Anda di halaman 1dari 101

PENGARUH PURSED LIP BREATHING EXERCISE TERHADAP

FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS


DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
MAKASSAR

OLEH :
MOH. RIOH GUNAWAN
18.01.071

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI S1-KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
PENGARUH PURSED LIP BREATHING EXERCISE TERHADAP
FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS
DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT
MAKASSAR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperolah Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar

OLEH :

MOH. RIOH GUNAWAN

18.01.071

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI S1-KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Moh. Rioh Gunawan

Nim : 18. 01. 071

Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kescuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagai

atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa gelar

kerserjanaan yang telah diperoleh dapat di tinjau kembali.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali.

Makassar, Februari 2020

Yang membuat pernyataan

(Moh Rioh Gunawan)


18.01.071
ABSTRAK

MOH RIOH GUNAWAN : PENGARUH PURSED LIP BREATHING EXERCISE TERHADAP


FREKUENSI PERNAFASAN PADA PASIEN TB PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN
PARU MASYARAKAT MAKASSAR
PEMBIMBING : I Kade Wijaya Dan Hasriany (i-xv + 60 halaman + 7 tabel + 13 lampiran)
Pendahuluan : Angka kejadian tuberculosis menurut WHO Global Tuberkulosis report Tahun
2016, tuberculosis menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia
Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise terhadap
frekuensi pernafasan pada pasien tb paru di balai besar kesehatan paru masyarakat makassar.
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental dengan pendekatan Two
group pre test dan post test design, jumlah sampel 20 responden, 10 untuk kelompok intervensi
dan 10 untuk kelompok kontrol, Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling.
Hasil : Penelitian didapatkan nilai mean pada kelompok intervensi sebesar 26,60 turun menjadi
21.40 dan Kelompok kontrol sebesar 24,80 menjadi 25,00. hasil Uji wilcoxon pada kelompok
intervensi didapatkan nilai p = 0.004 atau p < 0.05 dan kelompok kontrol didapatkan nilai p =
0.157 atau p > 0.05 sehingga kelompok intervensi terdapat pengaruh dan kelompok kontrol tidak
terdapat pengaruh.
Kesimpulan dan Saran : Kelompok intervensi yang diberikan Pursed Lip Breathing Exercise
terdapat pengaruh frekuensi pernafasan pada pasien TB paru sedangkan kelompok kontrol hanya
mengukur frekuensi pernafasan tidak terdapat pengaruh pada pasien TB parus.
Kata Kunci : Tuberkulosis, Frekuensi Pernafasan, Pursed Lip Breathing Exercise.
Referensi : 13 Buku (2009-2019) dan 9 Jurnal (Tahun 2014-2019)
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pursed Lip Breathing

Exercise Terhadap Frekuensi Pernapasan Pada Pasien Tuberkulosis Di Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar”. Penyusunan Skripsi ini merupakan

suatu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

Dalam melakukan penyusunan Skripsi ini peneliti telah mendapatkan

banyak masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat berguna

dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu

pada kesempatan ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya terkhusus untuk kedua orang

tua, yaitu Masri Dp dan Ibunda Yuliana yang senantiasa mendoakan,

memberikan nasehat dan dorongan serta telah banyak berkorban agar penulis

dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik, semoga Allah SWT membalasnya

dengan Rahmat, Rahim, Keberkahan yang melimpah dan juga kebahagiaan hidup

dan dunia akhirat, dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes, Selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep., M.Kes., M.EDM, Selaku Ketua

STIKES Panakkukang Makassar dan Selaku Penguji I yang telah

memberikan masukan sampai selesainya skripsi ini.


3. Bapak Ns. Muh Zukri Malik, S.Kep., M.Kep, Selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama

penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

4. Bapak dr. Syamsuridzal Bali, MBA, Selaku Direktur Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat Makassar yang telah membarikaan izin penelitian untuk

skripsi ini.

5. Bapak Ns. I Kade Wijaya, S.Kep., M.Kep., Selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan masukan sampai selesainya penyusunan Skripsi

ini.

6. Ibu Ns. Hasriany, S.Kep., M.Kes., M.kep., Selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan masukan sampai selesainya penyusunan Skripsi

ini.

7. Bapak Ns. Muh Yusuf Tahir, S.Kep, M.kes., M.Kep., Selaku Penguji II yang

telah memberikan masukan sampai selesainya skripsi ini.

8. Dosen di Prodi S1 keperawatan yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan yang tiada henti-hentinya dan dorongan baik spiritual maupun

material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar S1 keperawatan STIKES Panakkukang Makassar angkatan

2018 yang telah memberikan motivasi,saran,dan masukan sampai

penyusunan skripsi ini selesai.

10. Keluarga besar saya di Makassar yaitu Kak Munawir Mile, Fadel

Magasingan, Khalil Alatas, dan Rinaldy Basalama yang telah memberikan,

motivasi sampai selesainya penyusunan Skripsi ini.


11. Kepada sahabat kelasku yaitu Nuristiqamah DS, Dedy Kurniawan, Resky Ida

Hastuti, Hijratun, Amril W, Zulhandika, dan Samsudin yang telah

memberikan motivasi, saran, dan masukan sampai penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam

menyelesaikan penyusun Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita

semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, Februari 2020

Moh. Rioh Gunawan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................iv

ABSTRAK............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

DAFTAR ISI.........................................................................................................x

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv

DAFTAR BAGAN................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................6

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................6

1. Tujuan Umum.......................................................................................6

2. Tujuan Khusus......................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7

1. Manfaat Teoritis....................................................................................7

2. Manfaat Praktis.....................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tuberkulosis Paru.........................................................9

1. Definisi Tuberkulosis Paru...................................................................9


2. Etiologi..................................................................................................10

3. Klasifikasi.............................................................................................11

4. Patofisiologi..........................................................................................12

5. Menifestasi Klinis.................................................................................13

6. Dampak Pada TB..................................................................................15

7. Faktor Resiko........................................................................................17

8. Faktor-Faktor Penularan Tuberkulosis.................................................17

9. Mencegah Penyebaran Infeksi Tuberkulosis........................................18

10. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................19

11. Penatalaksanaan...................................................................................20

B. Tinjauan Tentang Pursed Lip Breathing Exercise....................................24

1. Definisi Pursed Lip Breathing Exercise...............................................24

2. Tujuan Pursed Lip Breathing Exercise.................................................25

3. Manfaat Pursed Lip Breathing Exercise...............................................25

4. Prosedur Tehnik Pursed Lip Breathing................................................26

5. Program Pelaksanaan Pursed Lip Breathing........................................27

C. Tinjaun Tentang Frekuensi Pernafasan.....................................................28

1. Definis Frekuensi Pernafasan................................................................28

2. Fungsi Sistem Pernafasan.....................................................................29

3. Fisiologi Pernafasan..............................................................................29

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pernafasan..................31

D. Hubungan Pursed Lip Breathing Exercise

Dengan Frekuensi Pernafasan...................................................................32


BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep......................................................................................34

B. Hipotesis....................................................................................................35

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.......................................................................................36

B. Populasi, Sampel dan Sampling................................................................37

1. Populasi.................................................................................................37

2. Sampel dan Teknik Sampling...............................................................37

C. Variabel Penelitian....................................................................................40

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)...............................................40

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)................................................40

D. Definisi Operasional..................................................................................40

E. Tempat Penelitian......................................................................................41

F. Waktu Penelitian.......................................................................................41

G. Instrumen Penelitian..................................................................................41

H. Prosedur Pengumpulan Data.....................................................................41

I. Teknik Analisa Data..................................................................................42

J. Etika Penelitian..........................................................................................43

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..........................................................................................45

1. Karakteristik Responden.....................................................................46

2. Analisa Univaret..................................................................................48

3. Analisa Bivariat...................................................................................50
B. Pembahasan...............................................................................................51

C. Impilikasi Dalam Keperawatan.................................................................57

D. Keterbatasan Penelitian.............................................................................57

BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan................................................................................................58

B. Saran..........................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cara Kerja, Potensi dan Dosis OAT Utama.................................22

Tabel 4.1 Quasi-Experimental......................................................................37

Tabel 4.2 Definisi Operasional......................................................................42

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Kelompok

Intervensi Dan Kontrol Pada Pasien TB Paru................................48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden Kelompok Intervensi Dan

Kontrol Pada Pasien TB Paru........................................................48

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Kelompok

Intervensi Dan Kontrol Pada Pasien TB Paru................................49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Observasi Perlakuan Responden Kelompok

Intervensi Pada Pasien TB Paru.....................................................50

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pre Test Frekuensi

Pernafasan Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol Pasien TB

Paru................................................................................................51

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Post Test Frekuensi

Pernafasan Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol Pasien TB

Paru................................................................................................52

Tabel 5.7 Rerata Frekuensi Pernafasan Pada Pasien TB Paru........................53

Tabel 5.8 Hasil Uji Wilcoxon Test Kelompok Intervensi Dan Kelompok

Kontrol...........................................................................................42

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................35

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi


Lampiran 2 Lembar Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi Frekuensi Pernafasan dan SOP Pursed
Lip Breathing Exercise
Lampiran 5 Tabulasi Data Demografi
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 10 Surat Kode Etik
Lampiran 11 Lembar Planning Of Action (POA) Penyusunan Tugas Akhir
PROPOSAL dan SKRIPSI
Lampiran 12 Foto Hasi Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13 Riwayat Hidup Penulis

xv
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan
WHO Horld Health Organization
KEMENKES RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
DEPKES Depertemen Kesehatan
HIV Human immunedefeciency Virus
AIDS Acquired Immuno deficiency Syndrome
TBC Tuberkulosis
BTA Basil Tahan Asam
BB Berat Badan
DNA Deoxyribo Nucleic Acid
IgG Immunoglobulin G
OAT Obat Anti Tuberkulosis

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis (M.Tuberculosis) yang menyerang

jaringan parenkim paru. Mycobacterium Tuberculosis termasuk bakteri

aerob yang sering menginfeksi jaringan yang memiliki kandungan oksigen

tinggi. M.tuberculosis merupakan batang tahan asam garam positif, serta

dapat diidentifikasi dengn pewarnaan asama yang secara mikroskopis

disebut (BTA) Basil Tahan Asam (Dewi, 2019).

Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian dan

penyebab utama dari satu agen infeksius di atas HIV / AIDS. Jutaan orang

terus jatuh sakit dengan TB setiap tahun. Pada tahun 2016 diperkirakan

terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis. Indonesia merupakan negara

dengan jumlah kasus tuberkulosis terbanyak kedua di dunia setelah India.

Kasus tuberkulosis terjadi di 6 negara yaitu India, Indonesia, Tiongkok,

Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan. Kematian akibat tuberkulosis

diperkirakan sebanyak 1,3 juta kematian ditambah 374.000 kematian

akibat tuberculosis pada orang dengan HIV positif. Pada tahun 2017, TB

menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian, kisaran 1,2 juta di antara ialah

orang HIV-negatif dan ada tambahan 300.000 kematian akibat TB, kisaran

266.000 di antara ialah orang HIV positif. Secara global, perkiraan terbaik

58
2

adalah bahwa 10 juta orang kisaran 9 juta mengembangkan penyakit TB

pada (2017) ialah 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1,0 juta anak-anak. Ada

kasus di semua negara dan kelompok umur, tetapi secara keseluruhan

(90%) adalah orang dewasa berusia ≥15 tahun, (9%) adalah orang yang

hidup dengan HIV (72%) di Benua Afrika dan dua pertiga berada di

delapan negara ialah India (27%), Tiongkok (9%), Indonesia (8%),

Filipina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika

Selatan (3%) (WHO, 2018).

Angka kejadian tuberculosis menurut WHO Global Tuberkulosis

report Tahun 2016, tuberculosis menempati posisi kedua dengan beban TB

tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TB di indonesia tidak pernah

menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdektesi.

Kalaupun terdektesi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan (Kementrian

Kesehatan, 2018).

Tuberkulosis penyakit lama yang masih pembunuh terbanyak

diantara penyakit menular, kejadian ini juga karena adanya penularan TB

dan tingkat penularannya semakin besar. Dunia pun masih belum bebas

dari TB. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2017 diperkirakan ada

1.020.000 kasus di indonesia, namun baru terlaporkan ke kementrian

kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Prevalensi angka kejadian TB BTA

positif di Sulawesi selatan yang didapatkan yaitu sebanyak 4.314 dengan

jumlah penderita laki-laki banyak dibandingkan dengan perempuan dan


3

prevalensi berdasarkan umur dan jenis kelamin kebanyakan pada laki-laki

yang berumur 45-54 tahun (Kementerian Kesehatan, 2018).

Khusus di Kota Makassar, data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015, kasus baru pasien TB per 100.000

penduduk di kecamatan dan Puskesmas Provinsi Sulawesi Selatan yaitu

berjumlah 1.928 penderita yang ditemukan dengan kasus baru maupun

kasus TB BTA positif dan 3.639 pasien dari jumlah keseluruhan kasus TB

yang baru maupun kasus TB yang lama yang ditemukan (Kementerian

Kesehatan, 2016)

Jumlah Prevalensi Tuberkulosis yang didapatkan di Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat Makassar pada tahun 2017 TB yaitu 384

orang. sedangkan pada tahun 2018 jumlah kunjungan dan rawat inap

pasien Tuberculosis paru dengan kategori pasien TB jumlah 442 orang.

sedangkan pada tahun 2019 dari bulan januari sampai agustus jumlah

kunjungan dan rawat inap pasien Tuberculosis paru dengan kategori

pasien TB jumlah 433 orang (Rekam Medik Balai Kesehatan Paru

Masyarakat Sulawesi Selatan, 2019).

Penyakit TB paru yang diderita oleh individu dalam kehidupannya

akan membawa dampak buruk pada aspek kesehatan fisik, psikologis,

hubungan sosial, dan lingkungan akan menurunkan kualitas hidup

penderita tuberkulosis. Secara fisik jika seorang penderita TB paru yang

tidak mendapat pengobatan, maka setelah 5 tahun penderita akan

meninggal. Faktor fisik membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk


4

mengaktualisasikan dirinya disebabkan keterbatasan fisik yang dimiliki.

Sekitar 75% penderita TB paru adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15- 50 tahun). Diperkirakan seorang penderita

TB paru dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya sampai 3

sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan

tahunan rumah tangga sekitar 20- 30%. Jika ia meninggal akibat TB paru,

maka akan kehilangan pendapatan sekitar 15 tahun. Selain merugikan

secara ekonomis, TB paru juga memberikan dampak buruk lainnya secara

sosial, diantaranya stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Ketidakstabilan psikologis menjadi salah satu faktor dalam menurunkan

kesejahteraan psikologis yang akan berdampak negatif terhadap kualitas

hidup penderita TB paru. Isolasi untuk mencegah penularan dari

Mycobacterium tuberculosis dapat menimbulkan stigma sosial dari

lingkungan sehingga memengaruhi psikologis pada pasien, yaitu

timbulnya depresi, kecemasan, dan stress. Ketidakberdayaan penderita TB

akan menimbulkan perubahan adaptasi pada respon psikologis, sosial, dan

spiritual sehingga akan berpengaruh terhadap Quality of Life (QoL)

penderitanya (Kusnanto, 2016).

Menurut Potter & Perry dalam Arief dan Kristiyawati, 2017 Pesien

tuberkulosis paru cenderung mengalami frekuensi pernafasan tinggi. Otot

bantu nafas pada pasien yang mengalami sesak nafas dapat bekerja saat

terjadi kelainan pada respirasi. Hal ini bertujuan untuk dapat

mengoptimalkan ventilasi nafas. Sesak nafas terjadi karena kondisi


5

pengembangan paru yang sempurna akibat bagian paru yang terserang

tidak mengandung udara atau kolaps.

Penanganan sesak nafas membutuhkan penanganan yang tepat,

Penanganan sesak nafas dapat dilakukan dengan pengaturan posisi, latihan

pernafasan, batuk efektif, dan fisoterapi dada, pemberian oksigen nasal,

masker, dan pemberian obat-obatan bronkodilator. Salah satu latihan

pernafasan adalah pernafasan bibir (Pursed Lip Breathing Exercise),

Pursed Lip Breathing adalah suatu latihan bernafas yang terdiri dari dua

mekanisme yaitu inspirasi secara kuat dan dalam serta ekspirasi aktif

dan panjang. Latihan pernafasan menggunakan bibir yang dirapatkan

bertujuan melambatkan ekspirasi, mencegah kolap paru, mengendalikan

frekuensi nafas ke dalam pernafasan (Smeltzer & Bare, 2013).

Tujuan dilakukannya Pursed Lip Breathing Exercise adalah untuk

mengurangi frekuensi pernafasan, mengembangkan paru dengan

sempurna, melatih pasien untuk mengosongkan paru, dan mengatasi

dispnea akibat beraktivitas. kemudian mengurangi sesak nafas karena

adanya ekshalasi yang diperpanjang, sehingga karbondioksida akan lebih

banyak dibuang dan lebih mengoptimalkan oksigen yang masuk (Arief

dan Kristiyawati, 2017).

Pasien dengan penderita TB paru yang di berikan Pursed Lip

Breathing Exercise akan memberikan inspirasi dan ekspirasi yang lebih

optimal, dimana beban otot inspirasi dan ekspirasi akan berkurang.

Sehingga udara terperangkap atau hiperinflasi menurun, kapasitas residu


6

juga menurun dan pertukaran gas pun meningkat. Menurut penelitian

Ismonah, 2016 jumlah sampel sebesar 24 responden dengan menggunakan

metode penelitian eksperimen (Quasi Eksperiment) yaitu dengan sampel

pre test post test. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan Pursed Lip

Breathing Exercise pada pasien TB baru (Ismonah, 2016).

B. Rumusan Masalah

Pasien Tuberkulosis paru akan mengalami sesak atau frekuensi

pernafasan meningkat akibat penurunan Saturasi oksigen. Untuk

meningkatkan saturasi oksigen dapat dilakukan dengan latihan pernafasan

yang tepat salah satu latihan pernafasan yang tepat adalah Pursed Lip

Breathing oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti adakah Pengaruh

Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi Pernafasan Pada

Pasien TB Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini diketahuinya Pengaruh Pursed Lip

Breathing Exercise Terhadap Frekuensi Pernafasan Pada Pasien TB

Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar.


7

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinnya Frekuensi Pernafasan sebelum dilakukan Pursed

Lip Breathing Exercise.

b. Diketahuinya Frekuensi Pernafasan setelah dilakukan Pursed Lip

Breathing Exercise.

c. Diketahuinya Frekuensi Pernafasan sebelum dan sesudah

dilakukannya Pursed Lip Breathing Exercise.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

tentang Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi

Pernafasan Pada Pasien TB Paru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya

yang bekerja di instansi pelayanan untuk mengetahui Pengaruh

Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi Pernafasan

Pada Pasien TB Paru.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, bahan

perbandingan dengan informasi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise terhadap

frekuensi pernafasan pada pasien TB paru.


8

c. Bagi institusi Pendidikan

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kepustakaan dan

pengetahuan tentang teknik Pursed Lip Breathing Exercise yang

bertujuan meringankan sesak nafas dan mencapai ventilasi yang

lebih terkontrol terutamanya pada pasien TB paru.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tuberkulosis Paru

1. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius kronik dan berulang yang

biasanya mengenai paru, meskipun organ tidak terkena. Disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, M. tuberculosis merupakan organisme bentuk

batang kecil dan relatif tumbuh lambat serta cepat asam dengan kapsul luar

berlilin, yang meningkat resistensinya untuk hancur. Meskipun paru biasanya

terkena, dan TB dapat melibatkan organ lain juga. Ditularkan oleh droplet

nuclei, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang

terinfeksi batuk, bersin, bicara, atau bernyanyi. Droplet kecil sekali dapat

beredar di udara selama beberapa jam. Infeksi dapat terjadi ketika pejamu

yang rentan bernapas di udara yang mengandung droplet nuklei dan partikel

terkontaminasi menghindari pertahanan normal saluran nafas atas untuk

mencapai alvroli (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2019)

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering

mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. TB dapat menyebar hampir kesetiap bagian tubuh, termasuk

meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam

2 sampai 10 minggu setelah pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk

penyakit aktif karena respons sistem imuun menurun atau tidak adekuat.

58
10

Proses aktif dapat berlangsung lama dan karakteristikkan oleh periode remisi

yang panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan dengan

periode aktivitas yang diperbarui. TB adalah masalah kesehatan masyarakat

diseluruh dunia yang erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan

penduduk, perumahan dibawah standar dan tidak memadainya layanan

kesehatan. Angka mortalitas dan morbiditas terus meningkat (Brunner &

Suddarth, 2016).

Infeksi penyakit menular atau TB adalah penyakit yang disebabkan

Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan

saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak

melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri

tersebut menurut Aprice dalam (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Etiologi

Penyebab tuberkulosis menurut Nurarif & Kusuma, (2015) adalah

Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi

dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam

Mycobacterium tubercolosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe

Bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil

Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan udara yang berasal dari

penderita TB, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.

Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat

bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui


11

aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten

dapat bertahan sampai bertahun-tahun.

3. Klasifikasi

Klasifikasi TB paru menurut (Wijaya & Putri, 2013) dibuat berdasarkan

gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya.

Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk

menetapkan strategi terapi.

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria

1) Dengan atau tanpa gejala klinik.

2) BTA Positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali

disokong biakan positif 1kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

3) Gambaran radiologik sesuai TB Paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria

1) Gejala klinis dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru aktif.

2) BTA Negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekasi TB Paru dengan kriteria:

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan

serial foto yang tidak berubah.

4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).


12

4. Patofisiologi

Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang

menghindari system pertahanan jalan nafas untuk masuk paru tertanam pada

alveolus atau bronkiolus pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena bakteri

memperbanyak diri, mereka menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons

inflamasi membawa neutrophil dan makrofag ke tempat tersebut. Sel fagositik

ini mengitari dan menelan basili, mengisolasi mereka dan mencegah

penyebaran. M. tuberculosis memperbanyak diri secara lambat; beberapa

masuk system limfatik untuk menstimulasi respons imun yang dimediasi sel.

Neutrophil dan makrofag mengisolasi bakteri, tetapi tidak dapat

menghancurkannya. Lesi granulomatosa disebut tuberkel, koloni basil yang

terlindungi, terbentuk. Dalam tuberkel, jaringan terinfeksi mati, membentuk

pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis degenerasi jaringan mati

(Lemone, Burke, & Bauldoff, 2019).

Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan perut sekitar tuberkel dan

basili tetap tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat

pada sinar-X. pasien, ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis, tidak terjadi

penyakit TB, jika respons imun tidak adekuat untuk mengandung basili,

penyakit TB dapat terjadi. Terkadang, infeksi dapat memburuk, menyebabkan

dekstruksi jaringan paru yang luas. Pada tuberculosis primer, jaringan

granulomatosa dapat mengikis kedalam bronkus atau kedalam pembuluh

darah, memungkinkan penyakit menyebar ke seluruh paru atau organ lain

(Lemone, Burke, & Bauldoff, 2019).


13

Lesi TB yang telah sembuh sebelumnya dapat di aktivasi kembali.

Tuberculosis reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia,

penyakit, atau penggunaan obat imunosipresif. Luas penyakit paru dapat

beragam dari lesi kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberculosis ruptur,

basili menyebar ke jalan nafas untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan

pneumonia tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru masih dapat

menyebabkan kematian, atau proses yang lebih kronik pembentukan tuberkul

dan kavitasi dapat terjadi. Orang yang mengalami penyakit kronik terus

menyebarkan M. tuberkulosis ke lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang

lain.

Pasien yang menderita penyakit HIV berisiko tinggi untuk mengalami

TB aktif, akibat infeksi primer atau reaktivasi. Infeksi HIV menekan imunitas

selular, yang penting untuk membatasi replikasi dan penyebaran M.

tuberkulosis (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2019)

Penyakit TB dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh

darah (limfohematogen). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena

akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi focus

neckrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk

kedalam sistem vaskuler dan tersebar kedalam sistem vaskuler ke organ-organ

tubuh (Wijaya & Putri, 2013).

5. Manifestasi Klinis

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) Tuberkulosis sering dijuluki “ the great

imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan

penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
14

Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan

bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran penyakit TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala

respiratorik dan gejala sistemik:

a. Gejala respiratorik, meliputi :

1) Batuk : gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat nonproduktif dan

kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan

jaringan.

2) Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak berfariasi,

mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan

darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak . batuk darah

terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah

tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

3) Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru

sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumotoraks, anemia dan penurunan saturasi oksigen.

4) Nyeri dada : nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang

ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi :

1) Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul

pada sore dan malam hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan

makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan

makin pendek.
15

2) Gejala sistemik lain : gejala sistemik lain ialah keringat malam,

anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.

3) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu sampai

bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas

walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjuk

demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan,

berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya

mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang kearah pembentukan

sputum mukopurulen dengan hemoptisis.

Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia,

seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam,

anoreksia dan penurunan BB. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun

dalam keadaan dorman.

6. Dampak Pada Pasien TB

Penyakit TB paru yang diderita oleh individu dalam kehidupannya akan

membawa akibat baik secara fisik, mental, maupun kehidupan sosialnya.

Dampak buruk pada aspek kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan

lingkungan akan menurunkan kualitas hidup penderita tuberkulosis. Secara

fisik jika seorang penderita TB paru yang tidak mendapat pengobatan, maka

setelah 5 tahun penderita akan meninggal (50%), akan sembuh sendiri dengan

daya tahan tubuh yang tinggi (25%), dan akan menjadi kasus kronis yang

tetap menular (25%). Faktor fisik yang kurang baik akan membuat seseorang

kehilangan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya disebabkan


16

keterbatasan fisik yang dimiliki. Keterbatasan tersebut akan menghambat

pencapaian kesejahteraan fisik, yang pada akhirnya akan berdampak pada

kualitas hidup yang rendah. Menurut Depkes RI (2011), sekitar 75%

penderita TB paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara

ekonomis (15- 50 tahun). Diperkirakan seorang penderita TB paru dewasa,

akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya sampai 3 sampai 4 bulan. Hal

tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangga sekitar

20-30%. Jika ia meninggal akibat TB paru, maka akan kehilangan pendapatan

sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB paru juga

memberikan dampak buruk lainnya secara sosial, diantaranya stigma bahkan

dikucilkan oleh masyarakat. Menurunnya aktivitas sosial akan berdampak

buruk pada kebermaknaan hidup dan menurunnya harga diri penderita

tuberkulosis paru, hal tersebut akan berdampak negatif pada kualitas hidup.

Ketidakstabilan psikologis menjadi salah satu faktor dalam menurunkan

kesejahteraan psikologis yang akan berdampak negatif terhadap kualitas

hidup penderita TB paru. Isolasi untuk mencegah penularan dari

Mycobacterium tuberculosis dapat menimbulkan stigma sosial dari

lingkungan sehingga memengaruhi psikologis pada pasien, yaitu timbulnya

depresi, kecemasan, dan stress. Dampak dari beban psikologis pada pasien

tuberkulosis paru akan memperburuk kesehatan fisik sehingga akan

menurunkan kualitas hidup pasien. Ketidakberdayaan penderita TB akan

menimbulkan perubahan adaptasi pada respon psikologis, sosial, dan spiritual

sehingga akan berpengaruh terhadap Quality of Life (QoL) penderitanya

(Kusnanto, 2016)
17

7. Faktor Resiko

Faktor resiko menurut Brunner & Suddarth, (2016) adalah :

a. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.

b. Status gangguan imun misalnya (lansia, kanker, terapi kortikosteroid, dan

HIV).

c. Penggunaan obat injeksi dan alkoholisme

d. Masyarakat yang kurang mendapat layanan kesehatan yang memadai

misalnya (gelandangan atau penduduk miskin, kalangan minoritas, anak-

anak dan dewasa muda)

e. Kondisi medis yang sudah ada termasuk Diabetes, gagal ginjal kronis,

silikosis, dan malnutrisi.

f. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi misalnya (Haiti, Asia

tenggara).

g. Institusionalisasi misalnya (fasilitas perawatan jangka panjang, penjara).

h. Tinggal dilingkungan padat penduduk dan dibawah standar.

i. Pekerja misalnya (tenaga kesehatan, terutama yang melakukan kativitas

beresiko tinggi)

8. Faktor-Faktor Penularan Tuberkulosis Paru

Ada empat faktor yang menentukan kemungkinan penularan TB

menurut Andini, (2018) yaitu :

a. Sistem imun orang yang memiliki kontak langsung dengan penderita TB,

jika Anda tinggal dan merawat pasien TB dalam satu atap dan sistem imun

Anda sedang lemah, risiko Anda ikut tertular TB akan semakin tinggi.

Semakin lemah sistem imun tubuh, maka akan semakin mudah terinfeksi.
18

b. Seberapa banyak bakteri yang ditularkan, orang yang sering terpapar oleh

penderita TB maka akan lebih besar risiko infeksinya dibandingkan

dengan orang yang lebih sedikit terpapar kuman.

c. Faktor lingkungan misalnya, lingkungan yang lembap, sempit, dan tidak

terpapar sinar matahari biasanya akan meningkatkan kemungkinan

penularan yang mengakibatkan infeksi. Selain itu, tempat dengan ventilasi

udara yang buruk atau bahkan tidak terdapat ventilasi akan meningkatkan

risiko penularan. Hal ini dikarenakan kuman yang dikeluarkan oleh

penderita saat batuk atau bersin berkumpul di dalam ruangan tersebut.

d. Keterpaparan seseorang terhadap penularan bakteri ditentukan oleh

beberapa faktor yaitu kedekatan atau jarak antara penderita dengan orang

yang sehat, frekuensi atau seberapa sering Anda terpapar, dan durasi atau

seberapa lama paparan yang terjadi di antara orang yang sehat dengan

penderita.

9. Mencegah Penyebaran Infeksi Tuberkulosis

a. Jelaskan dengan perlahan kepada pasien tentang tindakan kebersihan yang

penting dilakukan, termasuk perawatan mulut, menutup mulut dan hidung

ketika batuk dan bersin, membuang tissue dengan benar, dan mencuci

tangan.

b. Laporkan setiap kasus TB kedepartemen kesehatan sehingga orang yang

pernah kontak dengan pasien yang terinfeksi selama stadium menular

dapat menjalani skrining dan kemungkinan terapi, jika diindikasikan.


19

c. Informasikan pasien mengenai resiko penularan TB kebagian tubuh lain

(penyebaran atau perluasan infeksi TB kelokasi lain selain paru pada

tubuh dipengaruhi sebagai TB miliar).

d. Pantau pasien secara cermat untuk mengetahui adanya TB miliar : pantau

tanda-tanda vital dan pantau lonjakan suhu tubuh serta perubahan fungsi

ginjal dan kognitif; beberapa tanda fisik dapat diperlihatkan pada

pemeriksaan fisik dada, tetapi pada stadium ini pasien mengalami batuk

hebat dan dispnea. Penanganan TB miliar sama seperti penanganan untuk

TB pulmonal (Brunner & Suddarth, 2016).

10. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer dkk dalam Nurarif & Kusuma, (2015) pemeriksaan

diagnostik yang dilakukan pada klien dengan Tuberkulosis paru, yaitu:

a. Laboratorium darah rutin: LED normal/meningkat, limfositesis.

b. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostik TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak spesifik karna hanya 30-70% pasien yang dapat

diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

c. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining

untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.

d. Tes Mantoux/tuberkulin

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining

untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB.


20

e. Teknik Polymerase chain reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun

hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi

adanya resistensi.

f. Bectom dickinson diagnostik instrumen sistem (BACTEC)

Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis.

g. Pemeriksaan radiology : rontgent thorax PA dan lateral

1) Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segmen apikal lobus

bawah.

2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular).

3) Adanya aktivitas, tunggal atau ganda.

4) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.

5) Adanya klasifikasi.

6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.

7) Bayanggan millie.

11. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru menurut (Wijaya & Putri,

2013) selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah

kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) serta

memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi

2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan

obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat

utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,


21

INH, Pirasinamid, Streptomisin dan etambutol. Sedang jenis obat tambahan

adalah kanamisin, kinolon, makrolide dan amoksisilin dengan asam

klavulanat, derivat rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama.

Tabel 2.1 Cara Kerja, Potensi Dan Dosis OAT Utama

Rekomendasi dosis (mg/kg


Obat anti TB BB)
Aksi Potensi Perminggu
esensial
Per hari
3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45
Sumber : Wijaya & Putri, 2013

Efek samping dari obat-obat Tuberkulosis menurut (Kemenkes RI,

2014) adalah sebagai berikut :

a. Isoniazid (H) ialah neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hati

dan kejang.

b. Rifampisisn (R) ialah Flu sindrome, gangguan gastrointestinal, urine

berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash,

sesak nafas dan anemia hemolitik.

c. Pirazinamid (Z) ialah gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati dan

gout atritis.

d. Streptomisin (S) ialah nyeri ditempat tusukan, gangguan keseimbangan

dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis dan

trombositopeni.

e. Etambutol (E) ialah gangguan pengelihatan, buta warna dan neuritis

perifer.
22

Untuk keperluan pengobatan menurut (Wijaya & Putri, 2013) perlu

dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat

ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan

riwayat pengobatan sebelumnya. Disamping itu perlu pemahaman tentang

strategi penanggualangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed

Treatment Short Course (DOTS)

a. Defenisi DOTS

Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) merupakan

suatu pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh

pengawas menelan obat (PMO) (WHO, 2003). DOTS dapat diartikan

dengan keharusan setiap pengelola program untuk memberi direct

attention dalam usaha menemukan penderita. Pengertian lain adalah

setiap pasien harus diobservasi dalam meminum obatnya, setiap obat

yang ditelan pasien harus di depan seorang pengawas. Hal inilah yang

disebut DOTS, yang merupakan salah satu komponen dari konsep DOTS

secara keseluruhan (Yoga Tjandra, 2002 dalam Rahayu, 2015).

Strategi DOTS adalah strategi pengobatan yang komprehensif yang

digunakan oleh pelayanan kesehatan primer di dunia untuk mendeteksi

dan menyembuhkan penderita TB paru. Strategi DOTS diartikan sebagai

berikut (Wahab, 2003 dalam rahayu, 2015):

1) D (Directly) Dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop untuk

menentukan apakah ada kuman TB atau tidak. Jadi, penderita dengan

pemeriksaan sputum BTA positif langsung diobati sampai sembuh.


23

2) O (Observed)Ada observer yang mengamati pasien dalam minum

obatd dengan dosis tepat, dapat berupa seorang tenaga kesehatan atau

kader.

3) T (Treatment) Pasien disediakan pengobatan lengkap serta dimonitor.

Pasien harus diyakinkan bahwa mereka akan sembuh setelah

pengobatan selesai. Alat monitor berupa buku laporan yang

merupakan bagian dari sistem dokumen kemajuan dalam

penyambuhan.

4) S (Shortcourse) Pengobatan TB dengan kombinasi dan dosis yang

benar. Pengobatan harus dilakukan dalam jangka waktu yang benar

selama 6 bulan.

b. Tujuan strategi DOTS

Menurut WHO tujuan strategi DOTS adalah mendeteksi dan

menyembuhkan TB, menyembuhkan TB dengan cepat, biaya untuk

pengobatan lebih ekonomis, dapat menghasilkan angka kesembuhan

sebesar 95%, mencegah infeksi baru dan perkembangan resistensi ganda

TB, dan efisiensi waktu untuk pasien dalam berobat ke rumah sakit

c. Komponen strategi DOTS

WHO telah memperkenalkan strategi DOTS sebagai pendekatan

terbaik untuk menanggulangi TB. Sistem DOTS terdiri dari 5 komponen,

yaitu:

1) Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambilan

keputusan dalam penanggulangan TB.


24

2) Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik

langsung dengan pemeriksaan penunjang lainnya seperti

pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit

pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3) Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan

pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO)

khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum

obat setiap hari.

4) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang

cukup.

5) Pencatatan dan pelaporan yang baku.

B. Tinjauan Tentang Pursed Lip Breathing Exercise

1. Definisi Pursed Lip Breathing Exercise

Pursed Lip Breathing Exercises adalah latihan pernapasan dengan

menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir

lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di

perpanjang. Tetapi rehabilitasi paru-paru dengan Pursed Lip Breathing

Exercises ini adalah cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan

alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan

(Smaltzer & Bare, 2013).

Pursed Lip Breathing Exercise Adalah sutu pendekatan rehabilitasi

paru yang digunakan untuk meringankan pasien yang mengalami sesak nafas.

Tehnik ini adalah sikap seseorang yang bernafas dengan mulut mengerucut

dan ekspirasi yang memanjang seperti bersiul. Pursed Lip Breathing

Exercise
25

yang dilakukan secara teratur dapat memperbaiki ventilasi sehingga dapat

memperbaiki aliran udara dan volume paru pasien TB menurut singh dalam

(Serli, 2014).

Menurut Nurachmah dalam Arief dan Kristiyawati, (2017) Pursed Lip

Breathing Exercise adalah suatu pola pernafasan yang dilakukan seseorang di

mana pada saat mengambil udara dengan cara meniupkan melalui mulut

dengan bibir dirapatkan dan dilakukan secara perlahan-lahan.

2. Tujuan Pursed Lip Breathing Exercise

Tujuan dari Pursed Lip Breathing Exercise ini adalah untuk membantu

klien memperbaiki transport oksigen,menginduksi pola napas lambat dan

dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, mencegah kolaps dan

melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan

tekanan jalan napas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang

terjebak (Smaltzer & Bare, 2013).

3. Manfaat Pursed Lip Breathing Exercise

Prosedur ini bermanfaat mengurangi tingkat pernapasan dan

meningkatkan volume tidal. Teori ini menjelaskan Pursed Lip Breathing

Exercise dapat meningkatkan ventilasi, perubahan dalam penggunakan otot

pernapasan dan pengembangan tekanan positif pada saluran udara saat

bernapas, sehingga mencegah saluran napas menjadi kolaps menurut singh

dalam (Serli, 2014).


26

4. Prosedur Tehnik Pursed Lip Breathing Exercise

Pursed Lip Breathing Exercise merupakan latihan yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan berguna untuk meningkatkan

ventilasi fungsi paru dan memperbaiki oksigenisasi.

Tehnik Pursed Lip Breathing Exercise diantaranya meliputi :

a. Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau kursi.

b. Meletakkan satu tangan pasien di abdomen (tepat dibawah Processus

Xypoideus) dan tangan lainnya ditengah dada untuk merasakan gerakan

dada dan abdomen saat bernapas.

c. Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan

abdomen terasa terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap tertutup selama

inspirasi dan tahan nafas selama 2 detik.


27

d. Hembuskan nafas melalui bibir melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit

terbuka sambil mengkontraksikan otot-otot abdomen selama 4 detik

(Smeltzer & Bare, 2013).

5. Program Pelaksanaan Pursed Lip Breathing Exercise

Program pelaksanakan Pursed Lip Breathing Exercise yang dapat

dilakukan 1 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Durasi yang dapat

dilakukan di setiap melakukan Pursed Lip Breathing Exercise selama 5 menit

dengan 3 kali pengulangan menurut (Ismonah, 2016).

Tahap mengerutkan bibir ini dapat memperpanjang ekshalasi, hal ini

akan mengurangi udara yang terjebak dijalan napas, serta meningkatkan

pengeluaran CO2 dan menurunkan kadar CO2 dalam darah arteri serta dapat

meningkatkan O2, sehingga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar

CO2 dalam darah arteri normal, dan pH darah juga akan menjadi normal

(Smaltzer & Bare, 2013)


28

Mengingat ketidakefektifan pola pernapasan pada emfisema disebabkan

karena peningkatan rongga udara dan menimbulkan hiperkapnia yang akan

meningkatkan pola pernapasan maka dengan normalnya pH darah atau

homeostasis seimbang maka pusat kontrol pernapasan akan menormalkan pola

pernapasan klien. Inspirasi dalam dan ekspirasi panjang tentunya akan

meningkatkan kekuatan kontraksi otot intra abdomen sehingga tekanan intra

abdomen meningkat melebihi pada saat ekspirasi pasif. Tekanan intra

abdomen yang meningkat lebih kuat lagi tentunya akan meningkatkan

pergerakan diafragma ke atas membuat rongga toraks semakin mengecil.

Rongga toraks yang semakin mengecil ini menyebabkan tekanan intra

alveolus semakin meningkat sehingga melebihi tekanan udara atmosfer.

Kondisi tersebut akan menyebabkan udara mengalir keluar. Ekspirasi panjang

saat bernapas Pursed Lip Breathing Exercise juga akan menyebabkan

obstruksi jalan nafas dihilangkan sehingga resistensi pernapasan menurun.

Penurunan resistensi pernapasan akan memperlancar udara yang dihirup dan

dihembuskan sehingga akan mengurangi sesak nafas (Smaltzer & Bare, 2013).

C. Tinjauan Tentang Frekuensi Pernafasan

1. Definisi Frekuensi Pernafasan

Pernafasan atau respirasi adalah proses menghirup udara bebas yang

mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung

karbondioksida sebagai sisa oksidasi keluar dari tubuh. Proses mengeluarkan

karbondioksida disebut ekspirasi. Dalam proses pernafasan. Oksigen

merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernafasan diperoleh dari

udara dilingkungan sekitar.


29

Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru-paru

atau pulmo. Sistem respirasi terdiri dari hidung atau nasal, faring, laring,

trakea, brokus, bronkiolus dan alveolus. Respirasi adalah pertukaran antara

okesigen dan karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus.

Pernapasan sangat penting bagi kelanjutan hidup manusia. Apabila

seseorang tidak bernafas dalam beberapa saat, maka orang tersebut akan

kekurangan oksigen hal ini dapat mengakibatkan seorang tersebut

kehilangan nyawanya (Ardhi, 2018).

2. Fungsi Sistem Pernafasan

Menurut Ardhi, (2018) fungsi pernapasan atau respirasi, yaitu :

a. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh

(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

b. Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,

kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.

c. Menghangatkan dan melembabkan udara.

3. Fisiologi Pernapasan

Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, bila tidak

mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada

otak yang tak dapat diperbaiki dan bias menimbulkan kematian. Bila oksigen

tidak mencukupi kebutuhan tubuh maka akan terjadi sianosis yaitu adanya

warna kebiruan pada bibir, telinga, lengan, dan kaki (Ardhi, 2018)

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat

dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.

Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
30

alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah

pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel

tubuh.masuk keluarnya udara dalam rongga dada lebih besar maka udara akan

masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka

udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam

pemasukkan udara (inspirasi) dan mengeluarkan udara (ekspirasi) maka

mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada

dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara

bersamaan (Ardhi, 2018)

a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang

rusuk. Mekanisme dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Fase inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga

rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada

menjadi lebih kecil dari pada tekanan diluar sehingga udara luar yang

kaya oksigen masuk.

2) Fase ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang

rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk

sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan

didalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar,

sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.


31

b. Pernapasan perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya

melibatkan aktifitas otot-otot diagfragma yang membatasi rongga perut

dan rongga dada. Mekanisme dapat dibedakan sebagai berikut :

5) Fase inspirasi

Pada fasi ini otot diagfragma berkontraksi sehingga diagfragma

mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi

kecil sehingga udara luar masuk.

6) Fase ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diagfragma

(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada

mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar

dari paru-paru

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasaan

Menurut Ardhi, (2018) Faktor yang mempengaruhi Frekuensi

Pernapasan meliputi:

a. Usia, Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan

manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan lebih cepat

dibandingakan perempuan.

b. Jenis kelamin, Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat

dibandingkan perempuan

c. Suhu tubuh, semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi

pernapasan akan semakin cepat


32

d. Posisi tubuh, frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari

dibandingkan posisi diam, frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat

dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar

lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap.

e. Aktivitas, semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan

semakin cepat.

D. Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Dengan Frekuensi Pernafasan

Menurut Potter & Perry dalam Arief dan Kristiyawati, (2017) Pesien

tuberculosis paru cenderung mengalami sesak nafas atau frekuensi pernafasan

tinggi. Otot bantu nafas pada pasien yang mengalami sesak nafas dapat bekerja

saat terjadi kelainan pada respirasi bertujuan untuk dapat mengoptimalkan

ventilasi nafas. Sesak nafas terjadi karena kondisi pengembangan paru yang

sempurna akibat bangian paru yang terserang tidak mengandung udara atau

kolaps.

Sesak Nafas menyebabkan saturasi oksigen turun dibawah level normal. Jika

kadar oksigen dalam darah rendah, okigen tidak mampu menembus dinding sel

darah merah. Sehingga jumlah oksigen dalam sel darah merah yang dibawah

hemoglobin menuju jantung kiri dan dialirkan menuju kapiler perifer sedikit

sehingga suplai oksigen terganggu, darah dalam arteri kekurangan oksigen dan

dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Penanganan penurunan saturasi

oksigen dapat dilakukan dengan pengaturan posisi, latihan pernafasan, batuk

efektif, dan fisoterapi dada, pemberian oksigen nasal, masker, dan pemberian

obat-obatan bronkodilator (Soemantri dan Muttaqin dalam Arief dan Kristiyawati,

2017).
33

Salah satu latihan pernafasan adalah pernafasan bibir (pursed lip breathing

Exercise). Latihan pernafasan menggunakan bibir yang dirapatkan bertujuan

melambatkan ekspirasi, mencegah kolap paru, mengendalikan frekuensi nafas ke

dalam pernafasan dan meningkatkan oksigen dalam hemoglobim (Smeltzer &

Bare, 2013)
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang

diteliti). Kerangka konsep akan membantu penelitian menghubungkan

hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2017).

Variabel Independen Variabel Dependen


Latihan Pursed Lip Breathing

Usia

Jenis Kelamin
Frekuensi
Suhu Tubuh Pernafasan

Posisi Tubuh

Aktivitas
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen : Variabel Dependen

: Variabel tidak diteliti : Hubungan antara


Variabel

58
35

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah ada pengaruh pursed lip breathing exercise terhadap perubahan

frekuensi pernapasan pada pasien tuberculosis.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah desain Quasi-Eksperimen

dengan pendekatan two group-pre test and post test design. Studi Quasi-

eksperimental adalah suatu metode penelitian yang menggunakan 2

kelompok penelitian dimana salah satu kelompok mendapatkan perlakuan

atau intervensi sedangkan kelompok yang lain tidak mendapatkan

perlakukan, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan

meminimalkan resiko kesalahan dalam penelitian Wijaya, (2017).

Intervensi atau perlakukan yang diberikan dalam kelompok intervensi

adalah dengan membarikan Pursed Lip Breathing Exercise sedangkan

pada kelompok kontrol hanya dilakukan pengukuran frekuensi pernafasan

Tabel. 4.1 Quasi-Experimental

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes


K-A O I O1-A

K-B O - O1-B
Time 1 Time 2 Time 3

Sumber : Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Nursalam, 2017).

Keterangan :

K-A : Subjek (Pasien TB) Perlakuan

K-B : Subjek (Pasien TB) Kontrol

58
37

- : Aktivitas Lainnya (selain Pursed Lip Breathing Exercise)

O : Observasi Frekuensi Pernafasan sebelum Pursed

Lip Breathing

Exercise (kelompok perlakuan)

I : Intervensi (Pursed Lip Breathing Exercise Exercise)

O1(A+B) : Observasi Frekuensi Pernafasan Sesudah Pursed Lip

Breathing Exercise (kelompok perlakuan dan kontrol)

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah objek atau subjek yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Nursalam, 2017). Untuk

penelitian eksperimen sederhana jumlah sampel untuk setiap kelompok

adalah 10-20 orang (Martono, 2015). Populasi yang dimaksud dalam

penilitan ini adalah semua pasien TB Paru yang dirawat selama bulan

oktober diruangan perawatan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(BBKPM) Makassar.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel terdiri atas bagian populasi yang dipilih untuk dilakukan

penelitian (Nuralam, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien

TB paru dirawat diruangan BBKPM (Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat) Makassar. Manurut Sipranto (2015), untuk menentukan


38

besar sampel dalam penelitian eksperimen dapat menggunakan rumus

(t-1)(r-1) ≥ 19, diketahui banyak kelompok perlakuan dalam penelitian

ini 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok tidak

perlakuan atau t=1, maka yang digunakan adalah sebagai berikut :

(t-1)(r-1) ≥ 19

Keterangan :

t = Banyak Kelompok Perlakuan

r = Jumlah replikasi

≥ 19 = Jumlah ketentuan sehingga,

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 20 orang. Sehingga 20 orang tersebut dibagi menjadi 2

kelompok yaitu satu kelompok dengan 10 orang mendapatkan

perlakuan atau intervensi sedangkan kelompok yang lain 10 orang

tidak mendapatkan perlakukan.

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling


39

dengan teknik Purposive Sampling Cara pengambilan sampling untuk

tujuan tertentu. Sebagai contoh, apabila mencari sampel pada orang

yang dilakukan Pursed Lip Breathing Exercise pertama kali, maka

sampel yang dicari adalah sampel yang melakukan Pursed Lip

Breathing Exercise pertama kali, bukan yang kedua, ketiga, atau

seterusnya (Hidayat, 2009)

Adapaun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien yang telah di Diagnosis Tuberkulosis

2) Pasien Tuberkulosis dengan gangguan kesehatan lainnya atau

terkena komplikasi.

3) Bersedia menjadi responden

4) Pasien yang kooperatif

5) Pasien yang tidak pernah mendapatkan terapi Pursed Lip

Breathing Exercise dari peneliti atau tenaga kesehatan

lainnya.

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien TB yang mengalami penurunan HB.

2) Pasien yang tidak bersedia untuk diteliti.

3) Pasien TB yang mendapatkan Terapi lain selain Pursed Lip

Breathing Exercise.
40

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Pursed Lip Breathing Exercise.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel

bebas. Varibel dependen dalam penelitian ini adalah Frekuensi

Pernafasan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel operasional yang dilakukan

penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap objek atau fenomena (Hidayat, 2009).

Tabel. 4.2 Definisi Operasional

Definisis
Variabel Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Independe Suatu cara latihan Standar Ordinal Efektif : Jika
n: pernafasan dengan operasional prosedur
Pursed Lip bibir dirapatkan, Prosedur dilakukan
Breeathing melakukan inspirasi (SOP) Pursed sesuai
Exercise selama 4 detik dan Lip Breathing dengan
menahan 2 detik Exercise SOP
kemudian Tidak Efektif :
memperpanjang Jika salah
ekspirasi dengan satu
mulut yang hampir prosedur
tertutup (seperti tidak
bersiul) dilaksana
kan
41

Dependen Menghitung Lembar Ordinal Menurun :


: frekuensi Observasi, Jika Respirasi
Frekuensi pernafasan pada Stopwatch Pre dan
Pernafasan pasien tuberculosis . Post
pasien terdapat
Penurunan/
berubah.
Tetap :
Jika Respirasi
Pre dan Post
tidak terdapat
penurunan/tetap.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Makassar.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Januari sampai dengan 02

Februari 2020.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP Pursed

Lip Breathing Exercise dan Lembar Observasi Frekuensi Pernafasan untuk

mengetahui perubahan Frekuensi Pernafasan pasien pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini adalah dengan memberikan intervensi berupa Pursed Lip Breathing

Exercise untuk mengetahui perubahan Frekuensi Pernafasan pada pasien

TB. Dilakukan Pre test dan Post test dengan menggunakan stopwatch

untuk mengukur frekuensi pernafasan sebelum dan setelah di berikan

intervensi Pursed Lip Breathing Exercise.


42

Kemudian hasilnya dibandingkan antara frekuensi Pernafasan

sebelum dan setelah pemberian intervensi untuk melihat apakah ada

perubahan frekuensi pernafasan pada pasien TB yang diberi latihan

Pursed Lip Breathing Exercise. Setelah itu data tersebut diolah dan

dianalisis sesuai dengan kebutuhan, sebelum melakukan Pursed Lip

Breathing Exercise terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan

mengenai tindakan yang akan dilakukan kepada responden.

I. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengelolaan data melalui tahap-

tahap antara lain :

1. Analisa Univariat

Menurut Notoadmodjo dalam buku Jenita, (2016) merupakan

analisa data yang menganalisis satu variabel, disebut analisa univariat

karena proses pengumpulan data awal masih acak dan abstrak kemudia

diolah menjadi informasi yang informative untuk statistic deskriptif

yang dilaporkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen (pemberian Pursed Lip Breathing Exercise) terhadap

variabel dependen (perubahan Frekuensi Pernafasan). apakah variabel

tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. Dalam analisis ini uji

statistik yang digunakan nonparametric Wilcoxon Sign Rank Test,

menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji ini dilakukan pada


43

Subjek yang diuji untuk situasi sebelum dan sesudah proses, atau

subjek yang berpasangan ataupun serupa. Karena sampel 20 orang

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 orang mendapatkan perlakuan

sedangkan kelompok yang lain 10 orang tidak mendapatkan

perlakukan, uji nonparametric Wilcoxon Sign Rank Test untuk

mengidentifikasi perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi (Jenita, 2016).

J. Etika Penelitian

Menururt Hidayat (2009), masalah etika penelitian keperawatan

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat

penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut :

1. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antar penelitian dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika responden

tidak bersedia peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden dalam lembar


44

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah etika dalam memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise

Terhadap Frekuensi Pernafasan Pada Pasien TB Paru Di Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar yang dilaksanakan pada

tanggal 06-28 Januari 2020. Jenis peneltian ini Quasi Eksperimental dengan

pendekatan Two group pre test dan post test design. Subjek penelitian ini

berjumlah 20 responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 responden

mendapatkan perlakuan (intervensi) sedangkan 10 responden yang lain tidak

mendapatkan perlakukan (kontrol).

Pengumpulan data dilakukan Pertama tama dengan mengukur

frekuensi pernafasan ke semua responden, kemudian mengajarkan Pursed

Lip Breathing Exercise pada responden yang diberikan perlakuan

(intervensi) dan mengukur kembali frekuensi pernafasan responden

sedangkan responden yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) hanya

dilakukan pengukuran kembali frekuensi pernafasan tanpa mengajarkan

Pursed Lip Breathing Exercise.

58
46

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Karakteristik demografi pasien TB Paru di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Makassar
(n =20)
Kelompok Kelompok
Variabel Intervensi Kontrol
(n = 10) (n = 10)
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 (70%) 10 (100%)
Perempuan 3 (30%)

Umur (Tahun)
Mean, ± SD 56.60, ± 6.818 59.70, ± 8.932
Min-Max 45 – 71 48 – 72

Tingkat Pendidikan
SD 4 (40%) 1 (10%)
SMP 4 (40%) 3 (30%)
SMA 1 (10%) 6 (60%)
D3 1 (10%) 0 (10%)
*Uji Frekuensi **Uji t dependent

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa pada

kelompok intervensi jumlah laki laki sebanyak 7 responden (70%)

dan jumlah perempuan sebanyak 3 responden (30%). Sedangkan

berdasarkan jenis kelamin pada kelompok kontrol jumlah laki laki

sebanyak 10 responden (100%) dan jumlah perempuan tidak ada.

Bersadasarkan rata-rata umur responden kelompok intervensi

adalah 56.60, ± 6.818 (45 - 71) tahun sedangkan pada kelompok

kontrol 59.70, ± 8.932 (48 - 72) tahun. Berdasarkan tingkat

pendidikan responden kelompok intervensi adalah berpendidikan

SD sebanyak 4 responden (40%), berpendidikan SMP sebanyak 4


47

responden (40%), berpendidikan SMA sebanyak 1 responden

(10%), dan berpendidikan D3 sebanyak 1 responden (10%).

Sedangkan pada kelompok kontrol adalah berpendidikan SD

sebanyak 1 responden (10%), berpendidikan SMP sebanyak 3

responden (30%), berpendidikan SMA sebanyak 6 responden

(60%), dan yang berpendidikan D3 tidak ada.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Observasi Perlakuan Responden
Kelompok Intervensi Pada Pasien TB Paru Di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Makassar
Kelompok Intervensi
SOP %
N
Efektif 8 80
Kurang Efektif 2 20
Total 10 100
*Uji Frekuensi

Berdasarkan pada tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa

kelompok intervensi yang melakuan Pursed Lip Breathing

Exercise sesuai SOP dengan efektif sebanyak 8 responden (80%),

sedangkan yang melakukan Pursed Lip Breathing Exercise sesuai

SOP dengan kurang efektif sebanyak 2 responden (20%)


48

2. Analisa Univariat

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pre test frekuensi
pernafasan pada kelompok intervensi dan kontrol pasien
tb paru di balai besar kesehatan paru
masyarakat makassar
Pre Test Pre Test
Frekuensi Intervensi Kontrol
Pernafasan n %
n %
Menurun 0 0 0 0
Tetap 10 100 10 100
Total 10 100 10 100
*Uji Frekuensi

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa pre test

menghitung frekuensi pernafasan pada kelompok intervensi

yang terdapat penurunan frekuensi pernafasannya tidak ada

responden dan frekuensi pernafasan yang tetap berjumlah 10

responden (100%) sedangkan untuk kelompok kontrol yang

terdapat penurunan frekuensi pernafasannya, tidak ada

responden dan frekuensi pernafasan yang tetap berjumlah 10

responden (100%).

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan post test frekuensi
pernafasan pada kelompok intervensi dan kontrol pasien
tb paru di balai besar kesehatan paru
masyarakat makassar
Post Test Post Test
Frekuensi Intervensi Kontrol
Pernafasan n %
n %
Menurun 10 100 0 0
Tetap 0 0 10 100
Total 10 100 10 100
*Uji Frekuensi
49

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa post test

menghitung frekuensi pernafasan pada kelompok intervensi yang

terdapat penurunan frekuensi pernafasannya berjumlah 10

responden (100%) dan frekuensi pernafasannya tetap tidak ada

responden sedangkan untuk kelompok kontrol yang terdapat

penurunan frekuensi pernafasannya, tidak ada responden dan

frekuensi pernafasan yang tetap berjumlah 10 responden (100%).

Tabel 5.5
Rerata frekuensi pernafasan pada pasien
Tb paru di balai besar kesehatan paru
masyarakat makassar

Standar Min-
Variabel Rerata
Devisiasi Max

Kelompok Pre-Test 26,60 0,966 26-28


Frekuensi Intervensi Post-Test 21,40 1,646 20-24
Pernafasan
Kelompok Pre-Test 24,80 1,032 24-26
Kontrol Post-Test 25,00 1,154 24-27
*Uji t dependent

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa rata-rata

frekuensi pernafasan pada kelompok intervensi pre-test adalah

26,60 ± 0,996 (26-28) dan post-test adalah 21,40 ± 1,646 (20-24)

sedangkan rata-rata frekuensi pernafasan untuk kelompok kontrol

pre-test 24,80 ± 1,032 (24-26) dan post-test adalah 25,00 ± 1,154

(24-27).
50

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen (pemberian Pursed Lip Breathing Exercise)

terhadap variabel dependen (perubahan Frekuensi Pernafasan).

apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. Dalam

analisis ini uji statistik yang digunakan Nonparametric Wilcoxon Sign

Rank Test, menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji ini

dilakukan pada Subjek yang diuji untuk situasi sebelum dan sesudah

proses, atau subjek yang berpasangan ataupun serupa. Karena sampel

20 orang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 orang mendapatkan

perlakuan sedangkan kelompok yang lain 10 orang tidak mendapatkan

perlakukan, uji Nonparametric Wilcoxon Sign Rank Test untuk

mengidentifikasi perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi (Jenita, 2016).

Tabel 5.6
Pengaruh Pre Post Frekuensi Pernafasan Pada Kelompok
Intervensi Dan Kontrol Pada TB Paru Di Balai Besar Paru
Kesehatan Masyarakat Makassar

Kelompok Standar Min-


Mean Nilai P
Responden Devisiasi Max

Kelompok Pre-Test 26.60 0.966 26-28


0.004
Intervensi Post-Test 21.40 1.646 20-24

Kelompok Pre-Test 24.80 1.032 24-26


0.157
Kontrol Post-Test 25.00 1.154 24-27
*Uji t dependent *Uji Wilcoxon
51

Berdasarkan tabel 5.6 diatas uji statistik dengan Nonparametric

Wilcoxon Sign Rank Test pada kelompok intervensi pre-test dan post-

test didapatkan (p = 0,004) atau (p≤ 0,05) berarti terdapat perbedaan

signifikan frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah diberikan Pursed

Lip Breathing Exercise dengan rata-rata nilai sebelum dilakukan Pursed

Lip Breathing Exercise sebesar 26.60 dengan nilai minimal 26 dan

maximal 28. Dan sesudah diberikan Pursed Lip Breathing Exercise

sebesar 21.40 dengan nilai minimal 20 dan maximal 24. Sedangkan

kelompok kontrol pre-test dan post-test didapatkan (p = 0.157) atau (p

≥ 0,05) berarti tidak terdapat perbedaan frekuensi pernafasan. Dari hasil

rata-rata nilai penelitian kelompok kontrol pre-test dan post-test

terdapat kenaikan yaitu pre-test sebesar 24.80 dengan nilai minimal 24

dan maximal 26. dan post-test sebesar 25.00 dengan nilai minimal 24

dan maximal 27, sehingga responden yang tidak mendapatkan

perlakuan atau tindakan akan mengalami kenaikan frekuensi

pernafasan.

B. Pembahasan

Dari hasil pengolahan data dan analisis data, maka dalam

pembahasan ini akan diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

mengetahui Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi

Pernafasan Pada Pasien TB Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat (BBKPM) Makassar.


52

1. Frekuensi Pernafasan sebelum dilakukan Pursed Lip Breathing

Exercise.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi

pernafasan sebelum diberikan Pursed Lip Breathing Exercise (Pre

Test) Pada kelompok Intervensi didapatkan rata-rata nilai sebesar

yaitu 26.60 ± 0,966 dengan nilai minimal 26 dan maximal 28 dan

didapatkan Negative range 5,50 dan Positive range 0,00. Sedangkan

untuk kelompok Kontrol rata-rata nilai sebesar 24.80 ± 1,032

dengan nilai minimal 24 dan maximal 26 dan didapatkan Negative

range 0,00 dan Positive range 1,50. Hasil penelitian ini

menunjukkan nilai awal sabelum membandingkan dengan nilai

setelah diberikannya Pursed Lip Breathing Exercise selama 3 hari,

sehingga hasil penelitian ini sebagai acuan untuk menentukan

adakah pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise terhadap frekuensi

pernafasan pada pasien TB Paru.

Penerapan teori Pursed Lip Breathing Exercise Menurut

Potter & Perry dalam Arief dan Kristiyawati, (2017) Otot bantu

nafas pada pasien yang mengalami sesak nafas dapat bekerja saat

terjadi kelainan pada respirasi bertujuan untuk dapat

mengoptimalkan ventilasi nafas. Sesak nafas terjadi karena kondisi

pengembangan paru yang sempurna akibat bangian paru yang

terserang tidak mengandung udara atau kolaps. Sehingga

membutuhkan terapi yang tepat untuk menurunkan frekuensi


53

pernafasan seperti Pursed Lip Breathing Exercise dengan cara

melakukannya berulang-ulang kali. Dalam penelitian ini pasien TB

Paru yang rutin melakukan latihan pernafasan Pursed Lip

Breathing Exercise selama 3 hari dapat menurunkan frekuensi

pernafasan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2017) dimana sebelum diberikan Pursed Lip Breathung

Exercise rata rata nilai frekuensi pernafasannya sebesar 26.0

sedangkan kelompok kontrol rata rata nilai sebesar 27.2. sehingga

penelitian ini kembali mengukur frekuensi pernafasan untuk

membandingkan nilai rata-rata pada kedua kelompok.

2. Frekuensi Pernafasan setelah dilakukan Pursed Lip Breathing

Exercise.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi

pernafasan setelah diberikan Pursed Lip Breathing Exercise (Post

Test) Pada kelompok Intervensi didapatkan rata-rata nilai sebesar

yaitu 21,40 ± 1,646 dengan nilai minimal 20 dan maximal 24 dan

didapatkan Negative range 5,50 dan Positive range 0,00. sedangkan

untuk kelompok Kontrol rata rata nilai sebesar 25,00 ± 1,154

dengan nilai minimal 24 dan maximal 27 dan didapatkan Negative

range 0,00 dan Positive range 1,50. Hasil penelitian ini

menunjukkan nilai akhir satelah setelah diberikannya Pursed Lip

Breathing Exercise selama 3 hari, sehingga hasil penelitian sebagai


54

pembanding dari nilai awal untuk mengetahui adakah pengaruh

Pursed Lip Breathing Exercise terhadap frekuensi pernafasan pada

pasien TB Paru.

Menurut teori Isomah (2016) Latihan Pursed Lip Breathung

Exercise dengan tujuan memperbanyak ekspirasi mempermudah

pasien untuk mengeluarkan jumlah karbon dioksida yang terjebak

didalam paru dan mengukur inspirasi secara beraturan akan

membantu pasien mengurangi penggunaan otot-otot pernafasan.

Maka dalam kondisi ini, akan terjadi penurunan frekuensi

pernafasan. Hal ini dikarenakan Pursed Lip Breathung Exercise

meningkatkan tekanan parsial oksigen dalam arteri yang

menyebabkan penurunan terkanan terhadap kebutuhan oksigen

dalam proses metabolism tubuh, sehingga menyebabkan penurunan

sesak nafas dan frekuensi pernafasan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2017) dimana setelah diberikan Pursed Lip Breathung

Exercise rata rata nilai frekuensi pernafasannya sebesar 25.2

sedangkan kelompok kontrol rata rata nilai sebesar 27.2. Sehingga

penelitian ini sebagai pembanding dari rata rata nilai frekuensi

pernafasan awal sebelum diberikannya Pursed Lip Breathung

Exercise.
55

3. Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi

Pernafasan Pada Pasien TB Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat (BBKPM) Makassar.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Nonparametric

Wilcoxon Sign Rank Test pada kelompok Intervensi pre test dan

post test didapatkan p = 0.004 atau p < 0.05 yang dimana hipotesis

diterima, berarti terdapat perbedaan signifikan frekuensi pernafasan

sebelum dan sesudah diberikan Pursed Lip Breathing Exercis,

Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi

Pernafasan Pada Pasien TB Paru terjadi penurunan dilihat nilai

mean pada kelompok Intervensi sebesar 26.60 menurun menjadi

21.40 dan didapatkan Negative Range dengan mean 5,50 dan

Positive Range dengan mean 0,00. Hasil penelitian ini

menunjukkan bawa adanya pengaruh frekuensi pernafasan sesudah

diberikan Pursed Lip Breathing Exercis. Sedangkan pada

kelompok kontrol hasil menujukkan p = 0.157 yang dimana

Hipotesis ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan frekuensi

pernafasan antara sebelum dan sesudah pengukuran frekuensi

pernafasan. pada kelompok Kontrol adanya penurunan frekuensi

pernafasan dengan nilai mean pre test sebesar 24.80 dan post

test

25.00 dan didapatkan Negative Range dengan mean 0,00 dan

Positive Range dengan mean 1,50. Hasil penelitian ini menujukkan

tidak adanya pengaruh frekuensi pernafasan pada pasien TB Paru.


56

Pemberian Pursed Lip Breathing Exercise untuk

mempengaruhi frekuensi penafasan pada pasien TB Paru sesuai

dengan teori Arief dan Kristiyawati (2017) tujuannya adalah untuk

mengurangi frekuensi pernafasan, mengembangkan paru dengan

sempurna, melatih pasien untuk mengosongkan paru, dan

mengatasi dispnea akibat beraktivitas. kemudian mengurangi sesak

nafas karena adanya ekshalasi yang diperpanjang, sehingga

karbondioksida akan lebih banyak dibuang dan lebih

mengoptimalkan oksigen yang masuk.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wijaya (2017)

menyatakan bahwa ada penurunan setelah pemberian Pursed Lip

Breathing Exercise terhadap frekuensi pernafasan pada hasil

pengukuran dengan rata-rata frekuensi pernafasan pre test 26 dan

post test 25.2 pada kelompok intervensi dengan nilai p sebesar

0.34. sedangkan frekuensi pernafasan pre test pada kelompok

kontrol 27.2 dan post test 27.2 dengan nilai p sebesar 0.34 sehingga

kelompok kontrol tidak adanya penurunan frekuensi pernafasan

pada pasien TB Paru.

Menurut peneliti tindakan Pursed Lip Breathing Exercise

lebih efektif digunakan dalam menurunkan frekuensi pernafasan

pada pasien TB Paru karena adanya ekshalasi yang diperpanjang

sehingga tindakan ini melatih pasien untuk mengosongkan paru

dibandingkan pasien TB Paru tidak melakukan tindakan apapun.


57

C. Impilikasi Dalam Keperawatan

Berdasarkan Hasil penelitian ini diharapakan tenaga kesehatan

khususnya bagi perawat bisa menerapkan terapi Pursed Lip Breathing

Exercise untuk menurunkan frekuensi pernafasan pada pasien TB Paru

yang mengalami sesak nafas dan frekuensi pernafasan tinggi.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan peneliti selama penelitian adalah :

1. Pada bulan januari responden di rawat inap menurun, sehingga

peneliti membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan

penelitian ini.

2. Responden dalam penelitian terkadang menolak untuk dilakukan

Pursed Lip Breathing Exercise sebanyak 3 kali selama 5 menit

dengan alasan responden mengalami kelelahan duduk dan ingin

cepat mengatur posisi berbaring. Sehingga peneliti menunggu

sampai responden mau melakukan Pursed Lip Breathing Exercise

kembali.

3. Ada beberapa responden yang tidak ingin melapas oksigennya

selama penelitian berlangsung Sehingga peniliti mencari responden

sesuai jumlah responden yang menggunakan oksigen.


BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Frekuensi Pernafasan sebelum dilakukannya Pursed Lip Breathing

Exercise didapatkan hasil nilai rata-rata Pada kelompok kontrol sebesar

26.60 Sedangkan untuk kelompok kontrol sebesar 24.80.

2. Frekuensi Pernafasan sesudah dilakukannya Pursed Lip Breathing

Exercise didapatkan hasil nilai rata-rata Pada kelompok kontrol sebesar

21.40 Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak menurun yaitu sebesar

25.00.

3. Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi Pernafasan

Pada Pasien TB Paru terjadi penurunan dilihat nilai mean pada kelompok

Intervensi sebesar 26.60 menurun menjadi 21.40, sedangkan pada

kelompok Kontrol adanya penurunan frekuensi pernafasan dengan nilai

mean pre test sebesar 24.80 dan post test 25.00. Pada kelompok intevensi

Nilai p = 0.004 atau p < 0.05 sedangkan kelompok kontrol dengan nilai

= 0.157. Sehingga kelompok intervensi terdapat penurunan frekuensi

pernafasan sebelum dan sesudah diberikaan Pursed Lip Breathing

Exercise sedangkan kelompok kontrol adanya penurunan frekuensi

pernafasan dengan jumlah nilai yang kecil.

58
59

B. Saran

Berkaitan dengan hasil kesimpulan penelitian ini, maka peneliti mengajukan

saran yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bagi Pendidikan

Diharapkan bagi Institusi lebih menjadi acuan bahwa Pursed Lip

Breathing Ezercise dapat menurunkan frekuensi pernafasan pada pasien

TB Paru.

2. Bagi Peneliti

Diharaplkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, bahan

perbandingan dengan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise terhadap frekuensi

pernafasan pada pasien TB Paru.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih mengetahui terapi relaksasi pernafasan

seperti Pursed Lip Breathing Exercise yang dapat menurunkan frekuensi

pernafasan pada pasien yang mengalami sesak nafas.


DAFTAR PUSTAKA

Andini, W. I. (2018). Hidup Sehat, Fakta Unik, Cara Penularan TBC. Retrieved

Oktober 2019, from https://hallosehat.com

Ardhi Utama (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.

Yogyakarta : EGC

Arif & Kristiyawati (2017). Efektivitas posisi Semi Fowler dengan Pursed Lip

Breathing Terhadap SaO2 pasien TB paru Di RSP DR. Ariewiriwan

Salatiga. Retrieved Oktober 2019, From ejournal.stikestelogerojo.ac.id.

Brunner & Suddart (2016). Keperawatan Medikal Bedah Bunner dan Suddarth

Ed. 12. Jakarta : EGC

Dewin, N (2019). Diabetes Melitus & Infeksi Tuberkulosis. Surabaya : EGC

Hidayat (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta : Salemba Madika

Isomah (2016). Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Dan Sesudah

Diberikan Posisi Tripod dengan Pursed Lip Breathing Pada pasien TB

Paru Di RSUD Ambarawa. Retrieved November 2019, from

ejournal.stikestelogerojo.ac.id.

Jenita (2016). Metode Penelitian Keperawatan edisi 1. Yogyakarta


Kemenkes RI (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Pusat Data dan

Informatika Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

Kementrian Kesehatan RI (2016). Data profil Dinkes/Kota Se Sulsel Tahun 2015

Kusnanto (2016). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap


kualitas Hidup Penderita Tuberckulosis Paru. ). Retrieved Oktober 2019,
from http//jkp.fkep.unpad.ac.id

Lemone, Burke, & Bauldoff (2019). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Respirasi Gnagguan Muskuloskeletal Vol. 4 Edisi 5. Jakarta :
EGC

Martono, (2015). Metodelogi Penelitian dan Tehnik Analisis Data. Jakarta :


Salemba Medika

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOc Edisi Repisi Jilid 3. Jogjakarta :
Mediaction

Nursalam (2017). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan pendekatan praktis ed. 4.


Jakarta : Salemba Medika

Rahayu (2015). Analisis Sistem Dots (Directly Observed Treatment Short Course)
Sebagai Upaya Pengendalian Penyakit Tuberkulosis Di Puskesmas
Parakan Kabupaten Temanggung Tahun 2015. Retrieved Desember
2019, from https://lib.unnes.ac.id

Serli (2014). Pengaruh Pursed Breathing Terhadap Peningkatan Arus Puncak


Ekspirasi (APE) Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar.
Retrieved Oktober 2019, from Perpustakan Stikes Panakukkang
Makassar.

Smaltzer & Bare (2013). Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
Supranto, (2015). Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.

WHO (2018). Global Tuberculosis Report.

Wijaya, A. S., & Putri, Y, M, (2013). KMB I Keperawatan Medikal Bedah


keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Wijaya I Kade, Sjattar, & Bahar (2017). Pengaruh Self Care Aducation Dan
Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Toleransi Fisik Pada Pasien
Penyakit Paru Abstruksi Kronis (PPOK). Patria Artha Journal Of Nursing
Science 2017, vol. 1(1). 25-35. Retrieved November 2019, from
http//ejurnalpatria-artha.ac.id/index.php/jns.
L
A
M
P
I
R
A
N
EtM ARKONSULTASIBN0mNGANSKouPS1

Per bit bing d : Ns I Bede Wijsyz Step kep

Taoda Taogan
Perobizobiog
Niin :1S0K07I
PemhmbegM :NiHesrmoyS.Kep.,M.Kep#tKzp
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Moh. Rioh Gunawan
Nim : 18.01.071

Dengan diatas kepada bapak/ibu untuk menjelaskan tentang tujuan dan


manfaat peneliti yang saya akan laksanakan. Judul penelitian saya adalah
“Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi Pernapasan Pada
Pasien Tuberkulosis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar”.
Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui adakah Pengaruh Pursed
Lip Breathing Exercise Terhadap Frekuensi Pernapasan Pada Pasien
Tuberkulosis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar.
Manfaat penelitian saya adalah memberikan tambahan ilmu pengetahuan
dalam ilmu keperawatan dan ilmu psikologis secara umum, khususnya dengan
masalah apakah ada Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap
Frekuensi Pernapasan Pada Pasien Tuberkulosis Di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Makassar, sehingga dapat dijadikan sumber dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari penelitian ini saudara/i akan melakukan
pengisian lembar observasi dan melakukan intervensi yang terdiri dari 2 Lembar
Observasi yaitu :
1) Lembar Observasi Frekuensi Pernafasan Kelompok Perlakuan
Dalam penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden selama
penelitian ini dikarenakan penelitian ini hanya melakukan terapi Pursed Lip
Breathing Exercise dan mengukur Frekuensi Pernafasan.
2) Lembar Observasi Frekuensi Pernafasan Kelompok Tidak Mendapat
Perlakuan
Dalam penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden selama
penelitian ini dikarenakan penelitian ini hanya melakukan pengukuran
Frekuensi Pernafasan.
Jika saudara/i mengundurkan diri tidak mengurangi hak-hak yang dapat
diperoleh selama perawatan. Dan apabila terjadi hal-hal yang tidak diprediksi
berhubungan dengan intervensi yang saya lakukan saudara/i akan di tangani oleh
penanggung jawab di kampus ini..
Demikian penjelasan saya, kiranya mendapat respon yang positif dari
saudara/I.
Apabila saudara/i telah memahami akan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian
saya, dan bersedia menjadi responden untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden.

Hormat saya

MOH. RIOH GUNAWAN


0813 4016 3495
Nomor Responden:

LEMBAR OBSERVASI

A. Data Responden

Nama (Inisial) :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

Alamat :

Hari/Tanggal Masuk :

B. Tabel Standar Operasional Prosedur Pursed Lip Breathing Exercise

Sesuai Dengan Prosedur


No. Prosedur Pelaksanaan
YA TIDAK

1. Mengatur posisi pasien dengan duduk

ditempat tidur atau kursi


2. Meletakpkan satu tangan pasien di abdomen

(tepat dibawah Processus Xypoideus) dan

tangan lainnya ditengah dada untuk

merasakan gerakan dada dan abdomen saat

bernapas.

3. Menarik nafas dalam melalui hidung selama

4 detik sampai dada dan abdomen terasa

terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap

tertutup selama inspirasi dan tahan nafas

selama 2 detik.
4. Hembuskan nafas melalui bibir melalui bibir

yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambal

mengkontraksikan otot-otot abdomen

selama 4 detik.

C. Tabel Observasi Frekuensi Pernafasan Kelompok Perlakuan

Latihan Hari Ke 1 Latihan Hari Ke 2 Latihan Hari Ke 3


Frekuensi
Pre Perlakuan Post Pre Perlakuan Post Pre Perlakuan Post
Pernafasan

D. Tabel Observasi Frekuensi Pernafasan Kelompok Tidak Mendapat

Perlakuan

Latihan Hari Ke 1 Latihan Hari Ke 2 Latihan Hari Ke 3


Frekuensi
Pre - Post Pre - Post Pre - Post
Pernafasan
CROS S TAB S
/'fABLES=2eni s ke lam in Pendidi kan obse rvas iper Iakuan BY Kelompokresponden
/FORt4AT-AUHUE •FAB BES
/ CELLS—COUNT ROW COEHt•Bf
/ COHH T ROUtf D CEI' L .

Crosstabs
[DataSetl) C:\flsers\MICROSOFT\documents\data 1.sav

VWId Maalng Total


N Percent N N PerceM
20 0 0.OF TO 100.0%
Pendidikan ” Keiom@kreepo++den zo 0 0.096 20 100.046
10 10 50.09'6 20 100.OF

Kelompr›Xreeponden
Ind Control Total

41.296 TO.896 100.0%

% Wflhin Jenle Kelemln 100.OF 0.0% 100.096


¥ wflfiln Kelmpokreeponden 30.096 0.0'K 15.OF
TmaI Cour+I 10 40 R
% wtlhin Jena s0.W TO.0% 1oo.of
Keiamln
*wTt8'8 e!omp< eapo Nn 100.OF 100.0'X' 100.0''

Page 1
Pendidikan Kolompokresponden Crosstabulation

Kelompokresponden
Intervene Totgl
Pendidikan SD Count 4 1 •i
°4 within Pendidikan 8o.OF TO.0"4 100,0%
W within Kelompokresponden 4o.or 0.0s 2s.or
SMP C'ount 4 3 7
°é within Pendidikan 57.1% 42.9°
"A within Kelompokresponden do.096 30.0
SMA Count 1 6
"A within Pendidiken 14.3% 80.7’Xo
°A within Kelompokresponden 10.0s 80.0s
O3 Count 1 0
a wiihin Pendidikan too.or o.a°
% within 1o.o° a.o°x
Kelompo0esponden
folel 10 10
% wahin Pendidikan 50.0•H 50.OF
H• within Kelompokresponden i 00.0s 4 oo.o%

Kelompokr
espor+6en

observasi perlakuan
% wilhin observasi perlakuan 100.0%
% within Kelompokresponden 80.or
BAIK Count 2
100.0°/•
°A within obeervasl porlakuan
2.%
W wil his Kelompokresponden
Total *•88! 10
'X' within observasi perlekuan 100.OR
% within Ketompokresponden 100.0%

E KAP1 I N F: VAP I ABLE 'S =Umur P re Pos t BY Ke I ompo k r e spo n de n


/ P LO 'I' BOX P LOT E TEML E A F N P P I.OT
/ C ON HA R F. GROU PM

Page 2
Explore
{DataSutl] C:\Users\M?CROS0FT\oocuments\data 1.saw

Kelompokresponden

Valid Totel
N Percent N N Percent
Kelompokreaponden
Umur lnteryen 10 0 0.0W 10 100.0W
10 J00.096 0 0.0 10 100.OF
Pre lnlerven 10 100.0% 0 0.0H• 10 400.09•
10 100.0% 0 0.0W 10 TOO.OF
Po*t 10 100.0R# 0 00•H 40 d00.0
d0 0 0.0W 10 00.OF

Descriptives""’

Kelompokresponden 560efio Std.


Errol
Umur lnterven Mean S6.6000 2.15613
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound S1.7225
Upper Bound 61 4775
5% Trimmed Mean 56.4444
Median s6.000o
Variance 46,489
Std. Deviation 6.81828
Minimum 4s.0o
Ma'm m 7.00
Rys 6.0o
lnterquartile Range 6.70
Skewnea¥ .SM .687
K'88^•!* 1.971 1.33a
Control *•8^ 59.7000 2.82469
059s Confidence Interval Tar Mean Lower Bound 53.3101
Upper Bound 66.pggg
5"/ Tnmmed Mean
Medien 58.0000
79.789
Std. Deviation 8.93246
48.00
72.00

Page 3
Kelompokresponden Std. Error
Range 24.00
lnterquanile Range 15.75
.148 .687
-1.307 1.334
Pre lnterven Mean .300S1
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Bound
5m Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Meximum
Range
Interquertile Range
6kewneas qg/
1.334
Mean .326f''0
959a Confidence lnteryel for Meen Lower Bound
Upper Bound
5"é Trimmed Mean
Medien
Variance
Ltd. Deviation

Maximum
Range

•3kew ness .687

Mean .52068
95a Confidence Interval for Mean Lower Bound
Upper Bound
5% Tñmmed Mean

'2td. Deviation

Page 4
Descriptives“"'”

Kelompokresponden Std. Error


4.00
lnterquanile Range z.so

Meen 25.oooo . 681'2


95% Confidence lnterel for Meen Lower Bound 24.1740

5°/° Trimmed Mean z4,9444


Median Z•F000
Variance 1.333
Bid. Devietion 1.15470
Minimum 24.00
Maximum 27,00
Range 3.00
interquantle Range 2.00
.SzI1 .667
•1.393 1.33d
a. There are no valid cases for Umur when Kelompokresponden = .000. Statistics cannot be computed for
this level.
b. There are no valid cases for Pre when Kelompokresponden - .000. Statiaiics cannoI be computed for

c. There are no valid casee for Post when Kelompokresponden = .000. Statistics cannol be computed for
this level.

Page 5
Tests of Normality"^"

df Fig. df Fig.
lnterven .209 10 .P00 .942 10 .SBI
Control ,175 10 .200” .918 10 .343
Pre .433 10 .000 .594 10 .000
.381 0 .000 .640 10 .000
Posi .302 10 .010 .761 10 .008
.307 10 .000 .?'97 10 .014
• This is a lower bound of the true significance .
a. 1 here are no velid cases for Umur when Kelompokresponden = .000. Statistics cannot be com puled for

b. Lillielors Significance Correction


d. There are no yalld cases for Pre when Kelompokreeponden = .000. Statistics cannot be computed for
lhis level.
e. There ere no velid cases for Post when Kelompokresponden = .000. Statielice cen not be computed for

N PAR T E S TS
/i‹ i rcoxox-roe zi r0 Pos c i rAi Rz n;
/ IN I S S I NG AN AL TS I S .

NPar Tests
loa,asetI] c:\users\uic«Os0zi\oocuments\data 1.sav

Wilcoxon Signed Ranks Test

N Mean Rank Rents


Post - Pre Negative Hems 4 0• 5.50 56.00
Positive Ranks 0‘ .00 .00
Ties p‘
ToIa1 40

Page 6
Z -2.859‘
Asymp. I2ig. (2-tailed) .o0d
a. Wilcoxon 8igned RanM Tesl

D PAR TESTS
/ II LCOxON = P re D I TH Pos t { PAI RE D)
/N1SSING AHA L Y SI S .

NPar Tests
[ Dan a Se t1 ] C : \ Us er s \1•1I C ROSO FT\ Document s Oat a 1 . s av

Wilcoxon Signed Ranks Test

Sum of
N Mean Rank Ranks
Pool - Pre NegalJve Ranka 0“ .oo .00
Passive RanM 2‘ 1.TO 3.00
Tiea a”
Totes 10

Z -1.4 44‘
Aoymp. Fig. (2-IaTled) .1fi7
e. Witoaxon Signed Ranks Test
b. Baeed on negative ranM.

Page 7
¥AYASAN PERAWAT SHLAWES1 SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIICE/i)
pAmA p NG A SSAR

Nomor : 3tt2/STILES-PNK/BAAK-3.6/XII/2O19
Makassar, 19 December 2019
Perihal : wn lan in

Kepada Yth.
Gubemur Pzmgnd Sulawed Se/atan
Cq. gepaio 8sdun hoordlna* Pemnsmun Model Daenh
(8KPMD) Prouliul Suleu'ed Satan
DI-
Tempat
Dengan hormat,

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir (SMpsi) Mahasiswa Progmm Studi S-


1 Keperawatan Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Panakkukang Makassar
tahun ajaran 2OT9/2020. Maka dengan ini kiranya mahasiswa kami dapat
diberikan izin melakukan penelitian di Basal Bear hatan Pazu Mssyazakat
Makawr Adapun mahasiswa yang dimaksud adalah:

NO NAMA NIMJUDUL
Pengaruh Wz ed fip Breathing
£xezâseterhadap Frekuensi
Moh. Ooh Gunawan18.01.071 Pemapasanpada Paslen
Tubeñ‹ulosis di Balal Kesehatan
Paru Masyarakat Makassar

Demikian penyampaian kami. Atas bantuan dan kerJasama yang baik


dlucapkan terima kasih.

52. 02.03. 0t6


Jq KEMENTERIAN KESEHATAN RI
k'*
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT

SURAT KETERANGAN
Nomor : UM.01.05/XLVI.3/a ?/z/2020

Berdasarkan Surat Dinas Penaneman Modal dan Pelayanan Terpadu


Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan Nomor . 27113/S.01/PTSP/2019 tanggal
30 December 2019 Perihal Izin Penelitian, mal‹a dengan ini Kepala Balai Besar
Kesehatan Peru Masyarakat (BBKPM) Makaesar menerangkan bahwa :

Nama : Mart. Rioh Gunawan


Nomor Pokok 1801071
Program Studi : S1 Keperawatan

Telah selesai melaksanakan Penelitian pada Balai Besar Kesehatan Paru


Masyarakat (BBKPM) Makassar pada bulan Januari - Februari 2020 dengan
judul penelitian:

" PENGARUH PURGED LIP BREATHING EXERCISE TERHADAP


FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT MAKA99AR "

Demikian Surat Keterangan ini diberikan untuk digunakan eebagaimana mestinya.

11 Februari 2020

a.n. KEPALA
Kepala Bidang Promkes dan PSD

Angriany auf. S.Si.Apt .Adm Kes


NIP. 1978#017 200212 2 001
Na m a
DOKUMENTASI
(t-1)(r-1) ≥ (

19 t

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi:
1. Nama : MOH. RIOH GUNAWAN
2. Tempat/ Tgl Lahir : Tolitoli, 06 Januari 1997
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Btn Pao Pao Permai Block E3/NO. 9
6. No Hp : 0813-4016-3495
7. Email` : mohrio1997@gmail.com
8. Instagram : riohgunawan_
B. Latar Belakang Pendidikan:
1. Formal :
a. 2002-2003 :TK Aisya Tolitoli
b. 2003- 2008 : SDN 10 Tolitoli
c. 2008 -2010 : SMP Negeri 3 Tolitoli
d. 2010-2014 : SMA Negeri 1 Tolitoli
e. 2014-2017 : Akademi Pemerintah Daerah Tolitoli
2. Non Formal
2017 : Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support (BTCLS)
C. Pengalaman Organisasi:
1. 2009-2011: Anggota OSIS SMP Negeri 3 Tolitoli
2. 2011-2014 : Anggota OSIS SMA Negeri 1 Tolitoli
3. 2015-2016 : Anggota BEM AKPER PEMDA Tolitoli
4. 2016-2017 : Wakil Ketua BEM AKPER PEMDA Tolitoli

Anda mungkin juga menyukai