Anda di halaman 1dari 112

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI

DI RSUD Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI


TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ROMAULI
127032109/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI
RSUD Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI
TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiolgi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROMAULI
127032109/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP
KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD.
Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING
TINGGI TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Romauli
Nomor Induk Mahasiswa : 127032109
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiolgi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (drh. Hiswani, M.Kes)


Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 24 Juli 2014

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji
Pada Tanggal : 24 Juli 2014
____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP


Anggota : 1. drh. Hiswani, M.Kes
2. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI


RSUD
Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI
TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

Romauli
127032109/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan
angka diastolik. Hal ini terkait dengan gaya hidup (pola makan, kebiasaan istirahat,
aktifitas fisik, dan riwayat merokok) masyarakat. Berdasarkan data dari RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang diperoleh penulis, dapat kita lihat bahwa jumlah
kunjungan penderita hipertensi rawat jalan tahun 2013 sebanyak 1.486 (rata-rata 124
per bulan) dan hipertensi ada di urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar
pada tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aktifitas fisik, pola
makan, istirahat dan riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah survei yang
bersifat analitik dengan pendekatan matched case control. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasien baru yang berkunjung pada bulan Januari-Mei 2014 sebanyak
76 orang. Sampelnya adalah 70 kasus dan 70 kontrol. Metode analisa data dengan
cara analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat
dengan uji regresi logistic ganda.
Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pola makan (95%CI = 3,97-
18,41 dengan OR 8,556), istirahat (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) dan riwayat
merokok (95%CI = 1,21-10,37 dengan OR 3,545) berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi sedangkan aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil uji regresi logistik berganda
diketahui variabel yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah pola makan
dan istirahat.
Disarankan bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar
dapat meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan
konsultasi gizi tentang hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan
pelayanan kepada penderita hipertensi, bagi masyarakat melakukan pencegahan dan
penanggulangan hipertensi dengan cara memperbaiki pola makan dan mengurangi
kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi seperti kebiasaan
istirahat yang kurang dan merokok.

Kata Kunci : Gaya Hidup, Hipertensi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Hypertension is a condition in which a person with an increase in blood


pressure above normal indicated by systolic and diastolic. This is related to lifestyle
(diet, rest habits, physical activity, and smoking history) community. lifestyle (diet,
rest habits, physical activity, and smoking history) middle adult groups.. Based on the
data from RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi , we can see that the number
of outpatient visits of hypertensive patients in 2013 as many as 1,486 (average of 124
per month) and hypertension in the ninth of the ten largest illness by 2013.
This study aimed to analyze the influence of physical activity, diet, rest and
smoking history of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
This research is an analytic survey with matched case-control approach. The
population in this study were all new patients who visited in January-May 2014. The
samples were 70 cases and 70 controls. The data were analyzed by using univatriate
analysis, bivatriate analysis with chi square test, and multivatriate analysis with
multiple logistic regression tests.
The results showed statistically diet (95%CI = 3,97-18,41 dengan OR 8,556),
rest (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) and a history of smoking (95%CI = 1,21-
10,37 dengan OR 3,545) effect on the prevalence of hypertension while physical
activity had no effect on the prevalence of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan
Pane Tebing Tinggi. The result of multiple logistic regression tests showed that the
variable which influenced of hypertension was diet and rest habits.
Suggested for the RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi to increase
knowledge about hypertension community through counseling and personal approach
to providing services to people who suffer from hypertension to reduce of
hypertension, the community expected to prevent the risk factors by improving the
diet to prevent of hypertension in order to reduce habits that can increase the
incidence of hypertension such as smoking and lack of resting habits.

Keywords: Lifestyle, Hypertension

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan

judul “Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014”.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM)., Sp.A.,(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dan sekaligus penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan.

4. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan masukan

kepada penulis.

5. drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan masukan.

6. drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.

Universitas Sumatera Utara


7. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H selaku penguji yang telah banyak

memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

8. Para Dosen di Departemen Epidemilogi FKM USU yang telah memberikan

banyak ilmu, masukan dan dukungan bagi penulis.

9. Dr. H. Nanang Fitra, Sp.PK selaku direktur RSUD Dr. H. Kumpulan Pane

Tebing Tinggi yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyelesaikan

pendidikan ini.

10. Teristimewa untuk Ayahanda M. Nainggolan, STh, dan Ibunda T. br. Simbolon,

SPd, serta Kakanda Jerry, Adinda Ida, Rudi, dan Dessy yang telah banyak

memberikan motivasi, semangat, dukungan moril maupun materil dari awal

perkuliahan sampai akhir, dan yang selalu mendoakan penulis.

11. Sahabat – sahabat di Minat Studi Epidemiologi (AKK/E) 2012 FKM USU terima

kasih banyak atas kebersamaan, bantuan, dukungan, waktu serta masukan.

12. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan doanya.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan

karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2014


Penulis

Romauli
127032109/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Romauli, lahir pada tanggal 07 April 1987 di Tebing Tinggi Propinsi

Sumatera Utara, beragama Kristen Protestan, anak kedua dari lima bersaudara dari

pasangan Ayahanda M. Nainggolan, STh dan Ibunda T. br. Simbolon, SPd.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Negeri 163092 Tebing

Tinggi (1993-1999), SMP Negeri 4 Tebing Tinggi (1999-2002), SMA Negeri 1

Tebing Tinggi (2002-2005), S-1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara (2005-2009) dan Tahun 2012 penulis mengikuti pendidikan lanjutan

di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat pada minat studi Manajemen

Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Permasalahan .............................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................ 7
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 7
1.4. Hipotesis Penelitian .................................................................... 8
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9


2.1. Hipertensi .................................................................................... 9
2.1.1. Definisi Hipertensi .......................................................... 9
2.1.2. Patofisiologi .................................................................... 11
2.1.3. Manifestasi Klinis ........................................................... 12
2.1.4. Komplikasi ...................................................................... 12
2.1.5. Penatalaksanaan .............................................................. 14
2.1.6. Epidemiologi Hipertensi ................................................. 16
2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi ................................................. 17
2.1.8. Pencegahan Hipertensi .................................................... 24
2.2. Gaya Hidup ................................................................................. 25
2.2.1. Pengertian Gaya Hidup ................................................... 25
2.2.2. Aktifitas Fisik .................................................................. 25
2.2.3. Pola Makan ..................................................................... 27
2.2.4. Kebiasaan Istirahat .......................................................... 30
2.2.5. Riwayat Merokok ............................................................ 31
2.3. Landasan Teori ............................................................................ 34

Universitas Sumatera Utara


2.4. Kerangka Konsep ........................................................................ 35

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 36


3.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 36
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 36
3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................ 36
3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................ 36
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 37
3.3.1. Populasi .......................................................................... 37
3.3.2. Sampel ............................................................................ 37
3.3.3. Tekhnik Pengambilan Sampel ....................................... 39
3.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 42
3.6. Metode Pengukuran .................................................................... 44
3.7. Metode Analisis Data .................................................................. 45
3.7.1. Analisis Univariat............................................................ 45
3.7.2. Analisis Bivariat .............................................................. 45
3.7.3. Analisis Multivariat......................................................... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 49


4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian.......................................................... 49
4.2. Analisis Univariat......................................................................... 50
4.3. Analisis Bivariat ........................................................................... 53
4.4. Analisis Multivariat...................................................................... 56
4.5. Population Attribute Risk............................................................. 59

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 61


5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, dan Pekerjaan ........................................................... 61
5.2. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi .................. 62
5.2.1. Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi
di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ........ 62
5.2.2. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ............. 65
5.2.3. Pengaruh Kebiasaan Istirahat terhadap Kejadian
Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing
Tinggi ............................................................................. 68

Universitas Sumatera Utara


5.2.4.Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian
Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing
Tinggi ............................................................................. 70
5.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 74


6.1. Kesimpulan .................................................................................. 74
6.2. Saran ............................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Nilai Odds Rasio Variabel dari Penelitian Terdahulu ...................... 38

3.2 Hasil Uji Validitas Gaya Hidup ....................................................... 40

3.3 Hasil Uji Reabilitas Gaya Hidup ...................................................... 42

3.4 Nama Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, dan Skala Ukur.................. 45

3.5 Odd Ratio/ OR .................................................................................. 45

4.1 Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan ............................................... 50

4.2 Distribusi Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi...................... 52

4.3 Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr.


H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi .................................................. 54

4.4 Pengaruh Pola Makan, Istirahat, dan Kebiasaan Merokok terhadap


Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing
Tinggi ............................................................................................... 57

4.5 Pengaruh Pola Makan dan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi


di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ............................ 57

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori................................................................................. 35

2.2 Kerangka Konsep ............................................................................. 35

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ........................................................................ 80

2 Master Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 82

3 Hasil Master Validitas dan Reliabilitas Data ................................... 83

4 Master Data Penelitian ..................................................................... 86

5 Hasil Uji Statistik ............................................................................. 89

6 Surat Izin Penelitian dari FKM USU ............................................... 104

7 Surat Pelaksanaan Penelitian............................................................ 105

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan
angka diastolik. Hal ini terkait dengan gaya hidup (pola makan, kebiasaan istirahat,
aktifitas fisik, dan riwayat merokok) masyarakat. Berdasarkan data dari RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang diperoleh penulis, dapat kita lihat bahwa jumlah
kunjungan penderita hipertensi rawat jalan tahun 2013 sebanyak 1.486 (rata-rata 124
per bulan) dan hipertensi ada di urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar
pada tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aktifitas fisik, pola
makan, istirahat dan riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah survei yang
bersifat analitik dengan pendekatan matched case control. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasien baru yang berkunjung pada bulan Januari-Mei 2014 sebanyak
76 orang. Sampelnya adalah 70 kasus dan 70 kontrol. Metode analisa data dengan
cara analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat
dengan uji regresi logistic ganda.
Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pola makan (95%CI = 3,97-
18,41 dengan OR 8,556), istirahat (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) dan riwayat
merokok (95%CI = 1,21-10,37 dengan OR 3,545) berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi sedangkan aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil uji regresi logistik berganda
diketahui variabel yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah pola makan
dan istirahat.
Disarankan bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar
dapat meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan
konsultasi gizi tentang hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan
pelayanan kepada penderita hipertensi, bagi masyarakat melakukan pencegahan dan
penanggulangan hipertensi dengan cara memperbaiki pola makan dan mengurangi
kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi seperti kebiasaan
istirahat yang kurang dan merokok.

Kata Kunci : Gaya Hidup, Hipertensi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Hypertension is a condition in which a person with an increase in blood


pressure above normal indicated by systolic and diastolic. This is related to lifestyle
(diet, rest habits, physical activity, and smoking history) community. lifestyle (diet,
rest habits, physical activity, and smoking history) middle adult groups.. Based on the
data from RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi , we can see that the number
of outpatient visits of hypertensive patients in 2013 as many as 1,486 (average of 124
per month) and hypertension in the ninth of the ten largest illness by 2013.
This study aimed to analyze the influence of physical activity, diet, rest and
smoking history of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
This research is an analytic survey with matched case-control approach. The
population in this study were all new patients who visited in January-May 2014. The
samples were 70 cases and 70 controls. The data were analyzed by using univatriate
analysis, bivatriate analysis with chi square test, and multivatriate analysis with
multiple logistic regression tests.
The results showed statistically diet (95%CI = 3,97-18,41 dengan OR 8,556),
rest (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) and a history of smoking (95%CI = 1,21-
10,37 dengan OR 3,545) effect on the prevalence of hypertension while physical
activity had no effect on the prevalence of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan
Pane Tebing Tinggi. The result of multiple logistic regression tests showed that the
variable which influenced of hypertension was diet and rest habits.
Suggested for the RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi to increase
knowledge about hypertension community through counseling and personal approach
to providing services to people who suffer from hypertension to reduce of
hypertension, the community expected to prevent the risk factors by improving the
diet to prevent of hypertension in order to reduce habits that can increase the
incidence of hypertension such as smoking and lack of resting habits.

Keywords: Lifestyle, Hypertension

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan pola penyakit yang terjadi dari penyakit menular ke penyakit tidak

menular ditunjukkan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya

prevalensi penyakit noninfeksi (penyakit tidak menular) seperti penyakit jantung,

hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat

dibandingkan dengan penyakit infeksi (penyakit menular). Hal ini terjadi seiring

dengan perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan

ekonomi bangsa (Bustan, 2007).

Seiring berubahnya gaya hidup diperkotaan mengikuti era globalisasi kasus

hipertensi terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang

kaya lemak, malas berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan

bisa memicu terjadinya hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan

darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya

akan kembali normal (Shadine, 2010).

Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena

pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripik asin, otak-otak,

makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini dikarenakan

makanan di atas tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak

bahan pengawet (Muhammadun, 2010). Menurut WHO (2010), gaya hidup kurang

1
Universitas Sumatera Utara
sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih

dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh kurangnya bergerak atau

kurangnya aktifitas fisik, hal ini karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan

kalori yang keluar sehingga makin lama makin banyak kalori yang menumpuk

sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh menjadi terganggu yang kemudian

menyebabkan kemunduran fisik yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai

penyakit, misalnya diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan

stroke (Dennysantoso, 2011).

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskuler)

paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang

sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan

salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskuler yang

mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian (Padmawinata, 2001). Hipertensi

adalah gangguan tekanan dalam pembuluh darah, bukan masalah ketegangan atau

penderitaan yang mudah timbul (Towsend, 2008)

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

ditunjukkan oleh angka systolic dan angka diastolic pada pemeriksaan tensi darah

menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Shadine, 2010). Menurut WHO-

ISH dalam JNC VIII (Joint National Commite), batas tekanan darah yang masih

Universitas Sumatera Utara


dianggap normal adalah kurang dari 120/80 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Berdasarkan data WHO (2000), dari 50% penderita hipertensi yang

diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati

dengan baik. Data WHO (World Health Oranization) tahun 2007 menunjukan

diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap

hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26.1% wanita. Angka kemungkinan

akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India,

misalnya, jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan

diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di Cina, 98,5 juta orang mengalami

hipertensi dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia,

tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi

67,4 juta orang pada tahun 2025 (Muhammadun, 2010).

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat

karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Bangsa

Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang

berkembang menuju negara masyarakat industri membawa kecenderungan baru

dalam pola penyakit dalam masyarakat. (Bustan, 2007).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2005), hipertensi menduduki peringkat 3

untuk pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit dengan

Universitas Sumatera Utara


jumlah 464.697 (2,93%). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukkan prevalensi

hipertensi nasional 31,7% dari total penduduk dewasa. Artinya adalah 1 dari 3 orang

dewasa di Indonesia menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi

berakhir pada stroke, sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.

Prevalensi ini lebih tinggi dari Singapura 27,3%, Thailand 22,7%, dan Malaysia 20%.

Sementara Jepang 36,7%, Cina 17-40%. Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar

antara 6 sampai 15% tetapi prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah

1,8% dan Lembah Baliem Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6% sedangkan

angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Riskesdas, 2007).

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi

4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa 50%

diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung

untuk menjadi hipertensi berat karna tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor

resikonya dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degerenatif dan

kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia (Depkes, 2008).

Penyakit hipertensi merupakan urutan ke tujuh dari sepuluh besar kasus rawat

inap di Indonesia tahun 2010 dengan prevalensi 28,48%. Kasus hipertensi merupakan

urutan ke dua dari sepuluh besar kasus rawat jalan di Indonesia tahun 2010 dengan

prevalensi 30,58% (Profil Kesehatan, 2011). Menurut data Kemenkes (2012)

persentase rawat jalan kasus baru penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin

Universitas Sumatera Utara


tahun 2010 sebesar 55,1% pada laki-laki dan 44,9% pada perempuan. Proporsi kasus

rawat inap penyakit tidak menular tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah

Provinsi Sumatera Utara 54,9%. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3

setelah stroke dan tuberkulosis, yakni dengan PMR (Proportional Mortality Rate)

mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Profil Kesehatan Sumatera Utara (2000) melaporkan bahwa prevalensi

hipertensi di Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, 8,21% pada

kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan penyakit

penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi

Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian

27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun 20,23% (1.349 orang).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roslina Tahun 2007 dengan judul

penelitian Analisis Determinan Hipertensi di wilayah Kerja Tiga Puskesmas

Kabupaten Deli Serdang dikatakan bahwa Obesitas dengan kejadian hipertensi,

proposinya secara bermakna lebih tinggi pada orang obesitas dibanding orang yang

tidak obesitas, dengan OR=2,57. Merokok dengan kejadian hipertensi, proposinya

secara bermakna lebih tinggi pada orang merokok dibanding orang yang tidak

merokok, dengan OR=3,16.

Penelitian Bruce Neal (2006) yang mengatakan bahwa penurunan konsumsi

garam dapat menurunkan hipertensi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

Aris Sugiarto (2007) di Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering

Universitas Sumatera Utara


mengkonsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan

nilai p = 0,022; OR = 2,01 dan 95% CI = 1,10 – 3,66.

Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah hipertensi perlu

mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang

tinggi dan komplikasi yang cukup berat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih

tepat maka diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana gaya hidup dapat

menimbulkan penyakit hipertensi dan faktor mana dari gaya hidup (aktifitas fisik,

pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) tersebut yang paling berpengaruh

terhadap kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane Tebing Tinggi dilaporkan adanya peningkatan jumlah kasus

hipertensi rawat inap pada tahun 2012 yaitu sebanyak 137 kasus menjadi 179 kasus

pada tahun 2013. Diperoleh data jumlah kunjungan penderita hipertensi rawat jalan

tahun 2013 sebanyak 1.486 (rata-rata 124 per bulan). Angka ini lebih tinggi jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana jumlah kunjungan penderita

hipertensi tahun 2012 adalah sebanyak 1.153 (rata-rata 96 per bulan). Di RSUD Dr.

H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi, hipertensi ada di urutan kesembilan dari sepuluh

penyakit terbesar pada tahun 2013.

Berdasarkan hal uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan

riwayat merokok) terhadap kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane

Tebing Tinggi Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Permasalahan

Apakah ada pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan

riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane

Tebing Tinggi tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan

riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane

Tebing Tinggi Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing

Tinggi Tahun 2014.

2. Mengetahui pengaruh aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.

Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

3. Mengetahui pengaruh pola makan dengan kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.

Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

4. Mengetahui pengaruh kebiasaan istirahat dengan kejadian hipertensi di RSUD

Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

5. Mengetahui pengaruh riwayat merokok dengan kejadian hipertensi di RSUD

Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Hipotesis

Ada pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat

merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing

Tinggi Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi RSUD Dr. H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi dapat menjadi masukan

bagi pihak rumah sakit dalam dalam upaya meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya penyakit hipertensi dan dapat memberikan pendidikan

kesehatan tentang gaya hidup yang baik sehingga dapat mengurangi resiko

terjadinya hipertensi.

1.5.2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar membiasakan gaya hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi.

1.5.3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khusunya yang terkait dengan

penyakit hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi menurut WHO (2011) adalah peningkatan tekanan darah sistolik

sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih

besar 90 mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa

darah melalui pembuluh darah. Hipertensi sering kali dijumpai tanpa gejala, relatif

mudah diobati dan sering menimbulkan komplikasi seperti stroke, kelemahan

jantung, penyakit jantung koroner,dan gangguan ginjal (Palmer, 2007). Hipertensi

adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut

ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk

pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung).

Hipertensi menyerang target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi

penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau

120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.

Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90

mmHg.

Menurut petunjuk World Health Organization-International Society of

Hypertension WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai The Eight Report of the

Universitas Sumatera Utara


Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure ( JNC VIII), yaitu:

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia ≥ 18 Tahun

Tekanan sistolik
Kategori Tekanan diastolic (mmHg)
(mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Sedang 140 – 159 Atau 90 – 99
Berat > 160 Atau > 100

Adapun jenis hipertensi yaitu :

a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten

tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik

normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi esensial meliputi lebih kurang

95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya disebabkan oleh hipertensi

sekunder. Hipertensi esensial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis

kelamin, ras, faktor genetik atau keturunan serta faktor lingkungan yang meliputi

obesitas, stres, konsumsi garam berlebih dan sebagainya.

b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)

Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat

di ketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi kurang lebih 5% dari total

penderita hipertensi. Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari

suatu penyakit, kondisi atau kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi

dari hal-hal berikut :

a. Akibat stres yang parah,

b. Penyakit atau gangguan ginjal,

c. Kehamilan atau pemakaian hormon pencegah kehamilan,

d. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya,

e. Cidera di kepala atau pendarahan di otak yang berat,

f. Tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan (Astawan, 2009)

2.1.2. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil perkalian cardiac output (curah jantung)

dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian

antara stroke volume dengan denyut jantung. Pengaturan tahanan perifer

dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol

yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor

arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi

vaskular. Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, diuresis tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan

arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui

mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulus parasimpatis) dan

vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Perubahan volume cairan

memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air,

tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah

Universitas Sumatera Utara


aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Kondisi

patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam

dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik (Udjianti, 2010).

2.1.3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para penderita hipertensi

dengan tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Gejala-gejala yang dirasakan

penderita hipertensi adalah pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur,

sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan,

muka pucat, suhu tubuh rendah (Shadine, 2010).

Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering

disebut (silent killer). Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara

lain : sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting,

ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur

atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur (Udjianti, 2010).

2.1.4. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul jika hipertensi tidak di tangani dengan tepat

adalah:

a. Stroke

Dapat timbul, akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

Universitas Sumatera Utara


b. Infark miokardium

Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen

ke miokardim atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah

melalui pembuluh tersebut.

c. Gagal ginjal

Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,

glomerolus.

d. Enselopati (kerusakan otak)

Tekanan yang sangat tinggi dapat menyebabkan peningkatan kapiler dan

dorongan cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat

(Shadine, 2010).

Alat tubuh yang sering terserang hipertensi adalah mata, ginjal, jantung dan

otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan

kebutaan. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi

berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan

akibat pecahnya mikroaneurisma yang mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang

dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

(transient ischaemic attack) (Riyadina, 2002).

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

Universitas Sumatera Utara


berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2009)

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan

hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit

fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksi

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui

urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,

yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada

kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke

ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps

dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2009).

2.1.5. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Universitas Sumatera Utara


Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Sedangkan terapi tanpa

obat meliputi

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Kurangi konsumsi garam secara moderat dari 10 gram perhari menjadi 5 gram

perhari

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan

b. Menghentikan merokok

c. Mengurangi minuman beralkohol dan kafein

d. Menghindari stres

e. Diet tinggi kalium

f. Makanan dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita

dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

penderita. Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee On Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood

Universitas Sumatera Utara


Pressure, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita

(JNC, 2003).

2.1.6. Epidemiologi Hipertensi

Distribusi dan Frekuensi Hipertensi

a. Orang

Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang

memerlukan penanganan yang baik karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang

tinggi. Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun

sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat

prevalensi hipertensi pada laki-laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar

6,5%. Pada usia 50-59 tahun prevalensi hipertensi pada lak-laki sekitar 53,8%

sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi

hipertensi sekitar 64,5% (Suryati, 2005).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007

menunjukan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara

nasional mencapai 31,7%. Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat

pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75

tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki

sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.

Universitas Sumatera Utara


b.Tempat

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi

di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa

Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi

Tengah(36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%),

Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi

yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).

c. Waktu

Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Studi

morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2001 menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun

1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk tahun 2001. Sedangkan hasil SKRT 2004

menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2% dan wanita 15,5%

(Corwin, 2009). Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di

Indonesia mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa.

2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

1. Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar

risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena

hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga

Universitas Sumatera Utara


prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan

kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Dengan bertambahnya umur, risiko

terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia,

namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih (Nurkhalida,

2003).

2. Jenis Kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka

yang cukup bervariasi. Dari penelitian yang dilakukan Sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di

Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di

Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Pria lebih banyak

yang menderita hipertensi dibanding wanita, hal ini disebabkan karena terdapatnya

hormon estrogen pada wanita (Marliani, 2007).

3. Riwayat Keluarga

Orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering

menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi

primer (Nurkhalida, 2003). Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung

meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika seorang dari orang tua kita

mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan

mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi,

kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60% (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara


b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

1. Konsumsi Garam

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya

hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume

plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan

ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem

pendarahan) yang normal (Sheps, 2005). Garam merupakan faktor yang sangat

penting dalam pathogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan

pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3

gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika

asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-

20%. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan

110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Hull, 1996).

2. Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat

badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan

risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan

konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan

dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak

sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat

menurunkan tekanan darah (Sheps, 2005).

Universitas Sumatera Utara


3. Penggunaan Jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk

menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan

dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung

dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kandungannya sebetulnya tidak

jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak

tidak jenuh (ALTJ) (Yundini, 2006). Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi yang tidak

menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan

minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol

yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu

terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.

4. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat

cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui

secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak

memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum

sedikit (Hull, 1996). Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai

karena survei menunjukkan bahwa 10% kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi

alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.

Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah

serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan

konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus

Universitas Sumatera Utara


hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari

meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.

5. Obesitas

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh >

25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu

faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi (Suyono, 2001). Obesitas merupakan ciri

dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah

penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak

obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas

saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Melalui olah raga

yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-60 menit/hari) dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Obesitas erat

kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi

lemak.

Menurut Alison Hull dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan

antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal

maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan

bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga

bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi

dikemudian hari. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada

penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

Universitas Sumatera Utara


6. Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada

hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya

harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung

harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005).

7. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi

(Nurkhalida, 2003). Menurut Smet, stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan

emosi, fisik atau lingkungan tidak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan

kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Apabila stres berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan

tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa

Universitas Sumatera Utara


normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan

darah.

8. Penggunaan Estrogen

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.

Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita

hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone

estrogen setelah menopause (Marliani, 2007). Peran hormon estrogen adalah

meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan

terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen dianggap

sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause, wanita

mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur

45-55 tahun (Kumar, 2005).

Hipertensi timbul akibat interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh

faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap

timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka

pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya

hidup sehat menjadi sangat penting.

Universitas Sumatera Utara


2.1.8. Pencegahan Hipertensi

a. Pencegahan Primer

1. Pencegahan primordial: meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan gaya

hidup sehat misalnya mengkonsumsi gizi yang seimbang dan menjaga pola

makan yang baik.

2. Promotif: promosi kesehatan, misalnya dengan melaksanakan dan mengikuti

penyuluhan gizi dan pola makan untuk menghindari faktor resiko hipertensi

3. Proteksi spesifik: turunkan atau hindari faktor resiko dengan menjaga pola

makan, tidak merokok, istirahat yang cukup dan rajin berolahraga.

b. Pencegahan Sekunder

1. Diagnosa awal: screening, pemeriksaan check-up

2. Pengobatan yang tepat: segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal

awal keluhan.

c. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi: upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati

untuk menghindari komplikasi daripada hipertensi. Pada umumnya orang akan

berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau

meninggal dunia akibat hipertensi. Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita

hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah, tentunya harus disertai

pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter (Gunawan, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.2. Gaya Hidup

2.2.1. Pengertian Gaya Hidup

Menurut Kotler (2002), Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Minor

dan Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana

orang membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu (Tamher,

2009).

Menurut Belloc dan Breslow (1972), yang termasuk gaya hidup adalah:

a. Pola makanan yang baik

b. Aktifitas fisik

c. Olahraga

d. Istirahat/tidur 7-8 jam perhari

e. Tidak merokok

f. Tidak minum-minuman keras

g. Tidak mengonsumsi obat-obatan (Watson, 2003).

2.2.2. Aktifitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian

banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas

fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan

melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab

Universitas Sumatera Utara


mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada

masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai

fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik

mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah.

Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih

kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin

ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga

tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007)

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap

penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi

berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita

hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang

terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik.

Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika

dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani,

2007).

Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik

yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar

pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan

selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara

teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan

penyakit jantung (Sunita, 2003).

Universitas Sumatera Utara


Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanan fisik terutama karena

kurangnya aktifitas fisik akibatnya timbul penyakit yang sering diderita antara lain

diabetes mellitus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau

keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada jaman modern ini telah mendorong orang

mengubah gaya hidupnya seperti jarang bergerak karena segala sesuatu atau

pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang modern

seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu,

bepergian dengan kendaraan walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan

jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk kesehatan karena tubuh kita

menjadi manja, karena kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan

penyakit (Marliani, 2007).

Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak

boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi

sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal

itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008).

2.2.3. Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan

mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologi,

budaya dan sosial. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang

berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Sediaoetama, 2006).

Menurut pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa pola konsumsi

pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi

Universitas Sumatera Utara


kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat

memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekwensi bahan makanan yang

dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok

masyarakat tertentu (Supariasa dkk, 2001).

Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok (sumber karbohidrat),

lauk pauk (sumber protein hewani dan nabati), sayur dan buah. Pola makanan yang

tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan

darah meningkat dan kadar gula yang meningkat (Sediaoetama, 2006). Diet kaya

buah-buahan, sayuran, mengurangi asupan natrium, rendah lemak dan kolesterol

dapat menurunkan tekanan darah ( Lawrence, 2002).

Kebutuhan akan serat yang dapat larut dalam air seperti apel, jeruk, pir,

kacang merah dan kedelai juga perlu untuk tubuh. Selain sebagai sumber serat, buah

dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Mengonsumsi serat dan

buah sangat penting untuk tubuh untuk mencegah sulit buang air besar. Selain itu

konsumsi susu dapat menambah kebutuhan air yang kurang pada tubuh. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan adalah: porsi makan jangan

terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit tapi sering, banyak

minum air putih sekitar 7-8 gelas/hari dan batasi minum kopi dan teh, kurangi garam,

makanan hendaknya mudah dicerna, lembek tidak keras, hindari makanan yang

terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurih/gorengan (Rimbana 2004; Sunita,

2003).

Universitas Sumatera Utara


Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik

jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang

mengonsumsi sayuran, buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi

kebutuhan tubuh bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan (Supariasa, 2001).

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat diturunkan jika pola

makan seimbang, sebaliknya penyakit degeneratif dan penyakit kanker meningkat

jika pola makanan tidak seimbang. Di beberapa daerah masalah penyakit infeksi

masih menonjol sehingga dalam transisi epidemiologi kita menghadapi beban ganda

(Double Burden), peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup

karena pola makan, di kota-kota besar berubah dari pola makan tradisional yang

mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan masyarakat

barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam

tetapi rendah serat (Depkes RI, 2008).

Sedangkan menurut WHO (2003) meningkatnya industrialisasi, urbanisasi,

mekanisasi yang terjadi di sebagian besar negara di dunia, berhubungan dengan

perubahan makanan dan perilaku, termasuk ke dalamnya makanan yang tinggi lemak

dan tinggi energi serta gaya hidup yang lebih santai, melakukan aktifitas bisa dibantu

dengan peralatan yang tidak banyak mengeluarkan energi. Tingginya kandungan

sukrosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan

tensi normal yang kemudian memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl

(natrium klorida) pada orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi.

Sukrosa mungkin dapat menurunkan kadar lemak darah dan memiliki efek merugikan

Universitas Sumatera Utara


pada toleransi glukosa. Konsumsi lemak mempunyai pengaruh kuat pada resiko

penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, efek lain pada

lipid darah, trombosis, tekanan darah tinggi (Tamher, 2009).

Gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya

hidup seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman

kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan pengawet, makanan kaya lemak,

makanan kaya kolesterol. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan

karena tubuh kita menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh

menjadi lembek dan rentan penyakit (Depkes RI, 2008).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto (2007) di

Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak

jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR =

2,01 dan 95% CI = 1,10-3,66

2.2.4. Kebiasaan Istirahat

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Banyak orang yang tidur

jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah dan stress. Hasil riset terbaru para ahli di

Chicago membuktikan, 3 hari mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam

memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan

resiko mengidap diabetes. Selanjutnya menurut mereka, tidur tidak nyenyak selama 3

hari berturut-turut akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya

pada orang muda dan orang dewasa (Santoso, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini

bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan

penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas

tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh

mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar

dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk

kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.2.5. Riwayat Merokok

Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Merokok dapat mengganggu kerja

paru-paru yang normal, karena Hemoglobin lebih mudah membawa Karbondioksida

daripada membawa Oksigen. Jika terdapat Karbondioksida dalam paru-paru, maka

akan dibawa oleh Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang kurang dari

biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat

memengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu mempercepat denyut jantung sampai 20

kali lebih cepat dalam satu menit daripada dalam keadaan normal. Menurunkan suhu

kulit sebesar setengah derajat karena penyempitan pembuluh darah kulit dan

menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran darah (Bustan, 2007).

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan

peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya,

risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.

Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari

pada mereka yang tidak merokok (Price, 2006). Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin

Universitas Sumatera Utara


dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida, 2003).

Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg.

Berbagai penelitian membuktikan, sesudah merokok selama kurang lebih 30 menit,

tekanan darah akan meningkat secara signifikan. Rokok meningkatkan tekanan darah

lewat zat nikotin yang terdapat dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar

dalam pembuluh darah sampai ke otak. Otak kemudian bereaksi dengan memberikan

sinyal pada kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon epinefrin/ adrenalin.

Hormon adrenalin ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa

jantung untuk bekerja lebih kuat untuk memompa darah. Hal inilah yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Disamping itu zat-zat yang terdapat dalam rokok dapat mempengaruhi

dinding arteri sehingga lebih peka terhadap penumpukan lemak (plak) dan dapat

memicu dilepaskannya natrium yang bersifat menahan air. Volume plasma pun

meningkat sehingga tekanan darah naik. Untuk itulah berhenti merokok sangat

penting untuk menurunkan dan mengendalikan tekanan darah. Menghindari rokok

dapat menjauhkan dari risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lain (Marliani,

2007).

Universitas Sumatera Utara


a. Kategori Perokok

1. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak

merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan

lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada

perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh

perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali

lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Marliani, 2007).

2. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap

utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang merokok dan langsung menghisap

rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun

lingkungan sekitar (Marliani, 2007).

b. Jumlah Rokok yang di Hisap

Jumlah rokok yang di hisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari.

Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan: Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang

per hari.

b. Perokok Sedang: Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per hari.

c. Perokok Berat: Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang

(Bustan, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka

dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan

mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang

berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya

akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan

(Muttaqin, 2009).

2.3. Landasan Teori

Penyakit tidak menular (PTM) secara umum meliputi penyakit jantung,

stroke, kanker, hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronis, asma

bronkial, penyakit sendi yang sebagian non infeksi, nyeri punggung yang

menyebabkan ketidakmampuan bekerja, cedera berat seperti trauma dan lain

sebagainya. PTM dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

risiko yang sama (common underlying risk factor) seperti kardiovaskuler, stroke,

diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik dan kanker. Faktor risiko

tersebut antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat,

kurang aktifitas fisik, alkohol, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi.

Penyakit tidak menular (PTM) telah mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan

dan masa pertumbuhan yang diperberat oleh gaya hidup yang tidak sehat. Bila

digambarkan maka alur pikir faktor risiko PTM adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Faktor Genetik Aktifitas Fisik Tingkat

Pola Makan : Kepribadian Merokok


Obesitas Individu Alkohol
- Tinggi Lemak
- Tinggi Kelesterol
- Tinggi Kalori
- Tinggi Garam Stres Mental
- Tinggi Glukosa Istirahat
- Rendah Serat

Penyakit
Tidak Menular

Gambar 2.1. Gambar Kerangka Teori Penyakit tidak Menular (Kenneth


J.Royhman,1990)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gaya Hidup

Aktivitas Fisik

Pola Makan
Kejadian Hipertensi
Kebiasaan Istirahat

Kebiasaan Merokok

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan disain studi Case

Control dengan memilih kasus yang menderita hipertensi dan kontrol yang tidak

menderita hipertensi. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan

hipertensi (retrospektif) melalui survey dan pemeriksaan secara langsung kepada

pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup (aktifitas

fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian Hipertensi di

RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

Alasan memilih lokasi ini karena berdasarkan survei pendahuluan hipertensi

merupakan urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar pada tahun 2013 di

Rumah Sakit ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Januari - Juli 2014 dari melakukan survey awal,

penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis

data dan penyusunan laporan akhir.

36
Universitas Sumatera Utara
3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi kasus adalah seluruh pasien baru didiagnosis penderita hipertensi

yang dirawat jalan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi bulan Januari 2014

sampai dengan bulan Mei 2014. Populasi kontrol adalah seluruh pasien yang tidak

menderita hipertensi dan yang dirawat jalan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing

Tinggi bulan Mei 2014.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel terdiri dari kasus dan kontrol.

a. Kasus adalah sebagian pasien baru rawat jalan yang berobat di RSUD

Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang telah terdiagnosa menderita hipertensi

bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2014.

b. Kontrol adalah sebagian pasien baru rawat jalan yang tidak menderita`hipertensi

dari rumah sakit yang sama bulan Mei 2014 dan mempunyai karakteristik yang

sama dengan kasus yaitu umur dan jenis kelamin.

Perhitungan besar sampel ditetapkan menggunakan rumus studi kasus

kontrol berpasangan (perbandingan 1 kasus dan 1 kontrol) sebagai berikut :

{Zα / 2 + Z β PQ } 2 dimana P=
R
n=
( P − 1 / 2 )2 (1 + R )

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:

n = besar sampel

R = Perkiraan OR = 2

Zα = Tingkat kemaknaan 95%, α = 5% (1,96)

Zβ = Presisi 80% (0,842)


2 2
P = Prakiraan efek kontrol P = =
(1 + 2) 3
Q = 1- P = 1 - 2 = 1
3 3
Hasil Perhitungan :

{1,96 / 2 + 0,842 0,22 }2 =


{0,98 }
+ (0,842 x0,471 2
n=
(0,166)2 (0,166)2
n = 68,7 ≈ 70

Tabel 3.1. Nilai Odds Rasio Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu

No. Variabel OR N
1. Pola Makan 2,01 120
2. Obesitas 2,57 110
3. Merokok 3,16 110
Sumber: Penelitian Roslina, 2007 dan Aris Sugiarto, 2007

Berdasarkan perhitungan diatas terdapat jumlah sampel minimal kasus

sebanyak 70 penderita. Dilakukan matching terhadap umur yaitu dewasa awal (20-34

tahun), dewasa tengah/ madya (35-55 tahun), dan dewasa akhir (56-70 tahun) atau

lansia dan jenis kelamin untuk sampel yang menjadi kontrol.

Universitas Sumatera Utara


3.3.3. Tekhnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, sampel yang akan diambil adalah yang memenuhi kriteria

yang digunakan yaitu:

1. Kriteria inklusi untuk kasus

- Responden yang menderita hipertensi dari status diagnosa.

- Bersedia diwawancarai atau bersedia menjadi partisipan.

2. Kriteria inklusi untuk kontrol

- Responden yang tidak menderita hipertensi dari status diagnosa.

- Bersedia diwawancarai atau bersedia menjadi partisipan.

3. Kriteria eksklusi kasus dan kontrol

- Responden tidak bersedia diwawancarai.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui

wawancara langsung pada subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner pada

saat pasien melakukan kunjungan ke Rumah Sakit sebanyak 17 orang hipertensi dan

70 orang bukan hipertensi pada bulan Mei 2014. Peneliti melakukan kunjungan ke

rumah pasien hipertensi sebanyak 53 orang pada bulan Januari-April 2014 yang

sudah terpilih menjadi sampel. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

mengambil data-data dari dokumen catatan kartu status diagnosa pasien atau catatan

yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

Universitas Sumatera Utara


Ketepatan pengujian hipotesis sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai

dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai

sasarannya bila mana data tidak reliabel.

Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan

menggunakan SPSS, dilihat penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas bertujuan

mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat kehandalan

atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel pada

analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan

jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010).

Berdasarkan hasil uji validitas variabel gaya hidup (pola makan, aktifitas fisik,

kebiasaan istirahat) terlihat hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai

korelasi > 0,361, maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat

digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan,
Kebiasaan Istirahat)

No Variabel Corrected Item - Total Corelation Keterangan


1 Aktivitas fisik
Item 1 0,626 Valid
Item 2 0,542 Valid
Item 3 0,488 Valid
2 Pola makan
Item 1 0,620 Valid
Item 2 0,523 Valid
Item 3 0,637 Valid
Item 4 0,759 Valid
Item 5 0,637 Valid
Item 6 0,474 Valid
Item 7 0,514 Valid

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2 (Lanjutan

No Variabel Corrected Item - Total Corelation Keterangan


Item 8 0,727 Valid
3 Kebiasaan Istitahat
Item 1 0,608 Valid
Item 2 0,829 Valid
Item 3 0,795 Valid
Item 4 0,761 Valid

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat

ukur dapat dipergunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas ini dengan

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban

responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan

sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo,

2009)

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan

metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel

(Riyanto 2009).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel gaya hidup terlihat nilai Cronbach’s

Alpha > konstanta (0,6), maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel.

Tabel 3.3. Hasil Uji Reabilitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola
Makan, Kebiasaan Istirahat)

No Variabel Corrected Item - Total Corelation


Keterangan
1 Aktivitas fisik 0,726 Reliabel
2 Pola makan 0,862 Reliabel
3 Kebiasaan Istitahat 0,891 Reliabel

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di RSU. Herna Tebing Tinggi dengan

30 orang penderita hipertensi. Dengan asumsi bahwa karakteristik pasien yang berada

di RSU. Herna Tebing Tinggi dengan RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

relatif sama.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas gaya hidup (aktifitas

fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok). Sedangkan variabel

terikat adalah kejadian Hipertensi. Definisi operasional dari variabel penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Aktifitas fisik adalah kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari yang bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan. Kategori aktifitas fisik: 1. Tidak Cukup

2. Cukup

Universitas Sumatera Utara


Aktifitas fisik diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah

diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 3 dan total skor sebesar 6 dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban Ya = 2

2. Jawaban Tidak = 0

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (tiga) kategori yaitu:

1. Tidak cukup, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu < 3

2. Cukup, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu > 3

2. Pola makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan frekwensi

makan sehari-hari. Kategori pola makan: 1. Tidak baik

2. Baik

Pola makan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi

bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 8 dan total skor sebesar 16 dengan kriteria

sebagai berikut :

1. Jawaban Ya = 2

2. Jawaban Tidak = 0

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (tiga) kategori yaitu:

1. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu ≤ 8

2. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu > 8

3. Istirahat adalah kebiasaan istirahat/tidur yang dilakukan baik siang maupun malam

hari. Kategori istirahat: 1. Tidak cukup

2. Cukup

Universitas Sumatera Utara


Istirahat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi

bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 4 dan total skor sebesar 8 dengan kriteria

sebagai berikut :

1. Jawaban Ya = 2

2. Jawaban Tidak = 0

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (tiga) kategori yaitu:

1. Tidak cukup, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu ≤ 4

2. cukup, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu >4

4. Riwayat Merokok adalah kebiasaan menghisap rokok yang dapat merugikan

kesehatan. Kategori riwayat merokok: 1. Ya

2. Tidak

Pengukuran variabel riwayat merokok disusun dengan 1 pertanyaan yang

diajukan dengan jawaban ”ya” dan ”tidak”.

5. Hipertensi adalah adalah keadaan tekanan darah yang lebih tinggi dari normal,

yaitu sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg, yang didapat dari

rekam medik pasien. Kategori Hipertensi: 1. Penderita Hipertensi

2. Tidak Menderita Hipertensi

3.6. Metode Pengukuran

Untuk memperjelas variabel penelitian seperti pada kerangka konsep di

atas, maka diberikan metode pengukuran seperti pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.4. Nama Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

No Nama Cara Alat Hasil Skala


Variabel Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel
Independen:
1 Aktifitas fisik Wawancara Kuesioner 1. Tidak cukup Ordinal
2. Cukup
2 Pola Makan Wawancara Kuesioner 1. Tidak Baik Ordinal
2. Baik
3 Istirahat Wawancara Kuesioner 1. Tidak Cukup Ordinal
2. Cukup
4 Riwayat Wawancara Kuesioner 1. Ya Ordinal
Merokok 2. Tidak
Variabel
Dependen :
1 Hipertensi Tensimeter Kuesioner 1. Hipertensi Ordinal
2. Tidak menderita
Hipertensi

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran

pada masing-masing variabel independen yang meliputi gaya hidup (aktifitas fisik,

pola makan, istirahat dan riwayat merokok) dan variabel dependen yaitu kejadian

hipertensi.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square yang digunakan untuk

menguji hipotesis hubungan yang signifikan antara gaya hidup (aktifitas fisik,

kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD

Universitas Sumatera Utara


Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Dasar pengambilan keputusan penerimaan

hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi (nilai p) adalah:

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Selanjutnya juga mengetahui besar risiko (Odds Ratio/OR) paparan terhadap

kasus dengan menggunakan tabel 2 x 2 sebagai berikut:

Tabel 3.5. Odd Ratio/ OR

Penyakit
Kasus (+) Kontrol (-) Total
Paparan
Terpapar a b a+b
Tidak Terpapar c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d

Nilai besarnya Odds Ratio ditentukan dengan rumus OR = a.d / b.c, dengan

Confidence Interval (CI) 95%. Hasil interpretasi nilai OR adalah sebagai berikut :

a. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa

variabel yang diteliti mempengaruhi hipertensi.

b. Jika OR lebih dari 1 dan 95% CI mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa variabel

yang diteliti bukan merupakan yang mempengaruhi hipertensi.

c. Jika OR kurang dari 1, menunjukkan bahwa variabel yang diteliti merupakan faktor

protektif.

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-

sama variabel bebas terhadap variabel terikat, dan variabel bebas yang paling besar

Universitas Sumatera Utara


pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji Regresi Logistik

Ganda. Analisis regresi logistik untuk menjelaskan pengaruh beberapa variabel bebas

secara bersamaan dengan variabel terikat. Prosedur yang dilakukan terhadap uji

regresi logistik, apabila masing-masing variabel bebas dengan hasil menunjukkan

nilai p<0,25 pada analisis bivariat tetapi secara biologis bermakna, maka variabel

tersebut dapat dilanjutkan dalam model multivariat.

Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan metode Enter. Semua variabel

kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan

hasil menunjukkan nilai p<0,05. Variabel terpilih dimasukkan ke dalam model dan

nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi.

Uji Regresi Logistik Berganda (Multiple Logistic Regression ), dengan rumus sebagai

berikut (Riyanto, 2009) :

P (X) = _________1_________
1 + e - ( a+β1X1+β2X2+…..βiXi)

Keterangan :

P (X) : Probabilitas Hipertensi


Βo : Koefisien Regresi
X1 : Aktivitas fisik
X2 : Pola makan
X3 : Istirahat
X4 : Riwayat merokok

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya untuk mengetahui kasus hipertensi yang dapat dicegah dengan

memperbaiki faktor gaya hidup yang dominan, maka dilakukan perhitungan

Population Attribute Risk (PAR).

�(�−1)
PAR = �(�−1)+1

Keterangan:

p = proporsi kasus yang mempunyai faktor terpajan

r = Odds Ratio variabel yang paling dominan

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi

terletak di lokasi yang strategis yaitu di tengah kota dan mudah dijangkau. RSUD Dr.

H. Kumpulan Pane berdiri tahun 1958 yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Kota
2 2
Praja. Dibangun di atas areal tanah seluas 11.675 m dengan luas bangunan 3.296 m

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 233/Menkes/

S.K./VI/1983 UPTD RSU Kota Tebing Tinggi ditetapkan sebagai Rumah Sakit

Umum Pemerintah Kelas C Non Pendidikan (Profil RSUD Dr. H. Kumpulan Pane

Kota Tebing Tinggi, 2012).

Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan mengenang jasa salah

seorang dokter pribumi pertama yang berpraktek di Kota Tebing Tinggi dan

merupakan tokoh masyarakat yang banyak bergerak di bidang kesehatan, maka nama

rumah sakit dirubah menjadi RSUD Dr. H. Kumpulan Pane. Perubahan ini ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1013/Menkes/Sk/IX/2007 Tanggal 6 Desember 2007, tentang Perubahan Nama

Rumah Sakit. Pada Tanggal 28 Juli 2009 RSUD Dr. H. Kumpulan Pane telah

ditetapkan menjadi Kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 581/Menkes/VII/2009 dengan status kepemilikan adalah

Universitas Sumatera Utara


Pemerintah Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara (Profil RSUD Dr. H.

Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi, 2013).

4.2. Karakteristik Penderita

Karakteristik penderita pada penelitian ini merupakan variabel bebas, yang

terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Secara rinci karakteristik

penderita yang menjadi responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan

Karakteristik Penderita Status Responden


Kasus Kontrol
n % n %
1. Umur
a. 20-34 tahun 5 7,1 5 7,1
b. 35-55 tahun 29 41,4 29 41,4
c. 56-70 tahun 36 51,5 36 51,5
Total 70 100 70 100
2. Jenis Kelamin
a. Laki- laki 27 38,6 27 38,6
b. Perempuan 43 61,4 43 61,4
Total 70 100 70 100
3. Pendidikan
a. Dasar/Menengah 41 58,6 44 82,9
b. Tinggi 29 41,4 26 37,1
Total 70 100 70 100

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. (Lanjutan)

3. Pekerjaan
a. PNS/ Pensiunan PNS 15 21,4 22 31,4
b. POLRI/TNI/Pensiunan 2 2,9 3 4,2
c. Pegawai Swasta/Wiraswasta 27 38,6 24 34,3
d. Petani 9 12,9 6 8,6
f. Buruh 8 11,3 2 2,9
g. Lain-lain 9 12,9 13 18,6
Total 70 100 70 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berusia 56-70 tahun, dengan rincian responden kasus 36 orang (54,4%) dan

responden kontrol juga 36 orang (51,4%). Sebagian besar responden mempunyai

jenis kelamin perempuan, dengan rincian responden kasus 43 orang (61,4%) dan

kontrol juga 43 orang (61,4%). Variabel pendidikan pada kelompok kasus yang

berpendidikan dasar/ menengah sebanyak 41 orang (58,6,2%) dan pendidikan tinggi

sebanyak 29 orang (41,4%). Pada kelompok kontrol pendidikan dasar/menengah

yaitu sebanyak 44 orang (82,9%) dan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak

26 orang (37,1%). Pada variabel pekerjaan pada kelompok kasus lebih banyak pada

responden yang mempunyai pekerjaan wiraswasta sebanyak 27 orang (38,6%), dan

pada kelompok kontrol juga lebih banyak pada responden yang pekerjaan wiraswasta

sebanyak 24 orang (34,3%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Distribusi Gaya Hidup Penderita di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane
Tebing Tinggi

Gaya Hidup Status Responden


Kasus Kontrol
n % n %
1. Aktifitas fisik
a. Tidak cukup 40 57,1 33 47,1
b. Cukup 30 42,9 37 52,9
Total 70 100 70 100
2. Pola Makan
a. Tidak baik 49 70 15 21,4
b. Baik 21 30 55 78,6
Total 70 100 70 100
3. Kebiasaan istirahat
a. Tidak cukup 27 38,6 13 28,6
b. Cukup 43 61,4 57 71.4
Total 70 100 70 100
3. Kebiasaan Merokok
a. Ya 15 21,4 5 7,1
b. Tidak 55 78,6 65 92,9
Total 70 100 70 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada variabel aktifitas fisik

pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan aktifitas yang tidak cukup

sebanyak 40 orang (57,1%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden

dengan aktifitas yang cukup sebanyak 37 orang (52,9%). Pada variabel pola makan

pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan pola makan yang tidak

baik sebanyak 49 orang (70%) dan pada kelompok kontrol lebih banyak pada

responden dengan pola makan yang baik sebanyak 55 orang (78,6%). Variabel

Universitas Sumatera Utara


kebiasaan istirahat pada kelompok kasus lebih banyak pada responden dengan

kebiasaan istirahat yang cukup sebanyak 43 orang (61,4%) dan pada kelompok

kontrol lebih banyak pada responden dengan kebiasaan istirahat yang cukup sebanyak

57 orang (81,4%). Variabel kebiasaan merokok pada kelompok kasus lebih banyak

pada responden dengan kebiasaan tidak merokok sebanyak 55 orang (78,6%) dan

pada kelompok kontrol lebih banyak pada responden yang tidak merokok sebanyak

65 orang (92,9%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen yaitu gaya hidup (aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat dan

kebiasaan merokok) dengan variabel dependen yaitu kejadian hipertensi, serta untuk

mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis multivariat. Uji

statistik yang dilakukan pada analisis bivariat ini adalah uji chisquare dengan derajat

kepercayaan 95% (α = 0,05).

Setelah melakukan wawancara dengan responden dan menguji hasil

wawancara tersebut dengan uji statistik chi square maka hubungan antar variabel

dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Pengaruh Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Variabel Kejadian Hipertensi


Kasus Kontrol Nilai p OR
n % n % (95% CI)
Gaya Hidup
Aktifitas fisik
Tidak cukup 40 57,1 33 47,1 0,310 1,49
Cukup 30 42,9 37 52,9 0,76-2,91
Total 70 100 70 100
Pola Makan
Tidak baik 49 70 15 21,4 0,000 8,55
Baik 21 30 55 78,6 3,97-18,41
Total 70 100 70 100
Kebiasaan istirahat
Tidak cukup 27 38,6 13 28,6 0,015 2,75
Cukup 43 61,4 57 71.4 1,27-5,95
Total 70 100 70 100
Kebiasaan Merokok
Ya 15 21,4 5 7,1 0,030 3,54
Tidak 55 78,6 65 92,9 1,21-10,37
Total 70 100 70 100

Berdasarkan Tabel 4.3. hasil analisis pengaruh aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 40 orang (50,4%) dengan

aktifitas fisik tidak cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 33 orang

(47,1%) dengan aktifitas fisik tidak cukup. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak

30 orang (42,9%) dengan aktifitas fisik cukup, sedangkan pada kelompok kontrol ada

sebanyak 37 orang (52,9%) dengan aktifitas fisik cukup. Hasil uji statistik chi square

Universitas Sumatera Utara


diperoleh nilai p=0,310 < 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara variabel aktifitas

fisik dengan kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil statistik pengaruh pola makan dengan kejadian hipertensi

diperoleh bahwa kelompok kasus ada sebanyak 49 orang (70%) dengan pola makan

tidak baik, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 15 orang (21,4%) dengan

pola makan tidak baik. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 21 orang (30%)

dengan pola makan baik, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 55 orang

(78,6%) dengan pola makan baik. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai

p=0,000 < 0,05, artinya ada pengaruh antara variabel pola makan dengan kejadian

hipertensi, dengan OR sebesar 8,55 (95%CI = 3,97-18,41), menunjukkan bahwa

responden yang menderita hipertensi 8,5 kali kecenderungan dengan pola makan

tidak baik dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

Hasil pengaruh istirahat dengan kejadian hipertensi diperoleh bahwa

kelompok kasus ada sebanyak 27 orang (38,6%) yang tidak cukup istirahat,

sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 15 orang (18,6%) yang tidak cukup

istirahat. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 43 orang (61,4%) yang cukup

istirahat, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 57 orang (81,4%) yang

cukup istirahat. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,000 < 0,15, artinya

ada pengaruh antara variabel istirahat dengan kejadian hipertensi dengan OR sebesar

2,75 (95%CI = 1,27-5,95), menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi

2,7 kali kecenderungan dengan istirahat tidak cukup dibanding dengan responden

yang menderita hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


Hasil analisis pengaruh riwayat merokok dengan kejadian hipertensi diperoleh

bahwa kelompok kasus ada sebanyak 15 orang (21,4%) dengan riwayat merokok,

sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 5 orang (7,1%) dengan riwayat

merokok. Kemudian kelompok kasus ada sebanyak 55 orang (78,6%) dengan tidak

riwayat merokok, sedangkan pada kelompok kontrol ada sebanyak 65 orang (92,9%)

dengan tidak riwayat merokok. Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p=0,030 <

0,05, artinya ada pengaruh antara variabel riwayat merokok dengan kejadian

hipertensi dengan OR sebesar 3,54 (95%CI = 1,21-10,37), menunjukkan bahwa

responden yang menderita hipertensi 3,5 kali kecenderungan dengan riwayat

merokok dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi.

4.4. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui 3 variabel (tiga) yaitu pola makan,

kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi,

maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan 3 (tiga) variabel tersebut dapat

dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada bivariat dengan binary

logistik hasil output pada tabel block 1 didapatkan hasil omnibus test pada bagian

bloc dengan p value nya <0,25 sehingga ketiga variabel dapat dilanjutkan ke analisis

multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas yaitu : pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok dengan

variabel terikat yaitu kejadian hipertensi, serta mengetahui variabel dominan yang

memengaruhi.

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil uji multivariat dengan mempergunakan regresi logistik ganda

diperoleh bahwa variabel bebas yaitu, pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok

berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Sedangkan variabel

aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Tabel 4.4. Pengaruh Pola Makan, Istirahat dan Kebiasaan Merokok terhadap
Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Variabel B P value Exp (B) 95% CI


Pola Makan 3,361 0,000 8,01 6,22 - 13,36
Istirahat -1,992 0,022 2,13 1,12 - 2,74
Kebiasaan Merokok 0,693 0,315 2,00 1,51 - 7,72
Constant -3,160 0,003 0,04

Berdasarkan Tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa variabel kebiasaan

merokok akan dikeluarkan dari model karena memiliki nilai p>0,05, oleh karena itu

variabel yang masuk kedalam kandidat model selanjutnya adalah variabel pola makan

dan kebiasaan istirahat dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5. Pengaruh Pola Makan dan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Variabel B P value Exp (B) 95% CI


Pola Makan 3,361 0,000 8,11 6,22 - 13,36
Istirahat -1,667 0,040 2,18 1,13 - 2,92
Constant -2,425 0,000 0,00

Hasil analisis uji regresi logistik ganda juga menunjukkan bahwa variabel

gaya hidup yaitu pola makan dengan p value 0,000 (p<0,05), dan istirahat dengan p

value 0,040 (p<0,05) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di di RSUD

Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil analisis uji regresi logistik ganda

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi kejadian hipertensi

di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi adalah variabel pola makan dengan

nilai OR sebesar 8,110 (95% CI = 6,224-13,361) artinya bahwa responden yang

menderita hipertensi 8,1 kali kecenderungan mempunyai pola makan tidak baik

dibanding dengan responden yang tidak menderita hipertensi. Hal ini menunjukkan

variabel tersebut memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kejadian

hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

Pada tabel 4.5. juga terlihat bahwa variabel istirahat menunjukkan bahwa

variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap kejadian hipertensi di RSUD

Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik

ganda, variabel istirahat diperoleh nilai OR sebesar 2,189 (95% CI = 1,138-2,927),

menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi 2,2 kali kecenderungan

mempunyai istirahat tidak cukup dibanding dengan responden yang tidak menderita

hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan

model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan variabel bebas yaitu

gaya hidup (pola makan, istirahat dan kebiasaan merokok) berpengaruh terhadap

kejadian hipertensi di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi adalah sebagai

berikut :

Model persamaan regresi logistik yang diperoleh adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 atau Y = -3,361 + 1,113X1 -1,667X2

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :

Y = Variabel dependen (kejadian hipertensi)

X1 = Pola makan

X2 = Istirahat

Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika pola

makan (X1) dan istirahat (X2), ditingkatkan ke arah yang lebih baik, maka hal ini akan

menyebabkan penurunan angka kejadian hipertensi RSUD Dr.H.Kumpulan Pane

Tebing Tinggi. Dapat dihitung ramalan probalilitas (risiko) responden untuk

menderita hipertensi dapat dihitung dengan persamaan berikut :

y = -2,425 + 3,361 (pola makan) + (-1,667) (istirahat)

= -2,425 + 3,361 (1) - 1,667(1)

y = -0,731

Dengan nilai probalilitasnya adalah :

p = 1/(1+e-y) = 1/ (1+2,7-(-0,731)) = 0,33

Dengan demikian, probabilitas untuk menderita hipertensi adalah 33%.

Artinya semakin buruk pola makan dan kebiasaan istirahat maka angka kejadian

hipertensi akan meningkat sebesar 33%.

4.5. Population Attribute Risk (PAR)

Rumus untuk menghitung PAR :

�(�−1)
PAR = �(�−1)+1

Universitas Sumatera Utara


0,7(8,1−1)
PAR = 0,7(8,1−1)+1 x 100

PAR = 83

Dimana, p = proporsi kasus yang mempunyai faktor terpajan = 0,7

r = Rasio odd variabel yang paling dominan (pola makan) = 8,1

Sehingga dari hasil perhitungan PAR yang diperoleh dapat diambil

kesimpulan bahwa hampir 83% kasus dengan hipertensi dapat dicegah dengan

memperbaiki faktor resiko yaitu pola makan yang tidak baik.

0,21(2,2−1)
PAR = 0,21(2,2−1)+1 x 100

PAR = 20

Dimana, p = proporsi kasus yang mempunyai faktor terpajan = 0,21

r = Rasio odd variabel yang paling dominan (pola makan) = 2,2

Sehingga dari hasil perhitungan PAR yang diperoleh dapat diambil

kesimpulan bahwa hampir 20% kasus dengan hipertensi dapat dicegah dengan

memperbaiki faktor resiko yaitu kebiasaan istirahat yang tidak baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan


dan Pekerjaan

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui bahwa mayoritas penderita hipertensi ada

pada kelompok umur 56 - 70 tahun yaitu sebanyak 36 orang (51,5%), 29 orang

(41,4%) pada kelompok umur 30 – 55 tahun dan 5 orang (7,1%) pada kelompok umur

20 – 34 tahun. Hal ini berarti bahwa umur mereka sudah tergolong dewasa akhir

dimana pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku

karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Pada jenis kelamin

penderita hipertensi mayoritas responden yang perempuan yaitu sebanyak 43 orang

(61,4%) dan laki-laki 27 orang (38,6%). Hal ini dikarenakan pada wanita setelah

mengalami menopause, wanita tidak dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan

dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan

aterosklerosis. Pada tingkat pendidikan, mayoritas responden yang berpendidikan

dasar/menengah yaitu sebanyak 41 orang (58,6%) dan pendidikan tinggi sebanyak 29

orang (41,4%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pendidikan penderita masih

tergolong rendah, sehingga pemahaman mereka tentang kesehatan masih kurang.

Tingkat pendidikan seseorang memengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima

informasi dan mengolahnya sebelum menjadi perilaku yang baik atau buruk sehingga

Universitas Sumatera Utara


berdampak terhadap status kesehatannya. Pada pekerjaan, mayoritas responden yang

bekerja yaitu sebanyak 61 orang (87,1%) dan tidak bekerja sebanyak 9 orang

(12,9%). Hal ini terjadi karena pekerjaan dapat membuat stress yang mempengaruhi

tekanan darah.

5.2. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi

5.2.1. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD


Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Hasil penelitian tentang variabel aktifitas fisik diperoleh bahwa responden

pada kelompok kasus dengan proporsi tertinggi pada aktifitas fisik yang tidak cukup

sebesar 57,1% dan aktifitas cukup sebesar 42,9%. Hasil tersebut menunjukkan pada

kelompok kasus ada perbedaan proporsi aktifitas fisik kategori cukup dan tidak cukup

dengan selisih 14,2%. Sedangkan pada kelompok kontrol proporsi tertinggi dengan

aktifitas fisik cukup sebesar 52,9%. Dimana nilai p value 0,310 dengan OR sebesar

1,495 (95% CI = 0,768-2,911). Uji statistik menunjukkan variabel aktivitas fisik tidak

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat

dijelaskan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik yang tidak cukup belum

tentu akan lebih memungkinkan untuk mengalami kejadian hipertensi, sebaliknya

bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik yang cukup belum tentu akan

mengurangi kemungkinan untuk mengalami kejadian hipertensi. Hal ini mungkin

dapat disebabkan faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi,

Universitas Sumatera Utara


seperti pola makan kebiasaan istirahat dan ada kegiatan lain yang membuat tubuh

mengeluarkan energi.

Aktifitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,

mental, dan kualitas hidup sehat. Aktifitas fisik mingguan apapun disamping kegiatan

hidup rutin sehari-hari mempunyai daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler.

Aktifitas fisik sudah memberi dampak proteksi, asalkan dilakukan secara rutin hampir

setiap hari, yang terpenting adalah keteraturan. Pada penelitian ini dapat kita lihat

pada kelompok kasus lebih banyak responden tidak cukup melakukan aktifitas fisik

dari > 30 menit setiap hari, hal ini membuktikan responden masih kurang dalam

melakukan kegiatan olah raga setiap hari, gerak jalan dan melakukan kegiatan

aktifitas sehari-hari, namun responden lebih banyak melakukan kegiatan rumah dan

berkebun dalam sehari. Aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan

darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang

lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha.

Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri

sehingga tekanan darah akan menurun.

Seiring dengan majunya dunia teknologi memudahkan semua kegiatan

sehingga menyebabkan kita kurang bergerak (hypokinetic), seperti penggunaan

remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa dimbangi dengan Aktifitas

fisik yang memadai. Kondisi demikian ini pada akhirnya dapat menimbulkan

penyakit akibat kurang gerak. Gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja

Universitas Sumatera Utara


(sedentary) dan kurang aktivitas/gerak ditambah dengan adanya faktor risiko berupa

merokok, pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti

penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, pembuluh darah,

kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suparto

(2010) di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar, Surakarta yang menyatakan

bahwa ada tidak terdapat hubungan yang bermakna tentang kebiasaan melakukan

aktifitas fisik terhadap kejadian hipertensi ( α =0,05) diperoleh nilai p = 0,732.

Artinya bahwa kebiasaan melakukan aktifitas fisik kemungkinan bukan merupakan

faktor risiko terjadinya hipertensi.

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap

penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi

berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita

hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Manan dan Rismayanti (2012) di Bangkala

Kabupaten Jeponto Makassar yang menyatakan bahwa aktifitas fisik merupakan

faktor risiko kejadian hipertensi dengan OR = 2,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa

responden yang kurang beraktifitas fisik/ olahraga berisiko 2,67 kali menderita

hipertensi dibanding dengan responden yang sering melakukan aktifitas fisik. Hal ini

juga tidak sesuai dengan penelitian Sunita (2003) bahwa latihan fisik secara teratur ke

dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan penyakit

jantung. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Lewa,

Universitas Sumatera Utara


dkk (2010), mengatakan bahwa lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik akan

meningkatkan risiko kejadian hipertensi sistolik terisolasi sebesar 2,33 kali lebih

besar dibandingkan dengan lansia yang melakukan aktivitas fisik dan bermakna.

5.2.2. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD


Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Hasil penelitian tentang variabel pola makan diperoleh bahwa responden pada

kelompok kasus dengan persentase tertinggi pada pola makan yang tidak baik sebesar

70% dan pola makan baik sebesar 30%, sedangkan pada kelompok kontrol persentase

tertinggi pada pola makan yang baik sebesar 78,6% dan pola makan tidak baik

sebesar 21,4%. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p value =

0,000 (p<0,05), artinya variabel pola makan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi

dengan OR sebesar 8,556 (95% CI = 3,976-18,410). Mengacu pada hasil uji tersebut

dapat dijelaskan bahwa responden yang menderita hipertensi 8,5 kali kecenderungan

dengan pola makan tidak baik dibanding dengan responden yang tidak menderita

hipertensi.

Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi yang seimbang

serta yang di butuhkan oleh tubuh. Pola makan yang sehat dan seimbang bukan hanya

menjaga tubuh tetap bugar dan sehat tapi juga bisa terhindar dari berbagai penyakit

termasuk hipertensi. Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi

karena pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripik asin, otak-

otak, makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini

dikarenakan makanan diatas tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan

Universitas Sumatera Utara


mengandung banyak bahan pengawet, pola makan tersebut dapat memicu terjadinya

hipertensi (Muhammadun, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2009) di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian

hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta, dengan

nilai p value = 0,000 dan nilai chi square hitung 8,325. Pola makanan yang tidak baik

akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah

meningkat dan kadar gula yang meningkat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Bidjuni dan Malara (2013) di di Puskesmas

Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara yang menyatakan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dalam bentuk konsumsi makanan

dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten

Minahasa Utara.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden pada kelompok kasus lebih

banyak dengan pola makan tidak baik, hal ini menunjukkan bahwa responden pada

kelompok kasus banyak yang makan daging, makan yang berlemak, makanan

gorengan, makanan yang mengandung garam ≥ 3 kali dalam seminggu sebesar 70%.

Keadaan ini akan memacu timbulnya kejadian hipertensi. Pola makan tidak baik

menyebabkan tubuh kita menjadi rentan terhadap penyakit.

Pada kelompok kontrol lebih banyak dengan pola makan baik, hal ini

menunjukkan bahwa responden membatasi makan daging, makan yang berlemak,

Universitas Sumatera Utara


makanan gorengan, makanan yang mengandung garam kesehariannya dan mereka

lebih banyak dengan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buhan. Pola makanan

yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis

makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengonsumsi sayuran,

buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh bisa

menyebabkan obesitas atau kegemukan. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah

yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti

volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga

memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga

meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan

insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat

badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan

risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan

konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan

dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak

sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat

menurunkan tekanan darah. Beberapa responden menyadari bahwa kebiasaan

konsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Tetapi

kebanyakan dari mereka tidak bisa menghindari kebiasaan mengkonsumsi lemak

jenuh karena mereka sudah terbiasa dengan makanan yang mengandung lemak jenuh.

Universitas Sumatera Utara


5.2.3. Pengaruh Kebiasaan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD
Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Hasil penelitian tentang variabel kebiasaan istirahat diperoleh bahwa

responden pada kelompok kasus dengan persentase tertinggi dengan kebiasaan

istirahat cukup sebesar 61,4% dan kebiasaan istirahat tidak cukup sebesar 38,6%,

sedangkan pada kelompok kontrol proporsi tertinggi dengan kebiasaan istirahat

cukup sebesar 81,4% dan kebiasaan istirahat yang tidak cukup sebesar 18,6%. Uji

statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p value = 0,015 (p<0,05) artinya

variabel kebiasaan istirahat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dengan OR

sebesar 2,753 (95% CI = 1,273-5,952). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat

dijelaskan bahwa responden yang menderita hipertensi 2,7 kali kecenderungan

dengan istirahat tidak cukup dibanding dengan responden yang tidak menderita

hipertensi.

Hal ini disebabkan istirahat sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan

proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi,

meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga

pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya

orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang

cukup sangat penting untuk kesehatan (Depkes RI, 2008).

Kebiasaan istirahat adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu

yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur

Universitas Sumatera Utara


(Depkes RI, 2008). Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang

menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

Gangguan ini terlihat dengan adanya perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah,

lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva

merah, mata perih, kurang konsentrasi, sakit kepala dan mengantuk. Pada penelitian

ini diperoleh bahwa responden pada kelompok kasus lebih banyak terbangun pada

waktu tidur malam > 2 kali, mengalami susah tidur, istirahat yang kurang pada siang

hari dan kurang tidur secara teratur sebanyak 27 orang (38,6%). Keadaan ini akan

memacu timbulnya kejadian hipertensi. Sepertiga dari waktu dalam kehidupan

manusia adalah untuk tidur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2009) di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan istirahat dengan

kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta,

dengan nilai p value = 0,017.

Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal Hypertension menyatakan bahwa

mereka yang hanya tidur 6 jam, 42% cenderung mengalami hipertensi, sedangkan

yang terbiasa tidur tidak lebih dari 6 jam risikonya 31 %. Menurut ketua penelitian,

Cappuccio dari Warwick Medical School, Coventry, 2002 menunjukkan adanya

kemungkinan hubungan khusus penurunan waktu tidur dengan tekanan darah.

Buruknya kualitas tidur berbanding lurus dengan kesehatan seseorang.

Universitas Sumatera Utara


Pada kelompok kontrol lebih banyak tertidur pada waktu tidur malam, tidak

mengalami susah tidur, istirahat yang cukup pada siang hari dan tidur secara teratur.

Keadaan ini akan memacu pada kelompok kontrol tidak menimbulkan kejadian

hipertensi. Setiap manusia membutuhkan waktu tidur kurang lebih sekitar sepertiga

waktu hidupnya atau sekitar 6-8 jam sehari. Secara alami dan otomatis jika tubuh

lelah maka akan merasa mengantuk sehingga memaksa tubuh untuk beristirahat

secara fisik dan mental. Pada siang hari manusia lebih dipengaruhi saraf simpatis

yang bersifat aktif. Saraf ini membuat manusia turut aktif dalam bekerja sehingga

meningkatkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung. Pada malam hari

saatnya saraf parasimpatik mengistirahatkan tubuh anda. Jika anda kurang tidur maka

keharmonisan ini akan terganggu. Jantung yang seharusnya beristirahat dipaksa terus

bekerja, begitu pula dengan tekanan darah. Kurang tidur akan meningkatkan kadar

hormon strees, yaitu hormon kortisol yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

Kinerja jantung akan lebih baik dan jantung akan lebih sehat bila kita cukup istirahat.

5.2.4. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD


Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi

Hasil penelitian tentang variabel kebiasaan merokok diperoleh bahwa

responden pada kelompok kasus dengan persentase kebiasaan merokok sebesar

21,4% dan kebiasaan tidak merokok sebesar 78,6%, sedangkan pada kelompok

kontrol persentase tertinggi dengan kebiasaan tidak merokok sebesar 92,9% dan

kebiasaan merokok sebesar 7,1%. Uji statistik regresi logistik berganda menunjukkan

nilai p value 0,030 (p<0,05), artinya variabel kebiasaan merokok berpengaruh

Universitas Sumatera Utara


terhadap kejadian hipertensi dengan nilai OR sebesar 3,945 (95% CI = 1,211-10,377).

Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa responden yang menderita

hipertensi 3,9 kali kecenderungan dengan kebiasaan merokok dibanding dengan

responden yang tidak menderita.

Pada penelitian ini diperoleh bahwa responden pada kelompok kasus lebih

banyak yang merokok dan > 20 batang dalam sehari dibandingkan pada kelompok

kontrol yang merokok. Keadaan ini akan memacu timbulnya kejadian hipertensi.

Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Pendapat ahli selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung

pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari

menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok (Bustan, 2007).

Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara

setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap

oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran

darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi

terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas

epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah

merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan

meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit

setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang,

Universitas Sumatera Utara


tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat

tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (Shep, 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wijaya (2009) di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto Jakarta,

dengan nilai p value = 0,004. Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang

dapat memengaruhi tekanan darah yang dapat mengakibatkan hipertensi. Pada

keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami

penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah

dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus

memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat.

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun rokok

akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Xianglan Zhang, dkk.,

dan Sheps, Sheldon G (2005), yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok sebagai

faktor risiko hipertensi (OR 1,28 – 1,62). Berhenti merokok sangat penting untuk

menurunkan dan mengendalikan tekanan darah. Menghindari rokok dapat

menjauhkan dari risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lain. Hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bidjuni dan Malara (2013)

di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara yang

Universitas Sumatera Utara


menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara gaya hidup dalam

bentuk merokok dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan, Kecamatan

Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara. Hasil uji statistik Spearman’s rho dengan nilai

kemaknaan (á) = 0,05 didapatkan nilai Signifikan (p) = 0, 447 yang lebih besar dari á

= 0,05.

5.3. Keterbatasan Penelitian

5.3.1. Kualitas data

Data yang diambil pada penelitian ini diperoleh dengan mengandalkan daya

ingat responden, sehingga kejadian bias informasi, responden selalu diintervensi

dengan pertanyaan penelitian, hal ini akan menyebabkan responden akan memberi

jawaban yang cenderung positip.

5.3.2. Aspek variabel penelitian

Penguasaan ilmu pengetahuan peneliti tentang Hipertensi terasa masih

kurang, disamping dana dan sarana yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya

penelitian. Kemungkinan masih ada variabel-variabel lain yang menyebabkan

terjadinya hipertensi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Terdapat pengaruh pola makan, kebiasaan istirahat dan kebiasaan merokok

terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

6.1.2. Tidak terdapat pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian hipertensi di RSUD

Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

6.1.3. Variabel yang paling berpengaruh dengan kejadian hipertensi adalah pola

makan dengan nilai koefisien Exp (B) 8,110.

6.1.4. Kasus hipertensi dapat dicegah sebesar 83% dengan memperbaiki faktor resiko

yaitu pola makan yang tidak baik.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar dapat

meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat melalui konsultasi gizi tentang

hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang menderita hipertensi untuk mengurangi kejadian hipertensi.

6.2.2. Bagi masyarakat perlu memahami kejadian hipertensi dan faktor gaya hidup

yang mempengaruhi agar dapat melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan hipertensi secara mandiri dengan cara memperbaiki pola

makan terutama mengurangi daging dan makanan yang berlemak dan

Universitas Sumatera Utara


mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian

hipertensi seperti kebiasaan istirahat yang kurang dan merokok.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M,. 2009. Hipertensi Akibat Gangguan Ginjal, Guru Besar Teknologi
Pangan dan Gizi IPB, http/www.yahoo,com ,diakses 7 Januari 2014

Bustan MN, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka, Jakarta.

Bruce, N. (2006). Reducing Salk Intake Population. The George Institute For
International Heatlh. Sydney. Wolfgang C (2005). Habitual Caffeine Intake
and The Risk of Hypertension in Women. The Journal of The American
Association.

Bidjuni dan Malara. 2014. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara,
Manado. Jurnal Keperawatan, Vol 2 No.1. Diakses pada tanggal 7 Juni 2014

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Dennysantoso. 2011 Memilih Makanan Sehat Untuk Masyarakat, 2011, Diakses


tanggal 10 Februari 2014; http//www.dennysantoso.com.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2000., Medan.

Depkes RI, 2008, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan, Depkes, Jakarta.

, 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. Kementerian Kesehatan


RI.Jakarta.-http://www.depkes.go.id/index.php/-berita/press-release/810-
hipertansi penyebab-kematian-nomor-tiga.html

, 2011. Penyakit Menular Penyebab Kematian Terbanyak Di Indonesia.


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. http://www-.depkes.go-.id-/index-
.php/berit-a/press-release/1637-penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-
kematian-terbanyak-di-indonesia.html

Hidayat A. A, 2007, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta.

Hull A., 1996, Penyakit Jantung, Hipertensi dan Nutrisi, Bumi Aksara, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


JNC, 2013, The Eigth Of Joint National Comitte. Diakses tanggal 29 Januari 2014;
Repository.ipb.ac.id.

Kemenkes. 2012. Data Dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Buletin
Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, Volume: 2, Jakarta.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and
Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders, 2005.

Khomsan, A., 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Lawrence, M. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit
Salemba Medika : Jakarta.

Lewa, A. F., Pramantara, I. D. P., & Rahayujati, T. B., 2010, 'Faktor Risiko
Hipertensi Sistolik Terisolasi pada Lanjut Usia', Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol 26 No.4, hal. 171-178.

Marliani dan Tantan, S, 2007, 100 Question & Answer Hipertensi, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Manan dan Rismayanti 2012. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeno[onto Makassar. Diakses pada tanggal
7 Juni 2014

Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang


Pembunuh Sejati. Jokjakarta: In-Books

Muttaqin, 2009, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kardiovaskuler,


Salemba, Jakarta.

Nursalam, 2010, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.

Nurkhalida, 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.

Padmawinata. K. 2001. Pengendalian Hipertensi. ITB: Jakarta.

Palmer, A. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Profil Kesehatan Indonesia. 2011. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta. Diakses tanggal 19 Januari 2014.
http://www.profil.kesehatan Indonesia 2011.com.html

Price, Sylvia Anderson, dan Wilson, Lorraine McCarty, 2006, Hipertensi dalam
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Rimbana, dkk, 2004, Indeks Glikemik Pangan, Swadaya, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,


Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Riyadina, W., 2002. Faktor - Faktor Resiko Hipertensi Pada Operator Pompa Bensin
di Jakarta, Media Litbang Kesehatan Vol.XII No 2, Jakarta

Riwidikdo, H., 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta.

Riyanto A., 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press,
Yogyakarta.

Rothman J. Kenneth, 1998. Environmenttal Epidemiology, Reproductive


Epidemiology, Genetic Epidemiology, and Nutritional Epidemiology in
Modern Epidemiology. Second Edition. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins: 555-642.

Roslina. 2007. Analisis Determinan Hipertensi di wilayah Kerja Tiga Puskesmas


Kabupaten Deli Serdang. Tesis USU.

Sastroasmoro S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3, Sagung
Seto, Jakarta.

Sunita A., 2003, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Shadine M, 2010, Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, PT. Gramedia,


Jakarta.

Sheps, Sheldon G, 2005 Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatama.

Sediaoetama A., 2006, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta Timur.

Smet B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia.

Universitas Sumatera Utara


Sugiharto A., 2007, Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat di
Kabupaten Karanganyar, Tesis Undip, Semarang.

Suparto. 2010. Faktor Risiko yang Paling Berperan Terhadap Hipertensi Pada
Masyarakat di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar, Surakarta.
Tahun 2010. Diakses pada tanggal 9 Juni 2014

Suryati., 2005. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi


Essensial di Rumah Sakit Islam Jakarta Tahun 2005, Jakarta.

Supariasa dkk, 2002, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Simamora. 2013. Pengaruh Karakteristik dan Gaya Hidup Kelompok Dewasa Madya
terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti
Kabupaten Humbanga Hasundutan. Tesis Pasca Sarjana USU.

Suyono S., 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai Pustaka,.

Towsend. R. 2008. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). PT. Indeks: Jakarta.

Tamher S, 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.

Udjianti, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Salemba Medika, Jakarta.

Yundini, Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit Tidak


Menular, 2006; diakses, 29 Februari 2014

Watson, 2003, Perawatan Pada Lansia, Jakarta: EGC

Wijaya. 2009. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Raden Said Sukanto
Jakarta. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014

WHO, 2011. Hypertension fact sheet. Department of Sustainable Development


and Healthy Environments . http: //www.searo.who.int/linkfiles/non_commu
nicable_diseases_hypertension-fs.pdf

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI


DI RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

I. Identitas Responden
1. Nomor :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan : 1. Tamat SD, SLTP, dan SLTA
2. Tamat D3/PT
6. Pekerjaan Responden : 1. PNS/Pensiunan PNS 5. Petani
2. POLRI/TNI/Pensiunan 6. Buruh
3. Pegawai Swasta/Wiraswasta 7. Lain-lain
4. Pedagang

Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (v) pada pertanyaan
dibawah ini :
II. Gaya Hidup
Aktivitas Fisik
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda melakukan kegiatan olahraga setiap hari?
Apakah anda melakukan kegiatan olahraga ≥30 menit dalam
sehari (senam aerobik, bersepeda, jogging, dan lain-lain
(sebutkan) ?
3 Apakah anda melakukan kegiatan/aktifitas sehari-hari
melakukan pekerjaan rumah, mencuci, membersihkan rumah,
bekerja di kantor, mengajar), dan lain-lain (sebutkan)
≥30 menit dalam sehari ?

Universitas Sumatera Utara


Pola Makan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda makan daging < 3 kali dalam seminggu ?
2 Apakah anda makan makanan berlemak tinggi (misalnya:
bersantan, jeroan) < 3 kali dalam seminggu ?
3 Apakah anda makan makanan gorengan < 3 kali dalam
seminggu ?
4 Apakah anda makan makanan di luar rumah (cepat saji) < 3
kali dalam seminggu ?
5 Apakah anda mengkonsumsi minuman yang berkafein < 3
kali dalam seminggu ?
6 Apakah anda makan makanan yang diasinkan (ikan asin,
udang kering) < 3 kali dalam seminggu ?
7 Apakah anda makan sayuran ≥3 kali dalam seminggu ?
8 Apakah anda makan buah-buahan ≥3 kali dalam seminggu ?

Kebiasaan Istirahat

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda terbangun < 2 kali pada waktu tidur malam ?
2 Apakah anda mengalami susah tidur < 2 dalam seminggu ?
3 Apakah anda istirahat/ tidur siang (1-2 jam sehari)≥3 kali
dalam seminggu ?
4 Apakah anda tidur secara teratur dalam seminggu (6-8 jam
pada malam hari)?

Kebiasaan Merokok

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda merokok ?
2 Apakah anda anda mengisap rokok > 20 batang dalam sehari
?

III. Tekanan Darah…….mmHg

Universitas Sumatera Utara


Lampiran
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.726 3

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Pertanyaan 1 1.23 .430 30
Pertanyaan 2 1.37 .490 30
Pertanyaan 3 1.57 .504 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Pertanyaan 1 2.93 .685 .626 .557
Pertanyaan 2 2.80 .648 .542 .645
Pertanyaan 3 2.60 .662 .488 .715

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4.17 1.316 1.147 3

Universitas Sumatera Utara


Reliability
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.862 8

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Pertanyaan 1 8.80 4.924 .620 .845
Pertanyaan 2 8.80 5.062 .523 .854
Pertanyaan 3 8.70 4.631 .637 .841
Pertanyaan 4 8.63 4.309 .759 .826
Pertanyaan 5 8.63 4.516 .637 .842
Pertanyaan 6 8.70 4.907 .474 .860
Pertanyaan 7 8.67 4.782 .514 .856
Pertanyaan 8 8.60 4.317 .727 .830

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
9.93 5.995 2.449 8

Universitas Sumatera Utara


Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.891 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Pertanyaan 1 1.17 .379 30
Pertanyaan 2 1.23 .430 30
Pertanyaan 3 1.23 .430 30
Pertanyaan 4 1.30 .466 30

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Pertanyaan 1 3.77 1.495 .608 .911
Pertanyaan 2 3.70 1.183 .892 .808
Pertanyaan 3 3.70 1.252 .795 .846
Pertanyaan 4 3.63 1.206 .761 .861

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
4.93 2.202 1.484 4

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5
HASIL OLAH DATA

Umur * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Umur 20-34 tahun Count 5 5 10
% within Hipertensi 7.1% 7.1% 7.1%
% of Total 3.6% 3.6% 7.1%
35-55 tahun Count 29 29 58
% within Hipertensi 41.4% 41.4% 41.4%
% of Total 20.7% 20.7% 41.4%
56-70/lansia Count 36 36 72
% within Hipertensi 51.4% 51.4% 51.4%
% of Total 25.7% 25.7% 51.4%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Jenis Kelamin * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Jenis Kelamin Lakilaki Count 27 27 54
% within Hipertensi 38.6% 38.6% 38.6%
% of Total 19.3% 19.3% 38.6%
Perempuan Count 43 43 86
% within Hipertensi 61.4% 61.4% 61.4%
% of Total 30.7% 30.7% 61.4%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Pendidikan * Hipertensi Crosstabulation

Universitas Sumatera Utara


Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Pendidikan Tamat SD, SLTP, dan SLTA Count 41 44 85
% within Hipertensi 58.6% 62.9% 60.7%
% of Total 29.3% 31.4% 60.7%
Tamat D3/PT Count 29 26 55
% within Hipertensi 41.4% 37.1% 39.3%
% of Total 20.7% 18.6% 39.3%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Pekerjaan * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Pekerjaan PNS/Pensiunan PNS Count 15 22 37
% within Hipertensi 21.4% 31.4% 26.4%
% of Total 10.7% 15.7% 26.4%
POLRI/TNI/PENSIUNAN Count 2 3 5
% within Hipertensi 2.9% 4.3% 3.6%
% of Total 1.4% 2.1% 3.6%
Pegawai Swasta/Wiraswasta Count 27 24 51
% within Hipertensi 38.6% 34.3% 36.4%
% of Total 19.3% 17.1% 36.4%
Petani Count 9 6 15
% within Hipertensi 12.9% 8.6% 10.7%
% of Total 6.4% 4.3% 10.7%
Buruh Count 8 2 10
% within Hipertensi 11.4% 2.9% 7.1%
% of Total 5.7% 1.4% 7.1%
Lain-lain (IRT, Tidak bekerja) Count 9 13 22
% within Hipertensi 12.9% 18.6% 15.7%
% of Total 6.4% 9.3% 15.7%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs

Aktivitas fisik * Hipertensi


Crosstab

Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Aktivitas fisik Tidak Cukup Count 40 33 73
% within Hipertensi 57.1% 47.1% 52.1%
% of Total 28.6% 23.6% 52.1%
Cukup Count 30 37 67
% within Hipertensi 42.9% 52.9% 47.9%
% of Total 21.4% 26.4% 47.9%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1.403 1 .236
b
Continuity Correction 1.030 1 .310
Likelihood Ratio 1.405 1 .236
Fisher's Exact Test .310 .155
Linear-by-Linear Association 1.393 1 .238
N of Valid Cases 140
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Aktivitas fisik 1.495 .768 2.911
(Tidak Cukup / Cukup)
For cohort Hipertensi = 1.224 .873 1.716
Hipertensi
For cohort Hipertensi = Tidak .819 .587 1.141
hipertensi
N of Valid Cases 140

Universitas Sumatera Utara


Pola makan * Hipertensi
Crosstab

Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Pola makan Tidak Baik Count 49 15 64
% within Hipertensi 70.0% 21.4% 45.7%
% of Total 35.0% 10.7% 45.7%
Baik Count 21 55 76
% within Hipertensi 30.0% 78.6% 54.3%
% of Total 15.0% 39.3% 54.3%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 33.273 1 .000
b
Continuity Correction 31.345 1 .000
Likelihood Ratio 34.789 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 33.035 1 .000
N of Valid Cases 140
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Pola makan 8.556 3.976 18.410
(Tidak Baik / Baik)
For cohort Hipertensi = 2.771 1.879 4.085
Hipertensi
For cohort Hipertensi = Tidak .324 .204 .515
hipertensi
N of Valid Cases 140

Universitas Sumatera Utara


Kebiasaan istirahat * Hipertensi
Crosstab

Hipertensi
Tidak
Hipertensi hipertensi Total
Kebiasaan istirahat Tidak Cukup Count 27 13 40
% within Hipertensi 38.6% 18.6% 28.6%
% of Total 19.3% 9.3% 28.6%
Cukup Count 43 57 100
% within Hipertensi 61.4% 81.4% 71.4%
% of Total 30.7% 40.7% 71.4%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.860 1 .009
b
Continuity Correction 5.915 1 .015
Likelihood Ratio 6.972 1 .008
Fisher's Exact Test .014 .007
Linear-by-Linear Association 6.811 1 .009
N of Valid Cases 140
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kebiasaan 2.753 1.273 5.952
istirahat (Tidak Cukup / Cukup)
For cohort Hipertensi = 1.570 1.149 2.144
Hipertensi
For cohort Hipertensi = Tidak .570 .354 .920
hipertensi
N of Valid Cases 140

Universitas Sumatera Utara


Kebiasaan merokok * Hipertensi
Crosstab

Hipertensi

Hipertensi Tidak hipertensi Total


Kebiasaan merokok Ya Count 15 5 20
% within Hipertensi 21.4% 7.1% 14.3%
% of Total 10.7% 3.6% 14.3%
Tidak Count 55 65 120
% within Hipertensi 78.6% 92.9% 85.7%
% of Total 39.3% 46.4% 85.7%
Total Count 70 70 140
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.833 1 .016
b
Continuity Correction 4.725 1 .030
Likelihood Ratio 6.067 1 .014
Fisher's Exact Test .028 .014
Linear-by-Linear Association 5.792 1 .016
N of Valid Cases 140
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kebiasaan 3.545 1.211 10.377
merokok (Ya / Tidak)
For cohort Hipertensi = 1.636 1.189 2.252
Hipertensi
For cohort Hipertensi = Tidak .462 .212 1.004
hipertensi
N of Valid Cases 140

Universitas Sumatera Utara


Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 140 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 140 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 140 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Hipertensi 0
Tidak hipertensi 1

Block 0: Beginning Block


a,b
Classification Table

Predicted

Hipertensi
Percentage
Observed Hipertensi Tidak hipertensi Correct
Step 0 Hipertensi Hipertensi 0 70 .0
Tidak hipertensi 0 70 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .000 .169 .000 1 1.000 1.000

Universitas Sumatera Utara


Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Polamakan 33.273 1 .000
Kebistir 6.860 1 .009
Kebmeroko 5.833 1 .016
Overall Statistics 37.677 3 .000

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 41.304 3 .000
Block 41.304 3 .000
Model 41.304 3 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 152.777 .255 .341
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.

a
Classification Table

Predicted

Hipertensi
Percentage
Observed Hipertensi Tidak hipertensi Correct
Step 1 Hipertensi Hipertensi 49 21 70.0
Tidak hipertensi 15 55 78.6
Overall Percentage 74.3
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 Polamakan 3.361 .782 18.477 1 .000 8.010 6.224 13.361
Kebistir -1.992 .868 5.266 1 .022 2.136 1.125 2.748
Kebmeroko .693 .689 1.011 1 .315 2.000 .518 7.721
Constant -3.160 1.064 8.818 1 .003 .042
a. Variable(s) entered on step 1: Polamakan, Kebistir, Kebmeroko.

Universitas Sumatera Utara


Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 140 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 140 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 140 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Hipertensi 0
Tidak hipertensi 1

Block 0: Beginning Block


a,b
Classification Table

Predicted

Hipertensi
Percentage
Observed Hipertensi Tidak hipertensi Correct
Step 0 Hipertensi Hipertensi 0 70 .0
Tidak hipertensi 0 70 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .000 .169 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 0 Variables Polamakan 33.273 1 .000
Kebistir 6.860 1 .009
Overall Statistics 36.777 2 .000

Universitas Sumatera Utara


Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 40.272 2 .000
Block 40.272 2 .000
Model 40.272 2 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 153.809 .250 .333
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.

a
Classification Table

Predicted

Hipertensi
Percentage
Observed Hipertensi Tidak hipertensi Correct
Step 1 Hipertensi Hipertensi 49 21 70.0
Tidak hipertensi 15 55 78.6
Overall Percentage 74.3
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 Polamakan 3.361 .782 18.477 1 .000 8.110 6.224 13.361
Kebistir -1.667 .812 4.214 1 .040 2.189 1.138 2.927
Constant -2.425 .722 11.269 1 .001 .089
a. Variable(s) entered on step 1: Polamakan, Kebistir.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai