2015
Fitrianda, Nanda
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3038
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS
TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH
NANDA FITRIANDA
NIM: 131021035
OLEH
NANDA FITRIANDA
NIM: 131021035
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Nanda Fitrianda
131021035
Agama : Islam
Pendidikan Formal
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Implementasi Pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Heldy B.Z., M.PH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan dukungan dalam penulisan skripsi dan
selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.
3. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini.
5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini.
6. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Pembimbing
Akademi yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Nanda Fitrianda
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 - 2014 dalam bidang Kesehatan adalah
Kematian Ibu (AKI) menjadi 118/100.000 KH. Namun kenyataannya dari hasil
SDKI 2012, AKB mencapai angka 32/1.000 KH dan AKI 359/100.000 KH. Hal
sehingga target RPJMN tahun 2010-2014 mengenai AKI dan AKB maupun untuk
Masih tingginya AKI dan AKB termasuk neonatal juga dipengaruhi dan
didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal,
yaitu faktor-faktor penyakit, masalah gizi dari WUS (maternal) serta faktor 4 T
(terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak
kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut
AKI dan AKB maka diperlukan upaya yang lebih keras dan dukungan komitmen
penurunan AKI dan AKB adalah melalui penanganan Obstetri dan Neonatal
dan PONEK dalam rangka peningkatan atau perbaikan kualitas pelayanan yang
PONED-PONEK.
Penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak
sangat membutuhkan kerjasama yang baik dengan PONEK di rumah sakit sebagai
suatu kesatuan sistem rujukan mempunyai peran yang sangat penting. Agar
AKI dan AKB maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan
PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standard alat PONED yang harus
dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang,
karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40%
standard obat yang semestinya ada di Puskesmas PONED. Hal ini dapat
Menurut hasil penelitian Mujiati, dkk. (2014), diperoleh bahwa dari 1.446
Puskesmas PONED, rata-rata angka ketersediaan jenis obat dan alat kesehatan di
24 jam, tenaga kesehatan terlatih, obat dan alat kesehatan, serta alat transportasi.
obat PONED, melibatkan tenaga bidan dan perawat dalam pelayanan PONED,
PONED.
dibandingkan tahun 2013 yaitu 137 puskesmas, tahun 2012 yaitu 94 puskesmas
PONED yang terjadi di tahun 2012 akibat pindahnya tenaga Dokter dan Perawat
yang telah dilatih, hal ini terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Samosir, Deli
mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir untuk di Wilayah Provinsi
Sumatera Utara. Tujuan umum dari program ini adalah untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal sebesar 25% dengan daerah
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Adapun intervensi dengan
pelayanan emergensi obstetri dan neonatal minimal di 150 Rumah Sakit (PONEK)
sakit, (3) Program dirancang agar dapat memberi dampak nasional (tidak hanya
AKI dan AKB yang cukup besar. Dari tahun 2008-2013 menunjukkan AKI
cenderung menurun tetapi masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Untuk
tahun 2008 AKI sebanyak 32 kasus, tahun 2009 sebanyak 21 kasus, tahun 2010
sebanyak 20 kasus, tahun 2011 sebanyak 20 kasus, tahun 2012 sebanyak 15 kasus
dan tahun 2013 sebanyak 14 kasus. Begitu juga dengan AKB , dari tahun 2009-
2013 terdapat penurunan tetapi angkanya masih cukup tinggi. Untuk tahun 2009
AKB sebanyak 134 kasus, tahun 2010 sebanyak 98 kasus, tahun 2011 sebanyak
97 kasus, tahun 2012 sebanyak 74 kasus dan tahun 2013 sebanyak 62 kasus
Kabupaten Deli Serdang. Banyak hal yang telah dilakukan dari program EMAS
dengan bantuan dari USAID dalam hal peningkatan mutu pelayanan PONED di
masih rendah.
Morawa, jumlah kematian bayi baru lahir dari tahun 2011-2013 adalah pada tahun
2011 tidak ada jumlah kematian bayi, pada tahun 2012 ada 1 kasus kematian bayi,
pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus kematian bayi baru lahir menjadi 4
Morawa tahun 2011-2013 adalah pada tahun 2011 tidak ada jumlah kematian ibu,
namun pada tahun 2012 terdapat 1 kasus kematian ibu dan kembali tidak terjadi
kasus kematian ibu pada tahun 2013 (Puskesmas Tanjung Morawa, 2013).
PONED adalah dari 2.727 ibu hamil, kunjungan K1 mencapai 2.677 (98,2%),
kesehatan sebanyak 2.507 (96,3%), kunjungan ibu nifas sebanyak 2.402 (92,3%)
dari 2.603 sasaran ibu nifas, kunjungan neonatus sebanyak 2.254 (90,9%) dari
neonatal ke RSUD Deli Serdang (Rumah Sakit PONEK) dan tidak merujuk ke
pasien dengan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Untuk kasus ibu
persalinan dengan komplikasi di bulan januari sampai dengan bulan juli 2015
mencapai 172 orang (30,6%). Hal ini tidak sesuai dengan kasus emergensi
maternal dan neonatal yang dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar yang
berkualitas sebesar 80% dan 20% perlu mendapatkan pelayanan rujukan yang
berkualitas.
dikarenakan sumber daya belum memenuhi secara kuantitas belum memadai dan
memenuhi standar minimal, jarak dari masyarakat ke puskesmas dan rumah sakit
sama dekat, tidak ada dana khusus untuk program PONED. Hasil penelitian lain
juga yang dilakukan oleh Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED adalah ada beberapa alat yang
tidak tersedia dan tidak ada dana operasional khusus yang diberikan untuk
kegiatan PONED tetapi dana berasal dari operasional puskesmas dan dari jasa
hasil tindakan di PONED. Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk meneliti Analisis
puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED
memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain
itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan
komplikasi, baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/
berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri dan neonatal
kesehatan yang boleh memberikan PONED adalah dokter, bidan, perawat, tim
2.2 Puskesmas
penyakit.
pelayanan kesehatan.
rujukan.
ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang
dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan
dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (KEMENKES RI, 2013).
lainnya.
dibandingkan ibu.
c) “4 terlalu” dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
pelayanan kesehatan.
Selain itu 60-70% ibu yang melahirkan masih ditolong oleh dukun
tradisionil. Tiga terlambat ini juga sangat dipengaruhi oleh dana dari keluarga ibu
bersalin.Walaupun cepat dirujuk, tetapi oleh karena tidak tersedianya uang maka
niat untuk merujuk dibatalkan sendiri oleh keluarganya. Sehingga faktor dana ini
Rismintari, 2011).
(FIGO) terdapat 4 pintu untuk keluar dari kematian ibu, yaitu: 1) Status
reproduksi, 3) Persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang
dan merupakan upaya terakhir untuk mencegah kematian ibu (KEMENKES RI,
2013).
Agar puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem
kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan
PONED
persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus
sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat
b. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah
stabil.
c. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan
dasar.
di sekitarnya.
dengan sepenuh hati (dengan penuh ras tanggung jawab untuk berkarya dan
h. Adanya SPO yang disusun tim PONED dan ditandatangani oleh Kepala
kewenangannya.
mampu PONED.
jejaring).
rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani atau dirujuk
Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus
yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang
Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam/ hari dan
7 hari/ minggu.
b) Tim Pendukung
pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat
inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan.
dan mengikuti on the job training di puskesmas bersama tim inti PONED,
magang dan on the job training, akan diberi surat penugasan oleh Kepala Dinas
PONED
a) Petugas dapur.
b) Petugas laundry.
c) Penjaga malam.
d) Cleaning service.
puskesmas keliling.
Kabupaten/ Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara
berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.
4. Persalinan macet
6. Infeksi nifas
6. Ikterus
8. Infeksi Neonatus
daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang
akan menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.
Karena dalam kenyataannya, masih selalu terdapat kasus maternal dan neonatal
yang harus mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sesuai setelah
tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu
pengobatan dan tindakan kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih
baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer
maupun tempat rujukan antara Puskesmas. Kasus emergensi neonatal 80% dapat
g) Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala 5/5.
2. Kasus pada Bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke Rumah Sakit:
selama 6 jam.
f) Kelainan bawaan.
i) Meningitis.
l) Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin total lebih dari 10
mg/dl.
pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai
dikelola sesuai dengan prosedur yang tetap. Setelah diketahui kondisi pasien,
(Mubarak,W.I., 2012).
1) Rujukan masyarakat:
Puskesmas
Mampu PONED
Monev hasil
tindakan yankes di
Puskesmas
saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan
rawat inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau peralatan
yang diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup
berat dan atau kegawat-daruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip
utama, yaitu :
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan
dari lokasi.
sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya
manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang akan
Karena dalam kenyataannya, masih selalu terdapat kasus maternal dan neonatal
yang harus mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sesuai setelah
tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu
lebih baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan
oleh penyedia pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Perlu ditetapkan
lebih banyak fasilitas kesehatan yang memberikan pelayan PONED dan sistem
Adapun pelayanan PONED yang bermutu atau komprehensif harus tersedia hal-
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.
(Mubarak, 2012).
2012).
kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian
menentukan hubungan atara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/
1. Sebab dan faktor terkait dalam kesakitan/ kematian ibu dan perinatal.
2. Dimana dan mengapa berbagai sistem dan program gagal dalam mencegah
kematian.
AMP juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan evaluasi sistem
rujukan. Agar fungsi ini dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan:
1. Pengisian rekam medis yang lengkap dan benar disemua tingkat pelayanan
kesehatan.
2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi
verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui
riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita
RI, 2010).
dari pelaksanaan Pelayanan PONED. Hal ini akan mempengaruhi output dari
mampu PONED.
1. Input
a. Ketersediaan SDM adalah adanya tenaga kesehatan (Tim inti PONED) yang
penyelenggaraan PONED.
PONED.
2. Proses
a. Pelaksanaan rujukan pelayanan PONED dari bidan desa atau klinik bersalin
dan masyarakat.
3. Output
Output adalah cakupan pelayanan PONED yang meliputi : jumlah ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, neonatus yang di layani dan jumlah rujukan dalam
tahun 2015.
dan Perawat yang telah dilatih PONED, Bidan Desa, Klinik Bersalin dan
Masyarakat.
33
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian
ini adalah 9 orang, yang terdiri dari Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas
berumur 45 tahun dengan pendidikan DIV Kebidanan, Dokter (tim inti PONED)
berumur 48 tahun dengan pendidikan Dokter, Bidan (tim inti PONED) berumur
dengan pendidikan S1, Bidan Desa berumur 34 tahun dengan pendidikan DIII
dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
a. Dokumentasi
bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah
laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya (Saryono dan Anggraeni,
2010). Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen laporan
b. Observasi
dan Perawat yang telah dilatih PONED, Bidan Desa, Klinik Bersalin dan
Masyarakat.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data.
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3)
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) Membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, (5)
(Bungin, 2008).
menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok yaitu tema apa
yang dapat ditemukan pada data-data yang diperoleh dan seberapa jauh data-data
analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang mencakup tiga
1. Reduksi data
reduksi data ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar valid.
2. Penyajian data
penyajiannya berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan yang
3. Penarikan kesimpulan
Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika,
yang telah terbentuk dan kemudian disimpulkan (Basrowi dan Suwandi, 2008).
2. Jumlah desa : 16
3. Jumlah dusun : 89
4. Batas wilayah :
permanent, lokasi Puskesmas berada di tepi jalan raya. Sejak tahun 2007
fasilitas rawat inap dan sudah menjadi Puskesmas mampu PONED pada tahun
2008.
38
pada tahun 2013 terdiri dari 16 desa siaga, 4 Puskesmas Pembantu, 5 Poskesdes, 1
Tanjung Morawa terdiri dari 16 desa dan 92 dusun dengan jumlah penduduk
118.604 jiwa.
Tabel 4.1 Desa, Luas, Banyak Dusun, Jarak ke Puskesmas Induk Tahun
2013
No Desa Luas (km2) Banyak Jarak ke Pusk.
Dusun Induk ( km )
1. Limau Manis 5.00 14 2.00
2. Tanjung Morawa B 1.25 5 3.00
3. Tanjung Morawa A 1.96 5 0.60
4. Bangun Rejo 9.92 8 0.60
5. Tanjung Baru 4.90 5 4.00
6. Medan Sinembah 3.50 7 6.50
7. Tanjung Morawa P 1.10 5 0.50
8. Dagang Kerawan 1.27 4 1.00
9. Bandar Labuhan 2.70 7 3.00
10. Lengau Seprang 4.25 3 7.00
11. Naga Timbul 5.00 5 7.00
12. Ujung Serdang 3.07 5 6.00
13. Punden Rejo 10.00 4 7.00
14. Tanjung mulia 7.14 4 8.00
15. Sei Merah 22.04 5 3.00
16. Aek Pancur 5.01 3 9.00
Jumlah 80.73 92
Sumber : BPS Kantor Kecamatan Tanjung Morawa 2013
4.2.1 Input
Bidan dan Perawat, di peroleh hasil mengenai ketersediaan SDM sebagai berikut:
Tanjung Morawa telah terlatih PONED. Berikut ini kutipan dari informan:
“Eee untuk standar PONED ini memang yang dilatih harus biasa 3 orang.
Dokter 1, Bidan 1 dan Perawat 1.” (Informan 1)
Morawa yang mendapatkan pelatihan PONED ada sebanyak tiga orang yaitu 1
maternal dan neonatal kurang baik. Berikut ini kutipan dari informan:
memang diperuntukkan untuk refresher PONED bagi petugas yang sudah dilatih
sebelumnya. Dalam hal ini Puskesmas Tanjung Morawa juga mengikuti pelatihan
yang kedua yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, namun
terjadi pergantian tim inti PONED dikarenakan petugas pindah tugas dibagian
program lain. Tim inti PONED yang pindah tugas dibagian program lain adalah
Bidan dan Perawat. Bidan dipindahkan dibagian obat-obatan dan perawat pindah
di bagian program imunisasi. Adanya pergantian Bidan dan Perawat tim inti
PONED mengakibatkan kualitas dari Bidan dan Perawat PONED yang sekarang
tidak sebaik dari Bidan dan Perawat tim inti PONED yang pertama.
diperoleh informasi bahwa tim pendukung PONED telah tersedia. Berikut ini
“Pendukung PONED, yang jaga rawat inap lah dek. Dua puluh...dua
puluh orang itu ya..eeh 15. 15 orang. Dokternya 4, itu yang 15 itu da
gabung bidan sama perawat. Tapi banyakan bidanlah..Dualah perawat 13
bidannya.” (Informan 6)
mengemukakan:
“Tentu ada...siapa yang bertugas menerima pasien disini. Kan ada rawat
inapnya. Tentu siapa yang bertugas...kan ada berapa...ada 4 perawat atau
bidan, 1 dokter setiap hari.”(Informan 2)
yang bertugas di rawat inap. Tim pendukung tersebut terdiri dari 3 Dokter Umum,
2 Perawat dan 13 Bidan. Setiap harinya ada 5 orang petugas yang bergantian shift
mengemukakan:
pasien selama 24 jam/hari. Petugas dibagi menjadi 3 shift kerja, yaitu shift kerja
pagi, sihft kerja siang dan shift kerja malam. Masing-masing shift terdiri dari 5
orang.
informasi bahwa peralatan PONED telah tersedia namun masih ada beberapa alat
“Kalau alat sekarang sudah lengkap ya. Jadi ada bantuan dari USAID, ya
ada bantuan dari EMAS yang bekerjasama dengan USAID itu sudah
lengkaplah. Kita sudah ada oksigen, alat resusitasi bayi, ambu untuk
orang dewasa.”(Informan 3)
ada bantuan dari program EMAS yang bekerjasama dengan USAID. Namun ada
juga informan yang menyatakan ketersediaan alat belum lengkap. Berikut ini
“Gak juga. Hmm...PONED ini kan untuk anak jugakan. Tampat meja bayi
resusitasinya juga mana ada.”(Informan 5)
lengkap, seperti belum adanya meja resusitasi untuk bayi yang baru lahir. Hal ini
juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa untuk peralatan
Masih ada beberapa alat neonatal yang belum tersedia, seperti : Peralatan neonatal
yang tidak tersedia adalah seperti : kotak kepala neonatus (head box), klem arteri
kecil, pinset bengkok kecil, gunting jaringan mayo ujung tajam, gunting mayo
ujung tumpul, gunting jaringan iris lengkung, jarum ligasi knocker, pinset
jaringan semken, gunting iris lengkung, gunting operasi lurus, retraktor finsen
tajam, klem mosquito halsted lurus, klem mosquito halsted lengkung, klem linen
telah tersedia dan mencukupi jumlahnya. Berikut ini kutipan dari informan:
mengemukakan:
PONED sudah lengkap dan mencukupi jumlahnya. Hal ini juga sejalan dengan
merujuk kasus pelayanan PONED telah tersedia. Berikut ini kutipan dari
informan:
“Kita pakek sijari EMAS aja , no telephone ini kita hubungi ya...masukkan
data pasiennya kalau tidak bisa dilayani, kita da siap merujuk. Ia sms
sijari EMAS aja. EMAS inikan program baru. Program Expainding
Survival.”(Informan 4)
mengemukakan:
Adapun cara untuk merujuk pasien adalah dengan melakukan sms dengan sesuai
dengan program sijari EMAS ataupun dengan menelphone rumah sakit yang akan
dirujuk.
kasus pelayanan PONED telah tersedia. Berikut ini kutipan dari informan:
“Ada puskesmas keliling. Sebelum ada rawat inap ini ya...untuk turun-
turun kelapangan, dulukan masih ada program pengobatan gratis ke
desa-desa, KLB. Kalau sekarang ya untuk merujuk lah. Hanya itu yang
mengemukakan:
mengemukakan:
lainnya berasal dari APBD. Sedangkan insentif bagi petugas kesehatan yang
informasi bahwa SOP pelayanan PONED telah tersedia. Berikut ini kutipan dari
informan:
mengemukakan:
“Ada...tentu ada SOPnya. Setiap kali kita melakukan kerja tentu ada
SOPnya.”(Informan 2)
4.2.2 Proses
“Itu...misalnya partus macet. Misalnya sudah kita pantau sudah kita lihat
perkembangannya. Misalnya kasus primigravida. Itukan selama 18
sampai 24 jam kita pantau ya kan. Kalu tidak ada kemajuan, mau tidak
mau ya kita rujuk. Gak bisa kita tangani disini ya. atau misalnya...jadi
misalnya ketubannya sudah pecah...ya kan kita menunggu sampai 2 atau 3
mengemukakan:
Ada beberapa kasus mola placenta yang pernah mereka tangani. Untuk
kasus persalinan macet dan ketuban pecah sebelum waktunya, mereka tetap
berusaha menolong tetapi jika sudah tidak bisa lagi mereka tangani maka kasus
“Yang normal aja..Gak normal pun kalau dia ada komplikasi gak
ditanganilah langsung dirujuk.”(Informan 5)
Biasanya ketika ibu hamil diketahui memiliki komplikasi, maka mereka langsung
mengemukakan:
karena letak desa yang lebih dekat dengan rumah sakit daripada puskesmas.
namun karena akses masyarakat untuk wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa
bervariasi untuk sampai ke Puskesmas Tanjung Morawa. Berikut ini kutipan dari
informan:
yang letaknya lebih dekat dengan rumah sakit dari pada puskesmas,
itu yang menjadi kendala dalam menangani pasien kegawatdaruratan maternal dan
neonatal.
langsung di rujuk ke rumah sakit. Kasus yang langsung dirujuk seperti kasus
terlebih dahulu.
informasi bahwa evaluasi pelayanan PONED telah dilakukan. Berikut ini kutipan
dari informan:
Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan:
“Kalau pelayanan PONED kita ada evaluasi pada saat minilok gitu ya.
Nah apa saja yang dievaluasi itu tergantung kasusnya dimana kendalanya
pada rapat mini lokakarya. Dalam evaluasi dibahas apa penyebab masalah yang
ada dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut, apa yang dilakukan
untuk meningkatkan kinerja petugas atau paling tidak dapat mempertahankan apa
ketika pasca pelatihan PONED yang kedua yaitu memantau kasus-kasus apa yang
AMP telah dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
“Kalau audit maternal perinatal kita ada melakukan ya. Itu biasanya kita
mengadakan dari dinas y biasanya diadakan pertriulan. Kamudian di situ
kita membahas penyebab kenapa kasus itu terjadi, apa penyebabnya.
Dengan tidak menyalahkan siapapun ya. Tidak menyalahkan siapapun,
tidak menyebutkan namanya, itu ya jadi kita yang paling penting di situ
adalah membahas kenapa masalah itu terjadi, kemudian kira-kira apa
tindakan kita lakukan supaya mmm...kasus itu tidak terjadi lagi.Kalau
yang melapor ini bidan koordinatornya.”(Informan 3)
setiap setahun sekali. Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain
yang mengemukakan:
kabupaten. Adapun yang dibahas dalam AMP adalah apa penyebab kematian
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir
dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader atau
PONED yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada
inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat tidur rawat
56
pelayanan , baik rawat jalan ataupun rawat inap serta persalinan normal. e)
mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum mengingat waktu
paling lama untuk mengatasi pendarahan 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas
PONED, Puskesmas telah menjadi Puskesmas rawat inap dan telah dilengkapi
fasilitas untuk pelayanan rawat inap termasuk pertolongan persalinan. Selain itu
UKP dan UKM. Letak puskesmas strategis dan mudah diakses oleh puskesmas/
fasyankes non PONED dari sekitarnya, namun letak puskesmas dekat dengan
Rumah Sakit PONEK dan rumah sakit lainnya. Sehingga puskesmas kurang tepat
juga menjadi wilayah intervensi EMAS pada tahun 2013 untuk wilayah
rangka mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir. Adapun yang
mampu PONED, pelatihan telah diberikan kepada petugas kesehatan yang akan
PONED terdiri dari 3 orang, yaitu 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat. Ketersediaan
PONED telah tersedia, namun peralatan PONED yang tersedia belum lengkap.
Pada tahun 2013 setelah menjadi salah satu wilayah intervensi EMAS, Puskesmas
manajemen, keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya ( resources)
lainnya di Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah kejujuran, efektivitas dan efesiensi, serta kuantitas dan kualitas dari
bermutu pula. Semua sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan dikelola
2011).
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non
dilayani dan atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Tenaga kesehatan
yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus yang sudah terlatih. Tim
inti pelaksana puskesmas mampu PONED minimal terdiri dari 3 orang, yaitu
orang. Tenaga tim inti pelaksana PONED tersebut harus selalu siap selama 24
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008. Tenaga kesehatan pelayanan
PONED yang dilatih terdiri dari 3 orang, yaitu 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat.
telah mencukupi untuk memberikan pelayanan PONED dan bersedia tidak pindah
minimal 3 tahun. Hal tersebut yang menjadi dasar Puskesmas Tanjung Morawa
orang tim inti PONED, yaitu Bidan dan Perawat. Bidan yang telah terlatih pindah
kesehatan ( Dokter, Bidan dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan atau
tahun 2013, tim PONED dibentuk kembali. Tim PONED tersebut juga terdiri dari
3 orang, yaitu 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat. Namun Pelatihan tersebut tidak
sama dengan pelatihan yang pertama. Pelatihan yang kedua ini hanya berupa
dalam pelatihan PONED yang pertama. Hal ini menyebabkan kompetensi bidan
dan perawat yang menjadi tim inti pelayanan PONED yang sekarang tidak sama
Hal ini tidak sejalan dengan hasil dilapangan, bahwa beberapa petugas
petugas yang sudah terlatih PONED pindah tugas di program lain. Berdasarkan
Namun petugas Bidan dan Perawat yang telah terlatih PONED tidak lagi
memberikan pelayanan PONED dan pindah tugas kerja ke program lain yang
yang lebih membutuhkan tenaga kesehatan. Bidan yang telah terlatih PONED
imunisasi. Hal ini mengakibatkan petugas yang telah dilatih PONED tidak
sia. Sedangkan menurut Depkes RI (2004), tenaga terlatih PONED harus diatur
Deli Serdang pada tahun 2013, Kepala Puskesmas Tanjung Morawa mengirimkan
kesehatan yang dikirim pelatihan adalah 1 orang Dokter yang menjadi tim inti
PONED yang pertama ditambah dengan 1 orang Bidan dan 1 orang Perawat.
Namun pelatihan yang diperoleh hanya berupa penyegaran teori saja, tidak sama
dengan pelatihan yang pertama dan lebih intens mempelajari penanganan kasus-
kasus maternal dan neonatal pada pelayanan PONED. Pelatihan yang pertama
langsung diadakan di Rumah Sakit Pirngadi dan pelatihan tersebut dari Dinas
kesehatan lain dalam pelayanan PONED (tim pendukung PONED) juga telah
lokakarya. Tim inti PONED memberikan ilmu yang telah mereka dapatkan dari
bidan-bidan desa. Selain itu, bidan-bidan yang bertugas pada pelayanan PONED
pendukung PONED. Tenaga pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang
ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas
kesehatan sebagai tim pendukung terdiri dari Dokter umum minimal 1-2 orang,
orang dan Petugas Administrasi minimal 1 orang. Berikut ini kutipan dari
informan :
“Pendukung PONED, yang jaga rawat inap lah dek. Dua puluh...dua
puluh orang itu ya..eeh 15. 15 orang. Dokternya 4, itu yang 15 itu da
gabung bidan sama perawat. Tapi banyakan bidanlah..Dualah perawat 13
bidannya.”(Informan 6)
Namun semua tugas perawat juga bisa dilaksanakan oleh bidan-bidan yang ada,
Morawa tersedia Dokter SP.OG, namun Dokter tersebut tidak setiap hari bertugas
Tanjung Morawa, petugas kesehatan selalu ada dan siap siaga melayani pelayanan
pelayanan PONED. Shift kerja dibagi 3, yaitu shift pagi, sihft siang dan shift
malam. Terdiri dari 5 orang untuk shift pagi, 5 orang untuk shift siang dan 5 orang
selalu siap selama 24 jam/hari dan 7 hari/ minggu. Namun kenyataan dilapangan,
Dokter untuk shift kerja malam tidak selalu ada. Dokter yang hanya bisa masuk
shift kerja malam hanya 1 orang yaitu Dokter tim inti dalam pelaksanaan PONED,
tersebut hanya bisa masuk shift malam pada hari jumat dan sabtu. Hal ini
Dokter inti PONED juga bertanggung jawab pada beberapa program yang ada di
Tanjung Morawa adalah petugas kesehatan yang tidak siapsiaga selama 24 jam
dalam melayani. Termasuk tidak adanya Dokter yang masuk shift kerja malam.
time ketika dibutuhkan, berkualitas dan memuaskan. Berikut ini kutipan dari
informan :
Artinya apa yang diperoleh dari pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang
2013).
“Gak juga. Hmm...PONED ini kan untuk anak jugakan. Tampat meja bayi
resusitasinya juga mana ada.”(Informan 5)
Dari hasil observasi terhadap peralatan PONED, dapat diketahui bahwa
tidak semua peralatan neonatal tersedia sesuai dengan daftar peralatan Puskesmas
adalah seperti : kotak kepala neonatus (head box), klem arteri kocher mosquito
lurus dan lengkung, klem arteri pean mosquito, pinset jaringan kecil, pinset
bengkok kecil, gunting jaringan mayo ujung tajam, gunting mayo ujung tumpul,
gunting jaringan iris lengkung, jarum ligasi knocker, pinset jaringan semken,
gunting iris lengkung, gunting operasi lurus, retraktor finsen tajam, klem
mosquito halsted lurus, klem mosquito halsted lengkung, klem linen backhauss,
obatan yang cukup dan bermutu sehingga memberi kepuasan pada tenaga medis
pelayanan PONED harus menyediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan
jumlahnya harus cukup dengan buffer stock minimal sesuai dengan kebutuhan.
habis ataupun tidak ada maka bisa segara dibelikan terlebih dahulu mana obat-
obatan yang dibutuhkan karena letak Puskesmas Tanjung Morawa dekat dengan
Apotik.
5.3 Proses
tenaga profesi dengan pelanggan, baik pelanggan internal (sesama petugas atau
yang datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk maksud tertentu). Untuk
melihat baik atau tidaknya dari proses yang dilakukan Puskesmas atau Rumah
Sakit dapat diukur dari : 1) Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh
pelanggan, 2) Efektif atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan, dan 3)
puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED
memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain
itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan
komplikasi, baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/
PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani (KEMENKES RI, 2013).
sakit dan tidak ke puskesmas terlebih dahulu. Untuk kasus ibu hamil dengan
komplikasi di bulan januari sampai dengan bulan juli 2015 mencapai 172 orang
(30,6%). Hal ini tidak sesuai dengan kasus emergensi maternal dan neonatal yang
banyak hal-hal yang membuat pelayanan PONED belum berjalan dengan optimal.
Diantaranya seperti terjadinya perpindahan Bidan dan Perawat yang sudah terlatih
kegawatdaruratan maternal dan neonatal tidak sama karena pelatihan yang kedua
masuk shift kerja malam, kurangnya ketersediaan alat neonatal yang mendukung
PONED bersertifikat, kompeten dan harus selalu siap selama 24 jam/ hari dan 7
hari/ minggu.
namun masih ada beberapa alat neonatal yang masih belum tersedia. Sebelum
menjadi intervensi EMAS, peralatan tersebut sudah mulai dilengkapi atas bantuan
dari USAID.
informan menyatakan, bahwa ada beberapa kasus mola placenta yang pernah
mereka tangani. Untuk kasus persalinan macet dan ketuban pecah sebelum
waktunya, mereka tetap berusaha menolong tetapi jika sudah tidak bisa lagi
mereka tangani maka kasus tersebut segera dirujuk ke rumah sakit dan
kebanyakan pasien yang mereka tangani adalah persalinan normal. Ketika ibu
sakit.
dan lengkap dengan supirnya yang selalu siapsiaga selama 24 jam untuk merujuk
EMAS.
dari pelayanan PONED yang ada di puskesmas. Berikut ini kutipan dari informan:
“Sosialisasi itu...di minilok lah. Dikumpulkan. Kan kami ada minilok setiap
bulan. Di situlah disosialisasikan ke bidan desa. Sosiliasasi ke masyarakat ya
bidan desa lah. Kalau di klinik bidan desanya ke sana.”(Informan 5)
mengemukakan:
baik, petugas kesehatan yang tidak selalu siapsiaga selama 24 jam ketika
hanya sepintas, sehingga menjadi salah satu penyebab masih kurangnya kasus
seseorang atau sekelompok orang apabila informasi itu diberikan secara terus
dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan menurut pendapat wulan (2005), adapun
kendala yang dihadapi masih banyak warga yang memiliki perhatian yang kurang
hamil sehingga ibu hamil bisa mengerti dan sadar akan keselamatan dalam proses
persalinan.
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemapuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam
berhasil mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sikit cukup
berat dan atau dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas
tidak dapat ditangani sampai tuntas dapat dipersiapkan dan dirujuk tepat waktu
Desa pernah merujuk ke Puskesmas Tanjung Morawa. Kasus yang pernah dirujuk
adalah persalinan macet dan ketika pasien tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan. Untuk kasus yang pernah mereka rujuk ke rumah sakit adalah kasus
eklamsi dan persalinan macet yang sebelumnya sudah mereka tangani terlebih
Namun umumnya Bidan Desa dan klinik bersalin tidak merujuk pasien ke
Berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh praktek bidan swasta ataupun
klinik bersalin lainnya, mereka selalu ada dan siapsiaga selama 24 jam ketika
dibutuhkan.
Hasil wawancara dengan bidan desa dan klinik bersalin, juga menyatakan
bahwa yang membuat mereka tidak merujuk kasus kegawatdaruratan maternal dan
lainnya. Selain itu yang menjadi kendala adalah jarak tempuh dari desa ke
Puskesmas mampu PONED, letak desa lebih dekat ke rumah sakit dibandingkan
rumah sakit dan tidak ke puskesmas terlebih dahulu. Berikut ini kutipan dari
informan:
yang letaknya lebih dekat dengan rumah sakit dari pada puskesmas,
diperbolehkan langsung merujuk ke rumah sakit karena dari segi jarak dan waktu
itu yang menjadi kendala dalam menangani pasien kegawatdaruratan maternal dan
neonatal.
Bidan Desa tentang Puskesmas mampu PONED adalah pengetahuan Bidan Desa
neonatal dan sistem rujukan, sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas mampu
PONED, waktu tempuh dari desa ke Puskesmas mampu PONED dan dukungan
keluarga.
bahwa letak puskesmas yang dekat dengan klinik-klinik bersalin dan rumah sakit
PONED. Sehingga pelayanan PONED tidak dapat berjalan dengan baik. Menurut
salah satu yang membuat Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal
dikarenakan jarak dari masyarakat ke puskesmas dan rumah sakit sama dekat.
informan, dinyatakan bahwa melakukan rujukan tidak harus saat ibu hamil
melakukan persalinan saja. Sewaktu melakukan ANC pada ibu hamil dan setelah
kesehatan bisa melakukan rujukan terencana. Kasus yang biasa dilakukan rujukan
terencana adalah ketika ibu hamil tersebut pada kehamilan sebelumnya pernah
Cara untuk merujuk pasien adalah melakukan sms sesuai dengan program
sijari EMAS ataupun dengan menelphone rumah sakit yang akan dirujuk.
menggunakan sistem komunikasi jejaring rujukan gawat darurat ibu dan bayi baru
tersebut berasal dari dana APBD. Adapun format melakukan sms sijari EMAS
dengan mengetik r # kode rumah sakit # nama pasien # umur # nama suami #
mempunyai 1 unit puskesmas keliling dan lengkap dengan supirnya yang selalu
siapsiaga selama 24 jam untuk merujuk pasien. Setelah melakukan sms sesuai
sedang bertugas.
melalui forum mini lokakarya puskesmas bulanan, triwulanan dan tahunan, dan
menyusun rencana perbaikan dan peningkatan kinerjanya. Berikut ini kutipan dari
informan:
mengemukakan:
“Kalau pelayanan PONED kita ada evaluasi pada saat minilok gitu ya.
Nah apa saja yang dievaluasi itu tergantung kasusnya dimana kendalanya
kalau kita menemukan kendala, jadi kalau tidak ada kendala kita hanya
untuk apa yang kita lakukan supaya kinerja kita meningkat, atau paling
tidak bisa dipertahankan.”
(Informan 3)
puskesmas biasanya dilaksanakan pada saat rapat mini lokakarya yang dipimpin
oleh kepala puskesmas. Adapun hal-hal yang dibahas dalam evaluasi tersebut
adalah ketika ada kendala dalam pelaksanaan pelayanan PONED, bagaimana cara
puskesmas dan paling tidak bisa mempertahankan apa yang telah diperoleh.
diperoleh dari hasil laporan puskesmas yang dilaporkan setiap bulannya dan juga
yang terkait.
ketika pasca pelatihan PONED yang kedua yaitu memantau kasus-kasus apa yang
kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian
menentukan hubungan atara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/
ke Dinas Kesehatan Deli Serdang. Menindak lanjuti dari hasil laporan yang
Deli Serdang juga melakukan AMP. Berikut ini kutipan dari informan :
“Kalau audit maternal perinatal kita ada melakukan ya. Itu biasanya kita
mengadakan dari dinas y biasanya diadakan pertriulan. Kamudian di situ
kita membahas penyebab kenapa kasus itu terjadi, apa penyebabnya.
Dengan tidak menyalahkan siapapun ya. Tidak menyalahkan siapapun,
tidak menyebutkan namanya, itu ya jadi kita yang paling penting di situ
adalah membahas kenapa masalah itu terjadi, kemudian kira-kira apa
tindakan kita lakukan supaya mmm...kasus itu tidak terjadi lagi.Kalau
yang melapor ini bidan koordinatornya.” (Informan 3)
setiap setahun sekali. Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain
yang mengemukakan:
pelaksanaan AMP adalah untuk pembelajaran bagi petugas kesehatan yang berada
Puskesmas Tanjung Morawa tidak melakukan AMP karena tidak adanya kasus
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah yang terlatih PONED sudah cukup, namun pelatihan yang diberikan
Walaupun pelatihan telah dilaksanakan dua kali, tetapi terjadi pergantian tim
refresher teori saja sehingga kompetensi yang dimiliki tidak sama dengan
petugas yang dilatih pertama kali. Karena pelatihan yang pertama langsung
neonatal yang belum tersedia. Adapun alat neonatal yang belum tersedia
seperti : Peralatan neonatal yang tidak tersedia adalah seperti : kotak kepala
neonatus (head box), klem arteri kocher mosquito lurus dan lengkung, klem
arteri pean mosquito, pinset jaringan kecil, pinset bengkok kecil, gunting
jaringan mayo ujung tajam, gunting mayo ujung tumpul, gunting jaringan iris
lengkung, jarum ligasi knocker, pinset jaringan semken, gunting iris lengkung,
gunting operasi lurus, retraktor finsen tajam, klem mosquito halsted lurus, klem
83
bidan desa. Bidan desa telah melakukan sosialisi kepada masyarakat, namun
langsung ke puskesmas.
5. AMP dilaksanakan di Dinas Kabupaten Deli Serdang setiap setahun sekali dan
6.2 Saran
PONED.
desa dan tempat-tempat praktek swasta yang lain harus dilakukan secara
berkelanjutan.
Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. BINA RUPA
Publisher. Tangerang.
Christina, P., 2011. Pelayanan Emergensi Maternal dan Neonatal pada Puskesmas
Mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
Kabupaten Bantul. Tesis Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
86
Prasetyawati, A.E., 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium
Development Goals (MDGs). Nuha Medika. Yogyakarta.
2. Proses
a) Bagaimana alur rujukan PONED? Apakah ada evaluasi dalam
pelaksanaan rujukan PONED? Upaya apa saja yang telah dilakukan
untuk penguatan sistem rujukan ke Puskesmas PONED?
b) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan evaluasi? Kapan evaluasi
dilakukan? Apa saja yang dibahas dalam evaluasi?
c) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Kapan AMP
dilakukan? Apasaja yang dilakukan dalam AMP?
2. Proses
a) Apakah masyarakat, bidan desa ataupun Puskesmas non-PONED sering
melakukan rujukan ke Puskesmas PONED? Kasus apa saja yang sering
menjadi rujukan?
b) Bagaimanakah system rujukan kasus kegawat daruratan maternal dan
neonatal dari bidan desa ke Puskesmas mampu PONED? Apakah ada
pembinaan bidan desa dalam hal merujuk kasus ke Puskesmas mampu
PONED?
c) Apakah ada kasus yang dirujuk dari Puskesmas mampu PONED ke
Rumah Sakit PONEK? Kasus apa saja yang sering menjadi rujukan?
Mengapa kasus tersebut harus dirujuk?
d) Bagaimanakah system rujukan kasus kegawat daruratan maternal dan
neonatal dari Puskesmas mampu PONED ke Rumah Sakit PONEK?
2. Proses
a) Klasifikasi jenis kasus apa saja yang pernah ditangani Puskesmas
PONED?
b) Apakah ada sosialisasi kepada masyarakat, bidan desa dan klinik bersalin
di wilayah kerja puskesmas tentang pelayanan PONED dan manfaat
PONED di Puskesmas?
c) Bagaimana cara mensosialisasikan pelaksanaan PONED di Puskesmas
dan di masyarakat dan bidan-bidan di desa agar dapat berjalan sesuai
2. Proses
a) Klasifikasi jenis kasus apa saja yang pernah ditangani Puskesmas
PONED?
b) Apakah ada sosialisasi kepada masyarakat, bidan desa dan klinik bersalin
di wilayah kerja puskesmas tentang pelayanan PONED dan manfaat
PONED di Puskesmas?
c) Bagaimana cara mensosialisasikan pelaksanaan PONED di Puskesmas
dan di masyarakat dan bidan-bidan di desa agar dapat berjalan sesuai
2. Proses
a) Klasifikasi jenis kasus apa saja yang pernah ditangani Puskesmas
PONED?
b) Apakah ada sosialisasi kepada masyarakat, bidan desa dan klinik bersalin
di wilayah kerja puskesmas tentang pelayanan PONED dan manfaat
PONED di Puskesmas?
c) Bagaimana cara mensosialisasikan pelaksanaan PONED di Puskesmas
dan di masyarakat dan bidan-bidan di desa agar dapat berjalan sesuai
No Kewenangan Kemampuan
MATERNAL
1. Perdarahan pada a) Diagnosis abortus, mola hidatidosa,
kehamilan muda kehamilan ektopik.
b) Resusitasi, stabilisasi.
c) Evakuasi sisa mola dengan verbocain.
d) Culdocentesis.
e) Pemberian cairan.
f) Pemberian antibiotika.
g) Evaluasi.
h) Kontrasepsi pasca keguguran.
2. Perdarahan post a) Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan
partum lahir, sisa plasenta, kelainan pembekuan
darah.
b) Kompresi bimanual.
c) Kompresi aortal.
d) Plasenta manual.
e) Penjahitan jalan lahir.
f) Restorasi cairan.
g) Pemantauan keseimbangan cairan.
h) Pemberian antibiotika.
i) Pemberian zat vasoaktif.
j) Pemantauan pasca tindakan.
k) Rujukan bila diperlukan.
3. Hipertensi dalam a) Diagnosis hipertensi dalam kehamilan.
kehamilan b) Diagnosis preeklamsi-eklamsi.
c) Resusitas.
d) Stabilisasi.
e) Pemberian MgSO4 dan penanggulangan
intoksikasi MgSO4.
f) Induksi/ akselerasi persalinan.
g) Persalinan berbantu (ekstaksi vakum dan
forceps).
h) Pemantauan pasca tindakan.
i) Pemberian MgSO4 hingga 24 jam Post
Partum.
j) Rujukan bila di perlukan.
4. Persalinan macet a) Diagnosis persalinan macet.
b) Diagnosis dystonia bahu/ kala II lama.
c) Akselerasi persalinan pada inertia uteri
hipotoni.
Perdarahan
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Dextran 70,6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Hipertensi dalam kehamilan
Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml)
MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml
Infeksi
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Ampisilin 1 g injeksi
Gentamisin 80 mg injeksi
Metronidazol 500 mg injeksi
Amoksilin 500 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Aquadest pro injeksi (25 ml)
Parasetamol 500 mg (tablet)
Infus set dewasa
1. Input
LEMBAR CHEKLIST
PERALATAN DAN OBAT PUSKESMAS MAMPU PONED
Perdarahan Keterangan
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Dextran 70,6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Hipertensi dalam kehamilan
Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml)
MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml