Anda di halaman 1dari 58

Modul 3

PERATURAN MENTERI PUPR NO. 21/PRT/M/2019


TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KESELAMATAN KONSTRUKSI (SMKK)


Disampaikan oleh:
Direktorat Keberlanjutan Konstruksi
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

Dalam acara:
Bimbingan Teknis
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
TUJUAN PEMBELAJARAN

1 Memahami Sistem Manaejemen Keselamatan Konstruksi


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Memahami Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan


2 Keberlanjutan Konstruksi
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

Memahami Rancangan Konseptual, Elemen, Penerapan SMKK,


3 Biaya Penerapan SMKK

Mampu melaksanakan aturan tentang keselamatan konstruksi di


4 tempat kerja
OUTLINE
1 PENDAHULUAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERMEN PUPR NO. 21/PRT/M/2019


2 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

a. Tahap Prakonstruksi
b. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
c. Tahap Penyelesaian Pekerjaan
d. Pembinaan dan Pengawasan
e. Ketentuan Peralihan dan Penutup
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
UU RI NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Pasal 4 ayat (1) huruf c. Pasal 5 ayat (3) huruf a. Pasal 59 ayat (4)
Pemerintah Pusat bertanggung jawab Pemerintah Pusat memiliki kewenangan Standar Keamanan, Keselamatan,
atas terselenggaranya Jasa mengembangkan Standar Keamanan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk
Konstruksi yang sesuai dengan Keselamatan, Kesehatan, dan setiap produk Jasa Konstruksi diatur oleh
Standar Keamanan, Keselamatan, Keberlanjutan dalam penyelenggaraan menteri teknis terkait sesuai dengan
Kesehatan, dan Keberlanjutan Jasa Konstruksi kewenangannya

PERMEN PU NO. 05/2014 PERMEN PUPR NO. 07/2019*


Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Tentang Standar dan Pedoman
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Jasa Konstruksi Melalui Penyedia
• Hanya berlaku untuk internal di Kementerian Pekerjaan Umum; Telah mengatur:
• Pemberlakuan bagi Pemerintah Daerah bersifat “optional”; • Keselamatan Konstruksi
• Belum mengatur keselamatan konstruksi yang meliputi • Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
keselamatan, kesehatan, keamanan dan keberlanjutan; (SMKK)
• belum mengatur aspek pembinaan, pengawasan dan • Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
pemantauan serta evaluasi keselamatan konstruksi secara • Penjaminan dan Pengendalian Mutu
nasional. • Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK)
dan Program Mutu
*Telah diganti menjadi Permen No. 14/2020, dengan substansi yang sama
KRONOLOGI PERMEN PUPR NO. 21 TAHUN 2019
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Pasal 4 ayat (1), pasal 5 ayat (1), dan Pasal 59 ayat (4)

1 2 3 4 5
Permen No. Permen PUPR SE Menteri PUPR SE Menteri PUPR Permen PUPR
28/PRT/M/2016 No. 14/PRT/M/2020 No. 11/SE/M/2019 No. 15/SE/M/2019 No. 21/PRT/M/2019
(SEDANG PROSES MENCABUT DIINTEGRASI DALAM PERMEN PUPR NO. MENCABUT PERMEN
REVISI) PERMEN PUPR NO. 21/PRT/M/2019 BESERTA LAMPIRANNYA PU NO. 5/PRT/M/2014
07/PRT/M/2019

Pedoman Analisis Standar dan Tentang Petunjuk Tentang Tata Cara Tentang Pedoman
Harga Satuan Pedoman Teknis Biaya Penjaminan Mutu Sistem Manajemen
Pekerjaan (AHSP) Pengadaan Jasa Penyelenggaraan dan Pengendalian Keselamatan
Bidang Pekerjaan Konstruksi Melalui SMKK Mutu Pekerjaan Konstruksi
Umum Penyedia Konstruksi (SMKK)

TAHAP PRA-PEMILIHAN TAHAP PEMILIHAN PENYEDIA


TAHAP PRA-PEMILIHAN, TAHAP PEMILIHAN & TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN6
2
Permen PUPR 21/2019
Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan
Konstruksi
MAKSUD DAN TUJUAN
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

pelaksanaan
 Peraturan Menteri ini diperuntukkan bagi
Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
 Peraturan Menteri ini dapat menjadi acuan bagi instansi
pemerintah dan swasta dengan penyesuaian
struktur organisasi di unit organisasi masing-masing.
TRANSFORMASI JUDUL PERATURAN

Tentang Pedoman Sistem Tentang


Manajemen Keselamatan dan Pedoman Sistem Manajemen
PERMEN Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi PERMEN
PU Keselamatan Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum PUPR
05/2014 . 21/2019
PERMEN PU . PERMEN PUPR
NO. 05/2014
• Mengatur Keselamatan NO. 21/2019
• Mengatur Keselamatan
dan Kesehatan
. . meliputi Standar
Konstruksi yang
Kerja Konstruksi; Keselamatan, Kesehatan,
• Berlaku untuk internal di Keamanan dan Keberlanjutan
Kementerian (K4);
Pekerjaan Umum. • Mengatur penjaminan &
pengendalian mutu pekerjaan
konstruksi;
SEM PUPR 66/2015
• K/L/Pemda dan swasta dapat
Biaya Penyelenggaraan
mengacu aturan ini.
Sistem Manajemen
Keselamatan & SEM PUPR 11/2019 SEM PUPR 15/2019
Kesehatan Kerja (SMK3) Tentang Petunjuk Tata Cara Penjaminan
Konstruksi Bidang PU Teknis Biaya Mutu & Pengendalian
Penyelenggaraan Sistem Mutu Pekerjaan
Manajemen Konstruksi di
Keselamatan Konstruksi Kementerian PUPR
TRANSFORMASI PERMEN PUPR 21/2019
PERMEN PU 05/2014
STRUKTUR
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB I Ketentuan Umum BAB II STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN,
Bab II Maksud, Tujuan, dan KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN
Ruang Lingkup KONSTRUKSI
Bab III Penerapan SMK3 Bagian Kesatu: Umum
Konstruksi Bidang Bagian Kedua: Rancangan Konseptual SMKK
Pekerjaan Umum Bagian Ketiga: Elemen SMKK
Bab IV Tugas, Tanggung Jawab, Bagian Keempat: Penerapan SMKK
dan Wewenang Paragraf 1 Umum
Bab V Biaya Penyelenggaraan Paragraf 2 Pemilihan Penyedia Jasa
SMK3 Konstruksi Bidang Paragraf 3 Pelaksanaan Pek. Kons
Pekerjaan Umum Paragraf 4 Serah Terima Pekerjaan
Bab VI Sanksi Bagian Kelima: Unit Keselamatan Konstruksi
Bab VII Ketentuan Penutup Bagian Keenam: Risiko Keselamatan
Konstruksi
BAB III BIAYA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN KONSTRUKSI
BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB V KETENTUAN PERALIHAN
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
TRANSFORMASI PERMEN PUPR 21/2019
PERMEN PU 05/2014
STRUKTUR LAMPIRAN
Sublampiran A Penerapan Sistem Manajemen
Lampiran 1 Tingkat Risiko K3 Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Lampiran 2 Format RK3K Sublampiran B Tugas, Tanggung Jawab, dan
Pelaksanaan Wewenang Pengguna dan Penyedia
Pekerjaan Konstruksi Jasa Dalam Penerapan SMKK
Lampiran 3 Format Surat-surat Sublampiran C Tata Cara Penjaminan Mutu dan
Pengendalian Mutu Pekerjaan
Konstruksi
Sublampiran D Format Rancangan Konseptual SMKK
Sublampiran E Format RKK dan Format Penilaian RKK
E.1 Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengawasan/Manajemen
Penyelenggaraan Konstruksi
E.2 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
E.3 Format Penilaian Rencana
Keselamatan Konstruksi (RKK)
Sublampiran F Format Pelaporan Pelaksanaan RKK
Sublampiran G Komponen Kegiatan dan Format
Audit Internal Penerapan SMKK
STANDAR K4 DALAM SMKK


Standar K4 harus memperhatikan:

Keselamatan Konstruksi adalah segala 1 Keselamatan Keteknikan


Konstruksi
2 Keselamatan &
Kesehatan Kerja
kegiatan keteknikan untuk mendukung
Pekerjaan Konstruksi dalam mewujudkan merupakan keselamatan keselamatan dan kesehatan
pemenuhan standar keamanan, terhadap pemenuhan standar tenaga kerja, termasuk
keselamatan, kesehatan dan perencanaan, perancangan, tenaga kerja penyedia jasa,
keberlanjutan (K4) yang menjamin prosedur dan mutu hasil subpenyedia jasa, pemasok,
keselamatan keteknikan konstruksi, pelaksanaan Jasa Konstruksi, dan pihak lain yang diizinkan
memasuki tempat kerja


keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, mutu bahan, dan kelaikan
keselamatan publik dan lingkungan. peralatan konstruksi

“ 4 Keselamatan Lingkungan 3 Keselamatan Publik


Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi yang selanjutnya disebut keselamatan lingk. yang keselamatan masyarakat
terdampak oleh Pekerjaan dan/atau pihak yang berada
SMKK adalah bagian dari sistem
Konstruksi sebagai upaya di lingkungan dan sekitar
manajemen pelaksanaan Pekerjaan menjaga kelestarian lingk. hidup
Konstruksi dalam rangka menjamin tempat kerja yang terdampak
dan kenyamanan lingk. Pekerjaan Konstruksi
terwujudnya Keselamatan Konstruksi. terbangun sesuai peraturan
perundang-undangan
12
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGGUNA JASA PADA
PEKERJAAN KONSTRUKSI DALAM MELAKSANAKAN
PERMEN PUPR NO. 21/2019 TENTANG PEDOMAN SMKK

PENGGUNA JASA

• Unit Organisasi
• Unit Kerja
• Satker/PPK
• Pokja

13
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGGUNA JASA PADA
PEKERJAAN KONSTRUKSI DALAM MELAKSANAKAN
PERMEN PUPR NO. 21/2019 TENTANG PEDOMAN SMKK

PENGGUNA JASA

• Unit Organisasi
• Unit Kerja
• Satker/PPK
• Pokja

14
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENGGUNA JASA PADA
PEKERJAAN KONSTRUKSI DALAM MELAKSANAKAN
PERMEN PUPR NO. 21/2019 TENTANG PEDOMAN SMKK

PENGGUNA JASA

• Unit Organisasi
• Unit Kerja
• Satker/PPK
• Pokja

15
TAHAPAN PELAKSANAAN SMKK

PENGKAJIAN &
TAHAPAN PERENCANAAN PERANCANGAN PEMBANGUNAN

PROCUREMENT PELAKSANAAN

Rancangan
Dok.
Rancangan Konseptual, KAK, HPS, RKK
DOKUMEN Konseptual SMKK Risk Analysis,
Penawaran RKK RMPK
Pelaksanaan
Biaya SMKK Teknis

Pengguna/Konsultan Pengkajian/
Pengguna/Kontraktor/
PELAKU Konsultan Perencanaan/
Konsultan Pengawas/Konsultan MK
Konsultan Perancangan

16
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA PADA
PEKERJAAN KONSTRUKSI DALAM MELAKSANAKAN
PERMEN PUPR NO. 21/2019 TENTANG PEDOMAN SMKK

Penyedia Jasa yang harus menerapkan SMKK merupakan


Penyedia Jasa yang memberikan layanan:
a. Konsultansi Manajemen Penyelenggaraan Konstruksi
b. Konsultansi Konstruksi pengawasan
PENYEDIA JASA c. Pekerjaan Konstruksi
TAHAP KONSTRUKSI

• Konsultan MK Penyedia Jasa wajib:


• Konsultan a. Melakukan identifikasi bahaya
b. Melakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko/peluang
Pengawas
Pekerjaan Konstruksi
• Kontraktor c. Menyusun sasaran dan program Keselamatan Konstruksi,
yang dibuat berdasarkan tahapan pekerjaan (Work
Breakdown Structure)
d. Melakukan penjaminan & pengendalian mutu
17
2a
TAHAP
PRAKONSTRUKSI
(Pengkajian–Perencanaan–Perancangan)
RANCANGAN KONSEPTUAL SMKK (PRA-KONSTRUKSI)
Disusun oleh: PERANAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI PADA SMKK
DALAM RANCANGAN KONSEPTUAL SMKK (PRA-KONSTRUKSI)
a. Penyedia Jasa
Konsultansi
Konstruksi Rancangan
Pengkajian; Konseptual SMKK
b. Penyedia Jasa harus disetujui
Konsultansi RANCANGAN oleh Pengguna
Konstruksi KONSEPTUAL Jasa untuk
Perencanaan; SMKK dijadikan rujukan
dan dalam menyusun
c. Penyedia Jasa RKK
Konsultansi
Konstruksi
Perancangan.
Penyedia Jasa harus memiliki Ahli K3 Konstruksi
MUATAN SUBSTANSI RANCANGAN KONSEPTUAL SMKK PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI

TAHAPAN MUATAN SUBSTANSI

a) lingkup tanggung jawab pengkajian;


b) informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit meliputi lokasi, lingkungan, sosio-
Pengkajian ekonomi, dan/atau dampak lingkungan; dan
c) rekomendasi teknis
a) lingkup tanggung jawab perencanaan;
b) informasi awal terhadap kelaikan paling sedikit meliputi lokasi, lingkungan, sosio-
Perencanaan ekonomi, dan/atau dampak lingkungan; dan
c) rekomendasi teknis
a) lingkup tanggung jawab perancang, termasuk pernyataan dalam hal terjadi revisi desain,
tanggung jawab revisi desain dan dampaknya ada pada penyusun revisi;
b) metode pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi;
c) identifikasi bahaya, mitigasi bahaya, dan penetapan tingkat risiko;
Perancangan d) daftar standar dan/atau peraturan perundang-undangan Keselamatan Konstruksi yang
ditetapkan untuk desain;
e) Biaya Penerapan SMKK; dan
f) rancangan panduan keselamatan pengoperasian dan pemeliharaan konstruksi
bangunan.
Elemen SMKK Pelaksanaan Konstruksi
Kepemimpinan dan • Kepedulian pimpinan terhadap isu eksternal dan internal;
partisipasi pekerja
• Organisasi pengelola SMKK; dan
dalam keselamatan
konstruksi • Komitmen keselamatan konstruksi.
• Mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian, dan
Perencanaan peluang;
keselamatan • Rencana tindakan yang tertuang dalam sasaran dan program; dan
konstruksi • Pemenuhan standar dan peraturan perundangan keselamatan
konstruksi.
• Sumber daya (peralatan, material, dan biaya);
Dukungan • Kompetensi;
keselamatan • Kepedulian;
konstruksi • Komunikasi; dan
• Informasi terdokumentasi. Konsultansi Konstruksi dalam
Operasi keselamatan • Perencanaan dan Pengendalian Operasi; melaksanakan pekerjaannya
konstruksi • Kesiapan dan Tanggapan terhadap Kondisi Darurat. harus menerapkan Operasi
Keselamatan Konstruksi
Evaluasi kinerja • Pemantauan dan Evaluasi;
keselamatan • Tinjauan Manajemen; dan
konstruksi • Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi.
2b
TAHAP
KONSTRUKSI
(Procurement–Pelaksanaan Konstruksi)
PENERAPAN SMKK DALAM TAHAP PEMBANGUNAN

Pemilihan Penyedia Pelaksanaan Pekerjaan Serah Terima


Jasa Konstruksi Pekerjaan
BENTUK

1. Pelaksanaan RKK Dokumen hasil penerapan SMKK &


Dokumen Pemilihan
2. Penyusunan & Pelaksanaan Penjaminan Mutu kepada
(Dok. Teknis + Administrasi)
RMPK Pengguna Jasa

Harus memuat:
 Manajemen Risiko Keselamatan  RKK & RMPK dibahas, dan
disetujui oleh Pengguna Jasa dan  Laporan pelaksanaan RKK
MUATAN

Konstruksi yang paling sedikit


memuat uraian pekerjaan, Penyedia Jasa pada saat PCM  Laporan penjaminan &
identifikasi bahaya, dan  Pengendalian RKK dan RMPK pengendalian mutu
penetapan tingkat Risiko melalui persyaratan dalam  Seluruh laporan disertai bukti
Keselamatan Konstruksi pada pengajuan izin mulai kerja (JSA + dokumentasi
Pekerjaan Konstruksi; dan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan)
 Biaya Penerapan SMKK pada HPS
PENGENDALIAN PELAKSANAAN SMKK
Persyaratan dalam
permohonan memulai
pekerjaan
mengintegrasikan
pengendalian mutu
dan Analisis
Keselamatan
Pekerjaan/JSA Work method statement

Pengendalian “4M”
1. Method  metode kerja (SOP)
2. Man  tenaga kerja kompeten
3. Machine  peralatan laik Syarat Memulai
fungsi Pekerjaan
4. Material  material sesuai
spesifikasi
5. Subkontraktor
6. Analisis Keselamatan
Pekerjaan/Job Safety Pengendali Pekerjaan
Analysis
BIAYA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
Pasal 27 ayat (1) Pasal 28 ayat (1)
Harus dimasukkan pada Pengguna jasa harus memastikan seluruh
Daftar Kuantitas dan komponen biaya penerapan SMKK dianggarkan
Harga dengan besaran dan diterapkan oleh Penyedia Jasa
biaya sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan Pasal 28 ayat (2)
pengendalian dalam Bagian dari RKK dan harus
RKK. disampaikan oleh Penyedia Jasa
dalam dokumen penawaran.
BIAYA SMKK Pasal 28 ayat (3)
Penyedia jasa tidak
dapat mengusulkan
perubahan anggaran
Pasal 29 biaya penyelenggaraan
Penyedia Jasa yang tidak SMKK berdasarkan RKK
menyampaikan perkiraan biaya yang telah ditinjau
penerapan SMKK sesuai ketentuan, ulang
maka dinyatakan gugur atau nilai
penawaran biaya sama dengan nol
BIAYA PENERAPAN SMKK
Paling sedikit mencakup:
1. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan
3. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Asuransi dan perizinan
5. Personel Keselamatan Konstruksi
Dalam hal Penyedia Jasa tidak
menyampaikan perkiraan
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan
biaya penerapan SMKK, 7. Rambu-rambu yang diperlukan
Penyedia Jasa pada: 8. Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi*
• Sistem gugur : dinyatakan
gugur 9. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian
• Sistem nilai: nilai risiko Keselamatan Konstruksi
penawaran biaya = 0
*Tidak wajib dilaksanakan bagi konstruksi dengan risiko keselamatan konstruksi kecil
PERINCIAN BIAYA PENERAPAN SMKK
1. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK), antara lain:
• Pembuatan dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi;
• Pembuatan prosedur dan instruksi kerja; dan
• Penyiapan formulir.
2. Sosialisasi, promosi dan pelatihan, antara lain:
• Induksi Keselamatan Konstruki (Safety Induction);
• Pengarahan Keselamatan Konstruki (Safety Briefing);
• Pertemuan mengenai keselamatan Keselamatan Konstruki (Safety Meeting, Safety Talk,
dan/atau Tool Box Meeting);
• Pelatihan Keselamatan Konstruki;
• Sosialisasi HIV/AIDS;
• Simulasi Keselamatan Konstruki;
• Spanduk (banner);
• Poster; dan
• Papan informasi K3.
PERINCIAN BIAYA PENERAPAN SMKK
3. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD), meliputi:
•APK antara lain: • APD antara lain:
• Jaring pengaman (Safety Net); • Helm pelindung (Safety Helmet);
• Tali keselamatan (Life Line); • Pelindung mata (Goggles, Spectacles);
• Penahan jatuh (Safety Deck); • Tameng muka (Face Shield);
• Pagar pengaman (Guard Railling); • Masker selam (Breathing Apparatus);
• Pelindung telinga (Ear Plug, Ear Muff);
• Pembatas area (Restricted Area);
• Pelindung pernafasan dan mulut (Masker);
• Pelindung jatuh (Fall Arrester); dan
• Sarung tangan (Safety Gloves);
• Perlengkapan keselamatan bencana. • Sepatu keselamatan (Safety Shoes);
• Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and
Toe Cap);
• Penunjang seluruh tubuh (Full Body Harness);
• Jaket pelampung (Life Vest);
• Rompi keselamatan (Safety Vest); dan
• Celemek (Apron/Coveralls).
PERINCIAN BIAYA PENERAPAN SMKK
4. Asuransi dan Perizinan, antara lain:
• Asuransi;
• Surat izin laik operasi *
• Sertifikat kompetensi kerja untuk operator yang diterbitkan oleh lembaga/instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;*
• Surat Pengesahan Organisasi K3 (P2K3), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan*
• Perizinan terkait lingkungan kerja
5. Personel Keselamatan Konstruksi, antara lain:
• Ahli K3 Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi;
• Petugas tanggap darurat;
• Petugas P3K;
• Petugas pengatur lalu lintas (Flagman);
• Tenaga medis dan/atau kesehatan; dan
• Petugas kebersihan lingkungan
Keterangan :
* Biaya menjadi tanggungan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, tidak masuk dalam biaya penerapan SMKK
PERINCIAN BIAYA PENERAPAN SMKK
6. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan, antara lain:
• Peralatan P3K (Kotak P3K, tandu, obat luka, perban, dan lain-lain)
• Ruang P3K (tempat tidur pasien, tabung oksigen, stetoskop, timbangan berat badan, tensi
meter, dan lain-lain);
• Peralatan pengasapan (Fogging);
• Obat pengasapan; dan
• Ambulans.
7. Rambu-Rambu yang diperlukan, antara lain:
• Rambu petunjuk; • Jalur evakuasi (Escape Route);
• Rambu larangan; • Tongkat pengatur lalu lintas (Warning Lights Stick);
• Rambu peringatan; • Kerucut lalu lintas (Traffic Cone);
• Lampu putar (Rotary Lamp); dan
• Rambu kewajiban;
• Lampu selang lalu lintas.
• Rambu informasi;
• Rambu pekerjaan sementara;
PERINCIAN BIAYA PENERAPAN SMKK
8. Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi, antara lain:
• Ahli Lingkungan;
Tidak wajib dilaksanakan bagi
• Arsitek; konstruksi dengan risiko
• Ahli Teknik Jalan; keselamatan konstruksi kecil
• Ahli Teknik Jembatan; dan/atau
• Ahli Teknik Bangunan Gedung.
9. Kegiatan dan peralatan terkait Pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi, antara lain:
• Pemeriksaan dan pengujian peralatan; • Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP);
• Alat Pemadam Api Ringan (APAR); • Program inspeksi dan audit;
• Sirine; • Pelaporan dan penyelidikan insiden;
• Bendera K3; • Patroli keselamatan; dan/atau
• Closed-circuit Television (CCTV).
• Lampu darurat (Emergency Lamp);
• Pemeriksaan lingkungan kerja:
• Limbah B3
• Polusi suara
PERINCIAN BIAYA PENERAPAN SMKK
Keterangan:
 Alat Pelindung Kerja (APK) sesuai pada angka 3 huruf a nomor 1 dan nomor 2 harus dalam kondisi baru dan
mengikuti standar yang berlaku.
 Alat Pelindung Diri (APD) sesuai pada angka 3 huruf b harus dalam kondisi baru dan mengikuti standar yang berlaku.
 Standar warna helm yang dipergunakan, sebagai berikut:
 Tamu –warna putih polos;
 Tim:
 Pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 1 strip (8 mm);
 Kepala pelaksana–warna putih polos dilengkapi dengan 2 strip (2 x 8 mm);
 Kepala pekerjaan konstruksi–warna putih polos dilengkapi dengan 3 strip berukuran @ 8mm, dan 1
strip 15 mm di bagian paling atas.
 Pekerja pada Unit Keselamatan Konstruksi–warna merah;
 Pekerja pada Unit kerja Sipil–warna kuning;
 Pekerja pada Unit kerja Mekanikal Elektrikal (ME) – warna biru;
 Pekerja pada Unit kerja Lingkungan – warna hijau; dan
 Jika ada logo perusahaan, ditempatkan di bagian tengah dan depan pelindung kepala.
 Pekerja pada Pekerjaan Konstruksi menggunakan pakaian berwarna jingga (orange).
 Pada alat berat yang beroperasi ditempel SILO, SIO, nama operator beserta pasfoto ukuran 8R.
CONTOH PETUNJUK ISIAN SATUAN PERINCIAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
PENYELENGGARAAN SMKK KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

A. Format Rincian SMKK


SATUAN KUAN- HARGA TOTAL
NO. URAIAN PEKERJAAN KET
UKURAN TITAS SATUAN (Rp.) HARGA (Rp.)
1 Penyiapan RKK antara lain :
Memperhatikan jumlah
a Pembuatan dokumen RKK dan jenis pekerjaan
yang dikerjakan
Set
Memperhatikan
Pembuatan Prosedur dan Instruksi
b perkiraan jumlah
Kerja serta Penyiapan Formulir
pekerja
A Sub Total Penyiapan RKK jumlah (a-b)
B. Contoh Format Rincian SMKK untuk Pekerjaan Gedung
SATUAN KUAN- HARGA TOTAL
NO. URAIAN PEKERJAAN KET
UKURAN TITAS SATUAN (Rp.) HARGA (Rp.)
1 Penyiapan RKK antara lain :
a Pembuatan dokumen RKK Memperhatikan
Pembuatan Prosedur dan jumlah dan jenis
Set 1 5.000.000,- 5.000.000,-
b Instruksi Kerja serta Penyiapan pekerjaan yang
Formulir dikerjakan
A Sub Total Penyiapan RKK 5.000.000,-
Keterangan pengisian Biaya Penerapan SMKK

1 Uraian pekerjaan sebagaimana tersebut dalam tabel, disesuaikan dengan jenis


pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan;

2 PPK menetapkan perincian uraian pekerjaan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan


pekerjaan;

3 Jumlah minimal kebutuhan personel Keselamatan Konstruksi ditetapkan oleh pengguna jasa
yang dituangkan pada dokumen tender;

4 Satuan Konsultasi dengan Ahli terkait Keselamatan Konstruksi dilaksanakan untuk


pekerjaan risiko keselamatan konstruksi besar dan sedang, sedangkan untuk
pekerjaan risiko keselamatan konstruksi kecil dilaksanakan apabila diperlukan;
Terlampir tabel kualifikasi Ahli K3 Konstruksi dan Petugas Keselamatan Konstruksi
5
pada tingkat risiko keselamatan konstruksi.
Keterangan pengisian Biaya Penerapan SMKK

6 Jumlah Ahli K3 Konstruksi/Petugas Keselamatan Konstruksi dalam UKK pada Pekerjaan


Konstruksi sebagai berikut:
 Risiko keselamatan konstruksi kecil, memiliki perbandingan antara jumlah Ahli K3
Konstruksi/Petugas Keselamatan Konstruksi dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:60, dengan
jumlah minimal 1 (satu) Petugas Keselamatan Konstruksi dalam tiap Pekerjaan konstruksi.
 Risiko Keselamatan Konstruksi sedang, memiliki perbandingan antara jumlah Ahli K3 Konstruksi
dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:50, dengan jumlah minimal 1 (satu) Ahli K3 Konstruksi
tiap Pekerjaan konstruksi; dan
 Risiko keselamatan konstruksi besar, memiliki perbandingan antara jumlah Ahli K3 Konstruksi
dengan jumlah tenaga kerja konstruksi 1:40, dengan jumlah minimal 1 (satu) Ahli K3 Konstruksi
dalam tiap Pekerjaan konstruksi;
 Petugas Keselamatan Konstruksi dibantu oleh pekerja yang telah mendapat pelatihan K3
Konstruksi di internal.
 Pendelegasian tugas penerapan SMKK sebagian diberikan kepada pekerja yang sudah mendapat
pelatihan.

7 Pada dokumen pemilihan pengguna jasa mencantumkan persyaratan kebutuhan Ahli K3


Konstruksi berdasarkan Risiko Keselamatan Konstruksi
UNIT KESELAMATAN bertanggungjawab kepada unit yang menangani
KONSTRUKSI Keselamatan Konstruksi di bawah pimpinan tertinggi
Penyedia Jasa.
Pimpinan
• wajib memiliki kompetensi Persyaratan kualifikasi kompetensi kerja Pimpinan UKK
kerja yang dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi kerja di • Ahli Utama K3 Konstruksi; atau
bidang K3 Konstruksi.
RISIKO KESELAMATAN
KONSTRUKSI BESAR • Ahli Madya K3 Konstruksi dengan
• berkoordinasi dengan
pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
pimpinan tertinggi Pekerjaan
Konstruksi
RISIKO KESELAMATAN • Ahli Madya K3 Konstruksi; atau
Anggota KONSTRUKSI SEDANG • Ahli Muda K3 Konstruksi dengan
wajib memiliki kompetensi pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun
kerja yang dibuktikan dengan
kepemilikan kompetensi kerja RISIKO KESELAMATAN • Ahli Muda K3 Konstruksi; atau
atau sertifikat pelatihan
Ket: KONSTRUKSI KECIL • Petugas Keselamatan Konstruksi.
1. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko Keselamatan
Konstruksi kecil, Pimpinan tertinggi Pekerjaan
Konstruksi dapat merangkap sebagai pimpinan UKK.
2. Dalam hal pekerjaan konstruksi berisiko Keselamatan Untuk menjadi Petugas Keselamatan Konstruksi harus
Konstruksi sedang dan besar, Penyedia Jasa Pekerjaan mengikuti bimbingan teknis SMKK untuk mendapatkan
Konstruksi harus membentuk UKK yang terpisah dari
struktur organisasi Pekerjaan Konstruksi
sertifikat kompetensi Petugas Keselamatan Konstruksi
KRITERIA RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI

RISIKO • bersifat berbahaya tinggi berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh
Pengguna
KESELAMATAN
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
KONSTRUKSI
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah lebih dari 100 (seratus) orang;
BESAR • menggunakan peralatan berupa pesawat angkat;
• menggunakan metode peledakan dan/atau menyebabkan terjadinya peledakan; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi.

RISIKO • bersifat berbahaya sedang berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh
KESELAMATAN Pengguna
• Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) sampai
KONSTRUKSI
dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah);
SEDANG
• mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah 25 (dua puluh lima) orang sampai dengan 100 (seratus)
orang; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi madya.

RISIKO • bersifat berbahaya rendah berdasarkan penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi yang ditetapkan oleh
KESELAMATAN Pengguna Jasa
KONSTRUKSI • Pekerjaan Konstruksi dengan nilai HPS sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah);
KECIL • mempekerjakan tenaga kerja yang berjumlah kurang dari 25 (dua puluh lima) orang; dan/atau
• Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana.
Pekerjaan Konstruksi yang memiliki Risiko
Dalam hal suatu Pekerjaan Keselamatan Konstruksi besar dengan kriteria
Konstruksi memenuhi lebih mempekerjakan lebih dari 100 (seratus)
dari satu kriteria Risiko pekerja harus mempunyai personel
Keselamatan Konstruksi paling sedikit 2
Keselamatan Konstruksi, (dua) orang yang terdiri atas:
penentuan Risiko a. 1 (satu) orang Ahli Utama K3 Konstruksi
Keselamatan Konstruksi dan/atau Ahli Madya K3 Konstruksi dengan
pengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun;
ditentukan dengan memilih
dan
Risiko Keselamatan Konstruksi b. 1 (satu) orang Ahli Muda K3 Konstruksi
yang lebih tinggi KETENTUAN LAIN dengan pengalaman paling singkat 3 (tiga)
tahun
RISIKO
KESELAMATAN
Pada Pekerjaan Konstruksi yang Risiko Keselamatan Konstruksi
menggunakan metode padat karya KONSTRUKSI
untuk menentukan kebutuhan
atau menggunakan banyak tenaga Ahli K3 Konstruksi dan/atau
kerja namun sedikit penggunaan Petugas Keselamatan
peralatan mesin, kebutuhan Konstruksi, tidak untuk
Personel Keselamatan Konstruksi menentukan kompleksitas atau
ditentukan oleh penilaian Risiko segmentasi pasar Jasa Konstruksi.
Keselamatan Konstruksi
2c
TAHAP
SERAH TERIMA
PEKERJAAN
(PHO–Pemeliharaan–FHO)
PENERAPAN SMKK DALAM TAHAPAN SERAH TERIMA

Penerapan SMKK dalam Pengoperasian dan Pemeliharaan,


tahapan serah terima Pengguna Jasa harus merujuk pada
pekerjaan dilakukan pada hasil perancangan yang telah
PHO sampai FHO. dimutakhirkan

Panduan keselamatan operasi dan


pemeliharaan konstruksi bangunan
Setelah PHO pekerjaan yang sudah memperhitungkan
SMKK diterapkan dalam Keselamatan Konstruksi yang disusun
pengoperasian dan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
pemeliharaan. Konstruksi berdasarkan hasil
pelaksanaan rancangan dan dokumen
SMKK yang dimutakhirkan.
2d
PEMBINAAN dan
PENGAWASAN
Pembinaan Penerapan SMKK
Penetapan Kebijakan SMKK

01 Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria


sesuai dengan kewenangannya

Penerapan Kebijakan SMKK

02 Dalam bentuk fasilitasi, konsultasi serta


pendidikan dan pelatihan

Pemantauan dan Evaluasi Penerapan SMKK

03 Penilaian terhadap pelaksanaan pembinaan dan


pengawasan penerapan SMKK

Pengembangan Kerja Sama Penerapan

04 SMKK
Meningkatkan penerapan SMKK dalam mewujudkan
Keselamatan Konstruksi
.
PENGAWASAN PENERAPAN SMKK

Gubernur sebagai wakil Gubernur melakukan


Menteri melakukan Bupati/walikota melakukan
Pemerintah Pusat pengawasan penerapan SMKK pengawasan penerapan SMKK
pengawasan tertib penerapan (GWPP) di daerah pada Pekerjaan Konstruksi dan pada Pekerjaan Konstruksi
SMKK pada Pekerjaan melakukan pengawasan dan Konsultansi Konstruksi
Konsultansi Konstruksi
Konstruksi dan Konsultansi penerapan kebijakan terhadap pembiayaan yang
terhadap pembiayaan yang
Konstruksi yang berasal dari SMKK yang dilakukan berasal dari anggaran berasal dari anggaran
anggaran pendapatan dan oleh gubernur dan pendapatan dan belanja pendapatan dan belanja
belanja negara dan/atau yang daerah kabupaten/kota
bupati/walikota di daerah provinsi dan/atau yang
memiliki Risiko Keselamatan dan/atau yang memiliki
wilayah memiliki Risiko Keselamatan Risiko Keselamatan Konstruksi
Konstruksi besar kewenangannya Konstruksi sedang kecil

Pengguna Jasa menyam- Gubernur sebagai wakil Gubernur menyampaikan laporan Bupati/walikota menyampaikan laporan
paikan laporan penyeleng- pemerintah pusat me- penerapan SMKK kepada Menteri SMKK kepada gubernur sebagai wakil
garaan pengawasan SMKK nyampaikan laporan dan menteri yang menyelenggara- pemerintah pusat yang menjadi satu
kepada Menteri melalui unit penerapan kebijakan kan urusan pemerintahan dalam kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
organisasi yang membidangi SMKK kepada Menteri negeri yang menjadi satu kesatuan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kab
Jasa Konstruksi yang tidak terpisahkan dengan upaten/kota
laporan penyelenggaraan
pemerintah daerah provinsi

Laporan penerapan SMKK disampaikan secara berkala paling sedikit 1 (satu) tahun sekali
Dalam melakukan pengawasan penerapan KOMITE KESELAMATAN
SMKK, Menteri membentuk:
KONSTRUKSI
Komite Keselamatan Konstruksi, terdiri atas:
 Ketua  Subkomite
 Sekretaris  Sekretariat
 Anggota

Tugas Komite Keselamatan Konstruksi:


 Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Pekerjaan Konstruksi yang diperkirakan
memiliki Risiko Keselamatan Konstruksi besar;

 Melaksanakan investigasi kecelakaan konstruksi;


 Memberikan saran, pertimbangan, dan rekomendasi kepada Menteri berdasarkan hasil
pemantauan dan evaluasi Pekerjaan Konstruksi dengan Risiko Keselamatan Konstruksi
besar dan/atau investigasi kecelakaan konstruksi dalam rangka mewujudkan Keselamatan
Konstruksi; dan

 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.


2e
KETENTUAN PERALIHAN
dan
PENUTUP
KETENTUAN PERALIHAN
RKK pada Kontrak Kerja Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi yang telah ditandatangani
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya Kontrak
Kerja Konstruksi tersebut

Sertifikat Petugas K3 Konstruksi dan surat keterangan penjaminan mutu dan pengendalian
mutu yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini harus disesuaikan
dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai
berlaku

KETENTUAN PENUTUP
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 628), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 179), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
LAMPIRAN
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI BESAR PER JENIS PEKERJAAN
KHUSUS SIPIL UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN AHLI K3 KONSTRUKSI/PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI
KLASIFIKASI USAHA PEKERJAAN
KONSTRUKSI MENURUT UU 2 JENIS KONSTRUKSI KETERANGAN
TAHUN 2017
Jembatan bentang ≥ 45 m (beton)
bentang ≥ 50 m (baja)
Jalan Lintas Atas bentang ≥ 45 m (beton)
(Flyover/Overpass) bentang ≥ 50 m (baja)
Jalan Layang panjang > 1.000 m
Jembatan tipe khusus Gantung, beruji kabel, pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 m, bentang paling sedikit
100 m, dengan ketinggian pilar diatas 40 m, kotak/box girder, dan lain-lain yang didesain
secara khusus.

Pembangunan Jembatan Gantung Program PISEW (Pengembangan Infrastruktur Sosial


SIPIL
Ekonomi Wilayah)
Jalan - Jalan di daerah perbukitan dan/atau pergunungan

Keterangan:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko
keselamatan konstruksi yang sudah ditentukan
pada keterangan di atas, tidak diperlukan lagi
perhitungan penentuan tingkat risiko
Keselamatan Konstruksi sebagaimana tertuang
dalam contoh Tabel Penetapan Tingkat Risiko
Pekerjaan.
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI BESAR PER JENIS PEKERJAAN
KHUSUS SIPIL UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN AHLI K3 KONSTRUKSI/PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI

KLASIFIKASI USAHA PEKERJAAN


KONSTRUKSI MENURUT UU 2 TAHUN JENIS KONSTRUKSI KETERANGAN
2017

Terowongan Semua
Underpass Semua
Bendungan Semua bendungan
Reklamasi Semua reklamasi
Pemecah/penahan Perlu ada kriteria
gelombang Rubble mound > 1 ton
Ambang (Groundsill) - dengan lebar sungai > 20 m;
- Tinggi Terjunan ≥ 3 m
SIPIL Saluran irigasi khusus Dengan konstruksi terowongan dan sipon
Saluran irigasi volume luasan > 2000 HA
Terowongan air Semua terowongan
Keterangan: Bendung dengan lebar sungai > 20 m
Untuk pekerjaan konstruksi Sistem Penyediaan Air Dengan kedalaman pekerjaan galian > 1,5 m
dengan risiko keselamatan Minum (SPAM)
konstruksi yang sudah ditentukan
pada keterangan di atas, tidak Instalasi Pembuangan Air Dengan kedalaman pekerjaan galian > 1,5 m
diperlukan lagi perhitungan Limbah
penentuan tingkat risiko Tempat Pembuangan Akhir Bila pelaksanaan pekerjaan galian tanah > 1,5 m
Keselamatan Konstruksi (TPA)
sebagaimana tertuang dalam
contoh Tabel Penetapan Tingkat Embung Semua Embung
Risiko Pekerjaan. Dermaga Pembangunan pada program PISEW (Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi
Wilayah)
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI KHUSUS GEDUNG/PERUMAHAN DENGAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI BESAR,
SEDANG, DAN KECIL UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN AHLI K3 KONSTRUKSI/PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI

KLASIFIKASI USAHA
PEKERJAAN KONSTRUKSI JENIS KONSTRUKSI
KETERANGAN
MENURUT UU 2 TAHUN 2017

Bangunan Di atas 5 lantai Risiko keselamatan konstruksi besar


Gedung s/d 5 lantai Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang
Berdasarkan
Ketinggian Risiko keselamatan konstruksi kecil
Lantai 1-2 lantai
GEDUNG Bangunan

Bangunan gedung semi basement dan/atau


Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang
bangunan gedung 1 lapis dengan ketinggian
Keterangan: Bangunan lebih dari 3 meter di bawah tanah
Untuk pekerjaan konstruksi
Gedung Bangunan gedung > 2 lapis di bawah tanah Risiko keselamatan konstruksi besar
dengan risiko keselamatan
konstruksi yang sudah Berdasarkan dengan ketinggian per lapis 3 meter
ditentukan pada keterangan di Kondisi Risiko keselamatan konstruksi besar
Bangunan gedung di bawah air
atas, tidak diperlukan lagi Bangunan
perhitungan penentuan tingkat Gedung
risiko Keselamatan Konstruksi Bangunan gedung di bawah sarana/ prasarana Risiko keselamatan konstruksi besar
sebagaimana tertuang dalam
contoh Tabel Penetapan Bangunan gedung di atas sarana/prasarana Risiko keselamatan konstruksi besar
Tingkat Risiko Pekerjaan.
51
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI KHUSUS GEDUNG/PERUMAHAN DENGAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI BESAR,
SEDANG, DAN KECIL UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN AHLI K3 KONSTRUKSI/PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI
KLASIFIKASI USAHA PEKERJAAN
KONSTRUKSI MENURUT UU 2 JENIS KONSTRUKSI KETERANGAN
TAHUN 2017
Rumah Cut and Fill Risiko keselamatan konstruksi besar:
Tapak  Slope > 450
 Jenis Tanah: Gambut, Tanah Pasir, Tanah Lempung
 Volume Tanah ≥ 500.000 m3

Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:


 Slope > 150-450
 Jenis Tanah:Tanah Lanau dan Tanah Timbunan

Risiko keselamatan konstruksi kecil:


 Slope < 150
 Jenis Tanah: Tanah Batu
GEDUNG
Pracetak Risiko keselamatan konstruksi besar:
 Semua komponen Pracetak
 > 2 lantai
Keterangan:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
keselamatan konstruksi yang sudah  Kolom dan Balok Prcetak
ditentukan pada keterangan di atas, tidak
Risiko keselamatan konstruksi kecil:
diperlukan lagi perhitungan penentuan
tingkat risiko Keselamatan Konstruksi  Sloof dan Pondasi Prcetak
sebagaimana tertuang dalam contoh Tabel Peralatan konstruksi Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
Penetapan Tingkat Risiko Pekerjaan. Hand Crane
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI KHUSUS GEDUNG/PERUMAHAN DENGAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI BESAR,
SEDANG, DAN KECIL UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN AHLI K3 KONSTRUKSI/PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI
KLASIFIKASI USAHA
PEKERJAAN KONSTRUKSI JENIS KONSTRUKSI
MENURUT UU 2 TAHUN 2017 KETERANGAN
Rumah Susun Cut and Fill Risiko keselamatan konstruksi besar:
 Slope > 450
 Jenis Tanah: Gambut, Tanah Pasir, Tanah Lempung
 Volume Tanah ≥ 500.000 m3
Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
 Slope > 150 – 450
 Jenis Tanah:Tanah Lanau dan Tanah Timbunan
Risiko keselamatan konstruksi kecil:
 Slope < 150
GEDUNG  Jenis Tanah: Tanah Batu
2 – 5 Lantai Risiko keselamatan konstruksi besar:
 Semua Komponen Pra Cetak
Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
Keterangan:  Parsial Precast
Untuk pekerjaan konstruksi dengan Risiko keselamatan konstruksi kecil:
risiko keselamatan konstruksi yang  Konvensional
sudah ditentukan pada keterangan 6 – 12 Lantai Risiko keselamatan konstruksi besar:
di atas, tidak diperlukan lagi  Pracetak dan Konvensional
perhitungan penentuan tingkat
 Rusun Campuran
risiko Keselamatan Konstruksi
Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
sebagaimana tertuang dalam
contoh Tabel Penetapan Tingkat Parsial Precast
Risiko Pekerjaan.
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI KHUSUS GEDUNG/PERUMAHAN DENGAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI BESAR,
SEDANG, DAN KECIL UNTUK MENENTUKAN KEBUTUHAN AHLI K3 KONSTRUKSI/PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI

KLASIFIKASI USAHA PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT


JENIS KONSTRUKSI KETERANGAN
UU 2 TAHUN 2017
Rumah > 12 Lantai Risiko keselamatan konstruksi besar:
Susun  Pra Cetak dan Konvensional
 Rusun Campuran
Helipad Risiko keselamatan konstruksi besar :
 Di atas Rumah Susun
Lingkungan Kerja Risiko keselamatan konstruksi besar:
 Daerah Militer;
 Kepadatan Penduduk Tinggi;
 Zona Merah Rawan Bencana.
Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
GEDUNG
 Kepadatan Penduduk Sedang;
 Zona Rawan Bencana Sedang.
Risiko keselamatan konstruksi kecil:
 Kepadatan Penduduk Rendah;
 Zona Rawan Bencana Rendah.
Peralatan Konstruksi Risiko keselamatan konstruksi besar:
 Tower Crane dan Mobile Crane
Keterangan: Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko  Mobile Crane
keselamatan konstruksi yang sudah Nilai Pekerjaan konstruksi Risiko keselamatan konstruksi besar:
 1 Tower > Rp. 50 M
ditentukan pada keterangan di atas, tidak
Jumlah Tenaga Kerja Risiko keselamatan konstruksi besar:
diperlukan lagi perhitungan penentuan  100 orang
tingkat risiko Keselamatan Konstruksi Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:
sebagaimana tertuang dalam contoh Tabel  25-100 orang
Penetapan Tingkat Risiko Pekerjaan. Risiko keselamatan konstruksi kecil:
 < 25 orang
DAFTAR PEKERJAAN KONSTRUKSI KHUSUS INFRASTRUKTUR BERBASIS
MASYARAKAT (IBM)

JENIS KONSTRUKSI KETERANGAN

Pekerjaan Infrastruktur Berbasis Risiko Keselamatan Konstruksi Sedang:


Masyarakat (IBM), seperti:  Menggunakan alat berat.
 Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah Risiko keselamatan konstruksi kecil:
(PISEW);  Tidak Menggunakan alat berat,
 Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).  Mempekerjakan tenaga kerja
di bawah 25 orang,
 Teknologi yang sederhana.

Keterangan:
Untuk pekerjaan konstruksi dengan risiko keselamatan konstruksi yang sudah ditentukan pada
keterangan di atas, tidak diperlukan lagi perhitungan penentuan tingkat risiko Keselamatan Konstruksi
sebagaimana tertuang dalam contoh Tabel Penetapan Tingkat Risiko Pekerjaan.
PENENTUAN TINGKAT TEKNOLOGI TINGGI, MADYA, DAN SEDERHANA
Peralatan berat dengan menggunakan mesin yang operasionalnya berbasis mekanikal, elektrikal, hidrolik, pneumatik yang terkontrol
secara automatic dan digital, baik berdiri sendiri maupun terintegrasi dalam satu sistem, meliputi:
Jenis dan kapasitas pesawat angkat dan angkut:
 Peralatan angkat
a. Keran mobil, keran kelabang, keran portal, keran magnet, keran lokomotif, pesawat hidrolik, dan pesawat pneumatic,
dengan kapasitas:
 > 25 ton dan ≤ 100 ton;
 > 100 ton dan ≤ 300 ton;
 > 300 ton dan ≤ 600 ton;
 > 600 ton;
b. Alat angkat listrik/lift barang/passenger hoist, keran overhead, keran pedestal, keran tetap, keran gantry, keran dinding dan
keran sumbu putar, dengan kapasitas:
Teknologi tinggi  > 25 ton dan ≤ 100 ton;
 > 100 ton dan ≤ 300 ton;
 > 300 ton dan ≤ 600 ton;
 > 600 ton;
c. Launcher girder;
d. Mesin bor terowongan (tunnel boring machine).
 Peralatan angkut
a. Keran Menara (tower crane),
b. Pesawat angkutan di atas landasan dan diatas permukaan:
 Jenis forklift dan/atau lift truk > 15 ton
 Pesawat pneumatic yang digerakan oleh tenaga yang menggunakan tekanan udara dengan kapasitas tekanan di atas 150 psi
(Pounds per Square inch);
 Pesawat hidrolik yang digerakan oleh cairan oli dengan kapasitas tekanan >5000 psi (Pounds per Square inch);
 Tenaga penggerak listrik (generator set) dengan kapasitas di atas > 200 KVA.
PENENTUAN TINGKAT TEKNOLOGI TINGGI, MADYA, DAN SEDERHANA
Jenis dan kapasitas pesawat angkat dan angkut:
 Peralatan angkat
a. Keran mobil, keran kelabang, keran portal, keran magnet, keran lokomotif, pesawat hidrolik, dan pesawat pneumatic, dengan
kapasitas:
 s/d 25 ton
b. Alat angkat listrik/lift barang/passenger hoist, keran overhead, keran pedestal, keran tetap, keran gantry, keran dinding dan keran
sumbu putar, dengan kapasitas:
 s/d 25 ton
 Peralatan angkut
a. Pesawat angkutan di atas landasan dan diatas permukaan:
 Jenis forklift dan/atau lift truk s/d 15 ton
 Pesawat pneumatic yang digerakan oleh tenaga yang menggunakan tekanan udara dengan kapasitas tekanan 100 s/d 150 psi (Pounds per
Teknologi Square inch).
Madya  Pesawat hidrolik yang digerakan oleh cairan oli dengan kapasitas tekanan diatas 1000 s.d 5000 psi (Pounds per Square inch).
 Tenaga penggerak listrik (generator set) dengan kapasitas 25 s.d 200 KVA.
 Peralatan mesin:
a. Mesin pon, mesin penghancur, penggiling dan penumbuk (crusher machine).
b. Mesin bor, mesin derad, mesin gunting/potong plat, mesin rol dan tekuk plat.
 Peralatan berat:
Backhoe, excavator, bulldozer, loader, scrapper, asphalt finisher, tandem roller, tyre roller.
 Peralatan ringan:
a. Tamping Rammer (Mesin Pemadat Ringan);
b. Vibrator (Mesin Penggetar dan pemadat beton cair);
c. Mesin pelurus, pemotong dan pembengkok besi beton;
d. Penyebar semen cair maupun semen campuran;
e. Bar bender, bar cutter; dan
f. Peralatan sejenis lainnya.
PENENTUAN TINGKAT TEKNOLOGI TINGGI, MADYA, DAN SEDERHANA

 Pesawat pneumatic yang digerakan oleh tenaga yang menggunakan tekanan udara
dengan kapasitas tekanan <100 psi (Pounds per Square inch);
 Bor listrik, hammer drill, dan peralatan sejenis.
 Perkakas tangan seperti cangkul, palu, pahat, sabit, gergaji, kikir, obeng, tang, dan
peralatan sejenis.
Teknologi Sederhana  Mesin sederhana:
a. mesin asah, poles dan pelicin,
b. mesin tuang dan cetak, tempa dan pres,
c. mesin potong dan belah kayu, mesin ayak dan mesin pemisah,
d. mesin penyaring pasir, mesin pengisi, mesin pengungkit,
e. mesin pengaduk, serta mesin lain yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai