Oleh:
DIAN NOVITASARI
NIM. 1615371027
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing Utama
Sumiyati,S.Pd.M.Pd
NIP. 19650305 198603 2 002
Pembimbing Pendamping
Sadiman,AK,M.Kes
NIP. 19670803 198703 1 001
Mengetahui
Ketua Program Sarjana Terapan Kebidanan Metro
Penulis
Dian Novitasari/ NIM. 1615371027
Diterima dan Disahkan Oleh Tim Penguji Proposal Skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Kebidanan Metro Sebagai
Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan.
Tim Penguji
Penguji Utama
Islamiyati, AK.,M.KM.
NIP. 19720403 199302 2 001
Penguji Ketua/Moderator
Penguji Anggota
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan kebidanan Metro
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat, rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal
Skripsi yang berjudul Efektivitas Teknik Effleurage Dengan Plexus Sacralis
Massage Terhadap Penurunan Nyeri Afterpains Pada Ibu Nifas Di PMB Windra
Sandra Dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah, sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana Terapan
Kebidanan Program Studi Kebidanan Metro.
Dalam menyelesikan Proposal Skripsi, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin agar Proposal Skripsi ini bukan hanya mempunyai arti sebagai syarat
untuk menyelesaikan pendidikan, tetapi mempunyai arti tersendiri yaitu menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca, penyusunan
Proposal Skripsi ini banyak mendapatkan Bimbingan, saran dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes. Selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Ns. Martini Fairus, S.Kep., M.Sc. Selaku ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Metro.
3. Sumiyati,S.Pd.M.Pd. Selaku pembimbing utama yang telah membimbing
Dian Novitasari
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................5
C. TUJUAN PENELITAIN
1. Tujuan Umum ...................................................................5
2. Tujuan Khusus ..................................................................6
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis ................................................................6
2. Manfaat Praktik .................................................................6
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN ....................................7
H. VARIABEL PENELITIAN.................................................. 34
a. Variabel independen.........................................................35
b. Variabel dependen............................................................35
I. HIPOTESIS
J. DEFINISI OPRASIONAL
BAB III METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN.............................................37
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN........................39
1. Populasi ............................................................................39
2. Sampel .............................................................................39
C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN..............................42
1. Lokasi...............................................................................42
2. Waktu ...............................................................................42
D. PENGUMPULAN DATA......................................................43
1. Instrument pengumpulan data...........................................43
2. Cara pengumpulan data....................................................43
E. PENGELOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA.........45
1. Pengelolahan data.............................................................45
2. Analisis data......................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seperti reaksi tubuh yang diakibatkan oleh kontraksi uterus yang semakin
meningkat setelah persalinan yang menimbulkan rasa nyeri dan membuat ibu
tidak nyaman. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu terutama di
daerah perut akibat kontraksi uterus yang disebut afterpains (Nugroho, T. dkk,
2014: 154).
Rasa nyeri yang dialami ibu berdampak pada dirinya saja tapi juga pada
bayinya. Rasa nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin sering membuat ibu
malas menyusui bayinya, karena saat ibu menyusui terjadi pelepasan oksitosin
dari kelanjar hipofisis posterior yang distimulasi oleh hisapan bayi. Oksitosin
menerus pada uterus. Kontraksi uterus terjadi secara fisiologis yang memicu
timbulnya rasa nyeri yang dapat menggangu kenyamanan ibu di masa nifas. Rasa
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Rasa nyeri yang timbul
bersifat subjektif (Asih.,Risneni, 2016: 189).
farmakologis biasanya klien di berikan terapi berupa obat analgesik atau opioid
untuk meringankan nyeri yang bisa saja menimbulkan efek samping dari
berikan terapi seperti massage. Terapi massage ini dapat meminimalisir bahkan
menekan nyeri dengan minim efek samping bahkan tidak ada efek samping, salah
menghilangkan rasa sakit secara ilmiah yang di dukung oleh teori Melzack and
Wall (1965) tentang Gate Control Theory. Ketika dilakukan massage effleurage
terjadilah hambatan nyeri kontraksi uterus, karena pada saat itu serabut A Delta
akan menutup gerbang sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan nyeri yang
sudah diblokir oleh counter stimulasi massage ini sehingga persepsi nyeri dapat
plexus sacralis. Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini
berada pada daerah pinggang dan difokuskan pada area sacralis untuk
2,3 dan 4 sebagai plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan
terapi massage plexus sacralis yang diteliti untuk menurunkan tingkat nyeri post
Sandra dan PMB Endang Sulistyowati di Bangun Rejo Lampung Tengah pada
bulan november tahun 2019, didapatkan data di PMB Windra Sandra terdapat 16
ibu nifas dan 12 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan skala 4-6
yang 4 mengalami nyeri dengan skala 1-3,. Pada PMB Endang Sulistyowati
terdapat 14 ibu nifas dan 8 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan
skala nyeri 4-6 lalu 6 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalianan dengan skala
nyeri 1-3. Pengukuran skala nyeri pada penelitian ini menggunakan Numeric
Rating scale.
yang berjudul pengaruh teknik effleurage massage terhadap penurunan rasa nyeri
pada ibu postpartum yang dilakukan di rumah sakit Sariningsih Bandung dengan
sampel 20 ibu postpartum hari ke- 1 mengalami nyeri sebanyak 60% itu terjadi
pada usia 26-35 tahun dengan skala nyeri rata- rata 7 di alamioleh kelompok
skala nyeri 3.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan verra,. Dkk (2017) yang
berjudul pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri pada
menggunakan pre experiment designs dengan rancangan one group pre test – post
test dengan jumlah sampel yang dihitung dengan rumus Slovin sejumlah 24 orang
dan teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling.
Tingkat nyeri ibu postpartum sebelum diberi perlakukan mengalami tingkat nyeri
(75,0 %).
penurunan Nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB
B. Rumusan Masalah
Sandra dan PMB Endang Sulistyowati di Bangun Rejo Lampung Tengah pada
bulan november tahun 2019, didapatkan data di PMB Windra Sandra terdapat 12
ibu nifas dan 8 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan skala 4-6 yang
2 mengalami nyeri dengan skala 1-3,. Pada PMB Endang Sulistyowati terdapat 9
ibu nifas dan 6 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalinan dengan skala nyeri 4-6
lalu 3 ibu nifas mengalami nyeri pasca persalianan dengan skala nyeri 1-3.
pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan
2. Tujuan Khusus
2020.
b. Mengetahui tingkat nyeri after pains pada ibu nifas sesudah dilakukan
2020
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas serta
2. Secara Aplikatif
E. Ruang Lingkup
and post design group yang terdiri dari dua kelompok intervensi , satu kelompok
diberi tindakan effleurage massage dan satu kelompok diberi tindakan massage
flexus sacralis. Sebelum melakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu melakukan
melakukan penilaian nyeri afterpain (posttest), populasinya adalah semua ibu post
partum di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo
TINJAUAN PUSTAKA
keluarnya plasenta dan berakhir hingga alat - alat kandungan kembali seperti
asuhan kebidanan yang tepat maka tidak menuntpt kemungkinan akan terjadi
Pada masa ini tenaga kesehatan berperan penting untuk selalu melakukan
timbunya berbagai masalah, bahkan bisa berlanjut pada komplikasi masa nifas,
seperti sepsis puerperalis. Jika di tinjau dari penyebab kematian terbanyak nomor
dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa nifas.permasalahan yang ada pada
ibu akan berimbas juga pada bayi yang dilahirkannya karena bayi tidak akan
Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Menurut (Walyan & Endang, 2015: 2-3) Masa nifas terbagi menjadi tiga
periode, yaitu:
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
bulan, atautahun.
dalam periode ini karena memerlukan masa kritis baik ibu maupun
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.masa
neonates merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi,2/3 kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian BBL terjadi dalam waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada
a. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
b. Tujuan khusus
hamil. Perubahan tersebut dinamakan involusi. Pada masa ini juga terjadi
1) Uterus
Setelah plasenta lahir dan selaput ketuban keluar dari uterus maka
dimulailah masa nifas pada ibu. Oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
Rongga yang telah kosong, maka secara keseluruhan akan berkontraksi kearah
bawah dan dinding uterus kembali menyatu satu sama lain, dan uterus bertahap
kembali seperti ukuran semula sebelum hamil. Proses involusi uterus sebagai
berikut :
a) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus yang terus menerus setelah
b) Atrofi jaringan
c) Autolysis
panjangnya sepuluh kali panjang sebelum hamil dan lebarnya lima kali lebar
d) Efek oksitosin
Gambar 2
Perubahan Uterus Pada Ibu Postpartum
Ukuran uterus akan kembali semula seperti sebelum hamil. Terlihat pada
Berat Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri
Uterus Uterus
Plasenta Lahir Setinggi Pusat 1.000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simfisis 500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(Sumber : Marliandiani & Ningrum, 2015).
2) Lokia
mikroskopis, lochea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan
dapat dibagi menjadi lochea rubra, sanguiolenta, serosa, dan alba. Berikut ini
a) Lochea Rubra, pada hari ke 1-2 postpartum yang berisi cairan darah segar
bercampur sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput
bercampur lender.
c) Lochea Serosa, cairan berwarna agak kuning berisi leukosit dan robekan
cairan putih.
tetap dalam keadaan kendur.pada minggu ketiga rugae pada vagina akan
karunkula mirtiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan lebih
Pada 24 jam pertama akan sulit untuk buang air kecil. Hal tersebut
dikarenakan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo
c. Perubahan musculoskeletal
dilahirkan.
sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada
Pada masa nifas perubahan yang sering dialami adalah sebagai berikut
1) Suhu tubuh
hingga 380C sebagai respon tubuh terhadap persalinan. Peningkatan suhu tubuh
tersebut hanya bersifat sementara jika suhu tubu tetap tinggi mungkin
menandakan infeksi.
2) Nadi
Pada saat persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan, namun jika
denyut nadi melebihi 100 x/menit , harus diwaspadai kemungkinan infeksi atau
pendarahan postpartum.
3) Tekana darah
saat hamil karena terjadi pendarahan pada proses persalinan.bila tekana darah
meningkat lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg pada
1) Volume darah
2) Perubahan hematologi
serta faktor faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental
a) Hormon plasenta
b) Hormon pituitary
meningkat.
Kadar estrogen menurun 100% setelah melahirkan dalam kurun waktu tiga
jam. Progesteron pada hari ketiga dan dig anti oleh peningkatan hormon prolaktin
dan prostaglandin yang berfungsi sebagai pembentukan ASI dan kontaksi uterus
bayi memberikan arti dan makna yang sangat besar bagi seorang ibu. Bahkan
sering kali dapat mengubah sikap dan psikologis orangtua. Meskipun fisik ibu
nifas secara bertahap mengalami pemulihan, secara emosional ibu nifas belum
pulih. Minggu pertama merupakan masa rentan, masih terdapat rasa gembira
menjadi ibu, merawat bayi, terutama jika ibu menyusui dan bertambah atau
dipengaruhioleh:
c. Bertambahnya tugas dan tanggung jawab ibu dengan adanya kehadiran bayi.
Menurut Nugroho, T. dkk, (2014: 155) hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga
fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu” (Marliandiani
a. Fase takingin
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
dialami antara lain rasa mulas, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
1) Kekecewaan padabayinya
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar,
cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat,
c. Fase lettinggo
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
diperlukan
3) Sosial berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasakesepian.
4) Psikososial berupa hubungan yang baik dan diterima oleh lingkungan sekitar
tempat ibutinggal.
mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
1. Definisi Nyeri
mungkin. Sebagai seorang bidan yang memberi asuhan sayang ibu, rasa nyeri
nyaman.
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya.
2. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri nocicepive, tipe nyeri “normal” yang mana muncul dari jaringan
dengan kualitas tajam, sakit dan berdenyut. Variasi dari nyeri biasaya
b. Nyeri visceral lebih sulit untuk dilokalisasi dan diperantarai diperifer oleh
serabut C dan di sentral oleh jaras korda spinalis dan terutamanya berakhir
dirasakan pada tempat asal dari rangsangan nyeri atau bisa juga mengarah
2017:11).
tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri
sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yangberbeda. Nyeri dinilai
Menurut Uliyah & Azi., (2015: 127), penilaian klinis dari nyeri dapat
NRS lebih digunakan sebagai pengganti VDS dalam hal ini klien
skala NRS biasanya dipakai patokan 10 cm untuk menilai nyeri pasien. Nyeri
yang telah dinilai pasien akan dikategorikan menjadi tidak nyeri (0), nyeri ringan
(1-3) secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri sedang (4-6)
dapat mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Nyeri berat
(7-9) secara objektif terkadang klien tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih
merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang,
dan distraksi.Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu lagi berkominikasi
ataumemukul.
Menurut (Uliyah & Aziz,2015: 127), VDS merupakan sebuah garis lurus
yang terdiri atas tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak
yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini dirangking dari tidak nyeri
kepada klien skala tersebut dan memintanya untuk memilih intensitas nyeri yang
dirasakannya
pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi
setiap titik pada rangkaian angka yang menurut mereka paling tepat dapat
menjelaskan tingkat nyeri yang dirasakan pada suatu waktu. VAS tidak
melabelkan suatu devisi, tetapi terdiri dari sebuah garis lurus yang dibagi secara
sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada
pada ibu, ibu diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan
pada ibu.Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu salah satunya Afterpains/keram
Pada saat hamil, rahim seorang ibu akan membesar sesuai ukuran janin
yang dikandung. Begitu bayi lahir maka perlahan-lahan rahim akan menyusut dan
mengecil hingga sebesar buah pir kecil. Proses kembalinya ke bentuk semula dari
rahim ini disertai dengan rasa seperti keram pada perut (afterpains) (Walyani &
Purwoastuti, 2015:194).
Rasa nyeri/keram tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu, ibu
diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu. Hal
ini banyak terjadi pada multipara (Asih & Risneni, 2016:189). Alasan nyeri lebih
berat pada paritas tinggi karena penurunan tonus otot uterus secara bersamaan
yang tonus uterusnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan
biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa
nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus
terlalu teregang (misalnya pada bayi besar dan kembar).Menyusui dan oksitosin
Kontraksi uterus ini terjadi secara fisiologis dan menyebabkan nyeri yang
kontaksi uterus yang berlangsung 2-4 hari post partum, sehingga ibu perlu
tindakan untuk mengurangi rasa nyeri, diantaranya dapat dilakukan dengan terapi
mengatasi nyeri. Hal tersebut dimungkinkan karena nyeri akan mereda atu hilang
anti inflamasi non steroid (AINS),obat obatan adjuvant atau ko- analgesic. Secara
Kompres dingin dan hangat dapat dijadikan salah satu stategi untuk
menurunkann nyeri yang efektif pada beberapa kondisi, terapi kompres dingin
dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dan reseptor yang
sama pada cedera. Area pemberian kompres panas dan dingin dapat menimbulkan
mengirim impuls listrik lemah melalui elektroda dan diletakkan pada daerah yang
gerakan atau perubahan posisi sendi yang ditujukan untuk meredakan nyeri ,
a) Effeurage massage
Yaitu teknik massage di mana pasien posisi setengah duduk , lalu letakkan
kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar dari
b) Plexus sacralis
Massage dalam meredakan nyeri postpartum ini pada daerah pinggang dan
4) Akupresur
pemicu adalah dengan pemberian tekanan dengan ibu jari (Price & Wilson, 2006).
5) relaksasi
stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2006)
tersebut, sehingga secara bertahap kurang merasakan nyeri (Potter & Perry, 2006)
7) distraksi
seseorang menerima masukan sensori yang cukup ataupun berlebihan (Potter &
Perry, 2006);
8) hipnosis
D. Effleurage Massage
tangan dan jari-jari secara bersamaan. Effleurage dapat dilakukan dengan satu
atau kedua tangan dengan lengan di beberapa area tubuh. Sementara sebagian
besar strike effleurage adalah salah satu perjalanan mengalir di sepanjang bagian
effleurage bias dalam atau dangkal. Untuk effleurage yang dalam, tekanannya
lebih halus dan lebih dalam. Untuk effleurage ringan atau dangkal tekanannya
Beberapa manfaat dan efek effleurage antara lain (Goldberg & Mc Donald,
b. Meningkatkan aliran getah bening ke jaringan dan oleh karena itu produk
limbah, asam amino dan karbon dioksida lebih cepat dikeluarkan ke dalam
menutrisi kulit dan membantu proses penyembuhan kulit, seperti pada kulit
sebaceous mengeluarkan lebih banyak sebum agar kulit tetap lembut dan
lentur.
d. Memiliki efek merapihkan pada ujung saraf sensorik di kulit yang mendorong
lentur.
menghilangkan rasa sakit secara ilmiah yang di dukung oleh teori Melzack and
Wall (1965) tentang Gate Control Theory. Ketika dilakukan massage effleurage
terjadilah hambatan nyeri kontraksi uterus, karena pada saat itu serabut A Delta
akan menutup gerbang sehingga cortex cerebri tidak menerima pesan nyeri yang
sudah diblokir oleh counter stimulasi masase ini sehingga persepsi nyeri dapat
Gambar 5
Teknik Effleurage
a. Posisikan klien tidur dengan posisi supine dan letakkan bantal di bawah lutut
effleuragemassage.
usapan ringan, tegas dan konstan dengan pola gerakan melingkari abdomen,
samping perut ibu, terus ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus dan
kembali ke perut bagian bawah diatas simphisis pubis. Bentuk pola
langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus
stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah bahwa cara ini
sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi
nyeri melalui serabut nyeri melalui serabut C dan A-delta berdiameter kecil.
Menurut Meek (dalam Potter & Perry, 2006) sentuhan dan massage
otonom. Melzack dan Wall (dalam Potter & Perry, 2006) menyatakan bahwa teori
gate-control ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Dalam teori
ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal
serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating
menimbulkan nyeri. Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan
impuls akan diblok ketika pintu gerbang tertutup. Menutupnya pintu gerbang
merupakan dasar terapi mengatasi nyeri. Berdasarkan teori ini perawat bisa
punggung dan bahu. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena
massage membuat relaksasi otot. Massage dalam meredakan nyeri postpartum ini
pada daerah pinggang dan di fokuskan pada area processus sacralis untuk
dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun.
sehingga memungkinkan klien dan keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri
dan penanganannya.
F. Kerangka Teori
yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai wawasan
variabel yang akan diteliti (diamati). Kerangka teori adalah sebagai dasar untuk
Gambar 6
Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu
dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo, 2018).
Gambar. 7
Kerangka Konsep
H. Variabel Penelitian
yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
2018)
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan timbulnya gejala atau
iniadalah terdiri dari terapi teknik effleurage dan flexus sacralis massage.
2. Variabel Terikat
I. Hipotesis
melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah,
merupakan pernyataan yang harus dibuktikan hipotesisi dalam penelitian ini yaitu
“Ada perbedaan efektivitas antara tehnik effleurage dan plexus sacralis massage
J. Desfinisi Oprasional
atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan . definisi oprasional
ini sangat penting dan diperlukan agar pengukuran variable atau pengumpulan
data (variabel) itu konsisten antara sumber data yang satu dengan responden yang
lain.
Tabel 2
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saan
pendekatan pretest and pos test design group, yaitu racangan suatu penelitian
setelah itu di lakukan pretest pada masing – masing kelompok untuk menilai skala
satu dan massage plexus sacralis pada kelompok yang kedua. Setelah itu akan
dilakukan posttest pada kedua kelompok yang telah diberikan intervensi tersebut
untuk melihat perbedaan derajat nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
dan membandingkan mana yang lebih efektif dalam menurunkan nyeri afterpains
Keterangan :
massage
plexus sacralis
1. Populasi
diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
nifas yang mengalami nyeri afterpains di PMB Windra Sandra dan PMB Endang
2. Sampel
populasi, dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-
(Notoatmodjo, 2018).
sampel dalam peneltian ini di hitung menggunakan rumus besar sempel untuk
data numeric terhadap rerata dua pupulasi independen adalah sebagai berikut:
Keterangan :
n = jumlah sampel
2
0
dengan mengantisipasi kemungkinan terjadi drop out, loss to follow up, atau
sampel yang tidak taat , maka ditambahkan sebanyak 10% jadi besar sampel yang
dibutuhkan :
=
kelompok adalah 15 responden, sehingga total sampel dalam penelitian ini adalah
30 responden.
teknik nonprobability sampling dengan cara kuota sampling adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri- ciri tertentu sampai
adalah semua ibu nifas yang ada di PMB Windra Sandra dan PMB Endang
Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah. Jumlah responden yang ada di PMB
Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo dibagi menjadi dua
kelompok dimana masing masing kelompok akan mendapat perlakuan dan akan di
observasi sebelum dan sesudah mendapat perlakuan .pada penelitian ini tidak
intervensi.
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria eksklusi
adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
1) Ibu nifas normal hari pertama dan kedua yang ada di PMB Windra Sandra dan
2) Ibu dan suami menolak untuk dilakukan teknik effleurage massage dan
1. Lokasi Penelitian
dan pmb Endang Sulistyowati belum pernah digunakan untuk penelitian tersebut.
plexus sacralis terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra
2. Waktu Penelitian
PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah pada bulan Januari
Pengumpulan data dengan cara apa saja selalu diperlukan suatu alat yang
obstetric).
mendengar dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
a. Langkah persiapan
4) Menentukan populasi
5) Melakukan pengujian proposal penelitian pada 12 Desember 2019.
b. Tahap Pelaksanaan
penelitian.
4. Mengumpulkan data
kuota terpenuhi.
bawah lutut dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama
dilakukan effleuragemassage.
2) Remas kulit dengan mengambil jaringan di antara ibu jari dan jari
Bereskan alat.
1. Pengolahan Data
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pada tahap ini peneliti
responden. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada
b. Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
melakukan analisa data, semua variabel diberikan kode dengan kata lain coding
adalah kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan
kode-kode tertentu.
c. Processing
Pada tahap ini diperlukan ketelitian dari orang yang melakukan “data
entry” ini. Apabila tidak dilakukan dengan benar makan akan terjadi bias,
meskipun hanya memasukkan data saja. Pada penelitian ini digunakan analisis
d. Cleaning
kembali data yang sudah entry apakah ada kesalahan atau tidak.Kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi, proses ini disebut pembersihan data (data
cleaning).
2. Analisis Data
untuk mengolah data yang dikumpulkan, kemudian data yang dikumpulkan akan
a. Analisis Univariat
karakteristik setiap variable penelitian .pada data numeric digunakan nilai mean
karakteristik setiap variable intervensi dengan nilai tengah yaitu rata- rata atau
mean dari setiap variabel penelitian antara lain teknik effleurage massage , plexus
sacralis massage dan nyeri afterpains ibu nifas. Pengelolahan analisis data variabel
dalam penelitian ini untuk mencari nilai rata – rata diproses dengan bantuan
computer.
b. Analisis Bivariat
sesudah diberi perlakuan pada kelompok teknik effleurage dan plexus sacrali
massage. Setelah ini untuk mengetahui efektifitas rata-rata dilakukan analisa data
dilakukan dengan uji T-test dependen menggunakan pre and post design group
normal, tetapi jika data tidak normal maka dilakukan uji analisis data dengan uji
komputerisasi.
jika didapatkan nilai p value ≤ α (0,05) maka Ha diterima yang berarti ada
pengaruh teknik efflerage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri
afterpains di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistyowati Bangun Rejo
dan BPM Lampung Tenngah. Sedangkan jika p value ≥ α(0,05) maka Ha ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh atara teknik effleurage dan plexus sacralis
gambaran umum wilayah kerja praktik mandiri bidan Endang sulistiyowati dan
dan memiliki satu asisten bidan . Rata – rata ibu nifas setiap bulannya mencapai 8
sampai 10 ibu nifas. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan Ante
Natal Care (ANC), pelayanan Internatal Care (INC) , Post Natal Care (PNC),
dan memiliki satu asisten bidan . Rata – rata ibu nifas setiap bulannya mencapai 8
sampai 10 ibu nifas. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan Ante
Natal Care (ANC), pelayanan Internatal Care (INC) , Post Natal Care (PNC),
G. Karakteristik Responden
responden yang terbagi menjadi dua kelompok teknik effleurage massage yang
10 responden
1. Usia
Tabel
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
Responden (%)
Remaja akhir 45
(17-25 tahun) 9
Dewasa awal 40
(26-35 tahun) 8
Dewasa Akhir 15
(36-45 tahun) 3
Total 20 100
dengan usia 26-35 btahun berjumlah 8 orang(40%) dan responden dengan usia 36-
2. Klasifikasi paritas
Tabel
Karakteristik Responden Berdasarkan Klasifikasi Paritas Responden
H. Hasil Penelitian
Penyajian data dan uji hipotesis bergantung pada normal tidaknya data. Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro- Wilk
untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak untuk jumlah sampl < 50
responen. Data yang di uji adalah data sebelu (pre) dan sesudah (post) diberikan
intervensi berupa effleurage massage dan plexus sacralis massage dapat dilihat
pada tabel dibawah.
Tabel
Berdasarkan tabel di atas hasil p value nyeri afterpains pada ibu nifas
sebelum diberikan effleurage massage yaitu sebesar 0,035 (p value ≤ α 0.05) dan
p value nyeri afterpains pada ibu nifas sebelum diberikan plexus sacralis massage
yaitu sebesar 0,036 (p value ≤ α 0,05). Hasil p value nyeri afterpains pada ibu
nifas setelah diberikan effleurage massage yaitu sebesar 0.025 (p value ≤ α 0.05)
dan p value nyeri afterpains pada ibu nifas setelah diberikan plexus sacralis
massage yaitu sebesar 0,022 (p value ≤ α 0,05). Maka data tersebut berdistribusi
statistik dengan uji mann whitney untuk membandingkan rata rata – nyeri
dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di
a) Analisis Univariat
Tabel
Rata – Rata Sebelum Diberikan Tekni Effleurage Massage Dan Plexus Sacralis Massage
tertinggi yaitu 8 dan rata – rata nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 7 dengan
standar deviasi 0,816. Diketahui nyeri afterpains pada ibu nifas sebelum diberikan
terapi plexus sacralis dengan nyeri terendah 6 , neri tertinggi 8 dan rata – rata
nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 6,9 dengan standar deviasi 0,737.
2) Rata – rata setelah diberikan teknik effleurage massage dan plexus
Tabel
Berdasarkan data dari tabel diatas , nyeri afterpains pada Ibu nifas
nyeri tertinggi yaitu 6 dan rata – rata nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 4,8
dengan standar deviasi 0,788. Diketahui nyeri afterpains pada ibu nifas setelah
diberikan terapi plexus sacralis dengan nyeri menjadi terendah 3, nyeri tertinggi 5
dan rata – rata nyeri afterpains pada ibu nifas adalah 4 dengan standar deviasi
0,666.
b) Analisis Bivariat
terapi teknik effleurage massage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan
nyeri afterpain pada ibu nifas yang dilakukan perhitungan menggunakan uji
mean- whitney.
Tabel
Perbedaan Efektivitas Teknik Effleurage Massage dan Plexus Sacralis
nilai p value ≤ α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik
afterpains pada ibu nifas , yaitu plexus sacralis massage lebih efektif disbanding
dengan effleurage massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di
Tengah.
I. Pembahasan
massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra
effleurage massage
10 setelah diberikan perlakuan teknik effleurage massage dengan rata- rata 4,8
Afterpains merupakan gangguan rasa nyeri pada ibu nifas dan banyak
effleurage massage terhadap penurunan rasa nyeri pada ibu postpartum yang
dilakukan teknik effleurage massage berada pada rentang skala nyeri antara 1-5.
tangan dan jari-jari secara bersamaan. Effleurage dapat dilakukan dengan satu
atau kedua tangan dengan lengan di beberapa area tubuh. Sementara sebagian
besar strike effleurage adalah salah satu perjalanan mengalir di sepanjang bagian
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa nyeri afterpains pada ibu nifas
yang diberikan perlakuan teknik effeurage massage dapat mengurangin rasa nyeri
sacralis massage
Berdasarkan hasil pengukuran nyeri afterpains pada ibu nifas terhadap 10
setelah diberikan perlakuan plexus sacralis massage dengan rata- rata 4 (SD =
berjudul pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri pada
ibu post partun normal di Puskesmas Wirosari II Purwodadi dengan hasil setelah
Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri post partum ini berada
pada daerah pinggang dan difokuskan pada area sacralis untuk merangsang saraf
parasimpatis. Sistem parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2,3 dan 4 sebagai
afterpain pada ibu nifas sehingga ibu dapat merasakan kenyamanan selama masa
nifas berlangsung.
effleurage massage dan plexus sacralis massage yaitu memiliki selisih sebesar 0,8
diterima yang artinya bahwa plexus sacralis massage lebih efektif terhadap
penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB
Endang Sulistiyowati.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian verra,. Dkk (2017) yang
berjudul pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan nyeri pada
ibu post partun normal di Puskesmas Wirosari II Purwodadi, hasil penelitian ini
menunjukan nilai p- value 0,001 < α = 0.05. tingkat nyeri pada ibu nifas setelah
stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan
bahu. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat
relaksasi otot. Massage dalam meredakan nyeri postpartum ini pada daerah
pinggang dan di fokuskan pada area processus sacralis untuk merangsan saraf
dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun
Dari penjelasan diatas membuktikan bahwa terdapat pengaruh terapi
plexus sacralis massage lebih efektif terhadap penurunan nyeri afterpains pada
ibu nifas, maka dari itu di anjurkan kepada ibu nifas yang mengalami nyeri
nyeri .
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas teknik
effleurage dan plexus sacralis massage terhadap penurunan nyeri afterpains pada
ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB Endang Sulistiyowati di Bangunrejo
nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB Endang
penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan
plexus sacralis massage terhadap penurynan nyeri afterpains pada ibu nifas
B. Saran
1. Secara teoritis
2. Penelitian selanjutnya
sampel, karena dengan adanya KLB Nasional pandemic Covid 19 maka peneliti
yaitu LFH (Learning From House ),sehingga jumlah sampel tidak dapat terpenuhi.
3. Secara aplikatif
teknik effleurage dan plexus sacralis massage sebagai salah satu metode non
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Asih, Y., & Risneni. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas Dan
Menyusui. Jakarta: Trans Info Medika.
Bobak, Iren. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Goldbreg, Audrey Githa & McDonald, Lucy, Body Massage For The Beauty
Therapist Third Edition, 264 halaman.
Marliandiani, Y., & Ningrum, N. P. (2015). Buku Ajar asuhan kebidaan pada
masa nifas dan menyususi. jakarta: salemba medika.
Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Yogyakarta: pustakabarupress.
Stone, Victoria Jordan, 2010, The World's Massage Techniques The Complete
Ilustrated guide, 257 halaman.
Sumiyati, Sadiman ,
S.Pd.,M.Pd AK.,M.Kes
2. Selasa Konsultasi Bab I Perbaiki Bab I
12-11-2019 1. Latar belakang
2. Perbaiki
penulisan Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
3. Senin Konsultasi perbaikan Perbaiki Bab I
18-11-2019 Bab I 1. Penulisan
2. Tambahkan
halam pada
sumber buku Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
4. Selasa Konsultasi perbaikan Lanjutkan ke bab II
26-11-2019 penulisan di Bab I dan III
Sumiyati,
S.Pd.,M.Pd
5. Kamis Konsultasi Bab I,II Tambahkan materi
28-11-2019 dan III pada Bab II
Perbaiki penulisan
pada Bab II Sadiman ,
AK.,M.Kes
6. Senin Konsultasi perbaikan Perbaiki penulisan
02-12-2019 Bab II dan III sesuai buku panduan
Tambahkan rumus
menghitung sampel Sadiman ,
AK.,M.Kes
13.
LEMBAR CONCENT
mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Metro, dengan
judul penelitian ” Efektivitas teknik effleurage dan plexus sacralis massage terhadap
penurunan nyeri afterpains pada ibu nifas di PMB Windra Sandra dan PMB
Endang Sulistyowati Bangun Rejo Lampung Tengah”, maka pada prinsipnya saya
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani tanpa ada unsur paksaan dari siapapun,
dan apabila di kemudian hari saya merasa dirugikan, maka saya berhak membatalkan
persetujuan ini.
LEMBAR INFORMED
PERMOHONAN KESEDIAAN RESPONDEN
Kepada Yth.
Ibu...........................
Di tempat
Adapun manfaat dari penelitian ini khususnya bagi klien adalah memberikan
metode alternatif pada ibu untuk dapat mengurangi/mengontrol rasa nyeri selama
masa nifas secara mandiri tanpa menggunakan obat penurun rasa sakit, sehingga
ibu akan nyaman tanpa beban psikologis.
Untuk keperluan tersebut diatas, maka saya mohon kesediaan Ibu untuk
menjadi responden penelitian saya dan sekaligus menandatangani lembar
persetujuan yang sudah saya sediakan. Perlu saya tambahkan bahwa persetujuan
Ibu tidak saya pergunakan untuk maksud lain selain dari tujuan penelitian ini.
Saya sangat menghargai atas kesediaan Ibu untuk berparti sipasi pada
penelitian ini
Demikian permohonan dari saya, atas bantuan dan peran Ibu/Bapak, saya
sampaikan terima kasih.
Dian Novitasari
NIM. 1615371027
Berikan tanda chek list () di kolom yang tersedian pada skala nyeri yang ada rasakan
sebelum dan sesudah diberi perlakuan
Keterangan :
Tanggal :
Pukul :
C. Data Indentitas
5. Nama Ibu :
6. Umur :
7. Alamat :
8. Status Pernikahan :
D. Data skala pengukuran intensitas nyeri
Berikan tanda ceklist pada kolom “ya” jika peneliti melakukan tindakan dan diberi
tanda ceklist pada kolom “tidak ” jika peneliti tidak melakukan.
Keterangan :
Berikan tanda ceklist pada kolom “ya” jika peneliti melakukan tindakan dan diberi
tanda ceklist pada kolom “tidak ” jika peneliti tidak melakukan.