TESIS
Oleh
IRMA YENI
137032183/IKM
THESIS
By
IRMA YENI
137032183/IKM
TESIS
Oleh
IRMA YENI
137032183/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Irma Yeni
137032183/IKM
ABSTRAK
Rumah sakit apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bahaya
keselamatan dan kesehatan bagi petugas kesehatan rumah sakit terutama diinstalasi
binatu.Binatu adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang berfungsi menangani
linen kotor yang dihasilkan rumah sakit. Dengan demikian dilakukan tindakan yang
bertanggung jawab dan benar guna menciptakan kesehatan jasmani, rohani dan
kesejahteraan sosial bagi petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk monitoring implementasi manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diinstalasi binatu pada Rumah Sakit Umum
Haji Medan.Jenis penelitian ini adalah kualitatif interaktifdengan menggunakan
tehnik purposive sampling untuk menentukan sumber informasi sehingga ditentukan
11 sumber informasi yaitu Kabid Penunjang Medis, Kepala Instalasi Binatu dan 9
orang petugas binatu. Untuk mendapatkan data yang benar – benar absah digunakan
triangulasi data dengan menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan
membandingkan hasil observasi dalam kegiatan diinstalasi binatu dengan hasil
wawancara oleh sumber informasi, serta triangulasi metode yaitu dengan melakukan
observasi dan wawancara kepada sumber informasi, juga melakukan penelusuran
dokumen terkait diinstalasi binatu.
Hasil penelitian yaitu tata laksana diinstalasi binatu belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit. Alur kegiatan diinstalasi binatu belum berjalan secara
optimalkarena beberapa petugas mengabaikan prosedur pencucian linen.SOPyang
diinstalasi binatu belum dilakukan secara optimal karena ditemukan beberapa
petugas yang mengabaikan SOP pencucian linen. Rumah Sakit belum maksimal
dalam menyediakan APDbaik dari segi jumlah maupun penyediaan diruang instalasi
binatu. Monitoring yang dilakukan belum secara optimal karena hanya dilakukan
monitoring oleh atasan tanpa melakukan pencatatan dan pelaporan K3.
Hasil penelitian tersebut disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Haji
Medanagar memberi sosialisasi tentang tata laksana, alur kegiatan pencucian linen,
meningkatkan pengawasan terhadap pekerja agar mau bekerja berdasarkan SOP dan
melengkapi APD sertasosialisasi tentang monitoring yang dilakukan dengan
pencatatan dan pelaporan K3 kepada pihak Rumah Sakit.
If all the facilities and equipment of a hospital are not managed properly, they
can become potential danger for the safety and health of hospital health care
providers. Therefore, hospital health care providers become the priority in the K3
(Job Safety and Health) program in order to protect them and to improve the health
care performance at a hospital. Binatu is a part of a hospital which functions to
handle dirty linen from the hospital. Responsible and correct action should be taken
in order to establish physical and mental health and social welfare for the personnel,
the patients, the visitors, and the people in the vicinity of the hospital.
The objective of the research was to monitor the implementation of K3
management in the binatu department of Haji Hospital, Medan. The research used
qualitative interactive method. The samples were 11 respondents, taken by using
purposive sampling technique. The data were analyzed by using 1) data reduction, 2)
data display, 3) conclusion drawing and verifying. Data triangulation, which
consisted of source triangulation and method triangulation, was used to obtain valid
data by conducting interviews, observation, and documentary study.
The result of the research showed that monitoring on binatu department was
not conducted optimally because of the lack of socialization toward the binatu
employees. The management was not in line with the standard stipulated in the
Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004. The linear of activities in the binatu department was not
done optimally because the employees ignored the procedure of linen washing, and
SOP (operational standard) was not optimal because the employees did not care of
the SOP of linen washing. The hospital management did not maximally provide APD
(personal protective device); it only consisted of maskers, gloves, and boots which
came from the medical room since the binatu department did not provide them.
It is recommended that the management of Haji Hospital, Medan, socialize
monitoring, management, and the linear of binatu activities to binatu employees,
increase supervision on the employees in order that they work based on SOP, and
equip the binatu department.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala
Rahmat dan KaruniaNya serta Salawat dan salam kepada Junjungan kita Nabi Besar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Instalasi Binatu pada Rumah Sakit
Sumatera Utara. Pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis untuk
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Utara.
4. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes dan dr. Heldy BZ, M.P.H selaku pembimbing tesis
tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan
6. dr. Diah Retno W. Ningtyas,selaku Direktur Rumah Sakit Umum Haji Medandan
dr. Yulinda Elvi Nasution M.Kes selaku Kepala Bagian Pendidikan dan
7. Selanjutnya terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program
8. Kepada Orang Tua Saya Ayahanda (Muhammad Yahya) dan Ibunda (Zarni.Z)
dan saudaraku Liana, SST. M.Kes, Ervina dan Deri Kurniawan, S.E yang
9. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman kelas ARS-B
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan bagi
penelitian lanjutan.
Irma Yeni
137032183/ IKM
RIWAYAT HIDUP
Irma Yeni lahir pada tanggal 10 Maret 1989 di Securai, Pangkalan Berandan.
Merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara pasangan Bapak M. Yahya. dan Ibu Zarni. Z
2003 di SLTP Negeri 2 Babalan, Sekolah Menengah Atas Tahun 2003-2006 di SMA
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB 1.PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................ 7
1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
2.1 Alur
Rumah sakit apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bahaya
keselamatan dan kesehatan bagi petugas kesehatan rumah sakit terutama diinstalasi
binatu.Binatu adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang berfungsi menangani
linen kotor yang dihasilkan rumah sakit. Dengan demikian dilakukan tindakan yang
bertanggung jawab dan benar guna menciptakan kesehatan jasmani, rohani dan
kesejahteraan sosial bagi petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk monitoring implementasi manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diinstalasi binatu pada Rumah Sakit Umum
Haji Medan.Jenis penelitian ini adalah kualitatif interaktifdengan menggunakan
tehnik purposive sampling untuk menentukan sumber informasi sehingga ditentukan
11 sumber informasi yaitu Kabid Penunjang Medis, Kepala Instalasi Binatu dan 9
orang petugas binatu. Untuk mendapatkan data yang benar – benar absah digunakan
triangulasi data dengan menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan
membandingkan hasil observasi dalam kegiatan diinstalasi binatu dengan hasil
wawancara oleh sumber informasi, serta triangulasi metode yaitu dengan melakukan
observasi dan wawancara kepada sumber informasi, juga melakukan penelusuran
dokumen terkait diinstalasi binatu.
Hasil penelitian yaitu tata laksana diinstalasi binatu belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit. Alur kegiatan diinstalasi binatu belum berjalan secara
optimalkarena beberapa petugas mengabaikan prosedur pencucian linen.SOPyang
diinstalasi binatu belum dilakukan secara optimal karena ditemukan beberapa
petugas yang mengabaikan SOP pencucian linen. Rumah Sakit belum maksimal
dalam menyediakan APDbaik dari segi jumlah maupun penyediaan diruang instalasi
binatu. Monitoring yang dilakukan belum secara optimal karena hanya dilakukan
monitoring oleh atasan tanpa melakukan pencatatan dan pelaporan K3.
Hasil penelitian tersebut disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Haji
Medanagar memberi sosialisasi tentang tata laksana, alur kegiatan pencucian linen,
meningkatkan pengawasan terhadap pekerja agar mau bekerja berdasarkan SOP dan
melengkapi APD sertasosialisasi tentang monitoring yang dilakukan dengan
pencatatan dan pelaporan K3 kepada pihak Rumah Sakit.
If all the facilities and equipment of a hospital are not managed properly, they
can become potential danger for the safety and health of hospital health care
providers. Therefore, hospital health care providers become the priority in the K3
(Job Safety and Health) program in order to protect them and to improve the health
care performance at a hospital. Binatu is a part of a hospital which functions to
handle dirty linen from the hospital. Responsible and correct action should be taken
in order to establish physical and mental health and social welfare for the personnel,
the patients, the visitors, and the people in the vicinity of the hospital.
The objective of the research was to monitor the implementation of K3
management in the binatu department of Haji Hospital, Medan. The research used
qualitative interactive method. The samples were 11 respondents, taken by using
purposive sampling technique. The data were analyzed by using 1) data reduction, 2)
data display, 3) conclusion drawing and verifying. Data triangulation, which
consisted of source triangulation and method triangulation, was used to obtain valid
data by conducting interviews, observation, and documentary study.
The result of the research showed that monitoring on binatu department was
not conducted optimally because of the lack of socialization toward the binatu
employees. The management was not in line with the standard stipulated in the
Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004. The linear of activities in the binatu department was not
done optimally because the employees ignored the procedure of linen washing, and
SOP (operational standard) was not optimal because the employees did not care of
the SOP of linen washing. The hospital management did not maximally provide APD
(personal protective device); it only consisted of maskers, gloves, and boots which
came from the medical room since the binatu department did not provide them.
It is recommended that the management of Haji Hospital, Medan, socialize
monitoring, management, and the linear of binatu activities to binatu employees,
increase supervision on the employees in order that they work based on SOP, and
equip the binatu department.
PENDAHULUAN
kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik.
Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau
pekerjaannya. Tenaga kerja yang sakit atau terganggu kesehatannya yang masih
hasilnya jika dia sehat. Tenaga kerja yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan
menurun dalam kemampuan kerja fisik, berfikir atau melaksanakan pekerjaan sosial
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang
1
bersifat manusiawi, penghasilannya dapat memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-
hari sehingga tingkat kesejahteraannya dapat terpenuhi sesuai dengan harkat dan
Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha,
oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja,
jajaran pelaksana, penyedia maupun manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk
diri sendiri. Alasannya karena bekerja adalah bagian dari kehidupan dan setiap orang
memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan untuk aktualisasi diri, namun
kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan
kesehatan. Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistim kerja
atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari
keterbatasan pekerjanya sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat dan perilaku kerja
yang tidak aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomi,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan
atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan. Upaya kesehatan kerja
adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri dan
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3-RS) (Aditama dan Hastuti, 2010).
kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu
Rumah sakit dengan segala fasilitas dan peralatannya apabila tidak dikelola
dengan baik dapat menjadi sumber bahaya keselamatan dan kesehatan yang
lingkungan rumah sakit terdiri dari instalasi perawat, ruang operasi, laboratorium,
ruang tunggu pasien, ruang administrasi (kantor), dapur, instalasi linen (Binatu),
Tempat kerja dengan lingkungan kerja dan jenis pekerjaan yang bervariasi memiliki
tahun 1970 telah menjamin dalam hal pasien dan pengunjung rumah sakit dikenai
kewajiban sebagaimana tenaga kerja yang berada di tempat kerja, untuk menaati
petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri (APD) yang diwajibkan
Binatu adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang berfungsi menangani
linen kotor yang dihasilkan dari rumah sakit. Dengan demikian dilakukan tindakan
yang bertanggung jawab dan benar terhadap faktor lingkungan, fisik, kimiawi dan
rumah sakit. Pada proses pekerjaan binatu terdapat potensial bahaya yang berasal
dari beberapa faktor seperti bahaya fisik lantai licin yang bisa menyebabkan pekerja
penggunaan bahan kimia yang dipakai seperti deterjen, desinfektan dan pewangi serta
sedemikian rupa sehingga dapat dicegah timbulnya dampak negatif dari linen atau
infeksi nosokomial, kecelakaan kerja atau dampak negatif lainnya yang erat
Berdasarkan data dari survei nasional terhadap lebih dari 2600 rumah sakit di
USA tahun 1972 dilaporkan bahwa rata-rata setiap rumah sakit mengalami 68 pekerja
cedera dan 6 sakit (laporan NIOSH tahun 1974-1976). Cedera yang paling sering
terjadi di antara pekerja adalah luka tusukan, cedera punggung, luka bakar, dan
fraktur. Sakit yang paling sering adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis, dan
hepatitis. Pekerja rumah sakit yang mengalami cedera dan sakit antara lain perawat,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Biladet.al, pada tahun 2013 di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) milik pemerintah Kota Semarang yaitu terlihat hanya
mengalami kecelakaan kerja pada saat bekerja, seperti terjepit pintu, terpeleset,
terjatuh dan terkena setrika. Hasil observasi dengan menggunakan tabel Job Safety
Analysis untuk mengidentifikasi bahaya atau risiko yang terdapat pada setiap tahapan
pekerjaan menunjukkan tingkat risiko yang ada di instalasi Laundry sebesar 24%
termasuk dalam risiko sangat tinggi yaitu risiko tersengat listrik, kebakaran dan
terinfeksi bakteri pada pegangan troli, 24% termasuk dalam risiko tinggi yaitu nyeri
akibat pengangkatan ember dengan manual, terinfeksi bakteri pada linen kotor dan
terhirup bahan kimia, 33% termasuk dalam kategori sedang yaitu kaki terinjak troli,
terpeleset dan terjatuh akibat lantai licin dan 19% termasuk dalam kategori rendah
linen Laundry. Seharusnya petugas mematuhi SOP yang ada di Rumah Sakit X
Yogyakarta yang mengatur tentang proses pencucian linen yang baik dan benar. Jika
Haji Medan. Binatumerupakan instalasi yang menangani linen rumah sakit, mulai
merupakan bahan tekstil yang dipakai dirumah sakit seperti seprei, handuk dan baju
operasi. Linen yang terkenacairan tubuh dan darah, berpotensi menyebarkan infeksi
Pada saat dilakukan survei awal, hanya sebagian petugasbinatu yang memakai
APD berupa masker, sedangkan APD seperti sarung tangan dan sepatu boot hanya
sekali-sekali digunakan dan untuk earmuff tidak pernah digunakan sama sekali.
Selain itu kondisi di instalasi binatu yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
seperti lantai yang licin, bunyi bising dari mesin cuci yang berfungsi untuk mencuci
linen, mesin pengering yang berfungsi untuk mengeringkan linen dan kurangnya
pemakaian APD seperti sarung tangan yang dapat berpotensi terkena penyakit infeksi
Kerja (K3) Di Instalasi Binatu Pada Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun
2015”.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana tata laksana di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
2. Bagaimana alur kegiatan diinstalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di instalasi binatu pada Rumah Sakit
Medantahun 2015.
Medantahun 2015.
1. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan, sebagai bahan masukan untuk
keinginan pelanggan.
kesehatan kerja (K3), maka para petugas binatu akan mentaati peraturan
sesuai dengan SOP yang ada dan menggunakan alat pelindung diri (APD)
dalam bekerja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Menurut Willan dalam Aditama (2006) istilah rumah sakit sendiri berasal dari
kata hospital yang berasal dari bahasa latinhospitium, yang memiliki arti suatu tempat
atau ruangan untuk menerima tamu. “Rumah sakit bukan hanya suatu tempat, namun
juga sebuah fasilitas, sebuah institusi dan juga sebuah organisasi”. Rumah sakit harus
dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan
keselamatan pasiennya serta harus menyediakan fasilitas yang lapang, tidak berdesak-
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang yang sehat. Kumpulan banyak orang
ini akan dapat memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit,
9
gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Untuk menghindari terjadinya
1 tentang bangunan rumah sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan. Bangunan rumah sakit yang dimaksud pada ayat 1
paling sedikit terdiri atas ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang gawat darurat, ruang
operasi, ruang tenaga kesehatan, ruang radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi,
ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah,
ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, ruang menyusui, ruang
mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan sampah, danpelataran
(empat) tugas dari rumah sakit adalah memberikan kesehatan perorangan secara paripurna.
Maksudnya adalah setiap kegiatan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memulihkan kesehatan.
kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para petugas/ buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif
terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi petugas di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan petugas yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan bagi petugas dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan petugas dalam suatu lingkungan kerja yang
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
Upaya K3 di rumah sakit menyangkut tenaga kerja, cara/ metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan. Di tempat kerja, kesehatan dan kinerja seorang pekerja sangat dipengaruhi
oleh :
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun
non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh
kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
di rumah sakit. K3 perlu dikelola dengan baik agar penyelenggaraan K3 rumah sakit lebih
efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen K3 di rumah sakit bagi pengelola
maupun karyawan rumah sakit yang bertujuan terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang
sehat, aman dan nyaman dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan di rumah
sakit. Terdapat beberapa penyebab yang sering terjadi dalam pekerjaan, yaitu :
2. Faktor pekerjaan antara lain standar kerja yang kurang baik, standar perencanaan yang
kurang tepat, standar perawatan yang kurang tepat, standar pembelian yang kurang
pengamanan tidak sempurna, APD yang tidak memenuhi syarat, bahan atau peralatan kerja
yang telah rusak, gerak tidak leluasa karena tumpukan benda, sistim tanda bahaya yang
tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang mengandung bahaya, seperti iklim kerja
panas atau dingin, penerangan tidak memenuhi syarat, ventilasi kurang baik, tingkat
2.2.3. Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Dari pasal
tersebut jelas bahwa rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
rumah sakit. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-
Potensi bahaya di rumah sakit selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang memengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa dan
kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang
2.2.4. Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah
dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Manajemen rumah sakit
mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga
K3 dan saran untuk terlaksananya program K3 di rumah sakit. Kebijakan K3 di rumah sakit
diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi rumah sakit.
Untuk melaksanakana komitmen dan kebijakan K3RS perlu disusun strategi antara
lain :
d. Meningkatkan SDM yang profesional di bidang K3RS pada setiap instalasi kerja di
pencegahan
2. Perencanaan
Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistim manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan
meliputi :
a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko. Rumah sakit harus
melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor
risiko.
menimbulkan potensi bahaya dan jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat
terjadi. Sumber bahaya yang ada di rumah sakit harus di identifikasi dan di nilai
1. Fisik
Bising IPS-RS, binatu, dapur, Karyawan yang bekerja di
CSSD, gedung genset- lokasi tersebut
boiler, IPAL
Getaran Ruang mesin-mesin Perawat, cleaning service,
dan peralatan yang dan lain-lain
menghasilkan getaran
(ruang gigi, dan lain-
lain)
Debu Petugas sanitasi, teknisi gigi,
Genset, bengkel kerja,
laboratorium gigi, petugas IPS dan rekam medis
gudang rekam medis,
incinerator
Tabel 2.1.(Lanjutan)
No Bahaya Potensial Lokasi Pekerja yang Paling Beresiko
Tabel 2.1.(Lanjutan)
4. Ergonomi
Pekerjaan yang Area pasien dan Petugas yang menangani
dilakukan secara tempat penyimpanan pasien dan barang
manual barang (gudang)
Postur salah Semua area Semua karyawan
dalam melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang Semua area Dokter gigi, petugas
berulang pembersih, operator
komputer, dan lain-lain.
5. Psikososial
Sering kontak Semua area Semua karyawan
dengan pasien,
kerja berlebih.
Merupakan proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan
menggantikan sumber risiko dengan sarana/ peralatan lain yang tingkat risikonya
lebih rendah atau tidak ada (engineering/ rekayasa), administrasi dan alat
b. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar operasional
lainnya yang berlaku. SOP ini harus di evaluasi, diperbaharui dan harus
potensial dan risiko K3 yang bisa di ukur, satuan/ indikator pegukuran, sasaran
d. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
e. Program K3
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapai
3. Pengorganisasian
manajemen dan petugas, terh,hkadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja
sama dalam pelaksanaan K3. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada
semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua organisasi
K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksana K3 di semua
4. Langkah-Langkah Penyelenggaraan
langkah penerapannya yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan
evaluasi.
1. Menyatakan komitmen
b. Tahap pelaksanaan
manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang di ambil untuk mengetahui dan
(SPRS) yaitu : pencatatan dan pelaporan K3, pencatatan semua kegiatan K3,
terutama oleh petugas K3 RS sehingga kejaidan PAK dan KAK dapat dicegah
3. Melaksanakan audit K3
pengendalian.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan
untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.
1) Menghilangkan Bahaya
Jika bahaya tidak dapat dihilangkan, maka kiat menggunakan alat kendali risiko yang
lebih rendah tingkatannya. Alat-alat kendali itu antara lain mengganti peralatan
Dalam tahap ini menggunakan prosedur, SOP atau panduan sebagai langkah
untuk mengurangi risiko. Contoh dari pengendalian secara administrasi ini adalah
mengurangi rotasi kerja untuk mengurangi efek risiko, membatasi waktu atau frekuensi
pekerjaannya.
d. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi
proses sehari-hari.
e. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit
dilakukan.
f. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh
Sedangkan tujuan dari SOP antara lain : (1) agar pegawai menjaga konsistensi
dan tingkat kinerja pegawai atau tim dalam organisasi atau instalasi kerja, (2) agar
mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi, (3)
memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pegawai terkait, (4)
melindungi organisasi/ instalasi kerja dan pegawai dari malpraktek atau kesalahan
Fungsi dari SOP itu sendiri antara lain : (1) memperlancar tugas pegawai atau
tim/ instalasi kerja, (2) sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan, (3) mengetahui
disiplin dalam bekerja, (5) dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin
(Karisma, 2014).
Menurut Rijanto (2011) alat pelindung diri (APD) dapat didefenisikan sebagai
fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya di tempat kerja. Sarana pengaman diri
adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya pada pekerja.
digunakan secara benar, sesuai dengan situasi dan kondisi bahaya, senantiasa
dipelihara. Persyaratan APD yang digunakan menurut Budiono (2006) yaitu: (1) harus
memberikan perlindungan yang tepat terhadap potensi bahaya yang ada, (2) tidak
menyebabkan rasa tidak nyaman berlebihan, (3) bentuknya harus cukup menarik dan
dapat dipakai secara fleksibel, (4) tahan untuk pemakaian yang lama, memenuhi
standar yang sudah ada serta suku cadangnya mudah didapat, (5) tidak menimbulkan
bahaya tambahan bagi pemakaian yang tidak tepat atau karena penggunaan yang
salah.
menggunakan APD maka langkah-langkah berikut dapat dilakukan : (1) buat kebijakan
tertulis tentang APD dan mensosialisasikan kepada pekerja dan tamu, (2) pilih jenis APD
yang sesuai, (3) laksanakan suatu program pelatihan agar pekerja mengetahui suatu
cara pemakaian dan perawatan yang benar terhadap APD yang digunakannya, (4)
APD yang digunakan oleh petugas haruslah dapat memellihara kesehatan dan
1) Pelindung kepala
alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia,
melindungi kepala dan rambut dari kotoran, serta melindungi rambut dari
bahaya terjerat mesin yang berputar. Spesifikasinya terbuat dari bahan yang
2) Pelindung telinga
Sumbat telinga yang baik adalah yang dapat menahan frekuensi tertentu saja,
telinga biasanya terbuat dari bahan karet, plastik keras, plastik lunak, lilin, dan
ada kebocoran sedikit saja dapat mengurangi daya lindung sampai 15 dB.
Daya lindung yang paling kecil adalah yang terbuat dari kapas, antara 2-12 dB.
Kelemahan dari sumbat telinga ini adalah tidak tepat ukurannya dengan
dan alat ini lebih efektif dari sumbat telinga, karena dapat mengurangi
pengaruh cahaya, dan pengaruh radiasi tertentu. Syarat pelindung muka dan mata
yaitu keamanan terhadap api sama dengan topi pengaman, ketahanan terhadap
lemparan benda-benda, alat pelindung mata tahan terhadap radiasi, dengan prinsip
adalah kaca mata yang hanya tahan terhadap panjang gelombang tertentu.
partikel (debu, kabut, asap dan uap logam), dan pencemaran oleh gas atau uap.
5) Pelindung tangan
elektromagnetik, radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka,
lecet dan infeksi, serta kotoran.Jenis dari pelindung tangan antara lain :
menjadi satu.
6) Pelindung kaki
berat atau keras, tumpahan atau genangan logam cair, bahan kimia korosif atau
tergelincir, dan tertusuk telapak kakinya, pengaruh air panas, dingin, kotor dan lain-
lain.
a. Pada industri ringan/ tempat kerja biasa cukup memakai sepatu yang baik dan
wanita tidak boleh memakai sepatu bertumit tinggi atau sepatu dengan
b. Sepatu pelindung (safety house) atau sepatu boot dapat terbuat dari kulit,
karet sintetis atau plastik. Berguna untuk melindungi jari-jari kaki terhadap
c. Untuk mencegah tergelincir digunakan sol anti slip luar dari karet alam atau
e. Sepatu atau sandal yang beralas kayu baik dipakai ditempat kerja yang
kimia.
tertentu baik benda padat, gas, cairan, suhu, percikan api, bahan kimia, radiasi,
panas dan trauma dari benda tumpul/ tajam. Bahan dapat terbuat dari kain kulit,
plastik, asbes atau kain yang dilapisi aluminium. Bentuknya berupa apron (menutupi
sebagian tubuh yaitu mulai dada sampai lutut), celemek, atau pakaian terusan
Sedangkan untuk jenis APD di rumah sakit pada bagian binatu APD yang
sering digunakan antara lain masker, earmuff, sarung tangan dan sepatu boot.
harus mengerti bahwa penggunaan APD tidak akan menghilangkan bahaya yang
derajat perlindungannya.
b. Sisi perusahaan
• Dianggap hanya pekerjaan yang sia-sia karena tidak adanya pekerja yang
mau memakai
dan jari.
d. Kesulitan komunikasi
teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas B, binatu rumah sakit adalah tempat
pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin setrika.
untuk desinfeksi dengan desinfektan yang ramah terhadap lingkungan. Suhu air panas
untuk pencucian mencapai 70oC dalam waktu 25 menit atau 95 oC dalam waktu 10
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran pembuangan
air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang berbeda.
3. Tersedia saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan pengolahan awal khusus
6. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.
7. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.
linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti
pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas B, kegiatan pencucian linen
terdiri dari :
1. Pengumpulan, dilakukan :
1) Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi label.
2. Penerimaan
1) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan non infeksius.
3. Pencucian
1) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci dan
2) Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian
4. Pengeringan
5. Penyetrikaan
6. Penyimpanan
7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima, kemudian
petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong yang
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan
linen kotor. Kereta dorong harus di cuci dengan desinfektan setelah digunakan
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
5) Rumah sakit yang tidak mempunyai binatu tersendiri, pengangkutannya dari dan
9. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan binatu linen harus menggunakan pakaian
kerja khusus, menggunakan APD dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala,
pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas B alur kegiatan pada instalasi
Perbaikan linen
Ruang Dekontaminasi
Pencucian Pengeringan Penyeterikaan
linen linen linen
Bak pembilasan
awal
Melipat linen
Bak desinfeksi
(perendaman)
R. penyimpanan
Bak pembilasan linen bersih
akhir
CSSD Tanpa
(Resterilisasi) sterilisasi
Gambar 2.1. Alur Kegiatan Pada Instalasi Pencucian Linen di Instalasi Binatu
(Kemenkes RI, 2010)
Monitoring dan evaluasi pada dasarnya adalah kegiatan untuk melakukan evaluasi
kebijakan, sejauh mana kebijakan tersebut mencapai sasaran dan tujuannya. Monitoring
diperlukan agar kesalahan-kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan
tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar. Evaluasi berguna
memberikan input bagi kebijakan yang akan datang supaya lebih baik (Subarsono, 2005).
Monitoring atau pemantauan adalah aktivitas yang ditujukan untuk memberikan
informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang diimplementasikan
dengan tujuan menjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan
tujuan dan sasaran, menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang
lebih besar, dan melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring
Dalam memantau hasil kebijakan dibedakan dua jenis hasil kebijakan, yaitu :
keluaran (outputs), dan dampak (impacts). Keluaran kebijakan adalah barang, layanan, atau
sumber daya yang diterima oleh kelompok sasaran atau kelompok penerima. Sebaliknya
dampak kebijakan merupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan
oleh keluaran kebijakan tersebut. Kelompok sasaran merupakan individu, masyarakat atau
organisasi yang hendak dipengaruhi oleh suatu kebijakan dan program. Sedangkan
penerima adalah kelompok yang menerima manfaat atau nilai dari kebijakan tersebut.
Untuk menghitung secara baik keluaran dan dampak kebijakan, perlu melihat kembali
tindakan kebijakan yang dilakukan sebelumnya. Tindakan kebijakan mempunyai dua tujuan
utama, yaitu regulasi dan alokasi. Tindakan regulatif adalah tindakan yang dirancang untuk
menjamin kepatuhan terhadap standar atau prosedur tertentu. Sebaliknya tindakan alokatif
adalah tindakan yang membutuhkan masukan yang berupa uang, waktu, personil dan alat
(Badjuri, 2002).
Tindakan kebijakan dapat pula dipilah lebih lanjut menjadi masukan (input)
kebijakan dan proses kebijakan. Masukan kebijakan adalah sumber daya (waktu, uang,
personil, alat, material) yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dan dampak. Proses
kebijakan adalah tindakan organisasional dan politis yang menentukan transformasi dari
masukan kebijakan menjadi keluaran dan dampak kebijakan. Monitoring terhadap suatu
kebijakan baru dapat dilakukan setelah adanya tindakan dari para pelaku kebijakan
terhadap objek atau kelompok sasaran. Sehingga minimal analis dapat melihat adanya
perubahan atau hasil yang signifikan dari tindakan kebijakan tersebut baik berupa data-data
prinsip evaluasi. Bedanya dalam monitoring intinya analis hanya mengumpulkan informasi
seputar pelaksanaan kebijakan, baik berupa data objektif maupun subjektif, berdasarkan
penilaiannya pada informasi yang telah dikumpulkan dalam proses monitoring. Sehingga
hasil evaluasi dapat menilai apakah suatu proses atau keluaran kebijakan berhasil mencapai
tujuan yang ditetapkan pembuat kebijakan atau tidak, sedangkan dalam monitoring hal
Evaluasi lebih tertuju pada kajian terhadap hasil suatu program. Evaluasi dilakukan
suatu program, serta untuk mengetahui komponen program mana yang berhasil dan mana
yang tidak berhasil. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan
masalah kinerjaprogram untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja
Monev adalah kegiatan monitoring dan evaluasi yang ditujukan pada suatu program
yang sedang atau sudah berlangsung. Monitoring sendiri merupakan aktivitas yang
berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan, melihat faktor pendukung dan penghambat
hasil analisis diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukan bagi pimpinan untuk
mengumpulkan data dan menganalisis data, menyimpulkan hasil yang telah dicapai,
Perbedaan antara monitoring dan evaluasi adalah monitoring dilakukan pada saat
program masih berjalan sedangkan evaluasi dapat dilakukan baik sewaktu program itu
masih berjalan ataupun program itu sudah selesai. Bila dilihat dari pelakunya, monitoring
dilakukan oleh pihak internal sedangkan evaluasi dilakukan oleh pihak internal maupun
diluruskan.
Menurut Dunn dalam (Subarsono, 2005) ada beberapa jenis monitoring yaitu :
2. Pemeriksaan (Auditing) adalah jenis monitoring untuk melihat sejauh mana sumber
Ripley (1985) implementasi dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif pertama
sebagai kepatuhan para implementer dalam melaksanakan kebijakan yang tertuang dalam
Studi implementasi yang menggunakan perspektif ini ingin mengetahui kepatuhan para
bawahan dalam menjalankan perintah yang diberikan para atasan sebagai upaya untuk
tetapi berusaha memahami implementasi secara lebih luas. Maka ukuran keberhasilan
implementasi tidak hanya dilihat dari segi kepatuhan para implementer dalam
mengikuti SOP tetapi juga diukur dari keberhasilan dalam merealisasikan tujuan-
tujuan kebijakan yang wujud nyatanya berupa munculnya dampak kebijakan. Artinya
semestinya perlu dipandang sebagai kondisi yang harus dilalui agar tujuan kebijakan
dapat diwujudkan, bukan tujuan akhir dari implementasi itu sendiri (Purwanto dan
Sulistyastuti, 2012).
Dalam penggunaan sehari-hari, kita biasa mendengar istilah‘monitoring’banyak
penggunaan seperti itu prosesmonitoring, biasanya menjadi bagian dari sebuah aktivitas
informasi tentang hasil kebijakan melalui monitoring, situasi masalah (sistim dari berbagai
publik harus relevan, dapat diandalkan dan valid. Dapat diandalkan mengandung arti bahwa
observasi dalam memperoleh informasi harus dilakukan secara cermat. Valid atau sahih
maksudnya informasi tersebut benar-benar memberitahu kita tentang apa yang memang
kita maksudkan. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber. Pada umumnya informasi
diperoleh dari arsip pada instansi atau badan terkait berupa buku, monograf, artikel, dan
laporan tertulis dari para peneliti. Bila data dan informasi tidak tersedia pada sumber di
atas, monitoring perlu dilakukan dengan kuesioner, wawancara dan observasi lapangan
(Badjuri, 2002).
→
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Hasil pelaksanaan K3 di instalasi
Kerja (K3) diinstalasi binatu: binatu :
1. Tata
→ laksana
2. Alur kegiatan pencucian linen 1. Tata laksana
3. Melaksanakan tugas sesuai dengan 2. Kepatuhan petugas binatu
SOP terhadap SOP
4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 3. Kepatuhan petugas binatu pada
5. Monitoring penggunaan APD
pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di instalasi binatu pada
Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015. Selain melihat pelaksanaan manajemen K3
diinstalasi binatu diantaranya tata laksana, alur kegiatan pencucian linen, melaksanakan
tugas sesuai dengan SOP dan penggunaan alat pelindung diri (APD), serta pelaksanaan
kepatuhan petugas binatu dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan SOP di instalasi binatu
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian
kualitatif. Metode kualitatif dalam penelitian ini menggunakan model interaktif dari
Miles dan Huberman (1992). Model interaktif yaitu model pengumpulan data sebagai
suatu proses yang bersifat siklis dan interaktif mulai dari pengumpulan data, reduksi
suatu program, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh
waktu dan aktivitas dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
3.2. LokasidanWaktuPenelitian
karena peneliti ingin melihat tata laksana diinstalasi binatu, alur kegiatan diinstalasi
sudah sesuai dengan SOP dan kepatuhan dalam menggunakan APD, sertapelaksanaan
2015.
45
3.3. Sumber Informasi
Teknikpengambilansumber informasidilakukandenganmenggunakanpurposive
rumah sakit.
penelitian.
3. Subjek penelitian dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya sesuai
wawancara mendalam.
wawancara mendalam.
Data primer adalah data yang diperoleh dari informan secara langsung berupa
telahdipersiapkandenganjawabanterbukasesuaidenganapayangtelahdilakukanoleh
sumber informasi berhubungandengankepatuhan petugas binatu untuk menggunakan
APD dalam upaya K3 di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun
2015.
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan sumber informasi atau
wawancara, dimana pewawancara terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Proses wawancara kemudian direkam dengan alat perekam suara/ recorder dan
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui laporan – laporan, buku,
3.4.2. Observasi
Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti langsung
penelitian. Dalam pengamatan ini peneliti mencatat/ merekam baik dengan cara
terhadappenggunaan APD dan bekerja sesuai dengan SOP. Dengan metode analisis
APD di instalasibinatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.
instalasibinatu.
penyelenggaraanadministrasiperusahaan, bagaimanadankapanharusdilakukan,
dimanadanolehsiapadilakukan.
4. Alat pelindung diri (APD) adalah alat pelindung yang digunakan pekerja untuk
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian karena
dari analisis akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Miles
dan Huberman (2009) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
menganalisis data kualitatif yaitu : (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data
memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya. Data yang
telah di reduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk
2. Data yang telah direduksi maka dilakukan pemaparan data. Pemaparan data
deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian (Miles dan
Huberman, 2009).
sumber agar hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dianalisa seutuhnya.
sejumlah sumber data dari partisipan yang akan menambah validitas penelitian
(Creswell, 2010).
yang ada.
2. Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau mengecek
membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Misalnya peneliti
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) baru di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang diatur dalam peraturan
diberikan, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah. Rumah Sakit Umum Haji Medan sebagai rumah sakit
kelas B diproyeksikan sebagai rumah sakit rujukan kesehatan. Lokasi Rumah Sakit
Umum Haji Medan Pemprovsu berada di Kabupaten Deli Serdang dan berada di
penunjang medis pada sebuah rumah sakit adalah penting, karena tanpa pelayanan
penunjang medis, proses perawatan dapat jadi terhambat. Peran seperti bidang
disamping peranan Unit Gizi, Instalasi binatu,Cleaning Service dan yang lain.
Berdasarkan data sekunder yang didapat dari Rumah Sakit Umum Haji Medan
Pengangkutan
Pencucian
Desinfeksi
Penyimpanan Sterilisasi
Ruang Operasi
Pendistribusian
Ruangan Lain
Gambar 4.1. Tahap Pengelolaan Linen Pada Instalasi Binatu Rumah Sakit
Umum Haji Medan
yang sudah bersih. Linen di rumah sakit adalah selimut, gordyn, seprai, penutup
1. Pengumpulan :
isyarat:
kantong.
2. Pengangkutan :
ruangan binatu.
3. Pencucian :
d) Seterika manual.
(desinfeksi).
mesin FLE 403 dan membatasi berat linen yang masuk ke mesin maksimal 35
kg.
4. Penyimpanan :
a. Linen bersih yang sudah disetrika disimpan rapi dalam rak penyimpanan
didalam storage linen dengan batas menjahit bagian yang koyak dari ruangan,
14.00 Wib, hari senin sampai dengan kamis. Jam 09.00-11.30 Wib untuk hari
a. Linen infeksius yaitu linen yang kotor oleh kuman penyakit menular.
(lampiran 2) didapat bahwa dari keseluruhan lembar tersebut ada beberapa yang
belum memenuhi SOP yang dibuat oleh Rumah Sakit Haji Medan. Para petugas di
instalasi binatu ada yang mengabaikan SOP yang dibuat dikarenakan para petugas
Hasil yang didapat dari lembar observasi (lampiran 2) yang dilakukan adalah :
1. Prosedur kebersihan ruangan, hasil yang didapat bahwa para petugas sudah
3. Prosedur pengumpulan linen kotor, hasil yang didapat bahwa ada beberapa
prosedur mengikuti SOP yang telah di tetapkan, yaitu petugas mengambil linen
kotor dari tempat tidur pasien, linen kotor di masukkan ke dalam kantong plastik,
dan melakukan serah terima barang antara petugas binatu. Sedangkan untuk
prosedur linen kotor tidak boleh dikibaskan, linen kotor yang terkumpul
dilakukan pencatatan bersama oleh petugas binatu dan ruangan belum mengikuti
prosedur mengikuti SOP yang telah di tetapkan, yaitu para petugas memasukkan
linen kotor ke dalam trolley (kereta dorong) dan sesegera mungkin membawa
keselamatan kerja seperti sarung tangan, masker, dan memakai baju tangan
Dan petugas hanya sesekali memekai APD berupa masker dan sarung tangan
karena masih meminta APD tersebut pada bagian medis pada saat pengutipan
linen. Petugas binatu juga masih menggunakan baju lengan pendek pada saat
5. Prosedur pemisahan linen kotor, hasil yang didapat bahwa para petugas sudah
mengikuti SOP yang telah di tetapkan, yaitu pemisahan linen kotor berat dan
ringan maupun berwarna, linen kotor di masukkan ke dalam mesin cuci, mesin
on, menunggu proses pencucian sampai selesai, proses pencucian selesai baru
mesin cuci dimatikan dengan menekan tombol off. Sedangkan untuk prosedur
mesin cuci dihidupkan baru detergen di masukkan belum mengikuti SOP. Karena
7. Prosedur pengeringan linen bersih, hasil yang di dapat bahwa adanya kerusakan
pada mesin uap (steam boiler), sehingga mesin tidak bisa bekerja untuk
mengalirkan uap panas yang dihasilkan dan menyalurkan uap tersebut pada
8. Prosedur penyetrikaan linen bersih, hasil yang di dapat bahwa adanya kerusakan
pada mesin uap (steam boiler), sehingga mesin tidak bisa bekerja untuk
mengalirkan uap panas yang dihasilkan dan menyalurkan uap tersebut pada
linen secara manual, sehingga tidak di lakukan penyetrikaan linen sama sekali.
9. Prosedur pelipatan linen bersih, hasil yang didapat bahwa ada beberapa yang
mengikuti SOP yang telah di tetapkan, yaitu petugas binatu melipat linen dan
menyortir linen sesuai kebutuhan ruangan. Sedangkan untuk linen yang sudah di
setrika diambil dari mesin setrika belum mengikuti SOP yang ada, dikarenakan
mesin uap (steam boiler) rusak. Sehingga dilakukan belum mengikuti SOP yang
telah ditetapkan.
10. Prosedur penyimpanan linen bersih, hasil yang didapat bahwa ada beberapa yang
mengikuti SOP yang telah ditetapkan, yaitu linen yang dilipat harus dipisahkan
penyimpanan linen yang telah dilipat dan dipisahkan di ruangan yang terpisah
dari tempat penyucian belum mengikuti SOP yang ada. Dikarenakan tempat
penyimpanan linen bersih yang telah dilipat masih dalam satu ruangan dengan
11. Prosedur pendistribusian linen, hasil yang di dapat bahwa para petugas sudah
12. Prosedur penjaitan linen, hasil yang di dapat bahwa para petugas sudah
penjaitan linen sudah memenuhi standar SOP yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit
prosedur pencucian linen kotor, prosedur pelipatan linen bersih dan prosedur
penyimpanan linen bersih hanya beberapa point yang telah memenuhi standar SOP
dikarenakan ketika petugas binatu mengutip linen kotor, linen tersebut masih
dalam SOP linen kotor tersebut tidak boleh ditaruh disembarang tempat sehingga
kain dapat terinjak atau terkena kotoran lain, kemudian linen masih dikibas-kibaskan
pada waktu melakukan penghitungan linen, dan linen kotor tersebut dilakukan
prosedur pengangkutan linen kotor yang belum memenuhi standar adalah petugas
dalam melakukan pengutipan belum menggunakan baju lengan panjang dan masih
menggunakan baju lengan pendek. Untuk prosedur pencucian linen kotor yang belum
memenuhi standar SOP yaitu pada saat detergen dimasukkan kedalam mesin cuci,
sesuai SOP di instalasi binatumesin cuci dihidupkan baru detergen dimasukkan tetapi
petugas binatu memasukkan detergen dahulu baru mesin cuci dihidupkan. Untuk
prosedur pelipatan linen bersih karena masalah mesin uap (steam boiler) yang rusak
linen yang bersih tidak disetrika, tapi langsung dilipat karena tidak memungkinkan
untuk menyetrika linen yang banyak.Dan untuk prosedur penyimpanan linen bersih
belum memenuhi standar SOP instalasi binatu, karena seharusnya tempat menyimpan
linen yang telah dilipat harus dipisahkan diruangan yang terpisah dari tempat
penyucian, tetapi tempatmenyimpan linen yang telah dilipat tidak dipisahkan
diruangan yang terpisah dari tempat penyucian sehingga masih berada dalam satu
bersih belum bisa dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh Rumah
Sakit Umum Haji Medan karena adanya kendala yang terjadi. Yaitu mesin uap (steam
boiler) yang berfungsi menghasilkan uap panas untuk dialirkan kemesin pengering
dan penyetrika linen mengalami kerusakan. Dengan mesin uap (steam boiler) tersebut
mesin pengering dan penyetrika dapat berfungsi. Sehingga karena mesin uap (steam
boiler) yang rusak maka kegiatan pengeringan dilakukan secara manual dengan
menjemur linen yang sudah di cuci dengan manual yaitu menggunakan bantuan sinar
matahari. Setelah kering maka linen tersebut tidak disetrika karena banyaknya linen
yang dicuci dirumah sakit tidak memungkinkan para petugas di instalasi binatu untuk
menyetrika banyaknya linen yang ada. Sehingga setelah linen kering maka akan
langsung dilipat.
Rumah Sakit Umum Haji Medan sangat terkait dengan para stakeholder sesuai
Hanya beberapa yang belum dilakukan, termasuk penyediaan ruangan yang terpisah
untuk tempat pencucian linen infeksius dan non infeksius dan penyediaan ruangan
itu dapat dilihat dari observasi yang telah dilakukan di instalasi binatu Rumah Sakit
1. Sudah tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran yang
maksimal. Untuk mesin cuci yang kecil karena sudah menggunakan mesin
terbaru, mesin cuci tersebut memiliki tombol untuk air panas. Tetapi untuk mesin
cuci yang besar karena menggunakan mesin lama, air yang dikeluarkan belum
bisa dikatakan panas, tetapi hangat. Di karenakan mesin cuci yang besar
pembuangan saluran air limbah dan tersedia mesin cuci yang dapat mencuci
3. Ruangan dan mesin cuci untuk linen infeksius dan non infeksius belum dipisah
dan pencucian untuk linen infeksius dan non infeksius masih di lakukan di
ruangan yang sama dan juga memakai mesin cuci yang sama. Hanya waktu
5. Tempat pencucian di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan
ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang perlengkapan kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang kereta linen, ruang peniris atau pengering untuk alat-
alat termasuk linen belum mempunyai ruangan tersendiri. Dan semua dikerjakan
6. Untuk Rumah Sakit Umum Haji Medan sendiri sudah mempunyai instalasi
binatu sendiri. Dan tidak melakukan kerja sama dengan Rumah Sakit manapun
informasi telah dilakukan. Untuk Kabid Penunjang Medis terkait penjelasan akan tata
berikut:
“Sistim atau aturan tata laksana di binatu itu menghimbau agar para pekerja di
pencucian linen bekerja dengan mematuhi SOP, menerapkan pemakaian alat
pelindung diri, dan masuk kerja tepat waktu”. (Kabid Penunjang Medis).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa tatalaksana di
instalasi binatusudah diketahui oleh Kabid Penunjang Medis dan sudah dilaksanakan.
pelindung diri dan masuk kerja tepat waktu oleh Kabid Penunjang Medis.
tata laksana di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
“Istilahnya tata laksananya kalau dah kita mulai pagi tu, karena ada 2 orang
kita buat mengutip linen ke ruangan inap ataupun poli sudah ada tempatnya di
ruangan masing-masing itulah kita angkat. Sudah sampai nanti ke ruangan
binatu, baru nanti kita pisahkan noda berat dengan noda ringan. Sesudah itu
yang tebal yang tipis, yang berwarna dengan yang putih itu tetap dipisahkan,
itulah aturannya”.(Kepala Instalasi Binatu).
instalasi binatusudah diketahui oleh Kepala Instalasi Binatu dan sudah dilaksanakan
“Datang dijemput, sama ada lagi tugas orang ini kan untuk jemput. Dibawa
kemari dipisahkan yang putih dan warna, yang selimut danhanduk dipisahkan.
Sesudah itu, masuknya pun harus sejenis. Yang putih, putih. Kalau yang
warna, warna, selimut gitu”.(Petugas Binatu Bagian Mesin).
Menggosok/ Melipat tentang tata laksana di instalasi binatu, dimana hasil wawancara
“Biasa dari ruangan.. Datang dijemput, sama ada lagi tugas untuk jemput.
Dibawa kemari dipisahkan yang putih, yang warna, yang selimut, yang
handuk dipisahkan. Sesudah itu, masuknya harus sejenis. Yang putih, putih.
Kalau yang warna, warna, selimut”. (Petugas Binatu Bagian Menggosok/
Melipat).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa tata laksana di
Melipat tentang tata laksana di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang
“Saya rasa, wajar-wajar aja. Biasa aja”. (Petugas binatu Bagian Pengering/
Melipat).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa tata laksana di
Linen Kotor 1 tentang tata laksana di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang
“Aturannya tetap gitu.. Ya kan, dari awal pagi masuk.. setelah itu, setelah
selesaijam 10 gitu lah.. Selesai yang dicuci masih ada.. Yang kemaren itu,
sudah.. sudah dicuci, tinggal bilas.. Dijemur. Supaya kering.. Siap itu,
dilipat”. (Petugas Binatu Bagian Mengutip Linen Kotor 1).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa tata laksana di
Linen Kotor 2 tentang tata laksana di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang
Linen kotor dan Bersih tentang tatalaksana di instalasi binatu, dimana hasil
“Ya kami masuk jam 8, ya kerja jahit”. (Petugas Binatu Bagian Menjahit).
tatalaksana pada umumnya menurut Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi
Binatu, berupa bagaimana pekerja diinstalasi binatu bekerja dengan mematuhi SOP,
menerapkan pemakaian APD dan masuk kerja tepat waktu. Sedangkan menurut
petugas binatutatalaksana yang ada diinstalasi binatu berupa jadwal masuk kerja dan
proses pencucian linen. Para petugas binatumasih belum memahami apa yang
dimaksud dengan tata laksana dalam instalasi binatu. Sehingga tatalaksana yang ada
diinstalasi binatu masih belum optimal karena belum dilakukan sesuai dengan standar
sarana dan prasarana rumah sakit kelas B, kegiatan pencucian linen di Rumah Sakit
kotor dari tiap ruangan. Linen kotor tersebut di bungkus di dalam kantong plastik
dan diletakkan di satu ruangan khusus tempat peletakkan linen kotor. Sehingga
serah terima barang antara petugas binatu dengan petugas ruangan. Untuk
beberapa ruangan dilakukan pemilahan linen berdasarkan jenis dan warna kain
2. Proses penerimaan, proses ini dilakukan sudah sesuai dengan prosedur, yaitu
mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara linen infeksius dan non
linen. Kemudian membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan muntahan
4. Proses pengeringan, karena mesin uap (steam boiler) rusak, jadi proses
penyetrikaan tidak dilakukan sama sekali. Ketika linen kering maka akan
6. Proses penyimpanan, linen yang disimpan dipisahkan sesuai jenisnya, linen yang
baru diterima ditempatkan dilemari bagian bawah. Tetapi linen tidak tertutup,
dan penyimpanan linen berada diruangan yang sama dengan tempat proses
pencucian linen.
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu
tanda terima.
8. Pengangkutan, kantong untuk membungkus linen bersih dibedakan dengan
trolley yang sama dan tidak tertutup untuk mengangkut antara linen bersih dan
linen kotor, dan trolley baru dicuci ketika terlihat noda darah. Waktu
pengangkutan linen bersih dan kotor dilakukan dalam waktu yang berbeda.
informasi diketahui gambaran tentang alur kegiatan yang dilakukan petugas binatu di
alur kegiatan yang ada di instalasi binatupada umunya sudah dikerjakan sesuai
dengan SOP instalasi binatu. Mulai dari pengumpulan linen dari ruangan, linen
diangkut dan dibawa ke instalasi binatu, lalu dilakukan pencucian linen dengan
memisahkan linen infeksius dan non infeksius, linen berwarna dan tidak berwarna,
pembilasan, lalu pengeringan, dan penyetrikaan. Setelah linen disetrika, lalu disimpan
alur kegiatan di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
pencatatan linen, pemisahan linen, pencucian linen, pengeringan linen, setrika linen
kegiatan yang ada di instalasi binatudimulai dari proses pencucian linen dengan
pemisahan linen putih dan yang infeksius yang butuh waktu pencucian selama tiga
jam.
Kemudian wawancara juga dilakukan kepada Petugas Binatu Bagian
“Biasanya kalau kita misalnya awal gitu kan, masuk kerja jam 8, jam-jam 8.15
udah bergeraklah, untuk mengutip, kemana-mana di ruangan-ruangan itu yang
kita kutip gitu kan. Sementara di situ itu kan jadwal dinasnya tu kan 2 orang
yang masuk pagi, ya kan. Jadi dibagi-bagi lah. Bagian disini, disini gitu.
Bagian disitu,situ. Khususnya gitu untuk mengutip.. Kalau misalnya masuk
pagi, seperti itu tadilah. Jam-jam 8 lewat lah gitu kan.. kalau masalah
pencucian itu, saya gak pernah nyuci gitu. Cuma saya, Cuma mengeringi aja..
menggosok, sesudah itu melipat saja setahu saya”. (Petugas Binatu Bagian
Menggosok/ Melipat).
untuk bagian ini dibagi dua orang yang masuk pagi, kemudianvpencucian,
Pengering/ Melipat tentang alur kegiatan di instalasi binatu, dimana hasil wawancara
“Alur kegiatannya ya, pagi itu kalau saya mulai dengan mengutip linen yang
kotor. Dari ruangan-ruangan, dibawa kemari, dengan standarlah
keselamatannya, kalau bisa pakai sarung tangan, pakai tutup mulut gitu.. Jam
8 pagi.. Gunakan trolley.. Trolley dipisahkan tidak untuk linen yang infeksius
sama non-infeksius.. Ya, karena yang infeksius biasanya sudah dipisahkan di
ruangan dengan dimasukkan plastik.. Lihat situasi kadang trolley tersebut
dicuci atau tidak.. Kalau liat tanda kotor dicuci kalau tidak ada ya tidak
dicuci.. Tidak. Tidak ada nampak kan ada sisa darah atau apa kotor kita cuci,
kalau tidak, tidak.. Kalau saya sebaiknya emang dipisahkan antara linen
infeksius dan non infeksius”. (Petugas Binatu Bagian Pengering/ Melipat).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa untuk alur
kegiatan yang ada di instalasi binatumenurut oleh petugas binatumulai dari mengutip
linen yang kotor dari ruangan-ruangan, dibawa dengan memakai sarung tangan,
dengan menggunakan masker dan menggunakan trolley yang tidak dipisahkan untuk
linen infeksius dan non-infeksius, karena linen infeksius sudah dipisahkan di ruangan
Mengutip Linen Kotor 1 tentang alur kegiatan di instalasi binatu, dimana hasil
kegiatan yang ada di instalasi binatumenurut petugas binatumulai dari mengutip linen
Mengutip Linen Kotor 2 tentang alur kegiatan di instalasi binatu, dimana hasil
“Pertamakan dikutip, sampai disini dipisah, namanya sortir, noda berat, noda
ringan. Kalau untuk noda berat lain mesinnya, noda ringan lain mesinnya.
Kalau untuk paduannya sistim lama atau apanya tergantung daripada si noda
yang kita apa tadi, mulai noda berat itu agak lama, mungkin campuran noda
ada serbuk-serbuk seperti anti noda, anti septiknya.. Kalau yang noda ringan
ya, sekitar-sekitar setengah jam, 45 menit lah paling apanya kalau yang noda
ringan. Kalau yang noda berat tu sampai berjam-jam.. Untuk pembilasan
dilakukan 3 kali.. Mesin itu biasanya kalau kita mesin cuci biasa masuk kain,
masuk air, rendam dulu,dibilasnya, dibilas, dibilas, dibilas, baru kita masuklah
deterjen, antiseptiknya, kan begitu. Berdasarkan waktu mesin yang kita
apakan.. Kalau untuk yang lama itu seperti noda berat, 45 menit untuk
merendamkannya.. Noda ringan paling 15 menit.. Ya siap itu buang. Masuk
lagi air.. Baru masuk kita deterjennya.. baru digonyot, digonyot, digonyot
mereka sistim mesin ini tergantung namanya mesin kita digital yang baru
sekarang utama yang kecil.. Iya yang baru yang digital. Berdasarkan
ketentuan apa yang mau kita buang, berapa lama kita disitu.. Kalau itu
ratusan kilo untuk mesin cuci yang besar.. Kalau kita noda berat tidak tau
pasien kita berapa banyak, kegunaannya kan.. Sebetulnya sih, selama
semenjak saya disini jarang saya menimbangnya. Tapi kan tidak tau, kadang 1
pasien itu nanti lebih banyak bahan apa dia seperti linen, sarung bantal dia,
handuk dia kan, harus disatukan sama dia. Itu masih satu orang. Kalau selang
10 orang yang tadi packing begitu, macam mana cara menimbangnya?Besok
kan lain lagi beratnya, tidak menentu tadi.. Yang kecil mesin cuci untuk
kapasitas biasa itu 10 kilo.. Itu kami gunakan untuk noda ringan.. Untuk
mesin cuci yang besar paling lama 2 jam mencuci.. Untuk mesin cuci kecil
untuk mencuci noda ringan paling cepat dia setangah jam.. Kalau mesin cuci
kecil yang baru pakai air panas.. kalau untuk mesin cuci besar sebetulnya
tidak sesuai dengan standar air panasnya. Karena keadaan sudah tua. Panasnya
tidak sesuai kita. Dia hanya dapat dikatakan hangat.. karena saat ini sistim
boiler rusak.. itukan memakai air panas.. Ada ukuran keran. Ukuran keran
untuk memasukkan air ke mesin, kalau melebihi dari situ, maaf kita bilang ya
macam mana, namanya keadaan mesin tua.. Ya mesin cuci kan dua-dua..
Kita yang baru sekarang kan kayak samsung.. Begitu dia masukkan
pemanasan sendiri air itu.. Untuk softener ditambahkan pada pembilasan
terakhir.. Itulah dia tadi yang untuk yang besar tu, kita masukkan dia pertama
dulu, seperti kita merendam. Membuangkan dulu maaf cakap begitu. Agak
jijik ya. Nanti warnanya itu macam jus terong belanda tu.. Dibuang airnya, isi
lagi.. Baru masuk deterjen.. Pembersih, pemutih, masuk disitu. Kalau dia
kain putih, pemutih. Kalau dia kain pewarna, untuk yang netral..”(Petugas
Binatu Bagian Mengutip Linen Kotor 2).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa untuk alur
kegiatan yang ada di instalasi binatusudah diketahui pada umumnya oleh petugas
binatu. Mulai dari mengutip linen ke ruangan, penyortiran linen bernoda berat dan
ringan,dimana untuk noda ringan dilakukan pencucian sekitar 45 menit dan noda
tentang alur kegiatan di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
“Pertama kita dari ruangan, diambil. Baru di sini di sortir, sortir dicuci, habis
cuci dikeringkan, dikeringkan di gosok, gosok lipat, lipat dibagikan ke
ruangan-ruangan balik. Dimana yang ada ruangannya, yang ada. Karena di
linen itu ada tanda atau nama-nama ruangan mana dia. Sudah ada. Jadi orang
kami tau bahwa ini ruangan ini. Jadi dipisahkan dia di laci-laci bagian-
bagiannya. Baru nanti orang perawat balik kalau setelah bersih, perawat yang
mengambil lagi dan dihitung.. Pertamanya diambil linen kotor itu, masukkan
ke dalam mesin.. Ditimbang kalau dia yang sebesar itu, tidak ditimbang lagi
karena dia sudah kira-kira saja. Kira-kira dia ada batasnya untuk bisa berputar,
tidak padat kali.. Baru dimasukkan ke dalam, kasihkan baru dimasukkan air
dan deterjen. Kira-kira setengah jam, paling cepatlah itu. Untuk apa, yang
agak-agak kotoran ringanlah yang istilahnya cuma bau dan debu. Baru
dimasukkan, baru dibilas. Bilas 2, 3 kali. Baru yang ketiga kali dimasukkan
pewangi, pewangi setelah pewangi baru bilas terakhir, keluarkan.. Kalau yang
ringan itu tadi setengah jam.. Sampai selesainya mau dia nanti 1 jam jadinya..
dengan 3 x pembilasan.. Linen kalau dari linen kotor, setelah di kotor berat,
kalau dimasukkan. Sudah dimasukkan, kasih dulu deterjen untuk diaduk dulu
baru dibuang dulu kotorannya, dibuang sampai kira-kira kelihatan airnya itu
sudah atau kotoran-kotorannya sudah agak lumayan bersihlah. Baru
diadimasukkan lagi deterjen untuk baru dikasih deterjen untuk selama 1 jam.
Karena dia sudah keluarkan kotorannya itu, darah-darahnya sudah mulai
bersih dibuang, dibuang siram air, buang. Siram lagi buang lagi. Istilahnya
supaya dia itu kotorannya terbuang semua baru agak airnya nampak agak
jernih. Agak jernih, agak bersih, baru dia dicuci lagi.. Baru kira-kira 1 jam,
baru dia selesai.. Kalau dia sampai selesainya, sama bilas-bilasnya mau 1 jam
setengah 2 jam.. Kalau infeksius, sama juga dengan pertama dia masukkan,
masukkan disinfektan atau apa sama deterjen, campur supaya dikuras juga
dulu pembuangan supaya kotorannya agak nampak sudah lumayan, barulah
dia dikasihkan deterjen sama disinfektannya. Kira-kira itu mau
kalausudahapa, kalau kita biasanya disini, tunggu sampai besok pagi. Jadi dia
diapakan dulu sampai berapa jam sampai istirahat sorelah, dari mulai
dimasukkan nanti kira-kira setengah hari, sampai jam 5 sore, baru di...
dimatikan mesinnya, besok diulang lagi”. (Petugas Binatu Bagian Mencuci).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa untuk alur
kegiatan yang ada di instalasi binatusudah diketahui pada umumnya oleh petugas
pengeringan, disetrika, dilipat dan dibagikan ke ruangan untuk diambil perawat dan
dilakukan penghitungan.
Penyortiran Linen kotor dan Bersih tentang alur kegiatan di instalasi binatu, dimana
“Sayakan orang itu yang jemput. KalauSayakan nyortir saja. Tidak tahulah
jemputnya. Saya memisahkan pakaian yang kotor, begitu saja”. (Petugas
Binatu Bagian Penyortiran Linen kotor dan Bersih).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa petugas
kurang memahami dengan alur kegiatan di instalasi binatu dan hanya mengetahui alur
kurang memahami dengan alur kegiatan di instalasi binatu dan hanya mengetahui alur
tentang alur kegiatan di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
kurang memahami dengan alur kegiatan di instalasi binatu dan hanya mengetahui alur
Dari hasil wawancara pada seluruh sumber informasi diketahui bahwa tentang
pemahaman sendiri terhadap alur kegiatan tersebut sesuai dengan pekerjaan masing-
trolley yang sama untuk linen infeksius dan non infeksius dan tidak dipisah,
kemudian di bawa ke instalasi binatu untuk di pisah antara linen infeksius dan non
infeksius, berwarna dan yang putih, serta linen dengan noda ringan atau pun berat.
Sesudah itu baru disimpan dilemari linen dan dijemput oleh pembantu perawat. Dan
ada beberapa petugas binatu yang tidak mengetahui alur kegiatan pencucian linen dari
awal hingga akhir dan hanya mengetahui alur kegiatan sesuai dengan tugasnya.
Masalah yang timbul muncul ketika mesin uap (steam boiler) mengalami
kerusakan pada saat ini. Mesin tersebut sudah rusak selama 2 (dua) bulan lebih.
Kegunaan mesin uap (steam boiler) adalah untuk menghasilkan uap panas, yang
mana uap panas tersebut dialirkan untuk mesin pengering dan penyetrika.
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitu mesin uap (steam boiler) ini
merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan uap. Dimana uap tersebut
dialirkan dandigunakan untuk mengeringkan dan menyetrika.Karena mesin uap
(steam boiler) rusak, alat setrika dan pengering tidak bisa digunakan.Saat ini untuk
mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
“Tetap sudah kita laksanakan sesuai standart. Karena tetap ada dia disitu
standart bagaimana cara pengoperasian peralatan itu. Itulah yang kita
laksanakan.. Sekarang kalau masalah perawatan mesin, memang kalau dalam
teknik kan ada dua cara. Salah satu dia perawatan mungkin sekali 3 bulan.
Salah satu lagi dia harus rusak. Jadi yang kita laksanakan pada saat ini rusak,
baru kita laporkan. Itulah dia. .. Kalau untuk rutinnya belum. Belum ada kita
buat supaya sekali sebulan.. Ada. Ada saat ini mesin cuci kita masih ada yang
rusak. Sesudah itu saat ini, pas wawancara ini sudah itu steam boiler kita pun
dalam keadaan rusak ni, sekarang ini. Masih dalam keadaan perbaikan..
Kalau boiler rusak, ada 2 yang tidak bisa digunakan, yaitu: 1. Pengeringan
atau drying. Kemudian setrika. Itulah yang tidak bisa. Nyetrika linen.. Kalau
rusak kita lakukan pekerjaan kita, ya kita harus melaksanakan penjemuran
melalui panas matahari. Dan kemudian ya memang kurang bagus juga, tapi
masalah setrikanya tidak kita setrika lagi,tidak sanggup. Main dilipat sajalah..
Dikeringkan, dijemur diluar panas matahari, baru setelah kering, kita lipat.
Kita oper lagi ke ruangan.. Tidak disetrika lagi.. Alatnya sedang perbaikan.
Sedang proses perbaikan sekarang.. Sudah ada 2 bulan.. Iya manual”.
(Kepala Instalasi Binatu).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasibahwa penjelasan
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitu mesin uap (steam boiler) masih
dalam keadaan perbaikan. Mesin uap (steam boiler) rusak, ada 2 yang tidak bisa
melalui panas matahari dan kain yang telah kering langsung dilipat.
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitu petugas kurang memahami dan
Menggosok/ Melipat tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana
“Steam boiler itu..Kalau lama tidak. Kira-kira 2 bulan lebih sudah.. Sudah
dilaporkan, lagi ditangani orang itu pihak rumah sakit.. Pengering.. Sama alat
penggosok.. Untuk sementara steam boilernya belum, belum siap diperbaiki,
untuk sementara itu kan dijemur sajalah dulu di luar.. Kalau dia hidup itu
sekitar 1 jam setengah, setengah jam itu. Setengah jam lebih.. Kalau di luar,
mungkin lebih dari setengah jam gitu.. Agak-agak lama karena tidak apa gitu,
maksudnya cuacanya itu tidak kuat istilahnya mengeringkan.. Kalautidak
kering macam mana. kalau sampaisore.. Diambil lagi, diangkat lagi.. Kadang
pakaian-pakaian seperti pakaian OK itu, sama pakaian seperti seprei, yang
putih-putih itu kadang menyatu dia, sama gitu.. Tidak dipisah-pisahkan.
Sudah apabila kita dapat yang putih itu kita jemur. Dapat yang hijau juga
jemur, sudah gitu aja.. Tempat penjemuran linen infeksius sama non-
infeksius tadi sama tempatnya.. Bagaimana kita mau bedakan? Kita pun tidak
tahu mana yang infeksius, mana yang tidak”. (Petugas Binatu Bagian
Menggosok/ Melipat).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasibahwa penjelasan
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitumesin uap (steam boiler) sudah
dua bulan lebih mengalami kerusakan. Dan untuk sementara pekerjaan dilakukan
secara manual dengan menjemur dibawah sinar matahari dan tidak dilakukan
penyetrikaan.
Kemudian wawancara juga dilakukan kepada Petugas binatu Bagian
Pengering/ Melipat tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana hasil
“Rusak.. Rusak saat ini apa karena setelah rusak, setelah mengutip dari
ruangan kita menunggu siap mencuci lalu jemur secara manual.. Habis
dijemur, kering, diangkat, dilipat sudah. Tidak ada digosok-gosok lagi.. Iya,
baru ditempatkan di tempat-tempat ruangannya dimana yang bagian-bagian
yang mau diambil nanti.. Kalau yang kering, kita lipat. Kalau tidak kita
angkat, kita jemur ulang.. Kalau tidak kering. Macam semalam
adatidakkering.. Kami jemur ulang jadinya.. Tidak, ditumpuk saja.. Ya
pertama, alat-alat ini rata-ratakan sudah berusia tua.. Sudah diatas 20 tahun..
Perlu peremajaan sebenarnya. Apalagi mesin binatu cuci itu. Karena
kalausudah rusak, repot kali.. Saya rasa kalau rusak saja palingan.. Baru
dicek.. Kalau rusak saja baru orang benerin dating,melihat penyebabnya.
Kalau untuk perawatannya tidak ada”. (Petugas binatu Bagian Pengering/
Melipat).
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitu mesin uap (steam boiler)
dengan menjemur dibawah sinar matahari dan setelah kering diangkatdan dilipat
Mengutip Linen Kotor 1 tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitu mesin uap (steam boiler)
perawatan pada mesin uap (steam boiler) dengan memberikan oli atau pelicin.
Mengutip Linen Kotor 2 tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana
“Saya kurang tahu. Kalau masalah alatnya orang, orang mekanik saja datang
kemari.. Steam boiler ini rusakitu karena pemantauan dari atasan”. (Petugas
Binatu Bagian Mengutip Linen Kotor 2).
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitupetugas kurang memahami dan
tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang
“Pengecekan itu biasanya kalau ada masalah baru”. (Petugas Binatu Bagian
Mencuci).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa penjelasan
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitupetugas kurang memahami dan
Penyortiran Linen kotor dan Bersih tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitupetugas kurang memahami dan
Perlengkapan Linen tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana
“Kalau ada mengeluhdari ruangan ataupun rusak alatnya barulah orang itu
datang kemari. Kalau tidak tidak.. ya bertanyasaja. Bagaimana, sudahbisa
dikerjakan apa belum? Kalau ada rusak ya sudah. Kalauperlu dibikin manual,
manual kalautidak, dikirimkan keluar.. Dibikin laporan sama kepala ruangan..
Barulah penunjang medis. Laporkan ke penunjang medis”. (Petugas Binatu
Bagian Perlengkapan Linen).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa penjelasan
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitupetugas kurang memahami dan
tentang mesin uap (steam boiler) di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang
“Tapi kalau seperti pak khaidir itu, ya kalau pagi dia keliling. Karena kan
kalau pagi itu biasanya orang pun pada belum kerja semua ya sekedar dia liat-
liat. Dilihatnya banyak mesin rusak apa tidak, banyak memang.. Kalau kita
ada lapor, dicek.. Soalnya kalau kami lah yang merasa kami mesin jahit kami
tidak enak, kami lapor. Nanti datang tukang. Seperti mesin cuci pun seperti
itu. Tidak ada istilahnya setiap seminggu sekali apa namanya di service apa
tidak ada.. Istilahnya kalau memang ada kerusakan baru melapor datang
orang”. (Petugas Binatu Bagian Menjahit).
akan mesin uap (steam boiler) di instalasi binatuyaitu petugas kurang memahami dan
Dari hasil wawancara pada seluruh sumber informasi diketahui bahwa ada
beberapa sumber informasi yang mengerti tentang mesin uap (steam boiler) dan ada
beberapa sumber informasi yang kurang mengerti tentang mesin uap (steam boiler).
Beberapa sumber informasi yang mengerti tentang mesin uap (steam boiler)
mengatakan bahwa pekerjaan menjadi terhambat karena mesin uap (steam boiler)
yang rusak, jelas semua pekerjaan yang di lakukan menjadi tidak optimal. Mesin
pengering dan mesin setrika membutuhkan mesin uap (steam boiler) untuk bisa
bekerja.
Sehingga ketika mesin uap (steam boiler) tersebut rusak maka pekerjaan
penyetrikaan sendiri tidak dilakukan oleh petugas karena banyaknya linen yang ada
perbaikan terhadap mesin uap (steam boiler) tersebut. Yang mana proses perbaikan
sudah dikerjakan selama dua bulan. Hal ini tetap dimonitor oleh Kabid Penunjang
Rumah Sakit Umum Haji Medan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui gambaran
pekerjaannya sesuai SOP yang dibuat di instalasi binatupada Rumah Sakit Umum
Haji Medan.
“Iya.. Selama ini yang saya tahu SOP di instalasi binatu itu ada beberapa.
Ada SOP tentang pencucian, ada SOP tentang pelipatan, ada SOP tentang
penyetrikaan, ada SOP tentang pendistribusian.. Iya, alhamdulillah menurut
pantauan saya ini sudah, sudah dilakukan sesuai dengan SOP.. Tingkat
kesalahan dalam pelaksanaan tersebut kalau boleh dikatakan hampir tidak ada.
Itulah manfaat dari SOP tersebut”. (Kabid Penunjang Medis).
Mulai dari SOP tentang pencucian, SOP tentang pelipatan, SOP tentang penyetrikaan
instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
“Istilahnya SOP ini kita terapkan apabila, itulah kita terapkan harus sesuai
dengan itu. Karena tidak sama semua. Jadi disinilah peran kepala ruangan
mengingatkan anggota ini menjalankan SOP itu. Itulah dia.. Iya, diikuti.. Jadi
menerapkan tetap dikasih tahu. Kita beritahu. Jadi, apabila ada nanti yang
silap kita ingatkan, itulah kita buat apanya.. Manfaatnya sangat besar SOP.
Karena disitulah menjaga keselamatankerja. Jadi, itulah manfaatnya besar kali
SOP itu memang.. Sekarang kalau sanksi,kalau dia baru pertama kali belum
ada. Cuma kita tegur, kita nasehati. Cuma kalau tidak bisa kita nasehati lagi
ya, terpaksa kita koordinasilah ke atasan.. SOP untuk sementara ini tetap
kepala ruangan binatu SOP nya”. (Kepala Instalasi Binatu).
“Menurut saya SOP nya ya standart aja, sarung tangan gitu.. Dikerjakan
sesuai SOP..”(Petugas Binatu Bagian Mesin).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi tentang SOPdi
Melipat tentang SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
peraturan tentang melakukan pekerjaan pencucian linen dan penggunaan mesin cuci.
Melipat tentang SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
“Saya belum jelas standar sama perusahaan ini. Tidak tahu kali saya.. Belum,
belum pernah diberi tahu sama Kepala Instalasinya.. Iya, cuman inisiatif saya
sendiri.. Belum taudan aku baru, baru saya baru berapa bulan disini.. Tidak.
Kita tengok aja yang ada.. Iya inisiatif saya sendiri saja”. (Petugas
BinatuBagianPengering/ Melipat).
penjelasan dari SOP itu sendiri. Petugas belum jelas dengan standar yang ada di
rumah sakit. Hanya melihat dari yang dilakukan oleh para petugas lain dalam
Kotor 1 tentang SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
“Sudah. Kalau belum ada pengawasnya. Seperti ada yang kurang, ditambahi..
sudah, secara lisan”. (Petugas Binatu Bagian Mengutip Linen Kotor 1).
Kotor 2 tentang SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
“Dapat dikatakan lumayan. Daripada tingkat kerjanya itu ya, tidak apa, tidak
berbahaya kira-kira”. (Petugas Binatu Bagian Mengutip Linen Kotor 2).
SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Linen kotor dan Bersih tentang SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara
Linen tentang SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan
“Ya prosedurnya, ya mintamemang dari dulu gitu, baru dikasih sama kepala
ruangan kami seperti itu”. (Petugas Binatu Bagian Perlengkapan Linen).
digunakan.
SOP di instalasi binatu, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
“Ya kami selama ini peraturan kami kayak mana ya, tidakapa kami
peraturannya masuk jam 8. Lagi kerja, ya istirahat, setengah tiga pulang”.
(Petugas Binatu Bagian Menjahit).
penjelasan tentang SOP pada umumnya sudah diketahui oleh Kabid Penunjang Medis
dan Kepala Instalasi Binatu, tetapi pada petugas binatuhanya beberapa petugas
binatuyang mengetahui tentang SOP dan aturan yang dibuat dan ada beberapa yang
belum mengetahui tentang SOP yang dibuat di instalasi binatu dikarenakan beberapa
pegawai yang masih baru dan tidak menanyakan kepada atasan tentang SOP yang
sudah ada.
informasi masih kurang pemahaman akan SOP dan pedoman yang diberikan juga
masih sedikit dan sosialisasi juga pada beberapa pegawai baru belum diberikan.
SOP yang dibuat diinstalasi binatu berguna kepada para petugas binatu untuk
menjadi acuan dalam mengerjakan pekerjaannya sesuai standar yang telah dibuat dan
ditetapkan oleh Kepala Instalasi Binatu. SOP itu sangat berguna agar petugas
binatubekerja sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan dan terhindar dari kecelakaan
kerja.
4.7. Alat Pelindung Diri (APD) di Instalasi Binatu Rumah Sakit Umum Haji
Medan
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
Umum Haji Medan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui pemakaian APD yang
Penunjang Medis dan sudah diterapkan. Yaitu menghilangkan bahaya atau sesuatu
yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja, seperti menghindari lantai yang
licin, membuat ventilasi dan jendela di ruang pencucian linen agar terhindar dari
udara yang panas. Yang kedua seperti penggunaan APD antara lain penggunaan
masker, sarung tangan, sepatu boot, alat pelindung telinga dan yang lainnya.
Instalasi Binatu sudah diterapkan. Yaitu berupa APD namun yang baru diterapkan
“Resikonya itu tidak ada masalah.. Belum pernah terjadi”. (Petugas Binatu
Bagian Mesin).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi tentang penjelasan
instalasi binatu.
berikut:
“Kalau yang menandakan bahaya itu, dia sudah ada tertera disitu memang.
Kalau misalnya kita mengutip sudah ada ditulis, kalau ini khusus HIV,
bikinlah disitu HIV”. (Petugas Binatu Bagian Menggosok/ Melipat).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasitentang penjelasan
instalasi binatu. Seperti tanda yang menandakan bahaya, seperti pengutipan linen
berikut:
“Kita pakai septilah. Istilahnya ya pakai septi. Karena setelah kita megang
apa-apa saya langsung cuci tangan biasanya”. (Petugas Binatu Bagian
Pengering/ Melipat).
sebagai berikut:
sebagai berikut:
“Resiko.. Iya, kecelakaan.. Karena itu cuma peringatan. Supaya kita lebih
hati-hati itulah. Satu lagi kalau septinya sarung tangan, kalau pakai sepatu,
kadang gitu kalau untuk infeksius waktu kita menyuci, pakai sepatu, pakai
sarung tangan, masker”. (Petugas Binatu Bagian Mencuci).
Penyortiran Linen kotor dan Bersih tentang penjelasan akan bentuk pengendalian
berikut:
“Kalau kami menjahit seperti biasa saja. Tapi kalau orang bagian mencuci
kurang baik. Kalaumenjahit kami sepertinyatidak terlalu bahaya”. (Petugas
Binatu Bagian Menjahit).
instalasi binatu.
sudah memahami dan ada yang belum memahami tentang pengendalian resiko
manajemen K3 di instalasi binatu. Para petugas binatu bisa menyebutkan contoh dari
manajemen K3 di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan yaitu dengan
menggunakan APD yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil wawancara diperoleh gambaran tentang penggunaan APD, APD apa
saja yang disediakan oleh pihak rumah sakit serta apa manfaat APD itu sendiri.
Dari hasil wawancara kepada Kabid Penunjang Medistentang APD, APD apa
saja yang disediakan oleh pihak rumah sakit serta apa manfaat APD di instalasi
dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja, seperti menghindari lantai yang licin,
membuat ventilasi dan jendela di ruang pencucian linen agar terhindar dari udara
yang panas. Untuk jenisAPDyang ada seperti masker, sarung tangan, sepatu boot, alat
pelindung telinga dan yang lainnya yang mana manfaatnyauntuk mengurangi dan
menghindari penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi pada
“Itulah contohnya sarung tangan sangat banyak apa perannya. Jadi untuk
menghindari noda berat seperti darah atau penyakit. Cuma itu tetap kita
ingatkan, setelah selesai nanti memakai sarung tangan, itu harus dicuci. Itulah
dia sarung tangan itu untuk pengendaliannya. Agar biar jangan menyebar
penyakitnya kemana-mana.. Ya sangat besarlah manfaatnya. Manfaat dengan
pelindung diri itu. Karena untuk mencegah penyakit terhadap diri sendiri.
Sesudah itu kemudian jangan menyebar pada orang lain lagi. Itulah dia
manfaatnya”. (Kepala Instalasi Binatu).
Dari hasil wawancara kepada Kepala Instalasi Binatu didapatkan hasil bahwa
untuk jenis APD sudah diketahui contohnya seperti sarung tangan untuk pelindung
diri karena untuk mencegah penyakit terhadap diri sendiri dan tidak menyebar pada
orang lain.
“Seperti sarung tangan.. Sama ada baju.. Baju kain biasa panjang saja sama
tangan panjang.. Sarung tangan digunakan, baju sudah tidak.. Karena buat
ribet panas.. Manfaatnya ya bagus. Untuk sarung tangan memang sudah
harus.. Baju sepertinya tidak ada masalah kali, yang penting sarung tangan
saja”. (Petugas Binatu Bagian Mesin).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi didapatkan hasil
Menggosok/ Melipat tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
tangan, sepatu bootdan masker. Manfaatnya untuk mencegah debu-debu itu masuk ke
mulut.
Pengering/ Melipat tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
“Selain tutup mulut sama sarung tangan, seharusnya itu saja.. Gunakan, tetap
saya gunakan.. Tahu manfaatnya.. Sarung tangan untuk melindungi tangan
dari kontak langsung ya.. Kalau ini untuk jaga atau menghirup.. Kerugiannya
bisa terkontaminasi dengan bibit-bibit penyakit sebenarnya”. (Petugas Binatu
Bagian Pengering/ Melipat).
tentang APD diinstalasi binatusudah digunakan yaitu seperti sarung tangan dan
masker. Manfaatnya sarung tangan untuk melindungi tangan dari kontak langsung
dan kerugiannya apabila tidak memakai sarung tangan bisa terkontaminasi dengan
bibit-bibit penyakit.
Mengutip Linen Kotor 1 tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan
Mengutip Linen Kotor 2 tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan
tentang APD sudah digunakan yaitu seperti sarung tangan, masker dan sepatu boot.
tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
“Karena itu cuma peringatan supaya kita lebih hati-hati. Satu lagi kalau
septinya sarung tangan, kalau pakai sepatu, kadang kalau untuk infeksius
waktu kita menyuci, pakai sepatu, pakai sarung tangan, masker..Ada,
sebagian.. Sepatu ada, masker ada. Kalau masker untuk yang infeksius yang
kalau yang kotor-kotor ringan ya tidak kali, tidak pala kali. tidakterlalu
digunakan. Sarung apa namanya handskun.. Manfaatnya sangat baiklah,
untuk pelindungan. Untuk pelindungan kami supaya amandari infeksius-
infeksius yang bisa menularkan”. (Petugas Binatu Bagian Mencuci).
tentang APD di instalasi binatusudah digunakan yaitu seperti sarung tangan, masker
Penyortiran Linen kotor dan Bersih tentang APD, dimana hasil wawancara yang
tentang APD di instalasi binatusepertisarung tangan dan masker .Tetapi APD dari
tajam.
Perlengkapan Linen tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
“Seperti inilah pakai sarung tangan, itu binatutidak untuk kami saja, untuk
seluruhnya.. Waktuitu sudah disediakan, sudah dipakai orang ini, ternyata
orang ini, tidak ada meminta lagi. Tidak ada merasa takut orang itu, tidak ada
barangnya. Langsung saja orang ini ke ruangan ambil makan. Seharusnya,
sudah saya bilang, kalian pakai baju, harus minta bajunya kalo ada perlu
dibuat, ini tidak ada tanggapan. Tidak ada merasa takut.. Manfaatnya untuk
kesehatan kita.. Perlu diterapkan sebenarnya. Tapi orang ini, tidak ada”.
(Petugas Binatu Bagian Perlengkapan Linen).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa gambaran
tentang APD, dimana hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
tentang APD di instalasi binatusudah diketahui oleh petugas binatudan untuk ruang
umumnya sudah diketahui oleh Kabid Penunjang Medis, Kepala Instalasi Binatu, dan
para petugas binatu. Penyediaan APD untuk instalasi binatu hanya berupa sepatu
boot. Sedangkan untuk masker dan sarung tangan petugas diinstalasi binatu meminta
pada bagian medis dan sudah menggunakannya. Walaupun demikian para sumber
informasi sudah mengetahui kegunaan dan kerugian apabila APD tersebut tidak
digunakan. Serta manfaat yang ada jika sumber informasi menggunakan APD yang
disediakan oleh pihak Rumah Sakit. Untuk penyediaan APD diinstlasi binatu masih
pelaksanaan manajemen binatu yang dilakukan satu bulan sekali oleh Kabid
Penunjang Medis.
“Ya itu pelaksanaannya, ya tetap adalah. Pengawasan dari atasan. Cuma itulah
yang kita sampaikan ke atasan dan kita sampaikan ke bawahan. Itulah kita
laksanakan.. Ya maksudnya monitoring sangat banyak. Dengan pencatatan
dan pelaporan tersebut kita menjadi tahu apa saja masalah di binatu
inisehingga bisa lihat kembali penyebab masalah yang ada, dicarilah solusi
yang menghasilkan kepada pekerja sehingga kita tahu bagaimana program
yang dilaksanakan setelah berhasil ini”. (Kepala Instalasi Binatu).
“Monitoring itu melalui dari atasan pernah dilakukan tapi tidak tercatat itu
dari atasan datang melihat kemari.. Kalau pencatatan K3 di instalasi binatu ini
sebetulnya kita belum ada, kenapa tidak ada karena disini kecelakaan kerja
kita jarang terjadi, baru sekali ah itupun tidak kita catat maka itu alasan kita
tidak kita catat . K3 nya tidak ada itu sajalah alasannya”.. Kalau pemeriksaan
petugas secara rutin tidak ada karena kita mendapat kartu BPJS jadi kita ada
kartunya untuk berobat kalau ada yang sakit.. Sekarang kita penanggulangan
darurat pedomannya sudah kita lakukan pelatihan seumpamanya kalau ada
kecelakaan semacam tertusuk jarum itu jangan dikeluarkan jangan dipegang
lukanya itu. Itu harus disiram melalui air yang mengalir itulah dia
pedomannya..Seperti pencatatan atau pendokumentasian foto seperti itu
belum ada”. (Kepala Instalasi Binatu).
Kemudian petugas yang mengani steam boiler belum memiliki sertifikat SIO.
sebagai berikut:
“Ada.. Ya tentang penyakit. Yang infeksi apa yang kotor. Disini itu yang
terjadikan, paling yang paling parah... HIV. Ya kami bisa dijelaskan HIV itu
penularannya bagaimana. Selagi masih darah dan kain tidak masalah, jadi
kami tidak takut”.(Petugas Binatu Bagian Mesin).
proses penularannya.
“Saya rasa, hanya seminggu sekali.. Dia hanya melihat-lihat.. Biasanya dia
sama kepala ruangan saja.. manfaatnya supaya tahu situasi kerja di binatu,
alat-alat yang rusak, tau dia”. (Petugas Binatu Bagian Pengering/ Melipat).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa telah
situasi kerja yang ada di instalasi binatu serta kerusakan apa yang terjadi pada alat.
yang dilakukan belum optimal karena petugas tidak tahu kapan waktu dilakukannya
monitoring.
“Sering.. Komunikasi dia sama atasan. Melihat, begitu saja.. Rasanya kalau
untuk kabid, dia lebih sering kemari memantau.. Macam mana keadaannya,
paling lama setengah jam disini.. Seminggu sekali.. Ya bermanfaatlah, dia
harus mengetahui keadaan itu macam mana. Mulai dari fungsi mesin, dan
keadaan anggotanya..”(Petugas Binatu Bagian Mengutip Linen Kotor 2).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa telah
“Cukup teratur.. Jangka waktunya kadang bisa seminggu sekali, kadang mau,
kadang tidak, ada juga seminggu-seminggu lebih.. Kepala Bagian Penunjang
Medis.. Pengecekan itu biasanya kalau ada masalah baru.. Manfaatnya supaya
lebih terjaga, apa masalah cara kerja.. Supaya dia lebih terkontrol”. (Petugas
Binatu Bagian Mencuci).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa belum
kotor dan Bersih tentang pelaksanaan monitoring yang dilakukan di instalasi binatu,
cuci, mesin pengering, mesin jahit dan pembuatan laporan kepala Instalasi Binatu
“Kalau seperti pak khaidir itu, ya kalau pagi dia keliling. Karena kalau pagi
itu biasanya orang pun pada belum kerja semua ya sekedar liat-liat. Dilihatnya
banyak mesin rusak apa tidak.. Seminggu sekali kadang ada,tidak tentu juga..
Kalau kami yang merasa kami mesin jahit kami tidak enak, kami lapor. Nanti
datang tukang. Seperti mesin cuci seperti itu. Tidak ada istilahnyasetiap
seminggu sekali di service, tidak ada.. Istilahnya kalau memang ada
kerusakan baru melapor.. Manfaat monitoring ya banyak. Kalau namanya kita
dikontrol itu pasti kita kan kerjanya pun lebih bagus. Selama ini kuranglah
memang tidak istilahnya hanya kepala ruangan sajalah yang mengontrol kami,
kalau dari atasan-atasan kurang.. Ya perlu juga dilakukan pengontrolan.
Istilahnya namanya atasan kan perlu juga tahu. Umpamanya langsung melihat
bagaimana kondisinya. Apa keluhan kami? Seharusnya dia Tanya”. (Petugas
Binatu Bagian Menjahit).
Hasil wawancara yang dilakukan pada sumber informasi bahwa telah
atasan di instalasi binatu. Seperti yang dilakukan oleh Kabid Penunjang Medis seperti
pemantauan pada mesin yang dilakukan seminggu sekali atau lebih dari seminggu.
Dari hasil wawancara pada seluruh sumber informasi bahwa monitoring
terhadap masalah-masalah yang ada seperti kerusakan pada alat-alat atau mesin.
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Tata Laksana di Instalasi Binatu Rumah Sakit Umum Haji Medan
instalasi binatuRumah Sakit Umum Haji Medan belum dilaksanakan secara optimal.
pada saat dilakukannya observasi, maka hasil yang diperoleh bahwa ada beberapa
yang belum dilakukan dan tidak memenuhi standar yaitu penyediaan ruangan yang
terpisah untuk tempat pencucian linen infeksius dan non infeksius dan penyediaan
Medis dan Kepala Instalasi binatu sudah mengetahui apa penjelasan dari tata laksana
tersebut. Walaupun hasil wawancara tidak sama dengan hasil observasi yang
dilakukan. Sedangkan untuk para petugas di instalasi binatu itu sendiri sudah
melakukan pekrejaannya sesuai dengan aturan yang dibuat walaupun tata laksana
yang ada di Rumah Sakit Umum Haji Medan belum sesuai dengan keputusan Menteri
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh 111
Felix Kasim dan Aurelia Maria Liliweri tahun 2009 tentang tinjauan
tatalaksana pelayanan kesehatan melalui sistim asuransi kesehatan di
RSUD Prof.Dr.WZ. Johannes Kupang,bagaimana
pegawaiadministrasi Askes RS bisa melayanipeserta Askes dengan
cepat dan tepat sesuaiprosedur. Perlu ditingkatkan mengenai
sosialisasi penggunaan kartu Askes, menjelaskan prosedur
kepemilikan Askes dan alurpelayanan yang harus dimengerti oleh
tiap peserta Askes (Felix Kasim dan Aurelia Maria Liliweri, 2009).
Hasil penelitian Felix Kasim dan Aurelia Maria Liliweripada tahun 2009
mengatakan bahwa perlu ditingkatkan sosialisasi tentang tata laksana dan alur
pelayanan. Karena sosialisasi yang ada dirumah sakit tersebut masih kurang terlihat
dari tata laksana pasien yang berobat menggunakan Askes sehingga alur pelayanan
pasien Askes menjadi terganggu. Sama juga dengan tata laksana yang ada di instlasi
binatuRumah Sakit Umum Haji Medan, tatalaksana yang ada di instlasi binatu belum
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil yang didapat dari wawancara
tersebut tentang tata laksana yang ada di instalasi binatu meliputi peraturan yang
menghimbau agar para petugas di instalasi binatu bekerja sesuai dengan SOP yang
sudah dibuat, mematuhi peraturan dengan bekerja menggunakan APD, serta disiplin
kerja dengan masuk kerja tepat waktu. Sedangkan menurut keputusan Menteri
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit yang dimaksud dengan tata laksana
binatu dan ketersediaan tempat pembuangan air limbah. Untuk itu diperlukan
sosialisasi kepada Kabid penunjang Medis, Kepala Instalasi Binatu dan petugas
instalasi binatu itu sendiri tentang penjelasan yang lebih mendalam tentang tata
Sakit.
5.2. Alur Kegiatan di Instalasi Binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan
linen rutin waktu membersihkan tempat tidur, pengangkutan linen sepanjang koridor dan
ruang-ruang di rumah sakit dapat menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit.
kepada para pekerja binatu dan dapat mengotori linen bersih (Depkes, 2002).
Binaturumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering,
meja dan mesin setrika. Diketahui bahwa Rumah Sakit Umum Haji Medan sudah memiliki
sarana binatusendiri artinya dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan pihak
pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas B, kegiatan pencucian linen terdiri
distribusi dan pengangkutan.Kegiatan pencucian linen di Rumah Sakit Umum Haji Medan
tentang proses di instalasi binatu untuk kegiatan pencucian linen masih ada beberapa yang
Indonesia tahun 2010 tentang pedoman teknis sarana dan prasarana rumah sakit kelas B.
Seperti proses penimbangan sebelum melakukan pencucian linen dimana pada awal
pencucian tidak dilakukan penimbangan linen. Untuk proses penyimpanan, linen yang
disimpan dilemari linen tidak tertutup dan penyimpanan linen berada diruangan yang sama
dengan tempat proses pencucian linen. Kemudian untuk proses pengangkutan linen,
menggunakan trolley yang sama dan tidak tertutup untuk mengangkut antara linen bersih
dan linen kotor, trolley dicuci ketika terlihat noda darah. Hasil observasi tersebut terlihat
bahwamasih ada beberapa prosedur pencucian linen yang belum memenuhi standar yang
ditetapkan. Sedangkan untuk proses pengeringan dan penyetrikaan karena mesin uap
(steam boiler) rusak, jadi proses pengeringan dilakukan dengan manual dan untuk
penyetrikaan tidak dilakukan sama sekalidikarenakan linen yang banyak dan tidak
Untuk hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa alur kegiatan yang
ada di instalasi binatu untuk Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi binatu
sudah mengetahui dengan benar. Begitu juga dengan petugas instalasi binatu,
walaupun ada sebagian petugas yang mengabaikan beberapa alur kegiatan pencucian
linen.
dari pengutipan linen dari tiap ruangan, setelah linen dikutip baru dilakukan
penyortiran linen pada noda berat dan noda ringan. Lau linen dimasukkan ke dalam
mesin pencuci dan menambhakan air dan detergen. Untuk perendaman noda ringan
dilakukan paling lama 15 menit dan noda berat paling lama sekitar 45 menit untuk
merendamkan. Untuk pencuican noda ringan dicuci paling lama 30- 45 menit dan
noda berat bisa sampai berjam-jam. Untuk pembilasan dilakukan 3 kali. Air pertama
dimasukkan untuk dilakukan perendaman sekitar beberapa menit, air rendaman kedua
dimasukkan deterjen ke dalamnya selama i jam paling cepat, dan air rendaman ketiga
dimasukkan pewangi.
Untuk mesin cuci yang besar paling lama 2 jam mencuci. Untuk mesin cuci
kecil untuk mencuci noda ringan paling cepat setangah jam. Untuk softener
diletakkan dilaci bagian-bagiannya. Dan dilinen ada tanda atau nama-nama ruangan.
Setelah itu pembantu perawat datang dan mengambil linen bersih dan dihitung.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa saat ini untuk proses pengeringan dan
penyetrikaan masih dilakukan manual dikarenakan mesin uap (steam boiler) sedang
terhambat karena mesin uap (steam boiler) yang rusak, jelas semua pekerjaan yang di
lakukan menjadi tidak optimal. Mesin pengering dan mesin setrika membutuhkan mesin uap
(steam boiler) untuk bekerja. Sehingga ketika mesin uap (steam boiler) tersebut rusak maka
pekerjaan pengeringan linen dan penyetrikaan linen dilakukan secara manual. Yaitu
untuk penyetrikaan sendiri tidak dilakukan oleh petugas karena banyaknya linen yang ada
Hasil penelitian Indiati, et.al, 2012 mengatakan bahwa bahwa alur proses
yang ada pada rumah sakit sudah sesuai dengan standar dari WHO. Tetapi terdapat
beberapa tindakan yang tidak dilakukan oleh petugas, sehingga menimbulkan resiko
kegagalan dalam suatu tindakan karena adanya komunikasi searah antar perawat.
Begitu juga petugas yang ada di instalasi binatu, dimana dari hasil wawancara yang
dilakukan diketahui bahwa petugas binatu sudah mengetahui dengan benar proses
pencucian linen. Bagaimana alur kegiatan dan tahapan dalam pencucian linen, tetapi
ada beberapa yang mengabaikan prosedur dari pencucian linen tersebut. Sehingga
proses alur kegiatan yang ada diinstalasi binatu belum berjalan secara optimal.
Sehingga perlu pengarahan dari Kepala Instalasi Binatu kepada para petugas binatu
5.3. Standart Operating Procedure (SOP) di Instalasi Binatu pada Rumah Sakit
Umum Haji Medan
Di Rumah Sakit Umum Haji Medan telah memiliki sarana binatusendiri artinya
dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan pihak ketiga. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan di bagianbinatu, ditemukan permasalahan yaitu ada beberapa petugas yang
mengabaikan SOP pencucian linen binatu. Seharusnya petugas mematuhi SOP yang ada di
Rumah Sakit Umum Haji Medan yang mengatur tentang proses pencucian linen yang baik
dan benar. Jika petugas tidak mematuhi SOP maka akan menyebabkan penyebaran penyakit,
khususnya pada linen kotor dan infeksius. Sedangkan untuk petugas di instalasi binatu itu
sendiri ada yang sudah mengetahui penjelasan dan SOP dan ada yang belum mengetahui
sama sekali SOP yang di buat di instalasi binatu. Kesimpulan yang didapat bahwa SOP yang
ada di Rumah Sakit Umum Haji Medan belum dilakukan secara optimal karena masih ada
beberapa petugas yang mengabaikan SOP pencucian linen dan tidak memenuhi standar SOP
Hasil penelitian Nugraheni dan Mulasarari pada tahun 2013 dan Sara
Hasianna Marbun pada tahun 2013 didapatkan hasil bahwa rumah sakit wajib
menerapkan SOP yang ada dan dilaksanakan oleh semua pekerja yang ada di Rumah
Sakit. Jika petugas tidak mematuhi SOP yang ada maka akan mudah terkena
Rumah Sakit, dimana dalam pelaksanaannya SOP sangat dipengaruhi oleh pemimpin
sehingga bawahan mengikuti SOP yang telah dibuat. Begitu juga dengan SOP yang
ada di instalasi binatuRumah Sakit Umum Haji Medan dimana hanya ada beberapa
prosedur yang sudah sesuai dengan SOP pencucian yang sudah ada di instalasi
binatudan masih ada beberapa petugas yang mengabaikan SOP pencucian linen di
berpotensi terkena penyakit. Untuk itu setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai
dengan SOP yang ada agar menghindarkan pekerja dari potensi tertularnya penyakit.
Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh peran seorang pemimpin dalam
pekerjaan sesuai dengan SOP yang telah dibuat dimana hal ini sangat memengaruhi
5.4. Alat Pelindung Diri (APD) di Instalasi Binatu Rumah Sakit Umum Haji
Medan
APD adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh pekerja apabila
berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk
menyimpan, memproses dan membuang limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai
Pengertian APD menurut Budiono (2006) adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya/
kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan
peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada (engineering/
mempunyai beberapa kendala, pilihan lain untuk melengkapi tenaga kerja dengan APD
menjadi suatu keharusan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 12, dan 14, yang mengatur penyediaan dan
penggunaan APD di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja (Budiono,
2006).
1. Kewajiban pengurus untuk menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang: semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerja (pasal 9, ayat 1 b), alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
2. Kewajiban memasuki tempat kerja, untuk siapa pun wajib mentaati semua petunjuk
diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut (pasal 14, ayat c).
informasi tentang bahaya yang dihadapi, instruksi tentang tindakan pencegahan yang
perlu di ambil, pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar, konsultasi dan
memelihara dan menyimpan APD dengan rapi, instruksi agar melaporkan setiap
Selain itu APD harus disediakan secara gratis, diberikan satu persatu, hanya
digunakan sesuai peruntukkannya, dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika
mengalami kerusakan dan disimpan di tempat yang sesuai jika tidak digunakan. Dalam
penggunaan APD sebagai sarana pengendali risiko, organisasi sebaiknya melakukan evaluasi
secara mendalam terhadap peralatan yang digunakan dalam mengurangi risiko. Penggunaan
APD tetap membutuhkan pelatihan atau instruksi kerja bagi karyawan yang
APD tidak akan menghilangkan bahaya yang terjadi. Jadi bahaya akan tetap terjadi jika ada
kecelakaan.
dan Kepala Instalasi binatutentang APD maka Kabid Penunjang Medis dan Kepala
Instalasi binatusudah mengetahui penjelasan tentang APD, apa-apa saja jenis APD,
serta manfaat APD itu sendiri. Sedangkan untuk petugas di instalasi binatu sudah
mengetahui penjelasan dari APD, jenis-jenis APD yang digunakan di isntalasi binatu
antara lain masker, earmuff, sarung tangan dan sepatu boot. Tetapi pihak Rumah
Sakit Umum Haji Medan belum maksimal dalam menyediakan APD. APD yang
disediakan diinstalasi binatu hanya berupa sepatu boot, tapi petugas binatujarang
menggunakannya pada saat bekerja. Sedangkan untuk masker, sarung tangan dan
earmuffbelum disediakan oleh pihak instalasi binatu. Untuk APD masker dan sarung
tangan sering digunakan oleh petugas binatu dan APD tersebut diminta pada bagian
medis dan diganti seminggu sekali. Pengadaan APD yang belum ada diintalasi binatu
dikarenakan pihak instlasi binatu menunggu anggaran dari pihak Rumah Sakit untuk
sendiri, baik dari Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi binatu dan petugas di
instalasi binatu sudah mengetahui apa saja manfaatnya. Antara lain untuk mengurangi
dan menghindari penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi
pada pekerja, untuk mencegah penyakit terhadap diri sendiri dan tidak menyebar pada
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisa Imadul Bilad,
et.al. tahun 2013 tentang analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada
instalasi laundry RSUD kota Semarang didapatkan bahwa RS mempunyai
risiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa risiko bahaya
yang memengaruhi kondisi RS, salah satunya di instalasi laundry. Hanya
sebagian petugas laundry yang memakai APD berupa masker dan topi dan
dari hasil wawancara terdapat petugas laundry yang mengalami kecelakaan
kerja pada saat bekerja (Anisa Imadul Bilad, et.al. 2013).
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sriwahyudi, et.al. 2014 tentang
hubungan kebisingan dengan keluhan kesehatan non pendengaran pada
pekerja instalasi laundry RS kota Makassar. Dari hasil penelitian didapat
bahwa semua pekerja pada instalasi laundrytidak ada satupun yang memakai
APTsehingga terpapar kebisingan.Penelitian ini menyarankan kepada pihak
rumah sakit menyediakan ruang kontrol sehingga pekerja bisa beristirahat
agar tidak terus menerus terpapar kebisingan dan menyediakan APT untuk
pekerja laundry (Sriwahyudi, et.al. 2014).
Hasil penelitian Anisa Imadul Bilad, et.al pada tahun 2013 dan Sriwahyudi
et.al. pada tahun 2014 tersebut didapatkan bahwa penggunaan APD itu sangat penting
potensi terkena penyakit. Sama seperti petugas binatu di Rumah Sakit Umum Haji
Medan dimana hanya sebagian petugas yang menggunakan APD. Dan APD yang
digunakan hanya masker, sarung tangan dan sepatu boot. APD sepatu boot berasal
dari instalasi binatu sedangkan APD masker dan sarung tangan tidak berasal dari
instalasi binatu melainkan meminta ke ruangan medis karena bagian instalasi binatu
belum menyediakan APD untuk petugas binatu dikarenakan masih dalam tahap
pengajuan untuk meminta APD kepada pihak Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Untuk itu penggunaan APD di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
Medan belum dilakukan secara optimal baik dari segi jumlah maupun penyediaannya
sejauh mana suatu kegiatan itu dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian pada Rumah Sakit
Umum Haji Medan di instalasi binatu didapatkan bahwa monitoring yang dilakukan meliputi
kegiatan diinstalasi binatudan alat-alat yang digunakan untuk mencuci linen. Pelaksanaan
monitoring dilakukan oleh Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi Binatu.
tugas atau proyek yang sedang dilaksanakan. Ada dua jenis teknik monitoring yaitu on
kelapangan memeriksa secara langsung. Cara ketiga adalah melakukan keduanya, yaitu on
dari perencanaan dan penting untuk memastikan jika terjadi penyimpangan dalam
dengan cara turun kelapangan untuk memeriksa secara langsung pelaksanaan kegiatan
diinstalasi binatu dan memeriksa alat-alat diruang instalasi binatu tersebut. Monitoring yang
dilakukan secara terus menerus untuk memahami pelaksanaan kegiatan tertentu dari tugas
dengan SOP yang dibuat, kemudian untuk melihat sejauh mana kendala atau pun masalah
yang terjadi di instalasi binatu, kemudian untuk mengetahui kepatuhan para petugas di
di Rumah Sakit, pada dasarnya monitoring dan evaluasi K3 di rumah sakit adalah
salah satu fungsi manajemen K3 rumah sakit berupa suatu langkah yang diambil
untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 rumah sakit
itu berjalan dan mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu
rendahnya sosialisasi mengenai monitoring dan evaluasi kepada karyawan dan karena
belum optimal. Sedangkan Hasil penelitian Novie E. Mauliku pada tahun 2008
dikarenakan monitoring belum dilakukan dengan optimal karena masih tinggi angka
Begitu juga dengan monitoring yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji
Medan belum dilakukan secara optimal dikarenakan masih ada sebagian petugas yang
mengatakan bahwa tidak tahu kapan waktu dilakukannya monitoring tersebut oleh
atasan. Selain itu monitoring yang dilakukan hanya sebatas monitoring saja tanpa
pengukuran kepada lingkungan kerja seperti panas, bising, getaran belum dilakukan.
Untuk itu diperlukan sosialisasi dari pihak atasan untuk penjelasan terhadap
monitoring.
BAB 6
6.1. Kesimpulan
1. Tata laksana yang dilakukan di instalasi binatu belum sesuai dengan standar
a. Instalasi binatu Rumah Sakit Umum Haji Medan belum menyediakan ruangan
2. Alur kegiatan diinstalasi binatu belum berjalan secara optimal karena beberapa
petugas binatu yaitu tiga dari sembilan orang petugas masih mengabaikan
3. Proses pencucian linen belum berjalan dengan optimal karena empat dari
4. Belum maksimal dalam menyediakan APD baik dari segi jumlah maupun
a. APD yang digunakan diinstalasi binatu seperti masker, sarung tangan dan
sepatu boot.
b. APD masker dan sarung tangan tidak berasal dari instalasi binatu melainkan
petugas binatu meminta dari ruangan medis karena bagian instalasi binatu
belum menyediakan APD masker dan sarung tangan untuk petugas binatu.
c. APD sepatu bootnhanya dipakai dua dari sembilan orang yang memakainya
6.2. SARAN
1. Wadir Penunjang Medis dan Pendidikan perlumemberi sosialisasi yang kepada
Kabid penunjang Medis, Kepala Instalasi Binatu dan petugas instalasi binatu
mematuhi setiap alur kegiatan pencucian linen agar mengurangi resiko dari
pengawasan terhadap petugas binatu agar bekerja berdasarkan SOP yang telah
4. Pihak Rumah Sakit perlu melakukan penyuluhan yang dilakukan oleh Kabid
Penunjang Medis kepada Kepala Instalasi Binatu tentang penyediaan APD yang
Aditama, T.Y. dan Hastuti, T. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kumpulan
Makalah Seminar K3 RS Persahabatan. UI-Press.Jakarta.
Bilad, A.I, et.al. 2013. Analisis Risiko Keselamatan dan kesehatan kerja pada
InstalasiLaundry RSUD Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Fakultas
Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Diakses pada tanggal 10 Februari
2015 pada https://eprints.dinus.ac.id.
Budiono, et.al. 2009. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Universitas Dipenegoro.
Semarang.
Depkes RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia. Direktorat Jenderal
PPM dan PL dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta.
Emzir. 2011. Analisa Data : Metodologi Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. Jakarta.
Indiati, et.al. 2012. Proses Pelayanan Operasi Di Rumah Sakit. Jurnal Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang,
Jawa Timur, Vol.15 No.4. Diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pada
https://jurnal.ugm.ac.id. 130
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B.
Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan. Jakarta.
Kepmenkes RI. 2007. Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Di Rumah Sakit. Jakarta.
Kepmenkes RI. 2010. Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah
Sakit. Jakarta.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 2009. Analisis Data Kualitatif. UI-Press. Jakarta.
Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Jakarta.
Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
No. Informan :
Nama :
Demografi
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Etnis/ Suku :
4. Agama :
5. Tingkat Pendidikan :
6. Jabatan :
instalasi binatu?
8. Apabila ada kerusakan alat dan apa yang Bapak lakukan terkait kabid
penunjang medis?
11. Bagaimana tata laksana di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
12. Apa saja peran Bapak dalam alur kegiatan di instalasi binatu?
13. Bagaimana alur kegiatan pada instalasi binatupada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
15. Bagaimana SOP di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan ?
3. Bagaimana tata laksana di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
4. Apakah desain dasar ruang di instalasi binatu sudah sesuai dengan peraturan
yang ada ?
5. Bagaimana alur kegiatan pada instalasi binatupada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
9. Apa saja pengendalian risiko berupa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pengelolaan binatu ?
ditetapkan ?
dan setrika ? Apakah ada di cek kondisi alat-alat binatu tersebut? Berkala atau
tidak?
22. Apa manfaat dilakukannya monitoring binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
2. Bagaimana tata laksanaan di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
Haji Medan ?
4. Bagaimana alur kegiatan pada instalasi binatupada Rumah Sakit Umum Haji
Medan ?
5. Bagaimana SOP di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan ?
7. Apa saja pengendalian risiko berupa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
10. Monitoring apa saja yang dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan di instalasi
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
No Pernyataan Ya Tidak
Prosedur Kebersihan Ruangan
1. Petugas binatu mengambil alat kebersihan √
2. Petugas binatu membersihkan ruangan √
3. Petugas binatu membersihkan alat-alat mesin √
4. Petugas binatu menyapu lantai √
5. Petugas binatu mengepel lantai √
Prosedur penelitian
Apabila Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,Bapak/Ibu
diminta menandatangani lembar persetujuan ini. Bapak/Ibu juga diminta untuk
mengisi lembar identitas sebagai informan dalam wawancara ini. Setelah itu
Bapak/Ibu akan diberi beberapa pertanyaan terkait pengalaman selama bekerja di
Instalasi binatu. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini membantu Saya untuk
megetahui lebih jauh informasi yang saya butuhkan.
Kewajiban informan
Wawancara ini mencari tahu tentang pendapat, pandangan dan pemikiran,
Bapak/Ibu sehingga harus menjawab dengan terbuka dan jujur karena tidak ada
jawaban benar atau salah. Bila ada yang belum jelas, bisa bertanya lebih lanjut
kepada peneliti.
Risiko
Informan tidak akan mendapat risiko apapun dengan memberikan keterangan dan
informasi pada penelitian ini. Informasi yang diberikan semata untuk penelitian dan
perbaikan.
Manfaat
Penelitian ini mungkin tidak mempunyai keuntungan yang dapat langsung di
rasakan. Kontribusi Bapak/Ibu dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu
peningkatan kepatuhan terhadap penggunaan APD dan SOP di instalasi binatu.
Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas informan akan dirahasiakan
dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa
identitas informan. Orang lain dijamin tidak dapat menelusuri informan yang
memberikan informasi pada penelitian ini.
Kompensasi
Bapak/Ibu akan mendapatkan souvenir sebagai tanda terimakasih telah bersedia
mengikuti jalannya penelitian.
Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi responden untuk di
wawancarai terkait penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dari peminatan
Administrasi Rumah Sakit (ARS) Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU yang bernama Irma Yeni yang berjudul : Monitoring Implementasi
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Instalasi Binatu pada Rumah
Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa ada unsur
paksaan.
( ).
Lampiran 4
binatu, alur kegiatan diinstalasi binatu, SOP diinstalasi binatu, kepatuhan penggunaan
1. Tata Laksana di Instalasi Binatu Pada Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Penjelasan akan tatalaksana di instalasi binatu menurut pandangan masing-
2. Bagian Biasa dari ruangan kan.. Datang dijemput, sama ada lagi tugas
Menggosok/ orang ini kan untuk jemput. Dibawa kemari dipisahkan yang
Melipat putih, yang warna, yang selimut, yang anduk dipisahkan.
sesudah itu, masuknya pun yaharus sejenis. Yang putih, putih.
Kalau yang warna, warna, selimut..
9. Bagian Ya kami masuk jam 8, ya kalau memang apa kan kerja jahit..
Menjahit
2. Alur Kegiatan di Instalasi Binatu Pada Rumah Sakit Umum Haji Medan.
ini.
2. Bagian Biasanya kalau kita misalnya awal gitu kan, masuk kerja jam 8,
Menggosok/ jam-jam 8.15 udah bergeraklah, untuk mengutip, kemana-mana
Melipat di ruangan-ruangan itu yang kita kutip gitu kan. Sementara di
situ itu kan jadwal dinasnya tu kan 2 orang yang masuk pagi, ya
kan. Jadi dibagi-bagi lah. Bagian disini, disini gitu. Bagian
disitu,situ. Khususnya gitu untuk mengutip.. Kalau misalnya
masuk pagi, seperti itu tadilah. Jam-jam 8 lewat lah gitu kan..
kalau masalah pencucian itu, saya gak pernah nyuci gitu. Cuma
saya, Cuma mengeringi aja.. menggosok, sesudah itu melipat
saja setahu saya..
3. Bagian Alur kegiatannya ya, pagi itu kalau saya mulai dengan
Pengering/ mengutip laken yang kotor. Dari ruangan-ruangan, dibawa
Melipat kemari, ya dengan standarlah keselamatannya, kalau bisa pakai
sarung tangan, pakai tutup mulut gitu.. Jam 8 pagi.. Gunakan
trolly.. Trollynya dipisahkan tidak untuk linen yang infeksius
sama non-infeksius.. Ya, karena yang infeksius biasanya sudah
dipisahkan di ruangan dengan dimasukkan plastik.. Lihat
situasi kadang trolly tersebut dicuci atau tidak.. Kalau liat tanda
kotor dicuci kalau tidak ada ya tidak dicuci.. Tidak. Tidak ada
nampak kan ada sisa darah atau apa kotor gitu kita cuci, kalau
tidak, enggak.. Kalau saya sebaiknya emang dipisahkan antara
linen infeksius dan non infeksius..
2. Bagian Steam boiler itu.. Kalau lama sih enggak. Kira-kira 2 bulan
Menggosok/ lebih lah udah tu.. Sudah dilaporkan, lagi ditangani orang itu
Melipat pihak rumah sakit.. Pengering.. Sama alat penggosok.. Untuk
sementara steam boilernya belum, belum siap diperbaiki,
untuk sementara itu kan dijemur ajalah dulu di luar.. Kalau
dia hidup itu sekitar 1 jam setengah, eh setengah jam itu.
Setengah jam lebih lah gitu.. Kalau di luar dia, mungkin lebih
dari setengah jam gitu.. Agak-agak lama karena tidak apa
gitu, maksudnya cuacanya itu tidak kuat istilahnya
mengeringkan.. kalautidak kering macam mana. kalok
sampek Sore.. Diambil lagi lah. Diambil lagi, diangkat lagi..
Kadang pakaian-pakaian seperti pakaian oka itu, sama pakaian
seperti seprei, yang putih-putih itu kadang menyatu dia, sama
gitu.. Tidak dipisah-pisahkan. Sudah apabila kita dapat yang
putih itu kita jemur gitu kan. Dapat yang hijau jugak jemur,
sudah gitu aja.. Tempat penjemuran linen inpeksius sama
non-inpeksius tadi sama tempatnya.. Bagaimana kita mau
bedakan? Kita pun tidak tahu mana yang infeksius, mana yang
tidak..
3. Bagian Rusak.. Rusak saat ini apa karena setelah rusak, setelah he
Pengering/ mengutip dari ruangan kita menunggu siap mencuci habis tu
Melipat kita jemur secara manual.. Habis dah dijemur, da kering,
diangkat, dilipat sudah. Tidak ada digosok-gosok lagi.. Iya,
baru ditempatkan di tempat-tempat ruangannya dimana yang
bagian-bagian yang mau diambil nanti.. Kalau yang kering,
kita lipat. Kalau gak, kita angkat, kita jemur ulang.. Kalau gak
kering. Macam semalam kan ada. Tidak kering.. Kami jemur
ulang jadinya.. Tidak, ditumpuk aja.. Ya pertama, alat-alat ini
rata-ratakan udah berusia tua.. Sudah diatas 20 tahun.. Perlu
peremajahan sebenarnya. Apalagi mesin binatu cuci itu.
Karena kalausu dah rusak itunya, repot kali.. Saya rasa kalau
rusak saja palingan.. Baru dicek.. Kalau rusak saja baru orang
benerinnya datang. melihat apa, penyebabnya. Kalau untuk
perawatannya tidak ada..
9. Bagian Tapi kalau kayak pak khaidir itu, ya kalau pagi dia keliling.
Menjahit Karena kan kalau pagi itu biasanya orang pun pada belum
kerja semua ya sekedar dia liat-liat. Dilihatnya banyak mesin
rusak apa enggak, banyak memang.. Kalau kita ada lapor,
dicek.. Soalnya kalau kami lah yang merasa kami mesin jahit
kami tidak enak, kami lapor. Nanti datang tukang, paling gitu.
Kayak mesin cuci pun seperti itu. Tidak ada istilahnya setiap
seminggu sekali apa namanya di service apa gitu, tidak ada..
Istilahnya kalau memang ada kerusakan baru ngelapor datang
orang..
3. Bagian Saya belum jelas standar sama perusahaan ini. Tidak tahu kali
Pengering/ saya.. Belum, belum pernah diberi tahu sama Kepala
Melipat Instalasinya.. Iya, cuman inisiatif saya sendiri.. Belum taudan
aku baru, baru saya baru berapa bulan disini.. Tidak. Kita
tengok aja yang ada.. Iya inisiatif saya sendiri aja..
4. Bagian Sudah. Kalau, kalau belum ya kan ada pengawasnya. Kayak ada
Mengutip yang kurangkan, ditambahi.. sudah, secara lisan..
Linen Kotor
9. Bagian Ya kami selama ini peraturan kami kayak mana ya, tidak apa
Menjahit kami peraturannya masuk jam 8. Lagi kerja, ya istirahat,
setengah tiga pulang..
4. Alat Pelindung Diri (APD) di Instalasi Binatu Pada Rumah Sakit Umum
Haji Medan.
bawah ini.
2. Bagian Kalau yang menandakan bahaya itu, dia sudah ada tertera disitu
Menggosok/ memang. Ha kalau, misalnya kita ngutip itu, sudah ada ditulis
Melipat orang itu, kalau inikan khusus dia HIV gitu kan, bikinlah disitu
HIV gitu kan. Diasingkan orang itu..
3. Bagian Kita pakai septilah. Istilahnya ya pakai septi. Karena setelah
Pengering/ kita megang apa-apa saya langsung cuci tangan biasanya..
Melipat
6. Bagian Resiko.. Iya, kecelakaan.. Karena itu cuma peringatan lah kan
Mencuci atau apa. Supaya kita lebih hati-hati itulah kan. Satu lagi kalau
apa, septinya sarung tangan, kalau pakai apa sepatu, kadang
gitu kalau untuk inpeksius waktu kita nyuci, pakaikan sepatu,
pakaikan sarung tangan, masker..
8. Bagian
Tidak ada pakai keselamatan mereka.. Resikonya
Perlengkapan
ya..Pengendaliannya..
Linen
9. Bagian
Kalau kami menjahit kayak biasa saja. Tapi kalau orang bagian
Menjahit
mencuci kurang baik. Kalaumenjahit kami kayaknya tidak
terlalu bahaya kali lah..
Penjelasan tentang penggunaan APD, APD apa saja yang disediakan oleh
pihak rumah sakit serta apa manfaat APD itu sendiri, seperti yang terlihat pada
Kepala Itulah contohnya sarung tangan ini itukan sangat banyak apa
Instalasi Binatu perannya. Jadi untuk menghindari noda berat seperti darah atau
penyakit. Cuma itu tetap kita ingatkan, setelah selesai nanti
memakai sarung tangan, itu harus dicuci. Itulah dia sarung
tangan itu untuk pengendaliannya. Agar biar jangan menyebar
penyakitnya kemana-mana.. Ya sangat besarlah manfaatnya.
Manfaat dengan pelindung diri itu. Karena untuk mencegah
penyakit terhadap diri sendiri. Sesudah itu kemudian jangan
menyebar pada orang lain lagi. Itulah dia manfaatnya..
Petugas Binatu
1. Bagian Seperti Sarung Tangan.. Sama Ada Baju Gitu.. Baju Kain
Mesin Biasa Panjang Saja Sama Tangan Panjang.. Sarung Tangan
Digunakan, Baju Sudah Tidak.. Karena Buat Ribet.. Panas..
Manfaatnya Ya Bagus. Ya Untuk Sarung Tangan Memang
Sudah Harus.. Baju Sepertinya Tidak Ada Masalah Kali, Yang
Penting Sarung Tangan Saja..
3. Bagian Selain Tutup Mulut Sama Sarung Tangan, Seharusnya Itu Saja..
Pengering/ Gunakan, Tetap Saya Gunakan.. Tau Manfaatnya.. Sarung
Melipat Tangan Untuk Melindungi Tangan Dari Kontak Langsung Ya..
Kalau Ini Untuk Jaga Atau Menghirup.. Kerugiannya Bisa
Terkontaminasi Dengan Bibit-Bibit Penyakit Sebenarnya, Yang
Disitu..
6. Bagian Karena Itu Cuma Peringatan Atau Apa. Supaya Kita Lebih
Mencuci Hati-Hati. Satu Lagi Kalau Apa, Septinya Lah, Sarung Tangan,
Kalau Pakai Sepatu, Kadang Gitu Lah Kalau Untuk Infeksius
Waktu Kita Menyuci, Pakaikan Sepatu, Pakaikan Sarung
Tangan, Masker..Ada, Sebagian.. Sepatu Ada, Masker Ada.
Kalau Maskerkan Untuk Yang Infeksius. Yang Apa Yang Itu
Kalau Yang Kotor-Kotor Ringan Ya Tidak Kali, Tidak Pala
Kali. TidakTerlalu Digunakan. Sarung Apa Namanya
Handskun.. Manfaatnya Sangat Baiklah, Untuk Pelindungan.
Untuk Pelindungan Kami Supaya Dia Amanlah. Dari Infeksius-
Infeksius Yang Bisa Menularkan..
7. Bagian Handscun.. Baju pelindung ya tidak.. Masker, sarung tangan
Penyortiran ada.. Gunakan ya itulah untuk menyusun apa meletaki pakaian
Linen kotor yang kotor tadi.. Alat pelindung diri tidak ada. Tidak ada
dan Bersih dikasih.. Ini manfaat handscun, kalau kecelakaan itu tadi ntah
kena ini yang di dalam, benda-benda tajam, itunya pakai
handscun.. Sudah diterapkan tentang APD..
8. Bagian Seperti inilah pakai sarung, itu binatutidak untuk kami saja,
Perlengkapan untuk seluruhnya.. Waktuitu sudah disediakan, sudah dipakai
Linen orang ini, ternyata orang ini, tidak ada meminta lagi. Tidak ada
merasa takut orang itu, tidak ada barangnya yaudah gitu.
Langsung saja orang ini ke ruangan ambil makan gitu.
Seharusnya, sudah saya bilang, kalian pakai baju, harus minta
bajunya kalo ada perlu dibuat, ini tidak ada tanggapan. Tidak
ada merasa takut.. Manfaatnya ya untuk kesehatan kita.. Perlu
diterapkan sebenarnya. Tapi orang ini, tidak ada..
5. Bagian Sering.. Komunikasi dia sama atasan itu. Melihat, begitu aja..
Mengutip rasanya kalau untuk kabid apanya tu, dia lebih, lebih sering dia
Linen Kotor kemari memantau.. Macam mana keadaannya, paling lama dia
2 setengah jam disini.. Seminggu sekali.. Ya bermanfaatlah, dia
harus mengetahui keadaan itu macam mana. Mulai dari fungsi
mesin tu macam mana, keadaan anggotanya macam mana.
9. Bagian Kalau kayak pak khaidir itu, ya kalau pagi dia keliling. Karena
Menjahit kan kalau pagi itu kan biasanya orang pun pada belum kerja
semua ya sekedar dia liat-liat. Dilihatnya banyak mesin rusak
apa enggak.. Seminggu sekali kadang ada, tidak tentu juga..
Kalau kami lah yang merasa kami mesin jahit kami tidak enak,
kami lapor. Nanti datang tukang, paling gitu. Seperti mesin cuci
pun seperti itu. Tidak ada istilahnya setiap seminggu sekali di
service apa gitu, tidak ada.. Istilahnya kalau memang ada
kerusakan baru melapor datang orang itu.. Manfaat monitoring
ya banyak. Kalau namanya kita dikontrol itu pasti kita kan
kerjanya pun lebih bagus. Selama ini ya gini apalah kuranglah
memang gak istilahnya hanya kepala ruangan ajalah yang
meontrol kami, kalau dari atasan-atasan kurang.. Ya perlu juga
dilakukan pengontrolan. Istilahnya namanya atasan kan perlu
juga tahu. Umpamanya langsung melihat bagaimana
kondisinya. Apa keluhan kami? Seharusnyakan dia tanya gitu..