Anda di halaman 1dari 195

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister

2018

Peningkatan Kualitas Dalam Pelayanan


Kegawatdaruratan Melalui Pendekatan
Lean Hospital Di RSU Sari Mutiara
Lubuk Pakam Tahun 2017

Elisabeth, Febrina

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1315
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENINGKATAN KUALITAS DALAM PELAYANAN
KEGAWATDARURATAN MELALUI PENDEKATAN LEAN HOSPITAL
DI RSU SARI MUTIARA LUBUK PAKAM TAHUN 2017

TESIS

Oleh

FEBRINA ELISABETH
157032153

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENINGKATAN KUALITAS DALAM PELAYANAN
KEGAWATDARURATAN MELALUI PENDEKATAN LEAN HOSPITAL
DI RSU SARI MUTIARA LUBUK PAKAM TAHUN 2017

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) dalam Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi
Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

FEBRINA ELISABETH
157032153

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji
Pada tanggal : 09 Februari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Destanul Aulia, SKM, MBA, M.Ec., PhD
Anggota : 1. Dr. Juanita, M.Kes.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENINGKATAN KUALITAS DALAM PELAYANAN KEGAWATDARURATAN


MELALUI PENDEKATAN LEAN HOSPITAL DI RSU SARI MUTIARA
LUBUK PAKAM TAHUN 2017

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 09 Februari 2018


Penulis

Febrina Elisabeth
157032153

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu penentu kualitas dalam rumah sakit.
Rumah sakit dikatakan efisien jika ia mampu menggunakan seluruh sumber daya
yang ada untuk menghasilkan sesuatu tanpa menyisakan hal-hal yang tidak
diinginkan atau sia-sia Peranan rumah sakit untuk mempercepa tpenyembuhan dan
pemulihan penderita sebagaimana yang diharapkan, belum terselenggara secara
optimal, seperti yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Sari Mutiara
Lubuk Pakam. Lean merupakan sebuah system manajemen yang sepenuhnya
berfokus pada efisiensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen
pelayananan gawa tdarurat yang ideal yang sesuai dengan prinsip lean hospital
dengan menggunakan metode-metode lean yang didukung dengan tools lean lainnya.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan action research. Informan
dipilih secara non probability dengan teknik purposive sampling. Kemudian data
diolah dengan metode analisis lean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
aktivitas value added dengan non value added adalah kurang dari 30% dimana
bentuk waste yang ditemukan dipengaruhi oleh man, methode, machine dan
environmental..Usulan perbaikan melalui pendekatan lean membuktikan adanya
quality improvement di antaranya penurunan waktu tunggu pasien, perawat tidak
melaukan kesalahan dalam pemgambilan alat medis dan dan dokter selalu tersedia di
IGD. Disarankan kepada direksi dan manajemen RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam
untuk komitmen dalam mengimplementasikan lean serta membentuk tim khusus
monitoring dan evaluasi program agar konsisten untuk memperbaiki pelayanannya.

Kata Kunci: Lean Thinking, Lean Hospital, Instalasi Gawat Darurat,


Manajemen Rumah Sakit, RSU Sari Mutiara

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Peningkatan
Kualitas Dalam Pelayanan Kegawatdaruratan Melalui Pendekatan Lean
Hospital Di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam Tahun 2017”. Penulisan tesis ini
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Destanul Aulia, SKM, MBA, M.Ec., PhD, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing serta memotivasi penulis dalam penyempurnaan tesis ini. Beliau
tidak hanya berperan sebagai pembimbing, namun sekaligus sebagai orang tua.
5. Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing
penulis dalam penyempurnaan tesis ini.
6. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. , selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
saran serta dukungan moril dalam penyempurnaan tesis ini.
7. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. , selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
saran serta nasihat dalam penyempurnaan tesis ini.
8. Dr. Wendy Okta Pratama Simamora, selaku Direktur RSU Sari Mutiara Lubuk
Pakam yang telah memberikan izin melakukan survey pendahuluan, penelitian,
dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian tesis ini.
9. Hottua Sihotang, SH selaku Kepala Manajemen SDM RSU Sari Mutiara Lubuk
Pakam yang telah memberikan izin melakukan survey pendahuluan, penelitian,
dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian tesis ini.

iii

Universitas Sumatera Utara


10. Merliana Siregar, Am. Keb., selaku Kepala Manajemen IGD RSU Sari Mutiara
Lubuk Pakam yang telah memberikan izin melakukan survey pendahuluan,
penelitian, dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian tesis ini.
11. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tak
terhingga kepada:
1. Ayahanda M. Hutasoit (Alm.) dan Ibunda Rosmawati yang telah membesarkan
dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, dukungan, semangat, fasilitas,
serta doa yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
2. Saudara kandung penulis, atas kasih sayang, dukungan, serta doa yang diberikan
selama ini.
3. Teman teristimewa, Defry Lesmana, yang selalu ada bagi penulis melewati suka
dan duka dari awal hingga akhir penulisan tesis.
4. Keponakanku, Abigail, yang selalu menemani saya dalam mengedit dan mengetik
tesis.
5. Sahabat terbaik selama masa penyelesaian tesis yaitu Nur Hidayah Nasution dan
Rainal Sunny yang selalu memberikan motivasi dan nasihat untuk penulis terus
maju dan semangat sampai akhir.
6. Seluruh teman-teman jurusan Administrasi Rumah Sakit angkatan 2015 yang
meski sudah jarang bertemu namun masih memberikan dukungan dan semangat
lewat sosial media.
7. Keluarga besar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2015
untuk kesempurnaan dalam suka duka selama perkuliahan.
8. Segenap panitia 2nd PHICo 2017 yang sangat baik khususnya Bu Evi Naria, Bu
Indra Chahaya, Kak Fadillah, Bang Imron, Lestari, Rio dan Vera.
9. Semua pihak yang telah membantu, baik bantuan dukungan, saran, doa,
kerjasama dan masukan-masukan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

iv

Universitas Sumatera Utara


Penulis sadar bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan baik itu dalam penulisan
kata, penyusunan kalimat dan juga tidak menutup kemungkinan dalam penyajian
data. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terimakasih. Semoga tesis ini berguna bagi semua pembaca. Amin.

Medan, 09 Februari 2018


Penulis

Febrina Elisabeth
157032153

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Febrina Elisabeth, lahir pada tanggal 14 Februari 1991 di

Lubuk Pakam. Berasal dari Kabupaten Deli Serdang dan bertempat tinggal di Lubuk

Pakam penulis merupakan anak dari pasangan M. Hutasoit (Alm.) dan Rosmawati.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari, SD RK Serdang Murni

Lubuk Pakam (1996-2002), SMP Negeri 1 Lubuk Pakam (2002-2005), SMA Negeri

1 Plus Matauli Sibolga (2005-2008), S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat UI (2008-

2012) dan penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015.

Saat ini penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015 dan akan menyelesaikan studi

tahun 2018.

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...............................................................................................................i
ABSTRACT ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB 1: PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
1.4.1 Bagi Penulis .............................................................................. 11
1.4.2 Bagi Objek Penelitian ............................................................... 11
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan .......................................................... 11

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12

2.1 Instalasi Gawat Darurat.......................................................................12


2.1.1 Definisi dan Fungsi ...................................................................12
2.1.2 Standar Pelayanan IGD.............................................................14
2.1.3 Prosedur Instalasi Gawat Darurat .............................................15
2.2 Kualitas ...............................................................................................16
2.2.1 Konsep Dasar Manajemen Kualitas..........................................16
2.2.2 Pengertian Kualitas ...................................................................17
2.2.3 Plan-Do-Check-Action..............................................................18
2.3 Lean.....................................................................................................19
2.3.1 Definisi Lean.............................................................................19
2.3.2 Sejarah Lean .............................................................................20
2.3.3 Prinsip Lean ..............................................................................23
2.4 Penerapan Konsep Lean Hospital.......................................................27
2.4.1 Penentuan Value .......................................................................27
2.4.2 Identifikasi Waste .....................................................................29
2.4.3 Value Stream Mapping .............................................................38
2.4.4 Diagram Alir Proses (Flowchart) .............................................40

vii

Universitas Sumatera Utara


2.4.5 Cross Functional Chart ............................................................41
2.4.6 Value Added Assessment (VAA) ..............................................43
2.5 Metode Lean .......................................................................................43
2.5.1 Visual Management ..................................................................44
2.5.2 Kanban......................................................................................47
2.5.3 Error Proofing ..........................................................................47
2.5.4 Kaizen .......................................................................................49
2.6 Hasil-hasil Penetapan Lean di Rumah Sakit.......................................49
2.7 Landasan Teori....................................................................................50
2.8 Kerangka Pikir ....................................................................................52

BAB 3: METODE PENELITIAN ......................................................................53

3.1 Jenis Penelitian...................................................................................53


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................53
3.2.1 Lokasi Penelitian.......................................................................53
3.2.2 Waktu Penelitian.......................................................................53
3.3 Jumlah dan Pemilihan Informan/Partisipan .......................................54
3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................55
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ....................................................56
3.6 Variabel dan Definisi Operasional.....................................................56
3.7 Metode Pengukuran ...........................................................................59
3.8 Metode Analisis Data.........................................................................63

BAB 4: HASIL PENELITIAN...........................................................................67

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................67


4.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam ...........67
4.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit .............................................67
4.1.3 Ketenagaan................................................................................69
4.1.4 Pelayanan Medis .......................................................................69
4.1.5 Instalasi Gawat Darurat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam .......71
4.2 Gambaran Umum Informan...............................................................73
4.3 Identifikasi Permasalahan dalam Instalasi Gawat Darurat ................74
4.3.1 Value Stream Map ....................................................................74
4.3.2 Geographical Flowchart...........................................................76
4.3.3 Value Assessment ......................................................................78
4.3.4 Hasil Value Assessment Pasien .................................................90
4.3.5 Visual Management Assessment IGD .......................................91
4.4 Action Planning sesuai Manajemen Pelayanan Kegawatdaruratan
yang Ideal Berdasarkan Prinsip Lean Hospital..................................98
4.5 Implementasi Lean (Action Taking)..................................................101
4.6 Peningkatan Kualitas (Action Evaluation)........................................113
4.7 Implikasi Penelitian ..........................................................................115

viii

Universitas Sumatera Utara


4.8 Keterbatasan Penelitian.....................................................................116

BAB 5: PEMBAHASAN...................................................................................118

5.1 Situasi Instalasi Gawat Darurat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam ..118
5.2 Permasalahan di Instalasi Gawat Darurat ........................................120
5.2.1 Value Stream Map IGD ..........................................................120
5.2.2 Waste yang terjadi selama proses pelayanan gawat darurat ..123
5.2.3 Value Assessment Pasien ........................................................127
5.3 Action Planning dan Action Taking berdasarkan Prinsip Lean
Hospital............................................................................................128
5.4 Peningkatan Kualitas (Action Evaluation)........................................133

BAB 6: PENUTUP ..............................................................................................136


6.1 Kesimpulan .......................................................................................136
6.2 Saran .................................................................................................137

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................139

LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Prinsip-prinsip Lean di Rumah Sakit ........................................................ 28


2.2 “Seven plus One” Type of Waste .............................................................. 32
2.3 Pemborosan dalam Pelayanan Kesehatan ................................................. 34
2.4 Pedoman 5S dalam Penyimpanan Barang Berdasarkan Frekuensi
Penggunaan ............................................................................................... 45
3.1 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 57
3.2 Flowchart Langkah Analisis Data ............................................................ 66
4.1 Ketenagaan (Pegawai Tetap) RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam
Tahun 2017 ............................................................................................... 69
4.2 Jumlah Kunjungan Pasien IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam
Tahun 2012-2016 ...................................................................................... 72
4.3 Ketersediaan Peralatan di IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam............. 72
4.4 Gambaran Umum Informan ...................................................................... 73
4.5 Waste yang terjadi di bagian Pendaftaran berdasarkan Pernyataan
Informan.................................................................................................... 80
4.6 Hasil Wawancara Mendalam dengan Dokter IGD.................................... 83
4.7 Value Assessment Pasien di IGD .............................................................. 84
4.8 Waste yang terjadi di bagian IGD berdasarkan Pernyataan
Informan.................................................................................................... 86
4.9 Keluhan Pasien terhadap Prosedur Pelayanan Gawat Darurat.................. 89
4.10 Value Assessment Alur Pelayanan IGD .................................................... 90
4.11 Visual Management Assessment di IGD ................................................... 91
4.12 “Seven plus One” Type of Waste pada Proses Pelayanan
Kegawatdaruratan ..................................................................................... 94
4.13 Action Planning dalam Pelayanan Kegawatdaruratan berdasarkan
Prinsip Lean Hospital................................................................................ 98
4.14 Jenis-jenis Pertemuan di RSU Sari Mutiara setelah Lean
Implementation........................................................................................ 108
4.15 Perbandingan Aktivitas Sebelum dan Setelah Lean Hospital................. 113

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Pilar Toyota Way..................................................................................... 21


2.2 Konsep Rasio Antara Value Added dengan Waste pada Un-Lean
Enterprise................................................................................................ 31
2.3 Contoh Value Stream Mapping pada Manufacture Industry .................. 39
2.4 Contoh Value Stream Mapping pada Pelayanan Kesehatan ................... 40
2.5 Diagram Spaghetti................................................................................... 41
2.6 Contoh Cross Functional Flowchart ...................................................... 42
2.7 Landasan Teori Mengenai Konsep Penerapan Lean dalam Meningkatkan
Ketercapaian Tujuan Suatu Organisasi ................................................... 51
2.8 Kerangka Pikir ........................................................................................ 52
4.1 Struktur Organisasi RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam ............................ 68
4.2 Value Stream Map RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam ............................. 74
4.3 Value Stream Map Alur Proses (flowchart) Pelayanan Pasien di IGD... 74
4.4 Diagram Aliran Proses Pelayanan IGD .................................................. 77
4.5 Diagram Spaghetti Alur Gerakan Petugas di IGD .................................. 78
4.6 Tampilan Penunjuk Arah Ruang IGD di Dekat Pintu Masuk................. 80
4.7 Tampilan Ruang IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam ........................ 84
4.8 Tampilan Ruang IGD dari Pintu Masuk ................................................. 86
4.9 Pelatihan K3 di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam ................................ 102
4.10 Model e-Kanban di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam .......................... 102
4.11 Pengumuman Jadwal Dokter di RSU Sari Mutiara .............................. 104
4.12 Situasi Before dan After Lean Hospital Implementation di Pendaftaran105
4.13 Situasi Before dan After Lean Hospital Improvement Label Triase ..... 106
4.14 Kondisi Loket Pendaftaran ................................................................... 107
4.15 Penyediaan Tempat Sampah di IGD berdasarkan Jenisnya.................. 108
4.16 Pertemuan Wakil Direktur dengan Kasubdep dan Kabag .................... 109
4.17 Kondisi Rak Penyimpanan di Ruang IGD Sebelum dan Setelah Lean 110
4.18 Contoh Standarisasi yang Harus Dipatuhi Pasien di Rumah Sakit....... 110
4.19 Situasi Before dan After Lean Hospital Implementation di Ruang IGD112
4.20 Perolehan Akreditasi setelah Lean Hospital Improvement Simulation. 115
5.1 Contoh Lokasi Bangunan Ruang Rawat IGD sesuai UU No. 44 tahun
2009....................................................................................................... 122

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Pedoman Observasi .......................................................................... 143


2 Pedoman Wawancara Mendalam ...................................................... 145
3 Foto Penelitian .................................................................................. 152
4 Manuskrip Wawancara ...................................................................... 158
5 Analisis Dengan Metode Lean ........................................................... 165
6 Surat Selesai Penelitian ....................................................................... 169

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISTILAH

5S = Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke

BRE = Building Research Establishment

Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DOA = Death on Arrive

HRD = Human Resources Department

ICU = Intensive Care Unit

IGD = Instalasi Gawat Darurat

K3 = Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kabag = Kepala Bagian

Kasubdep = Kepala Sub Departemen

Kepmenkes = Keputusan Menteri Kesehatan

LDD = Latihan Dinas Dalam

Menkes = Menteri Kesehatan

PDCA = Plan Do Check Action

RS = Rumah Sakit

RSIA = Rumah Sakit Ibu dan Anak

RSU = Rumah Sakit Umum

SKM = Sarjana Kesehatan Masyarakat

SMED = Standardized Management of Emergency Department

SPM = Standar Pelayanan Minimal

SPO = Standar Prosedur Operasional

xii

Universitas Sumatera Utara


TPS = Toyota Production System

UMMC = University of Minnesota Medical Center

VM = Visual Management

VSM = Value Stream Mapping

xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu penentu kualitas dalam rumah

sakit. Rumah sakit dikatakan efisien jika ia mampu menggunakan seluruh sumber

daya yang ada untuk menghasilkan sesuatu tanpa menyisakan hal-hal yang tidak

diinginkan atau sia-sia (Moraros, 2016). Melalui sistem pendekatan dalam

peningkatan quality, safety dan efficiency, Endsley et al (2006) dalam Creating A

Lean menyatakan minimalisasi waste, yang biasa disebut dengan pemborosan, dalam

pelayanan kesehatan bergantung pada output dan flow. Poin-poin dalam output ialah

proses yang salah, over production, delay dan luasnya rentang variasi permintaan,

sedangkan yang termasuk dalam flow ialah waktu tunggu, duplikasi dalam proses,

pekerjaan yang diulang, work interuption dan pekerjaan yang tidak sesuai dengan

standar.

Lean merupakan sebuah sistem manajemen yang sepenuhnya berfokus pada

efisiensi. Lean adalah sebuah filsafat pertumbuhan jangka panjang lewat upaya

peningkatan nilai pelanggan, masyarakat, dan ekonomi dengan tujuan mengurangi

biaya, mempercepat waktu pemberian intervensi, dan meningkatkan mutu lewat

penghapusan waste secara total (Boos dan Frank, 2000). Lean diwacanakan pertama

kali pada indusri otomotif oleh sistem manajemen Toyota pada tahun 1890-an

(Emiliani, 2006). Semenjak itu, lean menarik minat berbagai bidang industri di dunia

Universitas Sumatera Utara


2

dan diterapkan banyak aspek selain manufaktur seperti pada manajemen SDM

(Edwards, 2004).

Moraros (2016) menyatakan rasio antara value added (nilai tambah) terhadap

waste (pemborosan) pada perusahaan-perusahaan Jepang rata-rata mencapai 50%,

Toyota Motor sekitar 57%, perusahaan-perusahaan terbaik di Kanada dan Amerika

Serikat sekitar 30%, sedangkan perusahaan terbaik Indonesia masih 10%. Suatu

perusahaan dianggap lean apabila rasio nilai tambah terhadap waste minimum telah

mencapai 30% (Graban, 2016). Jika suatu perusahaan memiliki rasio antara nilai

tambah dengan waste belum mencapai 30%, maka perusahaan tersebut disebut

sebagai un-lean enterprise dan dimasukkan ke dalam kategori perusahaan tradisional.

Lean yang diterapkan di keseluruhan perusahaan disebut lean enterprise, lean pada

manufaktur disebut lean manufacturing, sedangkan yang diterapkan di rumah sakit

disebut dengan lean hospital.

Penerapan konsep lean di pelayanan kesehatan telah dilakukan oleh Virginia

Mason Medical Center di Seattle Washington yang sudah mengimplementasikan lean

semenjak tahun 2002. Implementasi lean dengan cara mengurangi pemborosan,

Virginia Mason Medical Center berhasil menurunkan tingkat inventori hingga 53%

dalam kurun waktu dua tahun. Graban (2010) melakukan survei terhadap lima puluh

rumah sakit di Amerika mengenai penerapan lean. Dari 50 rumah sakit di Amerika

yang telah mengimplementasikan program lean hospital, menyatakan alasan mereka

memerlukan lean adalah sebagai berikut: 56% karena biaya kualitas karena rework,

50% kepuasan pelanggan, 50% kurang tenaga kerja, 44% tekanan biaya, 42%

Universitas Sumatera Utara


3

kepuasan karyawan, 38% biaya tenaga kerja, 38% keselamatan pasien, 30%

kebutuhan untuk tumbuh dan 20% karena waktu tunggu di departemen emergency.

Sebagai contoh lain, Blue Cross Blue Shield, salah satu pelayanan kesehatan

di Amerika Serikat telah mampu menghemat kurang lebih $3,7 juta pada tahun 2002

dan sekitar $2 juta pada tahun 2003 melalui prinsip-prinsip lean. Sebenarnya banyak

filosofi yang dapat diterapkan selain lean. Mulai dari yang paling konvensional yaitu

Batch-and-Queue (Emiliani, 2004), Uddevalla hingga sistem standarisasi seperti SPO

dan akreditasi (Stralser, 2004), sampai pada teori-teori seperti Continuous Quality

Improvement (Stralser, 2004), Total Quality Management (Stralser, 2004), Balanced

Scorecard (Friyanto, 2012), GE-Work Out (White dan Griffith, 2010), Servant

Leadership (White dan Griffith, 2010), Transformational Leadership (White dan

Griffith, 2010), Hospital Production System (White dan Griffith, 2010) dan Six Sigma

(Stralser, 2004).

Berdasarkan sejumlah besar pendekatan formal di atas, tidak ada satu

pendekatan yang lebih unggul dari pendekatan lainnya dalam semua konteks, karena

masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri-sendiri (White dan

Griffith, 2010). Sistem Batch-and-Queue membawa pada waktu mulai yang panjang,

mutu rendah, biaya tinggi, produktivitas rendah, ketidakpuasan pelanggan dan konflik

antar stakeholder (Emiliani, 2004). Sementara itu, metode Uddevalla walau

mendorong tim dan individu, namun membatasi belajar organisasi dan perbaikan

sistem secara keseluruhan (Stralser, 2004). Sistem standarisasi tidak peka terhadap

Universitas Sumatera Utara


4

konteks, sementara sistem Continuous Quality Improvement sangat menuntut

infrastruktur SDM yang tangguh baik secara individual dan organisasional, secara

kognitif, emosi, fisik dan spiritual (Emiliani, 2004).

Dalam konteks pelayanan kesehatan, manajemen merupakan masalah yang

penting untuk memberikan pelayanan pasien yang bermutu tinggi (West, 2001).

Dalam konteks ini, Farrell (2007) memandang bahwa lean merupakan pendekatan

formal terbaik. Sementara itu, Young dan McClean (2009) memberikan bukti, nilai

dan metrik penerapan lean dalam pelayanan kesehatan dan menyatakan kalau tidak

ada alasan jika lean tidak menjadi elemen penting dalam pelayanan kesehatan.

Lean telah pula diadopsi dalam praktik pelayanan kesehatan (Graban, 2010).

Alasannya adalah karena pemikiran lean menjanjikan penggunaan sumber daya

seefisien mungkin dan sumber daya dalam bidang pelayaan kesehatan memang

sangat berharga dan perlu dioptimalkan agar memberikan pelayanan paling maksimal

baik dari segi jumlah masyarakat yang dilayani maupun kualitas pelayanan yang

diberikan (Grunden dan Hagood, 2013). Doss dan Orr (2007) menyimpulkan kalau

lean memberikan manfaat praktis bagi organisasi pelayanan kesehatan dalam bentuk

perubahan aliran nilai pelayanan, memberikan pelayanan penuh kasih sayang pada

pasien, memperbaiki sistem kerja dokter dan perawat dan memberikan manfaat

tampak berkelanjutan pada masyarakat.

Sejumlah bukti empiris telah dikemukakan terkait manfaat lean di rumah

sakit. Studi Viet et al (2010) menemukan bahwa lean menurunkan rawat jalan

Universitas Sumatera Utara


5

berulang sebesar 23% dan meningkatkan akses pasien sebesar 42% pada The Catarac

Clinic – The Rotterdam Eye Hospital. Sementara itu, hari perawatan di St. Joseph’s

Hospital meningkat dari 1,836 hari menjadi 2,017 hari rawat (Timothy, 2010). Begitu

pula, studi McCulloch et al (2010) menemukan kalau jumlah pasien yang dirujuk

menurun 7% dari 27% menjadi 20% dan jumlah pasien meningkat dari 969 menjadi

1.114 pasien di sebuah rumah sakit universitas di Inggris.

Bukti empiris terkait hubungan lean hospital dengan penghematan waktu

pelayanan diberikan oleh studi Taninecz (2004) yang melaporkan waktu respon dan

waktu layanan emergency (gawat darurat) mengalami pengurangan di Hotel-Dieu

Grace Hospital Windsor – Ontario, Kanada. Crew (2010) melaporkan tiga percobaan

lean terhadap waktu respon dan waktu layanan gawat daruratdi Children’s

Emergency Department: (1) selama 4 jam hasilnya dari 120 menit menjadi 30 menit;

(2) selama 8 jam hasilnya dari 103 menit menjadi 54 menit; dan (3) selama 10 jam

hasilnya dari 94 menit menjadi 49 menit. Studi Melanson et al (2009) di Brigham and

Women’s Hospital – Boston, MA menemukan bahwa setelah implementasi lean, lama

waktu tunggu pemeriksaan laboratorium dari 21 menit s.d. 13 menit menjadi 11 menit

s.d. 5 menit.

Dari segi produktivitas SDM, Hintzen (2009) melaporkan peningkatan pada

produktivitas dan respek perawat dalam melayani pasien di University of Minnesota

Medical Center (UMMC). Hobson (2007) melaporkan bahwa budaya kerja pegawai

di Salisbury District General Hospital menjadi lebih baik dan tidak mengalami stress

Universitas Sumatera Utara


6

dari beban kerja. Gambaran di atas menunjukkan pengaruh positif implementasi lean

pada efisiensi rumah sakit. Walau demikian, bagaimana lean dapat memberikan

manfaat pada pelayanan rumah sakit di Indonesia masih belum sepenuhnya dipahami.

Di Indonesia, metode lean masih dipakai sebatas pada industri manufaktur,

sedangkan pada pelayanan kesehatan masih sangat sedikit. Padahal, pada prinsipnya,

metode lean dapat dipakai di semua jenis organisasi. Rumah sakit yang telah berhasil

menerapkan konsep lean healthcare di Indonesia adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak

(RSIA) Kemang Medical Care. Sejak diimplementasikannya lean pada tahun 2013,

ada banyak perubahan positif yang dirasakan di rumah sakit tersebut baik oleh

masyarakat maupun pihak rumah sakit, diantaranya adalah: pegawai melaksanakan

pekerjaan sesuai uraian tugas dan selesai tepat waktu (produktivitas 100%), angka

kecacatan di rekam medik turun 75%, berkas kembali on-time dari poliklinik

meningkat 37% (kejadian berkas sementara sudah tidak terjadi lagi), indeks kepuasan

meningkat 11% dari 76% menjadi 87%, ruang tunggu dan kamar kecil menjadi lebih

bersih (Iswanto, 2014).

Rumah sakit berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat

luas yang diharapkan dapat mewujudkan kesehatan masyarakat. Akan tetapi, di dalam

menjalankan fungsinya tersebut tidak sedikit permasalahan yang dihadapi. Peranan

rumah sakit untuk mempercepat penyembuhan dan pemulihan penderita pada pasien

sebagaimana yang diharapkan, masih belum terselenggara secara optimal, seperti

yang terjadi di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Universitas Sumatera Utara


7

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan pelayanan di depan yang harus

dilayani dengan cepat dan profesional. Pelayanan IGD merupakan salah satu

pelayanan utama di rumah sakit dalam meningkatkan pemasukan bagi unit-unit

lainnya, yaitu unit penunjang klinik, rawat inap dan laboratorium. Adapun tugas IGD

adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta

pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat

medis.Sebagai unit pelayanan yang menanggulangi penderita gawat darurat,

komponen pelayanan di IGD harus memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

penanggulangan penderita gawat darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga

terjalin kerjasama yang harmonis dengan unit-unit lain dalam rumah sakit. Instalasi

gawat darurat kerap kali mengalami masalah seperti padatnya kunjungan pasien yang

tidak setara dengan jumlah tenaga medis yang bekerja, delays, cost containment dan

patient safety.

Beragamnya jenis pasien yang ada di instalasi gawat darurat tentunya kondisi

pasien juga beragam, dimana sebagian pasien merupakan status Death On Arrive

(DOA), yaitu pasien yang masuk ke rumah sakit dalam keadaan meninggal. Namun

sebagian besar pasien yang ditangani di IGD merupakan pasien kritis yang harus

diselamatkan sesuai konsep respons time (waktu tanggap) paling lama 5 menit dan

waktu definitif ≤ 2 jam (Kepmenkes No. 129 Tahun 2008). Berdasarkan survei

pendahuluan melalui hasil observasi penulis, rata-rata respons-time yang terjadi di

IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam adalah lebih dari 5 menit yaitu rata-rata 10-15

menit dimana hal ini tidak sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) IGD

Universitas Sumatera Utara


8

yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, dari hasil wawancara dengan

Pimpinan HRD (Human Resources Department), sejak RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam berdiri di tahun 1996, rumah sakit tersebut masih belum terakreditasi. Hal ini

jauh di bawah target karena harapannya RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam dapat

memiliki kredibilitas yang sama dengan RSU Sari Mutiara Medan.

Beberapa masalah dalam proses layanan di IGD RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam, diantaranya adalah: 1) sebelum pasien ditangani, pasien harus mengantri

giliran periksa (apabila pasien ramai) selama 10-20 menit disebabkan jumlah tempat

tidur di IGD hanya 2 bed dengan jumlah perawat hanya 2 orang; 2) kemudian saat di

IGD, pasien harus menunggu dokter jaga selama 20-30 menit disebabkan dokter tidak

disiplin (terlambat); 4) lalu dokter akan melakukan pemeriksaan triase selama 10-15

menit sebelum kemudian dilakukan tindakan kepada pasien; 5) tidak adanya SPO

IGD yang jelas yang ditetapkan oleh baik manajemen maupun direksi rumah sakit.

Hasil wawancara dengan beberapa perawat maupun dokter yang bertugas di

Instalasi Gawat Darurat,diketahui bahwa jumlah pasien yang ditangani di IGD rata-

rata 20-40 per hari sementara jumlah perawat yang bertugas tetap (stand by)

di IGD hanya sebanyak 2 orang setiap shift kerja (berdasarkan Kepmenkes

No. 856 Tahun 2009, jumlah perawat untuk RS Tipe C seharusnya 6 orang), sehingga

untuk menangani pasien setiap harinya merupakan beban yang cukup berat,

karena perawat di IGD juga melaksanakan kegiatan lain di luar tugas pokok

dan fungsinya sebagai perawat IGD. Data laporan tahunan 2012, 2013, 2014, 2015

Universitas Sumatera Utara


9

dan 2016 di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam diperoleh angka kematian pasien yaitu

27 orang, 62 orang, 55 orang, 69 orang dan 66 orang pada tahun 2016 sampai bulan

September. Dari data tersebut terdapat kecenderungan peningkatan kasus kematian

pasien di IGD sejak tahun 2012 sampai 2016.

Tujuan lean thinking dalam pelayanan kesehatan adalah untuk fokus secara

berkesinambungan pada bagaimana kesesuaian layanan kesehatan dapat disampaikan

secara efisien, aman dan dengan kualitas tertinggi dengan mengubah waste menjadi

sesuatu yang bernilai dari perspektif pasien (Baril et al, 2015). RSU Sari Mutiara

Lubuk Pakam dengan padat teknologi, padat karya dan padat modal yang dapat

memicu berbagai potensi permasalahan, dirasa perlu untuk menerapkan lean hospital

sebagai bentuk peningkatan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Pada penelitian ini, penulis akan mengkaji mengenai sistem, efisiensi dan

kinerja IGD sebagai pemecahan masalah serta menjadi solusi bagi perbaikan sistem

pelayanan kegawatdaruratan Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam untuk

mengurangi beban kerja dengan menurunkan kegiatan yang termasuk waste dan tidak

mendatangkan value.

1.2 Rumusan Masalah

Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam saat ini memiliki IGD yang

tersedia 24 jam. Rumah sakit ini berupaya untuk meningkatkan kredibilitas dan

kepuasan pasiennya, akan tetapi, masalah masih sering terjadi yang menghambat

Universitas Sumatera Utara


10

tercapainya standar pelayanan yang cepat dan tepat. Belum adanya Standar Prosedur

Operasional (SPO) yang jelas dan manajemen yang optimal mengakibatkan waste

(pemborosan) yang merugikan baik rumah sakit maupun pasien. Beberapa keluhan

pasien terhadap proses pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Umum (RSU) Sari Mutiara Lubuk Pakam, diantaranya adalah: dokter yang tidak

datang tepat waktu, ruang tunggu yang kurang nyaman, serta penanganan yang tidak

cepat oleh tim medis. Untuk itu, melalui pendekatan lean thinking, akan ditemukan

akar permasalahan dan solusi dalam pelayanan kegawatdaruratan di RSU Sari

Mutiara Lubuk Pakam.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis kondisi Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sari Mutiara

Lubuk Pakam dengan Value Stream Map (aktivitas value added dan aktivitas

non value added/waste)

2. Mengetahui manajemen pelayananan gawat darurat yang ideal yang sesuai

dengan prinsip lean hospital dengan menggunakan metode-metode lean yang

didukung dengan tools lean lainnya.

3. Mengetahui quality improvement sebelum dan setelah dilakukannya pendekatan

lean hospital pada pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara


11

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai

penelitian itu sendiri, mengenai manajemen rumah sakit serta segala sesuatu tentang

lean yang merupakan ilmu baru bagi penulis. Selama proses penelitian ini pula, maka

pemikiran ilmiah penulis dapat dikembangkan.

1.4.2 Bagi Objek Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara Lubuk Pakam dimana usulan perbaikan dengan konsep lean hospital dapat

meningkatkan kualitas pelayanan, peningkatan produktivitas dan kenyamanan kerja

bagi pelaksana, efisiensi dalam proses kerja.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan memperoleh masukan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan melalui hasil penelitian ini khususnya bagi pengembangan ilmu

mengenai lean hospital dan manajemen gawat darurat yang bersifat aplikatif.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Gawat Darurat


2.1.1 Definisi dan Fungsi

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit di rumah sakit yang

memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari

rangkaian upaya penanggulangan penderita gawat darurat yang perlu diorganisir.

Instalasi Gawat Darurat harus dapat: 1) mencegah kematian dan cacat penderita

gawat darurat hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat

sebagaimana mestinya, 2) merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan

untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai, 3) ikut menanggulangi korban

bencana pada masyarakat. Salah satu kegiatan di rumah sakit yang berkaitan dengan

fungsi pelayanan adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat (Murrell, 2011).

Atas sifat khusus yang dimiliki, pelayanan gawat darurat tersebut umumnya

dilaksanakan dalam satuan organisasi khusus yang disebut Instalasi Gawat Darurat,

dan merupakan unit pelaksana teknis fungsional rumah sakit dibawah direktur yang

menunjang kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang sifatnya segera

untuk kasus-kasus yang gawat atau darurat.Peranan Instalasi Gawat Darurat sangat

penting di dalam pelayanan kesehatan karena Instalasi ini memberikanpelayanan

khusus kepada penderita gawat darurat selama 24 jam setiap harinya (Graban, 2010).

12

Universitas Sumatera Utara


13

Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat di dalam mencegah

kematian dan kecacatan ditentukan oleh: 1) kecepatan menemukan penderita gawat

darurat, 2) kecepatan meminta pertolongan, 3) kecepatan dan kualitas pertolongan

yang diberikan di tempat kejadian, di dalam perjalanan ke rumah sakit, pertolongan

selanjutnya secara mantap di rumah sakit. Agar penanggulangan penderita gawat

darurat dapat berhasil makan perlu sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

(PPGD) dengan tujuan tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah

dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat

darurat melalui proses yang sudah ditetapkan oleh Kepmenkes No. 856 Tahun 2009,

yakni:

1) Pra rumah sakit, yaitu masyarakat awam dan puskesmas,

2) Intra rumah sakit, yaitu Instalasi Gawat Darurat

Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya

mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa

sehingga mampu mencegah kematian dan cacat yang mungkin terjadi. Cakupan

pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi: 1) penanggulangan

penderita di tempat kejadian, 2) transportasi penderita gawat darurat dari tempat

kejadian ke sasaran kesehatan yang lebih memadai, 3) upaya penyediaan sarana

komunikasi untuk menunjang kegiatan pelayanan penderita gawat darurat, 4) upaya

rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli, 5) upaya penanggulangan

penderita gawat darurat di tempat rujukan (Instalasi Gawat Darurat dan Intensive

Care Unit), 6) upaya pembiayaan penderita gawat darurat (Graban, 2011).

Universitas Sumatera Utara


14

2.1.2 Standar Pelayanan IGD

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/Menkes/SK/IX/2009,

maka standar Instalasi Gawat Daruratyang harus dipenuhi oleh suatu rumah sakit

adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan harus diselenggarakan dalam 24 jam

2. Pelayanan pasien yang tak darurat tidak boleh mengganggu pelayanan

pasien gawat darurat

3. Instalasi gawat darurat harus membatasi diri dalam pelayanan gawat

darurat saja (primary emergency cure), perawatan selanjutnya diatur di

bagian lain/tempat lain

4. Instalasi gawat darurat menyelenggarakan pendidikan pelatihan

penanggulangan gawat darurat untuk perawat pegawai rumah sakit dan

masyarakat sekitarnya

5. Penelitian yang berhubungan dengan fungsi gawat darurat dan kesehatan

masyarakat harus diselenggarakan

6. Harus ada dokter yang bertanggung jawab pada pelayanan

7. Harus ada seorang perawat senior dengan kualifikasi berijazah khusus

yang mengepalai perawatan gawat darurat

8. Semua staf/pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan

tujuan dari Instalasi

9. Identifikasi pasien pada saar masuk harus cermat

10. Semua pasien yang masuk harus melalui triase

Universitas Sumatera Utara


15

11. Rumah sakit yang memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat darurat

harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lain

12. Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu

diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu

13. Rekam medis harus disediakan untuk setiap kunjungan

14. Susunan ruangan dan arsitektur harus dapat menjamin efisiensi pelayanan

kegawatan.

15. Harus ada pelayanan radiologi yang diorganisasi dengan baik serta

lokasinya berdekatan dengan Instalasi gawat darurat

16. Alat dan instrumen harus berkualitas baik dan selalu tersedia untuk

dipakai, peralatan ini juga harus tersedia untuk anak.

2.1.3 Prosedur Instalasi Gawat Darurat

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/Menkes/SK/IX/2009,

adapun prosedur Instalasi Gawat Darurat yang harus dipatuhi di suatu rumah sakit

antara lain:

1. Pasien masuk ruang gawat darurat

2. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (front liner)

3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) menerima status pasien dari rekam medis

dan map plastik merah

4. Paramedis dan dokter triase memeriksa kondisi pasien

Universitas Sumatera Utara


16

5. Paramedis dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai SPM

emergensi, dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan

disetujui oleh pasien/keluarga (informed consent)

6. Bila pasien menolak pemeriksaan atau tindakan (medis, penunjang, rawat

inap), pasien/keluarga menandatangani surat penolakan

7. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau

paramedis berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat kondisi

yang mengancam jiwa pasien

8. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke

Instalasi terkait dan mengkonfirmasi lewat telepon, pengambilan sampel

laboratorium dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan

rontgen, paramedis mengantarkan pasien ke Instalasi radiologi

9. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh

pasien/keluarga (informed consent).

2.2 Kualitas
2.2.1 Konsep Dasar Manajemen Kualitas

Kecacatan dalam sebuah pelayanan rumah sakit menjadi hal yang cukup

mengkhawatirkan meskipun telah ada berbagai kajian dan kebijakan yang dilakukan.

Rumah sakit sudah sering menerima kehilangan kepercayaan dengan adanya

pemberitaan yang buruk mengenai kegagalan dalam menangani pasien maupun

produk yang dihasilkan dari sebuah pelayanan rumah sakit.Dahulu, ukuran kualitas

ditentukan oleh seorang dokter dan perawat dengan mengacu kepada keahlian

Universitas Sumatera Utara


17

mereka, namun saat ini kualitas pelayanan rumah sakit ditentukan oleh manajemen

dan kemampuan kerja sama tim baik medis dan paramedis serta pengawasan terhadap

pelaksanaan standar prosedur operasional (SPO) yang telah ditetapkan.

Keinginan mendapatkan keuntungan dari keadaan di atas, membuat pihak

rumah sakit berusaha untuk memberikan performa terbaiknya. Persaingan ini tentu

berorientasi terhadap pelanggan (internal maupun eksternal), banyaknya tuntutan dan

membutuhkan orang-orang yang berpengalaman (Albino, 2012). Melalui keadaan ini,

banyak rumah sakit menemukan kondisi dimana tidak dapat lagi bersaing atau

memenuhi tuntutan tersebut. Oleh sebab itu, rumah sakit perlu menjaga dan

memperbaiki kualitas serta produktivitas untuk bertahan dalam lingkungan

persaingan tersebut (Tan, 2013).

2.2.2 Pengertian Kualitas

Berkenaan dengan mutu, ditemukan banyak definisi tentang kualitas. Kualitas

dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan standar atau persyaratan yang telah

ditetapkan untuk dicapai. Dengan demikian mutu adalah suatu produk atau jasa sesuai

dengan keinginan atau harapan pelanggan. Juran (1992) mendefinisikan mutu sebagai

suatu keunggulan suatu produk yang memenuhi kebutuhan konsumen dan bebas dari

cacat (deficiencies). Keunggulan suatu produk memiliki peranan penting dalam

memenuhi kepuasan pelanggan meliputi kesesuaian terhadap persyaratan yang

disetujui dari pelanggan, dan suatu produk atau jasa yang bebas dari kekurangan.

Dalam kamus besar Oxford English Dictionary sendiri, kualitas dapat diartikan

Universitas Sumatera Utara


18

“alami”, “berkarakter”, “baik” dan “sifat”, sedangkan dalam Building Research

Establishment (BRE), kualitas dapat diartikan sebagai semua perlengkapan yang

memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan, termasuk bagaimana caranya agar setiap

individu dapat terlibat, seimbang dan terintegrasi dalam sebuah proyek dan

lingkungan sekitar.

Dari pengertian-pengertian di atas, Pyzdex (2014) mendefinisikan kualitas

sebagai proses perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus agar tercapai

pemenuhan kebutuhan terhadap standar mutu yang diinginkan. Dengan mencermati

tiga tahapan yang terkait yakni variation (process), customer focus (requirements),

dan continuous improvement (controls) diharapkan dapat melakukan proses

perbaikan yang berkesinambungan.

2.2.3 Plan-Do-Check-Action

Pada proses quality improvement dilakukan inovasi yang terus-menerus

sampai memenuhi kepuasan pelanggan dimulai dari tahapan input, proses dan output.

Pada tahapan proses sendiri terus dilakukan sebuah tindakan yang berkelanjutan:

plan, do, check, action.Plan dilakukan untuk merencanakan sebuah perencanaan-

perencanaan yang menunjang proses inovasi; do sebagai bentuk dari perwujudan

produk; maka dilakukan check untuk membantu proses pengukuran, analisa dan

peningkatan; sedangkan action dilakukan sebagai bentuk realisasi dari tanggung

jawab manajemen puncak. Melalui metode PDCA (plan-do-check-action) inilah yang

sering dikenal dengan istilah continual improvement.

Universitas Sumatera Utara


19

2.3 Lean

2.3.1 Definisi Lean

Lean diartikan sebagai kurus (ramping). Lean didefinisikan sebagai

seperangkap peralatan (tools set), sistem manajemen dan metodologi yang dapat

mengubah rumah sakit dalam mengatur dan mengelola sehingga mengurangi

kesalahan, mengurangi waktu tunggu, menghilangkan semua hambatan dan

mendukung kegiatan dokter dan karyawan yang bertujuan meningkatkan kualitas

pelayanan dan perawatan pasien (Graban, 2016).

Menurut Gasperz (2010) definisi lean adalah suatu pendekatan sistemik dan

sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau

aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-value adding activities) melalui

peningkatan terus-menerus secara radikal (radikal continuous activities) dengan cara

mengalirkan produk (material, work-in-process, output) dan informasi menggunakan

sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar

keunggulan dan kesempurnaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka fokus lean adalah pada

peningkatan terus-menerus customervalue melalui identifikasi dan eliminasi aktivitas-

aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah yang merupakan pemborosan

(waste).Dalam buku Lean Hospital edisi ke-3 karya Graban (2016) terdapat lima

prinsip dalam pola pikir lean, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


20

1. Menetapkan nilai dari sudut pandang pelanggan akhir (dalam hal ini

adalah pasien)

2. Mengidentifikasi semua langkah dalam value stream, mengeliminasi

setiap langkah yang tidak memberikan nilai;

3. Membuat langkah value-added yang terjadi secara terintegrasi sehingga

aliran pekerjaan lancar;

4. Menetapkan nilai tambah (value added) dalam proses pelayanan ditarik

dari persepsi pelanggan (customer/demand pull);

5. Mendapatkan kesempurnaan melalui perbaikan terus-menerus.

2.3.2 Sejarah Lean

Konsep lean awalnya dikembangkan oleh Taichi Onho pada tahun 1950-an

dari Toyota. Selanjutnya, pendekatan ini disebut dengan Toyota Production System

yang menjadi awal pemikiran lean dan pada saat ini dikembangkan berdasar prinsip

“Just-In-Time”.Just In Time merupakan serangkaian prinsip, alat dan teknik yang

memungkinkan suatu perusahaan dapat memproduksi dan mengirim produk mereka

dalam jumlah kecil, dengan lead time yang singkat untuk memenuhi keinginan

pelanggan spesifik.

Just In Time menyediakan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan

dalam jumlah yang tepat (Liker, 2008). Salah satu dari pedoman ini ialah tidak

adanya pemborosan-pemborosan dalam lini produksi, misalnya tidak boleh adanya

Universitas Sumatera Utara


21

cacat atau harus zero defect, tidak boleh ada barang di gudang atau zero inventory dan

berbagai bentuk waste lainnya.

Gambar 2.1 Pilar Toyota Way

Sumber: Graban (2016) dalam buku Lean Hospitals Third Edition

Toyota, perusahaan manufaktur terhebat di dunia, menggunakan pendekatan

yang mereka sebut dengan Toyota Production System (TPS) atau Toyota Way yang di

dalamnya merupakan bentuk peningkatan berkesinambungan atau continuous

improvement yang bertujuan untuk mengeliminasi pemborosan-pemborosan yang

mendatangkan kerugian atau tidak mendatangkan value sama sekali, sehingga tercipta

organisasi yang lean.Keberhasilan Toyota juga didasarkan pada kemampuan

strategiknya dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan, tim dan budaya yang

dipergunakan untuk mencetuskan strategi, untuk membangun hubungan dengan

pemasok dan untuk mempertahankan bentuk organisasi yang selalu belajar atau

Universitas Sumatera Utara


22

learning organization.Terdapat 14 prinsip yang dikelompokkan dalam empat bagian

(4P) yang membangun Toyota Way, yaitu:

1. Filosofi jangka panjang (Long-Term Thinking)

Prinsip 1. keputusan manajemen didasarkan pada filosofi jangka panjang

walaupun mengorbankan sesuatu untuk jangka pendek.

2. Lean Process (Eliminate Waste)

Prinsip 2. Ciptakan proses yang mengalir untuk mengungkapkan masalah.

Prinsip 3. Gunakan sistem tarik untuk menghindari produksi yang berlebih.

Prinsip 4. Heijunka, meratakan beban kerja.

Prinsip 5. Jidoka, hentikan jika terjadi masalah kualitas.

Prinsip 6. Lakukan standardisasi pekerjaan untuk peningkatan berkelanjutan.

Prinsip 7. Gunakan alat kendali visual sehingga tidak ada masalah yang

tersembunyi.

Prinsip 8. Gunakan hanya teknologi yang handal dan benar-benar teruji.

3. Kembangkan dan tantang orang-orang serta mitra anda melalui

hubungan jangka panjang. (People and Partners: Respect, Challenge and

Grow Them)

Prinsip 9. Kembangkan pemimpin yang menjiwai dan menjalankan filosofi

Prinsip 10. Hormati, kembangkan, dan tantang orang-orang dan tim anda

Prinsip 11. Hormati jaringan mitra dan para pemasok dengan memberi

tantangan dan membantu mereka melakukan peningkatan.

Universitas Sumatera Utara


23

4. Pemecahan masalah dan perbaikan terus-menerus menggerakkan

organisasi pembelajaran

Prinsip 12. Pembelajaran organisasi secara terus-menerus melalui Kaizen

Prinsip 13. Lihat dengan mata kepala sendiri agar lebih memahami situasi

dengan benar (Genchi Genbutsu).

Prinsip 14. Buatlah keputusan secara perlahan melalui konsensus, dengan

hati-hati mempertimbangkan semua kemungkinan dan implementasikan

dengan cepat.

Prisnip-prinsip di atas telah diaplikasikan di berbagai industri manufaktur

yang telah berhasil mencapai contiunuous improvement (peningkatan kualitas secara

terus-menerus) dalam jangka panjang. Hal ini juga dapat diterapkan di rumah sakit

untuk mengidentifikasi masalah dalam upaya membangun coninuous improvement di

lingkungannya (Iswanto, 2014).

2.3.3 Prinsip Lean

Gasperz (2007) dalam bukunya yang berjudul Lean Six Sigma, menyatakan

bahwa terdapat lima prinsip dasar lean, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Mendefinisikan nilai bagi konsumen

Value merupakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen pada

kualitas, harga dan waktu yang tepat. Nilai atau value hanya dapat ditentukan oleh

ultimate customer. Hal ini mempunyai maksud bahwa konsumen adalah pihak yang

Universitas Sumatera Utara


24

paling mengetahui nilai dari suatu produk, sehingga cara yang paling tepat untuk

menentukan value pada suatu produk ialah mengukurnya dari persepsi

konsumen.Dalam mempersepsikan nilai suatu produk, produsen dan konsumen

memiliki pandangan yang berbeda. Dari kaca mata produsen, nilai dari suatu produk

atau jasa ialah efisiensi bahan baku, waktu, tenaga, cost dan lain sebagainya. Akan

tetapi, dilihat dari kaca mata konsumen nilai suatu produk atau jasa ialah apabila

memiliki fungsi baginya, kecepatan dalam pengantaran, keindahan, ketahanan,

kualitas dan lain sebagainya.

Perbedaan persepsi tersebut yang menyebabkan adanya gap. Cara terbaik

ialah melihat value produk dari kacamata konsumen yang kemudian disesuaikan

dengan sudut pandang produsen berupa kemampuan ketersediaan sumber daya,

sehingga diharapkan tercipta produk atau jasa yang tepat dengan kebutuhan

konsumen namun tetap memperhatikan value bagi produsen dalam penyediaan

barang dan jasa tersebut.

2. Menetapkan value stream dan menghilangkan pemborosan

Gasperz(2011) mendefinisikan value stream sebagai semua kegiatan mulai

dari disain, permintaan dan menyediakan suatu produk mulai dari konsep sampai

dengan produk selesai, dari mulai permintaan sampai diterima oleh konsumen.Selama

proses value stream ini ada tiga jenis aktivitas yang teridentifikasi, yaitu:

a. Value-Add, kegiatan-kegiatan atau proses yang menghasilkan nilai

Universitas Sumatera Utara


25

b. Non-value add, tahap yang tidak menghasilkan nilai namun tidak dapat

dihindari dengan teknologi dan sumber daya yang ada (muda tipe 1 atau

type 1 waste)

c. Non-value add, tahap yang tidak menghasilkan nilai dan bisa dihindari

(muda tipe 2 atau type 2 waste).

3. Melakukan one piece flow

Flow/aliran dalam prinsip lean dimaksud adalah kegiatan-kegiatan sepanjang

value stream yang dimulai proses disain sampai produksi diterima konsumen tanpa

ada hambatan, kesalahan dan pengulangan. Dengan menggunakan value stream, akan

terlihat pemborosan yang terdapat di berbagai tahap produksi barang dan jasa. Proses

yang mengalir disini sebagai inti dari organisasi lean, yaitu mempersingkat waktu

yang diperlukan mulai dari awal produksi hingga menjadi suatu produk,

memunculkan kualitas terbaik, biaya rendah dan waktu pengiriman singkat dan tepat

waktu.

Dalam lean, memunculkan permasalahan ke permukaan ialah hal yang sangat

penting. Masalah yang muncul di permukaan akan terlihat dengan jelas dan segera

dicari solusinya. Strategi yang diambil untuk memunculkan permasalahan ke

permukaan ialah dengan mengorganisasikan material, proses dan sumber daya yang

mengalir secara kontinyu.

Melalui aliran kontinyu, setiap ada masalah yang muncul, maka proses akan

dihentikan dan dicari solusi terhadap permasalahan tersebut. Sebagai contoh, Toyota

Universitas Sumatera Utara


26

Manufacture dalam melakukan suatu proses produksi tidak diperbolehkan adanya

penumpukan barang setengah jadi di statsiun produksi dalam jumlah berlebih.

Apabila hal tersebut terjadi, maka proses akan terhenti dan memaksa para pekerjanya

untuk menyumbangkan ide, gagasan atau apapun bentuknya untuk menemukan solusi

tersebut sehingga kegiatan produksi dapat berjalan kembali.

4. Menerapkan sistem tarik atau pull system

Terdapat dua pendekatan yang dipakau dalam sistem produksi untuk

melakukan perencanaan dan penjadwalan produksi. Pertama ialah product push yang

berarti perusahaan memproduksi sesuai dengan kemampuan atau kapasitas produksi

yang ada. Kedua ialah market pull, yang berarti suatu produk dibuat berdasarkan

jumlah dan jenis pesanan yang dibutuhkan oleh konsumen.

Sistem tarik sendiri memiliki konsep yang sejalan dengan market pull, yang

memiliki makna nilai tambah dalam proses pelayanan harus dilihat dari sudut

pandang dan kebutuhan konsumen. Segala sesuatu yang menurut pandangan

konsumen tidak memberi nilai tambah bagi kepuasan konsumen, maka sebaiknya

dieliminasi atau diminimalisasi.

5. Perbaikan Berkelanjutan (Continuous Improvement)

Proses perbaikan bukanlah suatu momen yang hanya sekali saja dilakukan

sepanjang hidupnya sebuah perusahaan. Perbaikan berkelanjutan perlu dilakukan

berulang secara terus-menerus sehingga membentuk suatu siklus. Keadaan terakhir

Universitas Sumatera Utara


27

dari siklus pertama menjadi inisial tindakan bagi proses siklus kedua.Dengan begitu

perbaikan akan berproses secara terus-menerus dan dapat ditemukan cara-cara terbaik

seiring dengan timbulnya suatu perusahaan.

2.4 Penerapan Konsep Lean Hospital

Hal paling sederhana dan paling elegan mengenai lean,yang berasal dari

budaya Toyota menurut Graban (2016) dalam buku Lean Hospitaledisi ketiga, terdiri

dari dua bagian yakni:

1. Total elimination of waste

Pemborosan, muda atau waste merupakan segala aktivitas yang tidak

membantu proses penyembuhan terhadap pasien. Semua pemborosan harus

dihilangkan atau diminimalisasi agar dapat menekan biaya rumah sakit,

meningkatkan kepuasan pasien serta meningkatkan keselamatan pasien dan pegawai.

Contoh pemborosan yang sering terjadi di rumah sakit adalah sebegai

berikut:

a. Waktu tunggu pasien untuk diperiksa dokter

b. Waktu tunggu pasien untuk tahap berikutnya

c. Adanya kesalahan yang membahayakan pasien

d. Pergerakan yang tidak perlu, contohnya letak apotek dan kasir yang

jauh

Universitas Sumatera Utara


28

2. Respect of people

Respect yang dimaksud dalam lean adalah memotivasi pegawai agar

melaksanakan pekerjaan menjadi lebih baik dan konstruktif. Respect of people

bermakna luas, bagaimana pimpinan berkomitmen dan mempercayai pegawainya

untuk ikut serta dalam membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi

pemborosan, memotivasi pegawai agar lebih peduli terhadap pasien dan lingkungan

rumah sakit tanpa mereka merasa jenuh dan terpaksa, membangun kerja sama antara

pegawai pelaksana dan manajemen, sehingga tidak ada anggapan bahwa manajemen

mengatur sistem, menyelesaikan masalah, membuat keputusan sedangkan pegawai

pelaksana hanya melaksanakan instruksi saja.

Jadi ketika konsep lean digunakan dalam industri kesehatan, elimination of

waste dan respect of people adalah respect kepada pasien, karyawan, dokter,

komunitas dan stakeholder rumah sakit serta lingkungannyam sehingga segala

tindakan yang diambil harus dapat diterima oleh semua yang terlibat.

Berikut adaah lima prinsip lean yang dapat diadaptasi dalam sistem

pelayanan rumah sakit.

Tabel 2.1 Prinsip-prinsip Lean di Rumah Sakit

No Prinsip Lean Hospital


1 Value Nilai secara spesifik harus dilihat dari sudut
pandang konsumen akhir (pasien)
2 Value Stream Identifikasi semua tahapan proses yang
memberikan nilai tambah pada semua dan lintas

Universitas Sumatera Utara


29

Tabel 2.1 (lanjutan)


departemen, hilangkan tahapan-tahapan yang tidak
memberikan nilai
3 Flow Menjaga agar proses berjalan lancar dengan
menghilangkan faktor-faktor penyebab
keterlambatan, misalnya munculnya masalah
kualitas layanan atau pengalokasian sumber daya
4 Pull Hindari mendorong suatu pekerjaan berdasarkan
ketersediaan sumber daya yang ada, biarkan suatu
proses jasa terjadi karena adanya kebutuhan atau
suatu permintaan dari pasien (sehingga efisien dan
sesuai dengan kebutuhan pasien)
5 Perfection Kejar kesempurnaan pelayanan melalui perbaikan
berkelanjutan
Sumber: Graban (2011)

2.4.1 Penentuan Nilai (value)

Suatu kegiatan dapat dikatakan value added atau non-value added dilihat dari

berbagai perspektif, diantaranya produk, pasien, pegawai atau pemberi pelayanan.

Contoh kegiatan yang value added misalnya: dokter bedah melakukan operasi kepada

pasien, dilakukan pemeriksaan spesimen pasien di laboratorium untuk mendukung

diagnosa. Sedangkan kegiatan non-value added dalam dua kegiatan tersebut adalah

dokter bedah menunggu untuk keterlambatan prosedur atau melakukan langkah-

langkah yang tidak perlu, spesimen pasien menunggu untuk dipindah sebagai satu

batch.

2.4.2 Identifikasi Waste

Pemborosan atau waste, dalam bahasa Jepang disebut muda, yaitu segala

tindakan yang dilakukan tanpa menghasilkan nilai.Sebagai contoh dari bentuk

pemborosan adalah perbaikan yang dilakukan akibat adanya kesalahan, produksi

Universitas Sumatera Utara


30

barang yang tidak diinginkan konsumen, penumpukan inventori di gudang, tahap

proses yang tidak terlalu dibutuhkan seperti menerima telepon saat bekerja,

pemindahan orang atau bahan yang tidak perlu dari satu tempat ke tempat lain,

menunggu akibat penghantaran yang tidak tepat waktu, menunggu akibat

terlambatnya tindakan dari dokter atau tim medis di rumah sakit dan seluruh barang

atau jasa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.

Terdapat dua kategori pemborosan yang dibedakan menjadi type one and tyoe

two waste dan “seven plus one” waste, sebagai berikut:

1. Type One and Type Two Waste

Terdapat dua kategori pemborosan atau waste atau “muda” dalam bahasa

Jepang, yang utama, yaitu pemborosan yang disebut dengan type one waste dan type

two waste.

a. Type One Waste

Type one waste merupakan aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai

tambah dalam proses transformasi input menjadi output yang pada saat ini belum bisa

dihilangkan karena berbagai alasan atau kita masih membutuhkan. Tipe waste ini

misalnya aktivitas inspeksi, penyortiran, dan pengawasan. Menurut lean, contoh

kegiatan-kegiatan tersebut tidak mendatangkan value added, namun pada saat ini

masih dibutuhkan untuk sebuah tujuan yang bersifat korektif. Dalam jangka panjang

waste tipe pertama ini harus dapat dihilangkan atau dikurangi.

Universitas Sumatera Utara


31

b. Type Two Waste

Type two waste adalah aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan

dapat dihilangkan dengan segera mungkin. Kegiatan-kegiatan ini cenderung

menghasilkan produk cacat atau defect, pengerjaan berulang atau rework, atau dapat

pula kegiatan tersebut sering terjadi kesalahan atau error yang dapat dihilangkan

dengan segera. Suatu perusahaan dianggap lean apabila rasio waste dengan total

minimun telah mencapai 30%, jika belum mencapai 30% maka perusahaan tersebut

disebut sebagai unlean enterprise dan dimasukkan ke dalam kategori perusahaan

tradisional. Berikut konsep mengenai value added activity, non value added activity

(type one waste) dan waste (type two waste) pada gambar 2.2.

Value added
activity

Non value added Waste (Type 2)


activity (Type 1)

Gambar 2.2 Konsep Rasio Antara Value Added Dengan Waste Pada Un-Lean
Enterprise

Sumber: Lean Six Sigma, Vencent Gasperz, 2007

Dari gambar tersebut di atas, terlihat bahwa unlean enterprise memiliki value

to waste ratio masih berada di bawah 30%. Oleh karena itu, lean bertujuan

meningkatkan secara terus menerus customer value melalui peningkatan terus-

Universitas Sumatera Utara


32

menerus rasio the value to waste, yang merupakan rasio antara nilai tambah (real

value to customer) terhadap waste (type one waste ditambah dengan type two waste).

2. “Seven plus One” Type of Waste

Taiichi Ohio, seorang eksekutif Toyota merupakan orang pertama yang

mencetuskan tujuh macam pemborosan. Kemudian Linker (2004) menambahkan satu

jenis pemborosan pada tujuh macam pemborosan tersebut. Pemborosan tersebut

kemudian dikenal dengan “Seven plus One”, berikut berbagai macam waste yang

dimaksud terurai dalam Tabel 2.2:

Tabel 2.2“Seven plus One” Type of Waste

Type Waste Root Causes (Akar Penyebab)


1 Overproduction/Produksi Berlebih:
Memproduksi lebih daripada kebutuhan Ketiadaan komunikasi, sistem balas jasa dan
pelanggan internal dan eksternal atau penghargaan yang tidak tepat, hanya berfokus
memproduksi lebih cepat atau lebih awal pada kesibukan kerja, bukan untuk memenuhi
daripada waktu kebutuhan pelanggan kebutuhan pelanggan internal dan eksternal
internal dan eksternal.

2 Delays (Waiting Time):


Keterlambatan yang tampak melalui Inkonsistensi metode kerja, waktu
orang-orang yang sedang menunggu penggantian produk yang panjang (long
mesin, peralatan, bahan baku, supplies, changeover times), dll.
pemeliharaan/perawatan (maintenance),
dll; atau mesin-mesin yang sedang
menunggu perawatan, orang-orang, bahan
baku dan peralatan, dll.

3 Transportation/Transportasi yang
Berlebihan: Tata letak yang jelek (poor layout), ketiadaan
Memindahkan material atau orang dalam koordinasi dalam proses, poor housekeeping,
jarak yang sangat jauh dari satu proses ke organisasi tempat kerja yang jelek (poor
proses berikut yang dapat mengakibatkan workplace organization), lokasi penyimpanan
waktu penanganan material bertambah. material yang banyak dan saling berjauhan

Universitas Sumatera Utara


33

Tabel 2.2 (lanjutan)


Type Waste Root Causes (Akar Penyebab)
(multiple and long distance storage
locations).

4 Processes/Proses Keliru atau Berlebihan:


Mencakup proses-proses tambahan atau Ketidaktepatan penggunaan peralatan,
aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak pemeliharaan peralatan yang jelek (poor
efisien. tooling maintenaces), gagal
mengombinasikan operasi-operasi kerja,
proses kerja dibuat serial padahal proses-
proses itu tidak saling tergantung satu sama
lain yang seyogyanya dapat dibuat paralel.

5 Inventories/Persediaan Berlebih:
Pada dasarnya inventories Peralatan yang tidak andal (unreliable
menyembunyikan masalah dan equipment), aliran kerja yang tidak seimbang
menimbulkan aktivitas penanganan (unbalanced flow), pemasok yang tidak
tambahan yang seharusnya tidak kapabel (incapable suppliers), peramalan
diperlukan. Inventories juga kebutuhan yang tidak akurat (inaccurate
mengakibatkan extra paperwork, extra forecasting), ukuran batch yang besar (large
space dan extra cost. bath size), long changeover times.

6 Motions/Gerakan yang tidak perlu:


Setiap pergerakan dari orang atau mesin Organisasi tempat kerja yang jelek (poor
yang tidak menambah nilai kepada barang workplace organization), tata letak yang jelek
dan jasa yang akan diserahkan kepada (poor layout), metode kerja yang tidak
pelanggan, tetapi hanya menambah biaya konsisten (incosistent work methods), poor
dan waktu saja. machine design

7 Defective Product/Produk cacat:


Scrap, rework, customer returns, customer Incapable processes, insufficient training,
dissatisfaction ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar.

8 Defective Design:
Disain yang tidak memenuhi kebutuhan Kreativitas karyawan yang tidak
pelanggan, menambah features yang tidak dimanfaatkan, over design.
perlu.

Sumber: Lean Six Sigma for Manufacture and Service Industries, Gasperz, 2007

Gasperz (2007) mendeskripsikan waste yang lebih spesifik pada bisnis service

diantaranya ialah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


34

1. Confusionakibat ketidakjelasan regulasi atau SPO yang berdampak pada

errors atau kesalahan pada dokumen.

2. Transport of document seperti rekam medis pasien yang hilang atau belum

dikembalikan dari ruang rawat inap.

3. Doing unnecessary work (motion not requested) seperti menelepon saat

melakukan pekerjaan di ruang IGD.

4. Waiting for the next process stepyaitu kegiatan mengantri atau menunggu

dokter.

5. Inventory yaitu kurangnya atau lebihnya stok obat di gudang farmasi.

6. Defects (cacat) seperti perawat yang melakukan pekerjaan berulang seperti

mengukur tekanan darah akibat tidak fokus atau salah baca tensimeter.

7. Overproduction seperti kesalahan saat mengisi status pasien di dokumen

rekam medis.

8. Underutilized employees yaitu adanya pegawai yang bekerja tidak sesuai

dengan latar belakang pendidikannya.

Tabel 2.3Pemborosan dalam Pelayanan Kesehatan

Waste Definisi Contoh Penyebab Perbaikan


Confusion Orang Beberapa aktivitas Kurangnya standarisasi Seluruh aktivitas
melakukan suatu atau pekerjaan dalam spesifikasi dalam proses kerja
pekerjaan tanpa dilakukan dengan aktivitas dalam proses harus diperjelas
kepercayaan diri cara yang berbeda kerja. dan spesifik.
untuk oleh orang yang
mengerjakannya berbeda.
dengan cara yang Tidak menggunakan
terbaik. Ketidakjelasan bahasa yang lebih
pengiriman RM. mudah untuk
dimengerti. Tanda-tanda yang
Ketidakjelasan rute jelas harus dapat

Universitas Sumatera Utara


35

Tabel 2.3 (lanjutan)


Waste Definisi Contoh Penyebab Perbaikan
proses administrasi Pegawai hanya memicu
medis. mengandalkan ingatan keseragaman
atau memori dalam aktivitas kerja.
Ketidakjelasan sistem melakukan tugas.
tarif dalam
pembayaran.

Motion Pergerakan Mencari-cari Ketidak-konsistensian Sistem TI harus


orang atau informasi. informasi (termasuk cocok sesuai
aktivitas kerja cara komunikasi) kebutuhan yang
yang tidak Mencari-cari bahan diminta.
bersifat value dan orang. Stok material yang
added. tidak cocok dengan Sistem komunikasi
Materials dan tools kebutuhan permintaan. yang reliable.
terletak jauh dari
tempat proses kerja Ketersediaan aliran
berlangsung. Schedule yang dibuat material harus
masih berupa cocok dengan
“workaround” atau kebutuhan saat ini.
rework”

Penjadwalan yang
konsisten sesuai
dengan kebutuhan
permintaan.

Waiting Waktu tunggu Menunggu pekerja Rendahnya pemahaman Penjadwalan yang


terjadi apabila yang sedang rapat, mengenai kapan bersifat “right now
pelaksana, melakukan dibutuhkan waktu yang scheduling”
informasi, pembedahan, tepat untuk melakukan
peralatan atau prosedur lain atau suatu pekerjaan
bahan-bahan membuat laporan. tersebut.
belum tersedia. Fewer meetings:
Pasien menunggu Kalkulasi waktu yang pekerjaan
janji dokter, tidak pas untuk terselesaikan pada
kunjungan MD, dan pengiriman barang. fokus group yang
prosedur lain. kecil
Delay yang bercampur-
campur dan menumpuk. Matching
capabilities antara
Sistem penjadwalan permintaan dengan
yang tidak responsif layanan atau
terhadap pekerjaan supply.
yang diminta.

Processing Aktivitas- Klarifikasi Layout area kerja tidak Layout area kerja
aktivitas yang pemesanan. mempromosikan aliran didisain ulang
tidak value kerja yang dengan alur kerja
added dari Informasi yang berkelanjutan. yang kontinyu.
perspektif pasien berlebihan.
maupun Aliran kerja yang Sistem

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 2.3 (lanjutan)


Waste Definisi Contoh Penyebab Perbaikan
customer lain. RM yang hilang. kompleks pada pendistribusian
pengiriman alat dan yang konsisten
Regulatory bahan medis dari untuk material dan
paperwork. farmasi. informasi.

Form yang kompleks Form pada


dan rangkap-rangkap. dokumen hanya
memuat hal-hal
esensial yang
diperlukan saja.
Inventory Banyaknya Stok berlebih pada Permintaan akan suatu Supply harus tepat
material yang kebutuhan medis. barang tidak dipahami sesuai kebutuhan,
berlebih daripada dengan benar. tidak lebih tidak
yang dibutuhkan Stok berlebih pada kurang.
untuk melakukan gudang.
suatu pekerjaan. Supply yang melewati
yanggal jatuh tempo Menjaga
tidak dihapuskan. kestabilan
inventory sesuai
kebutuhan.
Preferensi personal
terduplikasi/tidak
terpenuhi. Memahami
preferensi individu

Defects Pekerjaan yang Medication error. Kurangnya pemahaman Definisi yang jelas
mengandung mengenai apa yang dan memahami
kesalahan atau Rework atau dinamakan “Bebas sepenuhnya
ketidak- pekerjaan berulang. Cacat” tentang apa itu
lengkapan dalam “Bebas Cacat”.
menyelesaikan Hasil kerja yang Kurangnya spesifikasi
suatu pekerjaan. bermacam-macam pada proses kerja. Masing-masing
atau bervariasi. memahami dengan
jelas apa yang
Charges atau billing disebut dengan
yang tidak sesuai. Bebas Cacat
dengan sebenar-
Malpraktik dalam benarnya mulai
pembedahan. dari sekarang.

Mendisain ulang
sistem yang dapat
mendukung
pekerja untuk
menyelesaikan
pekerjaannya
dengan baik
dengan spesifikasi
yang jelas dalam
proses kerja,
ekspektasi yang

Universitas Sumatera Utara


37

Tabel 2.3 (lanjutan)


Waste Definisi Contoh Penyebab Perbaikan
jelas dalam hasil.

Over- Pekerjaan yang Duplicate charting Misinterpretasi Pembuatan


Production berlebihan peraturan. regulasi dengan
Beberapa form interpretasi yang
mengandung Rendahnya jelas.
informasi yang sama komunikasi/koordinasi
antar departemen atau
Kopian laporan yang bagian.
terkirim secara
otomatis
Ketidakjelasan Sistem (baik
spesifikasi mengenai elektronik maupun
siapa yang cetak) yang
membutuhkan dan apa disampaikan ke
yang dibutuhkan. pasien tidak
berlebihan.

Sistem komputerisasi
tidak terhubung.

Sumber: A3 Problem Solving for Healthcare: A Practical Method for Eliminating


Waste, oleh Cindy Jimmerson, 2007.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,pemborosan-pemborosan tersebut

dapat dihilangkan secara langsung dengan segera (type two waste), ada pula yang

belum dapat dihilangkan pada saat itu juga (type one waste). Kegiatan yang dianggap

waste dan masih diperlukan atau non value added activity, seperti misalnya inspeksi

berulang oleh apoteker atau asistennya terhadap pemberian obat kepada pasien,

kegiatan ini memang masih diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu kesalahan.

Akan tetapi, dalam pemikiran lean hal tersebut merupakan tantangan untuk

menemukan cara untuk mencegah error. Sebaiknya rumah sakit tidak menghilangkan

tahapan inspeksi hingga error proofing diterapkan. Jika sistem penerapan error

proofing tersebut tidak efektif 100%, maka tahapan inspeksi tetap harus dilakukan

untuk melindungi pasien.

Universitas Sumatera Utara


38

Ada pula non value added activity yang menyebabkan kegiatan menjadi sangat

tidak produktif, misal waktu tunggu, produk cacat, pengulangan pekerjaan yang tidak

diperlukan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya tidak hanya mengandalkan data

dari laporan, melainkan harus turun ke lapangan secara langsung untuk melihat

kondisi yang sebenarnya sebagai bentuk cara untuk memetakan pemborosan-

pemborosan yang ada.

2.4.3 Value Stream Mapping

Value stream mapping merupakan diagram terstruktur atau suatu metode yang

dipakai dalam melakukan pemetaan berkaitan dengan aliran produk dan aliran

informasi mulai dari pemasok, produsen dan konsumen dalam suatu gambar utuh

meliputi semua proses suatu sistem (Farrell, 2007). Awalnya VSM ini dipakai oleh

Toyota pada tahun 1980-an sebagai suatu alat yang disebut dengan Material and

Information Flow Mapping.VSM mampu memvisualisasikan aliran produk dan

mengidentifikasi waste. Selain itu, VSM membantu dalam kegiatan memprioritaskan

masalah yang akan diselesaikan. Lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap tahapan

aktivitas dalam proses produksi dapat diidentifikasi oleh VSM, termasuk pula waktu

tunggu diantara setiap proses.

Tujuan dari pemetaan ialah untuk mendapatkan suatu gambaran utuh

mengenai waktu dan setiap tahap kegiatan dalam proses, sehingga dapat terlihat jelas

dan dapat diketahui kegiatan yang merupakan value adding dan kegiatan yang non

Universitas Sumatera Utara


39

value adding.Pada gambar di bawah ini adalah contoh value stream mapping pada

perusahaan industri dan pelayanan kesehatan di rumah sakit sebelum dan sesudah

menggunakan konsep lean.

Gambar 2.3 Contoh Value Stream Mapping pada Manufacture Industry


Sumber: https://www.epa.gov/lean/lean-chemicals-toolkit-chapter-3

VSM mengidentifikasi berapa lama waktu yang dibutuhkan pasien dari mulai

datang sampai dengan selesai terutama jumlah waktu tunggu diantara setiap proses,

sehingga dapat mengetahui gambaran utuh (Big Picture mapping) waktu proses dan

kegiatan yang value added dan non value added di rumah sakit.

VSM yang berperan dalam konteks lean secara keseluruhan adalah:

1. Tentukan nilai dari pandangan pelanggan

Universitas Sumatera Utara


40

2. Memetakan keadaan Value Stream Mapping saat ini

3. Menerapkan alat-alat lean untuk mengidentifikasi waste dalam aliran nilai

saat ini

4. Memetakan proses Value Stream Mapping masa depan

5. Mengembangkan rencana transisi

6. Melaksanakan rencana tersebut

7. Validasi proses baru

8. Continuous Improvement

Gambar 2.4 Contoh Value Stream Mapping pada Pelayanan Kesehatan


Sumber: Murrel (2011) dalam Applying Lean: Implementation of A Rapid Triage and
Treatment System

2.4.4 Diagram Alir Proses (Flowchart)

Diagram aliran berfungsi untuk memudahkan kita dalam melakukan

perbaikan-perbaikan terutama terkait dengan tata letak dan arus aliran

Universitas Sumatera Utara


41

aktivitasyangberguna untuk mencegah kemacetan dan dipakai untuk menemukan

susunan tata ruang baru yang paling efisien atau ekonomis jika ditinjau dari segi jarak

dan waktu.Flowchart merupakan suatu diagram menurut skala dari susunan lantai

dan gedung yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam Peta

Aliran Proses (Spaghetti Diagrams). Aktivitas yang dimaksud dalam Peta Aliran

Proses tersebut ialah pergerakan suatu material atau orang dari suatu temoat ke

tempat berikutnya yang dinyatakan oleh garis aliran, dibantu dengan anak panah kecil

yang menunjukkan arah suatu aliran proses dalam diagram tersebut.

Gambar 2.5 Diagram Spaghetti


Sumber: Mortland Planning and Design, Chicora, PAUsed with permission dalam
buku Lean Hospitals edisi ketiga oleh Graban (2016)

2.4.5 Cross Functional Flowchart

Flowchart merupakan penggambaran secara grafik dari proses yang ada atau

proses yang baru saja diusulkan dengan menggunakan simbol-simbol sederhana,

Universitas Sumatera Utara


42

garis-garis dan kata-kata untuk menampilkan kegiatan dari urutan dalam proses

tersebut. Flowchart standar atau flowchart biasa yang sering kita temui tidak meiliki

kemampuan untuk menunjukkan siapa yang bertanggung jawab atau suatu tahapan

proses, juga tidak mampu menunjukkan keterkaitan pihak-pihak pelaku proses

tersebut.Sebuah flowchart khusus dibutuhkan untuk menggambarkan perjalanan

proses dan siapa-siapa saja yang bertanggung jawab dalam proses tersebut.

Bentuk flowchart ini menunjukkan hubungan antara proses bisnis dan fungsi

setiap Instalasi departemen yang bertanggung jawab terhadap proses tersebut

(Dickson, 2009).

Gambar 2.6 Contoh Cross Functional Flowchart


Sumber: http://www.rff.com/cross-functional-template.htm

Cross functional flowchart merupakan suatu tool idea untuk menunjukkan

secara jelas aliran proses dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi delay, langkah

yang berulang (rework), stasiun inspeksi yang berlebihan dan tahapan yang

Universitas Sumatera Utara


43

berpotensi menimbulkan kegagalan sistem. Cross functional flowchart dapat dibuat

secara vertikal maupun horizontal tergantung fokus penjabaran proses yang akan

ditampilkan.

2.4.6 Value Added Assessment (VAA)

VAA atau Value Added Assessment merupakan suatu bentuk analisis terhadap

setiap aktivitas dalam proses bisnis yang dipergunakan untuk menentukan

kontribusinya dalam memenuhi pelanggan terakhir atau ultimate customer. Objek

utama dari VAA ialah mengenai bagaimana mengoptimalkan aktivitas-aktivitas yang

bersifat value added dan atau non value addedbut necessary, serta mengurangi atau

menghilangkan segala aktivitas yang bersifat non value added atau waste. Outcome

yang diharapkan dari analisis VAA ini adalah meningkatnya rasio antara value added

activity terhadap waste, atau dengan kata lain meningkatnya proporsi aktivitas yang

menambah value dan menurunnya proporsi segala aktivitas yang mengandung

pemborosan.

2.5 Metode Lean

Lean memiliki makna lebih dari sekedar alat. Lean mengakar secara lebih luas

yaitu sebagai sebuah filosofi dan konsep yang dipakai untuk mengeliminasi waste

atau pemborosan. Akan tetapi, lean juga membutuhkan tools lain untuk membantu

dalam pengimplementasiannya.Metode atau alat yang dapat dipakai menerapkan lean

di rumah sakit ialah visual management, 5S,kanban dan kaizen.

Universitas Sumatera Utara


44

2.5.1 VisualManagement

Bentuk lain dari visual management ialah standardisasi kerja, yaitu

merupakan seperangkat alat yang dapat membantu memperlihatkan masalah,

peringatan, peraturan dan lainnya dalam waktu yang cepat. Tujuannya ialah membuat

waste, masalah dan kondisi abnormal menjadi terlihat oleh manajer maupun pegawai

sehingga segera dicari solusinya. Tujuan visual management ialah untuk mengurangi

defisit informasi di tempat kerja. Kelangkaan informasi akan menyebabkan orang

banyak bertanya sehingga menimbulkan banyak pertanyaan yang berulang.Bentuk

dari visual management dapat berupa segala sesuatu yang terdokumentasikan

sehingga siapapun dapat mengakses informasi tanpa harus mendapat penjelasan dari

suatu pihak, misalnya seperti kartu, form, atau papan pengumuman. Di rumah sakit,

bentuk visual management dapat berupa petunjuk arah, daftar dokter, daftar fasilitas

dan lain sebagainya.

1. 5S

5S merupakan konsep dasar yang dikembangkan pada manufaktur di Jepang,

terutama Toyota, telah berhasil menjadikan sebuah sistem kerja menjadi lean. Lima S

merupakan kumpulan metode untuk membuat tempat kerja menjadi teratur sehingga

semua barang dapat ditemukan dengan mudah dan masalah yang muncul dapat segera

diatasi. John Touissant, CEO ofThedaCare Health System (Wisconsin)

memperkirakan perbaikan dengan 5S telah mengurangi jumlah pemborosan waktu

rata-rata seorang perawat yang memiliki shift kerja 8 jam, dari 3,5 jam sehari menjadi

Universitas Sumatera Utara


45

hanya 1 jam setiap harinya (Graban, 2016). Di Indonesia, istilah 5S ini dikenal

dengan sebutan 5R (ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin). .Lima S tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Seiri/Sort/Ringkas

Pemilahan barang dalam hal pengelompokan barang ke dalam kelompok yang

diperlukan dan yang tidak diperlukan.

b. Seiton/Store/Rapi

Dipakai dengan tujuan agar barang-barang yang diperlukan tersedia dalam

jumlah yang cukup, tertata rapi, mudah ditemukan, mudah dikembalikan serta

menjaga agar tidak rusak. Mengatur penempatan barang-barang sesuai dengan

frekuensi penggunaan.

Tabel 2.4 Pedoman 5S dalam Penyimpanan Barang Berdasarkan Frekuensi


Penggunaan

Frekuensi Penggunaan Pedoman Penyimpanan


Per jam (hourly) Terjangkau tangan
Setiap shift (every shift) Cukup dengan berjalan sedikit
Harian (daily) Berjalan agak jauh
Bulanan (monthly) Ruang penyimpanan departemen
Tahunan (anually) Ruang penyimpanan rumah sakit
Sumber: Graban (2016)

Semakin sering suatu alat atau barang digunakan, maka penempatannya di

tempat yang paling mudah untuk dijangkau. Hal ini untuk mengurangi pemborosan

Universitas Sumatera Utara


46

waktu, sehingga tenggang waktu yang diperlukan untuk pengambilan menjadi lebih

cepat.

c. Seiso/Shine/Resik

Merupakan kegiatan untuk menjaga kebersihan tempat kerja pada setiap

harinya, dapat pula berupa menghilangkan kotoran dan debu yang menempel pada

barang-barang. Akan tetapi, tidak sebatas hal tersebut, dapat pula berarti pemeriksaan

dan inspeksi.

d. Seiketsu/Standardize/Rawat

Setelah ringkas, rapi dan resik, maka diperlukan rawat agar ketiga proses

sebelumnya dapat terjaga dengan baik sehingga membuat standar kerja. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberi tanda atau bentuk peraturan, sehingga apabila segala

sesuatu yang ada di lingkungan kerja terjadi masalah atau tidak sesuai dengan standar

kerja dapat langsung terlihat.

e. Shitsuke/Sustain/Rajin

Rajin dalam hal ini dapat berupa pula suatu pembiasan dan disiplin dalam

melakukan pekerjaan sesuai prosedur dan standar yang berlaku. Hal yang membuat

orang tidak disiplin ialah: tidak tahu, tidak mau atau lupa. Sehingga dibutuhkan

elemen penerapan disiplin: paham peraturan, paham hak perusahaan dan taat pada

peraturan. Tujuannya adalah agar pelaksanaan 5S tetap berkelanjutan, sehingga perlu

dibangun rencana masa depan agar sistem kerja dapat terus dikembangkan.

Universitas Sumatera Utara


47

Evaluasinya dapat berupa audit dan diskusi kelompok yang kelompok yang dilakukan

secara periodik.

2.5.2 Kanban

Kanban merupakan metode yang dibangun berdasar konsep standardisasi

kerja, 5S dan visual management yang memberikan rumah sakit metode yang efektif

dan sederhana untuk mengelola persediaan/inventory (Aiken, 2002).Kanban

merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang memiliki arti kartu atau tanda dan

biasanya dalam bentuk tanda fisik yang menunjukkan kapan waktunya untuk

memesan barang, dari siapa dan berapa banyaknya. Akan tetapi untuk saat ini,

mempunyai perluasan makna yang dapat pula berupa tanda elektronik melalui sistem

komputer.

2.5.3 ErrorProofing

Error proofing bukan merupakan suatu teknologi khusus, namum lebih

berupa sebuah mindset atau pendekatan yang membutuhkan kreativitas dari disain

peralatan, disain proses atau yang mengelola proses. Error proofing dapat pula

didefinisikan sebagai suatu perangkat metode yang dipakai dalam mencegah cacat

yang bekerja secara otomatis dan murah. Metode ini memeriksa hasil setiap proses

dan setiap waktu untuk menentukan apakah kualitas dapat diterima ataukah terdapat

cacat yang tidak dapat diterima.

Tipe error proofingadalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


48

a. Membuatnya agar tidak mungkin untuk membuat kesalahan

Idealnya error proofing efektif 100% mencegah kesalahan. Misalnya di

rumah sakit, beberapa regulator dan jalur gas memiliki pin dan indeksi yang

mencegah pengguna menyambungkan ke jalur yang salah.

b. Membuatnya lebih sulit untuk membuat kesalahan

Sebagai contoh, untuk membantu memastikan perawat mengambil obat yang

benar dan sesuai dengan kebutuhan pasiennya melalui upaya dibuatnya kabinet

penyimpanan otomatis.

c. Membuat agar kesalahan yang terjadi menjadi jelas

Melalui pembuatan label pada setiap barang yang sudah disiapkan untuk

didistribusikan sesuai dengan nomor distribusi dan alamat instalasi yang dituju untuk

pendistribusian obatnya maka akan mengurangi terjadinya kesalahan dalam proses

kerja.

d. Membuat sistem yang kuat, sehingga tidak mentolerir pelaksanan yang


melakukan kesalahan

Misalnya segala keputusan dalam kegiatan dipercayakan oleh karyawan untuk

meningkatkan tanggung jawab dan kreativitas berpikirnya. Akan tetapi, karyawan

tidak akan bisa mengakses segala hal yang menimbulkan risiko potensi masalah

karena sudah dibatasi oleh sistem yang menjadi dinding agar segala keputusan tetap

berjalan pada koridor yang diizinkan oleh rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


49

2.5.4 Kaizen

Kaizen berarti Continuous Improvement, yaitu perbaikan terus-menerus.

Konsep kaizen diasumsikan bahwa hidup kita (kerja, sosialisasi, berumah-tangga)

seharusnya berusaha untuk terus-menerus mengalami perbaikan. Perubahan dalam

kaizen tidak dramatis, tetapi sedikit demi sedikit dan bertahap serta membutuhkan

waktu untuk berubah. Kaizen merupakan payung bagi semua manajemen mutu yang

berorientasi kepada pelanggan.Langkah-langkah dalam kaizen adalah:

1. Menentukan dan mendefinisikan tujuan

2. Tentukan keadaan proses saat ini

3. Menentukan syarat proses

4. Periksa efektivitas perbaikan

5. Dokumentasikan dan standarisasi proses perbaikan

6. Lanjutkan siklus

2.6 Hasil-hasil Penerapan Lean di Rumah Sakit

Beberapa contoh keberhasilan lean yang terbukti dalam meningkatkan

efektivitas dan efisiensi kinerja rumah sakit, diantaranya sebagai berikut:

1. Penurunan turnaround time hasil laboratorium klinis sebesar 60% pada

Alegent Health, Nebraska (Graban, 2011).

2. Penurunan dekontaminasi dan cycle time sterilisasi alat-alat sampai 70% pada

Kingston General Hospital, Ontario (Graban, 2011).

Universitas Sumatera Utara


50

3. Penurunan angka kematian pasien berkaitan dengan infeksi saluran darah

sampai dengan 95% pada Allegheny Hospital, Pennsylvania (Graban, 2011).

4. Pengurangan waktu tunggu pasien untuk bedahorthopedic dari 14 minggu

menjadi 31 jam pada ThedaCare, Wisconsin (Graban, 2011).

5. Peningkatan surgical revenue sebesar USD 808.000 per tahun pada Ohio

Health, Ohio (Graban, 2011).

6. Pengurangan LOS sebesar 29% dan terhindari USD 1,25 juta dalam

pembangunan Instalasi gawat darurat baru pada Avera McKennan, South

Dakota (Graban, 2011).

7. The Mental Health Center of Denver, dengan hasil: kenaikan jumlah pasien

baru 27%, berkurangnya jadwal perjanjian ulang pasien dari 12% menjadi

14%, penambahan 187 pasien tanpa menambah pegawai baru serta

mengurangi biaya hingga $ 90.000-100.000 untuk pegawai dan fasilitas

(Graban, 2011).

2.7 Landasan Teori

Berangkat sebuah konsep yang telah dipaparkan di atas yang menyatakan

bahwa lean merupakan metode paling kuat di dunia (Graban, 2016) sebab tidak ada

satu pendekatan yang lebih unggul dari pendekatanlean.

Dalam rangka mencapai keberhasilan suatu organisasi untuk meningkatkan

kualitas melaluicustomer satisfaction, profit, cash dan competitiveness, dengan

Universitas Sumatera Utara


51

berbagai tools pengukuran, maka landasan teori yang menjadi acuan pada penelitian

ini tergambar seperti berikut.

Penerapan lean pada


aspek:
- Speed
- Quality
- Flexibility
- Efficiency

Dengan menggunakan
parameter Quality, Cost,
Delivery, Safety/Service,
Morale

Keberhasilan penerapan lean dapat


meningkatkan:

- Customer satisfaction
- Profits
- Cash
- Competitiveness

Gambar 2.7Landasan Teori Mengenai Konsep Penerapan Lean dalam


Meningkatkan Ketercapaian Tujuan Suatu Organisasi
Sumber: Modifikasi dari A3 Problem Solving for Healthcare: A Practical Method for
Eliminating Waste oleh Jimmerson (2007) dan Lean Healthcare: Third Edition oleh
Graban (2016)

Universitas Sumatera Utara


52

2.8 Kerangka Pikir

Lingkup Penelitian

Instalasi Gawat Darurat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Current Situation Improvement Simulation Implementation

Instalasi Gawat Instalasi Gawat Instalasi Gawat


Darurat Darurat Darurat

Value stream Mapping Value stream Mapping Value stream Mapping


Lean
Lean Analysis
Implementation
Proses IGD: & Design Proses IGD: Proses IGD:

 Man Visual  Man  Man


Management
 Machine/ 5S  Machine/  Machine/
Kaizen
Equipment Error Proofing Equipment Equipment

 Method  Method  Method

 Environment  Environment  Environment

Check
 Kegiatan Value-Added Kegiatan Non-value Added
Waktu Pelayanan

Universitas Sumatera Utara


53

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan kualitatif dengan pendekatan action research (kaji

tindak) dimana penulis memiliki keterlibatan intens dengan masalah dan objek

penelitian yaitu ruang IGD RSU Sari Mutiara. Action research bertujuan untuk

memberikan kontribusi baik pada tataran praktis kepedulian terhadap masalah yang

dihadapi saat ini (current situation) maupun agenda sasaran/pengembangan

ilmu/sistem (O’Brien, 1998). Penelitian action research dimulai dengan identifikasi

masalah (waste), action planning (usulan perbaikan), action taking (implementasi),

serta evaluation sebelum dan sesudah usulan tersebut diaplikasikan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Sari

Mutiara Lubuk Pakam yang berada di Jalan Medan, Kecamatan Lubuk Pakam

,Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2017 sampai pada bulan

November 2017.
53

Universitas Sumatera Utara


54

3.3 Jumlah dan Pemilihan Informan/Partisipan

Informan atau partisipan dipilih secara non probability dengan teknik

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu, dan dilakukan beberapa kali untuk menghindari bias pada

penelitian ini. Prinsip-prinsip yang dipakai sebagai pertimbangan dalam pemilihan

informan penelitian, sebagai berikut:

1. Kesesuaian atau appropriateness, yaitu berdasarkan pengetahuan yang

dimilikinya serta kesesuaian dengan topik penelitian.

2. Kecukupan atau adequacy, yaitu informan mampu menggambarkan dan

memberikan informasi yang cukup terhadap topik penelitian yang diperlukan

3. Tergolong masih berkecimpung atau terlibat secara langsung dalam kegiatan

yang akan diteliti

4. Memiliki waktu yang memadai untuk diminta informasi

5. Tidak cenderung menyampaikan informasi hasil pendapatnya sendiri.

Peneliti memilih sendiri informan peneliti yang akan dipakai sebagai

narasumber berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas. Maka terdapat lima jenis

informan (partisipan) terpilih sebagai berikut:

1. Direktur RS (P.01)

2. Kasubdep IGD (P.02)

3. Dokter IGD (P.03)

4. Perawat IGD (P.04)

Universitas Sumatera Utara


55

5. Pasien (P.05)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi partisipatif

Observasi partisipatif adalah peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,

mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti

(Sugiyono, 2011). Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung proses yang

terjadi pada IGD mulai pasien masuk di ke ruang IGD sampai selesai mendapatkan

pelayanan, pengukuran-pengukuran fisik (denah dan jarak), frekuensi aktivitas

persiklus pasien dan perhitungan waktu.

2. Wawancara mendalam

Wawancara dilakukan terhadap informasi terpilih yang dianggap mengetahui

terhadap objek yang akan dilakukan penelitian. Informan pada penelitian ini

mencakup pasien IGD, kepala IGD dan informan lainnya untuk mendapatkan

informasi yang tepat.

3. Telaah Dokumen

Melakukan pencatatan terhadap data-data pendukung yang diperlukan yang

sudah tersedia di RSU Sari Mutiara, disebut juga data sekunder. Data sekunder ini

meliputi alur proses pasien, arsip pedoman/standar pelayanan, denah IGD dan data-

data lain yang ada di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam khususnya yang terkait dengan

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


56

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Data yang telah dikumpulkan penulis harus dijaga validitas dan

reliabilitasnya. Menurut Sugiyono (2011), pengujian validitas dan reliabilitas data

dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferability, uji

dependability, dan uji confirmability yang dapat diperoleh melalui triangulasi.

Triangulasi dalam pengujian validitas dan reliabilitas data diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber dan triangulasi metode

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan informasi yang diperoleh

dari informan satu dengan informan lain untuk melakukan cross check terhadap

kebenaran data atau suatu fenomena kejadian.

2. Triangulasi Metode Pengumpulan Data

Triangulasi dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dalam

mengumpulkan data. Data diperoleh dari hasil observasi partisipatif, wawancara tidak

terstruktur, wawancara mendalam, telaah dokumen rumah sakit dan dokumentasi.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

Di bawah ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti oleh penulis:

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

N Variabel Referensi Definisi Cara Ukur Instrumen


o Penelitian
1 Proses Kepmenkes Seluruh aktivitas atau Observasi Lapangan, Pedoman
IGD 856/2009 pergerakan yang Wawancara Mendalam: Observasi
dilakukan dalam rangka  Direktur RS (lihat Lamp. 1)
menjalankan fungsi IGD  Kepala IGD Pedoman
untuk menunjang  Dokter/Perawat Wawancara
pelayanan rumah sakit  Pasien (lihat Lamp. 2)

2 Man Graban, Pegawai rumah sakit Observasi Lapangan, Pedoman


2016 yang terlibat dalam Wawancara Mendalam: Observasi
proses pelayanan di IGD  Direktur RS (lihat Lamp. 1)
(dokter, perawat, staf  Kepala IGD Pedoman
administrasi)  Pasien Wawancara
(lihat Lamp. 2)
3 Machine/ Graban, Peralatan penunjang yang Observasi Lapangan, Pedoman
equip- 2016 dipakai dalam proses Wawancara Mendalam: Observasi
ment pelayanan kepada pasien  Direktur RS (lihat Lamp. 1)
(komputer, alat  Kepala IGD Pedoman
kedokteran, dokumen,  Dokter/Perawat Wawancara
dll) (lihat Lamp. 2)
4 Method Graban, Peralatan penunjang yang Observasi Lapangan, Pedoman
2016 dipakau dalam proses Wawancara Mendalam: Observasi
pelayanan kepada pasien  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
 Dokter/Perawat Pedoman
 Pasien Wawancara
(lihat Lamp. 2)
5 Environ- Graban, Penataan fasilitas dan Observasi Lapangan, Pedoman
ment 2016 tempat kerja pada setiap Wawancara Observasi
proses pelayanan Mendalam: (lihat Lamp. 1)
 Direktur RS Pedoman
 Kepala IGD Wawancara
 Dokter/Perawat (lihat Lamp. 2)
 Pasien

6 Informa- Graban, Kejelasan alur proses Observasi Lapangan, Pedoman
si 2016 pelayanan dan aliran- Wawancara Mendalam: Observasi
aliran dokumen  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
 Dokter/Perawat Pedoman
 Pasien Wawancara
(lihat Lamp. 2)
7 Value Gasperz, Kegiatan yang memberi Observasi Lapangan, Pedoman
Added 2007 nilai tambah terhadap Wawancara Mendalam: Observasi
Activities output pelayanan kepada  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
pasien, menimbulkan  Dokter/Perawat Pedoman
pemborosan waktu dan  Pasien Wawancara
gerak yang tidak perlu (lihat Lamp. 2)

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 3.1 (lanjutan)


8 Non Gasperz, Kegiatan yang tidak Observasi Lapangan, Pedoman
Value 2007 memberi nilai tambah Wawancara Mendalam: Observasi
Added terhadap output  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
Activities pelayanan kepada pasien,  Dokter/Perawat Pedoman
menimbulkan  Pasien Wawancara
pemborosan waktu dan (lihat Lamp. 2)
gerakan yang tidak perlu

9 Tahap Gasperz, Setiap pergerakan proses Observasi Lapangan, Pedoman


Pergerak 2007 yang dilalui oleh pasien, Waawancara Mendalam: Observasi
-an dokter, perawat/staf  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
IGD.  Dokter/Perawat Pedoman
 Pasien Wawancara
(lihat Lamp. 2),
Meteran
10 Waktu Graban, Waktu yang diperlukan Observasi Lapangan Pedoman
Pelayan- 2016 oleh pasien mulai dari Observasi
an pendaftaran sampai (lihat Lamp. 1),
dengan mendapatkan Stopwatch
obat/selesai pelayanan
termasuk waktu tunggu
dalam proses dan antar
proses
11 Visual Gasperz, Tools lean untuk Observasi Lapangan Pedoman
Manage- 2007 mempermudah Observasi
ment komunikasi dan untuk (lihat Lamp. 1)
memperlihatkan
permasalahan sehingga
menjadi jelas dan segera
dicarikan solusinya
(papan pengumuman,
kartu, dll)
12 Lima S Gasperz, Tools lean sebagai upaya Observasi Lapangan, Pedoman
2007 mengurangi atau Wawancara Mendalam: Observasi
menghilangkan waste  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
dengan peningkatan  Pasien Pedoman
pengorganisasian tempat Wawancara
kerja menjadi lebih (lihat Lamp. 2)
teratur dan sistematis
sehingga semua masalah
dapat diidentifikasi dan
ditemukan dengan
mudah, masalah dapat
segera diselesaikan

13 Kaizen Gasperz, Upaya penyempurnaan Observasi Lapangan, Pedoman


2007 berkesinambungan yang Wawancara Mendalam: Observasi
melibatkan semua  Kepala IGD (lihat Lamp. 1)
pegawai rumah sakit  Pasien Pedoman
Wawancara
(lihat Lamp. 2)

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 3.1 (lanjutan)


14 Error Graban, Alat bantu yang Observasi Lapangan, Pedoman
Proofing 2016 dipergunakan untuk Wawancara Mendalam: Observasi
mencegah terjadinya  Dokter/Perawat (lihat Lamp. 1)
cacat/kesalahan pada  Pasien Pedoman
proses pelayanan atau Wawancara
dapat digunakan untuk (lihat Lamp. 2)
mempercepat suatu
pergerakan dalam proses
pelayanan

15 Value Graban, Metode yang dipakai Observasi Lapangan Pedoman


Stream 2016 untuk memetakan dan Observasi
Mapping memotret secara (lihat Lamp. 1)
keseluruhan proses atau
kegiatan value added
dengan waste

16 Diagram Graban, Metode yang berbentuk Observasi Lapangan, Pedoman


Alir 2016 diagram untuk Wawancara Mendalam: Observasi
Proses memudahkan penulis  Dokter/Perawat (lihat Lamp. 1)
dalam melakukan  Pasien Pedoman
perbaikan terkait dengan Wawancara
tata letak dan arus aliran (lihat Lamp. 2)
aktivitas dan berguna
untuk mencegah
kemacetan dan dipakai
untuk menemukan
susunan tata ruang baru
yang paling efisien atau
ekonomis jika ditinjau
dari segi jarak dan waktu

17 Cross Gasperz, Flowchart untuk Observasi Lapangan Pedoman


Functi- 2007 menggambarkan Observasi
onal perjalanan proses, siapa (lihat Lamp. 1)
Chart yang bertanggung jawab
atas proses tersebut, serta
keterkaitan antara pihak
penanggung jawab dalam
proses tersebut.

3.7 Metode Pengukuran

Metode pengukuran data adalah dengan teknik dokumentasi dan daftar

inventori kepribadian yang dilakukan dalam kondisi alamiah (natural setting). Secara

Universitas Sumatera Utara


60

garis besar teknik pengumpulan data berupa observasi berperan serta (participant

observation), wawancara mendalam (in-depth-interview), wawancara tidak terstruktur

dan dokumentasi.

Observasi merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan untuk mendapatkan

data atau fakta yang diperlukan. Observasi partisipatif dipilih penulis dengan alasan

observasi ini mengharuskan peneulis terlibat langsung ke dalam aktivitas yang akan

diteliti. Partisi aktif dilakukan dengan maksud dalam observasi ikut melakukan apa

yang dilakukan oleh narasumber/informan, namun tidak sepenuhnya lengkap.

Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi-informasi yang

belum didapat atau belum secara penuh menginformasikan data yang dibutuhkan oleh

peneliti. Wawancara mendalam dilakukan kepada beberapa informan yang memiliki

jenjang struktural berbeda-beda dalam kepengurusan, dimaksudkan sebagai

triangulasi untuk mendapat objektivitas hasil wawancara diantara informan. Dalam

wawancara mendalam, setiap informan harus menjawab pertanyaan yang disesuaikan

jenjang strukturalnya, apakah pada level manajerial atau operasional. Wawancara

mendalam ini termasuk dalam wawancara terstruktur karena telah dipersiapkan

pedoman wawancara dan sudah diketahui fokus informasi yang diperlukan oleh

penulis.

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif ialah peneliti sendiri. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Sugiyono (2011), “the researcher is the key instrument”.

Oleh sebab itu, peneliti sendiri perlu divalidasi yaitu berupa validasi mengenai

Universitas Sumatera Utara


61

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya. Selanjutnya, terdapat instrumen sederhana yang digunakan saat

fokus penelitian sudah jelas dan fokus. Instrumen ini digunakan untuk melengkapi

data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara. Instrumen sederhana yang digunakan peneliti diantaranya berupa:

a. Pedoman wawancara mendalam, berisi daftar pertanyaan yang diajukan

kepada informan terpilih mengenai analisis sistem pelayanan unit gawat

darurat khususnya response time , kesesuaian pertanyaan mencakup level

manajerial dan operasional.

b. Pedoman observasi, berisi mengenai panduan pengamatan terhadap

fenomena kegiatan perguadangan berupa check sheet observasi dan form-form

identifikasi lain yang diperlukan.

c. Checklist dokumen dan record sebagai panduan dalam proses menelaah

dokumen dan analisis data dari rumah sakit.

Selain instrumen di atas, diperlukan pula alat bantu berupa stop watch, recorder,

camera, kalkulator, alat tulis kantor, alat pengukur panjang dan jarak (meteran) dan

lain sebagainya.

Setelah proses pengumpulan data dari berbagai metode, data yang diperoleh

dari wawancara mendalam, observasi, wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi

maka dilakukan pengolahan data. Terdapat dua hal penting yang dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


62

penulis dalam pengolahan data sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2011), yaitu data

reduction dan data display.

Data reduction diperlukan karena data yang diperoleh di lapangan cukup

banyak, semakin lama turun ke lapangan akan didapat semakin banyak data, semakin

kompleks dan rumit. Oleh karena hal tersebut perlu reduksi data dengan segera. Data

reduction berarti merangkum, memilih hal pokok, fokus pada hal penting dan sesuai

pola temanya. Cara ini akan memberikan gambaran yang lebihjelas, dan

mempermudah penulis dalam mencari data selanjutnya yang diperlukan.

Pada saat reduksi data dapat didiskusikan kepada orang lain yang lebih ahli,

sehingga membuka pemikiran peneliti dan membuat wawasan berkembang.

Selanjutnya, hal penting berikutnya adalah data display atau penyajian data. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart, dan matriks wawancara. Dengan mendisplay data akan

mempermudah dalam upaya memahami apa yang terjadi serta merencanakan kerja

selanjutnya berdasar apa yang dipahami.

Pengolahan untuk data hasil observasi berawal dari penyuntingan data.

Penuntingan data dilakukan setiap akhir pengamatan dengan tujuan memeriksa

kesalahan, kekurang-lengkapan serta ketidak-konsistenan data. Kemudian melakukan

pengelompokan data yang berguna untuk memisahkan data yang bersifat penting,

representatif dan dibutuhkan dengan data yang bersifat penting namun belum

dibutuhkan pada saat tersebut (data yang dirasa belum penting tetap dijaga, karena

Universitas Sumatera Utara


63

dimungkinkan dibutuhkan saat analisis dalam penelitian mulai berkembang).

Selanjutnya data hasil observasi dalam bentuk hard file dipindah dalam soft file.

Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah menyalin hasil wawancara tersebut

ke dalam bentuk tulisan atau biasa disebut dengan proses transkrip hasil wawancara.

Transkrip tersebut merupakan bukti otentik dari hasil wawancara yang telah

dilaksanakan kepada informan. Ketiga, memindahkan hasil transkrip wawancara ke

dalam kolom matriks dan memisahkan informasi sesuai variabel berdasar

kedudukannya dalam proses atau siklus pelayanan di IGD mulai dari pasien datang,

pendaftaran, triage (anamnesa dan pemeriksaan fisik, diagnosis, serta tindakan

medis), administrasi (pasien memperoleh pelayanan rawat inap atau rawat jalan),

hingga pasien pulang. Selanjutnya, membuat resume matriks wawancara mendalam

untuk mempermudah membaca inti dari hasil wawancara mendalam yang berupa

rangkuman sistematis.

3.8 Metode Analisis Data

1. Penggambaran Sistem Pelayanan Kegawatdaruratan

Penggambaran sistem pelayanan kegawatdaruratan dimaksudkan untuk

memotret segala bentuk aktivitas yang berlangsung di IGD. Penggambaran tersebut

dalam bentuk value stream map (VSM), diagram alir proses dan cross functional

flowchart. Pada tahap proses ini data diperoleh dari hasil observasi parsitipatif ke

lapangan secara langsung dengan mengikuti dan mengamati proses aktivitas

pelayanan kegawatdaruratan mulai dari pasien datang, pendaftaran, triase (anamnesa

dan pemeriksaan fisik, diagnosis, serta tindakan medis), administrasi (pasien

Universitas Sumatera Utara


64

memperoleh pelayanan rawat inap atau rawat jalan), hingga pasien pulang.Dalam

melakukan observasi, disertai dengan metode wawancara tidak terstruktur untuk

mendapatkan data yang butuh improvisasi untuk digali, telaah dokumen yang

dibutuhkan serta dokumentasi. Hasilnya berupa big picture sistem pelayanan, alur

proses, pengukuran-pengukuran fisik berupa denah dan jarak yang dibutuhkan untuk

setiap tindakan triage dan perhitungan waktu.

2. Mencari Akar Masalah (Diagnosis Waste)

Penggambaran yang didapat dan penilaian yang sudah dilakukan

menghasilkan distribusi gap dari sistem tersebut. Kekurangan-kekurangan sebagai

gap akan nampak yang dapat menjadi masalah atau berpotensi menjadi masalah

untuk kedepannya. Segala sesuatu yang tidak mendatangkan value bagi pelayanan

dianggap sebagai masalah karena merupakan pemborosan-pemborosan sehingga

harus dihilangkan. Ide-ide perbaikan sebagai bentuk upaya menjadikan sistem

pelayanan gawat darurat menjadi lean berangkat dari temuan permasalahan.

3. Brainstorming Ide-ide Perbaikan (Action Planning)

Tahapan ini bertujuan mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya

pemborosan-pemborosan yang kemudian dapat ditarik untuk memperoleh ide-ide

perbaikan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta resources yang ada sebagai

bentuk improvement. Setiap tindakan dan pergerakan dianalisis diantaranya tindakan

penerimaan pasien, triase, administrasi, ruang tunggu pasien, loket pengambilan obat

Universitas Sumatera Utara


65

(apotek) dan kasir. Selanjutnya dilakukan value assessment untuk mengetahui mana-

mana saja proses yang memberikan nilai terhadap pelayanan. Analisis tersebut

mengenai value added, non value added dan non value added but necessary

activities. Analisis ini berdasarkan penggolongan pemborosan yang termasuk dalam 7

wastes menggunakan metode lean, yaitu 5S, visual management, kanban dan error

proofing.

4. Mendisain Usulan Perbaikan (Action Taking)

Disain perbaikan yang diusulkan meliputi usulan perbaikan denah, layout atau

tata letak IGD, simplifikasi proses, usulan metode proses kerja, perbaikan visual

management, alur kerja proses pelayanan IGD dan sumber daya lain yan

menyumbangkan efisensi manajemen pelayanan gawat darurat, serta eliminasi

proses-proses yang tidak diperlukan untuk meningkatkan value pelayanan. Usulan

perbaikan ini merupakan bentuk intervensi yang dilakukan oleh penulis untuk

menciptakan lingkungan yang lean di ruang Instalasi Gawat Darurat. Segala usulan

perbaikan yang dirancang oleh penulis merupakan usulan-usulan yang sudah pernah

dicobakan oleh peneliti terdahulu di rumah sakit-rumah sakit lainnya. Usulan lean

tersebut sebelumnya didiskusikan bersama-sama dengan direksi rumah sakit dan

manajemen IGD untuk mendukung penerapan usulan perbaikan lean tersebut.

Melalui kesediaan dari pihak rumah sakit, maka akan mudah bagi penulis untuk

mensosialisasikan usulan tersebut dengan para staf/pegawai di rumah sakit khususnya

ruang IGD. Adapun bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh penulis adalah dengan

Universitas Sumatera Utara


66

melakukan pertemuan singkat terlebih dahulu untuk penulis menjelaskan usulan-

usulan perbaikan yang akan diterapkan.

5. Perbandingan antara Sistem Awal dengan Setelah Implementasi Usulan

Perbaikan (Action Evaluation)

Penulis melakukan simulasi untuk membandingkan kinerja sistem sebelum

dan sesudah usulan perbaikan dengan konsep lean, meliputi kegiatan value added,

non value added, non value added but necessary, alur proses pasien dan waktu

pelayanan. Acuannya adalah membandingkan kondisi saat ini (current situation) dan

setelah usulan disain perbaikan (action implementation). Setelah melakukan

perbandingan, maka penulis mampu menemukan adanya quality improvement melalui

pendekatan lean hospital dalam pelayanan kegawatdaruratan.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil analisis kondisi saat ini (current

situation) dan setelah usulan disain perbaikan (action implementation). Rekomendasi

dibuat berdasarkan tujuan dilakukannya penelitian meliputi diketahuinya VSM, cross

functional flowchart, diagram alir proses kerja, teridentifikasinya pemborosan-

pemborosan dalam proses kerja, hal-hal mengenai manajemen pelayanan IGD yang

benar, serta dibuatnya disain usulan untuk perbaikan.

Metode analisis data dengan metode lean di atas dapat dilihat pada Lampiran

3 atau seperti yang terangkum pada tabel flowchart di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


67

Tabel 3.2 Flowchart Langkah Analisis Data

Person in
Input Process Output
Charge
Mulai

Penggambaran Sistem
Pedoman - Value Stream
Pelayanan Gawat
observasi/ check Map
Darurat
- Penulis sheet - Diagram Alir
- Informan - Observasi Proses
- Wawancara tidak - Cross Functional
terstruktur Flowchart

Metode: Identifikasi 7
Pedoman
wawancara waste, value
Observasi,
- Penulis mendalam added, non value
pengukuran jarak,
- Informan added
analisis tata letak

Mencari akar masalah Analisis temuan


- Penulis di lapangan permasalahan

- Hasil Brainstorming ide-ide


- Penulis observasi perbaikan
- Expert - Matriks depth
panel interview

- Disain
Mendisain usulan perbaikan
- Penulis perbaikan - Hasil
Tidak perbandingan

Perbandingan
- Penulis sebelum dan
sesudah

Ya

- Penulis Kesimpulan dan


Rekomendasi

Selesai

Universitas Sumatera Utara


68

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam

Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam adalah rumah sakit umum

milik swasta Tipe C yang telah teregistrasi sejak tanggal 16 Januari 2013 dengan

Nomor Surat Izin 5492/440/DS/SIRS/XI/2013. RSU Sari Mutiara beralamat di Jalan

Tanjung Garbus Satu, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera

Utara Kode Pos 20518, dengan batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : dengan CV Mari Foto Studio.

2. Sebelah Selatan : dengan Rumah Makan Iga-iga Bakso.

3. Sebelah Barat : dengan Gereja Advent Jemaat Lubuk Pakam.

4. Sebelah Timur : dengan CV Maju Bersama Bengkel Motor.

4.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Keputusan dari Badan Pengurus Harian Yayasan Sari

Mutiara Nomor 004/KER/1.6/2010 tertanggal 1 Maret 2010, menyatakan direktur

bertanggung jawab kepada yayasan dalam melakukan pembinaan terhadap

pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai ketetapan yayasan. Direktur berkoordinasi

dengan komite medis dan sekretaris pelaksana dalam menjalankan tugas-tugasnya

sehingga letak dalam struktur organisasi adalah sejajar. Direktur membawahi

67

Universitas Sumatera Utara


68

langsung 4 departemen yaitu Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan, Kepala

Bidang Adminstrasi Umum, Kepala Bidang Keuangan dan Kepala Instalasi. Dalam

menjalankan tugasnya, Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan dibantu oleh

Kepala Sub Bidang Keperawatan dan Kepala Sub Bidang Pelayanan Medis dan

Penunjang. Kepala Bidang Administrasi Umum dibantu oleh Kepala Sub Bidang

HRD. Kepala Bidang Keuangan dibantu oleh Kepala Sub Logistik.

Gambar 4.1 Struktur organisasi RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam tahun 2017
Sumber: RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Universitas Sumatera Utara


69

4.1.3 Ketenagaan

Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang Administrasi Umum RSU Sari

Mutiara, ketenagaan rumah sakit (pegawai tetap) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Ketenagaan (Pegawai Tetap) RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam Tahun
2017
Jenis Tenaga Jumlah
Dokter Umum 4
Dokter Spesialis 8
Perawat 26
Ahli Gizi 1
Petugas Laboratorium 2
Petugas Radiologi 2
Tenaga SKM 0
Apoteker 2
Fisioterapi 2
Non-Nakes (belum terdata)
Sumber: RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

4.1.4 Pelayanan Medis

Di bawah ini adalah jenis-jenis pelayanan kesehatan RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam, antara lain:

1. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap terdiri dari instalasi ruang yang meliputi ruang

penyakit dalam, ruang anak serta ruang kebidanan dan kandungan.

2. Pelayanan Rawat Jalan

Perawatan rawat jalan/poliklinik terdiri dari empat pelayanan spesialis dasar

yaitu: poliklinik penyakit dalam, poliklinik anak, poliklinik kebidanan,

Universitas Sumatera Utara


70

poliklinik umum dan poliklinik bedah. Pelayanan rawat jalan juga dilengkapi

pelayanan penunjang diantaranya: rehabilitasi medis (fisioterapi), radiologi

dan laboratorium.

3. Pelayanan Penunjang Medis

Pelayanan penunjang medis terdiri dari:

a. Instalasi Farmasi (Apotek) dengan layanan 24 jam

b. Rekam Medis

c. Laboratorium

d. Radiologi

e. Instalasi Gizi (Dapur)

f. Instalasi Perawatan Intensif (ICU)  dalam proses pembangunan

4. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat) 24 jam

IGD RSU Sari Mutiara berlokasi di lantai I yang terdiri dari 1 (satu) ruangan

yang berfungsi dalam penanganan triase, tindakan non bedah dan observasi

serta 1 (satu) ruangan untuk tindakan resusitasi dan tindakan bedah. Ruangan

untuk tindakan bedah dan observasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur, namun

hanya 1 (satu) tempat tidur yang layak untuk digunakan.

5. Pelayanan Fasilitas Umum

RSU Sari Mutiara dilengkapi dengan fasilitas umum sebagai berikut:

a. Parkir yang aman dengan penjagaan petugas

b. Kantin

c. Mushola rumah sakit  sedang dalam pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


71

6. Fasilitas Pendukung

Fasilitas-fasilitas pendukung pelayanan yang terdapat di RSU Sari Mutiara

diantaranya adalah:

a. Instalasi jenazah

b. Pelayanan laundry

c. Sumber air bersih

Untuk pengelolaan limbahnya, pihak rumah sakit bekerja sama dengan swasta dan

RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam belum pernah menjalankan program promosi

kesehatan (tidak sejalan dengan Permenkes No. 4 tahun 2012).

4.1.5 Instalasi Gawat Darurat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

IGD Rumah Sakit Umum Sari Mutiara memiliki visi, misi, motto dan tugas

IGD sebagai berikut:

a. Visi IGD : “Mengutamakan keselamatan pasien gawat darurat dan

memberikan pelayanan yang bermutu serta mencegah

kematian/ kecacatan”.

b. Misi IGD :

 Meningkatkan keterampilan dan disiplin pelayanan medis.

 Meningkatkan keterampilan dan disiplin pelayanan dan keperawatan.

 Meningkatkan keterampilan dan disiplin tenaga penunjang medis.

 Meningkatkan kualitas peralatan.

 Meningkatkan kualitas administrasi, logistik dan keuangan.

Universitas Sumatera Utara


72

c. Motto IGD : “Tanggap dalam Masalah, Tepat dalam Keputusan, Cepat

dalam Tindakan”.

d. Tugas IGD : Meminimalisasi kegawatan pasien yang datang ke IGD RSU

Sari Mutiara Lubuk Pakam.

Berikut adalah kunjungan pasien yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSU

Sari Mutiara Lubuk Pakam terlihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.2 Jumlah kunjungan pasien IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam
Tahun 2012-2016

Kunjungan Pasien Tahun


2012 2013 2014 2015 2016
Kunjungan tahunan 20.352 22.313 24.511 26.780 28.462
Kunjungan harian rata-rata 22 26 28 34 36
Kematian pasien IGD per 27 62 55 69 66
tahun
Sumber: Laporan Tahunan RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam Tahun 2012-2016

Pada tabel di atas terlihat bahwa kunjungan pasien meningkat dari tahun 2012 ke

tahun 2016, demikian juga dengan angka kematian pasien IGD per tahun cenderung

meningkat. Kematian pasien ini dipengaruhi oleh kurang lengkapnya fasilitas yang

memadai di IGD khususnya ketersediaan alat-alat medis yang terbatas. Di bawah ini

adalah peralatan yang tersedia di IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam:

Tabel 4.3 Ketersediaan Peralatan di IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam
Tahun 2017

No Jenis Peralatan No Jenis Peralatan No Jenis Peralatan


1 Oksigen 9 Troli Emergency 17 Perban
2 Laringoskop 10 Ambu bag 18 Hecting set

Universitas Sumatera Utara


73

Tabel 4.3 (lanjutan)


3 Spuit 11 Stetoskop 19 Benang
4 Orophangireal air way 12 Papan resusitasi 20 Jarum
5 Infus set 13 Tensimeter 21 Sirkumsisi set
6 Brandcard 14 Termometer 22 Spekulum hidung
7 Gunting besar 15 Tiang Infus 23 Catheter
8 Defriblator 16 Bidai 24 Obat
Sumber: RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

4.2 Gambaran Umum Informan

Berdasarkan hasil wawancara, berikut adalah data informan secara umum

yang diperoleh oleh penulis:

Tabel 4.4 Gambaran Umum Informan

Kode Informan Identitas Masa Jabatan


P.01 Direktur dr. Wendy Okta Pratama 8 bulan
P.02 Kepala IGD Merliana Siregar, Am. Keb. 5 tahun
P.03 Dokter dr. Lolianto 10 tahun
dr. Frans Sihombing 15 tahun
P.04 Perawat Irma Sari, S. Kep. 4 tahun
Rona Astuti, AMK 8 tahun
P.05 Pasien Peserta BPJS (17 orang) -
Asuransi Swasta/lainnya -
(5 orang)
Umum (8 orang) -

Berdasarkan hasil observasi selama proses pengumpulan data di RSU Sari

Mutiara Lubuk Pakam diperoleh hasil adanya flowchart yang membagi pasien di

Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan klasifikasinya, yaitu:

1. Pasien Gawat Darurat, yaitu pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau

akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan

menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Pasien ini

akan diberi kode warna merah.

Universitas Sumatera Utara


74

2. Pasien Darurat Tidak Gawat, yaitu pasien akibat musibah yang datang tiba-

tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Pasien ini akan

diberi kode warna kuning.

3. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat, yaitu pasien yang tidak mengalami

baik kegawatan maupun kedaruratan pada dirinya.. Pasien ini akan diberi kode

warna hijau.

4.3 Identifikasi Permasalahan dalam Instalasi Gawat Darurat

Identifikasi (diagnosis) permasalahan yang merupakan pemborosan (waste) di

IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam dapat diperoleh berdasarkan value stream map,

geographical flowchart, dan value assessment.

4.3.1 Value Stream Map

Value stream map adalah pemetaan aktivitas/proses kerja yang menghasilkan

nilai tambah yang diperoleh langsung di lapangan yang didasarkan pada observasi

kegiatan pasien IGD. Data ini diambil sebagai salah satu tools untuk mengetahui

komposisi value added dan non-value added activities.

Gambar di bawah ini merupakancross functional flowchart pelayanan pasien

di Instalasi Gawat Darurat berdasarkan prosedur yang berlangsung di Rumah Sakit

Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam. Berdasarkan value stream map, maka alur proses

di atas merupakan tindakan yang memberikan nilai (value added). Alur pelayanan

IGD di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam terbagi atas rawat inap dan rawat jalan.

Untuk rawat jalan, dimulai dari pasien masuk ruang IGD (pengantar pasien

Universitas Sumatera Utara


75

mendaftarkan pasien ke loket pendaftaran). Kemudian di ruang IGD, pasien diberikan

tindakan triase oleh dokter/perawat yang bertugas.

Gambar 4.3Value Stream Map Alur Proses (flowchart) Pelayanan Pasien di IGD
Sumber: RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Untuk pasien non emergency(pasien dengan kode label kuning dan hijau),

dilakukan pemeriksaan dokter, layanan penunjang (poliklinik, laboratorium,

radiologi) bila perlu dan tindakan terapi. Selanjutnya, pasien diberikan resep untuk

diambil di bagian apotek. Untuk jenis pasien umum, menyelesaikan administrasi di

kasir lalu pasien diperbolehkan pulang. Sedangkan untuk rawat inap, dimulai dari

pasien masuk ke ruang IGD (pengantar pasien mendaftarkan pasien ke loket

pendaftaran). Kemudian di ruang IGD, pasien diberikan tindakan triase oleh tim

Universitas Sumatera Utara


76

medis yang bertugas. Untuk pasien emergency(pasien dengan kode label merah),

maka dilakukan pemeriksaan dokter, resusitasi, layanan penunjang (poliklinik,

laboratorium, radiologi) dan tindakan khusus apabila diperlukan. Tindakan khusus

berupa operasi atau observasi lanjut. Pada tindakan observasi, pasien bisa saja stabil

atau meninggal. Di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, ruang resusitasi ataupun ruang

observasi tidak dipisahkan dengan ruang tindakan triase.

Pasien gawat darurat yang dinyatakan stabil oleh dokter, akan dirujuk ke

rawat inap. Apabila keadaan setelah di ruang rawat inap membaik, maka pasien boleh

pulang. Namun apabila keadaan setelah di ruang rawat inap memburuk, maka pasien

dipindahkan ke ruang intensif. Selanjutnya bila pasien meninggal, akan dipindahkan

ke kamar jenazah.

Di kasir adalah tempat akhir pasien/keluarganya menyelesaikan proses

administrasi pembayaran. Untuk tindakan medis yang tidak ditanggung oleh BPJS,

maka pasien membayar sesuai dengan harga yang berlaku. Setelah selesai dari kasir,

maka pasien boleh pulang. Demikianlah alur pelayanan gawat darurat di RSU Sari

Mutiara Lubuk Pakam.Melalui Value Stream Map maka selanjutnya dapat dilihat

rasio antara aktivitas yang menambah nilai (value added activity) dengan aktivitas

yang merupakan pemborosan/waste (non value added activity) yang dihitung

berdasarkan satuan waktu.

4.3.2 Geographical Flowchart

Geographical flowchart disebut juga peta aliran proses. Peta aliran proses

menjelaskan secara visual mengenai proses kegiatan pelayanan di IGD dalam layout

Universitas Sumatera Utara


77

tergambar dalam geographicalflowchart yang merupakan suatu diagram menurut

skala yang menunjukkan lokasi dari semua kegiatan yang terjadi. Kegiatan yang

dimaksud adalah pergerakan orang/pasien dan pelaksana dari satu tempat ke tempat

berikutnya yang ditunjukkan oleh garis aliran dibantu anak panah.Berikut adalah peta

aliran proses.pelayanan IGD seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.4:

36,4 m

Gambar 4.4 Diagram Aliran Proses Pelayanan IGD


Sumber: RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa jarak antara loket pendaftaran dan

rekam medis terhadap lokasi IGD cukup jauh yaitu 36,4 meter. Jarak ini diukur

dengan menggunakan meteran oleh penulis.RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

memiliki dua pintu masuk (sayap kiri dan sayap kanan). Letak loket pendaftaran,

rekam medis dan kasir saling berdekatan. Layanan penunjang (poliklinik,

laboratorium dan radiologi) berada di bagian belakang rumah sakit begitu juga

Universitas Sumatera Utara


78

dengan apotek. Jumlah kasir di rumah sakit ini hanya 1 (satu) yaitu yang terletak

dekat dengan loket pendaftaran di dekat pintu masuk.

Gambar 4.5 Diagram Spaghetti Alur Gerakan Petugas di Ruang IGD

Pada gambar di atas, terlihat garis berwarna biru adalah alur motion/gerakan

petugas di ruang IGD. Gerakan terjadi di pintu masuk – meja konsul – tempat tidur

tindakan – lemari penyimpanan – troli emergency – toilet. Gerakan yang terjadi bisa

value added atau non value added (waste). Kecepatan petugas dalam menangani

pasien juga dipengaruhi oleh jarak titik yang satu ke titik yang lain.

4.3.3 Value Assessment

1. Waste yang Terjadi Selama Proses Pelayanan Gawat Darurat

Alur proses pelayanan gawat darurat dikelompokkan berdasarkan tanggung

jawab setiap bagian yang terlibat dalam proses tersebut, yaitu: triase, pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara


79

dokter IGD, meja konsul, layanan penunjang, apotek dan kasir sehingga proses ini

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Triase

Pasien masuk ke ruang IGD dan perawat memberikan tindakan triase.

Pemberian tindakan triase merupakan value added.

Di bawah ini adalah berbagai waste (pemborosan) yang terjadi pada proses

tindakan triase, antara lain:

1) Pada tahap triase, apabila pasien ramai, maka petugas tidak segera

melakukan tindakan karena masih mengerjakan tugas lain yaitu menangani

pasien satunya lagi. Keterbatasan SDM menimbulkan waste yaitu lamanya

waktu pasien diberikan tindakan.

2) Petugas tidak memberikan label triase pada pasien maupun bed pasien.

Waste ini disebabkan belum adanya SPO IGD yang jelas.

3) Pengerjaan berulang seperti pemeriksaan tekanan darah berulang. Waste ini

muncul akibat petugas kelelahan sehingga tidak fokus.

4) Pasien tertusuk jarum berkali-kali untuk pemasangan infus. Hal ini

disebabkan kurangnya pencahayaan di ruang IGD saat malam hari

sehingga penglihatan petugas menjadi kurang jelas.

5) Tidak adanya ruang tunggu bagi pasien IGD yang memadai, sehingga

pasien selama mengantri untuk masuk ke ruang IGD. Waste ini disebabkan

adanya pasien yang tidak disiplin dan tidak adanya petugas yang mengatur.

Universitas Sumatera Utara


80

Penunjuk arah ruang Gawat


Darurat tidak jelas terlihat

Gambar 4.6 Tampilan Penunjuk Arah Ruang IGD di Dekat Pintu Masuk

Waste yang ditemukan oleh peneliti dibenarkan oleh pernyataan kepala IGD

pada wawancara mendalam berikut ini (lihat Lampiran 4):

Tabel 4.5 Waste yang Terjadi di Bagian Pendaftaran berdasarkan Pernyataan


Informan
Pertanyaan Informan: Kasubdep IGD
Apa saja kesulitan yang selama 1. “Tidak ada ruang tunggu khusus pasien,
ini menjadi permasalahan di sehingga apabila pasien ramai maka
IGD? mereka harus berdiri tuh menunggu
antrian, ya kadang ada juga pasien yang
gak sabar jadi main nyelonong masuk gitu
aja sementara di ruang IGD lagi repot-
repotnya. Terakhir ya, pintar-pintar
perawat lah buat mengkondisikan pasien
supaya mau antri di luar sebentar ”

2. “Kurangnya pelatihan ya, maunya pihak


rumah sakit kasi kami pelatihan rutin
karena kan sekarang ini udah banyak
teknik-teknik baru dengan kasus-kasus
baru yang semakin kompleks. Di sini udah
petugasnya terbatas, gak ada pula
pelatihan jadinya kewalahan sangat.”

Universitas Sumatera Utara


81

Tabel 4.5 (lanjutan)


Pertanyaan Informan: Pasien IGD
Adakah keluhan bapak/ibu 1. “Di rumah sakit ini gak ada petunjuk
terhadap keadaan IGD? prosedur pelayanan. Kami aja bingung
kadang perawatnya gak kasi tau kami
apapun, kami cuma disuruh tenang terus
dia periksa.”

2. “Gak ada ruang tunggu khusus IGD.


Sementara ruang tunggu cuma ada di
dekat loket pendaftaran. Padahal itu jauh
kali dari sini (IGD).”

3. “Perawatnya pun masa’ gak bisa cepat


dia menusukkan jarum infus itu. Udah
awak sakit malah tambah sakit
dibuatnya.”

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, dapat disimpulkan bahwa

masalah yang ditemukan berdasarkan hasil observasi sesuai dengan hasil wawancara

mendalam dengan informan. Di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, ruang resusitasi

ataupun ruang observasi tidak dipisahkan dengan ruang tindakan triase. Jadi, dengan

kondisi ruangan yang hanya memiliki 2 tempat tidur dengan 2 tenaga perawat dan 1

tenaga dokter per shift nya (1 shift = 8 jam sehari) memunculkan masalah baru

(waste) pada proses pelayanan gawat darurat contohnya seperti lamanya pemberian

tindakan, waktu tunggu pasien serta kesalahan teknis yang dilakukan oleh tim medis.

b. Pemeriksaan Dokter

Setelah perawat selesai memberikan tindakan triase, maka dokter pun

melakukan pemeriksaan baik terhadap pasien emergency maupun pasien non

emergency. Berikut ini adalah berbagai pemborosan (waste) yang terjadi pada proses

pemeriksaan oleh dokter IGD:

Universitas Sumatera Utara


82

1) Pasien menunggu dokter IGD terlalu lama hingga 3 jam. Hal ini

diakibatkan dokter tidak disiplin, saat giliran/shiftjaga, dokter justru tidak

ada di tempat. Terkadang direktur turun tangan mengambil alih tugas

dokter IGD.

2) Pasien yang terlalu lama menunggu dokter, ada yang memutuskan untuk

pulang. Ini adalah waste.

3) Saat pasien ramai, dokter menjadi terburu-buru sehingga ada beberapa

pasien yang mengalami tertusuk oleh jarum suntik padahal hal tersebut

tidak perlu. Hal ini merupakan waste.

4) Dokter terpeleset oleh cairan tubuh (urin, muntahan dan darah) pasien.

Kejadian ini mengakibatkan dokter harus tertunda sejenak (waste) untuk

melakukan pemeriksaan karena harus membersihkan diri dari cairan tubuh

tersebut.

5) Saat pemeriksaan berlangsung, dokter mencari stetoskop. Hal ini

disebabkan lemari yang seharusnya adalah tempat penyimpanan alat dan

bahan untuk pelayanan gawat darurat, namun dialokasikan sebagai tempat

penyimpanan dokumen lama pegawai. Akibatnya, susunan penempatan alat

dan bahan tidak rapi.

6) Habisnya ketersediaan kapas atau perban di ruang IGD, sehingga perawat

harus mengambil persediaan dari ruangan poliklinik. Akibatnya pasien

berikutnya akan menunggu lebih lama apabila ada pasien sebelumnya yang

dilakukan tindakan. Hal ini menyebabkan waste.

Universitas Sumatera Utara


83

Hal ini didukung dengan hasil wawancara mendalam dengan dokter IGD

seperti di bawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Mendalam dengan Dokter IGD

Pertanyaan Informan: Dokter IGD


Bagaimana permasalahan 1. “Kesulitannya itu pas mau mengambil
yang dihadapi di IGD? peralatan ya semisal stetoskop.
Seharusnya itu digantung aja di dinding
biar gampang, tapi diletakkan di dalam
lemari pula yang berantakan ini.”

2. “Karena dokternya di sini cuma sendiri


jadi ya kewalahan ya. Kadang kita gak
perhatikan lagi apa yang kita kerjakan,
kayak tadilah terpeleset saya sama
muntahan pasien muntaber itu, sakit juga
saya rasa, tapi meskipun gitu ya dipala-
palai buat tetap menangani pasien.”

3. “Ini disini suhu ruangannya kurang sejuk,


gak ada ventilasi jadi kurang pas juga
sebenarnya untuk dijadikan ruang IGD.
Kadang kita pun sebagai dokter jadi
kurang betah apalagilah pasien ya kan.”

Di bawah ini adalah kondisi saat pasien harus menunggu dokter untuk melakukan

pemeriksaan karena dokter belum hadir di ruang IGD. Kejadian dimana pasien harus

menunggu tindakan akibat dokter yang tidak disiplin, bukanlah hal yang baru namun

sudah sering terjadi di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam.

Gambar di bawah ini merupakan tampilan di dalam ruangan IGD RSU Sari

Mutiara Lubuk Pakam dimana di ruang IGD hanya tersedia 2 tempat tidur yang layak

dipakai untuk setiap tindakan pelayanan gawat daruratnya.

Universitas Sumatera Utara


84

Gambar 4.7 Tampilan Ruang IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

c. Konsul

Setelah dokter melakukan pemeriksaan, maka aktivitas selanjutnya adalah

komunikasi antara dokter dengan pasien atau yang disebut dengan konsul. Pada tabel

di bawah ini merupakan hasil Assessment value added yaitu dimana pasien bertemu,

berkonsultasi dan diperiksa oleh dokter di IGD.

Tabel 4.7Value Assessment Pasien di IGD

No Tanggal Jam Jam Masuk Jam Keluar Rata2 waktu


Penelitian Daftar IGD IGD periksa
1 05/11/2017 07.02 07.18 07.33 15 menit
2 05/11/2017 07.23 08.10 08.30 20 menit
3 11/11/2017 08.24 08.45 09.05 20 menit
4 11/11/2017 08.10 08.33 08.50 17 menit
5 11/11/2017 08.35 09.02 09.32 30 menit
6 11/11/2017 08.42 09.58 10.13 15 menit
7 11/11/2017 08.58 10.22 10.56 34 menit
8 11/11/2017 19.25 21.02 21.20 18 menit
9 11/11/2017 19.38 21.28 22.01 33 menit
10 14/11/2017 07.41 08.05 08.32 27 menit
11 14/11/2017 08.12 08.41 09.03 22 menit
12 14/11/2017 08.35 09.17 09.34 17 menit

Universitas Sumatera Utara


85

Tabel 4.7 (lanjutan)


13 15/11/2017 08.24 08.44 08.59 15 menit
14 15/11/2017 08.48 09.15 09.33 18 menit
15 22/11/2017 07.22 08.05 08.33 28 menit
16 22/11/2017 07.46 08.42 09.07 25 menit
17 22/11/2017 18.12 19.18 19.40 22 menit
18 22/11/2017 18.44 19.52 20.32 44 menit
19 22/11/2017 19.02 20.32 20.54 22 menit
20 22/11/2017 19.22 21.02 21.20 18 menit
21 28/11/2017 09.41 09.56 10.11 15 menit
22 28/11/2017 10.04 10.22 10.57 35 menit
23 01/12/2017 08.31 08.44 09.02 18 menit
24 01/12/2017 09.47 10.12 10.34 22 menit
25 05/12/2017 10.12 10.46 11.19 33 menit
26 05/12/2017 10.33 11.30 12.00 30 menit
27 05/12/2017 10.52 12.08 12.28 20 menit
28 05/12/2017 21.11 22.38 22.53 15 menit
29 05/12/2017 21.38 22.20 23.18 58 menit
30 05/12/2017 21.53 23.32 23.52 20 menit

Berikut ini adalah waste yang terjadi pada proses konsul antara dokter dan

pasien, yaitu:

1) Dokter tidak fokus akibat keletihan sehingga memberikan informasi yang

kurang tepat kepada pasien. Hal ini dapat memicu miskomunikasi yang

merugikan pasien dan rumah sakit. Ini merupakan waste.

2) Biasanya dokter juga menggunakan meja konsul ketika sedang berkomunikasi

dengan pasien IGD. Kondisi meja konsul yang tidak rapi, ini juga adalah

waste.

3) Dokter dan perawat telah selesai melakukan tindakan di IGD namun status

rekam medis pasien belum diantar ke ruang IGD. Maka dokter yang bertugas

harus menunggu datangnya rekam medis pasien oleh petugas untuk kemudian

diisi dan dilengkapi oleh dokter tersebut. Ini merupakan waste.

Universitas Sumatera Utara


86

Gambar 4.8 Tampilan Ruang IGD dari Pintu Masuk

Waste yang ditemukan oleh penulis dibenarkan oleh pernyataan

dokter/perawat dan kepala IGD pada wawancara mendalam berikut ini (lihat

Lampiran 4):

Tabel 4.8Waste yang Terjadi di Bagian IGD Berdasarkan Pernyataan Informan

Pertanyaan Informan: Dokter


Bagaimana permasalahan 1. “Kalo pas jaga malam itu yang repot
yang dihadapi di IGD karena badan sudah letih, jadi kadang
suka tidak fokus karena bawaannya
badan ini pengen istirahat.”
2. “Terkadang kapas atau perban tidak
tersedia di IGD karena persediaan sudah
habis dan pihak RS belum belanja.”
Pertanyaan Informan: Perawat IGD
Apa saja kesulitan yang 1. “Keterbatasan persediaan inventaris
selama ini dihadapi oleh IGD? IGD seperti tidak adanya mesin suction,
serta terkadang perban atau kapas habis
karena pihak manajemen belum
belanja.”

Universitas Sumatera Utara


87

Tabel 4.8 (lanjutan)


2. “Kurangnya profesionalitas bekerja dari
RM sehingga seringkali perawat harus
menjemput dokumen rekam medis
sementara perawat di IGD sendiripun
terbatas cuma 2 orang.”

Di antara waste yang terjadi di IGD seperti temuan di atas, habisnya inventaris di

IGD seperti halnya kapas atau perban merupakan waste yang sering terjadi berulang

kali. Hasil wawancara dengan kepala IGD yang menyatakan bahwa habisnya perban

atau kapas di ruang IGD adalah karena pihak manajemen belum belanja. Kepada

penulis, pihak IGD mengaku bahwa biasanya RS akan belanja setiap satu kali dalam

sebulan. Namun hal ini masih belum dapat memenuhi persediaan di IGD, mengingat

padatnya kunjungan pasien setiap hari ke rumah sakit, tentu dengan belanja sekali

dalam sebulan tanpa adanya monitoring ataupun follow up dari pihak manajemen

akan mempengaruhi persediaan alat dan bahan di IGD.

2. Waste di Bagian Penunjang (Laboratorium/Radiologi)

Apabila pasien memerlukan pemeriksaan penunjang, maka pasien mendapat surat

konsul ke laboratorium atau radiologi. Bagi pasien harus menunjukkan surat

pengantar/konsul dari dokter yang akan diperiksa oleh petugas. Berikut adalah waste

yang terjadi di bagian layanan penunjang (laboratorium/radiologi), yaitu:

a. Pada pasien umum secara khusus, setelah menyerahkan surat pengantar

untuk pemeriksaan penunjang, maka akan segera dilakukan tindakan,

kemudian pasien diminta untuk membayar pemeriksaan tersebut di kasir,

Universitas Sumatera Utara


88

lalu pasien kembali lagi ke ruangan laboratorium/radiologi untuk

menyerahkan bukti bayar dan mengambil hasilnya. Hal ini menyebabkan

waste mengingat jauhnya letak antara lokasi laboratorium/radiologi

dengan kasir.

b. Pasien kemungkinan tidak membayar tindakan, namun bahan reagen/film

rontgen sudah terpakai.

3. Bagian Apotek

Di bagian apotek, selama penelitian berlangsung, penulis melakukan

perhitungan waktu tunggu pasien dengan menggunakan stopwatch, baik obat racik

maupun obat fast moving/non racik sehingga peneliti dapat melihat sendiri kecepatan

dan kecermatan petugas apotek dalam melayani resep. Berikut adalah waste yang

terjadi di apotek:

a. Pasien mengantri untuk menerima obat yang disiapkan oleh petugas apotek.

b. Seperti lazimnya di setiap rumah sakit, setiap langkah selanjutnya adalah

proses menunggu obat diracik. Waktu rata-rata pasien menunggu adalah 30

menit. Akan tetapi, setiap informan yang peneliti tanyakan merasa bahwa

proses menunggu di apotek selama 30 menit tidak terlalu lama (non avoidable

waste).

Waste yang ditemukan oleh peneliti tersebut di atas kemudian dibenarkan oleh

pernyataan para pasien pada saat wawancara mendalam seperti yang dipaparkan pada

table berikut ini di bawah ini (lihat Lampiran 4):

Universitas Sumatera Utara


89

Tabel 4.9 Keluhan Pasienterhadap Prosedur Pelayanan Gawat Darurat

Pertanyaan Informan: Pasien


Adakah keluhan terhadap “Di bagian pendaftaran lama, nunggu
ketepatan dan kecepatan pelayanan dokter juga lamanya minta ampun terus
di IGD? perawatnya lagi kurang ramah. Apa lagi
ya, paling waktu nunggu di apotek itulah
paling cepat 30 menit lah. ”

Dalam menunggu proses pelayanan, “Ya memang ini lama kali tapi kan mau
apa yang biasa dilakukan? gimana lagi karena kita yang butuh. Ya
selagi nunggu paling ya ngobrol sama
pasien lainlah. Terus memang proses
meracik obat itu kan lama. Nanti kalo
petugasnya diburu-buru, bisa-bisa salah
kasi obat ke pasien.”

Di bawah ini adalah hal-hal yang mempengaruhi kecepatan pelayanan di

apotek RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam:

i. Nomor antrian dibedakan antara resep puyer dan non puyer.

ii. Jumlah petugas yang hadir (kadang-kadang banyak yang dinas/turun juga)

iii. Jumlah pasien yang ada (bila liburan sekolah atau awal bulan, pasien

cenderung lebih banyak)

iv. Ruangan apotek menggunakan kaca bening sehingga pasien bisa melihat

langsung petugas apotek yang sedang bekerja.

v. Nomor antriannya tidak bisa disela.

vi. Sebelum resep datang antara pukul 07.30 – 10.00 WIB, petugas apotek sudah

mempersiapkan obat yang sering digunakan ke dalam plastik obat-obatan

standar atau obat-obat racikan (dapat digunakan sampai dengan 2 (dua) hari).

Universitas Sumatera Utara


90

4.3.4 Hasil Value Assessment Pasien

Pada assessment pasien di rumah sakit, perhitungan dimulai saat pasien

masuk ke ruang IGD.Value assessment untuk aliran pasien dipaparkan dalam Tabel

4.10 di bawah ini, pada hari Jumat, 01 Desember 2017 di mana pasien lebih banyak

daripada hari kerja biasa karena tanggal tersebut adalah hari libur nasional.

Tabel 4.10 Value Assessment AlurPelayanan IGD

No Kegiatan Waktu Aliran Informasi Value Non Value added


rata-rata added Avoidable Non
(detik) (detik) Avoidable
1 Masuk ruang IGD 23 Bed disiapkan 23
2 Menunggu 4200 Alat disiapkan 4200
tindakan triase oleh perawat
3 Tindakan triase 720 720
4 Menunggu 824 Alat disiapkan 824
diperiksa dokter oleh perawat
5 Pemeriksaan 1800 RM disiapkan 1800
dokter IGD
6 Konsul 587 Surat Konsul 587
7 Pemeriksaan 1750 Hasil Lab 1750
Lab/Rad

8 Kasir 30 Bayar jasa dokter 30


9 Menerima hasil 7 Hasil Lab 7
lab/rad
10 Masuk ruang IGD 824 Resep 824
(menyerahkan
hasil lab)

11 Apotek 15 Kelengkapan adm 15


(menyerahkan obat
resep)
12 Menunggu obat 1293 Obat disiapkan 1293
13 Resep selesai dan 82 Obat diterima dan 82
edukasi obat edukasi

TOTAL 12155 3219 6819 2117

Value added (VA) = 3219/12155 x 100%= 26,48%


Non value added (NVA) = 8936/12155 x 100%= 73,52%

Universitas Sumatera Utara


91

Berdasarkan hasil observasi di atas, diperoleh bahwa aktivitas keseluruhan

dalam alur pelayanan gawat darurat yang value added hanya 26,48% (berada di

bawah 30%).Penyumbang waste terbesar adalah pada proses tindakan triase, dimana

waktu tunggu yang dibutuhkan pasien untuk memperoleh tindakan triase adalah rata-

rata 4200 detik (70 menit). Hal ini disebabkan pasien harus sabar menunggu

gilirannya akibat keterbatasan jumlah bed dan perawat di IGD. Suatu rumah sakit

dikatakan lean apabila rasio antara aktivitas yang memberikan nilai (value added)

dengan aktivitas yang tidak memberikan nilai/pemborosan (non value added/waste)

mencapai 30%.

4.3.5 Visual Management Assessment IGD

VSM digunakan untuk alat bantu yang memperlihatkan masalah, peringatan,

peraturan, dan hal lainnya dalam waktu yang cepat tanpa harus

menghadirkan/memerlukan bantuan dari pihak-pihak atau personel lain untuk

membantu menyampaikan, mentransfer informasi yang akan disampaikan kepada

personel lain. Hal ini dapat membuat kondisi ataupun masalah yang abnormal

menjadi terlihat oleh petugas pelaksana sehingga dengan segera dapat diketahui benar

atau tidaknya.

Tabel 4.11 Visual Management Assessment di IGD

Visual
No Lokasi Management Bentuk VM
Ada Tidak
1 Pintu masuk menuju  Petunjuk arah menuju ke ruang
ruang IGD IGD kurang jelas

Universitas Sumatera Utara


92

Tabel 4.11 (lanjutan)


2 Klasifikasi pasien  Jalur antrian khusus untuk pasien
IGD di depan ruang IGD
Tempat form  Tulisan form terlalu kecil
pendaftaran
Informasi tentang  Info tentang keberadaan layanan
pelayanan dokter/hari libur dll
3 Petunjuk alur proses  Dapat berupa banner;
sesuai klasifikasi pasien Dapat berupa brosur
di IGD
4 Petunjuk lokasi ruang  Tulisan di atas pintu ruangan jelas
poliklinik, lab/radiologi
Petunjuk keberadaan  Announcement:
poliklinik, dekat pintu IGD dan pendaftaran
laboratorium/ radiologi
Petunjuk keberadaan  Ditulis di lokasi toilet
toilet
5 Lemari penyimpanan  Tiap rak dipakai untuk menyimpan
peralatan medis di peralatan ruang IGD, bukan untuk
ruang IGD penyimpanan dokumen pegawai
lama

Dari hasil perhitungan Value Stream Map di atas, maka diperoleh non-value

added untuk kegiatan per pasien. Hal ini sejalan dengan konsep lean yang

menyatakan bahwa segala bentuk waste bagi pelanggan dan tidak menambahkan nilai

tambah (value) harus dihilangkan atau diminimalisasi. Berdasarkan observasi

langsung dengan menggunakan alat 7 waste di pelayanan kegawatdaruratan dimulai

dari pendaftaran hingga apotek, diperoleh permasalahan utama yang menjadi keluhan

dari pasien di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam.Seven plus one waste ini diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Confusion akibat ketidakjelasan regulasi atau SPO yang berdampak pada

errors atau kesalahan pada dokumen.

Universitas Sumatera Utara


93

2. Transport of document and communication.

3. Doing unnecessary work (motion not requested) seperti menelepon saat

melakukan pekerjaan di ruang IGD.

4. Waiting for the next process step (delay)yaitu kegiatan mengantri atau

menunggu dokter.

5. Inventory yaitu kurangnya atau lebihnya stok obat di gudang farmasi.

6. Defects (cacat) seperti perawat yang melakukan pekerjaan berulang seperti

mengukur tekanan darah akibat tidak fokus atau salah baca tensimeter.

7. Overproduction (duplication/rework) seperti kesalahan saat mengisi status

pasien di dokumen rekam medis.

8. Underutilized employees yaitu adanya pegawai yang bekerja tidak sesuai

dengan latar belakang pendidikannya.

Di bawah ini adalah jenis pemborosan yang ditemukan saat penelitian

berlangsung berdasarkan method, man, machine dan environment pada proses

pelayanan kegawatdaruratan di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam. Terdapat 4 (empat)

permasalahan yang diteliti pada Instalasi Gawat Darurat di RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam, yaitu:

a. Permasalahan berdasarkan struktur organisasi/method, yaitu

leadership dari direktur dan pihak manajemen IGD dalam menanggapi

kesenjangan masalah yang terjadi pada proses pelayanan di RSU Sari

Mutiara Lubuk Pakam serta sikap/keputusan yang dilakukan oleh

petugas IGD dalam proses kerja seperti justifikasi dokter.

Universitas Sumatera Utara


94

b. Permasalahan berdasarkan SDM/man, yaitu kompetensi tenaga rumah

sakit, serta kegiatan manajerial yang kurang optimal.

c. Permasalahan berdasarkan peralatan pendukungnya/machine, yaitu

sarana dan prasarana yang membantu proses kerja di Instalasi Gawat

Darurat seperti ketersediaan obat, mobil ambulans, ventilasi ruangan,

sistem komputer, tempat tidur, meja informasi dan lain-lain.

d. Permasalahan berdasarkan lingkungan/environment, yaitu tidak

jelasnya prosedur atau peraturan yang berlaku di rumah sakit sehingga

baik petugas maupun pasien melakukan aktivitas berdasarkan persepsi

mereka masing-masing.

Tabel 4.12“Seven plus One”Type of Waste pada Proses Pelayanan


Kegawatdaruratan RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Lokasi Waktu
No Jenis Waste Resources Alasan Terjadinya
Pemborosan Kejadian
1 Pasien yang Man IGD Proses Kurangnya SDM dan
menunggu pelayanan ketersediaan tempat
karena petugas gawat tidur di ruang IGD
belum selesai darurat
menangani
pasien lainnya
2 Pasien Man IGD Proses Dokter terlambat
menunggu pelayanan datang karena jarak
kedatangan gawat antara RS dengan
dokter yang darurat rumah cukup jauh
bertugas di IGD (method);
Kurangnya SDM
yang bertugas di IGD
3 Dokter IGD Man Ruang Proses Petugas RM masih
menunggu penyimpanan konsul membutuhkan waktu
petugas rekam RM untuk mencari dan
medis mengambil RM yang
menemukan lainnya (method);
berkas RM

Universitas Sumatera Utara


95

Tabel 4.12 (lanjutan)


4 Lemari untuk Man Ruang IGD Selama Lemari dialokasikan
menyimpan proses sebagai tempat
peralatan IGD pemeriksaan penyimpanan
tidak rapi dokumen pegawai
lama (machine)
5 Belum adanya Machine Rumah Sakit Selama Petugas masih
sistem komputer proses mengandalkan daya
yang pelayanan ingatnya saja dan
menghubungkan gawat komunikasi verbal
antar darurat face-to-face (method)
departemen
(ruang IGD –
layanan
penunjang –
rawat inap)
6 Dokter Man IGD Selama Berkas RM belum
melakukan proses dikirimkan ke IGD
aktivitas lain pelayanan (method);
gawat
darurat Habisnya persediaan
kapas atau perban di
IGD (machine)
7 Perawat Man IGD Proses Perawat tidak fokus
melakukan pelayanan akibat kelelahan
pemeriksaan gawat
tekanan darah darurat
berulang
8 Sistem komputer Machine Loket Selama Sewaktu petugas
yang digunakan pendaftaran proses melakukan entry data
tidak secara pendaftaran pasien, harus buka
otomatis tutup program data
menyimpan data
pasien
9 Petugas bolak- Environment Ruang IGD Selama Habisnya
balik ruangan proses ketersediaan kapas,
IGD dan pelayanan perban dan jarum
poliklinik/apotek pasien suntik sehingga
perawat mengambil
persediaan dari
departemen lain
10 Petugas Environment Ruang IGD Proses Perawat kurang
menusukkan pelayanan cekatan sehingga
jarum ke pasien gawat harus menusukkan
berulang kali darurat jarum berulang kali
membuat pasien ke pasien untuk
merasa tidak memasang infus
nyaman

Universitas Sumatera Utara


96

Tabel 4.12 (lanjutan)


11 Menerima Method Ruang IGD Proses Petugas selama
telepon penanganan melayani pasien, juga
pasien harus menerima
telepon dari luar
(klinik, rekan kerja
dll)
12 Perawat IGD Method Ruang Selama Dokter di IGD telah
mengambil penyimpanan proses selesai dengan pasien
sendiri berkas rekam medis pencarian namun RM belum
RM di ruang RM datang akhirnya
penyimpanan perawat yang
mengambil sendiri
RM
13 Dokter Environment Ruang IGD Proses Sering terjadi karena
terpeleset urin, pelayanan kecelakaan kerja
muntahan dan pasien karena dokter tidak
darah pasien mengenakan APD
14 Dokter terciprat Method Ruang IGD Selama Petugas tidak fokus,
darah pasien proses terburu-buru
atau tertusuk pelayanan
jarum suntik IGD
15 Justifikasi Method Ruang IGD Selama Perawat yang
tingkat proses sebelumnya telah
kegawatan pelayanan melakukan tindakan
pasien IGD triase, tidak
memberikan label
triase kepada pasien
16 Tidak Method Ruang IGD Selama Tidak jelasnya SPO
diberikannya proses IGD yang berlaku
label triase pelayanan
gawat
darurat
17 Kesalahan Method Ruang IGD Selama Petugas tidak fokus;
pengambilan proses terburu-buru.
peralatan medis pelayanan Lemari penyimpanan
gawat tidak tersusun rapi
darurat
18 Jumlah jarum Machine Ruang IGD Selama Tidak adanya
suntik kurang proses pengawasan dari
layanan manajemen IGD
gawat
darurat
19 Jumlah tempat Machine Ruang IGD Selama Tidak adanya evaluasi
tidur tidak sesuai proses dan anggaran dari
dengan SPM layanan manajemen untuk
IGD Kepmenkes gawat menambah tempat
No. 856 Tahun darurat tidur

Universitas Sumatera Utara


97

Tabel 4.12 (lanjutan)


2009
20 Persediaan Machine Ruang IGD Selama Tidak adanya
kapas dan proses pelaporan rutin dari
perban di IGD layanan petugas IGD maupun
habis gawat monitoring dari
darurat manajemen IGD
terhadap ketersediaan
alat dan bahan di IGD

21 Perawat tidak Man Ruang IGD Saat pasien Minimnya


ramah baru ingin komunikasi perawat
melakukan kepada pasien
pemeriksaan membuat pasien
bingung akan
tindakan yang hendak
diberikan kepadanya
22 Dokter yang Man IGD Saat pasien Tidak ada
bertugas ingin pemberitahuan berupa
mendadak melakukan tulisan di papan
berhalangan dan pemeriksaan pengumuman
terlambat sehingga pasien harus
menunggu lebih lama

23 Pasien baru Environment Loket Proses Banner tentang alur


kesulitan pendaftaran pendaftaran proses tidak ada;
mengetahui alur Tidak ada petugas d
proses depan loket
pelayanan pendaftaran yang
mengarahkan
keluarga/pengantar
pasien
24 Pasien tidak Environment IGD Proses Minim penunjuk arah
mengetahui pelayanan ruangan
ruangan (toilet,
laboratorium,
poliklinik,
pendaftaran)
25 Pasien Environment IGD Proses Aturan tata cara
berkerumunan di pelayanan pendaftaran tidak
depan pintu tegas;
masuk IGD Jika pasien terlalu
banyak maka pasien
suka masuk sendiri ke
ruang IGD tanpa
mengantri
26 Pemanfaatan Machine RSU Sari Selama Personil yang ada
personil di ruang Mutiara tidak tidak menjabat

Universitas Sumatera Utara


98

Tabel 4.12 (lanjutan)


IGD yang ada adanya sebagai Kasubdep
tidak optimal koordinator/ IGD
manajemen
yang
kompeten
terhadap
petugas
IGD
27 Personil yang Machine IGD Selama Tidak ada sanksi
bertanggung kegiatan terhadap dokter yang
jawab terhadap pelayanan terlambat atau
seluruh proses gawat mendadak tidak hadir;
pelayanan di darurat Kurangnya ketegasan
IGD masih dari kepala IGD
belum bekerja terhadap pegawai
secara optimal yang belum
melakukan pekerjaan
secara optimal

Permasalahan utama di IGD adalah tidak adanya SPO (Standar Prosedur Operasional)

yang jelas, keterbatasan perawat dan dokter dalam menangani pasien serta kurangnya

ketersediaan fasilitas di IGD.

4.4 Action Planningsesuai Manajemen Pelayanan Kegawatdaruratan yang

Ideal berdasarkan Prinsip Lean Hospital

Setelah diketahui permasalahan yang terjadi dalam pelayanan

kegawatdaruratan di IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, maka penulis menyusun

disain usulan perbaikan yang disesuaikan dengan manajemen pelayanan

kegawatdaruratan yang ideal berdasarkan prinsip-prinsip lean hospital.Action

planning dibuat berdasarkan man, method, machine dan environmental.

Tabel 4.13 Action Planning dalam Pelayanan Kegawatdaruratan berdasarkan


Prinsip Lean Hospital

Resources What Why How Where


Man Peningkatan Perawat Latihan Dinas Ruang rapat

Universitas Sumatera Utara


99

Tabel 4.13 (lanjutan)


Resources What Why How Where
kompetensi melakukan Dalam (LDD) RSU Sari
tenaga medis pemeriksaan Mutiara
dan non medis triase berulang
Perawat tidak
ramah
Meminta tenaga
Jumlah pasien
Penambahan tambahan Ruang IGD
tidak sebanding
tenaga dokter kepada RSU RSU Sari
dengan jumlah
dan perawat Sari Mutiara Mutiara Lubuk
tenaga medis
IGD Medan melalui Pakam
yang ada
Yayasan
Dokter datang
Meninjau terlambat atau RSU Sari
Mengatur waktu
kembali waktu mendadak Mutiara Lubuk
kerja dokter
praktik dokter berhalangan Pakam
hadir
Menambahkan
program e-
kanban untuk
Meningkatkan melakukan
Tidak ada arsip
kemampuan rekam data Pendaftaran,
informasi yang
SIMRS dengan pasien yang IGD, Poliklinik,
jelas mengenai
menggunakan e- saling terhubung Rawat Inap
data pasien
kanban dengan
departemen
lainnya

Lemari Pindahkan
dialokaskan dokumen lama
sebagai tempat ke ruang
penyimpanan administrasi
Penataan
dokumen lama umum
kembali rak Ruang IGD
Merapikan letak
penyimpanan
Kesalahan dan susunan
pengambilan perlatan medis
Method peralatan medis di dalam lemari

Label triase
Keraguan dalam dibuat dan
justifikasi dipasang di
Pemberian label
tingkat pergelangan Ruang IGD
triase
kegawatan tangan pasien
pasien dan tempat tidur

Mengoptimalkan Persediaan Melakukan Ruang rapat


Machine
kegiatan jarum suntik, pertemuan/ RSU Sari

Universitas Sumatera Utara


100

Tabel 4.13 (lanjutan)


Resources What Why How Where
manajerial perban dan rapat rutin Mutiara Lubuk
kapas habis secara konsisten Pakam
Jumlah tempat (harian,
tidur tidak mingguan dan
sesuai bulanan)
Seluruh pegawai
Sering terjadi medis dan non
kecelakaan kerja medis wajib
karena dokter bekerja dengan RSU Sari
tidak prosedur yang Mutiara Lubuk
mengenakan berlaku, bagi Pakam
APD (Alat yang tidak patuh
Menyusun
Pelindung Diri) akan diberikan
Standar
sanksi
Prosedur
Disusun alur
Operasional Aturan tata cara
pendaftaran
yang jelas pendaftaran Pendaftaran
yang harus
tidak tegas
dipatuhi
Dibuat banner
dan brosur RSU Sari
Minim penunjuk
untuk Mutiara Lubuk
arah ruangan
memudahkan Pakam
pasien
Pasien
menunggu lama
Membedakan karena petugas
ruang konsultasi belum selesai
Dibuat ruangan Ruang IGD
dan ruang menangani
khusus RSU Sari
tindakan dengan pasien lainnya
observasi dan Mutiara Lubuk
ruang observasi Pasien merasa
operasi Pakam
dan ruang kurang nyaman
operasi dengan
privasinya

Environmental Memisahkan
Meja kerja yang barang-barang
Ruang IGD
berantakan yang tidak
diperlukan
Menerapkan
Disediakan meja
budaya kerja 5S
dan alat tulis di
dan
Tidak loket
implementassi
tersedianya pendaftaran
error proofing Pendaftaran
ruang tunggu untuk
yang memadai mengurangi
waktu tunggu

Universitas Sumatera Utara


101

Tabel 4.13 (lanjutan)


Resources What Why How Where
Tidak tersedia
ventilasi yang Dibuat ventilasi
memadai, di ruangan,
penerangan penerangan
Ruang IGD
yang kurang yang lebih baik
baik dan tempat dan penyediaan
sampah. tempat sampah

Petugas
menusukkan Diposisikan
jarum ke pasien perawat yang
Ruang IGD
berulang kali senior atau lebih
untuk terlatih di IGD
memasang infus
Letak ruang Lokasi IGD
Letak ruang
IGD berada di dipindahkan ke
IGD dan RSU Sari
dalam gedung tempat yang
layanan Mutaira Lubuk
RSU dan jauh letaknya dekat
penunjang Pakam
dari loket dengan bagian
dibuat strategis
pendaftaran informasi

Usulan-usulan ini telah diterima oleh RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam dan dicoba

untuk diterapkan selama penelitian berlangsung.

4.5 Implementasi Lean (Action Taking)

Setelah mengetahui aktivitas-aktivitas yang merupakan value added dan non-

value added, maka penulis membuat disain perbaikan yang dicoba diimplementasikan

di instalasi gawat darurat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam. Berikut adalah

implementasi lean yang terjadi selama penelitian berlangsung.

a. Peningkatan Kompetensi Tenaga Medis dan Non Medis

Untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan petugas medis di IGD,

maka perlu diadakan LDD (Latihan Dinas Dalam) yang diadakan RSU Sari

Mutiara sendiri dengan meminta bantuan dari tenaga terlatih dari luar. Adanya

Universitas Sumatera Utara


102

pelatihan ataupun kursus tidak sebatas dengan petugas IGD tapi semua anggota

RS dengan jenis pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi sehingga

perlu kerja sama dengan bagian lain. Hal ini telah dicoba dilakukan pertama kali

di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, yaitu pelatihan terkait K3 pada tanggal 23

Desember 2017 dengan mengundang tenaga ahli dari Medan.

Pelatihan perdana di RSU Sari Mutiara

Gambar 4.9 Pelatihan K3 di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Hasilnya, karyawan rumah sakit semakin antusias dalam belajar dan motivasi

kerja meningkat. Hal ini terbukti dengan berkurangnya keluhan petugas terhadap

manajemen ataupun direksi rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


103

Gambar 4.10 Model e-kanban di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Kanban adalah tanda yang menunjukkan data pasien yang terintegrasi. Maka

e-kanban merupakan sistem elektroniknya. Usulan penulis adalah agar pihak rumah

sakit menambahkan program e-kanban untuk melakukan rekam data pasien IGD

yang terhubung dengan departemen lainnya. Hal ini juga dapat mengatasi

keterbatasan tempat penyimpanan rekam medis yang menjadi sumber waste di RSU

Sari Mutiara Lubuk Pakam.

b. Meninjau Kembali Waktu Praktik Dokter

Rumah sakit sangat membutuhkan kehadiran dokter dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya, sementara dokter spesialis di RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam sangatlah terbatas dan dokter umum yang selalu standby di IGD hanyalah satu

orang. Adanya dokter tamu dalam fungsi pelayanannya, tentu akan sangat membantu

rumah sakit dalam fungsi pelayanannya. Namun demikian, rumah sakit juga perlu

Universitas Sumatera Utara


104

untuk memfasilitasi pasien dalam memperoleh pelayanan dan kenyamanan yang

dibutuhkan.

Before Lean

After Lean

Gambar 4.11 Pengumuman Jadwal Dokter di RSU Sari Mutiara

Sebelumnya, pihak rumah sakit hanya menuliskan secarik kertas dan diletakkan di

depan ruangan IGD/poliklinik apabila dokter terlambat/berhalangan hadir. Namun,

melalui pendekatan lean, pihak rumah sakit memutuskan untuk menampilkan jadwal

rutin dari setiap dokter di rumah sakit pada papan pengumuman. Hal ini

mengakibatkan berkurangnya pasien yang pulang tanpa bertemu dokter.

c. Mengoptimalkan Kegiatan Manajerial

Sebelumnya, pasien maupun keluarga pasien harus mengantri sambil berdiri

di loket pendaftaran untuk mengisi form dan melengkapi administrasi, sehingga rata-

rata waktu tunggu di loket pendaftaran hingga 60 menit. Kemudian penulis bersama

dengan pihak RSU Sari Mutiara mengadakan meja dan alat tulis di dekat loket

pendaftaran sehingga keluarga pasien/pasien bisa mengisi form di tempat yang telah

Universitas Sumatera Utara


105

disediakan. Setelah disediakannya meja khusus untuk pengisian form dan alat tulis di

loket pendaftaran, maka lamanya waktu tunggu (antrian) di loket pendafatarn

berkurang hingga 30 menit sehingga rata-rata waktu tunggu menjadi 10 menit.

Apabila pihak RSU Sari Mutiara bersedia untuk memodifikasi ruang tunggu menjadi

lebih luas, tidaklah mustahil apabila kedepannya rata-rata waktu tunggu bisa lebih

diminimalisasi.

Before Lean

After Lean

Gambar 4.12 Situasi Before dan AfterLean Hospital Implementationdi


Pendaftaran

d. Label Triase

Sebelumnya, pasien tidak diberikan label triase oleh petugas IGD sehingga

memunculkan aktivitas berulang (rework) oleh perawat maupun dokter untuk

Universitas Sumatera Utara


106

memeriksa ulang status kegawatan pasien. Hal ini adalah waste. Kurangnya

pelatihan juga salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran petugas IGD akan

pentingnya label triase.

Before Lean After Lean

Gambar 4.13 SituasiBefore dan AfterLean Hospital ImprovementLabel Triase

Melalui disain label triase yang sederhana, maka di RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam telah tersedia label triase yang akan dipasangkan baik di pergelangan

tangan pasien maupun tempat tidur pasien. Dengan adanya label triase ini, maka

petugas lebih mudah untuk memindahkan pasien dari ruang IGD ke ruang

tindakan selanjutnya.

e. Menerapkan Budaya Kerja 5S dan Error Proofing

Penerapan budaya 5S akan membentuk budaya kerja yang mengutamakan

keselamatan, kesehatan kerja sekaligus meningkatkan produktivitas karyawan,

oleh sebab itu penggunaan 5S harus menghilangkan waktu tunggu pasien, dokter

dan perawat yang terlalu lama dan menjadikan tempat kerja dan perilaku pegawai

menjadi aman dan selamat, memperpendek lead time dan meningkatkan moral

pegawai karena kepuasan bekerja di tempat yang bersih dan rapi.

Universitas Sumatera Utara


107

Before Lean

After Lean

Gambar 4.14 Kondisi Loket Pendaftaran

Disain implementasi juga harus memuat prinsip error proofing untuk

memudahkan petugas dalam penerapannya. Pengembangan sistem error proofing

adalah untuk mengurangi terjadinya kesalahan karena kelalaian. Metode ini

merupakan dasar penulis dalam setiap usulan perbaikan yang diharapkan dapat

meminimalisasi kesalahan oleh pelaksana.

Gambar 4.15 Penyediaan Tempat Sampah di IGD berdasarkan Jenisnya

Universitas Sumatera Utara


108

Beberapa budaya 5S adalah memelihara tempat kerja yang bersih dan

terorganisir dengan cara monitoring/inspeksi, mencari waste yang tersembunyi,

peralatan, komputer, meja kerja dan area penyimpanan harus dalam keadaan bersih,

penyediaan tempat sampah serta ventilasi yang memadai dan penerangan yang baik.

Selain itu, pertemuan/rapat juga dilakukan untuk membagi informasi dengan

anggota tim di RS dan mempertahankan motivasi dalam bekerja. Berikut adalah

jenis-jenis rapat yang diaplikasikan untuk perbaikan pelayanan gawat darurat di RSU

Sari Mutiara Lubuk Pakam.

Tabel 4.14 Jenis-jenis Pertemuan di RSU Sari Mutiara setelah Lean


Implementation

Jenis Rapat Frekuensi Durasi Tujuan


Upaya keselamatan pekerja (agar
seluruh anggota tim tetap fokus
Tingkatan Kepala pada keselamatan, mengantisipasi
Harian 5 menit
Bagian dan Anggota bahaya/masalah yang timbul di
tempat kerja)

Tingkatan Antar 5-10


Harian Diskusi Umum
Kepala Bagian menit
Identifikasi masalah, rencana
Tingkatan Kasubdep
Bulanan 1 jam solusi dan penugasan
dan Kabag
Diskusi terbuka, informasi
Tingkatan Direktur,
keadaaan antar departemen,
Kasubdep, Komite
Mingguan 1,5 jam identifikasi masalah dan tindakan
Medis, Komite
perbaikan
Farmasi dan Kabag
Diskusi terbuka, informasi
keadaan departemen, mengatasi
Tingkatan Direktur, masalah dan tindakan perbaikan,
Kasubdep, Kabag dan Bulanan 1,5 jam berbagi informasi RS,
seluruh anggota mengidentifikasi masalah pada
anggota

Universitas Sumatera Utara


109

Usulan pertemuan di atas telah disepakati oleh pihak rumah sakit dan telah

dilaksanakan. Harapannya, pihak rumah sakit akan terus komitmen untuk memelihara

komunikasi dengan sesama karyawannya.

Gambar 4.16 Pertemuan Wakil Direktur dengan Kasubdep dan Kabag

Gambar di atas adalah salah satu pertemuan mingguan yang telah dicoba

diterapkan di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam antara direksi dengan kasubdep dan

kabag dalam konsep diskusi terbuka untuk membahas informasi antar departemen

dan solusi untuk setiap masalah yang ditemukan dalam alur pelayanannya

Standarisasi harus disahkan dan dilegalisasi oleh pimpinan RS dan

dikomunikasikan dalam bentuk manajemen visual di lokasi kegiatan yang

dilakukan. Begitu juga laporan harus dibuat dan sebagai error proofing, laporan

harus di manajemen visual-kan dalam bentuk papan pengumuman laporan.Dengan

melakukan audit 5S, dapat dipastikan program dapat berjalan dengan efektif dan

efisien.Bagi setiap pegawai yang tidak disiplin, contohnya untuk dokter yang

terlambat harus menyumbangkan uang senilai Rp 50.000,- untuk rumah sakit

Universitas Sumatera Utara


110

(denda).Hasilnya, kegiatan ini dapat menciptakan lingkungan kerja aman dan

meningkatkan moral pegawai.

After Lean

Before Lean

Gambar 4.17 Kondisi Rak Penyimpanan di Ruang IGD Sebelum dan Setelah
Lean

Gambar 4.18 Contoh Standarisasi yang Harus Dipatuhi Pasien di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara


111

f. Modifikasi dan Relokasi Ruang IGD

Sebelumnya, ruang IGD terletak jauh dari pintu masuk RSU Sari Mutiara

Lubuk Pakam. Tanda penunjuk yang menjadi panduan bagi pasien untu menuju

ruang IGD juga tidak jelas. Selain itu, di ruang IGD hanya terdapat 2 tempat tidur

yang digunakan untuk tindakan bedah/non bedah, observasi dan resusitasi. Hal ini

mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pasien diantaranya: lamanya waktu tunggu

untuk masuk ke ruang IGD, lamanya waktu penanganan triase serta privasi

pasien.

Before Lean

(a)

Hanya ada 2 bed di IGD

(b)

Universitas Sumatera Utara


112

After Lean

Penambahan Ruang untuk Bedah & Observasi

Gambar 4.19 SituasiBefore dan AfterLean Hospital Implementation di Ruang


IGD

Beberapa perubahan yang dilakukan untuk ruang IGD yaitu: 1) relokasi

ruang IGD menjadi lebih visual sehingga ketika pasien berada di lingkungan

RSU Sari Mutiara, pasien bisa langsung menuju IGD sebab IGD memiliki pintu

masuk sendiri; 2) menambahkan 1 tempat tidur di ruangan IGD khusus untuk

tindakan observasi dan bedah; 3) membuat 1 loket pendaftaran khusus pasien

IGD sehingga terpisah dengan loket pendaftaran yang terletak di lobi utama.

Setelah dilakukan implementasi lean untuk ruang IGD, tidak terlihat lagi

adanya pasien yang berdiri di depan pintu IGD mengantri menunggu masuk

ruang IGD, pasien tidak merasa bingung untuk menuju ruang IGD karena ruang

IGD sudah diletakkan di depan dekat dengan parkiran dan sudah memiliki loket

pendaftaran/informasi tersendiri. Dengan bertambahnya satu kamar terpisah

untuk bedah dan observasi maka pihak RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam juga

telah menambahkan 1 dokter umum dan 2 perawat yang bertugas di IGD yaitu 2

Universitas Sumatera Utara


113

dokter dan 4 perawat per shift. Penambahan tenaga dokter dan perawat ini

dengan meminta alokasi tenaga tambahan dari RSU Sari Mutiara Medan. Setelah

disediakannya kamar bedah dan observasi ini, tentunya pasien akan merasa lebih

nyaman karena privasinya terlindungi.

4.6 Peningkatan Kualitas(Action Evaluation)

Implementasi lean hospital melalui planned actions berdasarkan prinsip-

prinsip lean: value stream map, visual management, 5S telah memberikan dampak

positif bagi pelayanan di rumah sakit ini yaitu peningkatan kualitas. Peningkatan

kualitas dalam penelitian ini dinilai berdasarkan efektivitas dan efisiensi waktu

pelayanan yang terjadi pada setiap alur proses IGD di RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam. Setelah pendekatan lean hospital dicoba diaplikasikan di ruang IGD,

kemudian penulis melakukan perhitungan value assessment kembali untuk aktivitas-

aktivitas yang sebelumnya menghasilkan waste, sehingga diperoleh hasil sebagai

berikut.

Tabel 4.15 Perbandingan Aktivitas Sebelum dan Setelah Lean Hospital

No Kegiatan Waktu Rata-rata Waktu Rata-rata QI


Sebelum Lean Setelah Lean
(detik) (detik)
1 Pendaftaran 3600 600 √

2 Menunggu tindakan triase 4200 1200 √

3 Menunggu diperiksa dokter 824 70 √

4 Pemeriksaan Lab/Rad 1750 650 √

5 Masuk ruang IGD 824 45 √


(menyerahkan hasil lab/rad)

Universitas Sumatera Utara


114

Lima aktivitas di atas merupakan penyumbang waste terbesar untuk alur

pelayanan di IGD. Di atas adalah perbandingan antara lamanya waktu yang

diperlukan untuk setiap aktivitas sebelum dan setelah diimplementasikannya lean

hospital.

Di loket pendaftaran dari waktu rata-rata 3600 detik menjadi 600 detik.

Setelah bertambahnya jumlah tenaga dokter dan perawat di IGD, maka pasien tidak

perlu menunggu lama untuk diberikan tindakan triase karena dokter selalu ada di

tempat. Jika sebelumnya waktu tunggu rata-rata untuk tindakan triase mencapai 4200

detik, maka setelah implementasi lean, waktu tunggu berkurang menjadi 1200 detik.

Begitu pula dengan waktu tunggu untuk diperiksa oleh dokter, jika sebelumnya 824

detik maka saat ini rata-rata waktu tunggu menjadi 70 detik. Pemeriksaan lab/rad

terhitung sejak pasien berjalan dari IGD menuju laboratorium/radiologi hingga

pemeriksaan di lab/rad selesai dilakukan. Akibat jarak IGD dengan layanan

penunjang berjauhan, maka sebelumnya waktu rata-rata yang diperlukan adalah 1750

detik. Setelah adanya relokasi ruang penunjang menjadi berdekatan dengan ruang

IGD, maka waktu yang dibutuhkan dari IGD menuju ruang lab/rad lebih sedikit,

sehingga waktu rata-rata yang diperlukan berkurang menjadi 650 detik. Selesai dari

ruang lab/rad, maka pasien tentunya akan kembali lagi ke ruang IGD untuk

menyerahkan hasil lab/rad. Penghematan waktu penyerahan hasil terjadi dari 824

detik menjadi 45 detik.

Selain itu, peningkatan kualitas yang terjadi adalah meja yang dahulunya

selalu berantakan kini sudah rapi dan bebas dari tumpukan kertas yang tidak

Universitas Sumatera Utara


115

diperlukan. Perawat juga tidak lagi melakukan kesalahan dalam pengambilan alat

kesehatan karena rak penyimpanan di ruang IGD sudah tersusun rapi dan tidak

bercampur dengan dokumen lama pegawai.

Pasien pun merasa puas karena dokter selalu tersedia di IGD serta perawat

yang beroperasi di IGD sudah lebih ahli sehingga tidak ditemui kejadian penusukan

jarum berulang kali untuk pemasangan infus kepada pasien.

4.7 Implikasi Penelitian

Melalui penelitian lean hospital ini, disain perbaikan yang telah diusulkan

oleh penulis telah berhasil diaplikasikan dalam usaha RSU Sari Mutiara mencapai

akreditasi pada Desember 2017 sehingga berhasil lulus akreditasi tahap pertama

dengan perolehan bintang 1. Sejak diresmikannya sebagai rumah sakit pada tahun

1996, rumah sakit ini akhirnya telah diverifikasi sebagai rumah sakit terakreditasi.

Hal ini membuktikan bahwa pendekatan lean hospital telah memberikan solusi untuk

meningkatkan kualitas rumah sakit.

Gambar 4.20 Perolehan Akreditasi setelah Lean Hospital Improvement


Simulation
Sumber: akreditasi.kars.or.id/accreditation/report_accredited.php

Universitas Sumatera Utara


116

4.8 Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penyusunan dan penyelesaian penelitian ini, penulis mengalami

keterbatasan-keterbatasan yang sering ditemui pada saat turun lapangan dalam proses

observasi secara langsung dan wawancara mendalam. Hal-hal yang menjadi

keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berbagai data yang dibutuhkan untuk proses penelitian tidak tersedia karena

buruknya sistem manajerial di rumah sakit ini sehingga peneliti membuat

record sendiri berdasarkan observasi langsung yang dilakukan sejak survei

pendahuluan hingga penelitian berlangsung.

2. Sistem kerja di IGD yang masih serabutan dan fleksibel mempersulit dalam

pengamatan.

3. Beberapa informasi yang diperoleh dalam observasi langsung tidak

terdokumentasi dalam bentuk transkrip, foto atau data. Hal ini karena

informasi tersebut berupa hasil dari wawancara tidak terstruktur selama

observasi atau berupa emosional yang dirasakan oleh penulis sendiri saat ikut

berkecimpung di objek penelitian yaitu kegiatan pelayanan kegawatdaruratan

di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam.

4. Shift kerja IGD dibagi menjadi dua yang secara keseluruhan mencakup 14 jam

yaitu dari pukul 07.00-21.00 WIB sehingga peneliti tidak bisa melakukan

penelitian yang dimulai dari shift awal hingga shift kerja berakhir disebabkan

penulis harus bekerja.

Universitas Sumatera Utara


117

5. Pada saat wawancara mendalam berlangsung, beberapa informan dalam

keadaan bekerja. Hal ini disebabkan sulitnya mencari waktu longgar dan

padatnya beban kerja sehingga tidak bisa ditinggal, sehingga penulis merasa

wawancara mendalam tersbut kurang optimal karena berlangsung dalam

kondisi yang kurang kondusif.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Situasi Instalasi Gawat Darurat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Berdasarkan temuan di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, tidak ada

ketersediaan tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat. Untuk kategori RS tipe C, jika

dibandingkan dengan RS tipe C lainnya, RSU Sari Mutiara merupakan rumah sakit

dengan ketersediaan SDM yang terbatas. Hal ini dibuktikan dengan minimnya jumlah

perawat IGD yang berjumlah 2 orang dimana berdasarkan Permenkes No. 56 Tahun

2014, perawat IGD harus berjumlah 6 orang. Selain itu, pemerintah juga mengatur

bahwa setiap rumah sakit harus memiliki sedikitnya 2 (dua) tenaga kesehatan

masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2003), peran tenaga kesehatan masyarakat di

rumah sakit sangat penting untuk menginformasikan, mendidik dan memberdayakan

SDM serta mengembangkan kebijakan dan rencana yang mendukung upaya

kesehatan di rumah sakit tersebut.Peran sarjana kesehatan masyarakat di rumah sakit

adalah dalam pelayanan administrasi, penyuluhan dan pencegahan serta pelacakan

masalah kesehatan masyarakat (Permenkes No. 75 tahun 2014). Dengan adanya

tenaga kesehatan masyarakat, maka implementasi pelayanan kuratif dan rehabilitatif

yang terpadu di rumah sakit didukung oleh pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan (Depkes RI, 2007).Pernyataan ini didukung oleh penelitian

Dickson (2009) bahwa dengan adanya tenaga public health dalam memanajemen

118

Universitas Sumatera Utara


119

suatu rumah sakit akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai pada pelayanan di

rumah sakit tersebut.

Berdasarkan hasil observasi, terlihat adanya kejadian dimana pasien IGD

terbaring di tempat tidur dan harus menunggu kehadiran dokter. Keterlambatan

dokter IGD sudah menjadi kebiasaan yang dimaklumi oleh direktur. Hal ini

disebabkan tidak jelasnya SPO di RSU Sari Mutiara khususnya di IGD. Apabila

dokter IGD belum datang, maka direktur yang berprofesi sebagai dokter umum, akan

turun menangani pasien di IGD. Menurut penelitian Furwanti (2014) menunjukkan

bahwa pasien yang telah menunggu di IGD akan mengalami kecemasan yang dapat

menurunkan kualitas hidup serta harapan hidup pasien. Berbeda dengan penelitian

Roselawaty (2006) dimana pasien merasa puas dengan pelayanan di IGD karena

keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan sebesar 80%.

Kepala IGD menyatakan bahwa kematian pasien di IGD juga dipengaruhi

oleh kurang lengkapnya fasilitas yang memadai di IGD khususnya ketersediaan alat-

alat medis yang terbatas. Ketersediaan alat di IGD yang minim, salah satunya

ditunjukkan dari sederhananya rak yang disediakan di IGD untuk pelayanan kegawat-

daruratan. Tampilan lemari penyimpanan alat dan bahan IGD di RSU Sari Mutiara

Lubuk Pakam juga tidak sesuai dengan Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit

Ruang Gawat Darurat (Kemenkes, 2012).

Pasien IGD di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam dikelompokkan menjadi 3

yaitu pasien gawat darurat, pasien darurat tidak gawat dan pasien tidak gawat tidak

darurat.

Universitas Sumatera Utara


120

5.2 Permasalahan di Instalasi Gawat Darurat


5.2.1 Value Stream Map IGD
Tujuan dari lean adalah membuat sistem menjadi efektif dan efisien dengan

menghilangkan waste yang tidak menambah value kepuasan pelanggan. Berdasarkan

value stream map pelayanan gawat darurat di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam,

pasien mengeluhkan tidak tersedianya ruang tunggu yang memadai dimana pasien

harus berdiri sambil mengantri. Hal ini juga ditemukan oleh Willoughby et al (2010)

dimana hampir setengah pasien IGD mengeluhkan pentingnya ruang tunggu yang

nyaman di rumah sakit. Berdasarkan Permenkes No. 24 tahun 2016, setiap rumah

sakit harus memiliki ruang tunggu dengan kapasitas yang memadai dan harus

dipisahkan ruang tunggu untuk pasien dengan penyakit menular.

Kemudian, kurang sesuainya kapasitas tempat kerja dengan beban dan

keergonomisan petugas. Hal ini dibuktikan dengan ventilasi yang tidak sesuai dengan

K3, ruang IGD yang terlalu sempit sehingga tidak dibedakan antara ruang tindakan

dengan ruang resusitasi/observasi.Agustiningsih (2011) juga menemukan

permasalahan yang serupa di RS Karya Bhakti Depok yaitu kurangnya kesadaran

rumah sakit terhadap pentingnya K3 dalam mengelola ruangan seperti tidak adanya

ventilasi di ruangan manajemen dengan alasan bahwa ruangan itu memiliki AC

sehingga tidak terlalu mempengaruhi pegawai.

Di IGD, petugas tidak memberikan label triase (merah, kuning, hijau) untuk

membedakan tingkat kegawatan pasien. Hasil penelitian Asmono (2014) bahwa

faktor penyebab tidak diberikannya label triase pada pasien adalah karena petugasnya

Universitas Sumatera Utara


121

tergesa-gesa dan Prosedur Tetap IGD terkait pemberian label triase yang tidak

dijalankan. Rumah sakit ini sudah memiliki mobil ambulans sesuai dengan peraturan

pemerintah yang berlaku (Kepmenkes No. 856 tahun 2009).

Di layanan penunjang (laboratorium/radiologi), pasien diberikan tindakan

sesuai dengan surat pengantar yang dituliskan oleh dokter IGD.Setelah diperiksa,

pasien akan membawa hasilnya ke IGD dan dokter akan melakukan justifikasi.

Secara keseluruhan, untuk alur pelayanan gawat darurat di RSU Sari Mutiara

Lubuk Pakam belum sepenuhnya tepat karena response time untuk pelayanan IGD di

rumah sakit ini lebih dari 5 menit.Respons time adalah waktu yang dibutuhkan pasien

untuk mendapatkan pertolongan sejak memasuki pintu IGD (Kepmenkes, 2009)

dengan waktu ideal ≤ 5 menit. Dalam hal ini pelayanan IGD di rumah sakit belum

memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kepmenkes. Hal serupa

juga ditemukan oleh Willoughby et al (2010) dimana rata-rata waktu tunggu pasien

sekitar 5 jam di IGD. Namun, berbeda dengan RS tipe C lainnya seperti RS Bhakti

Mulia Jakarta (Roselawaty, 2006) dimana ketika pasien tiba di rumah sakit, pasien

langsung dibawa masuk ke ruang gawat darurat dan diberikan tindakan triase oleh

dokter yang selalu standby di IGD.

Hal ini juga tidak sesuai dengan visi dan tugas dari IGD RSU Sari Mutiara itu

sendiri yang berbunyi “mengutamakan keselamatan pasien gawat darurat dan

memberikan pelayanan yang bermutu serta mencegah kematian/kecacatan” dan

“meminimalisasi kegawatan pasien yang datang ke IGD RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam”. Apabila manajemen dan SPO di rumah sakit tersebut tidak jelas, tentu

Universitas Sumatera Utara


122

mustahil untuk mewujudkan visi dan tugas dari IGD itu sendiri. Hasil penelitian

berdasarkan geographical flowchart menunjukkan bahwa jarak antara lokasi loket

pendaftaran dengan ruang IGD cukup jauh yaitu 36,4 meter. Selain itu, dari disain

geografis RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, tidak dibedakan pintu masuk IGD dengan

pintu masuk lobi utama. Hal ini tidak sesuai dengan Pedoman Bangunan IGD yang

ditetapkan oleh Kepmenkes No. 856 Tahun 2009. Hakikatnya, sesuai dengan UU No.

44 tahun 2009 pasal 10 menyebutkan bahwa ruang IGD memiliki pintu masuk

tersendiri atau pintu masuk ke area IGD terletak pada pintu masuk yang pertama kali

ditemui oleh pengguna kendaraan untuk memasuki area rumah sakitseperti yang

terlihat di bawah ini.

Gambar 5.1 Contoh Lokasi Bangunan Ruang Rawat IGD sesuai UU No. 44
tahun 2009
Sumber: UU No. 44 Tahun 2009

Universitas Sumatera Utara


123

Berdasarkan peraturan, letak loket pendaftaran dengan ruang UGD/IGD haruslah

berdekatan. Iswanto (2014) menyatakan apabila jarak lokasi IGD jauh dengan loket

pendaftaran, sebaiknya rumah sakit membuat loket pendaftaran khusus untuk pasien

IGD. Modifikasi ini dilakukan di RSIA Kemang Medical Care, sehingga berhasil

meningkatkan indeks kepuasan pasien dari 76% menjadi 87%.

5.2.2 Waste yang terjadi selama proses pelayanan gawat darurat

Pada bagian pendaftaran, tidak ada ruang tunggu yang memadai sehingga

pasien harus berdiri sambil mengantri di depan pintu IGD. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Dickson (2009) pada 4 rumah sakit sekaligus, mengemukakan bahwa

diantara 4 rumah sakit yang ditelitinya, terdapat 2 rumah sakit dengan ruang tunggu

pasien IGD yang tidak memadai. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran dari

pihak rumah sakit untuk memfasilitasi pasien. Selain itu, tidak ada penunjuk arah

yang menjadi acuan pasien untuk menuju ke satu lokasi ke lokasi lain. Di loket

pendaftaran, juga tidak ada banner atau brosur yang memberikan informasi pelayanan

atau dokter.Rundolph (2010) menyatakan bahwa antrian pasien yang tidak normal

menyebabkan proses kerja menjadi sangat sibuk dan memunculkan permasalahan.

Antrian yang tidak efisien akan berdampak pada proses pelayanan RS secara luas,

kualitas dan keselamatan layanan serta pendapatan RS. Hasil penelitian Sutriningsih

(2015) menemukan bahwa waktu tunggu pasien untuk mendapatkan tindakan medis

di ruang IGD di 3 rumah sakit di Malang, hanya sebagian yang sudah sesuai standar

yaitu 77,5% sedangkan yang tidak sesuai standar 22,5%. Efe (2016) mengemukakan

Universitas Sumatera Utara


124

bahwa rumah sakit dengan minim informasi akan menghasilkan waste lebih banyak

pada setiap aspek pelayanan di rumah sakit.

Petugas juga tidak senantiasa memberikan label triase pada pasien maupun

tempat tidurnya. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Savitri (2015) di RS Mata

“Dr Yap” Yogyakarta dimana petugas IGD tidak memberikan label triase adalah

karena petugas terburu-buru. Berbeda dengan penelitian Mahendra (2011), sebelum

petugas memberikan label triase, rumah sakit mengalami banyak kendala antara lain

dokter kesulitan untuk memberikan justifikasi. Namun setelah pemberian label triase

dan pengelompokan map rekam medis berdasarkan tingkat kegawatannya, masalah

tersebut dapat diatasi.

Selain itu, pada departemen rekam medis, masih terjadi keterlambatan dalam

mengantarkan map rekam medis ke ruang IGD.Menurut Dahlen (2000), latar

belakang perlunya dibuat rekam medis adalah untuk mendokumentasikan semua

kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pasien serta menyediakan media

komunikasi diantara tenaga kesehatan bagi kepentingan perawatan penyakitnya

sekarang maupun yang akan datang.

Dalam penelitiannya, Dahlen (2000) menemukan bahwa petugas rekam medis

dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya, mengisi berkas

dengan lengkap yaitu sebesar 63,6%.Indar dan Naiem (2013) meneliti bahwa petugas

rekam medis yang mempunyai pengetahuan kurang, lebih banyak mengisi berkas

rekam medis dengan tidak lengkap yaitu 93,8%. Di ruang IGD, penulis menemukan

adanya dokter yang terlambat sehingga di dalam ruangan IGD hanya tersedia 2 orang

Universitas Sumatera Utara


125

perawat yang bertugas. Akibatnya pasien sering menunggu lama untuk memperoleh

penanganan. Masih belum jelas alasan keterlambatan dokter ini. Dokter yang

diwawancarai hanya memberi keterangan bahwa alasan beliau terlambat karena

rumahnya jauh dari rumah sakit padahal dia sudah bekerja selama 15 tahun di rumah

sakit tersebut. Direktur RSU Sari Mutiara yang juga berprofesi sebagai dokter, sering

menggantikan tugas dokter IGD dalam memberi tindakan kepada pasien. Pihak

direktur juga tidak memberikan sanksi yang tegas terhadap perilaku tidak disiplin ini.

Setelah diselidiki, ternyata RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam belum memiliki SPO

yang jelas, serta tidak ada peraturan yang tertera di rumah sakit baik itu terhadap

pegawai maupun pasien.

Hakikatnya, setiap rumah sakit harus memiliki SPO (Kepmenkes No. 856

Tahun 2009). Sebuah studi di rumah sakit Swedia (Burstorm, 2013) menunjukkan

38% dari pasien di Instalasi Gawat Darurat menghabiskan waktu menunggu lebih dari

4 jam untuk mendapatkan pemeriksaan dari perawat atau dokter. Berdasarkan

penelitian Dahlen et al (2012), dari hasil wawancara naratif diperoleh 14 pasien yang

telah menunggu lebih dari 3 jam di IGD untuk mendapat perawatan medis, tidak

diberikan perhatian oleh perawat. Menurut penelitian Furwanti (2014), hasil

menunjukkan bahwa pasien yang menunggu terlalu lama untuk diberikan tindakan di

IGD akan mengalami kecemasan berat sekali (9,3%), kecemasan berat (41,2%),

kecemasan sedang (29,4%) dan sisanya mengalami kecemasan ringan (20,1%).

Selain itu, di IGD juga sering kehabisan kapas atau perban, sehingga perawat

harus mengambil dari ruangan poliklinik yang mengakibatkan pasien harus

Universitas Sumatera Utara


126

menunggu lama dalam pemberian tindakan gawat darurat. Hal ini disebabkan

kurangnya monitoring dari pihak manajemen IGD terhadap kebutuhan alat dan bahan

di ruang IGD.Hal serupa juga ditemukan oleh Qibtiyah (2015) di IGD RSUD Kudus

dimana belum terprogramnya SPO yang jelas sehingga belum ada pengawasan dan

pemeriksaan rutin apakah kegiatan IGD sesuai rencana dan evaluasi kebutuhan

IGD.IGD hanya memiliki 2 bed yang berfungsi dan jumlah perawat yang hanya 2

orang di ruang IGD juga mempengaruhi kecepatan pelayanan gawat darurat.

Penelitian Litvak et al (2002) menyebutkan kurangnya tempat tidur di IGD dan

jumlah SDM yang kurang, meningkatkan beban layanan di IGD. Kesalahan medis

dapat terjadi karena kondisi unit yang sibuk dan beban tenaga kesehatan yang

meningkat. Kondisi tersebut juga terjadi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

(Setyaningsih, 2015) dimana sebanyak 57,14% harus menunggu selama >3 jamuntuk

ditangani di IGD.

Di bagian laboratorium/radiologi (penunjang), pasien harus menyerahkan

surat pengantar untuk pemeriksaan penunjang maka akan segera dilakukan tindakan,

kemudian pasien membayar biaya pemeriksaan ke kasir dan kembali ke ruangan

laboratorium/radiologi untuk mengambil hasil.Dalam praktiknya, prosedur ini sesuai

dengan Standar Pelayanan Instalasi Gawat Darurat yang telah ditetapkan di

Kepmenkes No. 856 tahun 2009.

Akan tetapi, dari proses tersebut, ditemukan ada pasien yang tidak membayar

tindakan sementara bahan reagen/film rontgen sudah terpakai. Hal ini disebabkan

disain rumah sakit yang memiliki ruang terbuka serta letak kasir yang jauh dari

Universitas Sumatera Utara


127

laboratorium/radiologi sehingga memungkinkan bagi pasien untuk tidak membayar

tindakan laboratorium/radiologi.Idealnya, apabila letak kasir dengan layanan

penunjang berdampingan, akan mengurangi peluang kejadian dimana pasien tidak

membayar tindakan laboratorium/radiologi.

Di bagian apotek, selama penelitian berlangsung, penulis melihat sendiri

proses kerja di apotek, seperti adanya inovasi dari kepala bagian apotek dalam

meotivasi dan meningkatkan kualitas anak buahnya dan hal ini berdampak positif

bagi pasien. Meski pasien harus menunggu sampai 30 menit di apotek, mereka tidak

beranggapan bahwa kerja dan waktu tunggu di apotek terlalu lama. Selain itu, pasien

juga sangat terbantu dengan adanya edukasi obat oleh petugas apotek. Hal serupa

terdapat dalam penelitian Wasetya (2012) yang mengemukakan bahwa edukasi dan

proses kerja yang baik di apotek akan mempengaruhi persepsi pasien terhadap lama

tidaknya waktu tunggu di bagian apotek.

5.2.3 Value Assessment Pasien

Penyumbang waste terbesar pada proses pelayanan gawat darurat di RSU Sari

Mutiara Lubuk Pakam ini adalah di proses tindakan triase, dimana waktu rata-rata

pasien dalam menunggu diberikannya tindakan triase adalah 4200 detik (70 menit).

Hal ini disebabkan pasien harus sabar menunggu gilirannya akibat keterbatasan

jumlah bed dan perawat di IGD. Dari hasil perhitungan waktu yang dilakukan

penulis dengan menggunakan stopwatch, diperoleh bahwa persentasi dari keseluruhan

aktivitas dalam pelayanan gawat darurat yang memberikan nilai value added hanya

26,48%. Nilai ini berada di bawah 30%, dimana suatu rumah sakit akan dikatakan

Universitas Sumatera Utara


128

lean apabila rasio antara value added terhadap non value added (waste) minimum

telah mencapai 30% (Graban, 2016).Di rumah sakit tipe C di Indonesia seperti RSIA

Kemang Medical Care, setelah menerapkan lean pada tahun 2013, diperoleh

produktivitas 100% (zero waste) dan indeks kepuasan pasien meningkat dari 76%

menjadi 87% (Iswanto, 2014).

5.3 Action Planning dan Action Taking berdasarkan Prinsip Lean Hospital

Berdasarkan analisis akar permasalahan yang menjadi faktor pemborosan

(waste) pada sistem alur proses pelayanan gawat darurat, penulis telah mengusulkan

penyelesaian guna menghilangkan non value added yang ada. Pertimbangan-

pertimbangan lain yang disadari oleh peneliti bahwa untuk mengubah dan

merencanakan suatu ide harus melalui proses yang panjang, namun berkat dukungan

dari Direktur RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam beserta segenap manajemen dan staf

yang berwenang, penulis berhasil merumuskan suatu disain perbaikan untuk

memajukan pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit tersebut.

1. Peningkatan Kompetensi Tenaga Medis dan Non Medis

Belum adanya standar kerja membuat petugas mempelajari pekerjaan

sebagaimana orang sebelumnya atau atasan mengajarkannya kepadanya. Bersama

petugas seniornya, dalam waktu yang sedemikian rupa mereka harus

berimprovisasi sendiri, hasilnya setiap orang melakukan pekerjaan dengan caranya

sendiri. Untuk mengatasi hal ini diperlukan standarisasi kerja serta pelatihan yang

menjadi fondasi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, sehingga pekerjaan

pada hari ini dapat teridentifikasi, dengan cara:

Universitas Sumatera Utara


129

a. Konsep takt-time, yaitu seberapa sering seharusnya produk kerja dihasilkan


(seperti: satu pasien per menit)
b. Rangkaian pekerjaan standar, yaitu tahapan mana yang harus diikuti dan
urutannya seperti apa
c. Work in process standar, yaitu seberapa banyak persediaan dimungkinkan
diantara tahapan proses.
Langkah-langkah tersebut telah diimplementasikan di 9 (sembilan) rumah sakit di

Italia (Bucci, 2016) dan terbukti melalui lean, seluruh rumah sakit mengalami

peningkatan pelayanan IGD termasuk peningkatan jumlah kunjungan pasien,

berkurangnya jumlah pasien yang pulang tanpa bertemu dokter, dan peningkatan

kepuasan pasien.

Penggunaan sistem informasi manajemen juga telah mempermudah pekerjaan

petugas rumah sakit, mengurangi waste dan sebagai error proofing untuk

mengurangi kesalahan yang terjadi. Melalui e-kanban dapat mengefisienkan

inventori dan beban kerja. Penggunaan e-kanban telah dilakukan pula di RS Islam

Cempaka Putih Jakarta (Nindya, 2012) dan hasilnya mampu membantu

mengurangi inventory yang tidak perlu, menciptakan kondisi lingkungan kerja

yang lebih aman, memperpendek leadtime handling barang (berkas rekam medis,

alat medis, obat di apotek) dan bisa menjaga delivery tepat waku.

2. Meninjau Kembali Waktu Praktik Dokter

Usulan peneliti melalui pendekatan lean hospitaladalah mengatur waktu kerja

dokter, terutama dokter-dokter spesialis yang memerlukan tindakan dalam

kegiatannya antara konsultasi pasien dengan tindakan medis sehingga pasien tidak

menunggu terlalu lama selama dokter melakukan tindakan terhadap pasien

Universitas Sumatera Utara


130

sebelumnya. Hal ini telah dilaksanakan di RS Kanada Utara (Montgomery, 2014)

dengan hasil dokter lebih disiplin dalam kehadiran dan waktu tunggu pasien di ruang

IGD berkurang dari 124-230 menit menjadi 0-14 menit.

Kemudian, dibedakannya antara ruang konsultasi dengan ruang tindakan dan

ruang observasi dengan ruang operasi, sehingga dokter yang melakukan

konsultasi/observasi dengan dokter yang melakukan tindakan tetap dapat melayani

pasien. Hal ini mengacu kepada UU No. 44 tahun 2009, dengan pemisahan antara

ruang konsultasi dengan ruang tindakan dan ruang observasi dengan ruang operasi,

maka rumah sakit sedang melindungi privasi pasien dan pasien merasa lebih nyaman.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ng et al (2010) bahwa peningkatan aliran pasien

terjadi melalui modifikasi ruangan tanpa adanya penambahan sumber daya di IGD.

Setelah itu, komite medis meninjau kembali perjanjian kerja sama dokter dan

pihak rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Adellia (2015)

melalui penelitiannya menggunakan pendekatan lean healthcare di RS Islam Unisma

Malang menyimpulkan bahwa perjanjian kerja sama dokter dan pihak rumah sakit

yang konsisten akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit tersebut.

3. Mengoptimalkan Kegiatan Manajerial

Dalam lean, nilai-nilai yang dapat diadopsi untuk meningkatkan kualitas

pelayanan gawat darurat yaitu rasa saling menghargai dan perbaikan terus

menerus karena terkait erat dengan kepemimpinan dan manajerial suatu rumah

sakit (Gasperz, 2007). Ada 5 (lima) hal pendukung agar kegiatan manajerial lebih

optimal antara lain:

Universitas Sumatera Utara


131

a. Tantangan, menciptakan visi jangka panjang dengan berani dan kreatif.

b. Kaizen, memperbaiki pelayanan rumah sakit secara terus menerus

(continuous improvement) dan selalu mendorong inovasi dan evolusi.

c. Genchi Genbutsu, pergi dan melihat; mendatangi sumber untuk

menemukan fakta-fakta yang berguna untuk membuat keputusan,

membangun konsensus dan mencapai sasaran.

d. Menghargai, bertanggung-jawab untuk melakukan yang terbaik guna

membangun rasa saling percaya.

e. Kerja sama tim, memaksimalkan pertumbuhan personal dan profesional

serta kinerja individual maupun tim.

Langkah selanjutnya adalah membuka jalur komunikasi secara formal

(atasan-bawahan), memelihara aktivitas sumber daya manusia agar komunikasi

tetap terbuka dan efektif serta membuka aktivitas informal yang berguna untuk

memfasilitasi dan memperbaiki komunikasi.

Melalui jalur komunikasi, pihak rumah sakit akan lebih mudah dalam

mengatasi masalah yang sudah ada maupun yang akan timbul (Wasetya, 2012).

Selain itu, dengan melakukan pertemuan/rapat merupakan kesempatan untuk

membagi informasi vital RS dengan anggota tim dan mempertahankan motivasi

dalam bekerja.

4. Label Triase

Untuk ketiadaan label triase, maka perlu diperbaiki dengan konsep 5S dan

error proofing.Hal ini sesuai dengan penelitian Sumampouw (2015) dimana

Universitas Sumatera Utara


132

dengan disain rak penyimpanan yang tepat dan pelabelan triase yang jelas,

mampu mengurangi terjadinya keterlambatan dan mencegah terjadinya kesalahan

oleh petugas Instalasi Gawat Darurat dalam pemberian tindakan kepada pasien

gawat darurat.

5. Menerapkan Budaya Kerja 5S dan Error Proofing

Keputusan RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam untuk menerapkan budaya kerja

5Stelah menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman, rapi, bersih dan

kondusif bagi pegawai secara keseluruhan. Seiring meningkatnya motivasi dan

moral pegawai, maka respon pegawai terhadap pasien pun meningkat. Hal ini

didukung oleh penelitian Chan (2014) yaitu bahwa rumah sakit yang menerapkan

budaya kerja 5S dapat mengurangi kesalahan dan kecelakaan kerja. Setelah

diterapkannya lean di IGD, total waktu yang diperlukan dalam proses pelayanan

IGD berkurang dari 54,76 menit menjadi 24,45 menit (Chan, 2014). Demikian

juga dengan penelitian Holden (2011) dimana dengan pengorganisasian di IGD

dengan 5Sdan error proofing, telah berhasil meningkatkan kepuasan pasien dan

mengurangi adanya rework oleh petugas medis.

6. Modifikasi dan Relokasi Ruang IGD

Letak ruang IGD dimodifikasi mengacu kepada Pedoman Teknis Bangunan

Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat (Kemenkes, 2012).Penulis mengusulkan untuk

menambah manajemen visual mulai dari pintu masuk hingga pasien selesai

mendapatkan obat, juga demi kenyamanan pasien dan memudahkan petugas dalam

melaksanakan pekerjaannya. Kemudian, menambahkan petunjuk arah fasilitas

Universitas Sumatera Utara


133

umum seperti toilet, ruang menyusui, mushola, sebaiknya dilakukan. Usulan ini

telah diaplikasikan oleh Wasetya (2012) dimana dengan menambah manajemen

visual mulai dari pintu masuk hingga pasien selesai mendapatkan obat,

meningkatkan kepuasan pasien hingga 15%.

5.4 Peningkatan Kualitas (Action Evaluation)

Kualitas adalah dampak (output) yang diperoleh setelah pendekatan lean

hospital diterapkan dalam pelayanan kegawatdaruratan. Adanya peningkatan kualitas

telah terbukti dengan berkurangnya waktu tunggu pendaftaran 6 kali lipat dari 3600

detik menjadi 600 detik. Tindakan triase sebagai penyumbang waste terbesar juga

telah berhasil dilaksanakan dengan efisien melalui pendekatan lean. Peningkatan

kualitas ini juga terbukti dengan diverifikasinya RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

sebagai rumah sakit terakreditasi. Beberapa penelitian terdahulu yang telah

menerapkan lean hospital berhasil mencapai peningkatan kualitas pada rumah sakit

yang ditelitinya, seperti penelitian sejenis dengan metode action research oleh Costa

(2014) bahwa penerapan lean melalui metode 5S, Visual Management, SMED, Value

Stream Map, dan SPO berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit

dengan modifikasi ruang IGD, pengaturan rak penyimpanan, serta kemampuan

manajerial yang baik. King et al (2006) juga melakukan penelitian action research

yaitu di IGD pada rumah sakit pendidikan di Australia menyatakan bahwa intervensi

lean dengan disain Value Stream Mapping pada aliran pasien berhasil mengurang

waktu tunggu pasien, meningkatkan kepuasan pasien dan kecelakaan kerja yang

merugikan pasien.

Universitas Sumatera Utara


134

Dickson (2008) juga melakukan penelitian action research di IGD rumah

sakit pendidikan di Amerika, yaitu melalui pendekatan lean pada rumah sakit

tersebut, telah meningkatkan jumlah kunjungan pasien dan mengurangi waktu tunggu

pasien. Hal ini juga didukung oleh Chadha et al (2012) melalui penelitian action

research di IGD pada 3 rumah sakit di India, diperoleh bahwa implementasi lean

telah berhasl meningkatkan angka kunjungan pasien dan menurunkan waktu tunggu

pasien dalam pelayanan gawat darurat. Migita et al (2011) menyatakan bahwa

melalui pendekatan lean pada 9 rumah sakit di Amerika selama 3 bulan yaitu dengan

memperbaiki standar kerja, menambah jumlah tempat tidur, dan menambah jumlah

dokter spesialis telah menurunkan angka kecelakaan kerja dan kecacatan pada pasien.

Murrel et al (2011) melakukan penelitian action research di ruang gawat darurat pada

salah satu rumah sakit di Amerika dengan rata-rata kunjungan pasien IGD sebanyak

67.000 per tahun. Melalui pendekatan lean dengan metode Value Stream Mapping,

pemberian label triase yang tepat sasaran, dan pelatihan secara berkala pada perawat,

telah berhasil menurunkan waktu tunggu pasien, angka kejadian pasien pulang tanpa

diperiksa dokter menurun hingga zero waste, dan jumlah kunjungan pasien

meningkat.

Kejadian serupa juga ditemukan oleh Ng et al (2010) dengan membagi tingkat

kegawatan pasien ke dalam 3 kategori melalui pelabelan triase dan menambah

penunjuk arah di rumah sakit, berhasil meningkatkan angka kepuasan pasien dan

waktu tunggu pasien berkurang serta angka kejadian pasien pulang tanpa diperiksa

dokter hampir menurun (18%). Demikian pula dengan penelitian oleh Mazzocato et

Universitas Sumatera Utara


135

al (2012), melalui identifikasi masalah dengan Value Stream Mapping, relokasi ruang

IGD, penambahan tenaga medis di ruang IGD, dan perbaikan manajerial rumah sakit

diperoleh hasil bahwa dalam waktu 1 jam, dokter mampu menangani 4 pasien secara

berurutan karena dokter bekerja sesuai dengan beban kerjanya, berkurangnya waktu

tunggu pasien, meningkatnya kepuasan pasien. Banyaknya penelitian implementasi

lean hospital, dan keberhasilan RSU Sari Mutiara untuk diakreditasi pertama kalinya

sejak tahun 1996, membuktikan bahwa pendekatan lean hospital merupakan

pendekatan terbaik.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah

sebagai berikut:

1. Hasil identifikasi Value Stream Mapkegiatan dan aktivitas selama proses

kerja pelayanan gawat darurat yang ada di RSU Sari Mutiara Lubuk

Pakam, diperoleh rasio aktivitas yang bernilai tambah (value added

activities) dengan aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added

activities) adalah 26,48% atau kurang dari 30% dimana penyumbang

waste terbesar adalah pada proses tindakan triase.Rendahnya angka value

added activities disebabkan adanya pemborosan (waste) di alur proses

pelayanan gawat darurat. Pemborosan-pemborosan yang terjadi

merupakan bentuk masalah, yaitu sebagai berikut:

- Man : petugas tidak melakukan tugasnya sesuai

dengan Standar Prosedur Operasional yang berlaku, kegiatan

manajerial yang kurang optimal dan belum terwujudnya budaya

kerja yang aman dan tertib.

- Methode : belum ada standar kerja (SPO), struktur

organisasi belum bisa mengantisipasi perkembangan zaman.

136

Universitas Sumatera Utara


137

- Machine :lemari penyimpanan tidak memadai, ruangan

IGD yang tidak memenuhi standar K3, sistem komputer yang

kurang optimal.

- Environmental : tata letak ruang IGD dengan layanan

penunjang yang kurang strategis, serta pasien yang tidak disiplin

mengantri.

2. Bentuk perbaikan diperoleh dari hasil analisis akar penyebab masalah.

Action taking melaluiprinsip-prinsiplean hospitalyang telah diterapkan

yaitu peningkatan kompetensi tenaga medis dan non medis melalui

pelatihan, meninjau kembali waktu praktik dokter, mengoptimalkan

kegiatan manajerial, pemberian label triase, menerapkan budaya kerja 5S

dan error proofing, serta modifikasi dan relokasi ruang IGD.

3. Peningkatan kualitas yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain

terjadinya penurunan waktu tunggu pasien khususnya untuk tindakan

triase dari 4200 detik menjadi 1200 detik, perawat tidak lagi melakukan

kesalahan dalam pengambilan alat medis karena rak penyimpanan di IGD

sudah dirapikan, meningkatnya kepuasan pasien karena dokter selalu

tersedia di IGD serta perawat yang beroperasi di IGD sudah lebih ahli.

6.2 Saran

Sebagai saran yang direkomendasikan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


138

1. Bagi direksi dan manajemen RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, usulan-

usulan tersebut merupakan solusi ideal namun dalam pelaksanaannya harus

disertai dengan kemampuan rumah sakit mengingat keterbatasan resources

yang dimiliki serta komitmen agar kualitas dapat terpelihara dan

ditingkatkan sesuai dengan harapan. Selanjutnya, sebaiknya membuat tim

khusus monitoring dan evaluation program yang berlatar-belakang

pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hakikatnya, suatu rumah sakit

wajib memiliki tenaga kesehatan masyarakat agar perbaikan melalui

pendekatan lean di rumah sakit dapat berjalan dengan baik secara

berkesinambungan.

2. Bagi institusi pendidikan, sebaiknya membuat pelatihan

(seminar/workshop) mengenai lean hospital yang melibatkan seluruh

direksi dan manajemen rumah sakit di kabupaten/kota atau provinsi agar

informasi tentang pentingnya penerapan metode lean ini dapat

tersampaikan sehingga setiap rumah sakit dapat bersama-sama

memperbaiki kualitasnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini

dengan menggali lebih banyak lagi kejadian waste di instalasi lain seperti

rawat inap, rawat jalan dan hubungan pelayanan gawat darurat terhadap

unittersebut sehingga semakin terlihat titik-titik pemborosan pada setiap

aspek pelayanan di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


139

DAFTAR PUSTAKA

Abuhejleh, A., Gardiner, P., Ellahham, S., 2016, Exploring the Role of Lean
Methodology as A Tool for Performance Improvement in Healthcare Projects:
An Ethnographic Case Study in U.A.E., Dubai: Journal of Medical and Dental
Science Research, 3(8): 15-24.

Agustiningsih, A., 2011, Tesis: Disain Perbaikan Proses Pelayanan Unit Rawat Jalan
Dengan Konsep Lean Hospital Di Rumah Sakit Karya Bhakti, Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Apriyani, D., 2008, Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Buku Elektronik) diakses 28
April 2017; http://idb4-wikispaces.com/file/view/ss4006.pdf

Asmono, MD, 2014, Faktor-Faktor Penyebab dan Dampak Tidak Menggunakan


Tracer di 132Bagian Penyimpanan Berkas Rekam Medis Rumah Sakit Mata
”Dr. YAP” Yogyakarta. (Jurnal Elektronik) diakses 8 November 2017;
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelit
ianDetail&act=view&typ=html&buku_id=61349

Australian Hospital Statistic, 2012, Australian Hospital Statistic 2011-2012


Emergency Department Care, Australia: Australia Institute of Health and
Welfare (Buku Elektronik) diakses pada 28 Desember 2017
http://www.aihw.gov.au/WorkArea/ DownloadAsset.aspx?id=10737423039

.Boos, H., Frank, G., Andreas, K., 2010, Excercises with the universal R-matrix,
Washington: Journal of Physics A: Mathematical and Theoritical, 43(41) 45-
49.

Boswick, John A., 1988, Perawatan Gawat Darurat, Jakarta: EGC.

Burstorm, et al, 2013, Waiting Management at the Emergency Department-A


Grounded Theory Study. (Jurnal Elektronik) diakses 03 Januari 2018;
http://www.biomedcentral.com/1472-6963/13/95

Chadha, RS, Kalra AJ, 2012, Lean and queuing integration for the transformation of
health care processess: A lean health care model, India: “Clinical
Governance” An International Journal, 17: p. 191-199.

Chan, HY, Lo SM, Lee LLY, et al, 2014, Lean techniques for the improvement of
patients’ flow in emergency department, Hongkong, China: World J Emerg
Med Vol. 5, 1: p.24-28.

Universitas Sumatera Utara


140

Crew, R.F., Hafez, S.M., 2010, Applying lean thinking in construction and
performance improvement, Egypt: Alexandria Engineering Journal, 52:679-
695.

Costa, E., Alves, AC, Braganca, S., 2014, Action-research methodology to improve
performance using lean production tools, Portugal: Techniques Technologies
Education Management Vol. 9, 2: p.253-264.

Dahlen, I., Westin, L., dan Adolfson, A., 2012. Experience of being a low priority
patient during waiting time at an emergency department (Jurnal Elektronik)
diakses 3 Januari 2018.

Depkes RI, 2006, Standar Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Depkes RI, 2007. Pedoman Sarana dan Prasarana Bangunan IGD Rumah Sakit Tipe
C. Jakarta: Dirjen RI.

Dickson, EW, 2008, The sustainable improvement of patient flow in an emergency


treatment centre using lean, International Journal Six Sigma Competitive
Advantage, p.289-304.

Dickson, EW, 2010, Use of Lean in the emergency department: a case series of 4
hospitals, Ann Emerg Med: p. 504-510

Doss, R. & Orr, C., 2007, White Paper : “Lean Leadership in Healthcare”,diakses 23
April 2017; http://www.aptimise.com/LeanLeadershipWhitePaper

Dukovska-Papovska, I., et al, 2004, Strategic port development: identifying business


opportunities for the Port of Aaborg, Denmark: Trafikdage på Aalborg
Universitet, 16(03): 93-96.

Edwards, J.D., 2015. The Birth of Lean, Tokyo: Lean Enterprise Institute, Inc. (Buku
Elektronik) diakses 7 Maret 2017; https://www.lean.org/

Efe, DR, 2016, Improving service quality by understanding emergency department


flow: a white paper and position statement prepared for the American
Academy of Emergency Medicine, J Emerg Med: p. 70-79.

Emiliani, M.L., Stec, D.J., 2005. Leaders lost in transformation, New Britain (USA):
Leadership and Organization Development Journal, 26(5): 370-387.

Endsley, S., Maqill, M.K., Godfrey, M.M., 2006. Creating A Lean Practice, Oxford:
International Journal for Quality in Healthcare, 28(2): 150–165.

Universitas Sumatera Utara


141

Fadhilah, 2013, Faktor-Faktor YangBerhubungan Dengan WaktuTanggap Pada


Pelayanan KasusKecelakaan Lalu Lintas DiInstalasi Gawat Darurat
RumahSakit Umum Pusat Dr. M. Djamil. Universitas Andalas: Skripsi.

Farrell, G., 2007, Survey of ICT and Education in Africa. Washington, USA: The
International Bank for Reconstruction and Development, The World Bank
Press (Buku Elektronik) diakses 5 Mei 2017; https://www.infodev.org/

Furwanti, E., 2014, Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien DiInstalasi Gawat Darurat
(IGD)RSUD Panembahan Senopati Bantul, UGM Yogyakarta: Tesis.

Gasperz, V., 2006. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard


dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Gasperz, V., 2007. Lean Six Sigma for Manufacturing and Services Industries.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gasperz, V, 2011. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard


Dengan Malcolm Baldridge dan Lean Six Sigma Supply Chain Management
Contoh Implementasi pada Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Graban, M., 2016, Lean Hospitals: Improving Quality, Patient Safety and Employee
Engagement, Northwestern, United States of America: Lean Enterprise
Institute, Inc.

Graban, M., 2011, Healthcare Kaizen, Northwestern, United States of America: Lean
Enterprise Institute, Inc.

Grunden, N., Hagood, C., 2012, Lean-led Hospital Design: Creating the Efficient
Hospital of the Future. Boston: Productivity Press.

Hobson, M. P., Efstathiou, G., Lasenby, A. N., 2007, General Relativity: An


Introduction for Physicists, Edinburgh: Cambridge University Press.

Houchens, N., Kim S. C., 2014, The Application of Lean in the Healthcare Sector:
Theory and Practical Examples, New York: Springer.

Indar M., Naiem, J., 2013, Profil Klinis dan Luaran Pasien Gawat Darurat Medis
Dewasa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Iswanto, H., 2014, Application of Lean Manufacturing techniques in the emergency


department, J Emerg Med: p. 177-182.

Universitas Sumatera Utara


142

Jimmerson, C., 2007. A3 Problem Solving for Healthcare: A Practical Method for
Eliminating Waste, New York, United States of America: Healthcare
Performance Press.

Kemenkes RI, 2009, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 856
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit, Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24


tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

King, DL, Ben-tovim DI, Bassham J, 2006, Redesigning emergency department


patient flows: application of Lean Thinking to healthcare, Emerg Med
Australias 2006, 18: 391-397.

Liker, J., 2004, The Toyota Way, New York: McGraw Hill Press.

Mahendra, B., Holden RJ, 2011, A human factors engineering paradigm for patient
safety: the SEIPS model. Qual Saf Health Care: p. 159-165.

McCulloch, W.S., Pitts, W.H., 2010, A Logical Calculus of the Ideas Immanent in
Nervous Activity, Massachusetts, USA: Bulletin of Mathematical Biophysics,
5:115-133.

Migita, R, Del-beccaro, M, Cotter D, 2011, Emergency department overcrowding:


developing emergency department capacity through process improvement,
USA: Clin Pediatr Emerg Med, 12: p.141-150.

Moraros, J., Lemstra, M., Nwankwo, C., 2016. Lean Intervention in healthcare: do
they actually work? A systematic literature review, Brasil: Lean Institute
(Jurnal Elektronik) diakses 1 Maret 2017; http://www.lean.org.br

Murrell, K. L., Offerman, S. R., Kauffman, R. N., 2011, Applying Lean:


Implementation of A Rapid Triage and Treatment System. West J Emerg
Med.: 184-191.

Ng D, Vail G, Thomas S., et al, 2010, Applying the Lean Principles of the Toyota
production system to reduce wait times in the emergency department, CJEM:
50-57.

Nindya, A, 2012, Usulan Perbaikan Lean Hospital pada Inventoris Gudang RS Islam
Jakarta, Universitas Indonesia: Skripsi.

Notoatmodjo, S., 2013, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Sumatera Utara


143

Ohno, T., 1988, Toyota Production System: Beyond Large Scale Production, New
York: Productivity Press.

Qibtiyah, E. M., Sudiro, Wulan, L. R., 2015, Manajemen Mutu Pelayananan Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Kudus (Studi Kualitatif), Jakarta: Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia.

Rundolph, RJ, Cognitive performance-altering effects of electronic medical records:


an application of the human factors paradigm for patient safety, In press. Doi:
10.1007/s10111-10010-10141-10118.

Setyaningsih, 2016, Analisis Waktu Tunggu Pasien yang Dirujuk ke Rawat Inap
Melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Moewardi, Yogyakarta.

Savitri, A., 2015, Pemanfaatan tracer di Penyimpanan Berkas Rekam Medis di UPT
Puskesmas Wonosari 1 (Tugas Akhir), Yogyakarta: Program Studi Rekam
Medis UGM.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta.

Sutriningsih, Y., 2015. Hubungan WaitingTime Dengan Kepuasan PasienPrioritas 3


Di Instalasi GawatDarurat RS Waluya SawahanMalang. (Jurnal Elektronik)
diakses 28 Desember 2017;
jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/download/301/302

Stralser, S., 2004, MBA In A Day-What You Would Learn at Top-Tier Business
Schools (If You Only Had the Time), New Jersey, USA: John Wiley & Sons,
Inc.

Taninecz, G., 2004, Lean Landscapers: Atlanta firm embraces lean in challenging
industry with multiple gembas., Atlanta, GA: Lean Enterprise Institute, Inc.

Timothy, B., Villavicecio, A., Waldron, B., 2010, A multilngual database of idioms,
Lisbon, Portugal: In Proceedings of the 4th International Conference on
Language Resources and Evaluation (LREC), 1127-1130.

Wasetya, D, 2012, Alur Proses Pelayanan Unit Rawat Jalan dengan Mengaplikasikan
Lean Hospital di RS Marinir Cilandak Tahun 2012, Depok: UI.

West, P. And Sweeting, H., 2001, Research papers in Education “Being different:
correlates of the experence of teasing and bullying at age 11”, England:
University of Glasgow 16(3): 225-246

Willoughby, K, 2010, Frequency, determinants and impact of overcrowding in an


emergency departments in Canada: a national survey. Healthc Q: 32-40.

Universitas Sumatera Utara


144

White, K.R., Griffith, J.R., 2010, The Well-Managed Healthcare Organization:


Seventh Edition, Chicago: Health Administration Press (Buku Elektronik)
diakses 5 Mei 2017; http://dlib.bpums.ac.ir/multiMediaFile/20772127-4-1.pdf

WHO, 2003, The World Health Report: Shaping the Future, Geneva, Switzerland:
WHO.

Womack, J.P. et al, 2005, Going Lean in Healthcare, Cambridge: Institute for
Healthcare Improvement, 20 University Road.

Young, T., and McClean, S., 2009, Some challenges facing Lean Thinking in
Healthcare, Oxford: International Journal for Quality in Healthcare, 21(5):
309-310.

______, http://www/rff/com/cross-fucntional-template.htm/ diakses 25 April 2017

_____, 2009, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

_____, Hospital Indonesia 2014, http://www.leanindonesia.com/2017/05/lean-


hospital-rumah-sakit-bagian-3/ diakses 25 April 2017

______, 2011. Lean Hospital-Lean rumah Sakit (Jurnal Elektronik) diakses 14


Agustus 2017; http://www.leanindonesia.com/2011/08/lean-healthcare-
indonesia/

Universitas Sumatera Utara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
1.Pemetaan alur proses sistem pelayanan Value Assessment (aliran pasien)
No. Observasi :
Observer :
Tanggal
Aliran Non Value added Waste
Waktu Value
No Kegiatan proses/ Non- yang
(detik) added Avoidable
dokumentasi avoidable terjadi

TOTAL

143

Universitas Sumatera Utara


2.Value Assessment (aliran Dokumen)
No. Observasi :
Observer :
Tanggal
Aliran Non Value added Waste
Waktu Value
No Kegiatan proses/ Non- yang
(menit) added Avoidable
dokumentasi avoidable terjadi

TOTAL

Universitas Sumatera Utara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Hari, Tanggal :
Waktu :
Tempat :

Karakteristik Informan
Kode : P.01
Nama :
Jabatan : Kepala Rumah Sakit
Masa Jabatan :
A. UMUM
1. Ucapan terima kasih
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara ini
B. SPESIFIK
SDM dan metode pelayanan:
1. Bagaimana kondisi pelayanan di instalasi gawat darurat?
2. Bagaimana kebijakan direksi/pimpinan untuk meningkatkan mutu pelayanan
IGD? Apakah ada acuan khusus yang digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan?
3. Apakah ada komplain/keluhan ke direksi/pimpinan terhadap proses pelayanan
(dokter, dokter tamu, staf, perawat, dll)?
4. Jika ada, apakah tindakan yang diambil dalam mengatasi keluhan tersebut
dipandang dari aspek sosial dan politis?
5. Apakah ada pembagian tugas dan tanggung jawab kerja secara spesifik?
6. Bagaimana kinerja/motivasi dari SDM sudah memberikan pelayanan yang baik
bagi pasien?

145

Universitas Sumatera Utara


7. Apakah selama ini pejabat yang bertanggung jawab dalam proses pelayanan
gawat darurat sudah melaksanakan kegiatan manajerialnya (planning, evaluating
dan controlling) sebagaimana mestinya?
8. Sejauh ini, hambatan apa yang dihadapi saat melaksanakan implementasi dari ide
perbaikan pelayanan gawat darurat? (komitmen manajemen/SOP/kebijakan
pimpinan)
Fasilitas, lingkungan dan bangunan fisik
9. Adakah rencana untuk renovasi/penambahan/penempatan ruangan di RS?
10. Apakah fasilitas kesehatan di RS mampu mengakomodasi kebutuhan pelayanan
bagi pasien?
11. Apakah fasilitas penunjang (sistem informasi/keamanan/kenyamanan parkir)
memudahkan pasien/pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya/perawatannya?
12. Apakah letak ruang IGD terhadap pelayanan sudah strategis?
13. Apakah fasilitas dan fisik bangunan sudah dapat mengakomodsi proses
perawatan pasien dan pekerjaan pegawai?
14. Adakah saran dan harapan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan di
IGD?

Hari, Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Karakteristik Informan
Kode : P.02
Nama :
Jabatan : Kasubdep IGD
Masa Jabatan :
A. UMUM
1. Ucapan terima kasih
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara ini
B. SPESIFIK
SDM dan metode pelayanan:
1. Bagaimana kondisi pelayanan di instalasi gawat darurat?

Universitas Sumatera Utara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

2. Bagaimana kebijakan direksi/pimpinan untuk meningkatkan mutu pelayanan


IGD? Apakah ada acuan khusus yang digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan?
3. Apakah ada komplain/keluhan ke direksi/pimpinan terhadap proses pelayanan
(dokter, dokter tamu, staf, perawat, dll)?
4. Jika ada, apakah tindakan yang diambil dalam mengatasi keluhan tersebut
dipandang dari aspek sosial dan politis?
5. Apakah ada pembagian tugas dan tanggung jawab kerja secara spesifik?
6. Bagaimana kinerja/motivasi dari SDM sudah memberikan pelayanan yang baik
bagi pasien?
7. Apa saja kesulitan yang terkait dengan “orang” yang selama ini menjadi
permasalahan:
a. Pasien (Tingkat sosial/jenis asuransi/BPJS)
b. Dokter (Keterlambatan. Komitmen pelayanan, kompetensi)
c. SDM lain (seperti perawat, bidan, staf lainnya)
8. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di RS?
Fasilitas, lingkungan dan bangunan fisik
9. Apakah fasilitas kesehatan di RS mampu mengakomodasi proses perawatan
pasien dan pelayanan pegawai?
10. Adakah rencana untuk renovasi/penambahan/penempatan ruangan di RS?
11. Apakah fasilitas penunjang (sistem informasi/keamanan/kenyamanan parkir)
memudahkan pasien/pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya/perawatannya?
12. Adakah saran dan harapan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan di
IGD?

Hari, Tanggal : P.03


Waktu :
Tempat :
Karakteristik Informan
Kode :

147

Universitas Sumatera Utara


Nama :
Jabatan : Dokter
Masa Jabatan :
A. UMUM
1. Ucapan terima kasih
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara ini
B. SPESIFIK

SDM dan metode pelayanan


1. Bagaimana kondisi pelayanan di instalasi gawat darurat?
2. Bagaimana kebijakan direksi/pimpinan untuk meningkatkan mutu pelayanan
IGD? Apakah ada acuan khusus yang digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan?
3. Apakah ada komplain/keluhan ke direksi/pimpinan terhadap proses pelayanan
(dokter, dokter tamu, staf, perawat, dll)?
4. Jika ada, apakah tindakan yang diambil dalam mengatasi keluhan tersebut
dipandang dari aspek sosial dan politis?
5. Apakah ada pembagian tugas dan tanggung jawab kerja secara spesifik?
6. Bagaimana kinerja/motivasi dari SDM sudah memberikan pelayanan yang
baik bagi pasien?
7. Apa saja kesulitan yang terkait dengan “orang” yang selama ini menjadi
permasalahan:
a. Pasien (Tingkat sosial/jenis asuransi/BPJS)
b. Dokter (Keterlambatan. Komitmen pelayanan, kompetensi)
c. SDM lain (seperti perawat, bidan, staf lainnya)
8. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di
RS?
Fasilitas, lingkungan dan bangunan fisik
9. Apakah fasilitas kesehatan di RS mampu mengakomodasi proses perawatan
pasien dan pelayanan pegawai?
10. Adakah rencana untuk renovasi/penambahan/penempatan ruangan di RS?
11. Apakah fasilitas penunjang (sistem informasi/keamanan/kenyamanan parkir)
memudahkan pasien/pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya/perawatannya?
12. Adakah saran dan harapan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan di
IGD?

Universitas Sumatera Utara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

Hari, Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Karakteristik Informan
Kode : P.04
Nama :
Jabatan : Perawat
Masa Jabatan :
A. UMUM
1. Ucapan terima kasih
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara ini
B. SPESIFIK
SDM dan metode pelayanan
1. Bagaimana kondisi pelayanan di instalasi gawat darurat?
2. Bagaimana kebijakan direksi/pimpinan untuk meningkatkan mutu pelayanan
gawat darurat? Apakah ada acuan khusus yang digunakan untuk meningkatkan
mutu pelayanan?
3. Apa ada kesulitan atau permasalahan dalam pekerjaan yang selama ini
dirasakan dalam proses pelayanan gawat darurat terkait dengan keberagaman
tingkat sosial/tuntutan pasien, jenis asuransi? Keluhan pasien apa saja?
4. Permasalahan yang dihadapi terkait dengan fasilitas kerja? (kekurangannya,
ketepatan, kemutakhirannya)
5. Bagaimanan kemampuan dan keterampilan kerja? Secara khusus perawat?
6. Bagaiman komitmen dengan manajemen dalam pemenuhan kebutuhan akan
fasilitas pendukung? Sistem intensif? Kerja sama manajemen-dokter dan
manajemen-perawat?
7. Apakah adanya SOP, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis membantu
dalam pekerjaan sehari-hari?

149

Universitas Sumatera Utara


Fasilitas dan bangunan fisik
8. Bagaimana letak dan bangunan fisik RS, apakah cukup strategis dalam
membantu proses perawatan bagi pasien? Sudahkah memudahkan
dokter/perawat/pegawai dalam melakukan pekerjaannya?
9. Adakah saran, ide dan harapan untuk perbaikan proses pelayanan gawat
darurat?

Hari, Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Karakteristik Informan
Kode : P.05
Nama :
Jabatan : Pasien
Jenis Pembayaran : Asuransi/Umum
A. UMUM
1. Ucapan terima kasih
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara ini
B. SPESIFIK
SDM dan metode pelayanan
1. Bagaimana kondisi pelayanan di instalasi gawat darurat?
2. Adakah keluhan bapak/ibu terhadap keadaan IGD? (dari segi kenyamanan,
pengaturan ruangan)
3. Adakah keluhan terhadap ketepatan dan kecepatan pelayanan di bagian IGD?
(termasuk waktu tunggu)
4. Apakah RS mampu memberikan kejelasan informasi mengenai persyaratan?
Bagaimana dengan urutan proses pelayanan? Apakah ada petunjuk arah?
5. Adakah keluhan terhadap keramahan pegawai (dokter, perawat, staf
administrasi) dalam pelayanan di bagian IGD?
6. Apakah bapak/ibu mempunyai keluhan terhadap kompetensi dan kemampuan
dokter dalam pelayanan di bagian IGD?
Jika ada, sebutkan.............
7. Dalam menunggu proses pelayanan, apa yang biasa dilakukan?

Universitas Sumatera Utara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

Fasilitas dan bangunan fisik


8. Apakah letak dan bangunan fisik RS cukup strategis dalam mempermudah
proses pelayanan?
9. Adakah saran, ide dan harapan untuk perbaikan proses pelayanan gawat
darurat? Sebutkan!

151

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

Lampiran 5
ANALISIS DENGAN METODE LEAN
1. Visual Manajemen
No. Observasi :
Observer :
Tanggal :

Visual Manajemen Waste


No Bagian yang Diamati Waste time yang
Ada Tidak Ada
Terjadi
1 Prosedur
Keseluruhan
2 Pendaftaran

3 Triase

4 Fasilitas dan Fisik


IGD
5 Lab/Rad

6 Apotek

7 Kasir

TOTAL

165

Universitas Sumatera Utara


2. Seven plus One Waste (7 Pemborosan)
Area Kerja : Identifikasi Seven Waste di Instalasi Gawat Darurat
No. Observasi :
Observer :
Tanggal :

No Jenis Waste What When 5 Why


1 Penundaan (Delay)

2 Duplikasi

3 Gerakan yang Tidak


Perlu

4 Komunikasi yang
Kurang Jelas

5 Persediaan yang tidak


tepat

6 Kesempatan yang
Hilang

7 Error saat transaksi

8 Underutillized
employees

Universitas Sumatera Utara


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155


Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite : http://fkm.usu.ac.id –
Email : fkm.usu.medan@gmail.com

3. 5S
Area Kerja : Identifikasi 5S di Instalasi Gawat Darurat
No. Observasi :
Observer :
Tanggal :

Non 5S
No 5S
What When Why
1 Seiri/ringkas

2 Seiton/rapi

3 Seiso/resik

4 Seiketsu/rawat

5 Shitsuke/rajin

167

Universitas Sumatera Utara


4. Value Added Assessment
Area Kerja : Pendaftaran/ IGD/ Poliklinik/ / Lab/ Rad/ Apotek/ Kasir
No. Observasi :
Observer :
Tanggal :

Aliran Non Value added Waste


Waktu Value
No Kegiatan proses/ Non- yang
(menit) added Avoidable
dokumentasi avoidable terjadi

TOTAL

Universitas Sumatera Utara


152

LAMPIRAN 3

GAMBAR PENELITIAN

Gambar 1. RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Universitas Sumatera Utara


153

Gambar 2. Penanganan Pasien Gawat Darurat

Gambar 3. Pemberian Tindakan Triase

Universitas Sumatera Utara


154

Gambar 4. Wawancara dengan Direktur RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Gambar 5. Wawancara dengan Bagian Administrasi Umum (HRD)

Universitas Sumatera Utara


155

Gambar 6. Wawancara dengan Kepala IGD

Universitas Sumatera Utara


156

Gambar 7. Perawat yang Bertugas di IGD

Gambar 8. Dokter yang Bertugas di IGD

Universitas Sumatera Utara


157

Gambar 9. Toilet di IGD RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam

Gambar 10. Ruang Tunggu setelah Implementasi Lean

Universitas Sumatera Utara


158

LAMPIRAN 4

MANUSKRIP WAWANCARA
Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
Bagaimana Hmm... Pelayanan Hmm... kalo Kalo di IGD Kalo di IGD Keknya sih Di IGD kita Kalo di IGD Di IGD
kondisi sepertinya IGD memang menurut saya ya? IGD ya setau saya saya udah berusaha cepat sini udah lebih pelayanannya
pelayanan di sudah bagus, kita disini sih ya gitu, orang itu perawatnya bagus menangani baguslah ya apa
gawat darurat? ya walau kekurangan memang kurang itu sih udah bagus pasien ya tapi dibandingkan adanyalah
masih ada tenaga ya dibandingkan perawatnya, lah, ya itu tadi rumah sakit mba.
beberapa sama beberapa rumah sakit alat-alatnya pelayanannya mba,,, ada grand (Apalagi
aspek yang alat seperti lain masih juga masih lumayan, yang namanya medistra. kayak pasien
diperbaiki tapi mesin suction, kurang, tapi terbatas Cuma ya keterbatasan, Menurut BPJS ini, ya
saya kira tapi kalo gimana ya, memang harus karena pendapat saya pasrah ajalah
sudah cukup dibanding saya kurang diperbaiki lagi manusianya ya kami
bagus sebelumnya paham juga lah terbatas ya namanya
yang sekarang gitu lah juga dirujuk
udah lumayan kemari)
lebih baik lah
Bagaimana Kita sih Acuannya apa - - - - - - -
kebijakan mengikuti ya? Kalo SPO
direksi/pimpinan prosedur yang sih ada ya
untuk sebelum- seharusnya,
meningkatkan sebelumnya iya adalah...
mutu pelayanan mba....
IGD? Apakah ada Kalo SPO ada
acuan khusus tapi masih
yang digunakan harus
untuk diperbaharui
meningkatkan lagi
mutu pelayanan?
Apakah ada Sepertinya ya beberapa - - - - - - -
komplain/keluhan tidak ada pasien
ke pengennya
direksi/pimpinan cepat mba,
terhadap proses tapi kek
pelayanan? manalah kami
Jika ada, apakah disinipun
tindakan yang empot-
diambil dalam empotannya,
mengatasi bukannya

Universitas Sumatera Utara


159

Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
keluhan tersebut banyak tenaga
dipandang dari disini. Paling
aspek sosial dan kami Cuma
politis? suruh
pasiennya
supaya sabar
sikit
Apakah ada Kesulitannya Ya - - - - Kesulitannya Adalah -
kesulitan atau ya? Hmmm kesulitannya paling kalo beberapa
permasalahan kayaknya sih itu tadi, kami pas lagi keluhan
dalam pekerjaan gak ada, coba kurang tenaga banyak pasien misalnya
yang selama ini mba tanya ke dan kurang ya khususnya mereka mau
dirasakan dalam bagian IGD fasilitas. pasien BPJS cepat, mau
proses pelayanan mungkin Terus pasien ya kami disini supaya gak
gawat darurat mereka lebih kan butuh harus kerja sakit, tapi kan
terkait dengan tahu cepat, harus ekstra prosedurnya
keberagaman juga ditangani harus diikuti
tingkat sosia/ dengan benar jugalah
tuntutan pasien, ya dengan
jenis asuransi? segala
Keluhan pasien keterbatasan
apa saja? itu ya pasien
harus maklum
Apakah ada Ada, pastinya Ada. Tapi ya Ada, tapi kami Pastinya ada Ada lah Kalo di apotek Pastinya ada Hmm, kalo -
pembagian tugas ada kadang- disini saling sih kita kerja spesifik ya
dan tanggung kadang kalo membantu rame-rame mungkin ada.
jawab kerja yang satu gak kalo misalnya
secara spesifik? sempat ada pekerjaan
terpkasa yang kurang
perawat lain dipahami
yang
mengcover
kerjaan dia
Bagaimana Kalo Ya kita tetap Udahlah, Kami disini Hmm, udahlah Kalo menurut Kami sih Ya kami -
kinerja/motivasi motivasinya berusaha sejauh yang pasti berusaha kami sih udah disini tim ya sadari
SDM, apakah sih ada untuk saya lihat sih kasi yang kayaknya mbak, ya keterbatasan
sudah pastinya, itu memberikan udahlah terbaiklah mba walau jumlah kami, tapi kalo
memberikan sudah cukup yang terbaik sedikit tapi memberi
pelayanan yang untuk hasil berusaha buat pelayanan yg
baik bagi pasien? pelayanan kasi yang terbaik
yang baik terbaik mungkin

Universitas Sumatera Utara


160

Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
belum cuma
akan tetap
berusaha
Apakah selama Kita sekarang Ya sudah tapi Kurang tau, - - - Ya, kalo kami Kalo -
ini pejabat yang sedang itulah kadang bagian orang melapor pelaksanaan
bertanggung berusaha untuk masih suka itulah kak misalnya sih ada tapi
jawab dalam itu, supaya kuranglah kapas habis, kurang pas
proses pelayanan kegiatan kayak perban perban habis,
gawat darurat perencanaan, sama kapas, ya memang
sudah evaluasi itu terpaksalah dibeli orang
melaksanakan pelaporannya kadang kami itu tapi tetap
kegiatan jelas dan rutin. jemput ke gak cukup.
manajerialnya poliklinik
(planning,
evaluating dan
controlling)
sebagaimana
mestinya?
Apa saja Ya ada saja Ya paling Paling sesama Nggak ada, Kayaknya sih Ga ada kek Apa ya, - -
kesulitan yang dokter yang pasien yang kawan di paling itulah kami aman- nya hmmm paling
terkait dengan suka terlambat. kurang rekam pasien ada aman aja, pasien itulah
orang yang Kadang saya sabaran ya medislah ya, yang jugul, paling ya itu kayak yang
selama ini yang gantiin. udah gitu gak maunya gak pasien datang kubilang tadi,
menjadi Kalo pasien ya bisa mereka itu dibayarnya kemari tp gak gak mau
permasalahan? paling suka dibilangin. rapilah sikit biaya lab, jd jadi bayar. bersabar.
(pasien, dokter, serobot antrian Kadang kami kerja. sia-sialah itu Ntah apa!
SDM lain) ya jadi ntar kewalahan hasil
ributlah itu juga kalo pemeriksaan
apalagi kalo dokternya dia
udah hari belum datang
sabtu, penuh
rumah sakit
kami sama
pasien BPJS

Universitas Sumatera Utara


161

Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
Sejauh ini, Hambatannya Hambatannya - - - - Ya paling Perlu adanya -
hambatan apa sih kayaknya ya susah dilengkapi evaluasi
yang dihadapi belum ada mengatur dululah berkala supaya
saat orang fasilitas orang kamipun tau
melaksanakan termasuk dari sama mana yang
implementasi dari diri sendiri, ya ruangannya harus
ide perbaikan kan mbak baru bisa diperbaiki
pelayanan gawat berjalan
darurat?
(komitmen
manajemen, SPO,
kebijakan
kepemimpinan)
Adakah rencana Ada. Kita Belum tau. Gak tau juuga Kurang tau Gak tau Ruangan kami Berharapnya Ada kayaknya, -
untuk renovasi/ rencana mau mba. Tapi inilah kak sih ada. Biar dengar-dengar
penambahan/ pindahkan kalo bisa katanya nanti ruang IGD gitu
penempatan apotek biar ruangan kami mau dipindah inilah dulu
ruangan di RS? dekat ke IGD inilah maunya direhab, sama
sama agak dibagusi ruang rawat
poliklinik sikit inap di lantai
3 itu dibagusi
maunya biar
gak kayak jadi
rumah hantu
Apakah fasilitas Ya lebih Kalo Ya sebagian - - - Menurut saya Sudah. Belum.
kesehatan di RS kurang menurutku sih besar udahlah untuk rumah
mampu mampulah. kurang ya kek nya. sakit tipe C
mengakomodasi mbak, kayak memang
kebutuhan kami butuh belum
pelayanan bagi mesin suction, sempurna, tapi
pasien? masih belum kita berharap
lah menurutku terus
dilakukan
perbaikan
Apakah fasilitas Iya Hmm.... iya Iya kek nya Iya Iya, Saya mau Kurang sih
penunjang selayaknya sih bilang iya. mba
memudahkan begitu
pasien/pegawai
dalam
melaksanakan
pekerjaannya/

Universitas Sumatera Utara


162

Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
perawatannya?
Apakah letak Memang sih Belum, masih Belum Ya belum Belum sih Agak jauh Belum tapi Belum Ih bingung
ruang IGD belum, kalo jauh dari pintu memang memang sudah ada kami entah
terhadap ada dana nanti utama wacana untuk dimana IGD,
pelayanan sudah kami coba direlokasi gak jelas
strategis? perbaiki letaknya
Apakah fasilitas Sepertinya Sudahlah Ya sudah Semestinya Sudah aja deh Hehehe sudah Kalo menurut Keknya sudah Mungkin...
dan fisik sudah sih sudah kali ya kami ya sudah
bangunan IGD cukupla
sudah dapat
mengakomodasi
proses perawatan
pasien dan
pekerjaan
pegawai?
Adakah keluhan - - - - - - - - Banyak,
Bapak/Ibu apalagi itu
terhadap IGD? antrinya
panjang kali.
Kayaknya
ada
permainan di
bagian
pendaftaran
itu, lama kali
awak masuk
Adakah keluhan Selama saya Ya ada, itulah Kurang tau Coba tanya Mungkin ada Hmmm Ya kita Kalo pas lagi
terhadap memimpin, tadi karena langsung ke kurang tau manusia pasti rame kali
ketepatan dan belum ada kami cuma IGD aja mba juga ada pasien, itulah
kecepatan sedikit kekurangan, kami bingung,
pelayanan di sementara keluhan ya ya maulah
bagian IGD? pasien tentunya ada pasiennya
banyak , harap marah2 sama
maklum kami
Apakah RS - - - - - - - - Ih gak
mampu ngertilah
memberikan kami mbak,
kejelasan di
informasi pendaftaran
mengenai capek kami
persyaratan? berdiri antri,

Universitas Sumatera Utara


163

Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
Bagaiman dengan udahlah tak
urutasn proses disediakan
pelayanan? meja atau
Apakah ada pulpen,
petunjuk arah? berbelit-
belitlah
prosedurnya.
Ntah dimana
pendaftaran,
ntah dimana
IGD, pusing
kepala.
Adakah keluhan - - - - - - - - Perawatnya
terhadap sih nggak,
keramahan paling
pegawai dalam dokternya
pelayanan di agak cerewet
bagian IGD?
Apakah - - - - - - - - Dokternya
Bapak/Ibu itu lama kali
mempunyai datang, kek
keluhan terhadap mana bisa
kompetensi dan coba ada
kemampuan nama
dokter dalam dokternya
pelayanan di tapi gak di
bagian IGD? tempat?
Dalam menunggu - - - - - - - - Main hape
proses pelayanan, lah, apa lagi?
apa yang biasa
Anda lakukan?
Adakah saran dan Semoga IGD Ya tolonglah Semoga IGD Supaya lebih Ya kalo bisa - Berharap ada Kami berharap Semoga
harapan yang lebih tanggap supaya ruangannya cepat adalah perhatian agar IGD antriannya
diperlukan untuk dan cepat pimpinan lebih luas, tanggaplah penambahan lebih dari dilengkapi gak terlalu
meningkatkan dalam perhatikan tempat pegawainya yayasan dan sarana dan lama, dokter
pelayanan IGD? menangani fasilitas kami. tidurnya disitu direksi, juga prasarana nya jangan
kasus gawat Terus kalo dilengkapi dan dibuatlah terlambat
darurat. boleh, pegawainya pelatihan lagi, gitulah
dibikinlah juga untuk kami paling eh
pelatihan rutin terus
supaya dibuatlah

Universitas Sumatera Utara


164

Informan
Pertanyaan Ka. Rekam Petugas
Direktur RSU Kepala IGD Petugas Lab Petugas Rad Dokter Perawat Pasien
Medis Apotek
kamipun bisa penunjuk
lebih terampil, arah yang
terus segala jelas, mana
kekurangan kami hapal2
tenaga SDM letak ruangan
maunya di rumah
adalah, biar sakit ini
gak
kewalahan
kali kami

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai