Anda di halaman 1dari 165

62

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA PABRIK


FOOD DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA KAWASAN
INDUSTRI MEDAN (KIM) MABAR, KECAMATAN MEDAN DELI
SUMATERA UTARA TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

EKA NOVIYANTI
NIM. 121021014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


63

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA PABRIK


FOOD DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA KAWASAN
INDUSTRI MEDAN (KIM) MABAR, KECAMATAN MEDAN DELI
SUMATERA UTARA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

EKA NOVIYANTI
NIM. 121021014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


64

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Sistem Pengelolaan Limbah Padat Dan Cair pada


Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand
Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar,
Kecamatan Medan Deli - Sumatera Utara Tahun
2014.
Nama Mahasiswa : Eka Noviyanti
No. Induk Mahasiswa : 121021014
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Lingkungan
Tanggal Lulus : 28 Januari 2015

Disahkan Oleh:

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Evi Naria M.Kes dr. Surya Dharma, MPH


NIP. 196803201993032001 NIP. 195804041987021001

Medan, Februari 2015


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama MS


NIP. 19610831 198903 1 001

Universitas Sumatera Utara


65

ABSTRAK

Mengingat besarnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap


penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah sangat diperlukan dan diharuskan
bagi setiap industri. Apabila tidak dilakukan pengolahan limbah akan dapat
menimbulkan masalah-masalah seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan
pencemaran tanah.
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang Sitem Pengelolaan limbah padat dan
cair di Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri
Medan (KIM) Mabar. Objek penelitian adalah unit Pengelolaan limbah padat yang
meliputi pengumpulan, penampungan, pembuangan/pemusnahan. Serta unit
Pengelolaan limbah cair yang meliputi penyaluran, penampungan,
pengolahan/pembuangan.
Proses pengolahan limbah padat pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison terdiri dari proses pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada proses pengolahan limbah cair pada bulan juni 2014
menunjukkan konsentrasi BOD 46,7 mg/L, COD 99,11 mg/L, TSS 15,5 mg/L,
Amonia 2,11 mg/L, Minyak dan Lemak 1,5 mg/L, dan pH 6,76. Hal ini menunjukkan
bahwa parameter BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, dan pH sudah
memenuhi syarat Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pengolahan Daging Per. Men LH No.14/2008.
Kesimpulan penelitian adalah proses pengolahan limbah padat PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison sudah memenuhi syarat yang sudah ditentukan
sehingga tidak dapat merusak lingkungan. Serta kualitas air limbah sudah memenuhi
baku mutu. Disarankan pabrik harus menjaga pengolahan limbah padat dan cair.

Kata Kunci : Proses Pengolahan Limbah Padat Dan Cair

Universitas Sumatera Utara


66

ABSTRACT

Warning about negative effects that can cause environmental degradation,


waste treatment is necessary and required for each industry. If there is no sewagage
treatment there will be problems happen such as air pollution, water pollution and
soil contamination.
This research is conducted by descriptive survey. The purpose of this study
was to analyze solid and liquid waste management in Food Division of PT. Charoen
Pokphand Indonesia Medan at Industrial Estate Mabar (KIM). The object of
research is solid waste management unit inculding the collection, storage,
disposal/destruction. The liquid waste management unit includes the distribution,
storage, processin/disposal.
The processing of solid waste at PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Division consists of the collection, storage, and transport. The results of laboratory
tests on the process of wastewater treatment in June 2014 showed BOD
concentration of 46.7 mg / L, COD 99.11 mg / L, TSS 15.5 mg / L, Ammonia 2.11 mg
/ L, Oils and Fats 1 , 5 mg / L, and a pH of 6.76. This shows that the parameters of
BOD, COD, TSS, ammonia, Oils and Fats, and pH are already qualified Wastewater
Quality Standard for Business And / Or Activity per Meat Processing. Men LH
14/2008.
The conclusion of the study it is clear that the processing of solid waste Food
Division of PT. Charoen Pokphand Indonesia at Industrial Estate Mabar has
qualified with regard to the requirement to preserve the environment. Suggested the
factory should maintain solid waste and liquid waste treatment.

Keywords: Liquid Waste Treatment, Solid Waste Treatment

Universitas Sumatera Utara


67

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Noviyanti

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 27 November 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Suku : Jawa

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Nama Orang Tua : Supriyadi Yantoto. SH / Mariati

Alamat Rumah : Jalan Raya Menteng Gg. Benteng/Ikhlas

No.75 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Pertiwi Medan : 1995-2001

2. SMP Diponegoro Kisaran : 2001-2004

3. SMA Diponegoro Kisaran : 2004-2007

4. D-III Kebidanan Lenggogeni Padang : 2007-2010

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2012-2015

Universitas Sumatera Utara


68

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “ SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA

PABRIK FOOD DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA

KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM) MABAR, KECAMATAN MEDAN

DELI SUMATERA UTARA TAHUN 2014” . Skripsi ini merupakan salah satu

syarat dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Masyarakat

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak

mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta

petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kelemahan serta kekurangankekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan

adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan

datang.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak baik secara moril dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


69

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I serta Ketua Penguji I yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Pembimbing II serta Dosen penguji I

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

bimbingan, saran, serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

bimbingan, saran, serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini

7. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memeperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Dian Afriyanti, A.Md serta seluruh Dosen/Staf pengajar Bagian Kesling di

FKM USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian urusan

administrasi.

9. Teristimewa untuk Keluarga tercinta Papaku Supriyadi Yantoto, SH,

Mamaku Mariati dan adik-adikku Odhie Yan Pranata, S.Kom dan Nasywa

Salsabila Putri yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan kasih

sayang dalam penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


70

10. Teristimewa kepada Akmad Faisal Batubara, S.St.Pi yang selalu membantu

dan memberikan semangat serta perhatian yang tulus selama ini kepada

penulis

11. Terima kasih kepada teman-teman di bagian Kesehatan Lingkungan Kak

Netty, Kak Juli, Evi Sinaga, Nurmala, Dewi, Faisal, Ika Juni, dan seluruh

keluarga besar Kesehatan Lingkungan FKM USU

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Medan, Januari

2015

Penulis

Eka Noviyanti

Universitas Sumatera Utara


71

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i


ABSTRAK ............................................................................................................ ii
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Air Limbah Industri .................................................................. 6
2.2 Sumber Air Limbah .................................................................................... 8
2.3 Komposisi Air Limbah ............................................................................... 9
2.4 Karakteristik Air Limbah .......................................................................... 10
2.5 Parameter Air Limbah............................................................................... 11
2.6 Tujuan Pengolahan Air Limbah Industri .................................................. 13
2.7 Dampak Buruk Air Limbah Industri ......................................................... 14
2.8 Cara-cara Pengolahan Air Limbah ............................................................ 15
2.9 Tahapan Pengolahan Air Limbah ............................................................. 17
2.10 Limbah Padat .......................................................................................... 27
2.10.1 Pengertian Limbah Padat ........................................................... 27
2.10.2. Sumber Limbah Padat ................................................................ 27
2.10.3. Klasifikasi Limbah Padat ........................................................... 28
2.10.4. Kategori Limbah Padat .............................................................. 30
2.10.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas
dan Kualitas Sampah.................................................................. 30
2.10.6. Tujuan Pengolahan Limbah Padat ............................................. 31
2.10.7 Cara Pengolahan Limbah Padat ................................................. 31
2.10.8. Penanganan Limbah Padat ......................................................... 36
2.10.9 Dampak Limbah Padat Industri ................................................. 38
2.11. Konsep ISO 14001 ................................................................................. 39

Universitas Sumatera Utara


72

2.11.1. Pengertian ISO 14001 ................................................................ 41


2.11.2. Sistem manajemen lingkungan .................................................. 41
2.11.3. Sertifikasi ISO 14001 ................................................................. 43
2.11.4. Manfaat penerapan ISO 14001 .................................................. 44
2.12. Sekilas tentang Makanan Olahan (Food Division) Nugget ................... 45
2.13. Proses Produksi Pengolahan Pembuatan Nugget ................................... 47
2.14. Proses Pengolahan Limbah Cair Makanan Olahan (Food Division) ..... 54
2.15. Baku Mutu Limbah Industri Makanan Olahan (Food Division) ........... 56
2.16. Kerangka Konsep ................................................................................... 57

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 58
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 58
3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 58
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 59
3.3 Objek Penelitian ........................................................................................ 59
3.4 Metoda Pengumpulan Data ....................................................................... 59
3.4.1 Data Primer ...................................................................................... 59
3.4.2 Data Sekunder .................................................................................. 59
3.5 Defenisi Operasional ................................................................................. 60
3.6 Teknik Analisis Data................................................................................. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum PT. Charoen Pokphand Indonesia ............................... 62
4.1.1 Deskripsi Kegiatan ........................................................................... 64
4.2 Bahan Baku Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 66
4.3 Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi Nugget
PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division ..................................... 67
4.4 Kapasitas Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division ..... 73
4.5 Pengolahan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 74
4.6 Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 76
4.7 Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Division ........................................................................... 82

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Bahan Baku produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 85
5.2 Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi
Nugget PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division ........................ 88
5.3 Kapasitas Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division ..... 89
5.4 Pengolahan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia

Universitas Sumatera Utara


73

Food Division............................................................................................ 89
5.5 Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 91
5.6 Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Division ........................................................................... 96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 97
6.2 Saran ......................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


74

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat Mutu Nugget Ayam ................................................................. 47

Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan
Daging (Per. Men LH No.14/2008) .................................................... 56

Tabel 4.1 Bahan Baku dan Bahan Penolong PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division ..................................................................................... 66

Tabel 4.2. Jenis dan Kapasitas Produksi PT.Charoen Pokphand Indonesia Food
Division .............................................................................................. 74

Tabel 4.3 Penggunaan Air PT.Charoen Pokphand Indonesia Food


Division .............................................................................................. 71

Tabel 4.4 Kualitas Air Limbah Periode Sebelumnya PT.Charoen Pokphand


Indonesia Food Division..................................................................... 82

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison Bulan Juni 2014 .......................................... 83

Universitas Sumatera Utara


75

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air ............ 10

Gambar 2.2 Skema Alur Proses Pembuatan Nugget PT.Charoen Pokphand


Indonesia KIM Mabar ........................................................................ 53

Gambar 2.3 Proses pengolahan primer limbah cair dengan metode pengapungan
(flotating) ............................................................................................ 55

Gambar 4.1 Proses Produksi Industri Produk Daging Unggas PT.Charoen


Pokphand Indonesia Food Division.................................................... 68

Gambar 4.2 Tahapan Proses Produksi Sosis PT.Charoen Pokphand Indonesia Food
Division .............................................................................................. 70

Gambar 4.3 Tahapan Proses Produksi Nugget PT.Charoen Pokphand Indonesia


Food Division ..................................................................................... 72

Gambar 4.4 Penggunaan Air PT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division .... 78

Gambar 4.5. Skema pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison ............................................................................................... 79

Universitas Sumatera Utara


76

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran II Lembar Hasil Pengujian

Lampiran III Lembar Sertifikat Akreditasi Laboratorium

Lampiran IV Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Lampiran V Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran VI Surat Izin Penelitian

Lampiran VII Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran VIII Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun


2008

Lampiran IX Konsep ISO 14001

Universitas Sumatera Utara


65

ABSTRAK

Mengingat besarnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap


penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah sangat diperlukan dan diharuskan
bagi setiap industri. Apabila tidak dilakukan pengolahan limbah akan dapat
menimbulkan masalah-masalah seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan
pencemaran tanah.
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang Sitem Pengelolaan limbah padat dan
cair di Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri
Medan (KIM) Mabar. Objek penelitian adalah unit Pengelolaan limbah padat yang
meliputi pengumpulan, penampungan, pembuangan/pemusnahan. Serta unit
Pengelolaan limbah cair yang meliputi penyaluran, penampungan,
pengolahan/pembuangan.
Proses pengolahan limbah padat pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison terdiri dari proses pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada proses pengolahan limbah cair pada bulan juni 2014
menunjukkan konsentrasi BOD 46,7 mg/L, COD 99,11 mg/L, TSS 15,5 mg/L,
Amonia 2,11 mg/L, Minyak dan Lemak 1,5 mg/L, dan pH 6,76. Hal ini menunjukkan
bahwa parameter BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, dan pH sudah
memenuhi syarat Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pengolahan Daging Per. Men LH No.14/2008.
Kesimpulan penelitian adalah proses pengolahan limbah padat PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison sudah memenuhi syarat yang sudah ditentukan
sehingga tidak dapat merusak lingkungan. Serta kualitas air limbah sudah memenuhi
baku mutu. Disarankan pabrik harus menjaga pengolahan limbah padat dan cair.

Kata Kunci : Proses Pengolahan Limbah Padat Dan Cair

Universitas Sumatera Utara


66

ABSTRACT

Warning about negative effects that can cause environmental degradation,


waste treatment is necessary and required for each industry. If there is no sewagage
treatment there will be problems happen such as air pollution, water pollution and
soil contamination.
This research is conducted by descriptive survey. The purpose of this study
was to analyze solid and liquid waste management in Food Division of PT. Charoen
Pokphand Indonesia Medan at Industrial Estate Mabar (KIM). The object of
research is solid waste management unit inculding the collection, storage,
disposal/destruction. The liquid waste management unit includes the distribution,
storage, processin/disposal.
The processing of solid waste at PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Division consists of the collection, storage, and transport. The results of laboratory
tests on the process of wastewater treatment in June 2014 showed BOD
concentration of 46.7 mg / L, COD 99.11 mg / L, TSS 15.5 mg / L, Ammonia 2.11 mg
/ L, Oils and Fats 1 , 5 mg / L, and a pH of 6.76. This shows that the parameters of
BOD, COD, TSS, ammonia, Oils and Fats, and pH are already qualified Wastewater
Quality Standard for Business And / Or Activity per Meat Processing. Men LH
14/2008.
The conclusion of the study it is clear that the processing of solid waste Food
Division of PT. Charoen Pokphand Indonesia at Industrial Estate Mabar has
qualified with regard to the requirement to preserve the environment. Suggested the
factory should maintain solid waste and liquid waste treatment.

Keywords: Liquid Waste Treatment, Solid Waste Treatment

Universitas Sumatera Utara


77

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini berkembang sangat pesat.

Perkembangan industri ini memberikan dampak positif antara lain berupa kenaikan

devisa negara, transpor teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun demikian,

perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak negatif, yaitu berupa

limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu

keseimbangan lingkungan, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan

tidak dapat tercapai (Pramudyanto, 2003).

Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak langsung,

disamping juga memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung

apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung dirasakan oleh

manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan tetapi,

dampak tak langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup manusia

harus dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat negatif akibat

kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah

pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran daratan. Kegiatan pencemaran

tersebut diatas mengurangi daya dukung alam. Pencemaran air dan pencemaran

daratan. Kegiatan pencemaran tersebut di atas akan mengurangi daya dukung alam.

Pencemaran udara, air dan daratan perlu dihindari sebagai bagian usaha menjaga

kelestarian lingkungan (Wardhana, 2004).

Universitas Sumatera Utara


78

Dalam rangka menghindari terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih

luas/parah yang diakibatkan oleh limbah industri bila tidak diolah terlebih dahulu,

maka dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan yang

tertuang dalam UU No. 23 Tahun 1997, tentang ketentuan-ketentuan pokok

pengelolaan lingkungan hidup pada Bab V pasal 16, ayat 1 menyatakan bahwa “

Setiap pananggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan pengolahan

limbah hasil atau kegiatan” (BBLH Setwildasu, 1997).

Mengingat besarnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap

penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah sangat diperlukan dan diharuskan

bagi setiap industri. Kajian lingkungan yang mengaharuskan setiap industri untuk

melakukan pengolahan limbah, selalu berlawanan dengan kepentingan perusahaan

yang menganggap pengolahan limbah sebagai biaya tambahan, menyebabkan banyak

perusahaan yang tidak memanfaatkan pengolahan limbahnya dengan maksimal.

Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di PT. Asianagro

Agung Jaya Tanjung Balai tentang unit pengolahan limbah cair menunjukkan bahwa

hasil TSS (Jumlah Padatan Tersuspensi) 11 mg/L, pH 7,34, BOD 13,8 mg/L, COD

26,8 mg/L, Minyak dan Lemak 2 mg/L, dan posfat 0,69 mg/L. Hasil pemeriksaan

yang dilakukan telah memenuhi syarat Baku Mutu Limbah Industri Kep Men LH No.

51/MENLH/10/1995. Pada survey pendahuluan yang dilakukan di beberapa pabrik di

daerah kabupaten deli serdang tidak memiliki unit pengolahan limbah hanya

memiliki beberapa kolam penampungan limbah saja dan limbah yang berada

dikolam tersebut hanya mengalami proses pengendapan dan kemudian mengalir ke

Universitas Sumatera Utara


79

rawa-rawa atau perairan seperti parit. Hal tersebut akan mengganggu lingkungan

sekitarnya karena akan mengakibatkan timbulnya polusi pada air.

Sementara itu, Sejak tahun 1997 PT. Charoen Pokphand Indonesia juga

mengembangkan bisnis yang sama yakni di bidang industri pengolahan makanan

berbahan baku ayam dengan membuka pabrik di daerah Cikande dan Serang yang

merupakan salah satu pabrik pengolahan ayam termodern di Indonesia. CP Food

Indonesia memiliki kantor cabang di Medan, Banten, Jakarta, Bandung, Semarang,

Palembang, Dan Surabaya. Produk yang dihasilkan oleh CP food Indonesia ini antara

lain Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey. PT. Charoen Pokphand Indonesia juga

merupakan produsen pakan unggas terkemuka di Indonesia dengan suatu jaringan

pabrik produksi, fasilitas penelitian dan pengembangan, serta pusat-pusat pembibitan

unggas yang tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Medan.

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa

PT.Charoen Pokphand Indonesia merupakan perusahaan di bidang makanan olahan

(Food Division) yang menghasilkan limbah padat dan cair. Kegiatan industri PT.

Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar meliputi wilayah sumatera. Pengolahan

limbah cair perusahaan industri ini menggunakan bak-bak penyaringan Sedangkan

limbah padat yang dihasilkan berupa sisa-sisa dari pengolahan industri tersebut

seperti lemak ayam PT. Charoen Pokphand Indonesia bekerja sama dengan peternak

babi baru berjalan selama 2 bulan

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin menganalisis

pengelolaan limbah padat dan cair pada pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand

Universitas Sumatera Utara


80

Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) mabar dari proses industri nugget dengan

produk yang di hasilkan sperti Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey hingga

pengolahan akhir.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

bagaimanakah Sistem Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Pabrik Food Division PT.

Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar apakah sudah

sesuai dengan undang-undang yang sudah ditetapkan.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis Pengelolaan limbah padat dan cair di Pabrik Food

Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar

Kecamatan Medan Deli Sumatera Utara Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bahan baku dan Proses yang dilakukan untuk

menghasilkan makanan olahan yang di produksi oleh Pabrik Food

Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan

(KIM) Mabar.

2. Mengetahui kapasitas produksi yang dihasilkan oleh Pabrik Food

Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan

(KIM) Mabar.

Universitas Sumatera Utara


81

3. Untuk mengetahui Proses Pengelolaan limbah cair Pabrik Food Division

PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar

4. Untuk mengetahui Proses Pengelolaan limbah padat Pabrik Food Division

PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar

5. Mengatahui bagaimana kualitas limbah cair dan padat dari hasil Industri

Proses Pengelolaan limbah cair dan padat Pabrik Food Division PT.

Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara pada umumnya dan khususnya bagi

peminatan Kesehatan Lingkungan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka pengembangan

industri berwawasan lingkungan.

3. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis di bidang sanitasi

khususnya penanganan limbah pabrik.

4. Menambah pengetahuan bagi pembaca tentang penganan limbah Pabrik

Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat banyaknya bagian-bagian pada PT. Charoen Pokphand Indonesia

KIM Mabar maka penulisan membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada bagian

instalasi yang menangani pengolahan limbah padat dan cair.

Universitas Sumatera Utara


82

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air limbah Industri

Air limbah adalah air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan

rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya.

Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah

yang berasal dari daerah permukiman, perdagangan dan industri, bersama-sama

dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Sugiharto, 2008).

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang

berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi

limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).

Menurut Mulia (2005), air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat

adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki

beberapa fungsi berikut:

1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses

industri

2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku

3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman dan

sebagainya

4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi

Universitas Sumatera Utara


83

Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara

langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung

dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses

produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama.

Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah

proses produksi (Ginting, 2007).

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi

tergantung dari jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada proses industri,

derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi

aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak

pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri

yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari. Sebagai

patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85 – 95% dari jumlah air yang

digunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan

kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya,

maka jumlahnya akan lebih kecil lagi (Sugiharto, 2008).

Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan

sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana

kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia

nilainya sebelum masuk sistem pengolahan dan setelah limbah keluar system

pengolahan harus diterapkan nilai-nilai parameter kunci yang harus dicapai. Artinya

Universitas Sumatera Utara


84

harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah

limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Perdana, 2007).

Menurut Azwar (1996), untuk menentukan derajat pengotoran air limbah

industri, ada beberapa cara, yakni:

1. Mengukur adanya E.Coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah

E.Coli untuk setiap ml air limbah. Jelaslah yang diukur disini ialah bahan

pengotor yang bersifat organis.

2. Mengukur suspended solid, yang biasanya dinyatakan dalam ppm.

3. Mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah industri yang

dinyatakan dalam ppm.

4. Mengukur kadar oksigen yang larut yang dinyatakan dalam ppm.

Pengukuran kadar oksigen yang larut ini dianggap pokok karena dengan

diketahuinya kadar oksigen, dapat ditentukan apakah air tersebut dapat

dipakai untuk kehidupan, misalnya untuk memlihara ikan, tumbuhan dan

lain sebagainya. Ada beberapa cara yang dikenal untuk mengukur kadar

oksigen dalam air limbah industri, antara lain yaitu Kebutuhan Oksigen

Biologi (Biological Oxygen Demand), Kebutuhan Oksigen Kimia

(Chemical Oxygen Demand), dan Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen).

2.2. Sumber Air Limbah

Menurut Kusnoputranto 2002, air limbah ini berasal dari berbagai sumber,

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


85

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),

yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air

limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan

kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai

jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya

sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-

masing industri, antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-

garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh

sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi

lingkungan menjadi lebih rumit.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang

berasal dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-

tempat

4. umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang

terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

2.3. Komposisi Air Limbah

Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah

mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat.

Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di air limbah data

dikelompokkan seperti pada skema berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


86

Air Limbah

Air (99,9%)
Bahan Padat (0,1%)

Organik Anorganik
Protein (65%) Butiran
Karbohidrat (25%) Garam
Lemak (10%) Metal
Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air
limbah.
2.4. Karakteristik Air Limbah

Ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah menurut Chandra

(2006):

a. Karakteristik Fisik

Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai

0,1% dalam bentuk suspense padat (suspended solid) yang volumenya bervariasi

antara 100-500 mg/l. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/l air

limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.

b. Karakteristik Kimia

Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal dari air

bersih dan zat organik dari limbah itu sendiri. Saat keluar dari sumber air limbah

bersifat basa. Namun air limbah yang sudah lama atau membusuk akan bersifat

asam karena sudah mengalami kandungan bahan organiknya telah mengalami

proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau tidak menyenangkan.

Komposisi campuran dari zat-zat itu dapat berupa:

Universitas Sumatera Utara


87

a) Gabungan dengan nitrogen misalnya urea, protein, atau asam amino.

b) Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemak, sabun, atau karbohidrat.

c. Karakteristik bakteriologis

Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk golongan

E.coli

2.5. Parameter Air Limbah

Menurut Kusnoputranto 2002, beberapa parameter yang digunakan dalam

pengukuran kualitas air limbah antara lain adalah:

a. Zat padat

Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk total solid,

suspended solid dan disolved solid.

b. Kandungan Zat organik

Zat organik di dalam penguraiannya, memerlukan oksigen dan bantuan

mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD

(Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan tersebut. BOD adalah jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-

bahan organik dalam larutan, dibawah kondisi waktu suhu tertentu (biasanya lima
0
hari pada suhu 20 C).

3. Kandungan Zat anorganik

Universitas Sumatera Utara


88

Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas

air buangan antara lain : Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam zat

beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb dan lain-lain.

4. Gas

Adanya gas N2, O2 dan CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke

dalam air, sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4berasal dari proses dekomposisi air

buangan. Oksigen di dalam air buangan dapat diketahui dengan mengukur DO

(disolved oxygen). Jumlah oksigen yang ada di dalam sering digunakan untuk

menentukan banyaknya/ besarnya pencemaran zat organik dalam larutan, makin

rendah DO suatu larutan makin tinggi kandungan zat organiknya.

5. Kandungan Bakteriologis

Bakteri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja manusia.

Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk

menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit, sehingga

parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan coliform

(MPN/Most Probably Number) dalam sepuluh mili buangan serta perkiraan terdekat

jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mili air buangan.

6. pH (Derajat Keasaman)

Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang

kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila

dibuang ke perairan terbuka.

Universitas Sumatera Utara


89

7. Suhu

Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi

lebih tinggi daripada air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air.

Kecepatan reaksi atau pengurangan, proses pengendapan zat padat serta kenyamanan

dalam badan-badan air.

2.6. Tujuan Pengolahan Air Limbah Industri

Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan

sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana

kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia

nilainya sebelum masuk system pengolahan dan setelah limbah keluar sistem

pengolahan harus ditetapkan nilai-nnilai parameter yang harus dicapai. Artinya harus

diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah limbah

ini memenuhi syarat baku mutu (Ginting, 2007).

Menrut Azwar (1996), pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk:

1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya penyakit.

Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat

berkembangbiaknya pelbagai macam bibit penyakit.

2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut

mengandung zat organis yang membahayakan kelangsungan hidup.

3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakain untuk keperluan hidup sehari-hari,

terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.

Universitas Sumatera Utara


90

2.7. Dampak Buruk Air Limbah Industri

Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan batasan dari air limbah yang

merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda

yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah

tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak dikelola

secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun

terhadap kehidupan yang ada. Berikut beberapa dampak yang dapat diakibatkan oleh

pengolahan limbah yang tidak dikelola secara baik :

a. Ganguan kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan

penyakit bawaan air (waterbone disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin

juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang

tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya

nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).

b. Penurunan kualitas lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan

danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Adakalanya, air

limbah juga dapat merembes dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air

tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasya akan menurun sehingga tidak dapat

lagi digunakan sesuai peruntukannya.

Universitas Sumatera Utara


91

c. Gangguan terhadap keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Kadang-kadang air limbah

dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang

berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan

gangguan keindahan pada badan air tersebut.

d. Gangguan terhadap kerusakan benda

Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh

bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat

proses perkaratan benda yang terbuat dari besi dan bangunan air kotor lainnya.

Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar

juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.

Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-ganguan diatas, air limbah yang

dialirkan ke lingkungan hatus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam

Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut,

maka perlu dilakukan pengelolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke

lingkungan. (Ricki, 2005)

2.8. Cara- cara Pengolahan Air Limbah

Menurut Kusnoputranto 2002, pengolahan air limbah adalah memberi

perlakuan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik air limbah yang dihasilkan,

dengan maksud untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah

tersebut. Beberapa cara pengolahan air buangan adalah :

Universitas Sumatera Utara


92

1. Pengenceran (dilution)

Yakni pengolahan dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai

konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan

tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya

kegiatan manusia terutama di bidang industri, maka jumlah air limbah yang harus

dibuang menjadi terlalu banyak. Karenanya diperlukan air pengenceran yang terlalu

banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini

mendatangkan kerugian antara lain adalah bahaya kontaminasi terhadap badan-badan

air, oksigen terlarut dalam air menjadi cepat habis sehingga menggangu kehidupan

organisme dalam air, serta meningkatnya pengendapan zat-zat padat dan

mempercepat pendangakalan sehingga terjadi penyumbatan yang akan menghasilkan

banjir.

2. Kolam Oksidasi (oxidation ponds)

Prinsip kerja darai pengolahan ini adalah pemanfaatn sinar matahari,

ganggang (Algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air

limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segiempat dengan kedalaman

antara 1-2 meter. Lokasi kolam harus di daerah yang terbuka sehingga

memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Pengolahan dengan cara ini menurunkan

nilai BOD sehingga relative aman bila dibuang ke badan air.

3. Irigasi

Yaitu pengolahan dengan mengalirkan air limbah ke dalam parit-parit terbuka

yang digali, dan air akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-

Universitas Sumatera Utara


93

parit tersebut. Air limbah yang berasal dari rumah tangga, perusahaan susu sapi,

rumah potong hewan yang banyak mengandung zat-zat organic dan kadar protein

yang tinggi, dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan

sekaligus berfungsi sebagai pemupukan.

2.9. Tahapan Pengolahan Air Limbah

Menurut Sugiharto (2008), tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk

mengurangi BOD, partikel tercampur serta membunuh organism pathogen. Selain itu

diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan tambahan nutrisi,

komponen beracun serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi

yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar

bahan tersebut di atas dapat dikurangi.

Menurut Achmad 2008, bahwa metode dan tahapan proses pengolahan

limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Merode ditetapkan

berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi yang terkandung dalam air limbah.

Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan

membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan

tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses

atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai

dengan kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari :

1. Pengolahan Primer (primary treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses

pengolahan secara fisika :

Universitas Sumatera Utara


94

1. Penyaringan (Screening)

limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan

jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara

yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari

air limbah.

2. Pengolahan Awal (Pretreatment)

limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak

yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang

berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan

cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel –

partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses

selanjutnya.

3. Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke

tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan

utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah

cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat

yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapan

partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air

limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal

juga metode pengapungan (Floation).

4. Pengapungan (Floation)

Universitas Sumatera Utara


95

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak

atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat

menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).

Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke

permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan

melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses

pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan).

Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit

dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa

organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses

pengolahan selanjutnya.

2. Pengolahan Sekunder (secondary treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,

yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan

organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat

tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu :

a. Metode penyaringan dengan tetesan (Metode Trickling Filter)

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi

bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa

serpihan batu atau plastik, dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian

disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media

Universitas Sumatera Utara


96

tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah

akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan

media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke

tangki pengendapan.

Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses

pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari

air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih

lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses

pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

b. Metode lumpur aktif (Metode Activated Sludge)

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke

sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan

bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa

jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi

dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah

disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara

lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada

metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke

lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.

c. Metode kolam perlakuan (Metode Treatment ponds/ Lagoons)

Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode

yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah

Universitas Sumatera Utara


97

cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan

kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian

digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam

limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di

kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah

terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk

dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

3. Pengolahan Tersier (tertiery treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder

masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan

atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini

disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.

Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan

primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan

garam- garaman.

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced

treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.

Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan

pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan

dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.

Beberapa jenis pengolahan yang sering dipergunakan antara lain :

a. Saringan pasir

Universitas Sumatera Utara


98

Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari

air limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Saringan ini ada dua jenis

yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat.

b. Saringan multimedia

Penyaringan multimedia ini dengan menggunakan saringan yang berbeda

granulanya misalnya 0.5 meter antacid dengan 1 mm pada bagian atas, 0.3 meter

pasir silika dengan diameter 0.5 mm. Satu penyaringan menghasilkan 2.7 – 5.4 liter/

meter kubik per detik.

c. Microstainning

Saringan microstainning terdiri dari bahan drum yang diputar sedangkan

drum itu dibungkus ayakan bahan stainless steel. Pada penggunaannya drum diputar

dengan 2/3 bagian dari drum terendam di dalam air limbah sehingga air cukup jernih

dapat masuk ke dalam drum sedangkan lumpur tertahan pada ayakan

pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas pada waktu berputar.

d. Vacuum filter

Saringan ini terdiri dari drum horizontal yang dilapisi dengan filter medium

atau spiral, kemudian diputar dalam campuran lumpur dan limbah dengan ¼ bagian

dari drum terendam larutan.

e. Penyerapan

Penyerapan secara umum adalah proses pengumpulan benda-benda terlarut

yang terdapat dalam antara dua permukaan.

f. Pengurangan besi dan mangaan

Universitas Sumatera Utara


99

Keberadaan ferric dan manganic larutan dapat terbentuk dengan adanya

pabrik tenun, kertas, dan pro industri. Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air

dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH3) dan MnO2 yang tidak larut dalam air,

kemudian diikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Oksidator utama adalah

molekul oksigen dari udara, klosin atau KMNO4.

g. Osmosis bolak-balik

Osmosis bolak-balik adalah satu diantara sekian banyak teknik pengurangan

bahan mineral yang diterapkan untuk memproduk air yang siap dipergunakan lagi.

Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan

limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses

pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

5. Desinfeksi (Pembunuh Kuman)

Tahap selanjutnya adalah proses desinfeksi yang akan menurunkan atau

menghilangkan mikroorganisme pathogen. Desinfeksi dapat dilakukan dengan

berbagai cara fisik atau dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Dalam

menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu :

– Daya racun zat

– Waktu kontak yang diperlukan

– Efektivitas zat

– Kadar dosis yang digunakan

– Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan

Universitas Sumatera Utara


100

– Tahan terhadap air

– Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin

(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз).

Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses

pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier,

sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

6. Pengolahan lanjut (Ultimated Disposal)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,

akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat

dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil

pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob

(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke

laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar

(incinerated).

Sedangkan menurut Soeparman, 2002 pengolahan limbah dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

1. Pengolahan pendahuluan

Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar,

mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan proses

menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat

dalam pengolahan pendahuluan adalah :

Universitas Sumatera Utara


101

a. Saringan (bar screen)

b. Pencacah (communitor)

c. Bak penangkap pasir (grit chamber)

d. Penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap)

e. Bak penyetaraan (equalization basin)

2. Pengolahan tahap pertama

Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan

tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses pengendapan

partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia biasanya

ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan pengurangan

padatan tersuspensi. Dalam unit ini pengurangan BOD dapat mencapai 35 %

sedangkan suspended solid berkurang sampai 60 %. Pengurangan BOD dan padatan

pada tahap awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap

kedua.

3. Pengolahan tahap kedua

Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk

mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses biologis yang

dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk unit

pengolahan, kemampuan penguraian zat organik yang ada pada limbah tersebut serta

tersedianya lahan. Pada unit ini diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD

dalam rentang 35 – 95 % bergantung pada kapasitas unit pengolahnya. Unit yang

Universitas Sumatera Utara


102

biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (trickling

filters), unit lumpur aktif dan kolam stabilisasi.

4. Pengolahan tahap ketiga atau pengolahan lanjutan

Pengolahan tahap ketiga disamping masih dibutuhkan untuk menurunkan

kandungan BOD juga dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa fosfor dengan

bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan senyawa Nitrogen melalui proses

amonia stripping menggunakan udara ataupun Nitrifikasi-Denitrifikasi dengan

memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa

penyebab warna melalui proses absorbsi menggunakan karbon aktif, menghilangkan

padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik maupun elektrodialisis.

Beberapa tahap pengolahan lanjutan antara lain (Soeparman, 2002) :

1. Proses pemekatan yang bertujuan mengurangi kadar air yaitu dengan cara

pengapungan.

2. Proses stabilisasi yang menggunakan proses biologis, baik secara aerob

maupun anaerob.

3. Proses pengaturan/conditioning yang bertujuan untuk mengurangi kadar air

dengan cara penggumpalan yang menggunakan polimer sehingga dapat

mempermudah proses pengangkutan.

4. Proses pengurangan air yang bertujuan mengurangi kadar air dari lumpur.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengambil air yang terdapat di dalam

lumpur dengan cara alamiah maupun cara mekanis misalnya penyaringan

Universitas Sumatera Utara


103

dengan penekanan, gerakan kapiler, saringan hampa udara, pemutaran dan

pemadatan.

5. Proses penyaringan yang menggunakan bak pengering.

6. Proses pembuangan yang dapat dilakukan di laut dan di tanah.

7. Pembunuhan bakteri yang bertujuan untuk mengurangi atau membunuh

mikroorganisme patogen yang ada di air limbah. Bahan yang umum dipakai

adalah desinfektan antara lain klorin yang tujuannya untuk merusak enzim

dan dinding mikroorganisme.

2.10. Limbah Padat

2.10.1. Pengertian Limbah Padat

Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang

yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002). Limbah

bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya dan atau beracun dan karena sifat dan konsentrasinya

dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain

(Depkes RI, 1999)

2.10.2. Sumber Limbah Padat

Beberapa sumber dari limbah padat antara lain (Kusnoputranto, 2002) :

Universitas Sumatera Utara


104

1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa

pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa

tumbuhan kebun dan sebagainya.

2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan

sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan

sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan

sebagainya.

3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan,

sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan

bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai

hewan.

4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa

bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.

5. Pertanian

2.10.3. Klasifikasi Limbah Padat

Penggolongan jenis limbah padat dapat didasarkan pada komposisi kimia,

sifat mengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya dan karakteristik. Berdasarkan

karakteristiknya limbah padat dibedakan (Depkes RI, 1987):

1. Garbage (sampah basah)

Garbage adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau

sayur-sayuran hasil dari pengolahan, pembuatan dan penyediaan makanan yang

sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.

Universitas Sumatera Utara


105

2. Rubbish (sampah kering)

Rubbish adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang

berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang

mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, kardus, plastik

dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/ sukar terbakar sebagian besar

mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa

pembakaran.

3. Abu (Ashes)

Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari jenis

zat yang mudah terbakar seperti di rumah, kantor maupun di pabrik-pabrik industri.

4. Street cleaning (sampah dari jalan)

Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan

tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-

daunan dan lain-lain.

5. Industrial wastes (sampah industri)

Merupakan sampah yang berasal dari industri-industri pengolahan hasil bumi/

tumbuhan dan industri lain. Sampah industri dapat berupa:

a. Bahan kimia beracun

b. Bahan berbahaya

c. Bahan kimia

d. Mineral

e. Residu dan Organik

Universitas Sumatera Utara


106

f. Residu patologi radiologi

g. Kayu dan kertas

6. Demolition wastes (sampah bangunan)

7. Hazardous wastes (sampah berbahaya)

8. Water treatment residu

2.10.4. Kategori Limbah Padat

Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah :

1. Limbah padat non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya lumpur,

boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat, sarung

tangan, dan sebagainya.

2. Limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diantaranya bahan radioaktif,

bahan kimia, toner catridge, minyak, dan sebagainya.

2.10.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Sampah

Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai

kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :

1. Jumlah penduduk

Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya

2. Keadaan Sosial Ekonomi

Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah

perkapita sampah yang dibuang

3. Kemajuan tehnologi

Universitas Sumatera Utara


107

Kemajuan tehnologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena

pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk

manufaktur yang semakin beragam pula (Slamet, 2000).

2.10.6. Tujuan Pengolahan Limbah Padat

Meminimalkan penurunan kualitas air tanah dan tanah akibat rembesan atau

leached dari penampungan limbah padat dan penyimpanan sementara limbah B3.

2.10.7. Cara Pengolahan Limbah Padat

Berdasarkan sifatnya pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui 2 cara

(Kristanto, 2002) :

1. Limbah padat tanpa pengolahan.

2. Limbah padat dengan pengolahan.

Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu yang

difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah tersebut tidak

mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah

semacam ini dapat di daratan ataupun di laut. Berbeda dengan limbah padat yang

mengandung senyawa kimia berbahaya atau yang setidak-tidaknya menimbulkan

reaksi kimia baru. Limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum limbah diolah :

a. Jumlah limbah, jika jumlah limbahnya sedikit maka tidak membutuhkan

penanganan khusus seperti tempat dan sarana pembuangannya, tetapi jika limbah

Universitas Sumatera Utara


108

yang dibuang misalnya 4 meter kubik perhari sudah tentu membutuhkan tempat

pembuangan akhir dan sarana pengangkutan tersendiri.

b. Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan, secara

kimia dapat menimbulkan reaksi saat membentuk senyawa baru. Limbah padat

yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam

tanah.

c. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan, perlu diketahui komponen

lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat pembuangan akhir. Unsur

mana yang terkena dampak dan bagaimana tingkat pencemaran yang

ditimbulkan.

d. Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai tergantung dari

kondisi limbah, bersifat ekonomis atau non ekonomis. Untuk limbah yang

memiliki nilai ekonomis mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

untuk memanfaatkan kembali bahan yang masih berguna. Sedangkan limbah non

ekonomis pengolahan ditujukan untuk pencegahan perusakan lingkungan.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas pengelolaan limbah padat dapat

dilakukan proses-proses sebagai berikut :

1. Pemisahan

Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran

dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut :

a. Sistem Balistik

Universitas Sumatera Utara


109

Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam,

misalnya atas berat dan volumenya.

b. Sistem Gravitasi

Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya terhadap bahan

yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi

akan mengendap.

c. Sistem Magnetis

Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet yang terdapat

pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung terpisah.

2. Penyusutan Ukuran

Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen

sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada pengolahan berikutnya dengan

maksud antara lain :

a. Ukuran bahan menjadi lebih kecil

b. Volume bahan lebih kecil

c. berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan

pembakaran (insenerasi) pada alat insenerator.

3. Pengomposan

Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara biokoimia,

sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih bermanfaat. Pengomposan

banyak dilakukan terhadap limbah yang sudah membusuk, buangan industri, lumpur

pabrik dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


110

Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali tidak membutuhkan

pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi) dengan tahap sebagai berikut :

a. Pemekatan

b. Penghancuran

c. Pengurangan air

d. Pembakaran

e. Pembuangan

4. Proses pembuangan

Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang

dibagi menjadi dua yaitu :

a) Pembuangan di laut

Pembuangan limbah padat di laut tidak boleh dilakukan di sembarang tempat

dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut. Hal ini

disebabkan :

1. Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan

2. Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu-lintas kapal

3. Laut menjadi dangkal

4. Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya

(misal: limbah B3 /limbah radioaktif), dapat membunuh biota laut.

b) Pembuangan di darat atau tanah

Untuk pembuangan di darat, perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus

dipertimbangkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


111

1. Pengaruh iklim, temperatur dan angin

2. Struktur tanah

3. Jaraknya harus jauh dengan pemukiman

4. Pengaruh terhadap sumber air, perkebunan, perikanan peternakan, flora atau

fauna.

Pembuangan di darat/tanah dapat dibagi menjadi :

– Penebaran di atas tanah

– Penimbunan/penumpukan

– Pengisian tanah yang cekung (landfill)

Menurut wahit dan nurul 2009 tahap pengolahan limbah padat terdiri dari

tahap pengumpulan dan penyimpanan, tahap pengangkutan, dan tahap pengolahan

dan pemusnahan.

a. Tahap pengumpulan dan penyimpanan

Penyimpanan sementara yang perlu diperhatikan konstruksi harus kuat dan

tidak mudah bocor, memiliki tutup, mudah dibuka tanpa mengotori tangan, serta

ukuran (mudah diangkut). Beberapa persyartaan yang harus dipenuhi antara lain

dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan

pengangkut sampah, memiliki dua pintu, dan memiliki dua ventilasi. Ada kran air

untuk membersihkan, tidak menjadi tempat tinggal / sarang lalat dan tikus, serta

mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengumpulan limbah padat dilakukan dengan dua

metode, yaitu sistem duet (tempat sampah kering dan basah), sistem trio (tempat

sampah basah, kering, dan tidak mudah terbakar).

Universitas Sumatera Utara


112

b. Tahap pengangkutan

Cara pengangkutan di daerah perkotaan dengan daerah pedesaan berbeda. Di

kota umumnya ada petugas khusus yang menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat penghasil sampah

khususnya menyangkut pembiayaan. Sedangkan di daerah pedesaan umumnya

dapat dikelola sendiri oleh masing-masing anggota keluarga yang belum

memerlukan tempat penampungan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir

(TPA). Sampah dapat dikelola secra langsung. Sampah yang sulit membusuk

dibakar, sedangkan sampah yang mudah membusuk dijadikan pupuk kompos

untuk keperluan pertanian atau perkebunan.

c. Tahap pengolahan dan pemusnahan, hal ini dapat dilakukan dengan:

 Sanitary landfill (ditanam), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan

tanah. Cara ini memerlukan persyaratan harus tersedia tempat yang luas,

tersedia tanah untuk menimbunya, dan tersedia alat-alat besar.

 Incineration (dibakar), yaitu memusnakan sampah dengan jalan

membakar didalam tungku pembakaran khusus. Manfaat sistem ini

volume sampah dapat diperkecil sampai 1/3.

 Composting (dijadikan pupuk); mengelola sampah menjadi pupuk

kompos.

2.10.8. Penanganan Limbah Padat

Beberapa tahapan penanganan limbah padat terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


113

1. Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode

penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode

penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman

penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh

pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau

busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes

ke tanah dan mencemari tanah serta air.

2. Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang

dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke

tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda

(plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan

cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut

kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

3. insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu

alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah

berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi

menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk

pemanas ruangan

4. Pembuatan kompos padat dan cair

Universitas Sumatera Utara


114

metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-

daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu.

Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan sampah

organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat dan cair.

Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan kultur mikroorganisme, yakni

menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA

efectif microorganism 4.EMA merupakan kultur campuran mikroorganisme yang

dapat meningkatkan degaradasi limbah atau sampah organic.

5. Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan

baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi

sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi

penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca

jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah

satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,

pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas

pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga

adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).

2.10.9. Dampak Limbah Padat Industri

a. Terhadap Lingkungan

1. Dampak Menguntungkan

Universitas Sumatera Utara


115

Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat

memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang (Slamet, 2000).

2. Dampak merugikan

Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat

penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan

menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga

menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air (Wardhana,

2004).

b. Terhadap Manusia

1. Dampak menguntungkan

Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai

sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan

(Slamet, 2000).

2. Dampak merugikan

Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang

pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi

manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria, Pilariasis, Pes, dan sebagainya

(Wardhana, 2004).

2.11. Konsep ISO 14001

ISO 14000 pertama kali dicetuskan sebagai hasil dari putaran Uruguay

(negosiasi GATT) dan konferensi tingkat tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun

1992. Pada saat itu GATT menetapkan pada masalah pengurangan “non-tarrif

Universitas Sumatera Utara


116

barriers to trade”, KTT Bumi menghasilkan komitmen untuk perlindungan

lingkungan di seluruh dunia. Untuk mencegah TBT (technical barriers to trade)

karena hal tersebut ditakuti dapat menimbulkan proteksionisme dan diskriminasi

dagang, maka WTO (World Trade Organization) menetapkan bahwa aspek

lingkungan boleh dimasukkan ke dalam persyaratan dagang asalkan memenuhi

syarat sebagai berikut :

 Harus transparan dan berdasarkan data ilmiah

 Non diskriminasi

 Mengikuti standar internasional

Bagian ketiga inilah yang turut mendorong berkembangnya standar internasional

tentang lingkungan yang menuju kepada terciptanya ISO 14000. Termasuk

didalamnya standar pengaturan lingkungan seperti ekolabel (Environmental

Labelling) yang dikenal sejak 1992/1993, bahkan di Jerman sudah ada sejak 1977.

Ekolabel adalah sertifikasi atas produk yang dibuat secara akrab lingkungan,

yaitu tidak mencemarkan dan tidak merusak lingkungan, juga harus secara

berkelanjutan. Dari suatu survey yang dilakukan BAPEDAL, ternyata bahwa pada

tahun 1994, 74 % ekspor Indonesia ditujukan kepada 14 negara yang sudah

mempunyai program ekolabel. Bahkan untuk produk hutan dan kehutanan ada

komitmen Indonesia pada ITTO bahwa sebelum tahun 2000 Indonesia sudah harus

mempunyai sistem ekolabel; kalau tidak maka hasil kehutanan Indonesia tidak akan

laku di pasar anggota ITTO terutama di Eropa.

Universitas Sumatera Utara


117

2.11.1 Pengertian ISO 14001

ISO 14000 adalah standar internasional mengenai manajemen lingkungan

yang dikeluarkan oleh The International Organization for Standardisation (ISO) dan

penerapannya bersifat sukarela. Tujuan ISO 14000 antara lain adalah :

1. Mendorong upaya dan melakukan pendekatan untuk pengelolaan Lingkungan

hidup dan sumberdaya alam dan kualitas pengelolaannya diseragamkan pada

lingkup global.

2. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mampu memperbaiki kualitas dan

kinerja Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam.

3. Memberikan kemampuan dan fasilitas pada kegiatan ekonomi dan industri,

sehingga tidak mengalami rintangan dalam berusaha.

2.11.2. Sistem Menejemen Lingkungan

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) atau Environmental Management

System (EMS) merupakan dasar dari konsep 14000, yaitu suatu sistem untuk

mencapai pengelolaan lingkungan yang baik. Konsep EMS berkembang dari British

Standard, BS 7750, yang dikembangkan oleh British Standards Institution pada tahun

1992. Selanjutnya, sesuai dengan perkembangan yang ada, maka pembahasan

tentang EMS akan mengacu kepada skema EMS yang digambarkan oleh ISO seri

14000. Adapun prinsip-prinsip dan elemen-elemen dalam menyusun suatu sistem

manajemen lingkungan mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Commitment and Policy

2. Planning

Universitas Sumatera Utara


118

3. Implementation

4. Measurement and evaluation

5. Review and Improvement

Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO 14000 adalah bagian dari

keseluruihan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan

kegiatan, pertanggungjawaban, praktek, tatalaksana, proses dan sumberdaya untuk

pengembangan, penerapan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan lingkungan.

Berdasarkan pengalaman dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan

lingkungan selama ini, dipandang perlu untuk menyusun suatu sistem pengelolaan

lingkungan yang memberikan sarana lebih terstruktur bagi manajemen organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungannya. Sistem manajemen

lingkungan meliputi segenap aspek fungsional manajemen untuk mengembangkan,

mencapai, dan menjaga kebijakan dan tujuan organisasi dalam isu-isu lingkungan

hidup.

Dalam penerapannya, pengelolaan kualitas lingkungan harus mengacu pada

suatu acuan yang dapat diterima secara nasional maupun nasional. Agar dapat

diimplementasikan secara efektif, sistem ini harus mencakup beberapa elemen utama

sebagai berikut :

1. Kebijakan Lingkungan : pernyataan tentang maksud kegiatan manajemen

lingkungan dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya

Universitas Sumatera Utara


119

2. Perencanaan : mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan

lingkungan hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan program

pengelolaan lingkungan.

3. Implementasi : mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab,

training komunikasi, dokumentasi, kontrol dan tanggap darurat.

4. Perbaikan reguler dan tindakan perbaikan : mencakup pemantauan, pengukuran,

dan audit.

5. Kajian Manajemen : kajian tentang kesesuaian dan efektifitas sistem untuk

mencapai tujuan dan perubahan yang terjadi di luar organisasi.

Setiap organisasi, tanpa batasan bidang kegiatan, jenis kegiatan, dan status

organisasi, dapat mengimplementasikan Sistem Manajemen Lingkungan tersebut

untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik secara sistematis. Implementasi

tersebut bersifat sukarela dan berperan sebagai alat manajemen untuk mengelola

organisasi masing-masing.

2.11.3. Sertifikasi ISO 14001

Sertifikasi atas ISO 14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen

lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah

memenuhi persayaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14001.

Terdapat tiga jenis sertifikasi, yaitu :

– Sertifikasi jenis I atau sertifikasi pihak ketiga

– Sertifikasi jenis II atau pernyataan diri

– Sertifikasi jenis III atau sertifikasi pihak kedua

Universitas Sumatera Utara


120

Dalam sertifikasi ISO 14001, ada dua hal yang perlu dicatat:

1. Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi pabrik.

2. Umumnya sertfikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga

tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembaga

yang melakukan sertifikasi.

2.11.4. Manfaat Penerapan ISO 14001

Manfaat yang didapatkan suatu perusahaan dengan diterapkannya ISO 14001

adalah:

1. Perlindungan Lingkungan

SML 14001memungkinkan manusia dan lingkungan hidup tetap eksis dengan

kondisi yang baik

2. Manajemen Lingkungan yang lebih baik

Standar SML 14001 memberikan perusahaan kerangka menuju manajemen

lingkungan yang lebih konsisten dan diandalkan.

3. Mempertinggi daya saing

Mempertinggi peluang untuk berusaha dan bersaing dalam pasar bebas dalam

era globalisasi.

4. Menjamin ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

SML ISO 14001 menjamin perusahaan yang memilikinya memenuhi

perundang-undangan yang berlaku karena ada dokumen yang tertulis.

5. Penerapan sistem menajemen yang efektif

Universitas Sumatera Utara


121

Standar ISO 14001 menanggung berbagai teknik manajemen yang baik, yang

meliputi manajemen personel, akuntasi, pengendalian pemasok, pengendalian

dokumen, dan lain-lain yang diperlukan

6. Pengurangan Biaya

Selain mempermudah jalan untuk memenuhi persyaratan konsumen tanpa

harus repot memenuhinya kembali, juga dapat mengurangi pemakaian bahan

kimia maupun limbah dan B3 yang harus diproses kembali. Seperti juga pada

prinsip penerapan sistem mutu ISO 9000. yaitu lakukanlah secara benar dan

baik pada kesempatan pertama.

7. Hubungan Masyarakat yang lebih baik

Sebagian terbesar prosedur yang ada pada ISO 14001 mensyaratkan tindakan

yang proaktif. Setiap tindakan proaktif terhadap lingkungan ini akan

meningkatkan citra perusahaan dalam hal lingkungan terhadap masyarakat.

8. Kepercayaan dan kepuasan langganan yang lebih baik

Terkait dengan hubungan mayarakat yang lebih baik adalah kepercayaan dan

kepuasan langganan. Bila perusahaan telah memperoleh sertifikat ISO 14001,

pelanggan akan lebih merasa aman karena adanya perlindungan lingkungan.

2.12. Sekilas tentang Makanan Olahan (Food Division) Nugget

Nugget merupakan bahan pangan yang terbuat dari daging segar olahan yang

telah dimodifikasi melalui pengolahan. Daging ayam olahan memiliki masa simpan

yang lebih lama. Pengolahan daging menjadi produk jadi seperti nugget dapat

Universitas Sumatera Utara


122

memperbaiki sifat organoleptik, penurunan penyusutan lemak dan meningkatkan

variasi produk daging. (Marliyati. 1992).

Menurut Magfiroh, 2002 nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging

yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi

dan dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan braded). Nugget dibuat dari

daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak

membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan

diselimuti tepung roti (breading).

Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu

produk yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked),

kemudian dibekukan (Afrisanti, 2010). Produk beku siap saji ini hanya memerlukan

waktu penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung

dari bahan asalnya (Astawan, 2007)

Standarisasi kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia

dan organoleptik. Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menurut Badan

Standarisasi Nasional (2002) menggunakan uji kualitas kimia meliputi kadar lemak,

air, abu, protein dan karbohidrat.

Uji kualitas organoleptik meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Badan

Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada SNI.01-6638-2002 mendefinisikan nugget

ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran

daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan

Universitas Sumatera Utara


123

Berikut ini persyaratan mutu dan karakateristik nugget ayam:

Tabel 2.1 Syarat mutu nugget ayam


Jenis Uji Persyaratan
Keadaan
- Aroma Normal, sesuai label
- Rasa Normal, sesuai label
- Tekstur Normal
Air %, b/b Maks.60
Protein %, b/b Min.12
Lemak %, b/b Maks.20
Karbohidrat %, b/b Maks.25
Kalsium mg/100g Maks.30
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2002)

2.13. Proses Produksi Pengolahan Pembuatan Nugget

Menurut Sondang dan Siagan (2003), proses produksi umumnya dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Proses produksi terus-menerus (Continous Process)

Proses produksi berlangsung secara terus-menerus dan peralatan produksi

yang digunakan disusun dan diatur rapi dengan memperhatikan urutan-

urutan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, juga arus barang,

serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.

2. Proses produksi terputus-putus (Batch Process)

Kegiatan proses produksi dilakukan secara tidak standar atau putus-putus,

tetapi didasarkan pada produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi

yang digunakan disusun dan diatur dapat bersifat fleksibel untuk dapat

dipergunakan dalam menghasilkan berbagai produk dengan berbagai

ukuran.

Universitas Sumatera Utara


124

3. Proses produksi yang bersifat proyek

Kegiatan proses produksi dilakukan pada tempat tertentu dan waktu yang

berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan

pada lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan pada saat yang

direncanakan.

Menurut Aswar, 2005 Pembuatan nugget mencakup lima tahap, yaitu

penggilingan yang disertai oleh pencampuran bumbu, es dan bahan tambahan,

pengukusan dan pencetakan, pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung roti,

penggorengan awal (pre-frying) dan pembekuan. Tahapan pembuatan nugget adalah

sebagai berikut :

1. Penggilingan

Penggilingan daging diusahakan pada suhu di bawah 15ºC, yaitu dengan

menambahkan es pada saat penggilingan daging. Pendinginan ini bertujuan untuk

mencegah denaturasi protein aktomiosin oleh panas. Pada proses penggilingan

daging terjadi gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan panas. Air yang

ditambahkan ke dalam adonan nugget pada waktu penggilingan daging dalam bentuk

serpihan es. Air es digunakan untuk mempertahankan temperatur selama

pendinginan. Air es selain berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging,

juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam

yang akan melarutkan protein myofibril (Afrisanti, 2010).

2. Pengukusan

Universitas Sumatera Utara


125

Pengukusan menyebabkan terjadinya pengembangan granula–granula pati

yang disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan granula

pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula (Winarno,

1997). Mekanisasi gelatinisasi, diawali oleh granula pati akan menyerap air yang

memecah kristal amilosa dan memutuskan ikatan–ikatan struktur heliks dari molekul

tersebut. Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa berdifusi

keluar granula, sehingga granula tersebut hanya mengandung sebagian amilopektin

dan akan pecah membentuk suatu matriks dengan amilosa yang disebut gel

(Winarno, 1997).

3. Batter dan Breading

Perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati, dan

bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk sebelum dimasak.

Pelumuran tepung roti (breading) merupakan bagian yang paling penting dalam

proses pembuatan produk pangan beku dan industri pangan yang lain. Coating adalah

tepung yang digunakan untuk melapisi produk–produk makanan dan dapat

digunakan untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan

penyimpangan. Breading dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat.

Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya menggunakan batter dan

breading. Batter yang digunakan dalam pembuatan nugget berupa tepung halus dan

berwarna putih, bersih dan tidak mengandung benda–benda asing. Tepung roti harus

segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang, serpihan

rata, tidak berjamur dan tidak mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).

Universitas Sumatera Utara


126

4. Penggorengan

Penggorengan merupakan proses termal yang umum dilakukan orang dengan

menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng mempunyai

permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul disebabkan karena

reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi Maillard terjadi antara protein,

asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang merupakan penyebab

terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama

pada bahan pangan berprotein.

Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang terpenting dalam proses

aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan awal adalah untuk menempelkan

perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih lanjut dengan pembekuan

selanjutnya didistribusikan kepada konsumen. Penggorengan awal akan memberikan

warna pada produk, membentuk kerak pada produk setelah digoreng, memberikan

penampakan goreng pada produk serta berkontribusi terhadap rasa produk.

Penggorengan awal dilakukan dengan menggunakan minyak mendidih (180-195°C)

sampai setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk

menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna

gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan awal adalah sekitar 30 detik.

Penggorengan awal dilakukan karena penggorengan pada produk akhir hanya

berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung pada ketebalan dan ukuran produk.

Menurut Jamaludin et al (2008) selama proses penggorengan terjadi secara simultan

perpindahan panas dan massa.

Universitas Sumatera Utara


127

5. Bahan Pengikat

Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan dapat

meningkatkan emulsifikasi lemak dibandingkan dengan bahan pengisi. Bahan

pengikat dalam adonan emulsi dapat berfungsi sebagai bahan pengemulsi (Afrisanti,

2010). Bahan pengikat juga berfungsi mengurangi penyusutan pada waktu

pengolahan dan meningkatkan daya ikat air. Protein dalam bentuk tepung dipercaya

dapat memberikan sumbangan terhadap sifat pengikatan. Pengikat terdiri menurut

asalnya bahan dari bahan pengikat yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan

pengikat hewani antara lain susu bubuk skim dan tepung ikan (Afrisanti, 2010).

6. Bahan Pengisi

Bahan pengisi merupakan sumber pati yang ditambahkan dalam produk

restrukturisasi untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi sebagian daging

sehingga biaya dapat ditekan (Rahayu, 2007). Fungsi lain dari bahan pengisi adalah

membantu meningkatkan volume produk. Menurut Winarno (1997) pati terdiri atas

dua fraksi yang dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan

fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa berperan penting dalam

stabilitas gel, karena sifat hidrasi amilosa dalam pati yang dapat mengikat molekul

air dan kemudian membentuk massa yang elastis. Stabilitas ini dapat hilang dengan

penambahan air yang berlebihan. Bahan pengisi yang umum digunakan pada

pembuatan nugget adalah tepung (Afrisanti, 2010)

7. Bumbu-bumbu

Universitas Sumatera Utara


128

Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna untuk

meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan

kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa produk. Pembuatan nugget memerlukan

bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih dan merica (Aswar, 2005). Garam

merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan dan digunakan sebagai

penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak

karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa produk

menjadi asin. Konsentrasi garam yang ditambahkan biasanya berkisar 2 sampai 3%

dari berat daging yang digunakan (Aswar, 2005). Pemakaian gula dan bumbu dapat

memperbaiki rasa dan aroma produk yang dihasilkan. Pemberian gula dapat

mempengaruhi aroma dan tekstur daging serta mampu menetralisir garam yang

berlebihan. Bawang putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai penambah aroma

serta untuk meningkatkan citarasa produk. Bawang putih merupakan bahan alami

yang ditambahkan ke dalam bahan makanan guna meningkatkan selera makan serta

untuk meningkatkan daya awet bahan makanan (bersifat fungistotik dan fungisidal).

Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung

komponen sulfur (Palungkun et al, 1992). Merica atau lada (Paperningrum) sering

ditambahkan dalam bahan pangan. Tujuan penambahan merica adalah sebagai

penyedap masakan dan memperpanjang daya awet makanan. Merica sangat digemari

karena memiliki dua sifat penting yaitu rasa pedas dan aroma khas. Rasa pedas

merica disebabkan oleh adanya zat piperin dan piperanin, serta chavicia yang

merupakan persenyawaan dari piperin dengan alkaloida (Rismunandar, 2003).

Universitas Sumatera Utara


129

Secara umum pembuatan nugget melalui beberapa tahap mulai dari sanitasi

atau kebersihan dari bahan baku seperti daging ayam, daging sapi dan ikan persiapan

bahan baku (raw material), pembentukan adonan dengan cara penggilingan daging

(grinder meat) kemudian dilakukan pencampuran bumbu (mikser), penambahan es

dan bahan tambahan, pencetakan (forming) perekatan tepung dan pelumuran tepung

panir, pengorengan awal (pre-frying), pembekuan (freezing) dan pengemasan

(packaging). Alur proses pembuatan nugget dapat dilihat dari skema dibawah :

Gambar 2.2. Skema Alur Proses Pembuatan Nugget PT.Charoen Pokphand


Indonesia KIM Mabar
Alur Proses Pembuatan Nugget

Sanitasi penggorengan
(Frying 1)

Star Up (menghidupkan
mesin) Frying 2

Input Romaterial (bahan Pembekuan


baku) (Freezing)

Mikser (pencampuran Pengemasan


bahan/bumbu (Packaging)

Pencetakan (Forming) Detecting

Proses (Better) Box Packaging


.
Bread crumb Custoret
Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar

Universitas Sumatera Utara


130

Pada alur proses produksi pembuatan nugget di atas, yang merupakan sumber

limbah terbanyak yakni pada proses pencucian bahan baku dan penggorengan

(Frying1), dan Frying 2 karena pada saat penggorengan dilakukan dengan merendam

produk pada minyak goreng panas selama beberapa saat. Selanjutnya nugget

dilewatkan ke dalam oven sehingga mengalami pematangan penuh.

2.14. Proses Pengolahan Limbah Cair Makanan Olahan (Food Division)

Berdasarkan kandungan bahan tercemar pada limbah cair dari produk

makanan olahan (food division) ada beberapa metode / tahap yang dilakukan untuk

proses pengolahan secara fisika menggunakan pengolahan primer (Primary

Treatment) dengan metode pengendapan dikenal juga metode pengapungan

(flotation).Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak

dan lemak. limbah pengolahan hasil industri dibutuhkan peralatan pengolahan

sebagai berikut :

a. Penyaringan (screening)

Penyaringan ini dibutuhkan untuk memisahkan padatan yang terbawa oleh

limbah cair, penyaringan ini di pasang sesuai dengan kebutuhan misalnya saringan

kasar, sedang dan halus.

b. Pengolahan awal (pretreatment)

limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak yang

berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran

relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya

Universitas Sumatera Utara


131

adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel-partikel pasir jatuh ke

dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

c. Pengendapan

Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak

digunakan pada proses pengolaha primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah

cair didiamkan agar partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat

mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang

kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.

d. Pengapungan (flotation)

Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat

menghasilkan gelembung-gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).

Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel minyak dan lemak ke

permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

Gambar 2.1. Proses pengolahan primer limbah cair dengan metode


pengapungan (flotating)

Universitas Sumatera Utara


132

2.15. Baku Mutu Limbah Industri Makanan Olahan (Food Division)

Peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha

Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging Per. Men LH No.14/2008. Baku Mutu

Limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar

untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam badan air, sehingga tidak

menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Pada . Men LH

No.14/2008 tidak ada Baku Mutu Limbah Industri makanan olahan (Food Division)

yang diatur secara khusus maupun spesifik. Baku Mutu Limbah Industri Makanan

Olahan (Food Division) diatur dalam Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha Dan/Atau

Kegiatan Pengolahan Daging Per. Men LH No.14/2008 yaitu :

Tabel 2.1.
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging
(Per. Men LH No.14/2008)

Kadar Maksimum Beban Pencemaran


Parameter
(mg/L) maksimum (kg/ton)
BOD 125 0.75
COD 250 1.5
TSS 100 0.6
Amonia (NH3-N) 10 0.06
Minyak dan Lemak 10 0.06
pH 6-9
Kuantitas air limbah
6 m³/ ton produk
maksimum
Sumber : Per. Men LH No.14/2008

Universitas Sumatera Utara


133

2.16.Kerangka Konsep

Kapasitas

Bahan Baku Proses


Produksi
Unit
Pengolahan
Limbah

Proses Pengolahan Proses Pengolahan


Limbah Padat : Limbah Cair :
- Pengumpulan - Pengolahan Primer
- Penyimpanan (Primary Treatment)
- Pengangkutan - Pengolahan Sekunder
- Pengolahaan dan (Secondary Treatment)
Pemusnahan - Pengolahan Tersier
(Tertiary Treatment)

Baku Mutu Air Limbah


Bagi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Pengolahan
Daging (Per. Men LH
No.14/2008) Memenuhi Tidak
Syarat Memenuhi
Syarat

Universitas Sumatera Utara


134

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk

mengetahui gambaran tentang Sitem Pengelolaan limbah padat dan cair di Pabrik

Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM)

Mabar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand

Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. Alasan pemilihan lokasi ini

karena:

1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis Pengelolaan limbah padat dan

cair pada pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan

Industri Medan (KIM) mabar.

2. Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan

(KIM) Mabar merupakan pengembangan bisnis dari pabrik pengolahan ayam

terbesar di Indonesia.

3. Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan

(KIM) Mabar merupakan unit kerja peneliti, sehingga hasil penelitian sangat

berguna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan industri.

Universitas Sumatera Utara


135

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan survey awal, penelusuran pustaka, konsultasi judul,

mempersiapkan proposal penelitian, penyusunan laporan dari bulan September-

Desember 2014.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah unit Pengelolaan limbah padat yang meliputi

pengumpulan, penampungan, pengangkutan, pembuangan/pemusnahan. Serta unit

Pengelolaan limbah cair yang meliputi penyaringan, pemisahan, pengendapan dan

penetralisasi yang terlaksana di Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand

Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperoleh dari pengamatan (observation) langsung ke

lokasi, wawancara (interview) langsung pada pimpinan devisi produksi selaku P&G

Mgr / Head Pabrik Food Division dan petugas pengelola limbah mengenai proses

pengelolaan limbah padat dan cair di Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand

Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar.

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Pabrik Food Division PT.

Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. Dimana data-

data berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, sistem Pengelolaan limbah, data

Universitas Sumatera Utara


136

analisis kualitas limbah padat dan cair yang dihasilkan serta penelusuran kepustakaan

yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Defenisi Operasional

1. Unit pengolahan limbah teridiri dari proses pengolahan limbah padat dan

proses pengolahan limbah cair.

2. Sumber air limbah adalah kegiatan produksi yang menghasilkan air

limbah.

3. Limbah padat adalah limbah yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan

dibuang yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat.

4. Proses pengolahan limbah adalah kegiatan pengolahan limbah padat di

pengolahan limbah di produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM

Mabar.

5. Proses pengolahan limbah padat terdiri dari pengumpulan, penyimpanan,

pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan.

6. Pengumpulan dilakukan untuk membangun atau mengadakan tempat

khusus untuk mengumpulkan sampah.

7. Penyimpanan merupakan pendekatan teknologi dan pengetahuan dasar

tentang karakteristik masing-masing limbah agar tidak menimbulkan

permasalahan.

8. Pengangkutan limbah harus diangkut ke luar dari sumber asalnya guna

diproses lebih lanjut agar tidak menimbulkan permasalahan.

Universitas Sumatera Utara


137

9. Pengolahan dan pemusnahan limbah guna mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan.

10. Limbah cair adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi PT.

Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar dibandingkan berdasarkan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2008

meliputi parameter BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, pH.

11. Proses pengolahan limbah adalah kegiatan pengolahan limbah cair di

pengolahan limbah di produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM

Mabar.

12. Air Limbah yang tidak memenuhi syarat adalah air limbah industri

makanan olahan (food division) yang tidak aman untuk dibuang ke badan

air yang tidak memenuhi persyaratan Baku Mutu Limbah Cair untuk

industri sabun, deterjen, dan produk-produk minyak nabati.

13. Memenuhi syarat kesehatan adalah apabila kadarnya tidak melampaui

Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan

Daging berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

14/2008.

3.6. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan analisa secara deskriptif

dengan cara membandingkannya dengan teori-teori yang ada dan baku mutu, untuk

limbah cair berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

Universitas Sumatera Utara


138

14/2008 tentang baku mutu air limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan

Daging.

Universitas Sumatera Utara


139

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum PT. Charoen Pokphand Indonesia

PT Charoen Pokphand Indonesia merupakan perusahaan yang menghasilkan

pakan ternak, Day Old Chicks dan makanan olahan terbesar di Indonesia. Melihat

Indonesia cukup potensial bagi industri makanan ternak, maka salah satu perusahaan

asing yaitu PT. Charoen Pokphand yang berpusat di Thailand mewujudkan minatnya

untuk menanamkan modalnya dalam jumlah yang besar secara patungan dengan

pengusaha Indonesia. Berdasarkan persetujuan Presiden No. B-32/Pres/1971,

didirikan perusahaan patungan tersebut dengan nama PT. Charoen Pokphand

Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. PT. Charoen Pokphand Indonesia yang

didirikan tahun 1971 ini merupakan anak perusahaan dari CHAROEN POKPHAND

OVERSEAS INVESTMENT CO. LTD. HONGKONG. Perusahaan ini memiliki visi

memberi pangan bagi dunia yang berkembang.

Pada tahun 1997 PT. Charoen Pokphand Indonesia mengembangkan bisnis di

bidang industri. Produk perseroan yang memberikan kontribusi terbesar ketiga

kepada penjualan adalah makanan olahan. Produk makanan olahan perseroan

diproduksi oleh beberapa fasilitas pengolahan makanan berbahan baku ayam dengan

membuka pabrik di daerah Cikande, Serang, yang merupakan salah satu pabrik

pengolahan ayam termodern di Indonesia. Pada tahun 2006 untuk memenuhi

kebutuhan pasar yang terus berkembang khususnya produk olahan beku PT. Charoen

Pokphand Indonesia membuka beberapa pabrik di Surabaya (Jawa Timur) dan

Universitas Sumatera Utara


140

Salatiga (Jawa Tengah) pada tahun 2010. Dengan adanya pabrik baru tersebut,

ketersediaan dan kualitas produk akan lebih terjamin sehingga kebutuhan pasar dapat

terpenuhi secara luas.

PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang

industri Rumah Potong, Pengolahan dan Pengawetan Produk Daging dan Daging

Unggas. Permintaan konsumen yang semakin banyak dan keterbatasan kapasitas

produksi di lokasi yang telah ada, maka PT. Charoen Pokphand Indonesia membuka

dan memperluas usaha ke wilayah Sumatera Utara yang merupakan pabrik ke- 4 di

Indonesia.

Dalam pengembangan usahanya PT. Charoen Pokphand Indonesia memilih

lokasi di jalan Pulau Jawa No. 1, Kawasan Industri Medan I, Kota Medan, Propinsi

Sumatera Utara yang bergerak di bidang Industri Pengawetan Produk Daging dan

Daging Unggas yang memiliki status lahan Hak Guna Bangunan (HGB) dengan luas

lahan 1,3 Hektar dan luas bangunan 5.311 m². Kegiatan Industri Pengawetan Produk

Daging dan Daging Unggas berdiri sejak tahun 2011 bulan Mei, PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison membeli gedung dari PT. SHS (Sang Hyang Seri)

kemudian PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison mulai beroprasi mulai

Oktober 2011. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison memiliki kualitas

produk yang baik, produk yang dihasilkan adalah Golden Fiesta, Fiesta, Champ, dan

Okey dengan bahan baku yang dikirim langsung dari pihak peternakan yang berada

satu lingkup group yang sama.

Universitas Sumatera Utara


141

Industri Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas telah menjadi salah

satu sub sector industri yang sangat efesien sehingga produknya bisa dijual dengan

harga yang terjangkau oleh masyarakat. Oleh karenanya, wajar bila industri ini,

dipandang telah berjasa dalam penyediaan protein hewani, sehingga pembangunan

manusia Indonesia yang sehat dan cerdas bisa diwujudkan. Disisi lain,

perkembangannya yang semakin efisien, memaksa semua pihak untuk terus mencari

kiat agar dihasilkan suatu hasil kinerja yang semakin efisien. Salah satu kiat itu

adalah dilengkapinya fasilitas usaha, yaitu Rumah Potong, Pengolahan dan

Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas PT. Charoen Pokphand Indonesia.

4.1.1. Deskripsi Kegiatan

Dalam pelaksanaan proses produksi, PT. Charoen Pokphand Indonesia

memenuhi persyaratan teknis dan hygienis dengan mengacu pada Standar Nasional

Indonesia (SNI). Adapun beberapa hal penting yang menjadi perhatian dalam

menjalankan industri makanan olahan dan unit pengolahannya adalah :

– Kehalalan Produk, yang disertifikasi Majelis Ulama Indonesia

– Keamanan Pangan, yang akan dikoordinasikan dengan bahan Pengawasan

Obat dan Makanan.

– Pengolahan Daging menjadi produk olahan seperti sosis.

– Pengolahan seluruh limbah yang dihasilkan sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan

kerusakan lingkungan, yang akan dikoordinasikan dengan Badan Lingkungan

Hidup Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


142

– Dampak sosial kemasyarakatan, yang akan dikoordinasikan dengan

masyarakat dan aparat pemerintah setempat.

Adapun proses produksi unit pemotongan ayam sebelum dijadikan menjadi

makanan olahan pengawetan produk daging antara lain adalah :

– Penerimaan ayam hidup, pembongkaran kemudian diseleksi.

– Penanganan ayam, terdiri dari : penggantungan, pemingsanan,

penyembelihan, pencabutan bulu, penarikan kepala dan pemotongan ceker

ayam.

– Proses penyiangan terdiri dari : penyayatan leher, penarikan tembolok,

pengeluaran jerohan, pencucian bagian dalam dan luar karkas.

– Proses pendinginan terdiri dari : pendinginan ulir, penirisan dan

penggantungan kembali;

– Proses pengolahan untuk kebutuhan ekspor dan lokal.

PT. Charoen Pokphand Indonesia berkomitmen menghasilkan produk-produk

berkualitas, maka produk-produk yang dihasilkan sudah memiliki sertifikat dan

terdaftar pada :

– Sertifikat ISO 9001:2008 dan HACCP (Hazard Analytical Critical Control

Point)

– Sertifikat Halal dari MUI

– Pengawasan quality control (QC) yang ketat

– Terdaftar di BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)

Universitas Sumatera Utara


143

Wilayah kerja hasil produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

ini didistribusikan ke seluruh pulau sumatera seperti mini market, mall, super market

dan lain-lain.

4.2. Bahan Baku produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division

Bahan baku pembuatan makanan olahan (food division) sudah memenuhi

syarat dan sudah dilakukan pengawasan yang cukup ketat yang memproduksi Golden

Fiesta, Fiesta, Champ, dan Okey dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Bahan Baku dan Bahan Penolong PT.Charoen Pokphand


Indonesia Food Division
Bahan Kapasitas Bentuk Sifat Asal Sistem Neraca Bahan
Pemakaian Fisik Bahan Bahan Penyimpanan % %
(/bulan) Produk Sisa
Bahan
Baku :
- Ayam 14.000.000 Padat Tidak PIR - 90 10
Hidup Ekor Berbahaya

- Ayam 7.000 ton Padat Tidak PIR Frozen 90 10


Potong Berbahaya
Bahan
Penolong :
- Tepung 8 ton Padat Tidak Lokal - 99 1
Berbahaya
- Minyak 1.500 ton Cair Tidak Lokal - 99 1
Goreng Berbahaya
Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison memiliki bahan baku dan

bahan penolong, bahan baku terdiri dari ayam hidup dan ayam potong serta bahan

penolong terdiri dari tepung, minyak goreng dan bumbu. Setiap masing-masing dari

bahan baku dan bahan penolong mempunyai kapasitas setiap bulannya. Ayam hidup

yang dipakai dalam pembuatan nugget ini sebesar 14.000.000 ekor/bulan yang

Universitas Sumatera Utara


144

berasal dari PIR (Proyek Industri Ringan) yaitu anak perusahaan PT. Chraroen

Pokphand Indonesia divisi pembesaran ayam yang terdapat di berbagai lokasi di

Provinsi Sumatera Utara, antara lain di Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan

Tanjung Morawa (Kabupaten Deli Serdang), Kabupaten Langkat, Kabupaten

Asahan, Kabupaten Simalungun, Kota Pematang Siantar, Kota Binjai dan Kota

Tebing Tinggi. Sedangkan ayam potong dipakai sebesar 7.000 ton/bulan yang

berasal dari PIR pemotongan ayam yang disimpan pada frozen seperti lemari

pendingin. Pemakaian bahan baku PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

sebesar 90% yaitu hasil produksi, 10% yaitu sisa dari ayam hidup dan ayam potong

yang tidak memenuhi syarat ketentuan misalnya ayam hidup yang mati pada saat

proses pembesaran dan ayam potong yang sudah tampak tidak segar lagi atau rusak.

Bahan penolong yang terdiri dari tepung sebanyak 8 ton per bulan dan minyak

goreng sebanyak 1.500 ton per bulan dan masing bahan ini diperoleh oleh pabrik

lokal yang diperkirakan 99% hasil produksi dan 1% yaitu sisa.

4.3. Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi Nugget PT.
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan produksinya

secara berkesinambungan dan tanpa berhenti (non stop). Proses produksi dilakukan

dibawah pengawasan Product Supervisor dengan 3 kali pergantian shift kerja.

Pergantian kegiatan produksi dilakukan pagi, siang, dan malam. Selama kegiatan

produksi, bahan baku yang diolah, dialirkan di dalam pipa dari mesin yang satu ke

mesin yang lain.

Universitas Sumatera Utara


145

Sebelum dilakukan proses produksi pembuatan nugget dan sosis PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Division terlebih utama melakukan proses produksi

industri produk daging unggas, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1. Proses Produksi Industri Produk Daging Ayam PT.Charoen


Pokphand Indonesia Food Division

Spray air untuk Holding Area Penampungan


menyejukan

Penyembelihan Bleeding
Tank/bak darah

Scalding/perendaman
Limbah Cair
ayam dalam air panas

Pencabutan bulu Limbah Padat

Daging segar

Daging mentah Daging mentah beku


potong
Processing (sosis, nugget,
bakso, dll)
Packing Cold Storage (KFC,
(supermarket) A&W, dll)

Proses produksi industri produk daging di atas berawal dari area/ruangan

khusus, dimana sebelum masuk pada area tersebut petugas melakukan sterilisasi

Universitas Sumatera Utara


146

dengan menggunakan spray atau semprotan air yang keluar pada tiap lubang pipa

saat berada di dalam area/ruangan khusus tersebut, selanjutnya petugas

menggunakan pakaian khusus yang dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD)

yang meliputi masker, topi, sepatu, dan sarung tangan. Awal proses produk tersebut

yaitu proses penggantungan, pemingsanan yang menggunakan bahan kimia, dari

proses pemingsanan ini didapat limbah cair, selanjutnya proses penyembelihan yang

dilakukan oleh orang yang bersertifikat Majelis Ulama Indonesia (MUI), dari proses

penyembelihan tersebut darah ayam ditampung pada bak darah, dan ayam yang

sudah mati dilakukan perendaman di dalm air panas, lalu dilakukan pencabutan bulu

ayam dan menghasilkan limbah padat yang dikumpulkan pada tempat khusus, setelah

semua bulu dicabut dengan bersih dilakukan pemotongan kepala, kaki, dan

pengeluaran jeroan. Hasil dari proses tersebut seperti kepala, kaki dan jeroan dijual

kepada pengusaha di bidang potong ayam. Selanjutnya proses pencucian ayam

sampai bersih sehingga menjadi daging segar. Daging segar yang sudah di proses

dibagi menjadi beberapa bagian yakni daging mentah potong yang di packing dan di

pasarkan ke Supermarket. Daging mentah beku yang di pasarkan ke KFC, AW dll.

Sedangkan daging segar yang lain digunakan untuk pembuatan sosis, nugget, bakso

dll. Daging mentah potong hanya dipasarkan di dalam negeri dan untuk limbah

barupa bulu dan darah ayam dikumpulkan terlebih dahuli pada TPS B3 kemudian

diserahkan pada pengumpul yang memiliki izin pengumpulan Limbah B3.

Setelah dilakukan beberapa tahap proses produksi daging unggas selanjutnya

dilakukan beberapa tahapan proses pembuatan produk sosis sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


147

Gambar 4.2. Tahapan Proses Produksi Sosis PT.Charoen Pokphand Indonesia


Food Division

Input Proses Output

Daging Meat Preparation Tulang


Ayam Ayam

Cooking

Cooling

Filling (Packing)

Vaccum

Frozen

Packing Carton

Storaging

Loading (Distribution)

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan proses produksi pembuatan sosis

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


148

a. Meat Preparation

Dinginkan daging pada suhu 1-4 ºC lalu daging dibersihkan dari tulang, urat dan

jaringan pengikat.

b. Cooking

Daging yang sudah dibersihkan dipotong-potong menjadi balok-balok kecil,

kemudian digiling lalu dicampurkan dengan tepung dan bumbu lalu diauk.

Kemudian campuran daging (adonan) yang sudah diolah dimasak sampai

matang.

c. Cooling

Adonan daging yang sudah masak kemudian didinginkan agar suhunya turun.

Setelah itu adonan tersebut dimasukkan ke dalam stuffer (alat pengisi).

d. Filling/packing

Dengan mengggunkan stuffer adonan daging dicetak ke dalam casing. Lalu

dimasukkan ke dalam kemasan plastic untuk di packing.

e. Vacuum

Sosis yang sudah dimasukkan dalam plastic kemasan kemudian dimasukkan

kedalam mesin vacuum.

f. Frozen

Sosis yang sudah dimasukkan ke ruang pendingin sampai suhu 10 ºC.

g. Packing Carton, Storaging, dan Loading

Sosis yang sudah dikemas, disusun dalam dus untuk selanjutnya disimpan dalam

gudang sebelum didistribusikan

Universitas Sumatera Utara


149

Gambar 4.3. Tahapan Proses Produksi Nugget PT.Charoen Pokphand Indonesia


Food Division

Input Proses Output

Daging Tulang
Raw Material
Ayam Ayam

Chopping

Emulsifying

Molding

Cooking

Freezing

Packing / Cartoning

Storaging

Distribution

Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia

Berikut beberapa penjelasan proses produksi pembuatan nugget :

a. Raw Material

Daging ayam dibersihkan dari urat dan lemak pada permukaan, lalu dicuci.

Universitas Sumatera Utara


150

b. Chopping

Daging ayam tersebut digiling, kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya,

seperti pati termodifikasi (modified starch), protein nabati yang berstruktur

(Texturized Vegetable Protein = TVP) serta bumbu-bumbuan.

c. Emulsifying

Daging ayam giling dimasukkan ke dalam alat penghacur. Lalu daging dicampur

dengan bumbu dan tepung. Campuran tersebut dihancurkan selama setengah

menit lalu dikeluarkan untuk dicetak.

d. Molding

Adonan bahan-bahan nugget tersebut kemudian dihomogenkan dan dicetak

dengan mesin dalam keadaan dingin.

e. Cooking

Setelah dicetak, nugget kemudian diberi adonan bumbu cair (butter dan breader)

dan dilapisi dengan tepung roti (bread crumb) agar lebih gurih dan renyah.

Nugget ini kemudian proses digoreng setengah matang.

f. Packing, Storaging, dan Distribution

Nugget setengah atang tersebut kemudian dibekukan dan dibungkus dalam

kemasan. Nugget telah siap didistribusikan ke pasar.

4.4. Kapasitas Produksi PT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division

Universitas Sumatera Utara


151

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menghasilkan produksi

sebanyak 24 ton per hari. Sedangkan jenis dan kapasitas produksi PT. Charoen

Pokphand Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jenis dan Kapasitas Produksi PT.Charoen Pokphand Indonesia Food
Division

Kapasitas Produksi
Saat Produksi Jenis
(ton/tahun)
Jenis Produksi Alat
Terpasang Saat Bahan Bahan Bahan
Angkut
Ini Baku ½ jadi Jadi
1.Daging Ayam
33.632 √
Mentah
20.000
2.Daging Ayam
18.000 √ √
Beku Mobil
3.Ayam Olahan Berpendi
14.000 10.000 √
(Nugget) ngin
Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia

Jenis dan kapasitas produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division

dilihat dari kapasitas per tahun seperti, daging ayam mentah sebesar 33.632

ton/tahun, namun pada capaian saat ini masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang

merupakan bahan baku produksi.

Daging ayam beku sebesar 18.000 ton/tahun, namun pada capaian saat ini

masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku dan bahan setengah

jadi pada saat proses produksi, sedangkan ayam olahan (nugget) sebesar 14.000

ton/tahun, namun yang dicapai saat ini sebesar 10.000 ton/tahun yang merupakan

bahan jadi dari proses produksi di perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Division yang pendistribusiannya dilakukan menggunakan mobil box

berpendingin dengan suhu 10-15 °C.

Universitas Sumatera Utara


152

4.5. Pengelohan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

Proses produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison beserta unit-

unit penunjang lainnya menghasilkan limbah padat yang berasal dari potongan

daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung,, dan bahan campuran,

serta limbah padat yang berasal dari aktivitas kantor berupa kertas, kemasan plastik,

sampah sisa makanan, dan daun-daun kering. Petugas yang mengumpulkan limbah

padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison berjumlah 1 (satu) orang.

Hasil dari sisa potongan ayam pihak dari PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison melakukan kerja sama dengan pihak peternak babi yang setiap harinya

diangkut oleh pekerja peternak babi menggunakan kereta gerobak. Proses

pengolahan limbah padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison terdiri

dari proses pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan

pemusnahan.

1. Pengumpulan

Proses dari pengumpulan limbah padat dari hasil produksi PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison dikumpulkan oleh petugas di tempat yang khusus

dan kemudian dikumpulkan di TPS (Tempat Penampungan Sementara) yang setiap

harinya petugas KIM Mabar datang mengangkut setiap pukul 14.00 WIB dengan

menggunakan gerobak sampah.

2. Penyimpanan

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison juga melakukan tempat

penyimpanan yang khusus pada jenis limbah berbahaya seperti oli bekas,bola lampu

Universitas Sumatera Utara


153

bekas dan kain majun. Tempat penyimpanan limbah padat dilakukan secara terpisah

antara tempat sampah kering dan sampah basah. Bentuk dari tempat penyimpanan

limbah padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dibuat dengan

kuat,tidak mudah bocor, memiliki tutup dan mudah diangkut.

3. Pengangkutan

Sampah kering dan sampah basah dari hasil produksi tidak dipakai kembali

dan langsung dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Pengangkutan

limbah padat menggunakan gerobak.

4. Pengolahan dan Pemusnahan

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison tidak melakukan pengolahan

dan pemusnahan limbah padat karena semua limbah padat yang berasal dari hasil

produksi dan dari pabrik di ambil oleh petugas kim. Limbah padat yang dihasilkan

tidak boleh dibuang di luar kawasan industri.

4.6. Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

Unit pengolahan limbah cair yang terdapat pada IPAL PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison menggunakan beberapa bak/tangki dengan beberapa

tahapan. Alat dan bahan yang digunakan untuk membantu proses pengolahan limbah

cair yang dilakukan pada unit pengolahan limbah cair adalah penyaringan, koagulan,

pengendapan, dan pengapungan. Bak-bak yang terdapat pada IPAL PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam)

bak/tangki.

Universitas Sumatera Utara


154

Air limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison bersumber dari

proses produksi yang dilakukan. Proses produksi yang menghasilkan air limbah

adalah proses produksi industri produk daging ayam yang terdiri dari pemingsanan,

scalding/ perendaman ayam dalam air panas, pencabutan bulu, pengeluaran jeroan

dan pencucian karkas. Proses produksi sosis dan nugget meliputi Meat preparation,

Raw Material, cooking, chopping, emulsifying. Pada proses Meat preparation dan

Raw Material, dihasilkan air limbah yang banyak menghasilkan lemak, urat, tulang

dan jaringan pengikat pada ayam. Pada cooking, dan chopping dihasilkan air limbah

yang mengandung padatan-padatan yaitu tepung dan minyak. Selain itu pada proses

cooking, dan chopping juga ditemukan limbah padat yakni bungkus tepung.

Selanjutnya air limbah juga berasal dari proses emulsifying.

Pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

dilakukan secara sederhana. Dimana pengolahan tersebut berdasarkan pada

perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak. Memisahkan saluran pembuangan

limbah cair dengan saluran limpasan air hujan.

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison mempunyai petugas khusus

pengolahan limbah cair yang terdiri dari 4 (empat) orang, yang terbagi 2 (dua) shift

pagi dan siang, setiap 1 (satu) shift terdiri dari 2 (dua) orang.

Penggunaan air pada industri PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

berasal dari aliran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi. PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison akan melaksanakan reuse / recycle air limbah

diantaranya untuk kepentingan penyiraman tanaman penghijauan di musim kemarau.

Universitas Sumatera Utara


155

Selain itu akan dibuat sumur resapan dan Lubang Resapan Boipori (LRB) dibeberapa

lokasi. Berikut skema neraca penggunaan air pada PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison sampai kepada saluran Kawasan Industri Medan dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 4.4. Penggunaan Air PT.Charoen Pokphand Indonesia Food


Division

Pembuatan
Es
(150 m³ / Gardening
hari)

Proses IPAL Kolam Cuci


Produksi 1.550 IPAL Mobil
(1.600 m³ / m³/hari
hari)
Sumber Air Flush
PDAM Toilet

Kebutuhan Saluran
Karyawan Kawasan

Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia

Berdasarkan gambar di atas bahwa PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison menggunakan sumber air yang berasal dari PDAM. Dari sumber air tersebut

dipergunakan untuk kegiatan yaitu pembuatan es yang dipakai sebesar 150 m³/hari,

proses produksi sebesar 1600 m³/hari, dan kebutuhan karyawan misalnya WC/kamar

mandi. Pada proses produksi di dapat limbah cair sebesar 1.550 m³/hari yang terdiri

dari lemak dan minyak selanjutnya di tampung pada kolam IPAL. Dari kolam IPAL

tersebut dibagi menjadi ke beberapa saluran diantaranya 30 % masuk ke saluran

Universitas Sumatera Utara


156

kawasan industri medan (KIM) dan 70 % digunakan kembali untuk cuci mobil, flush

toilet dan gardening dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan.

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison hanya menggunakan satu

sistem pengolahan limbah cair yakni pengolahan primer (Primary Treatment).

1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tahapan-tahapan pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain penampungan dengan

menggunakan 6 (enam) tangki/bak penampungan dari hasil proses produksi sisa-sisa

dari lemak ayam, tepung, dan minyak. Proses ini dilakukan pengolahan untuk

selanjutnya di salurkan ke kawasan industri medan (KIM) yang mengacu pada

peraturan Per.Men LH No.14/2008, Pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.5. Skema pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand


Indonesia Food Divison

Proses
Produksi

Saluran Pipa Saluran


Kolam Kawasan
Kolam Proses Industri
Penyaringan Netralisasi Medan

Kolam
Penyaringan Kolam
Pemisahan
Lanjutan Pengendapan
minyak
dan lemak

Universitas Sumatera Utara


157

Berdasarkan skema diatas pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison bertujuan untuk mengefektifkan kinerja pengolahan limbah

cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan beberapa proses

pengolahan limbah cair yaitu:

1. Proses Penyaringan (screening)

Proses ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menfilterisasi (menyaring)

bahan-bahan tersuspensi yang berukuran besar yang mengendap maupun

terapung di dalam pengolahan bak pertama.

2. Proses penyaringan lanjutan

Proses ini merupakan proses lanjutan dari bak penampungan pertama untuk

memastikan bahan-bahan tersuspensi yang berukuran besar atau terapung tidak

tercampur lagi dari proses penyaringan pertama.

3. Proses pemisahan

Proses ini merupakan penyisihan atau pemisahan bahan-bahan tersuspensi seperti

pemisahan minyak dan lemak yang dilakukan yakni dengan menggunakan PAC

(Poly Alum Chloride).

4. Proses Koagulasi

Proses koagulasi yang dilakukan pada bak ini merupakan lanjutan dari proses

PAC (Poly Alum Chloride) pada proses pengolahan sebelumnya. Kandungan

padatan pada air limbah setelah bereaksi dengan PAC sebagai zat koagulan, pada

bak ini akan menggumpal. Gumpalan-gumpalan atau flok-flok menjadi lebih

besar dan lebih berat dari flok-flok yang terdapat pada bak sebelumnya. Pada bak

Universitas Sumatera Utara


158

ini dilakukan proses netralisasi yaitu proses menetralkan pH air limbah.

Netralisasi ini juga menggunakan PAC (Poly Alum Chloride) ke dalam air

limbah.

5. Proses Pengendapan (sedimentasi)

Air limbah dialirkan dari bak pengolahan yang satu ke bak pengolahan yang lain

dengan menggunakan saluran yaitu pipa besi. Air limbah dialirkan secara

berkesinambungan dengan memakai prinsip pengaliran dari bawah ke atas agar

kecepatan air limbah yang mengalir mencapai kecepatan yang sesuai untuk

dilakukan pengendapan. Proses pengendapan pengolahan limbah cair diangkut

setiap hari oleh petugas Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar.

6. Proses Netralisasi

Dengan menggunakan PAC (Poly Alum Chloride) pada proses netralisasi

dimaksudkan untuk menetralisir pH air limbah sehingga dapat mencapai kadar

yang optimum. Tetapi PAC sebagai koagulan pH air hasil pengolahan tidak

mengalami penurunan pH yang cukup tajam, dikarenakan pengolahan limbah

Setelah melalui tahapan netralisasi, air limbah sudah dianggap bersih dan

selanjutnya disalurkan langsung ke KIM (Kawasan Industri Medan) dan

dilanjutkan pengolahan limbah selanjutnya.

2. Pengolahan Sekunder (secondary treatment)

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison tidak melakukan proses

pengolahan sekunder begitu juga dengan pengolahan tersier karena PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison hanya melakukan pengolahan primer karena

Universitas Sumatera Utara


159

pengolahan selanjutnya dialirkan ke kawasan industri medan (KIM). PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison memasang alat ukur debit atau laju air limbah cair

dan dilakukan pencatatan debit aliran limbah cair dan disalurkan ke KIM Mabar.

4.7. Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison memeriksakan efluennya

secara teratur sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan. Pemeriksaan air limbah PT.

Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dilakukan oleh KIM Mabar dan Badan

Lingkungan Hidup Deli Serdang. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

juga mempunyai laboratorium sendiri dan setiap hari dilakukan pemeriksaan, BOD,

COD, TSS, Minyak dan Lemak, Amonia dan pH.

Beroperasinya kegiatan perusahaan berdampak pada kualitas air limbah.

Guna mengetahui besarnya konsentrasi kualitas air di lokasi studi telah dilakukan

pengukuran sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Kualitas Air Limbah PT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division
Tahun 2013
Parameter Satuan Hasil Baku Keterangan
Pemantauan Mutu
FISIKA
TSS mg/L 61,25 100 Tidak melebihi baku mutu
KIMIA
pH 6,25 6,5-9,0 Tidak melebihi baku mutu
Ammonia mg/L 4,75 10 Tidak melebihi baku mutu
BOD mg/L 53,85 250 Tidak melebihi baku mutu
COD mg/L 105,20 125 Tidak melebihi baku mutu
Minyak dan mg/L 4,20 10 Tidak melebihi baku mutu
Lemak
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara


160

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kualitas air limbah PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison tahun 2013 mencakup parameter yang diperiksa

meliputi TSS, pH, Ammonia, BOD, COD, dan Minyak dan Lemak sudah memenuhi

Baku Mutu Per.Men LH No.14/2008 tentang Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau

Kegiatan Pengolahan Daging

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada bulan Juni

2014 oleh Badan Lingkungan Hidup Deli Serdang yang diterbitkan pada tanggal 30

Juni maka dapat diketahui hasil pemeriksaan air limbah industri PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison dengan pemeriksaan yaitu BOD, COD, TSS,

Minyak dan Lemak, Amonia dan pH .Untuk mengetahui kualitas limbah cair PT.

Charoen Pokphand Indonesia Food Divison yang dilakukan Badan Lingkungan

Hidup Deli Serdang dibandingkan dengan Per.Men LH No.14/2008 tentang Baku

Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging

Hasil pemeriksaan laboratorium air limbah industri PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison dapat dilihat pada tabel 4.5.,dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara


161

Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison Bulan Juni 2014

Parameter Satuan Hasil Baku Keterangan


Pemantauan Mutu
FISIKA
TSS mg/L 60,25 100 Tidak melebihi baku mutu
KIMIA
pH 7,00 6-9 Tidak melebihi baku mutu
Amonia mg/L 3,5 10 Tidak melebihi baku mutu
COD mg/L 101 250 Tidak melebihi baku mutu
BOD5 mg/L 47,85 125 Tidak melebihi baku mutu
Minyak dan mg/L 3,15 10 Tidak melebihi baku mutu
Lemak
Sumber : Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison Bulan Juni 2014, Badan Lingkungan Hidup
Deli Serdang

Dari hasil pengamatan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

terlihat bahwa parameter kualitas air limbah berdasarkan baku mutu Per.Men LH

No.14/2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan

Pengolahan Daging telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Hasil kualitas air

limbah yang didapat dari proses pengolahan limbah cair merupakan pengolahan

primer dimana pengolahan yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison merupakan syarat yang diberikan oleh pihak KIM, apabila hasil

kualitas air limbah tersebut melebihi dari baku mutu yang sudah disesuaikan, maka

pihak KIM tidak akan menerima dan member teguran terhadap perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


162

BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Bahan Baku produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division

Bahan baku yang digunakan pada pembuatan nugget dan sosis di PT.

Charoen Pokphand Indonesia Food Divison terdiri dari bahan baku dan bahan

penolong, bahan baku tersebut merupakan bahan baku yang telah melalui

pengawasan ketat HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) serta

pengawasan quality control (QC) oleh pihak ketiga (laboratorium) didampingi

petugas dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dan hasil pengujian

tersebut di bawa langsung oleh petugas tersebut ke pabrik.

Pengawasan ketat yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison bertujuan untuk dapat mempertahankan atau bahkan memperluas

pemenuhan produksi perusahaan, yang harus mampu menjaga kualitas dan berusaha

untuk dapat meningkatkan kualitas dari produksi perusahaan. Serta menitik beratkan

pada suatu upaya atau kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan bahan

baku tersebut dari segala bahaya-bahaya apa saja yang mungkin dapat mengganggu

dan merusak kesehatan, mulai dari pemilihan bahan baku dan penggunaan bahan

baku sebelum diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan produk,

pengangkutan, dan penjualan sampai pada saat dimana nugget dan sosis siap untuk

dikonsumsi oleh masyarakat (konsumen).

Bahan baku yaitu daging ayam yang digunakan oleh PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison memiliki ciri-ciri fisik yakni daging ayam yang masih segar

Universitas Sumatera Utara


163

(tidak terjangkit penyakit), tidak berbau busuk (bahan baku ayam yang telah

dilakukan proses pemotongan di lokasi pembesaran dan didatangkan ke pabrik), kulit

halus tidak berbintik dan tidak berbulu (telah melalui proses pemotongan dan

pembersihan bulu dan lain-lain), dan warna daging yang sehat (putih kemerahan).

Menurut Kusmayadi 2008, Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalaui

ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya.

Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk

pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida.

Bahan baku yang didatangkan dari lokasi pembesaran seperti Kecamatan

Kutalimbaru dan Kematan Tanjung Morawa (Kabupaten Deli Serdang) merupakan

bahan baku ayam yang telah melalui uji kesehatan yang ketat. Sehingga PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison tidak melakukan pengujian kembali dikerenakan

telah dilakukan pengujian di lokasi-lokasi pembesaran dan pemotongan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan sendiri, yakni anak perusahaan PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison.

Bahan baku yang didatangkan langsung dari lokasi pembesaran maupun

pabrik (tepung/bahan penolong) menggunakan mobil barang jenis colt diesel 6

(enam) roda dan 22 roda (peti kemas/Trailer), dari PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison, untuk bahan penolong khusus didatangkan dari Thailand (Tapioca

Development Corp LTD).

Pada saat tiba di pabrik food division, bahan baku dan bahan penolong

tersebut dilakukan pengecekan administrasi (surat angkut barang yang telah

Universitas Sumatera Utara


164

dilakukan pengujian di lokasi sebelumnya) yang dibawa oleh petugas angkut barang

dari perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison.

Setelah dilakukan pengecekan administrasi, selanjutnya bahan baku tersebut

diangkut oleh petugas angkut barang PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

dengan menggunakan mobil angkut barang (Forklift) ke tempat penyimpanan bahan

baku (gudang). PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menyediakan tempat

penyimpanan khusus yang berbeda antara bahan baku sebelum di produksi dan

sesudah di produksi. Tempat penyimpanan bahan baku seperti ayam berada di dekat

proses produksi dan bahan penolong lainnya seperti tepung dan minyak di letakkan

di gudang khusus penyimpanan, hal ini dilakukan agar bahan baku dan bahan

penolong tidak rusak dan tidak kehilangan nilai gizinya.

Tempat penyimpanan bahan baku dan bahan penolong di PT. Charoen

Pokphand Indonesia Food Divison sangat terpelihara dan dalam keadaan bersih,

penempatan antara bahan baku dan bahan penolong dengan produk yang sudah jadi

di tempatkan terpisah, karena tempat penyimpanan produk yang sudah jadi memiliki

ketetapan khusus seperti suhu yang sudah disesuaikan yaitu 10 ºC. Bahan makanan

yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun

bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena

kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan

makanan. (Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara


165

5.2. Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi Nugget PT.
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menggunakan proses

produksi terus-menerus karena peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur

rapi dengan memperhatikan urutan-urutan atau routing dalam menghasilkan produk

tersebut, juga arus barang, serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.

Proses produksi umunya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu proses produksi terus-

menerus, proses produksi terputus-putus, dan proses produksi yang bersifat proyek

(Sondang dan Siagan, 2003).

Kegiatan pengolahan nugget dan sosis dilakukan dengan sangat baik dan

terlindung dari kontak langsung dengan tubuh dengan menggunakan baju khusus,

sarung tangan, topi, masker, dan sepatu. Proses pembuatan nugget dan sosis PT.

Charoen Pokphand Indonesia Food Divison sudah memenuhi persyaratan teknis dan

hygienis dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dimana daging

ayam diolah sudah melalui pengawasan yang ketat. Uji kualitas organoleptik

meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada

SNI.01-6638-2002 mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang

dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis

dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan

yang diizinkan.

Produk nugget dan sosis yang sudah siap saji dan sudah di packing

dimasukkan ke ruang pendingin sampai suhu 10 ºC, hal ini dilakukan agar produk

Universitas Sumatera Utara


166

nugget dan sosis yang sudah di cetak mendapat hasil cetakan yang sempurna

sebelum dipasarkan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu

penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari

bahan asalnya (Astawan, 2007).

5.3. Kapasitas Produksi PT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menghasilkan produksi

sebanyak 24 ton per hari. Sedangkan jenis dan kapasitas produksi yang terdiri dari

jenis produksi daging ayam mentah, daging ayam beku, dan ayam olahan. Dimana

masing-masing jenis produksi tersebut memiliki kapasitas produksi/ tahunnya.

daging ayam mentah sebesar 33.632 ton/tahun, namun pada capaian saat ini masih di

kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku produksi.

Daging ayam beku sebesar 18.000 ton/tahun, namun pada capaian saat ini

masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku dan bahan setengah

jadi pada saat proses produksi, sedangkan ayam olahan (nugget) sebesar 14.000

ton/tahun, namun yang dicapai saat ini sebesar 10.000 ton/tahun yang merupakan

bahan jadi dari proses produksi di perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Division yang pendistribusiannya dilakukan menggunakan mobil box

berpendingin dengan suhu 10-15 °C.

5.4. Pengolahan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison jenis limbah padat yang bersumber dari proses produksi

Universitas Sumatera Utara


167

terdiri dari potongan daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung,

dan bahan campuran, serta limbah padat yang berasal dari aktivitas kantor berupa

kertas, kemasan plastik, sampah sisa makanan, dan daun-daun kering. Limbah padat

adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari

suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002).

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan proses

pengolahan limbah padat dimulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan,

pengolahan dan pemusnahan. Pengumpulan limbah padat dari hasil produksi

dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah. PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison melakukan pemisahan tempat penyimpanan antara tempat sampah

kering dan tempat sampah basah. Bak sampah terdiri dari 3 (tiga) bak sampah : Hijau

(Untuk Organik), Kuning (Untuk An-organik), Merah (Untuk Logam dan Kaca).

Penggolongan jenis limbah padat dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat

mengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya dan karakteristik. Berdasarkan

karakteristiknya limbah padat dibedakan yaitu sampah basah, sampah kering

(Depkes RI, 1987).

Proses pengolahan limbah padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison dilakukan oleh petugas yang mengumpulkan limbah padat, proses

pengumpulan limbah padat dari hasil produksi disiapkan tempat sampah (tempat

penampungan sebelum diangkut ke TPS) di masing-masing ruangan proses produksi

dikumpulkan di TPS (Tempat Penampungan Sementara) Untuk limbah padat

domestik disediakan TPSS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) di disetiap

Universitas Sumatera Utara


168

ruangan. Konstruksi tempat penyimpanan limbah padat dibuat dengan kuat, tidak

mudah bocor, memiliki tutp dan mudah diangkut. PT. Charoen Pokphand Indonesia

Food Divison melakukan pembersihan pada sarana pembuangan sampah/limbah

padat dengan melakukan pencucian terhadap TPS (bak sampah) secara rutin segera

setelah sampah diangkut. Penyimpanan sementara yang perlu diperhatikan konstruksi

harus kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup, mudah dibuka tanpa mengotori

tangan, serta ukuran mudah diangkut (Wahit dan Nurul, 2009).

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan pemantauan

setiap hari terhadap limbah padat di sekitar lokasi industri selama kegiatan

operasional berlangsung.

5.5. Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

Proses pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison dilakukan secara sederhana, pengolahan pendahuluan yang dilakukan pada

bak penampungan air limbah, sebelum air limbah dialirkan ke IPAL, pengolahan

tersebut berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak, dimana

berat jenis minyak lebih kecil dari pada berat jenis lemak, selanjutnya dilakukan

pengangkatan minyak dan lemak yang berada di atas permukaan air limbah.

Pengolahan pendahuluan yang dilakukan pemisahan minyak dan lemak secara

manual, menggunakan metode Screening atau penyaringan benda-benda padat yang

berukuran agak besar.

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan

sangat beragam. Metode ditetapkan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi

Universitas Sumatera Utara


169

yang terkandung dalam air limbah. Proses- proses pengolahan tersebut dapat

diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya

salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan atau faktor finansial terdiri dari Pengolahan Primer (penyaringan,

pengolahan awal, pengendapan, pengapungan) (Achmad, 2008).

Proses pengolahan limbah cair yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison menggunakan pengolahan primer. Upaya yang dilakukan

PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison adalah dengan mendiamkan air

limbah pada bak penampungan beberapa sehingga diperoleh keseimbangan suhu

antara suhu air limbah dengan suhu lingkungan sebagai berikut :

7. Penyaringan (screening)

Saluran pipa hasil proses produksi yang di salurkan ke bak penampungan

mengalami proses penyaringan. Proses penyaringan yang dilakukan untuk

menangkap bahan-bahan yang berukuran besar seperti tulang, potongan daging, dan

kemasan bekas bumbu. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

menggunakan filter (saringan). Menurut Achmad (2008) penyaringan merupakan

cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar

dari air limbah. Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring

menggunakan jeruji saring.

8. Proses penyaringan lanjutan

Proses penyaringan ini merupakan proses penyaringan yang dilakukan oleh

penyaringan dari bak pertama. Kegunaan dari penyaringan lanjutan ini untuk

Universitas Sumatera Utara


170

mengoptimalkan proses pengolahan limbah sebelumnya dan mengurangi bahan-

bahan tersuspensi. Menurut Achmad (2008) limbah yang sudah tersaring yang

berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi yang menggunakan

tangki dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan

memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki

sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

9. Proses pemisahan

Air limbah pada bak penampungan yang telah dilakukan pengolahan

pendahuluan dialirkan ke IPAL menggunakan pipa. Selanjutnya proses yang

dilakukan pertama kali di IPAL adalah proses pemisahan minyak dan lemak dari air

limbah. Menurut Soeparman (2002), memisahkan minyak dan lemak yang terdapat

pada air akan menyebabkan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut, dan dapat

mengganggu kehidupan yang ada di air..

Sebagai petunjuk dalam mengelola air limbah, maka efek buruk yang dapat

menimbulkan permasalahan pada dua hal, yaitu pada saluran air limbah dan pada

bangunan pengolahan. Apabila lemak tidak dihilangkan sebelum dibuang ke saluran

air limbah dapat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan air dan

menimbulkan lapisan tipis di permukaan sehingga membentuk selaput (Sugiharto,

2008).

Minyak dan lemak yang harus dipisahkan pada tahapan pengolahan ini, lebih

sedikit daripada saat pengolahan pendahuluan. Pemisahan minyak dan lemak yang

dilakukan adalah dengan menggunakan PAC (Poly Alum Chloride). PAC ini

Universitas Sumatera Utara


171

berfungsi sebagai koagulan atau flokulasi untuk menguraikan larutan yang keruh dan

menggumpalkan partikel, sehingga memungkinkan untuk memisah kandungan

minyak dan lemak pada air limbah sehingga terbentuk flok-flok.

10. Proses Koagulasi

Prinsipnya adalah menggumpalkan padatan-padatan tersuspensi yang terdapat

pada air limbah. Minyak dan lemak yang digolongkan sebagai padatan serta padatan-

padatan lainya yang terdapat pada air limbah, dengan bantuan dai koagulan akan

menggumpalkan dan membentuk flok-flok. Selanjutnya flok-flok akan mengendap

secara perlahan-lahan ke dasar bak sehingga dapat mengendap dengan bantuan gaya

grafitasi. Setiap 2 (dua) jam sekali petugas limbah mengangkut lemak tersebut dan

meletakkan pada tempat pengendapan khusus.

Menurut Sugiarto (2008), koagulasi merupakan proses kimiawi yang

dilakukan pada pengolahan pertama, koagulasi dilakukan untuk membantu proses

pengendapan pada tahapan berikutnya untuk mengurangi jumlah padatan yang

tersuspensi pada air limbah

11. Proses pengendapan

Proses pengendapan yang terjadi dipengaruhi oleh pengaturan besar kecilnya

tangki/bak sehingga air limbah yang ada, akan meninggalkan bak tersebut setelah

mengendapkan padatan kandungannya. Tangki pengendapan diharapkan dapat

mengendapkan padatan dengan kecepatan yang sama, dimana aliran air limbah

dibuat dengan kecepatan aliran yang sama dan konstan pada setiap titik, sehingga

Universitas Sumatera Utara


172

memungkinkan padatan untuk mengendap secara vertikal ke bawah (dasar bak)

sebagai akibat gaya grafitasi (Sugiharto, 2008)

Proses pengolahan air limbah yang dilakukan PT. Charoen Pokphand

Indonesia Food Divison berlangsung secara berkisambungan dengan menggunakan

pipa sebagai salurannya. Proses pengendapan yang dilakukan hanya mengandalkan

metode pengaliran air limbah dari bawah ke atas yang memelankan laju air limbah,

bukan menggunakan waktu tinggal (detention time) sehingga pengendapan yang

terjadi tidak maksimal. Menurut Sugiharto (2008) waktu tinggal yang baik adalah 2

jam, sehingga perlu diupayakan agar proses pengendapan memiliki waktu tinggal

yang sesuai.

12. Proses Netralisasi

Proses netralisasi dilakukan untuk menetralkan air limbah sehingga mencapai

kadar pH yang netral (normal) yaitu 6,0-9,0. Proses ini dilakukan agar air limbah

yang telah diolah tidak melebihi batas maksimum yang sudah ditentukan oleh pihak

kawasan industri medan (medan). Proses netralisasi ini dilakukan dengan

menggunakan PAC.

Penggunaan PAC sebagai koagulan juga sebagai penurunan pH tetapi pH

pada air hasil pengolahan tidak mengalami penurunan pH yang cukup tajam seperti

pada penggunaan koagulan aluminium sulfat/tawas. Hal ini menyebabkan pH air

yang menggunakan aluminium sulfat akan bersifat lebih asam dari pada

menggunakan koagulan PAC (Elita, 2006).

Universitas Sumatera Utara


173

5.6. Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison

Keadaan kualitas air limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

yang dilakukan pada tahun 2013 yang diperiksa oleh Badan Lingkungan Hidup Deli

Serdang adalah TSS sebesar 61,25 mg/L, pH 6,25, Ammonia 4,75 mg/L, BOD 53,85

mg/L, COD 100,20 mg/L, dan Minyak dan Lemak 4,20 mg/L. Seluruh parameter

yang diperiksa sudah memenuhi syarat sesuai yang disyaratkan pada Baku Mutu Air

Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging Per.Men LH

No.14/2008. Pada Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan

Pengolahan Daging Per.Men LH No.14/2008 kadar maksimum yang diperbolehkan

untuk parameter TSS, pH, Ammonia, BOD, COD, dan Minyak dan Lemak berturut-

turut adalah 100 mg/L, 6-9, 10 mg/L, 125 mg/L, 250 mg/L, dan 10 mg/L. Hasil

pemeriksaan yang dilakukan pada Bulan Juni 2014 adalah TSS sebesar 60,25 mg/L,

pH 7,00, Ammonia 3,5 mg/L, BOD 47,85 mg/L, COD 101 mg/L, dan Minyak dan

Lemak 3,15 mg/L.

Walaupun hasil pemeriksaan yang ditunjukkan per tahun mengalami

kenaikan maupun penurunan (fluktuasi) yang relatif signifikan, semua hasil dari tiap

parameter air limbah yang diperiksa berada pada batas yang diperbolehkan oleh

Baku Mutu Air Limbah. Rata-rata hasil yang diperboleh untuk tiap parameter air

limbah, terutama bulan Juni 2014 menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang

ditunjukkan dari pemeriksaan berada di bawah Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha

Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging Per.Men LH No.14/2008.

Universitas Sumatera Utara


174

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Proses pengolahan limbah padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison yang bersumber dari proses produksi yang terdiri dari sisa produksi,

seperti: potongan daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung,

dan bahan campuran. Proses pengolahan limbah padat dilakukan dengan

beberapa tahap yaitu pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan.

2. Proses pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison

melalui pengolahan primer (pre Treatment) dengan enam tangki penampungan

yang menggunakan proses PAC (Poly Alum Chloride) pada prinsipnya

berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak. Pengolahan

limbah cair selanjutnya dilakukan oleh pihak KIM Mabar.

3. Hasil analisis kualitas limbah cait di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food

Divison telah sesuai dengan baku mutu. Hasil analisis sesuai dengan Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup No. 14/2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi

Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging.

6.2. Saran
1. Pemerintah daerah harus pro aktif mendampingi dengan serius dan baik jalannya

proses pengelolaan limbah hasil industri yang ada di wilayahnya agar hal-hal

yang diinginkan dapat bersinergi demi kepentingan bersama khususnya

masyarakat di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara


175

2. Pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison yang ada

saat ini yakni pengolahan primer dianggap sudah memenuhi salah satu

persyaratan pengelolaan limbah, namun akan lebih baik lagi dilakukan

pengolahan sekunder dan juga pengolahan tersier agar benar-benar

meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

3. Disarankan kepada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison untuk

menjaga pengolahan limbah padat dan cair.

4. Melakukan proses daur ulang khususnya untuk limbah padat guna

menghilangkan bahan pencemaran atau meminimalkan bahan pencemaran hingga

batas yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


176

DAFTAR PUSTAKA

Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci
dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi
Peternakan. Fakultas Pertanian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Anonimous, 1997. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis
Sp.).Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor:
Institut Pertanian Bogor

Azwar, A.1996. Pengantar ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber


Widya.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Jakarta :


Badan Standardisasi Nasional

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesahatan Menuju Indonesia Sehat


2010, Jakarta.

Depkes RI, 1987. Pembuangan Sampah.Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga


Sanitasi Pusat, Jakarta.

Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri,
Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya.

Ikbal, M.W. dan Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Dan
Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta.

Jamaludin, R.B; Hastuti P; dan Rochmadi.2008. Model Matematik Perpindahan


Panas dan Massa Proses Penggorengan Buah pada Keadaan Hampa.
Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta :
Universitas Gajah mada

Kantor Menteri Lingkungan Hidup, 1998. Kebijaksanaan dan strategi nasional


Pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan ke


VI. 2001. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Universitas Sumatera Utara


177

Kristanto, P, 2002. Ekologi Industri. Andi, Yogyakarta.

Kusnoputranto, H, 2002. Kesehatan Lingkungan. FKM UI, Jakarta.

Marliyati, S.A.A. Sulaeman dan F. Anwar. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat


Rumah Tangga. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Maghfiroh, I. 2002. Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Terhadap


Karakteristik Nugget Ikan Patin (Pangasius hypothalamus).Skripsi.
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor

Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Palungkun, R.A. Budiarti. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya

Purnama, D. 2004. Sistem Pengolahan Air Limbah Industri Minyak Goreng PT.
Asinagro Agung Jaya. Skripsi. Program Studi Kesehatan Lingkungan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan. Universitas Sumatera Utara.

Pramudyanto, B, 2003. Pemeriksaan Industri dalam Pengendalian Pencemaran.


Agung, Semarang.

Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi Filler
Tepung Tapioka yang Berbeda. Skripsi.Yogyakarta : Fakultas
Peternakan Universitas GajahMada

Rismunandar, M.N. Riski. 2003. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Edisi revisi.
Jakarta : Penebar Swadaya

Sastrawijaya, T, 1997. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Slamet, J. S, 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University, Yogyakarta.

Soeparman, S, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Sondang, P.S, 2003.Teori dan Praktek Kepemimpinan , PT. RINEKA CIPTA


Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


178

SuE, R. A. 2008. Teknologi Pengelolaan Limbah dan Mutu Limbah Industri.


Jakarta

Sugiharto, 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Wardhana, W. A, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

Universitas Sumatera Utara


179

LAMPIRAN I

LEMBAR OBSERVASI

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR PADA PABRIK FOOD


DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA KAWASAN INDUSTRI
MEDAN (KIM) MABAR KECAMATAN MEDAN DELI SUMATERA UTARA
TAHUN 2014

Nama : Pabrik Food Division PT.


Perusahaan Charoen Pokphand
Indonesia,
Lokasi : Kawasan Industri Medan
Kegiatan (KIM) Mabar

Responden : Pimpinan P&G Mgr / Head

A. Bahan Baku

1. Sebutkan bahan baku pembuatan makanan olahan (food division) Nugget yang

memproduksi Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey :

a. ………………………………………………………………………………..

b. ………………………………………………………………………………..

c. ……………………………………………………………………………….

2. Apakah ada syarat yang di pakai untuk menentukan bahan baku yang layak

untuk digunakan proses pembuatan makanan olahan (food division) Nugget?

Jika ya, jelaskan!

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

B. Proses Produksi

Universitas Sumatera Utara


180

1. Jelaskan bagaimana proses pembuatan makanan olahan (food division) nugget

produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia ?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………….

2. Sebutkan berapa kapasitas hasil produksi per hari?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

3. Kemana saja hasil produksi makanan olahan (food division) nugget ini di

distribusikan?

...............................................................................................................................

.............................................................................................................................

C. Limbah Cair

I. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

1. Sebutkan berapa jumlah petugas pengolahan limbah cair di PT. CP. Food

Division?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

2. Sebutkan sumber-sumber utama air limbah dari proses produksi ?

a. ..........................................................................................................................

b. ………………………………………………………………………………

c. ……………………………………………………………………………..

Universitas Sumatera Utara


181

3. Apakah PT. CP. Food Division melakukan tahap-tahap pengolahan primer

seperti penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan pengapungan? Jika

ya, jelaskan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

4. Jelaskan tahapan-tahapan pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand

Indonesia pabrik Food Division!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

5. Apakah PT. CP. Food Division melakukan penyaringan terhadap pengolahan

air limbah hasil produksi? Jelaskan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

6. Apakah PT. CP. Food Division melakukan proses pengendapan pada

pengolahan air limbah ? jelaskan!

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

7. Apakah ada dilakukan perlakuan khusus oleh PT. CP. Food Division untuk

proses pengendapan air limbah ?

Universitas Sumatera Utara


182

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

8. Berapa lama jangka waktu pengangkutan dari hasil pengendapan pengolahan

air limbah di PT. CP. Food Division?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

9. Kemana dibuang hasil pengendapan dari pengolahan air limbah tersebut?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

10. Apakah PT. CP. Food Division menggunakan alat yang dapat menghasilkan

pemisahan lemak dan minyak sehingga kemudian dapat disingkirkan?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Apakah PT. CP. Food Division melakukan proses pengolahan

secara biologis dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat

mengurai/ mendegradasi bahan organik?

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………

Jelaskan jenis / metode pengolahan limbah cair di PT. Charoen

Universitas Sumatera Utara


183

Pokphand Indonesia pabrik Food Division!

……………………………………………………………………………

……………

……………………………………………………………………………

……………

Apakah PT. CP. Food Division telah melakukan pemisahan saluran

pembuangan limbah cair dengan saluran air hujan?

……………………………………………………………………………

……………

……………………………………………………………………………

……………

Apakah PT. CP.Food Division telah membuat saluran pembuangan

limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan

limbah cair ke lingkungan ?

……………………………………………………………………………

……………

………………………………………………………………………

…………

III. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Apakah CP. Food Division telah memasang alat ukut debit atau

laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit aliran limbah

cair tersebut ?

……………………………………………………………………………

Universitas Sumatera Utara


184

……………

………………………………………………………………………

…………..

Apakah CP. Food Division telah memiliki izin pembuangan

limbah cair? Dan kalau iya, kemana ? (Bapedal, Gubernur atau

instansi lainnya)

………………………………………………………………………

…………

………………………………………………………………………

…………

Apakah CP. Food Division telah memeriksakan kadar parameter

Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya enam bulan sekali

meliputi BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, dan pH?

………………………………………………………………………

…………

………………………………………………………………………

…………

Parameter apa saja yang di ukur pada pengolahan limbah cair

sebelum diolah dan sesudah diolah?

………………………………………………………………………

…………

Apakah PT. CP. Food Division telah menyampaikan laporan

Universitas Sumatera Utara


185

tentang catatan debit harian, kadar parameter Baku Mutu Limbah

Cair, dan Produksi bulanan sesuai dengan fakta sekurang-

kurangnya tiga bulan sekali kepada Bapedal atau instansi lainnya?

Jika iya, kemana?

………………………………………………………………………

…………

………………………………………………………………………

…………

Sebutkan parameter dan hasil analisis kualitas cair PT. Charoen

Pokphand Indonesia Pabrik Food Division KIM Mabar!

Paramet K Tidak
er ad memen
ar uhi
m syarat /
ak Meme
Hasil limbah
si nuhi
cair PT. CP.Food
m syarat
Division
u
m
(m
g/
L)
BOD 12
5
COD 25
0
TSS 10
0
Ammon
ia
10
(NH3-
N)
Minyak 10

Universitas Sumatera Utara


186

dan
lemak
pH 6

9
6
Kuantit m³
as air /to
limbah n
maksim pr
um od
uk
Sumber : Per. Men LH No.14/2008

Sebutkan lokasi pembuangan limbah cair? (misalnya sungai, laut,

selokan umum atau lainnya)

……………………………………………………………………….

.............................................................................................................

...................................

Pernahkan PT. CP. Food Division mendapat teguran/diperkarakan

ke pengadilan atas pelanggaran terhadap peraturan pengadilan

pencemaran air limbah selama tiga tahun terakhir? Jika ya, jelaskan !

………………………………………………………………………

……………

………………………………………………………………………

……………

D. Limbah Padat

1. Pengumpulan

a. Berasal darimana saja limbah padat yang di hasilkan dari PT. CP. Food

Universitas Sumatera Utara


187

Division? Sebutkan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

b. Sebutkan jenis-jenis limbah padat yang berasal dari PT. CP. Food Division ?

1. ……………………………………………………………………………….

2. ……………………………………………………………………………….

3. ……………………………………………………………………………….

c. Berapa banyak volume limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi di

PT. CP. Food Division per hari dalam 1 (satu) kali produksi?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

d. Berapa jumlah petugas yang mengumpulkan limbah padat di PT. CP. Food

Division?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

e. Bagaimanakah proses pengumpulan limbah padat hasil produksi di PT. CP.

Food Division?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

f. Apakah ada tempat pengumpulan khusus untuk limbah padat di PT. CP. Food

Universitas Sumatera Utara


188

Division? Jika ya, jelaskan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

g. Alat apa yang digunakan PT. CP. Food Division untuk melakukan

pengumpulan limbah padat?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

h. Berapa lama limbah padat dikumpulkan?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

2. Penyimpanan

a. Apakah PT. CP. Food Division membuat dan menyimpan limbah padat yang

dimiliki?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

b. Apakah limbah padat yang dihasilkan oleh proses produksi disimpan pada

suatu tempat khusus? Jika ya, jelaskan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

c. Bagaimana konstruksi tempat penyimpanan limbah padat (kuat,tidak mudah

Universitas Sumatera Utara


189

bocor, memiliki tutup dan mudah diangkut)?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

d. Apakah tempat penyimpanan limbah padat dilakukan secara terpisah antara

tempat sampah kering dan basah?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

e. Dalam proses produksi, penyimpanan sisa limbah padat dilakukan dalam

berapa lama?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

f. Sebutkan jenis limbah berbahaya yang disimpan di lokasi CP. Food Division,

dan adakah tempat penyimpanannya yang khusus?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

e. Apakah ada pemisahan limbah padat antara sisa bahan baku dan sisa bahan

jadi dari hasil produksi di PT. CP. Food Division? Jika ya, sebutkan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………….

Universitas Sumatera Utara


190

f. Bagaimana proses pemisahan limbah padat antara sisa bahan baku dan bahan

jadi hasil produksi?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

g. Apakah dari limbah padat (sampah kering) yang dipisah di daur ulang kembali

atau di pakai kembali? Jika ya, sebutkan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………….

3. Pengangkutan

a. Apakah ada petugas khusus yang mengangkut limbah padat hasil produksi dari

PT. CP. Food Division? Jika ya, sebutkan!

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

b. Menggunakan apa limbah padat hasil produksi PT. CP. Food Division di

angkut?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

c. Kemanakah limbah padat dari sisa hasil produksi di buang?

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Universitas Sumatera Utara


191

d. Sebutkan berapa lama jangka waktu limbah padat di angkut?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

4. Pengolahan dan Pemusnahan

a. Bagaimana penanganan limbah padat proses produksi yang dilakukan oleh

pabrik makanan olahan (food division) PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM

Mabar?

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

b. Apakah ada perlakuan khusus terhadap penanganan limbah padat hasil

produksi? Jika ada, sebutkan!

…………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………..

Universitas Sumatera Utara


192

Universitas Sumatera Utara


193

Universitas Sumatera Utara


194

Lampiran IV

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN

Gambar 1. Petugas sedang mengangkut tepung tapioca ke gudang penyimpanan

Gambar 2. Motor Box Terbuka untuk mengangkut limbah padat

Universitas Sumatera Utara


195

Timbangan

mobil

Gambar 3. Kondisi pabrik PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division

Gambar 4. Petugas pabrik akan membuang bongkahan es yang beku

Universitas Sumatera Utara


196

Gambar 5. Petugas sedang mengangkut sampah.

Universitas Sumatera Utara


197

Universitas Sumatera Utara


198

Universitas Sumatera Utara


199

Universitas Sumatera Utara


200

Universitas Sumatera Utara


201

Universitas Sumatera Utara


202

Universitas Sumatera Utara


203

Universitas Sumatera Utara


204

Universitas Sumatera Utara


205

Universitas Sumatera Utara


206

Universitas Sumatera Utara


207

Universitas Sumatera Utara


208

Universitas Sumatera Utara


209

Universitas Sumatera Utara


210

Universitas Sumatera Utara


211

Universitas Sumatera Utara


212

Universitas Sumatera Utara


213

Universitas Sumatera Utara


214

Universitas Sumatera Utara


215

Universitas Sumatera Utara


216

Universitas Sumatera Utara


217

Universitas Sumatera Utara


218

Universitas Sumatera Utara


219

Universitas Sumatera Utara


220

Universitas Sumatera Utara


221

Universitas Sumatera Utara


222

Universitas Sumatera Utara


223

Universitas Sumatera Utara


224

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai