Anda di halaman 1dari 157

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2015

Analisis Implementasi Pelayanan


PONED di Puskesmas Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

Fitrianda, Nanda

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3038
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS
TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH
NANDA FITRIANDA
NIM: 131021035

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS
TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
NANDA FITRIANDA
NIM: 131021035

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KASLIAN SKRIPSI

ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS


TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 29 September 2015

Nanda Fitrianda
131021035

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Puskesmas mampu PONED salah satu upaya pemerintah yang memberi


kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKB, maka perlu dilaksanakan dengan
baik agar dapat dioptimalkan fungsinya. Namun kebanyakan Puskesmas mampu
PONED belum dapat dilaksanakan fungsinya dengan optimal dan masih tingginya
angka kematian ibu dan bayi yang baru lahir di Indonesia. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis implementasi pelayanan PONED di Puskesmas
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Derdang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif
melalui wawancara mendalam terhadap 9 informan yang terdiri dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas Tanjung Morawa, Bidan
Koordinator, Petugas yang telah terlatih PONED (Dokter, Bidan dan Perawat),
Bidan Desa, Klinik Bersalin dan Masyarakat. Informan dipilih dengan
menggunakan teknik puposive. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perpindahan Bidan dan
Perawat yang telah terlatih PONED, kurangnya ketersediaan alat neonatal yang
mendukung dalam pelayanan PONED, Sosialisasi mengenai pemanfaatan
Puskesmas PONED telah dilaksanakan, namun tidak dilakukan secara khusus.
Dalam pelaksanaan pelayanan PONED masih banyak tantangan dan
hambatan yang dihadapi dinas kesehatan dan puskesmas, sehingga Puskesmas
mampu PONED belum optimal dilaksanakan sebagaimana fungsinya. Oleh
karena itu diperlukan beberapa kebijakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
PONED tersebut, meliputi : mengadakan pelatihan PONED kepada tenaga
kesehatan yang bertugas dalam pelaksanaan pelayanan PONED secara berkala
dan teratur, agar selalu siapsiaga selama 24 jam dalam melaksanakan pelayanan
PONED dan melakukan sosialisasi berkelanjutan.

Kata Kunci : Implementasi, Pelayanan PONED

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Puskesmas mampu PONED is one of the government’s efforts to give a


contribution to the efforts to reduce AKI and AKB, it needs to be implemented
properly so that it can be optimized functions. But most Puskesmas have not been
able to perform its function optimally and high death rate of mothers and babies
who just gave birth in Indonesian. The purpose of this study was to analyze the
implementation of PONED service in Puskesmas Tanjung Morawa Deli Serdang.
This research was conducted using qualitative descriptive approach
through in-depth interviews 9 informants consisting of Health Department of Deli
Serdang, Head of Puskesmas Tanjung Morawa, midwife coordinator, officers
have been trained PONED (Doctor, Midwife, and Nurse), village midwife,
maternity clinic, and community. Informants were selected using purposive
techniques. Analysis of the data by the method of Miles and Huberman.
The results showed that the displacement of midwife and nurse who have
been trained PONED, the lack of availability of neonatal support in PONED
services, the socialization of utilization PONED health centers have been
implemented, but it was not done specifically.
In the implementation of the service PONED are still many challenges
and obstacles faced by the Department of Health and health center, so that the
health center is able PONED implemented as its function is not optimal.
Therefore we need policies to improve the quality of service PONED, include:
training for health workers PONED in charge of the implementation of PONED
periodically and regularly, in order to always be alert for 24 hours in
implementing PONED service and ongoing socialization.

Keywords: Implementation, PONED Service

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nanda Fitrianda

Tempat/ Tanggal Lahir : Kwala Sawit/ 28 Agustus 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Thamrin

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Jasmaniar

Suku Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamat tahun : SDN 056627 Kwala Sawit / 2003

2. SLTP/ Tamat tahun : MTS Ulumul Qur’an Stabat / 2006

3. SLTA/ Tamat tahun : MAN Lubuk Pakam / 2009

4. Akademi/ Tamat tahun : DIII Keperawatan Gigi POLTEKKES

KEMENKES RI Medan / 2012

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Implementasi Pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Heldy B.Z., M.PH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan dukungan dalam penulisan skripsi dan
selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.
3. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini.
5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini.
6. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Pembimbing
Akademi yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


7. Seluruh Dosen serta Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani
pendidikan.
8. Elmi Haryuni, M.Kes, selaku Kabid Kesga di Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang.
9. drg. Mariani, M.Kes, selaku kepala Puskesmas Tanjung Morawa dan seluruh
staf Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yang telah
memberikan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. dr. Efrida , Bidan Rumondang, Bidan Damenta dan Perawat Duma, selaku
tim pelayanan PONED yang telah membantu dalam penelitian sehingga
penelitian ini selesai tepat pada waktunya.
11. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda M.
Thamrin dan ibunda Jasmaniar yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi, perhatian dan doa yang tiada henti kepada penulis yang selama ini
berjuang untuk penulis agar dapat menyelesaikan pendidikan tinggi demi
masa depan yang lebih baik.
12. Kepada yang tersayang kakak Zarina Baszalmah, Am.Keb, abangda Brigadir
Harfis Fadri, SH, M. Yoan Fadhilatul Eka Putra Tanjung, ST dan adinda Devi
Azmi, Amd, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis.
13. Sahabat-sahabat terbaik Wan Elyda Putri, Putri Novelan, Marini Lestari
Siregar, kak Eka Novita Sari Ginting Manik, kak Murina, , teman-teman
LKP (Bang Martiman, Kak Adek, dan Widia), yang telah membantu dan
memberikan penulis motivasi-motivasi yang membangun dan juga temen-
teman PBL (Kak Deo, Kak Kiki, Nisa, Arum dan Mutiara) terima kasih atas
semua kerja samanya, dan semua teman-teman di peminatan AKK serta
teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan semangat serta
bantuan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
14. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dan penulis
tidak dapat menyebutkannya satu persatu.

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan
ilmu pengetahuan.

Medan, 29 September 2015


Penulis

Nanda Fitrianda

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 9


2.1 Pengertian Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) .... 9
2.2 Puskesmas ..... ......................................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Puskesmas ................................................................... 10
2.2.2 Fungsi Puskesmas ......................................................................... 10
2.3 Puskesmas PONED .................................................................................. 13
2.3.1 Pengertian Puskesmas PONED ..................................................... 13
2.3.2 Peningkatan Fungsi Puskesmas Rawat Inap Menjadi Puskesmas
Mampu PONED ............................................................................ 15
2.3.3 Indikator Kinerja Penyelenggaraan PONED ................................ 17
2.3.3 Sumber Daya Kesehatan PONED ................................................. 18
2.3.5 Batasan Kewenangan Puskesmas dalam Pelayanan PONED ....... 21
2.3.6 Sistem Rujukan dalam Penyelenggaraan PONED ........................ 24
2.3.7 Program Menjaga Mutu Puskesmas dalam Pelayanan PONED ... 28
2.3.8 Hambatan dan Kendala dalam Penyelenggaraan PONED ............ 29
2.4 Audit Maternal dan Perinatal (AMP) ....................................................... 29
2.5 Kerangka Pikir ......................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 33


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 33
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 33
3.2.2 Waktu Peneitian ............................................................................ 33

Universitas Sumatera Utara


3.3 Informan Penelitian ................................................................................. 33
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 35
3.5 Uji Validitas Data .................................................................................... 36
3.6 Teknik Analisa Data ................................................................................ 37

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 38


4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ..................................................................... 38
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanjung Morawa ............................ 38
4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas .............................................................. 38
4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Tanjung Morawa .................... 40
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................ 41
4.2.1 Input ..... ......................................................................................... 41
4.2.1.1 Ketersediaan SDM ................................................................ 41
4.2.1.1.1 Petugas yang Terlatih PONED (Tim Inti PONED) ... 41
4.2.1.1.2 Kualitas SDM............................................................. 41
4.2.1.1.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED ...................... 43
4.2.1.1.4 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED ............... 43
4.2.1.2 Ketersediaan Peralatan PONED............................................. 44
4.2.1.3 Ketersediaan Obat PONED .................................................... 45
4.2.1.4 Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus Pelayanan
PONED .................................................................................. 46
4.2.1.5 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan ........................... 46
4.2.1.6 Ketersediaan Biaya Operasional Pelayanan PONED ............ 47
4.2.1.7 Ketersediaan SOP Pelayanan PONED ................................... 48
4.2.2 Proses
4.2.2.1 Kasus yang Pernah ditangani dalam Pelaksanaan PONED ... 48
4.2.2.2 Sosialisasi Pelayanan PONED ............................................... 50
4.2.2.3 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan PONED.............................. 51
4.2.2.4 Evaluasi Pelayanan PONED .................................................. 52
4.2.2.5 Pelaksanaan AMP .................................................................. 54

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 56


5.1 Kesiapan Puskesmas Tanjung Morawa menjadi Puskesmas Mampu
PONED .......... ......................................................................................... 56
5.2 Input ............... ......................................................................................... 59
5.2.1 Ketersediaan SDM ......................................................................... 59
5.2.1.1 Petugas yang Terlatih PONED (Tim Inti PONED) .......... 60
5.2.1.2 Kualitas SDM.................................................................... 62
5.2.1.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED ............................. 64
5.2.1.4 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED ...................... 65
5.2.2 Ketersediaan Peralatan PONED ..................................................... 66
5.2.3 Ketersediaan Obat PONED ............................................................ 68
5.3 Proses ............. ......................................................................................... 68
5.3.1 Pelaksanaan Pelayanan Maternal dan Neonatal ............................. 69

Universitas Sumatera Utara


5.3.2 Sosialisasi Pelayanan PONED ...................................................... 72
5.3.3 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan Maternal dan Neonatal ............. 74
5.3.4 Evaluasi dalam Pelaksanaan Pelayanan PONED .......................... 78
5.3.5 Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) .............................. 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 83


6.1 Kesimpulan .... ......................................................................................... 83
6.2 Saran ............... ......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Informan ............................................................. 34


Tabel 4.2 Desa, Luas, Banyak Dusun, Jarak ke Puskesmas Induk
Tahun 2013 .............................................................................. 39
Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Tanjung Morawa .............. 40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Empat Pintu Untuk Menghindari Kematian ................................ 14


Gambar 2.2 Alur Rujukan di Puskesmas Mampu PONED............................. 26
Gambar 2.3 Kerangka Pikir............................................................................. 31

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)


Lampiran 2 Batasan Kewenangan Puskesmas Mampu PONED dalam Pelayanan
PONED
Lampiran 3 Peralatan Maternal Puskesmas Mampu PONED
Lampiran 4 Peralatan Neonatal Puskesmas Mampu PONED
Lampiran 5 Kebutuhan Obat Obstetri Emergensi Dasar
Lampiran 6 Kebutuhan Obat Pelayanan Neonatal Emergensi Dasar
Lampiran 7 Hasil Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)
Lampiran 8 Lembar Checlist Peralatan dan Obat Puskesmas Mampu PONED
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari Puskesmas Tanjung
Morawa

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sasaran yang ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010 - 2014 dalam bidang Kesehatan adalah

menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 24/1.000 KH dan Angka

Kematian Ibu (AKI) menjadi 118/100.000 KH. Namun kenyataannya dari hasil

SDKI 2012, AKB mencapai angka 32/1.000 KH dan AKI 359/100.000 KH. Hal

ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat penurunan angka-angka kematian,

sehingga target RPJMN tahun 2010-2014 mengenai AKI dan AKB maupun untuk

MDGs tahun 2015 diperkirakan akan sulit tercapai.

Masih tingginya AKI dan AKB termasuk neonatal juga dipengaruhi dan

didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal,

yaitu faktor-faktor penyakit, masalah gizi dari WUS (maternal) serta faktor 4 T

(terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak

kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi tersebut

di atas lebih diperparah lagi oleh adanya keterlambatan penanganan kasus

emergensi/ komplikasi maternal dan neonatal akibat oleh kondisi 3 T (terlambat),

yaitu: 1) Terlambat mengambil keputusan merujuk, 2) Terlambat mengakses

fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan 3) Terlambat memperoleh pelayanan

dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten (KEMENKES RI, 2013).

Melihat permasalahan yang terjadi dalam upaya mempercepat penurunan

AKI dan AKB maka diperlukan upaya yang lebih keras dan dukungan komitmen

Universitas Sumatera Utara


dari seluruh stakeholder baik pusat maupun daerah. Salah satu upaya yang telah

dilaksanakan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB melalui penanganan

obstetri dan neonatal emergensi/ komplikasi di tingkat pelayanan dasar adalah

melalui upaya melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED).

Kementerian Kesehatan melakukan upaya dalam mendukung percepatan

penurunan AKI dan AKB adalah melalui penanganan Obstetri dan Neonatal

emergensi/komplikasi di tingkat pelayanan dasar dengan Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas yang didukung dengan

keberadaan rumah sakit dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK) dalam suatu bentuk kerjasama antara Pelayanan PONED

dan PONEK dalam rangka peningkatan atau perbaikan kualitas pelayanan yang

dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi (Collaborative Improvement)

PONED-PONEK.

Penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak

terlepas dari penanganan kasus emergensi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar

melalui upaya peningkatan mutu PONED di puskesmas. Berbagai upaya yang

dilaksanakan dalam PONED antara lain peningkatan pengetahuan dan

keterampilan tim dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan tenaga

kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahan habis pakai,

manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukannya. PONED di puskesmas juga

sangat membutuhkan kerjasama yang baik dengan PONEK di rumah sakit sebagai

suatu kesatuan sistem rujukan mempunyai peran yang sangat penting. Agar

Universitas Sumatera Utara


puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem

penyelenggaraan PONED dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan

AKI dan AKB maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan

fungsinya ( KEMENKES RI, 2013).

Dari hasil laporan Nasional Riset Fasilitas Kesehatan 2011 (Rifaskes

2011) menyatakan bahwa hampir 40% Puskesmas PONED mempunyai peralatan

PONED yang jumlahnya kurang dari 40% standard alat PONED yang harus

dipunyai oleh Puskesmas PONED dan ketersediaan obat PONED sangat kurang,

karena lebih dari 80% Puskesmas PONED menyediakan obat kurang dari 40%

standard obat yang semestinya ada di Puskesmas PONED. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa kualitas PONED masih jauh dibandingkan dengan standard

minimal yang harus dipenuhi.

Menurut hasil penelitian Mujiati, dkk. (2014), diperoleh bahwa dari 1.446

Puskesmas PONED, rata-rata angka ketersediaan jenis obat dan alat kesehatan di

Puskesmas PONED masih belum mencukupi. Berdasarkan lima regional di

Indonesia, terdapat perbedaan kesiapan Puskesmas PONED dalam hal pelayanan

24 jam, tenaga kesehatan terlatih, obat dan alat kesehatan, serta alat transportasi.

Namun secara keseluruhan, regional Jawa-Bali lebih siap dibandingkan dengan

regional lain. Perlu perhatian dan intervensi untuk meningkatkan kesiapan

Puskesmas PONED, terutama meningkatkan ketersediaan dan kecukupan alat dan

obat PONED, melibatkan tenaga bidan dan perawat dalam pelayanan PONED,

serta menyediakan dan memfungsikan pusling dan ambulans untuk pelayanan

PONED.

Universitas Sumatera Utara


Pada tahun 2014, dari 570 puskesmas yang tersebar di seluruh Kabupaten/

Kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 147 puskesmas yang

menyelenggarakan PONED atau 25,80%. Jumlah ini mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2013 yaitu 137 puskesmas, tahun 2012 yaitu 94 puskesmas

dan tahun 2011 yaitu 98 Puskesmas PONED. Penurunan jumlah Puskesmas

PONED yang terjadi di tahun 2012 akibat pindahnya tenaga Dokter dan Perawat

yang telah dilatih, hal ini terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Samosir, Deli

Serdang, Serdang Bedagai dan Kota Binjai, masing-masing berkurang 1 Unit

Puskesmas PONED. Jumlah Puskesmas PONED pada Kabupaten Deli Serdang

adalah 12 Puskesmas PONED dan diantaranya Puskesmas Tanjung Morawa

(DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015).

Sejak tahun 2012 Kabupaten Deli Serdang dijadikan wilayah intervensi

program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) yaitu sebuah

program kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan USAID (United States Agency

for International Development) selama lima tahun (2012-2016) dalam rangka

mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir untuk di Wilayah Provinsi

Sumatera Utara. Tujuan umum dari program ini adalah untuk menurunkan Angka

Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal sebesar 25% dengan daerah

intervensi 30 Kabupaten di 6 Provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Adapun intervensi dengan

program EMAS dilakukan melalui pendekatan: (1) Meningkatkan kualitas

pelayanan emergensi obstetri dan neonatal minimal di 150 Rumah Sakit (PONEK)

Pemerintah dan Swasta dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED), (2)

Universitas Sumatera Utara


Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah

sakit, (3) Program dirancang agar dapat memberi dampak nasional (tidak hanya

sebatas area kerja) (KEMENKES RI, 2013).

Kabupaten Deli Serdang menjadi intervensi EMAS dikarenakan memiliki

AKI dan AKB yang cukup besar. Dari tahun 2008-2013 menunjukkan AKI

cenderung menurun tetapi masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Untuk

tahun 2008 AKI sebanyak 32 kasus, tahun 2009 sebanyak 21 kasus, tahun 2010

sebanyak 20 kasus, tahun 2011 sebanyak 20 kasus, tahun 2012 sebanyak 15 kasus

dan tahun 2013 sebanyak 14 kasus. Begitu juga dengan AKB , dari tahun 2009-

2013 terdapat penurunan tetapi angkanya masih cukup tinggi. Untuk tahun 2009

AKB sebanyak 134 kasus, tahun 2010 sebanyak 98 kasus, tahun 2011 sebanyak

97 kasus, tahun 2012 sebanyak 74 kasus dan tahun 2013 sebanyak 62 kasus

(DINKES Kabupaten Deli Serdang, 2014).

Sejak tahun 2008, Puskesmas Tanjung Morawa menjadi salah satu

Puskesmas mampu PONED yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Puskesmas

Tanjung Morawa ditunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk

membantu masalah pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB, khususnya

untuk wilayah Kabupaten Deli Serdang. Sebelum menjadi Puskesmas mampu

PONED, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjung Morawa telah

mendapatkan pelatihan terlebih dahulu. Tenaga kesehatan yang telah

mendapatkan pelatihan adalah 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat. Namun

pelaksanaan PONED tersebut tidak terselenggara dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


Pada tahun 2013, Puskesmas menjadi intervensi EMAS untuk wilayah

Kabupaten Deli Serdang. Banyak hal yang telah dilakukan dari program EMAS

dengan bantuan dari USAID dalam hal peningkatan mutu pelayanan PONED di

Puskesmas Tanjung Morawa, seperti memberikan pelatihan-pelatihan, membantu

dalam hal memperbaiki fasilitas dan melengkapi ketersediaan peralatan

kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Pelayanan PONED mulai digunakan

masyarakat akan tetapi cakupan pemanfaatan fasilitas bersalin di Puskesmas

masih rendah.

Berdasarkan laporan dari 16 desa yang ada di wilayah kerja Tanjung

Morawa, jumlah kematian bayi baru lahir dari tahun 2011-2013 adalah pada tahun

2011 tidak ada jumlah kematian bayi, pada tahun 2012 ada 1 kasus kematian bayi,

pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus kematian bayi baru lahir menjadi 4

kasus. Sedangkan jumlah kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

Morawa tahun 2011-2013 adalah pada tahun 2011 tidak ada jumlah kematian ibu,

namun pada tahun 2012 terdapat 1 kasus kematian ibu dan kembali tidak terjadi

kasus kematian ibu pada tahun 2013 (Puskesmas Tanjung Morawa, 2013).

Pada tahun 2013 kunjungan ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan

PONED adalah dari 2.727 ibu hamil, kunjungan K1 mencapai 2.677 (98,2%),

kunjungan K4 mencapai 2.592 (95,0%), ibu bersalin yang ditolong tenaga

kesehatan sebanyak 2.507 (96,3%), kunjungan ibu nifas sebanyak 2.402 (92,3%)

dari 2.603 sasaran ibu nifas, kunjungan neonatus sebanyak 2.254 (90,9%) dari

2.479 kelahiran hidup (Puskesmas Tanjung Morawa, 2013).

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil survei awal menunjukkan bahwa masih rendahnya kunjungan

ibu hamil dalam fasilitas bersalin di Puskesmas Tanjung Morawa. Kebanyakan

Bidan-bidan desa langsung merujuk kasus kegawatdaruratan maternal dan

neonatal ke RSUD Deli Serdang (Rumah Sakit PONEK) dan tidak merujuk ke

Puskesmas Tanjung Morawa. Puskesmas Tanjung Morawa jarang menerima

pasien dengan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Untuk kasus ibu

hamil dengan komplikasi persalinan langsung dirujuk ke rumah sakit. Kasus

persalinan dengan komplikasi di bulan januari sampai dengan bulan juli 2015

mencapai 172 orang (30,6%). Hal ini tidak sesuai dengan kasus emergensi

maternal dan neonatal yang dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar yang

berkualitas sebesar 80% dan 20% perlu mendapatkan pelayanan rujukan yang

berkualitas.

Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Handayani (2014),

menunjukkan bahwa di Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal

dikarenakan sumber daya belum memenuhi secara kuantitas belum memadai dan

secara kualitas belum mendapat pelatihan PONED, sarana prasarana belum

memenuhi standar minimal, jarak dari masyarakat ke puskesmas dan rumah sakit

sama dekat, tidak ada dana khusus untuk program PONED. Hasil penelitian lain

juga yang dilakukan oleh Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED adalah ada beberapa alat yang

tidak tersedia dan tidak ada dana operasional khusus yang diberikan untuk

kegiatan PONED tetapi dana berasal dari operasional puskesmas dan dari jasa

hasil tindakan di PONED. Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk meneliti Analisis

Universitas Sumatera Utara


Implementasi Pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Bagaimanakah Implementasi Pelayanan PONED di

Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Derdang tahun 2015?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi pelayanan

PONED di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Derdang tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah terutama Dinas Kesehatan Deli

Serdang dan puskesmas tentang masalah implementasi pelayanan PONED di

Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

2. Untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengadakan research ilmiah

dan meningkatkan pemahaman peneliti tentang implementasi pelayanan

PONED di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Derdang tahun 2015.

3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai


Analisis Implementasi Pelayanan PONED di puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) adalah

puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED

memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain

itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan

komplikasi, baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/

bidan di desa, puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit

PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani (Mubarak, 2012).

Pelayanan Obstetri emergensi bertujuan untuk memastikan bahwa

pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan berkomplikasi tersedia

untuk setiap perempuan, di manapun dia berada. Kegiatan intervensi dapat

dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang

berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri dan neonatal

emergensi dasar (Retnaningsih, 2013).

PONED dapat diberikan oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau

kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar.

PONED dilakukan di puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas

kesehatan yang boleh memberikan PONED adalah dokter, bidan, perawat, tim

PONED, berserta penanggung jawab terlatih (Mubarak, 2012). Petugas kesehatan

tersebut harus mampu memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar

(PONED). Kondisi saat ini menunjukkan kurangnya sumber daya manusia

Universitas Sumatera Utara


pelaksana pelayanan obstetri. Dengan kondisi seperti itu, sulit mengharapkan

PONED dapat berjalan optimal (Retnaningsih, 2013).

2.2 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (KEMENKES RI, 2014).

2.2.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya,

puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

Universitas Sumatera Utara


e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.

Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, puskesmas dapat

berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Ketentuan mengenai

wahana pendidikan tenaga kesehatan tersebut, dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (KEMENKES RI, 2014).

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran

yang sangat penting sebagai intitusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut

memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. peran tersebut ditujukkan dengan

ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang

dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan

pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan

teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terpadu (Mubarak, 2012).

Universitas Sumatera Utara


2.3 Puskesmas PONED

2.3.1 Pengertian Puskesmas PONED

Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang mampu

menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat

dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (KEMENKES RI, 2013).

Berdasarkan penyebabnya kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung

dan tidak langsung.

1. Penyebab langsung adalah perdarahaan, keracunan kehamilan/ eklamsi,

keguguran/ abortus, infeksi, partus lama/ persalinan macet dan penyebab

lainnya.

2. Penyebab tidak langsung.

a) Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada dipedesaan masih rendah.

b) Sosial-ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak

dibandingkan ibu.

c) “4 terlalu” dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering

dan terlalu banyak.

d) “ 3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk

dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan

pelayanan kesehatan.

Selain itu 60-70% ibu yang melahirkan masih ditolong oleh dukun

tradisionil. Tiga terlambat ini juga sangat dipengaruhi oleh dana dari keluarga ibu

bersalin.Walaupun cepat dirujuk, tetapi oleh karena tidak tersedianya uang maka

niat untuk merujuk dibatalkan sendiri oleh keluarganya. Sehingga faktor dana ini

Universitas Sumatera Utara


masih merupakan kendala yang memerlukan perhatian yang serius (Ambarwati,

Rismintari, 2011).

Agar Puskesmas mampu PONED dapat memberikan kontribusi pada

upaya penurunan AKI dan AKN dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

maternal neonatal emergensi, maka fungsinya perlu dilaksanakan dengan baik

secara optimal. Menurut the International Federal on of Gynecology Obstetrics

(FIGO) terdapat 4 pintu untuk keluar dari kematian ibu, yaitu: 1) Status

perempuan dan kesetaraan gender, 2) Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan

reproduksi, 3) Persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang

berkompeten, 4) PONED-PONEK. Jadi upaya PONED hanyalah salah satu upaya

dan merupakan upaya terakhir untuk mencegah kematian ibu (KEMENKES RI,

2013).

Gambar 2.1 : Empat Pintu untuk menghindari kematian ibu

Adapun tugas Puskesmas PONED adalah :

1. Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, puskesmas pembantu,

dan pondok bersalin desa.

Universitas Sumatera Utara


2. Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetri neonatal sebatas wewenang.

3. Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan penanganan

prahospital (Mubarak, 2012).

2.3.2 Peningkatan Fungsi Puskesmas Rawat Inap Menjadi Puskesmas


Mampu PONED

Agar puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem

penyelenggaraan pelayanan maternal neonatal emergensi dapat memberikan

kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan

baik agar dapat dioptimalkan fungsinya. Adapun kriteria peningkatan fungsi

puskesmas rawat inap menjadi Puskesmas mampu PONED adalah :

1. Kriteria Puskesmas yang siap untuk ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu

PONED

a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan

persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus

obstetri dan neonatal emergensi/ komplikasi.

b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh puskesmas/ fasyankes non

PONED dari sekitarnya.

c. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya

Kesehatan Perorang (UKP) dan tindakan mengatasi kegawatdaruratan,

sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan

sarana prasarana yang dibutuhkan.

d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/ luar wilayah kerjanya

sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat

inap serta persalinan normal.

Universitas Sumatera Utara


e. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.

f. Jarak tempuh lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas

non PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan

transportasi umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi

pendarahan 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke rumah

sakit maksimal 2 jam.

2. Kriteria Puskesmas mampu PONED

a. Memenuhi kriteria puskesmas yang siap untuk ditingkatkan menjadi

Puskesmas mampu PONED.

b. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah

dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta

tindakan mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka

mengkondisikan pasien emergensi/ komplikasi siap dirujuk dalam kondisi

stabil.

c. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan

mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas / Fasyankes tingkat

dasar.

d. Difungsikan sebagai pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal

emergensi/ komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten.

e. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan

fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung

penyelenggaraan PONED. Adapun peralatan dan obat-obatan Puskesmas

mampu PONED terlampir.

Universitas Sumatera Utara


f. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program

harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED.

g. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan

kasus kegawat-daruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari Fasyankes

di sekitarnya.

h. Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya

untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik.

i. Seluruh Petugas Puskesmas mampu PONED melakukan pelayanan dengan

nilai-nilai budaya : kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas

Puskesmas, berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi pelayanan

dengan sepenuh hati (dengan penuh ras tanggung jawab untuk berkarya dan

berprestasi mandiri bukan karena diawasi), peduli pada kebutuhan

masyarakat, selalu memberikan yang terbaik pada setiap pelanggan

(KEMENKES RI, 2013).

2.3.3 Indikator Kinerja Penyelenggaraan PONED

Keberhasilan penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED diukur

berdasarkan rencana dan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

1. Indikator persiapan Puskesmas mampu PONED :

a. Adanya tim terlatih PONED bersertifikat dan kompeten.

b. Adanya tim pendukung PONED.

c. Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan sesuai standar.

d. Tersedianya ruangan untuk : penerimaan pasien, pemeriksaan, tindakan dan

perawatan di fasilitas rawat inap dan bayinya.

Universitas Sumatera Utara


e. Tersedianya sarana transportasi rujukan dengan kelengkapannya.

f. Tersedianya alat komunikasi dan informasi.

g. Tersedianya biaya operasional dalam jumlah yang memadai.

h. Adanya SPO yang disusun tim PONED dan ditandatangani oleh Kepala

Puskesmas, dan sudah dikonsultasikan kepada POGI dan IDAI setempat.

i. Adanya MoU antara RS PONEK/ RSSIB dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten tentang pembinaan teknis PONED oleh RS PONEK, secara

berkala dan teratur.

2. Indikator untuk mengukur kinerja Puskesmas mampu PONED:

a. Cakupan pasien yang dirujuk dari masing-masing wilayah kerja puskesmas.

b. Cakupan pasien yang dapat ditangani di Puskesmas mampu PONED sesuai

kewenangannya.

c. Cakupan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, melalui Puskesmas

mampu PONED.

d. Jumlah rujukan balik pasien emergensi/ komplikasi dari Rumah Sakit

PONEK ke Puskesmas (Puskesmas mampu PONED dan atau puskesmas

jejaring).

e. Jumlah kasus yang dirujuk balik dari Puskesmas mampu PONED.

2.3.4 Sumber Daya Kesehatan PONED

Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya, harus dapat menggali potensi-potensi sumber daya khususnya

SDM dalam penyelenggaraan PONED. Penyiapan tenaga kesehatan yang

berperan dalam PONED di puskesmas melalui Lokalkarya Mini Puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam

rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani atau dirujuk

melalui puskesmas mampu PONED. Adapun langkah-langkah untuk

mempersiapkan tenaga Puskesmas mampu PONED adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan tim kesehatan, terdiri atas:

a) Tim Inti Sebagai Pelaksana PONED

Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus

yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang

telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat PONED. tim inti

minimal pelaksana Puskesmas mampu PONED adalah terdiri dari :

1) Dokter Umum 1 orang.

2) Bidan, minimal D3 1 orang.

3) Perawat, minimal D3 1 orang.

Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam/ hari dan

7 hari/ minggu.

b) Tim Pendukung

Untuk terselenggaranya PONED di puskesmas dengan baik, diperlukan

tenaga-tenaga pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten menyiapkan calon tenaga pendukung PONED. tenaga kesehatan

pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat

inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas difasilitas rawat jalan.

Tenaga-tenaga kesehatan tersebut harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk

Universitas Sumatera Utara


menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga kesehatan

sebagai tim pendukung PONED adalah terdiri dari:

1) Dokter Umum, minimal 1-2 orang.

2) Perawat D3, minimal 5 orang.

3) Bidan D3, minimal 5 orang.

4) Analis Laboratorium 1 orang.

5) Petugas administrasi, minimal 1 orang.

Tim pendukung PONED harus mengikuti magang berkala di RS PONEK

dan mengikuti on the job training di puskesmas bersama tim inti PONED,

sehingga kemudian tenaga-tenaga tersebut dapat diperankan sebagai tenaga

kesehatan pendukung penyelenggaraan PONED. setelah selesai mengikuti

magang dan on the job training, akan diberi surat penugasan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten sebagai petugas pendukung dengan ditegaskan rincian

tugas, hak, wewenang dan tanggung jawabnya.

c) Tim Promosi Kesehatan

Tenaga promosi kesehatan harus mempunyai kemampuan Komunikasi

Informasi Edukasi/ Komunikasi Inter Personal dan Konseling (KIE/KIPK) dan

pemberdayaan masyarakat dengan difasilitasi Kepala Puskesmas. Untuk

kemampuan tersebut diperlukan pelatihan tambahan. Tenaga promosi

kesehatan menjadi penggerak demand target sasaran (ibu dan keluarganya)

untuk memanfaatkan pelayanan obstetri dan neonatal terutama dalam kondisi

emergensi/ komplikasi sekaligus akan diperankan secara aktif sebagai tenaga

pendukung PONED untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan

Universitas Sumatera Utara


memuaskan. Memiliki kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra

Puskesmas di wilayah kerjanya (KEMENKES RI, 2013).

2. Menyiapkan tenaga-tenaga non kesehatan sebagai penunjang pelayanan

PONED

Diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan di fasilitas perawatan,

sebagai tenaga penunjang untuk kelancaran penyelenggaraan PONED di

puskesmas. Tenaga penunjang tersebut adalah berupa:

a) Petugas dapur.

b) Petugas laundry.

c) Penjaga malam.

d) Cleaning service.

e) Pengumudi ambulan 1 orang yang bertugas bergantian dengan pengemudi

puskesmas keliling.

2.3.5 Batasan Kewenangan Puskesmas dalam Pelayanan PONED

Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas mampu PONED yang bermutu

dan profesional perlu dilakukan pembinaan baik terhadap puskesmas, Dinas

Kabupaten/ Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara

berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.

Dalam hal penyelenggaraan Pelayanan PONED, ada batasan kewenangan

Puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan PONED. Adapun batasan

kewenangan menangani kasus maternal dalam Pelayanan PONED adalah:

1. Perdarahan pada kehamilan muda

2. Perdarahan post partum

Universitas Sumatera Utara


3. Hipertensi dalam kehamilan

4. Persalinan macet

5. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis

6. Infeksi nifas

Batasan kewenangan menangani kasus neonatal dalam Pelayanan PONED adalah:

1. Asfiksia pada neonatal

2. Gangguan nafas pada bayi baru lahir

3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

4. Hipotermi pada bayi baru lahir

5. Hipoglikemi dari ibu dengan diebetes militus

6. Ikterus

7. Kejang pada Neonatus

8. Infeksi Neonatus

Kewenangan Puskesmas mampu PONED diatas dapat berubah sesuai

dengan kebijakan/ ketentuan yang berlaku. Untuk kewenangan beserta

kamampuan yang dapat ditangani puskesmas yang lebih rinci terlampir.

Sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan

hanya melakukan standarisasi pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber

daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang

akan menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.

Karena dalam kenyataannya, masih selalu terdapat kasus maternal dan neonatal

yang harus mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sesuai setelah

mendapatkan pertolongan awal di fasilitas pelayanan kesehatan primer.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal memerlukan

tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu

pengobatan dan tindakan kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih

baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan primer

maupun tempat rujukan antara Puskesmas. Kasus emergensi neonatal 80% dapat

ditangani di tingkat pelayanan yang berkualitas sesuai standar, 20% perlu

mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas. Adapun kasus-kasus yang

harus di rujuk ke Rumah Sakit.

1. Kasus Ibu hamil yang memerlukan rujukan segera ke Rumah Sakit:

a) Ibu hamil dengan panggul sempit.

b) Ibu hamil dengan riwayat bedah sesar.

c) Ibu hamil dengan perdarahan antepartum.

d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi berat/ eklamsi)

e) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya meconium kental.

f) Ibu hamil dengan tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia,

polihidramnion, kehamilan ganda).

g) Primipara pada fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala 5/5.

h) Ibu hamil dengan anemia berat.

i) Ibu hamil dengan disproposisi kepala panggul.

j) Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancam jiwa (Diabetes

Mellitus, Kelainan Jantung).

2. Kasus pada Bayi baru lahir yang harus segera dirujuk ke Rumah Sakit:

a) Bayi risti usia gestasi kurang dari 32 minggu.

Universitas Sumatera Utara


b) Bayi dengan asfiksis ringan dan serdang tidak menunjukkan perbaikan

selama 6 jam.

c) Bayi dengan kejang meningitis.

d) Bayi dengan kecurigaan sepsis.

e) Infeksi pra intra post partum.

f) Kelainan bawaan.

g) Bayi yang butuh transfuse tukar.

h) Bayi dengan distres nafas yang menetap.

i) Meningitis.

j) Bayi yang tidak menunjukkan kemajuan selama perawatan.

k) Bayi yang mengalami kelainan jantung.

l) Bayi hiperbilirubinemia dan bayi dengan kadar bilirubin total lebih dari 10

mg/dl.

Daftar kasus-kasus tersebut diatas dapat berubah sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan / ketentuan yang

berlaku (KEMENKES RI, 2013).

2.3.6 Sistem Rujukan dalam Penyelenggaraan PONED

Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan secara

timbal balik baik vertikal maupun horizontal (KEMENKES RI, 2014).

Sistem pelayanan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu

pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai

dengan kemampuan dan wewenang fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan

Universitas Sumatera Utara


kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED harus

dikelola sesuai dengan prosedur yang tetap. Setelah diketahui kondisi pasien,

ditentukan apakah pasien akan ditangani di tingkat Puskesmas PONED untuk

mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan

(Mubarak,W.I., 2012).

Kasus yang dirujuk ke Puskesmas mampu PONED, kemungkinan berasal dari:

1) Rujukan masyarakat:

a. Datang sendiri sebagai pasien perorangan atau keluarga.

b. Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, Dukun Bayi, dan lainnya.

c. Dirujuk dari institusi masyarakat, seperti Poskesdes, Polindes, dll.

2) Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari wilayah

kerja Puskesmas mampu PONED , antara lain dari:

a. Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/ keliling.

b. Praktek dokter atau bidan mandiri.

c. Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama lainnya

3) Rujukan dari Puskesmas sekitar (Mubarak,W.I., 2012).

Adapun alur rujukan di Puskesmas mampu PONED adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


KASUS DATANG

Wilayah Pusk. perlu rujukan Luar wilayah Pusk. perlu rujukan

Puskesmas
Mampu PONED

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Diagnosa dan Assesment


apakah kasus dapat
ditangani oleh tim

Kasus dapat Kasus tidak dapat


ditangani Tim Kasus dapat
ditangani Tim
PONED ditangani
PONED
dengan
tuntunan dari
RS rujukan
Tindakan/ Yankes Dirujuk ke RS
Sesuai SPO dan Rujukan terdekat
Bimbingan
kemandirian klg Tindakan/ Yankes
Sesuai SPO dan
Bimbingan dari RS Hasil monev balik,
rujukan terdekat, melalui Pasien dikembalikan ke
komunikasi radio-medik Puskesmas
atau e-Health

Monev hasil
tindakan yankes di
Puskesmas

Belum sembuh, dirujuk ke Pasien sembuh, pulang,


RS Rujukan dilayani Puskesmas

Gambar 2.2 Alur rujukan di Puskesmas mampu PONED

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan

saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan

rawat inap karena tim Inter-profesi tidak mampu melakukan dan atau peralatan

yang diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup

berat dan atau kegawat-daruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip

utama, yaitu :

1) Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang harus

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan

kewenangan tenaga dan fasilitas pelayanan.

2) Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat sesuai

rencana yang disusun.

3) Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah dijangkau

dari lokasi.

Pelaksanaan sistem rujukan maternal neonatal bermanfaat untuk perbaikan

sistem pelayanan kesehatan maternal dan neonatal tidak cukup dengan hanya

melakukan standardisasi pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber daya

manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal dan neonatal yang akan

menjadi bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan.

Karena dalam kenyataannya, masih selalu terdapat kasus maternal dan neonatal

yang harus mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sesuai setelah

mendapatkan pertolongan awal di fasilitas pelayanan kesehatan primer.

Beberapa kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal memerlukan

tempat rujukan antara sebagai sarana untuk melakukan stabilisasi, setelah itu

Universitas Sumatera Utara


pengobatan dan tindakan definitif harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang

lebih baik oleh karena keterbatasan teknis baik di fasilitas pelayanan kesehatan

primer maupun tempat rujukan antara Puskesmas. (Mubarak,W.I., 2012)

2.3.7 Program Menjaga Mutu Puskesmas dalam Pelayanan PONED

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk menekan AKI, antara

lain dengan mondorong sertifikasi Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Dasar (PONED) bagi puskesmas. Namun tampaknya sertifikasi

PONED tampaknya tidak selalu sejalan dengan kemampuan fasilitas

menyelenggarakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak memerlukan pergeseran fokus pada

kualitas, termasuk persalinan di fasilitas kesehatan yang dilengkapi dengan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Pergeseran tersebut

memerlukan aksi di beberapa tingkat. Pemerintah tingkat pusat harus

mengembangkan dan melaksanakan standar dan pedoman kualitas pelayanan.

Diperlukan pengawasan ketat untuk memastikan implementasi standar

oleh penyedia pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Perlu ditetapkan

lebih banyak fasilitas kesehatan yang memberikan pelayan PONED dan sistem

rujukan harus diperkuat untuk mempromosikan penggunaan fasilitas-fasilitas ini

secara tepat. Pengingkatan kualitas memerlukan sumber daya tambahan untuk

mengembangkan dan memotivasi petugas kesehatan. Kinerja petugas kesehatan

sangat ditentukan baik oleh keterampilan maupun motivasi (Wibowo, 2014).

Adapun pelayanan PONED yang bermutu atau komprehensif harus tersedia hal-

hal sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.

2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.

3. Ruang pulih atau pascatindakan.

4. Tenaga kesehatan yang berkualitas sebagai pelaksana pelayanan komprehensif.

5. Protokol pelaksana dan uraian tugas pelayanan (termasuk koordinasi internal)

(Mubarak, 2012).

2.3.7 Hambatan dan Kendala dalam Penyelenggaraan PONED

Hambatan dan kendala puskesmas dalam penyelenggaraan PONED, yaitu:

1. Mutu SDM yang rendah

2. Sarana prasarana yang kurang

3. Keterampilan yang kurang

4. koordinasi antara Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK dengan

puskesmas, non PONED belum maksimal.

5. Kebijakan yang kontradiktif ( UU praktik kedokteran)

6. Pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai (Mubarak,

2012).

2.4 Audit Maternal Perinatal (AMP)

Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah proses penelaahan bersama kasus

kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan

menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari kelompok terkait, untuk

mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam

upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu RS atau wilayah.

Universitas Sumatera Utara


AMP merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan

kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian

dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan

menentukan hubungan atara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/

kematian yang terjadi.

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan AMP adalah meningkatkan mutu

pelayanan KIA di seluruh wilayah suatu kabupaten/ kota dalam rangka

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal. Kegiatan ini

membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh keadaan dan kejadian

yang mendahului kesakitan/ kematian. Dari kegiatan ini dapat ditentukan :

1. Sebab dan faktor terkait dalam kesakitan/ kematian ibu dan perinatal.

2. Dimana dan mengapa berbagai sistem dan program gagal dalam mencegah

kematian.

3. Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan.

AMP juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan evaluasi sistem

rujukan. Agar fungsi ini dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan:

1. Pengisian rekam medis yang lengkap dan benar disemua tingkat pelayanan

kesehatan.

2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi

verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang mengetahui

riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum penderita

meninggal, sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian (KEMENKES

RI, 2010).

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini dijelaskan pada gambar 2.2.


PROSES
INPUT
Pelaksanaan
1. Ketersediaan pelayanan OUTPUT
SDM Maternal dan
2. Ketersediaan Neonatal Cakupan
Peralatan meliputi : pelayanan
3. Ketersediaan 1. Pelaksanaan PONED
Obat Rujukan
2. Pelaksanaan
Sosialisasi
3. Pelaksanaan
Evaluasi
4. Pelaksanaan
AMP

Kerangka pikir di atas menggambarkan bahwa input (ketersediaan SDM,

ketersediaan sarana prasarana, ketersediaan peralatan) akan mempengaruhi proses

dari pelaksanaan Pelayanan PONED. Hal ini akan mempengaruhi output dari

kesesuaian pelaksanaan Pelayanan PONED berdasarkan kriteria puskesmas

mampu PONED.

1. Input

a. Ketersediaan SDM adalah adanya tenaga kesehatan (Tim inti PONED) yang

terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat yang sudah mendapatkan pelatihan

PONED, adanya tim pendukung PONED, adanya tim PONED yang

berkompetensi dalam menangani kegawatdaruratan maternal dan neonatal,

masih tersedianya tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED dan

ketersediaan tim PONED selama pelaksanaan PONED dalam 24 jam sehari

dan 7 hari seminggu (kesiapsiagaan petugas PONED).

Universitas Sumatera Utara


b. Ketersediaan peralatan adalah adanya peralatan yang mendukung

penyelenggaraan PONED.

c. Ketersediaan obat adalah adanya obat yang mendukung penyelenggaraan

PONED.

2. Proses

Proses adalah pelaksanaan pelayanan Maternal dan Neonatal yang meliputi:

a. Pelaksanaan rujukan pelayanan PONED dari bidan desa atau klinik bersalin

ke puskesmas dan rujukan dari puskesmas ke rumah sakit.

b. Melaksanakan sosialisasi yaitu pemberian informasi mengenai pelayanan

PONED di Puskesmas Tanjung Morawa terhadap bidan desa, klinik bersalin

dan masyarakat.

c. Melaksanakan Evaluasi dalam Pelaksanaan Pelayanan PONED.

d. Melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) dalam rangka menurunkan

angka kematian ibu dan bayi yang baru lahir.

3. Output

Output adalah cakupan pelayanan PONED yang meliputi : jumlah ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, neonatus yang di layani dan jumlah rujukan dalam

pelaksanaan pelayanan PONED.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan untuk menganalisis pelaksanaan

pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas PONED Tanjung Morawa.

Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena frekuensi kunjungan dalam

pemanfaatan pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa masih rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus

tahun 2015.

3.3 Informan Penelitian

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pegawai Dinas

Kesehatan, Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Tim PONED yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED yaitu Dokter, Bidan

dan Perawat yang telah dilatih PONED, Bidan Desa, Klinik Bersalin dan

Masyarakat.

Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive

sampling. Tehnik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam

33

Universitas Sumatera Utara


penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan ini adalah

orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang

diteliti (Saryono dan Anggraeni, 2010).

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Karakteristik Informan


Informan Jabatan Umur Pendidikan
Informan 1 Kabid Kesga Dinas 43 Tahun S2
Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang
Informan 2 Kepala Puskesmas 48 Tahun S2
Informan 3 Bidan Koordinator 45 Tahun D IV Kebidanan
Informan 4 Dokter inti PONED 48 Tahun Dokter
Informan 5 Bidan inti PONED 46 Tahun S1
Informan 6 Perawat inti PONED 48 Tahun S1
Informan 7 Bidan Desa 34 Tahun D III Kebidanan
Informan 8 Klinik Bersalin 31 Tahun D III Kebidanan
Informan 9 Masyarakat 32 Tahun SMA

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian

ini adalah 9 orang, yang terdiri dari Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berumur 43 tahun dengan pendidikan S2,

Kepala Puskesmas berumur 48 tahun dengan pendidikan S2, Bidan Koordinator

berumur 45 tahun dengan pendidikan DIV Kebidanan, Dokter (tim inti PONED)

berumur 48 tahun dengan pendidikan Dokter, Bidan (tim inti PONED) berumur

46 tahundengan pendidikan S1, Perawat (tim inti PONED) berumur 48 tahun

dengan pendidikan S1, Bidan Desa berumur 34 tahun dengan pendidikan DIII

Kebidanan, Klinik Bersalin berumur 31 tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan

dan Masyarakat berumur 32 tahun dengan pendidikan SMA.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang

dapat dipercaya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui : dokumentasi,

pengamatan, dan wawancara (Basrowi dan Suwandi, 2008). Adapun metode

dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam

bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah

berbentuk surat-surat, buku, catatan harian, dokumen pemerintah ataupun swasta,

laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya (Saryono dan Anggraeni,

2010). Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen laporan

bulanan pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa.

b. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi dan Suwandi,

2008). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap pelaksanaan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa.

c. Wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam adalah cara dalam mengumpulkan data melalui

wawancara, menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka,

Universitas Sumatera Utara


dan sebagian besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara dengan 1

responden (Saryono dan Anggraeni, 2010).

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada Pegawai

Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Tim PONED yang

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED yaitu Dokter, Bidan

dan Perawat yang telah dilatih PONED, Bidan Desa, Klinik Bersalin dan

Masyarakat.

3.5 Uji Validitas Data

Uji validitas data dalam penelitian kulitatif disebut dengan triangulasi.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data.

Triangulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang

berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan: (1) Membandingkan

data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3)

Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tenteng situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) Membandingkan keadaan dan

perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, (5)

Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Bungin, 2008).

Universitas Sumatera Utara


3.6 Teknik Analisis Data

Anilisis data merupakan proses memilih, memilah, membuang,

menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok yaitu tema apa

yang dapat ditemukan pada data-data yang diperoleh dan seberapa jauh data-data

yang diperoleh dapat menyokong tema tersebut.

Adapun Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang mencakup tiga

kegiatan yang bersamaan yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstaksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Dalam proses

reduksi data ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar valid.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk

penyajiannya berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan yang

bertujuan untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika,

mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan

mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data

yang telah terbentuk dan kemudian disimpulkan (Basrowi dan Suwandi, 2008).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanjung Morawa

Puskesmas Tanjung Morawa didirikan sejak tahun 1968, yang terletak di

jalan Irian daerah Tanjung Morawa – Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten

Deli Serdang dengan luas tanah Puskesmas 450 m.

1. Luas wilayah : 80.73 km2

2. Jumlah desa : 16

3. Jumlah dusun : 89

4. Batas wilayah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu X

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatam STM Hilir

c. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Patumbak

d. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Galang, Kecamatan Merbau,

Kecamatan Lubuk Pakam.

4.1.2.Wilayah Kerja Puskesmas


Bentuk bangunan Puskesmas bertingkat dua dengan jenis bangunan

permanent, lokasi Puskesmas berada di tepi jalan raya. Sejak tahun 2007

Puskesmas Tanjung Morawa membuka Pelayanan selama 24 jam, serta memiliki

fasilitas rawat inap dan sudah menjadi Puskesmas mampu PONED pada tahun

2008.

38

Universitas Sumatera Utara


Jumlah sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

pada tahun 2013 terdiri dari 16 desa siaga, 4 Puskesmas Pembantu, 5 Poskesdes, 1

unit Pusling, dan 76 Posyandu. Secara administratif wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Morawa terdiri dari 16 desa dan 92 dusun dengan jumlah penduduk

118.604 jiwa.

Tabel 4.1 Desa, Luas, Banyak Dusun, Jarak ke Puskesmas Induk Tahun
2013
No Desa Luas (km2) Banyak Jarak ke Pusk.
Dusun Induk ( km )
1. Limau Manis 5.00 14 2.00
2. Tanjung Morawa B 1.25 5 3.00
3. Tanjung Morawa A 1.96 5 0.60
4. Bangun Rejo 9.92 8 0.60
5. Tanjung Baru 4.90 5 4.00
6. Medan Sinembah 3.50 7 6.50
7. Tanjung Morawa P 1.10 5 0.50
8. Dagang Kerawan 1.27 4 1.00
9. Bandar Labuhan 2.70 7 3.00
10. Lengau Seprang 4.25 3 7.00
11. Naga Timbul 5.00 5 7.00
12. Ujung Serdang 3.07 5 6.00
13. Punden Rejo 10.00 4 7.00
14. Tanjung mulia 7.14 4 8.00
15. Sei Merah 22.04 5 3.00
16. Aek Pancur 5.01 3 9.00
Jumlah 80.73 92
Sumber : BPS Kantor Kecamatan Tanjung Morawa 2013

Universitas Sumatera Utara


4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Tanjung Morawa
Puskesmas Tanjung Morawa dipimpin oleh seorang dokter gigi dan
memiliki tenaga kesehatan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Tanjung Morawa
No. Tenaga kesehatan Jumlah
1. Dokter Spesialis 1 orang
2. Dokter Umum 4 orang
3. Dokter Gigi 2 orang
4. Tenaga Ahli Kes. Masyarakat 4 orang
5. Perawat 11 orang
6. Perawat Gigi 2 orang
7. Sanitarian 1 orang
8. Ahli Gizi 2 orang
9. Tenaga Farmasi 1 orang
10. Bidan DI / DIII 59 orang
11. Analis Kesehatan 2 orang
No. Tenaga Non Kesehatan Jumlah
1. Pejabat Struktural 2 orang
2. S1 Ekonomi 1 orang
3. S1 Psikologi 1 orang
4. Juru (LCK, SPKC, SPK) 4 orang
Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Morawa Tahun 2013

Universitas Sumatera Utara


4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Input

4.2.1.1 Ketersediaan SDM

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Tanjung Morawa dengan

wawancara mendalam terhadap Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Dokter,

Bidan dan Perawat, di peroleh hasil mengenai ketersediaan SDM sebagai berikut:

4.2.1.1.1 Petugas yang Terlatih PONED (Tim Inti PONED)

Hasil penelitian mengenai ketersediaan petugas tim inti yang terlatih

PONED, diperoleh informasi bahwa petugas tim inti PONED di Puskesmas

Tanjung Morawa telah terlatih PONED. Berikut ini kutipan dari informan:

“Iya. 3 orang. Dokter 1, Bidan 1, Perawat 1.” (Informan 4)


Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang mengemukakan:

“Eee untuk standar PONED ini memang yang dilatih harus biasa 3 orang.
Dokter 1, Bidan 1 dan Perawat 1.” (Informan 1)

Jumlah petugas kesehatan menurut informan dari Puskesmas Tanjung

Morawa yang mendapatkan pelatihan PONED ada sebanyak tiga orang yaitu 1

Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat.

4.2.1.1.2 Kualitas SDM

Hasil penelitian mengenai kualitas SDM pelayanan PONED, diperoleh

informasi bahwa kualitas SDM dalam menangani kasus kegawatdaruratan

maternal dan neonatal kurang baik. Berikut ini kutipan dari informan:

“Yang seperti pelatihan PONED pertama tidak ada, ga ada pelatihan


yang lebih intens . ya hanya sekedar penyegaran-penyegaran teori saja.
Jadi yang pertama itu memang di pirngadi, provinsi. Kalau daerah y..kita
sesuai dengan keadaan daerahlah. Kalau dulu...itu ada saya dr. Efrida 1,

Universitas Sumatera Utara


bidanya dumenta sembiring, satu lagi perawatnya duma itu yang dilatih.
Kemudian ini sudah diletakkan lagi ke program lain yang juga sama
sibuknya. Program dibagian obat, itu tadi bidan tadi diletakkan dibagian
obat setiap hari. Juga repot dia. Ditambah lagi buk duma diletakkan ke
imunisasi. Imunisasi dia harus ke desa, bidan desa, kemudian pelayanan
lagi di puskesmas. Sudah hilang saja timnya.”(Informan 4)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang mengemukakan:

“Pelatihan PONED selanjutnya ada refresher PONED namanya. Itu kita


laksanakan pada tahun 2013 untuk refresher PONED. Kalau yang
pertamakan pelatihan PONEDnya kalau yang kedua kan untuk melatih
ulang kembali, namanya refresher ya jadi supaya pemantapan kembali
kepada Puskesmas yang sudah dilatih tentang PONED itu.” (Informan 1)

Pelatihan yang kedua dibuat oleh Dinas Kesehatan berupa refresher

PONED, yaitu bersifat penyegaran-penyegaran teori mengenai PONED saja yang

memang diperuntukkan untuk refresher PONED bagi petugas yang sudah dilatih

sebelumnya. Dalam hal ini Puskesmas Tanjung Morawa juga mengikuti pelatihan

yang kedua yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, namun

terjadi pergantian tim inti PONED dikarenakan petugas pindah tugas dibagian

program lain. Tim inti PONED yang pindah tugas dibagian program lain adalah

Bidan dan Perawat. Bidan dipindahkan dibagian obat-obatan dan perawat pindah

di bagian program imunisasi. Adanya pergantian Bidan dan Perawat tim inti

PONED mengakibatkan kualitas dari Bidan dan Perawat PONED yang sekarang

tidak sebaik dari Bidan dan Perawat tim inti PONED yang pertama.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.1.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan SDM tim pendukung PONED,

diperoleh informasi bahwa tim pendukung PONED telah tersedia. Berikut ini

kutipan dari informan:

“Pendukung PONED, yang jaga rawat inap lah dek. Dua puluh...dua
puluh orang itu ya..eeh 15. 15 orang. Dokternya 4, itu yang 15 itu da
gabung bidan sama perawat. Tapi banyakan bidanlah..Dualah perawat 13
bidannya.” (Informan 6)

Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Tentu ada...siapa yang bertugas menerima pasien disini. Kan ada rawat
inapnya. Tentu siapa yang bertugas...kan ada berapa...ada 4 perawat atau
bidan, 1 dokter setiap hari.”(Informan 2)

Tim pendukung PONED di Puskesmas Tanjung Morawa juga termasuk

yang bertugas di rawat inap. Tim pendukung tersebut terdiri dari 3 Dokter Umum,

2 Perawat dan 13 Bidan. Setiap harinya ada 5 orang petugas yang bergantian shift

kerja dalam memberikan pelayanan PONED.

4.2.1.1.4 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED

Hasil penelitian mengenai kesiapsiagaan Petugas kesehatan PONED,

diperoleh informasi bahwa petugas kesehatan PONED telah siapsiaga selama 24

jam/hari dalam melayani PONED. Berikut ini kutipan dari informan:

“Ada...kitakan sudah rawat inap dan sudah PONED. ya siapsiagalah 24


jam.”(Informan 3)

Kutipan tersebut di atas juga didukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Tentu siapa yang bertugas...kan ada berapa...ada 4 perawat atau bidan,


1 dokter setiap hari.” (Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas telah menjadi puskesmas rawat inap dan siapsiaga melayani

pasien selama 24 jam/hari. Petugas dibagi menjadi 3 shift kerja, yaitu shift kerja

pagi, sihft kerja siang dan shift kerja malam. Masing-masing shift terdiri dari 5

orang.

4.2.1.2 Ketersediaan Peralatan PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan peralatan PONED, diperoleh

informasi bahwa peralatan PONED telah tersedia namun masih ada beberapa alat

yang belum terlengkapi. Berikut ini kutipan dari informan:

“Kalau alat sekarang sudah lengkap ya. Jadi ada bantuan dari USAID, ya
ada bantuan dari EMAS yang bekerjasama dengan USAID itu sudah
lengkaplah. Kita sudah ada oksigen, alat resusitasi bayi, ambu untuk
orang dewasa.”(Informan 3)

Menurut informan, ketersediaan alat untuk sekarang sudah lengkap karena

ada bantuan dari program EMAS yang bekerjasama dengan USAID. Namun ada

juga informan yang menyatakan ketersediaan alat belum lengkap. Berikut ini

kutipan dari informan:

“Gak juga. Hmm...PONED ini kan untuk anak jugakan. Tampat meja bayi
resusitasinya juga mana ada.”(Informan 5)

Menurut informan, ketersediaan alat untuk pelayanan neonatal belum

lengkap, seperti belum adanya meja resusitasi untuk bayi yang baru lahir. Hal ini

juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa untuk peralatan

maternal sudah lengkap, namun untuk peralatan neonatalnya belum lengkap.

Masih ada beberapa alat neonatal yang belum tersedia, seperti : Peralatan neonatal

yang tidak tersedia adalah seperti : kotak kepala neonatus (head box), klem arteri

Universitas Sumatera Utara


kocher mosquito lurus dan lengkung, klem arteri pean mosquito, pinset jaringan

kecil, pinset bengkok kecil, gunting jaringan mayo ujung tajam, gunting mayo

ujung tumpul, gunting jaringan iris lengkung, jarum ligasi knocker, pinset

jaringan semken, gunting iris lengkung, gunting operasi lurus, retraktor finsen

tajam, klem mosquito halsted lurus, klem mosquito halsted lengkung, klem linen

backhauss, klem pemasang klip hegenbarth, kantong metode kanguru.

4.2.1.3 Ketersediaan Obat PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan obat PONED, diperoleh informasi

bahwa obat yang dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan pelayanan PONED

telah tersedia dan mencukupi jumlahnya. Berikut ini kutipan dari informan:

“Kalau obat-obatan juga kita sudah lengkap.” (Informan 2)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Kalau obat-obatan kayaknya cukuplah. Kalau seperti cairan-cairan infus


selalu berlebihan kita, kalau ada kasus seperti oksitosin gak ada.
Yaa...kebetulan letak puskesmas kita ini kan ditengah kota dekat dengan
apotik. Ya uda dibelikan aja duluan.”(Informan 4)

Ketersediaan obat-obatan yang mendukung terlaksananya pelayanan

PONED sudah lengkap dan mencukupi jumlahnya. Hal ini juga sejalan dengan

hasil observasi penelitian yang telah dilakukan, menyatakan ketersediaan obat

PONED sudah lengkap.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.4 Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus Pelayanan
PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan alat komunikasi untuk merujuk

kasus pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa alat komunikasi untuk

merujuk kasus pelayanan PONED telah tersedia. Berikut ini kutipan dari

informan:

“Kita pakek sijari EMAS aja , no telephone ini kita hubungi ya...masukkan
data pasiennya kalau tidak bisa dilayani, kita da siap merujuk. Ia sms
sijari EMAS aja. EMAS inikan program baru. Program Expainding
Survival.”(Informan 4)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Jadi untuk alat komunikasi sekarang sudah disediakan hp. Hp untuk


petugas rawat inap disini. Jadi itu bisa digunakan untuk jejaring ee
rujukan. Kapan saja 24 jam. Itu tinggal disini dia.” (Informan 3)

Alat komunikasi tersebut berupa handphone yang diberikan Pemerintah.

Adapun cara untuk merujuk pasien adalah dengan melakukan sms dengan sesuai

dengan program sijari EMAS ataupun dengan menelphone rumah sakit yang akan

dirujuk.

4.2.1.5 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan

Hasil penelitian mengenai ketersediaan sarana transportasi kasus

pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa sarana transportasi untuk merujuk

kasus pelayanan PONED telah tersedia. Berikut ini kutipan dari informan:

“Ada puskesmas keliling. Sebelum ada rawat inap ini ya...untuk turun-
turun kelapangan, dulukan masih ada program pengobatan gratis ke
desa-desa, KLB. Kalau sekarang ya untuk merujuk lah. Hanya itu yang

Universitas Sumatera Utara


ada cuma. Tapi harus adalah disini jangan dibawa kerumah
petugas.”(Informan 4)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Ada itu...puskemas keliling.” (Informan 6)

Sarana transportasi rujukan yang tersedia berupa satu unit puskesmas

keliling. Sebelum Puskesmas Tanjung Morawa menjadi rawat inap, puskesmas

keliling digunakan untuk kegiatan program pengobatan gratis ke desa-desa.

Puskesmas keliling sekarang dijadikan sebagai ambulance yang dapat dipakai

kapan saja selama 24 jam.

4.2.1.6 Ketersediaan Biaya Operasional Pelayanan PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan biaya operasional pelayanan

PONED, diperoleh informasi bahwa biaya operasional pelayanan PONED telah

tersedia. Berikut ini kutipan dari informan:

“Biaya operasionalnya ya..namanya kami PNS dari pemerintah..ya..itu


yang sudah yang menjadi biaya operasional. Dari pemerintahlah kita
digaji setiap bulan yang kami dapatkan. Misalnya berapa orang pasiennya
nah dari situ insentifnya...umpanya. Sekarangkan sudah ada BPJS. Yang
pastikan kami sudah digaji. Kalau keperluan lainnya dari APBD
lah.”(Informan 2)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Adalah...Kalau dia alat-alatnya kan ada dari pemerintah , ambulannya,


terus kalau untuk jasa pelayanan itukan sudah digaji jadi tidak ada lagi
tambahan ya. itu dari pemerintahlah nak. Dana dari APBD.”(Informan 3)

Universitas Sumatera Utara


Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan

lainnya berasal dari APBD. Sedangkan insentif bagi petugas kesehatan yang

melaksanakan pelayanan PONED diperoleh dari BPJS.

4.2.1.7 Ketersediaan SOP Pelayanan PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan SOP pelayanan PONED, diperoleh

informasi bahwa SOP pelayanan PONED telah tersedia. Berikut ini kutipan dari

informan:

“SOP itu ada ya.”(Informan 3)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Ada...tentu ada SOPnya. Setiap kali kita melakukan kerja tentu ada
SOPnya.”(Informan 2)

SOP untuk pelayanan PONED telah tersedia. SOP merupakan panduan

petugas dalam melaksanakan pelayanan PONED.

4.2.2 Proses

4.2.2.1 Kasus yang Pernah ditangani dalam Pelaksanaan PONED

Hasil penelitian mengenai kasus yang pernah ditangani dalam pelaksanaan

pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa ada beberapa kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang pernah Puskesmas Tanjung

Morawa tangani. Berikut ini kutipan dari informan:

“Itu...misalnya partus macet. Misalnya sudah kita pantau sudah kita lihat
perkembangannya. Misalnya kasus primigravida. Itukan selama 18
sampai 24 jam kita pantau ya kan. Kalu tidak ada kemajuan, mau tidak
mau ya kita rujuk. Gak bisa kita tangani disini ya. atau misalnya...jadi
misalnya ketubannya sudah pecah...ya kan kita menunggu sampai 2 atau 3

Universitas Sumatera Utara


jam. Jadi kalau misalnya tidak lahir juga, nah itu harus kita rujuk tetapi
melakukan tindakan ke sana harus kita infus ya..memberikan cairan yang
cukup. Kemudian harus terus didampingi sampai ke rumah
sakit.”(Informan 3)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Cuma mola placenta. kemudian menyiapkanlah kalau ada kasus


hipertensi pada kehamilan, eklamsi ya...kita diberi pertolongan pertama
kalau tidak bisa ditangani ya segera kirim ke rumah sakit. Itu memang
harus dirujuk jangan ditangani nanti kejang dia nanti. pasti dirujuk. Jadi
kalau kasus mola placenta ada beberapa berhasil kami tangani. Kemudian
kasus posdet...itu kalau tali pusarnya sudah kelihatan tidak segar lagi ya
tidak bisa kami tangani dengan manual ya jadi langsung kita
rujuk.”(Informan 4)

Ada beberapa kasus mola placenta yang pernah mereka tangani. Untuk

kasus persalinan macet dan ketuban pecah sebelum waktunya, mereka tetap

berusaha menolong tetapi jika sudah tidak bisa lagi mereka tangani maka kasus

tersebut segera dirujuk ke rumah sakit.

Menurut informan lainnya, bahwa Puskesmas Tanjung Morawa lebih

sering menangani persalinan normal daripada menangani kasus kegawatdaruratan

maternal dan neonatal. Berikut ini kutipan dari informan:

“Yang normal aja..Gak normal pun kalau dia ada komplikasi gak
ditanganilah langsung dirujuk.”(Informan 5)

Puskesmas Tanjung Morawa lebih banyak menangani persalinan normal.

Biasanya ketika ibu hamil diketahui memiliki komplikasi, maka mereka langsung

merujuk ke Rumah Sakit PONEK.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.2 Sosialisasi Pelayanan PONED

Hasil penelitian mengenai sosialisasi pelayanan PONED, diperoleh

informasi bahwa sosialisasi pelayanan PONED telah dilakukan. Berikut ini

kutipan dari informan:

“Sosialisasi itu...di minilok lah. Dikumpulkan. Kan kami ada minilok


setiap bulan. Di situlah disosialisasikan ke bidan desa. Sosiliasasi ke
masyarakat ya bidan desa lah. Kalau di klinik bidan desanya ke
sana.”(Informan 5)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Adalah...penyuluhan. diberikan penyuluhan dari pendataan pun juga.


Melalui bikor...bikornya bilang sama kami. Kamipun nyampaikan di desa.
Kadang orang tu turun juga ke desa. Sekali-sekali. Ada
pertemuannya..cuman pertemuannya sekali-sekali lah kalau lagi ada
posyandu, jadikan gak pala panggil-panggil orang lagi.kalau itu lah
dikumpulkan lagi.”(Informan 7)

Sosialisasi diberikan kepada Bidan-bidan desa dan kemudian Bidan desa

menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sosialisasi diberikan Bidan desa

kepada masyarakat ketika ada pertemuan misalnya di posyandu. Sosialisasi tidak

rutin, hanya sekali-sekali dilakukan. Sosialisasi juga diberikan ketika petugas

memberikan pelayanan kesehatan. Informan dari masyarakat juga menyatakan

telah mendapat sosialisasi. Berikut ini kutipan dari informan:

“Ada...ya...yang petugas itu yang ngomong.”(Informan 9)

Menurut informan dari masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Morawa, bahwa sosialisasi telah ia dapatkan ketika ia berkunjung ke

Puskemas Tanjung Morawa untuk memeriksakan kehamilannya.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.3 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan PONED

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan PONED,

diperoleh informasi bahwa Bidan-bidan desa biasanya langsung merujuk kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal ke rumah sakit dan tidak ke puskesmas

terlebih dahulu . Berikut ini kutipan dari informan:

“Kalau kami ke rumah sakit umum lebih dekat. Memang gitulah..kalau


gak kesini ke rumah sakit umum. Langsung aja ke sana. Karena disini
lebih jauh dia. Karenakan perbatasan pakamkan lebih dekat ke rumah
sakit umum. Saya di Punden rejo. Orang itu lebih milih kesini ke rumah
sakit umum. Masyarakatnya. Kalau saya paling nyarankan...kalau gak ke
puskesmas tanjung ke rumah sakit umum pun bisa.”(Informan 7)

Bidan desa umumnya langsung merujuk pasien ke Rumah Sakit PONEK

karena letak desa yang lebih dekat dengan rumah sakit daripada puskesmas.

Dalam pelaksanaan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal

diharapkan Bidan-bidan desa tidak langsung merujuk pasien ke rumah sakit,

namun karena akses masyarakat untuk wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

bervariasi untuk sampai ke Puskesmas Tanjung Morawa. Berikut ini kutipan dari

informan:

“Sebenarnya eee...diharapkan kalau dia desanya yang sudah melewati


puskesmas, disarankan ke PONED dulu paling tidak bisa sosialisasi.
Tapikan aksesnya kita kan bervariasi puskesmas ini. Aaa..desanya malah
dia lebih dekat ke rumah sakit. Misalnya kan, apalagi dia bawa pasien ibu
yang sudah gawat darurat. Kalau dia lebih dekat ke rumah sakit ya rumah
sakit aja. Bisa ke rumah sakit langsung gak mungkin dia mundur lagi
misalnya ke puskesmas gitu. Kan dari segi jarak dan waktu itu yang
menjadi kendala.”(Informan 1)

Akses masyarakat untuk wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

bervariasi untuk sampai ke Puskesmas Tanjung Morawa. Sehingga untuk desa

yang letaknya lebih dekat dengan rumah sakit dari pada puskesmas,

Universitas Sumatera Utara


diperbolehkan langsung merujuk ke rumah sakit karena dari segi jarak dan waktu

itu yang menjadi kendala dalam menangani pasien kegawatdaruratan maternal dan

neonatal.

Untuk pelaksanaan rujukan yang dilakukan di Puskesmas Tanjung

Morawa, kasus-kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang sudah tidak

dapat ditangani puskesmas dirujuk ke RSUD Deli Serdang ( Rumah Sakit

PONEK). Berikut ini kutipan informan:

“Untuk kasus eklamsi...Itu memang harus dirujuk jangan ditangani nanti


kejang dia nanti. pasti dirujuk. Jadi kalau kasus mola placenta ada
beberapa berhasil kami tangani. Kemudian kasus posdet...itu kalau tali
pusarnya sudah kelihatan tidak segar lagi ya tidak bisa kami tangani
dengan manual ya jadi langsung kita rujuk aja.”(Informan 4)

Kasus-kasus yang sudah diluar batas kewenangan puskesmas, biasanya

langsung di rujuk ke rumah sakit. Kasus yang langsung dirujuk seperti kasus

eklamsi dan kehamilan macet yang sebelumnya sudah ditangani puskesmas

terlebih dahulu.

4.2.2.4 Evaluasi Pelayanan PONED

Hasil penelitian mengenai evaluasi pelayanan PONED, diperoleh

informasi bahwa evaluasi pelayanan PONED telah dilakukan. Berikut ini kutipan

dari informan:

“Iya tentu...ada masalah karena dalam mini lokakarya ya..kalau ada


masalah kita kaji apa penyebab masalahnya..apa yang dilakukan sudah
sesuai dengan SOP dan bagaimana ke depan...itu lah di evaluasi...apa
penanganannya.”(Informan 2)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang mengemukakan:

“Kalau pelayanan PONED kita ada evaluasi pada saat minilok gitu ya.
Nah apa saja yang dievaluasi itu tergantung kasusnya dimana kendalanya

Universitas Sumatera Utara


kalau kita menemukan kendala, jadi kalau tidak ada kendala kita hanya
untuk apa yang kita lakukan supaya kinerja kita meningkat, atau paling
tidak bisa dipertahankan.”(Informan 3)

Evaluasi pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa dilaksanakan

pada rapat mini lokakarya. Dalam evaluasi dibahas apa penyebab masalah yang

ada dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut, apa yang dilakukan

untuk meningkatkan kinerja petugas atau paling tidak dapat mempertahankan apa

yang telah diperoleh.

Selain di Puskesmas, evaluasi terhadap pelayanan PONED di Puskesmas

Tanjung Morawa juga dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang. Berikut ini kutipan dari informan:

“Ada..dilakukan evaluasi ada aaa...tahun 2014 ya ada pemantauan pasca


pelatihan PONED, refresher PONED jadi kita pantau lagi, kemudian dari
kaitannya dengan ini lah program EMAS ini kan juga memantau
bagaimana kasus-kasus maternal, ya juga mungkin kasusnya belum
banyak ya dan juga kasus yang mereka tangani kebanyakan yang normal
gitukan, ya tetapi ya itu tadi..dengan pemantauan itu lah meningkatkan
keterampilan mereka, mereka melakukan emergency real di puskesmas.
Dan juga dari hasil apalah yang mereka lakukan di puskesmas. Kemarin
aa ada kita buat ee pertemuan ya sekali dan juga turun ke sana ke
puskesmas, puskesmas yang PONED ini lah gitu. Gitu lah misalnya
evaluasinya.”(Informan 1)

Evaluasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah

dengan melakukan pemantauan langsung ke puskesmas. Pemantauan yang

dilakukan terhadap pelaksanaan pelayanan PONED pernah dilakukan sekali,

ketika pasca pelatihan PONED yang kedua yaitu memantau kasus-kasus apa yang

telah mereka tangani, bagaimana keterampilan mereka dalam menangani kasus-

kasus emergency maternal dan neonatal.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.5 Pelaksanaan AMP

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan AMP, diperoleh informasi bahwa

AMP telah dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.

Berikut ini kutipan dari informan:

“Kalau audit maternal perinatal kita ada melakukan ya. Itu biasanya kita
mengadakan dari dinas y biasanya diadakan pertriulan. Kamudian di situ
kita membahas penyebab kenapa kasus itu terjadi, apa penyebabnya.
Dengan tidak menyalahkan siapapun ya. Tidak menyalahkan siapapun,
tidak menyebutkan namanya, itu ya jadi kita yang paling penting di situ
adalah membahas kenapa masalah itu terjadi, kemudian kira-kira apa
tindakan kita lakukan supaya mmm...kasus itu tidak terjadi lagi.Kalau
yang melapor ini bidan koordinatornya.”(Informan 3)

AMP biasanya dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

setiap setahun sekali. Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain

yang mengemukakan:

“Kalau AMP itukan Audit Maternal Perinatal, kalau PONED kan


Pelayanan obstetri emergency dasar jadi kita setiap tahun itu melakukan
AMP, setiap ada kasus-kasus kematian itu dilakukan audit. Tingkat
kabupaten ada, di puskesmas pun ada tapikan puskesmas itukan jarang
ada kematian. Ya pun kalau ada kematian mereka pun harus membahas
juga di puskesmas. Yang dilakukan dikabupaten pun ada, tiap tahun ada
dilakukan. Kalau dipuskesmas eee...karna memang eee..kasusnya tidak
ada yang mati ya...kan biasanya yang dilakukan auditnya kan kematian
baik itu maternal dan neonatal ataupun yang kita minta memang kita
minta kepada puskesmas kalau ada kasus kematian atau yang hampir
meninggal tapi bisa ditolong misalnya itu harus dibahas. Kalau ditingkat
kabupaten disini, ditingkat kabupaten. Inilah besok mau dilaksanakan
AMP. Di puskesmas ya di tingkat puskesmas, di puskesmasnya. Tapi
biasanya mereka mengaudit kalau ada kematian di puskesmas ya. Kalau
nanti kematiannnya di tempat lain di puskesmas atau di mana, mereka
memberikan laporan kepada kita, ini di bahas gitu di tingkat
kabupaten.”(Informan 1)

Universitas Sumatera Utara


Selain dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kebupaten Deli Serdang setiap

tahunnya, AMP juga dilakukan di puskesmas ketika terjadi kasus kematian.

Kasus-kasus kematian dari puskesmas ataupun fasyankes lainnya dilaporkan

kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, kemudian dibahas ditingkat

kabupaten. Adapun yang dibahas dalam AMP adalah apa penyebab kematian

tersebut tanpa menyalahkan pihak manapun, bagaimana cara mengatasinya agar

kasus tersebut tidak terjadi lagi.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Kesiapan Puskesmas Tanjung Morawa menjadi Puskesmas Mampu


PONED

Menurut KEMENKES RI (2013), Pukesmas mampu PONED adalah

puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan fasilitas pelayanan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal 24 jam untuk memberikan pelayanan

terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir

dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader atau

masyarakat, bidan desa dan puskesmas non PONED.

Puskesmas Tanjung Morawa merupakan salah satu Puskesmas Mampu

PONED yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada

tahun 2008. Berikut ini kutipan dari informan:

“Pertama 1 karena puskesmasnya adalah puskesmas rawat inap. Karena


memang disitu menangani persalinan dan juga ada masalah-masalah
maternal dan neonatal. Kemudian puskesmasnya harus sudah dilatih
tentang PONED. pada tenaga Dokter, Bidan ataupun Perawat.”
(Informan 1)

Hal yang mendasari Puskesmas Tanjung Morawa menjadi Puskesmas

mampu PONED adalah sudah menjadi puskesmas rawat inap, menangani

persalinan , memiliki masalah-masalah maternal dan neonatal dan mempunyai

tenaga kesehatan yang mencukupi dalam melaksanakan pelayanan PONED.

Menurut KEMENKES RI (2013), adapun kriteria puskesmas yang siap

ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu PONED adalah : a) Puskesmas rawat

inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat tidur rawat

56

Universitas Sumatera Utara


inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan neonatal emergensi/

komplikasi. b) Letaknya strategis dan mudah diakses oleh puskesmas/ fasyankes

non PONED dari sekitarnya. c) Puskesmas telah mampu berfungsi dalam

penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorang (UKP) dan tindakan mengatasi

kegawatdaruratan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi

dengan sarana prasarana yang dibutuhkan. d) Puskesmas telah dimanfaatkan

masyarakat dalam/ luar wilayah kerjanya sebagai tempat pertama mencari

pelayanan , baik rawat jalan ataupun rawat inap serta persalinan normal. e)

Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar. f) Jarak tempuh dari lokasi

pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas non PONED ke Puskesmas

mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum mengingat waktu

paling lama untuk mengatasi pendarahan 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas

mampu PONED ke RS maksimal 2 jam.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Tanjung

Morawa menyatakan bahwa sebelum ditentukan menjadi Puskesmas mampu

PONED, Puskesmas telah menjadi Puskesmas rawat inap dan telah dilengkapi

fasilitas untuk pelayanan rawat inap termasuk pertolongan persalinan. Selain itu

Puskesmas Tanjung Morawa telah mampu berfungsi dalam menyelenggarakan

UKP dan UKM. Letak puskesmas strategis dan mudah diakses oleh puskesmas/

fasyankes non PONED dari sekitarnya, namun letak puskesmas dekat dengan

Rumah Sakit PONEK dan rumah sakit lainnya. Sehingga puskesmas kurang tepat

dalam menyelenggarakan pelayanan PONED.

Universitas Sumatera Utara


Selain menjadi Puskesmas mampu PONED, Puskesmas Tanjung Morawa

juga menjadi wilayah intervensi EMAS pada tahun 2013 untuk wilayah

Kabupaten Deli Serdang. Program EMAS merupakan sebuah program kerjasama

Kementerian Kesehatan RI dan USAID selama lima tahun (2012-2016) dalam

rangka mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi baru lahir. Adapun yang

mendasari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menjadikan Puskesmas

Tanjung Morawa menjadi intervensi wilayah EMAS adalah karena puskesmasnya

sudah PONED, ketersediaan SDM dalam pelaksanaan pelayanan PONED

mencukupi, jumlah penduduknya banyak dan tingkat kesadaran masyarakat dalam

memeriksakan kehamilan baik.

Pada awal pembentukan Puskesmas Tanjung Morawa menjadi Puskesmas

mampu PONED, pelatihan telah diberikan kepada petugas kesehatan yang akan

melaksanakan pelayanan PONED. Tenaga Kesehatan yang diberi pelatihan

PONED terdiri dari 3 orang, yaitu 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat. Ketersediaan

peralatan dan obat-obatan yang mendukung dalam pelaksanaan pelayanan

PONED telah tersedia, namun peralatan PONED yang tersedia belum lengkap.

Pada tahun 2013 setelah menjadi salah satu wilayah intervensi EMAS, Puskesmas

Tanjung Morawa mendapatkan bantuan dari USAID dalam hal melengkapi

peralatan PONED yang belum tersedia.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Input

Input merupakan sarana fisik, perlengkapan dan peralatan, organisasi dan

manajemen, keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya ( resources)

lainnya di Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal penting yang harus diperhatikan

adalah kejujuran, efektivitas dan efesiensi, serta kuantitas dan kualitas dari

masukan yang ada.

Dalam mewujudkan pelayanan yang bermutu memerlukan input yang

bermutu pula. Semua sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan dikelola

sesuai ketentuan perundang-undangan dan prosedur kerja yang berlaku sehingga

pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima pelanggan dengan baik (Bustami,

2011).

5.2.1 Ketersediaan SDM

Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan

tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non

kesehatan tersebut dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan

mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk

dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan

pembagian waktu kerja (KEMENKES RI, 2014).

5.2.1.1 Petugas yang Terlatih PONED (Tim Inti PONED)

Menurut KEMENKES RI (2013), Kepala Puskesmas sebagai penanggung

jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus dapat menggali potensi-

potensi sumberdaya khususnya SDM dengan perannya masing-masing, termasuk

Universitas Sumatera Utara


potensi para mitra kerja yang berada diwilayah kerja puskesmasnya. Penyiapan

tenaga yang berperan dalam PONED di puskesmas melalui pertemuan lokakarya

mini puskesmas. Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan beban kerja yang

dihadapi dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang seharusnya datang

dilayani dan atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Tenaga kesehatan

yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus yang sudah terlatih. Tim

inti pelaksana puskesmas mampu PONED minimal terdiri dari 3 orang, yaitu

Dokter Umum 1 orang, Bidan minimal D3 1 orang dan Perawat minimal D3 1

orang. Tenaga tim inti pelaksana PONED tersebut harus selalu siap selama 24

jam/ hari dan 7 hari/ minggu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas

Tanjung Morawa, menyatakan bahwa petugas yang menangani pelayanan

PONED telah mendapatkan pelatihan. Pelatihan tersebut diadakan di Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008. Tenaga kesehatan pelayanan

PONED yang dilatih terdiri dari 3 orang, yaitu 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat.

Berikut ini kutipan dari informan:

“Iya. 3 orang. Dokter 1, Bidan 1, Perawat 1.”(Informan 4)

Hasil wawancara dengan informan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang, menyatakan bahwa mereka menganjurkan puskesmas untuk

mengirimkan petugas kesehatan untuk dilatih PONED dengan syarat rumah

petugas dekat dengan puskesmas, pendidikannya harus sesuai, masa kerjanya

telah mencukupi untuk memberikan pelayanan PONED dan bersedia tidak pindah

minimal 3 tahun. Hal tersebut yang menjadi dasar Puskesmas Tanjung Morawa

Universitas Sumatera Utara


menunjuk Dokter, Bidan dan Perawat tersebut untuk mengikuti pelatihan PONED

dan menjadi tim inti dari pelaksanaan pelayanan PONED.

Dalam pelaksanaan pelayanan PONED terjadi perpindahan tugas bagi 2

orang tim inti PONED, yaitu Bidan dan Perawat. Bidan yang telah terlatih pindah

tugas di bagian obat-obatan, sedangkan Perawatnya pindah dibagian program

imunisasi. Perpindahan tugas kerja diakibatkan karena program-program tersebut

juga sama sibuknya dengan program pelayanan PONED.

Menurut KEMENKES RI (2013), apabila tenaga dalam tim inti tersebut

pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga

kesehatan ( Dokter, Bidan dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan atau

rekrutmen tenaga kesehatan terlatih .

Dalam pelatihan yang kedua pelayanan PONED yang dilaksanakan pada

tahun 2013, tim PONED dibentuk kembali. Tim PONED tersebut juga terdiri dari

3 orang, yaitu 1 Dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat. Namun Pelatihan tersebut tidak

sama dengan pelatihan yang pertama. Pelatihan yang kedua ini hanya berupa

penyegaran teori-teori saja. Bertujuan untuk menyegarkan kembali ingatan

petugas-petugas kesehatan terhadap pelajaran-pelajaran yang telah diberikan

dalam pelatihan PONED yang pertama. Hal ini menyebabkan kompetensi bidan

dan perawat yang menjadi tim inti pelayanan PONED yang sekarang tidak sama

dengan kompetensi yang dimiliki bidan dan perawat yang pertama.

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan Christina (2011), kekurangan

staf merupakan hambatan yang besar untuk menyediakan pelayanan

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.

Universitas Sumatera Utara


5.2.1.2 Kualitas SDM

Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar

profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,

menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan

pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja

(KEMENKES RI, 2014).

Hal ini tidak sejalan dengan hasil dilapangan, bahwa beberapa petugas

yang melaksanakan pelayanan PONED belum terlatih PONED dikarenakan

petugas yang sudah terlatih PONED pindah tugas di program lain. Berdasarkan

hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas Tanjung Morawa, semua

petugas pelayanan PONED telah mendapatkan pelatihan pelayanan PONED.

Namun petugas Bidan dan Perawat yang telah terlatih PONED tidak lagi

memberikan pelayanan PONED dan pindah tugas kerja ke program lain yang

lebih membutuhkan tenaga. Perpindahan tersebut dikarenakan ketika mereka

bertugas dalam pelayanan PONED pasien yang berkunjung untuk mendapatkan

pelayanan PONED masih sedikit, sehingga mereka dipindahkan pada program

yang lebih membutuhkan tenaga kesehatan. Bidan yang telah terlatih PONED

pindah di bagian obat-obatan sedangkan Perawatnya pindah tugas kerja di bagian

imunisasi. Hal ini mengakibatkan petugas yang telah dilatih PONED tidak

sepenuhnya menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam menangani kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal, sehingga pelatihan tersebut menjadi sia-

sia. Sedangkan menurut Depkes RI (2004), tenaga terlatih PONED harus diatur

Universitas Sumatera Utara


penempatan, pemanfaatannya sesuai fungsi mereka dalam melaksanakan

pelayanan obstetri dan neonatal.

Pada pelatihan kedua yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang pada tahun 2013, Kepala Puskesmas Tanjung Morawa mengirimkan

kembali petugas kesehatan yang melayani pelayanan PONED. Adapun petugas

kesehatan yang dikirim pelatihan adalah 1 orang Dokter yang menjadi tim inti

PONED yang pertama ditambah dengan 1 orang Bidan dan 1 orang Perawat.

Namun pelatihan yang diperoleh hanya berupa penyegaran teori saja, tidak sama

dengan pelatihan yang pertama dan lebih intens mempelajari penanganan kasus-

kasus maternal dan neonatal pada pelayanan PONED. Pelatihan yang pertama

langsung diadakan di Rumah Sakit Pirngadi dan pelatihan tersebut dari Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan pelayanan PONED, pelatihan terhadap petugas

kesehatan lain dalam pelayanan PONED (tim pendukung PONED) juga telah

dilaksanakan. Pelatihan biasanya diberikan ketika rapat-rapat bulanan, mini

lokakarya. Tim inti PONED memberikan ilmu yang telah mereka dapatkan dari

pelatihan PONED kepada petugas-petugas pelayanan PONED yang lain dan

bidan-bidan desa. Selain itu, bidan-bidan yang bertugas pada pelayanan PONED

juga sudah terlatih APN (Asuhan Persalinan Normal).

Menurut KEMENKES RI (2013), seharusnya calon-calon terpilih sebagai

tenaga pendukung akan memperoleh peningkatan pengetahuan dan kemampuan

dalam mendukung PONED, melalui proses pengkayaan/ enrichment PONED

untuk perannya di bidang profesi masing-masing dengan magang berkala di

Universitas Sumatera Utara


Rumah Sakit PONEK, on the jo training di Puskesmas bersama Tim inti PONED,

sehingga kemudian tenaga-tenaga tersebut dapat diperankan sebagai tenaga

kesehatan pendukung penyelenggaraan PONED.

5.2.1.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED

Menurut KEMENKES RI (2013), untuk terselenggaranya PONED di

puskesmas dengan baik diperlukan tenaga-tenaga kesehatan pendukung. Kepala

Puskesmas, dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten menyiapkan calon tenaga

pendukung PONED. Tenaga pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang

ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas

di fasilitas rawat jalan. Tenaga-tenaga kesehatan harus dapat memenuhi kriteria

tertentu untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga

kesehatan sebagai tim pendukung terdiri dari Dokter umum minimal 1-2 orang,

Perawat D3 minimal 5 orang, Bidan D3 minimal 5 orang, Analis Laboratorium 1

orang dan Petugas Administrasi minimal 1 orang. Berikut ini kutipan dari

informan :

“Pendukung PONED, yang jaga rawat inap lah dek. Dua puluh...dua
puluh orang itu ya..eeh 15. 15 orang. Dokternya 4, itu yang 15 itu da
gabung bidan sama perawat. Tapi banyakan bidanlah..Dualah perawat 13
bidannya.”(Informan 6)

Tim pendukung telah tersedia. Tim pendukung terdiri dari 3 Dokter

Umum, 2 Perawat dan 13 Bidan, 2 Analis Laboratorium dan 2 orang Petugas

Administrasi. Untuk perawat tidak mencukupi jumlahnya karena kebutuhan

Perawat dalam pelaksanaan pelayanan PONED minimalnya adalah 5 orang.

Namun semua tugas perawat juga bisa dilaksanakan oleh bidan-bidan yang ada,

sehingga kekurangan perawat tidak menjadi masalah dalam penyelenggaraan

Universitas Sumatera Utara


PONED di Puskesmas Tanjung Morawa. Selain itu di Puskesmas Tanjung

Morawa tersedia Dokter SP.OG, namun Dokter tersebut tidak setiap hari bertugas

di Puskesmas Tanjung Morawa karena dia juga bertugas dibeberapa puskesmas

yang ada di wilayah Kabupaten Deli Serdang.

5.2.1.4 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas

Tanjung Morawa, petugas kesehatan selalu ada dan siap siaga melayani pelayanan

PONED selama 24 jam. Mereka membagi shift kerja dalam melaksanakan

pelayanan PONED. Shift kerja dibagi 3, yaitu shift pagi, sihft siang dan shift

malam. Terdiri dari 5 orang untuk shift pagi, 5 orang untuk shift siang dan 5 orang

untuk shift malam.

Menurut KEMENKES RI (2013), tenaga tim pelaksana PONED harus

selalu siap selama 24 jam/hari dan 7 hari/ minggu. Namun kenyataan dilapangan,

Dokter untuk shift kerja malam tidak selalu ada. Dokter yang hanya bisa masuk

shift kerja malam hanya 1 orang yaitu Dokter tim inti dalam pelaksanaan PONED,

padahal Puskesmas Tanjung Morawa mempunyai 4 orang Dokter Umum. Dokter

tersebut hanya bisa masuk shift malam pada hari jumat dan sabtu. Hal ini

dikarenakan selain bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED,

Dokter inti PONED juga bertanggung jawab pada beberapa program yang ada di

puskesmas, seperti rawat inap, poliklinik, klinik TB anak, klinik PTRM,

menangani pasien-pasien narkoba. Sehingga membuat Dokter tidak full dalam

melayani pelayanan PONED.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa,

salah satu yang membuat masyarakat tidak mau melahirkan di Puskesmas

Tanjung Morawa adalah petugas kesehatan yang tidak siapsiaga selama 24 jam

dalam melayani. Termasuk tidak adanya Dokter yang masuk shift kerja malam.

Sedangkan masyarakat mengaharapkan pelayanan yang baik, pelayanan yang on

time ketika dibutuhkan, berkualitas dan memuaskan. Berikut ini kutipan dari

informan :

“Ada...tapikan kalau tiba-tiba awak melahirkan malem ya kan... kalau


tengah malam ya ...bangunin aja katanya. Kan dua shiftkan kalau
umpamanya tutup pintunya ya lewat dari samping aja. Awak takut ya gitu
lah ya kan nanti kalau buru-buru ya kan manggil-manggil lagi.”
(Informan 9)

Layanan yang berkualitas dan memuaskan akan dapat membangun citra

layanan yang baik dimata konsumen/ sasaran pelayanannya, baik konsumen

internal maupun konsumen eksternal. Layanan di puskesmas dapat dikatakan

berkualitas, kalau layanan dapat memberikan kepuasan kepada penggunanya.

Artinya apa yang diperoleh dari pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang

diharapkan ketika akan mencari layanan yang dibutuhkannya (KEMENKES RI,

2013).

5.2.2 Ketersediaan Peralatan PONED

Ketersediaan peralatan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa sudah

cukup dan memadai untuk melaksanakan pelayanan PONED. Sebelum mendapat

bantuan dari USAID, ketersediaan peralatan belum terlengkapi walaupun

puskesmas sudah menjadi Puskesmas mampu PONED. Semenjak menjadi

Universitas Sumatera Utara


intervensi EMAS, peralatan tersebut sudah mulai dilengkapi atas bantuan dari

USAID. Berikut ini kutipan dari informan :

“Gak juga. Hmm...PONED ini kan untuk anak jugakan. Tampat meja bayi
resusitasinya juga mana ada.”(Informan 5)
Dari hasil observasi terhadap peralatan PONED, dapat diketahui bahwa

tidak semua peralatan neonatal tersedia sesuai dengan daftar peralatan Puskesmas

mampu PONED menurut pedoman penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED

yang dibuat oleh KEMENKES RI (2013). Peralatan neonatal tersebut memang

belum tersedia dari awal Puskesmas Tanjung Morawa ditunjuk menjadi

Puskesmas mampu PONED. Adapun peralatan neonatal yang tidak tersedia d

adalah seperti : kotak kepala neonatus (head box), klem arteri kocher mosquito

lurus dan lengkung, klem arteri pean mosquito, pinset jaringan kecil, pinset

bengkok kecil, gunting jaringan mayo ujung tajam, gunting mayo ujung tumpul,

gunting jaringan iris lengkung, jarum ligasi knocker, pinset jaringan semken,

gunting iris lengkung, gunting operasi lurus, retraktor finsen tajam, klem

mosquito halsted lurus, klem mosquito halsted lengkung, klem linen backhauss,

klem pemasang klip hegenbarth, kantong metode kanguru.

Menurut wijayanto (2004), mengatakan bahwa agar hasil pelaksanaan

kegiatan jasa pelayanan kesehatan dapat bermutu perlu direncanakan sebaik-

baiknya, diantaranya adalah kelengkapan fasilitas, peralatan kedokteran dan obat-

obatan yang cukup dan bermutu sehingga memberi kepuasan pada tenaga medis

dan paramedis pelaksana pelayanan kesehatan. selain itu menurut Surahwardy

(2013), menyatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan

PONED adalah ada beberapa alat yang tidak tersedia.

Universitas Sumatera Utara


5.2.3 Ketersediaan Obat PONED

Menurut KEMENKES RI (2013), puskesmas yang menyelenggarakan

pelayanan PONED harus menyediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan

jumlahnya harus cukup dengan buffer stock minimal sesuai dengan kebutuhan.

Berikut ini kutipan dari informan:

“Kalau obat-obatan kayaknya cukuplah. Kalau seperti cairan-cairan infus


selalu berlebihan kita, kalau ada kasus seperti oksitosin gak ada.
Yaa...kebetulan letak puskesmas kita ini kan ditengah kota dekat dengan
apotik. Ya uda dibelikan aja duluan.”(Informan 4)

Ketersediaan obat PONED sudah cukup dan memadai untuk melaksanakan

pelayanan PONED. Persediaan obat-obatan selalu ada, ketika obat-obatan tersebut

habis ataupun tidak ada maka bisa segara dibelikan terlebih dahulu mana obat-

obatan yang dibutuhkan karena letak Puskesmas Tanjung Morawa dekat dengan

Apotik.

5.3 Proses

Proses merupakan semua aktivitas interaksi dari seluruh karyawan dan

tenaga profesi dengan pelanggan, baik pelanggan internal (sesama petugas atau

karyawan) maupun pelanggan eksternal ( pasien, pemasok barang, masyarakat

yang datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk maksud tertentu). Untuk

melihat baik atau tidaknya dari proses yang dilakukan Puskesmas atau Rumah

Sakit dapat diukur dari : 1) Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh

pelanggan, 2) Efektif atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan, dan 3)

Mutu proses yang dilakukan. Variabel proses merupakan pendekatan langsung

terhadap mutu pelayanan kesehatan. Jika petugas ( profesi) semakin patuh

Universitas Sumatera Utara


terhadap standar pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan yang diberikan

akan semakin bermutu pula (Bustami, 2011).

5.3.1 Pelaksanaan Pelayanan Maternal dan Neonatal

Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) adalah

puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED

memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain

itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan

komplikasi, baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/

bidan di desa, puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit

PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani (KEMENKES RI, 2013).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Puskesmas Tanjung

Morawa, menyatakan bahwa pelayanan PONED belum terlaksana dengan baik

karena masih kurangnya masyarakat yang memanfaatkan fasilitas bersalin di

Puskesmas Tanjung Morawa. Puskesmas Tanjung Morawa sudah memiliki SOP

namun puskesmas belum melayani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal

sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Hal ini dikarenakan kurangnya

kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang terjadi, Bidan-bidan desa

yang langsung merujuk kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal ke rumah

sakit dan tidak ke puskesmas terlebih dahulu. Untuk kasus ibu hamil dengan

komplikasi persalinan langsung dirujuk ke rumah sakit. Kasus persalinan dengan

komplikasi di bulan januari sampai dengan bulan juli 2015 mencapai 172 orang

(30,6%). Hal ini tidak sesuai dengan kasus emergensi maternal dan neonatal yang

Universitas Sumatera Utara


dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar yang berkualitas sebesar 80% dan 20%

perlu mendapatkan pelayanan rujukan yang berkualitas.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan masyarakat yang

menyatakan bahwa masyarakat tidak mau melahirkan di puskesmas karena

petugas kesehatan tidak siapsiaga selama 24 jam ketika dibutuhkan dalam

membantu proses persalinan. Berikut ini kutipan dari informan :

“Ada...tapikan kalau tiba-tiba awak melahirkan malem ya kan... kalau


tengah malam ya ...bangunin aja katanya. Kan dua shiftkan kalau
umpamanya tutup pintunya ya lewat dari samping aja. Awak takut ya gitu
lah ya kan nanti kalau buru-buru ya kan manggil-manggil lagi.”
(Informan 9)

Dalam pelaksanaan pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa,

banyak hal-hal yang membuat pelayanan PONED belum berjalan dengan optimal.

Diantaranya seperti terjadinya perpindahan Bidan dan Perawat yang sudah terlatih

PONED. Walaupun Bidan dan Perawat penggantinya juga telah mendapatkan

pelatihan PONED, namun kompetensi yang dimiliki dalam penanganan

kegawatdaruratan maternal dan neonatal tidak sama karena pelatihan yang kedua

hanya bersifat penyegaran-penyegaran teori saja. Masih kurangnya Dokter yang

masuk shift kerja malam, kurangnya ketersediaan alat neonatal yang mendukung

dalam pelayanan PONED.

Hal ini tidak sesuai dengan indikator persiapan Puskesmas mampu

PONED menurut KEMENKES RI (2013), bahwa harus tersedia tim terlatih

PONED bersertifikat, kompeten dan harus selalu siap selama 24 jam/ hari dan 7

hari/ minggu.

Universitas Sumatera Utara


Ketersediaan peralatan maternal pelayanan PONED di Puskesmas Tanjung

Morawa sudah cukup dan memadai untuk melaksanakan pelayanan PONED,

namun masih ada beberapa alat neonatal yang masih belum tersedia. Sebelum

mendapat bantuan dari USAID, ketersediaan peralatan belum terlengkapi

walaupun puskesmas sudah menjadi Puskesmas mampu PONED. Semenjak

menjadi intervensi EMAS, peralatan tersebut sudah mulai dilengkapi atas bantuan

dari USAID.

Kasus kegawatdaruratan maternal yang pernah petugas kesehatan

Puskesmas Tanjung Morawa tangani. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan menyatakan, bahwa ada beberapa kasus mola placenta yang pernah

mereka tangani. Untuk kasus persalinan macet dan ketuban pecah sebelum

waktunya, mereka tetap berusaha menolong tetapi jika sudah tidak bisa lagi

mereka tangani maka kasus tersebut segera dirujuk ke rumah sakit dan

kebanyakan pasien yang mereka tangani adalah persalinan normal. Ketika ibu

hamil mempunyai komplikasi persalinan, mereka langsung merujuk ke rumah

sakit.

Dalam hal merujuk kasus kegawardaruratan maternal dan neonatal,

Puskesmas Tanjung Morawa menggunakan puskesmas keliling yang sudah

dijadikan sebagai ambulance. Puskesmas mempunyai 1 unit puskesmas keliling

dan lengkap dengan supirnya yang selalu siapsiaga selama 24 jam untuk merujuk

pasien. Cara melakukan rujukan biasanya Puskesmas Tanjung Morawa

menggunakan alat komunikasi berupa handphone yang telah disediakan oleh

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan menggunakan sistem komunikasi

Universitas Sumatera Utara


jejaring rujukan gawat darurat ibu dan bayi baru lahir yang disebut dengan sijari

EMAS.

Biaya operasional untuk memenuhi kebutuhan dalam melaksanaan

pelayanan PONED sehari-harinya, Puskesmas Tanjung Morawa menggunakan

biaya APBD. Untuk pemberian insentif kepada petugas pelayanan PONED

diperoleh dana dari BPJS.

5.3.2 Sosialisasi Pelayanan PONED

Menurut Depkes RI (2004), bahwa Puskesmas PONED perlu

mensosialisasikan kepada masyarakat antara lain jenis pelayanan dan jasa

pelayanan. Namun kenyataan dilapangan menyatakan bahwa sosialisasi yang

dilakukan tidak mengkhususkan menjelaskan jenis pelayanan dan jasa pelayanan

dari pelayanan PONED yang ada di puskesmas. Berikut ini kutipan dari informan:

“Sosialisasi itu...di minilok lah. Dikumpulkan. Kan kami ada minilok setiap
bulan. Di situlah disosialisasikan ke bidan desa. Sosiliasasi ke masyarakat ya
bidan desa lah. Kalau di klinik bidan desanya ke sana.”(Informan 5)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Adalah...penyuluhan. diberikan penyuluhan dari pendataan pun juga.


Melalui bikor...bikornya bilang sama kami. Kamipun nyampaikan di desa.
Kadang orang tu turun juga ke desa. Sekali-sekali. Ada
pertemuannya..cuman pertemuannya sekali-sekali lah kalau lagi ada
posyandu, jadikan gak pala panggil-panggil orang lagi.kalau itu lah
dikumpulkan lagi.”(Informan 7)

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas

Tanjung Morawa, sosialisasi untuk pelayanan PONED telah dilaksanakan.

Sosialisasi diberikan kepada masyarakat ketika memberikan pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, sosialisasi juga disampaikan melalui Bidan-bidan desa dan kemudian

Bidan-bidan desa menyampaikan kepada masyarakat. Dalam hasil wawancara

dengan Bidan Desa menyatakan bahwa walaupun sudah memberikan sosialisasi

kepada masyarakat, masyarakat tetap tidak berkenan untuk dirujuk ke puskesmas

dikarenakan persepsi mereka yang menganggap pelayanan yang diberikan kurang

baik, petugas kesehatan yang tidak selalu siapsiaga selama 24 jam ketika

dibutuhkan. Sosialisasi mengenai pelayanan PONED sebagai pusat rujukan kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal untuk tingkat pertama yang dilakukan

hanya sepintas, sehingga menjadi salah satu penyebab masih kurangnya kasus

kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

Menurut Maramis (2006), penerimaan akan informasi akan dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang apabila informasi itu diberikan secara terus

menerus dan berkelanjutan serta informasi itu merupakan sesuatu yang

dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan menurut pendapat wulan (2005), adapun

kendala yang dihadapi masih banyak warga yang memiliki perhatian yang kurang

terhadap sosialisasi tentang PONED. Sosialisasi sangat penting untuk

dilaksanakan karena program PONED seharusnya diketahui oleh seluruh ibu

hamil sehingga ibu hamil bisa mengerti dan sadar akan keselamatan dalam proses

persalinan.

Universitas Sumatera Utara


5.3.3 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan Maternal dan Neonatal

Sistem rujukan merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus

penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang

berkemapuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam

arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya (Azwar, 2010).

Menurut KEMENKES RI (2013), layanan kesehatan di puskesmas

berhasil mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sikit cukup

berat dan atau dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas

Puskesmas mampu PONED, sudah dilayani sesuai dengan kompetensi dan

kewenangannya berdasarkan standar pelayanan medik dan SOP. Apabila pasien

tidak dapat ditangani sampai tuntas dapat dipersiapkan dan dirujuk tepat waktu

dan tepat tujuan, sehingga mendapatkan layanan secara adekuat di fasilitas

rujukan yang lebih mampu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, menyatakan bahwa Bidan

Desa pernah merujuk ke Puskesmas Tanjung Morawa. Kasus yang pernah dirujuk

adalah persalinan macet dan ketika pasien tidak memiliki kartu jaminan

kesehatan. Untuk kasus yang pernah mereka rujuk ke rumah sakit adalah kasus

eklamsi dan persalinan macet yang sebelumnya sudah mereka tangani terlebih

dahulu. Berikut ini kutipan dari informan:

“Ia. Kalau bidan desa sering. Kalau masyarakatnya jarang. Karenakan


masyarakat itukan periksa hamil ke bidan desa. Jadi kalau ada kasus
rujukan yang perlu dirujuk nanti bidan desanya yang merujuk ke
puskesmas. Klinik bersalin. Ia kemari juga dia rujukan. Karenakan kita
sudah puskesmas rawat inap dan PONED. Kasus yang dirujuk ini..kemari
ya..mungkin karena mereka postdet bisa juga. Kamudian misalnya mereka

Universitas Sumatera Utara


tidak punya jaminan BPJS. Itu sebenarnya bukan kasus ya..tapi karena
mereka tidak mempunyai jaminan BPJS, mereka merujuknya kemari. Yang
punya jaminan hanya jamkesmas, KTP, apa...kartu keluarga kemari.
Gratis ya. Kalau dari bidan desa, mereka langsung bawa aja kemari, tapi
ya misalnya kita sudah coba tangani dan tidak mampu, baru kita merujuk
ke rumah sakit.”(Informan 3)

Namun umumnya Bidan Desa dan klinik bersalin tidak merujuk pasien ke

puskesmas karena permintaan masyarakat yang tidak mau dirujuk. Kurangnya

kunjungan dalam memanfaatkan pelayanan PONED dikarenakan persepsi

masyarakat yang masih menganggap pelayanan yang diberikan di puskesmas

tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, dinyatakan bahwa

petugas kesehatan tidak siapsiaga selama 24 jam dalam memberikan pelayanan.

Berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh praktek bidan swasta ataupun

klinik bersalin lainnya, mereka selalu ada dan siapsiaga selama 24 jam ketika

dibutuhkan.

Hasil wawancara dengan bidan desa dan klinik bersalin, juga menyatakan

bahwa yang membuat mereka tidak merujuk kasus kegawatdaruratan maternal dan

neonatal ke Puskesmas Tanjung Morawa adalah karena permintaan pasien yang

langsung dirujuk ke RSUD Deli Serdang ataupun RS Swasta yang terdekat

lainnya. Selain itu yang menjadi kendala adalah jarak tempuh dari desa ke

Puskesmas mampu PONED, letak desa lebih dekat ke rumah sakit dibandingkan

dengan puskesmas. Sehingga Bidan Desa sering merujuk pasien langsung ke

rumah sakit dan tidak ke puskesmas terlebih dahulu. Berikut ini kutipan dari

informan:

“Kalau kami ke rumah sakit umum lebih dekat. Memang gitulah..kalau


gak kesini ke rumah sakit umum. Langsung aja ke sana. Karena disini
lebih jauh dia. Karenakan perbatasan pakamkan lebih dekat ke rumah

Universitas Sumatera Utara


sakit umum. Saya di Punden rejo. Orang itu lebih milih kesini ke rumah
sakit umum. Masyarakatnya. Kalau saya paling nyarankan...kalau gak ke
puskesmas tanjung ke rumah sakit umum pun bisa.”(Informan 7)
Dalam pelaksanaan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal

diharapkan Bidan-bidan desa tidak langsung merujuk pasien ke rumah sakit.

Berikut ini kutipan dari informan:

“Sebenarnya eee...diharapkan kalau dia desanya yang sudah melewati


puskesmas, disarankan ke PONED dulu paling tidak bisa sosialisasi.
Tapikan aksesnya kita kan bervariasi puskesmas ini. Aaa..desanya malah
dia lebih dekat ke rumah sakit. Misalnya kan, apalagi dia bawa pasien ibu
yang sudah gawat darurat. Kalau dia lebih dekat ke rumah sakit ya rumah
sakit aja. Bisa ke rumah sakit langsung gak mungkin dia mundur lagi
misalnya ke puskesmas gitu. Kan dari segi jarak dan waktu itu yang
menjadi kendala.”(Informan 1)

Akses masyarakat untuk wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa

bervariasi untuk sampai ke Puskesmas Tanjung Morawa. Sehingga untuk desa

yang letaknya lebih dekat dengan rumah sakit dari pada puskesmas,

diperbolehkan langsung merujuk ke rumah sakit karena dari segi jarak dan waktu

itu yang menjadi kendala dalam menangani pasien kegawatdaruratan maternal dan

neonatal.

Hal ini sejalan dengan penelitian pattianakotta (2012) , faktor yang

berhubungan dengan rujukan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal oleh

Bidan Desa tentang Puskesmas mampu PONED adalah pengetahuan Bidan Desa

tentang Puskesmas mampu PONED, pengetahuan Bidan Desa tentang obstetri

neonatal dan sistem rujukan, sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas mampu

PONED, waktu tempuh dari desa ke Puskesmas mampu PONED dan dukungan

keluarga.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan, menyatakan

bahwa letak puskesmas yang dekat dengan klinik-klinik bersalin dan rumah sakit

juga yang menyebabkan kurangnya masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan

PONED. Sehingga pelayanan PONED tidak dapat berjalan dengan baik. Menurut

hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Handayani (2014), menunjukkan bahwa

salah satu yang membuat Puskesmas PONED belum berjalan dengan optimal

dikarenakan jarak dari masyarakat ke puskesmas dan rumah sakit sama dekat.

Kebanyakan persalinan yang ditangani dalam pelayanan PONED adalah

persalinan normal dan ibu hamil yang mempunyai komplikasi kehamilan

langsung dirujuk ke rumah sakit. Ketika diketahui ibu hamil mempunyai

komplikasi kehamilan, biasanya puskesmas langsung melakukan rujukan

terencana ke Rumah Sakit PONEK. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan, dinyatakan bahwa melakukan rujukan tidak harus saat ibu hamil

melakukan persalinan saja. Sewaktu melakukan ANC pada ibu hamil dan setelah

dianamnese ternyata mempunyai riwayat komplikasi kehamilan, maka petugas

kesehatan bisa melakukan rujukan terencana. Kasus yang biasa dilakukan rujukan

terencana adalah ketika ibu hamil tersebut pada kehamilan sebelumnya pernah

mengalami pendarahan, telah terjadi robekan pada jalan lahir.

Cara untuk merujuk pasien adalah melakukan sms sesuai dengan program

sijari EMAS ataupun dengan menelphone rumah sakit yang akan dirujuk.

Puskesmas Tanjung Morawa menggunakan alat komunikasi berupa handphone

yang telah disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan

menggunakan sistem komunikasi jejaring rujukan gawat darurat ibu dan bayi baru

Universitas Sumatera Utara


lahir yang disebut dengan sijari EMAS. Untuk keperluan pulsa handphone

tersebut berasal dari dana APBD. Adapun format melakukan sms sijari EMAS

Kabupaten Deli Serdang adalah: 1) Untuk rujukan gawatdarurat maternal adalah

dengan mengetik r # kode rumah sakit # nama pasien # umur # nama suami #

asuransi # golongan darah # transportasi # diagnosa # tindakan pra rujukan. 2)

Untuk rujukan gawatdarurat neonatal adalah dengan mengetik rb # kode rumah

sakit # nama pasien # umur # nama ayah # asuransi # golongan darah #

transportasi # diagnosa # tindakan pra rujukan.

Puskesmas Tanjung Morawa menggunakan puskesmas keliling yang sudah

dijadikan sebagai ambulance untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Puskesmas

mempunyai 1 unit puskesmas keliling dan lengkap dengan supirnya yang selalu

siapsiaga selama 24 jam untuk merujuk pasien. Setelah melakukan sms sesuai

dengan program sijari EMAS, pasien dibawa ke rumah sakit dengan

menggunakan puskesmas keliling dan didampingi oleh petugas kesehatan yang

sedang bertugas.

5.3.4 Evaluasi dalam Pelaksanaan Pelayanan PONED

Menurut KEMENKES RI (2013), dalam hal mengevaluasi kinerja

PONED dan upaya tindak lanjutnya puskesmas harus menginformasikan hasil

analisis masalah dalam penyelenggaraan PONED kepada semua yang terlibat

melalui forum mini lokakarya puskesmas bulanan, triwulanan dan tahunan, dan

menyusun rencana perbaikan dan peningkatan kinerjanya. Berikut ini kutipan dari

informan:

Universitas Sumatera Utara


“Iya tentu...ada masalah karena dalam mini lokakarya ya..kalau ada
masalah kita kaji apa penyebab masalahnya..apa yang dilakukan sudah
sesuai dengan SOP dan bagaimana ke depan...itu lah di evaluasi...apa
penanganannya.” (Informan 2)

Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain yang

mengemukakan:

“Kalau pelayanan PONED kita ada evaluasi pada saat minilok gitu ya.
Nah apa saja yang dievaluasi itu tergantung kasusnya dimana kendalanya
kalau kita menemukan kendala, jadi kalau tidak ada kendala kita hanya
untuk apa yang kita lakukan supaya kinerja kita meningkat, atau paling
tidak bisa dipertahankan.”
(Informan 3)

Evaluasi untuk pelayanan PONED telah dilaksanakan. Evaluasi di

puskesmas biasanya dilaksanakan pada saat rapat mini lokakarya yang dipimpin

oleh kepala puskesmas. Adapun hal-hal yang dibahas dalam evaluasi tersebut

adalah ketika ada kendala dalam pelaksanaan pelayanan PONED, bagaimana cara

mengatasinya, upaya apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja

puskesmas dan paling tidak bisa mempertahankan apa yang telah diperoleh.

Pelaksanaan evaluasi juga dilakukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Deli

Serdang, yaitu dengan melakukan pemantauan cakupan pelayanan PONED yang

diperoleh dari hasil laporan puskesmas yang dilaporkan setiap bulannya dan juga

melakukan pemantauan langsung ke puskesmas. Hal ini sejalan dengan ketentuan

KEMENKES RI (2013), puskesmas harus melaporkan secara berkala kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, dalam rangka pembinaan

manajemennya sekaligus memfasilitasi untuk pembinaan teknis dari Rumah Sakit

Kabupaten, serta upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak

yang terkait.

Universitas Sumatera Utara


Selain di Puskesmas, evaluasi terhadap pelayanan PONED di Puskesmas

Tanjung Morawa juga dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang. Berikut ini kutipan dari informan:

“Ada..dilakukan evaluasi ada aaa...tahun 2014 ya ada pemantauan pasca


pelatihan PONED, refresher PONED jadi kita pantau lagi, kemudian dari
kaitannya dengan ini lah program EMAS ini kan juga memantau
bagaimana kasus-kasus maternal, ya juga mungkin kasusnya belum
banyak ya dan juga kasus yang mereka tangani kebanyakan yang normal
gitukan, ya tetapi ya itu tadi..dengan pemantauan itu lah meningkatkan
keterampilan mereka, mereka melakukan emergency real di puskesmas.
Dan juga dari hasil apalah yang mereka lakukan di puskesmas. Kemarin
aa ada kita buat ee pertemuan ya sekali dan juga turun ke sana ke
puskesmas, puskesmas yang PONED ini lah gitu. Gitu lah misalnya
evaluasinya.” (Informan 1)

Evaluasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang adalah

dengan melakukan pemantauan langsung ke puskesmas. Pemantauan yang

dilakukan terhadap pelaksanaan pelayanan PONED pernah dilakukan sekali,

ketika pasca pelatihan PONED yang kedua yaitu memantau kasus-kasus apa yang

telah mereka tangani, bagaimana keterampilan mereka dalam menangani kasus-

kasus emergency maternal dan neonatal.

5.3.5 Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP)

Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah proses penelaahan bersama kasus

kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan

menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari kelompok terkait, untuk

mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam

upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu RS atau wilayah.

AMP merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan

kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian

Universitas Sumatera Utara


dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan

menentukan hubungan atara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/

kematian yang terjadi.

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan AMP adalah meningkatkan mutu

pelayanan KIA di seluruh wilayah suatu kabupaten/ kota dalam rangka

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal. Kegiatan ini

membantu tenaga kesehatan untuk menentukan pengaruh keadaan dan kejadian

yang mendahului kesakitan/ kematian (KEMENKES RI, 2010).

Kasus-kasus kematian biasanya dilaporkan Puskesmas Tanjung Morawa

ke Dinas Kesehatan Deli Serdang. Menindak lanjuti dari hasil laporan yang

diperoleh dari semua fasilitas pelayanan kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang juga melakukan AMP. Berikut ini kutipan dari informan :

“Kalau audit maternal perinatal kita ada melakukan ya. Itu biasanya kita
mengadakan dari dinas y biasanya diadakan pertriulan. Kamudian di situ
kita membahas penyebab kenapa kasus itu terjadi, apa penyebabnya.
Dengan tidak menyalahkan siapapun ya. Tidak menyalahkan siapapun,
tidak menyebutkan namanya, itu ya jadi kita yang paling penting di situ
adalah membahas kenapa masalah itu terjadi, kemudian kira-kira apa
tindakan kita lakukan supaya mmm...kasus itu tidak terjadi lagi.Kalau
yang melapor ini bidan koordinatornya.” (Informan 3)

AMP biasanya dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

setiap setahun sekali. Kutipan tersebut di atas juga di dukung oleh informan lain

yang mengemukakan:

“Kalau AMP itukan Audit Maternal Perinatal, kalau PONED kan


Pelayanan obstetri emergency dasar jadi kita setiap tahun itu melakukan
AMP, setiap ada kasus-kasus kematian itu dilakukan audit. Tingkat
kabupaten ada, di puskesmas pun ada tapikan puskesmas itukan jarang
ada kematian. Ya pun kalau ada kematian mereka pun harus membahas
juga di puskesmas. Yang dilakukan dikabupaten pun ada, tiap tahun ada

Universitas Sumatera Utara


dilakukan. Kalau dipuskesmas eee...karna memang eee..kasusnya tidak
ada yang mati ya...kan biasanya yang dilakukan auditnya kan kematian
baik itu maternal dan neonatal ataupun yang kita minta memang kita
minta kepada puskesmas kalau ada kasus kematian atau yang hampir
meninggal tapi bisa ditolong misalnya itu harus dibahas. Kalau ditingkat
kabupaten disini, ditingkat kabupaten. Inilah besok mau dilaksanakan
AMP. Di puskesmas ya di tingkat puskesmas, di puskesmasnya. Tapi
biasanya mereka mengaudit kalau ada kematian di puskesmas ya. Kalau
nanti kematiannnya di tempat lain di puskesmas atau di mana, mereka
memberikan laporan kepada kita, ini di bahas gitu di tingkat kabupaten.”
(Informan 1)

AMP biasanya dilaksanakan setahun sekali. Dalam pertemuan AMP

dibahas mengenai kasus-kasus kematian dan bagaimana cara mengatasinya.

Sistem pelaksanaan AMP juga dilaksanakan dengan tidak saling menyalahkan

pihak manapun. Kasus kematian tersebut berdasarkan anamnese no name karena

pelaksanaan AMP adalah untuk pembelajaran bagi petugas kesehatan yang berada

di wilayah kerja Kabupaten Deli Serdang. AMP tersebut dilaksanakan di

puskesmas ketika terjadi kasus-kasus kematian saja. Untuk tahun 2014,

Puskesmas Tanjung Morawa tidak melakukan AMP karena tidak adanya kasus

kematian yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Jumlah yang terlatih PONED sudah cukup, namun pelatihan yang diberikan

masih kurang sehingga kompetensinya masih perlu ditingkatkan lagi.

Walaupun pelatihan telah dilaksanakan dua kali, tetapi terjadi pergantian tim

inti (Bidan dan Perawat) dalam pelaksanaan PONED. Pelatihan yang

dilaksanakan kedua kalinya di Dinas Kesehatan Deli Serdang hanya bersifat

refresher teori saja sehingga kompetensi yang dimiliki tidak sama dengan

petugas yang dilatih pertama kali. Karena pelatihan yang pertama langsung

dilaksanakan di Rumah Sakit Pirngadi dan diadakan di Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara.

2. Ketersediaan peralatan maternal sudah lengkap dan memadai dalam

mendukung pelaksanaan pelayanan PONED, namun masih ada beberapa alat

neonatal yang belum tersedia. Adapun alat neonatal yang belum tersedia

seperti : Peralatan neonatal yang tidak tersedia adalah seperti : kotak kepala

neonatus (head box), klem arteri kocher mosquito lurus dan lengkung, klem

arteri pean mosquito, pinset jaringan kecil, pinset bengkok kecil, gunting

jaringan mayo ujung tajam, gunting mayo ujung tumpul, gunting jaringan iris

lengkung, jarum ligasi knocker, pinset jaringan semken, gunting iris lengkung,

gunting operasi lurus, retraktor finsen tajam, klem mosquito halsted lurus, klem

mosquito halsted lengkung, klem linen backhauss, klem pemasang klip

hegenbarth, kantong metode kanguru.

83

Universitas Sumatera Utara


3. Sosialisasi mengenai pemanfaatan Puskesmas PONED telah dilaksanakan.

Sosialisasi diberikan kepada masyarakat dan juga disampaikan kepada Bidan-

bidan desa. Bidan desa telah melakukan sosialisi kepada masyarakat, namun

belum dilakukan secara khusus.

4. Evaluasi dalam hal peningkatan mutu pelaksanaan pelayanan PONED

dilaksanakan setiap rapat mini lokakarya. Evaluasi juga dilaksanakan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan melakukan pemantauan

langsung ke puskesmas.

5. AMP dilaksanakan di Dinas Kabupaten Deli Serdang setiap setahun sekali dan

dilakukan di puskesmas setiap terjadi kasus kematian saja.

6.2 Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

a. Mengadakan pelatihan PONED kepada tenaga kesehatan yang bertugas

dalam pelaksanaan pelayanan PONED secara berkala dan teratur, agar

pelayanan PONED dapat terselenggara dengan baik.

b. Agar melakukan evaluasi rutin terhadap kelengkapan dan berfungsinya

peralatan untuk Puskesmas PONED serta penggantian peralatan yang sudah

tidak layak untuk dipakai.

2. Kepada Puskesmas Tanjung Morawa

a. Agar tidak memindahkan tenaga-tenaga yang terlatih, sebelum mendapatkan

tenaga-tenaga yang terlatih sebagai penggantinya.

b. Agar selalu siapsiaga selama 24 jam dalam melaksanakan pelayanan

PONED.

Universitas Sumatera Utara


c. Sosialisasi mengenai pemanfaatan pelayanan PONED ke masyarakat, bidan

desa dan tempat-tempat praktek swasta yang lain harus dilakukan secara

berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Rismintari. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika.


Yogyakarta.

Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. BINA RUPA
Publisher. Tangerang.

Basrowi, Suwandi, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Bungin, B., 2008. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,


dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Christina, P., 2011. Pelayanan Emergensi Maternal dan Neonatal pada Puskesmas
Mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
Kabupaten Bantul. Tesis Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Pedoman Pengembangan Pelayanan Obstetri


Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2014. Profil Kesehatan Kabupaten


Deli Serdang Tahun 2013.

Handayani, S., 2011. Analisis Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas PONED Kabupaten Kendal
Tesis Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2010. Pedoman Audit Maternal Perinatal (AMP).


Jakarta.

, 2012. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011.


Jakarta.

, 2013. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu


PONED. Jakarta.

, Program Emas Tahun Kedua. Diunduh dari


http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/program-emas-tahun-kedua/
pada tanggal 23 Agustus 2013.

86

Universitas Sumatera Utara


, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.

Maramis, W.F., 2007. Ilmu Prilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Airlangga


University Press. Surabaya.

Mubarak, W.I., 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Salemba Medika, Jakarta.

Mujiati, Lestary, Laelasari, 2014. Kesiapan Puskesmas PONED ( Pelayanan


Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) di Lima Regional Indonesia.
Media Litbangkes Vol. 24 No.1, Maret 2014: 36-41.

Pattianakotta, L., 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rujukan Kasus


Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal oleh Bidan Desa ke
Puskesmas Mampu PONED di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2012.
Skripsi FKM UI. Depok.

Prasetyawati, A.E., 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium
Development Goals (MDGs). Nuha Medika. Yogyakarta.

Puskesmas Tanjung Morawa, 2013. Profil Kesehatan Puskesmas Tanjung Morawa


Tahun 2013.

Retnaningsih, E., 2013. Akses Layanan Kesehatan. RajaGrafindo Persada.


Jakarta.

Saryono, Anggraeni, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang


Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Surahwardy, A., 2013. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas Mamajang Kota Makassar.
Tesis Pascasarjana UNHAS. Makassar.

Walyani, E.S., 2015. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Wibowo, A., TIM, 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia Konsep, Aplikasi


dan Tantangan. RajaGrafindo Persada. Jakarta

Wijaya, K., 2012. Evaluasi Persiapan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Brebes Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Dipenogoro Vol.1 No.2.hh.72-81.

Universitas Sumatera Utara


Wulan, S., 2005. Analisis Kualitatif Kinerja Puskesmas mampu PONED Widasari
dan Sindang Kabupaten Indramayu. Tesis Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI. Depok.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW)

ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS


TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015

A. Daftar Pertanyaan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang


I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Input
a) Apa dasar Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menunjuk
puskesmas menjadi Puskesmas mampu PONED? Apakah ada kriteria
khusus untuk puskesmas dijadikan Puskesmas mampu PONED? Apa
pula dasar menunjuk Puskesmas Tanjung Morawa menjadi Puskesmas
mampu PONED?
b) Apakah ada pelatihan bagi petugas kesehatan yang menjadi Puskesmas
mampu PONED? Kapan dilakukannya pelatihan tersebut? Apakah ada
syarat khusus dalam memilih petugas kesehatan Puskesmas mampu
PONED untuk diberikan pelatihan?
2. Proses
a) Apakah evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan PONED dilakukan?
Kapan evaluasi itu dilakukan? Apasaja yang telah dievaluasi?
b) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Kapan AMP
dilakukan? Apasaja yang dilakukan dalam AMP?
c) Apakah ada peraturan yang mengatur masalah rujukan bagi Puskesmas
mampu PONED? Bagaimana alur rujukan untuk pelayanan PONED?
Apakah ada kebijakan pemerintah dalam mengatur rujukan bagi
masyarakat yang berada jauh dari Rumah Sakit PONEK?

Universitas Sumatera Utara


B. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Tanjung Morawa
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Input
a) Sejak kapan Puskesmas Tanjung Morawa menjadi PONED? Apakah
puskesmas ini ditetapkan menjadi PONED disertai dengan pelatihan dan
fasilitas-fasilitas telah dilengkapi sesuai standar PONED?
b) Siapa sajakah Petugas Kesehatan PONED di Puskesmas Tanjung
Morawa sudah mendapatkan pelatihan PONED? Kapan petugas
kesehatan PONED mendapat pelatihan PONED? Apakah ada kriteria
khusus dalam memilih petugas kesehatan untuk dilatih pelayanan
PONED? Apakah ada pelatihan lanjutan?
c) Apakah ada tim pendukung PONED? Siapa saja yang menjadi tim
pendukung PONED? Apakah tim pendukung PONED telah diberi
pelatihan? Apakah bentuk pelatihan tersebut?
d) Apakah alat-alat kesehatan untuk pelayanan PONED sudah lengkap dan
masih dalam kedaan baik?
e) Bagaimana ketersediaan obat-obatan kesehatan yang mendukung
PONED di Puskesmas?
f) Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan PONED?
Darimanakah sumber biaya operasional tersebut?
g) Apakah ada SOP yang telah disusun tim PONED dan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas?

2. Proses
a) Bagaimana alur rujukan PONED? Apakah ada evaluasi dalam
pelaksanaan rujukan PONED? Upaya apa saja yang telah dilakukan
untuk penguatan sistem rujukan ke Puskesmas PONED?
b) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan evaluasi? Kapan evaluasi
dilakukan? Apa saja yang dibahas dalam evaluasi?
c) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Kapan AMP
dilakukan? Apasaja yang dilakukan dalam AMP?

Universitas Sumatera Utara


C. Daftar Pertanyaan untuk Bidan Koordiantor
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Input
a) Siapa sajakah Petugas Kesehatan PONED di Puskesmas Tanjung
Morawa sudah mendapatkan pelatihan PONED? Kapan petugas
kesehatan PONED mendapat pelatihan PONED? Apakah ada kriteria
khusus dalam memilih petugas kesehatan untuk dilatih pelayanan
PONED? Apakah ada pelatihan lanjutan?
b) Apakah ada tim pendukung PONED? Siapa saja yang menjadi tim
pendukung PONED? Apakah tim pendukung PONED telah diberi
pelatihan? Apakah bentuk pelatihan tersebut?
c) Apakah alat-alat kesehatan untuk pelayanan PONED sudah lengkap dan
masih dalam kedaan baik?
d) Bagaimana ketersediaan obat-obatan kesehatan yang mendukung
PONED di Puskesmas?
e) Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan PONED?
Darimanakah sumber biaya operasional tersebut?
f) Apakah ada SOP yang telah disusun tim PONED dan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas?

2. Proses
a) Apakah masyarakat, bidan desa ataupun Puskesmas non-PONED sering
melakukan rujukan ke Puskesmas PONED? Kasus apa saja yang sering
menjadi rujukan?
b) Bagaimanakah system rujukan kasus kegawat daruratan maternal dan
neonatal dari bidan desa ke Puskesmas mampu PONED? Apakah ada
pembinaan bidan desa dalam hal merujuk kasus ke Puskesmas mampu
PONED?
c) Apakah ada kasus yang dirujuk dari Puskesmas mampu PONED ke
Rumah Sakit PONEK? Kasus apa saja yang sering menjadi rujukan?
Mengapa kasus tersebut harus dirujuk?
d) Bagaimanakah system rujukan kasus kegawat daruratan maternal dan
neonatal dari Puskesmas mampu PONED ke Rumah Sakit PONEK?

Universitas Sumatera Utara


Apakah ada alat komunikasi dalam merujuk pasien ke Rumah Sakit
PONEK? Apa bentuk dari alat komunikasi tersebut?
e) Apakah ada hubungan kerjasama dengan dokter Sp.OG?
f) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan evaluasi? Kapan evaluasi
itu dilakukan? Apa saja yang dievaluasi?
g) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Kapan AMP
dilakukan? Apa saja yang dilakukan dalam AMP?

Universitas Sumatera Utara


D. Daftar Pertanyaan untuk Dokter (Tim inti PONED)
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Input
a) Sejak kapan Puskesmas Tanjung Morawa menjadi PONED?
b) Apakah Petugas Kesehatan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa
sudah mendapatkan pelatihan PONED? Kapan petugas kesehatan
PONED mendapat pelatihan PONED? Berapakah jumlah petugas
kesehatan yang telah dilatih PONED? Apakah ada kriteria untuk petugas
kesehatan menjadi tim PONED? Apakah ada pelatihan lanjutan bagi tim
PONED? Siapa yang melatih ?
c) Apakah ada tim pendukung PONED? Siapa saja yang menjadi tim
pendukung PONED? Apakah tim pendukung PONED telah dilatih? Apa
bentuk pelatihannya?
d) Apakah dalam pelaksanaan PONED, Dokter, Bidan dan Perawat selalu
berada di tempat? Apakah di Puskesmas PONED ini ada dokter yang
berjaga 24 jam?
e) Bagaimana ketersediaan alat-alat kesehatan yang mendukung PONED di
Puskesmas?
f) Bagaimana ketersediaan obat-obatan kesehatan yang mendukung
PONED di Puskesmas?
g) Apakah Puskesmas Tanjung Morawa memiliki sarana untuk merujuk
pasien? Kalau ada sebutkan!
h) Apakah dalam pelaksanaan PONED tersedia alat komunikasi dan
informasi? Apakah bentuk dari alat komunikasi dan informasi tersebut?

2. Proses
a) Klasifikasi jenis kasus apa saja yang pernah ditangani Puskesmas
PONED?
b) Apakah ada sosialisasi kepada masyarakat, bidan desa dan klinik bersalin
di wilayah kerja puskesmas tentang pelayanan PONED dan manfaat
PONED di Puskesmas?
c) Bagaimana cara mensosialisasikan pelaksanaan PONED di Puskesmas
dan di masyarakat dan bidan-bidan di desa agar dapat berjalan sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan yang diharapkan? Apakah ada tim khusus dalam melakukan
promosi pelayanan PONED?
d) Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan PONED?
Darimanakah sumber biaya operasional tersebut?
e) Apakah ada SOP yang telah disusun tim PONED dan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas?
f) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Siapa tim AMP?
Apakah ada pertemuan yang membahas AMP? Apakah pernah diikut
sertakan?
g) Apakah ada kunjungan dari Dokter Sp.OG? Kapan saja waktunya?

Universitas Sumatera Utara


E. Daftar Pertanyaan untuk Bidan (Tim inti PONED)
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Input
a) Apakah Petugas Kesehatan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa
sudah mendapatkan pelatihan PONED? Kapan petugas kesehatan
PONED mendapat pelatihan PONED? Berapakah jumlah petugas
kesehatan yang telah dilatih PONED? Apakah ada kriteria untuk petugas
kesehatan menjadi tim PONED? Apakah ada pelatihan lanjutan bagi tim
PONED? Siapa yang melatih ?
b) Apakah ada tim pendukung PONED? Siapa saja yang menjadi tim
pendukung PONED? Apakah tim pendukung PONED telah dilatih? Apa
bentuk pelatihannya?
c) Apakah tupoksi bidan dalam pelayanan PONED?
d) Apakah dalam pelaksanaan PONED, Dokter, Bidan dan Perawat selalu
berada di tempat? Apakah di Puskesmas PONED ini ada dokter yang
berjaga 24 jam?
e) Bagaimana ketersediaan alat-alat kesehatan yang mendukung PONED di
Puskesmas?
f) Bagaimana ketersediaan obat-obatan kesehatan yang mendukung
PONED di Puskesmas?
g) Apakah Puskesmas Tanjung Morawa memiliki sarana untuk merujuk
pasien? Kalau ada sebutkan!
h) Apakah dalam pelaksanaan PONED tersedia alat komunikasi dan
informasi? Apakah bentuk dari alat komunikasi dan informasi tersebut?

2. Proses
a) Klasifikasi jenis kasus apa saja yang pernah ditangani Puskesmas
PONED?
b) Apakah ada sosialisasi kepada masyarakat, bidan desa dan klinik bersalin
di wilayah kerja puskesmas tentang pelayanan PONED dan manfaat
PONED di Puskesmas?
c) Bagaimana cara mensosialisasikan pelaksanaan PONED di Puskesmas
dan di masyarakat dan bidan-bidan di desa agar dapat berjalan sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan yang diharapkan? Apakah ada tim khusus dalam melakukan
promosi pelayanan PONED?
d) Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan PONED?
Darimanakah sumber biaya operasional tersebut?
e) Apakah ada SOP yang telah disusun tim PONED dan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas?
f) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Siapa tim AMP?
Apakah ada pertemuan yang membahas AMP? Apakah pernah diikut
sertakan?
g) Apakah ada kunjungan dari Dokter Sp.OG? Kapan saja waktunya?

Universitas Sumatera Utara


F. Daftar Pertanyaan untuk Perawat (Tim inti PONED)
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Input
a) Apakah Petugas Kesehatan PONED di Puskesmas Tanjung Morawa
sudah mendapatkan pelatihan PONED? Kapan petugas kesehatan
PONED mendapat pelatihan PONED? Berapakah jumlah petugas
kesehatan yang telah dilatih PONED? Apakah ada kriteria untuk petugas
kesehatan menjadi tim PONED? Apakah ada pelatihan lanjutan bagi tim
PONED? Siapa yang melatih ?
b) Apakah ada tim pendukung PONED? Siapa saja yang menjadi tim
pendukung PONED? Apakah tim pendukung PONED telah dilatih? Apa
bentuk pelatihannya?
c) Apakah tupoksi bidan dalam pelayanan PONED?
d) Apakah dalam pelaksanaan PONED, Dokter, Bidan dan Perawat selalu
berada di tempat? Apakah di Puskesmas PONED ini ada dokter yang
berjaga 24 jam?
e) Bagaimana ketersediaan alat-alat kesehatan yang mendukung PONED di
Puskesmas?
f) Bagaimana ketersediaan obat-obatan kesehatan yang mendukung
PONED di Puskesmas?
g) Apakah Puskesmas Tanjung Morawa memiliki sarana untuk merujuk
pasien? Kalau ada sebutkan!
h) Apakah dalam pelaksanaan PONED tersedia alat komunikasi dan
informasi? Apakah bentuk dari alat komunikasi dan informasi tersebut?

2. Proses
a) Klasifikasi jenis kasus apa saja yang pernah ditangani Puskesmas
PONED?
b) Apakah ada sosialisasi kepada masyarakat, bidan desa dan klinik bersalin
di wilayah kerja puskesmas tentang pelayanan PONED dan manfaat
PONED di Puskesmas?
c) Bagaimana cara mensosialisasikan pelaksanaan PONED di Puskesmas
dan di masyarakat dan bidan-bidan di desa agar dapat berjalan sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan yang diharapkan? Apakah ada tim khusus dalam melakukan
promosi pelayanan PONED?
d) Apakah tersedia biaya operasional dalam pelayanan PONED?
Darimanakah sumber biaya operasional tersebut?
e) Apakah ada SOP yang telah disusun tim PONED dan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas?
f) Apakah dalam pelaksanaan PONED dilakukan AMP? Siapa tim AMP?
Apakah ada pertemuan yang membahas AMP? Apakah pernah diikut
sertakan?
g) Apakah ada kunjungan dari Dokter Sp.OG? Kapan saja waktunya?

Universitas Sumatera Utara


G. Daftar Pertanyaan untuk Bidan Desa
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Apakah ada sosialisasi mengenai pelayanan PONED yang ada di
Puskesmas Tanjung Morawa? Bagaimana cara mensosialisasikannya?
2. Apakah bidan desa pernah melakukan rujukan ke Puskesmas PONED?
Kasus apa saja yang sering menjadi rujukan?
3. Bagaimanakah system rujukan kasus kegawat daruratan maternal dan
neonatal dari bidan desa ke Puskesmas mampu PONED? Apakah ada
pembinaan bidan desa dalam hal merujuk kasus ke Puskesmas mampu
PONED?
4. Apakah tersedia ambulans yang mendukung pelaksanaan rujukan di
puskesmas?
5. Apakah bidan desa pernah merujuk pasien langsung ke Rumah Sakit?
Mengapa langsung dirujuk? Kasus apa saja yang langsung dirujuk?

Universitas Sumatera Utara


H. Daftar Pertanyaan untuk Klinik Bersalin
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Masa Kerja :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Apakah ada sosialisasi mengenai pelayanan PONED yang ada di
Puskesmas Tanjung Morawa? Bagaimana cara mensosialisasikannya?
2. Apakah klinik ini pernah melakukan rujukan ke Puskesmas PONED?
Kasus apa saja yang sering menjadi rujukan?
3. Bagaimanakah system rujukan kasus kegawat daruratan maternal dan
neonatal dari klinik ke Puskesmas mampu PONED? Apakah ada
pembinaan klinik bersalin dalam hal merujuk kasus ke Puskesmas mampu
PONED?
4. Apakah tersedia ambulans yang mendukung pelaksanaan rujukan di
puskesmas?
5. Apakah klinik pernah merujuk pasien langsung ke Rumah Sakit? Mengapa
langsung dirujuk? Kasus apa saja yang langsung dirujuk?

Universitas Sumatera Utara


H. Daftar Pertanyaan untuk Masyarakat
I. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Tanggal Wawancara :
II. Data Khusus
1. Apakah ada sosialisasi mengenai pelayanan PONED yang ada di
Puskesmas Tanjung Morawa? Bagaimana cara mensosialisasikannya?
2. Apakah anda pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas
Tanjung Morawa?
3. Apakah anda akan/ telah melahirkan di Puskesmas Tanjung Morawa?
Mengapa?
4. Bagaimana persepsi anda terhadap pelayanan Puskesmas Tanjung
Morawa?

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

BATASAN KEWENANGAN PUSKESMAS MAMPU PONED DALAM


PELAYANAN PONED

No Kewenangan Kemampuan
MATERNAL
1. Perdarahan pada a) Diagnosis abortus, mola hidatidosa,
kehamilan muda kehamilan ektopik.
b) Resusitasi, stabilisasi.
c) Evakuasi sisa mola dengan verbocain.
d) Culdocentesis.
e) Pemberian cairan.
f) Pemberian antibiotika.
g) Evaluasi.
h) Kontrasepsi pasca keguguran.
2. Perdarahan post a) Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan
partum lahir, sisa plasenta, kelainan pembekuan
darah.
b) Kompresi bimanual.
c) Kompresi aortal.
d) Plasenta manual.
e) Penjahitan jalan lahir.
f) Restorasi cairan.
g) Pemantauan keseimbangan cairan.
h) Pemberian antibiotika.
i) Pemberian zat vasoaktif.
j) Pemantauan pasca tindakan.
k) Rujukan bila diperlukan.
3. Hipertensi dalam a) Diagnosis hipertensi dalam kehamilan.
kehamilan b) Diagnosis preeklamsi-eklamsi.
c) Resusitas.
d) Stabilisasi.
e) Pemberian MgSO4 dan penanggulangan
intoksikasi MgSO4.
f) Induksi/ akselerasi persalinan.
g) Persalinan berbantu (ekstaksi vakum dan
forceps).
h) Pemantauan pasca tindakan.
i) Pemberian MgSO4 hingga 24 jam Post
Partum.
j) Rujukan bila di perlukan.
4. Persalinan macet a) Diagnosis persalinan macet.
b) Diagnosis dystonia bahu/ kala II lama.
c) Akselerasi persalinan pada inertia uteri
hipotoni.

Universitas Sumatera Utara


d) Tindakan ekstraksi vakum/ forceps/
melahirkan distosia bahu.
5. Ketuban pecah a) Diagnosis ketuban pecah sebelum
sebelum waktunya waktunya.
dan sepsis b) Diagnosis sepsis.
c) Induksi/ akselerasi persalinan.
d) Antibiotika profilaksis/terapeutik terhadap
chorioamnionitis.
e) Tindakan persalinan berbantu (assited labor)
pada kala II lama / exhausted.
f) Pemberian zat vasoaktif.
g) Pemberian antibiotika pada sepsis.
h) Pemantauan pasca tindakan.
i) Rujukan apabila diperlukan.
6. Infeksi Nifas a) Diagnosis infeksi nifas (metritis, mastitis,
pelvio-peritonitis, thrombophlebitis).
b) Penatalaksanaan infeksi nifas sesuai dengan
penyebabnya (memberikan uterotonika,
antibiotika dan zat vasoaktif).
c) Terapi cairan pada infeksi nifas/
thrombophlebitis.
d) Drainase abses pada abses pelvis.
e) Pemantauan pasca tindakan.
f) Rujukan bila diperlukan.
NEONATAL
1. Asfiksia pada a) Peletakkan bayi pada meja resusitasi dan
neonatal dibawa radiant warmer.
b) Resusitasi (ventilasi dan pijat jantung) pada
asfiksia.
c) Terapi oksigen.
d) Koreksi asam basa akibat asfiksia.
e) Intubasi (apabila diperlukan).
f) Pemantauan pasca tindakan termasuk
menentukan resusitasi berhasil atau gagal.
2. Gangguan nafas pada a) Penyebab dan tingkatan gangguan nafas
bayi baru lahir pada bayi baru lahir.
b) Terapi oksigen.
c) Resusitasi bila diperlukan.
d) Manajemen umum dan spesifik (lanjut)
gangguan pernafasan.
e) Pemantauan pasca tindakan.
f) Rujukan bila diperlukan.
3. Bayi Berat Lahir a) Diagnosis BBLR dan penyulit yang sering
Rendah (BBLR) timbul (hipotermia, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, infeksi/ sepsis dan
gangguan minum.

Universitas Sumatera Utara


b) Penyebab BBLR dan faktor predisposisi.
c) Pemeriksaan fisik.
d) Penentuan usia gestasi.
e) Komplikasi pada BBLR.
f) Pengaturan pemberian minum/ jumlah
cairan yang dibutuhkan bayi.
g) Pemantauan kenaikan BB.
h) Penilaian tanda kecukupan pemberian ASI.
4. Hipotermi pada bayi a) Diagnosis hipotermi.
baru lahir b) Menghangatkan bayi dengan incubator.
5. Hipoglikemi dari ibu a) Diagnosis hipoglikemi berdasarkan hasil
dengan diabetes pengukuran kadar glukosa darah.
militus b) Pemberian glukosa mengikuti GIR (Glucose
Infusion Rate), termasuk pemberian ASI
apabila memungkinkan.
6. Ikterus a) Diagnosis icterus berdasarkan kadar
bilirubin serum atau metode kremer.
b) Pemeriksaan klinis icterus pada hari
pertama, hari kedua, hari ketiga dan
seterusnya untuk perkiraan klinis derajat
icterus.
c) Diagnosis banding icterus.
d) Pemberian ASI
e) Penyinaran.
7. Kejang pada a) Diagnosis kejang pada Neonates.
Neonatus b) Tatalaksana penggunaan fenobarbital atau
fenitoin.
c) Pemeriksaan penunjang
d) Pemeriksaan terapi suportif
e) Pemantauan hasil penatalaksanaan.
8. Infeksi Neonatus a) Diagnosis infeksi neonatal.
b) Pemberian antibiotik.
c) Menjaga fungsi respirasi dan
kardiovaskuler.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

PERALATAN MATERNAL PUSKESMAS MAMPU PONED

No Alat Maternal Jumlah Satuan


1. Meja instrumen 2 rak 1 Buah
2. Bak instrumen tertutup kecil 1 Buah
3. Bak instrumen tertutup medium 1 Buah
4. Bak instrumen tertutup besar (Obsgin) 1 Buah
5. Tromol kasa 2 Buah
6. Nierbekken/ Kidney disk diameter sekitar 2 Buah
20-21 cm
7. Nierbekken/ Kidney disk diameter sekitar 2 Buah
23-24 cm
8. Timbangan injak dewasa 1 Buah
9. Pengukuran tinggi badan (microtoise) 1 Buah
10. Standar infus 1 Buah
11. Lampu periksa Halogen 1 Unit
12. Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa 1 Buah
13. Stetoskop dupleks dewasa 1 Buah
14. Termometer klinik (elektrik) 1 Buah
15. Tabung oksigen + regulator 1 Unit
16. Masker oksigen + kanula nasal 2 Unit
17. Tempat tidur periksa (examination bed) 2 Unit
18. Rak alat serbaguna 1 Buah
19. Penutup baki rak alat serbaguna 2 Buah
20. Lemari obat 1 Buah
21. Meteran/ metline 1 Buah
22. Pita pengukur lengan atas (LILA) 1 Buah
23. Stetoskop janin Pinard/ Laenec 1 Buah
24. Pocet Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler) 1 Unit
25. Tempat tidur untuk persalinan (Partus Bed) 2 Unit
26. Plastik alas tidur 1 Buah
27. Klem kasa 2 Buah
28. Tempat klem kasa (korentang) 2 Buah
29. Spekulum sims kecil 1 Buah
30. Spekulum sims medium 1 Buah
31. Spekulum sims besar 1 Buah
32. Spekulum cocor bebek grave kecil 1 Buah
33. Spekulum cocor bebek grave medium 1 Buah
34. Spekulum cocor bebek grave besar 1 Buah
35. Kit resusitasi dewasa 1 Unit
36. Endotracheal tube dewasa 6,0 1 Buah
37. Endotracheal tube dewasa 7,0 1 Buah
38. Endotracheal tube dewasa 8,0 1 Buah

Universitas Sumatera Utara


39. Stilet untuk pemasangan ETT no.1 2 Buah
40. Nasogastric tube dewasa 5 1 Buah
41. Nasogastric tube dewasa 8 1 Buah
42. Kacamata/ goggle 2 Buah
43. Masker 1 Kotak
44. Apron 2 Buah
45. Sepatu boot 2 Pasang
46. Tong/ ember dengan kran 2 Buah
47. Sikat alat 1 Buah
48. Perebus instrumen (Destilasi tingkat 1 Buah
tinggi)
49. Sterilisator kering 1 Buah
50. Tempat sampah tertutup 3 Buah
51. Pispot sodok (stick plan) 2 Buah
52. Setengah kocher 4 Buah
53. Gunting episiotomy 4 Buah
54. Gunting talipusat 4 Buah
55. Gunting benang 4 Buah
56. Pinset anatomis 4 Buah
57. Pinset sirurgis 4 Buah
58. Needle holder 4 Buah
59. Nelaton kateter 4 Buah
60. Jarum jahit tajam (cutting) G9 1 Amplop
61. Jarum jahit tajam (cutting) G11 1 Amplop
62. Bak/baskom plastik tempat plasenta 2 Buah
63. Ekstraktor vakum manula 1 Unit
64. Aspirator vakum manula 1 Unit
65. Waskom 2 Unit
66. Klem kelly/ klem kocher lurus 1 Buah
67. Klem fenster/ klem ovum 4 Buah
68. Needle holder 2 Buah
69. Pinset anatomis 1 Buah
70. Pinset sirurgis 1 Buah
71. Mangkok iodin 1 Buah
72. Tenakulum schroeder 1 Buah
73. Klem kasa lurus (sponge foster straight) 1 Buah
74. Gunting mayo CVD 1 Buah
75. Aligator ekstraktor AKDR 1 Buah
76. Klem penarik benang AKDR 1 Buah
77. Sonde uterus sims 1 Buah
78. Hemoglobin meter elektronik 1 Kit
79. Tes celup urinalisis glukose dan protein 1 Kit
80. Tes celup hCG (tes kehamilan) 200 Buah
81. Tes golongan darah (ABO, Rhesus) 2 Kit
82. Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 1 Kotak

Universitas Sumatera Utara


83. Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0 1 Kotak
84. Spuit disposable (steril) 1 ml 100 Buah
85. Spuit disposable (steril) 3 ml 200 Buah
86. Spuit disposable (steril) 5 ml 200 Buah
87. Spuit disposable (steril) 10 ml 50 Buah
88. Spuit disposable (steril) 20 ml 50 Buah
89. Three-way stopcock (steril) 1 Buah
90. Infus set dewasa 50 Buah
91. Kateter intravena 16 G 50 Buah
92. Kateter intravena 18 G 50 Buah
93. Kateter intravena 20 G 50 Buah
94. Kateter penghisap lendir dewasa 8 1 Buah
95. Kateter penghisap lendir dewasa 10 1 Buah
96. Kateter folley dewasa 16 G 5 Buah
97. Kateter folley dewasa 18 G 5 Buah
98. Kantong urin 10 Buah
99. Sarung tangan steril 7 50 Pasang
100. Sarung tangan steril 7,5 50 Pasang
101. Sarung tangan steril 8 50 Pasang
102. Sarung tangan panjang (manual plasenta) 10 Pasang
103. Sarung tangan rumah tangga (serbaguna) 2 Pasang
104. Plester non woven 1 Buah
105. Sabun cair untuk cuci tangan 1 Buah
106. Providon iodin 10% 1 Buah
107. Alkohol 75% 1 Buah
108. Cuvette hemoglobin meter elektronik 1 Set

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

PERALATAN NEONATAL PUSKESMAS MAMPU PONED

No Alat neonatal Jumlah Satuan


1 Tensimeter/ sphygmomanometer bayi 1 Buah
2 Tensimeter/ sphygmomanometer neonatus 1 Buah
3 Stetoskop dupleks bayi 1 Buah
4 Stetoskop dupleks neonatus 1 Buah
5 Termometer klinik (elektrik) 1 Buah
6 Timbangan neonatus + bayi 1 Buah
7 ARI timer standar (respiratory rate timer) 1 Buah
8 Lampu emergensi 4 Buah
9 Meja reusitasi dengan pemanas (infant radiant warmer) 1 Buah
10 Kit resusitasi neonatus 1 Unit
Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri,
11 dengan selang reservoir 1 Set
12 Sungkup resusitasi 1 Set
13 Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) 1 Set
14 T piece resusitator 1 Set
15 Endotracheal tube anak 1 Buah
16 Nasogastric tube neonatus 1 Buah
17 Tabung oksigen + regulator 1 Unit
18 Pompa penghisap lendir elektrik 1 Set
19 Penghisap lendir Delee (neonatus) 2 Unit
20 Handuk pembungkus neonatus 6 Buah
21 Kotak kepala neonatus (head box) 1 Buah
22 Klem arteri Kocher mosquito lurus 1 Buah
23 Klem arteri Kocher mosquito lengkung 1 Buah
24 Klem arteri pean mosquito 1 Buah
25 Pinset sirurgis 1 Buah
26 Pinset jaringan kecil 1 Buah
27 Pinset bengkok kecil 1 Buah
28 Needle holder 2 Buah
29 Gunting jaringan mayo ujung tajam 1 Buah
30 Gunting jaringan mayo ujung tumpul 1 Buah
31 Gunting jaringan iris lengkung 1 Buah
32 Skalpel 1 Buah
33 Bisturi 5 Buah
34 Baskom kecil 1 Buah
35 Needle holder matheiu 1 Buah

Universitas Sumatera Utara


36 Jarum ligasi knocker 1 Buah
37 Doyeri probe lengkung 1 Buah
38 Pinset jaringan semken 1 Buah
39 Pinset kasa (anatomis) 1 Buah
40 Pinset jaringan (sirurgis) 1 Buah
41 Gunting iris lengkung 1 Buah
42 Gunting operasi lurus 1 Buah
43 Retraktor finsen tajam 1 Buah
44 Skalpel 1 Buah
45 Bisturi 5 Buah
46 Klem mosquito Halsted lurus 2 Buah
47 Klem mosquito Halsted lengkung 2 Buah
48 Klem linen backhauss 2 Buah
49 Klem pemasang klip hegenbarth 1 Buah
50 Kantong Metode kanguru 10 Buah
51 Inkubator ruangan dengan termostat sederhana 1 Buah
52 Infus set pediatrik 1 Kotak
53 Three-way stopcock (steril) 1 Buah
54 Kanula penghisap lendir neonatus 2 Buah
55 Klem tali pusat 100 Buah
56 Kateter intravena 50 Buah
57 Kateter umbilicus 3 Set

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

KEBUTUHAN OBAT PELAYANAN OBSTETRI EMERGENSI DASAR

Perdarahan
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Dextran 70,6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Hipertensi dalam kehamilan
Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml)
MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml
Infeksi
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Ampisilin 1 g injeksi
Gentamisin 80 mg injeksi
Metronidazol 500 mg injeksi
Amoksilin 500 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Aquadest pro injeksi (25 ml)
Parasetamol 500 mg (tablet)
Infus set dewasa

Universitas Sumatera Utara


Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urine dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Abortus
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0,9% (500 ml)
Sulfas atropin injeksi (2 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Pethidin injeksi (2 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Robekan Jalan Lahir
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0,9% (500 ml)
Lidokain HCL 2% injeksi (2 ml)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Chromic catgut no.1, atraumatik (sachet)
Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik (sachet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Syok Anafilaktik

Universitas Sumatera Utara


Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
Difenhidramin HCL 10 mg injeksi (1 ml)
Dexametason 5 mg injeksi (1 ml)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

KEBUTUHAN OBAT PELAYANAN NEONATAL EMERGENSI DASAR

No Nama Obat Bentuk Sediaan


1. Vit. K1/ Pithomenadion inject Ampul
2. Spuit 1 ml (untuk vit. K) Unit
3. Salep mata tetrasiklin 1% Tube
4. Cairan infus RL Botol infus 500 ml
5. Cairan infus NaCL 0,9% Botol infus 500 ml
6. Cairan infus Dextrose 10% Botol infus 500 ml
7. Aquadest untuk pelarut Botol
8. Alkohol 70% Botol
9. Providone Iodine Botol
10. Penicilin procain Vial
11. Ampicilin injeksi Vial
12. Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 20 mg
13. Gentamisin injeksi Vial 2 ml isi 80 mg
14. Fenobarbital injeksi Ampul
15. Diazepam injeksi Ampul 1 ml dan 2 ml
16. Abbocath/ wing needle Unit
17. Vaksin hepatitis uniject Sesuai kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7

HASIL WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW)

ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS


TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2015

1. Input

1.1 Ketersediaan SDM

Matriks 1. Pernyataan Informan Mengenai Jumlah Petugas yang Terlatih


PONED
Informan Pernyataan
Informan 1 Eee untuk standar PONED ini memang yang dilatih harus
biasa 3 orang. Dokter 1, Bidan 1 dan Perawat 1.
Informan 2 Iya kan ada petugas PONED nya. Ada 1 orang Dokter, 1
Bidan dan 1 Perawat.
Informan 3 Kalau tidak salah ada 3 orang. Itu ada Dokter, Bidan dan
Perawat.
Informan 4 Iya. 3 orang. Dokter 1, Bidan 1, Perawat 1.
Informan 5 Ada 3. dr. Efrida, buk Duma tadi kemudian saya.
Informan 6 Pelatihanlah kami...kami 3 orang kemaren itu. 1 Bidan,
Perawat sama mm..Dokter.

Matriks 2. Pernyataan Informan Mengenai Kualitas SDM


Informan Pernyataan
Informan 1 Pelatihan PONED selanjutnya ada refresher PONED
namanya. Itu kita laksanakan pada tahun 2013 untuk
refresher PONED. Kalau yang pertamakan pelatihan
PONEDnya kalau yang kedua kan untuk melatih ulang
kembali, namanya refresher ya jadi supaya pemantapan
kembali kepada Puskesmas yang sudah dilatih tentang
PONED itu.
Informan 3 Ada. Itu...ada. kalau tidak salah ada, hanya saja tidak ada
PONED kit. Haa itu..dia hanya teoritisnya saja yang di
kasih. Jadi ya alat PONED kit tidak ada. Sebagian
puskesmas lain ad tapi ini..kita tidak tau gak ada. Cuma
walaupun tidak ada kita ada bantuan itu tadi dari USAID ya
memadai. Cukup. Dari USAID juga kita dapat bantuan ya.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 2. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Informan 4 Waktu itu hanya sekali saja, terus..timnya berganti lagi
merasa gak sanggup disitu, tukar lagi. Dokternya Cuma 3.
Kapus, untuk dokter umumnya ada 2. Sementara untuk
dokter umunya yang 1 juga dokter poliklinik dan saya waktu
itu dulu. Gak bisa ditukar, dokter yang lain ada kegiatan lain,
jadi terpaksa itu aja dokternya. Maunya diganti yang lebih
muda, lebih gesit, programnya lebih sedikit ya. Program
saya terlalu banyak disini. Itu lah akhirnya ga full di situ. Ga
fokus. Kalau dulu...itu ada saya dr. Efrida 1, bidanya
dumenta sembiring, satu lagi perawatnya duma itu yang
dilatih. Kemudian ini sudah diletakkan lagi ke program lain
yang juga sama sibuknya. Program dibagian obat, itu tadi
bidan tadi diletakkan dibagian obat setiap hari. Juga repot
dia. Ditambah lagi buk duma diletakkan ke imunisasi.
Imunisasi dia harus ke desa, bidan desa, kemudian pelayanan
lagi di puskesmas. Sudah hilang saja timnya. Tinggallah
dokternya sendiri. Dokternya juga megang rawat inap, jaga
malam, poliklinik, terus megang lagi ee..masing-masing ada
program-program lagi yang lain. Seperti saya memegang
lagi TB anak, megang klinik ee...PTRM, megang pasien-
pasien narkoba, jadi satu tugas terlalu banyak saya pegang.
Yang seperti pelatihan PONED pertama tidak ada, ga ada
pelatihan yang lebih intens . ya hanya sekedar penyegaran-
penyegaran teori saja. Jadi yang pertama itu memang di
pirngadi, provinsi. Kalau daerah ya..kita sesuai dengan
keadaan daerahlah. Kalau sekarang ya siap yang jaga malam.
Mau siapa yang bertugas dirawat inap. Nanti ada tim merah,
tim kuning, tim hijau. Ada tim-timnya gitu ya, jadi siapa
yang di situ. Nah ini ya siapa yang tim merah, kuning, hijau
ini yang bertugas itu. Ya khusus dilatih ya 3 orang itu, paling
ya memantau lah memberikan pengetahuan, sosialisasikan
ilmu yang sudah ada.
Informan 5 Pelatihan ada..semua bidan penolong itulah dilatih. Bidan-
bidan itu pun uda terlatih APN.
Informan 6 Ada pelatihan lagi...Ee itulah saya orang gak berlanjut.
Cuman sekalinya aku. Abis tu ga tau laginyakan apa
perkembangannya.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 3. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Tim Pendukung
PONED
Informan Pernyataan
Informan 2 Tentu ada...siapa yang bertugas menerima pasien disini. Kan
ada rawat inapnya. Tentu siapa yang bertugas...kan ada
berapa...ada 4 perawat atau bidan, 1 dokter setiap hari.
Informan 3 Ada...siapa yang bertugas rawat inap.
Informan 4 Kalau sekarang ya siap yang jaga malam. Mau siapa yang
bertugas dirawat inap. Nanti ada tim merah, tim kuning, tim
hijau. Ada tim-timnya gitu ya, jadi siapa yang di situ. Nah
ini ya siapa yang tim merah, kuning, hijau ini yang bertugas
itu. Disini perawat sangat sikit. Jadi, peran perawat dipegang
bidan juga. Bidan yang dijadikan perawat.
Iya seharusnya, tapi ga ada, juga puskesmas ini hampir 100
stafnya paling perawat ada sedikit. Ya paling banyaklah
paling-paling 1 orang, itu yang merawat bidan semua,
perawat yang lain diletakkan ditempat yang lain. Bidannya
banyak, satu hari tu dinasnya 12 orang. Pagi 3 sampai 4 gitu,
siang 4, malam 4. Rata-rata semuanya bidan. Dokternya
iya... Saya sendiri yang bisa jaga malam.
Informan 5 Aaa...itulah..semua bidan KIA itulah. Ia dokter jaga. Dokter
umum bukan dokter kebidanan.
Informan 6 Pendukung PONED, yang jaga rawat inap lah dek. Dua
puluh...dua puluh orang itu ya..eeh 15. 15 orang. Dokternya
4, itu yang 15 itu da gabung bidan sama perawat. Aku gak
tau-tau orang itu. Tapi banyakan bidanlah..Dualah perawat
13 bidannya. Ya.. apa itu apa namanya berdasarkan PONED
itu, ee.. apa EMAS. Kan ada dari EMAS. Itu lah di apakan
tim merah, tim kuning, tim hijau. Kalau tim merah dia
berarti dia apanya..komandannya. gak boleh meninggalkan
ibu, kalau dia tim kuning menyediakan alat-alat,
semuanyalah apa yang di perlukan. Kalau tim merah itu
harus tetap dia disitu gak boleh dia meninggalkan ibu pada
waktu emergency itu. Tiap hari memang ada dinasnya. Uda
dipilah itu...siapa yang paling kompeten dia dibuat dia tim
merah. Kalau dia masih ragu-ragu tim hijau.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 4. Pernyataan Informan Mengenai Kesiapsiagaan Petugas
Kesehatan PONED
Informan Pernyataan
Informan 2 Tentu siapa yang bertugas...kan ada berapa...ada 4 perawat
atau bidan, 1 dokter setiap hari.
Informan 3 Ada...kitakan sudah rawat inap dan sudah PONED. ya
siapsiagalah 24 jam.
Informan 4 Sekarang dokter ada 4. Dokter umum, tapi ya yang 2 masih
muda, hmmm...sering cuti melahirkan. Kalau uda cuti 3
bulan. Baru melahirkan tahun ini, tahun depan da melahirkan
lagi. Yang dokternya satu lagi merasa kejauhan dari sini,
rumahnya di Medan sana, ntah arah ke Denai ntah arah
mana...jauh ke sini. Cemana mau jadi PONED. yang stand
by dari sini, saya..rumah saya sekitar 4 km dari sini. Yang
satu lagi keadaan fisiknya tidak memungkinkan, kakinya
kurang sehat jadi kalau untuk ada emergency dia gak bisa.
jadi mau tidak mau...tidak ada pilihan. Maunya masuk
tenaga baru yang muda yang lebih fresh...kemudian
rumahnya dekat sini.
Informan 5 Ia..dokter jaga. Dokter umum bukan dokter kebidanan.
Informan 6 Tiap hari memang ada dinasnya. Uda dipilihlah itu...siapa
yang paling kompeten dia dibuat dia tim merah. Kalau dia
masih ragu-ragu tim hijau.
Informan 9 Ada...tapikan kalau tiba-tiba awak melahirkan malem ya
kan... kalau tengah malam ya ...bangunin aja katanya. Kan
dua shiftkan kalau umpamanya tutup pintunya ya lewat dari
samping aja. Awak takut ya gitu lah ya kan nanti kalau buru-
buru ya kan manggil-manggil lagi.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Ketersediaan Peralatan PONED

Matriks 5. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Peralatan PONED


Informan Pernyataan
Informan 1 Biasanya memang kalau dia...harusnya otomatis.
Petugasnya dilatih dulu, kemudian baru dilengkapi alat-
alatnya.
Informan 2 Lengkap dan masih dalam keadaan baik.
Informan 3 Kalau alat sekarang sudah lengkap ya. Jadi ada bantuan dari
USAID, ya ada bantuan dari EMAS yang bekerjasama
dengan USAID itu sudah lengkaplah. Kita sudah ada
oksigen, alat resusitasi bayi, ambu untuk orang dewasa.
Informan 4 Gak juga. Paling ada alat yang saya buat sesederhana
mungkin tanpa minta-minta siapapun. Inisiatif saya saja.
Misalnya bagaimana meja resusitasi dan tempat tidur anak
itu ya. Kita gantungkan pemanasannya bola lampu dengan
kabel. Bola lampu 6 watt dengan jarak 60 cm. Yaa..banyak
tangan yang kerja ilang-ilang juga. Simsalabin ilang. Da gak
kita disitu y gak terawasi juga.ya..itu ya saya sendiri yang
inisiatif. Itu sebelum gedung ini direhab ya...setelah direhab
alat-alat berhilangan ya...hancur.
Informan 5 Gak juga. Hmm...PONED ini kan untuk anak jugakan.
Tampat meja bayi resusitasinya juga mana ada.
Informan 6 Gak tau aku dek. Coba tanya bidan koordinatornyalah dia
yang tau semua itu...

1.3 Ketersediaan Obat PONED

Matriks 6. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Obat PONED


Informan Pernyataan
Informan 2 Obat-obatannya cukup..
Informan 3 Kalau obat-obatan juga kita sudah lengkap.
Informan 4 Kalau obat-obatan kayaknya cukuplah. Kalau seperti cairan-
cairan infus selalu berlebihan kita, kalau ada kasus seperti
oksitosin gak ada. Yaa...kebetulan letak puskesmas kita ini
kan ditengah kota dekat dengan apotik. Ya uda dibelikan aja
duluan.
Informan 5 Gak tau lengkap atau tidaknya...sayakan tidak disitu lagi,
coba tanya bikorlah
Informan 6 Hmmm...gak tau dek karena da gak disitu lagi. Coba tanya
bikorlah.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus Pelayanan
PONED

Matriks 7. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Alat Komunikasi


untuk Merujuk Kasus Pelayanan PONED
Informan Pernyataan
Informan 3 Jadi untuk alat komunikasi sekarang sudah disediakan hp.
Hp untuk petugas rawat inap disini. Jadi itu bisa digunakan
untuk jejaring ee rujukan. Kapan saja 24 jam. Itu tinggal
disni dia.
Informan 4 Kita pakek sijari EMAS aja , no telephone ini kita hubungi
ya...masukkan data pasiennya kalau tidak bisa dilayani, kita
da siap merujuk.
Ia sms sijari EMAS aja. EMAS inikan program baru.
Program Expainding Survival.
Informan 5 Oo apa sijari EMAS itu loh. Lewat sms he eh.
Informan 6 Ada itu...sijari EMAS. Sms, telephone.

1.5 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan

Matriks 8. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Sarana


Transportasi Rujukan
Informan Pernyataan
Informan 3 Ada ambulance desa dan siap 24 jam, supirnya juga ada ya..
ontime ya.
Informan 4 Ada puskesmas keliling. Sebelum ada rawat inap ini
ya...untuk turun-turun kelapangan, dulukan masih ada
program pengobatan gratis ke desa-desa, KLB. Kalau
sekarang ya untuk merujuk lah. Hanya itu yang ada cuma.
Tapi harus adalah disini jangan dibawa kerumah petugas.
Informan 5 Ada.
Informan 6 Ada itu...puskemas keliling.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Ketersediaan Biaya Operasional Pelayanan PONED

Matriks 9. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Biaya Operasional


Pelayanan PONED
Informan Pernyataan
Informan 2 Biaya operasionalnya ya..namanya kami PNS dari
pemerintah..ya..itu yang sudah yang menjadi biaya
operasional. Dari pemerintahlah kita digaji setiap bulan yang
kami dapatkan. Misalnya berapa orang pasiennya nah dari
situ insentifnya...umpanya. Sekarangkan sudah ada BPJS.
Yang pastikan kami sudah digaji. Kalau keperluan lainnya
dari APBDlah.
Informan 3 Adalah...Kalau dia alat-alatnya kan ada dari pemerintah ,
ambulannya, terus kalau untuk jasa pelayanan itukan sudah
digaji jadi tidak ada lagi tambahan ya. itu dari pemerintahlah
nak. Dana dari APBD.
Informan 4 Aaa...kalau itu saya tidak tahu.
Informan 5 Gak ada....
Informan 6 Gak ada...gak pernah dapatlah.

1.7 Ketersediaan SOP Pelayanan PONED

Matriks 10. Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan SOP Pelayanan


PONED
Informan Pernyataan
Informan 2 Ada...tentu ada SOPnya. Setiap kali kita melakukan kerja
tentu ada SOPnya.
Informan 3 SOP itu ada ya.
Informan 4 Ada.
Informan 5 Ada dulu.
Informan 6 Ada. He eh sama dokter itu lah SOPnya.

Universitas Sumatera Utara


2. Proses

2.1 Kasus yang Pernah ditangani dalam Pelaksanaan PONED

Matriks 11. Pernyataan Informan Mengenai Kasus yang Pernah ditangani


dalam Pelaksanaan PONED
Informan Pernyataan
Informan 3 Itu...misalnya partus macet. Misalnya sudah kita pantau
sudah kita lihat perkembangannya.
Misalnya kasus primigravida. Itukan selama 18 sampai 24
jam kita pantau ya kan. Kalu tidak ada kemajuan, mau tidak
mau ya kita rujuk. Gak bisa kita tangani disini ya. atau
misalnya...jadi misalnya ketubannya sudah pecah...ya kan
kita menunggu sampai 2 atau 3 jam. Jadi kalau misalnya
tidak lahir juga, nah itu harus kita rujuk tetapi melakukan
tindakan ke sana harus kita infus ya..memberikan cairan
yang cukup. Kemudian harus terus didampingi sampai ke
rumah sakit.
Informan 4 Cuma mola placenta. kemudian menyiapkanlah kalau ada
kasus hipertensi pada kehamilan, eklamsi ya...kita diberi
pertolongan pertama kalau tidak bisa ditangani ya segera
kirim ke rumah sakit.
Itu memang harus dirujuk jangan ditangani nanti kejang dia
nanti. pasti dirujuk. Jadi kalau kasus mola placenta ada
beberapa berhasil kami tangani. Kemudian kasus posdet...itu
kalau tali pusarnya sudah kelihatan tidak segar lagi ya tidak
bisa kami tangani dengan manual ya jadi langsung kita
rujuk.
Informan 5 Yang normal aja..Gak normal pun kalau dia ada komplikasi
gak ditanganilah langsung dirujuk.
Informan 6 Yang normal aja. Kalau yang emergency jaranglah.
Langsunglah dibawa orang langsung ke rumah sakitkan.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan PONED

Matriks 12. Pernyataan Informan Mengenai Pelaksanaan Rujukan


Pelayanan PONED
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau dia dalam bentuk peraturan belum ada, tapi dari..apa
dari BPJS memang sudah ada peraturan jika rujukan itu,
misalnya puskesmas ini kepesertaan ini harus merujuk ke
rumah sakit mna gitu. Itu sudah ada peraturannya dari BPJS.
tapi kalu dia dalam bentuk peraturan belum. Ya sama. Alur
rujukannnya kalu memang kalau dia aaa...pasiennya BPJS.
misalnya dia ditangani di puskesmas yang PONED, dia perlu
di rujuk ke mana misalnya kan, aaa...kalau dia yang
kepesertaan BPJS sudah ada ketentuan ke rumah sakit mana.
Kemana yang bisa di rujuknya kan. Kan di sesuaikan juga
dengan jaraknya. Rumah sakit yang terdekat dari puskesmas
yang mana. Itu sudah ada maapingnya dari BPJS. Kalau dia
pasiennya non BPJS misalnya, mempunyai kepesertaan Deli
Serdang jamkesda tuntutan yang bisa itu ke Rumah Sakit
Deli Serdang. Makanya kalau dia pasien BPJS sudah
kepesertaan BPJS itu, itu sudah diatur. Misalnya dia di
wilayah daerah sunggal kan. Kan ada rumah sakit swasta
yang memang daerah sunggal, yang memang wilayah deli
serdang di situ sudah di tentukan rujukannya. Biasanya ke
rumah sakit bumikesda. Itukan rumah sakit deli serdang
juga, maksudnya walaupun dia rumah sakit swasta kan dia
termasuk rumah sakit wilayah deli serdang. Mereka merujuk
ke situ gitu, sama dengan misalnya, bangun purba kan
dekatnya dengan rumah sakit umum deli serdang bisa kesitu
atau ke rumah sakit sari mutiara gitu. Tapi kalau dia pasien
non BPJS yang penduduk deli serdang yang mempunyai
KTP lah ya itu boleh merujuk ke rumah sakit deli serdang.
Kecuali dia pasien pribadi ya, kalu pasien pribadikan
namanya dia biaya sendiri ee..dia mau merujuk ke manakan
tergantung kemampuan dia. Sebenarnya eee...diharapkan
kalau dia desanya yang sudah melewati puskesmas,
disarankan ke PONED dulu paling tidak bisa sosialisasi.
Tapikan aksesnya kita kan bervariasi puskesmas ini.
Aaa..desanya malah dia lebih dekat ke rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 13. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Misalnya kan, apalagi dia bawa pasien ibu yang sudah gawat
darurat. Kalau dia lebih dekat ke rumah sakit ya rumah sakit
aja. Bisa ke rumah sakit langsung gak mungkin dia mundur
lagi misalnya ke puskesmas gitu. Kan dari segi jarak dan
waktu itu yang menjadi kendala.
Informan 2 Jika ada pasien yang tidak mampu dilayani di puskesmas
kita rujuk ke rumah sakit daerah. Dari bidan desa
ke..puskesmas kemudian di rujuk ke..rumah sakit.
Informan 3 Ia. Kalau bidan desa sering. Kalau masyarakatnya jarang.
Karenakan masyarakat itukan periksa hamil ke bidan desa.
Jadi kalau ada kasus rujukan yang perlu dirujuk nanti bidan
desanya yang merujuk ke puskesmas. Klinik bersalin. Ia
kemari juga dia rujukan. Karenakan kita sudah puskesmas
rawat inap dan PONED. Kasus yang dirujuk ini..kemari
ya..mungkin karena mereka postdet bisa juga. Kamudian
misalnya mereka tidak punya jaminan BPJS. Itu sebenarnya
bukan kasus ya..tapi karena mereka tidak mempunyai
jaminan BPJS, mereka merujuknya kemari. Yang punya
jaminan hanya jamkesmas, KTP, apa...kartu keluarga
kemari. Gratis ya. Kalau dari bidan desa, mereka langsung
bawa aja kemari, tapi ya misalnya kita sudah coba tangani
dan tidak mampu, baru kita merujuk ke rumah sakit. Ke
rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang memadai, disini
juga kita ada pembinaan bidan desa. Setiap hari senin kita
ada mengadakan pertemuan. Misalnya puskesmas tanjung
morawa ini ada 16 desa. Jadi hari senin bidan desa kita
kumpulkan. Terus kita melakukan pembinaan termasuk lah
disitu dalam hal merujuk pasien. Itu...misalnya partus macet.
Misalnya sudah kita pantau sudah kita lihat
perkembangannya. Misalnya kasus premegrafida. Itukan
selama 18 sampai 24 jam kita pantau ya kan. Kalau tidak ada
kemajuan, mau tidak mau ya kita rujuk. Gak bisa kita
tangani disini ya. atau misalnya...jadi misalnya ketubannya
sudah pecah...ya kan kita menunggu sampai 2 atau 3 jam.
Jadi kalau misalnya tidak lahir juga, nah itu harus kita rujuk
tetapi melakukan tindakan ke sana harus kita infus
ya..memberikan cairan yang cukup.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 13. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Kemudian harus terus didampingi sampai ke rumah sakit.
Kasus yang dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit itu
frevious sectio, itu tadi kan sudah grandummulti ya
misalnya. Jadi kasus yang dirujuk ini kan sudah terencana
frevious sectio. Atau sudah pernah mengalami pendarahan
pada kehamilan sebelumya, itu kan kita sudah tau ya. Waktu
datang anamnese periksa ya kita tanya periksa hamil, ANC
terus kita tanya riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada
pernah pendarahan atau apakah robekan jalan lahir, atau
urinya tidak keluar pada saat lahir. Jadi sudah di anamnese.
Jadi kita rujuk terlebih lagi sudah ada rujukan terencana ini,
tidak harus dia pada saat dia bersalin baru kita rujuk,
sewaktu kita melakukan ANC juga kita sudah bisa
melakukan rujukan terencana.
Informan 4 Untuk kasus eklamsi...Itu memang harus dirujuk jangan
ditangani nanti kejang dia nanti. pasti dirujuk. Jadi kalau
kasus mola placenta ada beberapa berhasil kami tangani.
Kemudian kasus posdet...itu kalau tali pusarnya sudah
kelihatan tidak segar lagi ya tidak bisa kami tangani dengan
manual ya jadi langsung kita rujuk aja.
Informan 7 Kalau kami ke rumah sakit umum lebih dekat.
Memang gitulah..kalau gak kesini ke rumah sakit umum.
Langsung aja ke sana. Karena disini lebih jauh dia.
Karenakan perbatasan pakamkan lebih dekat ke rumah sakit
umum. Saya di Punden rejo.
Orang itu lebih milih kesini ke rumah sakit umum.
Masyarakatnya. Kalau saya paling nyarankan...kalau gak ke
puskesmas tanjung ke rumah sakit umum pun bisa.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Sosialisasi Pelayanan PONED

Matriks 13. Pernyataan Informan Mengenai Sosialisasi Pelayanan PONED


Informan Pernyataan
Informan 4 Di depan ya pamplet rawat inap, disampaikan ke Bidan-bidan
Desa.
Informan 5 Sosialisasi itu...di minilok lah. Dikumpulkan. Kan kami ada
minilok setiap bulan. Di situlah disosialisasikan ke bidan
desa. Sosiliasasi ke masyarakat ya bidan desa lah. Kalau di
klinik bidan desanya ke sana.
Informan 6 Bidan desa lah dek yang memberikan informasi, makanya
setiap poskesdes kan ada itu..sijari EMAS. Cuma kalau di
poskesdeskan tim PONEDnya gak ada.
Informan 7 Adalah...penyuluhan. diberikan penyuluhan dari pendataan
pun juga. Melalu bikor...bikornya bilang sama kami.
Kamipun nyampaikan di desa. Kadang orang tu turun juga ke
desa. Sekali-sekali. Ada pertemuannya..cuman pertemuannya
sekali-sekali lah kalau lagi ada posyandu, jadikan gak pala
panggil-panggil orang lagi.kalau itu lah dikumpulkan lagi.
Informan 8 Belum ada sih. Cuma yang sering sosialisasi bidan desa aja di
sini. Ya gak pernah bilang tentang rujukan ini ya paling data
persalinan aja. Ada gak persalinan, terus ada gak yang
imunisasi dah itu aja.
Informan 9 Ada...ya...yang petugas itu yang ngomong.

2.4 Kunjungan Dokter Sp.OG

Matriks 14. Pernyataan Informan Mengenai Kunjungan Dokter Sp.OG


Informan Pernyataan
Informan 3 Ada...karna kita ada dokter Sp.OG kita, yang PNSnya disini.
Iya setiap hari senin dan rabu. Kanapa tidak senin sampai
sabtu. Karena dia ke puskesmas lain bergilir gitu. Dia 2 hari
disini, 2 hari di puskesmas pancur, 2 hari di puskesmas
batang kuis.
Informan 4 Dulu... pernah. Pernah... mereka datang ke polikllinik. Tapi
saya sudah bertugas ini dari tahun 2008. Hanya satu kali
kunjungan Dokter Obgyn. Gak ingat lagi saya. Kebetulan
kita memang ada dokter obgyn..2 kali seminggu. Dia
bertugas se Deli Serdang. Puskesmas tanjung morawa senin,

Universitas Sumatera Utara


Matriks 14. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
rabu...puskesmas batang kuis jumat sabtu..kemudian
puskesmas lain..puskesmas pancur batu saya rasa.
Informan 5 Ada seminggu sekali setiap hari senin.
Informan 6 Ini dia datang setiap minggu...setiap senin. Diakan senin
yang ada datang kemari.

2.5 Evaluasi Pelayanan PONED

Matriks 15. Pernyataan Informan Mengenai Evaluasi Pelayanan PONED


Informan Pernyataan
Informan 1 Ada..dilakukan evaluasi ada aaa...tahun 2014 ya ada
pemantauan pasca pelatihan PONED, refresher PONED jadi
kita pantau lagi, kemudian dari kaitannya dengan ini lah
program EMAS ini kan juga memantau bagaimana kasus-
kasus maternal, ya juga mungkin kasusnya belum banyak ya
dan juga kasus yang mereka tangani kebanyakan yang
normal gitukan, ya tetapi ya itu tadi..dengan pemantauan itu
lah meningkatkan keterampilan mereka, mereka melakukan
emergency real di puskesmas. Dan juga dari hasil apalah
yang mereka lakukan di puskesmas. Kemarin aa ada kita
buat ee pertemuan ya sekali dan juga turun ke sana ke
puskesmas, puskesmas yang PONED ini lah gitu. Gitu lah
misalnya evaluasinya.
Informan 2 Iya tentu...ada masalah karena dalam mini lokakarya
ya..kalau ada masalah kita kaji apa penyebab
masalahnya..apa yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP
dan bagaimana ke depan...itu lah di evaluasi...apa
penanganannya..
Informan 3 Kalau pelayanan PONED kita ada evaluasi pada saat minilok
gitu ya. Nah apa saja yang dievaluasi itu tergantung
kasusnya dimana kendalanya kalau kita menemukan
kendala, jadi kalau tidak ada kendala kita hanya untuk apa
yang kita lakukan supaya kinerja kita meningkat, atau paling
tidak bisa dipertahankan.
Informan 4 Di saat lokakarya mana yang mereka tidak bisa kita ya
jelaskan tapi ya semenjak...aa...kepala puskesmas yang baru
belum pernah dibahas.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 15. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Kalau kapala puskesmas yang lama memang kita buatkan
peraturan, atau kita yang buatkan yang full mana bidan-
bidan yang ga mengerti ya diajarin lagi. Ada kita latih sore-
sore gitu. Seperti sekali sebulan, atau setelah acara mini
lokakarya supaya mereka kembali ke desa tetap ada
pengetahuan, ya sesudah acara lagi buat
kelompok..ee...penyegaran cara pertolongan persalinan
menurut prosedur APN begitu ya. Ya kalau lagi ada rapat-
rapat disini bulanan, mini Jadi belajar dimana-dimana
kelemahannya dalam mengeluarkan bayilah atau melepaskan
plasenta. Dimana mereka lemahnya. Mereka ulang-ulang,
membuat model, jadi kita bikin sendirilah bagaimana
bentuknya plasenta, mungkin bikin bantal buat sendiri. Bikin
tali pusat dari tali. Eee...tehniknya begitu ya inisiatif kepala
puskesmas mewajibkan begitu. Sesudah mini lokakarya,
belajar kembali gitu. Sambil ee..menunggu membuat
laporan. Mana laporan mereka yang belum selesai gitu aja.
Informan 5 Ada dulu.
Informan 6 Ada.

2.6 Pelaksanaan AMP

Matriks 16. Pernyataan Informan Mengenai Pelaksanaan AMP


Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau AMP itukan Audit Maternal Perinatal, kalau PONED
kan Pelayanan obstetri emergency dasar jadi kita setiap
tahun itu melakukan AMP, setiap ada kasus-kasus kematian
itu dilakukan audit. Tingkat kabupaten ada, di puskesmas
pun ada tapikan puskesmas itukan jarang ada kematian. Ya
pun kalau ada kematian mereka pun harus membahas juga di
puskesmas. Yang dilakukan dikabupaten pun ada, tiap tahun
ada dilakukan. Kalau dipuskesmas eee...karna memang
eee..kasusnya tidak ada yang mati ya...kan biasanya yang
dilakukan auditnya kan kematian baik itu maternal dan
neonatal ataupun yang kita minta memang kita minta kepada
puskesmas kalau ada kasus kematian atau yang hampir
meninggal tapi bisa ditolong misalnya itu harus dibahas.
Kalau ditingkat kabupaten disini, ditingkat kabupaten.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 16. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Inilah besok mau dilaksanakan AMP. Di puskesmas ya di
tingkat puskesmas, di puskesmasnya. Tapi biasanya mereka
mengaudit kalau ada kematian di puskesmas y. Kalau nanti
kematiannnya di tempat lain di puskesmas atau di mana,
mereka memberikan laporan kepada kita, ini di bahas gitu di
tingkat kabupaten.
Informan 2 Kalau di sini kan kita evaluasi ada...itu tadi mini lokakarya
merencanakan dan mengevaluasi kinerja kita..tentu kalau
puskesmas bidan desa. Kalau AMP di dinas berkisar setahun
sekali. Memang itu sama mengevaluasi apa penyebabnya,
penanganannya ke depan itu bisa menjadi contoh
pelaksanaan AMP di Deli Serdang setiap setahun sekali.
Informan 3 Kalau audit maternal perinatal kita ada melakukan ya. Itu
biasanya kita mengadakan dari dinas y biasanya diadakan
pertriulan. Kamudian di situ kita membahas penyebab
kenapa kasus itu terjadi, apa penyebabnya. Dengan tidak
menyalahkan siapapun ya. Tidak menyalahkan siapapun,
tidak menyebutkan namanya, itu ya jadi kita yang paling
penting di situ adalah membahas kenapa masalah itu terjadi,
kemudian kira-kira apa tindakan kita lakukan supaya
mmm...kasus itu tidak terjadi lagi.Kalau yang melapor ini
bidan koordinatornya. Iya kesga.
Informan 4 Memang kasus-kasus kematian ya dilaporkan. Tapi Bidan
desanya yang melaporkan. Bidan lapor ke bikor. Bikor lapor
ke dinas. Di Dinas ada. Saya tidak hapal kali timnya. Biasa
perbulan itu mereka ada rapat. Membahas tentang AMP.
Kesga. Sekarang saya gak tahu lagi struktur organisasi
disitu. Dulukan memang KIA ya kesga sekarang namanya
apa. jadi layanan apa ya...kurang tahu saya. Ada..pernah.
berapa kali. Sekitar 3 kali ada. Sekali setahun saya ikut.
Karena kalau rapat rutin Bidan koordinator yang rapat.
AMPnya saya sekali setahun. Yang dibahas penyebab
kematian bayi. Penyebab kematian ibu, dibahas cemana
penanganan yang sebenarnya dimana kira-kira.
Kemungkinan letak kesalahannya gitu. Dibahas supaya
jangan terulang lagi gitulah. Jadi Bidannya, bidan penolong
untuk wilayah mana ya..dokternya. persentase gitu.
Informan 5 Adalah. Dinas adalah... orang kesgalah.

Universitas Sumatera Utara


Matriks 16. (Lanjutan)
Informan Pernyataan
Informan 6 Ini lah yang datang dari apa..dari dinas, dari EMAS. Orang
itu yang datang kemari. Kalau ada masalah ya.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 8

LEMBAR CHEKLIST
PERALATAN DAN OBAT PUSKESMAS MAMPU PONED

1. Peralatan Maternal Puskesmas mampu PONED

No Alat Maternal Keterangan


1. Meja instrumen 2 rak
2. Bak instrumen tertutup kecil
3. Bak instrumen tertutup medium
4. Bak instrumen tertutup besar (Obsgin)
5. Tromol kasa
6. Nierbekken/ Kidney disk diameter sekitar 20-21 cm
7. Nierbekken/ Kidney disk diameter sekitar 23-24 cm
8. Timbangan injak dewasa
9. Pengukuran tinggi badan (microtoise)
10. Standar infus
11. Lampu periksa Halogen
12. Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa
13. Stetoskop dupleks dewasa
14. Termometer klinik (elektrik)
15. Tabung oksigen + regulator
16. Masker oksigen + kanula nasal
17. Tempat tidur periksa (examination bed)
18. Rak alat serbaguna
19. Penutup baki rak alat serbaguna
20. Lemari obat
21. Meteran/ metline
22. Pita pengukur lengan atas (LILA)
23. Stetoskop janin Pinard/ Laenec
24. Pocet Fetal Hearth Rate Monitor (Doppler)
25. Tempat tidur untuk persalinan (Partus Bed)
26. Plastik alas tidur
27. Klem kasa
28. Tempat klem kasa (korentang)
29. Spekulum sims kecil
30. Spekulum sims medium
31. Spekulum sims besar

Universitas Sumatera Utara


32. Spekulum cocor bebek grave kecil
33. Spekulum cocor bebek grave medium
34. Spekulum cocor bebek grave besar
35. Kit resusitasi dewasa
36. Endotracheal tube dewasa 6,0
37. Endotracheal tube dewasa 7,0
38. Endotracheal tube dewasa 8,0
39. Stilet untuk pemasangan ETT no.1
40. Nasogastric tube dewasa 5
41. Nasogastric tube dewasa 8
42. Kacamata/ goggle
43. Masker
44. Apron
45. Sepatu boot
46. Tong/ ember dengan kran
47. Sikat alat
48. Perebus instrumen (Destilasi tingkat tinggi)
49. Sterilisator kering
50. Tempat sampah tertutup
51. Pispot sodok (stick plan)
52. Setengah kocher
53. Gunting episiotomy
54. Gunting talipusat
55. Gunting benang
56. Pinset anatomis
57. Pinset sirurgis
58. Needle holder
59. Nelaton kateter
60. Jarum jahit tajam (cutting) G9
61. Jarum jahit tajam (cutting) G11
62. Bak/baskom plastik tempat plasenta
63. Ekstraktor vakum manula
64. Aspirator vakum manula
65. Waskom
66. Klem kelly/ klem kocher lurus
67. Klem fenster/ klem ovum
68. Needle holder
69. Pinset anatomis
70. Pinset sirurgis

Universitas Sumatera Utara


71. Mangkok iodin
72. Tenakulum schroeder
73. Klem kasa lurus (sponge foster straight)
74. Gunting mayo CVD
75. Aligator ekstraktor AKDR
76. Klem penarik benang AKDR
77. Sonde uterus sims
78. Hemoglobin meter elektronik
79. Tes celup urinalisis glukose dan protein
80. Tes celup hCG (tes kehamilan)
81. Tes golongan darah (ABO, Rhesus)
82. Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0
83. Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0
84. Spuit disposable (steril) 1 ml
85. Spuit disposable (steril) 3 ml
86. Spuit disposable (steril) 5 ml
87. Spuit disposable (steril) 10 ml
88. Spuit disposable (steril) 20 ml
89. Three-way stopcock (steril)
90. Infus set dewasa
91. Kateter intravena 16 G
92. Kateter intravena 18 G
93. Kateter intravena 20 G
94. Kateter penghisap lendir dewasa 8
95. Kateter penghisap lendir dewasa 10
96. Kateter folley dewasa 16 G
97. Kateter folley dewasa 18 G
98. Kantong urin
99. Sarung tangan steril 7
100. Sarung tangan steril 7,5
101. Sarung tangan steril 8
102. Sarung tangan panjang (manual plasenta)
103. Sarung tangan rumah tangga (serbaguna)
104. Plester non woven
105. Sabun cair untuk cuci tangan
106. Providon iodin 10%
107. Alkohol 75%
108. Cuvette hemoglobin meter elektronik

Universitas Sumatera Utara


1I. Peralatan Neonatal Puskesmas mampu PONED

No Alat Neonatal Keterangan


1 Tensimeter/ sphygmomanometer bayi
2 Tensimeter/ sphygmomanometer neonatus
3 Stetoskop dupleks bayi
4 Stetoskop dupleks neonatus
5 Termometer klinik (elektrik)
6 Timbangan neonatus + bayi
7 ARI timer standar (respiratory rate timer)
8 Lampu emergensi
9 Meja reusitasi dengan pemanas (infant radiant warmer) X
10 Kit resusitasi neonatus
Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri, dengan
11 selang reservoir
12 Sungkup resusitasi
13 Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran)
14 T piece resusitator
15 Endotracheal tube anak
16 Nasogastric tube neonatus
17 Tabung oksigen + regulator
18 Pompa penghisap lendir elektrik
19 Penghisap lendir Delee (neonatus)
20 Handuk pembungkus neonatus
21 Kotak kepala neonatus (head box) X
22 Klem arteri Kocher mosquito lurus X
23 Klem arteri Kocher mosquito lengkung X
24 Klem arteri pean mosquito X
25 Pinset sirurgis
26 Pinset jaringan kecil X
27 Pinset bengkok kecil X
28 Needle holder
29 Gunting jaringan mayo ujung tajam X
30 Gunting jaringan mayo ujung tumpul X
31 Gunting jaringan iris lengkung X
32 Skalpel
33 Bisturi
34 Baskom kecil
35 Needle holder matheiu
36 Jarum ligasi knocker X

Universitas Sumatera Utara


37 Doyeri probe lengkung X
38 Pinset jaringan semken X
39 Pinset kasa (anatomis)
40 Pinset jaringan (sirurgis)
41 Gunting iris lengkung X
42 Gunting operasi lurus X
43 Retraktor finsen tajam X
44 Skalpel
45 Bisturi
46 Klem mosquito Halsted lurus X
47 Klem mosquito Halsted lengkung X
48 Klem linen backhauss X
49 Klem pemasang klip hegenbarth X
50 Kantong Metode kanguru X
51 Inkubator ruangan dengan termostat sederhana
52 Infus set pediatrik
53 Three-way stopcock (steril)
54 Kanula penghisap lendir neonatus
55 Klem tali pusat
56 Kateter intravena
57 Kateter umbilicus

Universitas Sumatera Utara


III. Kebutuhan Obat Pelayanan PONED

Perdarahan Keterangan
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Dextran 70,6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Hipertensi dalam kehamilan
Ringer Laktat (500 ml)
MgSO4 20% (25 ml)
MgSO4 40% (25 ml)
Glukonas kalsikus 10% injeksi (20 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml

Universitas Sumatera Utara


Infeksi
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Ampisilin 1 g injeksi
Gentamisin 80 mg injeksi
Metronidazol 500 mg injeksi
Amoksilin 500 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Aquadest pro injeksi (25 ml)
Parasetamol 500 mg (tablet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter Folley no. 18
Kantong urine dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Abortus
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0,9% (500 ml)
Sulfas atropin injeksi (2 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Pethidin injeksi (2 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet)
Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Robekan Jalan Lahir
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0,9% (500 ml)
Lidokain HCL 2% injeksi (2 ml)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0,2 mg (1 ml)
Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg (tablet)
Chromic catgut no.1, atraumatik (sachet)
Chromic catgut no.2/0 atau 3/0, atraumatik (sachet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml

Universitas Sumatera Utara


Syok Anafilaktik
Ringer laktat (500 ml)
NaCL 0,9% (500 ml)
Adrenalin 0,1% injeksi (1 ml)
Difenhidramin HCL 10 mg injeksi (1 ml)
Dexametason 5 mg injeksi (1 ml)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 G
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai