TESIS
Oleh
NURNA FAUZIAH
117032056/IKM
TESIS
Oleh
NURNA FAUZIAH
117032056/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si) (dr. Heldy BZ, M.P.H)
Ketua Anggota
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Nurna Fauziah
117032056/IKM
The success of a treatment and therapy in the hospital is the patient recovery
so that the patient may go home with doctor's permission, in fact there are several in-
patient patients going home as their own demand at Haji Adam Malik General
Hospital Center Medan. The incidence of patient who go back home as their own
demand at H, Adam Malik General Hospital Center Medan increasing every year
and have not seen the declining trend.
The purpose of this descriptive qualitative survey study was to dig an
information about the perception of the patient's going back home at their own
demand on the service quality including the services given by the doctors, nursing
services, administrative services, environmental conditions and prices at the Rindu A
of H Adam Malik General Hospital Center Medan. Type of research is a descriptive
survey with qualitative research methods through in-depth interviews of the
informant 9 patients who go back home as their own demand and the results were.
analyzed based on content analysis.
The result of this study showed the cause of patients who go back home as
their own demand on VIP patients and grade I was because of the individual / family,
whereas class II patients because the service factor and class III patients because of
the cost factor. Complained of service factors are less responsive and complained of
lack of communication from the service provider, while the cost factor is the
complaint is that the number of medical investigations carried out on the patient.
It is recommended to the management of H Adam Malik General Hospital
Center Medan to make a Standard Operating Procedures (SOP) relating to the
performance of doctors, nurses and other medical personnel and to socialization to
relevant officers, supervision to the inpatient ward for monitoring and evaluating the
performance of doctors and nurses as well as coordination USU School of Medicine
related to educational activities conducted in the department of H Adam Medan to be
implemented in accordance with the Standard Operating Procedures (SOP)
applicable patient care at H Adam Malik Hospital in Medan. Besides excellent
service training needs (service excellence,) for all employees both doctors, nurses,
and other non-medical personnel in rotation to increase the ability of workers in the
service sector.
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmad dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun tesis dengan judul
TAHUN 2013 ” merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam
kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Heldy BZ, MPH, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
6. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, M.K.M dan Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku
penguji satu dan dua yang telah memberi banyak saran dan masukan untuk
7. dr. Lukmanul Hakim Nasution SpKK, Direktur Utama RSUP H Adam Malik
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Universitas Sumatera Utara Medan yang
10. Bagian Diklat dan seluruh karyawan / perawat RSUP H Adam Malik Medan
11. Ibunda Hj Hasnah yang selalu mendoakan, suami tercinta Zulfikar Zakaria SE
yang telah memberi izin mengikuti pendidikan S2, anak-anak tersayang Nuzul
Sakit dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu .
Pada akhirnya Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
dikemudian hari. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang
Nurna Fauziah
117032056/FKM
dari pasangan Ayahanda alm. H Abdul Samad dan Ibunda Hj Hasnah. Penulis anak
Pertama di SMP Negeri I Medan selesai tahun 1982, pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas di SMA Swasta Harapan Medan selesai tahun 1985, kemudian
Sumatera Utara Medan selesai tahun 1993, pendidikan S2 Program Studi Ilmu
Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, tahun 1999-2001 sebagai Direktur Akademi
Kabupaten Aceh Tamiang, tahun 2003-2007 sebagai Dokter UGD RSUD Kabupaten
Aceh Tamiang, tahun 2007-2010 staf Tata Usaha Instalasi Rawat Inap Terpadu
(Rindu) A RSUP H. Adam Malik Medan, tahun 2010 sebagai Kepala Seksi Bidang
Halaman
ABSTRAK. ........................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…... 92
LAMPIRAN…………………………………………………………………… 95
The success of a treatment and therapy in the hospital is the patient recovery
so that the patient may go home with doctor's permission, in fact there are several in-
patient patients going home as their own demand at Haji Adam Malik General
Hospital Center Medan. The incidence of patient who go back home as their own
demand at H, Adam Malik General Hospital Center Medan increasing every year
and have not seen the declining trend.
The purpose of this descriptive qualitative survey study was to dig an
information about the perception of the patient's going back home at their own
demand on the service quality including the services given by the doctors, nursing
services, administrative services, environmental conditions and prices at the Rindu A
of H Adam Malik General Hospital Center Medan. Type of research is a descriptive
survey with qualitative research methods through in-depth interviews of the
informant 9 patients who go back home as their own demand and the results were.
analyzed based on content analysis.
The result of this study showed the cause of patients who go back home as
their own demand on VIP patients and grade I was because of the individual / family,
whereas class II patients because the service factor and class III patients because of
the cost factor. Complained of service factors are less responsive and complained of
lack of communication from the service provider, while the cost factor is the
complaint is that the number of medical investigations carried out on the patient.
It is recommended to the management of H Adam Malik General Hospital
Center Medan to make a Standard Operating Procedures (SOP) relating to the
performance of doctors, nurses and other medical personnel and to socialization to
relevant officers, supervision to the inpatient ward for monitoring and evaluating the
performance of doctors and nurses as well as coordination USU School of Medicine
related to educational activities conducted in the department of H Adam Medan to be
implemented in accordance with the Standard Operating Procedures (SOP)
applicable patient care at H Adam Malik Hospital in Medan. Besides excellent
service training needs (service excellence,) for all employees both doctors, nurses,
and other non-medical personnel in rotation to increase the ability of workers in the
service sector.
PENDAHULUAN
dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan itu sendiri dilaksanakan dengan
bagi setiap individu, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
mempunyai kewajiban dan juga tanggung jawab secara moral dan hukum untuk
Menurut Aditama (2002) yang mengutip pendapat Tabish, pelayanan kesehatan yang
kesehatan sesuai kebutuhan individu dan masyarakat. Pelayanan yang bermutu pada
merasa bangga dan puas atau bahkan surprise dengan jasa yang diterima akan
ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Dampak langsung dari
konsumen. Demikian pula dengan rumah sakit sebagai perusahaan jasa, jika pasien
merasa puas dengan mutu pelayanan rumah sakit maka ada kecenderungan untuk
sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang
diberikan. Rumah sakit harus dapat membangun sistem bagaimana cara agar jasa
yang diberikan dapat tepat waktu dan sampai kepada konsumen dengan melakukan
atau mutu pelayanan melalui: (a) kehandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang dijanjikan dengan tepat dan memuaskan, (b)
dipercaya dimiliki oleh para staf bebas dari bahaya, resiko dan
dengan standar dan kode etik profesi sehingga rumah sakit perlu dikelola secara
profesional.
lainnya. Dalam hal pelayanan kesehatan, umumnya diinginkan pelayanan yang cepat,
dan dengan biaya yang wajar. Selain itu, seringkali disebutkan perlunya penjelasan
menyeluruh tentang keadaan penyakit kepada pasien dan keluarganya agar mereka
Rumah sakit perlu mengetahui bagaimana cara melayani pasien yang efektif
dan cepat. Pelayanan jasa telah berorientasi pada pasien karena ukuran persepsi
kualitas bukan berada pada pandangan penyedia jasa kesehatan namun terletak pada
diri pasien. Apabila pelayanan yang diterima oleh pasien sesuai dengan yang
diharapkan maka pelayanan tersebut dapat dikatakan baik. Dalam mencapai tujuan
pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pasien maka perlu diperhatikan hal yang
administrasi.
Rumah sakit juga perlu memikirkan tentang harga pelayanannya. Harga yang
ditetapkan haruslah tepat atau sesuai di mata konsumen, karena harga yang tidak
sesuai atau terlalu mahal malah justru akan membuat konsumen pindah ke pelayanan
kesehatan lain. Rumah sakit merupakan penyedia layanan kesehatan yang menjadi
pilihan masyarakat, oleh karena itu harga yang ditetapkan harus terjangkau sesuai
yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang mudah, murah, dan
efisien. Apabila harga terlalu mahal maka banyak pasien yang akan mengeluh.
Peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit juga perlu dilakukan untuk
dan sistem layanan kesehatan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien mutlak diperlukan
dapat diketahui sejauh mana mutu layanan yang telah diselenggarakan dapat
memenuhi harapan pasien. Namum adakalanya layanan yang diterima tidak sesuai
dengan harapan pasien, hal ini menyebabkan pasien merasa tidak puas akhirnya
sebelum selesai masa pengobatannya, ini dikenal sebagai pulang atas permintaan
Pasien yang pulang atas permintaan sendiri walaupun secara medis belum
cukup stabil untuk dirawat di rumah dapat diartikan sebagai ungkapan kekecewaan,
Ketidakpuasan ini akan menimbulkan perasaan konflik dalam diri pasien maupun
keluarganya dan sering terjadi pengaduan tentang ketidakpuasan pasien pada media
massa sehingga rumah sakit akan mendapat klaim jika tindakan pulang atas
sakit dan pengobatan/perawatan yang tidak tuntas dapat meningkatkan morbiditas dan
masyarakat.
(1998) adalah product, price, place, promotion, people dan process yang kurang
sesuai dengan harapan pasien. Produk rumah sakit dalam hal ini adalah jasa
pelayanan pengobatan dan perawatan yang kurang memenuhi harapan pasien, price
atau biaya pelayanan yang terlalu tinggi, place atau tempat yang kurang nyaman,
promotion atau informasi yang kurang akurat dan memadai bagi pasien, people atau
sebelum dokter menyatakan sembuh. Keadaan seperti ini sering ditemui di rumah
Penelitian Menap (2007) tentang analisis alasan pasien pulang paksa di RSUD
Praya Kabupaten Lombok Tengah tahun 2006, diperoleh angka kejadian pulang
paksa 5,37% (469 kasus dari 8.733 pasien keluar rumah sakit). Alasan yang
ditemukan terdiri atas: alasan biaya, kecewa dengan pelayanan yang diberikan dan
konflik dengan sikap dan perlakuan petugas. Hasil penelitian Thenie (2002) tentang
persepsi pasien pulang paksa terhadap pelayanan rumah sakit di RSUD Karawang
faktor biaya dan faktor pelayanan rumah sakit. Faktor biaya yang dikeluhkan adalah
tingginya biaya obat yang dikeluarkan sedangkan faktor pelayanan yang dikeluhkan
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM Medan)
sebagai rumah sakit rujukan mempunyai Visi “Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan
Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan Unggul di Sumatera Tahun
2015”. RSUP HAM Medan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan telah
tgl 20 Juli 2010 untuk 16 (enam belas) pelayanan rumah sakit dan saat ini sedang
artinya standar pengakuan mutu pelayanan rumah sakit sekelas internasional. Untuk
itu pengembangan terus dilakukan baik fisik bangunan, peralatan dan sarana kerja
maupun sumber daya manusia untuk menjaga dan mempertahankan mutu pelayanan
dan profesionalisme disegala bidang. Dalam hal pengembangan bangunan fisik saat
ini RSUP HAM Medan sedang membangun gedung Cardiac Center, IGD (Instalasi
direncanakan pertengahan tahun 2013 atau paling lambat awal tahun 2014. Untuk
memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Unit rawat inap
(Rindu) B.
Gambaran kinerja pelayanan RSUP HAM Medan dalam kurun waktu 5 (lima)
Dari data diatas diketahui bahwa dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
kinerja pelayanan RSUP HAM Medan secara umum mengalami peningkatan, terlihat
dari jumlah kunjungan yang meningkat setiap tahunnya. BOR (Bed Occupancy Rate),
AVLOS (Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval) dan BTO (Bed Turn
Over) sudah mendekati nilai ideal. Nilai NDR (Netto Death Rate) pada tahun 2007-
2010 masih cukup tinggi yaitu berkisar 67,2-77,1 % dibandingkan nilai standar 25 %.
Keadaan ini tidak terlepas bahwa RSUP HAM Medan sebagai rumah sakit rujukan,
namun pada tahun 2011 sudah memenuhi nilai standar. Sedangkan nilai GDR (Gross
Death Rate) masih cukup tinggi berkisar 69,1- 117,6, nilai standar 45%.
Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit yang ditetapkan dengan surat keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 129 tahun 2008 bahwa angka kejadian
PAPS tidak lebih dari 5%. Data yang diperoleh dari bagian Data dan Informasi RSUP
HAM diketahui kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di Rindu A
masih cukup tinggi dimana pada tahun 2010 sebesar 6,44 % meningkat menjadi 7,45
% pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 sebesar 7,47 %. Perkembangan jumlah
pasien PAPS di Rindu A RSUP HAM Medan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Angka Kejadian Pasien PAPS di Instalasi Rindu A RSUP HAM
Medan Tahun 2010-2012
Tabel 1.3. Jumlah Pasien PAPS Berdasarkan Cara Bayar di Instalasi Rindu A
RSUP HAM Medan 2012
November 2012 untuk mengetahui alasan pasien PAPS, diperoleh informasi sebagian
pasien menyatakan tidak ada biaya, sedangkan wawancara yang dilakukan langsung
kepada pasien yang akan PAPS adalah karena ketidakpuasan pasien terhadap
penjelasan dokter tentang penyakit yang dideritanya dan tidak memperoleh kepastian
tentang kondisi serta prognosis penyakitnya. Informasi tambahan yang diperoleh dari
Adam Malik Medan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai persepsi
pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga
di ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A RSUP H Adam Malik Medan tahun 2013.
masalah dalam hal ini adalah bagaimana persepsi pasien pulang atas permintaan
sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga di ruang Rindu A RSUP H
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa persepsi pasien pulang atas
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pasien pulang atas permintaan
sendiri (PAPS) di ruang Rindu A RSUP H Adam Malik Medan tahun 2013.
1. Bagi institusi rumah sakit diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien rawat inap sekaligus sebagai bahan
2. Bagi institusi pendidikan dapat menjadi tambahan untuk bahan kajian tentang
khususnya sumber daya manusia dalam upaya meningkatkan kinerja rumah sakit
TINJAUAN PUSTAKA
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan
Undang-Undang (UU) Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
kesehatan. Menurut UU No. 44 tahun 2009, fungsi rumah sakit adalah: (a)
perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis. (c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
suatu proses tertentu. Indikator pelayanan rumah sakit yang dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit antara
1. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang
tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
2. Average Length Of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
ALOS selain digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit juga
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Nilai
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali..
4. Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Semakin besar TOI maka
efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong
5. Net Death Rate (NDR): angka kematian netto yaitu angka kematian 48 jam
rumah sakit berarti bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik.
Nilai NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 pasien
keluar.
6. Gross Death Rate (GDR): angka kematian brutto yaitu angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar, digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan
/perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah
sakit semakin baik. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 pasien
keluar.
penderita tinggal mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksanaan
pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksanaan pelayanan kesehatan lain (Patria
Jati, 2009). Rawat inap menurut Crosby dalam Nasution (2005) adalah kegiatan
yang berlangsung lebih dari 24 jam. Secara khusus pelayanan rawat inap ditujukan
untuk penderita atau pasien yang memerlukan asuhan keperawatan secara terus
pulang maka pasien mendapat pelayanan sebagai berikut, pelayanan tenaga medis,
makanan, fasilitas perawatan dan lingkungan perawatan. Pelayanan rawat inap harus
menerapkan prosedur yang jelas, mudah dan terorganisir. Arus masuk pasien rawat
Standar adalah nilai ketentuan yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu
yang harus dicapai sedangkan pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menteri kesehatan nomor 129 Tahun 2008 Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
Layanan Umum. SPM untuk jenis layanan rawat inap berdasarkan ketentuan Depkes
Menurut Iskandar (1998), pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter atau
perawat), sesorang yang mengalami penderitaan (sakit). Pasien dalam praktek sehari-
hari sering dikelompokkan menjadi: (a) Pasien jalan/luar, yaitu pasien yang hanya
memperoleh pelayanan kesehatan yang biasa juga disebut dengan pasien rawat jalan,
(b) Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara
menginap dan dirawat dirumah sakit atau disebut juga pasien rawat inap.
Pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan memiliki dua hak yaitu: (1)
Hak atas pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
atas dasar kemampuan dan kecakapannya menerapkan ilmu dan teknologi kesehatan.
(2) Hak mandiri sebagai manusia atau hak untuk menentukan nasib sendiri (the right
Hak pasien berasal dari hak atas dirinya sendiri, dengan kata lain pasien
menentukan sendiri apa yang terbaik bagi kepentingan dirinya walaupun seorang
pasien dalam keadaan kurang sehat, namun hal ini dikecualikan bila keadaan mental
pasien tidak memungkinkan untuk mengambil keputusan sendiri. Hal pokok yang
merupakan hak pasien menurut Iskandar (1998), yaitu: 1) Hak memperoleh pelayanan
tentang diagnosa dan terapi dari dokter yang bertanggung jawab terhadap
dan catatan mediknya. 5) Hak dirujuk atau diperlukan. 6) Hak memperoleh perawatan
peraturan rumah sakit. 10) Hak menarik diri dari kontrak terapeutik, termasuk
mengakhiri pengobatan rawat inap dan tanggung jawab sendiri atau PAPS.
Selain itu pasien juga mempunyai kewajiban seperti yang disebutkan Iskandar
(1998), bahwa kewajiban pasien yang mendasar adalah berupa kewajiban moral dari
pasien untuk memelihara kesehatannya, selain itu pasien juga berkewajiban untuk: 1)
Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dan ahli
mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini sangat penting
2.2 Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya stimulus (rangsangan)
yang diterima melalui lima indera sehingga seseorang dapat menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan dan hal ini dipengaruhi pula oleh pengalaman-pengalaman
yang ada pada diri yang bersangkutan. Menurut Setiadi (2003), persepsi dapat
yang berarti dan menyeluruh. Persepsi tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik,
juga pada hubungan rangsangan dengan medan sekelilingnya dan kondisi dalam diri
individu.
(rangsangan) dimana stimulus merupakan hal diluar individu yang dapat berbentuk
fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat memengaruhi tanggapan individu. b)
dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu persepsi
memiliki sifat subjektif. Hal tersebut berarti bahwa setiap orang dapat memiliki
persepsi yang berbeda terhadap satu objek yang sama. c) Kondisi yang ada dalam diri
Dengan melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang
berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Prasetijo (2004),
internal yang meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianut, dan
sifat stimulus, dan situasi lingkungan. Proses seseorang untuk sampai pada perilaku
pembelian / pemanfaatan suatu produk atau jasa melalui tahapan yaitu dimulai dari
Adanya Kebutuhan
Identifikasi Alternatif
Evaluasi Alternatif
Keputusan Membeli
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau pun masyarakat seperti dikutip
Azwar (1996) dari levey and loomba. Pelayanan kesehatan agar dapat mencapai
tujuan yang diinginkan ada beberapa hal yang harus dipenuhi yakni: (a) Ketersediaan
pelayanan kesehatan (continue) yaitu tersedia setiap saat baik menurut waktu ataupun
pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa
sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada
setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk, serta di pihak lain , tata cara
telah ditetapkan.
Azwar (1996) adalah: (a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu
yang sedang diamati. (b) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program. (c)
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau dihasilkan, yang
terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut. (d)
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Mutu pelayanan dapat
kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara
pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. Namun penilaian ini tidaklah
mudah mengingat mutu pelayanan bersifat multi dimensional. Setiap mereka yang
terlibat dalam layanan kesehatan, pasti mempunyai pandangan yang berbeda tentang
unsur yang penting dalam mutu layanan kesehatan. Perbedaan tersebut antara lain
dari pemakai jasa pelayanan berbeda dengan dimensi mutu yang dianut
penyelenggara pelayanan kesehatan dan berbeda pula dengan dimensi mutu dari
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert dan Prevos yang dikutip Azwar
dalam melayani pasien dan atau kesembuhan penyakit yang diderita pasien.
perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam
terkait pada dimensi efesien pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, dan
a. Unsur masukan, yang dimaksud dengan unsur masukan adalah semua hal yang
yang terpenting adalah tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). Secara
umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (standart of personnels and facilities), serta
dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan
b. Unsur proses, yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang
tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka sulitlah
pelayanan kesehatan.
d. Unsur keluaran, yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukkan
Penampilan dapat dibedakan atas dua macam. Pertama penampilan aspek medis
Disebutkan apabila kedua ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
yang dikutip oleh Tjiptono (2004) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) dimensi yang
1. Bukti fisik (Tangible), berkenaan dengan bukti fisik yaitu kemampuan suatu
sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa
yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya), perlengkapan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus
sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan
tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan pesepsif yang negatif dalam
dapat dipastikan akan berubah dengan kecendrungan naik dari waktu ke waktu.
front-line staf dan menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para
pelanggannya.
Kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan
fisik, mental, dan sosial terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan,
memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit. Dari kedua
aspek ini dapat diartikan sebagai berikut: a) Petugas harus mampu melayani dengan
cepat. b) Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu
membuat kepercayaan pada pasien. c) Ruangan yang bersih dan nyaman, d) Peralatan
terhadap dokter juga perawat. Jadi masyarakat tidak mempersoalkan dokter lulusan
dari mana, apakah laki-laki atau perempuan, suku atau agamanya, Karena sampai
sekarang pelayanan yang cepat dan ramah tamah sangat dibutuhkan menurut
mendorong pasien untuk tetap memilih rumah sakit tersebut apabila membutuhkan
Kualitas pelayanan rawat inap itu sendiri ditentukan oleh kualitas dari pada
menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku
serta dapat dipertanggungjawabkan (Soemarja Aniroen, 1991), tenaga medis ini dapat
sebagai dokter umum maupun dokter spesialis dan diharapkan memiliki rasa
medis yang diberikan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir
serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal. Tujuan
para medis sesuai dengan asuhan keperawatan. Setiap tenaga para medis diharapkan
gangguan fisik dan gangguan kejiwaan dalam masa kesembuhan dan orang-orang
yang kurang sehat dan kurang kuat. Dengan pertolongan tersebut mereka yang
adalah suatu upaya untuk membantu individu baik yang sehat maupun sakit, dari
pasien. Perawat dituntut untuk mempunyai tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang
setiap pasien yang dirawat dirumah sakit membutuhkan komunikasi yang intens
dengan para perawat agar pasien betah dan penyakit yang diderita bisa segera
sembuh. Persoalan mendasar yang sering terjadi dirumah sakit yaitu kurangnya
komunikasi antara perawat dengan pasien, pasien sering tidak puas dengan kualitas
mendapat pelayanan sampai pasien dipulangkan tidak terlepas dari proses yang
administrasi yang lancar dan menyenangkan bagi pasien. Kesan pertama kali bagi
pasien terbentuk sewaktu pasien berbicara pertama kali dengan bagian penerimaan
pasien. Kesan ini sering menetap pada diri pasien dan mempengaruhi sikap mereka
terhadap lembaga, staf dan pelayanan yang mereka terima (Wolper, 1987).
Pengelolaan rumah sakit yang baik ibarat mengelola sebuah hotel, diperlukan
suasana yang tenang, nyaman, bersih, asri, aman, tentram dan sebagainya. Untuk
menuju kearah itu sebenarnya rumah sakit telah mempunyai dasar acuan Permenkes
No 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit antara
lain: a) Lokasi atau lingkungan rumah sakit: tenang, nyaman, aman, terhindar dan
pencemaran, selalu dalam keadaan bersih. b) Rungannya: lantai dan dinding bersih,
penerangan yang cukup, tersedia tempat sampah, bebas bau yang tidak sedap. Bebas
dari gangguan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. Lubang ventilasi
yang cukup menjamin pergantian udara dalam kamar dengan baik. c) Atap langit-
menjadi tanggung jawab semua karyawan rumah sakit termasuk pasien dan
pengunjung. Dengan demikian akan diperoleh suasana yang nyaman, asri, aman,
tenteram bebas dari segala gangguan sehingga dapat memberikan kepuasan pasien
2.4. Harga
mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001). Menurut Kotler & Amstrong
(2001) harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas produk/jasa, atau jumlah dari
bagi konsumen. Apabila harga lebih tinggi, orang cenderung beranggapan bahwa
kualitasnya juga lebih baik. Konsumen sering pula menggunakan harga sebagai
kriteria utama dalam menentukan nilainya. Barang dengan harga tinggi biasanya di
anggap superior dan barang yang mempunyai harga rendah dianggap inferior (rendah
Penetapan harga jasa penting karena terkait dengan revenue, citra, kualitas,
distribusi dan lain-lain. Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting dalam
menentukan seberapa jauh sebuah layanan jasa dinilai oleh konsumen, dan juga
dalam proses membangun citra. Penetapan harga juga memberikan persepsi tertentu
1) Tujuan berorientasi pada laba, yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
2) Tujuan berorientasi pada volume, yang mana harga ditetapkan sedemikian rupa
agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk
3) Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga
pemimpin industri.
tangan pemerintah.
Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua faktor
yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang meliputi: sasaran pemasaran,
strategi bauran pemasaran, biaya dan pertimbangan organisasi dan faktor eksternal
perusahaan yaitu merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan yakni: sifat
lainnya.
elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin
mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai
Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan
seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Menurut Kotler &
Amstrong (2001) kepuasan adalah sebagai perasaan suka atau tidak suka seseorang
Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat
kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas, sedangkan jika
kinerja melebihi harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Westbrook & Reilly
emosional terhadap pengalaman yang berkaitan dengan produk atau jasa yang dibeli.
konsumen sangat bergantung kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktor-
Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan konsumen
bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit, atau dapat
dinyatakan sebagai cara pasien mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat kualitas
(Utama, 2003). Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena
apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian jasa pelayanan
kesehatan pilihannya. Akan tetapi jika pasien merasa tidak puas maka mereka akan
memberitahukan pengalaman buruknya dua kali lebih hebat kepada orang lain. Untuk
menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus mengelola suatu sistem agar dapat
kepuasan pasien yaitu: (a) Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit,
kebersihan rumah sakit, kenyamanan ruangan yang akan digunakan pasien, makanan
yang dimakan pasien, dan peralatan yang tersedia dalam ruangan, (b) Aspek
hubungan pasien dengan petugas rumah sakit, meliputi keramahan petugas rumah
suportif, dan cekatan dalam melayani pasien, (c) Aspek kompetensi teknik petugas,
meliputi keberanian bertindak, pengalaman, gelar, dan terkenal, dan (d) Aspek biaya,
meliputi mahalnya pelayanan, terjangkau tidaknya oleh pasien, dan ada tidaknya
pasien yaitu: (a) Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil
evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas,
(b) Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan
yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, (c) Faktor emosional, pasien akan
merasa puas, bangga dan kagum terhadap dokter yang dipandang “dokter mahal”, (d)
Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih
besar, sedangkan dokter yang berkualitas sama tetapi berharga murah memberi nilai
yang lebih tinggi pada pasien, dan (e) Biaya, terkait dengan mendapatkan produk atau
jasa pasien tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang
waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan sehingga pasien akan cenderung puas
Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) adalah istilah yang digunakan untuk
karena berbagai alasan seperti: tidak punya biaya, belum atau tidak setuju dilakukan
pelayanan yang diberikan rumah sakit atau minta pulang atas kemauan sendiri karena
ingin dirawat di tempat lain. Pulang atas permintaan sendiri merupakan fenomena
yang sangat memprihatinkan, dimana pasien pulang tapi secara medis belum pulih
mortalitas. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri juga mencerminkan adanya
kepada pasiennya.
Zeithaml yang dikutip Tjiptono (2004) yang mengidentifikasi 5 (lima) dimensi pokok
dijanjikan secara akurat dan terpercaya, (b) Ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada
aman pada pelanggan, (d) Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus
dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
dengan bukti fisik yaitu penampilan karyawan dan kemampuan sarana dan prasarana
mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001). Menurut Kotler & Amstrong
(2001) harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas produk/jasa, atau jumlah dari
keterjangkauan daya beli pasien dan kesesuaian harga dengan manfaat yang diterima
pasien.
sakit yang menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien. Kepuasan
pasien dapat dipakai sebagai cara mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat
kepuasan.
PAPS, maka kepuasan pasien menjadi prioritas utama dan harus benar-benar
dipahami oleh pihak rumah sakit, sehingga kinerja rumah sakit yang dirasakan pasien
sesuai dengan harapannya. Bila hal tersebut tidak didapat (tidak sesuai dengan
harapan pasien) maka pasien akan merasa tidak puas, yang mungkin dapat
menyebabkan terjadinya PAPS. Dalam kerangka pikir ini, penulis berpendapat bahwa
pelayanan menurut persepsi pasien dan harga yang ditawarkan oleh rumah sakit.
Secara skematis, kerangka pikir pasien PAPS dapat digambarkan sebagai berikut:
Persepsi Terhadap
1. Kualitas:
• Pelayanan Dokter
Kepuasan Pasien PAPS
• Pelayanan Perawat
Pasien
• Pelayanan Administrasi
• Lingkungan Perawatan
2. Harga
METODE PENELITIAN
kualitatif, yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai persepsi pasien pulang
atas permintaan sendiri (PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga di Rawat Inap
Medan, dengan pertimbangan RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit pusat
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy) yang terdiri dari dua kelompok sebagai
berikut:
1. Kelompok informan pasien PAPS yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari dua
2. Kelompok informan pemberi pelayanan yang terdiri dari wakil kepala Instalasi
Rindu A, kepala ruangan, kepala Instalasi Farmasi, wakil kepala Instalasi Rekam
peneliti mengarahkan fokus penelitian pada persepsi pasien pulang atas permintaan
sendiri (PAPS) tentang kualitas pelayanan dan harga di Rindu A RSUP H Adam
Malik Medan.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara
pasien dan melalui observasi. Tujuan wawancara mendalam adalah untuk menggali
Informasi yang dikumpulkan meliputi persepsi pasien tentang kualitas pelayanan dan
Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan data dan dokumentasi lainnya
yang didapat dari tata usaha instalasi Rindu A, Instalasi Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) dan Bagian Data dan Informasi serta dari profil RSUP HAM Medan.
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrumen
utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu pedoman
wawancara agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian dan dengan
yang diharapkan oleh masyarakat/pengguna jasa rumah sakit yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan kesehatan. Berikut 5 variabel dari kualitas
1) Kualitas pelayanan dokter adalah hasil penilaian pasien tentang kualitas yang
berikut:
a) Kebersihan
c) Kenyamanan
d) Keamanan
2. Harga/ Biaya pelayanan adalah penilaian pasien tentang biaya yang harus
Indikator :
3. Kepuasan pasien adalah tingkat keadaan yang dirasakan pasien yang merupakan
pasien.
4. Keputusan pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) yaitu pasien pulang atas
kemauan sendiri dan belum mendapat persetujuan dari dokter yang merawatnya.
Setelah didapat informasi dari para informan maka dilakukan analisis isi
2010), yaitu:
berbagai metode dan sumber perolehan data. Selain melalui wawancara dan
atau data dengan cara yang berbeda. Sebagaimana dikenal dalam penelitian
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM Medan)
adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat yang secara teknis berada di
berlokasi di Jl. Bunga Lau No.17 Medan Tuntungan. RSUP HAM Medan merupakan
pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara dan bagian
Tengah yang meliputi Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau dan
Pada tanggal 11 Juli 1990 RSUP HAM Medan ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Kelas A sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
HAM Medan digunakan pula oleh Akademi Keperawatan dan Akademi Kesehatan
dimulai dengan pelayanan Rawat Jalan, sedangkan pelayanan Rawat Inap baru
dimulai pada bulan Mei 1992 dengan kapasitas 150 tempat tidur. Kemudian pada
tahun 2005 tempat tidur menjadi 450 unit, tahun 2011 bertambah menjadi 650 unit
Juni 2007, RSUP HAM Medan ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum yang
Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H.Adam Malik Medan yang
Layanan Umum, ditetapkan Visi RSUP HAM Medan yaitu: “Menjadi Pusat Rujukan
Sumatera Tahun 2015”. Adapun yang menjadi Misi RSUP HAM Medan adalah
sebagai berikut:
mandiri.
a. Pelayanan medis
e. Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan
h. Pelayanan rujukan
Pelayanan di RSUP HAM didukung oleh sumber daya manusia yang ada di
lingkungan RSUP HAM Medan berjumlah 1860 orang yang terdiri dari 1.474 orang
PNS dan 386 non PNS seperti pada Tabel 4.1 berikut ini:
Instalasi Rindu A terdiri dari 3 (tiga) lantai dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 314 unit yang tersebar di 6 (enam) ruangan yaitu ruang RA1 (Penyakit
Dalam wanita), RA2 (Penyakit Dalam pria), RA3 (Paru), RA4 (Neurologi), RA4
(Bedah Syaraf), RA5 (Mata, THT, Gigi dan mulut serta Kulit) dan VIP. Untuk lebih
Tabel 4.2 Jumlah Tempat Tidur Rindu A RSUP HAM Medan Tahun 2012
selama bulan Januari sampai dengan April 2013 dapat dilihat dari angka pemanfaatan
yaitu 60-85%, lama hari rawat (LOS) berkisar 5-7 hari masih sesuai standar (6-9
hari), frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) selama empat bulan 16 kali sesuai
standar 40-50 dalam satu tahun, rata-rata hari dimana tempat tidur tidak terisi (TOI)
1-3 hari sesuai standar (1-3 hari). Nilai NDR berkisar 16,13% - 22,17% masih sesuai
standar (< 25%o), namun nilai GDR 50.07% - 64,32% masih cukup tinggi , tidak
sesuai nilai standar (< 45%o). Hasil evaluasi kinerja Instalasi Rindu A RSUP HAM
Medan bulan Januari sampai dengan April 2013 seperti pada tabel berikut ini:
Keadaan pasien di Rindu A selama bulan Januari sampai dengan April 2013
Tabel 4.4 Gambaran Pasien di Rindu A Bulan Januari - April Tahun 2013
pasien yang pulang atas izin dokter rata-rata 822 orang (77,23%), rata-rata pasien
PAPS masih cukup tinggi setiap bulannya yaitu 129 orang (12,15%), dan rata-rata
Sakit (SIRS) RSUP HAM Medan, selama bulan Januari sampai dengan April 2013
dijumpai kasus PAPS sebanyak 517 pasien dengan berbagai alasan antara lain: tidak
ada biaya sebanyak 84 orang (16,25%), ingin pindah rumah sakit sebanyak 102 orang
(19,73%), ingin berobat jalan 91 orang (17,60%) dan ingin dirawat di rumah sebanyak
240 orang (46,42%). Berikut data pasien PAPS di Rindu A dengan alasannya pada
Informan pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dalam penelitian ini
berjumlah 9 orang yang mana identitas informan pasien PAPS meliputi, jenis
Informan pasien PAPS terdiri dari 5 orang perempuan dan 4 orang laki-laki
yang berusia antara 40-49 tahun sebanyak 2 orang, yang berusia antara 50-59 tahun
ada 2 orang, yang berusia 60-69 tahun ada 2 orang dan yang berusia lebih dari 70
tahun ada 3 orang. Tingkat pendidikan para informan pasien PAPS adalah sebagai
lulusan SLTP, dan 2 orang lulusan SD. Pekerjaan para informan pasien PAPS terdiri
dari 2 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 orang wiraswasta, 1 orang petani, 1 orang
tidak bekerja dan 4 orang ibu rumah tangga. Untuk status bayar 4 orang merupakan
(Emphaty).
Spesialistik. Dalam penelitian ini pelayanan dokter mencakup pelayanan rutin yang
dilakukan dokter spesialis dalam menangani pasien rawat inap, sehingga pertanyaan
menyatakan kunjungan dilakukan rutin setiap hari umumnya dilakukan pada pagi
hari, 2 orang informan lainnya mengatakan dokter spesialis jarang masuk, tetapi lebih
sering dilakukan oleh dokter yang sedang menjalani pendidikan (PPDS) dan waktu
sedangkan 1 orang informan lagi mengatakan selama 5 hari dirawat, baru 3 kali
dilihat dokter.
V-1 :”dokter datang sering pagi hari, tapi sekali-kali ada juga siang
hari…pernah juga tidak datang tapi ada pengantinya…..pelayanannya
bagus”
I-1 :”dokter masuk setiap hari….ya biasa pagi tapi pernah juga siang”
II-1 :”dokter spesialis ada datang tapi waktunya tidak tentu…kadang pagi ,
kadang siang..pernah tidak datang…tapi kalau PPDS memang setiap
hari ”
II-2 :”dokternya jarang masuk….selama lima hari dirawat cuma tiga kali
saya dilihat dokter”
informan mengatakan kurang mengerti tentang kondisi penyakitnya serta kurang puas
terhadap penjelasan dokter. Begitu juga dengan kesigapan dokter, menurut 6 orang
informan dokter cukup sigap dalam menangani pasien sedangkan 3 orang informan
II-2 :”sudah lima hari dirawat belum ada dilakukan apa-apa…. hanya
dikasih obat paracetamol dan vitamin c…katanya kurang trombosit
tapi tidak ada tindakan cuma diperiksa saja……… kurang puaslah”
III-2 “kata dokter sakit ginjal….. harus dilakukan cuci darah….tapi kami
belum ada biaya…...ya cepat ditangani dokter”
I-1 :”aku yakin dengan pengobatan yang diberikan dokter….. ini aku rasa
sudah sembuh”
II-1 :”dibilang yakin …ya yakin tapi sampai saat ini belum ada perubahan”
dengan pasien, 2 orang informan mengatakan kurang karena dokter tidak perhatian
terhadap masalah pasien dan merasa kurang dapat berkomunikasi dengan dokter dan
1 orang informan berpendapat perhatian dokter baik tapi komunikasi agak sulit
tergantung pada situasi dan kondisi RSUP HAM Medan. Hasil wawancara dengan
berpendapat perawat cukup rapi dan bersih juga mempunyai sikap yang ramah.
perawat sering datang untuk mengukur tekanan darah dan suhu, sedangkan menurut 4
orang informan lainnya mengatakan jarang dilakukan perawat tetapi lebih sering
dilakukan oleh siswa yang sedang belajar. Mengenai jadwal pemberian obat yang
dilakukan oleh perawat menurut informan di ruang perawatan VIP dan kelas I
umumnya tepat waktu, sedangkan menurut informan dari ruang perawatan kelas II
V-1 :”perawat rutin mengukur suhu dan tekanan darah…satu hari bisa
sampai dua kali mereka masuk…pemberian obat umumnya tepat
waktu..tapi kadang terlambat juga….sekali-sekali lah”
III-3 :”ada sekali-kali perawat yang mengukur tensi darah ….tapi lebih
sering siswa yang sedang belajar yang masuk mengukur tensi dan
suhu….kalau malam obat suntik sering telat mereka kasih”
yakin dengan ketrampilan perawat pada saat melakukan tindakan keperawatan sepert
pasien.
di RSUP HAM Medan berupaya menciptakan suasana administrasi yang lancar dan
informan menyatakan pelayanan yang diberikan secara adil dan merata tanpa
bahwa pelayanan yang mereka terima berbeda dengan pasien lainya yang mungkin
III-1 :”saya lihat pelayanan sama untuk semua pasien, tidak ada perbedaan
apakah pasien bayar sendiri atau pakai jamkesmas sama saja
pelayanannya”
III-3 :”mungkin beda juga pelayanan yang diberikan, apalagi kami pakai
jamkesmas……jadi kurang diperhatikan”
baik dan tidak ada masalah, dimana mereka dilayani dengan baik dan waktu
pelayanan tidak terlalu lama. Berbeda dengan 4 informan lainnya yang mengeluhkan
rawat inap, hak dan kewajiban pasien 7 orang informan menyatakan cukup jelas
tersebut.
informan pasien PAPS yang masuk melalui rawat jalan berpendapat kurang
oleh pihak ketiga dengan cara kontrak kerja. Berdasarkan informasi dari pengawas
berjumlah 21 orang dimana pengaturan kerjanya dibagi dalam 2 shift (pagi dan sore).
perawatan menurut sebagian besar informan (6 orang) sudah cukup bersih, nyaman
dan sirkulasi udara yang memadai, sedangkan menurut informan lainnya (3 orang)
penerangan dan sirkulasi udara di ruangan perawatan cukup baik namun mengenai
kebersihan dan kenyamanan kurang karena banyak keluarga pasien yang berkunjung.
I-1 :”ruang rawat inap bersih….setiap hari dibersihkan CS pagi dan sore
hari…..ventilasi dan sirkulasi udara juga baik”
I-1 :”ruangan rawat inap aman….petugas satpam jaga dua puluh empat
jam”
II-1 :”ruangan ini aman, ada petugas satpam yang jaga....kalau malam dua
orang yang jaga”
Harga dalam penelitian ini mencakup tarif pelayanan yang meliputi tarif
dokter, tarif rawat inap, tarif pemeriksaan penunjang medis dan harga obat-obatan
Tarif dokter menurut informan pasien PAPS dengan status bayar umum di
VIP masih lebih murah dibandingkan RS swasta dan sesuai dengan pelayanan yang
diterima, sedangkan menurut informan di kelas I dan II tarif dokter sedang tidak
mahal dan tidak murah sesuai dengan pelayanan yang diterima, menurut informan di
kelas III berpendapat tarif dokter sedang, tapi tidak sesuai karena dokter jarang visite.
dokter:
I-1 :”Tarif dokter tidak mahal dan tidak murah…biasa aja sesuai dengan
pelayanannya”
Menurut informan pasien PAPS dengan status bayar umum di ruangan VIP,
kelas I, kelas II dan kelas III berpendapat bahwa tarif ruang perawatan sedang dan
sebagian informan (2 orang) mengatakan tidak sesuai dan sebagian lagi (2 orang)
sudah sesuai.
Berikut pernyataan dari beberapa informan pasien PAPS mengenai tarif rawat
inap:
I-1 : ”tarif rawat inap sebenarnya tidak mahal hanya saja tidak sesuai
dengan fasilitasnya……AC nya tidak dingin.”
Para informan pasien PAPS di VIP dan kelas I menilai tarif pemeriksaan tidak
tergolong mahal dan sesuai dengan manfaat yang diharapkan, sedangkan informan di
informan di kelas III menyatakan tarifmya mahal dan tidak tau manfaatnya karena
Informan pasien PAPS di VIP dan kelas I berpendapat bahwa harga obat di
RSU HAM relatif murah dibandingkan dengan harga obat di Apotik luar. Menurut
informan kelas II harga obat mahal, kebanyakan obat suntik dan belum nampak
berkurang penyakit pasiennya. Pendapat informan kelas III, harga obat lumayan
obat:
I-1 :”Harga obatnya sedang, tidak mahal dan tidak murah, dan sudah
nampak berkurang penyakitnya”
II-2 :”banyak obat suntik harganya mahal tapi ya itu kalau sembuh tidak
masalah…tapi ini sudah mahal penyakitnya tidak berkurang juga”
informasi alasan PAPS antara lain: masalah biaya sebanyak 2 orang, menolak untuk
dilakukan tindakan 1 orang, merasa sudah sembuh dan mau berobat jalan sebanyak 2
orang, ingin dirawat di rumah 2 orang. dan kurang puas dengan pelayanan 2 orang.
pasien/keluarga PAPS:
V-1 :”sudah lama dirawat tapi tidak ada perubahan …sudah dijelaskan
resiko nya tapi kami sudah pasrah ….pasiennya kami bawa pulang
saja…nanti dirawat di rumah”
I-1 :”sakit kali kurasa diinfus….aku merasa sudah sembuh…gini aja nanti
kalau penyakitku datang aku kemari lagi”
I-2 :”saya tidak mau dioperasi…nanti makan obat aja…kalau perlu saya
berobat jalan”
II-1 :”Saya mau merawat sendiri apapun yang terjadi namanya orang tua
biar kami urus….kan orang tua butuh kita lihat….kalau menurut saya
penyakitnya tidak terlalu parah tapi kalau dokter bilang …yah tidak
tau juga …takutnya dia tambah stress makin lama disini…tambah drop
dia ..kasihaan kan ,,,biarlah kami sebagai anak yang merawatnya
…kalau perlu nanti kami panggil saja perawat”
II-2 :”kurang puas dengan pelayanan dokter … ya kecewa lah masa sudah
lima hari dirawat belum ada tindakan apa-apa….cuma dikasih
parasetamol dan vitamin c”
III-3 :”….mau dirawat di rumah …..sudah berapa hari dirawat tidak jelas
apa penyakitnya….lihat nantilah bagaimana apa mau berobat kampung
saja…lama-lama disini makin besar biaya….biaya sudah habis untuk
yang jaga”
PEMBAHASAN
Secara umum kinerja pelayanan Instalasi Rindu A cukup baik, dimana rata-
rata pencapaian indikator pelayanan sudah sesuai standar yang ditetapkan. Angka
pemanfaatan tempat tidur (BOR) yang tinggi menunjukkan bahwa pelayanan rumah
sakit sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan.
Dengan BOR yang tinggi pekerjaan di rumah sakit akan semakin meningkat pula
sehingga memerlukan tenaga yang lebih banyak, terutama perawat karena perawat
merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan pasien. Jika dilihat dari
jumlah tempat tidur sebanyak 314 unit dibandingkan dengan jumlah perawat 168
orang, ternyata RSUP HAM Medan masih kekurangan tenaga sesuai dengan
Rumah Sakit yang menetapkan bahwa untuk rumah sakit Kelas A perbandingan
tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga
keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit. Kekurangan tenaga perawat ini
permasalahan dengan pihak rumah sakit yang berupa ketidakpuasan yang dirasakan
berkualitas, sekalipun pasien tersebut adalah pasien dengan kelas perawatan yang
pasien, selain kemampuan (skill) dari para petugas juga harus diimbangi juga dengan
untuk penambahan tenaga perawat agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan
harapan pasien.
Pada Tabel 4.4 terlihat rata-rata jumlah pasien yang dirawat sebanyak 1600
dengan rata-rata jumlah pasien keluar ada 921 orang dengan persentase pasien yang
pulang atas izin dokter ada 73,70% sedangkan sisanya (26,30%) merupakan pasien
yang PAPS ditambah pasien yang meninggal. Berdasarkan perhitungan dari Tabel 4.4
kasus pasien PAPS dari bulan Januari sampai dengan April 2013 berkisar antara
Pada Tabel 4.5 terdapat beberapa alasan pasien PAPS antara lain alasan biaya,
pindah rumah sakit, berobat jalan dan ingin dirawat di rumah. Berdasarkan hasil
rekapitulasi, umumnya kasus PAPS yang terjadi pada pasien VIP adalah karena ingin
dirawat di rumah, kasus PAPS pada pasien kelas I sebagian besar karena ingin pindah
rumah sakit dan kasus PAPS pada pasien kelas II sebagian besar ingin berobat jalan
dan kelas III karena ingin dirawat di rumah. Adapun alasan biaya sebagian besar
baik bagi pasien, keluarganya maupun pihak rumah sakit karena pulang sebelum
mendapat izin dari dokter yang merawatnya berarti pasien belum sembuh dan
penyakitnya bisa menjadi kronis, sedangkan bagi rumah sakit dapat menurunkan
citranya di masyarakat.
yang berkualitas pada dasarnya adalah pelayanan yang dapat memuaskan para
pengguna jasa pelayanan dalam hal ini adalah pasien. Pasien yang datang ke rumah
sakit tentunya berharap dapat menerima pelayanan yang dapat mengatasi masalah
penyakitnya. Sebagaimana yang sering diberitakan di media massa dewasa ini tentang
keluhan pasien maupun keluarga pasien ternyata umumnya bukan saja masalah faktor
biaya tapi lebih terfokus pada faktor pelayanan. Faktor pelayanan yang tidak
PAPS.
berguna untuk penyedia pelayanan jasa kesehatan karena akan meningkatkan peluang
dalam membuat keputusan peningkatan mutu menjadi lebih baik. Apabila telah
kebutuhan dan harapan pasien bisa ditentukan dan dipenuhi, yang pada akhirnya
1. Pelayanan Dokter
pasiennya dapat dilihat dari bagaimana dokter itu memulai kerjasama dengan pasien.
yang terdapat pada pasiennya selain sebagai orang yang berkompeten dalam
pasien maka pasien akan merasa puas terhadap kemampuan dokternya karena
harapan pasien dapat terpenuhi. Kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter dapat
dilihat dari penilaian penampilan, sikap ramah dan perhatian, adanya kemampuan
medis yang terampil disaat berhadapan dengan pasien dan adanya kejelasan informasi
kunjungan dokter.
mendapatkan perawatan di VIP dan kelas I. Hal ini terlihat dari hampir tidak adanya
keluhan pasien VIP dan kelas I terhadap pelayanan dokter, tetapi untuk pasien kelas
II dan kelas III masih terdapat keluhan tentang pelayanan dokter dengan berbagai
alasan. Umumnya keluhan dari pasien tentang pelayanan dokter adalah jadwal
pasien, kurangnya penjelasan dari dokter tentang penyakit pasien dan komunikasi
Jadwal kunjungan yang tidak teratur disebabkan karena dokter spesialis yang
ada di RSUP HAM Medan sebagian besar merupakan tenaga pendidik di Fakultas
Kedokteran USU Medan, selain itu juga bekerja di rumah sakit swasta. Idealnya
seorang dokter yang bertugas di rumah sakit tidak bekerja rangkap di rumah sakit
lain, sehingga konsentrasi dalam pekerjaannya terfokus pada rumah sakit dimana dia
bekerja, namun hal ini tidak mudah dilaksanakan mengingat rumah sakit pemerintah
tidak dapat memberikan imbalan jasa sesuai dengan yang diberikan oleh rumah sakit
mempunyai dokter penangung jawab pasien (DPJP) yaitu dokter spesialis yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien mulai masuk
sampai pasien dipulangkan. Namun untuk kelas perawatan II dan III visite dokter
dokternya berganti-ganti, berbeda dengan pasien di kelas I dan VIP yang memang
yang dihadapi pasien dapat disebabkan banyaknya jumlah pasien yang harus
diperiksa dokter yang menyebabkan dokter harus bekerja dengan cepat sehingga
tergesa-gesa umumnya karena mau melakukan tindakan misalnya operasi pada pasien
lain, atau akan menguji peserta didik (PPDS dan Coass). Demikian juga dengan
ketidakhadiran dokter spesialis dapat disebabkan karena adanya kegiatan lain diluar
kegiatan di rumah sakit misalnya menghadiri workshop, seminar dan lain-lain karena
dokter juga mempunyai kewajiban untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
Namun pendelegasian itu harus dilakukan pada dokter lain yang memiliki kualifikasi
Keadaan ini sesuai yang disampaikan oleh Aditama (2002) bahwa keluhan
pasien yang timbul atas pelayanan seorang dokter di rumah sakit yaitu tidak diberi
cukup waktu oleh dokter, tidak ada penjelasan tentang informasi penyakit, waktu
tunggu datangnya dokter yang lama dan tidak ada kerjasama antar dokter yang
dewasa ini tidak mempersoalkan latar belakang status sosial dokter, namun mereka
lebih menginginkan adanya kecepatan pelayanan, sikap ramah dan komunikasi yang
bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang
cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih
lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan
dokter, sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan
dokter saja. Sementara tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari
pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan
saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan,
saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga
dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan
yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Bila dokter dapat membangun
hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, maka dokter dapat mengetahui
dengan baik kondisi pasien sehingga pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.
Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien
merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk
Sesuai dengan teori Parasuraman, dkk yang dikutip Tjiptono (2004) yang
selama dan sesudah mendapatkan pelayanan tersebut. Mutu pelayanan dinilai apakah
memenuhi harapan pelanggan atau tidak. Apabila harapan terpenuhi, mutu pelayanan
perawatan penyakit yang dideritanya, akan merasa puas apabila pelayanan dokter
sesuai dengan yang diharapkan pasien seperti sikap yang ramah, pemeriksaan yang
teliti dan dilakukan secara teratur, perhatian atas masalah yang dihadapai pasien dan
kesigapan dalam penangan penyakit pasien serta komunikasi yang baik. Dengan
perkataan lain semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan maka akan semakin
2. Pelayanan Keperawatan
oleh pelayanan dokter, juga sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan. Baik
buruknya pelayanan rumah sakit sering dihubungkan dengan baik tidaknya asuhan
terbanyak di rumah sakit, dengan demikian perawat merupakan ujung tombak rumah
sakit dalam hal pelayanan. Dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai perawat,
dengan baik agar tercipta suasana aman dan nyaman bagi pasien sehingga pasien
akan dapat beristirahat dengan baik dalam perawatannya dan hal ini akan
kesigapan dan terampil bekerja disaat menangani pasien serta perhatian perawat
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan di RSUP HAM Medan dimana masih ada
pasien PAPS dari kelas perawatan II dan III adalah sering terlambatnya pemberian
obat oleh perawat, kurang sigapnya perawat dalam membantu pasien dan kurangnya
terbatas dan beban kerja yang tinggi. Dengan banyaknya pasien yang harus dilayani
dan tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang ada, menyebabkan perawat kurang sigap
terhadap kebutuhan pasien. Disamping itu perawat mempunyai tugas rangkap selain
melayani pasien yang merupakan tugas utama, perawat juga bertugas sebagai tata
obat sering terlambat dan umumnya ini terjadi di ruang perawatan kelas II dan Kelas
III. Ruang perawatan VIP dan kelas I tidak mengeluhkan pelayanan keperawatan
karena jumlah tempat tidur yang lebih sedikit dibandingkan kelas II dan kelas III,
Keadaan ini sesuai apa yang disampaikan Aditama (2002) yang menyatakan
bahwa kekurangpuasan dan beban kerja perawat yang tinggi terhadap pekerjaan akan
keluhan pasien /pelanggan seperti perawat kurang ramah dan kurang sabar.
rumah sakit yang dibuat dengan melibatkan semua unsur pelaksana dan diterapkan
secara prosedural dapat mengurangi atau meminimalkan keluhan atau masalah yang
timbul baik dari pihak petugas maupun pasien. Selain itu perlu ditinjau kembali
3. Pelayanan Administrasi
kepastian tata cara administrasi dan yang utama adalah kecepatan prosedur pelayanan
Dari hasil penelitian pada informan pasien PAPS yang masuk dari rawat jalan
mengeluhkan sikap petugas yang kurang ramah dan waktu tunggu di bagian
pendaftaran lama karena banyak pasien yang mendaftar. Berbeda dengan informan
pasien PAPS yang masuk melalui IGD, berpendapat pelayanan administrasi cukup
baik karena pasien langsung dapat ditangani petugas. Selain itu informan pasien
PAPS yang memakai fasilitas Askes juga mengeluhkan prosedur administrasi yang
dasarnya tidak ada perbedaan antara pasien Umum, Askes maupun Jamkesmas.
Perbedaan hanya terletak pada fasilitas ruangan yang mana untuk pasien Askes
disesuaikan dengan golongan kepangkatannya dan apabila pasien ingin dirawat pada
kelas yang lebih tinggi, maka pasien dikenakan iur biaya tambahan. Sedangkan
pasien Jamkesmas dirawat di kelas III sesuai peraturan yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
pendaftaran rawat jalan cukup banyak. Informasi yang didapat dari petugas rekam
medik rata-rata kunjungan pasien rawat jalan berkisar 800 sampai dengan 1000 orang
setiap harinya. Dengan jumlah petugas yang melayani pendaftaran pasien lebih
kepala ruangan bahwa untuk setiap pemeriksaan penunjang medis pada pasien Askes
terlebih dahulu harus diverifikasi oleh pihak Askes yang ada di RSUP HAM Medan,
kecuali untuk kasus-kasus yang darurat (emergency) dan yang mengurus administrasi
Askes dilakukan di ruang pendaftaran bersamaan dengan pasien yang mau mendaftar
Hasl penelitian ini sesuai dengan pendapat Wolper (1987), yang menyatakan
bahwa kesan pertama terhadap pelayanan rawat inap terbentuk sewaktu pasien
menetap dalam diri pasien dan sikap mereka terhadap lembaga, staf dan pelayanan
membuat pasien mau memanfaatkan fasilitas pelayanan di rumah sakit. Untuk itu
rumah sakit dituntut bersih dalam segala hal, termasuk harus bersih dalam ruangan
pemeriksan, ruang tindakan dan lingkungannya. Selain itu rumah sakit harus mampu
memberi contoh tentang pola hidup sehat karena rumah sakit sebagai salah satu
kesehatan masyarakat.
perawatan kelas II dan III yang merasa kurang nyaman dan kurang kebersihannya,
namun mereka memaklumi karena banyaknya anggota keluarga yang menjaga pasien.
RSUP HAM Medan. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Thenie (2002)
yang menyatakan masalah kebersihan merupakan hal yang banyak dikeluhkan oleh
di ruang perawatan kelas II dan kelas III karena penempatan tempat tidur yang tidak
sesuai pada beberapa ruangan. Kelas II standarnya 1 ruangan berisi 4 tempat tidur
tetapi saat ini berisi 6 tempat tidur begitu juga dengan kelas III berisi 8 tempat tidur
padahal standar ruangan kelas III seharusnya berisi 6 tempat tidur. Hal ini disebabkan
adanya penambahan tempat tidur karena pasien yang dirawat terus bertambah setiap
Masalah kebersihan di rumah sakit dapat diatasi bila rumah sakit mampu
pasien yang menginap di selasar rumah sakit. Partisipasi dari para petugas rumah
sakit dan keluarga pasien dalam mengatasi masalah kesehatan akan sangat membantu
terciptanya rumah sakit yang bersih, karena masalah kebersihan bukan hanya
Tarif pelayanan pasien umum di RSUP HAM Medan untuk VIP, kelas I dan
bersama antara PT Askes (Persero) cabang utama Medan dengan RSUP HAM Medan
No 38/PKS/0511 yang berlaku sejak 1 Juni 2011. Tarif pelayanan pasien Jamkesmas
mengacu pada paket INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups) yang ditetapkan
Persepsi para informan pasien PAPS tentang tarif yang ditetapkan oleh RSUP
HAM Medan sangat bervariasi, umumnya informan pasien PAPS VIP dan kelas I
tidak terlalu mempermasalahkan tarif, sedangkan informan pasien PAPS kelas II dan
kelas III ada beberapa permasalahannya. Masalah lebih banyak ditujukan kepada
besaran tarif pemeriksaan penunjang medis dan harga obat yang membebani pasien
Tarif honor dokter di RSUP HAM Medan berbeda menurut kelas perawatan,
dimana untuk ruang perawatan di VIP tarif dokter Rp 75.000,-, kelas I sebesar Rp
mempermasalahkan besaran tarif dokter dan merasa sesuai dengan pelayanan yang
diberikan.
Menurut wakil kepala Instalasi Rindu A selama ini belum ada pasien yang
komplain dengan tarif honor dokter, karena mereka hanya membayar sesuai dengan
Tarif rawat inap di RSUP HAM Medan untuk ruang VIP sebesar Rp 325.000,-
, kelas I sebesar Rp 250.000,-, kelas II sebesar Rp 160.000,- dan kelas III sebesar Rp
45.000,-. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan pasien PAPS baik dari
ruangan VIP, kelas I, II dan III menyatakan tarif rawat inap adalah sedang dan masih
wajar, karena umumnya mereka dapat mengukur kemampuan bayar mereka sesuai
dengan kelas yang dipilih. Mengenai kesesuaian antara biaya yang mereka keluarkan
dengan akomodasi yang mereka terima 2 orang informan menyatakan tidak sesuai.
Pendapat informan ini dibenarkan oleh wakil kepala Instalasi Rindu A, bahwa
untuk pasien dengan status bayar umum sebelum masuk ruangan terlebih dahulu
ditawarkan kelas perawatan beserta tarif rawat inapnya kemudian pasien akan
memilih sesuai dengan kemampuan bayar mereka. Kalau dilihat dari data tarif rawat
inap di RSUP HAM Medan lebih murah jika dibandingkan dengan rumah sakit
swasta, namun mengenai kesesuaian tarif dengan fasilitas ruangan menurut kepala
ruangan yang rusak dan saat ini sedang dalam proses pengadaan.
penelitian umumnya informan dari ruang perawatan VIP, kelas I dan II tidak
mengeluhkan besaran tarifnya. Tetapi bagi Informan dari ruang perawatan III
memberatkan mereka.
dengan kondisi penyakit pasien. Umumnya pasien yang dirawat di RSUP HAM
Medan adalah pasien-pasien yang dirujuk dari rumah sakit daerah yang mana datang
pemeriksaan. Menurut peneliti hal ini akan menyebabkan biaya yang dibebankan
penunjang ini akan lebih dapat menegakkan diagnosa secara tepat. Namun yang
kepentingan pemeriksaan tersebut juga biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,
dengan demikian pasien atau keluargnya akan merasa dilibatkan dalam rencana
pemeriksaan tersebut. Hal ini penting karena belum tentu semua pasien akan
menyetujui atau mampu dan mau diperiksa. Pasien atau keluarga yang tidak mengerti
tentang kegunaan pemeriksaan penunjang akan merasa sangat terbebani oleh biaya
terjadinya kasus PAPS bila biaya hanya untuk pemeriksaan penunjang saja sangat
membebani mereka.
4. Harga obat
Harga obat untuk pasien dengan status bayar umum di RSUP HAM Medan
ditentukan oleh Instalasi Farmasi. Harganya relatif tergantung jenis dan pabrik yang
memproduksinya. Menurut kepala Instalasi Farmasi harga jual obat di apotik rumah
sakit lebih murah dibandingkan apotik luar karena ada beberapa jenis obat yang
VIP dan kelas I berpendapat harga obat di apotik rumah sakit relatif lebih murah
dibandingkan apotik diluar, sedangkan informan dari ruang kelas II dan III
menyatakan mahal dan umumnya mereka tidak hanya sekali membeli obat selama
dalam perawatan. Menurut kepala ruangan hal ini terjadi karena kadang-kadang
mereka mendapat resep untuk mengganti obat dari dokter pemeriksa yang berbeda,
disamping itu kebanyakan obat yang diresepkan adalah obat suntik yang adakalanya
dengan dosis yang dianjurkan dan sebaiknya diberikan per oral selama pasien masih
memungkinkan untuk makan dan minum, kecuali bila obat yang akan diberikan tidak
ada sediaanya dalam bentuk per oral. Obat suntik lebih mahal dibandingkan obat oral
dan pemberian obat secara suntikan selain tidak nyaman karena pasien terpaksa
oral, namun ini juga tentunya merupakan pertimbangan dari dokter yang merawat
dapat menimbulkan efek terjadinya resistensi apabila obat yang diganti tersebut
adalah golongan antibiotika. Hal ini umumnya terjadi bila dokter yang merawat
terjadinya pergantian obat dan akhirnya pasien yang dirugikan. Menurut pendapat
peneliti akan lebih efisien bila satu kasus pasien sejak awal diperiksa oleh satu dokter
tertentu dan diusahakan untuk menanganinya sampai tuntas untuk ini perlu ditetapkan
Rumah sakit dalam upaya mengantisipasi hal tersebut telah membuat suatu
aturan yaitu berupa Standar Prosedur Operasional (SPO), Bila dokter pelaksana
semuanya mengacu kepada SPO tersebut hal ini seharusnya tidak perlu terjadi.
Disamping itu untuk mengurangi kesalahan dalam terapi awal yang menyebabkan
pergantian obat, sebaiknya sebelum diagnosa ditegakkan dengan pasti pasien cukup
diberi obat secara simptomatis untuk mengurangi keluhannya, baru setelah diagnosa
kebijakan berupa prosedur pengembalian obat/alat yang sudah dibeli oleh pasien tapi
tidak jadi digunakan dapat diganti dengan obat/alat baru yang akan digunakan pasien.
Namun informasi ini rupanya belum tersosialisasi secara menyeluruh, ini terbukti dari
adanyas sebagian pasien yang mengeluh tidak terpakainya obat yang sudah mereka
beli. Informasi tentang kebijakan ini perlu disebarluaskan (sosialisasi) agar diketahui
ruang rawat inap, sehingga tidak akan ada obat/alat yang tidak dipakai pasien.
pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih lengkap dan hari rawatan yang lama dapat
menjadi tidak mampu untuk melanjutkan perawatan di rumah sakit. Namun dalam
penelitian ini faktor biaya juga dapat merupakan alasan PAPS pada pasien yang
menggunakan jamkesmas ternyata karena sudah tidak ada lagi biaya untuk
Selain itu Faktor keluarga juga dapat menyebabkan terjadinya kasus PAPS
sehingga keluarga merasa tidak adanya harapan lagi untuk kesembuhan akhirnya
diterimanya dapat memicu terjadinya kasus PAPS terutama bila mereka tidak
Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti.
Penelitian ini sangat bergantung pada interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat
dalam wawancara sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Selain itu
penelitian ini juga hanya meneliti persepsi pasien terhadap faktor internal di rumah
sakit. Mungkin ada faktor-faktor lain (eksternal) yang mempengaruhi pasien PAPS
seperti lokasi strategis, kepuasan hidup dan lain-lain. Untuk peneliti selanjutnya dapat
mengunakan uji statistik sehingga dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
6.1 Kesimpulan
terhadap pelayanan dan harga serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus
1. Jumlah kasus pasien PAPS di Rindu A RSUP HAM Medan masih tinggi dan
perawatan dimana informan pasien yang dirawat di VIP dan kelas 1 berpendapat
informan pasien di kelas II dan kelas III yang umumnya berpendapat kurang
memuaskan. Adapun yang dikeluhkan informan pasien PAPS dari kelas II dan
a. Pelayanan dokter antara lain jadwal kunjungan yang tidak teratur, kurang
pasien.
jalan kurang memuaskan karena sikap petugas yang kurang ramah dan waktu
kurang nyaman karena terlalu banyak pengunjung dan keluarga pasien yang
menunggu.
mempermasalahkan tarif dokter dan tarif rawat inap tetapi yang menjadi masalah
adalah tarif pemeriksaan penunjang medis dan harga obat. Tarif pemeriksaan
pasien, sedangkan harga obat dinyatakan mahal karena pada umumnya yang
adalah karena faktor biaya, pindah rumah sakit, berobat jalan dan ingin dirawat di
rumah. Berdasarkan hasil penelitian penyebab PAPS pada pasien VIP dan kelas I
kinerja dokter, perawat dan petugas non medis lainnya sehingga tidak terdapat
dan evaluasi pelayanan dokter oleh Bidang Pelayanan Medis dan melakukan
seluruh karyawan baik dokter, perawat, maupun tenaga non medis lainnya
pelayanan.
2. Kepada Instalasi Rindu A agar membatasi jumlah anggota keluarga yang menjaga
Ayunda, Venty Rahma, 2009. Gambaran Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap
Pelayanan Dokter RSU Tugu Ibu Depok, Jakarta: FKM UI.
Azwar, Azrul, 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan Baru.
______, 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi II, Jakarta: PT Bina Rupa
Aksara.
Depkes RI, 1998. Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
(Konsep Dasar dan Prinsip), Jakarta: Direkur Jendral Pelayanan Medik.
Irawan, Handi. 2003. 10 prinsip Kepuasan Pelanggan: Paradigma Baru Merebut Hati
Pelanggan Untuk emenangkan Persaingan. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Iskandar, Dalmy, 1998. Hukum Rumah Sakit dan Tenaga Kesehatan, Jakarta: Sinar
Grafika.
Kotler, Philip dan Amstrong, 2001. Dasar-Dasar Pemasaran Edisi IX, Jakarta: PT.
Indeks.
Kuncahyo, Hanung, 1998. Hubungan Antara Karakteristik Pasien Rawat Inap dengan
Keputusan Pulang Paksa di RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul,
Semarang: Thesis PPS-UNDIP.
Lamb, Charles W.,Hair, Joseph F., dan Mc Daniel . 2001. Pemasaran Buku I, Jakarta:
Salemba Empat.
Menap, 2007. Analisis Alasan Pasien Pulang Paksa (Discard Against Medical
Advice) Di RSUD Praya Lombok Tengah, Jogjakarta: Thesis PPS-UGM.
Patria Jati, Sutopo, 2009. Beberapa Konsep Dasar tentang Manajemen Rumah Sakit.
RSUP H Adam Malik Medan, 2012. Profil RSUP HAM Medan tahun 2011.
Setiadi N. J, 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta : Prenada Media.
Thenie, Herry, (2002). Persepsi Pasien Pulang Paksa Terhadap Pelayanan Rumah
Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, Jakarta: Thesis PPS-FKM
UI.
Undang-Undang, No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Jakarta: Biro Hukum
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Waldo, Dwight. 1955. Ideas and Issue in Public Administration, New York: McGraw
Hill Book Company.
http://heryant.web.ugm.ac.id/artikel2.php?id=30/indikator-indikator-pelayanan
diakses tanggal 16 Desember 2012.
http://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/definisi-tugas-dan-fungsi-rumah-
sakit-menurut-who, diakses tanggal 16 Desember 2012.
http://www.psychologymania.com/2012/10/instalasi-rawat-inap.html,
diakses tanggal 16 Desember 2012.
http://zippien.blogspot.com/2011/11/tujuan-indonesia-sehat-2015.html?m=1, diakses
tanggal 18 Desember 2012
I. Identitas Pasien
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
2) Perempuan
2) SD
3) SLTP
4) SLTA
5) Akademi/Perguruan tinggi
2) PNS/ABRI/BUMN
3) Pegawai Swasta
4) Wiraswasta
7. Tanggal masuk :
8. Kelas perawatan :
9. Status Pembayaran :
A. Pelayanan Dokter
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu penampilan dokter ?
2. Bagaimana jam kunjungan dokter ? apakah tepat waktu dan dilakukan setiap hari?
3. Bagaimana kesigapan dokter dalam menangani keluhan Bapak/Ibu?
4. Bagaimana kejelasan informasi dokter mengenai penyakit dan tindakan medis
yang akan dilakukan?
5. Bagaimana keyakinan Bapak/Ibu tentang pengobatan yang diberikan dokter?
6. Bagaimana perhatian dokter pada saat Bapak/Ibu mengutarakan keluhan tentang
penyakit yang Bapak/Ibu derita?
7. Apakah dokter meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan
Bapak/Ibu?
8. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dokter?
B. Pelayanan perawat
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu penampilan perawat?
2. Bagaimana waktu pemberian obat yang dilakukan perawat? Apakah selalu tepat
waktu?
3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana perawat melakukan pekerjaan rutinitasnya?
Misalnya mengontrol ruangan secara teratur atau mengontrol tanda-tanda vital
pasien (tekanan darah, suhu dll)?
4. Apabila Bapak/Ibu memerlukan bantuan, bagaiman kesigapan perawat?
5. Bagaimana kayakinan Bapak/Ibu tentang kemampuan perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan (memasang infuse, memberi suntikan)?
6. Bagaiamana perhatian perawat ketika Bapak/Ibu mengutarakan keluhan?
7. Apakah perawat meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan
Bapak/Ibu?
8. Pada saat Bapak/Ibu memerlukan bantuan apakah perawat mudah dihubungi?
9. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan pelayanan perawat?
C. Pelayanan administrasi
1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu penampilan petugas di bagian pendaftaran /
administrasi?
2. Bagaimana sikap petugas di bagian penerimaan pasien?
3. Bagaimana penjelasan/informasi dari petugas mengenai hak dan kewajiban pasien
serta peraturan rawat inap?
4. Menurut Bapak/Ibu apakah prosedur penerimaan pasien dilayani secara cepat dan
tidak berbelit-belit?
5. Menurut Bapak/Ibu, apakah pelayanan yang diberikan secara adil tanpa
memandang status sosial dan ekonomi?
6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu kenyamanan ruangan di bagian
pendaftaran/administrasi?