Anda di halaman 1dari 115

PENGARUH PERAN KADER POSYANDU TERHADAP PEMANFAATAN

PELAYANAN POSYANDU DALAM PENIMBANGAN BALITA


DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015

TESIS

Oleh
DEVI SAGITA SARAGI
137032143/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

i
THE INFLUENCEOF THE POSYANDUCADREROLE TO THE
UTILIZATION OF POSYANDU SERVICE IN WEIGHING OF
TODDLER IN PADANGSIDIMPUAN CITY
IN 2015

THESIS

BY
DEVI SAGITA SARAGI
137032143/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

i
PENGARUH PERAN KADER POSYANDU TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN POSYANDU DALAM PENIMBANGAN BALITA
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

DEVI SAGITA SARAGI


137032143/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

i
Judul Tesis : PENGARUH PERAN KADER POSYANDU
TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN
POSYANDU DALAM PENIMBANGAN BALITA
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015
Nama Mahasiswa : Devi Sagita Saragi
Nomor Induk Mahasiswa : 137032143/IKM
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Namora Lumongga Lubi, M.Sc, Ph.D) (Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes)
Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 10 Desember 2015

i
Telah Diuji
pada Tanggal : 10 Desember 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D


Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Amra, M.Kes
2. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si
3. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes

i
2

PERNYATAAN

PENGARUH PERAN KADER POSYANDU TERHADAP PEMANFAATAN


PELAYANAN POSYANDU DALAM PENIMBANGAN BALITA
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2016

Devi Sagita Saragi, M.Kes


137032143/IKM
ABSTRAK

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi
masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari kontribusi
peranan kader Posyandu. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar
karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan
eksplanatoryresearch yang bertujuan menjelaskan pengaruh peran kader terhadap
pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota
Padangsidimpuan tahun 2015. Populasi penelitian yaitu seluruh Posyandu di Kota
Padangsidimpuan sebanyak 76 Posyandu. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner.Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan,pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita masih rendah yaitu sebesar 35,5% dari total 76 Posyandu, dan
secara statistik variabel yang paling dominan memengaruhi adalah peran menjaga
keaktifan ibu dengan nilai koefisien regresi 16,915.
Kader memiliki peranan yang sangat penting terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita. Disarankan kaderhendaknya lebih aktif lagi
dalam mengajak ibu untuk datang ke Posyandu serta meningkatkan pengetahuan ibu
sehingga ibu mau membawa anaknya ke Posyandu.

Kata kunci : Peran, Kader Posyandu, Pelayanan Posyandu, Penimbangan balita

i
ABSTRACT

Nationally nutritional status of children in some regions in Indonesia is still a


problem. There is or no toodler’s nutrition problem in an area is not far from the
‘Posyandu’ cadre role. The cadre role in ‘Posyandu’ organization is very large not
only as health information givers to the society to come to ‘Posyandu’. The purpose
of this reseach was to know the influence of the ‘Posyandu’ cadre role to the
utilization of ‘Posyandu’ service in weighing of toddler in Padangsidimpuan City in
2015.
This reseach was a survey with using explanatory reseach approach that
aims to explain the influence of the ‘Posyandu’ cadre role to the utilization in
weighing of toddler in Padangsidimpuan City in 2015. The population of this reseach
is all the ‘Posyandu’ in Padangsidimpuan City as many as 76 ‘Posyandu’. In
Collecting this data, it is used questionnares. The data is analized by using logistic
regression test.
The results of the reseach shows that the utilization of ‘Posyandu’ service in
weighing of toddler still low at 35.5% of the total 76 ‘Posyandu’, and statistically the
most dominant influencing variable was the keeping role of mother’s activity with
regression coefficient 27,722.
The cadre had a very important role on the utilization of ‘Posyandu’ service
in weighing of toddler. It is suggested the cadre should more active in inviting
mothers to come to the ‘Posyandu’ and increasing mother’s knowledge so that they
bring their children to the ‘Posyandu’.

Keywords: Role, Posyandu’s cadre, Posyandu’s services, weighing of toddler

ii
KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulispanjatkankepada Allah SWT atasridhodanrahmad-

Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikantesisinidenganjudul “Pengaruh Peran Kader

Posyandu Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di

Kota Padangsidimpuan Tahun 2015”.

Dalampenulisantesisini, penulismendapatbantuan,

dorongandanbimbingandariberbagaiberbagaipihak.Untukitupadakesempataninipenuli

smengucapkanterimakasihdanpenghargaankepada :

1. Prof. Subhilhar, Ph.D selaku Pejabat RektorUniversitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S,

selakuDekanFakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera Utara yang

telahmemberikanizinuntukmengikutiPendidikan di Program

StudiPascaSarjanaIlmuKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.SiselakuSekretaris Program Studi S2

IlmuKesehatanMasyarakatFakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera

Utara

4. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Drs.

Abdul Jalil AA, M.Kes selakudosenpembimbing II yang

telahbanyakmenyediakanwaktu, pemikirandanbimbingankepadapenulis.

iii
5. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si selaku dosen Penguji I dan Dra. Jumirah,

Apt, M.Kes selakudosenpenguji II yang telahbanyakmemberikanmasukanberupa

saran dankritikan demi peningkatankualitasdanesensipenelitianini.

6. Seluruh Dosen dan staf di lingkungan Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti

selama penulis mengikuti bimbingan.

7. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Padangsidimpuan yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian serta semuaresponden yang

sudahbersediadiwawancarai, terimakasihatasinformasidankerjasama yang

baikselamapenelitian.

8. Kepala Dinas Kesehatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

ini beserta seluruh kader yang telah bersedia menjadi responden.

9. SecarakhususbuatAyahanda Ibrahim Saragi, S.Pd danIbunda Almh.Murni Juita

Pane, S.Pd.SD serta adik-adik yang penulissangatsayangi, terimakasihatasdo’a,

perhatian, semangat, waktu, dukungan materildanmoril, yang telah kalian

berikandenganikhlasuntukterselesainyapenelitianini, semoga Allah SWT

membalassemuanyadengankebahagiaan.

10. SeluruhRekan-rekansatustambuk di peminatan Kesehatan Reproduksi 2013,

terimakasihatassemangatkebersamaanselamamenjalaniperkuliahandanbimbingan

semogakitamasihmenjalinsilaturahim di masamendatang.

iv
11. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

terselesaikannya penulisan tesis ini

Kiranyapenelitianinimampumemberikanmanfaat yang sebesar-

besarnyapadaberbagaipihak yang

berkepentingan.Penulismenyadaribahwatesisinimasihterdapatbanyakkekurangandank

elemahan.Penulisjugasangat terbukapada saran dankritikan yang

bersifatmembangundarisemuapihak demi kepentingankualitaspenelitianini.

Medan, Januari 2016


Penulis,

Devi SagitaSaragi
137032143/IKM

v
RIWAYAT HIDUP

Penulisbernama Devi Sagita Saragi yang dilahirkanpadatanggal 11 Desember

1989 di Pangurabaan Kecamatan Sipirok, anak pertama dari empat

bersaudaradaripasanganAyahanda Ibrahim Saragi, S.Pd danIbunda Almh. Murni Juita

Pane, S.PdSD.

Pendidikan formal penulisdimulai di SekolahDasar Inpres Pangurabaan pada

tahun 1995-2001, pendidikan di SMP Negeri 1 Sipirok tahun2001-2004, pendidikan

SMA Negeri 1 Sipirok tahun 2004-2007, padatahun 2007-2010 mengikuti pendidikan

Diploma III di AkademiKebidanan Darmais Padangsidimpuan, padatahun 2010—

2011 melanjutkanpendidikan di Diploma IV BidanPendidik STIKes RS Haji Medan.

Pada tahun 2013 penulismelanjutkanpendidikan di Pascasarjana Program Studi S2

IlmuKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera Utara

MinatStudiKesehatanReproduksi.

Riwayatbekerjapenulisdimulaisejaktahun 2011 hingga sekarang di Akademi

Kebidanan Darmais Padangsidimpuan.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN …………………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 1
1.2 Permasalahan……………………………………………………… 6
1.3 TujuanPenelitian …………………………………………………. 6
1.4 Hipotesis…………………………………………………………... 6
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………… 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 9
2.1 Kader ……………………………………………………………... 8
2.1.1 Peran Kader dalam Meningkatkan Peran Aktif Masyarakat…. 8
2.1.2 Peranan Kader dalam Membina Posyandu………………….. 8
2.1.3 Cara Kader Meningkatkan Citra Diri………………………… 9
2.1.4 Meningkatkan Kapasitas Kader……………………………... 10
2.1.5 Peran Kader…………………………………………………. 12
2.2 Posyandu…………………………………………………………. 18
2.2.1 Defenisi Posyandu………………………………………….. 18
2.2.2 Tujuan………………………………………………………. 18
2.2.3 Sasaran……………………………………………………… 19
2.2.4 Fungsi…………………….…………………………………. 19
2.2.5 lokasi………………………………………………………... 20
2.2.6 Kedudukan …………………………………………………. 20
2.2.7 Pengorganisasian …………………………………………… 21
2.2.8 Pembentukan ……………………………………………….. 22
2.2.9 Manfaat Posyandu…………………………………………… 27
2.2.10 Kegiatan Posyandu………………………………………... 29
2.3 Landasan Teori …………………………………………………… 34
2.4 Kerangka Konsep………………………………………………….. 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ………………………...………………… 39


3.1. Jenis Penelitian …………………………………………………… 39
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………….. 39

vii
3.3. Populasi dan Sampel ……………………………………………... 40
3.3.1. Populasi……………………………………………………. 40
3.3.2. Sampel……………………………………………………... 40
3.4. Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 40
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas……………………………… 40
3.5. Variabel dan Definisi Operasional……………………………….. 41
3.6. Metode Pengukuran……………………………………………… 43
3.7. Metode Analisis Data ……………………………………………. 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 42


4.1 GambaranUmum Lokasi Penelitian ................................................. 42
4.2 Analisis Univariat ............................................................................ 42
4.2.1 Peran Kader ............................................................................ 42
4.3 Analisis Bivariat ............................................................................... 48
4.4 Analisis Multivariat .......................................................................... 54

BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................... 59


5.1 Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di
Kota Padangsidimpuan …………………………………………… 60
5.2 Pengaruh Peran Menumbuhkan Keinginan Ibu terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di
Kota Padangsidimpuan .................................................................... 61
5.3 Pengaruh Peran Membina Suatu Hubungan dengan Ibu terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di
Kota Padangsidimpuan .................................................................... 63
5.4 Pengaruh Peran Membantu Mendiagnosa Permasalahan yang
Dihadapi Ibu Berkaitan dengan Balita terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di
Kota Padangsidimpuan .................................................................... 64
5.5 Pengaruh Peran Menciptakan Keinginan Ibu terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di
Kota Padangsidimpuan ..................................................................... 66
5.6 Pengaruh Peran Mewujudkan Keinginan Ibu dalam Perbuatan yang
Nyata Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam
Penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan ............................... 68
5.7 Pengaruh Peran Menjaga Keaktifan Ibu terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan ............................................................................. 69
5.8 Pengaruh Peran Mencapai Suatu Terminal Hubungan terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ....... 71

viii
ix

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 74


6.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 74
6.2 Saran ……………………………………………………………… 74

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 76

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil UjiValiditasdanReliabilitas Kuisioner Penelitian ............................... 35

3.2 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur .................................................. 39

4.1 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Menumbuhkan Keinginan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 43

4.2 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Membina Suatu Hubungan dengan
Ibu Untuk MemanfaatkanPelayananPosyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 43

4.3 Hasil PengamatanPeran Kader yaitu Membantu Mendiagnosa


Permasalahan yang dihadapiIbuBerkaitandenganBalituntuk
MemanfaatkanPelayananPosyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 44

4.4 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Menciptakan Keinginan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 44

4.5 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Mewujudkan Keinginan Ibu dalam
Perbuatan yang Nyata untuk Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di
Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 ............................................................ 45

4.6 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Menjaga Keaktifan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 45

4.7 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Mencapai Suatu Terminal Hubungan
Untuk Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 46

4.8 Distribusi Peran Kader terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam


Penimbangan Balita di Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 ...................... 47

4.9 Distribusi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam PenimbanganBalita


di Kota PadangsidimpuanTahun 2015 ......................................................... 47

x
4.10 Hubungan Peran Menumbuhkan Keinginan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ...... 48

4.11 Hubungan Peran Membina Suatu Hubungan dengan Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ......................................... 49

4.12 Hubungan Peran Membantu Mendiagnosa Permasalahan dengan


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ................... 50

4.13 Hubungan Peran Menciptakan Keinginan untuk memanfaatkan Posyandu


Dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ...... 51

4.14 Hubungan Peran Mewujudkan Keinginan dalam Perbuatan Nyata


Dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ...... 52

4.15 Hubungan Peran Menjaga Keaktifan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Posyandu dalam Penimbangan Balita........................................................... 53

4.16 Hubungan Peran Mengakhiri Hubungan Ketergantungan dengan


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ................... 54

4.17 PemilihanKandidat Model untukTahapPemodelanMultivariat ..................... 55

4.18 Alternatif Model RegresiLogistik .................................................................. 56

4.19 Hasil Uji Interaksi .......................................................................................... 57

4.20 Hasil Analisis Regresi Logistik ..................................................................... 58

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 LandasanTeori ......................................................................................... 29

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 31

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. KuesionerPenelitian ............................................................... 83

2. Data ValiditasdanReliabilitas ................................................ 86

3. Master Data ........................................................................... 94

4. AnalisaUnivariat .................................................................... 100

5. AnalisaBivariat ...................................................................... 109

6. Model Persamaan .................................................................. 116

7. UjiKolinearitas ....................................................................... 121

8. UjiInteraksi ............................................................................ 136

9. Model RegresiAkhir .............................................................. 139

xiii
ABSTRAK

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi
masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari kontribusi
peranan kader Posyandu. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar
karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan
eksplanatoryresearch yang bertujuan menjelaskan pengaruh peran kader terhadap
pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota
Padangsidimpuan tahun 2015. Populasi penelitian yaitu seluruh Posyandu di Kota
Padangsidimpuan sebanyak 76 Posyandu. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner.Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan,pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita masih rendah yaitu sebesar 35,5% dari total 76 Posyandu, dan
secara statistik variabel yang paling dominan memengaruhi adalah peran menjaga
keaktifan ibu dengan nilai koefisien regresi 16,915.
Kader memiliki peranan yang sangat penting terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita. Disarankan kaderhendaknya lebih aktif lagi
dalam mengajak ibu untuk datang ke Posyandu serta meningkatkan pengetahuan ibu
sehingga ibu mau membawa anaknya ke Posyandu.

Kata kunci : Peran, Kader Posyandu, Pelayanan Posyandu, Penimbangan balita

i
ABSTRACT

Nationally nutritional status of children in some regions in Indonesia is still a


problem. There is or no toodler’s nutrition problem in an area is not far from the
‘Posyandu’ cadre role. The cadre role in ‘Posyandu’ organization is very large not
only as health information givers to the society to come to ‘Posyandu’. The purpose
of this reseach was to know the influence of the ‘Posyandu’ cadre role to the
utilization of ‘Posyandu’ service in weighing of toddler in Padangsidimpuan City in
2015.
This reseach was a survey with using explanatory reseach approach that
aims to explain the influence of the ‘Posyandu’ cadre role to the utilization in
weighing of toddler in Padangsidimpuan City in 2015. The population of this reseach
is all the ‘Posyandu’ in Padangsidimpuan City as many as 76 ‘Posyandu’. In
Collecting this data, it is used questionnares. The data is analized by using logistic
regression test.
The results of the reseach shows that the utilization of ‘Posyandu’ service in
weighing of toddler still low at 35.5% of the total 76 ‘Posyandu’, and statistically the
most dominant influencing variable was the keeping role of mother’s activity with
regression coefficient 27,722.
The cadre had a very important role on the utilization of ‘Posyandu’ service
in weighing of toddler. It is suggested the cadre should more active in inviting
mothers to come to the ‘Posyandu’ and increasing mother’s knowledge so that they
bring their children to the ‘Posyandu’.

Keywords: Role, Posyandu’s cadre, Posyandu’s services, weighing of toddler

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Kemenkes RI, 2012).Terdapat beberapa

kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh

kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk

pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan dan

konseling/rujukan konseling bila diperlukan (Direktorat Bina Gizi, 2014).

Pelaksanaan Posyandu diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Pembentukan lebih dari 250.000 Posyandu di tingkat desa dalam 25

tahun terakhir yang menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak-

anak serta pelaksanaan program-program kesehatan dasar termasuk keluarga

berencana, gizi, dan imunisasi juga memberikan kontribusi terhadap penurunan

jumlah kematian bayi dan anak. Namun sudah tersebarnya Posyandu secara kuantitas

belum tentu dibarengi dengan kualitas pelayanan yang baik, disini perlu peran kader

dan partisipasi masyarakat (Razak, 2013).

Sebagai salah satu kegiatan di Posyandu, penimbangan balita rutin setiap

bulan hendaknya dapat membantu mendeteksi masalah gizi buruk karena

1 1
2

penimbangan pada balita dimaksudkan untuk melihat kenaikan berat badan balita.

Manfaat yang didapatkan jika menimbang balita secara rutin diantaranya mengetahui

apakah balita tumbuh sehat, mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui

balita sakit, berat badan dibawah garis merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, dan

penyuluhan gizi (Kemkes RI 2012).

Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi

yangterdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang.

Sebesar 4,5% balitadengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi

nasional tahun 2007 (18,4 %) dantahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi

pada balita tahun 2013 terlihat meningkat.Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri

dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%berstatus gizi buruk. Perubahan

terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun2007, 4,9% pada

tahun 2010, dan 5,7% pada tahun 2013. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia

(2013) persentase kekurangan gizi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 22,4% yang

berarti bahwa kekurangan gizi masih menjadi masalah.

Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih

menjadi masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari

kontribusi peranan kader Posyandu. Kader diharapkan dapat memberdayakan

masyarakat agar mampu memecahkan masalah kebutuhan gizi dan kesehatan mereka

sendiri khususnya kesehatan dan gizi anggota keluarga mereka yang masih balita

(Iswarawanti, 2010).
3

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemantauan

pertumbuhan balita makaKementrian Kesehatan membuat rencana strategi tahun

2010-2014 yaitu memuat kebijakan dan strategi indikator keluaran yang harus dicapai

oleh Kementrian Kesehatan. Dalam bidang perbaikan gizi terdapat 2 (dua) indikator

keluaran, yaitu balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100% dan cakupan

penimbangan balita di Posyandu sebesar 85% (Kemkes RI, 2014).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia(2013), seluruh balita di

Indonesia yang mengalami gizi buruk telah mendapatkan perawatan. Hal ini berarti

Renstra Kemkes telah tercapai yakni balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar

100%.

Cakupan penimbangan balita di Posyandu sebesar 80,30% untuk seluruh

Indonesia dan 82,62% di Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa Renstra Kemenkes tahun 2010-2014 belumlah tercapai.

Keberhasilan program Posyandu bisa dicapai dengan adanya pastisipasi masyarakat

dalam menggerakkan dan memanfaatkan Posyandu secara aktif maka kunjungan

balita ke Posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S.Data D/S diperoleh dengan

cara membagi jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah seluruh balita kemudian

dikalikan 100.

Masih rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu (D/S) dapat

disebabkan oleh berbagai hal diantaranya belum optimalnya dukungan para

pemangku kepentingan di berbagai tingkat, rendahnya kapasitas kader, belum


4

optimalnya kualitasnya pelayanan Posyandu, serta belum tersedianya dana

operasional Posyandu (Kemkes RI, 2014).

Wirapuspita (2013) menyatakan keaktifan Posyandu dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain faktor pembina Posyandu, kader Posyandu itu sendiri dan

para pengguna Posyandu. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan kinerja kader

adalah pemberian bantuan operasional, piagam, uang, transport dan pelatihan. Dalam

hal ini Kemenkes RI (2012) juga menyebutkan peran kader dalam penyelenggaraan

Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada

masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Penelitian yang dilakukan oleh Subagyo dan Mukhadiono (2010)

menunjukkan bahwa kemampuan kader dan partisipasi masyarakat merupakan aspek-

aspek penting yang mendukung keberhasilan program Posyandu. Untuk itu kader

Posyandu diharapkan meningkatkan pengetahuannya dengan hadir secara rutin

pertemuan di Puskesmas, berpartisipasi secara aktif dalam setiap program dan

melaksanakan perannya sesuai dengan kegiatan di Posyandu.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Rahmadiliyani dan Meililiyanie (2012)

menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan ibu balita enggan

berkunjung ke Posyandu yaitu peran kader. Berdasarkan faktor peran kader diketahui

bahwa dukungan kader membuat persentase frekuensi ibu yang berkunjung ke

Posyandu sebesar 70%. Untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ibu ke Posyandu


5

diharapkan kader lebih berpartisipasi aktif dalam mengajak dan menumbuhkan

keinginan ibu untuk datang ke Posyandu.

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 kecamatan, dimana terdapat 76

Posyandu yang tersebar. Pada tahun 2013 terdapat 11 kasus gizi buruk pada balita

yang diharapkan dengan adanya pemanfaatan pelayanan Posyandu dapat mengurangi

angka kejadian gizi buruk. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghindari

kejadian gizi buruk salah satunya adalah dengan meningkatkan cakupan kunjungan

ke Posyandu. Masih rendahnya cakupan penimbangan Posyandudi Kota

Padangsidimpuan yaitu sebesar 59%diharapkan dapat meningkat di tahun-tahun yang

akan datang, untuk itu perlu adanya peran kader untuk menggiatkan masyarakat

khususnya ibu balita untuk menimbang balitanya ke Posyandu (Profil Kesehatan Kota

Padangsidimpuan, 2013).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 8 orang ibu yang

memiliki balita ditemukan alasan ibu tidak melakukan penimbangan balita ke

Posyandu adalah kekurangtahuan ibu tentang Posyandu dan manfaat penimbangan

pada balita, para ibu juga menganggap jika datang ke Posyandu akan menghabiskan

waktu mereka. Kader sebagai pengelola Posyandu hendaknya aktif dalam

menggiatkan ibu-ibu untuk datang ke Posyandu selain juga memberi informasi yang

tepat tentang Posyandu. Walaupun masing-masing posyandu memiliki 5 kader yang

belum tentu semuanya aktif dalam melakukan perannya sebagai kader. Hal ini terkait

bagaimana kader melaksanakan tugasnya atau tidak.


6

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan

Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimana pengaruh peran kader Posyandu terhadap

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota

Padangsidimpuan Tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh peran kader Posyandu

terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota

Padangsidimpuan tahun 2015.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh antara peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun

2015.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai pengaplikasian ilmu yang didapat selama perkuliahan khususnya tentang

metodologi penelitian
7

2. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti serta dapat menjadi acuan bagi

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik serupa dengan mengembangkan

variabel yang ada

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah, dinas kesehatan dan pihak terkait

untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan Posyandu.


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kader

2.1.1 Defenisi

Berdasarkan Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 menyatakan kader Posyandu

yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan

memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.

2.1.2 Peran Kader dalam Meningkatkan Peran Aktif Masyarakat

Kader diharapkan peranannya didalam meningkatkan peran aktif di

masyarakat, yaitu:

1. Manfaatkan setiap kesempatan di desa untuk memberikan penyuluhan kepada

masyarakat. Penyuluhan dapat dilakukan dalam kelompok, misalnya: pada saat

arisan, pengajian, selamatan, pertunjukan-pertunjukan dan lain-lain.

2. Mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di Posyandu

yang dapat dilakukan dengan mengunjungi setiap rumah keluarga yang memiliki

anak balita dan ibu hamil. Dapat juga dilakukan dengan penyuluhan massa

misalnya melalui pengeras suara di masjid, pengumuman di kantor lurah/desa

tentang hari buka Posyandu.

3. Menggali/menghimpun kemampuan masyarakat untuk dapat melengkapi

kebutuhan-kebutuhan Posyandu antara lain dukungan, sarana, pemikiran, dan

8
9

lain-lain. Dapat dilakukan dalam pertemuan koordinasi di desa dengan Diskusi

Kelompok Terarah. (Depkes RI, 2009)

2.1.3 Cara Kader Meningkatkan Citra Diri

Dalam meningkatkan peran aktif masyarakat kader juga perlu untuk

meningkatkan citra diri di masyarakat, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas diri sebagai orang yang dianggap masyarakat dapat

memberi informasi terkini tentang kesehatan

2. Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan di

Posyandu

3. Membuat kesan pertama yang baik dan memperlihatan citra yang positif

4. Menetapkan dan memusatkan perhatian lebih cermat pada kebutuhan masyarakat

5. Menampilkan diri sebagai bagian anggota masyarakat itu sendiri

6. Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu (Depkes RI, 2009).

2.1.3 Meningkatkan Kapasitas Kader

Sebagai pengelola yang menjadi ujung tombak dalam pelayanan Posyandu

maka untuk meningkatkan peran kader maka dapat dilakukan beberapa cara untuk

meningkatkan kapasitas kader, antara lain:

1. Peningkatan kapasitas/penyegaran kader

Terdapat beberapa kendala yang dapat membuat pelaksanaan kegiatan di

Posyandu menjadi kurang optimal, antara lain sering terjadi drop out kader, tingkat

kejenuhan kader, sulitnya regenerasi kader, adanya peran ganda kader, serta

kurangnya pemahaman dan keterampilan kader di Posyandu. Selain itu banyak hal-
10

hal baru terkait penimbangan yang perlu diketahui oleh kader. Untuk mengatasi hal

tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah penambahan kader baru dan

mengoptimalkan kinerja kader lama dengan melakukan peningkatan

kapasitas/penyegaran kader. Hal ini bertujuan untuk menambah pengetahuan,

keterampilan dan wawasan para kader. Kegiatan ini dapat dilakukan berkoordinasi

dengan Kepala Desa/Lurah, Puskesmas dan tim penggerak PKK setempat. Waktu dan

tempat pelaksanaan peningkatan kapasitas peningkatan kapasitas dapat disepakati

antara penyelenggara dengan kader.

Kegiatan ini dapat dilakukan paling lama 3 tahun sekali dengan menggunakan

berbagai sumber dana seperti APBD Kabupaten dan Kota, ADD (Anggaran Dana

Desa), CSR, swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan/LSM, atau sumber lain

yang mendukung dan tidak mengikat.

2. Jambore Kader

Untuk meningkatkan kinerja para kader, perlu perhatian dan kepedulian

semua pihak agar kader tetap semangat melaksanakan tugas dan fungsinya. Perlu ada

kegiatan sebagai wadah bagi para kader agar dapat saling tukar pengalaman, guna

menambah pengetahuan dan keterampilan serta memperluas wawasan para kader

yang selama ini telah bekerja tanpa pamrih. Kegiatan ini dapat dilaksanakan 1 tahun

sekali berupa Jambore Kader Posyandu mulai dari tingkat kecamatan hingga

kabupaten dan kota. Jambore kader Posyandu merupakan salah satu kegiatan yang

dapat meningkatkan kinerja kader sekaligus memberikan penghargaan bagi para

kader dalam pelayanan di Posyandu.


11

3. Pemberian penghargaan kepada kader

Kader adalah relawan, namun agar kader lebih bersemangat bekerja, perlu

diberikan penghargaan yang dapat diusahakan dari pemerintah daerah, masyarakat,

dan dari sumber lain yang tidak mengikat.

Bentuk penghargaan kepada kader dapat berupa:

a. Uang transport, seragam, pin, dan lain-lain yang besarannya disesuaikan

dengan alokasi dana masing-masing pemerintah daerah.

b. Pengangkatan kader dengan Surat Keputusan Lurah, Camat, bila perlu

Bupati/Walikota

c. Piagam penghargaan, disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi daerah

masing-masing

d. Memberikan kemudahan dan fasilitas berobat bagi kader

e. Menjadikan kader sebagai mitra dan bukan bagian dari aparat Puskesmas

f. Bentuk penghargaan lainnya

Dengan adanya berbagai bentuk penghargaan tersebut, diharapkan motivasi

kader semakin meningkat, bahkan bisa menarik minat masyarakat untuk menjadi

kader.

4. Kunjungan antar Posyandu

Kegiatan ini berupa kunjungan ke Posyandu lain yang memiliki cakupan

penimbangan balita tinggi, kunjungan dilakukan pada saat Posyandu yang dikunjungi

sedang melakukan kegiatan. Hal-hal yang dapat dilihat dan dipelajari seperti
12

pengelolaaan Sistem Informasi Posyandu (SIP), fasilitas Posyandu, kegiatan

Posyandu serta cara penggerakan kader dan sasaran.

Kunjungan antar Posyandu dapat juga dilakukan dengan mengundang kader

dari Posyandu yang cakupan penimbangan balitanya tinggi ke Posyandu yang

cakupannya rendah. (Kemkes RI, 2014)

2.1.4 Peran Kader

1. Sebelum hari buka Posyandu

a. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu

b. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan

warga setempat atau surat edaran

c. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran, penimbangan,

pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta pelayanan yang

dapat dilakukan oleh kader.

d. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait

dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini

merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau rencana

kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya.

e. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan. Bahan-

bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang dihadapi para orangtua serta

disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan

makanan apabila ingin memasukkan demo masak, lembar balik untuk

kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana stimulasi balita.
13

2. Saat hari buka Posyandu

a. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu

menyusui, dan sasaran lainnya.

b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada

posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran

lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status imunisasi

anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh yang

dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain

sebagainya.

c. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil

pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.

d. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini,

kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan

demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita.

e. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada

anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.

f. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke Posyandu

dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.

g. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila

ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.

h. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka

Posyandu.
14

3. Sesudah hari buka Posyandu

a. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka

Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk

rawat jalan, dan lain-lain.

b. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam

rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga,

membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu,

memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

c. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah

untukmenyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan

agar Posyandu terus berjalan dengan baik.

d. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas

kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan

menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.

e. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan

data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu.

Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk memahami

permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang

tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran. (Kemenkes RI, 2012)

Kader Posyandu merupakan agen perubahan dalam bidang kesehatan yang

bekerja secara profesional yang selalu berusaha memotivasi dan menggerakkan

masyarakat agar berprilaku sehat yang pada gilirannya mempercepat momentum


15

akselerasi pergerakan paradigma sehat yang diinginkan masyarakat Indonesia

(Nasution, 1988). Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam buku Nasution

(1988) mengemukakan tujuh langkah kegiatan agen perubahan dalam pelaksanaan

difusi inovasi dimasyarakat:

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal

tugasnya diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar perlunya

perubahan.

2. Menetapkan hubungan pertukaran informasi, agen perubahan harus segera

membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat

meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan cara menumbuhkan

kepercayaan klien pada kemampuannya, saling percaya dan juga agen

pembaharu harus menunjukkan empati pada masalah dan kebutuhan klien.

3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk

menganalisa masalah yang dihadipi klien, agar dapat menentukan berbagai

alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Agen pembaharu melihat masalah

dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa

situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen

pembaharu.

4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu

menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk

mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi

dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau
16

membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan harus

berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu

menonjolkan inovasi.

5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha

mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan

klien, jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif

kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau

dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh karena itu,

dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh

secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar dapat

mengaktifkan kegiatan kelompok lain.

6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berlanjutnya

inovasi. Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan

cara penguatan kepada klien yang telah mengharapkan inovasi. Perubahan

tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah

kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.

7. Mengakhiri hubungan ketergantungan. Tujuan akhir dari tugas agen pembaharu

adalah dapat menumbuhkan kesadaran untuk berubah dan kemampuan untuk

merubah dirinya, sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan

kemajuan jaman.
17

2.2.Posyandu

2.2.1. Defenisi

Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 menyatakan bahwa: Posyandu

merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan

memeberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan

Angka Kematian Bayi.

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (Kemkes RI,

2014)

2.2.2 Tujuan

1. Tujuan Umum:

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia

melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan Khusus:

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.


18

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA (Kemenkes RI, 2011).

2.2.3 Fungsi

Posyandu memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan

dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka

mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatandasar, terutama berkaitan

dengan penurunan AKI, AKB danAKABA (Kemkes RI, 2014).

2.2.4 Manfaat Posyandu

Posyandu memiliki banyak manfaat untuk berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan

dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan

terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan

sosial dasar sektor lain terkait.

2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait

dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA


19

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan

AKABA

3. Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan sesuai kondisi setempat.

c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.

4. Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya

penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai

dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor. (Kemenkes RI,

2011)

2.2.5 Kegiatan Posyandu

Dalam pelaksanaannya Posyandu memiliki 2 kegiatan yaitu kegiatan utama

dan kegiatan tambahan, kegiatan tambahan dapat dilakukan jika kegiatan utama

sudah terlaksana setidaknya 50%. Kegiatan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan

kebutuhan.
20

A. Kegiatan Utama

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan

darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas),

pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan

tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan

kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas

Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan

kesepakatan.

b. Ibu nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:

1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera

setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul

pertama).

3) Perawatan payudara.
21

4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,

pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh

petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas.

c. Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara

menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang

pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,anak balita

sebaiknya tidak digendong melainkandilepas bermain sesama balita dengan

pengawasanorangtua di bawah bimbingan kader.Untuk itu perlu disediakan

sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang

diselenggarakan

Posyandu untuk balita mencakup:

1) Penimbangan berat badan

2) Penentuan status pertumbuhan

3) Penyuluhan dan konseling

4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,

segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian

kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat
22

dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan

peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan

IUD dan implant.

3. Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap

bayi dan ibu hamil.

4. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang

diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,

penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal,

suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi

Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada

di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas

atau Poskesdes.

5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui

pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat

Zinc oleh petugas kesehatan.


23

B. Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan posyandu

dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan.

Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian

penyakit menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi.

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah

diselenggarakan antara lain:

1. Bina Keluarga Balita (BKB).

2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.

3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),

misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue

(DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB – PLP).

7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan,

melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).

8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

(UP2K), usaha simpan pinjam.

9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).


24

11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah

kesejahteraan sosial. (Kemenkes RI, 2011)

2.2.6 Indikator Kegiatan Posyandu

Ada beberapa indikator dalam posyandu antara lain :

1. Liputan Program (K/S). Merupakan indikator mengenai kemampuan program

untuk menjangkau balita yang ada di masing-masing wilayah. Diperoleh dengan

cara membagi jumlah balita yang ada dan mempunyai Kartu Menuju Sehat

(KMS) dengan jumlah keseluruhan balita dikalikan 100.

2. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D). Merupakan tingkat kemantapan

pengertian dan motivasi orang tua balita untuk menimbang setiap bulannya.

Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D)

dengan jumlah balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100.

3. Hasil Penimbangan (N/D). Merupakan indikator keadaan gizi balita pada suatu

waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah

balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah balita yang ditimbang bulan

ini (D).

4. Hasil Pencapaian Program (N/S). Indikator ini di dapat dengan cara membagi

jumlah balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh balita (S)

dikalikan 100.

5. Partisipasi Masyarakat (D/S). Indikator ini merupakan keberhasilan program

Posyandu, karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi


25

masyarakat dan orang tua balita pada penimbangan balita di posyandu. Indikator

ini diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan

jumlah seluruh balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini

dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya

(Marniati, 2012).

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Suatu pendekatan konseptual yang banyak digunakan dalam penelitian

tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah model yang dikembangkan oleh R.

Andersen (1968) yang menyatakan pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung

pada:

1. Predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan

Komponen ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu

mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda - beda,

yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan dalam 3

kelompok :

a. Ciri - ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, status perkawinan, besar

keluarga dll

b. Struktur sosial seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan

sebagainya.

c. Kepercayaan kesehatan (health belief) seperti: keyakinan penyembuhan

penyakit.
26

2. Kemampuan untuk melaksanakan

Komponen ini menggambarkan suatu kondisi yang memungkinkan orang

memanfaatkan pelayanan kesehatan atau setidak-tidaknya siap memanfaatkannya.

Komponen ini terdiri dari:

a. Sumber daya keluarga, seperti: penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam

asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan, dan

pengetahuan tentang informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,

jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk

terhadap tenaga kesehatan, lokasi pemukiman penduduk. Menurut Anderson

semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan

pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin bertambah.

3. Kebutuhan terhadap jasa pelayanan

Jika faktor predisposisi keluarga dan kemampuan tersebut ada maka variasi

persepsi terhadap penyakit atau kemungkinan kejadiannya serta cara orang

menanggapi penyakit atau kemungkinan sakit akan menentukan dalam penggunaan

pelayanan kesehatan. Penilaian individu ini dapat di peroleh dari dua sumber yaitu:

a. Penilaian individu (perceived need) merupakan penilaian keadaan kesehatan

yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan

hebatnya rasa sakit yang diderita.

b. Penilaian klinik (evaluated need), didasarkan pada keluhan-keluhan yang

mungkin memerlukan pengobatan menurut kelompok usia (Muzaham, 2007).


27

Andersen (1968) dalam Muzaham (2007) menyatakan bahwa jumlah

penggunaan pelayanan kesehatan oleh suatu keluarga merupakan karakteristik

predisposisi, kemampuan serta kebutuhan atas pelayanan medis. Semua komponen

tersebut masing-masing dianggap mempunyai peranan tersendiri dalam memahami

perbedaan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

J.C. Hershey dkk (1975) mengemukakan suatu model yang

mengkombinasikan berbagai pengukuran tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hipotesis utama dalam studi tersebut adalah variabel bebas yang berbeda akan

memperlihatkan kepentingan yang berbeda dalam meramalkan berbagai tipe perilaku

pemanfaatan pelayanan kesehatan (dikategorikan salah satunya menurut jumlah total

kunjungan atas inisiatif klien bukan inisiatif tenaga kesehatan) (Muzaham, 2007).

2.4 Landasan Teori

Mengacu pada model pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Andersen (1968)

dan agen perubahan dalam difusi inovasi masyarakat menurut Rogers dan Shoemaker

(1971) maka dirangkum dalam suatu landasan teori sebagai berikut :


28

1. Predisposisi keluarga untuk


menggunakan jasa pelayanan
kesehatan:
a. Demografi : umur, jenis kelamin,
status, perkawinan, besar keluarga dll
b. Struktur sosial : tingkat pendidikan,
Kemampuan untuk
pekerjaan, ras, melaksanakan
agama dll :
c. Kepercayaan kesehatan
Sumber daya keluarga : penghasilan Pemanfaatan
keluarga, keikutsertaan dalam asuransi pelayanan
kesehatan, pengetahuan kesehatan
Sumber daya masyarakat : jumlah
sarana pelayanan kesehatan, tenaga
Kebutuhan
kesehatan,terhadap jasa transportasi,
lokasi/ jarak pelayanan:
agen perubahan dalam difusi inovasi
a. Penilaian
masyarakat individu
(kader posyandu)
b. Penilaian klinikGambar 2.1 Landasan Teori

Pendekatan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

mengkombinasikan antara teori Andersen (1968) dan teori Rogers dan Shoemaker

(1971). Dalam teori Andersen (1968) disebutkan bahwa dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor predisposisi

keluarga yang terdiri dari ciri-ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan

kesehatan; faktor kemampuan dalam melaksanakan yang terdiri dari sumber daya

keluarga dan sumber daya masyarakat yang termasuk sarana pelayanan kesehatan dan

tenaga kesehatan; faktor kebutuhan terhadap jasa pelayanan yang terdiri dari

penilaian individu dan penilaian klinik.

Teori Andersen (1968) dikombinasikan dengan teori Roger dan Shoemaker

(1971) yaitu tentang agen perubahan dalam difusi inovasi masyarakat yang didalam

penelitian ini berarti kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan agen perubahan di
29

dalam bidang kesehatan yang berasal dari masyarakat sebagai relawan dalam

pelaksanaan Posyandu. Kader Posyandu sebagai agen perubahan termasuk dalam

faktor sumber daya masyarakat. Agen perubahan dalam teori Roger dan Shoemaker

(1971) dalam buku Nasution (1968) memiliki tujuh langkah dalam pelaksanaan difusi

inovasi dimasyarakat yang diadaptasi kembali dalam penelitian ini:

1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal

tugasnya diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar perlunya

perubahan.

2. Menetapkan hubungan pertukaran informasi, agen perubahan harus segera

membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat

meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan cara menumbuhkan kepercayaan

klien pada kemampuannya, saling percaya dan juga agen pembaharu harus

menunjukkan empati pada masalah dan kebutuhan klien.

3. Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk

menganalisa masalah yang dihadipi klien, agar dapat menentukan berbagai

alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Agen pembaharu melihat masalah

dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa

situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen

pembaharu.

4. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu menggali

berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai

tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan
30

menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka

dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan harus berorientasi

pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan

inovasi.

5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha

mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan

klien, jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif

kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau

dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh karena itu,

dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh

secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar dapat

mengaktifkan kegiatan kelompok lain.

6. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berlanjutnya inovasi.

Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara

penguatan kepada klien yang telah mengharapkan inovasi. Perubahan tingkah

laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali

pada keadaan sebelum adanya inovasi.

7. Mengakhiri hubungan ketergantungan. Tujuan akhir dari tugas agen pembaharu

adalah dapat menumbuhkan kesadaran untuk berubah dan kemampuan untuk

merubah dirinya, sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan

kemajuan jaman.
31

Mengacu pada teori J.C. Harshey pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balita dapat dikategorikan menurut jumlah kunjungan ke Posyandu atas

inisiatif masyarakat yang dilihat dari cakupan penimbangan balita. Namun masih

rendahnya cakupan penimbangan balita sering dikaitkan dengan peran kader yang

dianggap sebagai ujung tombak keberhasilan Posyandu. Oleh sebab itu peneliti ingin

menggali fenomena bagaimana pengaruh peran kader terhadap pemanfaatan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita.

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka konsep sebagai

berikut :

Variabel independen Variabel dependen


Peran Kader :
a. Menumbuhkan keinginan ibu untuk
memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita
b. Membina suatu hubungan dengan ibu Pemanfaatan pelayanan
dalam rangka pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam
Posyandu penimbangan balita
c. Membantu mendiagnosa permasalahan
yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita
d. Menciptakan keinginan ibu untuk
memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita
e. Upaya untuk mendapat dukungan agar
pelaksanaan Posyandu dapat terlaksana
32

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan

pengukuran korelasi variabel dependen dan independen dalam waktu yang bersamaan

(Sastroasmoro & Sofyan, 2002).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Padangsidimpuan. Alasan pemilihan lokasi

ini adalah karena masih banyaknya ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan

posyandu dalam penimbangan balita yang dapat dilihat dari masih belum tercapainya

cakupan penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan.


33

Penelitian ini dimulai dari Januari - November 2015 yaitu dimulai dari

melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, pengumpulan data,

analisis data dan penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Posyandu di Kota

Padangsidimpuan yaitu sebanyak 76 Posyandu. Instrument yang digunakan dalam

penelitian adalah lembar check list untuk melihat peran kader, maka lembar check

listtersebut diberikan kepadakader Posyandu yang ada di Kota Padangsidimpuan.

1.3.2 Sampel
34
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh Posyandu

yang ada di Kota Padangsidimpuan sebanyak 76 Posyandu. Peran kader diukur

melalui pengisianlembar checklistyang dibagikan kepada 2 orang kader pada masing-

masing Posyandu. Kader disini adalah sebagai responden yang jawabannya akan

menggambarkan 1 Posyandu.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi:

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui lembar check list mengenai

penilaian peran kader yang digunakan pada kader Posyandu yang termasuk dalam

sampel penelitian. Lembar check list dibagikan kepada dua kader untuk setiap

Posyandu. Representasi jawaban kedua responden ini menggambarkan 1


34

Posyandu, jika terdapat jawaban yang berbeda antara kedua kader maka dipilihlah

1 kader lagi untuk menentukan jawabannya.

2. Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian ini seperti Profil

Kesehatan Kota Padangsidimpuan dan laporan kader Posyandu berupa catatan

penimbangan balita setiap bulan yaitu cakupan penimbangan balita atau D/S.

Pada penelitian ini data yang dipakai adalah rata-rata cakupan penimbangan balita

selama 6 bulan yaitu bulan Januari-Juni 2015.

3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian

diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Sugiono (2010) mengatakan bahwa dikatakan

valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa

yang akan diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan

rumus teknik korelasi pearson product moment correlation coefficient

dengan ketentuan bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan bila r hitung < r

tabel maka dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjut

kan dengan uji reliabilitas. Pernyataan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu.


35

Sugiono (2010) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabilitas atau

konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur dari satu

kali pegukuran, dengan ketentuan r hitung > r tabel maka dinyakan reliabilitas dan

bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak reliabilitas.

Responden yang dijadikan uji coba adalah kader Posyandu berada di

Kecamatan Sipirok yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 17-

18Oktober 2015. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Independen (Peran Kader)

Sub Nilai Corrected


Cronbach’s Alpha Keterangan
Variabel Item-Total
Menumbuhkan 0,838
keinginan
P1_1 0,450 Valid
P1_2 0,450 Valid
P1_3 0,466 Valid
P1_4 0,466 Valid
Membina suatu 0,824
hubungan
P2_1 0,683 Valid
P2_2 0,529 Valid
P2_3 0,683 Valid
P2_4 0,683 Valid
P2_5 0,512 Valid
P2_6 0,490 Valid
Membantu 0,768
mendiagnosa
36

Sub Nilai Corrected


Cronbach’s Alpha Keterangan
Variabel Item-Total
Menumbuhkan 0,838
keinginan
P1_1 0,450 Valid
P1_2 0,450 Valid
P1_3 0,466 Valid
P1_4 0,466 Valid
Membina suatu 0,824
hubungan
P2_1 0,683 Valid
P2_2 0,529 Valid
P2_3 0,683 Valid
P2_4 0,683 Valid
P2_5 0,512 Valid
P3_1 0,581 Valid
P3_2 0,811 Valid
P3_3 0,466 Valid
P3_4 0,449 Valid
Menciptakan 0,767
keinginan
P4_1 0,579 Valid
P4_2 0,716 Valid
P4_3 0,419 Valid
P4_4 0,488 Valid
P4_5 0,499 Valid

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Sub Nilai Corrected Keterangan


Cronbach’s Alpha
Variabel Item-Total
Upaya untuk
0,802
mendapat dukungan
P5_1 0,766 Valid
P5_2 0,742 Valid
P5_3 0,443 Valid
37

P5_4 0,542 Valid


0,851
Menjaga keaktifan
P6_1 0,742 Valid
P6_2 0,617 Valid
P6_3 0,552 Valid
P6_4 0,887 Valid
Mengakhiri
hubungan
0,807
ketergantungan
P7_1 0,346 Valid
P7_2 0,379 Valid
P7_3 0,479 Valid

Dari nilai uji ini maka diketahui bahwa kuesioner dengan jumlah

pernyataanperan kader sebanyak 30butir ini valid dan reliabel serta layak untuk

digunakan dalam penelitian.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat, jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu peran kader Posyandu.

Peran kader Posyandu (agen perubah) yaitu sebagai berikut:

1. Menumbuhkan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu yaitu

kader Posyandu sebagai agen perubah membantu kliennya agar ibu mempunyai

keinginan untuk memanfaatkan pelayanan posyandu. Terdiri dari 4 pernyataan,

jika responden menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran kader
38

“Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka peran

kader “Tidak baik”.

2. Membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan pelayanan

posyandu yaitu kader posyandu membina hubungan akrab dengan kliennya.

Menumbuhkan kepercayaan pada kliennya tentang pemanfaatan pelayanan

Posyandu. Terdiri dari 6 pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua

pernyataan maka peran kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1

pernyataan saja maka peran kader “Tidak baik”.

3. Membantu mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita

yaitu kader Posyandu meninjau situasi dengan penuh empati tentang kesehatan

balita maupun tumbuh kembang balita. Terdiri dari 4 pernyataan, jika responden

menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran kader “Baik”, jika

responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka peran kader “Tidak

baik”.

4. Menciptakan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu yaitu kader

mencari cara memotivasi dan menarik perhatian klien, agar klien timbul

kemauannya dan membuka dirinya untuk ke Posyandu. Terdiri dari 5 pernyataan,

jika responden menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran kader

“Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka peran

kader “Tidak baik”.

5. Upaya untuk mendapatkan dukungan agar pelaksanaan Posyandu dapat terlaksana

secara rutin yaitu upaya yang dilakukan kader agar ibu mau membawa dan
39

menimbangbalitanya secara rutin setiap bulan di Posyandu. Terdiri dari 4

pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran

kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka

peran kader “Tidak baik”.

6. Menjaga keaktifan ibu dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu yaitu kader

Posyandu memberi penguatan pada kliennya tentang pemanfaatan pelayanan

Posyandu. Terdiri dari 4 pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua

pernyataan maka peran kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1

pernyataan saja maka peran kader “Tidak baik”.

7. Mengakhiri hubungan ketergantunganuntukmemanfaatkan pelayanan Posyandu

yaitu kader Posyandu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya

pada kemampuan pembaharu menjadi bebas dan percaya pada kemampuan

sendiri. Terdiri dari 3 pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua

pernyataan maka peran kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1

pernyataan saja maka peran kader “Tidak baik”.

3. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010).Variabel terikat adalah

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita.


40

Pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita adalah rata-rata

cakupan penimbangan balita setiap bulan yang diambil selama 6 bulan dari setiap

Posyandu. Cakupan penimbangan balita diketahui berdasarkan data D/S yaitu jumlah

seluruh balita dibagi jumlah balita yang ditimbang pada bulan diadakannya

Posyandu.Data D/S digunakan karena setiap ibu yang membawa balita ke Posyandu

wajib ditimbang terlebih dahulu. Jika cakupan penimbangan Balita > 85% maka

“Memanfaatkan pelayanan Posyandu”, sebaliknya jika cakupan penimbangan Balita

< 85% maka “Tidak memanfaatkan pelayanan Posyandu”.

3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.2 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur

Cara dan
No Variabel Skala Ukur Hasil Ukur
Alat Ukur
Variabel Bebas
Peran kader posyandu
1. Menumbuhkan keinginan Wawancara Ordinal 1 : Ya
ibu untuk memanfaatkan (kuesioner) 0 : Tidak
pelayanan Posyandu
dalam penimbangan balita
2. Membina suatu hubungan Wawancara Ordinal 1 : Ya
dengan ibu dalam rangka (kuesioner) 0 : Tidak
pemanfaatan pelayanan
Posyandu

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Cara dan
No Variabel Skala Ukur Hasil Ukur
Alat Ukur
3. Membantu mendiagnosa Wawancara Ordinal 1 : Ya
permasalahan yang (kuesioner) 0 : Tidak
dihadapi ibu berkaitan
dengan balita
41

4. Menciptakan keinginan Wawancara Ordinal 1 : Ya


ibu untuk memanfaatkan (kuesioner) 0 : Tidak
pelayanan Posyandu
dalam penimbangan balita
5. Upaya untuk Wawancara Ordinal 1 : Ya
mendapatkan dukungan (kuesioner) 0 : Tidak
agar pelaksanaan
Posyandu terlaksana
secara rutin
6. Menjaga keaktifan ibu Wawancara Ordinal 1 : Ya
dalam memanfaatkan (kuesioner) 0 : Tidak
pelayanan Posyandu
7. Mengakhiri hubungan Wawancara Ordinal 1 : Ya
ketergantungan (kuesioner) 0 : Tidak
untukmemanfaatkan
pelayanan Posyandu
Variabel Terikat
Pemanfaatan pelayanan Ordinal ≥ 85 %
Posyandu dalam < 85 %
penimbangan balita

3.7 Metode Analisis Data

Pengolahan data penulis menggunakan komputer dengan program statistik.

Proses pengolahan data setelah data terkumpul, dalam penelitian ini yaitu:

1. Editing untuk mengecek kelengkapan data.

2. Koding untuk melakukan pengkodean terhadap setiap item, dengan cara merubah

pilihan jawaban ke dalam nilai kuantitatif.

3. Entry data, memasukkan data untuk diolah secara manual atau memakaiprogram

komputer untuk dianalisis.

4. Tabulating, kegiatan memasukkan data yang telah diperoleh untuk disusun

berdasarkan variabel yang diteliti.

1. Analisis Univariat
42

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan terhadap satu variabel

(Notoatmodjo, 2005). Variabel yang dimaksud adalah peran kader Posyandu. Pada

analisis ini, hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2003). Pengujian univariat dalam penelitian ini adalah peran kader

Posyandu.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan

pengaruh antara dua variabel.Pengujian bivariat berupa peran kader Posyandu dengan

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita.Pengujian bivariat

menggunakan uji Chi Square.

3. Analisis Multivariat
Analisis multivariatdigunakan untuk menguji antara variabel terikat yang

dipengaruhi oleh variabel bebas.Pengujian multivariat dalam penelitian ini yaitu

menggunakan uji Regresi Logistik, yaitusejauh mana pemanfaatan pelayanan

Posyandudalam penimbangan balita dipengaruhi variabel peran kader.

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Padangsidimpuan merupakan suatu wilayah Kotamadya yang terdiri dari

6 kecamatan dan memiliki 76 Posyandu balita. Kota Padangsidimpuan mempunyai


43

luas wilayah 114.65 km2. Wilayah Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh Kabupaten

Tapanuli Selatan.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Peran Kader

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

menumbuhkan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balita sebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader

datang kerumah Ibu membicarakan tentang manfaat pelayanan di Posyandu(92,1%)dan

kader menjelaskan bahwa di Posyandu ada penimbangan balita yang dilakukan setiap

bulan(67,1%).

Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader

yaitu kader menjelaskan manfaat penimbangan balita di Posyandu yaitu untuk memantau

tumbuh kembang balita(60,5%) dankader menjelaskan tentang pemantauan kenaikan berat

badan balita kepada Ibu(61,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Peran Kader yaitu Menumbuhkan Keinginan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandudalam Penimbangan Balita

Jawaban 44
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader datang kerumah Ibu membicarakan 70 92,1 6 7,9 76 100,0
tentang manfaat pelayanan di Posyandu
2. Kader menjelaskan bahwa di Posyandu 51 67,1 25 32,9 76 100,0
ada penimbangan balita yang dilakukan
setiap bulan
3. Kader menjelaskan manfaat penimbangan 30 39,5 46 60,5 76 100,0
44

balita di Posyandu yaitu untuk memantau


tumbuh kembang balita
4. Kader menjelaskan tentang pemantauan 29 38,2 47 61,8 76 100,0
kenaikan berat badan balita kepada Ibu

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan pelayanan

Posyandusebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader mendatangi

rumah ibu agar datang rutin ke Posyandu (59,2%), kader membaur (mengakrabkan diri)

dengan ibu pada saat pelaksanaan penimbangan di Posyandu(98,7%),kader secara akrab

(kekeluargaan) memberi tahu jadwal pelaksanaan Posyandu berikutnya kepada ibu sehingga

ibu tertarik untuk hadir (75,0%), kader selalu menanyakan kondisi kesehatan balita (terkait

dengan perkembangan berat badan balita) pada saat datang ke rumah, atau berpapasan

dengan ibu serta pada saat pelaksanaan Posyandu (64,5%), kader selalu mendengar keluhan

yang ibu sampaikan tetang kesehatan balita (terkait dengan perkembangan berat badan balita)

(67,1%), dan kader selalu memberikan nasehat/solusi atas keluhan yang ibu sampaikan

tentang kesehatan balita (terkait dengan perkembangan berat badan balita) (60,5%). Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Peran Kader yaitu Membina Suatu Hubungan dengan
Ibudalam RangkaPememanfaatan Pelayanan Posyandu

Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader mendatangi rumah ibu agar datang 45 59,2 31 40,8 76 100,0
rutin ke Posyandu
2. Kader membaur (mengakrabkan diri) 75 98,7 1 1,3 76 100,0
dengan ibu pada saat pelaksanaan
penimbangan di Posyandu
3. Kader secara akrab (kekeluargaan) 57 75,0 19 25,0 76 100,0
45

memberi tahu jadwal pelaksanaan


Posyandu berikutnya kepada ibu sehingga
ibu tertarik untuk hadir
4. Kader selalu menanyakan kondisi 49 64,5 27 35,5 76 100,0
kesehatan balita (terkait dengan
perkembangan berat badan balita) pada
saat datang ke rumah, atau berpapasan
dengan ibu serta pada saat pelaksanaan
Posyandu
5. Kader selalu mendengar keluhan yang ibu 51 67,1 25 32,9 76 100,0
sampaikan tetang kesehatan balita (terkait
dengan perkembangan berat badan balita)
6. Kader selalu memberikan nasehat/solusi 46 60,5 30 39,5 76 100,0
atas keluhan yang ibu sampaikan tentang
kesehatan balita (terkait dengan
perkembangan berat badan balita)

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

membantu mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita

sebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader meminta ibu ikut serta

ketika menimbang berat badan balitanya sewaktu di Posyandu (80,3%),kader mencatat dan

membuat laporan tentang penimbangan balita dalam KMS yang dibawa ibu (78,9%), kader

menjelaskan kepada ibu tentang hasil penimbangan balita (64,5%), dan kader menjelaskan

kepada ibu tentang tumbuh kembang balitanya (81,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Peran Kader yaitu Membantu Mendiagnosa Permasalahan


yang Dihadapi Ibu Berkaitan dengan Balita

Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader meminta ibu ikut serta ketika 61 80,3 15 19,7 76 100,0
menimbang berat badan balitanya sewaktu
di Posyandu
2. Kader mencatat dan membuat laporan 60 78,9 16 21,1 76 100,0
tentang penimbangan balita dalam KMS
yang dibawa ibu
46

3. Kader menjelaskan kepada ibu tentang 49 64,5 27 35,5 76 100,0


hasil penimbangan balita
4. Kader menjelaskan kepada ibu tentang 62 81,6 14 18,4 76 100,0
tumbuh kembang balitanya

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

menciptakan keinginan untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balitasebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader

selalu menjelaskan bahwa jika ibu hadir di Posyandu maka ibu dapat meminta penjelasan

tentang tumbuh kembang balita(100%),kader menjelaskan tentang asupan nutrisi agar balita

mempunyai berat badan yang ideal (51,3%), kader menyarankan kepada Ibu untuk menjaga

kesehatan balita agar tumbuh kembang balita baik(71,1%), kader menganjurkan kepada Ibu

untuk selalu mengikuti penyuluhan gizi balita (71,1%) dankader menganjurkan pada ibu agar

menghubungi kader jika ada permasalahan terkait dengan balita (72,4%). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Peran Kader yaitu Menciptakan Keinginan untuk


Memanfaatkan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita

Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader selalu menjelaskan bahwa jika ibu 76 100,0 0 0,0 76 100,0
hadir di Posyandu maka ibu dapat
meminta penjelasan tentang tumbuh
kembang balita
2. Kader menjelaskan tentang asupan nutrisi 39 51,3 37 48,7 76 100,0
agar balita mempunyai berat badan yang
ideal
47

3. Kader menyarankan kepada Ibu untuk 54 71,1 22 28,9 76 100,0


menjaga kesehatan balita agar tumbuh
kembang balita baik
4. Kader menganjurkan kepada Ibu untuk 54 71,1 22 28,9 76 100,0
selalu mengikuti penyuluhan gizi balita
5. Kader menganjurkan pada ibu agar 55 72,4 21 27,6 76 100,0
menghubungi kader jika ada
permasalahan terkait dengan balita

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

dalamupaya untuk mendapat dukungan agar pelaksanaan posyandu dapat terlaksana

secara rutinsebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader melakukan

pendekatan dengan pimpinan wilayah (kepala desa dan lingkungan)(76,3%),kader

mengupayakan pertemuan dan diskusi secara informal dengan masyarakat untuk membahas

kegiatan di Posyandu dalam penimbangan balita (100%), dan kaderselalu melaporkan

kegiatan posyandu kepada tokoh masyarakat, pimpinan wilayah dan masyarakat sebagai

umpan balik untuk mendapatkan dukungan (77,66%).

Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader

yaitu kader melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat(51,3%). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Peran Kader yaitu Upaya untuk Mendapat Dukungan
Agar Pelaksanaan Posyandu dapat Terlaksana Secara Rutin

Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader melakukan pendekatan dengan 37 48,7 39 51,3 76 100,0
tokoh masyarakat
2. Kader melakukan pendekatan dengan 58 76,3 18 23,7 76 100,0
pimpinan wilayah (kepala desa dan
lingkungan)
3. Kader mengupayakan pertemuan dan 76 100,0 0 0,0 76 100,0
diskusi secara informal dengan
48

masyarakat untuk membahas kegiatan di


Posyandu dalam penimbangan balita
4. Kader selalu melaporkan kegiatan 59 77,66 17 22,4 76 100,0
posyandu kepada tokoh masyarakat,
pimpinan wilayah dan masyarakat sebagai
umpan balik untuk mendapatkan
dukungan

Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

dalamupaya untuk mendapat dukungan agar pelaksanaan Posyandu dapat terlaksana

secara rutinsebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader menyuruh

Ibu datang ke Posyandu secara rutinagar tumbuh kembang balita dapat dapat dipantau

secara bersama oleh ibu (78,9%)dan kader berupaya menjemput ibu ke rumah jika

tidak datang ke Posyandu (71,1%).

Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader

yaitu Ibu pernah mendapat penghargaan bila Ibu rajin membawa balita untuk

ditimbang ke Posyandu(55,3%) dan kadermenganjurkan ibu untuk datang pada jadwal

Posyandu selanjutnya (65,8%).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Peran Kader yaitu Menjaga Keaktifan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu

Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader menyuruh Ibu datang ke Posyandu 60 78,9 16 21,1 76 100,0
secara rutinagar tumbuh kembang balita
dapat dapat dipantau secara bersama
oleh ibu dan kader
2. Kader berupaya menjemput ibu ke 54 71,1 22 28,9 76 100,0
rumah jika tidak datang ke Posyandu
49

3. Ibu pernah mendapat penghargaan bila 34 44,7 42 55,3 76 100,0


Ibu rajin membawa balita untuk
ditimbang ke Posyandu
4. Kader menganjurkan ibu untuk datang 26 34,2 50 65,8 76 100,0
pada jadwal Posyandu selanjutnya

Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader

dalamupaya untuk mendapat dukungan agar pelaksanaan posyandu dapat terlaksana

secara rutinsebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader

menyarankan kepada Ibu datang sendiri ke Posyandu untuk menimbang

balita(68,4%).

Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader

yaitu kader menganjurkan kepada ibu agar memperhatikan tumbuh kembang

balita(57,9%) dan kadermenjelaskan kalau rutin menimbang balita di Posyandu untuk

kepentingan ibu dan balita (71,1%).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7

berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Peran Kader yaitu Mengakhiri Hubungan


Ketergantungan untuk Memanfaatkan Pelayanan Posyandu

Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader menyarankan kepada Ibu datang 52 68,4 24 31,6 76 100,0
sendiri ke Posyandu untuk menimbang
balita
2. Kader menganjurkan kepada ibu agar 32 42,1 44 57,9 76 100,0
memperhatikan tumbuh kembang
balita
50

3. Kader menjelaskan kalau rutin 22 28,9 54 71,1 76 100,0


menimbang balita di Posyandu untuk
kepentingan ibu dan balita

Tabel 4.8 diperoleh peran kader dalam menumbuhkan keinginan untuk

memanfaatkan, kategori peran baik 17 responden (22,4%) dan peran pada kategori

peran tidak baik 59 responden (77,6%). Peran kader membina suatu hubungan,

kategori peran baik 43 responden (56,6%) dan peran pada kategori peran tidak

baik33 responden (43,4%). Peran kader mendignosa permasalahan, kategori peran

baik 34 responden (44,7%) dan kategori peran tidak baik42 responden (55,3% ).

Peran kader menciptakan keinginan klien untuk memanfaatkan terhadap pemanfaatan

Posyandu, kategori peran baik 38 responden (50,0%) dan kategori peran tidak baik38

responden (50,0%).Peran kader mewujudkan keinginan dalam perbuatan terhadap

pemanfatan Posyandu, kategori peran baik 37 responden (48,7%) dan kategori peran

tidak baik39 responden (51,3%).Peran kader menjaga keaktifan dalam pemanfaatan

pelayanan Posyandu,kategori peran baik 18 responden (23,7%) dan kategori peran

tidak baik58 responden (76,3%). Peran kader mengakhiri hubungan ketergantungan

terhadap pemanfaatan Posyandu, kategori peran baik 11 responden (14,5%) dan

kategori peran tidak baik65 responden (85,5%).

Tabel 4.8 Distribusi Peran Kaderterhadap Pemanfaatan Posyandu dalam


Penimbangan Balitadi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

Tidak
Baik Jumlah
Peran Kader Baik
n % n % n %
- Menumbuhkan keinginan ibu untuk
memanfaatkan pelayanan Posyandu 17 22,4 59 77,6 76 100,0
dalam penimbangan balita
51

- Membina suatu hubungan dengan ibu


dalam rangka pemanfaatan pelayanan 41 53,9 35 46,1 76 100,0
Posyandu
- Membantu mendiagnosa
permasalahanyang dihadapi ibu 34 44,7 42 55,3 76 100,0
berkaitan dengan balita
- Menciptakan keinginanibu untuk
memanfaatkan pelayanan Posyandu 33 43,3 43 56,6 76 100,0
dalam penimbangan balita
- Upaya untuk mendapat dukungan
agar pelaksanaan Posyandu dapat 33 43,3 43 56,6 76 100,0
terlaksana secara rutin
- Menjaga keaktifan ibu dalam
18 23,7 58 76,3 76 100,0
memanfaatkan pelayanan Posyandu
- Mengakhiri hubungan
ketergantungan untuk 11 14,5 65 85,5 76 100,0
memanfaatkan pelayanan Posyandu

Pada Tabel 4.9 diperoleh bahwa ibu yang memanfaatan pelayanan

Posyandudalam penimbangan balita, yang memanfaatkan pelayanan Posyandu

sebanyak 27 responden (35,5%) dan yang tidak memanfaatkan pelayanan Posyandu

sebanyak 49 responden (64,5%).

Tabel 4.9 Distribusi Pemanfaatan Posyandu dalam Penimbangan Balitadi Kota


Padangsidimpuan Tahun 2015

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Jumlah Persentase


No
Balita (n) (%)
1 Memanfaatkan 27 35,5
2 Tidak Memanfaatkan 49 64,5
Total 76 100,0

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Peran Menumbuhkan Keinginan untuk Memanfaatkan Pelayanan


Posyandu dalam Penimbangan Balita
52

Berdasarkan Tabel 4.10menunjukkan bahwaperan kader menumbuhkan

keinginan untuk memanfaatkan pelayanan Posyandudalam penimbangan balita dari

17 responden dengan kategori peran baik, sebanyak 10 responden (58,8%)

memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara dari 59

responden kategori peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balita sebanyak 17 responden (28,8%).

Hasil chi-square menunjukkan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan

peran menumbuhkan keinginan untuk memanfaatkan pelayanan Posyandudengan

pemanfaatan pelayanan Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peran

menumbuhkan keinginan untuk memanfaatkan pelayanan Posyandudalam

penimbangan balita diikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25

(syarat regresi).

Tabel 4.10 Hubungan Peran Menumbuhkan Keinginan untukMemanfaatkan


Pelayanan Posyandudengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam
Penimbangan Balita

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Peran Menumbuhkan
dalam Penimbangan Balita
Keinginan untuk Jumlah p-value
Tidak
Memanfaatkan Memanfaatkan
Memanfaatkan
Pelayanan Posyandu
n % n % n %
Baik 10 58,8 7 41,2 17 100,0
0,023
Tidak Baik 17 28,8 42 71,2 59 100,0
53

4.2.2 Peran Membina Suatu Hubungandengan Ibu dalam Rangka Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu

Berdasarkan Tabel 4.11menunjukkan bahwaperan kader membina suatu

hubungandari 41 responden dengan kategori peran baik, sebanyak 16 responden

(39,0%) memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara

dari 33 responden kategori peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu

dalam penimbangan balita sebanyak 11 responden (31,4%).

Hasil chi-square menunjukkan (p>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat

hubungan peran membina suatu hubungan dengan pemanfaatan pelayanan

Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peran membina suatu hubungantidak

diikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p >0,25.

Tabel 4.11 Hubungan Peran Membina Suatu Hubungandengan Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


dalam Penimbangan Balita
Peran Membina Suatu Jumlah p-value
Tidak
Hubungan Memanfaatkan
Memanfaatkan
n % n % n %
Baik 16 39,5 25 60,5 41 100,0
0,490
Tidak Baik 11 30,3 24 69,7 35 100,0
54

4.2.3 Peran Membantu Mendiagnosa Permasalahanyang Dihadapi Ibu


Berkaitan dengan Balita

Berdasarkan Tabel 4.12menunjukkan bahwa peran kader membantu

mendiagnosa permasalahanyang dihadapi Ibu berkaitan dengan balita dari 34

responden dengan kategori peran baik, sebanyak 20 responden (58,8%)

memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara 42

responden kategori peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balita sebanyak 7 responden (16,7%).

Hasil chi-square menunjukkan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan

peran membantu mendiagnosa permasalahan dengan pemanfaatan pelayanan

Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peran membantu mendiagnosa

permasalahandiikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25.

Tabel 4.12 Hubungan Peran Membantu Mendiagnosa Permasalahan dengan


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Membantu dalam Penimbangan Balita
Jumlah p-value
Mendiagnosa Tidak
Memanfaatkan
Permasalahan Memanfaatkan
n % n % n %
Baik 20 58,8 14 41,2 34 100,0
<0,001
Tidak Baik 7 16,7 35 83,3 42 100,0
55

4.2.4 Peran Menciptakan KeinginanIbu untuk Memanfaatkan Posyandu dalam


Penimbangan Balita

Berdasarkan Tabel 4.13menunjukkan bahwaperan kader menciptakan

keinginan klien untuk memanfaatkan Posyandudalam penimbangan balita dari 33

responden kategori peran baik, sebanyak 17 responden (51,5%) memanfaatkan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara43 responden kategori

peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita

sebanyak 10 responden (23,3%).

Hasil chi-square menunjukkan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan

peran menciptakan keinginan klien untuk memanfaatkan Posyandu dengan

pemanfaatan pelayanan Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peran

menciptakan keinginan klien untuk memanfaatkan posyandudiikut sertakan dalam uji

regresi logistik karena nilai p <0,25.

Tabel 4.13 Hubungan Peran Menciptakan Keinginan Klien untuk


Memanfaatkan Posyandu dengan Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu dalam Penimbangan Balita

Peran Menciptakan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Keinginan Klien untuk dalam Penimbangan Balita
Jumlah p-value
Memanfaatkan Tidak
Memanfaatkan
Posyandu Memanfaatkan
n % n % n %
Baik 17 51,5 16 48,5 33 100,0
0,011
Tidak Baik 10 23,3 33 76,7 43 100,0
56

4.2.5 Peran Upaya untuk Mendapat Dukungan agar Pelaksanaan Posyandu


Dapat Terlaksana Secara Rutin

Berdasarkan Tabel 4.14menunjukkan bahwaperan kader dalam upaya untuk

mendapat dukungan agar pelaksanaan posyandu dapat terlaksana secara rutindari 37

responden kategori peran baik, sebanyak 18 responden (54,5%) memanfaatkan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara 39 responden kategori

peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita

sebanyak 9 responden (20,9%).

Hasil chi-square menunjukkan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan

peran mewujudkan keinginan dalam perbuatan dengan pemanfaatan pelayanan

Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peranmewujudkan keinginan dalam

perbuatan di ikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25.

Tabel 4.14 Hubungan Peran Upaya untuk Mendapat Dukungan dengan


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Peran upaya untuk dalam Penimbangan Balita
Jumlah p-value
mendapat dukungan Tidak
Memanfaatkan
Memanfaatkan
n % n % n %
Baik 18 54,5 15 45,5 37 100,0
0,002
Tidak Baik 9 20,9 34 79,1 39 100,0

4.2.6 Peran Menjaga Keaktifan dalam Pemanfatan Pelayanan Posyandu


57

Berdasarkan Tabel 4.15menunjukkan bahwadari 18 responden dengan peran

kader menjaga keaktifan dalam pemanfaatan pelayanan Posyandukategori peran baik,

sebanyak 11 responden (61,1%) memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balita. Sementara 58 responden katagori peran tidak baik yang

memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 16

responden (27,6%).

Hasil chi-square menunjukkan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan

peran menjaga keaktifan dalam pemanfaatan pelayanan Posyandudengan

pemanfaatan pelayanan Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peran menjaga

keaktifan dalam pemanfaatan pelayanan Posyandudiikut sertakan dalam uji regresi

logistik karena nilai p <0,25.

Tabel 4.15Hubungan Peran Menjaga Keaktifan dalam Pemanfatan Pelayanan


Posyandu dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan
Balita

Peran Menjaga Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Keaktifan dalam dalam Penimbangan Balita
Jumlah p-value
Pemanfatan Pelayanan Tidak
Memanfaatkan
Posyandu Memanfaatkan
n % n % n %
Baik 11 61,1 7 38,9 18 100,0
0,009
Tidak Baik 16 27,6 42 72,4 58 100,0

4.2.7 Peran Mengakhiri Hubungan Ketergantungan untuk Memanfaatkan


Pelayanan Posyandu
58

Berdasarkan Tabel 4.16menunjukkan bahwaperan kader mengakhiri

hubungan ketergantungan untuk memanfaatkan pelayanan Posyandudari 11

responden dengan kategori peran baik, sebanyak 7 responden (63,6%) memanfaatkan

Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara 65 responden katagori peran tidak

baik yang memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 20

responden (30,8%).

Hasil chi-square menunjukkan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan

peran mengakhiri hubungan ketergantungan dengan pemanfaatan pelayanan

Posyandudalam penimbangan balita. Variabel peran mengakhiri hubungan

ketergantungan diikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25.

Tabel 4.16 Hubungan Peran Mengakhiri Hubungan Ketergantungan dengan


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Peran Mengakhiri
dalam Penimbangan Balita
Hubungan Jumlah p-value
Tidak
Ketergantungan Memanfaatkan
Memanfaatkan
n % n % n %
Baik 7 63,6 4 36,4 11 100,0
0,035
Tidak Baik 20 30,8 45 69,2 65 100,0

4.3 Analisis Multivariat


59

Analisis multivariat dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel

independen (peran kader) terhadap variabel dependen (pemanfaatan pelayanan

Posyandu dalam penimbangan balita). Analisis multivariat menggunakan analisis

regresi logistik. Sebelum melakukan analisis multivariat maka dilakukan terlebih

dahulu pemilihan variabel yang menjadi kandidat model multivariat. Variabel yang

menjadi kandidat multivariat adalah variabel independen dengan nilai p<0,25 dalam

analisis bivariat. Pada Tabel 4.17 diketahui bahwa dari tujuh variabel, terdapat enam

variabel yang masuk menjadi kandidat model yaitu variabel menumbuhkan keinginan

ibu untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita, membantu

mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita, menciptakan

keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita,

upaya untuk mendapat dukungan agar pelaksanaan Posyandu terlaksana secara rutin,

menjaga keaktifan ibu dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu, dan mengakhiri

hubungan ketergantunganuntuk memanfaatkan pelayanan Posyandu, variabel

membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan pelayanan Posyandu

menjadi variabel yang tidak ikut dimasukkan ke dalam model regresi.

Tabel 4.17 Pemilihan Kandidat Model untuk Tahap Pemodelan Multivariat


No Variabel P
1 Menumbuhkan keinginan ibu untuk 0,023*
memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita
2 Membina suatu hubungan dengan ibu dalam 0,490
rangka pemanfaatan pelayanan Posyandu
3 Membantu mendiagnosa permasalahan yang 0,001*
dihadapi ibu berkaitan dengan balita
4 Menciptakan keinginan ibu untuk 0,011*
memanfaatkanpelayanan Posyandu dalam
60

penimbangan balita
5 Upaya untuk mendapat dukungan agar 0,002*
pelaksanaan Posyandu dapat terlaksana secara
rutin
6 Menjaga keaktifan ibu dalam memanfaatkan 0,009*
pelayanan Posyandu
7 Mengakhiri hubungan ketergantungan untuk 0,035*
memanfaatkan pelayanan Posyandu
*: variabel yang masuk model
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kolinearitas antar semua variabel

independen yang masuk dalam kandidat model multivariat. Hasil analisis

menunjukkan bahwa ada hubungan antara menumbuhkan keinginan ibu untuk

memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dan membantu

mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita, membantu

mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balitadan upaya

untuk mendapat dukungan agar pelaksanaan Posyandu terlaksana secara rutin,

sehingga variabel-variabel tersebut tidak boleh dalam satu model, oleh karena itu

alternatif model yang dapat dibentuk dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut :

Tabel 4.18 Alternatif Model Regresi Logistik

Alternatif Percentage
Fungsi Nilai p χ2
Model correct
Model 1 Pemanfaatan pelayanan Posyandu = <0,001 37,282 81,6
f (menumbuhkan keinginan,
menciptakan keinginan ibu, upaya
untuk mendapat dukungan, menjaga
keaktifan, mengakhiri hubungan
ketergantungan)
Model 2 Pemanfaatan pelayanan Posyandu = <0,001 37,250 82,9
f (membantu mendiagnosa
permasalahan, menciptakan
keinginan ibu, menjaga keaktifan,
mengakhiri
hubunganketergantungan)
61

Karena nilai χ2 lebih besar pada model 1, maka sebagai model analisis

multivariat dipilih model 1 dimana pemanfaatan pelayanan Posyandu = f

(menumbuhkan keinginan, menciptakan keinginan ibu, upaya untuk mendapat dukungan,

menjaga keaktifan, mengakhiri hubungan ketergantungan). Selanjutnya dilakukan analisis

regresi logistik ganda dengan metode backward, yaitu memasukkan semua variabel

independen ke dalam model dan variabel yang tidak berpengaruh secara otomatis

akan keluar dari model.

Kemudian dilakukan pemeriksaan interaksi pada alternatif model yang

terpilih. Ternyata tidak ada interaksi antar menumbuhkan keinginan ibu, membantu

diagnosa permasalahan, menciptakan keinginan ibu, menjaga keaktifan ibu, dan

mencapai suatu terminal hubungan, dilihat dari nilai p variabel interaksi semua >0,05,

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut :

Tabel 4.19 Hasil Uji Interaksi

Variabel B P Exp (B)

Menumbuhkan keinginan 32,561 1,000 1,384E


Menciptakan keinginan ibu 135,327 0,999 5,910E
Upaya untuk mendapat 98,167 0,999 4,298E
dukungan
Menjaga keaktifan ibu 112,670 1,000 8,546E
Mengakhiri hubungan 168,740 0,999 1,917E
ketergantungan
Menumbuhkan keinginan* -55,976 0,998 0,0001
Menciptakan keinginan ibu
Menumbuhkan keinginan* 23,147 1,000 1,129E
Upaya untuk mendapat
dukungan
Menumbuhkan keinginan * 15,885 1,000 7,924E
62

Menjaga keaktifan ibu


Menumbuhkan keinginan * 1,112 1,000 3,041
Mengakhiri hubungan
ketergantungan
Menciptakan keinginan ibu * -35,841 0,988 0,0001
Upaya untuk mendapat
dukungan
Menciptakan keinginan ibu * -16,742 0,998 0,0001
Menjaga keaktifan ibu
Menciptakan keinginan ibu * 23,841 1,000 1,063E
Mengakhiri hubungan
ketergantungan
Upaya untuk mendapat 18,548 0,998 1,136E
dukungan* Menjaga keaktifan
ibu
Upaya untuk mendapat -45,114 1,000 0,0001
dukungan* Mengakhiri
hubungan ketergantungan
Menjaga keaktifan ibu * -63,744 1,000 0,0001
Mengakhiri hubungan
ketergantungan
Constant - -

Model akhir dari analisis multivariat yang dapat dilihat pada Tabel 4.20

berikut :

Tabel 4.20 Hasil Analisis Regresi Logistik

P 95% CI
Variabel B Exp (B)
Lower Upper
Menumbuhkan 1,481 0,049 4,399 1,005 19,262
keinginan ibu
Menciptakan keinginan 1,559 0,023 4,754 1,237 18,267
ibu
Upaya untuk 2,158 0,002 8,651 2,154 34,736
mendapatkan dukungan
Menjaga keaktifan ibu 2,828 0,001 16,915 3,313 86,376
Mencapai suatu 2,304 0,020 10,017 1,429 70,239
terminal hubungan
Constant -16,693 - - - -
63

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka persamaan regresinya dapat ditulis


sebagai berikut :
1
𝑝𝑝 = −(𝑎𝑎+𝑏𝑏 𝑥𝑥
1 + 𝑒𝑒 1 1 +𝑏𝑏2 𝑥𝑥 2 +⋯𝑏𝑏 𝑖𝑖 𝑥𝑥 𝑖𝑖 )

1
𝑝𝑝 =
1 + 𝑒𝑒 −(−6,505+2,592 (𝑋𝑋1)+2,701(𝑋𝑋2)+3,322(𝑋𝑋3)+2,587(𝑋𝑋4)
Dengan model persamaan regresi yang diperoleh, maka didapatkan suatu

gambaran besar probabilitas pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan

balita yaitu jika peran kader dalam menumbuhkan keinginan ibu, membantu diagnosa

permasalahan, menciptakan keinginan ibu, menjaga keaktifan ibu, dan mengakhiri

hubungan ketergantungan, sebesar 98%.

BAB 5
PEMBAHASAN

Kader Posyandu merupakan agen perubahan dalam bidang kesehatan yang

bekerja secara professional yang selalu berusaha memotivasi dan menggerakkan

masyarakat agar berprilaku sehat. Kader sebagai pelaksana Posyandu memiliki

peranan yang sangat penting untuk mengaktifkan Posyandu. Kader dalam

kegiatannya dalam pelaksanaan posyandu disebut sebagai agen perubahan, kegiatan

agen perubahan dalam pelaksanaan difusi inovasi di masyarakat terdiri dari tujuh

langkah yaitu: membangkitkan kebutuhan untuk berubah, menetapkan hubungan

pertukaran informasi, mendiagnosa masalah yang dihadapi, membangkitkan


64

kemauan klien untuk berubah, mewujudkan kemauan dalam perbuatan, menjaga

keaktifan ibu, mengakhiri hubungan ketergantungan.

Pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dapat dilihat dari

cakupan penimbangan balita atau data D/S pada masing-masing Posyandu. Setiap

ibu yang mempunyai anak balita wajib membawa anaknya ke Posyandu setiap bulan

sesuai jadwal yang sudah disepakati. Sebelum hari buka Posyandu Kader bertugas

memberi tahukan kepada ibu tentang jadwal Posyandu. Pada saat hari buka

Posyandu tugas pertama kader adalah menimbang balita dan mencatatkan hasil

penimbangan ke dalam buku untuk dibuat pelaporan bulanan. Bagi balita yang tidak

datang seharusnya menjadi tugas kader untuk menjemput ke rumah balita tersebut.

5.1 Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota


65
Padangsidimpuan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memanfaatan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita, yang memanfaatkan Posyandu

sebanyak 27 responden (35,5%) dan yang tidak memanfaatkan Posyandu sebanyak 49

responden (64,5%). Berdasarkan analisa multivariat didapatkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara peran menumbuhkan keinginan ibu, membantu mendiagnosa

permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita, menjaga keaktifan ibu,

mencapai suatu terminal hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam

penimbangan balita. Peran menjaga keaktifan ibu merupakan peran yang paling

mempengaruhi.
65

Partisipasi masyarakat mempunyai hubungan signifikan dengan keberhasilan

program Posyandu karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi

masyarakat dan orang tua balita pada penimbangan balita di Posyandu. Indikator ini

diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah

seluruh balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini dipengaruhi

oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya (Marniati, 2012).

Menurut penelitian Subagyo dan Mukhadiono (2010), kemampuan kader dan

partisipasi masyarakat secara bersama–sama mempunyai hubungan yang signifikan

dengan keberhasilan program Posyandu. Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska

(2011) menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu berpengaruh paling dominan dalam

mempengaruhi kunjungan ibu ke Posyandu, kunjungan ibu ke Posyandu tentu

berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita karena

setiap kunjungan ibu ke Posyandu yang pertama sekali dilakukan adalah

penimbangan balita. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadiliyani dan Meililiyanie

(2012), menyimpulkan peran kader yang mendukung mempengaruhi kunjungan ibu

ke Posyandu.

Pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita perlu untuk

ditingkatkan karena ibu yang menimbang balitanya secara rutin setiap bulan akan

dapat memantau perkembangan balitanya. Semua pihak baik ibu, masyarakat, dan

pemerintah harus bekerja sama untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan

posyandu dalam penimbangan balita untuk menghindari masalah gizi di masyarakat.


66

Rendahnya pemanfaatan pelayanan Posyandu bukan hanya tanggung jawab

kader namun menjadi tanggung jawab semua pihak. Kader sudah melakukan

perannya dalam mengajak ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, namun masih banyak

ibu yang enggan datang ke Posyandu karena menganggap bahwa datang ke Posyandu

itu tidak perlu karena jika tidak datang ke Posyandu pun kader dan Bidan akan datang

mengunjungi rumah-rumah untuk melakukan penimbangan. Peran Bidan dan

pembinaan Puskesmas sangat diharapkan untuk memberikan penyuluhan kepada

ibuibu untuk rutin datang ke Posyandu.

5.2 Pengaruh Peran Menumbuhkan Keinginan Ibu terhadap Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan

Pengaruh peran menumbuhkan keinginan didapat bahwadari 17 responden

dengan peran kader menumbuhkan keinginan untuk memanfaatkan pelayanan

Posyandu kategori peran baik, sebanyak 10 responden (58,8%) memanfaatkan

Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara 59 responden kategori peran tidak

baik yang memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 17

responden (28,8%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai

p = 0,023 artinya terdapat pengaruh signifikan antara peran menumbuhkan keinginan

untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu

dalam penimbangan balita. Peran ini tidak dapat dilanjutkan uji multivariat karena
67

ada hubungan antara peran menumbuhkan keinginan dengan membantu mendiagnosa

permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita sehingga tidak dapat

dimasukkan dalam uji kandidat model.

Kader perlu menumbuhkan keinginan ibu dalam pemanfaatan pelayanan

Posyandu, kader dapat memberi penjelasan kepada ibu sehingga tumbuh kesadaran

bagi ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu. Kader memiliki peran penting

dalam keberhasilan program Posyandu. Kader sebagai pengelola Posyandu

mempunyai peran dan tugas mulai dari hari sebelum buka Posyandu hingga hari

sesudah Posyandu. Untuk menumbuhkan keinginan ibu, kader dapat memberi

penyuluhan kepada ibu, selain itu juga sebelum pelaksanaan Posyandu kader

harusnya aktif untuk mengajak ibu dan mengingatkan ibu untuk datang ke Posyandu.

Beberapa masalah yang timbul adalah jika ada kader yang tidak aktif

melaksanakan kegiatan Posyandu ataupun mengikuti pelatihan untuk meningkatkan

keterampilannya. Sejalan dengan penelitian Harisman dan Dina (2012) di Desa

Mulang Maya Kabupaten Lampung Utara diketahui bahwa ada pengaruh tingkat

pendidikan, pengetahuan, penghargaan kader dan dukungan keluarga terhadap

keaktifan kader Posyandu.

Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia,

mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu (Kemkes

RI 2012). Kader adalah pengelola Posyandu yang diharapkan dapat memotivasi

masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu. Untuk itu kader perlu dibekali

pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.


68

Sejalan dengan penelitian Mardiana (2011), bahwa ada perbedaan keterampilan

kader Posyandu dalam pengukuran antropometri sebelum dan sesudah pelatihan.

Di Kota Padangsidimpuan setiap Posyandu memiliki jadwal yang berbeda-

beda, setiap jadwal itu biasanya dilakukan rutin setiap bulan kecuali jika ada hal yang

dapat menyebabkan tidak terlaksananya Posyandu maka kader akan memberitahukan

perubahan jadwalnya kepada ibu-ibu. Kader dapat memberitahukan informasi jadwal

dan tempat pelaksanaan Posyandu melalui pengajian atau memberitahukan kepada

masing-masing ibu.

5.3 Pengaruh Peran Membina Suatu Hubungan dengan Ibu terhadap


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan

Pengaruh membina suatu hubungan dengan ibumenunjukkan bahwadari 41

responden dengan peran kader membina suatu hubungan kategori peran baik,

sebanyak 16 responden (39,0%) memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita.

Sementara 35 responden katagori peran tidak baik yang memanfaatkan Posyandu

dalam penimbangan balita sebanyak 11 responden (31,4%). Berdasarkan analisa

bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,405 artinya tidak ada pengaruh

signifikan antara peran membina suatu hubungan terhadap ibu dengan pemanfaatan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Peran membina suatu hubungan

dengan ibu tidak diikutsertakan dalam pengujian multivariat karena p > 0,25.

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan teori yang menyatakan saat hari

buka Posyandu kader mempunyai peran yaitu melakukan penyuluhan tentang pola
69

asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi,

konseling, diskusi kelompok, dan demonstrasi dengan orang tua/anak balita.

Pelayanan ini tidak harus dilaksanakan pada saat Posyandu namun dapat juga

dilaksanakan di rumah, agar ibu semakin termotivasi untuk datang ke Posyandu

(Kemkes RI, 2012)

Pemanfaatan pelayanan Posyandu yang masih kurang di Kota

Padangsidimpuan perlu terus ditingkatkan, oleh karena itu perlu adanya upaya yang

dilakukan kader untuk meningkatkan kesadaran ibu membawa balitanya untuk

ditimbang ke Posyandu. Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth dan Friska (2010)

terdapat hubungan yang positif antara performance, kegiatan dan hasil kegiatan kader

dalam memotivasi ibu untuk aktif membawa balitanya ke Posyandu. Dalam

penelitian yang dilakukan Elizabeth dan Friska (2010) kader memberikan penyuluhan

kepada ibu, mengunjungi rumah balita, dan aktif datang ke Posyandu setiap bulan.

Selain itu kader juga bekerja sama dengan Puskesmas untuk memotivasi ibu.

5.4 Pengaruh Peran Membantu Mendiagnosa Permasalahan yang Dihadapi


Ibu Berkaitan dengan Balita terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
dalam Penimbangan Balita di Kota Padangsidimpuan
Pengaruh peran mendiganosa permasalahan menunjukkan bahwadari 34

responden, kategori peran baik, sebanyak 20 responden (58,8%) memanfaatkan

Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara 42 responden katagori peran tidak

baik yang memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 7 responden

(16,7%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001

artinya terdapat pengaruh signifikan antara peran mendiagnosa permasalahan yang


70

dihadapi ibu berkaitan dengan balita terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu

dalam penimbangan balita. Peran ini tidak dapat dilanjutkan ke uji multivariat karena

terdapat hubungan antara peran membantu mendiagnosa masalah yang dihadapi ibu

dengan menumbuhkan keinginan ibu sehingga tidak dapat dimasukkan dalam uji

kandidat model.

Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata

tanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat,

termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena

selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai

penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu (Kemkes RI, 2012).

Dalam pelaksanaan Posyandu, masing-masing kader sudah dibagi tugasnya

mulai dari menimbang hingga memberikan penyuluhan. Setiap ibu yang datang

membawa balitanya ke Posyandu maka yang pertama sekali dilakukan adalah

penimbangan balita kemudian kader akan menginformasikan kepada ibu apakah ada

perubahan berat badan balita dan menjawab pertanyaan jika ibu merasa kurang jelas.

Menurut penelitian Huwriyati, A. Zulkifli, Mappeaty (2013)Berdasarkan hasil

penelitian dan uji statistik, ada pengaruh metode pelatihan dengan PBL terhadap

pengetahuan, sikap dan tindakan kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu di

Kabupaten Konawe Selatan, artinya metode pelatihan dengan PBL efektif dalam

meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan kader Posyandu dalam pelaksanaan

kegiatan Posyandu dibandingkan metode konvensional. Disarankan Pelatihan kepada

kader Posyandu dengan menggunakan metode PBL dapat dijadikan pilihan dalam
71

meningkatkan perilaku kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu di kabupaten

konawe selatan. Pelatihan kepada kader Posyandu dengan menggunakan metode PBL

perlu diberikan secara berkala pada setiap kader sebagai bagian dalam penyegaran.

5.5 Pengaruh Peran Menciptakan Keinginan Ibu terhadap Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan

Pengaruh peran menciptakan keinginan ibumenunjukkan bahwadari 35

responden dengan peran kader menciptakan keinginan ibu untuk memanfaatkan

Posyandu kategori peran baik, sebanyak 17 responden (51,5%) memanfaatkan

Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara43 responden katagori peran tidak

baik yang memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 10

responden (23,3%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai

p = 0,011 artinya terdapat pengaruh signifikan antara peran menciptakan keinginan

ibu terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Analisis

multivariat terdapat pengaruh yang signifikan antara menciptakan keinginan ibu

terhadap pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dengan nilai p

= 0,011< α=0,05 dan OR 14,9 dengan 95% CI=1,237-18,267. Hal ini berarti

kemungkinan responden yang memiliki peran menciptakan keinginan ibu 14,9 kali

lebih tinggi dibanding kelompok responden yang memiliki peran menciptakan

keinginan ibu rendah setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

Posyandu merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang berperan dalam

aspek pemantauan tumbuh kembang balita. Posyandu melaksanakan berbagai


72

kegiatan, salah satunya adalah penimbangan balita. Penimbangan balita bertujuan

untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui balita yang sakit,

untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita dan untuk

mendapatkan penyuluhan gizi. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Bittitaka (2011), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara kepatuhan keluarga berkunjung ke Posyandu dengan status gizi

balita.

Selain melakukan penimbangan balita, peran kader lainnya dalam Posyandu

adalah melakukan penyuluhan kepada ibu tentang tumbuh kembang dan asupan

nutrisi pada balita. Untuk melaksanakan semua peran kader maka perlu dilakukan

motivasi untuk meningkatkan kinerja kader. Berdasarkan hasil analisis data penelitian

oleh Latif (2012), maka dapat disimpulkan mayoritas kader masih kurang baik pada

praktik kader dalam pelaksanaan Posyandu, praktik kader yang kurang optimal dalam

hal penyusunan RTL (rencana tindak lanjut) ketrampilan dalam memberikan

penyuluhan, dan kunjungan ke rumah/ wawan muka untuk sasaran Posyandu

dikarenakan kurangnya pendampingan petugas kesehatan utamanya dalam

pembekalan ketrampilan administratif dan penyuluhan, minimnya media suluh yang

ada, keterbatasan waktu, dana dan alat transportasi bagi kader untuk melaksanakan

kunjungan rumah.

5.6 Pengaruh Peran Upaya untuk Mendapat Dukungan terhadap


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan
73

Pengaruh peran mewujudkan keinginan ibu dalam perbuatan yang nyata

menunjukkan bahwadari 33 kategori peran baik, sebanyak 18 responden (54,5%)

memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita. Sementara 43 responden

katagori peran tidak baik yang memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita

sebanyak 9 responden (20,9%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik

menunjukkan nilai p = 0,002 artinya terdapat pengaruh signifikan antara peran

mewujudkan keinginan ibu dalam perbuatan yang nyata terhadap pemanfaatan

pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Peran ini tidak dapat dilanjutkan

dengan pengujian multivariat karena berdasarkan uji kolinearitas terdapat hubungan

antara mewujudkan keinginan ibu dalam perbuatan yang nyata dengan membantu

mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita sehingga tidak

dapat dimasukkan dalam uji kandidat model.

Posyandu adalah kegiatan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat,

walaupun kader sebagai pengelola Posyandu tetapi perlu bekerja sama dengan pihak

lain seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan dokter/ bidan di Puskesmas. Dalam

memberikan motivasi kepada ibu kader dapat didampingi oleh puskesmas maupun

tokoh masyarakat. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2010)

bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku petugas kesehatan dan perilaku

tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu ke Posyandu di Kelurahan Rempoa

Kecamatan Ciputat Timur.

Setiap pelaksanaan Posyandu di Kota Padangsidimpuan selalu didampingi

oleh bidan dan Petugas dari Puskesmas. Walaupun didampingi oleh petugas
74

kesehatan dari puskesmas, kader tetap wajib melaksanakan tugasnya seperti

menimbang balita, melakukan penyuluhan, melakukan pencatatan dan tugas lainnya.

5.7 Pengaruh Peran Menjaga Keaktifan Ibu terhadap Pemanfaatan


Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan

Pengaruh peran menjaga keaktifan ibu menunjukkan bahwadari 18 responden

dengan peran kader menjaga keaktifan dalam pemanfaatan pelayanan Posyandu

kategori peran baik, sebanyak 11 responden (61,1%) memanfaatkan Posyandu dalam

penimbangan balita. Sementara 58 responden katagori peran tidak baik yang

memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 16 responden (27,6%).

Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,009 artinya

terdapat pengaruh signifikan antara peran menjaga keaktifan ibu terhadap

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Analisis multivariat

terdapat pengaruh yang signifikan antara menjaga keaktifan ibu terhadap

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dengan nilai p = 0,009 <

α=0,05 dan OR 27,72 dengan 95% CI=3,313-86,376. Hal ini berarti kemungkinan

responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu 27,72 kali lebih tinggi

dibanding kelompok responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu rendah

setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

Kader menjadi pengelola Posyandu yang sangat diharapkan perannya untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat agar ibu rajin membawa balitanya ke Posyandu.

Namun dalam melaksanakan perannya kader menghadapi tantangan, misalnya masih


75

ada ibu yang tidak membawa balitanya ke Posyandu sehingga cakupan kunjungan

balita yang kurang. Jika kader memberikan laporan cakupan balita yang kurang maka

kader akan mendapat teguran dari puskesmas sehingga untuk memenuhi target

cakupan penimbangan balita maka kader melakukan sweping ke rumah-rumah balita.

Penelitian yang dilakukan oleh Iswarawanti (2010), menyatakan bahwa kader yang

diharapkan dapat memberdayakan masyarakat agar mampu memecahkan masalah

dan kebutuhan gizi dan kesehatan mereka sendiri khususnya kesehatan dan gizi

anggota keluarga mereka yang masih balita. Namun menjadi hal yang dilematis

bahwa di satu sisi kader diharapkan dapat menjalankan peranannya dengan baik,

sedangkan di sisi lain mereka tidak dipersyaratkan untuk memiliki pengetahuan dan

kemampuan yang memadai di bidang gizi dan kesehatan untuk menjalankan

tugasnya. Insentif dan dukungan materil dan immateril yang minim juga kerap

menjadi hambatan bagi kesuksesan kinerja kader. Salah satu alternatif adalah

dibentuknya suatu program pendidikan bagi tenaga kesehatan sukarela dan program

tersebut diharapkan dapat mencetak pendidik yang dapat melatih kader menjalankan

tugasnya di masyarakat secara efektif dan optimum.

5.8 Pengaruh Peran Mencapai Suatu Terminal Hubungan terhadap


Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita di Kota
Padangsidimpuan
Pengaruh peran mencapai suatu terminal hubungan menunjukkan bahwadari

11 responden dengan peran kader mengakhiri hubungan ketergantungan kategori

peran baik, sebanyak 7 responden (63,6%) memanfaatkan Posyandu dalam

penimbangan balita. Sementara 65 responden katagori peran tidak baik


76

yangmemanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita sebanyak 20 responden

(30,8%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,035

artinya terdapat pengaruh signifikan antara peran menjaga keaktifan ibu terhadap

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Analisis multivariat

terdapat pengaruh yang signifikan antara menjaga keaktifan ibu terhadap

pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dengan nilai p = 0,035 <

α=0,05 dan OR 13,3 dengan 95% CI=1,429-70,239. Hal ini berarti kemungkinan

responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu 13,3 kali lebih tinggi

dibanding kelompok responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu rendah

setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

Kader merupakan anggota masyarakat yang bersedia, mampu, dan memiliki

waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Oleh karena itu,

peranan kader sangat diharapkan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam

memanfaatkan pelayanan posyandu. Kader sebagai pengelola menjadi ujung tombak

dalam pelayanan posyandu. Dalam kegiatan posyandu peran kader yang diharapkan

salah satunya adalah mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan

kegiatan posyandu, sehingga ibu mau membawa balitanya untuk ditimbang ke

posyandu dan mengikuti kegiatan yang lain.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarini dan Friska (2010),

terdapat hubungan positif peran serta kader dalam memotivasi keaktifan ibu

membawa balita ke posyandu dengan status kesehatan balita dengan p = 0,027. Peran

serta kader dalam mengajak ibu-ibu yang memiliki balita untuk membawa anaknya
77

ke Posyandu memberikan kontribusi yang besar dalam upaya kesejahteraan dan

keberhasilan pembangunan di Indonesia. Langkah kongkrit peran kader adalah

mengadakan kegiatan Posyandu setiap bulan pada tanggal yang sama sehingga

memudahkan ibu-ibu untuk mengingat tanggal tersebut dan pemberian informasi

melalui soundsystem tentang kegiatan Posyandu.

Sebagai pengelola yang menjadi ujung tombak dalam pelayanan posyandu

maka untuk meningkatkan peran kader maka dapat dilakukan berbagai cara untuk

meningkatkan kapassitas kader. Salah satunya adalah dengan mengadakan pelatihan.

Di Kota Padangsidimpuan telah dilakukan pertemuan kader secara rutin setiap 3

bulan sekali yaitu pada saat kader mengantarkan laporannya sekaligus menerima

intensif. pada pertemuan tersebut para kader bisa berdiskusi tentang kegiatan

posyandunya masing-masing sehingga dapat berbagi pengalaman untuk dapat

meningkatkan pelayanan di posyandu masing-masing. Pertemuan ini penting untuk

kader untuk lebih meningkatkan kinerjanya karena tidak semua kader aktif di

posyandu.

Perez et al. (2009) dan Herman et al. (2009), mengatakan bahwa pelatihan

dan pengawasan yang cukup dapat sebagai insentif yang dapat meningkatkan kinerja

kader di daerah pedesaan. Pittman et al. (2001) menyatakan bahwa petugas kesehatan

yang diberikan motivasi dalam pelatihan, akan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan. Pelatihan kader kesehatan masyarakat dapat memberikan

kesempatan untuk belajar keterampilan, menerima pendidikan dan berinteraksi

dengan staf professional yang lebih tinggi, Pelatihan tidak hanya menyediakan
78

preventif, kuratif, atau layanan lainnya yang relevan kepada masyarakat, tetapi juga

mengajar dan berkomunikasi dengan komunitas penduduk. Oleh karena itu, perlu

adanya suatu program pelatihan yang inovatif. Widagdo (2006) menyatakan bahwa

adanya hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan sikap dan kehadiran

kader di Posyandu. Pertemuan bulanan antar kaderdapat mempererat ikatan, dan

memberikan supervisi dan pelatihan. Pertemuan akan membahas keberhasilan dan

memecahkan masalah dengan bertukar informasi dan menciptakan lingkungan

mendukung.

.
79

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. PemanfaatanpelayananPosyandudalampenimbanganbalita di Kota

Padangsidimpuanmasihrendahyaitusebesar 35,5% dari total 76 Posyandu. Hal

ini dikarenakan masih rendahnya keaktifan kader dalam menjaga keaktifan

masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita untuk datang secara rutin

datang ke Posyandu.

2. Peran kader dalam

membantumendiagnosapermasalahan,menciptakankeinginanibu,menjagakeakt

ifanibu, danmencapaisuatu terminal hubunganadalah peran yang

memengaruhipemanfaatanpelayananPosyandudalampenimbanganbalita.

Peranmenjagakeaktifanibumerupakanperan yang paling

memengaruhipemanfaatanpelayananPosyandudalampenimbanganbalita.

6.2 Saran
1. Kader Posyandu hendaknya lebih aktif lagi dalam mengajak ibu untuk datang ke

Posyandu serta meningkatkan pengetahuan ibu sehingga ibu mau membawa

anaknya ke Posyandu. Jika ibu tidak datang ke Posyandu maka kader sebaiknya

menjemput ibu ke rumah serta memberi pengertian kepada ibu bahwa

penimbangan balita secara rutin setiap bulan dapat membantu mencegah


80

terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita, sehingga ibu

dapat secara mandiri membawa anaknya untuk datang ke Posyandu. Kader juga

perlu aktif jika ada pertemuan untuk meningkatkan keterampilan kader.

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan untuk memberikan

reward/penghargaan kepada ibu-ibu yang rajin membawa anaknya untuk ke

Posyandu, sehingga dapat memotivasi ibu untuk membawa anaknya ke

Posyandu.
81

DAFTAR PUSTAKA

Berry, D. 2003. Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. PT Raja Grafindo Persada:


Jakarta.
Dinkes Kota Padangsidimpuan. 2014. Profil Kesehatan 2013
Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI. 2014. Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar
Gizi. Diperbanyak oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Kemenkes. 2012. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan. Depkes: Jakarta.
Nasution, Z. 1996. Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan Penerapannya.
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Rahmadiliyani, N., Meililiyanie. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan
Keengganan Ibu Balita Berkunjung ke Posyandu di Desa Jingah Habang Hilir
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Vol. 4 No. 2 Media Sains
Wirapuspita, R. 2013. Insentif dan Kinerja Kader Posyandu. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Iswarawanti, Dwi N. 2010. Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan
Pemberdayaannya dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak di Indonesia. Vol. 13
No. 04 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Sistiriani, C., Nurhayati, S., Suratman.2013. Peran Kader dalam Penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Widagdo, S., Husodo, B.T. 2009. Pemanfaatan Buku KIA oleh Kader Posyandu:
Studi pada Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro. Vol. 13 No. 01 Makara Kesehatan.
Subagyo, W., Mukhadiono. 2010. Kemampuan Kader dan Partisipasi Masyarakat
pada Pelaksanaan Program Posyandu di Karangpucung Purwokerto Selatan
Kabupaten Banyumas Vol. 5 No. 2 Jurnal Keperawatan Soedirman.
Razak, Nuraini. 2013. Sekitar 35 Juta Balita Masih Beresiko jika Target Angka
Kematian Anak Tidak Tercapai. UNICEF Indonesia: Jakarta
Ariyani, Susanti, Mardiyaningsih. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Frekuensi
Penimbangan Balita di Posyandu. Vol. 7 No. 03 Jurnal Keperawatan
Soedirman.
82
82

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PERAN KADER POSYANDU TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN POSYANDU DALAM PENIMBANGAN
BALITA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015

No. Posyandu :
No. Responden :

A. Identitas Umum
Nama :
Alamat :

B. Pertanyaan
Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom atau pilihan jawaban yang Ibu anggap
tepat!
Menumbuhkan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan
Ya Tidak
Posyandu
- Kader mengajak Ibu untuk datang ke Posyandu
- Kader menjelaskan manfaat Posyandu
- Kader memberi tahu jadwal pelaksanaan Posyandu kepada Ibu
- Kader memberitahu tempat pelaksanaan Posyandu kepada Ibu

Membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan


Ya Tidak
pelayanan Posyandu
- Kader datang kerumah Ibu membicarakan Posyandu
- Kader menanyakan kondisi kesehatan balita
- Kader memberikan penjelasan tentang kenaikan berat badan
balita kepada Ibu
- Kader mendengar keluhan yang Ibu sampaikan tentang balita

Membantu mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan


Ya Tidak
dengan balita
- Kader bertanya tentang keluhan – keluhan yang mungkin dialami
oleh balita
- Kader menimbang berat badan balita sewaktu di Posyandu
- Kader mencatat dan membuat laporan tentang penimbangan balita
- Kader menjawab pertanyaan ibu dengan baik

Menciptakan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan


Ya Tidak
Posyandu
- Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti kegiatan di 78
83

Posyandu
- Kader menjelaskan kepada Ibu bagaimana asupan nutrisi pada
balita
- Kader menyarankan kepada Ibu untuk menjaga kesehatan balita
- Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti penyuluhan
gizi balita

Mewujudkan keinginan ibu untuk memanfaatkan Posyandu dalam


Ya Tidak
perbuatan yang nyata
- Kader pernah bekerja sama dengan tokoh agama dalam
memberikan penyuluhan pada ibu
- Kader pernah bekerja sama dengan tokoh masyarakat dalam
memberikan penyuluhan pada ibu
- Kader pernah bekerja sama dengan dokter/bidan di Puskesmas
dalam pelayanan Posyandu

Menjaga keaktifan ibu dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu Ya Tidak


- Kader menyuruh Ibu datang ke Posyandu secara rutin
- Kader menganjurkan kapada Ibu untuk menjaga kesehatan balita
- Kader menjemput ibu ke rumah jika tidak datang ke Posyandu
- Ibu pernah mendapat penghargaan bila Ibu rajin datang ke
Posyandu

Mencapai suatu terminal hubungan sehingga ibu tidak bergantung


Ya Tidak
kepada kader dalam pemanfaatan pelayanan Posyandu
- Kader menyarankan kepada Ibu datang sendiri ke Posyandu
- Kader menganjurkan kepada ibu agar memperhatikan tumbuh
kembang balita
- Kader menjelaskan bahwa kalau aktif ke Posyandu itu untuk
kepentingan Ibu dan balita
84

JAWABAN RESPONDEN TERHADAP PERTANYAAN PERAN KADER

1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20
2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 13
3 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 15
4 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 13
5 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 21
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 2 21
7 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 12
8 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 20
9 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 15
10 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15
11 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 18
12 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 2 19
13 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 2 15
14 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 2 18
15 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 14
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 3 22
17 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 14
18 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 2 16
20 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 19
21 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 3 17
22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 17
23 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 2 16
24 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 2 19
25 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10
26 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16
27 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 21
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 2 21
29 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 16
30 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 17
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 19
32 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 13
33 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 16
34 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 21
35 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 2 17
36 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 19
37 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 22
85

38 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 17
39 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 17
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 20
41 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 15
42 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 2 18
43 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 2 18
44 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 17
45 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 12
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 3 16
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 24
48 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 15
49 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 18
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 22
51 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 3 21
52 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9
53 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 20
54 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 13
55 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 14
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 2 23
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 2 21
58 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 12
59 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 20
60 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 3 21
61 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 15
62 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 14
63 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17
64 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 3 19
65 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
66 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 14
67 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 20
68 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 16
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 21
70 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 20
71 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 15
72 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20
73 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14
74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 3 24
75 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 2 15
76 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 2 17
86

Distribusi Frekuensi Peran Kader

Kader mengajak Ibu untuk datang keposyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 6 7.9 7.9 7.9
ya 70 92.1 92.1 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menjelaskan manfaat posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 25 32.9 32.9 32.9
ya 51 67.1 67.1 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader memberitahu jadwal pelaksanaan posyandu kepada Ibu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 46 60.5 60.5 60.5
ya 30 39.5 39.5 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader memberitahu tempat pelaksanaan posyandu kepada Ibu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 47 61.8 61.8 61.8
ya 29 38.2 38.2 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader datang kerumah Ibu membicarakan posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 31 40.8 40.8 40.8
ya 45 59.2 59.2 100.0
Total 76 100.0 100.0
87

Kader menanyakan kondisi kesehatan balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 1 1.3 1.3 1.3
ya 75 98.7 98.7 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader memberikan penyuluhan tentang kenaikan berat badan balita kepada Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 19 25.0 25.0 25.0
ya 57 75.0 75.0 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader mendengar keluhan yang Ibu sampaikan tentang balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 27 35.5 35.5 35.5
ya 49 64.5 64.5 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader bertanya tentang keluhan – keluhan yang mungkin dialami oleh balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 15 19.7 19.7 19.7
ya 61 80.3 80.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menimbang berat badan balita sewaktu di posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 16 21.1 21.1 21.1
ya 60 78.9 78.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
88

Kader menjawab pertanyaan ibu dengan baik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 27 35.5 35.5 35.5
ya 49 64.5 64.5 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menjelaskan tentang tumbuh kembang balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 14 18.4 18.4 18.4
ya 62 81.6 81.6 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti kegiatan di posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 76 100.0 100.0 100.0

Kader menjelaskan kepada Ibu bagaimana asupan nutrisi pada balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 37 48.7 48.7 48.7
ya 39 51.3 51.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menyarankan kepada Ibu untuk menjaga kesehatan balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 22 28.9 28.9 28.9
ya 54 71.1 71.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
89

Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti penyuluhan gizi balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 22 28.9 28.9 28.9
ya 54 71.1 71.1 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader pernah bekerjasama dengan tokoh agama dalam memberikan penyuluhan


pada ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 39 51.3 51.3 51.3
ya 37 48.7 48.7 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader pernah bekerjasama dengan tokoh masyarakat dalam memberikan


penyuluhan pada ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 18 23.7 23.7 23.7
ya 58 76.3 76.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader pernah bekerjasama dengan dokter/bidan di Puskesmas dalam pelayanan


posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 76 100.0 100.0 100.0

Kader menyuruh Ibu datang keposyandu secara rutin


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 16 21.1 21.1 21.1
ya 60 78.9 78.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
90

Kader menganjurkan kepada Ibu untuk menjaga kesehatan balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 22 28.9 28.9 28.9
ya 54 71.1 71.1 100.0
Total 76 100.0 100.0

Ibu pernah dijemput kerumah oleh kader jika tidak datang kepoyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 42 55.3 55.3 55.3
ya 34 44.7 44.7 100.0
Total 76 100.0 100.0

Ibu pernah mendapat penghargaan bila Ibu rajin datang keposyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 50 65.8 65.8 65.8
ya 26 34.2 34.2 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menyarankan kepada Ibu datang sendiri keposyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 24 31.6 31.6 31.6
ya 52 68.4 68.4 100.0
Total 76 100.0 100.0

Kader menganjurkan kepada ibu agar memperhatikan tumbuh kembang balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 44 57.9 57.9 57.9
ya 32 42.1 42.1 100.0
Total 76 100.0 100.0
91

Kader menjelaskan bahwa kalau akti fkeposyandu itu untuk kepentingan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 54 71.1 71.1 71.1
ya 22 28.9 28.9 100.0
Total 76 100.0 100.0

*Peran Kader

Menumbuhkan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 17 22.4 22.4 22.4
Tidak Baik 59 77.6 77.6 100.0
Total 76 100.0 100.0

Membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan pelayanan posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 43 56.6 56.6 56.6
Tidak Baik 33 43.4 43.4 100.0
Total 76 100.0 100.0

Membantu mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 34 44.7 44.7 44.7
Tidak Baik 42 55.3 55.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Menciptakan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 38 50.0 50.0 50.0
Tidak Baik 38 50.0 50.0 100.0
Total 76 100.0 100.0
92

Mewujudkan keinginan ibu untuk memanfaatkan posyandu dalam perbuatan yang


nyata
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 37 48.7 48.7 48.7
Tidak Baik 39 51.3 51.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Menjaga keaktifan ibu dalam memanfaatkan pelayanan posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 18 23.7 23.7 23.7
Tidak Baik 58 76.3 76.3 100.0
Total 76 100.0 100.0

Mencapai suatu terminal hubungans ehingga ibu tidak bergantung kepada kader dalam
pemanfaatan pelayanan posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 11 14.5 14.5 14.5
Tidak Baik 65 85.5 85.5 100.0
Total 76 100.0 100.0

*Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Pemanfaatan Pelayanan Posyandu


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid memanfaatkan (>85%) 27 35.5 35.5 35.5
Tidak memanfaatkan (<85%) 49 64.5 64.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
93

Master Data Bivariat


No. Peran1 Peran2 Peran3 Peran4 Peran5 Peran6 Peran7 Pemanfaatan
1 2 1 1 2 1 2 2 2
2 2 2 2 1 1 2 2 2
3 2 2 1 2 2 2 1 2
4 2 2 2 1 2 2 2 2
5 2 1 1 1 1 2 2 1
6 1 1 1 2 1 2 2 2
7 2 2 2 2 2 2 1 2
8 2 2 1 2 1 1 2 1
9 2 1 2 2 2 2 2 2
10 2 2 1 1 1 2 2 2
11 2 2 1 2 1 1 2 1
12 2 1 2 1 1 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 2 2
14 2 2 2 1 1 2 2 2
15 2 2 1 2 2 2 2 2
16 1 1 1 2 1 2 1 1
17 2 1 2 2 2 2 2 2
18 2 2 2 1 1 1 2 1
19 1 1 2 2 2 2 2 2
20 2 1 1 1 1 2 2 2
21 2 2 1 2 1 2 1 1
22 2 2 1 2 2 2 2 2
23 2 1 2 2 1 2 2 2
24 2 2 1 2 1 2 2 2
25 2 2 2 2 2 1 2 1
26 2 1 2 2 2 1 2 1
27 2 1 2 1 2 1 2 2
28 1 1 1 1 1 2 2 1
29 2 2 2 1 2 2 2 2
30 2 1 1 2 1 2 2 2
31 1 1 1 1 2 2 2 1
32 2 2 2 1 1 2 2 2
33 2 1 2 2 2 2 1 2
34 2 1 1 1 1 2 2 1
35 2 2 2 2 2 2 2 2
36 2 1 1 2 2 1 2 2
37 2 1 1 1 1 1 2 1
94

38 2 2 2 2 2 2 2 2
39 2 2 2 1 1 2 2 1
40 1 1 1 2 2 2 2 2
41 2 1 2 1 2 2 2 2
42 1 2 1 1 2 2 2 1
43 2 1 1 2 2 2 2 2
44 2 1 2 1 2 2 2 2
45 2 2 2 1 1 2 2 1
46 1 1 2 2 2 2 1 2
47 1 1 1 1 2 1 2 1
48 2 2 2 2 2 2 2 2
49 2 2 1 2 2 2 2 2
50 1 1 1 1 1 2 2 1
51 2 1 1 1 1 2 1 1
52 2 2 2 2 2 2 2 2
53 2 1 1 1 1 2 2 1
54 2 1 2 2 1 2 2 2
55 2 2 2 1 1 2 2 2
56 1 1 1 1 2 1 2 1
57 1 1 1 1 1 2 2 1
58 2 1 2 2 2 2 2 2
59 1 2 1 1 2 1 2 1
60 2 1 1 1 1 2 1 1
61 2 1 2 2 2 1 2 2
62 2 1 2 1 1 2 2 2
63 1 2 2 2 1 1 2 2
64 2 1 1 1 1 2 1 1
65 2 1 2 1 1 2 2 2
66 2 1 2 2 2 2 2 2
67 2 2 2 1 2 1 1 1
68 2 1 2 1 2 2 2 2
69 1 1 1 1 2 2 2 2
70 2 1 2 2 1 1 2 1
71 2 2 2 2 2 1 2 2
72 1 2 2 1 1 2 2 2
73 2 2 2 2 1 1 2 2
74 1 1 1 1 1 2 1 1
75 2 1 2 2 2 2 2 2
76 2 2 2 1 2 1 2 2

Anda mungkin juga menyukai