Anda di halaman 1dari 148

92

Lampiran 1: Permohonan Menjadi Informan

PERMOHONAN MENJADI INFORMAN

Kepada Yth.

Bapak selaku informan

Di tempat.

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Tiur Novelisah Sidauruk

NIM : 121000302

Akan mengadakan penelitian tentang “Pelaksanaan Sistem Manajemen

Keselamatan dan KesehatanKerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak

untuk berpartisipasi menjadi informan dalam penelitian ini. Segala hal yang

bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan

penelitian ini.

Apabila Bapak bersedia menjadi informan, maka saya bermohon untuk

menandatangani lembar persetujuan yang tersedia. Atas perhatian dan

ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Tiur Novelisah Sidauruk

Universitas Sumatera Utara


93

Lampiran 2: Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :
Usia :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan penjelasan

mengenai maksud dari pengumpulan data untuk penellitian tentang “Pelaksanaan

Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja (SMK3) di Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016”. Untuk itu, secara

sukarela saya menyatakan bersedia menjadi informan penelitian tersebut.

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:

1. Bersedia ditemui dan memberi keterangan yang di perlukan untuk

keperluan penelitian

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan

penuh kesadaran tanpa paksaan.

Kisaran, 2016

Informan

(…………………………………………)

Universitas Sumatera Utara


94

Lampiran 3: Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI BUNUT RUBBER FACTORY
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK
TAHUN 2016

Petunjuk umum wawancara mengenai “Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3)”.

1. Ucapan terimakasih kepada informan karena telah bersedia diwawancara.

2. Melakukan perkenalan dua arah, baik peneliti ataupun informan.

3. Menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan wawancara.

4. Menjelaskan bahwa pendapat atau saran dan pengalaman informan sangat

berharga.

5. Menjawab pertanyaan wawancara dengan jelas dan jujur sangat diharapkan

oleh peneliti.

6. Dalam wawancara tidak ada jawaban salah atau benar, serta dijaga

kerahasiaannya.

Universitas Sumatera Utara


95

IDENTITAS INFORMAN

Nama :

Usia :

Jabatan :

Pendidikan Terakhir :

Lama Bekerja :

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana proses yang dilakukan di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT.

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran pada tahap penetapan kebijakan

K3 untuk pelaksanaan SMK3?

2. Bagaimana proses yang dilakukan di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT.

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran pada tahap perencanaan K3 untuk

pelaksanaan SMK3?

3. Bagaimana proses pelaksanaan rencana K3 di Cenex Plant Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran?

4. Bagaimana proses pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Cenex

Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran?

5. Bagaimana proses peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 di Cenex Plant

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran?

Universitas Sumatera Utara


96

Lampiran 4. Hasil Wawancara Pelaksanaan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT
Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016

Tabel Matriks 1. Penetapan Kebijakan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber


Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Informan 1 Top manajemen sudah komitmen dengan masalah K3


Manajer dengan membuat kebijakan K3 yang tertulis,
ditandatangani dan secara jelas menyatakan tujuan dan
sasaran K3 untuk peningkatan K3. Kebijakan K3 ini
sudah terintegrasi dengan kebijakan mutu dan
lingkungan. Kebijakan tersebut akan didokumentasikan
dan dikomunikasikan ke seluruh tenaga kerja dan pihak
lain. Tahap pertama menyusun kebijakan K3 yaitu
melakukan tinjauan awal melalui daftar periksa atau
inspeksi lapangan yang mengacu pada persyaratan
perundang-undangan K3 yang berhubungan dengan
produksi Cenex, hasil identifikasi bahaya dan risiko pada
semua proses produksi Cenex Plant, laporan kecelakaan
kerjanya, dsb. Jadi, pelaksanaan SMK3 ini prosesnya
berkelanjutan tak ada putus-putusnya yang tentunya
untuk perbaikan K3 dan peningkatan K3 di perusahaan.
Informan 2 Kebijakan terkait K3 yang ada di PT BSP, Tbk sudah
Head QHSE terintegrasi/tergabung secara utuh dengan kebijakan mutu
dan lingkungan, jadi kebijakan kita merupakan kebijakan
manajemen secara keseluruhan yang disebut dengan
kebijakan mutu, lingkungan dan K3. Di tahap awal
penetapan kebijakan K3, Top manajemen melakukan
tinjauan awal untuk mengetahui kajian tentang apa saja
yang akan dituangkan dalam kebijakan itu dengan Tim
BSP Sumut Unit 1 (Pabrik Bunut) intinya bagaimana
yang pertama memenuhi segala macam peraturan
perundang-undangan K3 dan yang kedua bagaiamana
perusahaan bisa melakukan pencegahan/mengurangi
jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
ada di PT BSP. Kebijakan K3 juga memuat bagaimana
perusahaan komit untuk selalu melakukan improvement
artinya melakukan perbaikan yang berkelanjutan
(continiu improvement) supaya sasaran-sasaran K3 itu
tercapai dengan baik sehingga lingkungan kerjanya itu

Universitas Sumatera Utara


97

aman, nyaman, dan sehat. Ya seperti itulah kebijakan


yang perusahaan jalankan.
Informan 3 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 ya tentunya
Staf DCC harus ada kebijakan K3nya. Kita sudah ada kebijakan K3
tapi itu sudah diintegrasikan dengan kebijakan mutu dan
lingkungan. Jadi kebijakan ini mencakup secara
keseluruhan. Kebijakan K3 itu menunjukkan komitmen
kita akan masalah K3 artinya bagaimana supaya kita bisa
menurunkan angka KK dan PAK di tempat kerja,
bagaimana supaya lingkungan kerjanya aman, nyaman
dan sehat.
Informan 4 Secara umum perusahaan kita memang ada kebijakan
Assisten Lapangan terkait K3 namun sudah tergabung/terintegrasi dengan
Cenex Plant kebijakan mutu dan lingkungan. Intinya kebijakan K3 ini
disusun untuk pencapaian target K3 perusahaan. Misalkan
menurunkan KK sebesar 50% yang disepakati bersama-
sama.

Tabel Matriks 2. Perencanaan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT


Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016

Informan 1 Ya untuk perencanaan K3nya sudah terkoordinasi dengan


Manajer baik, kalaupun ada kurang-kurang dikit-dikitlah. Yang
jelas perencanaannya sudah terkoordinasi, sudah tertuang
di dalam prosedur-prosedur, prosedur mengenai
identifikasi peraturan per-UU-an, prosedur mengenai
aspek bahaya dan risiko biasanya dilakukan dengan
menggunakan metode HIRAC yang dilakukan oleh
petugas berkompeten seperti assisten Cenex dan mandor
yang sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Dari situ
kita bisa membuat sasaran dan program K3 untuk tahun
selanjutnya dengan maskud ada perbaikan K3 dan
pelaksanaan SMK3nya semakin meningkat.
Informan 2 Dalam perencanaan K3 ini biasanya yang utama yang kita
Head QHSE lakukan adalah identifikasi peraturan-peraturan K3 yang
Depart. memang harus kita laksanakan dan nantinya kita evaluasi,
yang kedua melakukan identifikasi terhadap bahaya dan
risiko K3 di seluruh kegiatan produksi Ceex melalui
tahapan HIRAC (Hazard Identification Risk Assesment
Controll) yang dilakukan oleh Assisten Cenex, kemudian

Universitas Sumatera Utara


98

menilai mana risiko yang dapat diterima/ditoleransi


(acceptable risk) dan yang tidak dapat diterima/tidak
dapat ditoleransi (un-acceptable risk). Risiko yang tidak
dapat diterima tentunya risiko yang nilai nya tinggi
sehingga kita harus konsen yang nantinya dalam
perencanaan tersebut sehingga kita buat semacam
sasaran, tujuan dan program K3-nya. Seperti itulah yang
dilakukan untuk mengendalikan bahaya dan risiko yanga
ada di Pabrik Karet Cenex, PT BSP. Nanti kita membuat
objektif sasaran-sasaran K3 per tahun dan kita membuat
program kerja untuk bisa tercapai sasaran-sasaran K3 itu
sehingga risikonya terkendali dengan harapan tidak
terjadinya KK, PAK di perusahaan. Kita memiliki
program kerja tahunan baik itu yang dilaksanakan oleh
HRD berupa program training ataupun program yang
dilakukan oleh internal dari pabrik berupa program
inspeksi tempat kerja, program simulasi tanggap darurat
kebakaran dan program-program lainnya yang terkait
dengan K3 ataupun mungkin dengan program yang
sifatnya teknis berupa membangun ruangan,
mengoperasikan mesin yang lebih aman. Misalnya mesin
yang sedang berputar tapi masih belum ada tutupnya dan
kita buat tutupnya sehingga mencegah terjadinya KK
akibat putaran mesin itu. Jadi ada program kerja yang
sifatnya teknis.
Informan 3 Perencanaan K3 harus disesuaikan dengan sasaran sistem
Staf DCC manajemen yaitu mencakup semua sistem di perusahaan
termasuk SMK3 yang ada dalam kebijakan perusahaan.
Jadi perencanaan K3 dilakukan untuk bagaimana supaya
sasaran dan tujuan K3 yang ada di kebijakan K3 tadi bisa
tercapai, seperti KK dan PAK bisa diminimalkan dan
bagaimana program K3 yang akan dilaksanakan untuk
itu.
Informan 4 Rencana K3 disusun harus mengacu pada kebijakan K3.
Assisten Lapangan Dalam perencanaan itu ada namanya identifikasi bahaya,
Cenex penilaian dan pengendalian risiko dengan tabel HIRAC.
Itu merupakan tugasnya saya sebagai assisten. Kemudian
dari hasil itu ada tindakan perbaikan/pengendaliannya
yang akan menjadi masukan untuk program K3 demi
peningkatan K3 di tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara


99

Tabel Matriks 3. Pelaksanaan Rencana K3 di Bunut Rubber Factory PT Bakrie


Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Informan 1 Dalam pelaksanaan rencana K3 berarti kita harus


Manajer melaksanakan seluruh program K3 yang sudah kita
rencanakan dalam perencanaan K3. Dimulai dari
penyediaan sumber daya manusia dimana kita
mempunyai prosedur kompetensi kerja ya dan kegiatan
pelatihan K3 sesuai dengan pekerjaannya, prasarana dan
sarana seperti organisasi K3 yaitu QHSE departemen di
Pabrik Karet Bunut, APD lengkap di Cenex Plant seperti
helmet, sarung tangan, sepatu boot, pakaian kerja,
masker, pemasangan rambu-rambu K3 di pabrik dan IK
(Instruksi Kerja). Jadi pelaksanaanya harus sesuai dengan
persyaratan K3, tak terkecuali saat proses pembelian
barang ataupun jasa juga kita perhatikan kesesuaiannya,
itu kita ada prosedurnya juga dek, namanya prosedur
pembelian. Jadi pelaksanaan rencana K3 ini tidak hanya
di bagian produksi saja tetapi menyeluruh semua kegiatan
Pabrik Cenex.
Informan 2 Jadi ya, di dalam proses ini intinya apa-apa yang kita
Head QHSE rencanakan kita jalankan. Misalnya tadi dalam tahap
Depart. perencanaan K3 ada peraturan K3 yang menyebutkan
tentang operator forklift yang artinya kalau nanti kita
melihat ternyata operator forklifnya itu belum
tersertifikasi ya kita melakukan pelaksanaannya dalam
bentuk kita mengirimkan operator kita untuk mengikuti
training operator forklift sedangkan di dalam legalitas lagi
misalkan kita harus memiliki dokter hiperkes ternyata
dokter yang kita miliki belum hiperkes. dalam
pelaksanaanya kita kirim dokter kita untuk mengikuti
training dokter sertifikasi hiperkes. Ataupun regulasi K3
menyebutkan kita harus punya petugas peran kebakaran
(koordinator regu pemadam kebakaran). Kita harus
memiliki tim tanggap darurat yang sudah punya sertifikat
dan lisensi yang ada tingkat A,B,C,D yang dalam
pelaksanaannya kita lakukan training terhadap tenaga
kerja kita agar mengikuti pelatihan tersebut. Atau
pelaksanaan lainnya, misalnya kita dalam tahun sekian

Universitas Sumatera Utara


100

kita akan memberikan APD di lokasi Cenex Plant secara


lengkap ya dalam pelaksanaanya kita berikan APD
ataupun program lainnya, memasang mesin, pengaman
mesin, bangunan, tanggap darurat. Jadi kita harus
melaksanakan program-program yang sudah kita
rencanakan.
Informan 3 Jadi pelaksanaan rencana K3 di Bunut Rubber Factory
Staf DCC sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana K3 dan
semuanya didukung dengan sumber daya manusia,
angaran yang termasuk dalam prasarana dan sarana. Jadi
untuk anggaran yang kita sediakan ada APD, training,
personel yang punya kompetensi ya artinya mempunyai
training-training yang dipersyaratkan. Walaupun ya lagi-
lagi untuk kondisi sekarang untuk penyediaan sumber
daya tadi baik itu uang ataupun yang lainnya itu memang
agak sedikit banyak berkurang karena perusahaan Bakrie
ini sedang kesulitan financial, memang untuk kondisi
sekarang banyak perusahaan yang mengalami itu. Tetapi
bukannya tidak ada training, training tetap kita
laksanakan, APD tetap kita sediakan meskipun masih
sangat-sangat terbatas, harusnya menyediakan 100
masker tapi karena kurang dan paling disediakan
setengahnya. Itulah keadaanya.
Informan 4 Tahap pelaksanaan rencana K3 ya harus berdasarkan
Assisten Lapangan rencana K3 tadi dek, pelaksanaanya didukung penuh oleh
Cenex top manajemen dengan penyediaan sumber daya manusia
yang berkompeten di bidang K3, prasarana dan sarana
yang memadai seperti kegiatan pelatihan K3, Tim
BAKORTIBA yaitu regu kesiagaan dan tanggap darurat
kebakaran, pelatihan penggunaan APD yang tepat,
pengoperasian peralatan dan mesin tepatnya instruksi
kerja (work instruction), pemasangan rambu-rambu K3 di
tempat kerja, dsb supaya tenaga kerja bisa bekerja dengan
aman dan berdampak pada penurunan angka KK dan
PAK di tempat kerja. Dan juga segala informasi K3
pastinya kita selalu komunikasikan ke seluruh teanga
kerja, ada namanya prosedur komunikasi, konsultasi dan
partisipasi yang mana dalam prosedur itu memuat
bagaimana metode-metode kita melakukan komunikasi,
konsultasi dan partisipasi.

Universitas Sumatera Utara


101

Tabel Matriks 4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 di Bunut Rubber Factory


PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Informan 1 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 ini pasti kita lakukan


Manajer melalui pemeriksaan, pengukuran, audit internal SMK3.
Auditornya masih dari Bunut, tentunya yang sudah
berkompeten dibidangnya, tepatnya cross interal audit
yaitu yang mengaudit dari lokasi lain, bisa dari pabrik
sawit atau kebun. Di Bunut Rubber Factory dilaksanakan
audit internal setahun sekali dengan tujuan apakah
pelaksanaan SMK3 nya sudah sesuai dengan rencana gak
kalau gak sesuai berari termasuk ke dalam temuan audit
dan menjadi bahan masukan untuk perbaikan K3 di tahun
berikutnya. Intinya dilaksanakan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 ini
Informan 2 Biasanya kita melakukan pengumpulan-pengumpulan
QHSE Head data Kecelakaan yang bulan ke bulan kita monitor dan
juga kita melakukan pemantauan dan evaluasinya dalam
bentuk investigasi KK, ya kalu terjadi KK maka kita
mengevaluasi kenapa bisa terjadi KK tersebut, apa akar
permasalahannya. Lalu juga dalam bentuk inspeksi
tempat kerja apakah memang kondisi Pabrik sudah aman
sesuai standar baik itu lingkungan kerjanya apakah sudah
terkendali, mesin-mesin juga terawat dengan baik, apakah
rambu-rambu saftey sign terpasang baik ataupun juga dari
sisi manusianya apakah sudah komit, sudah menggunakan
APD, sudah bekerja dengan aman. Dan juga setiap
setahun sekali kita melakukan internal audit yang
dilakukan internal auditor dari internal kita PT BSP dari
lokasi lain atau cross internal audit misalnya bisa dari
staff kebun, staff pabrik sawit ataupun dari staf-staf
lainnya. Internal audit tujuannya memastikan kesesuaian
pelaksanaan dengan apa yang sudah ditetapkan di dalam
dokumen, misalkan ada prosedur ijin kerja jadi nanti
dilihat ada gak pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan
ijin kerja seperti pengelasan, jadi kita tanya apakah
pekerjaan pengelasan selama beberapa bulan ini kalau ada
nanti kita cek mana ijinnya yang kemarin dikerjakan
kalau ada berarti sesuai kalau tidak ada berarti nanti
mendapatkan temuan audit (NC/ Non Conformity =

Universitas Sumatera Utara


102

ketidaksesuaian). Jadi internal audit yaitu kita cek


pelaksanaan dengan apa yang sudah ditetapkan di dalam
dokumen baik itu prosedur, WI (Work Instruction)/ IK
(Instruksi Kerja), pelaksanaan untuk pemantauan dan
evaluasi.
Informan 3 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 tentunya dengan
Staf DCC audit SMK3 ya, kita ada laporan-laporannya seperti audit
check list dan kita simpan dengan baik. Audit yang kita
lakukan masih audit internal setiap 1 tahun sekali yang
dilakukan oleh auditor internal. Tetapi tim auditor kita
juga pastinya berkompeten dong, yang sudah mengikuti
pelatihan-pelatihan, itu juga ada dokumennya. Jadi dari
hasil audit itu nanti bisa dilihat sesuai gak
pelaksanaannya dengan perencanaan kita, sudahkah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
kan ada 166 kriteria ya dek. Setelah di cek semuanya
kalau ada yang belum sesuai dimasukkan dalam daftar
temuan audit. Kalau pengujian dan pengukuran misalnya
kebisingan, getaran, dsb itu dilakukan oleh Balai
Hiperkes Medan karena alat-alat kita belum dikalibrasi
dan tidak ada petugas kita yang berkompeten di bidang
itu.
Informan 4 Biasanya pemantauan dan evaluasi kinerja K3 itu kita
Assisten Lapangan lakukan melalui pemeriksaan, pengujian dan pengukuran,
Cenex audit internal juga. Audit internal dilaksanakan 1 tahun
sekali oleh tim auditor internal PT BSP, Tbk dari lokasi
lain (cross internal audit) sedangkan audit ekstrernal kita
belum ada ya karena masih ada komponen-komponen
yang belum kita penuhi seperti hydrant kita belum
beroperasi tapi dalam perundang-undangan harusnya ada
yaitu 3 tahun sekali gitu, ya. Sebenarnya memang karena
keadaan financial PT. BSP sedang tidak stabil. Jadi dari
hasil temuan audit itu kita bisa membuat tindakan
perbaikan atau pencegahan agar sesuai persyaratan K3.

Tabel Matriks 5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 di Bunut Rubber


Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016.

Informan 1 Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 dilakukan dalam


Manajer bentuk rapat yang namanya RTM (Rapat Tinjauan

Universitas Sumatera Utara


103

Manajemen) 1 tahun sekali biasanya di awal bulan


Januari paling lambat Februari untuk meninjau kinerja K3
di perusahaan secara menyeluruh baik Bunut Rubber
maupun Palm Oil. Jadi semua pihak manajemen
berkumpul dan meninjau ulang dari evaluasi pelaksanaan
SMK3 yang kita terapkan, kebijakan K3, tujuan dan
sasaran K3nya, dan hasil temuan audit internal tadi.
Informan 2 Ini juga kita lakukan setiap setahun sekali biasanya pada
QHSE Head awal tahun di bulan Januari paling lambat bulan Februari
yang mana di dalam peninjauan dan peningkatan kinerja
ini kita sebut sebagai RTM (Rapat Tinjauan Manajemen)
jadi seluruh manajer baik itu kebun, pabrik, HRD,
manajer finance dan manajer lainnya berkumpul untuk
bisa melihat meninjau performance atau kinerja K3 di
perusahaan. Misalkan kita tinjau sasaran-sasaran K3
apakah tercapai atau nggak misalkan ada sasaran
mengurangi jumlah KK 50% dari tahun sebelumnya, kita
lihat sasarannya tercapai gak. Kalau ada KK 4 kasus
maka 50% harusnya 2 kasus apakah tercapai nggak
artinya kalau cuma terjadi dalam satu tahun 2 kasus atau
1 kasus berarti tercapai tapi kalau 3 kasus, 4 kasus bahkan
5 kasus melebihi kasus tahun sebelumnya artinya ada
problem. Nah, di RTM kita bahas kira-kira apa yang
menjadi masalah sehingga sasaran/ target K3 tidak
tercapai. Oh mungkin karena kurang sosialisasi berarti
nanti untuk peningkatan kinerjanya di tahun depannya
bagaimana kita memperbanyak lagi progrm-program
training dan sosialisasi di karyawan, Oh ini KK karena
APD yang diberikan kurang sesuai dan kurang lengkap
maka di tahun berikutnya kita memberikan APD yang
lengkap atau perusahaan mengalokasikan anggaran/ bajat
untuk membeli APD supaya tidak terjadi KK lagi. Atau
misalkan KK karena terlalu banyak jam kerjanya
harusnya 7 jam karena sering lembur jadi setiap hari bisa
10 jam atau 12 jam sehingga banyak tenaga kerja
kecapean. Nah itu nanti untuk perbaikannya kita akan
mengkaji supaya pekerja nya bekerja 7 jam supaya jangan
sampai mengakibatkan kelelahan kerja yang berpotensi
pada KK. Jadi itu dalam RTM atau manajemen review
meeting kita bahas ada beberapa agenda misalkan agenda

Universitas Sumatera Utara


104

mengenai evaluasi peraturan per-UU K3 nanti disitu


dilihat ada misalkan 200 per UU K3, untuk tahun ini
berapa persen tingkat pemenuhannya, apa saja peraturan
yang belum kita penuhi, oh peraturan ini Pak, misalkan
ada peraturan baru, operator boiler harus disertifikasi
jumlahnya harus tiga, kita belum punya ini, jadi untuk
tahun selanjutnya kita kirim tenaga kerjanya untuk
mengikuti pelatihan tersebut. Apa lagi, misalnya ahli K3
nya resign/keluar, berarti kita tidak memenuhi standar
harus punya ahli K3 jadi sekretaris P2K3 harus ahli K3
nanti kita mengirimkan karyawan yang memang punya
bakat untuk mengikuti pelatihan ahli K3. Jadi memang
ada beberapa agenda di dalam RTM, apa namanya yang
intinya nanti bagaimana kita meninjau pelaksanaan
SMK3 dalam satu tahun. Setelah kita tinjau bentuknya
sesuai dengan roof di SMK3 continiual improvement
artinya perbaikan apa lagi yang harus kita perbaiki supaya
lebih bagus. Itu nantinya kita perbaiki di tahun
selanjutnya. Itulah inti sari secara globalnya yang bisa
saya terangkan.
Informan 3 Biasanya semua manajemen baik pabrik, kebun, dan yang
Staf DCC lain berkumpul dalam RTM (Rapat Tinjauan Manajemen)
tiap tahun biasanya di awal tahun. Kita juga ada
laporannya berupa dokumen notulen Rapat Tinjauan
Manajemen yang bahasannya tentang hasil
internal/eksternal audit, hasil komunikasi, partisipasi dan
konsultasi dari pihak internal/eksternal termasuk keluhan,
evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan
perundang-undangan K3, kinerja proses-proses mutu,
lingkungan dan K3, status penyelidikan insiden, tindakan
perbaikan dan pencegahan, tindak lanjut dari manajemen
sebelumnya, perubahan-perubahan termasuk
perkembangan dan persyaratan perundang-udangan
terkait dengan aspek mutu, lingkungan, K3 dan sosial
serta rekomendasi untuk peningkatan kinerja.
Informan 4 Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 biasanya
Assisten Lapangan dilakukan secara berkala yang dilakukan sekali dalam
Cenex setahun biasanya di awal tahun melalui RTM (Rapat
Tinjauan Manajemen). Semua manajemen harus hadir
dan berkumpul untuk bisa meninjau kinerja K3 lokasi

Universitas Sumatera Utara


105

masing-masing dan berdiskusi meninjau evaluasi


penerapan SMK3nya, meninjau ulang dari evaluasi
penerapan kebijakan K3nya, meninjau ulang tujuan,
sasaran, dan kinerja K3nya, serta meninjau ulang hasil
temuan audit internal SMK3nya.

Universitas Sumatera Utara


106

Lampiran 5. Lembar Check List Pelaksanaan SMK3

No. Elemen-elemen SMK3 Pelaksanaan


A B C D
1. Pembangunan Dan Pemeliharaan
Komitmen
2. Pembuatan dan Pendokumentasian
Rencana K3
3. Pengendalian Perancangan dan
Peninjauan Kontrak
4. Pengendalian Dokumen
5. Pembelian dan Pengendalian Produk
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan
SMK3
7. Standar Pemantauan
8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan
9. Pengelolaan Material dan
Perpindahannya
10. Pengumpulan Dan Penggunaan Data
11. Pemeriksaan SMK3
12. Pengembangan Keterampilan dan
Kemampuan
Sumber: Laporan Hasil Audit Check List SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 Bunut
Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2015.

A = Dilaksanakan
B = Tidak Dilaksanakan Sepenuhnya
C = Tidak Dilaksanakan
D = Belum Dipantau

Universitas Sumatera Utara


107

Lampiran 6. Surat Permohoanan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


108

Universitas Sumatera Utara


109

Universitas Sumatera Utara


110

Universitas Sumatera Utara


111

Universitas Sumatera Utara


112

Lampiran 11. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory

PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK AREA 1 (SUMUT 1)


TABEL : IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO K3
DEPT./LOKASI : BUNUT RUBBER FACTORY / CENEX PLANT
PENGENDALI
IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO
AN RESIKO
KATEG Alat Tambahan
ORI Pengendalian
RESIKO AWAL RESIKO SISA RESIKO Resiko
PENTIN Lanjutan
R/ PENGEN G 1 Eliminasi
N BAHAY RESIK
KEGIATAN N No. PP DALIAN 2 Substitusi
O A O T T T
R SAAT INI Engineerin
O O I 3
Y g
P F A L S E T P F A L S E T D
A Administra
A A A 4
tif
L L K
5 APD
Ledakan Kematia Permenake 6 BMR - WI 6 √ APD,
Pembongkara Tangki / n r - 19, Administrasi
n Bahan Baku Truk No.Per.01/ Penggunaa


1 Lateks R Lateks Men/1982 0 0 3 0 3 0 n APD 0 0 3 0 3 0
Cidera / 7 BMR - WI 4
Patah - 19,
Tulang Penggunaa


0 2 2 0 3 0 n APD 0 0 2 0 2 0
Kebising Ganggua Permenake 7 Penggunaa 5
Pengoperasia an n r n APD,
n Mesin - Pendeng No.Kep.13 Service
mesin aran /MEN/X/2 Mesin
2 Separator R 011 2 1 0 3 1 0 0 1 0 3 1 0

Universitas Sumatera Utara


113

Pecah Cidera / 7 BMR - FC 5 √


Body Patah - 14, BMR
Mesin Tulang - WI - 20
dan WI -


1 0 3 0 3 0 21 0 0 3 0 2 0
Tangan Luka 4 4
Pencucian Tergores Jari


3 Bowl Disc R Tangan 2 1 0 0 1 0 2 1 0 0 1 0
Tangan 3 3


Kram 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0
Pemakaian Percikan Iritasi 4 Penggunaa 4
Bahan Kimia Pada Mata n APD
( NH3 Gas, Mata
TZ
Dispersion,


4 Lauric Acid ) R 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
Pengisian Ledakan Cidera / 5 Penggunaa 4
Produk Tangki Kerusak n APD
Lateks pekat an
Ke Tangki Property


5 Perumka R 1 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0
Larutan Iritasi 5 Penggunaa 4
Pembuatan Terkena Kulit n APD,
Kimia Kulit BMR - WI
Larutan ( TZ, - 12, 13 &


6 DAP, LA) R 3 1 0 0 1 0 25 2 1 0 0 1 0
Terhirup Sesak 6 3
Powder Nafas


Kimia 2 0 2 0 2 0 1 0 1 0 1 0
Ledakan Cidera / Permenake 9 Penggunaa 8 APD,
Pengoperasia Tangki Kerusak r n APD, Administrasi
n Mesin an No.Per.01/ BMR - WI
7 Compressor R Property Men/1982 1 0 2 3 3 0 - 11 1 0 1 3 3 0

Universitas Sumatera Utara


114

Keterangan : Jika Total Score ≥ 6, maka bahaya tersebut dikategorikan


bahaya dan berisiko penting ( catatan : Jika L dan/atau E = 3 otomatis
harus dikatakan PENTING )
R= Rutin
NR= Non Rutin
PP= Peraturan Perundang-undangan
P= Kemungkinan terjadi
F= Frekuensi
A= Akibat
L= Peraturan dan persyaratan lainnya

Disetujui oleh, Dipersiapkan oleh

Management Repesentative Head Departement


Tgl. Tgl.

Universitas Sumatera Utara


115

Lampiran 12. Laporan Rapat Tinjauan Manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Area 1 (Sumut 1) Tahun 2015

Notulen Rapat Tinjauan Manajemen


Sistem Manajemen Terpadu Periode 2015
QHSE & Sustainability Management System
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016
Jam : 09.00 – 14.30 WIB
Tempat : Bakrie Club
Peserta : ( Terlampir Daftar Hadir )
No Pembahasan Masalah Keputusan Tanggung Waktu
Jawab Pelaksanaa
n
1 Hasil Internal/Eksternal Kemampuan Internal Auditor -Pelaksanaan Pelatihan HR 2016
Audit untuk melaksanakan audit Internal Auditor.
Sistem Manajemen Terpadu ( - Questioner akan diberikan
QHSE & Sustainability kepada seluruh internal
Management) masih perlu auditor untuk memilih
ditingkatkan. spesialisasi bidang audit
nya.
Belum ada ketentuan dalam Melakukan revisi prosedur QHSE 2016
prosedur Internal Audit untuk BMA-05.
menentukan suatu object
audit yang kategorinya NC :

Universitas Sumatera Utara


116

Major atau Minor.( Berbeda


standar ISO & RSPO)
Hasil Audit yang perlu -Review kembali system Estate/QHSE 2016
ditindaklanjuti : ISO (WI) untuk kontrol
- Dijumpai kasus kontaminasi offgrades di
kontaminasi estate.
mangkok/daun/ranting pada -Memastikan kembali QHSE
produksi offgradess. peraturan mengenai
- Terdapat pestisida yang pendaftaran pestisida &
digunakan di estate tidak Standard prinsip & criteria
terdaftar dalam surat dari RSPO/ISPO nya.
disnaker.
2 Umpan Balik Pelanggan Masih terdapat Penilaian Strategi bisnis untuk Commerce 2016
customer rendah yakni: mendapatkan profit yang
Rubber lebih baik dapat
Sritrang, USA - Delivery (5) dilaksanakan dengan tetap
& Price (5) -Welcome mempertimbangkan resiko
Trading - Price (6) complain dari customer.
Oil Palm
Musim Mas - Price (69)
Belum ada keseragaman Formulir CSS Commerce 2016
formulir dalam Customer menyesuaikan dengan
Satisfacation Survey (CSS) prosedur BMM-FC-05
antara Rubber Division & Rev.04 Flowchart
Palm Division. Pengukuran Kepuasan
Pelanggan.
3 Hasil dari Komunikasi, Masih ada miskomunikasi -Setiap All Manager 2016
Partisipasi dan Konsultasi yang terjadi dalam menyikapi Head/asisten/Officer harus & staff

Universitas Sumatera Utara


117

dari pihak Internal/ hasil keputusan rapat LKS mengambil tanggungjawab


External termasuk Keluhan Bipartide. yang cukup (proaktif)
dalam mensosialisasikan
hasil keputusan LKS
Bipartide terutama yang
bersifat urgen.
- HR Area Dept. Membuat
jadwal untuk melakukan
sosialisasi ke kebun dan
pabrik terkait dengan
Hubungan Industrial.
Belum dibuat status pemenuhan Evaluasi perlu dilakukan HRD 2016
terhadap pelaksanaan kegiatan terhadap pelaksanaan dari setiap
komunikasi internal dan eksternal kegiatan/program komunikasi
& kegiatan forum stakeholder di yang di lakukan BSP.
laporan HR.
Masalah penggembalaan -Prinsip nya Manajemen Estate/HR/ 2016
ternak di areal kebun yang TIDAK MENGIZINKAN Security
kurang terkontrol. penggembalaan ternak di
kebun. Manajemen
menyediakan areal untuk
pengambilan rumput.
- Kebijakan dapat diambil Estate/HR/
oleh masing2 manajer Security
dengan ketentuan :
1). Harus ada izin resmi ke
manajemen
2). Dilarang menggembala
di areal TBM (Karet &

Universitas Sumatera Utara


118

Sawit) & TM kebun karet


3). Dilarang menggembala
di areal baru di spraying.
- Agar dilakukan percobaan Estate
untuk pemanfaatan kotoran
sapi & tankos untuk pupuk
(1 field/50 ha/estate).
Pelajari teori &
perhitungankan COST.
Adanya permintaan dari customer -Produksi lateks pekat BRF 2016
lateks pekat dengan parameter menyesuaikan kebutuhan
Mechanical Stability Time (MST) customer dengan control
rendah yakni 150 -200 sec. saat penggunaan Lauric Acid.
dishipmentkan. - Melakukan scheduling
shipment yg baik.
- Melakukan komunikasi
dengan buyer agar barang yang
telah diterima langsung
dilakukan analisa agar tidak
terjadi kenaikan MST
Rapat P2K3 berlangsung 6 x di Pelaksanaan rapat P2K3 All Manager 2016
2015. Seharusnya dilaksanakan diintegrasikan dalam rapat
sebulan sekali (12 x). QHSE & Sustainability.
Pelaksanaan rapat P2K3
dilaksanakan 1 x per bulan dan
wajib dihadiri oleh Head
department.
4 Evaluasi Keta’atan/Kepatuhan Beberapa peraturan belum
terhadap Persyaratan Peraturan dipenuhi :
Perundangundangan dan Lingkungan
Persyaratan lain. PP 81/2012 – Pengelolaan -Membuat WI untuk QHSE

Universitas Sumatera Utara


119

Sampah pengelolaan sampah yang ada


diareal perumahan.
- Mengkaji pemberian areal Kuala Piasa 2016
untuk pasar.
K3
Permenakertrans 8 /2010 – APD - Pemberian APD sesuai GM/P&C
kebutuhan.
-Agar lisensi disusulkan ke
Kepdirjenaker 53/2009 - Lisensi Disnaker. HR
Petugas P3K - Pelatihan Outraining dapat
dilaksanakan. HR
- Surat Penetapan Dokter
Permenakertrans 01/1979 – Pemeriksa Kesehatan segera HR
Pelatihan Hyperkes untuk diuruskan.
Paramedis
Permenakertrans 02/1980 –
Pemeriksaan Kesehatan TK - Pengajuan AK3 Listrik dari
Permenaker 12/2015 - K3 Listrik Infrastruktur HR/Infra
- Pengajuan Koordinator
Kepmenaker 186/1999 - Unit Kebakaran TK B HR/POM
Penanggulangan Kebakaran dari POM ( M.Fikri)

- Dimasukan ke dalam Program


RSPO Pengelolaan & Pemantauan Estate/QHSE
Permen PU 63/1993 – Garis HCV
Sempadan Sungai
Masih belum semua Peraturan Memasukan seluruh PP tekait QHSE & HRD 2016
dimasukan ke dalam Identifikasi Lingkungan, K3 &
Peraturan Perundang-undangan & RSPO/ISPO.
Persyaratan Lainnya tentang
Lingkungan, K3 & RSPO/ISPO
(BMH-FR-01).

Universitas Sumatera Utara


120

5 Kinerja Proses-proses Mutu, Terdapat permasalahan sebagai 2016


Lingkungan & K3 serta berikut :
Kesesuaian Produk. - Permintaan material ( pupuk, -Permintaan material agar dapat GM/P&C
mangkok,spare part ) yang belum diprioritaskan pemenuhannya
terpenuhi. sesuai tingkat urgensi nya.
- Tidak adanya timbangan shelter - Laporan /surat dari lokasi All Manager
(Selisih RBT) dapat melalui email saja tetap
- Kertas masih ada potensi ada pertinggal nya untuk file
dihemat. lokasi yang bersangkutan.
Email
dikirimkan oleh Manager.
Masih ada ketidaksesuaian data Agar diperbaiki data produksi QHSE 2016
produksi estate & pabrik Tahun baik kebun atau pun pabrik.
2015.
Belum ada sasaran complian Target POM : agar dimasukan POM 2016
POM masalah complain CPO & PK
Jumlah kecelakaan terbanyak Agar lebih ditekankan QHSE/Tanah 2016
selama 5 tahun terakhir, terjadi di sosialisasi K3 ke estate tersebut. Raja Estate
Tanah raja estate.
6 Status Penyelidikan Insiden, Ada double pelaporan kecelakaan Pelaporan kecelakaan kerja All Manager & 2016
Tindakan Perbaikan dan berupa menggunakan BMA-FR- hanya cukup menggunakan Staff
Pencegahan. 14 & BMH-FR-12 yang memuat BMH-FR-12 Laporan
maksud yang sama. Penyelidikan Kecelakaan Kerja.
Masih banyaknya PTP yang Agar dapat dikurangi PTP BRF/Estate/QC
dikeluarkan berupa Produksi Out untuk kasus tsb.
of Spec. SIR & NH3 out of Spec.
7 Tindak lanjut dari Tinjauan Beberapa point keputusan rapat
Management Sebelumnya. tinjauan manajemen belum 2016
terlaksana berupa :
1. Reward K3 yang belum -Agar dapat dibuatkan standar GM/QHSE
terpenuhi. pemberian reward K3.
2. Perbaikan dokumen ISO di HR - Agar didapat diperbaiki. HR / Belawan

Universitas Sumatera Utara


121

& Belawan
3. Masalah complain CPO & PK - Diskusikan antara POM & POM/Marketing
Marketing.
8 Perubahan – perubahan -Adanya Perubahan versi sistem -Pembentukan Team Revisi GM/QHSE 2016
termasuk Perkembangan dan manajamen mutu & Lingkungan Dokumen QHSE &
Persyaratan Perundang- (ISO 9001:2015 & ISO 14001: Sustainability Management
undangan dan Persyaratan lain 2015 ) System yang mengadopsi :
yang terkait dengan Aspek - Adanya system ERP I Plant a) Sistem Manajemen Mutu
Mutu, Lingkungan, K3 dan yang belum terintegrasi ke dalam ISO 9001:2015 & ISO
Sosial. system manajemen. 14001:2015.
b) Sistem ERP i-Plant
Adanya penambahan aspek Mempelajari kembali BRF/QHSE/HR/ 2016
Penilaian dalam PROPER 2015 – mekanisme Penilaian PROPER Store.
2016 terkait Struktur Organisasi 2015 – 2016.
dalam Pengelolaan B3.
Ada wacana mengeluarkan Perlu dikoordinasikan kembali GM/QHSE/ 2016
COMMERCE Department dari dengan QHSE Corporate. Commerce
lingkup sertifikasi system
manajemen mutu di BSP Sumut 1
karena sudah masuk lingkup
corporate.
9 Rekomendasi untuk Efektivitas Penggunaan Project team Improvement 2016 Estate/BRF/QC 2016
Peningkatan. Ammonia untuk pengawetan : “Kajian Pengawetan Lateks
Lateks. Sebagai Bahan Baku SIR 3CV
& Cenex dengan menggunakan
Ammonia di Kebun “.

Universitas Sumatera Utara


122

Lampiran 14. Hasil Dokumentasi

Gambar 1. Jalan Masuk PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk, Bunut Rubber
Factory, Kisaran

Gambar 2. Pabrik Cenex

Universitas Sumatera Utara


123

Gambar 3. Pekerja tidak menggunakan APD

Gambar 4. Safety Slogan K3

Universitas Sumatera Utara


124

Gambar 5. Kebijakan Perusahaan

Gambar 6. Rambu K3

Universitas Sumatera Utara


125

Gambar 7. Rambu K3

Gambar 8. Work Instruction

Universitas Sumatera Utara


126

Gambar 9. Work Instruction

Gambar 10. Penyimpanan APD

Universitas Sumatera Utara


127

Gambar 11. Kotak P3K

Gambar 12. APAR jenis Drychemical Powder rak besi roda

Universitas Sumatera Utara


128

Gambar 13. APAR jenis Paca Halon

Gambar 14. Fire Box Hydrant

Universitas Sumatera Utara


129

Gambar 15. Wawancara dengan Manager Bunut Rubber Factory (Informan 1)

Gambar 16. Wawancara dengan Head QHSE Departement (Informan 2)

Universitas Sumatera Utara


130

Gambar 17. Wawancara dengan Staf DCC Controller (Informan 3)

Gambar 18. Wawancara dengan Assisten Lapangan Cenex (Informan 4)

Universitas Sumatera Utara


89

DAFTAR PUSTAKA

Azmi, R. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja di PT
Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU. Medan.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14644). [Diakses 09 Maret
2016].

Elisabeth, Y. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pekerja


Pada Bagian Produksi Mengenai Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari
Porsea Tahun 2012. Skripsi FKM USU. Medan.
(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/1316). [Diakses 10
Oktober 2016].

Depnaker, 1995. Training K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran. Jakarta :


Departemen Tenaga Kerja.

Gallagher., C., Underhill., E. & Malcolm Rimmer. 2001. Occupational Health


and Safety Management System, Austria, Commonwealth of
Australia.

Kemenkes. 2015. Situasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.

Khoerunisa, A. 2015. Komitmen Team Manajemen Dalam Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di DAOP 2
Bandung PT Kereta Api Indonesia (PERSESO) Tahun 2015. Skripsi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29622).[Diakse
s 09 Maret 2016].

Manulang, S. 1988. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia.


Jakarta: Rineka Cipta.

Marpaung, J. 2005. Persepsi Tenaga Kerja Tentang SMK3 dan Pedoman


Penerapan SMK3 di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2005. Skripsi
FKM USU. Medan. (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14787).
[Diakses 09 Maret 2016].

Maulana, dkk. 2011. Evaluasi dan Perbaikan Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior
Pekerja (Studi Kasus PT.DPS). Skripsi. Jurusan Teknik Industri Institut

86

Universitas Sumatera Utara


90

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-


paper-19467-2507100101-Paper.pdf). [Diakses 30 Agustus 2016].

Moloeng, L. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka


Cipta.

____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

OHSAS 18001: 2007. Occupational Health and Safety Management Systems –


Requirements. UK: BSI. Diakses 16 Maret 2016.

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.


Sekretariat Negara. Jakarta.

Silaban, G. 2009. Hubungan Angka Kecelakaan Kerja dengan Tingkat


Pemenuhan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Berita Kedokteran Masyarakat, 25, 156-166.
(http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3563). [Diakses 16 Maret 2016].

Suardi, R. 2007. Sitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja:


Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker
05/1996. Jakarta: PPM.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Agung Seto.

Soeripto, 1998. Manajemen K3 dan Penenerapannya. Majalah Hiperkes dan


Keselamatan Kerja. Volume XXXI, No. 3 Juli- September 1998.

D3KN. 2007. Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2007 – 2010.
(http://katigaonline.com/downloads/pdf/kebijakan_k3_2007-2010.pdf).
[Diakses 16 Maret 2016].

GATRA. 2016. Apresiasi dan Sosialisasi K3 Tiada Henti. Volume XXII, No.
30. (http://www.gatra.com/advetorial/202852-apresiasi-dan-sosialisasi-
k3-tiada-henti). [Diakses 28 Agustus 2016].

Universitas Sumatera Utara


91

ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sarana untuk Produktivitas.


Jakarta. (http://www.ilo.org/publns). [Diakses 16 Maret 2016].

Republik Indonesia. 1951. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2


Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang
Kecelakaan Tahun 1947 NR. 33, dari Republik Indonesia Untuk
Seluruh Indonesia. Sekretariat Negara. Jakarta.
(http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1951_2.pdf). [Diakses 16
Maret 2016].

_________________. 1970. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1


Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta.
(http://katigaonline.com/downloads/pdf/uu-01-1970.pdf). [Diakses 16
Maret 2016].

_________________. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara. Jakarta.
(http://katigaonline.com/downloads/pdf/Undang-Undang-tahun-2003-13-
03.pdf). [Diakses 09 Maret 2016].

_________________. 2008. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.15/MEN/VIII/2008
tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
Sekretariat Negara. Jakarta. (http://betterwork.org/in-labourguide/wp-
content/uploads/p3k-permenaker-no-per-15-men-viii-2008.pdf). [Diakses
10 Oktober 2016]

_________________. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri. Sekretariat Negara. Jakarta.
(http://betterwork.org/in-labourguide/wp-content/uploads/permenaker-08-
2010-alat_pelindung_diri .pdf). [Diakses 18 Oktober 2016]

_________________. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Sekretarian Kabinet Republik Indonesia RI. Jakarta.
(http://katigaonline.com/downloads/pdf/PP_No_50_Tahun2012_tentang_
Penerapan_SMK3_1_2_final.pdf). [Diakses 09 Maret 2016].

Universitas Sumatera Utara


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT.

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk, Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara

Tahun 2016 dengan dasar pertimbangan :

1. Sistem kerja produksi pabrik Cenex Plant berhubungan erat dengan

penggunaan mesin dan bahan baku (berbahaya) dan berpotensi tinggi

terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan,

dan pencemaran lingkungan kerja dibandingkan dengan pabrik lainnya

yang ada di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk,

Kisaran.

2. Sudah menerapkan SMK3 selama 9 (sembilan) tahun.

3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan SMK3 di Cenex

Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk,

Kisaran

39

Universitas Sumatera Utara


40

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 (survey awal) sampai

dengan Oktober 2016.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama atau alat penelitian

adalah penulis atau peneliti. Namun dalam pengambilan data di lapangan, peneliti

dibantu oleh instrumen lainnya, yaitu; pedoman wawancara, lembar check list,

buku catatan, alat tulis, alat perekam suara, dan alat dokumentasi berupa kamera.

Hal ini diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan

pengumpulan data.

3.4 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik

nonprobability sampling secara sampling purposive (sampling bertujuan).

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah seseorang yang benar-benar

mengetahui, berpengalaman dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang darinya dapat

diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya. Informan dalam penelitian

ini adalah :

1. Manager Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Kisaran.

2. Kepala Departemen QHSE (Quality Health Safety and Environment)

sekaligus Sekretaris P2K3 di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera

Plantations, Tbk Kisaran.

Universitas Sumatera Utara


41

3. Satu orang staf QHSE DCC (Document Center Control) Controller di

Rubber Bunut Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

4. Satu orang Assisten Lapangan Pabrik Cenex Plant Rubber Bunut Factory

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini berupa data pernyataan informan yang

diperoleh melalui wawancara mendalam (in dept interview) dengan

menggunakan panduan wawancara dan lembar check list kepada informan

untuk menggali informasi tentang gambaran lima tahapan pelaksanaan

SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Kisaran.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah profil perusahaan, data tenaga

kerja dan jam kerja, struktur organisasi perusahaan, proses produksi

perusahaan, dokumen K3 yang ada di Cenex Plant Bunut Rubber Factory

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

wawancara mendalam (In Dept Interview) dan studi dokumen.

Universitas Sumatera Utara


42

a. Wawancara mendalam (In Dept Interview)

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan

mendalam untuk menggali informasi tentang gambaran lima tahapan

pelaksanaan SMK3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk Kisaran dengan menggunakan pertanyaan yang

berasal dari PP RI No. 50 Tahun 2012 kepada informan penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut

pandang subjek melalui dokumen internal mengenai SMK3 yang dimiliki

oleh Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations,

Tbk Kisaran.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian kualitatif ini menggunakan model Miles dan

Huberman. Teknik analisis data Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012)

antara lain:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data berarti merangkum semua data yang diperoleh di Cenex

Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Kisaran, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang

penting, mencari tema dan pola kemudian membuang data yang tidak

perlu.

Universitas Sumatera Utara


43

2. Penyajian Data (data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data sebagai kumpulan informasi dan memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan data. Bentuk penyajian

data berupa dalam bentuk tabel matriks dan kemudian diuraikan dalam

bentuk teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)

Kesimpulan akan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal dengan didukung oleh bukti-bukti dan data-data yang valid dan

konsisten di lapangan maka kesimpulan yang akan dikemukakan akan

menjadi kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya.

Universitas Sumatera Utara


44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. (PT. BSP) merupakan sebuah

perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berbentuk Perseroan

Terbatas (PT), yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan industri karet. PT.

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. yang semula bernama NV. Hollandsch

Americansche Plantage Maatschappij (NV. H.A.P.M.) didirikan pada 17 Mei

1911.

Gambar 4.1 Kantor Pusat PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran

PT. Bakrie Sumatera plantations, Tbk, Pabrik Bunut, berlokasi di

Kelurahan Bunut, Kecamatan Kota Kisaran barat, Kabupaten Asahan, Sumatera

Utara. Lokasi Pabrik ini terletak di tengah areal perkebunan yang berjarak 5

kilometer dari Kota Kisaran, berada pada lintasan jalan raya trans Sumatera dan

44

Universitas Sumatera Utara


45

jalur kereta api, sehingga memudahkan transportasi untuk bahan maupun hasil

produksi. Pabrik Bunut (Bunut Factory) memiliki luas 29.700 Ha. Luas areal yang

digunakan untuk berdirinya bangunan adalah 6534,05 Ha. Tanah milik PT. Bakrie

Sumatera Plantation, Tbk meliputi area perkebunan dan pemakaian tanah yang

lain. PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk yang terdiri dari 4 (empat) pabrik yaitu

Cenex Plant, Crumb Rubber I, Crumb Rubber II, dan Block Skim Rubber (BSR).

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

A. Visi

Menjadi perusahaan agrobisnis terintegrasi nomor satu dan paling

dikagumi di Indonesia.

B. Misi

Mengembangkan dan menjaga kesinambungan kesejahteraan komunitas

dengan melakukan ekstraksi penciptaan nilai optimal melalui kegiatan operasi

yang ramah lingkungan dan memanfaatkan keahlian kunci dalam operasi multi

tanaman dan operasi global.

Universitas Sumatera Utara


46

4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera
Plantations, Tbk Kisaran

Struktur Organisasi QHSE (Quality Health Safety and Environment)

Universitas Sumatera Utara


47

QHSE Head

QHSE Pal QHSE Ru er


Offi er Offi er

DCC
Co troller

Quality E viro e t OHS


Ad i Ad i Ad i
Gambar 4.3 Struktur Organisasi QHSE (Quality Health Safety and Environment)
4.1.3 Proses Produksi Cenex Plant

Bahan baku pengolahan cenex adalah lateks kebun yang bersih dan belum
terjadi prakoagulasi dengan kondisi kandungan bahan kimia di dalamnya :
a. Kadar ammonia (NH3) adalah 0,70% OTW (On Total Weight)
b. DAP (Diammonium Phospat Solution) 10% sebanyak 4,5 kg/ton lateks.
c. TZ Dispersion solution 50% sebanyak 500 gram untuk setiap 1000 kg
berat bersih lateks kebun.

Universitas Sumatera Utara


48

Pengolahan Cenex Plant melalui beberapa tahap proses produksi antara


lain :

1. Penimbangan Field Lateks di Weigh Bridge Bunut Factory

Lateks yang datang dari kebun (estate) dengan menggunakan truck tank

terlebih dahulu ditimbang dengan menggunakan timbangan yang berkapasitas 5-

10 ton agar diketahui berapa ton yang dibawa dari kebun ke pabrik.

2. Proses Pembongkaran/Pengaliran Field Lateks dari Truck Tank

Lateks dialirkan ke dalam receiving tank yang berjumlah 4 buah dengan

kapasitas masing-masing 20 ton. Di dalam receiving tank lateks ditambahkan

asam laurat sebanyak 0,5 cc/ton dan DAP (Diammonium Phospat) 4,5 kg/ton.

Kemudian lateks tersebut diendapkan selama 2 jam di dalam receiving tank.

3. Mesin Separator

Lateks dialirkan ke separator. Di dalam separator, lateks diolah selama ±

2 ½ jam. Separator yang digunakan berjumlah 23 buah dengan 2 buah sebagai

cadangan. Separator yang digunakan mempunyai kapasitas 300-320 kg/jam.

dengan berputar kecepatan tinggi yakni, 7200 rpm. Sehingga lateks yang

diperoleh menjadi lebih pekat (konsentrasi tinggi).

4. Blending Tank

Kemudian lateks dialirkan ke blending tank. Di dalam blending tank

ditambahkan chemical yaitu Lauric Acid (LA) solution 10% sebanyak 2cc/kg

concentrated latex, TZ Dispersion solution 50% sebanyak 500 gr/ton serta

Universitas Sumatera Utara


49

penambahan gas NH3 (Amonia) berkisar antara 0,70%-0,84% OTW bergantung

kepada kebutuhan amoniak terakhirnya.

5. Blow Case

Lateks di blow case selama kurang lebih 8 jam bertujuan untuk meratakan

lateks agar kadar DRC (Dry Rubber Content) dan TSC (Total Solid Content)

seimbang dan kadar karetnya harus minimal 60% dan kadar airnya minimal 40%,

tidak berbau busuk, tidak berwarna biru atau abu-abu.

6. Storage Tank

Kemudian lateks tersebut dipindahkan ke dalam storage tank yang

berjumlah 3 buah dengan kapasitas ±100 ton.

7. Belawan Instalansi

Apabila storage tank telah penuh maka lateks tersebut akan dikirim ke

tangki penimbunan yang terdapat di Belawan.

Proses produksi Cenex Plant digambarkan secara ringkas pada diagram di

berikut.

Universitas Sumatera Utara


50

Fact. Weigh bridge PENIMBANGAN


bridge

Receiving tank PENGENDAPAN 2-3 JAM 0.5 cc L. Acid pe


4.5 kg DAP per to

Separator machine PENGOLAHAN 2,5 JAM


machine
2 cc L. Acid sol 10
500 gram TZ sol
Blending tank Penambahan am

Blow case PENGENDAPAN 8 JAM kadar karet min 6


kadar air min 40%

Storage tank

Belawan inst.

Gambar 4.4 Diagram Alur Proses Pengolahan Centrifuged Lateks (Cenex Plant)

4.1.4 Tenaga Kerja dan Jam Kerja


Tenaga kerja yang bekerja pada pabrik Bunut Rubber Factory PT. Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan staf dan

non-staf.

Tabel 4.1 Tenaga Kerja Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera


Plantations Tbk.

Tenaga Kerja Tata Pengolahan Teknik Transportasi Jumlah


Usaha (orang)
Staf 1 3 3 1 8
HIP 27 39 126 79 271

Universitas Sumatera Utara


51

Labour 1 154 67 33 225


Casual Labour 6 2 33 - 41
Total 35 198 229 113 575
Sumber : PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Dari tabel di atas, Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantation

memiliki jumlah pekerja sebanyak 575 orang. Dalam struktur organisasi, Cenex

Plant merupakan naungan dari Rubber Factory Head. Tenaga kerja di bagian

Cenex Plant sebanyak 56 orang (Januari, 2016).

Jam kerja pada Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations,

Tbk adalah tujuh jam per hari terbagi menjadi 3 shift untuk tenaga kerja harian

yaitu :

Shift I : Pukul 22.00 – 06.30

Shift II : Pukul 06.30 – 14.00

Shift III : Pukul 14.00 – 22.00

Waktu istirahat untuk masing-masing shift adalah :

Shiift I : Pukul 01.30 – 02.00

Shift II : Pukul 09.00 – 09.30

Shift III : Pukul 18.00 – 18.30

Jam kerja untuk manajer pabrik, staf, asisten, serta karyawan HIP adalah :

Bekerja : Pukul 07.00– 12.00

Istirahat : Pukul 12.00 – 14.00

Bekerja : Pukul 14.00 – 16.00

Rotasi shift kerja dilakukan satu kali seminggu. Kerja lembur hanya bisa

dilakukan pada hari Sabtu maksimal 2 jam.

Universitas Sumatera Utara


52

4.1.5 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.

4.1.5.1 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk ditetapkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja melalui

Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Asahan Nomor 2567/IV-

DTK/2015 dengan susunan sebagai berikut, sesuai dengan Permenaker No. Per-

04/MEN/1987 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri

dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris I, Wakil Sekretaris II dan

Anggota.

Ketua P2K3 : Suyatno

Wakil Ketua P2K3 : Widya Wardana

Sekretaris P2K3 : Andi Wahyudin (Ahli K3 dan QHSE Head)

Wakil Sekretaris I : Mega Khairani Nasution (Ahli K3)

Wakil Sekretaris II : Edi Gunawan (Ahli K3)

Anggota : Wakil Sub Unit Estate/Pabrik/Serikat Pekerja (14 orang)

4.1.5.2 Tugas dan Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (P2K3) PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Universitas Sumatera Utara


53

Tugas P2K3 di PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk ialah memberikan

saran dan pertimbangan baik diminta tidak kepada Manajer Unit mengenai

masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT.

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk sebagai berikut:

1. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatan kerja

di tempat kerja

2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap karyawan :

a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan

gangguan keselamatan dan kesehatan kerja

b. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja

c. Alat pelindung diri bagi karyawan yang bersangkutan dalam

melaksanakan pekerjaannya

d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan

pekerjaannya.

3. Menyampaikan dan memberikan usulan penyelesaian keluhan-keluhan

karyawan yang timbul akibat adanya perubahan tempat kerja yang

berpotensi menimbulkan bahaya kecelakaan dan atau penyakit akibat

kerja.

4. Membantu Manajer Unit dalam :

a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja

b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik

Universitas Sumatera Utara


54

c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan

dan kesehatan kerja

d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja

serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan

e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan

kerja, higiene perusahaan kesehataan kerja dan ergonomi.

f. Mengembangkan pelayanan kesehatan karyawan.

5. Ikut serta dalam audit internal SMK3, inspeksi dan penyelidikan

kecelakaan.

6. Membantu dan memberikan usulan program dan penyelesaian masalah-

masalah K3 kepada Manajer Unit.

4.2 Karakteristik Informan

Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan berdasarkan

jabatan atau tugas yang dikerjakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Jabatan atau Tugas yang


Dikerjakan di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

No Jabatan/Tugas Jumlah (orang)


1 Manager Bunut Rubber Factory 1
2 Head QHSE (Sekretaris P2K3) 1
3 DCC (Document Control Central) Controller 1
4 Assisten Lapangan Cenex Plant 1
Jumlah 4

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 informan terdapat 1

orang yang memiliki jabatan sebagai Manager Bunut Rubber Factory, 1 orang

memiliki jabatan sebagai Head QHSE sekaligus Sekretaris P2K3, 1 orang

Universitas Sumatera Utara


55

memiliki jabatan sebagai DCC (Document Control Central) Controller dan 1

orang memiliki jabatan sebagai Assisten lapangan Cenex Plant.

Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi informan dalam penelitian

ini berdasarkan masa bekerja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Masa Kerja di Bunut Rubber


Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

No Masa Kerja (tahun) Jumlah (orang)


1 ≤10 1
2 >10 3
Jumlah 4

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa informan yang memiliki masa

kerja dibawah 10 tahun atau sama dengan 10 tahun berjumlah 1 orang dan yang

bekerja diatas 10 tahun ada sebanyak 3 orang, sehingga jumlah seluruhnya ada 4

orang informan.

4.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sejak Mei 2007, Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk sudah menerapkan

SMK3 menurut versi OHSAS 18001:2007, namun seiring perkembangan

peraturan perundang-undangan, Pemerintah RI menetapkan peraturan tentang

SMK3 yang wajib dilaksanakan seluruh perusahaan di Indonesia maka Bunut

Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk juga menerapkan SMK3

berdasar Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012.

SMK3 yang diimplementasikan di PT. Bakrie Sumatera Plantations

merupakan integrasi antara SMK3 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

Universitas Sumatera Utara


56

dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dan Sistem Manajemen

Lingkungan ISO 14001:2004.

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) mempunyai 5 prinsip dasar antara lain : (1) Penetapan Kebijakan K3, (2)

Perencanaan K3, (3) Pelaksanaan Rencana K3, (4) Pemantauan dan Evaluasi

Kinerja K3 dan (5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

4.3.1 Penetapan Kebijakan K3

Kebijakan K3 di Bunut Ruber Factory PT. BSP, Tbk merupakan kebijakan

yang sudah terintegrasi/tergabung dengan kebijakan mutu dan kebijakan

lingkungan menjadi sebuah kebijakan perusahaan (company policy). Kebijakan

K3 ditetapkan sebagai bentuk komitmen Top manajemen dalam pelaksanaan

SMK3 untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat serta

mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di perusahaannya

yang dilakukan sebagai pemenuhan terhadap persyaratan perundangan K3 seperti

UU No.1 tahun 1970 dan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kebijakan ini dirancang oleh QHSE (Quality

Health Safety and Environment) dan ditetapkan oleh Rudi Sarwono sebagai top

manajemen tertanggal pada 02 November 2011 yang wajib dipahami dan dipatuhi

oleh setiap personil yang berada di dalam lingkungan perusahaan. Adapun isi

kebijakan perusahaan sebagai berikut :

1. Pimpinan dan karyawan PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk percaya

bahwa mutu, lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja adalah tanggung

jawab setiap orang.

Universitas Sumatera Utara


57

2. Sebagai suatu tim yang berusaha menjadi yang terbaik dalam hal mutu,

teknologi produk, harga dan waktu penyerahan untuk memenuhi kepuasan

pelanggan dan secara konsisten melakukan pengelolaan lingkungan dengan

memanfaatkan sumber daya alam seefisien mungkin dan mencegah terjadinya

pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja dalam kegiatan operasionalnya

terutama pada pemanenan dan pasca panen untuk komoditi karet dan kelapa

sawit.

3. Mempunyai komitmen mematuhi peraturan perundang-undangan, dan

peraturan-peraturan lainnya yang terkait dengan produk, lingkungan,

keselamatan dan kesehatan kerja dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan

agar sistem manajemen tersebut lebih efektif. Hal ini akan membuat PT.

Bakrie Sumatera Plantations, Tbk menjadi tokoh terdepan dalam

menghasilkan karet alam dan palm oil.

Penetapan kebijakan perusahaan dilakukan dengan melakukan tinjauan

awal kondisi K3. Tinjauan awal dilaksanakan dengan melakukan observasi dan

menggunakan daftar periksa identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian

risiko dan identifikasi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang masih

berlaku sebagai acuan di dalam pelaksananaan sistem manajemen lingkungan, K3,

dan mutu sehingga dapat menetapkan sasaran mutu, lingkungan dan K3 termasuk

hal-hal yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan produk, lingkungan dan K3

di perusahaan. Sasaran ini ditinjau secara periodik sekali setahun pada pertemuan

tinjauan manajemen demi melaksanakan perbaikan yang berkelanjutan agar

sistem manajemen tersebut lebih efektif. Adapun sasaran yang ditetapkan dalam

Universitas Sumatera Utara


58

sasaran system management tahun 2015 PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Kisaran sebagai berikut :

1. Mengupayakan peningkatan volume penjualan karet dan volume penjualan

minyak sawit di tahun 2015.

- Rubber: Home Grown = 11.551 ton dry; Purchase =4.350 ton dry; dengan

Total = 15.901 ton dry

- Oil Palm: Home Grown yang meliputi CPO = 34.989 ton dan PK = 6.846

ton; Purchase yang meliputi CPO = 21.377 ton dan PK = 4.715 ton;

dengan total CPO = 56.366 ton dan total PK = 11.561 ton.

2. Melakukan penghematan Sumber Daya Alam (SDA) dengan target

pemakaian setahun yaitu sebesar 5% dari target yang ditetapkan pada tahun

2014.

- Solar = 600.149 Liter/Tahun

- Premium = 51.728 Liter/Tahun

- Listrik = 1.385.509 KWH/Tahun

- Air = 1.353.724 /Tahun

- Kertas = 2.273 Rim/Tahun

3. Menurunkan jumlah kecelakaan kerja yang menyebabkan kehilangan hari

kerja sebesar 5% tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 (khusus untuk lokasi

estate) sedangkan untuk pabrik, infrastruktur dan kantor Zero LTI (Lost Time

Injury).

Menurut beberapa informan, manajemen sudah komitmen mematuhi

peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang terkait produk,

Universitas Sumatera Utara


59

lingkungan, K3 dan melaksanakan perbaikan berkelanjutan agar sistem

manajemen lebih efektif. Uraian di atas dirangkum sesuai dengan yang dinyatakan

oleh dua orang informan sebagai berikut :

Informan 1: “Top manajemen sudah komitmen dengan masalah K3 dengan


membuat kebijakan tertulis, ditandatangani dan secara jelas
menyatakan tujuan dan sasaran K3 untuk peningkatan K3. Tahap
pertama menyusun kebijakan K3 yaitu melakukan tinjauan awal
melalui observasi, daftar periksa atau inspeksi lapangan yang
mengacu pada persyaratan perundang-undangan K3 yang
berhubungan dengan produksi Cenex, hasil identifikasi bahaya dan
risiko pada semua proses produksi Cenex Plant, laporan kecelakaan
kerjanya, dsb.” (Manager BRF)” (Manager BRF)

Informan 2: “Kebijakan terkait K3 yang ada di PT BSP, Tbk sudah


terintegrasi/tergabung secara utuh dengan kebijakan mutu dan
lingkungan, jadi kebijakan kita merupakan kebijakan manajemen
secara kesuluruhan disebut dengan kebijakan mutu, lingkungan dan
K3. Kebijakan K3 juga memuat bagaimana perusahaan komit untuk
selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan supaya sasaran K3
tercapai dengan baik sehingga lingkungan kerjanya itu aman,
nyaman, dan sehat”(QHSE Head)

4.3.2 Perencanaan K3

Perencanaan (planning) ini merupakan tindak lanjut dan penjabaran

kebijakan K3 yang telah ditetapkan oleh top manajemen artinya perencanaan

disusun dengan mengacu pada kebijakan K3. Perencanaan K3 memuat tujuan,

sasaran dan program sistem manajemen yang akan dilaksanakan di Cenex Plant.

Berdasarkan SOP Pembuatan Tujuan, Sasaran dan Program Sistem

Manajemen, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana K3:

1. Mempertimbangkan hasil identifikasi aspek dan dampak lingkungan, bahaya

dan risiko untuk mengetahui perlu tidaknya program Sistim Manajemen

untuk mengelola dan mengendalikan dampak penting tersebut.

Universitas Sumatera Utara


60

2. Menetapkan tujuan, didasarkan atas kemungkinan dapat tercapai, biaya yang

diperlukan, teknologi yang dimiliki dan sumber daya manusia yang dipunyai

dan persyaratan perundangan yang terkait.

3. Membuat sasaran berdasarkan tujuan sistim manajemen dan persyaratan

kinerja secara rinci yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan SOP Identifikasi, Penilaian dan Pengendalian Aspek Dampak

Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 merupakan proses untuk mengidentifikasi

aspek lingkungan, bahaya K3 yang terkait dengan bahaya yang timbul di tempat

kerja dan bahaya yang ditimbulkan dari luar tempat kerja yang memberikan

dampak sebaliknya terhadap kesehatan dan keselamatan orang - orang yang

berada di lingkungan tempat kerja. Assisten Cenex Plant dan mandor bertanggung

jawab dalam mengidentifikasi semua kegiatan yang disusun dalam daftar dengan

menggunakan tabel Identifikasi Penilaian dan Pengendalian Aspek-Dampak

Lingkungan dan tabel Identifikasi, Penilaian dan Pengendalian Bahaya-Risiko K3.

Manajamen risiko K3 yang dilakukan dengan menggunakan metode HIRARC

(Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control).

Berdasarkan studi dokumentasi identifikasi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko K3 di Cenex Plant pada lampiran 11, terdapat 7 kegiatan

produksi yang diidentifikasi bahayanya antara lain: pembongkaran bahan baku

lateks, pengoperasian mesin separator, pencucian bowl disc, pemakaian bahan

kimia (NH3 gas, TZ Dispersion, Lauric Acid), pengisian produk lateks pekat ke

tangki perumka, pembuatan kimia larutan (TZ, DPA, LA), pengoperasian mesin

compressor. Sesuai laporan audit internal SMK3 tahun 2015, Cenex belum

Universitas Sumatera Utara


61

memasukkan kegiatan pencucian storage dalam identifikasi bahaya. Dari hasil

identifikasi bahaya ditemukan beberapa bahaya dan risiko K3 dalam kegiatan

produksi seperti ledakan tangki berisiko menyebabkan kematian, cidera dan

kerusakan properti; kebisingan dan pecah body mesin berisiko menyebabkan

gangguan pendengaran dan cidera; tangan tergores berisiko menyebabkan tangan

terluka; percikan bahan kimia ke mata berisiko menyebabkan iritasi mata; larutan

kimia terkena kulit berisiko menyebabkan iritasi kulit, terhirup powder kimia

berisiko menyebabkan sesak nafas. Selanjutnya, pengendalian risiko yang

dilakukan saat ini berupa work instruction, penggunaan APD dan perawatan

mesin. Berdasarkan tabel tersebut terdapat 2 risiko sisa yang masuk dalam

kategori risiko penting yaitu pada kegiatan pembongkaran bahan baku lateks dan

pengoperasian mesin compressor, dan ditindaklanjuti dengan mengadakan

pengendalian risiko berupa penggunaan APD dan pengendalian administrative.

Semua resiko K3 yang berstatus penting atau risiko yang tidak dapat

diterima (un-acceptable risk), harus dibuat pengendaliannya berdasarkan hirarki

pengendalian resiko berupa eliminasi, substitusi, pengendalian teknis,

administrative, dan alat pelindung diri (APD). Pengendalian dampak dan resiko

penting dalam hasil identifikasi, penilaian dan pengendalian aspek dampak

lingkungan dan bahaya risiko K3 dapat dimasukkan ke dalam tujuan dan sasaran

untuk penyusunan Program Sistem Manajemen. Hal ini dirangkum sesuai dengan

pernyataan tiga orang informan sebagai berikut :

Informan 1: “...prosedur mengenai identifikasi peraturan per-UU-an, prosedur


mengenai aspek bahaya dan risiko dilakukan oleh petugas
berkompeten seperti assisten Cenex dan mandor yang sudah
mendapatkan pelatihan sebelumnya.” (Manager BRF)

Universitas Sumatera Utara


62

Informan 2: “...biasanya yang utama yang kita lakukan adalah identifikasi


peraturan-peraturan K3 yang harus dilaksanakan dan nantinya kita
evaluasi, yang kedua melakukan identifikasi terhadap bahaya dan
risiko melalui tahapan HIRARC (Hazard Identification Risk
Assasment Risk Control) sehingga kita bisa menilai mana risiko
yang dapat diterima/ditoleransi (acceptable risk) dan yang tidak
dapat diterima/tidak dapat ditoleransi (un-acceptable risk). Risiko
yang tidak dapat diterima tentunya risiko yang nilainya tinggi
sehingga kita harus konsen yang nantinya dalam perencanaan
tersebut sehingga kita buat semacam sasaran, tujuan dan program
K3-nya Nanti kita membuat objektif sasaran-sasaran K3 per tahun
dan kita membuat program kerja untuk bisa tercapai sasaran-
sasaran K3 itu sehingga risikonya terkendali dengan harapan tidak
terjadinya KK, PAK di perusahaan.”(QHSE Head)

Informan 4: “Rencana K3 disusun harus mengacu pada kebijakan K3” (Assisten


Cenex Plant)

4.3.3 Pelaksanaan Rencana K3

Pelaksanaan rencana K3 dilakukan dengan memastikan tersedianya

Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten atas dasar pendidikan yang sesuai,

pelatihan atau pengalaman dan harus memiliki catatan. Berdasarkan SOP

Kompetensi, Pelatihan dan Kesadaran, HR Area dan para Department

Head/Manager wajib mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan mengenai Sistem

Manajemen bagi para karyawan di dalam departemennya sesuai rencana, budget

dan persetujuan dari top manajemen. Sesuai laporan hasil audit internal SMK3

tahun 2015 Cenex Plant belum memiliki sistem izin kerja/operasi atau surat

penunjukkan dari instalansi yang berwenang pada pekerjaan yang memiliki risiko

tinggi misalnya pada operator mesin, bejana uap, kerja panas dan penggunaan

bahan kimia berbahaya.

Bunut Rubber Factory sudah memiliki organisasi/unit yang bertanggung

jawab di bidang K3 yaitu QHSE Departement. QHSE mempunyai 1 (satu) orang

Universitas Sumatera Utara


63

staf sebagai DCC Controller yang bertanggung jawab untuk mengontrol

dokumen-dokumen K3 baik dari Palm Oil dan Rubber Factory. Assisten

Lapangan Cenex dan Block Skim Rubber (BSR) dipegang oleh 1 orang yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan K3 di unit kerjanya masing-masing.

Berdasarkan laporan audit internal SMK3 tahun 2015 dan laporan rapat

tinjauan manajemen tahun 2015, penyediaan alat pelindung diri masih terbatas

atau tidak memenuhi sesuai kebutuhan dan dibuktikan dengan kondisi di pabrik

dimana beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD lengkap sesuai dengan

pekerjaannya. Sesuai dengan telaah dokumen yang dilakukan peneliti bahwa

seharusnya semua karyawan yang bekerja di semua lokasi Pabrik Bunut yang oleh

karena sifat/jenis pekerjaannya harus menggunakan APD/perlengkapan K3 berupa

safety shoes, safety helmet, sarung tangan, masker, dan kaca mata pengaman.

Berdasarkan SOP Kesiagaan dan Tanggap Darurat, Cenex Plant telah

menunjuk personil dan memberi pelatihan/simulasi untuk pelaksanaan tanggap

darurat dan pencegahaannya agar selalu dalam kesiagaan, siap sewaktu-waktu jika

menghadapi keadaan darurat atau kondisi yang tidak diinginkan berupa

kebakaran, ledakan, huru-hara, gempa bumi, banjir, atau kondisi lain yang

menimbulkan kerusakan terhadap properti atau menimbulkan cedera terhadap

manusia atau pencemaran lingkungan dan terganggunya operasional perusahaan.

Personil yang ditunjuk dan yang bertanggung jawab adalah Tim Tanggap Darurat

yang terdiri dari Tim Bakortiba (Badan Koordinator Ketertiban Kebakaran) dan

Group Leader (Komandan Satuan Pengamanan/ Satpam/ Security). Simulasi yang

dilakukan misalnya simulasi darurat kebakaran seharusnya dilakukan setiap tahun

Universitas Sumatera Utara


64

tetapi kondisi yang terjadi di perusahaan belum melaksanakan simulasi di tahun

ini dan terakhir dilakukan pada 2 tahun yang lalu. Berdasarkan studi dokumentasi

layout titik rawan kecelakaan dan kebakaran di pabrik Cenex pada lampiran 10,

sudah disediakan 2 buah APAR di pintu utama dan pintu darurat dekat dengan

lokasi yang rawan kebakaran. Uraian di atas dirangkum sesuai dengan bukti dokumen

dan pernyataan dari tiga orang informan sebagai berikut :

Informan 1: “...pelaksanaan rencana K3 berarti kita harus melaksanakan seluruh


program K3 yang sudah kita rencanakan dalam perencanaan K3.
Dimulai dari penyediaan sumber daya manusia dimana kita
mempunyai prosedur kompetensi kerja dan kegiatan pelatihan K3
sesuai dengan pekerjaannya..” (Manager BRF)

Informan 3: “...kondisi sekarang untuk penyediaan sumber daya tadi baik itu
uang ataupun yang lainnya itu memang agak sedikit banyak
berkurang karena perusahaan Bakrie ini sedang mengalami
kesulitan financial, memang untuk kondisi sekarang banyak
perusahaan yang mengalami itu. Tetapi bukannya tidak ada
training, training tetap kita laksanakan, APD tetap kita sediakan
meskipun masih sangat-sangat terbatas, harusnya menyediakan 100
masker tapi karena kurang dana paling disediakan setengahnya.
Itulah keadaanya.”(Staf DCC)

Informan 4: “...pelaksanaanya didukung penuh oleh top manajemen dengan


penyediaan Tim Bakortiba yaitu regu kesiagaan dan tanggap
darurat kebakaran” (Assisten Cenex Plant)

4.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory

PT.BSP, Tbk dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran.

Pemantauan yang dilakukan sesuai dengan dokumen laporan pengujian

lingkungan kerja dan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan pada 28 Januari

2016 meliputi pengukuran faktor fisik seperti kebisingan, iklim kerja, penerangan,

dan getaran seluruh tubuh, pemeriksaan kimia seperti pengujian kualitas

Universitas Sumatera Utara


65

lingkungan kerja, dan pemeriksaan kesehatan melalui pemeriksaan audiometri dan

spirometri. Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan dengan menggunakan jasa

pihak lain yaitu Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Medan.

Berdasarkan hasil audit internal SMK3 PT. Bakrie Sumatera Plantations,

Tbk tahun 2015 menyatakan bahwa BRF belum melakukan pemeriksaan,

pengujian dan pengukuran pada aspek ergonomi dan psikologis.

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 juga dilaksanakan melalui audit

internal SMK3 yang berpedoman pada PP No.50 Tahun 2012 hal ini dapat dilihat

dari adanya laporan audit internal SMK3 pada tahun 2015. Audit internal SMK3

dilakukan oleh internal auditor yang berkompeten di bidang K3, terdapat 54 orang

yang sudah mengikuti pelatihan internal auditor sampai di tahun 2015 yang sesuai

dengan dokumen pelatihan internal auditor PT. BSP, Tbk Area 1 (Sumut 1).

Sistem audit internal SMK3 yang dilakukan adalah cross internal audit artinya

audit internal dilakukan oleh auditor yang berasal dari lokasi lain. Audit internal

SMK3 dilakukan secara berkala yaitu 1 tahun sekali.

Pemantauan keselamatan dan kesehatan kerja juga dilaksanakan melalui

inspeksi K3 dan pengumpulan data kecelakaan kerja. Sesuai SOP Inspeksi

Tempat Kerja, inspeksi K3 terdiri dari inspeksi tempat kerja, peralatan pemadam

(hydrant dan APAR) dan peralatan P3K serta kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

pelaporan serta evaluasi dan tinjauan ulang hasil inspeksi. Inspeksi K3 bertujuan

untuk memastikan bahwa setiap potensi bahaya yang dapat timbul dari kondisi

tempat kerja, mesin dan peralatan, bahan serta tindakan pekerja teridentifikasi dan

mengambil tindakan perbaikan serta pencegahan yang diperlukan untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara


66

timbulnya kecelakaan dari bahaya tersebut. Uraian di atas sesuai dengan

rangkuman dari hasil studi dokumentasi dan pernyataan dari tiga orang informan

sebagai berikut :

Informan 1: “Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 ini pasti kita lakukan melalui
pemeriksaan, pengukuran, audit internal SMK3. Auditornya masih
dari Bunut, tentunya yang sudah berkompeten dibidangnya, tepatnya
cross interal audit yaitu yang mengaudit dari lokasi lain, bisa dari
pabrik sawit atau kebun.., di Bunut Rubber Factory dilaksanakan
audit internal setahun sekali. ” (Manager BRF)

Informan 2: “...Biasanya kita melakukan pengumpulan-pengumpulan data


Kecelakaan dan juga kita melakukan pemantauan dan evaluasinya
dalam bentuk investigasi KK, ya kalau terjadi KK maka kita
mengevaluasi kenapa bisa terjadi KK tersebut, apa akar
permasalahannya. Lalu juga dalam bentuk inspeksi tempat kerja
apakah memang kondisi Pabrik Cenex sudah aman sesuai standar
baik itu lingkungan kerjanya apakah sudah terkendali, mesin-mesin
juga terawat dengan baik, apakah rambu-rambu saftey sign
terpasang baik ataupun juga dari sisi manusianya apakah sudah
komit, sudah menggunakan APD, sudah bekerja dengan
aman.”(QHSE Head)

Informan 3: “...Kalau pengujian dan pengukuran misalnya kebisingan, getaran,


dsb itu dilakukan oleh Balai K3 Medan karena alat-alat kita belum
dikalibrasi dan tidak ada petugas kita yang berkompeten di bidang
itu.”(Staf DCC)

4.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, PT. Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk melakukan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

melalui Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) secara berkala 1 tahun sekali di awal

tahun (bulan Januari) paling lambat bulan Februari yang dihadiri oleh seluruh

manajer dapat dilihat dari notulen RTM dan daftar hadir RTM. Peninjauan dan

peningkatan kinerja K3 dilakukan dengan meninjau ulang dari evaluasi penerapan

SMK3, tujuan, sasaran dan kinerja K3, serta hasil temuan audit interal SMK3 di

Universitas Sumatera Utara


67

Bunut Rubber Factory untuk melakukan tahap perbaikan dan peningkatan kinerja.

Hal ini dirangkum sesuai dengan pernyataan tiga orang informan sebagai berikut:

Informan 1: “...Jadi semua pihak manajemen berkumpul dan meninjau ulang dari
evaluasi pelaksanaan SMK3 yang kita terapkan, kebijakan K3,
tujuan dan sasaran K3nya, dan hasil temuan audit internal tadi.”
(Manager BRF)

Informan 2: “...kita tinjau sasaran-sasaran K3 apakah tercapai atau nggak


misalkan ada sasaran mengurangi jumlah KK 50% dari tahun
sebelumnya, evaluasi peraturan per-UU K3 nanti disitu dilihat ada
misalkan 200 per UU K3, apa saja peraturan yang belum kita
penuhi, intinya nanti bagaimana kita meninjau pelaksanaan SMK3
dalam satu tahun. Setelah kita tinjau bentuknya sesuai dengan roof
di SMK3 continiual improvement artinya perbaikan apa lagi yang
harus kita perbaiki supaya lebih bagus. Itu nantinya kita perbaiki di
tahun selanjutnya.”(QHSE Head)

Informan 4: “...berdiskusi meninjau evaluasi penerapan SMK3nya, meninjau


ulang dari evaluasi penerapan kebijakan K3nya, meninjau ulang
tujuan, sasaran, dan kinerja K3nya, serta meninjau ulang hasil
temuan audit internal SMK3nya.” (Assisten Cenex Plant)

Berdasarkan notulen Rapat Tinjauan Manajemen Sistem Manajemen

Terpadu Periode 2015 (QHSE and Suistainability Management System) pada 19

Januari 2016 di Bakrie Club terdapat beberapa pembahasan yang terkait sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1. Hasil internal audit

a. Perlu ditingkatkan kemampuan internal auditor untuk melaksanakan audit

Sistem Manajemen Terpadu (QHSE and Suistainability Management

System) melalui pelaksanaan pelatihan internal auditor dan memberikan

questioner kepada seluruh interal auditor untuk memilih spesialisasi

bidang auditnya yang ditanggungjawabi oleh HR Area.

b. Memastikan kembali peraturan mengenai pendaftaran pestisida

Universitas Sumatera Utara


68

2. Hasil dari komunikasi, partisipasi dan konsultasi dari pihak internal/eksternal

termasuk keluhan

a. Masih ada miskomunikasi yang terjadi dalam menyikapi hasil keputusan

rapat Bipartide, oleh karena itu setiap Head/asisten/Officer harus

mengambil tanggungjawab yang cukup (proaktif) dalam mensosialisasikan

hasil keputusan Bipartide terutama yang bersifat urgen dan diharapkan

membuat jadwal untuk melakukan sosialisasi ke kebun dan pabrik terkait

dengan Hubungan Industrial.

b. Rapat P2K3 berlangsung 6 kali di tahun 2015. Pelaksanaan rapat P2K3

seharusnya dilaksanakan setiap bulan dan wajib dihadiri oleh Head

department.

3. Evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan peraturan perundang-undangan dan

persyaratan lainnya.

Beberapa peraturan K3 yang belum dipenuhi :

a. Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang APD.

b. Kepdirjenaker No. 53 Tahun 2009 tentang Lisensi Petugas P3K.

c. Permenakertrans No. 1 Tahun 1979 tentang Pelatihan Hyperkes untuk

Paramedis

d. Permenakertrans No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan TK

e. Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik

f. Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan

Kebakaran

4. Kinerja K3

Universitas Sumatera Utara


69

Jumlah kecelakaan kerja terbanyak selama 5 tahun terakhir terjadi di Tanah

raja estate, oleh karena itu perlu ditekankan sosialisasi K3 ke estate tersebut.

5. Status penyelidikan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan

Adanya double pelaporan kecelakaan yang memuat maskud yang sama.

6. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya.

Masih ada point keputusan rapat tinjauan manajemen belum terlaksana

berupa reward K3 yang belum terpenuhi, sehingga perlut dibuatkan standar

pemberian reward K3.

7. Perubahan termasuk perkembangan dan persyaratan perundang-undangan dan

persyartan lain yang terkait aspek mutu, lingkungan, dan K3.

Adanya perubahan versi sistem manajemen mutu dan lingkungan (ISO

9001:2015 dan ISO 14001:2015).

8. Rekomendasi untuk peningkatan. Tidak ada rekomendasi untuk peningkatan

tentang K3

4.3.6 Lembar Check List Pelaksanaan SMK3

Lampiran II PP No. 50 Tahun 2012 tentang krietria audit SMK3 yang

harus diterapkan perusahaan, maka Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk termasuk

perusahaan besar dengan tingkat risiko tinggi dan harus menerapkan 166 kriteria

dari 12 elemen SMK3.

Tabel 4.4 Check List Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera
Plantations, Tbk Kisaran Tahun 2016.

No. Elemen-elemen SMK3 Pelaksanaan


A B C D
1. Pembangunan Dan Pemeliharaan √
Komitmen

Universitas Sumatera Utara


70

2. Pembuatan dan Pendokumentasian √


Rencana K3
3. Pengendalian Perancangan dan √
Peninjauan Kontrak
4. Pengendalian Dokumen √
5. Pembelian dan Pengendalian Produk √
6. Keamanan Bekerja Berdasarkan √
SMK3
7. Standar Pemantauan √
8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan √
9. Pengelolaan Material dan √
Perpindahannya
10. Pengumpulan Dan Penggunaan Data √
11. Pemeriksaan SMK3 √
12. Pengembangan Keterampilan dan √
Kemampuan
Referensi: Laporan Hasil Audit Check List SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 Bunut
Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2015

A = Dilaksanakan

B = Tidak Dilaksanakan Sepenuhnya

C = Tidak Dilaksanakan

D = Belum Dipantau

Berdasarkan hasil check list pelaksanaan SMK3 pada tabel di atas dapat

diketahui bahwa 12 elemen SMK3 sudah dilaksanakan hal ini sudah dicocokkan

dengan dokumen hasil audit internal SMK3 Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk

Tahun 2015.

Penerapan SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk sudah cukup

baik. Hal ini terlihat dari hasil audit SMK3 yang dilakukan oleh internal auditor

yang menunjukkan nilai yang baik yaitu sebesar 95% pada tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara


71

Berdasarkan hasil temuan audit internal SMK3 tersebut terdapat 9 kriteria yang

masih ditemukan sebagai berikut :

1. Belum memasukkan kegiatan pembersihan storage dalam pengidentifikasian

bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko pada tabel HIRARC.

2. Tidak terdapat sistem izin kerja untuk tugas yang berisiko tinggi.

3. Alat Pelindung Diri (APD) sudah disediakan namun beberapa pekerja tidak

menggunakannya.

4. Belum dilakukan uji instalansi Hydrant.

5. Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K namun ditemukan Povidon

kadaluarsa di dalam kotak P3K.

6. Petugas P3K belum mempunyai lisensi.

7. Belum tersedia rekaman pengukuran ergonomi dan psikologi.

8. Dilakukan pemantauan kesehatan tenaga kerja namun tidak ada tindak lanjut

terhadap karyawan yang terkena gangguan fungsi hati berdasar laporan

Hyperkes.

9. Rambu peringatan bahaya sudah terpasang sesuai persyaratan peraturan

perundang-undangan namun belum ada rambu BKB (Bahan Kimia

Berbahaya) di gudang Sulphuric Acid.

Universitas Sumatera Utara


72

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera

Plantations, Tbk

Sejak tahun 2007, seluruh pimpinan dan jajaran PT. Bakrie Sumatera

Plantations, Tbk sepakat untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di seluruh lokasi kerja dan

mengintegrasikan SMK3 ke dalam sistem manajemen yang dimiliki perusahaan.

Hal ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 87 ayat (1)

menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan dan juga PP No. 50 Tahun 2012 pasal 5 ayat (1) tentang perusahaan

wajib menerapkan SMK3 bagi yang memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit

100 (seratus) orang atau mempunyai potensi bahaya, dimana Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk termasuk salah satu industri

perkebunan karet dan pengolahannya, tidak lepas dari kegiatan produksi yang

memiliki potensi bahaya dengan total jumlah pekerja 575 orang (dijelaskan dalam

tabel 4.1).

5.1.1 Penetapan Kebijakan K3

Universitas Sumatera Utara


73

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penetapan kebijakan K3 di

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk yaitu kebijakan yang

terintegrasi secara utuh dengan kebijakan Mutu dan kebijakan Lingkungan,

diawali dengan melakukan tinjauan awal kondisi K3 dalam tempat kerja yang
71
meliputi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada kegiatan

produksi dan dibandingkan dengan persyaratan perundangan K3 seperti UU No.1

Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenakertrans

No.PER.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan kimia di

tempat kerja, Permenaker No. 1 Tahun 1982 tentang bejana tekan (pressure

vessel) dan persyaratan lainnya sama seperti yang tercantum pada lampiran 11.

Tinjauan awal kondisi K3 dilakukan oleh Assistant dan menyerahkan laporannya

kepada Manager/Head Departement agar dievaluasi dan menyempurnakannya

jika belum tepat, disetujui oleh Manager Representative serta menyerahkan

kembali kepada assistant untuk dilanjutkan.

Penetapan kebijakan K3 merupakan bentuk komitmen top manajemen

untuk mematuhi peraturan perundang-undangan K3 yang berlaku, melaksanakan

SMK3 guna perbaikan berkelanjutan agar sistem manajemen lebih efektif dan

menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat, sehingga dapat

mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja

yang terkandung dalam kebijakan perusahaan, terlampir di lampiran 13, Gambar

5. Hal ini sesuai dengan penyusunan kebijakan K3 berdasarkan PP RI No. 50

Tahun 2012 Lampiran I poin 1 tentang penetapan kebijakan K3 yang menyatakan

bahwa penetapan kebijakan dilaksanakan oleh pengusaha dengan melakukan

Universitas Sumatera Utara


74

tinjauan awal kondisi K3 dan memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3

secara terus-menerus.

Ramli (2010) juga menyatakan bahwa sebelum mulai mengembangkan

sistem manajemen K3, organisasi perlu melakukan tinjauan awal sebagai base

line assesment untuk mengetahui kondisi K3. Penetapan kebijakan K3 (OH&S

policy) merupakan perwujudan dari komitmen top manajemen yang memuat visi

dan tujuan organisasi dan tekad untuk melaksanakan K3 dan menjadi landasan

utama yang mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam organisasi

sehingga program K3 yang diinginkan dapat berhasil dengan baik.

5.1.2 Perencanaan K3

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perencanaan K3 di

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk disusun dengan

mengacu pada kebijakan K3. Rencana K3 disusun untuk menetapkan tujuan,

sasaran, dan program sistem manajemen perusahaan. Rencana K3 disusun

berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko di

tempat kerja, biaya, teknologi dan sumber daya manusia yang dimiliki dan

persyaratan perundangan yang terkait.

Perencanaan K3 yang dilakukan sudah sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun

2012 Lampiran 1 poin 1 dan 2 tentang perencanaan K3 yang menyatakan bahwa

rencana K3 dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan K3,

harus mempertimbangkan hasil penelahaan awal, identifikasi potensi bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko, peraturan perundang-undangan dan persyaratan

lainnya dan sumber daya yang dimiliki. Rencana K3 harus memuat tujuan dan

Universitas Sumatera Utara


75

sasaran K3, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, dan penetapan sumber

daya. Hal ini juga sama dengan Ramli (2010) yang menyatakan bahwa

perencanaan K3 yang baik dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya,

penilaian risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan hal tersebut,

harus dipertimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku bagi

organisasi serta persyaratan lainnya yang terkait atau berlaku bagi organisasi.

5.1.3 Pelaksanaan Rencana K3

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan rencana K3

Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk belum sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun

2012 Lampiran 1 pada pelaksanaan rencana K3 poin 1 dan 2 yang menyatakan

pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan dengan menyediakan sumber daya

manusia yang mempunyai kualifikasi dan pengadaan prasarana dan sarana harus

memadai. Pelaksanaan rencana K3 seharusnya mempunyai SDM yang berwenang

di bidang K3 dilengkapi dengan sistem izin kerja/operasi untuk tugas berisiko

tinggi seperti operator mesin, operator bejana uap, penggunaan bahan kimia

berbahaya, sesuai juga dengan yang dinyatakan Elisabeth (2012) bahwa pekerjaan

yang memiliki tingkat risiko yang tinggi harus memiliki izin kerja (work permit)

dan prosedur pemberian izin tersebut ditetapkan di perusahaan. Pengetahuan

mengenai izin kerja (work permit) sangat diperlukan untuk mempersiapkan

kondisi kerja yang aman yang dibutuhkan sebelum pekerjaan dimulai, selama dan

setelah pekerjaan selesai dilakukan.

Upaya pengendalian bahaya dan risiko K3 saat ini yang dilakukan

perusahaan adalah berupa work instruction seperti pembuatan job description

Universitas Sumatera Utara


76

masing-masing pekerjaan/tugas atau aturan perintah kerja/instruksi kerja

(misalnya: aturan penggunaan APD, instruksi kerja pada operator boiler, instruksi

kerja pada operator pembuat lauric acid, dan lainnya serta ditempelkannya work

insruction singkat sekedar mengingatkan karyawan di pabrik seperti yang

terlampir di lampiran 13, Gambar 8,9 dan 13), penggunaan APD yang sesuai

dengan sifat/jenis pekerjaannya (misalnya: operator pembuatan lauric acid wajib

menggunakan APD seperti safety shoes, sarung tangan, dan masker), perawatan

mesin yang dilakukan dengan waktu yang berbeda untuk setiap mesin, namun

perawatan/perbaikan dilakukan secara serentak setiap sebulan sekali pada saat

semua mesin tidak beroperasi. Penyediaan rambu-rambu K3 dan bahan kimia

berbahaya termasuk salah satu pelaksanaan K3.

Berdasarkan hasil audit internal SMK3, rambu peringatan bahaya sudah

terpasang sesuai persyaratan peraturan perundang-undangan namun belum ada

rambu BKB (Bahan Kimia Berbahaya) di gudang Sulphuric Acid. Seharusnya

gudang penyimpanan BKB tersebut diberikan pemberian penandaan secara jelas

bahwa ruangan tersebut merupakan tempat penyimpanan BKB untuk menjamin

tidak ada kesalahan dalam pekerja memasuki ruangan di tempat kerja, dan dalam

pemberian pelabelan pada semua bahan kimia berbahaya harus diawasi oleh

petugas yang mempunyai otoritas (assisten lapangan), dan membuat dokumen

sistem identifikasi dan pengawasan pelabelan BKB yang sesuai dengan Lampiran

II PP RI No. 50 Tahun 2012 terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan

pemberian label secara jelas pada bahan kimia berbahaya (BKB).

Universitas Sumatera Utara


77

Selain itu, perlengkapan K3 seperti Alat Pelindung Diri juga perlu

disediakan sesuai dengan kebutuhan menurut kondisi, sifat dan lingkungan kerja

masing-masing untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja, sesuai dengan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat

Pelindung Diri pada pasal 2 menyebutkan pengusaha wajib menyediakan APD

bagi pekerja/buruh di tempat kerja dan pasal 6 menyebutkan pekerja/buruh dan

orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD

sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

Gambar 5.1 Laporan Check List Perlengkapan APD dan Perlengkapan Kerja

Berdasarkan laporan check list perlengkapan APD dan perlengkapan kerja

dalam gambar di atas yang dipersiapkan oleh mandor bawahan langsung Assistan

diketahui bahwa sudah dilaksanakannya inspeksi APD dan didapatkan dari 12

orang pekerja Cenex hanya 5 orang pekerja menggunakan APD yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara


78

sesuai dengan pekerjaannya, hal ini menjelaskan bahwa tingkat kesadaran

pentingnya penggunaan APD untuk mencegah KK dan PAK pada pekerja masih

rendah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di Bunut Rubber Factory

PT. BSP, Tbk juga belum sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lampiran 1

tentang pelaksanaan rencana K3 pada poin 7 dimana upaya menghadapi keadaan

darurat kecelakaan dan bencana industri harus diuji secara berkala oleh personil

yang memiliki kompetensi kerja. Prosedur menghadapi keadaan darurat oleh Tim

Tanggap Darurat yang terdiri dari Tim Bakortiba (Badan Koordinator Ketertiban

Kebakaran) dan Group Leader (Komandan Satuan Pengamanan/ Satpam/

Security) seharusnya dilakukan simulasi sekali setahun yang melibatkan seluruh

tenaga kerja dan dibuat pelaporan kegiatannya serta didokumentasikan. Hal ini

juga sesuai dengan Ramli (2010) yang menyatakan penanggulangan keadaan

darurat tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang

kompeten dengan melakukan upaya pembinaan dan pelatihan yang terencana dan

berkesinambungan dikemas dalam bentuk permainan peran atau uji coba dalam

kondisi berbagai bentuk skenario sehingga mengetahui peran dan tanggung

jawabnya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara


79

Gambar 5.2 Struktur Organisasi Tim Bakortiba PT. BSP, Tbk

Selain pembentukan Tim Tanggap Darurat, perusahaan juga perlu

menyediakan peralatan darurat sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 yang

menyatakan peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat harus disediakan,

diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan. Adapun peralatan dan sistem

tanda bahaya yang tersedia di Cenex antara lain :

1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), di letakkan di pintu utama dan di pintu

darurat dekat area rawan kebakaran. Dari hasil check list APAR diketahui

bahwa telah dilaksanakannya pemeriksaan APAR secara rutin yaitu setiap

bulan oleh mandor/assistan dan menunjukkan bahwa kondisi APAR yang

tersedia dalam kondisi baik.

Universitas Sumatera Utara


80

Gambar 5.2 Check list APAR

2. Hydrant, sudah tersedia namun masih ada komponennya yang belum lengkap

sehingga saat ini belum ada bukti dokumen laporan pemeriksaan instalansi

hydrant, ditunjukkan dalam lampiran 13, Gambar 14. Pemeriksaan dan

pengujian instalansi hydrant seharusnya dilakukan setiap bulan sesuai dengan

prosedur perusahaan.

3. Kotak P3K, ditempelkan di dinding pabrik, kantor, dan tempat lain yag

mudah dijangkau seperti yang ditunjukkan di lampiran 13, Gambar 11.

Mandor/assistan selalu memeriksa ketersediaan daftar obat-obat yang ada di

dalam kotak P3K setiap bulannya.

Universitas Sumatera Utara


81

Gambar 5.3 Daftar obat di dalam kotak P3K

4. Layout, Petunjuk/ rambu dan titik evakusi, ditunjukkan di lampiran 10 yang

ditempelkan di ruang kantor, pabrik, dan ruang tamu. Rambu evakuasi di

dinding pabrik dibuat tampak jelas.

5. Fasilitas sarana dan prasarana, perusahaan menyediakan poliklinik dan rumah

sakit milik sendiri (RS Kartini) untuk pelayanan kesehatan pekerjanya.

Pelaksanaan rencana K3 perlu juga mempertimbangkan jumlah dan

kemampuan personil organisasi yang terlibat dalam menangani masalah K3 di

perusahaan seperti assisten lapangan cenex seharusnya dipegang oleh satu orang

agar bisa fokus menanggunggjawabi seluruh kegiatan K3 di unitnya dan jumlah

staf dalam organisasi K3 (departemen QHSE) perlu dipertimbangkan dengan

tugas dan fungsi organisasi yang mengontrol dokumen mutu, lingkungan dan K3

dari seluruh unit perusahaan. Hal ini sesuai dengan Ramli (2010) yang

menyatakan bahwa kebijakan K3 yang dibuat tanpa mempertimbangkan

kemampuan organisasi serta sumber daya yang tersedia mengakibatkan kebijakan

K3 tidak mampu direalisir yang menekankan peningkatan K3. Pihak manajemen

Universitas Sumatera Utara


82

harus memastikan ketersediaan sumberdaya yang penting untuk menetapkan,

menjalankan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen K3.

5.1.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk

belum sesuai dengan Lampiran 1 PP RI No. 50 Tahun 2012 pada pemantauan dan

evaluasi kinerja poin 1 menyatakan pemantauan dan evaluasi kinerja K3

dilaksanakan meliputi pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran fisik, kimia,

biologi, ergonomi dan psikologi. Perusahaan belum melakukan pengukuran

ergonomi dan psikologis sesuai dengan hasil laporan audit internal SMK3 tahun

2015.

Gambar 5.4 Ruang Lingkup Kegiatan Pengujian Lingkungan Kerja di Bunut


Rubber

Dari gambar di atas, diketahui bahwa pengujian lingkungan kerja di Bunut

dilakukan oleh tim dari Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan yang

Universitas Sumatera Utara


83

melakukan pengujian terhadap faktor fisik, kimia dan pemeriksaan kesehatan.

Oleh karena itu, perlu perbaikan dengan cara pemantauan tidak hanya pemantauan

lingkungan kerja fisik dan kimia tetapi juga untuk faktor ergonomi harusnya di

area produksi melakukan pengukuran ergonomi pada peralatan kerja atau mesin

yang digunakan pekerja secara berkala, untuk faktor psikologi harusnya

perusahaan melakukan pengukuran beban kerja ataupun stres kerja supaya dapat

mengetahui tingkatan stres atau beban kerja karyawan dan sebagai tindak lanjut

apabila sudah tidak mengalami masalah akan dapat meningkatkan produktivitas

kerja, di semua faktor harus dilakukan identifikasi selama proses identifikasi

bahaya dan penilaian resiko, serta membuat catatan sumber bahaya yang ada di

lingkungan kerja, dan membuat dokumen penetapan faktor lingkungan kerja yang

di pantau.

Selanjutnya, Lampiran 1 PP RI No. 50 Tahun 2012 pada pemantauan dan

evaluasi kinerja poin 2 sudah sesuai dengan pemantauan dan evaluasi kinerja K3

yang dilakukan perusahaan juga melaksanakan audit internal SMK3 secara

berkala yaitu sekali setahun dan dilaksanakan secara sistematik dan independen

oleh auditor internal yang sudah berkompeten dengan mengikuti pelatihan auditor

internal dimana pelaksanaannya menggunakan kriteria audit eksternal yang

tercantum pada Lampiran II peraturan ini dan pelaporannya dapat menggunakan

format laporan yang tercantum pada Lampiran III peraturan ini. Hal ini sesuai

dengan yang dinyatakan dalam Ramli (2010) bahwa proses pelaksanaan SMK3

harus dipantau secara berkala dari waktu ke waktu untuk memastikan bahwa

sistem berjalan sesuai dengan rencana.

Universitas Sumatera Utara


84

Berdasarkan hasil studi dokumen laporan audit internal SMK3 Bunut

Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk tahun 2015 diketahui

bahwa keseluruhan elemen SMK3 di Cenex Bunut Rubber Factory telah

dilaksanakan sepenuhnya namun masih terdapat 9 kriteria hasil temuan audit yang

menunujukkan bahwa kriteria SMK3 yang dilaksanakan belum sepenuhnya sesuai

dengan persyaratan PP RI No. 50 Tahun 2012. Ramli (2010) menyatakan bahwa

internal audit merupakan alat atau cara menilai apakah pelaksanaan K3 telah

berhasil atau tidak sehingga dapat melakukan langkah-langkah penyempurnaan

yang berkesinambungan dalam memenuhi kebijakan K3 dan objektif organisasi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan yang berkelanjutan berdasar hasil

temuan audit yang dibahas dalam rapat tinjauan manajemen.

5.1.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peninjauan dan peningkatan

kinerja SMK3 di Bunut Rubber Factory sudah sesuai dengan Lampiran 1 PP RI

No. 50 Tahun 2012 pada peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 poin 1

menyatakan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan

guna pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau

tempat kerja harus melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara

berkala; dan tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap

seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja

perusahaan. Pelaksanaan SMK3 secara berkala ditinjau setahun sekali dengan

melaksanakan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) yang dihadiri oleh seluruh

Universitas Sumatera Utara


85

manajer dapat dilihat dari notulen RTM dan daftar hadir RTM yang terlampir di

lampiran 8 dan 9.

Berdasarkan hasil penelitian studi dokumen Rapat Tinjauan Manajemen

Terpadu tahun 2015 diketahui bahwa terdapat beberapa penyimpangan dalam

penerapan SMK3. Hasil peninjauan tersebut digunakan untuk melakukan

penyempurnaan/perbaikan terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tindakan

perbaikan yang sudah ditetapkan harus dilaksanakan dan menjadi masukan dalam

penyusunan program K3 selanjutnya demi peningkatan kinerja dan pencapaian

SMK3 di perusahaan. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 yang

menyatakan bahwa tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3

terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhdap

kinerja perusahaan dan sesuai juga dengan yang dinyatakan Ramli (2010) bahwa

dari hasil tinjauan manajemen dapat dirumuskan langkah-langkah perbaikan dan

peningkatan kinerja K3 di periode berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


86

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, mengenai pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penetapan Kebijakan K3, melakukan tinjauan awal K3 dan menetapkan

kebijakan K3 yang sudah terintegrasi dengan Kebijakan Mutu dan Kebijakan

Lingkungan di dalam kebijakan perusahaan.

2. Perencanaan K3, dilaksanakan berdasarkan hasil tinjauan awal kondisi K3,

hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dan peraturan

perundang-undangan dan persyaratan dari pabrik yang berlaku di Cenex

Plant.

3. Pelaksanaan Rencana K3, belum memiliki sistem izin kerja/operasi, tersedia

work instruction, rambu-rambu K3, pekerja tidak menggunakan APD

lengkap, tersedia Tim Tanggap Darurat yang terdiri dari Tim Barkotiba dan

Group Leader, komponen instalansi hydrant belum lengkap pengadaan

simulasi kebakaran tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam

prosedur, inspeksi APAR dan P3K setiap bulan, belum tersedia rambu BKB

di ruang penyimpanan Sulphuric Acid.

85

Universitas Sumatera Utara


87

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3, belum melakukan pemeriksaan,

pengujian, dan pengukuran aspek ergonomi dan psikologis. Audit internal

SMK3 dilakukan secara berkala 1 tahun sekali menggunakan kriteria audit

eksternal sesuai dengan Lampiran II PP RI No. 50 Tahun 2012. Hasil

penilaian Audit SMK3 yang terdiri dari 166 kriteria sebesar 95% tergolong

dalam kategori tingkat penilaian penerapan BAIK.

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3, dilaksanakan secara teratur 1

tahun sekali dalam Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) yang dihadiri semua

pihak manajemen dan melakukan

6.2 Saran

1. Sesuai dengan hasil temuan audit internal tahun 2015 tentang pengadaan

APD yang tidak sesuai kebutuhan dan komponen instalansi hydrant yang

belum lengkap, maka disarankan kepada pihak manajemen perlu

meningkatkan kembali komitmen dalam pelaksanaan SMK3 dengan

pengadaan APD yang cukup dan melengkapi komponen instalansi hydrant di

tempat kerja.

2. Perlu membuat rambu bahan kimia berbahaya pada gudang penyimpanan

Sulphuric Acid.

3. Perlu ditingkatkan pengawasan penggunaan APD pada tenaga kerja dan

peningkatan kesadaran tenaga kerja akan menggunakan APD dalam bekerja

melalui sosialisasi ataupun pemberian sanksi berupa teguran kepada yang

melanggarnya.

Universitas Sumatera Utara


88

4. Manajer Bunut Rubber Factory perlu mempertimbangkan ketersediaan

sumber daya organisasi dan kemampuan organisasi agar dapat merealisir

kebijakan K3 yang ditetapkan di Cenex Plant.

Universitas Sumatera Utara


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.1 Definisi K3

ILO/WHO Joint Safety and Health Commitee yang dinyatakan pada tahun

1950 yaitu Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of

the highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the

prevention among workers of departures from health caused by working

conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from

factors adverse to health; the placing and maintenance of worker in an

occupational environment adapted to his physiological equipment and to

summarize the adaption of work to man and each man to his job. Defenisi ini

menyatakan bahwa K3 meliputi:

a. Promosi dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-

tingginya baik fisik, mental, dan sosial di semua jenis pekerjaan.

b. Mencegah penurunan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaan.

c. Melindungi tenaga kerja dari pekerjaannya yang menimbulkan risiko yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan.

d. Penempatan dan memelihara tenaga kerja di lingkungan kerja yang sesuai

dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya dan penyesuaian antara

pekerjaan dengan tenaga kerja dan setiap tenaga kerja dengan tugasnya.

10

Universitas Sumatera Utara


11

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) adalah kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, pada kesehatan

dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan

personel kontraktor, atau orang lain) di tempat kerja.

Depnakertrans RI mendefinisikan K3 dengan mencakup aspek:

1. Filosofi

K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan:

a. tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani maupun

rohani

b. hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur, dan

sejahtera.

2. Keilmuan

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya

mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, dan penyakit

(accident prevention).

2.1.2 Tujuan K3

Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja menurut UU No.1 Tahun

1970 antara lain :

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja

selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.

Universitas Sumatera Utara


12

Hakekat dan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu :

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal

mungkin (dalam hal tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya

kondisi yang diperlukan cukup memadai), pada pekerja/buruh, petani,

nelayan, pegawai negeri, pengusaha dan non-ekonomi formal, informal

serta non formal; dengan demikian dimasudkan untuk tujuan

menyejahterakan tenaga kerja;

2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang

berlandaskan kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor

manusia dalam produksi (Suma’mur, 2009).

2.1.3 Peraturan Perundangan K3

Hukum dasar tertinggi yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai

sumber hukum dari segala hukum. Sumber hukum peraturan perundangan K3

berlandaskan pada pasal 27 ayat 2 UUD Tahun 1945 yang dinyatakan bahwa

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Banyak peraturan perundangan menyangkut K3 yang berlaku di

Indonesia (Ramli, 2010), beberapa diantaranya :

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen

4. Undang-undang Nomor 19 Tahun1999 tentang Jasa Konstruksi

5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Universitas Sumatera Utara


13

6. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI

Lingkungan Hidup dan Ketenikan memuat tentang Aspek Keselamatan

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.2.1 Pengertian SMK3

Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh

suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif dan efisien, melalui

pengarahan, penggerakan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh orang-orang yang tergabung dalam satu unit kerja sama (Notoatmodjo,

2007).

Sistem Manajemen menurut OHSAS 18001 merupakan suatu set elemen

yang saling berkaitan saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran.

Elemen tersebut adalah proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya,

mencakup tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktifitas, proses,

praktis, prosedur, dan sumber daya (Ramli, 2010).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut

OHSAS 18001: 2007 adalah bagian dari suatu sistem manajemen dan organisasi

yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan

mengelola risiko-risiko K3.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut

PP No.50 tahun 2012 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Universitas Sumatera Utara


14

2.2.2 Tujuan Pelaksanaan SMK3

Dalam PP No. 50 Tahun 2012 Pasal 2, SMK3 dilaksanakan di tempat kerja

dengan tujuan untuk :

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh.

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.

Tujuan SMK3 dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur

tingkat kinerja penerapan K3 dalam organisasi dengan membandingkan

pencapaian K3 organisai dengan persyaratan tersebut. Pengukuran ini

dilakukan melalui audit SMK3. Di Indonesia diberlakukan PP N0. 50

tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang mengatur kriteria audit SMK3 untuk mengukur

kinerja K3 perusahaan..

b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi

Beberapa bentuk sistem manajemen K3 yang digunakan sebagai

acuan misalnya ILO, American Petroleum Institute (API), Health Safety

Universitas Sumatera Utara


15

Eexecutive Management System (HSEMS), Oil and Gas Producer (OGP),

International Safety Rating System (ISRS).

c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

Sistem Manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk

pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3 yang diberikan

baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen. Organisasi

yang mendapatkan penghargaan akan mendapatkan citra baik di mata

masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek keselamatan dan

kesehatan bagi pekerjanya.

d. Sebagai sertifikasi

Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah

diakreditasi oleh suatu badan akreditasi misalnya OHSAS 18000

(Occupational Health and Safety Assessment Series) yang terdiri dari dua

bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3 dan

OHSAS 18002 sebagai pedoman pengembangan dan penerapannya

(Ramli, 2010).

2.2.3 Manfaat SMK3

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan SMK3,

beberapa diantaranya adalah :

a. Melindungi Pekerja/ Karyawan

Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari

segala bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pekerja adalah aset

perusahaan yang paling penting. Pekerja yang terjamin aspek keselamatan

Universitas Sumatera Utara


16

dan kesehatannya akan memberikan kinerja yang optimal, memberikan

kepuasan dan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan.

b. Memperlihatkan Kepatuhan Terhadap Peraturan dan Undang-Undang

Perusahan-perusahaan yang mematuhi peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri yang

menunjukkan adanya niat baik perusahaan tersebut untuk mencegah

kecelakaan.

c. Mengurangi biaya

Keuntungan dari penerapan SMK3 adalah dapat mengurangi biaya akibat

kecelakaan, meskipun dalam proses audit SMK3 akan mengeluarkan biaya

besar tetapi akan lebih efisien dibandingkan dengan pengeluaran biaya

akibat kecelakaan.

d. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif

SMK3 mensyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi, sehingga

segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan akan terorganisir, terarah,

berada dalam koridor yang teratur dan dilakukan secara konsisten. Dalam

sistem ini juga dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan, pengendalian,

tinjau ulang, umpan balik, perbaikan dan pencegahan. Semua itu

merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif.

e. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan. Banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau

supplier mereka untuk menerapkan SMK3 karena penerapan SMK3 akan

Universitas Sumatera Utara


17

dapat menjamin proses yang aman, tertib dan bersih sehingga bisa

meningkatkan kualitas dan mengurangi produk cacat. Penerapan SMK3

dapat menimbulkan citra baik pada perusahaan untuk meningkatkan

kepercayaan pelanggan (Suardi, 2007).

2.2.4 Proses SMK3

Sistem manajemen K3 terdiri atas 2 unsur pokok yaitu proses manajemen

dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana

sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen

merupakan komponen-komponen kunci terintegrasi satu dengan lainnya

membentuk satu kesatuan sistem manajemen (Ramli, 2010).

Proses penerapan SMK3 menggunakan pendekatan siklus Plan-Do-Check-

Action (PDCA) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan

tindakan perbaikan. Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secar

berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.

ACTION PLAN
Tinjauan Perencanaan
Manajemen

CHECK DO
Pengukuran dan Implementasi
Pemantauan

Gambar 2.1 Siklus Manajemen

Sumber : (Ramli, 2010)

Universitas Sumatera Utara


18

Sistem Manjamenen K3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh

manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung

penerapan K3. Selanjutnya kebijakan K3 dikembangkan dalam perencanaan yang

baik agar proses SMK3 berjalan terarah (guided), efisien, dan efektif. Dari hasil

perencanaan tersebut dilakukan penerapan dan operasional, melalui pengerahan

semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah

pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3

harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan

bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi serta

mengetahui kendala yang mempengaruhi pelaksanaannya (Ramli, 2010).

2.3 Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 Menurut PP No. 50 Tahun 2012

Penerapan sistem manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen

secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan,

tanggung jawab pelaksanaan, prosedur dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3

dalam rangka pengendalaian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif.

Di Indonesia telah ditetapkan suatu pedoman atau standar bagi setiap

perusahaan dalam menerapkan SMK3 yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3. Kewajiban

penerapan SMK3 berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh

paling sedikit 100 (seratus) orang atau yang mempunyai tingkat potensi bahaya

tinggi.

Universitas Sumatera Utara


19

2.3.1 Lima Tahapan Pelaksanaan SMK3

Pelaksanaan SMK3 (Pasal 6 PP RI No.50 Tahun 2012) meliputi :

1. Penetapan Kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Pelaksanaan Rencana K3

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

2.3.1.1 PENETAPAN KEBIJAKAN K3

1. Penyusunan kebijakan K3 dilakukan melalui :

a. tinjauan awal kondisi K3; dan

b. proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh.

2. Penetapan kebijakan K3 harus:

a. disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan;

b. tertulis, tertanggal dan ditanda tangani;

c. secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3;

d. dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu,

kontraktor, pemasok, dan pelanggan;

e. terdokumentasi dan terpelihara dengan baik;

f. bersifat dinamik; dan

g. ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan

tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam

perusahaan dan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara


20

3. Untuk melaksanakan ketentuan penetapan kebijakan K3, pengusaha

dan/atau pengurus harus:

a. menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan

keputusan perusahaan;

b. menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-

sarana lain yang diperlukan di bidang K3;

c. menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang

dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3;

d. membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi;

e. melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

4. Ketentuan tersebut pada penetapan kebijakan K3 diadakan

peninjauan ulang secara teratur.

5. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan

komitmen terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan

dikembangkan.

6. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada di tempat kerja

harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan

pelaksanaan K3.

2.3.1.2 PERENCANAAN K3

1. Pengusaha menyusun rencana K3 berdasarkan:

a. Hasil penelaahan awal

Hasil penelaahan awal merupakan tinjauan awal kondisi K3

perusahaan yang telah dilakukan pada penyusunan kebijakan.

Universitas Sumatera Utara


21

b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus

dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana.

c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

1) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya harus:

ditetapkan, dipelihara, diinventarisasi dan diidentifikasi oleh

perusahaan; dan

2) disosialisasikan kepada seluruh pekerja/buruh.

d. Sumber daya yang dimiliki.

Dalam menyusun perencanaan harus mempertimbangkan sumber daya

yang dimiliki meliputi tersedianya sumber daya manusia yang

kompeten, sarana dan prasarana serta dana.

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:

a. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur

sesuai dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit

memenuhi kualifikasi:

1) dapat diukur;

2) satuan/indikator pengukuran; dan

3) sasaran pencapaian.

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus berkonsultasi

dengan:

1) wakil pekerja/buruh;

Universitas Sumatera Utara


22

2) ahli K3;

3) P2K3; dan

4) pihak-pihak lain yang terkait.

b. Skala Prioritas

Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko,

dimana pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi

diprioritaskan dalam perencanaan.

c. Upaya Pengendalian Bahaya

Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko

melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung

diri.

d. Penetapan Sumber Daya

Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber

daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang

memadai agar pelaksanaan K3 dapat berjalan

e. Jangka Waktu Pelaksanaan

Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktu

pelaksanaan.

f. Indikator Pencapaian

Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan

parameter yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang

sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan

penerapan SMK3.

Universitas Sumatera Utara


23

g. Sistem Pertanggung Jawaban

Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan

dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang

bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan.

Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan

didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan

SMK3, dan memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan

memberikan kontribusi bagi SMK3. Berdasarkan hal tersebut pengusaha

harus:

1) menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan

mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di

bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan

hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen,

pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung;

2) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan

setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang

berpengaruh terhadap sistem dan program K3; dan

3) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang

menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

2.3.1.3 PELAKSANAAN RENCANA K3

Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau

pengurus perusahaan atau tempat kerja dengan:

1. menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi; dan

Universitas Sumatera Utara


24

2. menyediakan prasarana dan sarana yang memadai.

1. Penyediaan Sumber Daya Manusia

a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia

Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat

prosedur pengadaan secara efektif, meliputi:

1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki

kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan

melalui:

a) sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;

dan

b) surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari

instansi yang berwenang.

2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap

tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap

pelatihan yang dibutuhkan;

3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3

secara efektif;

4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para

ahli; dan

5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan

keterlibatan pekerja/buruh secara aktif.

Universitas Sumatera Utara


25

b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran

Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau

pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan

melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam

penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua

pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya.

Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha

dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau

pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan

psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja,

serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan

untuk mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya

insiden.

c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus

dilakukan oleh perusahaan dengan cara:

1) menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan

tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3;

2) menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak

dan menjelaskan kepada semua tingkatan manajemen,

pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung

meliputi:

Universitas Sumatera Utara


26

a). pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus

memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya

sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis

kegiatan dalam perusahaan;

b). pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai

sumber daya yang berharga dan dapat ditunjuk untuk

menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3;

3) mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan

setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang

berpengaruh terhadap sistem dan program K3;

4) memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang

menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja

Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan

pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3.

Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan

sesuai kebutuhan dengan:

1) menggunakan standar kompetensi kerja yang ada;

2) memeriksa uraian tugas dan jabatan;

3) menganalisis tugas kerja;

4) menganalisis hasil inspeksi dan audit; dan

5) meninjau ulang laporan insiden.

Universitas Sumatera Utara


27

Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan

program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan

dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.

2. Menyediakan Prasarana Dan Sarana Yang Memadai

Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:

a. Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3

Perusahaan wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung

jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang

merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau

pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan

partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau

pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.

P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta

maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah

keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Anggaran

Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara

menyeluruh antara lain untuk:

1) keberlangsungan organisasi K3;

2) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan

Universitas Sumatera Utara


28

3) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi,

peralatan pengendalian, peralatan pelindung diri.

c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta

pendokumentasian

1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis

pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3

(Job Safety Analysis) oleh personil yang kompeten.

2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan

untuk:

a). mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan

audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada

semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan

memiliki andil dalam kinerja perusahaan;

b). melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar

perusahaan; dan

c). menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan

kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan.

Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:

a). persyaratan eksternal/peraturan perundangan-undangan dan

internal/indikator kinerja K3;

b). izin kerja;

c). hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta

sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-

Universitas Sumatera Utara


29

pesawat, alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan,

lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses

produksi;

d). kegiatan pelatihan K3;

e). kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;

f). pemantauan data;

g). hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak

lanjut;

h). identifikasi produk termasuk komposisinya;

i). informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan

j). audit dan peninjauan ulang SMK3.

3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk

menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau

pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan.

Prosedur pelaporan terdiri atas:

a). Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk

menangani:

(1) pelaporan terjadinya insiden;

(2) pelaporan ketidaksesuaian;

(3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja;

(4) pelaporan identifikasi sumber bahaya.

b). Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk

menangani:

Universitas Sumatera Utara


30

(1) pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang

undangan; dan

(2) pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang

terkait.

Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau

pemerintah.

4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk:

a). menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran

K3;

b). menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3;

c). mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur;

d). memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan

menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen

perusahaan; dan

e). menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk

perusahaan telah diterapkan.

Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus

menjamin bahwa:

a). dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan

tanggung jawab di perusahaan;

b). dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan

dapat direvisi;

Universitas Sumatera Utara


31

c). dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh

personil yang berwenang;

d). dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang

dianggap perlu;

e). semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan;

dan

f). dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

d. Instruksi kerja

Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk

melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap

pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan.

Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:

1. Tindakan Pengendalian

Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan terhadap

kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Tindakan pengendalian dilakukan dengan mendokumentasikan dan

melaksanakan kebijakan:

a. standar bagi tempat kerja;

b. perancangan pabrik dan bahan; dan

c. prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan

kegiatan produk barang dan jasa.

Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:

Universitas Sumatera Utara


32

a. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan:

1) kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya;

dan

2) jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat

terjadi.

b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang

telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas

pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat

kerja.

c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:

1) pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,

isolasi, ventilasi, higienitas dan sanitasi;

2) pendidikan dan pelatihan;

3) insentif, penghargaan dan motivasi diri;

4) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi;

dan

5) penegakan hukum.

2. Perancangan dan Rekayasa

Tahap perancangan dan rekayasa meliputi :

a. pengembangan;

b. verifikasi;

c. tinjauan ulang;

d. validasi; dan

Universitas Sumatera Utara


33

e. penyesuaian.

Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-

unsur:

a. identifikasi potensi bahaya;

b. prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit

akibat kerja; dan

c. personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi

wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi

persyaratan SMK3.

3. Prosedur dan Instruksi Kerja

Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara

berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang

digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang memiliki

kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur.

4. Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan

Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain tersebut memenuhi

persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut dilakukan oleh

personal yang kompeten dan berwenang serta mempunyai tanggung jawab

yang jelas.

5. Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa

Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:

Universitas Sumatera Utara


34

a. terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja;

b. menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan

memenuhi persyaratan K3; dan

c. pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus

menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan

jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

6. Produk Akhir

Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya

dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan serta

pemusnahannya.

7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana

Industri

Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan

darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi:

a. penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan

sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik; dan

b. proses perawatan lanjutan.

Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil

yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya

besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang untuk

mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara


35

8. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat

Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap

perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat

secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu

pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

2.3.1.4 PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaksanakan di perusahaan meliputi:

1. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran

Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan dipelihara

prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya

disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.

Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum meliputi:

a. personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang

cukup;

b. catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang

berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga

kerja dan kontraktor kerja yang terkait;

c. peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk

menjamin telah dipenuhinya standar K3;

d. tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan,

pengujian dan pengukuran;

Universitas Sumatera Utara


36

e. penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan

penyebab permasalahan dari suatu insiden; dan

f. hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.

2. Audit Internal SMK3

Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui

keefektifan penerapan SMK3.

Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil

yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang

telah ditetapkan.

Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit

sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan di tempat kerja.

Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang

manajemen.

Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit

SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan

dan pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3

dijamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak

manajemen.

2.3.1.5 PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3

Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna

pencapaian tujuan SMK3, pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat

kerja harus:

1. melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala; dan

Universitas Sumatera Utara


37

2. tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh

kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja

perusahaan.

Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:

1. evaluasi terhadap kebijakan K3;

2. tujuan, sasaran dan kinerja K3;

3. hasil temuan audit SMK3; dan

4. evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk pengembangan

SMK3.

Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan:

1. perubahan peraturan perundang-undangan;

2. tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;

3. perubahan produk dan kegiatan perusahaan;

4. perubahan struktur organisasi perusahaan;

5. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;

6. hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;

7. adanya pelaporan; dan/atau

8. adanya saran dari pekerja/buruh.

Universitas Sumatera Utara


38

2.4 Kerangka Pikir

Lima Tahapan Pelaksanaan SMK3 Berdasarkan PP RI

No. 50 Tahun 2012

1. Penetapan Kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Pelaksanaan Rencana K3

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah gambaran pelaksanaan SMK3

berdasar PP RI No. 50 Tahun 2012 yang memiliki lima tahapan dalam proses

pelaksanaannya yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan

rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan

peningkatan kinerja oleh pihak manajemen K3 (SMK3) di Cenex Plant Bunut

Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran, Kabupaten

Asahan, Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Hal ini sesuai dengan maksud sila ke-empat Pancasila yaitu

sebagai masyarakat Pancasila harus memberikan kesempatan bagi tiap tenaga

kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang memberikan

kesejahteraan. Menimbang itu, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor

33 Tahun 1947 jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Kecelakaan

Kerja menyebutkan bahwa perusahaan/pengusaha wajib membayar ganti rugi

kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada

perusahaan itu. Untuk menjamin perlindungan hak-hak bagi tenaga kerja maka

pemerintah kembali mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969

tentang Pokok-Pokok Mengenai Tenaga Kerja. Pasal 9 menyebutkan bahwa

“Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,

pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia dan moral agama”.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

dikeluarkan untuk menjamin perlindungan atas keselamatan setiap tenaga kerja

dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi

serta produktivitas nasional, perlindungan keselamatan bagi setiap orang lainnya

yang berada di tempat kerja, dan setiap sumber produksi perlu dipakai dan

Universitas Sumatera Utara


2

dipergunakan secara aman dan efisien. Kegiatan produksi barang dan jasa pada

berbagai jenis usaha tidak terlepas dari penggunaan mesin, peralatan, pesawat,

instalasi, dan bahan baku (berbahaya). Keadaan ini potensial penyebab terjadinya

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan pencemaran

lingkungan kerja yang menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja, perusahaan, dan

masyarakat luas (Silaban, G. 2009).

Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari

250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit

karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat

kecelakaan dan sakit di tempat kerja dan diperkirakan bahwa kerugian tahunan

akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di

beberapa negara dapat mencapai 4% dari Produk Nasional Bruto (PNB) (ILO,

2013).

Di Indonesia jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang

paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 =

9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910) dan jumlah kasus penyakit

akibat kerja tahun 2011-2014 terjadi penurunan (Tahun 2011 = 57.929; Tahun

2012 = 60.322; Tahun 2013 = 97.144; Tahun 2014 = 40.694) (Kemenkes, 2015).

Data kecelakaan kerja menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan pada akhir 2015 terjadi kecelakaan kerja mencapai 105.182

kasus dengan korban meninggal dunia 2.375 orang. Dengan kata lain, inilah

akibat kelalaian dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (GATRA,

2016).

Universitas Sumatera Utara


3

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 dan 2 menyatakan

bahwa perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana sebagai upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat mengurangi angka

kecelakaan kerja di perusahaan. Salah satu programnya adalah program

keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja. Pasal 87 ayat (1) menyebutkan

bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Selanjutnya ketentuan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 50 Tahun 2012 Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib

menerapkan SMK3 di perusahaannya dan berlaku bagi perusahaan yang

mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai

tingkat potensi bahaya tinggi.

Soeripto (1998) mengatakan bahwa kenyataan di lapangan masih banyak

pimpinan perusahaan yang melupakan tanggung jawabnya dengan tidak

memasukkan K3 ke dalam fungsi manajemen. Menurut Maulana (2011) hal ini

dikarenakan masih ada perusahaan menganggap bahwa semua pengeluaran yang

terkait dengan program-program K3 hanya sebagai biaya (costs) yang harus

ditanggung, pemborosan dan bukan sebagai investasi untuk melindungi asset-

asset (mesin, fasilitas dan infrastruktur produksi, dan SDM). Silaban, G (2009)

menyebutkan bahwa pertambahan tingkat pemenuhan penerapan SMK3 akan

mengurangi angka kecelakaan kerja di tempat kerja. Tanpa disadari bahwa dengan

tidak menerapkan SMK3 justru dapat memberikan kerugian yang besar baik bagi

Universitas Sumatera Utara


4

perusahaan, tenaga kerja beserta keluarga dan masyarakat sekitar perusahaan.

Komitmen manajemen yang tinggi menjadi kunci keberhasilan dari penerapan

SMK3 di perusahaan (Gallagher. dkk., 2001). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Khoerunisa (2015) tentang komitmen team manajemen dalam

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tahun

2015 bahwa team manajemen perusahaan yang memiliki komitmen yang cukup

tinggi akan berperan dalam menyukseskan pelaksanaan K3 di perusahaan.

Data ILO (International Labour Organization) yang dikutip Junita

Marpaung (2005) dalam penelitiannya tentang persepsi tenaga kerja tentang

SMK3 dan pedoman penerapan SMK3 bahwa penerapan SMK3 di Indonesia

kurang memuaskan, dipaparkan bahwa dari sekitar 15.043 perusahaan skala besar,

hanya sekitar 317 perusahaan (2,1%) yang menerapkan SMK3.

Menurut data Depnakertrans, pada tahun 2007 jumlah perusahaan yang

terdaftar sebanyak 190.267, tetapi yang sudah memenuhi kriteria SMK3 menurut

Permenaker 05/Men/1996 baru mencapai 643 perusahaan. Itu berarti meskipun

Indonesia sudah menerapkannya, tetapi masih perlu memperbaiki penerapan

SMK3 itu (Ramli, 2010).

Hasil penelitian Junita Marpaung (2005) menyebutkan bahwa secara

umum persepsi tenaga kerja terhadap SMK3 masih kurang sehingga perlu

dilakukan sosialisasi K3, pelatihan tentang SMK3 secara kontiniu, dan yang tidak

kalah pentingnya sangat diperlukan pengawasan dan pemantauan pihak

manajemen perusahaan dalam pelaksanaan SMK3 di tempat kerja. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Azmi (2008) tentang penerapan sistem manajemen

Universitas Sumatera Utara


5

keselamatan dan kesehatan kerja oleh P2K3 untuk meminimalkan kecelakaan

kerja menyebutkan bahwa perlu dilakukan sosialisasi tentang SMK3 dan

penerapan SMK3 ke tenaga kerja khususnya tenaga kerja produksi. Jika

perusahaan dan tenaga kerja mempunyai komitmen yang kuat dalam

melaksanakan SMK3 maka penerapan SMK3 dapat dilakukan secara optimal dan

kecelakaan kerja dapat terus diminimalkan.

Dalam era globalisasi perdagangan ini, penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang di berbagai negara. Perusahaan

diwajibkan untuk melaksanakan SMK3 sesuai dengan peraturan dan standar, baik

secara nasional maupun secara internasional agar dapat bersaing dalam

menghadapi perdagangan bebas tersebut. Selain itu, pemerintah juga melakukan

upaya memasyaratkan dan membudayakan K3 dengan memberikan penghargaan

kepada perusahaan yang berprestasi dan Zero Accident yaitu penghargaan kepada

perusahaan yang mencapai jumlah jam kerja tertentu tanpa kehilangan waktu

kerja karena kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007).

Penghargaan nihil kecelakaan kerja Tahun 2016 diberikan kepada 840

perusahaan berdasarkan penilaian secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota,

provinsi, dan pusat, sedangkan penghargaan SMK3 diberikan kepada 714

perusahaan yang telah menerapkan SMK3 berdasarkan evaluasi laporan audit

yang dilakukan oleh lembaga audit SMK3 (GATRA, 2016).

Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan SMK3 dan

telah menerima sertifikat audit SMK3 adalah PT. Bakrie Sumatera Plantations,

Tbk, Kisaran (PT. BSP Kisaran) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga

Universitas Sumatera Utara


6

Kerja RI No. 357 Tahun 2015. Pada tahun 2015, PT. BSP Kisaran menerima

sertifikat audit dengan bendera emas (gold flag) untuk kategori SMK3 sebanyak

91% dari 166 kriteria SMK3. Pada tahun 2010, penghargaan nihil kecelakaan

(Zero Lost Time Injury) juga didapatkan oleh PT. BSP Kisaran untuk Palm Oil

Mill. Penilaian sertifikasi audit SMK3 ini dilakukan oleh external auditor yaitu

PT. Sucofindo. Selain telah mendapatkan sertifikasi SMK3, PT. BSP Kisaran juga

mendapatkan sertifikat ISO 14001:2004 Sistem Manajemen Lingkungan, ISO

9001:2008 Sistem Manajemen Mutu, Roundtable on Sustainable Palm Oil

(RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Sedangkan sertifikat

OHSAS 18001:2007 yang sudah didapatkan sejak tahun 2007, diputuskan

manajemen perusahaan sejak tahun 2015 untuk dihentikan terkait sudah

diterapkan SMK3 PP RI No. 50/2012 supaya tidak ada lagi double sertifikasi K3.

PT. BSP Kisaran adalah anak perusahaaan dari Bakrie Group yang

bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet serta pengolahannya yang

berada di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Secara operasional, PT.

BSP Kisaran dibagi menjadi dua bagian yaitu divisi perkebunan kelapa sawit

dengan pabrik pengolahan (Palm Oil Mill) yang menghasilkan produk Crude

Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) dan divisi perkebunan karet dengan pabrik

pengolahannya (Bunut Rubber Factory) yang menghasilkan produk Standar

Indonesia Rubber (SIR) dan lateks pekat. Produk SIR dan lateks merupakan

barang setengah jadi sebagai bahan baku industri ban, perlengkapan dan peralatan

kedokteran, sepatu, jok, pakaian, dan sebagainya. Bunut Rubber Factory memiliki

Universitas Sumatera Utara


7

empat pabrik yaitu Cenex Plant, Crumb Rubber I, Crumb Rubber II, dan Block

Skim Rubber (BSR).

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara langsung yang telah

dilakukan di bagian Quality Health Safety and Environment Department (QHSE

Dept.) PT. BSP Kisaran yaitu bagian manajemen yang menangani masalah K3,

bahwa sejak Mei 2007, Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk sudah menerapkan

SMK3 menurut versi OHSAS 18001:2007. Kegiatan internal audit juga sudah

mengacu pedoman SMK3 berdasar PP RI No. 50 Tahun 2012. Hasil audit internal

SMK3 berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012 dalam pemenuhan kriteria SMK3

di Bunut Rubber Factory tahun 2015 sebesar 95%. Namun sampai saat ini, Bunut

Rubber Factory belum masuk dalam lingkup sertifikasi audit eksternal SMK3 PT.

BSP Kisaran. Pada data kecelakaan kerja PT. BSP Kisaran terdapat kasus

kecelakaan kerja di Bunut Rubber Factory dalam sepanjang lima tahun terakhir ini

adalah Tahun 2011 = 4; Tahun 2012 = 4; Tahun 2013 = 2; Tahun 2014 = 4; dan

Tahun 2015 = 4.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin melihat gambaran

pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran khususnya

di Pabrik Cenex Plant.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan

Universitas Sumatera Utara


8

dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie

Sumatera Plantations, Tbk, Kisaran Tahun 2016”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan SMK3

di Cenex Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk,

Kisaran Tahun 2016, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 50 Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penetapan kebijakan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

2. Untuk mengetahui perencanaan K3 di Cenex Plant Bunut Rubber Factory

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan rencana K3 di Cenex Plant Bunut Rubber

Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

4. Untuk mengetahui pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Cenex Plant

Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran.

5. Untuk mengetahui peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 di Cenex

Plant Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Kisaran.

Universitas Sumatera Utara


9

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada pihak pengambil keputusan perusahaan

dalam meningkatkan derajat pelaksanaan SMK3 di perusahaan.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian yang

sejenis.

3. Menambah wawasan penulis dan mengembangkan ilmu pengetahuan

dalam aplikasi keilmuan K3 khususnya tentang SMK3.

4. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


iii

ABSTRAK

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat (1) Tentang


Ketenagakerjaan menyatakan bahwa ”Setiap perusahaan wajib menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk (PT. BSP).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
pengumpulan data secara in-depth interview dengan informan terdiri dari 4
(empat) orang. Variabel penelitian yaitu Penetapan Kebijakan K3, Perencanaan
K3, Pelaksanaan Rencana K3, Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3, dan
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.
Hasil penelitian menunjukkan pada penetapan kebijakan K3 di Bunut
Rubber Factory PT. BSP, Tbk sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1
Poin 2 dimana perusahaan memiliki kebijakan K3 yang teintegrasi dengan
kebijakan Mutu dan Lingkungan, perencanaan K3 di Bunut Rubber Factory PT.
BSP, Tbk juga sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1 Poin 1 dimana
perusahaan memuat tujuan dan sasaran K3 dalam sasaran system managament,
pelaksanaan rencana K3 di Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk belum sesuai
dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1 Poin 1 dan 2 dimana pekerja tidak
memakai APD lengkap, komponen instalansi hidrant belum lengkap, pemantauan
dan evaluasi kinerja K3 belum melakukan pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran aspek ergonomi dan psikologi, audit internal SMK3 dilaksanakan
berdasarkan Lampiran II PP RI No.50 Tahun 2012, sedangkan peninjauan dan
peningkatan kinerja SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk melakukan
tinjauan ulang 1 tahun sekali dalam Rapat Tinjauan Manajemen.
Perusahaan disarankan agar meningkatkan sosialisasi K3 untuk
meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya K3 dan mematuhi segala
peraturannya.
Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, K3,
Bunut Rubber Factory

iii

Universitas Sumatera Utara


iv

ABSTRACT

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat (1) which states


"Every company must implement a Safety and Health Management System
integrated with enterprise management systems". This study aims to determine
image of implementation the Occupational Health and Safety Management System
(OHSMS) in Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk (BRF
PT. BSP).
This research uses qualitative research method by in-depth interview of
four informans. Variables research are Determination OH&S Policy, OH&S
Planning, Implementation OH&S Plan, Monitoring and Evaluation OH&S
Performance, and review and improvement OH&S performance.
The results showed determination of OH&S policy in BRF PT. BSP, Tbk in
accordance with PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1 Point 2 where the company
has a OH&S policy integrated with the Quality and Environmental policies,
OH&S planning in BRF PT. BSP, Tbk in accordance with PP RI No. 50 Tahun
2012 Lamp. 1 point 1 has OH&S company objectives, OH&S implementation
plan in BRF PT. BSP, Tbk hasn’t been in accordance with PP RI No. 50 Tahun
2012 Lamp. 1 Points 1 and 2 not have a system of work permits, procurement of
personal protective equipment isn’t appropriate, hydrant components isn’t yet
complete, the monitoring and evaluation of OH&S performance not do
measurement ergonomics and psychology, OHSMS internal audit in accordance
with Lamp. II PP RI No. 50 Tahun 2012, while the review and improvement
OH&S performance once a year in Management Review Meeting.
Company are advised to conduct socialization for raise workers
awareness to obey the rules.
Keywords: Occupational Health and Safety Management System, OH&S,
Bunut Rubber Factory

iv

Universitas Sumatera Utara


1

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI BUNUT RUBBER FACTORY
PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK
TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH
TIUR NOVELISAH SIDAURUK
NIM. 121000302

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


2

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI BUNUT RUBBER FACTORY
PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK
TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
TIUR NOVELISAH SIDAURUK
NIM. 121000302

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (SMK3) DI BUNUT RUBBER FACTORY PT

BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK TAHUN 2016” ini beserta

seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan

yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2016

Yang membuat pernyataan,

Tiur Novelisah Sidauruk

Universitas Sumatera Utara


ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI BUNUT RUBBER FACTORY
PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS, TBK
TAHUN 2016

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

TIUR NOVELISAH SIDAURUK


NIM. 121000302

Disahkan oleh :
Komisi Pembimbing

ii

Universitas Sumatera Utara


iii

ABSTRAK

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat (1) Tentang


Ketenagakerjaan menyatakan bahwa ”Setiap perusahaan wajib menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk (PT. BSP).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
pengumpulan data secara in-depth interview dengan informan terdiri dari 4
(empat) orang. Variabel penelitian yaitu Penetapan Kebijakan K3, Perencanaan
K3, Pelaksanaan Rencana K3, Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3, dan
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.
Hasil penelitian menunjukkan pada penetapan kebijakan K3 di Bunut
Rubber Factory PT. BSP, Tbk sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1
Poin 2 dimana perusahaan memiliki kebijakan K3 yang teintegrasi dengan
kebijakan Mutu dan Lingkungan, perencanaan K3 di Bunut Rubber Factory PT.
BSP, Tbk juga sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1 Poin 1 dimana
perusahaan memuat tujuan dan sasaran K3 dalam sasaran system managament,
pelaksanaan rencana K3 di Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk belum sesuai
dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1 Poin 1 dan 2 dimana pekerja tidak
memakai APD lengkap, komponen instalansi hidrant belum lengkap, pemantauan
dan evaluasi kinerja K3 belum melakukan pemeriksaan, pengujian dan
pengukuran aspek ergonomi dan psikologi, audit internal SMK3 dilaksanakan
berdasarkan Lampiran II PP RI No.50 Tahun 2012, sedangkan peninjauan dan
peningkatan kinerja SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. BSP, Tbk melakukan
tinjauan ulang 1 tahun sekali dalam Rapat Tinjauan Manajemen.
Perusahaan disarankan agar meningkatkan sosialisasi K3 untuk
meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya K3 dan mematuhi segala
peraturannya.
Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, K3,
Bunut Rubber Factory

iii

Universitas Sumatera Utara


iv

ABSTRACT

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 87 Ayat (1) which states


"Every company must implement a Safety and Health Management System
integrated with enterprise management systems". This study aims to determine
image of implementation the Occupational Health and Safety Management System
(OHSMS) in Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk (BRF
PT. BSP).
This research uses qualitative research method by in-depth interview of
four informans. Variables research are Determination OH&S Policy, OH&S
Planning, Implementation OH&S Plan, Monitoring and Evaluation OH&S
Performance, and review and improvement OH&S performance.
The results showed determination of OH&S policy in BRF PT. BSP, Tbk in
accordance with PP RI No. 50 Tahun 2012 Lamp. 1 Point 2 where the company
has a OH&S policy integrated with the Quality and Environmental policies,
OH&S planning in BRF PT. BSP, Tbk in accordance with PP RI No. 50 Tahun
2012 Lamp. 1 point 1 has OH&S company objectives, OH&S implementation
plan in BRF PT. BSP, Tbk hasn’t been in accordance with PP RI No. 50 Tahun
2012 Lamp. 1 Points 1 and 2 not have a system of work permits, procurement of
personal protective equipment isn’t appropriate, hydrant components isn’t yet
complete, the monitoring and evaluation of OH&S performance not do
measurement ergonomics and psychology, OHSMS internal audit in accordance
with Lamp. II PP RI No. 50 Tahun 2012, while the review and improvement
OH&S performance once a year in Management Review Meeting.
Company are advised to conduct socialization for raise workers
awareness to obey the rules.
Keywords: Occupational Health and Safety Management System, OH&S,
Bunut Rubber Factory

iv

Universitas Sumatera Utara


v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk

Tahun 2016”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sampai kepada penulisan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan doa, dorongan, bantuan, nasehat dan bimbingan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyanpaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M. Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S selaku Dosen Pembimbing I dan juga Ketua

Penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,

pengarahan dan masukan selama proses penulisan skripsi ini.

4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing II dan juga

Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan ilmu, arahan dan

motivasi pada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


vi

5. Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji I dan Eka Lestari Mahyuni, SKM.,

M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan

memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang tealh

memberikan arahan dan bimibingan selama proses perkuliahan.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Bang Sony, pegawai departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

telah membantu segala urusan administrasi sehingga penulis dapat

menyelenggarakan segala kegiatan yang terkait untuk penyelesaian program

studi di FKM USU.

9. Manajer Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk telah

memberikan izin penulis untuk melakukan research, Kepala Departemen

Quality Health Safety and Environment (QHSE), Bapak Syahrul, Bapak

Zulfikar, Bapak Anto serta seluruh staf dan pegawai Bunut Rubber Factory

PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk yang telah banyak membantu penulis

dan memberikan data-data yang penulis butuhkan.

10. Teristimewa Ayahanda Jonri Sidauruk dan Ibunda Merli Sinaga serta Abang

tercinta Bintorang Sanjaya Sidauruk yang senantiasa memberikan perhatian,

kasih sayang, doa, pengorbanan, dukungan dan semangat kepada penulis baik

secara moril dan materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.Abang

tercinta dan Kakak tersayang Nita Mariana Lubis yang selalu memberikan

perhatian, doa, semangat, dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

vi

Universitas Sumatera Utara


vii

11. Sahabat – sahabat tersayang, Novita Elfrida Sabrina Pakpahan, Frista Novita

Sari Simarmata dan Ernawati Manihuruk atas doa, dukungan serta

kebersamaan sejak tahun pertama perkuliahan sampai saat ini, semoga kelak

kita menjadi orang suskes.

12. Teman-teman Yuni Alvionita, Daniati Silalahi, Melda Pakpahan, kak Sri

Bintang Sinaga yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan Citra Saragih, Andri D. Pasaribu, Stefany

Damanik yang selalu memberi semangat dan membantu penulis di saat duka

maupun senang dan berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per

satu yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya

selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2016

Penulis,

Tiur Novelisah Sidauruk

vii

Universitas Sumatera Utara


viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii
ABSTRAK ..........................................................................................................iii
ABSTRACT ..........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................xiii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum ...........................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus ..........................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................10

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ....................................................10


2.1.1 Definisi K3 .................................................................................................10
2.1.2 Tujuan K3...................................................................................................11
2.1.3 Peraturan Perundangan K3 .........................................................................12
2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ..............13
2.2.1 Pengertian SMK3 .......................................................................................13
2.2.2 Tujuan Pelaksanaan SMK3 ........................................................................14
2.2.3 Manfaat SMK3 ...........................................................................................15
2.2.4 Proses SMK3 ..............................................................................................17
2.3 Pelaksanaan SMK3 Menurut PP RI No. 50 Tahun 2012...........................18
2.3.1 Lima Tahapan Pelaksanaan SMK3 ............................................................19
2.4 Kerangka Pikir ...........................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................39

3.1 Jenis Penelitian ..........................................................................................39


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................39
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................39
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................................40
3.3 Instrumen Penelitian ..................................................................................40

viii

Universitas Sumatera Utara


ix

3.4 Informan Penelitian ...................................................................................40


3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................41
3.5.1 Jenis Data ...................................................................................................41
3.5.2 Cara Pengumpulan Data .............................................................................41
3.6 Teknis Analisis Data ..................................................................................42

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................44

4.1 Gambaran Umun Tempat Penelitian .........................................................44


4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ...........................................................................45
4.1.2 Struktur Organisasi.....................................................................................46
4.1.3 Proses Produski Cenex Plant .....................................................................47
4.1.4 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ......................................................................49
4.1.5 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk .........................................................................51
4.1.5.1 Susunan Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT. Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk .........................................................................51
4.1.5.2 Tugas dan Fungsi Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.......................................................51
4.2 Karakteristik Informan...............................................................................53
4.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.............................54
4.3.1 Penetapan Kebijakan K3 ............................................................................55
4.3.2 Perencanaan K3 ..........................................................................................58
4.3.3 Pelaksanaan Rencana K3 ...........................................................................61
4.3.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 ........................................................63
4.3.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3....................................................65
4.3.6 Lembar Check List Pelaksanaan SMK3 ....................................................68

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................71

5.1 Pelaksanaan SMK3 di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera


Plantations, Tbk .........................................................................................71
5.1.1 Penetapan Kebijakan K3 ............................................................................71
5.1.2 Perencanaan K3 ..........................................................................................73
5.1.3 Pelaksanaan Rencana K3 ...........................................................................74
5.1.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 ........................................................81
5.1.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3....................................................83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................85

6.1 Kesimpulan ................................................................................................85


6.2 Saran ..........................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................88


LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera Utara


x

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1 Tenaga Kerja Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plantations,
Tbk ........................................................................................................ 49

Tabel 4.2 Disribusi Informan Berdasarkan Jabatan atau Tugas yang Dikerjakan
di Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk ..................... 53

Tabel 4.3 Distribusi Informan Berdasarkan Masa Kerja di Bunut Rubber Factory
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk.................................................. 54

Table 4.4 Check List Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehat
an Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie Sumatera Plant
ations, Tbk Kisaran Tahun 2016........................................................... 65

Universitas Sumatera Utara


xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Manajemen ..........................................................................17

Gambar 2.2 Kerangka Pikir.................................................................................38

Gambar 4.1 Kantor Pusat PT Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Kisaran ..........44

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bunut Rubber Factory PT Bakrie Sumatera


Plantations, Tbk Kisaran ..................................................................46

Gambar 4.3 Struktur Organisasi QHSE (Quality Health Safety and Environ
ment) .................................................................................................46

Gambar 4.4 Diagram Alur Proses Pengolahan Centrifuged Lateks (Cenex


Plant) ................................................................................................49

Gambar 5.1 Laporan check list perlengkapan APD dan perlengkapan kerja .....76

Gambar 5.2 Struktur Organisasi Tim Bakortiba PT. BSP, Tbk ..........................78

Gambar 5.3 Check list APAR .............................................................................79

Gambar 5.4 Daftar Obat dalam Kotak P3K ........................................................80

Gambar 5.4 Ruang Lingkup Kegiatan Pengujian Lingkungan Kerja di Bunut ..81

xi

Universitas Sumatera Utara


xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Informan ......................................................91

Lampiran 2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan.......................................92

Lampiran 3. Pedoman Wawancara .....................................................................93

Lampiran 4. Hasil Wawancara Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Bunut Rubber Factory PT. Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk Tahun 2016 .....................................................95

Lampiran 5. Lembar Check List Pelaksanaan SMK3 .........................................105

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian ..................................................106

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian .......................107

Lampiran 8. Daftar Hadir Rapat P2K3LM .........................................................108

Lampiran 9. Daftar Hadir Rapat Tinjauan Manajemen ......................................109

Lampiran 10. Layout Titik Rawan Kecelakaan dan Kebakaran di Pabrik


Cenex .........................................................................................................110

Lampiran 11. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko K3


di Cenex Plant Bunut Rubber Factory .......................................................111

Lampiran 12. Laporan Rapat Tinjauan Manajemen PT Bakrie Sumatera


Plantations, Tbk Area 1 (Sumut 1) Tahun 2015 .....................................114

Lampiran 13. Lampiran Dokumentasi ................................................................121

xii

Universitas Sumatera Utara


xiii

DAFTAR ISTILAH
APAR : Alat Pemadam Api Ringan
APD : Alat Pelindung Diri
BKB : Bahan Kimia Berbahaya
BRF : Bunut Rubber Factory
BSP : Bakrie Sumatera Plantations
BSR : Block Skim Rubber
DCC : Document Center Control
HIRARC : Hazard Identification Assessment Risk Control
IK : Instruksi Kerja
ILO : International Labour Organization
ISO : International Organization for Standarization
KK : Kecelakaan Kerja
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PAK : Penyakit Akibat Kerja
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMLK3 : Program Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT : Perseroan Terbatas
P2K3 : Panitia Pembina Keselematan dan Kesehatan Kerja
P2K3LM : Panitia Pembina Keselematan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Mutu
QHSE : Quality Health Safety and Environment
RTM : Rapat Tinjauan Manajemen
SMK3 : Sistem Manajemen Keselematan dan Kesehatan Kerja
OHSAS : Occupational Health and Safety Assessment Series
OH&S : Occupational Health and Safety
SOP : Standard Operational Procedures

xiii

Universitas Sumatera Utara


xiv

RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiur Novelisah Sidauruk

Tempat/Tanggal Lahir : Sihadungka/08 November 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Prostestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Besar Simanindo, Pangururan – Tomok, Desa

Cinta Dame, Kab. Samosir

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2000 – 2006 : SD Negeri 177943 Situnjang

2. Tahun 2006 – 2009 : SMP Negeri 4 Simanindo

3. Tahun 2009 – 2012 : SMA Negeri 2 Pangururan

4. Tahun 2012 – 2016 : S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

xiv

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai