1. Komunikasi yang jelas, transparan dan memiliki visi yang jauh kedepan. SMK3
harus dikomunikasikan secara jelas, sederhana dan terdapat pengembangan visi.
Manajemen puncak bertanggung jawab untuk mengembangkan visi dan
memastikan pesan yang dibuat jelas dan dimengerti oleh semua pihak. Disamping
adanya kebijakkan K3, menajemen puncak dapat mengembangkan sendir istilah-
istilah yang secara spesifik memeberikan arahan dan tindakan yang dapat dilakukan
sesuai dengan tinkat personel di dalam perusahaan. Misalnya, ”Safety adalah
prioritas utama”. Istilah ini sangat sederhana tetapi siapapun yang membacanya
akan dapat memahami dan mengingatnya disaat melakukan aktifitas kerja.
2. Rencana yang ringkas, jelas untuk mencapai visi. Manajemen puncak
bertanggung jawab untuk memastikan penyusunan manual sistem manajemen K3
yang terdiri dari penjelasan singkat struktur dan program SMK3 yang telah
dilakukan. Untuk setiap manajemen K3, sebaiknya terdiri dari: alur yang dapat
dipahami, matriks tanggung jawab yang jelas, dan indikator pengukuran kinerja
(KPI). Manajemen puncak dapat menunjuk siapa saja yang diberi tanggung jawab
menerapkan program tersebut.
3. Secara aktif ikut mendukung dan terlibat dalam pencapaian program. Ini
mencakup setting standar kinerja bagi manajer dan supervisor pada aktifitas seperti
safety patrol, investigasi kecelakaan, diskusi kelompok K3 dan proyek-proyek
khusus. Para manajer dan supervisor secara aktif menyingkirkan berbagai
hambatan, mempromosikan pentingnya K3 disamping kualitas dan produktifitas, dan
berpartisipasi dalam inspeksi, investigasi, dan lain-lain.
4. Dapat mempertanggungjawabkan semua program K3 kepada semua level
didalam perusahaan. Ini memerlukan keterlibatan aktif semua pihak dengan
memberikan peluan yang luas bagi staff untuk memberikan masukkan dan
menerima tanggung jawab K3. Hal ini sangat penting dan menunjukkan bahwa
standar K3 dan aturannya diketahui, ditaati bersama-sama, dan bila ada
pelanggaran, diperkuat dengan tindakkan pendisiplinan.
5. Mengintegrasikan elemen K3 kedalam fungsi inti pengelolaan bisnis. K3 jangan
dianggab sebagai tambahan pekerjaan, atau menjadi sistem diluat aktifitas sehari-
hari. K3 harus menjadi bagian dari setiap pekerjaan. Organisasi yang berkomitmen
kuat kepada K3 memiliki batas yang luas bagi SMK3 didalam organisasinya. Bentuk
yang biasa dilakukan adalah dengan mengintegrasikan SMK3 kedalam sistem
manajemen lainnya seperti ISO 9001 dan ISO 14001.
6. Komitmen kepada K3 sebagai prioritas. Memiliki SMK3 yang meliputi banyak hal,
terstruktur, dan adanya proses dalam meningkatkan kompetensi sumberdaya
manusianya merupakan sebuah pesan bahwa K3 menjadi prioritas didalam
organisasi. Pelatihan sebaiknya tidak dipandang sebagai pengganti tapi sebagai
tambahan untuk keterlibatan. Pemimpin dalam K3 mengambil setiap peluang dalam
memperkuat SMK3, dan menemukan dukungan, keterlibatan pekerja dan mengakui
hal tersebut sebagai prestasi positif mereka.
7. Fokus pada perbaikkan berkelanjutan (continous improvement) dari sistem
manajemen K3. Mengelola SMK3 adalah sama dengan mengelola produktivitas,
kualitas atau area-area lain dalam organisasi. Peningkatan dan perbaikkan sistem
dapat dijadikan sebagai bagian dari aktifitas sehari-hari.
Prinsip Dasar Manajemen Risiko
(Risk Management)
ADMIN Hazard and Risk Asessment, Risk Management Manajemen Risiko, Risiko, Risk
Management, Risks
by HSP,
Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan
juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan. Manajemen risiko bertujuan
untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat
terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko
dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya
tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian maupun ‘accident’.
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
Identifikasi risiko,
Analisis risiko,
Evaluasi risiko,
Pengendalian risiko,
Pemantauan dan telaah ulang,
Koordinasi dan komunikasi.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan
salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu
rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian
serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan,
jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat
optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko
seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Terdapat empat prasyarat utama manajemen resiko, yaitu:
1. Kebijakan Manajemen Risiko
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari
kebijakan manajemen risikonya, termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya.
Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan
organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut.
Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat
diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.
2. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
1. Komitmen Manajemen; Organisasi harus dapat memastikan bahwa:
Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan
standar
Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen
organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai
dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.
2. Tanggung jawab dan kewenangan; Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar
anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam manajemen
risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.
Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang
masih dapat diterima.
Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen
risiko.
Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3. Sumber Daya Manusia; Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan
kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan
dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.
3. Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen risiko dapat
berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan
tergantung pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
4. Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik, harus dapat memastikan
kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan standar yang
digunakan dan dengan tahap-tahap berikutnya.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses.
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen risiko
adalah proses yang berjalan terus menerus.
Elemen utama dari proses manajemen risiko, seperti yang terlihat pada gambar
meliputi:
Penetapan tujuan; Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang
lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
Identifkasi risiko; Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
Analisis risiko; Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan
konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang
ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X
konsekuensi).
Evaluasi risiko; Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria
standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah,
maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan
mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan
pengendalian.
Pengendalian risiko; Melakukan penurunan derajat probabilitas dan
konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode,
bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
Monitor dan Review; Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen
risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
Komunikasi dan konsultasi; Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil
keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen
Daftar pusraka
https://healthsafetyprotection.com/kepemimpinan-dalam-sistem-manajemen-k3/