Anda di halaman 1dari 120

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PROLANIS DIABETES

MELITUSTIPE 2 PESERTA JKN (STUDI KASUS


PUSKESMAS SRI PADANG
KOTATEBINGTINGGI)

SKRIPSI

Oleh

HERTI MAIRA BUGIS


NIM. 151000189

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PROLANIS DIABETES
MELITUS TIPE 2 PESERTA JKN (STUDI KASUS
PUSKESMAS SRI PADANG
KOTATEBING TINGGI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERTI MAIRA BUGIS


NIM. 151000189

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Biaya Prolanis Diabetes
Melitus Tipe 2 Peserta JKN (Studi
KasusPuskesmas Sri Padang Kota Tebing
Tinggi)
Nama Mahasiswa : Herti Maira Bugis
Nomor Induk Mahasiswa : 151000189
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Pembimbing:

(Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.)


NIP. 197512282005011002

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)


NIP. 196803201993082001

i
Universitas Sumatera Utara
Tanggal Lulus : 30 Januari 2020
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 30 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.


Anggota : 1. dr. Fauzi, S.K.M.
2. dr. Rusmalawaty, M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Efektivitas Biaya Prolanis Diabetes Melitus Tipe2 Peserta JKN (Studi Kasus

Puskesmas Sri Kota Padang Tebing Tinggi)” beserta seluruh isinya adalah

benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim daripihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 30 Januari 2020

Herti Maira Bugis

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Data WHO 2016 estimasi prevalensi dan jumlah penderita diabetes di sepuluh
negara besar dengan penderita diabetes melitus terbanyak tahun 2000 dan 2030
Negara Indonesia menduduki posisi ke 4 setelah Negara Amerika Serikat,
Indonesia di estimasikan pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk jumlah
penderita diabetes sedangkan pada tahun 2030 di estimasikan sekitar 21.3 juta
penduduk penderita diabetes. Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan
analisa efektivitas biaya antara PROLANIS dengan Non PROLANIS
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini membandingkan 30
pasien DM Tipe 2 yang mengikuti PROLANIS dan 29 pasien Non PROLANIS di
Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi. Kualitas hidup pasien diukur menggunakan
kuisoner WHOQOL-BREF. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi perbedaan
signifikan (nilai p0,001) antara rata-rata biaya total perawatan setahun DM Tipe 2
yang mengikuti PROLANIS (Rp. 2.450.065) dibandingkan pasien Non
PROLANIS (Rp 4.692.516). Pasien DM Tipe 2 PROLANIS yang memiliki
kualitas hidup baik sebesar 73% dan pasien Non PROLANIS 31%.. Terdapat
hubungan yang signifikan antara domain fisik dan psikologis dengan domain
kualitas hidup lainnya pada uji korelasi. PROLANIS lebih cost efektif
dibandingkan Non PROLANIS dengan nilai ICER adalah Rp. -1.019.295,- untuk
setiap ekstra domain fisik lebih baik dan Rp 498.322,- untuk setiap ekstra domain
psikologis lebih baik serta dominan untuk biaya dan kualitas hidup pada CE
Plane.

Kata kunci : Biaya, DMtipe 2, prolanis

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

WHO 2016 data estimates the prevalence and number of diabetics in ten major
countries with the most diabetes mellitus in 2000 and 2030. Indonesia ranked 4th
after the United States of America, Indonesia estimated in 2000 there were 8.4
million population of diabetics whereas in 2030 it is estimated that around 21.3
million people have diabetes. The purpose of this study is to conduct a cost
effectiveness analysis between PROLANIS and Non PROLANIS using a cross
sectional approach. This study compared 30 Type 2 DM patients who took
PROLANIS and 29 Non PROLANIS at the Sri Padang Tebing Tinggi Health
Center. Quality of life of patients was measured using the WHOQOL-BREF
questionnaire. The results of this study indicate that there is a significant
difference (p 0,001) between the average total yearly costs of Type 2 DM
attending PROLANIS (Rp. 2,402,399) compared to non-PROLANIS patients (Rp
4,342,102). DM Type 2 PROLANIS patients who had a good quality of life by
73% and Non PROLANIS patients 31%. There was a significant relationship
between the physical and psychological domains with other domains of quality of
life in the correlation test. PROLANIS is more cost effective than Non PROLANIS
with ICER value of Rp. -1.019.295- for each extra physical domain is better and
Rp. 498.322, - for each psychological domain extra is better and dominant for the
cost and quality of life on CE Plane.

Keywords : Cost, DMtype 2, prolanis

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas Biaya Prolanis Diabetes Melitus

Tipe2 Peserta JKN (Studi Kasus Puskesmas Sri Kota Padang Tebing

Tinggi)”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar

besarnya kepada:

1. Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing

dan Ketua Penguji yang telah memberikan banyak bimbingan berupa arahan,

kritik, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. dr. Fauzi, S.K.M.,selaku Anggota Penguji I yang telah memberikan banyak

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku Anggota Penguji IIdan Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan banyak bimbingan selama proses

perkuliahan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen FKM USU, yang telah memberikan banyak ilmu dan

bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FKM USU.

8. Drg. Lili Marliana selaku Kepala Puskesmas Sri Padang yang telah banyak

memberikan informasi selama proses penelitian.

9. Para staf pemegang program Prolanis di Puskesmas Padang yang telah banyak

memberikan informasi selama proses penelitian.

10. Terkhusus dan yang teristimewa orang tua tercintaHelmi Bugisdan Sri Mawar

Sihombing yang telah membesarkan, mendidik, merawat dan senantiasa

memberikan kasih sayang yang begitu berharga sampai saat ini, terima kasih

untuk setiap perjuanganmusehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Saudara penulis Khairul Abdi Bugis, Fahmi Amri Tondi Bugis, Revaldi

Hermawan Bugis yang telah menjadi bagian dari alasan penulis berjuang

untuk menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan dukungan berupa

semangat kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat tercinta penulis selama di kos yang selalu memberikan

semangat dan dukungan Tria Windiani, Milda Aulia Hasibuan, Dewi Rinjani,

Fauziah Rahmah, Yuli Sundari.

13. Sahabat-sahabat tersayang penulis selama berjuang di FKM tercinta Ratih

Nirmala Sari,Qonita Zahara, Rizki Khairani, Yemmi Yuliarni Siregar,

Rostinni Ritonga.

vii
Universitas Sumatera Utara
14. Kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan dukungan demi penyelesaian skripsi ini.

Segala rasa syukur ini penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada berbagai

pihak yang turut membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini, hanya ALLAH

saja yang dapat membalas kebaikan saudara/i semua. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan para pembaca agar dapat dipergunakan dengan

sebaik baiknya, serta penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membantu untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 30 Januari 2020

Herti Maira Bugis

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 10
Tujuan umum 10
Tujuan khusus 10
Manfaat Penelitian 11

Tinjauan Pustaka 12
Diabetes Melitus 12
Program Pengelolaan Penyakit Kronis 24
Analisis Efektivitas Biaya 27
Kualitas Hidup 32
Hasil Penelitian Terdahulu 36
Landasan Teori 38
Kerangka Konsep 39
Hipotesis Penelitian 41

Metode Penelitian 42
Jenis Penelitian 42
Lokasi dan Waktu Penelitian 42
Populasi dan Sampel 42
Variabel dan Definisi Operasional 43
Metode Pengumpulan Data 45
Metode Pengukuran 46

ix
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data 47

Hasil Penelitian 54
Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 54
Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 55
Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan 55
Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan 56
Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Didiagnosa DM 56
Gambaran Biaya 58
Hasil Uji Mann Whitney U 59
Hasil Analisa Regresi Logistik Berganda 60
Kualitas Hidup Per Domain 61
Hasil Analisa Rasio Tambahan Biaya dengan Kualitas Hidup 62

Pembahasan 64
Deskripsi Lokasi Penelitian 64
Deskripsi Hasil Penelitian 66
Keterbatasan Penelitian 75

Kesimpulan dan Saran 76


Kesimpulan 76
Saran 76

Daftar Pustaka 78
Lampiran 81

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Tanda-Tanda dan Gejala Diabetes 18

2 Kriteria Pengendalian Kolesterol 20

3 Dimensi atau Domain dalam Item Kuesioner


WHOQOL-BREF 46

4 Dimensi atau Domain dalam Item Penomorandi Kuesioner


WHOQOL-BREF 46

5 DeskripsiJenis Kelamin 54

6 Deskripsi Pasien Prolanis 54

7 Deskripsi Pasien Non Prolanis 54

8 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia 55

9 Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan 55

10 Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan 56

11 Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Mengikuti Prolanis 56

12 Deskripsi Lama Didiagnosa DM Pasien Prolanis 57

13 Lama Didiagnosa DM Pasien Non Prolanis 57

14 Distribusi Biaya Pasien Prolanis 58

15 Hasil Uji Mann Whitney U 59

16 Hasil Analisa Regresi Logistik Berganda 60

17 Distribusi Kualitas Hidup Per Domain 61

18 Analisa Rasio Tambahan Biaya dengan Kualitas Hidup 62

19 SDM di Puskesmas Sri Padang 65

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 1 40

2 Uji korelasi 47

3 Uji logistik berganda model prediksi 49

4 Uji logistik berganda model faktor resiko 51

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner 81

2 Surat Permohonan Survei Pendahuluan 86

3 Surat Izin Survei Pendahuluan 87

4 Surat Permohonan Izin Penelitian 88

5 Surat Izin Penelitian 89

6 Surat Selesai Penelitian 90

7 Hasil Output Penelitian 91

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


DM Diabetes Melitus
GDP Gula Darah Puasa
IDDM Insulin Dependent Diabetes Melitus
NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
PROLANIS Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
TGT Toleransi Glukosa Terganggu
WHOQOL-BREFF World Health Organization Quality of Life

xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Herti Maira Bugis berumur 22 tahun, dilahirkan di

Sibolga pada tanggal 15 Mei 1997. Penulis beragama Islam, anak kedua dari

empat bersaudara dari pasangan Helmi Bugis dan Sri Mawar Sihombing.

Pendidikan formal dimulai dari pendidikan sekolah dasarSD Negeri Tahun

2003-2009, sekolah menengah pertama di MTs Al-Washliyah Air Teluk Kiri

Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di MAN 1 Asahan Tahun 2012-2015,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 30 Januari 2020

Herti Maira Bugis

xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan

prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

menular (PTM) ataupun penyakit degeneratif. Mengatasi masalah terjadinya

peningkatan dalam penyakit tidak menular atau degeneratif maka BPJS Kesehatan

membentuk suatut program dalam pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara

terstruktur yang akan melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS

Kesehatan dengan mengadakan PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit

Kronis), dengan diadakan program ini BPJS bertujuan untuk mendorong peserta

penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator

75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil

yang “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 (BPJS,

2014).

Diabetes adalah salah satu penyakit yang diderita oleh seseorang selama

seumur hidup di mana badan seseorang tidak dapat lagi untuk memproduksi

insulin secara cukup dan tidak dapat menggunakan insulin yang diperoduksi

secara baik. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula

darah, yang akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam gula

darah (hiperglikemia). Pada diabetes melitus terdapat 2 tipe atau kategori utama

yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes 1 (disebut juga Insulin

Dependent Diabetes Melitus atau IDDM) yang terjadi apabila sel-sel yang

memproduksi insulin didalam tubuh tidak dapat berfungsi lagi, dan hanya

1
Universitas Sumatera Utara
2

membuat sedikit atau tidak ada insulin. Jika tubuh tidak memproduksi insulin

maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel-sel. Diabetes tipe 2 (disebut juga

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus atau NIDDM), pada tipe ini sering

terjadi pada kebanyakan orang dewasa yang kelebihan berat badan dan berumur

40 tahun.

Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan oleh tubuh tidak

efektif dalam menggunakan insulin atau bisa di katakan kekurangan insulin

dibandingkan dengan kadar glukosa dalam tubuh. Diabetes tipe 2 sering terjadi

pada orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan yang berumur >40

tahun, pada tipe ini pankreas masih memproduksi insulin. Diabetes tipe 2

memiliki beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah faktor keturunan,

kelebihan berat badan, kurang olah raga, umur, dan terakhir diabetes kehamilan.

Selain memiliki beberapa penyebab, diabetes melitus juga memiliki gejala, yaitu

biasanya terjadi secara diam-diam, gatal-gatal terutama pada daerah kemaluan,

luka atau goresan lambat sembuh, lambat sembuh infeksi yang tidak jelas

penyebanya pada kulit, gusi, dan kenatung kemih, penglihatan kabur, mual,

muntah dan lain sebagainya. (Johnson, 1998).

Dampak yang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 menurut

Goldberg (2007) adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun, usia

harapan hidup penderita DM tipe 2 yang mengidap penyakit mental serius, seperti

Skizofrenia, bahkan 20 persen lebih rendah dibandingkan dengan populasi umum

(InfoDatin, 2018).

Universitas Sumatera Utara


3

Resiko yang di timbulkan dari DM ini akan sangat membahayakan

kesehatan, oleh sebab itu pemerintah membuat suatu program agar dapat

memberikan pelayanan yang komprehensif dan terfokus dalam pencegahan

promotif dan preventif. Penerapan program prolanis ini di harapkan masyarakat

memiliki kualitas hidup yang efektif dengan biaya yang sangat minim. Kualitas

hidup yang efektif di lihat dari kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,

hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan.

Kesehatan fisik yang tidak efektif akan menurunkan fungsi fisik karna

adanya komplikasi jangka panjang yang timbul karena penyakitnya sendiri dan

kondisi kesehatan yang berkaitan dengan DM. Gangguan ketajaman penglihatan,

gangguan ginjal, penyakit jantung, gangguan ereksi, nyeri karena neuropati

perifer, risiko amputasi, kerusakan syaraf otonom akan sangat menurunkan

kualitas hidup pasien, karena secara langsung ataupun tidak langsung akann

membatasi aktifitas fisik pasien (Rahmat, 2010)

Penurunan fungsi psikologi di sebabkan karena adanya kebutuhan

perawatan penyakit yang terus menerus akan menyebabkan dampak pada mood

seseorang pasien dalam jangka panjang atau pendek. Sering terjadi frustasi karena

penyakitnya. Sering juga terjadi perasaan bahwa tidak ada harapan pada

penyakitnya, dan hal ini menyebabkan gangguan secara psikologi yang akhirnya

menurunkan kualitas hidup psikologi. Secara sosial akan terjadi penurunan

kualitas hidup karena adanya penurunan kualitas hidup dan kuantitas hubungan

sosial pasien termasuk pekerjaan. Dampak ekonomis yang muncul berkaitan

Universitas Sumatera Utara


4

dengan biaya perawatan yang tinggi dan dalam jangka panjang yang berkelanjutan

dan juga terjadinya penurunan produktivitas kerja (Rahmat, 2010).

Menurut astuti dkk (2013), menyebutkan bahwa perilaku pengelolaan

diabetes lebih berpengaruh terhadap pengendalian kadar glukosa darah. Tingkat

kepatuhan pengelolaan DM dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu interpersonal,

faktor interpersonal (kualitas hubungan pasien dengan petugas layanan dan

dukungan sosial) dan juga faktor lingkungan.

Kriteria DM ditegakkan bila, pertama Nilai Gula Darah Sewaktu (GDS)

>200 mg/dl ditambah 4 gejala khas DM positif (banyak makan, sering kencing,

sering haus, dan berat badan turun). Kedua Nilai Gula Darah Puasa (GDP) >126

mg/dl ditambah 4 gejala khas DM positif.. Ketiga Nilai GDPP >200 mg/dl

meskipun nilai GDP <126 mg/dl dan/atau keempat gejala khas DM tidak

semuanya positif (Infodatin, 2014).

TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) ditegakkan bila nilai GDPP 140-199 mg/dl

GDP terganggu (Gula Darah Puasa Terganggu) menurut ADA (American Diabetes

Association) 2011 ditegakkan nilai GDP 100-125 mg/dl (Infodatin, 2014).

Menurut WHO Global Report secara global, diperkirakan 422 juta orang

dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta

pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi)

telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7 persen

menjadi 8,5 persen pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan

peningkatan faktor resiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas.

Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di

Universitas Sumatera Utara


5

negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan

tinggi. Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah

yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta

kematian, dengan mengingkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. 43

persen dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase

kematian yang disebabkan oleh diabetes yang sering terjadi sebelum usia 70 tahun

lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada dari

negara-negara berpenghasilan tinggi (Infodatin, 2018).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018

prevalensi pasien diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter untuk masyarakat

perkotaan terdapat sebanyak 1,9 persen dan masyarakat pedesaan 1,0 persen,

sedangkan pada laki-laki sebanyak 1,2 persen sedangkan perempuan 1,8 persen,

pada masyarakat yang tidak/belum pernah sekolah terdapat 1,6 persen, tidak/tamat

SD/MI 1,4 persen, tamat SD/SI 1,8 persen tamat SLTP/MTS 1,4 persen, tamat

SLTA/MA 1,6 persen dan tamat D1/D2/D3/PT sebanyak 2,8 persen.

Kesimpulannya banyak masyarakat yang menderita diabetes melitus di daerah

perkotaan serta pada perempuan dan juga pada masyarakat yang tamat

D1/D2/D3/PT. Tetapi berdasarkank umur prevalensi diabetes melitus pada

penduduk diatas 15 tahun keatas menurut karakteristik masyarakat perdesaan

sebanyak 11,2 persen sedangkan perkotaan 10,6 persen, untuk masyarakat laki-

laki terdapat 9,0 persen dan pada perempuan 12,7 persen, sedangkan pada

masyarakat tidak/belum sekolah terdapat 17,2 persen, tidak tamat SD/MI 14,4

persen, tamat SD/MI 11,9 persen tamat SLTP/MTS 7,8 persen, tamat SLTA/MA

Universitas Sumatera Utara


6

8,3 persen dan tamat D1/D2/D3/PT terdapat sebanyak 10,3 persen.

Kesimpulannya berdasarkan karakteristik umur masyarakat perdesaan lebih

banyak terkena dm dibandigkan kota, dan untuk masyarakat perempuan juga lebih

banyak dari laki-laki sedangkan berdarkan pendidikan masyarakat yang tidak/

belum pernah sekolah lebih banyak terkena diabetes melitus. Dilihat dari TGT dan

GDP masyarat perkotaan untuk TGT 28,8 persen dan GDP 25,1 persen sedangkan

masyarakat perdesaan TGT terdapat 33,1 persen dan GDP 27,7 persen, untuk jenis

kelamin perempuan dalam masalah TGT terdapat 34,7 dan GDP 25,3 sedangkan

laki-lai TGT 26,8 persen dan GDP 27,3 persen (Riskesdas, 2018)

Data WHO 2016 estimasi prevalensi dan jumlah penderita diabetes di

sepuluh negara besar dengan penderita diabetes melitus terbanyak tahun 2000 dan

2030 Negara Indonesia menduduki posisi ke 4 setelah Negara Amerika Serikat,

Indonesia di estimasikan pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk jumlah

penderita diabetes sedangkan pada tahun 2030 di estimasikan sekitar 21.3 juta

penduduk penderita diabetes (Infodatin, 2018). Proporsi dan perkiraan jumlah

penduduk usia 15 tahun keatas yang terdiagnosis dan merasakan gejala diabetes

melitus di Indonesia Tahun 2013 Sumatera Utara menduduki posisi kedua dengan

jumlah penduduk yang menderita kencing manis oleh dokter sebesar 160.913 dan

belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter terapi dalam 1

bulan terakhir sebesar 44.698 (Infodatin, 2013). Prevalensi diabetes melitus

berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur lebih 15 tahun menurut

provinsi tahun 2018 Sumatera Utara menduduki peringkat 13 dari 34 provinsi

yang ada di Indonesia (Riskesdas, 2018).

Universitas Sumatera Utara


7

Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan kesehatan perlindungan

kesehatang yang dilakukan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh pemerintah (JKN, 2013). BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksana yang

merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. JKN memberlakukan kegiatan

Prolanis untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak diberikan

kepada setiap orang.

Penderita diabetes yang terjadi di Indonesia terus bertambah, dengan

seiring meningkatnya prevalensi penyakit kronis ini maka anggaran BPJS

Kesehatan untuk penanganan diabetes semakin meningkat. BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan telah mendistribusikan dana Rp 6,1

triliun untuk masalah pengobatan diabetes pada tahun 2018. Dana tersebut belum

termasuk kedalam biaya yang dikeluarkan untuk menangani komplikasi akibat

diabetes. Komplikasi dari penyakit diabetes melitus seperti jantung mencapai Rp.

10,5 triliun dan gagal jantung mencapai Rp 2,4 triliun (Maharrani, 2019)

Berdasarkan penelitian Watuseke dkk (2017), peneliti berpendapat bahwa

senam prolanis berpengaruh terhadap penurunan kadar gula dalam darah pasien

diebetes melitus tipe 2. Hal ini di dukung oleh program dan porsi latihan fisik seta

pengetahuan si pasien.

Analisis efektivitas biaya adalah salah satu cara untuk memilih dan

menilai program yang terbaik bila terdapat bebrapa program yang berbeda dengan

Universitas Sumatera Utara


8

tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang

akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif

program sehingga yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan

dipilih oleh para analisis pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan Soesetyo,

2008).

Menurut Torrance dalam Tjiptoheriyanto & Soesetyo (2008), metode yang

paling umum digunakan untuk menganalisis ekonomi program kesehatan biasanya

terbagi menjadi dua bagian pokok, yang pertama adalah analisis ekonomi yang

parsial yaitu analisis ekonomi yang diterapkan hanya kepada sisi input atau output

saja dan bukannya kepada keduanya sekaligus. Sedangkan metode yang kedua

biasa disebut sebagai analisis ekonomi secara menyeluruh (fully economic

analysis) yaitu penganalisisan program kesehatan yang merangkum sekaligus

masalah input dan output program tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Mursalin & Sowondo (2016) di RSUD

Dr.Abdul Aziz Singkawang Tahun 2013 komposisi biaya langsung yang terbesar

penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 yang ditemukan adalah biaya untuk

obaat-obatan yang mencapai 75,65persen dari total biaya. Besaran biaya untuk

obat-obatan pada penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan data BPJS tahun 2012.

Biaya rawat jalan penderita diabetes melitus tipe 2 di Indonesia yaitu sebesar

71,07 persen untuk pengobatan dan 28,93 persen untuk selain pengobatan

(Widyani R, 2013).

BPJS Kesehatan membentuk Prolanis agar mendorong pasien yang terkena

diabetes melitus mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efektif

Universitas Sumatera Utara


9

dan rasional. Terbentuknya program ini di harapkan agar menjaga kadar glukosa

darah dan HBA1C berada di kisaran awal sehingga mencegah atau meminimalkan

kemungkinan terjadinya komplikasi.

Berdasarkan hasil observasi atau survei pendahuluan yang telah

dilakukukan penulis data yang ditemukan pada puskesmas Sri Padang pasien yang

terkena penyakit diabetes melitus yang tergabung dalam kegiatan PROLANIS

terdapat sebanyak 30 orang dari 59 orang yang terkena diabetes mellitus di

wilayah kerja puskesmas tersebut. Data tersebut didapatkan dari wawancara

penulis dengan pihak-pihak terkait di puskesmas yang ada di Tebing Tinngi. Hasil

wawancara pada pihak puskesmas mereka mengatakan bahwa kegiatan senam

prolanis dilakukan seminggu sekali, dan kegiatan tes gula darah dilakukan sebulan

sekali. Puskesmas Sri Padang merupakan contoh puskesmas yang menerapkan

program prolanis sesuai dengan tujuan terbentuknya program tersebut, dan yang

dimana kondisi tersebut sesuai dengan kriteria dari penelitian ini.

Perumusan Masalah

Menurut data WHO Global Report secara global diperkirakan 422 juta

orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108

juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia telah meningkat hampir dua

kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen pada

populasi orang dewasa.

PROLANIS adalah program BPJS yang diharapkan dapat meminimalisir

biaya yang dikeluarkan dari penderita diabetes.Meningkatnya prevalensi penyakit

diabetes maka anggaran BPJS Kesehatan untuk penanganan diabetes juga

Universitas Sumatera Utara


10

meningkat. Analisis efektivitas biaya adalah salah satu cara untuk memilih dan

menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa progrm yang berbeda dengan

tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Berdasarkan hasil observasi penulis di

Tebing Tinggi masyarakat yang mengikuti program prolanis di Puskesmas Sri

Padang sekitar 50 persen. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah biaya

mana yang lebih efektif antara peserta yang mengikuti PROLANIS dan Non

PROLANIS dengan cara membandingkan keefektivitasan biaya dengan melihat

kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Sehubungan dengan permasalahan diatas maka yang

menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, membandingkan

dan mengetahui efektivitas biaya antara pasien yang mengikuti PROLANIS dan

Non PROLANIS daengan cara melihat kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe

2 di Puskesmas Teluk Karang dan Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi.

Tujuan khusus. Adapun penilaian ini memiliki tujuan khusus yaitu

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 baik yang

mengikuti prolanis dan non prolanisdiwilayah kerja puskesmas Sri Padang

2. Untuk mengetahui kualitas hidup pasien berdasarkan domain fisik,

psikologis, sosial dan lingkungandiwilayah kerja puskesmas Sri Padang

3. Untuk mengetahui rata-rata biaya yang harus dikeluarkan pasien prolanis dan

non prolanis di wilayah kerja Puseksmas Sri Padang

Universitas Sumatera Utara


11

4. Untuk mengetahui hubungan signifikanantara pasien diabetes melitus yang

mengikuti prolanis terhadap efektivitas biaya dan kualitas hidup wilayah

kerja Puskesmas Sri Padang

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi

bagi pasien dalam menjalankan sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang nantinya melibatkan

peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan untuk pemeliharaan

kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk

dapat mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efisien dan

efektif.

2. Hasil dari penelitian ini semoga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan

kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan ikut

menjalankan sistempelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak BPJS dan

Puskesmas.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Diabetes Melitus

Pengertian diabetes melitus. Diabetes melitus suatu kondisi yang dimana

kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari kadar gula biasanya atau normal.

Kadar gula normal sebesar 60 mg/dl sampai 145 mg/dl. Menurut Malecki dan

Wolfs MGM (dalam Yolanda, 2011) diabetes melitus adalah sekelompok penyakit

metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah secara kronis.

Jika diabetes tidak terkontrol dengan baik, maka dapat menyebabkan keadaan

hiperglikemia persisten, yang mengakibatkan komplikasi dan kerusakan permanen

pada berbagai jaringan terutama pada retina, glomeruli ginjal, jaringan saraf dan

pembuluh darah.

Diabetes adalah perubahan permanen yang ada dalam tubuh seseorang

yang mengakibatkan darah seseorang mengandung terlalu banyak glukosa, yang

dimana penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin. Diabetes adalah salah

satu penyakit manusia tertua yang diketahui, nama lengkap dari diabetes melitus

berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu “siphon” dan “gula”, dan deskripsinya

adalah gejala diabetes tak terkontrol. Berlalunya sejumlah urine manis karna tidak

dapat mengimbangi gula. Pemahaman yang tepat tentang kondisi ini baru

berkembang selama sekitar seratus tahun terakhir. Pada tahun 1921, dua ilmuwan

Kanada, Frederick Banting dan Charles Best, menemukan bahwa zat misterius

diproduksi dalam kelompok kecil sel yang dikenal sebagai pulau Langerhans, di

dalam pankreas, mereka menamai ini zat insulin (setelah nama Latin untuk Islet

yang merupakan Insula), dan itu mungkin penemuan paling penting dalam sejarah

12
Universitas Sumatera Utara
13

diabetes. Ketika insulin tersedia sebgai pengobatan untuk diabetes setelah 1922,

itu dilihat sebagai keajaiban medis, mengubah kehidupan banyak anak muda yang

seharusnya mati setelah sakit “buang-buang” sakit (Clark, 2004).

Menurut Riskesdas (2013) diabetes melitus adalah penyakit metabolisme

yang merupakan suatu kumpulan atau gejala yang timbul pada seseorang karena

adanya peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan

gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut

maupun relatif.

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan insulin secara cukup (hormon yang mengatur gula darah atau

glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,

menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi

target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi

diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir, (WHO Global Report,

2016).

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ

tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah (Soegondo dkk,

2009).

Universitas Sumatera Utara


14

Dari penjelasan diatas diabetes melitus merupakan salah satu penyakit

kronis yang terjadi karena pankreas yang tidak dapat lagi memproduksi insulin

atau tidak efektifnya tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan oleh

pankreas. Insulin adalah cairan kimia yang membantu mengatur dan

mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Insulin dihasilkan oleh pankreas, yaitu

sebuah kelenjar buntu yang kecil yang terdapat tepat di bawah lambung. Dalam

pankreas terdapat sel-sel beta yang disebut pulau-pulau Langerhans yang

mengeluarkan insulin langsung ke aliran darah. Di sana insulin nantinya akan

mengendalikan jumlah glukosa darah.

Glukosa yaitu gula monosakarida, salah satu karbohidrat yang terpenting

digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa sebagai

sumber energi utama bahan bakar untuk tubuh. Jikapada tubuh tidak terdapat

insulin maka tidak dapat mengendalikan glukosa di dalam darah. Semua makanan

yang di makan kadar glukosa nya akan tinggal di dalam darah, dan setelah makan

kadar gula darah akan sangat tinggi sehingga seseorang akan merasakan sakit, dan

sampai tidak sadarkan diri. Hal ini terjadi karna tubuh tidak mampu mengatasi

gula berlebihan dalam satu waktu. Maka terjadilah Hiperglikemia (Kadar Gula

Darah yang Tinggi)

Klasifikasi diabetes melitus. Untuk melihat klasifikasi diabetes secara

teliti itu harus terpisah untuk melihat apa yang dicurigai menjadi penyebab

masing-masing tipe (Johnson, 1998).

Tipe 1 – insulin dependent diabetes mellitus. Pada tipe ini terjadi bila sel-

sel memprodukasi insulin dalam tubuh tidak berfungsi lagi danhanya membuat

Universitas Sumatera Utara


15

sedikit insulin atau tidak sama sekali. Jika tubuh tidakmemproduksi insulin

sebagaimana mestinya maka gula darah tidak dapat masuk kedalam sel-sel tubuh.

Untuk bertahan hidup biasanya pasien pada tipe ini bergantung pada suntikan

insulin sealama hidupnya. Diabetes pada tipe ini tidak terlalu umum, hanya sekitar

10-20% dari semua penderita diabtes yang mengidap IDDM. Diabetes pada tipe

ini biasanya bermula pada masa kanak-kanak atau remaja.

Faktor-faktor genetika.Berdarkan genetika atau faktor keturunan

setidaknya paling sedikit ada 2 gen khusus yang memberikan kepada seseorang

cenderung mendapat diabetes tipe 1. Gen tersebut termasuk kepada apa yang

disebut sistem HLA (Human Leucocyte Antigen), yang mengendalikan

pertahanan tubuh terhadap infesi. (Istilah yang dipakai para dokter untuk gen ini

ialah HLA DR3 dan HLA DR4 untuk keturunan cancasian orang Barat. Untuk

orang Asia ada tambahan gen yaitu HLA AW33 dan HLA BW58).

Diabetes sebagai penyakit autoimune.Para ahli banyak yang percaya kalau

tipe ini adalah sebagai akibat dari sistem kekebalan tubuh menyerang sel sel beta

dikelenjar pankreas yang memproduksi insulin.

Diabetes dari infeksi virus. Beberapa penelitian terhadap orang-orang

yang menderita diabetes pada tipe 1 menunjukan bahawa didalambeberapa kasus

orang itu baru sja menderita penyakit infeksi virus seprti flu, selesma berar, cacar

dan lain sebagainya. Pada penderita diabetes yang baru juga mempunyai kadar

antibodi yang tinggi terhadap jenis virus tertentu seperti Coxsackie.

Universitas Sumatera Utara


16

Tipe 2 – non insulin dependent diabetes melitus. Pada tipe ini sangat

sering terjadi pada orang dewasa yang kelebihan berat badan yang berumur 40

tahun.pada tipe ini pankreas masih memproduksi insulin.

Faktor keturunan.Diabetes tipe 2 ada kecenderungan kuat untuk

mendapatkan penyakit ini dari keturunan. Jika ada salah satu keluarga yang

terkena diabetes maka resiko terhadap keturunannya dua kali lipat lebih tingg

terkenan dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki keluarga tetapi tidak

ada keturunan diabetes. Dan jika seseorang memiliki 2 orang anggota keluarga

yang menderita diabetes maka kemungkinan untuk terkena diabetes 4 kali lipat

lebih tinggi terkena.

Kelebihanberat badan. Memakan makanan yang lebih banyak kalori

daripada yang dibutuhkan tubuh, maka kalori yang berlebihan akan disimpan di

tubuh dalam bentuk lemak, baik kalori yang datang itu dari karbohisrat, protein

atau lemak.

Insulin bekerja untuk memindahkan penyimpanan glukosa saja tetapi juga

lemak. Bila sel-sel lemak penuh maka mereka kehilangan sebagian

kemampuannya untuk merespon insulin. Oleh karena itu pankreas memproduksi

lebih banyak lagi insulin dalamusaha membuka sel-sel yan tertutup. Dengan

demikian pankreas melebihi waktu karena kelebihan kalori yang dimakan. Juga,

pankreas menderita kelelhan sehingga kehilangan kemampuan untuk

memproduksi insulin.

Kurang olah raga.Menurut laporan penelitian pada majalah Lancet

Kedokteran Inggris, pada wanita dapat menurunkan secaradrastis risiko diabetes

Universitas Sumatera Utara


17

dengan cara giat berolahraga dengan teratur. Bahkan olahraga dapat menurunkan

risisko medapatkan diabetes pada wanita yang sudah kelebihan pada berat badan

dan pada wanira yang mempunyai anggota keluarga yang menederita diabetes.

The Journal of the American Medical Association melaporkan penemuan

yang membesarkan hati dari studi lebih dari 20.000 orang dokter. Hasilnya

menunjukkan bahwa olah raga lima kali dalam seminggi dapat menghasilkan

penurunan sebesar 42% paad kasus-kasus yang diperkirakan akan menderita

diabetes tipe 2. Bahkan yang berolah raga sekali dalam seminggu dapat

menurunkan kemungkinan diabetes dokter-dokter yang sudah berumur 40-84

tahun.

Umur. Kebanyakan pada kasus diabetes tipe 2 banyak terjadi pada usia

dewasa yaitu yang sudah berumur 40 tahun. Tapi tidak menutup kemunkinan

untuk yang muda-muda juga bisa mendapat diabetes tipe 2 ini (diabetes yang

tidak tergantung pada insulin) atau orang-rang yang sudah tua juga bisa menderita

diabets tipe 1.

Diabetes kehamilan. Jika seorang wanita mempunyai seseorang dalam

keluarganya yang menderita diabetes, keungkinan cenderung menjadi calon

penderita diabetes kehamilan ada. Jika wanita sudah berumur 30 tahun, dan

terutama kalau ia kelebihan berat badan, maka ia akan mempunyai kemungkinan

lebih besar mendapati penyakit diabetes selama kehamilan.

Pada 98% kasus penyakit diabetes akan hilang setelah melahirkan bayi.

Dan wanita yang terkena diabetes kehamilan pada waktu kehamilan

kemungkinan besar akan menderita penyakit diabetes itu lagi pada kehamilan

Universitas Sumatera Utara


18

berikutnya. Dan kemungkinan juga menderita penyakit diabetes di kemungkinan

hari nanti.

Gejala-gejala dan diagnosis diabetes melitus. Menurut Johnson dalam

buku Diabetes Terapi dan Pencegahannya, tanda-tanda dan gejala-gejala diabetes

adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Tanda-Tanda dan Gejala Diabetes

Tanda-Tanda dan Gejala Gejala Diabetes


Tergantung InsulinTipe 1 Tidak Tergantung InsulinTipe 2
- (Biasanya Terjadi dengan tiba-tiba) - (Biasanya terjadi secara diam-diam)
- Dahaga yang sangat - Sebagian atau seluruhnya tanda-
- Sering buang air kecil tanda dan gejala-gejala seperti pada
- Lapar yang sangat diabetes tipe 1
- Berkurang berat bada yang tidak - Gatal-gatal terutama pada daerah
jelas penyebabnya kemaluan
- Mudah jengkel - Luka atau goresan lambat sembuh
- Kurang tenaga - Lambat sembuh infeksi yang tidak
- Lemah dan lesu jelas penyebabnya pada kulit, gusi,
- Semut mengerubungi air kencing dan kantung kemih
- Rasa nyeri, pegal dan rasa ditusuk-
tusuk pada tungkai dan kaki
- Penglihatan kabur
- Mual dan muntah

Dalam melakukan diagnosis terhadap pasien yang mengalami Diabetes

Melitus maka dilakukan pengecekan kadar glukosa darah. Dalam penentuan harus

diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai,

untuk diagnosis Diabetes Melitus cara yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa dngan cara enzimatik dengan bahan darah plasama vena. Dan untuk

melakukan diagnosis sesogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang

terpercaya. Untuk memantau glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler.

Kriteria diagnosis pasien Diabetes Melitus : Perkeni 2011 dan 2015.

Universitas Sumatera Utara


19

a. Kriteria diagnosis DM (Konsensus Perkeni 2015) yang terdiri :

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi

tidak ada asupan kalori minimal 8 jam

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi

Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa75 gram

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik

(poliuria, polidispsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak

dapat dijelaskan sebabnya

4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program

(NGSP)

b. Kriteria diagnosis DM menurut pedoman American Diabetes Association

(ADA) 2011 dan konsensus Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI)

2011:

1. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta

2. Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl

3. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM

penyerta, seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia),

banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya.

Kriteria pengendalian diabetes melitus. Dalam melakukan pencegahan

terjadinya penyakit komplikasi kronik, maka diperlukan pengendalian diabetes

melitus yang baik. Diabetes melitus terkendali baik tidak berarti hanya kadar

Universitas Sumatera Utara


20

glukosa darahnya saja yang yang harus diperhatikan baik, tetapi juga harus secara

menyeluruh kadar glukosa darah, status gizi, tekanan darah.

Tabel 2

Kriteria Pengendalian Kolesterol

Kriteria Pengendalian Kolestrol Baik Sedang Buruk


Glukosa darah puasa (mg/dl) 80-109 110-239 ≥140
Glukosa darah 2 jam (mg/dl) 110-159 160-199 ≥200
HbA1c (%) 4-5,9 6-8 ≥8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 ≥240
Kolesterol LDL (mg/dk) tanpa PJK <130 130-159 ≥160
Kolesterol LDL (mg/dk) dengan <100 100-129 ≥130
PJK
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigeliserida (mg/dl) tanpa PJK <200 200-249 ≥250
Trigeliserida (mg/dl) dengan PJK <150 150-199 >25 /<185
BMI (IMT) wanita (kg/m2) 18,5-22,9 23-25 >27 / <20,0
BMI (IMT) pria (kg/m2) 20,0-24,9 25-27 >160/95
Tekanan Darah (mmHg) ≤140/90 140-160/90-95

Pada tabel diatas disimpulkan bahwa dipasien yang lebih berumur 60

tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari biasa (puasa <150 mg/dl, dan

sesudah makan <200 mg/dl), begitu juga dengan kadar lipid, tekanan darah, dan

lain sebagainya mengacu pada kriteria pengendalian sedang.

Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes melitus. Penderita

diabetes melitus yang penyakitnya tidak dapat terkontrol dengan baik akan

menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Menurut Buku Konsensus yang di

terbitkan Perkeni, komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

Komplikasi akut. Komplikasi akut yang terdiri atas :

Hipoglikemia.Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah seseorang di

bawah nilai normal (<50mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita

Universitas Sumatera Utara


21

DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang rendah

menyebabkan sel-sel otaktidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi

bahkan dpaat mengalami kerusakan

Hiperglikemia. Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat

secaratiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,

anatara lain Ketoasidosis Diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK)

dan Kemolakto Asidosis.

Komplikasi kronis. Komplikasi kronis yang terdiri atas :

Komplikasi makrovaskular. Komplikasi ini pada umumnya berkembang

pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),

mengalamipenyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.

Komplikasi mikrovaskulter.Terutama terjadi pada penderita DM tipe 1

seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi.

Penatalaksanaan diabetes melitus. Secara umum tujuan penatalaksanaan

adalah meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes.Tujuan penatalaksanaan

1. Jangka pendek : hilangnya keluhan tanda Dm, yaitu untuk memprtahankan

rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah

2. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neutropati tujuan akhir dari pengelolaan

turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

3. Mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,

tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengendalian pasien

Universitas Sumatera Utara


22

secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan

perilaku (Konsensus Perkeni, 2015).

Empat (4) pilar penatalaksanaan DM. Menurut Konsensus Perkeni

(2015 ) pada dasarnya pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (seperti senam) selama beberapa waktu yaitu 2-4 minggu. Apabila

kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis

dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan

tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi

sesuai dengan indikasi. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan

gejala hipoglekimia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien,

sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,

setelah mendapat pelatihan khusus. Empat Pilar Penatalaksanaan DM adalah :

Edukasi. Pada diabetes tipe 2 pada umumnya terjadi pada saat pola gaya

hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang

DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim

kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapi

suatau keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif

dan upaya peningkatan motivasi.

Terapi gizi medis.Kunci dari keberhasilan Terapi Gizi Medis (TGM) dalah

keterlibatan secara menyeluruh anggota dari tim (dokter, ahli gizi, petugas,

kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Prinsip dalam pengaturan makan pada

penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat

umum yaitu makanan yang seibang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi

Universitas Sumatera Utara


23

masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditegaskan bahwa

pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makan,

terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau

insulin.

Latihan jasmani. Latihan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani yang

teratur (3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah

satu pilar dalam pengelolaan DM Tipe 2. Latihan jasmani selain menjaga

kebugaran tubuh juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulun, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan

jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang berisfat aerobik, seperti :

jalan kaki, bersepeda, jogging, danberenang. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif

sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah

mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang

kurang gerak atau bermalas-malasan.

Intervensi farmakologis.Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran

glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani:

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:

a. Pemicu sekresi Insulin (insulin secretagogue), sulfonilurea dan glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion

c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

d. Penghambat absorbsi glukosa

Universitas Sumatera Utara


24

2. Insulindiperlukan pada keadaan:

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia berat badan yang cepat

c. Ketoasidosis diabetik

d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

f. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir makasimalStres berat

(infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

g. Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan

perencanaan makan

h. Gangguin fungsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

3. Terapi Kombinasi

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)

Pengertian prolanis. Berdasarkan panduan praktis mengenai PROLANIS

(Program Pengelolaan Penyakit Kronis), “Prolanis adalah suatu sistem pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang

melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit

kronis untuk mencapai kualitas yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan

yang efektif dan efisien” (BPJS Kesehatan, 2014).

Universitas Sumatera Utara


25

Tujuan prolanis. Prolanis ditujukan untuk peserta yang menyandang

penyakit kronis untuk meningkatkan semangat hidup dan kualitas hidup dengan

indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama memiliki hasil yang baik pada pemeriksaan spesifik penyakit DM Tipe 2.

Adanya kegiatan Prolanis bertujuan untuk mencegah penyulit baik itu

magroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati dengan tujuan akhir

menurunkan morbiditas dan mortalitas pada Diabetes Melitus (BPJS Kesehatan,

2014)

Sasaran prolanis. Sasaran dari kegiatan Prolanis ini adalah seluruh

peserta BPJS Kesetan penyandang penyakit kronis ( Diabetes Melitus Tipe 2dan

Hipertensi)(BPJS Kesehatan, 2014).

Bentuk pelaksanaan/aktifitas prolanis. Bentuk pelaksanaan pada

kegiatan Prolanis ini meliputi konsultasi medis/edukasi, Home Visit, aktifitas

klub, dan pemantauan status kesehatan. (BPJS Kesehatan, 2014)

Langkah-langkah pelaksanaan prolanis. Dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan Prolanis menurut BPJS Kesehatan (2014) adalah dengan

cara sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi data peserta berdasarkan:

a. Hasil skrining Riwayat Kesehatan atau

b. Hasil Diagnosa DM dan Ht (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)

2. Menentukan target sasaran

3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/Puskesmas berdasrkan

distribusi target sasaran peserta

Universitas Sumatera Utara


26

4. Menyelenggarakan sosialisai Prolanis kepada Faskes Pengelola

5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek,

Laboratorium)Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk

melayani peserta Prolanis

6. Melakukan sosialisasi Prolanis kepeada peserta (instansi, pertemuaan

kelompok pasien kronis di RS, dll.)

7. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2

dan Hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis.

8. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian diagnosa dengan form kesediaan

yang diberikan oleh calon peserta Prolanis

9. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar

Prolanis

10. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar

11. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta prolanis

12. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola

13. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status

kesehatan peserta, meliputi pemeriksaan GDP,GDPP, Tekanan Darah, IMT,

HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus

segera dilakukan pemeriksaan

14. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta

per Faskes Pengelola (data merupakan Iuran Aplikasi P-Care)

15. Melakukan onitoring aktifitas Prolanis pada masing-masing Faskes

Pengelola:

Universitas Sumatera Utara


27

a. Menerima laporan aktifitas Prolanis dari Faskes Pengelola

b. Menganalisis data

16. Menyusun umpan balikkinerja Faskes Prolanis

17. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat.

Analisis Efektivitas Biaya

Pengertian analisis efektivitas biaya. Biaya menurut AAA(American

Accounting Association) adalah “merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang

dapat diukur berdasarka nilai uang. Hal yang timbul dan mungkin timbul untuk

mencapai satu tujuan tertentu” (Fatma, 2009). Menurut Lipsey CS adalah “ biaya

perusahaan-perusahaan yang memproduksi sesuatu berupa harga faktor-faktor

produksi yang digunakan untuk menghasilkan output” (Fatma, 2009).

Menurut Shepard (1997) dalam First Principles of Cost Effectiveness

Analysis in Health CEA adalah suatau metode untuk menentukan program mana

yang tepat menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya minimum. Menurut

Thomson dalam Tjiptoherijanoto & Soesetyo (2008), Efektivitas adalah ukuran

untuk melihat gambaran seberapa jauh terget yang sudah tercapai yang telah

ditetapkan sebelumnya sesuai dengan sumber daya yang ada.Analisis efektivitas

biaya merupakan cara memilih untuk menilai program yang terbaik bilamana

beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih.

Analisis efektivitas biaya adalah membandingkan 2 atau lebih tindakan

untuk membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan hasil (efek) yang

didapatkan. Menurut M Henry Levin (Indrayathy, 2016) analisis efektivitas biaya

adalah “evaluasi yang mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari

Universitas Sumatera Utara


28

sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu pembuatan keputusan

yang dirancang agar pembuat keputusan mengetahui dengan pasti alternatif

pemecahan mana yang paling efisien”.

Analisis efektivitas biaya merupakan suatu metode yang sistematik untuk

membandingkan dua atau lebih program alternatif dengan mengukur masing-

masing biaya dan konsekuensinya. Satu fitur yang membedakan analisis

efektivitas biaya adalah dimana konsekuensi-konsekuensi dari semua program

yang akan dibandingkan harus diukur di dalam unit-unit biasa yang sama, unit-

unit alami yang berkaitan dengan program tujuan klinik (contohnya, hari-hari

bebas gejala yang dicapai, kasus-kasus yang tercegah, perkembangan pasien

pertambahan usia hidup). Jika hanya terdapat dua program alternative, perbedaan

biayanya(biaya tambahan dibandingkan dengan perbedaannya dalam hasil-hasil

akhir (efek pertambahan) dengan membagi program pendahulu dengan yang

belakangan. Perbandingan ini dikenal sebagai rasio efeltivitas biaya incremental

(ICER). Jika terdapat lebih dari dua alternative, program-program dibandingkan

pada suatu basis yang berpasangan secara sistematis dengan menggunakan

ICERs-nya (Berger, 2013).

Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan

menilai program yang terbaik bilaterdapat beberapa program yang berbeda

dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana

yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing

alternatif program sehingga yang mempunyai discounted unit cost terendahlah

Universitas Sumatera Utara


29

yang akan dipilih oleh para analisis pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan

Soesetyo, 2008).

Analisis efektivitas biaya dilaksanakan pada program yang memiliki

tujuan yang sama pada akhirnya. Terknik ini mengintervensi yang paling murah

dan paling menguntungkan dalam pencapai target suatu tujuan yang sama dengan

cara membandingkan hasil dari suatu kegiatan dengan biayanya. Cara ini

mengevaluasi suatu hal yaitu sebagai berikut:

1. Intervensi yang dapat mencapai suatu hasil yang telah ditergetkan dalam

pembangunan kesehatan dengan biaya yang paling rendah

2. Intervensi mana yang dapat mencapai hasil yang paling menguntungkan

dengan biaya yang telah ditentukan. Hasilnya dinyatakan dalam biaya perunit

iuran, atau total biaya untuk suatu intervensi dibagi dengan total iuran

kesehatan sebagai suatu hasil lain satuan moneter atau hasil kesehatan total

dibagi dengan biaya yang telah dikeluarkan nantinya.

Analisis efektifitas biaya terdiri dari beberapa proses yaitu:

1. Analisis biaya dari setiap alternatif

2. Analisis efektivitas daari tiap alternatif

3. Analisis hubungan antara biaya dan efektivitas alternatif (ratio)

Tujuan analisis efektivitas biaya. Tujuannya yaitu :

a. Menentukan apakah suatu program merupakan nilai yang terbaik

b. Untuk menggunakan dana lebih efektif dan efisien, akan tetapi tetap

tercapainya output yang spesifik

Universitas Sumatera Utara


30

c. Untuk menentukan nilai intervensi bukan hanya dilihat penentuan

biayanya tetapi juga dari penentuan nilai dari outcome.

d. Memastikan kombinasi dari suatu program dapat mencapai biaya yang

terendah

Manfaat aalisis efektivitas biaya. Manfaat dari analisis efektitivitas biaya

adalah untuk alat bantu untuk mengambil keputusan yang efektif dan efisien agar

tercapai tujuan sesuai dengan yang direncanakan.metode ini cara mencari

intervensi yang paling menguntungkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu

dengan cara membandingkan biaya pada suatu kegiatan.

Prinsip dasar analisis efektivitas biaya (CEA). Analisis efektivitas biaya

digunakan apabila benefit sulit untuk ditasnformasikan dalambentuk uang

sehingga CEA sangat baik untuk mengatur efisiensi di bidang sosial, khususnya

bidang kesehatan yang bersifat program atau intervensi pada tingkat daerah.

Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (1989) adalah sebagai

berikut:

a. Bermanfaat untuk mengambil keputusan

Berguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan

program terbaik yang akan dilaksanakan

b. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program

c. CEA tidak diberlakukan hanya untuk satu program saja karna kalau satu

program tidak bisa membandingkan efektivitas biaya yang dikeluarkan

d. Mengutamakan unsur input (masukan) dan unsur output (keluaran)

Universitas Sumatera Utara


31

Yang diutamakan dalam CEA adalah input untuk melihat biaya yang

dimasukan dan juga output untuk melihat biaya yang dikelurkan, kalau untu

unsurlain seperti proses, umpan balik dan lingkungan agak diabaikan

e. CEA terdiri dari beberapa proses:

1. Analisis biaya dari setiap alternatif atau program

2. Analisis efektivitas dari tiap alternatif atau program

3. Analisis hubungan rasio antara biaya dan efektivitas alternatif dan

program

Prinsip dasar analisis efektivitas biaya menurut Shepard adalah cara untuk

merangkum health benefits dan sumber yang digunakan dalam program-program

kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat memilih diantara pilihan

tersebut. Ada 2 macam analisis efektivitas biaya:

a. Analisis Jangka Pendek. Pada analisis ini yang dilakukan untuk jangka waktu

kurang dari 1 tahun lamanya.

b. Analisis Jangka Panjang. Pada analisis ini dilakukan untuk jangka waktu

lebih dari saru tahun lamanya.

Kelebihan dan kekurangan analisis efektivitas biaya. Kelebihan dari

analisis efektivitas biaya:

1. Mengatasi dalam kekurangan Cost Benefits Biaya saat benefit sulit

ditaransformasikan dalam bentuk uang

2. Hemat waktu dan sumber daya

3. Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya

4. Cocok dalam pengambilan keputusan dan pemilihan program

Universitas Sumatera Utara


32

5. Membantu penentuan prioritas dari sumber daya

Kelemahan dari analisis efektivitas biaya:

1. Alternatif tiak dapat dibandingkan dengan tepat

2. CEA terkadang terlalu disederhanakan

3. Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program

4. Analisi efektivitas biaya terlalu di sederhanakan.

5. Adanya beberapa biaya dan pengaruh yang tidak dapat di ukur dengan tepat

Kelemahan dalam pengukuran analisis efektivitas biaya yaitu adanya

beberapa pengaruh biaya yang tidak dapat diukur dengan tepat, sehingga banyak

analisis efektivitas biaya menggunakan asumsi-asumsi untuk mendapatkan

ukuran-ukuran pengganti. Karena analisiss efektivitas biaya berdasarkan pada

pemeriksaan atas alternatif-alternatif diskret, maka sulit menentukan atau

menghitung suatu alternatif yang optimal yang berada pada alternatif-alternatif

diskret tersebut. Ini merupakan suatu keterbatasan dalam hal perhitungan.

Keterbatasan lain dalam melakukan analisis efektivitas biaya adalah keterbatasan

akan data yang lengkap, mudah diperoleh dan benar, serta keterbatasan akan

interpretasi. Kelemahan lain dalam melakukan CEA adalah keterbatasan data

yang lengkap, mudah diperoleh dengan benar, serta keterbatssan akan interpretasi

(Tjiptoherijanto, 2008)

Kualitas Hidup

Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi perluasan fokus dalam

penguuran kesehatan di luar indikator kesehatan tradisional seperti kematian,

morbiditas dan kualitas hidup (QOL) yang telah berubah menjadi hasil penting

Universitas Sumatera Utara


33

dalam studiklinis dan intervensi. Defenisi berbeda dari QOL telah diusulkan oleh

para peneliti atau organisasi yang berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

telah mendefenisikan “QOL” sebagai suatu persepsi individu tentang posisi

mereka dalam kehidupan konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup

dan dalam kaitannya dengan tujuan, standar, harapan, dan masalah mereka.

Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life

(WHOQOL) Group di defenisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi

individu dalam hidup konteks budayadan sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian

seseorang (Rapley, 2003). Donald menyatakan kualitas hidup merupakan suatu

terminology yang menunjukkan tentang kesehatan fisik, sosial, dan emosi

seseorang serta kemampuannya untuk melakukan tugas sehari-hari ( Irwansyah

dkk, 2005).

Menurut Cohan dan Lazarus (dalam Sarafino, 2006) kualitas hidup adalah

tingkatan yang menggambarkan keunggulan seseorang individu yang dapat dinilai

dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tjuan

hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi,

intelektual dan kondisi materi.

Menurut WHO (1996) terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup,

diantaranya sebagai berikut:

1. Kesehatan fisik, diantaranya aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada zat

obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

Universitas Sumatera Utara


34

2. Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan penampilan,

perasaan negative, perasaan positif, harga diri, spiritual / agama /

keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

3. Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas

seksual.

4. Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan, kebebasan,

keamanan fisik dan keamanan kesehatan dan perawatan sosial: aksebilitas

dan kualitas, lingkungan rumah, peluang untuk memperoleh informasi dan

keterampilan baru, partisipasi dalam dan peluang untuk kegiatan rekreasi /

olahraga, lingkungan fisik (polusi/suara/lalu lintas/ iklim), mengangkut.

Menurut WHOQOL-BREF terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup,

diantaranya sebagai berikut (Rapley, 2003)

1. Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada

obat-obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit, dan ketidaknyamanan,

tidur/istirahat, kapasitas kerja.

2. Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image apperance, perasaan

negative, perasaan positif, self-esteem, spritual/agama/keyakinan pribadi,

berpikir, belajar, memori, dan konsentrasi.

3. Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial, aktivitas

seksual

4. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber finansial, kebebasan,

keamanan, dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial

termasuk aksebilitas dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan untuk

Universitas Sumatera Utara


35

mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan, partisipasi

dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang

menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk

polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim/serta transportasi.

Kualitas hidup dapat dikelompokkan dalam 3 aspek menurut Ventegodt

(2003) adalah sebagai berikut:

a. Kualitas hidup yang subjektif yaitu hidup yang sangat baik dirasakan

oleh seseorang atau masing-masing individu yang memilikinya.

Masing-masing individu tersevut secara personal mengevaluasi mereka

yang menggambarkan sesuatu dengan perasaan mereka

b. Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik kehidupans eseorang

merupakan level yang hendak untuk dihormati dan individu dapat

dalam keharmonisan

c. Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh

orang-orang dunia luar. Kualitas ini dinyatakan dalam kemampuan

seseorang dalam beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan

kehidupan mereka.

Pada ketiga aspek yang dijelaskan diatas aspek kualitas hidup ini

keseluruhan di kelompokkan dengan pernytaan yang sangat relevan pada kualitas

hidup yang dapat ditempatkan pada suatu rentang spektrum dan subjektif, elemen

eksistensial berbeda diantaranya yang merupakan teori kualitas hidup yang

meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup dan kebahagiaan, makna dalam hidup

mengenai pemenuhan kebutuhan,biologis dan mencapai potensial hidup.

Universitas Sumatera Utara


36

Menurut Kurtus kualitas hidup terdiri dari tiga komponen yaitu kesehatan,

kepemilikan, harapan, sehingga hal ini juga terkait dengan factor umur, tingkat

pendidikan, dan status pekerjaan (Desnauli dkk, 2011)

Terdapat 4 domain dalam kualitas hidup menurut Kurtus (2005),

diantaranya adalah:

1. Kesehatan Fisik yang berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan.

Ketergantungan pada perawatan medis yang diberikan, energi, dan juga

kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, serta aktifitas kehidupan sehari-

hari, dan kapasitas kerja.

2. Kesehatan Psikologis, yang berhubungan dengan pengaruh positif dan

juga negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi,

gambaran dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri.

3. Hubungan sosial, yaitu terdiri dari hubungan personal/pribadi, aktivitas

seksual dan hubungan lainnya

4. Dimensi Lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, sumber

penghasilan, kesempatam memperoleh suatu informasi dan ketrampilan /

inivasi baru, partisipasi dan juga kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas

pada waktu luang, lingkungan rumah, perawatan kesehatan, sosial dan

juga transportasi.

Hasil Penelitian Terdahulu

Aryani dkk (2016) dengan judul “Cost Effectiveness Analysis (CEA)

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Diabetes Melitus Tipe 2

Peserta JKN di Kota Serang Banten” menunjukan bahwa total biaya yang

Universitas Sumatera Utara


37

dikeluarkan untuk peraawatan DM tipe 2 yang meliputi biaya langsung medis,

biaya langsung non medis dan biaya tak langsung. Biaya langsung medis terdiri

dari biaya beban pasien BPJS Kesehatan dan biaya beban pasien. Beban biaya

BPJS Kesehatan untuk perawatan DM Tipe 2 sebesar 375.963.649, rata-rata biaya

pasien prolanis lebih besar dibandingkan pasien non prolanis biaya yang

dihabiskan untuk membiayai pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)

sebesar 68%. Biaya langsung medis beban pasien adalah biaya yang dikeluarkan

oleh pasien selain yang dijamin oleh BPJS Kesehatan. Tidak ada pasien DM

Prolanis yang membayar biaya tambahan, sementara terdapat 2 orang pasien non

prolanis yang mengeluarkan biaya untuk membayar perawatan DM. Rata-rata

biaya tambagan yang dikeluarkan oleh pasien sebesar Rp. 98.824.

Mursalin (2013) dengan judul “Analisis Estimasi Biaya Langsung Meis

Penderita Rwat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Abdul Aziz

Singkawang Tahun 2013” menunjukan bahwa rata-rata biaya langsung medis

untuk setiap penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. Abdul Aziz

Singkawang dalam setahun sebesar Rp. 2.506.325 dengan standar deviasi

1.634.505 dan biaya terendah sebesar Rp. 171.644 dan tertinggi sebesar Rp.

9.626.682. pada CI 95% biaya langsung medis sebesar Rp. 2.178.413 sampai

dengan Rp. 2.634.238, berdasarkan uji bivariat perbedaan rata-rata biaya langsung

medis untuk penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dalam setahun pada

penderita laki-laki sebesar Rp. 2.418.957 lebih tinggi dibandingkan dengan

penderita perempuan yaitu Rp. 2.394.665. Rata-rata biaya langsung medis pada

penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dalamsetahun pada penderita umur

Universitas Sumatera Utara


38

<40 tahunn sebesar Rp. 1.349.126, biaya meningkat pada penderita berumur

diatas 40 s/d 59 yahun yaitu sebesar Rp. 2.307.156 dan kembali meningkat pada

penderita berumur ≥ 60 tahun yaitu Rp. 2.650.142.

Watuseke dkk (2017) dengan judul “Efektivitas Senam Prolanis Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Praktek Klinik

DR. Fransiskus Karamoy Desa Winebeten Kecamatan Langowan Selatan”

menunjukan bahwa karakteristik responden menunjukan paling banyak beerumur

48-56 tahun sebanyak 18 orang (50%), responden dengan umur 57-65 tahun

sebanyak 10 orang (28%) dan responden dengan usia 40-47 tahun 8 orang (22%).

Hasil responden berdasarkan jenis kelamin pada perempuan terdapat 30

(83%)orang dan pada laki-laki terdapat 6 orang (17%). Berdasarkan data pre test

yang dilakukan pada kadar gula darah responden sebelum melakukan senam yang

paling banyak adalah sebanyak 30 orang dan rendah sebanyak 6 orang.

Berdasarkan data post test atau kadar gula darah responden sesudah melakukan

senam semua baik atau ada dalam batas normal sebanyak 36 orang (100%).

Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test yang telah dilakukaan, didapatkan

hasil p value yaitu 0,000 dengan derajat kemaknaan α ≤ 0,05 berarti p < α

sehingga di ambil keputusan bahwa Ha diterima dan H0 di tolak atau ada pengaruh

senam prolanis terhadap penurunan kadar gula dalam darah pasien diabetes

melitus tipe 2 Desa Winebeten Kecamatan Langowan Selatan.

Landasan Teori

Landasan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendapat Shepard& Thomson (2008) dalam First Principles of Cost Effectiveness

Universitas Sumatera Utara


39

Analysis in Health CEA adalah suatau metode untuk menentukan program mana

yang tepat menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya minimum.

Menurut Henry M. Levin, yang berpendapat analisis efektivitas biaya

adalah “evaluasi yang mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari

sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu pembuatan keputusan

yang dirancang agar pembuat keputusan mengetahui dengan pasti alternatif

pemecahan mana yang paling efisien”.

Menurut Kurtus (2005), faktor-fakto yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah sosiodemografi

yaitu jenis kelamin, umur, suku, etnik, pendidikan, pekerjaan, dan status

perkawinan. Bagian kedua adalah medik, yaitu lama menjalani terapi, stadium

penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani.

Kerangka Konsep

Teknik yang dilakukan dalam evaluasi ekonomi cost effectiveness analysis

digunakan untuk menilai suatu alternatif mana yang lebih cost efective. Secara

garis besar penilaian ini akan mencoba untuk mempertimbangkan aspek biaya dan

konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu

pembuatan keputusan yang dirancang agar pembuat keputusan mengetahui

dengan pasti alternatif mana yang lebih efisien dan suatau metode untuk

menentukan program mana yang tepat menyelesaikan tujuan tertentu dengan

biaya minimum. (Levin, Shepard 2008).

Menurut Kurtus (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kualitas

hidup seseorang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah

Universitas Sumatera Utara


40

sosiodemografi yaitu jenis kelamin, umur, suku, etnis, pendidikan, pekerjaan, dan

status perkawinan. Bagian kedua adalah medik, yaitu lama menjalani terapi,

stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani.

Variabel Independen
- Usia
- Pendidikan
- Jenis Kelamin
- Pekerjan Variabel Dependen
- Lama didiagnosa terkena
!"#$%&'()'*%&+"&
Kualitas Hidup
Diabetes Melitus ,-./0$1"#$'2$&3"0
- Lama mengikuti PROLANIS
- Penyakit yang diderita akibat
komplikasi Diabetes Melitus

Prolanis Non Prolanis

Biaya Efektivitas Biaya Efektivitas

𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂


𝑨𝑪𝑬𝑹 = 𝑨𝑪𝑬𝑹 =
𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔

𝑰𝑪𝑬𝑹
𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔!"#$% − 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒏𝒐𝒏 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔
= "&'(%)*(+%,&-./*,0(*&12,&'(%)*(+&3(%,&-./*,0(*&1%4567*5
𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔 − 𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒏𝒐𝒏 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔
#886,(*7616''%)*(+%,&-./*,0(*&12#886,(*7616''%)*(+&3(%,&-./*,0(*&1

Gambar 1. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


41

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan usia pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup

diwilayah kerja puskesmas Sri Padang.

2. Ada hubunganjenis kelamin pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas

hidup di wilayah kerja puskesmas Sri Padang.

3. Ada hubungan pendidikan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas

hidup di wilayah kerja Puseksmas Sri Padang.

4. Ada hubunganpekerjaan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup

di wilayah kerja Puskesmas Sri Padang.

5. Ada hubungan lama didiagnosa pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas

hidup di wilayah kerja Puskesmas Sri Padang.

6. Ada hubungan lama mengikuti prolanis pasien diabetes tipe2 dengan kualitas

hidup melitusdi wilayah kerja Puskesmas Sri Padang.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

rancangan survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Data

yang dikumpulkan adalah data pasien DM Tipe 2 yang mengikuti program

Prolanis Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi Periode Januari 2019 sampai

dengan selesai.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara cross sectional

artinya adalah studi tentang epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi,

maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan,

penyakit, dan outcome lain secara serentak pada individu-individu dari suatu

populasi pada suatu saat.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Sri

Padang Tebing Tinggi Sumatera Utara.

Waktupenelitian. Waktu penelitian dilakukan dimulai dari Bulan Januari

2019 sampai dengan selesai.

Pupolasi dan Sampel

Populasi penelitian. Populasi target berupa jumlah data pasien dm

Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi yang mendapatkan pelayanan selama tahun

2019. Jumlah populasi yang mengikuti pelayanan yang di Fasilitas Tingkat

Pertama yaitu di Puskesmas Sri Padang sebanyak 60 orang yang terkena DM dan

30 orang yang mengikuti prolanis.

42
Universitas Sumatera Utara
43

Sampel penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan

secara sampling jenuh artinya dari teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2017). Jadi dalam penelitian ini

sampel yang di dapat dari puskesmas Sri Padang sebanyak 30 orang.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel dependen

yaitu kualitas hidup dan sebagai variabel independen adalah usia, jeni kelamin,

pendidikan, pekerjaan, lama di diagnosa DM, lama mengikuti PROLANIS,

penyakit yang di derita akibat komplikasi PROLANIS.

Data yang digunakan adalah data primer dan skunder. Data biaya terdiri

dari data biaya langsung medis hasil iuran aplikasis BPJS Kesehatan, biaya yang

dihitung adalah biaya pelayanan kesehatan selama 2019. Data biaya langsung non

medis dan biaya tak langsung diperleh dari kuisioner beban ekonomi. Data

kualitas hidup menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF yang terdiri dari 26

pertanyaan dan dibagi menjadi 4 domain yaitu domain fisik, psikologik, hubungan

sosial dan lingkungan melalui teknik wawancara. Kuesioner telah dilakukan

validasi, reliabilisasi dan normalisasi.

Definisi operasional. Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif

yang dilaksanakan secara terintegritas yang melibatkan peserta , fasilitas

kesehatan, dan BPJS Kesehatan.

2. Data biaya langsung medis adalah biaya pengobatan pasien DM Tipe 2 yang

mengikuti program BPJS yaitu Prolanis.

Universitas Sumatera Utara


44

3. Data biaya tak langsung adalah semua biaya yang di keluarkan baik dari segi

transportasi, biaya makan dan biaya yang diluar dari biaya langsung medis.

4. WHOQOL-BREF (World Health Organization of Life) dalam Arifa, 2015

dijelaskan whoqol-bref adalah sebuah alat ukur berupa kuesioner yang terdiri

dari 26 pertanyaan tentang kualitas hidup dan kesehatan secara keseluruhan,

yang dimana nilai valid (r=0,89-0,95) dan (R=0,66-0,87).

5. Analisis Efektivitas Biaya ukuran untuk melihat gambaran seberapa jauh

terget yang sudah tercapai yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan

sumber daya yang ada.

6. Analisis Univariat adalah analisis untuk satu variabel atau per variabel.

7. Analsisi Regresi Linear berganda adalah suatu analisis untuk meramalkan

nilai dari variabel Y dengan ikut memperhitungkan variabel-variabel yang

ikut mempengaruhi Y. Jadi regresi linear berganda ini mempunyai hubungan

antara satu variabel yang tidak bebas (dependent variable) Y dengan

beberapa variabel lain yang bebas (independet variable) X1, X2,. . . ,X3.

8. Uji korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linear

antara dua variabel atau lebih.

9. Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) adalah total biaya dari suatu

program atau alternatif program dibagi dengan outcome dari efektivitas.

ACER bisa diartikan sebagai rata-rata (tunggal) rasio.

10. Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) adalah nilai ratio yang diperoleh

dengan membandingkan psien yang mengikuti Prolanis dan yang tidak

Universitas Sumatera Utara


45

mengikuti Non Prolanis untuk mengikuti biaya tambahan yang diperlukan

untuk mencapai peningkatan satu unit outcome terhadap pembandingnya.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mendukung keperluan penganalisisan dan

penelitian ini, maka penulis memerlukan sejumlah data, baik data primer maupun

sekunder. Memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Penulis berusaha dalam memperoleh berbagai data dan informasi untuk

dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam mengolah data, dengan cara

membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji beberapa literatur seperti

jurnal, buku, skripsi dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah

yang di teliti.

b. Riset Internet

Penulis berusaha untuk memperoleh berbagai data dan informasitambagan dari

situs-situs yang berhubungan dengan berbagai informasi yang dibutuhkan

penelitian.

c. Penelitian Lapangan

Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data primer, untuk mendapatkan

data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis menggunakan

teknik mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner, yaitu teknik

pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar pertanyaan yang

berhubungan dengan masalah yang di teliti.

Universitas Sumatera Utara


46

Metode Pengukuran

Metode yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah

menggunakan instrumen WHOQOL-BREF. Instrumen WHOQOL-BREF ini

merupakan rangkuman dari World Health Organization Quality OF Life

(WHOQOL)-100 yang terdiri dari 26 pertanyaan. WHOQOL BREF terdiri dari

dari dua bagian yang berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan

secara umum, dan satu bagian yang terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari

WHOQOL-100 (Koesmanto, 2013). Dalam WHOQOL-BREF tredapat 4 domain

yang dimana terdapat domain kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan

sosial, dan hubungan dengan lingkungan.

Tabel 3

Dimensi atau Domain dalam Item Kuesioner WHOQOL-BREF

Dimensi Contoh item kuesioner WHOQOL-BREF


Kesehatan Fisik Seberapa jauh rasa sakit fisik anda mencegah
anda dalam beraktivitas sesuai kebutuhan anda?
Kesejahteraan psikologis Seberapa sering anda memiliki perasaan negatif
seperti „feeling blue’ (kesepiaan), putus asa,
cemas dan depresi?
Hubungan sosial Seberapa puaskah anda dengan dukungan yang
anda peroleh dari teman anda?
Hubungan dengan Seberapa sehat lingkingan dimana anda tinggal
lingkungan (berkaitan dengan sarana dan prasarana)

Tabel 4

Dimensi atau Domain dalam Item Penomoran di Kuesioner WHOQOL-BREF

WHOQOL-BREF Pertanyaan Nomor n


Dimensi Fisik 3, 4, 10, 15, 16, 17, 18 7
Dimensi Kesejahteraan Psikologis 5, 6, 7, 11, 19, 26 6
Dimensi Sosial 20, 21, 22 3
Dimensi Lingkungan 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, 25 8

Universitas Sumatera Utara


47

Metode Analisis Data

Dalam penelitiaan ini analisis data yang di gunakan adalah:

Analisis univariat. Analisis univariat adalah langkah pertama yang perlu

dilakukan peneliti yang ingin mengetahui bagaimana gambaran data yang telah

selesai dikumpukan. Tujuan dari analisis univariat ini adalah untuk

menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variaebl yang diteliti.

Analisis univariat untuk melihat deskripsi dan distribusi frekuensi dari tiap-tiap

tabel.

Fungsi analisis univariat adalah:

a. Yang pertama adalah menjawab pertanyaan : apakah data sudah layak

dianalisis?

b. Yang kedua menjawab salah satu dari pertanyaan dari tujuan penelitian

:bagaimana gambaran dari data yang dikumpulkan?

c. Yang ketiga menjawab data berikutnya : apakah data dalamkeadaan

optimal untuk analisis berikutnya?

Uji korelasi. Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat

hubungan linear antara dua variabel atau lebih.

xi(Variabel independen) ŷi(Variabel dependen)

Gambar 2. Uji korelasi

Asumsi agar analisis korelasi dapat digunakan :

1. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang beristribusi normal

2. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linear

Universitas Sumatera Utara


48

3. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak

(random)

4. Variabel yang dihubungkanmempunyai pasangan sama dari subjek yang

sama pula (varisi skor variabel yang dihubungkan harus sama)

5. Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio

Pada analisis regresi linear berganda dan uji korelasi dilakukan untuk menguji

variabel independen yang paling mempengaruhi kualitas hidup.

Uji statistik nonparametrik. Uji statistik non parametrik adalah uji

statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai sebaran data

dan populasi.Uji statistik non parametrik untuk melihat perbedaan biaya dan

kualitas hidup antara pasien prolanis dan non prolanis.

Keunggulan uji nonparametri adalah sebagai berikut:

1) Asumsi dalam uji-uji nonparametrik lebih relatif longgar

2) Perhitungan-perhitungan dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah,

sehingga hasil penelitian segera dapat disampaikan

3) Untuk memahami konsep-konsep dan metode-metode tidak memerlukan

dasar matematika statistika yang mendalam

4) Uji-uji pada statistik nonparameetrik dapat diterapkan jika kita

mengahadapi keterbatasan data yang tersedia, misalnya jika data telah

diukur menggunakan skala pengukuran yang lemah (nominal atau ordinal)

5) Efisiensi statistik non parametrik lebih tinggi dibandingkan dengan metode

parametrik untuk jumlah sampel yang sedikit.

Macam-macam uji nonparametrik adalah :

Universitas Sumatera Utara


49

Uji mann whitney u.Uji mann whitney u adalah membandingkan median

peringkat dari sampel pertama dengan median peringkat sampel kedua

independen. Dalam uji mann whitney u syarat uji adalah sebagai berikut:

1. Data sampel berukuran n dam m harus independen dan dicuplik secara

acal dari dua populasi yang berbeda

2. Variabel diukur paling sedikit dalam skala ordinal

3. Bentuk kedua populasi sama, yang berbeda adalah lokasi (letak) media

kedua populasi.

Uji logistik berganda. Pada uji regresi logistik berganda mendapatkan

keuntungan kemampuannya untuk memasukkan beberapa variabel dalam satu

model. Pada regresi logistik variabel independennya boleh campuran antara

variabel kategorik dan numerik. Namun sebaliknya variabel independennya

berupa kategorik karena dalam menginterpretasi hasil analisis akan lebih mudah.

Kegunaan analisis regresi logistik ganda mencakup dua hal, yaitu:

Model prediksi.Pemodelan dengan tujuan untuk memperoleh model yang

terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik untuk

memprediksi kejadian variabel independen. Pada pemodelan ini semua variabel

dianggap penting sehingga estimasi dapat dilakukan estimasi beberapa koefisien

regresi logistik sekaligus.

Bentuk kerangka konsep model regresi.

X1
X2
X3 Y

Gambar 3.Uji logistik berganda model prediksi

Universitas Sumatera Utara


50

Prosedur pemilihan variabel sebagai berikut:

1) Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel independen

dengan variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p <

0,25, maka variabel tersebut dapat masuk model multivariat. Namun bisa

saja p value > 0,25 tetap diikutkan ke multivariat bila variabel tersebut

secara substansi penting.

2) Memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model, dengan

cara mempertahankan variabel yang mempunyai p value < 0,05 dan

mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0,05, namun dilakukan secara

bertahap dimulai dari variabel yang mempunyai p value terbesar.

3) Identifikasi linearitas variabel numerik dengan tujuan untuk menentukan

apakah variabel numerik dijadikan variabel kategorik atau tetap variabel

numerik. Caranya dengan mengelompokkan variabel numerik ke dalam 4

kelompok berdasarkan nilai kuartilnya. Kemudia lakukan analisis logistik

dan hitung nilai OR-nya.bilai nilai OR masing-masing kelompok

menunjukkan bentuk garis lurus, maka variabel numerik dapat

dipertahankan. Namun bila hasilnya menunjukkan adanya patahan, maka

dapat dipertimbangkan dirubah dalam bentuk kategorik.

4) Setelah memperoleh model yang memuat variabel-variabel penting, amka

langkah terakhir adalah memeriksa kemungkinan interaksi variabel kedalam

model. Penentuan variabel interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika

substantif. Interaksi dilihat dari kemaknaan uji statistik. Bila variabel

Universitas Sumatera Utara


51

mempunyai nilai bermakna, maka variabel interaksi penting dimasukkan

dalammodel.

a) Model Faktor Resiko

Pemodelan ini bertujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan satu

variabel utama dengan variabel dependengn dengan mengontrol beberapa

variabel konfonding. Bentuk kerangka konsep model faktor resiko.

X1 Y

X1
X2
X3

Gambar 4.Uji logistik berganda model faktor resiko

Tahap pemodelan:

1) Dilakukan pemodelan lengkap, mencakup variabel utama, semua kandidat

konfonding dan kandidat interaksi (interaksi dibuat anataravariabel utama

dengan semua variabel konfonding).

2) Lakukan penilaian interaksi, dengan cara mengeluarkan variabel interaksi

yang nilai p Wald-nya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara

beruntun satu per satu dari nilai Wald yang terbesar.

3) Lakukan penilaian konfonding, dengan cara mengeluarkan variabel

kovariat/konfonding satu persatu dimulai dari yang memiliki nilai p Wald

terbesar, bila setelah dikeluarkan diperoleh selisih OR faktor/variabel

Universitas Sumatera Utara


52

utama antara sebelum dan sesudah variabel kovariat (X 1) dikeluarkan lebih

besar dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai konfonding dan

harus tetap berada dalam model.

Analisa Efektivitas Biaya

Analisis efektivitas biaya merupakan cara memilih untuk menilai program

yang terbaik bilamana beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama

tersedia untuk dipilih (Thompson, 1980).

Analisis efektivitas biaya untuk mendapatkan nilai Average Cost

Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER)

dilakukan dengan membandingkan antara rata-rata biaya dan rata-rata kualitas

hidup.

ACER (average cost effectiveness ratio). ACER dapat menggambarkan

total biaya dari suatu program atau alternatif program dibagi dengan outcome.

ACER dihitung untuk masing-masing alternatif dan perbandingan diperoleh dari

perbedaan relative antara program sau dengan pembandingnya.


=

ICER (incremental cost effectiveness ratio). ICER adalah nilai ratio yang

diperoleh dengan membandingkan pasien yang mengikuti Prolanis dan yang Non

Prolanis untuk mengikuti biaya tambahan yang diperlukan untuk mencapai

peningkatan satu unit outcome terhadap pembandingnya. ICER adalah ratio

pembeda antara biaya dari dua alternatif dengan perbedaan efektivitas antara

alternatif.

Universitas Sumatera Utara


53


=

Hasil penelitian dianalisis dengan analisis data univariaat untuk melihat

deskripsi dan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel. Analisis regresi linear

berganda dan uji korelasi dilakukan untuk menguji variabel independen yang

paling mempengaruhi kualitas hidup. Uji statistik non parametrik untuk melihat

perbedaan biaya dan kualitas hidup antara pasien PROLANIS dan NON

PROLANIS. Analisa efektivitas biaya untuk mendapatkan nilai Average Cost

Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER)

dilakukan dengan membandingkan antara rata-rata biaya dan rata-rata kualitas

hidup.

CEA =

ICER =

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran subjek berdasarkan jenis kelami seperti table di bawah ini.

Tabel 5

Deskripsi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %
Laki-laki 24 40,7%
Perempuan 35 59,3%
Total 59 100%

Berdasarkan uji Univariat didapatkan total responden dalam penelitian ini

berjumlah 59 orang. Mayoritas responden adalah perempuan dengan total 35

(59,3%). Laki-laki berjumlah 24 (40,7%).

Tabel 6

Deskripsi Pasien PROLANIS

Jenis Kelamin n %
Laki-laki 8 26,7%
Perempuan 22 73,3%
Total 30 100%

Total responden pasien yang mengikuti PROLANIS berjumlah 30 orang

dengan mayoritas perempuan berjumlah 22 (73,3%) dan laki-laki 8 orang

(26,7%).

Tabel 7

Deskripsi Pasien Non PROLANIS

Jenis Kelamin n %
Laki-laki 16 55,2%
Perempuan 13 44,8%
Total 29 100%

54
Universitas Sumatera Utara
55

Total responden asien non PROLANIS ialah 29 orang, dengan mayoritas

laki-laki berjumlah 16 (55,2%).

Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Gambaran subjek berdasarkan usia sesuai tabel di bawa ini.

Tabel 8

Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia

Usia n %
36-45 2 3,4%
46-55 36 61,0%
56-65 20 33,9%
>65 1 1,7%
Total 59 100%

Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 46-55 tahun, yakni

berjumlah 36 (61,0%), selanjutnya berusia 56-65 tahun 20 (33,9%), dan 36-45

berjumlah 2 orang (3,4%), dan terakhir >65 tahun berjumlah 1 (1,7%).

Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan

Gambaran subjek berdasarkan pendidikan pada tabel di bawah ini.

Tabel9

Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan n %
SD 6 10,2%
SMP 19 32,25%
SMA 32 54,2%
S1 3 3,4%
Total 59 100%

Mayoritas responden pada penelitian ini memiliki latar belakang

pendidikan SMA, yakni berjumlah 32 (54,2%). Adapun sisanya ialah SMP

dengan jumlah 19 (32,25%), SD berjumlah 6 (10,2%), dan S1 berjumlah 2 (3,4%).

Universitas Sumatera Utara


56

Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan

Gambaran subjek berdasarkan pekerjaan pada tabel di bawah ini.

Tabel10

Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %
Bekerja 34 57,6%
Tidak Bekerja 25 42,4%
Total 59 100%

Dari tabel diatas responden yang bekerja terdapat sebanyak 34

orang(57,6%), dan yang tidak bekerja 25 orang (42,4%).

Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Didiagnosa DM

Gambaran subjek berdasarkan lama didiagnosa DM sesuai tabel di bawa

ini.

Tabel 11

Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Mengikuti Prolanis

Lama Didiagnosa n %
2 tahun 8 13,6%
3 tahun 22 37,3%
Total 59 50,8%

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, mayoritas

subjek yang telah mengikuti prolanis selama 3 tahun 22 orang (73,3%), dan hanya

8orang yang 2 tahun (!3,6).

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 12

Deskripsi Lama Didiagnosa DM Pasien PROLANIS

Lama Didiagnosa n %
4 tahun 6 20%
4,5 tahun 1 3,3%
5 tahun 8 26,7%
5,5 tahun 1 3,3%
6 tahun 9 30%
6,5 tahun 1 3,3%
7 tahun 3 10%
8 tahun 1 3,3%
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa total pasien PROLANIS

semuanya telah didiagnosa DM lebih dari 3 tahun, yakni 6 orang telah didiagnosa

4 tahun, 1 orang telah didiagnosa 4,5 tahun, 8 orang telah didiagnosa 5 tahun, 1

orang telah didiagnosa 5,5 tahun, 9 orang telah didiagnosa 6 tahun, 1 orang telah

didiagnosa 6,5 tahun, 3 orang telah didiagnosa 7 tahun, dan 1 orang telah

didiagnosa 8 tahun.

Tabel 13

Lama Didiagnosa DM Pasien Non PROLANIS

Lama Didiagnosa n %
2,5 tahun 1 3,4%
4 tahun 4 13,8%
5 tahun 10 34,5%
6 tahun 3 10,3%
7 tahun 10 34,5%
8 tahun 1 3,4%
Total 29 100%

Total pasien non PROLANIS sebanyak 1 orang telah didiagnosa selama

2,5 tahun, 4 orang telah didiagnosa selama 4 tahun, 10 orang telah didiagnosa

Universitas Sumatera Utara


58

selama 5 tahun, 3 orang telah didiagnosa selama 6 tahun, 10 orang telah

didiagnosa selama 7 tahun, dan 1 orang telah didiagnosa selama 8 tahun.

Gambaran Biaya

Gambaran biaya sesuai tabel di bawah ini.

Tabel 14

Distribusi Biaya Pasien PROLANIS

PROLANIS Minimum Maximum Mean Median Total


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Langsung 10.000 1.800.000 1.688.999 1.630.000 50.670.000
Medis
Biaya Langsung 0 384.000 377.466 420.000 11.324.000
Non Medis
Biaya Tidak 0 1.200.000 383.600 0 11.508.000
Langsung
Non Medis
Total 10.000 3.384.000 2.450.065 2.050.000 73.502.000
Non Minimum Maximum Mean Median Total
PROLANIS (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Biaya Langsung 30.000 4.200.000 3.484.310 4.320.000 101.045.000
Medis
Biaya Langsung 0 384.000 418.206 420.000 12.128.000
Non Medis
Biaya Tidak 0 924.000 579.241 790.000 16.798.000
Langsung
Non Media
Total 30.000 5.508.000 4.692.516 5.530.000 129.962.000

Berdasarkan tabel 14, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata

biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien PROLANIS dan pasien non

PROLANIS. Total rata-rata biaya yang harus dikeluarkan pasien non PROLANIS

lebih besar dibandingkan pasien PROLANIS, dengan total rata-rata biaya pasien

Non Prolanis adalah Rp.4.692.516, sedangkan pasien PROLANIS total rata-

ratanya ialah Rp.2.450.065. Lebih detailnya, Rata-rata biaya langsung medis

Universitas Sumatera Utara


59

PROLANIS lebih sedikit dibandingkan pasien non PROLANIS, yakni Rp.

1.688.999untuk pasien PROLANIS dan Rp.3.484.310 untuk pasien non

PROLANIS. Rata-rata biaya langsung non medis untuk pasien PROLANIS ialah

Rp. 377.466, sementara pasien non PROLANIS biayanya ialah Rp.418.206.

Terakhir, rata-rata biaya tidak langsung pasien PROLANIS ialah Rp.383.600,

sedangan pasien non PROLANIS sebesar Rp.579.241.

Hasil Uji Mann-Whitney U

Hasil uji mann whitney u sesuai tabel di bawah ini.

Tabel 15

Mann-Whitney U

Keterangan Fisik Psikologis Hubungan Lingkungan


Sosial
Mann-Whitney U 296,500 266,500 359,000 351,500
Wilcoxon W 731,500 701,500 794,000 786,500
Z -2,486 -2,985 -1,850 -1,544
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013 ,003 ,064 ,123

Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kualitas

hidup antara pasien PROLANIS dan non PROLANIS. Perbedaan tersebut terlihat

pada domain fisik dan psikologis. Adapun perbedaan itu dilihat berdasarkan nilai

sig pada domain fisik yang 0.013 dan pada domain psikologis 0.003.

Universitas Sumatera Utara


60

Hasil Analisa Regresi Logistik Berganda

Hasil analisa regresi logistik berganda sesuai tabel di bawah ini.

Tabel 16

Analisa Regresi Logistik Berganda

Variabel Kualitas Hidup Exp (B) P-Value


Baik Tidak Baik (95% Cl)
Usia
36-55 23 (74,2%) 8 (25,8%) 2,140 0.1
56-65 15 (53,6%) 13 (46,4%) (0.828-5,526)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 19 (61,3%) 12 (38,7%) 2.694 0.298
Perempuan 16 (57,1%) 12 (42,9%) (0.417-17,391)
Pendidikan
Rendah 20 (64,5%) 11 (35,5%) 0.424 0.196
Tinggi 14(50%) 14(50%) (0.115-1,558)
Pekerjaan
Bekerja 14 (45%) 17 (55%) 0.432 0.372
Tidak Bekerja 11 (39,3%) 17 (60,7%) (0.068-2,726)
LamaDidiagnosa
DM
<6 Tahun 31 (100%) 0 0 1
>6 Tahun 28 (96,5%) 1 (3,5%)
Lama Mengikuti
Prolanis
3 Tahun 16 0 1,667 0,546
2 Tahun 14 0 (0,318-8,743)
PROLANIS
Ya 22 (73%) 8 (27%) 8,142 0.002*
Tidak 9 (31%) 20 (69%) (2,173-30.506)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kualitas hidup pasien

PROLANIS sebanyak 22 orang atau sekitar 73% memiliki kualitas hidup yang

baik. Pasien PROLANIS yang memiliki kualitas hidup tidak baik hanya 8 orang

atau sekitar 27%. Adapun kualitas hidup pasien Non PROLANIS, sebanyak 9

orang atau sekitar 31% , memiliki kualitas hidup yang baik dan hanya 20 orang

atau sekitar 69% yang memiliki kualitas hidup tidak baik. Pada tabel tersebut

Universitas Sumatera Utara


61

dapat dilihat bahwa hanya variabel PROLANIS yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap kualitas hidup, yakni dengan P-Value 0.002. pengkategorikan

umur di buat berdasarkan Depkes RI, 2009

Kualitas Hidup Per Domain

Kualitas hidup per domain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 17

Distribusi Kualitas Hidup Per Domain

Domain Kualitas Fisik Psikologis Hubungan Lingkungan


Hidup Sosial
N % n % n % n %
PROLANIS
Baik 23 76.7% 23 76.7% 28 93.3% 13 43.3%
Tidak Baik 7 23.3% 7 23.3% 2 6.7% 17 56.7%
Non PROLANIS
Baik 13 55.2% 11 37.9% 22 75.9% 7 24.1%
Tidak Baik 16 44.8% 18 62.1% 7 24.1% 22 75.9%

Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat kualitas hidup pasien PROLANIS dan

non PROLANIS per domain. Mayoritas pasien PROLANIS pada domain fisik,

psikologis, dan sosial memiliki kualitas hidup yang baik, namun pada domain

lingkungan, mayoritas pasien PROLANIS memiliki kualitas hidup yang tidak

baik. Pada pasien non PROLANIS kualitas hidup pada domain fisik, psikologis,

dan lingkungan berada pada kategori tidak baik, namun pada domain sosial

mayoritas pasien non PROLANIS memiliki kualitas hidup yang baik.

Universitas Sumatera Utara


62

Hasil Analisa Rasio Tambahan Biaya dengan Kualitas Hidup

Hasil analisa rasio tambahan biaya dengan kualitas hidup dapat dilihat di

bawah ini.

Tabel 18

Analisa Rasio Tambahan Biaya dengan Kualitas Hidup

PROLANIS Biaya Per Pasien Efektivitas AC AE ICER


Fisik
PROLANIS 2.402.399 53.8 - 2,2 -
2.242.451 1.019.295
Non 4.342.102 51.6
PROLANIS
Psikologis
PROLANIS 2.402.399 54.1 - 4,5 -498.322
2.242.451
Non 4.342.102 49.6
PROLANIS

Berdasarkan tabel 18, dapat dilihat bahwa kualitas hidup domain fisik dan

psikologis pasien Non PROLANIS lebih rendah dibandingkan dengan kualitas

hidup pasien PROLANIS. Adapun dari hasil perhitungan yang dipaparkan, dapat

dilihat bahwa pasien PROLANIS dari segi biaya maupun efektivitas lebih

dominan baik dibandingkan dengan pasien non PROLANIS. Pasien PROLANIS

mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan mendapatkan efektivitas yang lebih

dibandingkan dengan pasien non PROLANIS.

ACER (average cost effectiveness ratio). ACER dapat menggambarkan

total biaya dari suatu program atau alternatif program dibagi dengan outcome.

ACER dihitung untuk masing-masing alternatif dan perbandingan diperoleh dari

perbedaan relative antara program sau dengan pembandingnya.

Universitas Sumatera Utara


63


=

Prolanis = = 45.540

= = 45.287

Non Prolanis = = 90.940

= = 94..607

ICER (incremental cost effectiveness ratio).ICER adalah nilai ratio yang

diperoleh dengan membandingkan pasien yang mengikuti Prolanis dan yang Non

Prolanis untuk mengikuti biaya tambahan yang diperlukan untuk mencapai

peningkatan satu unit outcome terhadap pembandingnya. ICER adalah ratio

pembeda antara biaya dari dua alternatif dengan perbedaan efektivitas antara

alternatif.


=

= = = -881.683

= = = -431.045

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambaran umum Puskesmas Sri Padang. Puskesmas Sri Padang

terletak di Jalan Taman Bahagia Kelurahan Sri Padang, Kecamatan Rambutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun

2006 tentang pembentukan kecamatan dan kelurahan, maka Kecamatan Rambutan

berbatasan langsung dengan.

1. Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan Kab. Serdang Bedagai

2. Sebelah Timur dengan PT. Soefindo Tanah Besi Kab. Serdang Bedagai

3. Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu Kab. Serdang Bedagai

4. Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela Kab. Serdang Bedagai

Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Sri Padang dari 2 kelurahan yaitu

1. Kelurahan Sri Padang

2. Kelurahan Tanjung Marulak Hilir

Wilayah administrasi Puskesmas Sri Padang.Wilayah kerja Puskesmas

Sri Padang merupakan sebagian wilayah dari kecamatan Rambutan yaitu

Kelurahan Sri Padang dengan luas wilayah 0,66 km 2 (48 persen) dan Tanjung

Marulak Hilir dengan luas wilayah 0,7 km 2 (52 persen). Berdasarkan BPS Kota

Tebing Tinggi tahun 2018 jumlah pendudukdi wilayah kerja Puskesmas Sri

Padang sebanyak 9.718 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai

7.475 jiwa setiap Km2.

64
Universitas Sumatera Utara
65

Sumber daya manusia Puskesmas Sri Padang. Sumber Daya Manusia

yang terdapat di Puskesmas Sri Padang Kecamatan Rambutan dari segi sarana

kesehatan menurut kepemilikan terdiri dari :

1. Puskesmas Sri Padang

2. Puskesmas Pembantu Kebun Buah, Jalan Kebun Buah Tanjung Marulak Hilir

3. Dua unit Pos Kesehatan Kelurahan

4. 8 unit posyandu

5. 2 unit posbindu

6. Ambulance

Tenaga kesehatan, ditinjau dari indikator sumber daya kesehatan, bahwa

sampai dengan akhir tahun 2018, hampir semua tenaga kesehatan belum memadai

menurut Standar Kesehatan Rasio per 100.000 Penduduk, seperti terlihat pada

tabel berikut :

Tabel 19

SDM di Puskesmas Sri Padang

Jenis Tenaga Jumlah Rasio/100.000 penduduk


Kesehatan yang Ada Capaian Standard Kebutuhan Kurang
Lebih
Dokter Umum 1 34 40 3 0
Dokter Spesial 0 0 6 1 0
Dokter Gigi 1 23 11 1 1
Tenaga Teknis 1 11 10 1 0
Farmasi
Bidan 8 68 100 9 1
Perawat 8 57 117 10 2
Ahli Gizi 1 23 22 2 0
Ahli Sanitasi 2 34 40 2 0
Ahli 2 0 40 2 0
Kesehatan
Masyarakat
Sumber : Profil Puskesmas Sri Padang

Universitas Sumatera Utara


66

Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk

wilayah kerja puskesmas Sri Padang dengan jumlah penduduk 9.718 jiwa masih

belum memadai/mencukupi seluruhnya. Khusunya tenaga Bidan, Perawat, serta

Ahli Kesehatan Masyarakat, bila dibandingkan dengan keberadaan sarana

kesehatan yang ada di Puskesmas Sri Padang keberadaan tenaga kesehatan masih

diperlukan.

Deskripsi Hasil Penelitian

Diabetes melitus suatu kondisi yang dimana kadar gula di dalam darah

lebih tinggi dari kadar gula biasanya atau normal. Kadar gula normal sebesar 60

mg/dl sampai 145 mg/dl. Menurut Malecki dan Wolfs MGM (dalam Yolanda,

2011) diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah secara kronis. Jika diabetes tidak

terkontrol dengan baik, maka dapat menyebabkan keadaan hiperglikemia

persisten, yang mengakibatkan komplikasi dan kerusakan permanen pada

berbagai jaringan terutama pada retina, glomeruli ginjal, jaringan saraf dan

pembuluh darah.

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas

kesehatan , dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efektif dan efisien

(BPJS Kesehatan, 2014).

Universitas Sumatera Utara


67

Efektivitas PROLANIS yang diukur dalam penelitian ini ialah kualitas

hidup dengan menggunakan WHOQOL-BREF.Kualitas hidup menurut World

Health Organization Quality of Life (WHOQOL) Group di defenisikan sebagai

persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup konteks budayadan

sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan,

standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang (Rapley, 2003).

Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life

(WHOQOL) Group di defenisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi

individu dalam hidup konteks budayadan sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian

seseorang (Rapley, 2003). Donald menyatakan kualitas hidup merupakan suatu

terminology yang menunjukkan tentang kesehatan fisik, sosial, dan emosi

seseorang serta kemampuannya untuk melakukan tugas sehari-hari ( Irwansyah

dkk, 2005).

Menurut WHOQOL-BREF terdapat empat aspek mengenai kualitas hidup,

diantaranya sebagai berikut (Rapley, 2003)

1. Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada

obat-obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit, dan ketidaknyamanan,

tidur/istirahat, kapasitas kerja.

2. Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image apperance, perasaan

negative, perasaan positif, self-esteem, spritual/agama/keyakinan pribadi,

berpikir, belajar, memori, dan konsentrasi.

Universitas Sumatera Utara


68

3. Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial, aktivitas

seksual

4. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber finansial, kebebasan,

keamanan, dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial

termasuk aksebilitas dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan, partisipasi

dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang

menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk

polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim/serta transportasi.

Adapun hasil yang didapat dalam penelitian ini ialah pasiean PROLANIS

secara keseluruhan memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan

pasien non PROLANIS. Hal itu dapat dilihat dari mayoritas pasien PROLANIS

atau sekitar 73% memiliki kualitas hidup yang baik, sementara hanya 31% pasien

non PROLANIS yang memiliki kualitas hidup yang baik. Adapun penentuan

kualitas hidup baik dan tidak baik tersebut didapat dengan mengelompokkan skor

kualitas hidup. Skor ≤ 84 maka dikatakan tidak baik, dan apabila skor ≥ 84 maka

dikatakan baik. Pengelompokan ini berdasarkan median kualitas hidup pasien

PROLANIS dan non PROLANIS, yang bernilai 84.

Berdasarkan Uji Univariat yang dilakukan untuk melihat gambaran subjek

berdasarkan jenis kelamin untuk laki-laki terdapat 24 orang sedangkan perempuan

terdapat sebanyak 39. Dari seluruh total yang ada jumlah psien prolanis laki-laki

ada sekitar 8 orang sedangkan perempuan 22 orang, dan untuk yang non prolanis

terdapat sebanyak 16 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Menurut

Universitas Sumatera Utara


69

Damayanti dalam (Wahyuni, 2007 ), wanita lebih beresikomengidap diabetes

karena secara fisik wanita memiliki peluang lebih besar. Sindroma siklus bulanan

(premenstrual syndrome), pasca– menopause yang membuat distribusi lemak

tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga

wanita beresiko menderita diabetes melitus tipe 2.

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini mayoritas responden memiliki

latar belakang pendidikan SMA, yakni berjumlah 32 (54,2%), adapun sisanya

ialah SMP dengan jumlah 19 (32,25%), SD berjumlah 6 (10,2%), dan S1

berjumlah 2 (3,4%), responden yang berusia diatas 54 tahun, yakni berjumlah 30

(50,8%). Sisanya berusia dibawah 54 tahun, adapun responden yang berusia

dibawah 54 tahun berjumlah 29 (49,2%).

Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 46-55 tahun, yakni

berjumlah 36 (61,0%), selanjutnya berusia 56-65 tahun 20 (33,9%), dan 36-45

berjumlah 2 orang (3,4%), dan terakhir >65 tahun berjumlah 1 (1,7%). Menurut

Jhonson, (1998) kebanyakan pada kasus diabetes tipe 2 banyak terjadi pada usia

dewasa yaitu yang sudah berumur 40 tahun. Tapi tidak menutup kemunkinan

untuk yang muda-muda juga bisa mendapat diabetes tipe 2 ini (diabetes yang

tidak tergantung pada insulin) atau orang-rang yang sudah tua juga bisa menderita

diabets tipe 1.

Dari tabel mengenai frekuensi jenis pekerjaan diatas responden yang

bekerja terdapat sebanyak 34 orang (57,6%), dan yang tidak bekerja 25 orang

(42,4%)

Universitas Sumatera Utara


70

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa secara kesulurahan, mayoritas

subjek yang telah mengikuti prolanis selama 3 tahun 22 orang (73,3%), dan hanya

8orang yang 2 tahun (!3,6).

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa total pasien PROLANIS

semuanya telah didiagnosa DM lebih dari 3 tahun, yakni 6 orang telah didiagnosa

4 tahun, 1 orang telah didiagnosa 4,5 tahun, 8 orang telah didiagnosa 5 tahun, 1

orang telah didiagnosa 5,5 tahun, 9 orang telah didiagnosa 6 tahun, 1 orang telah

didiagnosa 6,5 tahun, 3 orang telah didiagnosa 7 tahun, dan 1 orang telah

didiagnosa 8 tahun.

Total pasien non PROLANIS sebanyak 1 orang telah didiagnosa selama

2,5 tahun, 4 orang telah didiagnosa selama 4 tahun, 10 orang telah didiagnosa

selama 5 tahun, 3 orang telah didiagnosa selama 6 tahun, 10 orang telah

didiagnosa selama 7 tahun, dan 1 orang telah didiagnosa selama 8 tahun.

Berdasarkan tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa kualitas hidup pasien

PROLANIS sebanyak 22 orang atau sekitar 73% memiliki kualitas hidup yang

baik. Pasien PROLANIS yang memiliki kualitas hidup tidak baik hanya 8 orang

atau sekitar 27%. Adapun kualitas hidup pasien Non PROLANIS, sebanyak 9

orang atau sekitar 31% , memiliki kualitas hidup yang baik dan hanya 20 orang

atau sekitar 69% yang memiliki kualitas hidup tidak baik. Pada tabel tersebut

dapat dilihat bahwa hanya variabel PROLANIS yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap kualitas hidup, yakni dengan P-Value 0.002. pengkategorikan

umur di buat berdasarkan Depkes RI, 2009

Universitas Sumatera Utara


71

a. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun

b. Masa lansia awal : 46-55 tahun

c. Masa lansia akhir : 56-65 tahun

d. Masa manula atas : >65 tahun

Berdasarkan 4 pengkategorian diatas, masa dewasa akhir dan masa dewasa

awal di kelompokan umur rendah, dan masa lansia akhir dan masa manula atas di

kelompokkan umur tinggi.

Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat kualitas hidup pasien PROLANIS dan

non PROLANIS per domain. Mayoritas pasien PROLANIS pada domain fisik,

psikologis, dan sosial memiliki kualitas hidup yang baik, namun pada domain

lingkungan, mayoritas pasien PROLANIS memiliki kualitas hidup yang tidak

baik. Pada pasien non PROLANIS kualitas hidup pada domain fisik, psikologis,

dan lingkungan berada pada kategori tidak baik, namun pada domain sosial

mayoritas pasien non PROLANIS memiliki kualitas hidup yang baik.

Berdasarkan beberapa indikator yang menjadi alat ukur dalam penelitian

ini, pada pasien prolanis bagian doamain lingkungan dikategorikan tidak baik

berdasarkan jawaban yang peneliti dapatkan bahwa mereka tidak puas dengan

tempat tinggal yang mereka tempati sekarang serta di dukung lingkungan mereka

yang tidak sehat, dan mereka juga tidak puas dengan akses pada pelayanan

kesehatan, dan juga di dukung karena tidak puasnya dengan transportasi menuju

ke pelayanan kesehatan yang sulit untuk di temui. Kebanyakan mereka yang tidak

merasa puas dengan ketersediaan informasi bagi kehidupan sehari-hari mereka

dan tidak terpenuhinya keangan mereka untuk kehidupan sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara


72

Berdasarkan tabel 17diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kualitas

hidup antara pasien PROLANIS dan non PROLANIS. Perbedaan tersebut terlihat

pada domain fisik dan psikologis. Adapun perbedaan itu dilihat berdasarkan nilai

sig pada domain fisik yang 0.013 dan pada domain psikologis 0.003.

Berdasarkan tabel 18, dapat dilihat bahwa kualitas hidup domain fisik dan

psikologis pasien Non PROLANIS lebih rendah dibandingkan dengan kualitas

hidup pasien PROLANIS. Adapun dari hasil perhitungan yang dipaparkan, dapat

dilihat bahwa pasien PROLANIS dari segi biaya maupun efektivitas lebih

dominan baik dibandingkan dengan pasien non PROLANIS. Pasien PROLANIS

mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan mendapatkan efektivitas yang lebih

dibandingkan dengan pasien non PROLANIS.

ACER (average cost effectiveness ratio). ACER dapat menggambarkan

total biaya dari suatu program atau alternatif program dibagi dengan outcome.

ACER dihitung untuk masing-masing alternatif dan perbandingan diperoleh dari

perbedaan relative antara program sau dengan pembandingnya.


=

Prolanis = = 45.540

= = 45.287

Non Prolanis = = 90.940

= = 94..607

Universitas Sumatera Utara


73

ICER (incremental cost effectiveness ratio). ICER adalah nilai ratio yang

diperoleh dengan membandingkan pasien yang mengikuti Prolanis dan yang Non

Prolanis untuk mengikuti biaya tambahan yang diperlukan untuk mencapai

peningkatan satu unit outcome terhadap pembandingnya. ICER adalah ratio

pembeda antara biaya dari dua alternatif dengan perbedaan efektivitas antara

alternatif


=

= = = -881.683

= = = -431.045

Hasil uji statistik perbedaan yang signifikan dari kualitas hidup antara

pasien PROLANIS dan pasien non PROLANIS, terlihat paling signifikan pada

domain fisik dan psikologis. Sementara, pada domain sosial dan lingkungan, tidak

terlihat perbedaam yang signifikan meskipun kualitas hidup pasien PROLANIS

masih lebih baik dibandingkan dengan pasien non PROLANIS. Lebih terlihatnya

perbedaan yang signifikan pada domain fisik dan psikologis, yang

memperlihatkan kualitas hidup pasien PROLANIS secara signifikan lebih baik

dibandingkan dengan pasien non PROLANIS, sejalan dengan tujuan dari program

pengelolaan penyakit kronis tersebut sendiri, yang mana tujuan utamanya adalah

meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis penderita DM.

Universitas Sumatera Utara


74

Teknik yang dilakukan dalam evaluasi ekonomi cost effectiveness analysis

digunakan untuk menilai suatu alternatif mana yang lebih cost efective. Secara

garis besar penilaian ini akan mencoba untuk mempertimbangkan aspek biaya dan

konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu

pembuatan keputusan yang dirancang agar pembuat keputusan mengetahui

dengan pasti alternatif mana yang lebih efisien dan suatau metode untuk

menentukan program mana yang tepat menyelesaikan tujuan tertentu dengan

biaya minimum. (Levin, Shepard 2008).

Masalah hal biaya, terlihat jelas bahwa dari segi biaya, pasien

PROLANIS, mengeluarkan biaya yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

pasien non PROLANIS. Dimulai dari rata-rata biaya langsung medis PROLANIS

yang lebih sedikit dibandingkan pasien non PROLANIS, yakni Rp. 1.688.999

untuk pasien PROLANIS dan Rp. 3.484.310 untuk pasien non PROLANIS. Rata-

rata biaya langsung non medis untuk pasien PROLANIS ialah Rp. 377.466,

sementara pasien non PROLANIS biayanya ialah Rp.418.206. Terakhir, rata-rata

biaya tidak langsung pasien PROLANIS ialah Rp.383.600, sedangan pasien non

PROLANIS sebesar Rp.579.241. Berdasarkan total perhitungan rata-rata tersebut,

maka didapatkan bahwa pasien PROLANIS hanya perlu membayar sekitar

Rp.2.450.065, sedangkan pasien Non Prolanis harus membayar dua kali lebih

besar yakni sekitar Rp.4.692.516.

Efektivitas yang dirasakan oleh pasien PROLANIS dan pasien non

PROLANIS pun berbeda. Terutama dirasakan pada domain fisik dan psikologis.

Hasilnya secara menyeluruh didapatkan bahwa kualitas hidup pasien PROLANIS

Universitas Sumatera Utara


75

lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non PROLANIS. Artinya, bukan hanya

pasien PROLANIS, mengeluarkan biaya yang lebih sedkit, namun efektivitas

yang mereka rasakan juga lebih baik. Sehingga dengan begitu, pasien PROLANIS

lebih mendapat keuntungan baik dari segi biaya maupun segi efek yang dirasakan.

Hal tersebut membuktikan bahwa hasil yang didapat dari penelitian ini sejalan

dengan tujuan dari PROLANIS itu sendiri, yakni pasien PROLANIS mencapai

kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efektif dan efisien.

Penelitian yang dilakukan oleh Aryani, dkk (2016), tentang Cost

Effectiveness Analysis (CEA) Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

Diabetes Melitus Tipe 2 Peserta JKN di Kota Serang Banteng menyatakan

keikutsertaan dalam kegiatan PROLANIS mempengaruhi kualitas hidup, pasien

yang mengikuti PROLANIS 3.12 kali cenderung memiliki kualitas hidup baik

dibandingkan pasien Non PROLANIS.

Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian penulis mengalami kendala yaitu sulitnya mendapatkan

data yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Efektivitas Biaya Prolanis

Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi dapat

diatrik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pasien diabetes melitus yang mengikuti prolanis sebanyak 30 orang, 23

diantaranya memiliki kaulitas hidup yang baik daripada pasien diabetes melitus

yang tidak mengikuti prolanis.

2. Kualitas hidup domain fisik dan psikologis pasien non prolanis lebih rendah

dibandingkan pasien prolanis, dengan hasil yang didapatkan pasien prolanis

dari biaya dan efektivitas lebih dominan baik dibandingkan dengan pasien non

prolanis.

3. Terdapat perbedaan rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien prolanis

dan pasien non prolanis. Total rata-rata biaya yang harus dikeluarkan pasien

non prolanis adalah Rp. 4.692.516, sedangkan pasien prolanis total rata-ratanya

ialah Rp. 2.450.065

4. Ada hubungan signifikan antara pasien diabetes melitus yang mengikuti

kegiatan prolanis terhadap efektivitas biaya dan kualitas hidup pasien.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sri Padang

maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi

76
Universitas Sumatera Utara
77

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi dalam

melakukan pemantauan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dari program

Prolanis yang dilakukan di Puskesmas Sri Padang sehingga program prolanis

dapat berjalan dan di manfaatkan dengan baik.

2. Bagi Puskesmas Sri Padang

Puskesmas Sri Padang lebih meningkatkan dan memfokuskan terhadap

penerapan program Prolanis sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di

wilayah kerja puskesmas dan dapat menurunkan angka diabetes melitus di

wilayah setempat.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang berkaitan

dengan faktor perilaku masyrakat yang tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas

dan menambah informasi tentang efektivitas biaya yang didapatkan dengan

mengikuti kegiatan prolanis.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Aryani, A.D., Kurdi, F.N., & Soebyakto, B.B. (2016). Cost effectiveness analysis
(CEA) program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) diabetes
melitus tipe 2 peserta JKN di Kota Serang Banteng. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan, 3(3), 1-8.

Astuti, Catur, M., &Setiarini, A. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


pengendalian kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang Tahun 2013.
Jurnal FKM UI.

Berger, M.&Bingefors, K. (2013).Biaya pelayanan kesehatan, kualitas, dan hasil


akhir. Jakarta: Ispor.

Clark, M. (2004). What is Diabetes (1-2). John Willey & Sons Inc.,111 River
Street, Hoboken, NJ 07030, USA. Understanding Diabetes. Diakses 25
Juli 2019 darihttps://b-ok-cc/book/838127/2/6e22

Desnauli, E., Nursalam, & Efendi, F. (2011). Indikator kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodilisa berdasarkan strategi
koping.Jurnal Ners,6(2), 3. Diakses dari https://e-journal.unair.ac.id

Fatma, A.L. (2009). Ekonomi kesehatan. Medan: USU Press.

Fitriana, N.A.&Ambarini, T.K. (2012). Kualitas hidup pada penderita kanker


serviks yang menjalani pengobatan radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental, 1(02), 3.

Hermansyah, A. (2016). Evaluasi kegiatan prolanis wilayah kerja Puskesmas


Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas Tahun 2016 (Skripsi,
Universitas Muhammadiah Purwokerto). Diakses dari
http://repository.ump.ac.id/682/

InfoDATIN. (2009). Situasi dan Analisis Diabetes. Diakses dari


http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resource/download/pusdatin/infodatin-
diabetes

InfoDATIN. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Diakses


darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-
diabetes -sedunia-2018

Indrayathi, A.P. (2016). Economic evaluation in health care. Bali:Bahan Ajar


Universitas Udayana.

78
Universitas Sumatera Utara
79

Irwansyah, S., Dhanu, R.,& Sjahrir, H. (2005). Hubungan antara disabilitasdengan


kualitas hidup pada penderita nyeri kepala primer yang berobat jalan di
Departemen Neurologi FK USU/RSUPH Adam Malik Medan. Majalah
Kedokteran Nusantara, 38(4), 296-301.

JKN. (2013). Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Diakses darihttps://wwwgoogle.com/url?sa=
t&source=web&rct=j&url+http://www.jkn.kemenkes.go.id/attachment/un
duhan/Ebook

Johnson, M. (1998). Diabetes terapi dan pencegahannya. Jawa Barat:Publishing


House.

Junaidi, P. (1995). Pengaruh analisis data. Jakarta: PT. Cineka Cipta.

Kurtus, R. (2005, 3 Maret). University of Toronto Quality of Life Model. Diakses


28 November 2019darihttps://www.school-
formchampions.com/life/toronto_univ_quality_Life

Murslin & Soewondo, P. (2016). Analisis estimasi biaya langsung medis


penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Abdul Aziz
Singkawang Tahun 2013. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia. 1(2), 1-6.

Perkeni. (2015, Juni Februari). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2. Diakses 9 Februari 2009 darihttps://pbperkeni.or.id/wp-
content/upload/2019/01/4-konsensus-pengelolaan-dan-pencegahan-
diabetes-melitus-tipe2-di-indonesia-perkeni-2015

Rahmat, W. (2010). Pengaruh konseling terhadap kesemasan dan kualitas hidup


pasien diabetes melitus di Kecamatan Kebakkramat (Tesis, Universitas
Sebelas Maret). Diakses dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/14977/Mjk4NTA=/Pengaruh-
konseling-terhadap-kecemasan-dan-kualitas-hidup-pasien-diabetes-
mellitus-di-Kecamatan-Kebakkramat-abstrak.pdf

Rapley, M. (2003). Quality of life research – a critical introduction. Researchgate.


Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/27193107

Riskesdas. (2013). Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses


darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/hasil%2520riskesda%25202018

Saefuddin, A. (2009). Statistika dasar. Jakarta: Grasindo.

Universitas Sumatera Utara


80

Sarafino, E.P. (2006). Health psouchology:biopsychosocial interaction 4th. Jurnal


UNSRI. Diakses dari
http://ejournal.unsri.ac.id/indeks.php/jkk/article/view/5166/0

Shepard, D.S.& Thompson M.S. (1979). First priciples of cost-effectiveness


analysis in health. Public Health Reports, 94(6) (1-2). Diakses dari
www.jstor.org/stable/4596189?read-
now=1&seq=9page_scan_tab_contents

Soegondo, S., Soewondo, P., &Subekti, I. (2009), Penatalaksanaan diabetes


melitus terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sugiono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Supranto, J. (2001). Statistika teori dan aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Tjiptoherijanto, P.& Sosetyo, B. (1994). Ekonomi kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Ventegodt, S. (2003, 7 Juli). Quality of Life Theory I. The IQOL Theory: An


Integrative Theory of the Global Quality of Life Concept. Diakses 25
Agustus 2019 dari
http://wwwresearchgatee.net/publication/231586233_Quality_of_Lige_Th
eory_I_IQOL_Theory_An_Integrative_Theory_of_the_Global_Quality_of
_Life_Cocept

Watuseke, H., Ake, J. & Akay, T. (2017). Efektivitas senam prolannis terhadap
penurunan kadar gula darah paien diabetes melitus tipe 2 di Praktek Klinik
DR. Fransiskus KaramoyDesa Winebetem Kecamatan Lawongan Selatan.
E-Jurnal Sariputra, 4(1), 5.

WHO. (2016). Global Report on Diabetes. Diakses dari https://www.google.com/


url?sa=t&source=web&rct=j&url://app.who.int/iris/bitstream

World Health Organization. (2016). Diabetes Fakta dan Angka. Diakses


darihttp://www.searo.who.int/indonesia/topics/8-whd2016-diabetes-facts-
and-numbers-indonesian.

Universitas Sumatera Utara


81

Lampiran 1. Kuesioner

Data Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan :
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. S1 / S2 / S3
Pekerjaan :
1. Petani
2. Nelayan
3. Buruh
4. Wiraswasta
5. PNS
6. TNI / POLRI
7. Dll (sebutkan)
Penghasilan Perbulan :
1. < 2.000.000,00
2. 2.000.000,00
3. > Rp. 2.000.000
Lama Didiagnosa DM :
Lama Mengikuti Prolanis :
Penyakit yang diderita akibat komplikasi :
Biaya Langsung Medis

Universitas Sumatera Utara


82

- Biaya rata-rata konsultasi dokter untuk dm dan komplikasi :


- Biaya Obat-obatan, laboratorium, dan terapi :
Biaya Langsung Non Medis
- Biaya selama perjalanan (transportasi) :
- Biaya makanan selama perawatan DM :
Biaya Tidak Langsung dan Biaya non Medis
- Biaya pendapatan yang hilang karna harus berobat :

THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL)-


BREF

WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut tentang perasaaan anda terhadap kualitas
hidup, kesehatan, dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan
setiappertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah
jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jik anda tidak yakin tentang
jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaaan yang diberikan, pikirkan
yang pertama muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang
terbaik.

Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenagan dan
perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan
anda pada empat minggu terakhir.
Sangat buruk Biasa- Baik Sangat
buruk biasa aja baik
1. Bagaimana menurut 1 2 3 4 5
anda kualitas hidup anda

Sangat Tidak Biasa- Memuas Sangat


tidak memuas biasa kan memua
memu kan aja skan
askan
2. Seberapa puas anda 1 2 3 4 5
terhadap kesehatan anda?

Universitas Sumatera Utara


83

Pertanyaan beriku adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam empat minggu terakhir
Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam
sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebihan
3. Seberapa jauh rasa sakit 5 4 3 2 1
fisik anda mencegah
anda dalam beraktivitas
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
anda
5. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
menikmati hidup anda?
6. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
merasa hidup anda
berarti?
7. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
mampu berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa 1 2 3 4 5
aman anda rasakan
dalam kehidupan anda
sehari-hari?
9. Seberapa sehat 1 2 3 4 5
lingkingan dimana anda
tinggal (berkaitan
dengan sarana dan
prasarana)

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda dalam hal-hal berikut
ini dalam 4 minggu terakhir
Tidak Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya
sama dialami
sekali
10. Apakah anda 1 2 3 4 5
memilikivitalitas yang
cukup untuk
beraktivitas sehari-
hari?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan
tubuh anda?

Universitas Sumatera Utara


84

12. Apakah anda 1 2 3 4 5


memiliki cukup uang
untuk memenuhi
kebutuhan anda?
13. Seberapa jauh 1 2 3 4 5
ketersediaan informasi
bagi kehidupan anda
dari hari ke hari
14. Seberapa sering anda 1 2 3 4 5
memiliki kesempatan
untuk bersenang-
senang/rekreasi?

Sangat Buruk Biasa- Memuaskan Sangat


Buruk biasa memuaskan
aja
15. Seberapa baik 1 2 3 4 5
kemampuan anda
dalam bergaul?

Sangat Tdk Biasa- Memua Sangat


tdk memua biasa skan memua
memuas skan aja skan
kan
16 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan tidur anda?
17 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan kemamapuan
anda untuk menampilkan
aktivitas kehidupan anda
sehari-hari?
18 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan kemampuan anda
untuk bekerja?
19 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. terhadap diri anda?
20 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan hubungan
personal / sosial anda?
21 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan hubungan
personal / seksual anda?
22 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan dukungan yang
anda peroleh dari teman
anda?

Universitas Sumatera Utara


85

23 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5


. dengan kondisi tempat
anda tinggal saat ini?
24 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan akses anda pada
pelayanan kesehatan?
25 Seberapa puaskah anda 1 2 3 4 5
. dengan transportasi yang
harus anda jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
Tidak Jarang Cukup Sangat selalu
pernah sering sering
26. Seberapa sering anda
memiliki perasaan negatif
seperti „feeling blue’
(kesepiaan), putus asa, cemas
dan depresi?

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?


[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]
Equation for computing domain scores Raw Transformed
score scores*
4-20 0-100
27. Domain 1 (6-Q3)+(6-Q4)+Q10+Q15+Q16+Q17+Q18 a.= b: c:

+ + + + + +
28. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26) a.= b: c:

+ + + + +
29. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 a.= b: c:

+ +
30. Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24+Q25 a.= b: c:

+ + + + + + +

Universitas Sumatera Utara


86

Lampiran 2. Surat Permohonan Survei Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara


87

Lampiran 3. Surat Izin Survei Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara


88

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


89

Lampiran 5. Persetujuan Melakukan Riset

Universitas Sumatera Utara


90

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


91

Lampiran 7. Hasil Output Penelitian

Frequencies

Statistics
B1PRO B2PRO
N Valid 30 30
Missing 29 29
Mean 57666,67 1631333,33
Std. Error of Mean 8505,351 18887,041
Median 60000,00 1570000,00
Mode 10000 1570000
Std. Deviation 46585,726 103448,582
Variance 2170229885,057 10701609195,402
Range 110000 230000
Minimum 10000 1570000
Maximum 120000 1800000
Sum 1730000 48940000

B1PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10000 12 20,3 40,0 40,0
20000 1 1,7 3,3 43,3
30000 1 1,7 3,3 46,7
50000 1 1,7 3,3 50,0
70000 2 3,4 6,7 56,7
80000 2 3,4 6,7 63,3
90000 3 5,1 10,0 73,3
100000 1 1,7 3,3 76,7
120000 7 11,9 23,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

B2PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1570000 22 37,3 73,3 73,3
1800000 8 13,6 26,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

Statistics
B1NON B2NON
N Valid 29 29
Missing 30 30
Mean 169655,17 3314655,17
Std. Error of Mean 25540,862 185618,712
Median 120000,00 4200000,00

Universitas Sumatera Utara


92

Mode 30000 4200000


Std. Deviation 137541,754 999587,353
Variance 999174876847,29
18917733990,148
1
Range 330000 1975000
Minimum 30000 2225000
Maximum 360000 4200000
Sum 4920000 96125000

B1NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 30000 9 15,3 31,0 31,0
90000 2 3,4 6,9 37,9
120000 7 11,9 24,1 62,1
150000 1 1,7 3,4 65,5
300000 2 3,4 6,9 72,4
360000 8 13,6 27,6 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

B2NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2225000 13 22,0 44,8 44,8
4200000 16 27,1 55,2 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

Statistics
C1PRO C2PRO
N Valid 30 30
Missing 29 29
Mean 91600,00 285866,67
Std. Error of Mean 11089,355 12246,861
Median 120000,00 300000,00
Mode 120000 300000
Std. Deviation 60738,899 67078,818
Variance 3689213793,103 4499567816,092
Range 180000 352000
Minimum 0 32000
Maximum 180000 384000
Sum 2748000 8576000

C1PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 8 13,6 26,7 26,7
96000 6 10,2 20,0 46,7
120000 10 16,9 33,3 80,0

Universitas Sumatera Utara


93

144000 3 5,1 10,0 90,0


180000 3 5,1 10,0 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

C2PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 32000 1 1,7 3,3 3,3
240000 10 16,9 33,3 36,7
300000 12 20,3 40,0 76,7
360000 6 10,2 20,0 96,7
384000 1 1,7 3,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

Statistics
C1NON C2NON
N Valid 29 29
Missing 30 30
Mean 128689,66 289517,24
Std. Error of Mean 9414,524 12461,430
Median 120000,00 300000,00
Mode 120000 300000
Std. Deviation 50698,763 67106,855
Variance 2570364532,020 4503330049,261
Range 240000 352000
Minimum 0 32000
Maximum 240000 384000
Sum 3732000 8396000

C1NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 3,4 6,9 6,9
96000 6 10,2 20,7 27,6
120000 9 15,3 31,0 58,6
144000 4 6,8 13,8 72,4
180000 7 11,9 24,1 96,6
240000 1 1,7 3,4 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

C2NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 32000 1 1,7 3,4 3,4
240000 8 13,6 27,6 31,0

Universitas Sumatera Utara


94

300000 13 22,0 44,8 75,9


360000 6 10,2 20,7 96,6
384000 1 1,7 3,4 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

Statistics
D1PRO
N Valid 30
Missing 29
Mean 383600,00
Std. Error of Mean 83649,482
Median ,00
Mode 0
Std. Deviation 458167,083
Variance 209917075862,06
9
Range 1200000
Minimum 0
Maximum 1200000
Sum 11508000

D1PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 17 28,8 56,7 56,7
600000 2 3,4 6,7 63,3
780000 1 1,7 3,3 66,7
840000 2 3,4 6,7 73,3
912000 2 3,4 6,7 80,0
924000 1 1,7 3,3 83,3
960000 3 5,1 10,0 93,3
1020000 1 1,7 3,3 96,7
1200000 1 1,7 3,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

Statistics
D1NON
N Valid 29
Missing 30
Mean 579241,38
Std. Error of Mean 72698,881
Median 790000,00
Mode 840000
Std. Deviation 391495,453
Variance 153268689655,17
2
Range 924000
Minimum 0
Maximum 924000
Sum 16798000

Universitas Sumatera Utara


95

D1NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 8 13,6 27,6 27,6
78000 1 1,7 3,4 31,0
780000 2 3,4 6,9 37,9
790000 4 6,8 13,8 51,7
804000 1 1,7 3,4 55,2
840000 9 15,3 31,0 86,2
900000 2 3,4 6,9 93,1
912000 1 1,7 3,4 96,6
924000 1 1,7 3,4 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

Runs Test
KATX1 KATX2 KATX3 KATEGORIX4.1
Test Valuea 2,00 2,00 2,00 1,00b
Cases < Test Value 23 25 9 0
Cases >= Test Value 36 34 50 59
Total Cases 59 59 59 59
Number of Runs 31 23 9 1c
Z ,534 -1,833 -3,747
Asymp. Sig. (2-tailed) ,593 ,067 ,000
a. Median
b. All values are greater than or less than the cutoff. Runs Test cannot be performed.
c. Only one run occurs. Runs Test cannot be performed.

Runs Test 2
KATX1 KATX2 KATX3 KATEGORIX4.1
Test Valuea 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000
Total Cases 59 59 59 59
Number of Runs 31 23 9 35
Z ,534 -1,833 -3,747 2,220
Asymp. Sig. (2-tailed) ,593 ,067 ,000 ,026
a. User-specified.

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOTAL 59 55 106 82,68 11,757
Valid N (listwise) 59

Mann-Whitney Test
Ranks
PROLANIS N Mean Rank Sum of Ranks
KATX1 YA 30 34,62 1038,50
TIDAK 29 25,22 731,50
Total 59
KATX2 YA 30 35,62 1068,50

Universitas Sumatera Utara


96

TIDAK 29 24,19 701,50


Total 59
KATX3 YA 30 32,53 976,00
TIDAK 29 27,38 794,00
Total 59
KATX4 YA 30 32,78 983,50
TIDAK 29 27,12 786,50
Total 59

Test Statisticsa
KATX1 KATX2 KATX3 KATX4
Mann-Whitney U 296,500 266,500 359,000 351,500
Wilcoxon W 731,500 701,500 794,000 786,500
Z -2,486 -2,985 -1,850 -1,544
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013 ,003 ,064 ,123
a. Grouping Variable: PROLANIS

PDDK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 6 10,2 10,2 10,2
SMP 19 32,2 32,2 42,4
SMA 32 54,2 54,2 96,6
S1 2 3,4 3,4 100,0
Total 59 100,0 100,0

Lama Didiagnosa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 TAHUN 1 1,7 1,7 1,7
4 TAHUN 10 16,9 16,9 18,6
5 1 1,7 1,7 20,3
5 TAHUN 18 30,5 30,5 50,8
6 1 1,7 1,7 52,5
6 TAHUN 12 20,3 20,3 72,9
7 1 1,7 1,7 74,6
7 TAHUN 13 22,0 22,0 96,6
8 TAHUN 2 3,4 3,4 100,0
Total 59 100,0 100,0

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Lama Didiagnosa 59 3 8 5,57 1,172
Biaya Transportasi 59 0 240000 109830,51 58610,683
Valid N (listwise) 59

KATEGORI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 31 52,5 52,5 52,5
TIDAK BAIK 28 47,5 47,5 100,0

Universitas Sumatera Utara


97

Total 59 100,0 100,0

KATPRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 22 37,3 73,3 73,3
TIDAK BAIK 8 13,6 26,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

KATNON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 9 15,3 31,0 31,0
TIDAK BAIK 20 33,9 69,0 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a PEKERJAAN -,241 ,529 ,208 1 ,649 ,786 ,279 2,216
Constant ,241 ,796 ,092 1 ,762 1,273
a. Variable(s) entered on step 1: PEKERJAAN.

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables JK ,105 1 ,746
PDDK 1,270 1 ,260
PEKERJAAN ,208 1 ,648
A1 1,126 1 ,289
KOMPLIKASI ,022 1 ,883
PROLANIS 10,581 1 ,001
Overall Statistics 13,379 6 ,037

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step JK ,991 ,952 1,085 1 ,298 2,694 ,417 17,391
1a PDDK -,859 ,664 1,671 1 ,196 ,424 ,115 1,558
PEKERJAAN -,839 ,940 ,797 1 ,372 ,432 ,068 2,726
A1 -
40192,957 ,000 1 1,000 ,000 ,000 .
20,070
KOMPLIKASI -,260 ,801 ,106 1 ,745 ,771 ,160 3,707
PROLANIS 2,097 ,674 9,681 1 ,002 8,142 2,173 30,506

Universitas Sumatera Utara


98

Constant 38,307 80385,913 ,000 1 1,000 43305691666933512,000


a. Variable(s) entered on step 1: JK, PDDK, PEKERJAAN, A1, KOMPLIKASI, PROLANIS.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a PDDK -,598 ,533 1,260 1 ,262 ,550 ,194 1,562
Constant ,839 ,878 ,913 1 ,339 2,314
a. Variable(s) entered on step 1: PDDK.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a PEKERJAAN -,241 ,529 ,208 1 ,649 ,786 ,279 2,216
Constant ,241 ,796 ,092 1 ,762 1,273
a. Variable(s) entered on step 1: PEKERJAAN.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step A1 -
40193,130 ,000 1 1,000 ,000 ,000 .
1a 21,341
Constant 42,544 80386,259 ,000 1 1,000 2996404865736850900,000
a. Variable(s) entered on step 1: A1.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a KOMPLIKASI ,099 ,671 ,022 1 ,883 1,104 ,296 4,112
Constant -,281 1,245 ,051 1 ,821 ,755
a. Variable(s) entered on step 1: KOMPLIKASI.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
a
Step 1 PROLANIS 1,810 ,576 9,882 1 ,002 6,111 1,977 18,891
Constant -2,822 ,918 9,446 1 ,002 ,060
a. Variable(s) entered on step 1: PROLANIS.

PROPSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 7 11,9 23,3 23,3
BAIK 23 39,0 76,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2

Universitas Sumatera Utara


99

Total 59 100,0

NONPSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 18 30,5 62,1 62,1
BAIK 11 18,6 37,9 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

PROSOSIAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 2 3,4 6,7 6,7
BAIK 28 47,5 93,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

NONSOSIAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 7 11,9 24,1 24,1
BAIK 22 37,3 75,9 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

PROLINGKUNGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 17 28,8 56,7 56,7
BAIK 13 22,0 43,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

NONLINGKUNGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 22 37,3 75,9 75,9
BAIK 7 11,9 24,1 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

Universitas Sumatera Utara


100

PROFISIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 7 11,9 23,3 23,3
BAIK 23 39,0 76,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

NONFISIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 16 27,1 55,2 55,2
BAIK 13 22,0 44,8 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 24 40,7 40,7 40,7
PEREMPUAN 35 59,3 59,3 100,0
Total 59 100,0 100,0

PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BEKERJA 34 57,6 57,6 57,6
TIDAK BEKERJA 25 42,4 42,4 100,0
Total 59 100,0 100,0

GAJI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2.000.000 16 27,1 27,1 27,1
2.000.000 22 37,3 37,3 64,4
>2.000.000 21 35,6 35,6 100,0
Total 59 100,0 100,0

KOMPLIKASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid YA 11 18,6 18,6 18,6
TIDAK 48 81,4 81,4 100,0
Total 59 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


101

KATUSIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <54 29 49,2 49,2 49,2
>54 30 50,8 50,8 100,0
Total 59 100,0 100,0

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables KATUSIA 2,076 1 ,150
JK ,105 1 ,746
PDDK 1,270 1 ,260
PEKERJAAN ,208 1 ,648
A1 1,126 1 ,289
KOMPLIKASI ,022 1 ,883
PROLANIS 10,581 1 ,001
Overall Statistics 15,682 7 ,028

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step KATUSIA 1,178 ,683 2,978 1 ,084 3,248 ,852 12,380
1a JK 1,013 ,972 1,087 1 ,297 2,754 ,410 18,497
PDDK -,646 ,700 ,853 1 ,356 ,524 ,133 2,065
PEKERJAAN -,869 ,970 ,803 1 ,370 ,419 ,063 2,806
A1 -
40193,248 ,000 1 1,000 ,000 ,000 .
19,487
KOMPLIKASI -,423 ,824 ,264 1 ,608 ,655 ,130 3,295
PROLANIS 2,442 ,757 10,397 1 ,001 11,502 2,606 50,760
Constant 34,797 80386,495 ,000 1 1,000 1294876461964383,000
a. Variable(s) entered on step 1: KATUSIA, JK, PDDK, PEKERJAAN, A1, KOMPLIKASI, PROLANIS.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a KATUSIA ,761 ,531 2,051 1 ,152 2,140 ,755 6,061
Constant -1,253 ,849 2,176 1 ,140 ,286
a. Variable(s) entered on step 1: KATUSIA.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a JK -,172 ,531 ,105 1 ,746 ,842 ,298 2,384
Constant ,172 ,884 ,038 1 ,846 1,187
a. Variable(s) entered on step 1: JK.

Universitas Sumatera Utara


102

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a PDDK -,598 ,533 1,260 1 ,262 ,550 ,194 1,562
Constant ,839 ,878 ,913 1 ,339 2,314
a. Variable(s) entered on step 1: PDDK.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a PEKERJAAN -,241 ,529 ,208 1 ,649 ,786 ,279 2,216
Constant ,241 ,796 ,092 1 ,762 1,273
a. Variable(s) entered on step 1: PEKERJAAN.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a KOMPLIKASI ,099 ,671 ,022 1 ,883 1,104 ,296 4,112
Constant -,281 1,245 ,051 1 ,821 ,755
a. Variable(s) entered on step 1: KOMPLIKASI.

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
FISIKNON 29 31 75 1498 51,66
PSINON 29 19 75 1441 49,69
FISIKPRO 30 31,00 69,00 1616,00 53,8667
PSIPRO 30 19,00 69,00 1624,00 54,1333
Valid N (listwise) 29

KATEGORI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BAIK 31 52,5 52,5 52,5
TIDAK BAIK 28 47,5 47,5 100,0
Total 59 100,0 100,0
RECODE TOTALPRO (84 thru Highest=1) (Lowest thru 83.5=2) INTO KATPRO.
EXECUTE.
RECODE TOTALNON (84 thru Highest=1) (Lowest thru 83.5=2) INTO KATNON.
EXECUTE.
FREQUENCIES VARIABLES=KATPRO KATNON
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 12-JAN-2020 14:19:00
Comments
Input Data C:\Users\acer\Documents\1.Man Data
H.sav
Active Dataset DataSet4

Universitas Sumatera Utara


103

Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
59
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=KATPRO
KATNON
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,01

Statistics
KATPRO KATNON
N Valid 30 29
Missing 29 30

Frequency Table
KATPRO
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BAIK 22 37,3 73,3 73,3
TIDAK BAIK 8 13,6 26,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0

KATNON
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BAIK 9 15,3 31,0 31,0
TIDAK BAIK 20 33,9 69,0 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
FISIKNON 29 31 75 1498 51,66
PSINON 29 19 75 1441 49,69
FISIKPRO 30 31,00 69,00 1616,00 53,8667
PSIPRO 30 19,00 69,00 1624,00 54,1333
Valid N (listwise) 29

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai