TESIS
Oleh
DILLA FITRIA
117032043/IKM
TESIS
Oleh
DILLA FITRIA
117032043/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H) (dr. Heldy BZ, M.P.H)
Ketua Anggota
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka
Dilla Fitria
117032043/IKM
i
6
Universitas Sumatera Utara
7
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisa Kinerja
Utara.
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Utara.
4. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
iii
5. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H, selaku Ketua Komisi Penguji dan dr. Fauzi, S.K.M,
6. Drg. Hj. Usma Polita Nst, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Medan, yang
telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit
pelaksana DOTS yang telah dilatih HDL (Hospital DOTS Lngkage) di wilayah
Kota Medan.
7. Seluruh Direktur Rumah Sakit Pelaksana DOTS yang telah memberi izin untu
Administrasi Rumah Sakit yang telah memberikan tambahan ilmu yang begitu
Masyarakat FKM USU yang telah banyak membantu penulis terutama yang
10. Terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang tercinta, Ibunda dr. Cut Zuliati
Muli, M.Kes, Ayahanda Drs. Suherman, MSP, adinda dr. Herwindo Ahmad,
Timor 11 dan bodrexx atas segala jasa, motivasi serta doa yang tak pernah henti.
iv
11. Teristimewa buat suami terbaik Nufrizal, SE, dan ananda tersayang Naraya
Zivara Medina, atas pengertian, kesabaran, dan doa yang selalu terlantun dengan
ikhlas.
IKM FKM USU 2011 atas bantuan dan kerjasamanya selama proses penulisan
tesis ini.
13. Pihak lain yang telah membantu kelancaran penulisan tesis ini yang tidak dapat
setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari atas segala keterbatasan penulisan tesis
ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi
Dilla Fitria
117032043/IKM
RIWAYAT HIDUP
Dilla Fitria lahir pada tanggal 02 Juli 1986 di Kota Medan, anak pertama dari
2 bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. Suherman, MSP dan Ibunda dr.Cut Zuliati
Muli, M.Kes.
Dasar Kemala Bhayangkari Medan selesai tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Medan selesai tahun 2001, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan selesai
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Permasalahan ............................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
1.4. Hipotesis.................................................................................... 8
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
vii
viii
LAMPIRAN
ix
Universitas Sumatera Utara
15
DAFTAR TABEL
4.1. Daftar Alamat Rumah Sakit yang telah Dilatih HDL ........................... 57
xi
4.39. Tabulasi Silang antara Sarana dan Prasarana dengan Kinerja Petugas
dalam Pelaksanaan Strategi DOTS ....................................................... 87
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
2. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan ........................ 111
6. Data Kasus Suspect Tuberculosis pada masing-masing Rumah Sakit .... 190
xiv
i
6
Universitas Sumatera Utara
7
ABSTRACT
ii
PENDAHULUAN
tahun 2001 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes
(12,7%). Pada kelompok penyakit infeksi, tuberkulosis berada pada tingkat pertama
publichealth.com).
TB terbesar nomor lima di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria.
(ppti.info, 2012)
dari total jumlah pasien Tuberkulosis di dunia dan setiap tahun terdapat 429.730
kasus baru dan kematian 62.246 orang. Tuberkulosis paru merupakan salah satu
1
Universitas Sumatera Utara
2
Survei yang dilakukan National Network of Health (NNH) pada tahun 2005
Tuberculosis Control Report WHO 2011 prevalensi TB diperkirakan sebesar 289 per
100.000 penduduk, insidensi TB sebesar 189 per 100.000 penduduk, dan angka
orang dan dinyatakan positif TB sebanyak 18.257 orang. Dari 25 kabupaten dan kota
di Sumatera Utara, kasus TB di Medan yakni jumlah suspek TB 13.583 orang dan
pendekatan yang paling tepat saat ini dan harus dapat dilaksanakan secara sungguh-
sungguh. Oleh karena itu peran aktif dengan semangat kemitraan dari semua pihak
Tuberkulosis (Gerdunas TB) yang diresmikan pada tanggal 24 maret 1999 (Depkes,
2002).
Pada awal penerapan strategi DOTS di Indonesia yang dimulai pada tahun
Penyakit Paru-paru (BP4) yang saat ini berkembang menjadi Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) dan di rumah sakit, baik rumah sakit milik pemerintah maupun
swasta. Hasil survei prevalensi tuberkulosis tahun 2004 menunjukkan bahwa pola
pencarian pengobatan pasien tuberkulosis ke rumah sakit ternyata cukup tinggi, yaitu
sekitar 60% pasien tuberkulosis ketika pertama kali sakit mencari pengobatan ke
rumah sakit. Dengan demikian melibatkan rumah sakit dalam pelaksanaan strategi
DOTS menjadi satu upaya penting dan sangat strategis karena akan memberikan
(Depkes,2007).
jangkauannya pada seluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait
termasuk rumah sakit pemerintah dan swasta, dengan mengikutsertakan secara aktif
semua pihak dalam kemitraan yang bersinergi untuk penanggulangan TB. Program
ini dikenal sebagai program HDL (Hospital DOTS Lingkage). Selain bertujuan untuk
menanggulangi masalah TB, program HDL saat ini telah diwajibkan dimiliki oleh
Pada saat ini penanggulangan TB dengan strategi DOTS di rumah sakit baru
berkisar 20% dengan kualitas yang bervariasi. Pada kenyataannya, strategi DOTS di
rumah sakit masih merupakan tantangan besar bagi keberhasilan Indonesia dalam
bahwa angka penemuan kasus Tuberkulosis di rumah sakit cukup tinggi sekitar 60%,
dengan angka putus berobat yang masih tinggi (50%-80%). Kondisi tersebut
DOTS, pada bulan Juli 2009 telah dilakukan penilaian terhadap rumah sakit tingkat
menunjukkan bahwa hanya 17% rumah sakit yang telah melakukan strategi DOTS
dengan hasil optimal, 44% rumah sakit keberhasilan sedang dan 39% rumah sakit
Data hasil penilaian juga menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
rumah sakit. Sementara dari jumlah 59% rumah sakit yang telah memiliki Tim
DOTS, hanya 28% tim DOTS yang dibentuk bekerja optimal. Sementara 72% rumah
sakit yang telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih DOTS (dokter umum,
dimanfaatkan secara baik oleh pihak manajemen rumah sakit (Kemenkes RI, 2010).
Sampai akhir tahun 2011 jumlah rumah sakit di Sumatera Utara adalah 191
unit dengan rincian 57 unit Rumah sakit pemerintah dan 134 rumah sakit swasta
(Dinkes Propsu 2012). Pada awalnya Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara telah
melatih program HDL di 25 rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun
program HDL ini diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Dinas Kesehatan
Kota Medan telah melaksanakan program strategi DOTS di Rumah Sakit Pemerintah
dan swasta berjumlah 25 rumah sakit. (Dinkes Kota Medan, 2012). Namun dari 25
rumah sakit yang telah dilatih program HDL oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara terdapat rumah sakit yang belum menjalankan program strategi DOTS ini.
DOTS di Medan secara keseluruhan belum mencapai hasil yang diharapkan. Dari 25
rumah sakit tersebut diketahui 17 rumah sakit telah menjalankan program HDL, 7
rumah sakit belum menjalankan program HDL dengan sempurna dan 1 rumah sakit
Petugas TB rumah sakit yang dilatih program HDL terdiri dari dokter,
paramedis, dan petugas laboratorium. Petugas TB rumah sakit yang telah dilatih oleh
Dinas Kesehatan harus melakukan pencatatan sesuai dengan standar operasional yang
ada dan memberikan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai
perkembangan kasus TB yang terdapat di rumah sakit tersebut. Hal-hal yang harus
dilaporkan dari rumah sakit kepada Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut antara lain:
Jumlah pasien TB secara keseluruhan (kasus TB BTA +/-), apakah strategi DOTS di
rumah sakit tersebut berjalan atau tidak dengan cara melihat jumlah pasien yang
sembuh (angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan), jumlah pasien yang putus
obat (drop-out), jumlah pasien konversi, dan juga melihat hasil pelaporan dari
laboratorium.
harus sesuai dengan materi program penanggulangan TB yang sudah diberikan pada
saat pelatihan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Medan, indikator keaktifan petugas
TB rumah sakit dilihat dari : pelaporan yang harus tepat waktu, seluruh pemeriksaan
dan pengobatan TB harus sesuai dengan tahapan strategi DOTS, dan tidak ada pasien
Kesehatan Kota Medan maka dapat dikatakan petugas TB tersebut tidak aktif dalam
harus digunakan oleh semua profesi yang terkait dalam penanggulangan TB di semua
Tuberculosis Care). ISTC merupakan standar yang harus dipenuhi dalam menangani
pasien tuberkulosis, yang terdiri dari 6 standar untuk penegakan diagnosis, 11 standar
untuk pengobatan dan 4 standar untuk fungsi tanggung jawab kesehatan masyarakat.
Dengan kata lain ketentuan keaktifan di dalam tatalaksana standar tuberkulosis adalah
diketahui tingkat keaktifan petugas rumah sakit dalam pelaksanaan strategi DOTS.
pelayanan maksimal agar dapat memberikan kepuasan pada pasien, sehingga dapat
juga didapatkan data penemuan kasus maupun data keberhasilan pengobatan juga
menurut Dinas Kesehatan Kota Medan, masih ada rumah sakit yang belum
program strategi DOTS di rumah sakit tersebut, dan ini dapat dikatakan bahwa
belum berjalan dengan sempurna, walaupun telah diberikan pelatihan program HDL.
Oleh karena masih adanya rumah sakit yang belum memberikan pelaporan kepada
Dinas Kesehatan Kota Medan, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian
untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi kinerja petugas rumah sakit terhadap
pelaksanaan strategi DOTS dalam menjalankan program HDL sesuai dengan standar
operasional yang telah diberikan saat pelatihan oleh Dinas Kesehatan tersebut.
petugas rumah sakit dalam pelaksanaan strategi DOTS pada pasien TB di rumah sakit
1.2 Permasalahan
TB rumah sakit yang sudah dilatih dengan strategi DOTS di Kota Medan.
pemungkin (Enabling Factors) yaitu sarana dan prasarana atau fasilitas; maupun
pelaksanaan strategi DOTS pada pasien TB di rumah sakit yang telah dilatih Program
1.4 Hipotesis
pelatihan, sikap, motivasi; faktor pemungkin (Enabling Factors) yaitu sarana dan
petugas rumah sakit terhadap pelaksanaan strategi DOTS pada pasien TB di rumah
1. Sebagai masukan dan informasi bagi Rumah Sakit mengenai kinerja petugas
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis
4). Sejak tahun 1969 pengendalian dilakukan secara nasional melalui Puskesmas.
Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar Isonoazid
(INH), Asam Para Amino Salisilat (PAS) dan Streptomisin selama satu sampai dua
tahun. Asam Para Amino Salisilat (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid.
Sejak 1977 mulai digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH,
strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000
TB terbanyak ke-5 di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria (ppti.info,
2012). Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah
pasien TB didunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian
62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000 penduduk.
10
Universitas Sumatera Utara
11
daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV (Human Immunodeficiency
Virus) dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan factor resiko utama bagi yang
terinfeksi TB menjadi sakit. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas system daya
tahan tubuh seluler (cellular immunity). Jika terjadi infeksi penyerta (opportunistic)
seperti tuberkulosis, pasien akan menjadi sakit parah bahkan bias mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang yang terinfeksi HIV meningkat, maka pasien TB akan
Menurut WHO (2009), prevalensi HIV pada kelompok TB di Indonesia sekitar 2.8%.
kasus TB baru sebesar 2%, sementara MDR diantara kasus pengobatan ulang sebesar
angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara
yaitu: 1) wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk;
2) wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk; 3)
wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk.
Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000
penduduk. Mengacu pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan
Strategi DOTS meliputi 98% Puskesmas, sementara rumah sakit umum, Balai
kementerian kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu menurunkan
prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk.
Sasaran keluaran adalah: (1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru (BTA
positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan prosentase
keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif) mencapai 88%; (3)
meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai 50%; (4)
evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan
prasarana).
mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu
Sakit Pemerintah Balai/Klinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas
kesehatan lainnya.
kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
untuk peningkatan mutu dan akses layanan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk
diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan lainnya terhadap TB.
Goals (MDGs).
antara lain :
program pengendalian TB
a. Tingkat Pusat
b. Tingkat Propinsi
Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan
c. Tingkat Kabupaten/Kota
dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan
a. Puskesmas
Pada keadaan geografis yang sulit, dapat dibentuk Puskesmas Pelaksana Mandiri
b. Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), dan klinik
c. Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas layanan lainnya. Secara umum konsep
pelayanan di Balai Pengobatan dan DPS sama dengan pelaksanaan pada rumah
pasien sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir dan standar yang telah
etika kedokteran.
Nasional.
Care (ISTC) atau Standar Diagnosis, Pengobatan dan Tanggung Jawab kesehatan
terhadap TB merupakan program nasional yang wajib dilakukan oleh setiap institusi
pelayanan kesehatan dan menjadi dasar bagi semua pelaksanaan penanganan TB.
poliklinik maupun bangsal bagi pasien rawat jalan dan rawat inap serta rujukan
termasuk medicolegal.
kedokteran dan mutu profesi, penetapan Standar Pelayanan Medis dan Standar
Pelayanan Operasional.
agar sesuai dengan standar pelayanan medis, pengawas bahwa penanganan pasien
kelompok Staf Medis Fungsional (SMF) berasal dari unit terkait dengan pasien TB
dalam wadah fungsional yaitu Tim DOTS. Tim DOTS mempunyai uraian tugas,
fungsi dan kewajiban yang jelas. Staf medis dalam Tim DOTS berperan aktif dalam
a. Pimpinan rumah sakit membentuk Tim DOTS sebagai wadah khusus dalam
Pelayanan Medik.
a. Ketua Tim DOTS adalah seorang dokter spesialis paru atau penyakit dalam atau
b. Ketua Tim DOTS merangkap sebagai anggota, dimana anggotanya terdiri dari
SMF Paru, SMF Penyakit Dalam, SMF Kesehatan Anak, SMF Lainnya bila ada
(Bedah, Obgyn, Kulit dan Kelamin, Saraf, dll), Instalasi Laboratorium (PA, PK,
Mikro), Instalasi Farmasi, perawat rawat inap dan perawat rawat jalan terlatih,
antara lain :
Apabila rumah sakit tidak dapat membentuk Tim DOTS karena keterbatasan
tenaga profesional, maka paling sedikit ada 3 orang staf rumah sakit yang
pemeriksaan fisik pada pasien, penegakkan diagnosa hingga pemberian obat, juga
kepatuhan minum obat. Perawat (paramedis) bertugas untuk memberikan obat setelah
mengenai TB dan pentingnya kepatuhan minum obat, juga melakukan pencatatan dan
pelayanan TB dengan membentuk unit DOTS di rumah sakit sesuai dengan strategi
DOTS termasuk sistem jejaring internal dan eksternal (KemenKes RI, 2011).
Petugas TB rumah sakit di Medan yang telah dilatih oleh Dinas Kesehatan
operasional yang ada dan memberikan pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kota
Medan mengenai perkembangan kasus TB yang terdapat di rumah sakit tersebut. Hal-
hal yang harus dilaporkan dari rumah sakit kepada Dinas Kesehatan Kota Medan
b. Apakah strategi DOTS di rumah sakit tersebut berjalan atau tidak, dengan melihat
c. Hasil laboratorium
harus sesuai dengan materi saat pelatihan program penanggulangan TB yang sudah
diberikan dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara pada saat pelatihan. Menurut
Dinas Kesehatan Kota Medan, indikator keaktifan petugas TB rumah sakit dilihat
dari:
DOTS
Kesehatan Kota Medan maka dapat dikatakan petugas TB tersebut belum bekerja
juga melatih supervisor untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan
b. Jumlah tergantung beban kerja yang secara umun ditentukan jumlah puskesmas,
c. Bagi wilayah yang memiliki lebih dari 20 Fasyankes dapat memiliki lebih dari
seorang supervisor.
Petugas
No Uraian Tugas Dokter Paramedis
Lab
1 MENEMUKAN PENDERITA :
a. Memberikan penyuluhan tentang TB X X
kepada pasien TB, keluarga dan PMO
b. Menjaring suspek (penderita tersangka) X X X
TB
c. Mengumpul dahak untuk pemeriksaan X
pasien TB
d. mengisi buku daftar suspek Form TB.06 X
e. Membuat sediaan hapus dahak. X
f. Mewarnai dan membaca sediaan dahak, X
mengirim balik hasil bacaan, mengisi
buku register laboratorium (TB.04), dan
menyimpan sediaan untuk di cross
check
g. Menegakkan diagnosis TB sesuai protap X
h. Membuat klasifikasi/tipe penderita X
i. Mengisi kartu penderita (Form TB.01) X
dan kartu identitas penderita (Form
TB.02)
j. Memeriksa kontak terutama kontak X
dengan penderita TB BTA positif
k. Memantau jumlah suspek yang X X
diperiksa dan jumlah penderita TB yang
ditemukan
2 MEMBERIKAN PENGOBATAN :
a. Menetapkan jenis paduan obat X
b. Memberikan obat tahap intensif dan X X
tahap lanjutan
c. Mencatat pemberian obat tersebut X
dalam kartu penderita (Form TB.01)
d. Menentukan PMO bersama penderita X
e. Memberikan KIE (penyuluhan) pada X X
penderita, keluarga dan PMO
Petugas
No Uraian Tugas Dokter Paramedis
Lab
f. Melakukan pemeriksaan dahak ulang X X
untuk follow-up pengobatan
g. Mengenal efek samping obat dan X X
komplikasi lainnya serta cara
penanganannya
h. Menentukan hasil pengobatan X
i. Mencatat hasil pengobatan di kartu X
penderita
3 PENANGANAN LOGISTIK :
a. Menjamin tersedianya OAT di RS X
b. Menjamin tersedianya bahan pelengkap X X
lainnya (formulir, reagens, dll)
4 PENGELOLAAN LABORATORIUM :
a. Memelihara mikroskop dan alat X
laboratorium lainnya
b. Menangani limbah laboratorium X
c. Melaksanakan prosedur keamanan dan X
keselamatan kerja
5 JAGA MUTU PELAKSANAAN SEMUA X
KEGIATAN No. 1 s/d 4
Sumber : Kemenkes RI, 2011
2.2.5 Pelatihan
Dapat berupa aspek klinis maupun aspek manajemen program : (1) Pelatihan
dilakukan terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya tapi masih
ditemukan banyak masalah dalam kinerjanya dan tidak cukup hanya dilakukan
melalui supervisi), dan pelatihan penyegaran (pelatihan untuk peserta yang telah
pengetahuan dan keterampilan program yang lebih tinggi. Materi berbeda dengan
pelatihan dasar.
menentukan apakah tujuan pelatihan telah tercapai atau tidak, untuk menentukan
mutu pelatihan yang dilaksanakan dan untuk meningkatkan mutu pelatihan yang akan
mendatang.
metode pembelajaran.
b. Paska pelatihan, terdiri dari : (1) Evaluasi kinerja, menilai kompetensi dan kinerja
ditempat tugas. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan supervisi dan
dilakukan setidaknya setelah 3-6 bulan setelah mengikuti pelatihan; (2) Evaluasi
mengenai : (1) program pengendalian TB; (2) penemuan dan pengobatan TB; (3)
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) TB; (4) logistik program pengendalian TB
di Fasyankes; (5) pencegahan dan pengendalian infeksi TB; (6) jejaring program
2.2.6 Supervisi
langsung.
lanjutan pelatihan. Melalui supervisi dapat diketahui bagaimana petugas yang sudah
supervisi dapat juga berupa suatu proses pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
karena dimanapun petugas bekerja akan tetap memerlukan bantuan untuk mengatasi
masalah dan kesulitan yang mereka temukan. Suatu umpan balik tentang kinerja
dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi pasca pelatihan untuk bahan masukan perbaikan
pelatihan yang akan datang. Supervisi juga untuk mengevaluasi ketercukupan sumber
daya selain tenaga, misalnya : OAT, mikroskopik dan logistik, maupun non OAT
lainnya.
direncanakan dengan baik. Supervisi harus dilaksanakan secara rutin dan teratur pada
2.3 Kinerja
atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas,
Menurut Stolovitch dan Keeps (1992) yang dikutip oleh Rivai (2005) kinerja
merupakan merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
tugas dan pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat
untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
(2005) pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur
kinerja individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu, yakni
: (a) tugas individu ; (b) perilaku individu ; (c) ciri individu. (Rivai, 2005)
ataupun hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan
dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria
yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standar kerja yang telah
ditentukan perusahaan. Selain itu, kinerja sebagai suatu sistem pengukuran, dan
perilaku dan keluaran, dan tingkat absensi untuk mengetahui tingkat kinerja
karyawan, perilaku dan kelaran, dan tingkat absensi untuk mengetahui tingkat kinerja
prasarana, metode kerja dan hal lain yang berkaitan. Tujuannya adalah agar dapat
diketahui dengan pasti apakah pencapaian kinerja yang tidak sesuai (kegagalan)
disebabkan oleh faktor input yang kurang mendukung atau kegagalan pihak
Menurut Ilyas (2001) yang dikutip oleh Munawaroh (2012) pada hakikatnya
sebagai tolak ukur. Bila pekerjaan sesuai dengan uraian pekerjaan berarti pekerjaan
itu berhasil dilaksanakan dengan baik, bila hasilnya dibawah uraian pekerjaan berarti
pekerjaannya.
perusahaan.
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan
pengawasan.
e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang
g. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan
description).
1) Alphabetical/Numerial rating
dan yang lebih buruk. Kelebihan dari metode ini adalah mudah dimengerti
Pada metode ini penilai diminta untuk membuat kata sifat atau
yang dinilai. Dalam hal ini, penilai hanya memilih salah satu dari dua
dinilai.
Metode ini terdiri dari lima atau enam poin kualitas personal dan
dan lain-lain. Penilai diminta untuk memilih salah satu angka yang
tanda pada grafik skala tersebut sesuai dengan karyawan yang dinilai.
bagus). Namun, rater bias, dan central tendency masih mungkin terjadi.
5) Forced Distribution
tendency yang terlalu longgar atau terlalu ketat, namun kinerja kelompok
mungkin tidak sesuai dengan pola normal. Selain itu metode ini sulit
6) Ranking
mempunyai kinerja yang baik sampai pada kinerja yang paling jelek.
tetapi kelompok yang ada mungkin tidak dapat memenuhi distribusi yang
7) Paired Comparisons
meningkatkan kinerja dimasa yang akan dating. Dan kelemahan ini adalah
atau teknik. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam sistem penilaian kinerja
Free written report disebut juga sebagai metode esai atau metode
yang dianggap sesuai atau cocok dengan karyawan yang dinilai. Penilai harus
berguna bagi kinerja saat ini dan potensi dimasa yang akan datang. Namun
Metode ini mirip dengan metode free written report, namun lebih
seksama kinerja seorang karyawan yang dapat berguna bagi kinerja masa kini
Dalam hal ini penilai diminta untuk mencatat kedua sisi kinerja, baik
yang positif maupun yang negatif dari karyawan. Melalui metode ini, penilai
semangat kerja.
Metode ini berorientasi pada hasik yang ingin dicapai yang lebih
terdapat kemungkinan kecil untuk dipengaruhi oleh sudut pandang subjek dari
5) Self Appraisal
umpan balik yang positif terhadap penningkatan dimasa yang akan datang.
Keuntungan dari metode ini adalah dapat dijadikan umpan balik (feed back)
mengevaluasi kinerja di waktu yang lalu, dan hampir semua teknik tersebut
kinerja di masa lalu, karyawan dapat memperoleh umpan balik dari upaya-upaya
kinerja karyawan.
Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam
ragam tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu
kerja karyawan.
senang hati bekerja lembur mendapatkan nilai yang sama seperti karyawan
Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini ialah untuk mengurangi dan
nilai yang sama. Metode ini mengharuskan penilai untuk memilih pernyataan
yang paling sesuai dengan pasangan pernyataan tentang karyawan yang dinilai.
Metode ini merupakan pemilihan yang mendasarkan pada catatan yang dibuat
penilai atas perilaku karyawan yang sangat kritis, seperti sangat baik atau sangat
dicatat oleh atasan selama masa penilaian untuk setiap karyawan yang amat
Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan
selama satu tahun. Selanjutnya, laporan akan digunakan oleh atasan untuk
Scale = BARS)
Metode ini merupakan suatu cara penilaian prestasi kerja karyawan untuk satu
kurun waktu tertentu di masa lalu dengan mengaitkan skala peringkat prestasi
kerja dengan perilaku tertentu. Salah satu kelebihan metode ini adalah
maupun yang kurang memuaskan, dibuat oleh pekerja sendiri, rekann sekerja dan
Disini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM (sumber
daya manusia). Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal
didasarkan pada test pengetahuan dan keterampilan, berupa test tertulis dan
peragaan, syaratnya test itu harus valid (sahih) dan reliabel (dapat dipercaya).
Untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu penilaian dapat berupa test dan observasi.
Artinya karyawan dinilai, diuji kemampuannya baik melalui ujian tertulis yang
mekanisme kerja yang telah ditetaapkan dan harus ditaati atau melalui ujian taktik
rasional dan efektif, khususnya dalam kenaikan gaji, promosi dan pemberian
dan sikap (dengan kata lain kompetensi) yang diperlukan dalam pelaksanaan program
TB, dengan jumlah yang memadai pada tempat yang sesuai dan pada waktu yang
puskesmas di Kabupaten Bandung masih rendah hal ini diakibatkan dari sikap
petugas yang tidak mendukung, tidak dilakukan supervisi oleh petugas kabupaten dan
tidak adanya pengawasan dan pembinaan dari kepala puskesamas. Menurut Gumilar
oleh faktor internal (motivasi petugas kurang, pengetahuan yang kurang, dan petugas
kurang disiplin) dan faktor eksternal (sarana prasarana yang kurang mendukung,
pengawasan dan pembinaan yang kurang dari pimpinan). Sedangkan menurut Depkes
(1999), bila petugas patuh melaksanakan tatalaksana pelayanan dengan baik sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, secara tidak langsung dapat membawa dampak
DOTS.
harus digunakan oleh semua profesi yang terkait dalam penanggulangan TB di semua
tempat. Standar tersebut disebut sebagai ISTC. ISTC merupakan standar yang harus
dipenuhi dalam menangani pasien tuberkulosis, yang terdiri dari 6 standar untuk
tanggung jawab kesehatan masyarakat. Dengan kata lain ketentuan keaktifan di dalam
pelaporan.
DOTS di rumah sakit, sangat dipengaruhi oleh perilaku dari pada petugas rumah sakit
tersebut. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat
manusia merupakan refleksi dari beberapa gejala kejiwaaan, seperti keinginan, minat,
namun sulit dibedakan antara refleksi dengan kejiwaan. Apabila ditelusuri lebih
lanjut, gejala kejiwaan yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosio masyarakat, aktif tidaknya seseorang
dalam melakukan suatu tindakan sangat dipengaruhi oleh perilaku, dimana keaktifan
1) Pengetahuan
hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
yang ada.
2) Pendidikan
Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang
dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu
Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh saran lunak (software) yang terdiri dari
yang terdiri dari ruang, perpustakaan (buku-buku), dan alat bantu pendidikan
3) Pelatihan
dengan kebutuhan program dan tugas peserta latih. Tidak semua harus
dipelajari, tetapi yang terkait secara langsung tugas pokok peserta dalam
4) Sikap
tertentu, yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Sikap
terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan
membentuk sikap yang utuh (total adtidude). Dalam menentukan sikap yang
5) Kepercayaan
Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi
hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Semakin baik
kepercayaan seseorang maka akan semakin baik pula sikap yang akan
terbentuk, sehingga pada akhirnya membuat semakin baik pula perilaku yang
6) Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang artinya dorongan
dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi
tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah
suatu “potensi” dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan
akan mempengaruhi sikap dan perilaku pertugas P2TB ini untuk aktif dalam
Faktor Penguat
1. Pengawasan dan pembinaan
Direktur RS (Kepemimpinan)
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang bertujuan untuk menjelaskan
pemungkin (sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan), maupun faktor penguat
Lokasi penelitian ini hanya dilakukan di Rumah Sakit di Kota Medan yang
telah dilatih program HDL ke Dinas Kesehatan Kota Medan yang berjumlah 14
rumah sakit.
Pengambilan data dalam Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas P2TB rumah sakit yang
telah memperoleh pelatihan program HDL dari Dinas Kesehatan. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Kota Medan pada bulan Januari 2012, bahwa rumah sakit yang telah
mendapat pelatihan program HDL sebanyak 25 rumah sakit, namun satu rumah sakit
telah tutup, maka saat ini jumlah rumah sakit adalah 24 rumah sakit. Rumah sakit
49
Universitas Sumatera Utara
50
dengan strategi DOTS di rumah sakit 2010, petugas P2TB yang harus dilatih terdiri
Oleh karena jumlah populasi relatif kecil yaitu 42 orang, maka seluruh
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang telah didesain, kemudian
dilakukan wawancara terhadap petugas yang terdiri dari Dokter, Paramedis, dan
Analis. Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi pada RS dan Dinas
Sebelum pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji
pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Untuk melihat validitas,
maka nilai yang ada dalam kolom corrected item total correlation kemudian
dibandingkan dengan r tabel (0,361). Apabila nilai r hitung > r tabel, maka
adalah dengan melihat nilai cronbach’s alpha if item deleted (Situmorang, 2008).
Menurut Ghozali (2005) dan Kuncoro (2003) suatu variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai cronbach alpha >0,80. Uji coba kuesioner dilaksanakan di RS
daerah Kota Binjai. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, maka seluruh butir
pelatihan, sikap, motivasi), faktor pemungkin (sarana dan prasarana atau fasilitas
Sakit)
Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja petugas dalam
1. Pengetahuan
2. Pelatihan
3. Sikap
4. Motivasi
Motivasi adalah faktor pendorong yang dimiliki oleh petugas P2TB dalam
5. Sarana prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan umum) yang
Kinerja petugas P2TB merupakan penampilan (hasil) kerja petugas P2TB dalam
Hasil Skala
No Nama Variabel Cara Dan Alat Ukur Kategori
Pengukuran Ukur
Variabel Independen
1. Pengetahuan Wawancara/Kuesioner 1. Kurang < Mean Ordinal
2. Cukup ≥Mean
2. Pelatihan Wawancara/Kuesioner 1. Kurang < Mean Ordinal
2. Cukup ≥Mean
3. Sikap Wawancara/Kuesioner 1. Negatif < Mean Ordinal
2. Positif ≥Mean
4. Motivasi Wawancara/Kuesioner 1. Rendah < Mean Ordinal
2. Tinggi ≥Mean
5. Sarana Wawancara/Kuesioner 1. Kurang < Mean Ordinal
2. Cukup ≥Mean
6. Kepemimpinan Wawancara/Kuesioner 1. Kurang < Mean Ordinal
2. Cukup ≥Mean
Variabel Dependen
1. Kinerja Wawancara/Kuesioner 1. Kurang < Mean Ordinal
petugas P2TB 2. Baik ≥Mean
Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi dari semua
sarana dan prasarana atau fasilitas; maupun faktor penguat (Reinforcing Factors)
variabel dependen (kinerja petugas P2TB rumah sakit). Untuk mengetahui ada
tidaknya kemaknaan dilakukan analisis uji chi square dengan tingkat kepercayaan
95% (α=0,05).
independen (faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat) dan variabel
pada analisis bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic
Regression). Untuk mencari faktor yang paling dominan pada beberapa variabel yang
HASIL PENELITIAN
b. Sebelah selatan, barat, dan timur berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang.
Luas wilayah kota Medan adalah 265,10 km2, terdiri dari 21 kecamatan dan
151 kelurahan. Kota Medan memiliki geografi yang unik, ramping di tengah
membesar disisi utara dan sisi selatan. Bagian utara merupakan kawasan industri dan
pelabuhan serta pemukiman, yang dihubungkan ke bagian selatan oleh bagian tengah
yang ramping. Bagian selatan merupakan pusat kegiatan perkotaan. Kota terus
55
Universitas Sumatera Utara
56
6. Puskesmas : 39 unit
Rumah sakit yang merupakan tempat penelitian adalah rumah sakit yang telah
Dinas Kesehatan Kota Medan antara lain RS Mitra Medika, RS Imelda, RS Estomihi,
Tabel. 4.1. Daftar Alamat Rumah Sakit yang telah Dilatih HDL
1. Masyarakat Medan merupakan sasaran kerja dari Dinas Kesehatan Kota Medan
yaitu seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja pemerintah kota Medan.
2. Sehat adalah cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh
nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta
3. Sejahtera adalah cara berpikir masyarakat yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai
umum.
Tujuan:
paripurna.
masyarakat.
Sasaran:
kesehatan.
Strategi:
ruang rawat kelas III rumah sakit pemerintah, melalui pembebasan biaya
pelayanan kesehatan.
sosial dan ekonomi dalam rangka peningkatan kesehatan dan mutu hidup
kesadaran, kemandirian, dan membentuk perilaku hidup bersih dan sehat, serta
bidang kesehatan.
di wilayah lingkar luar atau yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan dengan
health care).
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Umur
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4.3.1. Pengetahuan
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Responden
Jumlah
No. Pengetahuan Benar Salah
n % n % n %
1. Kuman Penyebab TB pada manusia adalah
14 100 0 0 14 100
Mycobacterium tuberculosis
2. TB terutama ditularkan melalui percikan dahak
14 100 0 0 14 100
(droplet)
3. Sumber penularan TB terutama oleh pasien TB
14 100 0 0 14 100
paru BTA positif
4. Kriteria suspek TB resisten OAT adalah kasus TB
kronik, gagal pengobatan kategori 2, pasien dengan
12 85,7 2 14,3 14 100
BTA tetap positif setelah pengobatan sisipan,
pasien kambuh
5. Penderita baru TB positif yang belum pernah
14 100 0 0 14 100
makan OAT sebelumnya diberi OAT kategori 1
6. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan
dengan penemuan kuman TB BTA melalui 10 71,4 4 28,6 14 100
pemeriksaan dahak secara mikroskopis
7. Diagnosis TB Paru pada anak dapat ditegakkan bila
12 85,7 2 14,3 14 100
jumlah total dari sistem scoring ≥6
paling banyak menjawab benar adalah tentang kuman penyebab TB pada manusia
(droplet), sumber penularan TB terutama oleh pasien TB paru BTA positif, dan
penderita baru TB positif yang belum pernah makan OAT sebelumnya diberi OAT
kategori 1 (pernyataan nomor 1,2,3 dan 5) sebesar 100%. Paling banyak menjawab
salah bahwa diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan penemuan
kuman TB BTA melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis yaitu sebesar 28,6%.
di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Responden
Jumlah
No. Pengetahuan Benar Salah
n % n % n %
1. Kuman penyebab TB pada manusia adalah
14 100 0 0 14 100
Mycobacterium tuberculosis
2. TB terutama ditularkan melalui percikan dahak
14 100 0 0 14 100
(droplet)
3. Sumber penularan TB terutama oleh pasien TB
14 100 0 0 14 100
paru BTA positif
4. Syarat jadi PMO adalah seseorang yang dianggap
dekat dengan keluarga (suami/istri, anak, orang 9 64,3 5 35,7 14 100
tua)
5. Yang dilakukan dalam penerimaan OAT dari
kabupaten/kota adalah kecuali segera masukkan 8 57,1 6 42,9 14 100
OAT ke dalam gudang penyimpanan
6. Kartu yang digunakan mencatat semua suspek
TB dan diperiksa dahak SPS adalah kartu 10 71,4 4 28,6 14 100
formulir nomor TB.06
paling banyak menjawab benar adalah tentang kuman penyebab TB pada manusia
(pernyataan nomor 1,2, dan 3) sebesar 100%. Paling banyak menjawab salah adalah
yang dilakukan dalam penerimaan OAT dari kabupaten/kota adalah kecuali segera
42,9%.
TB di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Responden
Jumlah
No. Pengetahuan Benar Salah
n % n % n %
1. TB terutama ditularkan melalui percikan dahak
14 100 0 0 14 100
(droplet)
2. Dalam pelaksanaan kerja di laboratorium dapat
12 85,7 2 14,3 14 100
dilakukan harus menggunakan APD
3. APD dari bahaya risiko terpapar
mikroorganisme di laboratorium berupa sarung
11 78,6 3 21,4 14 100
tangan karet (Handscoon), masker, pakaian (jas)
laboratorium, kaca mata pelindung
4. Pengumpulan dahak yang baik adalah, kecuali
letakkan pot dahak di tempat yang terkena sinar 8 57,1 6 42,9 14 100
matahari
Pada Tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan yang paling banyak
sebesar 100%, sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pengumpulan
dahak yang baik adalah kecuali letakkan pot dahak di tempat yang terkena sinar
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Pengetahuan
4.3.2. Pelatihan
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Responden
Jumlah
No. Pelatihan Ya Tidak
n % n % n %
1. Materi pelatihan tatalaksana TB bagi pengelola
program TB di RS yang pernah diikuti sesuai 14 100 0 0 14 100
dengan kebutuhan
2. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah
didikuti dapat mengatasi permasalahan dalam 14 100 0 0 14 100
penanggulangan masalah TB
3. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah
diikuti membantu dalam melaksanakan tugas 13 92,9 1 7,1 14 100
penanggulangan masalah TB
4. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah
diikuti meningkatkan ketrampilan melaksanakan 13 92,9 1 7,1 14 100
program strategi DOTS di RS
bagi pengelola program TB di RS yang pernah diikuti sesuai dengan kebutuhan dan
adalah pernyataan nomor 3 dan 4 yaitu materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Responden
Jumlah
No. Pelatihan Ya Tidak
n % n % n %
1. Materi pelatihan tatalaksana TB bagi pengelola
program TB di RS yang pernah diikuti sesuai dengan 14 100 0 0 14 100
kebutuhan
2. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah diikuti
dapat mengatasi permasalahan dalam penanggulangan 14 100 0 0 14 100
masalah TB
3. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah diikuti
membantu dalam melaksanakan tugas 14 100 0 0 14 100
penanggulangan masalah TB
4. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah diikuti
meningkatkan ketrampilan melaksanakan program 14 100 0 0 14 100
strategi DOTS di RS
5. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya
mampu mengaplikasikan hasil pelatihan dalam 14 100 0 0 14 100
penatalaksanaan strategi DOTS di RS
6. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB,
pengetahuan saya dalam melaksanakan strategi DOTS 14 100 0 0 14 100
di RS meningkat
7. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB,
ketrampilan saya dalam melaksanakan strategi DOTS 14 100 0 0 14 100
di RS meningkat
8. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya
mampu melaksanakan strategi DOTS di RS secara 14 100 0 0 14 100
optimal
di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Responden
Jumlah
No. Pelatihan Ya Tidak
n % n % n %
1. Materi pelatihan tatalaksana TB bagi pengelola
program TB di RS yang pernah diikuti sesuai dengan 14 100 0 0 14 100
kebutuhan
2. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah didikuti
dapat mengatasi permasalahan dalam 14 100 0 0 14 100
penanggulangan masalah TB
3. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah diikuti
membantu dalam melaksanakan tugas 14 100 0 0 14 100
penanggulangan masalah TB
4. Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah diikuti
meningkatkan ketrampilan melaksanakan program 14 100 0 0 14 100
strategi DOTS di RS
5. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, mampu
mengaplikasikan hasil pelatihan dalam 14 100 0 0 14 100
penatalaksanaan strategi DOTS di RS
6. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB,
pengetahuan saya dalam melasakanan strategi DOTS 14 100 0 0 14 100
meningkat
7. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB,
ketrampilan saya dalam melasakanan strategi DOTS 14 100 0 0 14 100
meningkat
8. Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya
14 100 0 0 14 100
mampu melaksakanan strategi DOTS secara optimal
pelatihan diperoleh bahwa petugas yang kurang pelatihan sebesar 38,1% dan yang
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Pelatihan
4.3.3. Sikap
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Sikap Dokter sebagai Petugas P2TB dalam
Pelaksanaan Strategi DOTS di Rumah Sakit
Tanggapan Responden
No Sikap
STS % TS % N % S % SS %
1. Melakukan KIE mengenai
TB kepada penderita TB,
0 0 0 0 0 0 3 21,4 11 78,6
keluarga, dan PMO itu
penting
2. Penegakan diagnosa pada
penderita TB dalam
0 0 1 7,1 0 0 4 28,6 9 64,3
program DOTS sesuai
dengan ISTC
3. Penegakan diagnosa pada
penderita TB anak saat ini
0 0 2 14,2 0 0 6 42,9 6 42,9
harus menggunakan
scoring
4. OAT diberikan harus
sesuai dengan klasifikasi, 0 0 0 0 0 0 5 35,7 9 64,3
tipe, dan BB penderita TB
5. Setiap pasien yang datang
harus dilakukan
pemisahan pasien 0 0 1 7,1 1 7,1 7 50,0 5 35,8
berdasarkan kasus
infeksiusnya
6. Dalam penanganan pasien
TB harus selalu
0 0 0 0 0 0 4 28,6 10 71,4
dilaksanakan dengan
cermat, cepat, dan tepat.
menjawab pertanyaan sangat setuju adalah pernyataan nomor 1 yaitu melakukan KIE
mengenai TB kepada penderita TB, keluarga, dan PMO itu penting sebesar 78,6%
dan yang menjawab setuju pada pernyataan nomor 5 yaitu setiap pasien yang datang
yang menjawab tidak sejutu pernyataan nomor 3 yaitu penegakan diagnosa pada
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Sikap Paramedis sebagai Petugas P2TB dalam
Pelaksanaan Strategi DOTS di Rumah Sakit
Tanggapan Responden
No Sikap
STS % TS % N % S % SS %
1. Melakukan KIE mengenai
TB kepada penderita TB,
0 0 1 7,1 0 0 3 21,5 10 71,4
keluarga, dan PMO itu
penting
2. Selalu menerapkan etiket
batuk untuk mencegah 1 7,1 0 0 0 0 5 35,8 8 57,1
penyebaran kuman pathogen
3. Petugas TB harus
menggunakan alat pelindung
diri berupa masker N-95 saat 1 7,1 0 0 2 14,3 5 35,7 6 42,9
berhadapan dengan penderita
TB
4. Pencatatan dan pelaporan
pada formulir TB (sesuai 1 7,1 0 0 0 0 6 42,9 7 50
dengan jenis formulir)
menjawab sangat setuju adalah pernyataan nomor 1 yaitu melakukan KIE mengenai
TB kepada penderita TB, keluarga, dan PMO itu penting sebesar 71,4%, yang
menjawab setuju pernyataan nomor 4 yaitu pencatatan dan pelaporan pada formulir
TB (sesuai dengan jenis formulir) sebesar 42,9%, dan yang menjawab netral
pernyataan nomor 3 yaitu petugas TB harus menggunakan alat pelindung diri berupa
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Sikap Analis sebagai Petugas P2TB dalam
Pelaksanaan Strategi DOTSdi Rumah Sakit
Tanggapan Responden
No Sikap
STS % TS % N % S % SS %
1. Menggunakan APD saat
1 7,1 0 0 0 0 1 7,1 12 85,7
berada di laboratorium
2. Pencatatan dan pelaporan
2 14,3 4 28,6 1 7,1 3 21,4 4 28,6
pada formulir TB
3. Mewarnai sediaan dahak
dengan pewarnaan Ziehl 0 0 1 7,1 2 14,3 6 42,9 5 35,7
neelsen
4. Tidak perlu menjelaskan
tata cara batuk yang benar
3 21,4 8 57,2 2 14,3 1 7,1 0 0
sebelum mengumpulkan
dahak
5. Pemeriksaan dahak yang
dilakukan hanya saat 2 14,3 7 50 2 14,3 1 7,1 2 14,3
menegakkan diagnosa saja.
pewarnaan Ziehl neelsen sebesar 42,9%, menjawab tidak setuju sebesar 57,1% yaitu
tidak perlu menjelaskan tata cara batuk yang benar sebelum mengumpulkan dahak
sikap diperoleh bahwa petugas yang bersikap negatif sebesar 38,1% dan yang
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Sikap
4.3.4. Motivasi
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tanggapan Responden
No Motivasi
STS % TS % N % S % SS %
1. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
0 0 0 0 2 14,3 7 50 5 35,7
sesuai dengan kemampuan dan wewenang
2. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
0 0 1 7,1 0 0 10 71,5 3 21,4
selalu diselesaikan sesuai protap
3. Saya akan tetap melaksanakan tugas sesuai
tupoksi walaupun mempunyai beban kerja 0 0 0 0 1 7,1 8 57,2 5 35,7
lain selain menjadi petugas TB di RS
4. Ruang kerja dan fasilitas kerja sangat
nyaman dan jauh dari hal yang
membahayakan sehingga membantu dalam 0 0 2 14,3 2 14,3 3 21,4 7 50,0
menjalankan tugas sebagai petugas TB di
RS
5. Bekerja sebagai petugas TB di RS memberi
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan 0 0 0 0 0 0 7 50,0 7 50,0
saya terutama mengenai TB
6. Keberhasilan kerja dalam penanganan
program strategi DOTS di RS merupakan 0 0 0 0 2 14,2 6 42,9 6 42,9
manifestasi kepuasan kerja yang penting
7. Saya merasa bangga bekerja di RS ini 0 0 1 7,1 1 7,1 4 28,6 8 57,2
8. Bekerja di RS ini membuat saya berguna
0 0 0 0 1 7,1 5 35,7 8 57,2
dalam kehidupan bermasyarakat
9. Gaji yang diberikan selama ini sesuai
0 0 4 28,6 3 21,4 6 42,9 1 7,1
dengan yang diharapkan
10. Selain gaji, saya merasa perlu menerima
insentif uang/bentuk lain untuk pelaksanaan 0 0 1 7,1 1 7,1 6 42,9 6 42,9
program TB
pelaksanaan strategi DOTS yang paling banyak menjawab setuju adalah tugas dan
tanggung jawab yang diberikan selalu diselesaikan sesuai protap (pernyataan nomor
2) sebesar 71,4%, dan yang paling banyak menjawab tidak setuju adalah gaji yang
diberikan selama ini sesuai dengan yang diharapkan (pernyataan nomor 6) sebesar
28,6%.
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tanggapan Responden
No Motivasi
STS % TS % N % S % SS %
1. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
0 0 0 0 1 7,1 8 57,1 5 35,8
sesuai dengan pendidikan dan kemampuan
2. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
0 0 0 0 1 7,1 9 64,3 4 28,6
selalu diselesaikan sesuai protap
3. Mempunyai beban kerja lain selain menjadi
petugas TB dan mempengaruhi pelaksanaan 0 0 2 14,3 7 50 4 28,6 1 7,1
tugas sebagai petugas TB
4. Ruang kerja dan fasilitas kerja sangat nyaman
dan jauh dari hal yang membahayakan
0 0 1 7,1 1 7,1 7 50 5 35,8
sehingga membantu dalam menjalankan tugas
sebagai petugas TB di RS
5. Bekerja sebagai petugas TB di RS memberi
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan 0 0 0 0 1 7,1 7 50 6 42,9
saya terutama mengenai TB
6. Keberhasilan kerja dalam penanganan program
strategi DOTS di RS merupakan manifestasi 0 0 0 0 1 7,1 6 42,9 7 50
kepuasan kerja yang penting
7. Saya merasa bangga bekerja di RS ini 0 0 0 0 2 14,3 7 50 5 35,7
pelaksanaan strategi DOTS yang paling banyak menjawab setuju adalah hubungan
kerja sesama petugas maupun pegawai baik (pernyataan nomor 13) sebesar 71,4%,
dan yang paling banyak menjawab tidak setuju adalah mempunyai beban kerja lain
dan gaji yang diberikan selama ini sesuai dengan yang diharapkan (pernyataan nomor
di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tanggapan Responden
No Motivasi
STS % TS % N % S % SS %
1. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
1 7,1 0 0 0 0 9 64,3 4 28,6
sesuai dengan pendidikan dan kemampuan
2. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
1 7,1 0 0 0 0 7 50 6 42,9
selalu diselesaikan sesuai protap
3. Ruang kerja dan fasilitas kerja sangat nyaman
dan jauh dari hal yang membahayakan
1 7,1 0 0 3 21,45 7 50 3 21,45
sehingga membantu dalam menjalankan tugas
sebagai petugas TB di RS
pelaksanaan strategi DOTS yang paling banyak menjawab setuju adalah hubungan
kerja sesama petugas maupun pegawai baik (pernyataan nomor 12) sebesar 78,6%,
dan yang paling banyak menjawab tidak setuju adalah gaji yang diberikan selama ini
motivasi diperoleh bahwa petugas yang mempunyai motivasi rendah sebesar 40,5%
Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Motivasi
Sarana dan prasarana dokter terhadap pelaksanaan strategi DOTS pada pasien
TB di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Dokter
Jumlah
No. Sarana dan Prasarana Tidak Ya
n % n % n %
1. Jumlah logistik yang diberikan Dinkes Kota
Medan kepada pihak RS selalu dalam jumlah 4 28,6 10 71,4 14 100
yang cukup sesuai dengan permintaan
2. Bahan logistik selalu diterima tepat waktu 6 42,9 8 57,1 14 100
3. Peralatan dan bahan laboratorium untuk
kepentingan pemeriksaan TB di RS tersedia 3 21,4 11 78,6 14 100
dengan lengkap
responden terhadap pelaksanaan strategi DOTS yang paling banyak menjawab tidak
adalah pernyataan nomor 2 yaitu logistik selalu diterima tepat waktu sebesar 42,9%.
Paling banyak menjawab ya adalah pernyataan nomor 3 yaitu peralatan dan bahan
sebesar 78,6%.
pasien TB di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Perawat
Jumlah
No. Sarana dan Prasarana Tidak Ya
n % n % N %
1. Keperluan logistik OAT yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kota Medan kepada pihak RS 0 0 14 100 14 100
diterima dalam kondisi baik
2. Jumlah logistik OAT yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan kepada pihak RS selalu 4 28,6 10 71,4 14 100
dalam jumlah yang cukup
3. Bahan logistik OAT selalu diterima tepat waktu 5 35,7 9 64,3 14 100
4. Pengecekan logistik OAT di RS dilakukan
2 14,3 12 85,7 14 100
sebulan sekali
menjawab ya adalah pernyataan nomor 1 yaitu keperluan logistik OAT yang diberian
oleh Dinkes Kota Medan kepada pihak RS diterima dalam kondisi baik sebesar 100%
dan sebesar 35,7% yang menjawab tidak yaitu bahan logistik OAT selalu diterima
Sarana dan prasarana petugas analis terhadap pelaksanaan strategi DOTS pada
Jawaban Analis
Jumlah
No Sarana dan Prasarana Tidak Ya
n % n % n %
1. Keperluan logistik non OAT yang diberikan Dinas
Kesehatan Kota Medan kepada pihak RS diterima 3 21,4 11 78,6 14 100
dalam kondisi baik
2. Jumlah logistik non OAT yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan kepada pihak RS selalu dalam 3 21,4 11 78,6 14 100
jumlah yang cukup
3. Bahan logistik non OAT selalu diterima tepat waktu 4 28,6 10 71,4 14 100
4. Pengecekan logistik non OAT dilakukan sebulan
1 7,1 13 92,9 14 100
sekali
5. Peralatan dan bahan laboratorium untuk kepentingan
2 14,3 12 85,7 14 100
periksaan TB di RS tersedia lengkap.
dilakukan sebulan sekali sebesar 92,9% dan sebesar 28,6% yang menjawab tidak
yaitu bahan logistik non OAT selalu diterima tepat waktu (pernyataan nomor 3).
sarana dan prasarana diperoleh bahwa petugas yang kurang sarana dan prasarana
Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan Sarana dan Prasarana
4.3.6. Kepemimpinan
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Dokter
Jumlah
No. Kepemimpinan Tidak Ya
n % n % n %
1. Direktur RS selalu melakukan pengawasan
dan pembinaan dalam pelaksanaan program 3 21,4 11 78,6 14 100
strategi DOTS di RS
2. Direktur RS selalu memberikan motivasi dan
dukungan terhadap petugas P2TB dalam 3 21,4 11 78,6 14 100
pelaksanaan program strategi DOTS
3. Direktur RS rutin melakukan pertemuan/rapat
rutin kepada seluruh unit pelayanan fungsional 8 57,1 6 42,9 14 100
program strategi DOTS.
Pada Tabel di atas diperoleh bahwa responden yang paling banyak menjawab
motivasi dan dukungan terhadap petugas P2TB dalam pelaksanaan program strategi
DOTS sebesar 78,6%, dan sebesar 57,1% yang menjawab tidak tentang Direktur RS
TB di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Perawat
Jumlah
No. Kepemimpinan Tidak Ya
n % n % n %
1. Direktur RS selalu melakukan pengawasan dan
pembinaan dalam pelaksanaan program strategi 0 0 14 100 14 100
DOTS di RS
2. Direktur RS selalu memberikan motivasi dan
dukungan terhadap petugas P2TB dalam 0 0 14 100 14 100
pelaksanaan program strategi DOTS
3. Direktur RS rutin melakukan pertemuan/rapat
rutin kepada seluruh unit pelayanan fungsional 5 35,7 9 64,3 14 100
program strategi DOTS.
Pada Tabel di atas diperoleh bahwa responden yang paling banyak menjawab
pelaksanaan program strategi DOTS sebesar 100%, dan sebesar 35,7% yang
seluruh unit pelayanan fungsional program strategi DOTS (pernyataan nomor 3).
pasien TB di Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Dokter
Jumlah
No. Kepemimpinan Tidak Ya
n % n % n %
1. Direktur RS selalu melakukan pengawasan dan
pembinaan dalam pelaksanaan program strategi 1 7,1 13 92,9 14 100
DOTS di RS
2. Direktur RS selalu memberikan motivasi dan
dukungan terhadap petugas P2TB dalam 2 14,3 12 85,7 14 100
pelaksanaan program strategi DOTS
3. Direktur RS rutin melakukan pertemuan/rapat
rutin kepada seluruh unit pelayanan fungsional 6 42,9 8 57,1 14 100
program strategi DOTS.
Pada Tabel di atas diperoleh bahwa responden yang paling banyak menjawab
kepemimpinan diperoleh bahwa petugas yang kepemimpinan sebesar 57,1% dan yang
Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Petugas TB di Rumah Sakit yang telah Dilatih
Program HDL di Kota Medan Berdasarkan kepemimpinan
4.3.7 Kinerja
Jawaban Dokter
Jumlah
No. Kinerja Tidak Ya
n % n % n %
1. Menegakkan diagnosa TB sesuai dengan ISTC 2 14,3 12 85,7 14 100
2. Dalam merencanakan kebutuan OAT, selalu
berdasarkan perhitungan kebutuhan setiap 5 35,7 9 64,3 14 100
triwulan sesuai rumus yang berlaku
3. Melakukan pemantauan sisa stok OAT yang
5 35,7 9 64,3 14 100
ada di gudang obat sebulan sekali
4. Memantau jumlah kebutuhan logistik non
5 35,7 9 64,3 14 100
OAT atau bahan habis pakai
5. Penegakan diagnosa TB anak menggunakan
4 28,6 10 71,4 14 100
sistem scoring
6. Pemberian OAT pada pasien TB dewasa
maupun TB anak disiapkan per paket sesuai 1 7,1 13 92,9 14 100
dengan klasifikasi, tipe, dan BB
7. Memberikan komunikasi, informasi, dan
1 7,1 13 92,9 14 100
edukasi TB kepada suspek TB/penderita TB
disiapkan per paket sesuai dengan klasifikasi, tipe, dan BB dan Memberikan
92,9%, dan sebesar 35,7% yang menjawab tidak tentang dalam merencanakan
rumus yang berlaku, melakukan pemantauan sisa stok OAT yang ada di gudang obat
sebulan sekali dan memantau jumlah kebutuhan logistik non OAT atau bahan habis
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Perawat
Jumlah
No. Kinerja Tidak Ya
n % n % n %
1. Kasus TB dilaporkan secara rutin ke Dinas
Kesehatan Kota Medan sesuai jadwal yang 0 0 14 100 14 100
ditentukan
2. Dalam merencanakan kebutuan OAT, selalu
berdasarkan perhitungan kebutuhan setiap 2 14,3 12 85,7 14 100
triwulan sesuai rumus yang berlaku
3. Sebelum proses penyimpanan OAT, petugas
melakukan semua langkah-langkah pada saat
1 7,1 13 92,9 14 100
penerimaan OAT sesuai dengan materi pelatihan
yang sudah diberikan
4. Melakukan pemantauan sisa stok OAT yang ada
1 7,1 13 92,9 14 100
di gudang obat sebulan sekali
5. Mencatat jumlah, tanggal kadaluarsa dan tanggal
penerimaan masing-masing obat ke dalam kartu 1 7,1 13 92,9 14 100
stok dan kartu stok induk
6. Mencatat setiap jumlah OAT yang dikeluarkan
0 0 14 100 14 100
di dalam kartu stok dan kartu stok induk
7. Memastikan bahwa setiap pasien TB didampingi
1 7,1 13 92,9 14 100
oleh PMO
8. Dosis harian OAT yang akan ditelan di rumah
disiapkan dan dijelaskan cara pemakaiannya di 0 0 14 100 14 100
depan PMO pada saat penyerahan OAT di RS
9. Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
0 0 14 100 14 100
TB kepada penderita TB
10. Hasil pemeriksaan dahak dari formulir TB 05
1 7,1 13 92,9 14 100
dipindahkan ke formuli TB 06
11. Mengisi kartu pengobatan pasien TB pada
1 7,1 13 92,9 14 100
fomulir TB 01
diagnosa TB sesuai dengan ISTC, mencatat setiap jumlah OAT yang dikeluarkan di
dalam kartu stok dan kartu stok induk, dosis harian OAT yang akan ditelan di rumah
disiapkan dan dijelaskan cara pemakaiannya di depan PMO pada saat penyerahan
penderita TB. Paling banyak menjawab tidak adalah pernyataan nomor 13 sebesar
Rumah Sakit di Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jawaban Dokter
Jumlah
No. Kinerja Tidak Ya
n % n % n %
1. Mengumpul dahak untuk penegakan diagnosis. 0 0 14 100 14 100
2. Menghitung kebutuhan logistik non OAT atau
2 14.,3 12 85,7 14 100
bahan habis pakai mengacu pada standar
3. Melakukan pemeriksaan dahak ulang untuk
2 14.,3 12 85,7 14 100
memantau kemajuan pengobatan
4. Pemeriksaan dahak dilakukan sesuai dengan
2 14.,3 12 85,7 14 100
protap
5. Memberikan nomor identitas pada kaca sediaan 2 14.,3 12 85,7 14 100
6. Permohonan laboratorium TB untuk
pemeriksaan dahak dicatat dalam formulir TB 4 28,6 10 71,4 14 100
05
7. Memberikan arahan kepada suspek mengenai
2 14.,3 12 85,7 14 100
cara mengeluarkan dahak
untuk penegakan diagnosis. Paling banyak menjawab tidak adalah pernyataan nomor
kinerja diperoleh bahwa petugas yang kurang kinerja sebesar 42,9% dan yang cukup
Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Kinerja Petugas TB di Rumah Sakit yang telah
Dilatih Program HDL di Kota Medan
Tabel 4.35. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Kinerja Petugas dalam
Pelaksanaan Strategi DOTS
pengetahuan kurang ada 14 orang (66,7%) juga memiliki kinerja kurang, dan dari 21
responden yang memiliki pengetahuan baik ada 17 orang (81,0%) juga memiliki
kinerja baik. Hasil uji Chi- square test menunjukkan bahwa nilai p (0,002) <0,05
strategi DOTS.
Tabel 4.36. Tabulasi Silang antara Pelatihan dengan Kinerja Petugas dalam
Pelaksanaan Strategi DOTS
pelatihan kurang terdapat 10 orang (62,5%) yang memiliki kinerja baik, sedangkan
dari 26 responden yang memiliki pelatihan cukup terdapat 14 orang (53,8%) juga
memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat (Chi- square test) menunjukkan bahwa
nilai p (0,582) >0,05 berarti tidak ada hubungan pelatihan dengan kinerja petugas
berikut ini:
Tabel 4.37. Tabulasi Silang antara Sikap dengan Kinerja Petugas dalam
Pelaksanaan Strategi DOTS
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa dari 22 responden yang memiliki sikap
negatif terdapat 13 orang (59,1%) juga memiliki kinerja kurang, dan dari 20
responden yang memiliki sikap positif terdapat 15 orang (75,0%) juga memiliki
kinerja baik. Ada hubungan antara sikap dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan
Tabel 4.38. Tabulasi Silang antara Motivasi dengan Kinerja Petugas dalam
Pelaksanaan Strategi DOTS
Kinerja Petugas
Total
Motivasi Kurang Baik Nilai p
No
n % n % n %
1 Rendah 11 64,7 6 35,3 17 100,0 0,018
2 Tinggi 7 28,0 18 72,0 25 100,0
memiliki motivasi rendah terdapat 11 orang (64,7%) juga memiliki kinerja kurang,
(72,0%) juga memiliki kinerja baik. Diperoleh nilai p (0,018) <0,05 artinya terdapat
Tabel 4.39. Tabulasi Silang antara Sarana dan Prasarana dengan Kinerja
Petugas dalam Pelaksanaan Strategi DOTS
yang menyatakan sarana dan prasarana kurang terdapat 12 orang (70,6%) juga
memiliki kinerja kurang, dan dari 25 responden yang menyatakan sarana dan prasana
cukup terdapat 19 orang (76,0%) juga memiliki kinerja baik. Hasil uji Chi- square
test menunjukkan bahwa nilai p (0,003) <0,05, hal ini berarti bahwa terdapat
hubungan sarana dan prasarana dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi
DOTS.
Kinerja Petugas
Total
Kepemimpinan Kurang Baik Nilai p
No
n % n % n %
1 Kurang 15 62,5 9 37,5 24 100,0 0,003
2 Cukup 3 16,7 15 83,3 18 100,0
kepemimpinan kurang terdapat 15 orang (62,5%) juga memiliki kinerja kurang. Dari
memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat (Chi- square test) menunjukkan bahwa
nilai p (0,003) <0,05, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan kepemimpinan dengan
pelaksanaan strategi DOTS menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic
regression), karena variabel dependennya 2 kategori yaitu kurang dan baik. Regresi
logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis
bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi
regresi logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis
bivariatnya.
Variabel yang memiliki nilai probabilitas (p) lebih kecil dari 0,25 adalah
secara bersama-sama kemudian variabel yang nilai p>0,05 akan dikeluarkan secara
otomatis dari komputer sehingga dapat variabel yang berpengaruh. Variabel yang
terpilih dalam model akhir regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 4.41 :
Tabel 4.41. Hasil Analisis Faktor yang Paling Dominan Berpengaruh terhadap
Kinerja Petugas
strategi DOTS. Hasil uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa yang paling
1
p( y ) = −( −20 ,148+ 4 ,196 ( 2 ) + 2 ,188 ( 2 ) + 3,845 ( 2 ) +3, 766 ( 2 ))
= 99%
1+ e
Keterangan:
a : Konstanta
cukup, motivasi tinggi, sarana dan prasarana cukup dan kepemimpinan cukup
memiliki probabilitas sebesar 99% untuk kinerja yang baik. Petugas yang memiliki
kepemimpinan kurang memiliki probabilitas sebesar 0,21% untuk kinerja yang baik.
PEMBAHASAN
tenaga penolongnya, sumber utama dari suatu keterampilan dan kemampuan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan pada awalnya adalah adanya pengetahuan tentang cara
memiliki pengetahuan kurang ada 14 orang (66,7%) juga memiliki kinerja kurang,
dan dari 21 responden yang memiliki pengetahuan baik ada 17 orang (81,0%) juga
memiliki kinerja baik. Hasil uji Chi-square test menunjukkan bahwa nilai p (0,002)
laboratorium.
Hasil penelitian di rumah sakit ditemukan yang paling banyak Dokter yang
menjawab salah adalah mengenai kriteria suspek TB resisten OAT adalah kasus TB
kronik, gagal pengobatan kategori 2, pasien dengan BTA tetap positif setelah
91
Universitas Sumatera Utara
92
paru pada anak dapat ditegakkan bila jumlah total dari sistem scoring ≥ 6. Kesalahan
dalam menjawab pertanyaan yang dilakukan oleh dokter ini mungkin diakibatkan
karena kesalahan persespsi terhadap pertanyaan yang diajukan, ataupun untuk sistem
scoring dalam mendiagnosa TB anak ini belum seluruh dokter umum yang mengerti
observasi selama penelitian sebagian besar Rumah Sakit apabila mendapatkan pasien
suspek TB anak maka mereka langsung merujuk ke dokter spesialis anak. Namun
setelah dari dokter spesialis anak, para petugas TB tidak mendapatkan pelaporan,
sehingga pencatatan dan pelaporan menjadi tidak lengkap. Oleh karena itu kiranya
diharapkan agar Direktur Rumah Sakit maupun tim manajemen rumah sakit agar
lebih rutin melakukan supervisi untuk memperbaiki tatalaksana program HDL ini.
Diharapkan agar lebih tegas kepada seluruh pihak maupun bagian yang berhubungan
terhadap tatalaksana TB, karena tentunya tatalaksana TB ini nukan hanya pada bagian
Paru ataupun Penyakit Dalam saja. Diharapkan bagian lain mau ikut serta dan
Paramedis tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam penerimaan OAT dari
Analisis tidak tahu pengumpulan dahak yang baik adalah kecuali letakkan pot
dahak di tempat yang terkena sinar matahari. Kesalahan dalam menjawab pertanyaan
ini mungkin karena kesalahan persepsi dalam memahami maksud pertanyaan yang
diajukan.
diperoleh ada hubungan pengetahuan terhadap kinerja petugas P2TB dengan nilai
kinerja menjadi rendah. Maka sebagai petugas kesehatan (dokter, paramedis dan
analis) yang berpengetahuan baik mempunyai peluang untuk kinerja yang baik
kinerja.
puskesmas. Hasil ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Green (1980)
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan
melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan.
Tingkat pengetahuan individu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan yang ikut
serta dalam suatu kegiatan dan mempunyai dampak terhadap perilaku, namun bila
dianalisis lebih jauh proses terbentuknya suatu kesadaran tidak hanya di pengaruhi
oleh pengetahuan. Pengetahuan saja belum cukup untuk membuat seseorang merubah
perilakunya. Perubahan atau adopsi perilaku adalah suatu proses yang kompleks dan
memiliki pelatihan kurang terdapat 10 orang (62,5%) yang memiliki kinerja baik,
(53,8%) juga memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat (Chi-square test)
menunjukkan bahwa nilai p (0,582) >0,05 berarti tidak ada hubungan pelatihan
dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS. Dalam penelitian ini hasil
pada penelitian yang dilakukan oleh Syahputra (2009) menyatakan ada hubungan
yang signifikan antara variabel pelatihan dengan kinerja petugas Pemberantasan dan
Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhrizal (2010) yang juga
Berarti dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa pelatihan tidak terlalu
memberikan pengaruh terhadap kinerja petugas P2TB di rumah sakit. Hal ini
mungkin dikarenakan para petugas yang telah dilatih program HDL ini sudah lama
Misalnya dokter spesialis paru otomatis sudah pasti handal dalam melakukan
pemeriksaan dan perawatan pasien TB. Hal serupa mungkin juga terjadi pada
paramedis yang telah dilatih program HDL ini. Begitu juga pada analis dalam
memeriksakan sputum pada pasien TB. Mereka sudah terbiasa dalam mengerjakan
pemeriksaan kasus TB ini, karena kasus TB ini bukan kasus baru di Indonesia, dan
memiliki sikap negatif terdapat 13 orang (59,1%) juga memiliki kinerja kurang, dan
dari 20 responden yang memiliki sikap positif terdapat 15 orang (75,0%) juga
memiliki kinerja baik. Ada hubungan antara sikap dengan kinerja petugas dalam
Pada saat penelitian masih ditemukan petugas P2TB yang tidak setuju
penegakan diagnosa pada penderita TB anak saat ini harus menggunakan scoring, hal
ini mungkin responden yang menjawab tidak terlalu mengerti sistem scoring
dikarenakan mereka dokter umum, karena berdasarkan observasi penelitian jika ada
pasien suspek TB pada anak pastinya langsung merujuk kepada spesialis anak.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Sikap terdiri atas 3
komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,
arrtinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-
menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran keyakinan dan emosi
Hasil yang sama juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Yuliastuti (2007) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel sikap
terhadap kinerja perawat. Begitu pula pada penelitian oleh Siregar (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap kinerja
bidan.
antara sikap dengan motivasi dan kepuasa kerja seorang pekerja. Sikap belum tentu
sikap menjadi suatu perbuatan ataupun tindakan yang nyata diperlukan faktor
Selain faktor sarana dan prasarana, petugas P2TB ini juga harus memiliki
kesadaran sendiri akan pentingnya menjalankan program HDL ini. Jika mereka tidak
memiliki kesadaran tersendiri untuk kesembuhan para pasien TB ini maka tentunya
sikap mereka bisa dikatakan tidak mendukung terhadap program HDL ini, dan kinerja
mereka berarti juga kurang, dan tentunya akan berdampak tidak baik dalam program
penaggulangan TB di Indonesia.
dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif yang timbul dalam
orang (64,7%) juga memiliki kinerja kurang, sedangkan dari 25 responden yang
memiliki motivasi tinggi terdapat 18 orang (72,0%) juga memiliki kinerja baik.
Diperoleh nilai p (0,018) <0,05 artinya terdapat hubungan motivasi dengan kinerja
petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS. Petugas P2TB termotivasi untuk kinerja
yang baik karena mereka sadar pentingnya pelaksanaan DOTS yang selanjutnya
mampu melaksanakan kinerja yang baik. Berdasarkan hasil multivariat diperoleh ada
hubungan motivasi terhadap kinerja. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
kinerjanya baik mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena
Menurut Dinkes Kota medan para petugas P2TB akan mendapatkan insentif
kelima, pemeriksaan laboratorium BTA pada masa akhir pengobatan, jumlah pasien
konversi, dan jumlah pasien yang sembuh. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
menurut responden ternyata pemberian gaji maupun insentif tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini mungkin merupakan sebab yang membuat motivasi petugas P2TB
tersebut menjadi rendah yang tentunya akan berhubungan terhadap kinerja petugas
Peran motivasi yang ada pada diri seseorang dalam melaksanakan pekerjaan
dapat dijelaskan melalui pendapat Gibson (1996) yang menyatakan motivasi sebagai
suatu dorongan yang timbul pada atau di dalam diri seorang individu yang
memiliki motivasi yang baik akan dapat bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Siahaan (2012) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi terhadap
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2004) dalam
motivasi petugas tinggi maka kinerja petugas juga baik. Begitu pula sebaliknya
dengan motivasi petugas yang rendah maka kinerja petugas akan kurang. Tentunya
nanti akan berhubungan dengan mutu pelayanan di suatu Rumah Sakit atau pelayanan
kesehatan lainnya. Hal ini mengacu kepada pengertian motivasi yang disebutkan
kondisi seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi tersebut
terbentuk dari sikap seseorang menghadapi situasi kerja, serta terkait juga dengan
sikap mental sebagai kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha
mencapai prestasi kerja yang maksimal, serta memahami tujuan utama dan target
kerja yang dicapai. Karena setiap petugas (pekerja) pasti memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya, sesuai dengan teori hierarki oleh Abraham Maslow (1970).
menyatakan sarana dan prasarana kurang terdapat 12 orang (70,6%) juga memiliki
kinerja kurang, dan dari 25 responden yang menyatakan sarana dan prasana cukup
terdapat 19 orang (76,0%) juga memiliki kinerja baik. Hasil uji Chi-square test
menunjukkan bahwa nilai p (0,003) <0,05, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan
sarana dan prasarana dengan kinerja petugas dalam pelaksanaan strategi DOTS.
Berdasarkan hasil multivariat diperoleh ada hubungan sarana dan prasarana terhadap
kinerja. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Munawaroh (2012) bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara sarana kerja dengan kinerja petugas pengelola obat
Semakin lengkap sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit, terutama
diharapkan akan semakin baik pula kinerja petugas P2TB di rumah sakit yang telah
mendapatkan pelatihan HDL oleh phak Dinkes Kota Medan. Apabila kinerja petugas
P2TB baik maka diharapkan juga akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
rumah sakit yang ternyata tidak melakukan pemeriksaan sputum dahak dikarenakan
peralatan laboratorium mereka sedang rusak. Sehingga hal ini tentunya berpengaruh
terhadap kinerja petugas P2TB di rumah sakit, dan tentunya dalam penjaringan pasien
TB ini, pihak rumah sakit dapat dikatakan tidak sesuai dengan standar yang berlaku
(83,3%) juga memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat (Chi-square test)
menunjukkan bahwa nilai p (0,003) <0,05, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Jamaksari (2004) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan
dimana pengambilan data dilakukan hanya satu kali secara bersamaan. Oleh
sebab itu penelitian ini tidak bermaksud melihat hubungan sebab akibat antara
variabel intervening/perantara.
sampel.
peneliti sendiri dengan berdasarkan literatur yang ada karena belum ada
secara lengkap. Upaya yang dilakukan peneliti dengan melakukan uji validitas
dan reliabilitas
6.1 Kesimpulan
1. Kinerja petugas doketr, paramedis dan analisis dalam pelaksanaan strategi DOTS
terhadap pelaksanaan strategi DOTS di Rumah Sakit yang telah dilatih program
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pelatihan terhadap kinerja
petugas P2TB terhadap pelaksanaan strategi DOTS di Rumah Sakit yang telah
4,196.
104
Universitas Sumatera Utara
105
6.2 Saran
Beberapa hal yang perlu disarankan sesuai dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
TB di Rumah Sakit.
dalam memberikan solusi atas masalah atau kendala yang sedang dihadapi
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara 2011. Sumatera Utara.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Edisi Ketiga,
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ginting, A.E. 2009. Pengaruh Motivasi Kerja Petugas KIA terhadap Mutu Pelayanan
KIA di Puskesmas Kabupaen Aceh Tenggara Tahun 2008. Tesis. Program
Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan.
______, http://www.indonesian-publichealth.com/2012/08/masalah-kesehatan-serius-
yang-ditimbulkan-penyakit-tb-paru. html
______, http://www.tbindonesia.or.id/2012/09/12/profil-tb-2011/
______, http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2011/IndonesiaReport2011.pdf
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Ekonomi Bisnis. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Munawaroh. 2012. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Petugas
Pengelola Obat di Puskesmas Kota Subusussalam tahun 2011. Tesis. Program
Pascarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Purba, J.S.R. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Gizi
Puskesmas di Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak Tahun 1999/2000.
Tesis. Program Pascarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Jakarta.
Riduwan. 2005. Metode dan Teknis Penyusunan Thesis. Alpha Betha. Bandung.
Siregar, H.S. 2013. Pengaruh Faktor Psikologis dan Organisasi terhadap Kinerja
Bidan dalam Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan di Kota
Padangsidempuan. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Situmorang, S.H., dkk. 2008. Analisis Data Penelitian. USU Press. Medan.
Spencer, L. dan Spencer, S.M. 1993. Competence at Work Models for Superior
Performance. Canada : John Willey & Son.
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB
(TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM
HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE) DI KOTA MEDAN
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengisian: ………………………………
B. PENGETAHUAN
Berilah tanda (x) pada jawaban yang tepat !
1. Kuman yang menyebabkan TB pada manusia, adalah :
a. Mycobacterium bovis
b. Mycobacterium leprae
c. Mycobacterium ulcerans
d. Mycobacterium tuberculosis
e. Mycobacterium avium
5. Penderita baru TB positif yang belum pernah makan obat anti TB (OAT)
sebelumnya, maka diberikan OAT kategori :
a. Kategori 1
b. Kategori 2
c. Kategori 3
d. Kategori sisipan
e. Bukan salah satu di atas
C. PELATIHAN
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Materi pelatihan tatalaksana TB bagi pengelola program
TB di rumah sakit yang pernah saya ikuti sesuai dengan
kebutuhan
2 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
dapat mengatasi permasalahan dalam penanggulangan
masalah TB
3 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
membantu saya dalam melaksanakan tugas
penanggulangan masalah TB
4 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
meningkatkan ketrampilan saya dalam melaksanakan
program strategi DOTS di RS
D. SIKAP
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
1 Melakukan KIE (komunikasi, informasi,
edukasi) mengenai TB kepada penderita TB,
keluarga, dan PMO itu penting
2 Penegakan diagnosa pada penderita TB
dalam program DOTS sesuai dengan ISTC
(International Standard for Tuberculosis
Care)
3 Penegakan diagnosa pada penderita TB anak
saat ini (sesuai materi pelatihan) harus
menggunakan sistem scoring
4 OAT diberikan harus sesuai dengan
klasifikasi, tipe, dan berat badan penderita
TB
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
5 Setiap pasien yang datang harus dilakukan
pemisahan pasien berdasarkan kasus
infeksiusnya (TRIASE)
6 Dalam penanganan pasien TB harus selalu
dilaksanakan dengan cermat, cepat, dan tepat
E. MOTIVASI
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
1 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
sebagai dokter yang bertugas di RS ini sesuai
dengan kemampuan dan wewenang
2 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
selalu diselesaikan sesuai protap
3 Saya akan tetap melaksanakan tugas saya
sebagai dokter TB sesuai tupoksi saya
walaupun saya mempunyai beban kerja lain
(tugas tambahan) selain menjadi petugas TB
di RS
4 Ruang kerja dan fasilitas kerja sangat nyaman
dan jauh dari hal yang membahayakan
sehingga membantu saya dalam menjalankan
tugas sebagai petugas TB di RS
5 Bekerja sebagai petugas TB di Rumah Sakit
ini memberikan peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sayaterutama mengenai TB
6 Keberhasilan kerja saya dalam penanganan
program strategi DOTS di RS ini merupakan
manifestasi kepuasan kerja yang penting
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
7 Saya merasa bangga bekerja di rumah sakit ini
G. KEPEMIMPINAN
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Direktur RS selalu melakukan pengawasan dan
pembinaan dalam pelaksanaan program strategi DOTS di
RS
2 Direktur RS selalu memberikan motivasi dan dukungan
terhadap petugas P2TBC dalam pelaksanaan program
strategi DOTS di RS
3 Direktur RS rutin melakukan pertemuan/rapat rutin
kepada seluruh Unit Pelayanan Fungsional (UPF)/Staf
Manajemen Fungsional (SMF) program strategi DOTS di
RS
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB
(TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM
HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE) DI KOTA MEDAN
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengisian: ………………………………
B. PENGETAHUAN
Berilah tanda (x) pada jawaban yang tepat !
1. Kuman yang menyebabkan TB pada manusia, adalah :
a. Mycobacterium bovis
b. Mycobacterium leprae
c. Mycobacterium ulcerans
d. Mycobacterium tuberculosis
e. Mycobacterium avium
6. Kartu yang digunakan untuk mencatat semua suspek TB dan diperiksa dahak
SPS adalah kartu formulir nomor :
a. TB.01
b. TB.02
c. TB.03
d. TB.05
e. TB.06
C. PELATIHAN
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Materi pelatihan tatalaksana TB bagi pengelola program
TB di rumah sakit yang pernah saya ikuti sesuai dengan
kebutuhan
2 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
dapat mengatasi permasalahan dalam penanggulangan
masalah TB
3 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
meningkatkan pengetahuan saya dan membantu saya
melaksanakan tugas dalam upaya penanggulangan masalah
TB
No Pertanyaan Ya Tidak
4 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
meningkatkan ketrampilan saya dalam melaksanakan
program strategi DOTS di RS
5 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya mampu
mengaplikasikan hasil pelatihan dalam penatalaksanaan
strategi DOTS di RS
6 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, pengetahuan
saya dalam melaksanakan strategi DOTS di RS meningkat
7 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, ketrampilan
saya dalam melaksanakan strategi DOTS di RS meningkat
8 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya mampu
melaksanakan strategi DOTS di RS secara optimal
D. SIKAP
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
1 Melakukan KIE (komunikasi, informasi,
edukasi) mengenai TB kepada penderita TB,
keluarga, dan PMO itu penting
2 Selalu menerapkan etiket batuk untuk
mencegah penyebaran kuman pathogen
3 Petugas TB harus menggunakan alat
pelindung diri berupa masker N-95 saat
berhadapan dengan penderita TB
4 Pencatatan dan pelaporan pada formulir TB
(sesuai dengan jenis formulir)
E. MOTIVASI
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
1 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
sesuai dengan pendidikan dan kemampuan
2 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
selalu diselesaikan sesuai protap seperti materi
pelatihan
3 Mempunyai beban kerja lain (tugas tambahan)
selain menjadi petugas TB dan mempengaruhi
pelaksanaan tugas saudara sebagai petugas TB
di RS
4 Ruang kerja dan fasilitas kerja sangat nyaman
dan jauh dari hal yang membahayakan
5 Bekerja sebagai petugas TB di Rumah Sakit
ini memberikan peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sayaterutama mengenai TB
6 Keberhasilan kerja saya dalam penanganan
program strategi DOTS di RS ini merupakan
manifestasi kepuasan kerja yang penting
7 Saya merasa bangga bekerja di rumah sakit ini
8 Bekerja di rumah sakit ini membuat saya
berguna di dalam kehidupan bermasyarakat
9 Gaji yang diberikan selama ini sesuai dengan
yang saya harapkan
10 Selain gaji, saya merasa perlu menerima
insentif uang/bentuk lain untuk pelaksanaan
program TB
11 Gaji maupun insentif saya terima tepat waktu
12 Hubungan kerja antara pimpinan dan pegawai
baik dan tidak kaku
13 Hubungan kerja sesama petugas maupun
pegawai baik
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
14 Pemberian reward (penghargaan) kepada
pegawai berprestasi akan meningkatkan
motivasi kerja
G. KEPEMIMPINAN
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Direktur RS selalu melakukan pengawasan dan
pembinaan dalam pelaksanaan program strategi DOTS di
RS
2 Direktur RS selalu memberikan motivasi dan dukungan
terhadap petugas P2TBC dalam pelaksanaan program
strategi DOTS di RS
3 Direktur RS rutin melakukan pertemuan/rapat rutin
kepada seluruh Unit Pelayanan Fungsional (UPF)/Staf
Manajemen Fungsional (SMF)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB
(TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM
HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE) DI KOTA MEDAN
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengisian: ………………………………
J. PENGETAHUAN
Berilah tanda (x) pada jawaban yang tepat !
7. TB terutama ditularkan melalui :
f. Sistem limfe
g. Sistem peredaran darah
h. Makanan dari pasien
i. Percikan dahak (droplet)
j. Hubungan seksual
K. PELATIHAN
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Materi pelatihan tatalaksana TB bagi pengelola program
TB di rumah sakit yang pernah saya ikuti sesuai dengan
kebutuhan
2 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
dapat mengatasi permasalahan dalam penanggulangan
masalah TB
3 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
meningkatkan pengetahuan saya dalam upaya
penanggulangan masalah TB
4 Materi pelatihan tatalaksana TB yang pernah saya ikuti
meningkatkan ketrampilan saya dalam melaksanakan
program strategi DOTS di RS
5 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya mampu
mengaplikasikan hasil pelatihan dalam penatalaksanaan
strategi DOTS di RS
6 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, pengetahuan
saya dalam melaksanakan strategi DOTS di RS meningkat
7 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, ketrampilan
saya dalam melaksanakan strategi DOTS di RS meningkat
8 Setelah mengikuti pelatihan tatalaksana TB, saya mampu
melaksanakan strategi DOTS di RS secara optimal
L. SIKAP
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
1 Menggunakan alat pelindung diri saat berada
di laboratorium
2 Pencatatan dan pelaporan pada formulir TB
(Form TB.05)
3 Mewwarnai sediaan dahak dengan
pewarnaan Ziehl neelsen
4 Tidak perlu menjelaskan tata cara batuk yang
benar sebelum mengumpulkan dahak
5 Pemeriksaan dahak yang dilakukan hanya
saat penegakkan diagnosis saja
M. MOTIVASI
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
1 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
sesuai dengan pendidikan dan kemampuan
2 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan
selalu diselesaikan sesuai protap seperti materi
pelatihan
3 Ruang kerja dan fasilitas kerja sangat nyaman
dan jauh dari hal yang membahayakan
Alternatif Jawaban
No Pernyataan
SS S N TS STS
4 Bekerja sebagai petugas TB di Rumah Sakit
ini memberikan peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sayaterutama mengenai TB
5 Keberhasilan kerja saya dalam penanganan
program strategi DOTS di RS ini merupakan
manifestasi kepuasan kerja yang penting
6 Saya merasa bangga bekerja di rumah sakit ini
7 Bekerja di rumah sakit ini membuat saya
berguna di dalam kehidupan bermasyarakat
8 Gaji yang diberikan selama ini sesuai dengan
yang saya harapkan
9 Selain gaji, saya merasa perlu menerima
insentif uang/bentuk lain untuk pelaksanaan
program TB
10 Gaji maupun insentif saya terima tepat waktu
11 Hubungan kerja antara pimpinan dan pegawai
baik dan tidak kaku
12 Hubungan kerja sesama petugas maupun
pegawai baik
13 Pemberian reward (penghargaan) kepada
pegawai berprestasi akan meningkatkan
motivasi kerja
O. KEPEMIMPINAN
Petunjuk pengisian : isilah dengan tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai !
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Direktur RS selalu melakukan pengawasan dan
pembinaan dalam pelaksanaan program strategi DOTS di
RS
2 Direktur RS selalu memberikan motivasi dan dukungan
terhadap petugas P2TBC dalam pelaksanaan program
strategi DOTS di RS
3 Direktur RS rutin melakukan pertemuan/rapat rutin
kepada seluruh Unit Pelayanan Fungsional (UPF)/Staf
Manajemen Fungsional (SMF) program strategi DOTS di
RS