Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KETERAMPILAN KADER DALAM


PEMBUATAN PMT MODISCO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PEMATANG PANJANG KECAMATAN AIR PUTIH KABUPATEN
BATUBARA TAHUN 2012

Oleh :

FARADHIBA SANDI

NIM. 081000013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KETERAMPILAN KADER DALAM
PEMBUATAN PMT MODISCO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PEMATANG PANJANG KECAMATAN AIR PUTIH KABUPATEN
BATUBARA TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FARADHIBA SANDI

NIM. 081000013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KETERAMPILAN KADER DALAM


PEMBUATAN PMT MODISCO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PEMATANG PANJANG KECAMATAN AIR PUTIH KABUPATEN
BATUBARA TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

FARADHIBA SANDI
NIM. 081000013

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Evawany Y Aritonang. MSi Dra. Jumirah, Apt, MKes


NIP. 19680616 199303 2 003 NIP. 19580315 198811 2 001

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, Mkes Fitri Ardiani, SKM, MPH


NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19820729 200812 2 002

Medan, Oktober 2012


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS


NIP. 19610831 198903 1 001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Modisco adalah singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil,
komposisinya terdiri dari susu, margarin dan gula yang manfaatnya bisa menambah
berat badan anak secara cepat dan merupakan salah satu kegiatan antisipasi terhadap
dampak buruknya status gizi. Cara pembuatan modisco mudah dan sederhana namun
masih banyak kader posyandu yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam pembuatan PMT Modisco.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain
One Group Pre test and Post test. Sampel penelitian ini adalah seluruh kader yang
aktif di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang sebanyak 15 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco, pelatihan dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Data mengenai pengetahuan kader diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuesioner sedangkan data keterampilan dilihat dengan
menggunakan daftar tilik. Post test dilakukan sebanyak dua kali sesaat setelah
pelatihan dan seminggu setelah pelatihan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis paired sample t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader sesudah pelatihan berdasarkan analisis paired sample t-test nilai
p 0,000, ada pengaruh antara pelatihan terhadap keterampilan kader dalam pembuatan
PMT Modisco.
Disarankan kepada kader posyandu agar menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki anak
dengan status gizi kurang serta diharapkan kader yang terampil melatih kader baru
dan lebih mensosialisasikan PMT Modisco sebagai upaya preventif penanganan
balita dengan status gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang
Kata Kunci : Pelatihan, Keterampilan Kader, PMT Modisco

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Modisco is Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil , composition


comprising milk, margarine and sugar with its advantage to rise one children weight
sooner and it has been designed to anticipate any bad impact in nutrition status. To
produce Modisco is seen easy and simply but there are many Posyandu cadres unable
to produce it, no capability in producing Modisco.
This study was quasy experimental , adopted one group pre test and Post test
research. The sample to this research involved all cadres whose serving and is being
official to serve public on Puskesmas Pematang Panjang, noted 15 cadres. The
objective of this research is to determine the influence of training against their
knowledge and skill in producing self PMT Modisco. The training has been done in
any workshop and display demo. In collecting the data, provided a questionnaire and
by interview, while the data of skill by providing the draft list. Post Test was done
twice immediately after training, the other test one week after training. In analyzing
the data, using a paired sample t-test analysis method.
The result of test showed that their knowledge and skill rose up after having
training. According to the data analysis with paired sample t-test before and after
traning indicated its rate of p =0.000, there is a significant influence between the
training to their skill as Posyandu cadres in producing PMT Modisco.
It is advised to cadres be proactive to improve knowledge and skill, every
ability is encouraged to share especially to mother who have malnutrition child, and
to encourage those cadres having good ability always socialize in producing PMT
Modisco as an effort prevent any malnutrition to public where the Puskesmas
serving.

Keywords : Training, Cadres Skill, PMT Modisco.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faradhiba Sandi

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Gading, 31 Desember 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 4 (Empat)

Alamat Rumah : Jl. Besar Namorambe Perum. Taman Citra Mandiri


Blok C No 7

Alamat Orang Tua : Dusun XVI Desa Simpang Empat Kabupaten Asahan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 – 1996 : TK Gajah Mitra Inalum

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri No. 016397 Sei Suka Asahan

Tahun 2002 – 2005 : SLTP Negri 2 Air Putih Asahan

Tahun 2005 – 2008 : SMA Mitra Inalum Sei Suka Asahan

Tahun 2008 – 2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

dengan judul “Pengaruh Pelatihan Terhadap Keterampilan Kader Dalam

Pembuatan PMT Modisco Di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang

Kabupaten Batu Bara Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak

Ramli Andi dan Ibu Tengku Hernawati yang tiada henti memberikan kasih sayang,

mendoakan penulis, serta selalu memberikan bimbingan, dan motivasi kepada penulis

dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat FKM USU. Dr. Ir.

3. Ibu Evawani Y. Aritonang. MSi selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji

yang telah banyak meluangkan waktu dan selalu sabar untuk memberikan

Universitas Sumatera Utara


dukungan dan bimbingan yang sangat menginspirasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku dosen pembimbing II dan dosen penguji I

yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen penguji III yang telah banyak

memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Eddy Syahrial, Drs. MS selaku dosen pembimbing akademik penulis.

8. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya

dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot

Samosir S.T yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam

segala urusan administrasi.

9. Ibu Dr. Piola Tampubolon selaku kepala Puskesmas Pematang Panjang

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara, Ibu Neni, Amkeb, Ibu Rina, Amkeb

dan Ibu Leli , Amkeb serta pegawai puskesmas lain, Bapak Lurah dan seluruh

kader Posyandu di Kelurahan Desa Aras yang tidak bisa disebutkan satu per satu

yang telah meluangkan waktunya membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

Selanjutnya secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada :

Universitas Sumatera Utara


1. Abang dan kakakku yang tersayang, Eka Heri Sandi Stp, Dwi Ervina Sandi

Amd, dan Nugraha Trisna Sandi SH yang selalu memberikan dukungan moril,

materil, semangat, kasih sayang dan selalu mendoakan penulis dalam penulisan

skripsi ini.

2. Om Ir. Suardi Kamal dan Ondo Tengku Neneng Julihartati tersayang yang

memberikan tempat tinggal dan kehangatan keluarga selama ini.

3. Family Pare-pare sepupuku tersayang Mhd Rinaldy Karo-karo Sp, Reisa Jetira

SE, Armita Octalia Amk, Kak Wiwik, Dita, Dila, Indah yang selalu

memberikan semangat serta membantu selama penulis bekerja dilapangan.

4. Teman yang selalu datang menolong disaat dibutuhkan, baik dan selalu sabar

menunggu saya dr. Alamsyah Putra Karya Tarigan Mkes.

5. Teman-temanku Nia, Diza, Nita, Nurul, Oza, Juwita, Andes, Hetty dan dari

peminatan Gizi Tami, Uchy, Kak yusi, Kak Rini, Kak Jannah, Dewi, Purna,

Dina, teman PBL dan LKP serta teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

per satu yang membantu, memberikan saran dan kritik yang membangun.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012

Penulis

Faradhiba Sandi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HalamanPengesahani ......................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................................ ii
Abstract ................................................................................................................ iii
Daftar Riwayat Hidup......................................................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................. viii
Daftar Tabel ........................................................................................................ x
Daftar Gambar.................................................................................................... xi
Daftar Lampiran................................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitia............................................................................ . 6
1.3.1 Tujuan Umum............................................. ………………........... 6
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................….. 8


2.1 Pelatihan…..........................................................……………….. 8
2.1.1 Tujuan Pelatihan………….……………………………………… 9
2.1.2 Metode Pelatihan…………. .………….………………………… 10
2.2 Keterampilan……………….………….………………………… 11
2.3 Kader……………………….…..……………………………….. 14
2.4 Pemberian Makanan Tambahan Modisco ..................................... 15
2.4.1 Cara Pembuatan Modisco..................…………………………… 16
2.4.2 Penggunaan Formula Modisco………………………..……........ 18
2.4.3 Keuntungan Penggunaan Formula Modisco ................................. 19
2.4.4 Penggunaan Modisco dalam Penatalaksanaan Gizi Buruk............. 19
2.5 Status Gizi...................................................................................... 20
2.6 Gizi Kurang.................................................................................... 26
2.6.1 Gejala Klinis Gizi Kurang.............................................................. 26
2.6.2 Faktor Penyebab Gizi Kurang pada Balita..................................... 26
2.6.3 Upaya Penanggulangan Gizi kurang dan Gizi Buruk ................... 26
2.7 Kerangka Konsep………………………………………............... 28
2.8 Hipotesis.......................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 30


3.1 Jenis Penelitian............................................................................. 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 30
3.2.1 Lokasi Penelitian........................................................…………… 30

Universitas Sumatera Utara


3.2.2 Waktu Penelitian.........................................................…………… 31
3.3. Populasi dan Sampel................................................................ ….. 31
3.3.1 Populasi........................................................................………….. 31
3.3.2 Sampel.........................................................................…………… 31
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................... …... 31
3.4.1 Data Primer...................................................................………….. 31
3.4.2 Data Sekunder...............................................................………….. 32
3.5 Defenisi Operasional................................................................…... 32
3.6 Alat dan Bahan ........................................................................…... 33
3.6.1 Alat……….........................................................................…........ 33
3.6.2 Bahan ........................................................................…................. 33
3.7 Aspek Pengukuran.......................................…............................... 34
3.8 Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 34
3.8.1 Pengolahan Data ............................................................................ 35
3.8.2 Analisa Data……............................................................................. 35
3.9 Prosedur Pelaksanaan..................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Puskesmas ………………………………….. 37
4.1.1 Letak Geografis ………..……………………………………….. 37
4.1.2 Data Demografis……………….………………………………….. 39
4.2 Karakteristik Kader…………….………………………………… 40
4.2.1 Umur Kader………………………………………………………. 40
4.2.2 Lama Menjadi Kader…………………………………………….. 40
4.2.3 Pekerjaan Kader………………………………………………….. 41
4.3 Pengetahuan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan…………….. 42
4.4 Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan ………….... 43
4.5 Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader………………. 44

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pembuatan
PMT Modisco………………………………………………….. .. 45
5.2 Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pembuatan
PMT Modisco………………………………………………….. .. 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan………………………………………………………. 53
6.2 Saran ……………………..……………………………………… 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di masing-masing Desa/Kelurahan


Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara…..………… 39

Tabel 4.2. Distribusi Umur Kader di Puskesmas Pematang


Panjang Kabupaten Batubara............................................................ 40

Tabel 4.3. Distribusi Lama Menjadi Kader di


Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara… ..................... 40

Tabel 4.4. Distribusi Pekerjaan Selain Menjadi


Kader di Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara...... 41

Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan


Pembuatan PMT Modisco di Puskesmas Pematang Panjang
Kabupaten Batubara……………………………………………… . 42

Tabel 4.6. Distribusi Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah


Pelatihan Pembuatan PMT Modisco di Puskesmas
Pematang Panjang Kabupaten Batubara …………………….…. 43

Tabel 4.7. Distribusi Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan


Kader dalam Pembuatan PMT Modisco Sebelum dan Sesudah
Diadakan Pelatihan di Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten
Batubara........................................................................................... 44

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian………………………………… 28

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Tilik dan Kuesioner (Instrumen Penelitian)

2. Modul Pelatihan pembuatan PMT Modisco

3. Master Data

4. Output Data

5. Surat Permohonan izin penelitian/riset dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

6. Surat Keterangan telah selesai penelitian dari Puskesmas Pematang Panjang

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara

7. Gambar penelitian

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Modisco adalah singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil,
komposisinya terdiri dari susu, margarin dan gula yang manfaatnya bisa menambah
berat badan anak secara cepat dan merupakan salah satu kegiatan antisipasi terhadap
dampak buruknya status gizi. Cara pembuatan modisco mudah dan sederhana namun
masih banyak kader posyandu yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam pembuatan PMT Modisco.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain
One Group Pre test and Post test. Sampel penelitian ini adalah seluruh kader yang
aktif di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang sebanyak 15 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco, pelatihan dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Data mengenai pengetahuan kader diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuesioner sedangkan data keterampilan dilihat dengan
menggunakan daftar tilik. Post test dilakukan sebanyak dua kali sesaat setelah
pelatihan dan seminggu setelah pelatihan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis paired sample t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader sesudah pelatihan berdasarkan analisis paired sample t-test nilai
p 0,000, ada pengaruh antara pelatihan terhadap keterampilan kader dalam pembuatan
PMT Modisco.
Disarankan kepada kader posyandu agar menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh kepada masyarakat khususnya ibu yang memiliki anak
dengan status gizi kurang serta diharapkan kader yang terampil melatih kader baru
dan lebih mensosialisasikan PMT Modisco sebagai upaya preventif penanganan
balita dengan status gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang
Kata Kunci : Pelatihan, Keterampilan Kader, PMT Modisco

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Modisco is Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil , composition


comprising milk, margarine and sugar with its advantage to rise one children weight
sooner and it has been designed to anticipate any bad impact in nutrition status. To
produce Modisco is seen easy and simply but there are many Posyandu cadres unable
to produce it, no capability in producing Modisco.
This study was quasy experimental , adopted one group pre test and Post test
research. The sample to this research involved all cadres whose serving and is being
official to serve public on Puskesmas Pematang Panjang, noted 15 cadres. The
objective of this research is to determine the influence of training against their
knowledge and skill in producing self PMT Modisco. The training has been done in
any workshop and display demo. In collecting the data, provided a questionnaire and
by interview, while the data of skill by providing the draft list. Post Test was done
twice immediately after training, the other test one week after training. In analyzing
the data, using a paired sample t-test analysis method.
The result of test showed that their knowledge and skill rose up after having
training. According to the data analysis with paired sample t-test before and after
traning indicated its rate of p =0.000, there is a significant influence between the
training to their skill as Posyandu cadres in producing PMT Modisco.
It is advised to cadres be proactive to improve knowledge and skill, every
ability is encouraged to share especially to mother who have malnutrition child, and
to encourage those cadres having good ability always socialize in producing PMT
Modisco as an effort prevent any malnutrition to public where the Puskesmas
serving.

Keywords : Training, Cadres Skill, PMT Modisco.

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi memiliki dimensi luas, tidak hanya masalah kesehatan tetapi

juga masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, dan lingkungan. Faktor

pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar

kelompok masyarakat, bahkan akar masalahnya dapat berbeda antar kelompok usia

balita (Sihadi, 2005).

Keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap

berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber

daya manusia Indonesia (Sihadi, 2000)

Penyebab gizi kurang pada balita sangat kompleks. Penyebab langsung anak

tidak mendapat gizi seimbang, yaitu Air Susu Ibu (ASI) saat umur 0-6 bulan, dan

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang memenuhi syarat saat umur 6-24 bulan.

Penyebab langsung lain adalah infeksi, terutama diare, infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) dan campak. Kedua sebab langsung ini saling memperkuat, didorong

oleh faktor kemiskinan, kurangnya pendidikan, lingkungan tidak bersih, dan

banyaknya anak dengan jarak kelahiran terlalu dekat. Faktor ini dapat menyebabkan

anak tidak diasuh dengan semestinya, seperti tidak diberi ASI, tidak dapat

menyediakan MP-ASI yang baik, dan tidak dibawa ke posyandu atau pelayanan

kesehatan (Martianto, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Gizi kurang dan buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi Posyandu

dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan,

pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan

Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui tata laksana

gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit, penanggulangan penyakit

menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

Pemerintah telah melaksanakan kegiatan penanganan terhadap balita gizi

buruk dengan pemberian PMT bubur susu dan susu bubuk namun dalam

kenyataannya hal ini juga kurang efektif untuk menekan angka balita gizi kurang dan

buruk pada umumnya hal ini juga terjadi di wilayah kerja Puskesmas Pematang

Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara. Ketidak efektifan ini terjadi

karena berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan

bahwa persentase anak balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4% (Depkes RI,

2007). Walaupun angka ini menurun dibandingkan hasil Susenas tahun 2005 (8,8%),

tetapi menunjukkan bahwa anak balita gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat utama, jika di suatu daerah ditemukan gizi buruk > 1% maka termasuk

masalah berat (Depkes RI, 2000).

Prevalensi balita gizi buruk dan kurang berdasarkan Profil Kesehatan

Provinsi Sumatra Utara tahun 2010 adalah 3,14% untuk balita gizi kurang dengan

Universitas Sumatera Utara


jumlah balita 41.994 orang dan prevalensi untuk balita gizi buruk 0,19% dari 2.580

orang (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara, 2011).

Pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2010, jumlah balita yang

mengalami gizi buruk dan kurang hanya 44.574 balita (3,33% )dari 1.337.008 balita

yang ditimbang. Ini menunjukkan bahwa banyak kasus balita gizi buruk dan kurang

yang tidak dijangkau oleh pelayanan kesehatan (Dinkes Provinsi Sumatra Utara,

2011).

Untuk Wilayah Kabupaten Batubara berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi

Sumut, prevalensi balita gizi buruk tahun 2010, sebanyak 29 orang balita gizi buruk

(0,08%) dari 37.906 balita yang di timbang (Dinkes Provinsi Sumatra Utara, 2011).

Pada Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara 2011, jumlah balita yang

mengalami gizi buruk dan kurang sebanyak 18 balita dari 3194 balita yang di

timbang atau prevalensinya 0,5%.

Upaya yang dilakukan dalam penanganan gizi kurang dan buruk meliputi

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif

yang dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang ini dengan

memberikan penyuluhan gizi dan penimbangan anak yang dilakukan tiap bulannya di

posyandu. Upaya penanggulangan lain terhadap balita gizi buruk dan gizi kurang di

Puskesmas Pematang Panjang yaitu dengan memberikan bantuan pemberian makanan

tambahan berupa susu dan biskuit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh

petugas puskesmas. Bantuan pemberian makanan ini tidak selalu ada tergantung pada

ketersediannya. Setelah tidak mendapatkan PMT lagi masalah gizi kurang ini timbul

Universitas Sumatera Utara


kembali. Upaya penanganan seperti ini belum menekan angka gizi kurang dan buruk

di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang ini.

Untuk upaya kuratif dan rehabilitatif terhadap penanganan gizi buruk pada

umumnya dilakukan di Panti Pemulihan Gizi, Puskesmas Rawat Inap dan Rumah

Sakit sesuai tata laksana penaganan anak gizi buruk ( Direktorat Bina Gizi

Masyarakat, 2007).

Contoh Panti Pemulihan Gizi yang melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif

dalam rangka penanganan masalah gizi buruk adalah di Panti Pemulihan Gizi NTT

(2004) perkembangan kondisi anak penderita gizi buruk selama perawatan dengan

terapi gizi modisco anak perempuan usia 11 bulan Desa Kamanasa, Kecamatan

Malaka Tengah (Betun) Kabupaten Belu mengalami peningkatan berat badan yang

signifikan, dalam satu bulan berat badan awal 3.6 kg menjadi 5.6 kg dengan Z-score

awal -3/-4 menjadi -2/+2 ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2007). Penggunaan

PMT Modisco dalam rangka memperbaiki status gizi balita juga dilakukan

Puskesmas Banjarangkan II. Mereka melakukan inovasi dalam pemberian makanan

tambahan pemulihan. Inovasi tersebut berupa pemberian MODISCO (Modified

Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil).

Modisco singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil

ditemukan pada tahun 1973 oleh May White Head. Modisco merupakan formula

bergizi tinggi, kaya kalori dan protein yang terdiri atas susu skim, gula dan minyak

atau margarine. Modisco telah teruji dan memenuhi syarat-syarat khusus diet untuk

anak balita di Indonesia sehingga dapat digunakan untuk perbaikan status gizi

Universitas Sumatera Utara


(Pemberian Makanan Tambahan) atau menambah berat badan anak secara cepat (Adi,

A.C, 2001). Pemberian Modisco dilakukan setiap hari selama 3 bulan. Hasil kegiatan

ini mampu menurunkan gizi kurang sebesar 68 % dari 25 orang gizi kurang, 17 orang

menjadi gizi baik. Selama kegiatan berlangsung, partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan ini sangat baik karena dana yang dipakai sebagian besar adalah

dana dari swadaya masyarakat yang sangat peduli dengan gizi balita. Peran kader

dalam pelaksanaan kegiatan ini sangat penting, dari proses persiapan, pengerahan

sasaran sampai pemberian kepada sasaran serta kader tentunya terampil dalam

pembuatan PMT Modisco.

Mengingat keberhasilan Modisco dalam upaya penanganan gizi kurang dan

buruk di tempat Pemulihan Gizi dan Puskesmas, PMT Modisco bisa dijadikan

sebagai alternatif PMT yang penanganannya bisa dilakukan sendiri di rumah.

Sebagaimana kita ketahui kader merupakan tenaga pilihan yang sangat tepat untuk

usaha-usaha masyarakat, karena kader mengenal betul masyarakat setempat, dipilih

dan diterima oleh mayarakat disegani dan dipercaya sehingga saran dan petunjukknya

didengar dan diikut oleh masyarakat (Mantra, 1997). Selain itu kader merupakan

perantara langsung antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Kader adalah orang

pertama yang mengetahui bagaimana perkembangan atau kemunduran status gizi

balita, berdasarkan penimbangan berat badan yang dilakukan setiap bulan di

posyandu. Bila kader mendapatkan ibu yang memiliki anak dengan berat badan tidak

naik atau terus menurun, bahkan sampai berstatus gizi kurang kader bisa langsung

memberikan informasi dan keterampilannya. Hal ini bisa menjadi upaya preventif

Universitas Sumatera Utara


agar status gizi balita tersebut tidak bertambah parah menjadi gizi buruk. Jadi kader

merupakan perantara yang tepat dalam menyampaikan pengetahuan dan

keterampilannya kepada ibu-ibu yang memiliki anak gizi kurang dan buruk di

posyandu.

Oleh karena itu, kader yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam

pembuatan PMT Modisco sangat dibutuhkan. Untuk memperoleh keahlian dan

keterampilan ini diperlukan pelatihan, karena Metode konvensional tidaklah cukup

menangani kasus gizi buruk dan gizi kurang di wilayah kerja puskesmas. Sebaiknya

kader kesehatan diberikan metode pelatihan yang disertai dengan demonstrasi yang

merupakan alternatif untuk menambah pengetahuan dan keterampilan kader dalam

pembuatan dan pemanfaatan PMT. Kader yang terampil akan sangat membantu

dalam pelaksanaan kegiatan posyandu sehingga informasi dan pesan-pesan gizi akan

dapat dengan mudah disampaikan kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan adakah

pengaruh pelatihan terhadap keterampiln kader dalam pembuatan PMT Modisco di

Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten

Batubara.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui pengaruh pelatihan terhadap keterampilan kader dalam

pembuatan PMT Modisco di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Air Putih

Kabupaten Batu Bara.

Universitas Sumatera Utara


1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan kader dalam pembuatan

PMT Modisco di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang sebelum dan sesudah

pelatihan.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan kader-kader untuk

menyampaikan informasi dan penerapan dalam pembuatan PMT Modisco pada

masyarakat sekitar untuk penanganan gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas

Pematang Panjang.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan

keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar

(Tanjung, 2003). Kirkpatrick (1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya

meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.

Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo (1998) berarti

mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan

perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses

belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem

pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan

praktek daripada teori.

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek

daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan

pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau

beberapa jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu

proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya yang mengarah pada

pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu

(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan, 2002).

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku individu,

masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini adalah menjadikan kesehatan sebagai

suatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri

atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari

pelatihan kesehatan bukanlah hanya pelajaran di kelas, tapi merupakan kumpulan-

kumpulan pengalaman di mana saja dan kapan saja, sepanjang pelatihan dapat

mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan (Tafal, 1989). Pelatihan memiliki

tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria

keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan (Notoatmodjo, 2005). Tujuan

umum pelatihan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader posyandu

dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat (Tim Penggerak

PKK Pusat, 1999).

Sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader sebagai pengelola

posyandu berdasarkan kebutuhan sasaran di wilayah pelayanannya.

b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam berkomunikasi

dengan masyarakat.

c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk menggunakan

metode media diskusi yang lebih partisipatif.

Menyatakan bahwa tujuan pelatihan merupakan upaya peningkatan

sumberdaya manusia termasuk sumberdaya manusia tenaga kesehatan, kader

Universitas Sumatera Utara


posyandu, agar pengetahuan dan keterampilannya meningkat. Kader posyandu perlu

mendapatkan pelatihan karena jumlahnya tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Pelatihan bagi kader dapat berupa ceramah, tanya jawab, curah pendapat, simulasi

dan praktek (Depkes, 2000).

2.1.2 Metode Pelatihan

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pelatihan

adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar dapat

diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta. Membagi metode pendidikan

menjadi tiga yakni metode pendidikan individu, kelompok, dan masa. Pemilihan

metode pelatihan tergantung pada tujuan, Kemampuan pelatih/pengajar, besar

kelompok sasaran, kapan/waktu pengajaran berlangsung dan fasilitas yang tersedia

(Notoatmodjo, 1993).

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), jenis-jenis metode

yang digunakan dalam pelatihan antara lain : ceramah, tanya jawab, diskusi

kelompok, kelompok studi kecil, bermain peran, studi kasus, curah pendapat,

demonstrasi, penugasan, permainan, simulasi dan praktek lapangan. Metode yang

digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi metode ceramah dan tanya-

jawab (metode konvensional). Depkes (1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah

komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah

pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas, baca, panel dan konseling.

Sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi

Universitas Sumatera Utara


kelompok, tanya-jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi dan bengkel

kerja lebih tepat untuk mengubah keterampilan

2.2 Keterampilan

Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan

yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi

sebagai hasil dari aktivitas tertentu (Whiterington, 1991). Keterampilan dari kata

dasar terampil yang artinya cakap menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan

sedangkan keterampilan artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1999).

Menurut Graeff, dkk (1996), pelatihan keterampilan merupakan aktivitas

utama selama fase implementasi suatu program kesehatan. Selama implementasi

pelatihan bertujuan untuk membangun dan memelihara perilaku-perilaku yang sangat

penting dalam kelangsungan program, maka pelatihan tersebut akan mengarah

kepada perolehan keterampilan. Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan

tugas atau pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang

tersedia.

Ada 3 jenis kemampuan dasar bersifat manusia (human skill), kemampuan

teknik (technicall skill) dan kemampuan membuat konsep (conceptual skill).

Keterampilan teknik adalah kemampuan untuk menggunakan alat, prosedur dan

teknik yang berhubungan dengan bidangnya. Keterampilan manusia adalah

kemampuan untuk dapat bekerja, mengerti dan mengadakan motivasi kepada orang

lain. Keterampilan konsep adalah kemampuan untuk melakukan kerja sama di dalam

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan, pekerjaan itu dapat memberikan keterampilan (Schein, 1991). Sedangkan

keterampilan kader gizi lebih kepada keterampilan teknis dalam kegiatan

posyandu.

Dalam proses pendidikan atau pelatihan, suatu sikap belum tentu terwujud

dalam praktek atau tindakan (Notoatmodjo, 1993). Masih diperlukan kondisi tertentu

yang memungkinkan terjadinya perubahan sikap menjadi praktek. Kondisi tersebut

antara lain tersedianya fasilitas untuk belajar yaitu :

a . Peserta diberi kesempatan untuk melihat dan mendengar orang lain

melakukan keterampilan tersebut dan diberi kesempatan melakukan sendiri.

b. Peserta diberi kesempatan untuk menguasai sub-sub komponen keterampilan

sebelum menguasai keterampilan secara keseluruhan.

c. Peserta harus melakukan sendiri keterampilan baru

d. Pelatih mengevaluasi hasil keterampilan baru dan memberi umpan balik.

Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM UI, 1998 bahwa

pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh adanya pembinaan, dengan

pembinaan kader akan meningkatkan pengetahuan, aktivitas dan keterampilan kader

dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan menurut Junaedi (1990), bahwa bimbingan

dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan dan keterampilan kader. Disamping itu pengetahuan dan kemampuan

kader juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan kader baru, pelatihan ulang kader,

pengalaman kader selama menjalankan kegiatan posyandu dan kunjungan petugas di

luar hari kegiatan posyandu.

Universitas Sumatera Utara


Seseorang yang telah mendapatkan pelatihan maka pengetahuannya dan

keterampilannya meningkat dan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden

dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003). Menurut Abror (1993), cara mengukur tingkat

pengetahuan pada tahap mengetahui dan memahami dapat dilakukan dengan tes

objektif tipe benar salah atau pilihan berganda. Tahap penerapan, analisis, sintesis,

dan evaluasi diukur dengan bentuk tes uraian. Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang

ingin diukur dari responden (Azwar, 1995)

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader sangat dipengaruhi adanya

pelatihan, dengan pelatihan diharapkan kader dapat mengelola Posyandu sesuai

kompetensinya, karena pengetahuan atau kognitif dan keterampilan atau psikomotor

merupakan domain yang sangat penting bagi pembentukan perilaku seseorang

(Simon dkk, 1995). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang

sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi

yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui media

cetak atau elektonik. Pendapat Siagian (1999), bahwa pelatihan dipakai sebagai salah

satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

kader. Handoko (2001), mengatakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil suatu

produk sistem pendidikan akan memberikan pengalaman yang nantinya akan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Kader

Kader adalah tenaga pilihan yang sangat tepat untuk usaha-usaha masyarakat

karena berasal dari masyarakat, sehingga mengenal betul masyarakat setempat,

dipilih masyarakat sehingga dapat diterima oleh masyarakat, disegani dan dipercaya

masyarakat sehingga saran dan petunjuknya akan didengar dan diikuti oleh

masyarakat (Mantra, 1997).

Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) 1993, kader adalah

laki-laki atau perempuan yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk menangani

masalah-masalah kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat serta untuk

bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan

dasar. Kader merupakan perwujudan dari usaha-usaha secara sadar dan terencana

untuk menumbuhkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan taraf

hidup. Dalam usaha ini kader diberikan keterampilan tertentu untuk menjadi “agent

of change” yang akan membawa norma-norma baru yang sesuai dengan norma yang

ada di daerah setempat (Sarwono, 1997).

Peran kader adalah mengambil tanggung jawab, mengembangkan

kemampuan, menjadi pelaku, dan perintis serta pemimpin yang menggerakkan

masyarakat berdasarkan asas kemandirian dan kebersamaan. Kegiatan masyarakat

tersebut dapat bersifat pengobatan, pencegahan, peningkatan maupun pemulihan

sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki (Depkes, 1988). Menurut

Hanna (1990), peranan kader adalah menjadi tulang punggung penggerak partisipasi

masyarakat di desa dalam bidang kesehatan. Kader juga merupakan penghubung yang

Universitas Sumatera Utara


handal antara petugas dengan masyarakat. Kader dapat menjadi motor penggerak

kegiatan pelayanan kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan dasar yang saat ini

sebagian besar masih dilakukan oleh tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas,

sehingga cakupan dan jangkauan pemerataan informasi juga

terbatas.

Peranan kader gizi yang lain, memberitahu hari dan jadwal Posyandu kepada

para ibu pengguna Posyandu, menyiapkan peralatan untuk menyelenggarakan

Posyandu sebelum dimulai, melakukan pendaftaran bayi dan balita, ibu hamil, ibu

usia subur yang hadir di Posyandu, melakukan penimbangan bayi dan balita,

mencatat hasil penimbangan ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), melakukan

penyuluhan perorangan dan kelompok, menyiapkan dan membagi makanan tambahan

untuk bayi dan balita (bila ada), melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu

hamil, ibu bayi dan balita serta pasangan usia subur untuk menyuluh dan

mengingatkan agar datang ke Posyandu (Depkes, 1992).

2.4 Pemberian Makanan Tambahan Modisco

Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT) bermanfaat untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuain kemampuan alat cerna dalam

mencerna makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan

keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian

makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar

mengunyah dan menelan makanan padat dan membiasakan selera-selera baru agar

tidak terjadi gizi buruk dan gizi kurang (Krisnatuti, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Modisco singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil

ditemukan pada tahun 1973 oleh May White Head. Modisco dicobakan pertama kali

untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda Afrika dengan hasil

yang memuaskan. Anak yang mengalami gangguan gizi berat yaitu anak yang

kekurangan kalori protein dapat disembuhkan cepat dengan Modisco. Modisco

memiliki kalori yang tinggi yaitu 100 kalori/ 100 cc. Modisco terdiri dari tiga formula

dasar, dengan bahan baku utama gula pasir, minyak dan susu. Dan ketiganya

diberikan untuk gejala atau keluhan yang berbeda. Modisco I diberikan untuk balita

dengan KEP berat dengan edema, Modisco II untuk balita tanpa edema, Modisco III

lanjutan dari Modisco I dan II (Adi, A.C, 2001).

2.4.1 Cara Pembuatan Modisco

Bahan-bahan untuk membuat formula modisco, seperti susu skim atau susu

full cream, minyak atau margarin, dan gula putih (pasir) merupakan bahan makanan

yang mudah diperoleh baik diperkotaan atau pedesaan. Cara pembuatan formula

modisco relatif sederhana dan mudah. Peralatan yang digunakan pun sangat

sederhana (peralatan dapur sehari-hari) sehingga dapat dilakukan oleh para ibu atau

pengasuh anak. Cara pembuatan modisco dengan tiga formula dasar yang berbeda

(Adi, A.C, 2001).

1. Modisco I

a. Campur susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/

panas.

Universitas Sumatera Utara


b. Aduk sampai rata, lalu tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus

diaduk hingga cairan homogen. Saring dan minum dalam keadaan hangat-

hangat.

2. Modisco II.

a. Larutkan margarin dalam air.

b. Larutkan susu dan gula dalam air.

c. Campur kedua larutan tersebut, lalu saring.

d. Minum larutan hangat-hangat.

3. Modisco III

a. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, lalu aduk sampai rata.

b. Tambahkan minyak dan ½ bagian air panas.

c. Aduk sampai rata, Saring larutan bubur modisco tersebut . Agar modisco

tahan lebih lama, dapat di tim dahulu selama 15 menit (Adi, A.C, 2001)..

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah formula dasar modisco beserta nilai gizinya :

Tabel 2.1. Formula Dasar Modisco


Modisco I / 100 ml Modisco II / 100 ml Modisco III 100 ml
Bahan Bahan Bahan
- Susu skim 10 g - Susu skim 10 g - Susu full cream 12 g (1
atau full cream 12 g atau full cream 12 ¼ sdm) atau susu segar
- Gula 5 g g 100 g
- Minyak 5 g - Gula 5 g (¼ gelas )
- Margarin 5 g - Gula 7,5 g (1 ¼
sdt)
- Margarin 5 g
(½ sdm)
Nilai Gizi Nilai Gizi Nilai Gizi
Energi : 100 Kal
Energi : 100 Kal Energi : 130 Kal
Protein : 3,6 g
Protein : 3,6 g Protein : 3 g
Lemak : 5 g
Lemak : 5 g Lemak : 7,5 g

Sumber : Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo.


2.4.2 Penggunaan Formula Modisco

Modisco bukan hanya cocok untuk anak balita, tetapi juga dapat digunakan

oleh kelompok usia lain (anak pra sekolah, anak sekolah dan pekerja) yang

memerlukan tambahan sumber energi. Berikut ini kelompok usia yang dapat diberi

modisco baik balita maupun kelompok usia lain (Adi, A.C, 2001).

1. Balita yang mengalami gangguan, dengan kriteria sebagai berikut.

a. Kekurangan energi protein (KEP) ringan atau gizi buruk.

b. Kekurangan energi protein (KEP) sedang

c. Kekurangan energi protein (KEP) berat.

2. Usia lain pada saat-saat membutuhkan ekstra energi dengan kriteria sebagai

berikut.

a. Anak kurus, kurang nafsu makan.

Universitas Sumatera Utara


b. Sakit menahun.

c. Masa-masa penyembuhan dari sakit.

d. Persiapan pelaksanaan tes, ujian atau kegiatan lain yang serupa.

e. Kerja lembur atau latihan-latihan berat.

Modisco dapat diberikan dalam beberapa bentuk sajian tergantung pada

kondisi, diantaranya adalah minuman atau campuran makanan bergizi, tambahan diet

cair sonde dan makanan kecil yang mengandung modisco. Formula dasar modisco

mengandung gizi yang padat terutama energi (100 – 130 kal), protein (3 - 3,5 g), dan

lemak (5 – 7,5 g) per porsi. Pengembangan dalam bentuk makanan atau minuman

yang mengandung modisco, mengandung kalori dan protein yang lebih tinggi

dibandingkan formula dasarnya. Apabila modisco dijadikan makanan tambahan pada

anak 2 kali sehari, akan menaikkan berat badannya sekitar 30 - 100 g/hari. Selama

berat badan anak balita atau usia lainnya masih dalam batas sehat (normal),

pemberian modisco masih dapat diteruskan. Namun, apabila berat badan sudah sehat

pemberian modisco harus dihentikan secara bertahap. Modisco tidak dapat diberikan

secara bebas kepada anak yang kelebihan berat badan (obesitas), penderita penyakit

ginjal, hati (kuning) dan jantung tanpa konsultasi dokter (Adi, A.C, 2001)..

2.4.3 Keuntungan Penggunaan Formula Modisco

Keuntungan penggunaan formula modisco sebagai berikut (Adi, A.C, 2001).

a. Porsi makanan/ minuman relatif kecil, tetapi mengandung kalori dan protein

yang tinggi .

b. Mudah dicerna, karena terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang.

Universitas Sumatera Utara


c. Cara alternatif bagi anak atau seseorang yang tidak menyukai susu

murni .

d. Meningkatkan berat badan secara cepat (30 – 100 g/hari).

2.4.4 Penggunaan Modisco dalam Penatalaksanaan Gizi Buruk

Perawatan dan pengobatn anak gizi buruk terdiri dari 4 fase (Depkes RI,

2007) yaitu :

a. Fase Stabilisasi

Fase stabilisasi adalah fase awal dimana ditemui anak gawat darurat dan harus

segera dilakukan tindaka, karena keterlambatan akan mengakibatkan kematian. Pada

umumnya fase ini berlangsung dalam dua hari pertama, tetapi dapat berlanjut sampai

satu minggu atau lebih sesuai kondisi klinis anak (Modisco I,II frekuensi pemberian

12x, 8x dan 6x setiap 2 jam ).

b. Fase Transisi

Fase transisi adalah masa peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi.

Pada fase ini pemberian energy dinaikkan secara bertahap dari 100kkal/kg/BB

menjadi 150/kkal/kg/BB, dan umumnya berlangsung selama satu minggu (Modisco

1, II frekuensi pemberian 6x setiap 3 jam )

Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi adalah fase pemberian makanan untuk tumbuh kejar.

Pemberian energi sebesar 150-220 kkal/kg/BB, umumnya berlangsung selama 2-4

minggu (Modisco III Frekuensi 3x setiap 4 jam) ditambah makanan bayi yang lumat.

c. Fase Tindak lanjut

Universitas Sumatera Utara


Adalah fase setelah anak dipulangkan dari rumah sakit/puskesmas/Panti

Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan

pemberian makanan keluarga dan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P)

2.5. Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat

dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan pengukuran

tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi

yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut

dengan penilaian status gizi secara lansung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan

antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena

mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara

umum atropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri yang merupakan

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan

lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).

Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan

yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG), kegiatan bulan penimbangan dan

dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah

Universitas Sumatera Utara


antropometri, karena mudah, prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang

serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada

anak balita.

Cara pengukuran dengan antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Kombinasi

umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur

(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut tinggi

Badan (BB/TB) (Soekirman, 2000).

Pilihan indeks antropometri tergantung pada tujuan penilaian status gizi,

indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena

mudah berubah namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh

umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indeks TB/U menggambarkan status gizi

masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan

bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan atau panjang badan relatif – sensitif

terhadap kurang gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap

pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan

indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat

dikatagorikan sebagai kurus merupakan pengukuran antropometri yang terbaik

(Soekirman, 2000).

1) Indeks BB/U

a. Gizi baik bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD

Universitas Sumatera Utara


b. Gizi kurang bila Z-Score terletak <-2 SD s\d -3 SD

c. Gizi buruk bila Z-Score terletak <-3 SD

d. Gizi lebih bila Z-Score terletak > +2 SD

2) Indeks TB/U

a. Normal bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD

b. Pendek bila Z-Score terletak <-2 SD

3) Indeks BB/TB

a. Gizi baik bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD

b. Kuruz bila Z-Score terletak >-3 SD s\d <-2 SD

c. Sangat Kurus bila Z-Score terletak <-3 SD

d. Gemuk bila Z-Score terletak > +2 SD (Arisman, 2004)

Perhitungan dengan nilai Z-Score berlaku untuk semua indeks dengan batas

ambang yang sama, dengan cara :

Z-Score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Buku Rujukan

Nilai Simpangan Baku Rujukan

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi

antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks telah

diperkenalkan seperti pada hasil seminar antropometri 1975. Di Indonesia ukuran

baku pengukuran dalam negri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB) digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku

Indonesia = 50 persentil harvard) dan untuk Lingkar Lengan Atas (LLA) digunakan

baku wolansky (Supariasa dkk, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Beberapa indeks antropometri antara lain : (Supariasa dkk, 2002)

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan mendadak,

misalnya karena serangan penyakit infeksi terhadap perubahan-perubahan mendadak,

misalnya karena serangan penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter

antropometri yang sangat labil (Supariasa dkk, 2002).

Berdasarkan karakteristik indeks berat badan menurut umur digunakan

sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat berat badan yang labil,

maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current

nutritional status) (Supariasa dkk, 2002)

Kelebihan indeks BB/U adalah lebih mudah dan cepat dimengerti oleh

masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis, berat badan

dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat

mendeteksi kegemukan. (Supariasa dkk, 2002).

Kelemahan indeks BB/U adalah mengakibatkan intreprestasi yang keliru bila

terdapat edema atau esites, umur sering sulit ditaksir dengan tepat, sering terjadi

kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan pada waktu

penimbangan dan secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

sosial budaya.

Universitas Sumatera Utara


Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan

untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Supariasa dkk, 2002).

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan, keadaan normal tinggi badan tumbuh sama dengar pertambahan umur.

Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap

masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh

defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama

(Supariasa dkk, 2002).

Keuntungan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi pada masa

lalu, ukuran panjang dapat di buat sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan

kelemahan indeks TB/U tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun,

pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua

orang untuk melakukannya dan ketepatan umur sulit didapat.

Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang

sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise).

Namun untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur

panjang bayi (Supariasa dkk, 2002).

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat

ini/sekarang.

Keuntungan indeks BB/TB tidak memerlukan data umur, dapat membedakan

proporsi badan (gemuk, normal, kurus). Kelemahan indeks BB/TB adalah tidak dapat

memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi

badan menurut umurnya, sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan,

membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lama, membutuhkan dua

orang yang melakukannya dan sering terjadi kesalahan dalam pengukurannya

terutama oleh kelompok non-profesional (Supariasa, dkk, 2002).

2.6 Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat(patologik) yang timbul karena

tidak cukup makanan dan konsumsi energi kurang selama jangka waktu tertentu. Di

negara-negara sedang berkembang, konsumsi pangan yang tidak menyertakan pangan

cukup energy biasanya juga kurang dalam satu atau lebih zat gizi esensial lainnya

(Suhardjo, dkk, 1986).

2.6.1 Gejala Klinis Gizi Kurang

Gejala gizi kurang hanya terlihat dari berat badan anak lebih rendah

dibandingkan anak seusianya. Adapun ciri-ciri klinis dari gizi kurang antara lain :

(Retno, 2009)

a. Kenaikan berat badan berkurang dan menurun.

b. Ukuran lingkaran lengan atas menurun.

c. Maturasi tulang terlambat.

Universitas Sumatera Utara


d. Tebal lipat kulit semakin terkurang

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan adalah tampak

kurus. Gejala klinis KEP berat yang dikenal sebagai marasmus (kekurangan kalori

tingkat berat) Kwasihorkor (kekurangan Protein tingkat berat), dan kedua-duanya

adalah marasmus-kwashiorkor.

2.6.2 Faktor-faktor Penyebab Gizi Kurang pada Balita

Unicef (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah

satu strategi intuk menanggulangi masalah kurang gizi. Kerangka tersebut

menunjukkan bahwa makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan

masalah gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan makanan

yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang cukup mendapatkan makanan tetapi

sering menderita sakit, dapat menderita gizi kurang, demikian juga pada anak yang

tidak memperoleh cukup makanan, daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah

terserang penyakit (Supariasa, 2002)

Kurang energi dan protein adalah suatu bentuk masalah gizi yang disebabkan

oleh berbagai faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidk langsung. Faktor langsung

yaitu terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan

protein serta faktor penyakit infeksi yang berdampak terhadap turun naik berat badan

dan status gizi baik menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Faktor tidak langsung

antaranya pengetahuan gizi ibu, pendpaatan, ketersediaan pangan, pendidikan formal

dan lain-lain (soekirman, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Secara langsung status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi

yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab langsung ini sangat terkait dengan pola

asuh anak diberikan oleh ibu/pengasuh. Dan penyebab tidak langsungnya adalah

ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan. Ketiga faktor ini berkaitan dengan pengetahuan dan

keterampilan keluarga (Dinkes Sumatra Utara, 2006)

2.6.3 Upaya Penanggulangan Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Program perbaikan gizi makro yang diarahkan untuk menurunkan maslah gizi

makro terutama mengatasi maslah kurang energy protein seperti didaerah miskin baik

di pedesan maupun di perkotaan dengan cara : ( Retno, 2009)

a. Meningkatkan keadaan gizi keluarga.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat.

c. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di

posyandu.

d. Meningkatkan konsumsi eneregi dan protein pada balita gizi buruk.

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah

melakukan pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan

masyrakat dibidang gizi, pemberdayaan petugas, kader berupa penyuluhan, pelatihan

dalam pemberian makanan tambahan.

Universitas Sumatera Utara


2.7 Kerangka Konsep

Untuk melihat pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan keterampilan kader

dalam pembuatan PMT Modisco dapat dilihat dari kerangka konsep dibawah ini :

Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Kader


Kader dalam Pembuatan
PMT Modisco

Gambar 2.1 Kerangka konsep pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan


keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco

Dari kerangka konsep di atas diharapkan bahwa pelatihan meningkatkan

pengetahuan dan dapat berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam pembuatan

PMT Modisco.

2.8. Hipotesis

Ada pengaruh pelatihan terhadap keterampilan kader dalam pembuatan PMT

di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air Putih Kabupaten

Batubara.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain

penelitian One Group Pre test dan Pos test, dimana rancangan ini tidak menggunakan

kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre test)

yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya perlakuan. Untuk menguji signifikansi pengaruh pelatihan terhadap

keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco untuk balita status gizi kurang

menggunakan uji-t berpasangan.

O1 x O2 O3

Keterangan :
O1 : Pre test sebelum pelatihan untuk mengetahui pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco
x : Perlakuan berupa pelatihan terhadap kader.
O2 : Pos test sesudah perlakuan untuk mengetahui pengetahuan dan
keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco
O3 : Pos test sesudah perlakuan untuk mengetahui pengetahuan keterampilan
kader dalam pembuatan PMT Modisco (1 minggu setelah pelatihan )

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilyah kerja Puskesmas Pematang Panjang

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. Tingginya balita gizi kurang dan buruk pada Puskesmas Pematang Panjang

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara yaitu sebanyak 18 orang balita dari

3194 balita yang di timbang atau prevalensinya 0.5 %.

2. Belum pernah dilakukan pelatihan terhadap keterampilan kader dalam

pembuatan PMT Modisco.

3. Kader-kader di wilayah kerja puskesmas ini aktif dan jumlahnya sebanyak 15

orang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September 2012.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh kader wanita berusia 20-50 tahun yang aktif dalam

kegiatan posyandu dengan masa kerja 2-5 tahun berada di wilayah kerja Puskesmas

Pematang Panjang yaitu sebanyak 15 orang kader.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling) yaitu seluruh

kader yang berada dan masih aktif di wilayah kerja Puskesmas Pematang panjang

sebanyak 15 orang kader.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dapat dibagi atas data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari kader yang meliputi keterampilan dan

pengetahuan kader dalam pembuatan PMT Modisco. Pengetahuan diperoleh dengan

Universitas Sumatera Utara


cara wawancara menggunakan kuesioner. Data keterampilan dilihat dengan

menggunkan daftar tilik yang berisi tahapan-tahapan prosedur pembuatan modisco

yang dinilai langsung oleh peneliti pada saat kader menguji coba keterampilannya .

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Pematang Panjang Kecamatan Air Putih

Kabupaten Batubara yang meliputi jumlah kader dan data lain yang mendukung.

3.5. Defenisi Operasional

1. Pelatihan adalah proses belajar dan mengajar terhadap kader dengan

menyampaikan materi yang berkaitan dengan cara pembuatan PMT Modisco

yang disampaikan melalui ceramah, pemberian modul dan disertai dengan

demonstrasi pembuatan modisco.

2. Pengetahuan yang dilihat adalah pengetahuan kader mengenai jenis PMT yang

mereka ketahui dan pengetahuan seputar PMT Modisco menggunakan tes

tertulis. Pengetahuan kader dilihat sebelum dilakukan pelatihan, setelah

dilakukan pelatihan dan seminggu setelah pelatihan dilakukan.

3. Keterampilan yang dilihat adalah kemampuan kader dalam melakukan tahapan-

tahapan dalam pembuatan PMT Modisco yang sesuai dengan standart prosedur

menggunakan daftar tilik yang dinilai langsung oleh peneliti. Keterampilan kader

dilihat sebelum dilakukan pelatihan, setelah dilakukan pelatihan dan seminggu

setelah postest pertama dilakukan.

4. Kader adalah peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan PMT Modisco, wanita

berusia 20-50 tahun yang menjadi kader aktif selama 2-5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


5. Pembuatan PMT Modisco adalah membuat PMT yang memiliki kalori tinggi

yang berasal dari susu, gula dan margarin yang bisa dijadikan alternatif PMT

untuk balita.

3.6 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.6.1 Alat

- Modul Pelatihan

- Flipchart

- Kuesioner

- Daftar tilik

- Pulpen

- Peralatan Pembuatan PMT Modisco

- Alat :

1. Gelas

2. Sendok makan

3. Sendok teh

4. Saringan

5. Termos

3.6.2 Bahan

- Bahan pembuatan PMT Modisco

1. Susu Full Cream

Universitas Sumatera Utara


2. Gula pasir

3. Margarin

4. Air

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang digunakan untuk melihat pengaruh pelatihan

terhadap keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco adalah :

1. Pengetahuan

Pengetahuan kader dinilai melalui 10 pertanyaan. Perhitungn skor dilakukan

dengan menghitung hasil jawaban yang benar. Ada 3 (tiga) pilihan jawaban yaitu a, b

atau c dan setiap jawaban yang benar diberi skor 2 (dua), jawaban kurang benar diberi

skor 1 (satu), dan jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) dan di hitung total skor.

Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori (baik, sedang,

kurang) berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden (Arikunto, 2002).

Adapun kategori penilaian ini antara lain : Baik, apabila nilai yang diperoleh > 66%

dari nilai tertinggi. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 33%-66% dari nilai tertinggi.

Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 33% dari nilai tertinggi. Berdasarkan penilaian

ini untuk jawaban benar bila skor benar > 13 maka pengetahuannya baik, bila skor

benar 7-13 maka pengetahuanya sedang dan < 13 maka pengetahuannya kurang,.

2. Keterampilan

Keterampilan kader dinilai pada saat melakukan kegiatan pembuatan PMT

Modisco sesuai dengan prosedur dan standar. Bila keterampilan dilakukan sesuai

dengan standart prosedur maka diberi nilai 1 (satu) dan bila keterampilan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


tidak sesuai dengan standart prosedur diberi nilai 0 (nol). Kemudian dikategorikan

bila sesuai dengan standart prosedur 1 (satu) trampil dan bila tidak sesuai dengan

standart prosedur 0 (nol) tidak terampil. Perhitungan nilai dengan cara membagi

jumlah jawaban yang benar dibagi jumlah soal dikalikan 100% (Arikunto, 2002).

3.8. Pengolahan dan Analisis Data


3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nazir,

2005) :

a. Editing

Data dikumpulkan dan diperiksa, bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data

segera diperbaiki (editing) dengan cara memeriksa jawaban yang kurang .

b. Coding

Adalah Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu.

c. Tabulating

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi .

3.8.2 Analisis Data

Data yang sudah terkumpul (BB), diolah dan kemudian dianalisis secara

deskriptif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis paired

sample t-test dengan tingkat kepercayaan 95% (alfa 5%).

3.9 Prosedur Pelaksanaan

1. Sebelum mengikuti pelatihan terlebih dahulu dilaksanakan pretest pengetahuan

dan keterampilan kader posyandu dengan menggunakan kuesioner, untuk data

keterampilan kader dikumpulkan melalui pengamatan langsung dengan daftar

Universitas Sumatera Utara


tilik yang meliputi tahapan-tahapan dalam membuat larutan Modisco dan

diawasi langsung oleh peneliti.

2. Pelatihan dilakukan dengan metode ceramah, kemudian membagikan modul

yang berisi materi tentang pengenalan terhadap modisco, formula dasar

modisco, cara pembuatan larutan modisco, penggunaan formula modisco

sebagai PMT, keuntungan penggunaan formula. Selain menggunakan metode

ceramah peneliti melakukan demonstrasi memperagakan cara pembuatan

formula dasar modisco.

3. Setelah selesai mengikuti pelatihan dilaksanakan postest pengetahuan dan

keterampilan kader dengan menggunakan kuesioner dan daftar tilik, untuk

keterampilan kader dilakukan pengamatan langsung terhadap kader melihat

kemampuannya dalam memperaktekkan cara pembuatan modisco. Postest

dilakukan sebanyak dua kali. Postest I sesaat sesudah diadakan pelatihan,

postest II dilakukan seminggu setelah diadakan pelatihan tanpa ada

pemberitahuan terhadap kader.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pembuatan PMT


Modisco

Pengetahuan kader dipengaruhi oleh pengalaman dan juga informasi yang

didapat baik dari media massa, pelatihan atau penyuluhan yang didapat dilapangan.

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan kader tentang pembuatan PMT Modisco

yang diukur melalui kuesioner sebelum dilakukan pelatihan, sebanyak 14 (93,3%)

kader memiliki pengetahuan dengan kategori kurang dan hanya satu (6,7 %) kader

yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Kader yang memiliki pengetahuan

baik sebelum pelatihan ini memiliki pekerjaan sebagai perawat. Faktor lain yang

memungkinkan kader memiliki pengetahuan yang baik tentang modisco yaitu usia

kader masih muda dan menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan, kader pernah

mengetahui sekilas pengetahuan modisco melalui internet. Sebagian besar kader tidak

mengetahui apa itu PMT Modisco dan bagaimana cara pemberiannya mereka hanya

mengetahui PMT seperti susu, biskuit dan bubur.

Setelah diadakan pelatihan dari 15 orang kader, sebanyak empat (26,7%)

kader berpengetahuan kurang, empat (26,7%) kader berpengetahuan sedang dan

kader yang berpengetahuan baik sebanyak tujuh (46,7 %) kader.

Kader yang memiliki pengetahuan kurang setelah diadakan pelatihan tiga

diantaranya termasuk golongan kader berusia > 40 tahun. Usia kader yang > 40

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pengetahuan kader tetap kurang

setelah diadakannya pelatihan. Usia yang semakin lanjut cenderung lemah dalam

Universitas Sumatera Utara


mengingat hal-hal yang baru dipelajari. Akibat proses penuaan terjadi kemunduran

kemampuan otak diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring

dengan proses penuaan adalah daya ingat (memori) dan Intelegensia Dasar (Fluid

intelligence) (Kuntjoro, 2002).

Terjadi peningkatan pengetahuan sesudah diadakan pelatihan dapat diketahui

dari persentase kader yang sebelumnya berpengetahuan kurang (93,3%) turun

menjadi (26,7 %). Pengetahuan kader meningkat menjadi kategori sedang (26,7 %)

dan baik (46,7 %). Peningkatan pengetahuan yang diperoleh kader dimungkinkan

karena materi yang disampaikan dengan metode ceramah disertai dengan tanya jawab

dan diskusi mengenai PMT Modisco serta demonstrasi pembuatan PMT Modisco

mudah dimengerti oleh kader. Kader terlihat interaktif dan sangat tertarik dengan

materi yang disampaikan saat pelatihan, hal ini dilihat dari banyaknya kader yang

bertanya seputar PMT Modisco. Pendidikan terakhir kader yang sebagian besar tamat

sekolah menengah ke atas dan ada kader yang bekerja sebagai perawat sangat

mendukung dalam memudahkan pemahaman materi yang diajarkan.

Seminggu setelah diadakan pelatihan diadakan kembali test yang bertujuan

untuk melihat apakah pengetahuan yang diperoleh oleh kader dapat bertahan lama

atau tidak. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat sebanyak 12 (80,0 %)

kader memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Dari penilaian tersebut,

menunjukkan kenaikan persentase sebesar 33,3 % kader yang berpengetahuan baik .

Pengetahuan kader meningkat sesaat setelah diberikannya informasi mengenai

PMT Modisco dengan penyuluhan dan demonstrasi dan mengalami peningkatan

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan lagi seminggu setelah pelatihan, hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan yang didapat oleh kader masih bertahan dalam ingatan kader. Modul

yang diberikan kepada kader menjadi pedoman yang bisa dipelajari kader untuk

mempertahankan pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian

(1999), bahwa pelatihan dipakai sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader. Handoko (2001), mengatakan

pengetahuan yang diperoleh dari hasil suatu produk sistem pendidikan akan

memberikan pengalaman yang nantinya akan dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan tertentu.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purnawan (1990) bahwa pelatihan akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi kader, karena dalam setiap pelatihan selain

mendapatkan materi pokok pelatihan, kader juga dapat bertanya tentang masalah lain

yang menyangkut kesehatan dan gizi. Seorang kader akan lebih mudah untuk

menerima suatu informasi apabila didapatkan sedikit demi sedikit tetapi frekuensinya

sering.

Berdasarkan penelitian Sarbini (2008), tentang pelatihan pembuatan MP ASI

Lokal nilai rata-rata pengetahuan kader mengalami peningkatan yaitu 97,74 % atau

memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini menunjukkan setelah kegiatan pelatihan

semua peserta telah memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang BMC dan cara

pembuatan MP-ASI Lokal dengan bahan dasar BMC sehingga dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan pelatihan dikategorikan berhasil.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Keterampilan Kader Sebelum dan Sesudah Pelatihan Pembuatan PMT
Modisco

Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan

yang meningkat oleh orang yang mempelajari keterampilan sebagai hasil dari

aktivitas tertentu. Pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh adanya

pembinaan, dengan pembinaan kader akan meningkatkan pengetahuan, aktivitas dan

keterampilan kader dalam menjalankan tugasnya.

Kriteria umur kader yang tertinggi berusia 30-40 tahun sebanyak 46,7 % yaitu

tujuh kader dari 15 orang kader dan yang kriteria umur terendah kader yang berumur

< 30 tahun yaitu sebanyak tiga orang (20,0%), dengan waktu paling lama menjadi

kader yaitu 3–4 tahun yaitu sebanyak sembilan orang (60,0%) dan umumnya kader

adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 (73,3 %) kader.

Terjadi peningkatan keterampilan kader sesudah diadakan pelatihan

pembuatan PMT Modisco. Hal ini dilihat dari 15 kader sebelum diadakan pelatihan

tidak seorangpun (100,0%) kader memiliki keterampilan dalam pembuatan PMT

Modisco, kemudian meningkat menjadi sembilan orang (60,0%) kader yang terampil

dan seminggu setelah diadakan pelatihan kader yang terampil meningkat lagi menjadi

12 (80,0%) kader.

Hasil dari uji paired sample t-test untuk melihat pengaruh pelatihan terhadap

keterampilan kader menunjukkan hasil p yaitu 0,000 < 0,05, p ditolak yang artinya

ada pengaruh pelatihan terhadap keterampilan kader dalam pembuatan PMT

Modisco.

Universitas Sumatera Utara


Seluruh kader tidak terampil pada pre-test karena sebagian besar kader baru

pertama kali mengetahui PMT Modisco ini dan tentu saja tidak terampil dalam

pembuatan PMT tersebut, hal ini merupakan pengetahuan dan keterampilan baru bagi

mereka. Setelah diadakan pelatihan, persentase kader yang terampil meningkat begitu

juga seminggu sesudah diadakannya pelatihan. Berdasarkan teori, metode ceramah

dapat meningkatkan inspirasi pendengarnya dan demonstrasi merupakan suatu bentuk

pembelajaran dengan jalan mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan

kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya yang dapat meningkatkan

keterampilan kader. Selain mendengarkan, kader juga dapat melihat langsung

bagaimana cara pembuatan PMT Modisco, sehingga kader tidak hanya mendapatkan

pengetahuan, juga bisa memperoleh keterampilan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), seseorang yang telah

mendapatkan pelatihan maka pengetahuannya dan keterampilannya meningkat dan

dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang diukur dari subjek penelitian atau responden dalam pengetahuan yang ingin

diketahui atau disesuaikan.

Menurut Simon dkk, (1995), Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

kader sangat dipengaruhi adanya pelatihan, dengan pelatihan diharapkan kader gizi

dapat mengelola Posyandu sesuai kompetensinya. Hal ini diharapkan kelak kader gizi

dapat menyampaikan segala pengetahuan dan keterampilan yang didapat melalui

pelatihan ini kepada masyarakat yang memiliki anak dengan gizi kurang agar

permasalahan gizi seperti ini bisa dicegah sebelum balita tersebut menjadi gizi buruk.

Universitas Sumatera Utara


Depkes (1993) menunjukkan bahwa untuk mengubah komponen perilaku

perlu dipilih metode yang tepat. Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi

terbukti lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan kader, karena kader langsung

melihat sendiri cara pembuatan dan juga bisa langsung memperaktekkan sehingga

pengetahuan dan keterampilan yang didapat bisa lebih melekat.

Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan

yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi

sebagai hasil dari aktivitas tertentu (Whiterington, 1991).

Berdasarkan penelitian Dwi dan Setyaningrum (2008), Dari 18 kader

posyandu di empat kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Setabelan dan

setelah mengikuti pelatihan tentang Pembuatan MP-ASI Lokal dengan Bahan Dasar

BMC (Bahan Makanan Campuran) untuk balita pada Kader Posyandu di Wilayah

Kerja Puskesmas Stabelan Surakarta, terdapat empat kader posyandu telah

mempraktekkan resep-resep MPASI lokal yang diberikan selama pelatihan (22,22 %).

Dari data tersebut tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

ketrampilan kader. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnawan (1990) bahwa melalui

pelatihan yang harapkan PMT yang diberikan di Posyandu menjadi lebih bermutu

dan bernilai gizi tinggi.

Berdasarkan wawancara yang didapat dilapangan, kader menerapkan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya didalam keluarga dengan

memberikan PMT Modisco pada anak mereka yang kurus. Selain itu kader

menunjukkan langsung keterampilan yang mereka miliki pada Post test II yang

Universitas Sumatera Utara


dilakukan di Posyandu. Saat itu kader memperaktekkan dan menjelaskan langsung

cara pembuatan PMT Modisco kepada ibu-ibu. Kader menguasai keterampilan yang

mereka miliki, dalam penjelasaanya kader juga memberi beberapa informasi

mengenai manfaat PMT Modisco.

Diharapkan kader tetap untuk melakukan sosialisasi Modisco pada saat

posyandu, mengingat manfaat Modisco sebagai alternatif PMT untuk balita status

gizi kurang yang mana pembuatannya mudah dan sederhana, biayanya relatif murah,

juga menghemat susu. Untuk membuat segelas PMT Modisco Formula III, yang

biasa digunakan untuk balita dengan status gizi kurang, penggunaan susunya hanya 1

¼ sdm, margarin ½ sdm dan gula 1 ¼ sdt dengan tambahan 100 ml air dan menjadi

110 ml larutan Modisco/gelas setelah dicampurkan.

Cara pembuatan PMT Modisco kepada ibu-ibu. Kader menguasai

keterampilan yang mereka miliki, dalam penjelasaanya kader juga memberi beberapa

informasi mengenai manfaat PMT Modisco.

Diharapkan kader tetap untuk melakukan sosialisasi Modisco pada saat

posyandu, mengingat manfaat Modisco sebagai alternatif PMT untuk balita status

gizi kurang yang mana pembuatannya mudah dan sederhana, biayanya relatif murah,

juga menghemat susu. Untuk membuat segelas PMT Modisco Formula III, yang

biasa digunakan untuk balita dengan status gizi kurang, penggunaan susunya hanya 1

¼ sdm, margarin ½ sdm dan gula 1 ¼ sdt dengan tambahan 100 ml air dan menjadi

110 ml larutan Modisco/gelas setelah dicampurkan.

Universitas Sumatera Utara


Susu full cream sachet yang dijual di warung dengan harga ± Rp. 2500,- bisa

untuk membuat ± tiga gelas PMT Modisco. Margarin dengan harga ± Rp. 4000,-

perbungkus (250 gr), bisa 50 kali penggunaannya karena yang dibutuhkan dalam satu

kali pembutan PMT Modisco hanya ½ sdm margarin (5 gr) saja. Begitu juga dengan

penggunaan gula. Jadi untuk membuat segelas PMT Modisco biaya yang dikeluarkan

berkisar ± Rp. 2000,-. Dengan biaya tersebut yang relatif murah sudah bisa membuat

minuman berkalori tinggi dan bermanfaat bagi anak dari pada menggunakan uang

tersebut untuk jajanan kurang bergizi yang beredar dipasar

Larutan PMT Modisco bisa langsung dikonsumsi dan bisa juga

dimodifikasi dan dikreasikan menjadi makanan lain, seperti bolu ataupun puding

Modisco yang tentunya menjadi makananan tinggi kalori dan diberikan kepada anak

untuk penambah berat badannya.

Melihat manfaat dan nilai ekonomis ini diharapkan penanganan masalah gizi

untuk balita kasus gizi kurang dan buruk tidak lagi menunggu PMT yang diberi oleh

Dinas karena masyarakat bisa trampil untuk membuat alternatif PMT sendiri.

Diharapkan adanya swadaya dari masyarakat sendiri dengan iuran untuk

membeli bahan PMT tersebut dan melatih para ibu-ibu, sehingga mereka bisa

terampil dalam pembuatan PMT Modisco dan menerapkannya sendiri dirumah.

Selain itu penggunaan dana Pemerintah Derah yang terkait juga diharapkan, agar

kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini bisa tetap dilakukan di Posyandu sehingga

masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang bisa berkurang.

Dukungan dari Puskesmas Pematang Panjang sangat diharapkan dalam

Universitas Sumatera Utara


pensosialisasian PMT Modisco ini mengingat keberhasilan beberapa Puskesmas yang

menggunakan PMT Modisco sebagai upaya penanganan gizi buruk di Wilayah kerja

Puskesmas tersebut.

Puskesmas yang menerapkan penggunaan PMT Modisco dan telah berhasil

salah satunya, Puskesmas Banjarangkan II Desa Takmung, kecamatan Banjarangkan,

kabupaten Klungkung, Bali melakukan inovasi dalam pemberian makanan tambahan

pemulihan. Inovasi tersebut berupa pemberian Modisco pada tahun 2011. Sasaran

dari kegiatan ini adalan balita dengan gizi kurang (BB/U) sebanyak 25 orang.

Pemberian dilakukan setiap hari selama 3 bulan. Hasil kegiatan ini mampu

menurunkan gizi kurang sebesar 68 % ( dari 25 orang gizi kurang, 17 orang menjadi

gizi baik)

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan kader mengenai PMT Modisco meningkat setelah diadakan

pelatihan, dapat dilihat dari persentase kader yang berpengetahuan baik

sebelum pelatihan sebesar 6,7 % meningkat menjadi 46,7 % sesaat

sesudah pelatihan dan 80,0 % seminggu sesudah pelatihan.

2. Pelatihan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi berpengaruh terhadap

peningkatan keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco

(p < 0,05)

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada para kader agar menerapkan keterampilan dan

pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan pembuatan PMT Modisco

kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu yang memiliki anak dengan status

gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang.

2. Diharapkan bagi kader yang telah trampil dapat melaksanakan pelatihan

terhadap kader-kader lain atau kader baru dan lebih mensosialisasikan

PMT Modisco ini sebagai upaya preventif untuk penanganan balita dengan

status gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panjang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
.
Adi, A.C, 2001. Makanan Penambah Berat Badan Anak. Puspa Swara. Jakarta.

Adiningsih, Sri, 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. Kompas Gramedia. Jakarta.

Almatsier, S, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Ariekunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Penerbit


Rineka Cipta, Jakarta.

Arisman, 2004. Gizi Dalam Dur Kehidupan. Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Admin, 2011. PMT Pemulihan di Desa Jumpai. Dikutip dari.


http://klungkung1.diskesklungkung.net/?p=166, Diakses tanggal 10
September 2012.

Depkes, RI, 2002. Petunjuk Teknis Pengelolaan Makanan Pendamping ASI


Program JPS_BK. Jakarta

__________, 2002. Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, Direktoral


Jendral Kesehatan Masyarakat, Jakarta

__________, 2005. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan


Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Tahun 2005. Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta

__________, 2006. Pedoman Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan


Penanggulangan Gizi Buruk 2006 – 2010. Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatra Utara, Medan

__________, 2007. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Petunjuk Teknis


Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta

__________, 2007. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Petunjuk Teknis


Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. Jakarta

__________, 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia


tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI

__________, Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air


Susu Ibu (MP-ASI) Instant untuk Bayi Umur 6-11 Bulan. Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta

Universitas Sumatera Utara


Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM-UI, 1998. Program Perbaikan Gizi
Keluarga didalam Posyandu, Dirjen Binkesmas Depkes RI, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Pelayanan Anak
Gizi Buruk, Jakarta

Krisnatuti, D, 2002. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara

Notoatmojo, soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,


Jakarta.

Pudjiadi, S, 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak Edisi Ke Empat. Penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta

Sarbini, D, Rahmawaty, S, 2008. Pelatihan membuat MP-ASI lokal dengan bahan


dasar BMC (bahan makanan campuran) untuk balita pada kader
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Stabelan Purwakarta. Dikutip
dari.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html?act=tampil&id=38137&idc
=24. Diakses tanggal 14 Juli 2012

Sihadi, 2000. Anak Gizi Buruk, Tanggung Jawab Siapa?. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta

Sihadi, Rajin ke Posyandu, Cegah Gizi Buruk. Kompas, 10 Juni 2005

Suhardjo, dkk, 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Sukiarko, E, 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan


Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam
Kegiatan Posyandu di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
Dikutip dari. eprints.undip.ac.id/15497/1/Edy_Sukiarko.pdf. Diakses tanggal
14 Juli 2012

Supariasa, dkk, 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Lembar Observasional

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KETERAMPILAN KADER DALAM


PEMBUATAN PMT MODISCO UNTUK BALITA DI PUSKESMAS
PEMATANG PANJANG KECAMATAN AIR PUTIH KABUPATEN BATU
BARA TAHUN 2012

I. Identitas Kader

Nama :
Umur :
Alamat :
Lama menjadi kader :
Pekerjaan :
II. Penilaian Keterampilan PMT Modisco Formula III

1. Ketepatan ukuran pembuatan bahan

Susu full cream 12 g atau (1 ¼ sdm)

2. Gula 7,5 g (1 ¼ sdt)

3. Margarin 5 g (1/2 sdm)

4. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin lalu aduk sampai

rata

5. Tambah margarin cair dan ½ bagian air panas

6. Aduk sampai rata larutan Modisco

7. Saring larutan modisco

8. Tim selama 15 menit

Skor :

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner

1. Apa saja jenis PMT yang anda ketahui


a. Bubur, susu, biskuit.
b. ASI, susu, biscuit.
c. Susu saja
2. Apa manfaat pemberian makanan tambahan untuk balita dengan status gizi kurang
a. Menambah berat badan
b. Agar tidak sakit
c. Meningkatkan nafsu makan.
3. Modisco adalah
a. Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil.
b. Modifikasi susu menjadi makanan
c. Modifikasi formula makanan bergizi
4. Apa saja bahan dasar pembuatan Modisco
a. Susu skim/full cream, keju, gula
b. Susu skim/full cream, margarine, gula
c. Susu skim/ full cream, gula, air
5. Berapa jenis Formula Modisco yang anda ketahui
a. 1
b. 2
c. 3
6. Berapa kalori yang terkandung dalam formula modisco
a. (90 – 100 kal)
b. (100-130 kal)
c. Tidak ada
7. Untuk siapa Modisco diberikan
a. Untuk balita gemuk
b. Untuk balita Kekurangan energi protein
c. Untuk balita Kekurangan energi protein ringan, sedang dan berat
8. Keuntungan penggunaan Formula Modisco adalah
a. Porsi makanan/ minuman relatif kecil dan kalorinya tinggi.
b. Meningkatkan berat badan anak secara cepat
c. Jawaban benar semua.
9. Berapa jumlah Modisco yang diberikan kepada balita gizi buruk tanpa edema
a. 150-220kkal/kg/BB
b. 100/kkal/kg/BB
c. 130/kkal/kg/BB
10. Pada fase, jenis dan berapa jumlah frekuensi Modisco yang diberikan untuk balita
gizi kurang
a. Fase Stabilisasi (Modisco I, II frekuensi 8x , 100kkal/kg/BB)
b. Fase Transisi (Modisco I, II, frekuensi 6x, 100/kkal/kg/BB)
c. Fase Rehabilitasi (Modisco II, frekuensi 3x, 150 kkal/kg/BB)

Skor :

Universitas Sumatera Utara


MODUL PELATIHAN
PEMBUATAN PMT MODISCO UNTUK BALITA STATUS
GIZI KURANG

Oleh :

Faradhiba sandi
081000013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012

Universitas Sumatera Utara


Daftar isi

Pendahuluan…………………………………………………………………… 1

Tujuan………………………………………………………………………… 1

Pemberian Makanan Tambahan PMT…………………………………….. 2

Mengenal Modisco…………………………………………………………… 3

Formula Modisco……………………………………………………………. 3

Cara Pembuatan Formula Modisco……………………………………….. 5

Penggunaaan Formula Modisco……………………………………………. 6

Keuntungan Penggunaan Formula Modisco............................................... 6

Kapan Modisco Digunakan atau Dihentikan …………………………… 7

Pemberian Modisco pada Balita Status Gizi Buruk………………………… 7

Lampiran

Universitas Sumatera Utara


Pendahuluan

Modul ini menjelaskan cara membuat PMT untuk memenuhi kebutuhan gizi anak

dengan menggunakan formula modisco sebagai alternatif PMT dengan porsi kecil

namun memiliki protein dan kalori tinggi yang baik untuk memenuhi gizi anak yang

kurang. Dilengkapi dengan resep aneka kreasi makanan yang bisa dikombinasikan

dengan modisco.

Tujuan

Agar kader memiliki wawasan dan keterampilan dalam pembuatan PMT modisco dan

dapat diterapkan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari dan

menyampaikannya kepada ibu-ibu yang memiliki anak berstatus gizi kurang

diwilayah kerja puskesmasnya.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Universitas Sumatera Utara


Asi memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zt gizi untuk pertumbuhan dan

perkembangan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan sampai usia 4-6

bulan. Sesudah itu Asi tak lagi dapat memenuhi kebutuhan bayi (terutama energy,

protein, zat besi, vitamin A, dan vitamin C) sehingga anak memerlukan makanan

tambahan.

Ibu sering mengalami kesulitan untuk memberikan makanan tambahan kepada anak

kesulitannya seperti nafsu makan kurang, gangguan pencernaan (diare, kembung, dan

muntah), anak tidak menyukai susu padahal susu adalah asupan terbaik setelah ASI.

Kebutuhan anak meningkat tapi anak sering tisdak menghabiskan porsi makan yang

diberikan.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu memilih makanan dan minuman yang dapat

membangun selera makan anak, porsi kecil tetapi mengandung gizi tinggi terutama

vitamin, mineral dan protein, Mudah dicerna sesuai dengan umur anak, terbuat dari

bhan-bahan yang mudah dan murah tersedia di daerah yang bersangkutan, mudah dan

praktis

Upaya diatas dapat diselaraskan dengan pemberian modisco dalam bentuk aneka

maknan selingan yang merupakan alternatif makanan yang padat kalori dan protein.

Modisco cocok untuk anak dengan berat badan kurang, guna menambah kekurangan

berat badannya secara cepat dan memenuhi kebutuhan ekstra energi .

Penggunaan Modisco kepada balita status gizi kurang diharapkan dengan pemberian

makanan tambahan dengan kalori tinggi ini balita berstatus gizi kurang bisa

bertambah berat badannya dan status gizinya menjadi lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


Mengenal Modisco

Modisco singkatan dari Modified Dietetic Skim and Cotton Sheet Oil ditemukan pada

tahun 1973 oleh May White Head. Modisco dicobakan pertama kali untuk anak-anak

yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda Afrika dengan hasil yang

memuaskan. Anak yang mengalami gangguan gizi berat yaitu anak yang kekurangan

kalori protein dapat disembuhkan cepat dengan Modisco. Modisco memiliki kalori

yang tinggi yaitu 100 kalori/ 100 cc.

Formula Dasar Modisco

Formula dasar Modisco dapat dilihat sebagai berikut :


Tabel 2.1. Formula Dasar Modisco
Modisco I Modisco II Modisco III
Bahan Bahan Bahan
- Susu skim 10 g atau - Susu skim 10 g atau - Susu full cream 12 g (1 ¼
full cream 12 g full cream 12 g sdm)
- Gula 5 g - Gula 5 g - Gula 7,5 g (1 ¼ sdt)
- Minyak 5 g - Margarin 5 g - Margarin 5 g
- Air 100 ml - Air 100 ml (½ sdm)
- Air 100 ml
Nilai Gizi Nilai Gizi Nilai Gizi
Energi : 100 Kal
Energi : 100 Kal Energi : 130 Kal
Protein : 3,6 g
Protein : 3,6 g Protein : 3 g
Lemak : 5 g
Lemak : 5 g Lemak : 7,5 g
Diberikan
Diberikan Diberikan
100kkal/kg BB/hari
125kkal/kg Bb/hari 150 kkal/kg BB/hari

Sumber : Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo.

Universitas Sumatera Utara


Pemberian Modisco I untuk balita tanpa edema, pemberian Modisco II untuk balita

edema dan Modisco II untuk lanjutan pemberian setelah pemberian Modisco I dan II atau

pemberian kepada balita gizi kurang.

Misalnya seorang anak dengan umur 1 tahun memiliki berat badan 7 kg, berdasarkan

umurnya energi yang dibutuhkan anak umur satu tahun adalah sebesar 900 kkal/hr.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan :

Makanan balita 3x sehari  3 x 250 kkal = 750 kkal

Modisco III 1x sehari  1 x 150 kkal = 150 kkal

Total = 900 kkal

Apabila konsumsi makan anak kurang maka anda bisa menaikkan konsumsi modisco

tiga kali sehari sehingga kecukupan anak akan kalori bis terpenuhi sehingga berat bdan anak

bertambah.

Pemberian modisco kkal/kg BB/ hr dilakukan pada balita berstatus gizi buruk dimana

balita tidak dapat mengkonsumsi makanan keras. Misalnya berat badan 5 kg balita gizi buruk

tanpa edem yang diberikan kepada balita ini :

Modisco formula II  125 x 5 = 625 kkal  yang dibutuhkan

Pemberian fase awal tiap 2 jam sekali sebanyak 12 x pemberian

Jadi 625/12 = 52 kkal = 52 ml

Jadi Modisco diberikan dengan porsi kecil dan sering kepada balita.

Universitas Sumatera Utara


Cara pembutan Formula Modisco

Cara pembuatan modisco dengan tiga formula dasar yang berbeda (Adi, A.C, 2001).

4. Modisco I

c. Campur susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/

panas.

d. Aduk sampai rata, lalu tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus

diaduk hingga cairan homogen. Saring dan minum dalam keadaan hangat-

hangat.

5. Modisco II.

e. Larutkan margarin dalam air hangat 50 ml.

f. Larutkan susu dan gula dalam air hangat 50 ml.

g. Campur kedua larutan tersebut, lalu saring.

h. Minum larutan hangat-hangat.

6. Modisco III

d. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, lalu aduk sampai rata.

e. Tambahkan minyak dan ½ bagian air panas.

f. Aduk sampai rata, Saring larutan bubur modisco tersebut . Agar modisco

tahan lebih lama, dapat di tim dahulu selama 15 menit (Adi, A.C, 2001).

Universitas Sumatera Utara


Susu gula margarin modisco

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan Formula Modisco

Modisco bukan hanya cocok untuk anak balita, tetapi juga dapat digunakan

oleh kelompok usia lain (anak pra sekolah, anak sekolah dan pekerja) yang

memerlukan tambahan sumber energi . Berikut ini kelompok usia yang dapat diberi

modisco baik balita maupun kelompok usia lain (Adi, A.C, 2001).

3. Balita yang mengalami gangguan, dengan kriteria sebagai berikut.

a. Kekurangan energi protein (KEP) ringan atau gizi buruk.

b. Kekurangan energi protein (KEP) sedang

c. Kekurangan energi protein (KEP) berat.

4. Usia lain pada saat-saat membutuhkan ekstra energi dengan kriteria sebagai

berikut.

a. Anak kurus, kurang nafsu makan.

b. Sakit menahun.

c. Masa-masa penyembuhan dari sakit.

d. Persiapan pelaksanaan tes, ujian atau kegiatan lain yang serupa.

e. Kerja lembur atau latihan-latihan berat.

Modisco dapat diberikan dalam beberapa bentuk sajian tergantung pada

kondisi, diantaranya adalah minuman atau campuran makanan bergizi, tambahan diet

cair sonde dan makanan kecil yang mengandung modisco.

Keuntungan Penggunaan Formula Modisco

Keuntungan penggunaan formula modisco sebagai berikut (Adi, A.C, 2001).

Universitas Sumatera Utara


e. Porsi makanan/ minuman relatif kecil, tetapi mengandung kalori dan protein

yang tinggi .

f. Mudah dicerna, karena terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang.

g. Cara alternatif bagi anak atau seseorang yang tidak menyukai susu

murni .

h. Meningkatkan berat badan secara cepat (30 – 100 g/hari).

Kapan Modisco Digunakan atau Dihentikan ?

Formula dasar modisco mengandung gizi yang padat terutama energi (100 – 130 kal),

protein (3 - 3,5 g), dan lemak (5 – 7,5 g) per porsi. Pengembangan dalam bentuk

makanan atau minuman yang mengandung modisco, mengandung kalori dan protein

yang lebih tinggi dibandingkan formula dasarnya. Apabila modisco dijadikan

makanan tambahan pada anak 2 kali sehari, akan menaikkan berat badannya sekitar

30 - 100 g/hari. Selama berat badan anak balita atau usia lainnya masih dalam batas

sehat (normal), pemberian modisco masih dapat diteruskan. Namun, apabila berat

badan sudah sehat pemberian modisco harus dihentikan secara bertahap. Modisco

tidak dapat diberikan secara bebas kepada anak yang kelebihan berat badan

(obesitas), penderita penyakit ginjal, hati (kuning) dan jantung tanpa konsultasi

dokter (Adi, A.C, 2001)..

Pemberian Modisco pada Balita Status Gizi Buruk

Perawatan dan pengobatn anak gizi buruk terdiri dari 4 fase (Depkes RI,

2007) yaitu :

d. Fase Stabilisasi

Universitas Sumatera Utara


Fase stabilisasi adalah fase awal dimana ditemui anak gawat darurat dan harus

segera dilakukan tindakan, karena keterlambatan akan mengakibatkan kematian. Pada

umumnya fase ini berlangsung dalam dua hari pertama, tetapi dapat berlanjut sampai

satu minggu atau lebih sesuai kondisi klinis anak (Modisco I,II frekuensi pemberian

12x, 8x, 6x setiap 2 jam ).

e. Fase Transisi

Fase transisi adalah masa peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi.

Pada fase ini pemberian energi dinaikkan secara bertahap dari 100kkal/kg/BB

menjadi 150/kkal/kg/BB, dan umumnya berlangsung selama satu minggu (Modisco

1, II frekuensi pemberian 6x setiap 3 jam )

f. Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi adalah fase pemberian makanan untuk tumbuh kejar.

Pemberian energi sebesar 150-220 kkal/kg/BB, umumnya berlangsung selama 2-4

minggu (Modisco III Frekuensi 3x setiap 4 jam) ditambah makanan bayi yang lumat.

g. Fase Tindak lanjut

Adalah fase setelah anak dipulangkan dari rumah sakit/puskesmas/Panti

Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan

pemberian makanan keluarga dan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P)

Universitas Sumatera Utara


KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN SEHARI
ANAK UMUR 1-5 TAHUN

Umur Berat Badan Energi Protein


(tahun) (kg) kkal/kg/hari kkal/org/hari gr/kg/hr gr/org/hr
1 8.9 105 900 2.5 22
2 11.2 100 1100 2.5 28
3 13.1 98 1300 2.5 33
4 14.8 91 1500 3 44
5 16.5 86 1500 3 50

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah beberapa aneka kreasi makanan penambah berat badan yang

dapat diberikan kepada anak.

A. Puding Kacang Hijau Modisco


Bahan
I. Larutan Modisco 360 cc
Margarin 10 g
Susu Full cream 25 g
Gula pasir 15 g

II Bahan dasar
Kacang hijau 25 g
Gula Pasir 100 g
Kuning telur ayam 2 buah
Agar-agar bubuk 7g
Air 60cc

Cara Pembuatan
1. Oles 6 buah cetakan dengan margarine
2. Panaskan larutan modisco sampai mendidih, sambil diaduk
3. Masukkan kacang hijau lembut, aduk hingga tercampur rata.
4. Masak agar-agar dalam 60cc air masukkan kedalam telur dan gula
yang sudah dikocok.
5. Masukkan Modisco yang sudah agak dingin ke dalam adonan telur,
aduk hingga rata.
6. Tuangkan kedalam cetakan. Tunggu hingga mengeras dan siap
dihidangkan.
Hasil
4 porsi (1 porsi = 213 kalori, 6,78 g protein)

Universitas Sumatera Utara


B. Donat Ubi Modisco

I. Larutan Modisco (ditambahkan di bahan dasar)


Margarin 25 g
Susu Full cream 60 g
Gula pasir 37 g

II Bahan dasar
Ubi ½ kg
Tepung terigu 150 g
Telur ayam 2 butir
Margarin 25 g
Gula pasir 90 g
Fermipan ½ bungkus
Vanili secukupnya

Cara Pembuatan
1. Tumbuk Ubi yang telah direbus. Masukkan terigu, susu bubuk full
cream, gula pasir (I+II), dan fermipan, lalu aduk sampai rta. Masukkan
telur, margarine (I+II), dan aduk sampai rata. Masukkan telur
margarine (I+II), dan vanili sampai bisa dibentuk.
2. Simpan adonan kira-kira 15 menit dan tutup dengan kain.
3. Cetak adonan, lalu simpan kembali kira-kira 5 menit.
4. Goreng sampai kekuningan dan tiriskan.
5. Masukkan kedlam gula halus dan siap dihidangkan.
Hasil
10 potong (1 porsi = 244 kalori, 5,29 g protein)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Frequencies
Frequency Table

um ur

Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid 25 1 6,7 6,7 6,7
27 1 6,7 6,7 13,3
29 1 6,7 6,7 20,0
31 1 6,7 6,7 26,7
34 1 6,7 6,7 33,3
35 3 20,0 20,0 53,3
38 1 6,7 6,7 60,0
40 1 6,7 6,7 66,7
42 1 6,7 6,7 73,3
45 2 13,3 13,3 86,7
48 1 6,7 6,7 93,3
49 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

Um ur

Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid < 30 tahun 3 20,0 20,0 20,0
30 - 40 tahun 7 46,7 46,7 66,7
> 40 tahun 5 33,3 33,3 100,0
Total 15 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


lama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2,0 2 13,3 13,3 13,3
2,5 3 20,0 20,0 33,3
3,0 7 46,7 46,7 80,0
4,0 2 13,3 13,3 93,3
5,0 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

La ma kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid < 3 tahun 5 33,3 33,3 33,3
3 - 4 tahun 9 60,0 60,0 93,3
> 4 tahun 1 6,7 6,7 100,0
Total 15 100,0 100,0

ke rja

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid IRT 11 73,3 73,3 73,3
Perawat 1 6,7 6,7 80,0
W iraswast a 3 20,0 20,0 100,0
Total 15 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Statistics
pkat pkat1 pka2
Valid 15 15 15
N
Missing 0 0 0

Frequency Table

Pengetahuan kader sebelum pelatihan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Kurang 14 93.3 93.3 93.3
Valid Baik 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pengetahuan sesudah pelatihan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Kurang 4 26.7 26.7 26.7
Sedang 4 26.7 26.7 53.3
Valid
Baik 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Pengetahuan kader seminggu setelah pelatihan


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sedang 3 20.0 20.0 20.0
Valid Baik 12 80.0 80.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Keterampilan kader sebelum pelatihan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak terampil 15 100,0 100,0 100,0

Keterampilan kader sesudah pelatihan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak terampil 6 40,0 40,0 40,0
Terampil 9 60,0 60,0 100,0
Total 15 100,0 100,0

Keterampilan kader sesudah 1 minggu pelatihan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak terampil 3 20,0 20,0 20,0
Terampil 12 80,0 80,0 100,0
Total 15 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


T-TEST
PAIRS = K1 WITH K2 (PAIRED)
/CRITERIA = CI(.95)
/MISSING = ANALYSIS.

T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair Keterampilan kader
,00 15 ,000 ,000
1 sebelum pelatihan
Keterampilan kader
,60 15 ,507 ,131
sesudah pelatihan

Pa ired Sa mples Correlations

N Correlation Sig.
Pair Keterampilan k ader
1 sebelum pelatihan &
15 . .
Keterampilan k ader
sesudah pelatihan

Pa ired Sa mples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair Keterampilan kader
1 sebelum pelatihan -
-,600 ,507 ,131 -,881 -,319 -4,583 14 ,000
Keterampilan kader
sesudah pelatihan

T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair P1TOT 3,67 15 1,759 ,454
1 P3TOT 8,00 15 1,414 ,365

Universitas Sumatera Utara


Pa ired Sa mples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 P1TOT & P 3TOT 15 -,373 ,171

Pa ired Sa mples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 P1TOT - P3TOT -4,333 2,637 ,681 -5,794 -2,873 -6,365 14 ,000

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7
Foto Penelitian

Gambar 1. Melakukan penjelasan prosedur pelaksanaan penelitian


di balai desa.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Pretest pengetahuan dan keterampilan kader tentang
pembuatan PMT Modisco sebelum diadakan peatihan

Gambar 3. Penyampaian materi pelatihan dengan menggunakan flipchart

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Demostrasi cara pembuatan PMT Modisco

Gambar 5. Larutan Modisco

Gambar 6. Kader yang mengikuti pelatihan

Universitas Sumatera Utara


Gambar 7. Post test I pengetahuan dan keterampilan kader dalam pembuatan PMT
Modisco setelah pelatihan

Gambar 8. Post test II pengisian kuesioner pengetahuan Kader

Universitas Sumatera Utara


Gambar 9. Post test II keterampilan kader dalam pembuatan PMT Modisco,
Kader menjelaskan langsung kepada para ibu yang datang ke Posyandu

Gambar 10. Post test II Kader mengujicobakan keterampilan dan mengisi kuesioner
pengetahuan kader dalam pembuatan Modisco seminggu setelah
pelatihan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai