Anda di halaman 1dari 115

ANALISIS PERSEPSI PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI

(PAPS) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA


DI RUANG RAWAT INAP TERPADU (RINDU) A
RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2013

TESIS

Oleh

NURNA FAUZIAH
117032056/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PERSEPSI PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
(PAPS) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
DI RUANG RAWAT INAP TERPADU (RINDU) A
RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURNA FAUZIAH
117032056/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : ANALISIS PERSEPSI PASIEN PULANG ATAS
PERMINTAAN SENDIRI (PAPS) TERHADAP
KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA DI
RUANG RAWAT INAP TERPADU (RINDU) A
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Nurna Fauziah
Nomor Induk Mahasiswa : 117032056
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si) (dr. Heldy BZ, M.P.H)
Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 24 Juli 2013

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji
Pada Tanggal : 24 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si


Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H
2. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, M.K.M
3. Siti Khadijah, S.K.M, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

ANALISIS PERSEPSI PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI


(PAPS) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
DI RUANG RAWAT INAP TERPADU (RINDU) A
RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Nurna Fauziah
117032056/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Keberhasilan suatu perawatan dan pengobatan di rumah sakit adalah


kesembuhan pasien sehingga pasien boleh pulang atas ijin dokter, pada kenyataannya
terdapat beberapa pasien rawat inap yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di
RSUP H. Adam Malik Medan. Angka kejadian pasien PAPS di RSUP H. Adam
Malik Medan meningkat setiap tahunnya dan belum terlihat adanya kecenderungan
penurunan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali informasi mengenai persepsi
pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan yang
meliputi pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi dan kondisi
lingkungan perawatan serta harga di ruang rawat inap terpadu (Rindu) A RSUP H
Adam Malik Medan. Jenis penelitian adalah survey deskriptif dengan metode
penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 9 informan pasien PAPS
dan hasil penelitian dianalisa berdasarkan content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan penyebab PAPS pada pasien VIP dan kelas I
adalah karena faktor individu/keluarga, sedangkan pasien kelas II karena faktor
pelayanan dan pasien kelas III karena faktor biaya. Faktor pelayanan yang dikeluhkan
adalah kekurangtanggapan dan kurangnya komunikasi dari pemberi pelayanan,
sedangkan faktor biaya yang dikeluhkan adalah karena banyaknya pemeriksaan
penunjang medis yang dilakukan pada pasien.
Disarankan kepada manajemen RSUP HAM Medan untuk menyusun suatu
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang menyangkut kinerja dokter, perawat dan
petugas non medis lainnya serta mensosialisasikan kepada petugas yang terkait,
melakukan supervisi ke lapangan untuk monitoring dan evaluasi kinerja dokter dan
perawat serta melakukan koordinasi dengan Fakultas Kedokteran USU terkait
kegiatan pendidikan yang dilakukan di RSUP H Adam Medan agar dilaksanakan
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan pasien yang berlaku di
RSUP H Adam Malik Medan. Selain itu perlu pelatihan pelayanan prima (service
excelence) bagi seluruh karyawan baik dokter, perawat, maupun tenaga non medis
lainnya secara bergilir untuk meningkatkan kemampuan para petugas dalam bidang
pelayanan.

Kata Kunci: Persepsi, Kualitas Pelayanan, Pasien PAPS.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The success of a treatment and therapy in the hospital is the patient recovery
so that the patient may go home with doctor's permission, in fact there are several in-
patient patients going home as their own demand at Haji Adam Malik General
Hospital Center Medan. The incidence of patient who go back home as their own
demand at H, Adam Malik General Hospital Center Medan increasing every year
and have not seen the declining trend.
The purpose of this descriptive qualitative survey study was to dig an
information about the perception of the patient's going back home at their own
demand on the service quality including the services given by the doctors, nursing
services, administrative services, environmental conditions and prices at the Rindu A
of H Adam Malik General Hospital Center Medan. Type of research is a descriptive
survey with qualitative research methods through in-depth interviews of the
informant 9 patients who go back home as their own demand and the results were.
analyzed based on content analysis.
The result of this study showed the cause of patients who go back home as
their own demand on VIP patients and grade I was because of the individual / family,
whereas class II patients because the service factor and class III patients because of
the cost factor. Complained of service factors are less responsive and complained of
lack of communication from the service provider, while the cost factor is the
complaint is that the number of medical investigations carried out on the patient.
It is recommended to the management of H Adam Malik General Hospital
Center Medan to make a Standard Operating Procedures (SOP) relating to the
performance of doctors, nurses and other medical personnel and to socialization to
relevant officers, supervision to the inpatient ward for monitoring and evaluating the
performance of doctors and nurses as well as coordination USU School of Medicine
related to educational activities conducted in the department of H Adam Medan to be
implemented in accordance with the Standard Operating Procedures (SOP)
applicable patient care at H Adam Malik Hospital in Medan. Besides excellent
service training needs (service excellence,) for all employees both doctors, nurses,
and other non-medical personnel in rotation to increase the ability of workers in the
service sector.

Keywords: Perception, Service Quality, Patients’ Going Home as Own Demand

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmad dan

hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun tesis dengan judul

“ ANALISIS PERSEPSI PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI

(PAPS) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA DI RUANG

RAWAT INAP TERPADU (RINDU) A RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2013 ” merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat

Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


5. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan dr.

Heldy BZ, MPH, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan arahan,

masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, M.K.M dan Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku

penguji satu dan dua yang telah memberi banyak saran dan masukan untuk

kesempurnaan tesis ini.

7. dr. Lukmanul Hakim Nasution SpKK, Direktur Utama RSUP H Adam Malik

Medan yang telah berkenan memberi kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus

memberi izin untuk melakukan penelitian di RSUP H Adam Malik Medan.

8. dr Ramlan Kembaren M.P.H, Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP H Adam

Malik Medan yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

9. Dosen dan staf di lingkungan Program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Universitas Sumatera Utara Medan yang

telah membantu hingga terselesainya tesis ini.

10. Bagian Diklat dan seluruh karyawan / perawat RSUP H Adam Malik Medan

yang telah membantu mendapatkan data selama penelitian.

11. Ibunda Hj Hasnah yang selalu mendoakan, suami tercinta Zulfikar Zakaria SE

yang telah memberi izin mengikuti pendidikan S2, anak-anak tersayang Nuzul

Universitas Sumatera Utara


Luthfihadi, Hadyan Fauzan SE dan Halizha Nadirha yang selalu memberikan

dorongan semangat selama penyusunan tesis ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Administrasi Rumah

Sakit dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu .

Pada akhirnya Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik demi perbaikan

dikemudian hari. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang

kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.

Medan, Juli 2013


Penulis

Nurna Fauziah
117032056/FKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nurna Fauziah, lahir di Pematang Siantar pada tanggal 04 September 1966

dari pasangan Ayahanda alm. H Abdul Samad dan Ibunda Hj Hasnah. Penulis anak

ketiga (3) dari lima (5) orang bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD

Negeri 091705 Simalungun selesai tahun 1979, pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri I Medan selesai tahun 1982, pendidikan Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas di SMA Swasta Harapan Medan selesai tahun 1985, kemudian

melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Sumatera Utara Medan selesai tahun 1993, pendidikan S2 Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

Mulai bekerja tahun 1994-1997 sebagai Dokter PTT di Puskesmas Pembantu

Pujimulyo Kabupaten Deli Serdang, tahun 1997-1999 sebagai Dokter UGD di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, tahun 1999-2001 sebagai Direktur Akademi

Perawat Malahayati Medan, tahun 2001-2003 sebagai Kepala Puskesmas Seruway

Kabupaten Aceh Tamiang, tahun 2003-2007 sebagai Dokter UGD RSUD Kabupaten

Aceh Tamiang, tahun 2007-2010 staf Tata Usaha Instalasi Rawat Inap Terpadu

(Rindu) A RSUP H. Adam Malik Medan, tahun 2010 sebagai Kepala Seksi Bidang

Pelayanan Medis RSUP H. Adam Malik Medan sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ........................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ .... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

BAB 2. TINJAUANPUSTAKA ........................................................................ 12


2.1 Rumah Sakit ................................................................................... 12
2.1.1 Definisi dan Fungsi Rumah Sakit ........................................ 12
2.1.2 Indikator Pelayanan Rumah Sakit ........................................ 13
2.1.3 Instalasi Rawat Inap ............................................................. 14
2.1.4 Standar Pelayanan Minimal Instalasi Rawat Inap................ 16
2.1.5 Pasien ................................................................................... 17
2.2 Persepsi ........................................................................................... 18
2.3 PelayananKesehatan ....................................................................... 20
2.3.1 Kualitas Pelayanan Kesehatan ............................................. 21
2.3.2 Kualitas Pelayanan Rawat Inap............................................ 26
2.4 Harga .............................................................................................. 30
2.5 Kepuasan Pasien ............................................................................. 32
2.6 Pulang Atas Permintaan sendiri ...................................................... 34
2.7 Landasan Teori ............................................................................... 35
2.8 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 38


3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………… 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 38
3.4 Fokus Penelitian ............................................................................ 39
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ............................................ 39

Universitas Sumatera Utara


3.5.1 Data Primer………………………………………………… 39
3.5.2 Data Sekunder………… ………………………………….. 40
3.6 Instrumen Penelitian…………………………………………….... 40
3.7 Definisi Operasional…………………………………………….... 40
3.7 Analisis Data……………………………………………………… 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN………………………………………………… 44


4.1 Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik Medan ……………...... 44
4.2 Gambaran Kinerja Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan …….... 47
4.3 Identitas Informan Pasien PAPS………………………………..... 49
4.4 Persepsi Pasien PAPS terhadap Kualitas Pelayanan …………...... 51
4.4.1 Persespsi Pasien PAPS tentang Pelayanan Dokter …….…… 51
4.4.2 Persespsi Pasien PAPS tentang Pelayanan Perawat………... 55
4.4.3 Persespsi Pasien PAPS tentang Pelayanan Administrasi ....... 59
4.4.4 Persespsi Pasien PAPS tentang Lingkungan Perawatan ….... 62
4.5 Persespsi Pasien PAPS terhadap Harga/Tarif Pelayanan ………… 64
4.5.1 Persespsi Pasien PAPS tentang Tarif Dokter ……………..... 64
4.5.2 Persespsi Pasien PAPS tentang Tarif Rawat Inap …….……. 65
4.5.3 Persespsi Pasien PAPS tentang Tarif Pemeriksaan
Penunjang Medis……………………………………………. 65
4.5.4 Persespsi Pasien PAPS tentang Harga Obat ……………….. 67
4.6 Alasan Pasien PAPS di Rindu A ………………………………..... 67

BAB 5. PEMBAHASAN …………………………………………………….... 69


5.1 Kinerja Pelayanan Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan ………. 69
5.2 Pasien Rawat Inap Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan ………. 70
5.3 Persepsi Pasien PAPS terhadap Kualitas Pelayanan …………….. 71
5.4 Persespsi Pasien PAPS terhadap Harga/Tarif Pelayanan ……....... 82
5.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pasien PAPS ……………….... 87
5.6 Keterbatasan Penelitian ………………………………………...... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 89


6.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 89
6.2 Saran………………………………………………………..…….. 91

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…... 92

LAMPIRAN…………………………………………………………………… 95

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Pencapaian Kinerja Pelayanan RSUP HAM Medan


Periode Tahun 2007-2011………………………………………………. 8

1.2. Angka Kejadian Pasien PAPS di Instalasi Rindu A


RSUP HAM Medan Tahun 2010-2012…………………………………. 9

1.3 Angka Kejadian Pasien PAPS Berdasarkan Cara Bayar di Instalasi


Rindu A RSUP HAM Medan Tahun 2012……………………………… 9

2.1. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menurut


Departeman Kesehatan……………………………………....................... 16

4.1 Jumlah Ketenagaan di RSUP HAM Medan Tahun 2012………………. 47

4.2 Jumlah Tempat Tidur Rindu A RSUP HAM Medan……………………. 47

4.3 Gambaran Kinerja Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan


Bulan Januari – April Tahun 2013……………………………………... 48

4.4 Gambaran Pasien di Rindu A Bulan Januari-April Tahun 2013………... 48

4.5 Rekapitulasi Alasan Pasien PAPS di Rindu A Bulan Januari-April


Tahun 2013………………………………………………………………. 49

4.6 Identitas Informan Pasien PAPS…………………………………………. 50

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Alur Pasien Masuk Rawat Inap …………….………………………….. 15

2.2 Hubungan Persepsi Konsumen dengan Keputusan Membeli………….. 20

2.2. Kerangka Pemikiran………..…………………………………………… 37

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara ........................................................ ............ 94


2 Surat Izin Penelitian .............................................................................

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Keberhasilan suatu perawatan dan pengobatan di rumah sakit adalah


kesembuhan pasien sehingga pasien boleh pulang atas ijin dokter, pada kenyataannya
terdapat beberapa pasien rawat inap yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di
RSUP H. Adam Malik Medan. Angka kejadian pasien PAPS di RSUP H. Adam
Malik Medan meningkat setiap tahunnya dan belum terlihat adanya kecenderungan
penurunan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali informasi mengenai persepsi
pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan yang
meliputi pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi dan kondisi
lingkungan perawatan serta harga di ruang rawat inap terpadu (Rindu) A RSUP H
Adam Malik Medan. Jenis penelitian adalah survey deskriptif dengan metode
penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 9 informan pasien PAPS
dan hasil penelitian dianalisa berdasarkan content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan penyebab PAPS pada pasien VIP dan kelas I
adalah karena faktor individu/keluarga, sedangkan pasien kelas II karena faktor
pelayanan dan pasien kelas III karena faktor biaya. Faktor pelayanan yang dikeluhkan
adalah kekurangtanggapan dan kurangnya komunikasi dari pemberi pelayanan,
sedangkan faktor biaya yang dikeluhkan adalah karena banyaknya pemeriksaan
penunjang medis yang dilakukan pada pasien.
Disarankan kepada manajemen RSUP HAM Medan untuk menyusun suatu
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang menyangkut kinerja dokter, perawat dan
petugas non medis lainnya serta mensosialisasikan kepada petugas yang terkait,
melakukan supervisi ke lapangan untuk monitoring dan evaluasi kinerja dokter dan
perawat serta melakukan koordinasi dengan Fakultas Kedokteran USU terkait
kegiatan pendidikan yang dilakukan di RSUP H Adam Medan agar dilaksanakan
sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan pasien yang berlaku di
RSUP H Adam Malik Medan. Selain itu perlu pelatihan pelayanan prima (service
excelence) bagi seluruh karyawan baik dokter, perawat, maupun tenaga non medis
lainnya secara bergilir untuk meningkatkan kemampuan para petugas dalam bidang
pelayanan.

Kata Kunci: Persepsi, Kualitas Pelayanan, Pasien PAPS.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The success of a treatment and therapy in the hospital is the patient recovery
so that the patient may go home with doctor's permission, in fact there are several in-
patient patients going home as their own demand at Haji Adam Malik General
Hospital Center Medan. The incidence of patient who go back home as their own
demand at H, Adam Malik General Hospital Center Medan increasing every year
and have not seen the declining trend.
The purpose of this descriptive qualitative survey study was to dig an
information about the perception of the patient's going back home at their own
demand on the service quality including the services given by the doctors, nursing
services, administrative services, environmental conditions and prices at the Rindu A
of H Adam Malik General Hospital Center Medan. Type of research is a descriptive
survey with qualitative research methods through in-depth interviews of the
informant 9 patients who go back home as their own demand and the results were.
analyzed based on content analysis.
The result of this study showed the cause of patients who go back home as
their own demand on VIP patients and grade I was because of the individual / family,
whereas class II patients because the service factor and class III patients because of
the cost factor. Complained of service factors are less responsive and complained of
lack of communication from the service provider, while the cost factor is the
complaint is that the number of medical investigations carried out on the patient.
It is recommended to the management of H Adam Malik General Hospital
Center Medan to make a Standard Operating Procedures (SOP) relating to the
performance of doctors, nurses and other medical personnel and to socialization to
relevant officers, supervision to the inpatient ward for monitoring and evaluating the
performance of doctors and nurses as well as coordination USU School of Medicine
related to educational activities conducted in the department of H Adam Medan to be
implemented in accordance with the Standard Operating Procedures (SOP)
applicable patient care at H Adam Malik Hospital in Medan. Besides excellent
service training needs (service excellence,) for all employees both doctors, nurses,
and other non-medical personnel in rotation to increase the ability of workers in the
service sector.

Keywords: Perception, Service Quality, Patients’ Going Home as Own Demand

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu pembangunan nasional merupakan

investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan, baik upaya

kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata,

dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan itu sendiri dilaksanakan dengan

mengutamakan upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif)

bagi setiap individu, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan

dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh

wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2010).

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran

dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit

mempunyai kewajiban dan juga tanggung jawab secara moral dan hukum untuk

Universitas Sumatera Utara


memberikan pelayanan bermutu sesuai standar untuk pasien yang ditanganinya.

Menurut Aditama (2002) yang mengutip pendapat Tabish, pelayanan kesehatan yang

bermutu berarti memberikan suatu produk yang benar-benar memberikan pelayanan

kesehatan sesuai kebutuhan individu dan masyarakat. Pelayanan yang bermutu pada

dasarnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi pelanggan. Jika pelanggan

merasa bangga dan puas atau bahkan surprise dengan jasa yang diterima akan

memperlihatkan kecenderungan yang besar untuk menggunakan kembali jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Dampak langsung dari

kepuasan pelanggan adalah penurunan komplain dan peningkatan kesetiaan

konsumen. Demikian pula dengan rumah sakit sebagai perusahaan jasa, jika pasien

merasa puas dengan mutu pelayanan rumah sakit maka ada kecenderungan untuk

setia terhadap pelayanan rumah sakit tersebut.

Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga

kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen

sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang

diberikan. Rumah sakit harus dapat membangun sistem bagaimana cara agar jasa

yang diberikan dapat tepat waktu dan sampai kepada konsumen dengan melakukan

berbagai usaha untuk memperlancar penyampaiannya dengan meningkatkan kualitas

atau mutu pelayanan melalui: (a) kehandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang dijanjikan dengan tepat dan memuaskan, (b)

cepat tanggap (responsiveness), yaitu kemampuan untuk membantu pasien dan

Universitas Sumatera Utara


memberikan pelayanan dengan cepat tanggap, (c) kepastian (assurance), yaitu

mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan serta sifat yang dapat

dipercaya dimiliki oleh para staf bebas dari bahaya, resiko dan

keragu-raguan, (d) empati (empaty) kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan pemahaman kebutuhan

pasien dan (e) berwujud (tangibles), yaitu penampilan fasilitas fisik,

peralatan dan pegawai.

Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi serta membaiknya

keadaan sosial ekonomi dan pendidikan, mengakibatkan perubahan sistem penilaian

masyarakat yang menuntut pelayanan yang berkualitas. Hubungan pasien dengan

tenaga kesehatan telah mengalami perubahan, sehingga pasien tidak segan-segan

menuntut secara hukum baik terhadap tenaga kesehatan maupun institusi

penyelenggara pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai

dengan standar dan kode etik profesi sehingga rumah sakit perlu dikelola secara

profesional.

Aditama (2002) menyatakan bahwa kebutuhan pasien dapat dibagi menjadi

kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan secara langsung dan pelayanan penunjang

lainnya. Dalam hal pelayanan kesehatan, umumnya diinginkan pelayanan yang cepat,

akurat, bermutu tinggi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, ramah

dan dengan biaya yang wajar. Selain itu, seringkali disebutkan perlunya penjelasan

menyeluruh tentang keadaan penyakit kepada pasien dan keluarganya agar mereka

Universitas Sumatera Utara


memahami keadaan kesehatannya serta upaya pengobatan apa saja yang akan mereka

jalani sesuai Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pelayanan

kesehatan yang berorientasi pada konsumen merupakan suatu keharusan.

Rumah sakit perlu mengetahui bagaimana cara melayani pasien yang efektif

dan cepat. Pelayanan jasa telah berorientasi pada pasien karena ukuran persepsi

kualitas bukan berada pada pandangan penyedia jasa kesehatan namun terletak pada

diri pasien. Apabila pelayanan yang diterima oleh pasien sesuai dengan yang

diharapkan maka pelayanan tersebut dapat dikatakan baik. Dalam mencapai tujuan

pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pasien maka perlu diperhatikan hal yang

berperan penting dalam menentukan kualitas pelayanan menurut persepsi pasien

yang meliputi pelayanan dokter, perawat, penunjang medik dan pelayanan

administrasi.

Rumah sakit juga perlu memikirkan tentang harga pelayanannya. Harga yang

ditetapkan haruslah tepat atau sesuai di mata konsumen, karena harga yang tidak

sesuai atau terlalu mahal malah justru akan membuat konsumen pindah ke pelayanan

kesehatan lain. Rumah sakit merupakan penyedia layanan kesehatan yang menjadi

pilihan masyarakat, oleh karena itu harga yang ditetapkan harus terjangkau sesuai

kemampuan ekonomi masyarakat setempat. Masyarakat berpikir bahwa rumah sakit

yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang mudah, murah, dan

efisien. Apabila harga terlalu mahal maka banyak pasien yang akan mengeluh.

Peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit juga perlu dilakukan untuk

mencegah munculnya hambatan dalam pemberian pelayanan kesehatan yang

Universitas Sumatera Utara


berkualitas, Dengan peningkatan sarana dan prasarana diharapkan rumah sakit

mampu mengantisipasi berbagai kendala teknis di lapangan yang dihadapi oleh

pasien dalam mendapatkan pelayanan yang berkualitas.

Menurut Imbalo (2007) kepuasan pasien diukur dengan indikator akses

pelayanan kesehatan, kepuasan mutu layanan kesehatan, proses layanan kesehatan

dan sistem layanan kesehatan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien mutlak diperlukan

dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan. Melalui pengukuran tersebut,

dapat diketahui sejauh mana mutu layanan yang telah diselenggarakan dapat

memenuhi harapan pasien. Namum adakalanya layanan yang diterima tidak sesuai

dengan harapan pasien, hal ini menyebabkan pasien merasa tidak puas akhirnya

memutuskan untuk mengakhiri pengobatan terhadap dirinya dan pasien pulang

sebelum selesai masa pengobatannya, ini dikenal sebagai pulang atas permintaan

sendiri (PAPS) atau pulang paksa.

Pasien yang pulang atas permintaan sendiri walaupun secara medis belum

cukup stabil untuk dirawat di rumah dapat diartikan sebagai ungkapan kekecewaan,

ketidakpuasan dan hilangnya kepercayaan (mistrust) terhadap rumah sakit.

Ketidakpuasan ini akan menimbulkan perasaan konflik dalam diri pasien maupun

keluarganya dan sering terjadi pengaduan tentang ketidakpuasan pasien pada media

massa sehingga rumah sakit akan mendapat klaim jika tindakan pulang atas

permintaan sendiri menimbulkan adverse event. Dampak dari menurunnya

kepercayaan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap angka pemanfaatan rumah

sakit dan pengobatan/perawatan yang tidak tuntas dapat meningkatkan morbiditas dan

Universitas Sumatera Utara


mortalitas atau berpotensi menimbulkan masalah baru terhadap kesehatan

masyarakat.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketidakpuasan pasien sehingga

pasien pulang atas permintaan sendiri sebagaimana yang disebutkan Kuncahyo

(1998) adalah product, price, place, promotion, people dan process yang kurang

sesuai dengan harapan pasien. Produk rumah sakit dalam hal ini adalah jasa

pelayanan pengobatan dan perawatan yang kurang memenuhi harapan pasien, price

atau biaya pelayanan yang terlalu tinggi, place atau tempat yang kurang nyaman,

promotion atau informasi yang kurang akurat dan memadai bagi pasien, people atau

tenaga medis/paramedis yang kurang profesional serta process seperti prosedur

administrasi ataupun birokrasi yang terlalu rumit merupakan beberapa contoh

kejadian/kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan sehingga pasien minta pulang

sebelum dokter menyatakan sembuh. Keadaan seperti ini sering ditemui di rumah

sakit pemerintah maupun swasta.

Penelitian Menap (2007) tentang analisis alasan pasien pulang paksa di RSUD

Praya Kabupaten Lombok Tengah tahun 2006, diperoleh angka kejadian pulang

paksa 5,37% (469 kasus dari 8.733 pasien keluar rumah sakit). Alasan yang

ditemukan terdiri atas: alasan biaya, kecewa dengan pelayanan yang diberikan dan

konflik dengan sikap dan perlakuan petugas. Hasil penelitian Thenie (2002) tentang

persepsi pasien pulang paksa terhadap pelayanan rumah sakit di RSUD Karawang

menunjukkan bahwa kasus pasien PAPS di RSUD Karawang berhubungan dengan

faktor biaya dan faktor pelayanan rumah sakit. Faktor biaya yang dikeluhkan adalah

tingginya biaya obat yang dikeluarkan sedangkan faktor pelayanan yang dikeluhkan

Universitas Sumatera Utara


adalah ketidakramahan dan kekurangtanggapan dari pemberi pelayanan dan masalah

kebersihan di ruang perawatan.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM Medan)

sebagai rumah sakit rujukan mempunyai Visi “Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan

Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan Unggul di Sumatera Tahun

2015”. RSUP HAM Medan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan telah

meraih sertifikat akreditasi penuh sesuai SK Kemenkes RI No. YM.01.10/III/3696/10

tgl 20 Juli 2010 untuk 16 (enam belas) pelayanan rumah sakit dan saat ini sedang

persiapan menuju Akreditasi Internasional JCI (Joint Commission International). JCI

artinya standar pengakuan mutu pelayanan rumah sakit sekelas internasional. Untuk

itu pengembangan terus dilakukan baik fisik bangunan, peralatan dan sarana kerja

maupun sumber daya manusia untuk menjaga dan mempertahankan mutu pelayanan

dan profesionalisme disegala bidang. Dalam hal pengembangan bangunan fisik saat

ini RSUP HAM Medan sedang membangun gedung Cardiac Center, IGD (Instalasi

Gawat Darurat) dan penambahan ruang rawat inap yang pengoperasionalnya

direncanakan pertengahan tahun 2013 atau paling lambat awal tahun 2014. Untuk

peningkatan pelayanan penunjang medik selain Pelayanaan Radioterapi juga telah

diresmikan Unit Kedokteran Nuklir pada tanggal 11 Pebruari 2013.

Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, RSUP HAM Medan

memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan

pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan

melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Unit rawat inap

Universitas Sumatera Utara


RSUP HAM terdiri dari Rawat Inap Terpadu (Rindu) A dan Rawat Inap Terpadu

(Rindu) B.

Gambaran kinerja pelayanan RSUP HAM Medan dalam kurun waktu 5 (lima)

tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 1.1. Pencapaian Kinerja Pelayanan RSUP HAM Medan Periode


Tahun 2007- 2011

Tahun Jumlah Jumlah BOR LOS BTO TOI NDR GDR


Pasien Tempat (%) (Hari) (Kali) (Hari) (%0) (%0)
Dirawat Tidur
2007 17.899 600 82.5 10 30 2 77,1 117,6
2008 20.699 600 70.5 8 34 3 68,1 108,2
2009 21.616 600 67.9 7 36 3 72,6 106,0
2010 26.082 650 70,7 6 40 3 67,2 107,2
2011 37.762 676 73,4 5 57 2 17,7 69,1
Standar 60-85 6-9 40-50 1-3 < 25 < 45
Depkes
Sumber : Profil RSUP HAM Medan tahun 2011

Dari data diatas diketahui bahwa dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir

kinerja pelayanan RSUP HAM Medan secara umum mengalami peningkatan, terlihat

dari jumlah kunjungan yang meningkat setiap tahunnya. BOR (Bed Occupancy Rate),

AVLOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval) dan BTO (Bed Turn

Over) sudah mendekati nilai ideal. Nilai NDR (Netto Death Rate) pada tahun 2007-

2010 masih cukup tinggi yaitu berkisar 67,2-77,1 % dibandingkan nilai standar 25 %.

Keadaan ini tidak terlepas bahwa RSUP HAM Medan sebagai rumah sakit rujukan,

namun pada tahun 2011 sudah memenuhi nilai standar. Sedangkan nilai GDR (Gross

Death Rate) masih cukup tinggi berkisar 69,1- 117,6, nilai standar 45%.

Universitas Sumatera Utara


Indikator penilaian kinerja pelayanan rawat inap berdasarkan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit yang ditetapkan dengan surat keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 129 tahun 2008 bahwa angka kejadian

PAPS tidak lebih dari 5%. Data yang diperoleh dari bagian Data dan Informasi RSUP

HAM diketahui kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di Rindu A

masih cukup tinggi dimana pada tahun 2010 sebesar 6,44 % meningkat menjadi 7,45

% pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 7,47 %. Perkembangan jumlah

pasien PAPS di Rindu A RSUP HAM Medan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Angka Kejadian Pasien PAPS di Instalasi Rindu A RSUP HAM
Medan Tahun 2010-2012

Tahun Jumlah Pasien Jumlah Pasien Angka Kejadian


Rawat Inap PAPS Pasien PAPS
2010 11.115 716 6,44 %
2011 14,334 1068 7,45 %
2012 17.512 1309 7,47 %
Sumber : Bagian Data dan Informasi RSUP HAM Medan

Berikut gambaran jumlah pasien PAPS berdasarkan cara bayar di Instalasi

Rindu A RSUP HAM Medan tahun 2012:

Tabel 1.3. Jumlah Pasien PAPS Berdasarkan Cara Bayar di Instalasi Rindu A
RSUP HAM Medan 2012

Cara Jumlah Pasien Jumlah Angka Kejadian Persentase


Bayar Rawat Inap Pasien PAPS Pasien PAPS Pasien PAPS
Jamkesmas 9755 703 7,21 % 53,70 %
Umum 4875 406 8,33 % 31,02 %
Askes 2583 172 6,66 % 13,14 %
JKA 299 28 9,36 % 2,14 %
Total 17512 1309 100 %
Sumber : Bagian Data dan Informasi RSUP HAM Medan

Universitas Sumatera Utara


Wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala Instalasi Rindu A bulan

November 2012 untuk mengetahui alasan pasien PAPS, diperoleh informasi sebagian

pasien menyatakan tidak ada biaya, sedangkan wawancara yang dilakukan langsung

kepada pasien yang akan PAPS adalah karena ketidakpuasan pasien terhadap

penjelasan dokter tentang penyakit yang dideritanya dan tidak memperoleh kepastian

tentang kondisi serta prognosis penyakitnya. Informasi tambahan yang diperoleh dari

Instalasi Pengaduan Masyarakat dan Kepuasan Pelanggan RSUP H Adam Malik

Medan tentang berbagai keluhan, umumnya keluarga pasien mengeluhkan

penanganan pasien yang lambat.

Berdasarkan uraian secara teoritis dan permasalahan yang ditemui di RSUP H

Adam Malik Medan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi

pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga

di ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A RSUP H Adam Malik Medan tahun 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan

masalah dalam hal ini adalah bagaimana persepsi pasien pulang atas permintaan

sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga di ruang Rindu A RSUP H

Adam Malik Medan tahun 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa persepsi pasien pulang atas

Universitas Sumatera Utara


permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga sehingga dapat

mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pasien pulang atas permintaan

sendiri (PAPS) di ruang Rindu A RSUP H Adam Malik Medan tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi rumah sakit diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi

pengambilan keputusan pihak manejemen rumah sakit khususnya dalam upaya

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien rawat inap sekaligus sebagai bahan

untuk mengevaluasi mutu pelayanan di RSUP H Adam Malik Medan.

2. Bagi institusi pendidikan dapat menjadi tambahan untuk bahan kajian tentang

penerapan teori manejemen mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

3. Bagi peneliti dapat menambah pengalaman dalam penelitian dan wawasan

keilmuan berkaitan dengan sistem pengelolaan sumber daya rumah sakit

khususnya sumber daya manusia dalam upaya meningkatkan kinerja rumah sakit

serta hubungannya dengan kasus kejadian pulang atas permintaan sendiri.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

2.1.1. Definisi dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan

Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan. Menurut UU No. 44 tahun 2009, fungsi rumah sakit adalah: (a)

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit. (b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis. (c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan. (d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.2. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan

suatu proses tertentu. Indikator pelayanan rumah sakit yang dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit antara

lain (Depkes RI, 2005):

1. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada

satuan waktu tertentu yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan

tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya

pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang

tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang

tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.

Nilai parameter yang ideal antara 60-85%.

2. Average Length Of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.

ALOS selain digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit juga

dapat menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit, apabila diterapkan pada

diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Nilai

AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.

Universitas Sumatera Utara


3. Bed Turn Over (BTO): adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali..

4. Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak

ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Semakin besar TOI maka

efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong

tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

5. Net Death Rate (NDR): angka kematian netto yaitu angka kematian 48 jam

setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar, digunakan untuk

mengetahui mutu pelayanan/perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu

rumah sakit berarti bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik.

Nilai NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 pasien

keluar.

6. Gross Death Rate (GDR): angka kematian brutto yaitu angka kematian umum

untuk setiap 1000 penderita keluar, digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan

/perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah

sakit semakin baik. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 pasien

keluar.

2.1.3 Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural yang

menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan

perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan dan

Universitas Sumatera Utara


rehabilitasi medik. Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana

penderita tinggal mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksanaan

pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksanaan pelayanan kesehatan lain (Patria

Jati, 2009). Rawat inap menurut Crosby dalam Nasution (2005) adalah kegiatan

penderita yang berkelanjutan ke rumah sakit untuk memperoleh pelayanan kesehatan

yang berlangsung lebih dari 24 jam. Secara khusus pelayanan rawat inap ditujukan

untuk penderita atau pasien yang memerlukan asuhan keperawatan secara terus

menerus (Continous Nursing Care) hingga terjadi penyembuhan.

Pasien mulai masuk ruangan perawatan hingga pasien dinyatakan boleh

pulang maka pasien mendapat pelayanan sebagai berikut, pelayanan tenaga medis,

tenaga perawat, pelayanan penunjang medik, lingkungan langsung pasien serta

pelayanan administrasi/keuangan. Loho dalam Ayunda (2009) mengidentifikasikan

kegiatan rawat inap meliputi pelayanan dokter, pelayanan keperawatan, pelayanan

makanan, fasilitas perawatan dan lingkungan perawatan. Pelayanan rawat inap harus

menerapkan prosedur yang jelas, mudah dan terorganisir. Arus masuk pasien rawat

inap digambarkan oleh Loho sebagai berikut:

Pasien Ruang Perawatan :


 Pelayanan Dokter
 Pelayanan Perawat
Penerimaan pasien  Pelayanan Makanan
Masuk  Fasilitas Perawatan
 Lingkungan Perawatan

Keluar Pasien dipulangkan


administrasi/Keuangan

Gambar 2.1. Alur Pasien Masuk Rawat Inap

Universitas Sumatera Utara


2.1.4. Standar Pelayanan Minimal Instalasi Rawat Inap

Standar adalah nilai ketentuan yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu

yang harus dicapai sedangkan pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dijelaskan sebagi usaha melayani kebutuhan orang lain. Berdasarkan Keputusan

menteri kesehatan nomor 129 Tahun 2008 Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM juga merupakan

spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan

Layanan Umum. SPM untuk jenis layanan rawat inap berdasarkan ketentuan Depkes

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan

Pelayanan Indikator Standar


Rawat Inap 1. Pemberian pelayanan di Rawat 1. a. Dr Spesialis
Inap b. Perawat minimal
pendidikan D3
2. Dokter Penanggung Jawab Pasien 2. 100%
(DPJP) rawat inap
3. Ketersediaan pelayanan rawat 3. Anak, Penyakit
inap Dalam, Kebidanan,
Bedah
4. Jam visite Dokter Spesialis 4. 08.00 s/d 14.00 wib
setiap hari kerja
5. Kejadian infeksi pasca operasi 5. ≤ 1,5 %
6. Kejadian infeksi nosokomial 6. ≤ 1,5 %
7. Tidak adanya kejadian pasien 7. 100 %
jatuh yang berakibat kecacatan /
kematian
8. Kematian pasien > 48 jam 8. ≤ 0.24 %
9. Kejadian pulang paksa 9. ≤ 5 %
10. Kepuasan pelanggan 10. ≥ 90 %
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang SPM RS

Universitas Sumatera Utara


2.1.5. Pasien

Menurut Iskandar (1998), pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter atau

perawat), sesorang yang mengalami penderitaan (sakit). Pasien dalam praktek sehari-

hari sering dikelompokkan menjadi: (a) Pasien jalan/luar, yaitu pasien yang hanya

memperoleh pelayanan kesehatan yang biasa juga disebut dengan pasien rawat jalan,

(b) Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara

menginap dan dirawat dirumah sakit atau disebut juga pasien rawat inap.

Pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan memiliki dua hak yaitu: (1)

Hak atas pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

atas dasar kemampuan dan kecakapannya menerapkan ilmu dan teknologi kesehatan.

(2) Hak mandiri sebagai manusia atau hak untuk menentukan nasib sendiri (the right

to self-determination). Hak atas pelayanan kesehatan merupakan aspek sosial,

sedangkan hak menentukan nasib sendiri merupakan aspek pribadi.

Hak pasien berasal dari hak atas dirinya sendiri, dengan kata lain pasien

menentukan sendiri apa yang terbaik bagi kepentingan dirinya walaupun seorang

pasien dalam keadaan kurang sehat, namun hal ini dikecualikan bila keadaan mental

pasien tidak memungkinkan untuk mengambil keputusan sendiri. Hal pokok yang

merupakan hak pasien menurut Iskandar (1998), yaitu: 1) Hak memperoleh pelayanan

kesehatan yang manusiawi sesuai standar profesi. 2) Hak memperoleh penjelasan

tentang diagnosa dan terapi dari dokter yang bertanggung jawab terhadap

perawatannya. 3) Menolak keikutsertaan dalam penelitian kedokteran. 4) Kerahasiaan

dan catatan mediknya. 5) Hak dirujuk atau diperlukan. 6) Hak memperoleh perawatan

Universitas Sumatera Utara


lanjutan dengan informasi tentang nama/alamat dokter selanjutnya. 7) Hak

berhubungan dengan keluarga, rohaniawan dan sebagainya. 8) Hak penjelasan

tentang perincian biaya rawatan. 9) Hak memperoleh penjelasan tentang peraturan-

peraturan rumah sakit. 10) Hak menarik diri dari kontrak terapeutik, termasuk

mengakhiri pengobatan rawat inap dan tanggung jawab sendiri atau PAPS.

Selain itu pasien juga mempunyai kewajiban seperti yang disebutkan Iskandar

(1998), bahwa kewajiban pasien yang mendasar adalah berupa kewajiban moral dari

pasien untuk memelihara kesehatannya, selain itu pasien juga berkewajiban untuk: 1)

Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dan ahli

mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini sangat penting

agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. 2) Melaksanakan nasehat-nasehat

yang diberikan tenaga kesehatan dalam rangka perawatan. 3) Menghormati

kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia

kedokteran serta privacy-nya. 4) Memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional

yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

2.2 Persepsi

Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi pembeli adalah persepsi.

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya stimulus (rangsangan)

yang diterima melalui lima indera sehingga seseorang dapat menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan dan hal ini dipengaruhi pula oleh pengalaman-pengalaman

yang ada pada diri yang bersangkutan. Menurut Setiadi (2003), persepsi dapat

Universitas Sumatera Utara


dinyatakan sebagai proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan

menginterpretasi stimuli yang diterima pancaindera, kedalam suatu gambaran dunia

yang berarti dan menyeluruh. Persepsi tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik,

juga pada hubungan rangsangan dengan medan sekelilingnya dan kondisi dalam diri

individu.

Persepsi dibentuk oleh tiga pengaruh yakni: a) Karakteristik dari stimulus

(rangsangan) dimana stimulus merupakan hal diluar individu yang dapat berbentuk

fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat memengaruhi tanggapan individu. b)

Hubungan stimuli dengan sekelilingnya. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang

dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu persepsi

memiliki sifat subjektif. Hal tersebut berarti bahwa setiap orang dapat memiliki

persepsi yang berbeda terhadap satu objek yang sama. c) Kondisi yang ada dalam diri

individu yang bersangkutan.

Dengan melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang

berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Prasetijo (2004),

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah: a) Faktor

internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianut, dan

ekspektasi / pengharapan. b) Faktor eksternal yang meliputi penampilan produk, sifat-

sifat stimulus, dan situasi lingkungan. Proses seseorang untuk sampai pada perilaku

pembelian / pemanfaatan suatu produk atau jasa melalui tahapan yaitu dimulai dari

identifikasi masalah (adanya kebutuhan), pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan

pembelian / pemanfaatan serta evaluasi paska pembelian.

Universitas Sumatera Utara


Persepsi Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan

Adanya Kebutuhan

Identifikasi Alternatif

Evaluasi Alternatif

Keputusan Membeli

Gambar 2.2 : Hubungan Persepsi Konsumen dengan Keputusan Membeli.

2.3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau pun masyarakat seperti dikutip

Azwar (1996) dari levey and loomba. Pelayanan kesehatan agar dapat mencapai

tujuan yang diinginkan ada beberapa hal yang harus dipenuhi yakni: (a) Ketersediaan

pelayanan kesehatan di masyarakat (available), (b) Kewajaran pelayanan kesehatan

dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi (appropriate), (c) Kesinambungan

pelayanan kesehatan (continue) yaitu tersedia setiap saat baik menurut waktu ataupun

kebutuhan pelayanan kesehatan, (d) Dapat diterima (acceptable) pelayanan kesehatan

(e) Ketercapainya pelayanan kesehatan (accesible) oleh pemakai jasa pelayanan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan tersebut, (f) Dapat dijangkau (affordable) yaitu biaya yang sesuai dengan

kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan, (g)Terselenggaranya pelayanan

kesehatan secara efisien (efficienct), (h) Bermutunya pelayanan kesehatan (quality).

2.3.1. Kualitas Pelayanan Kesehatan

Definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam

mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007). Menurut Wyckof, kualitas

pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut untuk keinginan pelanggan (Tjiptono, 2004). Kualitas pelayanan

(service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para

konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima/peroleh dengan pelayanan

yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan

suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa

yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan

sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada

yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Kualitas atau mutu memegang peranan penting dalam hal memberikan

pelayanan kesehatan. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI

(1998), mengemukakan mutu pelayanan adalah yang menunjukkan pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak menimbulkan kepuasan pada

setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk, serta di pihak lain , tata cara

Universitas Sumatera Utara


penyelenggaranya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan professional yang

telah ditetapkan.

Batasan tentang mutu pelayanan yang dipandang cukup penting menurut

Azwar (1996) adalah: (a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu

yang sedang diamati. (b) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program. (c)

Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau dihasilkan, yang

didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman atau

terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut. (d)

Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Mutu pelayanan dapat

diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat

kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara

pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. Namun penilaian ini tidaklah

mudah mengingat mutu pelayanan bersifat multi dimensional. Setiap mereka yang

terlibat dalam layanan kesehatan, pasti mempunyai pandangan yang berbeda tentang

unsur yang penting dalam mutu layanan kesehatan. Perbedaan tersebut antara lain

disebabkan oleh terdapatnya perbedaan dalam latar belakang, pendidikan,

pengetahuan, pekerjaan, pengalaman, lingkungan dan kepentingan. Dimensi mutu

dari pemakai jasa pelayanan berbeda dengan dimensi mutu yang dianut

penyelenggara pelayanan kesehatan dan berbeda pula dengan dimensi mutu dari

penyandang dana pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert dan Prevos yang dikutip Azwar

(2005) membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu pelayanan kesehatan:

Universitas Sumatera Utara


1) Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan mutu pelayanan kesehatan lebih terkait

pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran

komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan dan keramahtamahan petugas

dalam melayani pasien dan atau kesembuhan penyakit yang diderita pasien.

2) Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait

pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam

menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3) Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih

terkait pada dimensi efesien pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, dan

atau kemampuan menekan beban biaya penyandang dana.

Menurut Azwar dalam hal meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu

diperhatikan beberapa unsur yang bersifat pokok yakni:

a. Unsur masukan, yang dimaksud dengan unsur masukan adalah semua hal yang

diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan. Unsur masukan

yang terpenting adalah tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). Secara

umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan (standart of personnels and facilities), serta

dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan

bermutunya pelayanan kesehatan.

b. Unsur proses, yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang

dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut

Universitas Sumatera Utara


dapat dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis (medical procedure) dan

non-medis (non-medical procedure). Secara umum disebutkan apabila kedua

tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka sulitlah

diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan.

c. Unsur lingkungan, yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan

sekitar yang mempengaruhi penyelenggara pelayanan kesehatan. Untuk suatu

instansi kesehatan, keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan (policy),

organisasi (organization) dan manajemen (management) tersebut tidak sesuai

dengan standar dan bersifat mendukung maka sulitlah diharapkan bermutunya

pelayanan kesehatan.

d. Unsur keluaran, yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukkan

pada tingkat kesempurnaan dari penampilan (performance) pelayanan kesehatan.

Penampilan dapat dibedakan atas dua macam. Pertama penampilan aspek medis

pelayanan kesehatan. Kedua penampilan aspek non-medis pelayanan kesehatan.

Disebutkan apabila kedua ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,

maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan

kesehatan yang bermutu.

Beberapa dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml (1998)

yang dikutip oleh Tjiptono (2004) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang

digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan,yaitu sebagai berikut :

1. Bukti fisik (Tangible), berkenaan dengan bukti fisik yaitu kemampuan suatu

perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan

Universitas Sumatera Utara


dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan

sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa

yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya), perlengkapan

dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus

sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu pelayanan yang

sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan

akurasi yang tinggi.

3. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu suatu kemauan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,

dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu

tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan pesepsif yang negatif dalam

kualitas pelayanan. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir

dapat dipastikan akan berubah dengan kecendrungan naik dari waktu ke waktu.

4. Jaminan (Assurance), berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, keterampilan

staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga mampu

menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada pelanggan. Assurance adalah

dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku

front-line staf dan menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para

pelanggannya.

Universitas Sumatera Utara


5. Empati (Emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus yang bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan konsumen. Suatu perusahaan diharapkan memiliki

pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan

secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi

pelanggan. Pelanggan kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi

agar perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi.

2.3.2. Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan

dari beberapa aspek, diantaranya menurut Jacobalis (1990) adalah: a) Penampilan

keprofesian menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku, b) Efisiensi dan efektifitas,

menyangkut pemanfaatan sumber daya, c) Keselamatan Pasien, menyangkut

keselamatan dan keamanan pasien dan d) Kepuasan Pasien, menyangkut kepuasan

fisik, mental, dan sosial terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan,

kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Adji Muslihuddin (1996), mutu asuhan pelayanan rawat inap

dikatakan baik apabila menyediakan pelayanan yang professional dan dapat

memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit. Dari kedua

aspek ini dapat diartikan sebagai berikut: a) Petugas harus mampu melayani dengan

cepat. b) Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu

membuat kepercayaan pada pasien. c) Ruangan yang bersih dan nyaman, d) Peralatan

yang memadai dengan operator yang profesional memberikan nilai tambah.

Universitas Sumatera Utara


Bagi masyarakat yang dimaksud dengan pelayanan rawat inap yang baik yang

pertama adalah: kecepatan pelayanan, keramahtamahan dan komunikasi yang baik,

terhadap dokter juga perawat. Jadi masyarakat tidak mempersoalkan dokter lulusan

dari mana, apakah laki-laki atau perempuan, suku atau agamanya, Karena sampai

sekarang pelayanan yang cepat dan ramah tamah sangat dibutuhkan menurut

Danakusuma (2002). Kualitas pelayanan rawat inap yang memuaskan akan

mendorong pasien untuk tetap memilih rumah sakit tersebut apabila membutuhkan

lagi fasilitas pelayanan kesehatan.

Kualitas pelayanan rawat inap itu sendiri ditentukan oleh kualitas dari pada

beberapa pelayanan yang dilaksanakan di ruang perawatan, antara lain :

1) Pelayanan Tenaga Medis/Dokter.

Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran yang fungsi utamanya

memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan

menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku

serta dapat dipertanggungjawabkan (Soemarja Aniroen, 1991), tenaga medis ini dapat

sebagai dokter umum maupun dokter spesialis dan diharapkan memiliki rasa

pengabdian yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan

medis yang diberikan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir

serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal. Tujuan

pelayanan medis adalah mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui

prosedur dan tindakan yang sesuai dengan standar masing-masing profesi.

Universitas Sumatera Utara


2) Pelayanan Keperawatan.

Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang dilakukan oleh tenaga

para medis sesuai dengan asuhan keperawatan. Setiap tenaga para medis diharapkan

mampu memberikan pelayanan kepada penderita dengan baik, yaitu memberikan

pertolongan dengan dilandasi keahlian kepada pasien-pasien yang mengalami

gangguan fisik dan gangguan kejiwaan dalam masa kesembuhan dan orang-orang

yang kurang sehat dan kurang kuat. Dengan pertolongan tersebut mereka yang

membutuhkan pertolongan mampu belajar sendiri untuk hidup dengan keterbatasan

yang ada dalam lingkungan. Zaidin (2001) menyebutkan pelayanan keperawatan

adalah suatu upaya untuk membantu individu baik yang sehat maupun sakit, dari

lahir sampai meninggal dalam bentuk peningkatan pengetahuan, kemauan dan

kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat melakukan kegiatan

sehari-hari secara mandiri dan optimal.

Tenaga perawat merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan

pasien. Perawat dituntut untuk mempunyai tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang

memadai, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal bagi

masyarakat (Soeroso, 2002). Hasil penelitian Antono (2008), membuktikan bahwa

setiap pasien yang dirawat dirumah sakit membutuhkan komunikasi yang intens

dengan para perawat agar pasien betah dan penyakit yang diderita bisa segera

sembuh. Persoalan mendasar yang sering terjadi dirumah sakit yaitu kurangnya

komunikasi antara perawat dengan pasien, pasien sering tidak puas dengan kualitas

dan jumlah informasi yang diterima dari tenaga kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


3) Pelayanan Administrasi

Pasien yang masuk ke rumah sakit dimulai dari pendaftaran kemudian

mendapat pelayanan sampai pasien dipulangkan tidak terlepas dari proses yang

disebut administrasi. Administrasi menurut Dwight waldo (1995) adalah kegiatan

kerjasama secara rasional yang tercermin pada pengelompokan kegiatan menurut

fungsi yang dilakukan. Tujuan pelayanan administrasi adalah menciptakan suasana

administrasi yang lancar dan menyenangkan bagi pasien. Kesan pertama kali bagi

pasien terbentuk sewaktu pasien berbicara pertama kali dengan bagian penerimaan

pasien. Kesan ini sering menetap pada diri pasien dan mempengaruhi sikap mereka

terhadap lembaga, staf dan pelayanan yang mereka terima (Wolper, 1987).

4) Lingkungan Fisik Ruang Perawatan

Pengelolaan rumah sakit yang baik ibarat mengelola sebuah hotel, diperlukan

suasana yang tenang, nyaman, bersih, asri, aman, tentram dan sebagainya. Untuk

menuju kearah itu sebenarnya rumah sakit telah mempunyai dasar acuan Permenkes

No 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit antara

lain: a) Lokasi atau lingkungan rumah sakit: tenang, nyaman, aman, terhindar dan

pencemaran, selalu dalam keadaan bersih. b) Rungannya: lantai dan dinding bersih,

penerangan yang cukup, tersedia tempat sampah, bebas bau yang tidak sedap. Bebas

dari gangguan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. Lubang ventilasi

yang cukup menjamin pergantian udara dalam kamar dengan baik. c) Atap langit-

langit , pintu sesuai syarat yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


Untuk menjaga dan memelihara kondisi ini, bukan hanya tugas pimpinan tapi

menjadi tanggung jawab semua karyawan rumah sakit termasuk pasien dan

pengunjung. Dengan demikian akan diperoleh suasana yang nyaman, asri, aman,

tenteram bebas dari segala gangguan sehingga dapat memberikan kepuasan pasien

dalam membantu proses penyembuhan penyakitnya.

2.4. Harga

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001). Menurut Kotler & Amstrong

(2001) harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas produk/jasa, atau jumlah dari

nilai yang ditukar konsumen atas manfaat–manfaat karena memiliki atau

menggunakan produk/jasa tersebut. Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas

bagi konsumen. Apabila harga lebih tinggi, orang cenderung beranggapan bahwa

kualitasnya juga lebih baik. Konsumen sering pula menggunakan harga sebagai

kriteria utama dalam menentukan nilainya. Barang dengan harga tinggi biasanya di

anggap superior dan barang yang mempunyai harga rendah dianggap inferior (rendah

tingkatannya) menurut Supriyanto (2012) yang mengutip pendapat Basu Swastha.

Penetapan harga jasa penting karena terkait dengan revenue, citra, kualitas,

distribusi dan lain-lain. Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting dalam

menentukan seberapa jauh sebuah layanan jasa dinilai oleh konsumen, dan juga

dalam proses membangun citra. Penetapan harga juga memberikan persepsi tertentu

dalam hal kualitas seperti dikutip Supriyanto (2012) dari Lupiyoadi.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan pendapat Tjiptono (2005), dapat disimpulkan bahwa ada 4 hal

yang menjadi tujuan penetapan harga, yaitu:

1) Tujuan berorientasi pada laba, yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu

memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang maksimum.

2) Tujuan berorientasi pada volume, yang mana harga ditetapkan sedemikian rupa

agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk

menguasai pangsa pasar.

3) Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk

membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah

dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.

4) Tujuan stabilisasi harga, dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk

mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga

pemimpin industri.

5) Tujuan lainnya misalnya untuk mencegah masuknya pesaing, mempertahankan

loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur

tangan pemerintah.

Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua faktor

yang harus dipertimbangkan. Menurut Kotler & Amstrong (2001) yang

mempengaruhi keputusan penetapan harga antara lain: faktor internal perusahaan

yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang meliputi: sasaran pemasaran,

strategi bauran pemasaran, biaya dan pertimbangan organisasi dan faktor eksternal

perusahaan yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan yakni: sifat

Universitas Sumatera Utara


pasar dan permintaan, biaya harga dan tawaran pesaing serta faktor-faktor eksternal

lainnya.

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting adalah kualitas

pelayanan guna mencapai kepuasan pasien (Tjiptono, 2005). Meskipun demikian

elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin

mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.

Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai

yang lebih tinggi pada pasien.

2.5. Kepuasan Pasien

Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan

seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Menurut Kotler &

Amstrong (2001) kepuasan adalah sebagai perasaan suka atau tidak suka seseorang

terhadap suatu produk setelah ia membandingkan prestasi produk dengan harapannya.

Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan

dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat

kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas, sedangkan jika

kinerja melebihi harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Westbrook & Reilly

dalam Tjiptono (2005) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen merupakan respon

emosional terhadap pengalaman yang berkaitan dengan produk atau jasa yang dibeli.

Nasution, (2005) yang mengutip pendapat Gaspers mengatakan bahwa kepuasan

konsumen sangat bergantung kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktor-

Universitas Sumatera Utara


faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen antara lain: (a)

Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan konsumen

ketika sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen produk. (b)

Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun

pesaing-pesaingnya. (c) Pengalaman dari teman-teman.

Kepuasan pasien adalah hasil penilaian pasien berdasarkan perasaannya,

terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang telah menjadi

bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit, atau dapat

dinyatakan sebagai cara pasien mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat kualitas

pelayanan di rumah sakit, sehingga dapat menimbulkan tingkat rasa kepuasan

(Utama, 2003). Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena

apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian jasa pelayanan

kesehatan pilihannya. Akan tetapi jika pasien merasa tidak puas maka mereka akan

memberitahukan pengalaman buruknya dua kali lebih hebat kepada orang lain. Untuk

menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus mengelola suatu sistem agar dapat

memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan

pasiennya yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanannya.

Tjiptono (2005) menyatakan ada beberapa aspek yang mempengaruhi

kepuasan pasien yaitu: (a) Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit,

kebersihan rumah sakit, kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan

yang dimakan pasien, dan peralatan yang tersedia dalam ruangan, (b) Aspek

hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi keramahan petugas rumah

Universitas Sumatera Utara


sakit, informasi yang diberikan oleh petugas rumah sakit, komunikatif, responatif,

suportif, dan cekatan dalam melayani pasien, (c) Aspek kompetensi teknik petugas,

meliputi keberanian bertindak, pengalaman, gelar, dan terkenal, dan (d) Aspek biaya,

meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh pasien, dan ada tidaknya

keringanan yang diberikan kepada pasien.

Menurut Irawan (2003) terdapat lima faktor yang mempengaruhi kepuasan

pasien yaitu: (a) Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil

evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas,

(b) Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan

yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, (c) Faktor emosional, pasien akan

merasa puas, bangga dan kagum terhadap dokter yang dipandang “dokter mahal”, (d)

Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih

besar, sedangkan dokter yang berkualitas sama tetapi berharga murah memberi nilai

yang lebih tinggi pada pasien, dan (e) Biaya, terkait dengan mendapatkan produk atau

jasa pasien tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang

waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan sehingga pasien akan cenderung puas

terhadap jasa pelayanan tersebut.

2.6. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) adalah istilah yang digunakan untuk

mendeskripsikan pasien yang menolak untuk dirawat dan diberikan pengobatan

karena berbagai alasan seperti: tidak punya biaya, belum atau tidak setuju dilakukan

Universitas Sumatera Utara


tindakan medis setelah mendapat penjelasan yang cukup, tidak puas terhadap

pelayanan yang diberikan rumah sakit atau minta pulang atas kemauan sendiri karena

ingin dirawat di tempat lain. Pulang atas permintaan sendiri merupakan fenomena

yang sangat memprihatinkan, dimana pasien pulang tapi secara medis belum pulih

kesehatannya sehingga dapat menyebabkan penyakitnya menjadi kronik yang apabila

penyakitnya merupakan penyakit menular tentunya akan berpengaruh terhadap

lingkungan sekitarnya sehingga berdampak pada peningkatan morbiditas bahkan

mortalitas. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri juga mencerminkan adanya

ketidakpuasan pasien terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan.

2.7. Landasan Teori

Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai segala bentuk aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Menurut Adji

Muslihuddin (1996), kualitas pelayanan rawat inap dikatakan baik apabila

menyediakan pelayanan yang professional dan dapat memberikan rasa tentram

kepada pasiennya.

Penelitian ini menggunakan konsep kualitas pelayanan menurut Parasuraman,

Zeithaml yang dikutip Tjiptono (2004) yang mengidentifikasi 5 (lima) dimensi pokok

untuk mengukur kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien yaitu: a) Kehandalan

(reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang

dijanjikan secara akurat dan terpercaya, (b) Ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu

kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada

Universitas Sumatera Utara


pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas, (c) Jaminan (assurance) yaitu

berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan staf dalam menangani setiap

pelayanan yang diberikan sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa

aman pada pelanggan, (d) Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus

dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan

berupaya memahami keinginan konsumen, (e) Bukti fisik (tangible), berkenaan

dengan bukti fisik yaitu penampilan karyawan dan kemampuan sarana dan prasarana

fisik dan keadaan lingkungan sekitarnya.

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001). Menurut Kotler & Amstrong

(2001) harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas produk/jasa, atau jumlah dari

nilai yang ditukar konsumen atas manfaat–manfaat karena memiliki atau

menggunakan produk/jasa tersebut. Harga dalam penelitian ini meliputi

keterjangkauan daya beli pasien dan kesesuaian harga dengan manfaat yang diterima

pasien.

Kepuasan pasien menurut Utama (2003) merupakan hasil penilaian pasien

berdasarkan perasaannya, terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah

sakit yang menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien. Kepuasan

pasien dapat dipakai sebagai cara mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat

kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga dapat menimbulkan tingkat rasa

kepuasan.

Universitas Sumatera Utara


Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) merupakan suatu keinginan pasien

atau keluarga pasien untuk mengakhiri perawatan/pengobatan yang diberikan oleh

penyelenggara pelayanan kesehatan walaupun secara medis belum memungkinkan

untuk dilakukan perawatan di rumah. Pulang atas permintaan sendiri mencerminkan

adanya ketidakpuasan pasien terhadap layanan yang diterimanya.

2.8. Kerangka Pemikiran

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan menurunkan kasus pasien

PAPS, maka kepuasan pasien menjadi prioritas utama dan harus benar-benar

dipahami oleh pihak rumah sakit, sehingga kinerja rumah sakit yang dirasakan pasien

sesuai dengan harapannya. Bila hal tersebut tidak didapat (tidak sesuai dengan

harapan pasien) maka pasien akan merasa tidak puas, yang mungkin dapat

menyebabkan terjadinya PAPS. Dalam kerangka pikir ini, penulis berpendapat bahwa

penyebab ketidakpuasan pasien yang akhirnya pasien PAPS adalah kualitas

pelayanan menurut persepsi pasien dan harga yang ditawarkan oleh rumah sakit.

Secara skematis, kerangka pikir pasien PAPS dapat digambarkan sebagai berikut:

Persepsi Terhadap
1. Kualitas:
• Pelayanan Dokter
Kepuasan Pasien PAPS
• Pelayanan Perawat
Pasien
• Pelayanan Administrasi
• Lingkungan Perawatan
2. Harga

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif dengan metode penelitian

kualitatif, yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai persepsi pasien pulang

atas permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga di Rawat Inap

Terpadu (Rindu) A RSUP H Adam Malik Medan tahun 2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rawat Inap Terpadu (Rindu) A RSUP HAM

Medan, dengan pertimbangan RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit pusat

rujukan dimana masih tingginya angka kejadian pasien PAPS di Rindu A

dibandingkan dengan rawat inap lainnya.

Waktu penelitian berlangsung selama 6 bulan terhitung mulai bulan Januari

sampai dengan bulan Juni 2013.

3.3. Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian ini mengacu pada prinsip kesesuaian

(appropriateness) dan kecukupan (adequacy) yang terdiri dari dua kelompok sebagai

berikut:

1. Kelompok informan pasien PAPS yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari dua

Universitas Sumatera Utara


orang pasien VIP, dua orang pasien kelas I, dua orang pasien kelas II dan tiga

orang pasien kelas III.

2. Kelompok informan pemberi pelayanan yang terdiri dari wakil kepala Instalasi

Rindu A, kepala ruangan, kepala Instalasi Farmasi, wakil kepala Instalasi Rekam

Medik dan pengawas kebersihan di Instalasi Rindu A.

3.4 Fokus Penelitian

Menurut Sugiono (2005), penetapan fokus dapat dilakukan berdasarkan

permasalahan penelitian. Dengan mengacu pada permasalahan penelitian, maka

peneliti mengarahkan fokus penelitian pada persepsi pasien pulang atas permintaan

sendiri (PAPS) tentang kualitas pelayanan dan harga di Rindu A RSUP H Adam

Malik Medan.

3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara

mendalam (in-depth interview) dengan pasien/keluarga atau yang mendampingi

pasien dan melalui observasi. Tujuan wawancara mendalam adalah untuk menggali

informasi lebih dalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya niat

pasien/keluarga untuk PAPS berdasarkan sudut pandang (persepsi) pasien/keluarga.

Informasi yang dikumpulkan meliputi persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dan

harga yang ditawarkan oleh rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan data dan dokumentasi lainnya

yang didapat dari tata usaha instalasi Rindu A, Instalasi Sistem Informasi Rumah

Sakit (SIRS) dan Bagian Data dan Informasi serta dari profil RSUP HAM Medan.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrumen

utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu pedoman

wawancara agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian dan dengan

menggunakan tape recorder.

3.7. Definisi Operasional

1. Kualitas pelayanan menurut persepsi pasien yang meliputi pelayanan dokter,

pelayanan keperawatan, pelayanan administrasi dan lingkungan perawatan.

Kualitas pelayanan rawat adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit

yang diharapkan oleh masyarakat/pengguna jasa rumah sakit yang sesuai dengan

standar profesi dan standar pelayanan kesehatan. Berikut 5 variabel dari kualitas

pelayanan rawat inap :

1) Kualitas pelayanan dokter adalah hasil penilaian pasien tentang kualitas yang

diberikan dokter terhadap pasien yang dinyatakan berdasarkan penilaian

kesesuaian kenyataan atas pengalaman pasien selama dirawat. Persepsi

Universitas Sumatera Utara


terhadap kualitas pelayanan dokter ini dibagi berdasarkan sub variabel

berikut:

a) Bukti fisik pelayanan dokter (Tangibles)

b) Kehandalan pelayanan dokter (Reliability)

c) Daya tanggap pelayanan dokter (Responsiveness)

d) Faktor jaminan pelayanan dokter (Assurance)

e) Faktor empati pelayanan dokter (Empathy)

2) Kualitas pelayanan keperawatan adalah hasil penilaian pasien tentang kualitas

pelayanan tenaga perawat terhadap pasien rawat inap yang dinyatakan

berdasarkan penilaian kesesuaian kenyataan atas pengalaman pasien selama

dirawat. Persepsi terhadap kualitas pelayanan keperawatan ini dibagi berdasar

sub variabel berikut

a) Bukti fisik pelayanan keperawatan (Tangibles)

b) Kehandalan pelayanan keperawatan (Reliability)

c) Daya tanggap pelayanan keperawatan (Responsiveness)

d) Faktor jaminan pelayanan keperawatan (Assurance)

e) Faktor empati pelayanan keperawatan (Empathy)

3) Kualitas pelayanan administrasi adalah hasil penilaian pasien tentang kualitas

pelayanan administrasi yang diberikan pihak rumah sakit terhadap pasien

rawat inap yang dinyatakan berdasarkan penilaian kesesuaian kenyataan atas

pengalaman pasien selama dirawat. Persepsi terhadap kualitas pelayanan

administrasi ini dibagi berdasar sub variabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


a) Bukti fisik pelayanan administrasi (Tangibles)

b) Kehandalan pelayanan administrasi (Reliability)

c) Daya tanggap pelayanan administrasi (Responsiveness)

d) Faktor jaminan pelayanan administrasi (Assurance)

e) Faktor empati pelayanan administrasi (Empathy)

4) Kualitas lingkungan fisik adalah hasil penilaian pasien tentang kondisi

lingkungan perawatan yang diukur dari :

a) Kebersihan

b) Penerangan/ ventilasi yang cukup

c) Kenyamanan

d) Keamanan

2. Harga/ Biaya pelayanan adalah penilaian pasien tentang biaya yang harus

dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan di rumah sakit.

Indikator :

a) Keterjangkauan harga dengan daya beli pasien

b) Kesesuaian antara harga dengan manfaat yang diterima oleh pasien

3. Kepuasan pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan pasien yang merupakan

ukuran subjektif hasil penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang diterima

pasien.

4. Keputusan pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) yaitu pasien pulang atas

kemauan sendiri dan belum mendapat persetujuan dari dokter yang merawatnya.

Universitas Sumatera Utara


3.8. Analisa Data

Setelah didapat informasi dari para informan maka dilakukan analisis isi

(content analysis) terhadap informasi tersebut. Kemudian dilakukan pengaturan

informasi, koding dan dilanjutkan dengan meringkas informasi dengan membuat

matriks kemudian dibuat interpretasi.

Untuk meningkatkan validitas data maka dilakukan triangulasi (Rahardjo,

2010), yaitu:

1. Triangulasi sumber data, adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui

berbagai metode dan sumber perolehan data. Selain melalui wawancara dan

observasi, peneliti menggunakan observasi terlibat (participant observation),

dokumen tertulis, arsip atau catatan resmi.

2. Triangulasi metode atau teknik dilakukan dengan cara membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berbeda. Sebagaimana dikenal dalam penelitian

kualitatif, peneliti mengunakan metode wawancara dan observasi. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai

informasi tertentu, peneliti menggunakan metode wawancara bebas yang

ditujukan kepada pemberi pelayanan untuk mengecek kebenarannya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUP H Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM Medan)

adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat yang secara teknis berada di

bawah Direktorat Jenderal Medik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

berlokasi di Jl. Bunga Lau No.17 Medan Tuntungan. RSUP HAM Medan merupakan

pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara dan bagian

Tengah yang meliputi Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau dan

Provinsi Sumatera Barat.

Pada tanggal 11 Juli 1990 RSUP HAM Medan ditetapkan sebagai Rumah

Sakit Kelas A sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.335/Menkes/SK/VII/1990, dan pada tanggal 6 September 1991 ditetapkan juga

sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.502/Menkes/SK/IX/1991. Dengan telah ditetapkannya RSUP HAM Medan

sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran USU dapat

menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik calon Dokter dan Pendidikan

Keahlian calon Dokter Spesialis serta tempat Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Kedokteran. Selain digunakan oleh Fakultas Kedokteran USU, RSUP

HAM Medan digunakan pula oleh Akademi Keperawatan dan Akademi Kesehatan

lainnya untuk sarana pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


RSUP HAM Medan secara bertahap mulai difungsikan sejak Juni 1991,

dimulai dengan pelayanan Rawat Jalan, sedangkan pelayanan Rawat Inap baru

dimulai pada bulan Mei 1992 dengan kapasitas 150 tempat tidur. Kemudian pada

tahun 2005 tempat tidur menjadi 450 unit, tahun 2011 bertambah menjadi 650 unit

dan saat ini kapasitas tempat tidur berjumlah 711 unit.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.280/KMK.05/2007 tanggal 21

Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.756/Menkes/SK/VI/2007 tanggal 26

Juni 2007, RSUP HAM Medan ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum yang

diikuti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.244/Menkes/Per/III/2008 tanggal 11

Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H.Adam Malik Medan yang

baru mengacu pada Badan Layanan Umum.

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai Badan

Layanan Umum, ditetapkan Visi RSUP HAM Medan yaitu: “Menjadi Pusat Rujukan

Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian Yang Mandiri, dan Unggul di

Sumatera Tahun 2015”. Adapun yang menjadi Misi RSUP HAM Medan adalah

sebagai berikut:

1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau.

2. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional.

3. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan

mandiri.

Dalam mewujudkan Visi dan Misi, RSUP HAM melaksanakan pelayanan

dengan motto “Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan PATEN”,yaitu

Universitas Sumatera Utara


P---------------- Pelayanan cepat
A--------------- Akurat
T---------------- Terjangkau
E---------------- Efisien
N--------------- Nyaman

Tugas pokok RSUP HAM Medan adalah: “Menyelenggarakan upaya

penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian

dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya

peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan”. Dalam

melaksanakan tugas RSUP HAM Medan menyelenggarakan fungsi:

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Penunjang medis dan non medis

d. Pengelolaan sumber daya manusia

e. Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan

pendidikan kedokteran berkelanjutan

f. Pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan lainnya

g. Penelitian dan pengembangan

h. Pelayanan rujukan

i. Administrasi umum dan keuangan.

Pelayanan di RSUP HAM didukung oleh sumber daya manusia yang ada di

lingkungan RSUP HAM Medan berjumlah 1860 orang yang terdiri dari 1.474 orang

PNS dan 386 non PNS seperti pada Tabel 4.1 berikut ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Jumlah Ketenagaan di RSUP HAM Medan Tahun 2012

No Jenis Ketenagaan PNS Non PNS


1 Dokter Spesialis 138 orang 1 orang
2 Dokter Umum 42 orang -
3 Dokter Gigi 23 orang -
4 Paramedis Keperawatan 649 orang 101 orang
5 Paramedis Non Keperawatan 304 orang 40 orang
6 Non Medis 282 orang 244 orang
Total 1474 orang 386 orang
Sumber : Profil RSUP HAM Medan tahun 2012

4.2 Gambaran Kinerja Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan

Instalasi Rindu A terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan jumlah tempat tidur

sebanyak 314 unit yang tersebar di 6 (enam) ruangan yaitu ruang RA1 (Penyakit

Dalam wanita), RA2 (Penyakit Dalam pria), RA3 (Paru), RA4 (Neurologi), RA4

(Bedah Syaraf), RA5 (Mata, THT, Gigi dan mulut serta Kulit) dan VIP. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Jumlah Tempat Tidur Rindu A RSUP HAM Medan Tahun 2012

No Ruangan VIP Kelas Kelas Kelas Jumlah Tenaga


I II III TT Perawat
1 RA1 8 14 35 57 25
Psikiatri 2 6 8
2 RA2 8 12 24 44 21
3 RA3 8 8 32 48 28
4 RA4 Neurologi 9 21 30 26
5 RA4 Bedah Syaraf 44 44 26
6 RA5 8 11 35 54 20
7 VIP A 9 20 29 22
Jumah 9 54 54 197 314 168
Sumber: Tata Usaha Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan

Indikator keberhasilan dari pelayanan Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan

selama bulan Januari sampai dengan April 2013 dapat dilihat dari angka pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara


tempat tidur (BOR) berkisar 68,6% - 87,2% cukup tinggi dibandingkan nilai standar

yaitu 60-85%, lama hari rawat (LOS) berkisar 5-7 hari masih sesuai standar (6-9

hari), frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) selama empat bulan 16 kali sesuai

standar 40-50 dalam satu tahun, rata-rata hari dimana tempat tidur tidak terisi (TOI)

1-3 hari sesuai standar (1-3 hari). Nilai NDR berkisar 16,13% - 22,17% masih sesuai

standar (< 25%o), namun nilai GDR 50.07% - 64,32% masih cukup tinggi , tidak

sesuai nilai standar (< 45%o). Hasil evaluasi kinerja Instalasi Rindu A RSUP HAM

Medan bulan Januari sampai dengan April 2013 seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Gambaran Kinerja Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan


Bulan Januari - April Tahun 2013

Bulan Jumlah BOR LOS BTO TOI NDR GDR


Tempat Tidur (%) (Hari) (Kali) (Hari) (%0) (%0)
Januari 314 68,6 6 3 3 17,00 64,32
Februari 314 85,4 6 4 2 16,13 50,07
Maret 314 78,3 5 4 2 21,39 57,67
April 314 87,2 7 5 1 22,17 53,44
Nilai Standar 60-85 6-9 40-50 1-3 < 25 < 45
Sumber: Tata Usaha Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan

Keadaan pasien di Rindu A selama bulan Januari sampai dengan April 2013

dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.4 Gambaran Pasien di Rindu A Bulan Januari - April Tahun 2013

Bulan Jumlah Pasien Dirawat Jumlah Pasien Keluar


Izin Dokter PAPS Meninggal
Januari 1518 687 103 109
Februari 1490 625 102 103
Maret 1604 978 154 119
April 1787 998 158 121
Jumlah 6399 3288 517 452
Sumber: Instalasi SIRS RSUP HAM Medan

Universitas Sumatera Utara


Rata-rata jumlah pasien setiap bulan yang dirawat ada 1600 orang. Jumlah

pasien yang pulang atas izin dokter rata-rata 822 orang (77,23%), rata-rata pasien

PAPS masih cukup tinggi setiap bulannya yaitu 129 orang (12,15%), dan rata-rata

pasien meninggal 113 orang (10,62%).

Berdasarkan informasi yang diterima dari Instalasi Sistem Informasi Rumah

Sakit (SIRS) RSUP HAM Medan, selama bulan Januari sampai dengan April 2013

dijumpai kasus PAPS sebanyak 517 pasien dengan berbagai alasan antara lain: tidak

ada biaya sebanyak 84 orang (16,25%), ingin pindah rumah sakit sebanyak 102 orang

(19,73%), ingin berobat jalan 91 orang (17,60%) dan ingin dirawat di rumah sebanyak

240 orang (46,42%). Berikut data pasien PAPS di Rindu A dengan alasannya pada

bulan Januari sampai dengan April 2013.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Alasan Pasien PAPS di Rindu A


Bulan Januari – April Tahun 2013

Bulan Alasan Pasien PAPS


Biaya Pindah RS Berobat Jalan Ingin Dirawat
di Rumah
Kelas Kelas Kelas Kelas
Vip I II III Vip I II III Vip I II III Vip I II III
Jan 2 10 7 2 9 2 10 1 6 7 47
Feb 4 18 1 3 1 10 1 1 5 12 3 5 7 31
Mar 8 21 3 8 3 15 2 6 6 16 6 9 12 39
Apr 2 19 6 10 6 18 5 4 7 14 5 7 12 43
Jumlah 84 (16,25%) 102 (19,73%) 91 (17,60%) 240 (46,42%)
Sumber: Instalasi SIRS RSUP HAM Medan

4.3 Identitas Informan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

Informan pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dalam penelitian ini

berjumlah 9 orang yang mana identitas informan pasien PAPS meliputi, jenis

Universitas Sumatera Utara


kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, kelas perawatan dan status bayar yang

diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Identitas Informan Pasien PAPS

Kelas Kode Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status


Rawatan Pasien Kelamin (Thn) Bayar
VIP V-1 L 87 SLTA Tidak Umum
bekerja
VIP V-2 L 50 PT PNS Askes
I I-1 P 61 SLTP IRT Umum
I I-2 P 45 PT PNS Askes
II II-1 P 78 SLTP IRT Umum
II II-2 P 48 SLTA IRT Askes
III III-1 P 65 SD IRT Jamkesmas
III III-2 L 57 SLTA Wiraswasta Umum
III III-3 L 85 SD Petani Jamkesmas
Sumber: Data Hasil Penelitian 2013

Informan pasien PAPS terdiri dari 5 orang perempuan dan 4 orang laki-laki

yang berusia antara 40-49 tahun sebanyak 2 orang, yang berusia antara 50-59 tahun

ada 2 orang, yang berusia 60-69 tahun ada 2 orang dan yang berusia lebih dari 70

tahun ada 3 orang. Tingkat pendidikan para informan pasien PAPS adalah sebagai

berikut: 2 orang berpendidikan Perguruan Tingi, 3 orang lulusan SLTA, 2 orang

lulusan SLTP, dan 2 orang lulusan SD. Pekerjaan para informan pasien PAPS terdiri

dari 2 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 orang wiraswasta, 1 orang petani, 1 orang

tidak bekerja dan 4 orang ibu rumah tangga. Untuk status bayar 4 orang merupakan

pasien umum (pembayaran ditanggung sendiri), selebihnya 2 orang pasien

menggunakan kartu Jamkesmas dan 3 orang menggunakan fasilitas Askes.

Universitas Sumatera Utara


4.4 Persepsi Pasien PAPS terhadap Kualitas Pelayanan

Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan terdiri dari pelayanan dokter,

pelayanan keperawatan, pelayanan administrasi dan lingkungan ruang perawatan.

Adapun penilaian kualitas pelayanan meliputi bukti fisik (Tangible), kehandalan

(Reliability), daya tanggap (Responsiveness), jaminan (Assurance) dan empati

(Emphaty).

4.4.1 Persepsi Pasien PAPS tentang Pelayanan Dokter

Pelayanan dokter di RSUP HAM Medan menurut standar pelayanan yang

ditetapkan Kementerian Kesehatan untuk Rumah Sakit Kelas A adalah Pelayanan

Spesialistik. Dalam penelitian ini pelayanan dokter mencakup pelayanan rutin yang

dilakukan dokter spesialis dalam menangani pasien rawat inap, sehingga pertanyaan

yang diajukan mengenai pekerjaan-pekerjaan yang erat hubungannya dengan kontak

secara pribadi dokter dan pasien.

Hasil wawancara dengan para informan pasien PAPS, umumnya mereka

berpendapat bahwa penampilan dokter cukup memuaskan karena bersih, rapi,

bersikap ramah, sopan santun dan berbicara dengan lemah lembut.

V-1 :”penampilan dokter bersih, rapi, sikapnya ramah……cukup baik”

V-2 :”penampilan dokter baik, rapi dan sikapnya ramah”

I-1 :”dokter bersih, rapi .…memuaskan lah”

I-2 :”dokternya rapi, bersih dan ramah….sopan santun”

II-1 :“dokternya bersih dan rapi”

II-2 :“kalau penampilan oke…..dokter rapi, pakaiannya bersih…..”

Universitas Sumatera Utara


III-1 :“penampilan dokter-dokter disini bersih dan rapi…...sikapnya pun
ramah…bicaranya lemah lembut”

III-2 :”penampilan dokter…ya bersih dan rapi”

III-3 :“penampilan dokter-dokter cukup baik….bersih dan rapi ”

Mengenai waktu kunjungan dokter spesialis, sebanyak 6 orang informan

menyatakan kunjungan dilakukan rutin setiap hari umumnya dilakukan pada pagi

hari, 2 orang informan lainnya mengatakan dokter spesialis jarang masuk, tetapi lebih

sering dilakukan oleh dokter yang sedang menjalani pendidikan (PPDS) dan waktu

kunjungan dokter spesialis tidak tetap kadang-kadang dilakukan siang hari,

sedangkan 1 orang informan lagi mengatakan selama 5 hari dirawat, baru 3 kali

dilihat dokter.

V-1 :”dokter datang sering pagi hari, tapi sekali-kali ada juga siang
hari…pernah juga tidak datang tapi ada pengantinya…..pelayanannya
bagus”

V-2 :”dokter setiap hari masuk….pagi-pagi sudah datang”

I-1 :”dokter masuk setiap hari….ya biasa pagi tapi pernah juga siang”

I-2 :”dokter datang setiap hari…ya pagi hari”

II-1 :”dokter spesialis ada datang tapi waktunya tidak tentu…kadang pagi ,
kadang siang..pernah tidak datang…tapi kalau PPDS memang setiap
hari ”

II-2 :”dokternya jarang masuk….selama lima hari dirawat cuma tiga kali
saya dilihat dokter”

III-1 :”dokter masuk setiap hari…….biasa pagi ada sekali-kali siang”

III-2 :”masuk setiap hari tapi dokternya ganti-ganti yang datang”

Universitas Sumatera Utara


III-3 :”setiap pagi yang datang dokter PPDS…kalau spesialis ada datang
tapi jarang…waktunya tidak tentu”

Untuk penjelasan dokter mengenai penyakit, 6 orang informan mengatakan

cukup mendapat penjelasan dari dokter tentang penyakitnya sedangkan 3 orang

informan mengatakan kurang mengerti tentang kondisi penyakitnya serta kurang puas

terhadap penjelasan dokter. Begitu juga dengan kesigapan dokter, menurut 6 orang

informan dokter cukup sigap dalam menangani pasien sedangkan 3 orang informan

lainnya berpendapat dokter kurang sigap pada saat dibutuhkan pasien.

V-1 :”dokter ada menjelaskan tentang penyakit orangtua kami, kata


dokter bapak menderita gangguan ginjal yang sudah lama selain itu
ada sakit gula dan darah tinggi….dokter cukup sigap dalam melayani
pasien”

V-2 :”kata dokter saya menderita sakit dibagian saluran pencernaan…saya


rasa penjelasan dokter cukup…....ada pemeriksaan yang mau
dilakukan…katanya mau dilakukan endoskopi tapi saya rasa sudah
cukup lah sekarang sudah agak berkurang, sudah agak enak, makanya
saya minta pulang….ya dokter tanggap terhadap keluhan saya”

I-1 :”dokternya bagus…..cepat dilayani dokter….kata dokter penyakitku


karena banyak pikiran….sakit jantung dan hipertensi…kata dokter
jangan banyak pikiran…”

I-2 :”ada dijelaskan sama dokter penyakit saya ….katanya ambeien,


dokter bilang mau dioperasi… tapi saya minta kalau bisa makan obat
saja…..pelayanan dokter baik….cepat pelayanannya”

II-1 :”dokter kurang sigap…kalau malam cuma satu orang…yang saya


lihat waktu dibutuhkan tidak langsung datang…coass yang datang
duluan harusnya dia yang masuk duluan untuk pertolongan
pertama…menurut saya ya…seharusnya dia duluan datang cek apa
yang dibutuhkan pasien”

II-2 :”sudah lima hari dirawat belum ada dilakukan apa-apa…. hanya
dikasih obat paracetamol dan vitamin c…katanya kurang trombosit
tapi tidak ada tindakan cuma diperiksa saja……… kurang puaslah”

Universitas Sumatera Utara


III-1 :”penjelasan dokter sudah cukup katanya ada pendarahan di saluran
makanannya…,ya langsung ditangani dokter.....cukup puas dengan
pelayanan dokter”

III-2 “kata dokter sakit ginjal….. harus dilakukan cuci darah….tapi kami
belum ada biaya…...ya cepat ditangani dokter”

III-3 “kurang jelas apa penyakitnya karena dokternya beda-beda yang


masuk…diperiksa pun cuma sebentar….pelayanannya lambat”

Mengenai pengobatan yang diberikan dokter, menurut 7 orang informan

mengatakan yakin, 2 orang mengatakan kurang yakin karena dokternya berganti-ganti

dan karena belum dilakukan tindakan apapun terhadap pasien.

V-1 :“yakin dengan pengobatan yang diberikan dokter….tapi mungklin


karena sudah tua ya…sudah banyak penyakitnya…kami pasrah”

V-2 :”yakin lah….sekarang saya merasa sudah sembuh”

I-1 :”aku yakin dengan pengobatan yang diberikan dokter….. ini aku rasa
sudah sembuh”

I-2 :”yakin sih…tapi saya takut dioperasi…..makan obat dulu lah”

II-1 :”dibilang yakin …ya yakin tapi sampai saat ini belum ada perubahan”

II-2 :”pengobatan dokter……. ya ini saya heran obatnya cuma dikasih


parasetamol dan vitamin c saja…….masa cuma itu saja
obatnya…tidak ada tindakan apa-apa”

III-1 :”cukup yakin dengan pegobatan dokter…dengan perawat juga


yakin……tapi mau diapain lagi……..penyakitnya sudah begitu”

III-2 :”yakin dengan pengobatan dokter disini”

III-3 :”bagaimana ya….dokternya ganti-ganti …kami tidak tahu siapa


sebenarnya dokter yang merawat orang tua kami….bolak balik
diambil darahnya tapi tidak tahu hasilnya…sampai sekarang tidak
jelas sakitnya apa’

Universitas Sumatera Utara


Mengenai perhatian dokter, 6 orang informan mengatakan dokter cukup

perhatian mendengarkan keluhan pasien dan meluangkan waktu untuk berkomunikasi

dengan pasien, 2 orang informan mengatakan kurang karena dokter tidak perhatian

terhadap masalah pasien dan merasa kurang dapat berkomunikasi dengan dokter dan

1 orang informan berpendapat perhatian dokter baik tapi komunikasi agak sulit

karena banyak pasien.

V-1 :”perhatian dokter sama pasien baik…mudah berkomunikasi dengan


dokter”

V-2 :”dokter cukup perhatian dan cukup waktu untuk komunikasi”

I-1 :”pehatian dokter bagus…….bisa komunikasi dengan dokter”

I-2 :”dokter sangat memperhatikan…..bisa diajak komunikasi”

II-1 :”kalau perhatian dokter cukup….komunikasi bisa….”

II-2 :”perhatian dokter biasa, kalau kita ngomong dia mendengarkan…tapi


ya itu dokternya jarang masuk”

III-1 :”perhatian dokter cukup……bicara sama dokter juga gampang”

III-2 :”perhatiannya baik…...tapi agak payah bicara dengan dokter....banyak


pasien yang mau diperiksanya”

III-3 :”bagaimana mau bicara sama dokter….dokternya jarang datang”

4.4.2 Persepsi Pasien PAPS tentang Pelayanan Perawat

Pelayanan keperawatan di RSUP HAM Medan mengacu pada standar

keperawatan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, dengan modifikasi yang

tergantung pada situasi dan kondisi RSUP HAM Medan. Hasil wawancara dengan

Universitas Sumatera Utara


informan pasien PAPS mengenai pelayanan keperawatan umumnya para informan

berpendapat perawat cukup rapi dan bersih juga mempunyai sikap yang ramah.

V-1 :”perawatnya juga rapi-rapi…namanya perawat…kalau tidak rapi


pasiennya tidak yakin lah”

V-2 :”pakaiannya rapi…setiap hari memakai seragam….bagus”

I-1 :”perawat cukup bersih dan rapi….ramah”

I-2 :”penampilan perawat baik…bersih dan rapi….ramah-ramah”

II-1 :”penampilan perawat lumayan rapi”

II-2 :”kalau penampilan perawat cukup lah…sudah rapi”

III-1 :”perawat ramah…..pakaiannya bersih”

III-2 :”pakaian perawat cukup rapi….ganti-ganti seragamnya”

III-3 :”penampilan perawat biasa…..memang bersih lah”

Mengenai waktu kunjungan perawat menurut 5 orang informan paien PAPS,

perawat sering datang untuk mengukur tekanan darah dan suhu, sedangkan menurut 4

orang informan lainnya mengatakan jarang dilakukan perawat tetapi lebih sering

dilakukan oleh siswa yang sedang belajar. Mengenai jadwal pemberian obat yang

dilakukan oleh perawat menurut informan di ruang perawatan VIP dan kelas I

umumnya tepat waktu, sedangkan menurut informan dari ruang perawatan kelas II

dan III mengatakan pemberian obat kadang-kadang tidak tepat waktu.

V-1 :”perawat rutin mengukur suhu dan tekanan darah…satu hari bisa
sampai dua kali mereka masuk…pemberian obat umumnya tepat
waktu..tapi kadang terlambat juga….sekali-sekali lah”

V-2 :”perawat setiap hari datang untuk mengukur tekanan darah….jadwal


obat tepat waktu”

Universitas Sumatera Utara


I-1 :”setiap hari perawat yang masuk mengukur tekanan darah…obat
makan selalu tepat waktu…kalau obat suntik mau juga terlambat”

I-2 :”perawat sering masuk ….obat tidak ada masalah”

II-1 :”sekali-kali perawat yang masuk…tapi lebih sering dikerjakan


coass…...obat juga sering lama datangnya …..apalagi kalau obat
suntik kadang harus ditanya mana obatnya baru mereka kasih”

II-2 :” perawat datang tapi hanya melihat….yang mengukur tensi siswa-


siswa itu…obat-obat kadang terlambat juga”

III-1 :”perawat setiap hari masuk…pemberian obat pas waktunya...sekali-


kali ada juga telat”

III-2 :”yang mengukur tekanan darah dan suhu ya coass-coass itu…obatnya


cuma suntikan satu hari dua kali”

III-3 :”ada sekali-kali perawat yang mengukur tensi darah ….tapi lebih
sering siswa yang sedang belajar yang masuk mengukur tensi dan
suhu….kalau malam obat suntik sering telat mereka kasih”

Mengenai kesigapan perawat dalam membantu pasien, 6 orang informan

mengatakan perawat cukup sigap sedangkan informan yang lain (3 orang)

mengatakan kurang sigap dalam melayani pasien.

V-1 :”pelayanan perawat cukup bagus mereka cepat datang kalau


dipanggil”

V-2 :”perawat cukup sigap kalau dipanggil langsung datang”

I-1 :”pelayanan perawat baik…..mereka mau membantu”

I-2 :”cukup sigap apabila dibutuhkan …..mereka cepat datang”

II-1 :”perawat lumayan sigap..kalau dipanggil mereka mau datang”

II-2 :” perawat lambat….kalau dipanggil tidak langsung datang”

III-1 :”perawat mau membantu…kalau dipanggil mereka langsung datang”

Universitas Sumatera Utara


III-2 :”perawat kalau malam agak lambat datang …..yang jaga cuma berdua
padahal pasiennya banyak jadi kadang waktu dipanggil mereka masih
pegang pasien yang lain…tapi kalau pagi cepat…mereka langsung
datang”

III-3 :”perawatnya kurang sigap……kalau disuruh menggantikan infus saja


lambat datangnya….sampai harus dipanggil berkali-kali baru datang”

Mengenai kemampuan perawat umumnya informan pasien PAPS mengatakan

yakin dengan ketrampilan perawat pada saat melakukan tindakan keperawatan sepert

memasang infus, memberikan suntikan dan lain-lain.

V-1 :”yakin dengan kemampuan perawat……kerjaan mereka cukup baik”

V-2 :”yakin dengan ketrampilan perawat…..bagus…kerjaan mereka


bagus”

I-1 :”yakin dengan pekerjaan perawat”

I-2 :”keterampilan perawat baik”

II-1 :”yakin dengan kemampuan perawat”

II-2 :”yakin sih….tapi pelayanannya saya kurang puas”

III-1 :”pekerjaan perawat bagus”

III-2 :”yakin dengan pekerjaan perawat”

III-3 :”kalau kemampuan perawat cukup baik”

Mengenai perhatian perawat 6 orang informan mengatakan perawat cukup

memperhatikan kebutuhan pasien dan selalu meluangkan waktu untuk komunikasi,

sedangkan 3 orang informan mengatakan perawat kurang memperhatikan kebutuhan

pasien.

V-1 :”pelayanan perawat cukup bagus mereka sangat memperhatikan


kebutuhan pasien dan mau mendengarkan keluhan…..”

Universitas Sumatera Utara


V-2 :”perhatian perawat terhadap keluhan baik”

I-1 :”perhatiannya cukup sama pasien”

I-2 :”perawatnya juga bagus ….selalu memperhatikan kebutuhan pasien”

II-2 :”perawat kurang perhatiannya kalau dipanggil…datang … dilihat ….


balik lagi…kapan datangnya tidak tau….sementara saya setiap malam
demam….kalau sudah menggigil baru dikasih obat…saya sempat
marah tapi mereka diam saja ”

III-1 :”perawat cukup memperhatikan kebutuhan pasien dan mau


membantu”

III-2 :”kurang perhatian sama pasien…..seperti kemarin infusnya bengkak


tidak langsung dibuka…cuma dimatikan saja…akhirnya sore baru
dibuka..pasiennya sampai demam”

III-3 :”perawat kurang perhatian…kalau dipanggil tidak langsung datang


misalnya disuruh menggantikan infus saja lambat datangnya….sampai
harus dipanggil berkali-kali baru datang”

4.4.3 Persepsi Pasien PAPS tentang Pelayanan Administrasi

Pelayanan administrasi memegang peranan yang tidak kalah pentingnya

dalam menunjang keberhasilan mutu pelayanan rumah sakit. Pelayanan administrasi

di RSUP HAM Medan berupaya menciptakan suasana administrasi yang lancar dan

menyenangkan bagi pasien dan keluarganya. Hasil wawancara dengan informan

Pasien PAPS, sebagian besar mengatakan penampilan petugas administrasi cukup

baik hanya sikapnya kurang ramah.

V-1 :”dari penampilan petugas administrasi baik…sikapnya ramah”

V-2 :”petugasnya rapi….tapi sikapnya kurang ramah, suaranya teriak-


teriak mungkin terlalu banyak pasien yang antri”

I-1 :”rapi…pakaiannya bersih….sikapnya biasa…”

Universitas Sumatera Utara


I-2 :”penampilannya rapi, bersih…tapi kurang ramah”

II-1 “pakaiannya rapi dan bersih….sikapnya baik…ramah”

II-2 :”penampilan cukup lah…lumayan rapi tapi kurang senyumnya”

III-1 ;’petugas dibagian pendaftaran di IGD baik…mereka ramah”

III-2 ;’masuk dari IGD…penampilan cukup rapi”

III-3 :”pakaian petugas rapi……sikapnya ramah”

Mengenai pelayanan yang diberikan petugas sebagian besar (8 orang)

informan menyatakan pelayanan yang diberikan secara adil dan merata tanpa

membedakan status sosial dan ekonomi. Informan lainnya (1 orang) mengatakan

bahwa pelayanan yang mereka terima berbeda dengan pasien lainya yang mungkin

disebabkan mereka memakai fasilitas Jamkesmas.

V-1 :”tidak ada perbedaan pelayanan yang diberikan pada pasien…semua


sama”

V-2 :”pelayanan sama untuk semua pasien..tidak ada bedanya…”

I-1 :”sama saja pelayanannya…tidak ada bedanya…perawatnya itu juga”

I-2 :” sepertinya tidak ada perbedaan…semua sama”

II-1 :”kalau pelayanan sama semua”

II-2 :”umumnya tidak ada perbedaan ….semuanya sama”

III-1 :”saya lihat pelayanan sama untuk semua pasien, tidak ada perbedaan
apakah pasien bayar sendiri atau pakai jamkesmas sama saja
pelayanannya”

III-2 :” pelayanan sama pada semua pasien”

III-3 :”mungkin beda juga pelayanan yang diberikan, apalagi kami pakai
jamkesmas……jadi kurang diperhatikan”

Universitas Sumatera Utara


Mengenai waktu pelayanan menurut sebagian informan (5 orang) menyatakan

baik dan tidak ada masalah, dimana mereka dilayani dengan baik dan waktu

pelayanan tidak terlalu lama. Berbeda dengan 4 informan lainnya yang mengeluhkan

lamanya dibagian pendaftaran. Untuk kejelasan informasi tentang prosedur/peraturan

rawat inap, hak dan kewajiban pasien 7 orang informan menyatakan cukup jelas

sedangkan 2 orang informan lainnya menyatakan tidak ada penjelasan informasi

tersebut.

V-1 :”kami masuk dari IGD..langsung dilayani…cuma agak lama masuk


ruangan karena ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan…cukup
penjelasan dari petugas”

V-2 :”pelayanan sudah cukup bagus,….hanya pada saat mau dilakukan


pemeriksaan scanning administrasinya lama……mana pasien
ramai…jadi pemeriksaan dilakukan besok harinya..tidak seperti di RS
swasta satu hari bisa selesai…di bagian pendaftaran tidak ada
disampaikan informasi tentang peraturan rawat inap, tapi di sini ada”

I-1 :”masuk dari poliklinik…lama dibagian pendaftaran…..banyak pasien


yang antri…..tidak ada dijelaskan….tapi disini ada ….waktu masuk
ruangan ada dijelaskan”

I-2 :”ya itu…..setiap akan dilakukan pemeriksan seperti radiologi…harus


diacc katanya…..kan pelayanannya jadi lambat……belum lagi kalau
sudah penuh jadwalnya harus menunggu besoknya lagi baru bisa
dilakukan ….informasinya cukup”

II-1 :”kami datang pasiennya langsung diperiksa….masuk dari


IGD….belum ada dijelaskan tentang hak pasien dan kewajiban
pasien…..tapi peraturan rawat inap ada”

II-2 :”prosedurnya berbelit-belit…ada dua loket yang harus dilalui belum


lagi antriannya panjang…… mengenai peraturan tidak ada dijelaskan”
III-1 :”pendaftaran di IGD cepat…..pasiennya langsung ditangani…..ada
peraturan rumah sakit yang dijelaskan”

Universitas Sumatera Utara


III-2 :”pelayanan dibagian penerimaan pasien biasa….kami langsung
dilayani …..informasinya jelas”

III-3 :”masuk dari IGD…..waktu mendaftar biasa…tidak ada


masalah…peraturan rawat inap tidak ada dikasih tahu..tapi disini ada”

Mengenai kenyamanan ruangan di bagian pendaftaran umumnya para

informan pasien PAPS yang masuk melalui rawat jalan berpendapat kurang

nyamannya ruangan dibagian pendaftaran disebabkan banyak pasien yang mendaftar.

V-2 :”kurang nyaman dibagian pendaftaran pasien….banyak pasien yang


antri”

I-1 :”ya.bagaimana mau nyaman banyak pasien yang berobat kemari”

I-2 :’ruang pendaftaran kurang luas sedangkan pasien yang mendaftar


ramai jadi kurang nyaman”

II-2 :”kurang nyaman…terlalu ramai orang”

4.4.4 Persepsi Pasien PAPS tentang Lingkungan Ruang Perawatan

Kebersihan lingkungan perawatan di RSUP HAM di bawah tanggungjawab

Instalasi Kesehatan Lingkungan (Kesling). Sistem pengelolaan kebersihan ditangani

oleh pihak ketiga dengan cara kontrak kerja. Berdasarkan informasi dari pengawas

kebersihan di Rindu A petugas cleaning service yang bertugas di Instalasi Rindu A

berjumlah 21 orang dimana pengaturan kerjanya dibagi dalam 2 shift (pagi dan sore).

Pendapat informan pasien PAPS tentang kebersihan dan kenyamanan ruang

perawatan menurut sebagian besar informan (6 orang) sudah cukup bersih, nyaman

dan sirkulasi udara yang memadai, sedangkan menurut informan lainnya (3 orang)

penerangan dan sirkulasi udara di ruangan perawatan cukup baik namun mengenai

kebersihan dan kenyamanan kurang karena banyak keluarga pasien yang berkunjung.

Universitas Sumatera Utara


V-1 :”sekarang rumah sakit ini sudah cukup bersih dan terasa
nyaman…penerangan juga cukup”

V-2 “ruangan bersih….petugas kebersihan setiap hari datang….sirkulasi


udara cukup”

I-1 :”ruang rawat inap bersih….setiap hari dibersihkan CS pagi dan sore
hari…..ventilasi dan sirkulasi udara juga baik”

I-2 :’ruangan lumayan bersih….ya nyaman… tapi diselasar… kurang….


banyak sampah”

II-1 “kebersihan sedang…tidak kelihatan kotor kali….penerangan cukup”

II-2 :”ruangan…ya memang bersih tapi kurang nyaman…ramai keluarga


yang menunggui”

III-1 :”kalau kebersihan…..namanya orang banyak bagaimana mau


bersih…sudah dibersihkan pun kotor lagi……ventilasi cukup”

III-2 :”kebersihan disini kurang…yah gimana namanya ramai


orang….sudah dibersihkan pun tetap saja kotor lagi, lihat saja banyak
keluarga yang menunggu pasien…kalau ventilasi cukup, sirkulasi
udaranya baik”

III-3 :”kalau penerangan sudah cukup….kebersihan……kalau pagi


bersih…tapi kalau sudah siang ramai orang……jadi kurang”

Mengenai keamanan di ruang perawatan semua informan pasien PAPS

mengatakan cukup aman karena petugas satpam berjaga selama 24 jam.

V-1 :”cukup aman…ada petugas satpam yang jaga setiap hari”

V-2 ;’keamanan cukup……satpam jaga di depan pintu masuk sana”

I-1 :”ruangan rawat inap aman….petugas satpam jaga dua puluh empat
jam”

I-2 :”disini cukup aman…….satpamnya jaga terus jadi aman lah”

II-1 :”ruangan ini aman, ada petugas satpam yang jaga....kalau malam dua
orang yang jaga”

Universitas Sumatera Utara


III-1 :”keamanan ruangan baik….”

III-2 :”mengenai keamanan ruangan…selama ini belum ada dengar


keluarga pasien yang kehilangan….berarti masih aman”

III-3 :”keamanan di rumah sakit ini…cukup”

4,5 Persepsi Pasien PAPS terhadap Harga/Tarif Pelayanan

Harga dalam penelitian ini mencakup tarif pelayanan yang meliputi tarif

dokter, tarif rawat inap, tarif pemeriksaan penunjang medis dan harga obat-obatan

4.5.1 Persepsi Pasien PAPS tentang Tarif Dokter

Tarif dokter menurut informan pasien PAPS dengan status bayar umum di

VIP masih lebih murah dibandingkan RS swasta dan sesuai dengan pelayanan yang

diterima, sedangkan menurut informan di kelas I dan II tarif dokter sedang tidak

mahal dan tidak murah sesuai dengan pelayanan yang diterima, menurut informan di

kelas III berpendapat tarif dokter sedang, tapi tidak sesuai karena dokter jarang visite.

Berikut pernyataan dari beberapa informan pasien PAPS mengenai tarif

dokter:

V-1 :”Tarif dokter tidak mahal lebih murah dibandingkan


swasta…..sesuai”

I-1 :”Tarif dokter tidak mahal dan tidak murah…biasa aja sesuai dengan
pelayanannya”

II-1 :”Tidak terlalu mahal….sedang lah dan sesuai”

III-2 :”Tarif dokter sedang…tapi dokternya jarang datang”

Universitas Sumatera Utara


4.5.2 Persepsi Pasien PAPS tentang Tarif Rawat Inap

Menurut informan pasien PAPS dengan status bayar umum di ruangan VIP,

kelas I, kelas II dan kelas III berpendapat bahwa tarif ruang perawatan sedang dan

masih terjangkau, sedangkan kesesuaian tarif dengan akomodasi yang diterima

sebagian informan (2 orang) mengatakan tidak sesuai dan sebagian lagi (2 orang)

sudah sesuai.

Berikut pernyataan dari beberapa informan pasien PAPS mengenai tarif rawat

inap:

V-1 :“…tarif rawat inap biasa…..tidak mahal…seimbang dengan


akomodasi yang ada.”

I-1 : ”tarif rawat inap sebenarnya tidak mahal hanya saja tidak sesuai
dengan fasilitasnya……AC nya tidak dingin.”

II-1 : ”tarif rawat inap sedang, tidak memberatkan dan sesuai….”

III-2 : ”tarif rawat inap sedang……fasilitasnya kurang sesuai……..”

4.5.3 Persepsi Pasien PAPS tentang Tarif Pemeriksaan Penunjang Medis

Para informan pasien PAPS di VIP dan kelas I menilai tarif pemeriksaan tidak

tergolong mahal dan sesuai dengan manfaat yang diharapkan, sedangkan informan di

kelas II berpendapat tarif pemeriksaan lumayan mahal apalagi kalau banyak

dilakukan pemeriksaan walaupun sesuai dengan manfaatnya berbeda dengan

informan di kelas III menyatakan tarifmya mahal dan tidak tau manfaatnya karena

masih belum jelas juga penyakit pasiennya.

Berikut pernyataan dari beberapa informan pasien PAPS mengenai tarif

pemeriksaan penunjang medis:

Universitas Sumatera Utara


V-1 :“Tarifnya relatif murah dibandingkan dengan rumah sakit yang lain
dan sangat bermanfaat…..jadi lebih jelas penyakitnya”

I-1 :”Tidak ada masalah, tarifnya termasuk sedang dan bermanfaat”

II-1 :”terlalu banyak yang diperiksa totalnya jadi mahal…manfaatnya


memang ada”

III-2 :”…..mahal , karena banyak yang diperiksa….bolak balik diambil


darahnya …dan kami sudah kehabisan biaya…tidak tau untuk apa
karena belum ada juga perbaikan”

4.5.4 Persepsi Pasien PAPS tentang Harga Obat

Informan pasien PAPS di VIP dan kelas I berpendapat bahwa harga obat di

RSU HAM relatif murah dibandingkan dengan harga obat di Apotik luar. Menurut

informan kelas II harga obat mahal, kebanyakan obat suntik dan belum nampak

berkurang penyakit pasiennya. Pendapat informan kelas III, harga obat lumayan

mahal setelah ditotalkan karena sering pergantian obat.

Berikut pernyataan dari beberapa informan pasien PAPS mengenai harga

obat:

V-1 :”banyak obat yang harus dibeli…totalnya jadi mahal tapi


dibandingkan apotik luar harga obat disini lebih murah…….mungkin
penyakitnya sudah berat jadi belum nampak perbaikan”

I-1 :”Harga obatnya sedang, tidak mahal dan tidak murah, dan sudah
nampak berkurang penyakitnya”

II-2 :”banyak obat suntik harganya mahal tapi ya itu kalau sembuh tidak
masalah…tapi ini sudah mahal penyakitnya tidak berkurang juga”

III-1 :”mahal…obatnya sering diganti……belum ada perbaikan…....


sebagian obatnya belum dibeli”

Universitas Sumatera Utara


4.6 Alasan Pasien PAPS di Rindu A

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan pasien PAPS didapat

informasi alasan PAPS antara lain: masalah biaya sebanyak 2 orang, menolak untuk

dilakukan tindakan 1 orang, merasa sudah sembuh dan mau berobat jalan sebanyak 2

orang, ingin dirawat di rumah 2 orang. dan kurang puas dengan pelayanan 2 orang.

Berikut pernyataan dari beberapa informan pasien PAPS mengenai alasan

pasien/keluarga PAPS:

V-1 :”sudah lama dirawat tapi tidak ada perubahan …sudah dijelaskan
resiko nya tapi kami sudah pasrah ….pasiennya kami bawa pulang
saja…nanti dirawat di rumah”

V-2 :”….saya merasa sudah sembuh……nanti berobat jalan saja…..”

I-1 :”sakit kali kurasa diinfus….aku merasa sudah sembuh…gini aja nanti
kalau penyakitku datang aku kemari lagi”

I-2 :”saya tidak mau dioperasi…nanti makan obat aja…kalau perlu saya
berobat jalan”

II-1 :”Saya mau merawat sendiri apapun yang terjadi namanya orang tua
biar kami urus….kan orang tua butuh kita lihat….kalau menurut saya
penyakitnya tidak terlalu parah tapi kalau dokter bilang …yah tidak
tau juga …takutnya dia tambah stress makin lama disini…tambah drop
dia ..kasihaan kan ,,,biarlah kami sebagai anak yang merawatnya
…kalau perlu nanti kami panggil saja perawat”

II-2 :”kurang puas dengan pelayanan dokter … ya kecewa lah masa sudah
lima hari dirawat belum ada tindakan apa-apa….cuma dikasih
parasetamol dan vitamin c”

III-1 :”kecewa sama kondisi istri saya….bukan sama perawatan


dokter…sudah enam hari tidak ada perubahan..makan pun masih dari
selang…itu saja tidak ada yang lain….anak-anaknya pun sudah
pasrah…mau diapain lagi…..”

Universitas Sumatera Utara


III-2 :”…awalnya kami mau mengurus jamkesda, tapi katanya kalau dirawat
di sini tidak ditanggung biaya untuk cuci darah …harus dilakukan di
RS pirngadi, jadi kami pindah saja…..kalau pakai biaya sendiri tidak
ada uang”

III-3 :”….mau dirawat di rumah …..sudah berapa hari dirawat tidak jelas
apa penyakitnya….lihat nantilah bagaimana apa mau berobat kampung
saja…lama-lama disini makin besar biaya….biaya sudah habis untuk
yang jaga”

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Kinerja Pelayanan Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan

Secara umum kinerja pelayanan Instalasi Rindu A cukup baik, dimana rata-

rata pencapaian indikator pelayanan sudah sesuai standar yang ditetapkan. Angka

pemanfaatan tempat tidur (BOR) yang tinggi menunjukkan bahwa pelayanan rumah

sakit sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan.

Dengan BOR yang tinggi pekerjaan di rumah sakit akan semakin meningkat pula

sehingga memerlukan tenaga yang lebih banyak, terutama perawat karena perawat

merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan pasien. Jika dilihat dari

jumlah tempat tidur sebanyak 314 unit dibandingkan dengan jumlah perawat 168

orang, ternyata RSUP HAM Medan masih kekurangan tenaga sesuai dengan

peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi

Rumah Sakit yang menetapkan bahwa untuk rumah sakit Kelas A perbandingan

tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga

keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit. Kekurangan tenaga perawat ini

menyebabkan beban kerja bertambah sehingga pelayanan akan menurun.

Hasil penelitian pada 9 orang informan pasien PAPS sebagian mempunyai

permasalahan dengan pihak rumah sakit yang berupa ketidakpuasan yang dirasakan

pasien/keluarga pasien terhadap pelayanan yang diterimanya sehingga menimbulkan

Universitas Sumatera Utara


keinginan PAPS. Umumnya pasien menghendaki pelayanan rumah sakit yang

berkualitas, sekalipun pasien tersebut adalah pasien dengan kelas perawatan yang

termurah karena ketidakmampuan pasien. Untuk mencapai kualitas yang diharapkan

pasien, selain kemampuan (skill) dari para petugas juga harus diimbangi juga dengan

jumlah yang memadai, termasuk pendistribusian tenaga di tiap-tiap ruangan. Untuk

mengantisipasi kekurangan tenaga tersebut, rumah sakit perlu mempertimbangkan

untuk penambahan tenaga perawat agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan

harapan pasien.

5.2 Pasien Rawat Inap Instalasi Rindu A RSUP HAM Medan

Pada Tabel 4.4 terlihat rata-rata jumlah pasien yang dirawat sebanyak 1600

dengan rata-rata jumlah pasien keluar ada 921 orang dengan persentase pasien yang

pulang atas izin dokter ada 73,70% sedangkan sisanya (26,30%) merupakan pasien

yang PAPS ditambah pasien yang meninggal. Berdasarkan perhitungan dari Tabel 4.4

kasus pasien PAPS dari bulan Januari sampai dengan April 2013 berkisar antara

11,46% - 12,37% dan belum terlihat ada kecenderungan menurun.

Pada Tabel 4.5 terdapat beberapa alasan pasien PAPS antara lain alasan biaya,

pindah rumah sakit, berobat jalan dan ingin dirawat di rumah. Berdasarkan hasil

rekapitulasi, umumnya kasus PAPS yang terjadi pada pasien VIP adalah karena ingin

dirawat di rumah, kasus PAPS pada pasien kelas I sebagian besar karena ingin pindah

rumah sakit dan kasus PAPS pada pasien kelas II sebagian besar ingin berobat jalan

dan kelas III karena ingin dirawat di rumah. Adapun alasan biaya sebagian besar

Universitas Sumatera Utara


terjadi pada kasus pasien PAPS dengan kelas rawatan kelas III dan selebihnya kelas I

dan II dan tidak dijumpai pada pasien VIP.

Pulang Atas permintaan sendiri merupakan hal yang tidak menyenangkan

baik bagi pasien, keluarganya maupun pihak rumah sakit karena pulang sebelum

mendapat izin dari dokter yang merawatnya berarti pasien belum sembuh dan

penyakitnya bisa menjadi kronis, sedangkan bagi rumah sakit dapat menurunkan

citranya di masyarakat.

5.3 Persepsi Pasien PAPS terhadap Kualitas Pelayanan

Pelayanan (services) adalah melakukan atau memberikan sesuatu

tindakan tertentu dalam upaya menolong/memenuhi kebutuhan orang lain. Pelayanan

yang berkualitas pada dasarnya adalah pelayanan yang dapat memuaskan para

pengguna jasa pelayanan dalam hal ini adalah pasien. Pasien yang datang ke rumah

sakit tentunya berharap dapat menerima pelayanan yang dapat mengatasi masalah

penyakitnya. Sebagaimana yang sering diberitakan di media massa dewasa ini tentang

keluhan pasien maupun keluarga pasien ternyata umumnya bukan saja masalah faktor

biaya tapi lebih terfokus pada faktor pelayanan. Faktor pelayanan yang tidak

memuaskan pasien/keluarganya seringkali merupakan penyebab terjadinya kasus

PAPS.

Mengetahui persepsi pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat

berguna untuk penyedia pelayanan jasa kesehatan karena akan meningkatkan peluang

dalam membuat keputusan peningkatan mutu menjadi lebih baik. Apabila telah

Universitas Sumatera Utara


diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mutu dari pasien, maka

kebutuhan dan harapan pasien bisa ditentukan dan dipenuhi, yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kepuasan sehingga dapat mencegah terjadinya kasus PAPS.

1. Pelayanan Dokter

Kunci keberhasilan seorang dokter dalam memberikan pelayanan terhadap

pasiennya dapat dilihat dari bagaimana dokter itu memulai kerjasama dengan pasien.

Dalam menjalankan fungsinya, dokter dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah

yang terdapat pada pasiennya selain sebagai orang yang berkompeten dalam

mandiagnosa dan memberikan pengobatan. Apabila dokter dapat mengatasi keluhan

pasien maka pasien akan merasa puas terhadap kemampuan dokternya karena

harapan pasien dapat terpenuhi. Kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter dapat

dilihat dari penilaian penampilan, sikap ramah dan perhatian, adanya kemampuan

medis yang terampil disaat berhadapan dengan pasien dan adanya kejelasan informasi

yang mudah dimengerti serta ketepatan dan keteraturan jadwal pemeriksaan/

kunjungan dokter.

Berdasarkan hasil penelitian di Rindu A RSUP HAM Medan, ternyata

pelayanan yang diberikan dokter dinyatakan memuaskan untuk pasien yang

mendapatkan perawatan di VIP dan kelas I. Hal ini terlihat dari hampir tidak adanya

keluhan pasien VIP dan kelas I terhadap pelayanan dokter, tetapi untuk pasien kelas

II dan kelas III masih terdapat keluhan tentang pelayanan dokter dengan berbagai

alasan. Umumnya keluhan dari pasien tentang pelayanan dokter adalah jadwal

Universitas Sumatera Utara


kunjungan dokter yang tidak teratur, kurang sigapnya dokter menangani keluhan

pasien, kurangnya penjelasan dari dokter tentang penyakit pasien dan komunikasi

yang kurang sehingga menimbulkan ketidakpuasan dalam diri pasien.

Jadwal kunjungan yang tidak teratur disebabkan karena dokter spesialis yang

ada di RSUP HAM Medan sebagian besar merupakan tenaga pendidik di Fakultas

Kedokteran USU Medan, selain itu juga bekerja di rumah sakit swasta. Idealnya

seorang dokter yang bertugas di rumah sakit tidak bekerja rangkap di rumah sakit

lain, sehingga konsentrasi dalam pekerjaannya terfokus pada rumah sakit dimana dia

bekerja, namun hal ini tidak mudah dilaksanakan mengingat rumah sakit pemerintah

tidak dapat memberikan imbalan jasa sesuai dengan yang diberikan oleh rumah sakit

swasta atau minimal mendekati untuk pekerjaan yang sama.

Menurut wakil kepala Instalasi Rindu A, setiap pasien yang dirawat

mempunyai dokter penangung jawab pasien (DPJP) yaitu dokter spesialis yang

bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien mulai masuk

sampai pasien dipulangkan. Namun untuk kelas perawatan II dan III visite dokter

berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan dari masing-masing departemen sehingga

dokternya berganti-ganti, berbeda dengan pasien di kelas I dan VIP yang memang

langsung ditangani oleh satu dokter dari masuk sampai pulang.

Berdasarkan observasi peneliti, kurang sigapnya dokter terhadap masalah

yang dihadapi pasien dapat disebabkan banyaknya jumlah pasien yang harus

diperiksa dokter yang menyebabkan dokter harus bekerja dengan cepat sehingga

kurang memberi penjelasan secara menyeluruh kepada pasien/keluarga mengenai

Universitas Sumatera Utara


penyakit yang diderita pasien dan rencana tindak lanjut pengobatan pasien. Selain itu

ada hari-hari tertentu dimana dokter spesialis melakukan pemeriksaan dengan

tergesa-gesa umumnya karena mau melakukan tindakan misalnya operasi pada pasien

lain, atau akan menguji peserta didik (PPDS dan Coass). Demikian juga dengan

ketidakhadiran dokter spesialis dapat disebabkan karena adanya kegiatan lain diluar

kegiatan di rumah sakit misalnya menghadiri workshop, seminar dan lain-lain karena

dokter juga mempunyai kewajiban untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti

perkembangan ilmu kedokteran. Dokter yang berhalangan hadir ketika pasiennya

membutuhkan penanganan memang diperbolehkan mendelegasikan pada dokter lain.

Namun pendelegasian itu harus dilakukan pada dokter lain yang memiliki kualifikasi

kompetensi setara artinya tidak menyerahkan tanggungjawabnya kepada dokter yang

sedang menjalani pendidikan (PPDS).

Keadaan ini sesuai yang disampaikan oleh Aditama (2002) bahwa keluhan

pasien yang timbul atas pelayanan seorang dokter di rumah sakit yaitu tidak diberi

cukup waktu oleh dokter, tidak ada penjelasan tentang informasi penyakit, waktu

tunggu datangnya dokter yang lama dan tidak ada kerjasama antar dokter yang

merawat. Senada dengan pendapat Danakusuma (2002) menyatakan masyarakat

dewasa ini tidak mempersoalkan latar belakang status sosial dokter, namun mereka

lebih menginginkan adanya kecepatan pelayanan, sikap ramah dan komunikasi yang

baik antara pasien dengan dokter.

Komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus

dikuasai dokter. Komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu

Universitas Sumatera Utara


penyelesaian masalah kesehatan pasien. Sebagian dokter merasa tidak mempunyai

waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya

bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang

cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih

lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan

dokter, sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan

dokter saja. Sementara tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari

pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan

saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan,

harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan

saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga

dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan

memberi obat yang tepat bagi pasien.

Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan

keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif

akan mengundang masalah. Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala

yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Bila dokter dapat membangun

hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, maka dokter dapat mengetahui

dengan baik kondisi pasien sehingga pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.

Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien

merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan

petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk

Universitas Sumatera Utara


kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu

menyelesaikan masalah kesehatannya.

Sesuai dengan teori Parasuraman, dkk yang dikutip Tjiptono (2004) yang

menyatakan bahwa persepsi mutu pelayanan yang diterima pelanggan adalah

perbandingan antara harapan sebelum mendapatkan pelayanan dengan pengalaman

selama dan sesudah mendapatkan pelayanan tersebut. Mutu pelayanan dinilai apakah

memenuhi harapan pelanggan atau tidak. Apabila harapan terpenuhi, mutu pelayanan

dirasakan memuaskan, harapan yang tidak terpenuhi dirasakan sebagai tidak

memuaskan sedangkan pelayanan yang dapat melampaui harapan akan dirasakan

sebagai sangat memuaskan. Demikian juga dengan kepuasan pasien yang

menggunakan pelayanan di Rindu A RSUP HAM Medan dalam pengobatan dan

perawatan penyakit yang dideritanya, akan merasa puas apabila pelayanan dokter

sesuai dengan yang diharapkan pasien seperti sikap yang ramah, pemeriksaan yang

teliti dan dilakukan secara teratur, perhatian atas masalah yang dihadapai pasien dan

kesigapan dalam penangan penyakit pasien serta komunikasi yang baik. Dengan

perkataan lain semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan maka akan semakin

baik pula tingkat kepuasan pasien.

2. Pelayanan Keperawatan

Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan selain ditentukan

oleh pelayanan dokter, juga sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan. Baik

buruknya pelayanan rumah sakit sering dihubungkan dengan baik tidaknya asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien, karena pelayanan yang dilaksanakan di

Universitas Sumatera Utara


rumah sakit mayoritas diberikan oleh para perawat. Perawat merupakan karyawan

terbanyak di rumah sakit, dengan demikian perawat merupakan ujung tombak rumah

sakit dalam hal pelayanan. Dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai perawat,

sudah merupakan suatu kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada pasien

dengan baik agar tercipta suasana aman dan nyaman bagi pasien sehingga pasien

akan dapat beristirahat dengan baik dalam perawatannya dan hal ini akan

mempercepat poses penyembuhan pasien.

Kepuasan terhadap pelayanan perawat dapat dinilai dari bagaimana persepsi

pasien terhadap penilaian penampilan, sikap ramah, keteraturan kunjungan perawat,

kesigapan dan terampil bekerja disaat menangani pasien serta perhatian perawat

terhadap kebutuhan pasien. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata terdapat

kesenjangan dalam pelayanan keperawatan di RSUP HAM Medan dimana masih ada

keluhan pasien tentang pelayanan keperawatan. Keluhan sebagian besar informan

pasien PAPS dari kelas perawatan II dan III adalah sering terlambatnya pemberian

obat oleh perawat, kurang sigapnya perawat dalam membantu pasien dan kurangnya

perhatian perawat terhadap kebutuhan pasien.

Dari pengamatan peneliti dan data kepegawaian di Instalasi Rindu A RSUP

HAM Medan terhadap jumlah tenaga keperawatan menunjukkan jumlah yang

terbatas dan beban kerja yang tinggi. Dengan banyaknya pasien yang harus dilayani

dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang ada, menyebabkan perawat kurang sigap

terhadap kebutuhan pasien. Disamping itu perawat mempunyai tugas rangkap selain

melayani pasien yang merupakan tugas utama, perawat juga bertugas sebagai tata

Universitas Sumatera Utara


usaha yaitu mengurus administrasi pasien di ruang rawat inap sehingga pemberian

obat sering terlambat dan umumnya ini terjadi di ruang perawatan kelas II dan Kelas

III. Ruang perawatan VIP dan kelas I tidak mengeluhkan pelayanan keperawatan

karena jumlah tempat tidur yang lebih sedikit dibandingkan kelas II dan kelas III,

sedangkan jumlah perawat hampir sama disetiap ruangan.

Keadaan ini sesuai apa yang disampaikan Aditama (2002) yang menyatakan

bahwa kekurangpuasan dan beban kerja perawat yang tinggi terhadap pekerjaan akan

menyebabkan kurangnya motivasi kerja perawat. Keadaan ini akan menyebabkan

kurangnya kualitas pelayanan yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan

keluhan pasien /pelanggan seperti perawat kurang ramah dan kurang sabar.

Adanya SPO (Standar Prosedur Operasional) pada pelayanan perawatan di

rumah sakit yang dibuat dengan melibatkan semua unsur pelaksana dan diterapkan

secara prosedural dapat mengurangi atau meminimalkan keluhan atau masalah yang

timbul baik dari pihak petugas maupun pasien. Selain itu perlu ditinjau kembali

pendistribusian tenaga perawat dimasing-masing ruangan.

3. Pelayanan Administrasi

Pelayanan administrasi pasien dimulai masuk rumah sakit, selama perawatan

berlangsung sampai keluar rumah sakit. Tujuan pelayanan administrasi adalah

menciptakan suasana administrasi yang lancar dan menyenangkan bagi pasien.

Pelayanan administrasi dinilai dari sikap petugas administrasi, kejelasan dan

kepastian tata cara administrasi dan yang utama adalah kecepatan prosedur pelayanan

Universitas Sumatera Utara


administrasi yang dijalani pasien/keluarga serta memberikan pelayanan secara adil

dan merata tanpa membedakan status sosial dan ekonomi.

Dari hasil penelitian pada informan pasien PAPS yang masuk dari rawat jalan

mengeluhkan sikap petugas yang kurang ramah dan waktu tunggu di bagian

pendaftaran lama karena banyak pasien yang mendaftar. Berbeda dengan informan

pasien PAPS yang masuk melalui IGD, berpendapat pelayanan administrasi cukup

baik karena pasien langsung dapat ditangani petugas. Selain itu informan pasien

PAPS yang memakai fasilitas Askes juga mengeluhkan prosedur administrasi yang

berbelit-belit pada saat mau dilakukan pemeriksaan penunjang medis.

Pelayanan yang diberikan kepada pasien di RSUP HAM Medan pada

dasarnya tidak ada perbedaan antara pasien Umum, Askes maupun Jamkesmas.

Perbedaan hanya terletak pada fasilitas ruangan yang mana untuk pasien Askes

disesuaikan dengan golongan kepangkatannya dan apabila pasien ingin dirawat pada

kelas yang lebih tinggi, maka pasien dikenakan iur biaya tambahan. Sedangkan

pasien Jamkesmas dirawat di kelas III sesuai peraturan yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

Dari pengamatan peneliti terlihat jumlah pasien yang mendaftar di ruang

pendaftaran rawat jalan cukup banyak. Informasi yang didapat dari petugas rekam

medik rata-rata kunjungan pasien rawat jalan berkisar 800 sampai dengan 1000 orang

setiap harinya. Dengan jumlah petugas yang melayani pendaftaran pasien lebih

kurang 18 orang, tentu ini menimbulkan antrian yang panjang

Universitas Sumatera Utara


Mengenai prosedur administrasi yang dikeluhkan oleh pasien Askes menurut

kepala ruangan bahwa untuk setiap pemeriksaan penunjang medis pada pasien Askes

terlebih dahulu harus diverifikasi oleh pihak Askes yang ada di RSUP HAM Medan,

kecuali untuk kasus-kasus yang darurat (emergency) dan yang mengurus administrasi

pemeriksaan penunjang adalah keluarga pasien bersama dengan perawat ruangan.

Adapun pengurusan persetujuan tindakan pemeriksaan penunjang medis pada pasien

Askes dilakukan di ruang pendaftaran bersamaan dengan pasien yang mau mendaftar

untuk berobat ke poliklinik sehingga membutuhkan waktu yang lama.

Hasl penelitian ini sesuai dengan pendapat Wolper (1987), yang menyatakan

bahwa kesan pertama terhadap pelayanan rawat inap terbentuk sewaktu pasien

berbicara pertama kali dengan bagian penerimaan/administrasi. Kesan ini sering

menetap dalam diri pasien dan sikap mereka terhadap lembaga, staf dan pelayanan

yang mereka terima.

4. Lingkungan Rawat Inap

Lingkungan rumah sakit mempunyai peran yang sangat penting untuk

membuat pasien mau memanfaatkan fasilitas pelayanan di rumah sakit. Untuk itu

rumah sakit dituntut bersih dalam segala hal, termasuk harus bersih dalam ruangan

pemeriksan, ruang tindakan dan lingkungannya. Selain itu rumah sakit harus mampu

memberi contoh tentang pola hidup sehat karena rumah sakit sebagai salah satu

fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Penilaian terhadap lingkungan fisik meliputi penilaian kebersihan ruang

perawatan, kenyamanan dan keamanan disekitar lingkungan ruang perawatan.

Berdasarkan hasil penelitian umumnya informan pasien PAPS tidak begitu

mempermasalahkan kondisi ruang perawatan hanya sebagian informan di ruang

perawatan kelas II dan III yang merasa kurang nyaman dan kurang kebersihannya,

namun mereka memaklumi karena banyaknya anggota keluarga yang menjaga pasien.

Mengenai keamanan umumnya informan berpendapat keamanan sudah cukup baik di

RSUP HAM Medan. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Thenie (2002)

yang menyatakan masalah kebersihan merupakan hal yang banyak dikeluhkan oleh

para informan pasien pulang paksa.

Menurut wakil kepala Instalasi Rindu A banyak keluarga pendampingi pasien

di ruang perawatan kelas II dan kelas III karena penempatan tempat tidur yang tidak

sesuai pada beberapa ruangan. Kelas II standarnya 1 ruangan berisi 4 tempat tidur

tetapi saat ini berisi 6 tempat tidur begitu juga dengan kelas III berisi 8 tempat tidur

padahal standar ruangan kelas III seharusnya berisi 6 tempat tidur. Hal ini disebabkan

adanya penambahan tempat tidur karena pasien yang dirawat terus bertambah setiap

harinya sementara ruangan terbatas.

Masalah kebersihan di rumah sakit dapat diatasi bila rumah sakit mampu

menyediakan tenaga kebersihan selama 24 jam dan membatasi kunjungan kelurga

pasien yang menginap di selasar rumah sakit. Partisipasi dari para petugas rumah

sakit dan keluarga pasien dalam mengatasi masalah kesehatan akan sangat membantu

terciptanya rumah sakit yang bersih, karena masalah kebersihan bukan hanya

Universitas Sumatera Utara


tanggungjawab petugas kebersihan saja tapi merupakan tugas dan tanggungjawab

bersama semua pihak.

5.4 Persepsi Pasien PAPS terhadap Harga/Tarif Pelayanan

Tarif pelayanan pasien umum di RSUP HAM Medan untuk VIP, kelas I dan

kelas II ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Utama No KU.05.04 Tahun 2011,

sedangkan untuk kelas III ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI

No: PL.03.03/1/3025/2012 tanggal 28 Desember 2012 yang berlaku sejak 1 Maret

2013. Untuk tarif pelayanan pasien Askes ditetapkan berdasarkan kesepakatan

bersama antara PT Askes (Persero) cabang utama Medan dengan RSUP HAM Medan

No 38/PKS/0511 yang berlaku sejak 1 Juni 2011. Tarif pelayanan pasien Jamkesmas

mengacu pada paket INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups) yang ditetapkan

Menteri Kesehatan berdasarkan SK Menkes No 440/MENKES/SK/XII/2012.

Persepsi para informan pasien PAPS tentang tarif yang ditetapkan oleh RSUP

HAM Medan sangat bervariasi, umumnya informan pasien PAPS VIP dan kelas I

tidak terlalu mempermasalahkan tarif, sedangkan informan pasien PAPS kelas II dan

kelas III ada beberapa permasalahannya. Masalah lebih banyak ditujukan kepada

besaran tarif pemeriksaan penunjang medis dan harga obat yang membebani pasien

sehingga cenderung menyebabkan terjadinya kasus PAPS.

1. Tarif honor dokter

Tarif honor dokter di RSUP HAM Medan berbeda menurut kelas perawatan,

dimana untuk ruang perawatan di VIP tarif dokter Rp 75.000,-, kelas I sebesar Rp

Universitas Sumatera Utara


50.000,- kelas II sebesar Rp 40.000,- dan kelas III sebesar Rp 20.000,-. Berdasarkan

hasil wawancara dengan informan pasien PAPS umumnya mereka tidak

mempermasalahkan besaran tarif dokter dan merasa sesuai dengan pelayanan yang

diberikan.

Menurut wakil kepala Instalasi Rindu A selama ini belum ada pasien yang

komplain dengan tarif honor dokter, karena mereka hanya membayar sesuai dengan

jumlah kunjungan dokter spesialis.

2. Tarif rawat inap

Tarif rawat inap di RSUP HAM Medan untuk ruang VIP sebesar Rp 325.000,-

, kelas I sebesar Rp 250.000,-, kelas II sebesar Rp 160.000,- dan kelas III sebesar Rp

45.000,-. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan pasien PAPS baik dari

ruangan VIP, kelas I, II dan III menyatakan tarif rawat inap adalah sedang dan masih

wajar, karena umumnya mereka dapat mengukur kemampuan bayar mereka sesuai

dengan kelas yang dipilih. Mengenai kesesuaian antara biaya yang mereka keluarkan

dengan akomodasi yang mereka terima 2 orang informan menyatakan tidak sesuai.

Pendapat informan ini dibenarkan oleh wakil kepala Instalasi Rindu A, bahwa

untuk pasien dengan status bayar umum sebelum masuk ruangan terlebih dahulu

ditawarkan kelas perawatan beserta tarif rawat inapnya kemudian pasien akan

memilih sesuai dengan kemampuan bayar mereka. Kalau dilihat dari data tarif rawat

inap di RSUP HAM Medan lebih murah jika dibandingkan dengan rumah sakit

swasta, namun mengenai kesesuaian tarif dengan fasilitas ruangan menurut kepala

Universitas Sumatera Utara


Instalasi Rindu A, memang ada beberapa ruangan yang tidak sesuai karena fasilitas

ruangan yang rusak dan saat ini sedang dalam proses pengadaan.

3. Tarif pemeriksaan penunjang medis

Tarif pemeriksaan penunjang medis/tindakan medis berdasarkan hasil

penelitian umumnya informan dari ruang perawatan VIP, kelas I dan II tidak

mengeluhkan besaran tarifnya. Tetapi bagi Informan dari ruang perawatan III

menyatakan tarif pemeriksaan penunjang medis dan tindakan medis cukup

memberatkan mereka.

Menurut kepala ruangan pemeriksaan penunjang medis dilakukan sesuai

dengan kondisi penyakit pasien. Umumnya pasien yang dirawat di RSUP HAM

Medan adalah pasien-pasien yang dirujuk dari rumah sakit daerah yang mana datang

dengan kondisi yang sudah parah sehingga membutuhkan banyak pemeriksaan-

pemeriksaan. Menurut peneliti hal ini akan menyebabkan biaya yang dibebankan

terhadap pasien menjadi lebih besar, walaupun sebenarnya kelengkapan pemeriksaan

penunjang ini akan lebih dapat menegakkan diagnosa secara tepat. Namun yang

terpenting sebelum dilakukan pemeriksaan sebaiknya ditawarkan terlebih dahulu

kepada pasien dan keluarganya disertai dengan memberikan penjelasan tentang

kepentingan pemeriksaan tersebut juga biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,

dengan demikian pasien atau keluargnya akan merasa dilibatkan dalam rencana

pemeriksaan tersebut. Hal ini penting karena belum tentu semua pasien akan

menyetujui atau mampu dan mau diperiksa. Pasien atau keluarga yang tidak mengerti

tentang kegunaan pemeriksaan penunjang akan merasa sangat terbebani oleh biaya

Universitas Sumatera Utara


pemeriksaan terutama bila pemeriksaanya lengkap dan keadaan ini dapat memicu

terjadinya kasus PAPS bila biaya hanya untuk pemeriksaan penunjang saja sangat

membebani mereka.

4. Harga obat

Harga obat untuk pasien dengan status bayar umum di RSUP HAM Medan

ditentukan oleh Instalasi Farmasi. Harganya relatif tergantung jenis dan pabrik yang

memproduksinya. Menurut kepala Instalasi Farmasi harga jual obat di apotik rumah

sakit lebih murah dibandingkan apotik luar karena ada beberapa jenis obat yang

masih disubsidi Pemerintah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan pasien PAPS ruangan

VIP dan kelas I berpendapat harga obat di apotik rumah sakit relatif lebih murah

dibandingkan apotik diluar, sedangkan informan dari ruang kelas II dan III

menyatakan mahal dan umumnya mereka tidak hanya sekali membeli obat selama

dalam perawatan. Menurut kepala ruangan hal ini terjadi karena kadang-kadang

mereka mendapat resep untuk mengganti obat dari dokter pemeriksa yang berbeda,

disamping itu kebanyakan obat yang diresepkan adalah obat suntik yang adakalanya

mereka mendapatkan berkali-kali suntikan dalam satu hari.

Menurut Pedoman Pengobatan Rasional, pemberian obat harus disesuaikan

dengan dosis yang dianjurkan dan sebaiknya diberikan per oral selama pasien masih

memungkinkan untuk makan dan minum, kecuali bila obat yang akan diberikan tidak

ada sediaanya dalam bentuk per oral. Obat suntik lebih mahal dibandingkan obat oral

dan pemberian obat secara suntikan selain tidak nyaman karena pasien terpaksa

Universitas Sumatera Utara


diinfus, juga lebih meningkatkan resiko efek sampingnya daripada pemberian per

oral, namun ini juga tentunya merupakan pertimbangan dari dokter yang merawat

dalam memberikan terapi.

Seringnya pergantian obat selain akan meningkatkan pengeluaran pasien juga

dapat menimbulkan efek terjadinya resistensi apabila obat yang diganti tersebut

adalah golongan antibiotika. Hal ini umumnya terjadi bila dokter yang merawat

pasien berganti-ganti sehingga dalam menetukan diagnosa penyakit pasien

menimbulkan perbedaan dalam pemberian terapi, sehingga sulit untuk menghindari

terjadinya pergantian obat dan akhirnya pasien yang dirugikan. Menurut pendapat

peneliti akan lebih efisien bila satu kasus pasien sejak awal diperiksa oleh satu dokter

tertentu dan diusahakan untuk menanganinya sampai tuntas untuk ini perlu ditetapkan

satu dokter penanggungjawab pasien (DPJP) yaitu Dokter Spesialis yang

bertanggungjawab terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien sejak masuk

sampai pasien pulang.

Rumah sakit dalam upaya mengantisipasi hal tersebut telah membuat suatu

aturan yaitu berupa Standar Prosedur Operasional (SPO), Bila dokter pelaksana

semuanya mengacu kepada SPO tersebut hal ini seharusnya tidak perlu terjadi.

Disamping itu untuk mengurangi kesalahan dalam terapi awal yang menyebabkan

pergantian obat, sebaiknya sebelum diagnosa ditegakkan dengan pasti pasien cukup

diberi obat secara simptomatis untuk mengurangi keluhannya, baru setelah diagnosa

pasti ditegakkan, obat-obat yang terpilih dapat diberikan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut kepala Instalasi Farmasi, RSUP HAM Medan telah membuat

kebijakan berupa prosedur pengembalian obat/alat yang sudah dibeli oleh pasien tapi

tidak jadi digunakan dapat diganti dengan obat/alat baru yang akan digunakan pasien.

Namun informasi ini rupanya belum tersosialisasi secara menyeluruh, ini terbukti dari

adanyas sebagian pasien yang mengeluh tidak terpakainya obat yang sudah mereka

beli. Informasi tentang kebijakan ini perlu disebarluaskan (sosialisasi) agar diketahui

pasien dan keluarganya misalnya memasang pengumuman di depan apotik dan di

ruang rawat inap, sehingga tidak akan ada obat/alat yang tidak dipakai pasien.

5.5 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pasien PAPS

Berdasarkan hasil penelitian pada 9 informan pasien PAPS didapat informasi

bahwa beberapa faktor yuang menyebabkan pasien PAPS, antara lain:

1. Faktor Biaya. Penyakit pasien yang sudah berat umumnya membutuhkan

pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih lengkap dan hari rawatan yang lama dapat

menyebabkan besarnya biaya yang harus ditanggung pasien sehingga pasien

menjadi tidak mampu untuk melanjutkan perawatan di rumah sakit. Namun dalam

penelitian ini faktor biaya juga dapat merupakan alasan PAPS pada pasien yang

menggunakan jamkesmas ternyata karena sudah tidak ada lagi biaya untuk

keluarga yang menunggu.

2. Faktor Individu/keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian informan merasa

kesehatannya sudah membaik sehingga menolak untuk dilakukan tindakan. Hal

ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya.

Selain itu Faktor keluarga juga dapat menyebabkan terjadinya kasus PAPS

Universitas Sumatera Utara


dimana karena sudah terlalu lama pasien dirawat dan belum ada perubahan

sehingga keluarga merasa tidak adanya harapan lagi untuk kesembuhan akhirnya

memutuskan untuk melanjutkan perawatan di rumah.

3. Faktor Pelayanan. Faktor ketidakpuasan pasien/keluarga terhadap pelayanan yang

diterimanya dapat memicu terjadinya kasus PAPS terutama bila mereka tidak

memperoleh kepastian kondisi serta prognosis penyakit pasien sehingga keluarga

memutuskan untuk merawat pasien di rumah.

5.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan data

primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview).

Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti.

Penelitian ini sangat bergantung pada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat

dalam wawancara sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Selain itu

penelitian ini juga hanya meneliti persepsi pasien terhadap faktor internal di rumah

sakit. Mungkin ada faktor-faktor lain (eksternal) yang mempengaruhi pasien PAPS

seperti lokasi strategis, kepuasan hidup dan lain-lain. Untuk peneliti selanjutnya dapat

menganalisa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan pasien dengan

mengunakan uji statistik sehingga dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi pasien PAPS.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi pasien

terhadap pelayanan dan harga serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus

pulang atas permintaan sendiri (PAPS) maka dapat disimpulkan:

1. Jumlah kasus pasien PAPS di Rindu A RSUP HAM Medan masih tinggi dan

belum terlihat adanya kecenderungan menurun.

2. Persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dijumpai perbedaan menurut kelas

perawatan dimana informan pasien yang dirawat di VIP dan kelas 1 berpendapat

kualitas pelayanan umumnya cukup memuaskan berbeda dengan pendapat

informan pasien di kelas II dan kelas III yang umumnya berpendapat kurang

memuaskan. Adapun yang dikeluhkan informan pasien PAPS dari kelas II dan

kelas III adalah:

a. Pelayanan dokter antara lain jadwal kunjungan yang tidak teratur, kurang

sigap menangani keluhan pasien, kurangnya penjelasan tentang penyakit

pasien dan komunikasi yang kurang.

b. Pelayanan perawat yaitu terlambatnya pemberian obat oleh perawat, kurang

sigapnya dalam membantu pasien dan kurangnya perhatian terhadap keluhan

pasien.

Universitas Sumatera Utara


c. Pelayanan admnistrasi menurut informan pasien PAPS yang masuk dari rawat

jalan kurang memuaskan karena sikap petugas yang kurang ramah dan waktu

tunggu di bagian pendaftaran yang lama. informan pasien PAPS yang

memakai fasilitas Askes juga mengeluhkan prosedur administrasi yang

berbelit-belit pada saat akan dilakukan pemeriksaan penunjang medis.

d. Sebagian informan berpendapat kondisi lingkungan ruang perawatan yang

kurang nyaman karena terlalu banyak pengunjung dan keluarga pasien yang

menunggu.

3. Umumnya pasien rawat inap di Rindu A RSUP HAM Medan tidak

mempermasalahkan tarif dokter dan tarif rawat inap tetapi yang menjadi masalah

adalah tarif pemeriksaan penunjang medis dan harga obat. Tarif pemeriksaan

penunjang dinyatakan mahal karena banyaknya pemeriksaan yang dilakukan pada

pasien, sedangkan harga obat dinyatakan mahal karena pada umumnya yang

diresepkan adalah obat suntikan dan seringnya pergantian obat.

4. Alasan pasien PAPS berdasarkan informasi di Rindu A RSUP HAM Medan

adalah karena faktor biaya, pindah rumah sakit, berobat jalan dan ingin dirawat di

rumah. Berdasarkan hasil penelitian penyebab PAPS pada pasien VIP dan kelas I

adalah karena faktor individu/keluarga, sedangkan pasien kelas II karena faktor

pelayanan dan pasien kelas III karena faktor biaya.

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran

1. Kepada Manajemen RSUP H Adam Medan disarankan:

a. Menyusun suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) yang menyangkut

kinerja dokter, perawat dan petugas non medis lainnya sehingga tidak terdapat

perbedaan pelayanan terhadap pasien di kelas perawatan yang berbeda dan

melakukan sosialisasi Standar Prosedur Operasional (SPO) tersebut kepada

petugas yang terkait.

b. Melakukan supervisi ke lapangan secara rutin untuk pelaksanaan monitoring

dan evaluasi pelayanan dokter oleh Bidang Pelayanan Medis dan melakukan

monitoring dan evaluasi pelayanan keperawatan oleh Bidang keperawatan.

c. Melakukan koordinasi dengan Fakultas Kedokteran USU terkait kegiatan

pendidikan yang dilakukan di RSUP H Adam Medan agar dilaksanakan sesuai

dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan pasien yang berlaku di

RSUP H Adam Malik Medan.

d. Menyelenggarakan pelatihan pelayanan prima (service excelence) bagi

seluruh karyawan baik dokter, perawat, maupun tenaga non medis lainnya

secara bergilir untuk meningkatkan kemampuan para petugas dalam bidang

pelayanan.

2. Kepada Instalasi Rindu A agar membatasi jumlah anggota keluarga yang menjaga

pasien untuk menciptakan kenyamanan di lingkungan ruang perawatan dan agar

peraturan jam kunjungan keluarga pasien dapat diterapkan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Yoga Tjandra, 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia.

Aniroen, S. 1991. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan Dalam Upaya Peningkatan


Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Cerita Dunia Kedokteran Edisi Khusus (71).
Jakarta: Departemen Kesehatan.

Ayunda, Venty Rahma, 2009. Gambaran Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap
Pelayanan Dokter RSU Tugu Ibu Depok, Jakarta: FKM UI.

Azwar, Azrul, 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan Baru.

______, 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi II, Jakarta: PT Bina Rupa
Aksara.

Danakusuma, 2002. Perkembangan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran


Komunitas, Jakarta: Buletin FK-UI.

Depkes RI, 1998. Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
(Konsep Dasar dan Prinsip), Jakarta: Direkur Jendral Pelayanan Medik.

Imbalo, Pohan, S, 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Cetakan 1, Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Irawan, Handi. 2003. 10 prinsip Kepuasan Pelanggan: Paradigma Baru Merebut Hati
Pelanggan Untuk emenangkan Persaingan. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Iskandar, Dalmy, 1998. Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, Jakarta: Sinar
Grafika.

Jacobalis, S, 1990. Menjaga matu pelayanan rumah sakit. PERSI. Jakarta.

__________, 2000. Kumpulan Tulisan Terpilih Tentang Rumah Sakit di Indonesia


dalam Dinamika Sejarah, Transformasi, Globalisasi dan Krisis Nasional.
Jakarta: Yayasan Penerbit IDI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004,


Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta: Depkes RI.

Kotler, Philip dan Amstrong, 2001. Dasar-Dasar Pemasaran Edisi IX, Jakarta: PT.
Indeks.

Kuncahyo, Hanung, 1998. Hubungan Antara Karakteristik Pasien Rawat Inap dengan
Keputusan Pulang Paksa di RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul,
Semarang: Thesis PPS-UNDIP.

Lamb, Charles W.,Hair, Joseph F., dan Mc Daniel . 2001. Pemasaran Buku I, Jakarta:
Salemba Empat.

Menap, 2007. Analisis Alasan Pasien Pulang Paksa (Discard Against Medical
Advice) Di RSUD Praya Lombok Tengah, Jogjakarta: Thesis PPS-UGM.

Muslihuddin, Adji, 1996. Pola Pelayanan Keperawatan di Indonesia Dalam Upaya


Meningkatkan Mutu Rumah Sakt. Jakarta.

Nasution, M, N, 2004. Manajemen Jasa Terpadu (Total Service Management),


Bogor: PT. Ghalia Indonesia.

______, 2005. Total Quality Management, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Patria Jati, Sutopo, 2009. Beberapa Konsep Dasar tentang Manajemen Rumah Sakit.

Prasetijo, R, Ihalauw, JJOI, 2004. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Raharjo, Mudjia, 2010. Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dari


http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian Pendidikan/penting/270-triangulasi-
dalam-penelitian-kualitatif.html.

RSUP H Adam Malik Medan, 2012. Profil RSUP HAM Medan tahun 2011.

Setiadi N. J, 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta : Prenada Media.

Soeroso, S, 2002, Manajemen Sumber Daya di Rumah Sakit, Suatu Pendekatan


Sistem, Jakarta, BGC.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Universitas Sumatera Utara


Supriyanto, Yuda, 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Fasilitas
Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Kariadi, Semarang:
PS-FE UNDIP.

Thenie, Herry, (2002). Persepsi Pasien Pulang Paksa Terhadap Pelayanan Rumah
Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, Jakarta: Thesis PPS-FKM
UI.

Tjiptono, F, 2004. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

______, 2005. Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia Publishing.

______, 2007. Strategi Pemasaran. Edisi ke dua, penerbit Andi, Yogyakarta.

Undang-Undang, No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Jakarta: Biro Hukum
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Utama, S. 2003. Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit, Sumatera


Utara: USU.

Waldo, Dwight. 1955. Ideas and Issue in Public Administration, New York: McGraw
Hill Book Company.

Wolper ,F. Lawrence, 1987. Administrasi Layanan Kesehatan, Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran ECG.

http://heryant.web.ugm.ac.id/artikel2.php?id=30/indikator-indikator-pelayanan
diakses tanggal 16 Desember 2012.

http://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/definisi-tugas-dan-fungsi-rumah-
sakit-menurut-who, diakses tanggal 16 Desember 2012.

http://www.psychologymania.com/2012/10/instalasi-rawat-inap.html,
diakses tanggal 16 Desember 2012.

http://zippien.blogspot.com/2011/11/tujuan-indonesia-sehat-2015.html?m=1, diakses
tanggal 18 Desember 2012

Universitas Sumatera Utara


Lampiran I: Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM PASIEN PAPS

I. Identitas Pasien

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Jenis Kelamin : 1) Laki-laki

2) Perempuan

5. Pendidikan : 1) Tidak sekolah

2) SD

3) SLTP

4) SLTA

5) Akademi/Perguruan tinggi

6. Pekerjaan : 1) Tidak bekerja

2) PNS/ABRI/BUMN

3) Pegawai Swasta

4) Wiraswasta

7. Tanggal masuk :

8. Kelas perawatan :

9. Status Pembayaran :

10. Alasan PAPS :

Universitas Sumatera Utara


II. Pertanyaan mengenai kualitas pelayanan

A. Pelayanan Dokter
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu penampilan dokter ?
2. Bagaimana jam kunjungan dokter ? apakah tepat waktu dan dilakukan setiap hari?
3. Bagaimana kesigapan dokter dalam menangani keluhan Bapak/Ibu?
4. Bagaimana kejelasan informasi dokter mengenai penyakit dan tindakan medis
yang akan dilakukan?
5. Bagaimana keyakinan Bapak/Ibu tentang pengobatan yang diberikan dokter?
6. Bagaimana perhatian dokter pada saat Bapak/Ibu mengutarakan keluhan tentang
penyakit yang Bapak/Ibu derita?
7. Apakah dokter meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan
Bapak/Ibu?
8. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dokter?

B. Pelayanan perawat
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu penampilan perawat?
2. Bagaimana waktu pemberian obat yang dilakukan perawat? Apakah selalu tepat
waktu?
3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana perawat melakukan pekerjaan rutinitasnya?
Misalnya mengontrol ruangan secara teratur atau mengontrol tanda-tanda vital
pasien (tekanan darah, suhu dll)?
4. Apabila Bapak/Ibu memerlukan bantuan, bagaiman kesigapan perawat?
5. Bagaimana kayakinan Bapak/Ibu tentang kemampuan perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan (memasang infuse, memberi suntikan)?
6. Bagaiamana perhatian perawat ketika Bapak/Ibu mengutarakan keluhan?
7. Apakah perawat meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan
Bapak/Ibu?
8. Pada saat Bapak/Ibu memerlukan bantuan apakah perawat mudah dihubungi?
9. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan pelayanan perawat?

C. Pelayanan administrasi
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu penampilan petugas di bagian pendaftaran /
administrasi?
2. Bagaimana sikap petugas di bagian penerimaan pasien?
3. Bagaimana penjelasan/informasi dari petugas mengenai hak dan kewajiban pasien
serta peraturan rawat inap?
4. Menurut Bapak/Ibu apakah prosedur penerimaan pasien dilayani secara cepat dan
tidak berbelit-belit?
5. Menurut Bapak/Ibu, apakah pelayanan yang diberikan secara adil tanpa
memandang status sosial dan ekonomi?
6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu kenyamanan ruangan di bagian
pendaftaran/administrasi?

Universitas Sumatera Utara


7. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan pelayanan administrasi RS?

D. Kondisi Lingkungan Ruang Perawatan


1. Bagaimana menurut Bapak/ibu ruangan yang ditempati, apakah cukup bersih?
dan bagaimana penerangan dan sirkulasi udara di ruangan ini?
2. Bagaimana dengan kebersihan dan ketersediaan kamar mandi, apakah cukup
menurut Bapak/Ibu?
3. Bagaiamana dengan kenyamanan ruangan yang Bapak/Ibu tempati?
4. Bagaimana dengan keamanan sekitar lingkungan perawatan?

III. Pertanyaan mengenai harga


1. Bagaimana mengenai tarif dokter? dan apakah menurut Bapak/Ibu sesuai dengan
pelayanan yang diberikan dokter?
2. Bagaimana mengenai tarif kamar? dan apakah menurut Bapak/Ibu sesuai dengan
fasilitasnya?
3. Bagaimana mengenai tarif pemeriksaan penunjang medis seperti laboratorium,
radiologi dll? dan apakah menurut Bapak/Ibu sesuai dengan manfaat yang
Bapak/Ibu rasakan?
4. Bagaimana mengenai harga obat-obatan? Apakah menurut Bapak/Ibu sesuai
dengan kualitas yang dirasakan?

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai