TESIS
Oleh
THESIS
By
TESIS
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Unit Transfusi Darah Kota Medan selain memenuhi kebutuhan darah untuk
kota Medan, juga kota Binjai dan Langkat yang per harinya membutuhkan darah 100
kantong. Namun demikian hanya sekitar 30 kantong yang dapat terpenuhi. Dari 8.849
orang (56%) pendonor darah sukarela, 5.889 orang (67%) pendonor bersuku bangsa
non pribumi dan 2.960 orang (33%) bersuku bangsa pribumi.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap,
dan kepercayaan terhadap pendonor darah suku bangsa pribumi dan suku bangsa non
pribumi menjadi pendonor darah sukarela di PMI Kota Medan. Jenis penelitian
menggunakan survey explanatory. Populasi adalah pendonor darah sukarela pada
masyarakat pribumi dan masyarakat non pribumi sebanyak 8.849 orang. Jumlah
sampel adalah 99 orang yang diambil secara Stratified Random Sampling.
Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian.
Analisis data dengan uji regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap dan kepercayaan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pendonor darah baik untuk
masyarakat pribumi maupun non pribumi. Perlunya dilaksanakan program sosialisasi
tentang kegiatan donor darah melalui promosi kesehatan berupa iklan di media
massa, baik cetak maupun elektronik dan memberikan jaminan akan kesterilan alat
transfusi sehingga masyarakat berpartisipasi dalam mendonorkan darah untuk
keperluan sesama manusia.
Medan Blood Transfusion Unit not only meet the need of blood for the City of
Medan, but also Binjai and Langkat which need 100 bags of blood per day, yet only
30 bags of blood that can be supplied. Of the 8.849 (56%) voluntary blood donors,
5,889 (67%) of them are from the non-indigenous communities and the other 2,960
(33%) are from the indigenous communities.
The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of
knowledge, attitude, and trust on the indigenous and non-indigenous blood donors
who voluntarily do it for Medan Red Cross (PMI Kota Medan). The population of this
study was the 8,849 indigenous and non-indigenous community members who served
as voluntary blood donors and 99 od them were selectes to be the samples for this
study through stratified random sampling techique. The data for this study were
obtained through questionnarie-based interviews. The data obtained were analyzed
through multiple liner regression test.
The result of study showed that knowledge, attitude, and trust had a significant
influence on the behavior of both indigenous and non-indigenous blood donors.
Medan Red Cross is suggested to implement the socialization program on blood
donor activity through healtf promotion in the form of advertisement in mass media
both printed and electronic and to guarantee that the transfusion equipment is sterile
that community members participate in donating their blood for humanity.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
Darah Sukarela pada Masyarakat Non Pribumi dan Pribumi di Unit Transfusi
Dengan ridho Allah SWT serta ketulusan hati dan keikhlasan, penulis
1. Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M. Sc (CTM), Sp.A (K), sebagai Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si., sebagai Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Utara Medan.
6. Dra. Syarifah, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh
7. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes dan Drs. Agus Suriadi, M.Si sebagai komisi
8. Kepala Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Kota Medan, yang telah
9. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ucapan terima kasih yang tulus kepada keluarga besar ibunda Dra. Hj. Lela
Sari, MM dan ayahanda H. Soeyono K keluarga besar ibu mertua Hj. Nurhayati Saleh
dan ayah mertua (alm) Ali Habsyah yang telah memberikan dukungan moril serta
anak anaku tercnta Fariz Rizqy Ananda, Fadhil Rasyid Alfarsyi dan Fattan
motivasi dan memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan pendidikan ini
tepat waktu.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dibidang kesehatan
Liliana Puspa Sari dilahirkan di Medan pada tanggal 09 Oktober 1975, anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda (Alm) H. Soeyono K. dan
Ibunda Dra. Hj. Lela Sari, M.M. Menikah dengan Irwansyah Putra, AP pada tanggal
4 Oktober 1997 dan telah dikaruniai tiga orang putra yaitu Fariz Rizqy Ananda,
Fadhil Rasyid AlFarisi dan Fattan Hidayaturrahman, sekarang menetap di Jl. Pelita II
No. 25 Medan.
tahun 2002.
Merah Indonesia (PMI) Kota Medan dari tahun 2007 sampai dengan sekarang.
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
LAMPIRAN.................................................................................................... 98
3.3 Variabel, Indikator, Hasil Pengukuran, Kategori dan Skala Ukur .......... 54
2. Surat Izin Penelitian dari Palang Medan Kota Medan ............................ 100
Unit Transfusi Darah Kota Medan selain memenuhi kebutuhan darah untuk
kota Medan, juga kota Binjai dan Langkat yang per harinya membutuhkan darah 100
kantong. Namun demikian hanya sekitar 30 kantong yang dapat terpenuhi. Dari 8.849
orang (56%) pendonor darah sukarela, 5.889 orang (67%) pendonor bersuku bangsa
non pribumi dan 2.960 orang (33%) bersuku bangsa pribumi.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap,
dan kepercayaan terhadap pendonor darah suku bangsa pribumi dan suku bangsa non
pribumi menjadi pendonor darah sukarela di PMI Kota Medan. Jenis penelitian
menggunakan survey explanatory. Populasi adalah pendonor darah sukarela pada
masyarakat pribumi dan masyarakat non pribumi sebanyak 8.849 orang. Jumlah
sampel adalah 99 orang yang diambil secara Stratified Random Sampling.
Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian.
Analisis data dengan uji regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap dan kepercayaan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pendonor darah baik untuk
masyarakat pribumi maupun non pribumi. Perlunya dilaksanakan program sosialisasi
tentang kegiatan donor darah melalui promosi kesehatan berupa iklan di media
massa, baik cetak maupun elektronik dan memberikan jaminan akan kesterilan alat
transfusi sehingga masyarakat berpartisipasi dalam mendonorkan darah untuk
keperluan sesama manusia.
Medan Blood Transfusion Unit not only meet the need of blood for the City of
Medan, but also Binjai and Langkat which need 100 bags of blood per day, yet only
30 bags of blood that can be supplied. Of the 8.849 (56%) voluntary blood donors,
5,889 (67%) of them are from the non-indigenous communities and the other 2,960
(33%) are from the indigenous communities.
The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of
knowledge, attitude, and trust on the indigenous and non-indigenous blood donors
who voluntarily do it for Medan Red Cross (PMI Kota Medan). The population of this
study was the 8,849 indigenous and non-indigenous community members who served
as voluntary blood donors and 99 od them were selectes to be the samples for this
study through stratified random sampling techique. The data for this study were
obtained through questionnarie-based interviews. The data obtained were analyzed
through multiple liner regression test.
The result of study showed that knowledge, attitude, and trust had a significant
influence on the behavior of both indigenous and non-indigenous blood donors.
Medan Red Cross is suggested to implement the socialization program on blood
donor activity through healtf promotion in the form of advertisement in mass media
both printed and electronic and to guarantee that the transfusion equipment is sterile
that community members participate in donating their blood for humanity.
PENDAHULUAN
Bagian vital dari tubuh manusia salah satunya adalah darah yang sampai saat
ini belum dapat dibuat imitasinya, sehingga secanggih apapun tehnologi yang dapat
dilakukan dalam dunia medis, darah bukan merupakan benda sintetis yang dapat
dibuat tetapi merupakan produk tubuh manusia sehingga cadangan darah hanya dapat
diperoleh dari manusia. Sebagai manusia, dalam keadaan mengalami kecelakaan atau
donor mata atau ginjal, donor darah sebenarnya bisa dilakukan oleh siapapun yang
berharga kepada umat manusia. Transfusi darah itu sendiri adalah suatu rangkaian
(penerima darah). Proses transfusi darah diwujudkan secara nyata oleh para pendonor
sampai 4,5 juta kantung darah dapat diperoleh dari 1 juta pendonor darah sukarela
pertahun. Penduduk Amerika yang memenuhi syarat menjadi pendonor darah lebih
kurang 60%, namun hanya 5% dari populasi tersebut yang menjadi pendonor
dari 1 juta unit darah setiap tahun sehingga negara Inggris sudah mampu
menyediakan komponen darah yang cukup dan akan menjadi swasembada dalam
produk darah di dunia. Bagi negara Asia tingkat donasi yang paling maju adalah
Jepang yaitu 68 per 1000 penduduk, Korea 40 per 1000 penduduk, Singapura 24 per
1000 penduduk, Thailand 13 per 1000 penduduk dan Malaysia 10 per 1000 penduduk
(WHO, 2008).
Merah Indonesia (PMI) sebagai pelaksana Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980
Unit Transfusi Darah (UTD) sebagai pelaksana teknis mulai tingkat pusat hingga
tersebar di 33 Provinsi dan 323 cabang di daerah dengan 165 UTD di seluruh
Indonesia dengan jumlah darah yang terkumpul baru sekitar 1.054.000 unit (0,48%)
dari jumlah penduduk Indonesia. Idealnya jumlah darah yang tersedia berkisar
terdapat 6 tempat UTD dari 28 kabupaten/ kota yang ada yaitu Medan, Deli Serdang,
Tebing Tinggi, Asahan, Padang Sidempuan dan Simalungun (Depkes RI, 2009).
Fungsi Unit Transfusi Darah PMI (UTD-PMI) ini, selain melayani aspek
pelayanan kesehatan juga berkaitan dengan aspek sosial dan organisasi. Upaya
kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan yang bertujuan agar penggunaan
darah berguna bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Kegiatan ini
standar yang telah ditetapkan, sehingga darah yang dihasilkan adalah darah yang
kesehatan transfusi darah di atas sangat terkait dengan dukungan faktor ketenagaan,
darah merupakan masalah yang selalu berulang yang belum dapat diselesaikan.
Kelangkaan darah merupakan akibat dari kurangnya pendonor darah sukarela. Namun
pada umumnya pendonor darah yang dimiliki bukan pendonor darah tetap yang
dimobilisasi oleh petugas PMI ataupun mendonorkan darah karena kebutuhan yang
mendesak. Unit Transfusi Darah Kota Medan pada pelaksanaanya tidak hanya
memenuhi kebutuhan darah untuk kota Medan tetapi juga kota Binjai dan Langkat
yang mengakibatkan UTD-PMI Kota Medan membutuhkan darah 100 kantong per 1
hari. Pada kenyataanya hanya sekitar 30 kantong yang dapat terpenuhi (PMI Medan,
2009).
jumlah penduduk suatu wilayah. Jumlah penduduk di Kota Medan sekitar 2.200.000
jiwa belum dapat mencapai standar sebesar yang ditetapkan tersebut, Hal tersebut
sebenarnya dapat terwujud apabila selama kontinuitas pendonor tetap terjaga atau
sekitar 66.000 kantong/tahun. Jadi kebutuhan UTD-PMI Kota Medan 100 kantong
per hari atau 36.500 kantong/tahun sudah dapat terpenuhi (PMI Medan, 2009).
Sakit dan klinik bersalin Kota Medan, Unit Transfusi Darah Kota Medan pada tahun
2008 telah mengumpulkan 10.950 kantong darah per tahun dari ketiga sumber
6075 kantong darah dan donor komersial 950 kantong darah (PMI Medan, 2009).
Bila diamati dari data tersebut di atas pada tahun 2008 UTD-PMI Kota Medan
memiliki 56% stok darah yang bersumber dari donor sukarela sementara 44% lainnya
dari sumber donor pengganti dan donor komersial. Stok darah yang 56% dari total
kebutuhan itu jelas sangat berisiko dalam pelayanan kesehatan di Medan. Unit
Transfusi Darah Kota Medan sangat menyadari kekurangan persediaan stok darah
Dari 8.849 orang (56%) pendonor darah sukarela, 5.889 orang (67%)
merupakan pendonor sukarela dari suku bangsa non pribumi, sedangkan 2.960 orang
(33%) merupakan pendonor darah dari suku bangsa pribumi. Padahal jumlah
masyarakat suku bangsa non pribumi lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk suku
bangsa pribumi tetapi mereka merupakan penyumbang donor darah sukarela terbesar
baik dari suku bangsa pribumi sehingga keadaan kesehatan lebih baik karena gizi
mencukupi sehingga tubuh merasa sehat untuk menjadi pendonor darah sukarela,
juga pengaruh tingkat pendidikan yang tinggi mengakibatkan pola berpikir lebih luas
Kota Medan yang tingkat perekonomian masyarakatnya kurang, juga rutin melakukan
kegiatan menjadi pendonor darah sukarela. Para pemuka agama di Vihara tersebut
selalu memberikan motivasi kepada para pengikutnya untuk selalu berbuat kebaikan
sesama manusia tanpa memandang suku, ras ataupun agama yang salah satunya
juga menunjukan populasi yang tinggi tetapi kesadaran dan kepedulian sesama
manusia kurang dengan mengungkapkan berbagai alasan seperti takut akan jarum
suntik, takut darah akan habis, darah yang telah didonorkan takut akan dijual untuk
kegiatan donor darah sukarela seperti sosialisasi tentang donor darah, tetapi masih
sedikit suku bangsa pribumi yang menyadari bahwa menjadi pendonor darah sukarela
PMI bukan saja memiliki nilai kemanusiaan, namun juga baik bagi kesehatan
manusia karena dengan mendonorkan darah dapat mengurangi penumpukan zat besi
pada tubuh manusia dan masih banyak kelompok-kelompok masyarakat suku bangsa
pribumi yang dapat dihimpun untuk menjadi pendonor darah sukarela (Depkes RI,
2009).
untuk kesehatan manusia sehingga masyarakat suku bangsa pribumi tertarik dan
informasi bahwa dengan menjadi donor darah sukarela berarti juga merupakan suatu
amal yang disunnahkan yang pahalanya bisa sampai 700 kali lipat karena dengan
donor darah kita memberikan kehidupan yang baru bagi si penerima donor darah,
ulama tersebut juga menerangkan dalam ayat Al-Quran dan hadist yang mengatakan
bahwa kegiatan donor darah itu suatu perbuatan yang mulia dan tidak diharamkan
Melihat dari angka pendonor darah sukarela dari suku bangsa non pribumi
lebih tinggi dari suku bangsa pribumi, namun dari jumlah penduduk lebih tinggi suku
bangsa pribumi di Kota Medan, maka perlu diadakan suatu penelitian sehingga dapat
diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pendonor darah sukarela
pada suku bangsa pribumi dan suku bangsa non pribumi menjadi pendonor darah
1.2. Permasalahan
Kota Medan yang semakin menurun yang berdampak terhadap perilaku pendonor
darah sukarela suku bangsa pribumi dan suku bangsa non pribumi, maka
pendonor darah sukarela pada masyarakat pribumi dan non pribumi di Unit Transfusi
pendonor darah sukarela pada masyarakat pribumi dan non pribumi di Unit Transfusi
1.4 Hipotesis
terhadap pendonor darah suku bangsa pribumi dan suku bangsa non pribumi
TINJAUAN PUSTAKA
Donor darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari
satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Donor darah berhubungan dengan
kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma,
operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah (Depkes RI,
2009).
Donor darah secara sederhana adalah penderma darah atau orang yang
Pemberian darah yang ada pada tubuh manusia kepada orang lain sangat bermanfaat
kepedulian terhadap orang lain. Banyak orang yang tidak tahu tentang manfaat donor
darah bagi kesehatan. Bahkan ada juga orang enggan mendonorkan darah karena
donor darah, maka sel-sel darah di dalam tubuh menjadi lebih cepat terganti dengan
yang baru. Apabila mendonorkan darah tiga bulan sekali, maka kesehatan tubuh tetap
terjaga. Selain bermanfaat untuk membantu orang lain, donor darah juga membuat
Pendonor darah sukarela adalah orang yang dan bisa memberi bagian dari
tubuhnya untuk orang lain. Penyelenggaraan transfusi darah dilaksanakan atas satu
tujuan kemanusiaan dan pada dasarnya kegiatan donor darah adalah untuk
kesadaran tentang keselamatan darah dan pentingnya donor sukarela yang akan
menjadi fokus dari World Health Organisasi CITES (Depkes RI, 2009).
dikumpulkan setiap tahun, tetapi hanya 53% dari yang sukarela, nonpaid donor.
Sekitar 18 unit milhon tidak diuji untuk transfusi-jangkit infeksi; WHO mengatakan
bahwa di antara 5% dan 10% dari kasus infeksi HIV disebabkan oleh transfusi dari
kejangkitan darah dan produk darah. WHO berharap menggunakan hari untuk
mendorong pemerintah dan kebijakan untuk mencapai pasokan darah yang aman.
Motif yang biasanya melatari orang mendonorkan darahnya antara lain misi
sosial atau menolong keluarga. Dari motif-motif tersebut, pendonor terbaik adalah
Pada sistem ini darah yang dibutuhkan pasien dicukupi oleh donor dari keluarga
dan donor tidak dibayar oleh unit transfusi darah (UTD) atau Rumah Sakit, tetapi
mereka mungkin diberi uang atau bayaran dalam bentuk lain oleh keluarga pasien.
b. Donor Komersial
Donor menerima uang atau hadiah untuk darah yang disumbangkan bahkan
c. Donor Sukarela
Adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas
kerelaan sendiri dan tidak menerima uang tau bentuk pembayaran lainnya, mereka
hanya membantu penerima darah yang mereka tidak kenal dan tidak menerima
suatu keuntungan.
Donor ini tidak dibayar, karena niat si pendonor untuk menolong si pasien itu
sendiri (Depkes RI, 2009). Hal-hal yang biasanya tidak dipandang sebagai
1. Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat yang tidak
menyumbangan darah
1. Donor sukarela tidak dalam tekanan untuk menyumbangkan darah, oleh karena itu
3. Donor teratur cenderung lebih bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui
transfusi, karena mereka sadar akan pentingnya keamanan darah dan diperiksa
Seseorang yang akan donor darah dan setelahnya akan selalu memperhatikan
maka yang ada dalam pikirannya adalah rasa bahagia karena bisa melakukan
kesehatannya.
4. Donor darah adalah silaturahmi dengan banyak orang, paramedis dan dokter.
6. Donor darah membantu diet overweight. Banyak orang yang bingung ketika
tubuhnya kegemukan. Darah 300cc bila dihitung kalorinya, bisa setara ribuan
kalori. Bila setiap 3 bulan sekali diambil 300cc, maka ada pengurangan kalori
7. Donor darah mengaktifkan titik akupunktur. Daerah volvair lengan yang menjadi
area tusuk pada waktu donor merupakan area padat titik akupunktur. Tusukan
pada daerah itu secara acak pun berpotensi mengaktifkan simpul syaraf atau
darah pada saat donor bisa merupakan pengaktifan mekanisme totok. Banyak
9. Donor darah membuat orang berpikir positif. Pendonor tidak pernah berpikir
untuk siapa darahnya. Semua diikhlaskan untuk orang yang memerlukan. Pikiran
positif ini membangun hati seseorang dan membuat seseorang selalu berpikiran
positif.
adalah orang yang mau dan bisa memberi bagian dari tubuhnya untuk orang lain.
Pahala tertinggi diberikan Tuhan bagi orang bersedekah paling banyak, bukan
produksi dari perekrutan donor, kehadiran, dan pendarahan yang dialami pendonor,
ketersediaan produk dengan strategi rekrutmen yang lebih baik, metode produksi,
pengukuran tekanan darah, golongan darah, HB mau pun konsultasi medis. Sebagian
calon pendonor mungkin berkeinginan untuk mendonorkan darahnya, tapi itu semua
tergantung dengan jalinan jodoh, sehingga ada yang memenuhi persyaratan untuk
permintaan suplai darah di masyarakat, persediaan darah yang mencukupi dan rasa
darah tetap sebagai tantangan utama bagi organisasi donor darah (Masser, 2008).
f. Bagi donor tetap, penyumbang darah terakhir minimal 8 minggu yang lalu,
h. Tidak menerima transfusi / komponen darah 6 bulan terakhir dan tidak demam
c. Tidak mendapat imunisasi dalam 2-4 minggu terakhir dan tidak demam
untuk mendonorkan darahnya antara lain : memiliki berat badan diatas 50 kg, HB
darah sesuai dengan tes, tekanan darah pendonor minimal 110/70 mmhg dan
pendonor darah harus beristirahat lebih dari 6 jam sebelum mendonorkan darahnya.
faktor yang memengaruhi kerelaan masyarakat untuk donor darah sebagai upaya
untuk memusatkan perhatian terhadap donor darah. Pertumbuhan jumlah kajian juga
Secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan
sifatnya abstrak, maka hanya dapat diketahui gejalanya saja. Gejala kejiwaan
analisis faktor. Teknik analisis Spearman menemukan bahwa tiap tingkah laku
manusia dimungkinkan oleh adanya dua faktor, yaitu (1) faktor umum (general
factor) yang merupakan hal atau faktor yang mendasari segala tingkah laku individu,
(2) faktor khusus (special factor) yang berhubungan dengan keturunan dan
pendonor darah telah dicatat menjadi kunci yang penting bagi pengumpul darah
variabel demografi yang dihubungkan dengan perilaku donor darah. dan masalah
seseorang, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan donor darah sebagai
membutuhkannya. Kegiatan donor darah ini kerap diselenggarakan secara rutin oleh
PMI dan unsur-unsur terkait untuk tujuan mulia, yaitu kemanusiaan dan kepedulian
sosial. Donor darah penting dalam merawat banyak masalah medis, seperti kanker
dan kelainan darah, dan juga dalam merawat luka tertentu dan prosedur bedah yang
Walaupun suplai darah di Australia amat aman, donor darah tidak bebas dari
risiko, dan komplikasi dapat terjadi, sama seperti untuk segala prosedur medis.
Reaksi parah terhadap donor darah jarang sekali, tetapi dapat membawa akibat parah,
risiko yang bertambah untuk infeksi setelah operasi dan jangka waktu rawat inap
yang lebih panjang untuk pasien bedah. Reaksi ringan pada kulit atau demam kadang-
kadang terjadi (satu atau dua reaksi untuk setiap ratus transfusi).
Pasien yang menerima transfusi secara berkala menghadapi risiko lebih besar
akan menderita reaksi tersebut. Walaupun diuji semua darah yang disumbangkan,
risiko penularan bahan menular (termasuk virus hepatitis, HIV dan bakteria) tidak
dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tidak akan terjadi. Risiko ini teramat rendah
(OBrien, 2006).
Menurut David Lee (2006), survei terhadap masyarakat awam pada dekade
lalu menunjukkan perhatian publik tentang keamanan transfusi masih merupakan hal
yang biasa, didominasi oleh ketakutan yang berkelanjutan akan tertular infeksi HIV.
lebih aman sekarang ini daripada beberapa tahun lalu. Penghakiman oleh masyarakat
awam sekilas mungkin tampaknya tidak rasional dan dapat dipahami bila metode,
bias, dan bentuk penghakiman manusia akan resiko itu dipertimbangkan. Persepsi
begitu berhubungan dengan pandangan tiga dimensi terhadap resiko sebagai suatu
probabilitas dan lebih erat kaitannya terhadap konstuksi multidimensi yang komplek
dalam hal efek, alasan, pandangan dunia, kepercayaan, dan faktor lainnya merupakan
alternatif untuk transfusi, dan cara untuk mengurangi jumlah darah yang digunakan.
darah. Walaupun pengambilan dan transfusi darah otologus tampaknya bebas dari
tidak dianjurkan kecuali dalam keadaan khusus, seperti kelompok darah jarang di
1. Reaksi tranfusi cepat yang timbul selama tranfusi sampai 48 jam sesudahnya.
Terdiri dari :
2. Reaksi tranfusi lambat yang timbul ( 48 jam. Terjadi setelah 3 21 hari sesudah
3. Circulatory Overload
Terjadi bila pemberian tranfusi darah terlalu cepat atau terlalu banyak.
4. Penularan Penyakit
sampai 6 bulan setelah tranfusi, ditandai dengan gangguan faal hati, dari darah
inkubasi bertahuntahun dan tanpa gejala sampai suatu saat timbullah AIDS
Related Complex lalu Full Blown AIDS terjadi antara tranfusi sampai
diagnosa AIDS positif pada orang dewasa (30 bulan & pada anak- anak 13,5
bulan).
c. Malaria
Disebabkan parasit dalam darah donor yang sakit atau pernah sakit lalu
d. Syphilis
Dari donor darah yang mempunyai TPHA positif. Dalam darah donor
Masyarakat suku bangsa pribumi yang tidak bersedia untuk menjadi pendonor
suntik yang dapat menyebarkan penyakit menular, juga rasa sosial yang rendah,
pada petugas PMI yang akan menggunakan darah yang telah didonorkan untuk
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu
berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan
kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku
Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal
lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku
tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut
rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu.
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan.
Namun perilaku juga dapat bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan,
motivasi dan persepsi. Bloom (dalam Notoatmodjo, 2003) membedakan menjadi tiga
macam bentuk perilaku yang kognitif, afektif dan psikomotor. Notoadmojo (2005)
menyebutnya dengan cipta, rasa, dan karsa atau peri akal, dan peri tindakan.
beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses
belajar, lingkungan, dan sebagainya. Susunan saraf pusat memegang peranan penting
persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap
orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama.
Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka
mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga
dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang memengaruhi emosi berhubungan
erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan
(bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan
kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku
dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
menjadi 2, yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya.
(rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Manusia adalah
kotak tertutup, dan seluruh variabel yang menjelaskan tingkah laku dan output-output
tingkah laku (motif, dorongan, emosi, dan sebagainya) harus dikesampingkan dalam
penyelidikan psikologi.
Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme
yang bersangkutan.
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
oleh organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau
atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini
disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan
kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini
a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang yang menganjurkan orang
lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga
berencana. Contoh tersebut terlihat bahwa orang tersebut telah mempunyai sikap
b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus
kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh
karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sulit ditanggulangi, lebih
artinya dalam situasi dan kondisi apa perilaku itu terjadi. Perhatian pada konteks ini
perlu, karena perilaku manusia bukan sekedar respons terhadap stimuli yang
diterimanya, akan tetapi merupakan produk atau resultan dari berbagai gaya yang
hayat (life space), yang terdiri dari tujuan, serta semua faktor yang disadarinya dan
kesadaran dirinya sendiri. Perilaku seseorang merupakan totalitas dari interaksi antara
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif memengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan
konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang
individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku
berperilaku negatif.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dengan lingkungannya.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab
suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan
i. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
ii. Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal
iii. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan
juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas
kesehatan.
kelompok tiga urutan bagian yang logis (logic sequence three clusters) atau kategori
penyakit, dll.
3. Need factors, meliputi: persepsi beratnya sakit penyakit, jumlah hari sakit untuk
sebuah laporan penyakit, jumlah hari istirahat karena sakit, jumlah hari kerja atau
hari sekolah yang hilang karena sakit, serta pertolongan dari pelayanan luar.
Teori Planned Behaviour adalah teori yang terfokus pada faktor-faktor yang
intention mempertanyakan model klasik kepercayaan, sikap, dan perilaku (Conner &
Sparks, 1995).
suatu perluasan dari teori aksi yang beralasan (TRA) di dalam memprediksi perilaku
dan maksud-maksud pendonor darah. Secara garis besar, TRA menyatakan bahwa
intention BI). Adapun minat berperilaku individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior = Ah) dan norma subyektif
(subjective norms - SN). Secara sederhana TRA menyatakan bahwa seseorang akan
melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan tersebut positif dan bila
ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Semakin positif sikap dan
norma subyektif seseorang atas perilaku tertentu, maka kecendemngan minat dan
Tujuannya dipengaruhi oleh (1) sikap; perilaku terhadap sikap ditentukan oleh
kepercayaan bahwa perilaku yang spesifik akan memiliki konsekuensi yang nyata
serta ditentukan oleh evaluasi dari konsekuensi yang ada, (2) norma subjektif; norma
subjektif atau kepercayaan pada pihak lain akan menyetujui perilaku seseorang
ditambah motivasi pribadi untuk memenuhi harapan yang lain, (3) persepsi
bertindak dengan baik, ditambah dengan persepsi yang benar dari sumber-sumber
yang lain, batasan, kesempatan, dll). Hal tersebut diatas dapat dijelaskan pada pada
gambar berikut:
KEYAKINAN PERILAKU
x
EVALUASI PENDAPATAN
SIKAP
KEYAKINAN NORMATIF
x TUJUAN PERILAKU
MOTIVASI KEPATUHAN NORMA
SUBJEKTIF
KONTROL KEYAKINAN
x KONTROL
KEKUATAN YANG PERILAKU YANG
DITERIMA DITERIMA
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), sikap dan norma memiliki efek adiktif
dan populasi. Pada dasarnya harapan adalah nilai model sikap, sikap masyarakat
mungkin mengganggu kinerja dari perilaku yang dinilai dengan kekuatan dari faktor-
faktor kontrol.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Menurut Tim Kerja WHO (1980), pengetahuan diperoleh dari pengalaman
sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena
perilaku yang didasari oeh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan pengetahuan
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recall) terhadap suatu yang spesifik
2. Memahami (Comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
3. Aplikasi (Aplication)
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
4. Analisis (Analysis)
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini artinya dapat
dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
hubungan yang lebih luas untuk kepercayaan sumber informasi tentang pendonor
2. Sikap
Menurut tim kerja WHO (1980), sikap mengambarkan suka atau tidak suka
seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari
afektif dan perilaku. Kompenen kognitif adalah segmen pendapat atau keyakinan dari
Komponen afektif dipelajari dari orang tua, teman, guru. Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan
komponen perilaku sikap adalah maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport (dalam Notoatmodjo, 2003)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang
diberikan (objek).
2. Merespon (Responding)
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert
behaviour.
3. Kepercayaan
tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh
orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa
psikologis.
4. Tidak mahal
konsekuensinya;
kesehatan.
4. Alasan untuk bertindak yang meliputi perbedaan faktor internal dan eksternal
(organik dan simbol) gejala penyakit, penyuluhan media massa, masukan dari
a. Secara individu mereka ada dalam kondisi yang mudah terserang penyakit;
yang berdampak pada lingkungan. Kepedulian dan kesadaran donor darah lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sosio demografi, seperti usia, berat badan,
1. Usia
Lama hidup seseorang ditentukan oleh usia. Usia seseorang merupakan salah
satu syarat dalam melakukan donor darah. Menurut UTD. PMI Medan, 2009,
dan memiliki berat badan minimal 45 kilogram. Produksi sel darah akan semakin
semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Bahkan bagi wanita yang sudah
darah yang sebelumnya dapat dikeluarkan secara rutin melalui siklus menstruasi
Vermont oleh para peneliti dari Veteran Affairs Medical Center dan Dartmouth
Medical School, bahwa donor darah dapat menjaga kesehatan sistem peredaran darah
dalam tubuh dengan mengurangi penumpukkan zat besi, namun efek tersebut
mungkin tidak berlaku pada mereka yang berusia lanjut (Ketan, 2000)..
2. Berat Badan
Menurut UTD. PMI Medan (2009), darah pada orang dewasa mencapai 8%
dari berat badan. Misalnya berat badan seseorang 50 kg maka darah yang mengalir
dalam tubuhnya berkisar 4000cc dan darah yang akan diambil saat donor hanya
berkisar 350cc atau 8,75% dari jumlah seluruhnya. Seorang wanita yang memiliki
bentuk badan besar biasanya dihubungkan dengan kegemukan akibat diet (68%) dan
bias menjalani rawat inap di ruang ICU, resiko ini tidak terjadi pada pria.
Berat badan yang berlebih memang mengandung banyak risiko. Selain tubuh
tak nyaman dan penampilan kurang sedap dipandang, dari sisi medis juga tidak
badan sebesar 10 persen pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6,6 mmHg, gula
Gender mengacu pada peran lingkungan, sifat, sikap, perilaku, nilai, kekuatan,
dan pengaruh individual yang berasal dari dua dasar seks yang berbeda. Norma
kesehatan yang merupakan sebuah fungsi status sosial atau peran dasar gender.
Gender secara eksplisit atau implisit muncul dari sebuah ide bahwa perilaku sehat
tidak hanya tergantung pada pengetahuan, keinginan, kapasitas seseorang, tetapi juga
Gender merupakan penentu utama transfusi darah pada pasien CABG dan hal
itu dapat berkaitan dengan usia, berat badan, praoperatif Htc, lama bedah, dan faktor
pendonoran dan akhir resolusi untuk mendonasikan darah secara berkala, menyisakan
suatu keputusan pribadi yang tidak dapat dipisahkan. Persepsi ini mempertimbangkan
banyak faktor yang akhirnya akan menentukan perilaku baik pria maupun wanita.
4. Pendidikan
dan dengan taraf yang sistematis) diberikan pada anak didik oleh pendidik agar
individunya yang potensial itu lebih berkembang terarah kepada tujuan tertentu. Di
2. Adanya pelaku pendidikan (orang dewasa, pendidik, orang tua, pemuka agama,
3. Adanya sasaran pendidikan (orang yang belum dewasa, anak didik, peserta didik);
4. Adanya tujuan yang ingin dicapai (manusia susila, kedewasaan, manusia yang
atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya dibedakan menjadi tiga
yaitu tri pusat pendidikan yaitu didalam keluarga (pendidikan informal), didalam
terjadi disebabkan oleh perbedaan nilai orientasi budaya yang dimiliki oleh warga
Sedangkan menurut penyelidikan E.A. Suchman (1965), konteks sosial budaya cukup
orientasi kesehatan atau perilaku dengan hubungan sosial atau struktur kelompok.
1. Etnis
Kebutuhan untuk meningkatkan donor darah yang hanya dapat dicapai dengan
memahami perbedaan ras dan etnik juga merupakan faktor yang memengaruhi dalam
perekrutan pendonor. Masalah unik dalam transfusi darah dan donor darah
merupakan penduduk yang besar jumlahnya, suplai langsung darah yang didonorkan
oleh ras AA sangat penting untuk mendukung pertumbuhan. Secara nasional, ras AA
merupakan kurang representatif dalam pengumpulan darah yang mana ras AA (Beth,
2008).
Ditinjau dari aspek budaya yang berkaitan dengan etnis (suku) di Kota Medan
bersifat heterogen. Hal ini dapat dilihat pada Sensus Penduduk (2007) BPS Kota
Medan bahwa etni (suku) pribumi terdiri dari Melayu, Karo, Simalungun, Toba,
Madina, Pakpak, Nias, Jawa, Minang, Aceh, Cina dan lainnya. Dengan banyaknya
jenis suku masyarakat di Kota Medan, semakin beragam perilaku pendonor darah.
Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia,
Indonesia.
memiliki keberagaman ras, suku maupun agama. Mayoritas penduduk Kota Medan
beragama Islam, selebihnya Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu. Kultur
budaya masyarakat yang heterogen ini menyebabkan warga Kota Medan menjadi
Departemen Agama kepada lima agama besar yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
syarat dia tidak boleh menjual darahnya. Sedangkan darah termasuk dari hal-hal yang
Adapun jika yang membutuhkan darah memberikan kepadanya sesuatu sebagai balas
jasa, maka boleh bagi sang pendonor untuk mengambilnya, tapi dengan syarat, tidak
langsung maupun tidak langsung, baik secara jelas maupun dengan isyarat, baik
dari manusia itu sendiri. Perilaku berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam
diri manusia.
Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau norma-
norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung
didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap
masalah-masalah kesehatan.
di Kota Medan memiliki komunitas besar Muslim dan dapat dibagi menjadi dua
kelompok aktivitas yakni modernis, yang berpegang teguh kepada teologi ortodoks
yang ada dalam kitab suci sembari merangkul pengajaran dan konsep modern; dan
kelompok tradisionalis Jawa yang lebih dominan, yang sering merupakan pengikut
1912 dan memiliki sekitar 30 juta pengikut dan cabang-cabang di seluruh negeri.
Kelompok ini mendirikan masjid, tempat ibadah, klinik, panti asuhan, tempat
universitas.
punya 40 juta anggota, yang terkonsentrasi di Jawa dan didirikan pada tahun 1926,
kegiatan yang sama (Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Perburuhan, 2003).
biasanya dilakukan melalui yayasan-yayasan amal agama Budha. Tzu Chi merupakan
organisasi amal agama Buddha di Kota Medan yang mayoritas masyarakat Tionghoa.
sependeritaan) dari Sang Buddha, Tzu Chi bagaikan samudera luas yang mampu
menampung seluruh aliran anak sungai, semua orang dengan usia, pengetahuan,
profesi, dan latar belakang yang berbeda-beda dapat membuktikan kekuatan dari
sayang), dan merasakan kepuasan dari implementasi sikap melakukan dengan ikhlas
dan menerima dengan sukacita. Baik yang berada di setiap pelosok Taiwan, atau yang
berada di kediamannya di luar negeri, semua insan Tzu Chi selalu dengan senang hati
kegiatan sosial budaya. Berbuat baik itu paling dijunjung tinggi dalam ajaran Buddha.
Kepedulian dan kesadaran donor darah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosio demografi, seperti usia, berat badan, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
yang memengaruhi kerelaan masyarakat untuk donor darah sebagai upaya untuk
yang bersifat hipotesis antara orientasi kesehatan atau perilaku dengan hubungan
sosial atau struktur kelompok. Menurut Beth (2008), perbedaan ras dan etnik juga
PREDISPOSISI
PERILAKU
PENGETAHUAN (X1)
MENDONORKAN
DARAH SUKARELA (Y)
SIKAP (X2) Masyarakat Pribumi
Masyarakat Non Pribumi
KEPERCAYAAN (X3)
Karakteristik:
1. Golongan Darah
2. Usia
3. Berat Badan
4. Jenis Kelamin
5. Alasan
6. Sumber Informasi
7. Persyaratan
METODE PENELITIAN
yaitu mencari penjelasan atau menguji pengaruh antar variabel yang terumus pada
hipotesis penelitian.
3.3.1. Populasi
masyarakat Non Pribumi di UTD PMI Kota Medan pada Tahun 2009. Jumlah
pendonor darah pribumi (2960 orang) lebih sedikit dibandingkan pendonor darah non
pribumi (5889 orang), maka jumlah populasi adalah 8849 orang. Adapun datanya
sebagai berikut :
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data kunjungan
pendonor darah pada tahun 2009. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan
N
n = -----------------
1 + N ( d )2
Keterangan :
N = Total Populasi
N = Besar sampel yang dibutuhkan
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan 10%
8849
n = -----------------------
1 + 8849 (0,1)2
n = 99 orang
Pendonor Darah
No Kelompok (Berdasarkan Kelompok Masyarakat)
Populasi (N) Sampel (n)
1 Pribumi 2960 orang 33 orang
2 Non Pribumi 5889 orang 66 orang
Jumlah 8849 orang 99 orang
Sumber : UTD. PMI Kota Medan Tahun 2009 (Diolah )
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
a. Karakteristik responden (usia, berat badan, jenis kelamin, pendidikan, etnis, dan
pendonor darah pribumi dan non pribumi di UTD PMI Kota Medan.
mempunyai korelasi yang signifikan (valid). Sebaliknya jika hasil uji validitas di
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Hasil penelitian uji validitas dan reliabitas yang dilakukan di PMI Medan
tanggal Maret 2010 diperoleh hasil bahwa seluruh item pertanyaan valid (r hitung >r tabel )
3.5.1 Variabel
terpengaruh atau variabel dependen, dan variabel bebas, sebab, mempengaruhi atau
variabel independen.
4. Perilaku masyarakat pribumi dan non pribumi adalah kegiatan atau aktivitas
Tabel 3.3. Variabel, Indikator, Hasil Pengukuran, Kategori dan Skala Ukur
dari hasil pengumpulan data penelitian. Deskripsi data akan disajikan dengan
melihat skor tertinggi, skor terendah, harga rata-rata, simpangan baku, median,
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara
95%.
3. Analisis multivariat
Teknik analisis data yang dipergunakan adalah uji regresi liner berganda
bertujuan untuk melihat faktor yang paling domain berpengaruh pada variabel
Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
HASIL PENfELITIAN
sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873
Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada
tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder
Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar
Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak
membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat
halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu
Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada
Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr
R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr.
Sitanala (anggota).
September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi
Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional
pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan
keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian
melaksanakan seluruh aktifitasnya PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip
Palang Merah dan Bulan sabit merah Internasional yaitu kemanusiaan, kesukarelaan,
Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
untuk keselamatan jiwanya. Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi /
Daerah Sumatera Utara memiliki 24 cabang yaitu : (1) PMI Cabang Medan,
(2) PMI Cabang Binjai, (3) PMI Cabang Tebing Tinggi, (4) PMI Cabang Pematang
Siantar, (5) PMI Cabang Tanjung Balai, (6) PMI Cabang Sibolga, (7) PMI
Padangsidempuan, (8) PMI Cabang Deli Serdang, (9) PMI Cabang Langkat, (10)
PMI Cabang Asahan, (11) PMI Cabang Dairi, (12) PMI Cabang Labuhan Batu, (13)
PMI Cabang Tapanuli Utara, (14) PMI Cabang Tapanuli Tengah, (15) PMI Cabang
Tapanuli Selatan, (16) PMI Cabang Toba Samosir, (17) PMI Cabang Mandailing
Natal, (18) PMI Cabang Karo, (19) PMI Cabang NIas, (20) PMI Cabang Humbang
Hasundutan, (21) PMI Cabang Pakpak Bharat, (22) PMI Cabang Serdang Bedagai,
Merah Remaja Se-Sumatera Utara pada periode 2006 2011 yang berTotal 197
sekolah yang memiliki PMR, Dengan Total 12.999 jiwa.Sedangkan KSR ada di 10
1980)
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan,
Pada masa perang kemerdekaan RI, peranan PMI yang menonjol adalah di
repatriasi, bekerjasama dengan ICRC dan Palang Merah Belanda untuk Romusha,
Heiho , Tionghoa; anak-anak Indo Belanda dan 35.000 tawanan sipil Belanda dan
para Hoakian yang kembali ke RRC. Sementara itu diadakan pula pendidikan untuk
para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos P3K di daerah pertempuran.
Saat itu sudah ada 40 cabang PMI di seluruh Indonesia dan setiap cabang
memiliki dua buah Pos P3K sebagai Tim Mobil Collone. Rumah Sakit Umum Palang
Merah di Bogor yang semula di bawah pengelolaan Nerkai, pada tahun 1948
dan sejak tahun 1951 dikelola menjadi Rumah Sakit Umum PMI hingga sekarang.
masih terbatas di Jakarta dan beberapa kota besar seperti Semarang, Medan, Surabaya
dan Makasar dengan nama Dinas Dermawan Darah. Dalam peristiwa pemberontakan
pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh Dr. Bahder Djohan dan BPH Bintara berupa
Rumah Sakit terapung di Ambon. Juga diadakan penyampaian berita keluarga yang
Utara, Markas Besar PMI mengirimkan kapal-kapal PMI ke daerah tersebut untuk
membebaskan Irian Barat pada tanggal 19 Desember 1961, Pengurus Besar PMI
terbentuklah Kesatuan Nasional yang terdiri dari 11 cabang yang telah diseleksi.
Sukarelawan Palang Merah yang ditugaskan sebagai perawat berTotal 259 orang dan
Macan Tutul, sebanyak 55 orang awak kapal perang tersebut menjadi tawanan
menangani tawanan tersebut. Berkat usaha Sekjen PBB, pihak Belanda menyetujui
Pada tahun 1963 ketika Gunung Agung di Bali meletus, PMI bersama Dinkes
Tim Kesatuan Nasional PMI ke Kalimantan Barat dalam rangka Dwikora (Dwi
keberadaan Usaha Transfusi Darah (UTD) PMI. Dalam peringatan HUT PMI ke-25,
17 September 1970, Pengurus Besar PMI mengeluarkan suatu medali khusus dan
penghargaan kepada perintis-perintis PMI, seperti: Drs. Moh. Hatta dan Prof. Dr.
Ambulans yang digunakan adalah ambulance Falcon yang dilengkapi personil, alat-
PMI mulai berperan di Timor Timur bulan Agustus 1975 sejak mengalirnya
(Pemerintah Sementara Timor Timur). Kemudian kelak pada bulan Oktober tahun
1979 PMI bekerja sama dengan ICRC mulai membuka pos bantuan relief di 7
social, antara lain dengan mendirikan RS Pulau Galang. PMI juga mengadakan
Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui
(United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana,
organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun
Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999. Dalam konferensi tersebut Pemerintah
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah
kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai
berikut:
PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa
Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian
Galang.
2. Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976),
(2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala
jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus
membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan
umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai
dan sebagainya.
3. Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan
Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali.
tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi
Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para
PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di
terdiri dari :
1. Kemanusiaan
Gerakan bulan sabit merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan
2. Kesamaan
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama
3. Kenetralan
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh
memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau
ideologi.
5. Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela yang tidak didasari oleh
6. Kesatuan
Didalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di
seluruh wilayah
7. Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat
semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang
Dalam penelitian ini ada dua kelompok responden yaitu masyarakat pribumi
dan non pribumi. Dari tabel diatas diketahui masyarakat pribumi paling banyak
masayarakat non pribumi yang terbanyak juga golongan darah AB sebesar 25 orang
atau 37,90%. masyarakat pribumi lebih banyak pada kelompok umur produktif (20-
40 tahun) sebesar 28 orang atau 84,90%, sedangkan pada masayarakat non pribumi
lebih banyak berusia tidak produktif (diatas 40 tahun) sebesar 35 orang atau 53,00%.
Masyarakat pribumi paling banyak memiliki berat badan > 82 kg sebesar 17 orang
atau 51,50%, sedangkan pada masayarakt non pribumi yang terbanyak pada berat
kelamin yang terbanyak yaitu laki-laki. Pada masyarakat pribumi laki-laki yang
mendonorkan darah sebanyak 27 orang atau 78,80%, sedangkan pada masayarakt non
Responden
No Karakteristik Pribumi Non Pribumi
n % n %
Golongan Darah
1 A 0 0 1 1,50
2 B 11 33,30 23 34,80
3 AB 14 42,30 25 37,90
4 O 8 24,40 17 25,80
Total 33 100 66 100
Usia (tahun)
1 Produktif (20-40) 28 84,90 35 53,00
2 Tidak produktif 5 15,10 31 47,00
(>40)
Total 33 100 66 100
Berat Badan (kg )
1 50 60 3 9,10 2 3,00
2 61 70 10 30,30 30 45,50
3 72 82 3 9,10 14 21,20
4 > 82 17 51,50 20 30,30
Total 33 100 66 100
Jenis Kelamin
1 Laki-laki 26 78,80 41 62,10
2 Perempuan 7 21,20 25 37,90
Total 33 100 66 100
Sumber : Hasil Penelitian (2010)
menyumbang darah tanpa unsur paksaan sebesar 26 orang atau 78,80%, sedangkan
pada masyarakat non pribumi yang memiliki kegiatan menyumbang darah tanpa
Alasan Responden
No Mendonorkan Pribumi Non Pribumi
Darah n % n %
1 Karena dibutuhkan 7 21,20 19 28,80
2 Karena tanpa unsur
26 78,80 47 71,20
paksaan (sukarela)
Total 33 100 66 100
Sumber : Hasil Penelitian (2010)
Sumber informasi responden tentang kegiatan donor darah pada Tabel 4.3
menunjukkan bahwa masyarakat pribumi yang menjadi pendonor darah terbesar yang
mengetahui sumber informasi kegiatan donor darah dari teman sebesar 11 atau
33,30%, sedangkan pada masayarakat non pribumi sumber informasi kegiatan donor
Responden
No Sumber Informasi Pribumi Non Pribumi
Total % Total %
1 Dari teman 11 33,30 21 31,80
2 Dari media cetak /
9 27,30 6 9,10
elektronik
3 Dari organisasi 7 21,20 18 27,30
4 Dari saudara 2 6,10 2 3,00
5 Dari petugas
3 9,10 6 9,10
kesehatan
6 Dari tokoh agama 1 3,00 13 19,70
Total 33 100 66 100
Sumber : Hasil Penelitian (2010)
Pada Tabel 4.4 berikut ini dapat dilihat persyaratan donor darah bahwa
pribumi yang berTotal 15 orang mengatakan bahwa salah satu persyaratan untuk
mendonorkan darah adalah harus istirahat selama 6 jam sedangkan responden non
Responden
Persyaratan Untuk
No Pribumi Non Pribumi
Pendonor Darah
n % n %
1 Harus memiliki berat 5 15,20 19 28,80
badan diatas 50 kg
2 HB darah sesuai dengan 3 9,10 6 9,10
tes
3 Tekanan darah minimal 10 30,30 20 30,30
110/70 mmhg
4 Harus istirahat lebih dari 15 45,50 21 31,80
6 jam
Total 33 100 66 100
Sumber : Hasil Penelitian (2010)
pendonor darah sukarela. Berdasarkan hasil tabulasi data responden untuk variabel
pengetahuan seperti pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pendonor pribumi dan non
pribumi relatif atau hampir sama memiliki pengetahuan tentang donor darah., antara
lain kegiatan mendonorkan darah bersifat suka rela, sangat berguna bagi anda dengan
a. Ya 30 90.90 63 95,50
b. Tidak 3 9,10 3 4,50
Total 33 100 66 100
9 Mendonorkan darah dapat
memelihara dan meningkatkan
kesehatan tubuh
a. Ya 28 84,80 64 97,00
b. Tidak 5 15,20 2 3,00
Total 33 100 66 100
10 Mendonorkan darah merupakan
suatu kegiatan peduli sosial yang
dilakukan tanpa pamrih dan hanya
tujuan kemanusiaan
a. Ya 31 93,90 65 98,50
b. Tidak 2 6,10 1 1,50
Total 33 100 66 100
Sumber : Hasil Penelitian (2010)
pendonor non pribumi termasuk kategori tinggi yaitu 65 orang (98,5%), sedangkan
Sikap adalah suka atau tidak suka pendonor darah sukarela melakukan donor
darah. Berdasarkan hasil tabulasi data responden untuk variabel sikap seperti pada
Tabel 4.7. menunjukkan bahwa sikap pendonor pribumi dan non pribumi relatif atau
hampir sama memiliki sikap suka atau tidak suka tentang donor darah, hanya
beberapa item pertanyaan yang berbeda antara lain jadwal mendonorkan sesuai
dengan aturan kesehatan yang telah ditentukan, Pendonor darah tidak harus
memang ingin mebantu sesama manusia tanpa melihat suku, agama dan ras.
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas perhitungan kategori faktor sikap pendonor non
pribumi lebih banyak dengan kategori tinggi yaitu 63 orang (95,5%) sedangkan
variabel kepercayaan seperti pada tabel berikut 4.8 menunjukkan bahwa kepercayaan
pendonor pribumi dan non pribumi relatif atau hampir sama memiliki kepercayaan
tentang donor darah, hanya item pertanyaan tentang kepercayaan bahwa peralatan
pendonor non pribumi lebih banyak dengan kategori tinggi yaitu 60 orang (90,9%)
dan lebih sedikit dengan kategori rendah yaitu 6 orang (9,1%). Sedangkan pendonor
pribumi lebih banyak dengan kategori tinggi yaitu 26 orang (78,8%) dan lebih sedikit
Perilaku masyarakat Pribumi dan Non Pribumi adalah kegiatan atau aktivitas
responden untuk variabel perilaku seperti pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa
perilaku pendonor pribumi dan non pribumi relatif atau hampir sama perilakunya
tentang donor darah, hanya beberapa item pertanyaan yang berbeda dan lebih
mendominasi pendonor non pribumi antara lain mendonorkan darah karena ingin
membantu orang lain, Menolong orang lain tidak hanya dengan memberikan materi,
tindakan peduli sosial yang benar-benar tanpa pamrih dan atas satu tujuan
darah membantu sesama manusia, tidak pernah menyesal menjadi pendonor darah
pendonor non pribumi lebih banyak dengan kategori tinggi yaitu 63 orang (93,7%)
dan lebih sedikit dengan kategori rendah yaitu 3 orang (6,3%), sedangkan pendonor
pribumi lebih banyak dengan kategori tinggi yaitu 32 orang (90,9%) dan lebih sedikit
adalah searah dengan perilaku atau tindakan pendonor darah pribumi, sehingga
apabila semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat pribumi akan
mendonorkan darahnya.
pengaruh sikap adalah searah dengan perilaku atau tindakan pendonor darah pribumi.
Sehingga apabila sikap masyarakat pribumi positif atas aktivitas donor darah, maka
meningkat.
bahwa pengaruh kepercayaan adalah searah dengan perilaku atau tindakan pendonor
aktivitas donor darah, maka akan meningkatkan perilaku atau tindakan masyarakat
adalah searah dengan perilaku atau tindakan pendonor darah non pribumi, sehingga
apabila semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat non pribumi
akan aktivitas donor darah, maka semakin tinggi minat masyarakat non pribumi untuk
mendonorkan darahnya.
pengaruh sikap adalah searah dengan perilaku atau tindakan pendonor darah pribumi.
Sehingga apabila sikap masyarakat non pribumi positif atas aktivitas donor darah,
maka perilaku atau tindakan masyarakat non pribumi untuk mendonorkan darahnya
semakin meningkat.
bahwa pengaruh kepercayaan adalah searah dengan perilaku atau tindakan pendonor
terhadap aktivitas donor darah, maka akan meningkatkan perilaku atau tindakan
Begitu juga halnya dengan masyarakat non pribumi dengan hasil regresi
PEMBAHASAN
pendonor darah di Kota Medan (p=0,000). Demikian juga pengetahuan non pribumi
pengetahuan non pribumi terhadap donor darah sukarela lebih tinggi dibandingkan
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pribumi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini lebih baik dibandingkan
pribumi dan non pribumi memberikan dampak yang positif terhadap perilaku mereka
perilaku baru, orang tersebut mengalami suatu proses yang berurutan. Diawali dengan
dengan tepat. Hal ini mendorong orang untuk mencoba mendonorkan darahnya.
yang belum memahami arti dan pentingnya doroh darah untuk meningkatkan
kesehatan sesama manusia (12,1%) pribumi dan non pribumi (1,5%). Jika dikaitkan
dengan hasil uji statistik bahwa faktor pengetahuan berpengaruh terhadap aktivitas
pendonor darah sukarela. Ini disebabkan pendonor darah baik pribumi maupun non
pribudmi memiliki kepedulian yang tinggi untuk berbagi dalam meningkatkan derajat
kesehatan umat manusia, tetapi tingkat pengetahuan masyarakat non pribumi lebih
tinggi dibandingkan pribumi, berarti masyarakat non pribumi yang sudah menjadi
Pengetahuan yang dimiliki pendonor darah pribumi dan non pribumi semakin
tinggi akan aktivitas donor darah, maka semakin tinggi minat masyarakat pribumi
melalui promosi kesehatan berupa iklan di media massa baik cetak (brosur-brosur)
maupun elektronik dalam bentuk iklan yang peduli untuk mendonorkan darah karena
masih banyak masyarakat (pendonor darah tidak tetap) yang belum memahami akan
pendonor darah di Kota Medan (p=0,008). Demikian juga sikap non pribumi
pengukuran sikap pribumi (84.8%) dan non pribumi (95.5%), maka sikap non
pribumi terhadap donor darah sukarela lebih tinggi dibandingkan sikap non pribumi.
Hal ini membuktikan bahwa sikap yang diberikan oleh masyarakat non
keseluruhan sikap masyarakat pribumi dan non pribumi tersebut berdampak pada
menjadi komponen sikap yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Kompenen kognitif
mereka akan merasa sehat. Kompenen afektif adalah komponen emosional atau
perasaan seseorang. Komponen afektif dipelajari dari orang tua, teman, dan guru.
Mendonorkan darah secara sukarela akan membuat perasaan bahagia karena bisa
adalah maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu
untuk mendapatakan penghargaan dari orang lain tapi berdasarkan niat dari hati
nurani untuk membantu sesama manusia tanpa melihat suku, agama dan ras.
memiliki sikap tentang donor darah yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa
PMI Medan. Pendonor darah tidak harus mengetahui kepada siapa darahnya
diberikan dengan melakukan donor darah memang ingin membantu sesama manusia
tanpa melihat suku, agama dan ras, walaupun kuantitas dan kualitas belum memadai.
Sikap pribumi yang mendukung tersebut antara lain mendonorkan darah harus
dilakukan setiap orang menjawab setuju (93,9%) dan non pribumi (93,9%),
mendonorkan darah walaupun tidak ada perintah yang dilakukan pendonor pribumi
mendonorkan darah membuat perasaan bahagia bagi pendonor pribumi karena bisa
membantu menyelamatkan nyawa orang lain menjawab setuju (81,8%) dan non
pendonor pribumi melakukan donor darah karena badan saya menjawab setuju
Jika dikaitkan dengan hasil uji statistik bahwa faktor sikap berpengaruh
terhadap aktivitas pendonor darah sukarela. Ini disebabkan pendonor darah mrmiliki
disajikan dalam Depkes RI, (2009) bahwa ada beberapa Vihara di pinggir Kota
kegiatan menjadi pendonor darah sukarela. Para pemuka agama di Vihara tersebut
selalu memberikan motivasi kepada para pengikutnya untuk selalu berbuat kebaikan
sesama manusia tanpa memandang suku, ras ataupun agama yang salah satunya
Vihara tersebut.
Untuk itu peningkatan jumlah pendonor darah sukarela, perlu diperluas lagi,
tidak hanya di kantor Palang Merah Indonesia saja tetapi ke beberapa instansi dan
pendonor darah di Kota Medan (p=0,000). Demikian juga kepercayaan non pribumi
pribumi (78.8%) dan non pribumi (90.9%), maka kepercayaan yang dimiliki
pendonor non pribumi terhadap donor darah sukarela lebih tinggi dibandingkan
dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini
Seperti yang tertuang dalam Depkes RI, (2010) bahwa masyarakat suku
bangsa pribumi dengan tingkat perekonomian yang baik juga menunjukan populasi
yang tinggi tetapi kesadaran dan kepedulian sesama manusia kurang dengan
mengungkapkan berbagai alasan seperti takut akan jarum suntik, takut darah akan
habis, darah yang telah didonorkan takut akan dijual untuk kepentingan pribadi
diperhatikan tentang jaminan akan kesterilan alat transfusi yang selama ini
penghargaan yang menjadi pendonor darah tetap selama 5 tahun serta kemudahan
dan menyangkut hubungan yang bersifat hipotesis antara orientasi kesehatan atau
perilaku dengan hubungan sosial atau struktur kelompok. Menurut Beth H. Shaz
(2008), perbedaan ras dan etnik juga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam
perekrutan pendonor.
Masyarakat non pribumi yang lebih didominasi oleh etnis Tionghoa memiliki
hubungan sosial yang lebih tinggi serta memiliki struktur kelompok yang cukup baik,
sehingga mereka dapat memberikan respon yang positif diantara sesama untuk
untuk melakukan sesuatu yang terbaik dalam lingkungan sosial mereka saat ini.
terhadap mendonorkan darah secara sukarela oleh masyarakat pribumi dan non
pribumi memiliki koefisien regresi yang bernilai positif (searah). Hal ini
pribumi dan non pribumi terhadap aktivitas mendonorkan darah, maka akan
meningkatkan perilaku atau tindakan masyarakat pribumi dan non pribumi untuk
sebagai upaya untuk memusatkan perhatian terhadap donor darah. Hal ini jugalah
belum memiliki kerelaan dalam memberikan darahnya pada orang lain diluar etnis,
Aziz Auda, S, 2000. Upaya Menghimpun dan Melestarikan Donor Darah. Buletin
Transfusi Darah No.279/November Tahun ke XXVII, UTD-PMI Pusat.
Jakarta.
Andersen, R. & Neuman, J.F. 1975. Societal and Individual Determinants of Medical
Care Utilization in the United States. Milbank Memorial Fund
Quaterly/Health and Society. 51: 95-124.
Beth H. Shaz, et, al, 2008, Blood Donation dan Blod Transfusion: Special
Consideration for African Americans, Transfusion Medicine Reviews, Vol 22,
No 3, pp 202-214.
Depkes RI, 2009. Donor Darah, Hidup Sehat Sambil Beramal. Jakarta. www. health.
detik.com.
Depkes RI, 2010. Donor Darah, Hidup Sehat Sambil Beramal. Jakarta. www.
redaksi@neraca.co.id.
Erickson dan Nosanchuk .1996. Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial,
Penerbit, LP3ES, Jakarta
Frewer, L.J., Howard, C., Hedderley, D. & Shepherd, R, 1996, What determines trust
in information about food-related risks? Underlying psychological constructs.
Risk Analysis, 6, 473486.
Healy, KJ, 2006, Last best gifts:Altruism and themarket for humanblood and organs,
Chicago, University of Chicago Press.
Hood, Salleh, 1995 Dunia Pribumi dan Alam Sekitar: Langkah Ke Hadapan. . ISBN
967-942- 316-6. 56 hlm.
J. R. Mansoben, 2003, Konservasi Sumber Daya Alam Papua Ditinjau Dari Aspek
Budaya, Antropologi Papua, Vol.2 No.4, ISSN 1693-2099
Ketan Shevde, MD, Murali Pagala, PhD, Ananth Kashikar, MD,Changa Tyagaraj,
MS, Noreen Shahbaz, MD, Mohammad Iqbal, MD, Raghu Idupuganti, 2000,
Gender Is an Essential Determinant of Blood Transfusion in Patients
Undergoing Coronary Artery Bypass Graft Procedure, Journal of Clinical
Anesthesia 12:109 116
Kuncoro, Mudrajad ,2001, Metode Kuantitatif; Teori dan Aplikasi, Penerbit AMP
YKPN, Yogyakarta.
Milton, C.R. (1981). Human Behaviour in Organization. New Jersey, Prestice Hall
Inc. Englewood Cliffts.
Munandar, Haris. 2008. Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) & Badan SAR
Nasional (BASARNAS). Erlangga . Jakarta.
Notoatmodjo.S, 2007, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
O'Brien SF, 2006, Donor research: The foundation for a healthy blood supply.
Transfusion 46:1069-1071
PMI Medan, 2009. Pelayanan Penyediaan Darah, antara Fakta dan Kenyataan.
Medan.
Prawira, Ingerani S, dan Winowatan, D., 2010. New Blood for the World,
International SOS Journal.
Sheeran, P. & Abraham, C. 1995. The Health Belief Model, in Predicting Health
Behaviour (Conner, M. & Norman, P. eds.), Buckingham: Open University
Press.
Shillewaert N, Ahearne MJ, Frambach RT, Moenaert RK, 2001. The Acceptance of
Information Technology in the Sales Force, Working Paper. E Business
Research Center, The Pennsylvania State University,
http://www.ebrc.psu.edu.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, 1995. Metode Penelitian Survai, Penerbit
LP3ES Jakarta.
Suchman, E.A, 1965, Social Patterns of Illness and Medical Care, Journal of Health
and Social Behavior, 2-16
Trevor J. Cobain, 2004, Fresh Blood Product Manufacture, Issue, and Use: A Chain
of Diminishing Returns? Transfusion Medicine Reviews, Vol 18, No 4, pp
279-292
WHO, Depkes & UNFPA. 2008. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah Modul
X. Jakarta.
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENDONOR DARAH
SUKARELA PADA MASYARAKAT PRIBUMI DAN NON PRIBUMI DI UTD PMI KOTA
MEDAN
No. Responden : .
Golongan Darah : .
I. Identitas Responden
A. Nama : .
B. Alamat : .
..
IV. Predisposisi
A. Menurut Anda, Donor Darah adalah :
1. Menyumbangkan darah karena memerlukan uang
2. Menyumbangkan darah agar dihargai orang lain
3. Menyumbangkan darah karena dibutuhkan
4. Menyumbang darah tanpa unsur apapun
C. Menurut Anda, syarat apa yang harus dipenuhi sebelum mendonorkan darah?
1. BB > 50 kg
2. Hb darah yang dites terapung
3. Tekanan darah 110/70 mmhg
4. Pendonor darah harus istirahat lebih kurang 6 jam
Petunjuk Pengisian
1. Mohon memberi tanda cheklist () pada jawaban yang dianggap paling benar.
2. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban saja dan mohon memberikan jawaban yang
sebenar-benarnya.
I. PENGETAHUAN
Jawaban
No Daftar Pernyataan
YA TIDAK
1 Mendonorkan darah dilakukan karena dibutuhkan dan tanpa unsur apapun
2 Sebelum melakukan kegiatan mendonor darah, anda sangat memerlukan
informasi penting tentang kegiatan donor darah tersebut
3 Kegiatan mendonorkan darah sangat berguna bagi anda.
4 Kegiatan mendonorkan darah dapat membuat badan sehat serta dapat
mengetahui tentang keadaan kesehatan diri sendiri.
5 Sebaiknya seseorang dapat mendonorkan darahnya ketika berusia 18 tahun.
6 Kegiatan mendonorkan darah tidak memandang permasalahan gender atau
jenis kelamin.
7 Kegiatan mendonorkan darah dapat dilakukan apabila beberapa syarat yang
ditentukan dipenuhi oleh si pendonor.
8 Syarat dan ketentuan untuk mendonorkan darah merupakan hal yang paling
utama sebelum dilakukannya kegiatan donor darah
9 Mendonorkan darah dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan tubuh
10 Mendonorkan darah merupakan suatu kegiatan peduli sosial yang dilakukan
tanpa pamrih dan hanya tujuan kemanusiaan
III. KEPERCAYAAN
Jawaban
No Daftar Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
1 Saya melakukan donor darah karena mendonorkan darah merupakan
pekerjaan yang mulia
2 Saya percaya donor darah bermanfaat meskipun belum ada pembuktian
terlebih dahulu
3 Saya percaya bahwa tidak ada akibat yang timbul setelah mendonorkan darah
4 Saya melakukan donor darah karena dipengaruhi oleh teman yang telah
melakukan donor darah
5 Saya percaya bahwa peralatan donor darah steril
6 Saya percaya darah yang saya donorkan diberikan kepada yang membutuhkan
7 Saya percaya bahwa mendonorkan darah merupakan pekerjaan yang mulia
karena membantu menyelamatkan nyawa orang lain tanpa memandang suku,
agama dan ras
8 Saya percaya selain memberikan sumbangan dana, mendonorkan darah
merupakan salah satu ajaran agama dalam menolong orang lain
---terima kasih---