderita yang menyebabkan tidak bias
berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu melakukan
perawatan sendiri.
8 Benar benar mengerikan(nyeri yang begitu kuat) sehingga
menyebabkan penderita tidak dapat berfikir jernih dan
sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika
nyeri dating dan berlangsung lama.
9 Menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat)
sehingga penderita tidak bias mentolerirnya dan ingin
segera menghilangkan nyeri bagaimanapun caranya tanpa
perduli dengan efek samping atau resikonya
10 Sakit yang tidak terbanyangkan dan tidak dapat
diungkapkan (nyeri begitu kuat /tidak sadarkan diri ),
biasanya pada skala ini penderita tidak lagi merasakan
nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri
yang sangat luar biasa seperti pada kasusu kecelakaan
parah, multi fraktur.

Keterangan :

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN PENGARUH TEKNIK


EFFLEURAGE DAN PLEXUS SACRALIS MASSAGE
TERHADAP PENURUNAN NYERI AFTERPAINS PADA IBU
NIFAS DI PMB WINDRA SANDRA DAN PMB ENDANG
SULISTIYOWATI BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH.
Tanggal :
Pukul :
A. Data Indentitas
1. Nama Ibu :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Status Pernikahan :
B. Data skala pengukuran intensitas nyeri

SKALA NYERI SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN TEKNIK


EFFLEURAGE MASSAGE
0 0 1 12 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 8 89 9 10

SKALA NYERI SESUDAH DILAKUKAN TINDAKAN TEKNIK


EFFLEURAGE MASSAGE
0 01 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10

*ceklist yang dipilih

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN PENGARUH TEKNIK


EFFLEURAGE DAN PLEXUS SACRALIS MASSAGE
TERHADAP PENURUNAN NYERI AFTERPAINS PADA IBU
NIFAS DI PMB WINDRA SANDRA DAN PMB ENDANG
SULISTIYOWATI BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH.

Tanggal :
Pukul :
C. Data Indentitas
5. Nama Ibu :
6. Umur :
7. Alamat :
8. Status Pernikahan :
D. Data skala pengukuran intensitas nyeri

SKALA NYERI SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN PLEXUS


SACRALIS MASSAGE
0 01 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10

SKALA NYERI SESUDAH DILAKUKAN TINDAKAN PLEXUS


SACRALIS MASSAGE
0 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 89 9 10

*ceklist yang dipilih

CHEKLIST MASSAGE PLEXUS SACRALIS

NO Langkah – Langkah Cara Melakukan Massage Plexus YA TIDAK


Sacralis
1 PERSIAPAN PASIEN
a. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang teknik
massage plexus sacralis meliputi: pengertian,
keuntungan dan kerugian, teknik pelaksanaannya
b. Persiapan ruangan/lingkungan yang privacy bagi klien,
jika perlu libatkan keluarga sejak awal prosedur
c. Klien berada pada posisi terlentang atau miring di atas
tempat tidur

d. Anjurkan klien untuk menandatangani informed concent


pada lembar yang telah disediakan
2 PERSIAPAN ALAT
a. Lembar permohonan kesediaan responden (informed
concent)
b. Gambar alat ukur nyeri postpartum
c. Selimut mandi, handuk kecil, tissue, dan lotion
d. Alat tulis (Bolpoin dan pensil)
3 CARA KERJA
5) Berikan salam, perkenalan, jelaskan prosedur, tujuan,
dan lamanya.
6) Beri tahu pada klien bahwa tindakan akan dimulai.
7) Beri kesempatan klien untuk bertanya.
8) Posisi pasien yang nyaman dalam tindakan.
9) Lakukan wawancara dan observasi validasi data
sebelum perlakuan dan catat hasilnya.
10) Cuci tangan.
11) Persiapan peralatan dan bahan yang diperlukan:
selimut mandi, handuk, dan lotion.
12) Longgarkan pakaian bawah, tutup dengan selimut
mandi. Letakkan handuk di bawah pinggang.
13) Tuangkan lotion dan hangatkan lotion di telapak
tangan.
14) Jelaskan pada klien bahwa lotion akan terasa dingin
dan basah.
15) Letakkan tangan di area sacralis. Usapkan ke arah
craniocaudal dengan gerakan lembut dan tegas
(hitungan 10X gerakan). Lanjutkan gerakan memutar
searah jarum jam dengan lembut dan tegas (hitungan
10X putaran). Gerakan kembali ke arah craniocaudal
selama 10X gerakan. Tetap obsevasi pasien.
16) Remas kulit dengan mengambil jaringan di antara ibu
jari dan jari lain ke seluruh area sacralis.
17) Akhiri massage dengan gerakan memanjang dan
beritahu klien bahwa tindakan berakhir.
18) Bersihkan lubrikan di daerah sacral dengan handuk
kecil atau tissue. Bereskan alat.
19) Kembalikan posisi klien dengan nyaman.
20) Cuci tangan.
21) Lakukan wawancara dan observasi validasi sesudah
perlakuan dan catat hasilnya.
22) Akhiri kegiatan (reinforcement positif) dan salam.
Keterangan :

Berikan tanda ceklist pada kolom “ya” jika peneliti melakukan tindakan dan diberi
tanda ceklist pada kolom “tidak ” jika peneliti tidak melakukan.

CHEKLIST TEKNIK EFFLEURAGE MASSAGE

NO Langkah – Langkah Cara Melakukan Effleurage Massage YA TIDAK


1 PERSIAPAN ALAT
Lembar permohonan kesediaan responden (informed concent)

2 Gambar alat ukur nyeri postpartum


3 Handuk mandi, handuk kecil, tissue, dan baby oil
Bantal dan slimut
PERSIAPAN PASIEN
4 Beri salam , perkenalkan diri kepada klien
5 Jelaskan tentang prosedr tindakan yang akan dilakukan
6 Beri kesempatan klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien
7 Siapkan peralatan yang diperlukan
8 Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman
9 Anjurkan klien untuk menandatangani informed concent pada
lembar yang telah disediakan
CARA KERJA
1 Posisikan klien tidur dengan posisi supine dan letakkan bantal
di bawah lutut dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks
selama dilakukan effleurage massage.
2 Tuangkan minyak pada telapak tangan 3-4 tetes dan ratakan
Lakukan massage pada abdomen klien, kedua telapak tangan
melakukan usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola
gerakan melingkari abdomen, dimulai dari abdomen bagian
bawah diatas. simphisis pubis, arahkan ke samping perut ibu,
terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus dan kembali
ke perut bagian bawah diatas simphisis pubis. Bentuk pola
gerakannya seperti kupu-kupu.
3 Ulangi gerakan selama 3-5 menit selama kontraksi berlangsung
4 Kembalikan posisi klien dengan nyaman.
5 Cuci tangan.
6 Lakukan wawancara dan observasi validasi sesudah perlakuan
dan catat hasilnya.
7 Akhiri kegiatan dan salam.

Keterangan :

Berikan tanda ceklist pada kolom “ya” jika peneliti melakukan tindakan dan diberi
tanda ceklist pada kolom “tidak ” jika peneliti tidak melakukan.

Anda mungkin juga menyukai