Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU

MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN


TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

ANANDA RAHMAN US
NIM. 071000008

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU
MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN
TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ANANDA RAHMAN US
NIM. 071000008

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK


SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN
TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan oleh:

ANANDA RAHMAN US
071000008

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal 23 Juli 2012
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes
NIP 19671219 199303 1 003 NIP 19690922 199403 2 002

Penguji II Penguji III

Drs. Eddy Syahrial, MS Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes


NIP 19681101 199303 2 005 NIP 19611024 199003 1 003

Medan, Juli 2012


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Dr. Drs. Surya Utama, MS


NIP 196108311989031001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perilaku merokok pada siswa semakin meningkat meskipun semakin ketatnya peraturan
mengenai iklan rokok. Namun perusahaan rokok memanfaatkan media lain untuk memasarkan
rokok yaitu media luar ruang. Ini bisa kita lihat semakin banyaknya iklan rokok pada media luar
ruang seperti billboard, spanduk,neon sign dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek
media luar ruang dan efektifitas media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA
Negeri 2 Medan tahun 2012 yang berjumlah 783 orang. Besar sampel sebanyak 89 orang
dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data
menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Medan memiliki
pengetahuan baik yaitu sebesar 100%, sikap baik yaitu sebesar 98,9% dan tindakan merokok
sebesar 57,3%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara media luar ruang
yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang
terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas media luar ruang
memiliki hubungan paling dominan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan
(Exp (B) = 7,561).
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah untuk menghentikan iklan rokok
disekolah. Bagi pihak dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar
membuat rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.

Kata kunci : media luar ruang, perilaku merokok siswa

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Smoking (behavior) in students is increasing even though the regulations regarding


tobacco advertising in tightened. However tobacco companies take advantage of the other media
to market cigarette that is outdoor media. It can take a look at increasing number of cigarette
advertisement on the outdoor media such as a billboard, banners, neon sign and etc.

This study uses a cross sectional study design that aims to analyze the relationship
between outdoor media which includes; The types of outdoor media, effect of outdoor media and
effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012
which amounted to 783 people. Sample size of 89 people selected by proportional random
sampling technique. Analysis of data using multivariate analysis with multiple logistic regression
test.

The results of this study indicate that the student in SMA Negeri 2 Medan have a good
knowledge in the amount of 100%, good attitude the amount of 98.9% and 57.3% for act of
smoking. There is a statistically significant relationship between outdoor media which includes;
the types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with
student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012. And the effectiveness of outdoor
media has the most dominant relationship against the student smoking act in SMA Negeri 2
Medan (Exp (B) = 7,561).

From the results of the study recommended the school to stopped tobacco advertising in
school. to the relevant agencies to strongly advocate to the legislature in order to make the draft
of No smoking area throughout the school.

Keywords: outdoor media, student smoking behavior.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ananda Rahman US

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Mei 1989

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Jumlah Bersaudara : 2 orang

Alamat Rumah : Jl. Selamat Ujung Gg. Berkeluarga No. 184, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD 060819 Medan (1995-2001)

2. SMP Negeri 15 Medan (2001-2004)

3. SMA Negeri 2 Medan (2004-2007)

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (2007-2012)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya

pnulis dapat menyelesaikan skripsi in dengan judul :

“Pengaruh Iklan Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2

Medan Tahun 2012”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Bakri, M.Si dan

Ibunda tercinta Lely Marianna Rangkuti yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing

penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih yang sebesar- besarnya atas dukungan, nasehat

dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil dan moral

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Drs. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing

dan memberikan banyak saran dan ilmu serta dukungan semangat kepada penulis sehingga

sikripsi ini dapat terselesaikan

3. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan

penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji dan dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak memberi saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Kepala Bagian Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Fakultas Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Seluruh staf pengajar di FKM USU dan dosen PKIP yaitu Ibu dr. Linda T. Maas, MPH, Ibu Dra.

Syarifah, MS, dan Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD serta pegawai di departemen PKIP

yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Drs. M. Abdu Siregar selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Medan yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis.

9. Siswa SMA Negeri 2 Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi

responden dalam penelitian ini.

10. Adikku tercinta Ananda Idris US yang telah memotivasi dan mendoakan penulis.

11. Teman- teman tercinta Khairunnisa, SKM, Dina Permatasari, SKM, Day Santri, SKM, Siti

Afsyah, SKM, Eka Purwanti, SKM, T. Hera Zafira, SKM, Linda Rahayu, SKM, Putra Apriadi

Siregar, SKM, Sasmar Aurivan Harya, SKM, Rizka Furnanda, SKM, Addlinsyah, SKM, dan

Rizki El Hafiz, SKM atas dukungan, do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis, terima

kasih atas kebersamaannya selama ini.

12. Juniyanti Puspita Sari Lubis, SKM, Yulinda Lubis, SKM, Deli Syahputri, SKM, Febri Susanti,

SKM, Amelia Aqita Hara, SKM, Cut Alia Novianda, SKM terima kasih atas dukungan dan

do’anya kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara


13. Bang Hamid, Bang Budi, Bang Dika, Bang Enda, Bang Angga, Bang Kamto, Bang Roni, Bang

Dhani, Kak Ratna, Bang Afdal, Bang Amru, Bang Pendi, Bang Andre, Bang Hengki, Bang

Andrie, Kak Tya, Kak Juli terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

14. Teman-teman yang di Peminatan PKIP yang tidak disebutkan satu per satu.

15. Putri Rahayu Syah Umar Nasution, Annisa Mentari Hsb, Rifandhita Asokawati, Sri Handayani,

Azis Anshori Situmorang, Ozi, Baim, Nia, Heri, Ical,Dikri, Fandi, Jeje, Wita, Mayan, Mamad,

Uty, Galih, Roni, Reza, Ziad, Izah, Fani, Ika, Utet, Wiwid, Aya.

16. Semua Pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis,

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, Juli 2012

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. i


ABSTRAK ............................................................................................................ ii
ABSTRACT ..........................................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 9
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11


2.1. Iklan ................................................................................................... 11
2.1.1.Pengertian Iklan ........................................................................ 11
2.1.2 Fungsi Iklan ................................................................................ 12
2.1.3 Strategi Iklan .............................................................................. 13
2.1.4 Iklan Media Luar Ruang .............................................................. 15
2.1.5 Efek-efek dalam iklan Luar Ruang ……………………………... 16
2.1.6 Efektifitas Media Luar Ruang ...................................................... 17
2.2. Perilaku .............................................................................................. 19
2.2.1 Pengetahuan .............................................................................. 20
2.2.2 Sikap ........................................................................................... 24
2.2.3 Tindakan ..................................................................................... 28
2.3. Perubahan Perilaku .............................................................................. 29
2.3.1 Teori S-O-R ............................................................................... 29
2.4. Pengertian Perilaku Merokok ............................................................... 31
2.4.1 Tipe Perilaku Merokok................................................................ 32
2.4.2 Alasan Merokok .......................................................................... 35
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok................ 38
2.4.4 Defenisi dan Klasifikasi Perilaku Merokok.................................. 41
2.4.5 Bahaya Merokok ......................................................................... 42
2.5. Remaja ............................................................................................... 45
2.6. Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………….48

Universitas Sumatera Utara


BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 50
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................... 50
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 50
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................ 51
3.3.1 Populasi ...................................................................................... 51
3.3.2 Sampel ........................................................................................ 52
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 54
3.4.1 Data Primer ................................................................................. 54
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................ 54
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 54
3.5.1 Variabel Dependen ..................................................................... 54
3.5.2 Variabel Independen .................................................................. 54
3.5.3 Defenisi Operasional .................................................................. 55
3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ....................................................... 55
3.6.1 Aspek Pengukuran ..................................................................... 55
3.6.2 Instrumen ................................................................................... 59
3.7. Teknik Analisa Data ........................................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ...........................................................................60


4.1. Gambaran tentang SMA Negeri 2 Medan ............................................60
4.1.1. Lokasi .......................................................................................60
4.2. Hasil Analisa Univariat .......................................................................60
4.2.1. Media Luar Ruang ....................................................................60
4.2.2. Perilaku Merokok ......................................................................62
4.3. Hasil Analisa Bivariat .........................................................................73
4.4. Hasil Analisa Multivariat ....................................................................76

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................79


5.1. Media Luar Ruang ..............................................................................79
5.1.1. Jenis Media Luar Ruang ............................................................79
5.1.2. Efek Media Luar Ruang .............................................................81
5.1.3. Efektifitas Media Luar Ruang ....................................................83
5.2. Perilaku Merokok ................................................................................85
5.2.1. Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan Tentang Merokok .....85
5.2.2. Sikap Siswa SMA Negeri Medan Tentang Perilaku Merokok .....87
5.2.3. Tindakan Responden Dalam Perilaku Merokok .........................91
5.3. Hubungan Jenis Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang, dan
Efektifitas Media Luar Ruang Dengan Tindakan Merokok
Responden ..........................................................................................93
5.3.1. Jenis Media Luar Ruang ............................................................93
5.3.2. Efek Media Luar Ruang ............................................................94
5.3.3. Efektifitas Media Luar Ruang ....................................................96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................98


6.1. Kesimpulan .........................................................................................98
6.2. Saran....................................................................................................98

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Medan


Tahun 2011……………………………………………….. 48

Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Medan


Tahun 2011……………………………………………….. 48

Tabel 3.3 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas X............................


50
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas XI...........................
50
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Media Luar Ruang……………
58
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Efek Media Luar Ruang……………
58
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Efektifitas Media Luar Ruang……...
58
Tabel 4.4 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Bahan Utama
Rokok…………………………………………………….. 59

Tabel 4.5 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pesan Yang


Di Dapatkan Pada Saat Melihat Iklan Media Luar Ruang
Tentang Rokok…………………………………………… 59

Tabel 4.6 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Dampak Yang


Di Beritahukan Pada Iklan Media Luar Ruang…………... 60

Tabel 4.7 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Manakah


Yang Lebih Berbahaya, Merokok Secara Langsung Atau
Terhirup Asap Rokok…………………………………….. 60

Tabel 4.8 Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pengertian


Seseorang Yang Merokok………………………………... 61

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden…………… 61

Tabel 4.10 Distribusi Mengenai Sikap Responden…………………... 61

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden…………………... 67

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden………………. 68

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Berapa Batang
Rokok Yang Responden Habiskan Dalam Sehari………... 68

Tabel 4.14 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Apakah Orang


Tua Mengetahui Anda Merokok…………………………. 68

Tabel 4.15 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Alasan Anda


Membeli Dan Mengkonsumsi Produk Rokok Yang
Diiklankan Di Billboard………………………………….. 69

Tabel 4.16 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Jenis Rokok


Yang Sering Anda Hisap…………………………………. 69

Tabel 4.17 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Anda Pernah


Mendapatkan Rokok Gratis Pada Kegiatan Yang
Disponsori Industri Rokok Seperti Konser Musik……….. 69

Tabel 4.18 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Dengan


Adanya Iklan Pada Media Billboard Tersebut Membuat
Anda Lebih Semangat Untuk Merokok………………….. 70

Tabel 4.19 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar
Ruang Dengan Pengetahuan Responden………………… 71

Tabel 4.20 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar
Ruang Dengan Sikap Responden………………………... 71

Tabel 4.21 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar
Ruang Dengan Tindakan Responden……………………. 72

Tabel 4.22 Hasil Uji Bivariat Pengaruh Media Luar Ruang Terhadap
Tindakan Responden……………………………………... 74

Tabel 4.23 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang


Pengaruh Jenis Media Luar Ruang, Efek Media Luar
Ruang, Dan Efektifitas Media Luar Ruang Terhadap
Tindakan Responden……………………………………... 74

Tabel 4.24 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang


Pengaruh Jenis Media Luar Ruang Dan Efektifitas Media
Luar Ruang Terhadap Tindakan Responden……………... 75

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4. Output SPSS Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perilaku merokok pada siswa semakin meningkat meskipun semakin ketatnya peraturan
mengenai iklan rokok. Namun perusahaan rokok memanfaatkan media lain untuk memasarkan
rokok yaitu media luar ruang. Ini bisa kita lihat semakin banyaknya iklan rokok pada media luar
ruang seperti billboard, spanduk,neon sign dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara media luar ruang yang meliputi jenis media luar ruang, efek
media luar ruang dan efektifitas media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA
Negeri 2 Medan tahun 2012 yang berjumlah 783 orang. Besar sampel sebanyak 89 orang
dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data
menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Medan memiliki
pengetahuan baik yaitu sebesar 100%, sikap baik yaitu sebesar 98,9% dan tindakan merokok
sebesar 57,3%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara media luar ruang
yang meliputi jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang
terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Dan efektifitas media luar ruang
memiliki hubungan paling dominan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan
(Exp (B) = 7,561).
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak sekolah untuk menghentikan iklan rokok
disekolah. Bagi pihak dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar
membuat rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.

Kata kunci : media luar ruang, perilaku merokok siswa

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Smoking (behavior) in students is increasing even though the regulations regarding


tobacco advertising in tightened. However tobacco companies take advantage of the other media
to market cigarette that is outdoor media. It can take a look at increasing number of cigarette
advertisement on the outdoor media such as a billboard, banners, neon sign and etc.

This study uses a cross sectional study design that aims to analyze the relationship
between outdoor media which includes; The types of outdoor media, effect of outdoor media and
effectiveness of outdoor media with student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012
which amounted to 783 people. Sample size of 89 people selected by proportional random
sampling technique. Analysis of data using multivariate analysis with multiple logistic regression
test.

The results of this study indicate that the student in SMA Negeri 2 Medan have a good
knowledge in the amount of 100%, good attitude the amount of 98.9% and 57.3% for act of
smoking. There is a statistically significant relationship between outdoor media which includes;
the types of outdoor media, effect of outdoor media and effectiveness of outdoor media with
student smoking behavior in SMA Negeri 2 Medan in 2012. And the effectiveness of outdoor
media has the most dominant relationship against the student smoking act in SMA Negeri 2
Medan (Exp (B) = 7,561).

From the results of the study recommended the school to stopped tobacco advertising in
school. to the relevant agencies to strongly advocate to the legislature in order to make the draft
of No smoking area throughout the school.

Keywords: outdoor media, student smoking behavior.

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah

yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

bentuk nyatanya adalah WHO (World Health Organization) menetapkan tanggal 31 Mei 1988

sebagai hari tanpa tembakau sedunia dan untuk seterusnya diperingati setiap tahun ditanggal 31

Mei (Rafei dalam Rochadi, 2004). Menurut deHaan dalam Tarigan (2007), saat ini diperkirakan

jumlah perokok di dunia sebesar 1, 3 milyar orang dan kematian yang diakibatkan olehnya

mencapai 4, 9 juta orang per tahun.

Kebiasaan merokok akan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan bahkan

kematian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2008) melaporkan bahwa

adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker,

penyakit jantung, penyakit sistem saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan

kehamilan. Risiko berbagai penyakit tersebut disebabkan pada setiap batang rokok mengandung

lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik).

Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga orang di sekitarnya yang

terkena asap rokok. Menurut Sarifuddin (2010), asap rokok sangat berbahaya karena semakin

besar terpapar asap rokok semakin besar pula peluang kerusakan DNA. Semakin besar kerusakan

DNA, maka semakin besar pula risiko terkena penyakit kanker dan serangan jantung.

Menurut Soamole (2004), setiap tahun ada empat juta orang yang meninggal akibat

kebiasaan merokok. Dikhawatirkan, apabila penanganan yang tidak memadai maka di tahun

2030 diperkirakan proporsi perokok sebesar 1,6 miliar perokok, diantaranya sekitar 770 juta anak

Universitas Sumatera Utara


yang menjadi perokok pasif dan 85% terdapat di negara berkembang. Diperkirakan juga proporsi

kematian akibat merokok sebesar 10 juta kematian yang mana 70% di antaranya terjadi di negara

berkembang.

Konsumsi rokok rata-rata 2,7% per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara

maju menurun, yaitu 1,8% per tahun (Hudoyo, 2000). Ironisnya, prevalensi perokok di negara

maju telah banyak berkurang, sedangkan perokok di negara berkembang justru makin banyak. Di

negara berkembang, prevalensi perokok makin meningkat, yaitu 2,1% per tahun (Fajriwan,

1999).

Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok di dunia. Dari tiga tahun

(2001-2004) jumlah perokok naik dari 31, 3 persen ke angka 34, 4 persen atau bisa dikatakan

lebih dari 50 juta orang dewasa adalah perokok. Data Survei Nasional Tahun 2004 menyebutkan

bahwa 63, 2 % laki-laki dan 4, 4 % perempuan Indonesia adalah perokok (Aditama, 2006).

Penurunan jumlah perokok terjadi, hal ini dapat dilihat berdasarkan data Riskesdas tahun 2007

yang menunjukkan proporsi perokok sebanyak 29%. Jumlah ini semakin meningkat seperti yang

tertera pada data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menjadi

34,7%. ( Riskesdas 2010)

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka perokok

tertinggi di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2007, proporsi perokok di Provinsi Sumatera

Utara sebesar 28%. Angka ini mengalami lonjakan yang drastis karena menurut data Riskesdas

2010 proporsi perokok melonjak menjadi 35,7% kondisi tersebut menjadikan provinsi Sumatera

Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah perokok terbesar di Indonesia setelah

Provinsi Kalimantan Tengah (43,2%) dan disusul Nusa Tenggara Timur (41,2%).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Smet (1994) usia pertama sekali merokok pada umumnya terjadi berkisar pada

umur 11-13 tahun. Perry dkk dalam Rochadi (2004) juga berpendapat bahwa perilaku merokok

terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu

beberapa tahun. Hal yang sama juga disampaikan Mayasari (2007) bahwa para perokok mulai

merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85-90% mulai merokok sebelum usia 18 tahun.

Perilaku merokok pada usia remaja semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap

perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok (Amelia,

2009).

Riskesdas tahun 2010 melaporkan bahwa rata-rata umur mulai merokok secara nasional

adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap hari terbanyak pada

umur 15-19 tahun. Mayoritas prevalensi penduduk yang merokok adalah perokok yang memiliki

umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2 persen. Sebagaimana

perokok setiap hari, prevalensi perokok kadang-kadang tertinggi pada kelompok umur 15-24

tahun (8,1%) dan cenderung menurun dengan bertambahnya umur (Riskesdas, 2010). Dari

berbagai data di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya usia memulai merokok diawali

pada masa remaja.

Masa remaja identik dengan usia sekolah sehingga perilaku merokok remaja identik

dengan perilaku merokok anak sekolah. Penelitian yang dilakukan Purnamasari, dkk (2005) yang

dilakukan terhadap siswa SMP di Surakarta menunjukkan siswa yang merokok setiap hari

sebesar 9,8% yang didominasi siswa laki-laki sebesar 95,6% dan sisanya 4,4% adalah siswa

perempuan. Bayu (2008) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku merokok pada

siswa SMP antara lain adalah iklan rokok.

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu

tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

Universitas Sumatera Utara


juga penuh dengan berbagai masalah (Hurlock, 2001). Pada fase ini seorang individu dalam

perkembangan psikologisnya sangat labil dan cenderung mudah terpengaruh pengaruh dari luar.

Salah satu pengaruh luar yang datang kepada remaja adalah perilaku merokok yang datang dari

teman dan termasuk iklan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 46,3% remaja berpendapat iklan rokok

memiliki pengaruh besar untuk memulai merokok dan 41,5% remaja berpendapat keterlibatan

dalam kegiatan yang disponsori industri rokok memiliki pengaruh untuk mulai merokok.

Diketahui sebanyak 9% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada

saat tidak merokok dan 8% remaja perokok menyatakan mereka kembali merokok setelah

berhenti merokok karena mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.

Data di atas sejalan dengan hasil penelitian Muntaha (2011) menunjukkan bahwa remaja

dengan rentang usia 9-12 tahun melakukan keputusan merokok dikarenakan karena iklan rokok

yang menarik dan keluarga yang perokok. Widiono (2010) juga menyatakan bahwa iklan rokok

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan merokok siswa SMP. Budiarty dan

Yunni (2008), menegaskan bahwa iklan rokok memiliki keeratan hubungan dengan keputusan

membeli rokok oleh para remaja.

Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang memberikan informasi

kepada khalayak mengenai suatu produk,baik barang atau jasa, sehingga mampu menarik hati

calon pembeli hingga akhirnya melakukan tindakan pembelian atas barang atau jasa yang

diiklankan tersebut (Tambun, 2010). Menurut Rezeki (2008) faktor psikologis yang dapat

memengaruhi seseorang dalam memilih produk suatu iklan ditentukan oleh persepsi,

pengetahuan, keyakinan dan sikap. Iklan rokok yang sangat atraktif dan kreatif dapat menyentuh

sisi psikologis yang menunjukan berbagai citra seperti berani, macho, trendi, keren,

Universitas Sumatera Utara


kebersamaan, santai, optimis, jantan, penuh petualangan, kreatif, kritis, perubahan, eksklusif,

kemewahan serta berbagai hal lain yang membanggakan dan mewakili suara hati anak muda dan

remaja. Hal ini sudah tentu membuat remaja menjadi tertarik dan simpatik terhadap iklan rokok

tersebut.

Subanada (2007) berpendapat bahwa perilaku remaja untuk merokok tidak terlepas dari

peran media yang digunakan oleh industri rokok dengan berbagai macam trik periklanan dan

pemasaran produk. Laporan Koalisi Indonesia Sehat (2008) menunjukkan 70% remaja memiliki

kesan positif terhadap iklan rokok. Sebanyak 50% remaja perokok merasa dirinya lebih percaya

diri seperti yang dicitrakan iklan rokok dan 37% remaja perokok merasa dirinya keren seperti

yang dicitrakan iklan rokok. Pada remaja putri terdapat persepsi pula bahwa perokok cenderung

memiliki banyak teman (Koalisi Indonesia Sehat, 2008).

Semakin ketatnya peratuan mengenai iklan rokok membuat industri rokok berinovasi

untuk memasarkan produknya dengan memanfaatkan berbagai media. Media memiliki peran

yang sangat penting dan strategis bagi kegiatan periklanan. Media yang digunakan di dalam

periklanan terdiri dari beragam jenis. Iklan dapat disampaikan di antaranya melalui media cetak

(surat kabar, majalah, brosur, leaflet, poster dan sebagainya), media elektronik baik media audio

maupun audio visual (radio, televisi, film, video dan sebagainya), media luar ruang (billboard,

spanduk, neon sign, dan sebagainya). Media dapat memengaruhi persepsi dan pandangan

konsumen terhadap suatu produk.

Media elektronik menjadi ujung tombak pemasaran iklan rokok dalam beberapa tahun

yang lalu. Namun saat ini iklan rokok di media elektronik seperti televisi dan radio memang

telah dibatasi penayangannya yaitu pada larut malam (Shimp, 2003). Berdasarkan PP No. 19

tahun 2003 Pasal 16 ayat 3 disebutkan bahwa penayangan iklan rokok di media elektronik hanya

Universitas Sumatera Utara


dibatasi antara jam 21.30 hingga jam 05.00. Hal tersebut sepertinya tidak memberi dampak besar

dalam mengurangi paparan iklan pada remaja. Industri rokok memiliki cara lain untuk

memperkenalkan produk mereka dengan beralih dari media elektronik menjadi menggunakan

iklan melalui media luar ruang.

Media luar ruang di Indonesia semakin marak. dan telah berkembang dengan berbagai

bentuk media luar ruang yang atraktif, dengan dukungan teknologi yang semakin canggih.

Kendati media luar ruang sebagai medium periklanan masih lebih dianggap sebagai media

pendukung, tetapi semakin banyak pengiklan yang memanfaatkannya. Industri rokok menjadi

salah satu industri yang telah memanfaatkan iklan dengan media luar ruang. Hal ini dapat dilihat

dengan banyaknya baliho, poster, spanduk yang digunakan berbagai merek rokok untuk

memasarkan produknya. Industri rokok juga menjadikan tokoh panutan remaja seperti atlit-atlit

atau artis menjadi bintang iklan rokok untuk memengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan

dan manfaat rokok (Ayuningtyas, 2011).

Penelitian yang dilakukan The Jakarta Global Youth Survey di Indonesia tahun 2006

menunjukkan 93% anak usia 13-15 tahun melihat iklan rokok di billboard, 83% melihat di

majalah dan koran. Sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori rokok.

Hal ini didukung oleh pernyataan Komnas anak (2007) bahwa 92,9% pelajar terpapar iklan

rokok di billboards dan 82,8% pelajar terpapar iklan rokok di koran dan majalah. Temuan

tersebut mengasumsikan bahwa iklan rokok di media luar ruang lebih efektif di bandingkan di

media elektronik.

Cara lain yang digunakan oleh industri rokok untuk memasarkan produk mereka adalah

dengan melakukan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari banyak

kegiatan remaja di lingkungan sekolah seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan

Universitas Sumatera Utara


lain-lain yang disponsori oleh rokok. Industri rokok bahkan berani melakukan promosi rokok

secara langsung dengan membagikan rokok gratis pada remaja dan membagikan hadiah berupa

pemantik dan merchandise mereka sebagai bentuk kerjasama sponsor. Hal ini terlihat saat

menjadi sponsor diberbagai acara yang berhubungan dengan remaja seperti menjadi sponsor

olahraga maupun konser yang kebanyakan penontonnya adalah remaja (Crofton, 2009).

Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota nomer 3 terbesar

di Indonesia. Sebagai ibu kota Provinsi, maka sudah tentulah proporsi perokok remaja di Kota

Medan juga cukup besar. Seluruh sekolah SMA di Kota Medan memiliki kebijakan tidak

memperbolehkan siswa-siswinya merokok di lingkungan sekolah, SMA Negeri 2 Medan

merupakan salah satu sekolah yang memberlakukan larangan merokok bagi siswa dan siswinya,

bahkan SMA Negeri 2 Medan sering melakukan razia rutin rokok pada siswa-siswinya sebagai

upaya untuk menghindarkan siswa dan siswinya merokok di lingkungan sekolah. Mengingat

ketatnya kebijakan yang dibuat, seharusnya konsumsi rokok pada siswa dan siswi SMA Negeri 2

berkurang, tetapi tidak begitu pada kenyataanya. Dalam kondisi di lapangan masih sering

dijumpai siswa- siswi SMA Negeri 2 Medan yang merokok baik dilingkungan sekolah maupun

diluar sekolah pada jam sekolah.

SMA Negeri 2 Medan merupakan salah satu sekolah yang terletak di tengah Kota Medan

cukup aktif melakukan berbagai kegiatan seperti pentas seni, pertandingan olahraga dan berbagai

kegiatan lainnya. Industri rokok juga turut mendukung acara tersebut dengan kerap memasang

spanduk, baliho, poster bahkan membagikan dan menjual rokok mereka baik didalam maupun

diluar lingkungan sekolah. Disamping itu, letak sekolah yang berada di tengah Kota Medan

yang strategis membuat siswa banyak melewati berbagai iklan rokok yang menarik perhatian

pada baliho, spanduk dan berbagai media luar ruang lainnya. Hal ini yang membuat peneliti

Universitas Sumatera Utara


berasumsi bahwa adanya kemungkinan siswa SMA Negeri 2 Medan telah terpapar informasi

mengenai iklan rokok khususnya iklan rokok di media luar ruang.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang Pengaruh Iklan

Media Luar Ruang Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh

iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di

SMA Negeri 2 Medan Tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap pengetahuan siswa di SMA

Negeri 2 Medan tentang merokok.

2. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap sikap siswa di SMA Negeri 2

Medan tentang merokok.

3. Untuk mengetahui pengaruh iklan media luar ruang terhadap tindakan siswa di SMA Negeri

2 Medan tentang merokok.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak SMA Negeri 2 Medan tentang pengaruh iklan media luar ruang

terhadap perilaku merokok siswa.

2. Sebagai masukan bagi pihak- pihak terkait khususnya dinas pertamanan, dinas pendidikan

dan dinas kesehatan yang berkompeten dalam mengurusi masalah merokok pada siswa .

Universitas Sumatera Utara


3. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan.

4. Menjadi masukan bagi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklan

2.1.1. Pengertian Iklan

Berbagai defenisi tentang iklan antara lain dikemukakan oleh :

1. “Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat

suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian

atau seluruh masyarakat” (Niken, 2007).

2. Menurut Liliweri (2011) iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan

untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar mereka memutuskan

untuk melakukan tindakan tertentu.

3. Iklan didefenisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada

masyarakat lewat suatu media (Kasali, 1995).

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, iklan adalah suatu bentuk

pesan yang disampaikan kepada masyarakat luas dengan menggunakan suatu media. Istilah

periklanan merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan,

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

Periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan

produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu khalayak, target melalui media bersifat

massal seperti televisi, radio, koran, majalah, pengeksposan langsung, reklame luar ruang, atau

kendaraan umum (Lee, 2007).

Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang

sering dipergunakan yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan merupakan sistem yang

Universitas Sumatera Utara


menggunakan tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun ikon. Pada dasarnya

lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal.

Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah bentuk dan

warna yang disajikan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan

warna serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti gambar benda, orang atau binatang

(Sobur, 2003).

2.1.2. Fungsi Iklan

Ibrahim dalam Rina (2008) menyatakan iklan memiliki sejumlah fungsi sesuai dengan

yang dimaksudkan oleh perancang atau pengiklannya.secara garis besar, fungsi iklan bias dilihat

dari dua sisi, yaitu funsi nyata dan funsi tersembunyi.

Iklan bisa menampilkan beraneka fungsi yang terlihat secara nyata (manifest), dalam hal

ini iklan berfungsi untuk :

1. Menginformasikan suatu produk ke public.

2. Menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk.

3. Memotivasi konsumen untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

4. Menstimulus pasar.

5. Mendukung komunitas bisnis.

6. Membangun dan memelihara hubungan yang abadi antara konsumen dan perusahaan.

Menurut Liliweri (2008), iklan berfungsi sebagai :

1. Mengirimkan informasi.

2. Memanfaatkan jasa non personal, karena iklan memindahkan informasi tidak melalui

manusia, individu atau kelompok, melainkan melalui media bukan manusia.

Universitas Sumatera Utara


3. Memanfaatkan media massa, karena iklan memindahkan informasi melalui media massa,

baik cetak maupun elektronik.

4. Persuasif, karena iklan pada umumnya berisi bujukan terhadap individu atau kelompok

sasaran agar mereka memiliki informasi yang lengkap mengenai produk barang dan jasa.

5. Sponsor, karena iklan yang dimuat dalam media dibayar oleh pihak tertentu yang disebut

sponsor.

6. Tujuan, karena iklan mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk mengubah sikap dan

sasaran terhadap produk barang dan jasa.

2.1.3. Strategi Iklan

Strategi komunikasi adalah siasat, cara dan jembatan yang dipakai kreator iklan

dalam mengkomunikasikan suatu pesan agar berbeda dari kompetitornya. Orang-orang kreatif

harus mendapatkkan gaya, nada, kata-kata, dan bentuk untuk melaksanakan pesan. Semua

unsur ini harus dapat menyampaikan citra dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang

yang membaca beritanya, gambar dan kepala berita harus mengikhtisarkan usulan penjualan.

Pesan apapun dapat disajikan dalam berbagai gaya pelaksanaan seperti potongan kehidupan,

gaya hidup, fantasi, suasana atau citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah,

atau bukti kesaksian (Kotler, 2001).

Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang tepat untuk iklan tersebut. Harus

diperoleh kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk seperti ukuran,

warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan baik terhadap pengaruh iklan dapat

meningkatkan kemampuan menarik perhatiannya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak

perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Ilustrasi empat warna dan bukannya hitam

putih akan meningkatkan efektifitas dan biaya iklan.

Universitas Sumatera Utara


Sejumlah periset mengenai iklan cetakan melaporkan bahwa gambar, kepala berita, dan

berita penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca pertama memperhatikan gambar, dan

gambar harus cukup menarik untuk menarik perhatian. Kemudian kepala berita harus efektif

dalam mendorong orang tersebut untuk membaca beritanya. Berita itu sendiri harus disusun

dengan baik. Bahkan setelah itupun, suatu iklan yang betul-betul bagus akan diperhatikan oleh

kurang dari 50% audiensnya, sekitar 30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala

beritanya, sekitar 25% mungkin ingat nama pengiklan, dan kurang dari 10% telah membaca

sebagian besar beritanya. Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti itu

(Kotler, 2001).

Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara tuntas kepada audiens hendaknya

dapat memenuhi ketentuan AIDA yaitu getting attention (menarik perhatian audience),

holding interest (menarik minat audience membaca, mendengarkan atau melihat pesan sampai

selesai), arousing desire (menimbulkan keinginan audiens memiliki atau mempergunakan barang

atau jasa yang diiklankan) dan obtaining action (menyakinkan audiens melakukan sesuatu

yang bersifat positif), misalnya membeli produk atau bersikap baik terhadap merek dagang atau

perusahaan pemasang iklan (Kleinsteuber, 2002).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Djayakusumah (1982), agar iklan berhasil

merangsang tindakan pembeli harus memenuhi kriteria aidcda yaitu attention (mengandung

daya tarik), interest (mengandung perhatian dan minat), desire (memunculkan keinginan

untuk mencoba atau memiliki), conviction (menimbulkan keyakinan terhadap produk), decision

(menghasilkan kepuasan terhadap produk), dan action (mengarah tindakan untuk membeli)

(Nirmana, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2.1.4. Iklan Media Luar Ruang

Media luar ruang atau yang sering disebut dengan papan reklame atau billboard adalah

poster dalam ukuran besar dan didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan perjalanan

dengan tingkat mobilitas cukup tinggi. Menurut KBBI, papan reklame adalah papan untuk iklan

yang dipasang di tempat terbuka dan mudah terlihat. Papan reklame atau billboard adalah salah

satu media reklame yang banyak digunakan untuk menyampaikan pesan iklan produk atau jasa

oleh perusahaan kepada pelanggan mereka, pemerintah untuk menyampaikan pesan himbauan

kepada masyarakat dan yang lainnya.

Syarat pemasangan media luar ruang juga mencantumkan standar ukuran reklame,

tingginya dari permukaan tanah atau dari atas atap gedung bertingkat, pemakaian stempel khusus

dan tidak memasang di tempat-tempat seperti jalan protocol, di sekitar pusat keramaian dan

lokasi peribadatan dan sekolah (Kasali, 1995). Pendirian papan reklame juga dipengaruhi oleh

sosio-kultur masyarakat setempat misalnya di Jogjakarta papan reklame pernah diharuskan tidak

boleh dekat dengan Kraton Jogja apalagi sampai tingginya menutupi Kraton, tetapi sekarang

aturan inipun agak diperlunak oleh pihak Pemda DI Jogjakarta.

Papan reklame atau billboard mempunyai jenis-jenis yang biasa dipakai dalam kampanye

periklanan, yaitu:

1. Poster Panels.

Lembaran kertas besar yang dicetak sesuai dengan keinginan pemesan. Dicetak dalam

jumlah yang banyak untuk menghemat biaya kemudian ditempelkan pada panel besar yang

dilengkapi kerangka dan bantuan cahaya lampu. Lembaran kertas ini tahan dengan perubahan

cuaca dan gangguan cuaca, misalnya hujan. Jenis ini sekarang popular dengan bantuan digital

printing.

Universitas Sumatera Utara


2. Painted Bulletins

Langsung didesain dan digambar oleh artist dari agency di atas panel yang telah

disediakan. Bisa juga dikerjakan terlebih dahulu di studio kemudian dipindahkan ke panel

tersebut. Butuh kejelian mata seorang seniman lukis untuk menimbulkan detail sehingga benar-

benar artistic. Jenis ini masih tetap bertahan di bioskop-bioskop untuk mempromosikan film

yang sedang diputar.

2.1.5. Efek-efek dalam iklan luar ruang

1. Tata Cahaya

Dibutuhkan pencahayaan yang cukup atraktif untuk menimbulkan minat orang

memperhatikan pesan dalam media ini.

2. Lampu Latar

Beberapa pengiklan melakukan eksperimen dengan holografi yang dapat

memproyeksikan efek tiga dimensi dari suatu panel atau pada panel yang lain.

3. Bentuk

Perlu eksperimen untuk memecahkan keterikatan pada sudut-sudut segi empat yang

membuat penampilan media ini menjadi kaku. Dewasa ini ada yang menggunakan efek tiga

dimensi dan beberapa teknik yang lain, misalnya cutting.

4. Inflatables

Menggunakan benda-benda yang digantungkan dan ditampilkan pada papan reklame

sehingga efek tiga dimensi lebih terasa.

5. Gerakan

Panel-panel yang bergerak disebut kinetic board, digunakan untuk menyajikan pesan-

pesan yang berbeda-beda. Satu panel yang terdiri dari dua atau tiga sisi dapat digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara


menyampaikan pesan yang berubah-ubah sesuai dengan bergesernya khalayak sasaran yang lalu

lalang di jalan raya.

2.1.6. Efektifitas Media Luar Ruang

1. Jangkauan

Kemampuan media menjangkau khalayak sasaran. Pada media luar ruang, faktor ini

bersifat local, artinya hanya mampu menjangkau daerah di sekitarnya saja. Hal ini terjadi karena

dalam hal bepergian, ternayata manusia sering hanya menggunakan satu jalan dan tidak pernah

berganti rute kecuali jika ada gangguan.

2. Frekuensi

Kemampuan media mengulang pesan iklan yang sama terhadap khalayak sasaran saat

mulai dilupakan.

3. Kontiniuitas

Kesinambungan media menyampaikan pesan iklan sesuai dengan tuntutan strategi

periklanan.

4. Ukuran

Kemampuan media memberikan ukuran yang dituntut oleh pesan iklannya. Memiliki

kemampuan tampil dengan mencolok dan tiba-tiba.

5. Warna

Kemampuan media menyajikan tata warna yang dituntut oleh suasana yang dikehendaki

pada saat pesan iklan disampaikan.

6. Pengaruh

Kekuatan pesan iklan yang kreatif dengan tata letak yang fungsional dalam hal menjual

dirinya kepada khalayak sasaran. Pesan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. Harus dapat

Universitas Sumatera Utara


dibaca setidaknya dalam tujuh detik. Menggunakan huruf yang mudah terbaca dari jarak relative

jauh. Menggunakan warna yang tepat sebagai pembantu.

Beberapa kendala sebagai kelemahan :

1. Papan reklame efektif bagi pengendara sepeda motor.

2. Papan reklame efektif bagi mereka yang duduk di jok depan kendaraan roda empat.

3. Papan reklame menjadi sangat efektif di negara maju, karena semakin banyak orang yang

mengemudikan sendiri kendaraannya.

4. Di Indonesia, sopir terekspose oleh papan reklame sedangkan si boss asyik baca Koran.

5. Bis dan kendaraan umum lainnya tidak memberikan ruang pandang yang cukup bagi

penumpangnya.

2.2. Perilaku

Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan

respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme

tersebut merespon, maka teori ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon

ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-

rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di

ikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing stimulation

atau reinforce, karena memperkuat respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan

menjadi dua, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert)

respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan bel0um dapat di amati

secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior.

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah

dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt behavior.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo

(2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni Cognitive Domain, Afektif

Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude), dan tindakan (practise).

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas

otak termasuk ke dalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah

pada perilaku dalam aspek berfikir atau kemampuan intelektual. Dimensi kognitif berdasarkan

revisi taksonomi Bloom oleh Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


dan dimensi proses kognitif yang terpisah satu sama lain. Dimensi pengetahuan hanya memuat

jenis – jenis pengetahuan sedangkan proses kognitif memuat macam – macam proses kognitif.

1. Dimensi pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson et al.

(widodo, 2003) dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu :

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi unsur – unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu

tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan ini dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pengetahuan tentang terminologi : mencakup pengetahuan tentang label atau

symbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal (Widodo,2003).

2. Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur – unsur : mencakup pengetahuan

tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan sebagainya (Widodo, 2003).

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan antara

unsur – unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi secara

bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga bentuk yaitu :

1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori : mencakup pengetahuan tentang

kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.

2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi : mencakup abstraksi dari hasil

observasi ke level yang lebih tinggi yaitu prinsip dan generalisasi.

Universitas Sumatera Utara


3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur : pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi seta saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan

terhadap suatu fenomena yang kompleks.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan procedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan

pengetahuan cara untuk melakukan sesuatau. Pengetahuan prosedural berisi tentang

langkah – langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.

d. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan

pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan strategik, pengetahuan tentang tugas

kognitif dan pengetahuan tentang diri sendiri.

2. Dimensi proses kognitif

Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukkan proses

perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih

kompleks. Dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom menurut

Anderson et al. (Widodo, 2003) terdiri dari proses kognitif mengingat (remember),

memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate)

dan beraksi (create).

a. Mengingat (Remember)

Dimensi proses kgnitif mengingat merupakan proses menarik kembali informasi yang

tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang

lebih rendah tingkatannya

Universitas Sumatera Utara


b. Memahami (Understand)

Dimensi proses kognitif memahami merupakan proses mengkonstruksi makna atau

pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengeintegrasikan

pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.

c. Menerapkan (Apply)

Dimensi proses kognitif mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur

untuk menyelesaikan masalah atau tugas.

d. Menganalisis (Analyze)

Dimensi proses kognitif menganalisis adalah proses menguraikan suatau

permasalahan atau objek menjadi unsur – unsur dan menentukan proses saling

keterkaitan unsur – unsur tersebut.

e. Mengevaluasi (Evaluate)

Dimensi proses kognitif mengevaluasi merupakan proses membuat sesuatu atau

pertimbangan berdasarkan criteria dan standar yang ada.

f. Membuat (Create)

Dimensi proses kognitif membuat merupakan proses menggabungkan beberapa unsur

menjadi suatu bentuk kesatuan.

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 1993).

Universitas Sumatera Utara


Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara

positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu

penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan

negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan

sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan

sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan

memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah

dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan

dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga

komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian

orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Universitas Sumatera Utara


Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah,

adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi

menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti

bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan

orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-

motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat

berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu

objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari

hal-hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara


5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap

dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto,

1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable

artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang

umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan

reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya,

perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya

proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan

reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-

pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan

reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-

pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang

berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang,

tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-

keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa

manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif

tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak

semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan

mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

Universitas Sumatera Utara


4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini

sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena

itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa

mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan

mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang

tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya

sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto,

1999).

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah

perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau

menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).

Adapun tingkatan dari tindakan adalah :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah

merupakan praktek yang pertama.

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah

indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Universitas Sumatera Utara


Tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian

alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial

budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami

perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Didalam

melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah,

misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat,

maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan

tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut.

2.3.1. Teori Stimulus Organisme (S - O – R)

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya,

kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku

seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku Soekidjo (2007)

mengatakan perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila

stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam

mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh

organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti

stimulus ini dan dilanjutkan ke proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak

demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut

mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus

(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat

melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting.

Proses perubahan perilaku berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Teori S - O - R

Organisme
Reaksi
- Perhatian
Stimulus (perubahan sikap)
- Pengertian

- penerimaan

Reaksi

(perubahan praktek)

Universitas Sumatera Utara


2.4. Pengertian Perilaku Merokok

Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi

stimulus yang di terimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang diamati adalah perilaku

merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok dan Romawi, pada saat itu

orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan

kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Bustan, 2007).

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai.

Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini

mungkin disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh di mana

pun juga. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan

menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Dannusantoso (1991) mengatakan

bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada

disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan

kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang

dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy,1994).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada remaja

digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap,

tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari- hari.

2.4.1. Tipe Perilaku Merokok

Universitas Sumatera Utara


Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui

seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap

rokok telah menjadi bagian dari hidupnya (Feldman, 1989). Menurut Leventhal dan Cleary

(1980) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :

1. Tahap persiapan

Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini terjadi

pembentukkan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan

adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang

diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari

observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai

media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan

dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok

dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok

berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai

bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu

yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam

situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan

awal dari suatu kebiasaan merokok.

2. Tahap inisiasi

Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba

dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan

memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Menurut Salber, et.al., dalam Feldman

(1990), apabila seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka

Universitas Sumatera Utara


besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10

batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok

sebesar 80%. Leventhal dan Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah

merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler.

Seperti dikatakan Ary dan Biglan (1988) bahwa menjadi perokok reguler seringkali

terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.

3. Tahapan menjadi seorang perokok

Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang

perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi

menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk

menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,

belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran

perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya

bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya (Laventhal dan

Evehant dalam Oskamp, 1984).

4. Tahapan tetap menjadi perokok

Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola

perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan

kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan

memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang

memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu

efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah (Leventhal

dan Avis, 1976).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Trim (2006), ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut

banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari

3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat –

tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu'tadi (2002), menggolongkan tipe perilaku

merokok menjadi 2 yaitu:

1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang public

a. Kelompok homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka menikmati

kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka

menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok ,

anak kecil, orang jompo , orang sakit dll).

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

a. Kantor atau di luar kamar pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat

merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa

gelisah yang mencekam.

b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Menurut Silvan dan Tomkins (Mu’tadin, 2002) ada empat tipe perilaku merokok

berdasarkan management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :

2.4.2. Alasan Merokok

Menurut Sue Armstrong (1992) ada beberapa alasan orang dewasa merokok:

Universitas Sumatera Utara


- Mereka benar-benar menikmatinya sewaktu merokok. Mereka bahkan tidak dapat menahan

diri meskipun menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk kesenangan tersebut.

- Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan tanpa nikotin hidup terasa hampa.

- Mereka menjadi terbiasa menghisap rokok agar dapat merasa santai.

- Tindakan mengambil sebatang rokok, menyulutnya dengan pemantik api, memandangi asap

dan memegang sesuatu dalam tangannya telah menjadi bagian dari perilaku sosial mereka

dan tanpa itu mereka akan merasa hampa. Dengan kata lain, merokok telah menjadi suatu

kebiasaan.

- Merokok adalah ”penopang” bermasyarakat. Mereka mungkin seorang pemalu yang perlu

mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan malunya terhadap orang lain.

Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Conrad and Miller menyatakan bahwa seseorang

akan menjadi perokok melalui:

a. Dorongan Psikologis, merokok rasanya seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual,

menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan

kedewasaan.

b. Dorongan Fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi) sehingga

ingin terus merokok.

Menurut Silvan Tomkins yang dikutip oleh Rochadi ada 4 alasan psikologis orang

menjadi perokok ke empat alasan tersebut adalah:

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan

penambahan rasa yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978)

menambahkan ada 3 sub tipe ini:

Universitas Sumatera Utara


- Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan

kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

- Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk

menyenangkan perasaan.

- Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok.

Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi

pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa

menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan

jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan

rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok

dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,

sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka

yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari

rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli

rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap

saat ia menginginkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali

bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah

menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah

merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa

disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

Universitas Sumatera Utara


Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat

dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:

1. Merokok di tempat-tempat Umum/ Ruang Publik

Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati

kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan

diri di smoking area. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak

merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lainnya). Mereka yang berani merokok

ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak

mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka

tega menyebar "racun" kepada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini

sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri,

penuh dengan rasa gelisah yang mencekam. Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan

sebagai orang yang suka berfantasi.

2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Masyarakat belakangan ini telah banyak menyadari bahwa merokok memberi dampak

lebih merugikan daripada menguntungkan terutama bila dikautkan dengan aspek kesehatan dan

kebersihan lingkungan. Mungkin karena merokok dapat memberi kenikmatan kepada manusia,

maka tidak ayal lagi bahwa meskipun rokok secara nyata mengancam kesehatan, ternyata masih

banyak orang bersikap acuh tak acuh dan megabaikan ancaman tersebut. Oleh karena itu pulalah

merokok merupakan kegiatan yang sulit untuk dihentikan.

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok. Faktor-faktor tersebut

antara lain adalah :

1. Tekanan kelompok sebaya

Seorang remaja cenderung merokok apabila ia berada pada kelompok yang merokok

dibandingkan saat ia berada pada kelompok yang tidak merokok (Ary dan Biglan,

1988). Keinginan ini sangat kuat walaupun akan berakibat menjadi sesuatu yang tidak

mengenakkan seperti rasa mual, muntah, sakit kepala dan memberi rasa yang tidak

enak lainnya pada mereka yang baru pertama kali merokok (Hardinge dan Shryock,

2001)

2. Orang tua

Orang tua yang perokok memberikan pengaruh kepada anak-anaknya untuk merokok

(Hughes, 1986; Mittlemark, et.al., 1987). Leventhal, et.al., (1988) mengatakan bahwa

dalam suatu studi di Amerika Serikat ditemukan sekitar 14% anak-anak yang

merokok memiliki orang tua yang juga perokok.

3. Saudara Kandung

Menurut Eggmose (1985) perilaku merokok itu menular , yaitu bila salah satu

anggota keluarga ada yang merokok, maka anggota keluarga yang lain akan ikut

merokok. Suatu studi menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai orang tua tidak

perokok akan menjadi perokok apabila saudara-saudara kandung yang lebih tua

merokok (Leventhal, et.al., 1988).

4. Iklan rokok

Iklan mempunyai peranan dalam menentukan kebiasaan merokok seseorang dan satu

masyarakat (Aditama, 2001). Di Amerika Serikat, 86% para remajanya menghisap

Universitas Sumatera Utara


tiga jenis rokok yang paling sering diiklankan sementara hanya 30% dari orang

dewasa yang menghisap rokok tersebut. Para remaja beranggapan bahwa dengan

melalui iklan yang dilihatnya menimbulkan persepsi dalam benaknya bahwa merokok

itu identik dengan maskulinitas, kebebasan, berjiwa muda, kecerdasan dan gaya hidup

yang enak (Rice, 2002).

Banyak juga alasan yang dikemukakan oleh perokok yang menyebabkan mereka terus

merokok. Alasan tersebut dikemukakan oleh Hardinge dan Shryock dalam Rochadi, 2004 yaitu:

1. Kesenangan atau kenikmatan yang diberikan rokok.

2. Menghilangkan stres dan depresi.

3. Takut gejala-gejala yang timbul waktu berhenti merokok.

4. Membantu santai

5. Memberikan rasa aman.

6. Memberikan rasa percaya diri.

7. Takut bertambah gemuk

2.4.4. Definisi dan Kalisifikasi Perilaku Merokok

Dijelaskan Sweeting (1990) bahwa seseorang yang disebut perokok adalah orang yang

telah merokok setidaknya 100 batang rokok atau lebih selama hidupnya.Secara ekstrim

Hoepoedio (1980) menegaskan bahwa perilaku merokok adalah suatu kebiasaan tanpa tujuan

positif bagi kesehatan manusia yang pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal

yang menimbulkan polusi udara yang padat yang terkosentrasi dan secara langsung serta sadar

dihirup dan di serap oleh tubuh manusia yang akan menyebabkan cidera bagi tubuh manusia itu

sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Safarino (1994) menyatakan disaat seseorang mulai mencoba merokok, maka ia akan

mengalami batuk-batuk dan perasaan tidak nyaman di tenggorokan serta efek negatif lainnya.

Namun pengalaman yang tidak menyenangkan saat berkenalan dengan rokok ternyata tidak

membuat orang meninggalkan rokok.

Gilchrist, et.al., dalam Sweeting (1990) membagi perokok atas tiga kategori, yaitu: (i)

bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama

sekali; (ii) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba

merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan (iii) perokok tetap atau perokok

reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan

mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.

Chasin, et.al., dalam Sweeting (1990) mangklasifikasikan perokok atas empat kategori,

yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) mencoba merokok tetapi tidak dalam beberapa

bulan terakhir; (iii) merokok secara tetap tetapi sudah berhenti; dan (iv) saat ini merokok.

Bonaguro dan Bonaguro dalam Sweeting (1990) membedakan perokok dalam lima

kategori, yaitu: (i) tidak pernah merokok sama sekali; (ii) pernah mencoba merokok; (iii) mantan

perokok; (iv) merokok pada kesempatan tertentu; dan (v) merokok setiap hari.

Turner (1967) menjelaskan Yayasan Kanker Amerika menggolongkan perokok ke dalam

empat golongan, yaitu: (i) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang

dari setengah bungkus perhari; (ii) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok

antara setengah hingga satu bungkus perhari; (iii) perokok berat, adalah seseorang yang

mengkonsumsi rokok antara satu hingga dua bungkus perhari; dan (iv) perokok berat sekali,

adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari dua bungkus perhari.

Universitas Sumatera Utara


Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat bagian, yaitu: (i) perokok ringan, adalah

seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari; (ii) perokok sedang, adalah

seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari; (iii) perokok berat, adalah

seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari; dan (iv) perokok yang

menghisap rokok dalam-dalam.

2.4.5. Bahaya Merokok

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari

berbagai alat tubuh manusia ( Yoga Aditama, 1992). Penyakit yang ada hubungannya dengan

merokok adalah penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya

karena orang itu merokok (Sue Armstrong, 1992). Penyakit-penyakit yang terpicu karena

merokok dan dapat meningkatkan sebab kematian (Sitepoe, 2000) adalah:

1. Penyakit Kardiovaskuler

Pada SKRT 1993 angka kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler menduduki

urutan pertama dan bertahan hingga tahun 1998 dan merokok merupakan faktor resiko yang

memicu penyakit kardiovaskuler.

2. Penyakit Kanker Paru

Karena penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru, maka kanker paru

adalah jenis kanker yang paling umum disebabkan merokok. Tar tembakau dapat menyebabkan

kanker bilamana ia merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama (Sue Armstrong, 1992).

3. Penyakit Saluran Pernafasan

Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif

misalnya bronchitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara


rokok. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernafasan-banyak

dijumpai pada perokok.

4. Merokok dan Kehamilan

Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian

janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak pada bayi (Mangku Sitepoe, 2000).

Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Chanoine wanita hamil perokok juga mengganggu

perkembangan kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak yang akan bertumbuh.

5. Merokok dan Alat Perkembangbiakan

Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi (memiliki anak), fertilitas pria ataupun

wanita perokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga akan mengalami penurunan

dibandingkan dengan bukan perokok. Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Chanoine wanita

perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok.

6. Merokok dan Alat Pencernaan

Sakit maag lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok. Merokok mengakibatkan

penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit

maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang perokok. Menurut Sitepoe (2000) yang

mengutip Harrisons, bahwa merokok mengurangi rasa lapar.

7. Merokok Meningkatkan Tekanan Darah

Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Beaglehole merokok sebatang sehari akan

meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali per 1

menit.

8. Merokok memperpendek umur

Universitas Sumatera Utara


Menurut Sitepoe (2000) yang mengutip Krantz penelitian di Amerika Serikat yang

melibatkan 6813 pria perokok, dibedakan menjadi bukan perokok, perokok sedang, dan perokok

berat. Pada perokok berat 50% meninggal pada usia 47, 5 tahun; 50% perokok sedang meninggal

sesudah berumur 56 tahun dan 50% bukan perokok meninggal pada usia 58 tahun. Dengan kata

lain merokok sama saja dengan memperpendek umur.

9. Merokok Bersifat Adiksi (Ketagihan)

Didalam rokok terdapat nikotin yang diklasifikasikan sebagai obat yang bersifat

kecanduan bila digunakan sehingga nikotin diklasifikasikan sebagai obat bersifat adiktif.

10. Merokok Membuat Lebih Cepat Tua

Rokok mengakibatkan kulit menjadi mengerut, kering, pucat dan mengeriput terutama di

daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang dijumpai dalam rokok

mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan di daerah terbuka, misalnya pada wajah.

Wajah perokok menjadi tua dan jelek, mengeriput, kecoklatan dan tidak berminyak.

2.5. Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere

yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare

(1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, wanita 13 tahun sampai

dengan 22 tahun, bagi pria rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12

/ 13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21 /22 tahun adalah remaja akhir. Pada

usia ini umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP) sampai

menengah atas (SMA) (Asrori, 2009).

Menurut Monks dkk dalam Asrori (2009), remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat

yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat

Universitas Sumatera Utara


diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak

dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”

atau fase topan dan badai”.

Sesuai dengan perkembangan usia remaja menurut Monks (1999) maka terdapat tiga

tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai

dengan karakteristiknya, yaitu :

1. Remaja awal (12 – 15 tahun)

Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka

mulai mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah

teragsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya

pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang

dewasa.

2. Remaja Madya (15 - 18 tahun)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan

narsistik, yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang

mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi

kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau

sendiri, optimis atau pesimis dan sebagainya.

3. Remaja akhir (18 - 21 tahun)

Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian

- Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

Universitas Sumatera Utara


- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru.

- Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

- Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa remaja

pada penelitian ini adalah masa remaja madya yang berada pada rentang usia 15-18 tahun

yang duduk pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Masa remaja adalah

merupakan periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah,

mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa

kedewasaan. Ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan remaja adalah

1. Kegelisahan.; Sesuai dengan fase perkembangannya remaja mempunyai banyak

idealisme, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun

sesungguhnya remaja belum memiliki kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu.

Tarik menarik antara keinginan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai

mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

2. Pertentangan; Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi

psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu

untuk mandiri.

3. Mengkhayal; Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier,

sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup.

4. Aktivitas berkelompok; Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


terpenuhi karena bermacam-macam kendala, diantaranya biaya, larangan dari orang tua, yang

seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.

5. Keinginan mencoba segala sesuatu; Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang

tinggi (high curiosity). Karena didorong rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin

bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah

dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja

ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya

tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat

orang dewasa melakukannya (Ali, 2002).

2.6. Kerangka Konsep

Perilaku merokok
Media Luar Ruang: siswa SMA Negeri
2 Medan
• Jenis media luar ruang
• Pengetahuan
• Efek didalam media luar ruang
• Efektifitas Media luar ruang • Sikap

• Tindakan

Keterangan :

Dari skema yang diatas kita dapat melihat, responden yang mendapatkan stimulus dari

luar ruang yang berasal dari jenis media luar ruang, efek didalam media luar ruang,

efektifitas media luar ruang yang akan mempengaruhi organisme tersebut. Apakah stimulus yang

datang ditolak atau diterima dapat diukur dari pengetahuan responden. Apabila stimulus telah

mempengaruhi pengetahuan responden, maka akan muncul respon dari responden, yang diukur

dari sikap responden terhadap objek dan selanjutnya dilihat melalui tindakan siswa dalam

merokok.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis hubungan antara variabel media luar ruang dengan perilaku merokok siswa di SMA

Negeri 2 Medan tahun 2012. (Murti, 2003)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Medan Jl. Karangsari No. 435 Polonia, Medan.

Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi yaitu :

1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh media luar ruang terhadap

pengetahuan dan sikap siswa tentang merokok di SMA Negeri 2 Medan.

2. SMA Negeri 2 Medan sering melakukan berbagai kegiatan-kegiatan positif seperti pentas

seni tetapi kegiatan ini didukung oleh sponsor rokok yang kerap memasang spanduk,

baliho, poster bahkan membagikan dan menjual rokok mereka baik didalam maupun

diluar lingkungan sekolah.

3. Masih sering dijumpai siswa-siswi SMA Negeri 2 Medan yang merokok baik di

lingkungan sekolah maupun daerah sekitar kawasan sekolah.

4. Banyak iklan media luar ruang tentang rokok di kawasan sekolah SMA Negeri 2 Medan.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI pada SMA Negeri 2

Medan pada tahun ajaran 2011-2012 yang berjumlah 783 orang. Keseluruhan populasi

Universitas Sumatera Utara


berdasarkan data registrasi tahun ajaran 2011/ 2012 berjumlah 783 orang dengan perincian pada

tabel berikut :

Tabel 3.1. Distribusi Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Medan Tahun 2011

No Kelas Jumlah Siswa


1 X1 40
2 X2 42
3 X3 42
4 X4 41
5 X5 42
6 X6 42
7 X7 42
Jumlah 291
Sumber : SMA Negeri 2 Medan tahun 2011

Tabel 3.2. Distribusi Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Medan Tahun 2011

No Kelas Jumlah Siswa


1 XI IPA 1 41
2 XI IPA 2 44
3 XI IPA 3 44
4 XI IPA 4 44
5 XI IPA 5 46
6 XI IPA 6 46
7 XI IPA 7 43
8 XI IPA 8 45
9 XI IPS 1 46
10 XI IPS 2 47
11 XI IPS 3 46
Jumlah 492
Sumber : SMA Negeri 2 Medan tahun 2011

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah siswa kelas XI pada SMA

Negeri 2 Medan pada tahun ajaran 2011-2012. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung

dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai berikut:

Z 2 .P(1 − P).N
n= 2
d .( N − 1) + Z 2 .P(1 − P)

Universitas Sumatera Utara


1,96 2.0,5(1 − 0,5).783
n=
0,12.(783) + 1,96 2.0,5(1 − 0,5)

n = 85,54

n = 86

Keterangan :

n = Besar Sampel

N= Besar Populasi

d = Galat pendugaan (0,1)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

P = Proporsi populasi (0,5)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas, maka diketahui jumlah

sampel penelitian sebanyak 86 orang responden. Kemudian untuk menetukan jumlah sampel

setiap kelas dilakukan secara proporsional random sampling.

Tabel 3.3 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas X

No Kelas Jumlah Jumlah


Siswa Sampel
1 X1 40 4
2 X2 42 5
3 X3 42 5
4 X4 41 5
5 X5 42 5
6 X6 42 5
7 X7 42 5
Jumlah 291 34

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.4 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas XI

No Kelas Jumlah Jumlah


Siswa Sampel
1 XI IPA 1 41 5
2 XI IPA 2 44 5
3 XI IPA 3 44 5
4 XI IPA 4 44 5
5 XI IPA 5 46 5
6 XI IPA 6 46 5
7 XI IPA 7 43 5
8 XI IPA 8 45 5
9 XI IPS 1 46 5
10 XI IPS 2 47 5
11 XI IPS 3 46 5
Jumlah 492 55

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara simple random sampling.

Kriteria responden yang akan menjadi sampel :

1. Berusia antara 15-18 tahun

2. Masih berstatus sebagai siswa SMA Negeri 2 Medan kelas X dan XI.

Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan usia antara 15-18 tahun termasuk remaja madya,

adalah bersifat idealistik, melibatkan diri dengan kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar

keluarga, mempersiapkan diri untuk mencapai kebebasan secara finansial atau emosional,

menjadi lebih mampu berfikir karena sudah hampir memasuki tahap dewasa.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi :

3.4.1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan

menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner dan pengamatan langsung di daerah kawasan

sekolah.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi SMA Negeri 2 Medan meliputi keterangan

lokasi, jumlah siswa kelas X, XI dan data pendukung lainnya.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan.

3.5.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan media luar ruang.

3.5.3 Definisi Operasional

1. Media luar ruang adalah media komunikasi yang dibuat atau dilakukan diluar ruangan.

2. Jenis media luar ruang adalah segala bentuk dari media luar ruang seperti billboard, neon

box, baliho, huruf timbul dan lain - lain.

3. Efek didalam media luar ruang adalah pengaruh yang terdapat didalam media luar ruang.

4. Efektifitas media luar ruang adalah kemampuan media luar ruang dalam menjangkau

sasarannya.

5. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu.

6. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

objek.

7. Tindakan adalah segala bentuk nyata yang dilakukan responden sehubungan dengan

pengetahuan dan sikap mengenai pengaruh iklan media luar ruang terhadap perilaku

merokok siswa.

Universitas Sumatera Utara


3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen

3.6.1. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap

pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang tertinggi dikumpulkan

dikategorikan menjadi 2 tingkat (Azwar, 2005), yaitu

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh skor yang ada.

2. Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh skor yang ada.

Media Luar Ruang

1. Jenis media luar ruang

Jenis media luar ruang diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert

(Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan jenis media luar ruang yaitu Sangat Setuju,

Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4,

sehingga total nilainya adalah sebesar 20.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 20. Berdasarkan

Azwar (2005),sumber informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

a. Jenis media luar ruang baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu >10

b. Jenis media luar ruang buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi

seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu <10

2. Efek didalam Media Luar Ruang

Efek didalam media luar ruang diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala

Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan efek didalam media luar ruang yaitu

Universitas Sumatera Utara


Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan

adalah 4, sehingga total nilainya adalah sebesar 20.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 20. Berdasarkan

Azwar (2005),sumber informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

a. Efek didalam media luar ruang baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu >10

b. Efek didalam media luar ruang buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 20 yaitu <10

3. Efektifitas Media Luar Ruang

Efektifitas media luar ruang diukur melalui 6 pertanyaan dengan menggunakan skala

Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan efektifitas media luar ruang yaitu

Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan

adalah 4, sehingga total nilainya adalah sebesar 24.

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 24. Berdasarkan

Azwar (2005),sumber informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

a. Efektifitas media luar ruang baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 24 yaitu >12.

b. Efektifitas media luar ruang buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai

tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 24 yaitu <12

Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 14 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Skala

pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap

semua pertanyaan yang diberikan. Jawaban tertinggi adalah 2 dan terendah adalah 0.

Universitas Sumatera Utara


Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 34. Berdasarkan

Azwar (2005),sumber informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

a. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 34 yaitu >17

b. Pengetahuan buruk, apabila nilai yang diperoleh <50% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 34 yaitu <17

Sikap

Sikap diukur melalui 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert (Riduwan, 2008).

Kriteria jawaban dalam pertanyaan sikap yaitu Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju dan Tidak

Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4, sehingga total nilainya adalah sebesar

60.

Berdasarkan Azwar (2005), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada

dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan

dengan total nilai 60 yaitu > 30.

b. Sikap buruk, apabila nilai yang diperoleh < 36% dari nilai tertinggi seluruh

pertanyaan dengan total nilai 60 yaitu < 30.

Tindakan

Tindakan diukur melalui apakah responden melakukan perilaku merokok atau tidak. Jika

responden melakukan perilaku merokok maka akan diberi skor 1, jika tidak maka akan diberi

skor 0.

3.6.2. Instrumen

Alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah kuesioner.

Universitas Sumatera Utara


3.7 Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel

independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen

menggunakan uji chisquare pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05).

3. Analisis multivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh antara variabel

independen dengan dependen menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf

kepercayaan 95% (p<0,05). Dan melihat variabel independen mana yang lebih berpengaruh

menggambarkan variabel dependennya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran tentang SMA Negeri 2 Medan

4.1.1. Lokasi

SMA Negeri 2 Medan telah berkiprah sejak tahun 1952 dalam membina dan mendidik

para generasi muda sebagai calon penerus bangsa. Asal mulanya SMA Negeri 2 Medan berada di

Jl. Prof. H.M. Yamin ( Jalan Serdang ) No. 41 B, kemudian tahun 1980 dipindahkan ke JL.

Karangsari No. 435 Medan Polonia dengan bangunan unit baru. SMA Negeri 2 Medan telah

melewati lebih dari 50 tahun dan tetap komit dalam peningkatan kualitas pelayanan pendidikan

khususnya di Kota Medan. SMA Negeri 2 Medan memiliki batas wilayah :

Sebelah Utara : berbatasan dengan komplek AURI.

Sebelah Barat : berbatasan dengan pemukiman penduduk.

Sebelah Selatan : berbatasan dengan sungai Deli dan pemukiman penduduk.

Sebelah Timur : berbatasan dengan komplek Malibu Indah.

4.2. Hasil Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel media luar

ruang (jenis media luar, efek media luar, efektifitas media luar ruang) mengenai perilaku

merokok, variabel perilaku merokok (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan gambaran perilaku

merokok siswa SMA Negeri 2 Medan.

4.2.1. Media Luar Ruang

1. Jenis Media Luar Ruang

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis media Luar Ruang
No. JENIS Jumlah Persentase %
1. Buruk 26 29.2
2. Baik 63 70.8
Total 89 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang

berpendapat bahwa jenis media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada

sebanyak 63 responden (70,8%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada

sebanyak 26 responden (29,2%).

2. Efek Media Luar Ruang

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Efek media Luar Ruang


No. EFEK Jumlah Persentase %
1. Buruk 20 22.5
2. Baik 69 77.5
Total 89 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang

berpendapat bahwa efek media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada

sebanyak 69 responden (77,5%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada

sebanyak 20 responden (22,5%).

3. Efektifitas Media Luar Ruang

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Efektifitas Media Luar Ruang


No. EFEKTIFITAS Jumlah Persentase %
1. Buruk 17 19.41
2. Baik 72 80.59
Total 89 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang

berpendapat bahwa efektifitas media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang

ada sebanyak 72 responden (80,59%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang

ada sebanyak 17 responden (19,1%).

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Perilaku Merokok

1. Pengetahuan

Berikut adalah pengetahuan responden tentang apa yang menjadi bahan utama rokok,

pesan apa yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang tentang rokok, dampak

rokok yang diberitahukan pada media luar ruang, bahaya merokok secara langsung atau terhirup

asap rokok, sebutan seseorang yang merokok. Adapun sebaran jawaban responden dapat dilihat

dalam tabel dibawah.

Tabel 4.4. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Bahan Utama Rokok


No. Bahan utama rokok Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Kertas 0 0
2. Tembakau 89 100
Rempah-rempah 0 0
Total 89 100,0
Dari tabel 4.4 dapat dilihat ada 89 responden (100%) memilih tembakau menjadi bahan

utama rokok.

Tabel 4.5. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pesan Yang Di Dapatkan Pada Saat
Melihat Iklan Media Luar Ruang Tentang Rokok.
No. Pesan yang didapatkan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Bahaya merokok 73 82,0
2. Larangan merokok 12 13,5
3. Manfaat merokok 4 4,5
Total 89 100,0
Dari tabel 4.5 dapat dilihat ada 73 responden (82%) memilih bahaya merokok yang

didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, ada 12 responden (13,5%) memilih

larangan merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, dan 4 responden

(4,5%) memilih manfaat merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Dampak Yang Di Beritahukan Pada
Iklan Media Luar Ruang
No. Dampak yang diberitahukan Jumlah Persentase
(orang) (%)
1. Menyebabkan kanker, serangan jantung, 89 100,0
impotensi dan gangguan kehamilan dan
janin.
2. Menyebabkan ketergantungan 0 0
3. Gangguan pencernaan 0 0
Total 89 100,0
Dari tabel 4.6 dapat dilihat seluruh 89 responden (100%) memilih dampak yang

diberitahukan pada iklan media luar ruang adalah menyebabkan kanker,serangan jantung,

impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.

Tabel 4.7. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Manakah Yang Lebih Berbahaya,
Merokok Secara Langsung Atau Terhirup Asap Rokok
No. Manakah Yang Lebih Berbahaya Jumlah Persentase
%
1. Sama Saja 16 18.0
2. Merokok Secara Langsung 11 12.3
3. Terhirup Asap Rokok 62 69.7
Total 89 100.0
Dari tabel 4.7 dapat dilihat ada 62 responden (69,7%) memilih terhirup asap rokok yang

merupakan lebih berbahaya, 16 responden (18%) memilih sama saja dan 11 responden (12,3%)

memilih merokok secara langsung yang merupakan lebih berbahaya.

Tabel 4.8. Distribusi Mengenai Pengetahuan Tentang Pengertian Seseorang Yang Merokok
No. Pengertian Jumlah Persentase %
1. Perokok pasif 1 1.1
2. Perokok aktif 88 98.9
Total 89 100.0
Dari tabel 4.8 dapat dilihat ada 88 responden (98,9%) memilih perokok aktif sebagai

pengertian seseorang yang merokok, 1 responden (1,1%) memilih perokok pasif sebagai

pengertian seseorang yang merokok.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
No. Pengetauan Jumlah Persentase %
1. Baik 89 100.0
2. Buruk 0 0.0
Total 89 100.0
Dari tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang merokok itu

berada pada kategori baik sebesar 100%.

2. Sikap

Dalam sikap terdapat 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban “sangat setuju”, “setuju”,

“kurang setuju” dan “tidak setuju”. Sebaran jawaban responden ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Mengenai Sikap Responden


1. Anda akan menghindari asap rokok dimana Jumlah Persentase
pun berada (%)
A. Sangat Setuju 45 50,56
B. Setuju 21 23,60
C. Kurang Setuju 20 22,47
D. Tidak setuju 3 3,37
Jumlah 89 100,0
2. Ketika anda mencium asap rokok anda akan Jumlah Persentase
menutup hidung (%)
A. Sangat Setuju 49 55,06
B. Setuju 28 31,46
C. Kurang Setuju 11 12,36
D. Tidak setuju 1 1,12
Jumlah 89 100,0
3. Anda akan menerima rokok jika diberikan Jumlah Persentase
oleh teman anda (%)
A. Sangat Setuju 57 64,04
B. Setuju 13 14,61
C. Kurang Setuju 7 7,87
D. Tidak setuju 12 13,48
Jumlah 89 100,0
4. Di tempat-tempat umum seperti restoran, bus Jumlah Persentase
Setiap orang seharusnya tidak boleh merokok (%)
A. Sangat Setuju 64 71,91
B. Setuju 18 20,22
C. Kurang Setuju 5 5,62
D. Tidak setuju 2 2,25
Jumlah 89 100,0
5. Apabila ada seseorang yang merokok di tempat Jumlah Persentase

Universitas Sumatera Utara


umum yang telah diberi larangan untuk meroko (%)
seperti di bioskop, anda akan diam saja
A. Sangat Setuju 4 4.49
B. Setuju 14 15.73
C. Kurang Setuju 28 31.46
D. Tidak setuju 43 48.31
Jumlah 89 100,0
6. Rokok adalah symbol pergaulan dan Jumlah Persentase
kegagahan seorang lelaki (%)
A. Sangat Setuju 11 12.36
B. Setuju 8 8.99
C. Kurang Setuju 23 25.84
D. Tidak setuju 47 52.81
Jumlah 89 100
7. Merokok akan memberi dampak positif pada Jumlah Persentase
kelakuan remaja (%)
A. Sangat Setuju 7 7.87
B. Setuju 10 11.24
C. Kurang Setuju 18 20.22
D. Tidak setuju 54 60.67
Jumlah 89 100,0
8. Merokok dapat menghilangkan gangguan Jumlah Persentase
pemikiran, mengurangi ketegangan, stress (%)
A. Sangat Setuju 13 14.61
B. Setuju 15 16.85
C. Kurang Setuju 26 29.21
D. Tidak setuju 34 38.20
Jumlah 89 100,0
9. Seorang perokok mengeluarkan biaya lebih Jumlah Persentase
besar dari seorang yang tidak merokok (%)
A. Sangat Setuju 49 55,06
B. Setuju 31 34,83
C. Kurang Setuju 4 4,49
D. Tidak setuju 5 5,62
Jumlah 89 100,0
10. Seorang yang morokok akan menjadi lebih Jumlah Persentase
dewasa, keren dan berkarakter (%)
A. Sangat Setuju 5 5.62
B. Setuju 13 14.61
C. Kurang Setuju 21 23.60
D. Tidak setuju 50 56.18
Jumlah 89 100,0
11. Merokok merupakan awal dan pintu masuk Jumlah Persentase
menuju narkoba (%)
A. Sangat Setuju 39 43,82
B. Setuju 23 25,84

Universitas Sumatera Utara


C. Kurang Setuju 16 17,98
D. Tidak setuju 11 12,36
Jumlah 89 100,0
12. Merokok tidak dapat menyebabkan gangguan Jumlah Persentase
kehamilan, janin (%)
A. Sangat Setuju 10 11.24
B. Setuju 4 4.49
C. Kurang Setuju 8 8.99
D. Tidak setuju 67 75.28
Jumlah 89 100,0
13. Rokok dapat memberikan kepuasan kepada Jumlah Persentase
setiap orang (%)
A. Sangat Setuju 2 2.25
B. Setuju 16 17.98
C. Kurang Setuju 31 34.83
D. Tidak setuju 40 44.94
Jumlah 89 100,0
14. Saya akan ikut dalam mensukseskan program Jumlah Persentase
anti tembakau atau anti rokok (%)
A. Sangat Setuju 49 55,06
B. Setuju 24 26,97
C. Kurang Setuju 11 12,36
D. Tidak setuju 5 5,62
Jumlah 89 100,0
15. Saya akan menyebarkan informasi untuk Jumlah Persentase
tidak merokok (%)
A. Sangat Setuju 41 46,07
B. Setuju 32 35,96
C. Kurang Setuju 13 14,61
D. Tidak setuju 3 3,37
Jumlah 89 100,0
Dari tabel 4.10 dapat dilihat sikap responden terhadap pernyataan bahwa akan

menghindari asap rokok dimana pun berada itu ada 45 (50,56%) responden yang menyatakan

sangat setuju, 21 (23,60%) responden yang menyatakan setuju, 20 (22,47%) responden

menyatakan kurang setuju, 3 (3,37%) responden yang menyatakan tidak setuju.

Sebanyak 4 responden (4,49%) menyatakan sikap sangat setuju dengan pernyataan

bahwa akan diam saja apabila ada seseorang yang merokok di tempat umum yang telah diberi

larangan untuk merokok seperti di bioskop, ada 14 responden (15,73%) yang menyatakan setuju

dengan pernyataan tersebut, ada 28 responden (31,46%) yang menyatakan kurang setuju dengan

Universitas Sumatera Utara


pernytaan tersebut dan ada 43 responden (48,31%) yang menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan bahwa akan diam saja apabila ada seseorang yang merokok di tempat umum yang

telah diberi larangan untuk merokok seperti di bioskop.

Sikap responden yang sangat setuju terhadap pernyataan merokok akan member dampak

positif pada kelakuan remaja ada sebanyak 7 responden (7,87%), 10 responden (11,24%)

menyatakan setuju, 18 responden (20,22%) menyatakan kurang setuju dan 54 responden

(60,67%) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan merokok akan memberi dampak positif

pada kelakuan remaja.

Untuk pernyataan bahwa merokok merupakan awal dan pintu masuk menuju narkoba,

dan responden yang menyatakan sangat setuju ada 39 responden (43,82%), yang menyatakan

setuju ada 23 responden (25,84%), yang menyatakan kurang setuju ada 16 responden (17,98%)

sedangkan yang menyatakan tidak setuju ada 11 responden (12,36%).

Sebanyak 49 responden (55,06%) menyatakan sangat setuju akan ikut dalam

mensukseskan program anti tembakau atau anti rokok, 24 responden (26,97%) menyatakan

setuju untuk ikut dalam mensukseskan program anti tembakau atau anti rokok, 11 responden

(12,36%) menyatakan kurang setuju untuk ikut dalam mensukseskan program anti tembakau atau

anti rokok dan ada 5 responden (5,62%) yang menyatakan tidak setuju untuk ikut dalam

mensukseskan program anti tembakau atau anti rokok.

Responden yang menyatakan sangat setuju atas pernyataan akan menyebarkan informasi

untuk tidak merokok ada sebanyak 41 responden (46,07%), yang menyatakan setuju ada 32

responden (35,96%), yang menyatakan kurang setuju ada 13 responden (14,61%) dan yang

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan akan menyebarkan informasi untuk tidak merokok

ada sebanyak 3 responden (3,37%).

Universitas Sumatera Utara


Dari sebaran jawaban tersebut, dapat dilihat gambaran umum sikap responden dalam

tabel dibawah ini :

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Sikap Responden


No. Sikap Jumlah Persentase (%)
1. Buruk 1 1.1
2. Baik 88 98.9
Total 89 100.0
Dari table 4.11 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang merokok itu berada

pada kategori baik sebesar 98,9% sedangkan yang paling rendah adalah pada kategori buruk

sebesar 1.1%.

3. Tindakan

Sebaran jawaban responden tindakan responden mengenai perilaku merokok ditunjukkan

dalam tabel berikut :

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden


No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
1. Tidak Merokok 38 42.7
2. Merokok 51 57.3
Total 89 100.0
Dari tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak merokok ada sebanyak

38 responden (42,7%) dan yang merokok ada 51 responden (57,3%).

Tabel 4.13. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Berapa Batang Rokok Yang
Responden Habiskan Dalam Sehari
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. a. 1-10 batang 37 72.55
2. b. 11-20 batang 14 27.45
Total 51 100,0
Dari tabel 4.13 dapat dilihat ada 37 responden (72,55%) yang merokok sebanyak 1-10

batang sehari dan 14 responden (27,45%) yang merokok 11-20 batang

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Apakah Orang Tua Mengetahui
Anda Merokok
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Ya 14 27.45
2. Tidak 37 72.55
Total 51 100.00
Dari tabel 4.14 dapat dilihat ada 37 responden (72,55%) yang menyatakan bahwa orang

tua mereka tidak mengetahui bahwa mereka merokok dan ada 14 responden (27,45%) yang

menyatakan bahwa orang tua mereka mengetahui mereka merokok.

Tabel 4.15. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Alasan Anda Membeli Dan
Mengkonsumsi Produk Rokok Yang Diiklankan Di Billboard
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Ingin membuktikan iklan 34 66.67
2. Ingin jadi macho, gaul dan
berani 17 33.33
Total 51 100.00
Dari tabel 4.15 dapat dilihat ada 34 responden (66,67%) yang menyatakan alasan

membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard adalah ingin

membuktikan iklan sedangkan 17 responden (33,33%) lagi memilih alasan ingin menjadi

macho,gaul dan berani.

Tabel 4.16. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Jenis Rokok Yang Sering Anda
Hisap
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. rokok kretek berfilter 19 37.25
2 rokok kretek non filter 8 15.69
3. rokok putih berfilter 24 47.06
Total 51 100.00
Dari tabel 4.16 dapat dilihat ada 19 responden (37,25%) yang sering menghisap rokok

kretek berfilter, 8 responden (15,69%) menghisap rokok kretek nonfilter dan 24 responden

(47,06%) lagi sering menghisap rokok putih berfilter.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.17. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Anda Pernah Mendapatkan Rokok
Gratis Pada Kegiatan Yang Disponsori Industri Rokok Seperti Konser Musik
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Ya 30 58.82
2. Tidak 21 41.18
Total 51 100.00
Dari tabel 4.17 ada sebanyak 30 responden (58,82%) menyatakan pernah mendapatkan

rokok gratis pada kegiatan yang disponsori industri rokok sedangkan 21 responden (41,18%) lagi

menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.18. Distribusi Tindakan Responden Mengenai Dengan Adanya Iklan Pada Media
Billboard Tersebut Membuat Anda Lebih Semangat Untuk Merokok
No. Tindakan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Ya 21 41.18
2. Tidak 30 58.82
Total 51 100.00
Dari tabel 4.18 ada sebanyak 21 responden (41,18%) menyatakan dengan adanya iklan

pada media billboard membuat mereka lebih semangat untuk merokok sedangkan 30 responden

(58,82%) menyatakan tidak.

4.3. Hasil Analisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna

antara variabel media luar ruang dengan perilaku merokok siswa. Pengujian analisis bivariat

dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square, karena data variabel independen dan dependen

merupakan data kategorik. Analisis dikatakan bermakna (signifikan) bila hasil analisis

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antar variabel, dengan nilai p <

0.05.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.19. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar Ruang Dengan
Pengetahuan Responden
Pengetahuan
Media Luar Ruang Baik Buruk Total p.
N % N % N %
Jenis Media Luar Baik 63 70,8% 0 0 63 70,8% 1
Ruang Buruk 26 29,2% 0 0 26 29,2%
Efek Media Luar Baik 69 77,5% 0 0 69 77,5% 1
Ruang Buruk 20 22,5% 0 0 20 22,5%
Efektifitas Media Baik 72 80,9% 0 0 72 80,9% 1
Luar Ruang Buruk 17 19,1% 0 0 17 19,1%

Tabel 4.20. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar Ruang Dengan Sikap
Responden
Sikap
Media Luar Ruang Baik Buruk Total p.
N % N % N %
Jenis Media Luar Baik 62 69,7% 1 1,1% 63 70,8% 0,518
Ruang Buruk 26 29,2% 0 0 26 29,2%
Efek Media Luar Baik 68 76,4% 1 1,1% 69 77,5% 0,588
Ruang Buruk 20 22,5% 0 0 20 22,5%
Efektifitas Media Baik 71 79,8% 1 1,1% 72 80,9% 0,625
Luar Ruang Buruk 17 19,1% 0 0 17 19,1%

Tabel 4.21. Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Media Luar Ruang Dengan
Tindakan Responden
Tindakan
Media Luar Ruang Merokok Tidak Total p.
n % N % N %
Jenis Media Luar Baik 43 48,3% 20 22,5% 63 70,8% 0,001
Ruang Buruk 8 9,0% 18 20,2% 26 29,2%
Efek Media Luar Baik 51 57,3% 18 20,2% 69 77,5% 0,000
Ruang Buruk 0 0 20 22,5% 20 22,5%
Efektifitas Media Baik 48 53,9% 24 27,0% 72 80,9% 0,000
Luar Ruang Buruk 3 3,4% 14 15,7% 17 19,1%
Berdasarkan tabel 4.19, hasil uji statistik chi square dilakukan untuk mengetahui

hubungan jenis media luar ruang terhadap pengetahuan responden, efek media luar ruang

terhadap pengetahuan dan efektiftas media luar ruang terhadap pengetahuan kemudian dari hasil

uji yang dilakukan, diperoleh nilai p value 1,2,3 = 1 (p>0.05). Dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis media luar ruang, efek media

luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap pengetahuan responden,

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.20, hasil uji statistik chi square dilakukan untuk mengetahui

hubungan jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang

terhadap sikap responden, dan dari hasil uji yang dilakukan, diperoleh nilai p value1 = 0.518

(p>0.05), p value 2 = 0.588 (p>0.05), dan p value 3 = 0.625 (p>0.05). Dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis media luar ruang, efek media

luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap sikap responden.

Berdasarkan tabel 4.21, hasil uji statistik chi square dilakukan untuk mengetahui

hubungan jenis media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang

terhadap tindakan responden, dan dari hasil uji yang dilakukan, diperoleh nilai p value 1 = 0.001

(p<0.05), p value 2 = 0.000 (p<0.05), dan p value 3 = 0.000 (p<0.05). Dengan demikian dapat

disimpulkan ada terdapat hubungan yang bermakna antara jenis media luar ruang, efek media

luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap tindakan responden.

4.4. Hasil Analisa Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel media luar ruang yang paling

mempengaruhi tindakan responden. Dalam uji ini semua variabel yang berhubungan (signifikan)

pada uji bivariat α=0.05 akan dimasukkan secara bersama-sama ke dalam uji multivariat. Uji

multivariat yang digunakan dalam analisis ini adalah Uji Regresi Logistik Berganda. Adapun

yang menjadi alasan penggunaan uji ini adalah karena tipe data independen maupun dependen

adalah kategorik.

Variabel yang terpilih atau memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam uji multivariat

ditentukan dari hasil analisis uji bivariat dimana bila hasil analisis bivariat terdapat nilai p value

<0.05 maka variabel tersebut akan dimasukkan kedalam uji multivariat dan sebaliknya, bila nilai

Universitas Sumatera Utara


p value >0.05 maka tidak akan dimasukkan kedalam uji multivariat. Hasil uji tersebut dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.22. Hasil Uji Bivariat Pengaruh Media Luar Ruang Terhadap Tindakan
Responden
No Media Luar Ruang p value
1 Jenis media luar ruang 0,001
2 Efek media luar ruang 0.000
3 Efektifitas media luar ruang 0.000
Berdasarkan tabel 4.22 diatas, terdapat tiga variabel yang memenuhi syarat untuk layak

masuk ke model multivariat yaitu jenis media luar ruang (p= 0.001), efek media luar ruang

(p=0.000), dan efektifitas media luar ruang (p=0.000).

Setelah melalui tahapan pemilihan variabel kandidat multivariat diperoleh 3 variabel

yang akan dimasukkan secara bersama-sama kedalam pembuatan model. Pemilihan model

dilakukan secara hirarki dengan cara semua variabel independen yang terpilih dimasukkan

kedalam model. Hasil analisis regresi logistik berganda dengan metode Backward:Wald dan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.23. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang Pengaruh Jenis
Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang, Dan Efektifitas Media Luar
Ruang Terhadap Tindakan Responden
No Media luar ruang B p value Exp (B)
1 Jenis media luar ruang 1,496 0,018 4,462
2 Efek media luar ruang 21,857 0,998 0,009
3 Efektifitas media luar ruang 1.584 0,067 4,872
Berdasarkan tabel 4.23, terlihat bahwa nilai p value variabel media luar ruang (jenis

media luar ruang) (p=0,998) > 0.05, sehingga variabel tersebut tidak masuk kedalam pemodelan

multivariat. Kemudian dilakukan kembali pengujian multivariat regresi logistik berganda dengan

metode Backward: Wald dan kemudian didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.24. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda Tentang Pengaruh Jenis
Media Luar Ruang Dan Efektifitas Media Luar Ruang Terhadap Tindakan
Responden
No Media Luar Ruang B p value Exp (B)
1 Jenis Media luar ruang 1,363 0,011 3,908
2 Efektifitas media luar ruang 2,023 0,004 7,561
Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik berganda dengan metode backward wald

menunjukkan bahwa nilai Exp (B) dari variabel efektifitas media luar ruang adalah 7,561, artinya

efektifitas media luar ruang akan meningkatkan tindakan responden untuk merokok sebesar 8

kali lebih tinggi sedangkan nilai Exp (B) dari variable jenis media luar ruang adalah 3,908,

artinya jenis media luar ruang hanya akan meningkatkan tindakan responden untuk merokok

sebesar 4 kali.

Variabel yang paling besar memengaruhi tindakan responden mengenai perilaku

merokok adalah efektifitas media luar ruang yaitu pada nilai Exp (B) tertingi sebesar 7,561.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian

yaitu untuk mengetahui pengaruh media luar ruang terhadap perilaku merokok siswa di SMA

Negeri 2 Medan yang dapat dilihat sebagai berikut :

5.1. Media Luar Ruang

Media luar ruang atau yang sering disebut dengan papan reklame atau billboard

merupakan poster dalam ukuran besar dan didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan

perjalanan dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, dimana media luar ruang ini tmemiliki peran

tersendiri dalam mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan.

5.1.1.Jenis Media Luar Ruang

Dari hasil penelitian ini yang terdapat pada table 4.1 menunjukkan bahwa responden

yang berpendapat bahwa jenis media luar ruang merupakan bagian yang baik dari media luar

ruang ada untuk memberikan pengaruh perilaku merokok sebanyak 70,8% dan yang mengatakan

jenis media luar ruang merupakan bagian yang baik dari media luar ruang ada untuk

memberikan pengaruh perilaku merokok ada sebanyak 29,2%.

Pada kerangka konsep penelitian ini telah mengggambarkan bahwa jenis media luar

ruang secara langsung dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan.

Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis media luar ruang dapat menyampaikan

informasi mengenai perilaku rokok masuk kedalam golongan baik. Hal dapat terjadi karena

media luar ruang merupakan salah satu jenis iklan yang memiliki tujuan menyampaikan suatu

pesan kepada masyarakat luas yang dilakukan diluar ruang,

Iklan media luar ruang yang mulai banyak dijumpai oleh masyarakat ini terbagi oleh

beberapa jenis seperti menurut Kasali (1993) bahwa media luar ruang adalah papan reklame.

Universitas Sumatera Utara


Hal berbeda dinyatakan oleh Council di dalam Riyadi (2002) yang menyatakan media luar ruang

itu sebagai suatu bentuk elemen fabrikasi yang terdiri dari tulisan, gambar, huruf atau symbol.

Sedangkan hal berbeda menurut Riyadi (2002) yang membagi media luar ruang memiliki

secara garis besar menjadi dua cara menurut fungsi dan rancangannya. Hal berbeda dinyatakan

oleh Kasali (1993) yang hanya tidak membagi media luar lagi secara khusus dari jenisnya. Jenis

media luar ruang ini dapat mempengaruhi penyampaian pesan kepada masyarakat dan juga

kelompok sasaran yang akan dituju. Hal ini menujukkan masih terdapat perbedaan pandangan

mengenai jenis dari iklan media luar ruang.

Media luar ruang yang berbagai jenis ini memberikan ketertarikan bagi perusahaan dan

menjadi suatu altenatif yang baru bagi perusahaan suatu produk untuk memasarkan pesan yang

ingin disampaikan dari produk mereka dan hal ini juga dilakukan oleh perusahaan produsen

rokok yang mulai menggunakan media luar ruang sebagai media untuk memasarkan produk

mereka dan menyampaikan pesan dari perusahaan mereka sebagai salah satu bentuk media

promosi produk yang baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Alfian (2011) yang

menunjukkan perilaku murid sekolah SMP mengambil keputusan untuk membeli rokok adalah

dengan adanya pengaruh yang dilancarkan oleh perusahaan rokok yaitu dengan cara

mengiklankan produknya dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan media luar

ruang.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jati dalam Wahyuni (2010) yang menunjukkan

bahwa paparan iklan rokok berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMA di Yogyakarta

dan paparan iklan rokok ini salah satunya adalah paparan iklan rokok yang terjadi pada iklan

media luar ruang. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Bayu dalam Safruddin (2010) yang

menunjukkan bahwa iklan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perilaku merokok anak

Universitas Sumatera Utara


SMP di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo baik itu iklan media cetak, media elektonik

maupun iklan media luar ruang .

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa jenis media luar

ruang billboard yang memberikan daya tarik kepada responden sehingga daya tarik tersebut akan

dapat memengaruhi perilaku responden terhadap rokok. Hal ini dapat terjadi karena jenis media

luar ruang billboard dapat mudah terjangkau oleh responden yang terdapat langsung di depan

sekolah sehingga memberikan dampak yang besar terhadap keinginan kelompok sasaran untuk

mencari tahu apa isi dan pesan yang akan disampaikann yang saat ini notabenenya responden

termasuk kedalam kelompok sasaran sehingga responden juga akan terus mencari tahu apa yang

menjadi isi dan pesan yang ingin disampaikan dari iklan media luar ruang tersebut.

5.1.2. Efek Media Luar Ruang

Dari hasil penelitian ini yang terdapat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden

yang berpendapat bahwa efek media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada

sebanyak 77,5% dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada sebanyak 22,5%.

Pada kerangka konsep penelitian ini telah mengggambarkan bahwa efek media luar ruang

secara langsung dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan. Pada

hasil penelitian ini menunjukan bahwa efek media luar ruang dapat menyampaikan informasi

mengenai perilaku rokok masuk kedalam golongan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasali

(1993) bahwa secara sederhana iklan akan memberikan suatu pesan yang akan menawarkan

suatu produk yang akan ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media. Iklan merupakan

salah satu teknik komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan informasi tentang

barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen.

Universitas Sumatera Utara


Media luar ruang sebagai salah satu bentuk iklan yang menjadi salah satu bentuk

komunikasi massa yang akan memiliki tujuan yang sama dengan iklan dengan media lainnya

yaitu untuk menyampaikan informasi tentang barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen,

sehingga secara tidak langsung media luar ruang juga memiliki tujuan untuk memberikan

pengaruh kepada pemikiran masyarakat untuk menggunakan produk yang mereka tawarkan.

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Liza(1999)

yang menunjukkan bahwa promosi rokok akan dapat mempengaruhi keputusan pembelian rokok,

hal ini dapat terjadi tidak lepas dari semakin berkembangnya papan-papan reklame (billboard)

atau poster-poster iklan sekarang ini juga diikuti oleh berkembangnya ukuran maupun tempat

pemasangannya yang memberikan efek kepada kelompok sasaran untuk mendapatkan informasi

dari pesan yang ingin disampaikan. Menurut peneliti efek media luar ruang ini sudah

menunjukkan bahwa media luar ruang telah sesuai dengan tujuannya yaitu untuk mendapatkan

konsumen atau khalayak sasaran yang lebih luas serta untuk mendukung kampanye iklan dari

media utama yang dapat dilihat dari banyaknya responden yang menyatakan efek media luar

ruang bagian yang baik dari media luar ruang sehingga efek media luar ruang ini menjadi suatu

bagian yang harus terus diperhatikan kelompok sasaran.

Hal ini sesuai dengan teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa

stimulus yang didapatkan seorang responden dapat menyebabkan proses perubahan perilaku jika

stimulus yang diberikan, sehingga efek media luar ruang dapat memberikan stimulus kepada

responden yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang ediberikan harus dapat

meyakinkan organisme.

Hal ini membuat peneliti berasumsi bahwa efek media luar ruang tentang rokok telah

memberikan stimulus kepada responden tentang tindakan merokok sehingga dapat meyakinkan

Universitas Sumatera Utara


organisme dalam melakukan tindakan merokok sehingga efek media luar ruang menjadi bagian

yang baik dalam tindakan merokok.

5.1.3. Efektifitas Media Luar Ruang

Dari hasil penelitian ini yang terdapat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden

yang berpendapat bahwa efektifitas media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar

ruang ada sebanyak 80,59% dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada

sebanyak 19,1%.

Pada kerangka konsep penelitian ini telah mengggambarkan bahwa efektifitas media luar

ruang secara langsung dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa di SMA Negeri 2 Medan.

Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektifitas media luar ruang dapat menyampaikan

informasi mengenai perilaku rokok masuk kedalam golongan baik. Hal ini dapat terjadi karena

menurut Riyadi (2002) saat ini iklan luar ruang atau outdoor telah mengalami berbagai macam

inovasi. Iklan luar ruang kini dilengkapi dengan efek gerakan, hiasan newcaster, dan efek

mencolok. Iklan-iklan luar ruang kini disengaja dipasang pada gedung-gedung yang tinggi dan

strategis atau dilengkapi dengan untaian lampu reklame yang berkelap-kelip. Unsur gerakan

telah memperkuat kesan poster yang semula statis. Hal ini dilakukan tidak lain untuk

mendapatkan efektifitas yang jauh lebih baik agar pesan yang ingin disampaikan dapat dicapai

oleh kelompok sasaran.

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ini menunjukkan bahwa media luar ruang

mempunyai efektifitas yang baik dari media luar ruang, hal ini juga sejalan dengan hasil

penelitian Liza (2004) menunjukkan iklan memberikan pengaruh dominan terhadap keputusan

pembelian produk rokok, sehingga tidak mengherankan media luar ruang yang notabene nya

Universitas Sumatera Utara


termasuk kedalam iklan juga memiliki tujuan untuk mempengaruhi kelompok sasaran untuk

menerima pesan yang ingin mereka sampaikan.

Menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007), perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang

dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan

organisme dan perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme.

Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa efektifitas ini akan mempengaruhi komunikasi

dan kualitas stimulus yang diterima responden sehingga nantinya dapat mempengaruhi tindakan

merokok responden sehingga nantinya akan menentukan keberhasilan perubahan perilaku

responden dalam merokok .

5.2. Perilaku Merokok

5.2.1. Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan Tentang Perilaku Merokok

Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang individu agar ia

berbuat sesuatu, adapun salah satu unsurnya adalah keyakinan dan kebenaran dari apa yang akan

dilakukannya. Menurut Notoadmodjo (2003) banhwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan informasi. Hal berbeda yang didapatkan

peneliti ketika melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh

siswa berasal dari sumber informasi yang telah disosialisasikan baik dari guru, orang tua, teman

maupun media luar ruang yang ada.Oleh karena itu, iklan media luar ruang harus menjadi suatu

hal yang harus diperhatikan karena media luar ruang sekarang sudah menjadi salah satu tempat

sosialisasi yang efektif diantara media lainnya

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 100%

memilih tembakau menjadi bahan utama rokok. Hal ini dapat terjadi karena bahan utama yang di

sosialisasikan kepada masyarakat adalah rokok sehingga anak-anak remaja mengetahui bahan

utama rokok adalah tembakau. Adapun media sosialisasi yang memengaruhi pengetahuan

responden adalah media sosialisasi iklan yang saat ini sangat gencar dalam melakukan

sosialisasi mengenai produk mereka dan salah satunya adalah rokok. Hal ini sesuai dengan

pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon,

dimana dalam hal ini media luar ruang menjadi sumber pemberu stimulus (rangsangan dari

luar)yang dapat mempengaruhi respons reaksi seseorang terhadap dirinya yang dapat dilihat dari

pengetahuan yang didapatkan dari stimulus tersebut sehingga seluruh responden menyatakan

tembakau menjadi bahan utama rokok.

Menurut Addini (2011) bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri

atau pengalaman orang lain, faktor pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang

berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke dalam dimensi kognitif. Tujuan

belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau

kemampuan intelektual sehingga proses belajar yang didapatkan oleh setiap orang ketika

melihat, mendengar adalah sebuah dimensi kognitif.

Dari hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 82%

memilih bahaya merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, ada 13,5%

memilih larangan merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang, dan 4,5%

memilih manfaat merokok yang didapatkan pada saat melihat iklan media luar ruang. Hal sejalan

Universitas Sumatera Utara


dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga responden

menganggap bahwa pesan yang disampaikan ketika melihat iklan media luar ruang rokok adalah

bahaya rokok, larangan merokok dan manfaat merokok.

Dari hasil penelitian yang terdapat di dalam tabel 4.9 ini menunjukkan sebanyak 100%

responden memiliki tingkatan pengetahuan yang baik. Hal berbeda di dapatkan dari hasil

penelitian Darmawati (2010) yang menunjukkan bahwa hanya sebanyak 39 responden (45,3%)

yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan dan dalam hal ini kita telah

mendapatkan tingkatan pengetahuan dari siswa SMA Negeri 2 Medan tentang perilaku merokok

yang menunjukkan bahwa mereka mendapatkan tingkatan pengetahuan yang baik. Tingkatan

pengetahuan yang baik ini dapat dipengaruhi bahwa mereka sudah mendapatkan pengetahuan

rokok dari berbagai tempat baik dari sosialisasi dari berbagai tempat maupun dari pengalaman

diri sendiri dan pengalaman orang lain.

5.2.2. Sikap Siswa SMA Negeri 2 Medan Tentang Perilaku Merokok

Menurut Notoadmodo (2003) yang menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau

respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung

dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 52,81%

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan rokok sebagai symbol kegagahan dan pergaulan

seorang lelaki, 12,36% menyatakan setuju untuk dengan pernyataan rokok sebagai symbol

kegagahan dan pergaulan seorang lelaki.

Rokok sebagai salah satu produk yang akan dipasarkan kepada masyarakat tentunya ingin

memberikan citra yang baik kepada masyarakat agar produk yang mereka pasarkan dapat

diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat sehingga iklan rokok terkadang terkesan memberikan

informasi dan mencoba mempengaruhi konsumennya dengan motto dan slogan yang umumnya

terkenal di masyarakat. Hal ini sesuai menurut Terence (2003) yang menyatakan iklan memiliki

fungsi memberikan informasi, mempersusasi, mengingatkan dan member nilai tambah. Oleh

karena itu, masih terdapat 11 responden (12,36%) menyatakan setuju untuk dengan pernyataan

rokok sebagai symbol kegagahan dan pergaulan seorang lelaki membuktikan bahwa fungsi iklan

rokok telah sampai kepada mereka sehingga mereka memiliki suatu sikap yang positif kepada

rokok dalam bentuk menerima dan merespon rokok secara baik.

Hasil penelitian ini yang berada pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 38,2%

responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan merokok dapat menghilangkan gangguan

pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress, sedangkan sebanyak 14,51% menyatakan setuju

dan 16,85% menyatakan sangat setuju dengan pernyataan merokok dapat menghilangkan

gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress.

Pada dasarnya merokok merupakan suatu tindakan yang dapat membahayakan kesehatan,

akan tetapi menurut beberapa orang yang merokok bahwa merokok memiliki pengaruh yang

positif yaitu menghilangkan gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress sehingga

mereka tetap melakukan perilaku tersebut dan ditambah dengan sosialisasi yang diberikan oleh

Universitas Sumatera Utara


pihak produsen rokok yang terus berusaha mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsi

produknya melalui iklan yang dilakukan sehingga banyak yang terpengaruh terhadap iklan

tersebut dan hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya reponden yang masih menganggap

merokok menghilangkan gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress.

Pandangan masyarakat tentang rokok dapat menghilangkan gangguan pemikiran,

mengurangi ketegangan dan stress ini menunjukkan mereka memiliki respon yang positif

terhadap rokok. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) menyatakan bahwa sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Dalam hal ini stimulus yang diberikan terhadap responden sudah tercapai dengan baik

yang dapat dilihat dari reaksi mereka yang menganggap bahwa rokok dapat menghilangkan

gangguan pemikiran, mengurangi ketegangan dan stress sebagai bukti keberhasilan stimulus

kepada responden mengenai rokok.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.11 yang

menunjukkan bahwa sikap responden tentang merokok itu berada pada kategori baik sebesar

98,9% sedangkan yang paling rendah adalah pada kategori buruk sebesar 1.1%.

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara

positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu

penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan

negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan

sebagainya). Dalam penelitian ini kita dapat melihat sebanyak 98,9% telah memiliki sikap yang

baik, hal ini dapt dipengaruhi dari pengetahuan responden yang juga dalam tingkatan

pengetahuan yang baik, sehingga mereka memiliki respon yang baik ketika mendapatkan

Universitas Sumatera Utara


stimulus yang datang. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa sikap

seseorang dapat didukung oleh pengetahuannya.

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan ini menunjukkan bahwa responden memiliki

tingkatan sikap yang baik terhadap perilaku merokok sehingga sikap ini kedepannya diharapkan

dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kesehatan responden dan

Notoadmodjo (2007) juga memiliki pendapat yang sejalan yaitu pengetahuan dan sikap

mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari

pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan dari pengetahuan dan sikap itulah akan tercipta

perilaku kesehatan yang akan semakin baik kedepannya dan perilaku merokok juga termasuk

kedalamnya.

5.2.3. Tindakan Responden Dalam Perilaku Merokok

Sebuah tindakan merupakan suatu bentuk perilaku yang yang sudah konkrit berupa

perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar yang dapat dibedakan menjadi bentuk

persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Suatu tindakan perlu diamati dan dilakukan

penelitian yang dikarenakan sebuah sikap dan pengetahuan yang sudah baik belum tentu

terwujud menjadi suatu tindakan yang baik. Hal ini sesuai menurut Notoadmodjo (2007) yang

menyatakan bahwa suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.12 yang

menunjukkan bahwa sebanyak 38 responden (42,7%) tidak merokok dan sebanyak 51 responden

(57,3%) menyatakan merokok.

Hasil penelitian yang didapatkan peneliti menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian

antara pengetahuan dan sikap yang baik tentang rokok dengan tindakan yang dilakukan

responden yang mayoritas responden masih mengaplikasikan tindakan merokok. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap yang ditunjukkan oleh responden ternyata berbeda

dengan tindakan yang dilakukan oleh mereka. Hal ini sesuai menurut pendapat Notoadmodjo

(1993) yang menyatakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan sehingga dengan adanya faktor pendukung

yang memungkinkan dapat merubah tindakan responden menjadi sebaliknya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.13 yang

menunjukkan bahwa dari 51 orang responden yang merokok terdapat 37 responden (72,55%)

yang merokok sebanyak 1-10 batang sehari dan 14 responden (27,45%) yang merokok 11-20

batang sehari.

Tindakan mayoritas responden yang merokok sebanyak 1-10 batang sehari menunjukkan

bahwa hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan bagi responden setiap harinya. Hal ini juga

didapatkan dari hasil penelitian Riset Kesehatan Reproduksi tahun 2010 bahwa di Indonesia juga

terdapat 52,3% remaja merokok rata-rata 1-10 batang per hari dan sebanyak 41,1% remaja di

Sumatera Utara menyatakan merokok 1-10 batang per hari.

Tindakan yang dilakukan oleh responden dalam mengkonsumi rokok sebanyak 1-10

batang per hari ini menurut peneliti termasuk kedalam kategori tindakan mekanisme. Menurut

Notoadmodjo (2003) bahwa tindakan responden ini termasuk kedalam kategori tindakan

mekanisme yaitu jika seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tindakan mekanisme.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat dari tabel 4.15 yang

menunjukkan bahwa dari 51 orang responden yang merokok terdapat 34 responden (66,67%)

yang menyatakan alasan membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di

Universitas Sumatera Utara


billboard adalah ingin membuktikan iklan sedangkan 17 responden (33,33%) lagi memilih

alasan ingin menjadi macho,gaul dan berani.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan mayoritas responden menyatakan

alasan membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard adalah ingin

membuktikan iklan, hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ayuningtyas (2011) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi iklan rokok dengan perilaku merokok

remaja.

Tindakan yang ditunjukkan oleh responden yang masih belum memiliki ketetapan dalam

bersikap ini dapat mempengaruhi tindakannya dalam melakukan suatu hal dan peneliti

memasukkan tindakan responden ini kedalam tingkatan tindakan persepsi, hal ini dikarenakan

menurut Notoadmodjo (2003) bahwa tingkatan tindakan persepsi merupakan suatu proses

mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Oleh

karena itu, peneliti berfikirnya tindakan yang dilakukan responden ini termasuk kedalam

tindakan persepsi.

5.3. Hubungan Jenis Media Luar Ruang, Efek Media Luar Ruang Dan Efektifitas Media

Luar Ruang Dengan Tindakan Merokok Reponden

5.3.1. Jenis Media Luar Ruang

Berdasarkan hasil penelitian ini, jenis media luar ruang merupakan salah satu bagian dari

media luar ruang yang dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan,

dimana sebanyak 63 responden (70,8%) berpendapat bahwa jenis media luar ruang merupakan

bagian baik dari media luar ruang ada dan yang menyatakan bagian buruk dari media luar ruang

ada sebanyak 26 responden (29,2%).

Universitas Sumatera Utara


Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan

variabel jenis media luar ruang memiliki hubungan yang signifikan (p<0,05) terhadap tindakan

merokok siswa SMA Negeri 2 Medan.

Media luar ruang merupakan salah satu jenis iklan yang saat ini digunakan produsen

rokok untuk mempromosikan produk mereka dan jenis media luar ruang menjadi salah satu hal

yang dapat memengaruhi tindakan kelompok sasaran dan dengan jenis media luar ruang tertentu

dapat menjadi suatu komunikasi massa yang dapat menyampaikan pesan lebih efektif

dikarenakan perbedaan lokasi,ukuran dan kegunaan sehingga jenis media luar ruang ini memiliki

arti yang penting dalam memengaruhi penyampaian pesan yang juga dapat memengaruhi

tindakan responden

Hal ini sesuai menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa

responden setelah mendapatkan stimulus akan mengalami proses perubahan perilaku yaitu

stimulus dapat diterima atau ditolak, stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme

(diterima) dan organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak

demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Hasil penelitian ini menunjukkan variabel jenis media luar ruang memiliki hubungan

yang signifikan (p<0,05) terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan. Hasil

penelitian ini dapat disebabkan variabel jenis media luar ruang dalam bentuk tulisan dan gambar

dari jenis media luar ruang menjadikan responden memiliki tindakan merokok. Hal ini sesuai

dengan teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007) yang menunjukkan bahwa setelah organisme

mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah

diterimanya, sehingga wajar jika variabel jenis media luar ruang memiliki hubungan yang

signifikan terhadap tindakan merokok siswa SMA Negeri 2 Medan.

Universitas Sumatera Utara


5.3.2. Efek Media Luar Ruang

Berdasarkan hasil penelitian ini, efek media luar ruang merupakan salah satu bagian dari

media luar ruang yang dapat memengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan,

bahwa efek media luar ruang merupakan bagian yang baik dari media luar ruang ada sebanyak

69 responden (77,5%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada sebanyak

20 responden (22,5%).

Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan

variabel efek media luar ruang dengan nilai p value variabel media luar ruang (jenis media luar

ruang) (p=0,998) > 0.05, sehingga variabel tersebut tidak masuk kedalam pemodelan multivariat.

Saat ini iklan luar ruang atau outdoor telah mengalami berbagai macam inovasi. Iklan

luar ruang kini dilengkapi dengan efek gerakan, hiasan newcaster, dan efek mencolok. Iklan-

iklan luar ruang kini disengaja dipasang pada gedung-gedung yang tinggi dan strategis atau

dilengkapi dengan untaian lampu reklame yang berkelap-kelip. Unsur gerakan telah memperkuat

kesan poster yang semula statis dengan harapan ingin menyampaikan pesan kepada kelompok

sasarannya.

Hal ini sesuai menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa

stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila

stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam

mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh

organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif, sedangkan hasil

penelitian yang didapatkan peneliti menunjukkan efek media luar ruang tidak memiliki

pengaruh terhadap tindakan merokok responden yang berarti stimulus yang diberikan dari efek

Universitas Sumatera Utara


media luar ruang membuat organisme memberikan respon menolak stimulus sehingga efek

media luar ruang tidak mempengaruhi tindakan responden merokok.

5.3.3. Efektifitas Media Luar Ruang

Berdasarkan hasil penelitian ini, efektifitas media luar ruang merupakan salah satu bagian

dari media luar ruang yang dapat mempengaruhi perilaku merokok siswa SMA Negeri 2 Medan,

bahwa efektifitas media luar ruang merupakan bagian baik dari media luar ruang ada sebanyak

72 responden (80,59%) dan yang mengatakan bagian buruk dari media luar ruang ada sebanyak

17 responden (19,1%).

Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan

variabel efektifitas media luar ruang bahwa nilai Exp (B) dari variabel efektifitas media luar

ruang adalah 7,561, artinya efektifitas media luar ruang akan meningkatkan tindakan responden

untuk merokok sebesar 8 kali lebih tinggi sedangkan nilai Exp (B) dari variabel jenis media luar

ruang adalah 3,908, artinya jenis media luar ruang hanya akan meningkatkan tindakan responden

untuk merokok sebesar 4 kali.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ayuningtyas (2011) yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan media iklan ruang rokok dengan perilaku merokok remaja, hasil penelitian

yang sejalan juga didapatkan oleh Lieza (1999) yaitu iklan dan promosi penjualan rokok

berpengaruh terhadap keputusan pembelian rokok pada mahasiswa.

Media luar ruang dinilai menjadi salah satu jenis iklan yang saat ini berpotensi untuk

memasarkan produk melalu penyampaian pesan mengenai produk mereka. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Setia (2011) yang menyatakan bahwa iklan media luar ruang menjadi salah satu iklan

yang cenderung digunakan di sepanjang jalanan di perkotaan. Hal ini membuat media luar ruang

menjadi salah satu iklan yang paling mudah dijumpai dan membuat media luar ruang juga dapat

Universitas Sumatera Utara


menyampaikan pesannya lebih cepat lagi. Hal ini juga dinyatakan oleh Riyadi (2002) dengan

menyatakan kualitas media luar ruang saat ini dapat terjadi dengan kombinasi elemen visual

sehingga dapat membuat kelompok sasaran menjadi tertarik.

Menurut teori S-O-R dalam Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa penyebab

terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat

menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektifitas media luar ruang adalah 7,561,

artinya efektifitas media luar ruang akan meningkatkan tindakan responden untuk merokok

sebesar 8 kali lebih tinggi sedangkan nilai Exp (B) dari variable jenis media luar ruang adalah

3,908, artinya jenis media luar ruang hanya akan meningkatkan tindakan responden untuk

merokok sebesar 4 kali.

Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti ini menunjukkan bahwa stimulus yang

didapatkan responden yang terdapat dalam efektifitas media luar ruang telah mempengaruhi

responden dalam meresponse pesan dari iklan media luar ruang dalam bentuk tindakan merokok

yang jauh lebih besar.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik media luar ruang yang meliputi jenis

media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap

pengetahuan siswa.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik media luar ruang yang meliputi jenis

media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap sikap

siswa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik media luar ruang yang meliputi jenis

media luar ruang, efek media luar ruang dan efektifitas media luar ruang terhadap

tindakan siswa.

4. Variabel efektifitas media luar ruang merupakan variabel yang paling dominan terhadap

tindakan siswa yaitu sebesar 8 kali.

6.2. Saran

1. Kepada pihak sekolah untuk tidak menerima sponsor lagi dari perusahaan rokok.

2. Kepada Dinas Pendidikan untuk membuat kebijakan menolak bentuk kegiatan apapun

yang berhubungan dengan rokok.

3. Kepada dinas terkait untuk terus melakukan advokasi kepada legislatif agar membuat

rancangan tentang kawasan tanpa rokok diseluruh sekolah.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Adisti, 2009. Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi.Psikologi
USU

Arikunto, Suharsini, 2003. Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipata, Jakarta.

Ayuningtyas, Dhita, 2011. Hubungan Paparan Iklan Rokok Dengan Perilaku Merokok
Remaja di SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo.Skripsi.UMS

Azwar, Azrul. 2005, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bina rupa aksara.

Helmi, Fadilla Alvin, 2008. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Remaja. Skripsi.UGM

Ibrahim, IS, 2007. Kecerdasan Komunikasi, Seni Berkomunikasi Kepada Publik. Refika
Offset, Bandung.

Kasali, Rhenald, 1995. Manajemen Periklanan. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.Badan Penelitian dan
Pengenbangan Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta.Badan Penelitian dan
Pengenbangan Kementrian Kesehatan RI.

Kotler, Philip, 2000, “Marketing Management : Analysis, Planning, Implementation,and


Control, Tenth Edition”, Prentice Hall International,Inc., New Jersey.

Lieza, Bastian.1999. Pengaruh Promosi Rokok terhadap Keputusan Pembelian Rokok


Soempoerna A- Mild.Skripsi.Usu

Liliweri, Alo. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.

Liliweri, Alo. 2011, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta. Kencana Prenada Media
Group

Muntaha, Sidhotul, 2011. Dinamika Perilaku Merokok Pada Remaja Ditinjau Dari Pengaruh
Teman Sebaya Dan Terpaan Iklan Rokok.Skripsi. UMS

Murti, Bhisma, 2003.Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Neelini, Arunna. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Anak Tahap Dua Sekolah Jenis
Kebangsaan ( Tamil )Mak mandin tentang bahaya rokok tahun 2010.Skripsi .USU
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Dasar PKIP

Universitas Sumatera Utara


Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan

Nugroho, M. Aji Bayu, 2008. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok
Pada Siswa SLTP Di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008.
Skripsi. UMS.

Rina, DN Simbolon, 2008. Pengaruh Iklan Rokok di Televisi Terhadap Perilaku Merokok
Remaja di SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan Medan Tahun 2008. Skripsi. USU

Riyadi, Slamat. 2002. Media Luar Ruang dalam system visual Ruang Publik. Tesis. Undip
Semarang

Rochadi, Kintoko R, 2004. Hubungan Konformitas Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja
Sekolah SMU Negeri di 4 Wilayah DKI Jakarta. Tesis. UI

Sarifuddin, Jendro Ari, 2010. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada
Siswa Tingkat Pendidikan Dasar di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen 2010.
Skripsi.UMS

Setia, Candara, 2011. Penempatan Iklan Media Luar Ruang di Sepanjang Garis Imajiner
Nilai Sejarah Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta

Tarigan, Andika Mahaprada, 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosen. Fakultas


Kesehatan Masyarakat Untuk Merokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Skripsi.USU.

Tambun, Inggrid R.M.R, 2010. Iklan Notebook Acer dan Minat Beli.Skripsi.USU

Widiono, Sumarto, 2010.Pengaruh Orangtua Perokok, Teman Sepermainan Dan Iklan Rokok
Terhadap Perokok Siswa Smp . Universitas Bengkulu. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI


SMA NEGERI 2 MEDAN

TAHUN 2012

I. Karakteristik Responden

No responden :

Nama :

Kelas :

Umur :

Uang saku :

Tanggal wawancara :

II. Media Luar Ruang


Pilihlah jawaban Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju atau Tidak Setuju dengan cara
menceklis/contreng (√) pada kolom yang telah disediakan.

NO Pernyataan Pilihan Jawaban

SS S KS TS

Jenis media luar ruang

1 Menurut anda poster, neon box, billboard membuat


anda lebih tertarik dalam membaca pesan rokok
daripada iklan TV dan media cetak

2 Menurut anda billboard lebih membuat anda


tertarik dalam membaca pesan rokok

3 Menurut anda poster, neon box, billboard dapat


mempengaruhi anda dalam mengkonsumsi rokok

Universitas Sumatera Utara


4 Menurut anda pesan kesehatan di media luar
kesehatan pada iklan rokok poster, neon box,
billboard dapat di baca dengan jelas

5 Menurut anda pesan tentang rokok di media luar


kesehatan pada iklan rokok poster, neon box,
billboard dapat di baca dengan jelas

Efek didalam media luar ruang

1 Apakah menurut anda bentuk iklan papan reklame,


poster, baliho rokok yang ada di jalanan membuat
anda tertarik melihat

2 Apakah menurut anda cahaya dan lampu latar iklan


papan reklame, poster, baliho rokok yang ada di
jalanan membuat anda lebih tertarik dalam
mengkonsumsi rokok

3 Menurut anda iklan rokok yang bergerak di


jalanan membuat anda tertarik memperhatikan
iklan tersebut

4 Menurut anda iklan rokok yang bergerak di


jalanan membuat anda tertarik memperhatikan
pesan pada iklan tersebut

5 Gambar dalam di papan reklame,poster


rokok jelas dan mudah diingat

Efektifitas Media luar ruang

1 Menurut anda pesan iklan papan reklame, poster,


baliho rokok yang ada di jalanan dapat membuat
anda lebih tertarik untuk rokok

2 Menurut anda warna iklan papan reklame, poster,


baliho rokok membuat anda lebih tertarik dalam
melihat iklan rokok

3 Menurut anda jumlah menjumpai iklan papan


reklame, poster, baliho rokok membuat anda tertarik
konsumsi rokok

4 Menurut anda kesinambungan iklan di papan


reklame,poster rokok yang anda lihat membuat
anda tertarik konsumsi rokok

Universitas Sumatera Utara


5 Menurut anda ukuran iklan di papan
reklame,poster rokok membuat anda lebih jelas
membaca bahaya rokok

6 Menurut anda iklan di papan reklame,poster rokok


dapat sering anda jumpai

III. Pengetahuan
Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.

1) Apa yang menjadi bahan utama rokok


a) Kertas (0)
b) Tembakau (2)
c) Rempah-rempah (1)

2) Salah satu zat yang terdapat pada rokok adalah


a) Karbon dioksida (0)
b) Kafein (1)
c) Nikotin (2)

3) Kandungan rokok yang dapat menyebabkan kecanduan adalah


a) Tar (1)
b) Nikotin (2)
c) Karbon monoksida (0)

4) Menurut Anda, zat apakah yang terkandung pada rokok yang dapat menyebabkan kanker?
a) Nikotin (1)
b) Tar (2)
c) Karbon monoksida (0)

5) Menurut Anda, zat apakah yang terkandung dalam rokok yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah?
a) Nikotin (1)
b) Tar (2)
c) Karbon monoksida (0)

6) Sewaktu anda melihat iklan media luar ruang tentang rokok, pesan apa yang anda
dapatkan?
a) Bahaya merokok (2)
b) Larangan merokok (1)
c) Manfaat merokok (0)

Universitas Sumatera Utara


7) Sewaktu anda melihat media luar ruang tentang rokok, apakah dampak rokok bagi kesehatan
diberitahukan?
a) Ya (2)
c) Tidak (0)

8) Apa dampak rokok yang diberitahukan pada iklan media luar ruang tersebut?
a) menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin(2)
b) Menyebabkan ketergantungan (1)
c) Gangguan pencernaan (0)

9) Apa dampak merokok pada wanita hamil


a) Pertumbuhan janin terganggu (2)
b) Mengurangi mual dan muntah (1)
c) Tidak berpengaruh kepada janin (0)

10) Manakah yang lebih berbahaya, merokok secara langsung atau terhirup asap rokok?
a) Merokok secara langsung (1)
b) Terhirup asap rokok (2)
c) Sama saja (0)

11) Faktor risiko utama terjadinya kanker paru adalah


a) Merokok (2)
b) Narkotika (1)
c) Alkohol (0)

12) Rokok juga dapat menyebabkan gangguan pada


a) Wanita hamil dan janinnya (2)
b) Anak-anak (1)
c) Tidak ada gangguan (0)

13) Seorang yang merokok disebut dengan


a) Perokok pasif (1)
b) Perokok Aktif (2)
c) Perokok pasif aktif (0)

14) Seorang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok disebut dengan
a) Perokok pasif (2)
b) Perokok Aktif (1)
c) Perokok aktif pasif (0)

Universitas Sumatera Utara


IV. Sikap Responden dalam merokok
Pilihlah jawaban Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju atau Tidak Setuju dengan cara
menceklis/contreng (√) pada kolom yang telah disediakan.

Sikap
NO Pernyataan SS S KS TS

1 Anda akan menghindari asap rokok dimana pun berada

2 Ketika anda mencium asap rokok anda akan

menutup hidung

3 Anda akan menerima rokok jika diberikan oleh teman anda

4 Di tempat-tempat umum seperti restoran, bus

Setiap orang seharusnya tidak boleh merokok

5 Apabila ada seseorang yang merokok di tempat

umum yang telah diberi larangan untuk meroko

seperti di bioskop, anda akan diam saja

6 Rokok adalah simbol pergaulan dan kegagahan seorang


lelaki

7 Merokok akan memberi dampak positif pada kelakuan


remaja

8 Merokok dapat menghilangkan gangguan pemikiran,


mengurangi ketegangan, stress

9 Seorang perokok mengeluarkan biaya lebih besar dari


seorang yang tidak merokok

10 Seorang yang morokok akan menjadi lebih dewasa,


keren dan berkarakter
11 Merokok merupakan awal dan pintu masuk menuju narkoba

12 Merokok tidak dapat menyebabkan gangguan kehamilan,


janin

13 Rokok dapat memberikan kepuasan kepada setiap


orang

Universitas Sumatera Utara


14 Saya akan ikut dalam mensukseskan program anti tembakau
atau anti rokok

15 Saya akan menyebarkan informasi untuk tidak merokok

Keterangan :
SS = Sangat Setuju S = Setuju KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju

V. TINDAKAN

Pilihlah salah satu jawaban dari setiap pertanyaan dibawah ini yang dianggap paling sesuai.

1. Apakah anda merokok ?


a. Ya
b. Tidak ( jika jawaban tidak, maka jawaban cukup sampai no. 1 )

2. Berapa batang rokok yang anda habiskan dalam sehari ?


a. 1-10 batang
b. 11-20 batang
c. Lebih dari 20 batang

3. Apakah orang tua anda mengetahui anda merokok ?


a. Ya
b. Tidak

4. Alasan anda membeli dan mengkonsumsi produk rokok yang diiklankan di billboard ?
a. Karena ingin membuktikan kebenaran iklan tersebut
b. Ingin menjadi macho, gaul, keren, berani seperti model yang ada di billboard
rokok tersebut.

5. Apa efek samping yang anda rasakan dari kegiatan merokok yang anda lakukan ?
a. Batuk – batuk
b. Lebih berkonsentrasi

6. Jenis rokok apa yang sering anda hisap ?


a. Rokok kretek berfilter
b. Rokok kretek non berfilter
c. Rokok putih berfilter
d. Rokok putih non berfilter

7. Apakah produk rokok yang diiklankan di billboard sangat bermanfaat bagi anda ?
a. Ya
b. Tidak

8. Apakah anda pernah mendapatkan rokok gratis pada kegiatan yang disponsori industry rokok seperti
konser musi k?

Universitas Sumatera Utara


a. Ya
b. Tidak

9. Apakah pesan iklan rokok yang terdapat di billboard membuat anda ingin mencoba rokok yang
diiklankan ?
a. Ya
b. Tidak

10. Apakah pesan iklan rokok di billboard tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap keseharian
anda ?
a. Ya
b. Tidak

11. apakah dengan adanya iklan pada media billboard tersebut membuat anda lebih semangat untuk
merokok ?
a. Ya
b. Tidak

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai