SKRIPSI
Oleh :
ANANDA RAHMAN US
NIM. 071000008
SKRIPSI
Oleh :
ANANDA RAHMAN US
NIM. 071000008
ANANDA RAHMAN US
071000008
Tim Penguji
Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes
NIP 19671219 199303 1 003 NIP 19690922 199403 2 002
Perilaku merokok pada siswa semakin meningkat meskipun semakin ketatnya peraturan
mengenai iklan rokok. Namun perusahaan rokok memanfaatkan media lain untuk memasarkan
rokok yaitu media luar ruang. Ini bisa kita lihat semakin banyaknya iklan rokok pada media luar
ruang seperti billboard, spanduk,neon sign dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek
media luar ruang dan efektifitas media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA
Negeri 2 Medan tahun 2012 yang berjumlah 783 orang. Besar sampel sebanyak 89 orang
dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data
menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Medan memiliki
pengetahuan baik yaitu sebesar 100%, sikap baik yaitu sebesar 98,9% dan tindakan merokok
sebesar 57,3%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara media luar ruang
yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang
terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas media luar ruang
memiliki hubungan paling dominan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan
(Exp (B) = 7,561).
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah untuk menghentikan iklan rokok
disekolah. Bagi pihak dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar
membuat rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.
This study uses a cross sectional study design that aims to analyze the relationship
between outdoor media which includes; The types of outdoor media, effect of outdoor media and
effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012
which amounted to 783 people. Sample size of 89 people selected by proportional random
sampling technique. Analysis of data using multivariate analysis with multiple logistic regression
test.
The results of this study indicate that the student in SMA Negeri 2 Medan have a good
knowledge in the amount of 100%, good attitude the amount of 98.9% and 57.3% for act of
smoking. There is a statistically significant relationship between outdoor media which includes;
the types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with
student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012. And the effectiveness of outdoor
media has the most dominant relationship against the student smoking act in SMA Negeri 2
Medan (Exp (B) = 7,561).
From the results of the study recommended the school to stopped tobacco advertising in
school. to the relevant agencies to strongly advocate to the legislature in order to make the draft
of No smoking area throughout the school.
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Selamat Ujung Gg. Berkeluarga No. 184, Medan
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya
“Pengaruh Iklan Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Bakri, M.Si dan
Ibunda tercinta Lely Marianna Rangkuti yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing
penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih yang sebesar- besarnya atas dukungan, nasehat
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil dan moral
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Drs. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing
dan memberikan banyak saran dan ilmu serta dukungan semangat kepada penulis sehingga
3. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji dan dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Bagian Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
7. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan dosen PKIP yaitu Ibu dr. Linda T. Maas, MPH, Ibu Dra.
Syarifah, MS, dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD serta pegawai di departemen PKIP
8. Bapak Drs. M. Abdu Siregar selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Medan yang telah
9. Siswa SMA Negeri 2 Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
10. Adikku tercinta Ananda Idris US yang telah memotivasi dan mendoakan penulis.
11. Teman- teman tercinta Khairunnisa, SKM, Dina Permatasari, SKM, Day Santri, SKM, Siti
Afsyah, SKM, Eka Purwanti, SKM, T. Hera Zafira, SKM, Linda Rahayu, SKM, Putra Apriadi
Siregar, SKM, Sasmar Aurivan Harya, SKM, Rizka Furnanda, SKM, Addlinsyah, SKM, dan
Rizki El Hafiz, SKM atas dukungan, do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis, terima
12. Juniyanti Puspita Sari Lubis, SKM, Yulinda Lubis, SKM, Deli Syahputri, SKM, Febri Susanti,
SKM, Amelia Aqita Hara, SKM, Cut Alia Novianda, SKM terima kasih atas dukungan dan
Dhani, Kak Ratna, Bang Afdal, Bang Amru, Bang Pendi, Bang Andre, Bang Hengki, Bang
Andrie, Kak Tya, Kak Juli terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
14. Teman-teman yang di Peminatan PKIP yang tidak disebutkan satu per satu.
15. Putri Rahayu Syah Umar Nasution, Annisa Mentari Hsb, Rifandhita Asokawati, Sri Handayani,
Azis Anshori Situmorang, Ozi, Baim, Nia, Heri, Ical,Dikri, Fandi, Jeje, Wita, Mayan, Mamad,
Uty, Galih, Roni, Reza, Ziad, Izah, Fani, Ika, Utet, Wiwid, Aya.
16. Semua Pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis,
Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga
Penulis
Halaman
Tabel Halaman
Tabel 4.19 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar
Ruang Dengan Pengetahuan Responden………………… 71
Tabel 4.20 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar
Ruang Dengan Sikap Responden………………………... 71
Tabel 4.21 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar
Ruang Dengan Tindakan Responden……………………. 72
Tabel 4.22 Hasil Uji Bivariat Pengaruh Media Luar Ruang Terhadap
Tindakan Responden……………………………………... 74
Perilaku merokok pada siswa semakin meningkat meskipun semakin ketatnya peraturan
mengenai iklan rokok. Namun perusahaan rokok memanfaatkan media lain untuk memasarkan
rokok yaitu media luar ruang. Ini bisa kita lihat semakin banyaknya iklan rokok pada media luar
ruang seperti billboard, spanduk,neon sign dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek
media luar ruang dan efektifitas media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA
Negeri 2 Medan tahun 2012 yang berjumlah 783 orang. Besar sampel sebanyak 89 orang
dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data
menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Medan memiliki
pengetahuan baik yaitu sebesar 100%, sikap baik yaitu sebesar 98,9% dan tindakan merokok
sebesar 57,3%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara media luar ruang
yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang
terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas media luar ruang
memiliki hubungan paling dominan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan
(Exp (B) = 7,561).
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah untuk menghentikan iklan rokok
disekolah. Bagi pihak dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar
membuat rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.
This study uses a cross sectional study design that aims to analyze the relationship
between outdoor media which includes; The types of outdoor media, effect of outdoor media and
effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012
which amounted to 783 people. Sample size of 89 people selected by proportional random
sampling technique. Analysis of data using multivariate analysis with multiple logistic regression
test.
The results of this study indicate that the student in SMA Negeri 2 Medan have a good
knowledge in the amount of 100%, good attitude the amount of 98.9% and 57.3% for act of
smoking. There is a statistically significant relationship between outdoor media which includes;
the types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with
student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012. And the effectiveness of outdoor
media has the most dominant relationship against the student smoking act in SMA Negeri 2
Medan (Exp (B) = 7,561).
From the results of the study recommended the school to stopped tobacco advertising in
school. to the relevant agencies to strongly advocate to the legislature in order to make the draft
of No smoking area throughout the school.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah
yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu
bentuk nyatanya adalah WHO (World Health Organization) menetapkan tanggal 31 Mei 1988
sebagai hari tanpa tembakau sedunia dan untuk seterusnya diperingati setiap tahun ditanggal 31
Mei (Rafei dalam Rochadi, 2004). Menurut deHaan dalam Tarigan (2007), saat ini diperkirakan
jumlah perokok di dunia sebesar 1, 3 milyar orang dan kematian yang diakibatkan olehnya
kematian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2008) melaporkan bahwa
adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker,
penyakit jantung, penyakit sistem saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan
kehamilan. Risiko berbagai penyakit tersebut disebabkan pada setiap batang rokok mengandung
lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik).
Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga orang di sekitarnya yang
terkena asap rokok. Menurut Sarifuddin (2010), asap rokok sangat berbahaya karena semakin
besar terpapar asap rokok semakin besar pula peluang kerusakan DNA. Semakin besar kerusakan
DNA, maka semakin besar pula risiko terkena penyakit kanker dan serangan jantung.
Menurut Soamole (2004), setiap tahun ada empat juta orang yang meninggal akibat
kebiasaan merokok. Dikhawatirkan, apabila penanganan yang tidak memadai maka di tahun
2030 diperkirakan proporsi perokok sebesar 1,6 miliar perokok, diantaranya sekitar 770 juta anak
kematian akibat merokok sebesar 10 juta kematian yang mana 70% di antaranya terjadi di negara
berkembang.
Konsumsi rokok rata-rata 2,7% per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara
maju menurun, yaitu 1,8% per tahun (Hudoyo, 2000). Ironisnya, prevalensi perokok di negara
maju telah banyak berkurang, sedangkan perokok di negara berkembang justru makin banyak. Di
negara berkembang, prevalensi perokok makin meningkat, yaitu 2,1% per tahun (Fajriwan,
1999).
Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok di dunia. Dari tiga tahun
(2001-2004) jumlah perokok naik dari 31, 3 persen ke angka 34, 4 persen atau bisa dikatakan
lebih dari 50 juta orang dewasa adalah perokok. Data Survei Nasional Tahun 2004 menyebutkan
bahwa 63, 2 % laki-laki dan 4, 4 % perempuan Indonesia adalah perokok (Aditama, 2006).
Penurunan jumlah perokok terjadi, hal ini dapat dilihat berdasarkan data Riskesdas tahun 2007
yang menunjukkan proporsi perokok sebanyak 29%. Jumlah ini semakin meningkat seperti yang
tertera pada data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menjadi
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka perokok
tertinggi di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2007, proporsi perokok di Provinsi Sumatera
Utara sebesar 28%. Angka ini mengalami lonjakan yang drastis karena menurut data Riskesdas
2010 proporsi perokok melonjak menjadi 35,7% kondisi tersebut menjadikan provinsi Sumatera
Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah perokok terbesar di Indonesia setelah
Provinsi Kalimantan Tengah (43,2%) dan disusul Nusa Tenggara Timur (41,2%).
umur 11-13 tahun. Perry dkk dalam Rochadi (2004) juga berpendapat bahwa perilaku merokok
terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu
beberapa tahun. Hal yang sama juga disampaikan Mayasari (2007) bahwa para perokok mulai
merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85-90% mulai merokok sebelum usia 18 tahun.
Perilaku merokok pada usia remaja semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap
perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok (Amelia,
2009).
Riskesdas tahun 2010 melaporkan bahwa rata-rata umur mulai merokok secara nasional
adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada
umur 15-19 tahun. Mayoritas prevalensi penduduk yang merokok adalah perokok yang memiliki
umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2 persen. Sebagaimana
perokok setiap hari, prevalensi perokok kadang-kadang tertinggi pada kelompok umur 15-24
tahun (8,1%) dan cenderung menurun dengan bertambahnya umur (Riskesdas, 2010). Dari
berbagai data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya usia memulai merokok diawali
Masa remaja identik dengan usia sekolah sehingga perilaku merokok remaja identik
dengan perilaku merokok anak sekolah. Penelitian yang dilakukan Purnamasari, dkk (2005) yang
dilakukan terhadap siswa SMP di Surakarta menunjukkan siswa yang merokok setiap hari
sebesar 9,8% yang didominasi siswa laki-laki sebesar 95,6% dan sisanya 4,4% adalah siswa
perempuan. Bayu (2008) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu
tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
perkembangan psikologisnya sangat labil dan cenderung mudah terpengaruh pengaruh dari luar.
Salah satu pengaruh luar yang datang kepada remaja adalah perilaku merokok yang datang dari
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 46,3% remaja berpendapat iklan rokok
memiliki pengaruh besar untuk memulai merokok dan 41,5% remaja berpendapat keterlibatan
dalam kegiatan yang disponsori industri rokok memiliki pengaruh untuk mulai merokok.
Diketahui sebanyak 9% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada
saat tidak merokok dan 8% remaja perokok menyatakan mereka kembali merokok setelah
Data di atas sejalan dengan hasil penelitian Muntaha (2011) menunjukkan bahwa remaja
dengan rentang usia 9-12 tahun melakukan keputusan merokok dikarenakan karena iklan rokok
yang menarik dan keluarga yang perokok. Widiono (2010) juga menyatakan bahwa iklan rokok
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan merokok siswa SMP. Budiarty dan
Yunni (2008), menegaskan bahwa iklan rokok memiliki keeratan hubungan dengan keputusan
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang memberikan informasi
kepada khalayak mengenai suatu produk,baik barang atau jasa, sehingga mampu menarik hati
calon pembeli hingga akhirnya melakukan tindakan pembelian atas barang atau jasa yang
diiklankan tersebut (Tambun, 2010). Menurut Rezeki (2008) faktor psikologis yang dapat
memengaruhi seseorang dalam memilih produk suatu iklan ditentukan oleh persepsi,
pengetahuan, keyakinan dan sikap. Iklan rokok yang sangat atraktif dan kreatif dapat menyentuh
sisi psikologis yang menunjukan berbagai citra seperti berani, macho, trendi, keren,
kemewahan serta berbagai hal lain yang membanggakan dan mewakili suara hati anak muda dan
remaja. Hal ini sudah tentu membuat remaja menjadi tertarik dan simpatik terhadap iklan rokok
tersebut.
Subanada (2007) berpendapat bahwa perilaku remaja untuk merokok tidak terlepas dari
peran media yang digunakan oleh industri rokok dengan berbagai macam trik periklanan dan
pemasaran produk. Laporan Koalisi Indonesia Sehat (2008) menunjukkan 70% remaja memiliki
kesan positif terhadap iklan rokok. Sebanyak 50% remaja perokok merasa dirinya lebih percaya
diri seperti yang dicitrakan iklan rokok dan 37% remaja perokok merasa dirinya keren seperti
yang dicitrakan iklan rokok. Pada remaja putri terdapat persepsi pula bahwa perokok cenderung
Semakin ketatnya peratuan mengenai iklan rokok membuat industri rokok berinovasi
untuk memasarkan produknya dengan memanfaatkan berbagai media. Media memiliki peran
yang sangat penting dan strategis bagi kegiatan periklanan. Media yang digunakan di dalam
periklanan terdiri dari beragam jenis. Iklan dapat disampaikan di antaranya melalui media cetak
(surat kabar, majalah, brosur, leaflet, poster dan sebagainya), media elektronik baik media audio
maupun audio visual (radio, televisi, film, video dan sebagainya), media luar ruang (billboard,
spanduk, neon sign, dan sebagainya). Media dapat memengaruhi persepsi dan pandangan
Media elektronik menjadi ujung tombak pemasaran iklan rokok dalam beberapa tahun
yang lalu. Namun saat ini iklan rokok di media elektronik seperti televisi dan radio memang
telah dibatasi penayangannya yaitu pada larut malam (Shimp, 2003). Berdasarkan PP No. 19
tahun 2003 Pasal 16 ayat 3 disebutkan bahwa penayangan iklan rokok di media elektronik hanya
dalam mengurangi paparan iklan pada remaja. Industri rokok memiliki cara lain untuk
memperkenalkan produk mereka dengan beralih dari media elektronik menjadi menggunakan
Media luar ruang di Indonesia semakin marak. dan telah berkembang dengan berbagai
bentuk media luar ruang yang atraktif, dengan dukungan teknologi yang semakin canggih.
Kendati media luar ruang sebagai medium periklanan masih lebih dianggap sebagai media
pendukung, tetapi semakin banyak pengiklan yang memanfaatkannya. Industri rokok menjadi
salah satu industri yang telah memanfaatkan iklan dengan media luar ruang. Hal ini dapat dilihat
dengan banyaknya baliho, poster, spanduk yang digunakan berbagai merek rokok untuk
memasarkan produknya. Industri rokok juga menjadikan tokoh panutan remaja seperti atlit-atlit
atau artis menjadi bintang iklan rokok untuk memengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan
Penelitian yang dilakukan The Jakarta Global Youth Survey di Indonesia tahun 2006
menunjukkan 93% anak usia 13-15 tahun melihat iklan rokok di billboard, 83% melihat di
majalah dan koran. Sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori rokok.
Hal ini didukung oleh pernyataan Komnas anak (2007) bahwa 92,9% pelajar terpapar iklan
rokok di billboards dan 82,8% pelajar terpapar iklan rokok di koran dan majalah. Temuan
tersebut mengasumsikan bahwa iklan rokok di media luar ruang lebih efektif di bandingkan di
media elektronik.
Cara lain yang digunakan oleh industri rokok untuk memasarkan produk mereka adalah
dengan melakukan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari banyak
kegiatan remaja di lingkungan sekolah seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan
secara langsung dengan membagikan rokok gratis pada remaja dan membagikan hadiah berupa
pemantik dan merchandise mereka sebagai bentuk kerjasama sponsor. Hal ini terlihat saat
menjadi sponsor diberbagai acara yang berhubungan dengan remaja seperti menjadi sponsor
olahraga maupun konser yang kebanyakan penontonnya adalah remaja (Crofton, 2009).
Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota nomer 3 terbesar
di Indonesia. Sebagai ibu kota Provinsi, maka sudah tentulah proporsi perokok remaja di Kota
Medan juga cukup besar. Seluruh sekolah SMA di Kota Medan memiliki kebijakan tidak
merupakan salah satu sekolah yang memberlakukan larangan merokok bagi siswa dan siswinya,
bahkan SMA Negeri 2 Medan sering melakukan razia rutin rokok pada siswa-siswinya sebagai
upaya untuk menghindarkan siswa dan siswinya merokok di lingkungan sekolah. Mengingat
ketatnya kebijakan yang dibuat, seharusnya konsumsi rokok pada siswa dan siswi SMA Negeri 2
berkurang, tetapi tidak begitu pada kenyataanya. Dalam kondisi di lapangan masih sering
dijumpai siswa- siswi SMA Negeri 2 Medan yang merokok baik dilingkungan sekolah maupun
SMA Negeri 2 Medan merupakan salah satu sekolah yang terletak di tengah Kota Medan
cukup aktif melakukan berbagai kegiatan seperti pentas seni, pertandingan olahraga dan berbagai
kegiatan lainnya. Industri rokok juga turut mendukung acara tersebut dengan kerap memasang
spanduk, baliho, poster bahkan membagikan dan menjual rokok mereka baik didalam maupun
diluar lingkungan sekolah. Disamping itu, letak sekolah yang berada di tengah Kota Medan
yang strategis membuat siswa banyak melewati berbagai iklan rokok yang menarik perhatian
pada baliho, spanduk dan berbagai media luar ruang lainnya. Hal ini yang membuat peneliti
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang Pengaruh Iklan
Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh
iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012.
Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di
1. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap pengetahuan siswa di SMA
2. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap sikap siswa di SMA Negeri 2
3. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap tindakan siswa di SMA Negeri
1. Sebagai masukan bagi pihak SMA Negeri 2 Medan tentang pengaruh iklan media luar ruang
2. Sebagai masukan bagi pihak- pihak terkait khususnya dinas pertamanan, dinas pendidikan
dan dinas kesehatan yang berkompeten dalam mengurusi masalah merokok pada siswa .
2.1. Iklan
1. “Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat
suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian
2. Menurut Liliweri (2011) iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan
untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar mereka memutuskan
3. Iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, iklan adalah suatu bentuk
pesan yang disampaikan kepada masyarakat luas dengan menggunakan suatu media. Istilah
Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan
massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar ruang, atau
Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang
sering dipergunakan yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan merupakan sistem yang
lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal.
Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan
warna yang disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan
warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar benda, orang atau binatang
(Sobur, 2003).
Ibrahim dalam Rina (2008) menyatakan iklan memiliki sejumlah fungsi sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh perancang atau pengiklannya.secara garis besar, fungsi iklan bias dilihat
Iklan bisa menampilkan beraneka fungsi yang terlihat secara nyata (manifest), dalam hal
4. Menstimulus pasar.
6. Membangun dan memelihara hubungan yang abadi antara konsumen dan perusahaan.
1. Mengirimkan informasi.
2. Memanfaatkan jasa non personal, karena iklan memindahkan informasi tidak melalui
4. Persuasif, karena iklan pada umumnya berisi bujukan terhadap individu atau kelompok
sasaran agar mereka memiliki informasi yang lengkap mengenai produk barang dan jasa.
5. Sponsor, karena iklan yang dimuat dalam media dibayar oleh pihak tertentu yang disebut
sponsor.
6. Tujuan, karena iklan mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk mengubah sikap dan
Strategi komunikasi adalah siasat, cara dan jembatan yang dipakai kreator iklan
dalam mengkomunikasikan suatu pesan agar berbeda dari kompetitornya. Orang-orang kreatif
harus mendapatkkan gaya, nada, kata-kata, dan bentuk untuk melaksanakan pesan. Semua
unsur ini harus dapat menyampaikan citra dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang
yang membaca beritanya, gambar dan kepala berita harus mengikhtisarkan usulan penjualan.
Pesan apapun dapat disajikan dalam berbagai gaya pelaksanaan seperti potongan kehidupan,
gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah,
Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang tepat untuk iklan tersebut. Harus
diperoleh kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk seperti ukuran,
warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan baik terhadap pengaruh iklan dapat
meningkatkan kemampuan menarik perhatiannya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak
perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Ilustrasi empat warna dan bukannya hitam
berita penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca pertama memperhatikan gambar, dan
gambar harus cukup menarik untuk menarik perhatian. Kemudian kepala berita harus efektif
dalam mendorong orang tersebut untuk membaca beritanya. Berita itu sendiri harus disusun
dengan baik. Bahkan setelah itupun, suatu iklan yang betul-betul bagus akan diperhatikan oleh
kurang dari 50% audiensnya, sekitar 30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala
beritanya, sekitar 25% mungkin ingat nama pengiklan, dan kurang dari 10% telah membaca
sebagian besar beritanya. Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti itu
(Kotler, 2001).
Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara tuntas kepada audiens hendaknya
dapat memenuhi ketentuan AIDA yaitu getting attention (menarik perhatian audience),
holding interest (menarik minat audience membaca, mendengarkan atau melihat pesan sampai
selesai), arousing desire (menimbulkan keinginan audiens memiliki atau mempergunakan barang
atau jasa yang diiklankan) dan obtaining action (menyakinkan audiens melakukan sesuatu
yang bersifat positif), misalnya membeli produk atau bersikap baik terhadap merek dagang atau
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djayakusumah (1982), agar iklan berhasil
merangsang tindakan pembeli harus memenuhi kriteria aidcda yaitu attention (mengandung
daya tarik), interest (mengandung perhatian dan minat), desire (memunculkan keinginan
untuk mencoba atau memiliki), conviction (menimbulkan keyakinan terhadap produk), decision
(menghasilkan kepuasan terhadap produk), dan action (mengarah tindakan untuk membeli)
(Nirmana, 2003).
Media luar ruang atau yang sering disebut dengan papan reklame atau billboard adalah
poster dalam ukuran besar dan didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan perjalanan
dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. Menurut KBBI, papan reklame adalah papan untuk iklan
yang dipasang di tempat terbuka dan mudah terlihat. Papan reklame atau billboard adalah salah
satu media reklame yang banyak digunakan untuk menyampaikan pesan iklan produk atau jasa
oleh perusahaan kepada pelanggan mereka, pemerintah untuk menyampaikan pesan himbauan
Syarat pemasangan media luar ruang juga mencantumkan standar ukuran reklame,
tingginya dari permukaan tanah atau dari atas atap gedung bertingkat, pemakaian stempel khusus
dan tidak memasang di tempat-tempat seperti jalan protocol, di sekitar pusat keramaian dan
lokasi peribadatan dan sekolah (Kasali, 1995). Pendirian papan reklame juga dipengaruhi oleh
sosio-kultur masyarakat setempat misalnya di Jogjakarta papan reklame pernah diharuskan tidak
boleh dekat dengan Kraton Jogja apalagi sampai tingginya menutupi Kraton, tetapi sekarang
Papan reklame atau billboard mempunyai jenis-jenis yang biasa dipakai dalam kampanye
periklanan, yaitu:
1. Poster Panels.
Lembaran kertas besar yang dicetak sesuai dengan keinginan pemesan. Dicetak dalam
jumlah yang banyak untuk menghemat biaya kemudian ditempelkan pada panel besar yang
dilengkapi kerangka dan bantuan cahaya lampu. Lembaran kertas ini tahan dengan perubahan
cuaca dan gangguan cuaca, misalnya hujan. Jenis ini sekarang popular dengan bantuan digital
printing.
Langsung didesain dan digambar oleh artist dari agency di atas panel yang telah
disediakan. Bisa juga dikerjakan terlebih dahulu di studio kemudian dipindahkan ke panel
tersebut. Butuh kejelian mata seorang seniman lukis untuk menimbulkan detail sehingga benar-
benar artistic. Jenis ini masih tetap bertahan di bioskop-bioskop untuk mempromosikan film
1. Tata Cahaya
2. Lampu Latar
memproyeksikan efek tiga dimensi dari suatu panel atau pada panel yang lain.
3. Bentuk
Perlu eksperimen untuk memecahkan keterikatan pada sudut-sudut segi empat yang
membuat penampilan media ini menjadi kaku. Dewasa ini ada yang menggunakan efek tiga
4. Inflatables
5. Gerakan
Panel-panel yang bergerak disebut kinetic board, digunakan untuk menyajikan pesan-
pesan yang berbeda-beda. Satu panel yang terdiri dari dua atau tiga sisi dapat digunakan untuk
1. Jangkauan
Kemampuan media menjangkau khalayak sasaran. Pada media luar ruang, faktor ini
bersifat local, artinya hanya mampu menjangkau daerah di sekitarnya saja. Hal ini terjadi karena
dalam hal bepergian, ternayata manusia sering hanya menggunakan satu jalan dan tidak pernah
2. Frekuensi
Kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama terhadap khalayak sasaran saat
mulai dilupakan.
3. Kontiniuitas
periklanan.
4. Ukuran
Kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut oleh pesan iklannya. Memiliki
5. Warna
Kemampuan media menyajikan tata warna yang dituntut oleh suasana yang dikehendaki
6. Pengaruh
Kekuatan pesan iklan yang kreatif dengan tata letak yang fungsional dalam hal menjual
dirinya kepada khalayak sasaran. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Harus dapat
2. Papan reklame efektif bagi mereka yang duduk di jok depan kendaraan roda empat.
3. Papan reklame menjadi sangat efektif di negara maju, karena semakin banyak orang yang
4. Di Indonesia, sopir terekspose oleh papan reklame sedangkan si boss asyik baca Koran.
5. Bis dan kendaraan umum lainnya tidak memberikan ruang pandang yang cukup bagi
penumpangnya.
2.2. Perilaku
Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon
1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena
2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di
ikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing stimulation
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert)
respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan bel0um dapat di amati
secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior.
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah
dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt behavior.
Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo
(2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif
Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge),
2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas
otak termasuk ke dalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah
pada perilaku dalam aspek berfikir atau kemampuan intelektual. Dimensi kognitif berdasarkan
revisi taksonomi Bloom oleh Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi pengetahuan
jenis – jenis pengetahuan sedangkan proses kognitif memuat macam – macam proses kognitif.
1. Dimensi pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson et al.
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur – unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu
tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan ini dibedakan
symbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal (Widodo,2003).
tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan sebagainya (Widodo, 2003).
b. Pengetahuan Konseptual
unsur – unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi secara
kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.
c. Pengetahuan Prosedural
langkah – langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.
d. Pengetahuan Metakognitif
pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.
Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukkan proses
perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih
Anderson et al. (Widodo, 2003) terdiri dari proses kognitif mengingat (remember),
a. Mengingat (Remember)
Dimensi proses kgnitif mengingat merupakan proses menarik kembali informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang
pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
c. Menerapkan (Apply)
d. Menganalisis (Analyze)
permasalahan atau objek menjadi unsur – unsur dan menentukan proses saling
e. Mengevaluasi (Evaluate)
f. Membuat (Create)
2.2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang
positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan
negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan
sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan
sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan
memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah
dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan
Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
2. Merespon (responding)
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah,
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti
bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan
orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat
berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.
1999).
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable
artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang
umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan
reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya,
perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya
proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-
pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-
pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang
berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang,
tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa
manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif
tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak
semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan
mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena
itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa
mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan
mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang
tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya
sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto,
1999).
2.2.3. Tindakan
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah
perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau
menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah
3. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu
4. Adaptasi (Adaptation)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial
budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami
perubahan.
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam
melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah,
misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat,
maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan
tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut.
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,
kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku Soekidjo (2007)
mengatakan perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam
mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh
organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.
Proses perubahan perilaku berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Teori S - O - R
Organisme
Reaksi
- Perhatian
Stimulus (perubahan sikap)
- Pengertian
- penerimaan
Reaksi
(perubahan praktek)
stimulus yang di terimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang diamati adalah perilaku
merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu
orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan
kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Bustan, 2007).
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai.
Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini
mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana
pun juga. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada
disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan
kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja
digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap,
seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap
rokok telah menjadi bagian dari hidupnya (Feldman, 1989). Menurut Leventhal dan Cleary
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi
pembentukkan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan
adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang
diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari
observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai
media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan
dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok
dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok
bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu
yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam
situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan
2. Tahap inisiasi
Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba
dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan
memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Menurut Salber, et.al., dalam Feldman
(1990), apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka
batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok
sebesar 80%. Leventhal dan Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah
merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler.
Seperti dikatakan Ary dan Biglan (1988) bahwa menjadi perokok reguler seringkali
terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang
menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk
menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran
perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya
bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya (Laventhal dan
Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola
memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang
efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah (Leventhal
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu'tadi (2002), menggolongkan tipe perilaku
kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok ,
a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat
merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
Menurut Silvan dan Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok
Menurut Sue Armstrong (1992) ada beberapa alasan orang dewasa merokok:
- Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan tanpa nikotin hidup terasa hampa.
- Tindakan mengambil sebatang rokok, menyulutnya dengan pemantik api, memandangi asap
dan memegang sesuatu dalam tangannya telah menjadi bagian dari perilaku sosial mereka
dan tanpa itu mereka akan merasa hampa. Dengan kata lain, merokok telah menjadi suatu
kebiasaan.
- Merokok adalah ”penopang” bermasyarakat. Mereka mungkin seorang pemalu yang perlu
mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan malunya terhadap orang lain.
Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Conrad and Miller menyatakan bahwa seseorang
a. Dorongan Psikologis, merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual,
kedewasaan.
b. Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi) sehingga
Menurut Silvan Tomkins yang dikutip oleh Rochadi ada 4 alasan psikologis orang
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan
penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978)
kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
- Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk
menyenangkan perasaan.
- Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok.
Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi
pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa
menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan
rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok
dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka
yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli
rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap
saat ia menginginkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali
bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah
merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa
disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan
diri di smoking area. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya). Mereka yang berani merokok
ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak
mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka
Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini
sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri,
penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan
Masyarakat belakangan ini telah banyak menyadari bahwa merokok memberi dampak
lebih merugikan daripada menguntungkan terutama bila dikautkan dengan aspek kesehatan dan
kebersihan lingkungan. Mungkin karena merokok dapat memberi kenikmatan kepada manusia,
maka tidak ayal lagi bahwa meskipun rokok secara nyata mengancam kesehatan, ternyata masih
banyak orang bersikap acuh tak acuh dan megabaikan ancaman tersebut. Oleh karena itu pulalah
Seorang remaja cenderung merokok apabila ia berada pada kelompok yang merokok
dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok (Ary dan Biglan,
1988). Keinginan ini sangat kuat walaupun akan berakibat menjadi sesuatu yang tidak
mengenakkan seperti rasa mual, muntah, sakit kepala dan memberi rasa yang tidak
enak lainnya pada mereka yang baru pertama kali merokok (Hardinge dan Shryock,
2001)
2. Orang tua
Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada anak-anaknya untuk merokok
(Hughes, 1986; Mittlemark, et.al., 1987). Leventhal, et.al., (1988) mengatakan bahwa
dalam suatu studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14% anak-anak yang
3. Saudara Kandung
Menurut Eggmose (1985) perilaku merokok itu menular , yaitu bila salah satu
anggota keluarga ada yang merokok, maka anggota keluarga yang lain akan ikut
merokok. Suatu studi menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai orang tua tidak
perokok akan menjadi perokok apabila saudara-saudara kandung yang lebih tua
4. Iklan rokok
Iklan mempunyai peranan dalam menentukan kebiasaan merokok seseorang dan satu
dewasa yang menghisap rokok tersebut. Para remaja beranggapan bahwa dengan
melalui iklan yang dilihatnya menimbulkan persepsi dalam benaknya bahwa merokok
itu identik dengan maskulinitas, kebebasan, berjiwa muda, kecerdasan dan gaya hidup
Banyak juga alasan yang dikemukakan oleh perokok yang menyebabkan mereka terus
merokok. Alasan tersebut dikemukakan oleh Hardinge dan Shryock dalam Rochadi, 2004 yaitu:
4. Membantu santai
Dijelaskan Sweeting (1990) bahwa seseorang yang disebut perokok adalah orang yang
telah merokok setidaknya 100 batang rokok atau lebih selama hidupnya.Secara ekstrim
Hoepoedio (1980) menegaskan bahwa perilaku merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan
positif bagi kesehatan manusia yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal
yang menimbulkan polusi udara yang padat yang terkosentrasi dan secara langsung serta sadar
dihirup dan di serap oleh tubuh manusia yang akan menyebabkan cidera bagi tubuh manusia itu
sendiri.
mengalami batuk-batuk dan perasaan tidak nyaman di tenggorokan serta efek negatif lainnya.
Namun pengalaman yang tidak menyenangkan saat berkenalan dengan rokok ternyata tidak
Gilchrist, et.al., dalam Sweeting (1990) membagi perokok atas tiga kategori, yaitu: (i)
bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama
sekali; (ii) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba
merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan (iii) perokok tetap atau perokok
reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan
Chasin, et.al., dalam Sweeting (1990) mangklasifikasikan perokok atas empat kategori,
yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) mencoba merokok tetapi tidak dalam beberapa
bulan terakhir; (iii) merokok secara tetap tetapi sudah berhenti; dan (iv) saat ini merokok.
Bonaguro dan Bonaguro dalam Sweeting (1990) membedakan perokok dalam lima
kategori, yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) pernah mencoba merokok; (iii) mantan
perokok; (iv) merokok pada kesempatan tertentu; dan (v) merokok setiap hari.
empat golongan, yaitu: (i) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang
dari setengah bungkus perhari; (ii) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok
antara setengah hingga satu bungkus perhari; (iii) perokok berat, adalah seseorang yang
mengkonsumsi rokok antara satu hingga dua bungkus perhari; dan (iv) perokok berat sekali,
adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bungkus perhari.
seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari; (ii) perokok sedang, adalah
seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari; (iii) perokok berat, adalah
seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari; dan (iv) perokok yang
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari
berbagai alat tubuh manusia ( Yoga Aditama, 1992). Penyakit yang ada hubungannya dengan
merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya
karena orang itu merokok (Sue Armstrong, 1992). Penyakit-penyakit yang terpicu karena
1. Penyakit Kardiovaskuler
Pada SKRT 1993 angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler menduduki
urutan pertama dan bertahan hingga tahun 1998 dan merokok merupakan faktor resiko yang
Karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru, maka kanker paru
adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok. Tar tembakau dapat menyebabkan
kanker bilamana ia merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama (Sue Armstrong, 1992).
Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif
misalnya bronchitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh
Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian
janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak pada bayi (Mangku Sitepoe, 2000).
Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Chanoine wanita hamil perokok juga mengganggu
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi (memiliki anak), fertilitas pria ataupun
wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga akan mengalami penurunan
dibandingkan dengan bukan perokok. Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Chanoine wanita
perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok.
Sakit maag lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok. Merokok mengakibatkan
penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit
maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang perokok. Menurut Sitepoe (2000) yang
Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Beaglehole merokok sebatang sehari akan
meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1
menit.
melibatkan 6813 pria perokok, dibedakan menjadi bukan perokok, perokok sedang, dan perokok
berat. Pada perokok berat 50% meninggal pada usia 47, 5 tahun; 50% perokok sedang meninggal
sesudah berumur 56 tahun dan 50% bukan perokok meninggal pada usia 58 tahun. Dengan kata
Didalam rokok terdapat nikotin yang diklasifikasikan sebagai obat yang bersifat
kecanduan bila digunakan sehingga nikotin diklasifikasikan sebagai obat bersifat adiktif.
Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan mengeriput terutama di
daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang dijumpai dalam rokok
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di daerah terbuka, misalnya pada wajah.
Wajah perokok menjadi tua dan jelek, mengeriput, kecoklatan dan tidak berminyak.
2.5. Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere
yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare
(1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, wanita 13 tahun sampai
dengan 22 tahun, bagi pria rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12
/ 13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21 /22 tahun adalah remaja akhir. Pada
usia ini umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai
Menurut Monks dkk dalam Asrori (2009), remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat
yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat
dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”
Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga
tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
mulai mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah
teragsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya
pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang
dewasa.
narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi
kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian
pengalaman-pengalaman baru.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja
pada penelitian ini adalah masa remaja madya yang berada pada rentang usia 15-18 tahun
yang duduk pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Masa remaja adalah
merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah,
mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa
idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun
sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu.
Tarik menarik antara keinginan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai
2. Pertentangan; Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi
psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu
untuk mandiri.
3. Mengkhayal; Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier,
4. Aktivitas berkelompok; Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat
5. Keinginan mencoba segala sesuatu; Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi (high curiosity). Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin
bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja
ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya
tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat
Perilaku merokok
Media Luar Ruang: siswa SMA Negeri
2 Medan
• Jenis media luar ruang
• Pengetahuan
• Efek didalam media luar ruang
• Efektifitas Media luar ruang • Sikap
• Tindakan
Keterangan :
Dari skema yang diatas kita dapat melihat, responden yang mendapatkan stimulus dari
luar ruang yang berasal dari jenis media luar ruang, efek didalam media luar ruang,
efektifitas media luar ruang yang akan mempengaruhi organisme tersebut. Apakah stimulus yang
datang ditolak atau diterima dapat diukur dari pengetahuan responden. Apabila stimulus telah
mempengaruhi pengetahuan responden, maka akan muncul respon dari responden, yang diukur
dari sikap responden terhadap objek dan selanjutnya dilihat melalui tindakan siswa dalam
merokok.
Jenis penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara variabel media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Medan Jl. Karangsari No. 435 Polonia, Medan.
1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh media luar ruang terhadap
2. SMA Negeri 2 Medan sering melakukan berbagai kegiatan-kegiatan positif seperti pentas
seni tetapi kegiatan ini didukung oleh sponsor rokok yang kerap memasang spanduk,
baliho, poster bahkan membagikan dan menjual rokok mereka baik didalam maupun
3. Masih sering dijumpai siswa-siswi SMA Negeri 2 Medan yang merokok baik di
4. Banyak iklan media luar ruang tentang rokok di kawasan sekolah SMA Negeri 2 Medan.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI pada SMA Negeri 2
Medan pada tahun ajaran 2011-2012 yang berjumlah 783 orang. Keseluruhan populasi
tabel berikut :
Tabel 3.1. Distribusi Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Medan Tahun 2011
Tabel 3.2. Distribusi Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Medan Tahun 2011
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah siswa kelas XI pada SMA
Negeri 2 Medan pada tahun ajaran 2011-2012. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung
Z 2 .P(1 − P).N
n= 2
d .( N − 1) + Z 2 .P(1 − P)
n = 85,54
n = 86
Keterangan :
n = Besar Sampel
N= Besar Populasi
sampel penelitian sebanyak 86 orang responden. Kemudian untuk menetukan jumlah sampel
2. Masih berstatus sebagai siswa SMA Negeri 2 Medan kelas X dan XI.
Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan usia antara 15-18 tahun termasuk remaja madya,
adalah bersifat idealistik, melibatkan diri dengan kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar
keluarga, mempersiapkan diri untuk mencapai kebebasan secara finansial atau emosional,
menjadi lebih mampu berfikir karena sudah hampir memasuki tahap dewasa.
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan
menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner dan pengamatan langsung di daerah kawasan
sekolah.
Data sekunder diperoleh dari dokumentasi SMA Negeri 2 Medan meliputi keterangan
Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan media luar ruang.
1. Media luar ruang adalah media komunikasi yang dibuat atau dilakukan diluar ruangan.
2. Jenis media luar ruang adalah segala bentuk dari media luar ruang seperti billboard, neon
3. Efek didalam media luar ruang adalah pengaruh yang terdapat didalam media luar ruang.
4. Efektifitas media luar ruang adalah kemampuan media luar ruang dalam menjangkau
sasarannya.
5. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
6. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek.
7. Tindakan adalah segala bentuk nyata yang dilakukan responden sehubungan dengan
pengetahuan dan sikap mengenai pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku
merokok siswa.
Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap
pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang tertinggi dikumpulkan
1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh skor yang ada.
2. Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh skor yang ada.
Jenis media luar ruang diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert
(Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan jenis media luar ruang yaitu Sangat Setuju,
Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4,
Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 20. Berdasarkan
a. Jenis media luar ruang baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi
b. Jenis media luar ruang buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi
Efek didalam media luar ruang diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan efek didalam media luar ruang yaitu
Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 20. Berdasarkan
a. Efek didalam media luar ruang baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai
b. Efek didalam media luar ruang buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai
Efektifitas media luar ruang diukur melalui 6 pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan efektifitas media luar ruang yaitu
Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan
Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 24. Berdasarkan
a. Efektifitas media luar ruang baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai
b. Efektifitas media luar ruang buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai
Pengetahuan
pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap
semua pertanyaan yang diberikan. Jawaban tertinggi adalah 2 dan terendah adalah 0.
a. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi seluruh
b. Pengetahuan buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi seluruh
Sikap
Sikap diukur melalui 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert (Riduwan, 2008).
Kriteria jawaban dalam pertanyaan sikap yaitu Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak
Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4, sehingga total nilainya adalah sebesar
60.
Berdasarkan Azwar (2005), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada
a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan
b. Sikap buruk, apabila nilai yang diperoleh < 36% dari nilai tertinggi seluruh
Tindakan
Tindakan diukur melalui apakah responden melakukan perilaku merokok atau tidak. Jika
responden melakukan perilaku merokok maka akan diberi skor 1, jika tidak maka akan diberi
skor 0.
3.6.2. Instrumen
2. Analisis bivariat, yaitu untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen
3. Analisis multivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh antara variabel
independen dengan dependen menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf
kepercayaan 95% (p<0,05). Dan melihat variabel independen mana yang lebih berpengaruh
4.1.1. Lokasi
SMA Negeri 2 Medan telah berkiprah sejak tahun 1952 dalam membina dan mendidik
para generasi muda sebagai calon penerus bangsa. Asal mulanya SMA Negeri 2 Medan berada di
Jl. Prof. H.M. Yamin ( Jalan Serdang ) No. 41 B, kemudian tahun 1980 dipindahkan ke JL.
Karangsari No. 435 Medan Polonia dengan bangunan unit baru. SMA Negeri 2 Medan telah
melewati lebih dari 50 tahun dan tetap komit dalam peningkatan kualitas pelayanan pendidikan
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel media luar
ruang (jenis media luar, efek media luar, efektifitas media luar ruang) mengenai perilaku
merokok, variabel perilaku merokok (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan gambaran perilaku
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang
berpendapat bahwa jenis media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada
sebanyak 63 responden (70,8%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada
berpendapat bahwa efek media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada
sebanyak 69 responden (77,5%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada
berpendapat bahwa efektifitas media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang
ada sebanyak 72 responden (80,59%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang
1. Pengetahuan
Berikut adalah pengetahuan responden tentang apa yang menjadi bahan utama rokok,
pesan apa yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang tentang rokok, dampak
rokok yang diberitahukan pada media luar ruang, bahaya merokok secara langsung atau terhirup
asap rokok, sebutan seseorang yang merokok. Adapun sebaran jawaban responden dapat dilihat
utama rokok.
Tabel 4.5. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pesan Yang Di Dapatkan Pada Saat
Melihat Iklan Media Luar Ruang Tentang Rokok.
No. Pesan yang didapatkan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Bahaya merokok 73 82,0
2. Larangan merokok 12 13,5
3. Manfaat merokok 4 4,5
Total 89 100,0
Dari tabel 4.5 dapat dilihat ada 73 responden (82%) memilih bahaya merokok yang
didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, ada 12 responden (13,5%) memilih
larangan merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, dan 4 responden
(4,5%) memilih manfaat merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang.
diberitahukan pada iklan media luar ruang adalah menyebabkan kanker,serangan jantung,
Tabel 4.7. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Manakah Yang Lebih Berbahaya,
Merokok Secara Langsung Atau Terhirup Asap Rokok
No. Manakah Yang Lebih Berbahaya Jumlah Persentase
%
1. Sama Saja 16 18.0
2. Merokok Secara Langsung 11 12.3
3. Terhirup Asap Rokok 62 69.7
Total 89 100.0
Dari tabel 4.7 dapat dilihat ada 62 responden (69,7%) memilih terhirup asap rokok yang
merupakan lebih berbahaya, 16 responden (18%) memilih sama saja dan 11 responden (12,3%)
Tabel 4.8. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pengertian Seseorang Yang Merokok
No. Pengertian Jumlah Persentase %
1. Perokok pasif 1 1.1
2. Perokok aktif 88 98.9
Total 89 100.0
Dari tabel 4.8 dapat dilihat ada 88 responden (98,9%) memilih perokok aktif sebagai
pengertian seseorang yang merokok, 1 responden (1,1%) memilih perokok pasif sebagai
2. Sikap
Dalam sikap terdapat 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban “sangat setuju”, “setuju”,
“kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sebaran jawaban responden ditunjukkan dalam tabel berikut :
menghindari asap rokok dimana pun berada itu ada 45 (50,56%) responden yang menyatakan
bahwa akan diam saja apabila ada seseorang yang merokok di tempat umum yang telah diberi
larangan untuk merokok seperti di bioskop, ada 14 responden (15,73%) yang menyatakan setuju
dengan pernyataan tersebut, ada 28 responden (31,46%) yang menyatakan kurang setuju dengan
pernyataan bahwa akan diam saja apabila ada seseorang yang merokok di tempat umum yang
Sikap responden yang sangat setuju terhadap pernyataan merokok akan member dampak
positif pada kelakuan remaja ada sebanyak 7 responden (7,87%), 10 responden (11,24%)
(60,67%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan merokok akan memberi dampak positif
Untuk pernyataan bahwa merokok merupakan awal dan pintu masuk menuju narkoba,
dan responden yang menyatakan sangat setuju ada 39 responden (43,82%), yang menyatakan
setuju ada 23 responden (25,84%), yang menyatakan kurang setuju ada 16 responden (17,98%)
mensukseskan program anti tembakau atau anti rokok, 24 responden (26,97%) menyatakan
setuju untuk ikut dalam mensukseskan program anti tembakau atau anti rokok, 11 responden
(12,36%) menyatakan kurang setuju untuk ikut dalam mensukseskan program anti tembakau atau
anti rokok dan ada 5 responden (5,62%) yang menyatakan tidak setuju untuk ikut dalam
Responden yang menyatakan sangat setuju atas pernyataan akan menyebarkan informasi
untuk tidak merokok ada sebanyak 41 responden (46,07%), yang menyatakan setuju ada 32
responden (35,96%), yang menyatakan kurang setuju ada 13 responden (14,61%) dan yang
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan akan menyebarkan informasi untuk tidak merokok
pada kategori baik sebesar 98,9% sedangkan yang paling rendah adalah pada kategori buruk
sebesar 1.1%.
3. Tindakan
Tabel 4.13. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Berapa Batang Rokok Yang
Responden Habiskan Dalam Sehari
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. a. 1-10 batang 37 72.55
2. b. 11-20 batang 14 27.45
Total 51 100,0
Dari tabel 4.13 dapat dilihat ada 37 responden (72,55%) yang merokok sebanyak 1-10
tua mereka tidak mengetahui bahwa mereka merokok dan ada 14 responden (27,45%) yang
Tabel 4.15. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Alasan Anda Membeli Dan
Mengkonsumsi Produk Rokok Yang Diiklankan Di Billboard
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Ingin membuktikan iklan 34 66.67
2. Ingin jadi macho, gaul dan
berani 17 33.33
Total 51 100.00
Dari tabel 4.15 dapat dilihat ada 34 responden (66,67%) yang menyatakan alasan
membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard adalah ingin
membuktikan iklan sedangkan 17 responden (33,33%) lagi memilih alasan ingin menjadi
Tabel 4.16. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Jenis Rokok Yang Sering Anda
Hisap
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. rokok kretek berfilter 19 37.25
2 rokok kretek non filter 8 15.69
3. rokok putih berfilter 24 47.06
Total 51 100.00
Dari tabel 4.16 dapat dilihat ada 19 responden (37,25%) yang sering menghisap rokok
kretek berfilter, 8 responden (15,69%) menghisap rokok kretek nonfilter dan 24 responden
rokok gratis pada kegiatan yang disponsori industri rokok sedangkan 21 responden (41,18%) lagi
Tabel 4.18. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Dengan Adanya Iklan Pada Media
Billboard Tersebut Membuat Anda Lebih Semangat Untuk Merokok
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Ya 21 41.18
2. Tidak 30 58.82
Total 51 100.00
Dari tabel 4.18 ada sebanyak 21 responden (41,18%) menyatakan dengan adanya iklan
pada media billboard membuat mereka lebih semangat untuk merokok sedangkan 30 responden
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna
antara variabel media luar ruang dengan perilaku merokok siswa. Pengujian analisis bivariat
dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square, karena data variabel independen dan dependen
merupakan data kategorik. Analisis dikatakan bermakna (signifikan) bila hasil analisis
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antar variabel, dengan nilai p <
0.05.
Tabel 4.20. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar Ruang Dengan Sikap
Responden
Sikap
Media Luar Ruang Baik Buruk Total p.
N % N % N %
Jenis Media Luar Baik 62 69,7% 1 1,1% 63 70,8% 0,518
Ruang Buruk 26 29,2% 0 0 26 29,2%
Efek Media Luar Baik 68 76,4% 1 1,1% 69 77,5% 0,588
Ruang Buruk 20 22,5% 0 0 20 22,5%
Efektifitas Media Baik 71 79,8% 1 1,1% 72 80,9% 0,625
Luar Ruang Buruk 17 19,1% 0 0 17 19,1%
Tabel 4.21. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar Ruang Dengan
Tindakan Responden
Tindakan
Media Luar Ruang Merokok Tidak Total p.
n % N % N %
Jenis Media Luar Baik 43 48,3% 20 22,5% 63 70,8% 0,001
Ruang Buruk 8 9,0% 18 20,2% 26 29,2%
Efek Media Luar Baik 51 57,3% 18 20,2% 69 77,5% 0,000
Ruang Buruk 0 0 20 22,5% 20 22,5%
Efektifitas Media Baik 48 53,9% 24 27,0% 72 80,9% 0,000
Luar Ruang Buruk 3 3,4% 14 15,7% 17 19,1%
Berdasarkan tabel 4.19, hasil uji statistik chi square dilakukan untuk mengetahui
hubungan jenis media luar ruang terhadap pengetahuan responden, efek media luar ruang
terhadap pengetahuan dan efektiftas media luar ruang terhadap pengetahuan kemudian dari hasil
uji yang dilakukan, diperoleh nilai p value 1,2,3 = 1 (p>0.05). Dengan demikian dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis media luar ruang, efek media
luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap pengetahuan responden,
hubungan jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang
terhadap sikap responden, dan dari hasil uji yang dilakukan, diperoleh nilai p value1 = 0.518
(p>0.05), p value 2 = 0.588 (p>0.05), dan p value 3 = 0.625 (p>0.05). Dengan demikian dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis media luar ruang, efek media
luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap sikap responden.
Berdasarkan tabel 4.21, hasil uji statistik chi square dilakukan untuk mengetahui
hubungan jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang
terhadap tindakan responden, dan dari hasil uji yang dilakukan, diperoleh nilai p value 1 = 0.001
(p<0.05), p value 2 = 0.000 (p<0.05), dan p value 3 = 0.000 (p<0.05). Dengan demikian dapat
disimpulkan ada terdapat hubungan yang bermakna antara jenis media luar ruang, efek media
luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap tindakan responden.
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel media luar ruang yang paling
mempengaruhi tindakan responden. Dalam uji ini semua variabel yang berhubungan (signifikan)
pada uji bivariat α=0.05 akan dimasukkan secara bersama-sama ke dalam uji multivariat. Uji
multivariat yang digunakan dalam analisis ini adalah Uji Regresi Logistik Berganda. Adapun
yang menjadi alasan penggunaan uji ini adalah karena tipe data independen maupun dependen
adalah kategorik.
Variabel yang terpilih atau memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat
ditentukan dari hasil analisis uji bivariat dimana bila hasil analisis bivariat terdapat nilai p value
<0.05 maka variabel tersebut akan dimasukkan kedalam uji multivariat dan sebaliknya, bila nilai
Tabel 4.22. Hasil Uji Bivariat Pengaruh Media Luar Ruang Terhadap Tindakan
Responden
No Media Luar Ruang p value
1 Jenis media luar ruang 0,001
2 Efek media luar ruang 0.000
3 Efektifitas media luar ruang 0.000
Berdasarkan tabel 4.22 diatas, terdapat tiga variabel yang memenuhi syarat untuk layak
masuk ke model multivariat yaitu jenis media luar ruang (p= 0.001), efek media luar ruang
yang akan dimasukkan secara bersama-sama kedalam pembuatan model. Pemilihan model
dilakukan secara hirarki dengan cara semua variabel independen yang terpilih dimasukkan
kedalam model. Hasil analisis regresi logistik berganda dengan metode Backward:Wald dan
Tabel 4.23. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang Pengaruh Jenis
Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang, Dan Efektifitas Media Luar
Ruang Terhadap Tindakan Responden
No Media luar ruang B p value Exp (B)
1 Jenis media luar ruang 1,496 0,018 4,462
2 Efek media luar ruang 21,857 0,998 0,009
3 Efektifitas media luar ruang 1.584 0,067 4,872
Berdasarkan tabel 4.23, terlihat bahwa nilai p value variabel media luar ruang (jenis
media luar ruang) (p=0,998) > 0.05, sehingga variabel tersebut tidak masuk kedalam pemodelan
multivariat. Kemudian dilakukan kembali pengujian multivariat regresi logistik berganda dengan
metode Backward: Wald dan kemudian didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
menunjukkan bahwa nilai Exp (B) dari variabel efektifitas media luar ruang adalah 7,561, artinya
efektifitas media luar ruang akan meningkatkan tindakan responden untuk merokok sebesar 8
kali lebih tinggi sedangkan nilai Exp (B) dari variable jenis media luar ruang adalah 3,908,
artinya jenis media luar ruang hanya akan meningkatkan tindakan responden untuk merokok
sebesar 4 kali.
merokok adalah efektifitas media luar ruang yaitu pada nilai Exp (B) tertingi sebesar 7,561.
Dalam pembahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui pengaruh media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di SMA
Media luar ruang atau yang sering disebut dengan papan reklame atau billboard
merupakan poster dalam ukuran besar dan didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan
perjalanan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, dimana media luar ruang ini tmemiliki peran
Dari hasil penelitian ini yang terdapat pada table 4.1 menunjukkan bahwa responden
yang berpendapat bahwa jenis media luar ruang merupakan bagian yang baik dari media luar
ruang ada untuk memberikan pengaruh perilaku merokok sebanyak 70,8% dan yang mengatakan
jenis media luar ruang merupakan bagian yang baik dari media luar ruang ada untuk
Pada kerangka konsep penelitian ini telah mengggambarkan bahwa jenis media luar
ruang secara langsung dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan.
Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis media luar ruang dapat menyampaikan
informasi mengenai perilaku rokok masuk kedalam golongan baik. Hal dapat terjadi karena
media luar ruang merupakan salah satu jenis iklan yang memiliki tujuan menyampaikan suatu
Iklan media luar ruang yang mulai banyak dijumpai oleh masyarakat ini terbagi oleh
beberapa jenis seperti menurut Kasali (1993) bahwa media luar ruang adalah papan reklame.
itu sebagai suatu bentuk elemen fabrikasi yang terdiri dari tulisan, gambar, huruf atau symbol.
Sedangkan hal berbeda menurut Riyadi (2002) yang membagi media luar ruang memiliki
secara garis besar menjadi dua cara menurut fungsi dan rancangannya. Hal berbeda dinyatakan
oleh Kasali (1993) yang hanya tidak membagi media luar lagi secara khusus dari jenisnya. Jenis
media luar ruang ini dapat mempengaruhi penyampaian pesan kepada masyarakat dan juga
kelompok sasaran yang akan dituju. Hal ini menujukkan masih terdapat perbedaan pandangan
Media luar ruang yang berbagai jenis ini memberikan ketertarikan bagi perusahaan dan
menjadi suatu altenatif yang baru bagi perusahaan suatu produk untuk memasarkan pesan yang
ingin disampaikan dari produk mereka dan hal ini juga dilakukan oleh perusahaan produsen
rokok yang mulai menggunakan media luar ruang sebagai media untuk memasarkan produk
mereka dan menyampaikan pesan dari perusahaan mereka sebagai salah satu bentuk media
promosi produk yang baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Alfian (2011) yang
menunjukkan perilaku murid sekolah SMP mengambil keputusan untuk membeli rokok adalah
dengan adanya pengaruh yang dilancarkan oleh perusahaan rokok yaitu dengan cara
mengiklankan produknya dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan media luar
ruang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jati dalam Wahyuni (2010) yang menunjukkan
bahwa paparan iklan rokok berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMA di Yogyakarta
dan paparan iklan rokok ini salah satunya adalah paparan iklan rokok yang terjadi pada iklan
media luar ruang. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Bayu dalam Safruddin (2010) yang
menunjukkan bahwa iklan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perilaku merokok anak
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa jenis media luar
ruang billboard yang memberikan daya tarik kepada responden sehingga daya tarik tersebut akan
dapat memengaruhi perilaku responden terhadap rokok. Hal ini dapat terjadi karena jenis media
luar ruang billboard dapat mudah terjangkau oleh responden yang terdapat langsung di depan
sekolah sehingga memberikan dampak yang besar terhadap keinginan kelompok sasaran untuk
mencari tahu apa isi dan pesan yang akan disampaikann yang saat ini notabenenya responden
termasuk kedalam kelompok sasaran sehingga responden juga akan terus mencari tahu apa yang
menjadi isi dan pesan yang ingin disampaikan dari iklan media luar ruang tersebut.
Dari hasil penelitian ini yang terdapat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden
yang berpendapat bahwa efek media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada
sebanyak 77,5% dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada sebanyak 22,5%.
Pada kerangka konsep penelitian ini telah mengggambarkan bahwa efek media luar ruang
secara langsung dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan. Pada
hasil penelitian ini menunjukan bahwa efek media luar ruang dapat menyampaikan informasi
mengenai perilaku rokok masuk kedalam golongan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasali
(1993) bahwa secara sederhana iklan akan memberikan suatu pesan yang akan menawarkan
suatu produk yang akan ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media. Iklan merupakan
salah satu teknik komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan informasi tentang
komunikasi massa yang akan memiliki tujuan yang sama dengan iklan dengan media lainnya
yaitu untuk menyampaikan informasi tentang barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen,
sehingga secara tidak langsung media luar ruang juga memiliki tujuan untuk memberikan
pengaruh kepada pemikiran masyarakat untuk menggunakan produk yang mereka tawarkan.
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Liza(1999)
yang menunjukkan bahwa promosi rokok akan dapat mempengaruhi keputusan pembelian rokok,
hal ini dapat terjadi tidak lepas dari semakin berkembangnya papan-papan reklame (billboard)
atau poster-poster iklan sekarang ini juga diikuti oleh berkembangnya ukuran maupun tempat
pemasangannya yang memberikan efek kepada kelompok sasaran untuk mendapatkan informasi
dari pesan yang ingin disampaikan. Menurut peneliti efek media luar ruang ini sudah
menunjukkan bahwa media luar ruang telah sesuai dengan tujuannya yaitu untuk mendapatkan
konsumen atau khalayak sasaran yang lebih luas serta untuk mendukung kampanye iklan dari
media utama yang dapat dilihat dari banyaknya responden yang menyatakan efek media luar
ruang bagian yang baik dari media luar ruang sehingga efek media luar ruang ini menjadi suatu
Hal ini sesuai dengan teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa
stimulus yang didapatkan seorang responden dapat menyebabkan proses perubahan perilaku jika
stimulus yang diberikan, sehingga efek media luar ruang dapat memberikan stimulus kepada
responden yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang ediberikan harus dapat
meyakinkan organisme.
Hal ini membuat peneliti berasumsi bahwa efek media luar ruang tentang rokok telah
memberikan stimulus kepada responden tentang tindakan merokok sehingga dapat meyakinkan
Dari hasil penelitian ini yang terdapat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden
yang berpendapat bahwa efektifitas media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar
ruang ada sebanyak 80,59% dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada
sebanyak 19,1%.
Pada kerangka konsep penelitian ini telah mengggambarkan bahwa efektifitas media luar
ruang secara langsung dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan.
Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektifitas media luar ruang dapat menyampaikan
informasi mengenai perilaku rokok masuk kedalam golongan baik. Hal ini dapat terjadi karena
menurut Riyadi (2002) saat ini iklan luar ruang atau outdoor telah mengalami berbagai macam
inovasi. Iklan luar ruang kini dilengkapi dengan efek gerakan, hiasan newcaster, dan efek
mencolok. Iklan-iklan luar ruang kini disengaja dipasang pada gedung-gedung yang tinggi dan
strategis atau dilengkapi dengan untaian lampu reklame yang berkelap-kelip. Unsur gerakan
telah memperkuat kesan poster yang semula statis. Hal ini dilakukan tidak lain untuk
mendapatkan efektifitas yang jauh lebih baik agar pesan yang ingin disampaikan dapat dicapai
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ini menunjukkan bahwa media luar ruang
mempunyai efektifitas yang baik dari media luar ruang, hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Liza (2004) menunjukkan iklan memberikan pengaruh dominan terhadap keputusan
pembelian produk rokok, sehingga tidak mengherankan media luar ruang yang notabene nya
Menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007), perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang
dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme dan perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa efektifitas ini akan mempengaruhi komunikasi
dan kualitas stimulus yang diterima responden sehingga nantinya dapat mempengaruhi tindakan
Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang individu agar ia
berbuat sesuatu, adapun salah satu unsurnya adalah keyakinan dan kebenaran dari apa yang akan
pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi. Hal berbeda yang didapatkan
peneliti ketika melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh
siswa berasal dari sumber informasi yang telah disosialisasikan baik dari guru, orang tua, teman
maupun media luar ruang yang ada.Oleh karena itu, iklan media luar ruang harus menjadi suatu
hal yang harus diperhatikan karena media luar ruang sekarang sudah menjadi salah satu tempat
memilih tembakau menjadi bahan utama rokok. Hal ini dapat terjadi karena bahan utama yang di
sosialisasikan kepada masyarakat adalah rokok sehingga anak-anak remaja mengetahui bahan
utama rokok adalah tembakau. Adapun media sosialisasi yang memengaruhi pengetahuan
responden adalah media sosialisasi iklan yang saat ini sangat gencar dalam melakukan
sosialisasi mengenai produk mereka dan salah satunya adalah rokok. Hal ini sesuai dengan
pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon,
dimana dalam hal ini media luar ruang menjadi sumber pemberu stimulus (rangsangan dari
luar)yang dapat mempengaruhi respons reaksi seseorang terhadap dirinya yang dapat dilihat dari
pengetahuan yang didapatkan dari stimulus tersebut sehingga seluruh responden menyatakan
Menurut Addini (2011) bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain, faktor pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke dalam dimensi kognitif. Tujuan
belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau
kemampuan intelektual sehingga proses belajar yang didapatkan oleh setiap orang ketika
Dari hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 82%
memilih bahaya merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, ada 13,5%
memilih larangan merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, dan 4,5%
memilih manfaat merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang. Hal sejalan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga responden
menganggap bahwa pesan yang disampaikan ketika melihat iklan media luar ruang rokok adalah
Dari hasil penelitian yang terdapat di dalam tabel 4.9 ini menunjukkan sebanyak 100%
responden memiliki tingkatan pengetahuan yang baik. Hal berbeda di dapatkan dari hasil
penelitian Darmawati (2010) yang menunjukkan bahwa hanya sebanyak 39 responden (45,3%)
Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dan dalam hal ini kita telah
mendapatkan tingkatan pengetahuan dari siswa SMA Negeri 2 Medan tentang perilaku merokok
yang menunjukkan bahwa mereka mendapatkan tingkatan pengetahuan yang baik. Tingkatan
pengetahuan yang baik ini dapat dipengaruhi bahwa mereka sudah mendapatkan pengetahuan
rokok dari berbagai tempat baik dari sosialisasi dari berbagai tempat maupun dari pengalaman
Menurut Notoadmodo (2003) yang menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung
dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan rokok sebagai symbol kegagahan dan pergaulan
seorang lelaki, 12,36% menyatakan setuju untuk dengan pernyataan rokok sebagai symbol
Rokok sebagai salah satu produk yang akan dipasarkan kepada masyarakat tentunya ingin
memberikan citra yang baik kepada masyarakat agar produk yang mereka pasarkan dapat
diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat sehingga iklan rokok terkadang terkesan memberikan
informasi dan mencoba mempengaruhi konsumennya dengan motto dan slogan yang umumnya
terkenal di masyarakat. Hal ini sesuai menurut Terence (2003) yang menyatakan iklan memiliki
fungsi memberikan informasi, mempersusasi, mengingatkan dan member nilai tambah. Oleh
karena itu, masih terdapat 11 responden (12,36%) menyatakan setuju untuk dengan pernyataan
rokok sebagai symbol kegagahan dan pergaulan seorang lelaki membuktikan bahwa fungsi iklan
rokok telah sampai kepada mereka sehingga mereka memiliki suatu sikap yang positif kepada
Hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 38,2%
responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan merokok dapat menghilangkan gangguan
pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress, sedangkan sebanyak 14,51% menyatakan setuju
dan 16,85% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan merokok dapat menghilangkan
Pada dasarnya merokok merupakan suatu tindakan yang dapat membahayakan kesehatan,
akan tetapi menurut beberapa orang yang merokok bahwa merokok memiliki pengaruh yang
positif yaitu menghilangkan gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress sehingga
mereka tetap melakukan perilaku tersebut dan ditambah dengan sosialisasi yang diberikan oleh
produknya melalui iklan yang dilakukan sehingga banyak yang terpengaruh terhadap iklan
tersebut dan hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya reponden yang masih menganggap
mengurangi ketegangan dan stress ini menunjukkan mereka memiliki respon yang positif
terhadap rokok. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) menyatakan bahwa sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Dalam hal ini stimulus yang diberikan terhadap responden sudah tercapai dengan baik
yang dapat dilihat dari reaksi mereka yang menganggap bahwa rokok dapat menghilangkan
gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress sebagai bukti keberhasilan stimulus
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.11 yang
menunjukkan bahwa sikap responden tentang merokok itu berada pada kategori baik sebesar
98,9% sedangkan yang paling rendah adalah pada kategori buruk sebesar 1.1%.
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara
positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan
negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan
sebagainya). Dalam penelitian ini kita dapat melihat sebanyak 98,9% telah memiliki sikap yang
baik, hal ini dapt dipengaruhi dari pengetahuan responden yang juga dalam tingkatan
pengetahuan yang baik, sehingga mereka memiliki respon yang baik ketika mendapatkan
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ini menunjukkan bahwa responden memiliki
tingkatan sikap yang baik terhadap perilaku merokok sehingga sikap ini kedepannya diharapkan
dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kesehatan responden dan
Notoadmodjo (2007) juga memiliki pendapat yang sejalan yaitu pengetahuan dan sikap
mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari
pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta
perilaku kesehatan yang akan semakin baik kedepannya dan perilaku merokok juga termasuk
kedalamnya.
Sebuah tindakan merupakan suatu bentuk perilaku yang yang sudah konkrit berupa
perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar yang dapat dibedakan menjadi bentuk
persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Suatu tindakan perlu diamati dan dilakukan
penelitian yang dikarenakan sebuah sikap dan pengetahuan yang sudah baik belum tentu
terwujud menjadi suatu tindakan yang baik. Hal ini sesuai menurut Notoadmodjo (2007) yang
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.12 yang
menunjukkan bahwa sebanyak 38 responden (42,7%) tidak merokok dan sebanyak 51 responden
antara pengetahuan dan sikap yang baik tentang rokok dengan tindakan yang dilakukan
responden yang mayoritas responden masih mengaplikasikan tindakan merokok. Hal ini
dengan tindakan yang dilakukan oleh mereka. Hal ini sesuai menurut pendapat Notoadmodjo
(1993) yang menyatakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan sehingga dengan adanya faktor pendukung
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.13 yang
menunjukkan bahwa dari 51 orang responden yang merokok terdapat 37 responden (72,55%)
yang merokok sebanyak 1-10 batang sehari dan 14 responden (27,45%) yang merokok 11-20
batang sehari.
Tindakan mayoritas responden yang merokok sebanyak 1-10 batang sehari menunjukkan
bahwa hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan bagi responden setiap harinya. Hal ini juga
didapatkan dari hasil penelitian Riset Kesehatan Reproduksi tahun 2010 bahwa di Indonesia juga
terdapat 52,3% remaja merokok rata-rata 1-10 batang per hari dan sebanyak 41,1% remaja di
Tindakan yang dilakukan oleh responden dalam mengkonsumi rokok sebanyak 1-10
batang per hari ini menurut peneliti termasuk kedalam kategori tindakan mekanisme. Menurut
Notoadmodjo (2003) bahwa tindakan responden ini termasuk kedalam kategori tindakan
mekanisme yaitu jika seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tindakan mekanisme.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.15 yang
menunjukkan bahwa dari 51 orang responden yang merokok terdapat 34 responden (66,67%)
yang menyatakan alasan membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di
alasan membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard adalah ingin
membuktikan iklan, hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ayuningtyas (2011) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi iklan rokok dengan perilaku merokok
remaja.
Tindakan yang ditunjukkan oleh responden yang masih belum memiliki ketetapan dalam
bersikap ini dapat mempengaruhi tindakannya dalam melakukan suatu hal dan peneliti
memasukkan tindakan responden ini kedalam tingkatan tindakan persepsi, hal ini dikarenakan
menurut Notoadmodjo (2003) bahwa tingkatan tindakan persepsi merupakan suatu proses
mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Oleh
karena itu, peneliti berfikirnya tindakan yang dilakukan responden ini termasuk kedalam
tindakan persepsi.
5.3. Hubungan Jenis Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang Dan Efektifitas Media
Berdasarkan hasil penelitian ini, jenis media luar ruang merupakan salah satu bagian dari
media luar ruang yang dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan,
dimana sebanyak 63 responden (70,8%) berpendapat bahwa jenis media luar ruang merupakan
bagian baik dari media luar ruang ada dan yang menyatakan bagian buruk dari media luar ruang
variabel jenis media luar ruang memiliki hubungan yang signifikan (p<0,05) terhadap tindakan
Media luar ruang merupakan salah satu jenis iklan yang saat ini digunakan produsen
rokok untuk mempromosikan produk mereka dan jenis media luar ruang menjadi salah satu hal
yang dapat memengaruhi tindakan kelompok sasaran dan dengan jenis media luar ruang tertentu
dapat menjadi suatu komunikasi massa yang dapat menyampaikan pesan lebih efektif
dikarenakan perbedaan lokasi,ukuran dan kegunaan sehingga jenis media luar ruang ini memiliki
arti yang penting dalam memengaruhi penyampaian pesan yang juga dapat memengaruhi
tindakan responden
Hal ini sesuai menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa
responden setelah mendapatkan stimulus akan mengalami proses perubahan perilaku yaitu
stimulus dapat diterima atau ditolak, stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme
(diterima) dan organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel jenis media luar ruang memiliki hubungan
yang signifikan (p<0,05) terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Hasil
penelitian ini dapat disebabkan variabel jenis media luar ruang dalam bentuk tulisan dan gambar
dari jenis media luar ruang menjadikan responden memiliki tindakan merokok. Hal ini sesuai
dengan teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007) yang menunjukkan bahwa setelah organisme
mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya, sehingga wajar jika variabel jenis media luar ruang memiliki hubungan yang
Berdasarkan hasil penelitian ini, efek media luar ruang merupakan salah satu bagian dari
media luar ruang yang dapat memengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan,
bahwa efek media luar ruang merupakan bagian yang baik dari media luar ruang ada sebanyak
69 responden (77,5%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada sebanyak
20 responden (22,5%).
Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan
variabel efek media luar ruang dengan nilai p value variabel media luar ruang (jenis media luar
ruang) (p=0,998) > 0.05, sehingga variabel tersebut tidak masuk kedalam pemodelan multivariat.
Saat ini iklan luar ruang atau outdoor telah mengalami berbagai macam inovasi. Iklan
luar ruang kini dilengkapi dengan efek gerakan, hiasan newcaster, dan efek mencolok. Iklan-
iklan luar ruang kini disengaja dipasang pada gedung-gedung yang tinggi dan strategis atau
dilengkapi dengan untaian lampu reklame yang berkelap-kelip. Unsur gerakan telah memperkuat
kesan poster yang semula statis dengan harapan ingin menyampaikan pesan kepada kelompok
sasarannya.
Hal ini sesuai menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa
stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila
stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam
mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh
organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif, sedangkan hasil
penelitian yang didapatkan peneliti menunjukkan efek media luar ruang tidak memiliki
pengaruh terhadap tindakan merokok responden yang berarti stimulus yang diberikan dari efek
Berdasarkan hasil penelitian ini, efektifitas media luar ruang merupakan salah satu bagian
dari media luar ruang yang dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan,
bahwa efektifitas media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada sebanyak
72 responden (80,59%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada sebanyak
17 responden (19,1%).
Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan
variabel efektifitas media luar ruang bahwa nilai Exp (B) dari variabel efektifitas media luar
ruang adalah 7,561, artinya efektifitas media luar ruang akan meningkatkan tindakan responden
untuk merokok sebesar 8 kali lebih tinggi sedangkan nilai Exp (B) dari variabel jenis media luar
ruang adalah 3,908, artinya jenis media luar ruang hanya akan meningkatkan tindakan responden
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ayuningtyas (2011) yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan media iklan ruang rokok dengan perilaku merokok remaja, hasil penelitian
yang sejalan juga didapatkan oleh Lieza (1999) yaitu iklan dan promosi penjualan rokok
Media luar ruang dinilai menjadi salah satu jenis iklan yang saat ini berpotensi untuk
memasarkan produk melalu penyampaian pesan mengenai produk mereka. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Setia (2011) yang menyatakan bahwa iklan media luar ruang menjadi salah satu iklan
yang cenderung digunakan di sepanjang jalanan di perkotaan. Hal ini membuat media luar ruang
menjadi salah satu iklan yang paling mudah dijumpai dan membuat media luar ruang juga dapat
menyatakan kualitas media luar ruang saat ini dapat terjadi dengan kombinasi elemen visual
Menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa penyebab
berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektifitas media luar ruang adalah 7,561,
artinya efektifitas media luar ruang akan meningkatkan tindakan responden untuk merokok
sebesar 8 kali lebih tinggi sedangkan nilai Exp (B) dari variable jenis media luar ruang adalah
3,908, artinya jenis media luar ruang hanya akan meningkatkan tindakan responden untuk
Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti ini menunjukkan bahwa stimulus yang
didapatkan responden yang terdapat dalam efektifitas media luar ruang telah mempengaruhi
responden dalam meresponse pesan dari iklan media luar ruang dalam bentuk tindakan merokok
6.1. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik media luar ruang yang meliputi jenis
media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap
pengetahuan siswa.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik media luar ruang yang meliputi jenis
media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap sikap
siswa.
3. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik media luar ruang yang meliputi jenis
media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap
tindakan siswa.
4. Variabel efektifitas media luar ruang merupakan variabel yang paling dominan terhadap
6.2. Saran
1. Kepada pihak sekolah untuk tidak menerima sponsor lagi dari perusahaan rokok.
2. Kepada Dinas Pendidikan untuk membuat kebijakan menolak bentuk kegiatan apapun
3. Kepada dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar membuat
Amelia, Adisti, 2009. Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi.Psikologi
USU
Ayuningtyas, Dhita, 2011. Hubungan Paparan Iklan Rokok Dengan Perilaku Merokok
Remaja di SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo.Skripsi.UMS
Helmi, Fadilla Alvin, 2008. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Remaja. Skripsi.UGM
Ibrahim, IS, 2007. Kecerdasan Komunikasi, Seni Berkomunikasi Kepada Publik. Refika
Offset, Bandung.
Kementrian Kesehatan RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.Badan Penelitian dan
Pengenbangan Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta.Badan Penelitian dan
Pengenbangan Kementrian Kesehatan RI.
Liliweri, Alo. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.
Liliweri, Alo. 2011, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta. Kencana Prenada Media
Group
Muntaha, Sidhotul, 2011. Dinamika Perilaku Merokok Pada Remaja Ditinjau Dari Pengaruh
Teman Sebaya Dan Terpaan Iklan Rokok.Skripsi. UMS
Murti, Bhisma, 2003.Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Neelini, Arunna. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak Tahap Dua Sekolah Jenis
Kebangsaan ( Tamil )Mak mandin tentang bahaya rokok tahun 2010.Skripsi .USU
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Dasar PKIP
Nugroho, M. Aji Bayu, 2008. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok
Pada Siswa SLTP Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008.
Skripsi. UMS.
Rina, DN Simbolon, 2008. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku Merokok
Remaja di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun 2008. Skripsi. USU
Riyadi, Slamat. 2002. Media Luar Ruang dalam system visual Ruang Publik. Tesis. Undip
Semarang
Rochadi, Kintoko R, 2004. Hubungan Konformitas Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja
Sekolah SMU Negeri di 4 Wilayah DKI Jakarta. Tesis. UI
Sarifuddin, Jendro Ari, 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada
Siswa Tingkat Pendidikan Dasar di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen 2010.
Skripsi.UMS
Setia, Candara, 2011. Penempatan Iklan Media Luar Ruang di Sepanjang Garis Imajiner
Nilai Sejarah Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta
Tambun, Inggrid R.M.R, 2010. Iklan Notebook Acer dan Minat Beli.Skripsi.USU
Widiono, Sumarto, 2010.Pengaruh Orangtua Perokok, Teman Sepermainan Dan Iklan Rokok
Terhadap Perokok Siswa Smp . Universitas Bengkulu. Skripsi.
TAHUN 2012
I. Karakteristik Responden
No responden :
Nama :
Kelas :
Umur :
Uang saku :
Tanggal wawancara :
SS S KS TS
III. Pengetahuan
Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.
4) Menurut Anda, zat apakah yang terkandung pada rokok yang dapat menyebabkan kanker?
a) Nikotin (1)
b) Tar (2)
c) Karbon monoksida (0)
5) Menurut Anda, zat apakah yang terkandung dalam rokok yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah?
a) Nikotin (1)
b) Tar (2)
c) Karbon monoksida (0)
6) Sewaktu anda melihat iklan media luar ruang tentang rokok, pesan apa yang anda
dapatkan?
a) Bahaya merokok (2)
b) Larangan merokok (1)
c) Manfaat merokok (0)
8) Apa dampak rokok yang diberitahukan pada iklan media luar ruang tersebut?
a) menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin(2)
b) Menyebabkan ketergantungan (1)
c) Gangguan pencernaan (0)
10) Manakah yang lebih berbahaya, merokok secara langsung atau terhirup asap rokok?
a) Merokok secara langsung (1)
b) Terhirup asap rokok (2)
c) Sama saja (0)
14) Seorang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok disebut dengan
a) Perokok pasif (2)
b) Perokok Aktif (1)
c) Perokok aktif pasif (0)
Sikap
NO Pernyataan SS S KS TS
menutup hidung
Keterangan :
SS = Sangat Setuju S = Setuju KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju
V. TINDAKAN
Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.
4. Alasan anda membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard ?
a. Karena ingin membuktikan kebenaran iklan tersebut
b. Ingin menjadi macho, gaul, keren, berani seperti model yang ada di billboard
rokok tersebut.
5. Apa efek samping yang anda rasakan dari kegiatan merokok yang anda lakukan ?
a. Batuk – batuk
b. Lebih berkonsentrasi
7. Apakah produk rokok yang diiklankan di billboard sangat bermanfaat bagi anda ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda pernah mendapatkan rokok gratis pada kegiatan yang disponsori industry rokok seperti
konser musi k?
9. Apakah pesan iklan rokok yang terdapat di billboard membuat anda ingin mencoba rokok yang
diiklankan ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah pesan iklan rokok di billboard tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap keseharian
anda ?
a. Ya
b. Tidak
11. apakah dengan adanya iklan pada media billboard tersebut membuat anda lebih semangat untuk
merokok ?
a. Ya
b. Tidak