SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Menyetujui
Pembimbing:
Dekan
i
Universitas Sumatera Utara
Tanggal Lulus : 30 Januari 2020
Telah diuji dan dipertahankan
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Efektivitas Biaya Prolanis Diabetes Melitus Tipe2 Peserta JKN (Studi Kasus
Puskesmas Sri Kota Padang Tebing Tinggi)” beserta seluruh isinya adalah
benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim daripihak
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Data WHO 2016 estimasi prevalensi dan jumlah penderita diabetes di sepuluh
negara besar dengan penderita diabetes melitus terbanyak tahun 2000 dan 2030
Negara Indonesia menduduki posisi ke 4 setelah Negara Amerika Serikat,
Indonesia di estimasikan pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk jumlah
penderita diabetes sedangkan pada tahun 2030 di estimasikan sekitar 21.3 juta
penduduk penderita diabetes. Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan
analisa efektivitas biaya antara PROLANIS dengan Non PROLANIS
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini membandingkan 30
pasien DM Tipe 2 yang mengikuti PROLANIS dan 29 pasien Non PROLANIS di
Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi. Kualitas hidup pasien diukur menggunakan
kuisoner WHOQOL-BREF. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi perbedaan
signifikan (nilai p0,001) antara rata-rata biaya total perawatan setahun DM Tipe 2
yang mengikuti PROLANIS (Rp. 2.450.065) dibandingkan pasien Non
PROLANIS (Rp 4.692.516). Pasien DM Tipe 2 PROLANIS yang memiliki
kualitas hidup baik sebesar 73% dan pasien Non PROLANIS 31%.. Terdapat
hubungan yang signifikan antara domain fisik dan psikologis dengan domain
kualitas hidup lainnya pada uji korelasi. PROLANIS lebih cost efektif
dibandingkan Non PROLANIS dengan nilai ICER adalah Rp. -1.019.295,- untuk
setiap ekstra domain fisik lebih baik dan Rp 498.322,- untuk setiap ekstra domain
psikologis lebih baik serta dominan untuk biaya dan kualitas hidup pada CE
Plane.
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
WHO 2016 data estimates the prevalence and number of diabetics in ten major
countries with the most diabetes mellitus in 2000 and 2030. Indonesia ranked 4th
after the United States of America, Indonesia estimated in 2000 there were 8.4
million population of diabetics whereas in 2030 it is estimated that around 21.3
million people have diabetes. The purpose of this study is to conduct a cost
effectiveness analysis between PROLANIS and Non PROLANIS using a cross
sectional approach. This study compared 30 Type 2 DM patients who took
PROLANIS and 29 Non PROLANIS at the Sri Padang Tebing Tinggi Health
Center. Quality of life of patients was measured using the WHOQOL-BREF
questionnaire. The results of this study indicate that there is a significant
difference (p 0,001) between the average total yearly costs of Type 2 DM
attending PROLANIS (Rp. 2,402,399) compared to non-PROLANIS patients (Rp
4,342,102). DM Type 2 PROLANIS patients who had a good quality of life by
73% and Non PROLANIS patients 31%. There was a significant relationship
between the physical and psychological domains with other domains of quality of
life in the correlation test. PROLANIS is more cost effective than Non PROLANIS
with ICER value of Rp. -1.019.295- for each extra physical domain is better and
Rp. 498.322, - for each psychological domain extra is better and dominant for the
cost and quality of life on CE Plane.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Tipe2 Peserta JKN (Studi Kasus Puskesmas Sri Kota Padang Tebing
Tinggi)”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
dukungan dari berbagai pihak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Utara.
dan Ketua Penguji yang telah memberikan banyak bimbingan berupa arahan,
vi
Universitas Sumatera Utara
6. dr. Rusmalawaty, M.Kes. selaku Anggota Penguji IIdan Dosen Pembimbing
perkuliahan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen FKM USU, yang telah memberikan banyak ilmu dan
8. Drg. Lili Marliana selaku Kepala Puskesmas Sri Padang yang telah banyak
9. Para staf pemegang program Prolanis di Puskesmas Padang yang telah banyak
10. Terkhusus dan yang teristimewa orang tua tercintaHelmi Bugisdan Sri Mawar
memberikan kasih sayang yang begitu berharga sampai saat ini, terima kasih
11. Saudara penulis Khairul Abdi Bugis, Fahmi Amri Tondi Bugis, Revaldi
Hermawan Bugis yang telah menjadi bagian dari alasan penulis berjuang
semangat dan dukungan Tria Windiani, Milda Aulia Hasibuan, Dewi Rinjani,
Rostinni Ritonga.
vii
Universitas Sumatera Utara
14. Kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak
Segala rasa syukur ini penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada berbagai
pihak yang turut membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini, hanya ALLAH
saja yang dapat membalas kebaikan saudara/i semua. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca agar dapat dipergunakan dengan
sebaik baiknya, serta penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan Penelitian 10
Tujuan umum 10
Tujuan khusus 10
Manfaat Penelitian 11
Tinjauan Pustaka 12
Diabetes Melitus 12
Program Pengelolaan Penyakit Kronis 24
Analisis Efektivitas Biaya 27
Kualitas Hidup 32
Hasil Penelitian Terdahulu 36
Landasan Teori 38
Kerangka Konsep 39
Hipotesis Penelitian 41
Metode Penelitian 42
Jenis Penelitian 42
Lokasi dan Waktu Penelitian 42
Populasi dan Sampel 42
Variabel dan Definisi Operasional 43
Metode Pengumpulan Data 45
Metode Pengukuran 46
ix
Universitas Sumatera Utara
Metode Analisis Data 47
Hasil Penelitian 54
Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 54
Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 55
Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan 55
Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan 56
Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Didiagnosa DM 56
Gambaran Biaya 58
Hasil Uji Mann Whitney U 59
Hasil Analisa Regresi Logistik Berganda 60
Kualitas Hidup Per Domain 61
Hasil Analisa Rasio Tambahan Biaya dengan Kualitas Hidup 62
Pembahasan 64
Deskripsi Lokasi Penelitian 64
Deskripsi Hasil Penelitian 66
Keterbatasan Penelitian 75
Daftar Pustaka 78
Lampiran 81
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
5 DeskripsiJenis Kelamin 54
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka konsep 1 40
2 Uji korelasi 47
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Kuesioner 81
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
Sibolga pada tanggal 15 Mei 1997. Penulis beragama Islam, anak kedua dari
empat bersaudara dari pasangan Helmi Bugis dan Sri Mawar Sihombing.
xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
peningkatan dalam penyakit tidak menular atau degeneratif maka BPJS Kesehatan
Kronis), dengan diadakan program ini BPJS bertujuan untuk mendorong peserta
75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil
2014).
Diabetes adalah salah satu penyakit yang diderita oleh seseorang selama
seumur hidup di mana badan seseorang tidak dapat lagi untuk memproduksi
insulin secara cukup dan tidak dapat menggunakan insulin yang diperoduksi
secara baik. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula
darah (hiperglikemia). Pada diabetes melitus terdapat 2 tipe atau kategori utama
yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes 1 (disebut juga Insulin
Dependent Diabetes Melitus atau IDDM) yang terjadi apabila sel-sel yang
memproduksi insulin didalam tubuh tidak dapat berfungsi lagi, dan hanya
1
Universitas Sumatera Utara
2
membuat sedikit atau tidak ada insulin. Jika tubuh tidak memproduksi insulin
maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel-sel. Diabetes tipe 2 (disebut juga
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus atau NIDDM), pada tipe ini sering
terjadi pada kebanyakan orang dewasa yang kelebihan berat badan dan berumur
40 tahun.
Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan oleh tubuh tidak
dibandingkan dengan kadar glukosa dalam tubuh. Diabetes tipe 2 sering terjadi
pada orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan yang berumur >40
tahun, pada tipe ini pankreas masih memproduksi insulin. Diabetes tipe 2
kelebihan berat badan, kurang olah raga, umur, dan terakhir diabetes kehamilan.
Selain memiliki beberapa penyebab, diabetes melitus juga memiliki gejala, yaitu
luka atau goresan lambat sembuh, lambat sembuh infeksi yang tidak jelas
penyebanya pada kulit, gusi, dan kenatung kemih, penglihatan kabur, mual,
Goldberg (2007) adalah mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun, usia
harapan hidup penderita DM tipe 2 yang mengidap penyakit mental serius, seperti
(InfoDatin, 2018).
kesehatan, oleh sebab itu pemerintah membuat suatu program agar dapat
memiliki kualitas hidup yang efektif dengan biaya yang sangat minim. Kualitas
Kesehatan fisik yang tidak efektif akan menurunkan fungsi fisik karna
adanya komplikasi jangka panjang yang timbul karena penyakitnya sendiri dan
kualitas hidup pasien, karena secara langsung ataupun tidak langsung akann
perawatan penyakit yang terus menerus akan menyebabkan dampak pada mood
seseorang pasien dalam jangka panjang atau pendek. Sering terjadi frustasi karena
penyakitnya. Sering juga terjadi perasaan bahwa tidak ada harapan pada
penyakitnya, dan hal ini menyebabkan gangguan secara psikologi yang akhirnya
kualitas hidup karena adanya penurunan kualitas hidup dan kuantitas hubungan
dengan biaya perawatan yang tinggi dan dalam jangka panjang yang berkelanjutan
>200 mg/dl ditambah 4 gejala khas DM positif (banyak makan, sering kencing,
sering haus, dan berat badan turun). Kedua Nilai Gula Darah Puasa (GDP) >126
mg/dl ditambah 4 gejala khas DM positif.. Ketiga Nilai GDPP >200 mg/dl
meskipun nilai GDP <126 mg/dl dan/atau keempat gejala khas DM tidak
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) ditegakkan bila nilai GDPP 140-199 mg/dl
GDP terganggu (Gula Darah Puasa Terganggu) menurut ADA (American Diabetes
Menurut WHO Global Report secara global, diperkirakan 422 juta orang
dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta
pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi)
telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7 persen
menjadi 8,5 persen pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan
peningkatan faktor resiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas.
tinggi. Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah
yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta
persen dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase
kematian yang disebabkan oleh diabetes yang sering terjadi sebelum usia 70 tahun
perkotaan terdapat sebanyak 1,9 persen dan masyarakat pedesaan 1,0 persen,
sedangkan pada laki-laki sebanyak 1,2 persen sedangkan perempuan 1,8 persen,
pada masyarakat yang tidak/belum pernah sekolah terdapat 1,6 persen, tidak/tamat
SD/MI 1,4 persen, tamat SD/SI 1,8 persen tamat SLTP/MTS 1,4 persen, tamat
perkotaan serta pada perempuan dan juga pada masyarakat yang tamat
sebanyak 11,2 persen sedangkan perkotaan 10,6 persen, untuk masyarakat laki-
laki terdapat 9,0 persen dan pada perempuan 12,7 persen, sedangkan pada
masyarakat tidak/belum sekolah terdapat 17,2 persen, tidak tamat SD/MI 14,4
persen, tamat SD/MI 11,9 persen tamat SLTP/MTS 7,8 persen, tamat SLTA/MA
banyak terkena dm dibandigkan kota, dan untuk masyarakat perempuan juga lebih
belum pernah sekolah lebih banyak terkena diabetes melitus. Dilihat dari TGT dan
GDP masyarat perkotaan untuk TGT 28,8 persen dan GDP 25,1 persen sedangkan
masyarakat perdesaan TGT terdapat 33,1 persen dan GDP 27,7 persen, untuk jenis
kelamin perempuan dalam masalah TGT terdapat 34,7 dan GDP 25,3 sedangkan
laki-lai TGT 26,8 persen dan GDP 27,3 persen (Riskesdas, 2018)
sepuluh negara besar dengan penderita diabetes melitus terbanyak tahun 2000 dan
Indonesia di estimasikan pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta penduduk jumlah
penderita diabetes sedangkan pada tahun 2030 di estimasikan sekitar 21.3 juta
penduduk usia 15 tahun keatas yang terdiagnosis dan merasakan gejala diabetes
melitus di Indonesia Tahun 2013 Sumatera Utara menduduki posisi kedua dengan
jumlah penduduk yang menderita kencing manis oleh dokter sebesar 160.913 dan
belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter terapi dalam 1
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah (JKN, 2013). BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksana yang
triliun untuk masalah pengobatan diabetes pada tahun 2018. Dana tersebut belum
diabetes. Komplikasi dari penyakit diabetes melitus seperti jantung mencapai Rp.
10,5 triliun dan gagal jantung mencapai Rp 2,4 triliun (Maharrani, 2019)
senam prolanis berpengaruh terhadap penurunan kadar gula dalam darah pasien
diebetes melitus tipe 2. Hal ini di dukung oleh program dan porsi latihan fisik seta
pengetahuan si pasien.
Analisis efektivitas biaya adalah salah satu cara untuk memilih dan
menilai program yang terbaik bila terdapat bebrapa program yang berbeda dengan
tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang
akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif
program sehingga yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan
2008).
terbagi menjadi dua bagian pokok, yang pertama adalah analisis ekonomi yang
parsial yaitu analisis ekonomi yang diterapkan hanya kepada sisi input atau output
saja dan bukannya kepada keduanya sekaligus. Sedangkan metode yang kedua
Dr.Abdul Aziz Singkawang Tahun 2013 komposisi biaya langsung yang terbesar
penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 yang ditemukan adalah biaya untuk
obaat-obatan yang mencapai 75,65persen dari total biaya. Besaran biaya untuk
obat-obatan pada penelitian ini, tidak jauh berbeda dengan data BPJS tahun 2012.
Biaya rawat jalan penderita diabetes melitus tipe 2 di Indonesia yaitu sebesar
71,07 persen untuk pengobatan dan 28,93 persen untuk selain pengobatan
(Widyani R, 2013).
diabetes melitus mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efektif
dan rasional. Terbentuknya program ini di harapkan agar menjaga kadar glukosa
darah dan HBA1C berada di kisaran awal sehingga mencegah atau meminimalkan
dilakukukan penulis data yang ditemukan pada puskesmas Sri Padang pasien yang
penulis dengan pihak-pihak terkait di puskesmas yang ada di Tebing Tinngi. Hasil
prolanis dilakukan seminggu sekali, dan kegiatan tes gula darah dilakukan sebulan
program prolanis sesuai dengan tujuan terbentuknya program tersebut, dan yang
Perumusan Masalah
Menurut data WHO Global Report secara global diperkirakan 422 juta
orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108
juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia telah meningkat hampir dua
kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen pada
meningkat. Analisis efektivitas biaya adalah salah satu cara untuk memilih dan
menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa progrm yang berbeda dengan
tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Berdasarkan hasil observasi penulis di
Padang sekitar 50 persen. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah biaya
mana yang lebih efektif antara peserta yang mengikuti PROLANIS dan Non
kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi?
Tujuan Penelitian
dan mengetahui efektivitas biaya antara pasien yang mengikuti PROLANIS dan
Non PROLANIS daengan cara melihat kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 baik yang
3. Untuk mengetahui rata-rata biaya yang harus dikeluarkan pasien prolanis dan
Manfaat Penelitian
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi
kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk
dapat mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efisien dan
efektif.
Puskesmas.
Diabetes Melitus
kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari kadar gula biasanya atau normal.
Kadar gula normal sebesar 60 mg/dl sampai 145 mg/dl. Menurut Malecki dan
Wolfs MGM (dalam Yolanda, 2011) diabetes melitus adalah sekelompok penyakit
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah secara kronis.
Jika diabetes tidak terkontrol dengan baik, maka dapat menyebabkan keadaan
pada berbagai jaringan terutama pada retina, glomeruli ginjal, jaringan saraf dan
pembuluh darah.
satu penyakit manusia tertua yang diketahui, nama lengkap dari diabetes melitus
berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu “siphon” dan “gula”, dan deskripsinya
adalah gejala diabetes tak terkontrol. Berlalunya sejumlah urine manis karna tidak
dapat mengimbangi gula. Pemahaman yang tepat tentang kondisi ini baru
berkembang selama sekitar seratus tahun terakhir. Pada tahun 1921, dua ilmuwan
Kanada, Frederick Banting dan Charles Best, menemukan bahwa zat misterius
diproduksi dalam kelompok kecil sel yang dikenal sebagai pulau Langerhans, di
dalam pankreas, mereka menamai ini zat insulin (setelah nama Latin untuk Islet
yang merupakan Insula), dan itu mungkin penemuan paling penting dalam sejarah
12
Universitas Sumatera Utara
13
diabetes. Ketika insulin tersedia sebgai pengobatan untuk diabetes setelah 1922,
itu dilihat sebagai keajaiban medis, mengubah kehidupan banyak anak muda yang
yang merupakan suatu kumpulan atau gejala yang timbul pada seseorang karena
adanya peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
maupun relatif.
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan insulin secara cukup (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi
diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir, (WHO Global Report,
2016).
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah (Soegondo dkk,
2009).
kronis yang terjadi karena pankreas yang tidak dapat lagi memproduksi insulin
atau tidak efektifnya tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan oleh
sebuah kelenjar buntu yang kecil yang terdapat tepat di bawah lambung. Dalam
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa sebagai
sumber energi utama bahan bakar untuk tubuh. Jikapada tubuh tidak terdapat
insulin maka tidak dapat mengendalikan glukosa di dalam darah. Semua makanan
yang di makan kadar glukosa nya akan tinggal di dalam darah, dan setelah makan
kadar gula darah akan sangat tinggi sehingga seseorang akan merasakan sakit, dan
sampai tidak sadarkan diri. Hal ini terjadi karna tubuh tidak mampu mengatasi
gula berlebihan dalam satu waktu. Maka terjadilah Hiperglikemia (Kadar Gula
teliti itu harus terpisah untuk melihat apa yang dicurigai menjadi penyebab
Tipe 1 – insulin dependent diabetes mellitus. Pada tipe ini terjadi bila sel-
sel memprodukasi insulin dalam tubuh tidak berfungsi lagi danhanya membuat
sedikit insulin atau tidak sama sekali. Jika tubuh tidakmemproduksi insulin
sebagaimana mestinya maka gula darah tidak dapat masuk kedalam sel-sel tubuh.
Untuk bertahan hidup biasanya pasien pada tipe ini bergantung pada suntikan
insulin sealama hidupnya. Diabetes pada tipe ini tidak terlalu umum, hanya sekitar
10-20% dari semua penderita diabtes yang mengidap IDDM. Diabetes pada tipe
setidaknya paling sedikit ada 2 gen khusus yang memberikan kepada seseorang
cenderung mendapat diabetes tipe 1. Gen tersebut termasuk kepada apa yang
pertahanan tubuh terhadap infesi. (Istilah yang dipakai para dokter untuk gen ini
ialah HLA DR3 dan HLA DR4 untuk keturunan cancasian orang Barat. Untuk
orang Asia ada tambahan gen yaitu HLA AW33 dan HLA BW58).
tipe ini adalah sebagai akibat dari sistem kekebalan tubuh menyerang sel sel beta
orang itu baru sja menderita penyakit infeksi virus seprti flu, selesma berar, cacar
dan lain sebagainya. Pada penderita diabetes yang baru juga mempunyai kadar
Tipe 2 – non insulin dependent diabetes melitus. Pada tipe ini sangat
sering terjadi pada orang dewasa yang kelebihan berat badan yang berumur 40
mendapatkan penyakit ini dari keturunan. Jika ada salah satu keluarga yang
terkena diabetes maka resiko terhadap keturunannya dua kali lipat lebih tingg
ada keturunan diabetes. Dan jika seseorang memiliki 2 orang anggota keluarga
yang menderita diabetes maka kemungkinan untuk terkena diabetes 4 kali lipat
daripada yang dibutuhkan tubuh, maka kalori yang berlebihan akan disimpan di
tubuh dalam bentuk lemak, baik kalori yang datang itu dari karbohisrat, protein
atau lemak.
lebih banyak lagi insulin dalamusaha membuka sel-sel yan tertutup. Dengan
demikian pankreas melebihi waktu karena kelebihan kalori yang dimakan. Juga,
memproduksi insulin.
dengan cara giat berolahraga dengan teratur. Bahkan olahraga dapat menurunkan
risisko medapatkan diabetes pada wanita yang sudah kelebihan pada berat badan
dan pada wanira yang mempunyai anggota keluarga yang menederita diabetes.
yang membesarkan hati dari studi lebih dari 20.000 orang dokter. Hasilnya
menunjukkan bahwa olah raga lima kali dalam seminggi dapat menghasilkan
diabetes tipe 2. Bahkan yang berolah raga sekali dalam seminggu dapat
tahun.
Umur. Kebanyakan pada kasus diabetes tipe 2 banyak terjadi pada usia
dewasa yaitu yang sudah berumur 40 tahun. Tapi tidak menutup kemunkinan
untuk yang muda-muda juga bisa mendapat diabetes tipe 2 ini (diabetes yang
tidak tergantung pada insulin) atau orang-rang yang sudah tua juga bisa menderita
diabets tipe 1.
penderita diabetes kehamilan ada. Jika wanita sudah berumur 30 tahun, dan
Pada 98% kasus penyakit diabetes akan hilang setelah melahirkan bayi.
kemungkinan besar akan menderita penyakit diabetes itu lagi pada kehamilan
hari nanti.
Tabel 1
Melitus maka dilakukan pengecekan kadar glukosa darah. Dalam penentuan harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai,
glukosa dngan cara enzimatik dengan bahan darah plasama vena. Dan untuk
terpercaya. Untuk memantau glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler.
(NGSP)
2011:
banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya.
melitus yang baik. Diabetes melitus terkendali baik tidak berarti hanya kadar
glukosa darahnya saja yang yang harus diperhatikan baik, tetapi juga harus secara
Tabel 2
tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari biasa (puasa <150 mg/dl, dan
sesudah makan <200 mg/dl), begitu juga dengan kadar lipid, tekanan darah, dan
diabetes melitus yang penyakitnya tidak dapat terkontrol dengan baik akan
bawah nilai normal (<50mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang rendah
pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengendalian pasien
latihan jasmani (seperti senam) selama beberapa waktu yaitu 2-4 minggu. Apabila
dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan
tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi
Edukasi. Pada diabetes tipe 2 pada umumnya terjadi pada saat pola gaya
Terapi gizi medis.Kunci dari keberhasilan Terapi Gizi Medis (TGM) dalah
keterlibatan secara menyeluruh anggota dari tim (dokter, ahli gizi, petugas,
kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Prinsip dalam pengaturan makan pada
umum yaitu makanan yang seibang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin.
teratur (3-4 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang berisfat aerobik, seperti :
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif
glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani:
c. Ketoasidosis diabetik
perencanaan makan
3. Terapi Kombinasi
kronis untuk mencapai kualitas yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan
penyakit kronis untuk meningkatkan semangat hidup dan kualitas hidup dengan
Pertama memiliki hasil yang baik pada pemeriksaan spesifik penyakit DM Tipe 2.
2014)
peserta BPJS Kesetan penyandang penyakit kronis ( Diabetes Melitus Tipe 2dan
Prolanis
11. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta prolanis
14. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta
Pengelola:
b. Menganalisis data
dapat diukur berdasarka nilai uang. Hal yang timbul dan mungkin timbul untuk
mencapai satu tujuan tertentu” (Fatma, 2009). Menurut Lipsey CS adalah “ biaya
Analysis in Health CEA adalah suatau metode untuk menentukan program mana
untuk melihat gambaran seberapa jauh terget yang sudah tercapai yang telah
biaya merupakan cara memilih untuk menilai program yang terbaik bilamana
beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih.
sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu pembuatan keputusan
yang akan dibandingkan harus diukur di dalam unit-unit biasa yang sama, unit-
unit alami yang berkaitan dengan program tujuan klinik (contohnya, hari-hari
pertambahan usia hidup). Jika hanya terdapat dua program alternative, perbedaan
dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana
yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing
yang akan dipilih oleh para analisis pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan
Soesetyo, 2008).
tujuan yang sama pada akhirnya. Terknik ini mengintervensi yang paling murah
dan paling menguntungkan dalam pencapai target suatu tujuan yang sama dengan
cara membandingkan hasil dari suatu kegiatan dengan biayanya. Cara ini
1. Intervensi yang dapat mencapai suatu hasil yang telah ditergetkan dalam
dengan biaya yang telah ditentukan. Hasilnya dinyatakan dalam biaya perunit
iuran, atau total biaya untuk suatu intervensi dibagi dengan total iuran
kesehatan sebagai suatu hasil lain satuan moneter atau hasil kesehatan total
b. Untuk menggunakan dana lebih efektif dan efisien, akan tetapi tetap
terendah
adalah untuk alat bantu untuk mengambil keputusan yang efektif dan efisien agar
sehingga CEA sangat baik untuk mengatur efisiensi di bidang sosial, khususnya
bidang kesehatan yang bersifat program atau intervensi pada tingkat daerah.
berikut:
c. CEA tidak diberlakukan hanya untuk satu program saja karna kalau satu
Yang diutamakan dalam CEA adalah input untuk melihat biaya yang
dimasukan dan juga output untuk melihat biaya yang dikelurkan, kalau untu
program
Prinsip dasar analisis efektivitas biaya menurut Shepard adalah cara untuk
a. Analisis Jangka Pendek. Pada analisis ini yang dilakukan untuk jangka waktu
b. Analisis Jangka Panjang. Pada analisis ini dilakukan untuk jangka waktu
5. Adanya beberapa biaya dan pengaruh yang tidak dapat di ukur dengan tepat
beberapa pengaruh biaya yang tidak dapat diukur dengan tepat, sehingga banyak
akan data yang lengkap, mudah diperoleh dan benar, serta keterbatasan akan
yang lengkap, mudah diperoleh dengan benar, serta keterbatssan akan interpretasi
(Tjiptoherijanto, 2008)
Kualitas Hidup
morbiditas dan kualitas hidup (QOL) yang telah berubah menjadi hasil penting
dalam studiklinis dan intervensi. Defenisi berbeda dari QOL telah diusulkan oleh
para peneliti atau organisasi yang berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mereka dalam kehidupan konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup
dan dalam kaitannya dengan tujuan, standar, harapan, dan masalah mereka.
individu dalam hidup konteks budayadan sistem nilai dimana individu hidup dan
dkk, 2005).
Menurut Cohan dan Lazarus (dalam Sarafino, 2006) kualitas hidup adalah
dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tjuan
obat dan alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan
seksual.
seksual
a. Kualitas hidup yang subjektif yaitu hidup yang sangat baik dirasakan
dalam keharmonisan
kehidupan mereka.
Pada ketiga aspek yang dijelaskan diatas aspek kualitas hidup ini
hidup yang dapat ditempatkan pada suatu rentang spektrum dan subjektif, elemen
Menurut Kurtus kualitas hidup terdiri dari tiga komponen yaitu kesehatan,
kepemilikan, harapan, sehingga hal ini juga terkait dengan factor umur, tingkat
diantaranya adalah:
inivasi baru, partisipasi dan juga kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas
juga transportasi.
Peserta JKN di Kota Serang Banten” menunjukan bahwa total biaya yang
biaya langsung non medis dan biaya tak langsung. Biaya langsung medis terdiri
dari biaya beban pasien BPJS Kesehatan dan biaya beban pasien. Beban biaya
pasien prolanis lebih besar dibandingkan pasien non prolanis biaya yang
sebesar 68%. Biaya langsung medis beban pasien adalah biaya yang dikeluarkan
oleh pasien selain yang dijamin oleh BPJS Kesehatan. Tidak ada pasien DM
Prolanis yang membayar biaya tambahan, sementara terdapat 2 orang pasien non
Penderita Rwat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Abdul Aziz
untuk setiap penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. Abdul Aziz
1.634.505 dan biaya terendah sebesar Rp. 171.644 dan tertinggi sebesar Rp.
9.626.682. pada CI 95% biaya langsung medis sebesar Rp. 2.178.413 sampai
dengan Rp. 2.634.238, berdasarkan uji bivariat perbedaan rata-rata biaya langsung
medis untuk penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dalam setahun pada
penderita perempuan yaitu Rp. 2.394.665. Rata-rata biaya langsung medis pada
penderita rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dalamsetahun pada penderita umur
<40 tahunn sebesar Rp. 1.349.126, biaya meningkat pada penderita berumur
diatas 40 s/d 59 yahun yaitu sebesar Rp. 2.307.156 dan kembali meningkat pada
Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Praktek Klinik
48-56 tahun sebanyak 18 orang (50%), responden dengan umur 57-65 tahun
sebanyak 10 orang (28%) dan responden dengan usia 40-47 tahun 8 orang (22%).
(83%)orang dan pada laki-laki terdapat 6 orang (17%). Berdasarkan data pre test
yang dilakukan pada kadar gula darah responden sebelum melakukan senam yang
Berdasarkan data post test atau kadar gula darah responden sesudah melakukan
senam semua baik atau ada dalam batas normal sebanyak 36 orang (100%).
Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test yang telah dilakukaan, didapatkan
hasil p value yaitu 0,000 dengan derajat kemaknaan α ≤ 0,05 berarti p < α
sehingga di ambil keputusan bahwa Ha diterima dan H0 di tolak atau ada pengaruh
senam prolanis terhadap penurunan kadar gula dalam darah pasien diabetes
Landasan Teori
Analysis in Health CEA adalah suatau metode untuk menentukan program mana
sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu pembuatan keputusan
yaitu jenis kelamin, umur, suku, etnik, pendidikan, pekerjaan, dan status
perkawinan. Bagian kedua adalah medik, yaitu lama menjalani terapi, stadium
Kerangka Konsep
digunakan untuk menilai suatu alternatif mana yang lebih cost efective. Secara
garis besar penilaian ini akan mencoba untuk mempertimbangkan aspek biaya dan
konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu
dengan pasti alternatif mana yang lebih efisien dan suatau metode untuk
sosiodemografi yaitu jenis kelamin, umur, suku, etnis, pendidikan, pekerjaan, dan
status perkawinan. Bagian kedua adalah medik, yaitu lama menjalani terapi,
Variabel Independen
- Usia
- Pendidikan
- Jenis Kelamin
- Pekerjan Variabel Dependen
- Lama didiagnosa terkena
!"#$%&'()'*%&+"&
Kualitas Hidup
Diabetes Melitus ,-./0$1"#$'2$&3"0
- Lama mengikuti PROLANIS
- Penyakit yang diderita akibat
komplikasi Diabetes Melitus
𝑰𝑪𝑬𝑹
𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔!"#$% − 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒏𝒐𝒏 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔
= "&'(%)*(+%,&-./*,0(*&12,&'(%)*(+&3(%,&-./*,0(*&1%4567*5
𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔 − 𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒏𝒐𝒏 𝒑𝒓𝒐𝒍𝒂𝒏𝒊𝒔
#886,(*7616''%)*(+%,&-./*,0(*&12#886,(*7616''%)*(+&3(%,&-./*,0(*&1
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan usia pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup
5. Ada hubungan lama didiagnosa pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas
6. Ada hubungan lama mengikuti prolanis pasien diabetes tipe2 dengan kualitas
Jenis Penelitian
Prolanis Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi Periode Januari 2019 sampai
dengan selesai.
penyakit, dan outcome lain secara serentak pada individu-individu dari suatu
Puskesmas Sri Padang Tebing Tinggi yang mendapatkan pelayanan selama tahun
Pertama yaitu di Puskesmas Sri Padang sebanyak 60 orang yang terkena DM dan
42
Universitas Sumatera Utara
43
secara sampling jenuh artinya dari teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2017). Jadi dalam penelitian ini
yaitu kualitas hidup dan sebagai variabel independen adalah usia, jeni kelamin,
Data yang digunakan adalah data primer dan skunder. Data biaya terdiri
dari data biaya langsung medis hasil iuran aplikasis BPJS Kesehatan, biaya yang
dihitung adalah biaya pelayanan kesehatan selama 2019. Data biaya langsung non
medis dan biaya tak langsung diperleh dari kuisioner beban ekonomi. Data
pertanyaan dan dibagi menjadi 4 domain yaitu domain fisik, psikologik, hubungan
2. Data biaya langsung medis adalah biaya pengobatan pasien DM Tipe 2 yang
3. Data biaya tak langsung adalah semua biaya yang di keluarkan baik dari segi
transportasi, biaya makan dan biaya yang diluar dari biaya langsung medis.
dijelaskan whoqol-bref adalah sebuah alat ukur berupa kuesioner yang terdiri
terget yang sudah tercapai yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan
6. Analisis Univariat adalah analisis untuk satu variabel atau per variabel.
beberapa variabel lain yang bebas (independet variable) X1, X2,. . . ,X3.
8. Uji korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linear
9. Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) adalah total biaya dari suatu
10. Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) adalah nilai ratio yang diperoleh
penelitian ini, maka penulis memerlukan sejumlah data, baik data primer maupun
sekunder. Memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
a. Studi Kepustakaan
dijadikan sebagai landasan teori dan acuan dalam mengolah data, dengan cara
jurnal, buku, skripsi dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah
yang di teliti.
b. Riset Internet
penelitian.
c. Penelitian Lapangan
Metode Pengukuran
dari dua bagian yang berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan
secara umum, dan satu bagian yang terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari
Tabel 3
Tabel 4
dilakukan peneliti yang ingin mengetahui bagaimana gambaran data yang telah
Analisis univariat untuk melihat deskripsi dan distribusi frekuensi dari tiap-tiap
tabel.
dianalisis?
b. Yang kedua menjawab salah satu dari pertanyaan dari tujuan penelitian
(random)
Pada analisis regresi linear berganda dan uji korelasi dilakukan untuk menguji
dan populasi.Uji statistik non parametrik untuk melihat perbedaan biaya dan
independen. Dalam uji mann whitney u syarat uji adalah sebagai berikut:
3. Bentuk kedua populasi sama, yang berbeda adalah lokasi (letak) media
kedua populasi.
berupa kategorik karena dalam menginterpretasi hasil analisis akan lebih mudah.
X1
X2
X3 Y
dengan variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p <
0,25, maka variabel tersebut dapat masuk model multivariat. Namun bisa
saja p value > 0,25 tetap diikutkan ke multivariat bila variabel tersebut
2) Memilih variabel yang dianggap penting yang masuk dalam model, dengan
dalammodel.
X1 Y
X1
X2
X3
Tahap pemodelan:
besar dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai konfonding dan
yang terbaik bilamana beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama
hidup.
total biaya dari suatu program atau alternatif program dibagi dengan outcome.
−
=
ICER (incremental cost effectiveness ratio). ICER adalah nilai ratio yang
diperoleh dengan membandingkan pasien yang mengikuti Prolanis dan yang Non
pembeda antara biaya dari dua alternatif dengan perbedaan efektivitas antara
alternatif.
−
=
−
deskripsi dan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel. Analisis regresi linear
berganda dan uji korelasi dilakukan untuk menguji variabel independen yang
paling mempengaruhi kualitas hidup. Uji statistik non parametrik untuk melihat
perbedaan biaya dan kualitas hidup antara pasien PROLANIS dan NON
hidup.
CEA =
ICER =
Tabel 5
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 24 40,7%
Perempuan 35 59,3%
Total 59 100%
Tabel 6
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 8 26,7%
Perempuan 22 73,3%
Total 30 100%
(26,7%).
Tabel 7
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 16 55,2%
Perempuan 13 44,8%
Total 29 100%
54
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 8
Usia n %
36-45 2 3,4%
46-55 36 61,0%
56-65 20 33,9%
>65 1 1,7%
Total 59 100%
Tabel9
Pendidikan n %
SD 6 10,2%
SMP 19 32,25%
SMA 32 54,2%
S1 3 3,4%
Total 59 100%
Tabel10
Pekerjaan n %
Bekerja 34 57,6%
Tidak Bekerja 25 42,4%
Total 59 100%
ini.
Tabel 11
Lama Didiagnosa n %
2 tahun 8 13,6%
3 tahun 22 37,3%
Total 59 50,8%
subjek yang telah mengikuti prolanis selama 3 tahun 22 orang (73,3%), dan hanya
Tabel 12
Lama Didiagnosa n %
4 tahun 6 20%
4,5 tahun 1 3,3%
5 tahun 8 26,7%
5,5 tahun 1 3,3%
6 tahun 9 30%
6,5 tahun 1 3,3%
7 tahun 3 10%
8 tahun 1 3,3%
Total 30 100%
semuanya telah didiagnosa DM lebih dari 3 tahun, yakni 6 orang telah didiagnosa
4 tahun, 1 orang telah didiagnosa 4,5 tahun, 8 orang telah didiagnosa 5 tahun, 1
orang telah didiagnosa 5,5 tahun, 9 orang telah didiagnosa 6 tahun, 1 orang telah
didiagnosa 6,5 tahun, 3 orang telah didiagnosa 7 tahun, dan 1 orang telah
didiagnosa 8 tahun.
Tabel 13
Lama Didiagnosa n %
2,5 tahun 1 3,4%
4 tahun 4 13,8%
5 tahun 10 34,5%
6 tahun 3 10,3%
7 tahun 10 34,5%
8 tahun 1 3,4%
Total 29 100%
2,5 tahun, 4 orang telah didiagnosa selama 4 tahun, 10 orang telah didiagnosa
Gambaran Biaya
Tabel 14
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien PROLANIS dan pasien non
PROLANIS. Total rata-rata biaya yang harus dikeluarkan pasien non PROLANIS
lebih besar dibandingkan pasien PROLANIS, dengan total rata-rata biaya pasien
PROLANIS. Rata-rata biaya langsung non medis untuk pasien PROLANIS ialah
Tabel 15
Mann-Whitney U
hidup antara pasien PROLANIS dan non PROLANIS. Perbedaan tersebut terlihat
pada domain fisik dan psikologis. Adapun perbedaan itu dilihat berdasarkan nilai
sig pada domain fisik yang 0.013 dan pada domain psikologis 0.003.
Tabel 16
PROLANIS sebanyak 22 orang atau sekitar 73% memiliki kualitas hidup yang
baik. Pasien PROLANIS yang memiliki kualitas hidup tidak baik hanya 8 orang
atau sekitar 27%. Adapun kualitas hidup pasien Non PROLANIS, sebanyak 9
orang atau sekitar 31% , memiliki kualitas hidup yang baik dan hanya 20 orang
atau sekitar 69% yang memiliki kualitas hidup tidak baik. Pada tabel tersebut
Kualitas hidup per domain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 17
Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat kualitas hidup pasien PROLANIS dan
non PROLANIS per domain. Mayoritas pasien PROLANIS pada domain fisik,
psikologis, dan sosial memiliki kualitas hidup yang baik, namun pada domain
baik. Pada pasien non PROLANIS kualitas hidup pada domain fisik, psikologis,
dan lingkungan berada pada kategori tidak baik, namun pada domain sosial
Hasil analisa rasio tambahan biaya dengan kualitas hidup dapat dilihat di
bawah ini.
Tabel 18
Berdasarkan tabel 18, dapat dilihat bahwa kualitas hidup domain fisik dan
hidup pasien PROLANIS. Adapun dari hasil perhitungan yang dipaparkan, dapat
dilihat bahwa pasien PROLANIS dari segi biaya maupun efektivitas lebih
mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan mendapatkan efektivitas yang lebih
total biaya dari suatu program atau alternatif program dibagi dengan outcome.
−
=
Prolanis = = 45.540
= = 45.287
= = 94..607
diperoleh dengan membandingkan pasien yang mengikuti Prolanis dan yang Non
pembeda antara biaya dari dua alternatif dengan perbedaan efektivitas antara
alternatif.
−
=
−
= = = -881.683
= = = -431.045
1. Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan Kab. Serdang Bedagai
2. Sebelah Timur dengan PT. Soefindo Tanah Besi Kab. Serdang Bedagai
4. Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela Kab. Serdang Bedagai
Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Sri Padang dari 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Sri Padang dengan luas wilayah 0,66 km 2 (48 persen) dan Tanjung
Marulak Hilir dengan luas wilayah 0,7 km 2 (52 persen). Berdasarkan BPS Kota
Tebing Tinggi tahun 2018 jumlah pendudukdi wilayah kerja Puskesmas Sri
64
Universitas Sumatera Utara
65
yang terdapat di Puskesmas Sri Padang Kecamatan Rambutan dari segi sarana
2. Puskesmas Pembantu Kebun Buah, Jalan Kebun Buah Tanjung Marulak Hilir
4. 8 unit posyandu
5. 2 unit posbindu
6. Ambulance
sampai dengan akhir tahun 2018, hampir semua tenaga kesehatan belum memadai
menurut Standar Kesehatan Rasio per 100.000 Penduduk, seperti terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 19
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
wilayah kerja puskesmas Sri Padang dengan jumlah penduduk 9.718 jiwa masih
kesehatan yang ada di Puskesmas Sri Padang keberadaan tenaga kesehatan masih
diperlukan.
Diabetes melitus suatu kondisi yang dimana kadar gula di dalam darah
lebih tinggi dari kadar gula biasanya atau normal. Kadar gula normal sebesar 60
mg/dl sampai 145 mg/dl. Menurut Malecki dan Wolfs MGM (dalam Yolanda,
dengan peningkatan kadar glukosa darah secara kronis. Jika diabetes tidak
berbagai jaringan terutama pada retina, glomeruli ginjal, jaringan saraf dan
pembuluh darah.
peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efektif dan efisien
sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan,
individu dalam hidup konteks budayadan sistem nilai dimana individu hidup dan
dkk, 2005).
seksual
Adapun hasil yang didapat dalam penelitian ini ialah pasiean PROLANIS
secara keseluruhan memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan
pasien non PROLANIS. Hal itu dapat dilihat dari mayoritas pasien PROLANIS
atau sekitar 73% memiliki kualitas hidup yang baik, sementara hanya 31% pasien
non PROLANIS yang memiliki kualitas hidup yang baik. Adapun penentuan
kualitas hidup baik dan tidak baik tersebut didapat dengan mengelompokkan skor
kualitas hidup. Skor ≤ 84 maka dikatakan tidak baik, dan apabila skor ≥ 84 maka
terdapat sebanyak 39. Dari seluruh total yang ada jumlah psien prolanis laki-laki
ada sekitar 8 orang sedangkan perempuan 22 orang, dan untuk yang non prolanis
karena secara fisik wanita memiliki peluang lebih besar. Sindroma siklus bulanan
berjumlah 2 orang (3,4%), dan terakhir >65 tahun berjumlah 1 (1,7%). Menurut
Jhonson, (1998) kebanyakan pada kasus diabetes tipe 2 banyak terjadi pada usia
dewasa yaitu yang sudah berumur 40 tahun. Tapi tidak menutup kemunkinan
untuk yang muda-muda juga bisa mendapat diabetes tipe 2 ini (diabetes yang
tidak tergantung pada insulin) atau orang-rang yang sudah tua juga bisa menderita
diabets tipe 1.
bekerja terdapat sebanyak 34 orang (57,6%), dan yang tidak bekerja 25 orang
(42,4%)
subjek yang telah mengikuti prolanis selama 3 tahun 22 orang (73,3%), dan hanya
semuanya telah didiagnosa DM lebih dari 3 tahun, yakni 6 orang telah didiagnosa
4 tahun, 1 orang telah didiagnosa 4,5 tahun, 8 orang telah didiagnosa 5 tahun, 1
orang telah didiagnosa 5,5 tahun, 9 orang telah didiagnosa 6 tahun, 1 orang telah
didiagnosa 6,5 tahun, 3 orang telah didiagnosa 7 tahun, dan 1 orang telah
didiagnosa 8 tahun.
2,5 tahun, 4 orang telah didiagnosa selama 4 tahun, 10 orang telah didiagnosa
PROLANIS sebanyak 22 orang atau sekitar 73% memiliki kualitas hidup yang
baik. Pasien PROLANIS yang memiliki kualitas hidup tidak baik hanya 8 orang
atau sekitar 27%. Adapun kualitas hidup pasien Non PROLANIS, sebanyak 9
orang atau sekitar 31% , memiliki kualitas hidup yang baik dan hanya 20 orang
atau sekitar 69% yang memiliki kualitas hidup tidak baik. Pada tabel tersebut
awal di kelompokan umur rendah, dan masa lansia akhir dan masa manula atas di
non PROLANIS per domain. Mayoritas pasien PROLANIS pada domain fisik,
psikologis, dan sosial memiliki kualitas hidup yang baik, namun pada domain
baik. Pada pasien non PROLANIS kualitas hidup pada domain fisik, psikologis,
dan lingkungan berada pada kategori tidak baik, namun pada domain sosial
ini, pada pasien prolanis bagian doamain lingkungan dikategorikan tidak baik
berdasarkan jawaban yang peneliti dapatkan bahwa mereka tidak puas dengan
tempat tinggal yang mereka tempati sekarang serta di dukung lingkungan mereka
yang tidak sehat, dan mereka juga tidak puas dengan akses pada pelayanan
kesehatan, dan juga di dukung karena tidak puasnya dengan transportasi menuju
ke pelayanan kesehatan yang sulit untuk di temui. Kebanyakan mereka yang tidak
hidup antara pasien PROLANIS dan non PROLANIS. Perbedaan tersebut terlihat
pada domain fisik dan psikologis. Adapun perbedaan itu dilihat berdasarkan nilai
sig pada domain fisik yang 0.013 dan pada domain psikologis 0.003.
Berdasarkan tabel 18, dapat dilihat bahwa kualitas hidup domain fisik dan
hidup pasien PROLANIS. Adapun dari hasil perhitungan yang dipaparkan, dapat
dilihat bahwa pasien PROLANIS dari segi biaya maupun efektivitas lebih
mengeluarkan biaya yang lebih sedikit dan mendapatkan efektivitas yang lebih
total biaya dari suatu program atau alternatif program dibagi dengan outcome.
−
=
Prolanis = = 45.540
= = 45.287
= = 94..607
ICER (incremental cost effectiveness ratio). ICER adalah nilai ratio yang
diperoleh dengan membandingkan pasien yang mengikuti Prolanis dan yang Non
pembeda antara biaya dari dua alternatif dengan perbedaan efektivitas antara
alternatif
−
=
−
= = = -881.683
= = = -431.045
Hasil uji statistik perbedaan yang signifikan dari kualitas hidup antara
pasien PROLANIS dan pasien non PROLANIS, terlihat paling signifikan pada
domain fisik dan psikologis. Sementara, pada domain sosial dan lingkungan, tidak
masih lebih baik dibandingkan dengan pasien non PROLANIS. Lebih terlihatnya
dibandingkan dengan pasien non PROLANIS, sejalan dengan tujuan dari program
pengelolaan penyakit kronis tersebut sendiri, yang mana tujuan utamanya adalah
digunakan untuk menilai suatu alternatif mana yang lebih cost efective. Secara
garis besar penilaian ini akan mencoba untuk mempertimbangkan aspek biaya dan
konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan masalah. Ini adalah alat bantu
dengan pasti alternatif mana yang lebih efisien dan suatau metode untuk
Masalah hal biaya, terlihat jelas bahwa dari segi biaya, pasien
pasien non PROLANIS. Dimulai dari rata-rata biaya langsung medis PROLANIS
yang lebih sedikit dibandingkan pasien non PROLANIS, yakni Rp. 1.688.999
untuk pasien PROLANIS dan Rp. 3.484.310 untuk pasien non PROLANIS. Rata-
rata biaya langsung non medis untuk pasien PROLANIS ialah Rp. 377.466,
biaya tidak langsung pasien PROLANIS ialah Rp.383.600, sedangan pasien non
Rp.2.450.065, sedangkan pasien Non Prolanis harus membayar dua kali lebih
PROLANIS pun berbeda. Terutama dirasakan pada domain fisik dan psikologis.
lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non PROLANIS. Artinya, bukan hanya
yang mereka rasakan juga lebih baik. Sehingga dengan begitu, pasien PROLANIS
lebih mendapat keuntungan baik dari segi biaya maupun segi efek yang dirasakan.
Hal tersebut membuktikan bahwa hasil yang didapat dari penelitian ini sejalan
dengan tujuan dari PROLANIS itu sendiri, yakni pasien PROLANIS mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya yang efektif dan efisien.
yang mengikuti PROLANIS 3.12 kali cenderung memiliki kualitas hidup baik
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi dapat
diantaranya memiliki kaulitas hidup yang baik daripada pasien diabetes melitus
2. Kualitas hidup domain fisik dan psikologis pasien non prolanis lebih rendah
dari biaya dan efektivitas lebih dominan baik dibandingkan dengan pasien non
prolanis.
3. Terdapat perbedaan rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien prolanis
dan pasien non prolanis. Total rata-rata biaya yang harus dikeluarkan pasien
non prolanis adalah Rp. 4.692.516, sedangkan pasien prolanis total rata-ratanya
Saran
76
Universitas Sumatera Utara
77
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi dalam
wilayah setempat.
3. Bagi Peneliti
Aryani, A.D., Kurdi, F.N., & Soebyakto, B.B. (2016). Cost effectiveness analysis
(CEA) program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) diabetes
melitus tipe 2 peserta JKN di Kota Serang Banteng. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan, 3(3), 1-8.
Clark, M. (2004). What is Diabetes (1-2). John Willey & Sons Inc.,111 River
Street, Hoboken, NJ 07030, USA. Understanding Diabetes. Diakses 25
Juli 2019 darihttps://b-ok-cc/book/838127/2/6e22
Desnauli, E., Nursalam, & Efendi, F. (2011). Indikator kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodilisa berdasarkan strategi
koping.Jurnal Ners,6(2), 3. Diakses dari https://e-journal.unair.ac.id
78
Universitas Sumatera Utara
79
JKN. (2013). Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Diakses darihttps://wwwgoogle.com/url?sa=
t&source=web&rct=j&url+http://www.jkn.kemenkes.go.id/attachment/un
duhan/Ebook
Watuseke, H., Ake, J. & Akay, T. (2017). Efektivitas senam prolannis terhadap
penurunan kadar gula darah paien diabetes melitus tipe 2 di Praktek Klinik
DR. Fransiskus KaramoyDesa Winebetem Kecamatan Lawongan Selatan.
E-Jurnal Sariputra, 4(1), 5.
Lampiran 1. Kuesioner
Data Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan :
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. S1 / S2 / S3
Pekerjaan :
1. Petani
2. Nelayan
3. Buruh
4. Wiraswasta
5. PNS
6. TNI / POLRI
7. Dll (sebutkan)
Penghasilan Perbulan :
1. < 2.000.000,00
2. 2.000.000,00
3. > Rp. 2.000.000
Lama Didiagnosa DM :
Lama Mengikuti Prolanis :
Penyakit yang diderita akibat komplikasi :
Biaya Langsung Medis
WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut tentang perasaaan anda terhadap kualitas
hidup, kesehatan, dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan
setiappertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah
jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jik anda tidak yakin tentang
jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaaan yang diberikan, pikirkan
yang pertama muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang
terbaik.
Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenagan dan
perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan
anda pada empat minggu terakhir.
Sangat buruk Biasa- Baik Sangat
buruk biasa aja baik
1. Bagaimana menurut 1 2 3 4 5
anda kualitas hidup anda
Pertanyaan beriku adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam empat minggu terakhir
Tidak Sedikit Dalam Sangat Dalam
sama jumlah sering jumlah
sekali sedang berlebihan
3. Seberapa jauh rasa sakit 5 4 3 2 1
fisik anda mencegah
anda dalam beraktivitas
sesuai kebutuhan anda?
4. Seberapa sering anda 5 4 3 2 1
membutuhkan terapi
medis untuk dapat
berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari
anda
5. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
menikmati hidup anda?
6. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
merasa hidup anda
berarti?
7. Seberapa jauh anda 1 2 3 4 5
mampu berkonsentrasi?
8. Secara umum, seberapa 1 2 3 4 5
aman anda rasakan
dalam kehidupan anda
sehari-hari?
9. Seberapa sehat 1 2 3 4 5
lingkingan dimana anda
tinggal (berkaitan
dengan sarana dan
prasarana)
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda dalam hal-hal berikut
ini dalam 4 minggu terakhir
Tidak Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya
sama dialami
sekali
10. Apakah anda 1 2 3 4 5
memilikivitalitas yang
cukup untuk
beraktivitas sehari-
hari?
11. Apakah anda dapat 1 2 3 4 5
menerima penampilan
tubuh anda?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami
hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.
Tidak Jarang Cukup Sangat selalu
pernah sering sering
26. Seberapa sering anda
memiliki perasaan negatif
seperti „feeling blue’
(kesepiaan), putus asa, cemas
dan depresi?
+ + + + + +
28. Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26) a.= b: c:
+ + + + +
29. Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 a.= b: c:
+ +
30. Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24+Q25 a.= b: c:
+ + + + + + +
Frequencies
Statistics
B1PRO B2PRO
N Valid 30 30
Missing 29 29
Mean 57666,67 1631333,33
Std. Error of Mean 8505,351 18887,041
Median 60000,00 1570000,00
Mode 10000 1570000
Std. Deviation 46585,726 103448,582
Variance 2170229885,057 10701609195,402
Range 110000 230000
Minimum 10000 1570000
Maximum 120000 1800000
Sum 1730000 48940000
B1PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10000 12 20,3 40,0 40,0
20000 1 1,7 3,3 43,3
30000 1 1,7 3,3 46,7
50000 1 1,7 3,3 50,0
70000 2 3,4 6,7 56,7
80000 2 3,4 6,7 63,3
90000 3 5,1 10,0 73,3
100000 1 1,7 3,3 76,7
120000 7 11,9 23,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
B2PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1570000 22 37,3 73,3 73,3
1800000 8 13,6 26,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
Statistics
B1NON B2NON
N Valid 29 29
Missing 30 30
Mean 169655,17 3314655,17
Std. Error of Mean 25540,862 185618,712
Median 120000,00 4200000,00
B1NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 30000 9 15,3 31,0 31,0
90000 2 3,4 6,9 37,9
120000 7 11,9 24,1 62,1
150000 1 1,7 3,4 65,5
300000 2 3,4 6,9 72,4
360000 8 13,6 27,6 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
B2NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2225000 13 22,0 44,8 44,8
4200000 16 27,1 55,2 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
Statistics
C1PRO C2PRO
N Valid 30 30
Missing 29 29
Mean 91600,00 285866,67
Std. Error of Mean 11089,355 12246,861
Median 120000,00 300000,00
Mode 120000 300000
Std. Deviation 60738,899 67078,818
Variance 3689213793,103 4499567816,092
Range 180000 352000
Minimum 0 32000
Maximum 180000 384000
Sum 2748000 8576000
C1PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 8 13,6 26,7 26,7
96000 6 10,2 20,0 46,7
120000 10 16,9 33,3 80,0
C2PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 32000 1 1,7 3,3 3,3
240000 10 16,9 33,3 36,7
300000 12 20,3 40,0 76,7
360000 6 10,2 20,0 96,7
384000 1 1,7 3,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
Statistics
C1NON C2NON
N Valid 29 29
Missing 30 30
Mean 128689,66 289517,24
Std. Error of Mean 9414,524 12461,430
Median 120000,00 300000,00
Mode 120000 300000
Std. Deviation 50698,763 67106,855
Variance 2570364532,020 4503330049,261
Range 240000 352000
Minimum 0 32000
Maximum 240000 384000
Sum 3732000 8396000
C1NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 3,4 6,9 6,9
96000 6 10,2 20,7 27,6
120000 9 15,3 31,0 58,6
144000 4 6,8 13,8 72,4
180000 7 11,9 24,1 96,6
240000 1 1,7 3,4 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
C2NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 32000 1 1,7 3,4 3,4
240000 8 13,6 27,6 31,0
Statistics
D1PRO
N Valid 30
Missing 29
Mean 383600,00
Std. Error of Mean 83649,482
Median ,00
Mode 0
Std. Deviation 458167,083
Variance 209917075862,06
9
Range 1200000
Minimum 0
Maximum 1200000
Sum 11508000
D1PRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 17 28,8 56,7 56,7
600000 2 3,4 6,7 63,3
780000 1 1,7 3,3 66,7
840000 2 3,4 6,7 73,3
912000 2 3,4 6,7 80,0
924000 1 1,7 3,3 83,3
960000 3 5,1 10,0 93,3
1020000 1 1,7 3,3 96,7
1200000 1 1,7 3,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
Statistics
D1NON
N Valid 29
Missing 30
Mean 579241,38
Std. Error of Mean 72698,881
Median 790000,00
Mode 840000
Std. Deviation 391495,453
Variance 153268689655,17
2
Range 924000
Minimum 0
Maximum 924000
Sum 16798000
D1NON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 8 13,6 27,6 27,6
78000 1 1,7 3,4 31,0
780000 2 3,4 6,9 37,9
790000 4 6,8 13,8 51,7
804000 1 1,7 3,4 55,2
840000 9 15,3 31,0 86,2
900000 2 3,4 6,9 93,1
912000 1 1,7 3,4 96,6
924000 1 1,7 3,4 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
Runs Test
KATX1 KATX2 KATX3 KATEGORIX4.1
Test Valuea 2,00 2,00 2,00 1,00b
Cases < Test Value 23 25 9 0
Cases >= Test Value 36 34 50 59
Total Cases 59 59 59 59
Number of Runs 31 23 9 1c
Z ,534 -1,833 -3,747
Asymp. Sig. (2-tailed) ,593 ,067 ,000
a. Median
b. All values are greater than or less than the cutoff. Runs Test cannot be performed.
c. Only one run occurs. Runs Test cannot be performed.
Runs Test 2
KATX1 KATX2 KATX3 KATEGORIX4.1
Test Valuea 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000
Total Cases 59 59 59 59
Number of Runs 31 23 9 35
Z ,534 -1,833 -3,747 2,220
Asymp. Sig. (2-tailed) ,593 ,067 ,000 ,026
a. User-specified.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TOTAL 59 55 106 82,68 11,757
Valid N (listwise) 59
Mann-Whitney Test
Ranks
PROLANIS N Mean Rank Sum of Ranks
KATX1 YA 30 34,62 1038,50
TIDAK 29 25,22 731,50
Total 59
KATX2 YA 30 35,62 1068,50
Test Statisticsa
KATX1 KATX2 KATX3 KATX4
Mann-Whitney U 296,500 266,500 359,000 351,500
Wilcoxon W 731,500 701,500 794,000 786,500
Z -2,486 -2,985 -1,850 -1,544
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013 ,003 ,064 ,123
a. Grouping Variable: PROLANIS
PDDK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 6 10,2 10,2 10,2
SMP 19 32,2 32,2 42,4
SMA 32 54,2 54,2 96,6
S1 2 3,4 3,4 100,0
Total 59 100,0 100,0
Lama Didiagnosa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 TAHUN 1 1,7 1,7 1,7
4 TAHUN 10 16,9 16,9 18,6
5 1 1,7 1,7 20,3
5 TAHUN 18 30,5 30,5 50,8
6 1 1,7 1,7 52,5
6 TAHUN 12 20,3 20,3 72,9
7 1 1,7 1,7 74,6
7 TAHUN 13 22,0 22,0 96,6
8 TAHUN 2 3,4 3,4 100,0
Total 59 100,0 100,0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Lama Didiagnosa 59 3 8 5,57 1,172
Biaya Transportasi 59 0 240000 109830,51 58610,683
Valid N (listwise) 59
KATEGORI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 31 52,5 52,5 52,5
TIDAK BAIK 28 47,5 47,5 100,0
KATPRO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 22 37,3 73,3 73,3
TIDAK BAIK 8 13,6 26,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
KATNON
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 9 15,3 31,0 31,0
TIDAK BAIK 20 33,9 69,0 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
PROPSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 7 11,9 23,3 23,3
BAIK 23 39,0 76,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
NONPSI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 18 30,5 62,1 62,1
BAIK 11 18,6 37,9 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
PROSOSIAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 2 3,4 6,7 6,7
BAIK 28 47,5 93,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
NONSOSIAL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 7 11,9 24,1 24,1
BAIK 22 37,3 75,9 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
PROLINGKUNGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 17 28,8 56,7 56,7
BAIK 13 22,0 43,3 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
NONLINGKUNGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 22 37,3 75,9 75,9
BAIK 7 11,9 24,1 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
PROFISIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 7 11,9 23,3 23,3
BAIK 23 39,0 76,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
NONFISIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BAIK 16 27,1 55,2 55,2
BAIK 13 22,0 44,8 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 24 40,7 40,7 40,7
PEREMPUAN 35 59,3 59,3 100,0
Total 59 100,0 100,0
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BEKERJA 34 57,6 57,6 57,6
TIDAK BEKERJA 25 42,4 42,4 100,0
Total 59 100,0 100,0
GAJI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2.000.000 16 27,1 27,1 27,1
2.000.000 22 37,3 37,3 64,4
>2.000.000 21 35,6 35,6 100,0
Total 59 100,0 100,0
KOMPLIKASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid YA 11 18,6 18,6 18,6
TIDAK 48 81,4 81,4 100,0
Total 59 100,0 100,0
KATUSIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <54 29 49,2 49,2 49,2
>54 30 50,8 50,8 100,0
Total 59 100,0 100,0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
FISIKNON 29 31 75 1498 51,66
PSINON 29 19 75 1441 49,69
FISIKPRO 30 31,00 69,00 1616,00 53,8667
PSIPRO 30 19,00 69,00 1624,00 54,1333
Valid N (listwise) 29
KATEGORI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BAIK 31 52,5 52,5 52,5
TIDAK BAIK 28 47,5 47,5 100,0
Total 59 100,0 100,0
RECODE TOTALPRO (84 thru Highest=1) (Lowest thru 83.5=2) INTO KATPRO.
EXECUTE.
RECODE TOTALNON (84 thru Highest=1) (Lowest thru 83.5=2) INTO KATNON.
EXECUTE.
FREQUENCIES VARIABLES=KATPRO KATNON
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 12-JAN-2020 14:19:00
Comments
Input Data C:\Users\acer\Documents\1.Man Data
H.sav
Active Dataset DataSet4
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
59
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=KATPRO
KATNON
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,01
Statistics
KATPRO KATNON
N Valid 30 29
Missing 29 30
Frequency Table
KATPRO
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BAIK 22 37,3 73,3 73,3
TIDAK BAIK 8 13,6 26,7 100,0
Total 30 50,8 100,0
Missing System 29 49,2
Total 59 100,0
KATNON
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BAIK 9 15,3 31,0 31,0
TIDAK BAIK 20 33,9 69,0 100,0
Total 29 49,2 100,0
Missing System 30 50,8
Total 59 100,0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean
FISIKNON 29 31 75 1498 51,66
PSINON 29 19 75 1441 49,69
FISIKPRO 30 31,00 69,00 1616,00 53,8667
PSIPRO 30 19,00 69,00 1624,00 54,1333
Valid N (listwise) 29