SKRIPSI
Oleh:
ANDREAS TALA HILAGA
NIM: 131000311
Oleh :
ANDREAS TALA HILAGA
NIM : 131000311
Disahkan Oleh :
Komisi Pembimbing Skripsi
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2017” ini.Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Kesehatan
skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
7. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH selaku Dosen Penguji II
yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
8. Ir. Etty Sudaryati, MKM, PhD selaku Dosen Penasehat Akademik yang
USU
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan
memberikan kasih sayang yang begitu berharga serta memberi dukungan dan
doa bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.
11. Kakak dan Abang tersayang, Abba Chaterine boru Tambunan, Amd,
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran
Penulis
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xii
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Analisis domain koordinasi...............................................................32
Tabel 4.3 : Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Desa Lalang tahun 2016...........34
Halaman
Gambar 2.1 Fokus Penelitian.................................................................................27
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam......................................................52
Maret Tahun 1995 di Tarutung, beragama Kristen, tinggal di Jl. Gatot Subroto
Km 7,5 Komp. Disnak No. 22a Kota Medan. Penulis merupakan anak Keempat
dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda drh. Edward Daulay Tambunan
4 Medan pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama
Swasta Santo Thomas 3 Medan pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah
Menengah Swasta Santo Thomas 3 Medan pada tahun 2010 dan selesai tahun
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
nyamuk Aedes aegypti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti lingkungan
(Kemenkes RI) tahun 2015, kasus DBD sudah menjadi masalah endemis 112
menunjukan bahwa penyakit DBD hampir terjadi sepanjang waktu setiap tahun di
berbagai wilayah Indonesia. Pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus, dengan
angka kesakitan (Incidence Rate/IR) 37,27% per 100.000 penduduk. Pada tahun
2013 sebanyak 112.511 kasus, dengan angka kesakitan (IR) 45,85% per 100.000
penduduk dan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) 0,77%. Kemudian pada
tahun 2014 tercatat sebanyak 433 kabupaten/kota terjangkit DBD dari 514
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
kabupaten/kota yang ada, dengan jumlah kasus DBD sebanyak 100.347 kasus
(turun sebesar 10,8% dari tahun 2013). Adapun kasus DBD pada tahun 2015
sampai dengan bulan juni sebanyak 48.480 kasus, dengan kematian sebanyak 872
peningkatan kasus DBD, dan bebagai wilayah mengalami KLD DBD, seperti
Pada tahun 2013 terdapat jumlah kasus DBD yang dilaporkan oleh Dinas
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 1.253 kasus dengan
Provinsi Sumatera Utara. Data laporan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014
terdapat kasus DBD sebanyak 1270 kasus DBD dengan kematian sebanyak 9
kasus. Pada tahun 2015 prevalensi kasus DBD sebanyak 1699 kasus dengan
Medan Sunggal, Medan Baru, Medan Denai dan Medan Selayang merupakan lima
Berdasarkan data dari bidang P2P Dinkes Kota Medan tahun 2014 jumlah
kasus DBD sebesar 1270 kasus. Dimana Incidence Rate kasus DBD sebesar IR=
59,8 per 100.000 penduduk, sementara Case Fatality Rate (CFR) sebesar 23%
IR=77,5 per 100.000 penduduk, sementara (CFR) 0,9 % (Profil Kesehatan Kota
Medan,2015).
Dari data tersebut bahwa setiap tahun terjadi kasus DBD yang cenderung
tinggi. Dimana jumlah penderita DBD pada tahun 2012 terdapat 2384 kasus
dengan angka kematian sebanyak 22, tahun 2013 jumlah kasus sebanyak 1201
kasus dan angka kematian 7, kemudian tahun 2014 jumlah kasus sebanyak 1270
dengan angka kematian 9, dan pada tahun 2015 terdapat sebanyak 1699 kasus
tertinggi di Kota Medan. Kecamatan Medan Sunggal memiliki 159 kasus DBD
sementara Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 121 kasus DBD sedangkan untuk
Indonesia, menyatakan bahwa kendala penting yang masih terjadi saat ini dalam
menangani DBD adalah kurang atau tidak adanya koordinasi dari instansi-instansi
jawab atas masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya. Tingginya beban
menular dalam kasus DBD (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006).
Survei awal yang saya lakukan pada tanggal 8 Agustus 2017 saya melihat
mendapatkan informasi tentang akan diadakan nya pelaksanaan PSN pada jum’at
DBD.
dengan pemerintah setempat, seperti camat, lurah, dan kepling kurang berjalan
baik. Hal ini disebabkan informasi yang dibangun dalam pertemuan yang
dilaksanakan per 3 bulan sekali tidak dilaksanakan dengan baik hal ini terlihat
koordinasi dengan masyarakat maupun pihak desa terlihat dari terkadang ada
perangkat desa yang tidak terlalu tanggap saat ada kasus yang menimpa warga.
puskesmas dan kelompok kerja operasional DBD dilakukan melalui surat dan
Sunggal
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan Penelitian
medan sunggal
medan sunggal
3. Menjelaskan bagaimana pembagian kerja dalam pelaksanaan program
medan sunggal
1. 4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, sebagai bahan masukan dan informasi
yang ada di puskesmas dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koordinasi
pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
dikutip Handayaningrat (2002), koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
Terry meliputi :
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
1. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per bagian.
saling berlomba
3. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai
(Handayaningrat, 2002).
(Handayaningrat, 2002).
1. Kesatuan Tindakan
atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau tugasnya dengan
anggota atau satuan organisasi lainnya agar anggota atau satuan organisasi
adalah inti dari pada koordinasi.Kesatuan dari pada usaha berarti bahwa pemimpin
harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu
ini adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu
kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
2. Komunikasi
menciptakan komunikasi.
atau kognitif, membangun kesadaran sikap dan mengubah perilaku seseorang atau
3. Pembagian Kerja
Secara teoretis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan
bersama dimana individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau
lebih orang yang bekerja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat
pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu organisasi diharapkan untuk
dapat berhasil dengan baik dalam usaha mencapai tujuannya, maka hendaknya
lakukan pembagian kerja. Dengan pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi
perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung
dramatis, karena tidak seorang pun secara fisik mampu melaksanakan keseluruhan
aktivitas dalam tugas-tugas yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki
4. Disiplin
Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara
kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-
Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu menerapkan konsep disiplin positif pada
dirinya sendiri tentu dia juga tidak mungkin mampu menerapkannya pada orang
lain termasuk kepada bawahannya. Dengan demikian disiplin itu sangat penting
artinya dalam proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang sangat
perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan
hirarki manajerial, aturan dan prosedur serta rencana dan penetapan tujuan.
gejala-gejala berikut:
jawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa suatu pekerjaan
organisasi terasa serba kacau dan petugas tampak ragu dalam pelaksanaan
1.Koordinasi dapat menghindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan-
satuan organisasi atau antara para pejabat yang ada dalam organisasi.
bantu satu sama lain terutama di antara pejabat yang ada dalam satuan organisasi
yang sama.
2002).
koordinasi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu koordinasi vertikal dan
Makna kedua tipe koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur (Wursanto,
2005). Menurut Winardi (2000) ada empat elemen fundamental pada koordinasi
vertikal, yaitu:
c. Pendelegasian (delegation)
d. Sentralisasi-Desentralisasi (centralization-decentralization)
pemilik yang dapat mengambil keputusan apa yang harus dijual, dan berapa jam
bahwa orang-orang terdekat kepada masalah yang paling tahu tentang suatu hal
dan dapat membuat keputusan yang terbaik dalam menangani suatu masalah.
Maka, keputusan tidak akan terlambat, yang biasanya terjadi jika top eksekutif
interrelated.
unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-
berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantung atau
a. Departementalisasi matriks
yang saling memiliki keterkaitan antara satu tim fungsional dan tim fungsional
kelompok tugas atau unit-unit yang melakukan tugas yang spesifik pada masing-
masing satuan.
untuk menjadi penghubung antara satu bagian dengan bagian lain atau suatu unit
dengan unit lain agar pelaksanaan tugas dapat dilakukan dengan baik (Winardi,
2000).
unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk
2001).
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan
Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan)
dan Aedes albopictus (di daerah perdesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
adalah :
2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi,
WC, tempayan, drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng,
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi
saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam
darahnya). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama
dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka
virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh
manusia virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan
dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu
(Widoyono, 2008).
2.2.3 Patogenesis
Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah
merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses
akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit.
perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah),
saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), organ vital (jantung, hati, ginjal) yang
2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah
hitam
(Widoyono, 2008).
adalah:
b. Penanggulangan fokus
2) Pengasapan massal
1) Penyuluhan intensif
2) Kerja bakti 3M
3) Kunjungan rumah
a. Penyuluhan
b. PSN (3M)
c. Abatisasi selektif
d. Fogging massal
a. Pelatihan
b. Seminar
c. Diskusi
atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di
untuk mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan
penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat penderita. PE
penanggulangan KLB.
dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ).
Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat
dicegah atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan ”3M”, yaitu (1)
arapat tempat penampungan air, dan (3) mengubur atau menyingkirkan barang-
a. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat didefenisikan sebagai sebuah proses yang
b. Koordinasi antarsektor
pengendalian penyakit DBD memerlukan koordinasi dan kerja sama yang erat
antara sektor kesehatan dan sektor non kesehatan (baik dari pemerintah maupun
c. Pengembangan metode
utama yang potensial di dalam masyarakat dan untuk mengkaji cara yang dapat
d. Mobilisasi sosial
Pertemuan curah pendapat harus diadakan bagi pembuat kebijakan untuk
mencapai komitmen politis di dalam pelasanaan kampanye kerja bakti dan sanitasi
e. Pendidikan kesehatan
dan di wilayah yang berisiko tinggi terhadap demam berdarah (WHO, 2004).
Berdasrkan landasan teori yang ada maka fokus penelitian untuk penelitian
Kesatuan Tindakan
Pelaksanaan program penanggulangan DBD
Komunikasi
Pembagian kerja
sebagai berikut:
2. Komunikasi adalah penyampaian pesan dua arah baik secara formal maupun
METODE PENELITIAN
pertimbangan untuk dapat memperoleh data dan informasi secara lebih lengkap,
lebih mendalam dan bermakna serta dapat mendeskripsikan suatu situasi secara
ditemukan data yang bersifat proses suatu kegiatan atau program, perkembangan
program, masalah-masalah yang di hadapi dalam suatu kegiatan serta hal lain
angka(Sugiyono,2012).
dan kendala yang terjadi dalam koordinasi pada pelaksanaan program tersebut.
2016 diketahui terdapat 98 kasus dan di wilayah Medan Sunggal terdapat 159
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu Agustus 2017 hingga Mei
2018. Penelitian ini dimulai dari pengusulan judul penelitian, penelusuran daftar
akhir.
koordinasi antar unit yang ada di puskesmas dan lintas sektoral di wilayah kerja
puskesmas, berjumlah delapan informan, yang terdiri dari satu informan kepala
puskesmas, satu informan petugas DBD puskesmas, satu informan camat Medan
kader DBD dan dua informan masyarakat (yang pernah menderita penyakit DBD
telahdipersiapkan.
2. Data sekunder diperoleh dari data Puskesmas MedanDesa Lalang dan instansi
diperoleh dari informasi dengan cara menanyakan kebenaran data atau informasi
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
sistematis dan dipermudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
2. Perekam Suara
3. Kamera
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial
diteliti, maka dilakukan analisis hubungan semantik antar kategori dengan tipe
sebab akibat. Model analisis domain dengan hubungan semantik pada penelitian
2. Pembagian kerja
Terlaksananya fungsi
3. Kesatuan tindakan Adalah sebab dari koordinasi
BAB IV
Tahun 2016
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Desa Lalang Tahun 2016
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian
ini adalah 8 informan, yang terdiri dari , 1 informan Kepala Puskesmas Desa
penanggung jawab program DBD Puskesmas Desa lalang yang berusia 51 tahun
DBD
satuan untuk saling menyesuaikan diri atau tugas nya dengan anggota atau satuan
sama.”
(Informan 3)
Penting la. Itu semua terlibat. Kalau hubungan kasusnya banyak, kan pemko
(Informan 5)
Penting la. Ya kayak ada masyarakat yang gak mau buka kan rumahnya kalau
PSN kalau sudah seperti itu kita bilang kepling agar mendampingi
(Informan 1)
Menurut informan tersebut semua pihak yang terkait harus ikut bekerja
gak bisa. Apalagi pas fogging harus ada keplingnya yang mendampingi
puskesmas.”
(Informan 6)
dalam penanggulangan DBD, belum adanya jadwal rutin untuk rapat tersebut
mengakibatkan pada pertemuan tersebut tidak semua sektor-sektor lainnya dapat
“kalau rapat lintas sektoral pun. Tapi ya gak rutin la. Makanya liat kasus
DBDnya tadi. Kalau sudah banyak baru kita buat rapat. Pertemuan terakhir
dihadiri oleh pak camat, pak lurah, ibu pkk dan kepala lingkungan.”
(Informan 1)
Kalau rapat lintas sektoral ada minimal sekali dalam tiga bulan, tapi tidak pake
(Informan 3)
Menurut kutipan diatas belum ada nya jadwal rutin yang dijadwalkan
untuk membahas masalah ini. Hanya waktu ada kasus yang banyak baru diadakan
kegiatan dengan puskesmas. Belum ada jadwal yang terjadwal. Sehingga belum
Pembahasan
DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dalimunthe (2012) yang
dilakukan untuk menanggulangi DBD seperti PSN masih saja terdapat kendala
partisipasi masyarakat bukan semata salah masyarakat itu sendiri. Melainkan juga
sehingga hanya yang memiliki bayi saja yang mendapatkan informasi, sama
halnya dengan apabila penyuluhan pada pasien yang berobat di puskesmas, maka
tentang DBD.
kelurahan. Itulah sebabnya belum ada kesatuan tindakan dari pemerintah setempat
di bawah pantauan lurah dan kasikesos. Selain itu, dalam penelitian ini disebutkan
pengendalian DBD, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, tidak
terkecuali kelurahan. Bahkan, ada peraturan baru berupa peraturan tidak tertulis
dari pemerintah Kota Semarang yang menyebutkan bahwa camat dan lurah akan
masing-masing.
kesatuan tindakan belum maksimal. Hal ini tentu berdampak pada belum
4.3.2 Komunikasi
40
Apabila waktunya mepet kita langsung datang kesana atau kadang menelepon
pak camat.”
(Informan 1)
informal melalui telepon dan cara formal melalui surat untuk berkoordinasi.
“jadi kita kan minta kerjasama dari kecamatan untuk melakukan pencanangan,
(Infoman 1)
bawahan nya, hasil dari komunikasi diatas belum tersampaikan dengan baik,
yang disampaikan ke masyarakat belum sampai sebagai mana mestinya hal ini
(Informan 3)
(Informan 2)
masih belum sampai sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
Pembahasan
pada tingkat ini, para pimpinan memberikan berbagai informasi yang relevan
tentang berbagai hal yang diperlukan, persuasi atau motivasi dan bahkan juga
hukuman apabila tidak dapat melakukan tugas yang diberikan dengan baik.
kepala puskesmas selalu memberikan arahan terkait kasus DBD yang terjadi.
Selain itu, kepala puskesmas juga mengevaluasi program DBD dalam rapat yang
dilakukan per triwulan dan per tahun. Dalam hal tersebut akan dievaluasi
mengenai pelaksanaan PSN dan juga jumlah kasus DBD yang ada dalam tiga
bulan terakhir.
mengalir pada tingkat ini, adalah arus pesan dari karyawan kepada pimpinan
mereka, baik kepada kepala bagian, kepada kepala divisi, kepada kepala
departemen maupun pimpinan puncak. Arus pesan kepada atasan ini berisikan
tentang laporan (harian, mingguan, bulanan, dan tahunan), tugas-tugas yang telah
diselesaikan, pertanyaan yang tidak atau kurang jelas mengenai metode dan
prosedur kerja. Dari hasil penelitian dapat terlihat bahwa puskesmas selalu
melaporkan kasus DBD kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan tersebut
melaksanakan koordinasi adalah melalui surat, telepon seluler maupun tatap muka
secara langsung.
sudah dilakukan. Namun, komunikasi tersebut masih bersifat satu arah. Dalam
pelaksanaan rapat lebih dominan pemberian arahan dan instruksi, belum diikuti
sehingga informasi penting terkait tentang DBD baik sebelum maupun sesudah
terjadinya kasus DBD diterima oleh semua pihak. Komunikasi yang belum
cukup baik juga. Komunikasi merupakan elemen penting yang harus berjalan
dengan baik agar koordinasi juga lancar. Oleh karena itu, sangat diperlukan
setempat seperti camat, lurah, maupun kepala lingkungan. Dalam penelitian ini
(Informan 4)
“apabila ada masyarakat yang ngelapor kepada kepling. Kami ada yang
kena DBD pak. Nanti keplingnya itu uda tahu, minta labnya dan pak kepling
(Informan 1)
nya sehingga tidak ada kesimpang siuran dalam pelaporan masyarakat apabila
berikut ini :
(Informan 4)
Berdasarkan kutipan diatas pihak kelurahan yang menganggap bahwa
puskesmas harus melaporkan secara rutin kasus DBD, hal ini berbeda dengan
dilaporkan. Kadang kelurahan meminta laporan kepada saya. Saya jawab gak
(Informan 2)
hasil kegiatan DBD. Hal ini dipertegas dengan kutipan berikut ini:
itu, puskesmas bukan melaporkan langsung pada kita. Kan lintas sektoral. Kami
(Informan 3)
Pembahasan
harus melapor pada puskesmas untuk ditindak lanjuti. Jika puskesmas telah
menerima laporan kasus DBD dari kepala lingkungan ataupun masyarakat secara
Dalam hal ini, peran kepala lingkungan sangat tinggi yakni untuk
memperhatikan warganya, jika ada yang terkena DBD agar langsung dilaporkan
pada puskesmas. Kepala lingkungan juga harus melaporkan kasus DBD kepada
ada, namun masih saja ada pihak yang kurang bertanggung jawab dengan apa
yang telah ditetapkan, semua hanya sibuk dengan kepentingan pribadi masing-
masing dan belum merasa bahwa penanggulangan DBD ini adalah kewajiban
pertemuan lintas sektoral maupun program sudah ditetapkan apa saja kesepakatan
diharapkan setiap kelurahan beserta lurah dan kepala lingkungannya ikut berperan
aktif dalam menangani demam berdarah. Dalam pencegahan dibuat dengan cara
promosi kesehatan sedangkan dalam pemberantasan dibuat dengan cara
memahami perannya secara utuh dalam penanggulangan DBD. Oleh karena itu,
perlu penegasan ketika mengadakan rapat lintas sektoral terkait peran dari masing-
5.1 Kesimpulan
tanggung jawab petugas kesehatan saja. Selain itu petugas kesehatan juga
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
5.2 Saran
Dinas Kesehatan Kota Medan 2015. Profil Kesehatan Kota Medan 2014.
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Nama :
Umur : Tahun
Pendidikan Terakhir :
Asal Instansi :
Tanggal Wawancara :
1. Apa saja program penanggulangan DBD yang ada di puskesmas desa lalang?
penanggulangan DBD?
4. Jika ada laporan yang diterima tentang kasus DBD apa yang dilakukan
puskesmas?
52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
apakah diadakan rapat? Kapan dilaksanakan rapat tersebut? Siapa saja yang
diundang dalam rapat tersebut? Apa saja yang dihasilkan dalam pertemuan
tersebut?
Lalang?
5. Jika ada laporan yang diterima tentang kasus DBD apa yang dilakukan
puskesmas?
7. Apakah ada pertemuan yang diadakan secara rutin dengan sektor lain
terakhir siapa saja yang hadir? Apa yang dihasilkan dalam pertemuan
tersebut?
petugasnya?
Siapa?
Mengapa?
penanggulangan DBD?
DBD? Mengapa?
Pertanyaan untuk Kader
3. Apakah ibu pernah mendapatkan laporan kasus DBD? dari siapa ? kepada
1. Apakah anda pernah terkena DBD? Apa yang anda lakukan setelah
5. Apakah ada ajakan dari pihak puskesmas atau pemerintahan setempat untuk
Informan Pernyataan
juga. 100 meter kiri kanan muka belakang.
Informan 3 DBD ini kan kok ada yang kena, lapor ke puskesmas. Kan
melapor la, pak ada kasus DBD di lokasi ini. Baru minta
fogging.
Informan 4 Kadang kalau ada yang terkena DBD, masyarakat lapor ke
kepling. Kepala lingkungan lapor ke lurah. Pak cemana ni ada
yang kena DBD. Wilayah mana, lingkungan mana, yaudah,
langsung bawa ke puskesmas terus.
Kalau ada apa-apa kita cepat lapor. Karena DBD ini gak bisa
main-main harus cepat ditangani.
Informan 5 Kalau ada yang kena DBD masyarakat melapor ke kepling.
Nanti kepling melapor ke puskesmas. Atau boleh juga dia
melapor ke puskesmas langsung. Nanti habis itu, ada itu dari
dinas kesehatan yang menyemprot.
Informan 6 Setelah dilapor ke puskesmas, biasanya siangnya langsung
datang dari dinas kesehatan untuk menyemprot.
Tapi sebelumnya orang puskesmas minta dulu hasil lab dari
rumah sakit dari orang yang bersangkutan. Baru setelah itu
difogging.
Informan 7 Iya hari tu saya kena. Saya demam, terus berobat ke bidan,
belum sembuh juga. Habis dari bidan ke puskesmas. Belum
sembuh juga demamnya. Hari tu pagi-pagi habis sarapan mau
pingsan, langsung dibawa istri ke rumah sakit. Di situ baru
saya bilang juga, ini kok merah-merah dok... periksa lagi di
tangan, ditensi, baru lah,, oh iya, DBD ini katanya. Langsung
saya diopname di rumah sakit. Beberapa hari saya di rumah
sakit istri kan pulang. Waktu hari apa gitu, ada penyemprotan
gitu. Saya dikasih tahu tetangga, namanya juga saya di rumah
sakit, gak tahu ya kan...
Keknya yang nyemprot itu dari puskesmas. Mungkin ntah
keplingnya gitu yang ngasi tahu, karena kan keplingnya tahu,
denger kan warganya ada yang sakit, kan udah beberapa hari tu
saya sakit. Udah gitu tetangga pun kena. Baru mungkin
dibilang keplingnya juga kan ke puskesmas.
Tapi kok apa ya, penyemprotan sekarang ini apa ya, gak ini,
kurang efektif. Ntah mungkin bahannya ya, ntah mungkin
obatnya ya, campuran apanya ntah kebanyakan apanya gitu.
Kita kan gak tahu juga ya.
Informan 8 Iya, hari tu kan ada tetangga kena DBD, dibawa ke rumah
sakit. Udah berobat juga dia hari tu ke bidan. Gak baek-baek
demamnya dibawa ke rumah sakit. Terus beberapa hari
kemudian ada datang yang nyemprot. Kok gak salah dari
kantor lurah ya, lurah tahunya dari kepling la, kan keplingnya
tahu ada yang kena demam berdarah. Keplingnya kan bilang
ke kantor lurah. Keplingnya kan tahu ada laporan dari
Informan Pernyataan
masyarakat, dari omongan orang-orang gitu ya kan.
Keplingnya kan tahu ada laporan dari masyarakat, dari
omongan orang-orang gitu ya kan.
Itu yang disemprot hanya yang kena itu aja. Sama rumah yang
disampingnya. rumah saya gak ikut disemprot. gak ada
disemprot.
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau puskesmas sendiri ada PSN dia setiap hari jumat. Ya,
setiap hari jumat turunkan pegawai. Kalau ada mahasiswa
yang lagi PKL juga diturunkan. Petugas, kita turunkan 4
orang sekali turun. 1 orang 10-20 rumah.
Kalau penyuluhan, tiap pasien yang berobat, langsung kita
suluh. Face to face penyuluhannya. Kalau penyuluhan di
posyandu, tiap petugas yang turun ke posyandu dia kan
mengadakan penyuluhan. Kalau dia jumpa anak yang demam
langsung dikasih tahu. Tentang semua penyakit, gak hanya
DBD ini. Yaa, ujung-ujungnya kan ke perilaku hidup bersih
dan sehat.
Kalau pos DBD di sini lah. Kalau kader DBD bukan kader
DBD namanya. Kader pemantau jentik gitu. Itu sukarelawan.
Informan 2 PSN. Sekali seminggu. Yang turun petugas puskesmas, 4
orang 1 minggu. 1 orang 10 rumah. Bergiliran, terlibat semua
pegawai. Itu hanya dari petugas puskesmas aja. Dananya dari
BOK.
Itu semua pegawai itu terlibat.
Kerjasama semua bidang di puskesmas ini, kalau gak
kerjasama mana mungkin bisa kita buat PSN sama-sama gitu.
Kalau dari kelurahan gak tentu, itu kalau udah gabungan lah.
Baru terlibat semua kelurahan 1 kecamatan.
Udah gitu penyuluhan. Kok penyuluhan itu, kok kita
kumpulkan di satu tempat, butuh dana. Kalau umpamanya
penyuluhan DBD ini pas sekalian PSN kan menyuluh juga itu
namanya. Kadang, kok ada anak yang PKL di sini, itu pun
diajak PSN tiap jumat.
Penyuluhan ke sekolah-sekolah pun ada kita. Langsung aku
yang turun. Hampir semua sekolah lah udah kita suluh tentang
DBD ini. Bekerja sama UKS sama petugas DBDnya.
Kalau Pos DBD itu kalau udah KLB. Baru lah buat Pos DBD.
Itu kalau misalnya udah lebih 4 orang yang kena di
lingkungan itu. Kalau udah berderet-deret yang kena 1 hari,
udah KLB lah itu namanya. Tapi di sini belum pernah KLB
Informan Pernyataan
kok DBD ini.
Informan 3 Itu kayak 3M itu. PSN, pemberantasan sarang nyamuk.
Informan 4 Itu la tadi, PSN, fogging kalau ada kasus, terus juga
sosialisasi. Hari tu pernah sosialisasi, ada sekitar dua kali. Itu
kepala lingkungan itu. Selain itu juga yang terlibat ibu PKK,
kader PKKnya. Itu langsung itu sosialisasinya ke rumah-
rumah.
Informan 5 Ada kegiatan setiap hari jumat kita membersihkan yang apa
itu, kaleng-kaleng, apa itu namanya, hmm, PSN.
Itu yang ikut puskesmas, warga, termasuklah ibu keplingnya.
Kadang saya pun ikut. Waktu PSN itu ya kita tengok di
samping rumahnya ada atau gak air yang tergenang. Jentik-
jentiknya kita periksa. Itu door to door. Jumlah rumahnya gak
tentu. Kadang-kadang bisa 30, kadang-kadang 40. Tapi
umumnya lebih itu 40 tiap jumat.
Kalau dari warga yang ikut sukarelawan la.
Kalau penyuluhan ya ibu-ibu tadi itu. Yang PSN sekalian
penyuluhannya. Dikasih tahunya lah dirumah itu kekmana
biar gak kena DBD.
Informan 6 PSN iya… pemeriksaan jentik-jentik itu setiap hari jumat.
Tapi orang puskesmas aja saya lihat. Saya ikut juga dalam
kegiatan tersebut mendampingi petugas puskeesmas
mengecek jentik kerumah warga, kadang warga gamau buka
pintu kalo petugas puskesmas saja. Penyuluhan nya dilakukan
disela-sela memeriksa jentik dirumah.
Informan 7 Hari tu ada, 2015 apa 2016 gitu. Ada orang datang keliling
semprot-semprot, banyak orangnya. Keknya itu la dari
puskesmas. Hari tu ada juga pemeriksaan jentik. Ada datang.
Itu kapan ya, sebelum saya sakit keknya. Itu periksa jentik
gitu,,, periksa air, periksa sumur lah ya, terus apa lagi ya,
periksa-periksa ini la, pokoknya genangan-genangan air gitu.
Seingat saya itu mereka Ibu Kepling, terus dari tim
puskesmasnya, seingatnya gitu.
Informan 8 Ada pemeriksaan jentik-jentik gitu. Terus nanti dikasih
bubuk-bubuk gitu. Itu kalau gak salah dari puskesmas itu.
Tapi kalau rumah saya gak pernah didatangi. Kalau
penyuluhan gitu gak pernah, kurang tahu saya. Tapi biasanya
sambil diperiksa jentik gitu sambil dikasih tahu juga. Ini kalau
ada genangan air jangan lama, langsung dibersihkan. Macem
saya kan di sumur sering ditaruh abate gitu. Kita kan pake
ember, air tampungan di embernya itu pun ditaruh.
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya itu tadi la, sama kepling tadi kan lintas sektoral. Ha, jadi
kita beri sosialisasi, beritahu bahwasanya kita punya fogging,
itu kan lintas sektoral. Ataupun mereka mau mengantar hasil
labnya kemari, itu kan lintas sektoral. Selain sama kepling,
sama kecamatan, kita ke kelurahan, ke sekolah, rumah sakit,
PKK kecamatan, PKK kelurahan, semua itu lintas sektoral.
Kalau dengan PKK ya kerjasama juga. Kek misalnya
posyandu itu kan sebenarnya kelurahan yang punya. Tentu
milik PKK.
Kalau ke kecamatan dan kelurahan misalnya kita mengadakan
PSN, ya kan, kayak kapan itu kita kan pernah menjadi tempat
pencanangan PSN di kelurahan. Jadi kita kan minta kerjasama
la dari kecamatan, untuk bagaimana caranya. Namanya mau
mengadakan pencanangan, tentu kan harus rame menghayo-
hayokan masyarakat agar bersama-sama melaksanakan PSN.
Jadi, biar kecamatan itu biar bisa menginstruksikan lurah
sama keplingnya. Karena itu kan bawahan dia.
Koordinasinya ya melalui surat, kadang kita langsung datang
kesana. Kalau waktunya udah mepet, kita langsung ke sana
jumpai Pak Camat atau terkadang menelpon pak camat.
Dah gitu, untuk menggerakkan masyarakat ini kan, perlu
instruksi dari Camat sama Lurah. Dari Lurah ke Kepling.
Kadang masyarakat kalau gak ada instruksi gak mau dia. Ya
harusnya camat, lurah sama keplingnya la yang menghayo-
hayokan masyarakat. Tapi yaa, gak mungkin terus-terusan ya
kan, bukan itu aja kerja mereka. Maunya masyarakat la yang
punya kesadaran sendiri.
Kalau rapat lintas sektoral pun ada. Tapi ya gak rutin la.
Makanya lihat kasus DBDnya tadi. Kalau sudah banyak, ada
kendala, baru kita buat rapat.
Informan 2 Kalau PSN, gak pernah la terlibat orang kelurahan. Kok ada
kasus, kok gak mau orang tu ngelapor ke sini, paling
dilaporkannya ke keplingnya. Nanti keplingnya yang melapor
ke sini. Karena keplingnya udah tahu semua itu. Kok ada hasil
labnya diantar ke puskesmas.
Udah gitu sebenarnya masyarakatnya lah ya kan yang harus
melapor kok ada kasus. Harusnya habis tu kepling melapor ke
kelurahan. Tapi, mana dilaporkannya itu ke kelurahan.
Kadang, orang lurah ini minta aku yang melaporkan. Oo, gak
ada urusanku dengan dia ya kan. Orang lurah bilang, bu,
mana laporan ibu tiap bulan? Ku bilang, kita gak ada
hubungan pak. Kalau bapak mau, suruh aja kepling itu. Kan
Informan Pernyataan
tau dia itu. Kalau fogging pasti tahu la dia di mana di
lingkungannya yang kena. Dia la maunya yang melapor. Oo,
saya nggak.
Jadi kan aturannya, kepling ke lurah, lurah ke camat, kan gitu
ya kan.
Kalau lintas sektoral itu pun ada itu rapatnya. Makanya
kadang, kok orang itu rapat, barulah dikasih tahu kasusnya ya
kan. Biasanya sekali sebulan itu. Tapi gak tahu lah ya kan
ntah ada ntah gak rapatnya. Semua lah itu rapat, lurah,
kepling, semua lah.
Informan 3 Kalau sama puskesmas kita kerjasamanya koordinasi lah dek.
Ya macam untuk kegiatan kesehatan kita koordinasinya sama
mereka. Apakah itu gizi buruk, HIV, termasuk DBD.
Kalau koordinasinya, puskesmas ini kan bukan langsung
melapor pada kita. Kan lintas sektoral. Kami tidak
bertanggung jawab pada puskesmas, puskesmas pun tidak
bertanggung jawab pada kita. ya artinya koordinasi.
Kalau rapat lintas sektoral ada. minimal sebulan sekali. tapi
tidak pake jadwal dia. Apabila mau buat kegiatan ya kita
koordinasi, kita rapat. Yang hadir itu kalau rapat seperti itu ya
pak camat juga hadir. Kepala puskesmasnya pun kok
diundang rapat datang.
Kalau ada rapat, puskesmas bilang ke camat, camat tinggal
merintahkan bawahannya, lurah, kepling.
Informan 4 Kita kan pemerintah, secara administrasi lah puskesmas lapor
ke kelurahan. Kan data yang jelas adanya dipuskesmas. Ini
sebenarnya harusnya timbal balik, puskesmas lapor ke
kelurahan, kelurahan pun ngelapor ke puskesmas juga. Ada
kadang-kadang puskesmas lapor tentang DBD. Tapi datanya
gak ada. Datanya di puskesmas. Tapi kadang-kadang kok
perlu kali nanti dikirim orang tu datanya kemari. Itu perlunya
untuk laporan ke pemko, kalau diminta. Laporannya itu gak
rutin dia, tergantung. Kok ada kasus banyak kali kadang baru
diminta. Apakah itu dari dinas kesehatan atau dari bagian
pemerintahan umum di kantor walikota.
Kalau laporan DBD ini, kalau ada kasus aja. Kalau gak ada
ngapain kita lapor kan gitu. Kalau ada laporan dari kepling
baru langsung lapor ke puskesmas supaya langsung ditangani.
Untuk PSN, pemeriksaan jentik ke rumah-rumah itu juga
kadang ada dengan puskesmas.
Informan 5 Kalau kordinasi lintas sektoral itu lah,, dengan puskesmas.
Kami hanya melapor aja, Lurah supaya tahu aja. Nanti
kelurahan yang sampaikan sama puskesmas. Yang penting di
sini yang kerja itu puskesmas. Pokoknya kami kok ada kasus
melapor.
Informan Pernyataan
Informan 1 Yaa, memang selama ini tiap kita rapat dia kasih arahan terus.
Misalnya, musim penghujan, hati-hati ya kepala puskesmas, ini
musim penghujan, DBD agak tinggi, waspada, haa, daerah
endemis.
Yang berikan pengarahan itu kepala bidangnya la. Kalau dia
berhalangan hadir ya kepala seksinya.
Atau terkadang, puskesmas Desa Lalang laporannya minggu
ke sekian belum masuk. Kadang kok waktunya rapat belum
datang, dia telepon.
Ada juga monev dari dinas per 6 bulan.
Informan 2 Ngapain dipantau-pantau, orang udah adanya rapat bulanan
rutin. Di situ lah diapain semuanya.
Informan Pernyataan
Informan 1 Kalau setiap ada kasus, kita gak lapor ke dinkes. Setiap
minggu ada laporan. Kita punya laporan perminggu. Jadi
nanti kita ngelapor setiap minggu la. Setiap tahun pun ada
rekapannya.
Informan 2 Laporan DBD setiap minggu ada, setiap bulan pun ada. setiap
hari senin kita ngelapor ke dinkes untuk laporan mingguan.
Saya yang ngelapor ke dinas langsung yang diketahui oleh
64
kapus.
Ke dinkes pun ada rapatnya. Setiap selasa minggu kedua.
Udah rapat DBD lah itu. Udah rutin itu. Kalau tahunannya ya
tinggal direkap.
Laporan PE pun ada. PE kan setiap ada kasus, jadi ada juga
laporannya tiap minggu.
Informan Pernyataan
Informan 1 Ada. Itu per tiga bulan. Sama pertahun. Kalau per tiga bulan,
kita kan punya target. Ya kan, tiap 3 bulan kita evaluasi.
Misalnya kalau DBD kan harus nol. Ya kan, kita evaluasi lah
sama petugas DBD. Apakah ibu sudah fogging, apakah ibu
tahu pasiennya di mana dirawat. Harus tahu itu petugas.
Petugas DBD tu harus tahu berapa trombositnya. Di mana dia
dirawat, di mana alamatnya. Harus tahu. Jadi kok belum
difogging ya harus difogging. Kalau pertahun, kita hitung lah
yang triwulan tadi. Apakah ada penurunan kasus atau gak.
Informan 2 Gak perlu dievaluasi itu. Orang tiap minggu ada laporan kita.
Tiap bulan pun ada laporan kita. Paling, tiap akhir tahun
diminta dokter semua ini rekapannya sama aku.
Udah gitu kalau di puskes rapatnya jadwalnya satu kali
sebulan. Tergantung kapus la kapan ada waktunya. Minilok itu
namanya. Sebulan sekali.
Informan Pernyataan
Informan 1 Penting la. Ya kayak ada masyarakat yang gak mau buka
rumahnya kalau PSN. Kalau udah gitu, kita bilang ke kepling.
Baru mau dia.
Informan 2 Iya lah, penting. Kerjasama la pula. Kita butuh dia, dia butuh
kita ya kan.
Informan 3 Penting la. Semua yang berhubungan dengan DBD harus
bekerja sama. Semuanya, kepling, lurah, camat, puskesmas,
semua harus bekerja sama.
Informan 4 Kerjasama lintas sektor memang perlu. Kepala lingkungan,
kelurahan, kecamatan. Karena kok di masyarakat kan kepala
lingkungan yang lebih tahu di masyarakat.
Informan 5 Penting la. Itu semua terlibat. Terlibat semua. Kalau
hubungannya kasusnya banyak, kan pemko nanya kenapa
begini kecamatan. Kalau ada seperti itu, camatnya tekankan
semua. Dan melalui puskesmas la.
Informan Pernyataan
kita aja sering diingatkan camat kok baris hari senin tentang
DBD ini. harus waspada, apalagi musim penghujan.
Informan 6 Perlu la perlu. Tanpa adanya kerjasama dengan kepling,
kelurahan, puskesmas gak bisa. Kita kan gak bisa kerja
sendiri. Masyarakat pun gak bisa apa gitu. Karena kan kalau
fogging itu dari kelurahan gt, dari puskesmasnya. Jadi
memang lah harus kerja sama.
Informan 7 Perlu kerjasama semua baik masyarakat maupun keluarga kita
sendiri kan. Penting kali kerjasama semuanya. Kalau
kesehatan untuk masyarakat ini ya, mana-mana
masyarakatnya ada yang sakit, kek DBD ini kan perlu
penanganan cepat kok terlambat kan bisa nyawa ya kan.. ya
itu perlu sekali apa, keplingnya bertindak, ataupun kok gak
sempat warganya lapor, keplingnya lah, biar cepat diatasi.
Kadang-kadang kan itu sakit, demam gitu. Setidaknya kan ada
dari kepling, kita kan kok udah sakit mana ada kepikiran ke
sana, untuk melapor. Kok udah sakit kan gak kepikiran ke situ
kan. Istilahnya yang cepat la kemana. istilahnya dari
keplingnya ya yang apain gitu. Harus sama-sama saling
mendukung la untuk pecegahan penyakit ini.
Informan 8 Penting la. Ya memang harus kerjasama semuanya ya kan.
Kalau gak mana bisa. DBD ini kan bahaya dia. Hari tu ada
yang sampe meninggal. Jadi memang harus kerjasama la
semuanya, kepling, puskesmas, masyarakatnya juga.
Informan Pernyataan
Informan 1 DBD itu kan, satu karna kepadatan penduduk. Yang kedua ya
karena kurang ber PHBS tadi. Masyarakat tidak mau
melaksanakan PHBS.
Biar tahu kamu, kita PSN, tiap hari jumat itu, tantangannya
apa. Tantangannya, masyarakat tidak mau membuka
rumahnya. Pikirnya kita meminta-minta. Padahal petugas.
Apalagi rumah yang besar-besar itu. Padahal rumah besar-
besar itu kamar mandinya mungkin 4. Padahal cuma 1 yang
dipake. Mungkin berbulan-bulan di baknya itu gak diganti-
gantinya. Kan di situ yang banyak jentiknya. Pernah sangkin
geremnya, petugas saya dia foto rumahnya. Dia kasih tahu
sama saya, dokter ini rumah yang tidak mau membuka
rumahnya. Kok udah kekgitu, kita bilang ke kepling. Yang
sakit bukan dia, tetangganya.
Informan 2 Itu lah masyarakat, kadang ada 1-1 yang gak mau
difogging rumahnya. Gak ada gunanya itu katanya. Sakit ya
sakit
Informan Pernyataan
Informan 1 Itu pernah pemko ngasih surat instruksi untuk kecamatan.
Rutin gak nya, itu saya kurang tahu. Tapi biasanya kalau pak
wali udah turun mereka instruksikan kecamatan. Kecamatan
baru hubungi lintas sektor ke kita. Ya saling timbal balik la.
Ada la instruksi gitu juga dulu untuk PSN massal.
Kemaren itu kan diminta supaya dibuat perda. Karena sangkin
sulitnya la menuntaskan DBD ini ya kan. Karena sebenarnya
bersih-bersih lingkungan itu yang penting. Jadi maunya dalam
perda itu diberi sanksi kepada masyarakat yang ada jentik di
rumahnya. Kan di Malaysia udah ada gitu. Tapi belum ada.
67