TESIS
Oleh
DEVI SAGITA SARAGI
137032143/IKM
i
THE INFLUENCEOF THE POSYANDUCADREROLE TO THE
UTILIZATION OF POSYANDU SERVICE IN WEIGHING OF
TODDLER IN PADANGSIDIMPUAN CITY
IN 2015
THESIS
BY
DEVI SAGITA SARAGI
137032143/IKM
i
PENGARUH PERAN KADER POSYANDU TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN POSYANDU DALAM PENIMBANGAN BALITA
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015
TESIS
Oleh
i
Judul Tesis : PENGARUH PERAN KADER POSYANDU
TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN
POSYANDU DALAM PENIMBANGAN BALITA
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015
Nama Mahasiswa : Devi Sagita Saragi
Nomor Induk Mahasiswa : 137032143/IKM
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Namora Lumongga Lubi, M.Sc, Ph.D) (Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes)
Ketua Anggota
Dekan
i
Telah Diuji
pada Tanggal : 10 Desember 2015
i
2
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi
masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari kontribusi
peranan kader Posyandu. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar
karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan
eksplanatoryresearch yang bertujuan menjelaskan pengaruh peran kader terhadap
pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota
Padangsidimpuan tahun 2015. Populasi penelitian yaitu seluruh Posyandu di Kota
Padangsidimpuan sebanyak 76 Posyandu. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner.Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan,pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita masih rendah yaitu sebesar 35,5% dari total 76 Posyandu, dan
secara statistik variabel yang paling dominan memengaruhi adalah peran menjaga
keaktifan ibu dengan nilai koefisien regresi 16,915.
Kader memiliki peranan yang sangat penting terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita. Disarankan kaderhendaknya lebih aktif lagi
dalam mengajak ibu untuk datang ke Posyandu serta meningkatkan pengetahuan ibu
sehingga ibu mau membawa anaknya ke Posyandu.
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Dalampenulisantesisini, penulismendapatbantuan,
dorongandanbimbingandariberbagaiberbagaipihak.Untukitupadakesempataninipenuli
smengucapkanterimakasihdanpenghargaankepada :
telahmemberikanizinuntukmengikutiPendidikan di Program
IlmuKesehatanMasyarakatFakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera
Utara
4. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Drs.
telahbanyakmenyediakanwaktu, pemikirandanbimbingankepadapenulis.
iii
5. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si selaku dosen Penguji I dan Dra. Jumirah,
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti
7. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Padangsidimpuan yang telah
baikselamapenelitian.
8. Kepala Dinas Kesehatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
membalassemuanyadengankebahagiaan.
terimakasihatassemangatkebersamaanselamamenjalaniperkuliahandanbimbingan
semogakitamasihmenjalinsilaturahim di masamendatang.
iv
11. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
besarnyapadaberbagaipihak yang
berkepentingan.Penulismenyadaribahwatesisinimasihterdapatbanyakkekurangandank
Devi SagitaSaragi
137032143/IKM
v
RIWAYAT HIDUP
Pane, S.PdSD.
MinatStudiKesehatanReproduksi.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
vii
3.3. Populasi dan Sampel ……………………………………………... 40
3.3.1. Populasi……………………………………………………. 40
3.3.2. Sampel……………………………………………………... 40
3.4. Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 40
3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas……………………………… 40
3.5. Variabel dan Definisi Operasional……………………………….. 41
3.6. Metode Pengukuran……………………………………………… 43
3.7. Metode Analisis Data ……………………………………………. 44
viii
ix
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4.1 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Menumbuhkan Keinginan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 43
4.2 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Membina Suatu Hubungan dengan
Ibu Untuk MemanfaatkanPelayananPosyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 43
4.4 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Menciptakan Keinginan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 44
4.5 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Mewujudkan Keinginan Ibu dalam
Perbuatan yang Nyata untuk Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di
Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 ............................................................ 45
4.6 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Menjaga Keaktifan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 45
4.7 Hasil Pengamatan Peran Kader yaitu Mencapai Suatu Terminal Hubungan
Untuk Memanfaatkan Pelayanan Posyandu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2015 ................................................................................................... 46
x
4.10 Hubungan Peran Menumbuhkan Keinginan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu dalam Penimbangan Balita ...... 48
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. KuesionerPenelitian ............................................................... 83
xiii
ABSTRAK
Secara nasional status gizi anak di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi
masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari kontribusi
peranan kader Posyandu. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar
karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh peran kader Posyandu terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita di Kota Padangsidimpuan tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan
eksplanatoryresearch yang bertujuan menjelaskan pengaruh peran kader terhadap
pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita di Kota
Padangsidimpuan tahun 2015. Populasi penelitian yaitu seluruh Posyandu di Kota
Padangsidimpuan sebanyak 76 Posyandu. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner.Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan,pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita masih rendah yaitu sebesar 35,5% dari total 76 Posyandu, dan
secara statistik variabel yang paling dominan memengaruhi adalah peran menjaga
keaktifan ibu dengan nilai koefisien regresi 16,915.
Kader memiliki peranan yang sangat penting terhadap pemanfaatan pelayanan
Posyandu dalam penimbangan balita. Disarankan kaderhendaknya lebih aktif lagi
dalam mengajak ibu untuk datang ke Posyandu serta meningkatkan pengetahuan ibu
sehingga ibu mau membawa anaknya ke Posyandu.
i
ABSTRACT
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna
kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk
tahun terakhir yang menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak-
jumlah kematian bayi dan anak. Namun sudah tersebarnya Posyandu secara kuantitas
belum tentu dibarengi dengan kualitas pelayanan yang baik, disini perlu peran kader
1 1
2
penimbangan pada balita dimaksudkan untuk melihat kenaikan berat badan balita.
Manfaat yang didapatkan jika menimbang balita secara rutin diantaranya mengetahui
balita sakit, berat badan dibawah garis merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, dan
Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi
yangterdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang.
Sebesar 4,5% balitadengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi
nasional tahun 2007 (18,4 %) dantahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi
pada balita tahun 2013 terlihat meningkat.Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri
dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%berstatus gizi buruk. Perubahan
terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun2007, 4,9% pada
tahun 2010, dan 5,7% pada tahun 2013. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
(2013) persentase kekurangan gizi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 22,4% yang
menjadi masalah. Ada tidaknya masalah gizi anak di suatu daerah tidak jauh dari
masyarakat agar mampu memecahkan masalah kebutuhan gizi dan kesehatan mereka
sendiri khususnya kesehatan dan gizi anggota keluarga mereka yang masih balita
(Iswarawanti, 2010).
3
2010-2014 yaitu memuat kebijakan dan strategi indikator keluaran yang harus dicapai
oleh Kementrian Kesehatan. Dalam bidang perbaikan gizi terdapat 2 (dua) indikator
keluaran, yaitu balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100% dan cakupan
Indonesia yang mengalami gizi buruk telah mendapatkan perawatan. Hal ini berarti
Renstra Kemkes telah tercapai yakni balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar
100%.
Indonesia dan 82,62% di Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan data tersebut dapat
balita ke Posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S.Data D/S diperoleh dengan
cara membagi jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah seluruh balita kemudian
dikalikan 100.
beberapa faktor antara lain faktor pembina Posyandu, kader Posyandu itu sendiri dan
para pengguna Posyandu. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan kinerja kader
adalah pemberian bantuan operasional, piagam, uang, transport dan pelatihan. Dalam
hal ini Kemenkes RI (2012) juga menyebutkan peran kader dalam penyelenggaraan
Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
aspek penting yang mendukung keberhasilan program Posyandu. Untuk itu kader
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan ibu balita enggan
berkunjung ke Posyandu yaitu peran kader. Berdasarkan faktor peran kader diketahui
Posyandu yang tersebar. Pada tahun 2013 terdapat 11 kasus gizi buruk pada balita
angka kejadian gizi buruk. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghindari
kejadian gizi buruk salah satunya adalah dengan meningkatkan cakupan kunjungan
akan datang, untuk itu perlu adanya peran kader untuk menggiatkan masyarakat
khususnya ibu balita untuk menimbang balitanya ke Posyandu (Profil Kesehatan Kota
Padangsidimpuan, 2013).
pada balita, para ibu juga menganggap jika datang ke Posyandu akan menghabiskan
menggiatkan ibu-ibu untuk datang ke Posyandu selain juga memberi informasi yang
belum tentu semuanya aktif dalam melakukan perannya sebagai kader. Hal ini terkait
1.2 Permasalahan
1.4 Hipotesis
2015.
metodologi penelitian
7
2. Menambah wawasan dan pengalaman peneliti serta dapat menjadi acuan bagi
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah, dinas kesehatan dan pihak terkait
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kader
2.1.1 Defenisi
yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
masyarakat, yaitu:
yang dapat dilakukan dengan mengunjungi setiap rumah keluarga yang memiliki
anak balita dan ibu hamil. Dapat juga dilakukan dengan penyuluhan massa
8
9
Posyandu
3. Membuat kesan pertama yang baik dan memperlihatan citra yang positif
maka untuk meningkatkan peran kader maka dapat dilakukan beberapa cara untuk
Posyandu menjadi kurang optimal, antara lain sering terjadi drop out kader, tingkat
kejenuhan kader, sulitnya regenerasi kader, adanya peran ganda kader, serta
kurangnya pemahaman dan keterampilan kader di Posyandu. Selain itu banyak hal-
10
hal baru terkait penimbangan yang perlu diketahui oleh kader. Untuk mengatasi hal
tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah penambahan kader baru dan
keterampilan dan wawasan para kader. Kegiatan ini dapat dilakukan berkoordinasi
dengan Kepala Desa/Lurah, Puskesmas dan tim penggerak PKK setempat. Waktu dan
Kegiatan ini dapat dilakukan paling lama 3 tahun sekali dengan menggunakan
berbagai sumber dana seperti APBD Kabupaten dan Kota, ADD (Anggaran Dana
2. Jambore Kader
semua pihak agar kader tetap semangat melaksanakan tugas dan fungsinya. Perlu ada
kegiatan sebagai wadah bagi para kader agar dapat saling tukar pengalaman, guna
yang selama ini telah bekerja tanpa pamrih. Kegiatan ini dapat dilaksanakan 1 tahun
sekali berupa Jambore Kader Posyandu mulai dari tingkat kecamatan hingga
kabupaten dan kota. Jambore kader Posyandu merupakan salah satu kegiatan yang
Kader adalah relawan, namun agar kader lebih bersemangat bekerja, perlu
Bupati/Walikota
masing-masing
e. Menjadikan kader sebagai mitra dan bukan bagian dari aparat Puskesmas
kader semakin meningkat, bahkan bisa menarik minat masyarakat untuk menjadi
kader.
penimbangan balita tinggi, kunjungan dilakukan pada saat Posyandu yang dikunjungi
sedang melakukan kegiatan. Hal-hal yang dapat dilihat dan dipelajari seperti
12
kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana stimulasi balita.
13
a. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
d. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini,
e. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada
Posyandu.
14
a. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka
Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk
membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu,
(Nasution, 1988). Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) dalam buku Nasution
perubahan.
membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat
alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Agen pembaharu melihat masalah
pembaharu.
menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk
mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi
dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau
16
membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan harus
berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu
menonjolkan inovasi.
klien, jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif
kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau
dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh karena itu,
dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh
secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar dapat
tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah
merubah dirinya, sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan
kemajuan jaman.
17
2.2.Posyandu
2.2.1. Defenisi
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan
balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasangan Usia Subur (Kemkes RI,
2014)
2.2.2 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia
2. Tujuan Khusus:
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA (Kemenkes RI, 2011).
2.2.3 Fungsi
dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka
1. Bagi Masyarakat
AKABA
3. Bagi Puskesmas
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor. (Kemenkes RI,
2011)
dan kegiatan tambahan, kegiatan tambahan dapat dilakukan jika kegiatan utama
sudah terlaksana setidaknya 50%. Kegiatan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.
20
A. Kegiatan Utama
a. Ibu hamil
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan
Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan
kesepakatan.
pertama).
3) Perawatan payudara.
21
Puskesmas.
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara
sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang
diselenggarakan
kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat
22
dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan
peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan
3. Imunisasi
4. Gizi
suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi
Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada
di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas
atau Poskesdes.
pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat
B. Kegiatan Pengembangan/Tambahan
dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan.
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah
cara membagi jumlah balita yang ada dan mempunyai Kartu Menuju Sehat
pengertian dan motivasi orang tua balita untuk menimbang setiap bulannya.
Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D)
dengan jumlah balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100.
3. Hasil Penimbangan (N/D). Merupakan indikator keadaan gizi balita pada suatu
waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah
balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah balita yang ditimbang bulan
ini (D).
4. Hasil Pencapaian Program (N/S). Indikator ini di dapat dengan cara membagi
jumlah balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh balita (S)
dikalikan 100.
masyarakat dan orang tua balita pada penimbangan balita di posyandu. Indikator
ini diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan
jumlah seluruh balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini
dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya
(Marniati, 2012).
pada:
kelompok :
a. Ciri - ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, status perkawinan, besar
keluarga dll
b. Struktur sosial seperti : tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya.
penyakit.
26
b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada,
jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio penduduk
semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka tingkat pemanfaatan
Jika faktor predisposisi keluarga dan kemampuan tersebut ada maka variasi
pelayanan kesehatan. Penilaian individu ini dapat di peroleh dari dua sumber yaitu:
yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit dan
Hipotesis utama dalam studi tersebut adalah variabel bebas yang berbeda akan
kunjungan atas inisiatif klien bukan inisiatif tenaga kesehatan) (Muzaham, 2007).
dan agen perubahan dalam difusi inovasi masyarakat menurut Rogers dan Shoemaker
mengkombinasikan antara teori Andersen (1968) dan teori Rogers dan Shoemaker
keluarga yang terdiri dari ciri-ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan
kesehatan; faktor kemampuan dalam melaksanakan yang terdiri dari sumber daya
keluarga dan sumber daya masyarakat yang termasuk sarana pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan; faktor kebutuhan terhadap jasa pelayanan yang terdiri dari
(1971) yaitu tentang agen perubahan dalam difusi inovasi masyarakat yang didalam
penelitian ini berarti kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan agen perubahan di
29
dalam bidang kesehatan yang berasal dari masyarakat sebagai relawan dalam
faktor sumber daya masyarakat. Agen perubahan dalam teori Roger dan Shoemaker
(1971) dalam buku Nasution (1968) memiliki tujuh langkah dalam pelaksanaan difusi
perubahan.
membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat
klien pada kemampuannya, saling percaya dan juga agen pembaharu harus
alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Agen pembaharu melihat masalah
pembaharu.
berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai
tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan
30
menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka
dirinya untuk menerima inovasi. Namun cara yang digunakan harus berorientasi
pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan
inovasi.
klien, jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif
kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau
dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh karena itu,
dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh
secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar dapat
laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali
merubah dirinya, sebagai anggota sistem sosial yang selalu mendapat tantangan
kemajuan jaman.
31
inisiatif masyarakat yang dilihat dari cakupan penimbangan balita. Namun masih
rendahnya cakupan penimbangan balita sering dikaitkan dengan peran kader yang
dianggap sebagai ujung tombak keberhasilan Posyandu. Oleh sebab itu peneliti ingin
berikut :
BAB 3
METODE PENELITIAN
pengukuran korelasi variabel dependen dan independen dalam waktu yang bersamaan
ini adalah karena masih banyaknya ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan
posyandu dalam penimbangan balita yang dapat dilihat dari masih belum tercapainya
Penelitian ini dimulai dari Januari - November 2015 yaitu dimulai dari
3.3.1 Populasi
penelitian adalah lembar check list untuk melihat peran kader, maka lembar check
1.3.2 Sampel
34
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh Posyandu
masing Posyandu. Kader disini adalah sebagai responden yang jawabannya akan
menggambarkan 1 Posyandu.
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui lembar check list mengenai
penilaian peran kader yang digunakan pada kader Posyandu yang termasuk dalam
sampel penelitian. Lembar check list dibagikan kepada dua kader untuk setiap
Posyandu, jika terdapat jawaban yang berbeda antara kedua kader maka dipilihlah
2. Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian ini seperti Profil
penimbangan balita setiap bulan yaitu cakupan penimbangan balita atau D/S.
Pada penelitian ini data yang dipakai adalah rata-rata cakupan penimbangan balita
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Sugiono (2010) mengatakan bahwa dikatakan
valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa
yang akan diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan
dengan ketentuan bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan bila r hitung < r
Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjut
kan dengan uji reliabilitas. Pernyataan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang
konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur dari satu
kali pegukuran, dengan ketentuan r hitung > r tabel maka dinyakan reliabilitas dan
Kecamatan Sipirok yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 17-
18Oktober 2015. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Independen (Peran Kader)
Dari nilai uji ini maka diketahui bahwa kuesioner dengan jumlah
pernyataanperan kader sebanyak 30butir ini valid dan reliabel serta layak untuk
berubahnya variabel terikat, jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi.
kader Posyandu sebagai agen perubah membantu kliennya agar ibu mempunyai
jika responden menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran kader
38
“Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka peran
Posyandu. Terdiri dari 6 pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua
pernyataan maka peran kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1
yaitu kader Posyandu meninjau situasi dengan penuh empati tentang kesehatan
balita maupun tumbuh kembang balita. Terdiri dari 4 pernyataan, jika responden
menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran kader “Baik”, jika
responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka peran kader “Tidak
baik”.
mencari cara memotivasi dan menarik perhatian klien, agar klien timbul
jika responden menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran kader
“Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka peran
secara rutin yaitu upaya yang dilakukan kader agar ibu mau membawa dan
39
pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua pernyataan maka peran
kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1 pernyataan saja maka
Posyandu. Terdiri dari 4 pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua
pernyataan maka peran kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1
yaitu kader Posyandu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya
sendiri. Terdiri dari 3 pernyataan, jika responden menjawab “Ya” untuk semua
pernyataan maka peran kader “Baik”, jika responden menjawab “Tidak” untuk 1
cakupan penimbangan balita setiap bulan yang diambil selama 6 bulan dari setiap
Posyandu. Cakupan penimbangan balita diketahui berdasarkan data D/S yaitu jumlah
seluruh balita dibagi jumlah balita yang ditimbang pada bulan diadakannya
Posyandu.Data D/S digunakan karena setiap ibu yang membawa balita ke Posyandu
wajib ditimbang terlebih dahulu. Jika cakupan penimbangan Balita > 85% maka
Cara dan
No Variabel Skala Ukur Hasil Ukur
Alat Ukur
Variabel Bebas
Peran kader posyandu
1. Menumbuhkan keinginan Wawancara Ordinal 1 : Ya
ibu untuk memanfaatkan (kuesioner) 0 : Tidak
pelayanan Posyandu
dalam penimbangan balita
2. Membina suatu hubungan Wawancara Ordinal 1 : Ya
dengan ibu dalam rangka (kuesioner) 0 : Tidak
pemanfaatan pelayanan
Posyandu
Cara dan
No Variabel Skala Ukur Hasil Ukur
Alat Ukur
3. Membantu mendiagnosa Wawancara Ordinal 1 : Ya
permasalahan yang (kuesioner) 0 : Tidak
dihadapi ibu berkaitan
dengan balita
41
Proses pengolahan data setelah data terkumpul, dalam penelitian ini yaitu:
2. Koding untuk melakukan pengkodean terhadap setiap item, dengan cara merubah
3. Entry data, memasukkan data untuk diolah secara manual atau memakaiprogram
1. Analisis Univariat
42
(Notoatmodjo, 2005). Variabel yang dimaksud adalah peran kader Posyandu. Pada
analisis ini, hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2003). Pengujian univariat dalam penelitian ini adalah peran kader
Posyandu.
2. Analisis Bivariat
pengaruh antara dua variabel.Pengujian bivariat berupa peran kader Posyandu dengan
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariatdigunakan untuk menguji antara variabel terikat yang
BAB 4
HASIL PENELITIAN
luas wilayah 114.65 km2. Wilayah Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
penimbangan balita sebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader
kader menjelaskan bahwa di Posyandu ada penimbangan balita yang dilakukan setiap
bulan(67,1%).
Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader
yaitu kader menjelaskan manfaat penimbangan balita di Posyandu yaitu untuk memantau
badan balita kepada Ibu(61,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Peran Kader yaitu Menumbuhkan Keinginan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandudalam Penimbangan Balita
Jawaban 44
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader datang kerumah Ibu membicarakan 70 92,1 6 7,9 76 100,0
tentang manfaat pelayanan di Posyandu
2. Kader menjelaskan bahwa di Posyandu 51 67,1 25 32,9 76 100,0
ada penimbangan balita yang dilakukan
setiap bulan
3. Kader menjelaskan manfaat penimbangan 30 39,5 46 60,5 76 100,0
44
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
rumah ibu agar datang rutin ke Posyandu (59,2%), kader membaur (mengakrabkan diri)
(kekeluargaan) memberi tahu jadwal pelaksanaan Posyandu berikutnya kepada ibu sehingga
ibu tertarik untuk hadir (75,0%), kader selalu menanyakan kondisi kesehatan balita (terkait
dengan perkembangan berat badan balita) pada saat datang ke rumah, atau berpapasan
dengan ibu serta pada saat pelaksanaan Posyandu (64,5%), kader selalu mendengar keluhan
yang ibu sampaikan tetang kesehatan balita (terkait dengan perkembangan berat badan balita)
(67,1%), dan kader selalu memberikan nasehat/solusi atas keluhan yang ibu sampaikan
tentang kesehatan balita (terkait dengan perkembangan berat badan balita) (60,5%). Untuk
Tabel 4.2 Distribusi Peran Kader yaitu Membina Suatu Hubungan dengan
Ibudalam RangkaPememanfaatan Pelayanan Posyandu
Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader mendatangi rumah ibu agar datang 45 59,2 31 40,8 76 100,0
rutin ke Posyandu
2. Kader membaur (mengakrabkan diri) 75 98,7 1 1,3 76 100,0
dengan ibu pada saat pelaksanaan
penimbangan di Posyandu
3. Kader secara akrab (kekeluargaan) 57 75,0 19 25,0 76 100,0
45
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
sebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader meminta ibu ikut serta
ketika menimbang berat badan balitanya sewaktu di Posyandu (80,3%),kader mencatat dan
membuat laporan tentang penimbangan balita dalam KMS yang dibawa ibu (78,9%), kader
menjelaskan kepada ibu tentang hasil penimbangan balita (64,5%), dan kader menjelaskan
kepada ibu tentang tumbuh kembang balitanya (81,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader meminta ibu ikut serta ketika 61 80,3 15 19,7 76 100,0
menimbang berat badan balitanya sewaktu
di Posyandu
2. Kader mencatat dan membuat laporan 60 78,9 16 21,1 76 100,0
tentang penimbangan balita dalam KMS
yang dibawa ibu
46
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
selalu menjelaskan bahwa jika ibu hadir di Posyandu maka ibu dapat meminta penjelasan
tentang tumbuh kembang balita(100%),kader menjelaskan tentang asupan nutrisi agar balita
mempunyai berat badan yang ideal (51,3%), kader menyarankan kepada Ibu untuk menjaga
kesehatan balita agar tumbuh kembang balita baik(71,1%), kader menganjurkan kepada Ibu
untuk selalu mengikuti penyuluhan gizi balita (71,1%) dankader menganjurkan pada ibu agar
menghubungi kader jika ada permasalahan terkait dengan balita (72,4%). Untuk lebih
Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader selalu menjelaskan bahwa jika ibu 76 100,0 0 0,0 76 100,0
hadir di Posyandu maka ibu dapat
meminta penjelasan tentang tumbuh
kembang balita
2. Kader menjelaskan tentang asupan nutrisi 39 51,3 37 48,7 76 100,0
agar balita mempunyai berat badan yang
ideal
47
Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
secara rutinsebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader melakukan
mengupayakan pertemuan dan diskusi secara informal dengan masyarakat untuk membahas
kegiatan posyandu kepada tokoh masyarakat, pimpinan wilayah dan masyarakat sebagai
Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader
Tabel 4.5 Distribusi Peran Kader yaitu Upaya untuk Mendapat Dukungan
Agar Pelaksanaan Posyandu dapat Terlaksana Secara Rutin
Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader melakukan pendekatan dengan 37 48,7 39 51,3 76 100,0
tokoh masyarakat
2. Kader melakukan pendekatan dengan 58 76,3 18 23,7 76 100,0
pimpinan wilayah (kepala desa dan
lingkungan)
3. Kader mengupayakan pertemuan dan 76 100,0 0 0,0 76 100,0
diskusi secara informal dengan
48
Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
secara rutinsebagian besar menjawab ya pada pernyataan kader yaitu kader menyuruh
Ibu datang ke Posyandu secara rutinagar tumbuh kembang balita dapat dapat dipantau
secara bersama oleh ibu (78,9%)dan kader berupaya menjemput ibu ke rumah jika
Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader
yaitu Ibu pernah mendapat penghargaan bila Ibu rajin membawa balita untuk
Posyandu selanjutnya (65,8%).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Peran Kader yaitu Menjaga Keaktifan Ibu untuk
Memanfaatkan Pelayanan Posyandu
Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader menyuruh Ibu datang ke Posyandu 60 78,9 16 21,1 76 100,0
secara rutinagar tumbuh kembang balita
dapat dapat dipantau secara bersama
oleh ibu dan kader
2. Kader berupaya menjemput ibu ke 54 71,1 22 28,9 76 100,0
rumah jika tidak datang ke Posyandu
49
Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jawaban responden tentang peran kader
balita(68,4%).
Sementara itu yang menjawab tidak paling banyak mengenai peran kader
kepentingan ibu dan balita (71,1%).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:
Jawaban
Jumlah
No Pertanyaan Ya Tidak
n % n % n %
1. Kader menyarankan kepada Ibu datang 52 68,4 24 31,6 76 100,0
sendiri ke Posyandu untuk menimbang
balita
2. Kader menganjurkan kepada ibu agar 32 42,1 44 57,9 76 100,0
memperhatikan tumbuh kembang
balita
50
memanfaatkan, kategori peran baik 17 responden (22,4%) dan peran pada kategori
peran tidak baik 59 responden (77,6%). Peran kader membina suatu hubungan,
kategori peran baik 43 responden (56,6%) dan peran pada kategori peran tidak
baik 34 responden (44,7%) dan kategori peran tidak baik42 responden (55,3% ).
Posyandu, kategori peran baik 38 responden (50,0%) dan kategori peran tidak baik38
pemanfatan Posyandu, kategori peran baik 37 responden (48,7%) dan kategori peran
Tidak
Baik Jumlah
Peran Kader Baik
n % n % n %
- Menumbuhkan keinginan ibu untuk
memanfaatkan pelayanan Posyandu 17 22,4 59 77,6 76 100,0
dalam penimbangan balita
51
responden kategori peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam
penimbangan balita diikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25
(syarat regresi).
dari 33 responden kategori peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu
responden kategori peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam
peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita
peran tidak baik yang memanfaatkan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita
perbuatan di ikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25.
responden (27,6%).
responden (30,8%).
ketergantungan diikut sertakan dalam uji regresi logistik karena nilai p <0,25.
dahulu pemilihan variabel yang menjadi kandidat model multivariat. Variabel yang
menjadi kandidat multivariat adalah variabel independen dengan nilai p<0,25 dalam
analisis bivariat. Pada Tabel 4.17 diketahui bahwa dari tujuh variabel, terdapat enam
variabel yang masuk menjadi kandidat model yaitu variabel menumbuhkan keinginan
upaya untuk mendapat dukungan agar pelaksanaan Posyandu terlaksana secara rutin,
membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan pelayanan Posyandu
penimbangan balita
5 Upaya untuk mendapat dukungan agar 0,002*
pelaksanaan Posyandu dapat terlaksana secara
rutin
6 Menjaga keaktifan ibu dalam memanfaatkan 0,009*
pelayanan Posyandu
7 Mengakhiri hubungan ketergantungan untuk 0,035*
memanfaatkan pelayanan Posyandu
*: variabel yang masuk model
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kolinearitas antar semua variabel
sehingga variabel-variabel tersebut tidak boleh dalam satu model, oleh karena itu
alternatif model yang dapat dibentuk dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut :
Alternatif Percentage
Fungsi Nilai p χ2
Model correct
Model 1 Pemanfaatan pelayanan Posyandu = <0,001 37,282 81,6
f (menumbuhkan keinginan,
menciptakan keinginan ibu, upaya
untuk mendapat dukungan, menjaga
keaktifan, mengakhiri hubungan
ketergantungan)
Model 2 Pemanfaatan pelayanan Posyandu = <0,001 37,250 82,9
f (membantu mendiagnosa
permasalahan, menciptakan
keinginan ibu, menjaga keaktifan,
mengakhiri
hubunganketergantungan)
61
Karena nilai χ2 lebih besar pada model 1, maka sebagai model analisis
regresi logistik ganda dengan metode backward, yaitu memasukkan semua variabel
independen ke dalam model dan variabel yang tidak berpengaruh secara otomatis
terpilih. Ternyata tidak ada interaksi antar menumbuhkan keinginan ibu, membantu
mencapai suatu terminal hubungan, dilihat dari nilai p variabel interaksi semua >0,05,
Model akhir dari analisis multivariat yang dapat dilihat pada Tabel 4.20
berikut :
P 95% CI
Variabel B Exp (B)
Lower Upper
Menumbuhkan 1,481 0,049 4,399 1,005 19,262
keinginan ibu
Menciptakan keinginan 1,559 0,023 4,754 1,237 18,267
ibu
Upaya untuk 2,158 0,002 8,651 2,154 34,736
mendapatkan dukungan
Menjaga keaktifan ibu 2,828 0,001 16,915 3,313 86,376
Mencapai suatu 2,304 0,020 10,017 1,429 70,239
terminal hubungan
Constant -16,693 - - - -
63
1
𝑝𝑝 =
1 + 𝑒𝑒 −(−6,505+2,592 (𝑋𝑋1)+2,701(𝑋𝑋2)+3,322(𝑋𝑋3)+2,587(𝑋𝑋4)
Dengan model persamaan regresi yang diperoleh, maka didapatkan suatu
balita yaitu jika peran kader dalam menumbuhkan keinginan ibu, membantu diagnosa
BAB 5
PEMBAHASAN
agen perubahan dalam pelaksanaan difusi inovasi di masyarakat terdiri dari tujuh
cakupan penimbangan balita atau data D/S pada masing-masing Posyandu. Setiap
ibu yang mempunyai anak balita wajib membawa anaknya ke Posyandu setiap bulan
sesuai jadwal yang sudah disepakati. Sebelum hari buka Posyandu Kader bertugas
memberi tahukan kepada ibu tentang jadwal Posyandu. Pada saat hari buka
Posyandu tugas pertama kader adalah menimbang balita dan mencatatkan hasil
penimbangan ke dalam buku untuk dibuat pelaporan bulanan. Bagi balita yang tidak
datang seharusnya menjadi tugas kader untuk menjemput ke rumah balita tersebut.
permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita, menjaga keaktifan ibu,
penimbangan balita. Peran menjaga keaktifan ibu merupakan peran yang paling
mempengaruhi.
65
masyarakat dan orang tua balita pada penimbangan balita di Posyandu. Indikator ini
diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah
seluruh balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini dipengaruhi
oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya (Marniati, 2012).
ke Posyandu.
ditingkatkan karena ibu yang menimbang balitanya secara rutin setiap bulan akan
dapat memantau perkembangan balitanya. Semua pihak baik ibu, masyarakat, dan
kader namun menjadi tanggung jawab semua pihak. Kader sudah melakukan
perannya dalam mengajak ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, namun masih banyak
ibu yang enggan datang ke Posyandu karena menganggap bahwa datang ke Posyandu
itu tidak perlu karena jika tidak datang ke Posyandu pun kader dan Bidan akan datang
responden (28,8%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai
dalam penimbangan balita. Peran ini tidak dapat dilanjutkan uji multivariat karena
67
permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita sehingga tidak dapat
Posyandu, kader dapat memberi penjelasan kepada ibu sehingga tumbuh kesadaran
bagi ibu untuk membawa balitanya ke Posyandu. Kader memiliki peran penting
mempunyai peran dan tugas mulai dari hari sebelum buka Posyandu hingga hari
penyuluhan kepada ibu, selain itu juga sebelum pelaksanaan Posyandu kader
harusnya aktif untuk mengajak ibu dan mengingatkan ibu untuk datang ke Posyandu.
Beberapa masalah yang timbul adalah jika ada kader yang tidak aktif
Mulang Maya Kabupaten Lampung Utara diketahui bahwa ada pengaruh tingkat
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu. Untuk itu kader perlu dibekali
beda, setiap jadwal itu biasanya dilakukan rutin setiap bulan kecuali jika ada hal yang
masing-masing ibu.
responden dengan peran kader membina suatu hubungan kategori peran baik,
bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,405 artinya tidak ada pengaruh
signifikan antara peran membina suatu hubungan terhadap ibu dengan pemanfaatan
dengan ibu tidak diikutsertakan dalam pengujian multivariat karena p > 0,25.
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan teori yang menyatakan saat hari
buka Posyandu kader mempunyai peran yaitu melakukan penyuluhan tentang pola
69
asuh anak balita. Dalam kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi,
Pelayanan ini tidak harus dilaksanakan pada saat Posyandu namun dapat juga
Padangsidimpuan perlu terus ditingkatkan, oleh karena itu perlu adanya upaya yang
ditimbang ke Posyandu. Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth dan Friska (2010)
terdapat hubungan yang positif antara performance, kegiatan dan hasil kegiatan kader
penelitian yang dilakukan Elizabeth dan Friska (2010) kader memberikan penyuluhan
kepada ibu, mengunjungi rumah balita, dan aktif datang ke Posyandu setiap bulan.
Selain itu kader juga bekerja sama dengan Puskesmas untuk memotivasi ibu.
(16,7%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001
dalam penimbangan balita. Peran ini tidak dapat dilanjutkan ke uji multivariat karena
terdapat hubungan antara peran membantu mendiagnosa masalah yang dihadapi ibu
dengan menumbuhkan keinginan ibu sehingga tidak dapat dimasukkan dalam uji
kandidat model.
termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu sangat besar karena
mulai dari menimbang hingga memberikan penyuluhan. Setiap ibu yang datang
penimbangan balita kemudian kader akan menginformasikan kepada ibu apakah ada
perubahan berat badan balita dan menjawab pertanyaan jika ibu merasa kurang jelas.
penelitian dan uji statistik, ada pengaruh metode pelatihan dengan PBL terhadap
Kabupaten Konawe Selatan, artinya metode pelatihan dengan PBL efektif dalam
kader Posyandu dengan menggunakan metode PBL dapat dijadikan pilihan dalam
71
konawe selatan. Pelatihan kepada kader Posyandu dengan menggunakan metode PBL
perlu diberikan secara berkala pada setiap kader sebagai bagian dalam penyegaran.
responden (23,3%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai
= 0,011< α=0,05 dan OR 14,9 dengan 95% CI=1,237-18,267. Hal ini berarti
kemungkinan responden yang memiliki peran menciptakan keinginan ibu 14,9 kali
untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui balita yang sakit,
mendapatkan penyuluhan gizi. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bittitaka (2011), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara kepatuhan keluarga berkunjung ke Posyandu dengan status gizi
balita.
adalah melakukan penyuluhan kepada ibu tentang tumbuh kembang dan asupan
nutrisi pada balita. Untuk melaksanakan semua peran kader maka perlu dilakukan
motivasi untuk meningkatkan kinerja kader. Berdasarkan hasil analisis data penelitian
oleh Latif (2012), maka dapat disimpulkan mayoritas kader masih kurang baik pada
praktik kader dalam pelaksanaan Posyandu, praktik kader yang kurang optimal dalam
ada, keterbatasan waktu, dana dan alat transportasi bagi kader untuk melaksanakan
kunjungan rumah.
katagori peran tidak baik yang memanfaatkan Posyandu dalam penimbangan balita
pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita. Peran ini tidak dapat dilanjutkan
antara mewujudkan keinginan ibu dalam perbuatan yang nyata dengan membantu
mendiagnosa permasalahan yang dihadapi ibu berkaitan dengan balita sehingga tidak
Posyandu adalah kegiatan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat,
walaupun kader sebagai pengelola Posyandu tetapi perlu bekerja sama dengan pihak
lain seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan dokter/ bidan di Puskesmas. Dalam
memberikan motivasi kepada ibu kader dapat didampingi oleh puskesmas maupun
tokoh masyarakat. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2010)
bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku petugas kesehatan dan perilaku
oleh bidan dan Petugas dari Puskesmas. Walaupun didampingi oleh petugas
74
Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,009 artinya
pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dengan nilai p = 0,009 <
α=0,05 dan OR 27,72 dengan 95% CI=3,313-86,376. Hal ini berarti kemungkinan
responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu 27,72 kali lebih tinggi
dibanding kelompok responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu rendah
ada ibu yang tidak membawa balitanya ke Posyandu sehingga cakupan kunjungan
balita yang kurang. Jika kader memberikan laporan cakupan balita yang kurang maka
kader akan mendapat teguran dari puskesmas sehingga untuk memenuhi target
Penelitian yang dilakukan oleh Iswarawanti (2010), menyatakan bahwa kader yang
dan kebutuhan gizi dan kesehatan mereka sendiri khususnya kesehatan dan gizi
anggota keluarga mereka yang masih balita. Namun menjadi hal yang dilematis
bahwa di satu sisi kader diharapkan dapat menjalankan peranannya dengan baik,
sedangkan di sisi lain mereka tidak dipersyaratkan untuk memiliki pengetahuan dan
tugasnya. Insentif dan dukungan materil dan immateril yang minim juga kerap
menjadi hambatan bagi kesuksesan kinerja kader. Salah satu alternatif adalah
dibentuknya suatu program pendidikan bagi tenaga kesehatan sukarela dan program
tersebut diharapkan dapat mencetak pendidik yang dapat melatih kader menjalankan
(30,8%). Berdasarkan analisa bivariat, hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,035
artinya terdapat pengaruh signifikan antara peran menjaga keaktifan ibu terhadap
pemanfaatan pelayanan Posyandu dalam penimbangan balita dengan nilai p = 0,035 <
α=0,05 dan OR 13,3 dengan 95% CI=1,429-70,239. Hal ini berarti kemungkinan
responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu 13,3 kali lebih tinggi
dibanding kelompok responden yang memiliki peran menjaga keaktifan ibu rendah
waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Oleh karena itu,
peranan kader sangat diharapkan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
dalam pelayanan posyandu. Dalam kegiatan posyandu peran kader yang diharapkan
salah satunya adalah mengajak masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarini dan Friska (2010),
terdapat hubungan positif peran serta kader dalam memotivasi keaktifan ibu
membawa balita ke posyandu dengan status kesehatan balita dengan p = 0,027. Peran
serta kader dalam mengajak ibu-ibu yang memiliki balita untuk membawa anaknya
77
mengadakan kegiatan Posyandu setiap bulan pada tanggal yang sama sehingga
maka untuk meningkatkan peran kader maka dapat dilakukan berbagai cara untuk
bulan sekali yaitu pada saat kader mengantarkan laporannya sekaligus menerima
intensif. pada pertemuan tersebut para kader bisa berdiskusi tentang kegiatan
kader untuk lebih meningkatkan kinerjanya karena tidak semua kader aktif di
posyandu.
Perez et al. (2009) dan Herman et al. (2009), mengatakan bahwa pelatihan
dan pengawasan yang cukup dapat sebagai insentif yang dapat meningkatkan kinerja
kader di daerah pedesaan. Pittman et al. (2001) menyatakan bahwa petugas kesehatan
dengan staf professional yang lebih tinggi, Pelatihan tidak hanya menyediakan
78
preventif, kuratif, atau layanan lainnya yang relevan kepada masyarakat, tetapi juga
mengajar dan berkomunikasi dengan komunitas penduduk. Oleh karena itu, perlu
adanya suatu program pelatihan yang inovatif. Widagdo (2006) menyatakan bahwa
adanya hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan sikap dan kehadiran
mendukung.
.
79
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. PemanfaatanpelayananPosyandudalampenimbanganbalita di Kota
masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita untuk datang secara rutin
datang ke Posyandu.
membantumendiagnosapermasalahan,menciptakankeinginanibu,menjagakeakt
memengaruhipemanfaatanpelayananPosyandudalampenimbanganbalita.
memengaruhipemanfaatanpelayananPosyandudalampenimbanganbalita.
6.2 Saran
1. Kader Posyandu hendaknya lebih aktif lagi dalam mengajak ibu untuk datang ke
anaknya ke Posyandu. Jika ibu tidak datang ke Posyandu maka kader sebaiknya
dapat secara mandiri membawa anaknya untuk datang ke Posyandu. Kader juga
Posyandu.
81
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PERAN KADER POSYANDU TERHADAP PEMANFAATAN
PELAYANAN POSYANDU DALAM PENIMBANGAN
BALITA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015
No. Posyandu :
No. Responden :
A. Identitas Umum
Nama :
Alamat :
B. Pertanyaan
Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom atau pilihan jawaban yang Ibu anggap
tepat!
Menumbuhkan keinginan ibu untuk memanfaatkan pelayanan
Ya Tidak
Posyandu
- Kader mengajak Ibu untuk datang ke Posyandu
- Kader menjelaskan manfaat Posyandu
- Kader memberi tahu jadwal pelaksanaan Posyandu kepada Ibu
- Kader memberitahu tempat pelaksanaan Posyandu kepada Ibu
Posyandu
- Kader menjelaskan kepada Ibu bagaimana asupan nutrisi pada
balita
- Kader menyarankan kepada Ibu untuk menjaga kesehatan balita
- Kader menganjurkan kepada Ibu untuk mengikuti penyuluhan
gizi balita
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20
2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 13
3 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 15
4 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 13
5 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 21
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 2 21
7 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 12
8 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 20
9 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 15
10 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15
11 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 18
12 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 2 19
13 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 2 15
14 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 2 18
15 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 14
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 3 22
17 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 14
18 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 2 16
20 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 19
21 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 3 17
22 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 17
23 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 2 16
24 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 2 19
25 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10
26 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16
27 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 21
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 2 21
29 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 16
30 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 17
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 19
32 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 13
33 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 16
34 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 21
35 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 2 17
36 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 19
37 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 22
85
38 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 2 17
39 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 17
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 20
41 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 15
42 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 2 18
43 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 2 18
44 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 17
45 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 12
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 3 16
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 24
48 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 15
49 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 18
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 22
51 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 3 21
52 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9
53 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 20
54 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 13
55 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 14
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 2 23
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 2 21
58 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 12
59 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 20
60 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 3 21
61 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 15
62 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 14
63 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17
64 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 3 19
65 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 14
66 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 14
67 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 20
68 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 16
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 21
70 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 20
71 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 15
72 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20
73 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 14
74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 3 24
75 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 2 15
76 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 2 17
86
Kader memberikan penyuluhan tentang kenaikan berat badan balita kepada Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 19 25.0 25.0 25.0
ya 57 75.0 75.0 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kader bertanya tentang keluhan – keluhan yang mungkin dialami oleh balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 15 19.7 19.7 19.7
ya 61 80.3 80.3 100.0
Total 76 100.0 100.0
Ibu pernah dijemput kerumah oleh kader jika tidak datang kepoyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 42 55.3 55.3 55.3
ya 34 44.7 44.7 100.0
Total 76 100.0 100.0
Kader menjelaskan bahwa kalau akti fkeposyandu itu untuk kepentingan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 54 71.1 71.1 71.1
ya 22 28.9 28.9 100.0
Total 76 100.0 100.0
*Peran Kader
Membina suatu hubungan dengan ibu dalam rangka pemanfaatan pelayanan posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 43 56.6 56.6 56.6
Tidak Baik 33 43.4 43.4 100.0
Total 76 100.0 100.0
Mencapai suatu terminal hubungans ehingga ibu tidak bergantung kepada kader dalam
pemanfaatan pelayanan posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 11 14.5 14.5 14.5
Tidak Baik 65 85.5 85.5 100.0
Total 76 100.0 100.0
38 2 2 2 2 2 2 2 2
39 2 2 2 1 1 2 2 1
40 1 1 1 2 2 2 2 2
41 2 1 2 1 2 2 2 2
42 1 2 1 1 2 2 2 1
43 2 1 1 2 2 2 2 2
44 2 1 2 1 2 2 2 2
45 2 2 2 1 1 2 2 1
46 1 1 2 2 2 2 1 2
47 1 1 1 1 2 1 2 1
48 2 2 2 2 2 2 2 2
49 2 2 1 2 2 2 2 2
50 1 1 1 1 1 2 2 1
51 2 1 1 1 1 2 1 1
52 2 2 2 2 2 2 2 2
53 2 1 1 1 1 2 2 1
54 2 1 2 2 1 2 2 2
55 2 2 2 1 1 2 2 2
56 1 1 1 1 2 1 2 1
57 1 1 1 1 1 2 2 1
58 2 1 2 2 2 2 2 2
59 1 2 1 1 2 1 2 1
60 2 1 1 1 1 2 1 1
61 2 1 2 2 2 1 2 2
62 2 1 2 1 1 2 2 2
63 1 2 2 2 1 1 2 2
64 2 1 1 1 1 2 1 1
65 2 1 2 1 1 2 2 2
66 2 1 2 2 2 2 2 2
67 2 2 2 1 2 1 1 1
68 2 1 2 1 2 2 2 2
69 1 1 1 1 2 2 2 2
70 2 1 2 2 1 1 2 1
71 2 2 2 2 2 1 2 2
72 1 2 2 1 1 2 2 2
73 2 2 2 2 1 1 2 2
74 1 1 1 1 1 2 1 1
75 2 1 2 2 2 2 2 2
76 2 2 2 1 2 1 2 2