Oleh :
FARADHIBA SANDI
NIM. 081000013
2012
SKRIPSI
Oleh :
FARADHIBA SANDI
NIM. 081000013
MEDAN
2012
FARADHIBA SANDI
NIM. 081000013
Tim Penguji
Modisco adalah singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil,
komposisinya terdiri dari susu, margarin dan gula yang manfaatnya bisa menambah
berat badan anak secara cepat dan merupakan salah satu kegiatan antisipasi terhadap
dampak buruknya status gizi. Cara pembuatan modisco mudah dan sederhana namun
masih banyak kader posyandu yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam pembuatan PMT Modisco.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain
One Group Pre test and Post test. Sampel penelitian ini adalah seluruh kader yang
aktif di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang sebanyak 15 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco, pelatihan dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Data mengenai pengetahuan kader diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuesioner sedangkan data keterampilan dilihat dengan
menggunakan daftar tilik. Post test dilakukan sebanyak dua kali sesaat setelah
pelatihan dan seminggu setelah pelatihan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis paired sample t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader sesudah pelatihan berdasarkan analisis paired sample t-test nilai
p 0,000, ada pengaruh antara pelatihan terhadap keterampilan kader dalam pembuatan
PMT Modisco.
Disarankan kepada kader posyandu agar menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki anak
dengan status gizi kurang serta diharapkan kader yang terampil melatih kader baru
dan lebih mensosialisasikan PMT Modisco sebagai upaya preventif penanganan
balita dengan status gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang
Kata Kunci : Pelatihan, Keterampilan Kader, PMT Modisco
Agama : Islam
Alamat Orang Tua : Dusun XVI Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan
Riwayat Pendidikan
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
Kabupaten Batu Bara Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak
Ramli Andi dan Ibu Tengku Hernawati yang tiada henti memberikan kasih sayang,
mendoakan penulis, serta selalu memberikan bimbingan, dan motivasi kepada penulis
Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi
3. Ibu Evawani Y. Aritonang. MSi selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji
yang telah banyak meluangkan waktu dan selalu sabar untuk memberikan
4. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku dosen pembimbing II dan dosen penguji I
5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji II yang telah banyak
memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen penguji III yang telah banyak
memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot
Samosir S.T yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara, Ibu Neni, Amkeb, Ibu Rina, Amkeb
dan Ibu Leli , Amkeb serta pegawai puskesmas lain, Bapak Lurah dan seluruh
kader Posyandu di Kelurahan Desa Aras yang tidak bisa disebutkan satu per satu
yang telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam penulisan skripsi ini
Selanjutnya secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada :
Amd, dan Nugraha Trisna Sandi SH yang selalu memberikan dukungan moril,
materil, semangat, kasih sayang dan selalu mendoakan penulis dalam penulisan
skripsi ini.
2. Om Ir. Suardi Kamal dan Ondo Tengku Neneng Julihartati tersayang yang
3. Family Pare-pare sepupuku tersayang Mhd Rinaldy Karo-karo Sp, Reisa Jetira
SE, Armita Octalia Amk, Kak Wiwik, Dita, Dila, Indah yang selalu
4. Teman yang selalu datang menolong disaat dibutuhkan, baik dan selalu sabar
5. Teman-temanku Nia, Diza, Nita, Nurul, Oza, Juwita, Andes, Hetty dan dari
peminatan Gizi Tami, Uchy, Kak yusi, Kak Rini, Kak Jannah, Dewi, Purna,
Dina, teman PBL dan LKP serta teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu
per satu yang membantu, memberikan saran dan kritik yang membangun.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
Penulis
Faradhiba Sandi
Halaman
HalamanPengesahani ......................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................ ii
Abstract ................................................................................................................ iii
Daftar Riwayat Hidup......................................................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. viii
Daftar Tabel ........................................................................................................ x
Daftar Gambar.................................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitia............................................................................ . 6
1.3.1 Tujuan Umum............................................. ………………........... 6
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 7
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pembuatan
PMT Modisco………………………………………………….. .. 45
5.2 Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pembuatan
PMT Modisco………………………………………………….. .. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Halaman
3. Master Data
4. Output Data
7. Gambar penelitian
Modisco adalah singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil,
komposisinya terdiri dari susu, margarin dan gula yang manfaatnya bisa menambah
berat badan anak secara cepat dan merupakan salah satu kegiatan antisipasi terhadap
dampak buruknya status gizi. Cara pembuatan modisco mudah dan sederhana namun
masih banyak kader posyandu yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam pembuatan PMT Modisco.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain
One Group Pre test and Post test. Sampel penelitian ini adalah seluruh kader yang
aktif di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang sebanyak 15 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco, pelatihan dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Data mengenai pengetahuan kader diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuesioner sedangkan data keterampilan dilihat dengan
menggunakan daftar tilik. Post test dilakukan sebanyak dua kali sesaat setelah
pelatihan dan seminggu setelah pelatihan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis paired sample t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader sesudah pelatihan berdasarkan analisis paired sample t-test nilai
p 0,000, ada pengaruh antara pelatihan terhadap keterampilan kader dalam pembuatan
PMT Modisco.
Disarankan kepada kader posyandu agar menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki anak
dengan status gizi kurang serta diharapkan kader yang terampil melatih kader baru
dan lebih mensosialisasikan PMT Modisco sebagai upaya preventif penanganan
balita dengan status gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang
Kata Kunci : Pelatihan, Keterampilan Kader, PMT Modisco
Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi
juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor
pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar
kelompok masyarakat, bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia
Keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber
Penyebab gizi kurang pada balita sangat kompleks. Penyebab langsung anak
tidak mendapat gizi seimbang, yaitu Air Susu Ibu (ASI) saat umur 0-6 bulan, dan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang memenuhi syarat saat umur 6-24 bulan.
Penyebab langsung lain adalah infeksi, terutama diare, infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) dan campak. Kedua sebab langsung ini saling memperkuat, didorong
banyaknya anak dengan jarak kelahiran terlalu dekat. Faktor ini dapat menyebabkan
anak tidak diasuh dengan semestinya, seperti tidak diberi ASI, tidak dapat
menyediakan MP-ASI yang baik, dan tidak dibawa ke posyandu atau pelayanan
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi Posyandu
Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui tata laksana
buruk dengan pemberian PMT bubur susu dan susu bubuk namun dalam
kenyataannya hal ini juga kurang efektif untuk menekan angka balita gizi kurang dan
buruk pada umumnya hal ini juga terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pematang
Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara. Ketidak efektifan ini terjadi
bahwa persentase anak balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4% (Depkes RI,
2007). Walaupun angka ini menurun dibandingkan hasil Susenas tahun 2005 (8,8%),
tetapi menunjukkan bahwa anak balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat utama, jika di suatu daerah ditemukan gizi buruk > 1% maka termasuk
Provinsi Sumatra Utara tahun 2010 adalah 3,14% untuk balita gizi kurang dengan
mengalami gizi buruk dan kurang hanya 44.574 balita (3,33% )dari 1.337.008 balita
yang ditimbang. Ini menunjukkan bahwa banyak kasus balita gizi buruk dan kurang
yang tidak dijangkau oleh pelayanan kesehatan (Dinkes Provinsi Sumatra Utara,
2011).
Sumut, prevalensi balita gizi buruk tahun 2010, sebanyak 29 orang balita gizi buruk
(0,08%) dari 37.906 balita yang di timbang (Dinkes Provinsi Sumatra Utara, 2011).
Pada Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara 2011, jumlah balita yang
mengalami gizi buruk dan kurang sebanyak 18 balita dari 3194 balita yang di
Upaya yang dilakukan dalam penanganan gizi kurang dan buruk meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif
memberikan penyuluhan gizi dan penimbangan anak yang dilakukan tiap bulannya di
posyandu. Upaya penanggulangan lain terhadap balita gizi buruk dan gizi kurang di
tambahan berupa susu dan biskuit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh
petugas puskesmas. Bantuan pemberian makanan ini tidak selalu ada tergantung pada
ketersediannya. Setelah tidak mendapatkan PMT lagi masalah gizi kurang ini timbul
Untuk upaya kuratif dan rehabilitatif terhadap penanganan gizi buruk pada
umumnya dilakukan di Panti Pemulihan Gizi, Puskesmas Rawat Inap dan Rumah
Sakit sesuai tata laksana penaganan anak gizi buruk ( Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2007).
Contoh Panti Pemulihan Gizi yang melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif
dalam rangka penanganan masalah gizi buruk adalah di Panti Pemulihan Gizi NTT
(2004) perkembangan kondisi anak penderita gizi buruk selama perawatan dengan
terapi gizi modisco anak perempuan usia 11 bulan Desa Kamanasa, Kecamatan
Malaka Tengah (Betun) Kabupaten Belu mengalami peningkatan berat badan yang
signifikan, dalam satu bulan berat badan awal 3.6 kg menjadi 5.6 kg dengan Z-score
awal -3/-4 menjadi -2/+2 ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2007). Penggunaan
PMT Modisco dalam rangka memperbaiki status gizi balita juga dilakukan
Modisco singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil
ditemukan pada tahun 1973 oleh May White Head. Modisco merupakan formula
bergizi tinggi, kaya kalori dan protein yang terdiri atas susu skim, gula dan minyak
atau margarine. Modisco telah teruji dan memenuhi syarat-syarat khusus diet untuk
anak balita di Indonesia sehingga dapat digunakan untuk perbaikan status gizi
A.C, 2001). Pemberian Modisco dilakukan setiap hari selama 3 bulan. Hasil kegiatan
ini mampu menurunkan gizi kurang sebesar 68 % dari 25 orang gizi kurang, 17 orang
pelaksanaan kegiatan ini sangat baik karena dana yang dipakai sebagian besar adalah
dana dari swadaya masyarakat yang sangat peduli dengan gizi balita. Peran kader
dalam pelaksanaan kegiatan ini sangat penting, dari proses persiapan, pengerahan
sasaran sampai pemberian kepada sasaran serta kader tentunya terampil dalam
buruk di tempat Pemulihan Gizi dan Puskesmas, PMT Modisco bisa dijadikan
Sebagaimana kita ketahui kader merupakan tenaga pilihan yang sangat tepat untuk
dan diterima oleh mayarakat disegani dan dipercaya sehingga saran dan petunjukknya
didengar dan diikut oleh masyarakat (Mantra, 1997). Selain itu kader merupakan
perantara langsung antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Kader adalah orang
posyandu. Bila kader mendapatkan ibu yang memiliki anak dengan berat badan tidak
naik atau terus menurun, bahkan sampai berstatus gizi kurang kader bisa langsung
memberikan informasi dan keterampilannya. Hal ini bisa menjadi upaya preventif
keterampilannya kepada ibu-ibu yang memiliki anak gizi kurang dan buruk di
posyandu.
Oleh karena itu, kader yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam
menangani kasus gizi buruk dan gizi kurang di wilayah kerja puskesmas. Sebaiknya
kader kesehatan diberikan metode pelatihan yang disertai dengan demonstrasi yang
pembuatan dan pemanfaatan PMT. Kader yang terampil akan sangat membantu
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu sehingga informasi dan pesan-pesan gizi akan
Batubara.
pembuatan PMT Modisco di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Air Putih
PMT Modisco di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang sebelum dan sesudah
pelatihan.
Pematang Panjang.
2.1 Pelatihan
keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu
mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan
perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses
pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan
pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau
pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu
suatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri
atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari
kumpulan pengalaman di mana saja dan kapan saja, sepanjang pelatihan dapat
dengan masyarakat.
Pelatihan bagi kader dapat berupa ceramah, tanya jawab, curah pendapat, simulasi
adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar dapat
menjadi tiga yakni metode pendidikan individu, kelompok, dan masa. Pemilihan
(Notoatmodjo, 1993).
yang digunakan dalam pelatihan antara lain : ceramah, tanya jawab, diskusi
kelompok, kelompok studi kecil, bermain peran, studi kasus, curah pendapat,
digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi metode ceramah dan tanya-
komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah
pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas, baca, panel dan konseling.
Sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi
2.2 Keterampilan
Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan
yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi
sebagai hasil dari aktivitas tertentu (Whiterington, 1991). Keterampilan dari kata
dasar terampil yang artinya cakap menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan
tugas atau pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang
tersedia.
kemampuan untuk dapat bekerja, mengerti dan mengadakan motivasi kepada orang
lain. Keterampilan konsep adalah kemampuan untuk melakukan kerja sama di dalam
posyandu.
Dalam proses pendidikan atau pelatihan, suatu sikap belum tentu terwujud
dalam praktek atau tindakan (Notoatmodjo, 1993). Masih diperlukan kondisi tertentu
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM UI, 1998 bahwa
kader juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan kader baru, pelatihan ulang kader,
keterampilannya meningkat dan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden
tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003). Menurut Abror (1993), cara mengukur tingkat
pengetahuan pada tahap mengetahui dan memahami dapat dilakukan dengan tes
objektif tipe benar salah atau pilihan berganda. Tahap penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi diukur dengan bentuk tes uraian. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang
yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui media
cetak atau elektonik. Pendapat Siagian (1999), bahwa pelatihan dipakai sebagai salah
kader. Handoko (2001), mengatakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil suatu
produk sistem pendidikan akan memberikan pengalaman yang nantinya akan dapat
Kader adalah tenaga pilihan yang sangat tepat untuk usaha-usaha masyarakat
dipilih masyarakat sehingga dapat diterima oleh masyarakat, disegani dan dipercaya
masyarakat sehingga saran dan petunjuknya akan didengar dan diikuti oleh
laki-laki atau perempuan yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk menangani
bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan
dasar. Kader merupakan perwujudan dari usaha-usaha secara sadar dan terencana
hidup. Dalam usaha ini kader diberikan keterampilan tertentu untuk menjadi “agent
of change” yang akan membawa norma-norma baru yang sesuai dengan norma yang
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki (Depkes, 1988). Menurut
Hanna (1990), peranan kader adalah menjadi tulang punggung penggerak partisipasi
masyarakat di desa dalam bidang kesehatan. Kader juga merupakan penghubung yang
kegiatan pelayanan kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan dasar yang saat ini
sebagian besar masih dilakukan oleh tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas,
terbatas.
Peranan kader gizi yang lain, memberitahu hari dan jadwal Posyandu kepada
Posyandu sebelum dimulai, melakukan pendaftaran bayi dan balita, ibu hamil, ibu
usia subur yang hadir di Posyandu, melakukan penimbangan bayi dan balita,
untuk bayi dan balita (bila ada), melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu
hamil, ibu bayi dan balita serta pasangan usia subur untuk menyuluh dan
memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuain kemampuan alat cerna dalam
mencerna makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian
makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar
mengunyah dan menelan makanan padat dan membiasakan selera-selera baru agar
ditemukan pada tahun 1973 oleh May White Head. Modisco dicobakan pertama kali
untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda Afrika dengan hasil
yang memuaskan. Anak yang mengalami gangguan gizi berat yaitu anak yang
memiliki kalori yang tinggi yaitu 100 kalori/ 100 cc. Modisco terdiri dari tiga formula
dasar, dengan bahan baku utama gula pasir, minyak dan susu. Dan ketiganya
diberikan untuk gejala atau keluhan yang berbeda. Modisco I diberikan untuk balita
dengan KEP berat dengan edema, Modisco II untuk balita tanpa edema, Modisco III
Bahan-bahan untuk membuat formula modisco, seperti susu skim atau susu
full cream, minyak atau margarin, dan gula putih (pasir) merupakan bahan makanan
yang mudah diperoleh baik diperkotaan atau pedesaan. Cara pembuatan formula
modisco relatif sederhana dan mudah. Peralatan yang digunakan pun sangat
sederhana (peralatan dapur sehari-hari) sehingga dapat dilakukan oleh para ibu atau
pengasuh anak. Cara pembuatan modisco dengan tiga formula dasar yang berbeda
1. Modisco I
a. Campur susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/
panas.
diaduk hingga cairan homogen. Saring dan minum dalam keadaan hangat-
hangat.
2. Modisco II.
3. Modisco III
a. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, lalu aduk sampai rata.
c. Aduk sampai rata, Saring larutan bubur modisco tersebut . Agar modisco
tahan lebih lama, dapat di tim dahulu selama 15 menit (Adi, A.C, 2001)..
Modisco bukan hanya cocok untuk anak balita, tetapi juga dapat digunakan
oleh kelompok usia lain (anak pra sekolah, anak sekolah dan pekerja) yang
memerlukan tambahan sumber energi. Berikut ini kelompok usia yang dapat diberi
modisco baik balita maupun kelompok usia lain (Adi, A.C, 2001).
2. Usia lain pada saat-saat membutuhkan ekstra energi dengan kriteria sebagai
berikut.
kondisi, diantaranya adalah minuman atau campuran makanan bergizi, tambahan diet
cair sonde dan makanan kecil yang mengandung modisco. Formula dasar modisco
mengandung gizi yang padat terutama energi (100 – 130 kal), protein (3 - 3,5 g), dan
lemak (5 – 7,5 g) per porsi. Pengembangan dalam bentuk makanan atau minuman
yang mengandung modisco, mengandung kalori dan protein yang lebih tinggi
anak 2 kali sehari, akan menaikkan berat badannya sekitar 30 - 100 g/hari. Selama
berat badan anak balita atau usia lainnya masih dalam batas sehat (normal),
pemberian modisco masih dapat diteruskan. Namun, apabila berat badan sudah sehat
pemberian modisco harus dihentikan secara bertahap. Modisco tidak dapat diberikan
secara bebas kepada anak yang kelebihan berat badan (obesitas), penderita penyakit
ginjal, hati (kuning) dan jantung tanpa konsultasi dokter (Adi, A.C, 2001)..
a. Porsi makanan/ minuman relatif kecil, tetapi mengandung kalori dan protein
yang tinggi .
b. Mudah dicerna, karena terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang.
murni .
Perawatan dan pengobatn anak gizi buruk terdiri dari 4 fase (Depkes RI,
2007) yaitu :
a. Fase Stabilisasi
Fase stabilisasi adalah fase awal dimana ditemui anak gawat darurat dan harus
umumnya fase ini berlangsung dalam dua hari pertama, tetapi dapat berlanjut sampai
satu minggu atau lebih sesuai kondisi klinis anak (Modisco I,II frekuensi pemberian
b. Fase Transisi
Fase transisi adalah masa peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi.
Pada fase ini pemberian energy dinaikkan secara bertahap dari 100kkal/kg/BB
Fase Rehabilitasi
minggu (Modisco III Frekuensi 3x setiap 4 jam) ditambah makanan bayi yang lumat.
Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat
dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi
yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut
dengan penilaian status gizi secara lansung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan
antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena
mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan
lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).
Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan
yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG), kegiatan bulan penimbangan dan
dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah
serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada
anak balita.
parameter antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Kombinasi
umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut tinggi
indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena
mudah berubah namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh
umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indeks TB/U menggambarkan status gizi
masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan atau panjang badan relatif – sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap
pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan
indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat
(Soekirman, 2000).
1) Indeks BB/U
2) Indeks TB/U
3) Indeks BB/TB
Perhitungan dengan nilai Z-Score berlaku untuk semua indeks dengan batas
baku pengukuran dalam negri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB) digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku
Indonesia = 50 persentil harvard) dan untuk Lingkar Lengan Atas (LLA) digunakan
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current
Kelebihan indeks BB/U adalah lebih mudah dan cepat dimengerti oleh
masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis, berat badan
terdapat edema atau esites, umur sering sulit ditaksir dengan tepat, sering terjadi
sosial budaya.
untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Supariasa dkk, 2002).
pertumbuhan, keadaan normal tinggi badan tumbuh sama dengar pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh
defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama
Keuntungan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi pada masa
lalu, ukuran panjang dapat di buat sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan
kelemahan indeks TB/U tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun,
pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua
Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang
sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise).
Namun untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu.
ini/sekarang.
proporsi badan (gemuk, normal, kurus). Kelemahan indeks BB/TB adalah tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi
membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lama, membutuhkan dua
tidak cukup makanan dan konsumsi energi kurang selama jangka waktu tertentu. Di
cukup energy biasanya juga kurang dalam satu atau lebih zat gizi esensial lainnya
Gejala gizi kurang hanya terlihat dari berat badan anak lebih rendah
dibandingkan anak seusianya. Adapun ciri-ciri klinis dari gizi kurang antara lain :
(Retno, 2009)
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan adalah tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat yang dikenal sebagai marasmus (kekurangan kalori
adalah marasmus-kwashiorkor.
masalah gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan makanan
yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang cukup mendapatkan makanan tetapi
sering menderita sakit, dapat menderita gizi kurang, demikian juga pada anak yang
tidak memperoleh cukup makanan, daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah
Kurang energi dan protein adalah suatu bentuk masalah gizi yang disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidk langsung. Faktor langsung
yaitu terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan
protein serta faktor penyakit infeksi yang berdampak terhadap turun naik berat badan
dan status gizi baik menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Faktor tidak langsung
yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab langsung ini sangat terkait dengan pola
asuh anak diberikan oleh ibu/pengasuh. Dan penyebab tidak langsungnya adalah
ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan
Program perbaikan gizi makro yang diarahkan untuk menurunkan maslah gizi
makro terutama mengatasi maslah kurang energy protein seperti didaerah miskin baik
posyandu.
dalam pembuatan PMT Modisco dapat dilihat dari kerangka konsep dibawah ini :
PMT Modisco.
2.8. Hipotesis
Batubara.
penelitian One Group Pre test dan Pos test, dimana rancangan ini tidak menggunakan
kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre test)
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco untuk balita status gizi kurang
O1 x O2 O3
Keterangan :
O1 : Pre test sebelum pelatihan untuk mengetahui pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco
x : Perlakuan berupa pelatihan terhadap kader.
O2 : Pos test sesudah perlakuan untuk mengetahui pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco
O3 : Pos test sesudah perlakuan untuk mengetahui pengetahuan keterampilan
kader dalam pembuatan PMT Modisco (1 minggu setelah pelatihan )
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah :
Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara yaitu sebanyak 18 orang balita dari
orang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September 2012.
kegiatan posyandu dengan masa kerja 2-5 tahun berada di wilayah kerja Puskesmas
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling) yaitu seluruh
kader yang berada dan masih aktif di wilayah kerja Puskesmas Pematang panjang
Jenis data yang dikumpulkan dapat dibagi atas data primer dan data sekunder.
Data yang dikumpulkan langsung dari kader yang meliputi keterampilan dan
yang dinilai langsung oleh peneliti pada saat kader menguji coba keterampilannya .
Data yang diperoleh dari Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batubara yang meliputi jumlah kader dan data lain yang mendukung.
2. Pengetahuan yang dilihat adalah pengetahuan kader mengenai jenis PMT yang
tahapan dalam pembuatan PMT Modisco yang sesuai dengan standart prosedur
menggunakan daftar tilik yang dinilai langsung oleh peneliti. Keterampilan kader
4. Kader adalah peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan PMT Modisco, wanita
berusia 20-50 tahun yang menjadi kader aktif selama 2-5 tahun.
yang berasal dari susu, gula dan margarin yang bisa dijadikan alternatif PMT
untuk balita.
3.6.1 Alat
- Modul Pelatihan
- Flipchart
- Kuesioner
- Daftar tilik
- Pulpen
- Alat :
1. Gelas
2. Sendok makan
3. Sendok teh
4. Saringan
5. Termos
3.6.2 Bahan
3. Margarin
4. Air
1. Pengetahuan
dengan menghitung hasil jawaban yang benar. Ada 3 (tiga) pilihan jawaban yaitu a, b
atau c dan setiap jawaban yang benar diberi skor 2 (dua), jawaban kurang benar diberi
skor 1 (satu), dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) dan di hitung total skor.
Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori (baik, sedang,
kurang) berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden (Arikunto, 2002).
Adapun kategori penilaian ini antara lain : Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66%
dari nilai tertinggi. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33%-66% dari nilai tertinggi.
Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi. Berdasarkan penilaian
ini untuk jawaban benar bila skor benar > 13 maka pengetahuannya baik, bila skor
benar 7-13 maka pengetahuanya sedang dan < 13 maka pengetahuannya kurang,.
2. Keterampilan
Modisco sesuai dengan prosedur dan standar. Bila keterampilan dilakukan sesuai
dengan standart prosedur maka diberi nilai 1 (satu) dan bila keterampilan dilakukan
bila sesuai dengan standart prosedur 1 (satu) trampil dan bila tidak sesuai dengan
standart prosedur 0 (nol) tidak terampil. Perhitungan nilai dengan cara membagi
jumlah jawaban yang benar dibagi jumlah soal dikalikan 100% (Arikunto, 2002).
2005) :
a. Editing
Data dikumpulkan dan diperiksa, bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data
b. Coding
c. Tabulating
Data yang sudah terkumpul (BB), diolah dan kemudian dianalisis secara
deskriptif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis paired
PEMBAHASAN
didapat baik dari media massa, pelatihan atau penyuluhan yang didapat dilapangan.
kader memiliki pengetahuan dengan kategori kurang dan hanya satu (6,7 %) kader
yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Kader yang memiliki pengetahuan
baik sebelum pelatihan ini memiliki pekerjaan sebagai perawat. Faktor lain yang
memungkinkan kader memiliki pengetahuan yang baik tentang modisco yaitu usia
kader masih muda dan menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan, kader pernah
mengetahui sekilas pengetahuan modisco melalui internet. Sebagian besar kader tidak
mengetahui apa itu PMT Modisco dan bagaimana cara pemberiannya mereka hanya
diantaranya termasuk golongan kader berusia > 40 tahun. Usia kader yang > 40
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pengetahuan kader tetap kurang
setelah diadakannya pelatihan. Usia yang semakin lanjut cenderung lemah dalam
kemampuan otak diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring
dengan proses penuaan adalah daya ingat (memori) dan Intelegensia Dasar (Fluid
menjadi (26,7 %). Pengetahuan kader meningkat menjadi kategori sedang (26,7 %)
dan baik (46,7 %). Peningkatan pengetahuan yang diperoleh kader dimungkinkan
karena materi yang disampaikan dengan metode ceramah disertai dengan tanya jawab
dan diskusi mengenai PMT Modisco serta demonstrasi pembuatan PMT Modisco
mudah dimengerti oleh kader. Kader terlihat interaktif dan sangat tertarik dengan
materi yang disampaikan saat pelatihan, hal ini dilihat dari banyaknya kader yang
bertanya seputar PMT Modisco. Pendidikan terakhir kader yang sebagian besar tamat
sekolah menengah ke atas dan ada kader yang bekerja sebagai perawat sangat
untuk melihat apakah pengetahuan yang diperoleh oleh kader dapat bertahan lama
atau tidak. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat sebanyak 12 (80,0 %)
pengetahuan yang didapat oleh kader masih bertahan dalam ingatan kader. Modul
yang diberikan kepada kader menjadi pedoman yang bisa dipelajari kader untuk
mempertahankan pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian
(1999), bahwa pelatihan dipakai sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk
pengetahuan yang diperoleh dari hasil suatu produk sistem pendidikan akan
keterampilan tertentu.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purnawan (1990) bahwa pelatihan akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi kader, karena dalam setiap pelatihan selain
mendapatkan materi pokok pelatihan, kader juga dapat bertanya tentang masalah lain
yang menyangkut kesehatan dan gizi. Seorang kader akan lebih mudah untuk
menerima suatu informasi apabila didapatkan sedikit demi sedikit tetapi frekuensinya
sering.
Lokal nilai rata-rata pengetahuan kader mengalami peningkatan yaitu 97,74 % atau
memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini menunjukkan setelah kegiatan pelatihan
semua peserta telah memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang BMC dan cara
pembuatan MP-ASI Lokal dengan bahan dasar BMC sehingga dapat disimpulkan
Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan
yang meningkat oleh orang yang mempelajari keterampilan sebagai hasil dari
Kriteria umur kader yang tertinggi berusia 30-40 tahun sebanyak 46,7 % yaitu
tujuh kader dari 15 orang kader dan yang kriteria umur terendah kader yang berumur
< 30 tahun yaitu sebanyak tiga orang (20,0%), dengan waktu paling lama menjadi
kader yaitu 3–4 tahun yaitu sebanyak sembilan orang (60,0%) dan umumnya kader
pembuatan PMT Modisco. Hal ini dilihat dari 15 kader sebelum diadakan pelatihan
Modisco, kemudian meningkat menjadi sembilan orang (60,0%) kader yang terampil
dan seminggu setelah diadakan pelatihan kader yang terampil meningkat lagi menjadi
12 (80,0%) kader.
Hasil dari uji paired sample t-test untuk melihat pengaruh pelatihan terhadap
keterampilan kader menunjukkan hasil p yaitu 0,000 < 0,05, p ditolak yang artinya
Modisco.
pertama kali mengetahui PMT Modisco ini dan tentu saja tidak terampil dalam
pembuatan PMT tersebut, hal ini merupakan pengetahuan dan keterampilan baru bagi
mereka. Setelah diadakan pelatihan, persentase kader yang terampil meningkat begitu
bagaimana cara pembuatan PMT Modisco, sehingga kader tidak hanya mendapatkan
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), seseorang yang telah
dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang ingin
kader sangat dipengaruhi adanya pelatihan, dengan pelatihan diharapkan kader gizi
dapat mengelola Posyandu sesuai kompetensinya. Hal ini diharapkan kelak kader gizi
pelatihan ini kepada masyarakat yang memiliki anak dengan gizi kurang agar
permasalahan gizi seperti ini bisa dicegah sebelum balita tersebut menjadi gizi buruk.
perlu dipilih metode yang tepat. Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi
terbukti lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan kader, karena kader langsung
melihat sendiri cara pembuatan dan juga bisa langsung memperaktekkan sehingga
Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan
yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi
posyandu di empat kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Setabelan dan
setelah mengikuti pelatihan tentang Pembuatan MP-ASI Lokal dengan Bahan Dasar
BMC (Bahan Makanan Campuran) untuk balita pada Kader Posyandu di Wilayah
mempraktekkan resep-resep MPASI lokal yang diberikan selama pelatihan (22,22 %).
ketrampilan kader. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnawan (1990) bahwa melalui
pelatihan yang harapkan PMT yang diberikan di Posyandu menjadi lebih bermutu
memberikan PMT Modisco pada anak mereka yang kurus. Selain itu kader
menunjukkan langsung keterampilan yang mereka miliki pada Post test II yang
cara pembuatan PMT Modisco kepada ibu-ibu. Kader menguasai keterampilan yang
posyandu, mengingat manfaat Modisco sebagai alternatif PMT untuk balita status
gizi kurang yang mana pembuatannya mudah dan sederhana, biayanya relatif murah,
juga menghemat susu. Untuk membuat segelas PMT Modisco Formula III, yang
biasa digunakan untuk balita dengan status gizi kurang, penggunaan susunya hanya 1
¼ sdm, margarin ½ sdm dan gula 1 ¼ sdt dengan tambahan 100 ml air dan menjadi
keterampilan yang mereka miliki, dalam penjelasaanya kader juga memberi beberapa
posyandu, mengingat manfaat Modisco sebagai alternatif PMT untuk balita status
gizi kurang yang mana pembuatannya mudah dan sederhana, biayanya relatif murah,
juga menghemat susu. Untuk membuat segelas PMT Modisco Formula III, yang
biasa digunakan untuk balita dengan status gizi kurang, penggunaan susunya hanya 1
¼ sdm, margarin ½ sdm dan gula 1 ¼ sdt dengan tambahan 100 ml air dan menjadi
untuk membuat ± tiga gelas PMT Modisco. Margarin dengan harga ± Rp. 4000,-
perbungkus (250 gr), bisa 50 kali penggunaannya karena yang dibutuhkan dalam satu
kali pembutan PMT Modisco hanya ½ sdm margarin (5 gr) saja. Begitu juga dengan
penggunaan gula. Jadi untuk membuat segelas PMT Modisco biaya yang dikeluarkan
berkisar ± Rp. 2000,-. Dengan biaya tersebut yang relatif murah sudah bisa membuat
minuman berkalori tinggi dan bermanfaat bagi anak dari pada menggunakan uang
dimodifikasi dan dikreasikan menjadi makanan lain, seperti bolu ataupun puding
Modisco yang tentunya menjadi makananan tinggi kalori dan diberikan kepada anak
Melihat manfaat dan nilai ekonomis ini diharapkan penanganan masalah gizi
untuk balita kasus gizi kurang dan buruk tidak lagi menunggu PMT yang diberi oleh
Dinas karena masyarakat bisa trampil untuk membuat alternatif PMT sendiri.
membeli bahan PMT tersebut dan melatih para ibu-ibu, sehingga mereka bisa
Selain itu penggunaan dana Pemerintah Derah yang terkait juga diharapkan, agar
kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini bisa tetap dilakukan di Posyandu sehingga
menggunakan PMT Modisco sebagai upaya penanganan gizi buruk di Wilayah kerja
Puskesmas tersebut.
pemulihan. Inovasi tersebut berupa pemberian Modisco pada tahun 2011. Sasaran
dari kegiatan ini adalan balita dengan gizi kurang (BB/U) sebanyak 25 orang.
Pemberian dilakukan setiap hari selama 3 bulan. Hasil kegiatan ini mampu
menurunkan gizi kurang sebesar 68 % ( dari 25 orang gizi kurang, 17 orang menjadi
gizi baik)
6.1 Kesimpulan
(p < 0,05)
6.2 Saran
PMT Modisco ini sebagai upaya preventif untuk penanganan balita dengan
Adiningsih, Sri, 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. Kompas Gramedia. Jakarta.
Almatsier, S, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Arisman, 2004. Gizi Dalam Dur Kehidupan. Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Pelayanan Anak
Gizi Buruk, Jakarta
Pudjiadi, S, 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi Ke Empat. Penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta
Sihadi, 2000. Anak Gizi Buruk, Tanggung Jawab Siapa?. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Suhardjo, dkk, 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta
Lembar Observasional
I. Identitas Kader
Nama :
Umur :
Alamat :
Lama menjadi kader :
Pekerjaan :
II. Penilaian Keterampilan PMT Modisco Formula III
4. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin lalu aduk sampai
rata
Skor :
Skor :
Oleh :
Faradhiba sandi
081000013
Pendahuluan…………………………………………………………………… 1
Tujuan………………………………………………………………………… 1
Mengenal Modisco…………………………………………………………… 3
Formula Modisco……………………………………………………………. 3
Lampiran
Modul ini menjelaskan cara membuat PMT untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
dengan menggunakan formula modisco sebagai alternatif PMT dengan porsi kecil
namun memiliki protein dan kalori tinggi yang baik untuk memenuhi gizi anak yang
kurang. Dilengkapi dengan resep aneka kreasi makanan yang bisa dikombinasikan
dengan modisco.
Tujuan
Agar kader memiliki wawasan dan keterampilan dalam pembuatan PMT modisco dan
perkembangan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan sampai usia 4-6
bulan. Sesudah itu Asi tak lagi dapat memenuhi kebutuhan bayi (terutama energy,
protein, zat besi, vitamin A, dan vitamin C) sehingga anak memerlukan makanan
tambahan.
Ibu sering mengalami kesulitan untuk memberikan makanan tambahan kepada anak
kesulitannya seperti nafsu makan kurang, gangguan pencernaan (diare, kembung, dan
muntah), anak tidak menyukai susu padahal susu adalah asupan terbaik setelah ASI.
Kebutuhan anak meningkat tapi anak sering tisdak menghabiskan porsi makan yang
diberikan.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu memilih makanan dan minuman yang dapat
membangun selera makan anak, porsi kecil tetapi mengandung gizi tinggi terutama
vitamin, mineral dan protein, Mudah dicerna sesuai dengan umur anak, terbuat dari
bhan-bahan yang mudah dan murah tersedia di daerah yang bersangkutan, mudah dan
praktis
Upaya diatas dapat diselaraskan dengan pemberian modisco dalam bentuk aneka
maknan selingan yang merupakan alternatif makanan yang padat kalori dan protein.
Modisco cocok untuk anak dengan berat badan kurang, guna menambah kekurangan
Penggunaan Modisco kepada balita status gizi kurang diharapkan dengan pemberian
makanan tambahan dengan kalori tinggi ini balita berstatus gizi kurang bisa
Modisco singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil ditemukan pada
tahun 1973 oleh May White Head. Modisco dicobakan pertama kali untuk anak-anak
yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda Afrika dengan hasil yang
memuaskan. Anak yang mengalami gangguan gizi berat yaitu anak yang kekurangan
kalori protein dapat disembuhkan cepat dengan Modisco. Modisco memiliki kalori
edema dan Modisco II untuk lanjutan pemberian setelah pemberian Modisco I dan II atau
Misalnya seorang anak dengan umur 1 tahun memiliki berat badan 7 kg, berdasarkan
umurnya energi yang dibutuhkan anak umur satu tahun adalah sebesar 900 kkal/hr.
Apabila konsumsi makan anak kurang maka anda bisa menaikkan konsumsi modisco
tiga kali sehari sehingga kecukupan anak akan kalori bis terpenuhi sehingga berat bdan anak
bertambah.
Pemberian modisco kkal/kg BB/ hr dilakukan pada balita berstatus gizi buruk dimana
balita tidak dapat mengkonsumsi makanan keras. Misalnya berat badan 5 kg balita gizi buruk
Jadi Modisco diberikan dengan porsi kecil dan sering kepada balita.
Cara pembuatan modisco dengan tiga formula dasar yang berbeda (Adi, A.C, 2001).
4. Modisco I
c. Campur susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/
panas.
d. Aduk sampai rata, lalu tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus
diaduk hingga cairan homogen. Saring dan minum dalam keadaan hangat-
hangat.
5. Modisco II.
6. Modisco III
d. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, lalu aduk sampai rata.
f. Aduk sampai rata, Saring larutan bubur modisco tersebut . Agar modisco
tahan lebih lama, dapat di tim dahulu selama 15 menit (Adi, A.C, 2001).
Modisco bukan hanya cocok untuk anak balita, tetapi juga dapat digunakan
oleh kelompok usia lain (anak pra sekolah, anak sekolah dan pekerja) yang
memerlukan tambahan sumber energi . Berikut ini kelompok usia yang dapat diberi
modisco baik balita maupun kelompok usia lain (Adi, A.C, 2001).
4. Usia lain pada saat-saat membutuhkan ekstra energi dengan kriteria sebagai
berikut.
b. Sakit menahun.
kondisi, diantaranya adalah minuman atau campuran makanan bergizi, tambahan diet
yang tinggi .
f. Mudah dicerna, karena terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang.
g. Cara alternatif bagi anak atau seseorang yang tidak menyukai susu
murni .
Formula dasar modisco mengandung gizi yang padat terutama energi (100 – 130 kal),
protein (3 - 3,5 g), dan lemak (5 – 7,5 g) per porsi. Pengembangan dalam bentuk
makanan atau minuman yang mengandung modisco, mengandung kalori dan protein
makanan tambahan pada anak 2 kali sehari, akan menaikkan berat badannya sekitar
30 - 100 g/hari. Selama berat badan anak balita atau usia lainnya masih dalam batas
sehat (normal), pemberian modisco masih dapat diteruskan. Namun, apabila berat
badan sudah sehat pemberian modisco harus dihentikan secara bertahap. Modisco
tidak dapat diberikan secara bebas kepada anak yang kelebihan berat badan
(obesitas), penderita penyakit ginjal, hati (kuning) dan jantung tanpa konsultasi
Perawatan dan pengobatn anak gizi buruk terdiri dari 4 fase (Depkes RI,
2007) yaitu :
d. Fase Stabilisasi
umumnya fase ini berlangsung dalam dua hari pertama, tetapi dapat berlanjut sampai
satu minggu atau lebih sesuai kondisi klinis anak (Modisco I,II frekuensi pemberian
e. Fase Transisi
Fase transisi adalah masa peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi.
Pada fase ini pemberian energi dinaikkan secara bertahap dari 100kkal/kg/BB
f. Fase Rehabilitasi
minggu (Modisco III Frekuensi 3x setiap 4 jam) ditambah makanan bayi yang lumat.
Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan
II Bahan dasar
Kacang hijau 25 g
Gula Pasir 100 g
Kuning telur ayam 2 buah
Agar-agar bubuk 7g
Air 60cc
Cara Pembuatan
1. Oles 6 buah cetakan dengan margarine
2. Panaskan larutan modisco sampai mendidih, sambil diaduk
3. Masukkan kacang hijau lembut, aduk hingga tercampur rata.
4. Masak agar-agar dalam 60cc air masukkan kedalam telur dan gula
yang sudah dikocok.
5. Masukkan Modisco yang sudah agak dingin ke dalam adonan telur,
aduk hingga rata.
6. Tuangkan kedalam cetakan. Tunggu hingga mengeras dan siap
dihidangkan.
Hasil
4 porsi (1 porsi = 213 kalori, 6,78 g protein)
II Bahan dasar
Ubi ½ kg
Tepung terigu 150 g
Telur ayam 2 butir
Margarin 25 g
Gula pasir 90 g
Fermipan ½ bungkus
Vanili secukupnya
Cara Pembuatan
1. Tumbuk Ubi yang telah direbus. Masukkan terigu, susu bubuk full
cream, gula pasir (I+II), dan fermipan, lalu aduk sampai rta. Masukkan
telur, margarine (I+II), dan aduk sampai rata. Masukkan telur
margarine (I+II), dan vanili sampai bisa dibentuk.
2. Simpan adonan kira-kira 15 menit dan tutup dengan kain.
3. Cetak adonan, lalu simpan kembali kira-kira 5 menit.
4. Goreng sampai kekuningan dan tiriskan.
5. Masukkan kedlam gula halus dan siap dihidangkan.
Hasil
10 potong (1 porsi = 244 kalori, 5,29 g protein)
Frequencies
Frequency Table
um ur
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid 25 1 6,7 6,7 6,7
27 1 6,7 6,7 13,3
29 1 6,7 6,7 20,0
31 1 6,7 6,7 26,7
34 1 6,7 6,7 33,3
35 3 20,0 20,0 53,3
38 1 6,7 6,7 60,0
40 1 6,7 6,7 66,7
42 1 6,7 6,7 73,3
45 2 13,3 13,3 86,7
48 1 6,7 6,7 93,3
49 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
Um ur
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid < 30 tahun 3 20,0 20,0 20,0
30 - 40 tahun 7 46,7 46,7 66,7
> 40 tahun 5 33,3 33,3 100,0
Total 15 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2,0 2 13,3 13,3 13,3
2,5 3 20,0 20,0 33,3
3,0 7 46,7 46,7 80,0
4,0 2 13,3 13,3 93,3
5,0 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
La ma kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid < 3 tahun 5 33,3 33,3 33,3
3 - 4 tahun 9 60,0 60,0 93,3
> 4 tahun 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0
ke rja
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid IRT 11 73,3 73,3 73,3
Perawat 1 6,7 6,7 80,0
W iraswast a 3 20,0 20,0 100,0
Total 15 100,0 100,0
Frequency Table
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak terampil 15 100,0 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak terampil 6 40,0 40,0 40,0
Terampil 9 60,0 60,0 100,0
Total 15 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak terampil 3 20,0 20,0 20,0
Terampil 12 80,0 80,0 100,0
Total 15 100,0 100,0
T-Test
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Keterampilan kader
,00 15 ,000 ,000
1 sebelum pelatihan
Keterampilan kader
,60 15 ,507 ,131
sesudah pelatihan
N Correlation Sig.
Pair Keterampilan k ader
1 sebelum pelatihan &
15 . .
Keterampilan k ader
sesudah pelatihan
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Keterampilan kader
1 sebelum pelatihan -
-,600 ,507 ,131 -,881 -,319 -4,583 14 ,000
Keterampilan kader
sesudah pelatihan
T-Test
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair P1TOT 3,67 15 1,759 ,454
1 P3TOT 8,00 15 1,414 ,365
N Correlation Sig.
Pair 1 P1TOT & P 3TOT 15 -,373 ,171
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 P1TOT - P3TOT -4,333 2,637 ,681 -5,794 -2,873 -6,365 14 ,000
Gambar 10. Post test II Kader mengujicobakan keterampilan dan mengisi kuesioner
pengetahuan kader dalam pembuatan Modisco seminggu setelah
pelatihan