SKRIPSI
OLEH
EKA NOVIYANTI
NIM. 121021014
SKRIPSI
Oleh
EKA NOVIYANTI
NIM. 121021014
HALAMAN PENGESAHAN
Disahkan Oleh:
Komisi Pembimbing
ABSTRAK
ABSTRACT
Agama : Islam
Suku : Jawa
No.75 Medan
Riwayat Pendidikan :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
DELI SUMATERA UTARA TAHUN 2014” . Skripsi ini merupakan salah satu
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan
datang.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak baik secara moril dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima
1. DR. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I serta Ketua Penguji I yang
4. dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Pembimbing II serta Dosen penguji I
5. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
6. Ir. Indra Chahaya S, MSi, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
bimbingan, saran, serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini
7. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
administrasi.
Mamaku Mariati dan adik-adikku Odhie Yan Pranata, S.Kom dan Nasywa
Salsabila Putri yang telah memberikan dukungan doa, semangat dan kasih
10. Teristimewa kepada Akmad Faisal Batubara, S.St.Pi yang selalu membantu
dan memberikan semangat serta perhatian yang tulus selama ini kepada
penulis
Netty, Kak Juli, Evi Sinaga, Nurmala, Dewi, Faisal, Ika Juni, dan seluruh
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
Medan, Januari
2015
Penulis
Eka Noviyanti
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 5
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Bahan Baku produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 85
5.2 Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi
Nugget PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division ........................ 88
5.3 Kapasitas Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division ..... 89
5.4 Pengolahan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 89
5.5 Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division............................................................................................ 91
5.6 Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Division ........................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan
Daging (Per. Men LH No.14/2008) .................................................... 56
Tabel 4.1 Bahan Baku dan Bahan Penolong PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Division ..................................................................................... 66
Tabel 4.2. Jenis dan Kapasitas Produksi PT.Charoen Pokphand Indonesia Food
Division .............................................................................................. 74
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison Bulan Juni 2014 .......................................... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air ............ 10
Gambar 2.3 Proses pengolahan primer limbah cair dengan metode pengapungan
(flotating) ............................................................................................ 55
Gambar 4.2 Tahapan Proses Produksi Sosis PT.Charoen Pokphand Indonesia Food
Division .............................................................................................. 70
Gambar 4.4 Penggunaan Air PT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division .... 78
Gambar 4.5. Skema pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison ............................................................................................... 79
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan industri ini memberikan dampak positif antara lain berupa kenaikan
devisa negara, transpor teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun demikian,
perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak negatif, yaitu berupa
limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu
apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung dirasakan oleh
manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan tetapi,
dampak tak langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup manusia
harus dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat negatif akibat
tersebut diatas mengurangi daya dukung alam. Pencemaran air dan pencemaran
daratan. Kegiatan pencemaran tersebut di atas akan mengurangi daya dukung alam.
Pencemaran udara, air dan daratan perlu dihindari sebagai bagian usaha menjaga
luas/parah yang diakibatkan oleh limbah industri bila tidak diolah terlebih dahulu,
maka dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan suatu kebijaksanaan yang
pengelolaan lingkungan hidup pada Bab V pasal 16, ayat 1 menyatakan bahwa “
Setiap pananggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melakukan pengolahan
bagi setiap industri. Kajian lingkungan yang mengaharuskan setiap industri untuk
Agung Jaya Tanjung Balai tentang unit pengolahan limbah cair menunjukkan bahwa
hasil TSS (Jumlah Padatan Tersuspensi) 11 mg/L, pH 7,34, BOD 13,8 mg/L, COD
26,8 mg/L, Minyak dan Lemak 2 mg/L, dan posfat 0,69 mg/L. Hasil pemeriksaan
yang dilakukan telah memenuhi syarat Baku Mutu Limbah Industri Kep Men LH No.
daerah kabupaten deli serdang tidak memiliki unit pengolahan limbah hanya
memiliki beberapa kolam penampungan limbah saja dan limbah yang berada
rawa-rawa atau perairan seperti parit. Hal tersebut akan mengganggu lingkungan
Sementara itu, Sejak tahun 1997 PT. Charoen Pokphand Indonesia juga
berbahan baku ayam dengan membuka pabrik di daerah Cikande dan Serang yang
Palembang, Dan Surabaya. Produk yang dihasilkan oleh CP food Indonesia ini antara
lain Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey. PT. Charoen Pokphand Indonesia juga
(Food Division) yang menghasilkan limbah padat dan cair. Kegiatan industri PT.
limbah padat yang dihasilkan berupa sisa-sisa dari pengolahan industri tersebut
seperti lemak ayam PT. Charoen Pokphand Indonesia bekerja sama dengan peternak
pengelolaan limbah padat dan cair pada pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand
Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) mabar dari proses industri nugget dengan
produk yang di hasilkan sperti Golden Fiesta, Fiesta, Champ Dan Okey hingga
pengolahan akhir.
1.2.Rumusan Masalah
bagaimanakah Sistem Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Pabrik Food Division PT.
Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar apakah sudah
1.3.Tujuan Penelitian
Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar
(KIM) Mabar.
(KIM) Mabar.
5. Mengatahui bagaimana kualitas limbah cair dan padat dari hasil Industri
Proses Pengelolaan limbah cair dan padat Pabrik Food Division PT.
KIM Mabar maka penulisan membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada bagian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah adalah air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan
rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya.
Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Sugiharto, 2008).
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang
berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi
limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).
Menurut Mulia (2005), air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat
adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses
industri
3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman dan
sebagainya
Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung
dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses
produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama.
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada proses industri,
derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi
aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak
pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri
patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85 – 95% dari jumlah air yang
digunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan
kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya,
Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan
sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana
kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia
nilainya sebelum masuk sistem pengolahan dan setelah limbah keluar system
pengolahan harus diterapkan nilai-nilai parameter kunci yang harus dicapai. Artinya
harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah
1. Mengukur adanya E.Coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah
E.Coli untuk setiap ml air limbah. Jelaslah yang diukur disini ialah bahan
Pengukuran kadar oksigen yang larut ini dianggap pokok karena dengan
lain sebagainya. Ada beberapa cara yang dikenal untuk mengukur kadar
oksigen dalam air limbah industri, antara lain yaitu Kebutuhan Oksigen
Menurut Kusnoputranto 2002, air limbah ini berasal dari berbagai sumber,
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-
garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
tempat
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah
mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat.
Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di air limbah data
Air Limbah
Air (99,9%)
Bahan Padat (0,1%)
Organik Anorganik
Protein (65%) Butiran
Karbohidrat (25%) Garam
Lemak (10%) Metal
Gambar 2.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air
limbah.
2.4. Karakteristik Air Limbah
Ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah menurut Chandra
(2006):
a. Karakteristik Fisik
Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai
0,1% dalam bentuk suspense padat (suspended solid) yang volumenya bervariasi
antara 100-500 mg/l. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100 mg/l air
limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500 mg/l disebut kuat.
b. Karakteristik Kimia
Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal dari air
bersih dan zat organik dari limbah itu sendiri. Saat keluar dari sumber air limbah
bersifat basa. Namun air limbah yang sudah lama atau membusuk akan bersifat
c. Karakteristik bakteriologis
Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk golongan
E.coli
a. Zat padat
Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk total solid,
mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan tersebut. BOD adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-
bahan organik dalam larutan, dibawah kondisi waktu suhu tertentu (biasanya lima
0
hari pada suhu 20 C).
air buangan antara lain : Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phosphor, H2O dalam zat
4. Gas
Adanya gas N2, O2 dan CO2 pada air buangan berasal dari udara yang larut ke
dalam air, sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4berasal dari proses dekomposisi air
(disolved oxygen). Jumlah oksigen yang ada di dalam sering digunakan untuk
5. Kandungan Bakteriologis
Bakteri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja manusia.
Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk
menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air buangan cukup sulit, sehingga
(MPN/Most Probably Number) dalam sepuluh mili buangan serta perkiraan terdekat
6. pH (Derajat Keasaman)
kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila
7. Suhu
Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi
lebih tinggi daripada air minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air.
Kecepatan reaksi atau pengurangan, proses pengendapan zat padat serta kenyamanan
Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan
sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana
kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia
nilainya sebelum masuk system pengolahan dan setelah limbah keluar sistem
pengolahan harus ditetapkan nilai-nnilai parameter yang harus dicapai. Artinya harus
diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan apakah limbah
Menrut Azwar (1996), pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan untuk:
Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai tempat
3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakain untuk keperluan hidup sehari-hari,
Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan batasan dari air limbah yang
merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda
yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah
tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak dikelola
secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kehidupan yang ada. Berikut beberapa dampak yang dapat diakibatkan oleh
a. Ganguan kesehatan
penyakit bawaan air (waterbone disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin
juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang
tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan
limbah juga dapat merembes dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air
tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasya akan menurun sehingga tidak dapat
dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai menghasilkan gas-gas yang
berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air, maka dapat menimbulkan
bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan benda yang terbuat dari besi dan bangunan air kotor lainnya.
Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar
Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut,
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik air limbah yang dihasilkan,
dengan maksud untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah
1. Pengenceran (dilution)
konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan
kegiatan manusia terutama di bidang industri, maka jumlah air limbah yang harus
dibuang menjadi terlalu banyak. Karenanya diperlukan air pengenceran yang terlalu
banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini
air, oksigen terlarut dalam air menjadi cepat habis sehingga menggangu kehidupan
banjir.
ganggang (Algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
antara 1-2 meter. Lokasi kolam harus di daerah yang terbuka sehingga
memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Pengolahan dengan cara ini menurunkan
3. Irigasi
yang digali, dan air akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-
parit tersebut. Air limbah yang berasal dari rumah tangga, perusahaan susu sapi,
rumah potong hewan yang banyak mengandung zat-zat organic dan kadar protein
yang tinggi, dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan
Menurut Sugiharto (2008), tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk
mengurangi BOD, partikel tercampur serta membunuh organism pathogen. Selain itu
komponen beracun serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi
yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar
berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi yang terkandung dalam air limbah.
atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
1. Penyaringan (Screening)
jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari
air limbah.
limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak
yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan
partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses
selanjutnya.
3. Pengendapan
utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah
cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapan
partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air
limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal
4. Pengapungan (Floation)
atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit
dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa
organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.
bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah
akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan
media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke
tangki pengendapan.
air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih
lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi
lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada
metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke
yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah
digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam
limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di
terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan
disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah.
Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
a. Saringan pasir
air limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Saringan ini ada dua jenis
b. Saringan multimedia
granulanya misalnya 0.5 meter antacid dengan 1 mm pada bagian atas, 0.3 meter
pasir silika dengan diameter 0.5 mm. Satu penyaringan menghasilkan 2.7 – 5.4 liter/
c. Microstainning
drum itu dibungkus ayakan bahan stainless steel. Pada penggunaannya drum diputar
dengan 2/3 bagian dari drum terendam di dalam air limbah sehingga air cukup jernih
pembungkusnya dan melekat sehingga ikut terangkat ke atas pada waktu berputar.
d. Vacuum filter
Saringan ini terdiri dari drum horizontal yang dilapisi dengan filter medium
atau spiral, kemudian diputar dalam campuran lumpur dan limbah dengan ¼ bagian
e. Penyerapan
pabrik tenun, kertas, dan pro industri. Fe dan Mn dapat dihilangkan dari dalam air
dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH3) dan MnO2 yang tidak larut dalam air,
g. Osmosis bolak-balik
bahan mineral yang diterapkan untuk memproduk air yang siap dipergunakan lagi.
limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses
– Efektivitas zat
– Biayanya murah
pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier,
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier,
akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil
pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
1. Pengolahan pendahuluan
menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung. Unit yang terdapat
b. Pencacah (communitor)
pada tahap awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap
kedua.
Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk
mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses biologis yang
dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk unit
pengolahan, kemampuan penguraian zat organik yang ada pada limbah tersebut serta
tersedianya lahan. Pada unit ini diperkirakan terjadi pengurangan kandungan BOD
biasa digunakan pada pengolahan tahap kedua berupa saringan tetes (trickling
padatan terlarut melalui proses pertukaran ion, osmosis balik maupun elektrodialisis.
1. Proses pemekatan yang bertujuan mengurangi kadar air yaitu dengan cara
pengapungan.
maupun anaerob.
4. Proses pengurangan air yang bertujuan mengurangi kadar air dari lumpur.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengambil air yang terdapat di dalam
pemadatan.
mikroorganisme patogen yang ada di air limbah. Bahan yang umum dipakai
adalah desinfektan antara lain klorin yang tujuannya untuk merusak enzim
Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang
yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat (Kusnoputranto, 2002). Limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun dan karena sifat dan konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain
sebagainya.
bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai
hewan.
4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa
5. Pertanian
Garbage adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
Rubbish adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang
mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, kardus, plastik
dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/ sukar terbakar sebagian besar
pembakaran.
3. Abu (Ashes)
Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari jenis
zat yang mudah terbakar seperti di rumah, kantor maupun di pabrik-pabrik industri.
Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan
tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-
b. Bahan berbahaya
c. Bahan kimia
d. Mineral
boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat, sarung
kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain :
1. Jumlah penduduk
3. Kemajuan tehnologi
pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk
Meminimalkan penurunan kualitas air tanah dan tanah akibat rembesan atau
leached dari penampungan limbah padat dan penyimpanan sementara limbah B3.
(Kristanto, 2002) :
mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Tempat pembuangan limbah
semacam ini dapat di daratan ataupun di laut. Berbeda dengan limbah padat yang
reaksi kimia baru. Limbah semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum
penanganan khusus seperti tempat dan sarana pembuangannya, tetapi jika limbah
yang dibuang misalnya 4 meter kubik perhari sudah tentu membutuhkan tempat
b. Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan, secara
kimia dapat menimbulkan reaksi saat membentuk senyawa baru. Limbah padat
yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui penyerapan ke dalam
tanah.
lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat pembuangan akhir. Unsur
ditimbulkan.
d. Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai tergantung dari
kondisi limbah, bersifat ekonomis atau non ekonomis. Untuk limbah yang
untuk memanfaatkan kembali bahan yang masih berguna. Sedangkan limbah non
1. Pemisahan
dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Sistem Balistik
Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang lebih seragam,
b. Sistem Gravitasi
yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang karena gravitasi
akan mengendap.
c. Sistem Magnetis
Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet yang terdapat
2. Penyusutan Ukuran
c. berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya dilakukan dengan
3. Pengomposan
banyak dilakukan terhadap limbah yang sudah membusuk, buangan industri, lumpur
a. Pemekatan
b. Penghancuran
c. Pengurangan air
d. Pembakaran
e. Pembuangan
4. Proses pembuangan
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang
a) Pembuangan di laut
dan perlu diingat bahwa tidak semua limbah padat dapat dibuang ke laut. Hal ini
disebabkan :
2. Struktur tanah
fauna.
– Penimbunan/penumpukan
Menurut wahit dan nurul 2009 tahap pengolahan limbah padat terdiri dari
dan pemusnahan.
tidak mudah bocor, memiliki tutup, mudah dibuka tanpa mengotori tangan, serta
ukuran (mudah diangkut). Beberapa persyartaan yang harus dipenuhi antara lain
pengangkut sampah, memiliki dua pintu, dan memiliki dua ventilasi. Ada kran air
untuk membersihkan, tidak menjadi tempat tinggal / sarang lalat dan tikus, serta
mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengumpulan limbah padat dilakukan dengan dua
metode, yaitu sistem duet (tempat sampah kering dan basah), sistem trio (tempat
b. Tahap pengangkutan
kota umumnya ada petugas khusus yang menjadi tanggung jawab pemerintah
(TPA). Sampah dapat dikelola secra langsung. Sampah yang sulit membusuk
tanah. Cara ini memerlukan persyaratan harus tersedia tempat yang luas,
kompos.
1. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau
busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes
2. Sanitary Landfill
dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda
cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
3. insinerasi
alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk
pemanas ruangan
metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-
daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan sampah
organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat dan cair.
menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA
5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan
baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca
jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah
satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
a. Terhadap Lingkungan
1. Dampak Menguntungkan
memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang (Slamet, 2000).
2. Dampak merugikan
Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat
penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan
menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga
menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air (Wardhana,
2004).
b. Terhadap Manusia
1. Dampak menguntungkan
sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan
(Slamet, 2000).
2. Dampak merugikan
Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang
pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi
(Wardhana, 2004).
ISO 14000 pertama kali dicetuskan sebagai hasil dari putaran Uruguay
(negosiasi GATT) dan konferensi tingkat tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun
1992. Pada saat itu GATT menetapkan pada masalah pengurangan “non-tarrif
Non diskriminasi
Labelling) yang dikenal sejak 1992/1993, bahkan di Jerman sudah ada sejak 1977.
Ekolabel adalah sertifikasi atas produk yang dibuat secara akrab lingkungan,
yaitu tidak mencemarkan dan tidak merusak lingkungan, juga harus secara
berkelanjutan. Dari suatu survey yang dilakukan BAPEDAL, ternyata bahwa pada
mempunyai program ekolabel. Bahkan untuk produk hutan dan kehutanan ada
komitmen Indonesia pada ITTO bahwa sebelum tahun 2000 Indonesia sudah harus
mempunyai sistem ekolabel; kalau tidak maka hasil kehutanan Indonesia tidak akan
yang dikeluarkan oleh The International Organization for Standardisation (ISO) dan
lingkup global.
System (EMS) merupakan dasar dari konsep 14000, yaitu suatu sistem untuk
mencapai pengelolaan lingkungan yang baik. Konsep EMS berkembang dari British
Standard, BS 7750, yang dikembangkan oleh British Standards Institution pada tahun
tentang EMS akan mengacu kepada skema EMS yang digambarkan oleh ISO seri
2. Planning
3. Implementation
lingkungan selama ini, dipandang perlu untuk menyusun suatu sistem pengelolaan
mencapai, dan menjaga kebijakan dan tujuan organisasi dalam isu-isu lingkungan
hidup.
suatu acuan yang dapat diterima secara nasional maupun nasional. Agar dapat
diimplementasikan secara efektif, sistem ini harus mencakup beberapa elemen utama
sebagai berikut :
pengelolaan lingkungan.
dan audit.
Setiap organisasi, tanpa batasan bidang kegiatan, jenis kegiatan, dan status
untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik secara sistematis. Implementasi
tersebut bersifat sukarela dan berperan sebagai alat manajemen untuk mengelola
organisasi masing-masing.
lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah
Dalam sertifikasi ISO 14001, ada dua hal yang perlu dicatat:
2. Umumnya sertfikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga
tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembaga
adalah:
1. Perlindungan Lingkungan
Mempertinggi peluang untuk berusaha dan bersaing dalam pasar bebas dalam
era globalisasi.
Standar ISO 14001 menanggung berbagai teknik manajemen yang baik, yang
6. Pengurangan Biaya
kimia maupun limbah dan B3 yang harus diproses kembali. Seperti juga pada
prinsip penerapan sistem mutu ISO 9000. yaitu lakukanlah secara benar dan
Sebagian terbesar prosedur yang ada pada ISO 14001 mensyaratkan tindakan
Terkait dengan hubungan mayarakat yang lebih baik adalah kepercayaan dan
Nugget merupakan bahan pangan yang terbuat dari daging segar olahan yang
telah dimodifikasi melalui pengolahan. Daging ayam olahan memiliki masa simpan
yang lebih lama. Pengolahan daging menjadi produk jadi seperti nugget dapat
Menurut Magfiroh, 2002 nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging
yang terbuat dari daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi
dan dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dan braded). Nugget dibuat dari
daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak
membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu
kemudian dibekukan (Afrisanti, 2010). Produk beku siap saji ini hanya memerlukan
waktu penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung
Standarisasi kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia
dan organoleptik. Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menurut Badan
Standarisasi Nasional (2002) menggunakan uji kualitas kimia meliputi kadar lemak,
ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak, dimasak, dibuat dari campuran
daging ayam giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan
urutan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, juga arus barang,
yang digunakan disusun dan diatur dapat bersifat fleksibel untuk dapat
ukuran.
Kegiatan proses produksi dilakukan pada tempat tertentu dan waktu yang
direncanakan.
pengukusan dan pencetakan, pelapisan perekat tepung dan pelumuran tepung roti,
sebagai berikut :
1. Penggilingan
ditambahkan ke dalam adonan nugget pada waktu penggilingan daging dalam bentuk
pendinginan. Air es selain berfungsi sebagai fase pendispersi dalam emulsi daging,
juga berfungsi untuk melarutkan protein sarkoplasma dan sebagai pelarut garam
2. Pengukusan
pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula (Winarno,
1997). Mekanisasi gelatinisasi, diawali oleh granula pati akan menyerap air yang
memecah kristal amilosa dan memutuskan ikatan–ikatan struktur heliks dari molekul
dan akan pecah membentuk suatu matriks dengan amilosa yang disebut gel
(Winarno, 1997).
Perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati, dan
Pelumuran tepung roti (breading) merupakan bagian yang paling penting dalam
proses pembuatan produk pangan beku dan industri pangan yang lain. Coating adalah
penyimpangan. Breading dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat.
Nugget termasuk salah satu produk yang pembuatannya menggunakan batter dan
breading. Batter yang digunakan dalam pembuatan nugget berupa tepung halus dan
berwarna putih, bersih dan tidak mengandung benda–benda asing. Tepung roti harus
segar, berbau khas roti, tidak berbau tengik atau asam, warnanya cemerlang, serpihan
rata, tidak berjamur dan tidak mengandung benda-benda asing (BSN, 2002).
4. Penggorengan
menggunakan minyak atau lemak pangan. Bahan pangan yang digoreng mempunyai
permukaan luar berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul disebabkan karena
reaksi pencoklatan (Maillard) (Ketaren, 1986). Reaksi Maillard terjadi antara protein,
asam amino, dan amin dengan gula aldehida dan keton, yang merupakan penyebab
terjadinya pencoklatan selama pemanasan atau penyimpanan dalam waktu yang lama
aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan awal adalah untuk menempelkan
perekat tepung pada produk sehingga dapat diproses lebih lanjut dengan pembekuan
warna pada produk, membentuk kerak pada produk setelah digoreng, memberikan
sampai setengah matang. Suhu penggorengan jika terlalu rendah, pelapis produk
menjadi kurang matang. Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna
gelap dan gosong. Waktu untuk penggorengan awal adalah sekitar 30 detik.
berlangsung sekitar 4 menit, atau tergantung pada ketebalan dan ukuran produk.
5. Bahan Pengikat
Bahan pengikat memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan dapat
pengikat dalam adonan emulsi dapat berfungsi sebagai bahan pengemulsi (Afrisanti,
pengolahan dan meningkatkan daya ikat air. Protein dalam bentuk tepung dipercaya
asalnya bahan dari bahan pengikat yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Bahan
pengikat hewani antara lain susu bubuk skim dan tepung ikan (Afrisanti, 2010).
6. Bahan Pengisi
sehingga biaya dapat ditekan (Rahayu, 2007). Fungsi lain dari bahan pengisi adalah
membantu meningkatkan volume produk. Menurut Winarno (1997) pati terdiri atas
dua fraksi yang dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan
fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa berperan penting dalam
stabilitas gel, karena sifat hidrasi amilosa dalam pati yang dapat mengikat molekul
air dan kemudian membentuk massa yang elastis. Stabilitas ini dapat hilang dengan
penambahan air yang berlebihan. Bahan pengisi yang umum digunakan pada
7. Bumbu-bumbu
bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih dan merica (Aswar, 2005). Garam
penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam tidak boleh terlalu banyak
karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa produk
dari berat daging yang digunakan (Aswar, 2005). Pemakaian gula dan bumbu dapat
memperbaiki rasa dan aroma produk yang dihasilkan. Pemberian gula dapat
mempengaruhi aroma dan tekstur daging serta mampu menetralisir garam yang
berlebihan. Bawang putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai penambah aroma
serta untuk meningkatkan citarasa produk. Bawang putih merupakan bahan alami
yang ditambahkan ke dalam bahan makanan guna meningkatkan selera makan serta
untuk meningkatkan daya awet bahan makanan (bersifat fungistotik dan fungisidal).
Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung
komponen sulfur (Palungkun et al, 1992). Merica atau lada (Paperningrum) sering
penyedap masakan dan memperpanjang daya awet makanan. Merica sangat digemari
karena memiliki dua sifat penting yaitu rasa pedas dan aroma khas. Rasa pedas
merica disebabkan oleh adanya zat piperin dan piperanin, serta chavicia yang
Secara umum pembuatan nugget melalui beberapa tahap mulai dari sanitasi
atau kebersihan dari bahan baku seperti daging ayam, daging sapi dan ikan persiapan
bahan baku (raw material), pembentukan adonan dengan cara penggilingan daging
dan bahan tambahan, pencetakan (forming) perekatan tepung dan pelumuran tepung
(packaging). Alur proses pembuatan nugget dapat dilihat dari skema dibawah :
Sanitasi penggorengan
(Frying 1)
Star Up (menghidupkan
mesin) Frying 2
Pada alur proses produksi pembuatan nugget di atas, yang merupakan sumber
limbah terbanyak yakni pada proses pencucian bahan baku dan penggorengan
(Frying1), dan Frying 2 karena pada saat penggorengan dilakukan dengan merendam
produk pada minyak goreng panas selama beberapa saat. Selanjutnya nugget
makanan olahan (food division) ada beberapa metode / tahap yang dilakukan untuk
sebagai berikut :
a. Penyaringan (screening)
limbah cair, penyaringan ini di pasang sesuai dengan kebutuhan misalnya saringan
limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran
relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya
dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
c. Pengendapan
Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak
digunakan pada proses pengolaha primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah
cair didiamkan agar partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat
mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
d. Pengapungan (flotation)
Peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
Limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar
untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam badan air, sehingga tidak
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Pada . Men LH
No.14/2008 tidak ada Baku Mutu Limbah Industri makanan olahan (Food Division)
yang diatur secara khusus maupun spesifik. Baku Mutu Limbah Industri Makanan
Olahan (Food Division) diatur dalam Baku Mutu Limbah Cair Bagi Usaha Dan/Atau
Tabel 2.1.
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging
(Per. Men LH No.14/2008)
2.16.Kerangka Konsep
Kapasitas
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui gambaran tentang Sitem Pengelolaan limbah padat dan cair di Pabrik
Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM)
Mabar.
Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. Alasan pemilihan lokasi ini
karena:
1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis Pengelolaan limbah padat dan
cair pada pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan
2. Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan
terbesar di Indonesia.
3. Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan
(KIM) Mabar merupakan unit kerja peneliti, sehingga hasil penelitian sangat
Desember 2014.
lokasi, wawancara (interview) langsung pada pimpinan devisi produksi selaku P&G
Mgr / Head Pabrik Food Division dan petugas pengelola limbah mengenai proses
pengelolaan limbah padat dan cair di Pabrik Food Division PT. Charoen Pokphand
Charoen Pokphand Indonesia Kawasan Industri Medan (KIM) Mabar. Dimana data-
data berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, sistem Pengelolaan limbah, data
analisis kualitas limbah padat dan cair yang dihasilkan serta penelusuran kepustakaan
1. Unit pengolahan limbah teridiri dari proses pengolahan limbah padat dan
limbah.
3. Limbah padat adalah limbah yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan
Mabar.
permasalahan.
terhadap lingkungan.
10. Limbah cair adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi PT.
meliputi parameter BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, pH.
Mabar.
12. Air Limbah yang tidak memenuhi syarat adalah air limbah industri
makanan olahan (food division) yang tidak aman untuk dibuang ke badan
air yang tidak memenuhi persyaratan Baku Mutu Limbah Cair untuk
14/2008.
dengan cara membandingkannya dengan teori-teori yang ada dan baku mutu, untuk
14/2008 tentang baku mutu air limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan
Daging.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
pakan ternak, Day Old Chicks dan makanan olahan terbesar di Indonesia. Melihat
Indonesia cukup potensial bagi industri makanan ternak, maka salah satu perusahaan
asing yaitu PT. Charoen Pokphand yang berpusat di Thailand mewujudkan minatnya
untuk menanamkan modalnya dalam jumlah yang besar secara patungan dengan
didirikan tahun 1971 ini merupakan anak perusahaan dari CHAROEN POKPHAND
diproduksi oleh beberapa fasilitas pengolahan makanan berbahan baku ayam dengan
membuka pabrik di daerah Cikande, Serang, yang merupakan salah satu pabrik
kebutuhan pasar yang terus berkembang khususnya produk olahan beku PT. Charoen
Salatiga (Jawa Tengah) pada tahun 2010. Dengan adanya pabrik baru tersebut,
ketersediaan dan kualitas produk akan lebih terjamin sehingga kebutuhan pasar dapat
industri Rumah Potong, Pengolahan dan Pengawetan Produk Daging dan Daging
produksi di lokasi yang telah ada, maka PT. Charoen Pokphand Indonesia membuka
dan memperluas usaha ke wilayah Sumatera Utara yang merupakan pabrik ke- 4 di
Indonesia.
lokasi di jalan Pulau Jawa No. 1, Kawasan Industri Medan I, Kota Medan, Propinsi
Sumatera Utara yang bergerak di bidang Industri Pengawetan Produk Daging dan
Daging Unggas yang memiliki status lahan Hak Guna Bangunan (HGB) dengan luas
lahan 1,3 Hektar dan luas bangunan 5.311 m². Kegiatan Industri Pengawetan Produk
Daging dan Daging Unggas berdiri sejak tahun 2011 bulan Mei, PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison membeli gedung dari PT. SHS (Sang Hyang Seri)
kemudian PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison mulai beroprasi mulai
Oktober 2011. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison memiliki kualitas
produk yang baik, produk yang dihasilkan adalah Golden Fiesta, Fiesta, Champ, dan
Okey dengan bahan baku yang dikirim langsung dari pihak peternakan yang berada
Industri Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas telah menjadi salah
satu sub sector industri yang sangat efesien sehingga produknya bisa dijual dengan
harga yang terjangkau oleh masyarakat. Oleh karenanya, wajar bila industri ini,
manusia Indonesia yang sehat dan cerdas bisa diwujudkan. Disisi lain,
perkembangannya yang semakin efisien, memaksa semua pihak untuk terus mencari
kiat agar dihasilkan suatu hasil kinerja yang semakin efisien. Salah satu kiat itu
Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas PT. Charoen Pokphand Indonesia.
memenuhi persyaratan teknis dan hygienis dengan mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI). Adapun beberapa hal penting yang menjadi perhatian dalam
ayam.
penggantungan kembali;
terdaftar pada :
Point)
Wilayah kerja hasil produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
ini didistribusikan ke seluruh pulau sumatera seperti mini market, mall, super market
dan lain-lain.
4.2. Bahan Baku produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division
syarat dan sudah dilakukan pengawasan yang cukup ketat yang memproduksi Golden
Fiesta, Fiesta, Champ, dan Okey dapat dilihat pada Tabel 4.1.
PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison memiliki bahan baku dan
bahan penolong, bahan baku terdiri dari ayam hidup dan ayam potong serta bahan
penolong terdiri dari tepung, minyak goreng dan bumbu. Setiap masing-masing dari
bahan baku dan bahan penolong mempunyai kapasitas setiap bulannya. Ayam hidup
yang dipakai dalam pembuatan nugget ini sebesar 14.000.000 ekor/bulan yang
berasal dari PIR (Proyek Industri Ringan) yaitu anak perusahaan PT. Chraroen
Asahan, Kabupaten Simalungun, Kota Pematang Siantar, Kota Binjai dan Kota
Tebing Tinggi. Sedangkan ayam potong dipakai sebesar 7.000 ton/bulan yang
berasal dari PIR pemotongan ayam yang disimpan pada frozen seperti lemari
pendingin. Pemakaian bahan baku PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
sebesar 90% yaitu hasil produksi, 10% yaitu sisa dari ayam hidup dan ayam potong
yang tidak memenuhi syarat ketentuan misalnya ayam hidup yang mati pada saat
proses pembesaran dan ayam potong yang sudah tampak tidak segar lagi atau rusak.
Bahan penolong yang terdiri dari tepung sebanyak 8 ton per bulan dan minyak
goreng sebanyak 1.500 ton per bulan dan masing bahan ini diperoleh oleh pabrik
4.3. Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi Nugget PT.
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
secara berkesinambungan dan tanpa berhenti (non stop). Proses produksi dilakukan
Pergantian kegiatan produksi dilakukan pagi, siang, dan malam. Selama kegiatan
produksi, bahan baku yang diolah, dialirkan di dalam pipa dari mesin yang satu ke
Sebelum dilakukan proses produksi pembuatan nugget dan sosis PT. Charoen
industri produk daging unggas, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Penyembelihan Bleeding
Tank/bak darah
Scalding/perendaman
Limbah Cair
ayam dalam air panas
Daging segar
khusus, dimana sebelum masuk pada area tersebut petugas melakukan sterilisasi
dengan menggunakan spray atau semprotan air yang keluar pada tiap lubang pipa
menggunakan pakaian khusus yang dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD)
yang meliputi masker, topi, sepatu, dan sarung tangan. Awal proses produk tersebut
proses pemingsanan ini didapat limbah cair, selanjutnya proses penyembelihan yang
dilakukan oleh orang yang bersertifikat Majelis Ulama Indonesia (MUI), dari proses
penyembelihan tersebut darah ayam ditampung pada bak darah, dan ayam yang
sudah mati dilakukan perendaman di dalm air panas, lalu dilakukan pencabutan bulu
ayam dan menghasilkan limbah padat yang dikumpulkan pada tempat khusus, setelah
semua bulu dicabut dengan bersih dilakukan pemotongan kepala, kaki, dan
pengeluaran jeroan. Hasil dari proses tersebut seperti kepala, kaki dan jeroan dijual
sampai bersih sehingga menjadi daging segar. Daging segar yang sudah di proses
dibagi menjadi beberapa bagian yakni daging mentah potong yang di packing dan di
Sedangkan daging segar yang lain digunakan untuk pembuatan sosis, nugget, bakso
dll. Daging mentah potong hanya dipasarkan di dalam negeri dan untuk limbah
barupa bulu dan darah ayam dikumpulkan terlebih dahuli pada TPS B3 kemudian
Cooking
Cooling
Filling (Packing)
Vaccum
Frozen
Packing Carton
Storaging
Loading (Distribution)
sebagai berikut :
a. Meat Preparation
Dinginkan daging pada suhu 1-4 ºC lalu daging dibersihkan dari tulang, urat dan
jaringan pengikat.
b. Cooking
kemudian digiling lalu dicampurkan dengan tepung dan bumbu lalu diauk.
matang.
c. Cooling
Adonan daging yang sudah masak kemudian didinginkan agar suhunya turun.
d. Filling/packing
e. Vacuum
f. Frozen
Sosis yang sudah dikemas, disusun dalam dus untuk selanjutnya disimpan dalam
Daging Tulang
Raw Material
Ayam Ayam
Chopping
Emulsifying
Molding
Cooking
Freezing
Packing / Cartoning
Storaging
Distribution
a. Raw Material
Daging ayam dibersihkan dari urat dan lemak pada permukaan, lalu dicuci.
b. Chopping
c. Emulsifying
Daging ayam giling dimasukkan ke dalam alat penghacur. Lalu daging dicampur
d. Molding
e. Cooking
Setelah dicetak, nugget kemudian diberi adonan bumbu cair (butter dan breader)
dan dilapisi dengan tepung roti (bread crumb) agar lebih gurih dan renyah.
sebanyak 24 ton per hari. Sedangkan jenis dan kapasitas produksi PT. Charoen
Tabel 4.2. Jenis dan Kapasitas Produksi PT.Charoen Pokphand Indonesia Food
Division
Kapasitas Produksi
Saat Produksi Jenis
(ton/tahun)
Jenis Produksi Alat
Terpasang Saat Bahan Bahan Bahan
Angkut
Ini Baku ½ jadi Jadi
1.Daging Ayam
33.632 √
Mentah
20.000
2.Daging Ayam
18.000 √ √
Beku Mobil
3.Ayam Olahan Berpendi
14.000 10.000 √
(Nugget) ngin
Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia
Jenis dan kapasitas produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division
dilihat dari kapasitas per tahun seperti, daging ayam mentah sebesar 33.632
ton/tahun, namun pada capaian saat ini masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang
Daging ayam beku sebesar 18.000 ton/tahun, namun pada capaian saat ini
masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku dan bahan setengah
jadi pada saat proses produksi, sedangkan ayam olahan (nugget) sebesar 14.000
ton/tahun, namun yang dicapai saat ini sebesar 10.000 ton/tahun yang merupakan
bahan jadi dari proses produksi di perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia
4.5. Pengelohan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
Proses produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison beserta unit-
unit penunjang lainnya menghasilkan limbah padat yang berasal dari potongan
daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung,, dan bahan campuran,
serta limbah padat yang berasal dari aktivitas kantor berupa kertas, kemasan plastik,
sampah sisa makanan, dan daun-daun kering. Petugas yang mengumpulkan limbah
padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison berjumlah 1 (satu) orang.
Hasil dari sisa potongan ayam pihak dari PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Divison melakukan kerja sama dengan pihak peternak babi yang setiap harinya
pengolahan limbah padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison terdiri
pemusnahan.
1. Pengumpulan
Proses dari pengumpulan limbah padat dari hasil produksi PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison dikumpulkan oleh petugas di tempat yang khusus
harinya petugas KIM Mabar datang mengangkut setiap pukul 14.00 WIB dengan
2. Penyimpanan
penyimpanan yang khusus pada jenis limbah berbahaya seperti oli bekas,bola lampu
bekas dan kain majun. Tempat penyimpanan limbah padat dilakukan secara terpisah
antara tempat sampah kering dan sampah basah. Bentuk dari tempat penyimpanan
limbah padat di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dibuat dengan
3. Pengangkutan
Sampah kering dan sampah basah dari hasil produksi tidak dipakai kembali
dan pemusnahan limbah padat karena semua limbah padat yang berasal dari hasil
produksi dan dari pabrik di ambil oleh petugas kim. Limbah padat yang dihasilkan
4.6. Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
Unit pengolahan limbah cair yang terdapat pada IPAL PT. Charoen Pokphand
tahapan. Alat dan bahan yang digunakan untuk membantu proses pengolahan limbah
cair yang dilakukan pada unit pengolahan limbah cair adalah penyaringan, koagulan,
pengendapan, dan pengapungan. Bak-bak yang terdapat pada IPAL PT. Charoen
bak/tangki.
Air limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison bersumber dari
proses produksi yang dilakukan. Proses produksi yang menghasilkan air limbah
adalah proses produksi industri produk daging ayam yang terdiri dari pemingsanan,
scalding/ perendaman ayam dalam air panas, pencabutan bulu, pengeluaran jeroan
dan pencucian karkas. Proses produksi sosis dan nugget meliputi Meat preparation,
Raw Material, cooking, chopping, emulsifying. Pada proses Meat preparation dan
Raw Material, dihasilkan air limbah yang banyak menghasilkan lemak, urat, tulang
dan jaringan pengikat pada ayam. Pada cooking, dan chopping dihasilkan air limbah
yang mengandung padatan-padatan yaitu tepung dan minyak. Selain itu pada proses
cooking, dan chopping juga ditemukan limbah padat yakni bungkus tepung.
perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak. Memisahkan saluran pembuangan
pengolahan limbah cair yang terdiri dari 4 (empat) orang, yang terbagi 2 (dua) shift
pagi dan siang, setiap 1 (satu) shift terdiri dari 2 (dua) orang.
Penggunaan air pada industri PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
berasal dari aliran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi. PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison akan melaksanakan reuse / recycle air limbah
Selain itu akan dibuat sumur resapan dan Lubang Resapan Boipori (LRB) dibeberapa
lokasi. Berikut skema neraca penggunaan air pada PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Divison sampai kepada saluran Kawasan Industri Medan dapat dilihat pada
Pembuatan
Es
(150 m³ / Gardening
hari)
Kebutuhan Saluran
Karyawan Kawasan
Divison menggunakan sumber air yang berasal dari PDAM. Dari sumber air tersebut
dipergunakan untuk kegiatan yaitu pembuatan es yang dipakai sebesar 150 m³/hari,
proses produksi sebesar 1600 m³/hari, dan kebutuhan karyawan misalnya WC/kamar
mandi. Pada proses produksi di dapat limbah cair sebesar 1.550 m³/hari yang terdiri
dari lemak dan minyak selanjutnya di tampung pada kolam IPAL. Dari kolam IPAL
kawasan industri medan (KIM) dan 70 % digunakan kembali untuk cuci mobil, flush
toilet dan gardening dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan.
Food Divison dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain penampungan dengan
dari lemak ayam, tepung, dan minyak. Proses ini dilakukan pengolahan untuk
Indonesia Food Divison tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Proses
Produksi
Kolam
Penyaringan Kolam
Pemisahan
Lanjutan Pengendapan
minyak
dan lemak
cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison melakukan beberapa proses
Proses ini merupakan proses lanjutan dari bak penampungan pertama untuk
3. Proses pemisahan
pemisahan minyak dan lemak yang dilakukan yakni dengan menggunakan PAC
4. Proses Koagulasi
Proses koagulasi yang dilakukan pada bak ini merupakan lanjutan dari proses
padatan pada air limbah setelah bereaksi dengan PAC sebagai zat koagulan, pada
besar dan lebih berat dari flok-flok yang terdapat pada bak sebelumnya. Pada bak
Netralisasi ini juga menggunakan PAC (Poly Alum Chloride) ke dalam air
limbah.
Air limbah dialirkan dari bak pengolahan yang satu ke bak pengolahan yang lain
dengan menggunakan saluran yaitu pipa besi. Air limbah dialirkan secara
kecepatan air limbah yang mengalir mencapai kecepatan yang sesuai untuk
6. Proses Netralisasi
yang optimum. Tetapi PAC sebagai koagulan pH air hasil pengolahan tidak
Setelah melalui tahapan netralisasi, air limbah sudah dianggap bersih dan
pengolahan sekunder begitu juga dengan pengolahan tersier karena PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison memasang alat ukur debit atau laju air limbah cair
dan dilakukan pencatatan debit aliran limbah cair dan disalurkan ke KIM Mabar.
4.7. Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dilakukan oleh KIM Mabar dan Badan
Lingkungan Hidup Deli Serdang. PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
juga mempunyai laboratorium sendiri dan setiap hari dilakukan pemeriksaan, BOD,
Guna mengetahui besarnya konsentrasi kualitas air di lokasi studi telah dilakukan
Tabel 4.4. Kualitas Air Limbah PT.Charoen Pokphand Indonesia Food Division
Tahun 2013
Parameter Satuan Hasil Baku Keterangan
Pemantauan Mutu
FISIKA
TSS mg/L 61,25 100 Tidak melebihi baku mutu
KIMIA
pH 6,25 6,5-9,0 Tidak melebihi baku mutu
Ammonia mg/L 4,75 10 Tidak melebihi baku mutu
BOD mg/L 53,85 250 Tidak melebihi baku mutu
COD mg/L 105,20 125 Tidak melebihi baku mutu
Minyak dan mg/L 4,20 10 Tidak melebihi baku mutu
Lemak
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Deli Serdang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kualitas air limbah PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison tahun 2013 mencakup parameter yang diperiksa
meliputi TSS, pH, Ammonia, BOD, COD, dan Minyak dan Lemak sudah memenuhi
Baku Mutu Per.Men LH No.14/2008 tentang Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau
2014 oleh Badan Lingkungan Hidup Deli Serdang yang diterbitkan pada tanggal 30
Juni maka dapat diketahui hasil pemeriksaan air limbah industri PT. Charoen
Pokphand Indonesia Food Divison dengan pemeriksaan yaitu BOD, COD, TSS,
Minyak dan Lemak, Amonia dan pH .Untuk mengetahui kualitas limbah cair PT.
Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison Bulan Juni 2014
Dari hasil pengamatan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
terlihat bahwa parameter kualitas air limbah berdasarkan baku mutu Per.Men LH
No.14/2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Pengolahan Daging telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Hasil kualitas air
limbah yang didapat dari proses pengolahan limbah cair merupakan pengolahan
primer dimana pengolahan yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Divison merupakan syarat yang diberikan oleh pihak KIM, apabila hasil
kualitas air limbah tersebut melebihi dari baku mutu yang sudah disesuaikan, maka
pihak KIM tidak akan menerima dan member teguran terhadap perusahaan tersebut.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Bahan Baku produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Division
Bahan baku yang digunakan pada pembuatan nugget dan sosis di PT.
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison terdiri dari bahan baku dan bahan
penolong, bahan baku tersebut merupakan bahan baku yang telah melalui
petugas dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison dan hasil pengujian
pemenuhan produksi perusahaan, yang harus mampu menjaga kualitas dan berusaha
untuk dapat meningkatkan kualitas dari produksi perusahaan. Serta menitik beratkan
pada suatu upaya atau kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan bahan
baku tersebut dari segala bahaya-bahaya apa saja yang mungkin dapat mengganggu
dan merusak kesehatan, mulai dari pemilihan bahan baku dan penggunaan bahan
pengangkutan, dan penjualan sampai pada saat dimana nugget dan sosis siap untuk
Bahan baku yaitu daging ayam yang digunakan oleh PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison memiliki ciri-ciri fisik yakni daging ayam yang masih segar
(tidak terjangkit penyakit), tidak berbau busuk (bahan baku ayam yang telah
halus tidak berbintik dan tidak berbulu (telah melalui proses pemotongan dan
pembersihan bulu dan lain-lain), dan warna daging yang sehat (putih kemerahan).
Menurut Kusmayadi 2008, Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalaui
ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya.
Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk
bahan baku ayam yang telah melalui uji kesehatan yang ketat. Sehingga PT. Charoen
ditetapkan oleh perusahaan sendiri, yakni anak perusahaan PT. Charoen Pokphand
(enam) roda dan 22 roda (peti kemas/Trailer), dari PT. Charoen Pokphand Indonesia
Food Divison, untuk bahan penolong khusus didatangkan dari Thailand (Tapioca
Pada saat tiba di pabrik food division, bahan baku dan bahan penolong
dilakukan pengujian di lokasi sebelumnya) yang dibawa oleh petugas angkut barang
diangkut oleh petugas angkut barang PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
baku (gudang). PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison menyediakan tempat
penyimpanan khusus yang berbeda antara bahan baku sebelum di produksi dan
sesudah di produksi. Tempat penyimpanan bahan baku seperti ayam berada di dekat
proses produksi dan bahan penolong lainnya seperti tepung dan minyak di letakkan
di gudang khusus penyimpanan, hal ini dilakukan agar bahan baku dan bahan
Pokphand Indonesia Food Divison sangat terpelihara dan dalam keadaan bersih,
penempatan antara bahan baku dan bahan penolong dengan produk yang sudah jadi
di tempatkan terpisah, karena tempat penyimpanan produk yang sudah jadi memiliki
ketetapan khusus seperti suhu yang sudah disesuaikan yaitu 10 ºC. Bahan makanan
yang digunakan dalam proses produksi, baik bahan baku, bahan tambahan maupun
bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik karena
5.2. Proses Produksi Produk Daging, Produksi Sosis, dan Produksi Nugget PT.
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
produksi terus-menerus karena peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur
tersebut, juga arus barang, serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.
Proses produksi umunya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu proses produksi terus-
menerus, proses produksi terputus-putus, dan proses produksi yang bersifat proyek
Kegiatan pengolahan nugget dan sosis dilakukan dengan sangat baik dan
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh dengan menggunakan baju khusus,
sarung tangan, topi, masker, dan sepatu. Proses pembuatan nugget dan sosis PT.
Charoen Pokphand Indonesia Food Divison sudah memenuhi persyaratan teknis dan
hygienis dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dimana daging
ayam diolah sudah melalui pengawasan yang ketat. Uji kualitas organoleptik
meliputi aroma, rasa, dan tekstur. Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada
dicetak, dimasak, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan.
Produk nugget dan sosis yang sudah siap saji dan sudah di packing
dimasukkan ke ruang pendingin sampai suhu 10 ºC, hal ini dilakukan agar produk
nugget dan sosis yang sudah di cetak mendapat hasil cetakan yang sempurna
sebelum dipasarkan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu
penggorengan selama 1 menit pada suhu 150º C. Tekstur nugget tergantung dari
sebanyak 24 ton per hari. Sedangkan jenis dan kapasitas produksi yang terdiri dari
jenis produksi daging ayam mentah, daging ayam beku, dan ayam olahan. Dimana
daging ayam mentah sebesar 33.632 ton/tahun, namun pada capaian saat ini masih di
Daging ayam beku sebesar 18.000 ton/tahun, namun pada capaian saat ini
masih di kisaran 20.000 ton/tahun yang merupakan bahan baku dan bahan setengah
jadi pada saat proses produksi, sedangkan ayam olahan (nugget) sebesar 14.000
ton/tahun, namun yang dicapai saat ini sebesar 10.000 ton/tahun yang merupakan
bahan jadi dari proses produksi di perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia
5.4. Pengolahan Limbah Padat PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphand
Indonesia Food Divison jenis limbah padat yang bersumber dari proses produksi
terdiri dari potongan daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung,
dan bahan campuran, serta limbah padat yang berasal dari aktivitas kantor berupa
kertas, kemasan plastik, sampah sisa makanan, dan daun-daun kering. Limbah padat
adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari
kering dan tempat sampah basah. Bak sampah terdiri dari 3 (tiga) bak sampah : Hijau
(Untuk Organik), Kuning (Untuk An-organik), Merah (Untuk Logam dan Kaca).
Penggolongan jenis limbah padat dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat
pengumpulan limbah padat dari hasil produksi disiapkan tempat sampah (tempat
ruangan. Konstruksi tempat penyimpanan limbah padat dibuat dengan kuat, tidak
mudah bocor, memiliki tutp dan mudah diangkut. PT. Charoen Pokphand Indonesia
padat dengan melakukan pencucian terhadap TPS (bak sampah) secara rutin segera
harus kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup, mudah dibuka tanpa mengotori
setiap hari terhadap limbah padat di sekitar lokasi industri selama kegiatan
operasional berlangsung.
5.5. Pengolahan Limbah Cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
bak penampungan air limbah, sebelum air limbah dialirkan ke IPAL, pengolahan
tersebut berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak, dimana
berat jenis minyak lebih kecil dari pada berat jenis lemak, selanjutnya dilakukan
pengangkatan minyak dan lemak yang berada di atas permukaan air limbah.
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan
sangat beragam. Metode ditetapkan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi
yang terkandung dalam air limbah. Proses- proses pengolahan tersebut dapat
salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan
Proses pengolahan limbah cair yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand
PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison adalah dengan mendiamkan air
7. Penyaringan (screening)
menangkap bahan-bahan yang berukuran besar seperti tulang, potongan daging, dan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar
dari air limbah. Limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring
penyaringan dari bak pertama. Kegunaan dari penyaringan lanjutan ini untuk
bahan tersuspensi. Menurut Achmad (2008) limbah yang sudah tersaring yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi yang menggunakan
tangki dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki
9. Proses pemisahan
dilakukan pertama kali di IPAL adalah proses pemisahan minyak dan lemak dari air
limbah. Menurut Soeparman (2002), memisahkan minyak dan lemak yang terdapat
pada air akan menyebabkan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut, dan dapat
Sebagai petunjuk dalam mengelola air limbah, maka efek buruk yang dapat
menimbulkan permasalahan pada dua hal, yaitu pada saluran air limbah dan pada
air limbah dapat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan air dan
2008).
Minyak dan lemak yang harus dipisahkan pada tahapan pengolahan ini, lebih
sedikit daripada saat pengolahan pendahuluan. Pemisahan minyak dan lemak yang
dilakukan adalah dengan menggunakan PAC (Poly Alum Chloride). PAC ini
berfungsi sebagai koagulan atau flokulasi untuk menguraikan larutan yang keruh dan
pada air limbah. Minyak dan lemak yang digolongkan sebagai padatan serta padatan-
padatan lainya yang terdapat pada air limbah, dengan bantuan dai koagulan akan
secara perlahan-lahan ke dasar bak sehingga dapat mengendap dengan bantuan gaya
grafitasi. Setiap 2 (dua) jam sekali petugas limbah mengangkut lemak tersebut dan
tangki/bak sehingga air limbah yang ada, akan meninggalkan bak tersebut setelah
mengendapkan padatan dengan kecepatan yang sama, dimana aliran air limbah
dibuat dengan kecepatan aliran yang sama dan konstan pada setiap titik, sehingga
metode pengaliran air limbah dari bawah ke atas yang memelankan laju air limbah,
terjadi tidak maksimal. Menurut Sugiharto (2008) waktu tinggal yang baik adalah 2
jam, sehingga perlu diupayakan agar proses pengendapan memiliki waktu tinggal
yang sesuai.
kadar pH yang netral (normal) yaitu 6,0-9,0. Proses ini dilakukan agar air limbah
yang telah diolah tidak melebihi batas maksimum yang sudah ditentukan oleh pihak
menggunakan PAC.
pada air hasil pengolahan tidak mengalami penurunan pH yang cukup tajam seperti
yang menggunakan aluminium sulfat akan bersifat lebih asam dari pada
5.6. Hasil Analisis Kualitas Air Limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison
Keadaan kualitas air limbah PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
yang dilakukan pada tahun 2013 yang diperiksa oleh Badan Lingkungan Hidup Deli
Serdang adalah TSS sebesar 61,25 mg/L, pH 6,25, Ammonia 4,75 mg/L, BOD 53,85
mg/L, COD 100,20 mg/L, dan Minyak dan Lemak 4,20 mg/L. Seluruh parameter
yang diperiksa sudah memenuhi syarat sesuai yang disyaratkan pada Baku Mutu Air
No.14/2008. Pada Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
untuk parameter TSS, pH, Ammonia, BOD, COD, dan Minyak dan Lemak berturut-
turut adalah 100 mg/L, 6-9, 10 mg/L, 125 mg/L, 250 mg/L, dan 10 mg/L. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada Bulan Juni 2014 adalah TSS sebesar 60,25 mg/L,
pH 7,00, Ammonia 3,5 mg/L, BOD 47,85 mg/L, COD 101 mg/L, dan Minyak dan
kenaikan maupun penurunan (fluktuasi) yang relatif signifikan, semua hasil dari tiap
parameter air limbah yang diperiksa berada pada batas yang diperbolehkan oleh
Baku Mutu Air Limbah. Rata-rata hasil yang diperboleh untuk tiap parameter air
limbah, terutama bulan Juni 2014 menunjukkan hasil yang baik. Hasil yang
ditunjukkan dari pemeriksaan berada di bawah Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Divison yang bersumber dari proses produksi yang terdiri dari sisa produksi,
seperti: potongan daging, potongan kemasan bekas bumbu dan bungkus tepung,
2. Proses pengolahan limbah cair di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison
berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara minyak dan lemak. Pengolahan
3. Hasil analisis kualitas limbah cait di PT. Charoen Pokphand Indonesia Food
Divison telah sesuai dengan baku mutu. Hasil analisis sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 14/2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
6.2. Saran
1. Pemerintah daerah harus pro aktif mendampingi dengan serius dan baik jalannya
proses pengelolaan limbah hasil industri yang ada di wilayahnya agar hal-hal
masyarakat di sekitarnya.
2. Pengolahan limbah cair PT. Charoen Pokphand Indonesia Food Divison yang ada
saat ini yakni pengolahan primer dianggap sudah memenuhi salah satu
meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci
dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi
Peternakan. Fakultas Pertanian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis
Sp.).Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri,
Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya.
Ikbal, M.W. dan Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Dan
Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Palungkun, R.A. Budiarti. 1992. Bawang Putih Dataran Rendah. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya
Purnama, D. 2004. Sistem Pengolahan Air Limbah Industri Minyak Goreng PT.
Asinagro Agung Jaya. Skripsi. Program Studi Kesehatan Lingkungan.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi Filler
Tepung Tapioka yang Berbeda. Skripsi.Yogyakarta : Fakultas
Peternakan Universitas GajahMada
Rismunandar, M.N. Riski. 2003. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Edisi revisi.
Jakarta : Penebar Swadaya
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
LAMPIRAN I
LEMBAR OBSERVASI
A. Bahan Baku
1. Sebutkan bahan baku pembuatan makanan olahan (food division) Nugget yang
a. ………………………………………………………………………………..
b. ………………………………………………………………………………..
c. ……………………………………………………………………………….
2. Apakah ada syarat yang di pakai untuk menentukan bahan baku yang layak
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
B. Proses Produksi
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Kemana saja hasil produksi makanan olahan (food division) nugget ini di
distribusikan?
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................
C. Limbah Cair
1. Sebutkan berapa jumlah petugas pengolahan limbah cair di PT. CP. Food
Division?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
a. ..........................................................................................................................
b. ………………………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………………..
ya, jelaskan!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
7. Apakah ada dilakukan perlakuan khusus oleh PT. CP. Food Division untuk
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
10. Apakah PT. CP. Food Division menggunakan alat yang dapat menghasilkan
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………
……………………………………………………………………………
……………
……………………………………………………………………………
……………
……………………………………………………………………………
……………
……………………………………………………………………………
……………
……………………………………………………………………………
……………
………………………………………………………………………
…………
Apakah CP. Food Division telah memasang alat ukut debit atau
laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit aliran limbah
cair tersebut ?
……………………………………………………………………………
……………
………………………………………………………………………
…………..
instansi lainnya)
………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………
…………
meliputi BOD, COD, TSS, Amonia, Minyak dan Lemak, dan pH?
………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………
…………
………………………………………………………………………
…………
Paramet K Tidak
er ad memen
ar uhi
m syarat /
ak Meme
Hasil limbah
si nuhi
cair PT. CP.Food
m syarat
Division
u
m
(m
g/
L)
BOD 12
5
COD 25
0
TSS 10
0
Ammon
ia
10
(NH3-
N)
Minyak 10
dan
lemak
pH 6
–
9
6
Kuantit m³
as air /to
limbah n
maksim pr
um od
uk
Sumber : Per. Men LH No.14/2008
……………………………………………………………………….
.............................................................................................................
...................................
pencemaran air limbah selama tiga tahun terakhir? Jika ya, jelaskan !
………………………………………………………………………
……………
………………………………………………………………………
……………
D. Limbah Padat
1. Pengumpulan
a. Berasal darimana saja limbah padat yang di hasilkan dari PT. CP. Food
Division? Sebutkan!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
b. Sebutkan jenis-jenis limbah padat yang berasal dari PT. CP. Food Division ?
1. ……………………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………………….
c. Berapa banyak volume limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi di
PT. CP. Food Division per hari dalam 1 (satu) kali produksi?
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
d. Berapa jumlah petugas yang mengumpulkan limbah padat di PT. CP. Food
Division?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Food Division?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
f. Apakah ada tempat pengumpulan khusus untuk limbah padat di PT. CP. Food
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
g. Alat apa yang digunakan PT. CP. Food Division untuk melakukan
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
2. Penyimpanan
a. Apakah PT. CP. Food Division membuat dan menyimpan limbah padat yang
dimiliki?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Apakah limbah padat yang dihasilkan oleh proses produksi disimpan pada
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
berapa lama?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
f. Sebutkan jenis limbah berbahaya yang disimpan di lokasi CP. Food Division,
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
e. Apakah ada pemisahan limbah padat antara sisa bahan baku dan sisa bahan
jadi dari hasil produksi di PT. CP. Food Division? Jika ya, sebutkan!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
f. Bagaimana proses pemisahan limbah padat antara sisa bahan baku dan bahan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
g. Apakah dari limbah padat (sampah kering) yang dipisah di daur ulang kembali
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
3. Pengangkutan
a. Apakah ada petugas khusus yang mengangkut limbah padat hasil produksi dari
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
b. Menggunakan apa limbah padat hasil produksi PT. CP. Food Division di
angkut?
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
pabrik makanan olahan (food division) PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM
Mabar?
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
Lampiran IV
Timbangan
mobil