LAPORAN MAGANG
Oleh: Wiwid
Handayani
1110101000079
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Magang, April 2014
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di dunia terutama di negara berkembang hingga saat ini.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, diketahui insidensi
kasus TB tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 129 per 100.000 penduuduk.
Namun penurunan tersebut tidak diimbangi dengan tercapainya beberapa indikator
program pengendalian TB di Kota Tangerang Selatan. Padahal secara umum, seluruh
Unit Pelayanan Kesehatan di wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan sudah menjalani strategi DOTS.
i
Kegiatan Program Pengendalian TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan mengacu pada Pedoman Nasional Pengendalian TB dari Kemenkes RI tahun
2011. Secara umum, seluruh kegiatan sudah terlaksana, yaitu perencanaan,
surveilans, monitoring dan evaluasi, pelatihan, supervisi, dan manajemen uji silang
sediaan laboratorium. Namun setiap kegiatan tersebut tidak memiliki indikator untuk
melihat tingkat keberhasilannya. Selain itu, ada beberapa kendala mengenai
pengumpulan data TB di beberapa Rumah Sakit Swasta dan Klinik Swasta yang
belum terlaporkan, penyimpanan logistik TB yang tidak sesuai dengan standar
penyimpanan logistik dari Kemenkes RI, masih banyak tenaga kesehatan program
TB yang belum melakukan pelatihan program TB terutama tenaga dokter dan tenaga
laboratorium dan rendahnya pencapaian jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang
melakukan uji silang sediaan laboratorium serta masih rendahnya pencapaian
indikator pogram TB di di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
h disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran da
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengetahui
iii
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
Jakarta,April 2014
Penguji I,
Hoirunnisa, Ph.D
Penguji II,
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Wiwid Handayani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 02 September 1991
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemajuan No. 75 RT 06/05
Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12270
Nomor Telepon/HP : 0857-1585-7742
PENDIDIKAN FORMAL
1996 – 1997 : TK Aisyiyah Ciputat
1997 – 2003 : SDN 03 Pagi Jakarta
2003 – 2006 : SLTPN 110 Jakarta
2006 – 2009 : SMAN 90 Jakarta
2010 – Sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v
KATA PENGANTAR
telah memberikan rahmat dna hidayah-Nya serta nikmat yang berlimpah sehingga
Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
Rasulullah saw, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amiin.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Bapak Prof. Dr. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas
peminatan Epidemiologi.
ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan
panulis.
vi
5. Bapak Dr. M. Rusmin, selaku Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit
Dinas Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin melakukan kegiatan
magang.
ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan magang ini,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan
dimasa yang akan datang. Semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN.....................................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK...................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................4
2.1. Tuberkulosis...................................................................................................8
viii
2.1.3 Gejala Penyakit Tuberkulosis...............................................................12
4.1.1. Visi........................................................................................................51
4.1.2. Misi.......................................................................................................52
4.1.5. Kependudukan......................................................................................55
ix
4.1.6. Sumber Daya Kesehatan.......................................................................56
BAB V PENUTUP..................................................................................................101
5.1 Simpulan....................................................................................................101
5.2 Saran...........................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................104
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
tahun 2014................................................................................................46
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Tabel 4.3 Sumber Pembiayaan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun
2013..........................................................................................................60
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit TB di Wilayah Kerja Dinas
2013.......................................................................................................64
Grafik 4.3 Pola Penemuan Kasus (Case Notification Rate) Penyakit Tuberkulosis
Grafik 4.5 Angka Penjaringan Suspek di Kota Tangerang Selatan tahun 2013 89
Grafik 4.6 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Suspek di Kota
Grafik 4.7 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Semua Pasien TB di Kota
Grafik 4.8 Proporsi Pasien TB Anak di Kota Tangerang Selatan tahun 2013….....92
Grafik 4.9 Angka Notifikasi Kasus TB di Kota Tangerang Selatan tahun 2013…. 93
2013…......................................................................................................97
Grafik 4.13 Angka Error Rate di Kota Tangerang Selatan tahun 2013......................98
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.2Gambar Sosialisasi dan Bimbingan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu Tahun 2
Lampiran 1.3Daftar Tilik Supervisi Program Penanggulangan TB Dinas Kesehatan Kota Tangeran
Lampiran 1.4Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Keseha
2013
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyakit TB di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah
penyakit stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan (Depkes RI, 2008).
2
penduduk di tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013, insindensi kasus TB
mengalami penurunan menjadi 129 per 100.000 penduuduk. Namun
penurunan tersebut tidak diimbangi dengan tercapainya beberapa indikator
pengendalian TB di Kota Tangerang Selatan.
3
Tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kota Tangerang Selatan tahun
2013”.
1.2. Tujuan
4
7) Diketahuinya pencapaian indikator Program Pengendalian
Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan tahun 2013.
5
3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan
bermanfaat antara institusi magang dengan Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
Kegiatan magang ini dilaksanakan dengan melakukan
observasi, diskusi, dan studi literatur. Observasi dilakukan dengan
mengamati langsung pelaksanaan program pengendalian penyakit
tuberkulosis dan turut serta dalam proses kerja di Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan serta mencatat hal-hal yang dianggap penting
di institusi tersebut. Diskusi dilakukan dengan pembimbing akademik,
kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit, pemegang Program
Pengendalian Penyakit Tuberkulosis (selaku pembimbing lapangan),
dan pegawai lainnya yang ada di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan. Studi kepustakaan dilakukan untuk menggali informasi
melalui penelusuran buku dan literatur guna memperoleh konsep
teoritis yang terkait dengan program pengendalian penyakit
tuberkulosis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis
8
1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap, serta bisa
berbulan-bulan berada pada kondisi tersebut. Namun bakteri ini
tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada
tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih
dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per
jam (Widoyono, 2008).
9
2) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis
a. Tuberkulosis paru BTA positif, apabila:
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan
biakan kuman TB positif.
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah
3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA
positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus
meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif.
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
10
(misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
b. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,
pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
11
f. Kasus lain, yaitu semua kasus yang tidak memenuhi
ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus
Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA
positif setelah selesai pengobatan ulangan.
12
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
13
Menurut Kemenkes RI (2011), diagnosis tuberkulosis terbagi
menjadi tiga, yaitu:
14
a. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan
dahak positif.
b. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif
dan gambaran klinis & radiologis mendukung Tb atau BTA
negatif dengan hasil kultur TB positif.
c. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologi
yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.
15
2–10 minggu. Risiko menjadi TB paru dan TB ekstra paru biasanya
terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi lanten dapat
berlangsung seumur hidup.
16
2.1.9 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis
17
b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
18
(BP4), dan Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktik Swasta
(DPS).
6. Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TB di
tempat kerja (TB in workplaces), Lembaga Pemasyarakatan
dan Rumah Tahanan (TB in prison), TNI dan POLRI.
7. Program penanggulangan TB dengan pendekatan program
DOTS Plus (MDR), Kolaborasi TB-HIV, PAL (Practical
Approach to Lung Health), dan HDL (Hospital DOTS
Linkages).
8. Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi,
penggalangan kerja sama/kemitraan dengan lintas program dan
sektor terkait, pemerintah dan swasta dalam wadah Gerakan
Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
9. Peningkatan kemampuan laboratorium TB di berbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan
jejaring.
10. Menjamin ketersediaan Obat Anti TB (OAT) untuk
penanggulangan TB dan diberikan kepada pasien secara cuma-
cuma.
11. Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten
dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan
mempertahankan kinerja program.
12. Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok
miskin dan kelompok rentan terhadap TB.
13. Menghilangkan stigma masyarakat terhadap Pasien TB agar
tidak dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
14. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam
MDGs.
19
2.2.2 Sejarah Program
20
Menurut Kemenkes RI (2011), WHO telah
merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam
pengendalian TB sejak tahun 1995. Kemudian sejak tahun 2000,
strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan terutama Puskesmas yang diintegrasikan
dalam pelayanan kesehatan dasar. Fokus utama strategi DOTS ini
adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas
diberikan kepada pasien TB tipe menular.
21
Menurut Kemenkes RI (2011), tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasar kurun waktu dan kemampuan tertentu.
Tujuan ini dibedakan menjadi :
1. Tujuan Umum, biasanya cukup satu dan tidak terlalu
spesifik.
2. Tujuan khusus, penjabaran dari tujuan umum yang
dipecah menjadi beberapa tujuan khusus yang lebih
spesifik dan terukur.
22
prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per
100.0 penduduk. Sasaran keluaran adalah:
(1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru (BTA positif)
yang ditemukan dari 73% menjadi 90%;
(2) meningkatkan prosentase keberhasilan pengobatan kasus baru
TB paru (BTA positif) mencapai 88%;
(3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70%
mencapai 50%;
(4) meningkatkan prosentase provinsi dengan keberhasilan
pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.
23
2) Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan
kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya
3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah,
masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui
pendekatan Public-Private Mix dan menjamin kepatuhan
terhadap International Standards for TB Care
4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
5) Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan
dan manajemen program pengendalian TB
6) Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap
program TB
7) Mendorong penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan
informasi strategis.
24
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, cq. Sub Direktorat
Tuberkulosis.
b. Tingkat Propinsi
Di tingkat propinsi dibentuk Gerdunas-TB Propinsi
yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk
dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan
daerah. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat propinsi
dilaksanakan Dinas Kesehatan Propinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Gerdunas-TB
kabupaten/kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim
Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan
kebutuhan kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan program
TB di tingkat Kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
25
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam
kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan
penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan
dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB,
penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di
masyarakat.
b. Diagnosis
Penegakan diagnosis TB terbagi menjadi dua yaitu,
diagnosis TB Paru dan diagnosis TB Ekstra Paru.
Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan
bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto
toraks dan lain-lain.
c. Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
26
berkinerja lebih baik dan mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien.
Tujuan dari perencanaan adalah tersusunnya
rencana program, tetapi proses ini tidak berhenti di sini saja
karena setiap pelaksanaan program tersebut harus dipantau
agar dapat dilakukan koreksi dan dilakukan perencanaan
ulang untuk perbaikan program. Perencanaan merupakan
suatu siklus yang meliputi:
A) Pengumpulan data, yang meliputi:
(a) Data Umum, yaitu data geografi dan demografi
(penduduk, pendidikan, sosial budaya, ekonomi)
serta data lainnya (jumlah fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat). Data ini diperlukan untuk
menetapkan target, sasaran dan strategi operasional
lainnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
masyarakat.
(b) Data Program, yang meliputi data tentang beban
TB, pencapaian program (penemuan pasien,
keberhasilan diagnosis, keberhasilan pengobatan),
resistensi obat serta data tentang kinerja institusi
lainnya. Data ini diperlukan untuk dapat menilai
apa yang sedang terjadi, sampai di mana kemajuan
program, masalah apa yang dihadapi dan rencana
apa yang akan dilakukan.
(c) Data Sumber Daya, yang meliputi data tentang
tenaga (man), dana (money), logistik (material), dan
metodologi yang digunakan (method). Data ini
diperlukan untuk mengidentifikasikan sumber-
sumber yang dapat dimobilisasi sehingga dapat
menyusun program secara rasional, sesuai dengan
kemampuan tiap-tiap daerah. Di samping untuk
27
perencanaan, data tersebut dapat dimanfaatkan
untuk berbagai hal seperti advokasi, diseminasi
informasi serta umpan balik.
B) Analisa situasi
28
a) Daya ungkitnya tinggi, artinya bila masalah itu
dapat diatasi maka masalah lain akan teratasi juga.
b) Kemungkinan untuk dilaksanakan (feasibility),
artinya upaya ini mungkin untuk dilakukan.
29
E) Menyusun rencana kegiatan penganggaran
Tujuan jangka menengah dan jangka panjang
tidak dapat dicapai sekaligus sebab banyak masalah
yang harus dipecahkan sedang sumber daya terbatas.
Oleh sebab itu, perlu ditetapkan prioritas pengembangan
program dengan memperhatikan mutu strategi DOTS.
Untuk itu, implementasi pengembangan program
dilakukan secara bertahap, dengan prinsip efektifitas
dan efisiensi, yaitu :
30
c) Pelaksana (siapa yang memantau),
d) Waktu dan frekuensi pemantauan (bulanan /
triwulan / tahunan).
e) Rencana tindak lanjut hasil pemantauan dan
evaluasi.
B. Surveilans
31
f) Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09)
g) Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB
pindahan (TB.10).
h) Register Laboratorium TB (TB.04).
2) Di Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan
formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:
a) Register TB Kabupaten (TB.03)
b) Laporan Triwulan Penemuan dan Pengobatan
Pasien TB (TB.07)
c) Laporan Triwulan Hasil Pengobatan (TB.08)
d) Laporan Triwulan Hasil Konversi Dahak Akhir
Tahap Intensif (TB.11)
e) Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Uji Silang
dan Analisis Hasil Uji silang Kabupaten (TB.12)
f) Laporan OAT (TB.13)
g) Data Situasi Ketenagaan Program TB
h) Data Situasi Public-Private Mix (PPM) dalam
Pelayanan TB
3) Di Provinsi
Provinsi menggunakan formulir pencatatan dan
pelaporan sebagai berikut:
a) Rekapitulasi Penemuan dan Pengobatan Pasien
TB per kabupaten/kota.
32
b) Rekapitulasi Hasil Pengobatan per
kabupaten/kota.
c) Rekapitulasi Hasil Konversi Dahak per
kabupaten/kota.
d) Rekapitulasi Analisis Hasil Uji silang provinsi per
kabupaten/kota.
e) Rekapitulasi Laporan OAT per kabupaten/ kota.
f) Rekapitulasi Data Situasi Ketenagaan Program
TB.
g) Rekapitulasi Data Situasi Public-Private Mix
(PPM) dalam Pelayanan TB
33
minimal tenaga pelaksana terlatih terdiri
dari 1 dokter, 1 perawat/petugas TB, dan 1
tenaga laboratorium.
b) Puskesmas satelit : minimal tenaga
pelaksana terlatih terdiri dari 1 dokter dan 1
perawat/petugas TB.
c) Puskesmas Pembantu : kebutuhan minimal
tenaga pelaksana terlatih terdiri dari 1
perawat/petugas TB.
(2) Rumah Sakit Umum Pemerintah
a) RS kelas A : kebutuhan minimal tenaga
pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3
perawat/petugas TB, dan 1 tenaga
laboratorium.
b) RS kelas B : kebutuhan minimal tenaga
pelaksana terlatih terdiri dari 6 dokter, 3
perawat/petugas TB, dan 1 tenaga
laboratorium.
c) RS kelas C : kebutuhan minimal tenaga
pelaksana terlatih terdiri dari 4 dokter, 2
perawat/petugas TB, dan 1 tenaga
laboratorium.
d) RS kelas D, RSTP dan B/BKPM :
kebutuhan minimal tenaga pelaksana
terlatih terdiri dari 2 dokter, 2
perawat/petugas TB, dan 1 tenaga
laboratorium.
(3) RS swasta : menyesuaikan.
(4) Dokter Praktek Swasta, minimal telah dilatih
34
b. Tingkat Kabupaten/Kota
(1) Supervisor terlatih pada Dinas Kesehatan,
jumlah tergantung beban kerja yang secara
umum ditentukan jumlah puskesmas, RS dan
Fasyankes lain diwilayah kerjanya serta tingkat
kesulitan wilayahnya. Secara umum seorang
supervisor membawahi 10 - 20 Fasyankes.
Bagi wilayah yang memiliki lebih dari 20
Fasyankes dapat memiliki lebih dari seorang
supervisor.
(2) Gerdunas-TB/Tim DOTS/Tim TB, dan lain-
lainnya, jumlah tergantung kebutuhan.
c. Tingkat Provinsi
(1) Supervisor/Supervisor terlatih pada Dinas
Kesehatan, jumlah tergantung beban kerja yang
secara umum ditentukan jumlah Kab/Kota
diwilayah kerjanya serta tingkat kesulitan
wilayahnya. Secara umum seorang supervisor
membawahi 10-20 kabupaten/kota. Bagi
wilayah yang memiliki lebih dari 20
kabupaten/kota dapat memiliki lebih dari
seorang supervisor.
(2) Koordinator DOTS RS yang bertugas
mengkoordinir dan membantu tugas supervisi
program pada RS dapat ditunjuk sesuai dengan
kebutuhan.
(3) Gerdunas-TB/Tim DOTS/Tim TB, dan lain-
lainnya, jumlah tergantung kebutuhan.
(4) Tim Pelatihan: 1 koordinator pelatihan, 5
fasilitator pelatihan.
35
2) Pelatihan
Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam
rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas.
Konsep pelatihan dalam program TB, terdiri dari:
(a) Pendidikan/pelatihan sebelum bertugas (pre service
training), yaitu dengan memasukkan materi
program penanggulangan tuberkulosis strategi
DOTS`dalam pembelajaran/kurikulum Institusi
pendidikan tenaga kesehatan. (Fakultas Kedokteran,
Fakultas Keperawatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain).
(b) Pelatihan dalam tugas (in service training), yang
terdiri dari pelatihan dasar program TB (initial
training in basic DOTS implementation), pelatihan
penuh, pelatihan ulangan (retraining), pelatihan
penyegaran, dan On the job training (pelatihan di
tempat tugas/refresher) serta pelatihan lanjutan
(continued training/advanced training.
3) Supervisi
Supervisi adalah kegiatan yang sistematis untuk
meningkatkan kinerja petugas dengan
mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas
yang dilakukan secara langsung. Kegiatan yang
dilakukan selama supervisi adalah observasi, diskusi,
bantuan teknis, bersama-sama mendiskusikan
permasalahan yang ditemukan, mencari pemecahan
permasalahan bersama-sama, memberikan laporan
berupa hasil temuan serta memberikan rekomendasi
dan saran perbaikan.
36
D. Manajemen Laboratorium
E. Manajemen Logistik
37
perbaikan segera. Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak-
waktu (interval) lebih lama, biasanya setiap 6 bulan sampai
dengan 1 tahun. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana
tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai.
Dalam mengukur keberhasilan tersebut diperlukan
indikator. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan
perencanaan dan pengembangan program(Kemenkes RI,
2011).
38
b) Komunikasi, strategi komunikasi yang dilakukan
salah satunya adalah meningkatkan keterampilan
konseling dan komunikasi petugas maupun kader
TB melalui pelatihan.
c) Mobilisasi Sosial, merupakan strategi
membangkitkan keinginan masyarakat, secara
aktif meneguhkan konsensus dan komitmen sosial
di antara pengambil kebijakan untuk
menanggulangi TB.
2. Kemitraan
Kemitraan program penanggulangan TB
merupakan upaya untuk melibatkan berbagai sektor,
baik dari pemerintah, legislatif, swasta, perguruan
tinggi/kelompok akademisi, kelompok organisasi
masyarakat (organisasi pengusaha dan organisasi
pekerja, kelompok media massa, organisasi profesi,
LSM, organisasi keagamaan, organisasi internasional)
dalam upaya percepatan penanggulangan TB secara
efektif, efisien dan berkesinambungan. Kemitraan TB
dilaksanakan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan
dan saling menguntungkan.
3. Penelitian
Penelitian di bidang TB diperlukan untuk
menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan untuk mencapai tujuan penanggulangan TB.
Penelitian di bidang TB dapat meliputi penelitian
operasional dan penelitian ilmiah (scientific).
Penelitian operasional TB didefinisikan sebagai
penilaian atau telaah terhadap unsur-unsur yang
39
terlibat dalam pelaksanaan program atau kegiatan-
kegiatan yang berada dalam kendali manajemen
program TB. Hal-hal yang dapat ditelaah dalam
penelitian operasional TB antara lain meliputi sumber
daya, akses pelayanan kesehatan, pengendalian mutu
pelayanan, keluaran dan dampak yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja program penanggulangan
nasional TB.
Sedangkan penelitian operasional dapat dibagi
atas dua jenis yaitu penelitian observasional dimana
tidak ada manipulasi variabel bebas dan penelitian
eksperimental yang diikuti dengan tindakan/intervensi
terhadap variabel bebas. Penelitian observasional
bertujuan menentukan status atau tingkat masalah,
tindakan atau intervensi pemecahan masalah serta
membuat hipotesis peningkatan kinerja program.
Penelitian eksperimental melakukan intervensi
terhadap input dan proses guna meningkatkan kinerja
program. Banyak penelitian telah dilaksanakan
berbagai pihak, namun kegunaanya jauh dari
kepentingan program dan sulit diterapkan. Hal ini
terjadi karena aspek yang diteliti tidak searah dengan
permasalahan yang dihadapi oleh program.
40
RI, 2008). Ada beberapa indikator yang digunakan dalam rangka
pengendalian penyakit TB (Kemenkes RI, 2011), yaitu:
41
misalnya rumah sakit, BP4 atau dokter praktek swasta,
indikator ini tidak dapat dihitung.
42
indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis
TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu
besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis.
h) Angka Konversi
Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang
mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah menjalani
masa pengobatan intensif. Indikator ini berguna untuk
mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk
mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat
dilakukan dengan benar. Angka minimal yang harus dicapai
adalah 80%.
i) Angka Kesembuhan
Adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru
TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan, di antara pasien baru TB paru BTA positif yang
tercatat. Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA
positif pengobatan ulang dengan tujuan:
(a) Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan
terhadap obat terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan
dengan surveilans kekebalan obat.
43
(b) Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan
menggunakan obat baris kedua (second-line drugs).
(c) Menunjukan prevalens HIV, karena biasanya kasus
pengobatan ulang terjadi pada pasien dengan HIV.
44
BAB III
45
Berdasarkan bagan 3.1 diketahui bahwa kegiatan magang
dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi dan prensentasi laporan. Melalui kegiatan magang ini,
diharapkan dapat diperoleh gambaran pelaksanan program pengendalian
penyakit tuberkulosis di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Seksi
Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis.
46
18 Februari 2014 indikator TB Paru Tangsel
7. Rabu Melakukan diskusi terkait Dinkes
19 Februari 2014 pemeriksaan laboratorium TB Tangsel
8. Kamis Melakukan kunjungan dalam LSM
20 Februari 2014 rangka monitoring dan Aisyiyah
evaluasi kader Community
TB care.
9. Jumat Melakukan diskusi terkait Dinkes
21 Februari 2014 analisis penemuan kasus TB Tangsel
di Banten dan Tangsel
10. Senin Melakukan diskusi terkait Dinkes
24 Februari 2014 faktor-faktor yang Tangsel
mempengaruhi penemuan
kasus TB BTA positif
11. Selasa Melakukan izin pengambilan Dinkes
25 Februari 2014 data surveilans ke kepala Tangsel
seksi Surveilans dan
Imunisasi Dinkes Tangsel
12. Rabu Melakukan kunjungan LSM
26 Februari 2014 pelatihan kader PMO Aisyiyah
Community TB Care
13. Kamis Melakukan kunjungan LSM
27 Februari 2014 pelatihan kader PMO Aisyiyah
Community TB Care
14. Jumat Menyusun laporan, Dinkes
28 Februari 2014 mengumpulkan data, dan Tangsel
menganalisis indikator
pencapaian program
15. Senin Mengikuti kegiatan PKM.
3 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Pamulang
47
koreksi laporan data TB 01
dan TB 06
16. Selasa Mengikuti kegiatan PKM.
4 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Pondok
koreksi laporan data TB 01 Betung dan
dan TB 06 PKM.
Jurangmang
u
17. Rabu Mengikuti kegiatan PKM.
5 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Pondok
koreksi laporan data TB 01 Aren dan
dan TB 06 Pondok
Pucung
18. Kamis Mengikuti kegiatan PKM.
6 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Pondok
koreksi laporan data TB 01 Kacang
dan TB 06 Timur dan
PKM.
Parigi
19. Jumat Mengikuti kegiatan PKM. Rawa
7 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Buntu,
koreksi laporan data TB 01 Klinik
dan TB 06 Rahma
Medika, dan
Klinik PT.
Pratama
20. Senin Mengikuti kegiatan PKM.
10 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Benda Baru
koreksi laporan data TB 01 dan RSUD
dan TB 06 Tangsel
48
21. Selasa Mengikuti kegiatan PKM.
11 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Pondok
koreksi laporan data TB 01 Ranji dan
dan TB 06 PKM.
Rengas
22. Rabu Mengikuti kegiatan dan PKM.
12 Maret 2014 menjadi fasilitator bimbingan Pondok
software SITT dan koreksi Jagung dan
laporan data TB 01 dan TB PKM. Paku
06 Alam
23. Kamis Mengikuti kegiatan dan PKM.
13 Maret 2014 menjadi fasilitator bimbingan Ciputat
software SITT dan koreksi Timur dan
laporan data TB 01 dan TB PKM.
06 Pisangan
24. Jumat Mengikuti kegiatan dan PKM.
14 Maret 2014 menjadi fasilitator bimbingan Ciputat dan
SITT dan koreksi laporan PKM.
data TB 01 dan TB 06 Kampung
Sawah
25. Senin Mengikuti kegiatan dan PKM. Situ
17 Maret 2014 menjadi fasilitator bimbingan Gintung dan
SITT dan koreksi laporan PKM.
data TB 01 dan TB 06 Jombang
26. Selasa Mengikuti kegiatan dan PKM.
18 Maret 2014 menjadi fasilitator bimbingan Serpong I
software SITT dan koreksi dan PKM.
laporan data TB 01 dan TB Serpong II
06
27. Rabu Mengikuti kegiatan PKM.
49
19 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Kranggan
koreksi laporan data TB 01 dan PKM.
dan TB 06 Setu
28. Kamis Mengikuti kegiatan PKM.
20 Maret 2014 bimbingan software SITT dan Bhakti Jaya
koreksi laporan data TB 01 dan PKM.
dan TB 06 Pondok
Benda
29. Jumat Mengikuti kegiatan supervisi PKM.
21 Maret 2014 dari Dinkes Provinsi Banten Ciputat
dan Kemenkes RI
Dari tabel 3.1 diketahui bahwa kegiatan magang paling sering dilakukan
di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2014 adalah kegiatan
bimbingan software SITT dan koreksi laporan data TB 01 dan TB 06 di 29
fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Tangerang Selatan sesuai dengan lampiran
1.2.
50
BAB IV
4.1.1. Visi
51
1. Berorientasi ke depan.
2. Tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini.
3. Mengekspresikan kreatifitas.
4. Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi
masyarakat.
4.1.2. Misi
52
Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai
berikut :
53
Bagan 4.1 Peta Kota Tangerang Selatan tahun 2013
Berdasarkan bagan 4.1 dapat diketahui bahwa Puskesmas di wilayah kerja Din
memiliki 25 Puskesmas terdiri dari 18 Puskesmas Perawatan dan
54
4.1.5. Kependudukan
Setu 21.676
1
Kranggan 24.907
2
Bhakti Jaya 25.875
3
Serpong I 31.008
4
5 Serpong II 38.665
Ciputat 58.739
10
Kampung Sawah 66.496
11
Jombang 52.214
12
55
Rengas 26.334
17
56
ini adalah tenaga kesehatan, sarana dan prasarana yang terdapat di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
1. Tenaga Kesehatan
57
sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah
tenaga apoteker.
58
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014
59
Fund.BerikutadalahsumberpembiayaankesehatanKota Tangerang Selatan.
Tabel 4.3 Sumber Pembiayaan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahu
60
4.1 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit Tuberkulosis di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Kasus dan Kematian Akibat Penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Se
2000
1852 1825
1500
1183 1228
1094
1000 Jumlah Kasus
500 Jumlah
Kematian
0 18 16 9 44 13
2009 2010 2011 2012 2013
Dari grafik 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah kasus penyakit TB mengalami kenaikan d
61
organisasi pelayanan TB, tidak memadaianya tatalaksana kasus, dan
lain-lain.
3. Perubahan demografi karena meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur umur kependudukan.
4. Adanya dampak pandemi dari penyakit HIV.
62
a. Orang (Person)
Person adalah karakteristik dari individu yang
mempengaruhi keterpaparan yang mereka dapatkan dan
suskeptibilitasnya terhadap penyakit. Karakteristik dari person
bisa berupa faktor genetik, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
kebiasaaan, dan status sosial-ekonomi (Bustan, 2006).
Berdasarkan karakteristik orang, mayoritas penduduk
yang mengalami penyakit tuberkulosis (TB) di wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 -
2013 adalah laki – laki yaitu sebesar 57%. Kemudian
berdasarkan kategori umur, penyakit ini mayoritas menyerang
orang dewasa yaitu sebesar 25% pada kisaran umur 25 – 34
tahun. Berikut adalah adalah bagan distribusi penyakit TB
berdasarkan kategori jenis kelamin dan umur di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 - 2013.
it Tuberkulosis menurut Jenis Kelamin di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2009 - 2013
Distribusi
LakiPenyakit Tuberkulosis
- LakiPerempuan
menurut Umur di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 20
43%
57%
4% 5% 5% 0 - 5 tahun
5 - 14 tahun
10% 15 - 24 tahun
13% 20% 25 - 34 tahun
35 - 44 tahun
45 - 54 tahun
18% 55 - 65 tahun
25%
> 66 tahun
63
b. Tempat (Place)
400
361
350
300
250
Jumlah
200
150 96 10094 82 88
100 74 80
63 65 68
53 51 56 50 28 42 45 55
50 31 36 35 26 36 27 29 29
17 8 0 0 0 0 0
0
0
Situ Gintung
Ranji
Indah Kiat
Pondok
Pondok
PT.
Par
PT. Pratama
Benda
Benda Baru
Jomba
Pamulang
L
K
Pisang
an Rengas
Se
Cipu
Aren
u
ng Pondok
Ciputat
Pondok
Pondok
Serpong I
Pondok Jagung
Timur Jurang
Pucung
Pakualam
Sawah
Manggu
Kranggan
tat Kampung
igi
64
Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa jumlah kasus
TB terbanyak di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan tahun 2013 terdapat di RSUD Kota
Tangerang Selatan yaitu sebesar 361 kasus. Sedangkan di
beberapa Rumah Sakit atau Klinik Swasta seperti RS Eka
Hospital, RS Sari Asih Ciputat, RS OMNI, RS Medika dan
Klinik Rahma Medika, tidak ditemukan kasus TB. Menurut
hasil wawancara dengan wasor TB Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, diketahui bahwa ada kendala dari
pencatatan dan pelaporan kasus TB di Rumah Sakit dan Klinik
Swasta tersebut sehingga data kasus TB tidak terlaporkan ke
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
c. Waktu
65
pasien pada wilayah tertentu karena apabila dikumpulkan secara serial, angka in
Selatan tahun 2009 – 2013.
Grafik 4.3 Pola Penemuan Kasus (Case Notification Rate) Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Puskesmas di Kota Ta
tahun 2009 - 2013 (per 100.000 penduduk)
900
800
123
700
600
500
400 129
300 32 117 127
200 59 144
100
59 112
0 34 88 81
45 20 72
68 14 40
19 57 22 33 24 36
34
Cipu
Jomba
Ciputat
Situ
ng Pondok
igi Pondok
Pondok
tat Kampung
Gintung
Ranji
Par
Serpon
Sawah
Aren
Manggu
etu
an
Benda
Benda Baru
g I Pondok
Jagung
Pamulang
Krangg
Timur Jurang
2013
2012
2011
2010
2009
66
kasus TB merupakan strategi yang efektif dan efisien untuk
mencegah penularan penyakit TB di masyarakat.
67
laporanProgramPengendalianPenyakitTBdiDinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
900
800
700
600
500
Jumlah
400
300
200
100
0
Kasus KambuhTBDefault PindahGagal Lain-lain BaruEkstra
Paru
Klasifikasi Kasus
68
penyakit TB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah
berjalan di Kota Tangerang Selatan.
69
program pengendalian penyakit tuberkulosis adalah Kepala
bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Bidang tersebut membawahi 3 (tiga) Kepala seksi yaitu seksi
Pengendalian Penyakit, seksi, Surveilans dan Imunisasi, dan seksi
Kesehatan Lingkungan.
70
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat diindikasikan bahwa
masih kurangnya tenaga kesehatan di Kota Tangerang Selatan
terutama dalam program pengendalian TB.
4.3.2. Tujuan Program
A. Tujuan Umum
71
menurunkan angka prevalensi kasus TB di masyarakat. Hal
ini dapat terlihat dari hasil transkrip wawancara oleh
Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit.
“Tujuan umumnya menurunkan angka prevalensi TB
yang ada di masyarakat.”
(M.R. Kepala Seksi P2P)
B. Tujuan Khusus
72
Pengendalian Penyakit, diketahui bahwa tujuan khusus dari
program pengendalian penyakit TB antara lain.
1. Meningkatkan penemuan kasus baru.
2. Meningkatkan angka kesembuhan.
3. Menurunkan angka kekebalan kuman terhadap antibiotik
sehingga mencegah terjadinya MDR TB.
4. Menekan angka kekambuhan.
73
Tabel 4.5
Identifikasi Tujuan Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan tahun 2013 berdasarkan Kriteria SMART (Kemenkes RI, 2011)
74
terhadap antibiotik sehingga mencegah Terukur (measurable) Belum sesuai
terjadinya MDR TB. Dapat dicapai (appropriate) Sesuai
Relevan atau rasional (realistic) Belum Sesuai
Memiliki target waktu (timebound) Belum Sesuai
Menekan angka kekambuhan. Terkait dengan masalah (Spesific) Sesuai
Terukur (measurable) Belum Sesuai
Dapat dicapai (appropriate) Sesuai
Relevan atau rasional (realistic) Belum Sesuai
Memiliki target waktu (timebound) Belum Sesuai
75
Berdasarkan tabel 4.5 mengenai tujuan Program
Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan tahun 2013 dengan kriteria SMART, diketahui
bahwa terdapat beberapa tujuan yang belum sesuai, yaitu:
1. Pada tujuan kusus meningkatkan penemuan kasus TB baru
dan Meningkatkan angka kesembuhan
Pada dua tujuan khusus ini, ketidaksesuaian tersebut
terletak pada batasan waktu tujuan tersebut akan terlaksana.
Hal ini diketahui dari hasil wawancara oleh wasor TB yang
tidak mengetahui mengenai batasan waktu tersebut.
2. Pada tujuan kusus menurunkan angka kekebalan kuman
terhadap antibiotik (MDR)
Berdasarkan Pedoman Pengendalian TB (Kemenkes
RI, 2011), masalah pengendalian TB MDR sudah menjadi
strategi nasional di Indonesia tahun 2010 – 2014. Dari hasil
diskusi oleh Bapak Solah Imari, diketahui bahwa pengukuran
penurunan angka kekebalan kuman dilakukan secara langsung
oleh program pengendalian TB di tingkat nasional. Jadi, pihak
Dinas Kesehatan melakukan pengukuran secara tidak langsung
yaitu dengan menjamin pengobatan pasien secara tuntas
sampai sembuh. Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi
dan telaah dokumen kegiatan program pengendalian TB, tidak
ditemukan kegiatan yang menjurus ke dalam kegiatan untuk
menurunkan angka MDR serta tidak ditemukan batasan waktu
pelaksanaannya.
3. Pada tujuan khusus menekan angka kekambuhan
Sama halnya dengan penjabaran sebelumnya, angka
kekambuhan tidak dapat diukur karena tidak ada indikator
terkait hal tersebut. Selain itu, dalam segi relevansi, tujuan
khusus ini belum sesuai dalam pelaksanaannya karena
berdasarkan hasil observasi, kapasitas tenaga kesehatan di
76
wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan masih
terbilang sedikit. Dalam segi batasan waktu, tujuan khusus ini
belum menjabarkan batasan waktu pelaksanaan tujuan
tersebut.
Oleh karena itu, perlu ditinjau kembali beberapa tujuan
khusus agar dalam setiap pelaksanaan dapat terukur, ada batasan
waktu, dan sesuai dengan kapasitas tenaga kesehatan di wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
77
4.3.4. Strategi Program
78
Berdasarkan hasil wawacara oleh wasor TB, didapatkan bahwa
pelaksanaan program pengendalian penyakit TB di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut.
79
2. Analisis situasi
3. Menetapkan masalah prioritas dan pemecahannya
4. Menetapkan tujuan, sasaran, dan indikator
5. Menyusun rencana kegiatan penganggaran
6. Menyusun rencana pemantauandan evaluasi
80
Pemeriksaan Sediaan untuk Uji silang dan Analisis Hasil Uji
silang Kabupaten (TB.12), laporan OAT (TB.13), data Situasi
Ketenagaan Program TB, dan Data Situasi Public-Private Mix
(PPM) dalam Pelayanan TB.
81
kesehatan yang mencatat setiap kasusTB yang ada di instansi
tersebut.
82
Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
meliputi:
83
tempat yaitu di Instalasi farmasi dan Gudang yang berada di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
84
2) Sistem distribusi dapat dilakukan secara tarik dan dorong
(push and pull distribution) yaitu pusat ke gudang
kab/kota/propinsi melakukan pengiriman sesuai dengan
perencanaan tahunan (push) dan khusus buffer stock
dilakukan dengan permintaan (pull).
1) Pelatihan Program TB
Pelatihan program TB di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memberikan pengetahuan mengenai program TB agar
langsung dapat diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini ditujukan untuk dokter, perawat, analis
laboratorium, dan apoteker terutama pengelola program
TB. Kegiatan ini tidak dilakukan langsung oleh Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, namun dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Propinsi Banten yang bersumber dana
dari hibah Global Fund.
85
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan (2013), diketahui bahwa sumber daya manusia
program TB Paru di fasilitas pelayanan kesehatan
berjumlah 90 orang yang terdiri dari dokter, perawat, dam
tenaga laboratorium. Dari jumlah tersebut, terdapat 76,7%
dokter penanggung jawab program TB dan 63,3% tenaga
laboratorium yang belum melakukan pelatihan terkait
program TB. Sedangkan perawat yang belum melakukan
pelatihan hanya 3,45%. Padahal menurut Kemenkes RI
(2011), peningkatan mutu dan kinerja petugas dapat
ditingkatkan salah satunya dengan cara mengikuti
pelatihan.
6. Supervisi
86
Supervisi adalah kegiatan yang sistematis untuk
meningkatkan kinerja petugas dengan mempertahankan
kompetensi dan motivasi petugas yang dilakukan secara
langsung. Kegiatan yang dilakukan selama supervisi adalah
observasi, diskusi, bantuan teknis, bersama-sama
mendiskusikan permasalahan yang ditemukan, mencari
pemecahan permasalahan bersama-sama, memberikan laporan
berupa hasil temuan serta memberikan rekomendasi dan saran
perbaikan (Kemenkes RI, 2011).
87
Berdasarkan hasil wawancara oleh Wasor program TB,
diketahui bahwa seluruh puskesmas yang ada di Kota
Tangerang Selatan dikategorikan sebagai Puskesmas Pelaksana
Mandiri sehingga proses pemeriksaan mikroskopis bisa
langsung dilakukan di setiap puskesmas. Namun salah satu
kendala di lapangan adalah kurangnya sumber daya tenaga
laboratorium yang berasal dari analis laboratorium.
88
beberapa indikator. Berikut beberapa indikator yang digunakan di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, terutama di bagaian
Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis tahun 2013.
Indikator tersebut antara lain:
1) Angka Penjaringan Kasus
2000 1859
1800 1743
1600 1462
1425
1400
1200 1090 1058 1103
1000
Jumlah
827 824
800 619
600 546 583 470 477 609
408 296344
400 234 227 208 234
170 113 115 144
200
0
Puskesmas
89
Berdasarkan grafik 4.5 diketahui bahwa angka
penjaringan suspek TB di Kota Tangerang Selatan sebesar
619 suspek per 100.000 penduduk. Angka penjaringan
tertinggi terdapat di puskesmas Setu yaitu sebesar 1859
suspek per 100.000 penduduk. Sedangkan angka penjaringan
terendah terdapat di puskesmas Pondok Ranji yaitu sebesar
113 suspek per 100.000 penduduk. Padahal berdasarkan
telaah dokumen, diketahui bahwa jumlah penduduk di
puskesmas Pondok Ranji hampir sama dengan jumlah
penduduk di Puskemas Serpong I yaitu 31.745 penduduk di
Puskesmas Pondok Ranji dan 31.008 penduduk di Puskesmas
Serpong I. Menurut hasil penelitian dari RYE, Saleh,
Hadiwijoyo (2009), diketahui bahwa petugas yang melakukan
penjaringan suspek TB memiliki peluang 8.92 kali
mendapatkan cakupan penemuan kasus yang tinggi.
90
Grafik 4. 6 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara
Suspek di Kota Tangerang Selatan tahun 2013 (%)
35 33
30
25
20 21
15 17 17 15 15 14
10
5 12 12 12 12 11 10 10 10
9 9 9 8 8 8 7 7 7 7 7 6 6 10
0
4
0
JOMBANG
PAKU ALAM
PISANG
AN PONDOK
BETUNG
PONDOK
JAGUNG
PONDOK RANJI
PAMULANG
PONDOK
PUCUNG
PONDOK
AREN PONDOK
BENDA
KRANGGAN
JURANG
MANGGU SITU
GINTUNG RSU
TANGSEL
RAWA BUNTU
SERPONG I
BHAKTI JAYA
KC RENGAS
L
KAMPUNG
SAWAH
CIPUTAT TIMUR
PARI
GI PT.
KACANG…
PONDOK
91
pada kriteria suspek yang terlalu longgar dan ada masalah
dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Sedangkan
angka yang melampaui 15%, menjadi suatu indikasi bahwa
terjadi masalah kriteria suspek yang terlalu ketat dan ada
masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu).
120
100
80 97 100 100
60 84
75 74 78
40 64 60 64 66
60 57 61
20 48 44 48
40 45 39 44 38 42 37
0 38 35
21 24 22
PARIG
SETU
BUNTU
SITU
RENG
AS PONDOK
BENDA
CIPUTAT
AN BHAKTI
SERPONG I
SERPONG II
BENDA BARU
KRANGG
PAMULANG
PONDOK
AN PONDOK
AREN JURANG
JAYA
PRAWA
SAWAH
KAMPUNG
MANGGU
PISANG
JOMBA
GINTUNG
CIPUTAT
I PONDOK
TIMUR
RANJI
NG
92
Berdasarkan grafik 4.7 diketahui bahwah hanya ada 8
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang memiliki proporsi
pasien TB Paru BTA positif di antara semua pasien TB lebih
dari 65% yaitu Puskesmas Setu, Bhakti Jaya, Rawa Buntu,
Pamulang, Kampung Sawah, Pisangan, Parigi, dan RS Eka
Hospital. Sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
proporsi pasien TB Paru BTA positif di antara semua pasien
TB terendah adalah Puskesmas Ciputat.
Menurut Kemenkes RI (2011), angka proporsi pasien
TB Paru BTA positif di antara semua pasien TB yang kurang
dari 65% menjadi suatu indikasi bahwa mutu dari diagnosis
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut rendah dan kurang
memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular
(pasien BTA positif).
93
16
14
14 13
12 11
10
10
0
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4
94
tertentu. Berikut adalah grafik proporsi pasien TB anak di
Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
500
450
400
350 310
300 258
250 203
200 143145 170 157
141141 123 141
150 112 99 82 77 73 54 93103
75
100 46 32 575536
50
0
JOMBANG
CIPUTA
KAMPUN
SETU
PAMULANG
SERPONG I
SERPONG II
RAWA BUNTU
SITU
GINTUNG
AN PONDOK
RENG
RANJI
JAYA
BENDA
CIPUTAT
KRANGG
PONDOK
AN BHAKTI
BENDA BARU
TIMUR
PISANG
AS PONDOK
CNR
Target
G…
T
6) Angka Konversi
95
Menurut Kemenkes RI (2011), angka konversi adalah prosentase perubahan pasi
Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
120
100 98 98 96 93 92 92 89 89 85 85
80 83 83 80 80 78 75 73 73 73 73 75
60 67 65 64 61
40 52 50
20 38 33
0
5
PONDOK
JOMBANG
RENGAS
PONDOK
SETU
PONDOK
PONDOK
KRANGGAN
CIPUTAT
SERPONG I
KAMPUNG
JURANG
SERPONG II
CIPUTAT
TIMUR
BHAKTI
JAYA
RAWA
BUNTU
AREN
NG BENDA
BARU PT.
PONDOK
PAMULA
PRATAMA
Konversi
…
…
…
%
…
Target %
96
7) Angka Kesembuhan
Angka kesembuhan merupakan indikator penting dalam program pengendalian TB Paru karena d
97
120 10010010096
100 93 92 88 88 87 87 86 83 79
80 76 74 73 73 71 68 63 63 76
60
40 50 45 42 37
20 33 25
0
0 0
LKC
Kesembuhan %
SE
TU BHAKTI
JAYA
SERPON
BETUNG
PAMULA
NG KAMPUNG
SAWAH
PONDOK
JAGUNG BENDA
BARU
PRATAMA
RAWA
PARIGI
KRANGG
AN
PAKUALAM
CIPUTAT
AREN
PISANGAN
PT.
CIPUTAT
TIMUR
G I PONDOK
BUNTU
RENGAS
PONDOK
Target %
KACANG…
PONDOK
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014
Berdasarkan grafik 4.11 dapat diketahui bahwa angka kesembuhan per puskemas di
berhubungan dengan follow up pengobatan pasien yang
98
Grafik 4.12 Angka Keberhasilan Pengobatan di Kota
Tangerang Selatan tahun 2013 (%)
120 10010010010096 96 94 93 93
100 88 88 87 86 85 83 83 81 80 80 76 74 73 82
80 69 69 64 60 56
60 50 45
40
20
0
SERPONG I
PARIGI
PONDOK
KAMPUNG
L
KC
KRANGGAN
SE
TU BHAKTI
JAYA
SERPONG II
CIPUTAT
TIMUR
PAMULA
PRATAMA
PONDOK
BETUNG
PONDOK
JAGUNG
AN BENDA
AS PONDOK
NG PT.
RENG
PISANG
…
BUNTU
RAWA
BARU
…
RANJI
Keberhasilan % Target %
Berdasarkan grafik 4.12 diketahui bahwa secara umum angka keberhasilan peng
kesehatan yang paling rendah adalah puskemas Situ Gintung.
99
adalah grafik angka Error Rate di Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan tahun 2013.
9
8 8
7 7
6
5
4
3
2
1
0
2
100
mengalami perbaikan dari tiap triwulan dan pada triwualn III,
mutu pemeriksaan tersebut sudah baik.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dari laporan magang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah sebagai beri
Jumlah morbiditas dan mortalitas Penyakit Tuberkulosis di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Ta
Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kota
TangerangSelatantahun2013dilaksanakanolehpemegang
101
3) Menurunkan angka kekebalan kuman terhadap antibiotik sehingga
mencegah terjadinya MDR TB.
4) Menekan angka kekambuhan.
4. Sasaran Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan tahun 2013 antara lain sebagai berikut.
a. Sasaran wilayah adalah Kota Tangerang Selatan.
b. Sasaran penduduk adalah seluruh masyarakat.
c. Penetapan target adalah 70% penemuan kasus baru dan 85%
kesembuhan.
102
program TB di fasilitas pelayanan kesehatan yang belum melakukan
pelatihan program TB terutama tenaga dokter dan tenaga
laboratorium.
6) Supervisi sudah terlaksana di seluruh fasilitas pelayanan kesehatn di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
7) Manajemen Uji Silang Sediaan Laboratorium umumnya terlaksana
namun belum sesuai dengan target yaitu kegiatan ini dilakukan oleh
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Tangerang Selatan.
Selain itu, kendala lainnya adalah kurangnya sumber daya tenaga
laboratorium yang berasal dari analis laboratorium.
8) Pencapaian indikator Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 masih rendah
karena hanya 2 indikator yang sudah memenuhi target pencapaian
indiaktor, yaitu Proporsi pasien TB anak dan Proporsi Pasien TB Paru
BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahaknya.
5.2 Saran
103
4. Perlunya koordinasi mengenai tugas dan wewenang dalam manajemen
logistik terutama dalam hal penyimpanan logistik antara Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan dengan Instalasi gudang/farmasi agar
penyimpanan lebih tearah.
5. Perlunya dibuat indikator di setiap kegiatan agar dapat dianalisis dampak
pelaksanaan kegiatan dengan pencapaian indikator di Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan.
6. Perlunya dilakukan pemantauan mengenai jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan yang melakukan uji silang sediaan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Tommy. 2010. Pengertian Visi dan Misi. Diakses pada tanggal 30 Maret
2014 dari link: http://www.scribd.com/doc/202326860/Pengertian-Visi-
Dan-Misi
104
Chin, James. 2012. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17 Cetakan
IV. Diterjemah oleh I Nyoman Kandun. Jakarta: Infomedika.
105
. 2012. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
RYE, A., Saleh, Y. D., & Hadiwijoyo, Y. 2009. Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Penemuan Penderita TB Paru di Kota Palu Sulawesi
Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, vol. 25 no. 2.
106
dan Keluarga FK UI. Diakses pada tanggal 30 Maret 2014 dari link:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patodiagklas.pdf
Suryana. 2010. Manajemen Strategik Untuk Bisnis dan Organisasi Non Profit.
Diakses pada tanggal 30 Maret 2014 dari link:
https://docs.google.com/document/d/1P3a_2Yppm_EPH1OdhAyQNyN-
BW1uBE7UPyATCDvLcKY/edit?hl=en
107
Lampiran 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
tahun 2013
Kepala Dinas
Kelompok Jabatan
Sekretariat
Fungsional
Sub. Bag.
Keuangan
108
Lampiran 1.2 Gambar Sosialisasi dan Bimbingan Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu Tahun 2014
109
110
111
Daftar Tilik Supervisi Program Penanggulangan TB Dinas Kesehatan
Kota Batam Ke Sarana Pelayanan Kesehatan
112
Ya Tidak :
…………………………………………
b) Apakah catatan di TB 06 dibuat secara lengkap dan benar?
Ya Tidak :
…………………………………………
c) Apakah semua suspek TB dibuatkan TB 05 untuk melakukan
pemeriksaan mikroskopis?
Ya Tidak :
…………………………………………
d) Apak catatan di TB 04 dibuat dengan benar dan
lengkap? Ya Tidak :
…………………………………………
b. Pengobatan Penderita
1) Apakah semua penderita yang ditemukan sudah dapat
pengobatan? Ya Tidak :
………………………………………
2) Apakah semua penderita yang diobati (termasuk penderita BTA
Neg/Ro Pos, EP dan TBC anak) mempunyai kartu penderita
(TB.01) yang lengkap dan benar?
Ya Tidak : ………………………………………
3) Apakah jenis kategori obat yang diberikan sesuai dengan klasifikasi
dan tipe penderita?
Ya Tidak : ………………………………………
4) Cara pemberian obat :
Tahap intensif setiap hari dosis tunggal?
Ya Tidak : ………………………………………
113
Tahap lanjutan seminggu 3 kali dengan selang waktu (hari) 1-1-2?
Ya Tidak ………………………………………..
5) Apakah penderita menelan obat diunit pelayanan
dengan pengawasan langsung petugas?
Ya Tidak : …………………………………….
6) Apakah untuk semua penderita sudah ditunjuk seorang PMO?
Ya Tidak : ……………………………………
7) Apakah PMO telah diberi penyuluhan?
Ya Tidak : …………………………………….
8) Apakah pemeriksaan dahak ulang dilaksanakan sesuai protap (pada
akhir tahap intensif, pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan
pada akhir pengobatan)?
Ya Tidak : ……………………………………
9) Apakah ada penderita yang mangkir yang belum dilacak?
Ya Tidak : ……………………………………
10) Apakah semua penderita tercatat dalam buku register penderita
(TB.03)?
Ya Tidak : ……………………………………
11) Berapa jumlah penderita baru BTA Positif yang mulai
Pengobatan dalam periode 3 bulan yang lalu?
…………
12) Berapa jumlah yang mengalami konversi? ……..
13) Angka persentasi konversi : .../….x 100% =. . .% (Target 80%)
14) Berapa jumlah pasien yang sembuh? ………
15) Angka persentasi pasien yang sembuh : …/...x 100% = ….% (Target
85%)
16) Periksa sisa obat dari penderita yang sementara dalam pengobatan,
apakah sisanya sesuai dengan catatan pada kartu penderita (sampel)?
Ya Tidak : ……………………………………
114
2) Apakah ada obat yang sudah atau hampir kadaluarsa (Kat 1&3 : 6-7
bulan )?
Ya Tidak : ……………………………………..
b. Kelengkapan
1) Apakah pot dahak, kaca sediaan, kartu penderita dan formulir-formulir
lainnya cukup?
Ya Tidak : ……………………………………
115
1) Apakah slide positif dan slide negatif disimpan dalam kotak
tersendiri?
Ya Tidak : …………………………………………….
2) Ambil slide untuk cross chek sesuai petunjuk, yaitu seluruh slide
positif 10 % (secara acak), slide negatif, dengan ketentuan 1 slide
untuk tiap penderita. Isi formulir pengiriman sediaan untuk cross
chek (TB.12)
Ya Tidak : …………………………………………….
Kota Batam,………….........
Mengetahui,
Direktur RSU Charis Medika
……………………….
NIP.
116
Lampiran 1.4 Pelaksanaan Kegiatan Program Pengendalian
Penyakit Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
tahun 2013
No. Kegiatan Waktu Sumber Dana
APBD Donor
tingkat (Global
II Fund)
1. Perencanaan Triwulan 4 √
2. Surveilans Setiap bulan dan per 3 √
bulan
3. Monitoring dan Evaluasi Triwulan 1 dan 3 √
4. Monitoring dan Evaluasi Triwulan 2 dan 4 √
5. On The Job Training Februari dan Juni √
software SITT
6. Pelatihan Program TB Sekali setiap tahun √
7. Supervisi Setahun 2 kali √
Maret dan Juli
117