Anda di halaman 1dari 56

“ APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK

ESTIMASI ANGGARAN KERUSAKAN JALAN DI IBU KOTA


MAROS KABUPATEN MAROS”

PROPOSAL SKRIPSI

ANDI BESSE CAYYAH 412 14 036


INDRIANI 412 14 050

PROGRAM STUDI D-4 JASA KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2018
“ APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK
ESTIMASI ANGGARAN KERUSAKAN JALAN DI IBU KOTA
MAROS KABUPATEN MAROS”

PROPOSAL SKRIPSI

ANDI BESSE CAYYAH 412 14 036


INDRIANI 412 14 050

PROGRAM STUDI D-4 JASA KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2018

1
DAFTAR ISI
hlm.
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN ........................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 4

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

1.5 Manfaat Penenlitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7

2.1 Pengertian Jaringan jalan ....................................................... 7

2.2 Jenis kerusakan pada perkerasan lentur ................................... 8

2.3 Sistem Informasi Geografis (SIG) ........................................... 18

2.4 Pengertian GPS ........................................................................ 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 38

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 38

3.2 Alat dan Bahan Yang di Gunakan ............................................ 40

4
3.3 Tahapan Kegiatan .................................................................... 41

3.4 Teknik Pengolahan Data........................................................... 44

3.5 Flow Chart ............................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

5
DAFTAR TABEL

hlm.
Tabel 2.1 Spesifikasi Dari Trimble Geo 7X Series ........................................... 34

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ............................................................................... 39

6
DAFTAR GAMBAR

hlm.

Gambar 2.1 retak halus....................................................................................... 8

Gambar 2.2 Kulit buaya .................................................................................... 9

Gambar 2.3 Retak sambungan perkerasan ....................................................... 10

Gambar 2.5 Retak sambungan jalan .................................................................. 11

Gambar 2.6 Retak sambungan pelebaran jalan ................................................. 12

Gambar 2.7 Retak Refleksi ............................................................................. 13

Gambar 2.8 Retak susut .................................................................................... 13

Gambar 2.9 Retak selip ..................................................................................... 14

Gambar 2.10 Sumber Data Dalam Sistem Informasi Geografis........................ 22

Gambar 2.11 Data Vektor .................................................................................. 26

Gambar 2.12 Data Raster .................................................................................. 26

Gambar 2.13 Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) ............................ 27

Gambar 2.14 Elemen Penting dari GPS............................................................. 30

Gambar 2.15 Sistem Satelit .............................................................................. 31

Gambar 2.15 Trimble Geo 7X Series................................................................. 34

Gambar 3.1 Peta Lokasi kab.maros .................................................................. 38

Gambar 3.2 Flow Chart ..................................................................................... 4

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

MAKASSAR - Salah satu permasalahan yang dihadapi di kota-kota besar di

Indonesia adalah kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas. Pemerintah kota dituntut

menyediakan transportasi angkutan umum yang aman dan nyaman bagi

masyarakatnya.Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, salah satu kota besar di

Indonesia menghadapi masalah transportasi. Membaiknya tingkat ekonomi

mempercepat bertambahnya kendaraan pribadi. Kondisi ini tidak diimbangi

perkembangan infrastruktur jalan sehingga dikhawatirkan jalan-jalan di Makassar

macet.Di Provinsi Sulsel, jumlah kendaraan meningkat 18 persen per tahun.

Sementara di Kota Metropolitan Makassar jumlah kendaraan roda 2 meningkat 13-14

persen per tahun dan roda 4 meningkat 8-10 persen per tahun. Sementara

pertumbuhan jalan hanya 0,001 persen per tahun.( Biro Komunikasi dan Informasi

Publik. 2015)

Dalam pembangunan nasional, sektor konstruksi mempunyai peranan penting

dan strategis mengingat sektor konstruksi memberikan kontribusi terhadap Produk

Domestik Regional Bruto sebesar 12,53 % dan menyerap tenaga kerja sebesar 5,71 %

pada tahun 2016. Sektor konstruksi juga menghasilkan produk akhir berupa gedung,

sipil atau bentuk fisik lainnya, baik berupa prasarana maupun sarana yang berfungsi

mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang terutama bidang


ekonomi, social, dan budaya dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur.(Salam

Nursalam,2017:vii)

Tingginya tingkat kerusakan fasilitas jalan dari data yang ada pada badan statistik

Transportasi 2010 yaitu Jalan negara yang memiliki kondisi baik mencapai 49.56

persen diikuti kemudian oleh kondisi sedang sebesar 37.47 persen dan sisanya berada

pada kondisi rusak dan rusak berat. Untuk jalan provinsi, kondisi baik mencapai

49.40 persen diikuti kemudian oleh kondisi sedang sebesar 25.02 persen dan sisanya

rusak dan rusak berat. Untuk jalan kabupaten/kota, kondisi baik 39,64 persen,

sedangkan kondisi sedang dan rusak beda tipis masing masing sebesar 21,82 persen

dan 21,87 persen, sisanya berada pada rusak berat.(Heriawan Rusman,2011:10)

Heriawan menuliskan,“Dewasa ini perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi sangat pesat tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Perkembangan

teknologi yang sangat pesat ini tidak dapat dipungkiri telah memberikan perubahan

yang sangat besar di hampir semua bidang kehidupan, salah satunya adalah kemajuan

teknologi yang berhasil membuahkan integrasi teknologi telekomunikasi, informasi

dan multimedia.” (Heriawan Rusman,2011:3).

Menurut Irwansyah Edy (2013), System informasi geografis (SIG) atau

Geograpic information system (GIS) adalah sebuah system yang didesain untuk

menangkap, menyimpan, memanipulasi menganalisa, mengatur dan menampilkan

seluruh jenis data geografis. Akronim GIS terkadang dipakai sebagai istilah untuk

geographical information science atau geospatial information studies yang merupakan

ilmu studi atau pekerjaan yang berhubungan dengan geographic information system.

2
Dalam artian sederhana sistem informasi geografis dapat kita simpulkan sebagai

gabungan kartografi, analisis statistic dan teknologi system basis data (database).

Nuryadin (2011) menuliskan, Teknologi ini dirancang untuk membantu

mengumpulkan data, menyimpan data serta menganalisis objek beserta data geografis

yang bersifat penting untuk dianalisis. Sistem Informasi Geografis (SIG) telah

diperkenalkan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980-an dan telah dikembangkan

menjadi SIG berbasis web dengan adanya perkembangan teknologi khususnya

dibidang internet, dan selanjutnya dengan memanfaatkan teknologi tersebut akan

dibuatkan sebuah web yang dapat memberikan keterangan lengkap dan terperinci

mengenai hal yang berkaitan dengan produk industri wisata yang dituju.

Menggulangi berbagai permasalahan pada kerusakan jalan dibutuhkan

perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh banyak dalam kehidupan manusia

dimana manusia tidak lagi mengolah informasi secara manual yang tentunya

membutuhkan waktu yang lama untuk mengolah informasi yang diinginkan, Oleh

karena itu, dengan dibangunnya suatu aplikasi system informasi geografis ini

bertujuan agar aplikasi ini dapat memberikan kemudahan kepada para pihak pihak

yang nantinya akan memperbaiki jalan tersebut, Aplikasi tersebut berbasis Sistem

Informasi Geografis dipadukan dengan Rencana Anggaran Biaya yang dapat

terhitung secara otomatis di Aplikasi tersebut. Maka dengan ini diangkat judul:

“Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Estimasi Anggaran

Kerusakan Jalan Di Ibu Kota Maros Kabupaten Maros”

3
1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan

dikaji dalam studi ini antara lain :

1) Bagaimana kondisi kerusakan jalan di ibukota Maros?

2) Bagaimana membangun sistem informasi geografis yang juga memiliki

kemampuan untuk menghitung anggaran biaya dari data data yang ada?

3) Berapa Rencana Anggaran Biaya pada pembuatan program Sistem Informasi

Geografis?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian pada sistem informasi geografis yang akan dikaji dalam studi ini

difokuskan pada berbagai hal sebagai berikut :

1) Informasi yang ditampilkan adalah peta, sejarah,galeri informasi kerusakan

meliputi alamat,jenis kerusakan, biaya kerusakan, luas kerusakan, koordinat titik

kerusakan jalan.

2) Penyajian informasi tentang kondisi jalan yang berpotensi di Ibu Kota Maros

akan difokuskan pada Kecamatan Mandai.

3) Sistem informasi ini dibuat menggunakan program yang dikustomasi dengan

menggunakan Bahasa pemprograman.

4) Pengukuran ruas kerusakan jalan menggunakan metode Perluasan yaitu 50 cm x

50 cm.

4
5) Pengukuran ruas kerusakan jalan difokuskan pada Perkerasan Lentur pada titik

titik kerusakan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain, untuk :

1) Untuk menganalisis type kerusakan ruas jalan.

2) Untuk rekomendasi peningkatan layanan Transportasi daerah Kabupaten Maros.

3) Untuk mengetahui seberapa besar anggaran yang akan dikeluarkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teroritis

maupun praktis, sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-

kurangnya dapat berguna sebagai sumbangsih pemikiran bagi dunia Pendidikan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Sebagai penambahan wawasan dengan mengaplikasikan

ilmu yang telah diperoleh secara teori di lapangan.

5
2) Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi terkait manfaat yang akan Masyarakat rasakan

setelah melakukan perbaikan kerusakan jalan pada jaringan jalan di Ibu Kota

Kabupaten Maros

3) Bagi Pemerintah

Sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah selaku pemilik proyek terkait

dalam Kelayakan Aspek ekonomi dan sebagai bahan pertimbangan terkait layak

atau tidaknya proyek tersebut di bangun.

4) Bagi Pelaksana Proyek

Dapat mempermudah perhitungan Rencana Anggaran Biaya

dan Penentuan titik titik kerusakan berdasarkan aplikasi yang

telah dibuat.

5) Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai acuan terhadap pengembangan

ataupun pembuatan dalam penelitian yang sama.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Jalan

2.1.1 Pengerian Jaringan Jalan

Berdasarkan Undang - undang No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan,

menyebutkan bahwa: Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu – lintas (Aryadisal pratiwi 2013).

Jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial

budaya dan pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Jalan mempunyai peranan penting untuk mendorong pengembangan semua satuan

wilayah pengembangan dalam usaha untuk mencapai tingkat perkembangan antar

daerah yang semakin merata. Jalan merupakan suatu kesatuan sistem jaringan jalan

yang mengikat dan menghubungkan pusat - pusat pertumbuhan dengan wilayah yang

berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki (Aryadisal

Dpratiwi 2013).

Klasifikasi jalan menurut sistemya adalah sebgai berikut :

a. Sistem Jaringan Jalan Primer : sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat

7
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yg berwujud

pusat kegiatan.

b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder : sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan

distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

(Aryadisal dan Pratiwi 2013)

2.1.2 Jenis kerusakan pada perkerasan lentur

1) Retak (cracking)

Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :

(Aryadisal dan Pratiwi, 2013).

a) Retak halus (hair cracking),

Retak halus (hair cracking) yaitu lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3

mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian

perkerasan di bawah lapis permukaan kur ang stabil . Retak halus ini dapat

meresapkan air ke dalam lapis permukaan.

8
Gambar 1.1 retak halus
(sumber:google image)

b) Retak kulit buaya {alligator cracks),

Retak kulit buaya {alligator cracks) yaitu lebar celah lebih besar atau sama

dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang

menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang

baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis

permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air

tanah baik). Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika

daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin, hal ini disebabkan oleh

repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan

permukaan tersebut.

Gambar 1.2 retak kulit buaya

(Sumber google image

9
c) Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks)

Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks) yaitu retak

memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan.

Retak dapat disebabkan dengan kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk

dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan. penyusutan

material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truck/kendaraan berat di

bahu jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi. Sesuai

dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan

dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang

(longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal.

Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

10
Gambar 1.3 retak sambungan perkerasan
(Sumber :Google image )

d) Retak sambungan jalan (lane joint cracks)

Retak sambungan jalan (lane joint cracks) adalah retak memanjang yang

terjadi pada sambungan 2 lajur lalulintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan

sambungan kedua lajur.

Gambar1.3 retak sambungan jalan


(Sumber google image )

e) Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah retak memanjang

yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan

pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian

11
pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh ikatan antara

sambungan yang tidak baik.

Gambar 1.5 Retak sambungan pelebaran jalan

( Sumber Google image )

f) Retak refleksi (reflection cracks)

Retak refleksi (reflection cracks) yaitu retak memanjang, melintang, diagonal,

atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang

menggambarkan pola retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak

pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay

dilakukan. Retak refleksi dapat pula terjadi jika gerakan vertikal/horozontal di

bawah lapis tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang

ekspansif.

Untuk retak memanjang, melintang, dan digonal perbaikan dapat dilakukan

dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

12
Gambar 1.7 retak refleksi
(Sumber geogle image )

g) Retak susut (shrinkage cracks)

Retak susut (shrinkage cracks) yaitu retak yang saling bersambungan

membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh

perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi

rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar. Perbaikan

dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair.

Gambar 1.8 susut


( Sumber google image )

13
h) Retak selip (slippage cracks)

Retak selip (slippage cracks) yaitu retak yang bentuknya melengkung seperti

bulan sabit. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis

permukaan dengan lapis di bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan

oleh adanya debu, minyak, air, atau benda non-adhesif lainnya, atau akibat tidak

diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara kedua lapisan.

Retak selip pun dapat terjadi akibat terlau banyaknya pasir dalam campuran

lapisan permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapis permukaan. Perbaikan

dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan menggantikannya

dengan lapisan yang lebih baik (Aryadisal pratiwi, 2013).

Gambar 1.9 selip


(Sumber :google image )

14
2) Distorsi (Distortion)

Distorsi/perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,

pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan

akibat beban lalulintas. Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan

terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat

ditentukan jenis penanganan yang cepat.

Distorsi (distrotion) dapat dibedakan atas :

a) Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat

merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan

jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak.

Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan

demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalulintas pada

lintasan roda.

b) Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya

lapisan permukaan yang keriting ini pengemudi akan merasakan

ketidaknyamanan mengemudi. Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya

stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlau

banyak mempergunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan

berpermukaan penetrasi yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalulintas

dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang mempergunakan

aspal cair).

15
c) Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.

Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini

dapat meresap ke dalam lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan

lubang.

Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang

direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian

perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.

d) jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi

akibat adanya pengembangan tanah dasar pada tanah dasar ekspansif.

e) Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, di tempat

kendaraan sering berhenti, kelandaian curam dan tikungan tajam. Kerusakan

dapat terjadi dengan/tanpa retak. Penyebab kerusakan sama dengan kerusakan

keriting (Deny Kurniawan dan Ariadi 2014)

3) Cacat permukaan (disintegration),

Cacat permukaan (disintegration), yang mengarah kepada kerusakan secara

kimiawi dan mekanis dari lapisan perkerasan.Yang termasuk dalam cacat

permukaan ini adalah : ( I Nyoman Jagat maya 2011)

a) Deliminasi

Deliminasi merupakan suatu jenis kerusakan perkerasan yang dapat di

sebabkan oleh:

1. Permukaan perkerasan lama kotor;

16
2. Pemasangan lapis perekat tidak merata;

3. Pemadatan saat hujan;

4. Rembesan air pada retakan

b) Bleeding

Bleeding , yaitu merupakan suatu jenis kerusakan yang di prediksi disebabkan

sebagian atau seluruh agregat dalam campuran terselimuti aspal terlalu banyak;.

Penyebab terjadinya bleeding adalah sebagai berikut

1. Penggunaan aspal berlebihan;

2. Penggunaan lapis perekat (tack coat ) berlebihan;

3. Akses dari lapisan bawahnya yang bleeding;

c) Pengausan

Penyebab terjadinya pengausan adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan agregat tidak tahan aus;

2. Penggunaan aggregate (kerikil) sungai.

d) Pelepasan butir

Penyebab terjadinya pelepasan butir adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan aggregate kotor;

2. Penggunaan agregat pipih

3. Penggunaan aspal kurang;

4. Pelapukan (agimg) aspal;

17
5. Pemadatan lintasannya kurang;

6. Temperature pemadatan rendah;

e) Lubang

Penyebab terjadinya lubang adalah sebagai berikut;

1. Penggunaan aspal kurang;

2. Penggunaan agregat kotor

3. Penggunaan agregat pipih (mudah pecah );

4. Rembesan para retakan;

2.2 Sistem Informasi Geografis ( SIG )

2.2.1 Definisi Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis (SIG) atau Geogafic information system (GIS)

adalah sebuah sistem desain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi,

menganalisa, mengatur dan menanmpilkan seluruh jenis data geografis.Akronim GIS

terkadang di pakai sebagai istilah untuk geographical informasi science atau

geospatial information studies yang merupakan ilmu studi atau pekerjaanyang

berhubungan dengan Geogafic information system dalam artian sederhana sistem

informasi geografis dapat kita simpulkan sebagai gabungan katografi,analisis statistic

dan teknologi sistem basis data (database) (Edy irwansyah.2013).

18
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkaitatau terpadu yang di

maksudkanuntuk mencapai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen

atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan (I Wayan Eka

Swstikayana . 2011).

2.2.2 Definisi Sistem Informasi Geografis Menurut Ahli

a) Burrough,1986

Kumpulan alat yang powerful untuk mengumpulkan, menyimpan,

menampilkan dan mentranformasikan data spasial dari dunia nyata (real world).

b) Aronoff,1989

Segala jenis prosedur manual maupun berbasis computer untuk menyimpan

dan memanipulasi data bereferensi geografis

c) ESRI,2004

Sebuah sistem untuk mengatur, menganalisa dan menanmpilkan informasi

geografis (Edy Irwansyah,2013)

2.2.3 Sistem Informasi Geografis dapat diuraikan menjadi beberapa sub-

sistem

19
a) Data Input

Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan

menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula

yang bertanggungjawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan format-

format data aslinya ke dalam format (native) yang dapat digunakan oleh perangkat

SIG yang bersangkutan.

b) Data Output

Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran

(termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian

basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya

tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya.

c) Data Management

Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut

terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil

kembali atau di-retrieve (di-load ke memori), di-update, dan di-edit.

d) Data Manipulation & Analysis

Sub-sistem ini menentukan informasi- informasi yang dapat dihasilkan oleh

SIG. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan

penggunaan fungsi-fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan

20
data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan (Evy Bahrul dan,Muh Iqbal

Ashari 2012).

Sub sistem yang mendukung SIG ada sebanyak 3 buah, yaitu geodatabase,

geoprocessing, dan geovisualization yang masing – masing mempunyai fungsi

yang berbeda.

2.2.4 Sub sistem yang mendukung Sistem Informasi Geografis

1) Geodatabase

Geodatabase adalah sistem manajemen database yang berisi kumpulan data –

data spasial yang mempersentasikan informasi geografis, dari model data SIG

yang umum seperti raster, topologi, jaringan dan lainnya. Ada beberapa model data

yang merupakan representasi dari keadaan bumi sub sistem ini dijalankan dalam

ArcCatalog.

2) Geoprocessing

Geoprocessing adalah sekumpulan tool pengubah informasi yang dapat

menghasilkan informasi geografis baru dari kumpulan data yang sudah ada.

Subsistem ini dijalankan dalam perangkat lunakArcMap yang dilengkapi dengan

ArcTollbox.

3) Geovisualisation

Geovisualisation adalah kemampuan dari SIG untuk memperhatikan data –

data spasial beserta hubungan antar data spasial tersebut yang merupakan

21
reprentasi dari permukaan bumi dalam berbagai bentuk digital seperti peta

interaktif, tabel, dan grafik pada dinamis dan skema jaringan.

Sumber – sumber data geospasial adalah peta digital, foto udara, citra satelit,

tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospasial dibedakan

menjadi data grafis ( disebut juga data geometris) dan data atribut (data tematik)

(Evy Bahrul dan Muh Iqbal Ashari 2012).

Gambar 2.1 Sumber Data Dalam Sistem Informasi Geografis


Sumber : Google Image

2.2.5 Fungsi Sistem Informasi Geografis (SIG)

Adapun fungsi -fungsi dasar dalam SIG adalah sebagai berikut (Aryadisal

dan pratiwi, 2013):

1) Akuisisi data dan proses awal meliputi: digitasi, editing, pembangunan

topologi, konversi format data, pemberian atribut dll.

2) Pengelolaan database meliputi : pengarsipan data, permodelan bertingkat,

pemodelan jaringan pencarian atribut dll.

22
3) Pengukuran keruangan dan analisis meliputi : operasi pengukuran, analisis

daerah penyanggga, overlay, dll.

4) Penayangan grafis dan visualisasai meliputi : transformasi skala, generalisasi,

peta topografi, peta statistik, tampilan perspektif.

2.2.6 Karakteristik Sistem Informasi Geografis

Karakteristik sistem informasi geografis dapat diklasifikasikan sebagai berikut

( Deny kurniawan dan Ariadi, 2014):

1) Merupakan suatu sistem hasil pengembangan perangkat keras dan perangkat

lunak untuk tujuan pemetaan, sehingga fakta wilayah dapat disajikan dalam

satu sistem berbasis computer,

2) Melibatkan ahli geografi, informatika dan komputer, serta aplikasi terkait,

3) Masalah dalam pengembangan meliputi: cakupan, kualitas dan standar data,

struktur, model dan visualisasi data, koordinasi kelembagaan dan etika,

pendidikan, expert sistem dan decision support sistem serta penerapannya,

4) Perbedaannya dengan Sistem Informasi lainnya: data dikaitkan dengan letak

geografis, dan terdiri dari data tekstual maupun grafik,

5) Bukan hanya sekedar merupakan pengubahan peta konvensional (tradisional)

ke bentuk peta digital untuk kemudian disajikan (dicetak / diperbanyak)

kembali,

23
6) Mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan,

memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari fenomena

geografis suatu wilayah,

7) Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu

masalah. Contoh : penyelesaian masalah perubahan iklim memerlukan

informasi dasar seperti curah hujan, suhu, angin, kondisi awan.

2.2.7 Komponen Sistem Informasi Geografis

Secara umum SIG bekerja berdasarkan integrasi 5 Komponen, yaitu:

perangkat lunak, software, data, manusia dan metode (Aryadisal dan Pratiwi, 2013)

a) Hadware

SIG membutuhkan Hadware atau perangkat komputer yang memiliki

spesifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya untuk

menjalankan software-perangkat lunakSIG, seperti kapasitas Memory (RAM),

Hard-disk,Prosesor serta VGA Card (Aryadisal dan Pratiwi, 2013)

Ada 3 komponen utama perangkat lunak yaitu (Aryadisal dan Pratiwi, 2013)

1. Alat masukan data (digitizer, scanner, keyboard omputer, CD reader, disket

tereader).

2. Alat penyimpan dan pengolah data (komputer dengan hard disk-nya, tapes or

cartridge unit, CD writer).

24
3. Alat penampil dan penyaji keluaran/informasi (monitor komputer, printer,

plotter)

b) Software

Dalam pembuatan GIS di perlukan perangkat lunak yang menyediakan fungsi

tool yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan

informasi geografis. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam

komponen perangkat lunak GIS adalah (Aryadisal dan Pratiwi, 2013)

1. Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografis,

2. Sistem Manajemen Basis Data (DBMS),

3. Tool yang mendukung query geografis, analisa dan visualisasi,

4. Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi.

Inti dari perangkat lunak GIS adalah perangkat lunak GIS itu sendiri yang

mampu menyediakan fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, link,

query dan analisa data geografi.

c) Data

Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara

fundamental SIG bekerja dengan dua tipe model data geografis yaitu model data

vektor dan model data raster .

1. Model Data Vektor

25
Informasi posisi point, garis dan polygon disimpan dalam bentuk x,y

koordinat. Suatu lokasi point dideskripsikan melalui sepasang koordinat x,y.

Bentuk garis, seperti jalan dan sungai dideskripsikan sebagai kumpulan dari

koordinat-koordinat point. Bentuk poligon, seperti zona project disimpan

sebagai pengulangan koordinat yang tertutup.

Gambar 2.2 Data Vektor


Sumber : Google Image

2. Model Data Raster

Data raster (disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari

sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan

sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).Masing

masing grid/sel atau pixel memiliki nilai tertentu yang bergantung pada

bagaimana image tersebut digambarkan.

26
Gambar 2.3 Data Raster
Sumber : Google Image

d) Manusia

Manusia memegang peranan yang sangat menentukan, karena tanpa manusia

maka sistem tersebut tidak dapat diaplikasikan dengan baik. Jadi manusia menjadi

komponen yang mengendalikan suatu sistem sehingga menghasilkan suatu analisa

yang dibutuhkan ( Deny kurniawan & Ariadi, 2014)

e) Metode

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan

aturan dunia nyata, dimana metode, model dan implementasi akan berbeda untuk

setiap permasalahan ( Deny kurniawan & Ariadi, 2014)

27
Gambar 2.4 Komponen Sistem Informasi Geografis
Sumber : Google Image
2.2.8 Jenis dan Sumber Data SIG

Data geografis pada dasarnya tersusun oleh dua komponen penting yaitu data

spasial dan data atribut. Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah sebagai

berikut: (Deny Kurniawan dan Ariadi 2014)

1) Data Spasial

Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas representasi objek di

bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interpretasi

dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan

perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan objek-objek yang ada di muka

bumi, tetapi berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di udara)

28
dan di bawah permukaan bumi.Data spasial dapat diperoleh dari berbagai sumber

dalam berbagai format. Sumber data spasial antara lain mencakup: data grafis peta

analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran theodolit, pengukuran

dengan menggunakan Global Positioning Sistems (GPS) dan lain-lain.

2) Data Atribut

Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau fenomena

yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai hubungan

dengan posisi geografi. Data atribut dapat berupa informasi numerik, foto, narasi,

dan lain sebagainya, yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan

sensus, dan lain-lain. Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pada pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label

suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain, msalnya: sekolah,

rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek

dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau

selang, dan rasio atau perbandingan dari suatu titik tertentu. Pada pendeskripsian

secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar

dapat dikenal dan dibedakan dengan objek lain, msalnya: sekolah, rumah sakit,

hotel, dan sebagainya. Contohnya, populasi atau jumlah siswa di suatu sekolah

500-600 siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya.

2.2.9 Kelebihan / Keistimewaan Sistem Informasi Geografis

29
Menurut Hertanto (2011) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan

SIG, diantaranya adalah (Deny Kurniawan dan Ariadi 2014).

1) SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi.

2) SIG dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha

meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan,

dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.

3) SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.

4) SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data

spasial berikut atributnya.

5) Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif.

6) SIG dengan mudah menghsilkan peta-peta tematik

7) Peragkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan

perangkat lunak lain.

8) SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial

dan geoinformatika.

2.3 Pengertian GPS (Global Positioning Sistem)

2.3.1 Pengertian GPS

GPS (Global Positioning Sistem) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan

posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk

memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu,

secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak

30
orang secara simultan. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian

bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter. (Deny

Kurniawan dan Ariadi 2014).

Terdapat 3 elemen penting dalam sistem GPS. Elemen satelit,elemen

pengendali,dan elemen pengguna (Deny Kurniawan dan Ariadi 2014).

Gambar 2.5 Elemen Penting Dari GPS

1) Elemen satelit (space segment)

Elemen satelit terdiri dari 24 satelit di luar angkasa yang beredar di ketinggian

19,300 km di atas permukaan bumi. Jaringan satelit ini disebut konstelasi GPS.

Setiap satelit memancarkan sinyal radio dengan frekwensi 1575.42 MHz di

saluran UHF dengan daya 20-50 watt. Untuk bisa menangkap sinya GPS

dibutuhkan penerima (receiver) yang dirancang khusus untuk gelombang panjang

berdaya lemah.

31
Gambar 2.6 Sistem Satelit
Sumber : Google Image

2) Elemen pengendali (control segment)

Elemen pengendali berfungsi mengendalikan pergerakan satelit di luar

angkasa.

3) Elemen pengguna (user segment)

Elemen pengguna adalah anda dan alat penerima sinyal GPS. Alat penerima

disebut GPS receiver. GPS receiver membutuhkan paling tidak 4 buah sinyal dari

4 satelit yang berbeda untuk dapat menentukan posisi di permukaan bumi. GPS

receiver modern mampu merekam sampai dengan 12 satelit sekaligus sehingga

penentuan posisi menjadi sangat cepat dan akurat. GPS receiver dibedakan

menjadi 2 tipe : navigasi dan geodetic. GPS receiver tipe navigasi biasanya

32
menghasilkan kesalahan pengukuran antara 5 – 10m. Sedangkan GPS tipe

geodetic dirancang untuk dapat mengukur dengan tingkat kesalahan di bawah 1m.

Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan

mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh. Kesalahan-kesalahan

tersebut contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam

receiver, kesalahan pusat fase antena, dan Multipath. Hal-hal lainnya juga ada

yang mengiringi kesalahan sistem seperti efek imaging, dan noise. Kesalahan ini

dapat di eliminir salah satunya dengan menggunakan teknik differencing data.

2.3.2 Fungsi Global Positioning Sistem

1) Militer

GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau

mengetahui posisi pasukan berada.

2) Navigasi

GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas.

3) Sistem Informasi Geografis

Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan

dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai

referensi pengukuran.

4) Sistem Pelacakan Kendaraan

GPS adalah sebagai pelacak kendaraan, dengan bantuan GPS pemilik

kendaraan/pengelola armada bisa mengetahui keberadaan kendaraannya.

33
5) Pemantau Gempa

GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan

tanah. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya

gempa, baik pergerakan vulkanik/ tektonik (Deny Kurniawan dan Ariadi 2014).

2.3.3 Peranan GPS Dalam Bidang Sistem Informasi Geografis

Seperti halnya pada bidang- bidang lainnya yang memerlukan informasi

mengenai posisi, dan kecepatan waktu, GPS juga akan mempunyai peranan yang

cukup penting bagi bidang Sistem Informasi Geografis (SIG). Integrasi antara GPS

dan Sistem Informasi Geografis (SIG) akan sangat menguntungkan, karena hal ini

mengintegrasikan karakteristik penentuan posisi yang unggul dari GPS dengan

karakteristik pengelolaan informasi spasial yang unggul dari SIG(Deny Kurniawan

dan Ariadi 2014).

Secara umum ada lima hal yang dapat dilakukan oleh GPS untuk Sistem

Informasi Geografis (SIG), seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini

GPS sebagai pendigitasi

GPS untuk pemanggilan data dan


analisa

PERANAN GPS BAGI SIG GPS membawa SIG ke lapangan

GPS untuk ground truthing


GPS sebagai pengkorelasi data

Gambar Peranan GPS Bagi SIG

34
2.3.4 Spesifikasi Trimble Geo 7X Series

Gambar 2.7 Trimble Geo 7X Series


Sumber : Google Image

Tabel 2.4 spesifikasi dari Trimble Geo 7X Series

SPESIFIKASI UMUM
Ukuran (H x W x D) 234 mm x 99 mm x 56 mm

(9.2 in x 3.9 in x 2.2 in)


Berat (dengan rangefinder) 1080 g
Tipe baterai Baterai isi ulang Li-Ion
Kapasitas baterai 11.1V 2,500 Mah
Waktu pengisian baterai < 4 jam
Daya tahan baterai DGNSS (dengan 3G/3.5G) hingga 7 jam

DGNSS (dengan Bluetooth) hingga 9.5 jam

GNSS hingga 10.5 jam

35
Tanpa GNSS use hingga 24 jam
Suhu penggunaan −4° - 140° F (−20° - 60° C)
Suhu penyimpanan −22° - 158° F (−30° - 70° C)
Kelembaban relatif 95%, tanpa kondensasi
Ketinggian penggunaan 29,000 ft (9,000 m)

maksimum
Ketinggian penyimpanan 40,000 ft (12,000 m)

maksimum

Lanjutan Tabel 2.4 spesifikasi dari Trimble Geo 7X Series

IP IP65
Guncangan MIL-STD 810G Metode 516.6 Prosedur I
Uji jatuh 4 ft (1.22 m)
Getaran MIL-STD 810 G Metode 514.6 Prosedur I
SISTEM CPU, MEMORI DAN KAMERA
CPU Texas Instrumen DM3730 1 GHz + GPU
Memori 4 GB memori + SD slot (hingga 32 GB), 256
MB RAM
Kamera 5MP
Display 4.2" VGA (640 x 480) LED transflektif
Panel sentuh Resistif dengan filter cahaya
Kecerahan 280 cd/m2
OS Microsoft® Windows® profesional versi 6.5
English (US), Cina (Sederhana), Cina
(Tradisional), Perancis, Jerman, Italia,
Jepang, Korea, Spanyol, Portugis (Brasil),
Rusia
Sinkronisasi dengan PC Windows 7;
Windows Vista; atau Windows XP Home atau
Persyaratan sistem dengan Service Pack 3 atau yang lebih baru.
Beberapa aplikasi lapangan dan layanan
membutuhkan akses internet mobile.
GNSS, ORIENTASI DAN JARAK
Sensor GNSS L1/L2 GNSS penerima dan antena
Chipset 220 saluran Trimble Maxwell™ 6
Sistem GPS, GLONASS, Galileo, BeiDou, QZSS
SBAS WAAS, EGNOS, MSAS, GAGAN
SBAS+ Ya

36
Lampu sorot Ya
Penerimaan protokol NMEA, TSIP2
Tingkat update 1 Hz
Waktu penentuan pertama < 45 detik
Waktu koreksi pertama protokol RTCM2.x/RTCM3.x/CMR+/CMRx
Waktu mode akurasi 1 cm + 1 ppm HRMS – horizontal
1.5 cm + 2 ppm VRMS – vertikal
Postprocessed mode akurasi 1 cm + 1 ppm HRMS – horizontal
1.5 cm + 1 ppm VRMS – vertikal
Akurasi H-Star™ 10 cm + 1 ppm HRMS
Akurasi (waktu nyata) 75 cm + 1 ppm HRMS
Akurasi (Postprocessed) 50 cm + 1 ppm HRMS
Akurasi SBAS Submeter

Lanjutan Tabel 2.4 spesifikasi dari Trimble Geo 7X Series

Sensor orientasi 3-axis gyro, magnetometer, accelerometer


Akurasi atas 1.5°
Akurasi inklinasi 0.5°
Akurasi rol 0.5°
Jarak sensor Modul pengintai laser
Komunikasi protokol NMEA atau Trimble
Rentang pasif Hingga 120 m
Rentang reflektif Hingga 200 m
Akurasi 0.05 m
Rentang presisi 0.01 m
Jaringan dan konektivitas wireless GSM/GPRS/EDGE 850 / 900 / 1800 /
1900 MHz
UMTS/HSPA+ 800 / 850 / 900 / 1900 /
2100 MHz
CDMA/EV-DO Rev. A 800 / 1900 MHz
(Verizon)
Wi-Fi 802.11b/g
Bluetooth BT 2.0 +EDR (SPP, OPP, FTP, PAN,
A2DP, DUN, HID)

Setelah melihat spesifikasi alat di atas maka kami semakin yakin untuk

menggunakan GPS Map Trimble Geo 7x sebagai alat penelitian kami Karena selain

kurangnya penelitian tugas akhir yang menggunakan GPS Map Trimble Geo 7x

37
khususnya di kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang ,Rentang presisi akurasi

kesalahan yaitu 0.01m - 0,05m di bandingkan dengan GPS-GPS lain yang memiliki

Rentang presisi akurasi kesalahan rata-rata di atas 15 m, dan GPS Map Trimble Geo

7x juga bisa di tambahkan fitur titik sesuai kebutuhan survey di lapangan dan titiknya

bisa di kelompokkan. Sedangkan GPS lain bisa membuat titik namun tidak dapat di

kelompokkan (Deny kurniawan & Ariadi 2014).

BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Untuk melaksanakan suatu kegiatan, semestinya mempunyai tempat dan waktu

yang jelas yang menunjang kelancaran kegiatan. Adapun lokasi dan waktu kegiatan

adalah sebagai berikut:

3.1.1 Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan dilakukan di kelurahan Bontoa kecamatan Mandai,

kabupaten. Maros Sulawesi Selatan, Indonesia. Daerah yang terletak sekitar

5 km dari Kota Makassar dengan Luas wilayah 49.11 km2 dengan ketinggian

daerah/altitude berada terletak dibagian barat Sulawesi Selatan antara 5°05'09"

Lintang Selatan dan 119°33'30" Bujur Timur dan memiliki tinggi antara 5-65 m

di atas permukaan laut.

38
Gambar Peta Maros dan Kecamatan Mandai
Sumber : Google Map

39
3.1.2 Waktu Kegiatan

Table 3.1.2

Penelitian ini dilakukan selama ± 5 bulan mulai dari bulan Maret 2018 sampai dengan bulan Agustus 2018

dengan berbagai item kegiatan diantaranya yaitu : Pengambilan Data Sekunder, Pengumpulan Data Primer, Validasi

Data Primer dan Sekunder, Pembuatan Perangkat Lunak, Pengolahan Data, Imput Data , Analisis dan Pembahasan,

serta Bimbingan Skripsi oleh pembimbing 1 yaitu Ir Bustamin Abd. Razak, MT. dan Pembimbing 2 yaitu Haeril Abdi

Hasanuddin, S.T., MT.

40
3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan

Untuk melaksanakan proses kegiatan, dibutuhkan alat-alat yang menunjang

kelancaran kegiatan. Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.2.1 Alat yang digunakan dalam Pengujian :

Adapun Alat Alat yang digunakan dalam survey lokasi guna kelancaran

kegiatan yaitu :

1) GPS

2) Kendaraan Bermotor roda dua.

3) Komputer / Laptop

4) Printer

5) Kamera

6) Pengukur satuan per-luasan

7) Alat Pelindung Diri

8) Buku Pencatatan

3.2.2 Software pengolahan data

40
Adapun Perangkat Lunak / aplikasi komputer yang dikustomasi

menggunakan sistem informasi geografis dengan menggunakan bahasa

pemprograman adalah:

1) ArcGis 10.4 / MapInfo / Qgis / Perangkat Lunak GIS.

2) Google Earth

3) Aplikasi pengolah data, angka dan data

3.3 Tahapan Kegiatan

Untuk melaksanakan proses kegiatan, dibutuhkan tahapan tahapan yang

menunjang kelancaran kegiatan. Adapun tahapan – tahapan yang digunakan

adalah sebagai berikut :

3.3.1 Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi penyiapan alat dan bahan seperti peta jaringan

jalan kamera, kendaraan roda dua, alat pengukur satuan perluasan

(50x50) , alat pelindung diri , buku catatan, Global Positioning System

(GPS). Melakukan perencanaan teknik teknik yang dapat

memudahkan proses pengambilan data di lapangan, diantaranya

pembagian tahapan survey yang terdiri dari pengambilan data tracking

dan pengambilan data Waypoint.

41
Pada pengambilan data tracking terdiri dari 2 orang, 1 orang

sebagai operator GPS dan 1 orang sebagai pengemudi motor. Pada

pengambilan data Waypoint terdiri dari 2 orang, 1 orang sebagai

operator GPS sekaligus mendokumentasikan keadaan di lapangan dan

1 orang pengukur kerusakan dengan satuan perluasan.

3.3.2 Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini meliputi kegiatan Pengumpulan Data Sekunder dan

Pengumpulan Data Primer dan juga data tersebut meliputi data spasial

dan attribut sebagai berikut.

a) Pengumpulan data sekunder


Data yang kami maksud di sini adalah data yang bersumber

dari PU ibu kota Maros, yang terdiri dari peta batas wilayah,

jenis kerusakan jalan beserta metode perbaikannya, daftar harga

bahan upah, dan sewa alat, rencana anggaran biaya persatuan

luas , soft drawing jaringan jalan di ibu kota Kabupaten Maros.

b) Pengumpulan data primer ( data spasial dan data atribut ).


Data spasial adalah data yang memiliki referensi ruang

kebumian (georeference) di mana berbagai data atribut terletak

dalam berbagai unit spasial yang kami maksud disini berupa

hasil waypoint dan peta digital dari hasil Tracking pada

kerusakan jalan di ibu kota Kabupaten Maros Kecamatan

Mandai menggunakan GPS (Global Positioning System).

42
Data atribut adalah data yang memberikan gambaran atau

menjelaskan informasi berkaitan dengan fitur peta. Data Atribut

berupa data Gambar atau foto keberadaan kerusakan jalan, nama

jalan, Rencana Anggaran Biaya per Satuan Luas, Jenis

Kerusakan dengan menggunakan kamera.


Ketelitian dan kecakapan sangat dibutuhkan dalam

mensurvey data yang ada, melakukan kesalahan sedikit mungkin

guna menghindari kesalahan yang menyebabkan pengambilan

data ulang.

Adapun Tahapan pengambilan data Primer di lapangan

diantaranya yaitu:

1. Tahap I (Suvey / peninjauan lapangan untuk jaringan jalan pada

proses tracking):

Dari hasil survey maka kita dapat memperoleh data

dari GPS (Global Positioning System) yaitu Tahap I

Data tracking jalan di Kecamatan Mandai dengan

nama-nama jalan dilengkapi koordinat sebagai data

spasial dan atribut survey.

2. Tahap II (Suvey / peninjauan lapangan untuk titik kerusakan

jalan):

Tahap II Data Waypoint berupa titik keberadaan

kerusakan jalan dapat diperoleh dari data dari GPS

43
(Global Positioning System), jenis kerusakan,

dilengkapi dengan koordinat serta pengambilan foto

sebagai dokumentasi penelitian disetiap titik kerusakan

jalan dan Mengklasifikasikan setiap jenis kerusakan jalan

di lapangan untuk mengetahui keadaan / kondisi dari

fasilitas jalan tersebut dalam rencana anggaran biaya yang

akan dihitung perbaikannya.

3.3.3 Tahap Kompilasi dan Verifikasi Data


Setelah melakukan pengambilan data di lapangan, langkah

selanjutnya adalah melakukan sortir dan verifikasi data pada data

spasial dan data atribut yang telah diperoleh sebelumnya. Kemudian

melakukan olah dan manipulasi data. Apabila data yang telah diambil

tidak sesuai makan dilakukan survey lapangan kembali sesuai tahapan

pengambilan data primer seperti pengambilan data tracking dan

pengambilan data waypoint di ibu kota Kabupaten Maros.

3.3.4 Tahap perancangan Sistem Informasi Geografis


Dimana data-data primer dari hasil pengukuran diinput kedalam

software yang dikostumasi menggunakan bahasa pemprograman

untuk menghasilkan sebuah Sistem Informasi Geografis fasilitas jalan

ibu kota Kabupaten Maros. Dari proses perancangan tersebut maka

akan diperoleh program database berbasis SIG yang akan di

persentasekan dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

masukan bagi pihak yang terkait mengenai keberadaan dan kerusakan

fasilitas jalan pada ruas jalan di Kota maros.

44
3.4. Teknik pengolahan data

Pengolahan data disini adalah proses mengolah data, agar data yang ada siap

digunakan dalam pengerjaan Pemprograman Analisis Anggaran Biaya pada pembuatan

Jaringan Jalan berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis).

3.4.1 Mengidentifikasi Variable Variable Kerusakan

SIG (Sistem Informasi Geografis) membutuhkan masukan

data yang bersifat spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber

data tersebut antara lain adalah :

1. Peta digital hasil tracking untuk jaringan jalan

2. Data titik waypoint meliputi, koordinat titik, luas kerusakan, jenis

kerusakan, metode perbaikan, dan kode STA.

3. Rencana Anggaran Biaya tiap Metode Perbaikan Persatuan Luas

3.4.2 Pembuatan Perangkat Lunak yang Dikostumasi dengan

Menggunakan Bahasa Pemprograman dan Pengimputan data

data hasil Survey ke Perangkat Lunak

Pada tahap ini Program akan dibuatkan suatu sistem yang dapat

menghitung secara otomatis Rencana Anggaran Biaya berbasis Sistem

Informasi Geografis.

45
3.4.3 Perhitungan Mobilisasi Alat

Dari Data yang diperoleh dari Perangkat Lunak yang Dikostumasi

dengan Menggunakan Bahasa Pemprograman akan diperoleh alat alat

yang digunakan sehingga pada tahap ini perhitungan mobilisasi alat

dapat dilakukan.

3.4.4 Diperoleh data Hasil Rencana Anggaran Kerusakan Jalan Di

Ibu Kota Maros Kabupaten Maros.

46
3.5. Flo

Chart

47
48

Anda mungkin juga menyukai